Upload
ansucizahra
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas kimia
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Aktifitas sehari-hari yang padat, membuat kita terpaksa beranjak dari rumah dan segera
bergegas sampai di tempat yang dituju. Perkembangan otomotif sebagai alat transportasi,
baik di darat maupun di laut, sangat memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Dengan alasan agar cepat sampai, tidak banyak membuang waktu dan tenaga,
maka kendaraan bermotor adalah solusinya. Kendaraan bermotor merupakan sarana yang
tepat untuk memudahkan kita pergi ke tempat tujuan dengan cepat dan efisien. Tanpa
disadari, kendaraan bermotor juga memiliki dampak yang begitu luar biasa pada manusia.
Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di
kota- kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil
penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan
bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari
pencemaran udara di perkotaan. Di perkotaan kontribusi bahan pencemar dari kendaraan
bermotor ke udara adalah sekitar 70 %. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran
udara di perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade
belakangan ini. Di banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan
ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah
pencemaran udara pula.
Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara
tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi) penyakit
pernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak
sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan
bermotor akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai
senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung
terhirup melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya.
Makalah ini akan mengulas dampak pembakaran tidak sempurna dari kendaraan
bermotor. pencemaran udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor
terhadap kesehatan maupun lingkungan.
1
2. Permasalahan
Kajian ini kami ditujukan untuk sumber-sumber bahan pencemaran, tipe-tipe asap
buang kendaraan bermotor, dan dampak pembakaran tidak sempurna dari kendaraan
bermotor terhadap lingkungan.
Salah satu polutan berbahaya yang terkandung dalam udara adalah gas Karbon
Monoksida (CO). Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa , tidak mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya. Ia
terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam
ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen berikatan dan satu ikatan kovalen koordinasi antara
karbon dan oksigen.
Gas CO dapat bertahan lama di muka bumi karena kemampuan atmosfer untuk
menyerapnya adalah 1 sampai 5 tahun. Gas CO utamanya dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna dari senyawa karbon, misalnya berasal dari minyak tanah, bensin, solar, batubara,
LPG, atau kayu. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam
proses pembakaran. Namun, pada umumnya gas CO terbentuk secara alamiah maupun
sebagai hasil sampingan kegiatan manusia.
Dampak dari CO bagi manusia, bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang,
kelahiran prematur, badan bayi di bawah normal, keracunan dll. Keracunan gas CO dapat
menyebabkan kematian, ia masuk ke paru-paru lalu masuk ke dalam molekul hemoglobin
dalam sel darah merah. CO terikat pada hemoglobin dan memiliki kecenderungan yang sama
dengan oksigen. Kemudian terbentuklah carboxy hemoglobin. Carboxy hemoglobin
menghambat masuknya oksigen ke dalam molekul hemoglobin dan menghambat kemampuan
penukaran gas dari sel darah merah. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian sehingga perlu upaya untuk pencegahan
terhadap CO meskipun untuk mengetahui adanya CO sangat sulit tetapi keracunan gas CO
masih bisa diidentifikasi dengan gejala yang timbul. Gejala yang timbul pada konsentrasi
rendah adalah serupa dengan gejala flu, seperti kepala pusing , pernafasan yang terganggu
dan sedikit mual atau dapat dilakukan pencegahan pada sumber yang dapat menghasilkan gas
CO ( pada kendaraan bermotor khususunya ).
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembakaran Tidak Sempurna
Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri tidak terbakar
sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk
karbon dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tak sempurna membentuk karbon
monoksida dan uap air. Pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi,
pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari pembakaran
tak sempurna adalah dihasilkannya asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO),
partikel karbon (jelaga), dan sisa bahan bakar (hidroksida)., yang bersifat racun. Oleh karena
itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara. Pembakaran tidak sempurna terjadi
karena udara untuk pembakaran tidak mencukupi.
Ketika bahan bakar dibakar, belerang akan terlepas sebagai belerang dioksida. Batu
bara juga mengandung berbagai senyawa logam sebagai pengotor. Oleh karena itu,
pembakaran batu bara akan meninggalkan abu. Abu tersebut terutama mengandung oksida-
oksida logam. Pembakaran belerang ini menghasilkan SO2 dan SO3
Bensin yang ditambahkan zat aditif akan menaikkan nilai oktannya. Bensin yang
ditambahkan zat aditif akan menaikkan nilai oktannya. Salah satunya adalah tetraethyllead
(TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4. TEL akan menghasilkan partikel timah hitam,
seperti PbBr2, dalam gas buang.
2. Asap Buang Kendaraan Bermotor
a. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon dioksida
tergolong gas rumah kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon dioksida di udara dapat
mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi yang disebut pemanasan global.
b. Gas Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak
diketahui. Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata,
saluran pernapasan, dan paru-paru. Bila masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas
karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin
(COHb).
3
CO + Hb → COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan
dibawa ke sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb → O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar
daripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas
karbon monoksida.
CO + O2Hb → COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen
bagi tubuh sehingga menyebabkan kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dalam aliran
darah dan jaringan tubuh akan menurunkan kinerja tubuh dan pada akhirnya dapat
menimbulkan kerusakan pada organ-organ tubuh. Gejala yang umumnya timbul akibat
pemaparan terhadap karbon monoksida dalam konsentrasi tinggi untuk waktu yang lama
adalah gangguan sistem saraf, lambatnya refleks dan penurunan kemampuan
penglihatan.WHO juga telah membuktikan bahwa karbon monoksida yang secara rutin
mencapai tingkat tak sehat di banyak kota dapat mengakibatkan kecilnya berat badan janin,
meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, bergantung pada lamanya seorang wanita
hamil terpajan, dan bergantung pada kekentalan polutan di udara.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot. Kendali
semacam itu secara nyata telah menurunkan emisi dan kadar konsentrasi karbon monoksida
yang menyelimuti kota-kota di seluruh dunia industri: di Jepang, tingkat kadar karbon
monoksida di udara menurun sampai 50 persen antara tahun 1973 dan 1984, sementara di AS
tingkat karbon monoksida turun 28 persen antara tahun 1980 dan 1989, walaupun terdapat
kenaikan 39 persen untuk jarak kilometer yang ditempuh.
c. Belerang Oksida (SO2 dan SO3)
Pada umumnya 2 senyawa belerang oksida yang dipelajari adalah belerang dioksida
(SO2) dan belerang trioksida (SO3). Belerang dioksida merupakan gas yang tak berwarna,
tak mudah terbakar dan tak mudah meledak tetapi mempunyai bau yang menyengat. Belerang
dioksida mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dengan waktu tinggal sebagai gas dalam
atmosfer selama 2 – 4 hari serta daya transportasi yang tinggi. Oleh karena itu masalah polusi
4
SO2 dapat menjadi masalah internasional. SO2 relatif stabil di atmosfer dan dapat bertindak
sebagai reduktor maupun oksidator. Namun SO2 dapat bereaksi secara fotokimia atau
katalisis dengan komponen lain dan membentuk SO3, tetesan H2SO4 dan garam asam sulfat.
Reaksireaksi yang mungkin terjadi:
SO2 + H2O —- H2SO3 (asam sulfit)
SO3 + H2O —- H2SO4 (asam sulfat)
Seperti halnya polutan yang lain, belerang dioksida juga berdampak negative terhadap
lingkungan, material maupun manusia. Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi
dengan air di dalam saluran pernapasan, membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan
dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap, yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih
berbahaya). Pada manusia, asam sulfat (H2SO4), belerang dioksida (SO2) dan garam sulfat
dapat menimbulkan iritasi pada membrane lendir saluran pernapasan dan memperparah
penyakit pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia.Belerang dioksida dan molekul asam
sulfat cenderung menghentikan kemampuan bulu getar sepanjang saluran pernapasan yang
bertugas menyaring partikel pengotor. Dengan demikian partikulat dapat dengan mudah
masuk ke dalam saluran pernapasan dalam (paru-paru) tanpa adanya penyaringan terlebih
dahulu. Sebagian belerang dioksida juga terikat dengan partikulat dan menyebabkan iritasi
pada paru-paru. Dalam jangka waktu yang lama, partikulat dan belerang dioksida dapat
merusak paru-paru dan menyebabkan kematian karena kerusakan sistem pernapasan.
Tumbuhan sangat sensitif terhadap belerang dioksida,semisalnya tumbuhan dapat mengalami
kerusakan struktur daun.Belerang oksida juga mempunyai daya rusak yang tinggi terhadap
bahan bangunan terutama yang mengandung karbonat dengan reaksi:
CaCO3 + H2SO4 —- CaSO4 + CO2 + H2O
Kalsium sulfat atau gipsum yang terbentuk dengan mudah terbawa oleh air dan
menimbulkan lubang-lubang pada permukaan bahan, misalnya pada monumen, ukiran dan
gedung. Kabut asam sulfat juga merusak bahan tekstil seperti katun, linen, rayon dan nilon
bahkan kulit. Kertas pun menjadi kekuningan dan menjadi getas. Belerang oksida juga
mempercepat laju korosi pada logam. Oksida belerang dapat larut dalam air hujan dan
menyebabkan terjadi hujan asam.
5
d. Nitrogen Oksida (NO dan NO2)
Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam masalah
polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang langsung ke udara bebas dari
hasil pembakaran bahan bakar. Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa
ditandai dengan lambang NOx. Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara
tidak beracun (secara langsung) pada manusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan
pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut (asap-kabut). Asbut menyebabkan
berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan, menjadikan tanaman
layu, dan menurunkan kualitas materi. NO2 yang mudah larut dalam air dapat membentuk
asam nitrit atau asam nitrat menurut reaksi:
2 NO2 + H2O —- HNO3 + HNO2 (asam nitrat dan asam nitrit)
3 NO3 + HO —- 2 HNO3 + NO (asam nitrat dan nitrogen oksida)
Asam nitrat dan asam nitrit akan jatuh bersama dengan hujan dan bergabung dengan
ammonia (NH3) di atmosfer dan membentuk ammonium nitrat (NH4NO3) yang merupakan
sari makanan bagi tumbuhan. Dengan kemampuan yang tinggi untuk menyerap sinar
ultraviolet, NO2 memainkan peranan penting dalam pembentukan kontaminan ozon (O3).
Tidak seperti gas polutan lainnya yang mempunyai daya destruktif tinggi terhadap kesehatan
manusia, NO merupakan gas inert dan ‘hanya’ bersifat racun. Sama halnya dengan CO, NO
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen dibandingkan dengan hemoglobin dalam
darah. Dengan demikian pemaparan terhadap NO dapat mengurangi kemampuan darah
membawa oksigen sehingga tubuh kekurangan oksigen dan mengganggu fungsi metabolisme.
Namun NO2 dapat menimbulkan iritasi terhadap paru-paru.
Pada tumbuhan, NO tidak bersifat merusak namun NO2 menimbulkan sedikit
kerusakan pada tumbuhan. Polutan sekunder dari NOx seperti PAN dan O3 justru
mempunyai daya perusak yang lebih tinggi pada tumbuhan. Konsentrasi NO2 yang tinggi
pada udara bebas dapat memudarkan warna tekstil, memberi warna kuning pada tekstil
berwarna putih, dan mengoksidasi logam. Selain itu, setelah bereaksi di atmosfer, zat ini
membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus bagian terdalam paru-paru.
Partikel-partikel nitrat ini pula, jika bergabung dengan air baik air di paru-paru atau uap air di
awan akan membentuk asam. Akhirnya zat-zat oksida ini bereaksi dengan asap bensin yang
tidak terbakar dan zat-zat hidrokarbon lain di sinar matahari dan membentuk ozon rendah
atau "smog" kabut berwarna coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di
dunia. Oksida Nitrogen (NOx) bila bereaksi dengan air akan dapat menghasilkan senyawa
6
yang bersifat asam dan dapat mengakibatkan hujan asam. Hujan asam dapat mencapai pH
4,3.
NO3-(aq) +èçNO2(aq) + H2O(l) H+(aq)
e. Partikel Timah Hitam
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan
terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel,
seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat
menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan hati. Logam berwarna kelabu keperakan ini amat
beracun dalam setiap bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di
bawah usia 6 tahun, yang biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding
rumah. Logam berat ini merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi
kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi.
Bahkan pajanan dengan tingkat yang amat rendah sekalipun tampaknya selalu diasosiasikan
dengan rendahnya kecerdasan. Karena sumber utama timah adalah asap kendaraan berbahan
bakar bensin yang mengandung timah, maka polutan ini dapat ditemui di mana ada mobil,
truk, dan bus. Bahkan di negara-negara yang telah berhasil menghapuskan penggunaan
bensin yang mengandung timah, debu di udara tetap tercemar karena penggunaan bahan
bakar ini selama puluhan tahun. Di Kota Meksiko City, misalnya, tujuh dari 10 bayi yang
baru lahir memiliki kadar timah dalam darah lebih tinggi daripada standar yang diizinkan
WHO.
f. Zat Beracun Lain
Banyak sekali zat beracun lain menambah beban kandungan polutan di daerah
perkotaan. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti kadmium, arsenik, mangan,
nikel dan zink) sampai bermacam-macam senyawa organik (seperti benzene dan hidrokarbon
lain dan aldehida). Perusahaan-perusahaan di AS mengeluarkan sedikitnya 1,2 juta metrik ton
zat beracun ke udara pada tahun 1987. Badan Perlindungan Lingkungan AS memperkirakan
bahwa pajanan terhadap polutan-polutan tersebut mengakibatkan antara 1.700 sampai 2.700
jenis kanker per tahun.
Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif dari pembakaran tidak sempurna dari
kendaraan bermotor terhadap manusia dan lingkungan:
7
1. Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi,
batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida
(NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog
dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah
dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil
untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya
kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut
berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.Emisi
SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari
konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat
membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.Emisi gas NOx
dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam nitrat (HNO3)
dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air
hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan
normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan
(danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan
menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara
langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx,
SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan
industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan
mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara.
Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga
terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar
matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi
naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
8
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari
gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga
menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara
menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama,
jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas
bumi hanya 1,5 ton
2. Dampak TerhadapPerairan
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak
bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan
mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan
pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut
Kesimpulan
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa , tidak
mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya. Ia terdiri dari satu
atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,
terdapat dua ikatan kovalen berikatan dan satu ikatan kovalen koordinasi antara karbon dan
oksigen.
Salah satu penyebab munculnya Karbon Monoksida adalah dari hasil pembakaran tak
sempurna pada kendaraan bermotor
Untuk mencegah munculnya CO, langkah awal yaitu merawat mesin kendaraan
bermotor agar tetap baik, misalnya melakukan servis yang teratur. Pada saat servis, sebaiknya
meminta mekanik agar kadar CO dalam emisi gas buang selalu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan pemerintah.
9
Daftar Pustaka
http://sitikra.blogspot.com/2013/09/polusi-udara-sebagai-dampak
penggunaan.html
http://yosandikasoy.blogspot.com/2013/07/dampak-pembakaran-tidak-
sempurna.html
http:///media/DATA_USER/pp/Karbon Monoksida, diakses tanggal 15 Februari 2009
10