Upload
khairul-amin
View
7.136
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PERTEMUAN KE-2
KELAHIRAN TEORI SOSIOLOGI
Pertanyaan awal
Untuk apa belajar teori, apa manfaat belajar teori?
Fakta seringkali tidakbisa dibaca melalui teori,
lalu teori apa gunanya tanpa fakta?
Teori yang mampudigunakan u/memahami fakta, menjelaskan danmemberikan ramalan yang valid mengenaiperencanaanmasa depan yang baik
Teori yang baik
• Ilmuan sosial sering dituduh berada di menara gading• Jauh dari realitas, jauh dari dunia nyata• Teori tidak praktis dan tidak relevan dengan dunia praktis
Teori sosiologi adalah
dimaknai juga sebagai sistem idegagasan yangbervariasi, yang terentang perilakumanusia yangpenting dalam kehidupan sosialnya
seperangkat proposisiyg memungkinkan u/mensistematiskan dan peramalan tentangpengetahuan, penjelasankehidupan sosial danmerumuskn hipotesis baru
Muatan Teori Sosiologi
Muatan ilmu Pengetahuan:
Teori sosiologi sebagai alat untuk membuat analisis yang teratur
dan sistematis tentang fenomena2
sosial
Muatan ideologis:
Teori sosiologitidak bersifat
netral, ia mengandung Kepentingan
(ideologi)
Dua kekuatan yang melahirkan Teori sosiologi
Kekuatan sosial:Sosiologi dikenal pasca revoluasi Perancis 1789 &Revolusi industri, kedua revolusi tsbt Melahirkan kapitalisme. Kemudian sosialisme, urbanisasi, ilmu Pengetahuan danagama
Kekuatan intelektual:Pencerahan di Perancis Durkheim, Jerman Karl Marx dan Max Weber,Italia Vilfredo Pareto, Mosca dll.
Lahirnya teorisosiologi
Menjelang revolusi dan periode pencerahan, khususnya Abad ke-18 dan 19, perubahan besar telah terjadi di berbagai komunitas, baik perubahan yang secara tiba2 maupun bertahap
Sejak abad ke 15, berbagai perubahan telah berlangsung dalam struktur masyarakat
Kekuatan sosial
Munculnya sosialisme Perspektif feminisme Arus urbanisasi Perubahan keagamaan Pertumbuhan ilmu pengetahuan
Revolusi Perancis sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan teori sosiologi
Banyak Dampak positif dari revolusi Perhatian para ahli bukan pada dampak
positifnya, tetapi dampak negatifnya Pasca revolusi terjadi kekacauan, karena
kondisi itu, banyak pihak yang menghendaki kembali ke abad pertengahan yang penuh perdamaian dan ketertiban
Revolusi bukanlah peristiwa tunggal, tetapi rangkaian proses perubahan masyarakat Barat, dari corak sistem pertanian menjadi industri
Banyak industri bermunculan, akibatnya banyak orang beralih dari sistem pertanian ke pekerja pabrik (buruh)
Sistem ekonomi kapitalis menjanjikan adanya transaksi ekonomi dan pasar bebas
Dalam sistem kapitalis, segelintir orang memperoleh keuntungan sangat besar, sebagian besar orang yang bekerja membanting tulang dalam jam kerja yang panjang menerima upah yang rendah
Munculnya sosialisme Sosialisme muncul sebagai upaya
menanggulangi ekses sistem industri dan kapitalisme.
Sosialisme dipandang sebaai solusi atas masalah industri, meski sebagian besar sosiolog, baik secara pribadi maupun intelektual menentangnya
Hanya Marx yang aktif mendukung penghancuran sistem kapitalis dan diganti dengan sistem sosialis
Durkheim dan Weber menentang sosialisme dan mereka lebih khawatir dari sosialisme daripada kapitalisme
Perspektif Feminisme Posisi perempuan yang termarginal atau
subordinat dari laki2. Gerakan feminisme telah ada sejak 1630-an
yang dimanifestasikan melalui kegiatan tulis-menulis
Puncaknya melalui gerakan liberalisme Barat Munculnya tuntutan penggunaan hak pilih
perempuan dan reformasi UU kewarnegaraan dan industrial
Gerakan feminisme secara intelektual telah memengaruhi teori sosiologi
Teori ttg hal ini masih bersifat konservatif, karena dirumuskan oleh laki2, bukan perempuan
Proses urbanisasi Pasca revolusi, banyak orang yang tercerabut
dari akar tradisional mereka, lalu pindah ke kota Migrasi besar2an disebabkan oleh tarikan
lapangan kerja yang disediakan oleh industri di kota
Selain itu, perluasan kota menimbulkan sejumlah masalah urban, seperti kepadatan penduduk, polusi, kebisingan, kepadatan lalulintas, dsb.
Kondisi inilah yang menarik perhatian para sosiolog, apalagi sosiolog Amerika pertama memberikan perhatian pada masalah kota Chicago
Perubahan keagamaan Perubahan yang terjadi pasca revolusi
sangat berpengaruh terhadap religiusitas Sosiolog awal banyak yang berlatar
belakang religius dan terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan profesional
Cara berpikir mereka dibawa kedalam sosiologi
Sosiologi ditransformasi ke dalam agama, dan teori mereka tentang agama dinilai baik
Marx mempunyai orientasi keagamaan yang kritis dibandingkan dengan sosiolog lainnya
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan
Awal munculnya sosiologi, minat terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat, khususnya fisika, biologi dan kimia
Sosiolog awal menginginkan sosiologi agar meniru kesuksesan fisika dan biologi
Perdebatan muncul, karena ada pihak yang menerima model sains dan pihak yang memandang bahwa ciri2 kehidupan sosial berbeda dgn ciri2 objek studi sains
Hingga kini perdebatan itu masih tersu berlangsung, meski keunggulan pemikiran yang menyukai sosiologi sebagai sains
Dari proposisi yang berasal dari reaksi konservatif terhadap pencerahan dapat dipandang dalam konteks kekuatan dan basis intelektual dari pembangunan teori sosiologi klasik di Eropa khususnya Perancis
Kekuatan intelektual
Abad pencerahan Reaksi konservatisme
atas pencerahan
Kesuksesan revolusi berdampak pada meluasnya penyediaan sarana penting untuk memenuhi kebutuhan manusia
Sementara gerakan pencerahan menyediakan basis intelektual bagi perubahan sosial
Relasi-relasi sosial baru terbentuk dalam masyarakat sebagai konsekuensi perubahan sosial
Abad pencerahan
Pencerahan sebagai faktor penting yang memengaruhi revolusi teori sosiologi
Pencerahan sebagai sebuah periode perkembangan intelektual dan pembahsan pemikiran filsafat
Sejumlah gagasan dan keyakinan lama, dibuang dan diganti dengan selama periode pencerahan
Pencerahan dipengaruhi oleh sains dan filsafat
Abad pencerahan
Filsafat abad ke-17 dipengaruhi oleh Descartes, Hobbes, Dn John Locke.
Gagasan mereka sangat abstrak, umum dan rasional
Pencerahan berikutnya tidak menolak sistem gagasan yang abstrak dan rasional, tetapi berusaha mendapatkan ide dari kehidupan nyata dan mengujinya dalam kehidupan nyata itu
Mereka ingin mengembangan riset empiris dengan pertimbangan akal
Abad pencerahan
Pemikir pencerahan bukan Cuma menginginkan gagasan mereka yang ada berasal dari dunia nyata, tetapi mereka pun menginginkan agar gagasan mereka bermanfaat bagi dunia sosial.
Abad pencerahan ditandai oleh keyakinan bahwa manusia mampu memahami dan mengontrol alam semesta dengan menggunakan akal dan riset empiris
Alam fisik ditentukan oleh hukum alam, maka dunia sosial harus ditentukan oleh suatu hukum tertentu
Abad pencerahan
Hakekat dunai sosial dapat diketahui baik dengan menggunakan akal ataupun riset
Tujuan praxis pemikir pencerahan setelah mereka tahu cara kerja dunia sosial, a/ menciptakan dunia yang lebih baik dan rasional
Pemikir pencerahan menolak otoritas tradisonal
Otoritas tradisonal sngat tidak rasional, menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia
Misi pencerahan a/ mengatasi sistem yg tak rasional
Reaksi Kaum konservatif
Rekasi terhadap pencerahan muncul dari kalangan agamawan
Mereka menentang gerakan pencerahan dan revolusi Perancis
Mereka merindukan abad pertengahan yang penuh keharmonisan, kedamaian
Bagi mereka Tuhan a/ sumber kehidupan Tuhan menciptakan masyarakat, manusia
tak perlu merusak dan tak boleh merusak kesakralan ciptaan Tuhan
Reaksi Kaum konservatif
Hidup ini bagi kaum konservatif tidak hanya ada aspek rasional, tapi juga aspek irrasional
Fenomena berupakan tradisi, imajinasi, emosional dan agama merupakan komponen yang penting dan berguna bagi kehiduapn sosial
Mereka tidak menyukai pergolakan, dan revolusi yang melahirkan kegoncangan dalam masyarakat
Proposisi utama lahirnya teori sosiologi klasik
Pemikir pencerahan cenderung menekankan pada individu, reaksi konservatif mengarahkan perhatian pada sosiologi umum dan menekankan pada masyarakat dan fenomena skala luas.
Masyarakat a/ unit analisis terpenting: masyarakat dipandang lebih penting ketimbang individu. Masyarakatlah yang membentuk individu terutama melalui proses sosialisasi
Individu bukan tak dilihat sebagai unsur paling mendasar dalam masyarakat (terdiri dari bagian2 komponen seperti: peran, posisi, hubungan, struktur dan institusi. Individu hanya pengisi unit2 itu
Proposisi utama lahirnya teori sosiologi klasik Bagian dlm masyarakat saling
berhubungan, itulah basis utama masyarakat. Rusaknya suatu bagian akan merusakn seluruh sistem
Perubahan menjadi ancaman bagi masyarakat dan komponennya (individu dan masyarakat), kalau bagiannya diganggu akan membawa penderitaan bagi rakyat dan akhirnya terjadi kekacauan
Sedikit keinginan u/ meneliti efek negatif dari struktur dan institusi sosial yang ada, karena dianggap berguna bagi kehidupan sosial
Proposisi utama lahirnya teori sosiologi klasik
Unit kecil (keluarga, tetangga, kelompok keagamaan dll) dipandang penting bagi individu dan masyarakat, karena menyediakan lingkungan tatap muka yg intim bagi individu
Perubahan sosial seperti industrialisasi, urbanisasi dan birokratisasi dpt menimbulkan kekacauan tatanan, perubahan menakutkan dan menggelisahkan
Perubahan menuju pd rasionalitas, konservatif menekankan pd faktor nonrasional dlm kehidupan sosial seperti ritual, seremoni dan ibadah
Konservatif mendukung sistem hirarkhi yg membedakan status dan ganjaran dlm masyarakat
Perkembangan sosiologi Perancis
Saint Simon (1760-1825): pengembang teori sosiologi konservatif, ia ingin mempertahankan kehidupan sosial seperti apa adanya, tetapi tak juga ingin kembali ke kehidupan adab pertengahan
Ia yakin bahwa studi sosial dapat dilakukan dgn teknik ilmiah sebagaimana dilakukan dalam sains
Pikiran radikalnya a/ perlu reformasi sosialis terutama sentralisasi perencanaan sistem ekonomi
Perkembangan sosiologi Perancis August Comte (1798-1857): sebagai
murid Simon, Comte banyak belajar filsafat dan corak berpikir model Simon, meski ia tidak selalu sependapat dengan gurunya
Comte ingin melakukan perubahan revolusioner dan reformasi menyeluruh terhadap struktur masyarakat
Sama sekali tidak ada keinginan kembali ke abad pertengahan dan atau mempertahankan tradisi yang membelenggu
Perkembangan sosiologi Perancis
Emile Durkheim (1858-1917): pewaris pencerahan, karena penekanan pada sains dan reformisme sosial
Durkheim secara politik sangat liberal, tetapi secara intelektual sangat konservatif
Durkheim membenci kekacauan sosial, ia melakukan studi tentang tertib sosial
Kekacauan sosial dapat dikurangi dgn reformasi sosial
Perkembangan sosiologi Jerman Hegel (1770-1831): pemikir dan ahli dalam filsafat
sejarah, politik dan kultur. Hampir semua pelajar Jerman pada masa itu
mempelajari itu dalam kerangka Hegelian Konsep Hegel yang terkenal a/ dialektika dan idealisme Dialektika a/ cara berpikir dan citra ttg dunia,
menekankan arti penting dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi – cara berpikir dinamis
Dialektika a/ memandang bahwa dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi dari proses, hubungan, dinamika dan kontradiksi
Idealisme menekankan pada pentingnya pikiran dan produk mental ketimbang kehidupan sosial
Yang penting bukan kehiduapn itu sendiri, melainkan definisi sosial
Perkembangan sosiologi Jerman Feuerbach (1804-1872): ia penganut
Hegelian atau dapat disebut Hegelian Muda yang tetap berkarya dalam tradisi Hegelian, namun mengkritik Hegel
Ia menentang idealisme subjektif Hegel dan kemudian memusatkan perhatian pada realitas dan bukan pada gagasan
Ia menerima filsafat materialisme
Perkembangan sosiologi Jerman Karl Marx (1818-1883): ia penganut dan
mengikuti gagasan umum Hegel terutama dalam hal filsafat materialisme dan dialektika
Marx sama seperti Feuerbach mengkritik Hegel yang terlalu menekankan pada gagasan yang abstrak tanpa merujuk pada realitas sosial
Marx menjadi pemikir terkemuka dalam hal ekonomi politik
Perkembangan sosiologi Jerman Max Weber (1864-1920): penganut aliran
sosiolog yang berusaha memahami fenomena sosial dengan pendekatan dan metode ilmu pengetahuan
Weber banyak memahami persoalan yang bersifat spesifik seperti agama
Weber yang menekankan teori sosiologinya pada tingkah laku sosial dan arti penting suatu tindakan sosial
Motif yang mendorong suatu tindakan sosial
Perkembangan sosiologi Ingris Sosiologi Ingris didirikan diatas tiga pilar yaitu:
ekonomi politik, Ameliorisme dan Evolusi Sosial Ekonomi politik: teori tentang masyarakat industri
dan kapitalis Ameliorisme: keinginan u/ menyelesaikan
masalah sosial melalui reformasi individu. Adanya kebodohan, kemiskinan, struktural perkotaan, sanitasi yang buruk, kemelaratan, kejahatan dan minuman keras merupakan persoalan individu yang pada waktu itu sudah menjadi perhatian sosiolog
Evolusi sosial: proses pertumbuhan dari yang sederhana ke kompleks, berlipat2 pertumbuhannya
Tokohnya Herbert Spencer
Perkembangan sosiologi Italia Sosiologi Italia dikembangkan oleh Vilfredo
Pareto (1848-1923) dan Gaettano Mosca (1858-1942)
Pareto mengembangkan teori tentang elite Elite merupakan sekelompok kecil yang
memperoleh banyak keuntungan dan memerintah massa yang didominasi oleh faktor emosional
Massa tidak bisa menjadi kekuatan revolusioner, karena kebanyakan mereka tidak rasional
Satu2nya perubahan dapat dilakukan, ketika elite berkuasa mengalami kemerosotan moral dan digantikan oleh elite baru
Dua kondisi sebelum Ilmu Sosial muncul
Naturalisme. Doktrinnya a/ semua gejala dapat dijelaskan dlm logika sebab akibat yg lazim terjadi pada alam, tetapi juga dapat diterapkan dalam fenomena sosial
Sistem evaluasi etis harus diminimalkan. Hal ini dilakukan agar gejala sosial tidak terkekang dalam persoalan nilai.
Proposisi aliran rasionalisme dan naturalisme
Pikiran merupakan perangkat yg secara universal dimiliki manusia
Hakikat manusia sama secara universal. Hanya saja perbedaan2 manifestasi manusia dapat dilihat dari kondisi daerah, latar belakang, dan kebiasaan hidup
Lembaga dibangun bagi manusia, bukan manusia ada untuk lembaga
Kemajuan merupakan hukum utama masyarakat
Teori sosiologi pasca revoluasi (revolusi Perancis dan industri) bertujuan menyampaikan sesuatu sesuai dengan realitas sosial (rasional) dan tidak menjelaskan mitos-mitos.
Dari revolusi Perancis dan Industri telah melahirkan perspektif struktural-fungsional (terjadi konsensus) yang kemudian melahirkan disorder (kekacauan) dan kemudian di order (teratur) kembali
Dari perjalanan itu lahirlah sosiologi makro
Di AS justru terjadi sebaliknya, berkembangnya sosiologi mikro dengan spesifikasi ilmu tertentu yang didukung oleh liberalisasi
Kekuatan-kekuatan itu mengakui kekuatan pihak lain – bergeser dari kolektif menjadi individual
Tokoh-tokoh atau ahli Teori Sosiologi Klasik yang sering dijadikan sumber diantaranya; Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx, George Simmel, Herbert Spencer, Pitirim A. Sorokin,dan August Comte. Tentu beberapa lagi yang lain seperti Ferdinand Tonnies, Saint Simon, dll.
Dari ahli itu, secara umum teori-teori sosial dapat diklasifikasi menurut tingkat analisa;
1. Pola-pola budaya (nilai-nilai, norma- norma, pandangan hidup, arti-arti, sistem-sistem simbol dll.)
2. Struktur sosial (besarnya, pembagian kerja, derajat konsensus, tipe kekuasaan atau struktur otoritas dll.)
3. Hubungan antar pribadi (intensitasnya, frekwensinya, derajat kerjasama atau konflik dll.)
4. Hubungan tingkat individu (pola motivasi, karakteristik, pribadi, orientasi subyektif, dll.)
Teori ini bertujuan menjelaskan dan memahami fenomena dan konteks sosial masyarakat yang hidup terbelakang dan jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teori spesifik bertujuan menjelaskan kondisi masyarakat yang masih percaya pada mitos, legenda dan takhayul dan masih jauh dari semangat rasionalitas
Teori sosiologi spesifik
Proses dialektis dalam rangka memahami konteks masyarakat terbelakang, akan terjadi objektivikasi dan proses rasionalisasi untuk ditransformasikan dalam kehidupan sosial
Ketika rasionalitas diterima, keyakinan dan kepercayaan yang berdiam dibawah sadar perlahan mengalami kemunduran, meski dalam tradisi keagamaan, keyakinan dan kepercayan tradisional tetap dipertahankan.
Teori spesifik atau yang bersifat implisit (atau berada di bawah sadar) menciptakan struktur masyarakat yang “stabil”, pro status quo dan cenderung menghindar dari perubahan, apabila mereka tidak konsisten dengan bangunan teoritiknya.
Teori spesifik yang bersifat implisit akan mempunyai sisi eksplisit, ketika teori itu tunduk pada objektivikasi dan analisa kritik.
Tidak semua teori dapat diterima, tapi mungkin sekali teori itu akan memperoleh dukungan
Para pengikut teori implisit apabila tidak sadar akan perspektif lain, maka kebiasaan-kebiasaan atau kepercayaan itu tetap memperoleh dukungan.
Teori implisit akan mengalami pemudaran apabila suatu masyarakat sering kontak dengan masyarakat luar atau lainnya. Perubahan sosial yang pesat akan merubah kebiasaan dan kepercayaan yang sudah mapan, artinya ia tidak menjadi relevan lagi dengan realitas.
Kelompok reformis akan memperoleh perlawanan dari kelompok status quo yang tetap ingin mempertahankan teori lama atau kebiasaan lama
Contoh, apabila suatu komunitas masih tetap dalam bingkai tradisional dan menerima dengan mentah-mentah, maka anak mudah tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh alternatif yang realistis bagi masa depannya.
Perhatian intelektual telah lama terhadap sosiologi atau masalah kemasyarakatan. Para ahli filsafat pencerahan pada abad 18 sudah menekankan peranan akal budi yang potensial dalam memahami perilaku manusia
Ibn Khaldun (Tunisia) telah merumuskan satu model tentang masyarakat yaitu masyarakat nomaden yang bertipe keras dan masyarakat halus bertipe menetap dalam satu hubungan yang kontras
Konteks Sejarah Lahirnya Sosiologi
Konteks sosial lahirnya Sosiologi
Dipengaruhi oleh aliran pencerahan yang dilancarkan oleh filosof
Pencerahan berkembang, karena adanya problem politik kekuasaan dan legitimasi
Perubahan-perubahan sosial pasca revolusi (revolusi Perancsi dan revolusi industri di Inggris) yang mendorong berkembangnya teori-teori sosial
Meskipun revolusi Perancis menyentuh wilayah struktur politik, tapi tergambar dengan baik adanya perubahan dalam bidang ekonomi dan stratifikasi sosial
Spencer dan Marx berkunjung ke Inggris untuk memahami dan menjelaskan tipe keteraturan sosial baru yang muncul sebagai konsekuensi pertumbuhan industri dan teknologi.
Revolusi industri telah merusakkan hubungan sosial tradisional dan menciptakan perpecahan baru dalam struktur sosial, tapi revolusi juga membentuk basis yang potensial untuk suatu jenis keteraturan sosial baru.
Di Jerman pun, industrialisasi dan pergolakan politik menambah usaha orang untuk mengerti masyarakat dan perubahan sosial.
Perkembangan teknologi dan pertumbuhan industri, bangkitnya kesadaran nasional, penjelajahan geografis dan ekspansi kolonial, pergeseran dalam struktur kelas dan meningkatnya urbanisasi yang pesat sudah terjadi sebelum Comte memberi nama bagi ilmu sosiologi.
Sebelum teknologi berkembang pesat, pada abad ke-18 orang percaya akan akal budi optimis dan abad ke-19 menjadi sangat berkurang. Hukum alam diyakini dengan baik, sebaliknya abad ke-19 ditandai dengan munculnya kesadaran yang bertambah akan keterbatasan akal budi dan sejumlah dasar-dasar nonrasional dari motivasi manusia dan institusi sosial
Atas dasar itu, Comte perlu “membangu agama baru” yang tidak bertentangan dengan ilmu
Perkembangan itulah yang melahirkan sosiologi. Ilmu ini bersifat sejarah artinya ia membentuk suatu penghargaan akan cara di mana perubahan sosial yang besar dan perubahan budaya merangsang semacam perhatian intelektual di mana sosiologi akhirnya berkembang. Tidak ada dobrakan ilmiah atau intelektual yang terjadi dalam kekosongan, dan sosiologi lebih dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, dipengaruhi oleh kontek sosial.
Pada momen lahirnya sosiologi terjadi sejumlah perubahan besar, kerajaan tumbuh dan berganti, ambruk dan ditaklukkan dan teknologi baru berkembang, perubahan itu merembes ke institusi-institusi sosial dan politik
Isntitusi politik dan ekonomi yang cepat berubah, sementara gereja masih tradisional, mesti akhirnya perlawanan revolusioner pun yang menyebabkan gereja harus mengikuti irama perubahan, hingga gereja “terseret” dalam politik perlawanan yang dipergunakan oleh kaum proletariat untuk melawan kaum borjuasi.
Proses ini memberi kemungkinan baru bagi para ilmuan sosial, masyarakat mengalami transisi – dari dogmatis ke rasional. Kesulitan ilmuan sosial kala itu adalah mereorganisasi masyarakat secara rasional.
Masyarakat Eropa dahulu hanya mendengar cerita yang dibawa oleh para pedagang, misionaris, dan orang2 yang tertarik untuk melihat kehidupan sosial di tempat lain. Cerita2 itu diterima sebagai dasar bagi kehidupan tanpa ada rasionalisasi yang kuat.
Masa lalu menekankan pada stabilitas dan kedamaian, sementara perubahan melahirkan distorsi sosial dan konflik.
Masa lalu menekankan kebersamaan, masa kini justru menekankan kepentingan diri sendiri dan tidak adanya komitmen moral. Egoisme ini di Eropa melahirkan konsep Walfare state, Islam mengenai konsep zakat, infaq dan shadaqah, agar yang memiliki kelebihan harta benda dapat berkontribusi untuk membantu yang wong cilik, dhu’afa melalui tangan negara.
Isntitusi politik dan ekonomi yang cepat berubah, sementara gereja masih tradisional, mesti akhirnya perlawanan revolusioner pun yang menyebabkan gereja harus mengikuti irama perubahan, hingga gereja “terseret” dalam politik perlawanan yang dipergunakan oleh kaum proletariat untuk melawan kaum borjuasi.