Skripsi Revisi New

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gc

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANG MASALAHDebu merupakan gabungan dari bermacam-macam partikel yang menyebar di udara, termasuk spora jamur, serbuk sari, serat pakaian, bagian tumbuhan yang telah membusuk, sisa pembakaran, tanah, dan sebagainya. Namun di rumah, selain berasal dari polusi luar rumah, umumnya debu berasal dari sisa makanan, lapisan kulit luar manusia yang mengelupas, bulu hewan peliharaan seperti anjing atau kucing, dan sebagainya.1 Di dalam debu rumah terdapat tungau debu rumah (TDR) yang banyak ditemukan pada perabot-perabot rumah.2Tungau adalah hewan berjenis serangga, berkaki delapan, dan ukurannya sebesar debu, kira-kira 0,1-0,3 mm. Jadi hanya bisa kita lihat dengan menggunakan mikroskop.1 Tungau debu rumah dapat menjadi masalah yang serius bagi kesehatan manusia. 2 Alergen TDR merupakan salah satu patogen yang paling penting yang menyebabkan alergi pada asma.3 Berbagai studi tentang alergi terhadap TDR di seluruh dunia menunjukkan bahwa TDR selain menyebabkan gejala-gejala asma juga menyebabkan rhinitis, konjungtivitis, dan dermatitis yang sering terjadi saat malam atau pagi hari.4 Beck dan Korsgaard melaporkan kepadatan TDR pada kasur dan kolong kamar tidur penderita DA lebih tinggi dibanding kontrol.5 Pada penelitian Sundaru, (1996), di Jakarta dari 32,6 gram debu rumah yang berasal dari 20 rumah penderita asma, didapatkan tungau sebanyak 1.480 yang terdiri dari 10 genus. Manan et al, (1996), melaporkan pada 10 rumah penderita asma, ditemukan 9 genus tungau.6 Kanthawatana et al, (1997), pada penelitiannya di Thailand mengemukakan bahwa spesies Dermatophagoides pterynosinus adalah TDR yang paling sering ditemukan dan TDR merupakan salah satu alergen inhalan yang paling sering dijumpai di dunia.7Penyakit asma merupakan penyakit lima besar penyebab kematian di dunia.8 Ditemukan sebanyak 75 90% anak-anak yang menderita asma terbukti mempunyai riwayat alergi dalam tubuhnya yang dipicu oleh alergen yang memasuki tubuh seperti tungau yang ada dalam debu rumah, serbuk sari, binatang peliharaan, bahkan dari makanan yang dikonsumsi.9 Menurut American Lung Association Workshop Report, populasi urban jarang tersensitisasi dengan serbuk sari, namun lebih sering tersensitisasi dengan kecoa atau alergen dalam rumah.Penelitian yang dilakukan di Singapura menemukan 97% anak usia 2-14 tahun yang dilakukan uji kulit memiliki hasil yang positif terhadap TDR.10 Di Indonesia prevalensi asma sekitar 6-7% dan reaksi sensitivitas kulit terhadap TDR cukup tinggi yaitu 58-80%.6 Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2003. DKI Jakarta memiliki prevalensi asma yang lebih besar yaitu 7,5% pada tahun 2007.8 Prevalensi asma yang didasarkan pada diagnosis secara merata di provinsi Sulawesi Utara sekitar satu diantara sepuluh responden (1,2%) dan prevalensi berdasarkan diagnosis dan gejala dua kali dari angka berdasarkan diagnosis (2,7%). Sementara prevalensi di kota Manado berdasarkan diagnosis dan gejala berada di urutan keempat dari antara semua kabupaten dan kota di provinsi Sulawesi Utara (2,8%)11. Departemen Kesehatan memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di rumah sakit dan diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita asma8.Suhu dan kelembaban optimum bagi perkembangan populasi TDR adalah 250-300C dan kelembaban relatif 70-80% dengan kelembaban kritis 60-65%.12 Suhu udara kota Manado pada siang hari rata-rata 29,40-32,200C dan pada malam hari rata-rata 21,60-23,200C. Kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 75%-92%.13 Suhu dan kelembaban kota Manado cukup ideal bagi perkembangbiakan TDR.Malalayang merupakan salah satu kecamatan di kota Manado yang memiliki luas 3.023,7 Ha2 (luas terbesar ke-3) dan memiliki 9 kelurahan. Di antara 9 kelurahan itu kelurahan Malalayang Satu memiliki daerah yang paling luas yaitu 900 Ha2 dengan penduduk 8.697 jiwa.14 Berdasarkan data 10 penyakit menonjol dari Puskesmas Minanga periode Januari-September 2012, penyakit asma yang terjadi ada 4 kasus, dermatitis ada 148 kasus, dan konjungtivitis ada 4 kasus.15 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan mengadakan penelitian mengenai survey perilaku masyarakat terhadap populasi TDR di sekitar rumah penduduk kelurahan Malalayang Satu kecamatan Malalayang kota Manado.

B. RUMUSAN MASALAHMasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : bagaimana perilaku masyarakat terhadap populasi tungau debu rumah di kelurahan Malalayang Satu kecamatan Malalayang kota Manado?C. TUJUAN PENELITIAN1. Tujuan umum: mengetahui perilaku masyarakat terhadap populasi tungau debu rumah di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang Kota Manado.2. Tujuan khusus :a. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang tungau debu rumah di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang Kota Manado.b. Mengetahui sikap masyarakat terhadap tungau debu rumah di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang Kota Manado.c. Mengetahui tindakan masyarakat terhadap tungau debu rumah di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang Kota Manado.D. MANFAAT PENELITIAN-Masyarakat mengetahui perilaku-perilaku seperti apa yang berhubungan dengan peningkatan tungau debu rumah.-Dapat dijadikan pedoman oleh dinas terkait untuk pencegahan dan pemberantasan tungau debu rumah.- Menambah pengetahuan peneliti tentang bahaya dan pencegahan tungau debu rumah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. TUNGAU DEBU RUMAH

1. TaksonomiFilum: ArthropodaKelas: ArachnidaOrdo: AcarinaSubordo: AstigmataFamili: Pyroglyphidae Genus: DermatophagoidesSpesies: Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae16

2. MorfologiTungau adalah hewan berjenis serangga, berkaki delapan, dan ukurannya sebesar debu, kira-kira 0,1-0,3 mm. Jadi hanya bisa kita lihat dengan menggunakan mikroskop.1 Ada banyak variasi bentuk tubuh tungau, tapi pada umunya berbentuk lebih kurang bulat atau oval dimana kepala, thorax, dan abdomennya menyatu.4 Mempunyai kapitulum dan badan berupa kantung,mempunyai empat pasang kaki panjang, 2 depan dan 2 belakang.17 Tubuhnya ditutupi oleh rambut-rambut panjang yang disebut setae yang muncul dari tepi luar tubuhnya. Permukaan tubuhnya tampak transparan.2,4 Tubuh tungau dibagi menjadi empat bagian, yaitu daerah mulut dan bagian-bagiannya (gnatosoma), daerah pasangan kaki I dan II (propodosoma), daerah pasangan kaki III dan IV (metapodosoma), dan daerah posterior (opistosoma).6 Gambar 1.

3. EpidemiologiTungau debu rumah terdapat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Terdapat berbagai spesies tungau debu rumah tetapi yang paling mendominasi adalah keluarga Pyroglyphidae yang tersebar di seluruh dunia, yaitu Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae dan Euroglypus maynei.18 Dua jenis yang paling penting adalah Dermatophagoides pteronyssinus dan Dermatophagoides farinae. D. pteronyssinus adalah salah satu dari tungau debu pertama yang ditemukan di Eurasia, sedangkan D. farinae adalah tungau debu yang umum di Amerika.3 D. pteronyssinus berdistribusi kosmopolit berhubungan dengan debu rumah dan sarang burung serta banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis.Penelitian di Indonesia pada tahun 1996 (Pamulang, Tangerang) menunjukkan bahwa spesies ini merupakan TDR yang paling dominan dengan populasi 207/gram debu.19 Tungau lain yang penting adalah Blomia tropicalis yang hidup di daerah beriklim tropik dan subtropik. Spesies tungau lain yang terdapat pada produk makanan, rumput kering, dan membutuhkan kelembaban tinggi untuk hidup adalah genus Glycyphagus, Tyrophagus, Acarus, Lepidoglyphus, Cortoglyphus, dan Tarsonemus.6Populasi tungau debu di dalam rumah bergantung pada faktor-faktor: 1) tinggi rendahnya rumah dari permukaan laut, 2) daerah dengan musim panas yang lebih panjang dari musim hujan, 3) adanya berbagai macam binatang di dalam rumah, 4) rumah yang kotor dan banyak debu, dan 5) suhu dan kelembaban optimum optimal bagi perkembangan populasi TDR adalah 250-300C dan kelembaban relatif 70-80%. Perkembangbiakan TDR terganggu pada suhu di atas 320C dan jika tungau dipanaskan selama 6 jam pada suhu 510C dengan kelembaban udara 60% maka tungau akan mati12.

4. Siklus HidupTungau bersifat ovipar. Tungau betina mulai meletakkan telurnya 3-4 hari setelah kopulasi kemudian mengalami tiga kali masa oviposisi. Pada suhu 250C masa oviposisi I berlangsung selama 20 hari dan jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 25-50 butir. Produksi telur perhari 2-3 telur. Oviposisi II menghasilkan 15-30 butir telur. Selanjutnya jumlah telur akan semakin berkurang pada oviposisi berikutnya. Pada suhu 200C tungau memerlukan waktu dua kali lebih lama untuk siklus reproduksinya dan periode reproduktifnya diperkirakan 26-34 hari pada kelembaban 75%.Telur menetas menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki, stadium larva mengalami pergantian kulit dan berkembang menjadi stadium nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki. Sebelum stadium nimfa berubah menjadi tungau dewasa, nimfa mengalami 2 tingkatan yang disebut protonimfa dan tritonimfa. Perubahan dari telur menjadi larva diperlukan waktu 5-6 hari, larva menjadi protonimfa 7 hari, protonimfa menjadi tritonimfa 7 hari. Waktu yang diperlukan untuk perkembangan menjadi dewasa kurang lebih 20 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup selama 60-80 hari sedangkan tungau betina 100-150 hari tergantung pada suhu, kelembaban, serta jumlah makanan yang tersedia.6

5. Bahaya Tungau DebuDermatophagoides banyak jenisnya, yang paling banyak adalah Dermatophagoid pterronyssinus. Di tubuh TDR, terutama kotoran, mengandung protein tertentu yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Karena ukurannya yang sangat kecil, maka TDR sangat ringan sehingga mudah sekali diterbangkan oleh angin dan terhirup masuk ke dalam saluran nafas. Inilah yang menjadi pencetus timbulnya reaksi alergi seperti asma, rhinitis, konjungtivitis dan dermatitis atopik.2Bagian tubuh TDR yang bisa menjadi alergen adalah kutikula, organ seksual dan saluran pencernaan. Di samping itu tungau debu rumah yang sudah mati serta tinjanya merupakan alergen yang potensial. Alergen yang terdapat pada D. pteronyssinus terutama di saluran cerna dan kutikula. Makanan yang masuk ke usus diekskresi sebagai antigen yang kuat. Debris tungau, diperkirakan menghasilkan 2000 partikel tinja, 50 telur dan 4 kutikula, sehingga menurut perhitungan ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa >95% alergen tungau berasal dari partikel tinja. Alergen yang berasal dari tubuh TDR masuk ke dalam tubuh manusia melalui penetrasi kulit, sedangkan yang berasal dari feses masuk ke tubuh manusia melalui inhalasi.2,18Alergen dari tungau debu rumah terdiri dari 4 macam kelompok. Alergen TDR pertama yang dimurnikan adalah Der p I dan Der f I yang terdapat dalam konsentrasi tinggi pada feses. Alergen tersebut merupakan glikoprotein yang labil pada suhu panas dan merupakan enzim pencernaan yang terdiri atas proteinase dan papain yang berasal dari kelenjar saluran cerna tungau. Alergen tersebut memiliki berat molekul (BM) 24 kilo Dalton (kDa). Alergen kedua adalah Der p II dan Der f II yang berasal dari badan tungau yang mempunyai BM 15 kDa, diameter 250 m dan bersifat termostabil. Alergen III (Der f III) mempunyai BM 30 kDa dan mempunyai struktur kimia sama dengan tripsin. Alergen IV mempunyai BM 60 kDa dengan struktur kimia mirip amylase.2 Secara klinis yang berperan pada penderita alergi, seperti asma, rinitis dan dermatitis atopik adalah alergen kelompok I dan II. Kurang lebih 80% penderita alergi TDR mempunyai antibodi IgE spesifik terhadap alergen kelompok I (Der p I dan Der f I). Pajanan tungau sebanyak 100 500 tungau per gram atau 10 mg Der p I per gram debu merupakan faktor resiko terjadinya asma.Pajanan yang lama dengan 500 tungau per gram debu atau lebih mengakibatkan terjadinya respon antibodi IgE dan asma.66. Upaya Pencegahana. Menjaga kebersihanUntuk menghindari TDR, rumah dibersihkan dari debu dengan cara disapu dan dipel setiap hari dan perabot rumah dibersihkan dengan lap basah atau disedot dengan penyedot debu. Jangan membersihkan rumah dengan kemoceng/dikebut karena debu tidak hilang tetapi justru beterbangan. Perabot kamar tidur harus sesederhana mungkin. Manusia menggunakan waktunya paling banyak di kamar tidur (biasanya manusia tidur 6-8 jam sehari), sehingga kebersihan kamar tidur harus diperhatikan. TDR mudah hidup dan berkembang biak di dalam kasur dan bantal yang berisi kapuk, oleh karena itu sebaiknya kasur dan bantal diganti dengan yang terbuat dari karet busa atau poliester. Jika hal itu tidak dapat dilaksanakan, maka kasur dan bantal yang berisi kapuk dibungkus dengan plastik atau karet sebelum dibungkus sprei dan sarung bantal. Sprei dan sarung bantal diganti sekurang-kurangnya seminggu sekali sedangkan kasur, bantal, dan guling dujemur seminggu sekali.b. Memindahkan penderita ke daerah yang lebih tinggiUpaya mengurangi pajanan alergen dengan memindahkan penderita ke daerah yang lebih tinggi dan kelembaban rendah telah dilakukan di Davon, Swiss. Dengan upaya tersebut penderita asma mengalami perbaikan dan serangan asma berkurang. Terdapat hubungan antara ketinggian suatu daerah dengan populasi TDR. Makin tinggi suatu daerah, jumlah TDR semakin sedikit.c. Mengatur kelembabanUntuk mengurangi kelembaban rumah, ventilasi harus diperbaiki. Upayakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah dengan membuka jendela, memasang genteng kaca atau fiberglass. Pengurangan populasi TDR juga dapat dilakukan dengan menggunakan air conditioner untuk mengurangi kelembaban udara. Mempertahankan kelembaban di bawah 35% selama sedikitnya 2 jam perhari sampai 8 jam dapat memperlambat pertumbuhan populasi TDR.d. Penggunaan zat kimiaAkarisida seperti benzil benzoat, pirimifos metil, permetrin, fenil salisilat adalah zat kimia yang dapat membunuh tungau. Benzil benzoat terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk serbuk dan bentuk busa. Benzil benzoat (5%) serbuk dengan ukuran 200 mikron digunakan pada karpet dan bahan tekstil yang dipakai sebagai alas lantai, sedangkan bentuk busa (2,6 %) digunakan untuk kasur, bahan tekstil yang halus, perabot rumah tangga, dan mainan anak. Mortalitas tungau setelah dua bulan penggunaan benzil benzoat adalah 100% tetapi setelah tiga bulan menurun menjadi 60%. Fenil salisilat yang strukturnya sama dengan benzil benzoat ternyata lebih efektif. Zat kimia lain adalah asam tanat yang dapat merubah alergen dari feses tungau menjadi lebih hidrofobik dan berkurang sifat alergeniknya.12

B. PERILAKU MASYARAKAT

1. PerilakuPerilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Notoatmodjo, 2007). Skinner menyatakan bahwa bila dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yakni perilaku yang tidak tampak/terselubung (covert behavior) dan perilaku yang tampak (overt behavior). Perilaku yang tidak tampak ialah berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan dan lain-lain. Perilaku yang tampak antara lain berjalan, berbicara, berpakaian dan sebagainya (Machfoedz et al., 2006).Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003a), masalah kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku (non perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh 3 kelompok faktor yaitu: faktor-faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor predisposisi (predisposing faktors) mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling faktors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing faktors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Ketiga faktor tersebut saling terkait dalam menentukan perilaku seseorang.20

2. PengetahuanPengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang.Untuk mengukur timgkat pengetahuan terdiri dari 6 peringkat :

1)Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007).Dalam tingkatan ini, tekanan utama pada pengenalan kembali fakta, prinsip, aturan, atau strategi penyelesaian masalah. Beberapa kata kerja yang dipakai untuk mengukur kemampuan tingkat tahu (know) antara lain: atur, kutip, urutkan, tetapkan, daftar, ingat-ingat, gambarkan, cocokkan, kenali, perkenalkan, sebutkan, hubungkan, beri nama, garis bawahi, nyatakan, ulangi, reproduksi, tabulasi, pilih (Shirran, 2008).2)Memahami (comprehention)Memahami di artikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2007). 3)Aplikasi (application)Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.4)Analisis (analysis)Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi danmasih ada kaitannya satu sama lain. Seseorang mampu mengenali kesalahan-kesalahan logis, menunjukkan kontradiksi atau membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis, asumsi, dan simpulan serta mampu menggambarkan hubungan antar ide.

5)Sintesis (syntesis)Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan koheren. Manusia mampu menyusun formulasi baru.6)Evaluasi (evaluation)Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukanpenilaian terhadap suatu materi atau objek dan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan ketentuan yang sudah ada sehingga, mampu menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut.213. SikapAzwar20 menyatakan bahwa sikap adalah perasaan memihak (favourable) ataupun perasaan tidak memihak (unfavourable) suatu objek psikologis. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Sikap merupakan kecenderungan berespon yang dapat berubah dengan bertambahnya informasi mengenai objek yang bersangkutan. Sikap dimulai dari penerimaan, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab.Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb dalam Notoatmodjo20 menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.4.TindakanTindakan adalah respons individu untuk menjawab stimulus yang ada, dapat berupa tindakan yang pernah dilakukan atau yang akan dilakukan menghadapi segala sesuatu yang menyangkut stimulus tersebut. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support). Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :1)Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.2)Respon terpimpin (guide response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.3)Mekanisme (mechanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

4)Adopsi (adoption)Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.22

BAB IIIMETODE PENELITIANA.Jenis PenelitianPenelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.B.Lokasi PenelitianPenelitian ini mengambil tempat di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang Kota Manado.C.Waktu PelaksanaanPenelitian dilaksanakan pada November 2012 Januari 2013.D.Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang Kota Manado yang berjumlah 8.697 jiwa yang terdiri dari 4.352 laki-laki dan 4.345 perempuan dan terdapat 2.402 KK.2. SampelPenentuan sampel diambil berdasarkan metode simple random sampling, dan besarnya sampel akan dihitung dengan menggunakan rumus Snedecor Cochran :

4pq nn =n1 = L2 1 + (n/N)

Keterangan:n = jumlah sampel awalp = sifat suatu keadaan dalam persen, jika tidak diketahui dianggap 50%q = 100% - pL = Derajat ketepatan yang digunakan (10%)N = Jumlah populasi : 2.402 KKn1 = Jumlah sampel sekarangMaka : 4.50.50 100n == 100 n1 == 96,003 dibulatkan jadi 100 102 1 + (100/2.402)

Maka dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus diatas didapatkan sampel sebanyak 100 KK.E.Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.F.Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data tentang identitas responden serta variabel penelitian yaitu perilaku masyarakat terhadap peningkatan populasi tungau debu yang terdiri dari tiga bagian yakni Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan yang diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.G.Variabel Penelitian1. Karakteristik responden :-Umur-Jenis Kelamin-Pendidikan Terakhir-Pekerjaan2. Perilaku masyarakata. Pengetahuan tentang : Tungau debu Penyakit yang berhubungan dengan tungau debu rumah Tempat yang banyak ditemukan tungau debu rumahb. Sikap : -Kebiasaan membersihkan rumah - Terhadap pembasmian tungau debu rumahc. Tindakan : Pencegahan peningkatan populasi tungau debu. Perilaku menjaga kebersihan rumah.

H.Definisi Operasional1.Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui masyarakat tentang tungau debu.2.Sikap merupakan reaksi atau respon masyarakat terhadap tungau debu.3.Tindakan adalah bagaimana cara masyarakat dalam bertindak dalam hal pembasmian tungau debu.4.Masyarakat adalah seluruh warga yang memiliki tempat tinggal dan menetap di Kelurahan Malalayang Satu Kecamatan Malalayang.5.Tungau debu adalah hewan berjenis serangga, berkaki delapan, dan ukurannya sebesar debu, kira-kira 0,1-0,3 mm.6.Umur adalah lama hidup responden yang dihitung melalui ulang tahun terakhir responden dalam tahun pada saat penelitian dilakukan.7.Jenis kelamin adalah perbedaan organ biologis responden, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.8.Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang telah ditamatkan oleh responden.9.Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden.

I.Teknik Pengumpulan Dataa. Data Primer : Data yang dikumpulkan langsung pada responden, meliputi data hasil wawancara (interview). Wawancara dilakukan menggunakan pedoman (daftar pertanyaan) dari kuesioner sebagai instrumen penelitian.b. Data sekunder : Data yang diperoleh mengenai populasi, jumlah penduduk, angka penderita asma, rinitis, konjungtivitis di puskesmas.J.Teknik Analisa DataPengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem tabulasi dan dianalisa berdasarkan hasil persentase.K.Aspek Pengukuran1.PengetahuanTingkat pengukuran pengetahuan responden diukur dengan skala Guttman, dimana setiap pertanyaan dengan jawaban benar nilainya = 1 dan pertanyaan dengan jawaban salah = 0. Kategori pengetahuan responden dibagi 2 yaitu:a. Pengetahuan baik bila jumlah nilai 5 dari 8 pertanyaan.b. Pengetahuan kurang baik bila jumlah nilai 4 dari 8 pertanyaan.2.SikapTingkat pengukuran sikap responden diukur dengan skala Likert dimana setiap pertanyaan dengan jawaban setuju nilainya = 3, tidak setuju nilainya = 0, ragu-ragu nilainya = 2, dan tidak tahu nilainya = 1. Kategori sikap responden dibagi 2 yaitu :a.Sikap baik bila jumlah nilai > 11 dari 7 pertanyaan.b.Sikap tidak baik bila jumlah nilai < 10 dari 7 pertanyaan.3.TindakanTingkat pengukuran tindakan responden diukur dengan skala Guttman, dimana setiap pertanyaan dengan jawaban a nilainya = 1 dan pertanyaan dengan jawaban selain a = 0. Kategori tindakan responden dibagi 2 yaitu:a.Tindakan baik bila jumlah nilai 6 dari 10 pertanyaan.b.Tindakan kurang baik bila jumlah nilai 5 dari 10 pertanyaan.23

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelititan1. Gambaran Umum Lokasi Penelitiana. Letak GeografisKelurahan Malalayang I berada di wilayah kecamatan Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Luas daerah 900 Ha, dan terbagi atas 11 lingkungan.b. Batas batas wilayahUtara: Pantai MalalayangTimur: Kelurahan BahuSelatan: Kelurahan KleakBarat: Kelurahan Malalayang IIc. Keadaan PemerintahanKelurahan Malalayang I dipimpin oleh seorang lurah. Untuk menjalankan pemerintahannya lurah dibantu oleh sekretaris kelurahan, bendahara, seksi pemerintahan, seksi pelayanan umum, seksi pemberdayaan masyarakat kecil, dan seksi ketentraman dan ketertiban. Kelurahan Malalayang I terdiri dari 11 lingkungan dan masing-masing lingkungan dipimpin oleh seorang kepala lingkungan.d. Keadaan PendudukJumlah penduduk di kelurahan ini berjumlah 8.697 jiwa yang terdiri dari 4.352 laki-laki dan 4.345 perempuan dan terdapat 2.402 KK.

2.Hasil Penelitiana. Karakteristik RespondenTabel 1. Distribusi responden berdasarkan umurNo.UmurJumlahPersentase

117 - 25 Tahun1111 %

226 - 45 Tahun6767 %

346 - 60 Tahun2020 %

4> 61 Tahun22 %

Total 100 100 %

Berdasarkan tabel 1 usia responden terbanyak yaitu pada golongan 26 45 tahun (67 %) sedangkan yang paling sedikit golongan di atas 61 tahun (2 %).Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminNo.Jenis KelaminJumlahPersentase

1Pria5050 %

2Wanita5050 %

Total100100 %

Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa responden pria dan wanita berjumlah sama banyak dengan persentase masing-masing 50 %.Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhirNoPendidikan TerakhirJumlahPersentase

1S244%

2S13939%

3D322%

4SMA / SMK4848%

5SMP55%

6SD22%

Total100100%

Dari tabel 3 tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA/SMK (48 %) dan yang paling sedikit adalah D3 dan SD (2%).Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaanNo.PekerjaanJumlahPersentase

1Tidak bekerja4646%

2PNS2929%

3Swasta2525%

Total100100%

Dapat dilihat pada tabel 4 bahwa pekerjan responden yang terbanyak adalah yang tidak bekerja (46 %), PNS (29 %), dan swasta (25 %).b. Perilaku Responden1) Pengetahuan RespondenTabel 5. Distribusi responden tentang apakah mereka pernah mendapat informasi tentang tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Ya,dari media cetak atau elektronik2828 %

2Ya,dari penyuluhan oleh petugas kesehatan dan masyarakat44 %

3Ya,dari informasi yang lain1818 %

4Tidak5050 %

Total100100 %

Berdasarkan tabel 5 sebanyak 50 % responden tidak pernah mendapat informasi tentang tungau debu dan yang pernah mendapat informasi tentang tungau debu paling banyak dari media cetak atau elektronik dan paling sedikit dari penyuluhan oleh petugas kesehatan dan masyarakat.Tabel 6. Distribusi responden tentang penyakit apa yang menurut mereka disebabkan oleh tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Alergi7878 %

2Malaria22 %

3Demam berdarah11 %

4Tidak tahu1919 %

Total100100 %

Dapat dilihat pada tabel 6 di atas paling banyak responden (78 %) berpendapat alergi sebagai penyakit yang disebabkan oleh tungau debu rumah dan paling sedikit yaitu 1 % berpendapat demam berdarah.Tabel 7. Distribusi responden yang menurut mereka bagaimanakah penyakit yang disebabkan oleh tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Sangat berbahaya dan mematikan77 %

2Tidak berbahaya1414 %

3Dapat menyebabkan penyakit pada orang yang rentan/sensitif saja5252 %

4Tidak tahu2727 %

Total100100 %

Sesuai dengan tabel 7 di atas dapat dilihat paling banyak responden berpendapat bahwa penyakit yang disebabkan oleh tungau debu dapat menyebabkan penyakit pada orang yang rentan/sensitif saja dan paling sedikit berpendapat bahwa penyakit yang disebabkan oleh tungau debu sangat berbahaya dan mematikan.

Tabel 8. Distribusi responden tentang tempat yang banyak ditemukan tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Kasur kapuk,sprei,karpet, dan sofa6666 %

2Lemari pakaian,meja makan,hiasan rumah1616 %

3Kamar mandi,wc,toilet44 %

4Tidak tahu1414 %

Total100100 %

Dapat dilihat pada tabel 8 diatas paling banyak responden berpendapat kasur kapuk, sprei,karpet dan sofa merupakan tempat yang banyak ditemukan tungau debu rumah dan paling sedikit berpendapat di kamar mandi, wc, dan toilet.Tabel 9. Distribusi responden tentang ukuran dari tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Sangat kecil (tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung)4848 %

2Kecil (seukuran nyamuk atau semut kecil)3333 %

3Besar (seukuran kecoa)00 %

4Tidak tahu1919 %

Total100100 %

Dari tabel 9 diatas dapat dilihat paling banyak responden berpendapat tungau debu rumah sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung dan tidak ada yang berpendapat bahwa tungau debu rumah berukuran kira-kira sebesar kecoa.

Tabel 10. Distribusi responden tentang makanan dari tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Daki dan serpihan kulit manusia1010 %

2Serat-serat kain44 %

3Debu rumah6262 %

4Tidak tahu2424 %

Total100100 %

Dari tabel 10 diatas dapat dilihat paling banyak responden berpendapat bahwa debu rumah merupakan makanan dari tungau debu rumah dan paling sedikit berpendapat bahwa serat-serat kain merupakan makanan dari tungau debu rumah.Tabel 11. Distribusi responden tentang cara pemberantasan tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Ya,dengan menjaga kebersihan8686 %

2Ya,dengan melakukan penyemprotan insektisida33 %

3Ya,dengan cara lain (pengendalian biologik,pengendalian vektor)00 %

4Tidak tahu1111 %

Total100100 %

Sesuai dengan tabel 11 dapat dilihat bahwa paling banyak responden berpendapat bahwa cara pemberantasan tungau debu rumah adalah dengan menjaga kebersihan dan tidak ada responden yang berpendapat dengan cara lain seperti pengendalian biologik atau pengendalian vektor.

Tabel 12. Distribusi responden tentang siapa yang berperan dalam pemberantasan tungau debu rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Pemerintah33 %

2Petugas Kesehatan55 %

3Seluruh anggota keluarga8787 %

4Tidak tahu55 %

Total100100 %

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden berpendapat bahwa seluruh anggota keluargalah yang berperan dalam pemberantasan tungau debu rumah dan paling sedikit responden berpendapat bahwa pemerintahlah yang berperan dalam pemberantasan tungau debu rumah.2) Sikap RespondenTabel 13. Distribusi responden tentang setujukah responden bila di lingkungan tempat tinggalnya diadakan penyuluhan tentang tungau debu rumah dan penyakit alergiNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju9797 %

2Tidak setuju00 %

3Ragu-ragu11 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)22 %

Total100100 %

Sesuai tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden setuju dengan diadakan penyuluhan tentang tungau debu rumah dan penyakit alergi di lingkungan tempat tinggalnya.Tabel 14. Distribusi reponden tentang setujukah responden bila penderita alergi (seperti sesak nafas, bersin-bersin, dan gatal-gatal) harus segera dibawa ke rumah sakitNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju9595 %

2Tidak setuju55 %

3Ragu-ragu00 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)00 %

Total100100 %

Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden setuju bahwa penderita penyakit alergi harus segera dibawa ke rumah sakit dan hanya 5% yang tidak setuju.Tabel 15. Distribusi responden tentang setujukah responden untuk membersihkan perabot rumah dengan lap basahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju8383 %

2Tidak setuju99 %

3Ragu-ragu77 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)11 %

Total100100 %

Dapat dilihat dari tabel 15 diatas bahwa paling banyak responden setuju untuk membersihkan perabot rumah dengan lap basah dan hanya 1 % yang tidak mempunyai sikap.

Tabel 16. Distribusi responden tentang setujukah responden untuk meletakkan barang-barang seperti pakaian, buku, dan mainan dalam lemari yang tertutup rapatNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju9797 %

2Tidak setuju22 %

3Ragu-ragu11 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)00 %

Total100100 %

Sesuai tabel 16 diatas paling banyak responden setuju untuk meletakkan barang-barang seperti pakaian, buku, dan mainan dalam lemari yang tertutup rapat dan hanya 1 % yang ragu-ragu.Tabel 17. Distribusi responden tentang setujukah responden untuk mengganti sprei dan sarung bantal seminggu sekaliNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju9191 %

2Tidak setuju22 %

3Ragu-ragu77 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)00 %

Total100100 %

Dapat dilihat di tabel 17 paling banyak responden setuju untuk mengganti sprei dan sarung bantal seminggu sekali dan hanya 2 % yang tidak setuju.

Tabel 18. Distribusi responden tentang setujukah responden untuk menjemur kasur, bantal, dan guling seminggu sekaliNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju8585 %

2Tidak setuju44 %

3Ragu-ragu1111 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)00 %

Total100100 %

Dapat dilihat di tabel 18 paling banyak responden setuju untuk menjemur kasur, bantal, dan guling seminggu sekali dan hanya 4 % responden yang tidak setuju.Tabel 19. Distribusi responden tentang setujukah responden untuk selalu membuka jendela rumah agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setuju100100 %

2Tidak setuju00 %

3Ragu-ragu00 %

4Tidak tahu (tidak mempunyai sikap)00 %

Total100100 %

Sesuai dengan tabel 19 di atas semua responden setuju untuk selalu membuka jendela rumah agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.

3) Tindakan RespondenTabel 20. Distribusi responden tentang kapan responden menyapu lantai rumahnyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setiap hari9494 %

22 kali seminggu66 %

32 kali sebulan00 %

4Kadang-kadang atau tidak teratur00 %

Total100100 %

Sesuai tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden menyapu lantai rumahnya setiap hari dan hanya 6 % yang menyapu lantai rumahnya 2 kali seminggu.Tabel 21. Distribusi responden tentang kapan responden mengepel lantai rumahnyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setiap hari6565 %

22 kali seminggu1616 %

32 kali sebulan77 %

4Kadang-kadang atau tidak teratur1212 %

Total100100 %

Dapat dilihat pada tabel 21 diatas paling banyak responden mengepel rumahnya setiap hari dan paling sedikit menjawab 2 kali sebulan.

Tabel 22. Distribusi responden tentang kapan responden membersihkan perabot rumahnyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Setiap hari4848 %

22 kali seminggu2828 %

32 kali sebulan88 %

4Kadang-kadang atau tidak teratur1616 %

Total100100 %

Pada tabel 22 diatas dapat dilihat paling banyak menjawab setiap hari dan paling sedikit menjawab 2 kali sebulan.Tabel 23. Distribusi responden tentang cara responden membersihkan perabot rumahnyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Lap basah6565 %

2Kemoceng3131 %

3Cara lain (sikat,vaccum cleaner)44 %

4Tidak tahu / tidak pernah00 %

Total100100 %

Sesuai dengan tabel 23 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden menjawab dengan menggunakan lap basah dan paling sedikit menjawab dengan menggunakan cara lain seperti sikat atau vaccum cleaner.

Tabel 24. Distribusi responden tentang dimana responden meletakkan pakaiannyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Lemari tertutup9898 %

2Lemari terbuka00 %

3Meja / keranjang22 %

4Disembarang tempat00 %

Total100100 %

Sesuai tabel 24 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden menjawab di lemari tertutup dan hanya 2 % yang menjawab di meja atau keranjang.Tabel 25. Distribusi responden tentang dimana responden meletakkan buku-bukunyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Lemari tertutup3535 %

2Lemari terbuka3737 %

3Meja / keranjang2424 %

4Disembarang tempat44 %

Total100100 %

Sesuai tabel 25 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden meletakkan buku-bukunya dalam lemari terbuka dan paling sedikit menjawab di sembarang tempat.

Tabel 26. Distribusi responden tentang kapan responden mengganti sprei dan sarung bantalnyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

11 kali seminggu6666 %

21 kali sebulan88 %

32 kali sebulan2222 %

4Jarang / tidak teratur44 %

Total100100 %

Sesuai tabel 26 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden menjawab 1 kali seminggu dan paling sedikit responden menjawab jarang atau tidak teratur.Tabel 27. Distribusi responden tentang apakah responden sering menjemur kasur, bantal, dan gulingnyaNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Ya, 1 kali seminggu5353 %

2Ya, 1 kali sebulan1111 %

3Ya, 2 kali sebulan2525 %

4Jarang / tidak teratur1111 %

Total100100 %

Sesuai tabel 27 diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden menjawab ya dengan intensitas 1 kali seminggu dan paling sedikit responden menjawab jarang atau tidak teratur.

Tabel 28. Distribusi responden tentang apakah responden sering membuka jendela rumah agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumahNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Ya, setiap hari100100 %

2Ya, 2 kali seminggu00 %

3Ya, 1 kali seminggu00 %

4Jarang / tidak teratur00 %

Total100100 %

Sesuai tabel 28 diatas 100 % responden menjawab ya dengan intensitas setiap hari.Tabel 29. Distribusi responden tentang apa yang akan responden lakukan jika anggota keluarganya, responden sendiri, atau tetangga dari responden tersebut menderita penyakit alergi tungau debuNo.Jawaban RespondenJumlahPersentase

1Segera dibawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat8080 %

2Mencoba mengobati sendiri (karena sudah obatnya)1919 %

3Tidak berobat (karena sembuh sendiri)11 %

4Tidak tahu harus melakukan apa00 %

Total100100 %

Dapat dilihat pada tabel 29 diatas sebanyak paling banyak responden menjawab segera dibawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat dan paling sedikit yang menjawab tidak berobat.

B.PEMBAHASAN1.Karakteristik RedpondenResponden yang dipilih sejumlah 100 orang dimana berdasarkan tabel 1 distribusi umur responden paling banyak antara 26 45 tahun dan paling sedikit adalah responden dengan umur 61 tahun ke atas. Semakin banyak usia seseorang maka semakin bijaksana dan banyak pengalaman/hal yang telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki pengetahuan21. Berdasarkan teori tersebut berarti umur responden mempengaruhi perilaku responden. Untuk distribusi jenis kelamin,berdasarkan tabel 2 didapatkan jumlah responden pria dan wanita berjumlah sama banyak. Berdasarkan tabel 3 pendidikan terakhir responden didapatkan paling banyak setingkat SMA/SMK dan paling sedikit SD. Pekerjaan responden paling banyak adalah tidak bekerja karena banyak dijumpai ibu rumah tangga. Sisanya adalah yang bekerja sebagai PNS dan swasta. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Makin tinggi pendidikan, makin mudah seseorang menerima pengetahuan21.2.Perilaku respondena.Pengetahuan RespondenBerdasarkan penelitian yang dilakukan pada warga kelurahan Malalayang I kecamatan Malalayang didapatkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan mereka masuk dalam kategori baik dengan skor 4,77 poin atau dibulatkan menjadi 5 poin dengan poin maksimal 8 poin.Berdasarkan tabel 5, didapatkan lebih banyak responden mengaku belum pernah mendapat informasi tentang tungau debu rumah dan yang mengaku pernah mendapat informasi mengenai tungau debu rumah sebagian besar menjawab bahwa mereka mendapat informasi mengenai tungau debu rumah dari media cetak atau elektronik. Hal ini mungkin karena penelitian diadakan di daerah perkotaan sehingga fasilitas media cetak dan elektronik seperti internet lebih mudah ditemukan dan dapat dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan terakhir responden paling banyak SMA sehingga sudah lebih mengerti akan penggunaan media elektronik untuk mencari informasi.Berdasarkan tabel 6, didapatkan lebih banyak responden menjawab dengan benar bahwa alergi sebagai penyakit yang disebabkan oleh tungau debu rumah. Di tubuh tungau debu rumah, terutama kotoran, mengandung protein tertentu yang dapat menimbulkan reaksi alergi2. Peranan tungau terhadap alergi pada manusia pertama kali didokumentasikan oleh Cooke dan Kern pada tahun 1920 yang menemukan bahwa debu dari tas menghasilkan reaksi kulit positif pada penderita asma6. Berdsarkan teori dan penelitian tersebut berarti tungau debu rumah menyebabkan penyakit alergi.Dari tabel 7 sebagian besar responden menjawab dengan benar bahwa tungau debu rumah dapat menyebabkan penyakit pada orang yang rentan/sensitif saja. Di Indonesia 90 % penderita asma rentan terhadap debu rumah dan tungau debu rumah. Pada uji kulit dengan menggunakan ekstrak TDR D. pteronyssinus di Poli Alergi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Sutomo, Surabaya, Mahdi melaporkan bahwa 96,57 % penderita asma bronkial memberi hasil positif. Berdasarkan penelitian tersebut berarti tungau debu rumah dapat menyebabkan penyakit pada orang yang rentan/sensitif saja.6Berdasarkan tabel 8 responden paling banyak menjawab dengan benar bahwa tungau debu rumah banyak ditemukan pada kasur kapuk, sprei, karpet dan sofa. Hal ini sesuai dengan teori Saleha Sungkar dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah yang mengatakan bahwa tungau debu rumah ini banyak ditemukan pada rumah yang lembab, kasur, bantal, guling, karpet, serta berbagai perabot rumah yang lain. Populasi tungau debu rumah terbanyak didapatkan pada debu kamar tidur terutama pada debu kasur6. Pada penelitian Yudopranoto tentang perbandingan populasi tungau debu rumah pada kasur kapuk dan kasur non-kapuk di perumahan PJKA kelurahan Randusari, Semarang didapatkan bahwa populasi tungau debu rumah pada kasur kapuk lebih banyak daripada kasur non-kapuk4.Dari tabel 9 didapatkan sebagian besar responden menjawab dengan benar bahwa ukuran dari tungau debu rumah adalah sangat kecil (tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung). Hal ini sesuai dengan teori yang ditulis Vitahealth pada buku Asma-Informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarga yang mengatakan bahwa tungau adalah hewan berjenis serangga, berkaki delapan, dan ukurannya sebesar debu, kira-kira 0,1-0,3 mm. Jadi hanya bisa kita lihat dengan menggunakan mikroskop.1Pada tabel 10 didapatkan bahwa sebagian besar responden salah dengan menjawab bahwa debu rumah adalah makanan dari tungau debu rumah. Hanya sedikit responden yang menjawab dengan benar bahwa makanan dari tungau debu rumah adalah daki dan serpihan kulit manusia. Hal ini sesuai dengan teori Saleha Sungkar dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah yang mengatakan bahwa keberadaan tungau pada perabot kamar tidur erat kaitannya dengan makanan tungau. Skuama (daki dan serpihan kulit manusia) merupakan makanan pokok tungau debu rumah dan di tempat tidur banyak tersedia skuama karena manusia menghasilkan skuama 0,5 g 1 g per hari sehingga tungau debu rumah dapat tumbuh subur6. Kesalahpahaman responden dalam menjawab mungkin dikarenakan nama dari organisme tersebut yaitu tungau debu rumah sehingga responden berasumsi bahwa makanannya adalah debu rumah.Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab dengan benar bahwa cara pemberantasan tungau debu rumah adalah dengan menjaga kebersihan. Hal ini sesuai dengan teori Saleha Sungkar dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah yang mengatakan bahwa untuk menghindari tungau debu rumah, rumah dibersihkan dari debu dengan cara disapu dan dipel setiap hari dan perabot rumah dibersihkan dengan lap basah atau disedot dengan penyedot debu6. Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab dengan benar bahwa yang berperan dalam pemberantasan tungau debu rumah adalah seluruh anggota keluarga. Cara pemberantasan tungau debu rumah adalah dengan menjaga kebersihan rumah. Untuk menjaga kebersihan rumah tentu saja menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga.b.Sikap RespondenSikap responden berdasarkan rata-rata penilaian yang diukur dengan skala likert dikategorikan baik dengan rata-rata 20,01 poin yang dibulatkan menjadi 20 poin dengan poin maksimal 21.Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden setuju bila di lingkungan tempat tinggalnya diadakan penyuluhan tentang tungau debu rumah dan penyakit alergi. Sikap ini mendukung semakin baiknya pengetahuan tentang tungau debu rumah dan penyakit alergi karena berdasarkan tabel 5 sebagian besar responden mengaku belum pernah mendapat informasi tentang tungau debu rumah.Berdasarkan tabel 14 sebagian besar responden setuju bahwa penderita alergi harus segera dibawa ke rumah sakit. Sikap ini mendukung peningkatan kesehatan mereka karena dengan penanganan yang cepat maka penderita bisa dapat langsung diketahui alergi terhadap apa sehingga pencegahan terhadap alergen tersebut bisa lebih diarahkan.Berdasarkan tabel 15 sebagian besar responden setuju untuk membersihkan perabot rumah dengan lap basah. Sikap ini baik karena sesuai dengan pembahasan tabel 11 bahwa untuk menghindari tungau debu rumah maka perabot rumah harus dibersihkan dengan lap basah.Berdasarkan tabel 16 didapatkan sebagian besar responden setuju untuk meletakkan barang-barang seperti pakaian, buku, dan mainan dalam lemari yang tertutup rapat. Sikap ini baik karena dengan menyimpan barang-barang dalam lemari yang tertutup rapat maka barang-barang tersebut akan terhindar dari paparan debu-debu rumah.Berdasarkan tabel 17 didapatkan bahwa sebagian besar responden setuju untuk mengganti sprei dan sarung bantal seminggu sekali. Sikap ini baik karena hal ini sesuai dengan teori Saleha Sungkar dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah yang mengatakan bahwa habitat tungau debu rumah banyak ditemukan di kamar tidur dan untuk mencegah tungau debu rumah berkembang biak maka sprei dan sarung bantal diganti sekurang-kurangnya seminggu sekali6.Berdasarkan tabel 18 didapatkan sebagian besar responden setuju untuk menjemur kasur, bantal, dan guling seminggu sekali. Sikap ini baik karena sesuai pembahasan tabel 17 dalam hal menjaga kebersihan kamar tidur, kasur, bantal, dan guling dijemur seminggu sekali6.Berdasarkan tabel 19 didapatkan semua responden setuju untuk selalu membuka jendela rumah agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. Sikap ini baik karena tungau debu rumah banyak ditemukan pada rumah yang lembab6. Sehingga untuk mengurangi kelembaban udara dalam rumah salah satu caranya adalah dengan membuka jendela rumah sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.

c.Tindakan RespondenTindakan responden yang berdasarkan rata-rata penilaian yang diukur dengan skala Guttman masuk dalam kategori baik dengan rata-rata poin mereka 7,04 poin yang dibulatkan menjadi 7 poin dengan poin maksimal 10 poin.Berdasarkan tabel 20 didapatkan bahwa sebagian besar responden menjawab mereka menyapu lantai rumahnya setiap hari. Tindakan ini baik karena untuk memberantas tungau debu rumah kebersihan rumah harus selalu terjaga dengan menyapu lantai setiap hari6.Berdasarkan tabel 21 sebagian besar responden menjawab mengepel rumahnya setiap hari. Tindakan ini baik karena sesuai dengan pembahasan tabel 20 untuk memberantas tungau debu rumah maka kebersihan rumah harus selalu terjaga dengen dipel setiap hari6.Berdasarkan tabel 22 sebagian besar responden menjawab membersihkan perabot rumahnya setiap hari. Tindakan ini baik karena sesuai pembahasan tabel 20 dan tabel 21 untuk memberantas tungau debu rumah maka kebersihan rumah dan juga perabot-perabotnya harus selalu terjaga dengan cara dibersihkan setiap hari6.Berdasarkan tabel 23 sebagian besar responden menjawab membersihkan perabot rumahnya dengan lap basah. Tindakan ini baik karena hal ini sesuai dengan teori Saleha Sungkar dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah yang mengatakan bahwa bila dibersihkan dengan kemoceng atau sikat maka debu tidak hilang tapi justru beterbangan6.Berdasarkan tabel 24 didapatkan sebagian besar responden menjawab meletakkan pakaiannya dalam lemari tertutup. Tindakan ini baik karena hal ini sesuai dengan teori Saleha Sungkar dalam jurnalnya yang berjudul Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah yang mengatakan bahwa jangan meletakkan pakaian di lemari meja atau lemari terbuka karena debu jadi mudah menempel pada barang tersebut6.Berdasarkan tabel 25 responden paling banyak menjawab meletakkan buku-buku mereka di lemari terbuka. Tindakan ini kurang baik karena debu jadi mudah menempel pada barang-barang tersebut dan responden yang menggunakan atau membaca buku tersebut tentu saja akan dengan mudah terkena paparan debu-debu tersebut yang mungkin sudah mengandung alergen dari tungau debu rumah.Berdasarkan tabel 26 didapatkan sebagian besar responden menjawab mengganti sprei dan sarung bantalnya seminggu sekali. Tindakan ini baik karena sesuai dengan pembahasan pada tabel 17 dikatakan bahwa tungau debu rumah banyak ditemukan di kamar tidur jadi kebersihan kamar tidur harus selalu terjaga dan salah satu caranya adalah dengan mengganti sprei dan sarung bantal seminggu sekali.Berdasarkan tabel 27 responden paling banyak menjawab sering menjemur kasur, bantal, dan gulingnya dengan intensitas seminggu sekali. Tindakan ini baik karena sesuai dengan pembahasan pada tabel 18 dikatakan bahwa tungau debu rumah banyak ditemukan di kamar tidur dan salah satu cara untuk memberantasnya adalah dengan menjemur kasur, bantal, dan guling seminggu sekali.Berdasarkan tabel 28 didapatkan semua responden menjawab bahwa mereka membuka jendela rumah mereka setiap hari. Tindakan ini baik karena sesuai dengan pembahasan pada tabel 19 dikatakan bahwa tungau debu rumah banyak ditemukan pada rumah yang lembab sehingga untuk mengurangi kelembaban rumah salah satu caranya adalah dengan membuka jendela rumah agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.Berdasarkan tabel 29 didapatkan sebagian besar responden menjawab segera membawa ke rumah sakit jika anggota keluarganya, responden sendiri, atau tetangga dari responden tersebut menderita penyakit alergi tungau debu. Tindakan ini baik karena sesuai dengan pembahasan tabel 15 dikatakan bahwa penanganan cepat akan mengurangi risiko penyakit tersebut bertambah parah.

BAB VPENUTUPA.KESIMPULAN1.Pengetahuan masyarakat kelurahan Malalayang I kecamatan Malalayang kota Manado terhadap tungau debu rumah masuk di kategori baik.2.Sikap masyarakat kelurahan Malalayang I kecamatan Malalayang kota Manado terhadap tungau debu rumah masuk di kategori baik.3.Tindakan masyarakat kelurahan Malalayang I kecamatan Malalayang kota Manado terhadap tungau debu rumah masuk di kategori baik.B.SARAN1.Meskipun pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat kelurahan Malalayang I kecamatan Malalayang kota Manado terhadap tungau debu rumah sudah masuk kategori baik tetap perlu diadakan penyuluhan tentang tungau debu rumah dan penyakit alergi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vitahealth.2005.Asma-Infromasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarga.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. h.47-48.2. Faiza A.Hubungan Antara Lama Penggunaan Kasur Kapuk dengan Jumlah Populasi Tungau Debu Rumah di Perumahan PJKA Kelurahan Randusari Semarang.Semarang:Universitas Diponegoro; 2006.3. Feng M, Bing Y, Yijun Z, Yanagi U, Xunjia C.A Study on Indoor Environment Contaminants Related to Dust Mite in Dwellings of Allergic Asthma Patients and of Healthy Subjects. BioScience Trends; 2012, 6(1),7-9.4. Yudopranoto K.Perbandingan Populasi Tungau Debu Rumah pada Kasur Kapuk dan Non-Kapuk di Perumahan PJKA Kelurahan Randusari Semarang Selatan Jawa Tengah.Semarang: Universitas Diponegoro,2006.5. Hadi S.Hubungan Kepadatan Tungau Debu Rumah dengan Derajat Penyakit Dermatitis Atopik.Semarang: Universitas Diponegoro,2002.6. Sungkar S.Aspek Biomedis Tungau Debu Rumah.Majalah Kedokteran Indonesia; 2004,6(54),hal.225-28.7. Lumbanraja P L H.Distribusi Alergen pada Penderita Rinitis Alergi di Departemen THT-KL FK USU / RSUP H.Adam Malik Medan.Medan: Universitas Sumatera Utara,2007.8. Oemiati R,Sihombing M, Qomariah.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Asma di Indonesia.Media Litbang Kesehatan 1(XX),41,2010.9. Graha C.2010.100 questions & Answers: Alergi pada Anak.Jakarta: Elex Media Komputindo.hal 84.10. Munawaroh S,Zakiudin M,Brastho B,Antonius P.Insidens dan Karakteristik Otitis Media pada Rinitis Alergi Anak.Sari Pediatri; 2008,3(10), h.217.11. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008.[cited on 2012 Okt 27]. Available from URL : www.depkes.go.id.12. Sungkar S.Artropoda Penyebab Alergi dan Reaksi Toksik.In: Sutanto I, Is Suhariah I, Pudji K S, dan Saleha S, editor.Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h.289-91.13. Keadaan Iklim.2012 Januari 28 [cited 2012 Okt 23].Available from URL : http://www.manadokota.go.id/page-102-iklim.html.14. Keadaan Geografi Keadaan Iklim BPS Kota Manado.[cited on 2012 Okt 29].Available from URL : manadokota.bps.go.id/download/bab1_2009.pdf15. Laporan 10 Penyakit Menonjol di Puskesmas Minanga.Oktober 2012.Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Manado.16. Safar R.2010.Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi Entomologi.Bandung: Yrama Widya. h.223.17. Darwanto.1994.Atlas Parasitologi Kedokteran.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. h.156.18. Sujudi Y, Tina W W.Tungau Debu Rumah dan Perannya pada Dermatitis Atopik Anak.MDVI; 2000,27(4), h.37S-38S.

19. Natadisastra D, Agoes R.2009.Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang.Jakarta : EGC.h. 345.20. Kebjowo.Pengertian Perilaku.2009 Desember 12 [Cited 2012 Okt 18].Available from URL : http://id.shvoong.com/social-sciences/1953731-perilaku/.21. Paramita D P.2010.Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea dengan Perilaku Penanganan Dismenorea pada Siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta,Surakarta: Universitas Sebelas Maret.22. Darmayunita. Konsep Perilaku Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,2003. 2012 Januari 05 [cited on 2012 Okt 18]. Available from URL : http://manyundarma.wordpress.com/2012/01/05/konsep-perilaku-kesehatan-menurut-prof-dr-soekidjo-notoatmodjo-2003.23. Muladi, E.Metode Perancangan.[cited on 2013 Jan 3].Available from URL : kk.mercubuana.ac.id/files/91018-6-360354713848.doc.

30