Upload
rian-harahap
View
1.766
Download
33
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, diunggah untuk menjadi referensi bagi para calon sarjana yang mengambil variabel cerpen dan mind mapping. Beliau juga merupakan sastrawan di Riau.
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAP TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK KELAS X SMA SWASTA AL-
HIDAYAH MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
Oleh
RIAN KURNIAWAN HRP
NPM. 0702040208
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan nikmat akal dan hati kepada manusia sehingga dapat berpikir dan
merasakan satu dari sekian banyak nikmat kebesaran-Nya. Salah satu adalah
keberhasilan peneliti menyelesaikan karya tulis ini sebagai syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Shalawat dan salam peneliti curahkan sepenuhnya
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Melihat minat dan kemampuan siswa yang kurang memahami materi sastra
khususnya di bidang cerita pendek (cerpen) ini menimbulkan keinginan peneliti
memilih judul “Pengaruh model pembelajaran Mind Map terhadap kemampuan
menulis cerita pendek siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah Medan tahun
pembelajaran 2010/2011.”
Berkat usaha dan doa akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan walaupun masih
ada kekurangannya. Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak
akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak terutama kepada
Orang tua penulis yaitu Kadirun Harahap dan Nurmawati, S.Pd yang telah
memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil yang tidak pernah lelah
mendoakan peneliti dalam setiap sujud mereka. Peneliti juga mengucapkan
terimakasih kepada :
1 . Drs.Agussani, M.AP., Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Arifin Gultom,S.H.,M.H., Pembantu Rektor III Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
3. Dra. Hj.Nur’ain Lubis, M.AP., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
4. Dra. Syamsuyurnita,M.Pd., Kajur Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
5. Drs. Charles Butar-Butar, M.Pd., dan Elly Prihasti Wuriyani, S.S.,M.Pd.,
Pembimbing skripsi peneliti.
6. Yulhasni, S.S., Juwita Erdaini, M.Hum., Agung Saputra, S.Sos., Hadi Susanto,
S.Sos., Budi Arya Utama, S.Sos., Sahran Saputra, S.Sos., Dosen beserta senior
yang selalu mendukung pembelajaran akademis peneliti.
7. Benni Adi Sahata Harahap, S.Kep., Rusyadie Azhar Harahap dan Anggi Natama
Harahap, Abang dan adik yang selalu mendukung peneliti.
8. Barisan Mahasiswa UMSU dan HMI UMSU yang mengajarkan peneliti mengenal
dunia pergerakan mahasiswa.
9. Teater Sisi UMSU dan KONTAN yang mengajarkan peneliti menjadi manusia
berbudaya.
10.M.Fadil Akbar, S.E., Sahrial Hsb dan Andi Kyoko yang menjadi sahabat terbaik
peneliti.
11.Guru SMAN 2, SLTPN 13 dan SDN 015 Pekanbaru, Riau.
Peneliti mengucapkan terima kasih untuk bantuan semua pihak yang telah
diberikan, tanpa kalian skripsi ini tidak akan berhasil terselesaikan dan menjadi
sebuah ilmu bagi peneliti serta masyarakat yang berhubungan dengan skripsi peneliti.
Peneliti terkesan dengan perhatian dan respon dari setiap unsur dan elemen tersebut
di atas. Bagi peneliti sesungguhnya sentuhan hangat dari unsur dan elemen di atas
secara langsung dan tidak langsunglah yang membuat terus termotivasi untuk terus
berkarya.
Medan, Juli 2011
Peneliti
Rian Kurniawan Hrp
NPM.0702040208
ABSTRAK
Rian Kurniawan Hrp. NPM. 0702040208. Pengaruh model pembelajaran
Mind Map terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA
Swasta Al-Hidayah Medan tahun pembelajaran 2010/2011. Skripsi. Medan:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. 2011.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Mind Map
terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah
Medan tahun pembelajaran 2010/2011.
Penelitian dilaksanakan di SMA Swasta Al-Hidayah Medan, populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 107 siswa. Dengan jumlah
populasi yang lebih dari 100 siswa maka penelitian ini digunakan metode random
sampling acak kelas yang kemudian terpilihlah kelas X.1 (kelas eksperimen)
berjumlah 36 siswa dan kelas X.2 (kelas kontrol) berjumlah 40 siswa. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dan inferensial. Alat pengumpulan data adalah
tes, yaitu berupa tes Mind Map dalam menulis cerita pendek dan tes kemampuan
menulis cerita pendek. Analisis data dilakukan dengan analisis menggunakan uji t.
2222)()(
))((
YYNXXN
YXYXNrxy
21
2
r
nrthitung
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara model pembelajaran Mind Map terhadap kemampuan menulis cerita pendek
siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah Medan Tahun Pembelajaran 2010/2011.
Dengan mengkonsultasikan harga thitung = 17,85 untuk = 0,05 dan ttabel = 1,998
ternyata thitung > ttabel, yakni 17,85 > 1,998. Dengan demikian H0 di tolak dan Ha
diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh model pembelajaran Mind Map terhadap
kemampuan menulis siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sastra pada saat ini mencapai titik degradasi yang hampir
sempurna. Hal ini dapat dilihat dari minat dan kemampuan siswa yang kurang
memahami materi sastra. Kemunduran ini bukan tidak memiliki efek yang panjang
bagi pendidikan nasional khususnya pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
hingga menjadi kenyataan tragis yang tak bisa terelakkan di dunia pendidikan bangsa
Indonesia.
Pembelajaran sastra sering dianaktirikan oleh guru. Guru sering melewatkan
bahkan tidak mengajarkan sastra dikarenakan menganggap sastra merupakan sesuatu
yang mudah dan tidak mendongkrak ujian nasional, sebab hanya sebagian soal sastra
masuk pada ujian akhir nasional setiap tahunnya. Faktor hanya sedikit media
pembelajaran dalam dunia sastra juga mengakibatkan guru enggan untuk
mengajarkan sastra, sebagai contoh dalam mengajarkan puisi, drama dan cerpen.
Dalam hal ini jika media pembelajaran tidak ada maka materi tidak dapat ditanggapi
dan akhirnya pembelajaran sastra tersebut hanya berbasiskan hafalan bukan apresiasi
sebagaimana mestinya. Apresiasi sastra merupakan pengembangan wahana berfikir
siswa untuk mendalami kerangka sastra seutuhnya. Menurut Taufik Ismail untuk
meningkatkan minat siswa terhadap sastra dimulai dahulu dengan memberikan buku
bacaan yang berbentuk cerita, (Riau Pos, 23 Oktober 2005). Materi pembelajaran
sastra harus mengacu pada kebermanfaatan secara konkret. Oleh karena itu dalam
pembelajaran sastra diperlukan sebuah pendekatan yang mengaitkan secara langsung
dengan kehidupan siswa baik konsep maupun praktik di lapangan.
Sastra merupakan bagian yang cukup besar dalam pelajaran bahasa indonesia
bukan merupakan satuan terkecil yang harus dipinggirkan. Pembelajaran sastra harus
menjadi integritas yang sama pentingnya dengan ilmu lain. Inovatif dan kreatifnya
pengajar sastra merupakan unsur penting terciptanya masyarakat Indonesia yang
paham dan mengerti dari generalisasi sastra pada umumnya. Pendek kata,
pembelajaran sastra mampu menumbuhkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap
kultur dan budaya bangsa untuk diambil manfaatnya membentuk kepribadian dan
moral.
Tumbuhnya kesadaran siswa akan pentingnya mengapresiasi sastra akan
mendorong mereka pada kemampuan melihat permasalahan secara objektif,
membentuk karakter, merumuskan watak dan kepribadian. Pendeknya, bila salah satu
tujuan pendidikan adalah meningkatkan kualitas kemampuan seseorang maka tidak
bisa tidak pengajaran sastra mesti diletakkan sama pentingnya dengan pengajaran
lainnya.
Terlepas dari uraian pembelajaran sastra di atas, cerita pendek merupakan
salah satu komponen dari materi yang terhambat dalam penyaluran ilmunya. Hal ini
terkait dengan banyaknya siswa yang tidak mampu menuliskan cerpen. Pola dan
konsep yang selama ini diajarkan gurunya belum mampu menuntun mereka menuju
ide-ide segar dalam pembuatan cerpen. Siswa selalu terbentur dengan keadaan
mereka yang buntu akan ide cerita.
Untuk menyikapi permasalahan tersebut perlu disisipi dengan satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen.
Melalui model tersebut diharapkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran,
hasil pembelajaran berupa keterampilan menulis cerpen siswa pun meningkat.
Pemetaan pikiran atau biasa dikenal dengan istilah Mind Map adalah salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Berakar dari
kesulitan siswa dalam memahami dan menerapkan unsur intrinsik dalam cerpen yang
dibuatnya serta kesulitan dalam mengembangkan ide cerita dipilihlah model
pemetaan pikiran (Mind Map). Model yang dipopulerkan oleh Buzan ini merupakan
model yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis. Dalam model
pemetaan pikiran (Mind Map) tersebut, pertama-tama siswa menuliskan satu kata
kunci dari tema yang dipilih di tengah kertas. Tema tersebut kemudian dijabarkan
dalam ranting-ranting berupa unsur cerpen yang meliputi alur, penokohan, watak,
setting, sudut pandang serta ending cerita yang telah dipilih. Pada dasarnya dengan
model ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis cerpen.
Jika dalam perencanaan tulisan sering dikenal dengan pembuatan kerangka
karangan, dalam pemetaan pikiran kerangka karangan tersebut berupa kata kunci
yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan. Selain lebih menarik,
kelebihan lain dari peta pikiran ini adalah siswa dapat menambahkan kata kunci di
mana pun jika di tengah kegiatan menulis ia mendapatkan ide baru. Pemetaan pikiran
tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Dengan
demikian, dalam model ini siswa dibebaskan untuk menulis “apa pun” sesuai dengan
keinginan serta kreativitas. Di samping itu, simbol serta gambar berwarna yang
digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu
kreativitas serta imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam
menulis cerpen. Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini
adalah pengaruh model pembelajaran peta pikiran (Mind Map ) terhadap kemampuan
menulis cerita pendek pada siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah Medan tahun
pembelajaran 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Strategi Menulis cerita pendek yang digunakan guru masih konvensional sehingga
Siswa merasa sulit berkonsentrasi dan menemukan ide.
2. Model pembelajaran Mind Map dianggap dapat meningkatkan kemampuan
menulis cerita pendek siswa.
3. Kemampuan menulis cerita pendek siswa masih kurang memuaskan.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh model pembelajaran Mind Map
terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah
Medan tahun pembelajaran 2010/2011.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh kualitas hasil pembelajaran menulis cerita pendek dengan
model pembelajaran Mind Map pada siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah
Medan ?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Mind Map untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah
Medan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk.
1. Mendeskripsikan pengaruh kualitas hasil pembelajaran menulis cerita pendek
dengan model pembelajaran Mind Map pada siswa kelas X SMA Swasta Al-
Hidayah Medan.
2. Mengetahui pengaruh kemampuan menulis cerita pendek dengan penerapan
model pembelajaran Mind Map pada siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah
Medan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan pembelajaran sastra khususnya pada aspek model alternatif
pembelajaran menulis cerpen.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Pembelajaran menulis cerpen lebih bermakna.
2. Melatih siswa untuk berpikir imajinatif dan kreatif.
3. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa.
4. Membuka ruang sastra yang terbuka untuk menjadi penulis muda.
b. Bagi Guru dan Sekolah
1. Meningkatkan kinerja guru.
2. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif kreatif.
3. Mengatasi permasalahan pembelajaran menulis cerita pendek yang dialami oleh
guru.
4. Menguraikan dalam simposium guru di sekolah dan mengembangkannya dalam
mata pelajaran lain.
c. Bagi Peneliti
1. Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti.
2. Mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
3. Mengembangkan hasil pada penelitian selanjutnya.
4. Mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk media internet dan jurnal.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teori
Pada dasarnya manusia ialah makhluk yang selalu berkembang untuk menuju
keadaan yang lebih baik. Hal ini terlihat dari berbedanya dan cepatnya pertumbuhan
di berbagai sektor melalui inovasi-inovasi dan penemuan yang memudahkan dalam
segala bentuk unsur kehidupan.
Sesuai dengan ayat Al-Quran Surat Al-A’rad (13:11) :
Artinya: ”Bagi manusia ada malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di
muka dan di belakangnya, mereka menjaga atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia .”
Maka merujuk pada ayat di atas perlu dilakukan inovasi dalam ilmu
pengetahuan di bidang bahasa dan sastra Indonesia dalam model pembelajaran cerita
pendek. Hal ini dimaksudkan agar kelak tercipta generasi yang mampu berkompetisi.
1. Model Mind Map
Mind Map atau Peta Pikiran adalah model mempelajari konsep yang
ditemukan oleh Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan
informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi
dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel
saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-
cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan
informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam
otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.
Mind Map sudah dikenal secara global oleh masyarakat dunia. Keampuhan
dan keajaibannya dalam memecahkan berbagai persoalan mampu meningkatkan pola
berpikir yang monoton dan instan menjadi kreatif serta inovatif sehingga mencapai
kesuksesan dalam setiap kesempatan.
Hal itulah yang membuat menarik dengan menjadikannya salah satu model
dalam penelitian ini. Mind Map sebenarnya sudah ada sejak beberapa abad dahulu
ketika beberapa ahli membuat catatan-catatan kecil dalam bukunya seperti Leonardo
Da Vinci, Charles Darwin, Thomas Edison dan Galileo. Namun yang jelas bahwa
mereka semua memulainya dengan catatan kecil yang menyerupai Mind Map.
Dalam mempelajari cerita pendek diperlukan sebuah kerangka konsep model
pembelajaran yang pas agar lebih mudah memahami materi tersebut. Mind Map
merupakan proses kreatif dalam mengoptimalkan kerja otak hal ini terkait dengan
pendapat Buzan (2009:103) bahwa, “Mind Map adalah alat berpikir kreatif yang
mencerminkan cara keja alami otak. Mind Map memungkinkan otak menggunakan
semua gambar dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak
dirancang, seperti yang secara internal selalu digunakan otak dan terhadap mana anda
perlu membiarkannya membiasakan sendiri.”
Setiap proses berpikir dari model Mind Map ialah upaya pengoptimalisasian
otak kanan dan otak kiri yang mampu menembus kerangka berpikir manusia pada
umumnya. Ingatan dan kreativitas menjadi target yang harus dicapai dari Model Mind
Map. Buzan (2009:12) mengatakan Mind Map adalah sistem penyimpanan, penarikan
data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada
dalam otak anda yang menakjubkan.
Mind Map disebut juga dengan peta pikiran/ingatan, Mel Silberman dalam
Buzan (2009) mengatakan Mind Map atau pemetaan pikiran/ingatan adalah cara
kreatif bagi peserta didik menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran. Dengan membuat
Mind Map atau peta pikiran/ingatan akan memudahkan peserta didik untuk
mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka simak atau pelajari.
Mind Map juga merupakan peta perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan
memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mengatur segala fakta dan hasil
pemikiran berdasarkan hasil informasi simakan. Buzan (2004:9) model Mind Map
berupaya untuk mengingat (remembering) dan menarik kembali (recalling) informasi
dengan lebih mudah dan dapat diandalkan daripada menggunakan pola mencatat
tradisional.
Buzan (2004), Mind Map cara yang kreatif dan efektif untuk menyampaikan
kembali informasi yang telah diserap otak dengan cara mencatat dengan
menggunakan garis, lambang, kata-kata serta gambar berdasarkan perangkat dan
aturan yang sederhana, mendasar, alami dan akrab di otak.
Manfaat menggunakan model Mind Map menurut Buzan (2004:11) dapat
membantu peserta didik seperti:
1. Menjadi lebih kreatif
2. Menghemat waktu
3. Memecahkan masalah
4. Berkonsentrasi
5. Mengingat dengan lebih baik
6. Belajar lebih cepat dan efisien
7. Belajar dengan lebih mudah
8. Melihat “gambaran” keseluruhan
9. Berkomunikasi
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan cara kerja peta pikiran adalah
menuliskan tema utama sebagai titik sentral / tengah dan memikirkan cabang-cabang
atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan
antara tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus
kita diarahkan pada apakah tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama
yang sedang kita pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut dan
mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa mendapatkan
gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan area mana saja yang masih
belum dikuasai dengan baik.
Menurut Buzan (2009:15) ada beberapa hal yang dapat ditangkap dari uraian
panjang di atas. Dalam membuat Mind Map merupakan perpaduan dari beberapa
langkah, yaitu:
a. Mulailah dari tengah kertas kosong karena memulai dari tengah kertas memberi
kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan
dirinya dengan lebih bebas dan alami.
b. Menggunakan gambar karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu
kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat
kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi dan mengaktifkan otak kita.
c. Gunakan warna karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.Warna
membuat Mind Map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif dan
menyenangkan.
d. Gunakan cabang-cabang utama karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang
mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan
cabang-cabang kita akan lebih mengerti dan mengingat.
e. Gunakan garis hubung yang melengkung karena garis lurus akan membosankan
otak.
f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena kata kunci tunggal memberi
lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map.
g. Gunakan gambar di setiap anak cabangnya karena seperti gambar sentral, setiap
gambar bermakna seribu kata.
Gambar Mind Map
Mind Map merupakan sebuah konsep yang mudah untuk dilakukan baik di
masyarakat umum maupun pada siswa khususnya. Penerapan Model ini diharapkan
membuat stimulus yang positif dalam kegiatan belajar mengajar siswa terutama
dalam materi cerita pendek.
Pada akhirnya bisa ditarik sebuah analogi bahwa Mind Map merupakan
sebuah peta pikiran yang mengoptimalkan kemampuan otak dengan menggunakan
gambar, garis lengkung dan kata kunci. Secara keseluruhan Mind Map mampu
meningkatkan kreatifitas dan daya ingat seseorang. Tidak hanya sampai disitu sebab
Buzan (2009:177) mengatakan Mind Map bukan hanya alat kerja, mereka juga bisa
membantu anda merencanakan serta menyusun kehidupan sosial dan pribadi, juga
membantu melejitkan kreatifitas ke ketinggian yang menakjubkan. Disini anda akan
menemukan kiat-kiat menggunakan Mind Map untuk menulis cerita pendek.
2. Kemampuan Menulis
Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang mendapat imbuhan ke-an.
Departemen Pendidikan Nasional (KBBI,2005:707) mengatakan bahwa
”Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan.”
Dari definisi yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan atau penguasaan, menggunakan instrumentarium yang tepat dan
mencerminkan kapasitas seseorang. Sementara itu terkait dengan berbagai
kemampuan ada beberapa keterampilan berbahasa yang menjadi komponen utama.
Adapun yang Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:
a. Keterampilan menyimak (listening skill)
b. Keterampilan berbicara (speaking skill)
c. Keterampilan membaca (reading skill)
d. Keterampilan menulis (writing skill) (Nida ,1957; Harris , 1977; Tarigan,1986:1).
Menulis ialah kegiatan lahiriah yang semestinya selalu kita laksanakan. Mulai
dari beranjak mengenal pendidikan hingga di akhir proses belajar kita dalam
kehidupan. Kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa utama yang
menjadi unsur pendukung dalam berkomunikasi.
Menulis adalah kegiatan hakiki yang akan selalu dilaksanakan sampai kapan
pun. Menulis dalam KBBI (2005:1219) dituliskan bahwa “Menulis adalah membuat
huruf, angka dengan pena; melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.”. Seiring
dengan itu Tarigan (1993:21) mengatakan “Konsep dan pola menulis itu sendiri
mampu diterjemahkan dalam berbagai arti namun semuanya hampir sama yaitu
menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi
bahasa.”. Proyeksi dari menulis sendiri ialah mampu mempersatukan pemahaman
dengan pembaca sehingga setiap apa yang tertulis memiliki pemahaman yang
konvensi dengan pembaca.
Keseriusan dalam menulis terkadang bukanlah hal yang mudah untuk dicapai
sebab seringkali mereka yang belajar menulis buntu akan apa tulisan yang harus
diciptakan. Azas kreatif dituntut dalam hal ini yaitu penulis harus mampu
menemukan ide kreatif dan inovasi agar kendala-kendala yang menjadi penghambat
mampu terlewati. Hal lain dari kreatif menulis ialah mampu menulis beraneka ragam
pokok pembicaraan (subyek) dengan idiom yang wajar, ekspresi yang cerah serta
mudah dipahami dan perasaan yang tajam terhadap gaya bahasa yang beraneka ragam
dalam bahasa target (Lado, 1979 :230-2).
Sejak zaman yunani kuno tulisan telah diperkenalkan dengan tertulisnya
tulisan Hyroglief di peninggalan bangunannya begitu juga di nusantara banyak
terdapat pada gua dan candi. Maka dari itu peradaban ini harus senantiasa dilanjutkan
untuk kelangsungan kehidupan manusia secara menyeluruh.
Menurut Tarigan(1993:4) bahwa “Keterampilan menulis merupakan suatu ciri
dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.”. Pelajar menjadi sisi yang
penting dalam pembangunan bangsa dan diharapkan mampu menyongsong era baru
nantinya. Maka dari itu keterampilan menulis merupakan wajib menjadi bahan pokok
dalam setiap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di setiap jenjang. Salah satu
dari indikator kemampuan menulis di bidang bahasa dan sastra Indonesia ialah
mampu menulis cerpen. Namun melihat dari apatisnya siswa saat ini untuk menulis
seperti yang telah dipaparkan pada bab pendahuluan. Peneliti bermaksud untuk
meneliti apa saja hambatan dalam penulisan cerpen. Peneliti akan terjun langsung ke
dalam dunia menulis cerpen siswa.
Faktor penulisan sangat erat dalam peningkatan kualitas cerpen sebab cerpen
harus ditulis berdasarkan ide kreatif siswa. Menulis merupakan sebuah proses seperti
yang dipaparkan (Proet dan Gill,1986) sebagai berikut:
1. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang sekalipun
tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan membantu meningkatkan
keterampilan menulis seseorang
2. Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur
bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis
3. Pendekatan koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima
banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya
4. Pendekatan formal mengungkapkan bahwa keterampilan menulis akan diperoleh
bila pengetahuan bahasa,pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi aturan
penulisan dikuasai dengan baik.
Tiada yang sulit jika siswa mempelajari setiap seluk beluk dalam menulis.
Kecenderungan untuk sukses lebih besar dibanding menemui kegagalan.
Harmonisnya padanan kata dan imajinasi akan membuat pembelajaran semakin
sempurna.
Menurut Barrs (1983:829-831), pendekatan proses dalam menulis terutama
bagi penulis pemula mudah diikuti. Dia akan memahami dan melakukan dengan
cepat hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam menulis. Pendekatan ini
pun sangat membantu pemahaman dan sikap, baik guru menulis atau pun penulis itu
sendiri, bahwa menulis merupakan suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan dan
hasilnya diperoleh secara bertahap artinya untuk menghasilkan tulisan yang baik
umumnya siswa melakukan berkali-kali. Sangat sedikit penulis yang dapat
menghasilkan karangan yang benar-benar memuaskan dengan hanya sekali tulis.
Kegiatan menulis sangat diharapkan menjadi rutinitas siswa setiap harinya.
Hal ini dengan melihat banyaknya media massa cetak yang menyediakan kolom
untuk menerima karya-karya mereka baik dalam bentuk fiksi maupun non-fiksi.
Fenomena inilah yang harus menjadi alat pemacu bagi siswa untuk meningkatkan
kemampuan menulisnya khususnya di bidang sastra. Materi pembelajaran menulis
tidaklah seberapa namun dengan tekad dan kemampuan yang sejalan. Restrukturisasi
dalam menulis akan lebih baik dan menjadi titik balik meningkatkan kualitas menulis
siswa di indonesia. Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia memberi keleluasaan dalam
berkreasi terlebih lagi di bidang sastra. Khusus dalam hal ini ialah peningkatan
kualitas menulis cerita pendek (cerpen).
3. Cerita Pendek (Cerpen)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (KBBI, 2005:210) mengatakan
bahwa “Cerpen adalah kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh di satu situasi.”
selain itu menurut Kosasih (2008:222) bahwa “ Cerita pendek (cerpen) adalah cerita
yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.”
Kemudian Bahrudin, dkk (2006:14) mengatakan bahwa “Cerpen adalah
karangan pendek yang berbentuk prosa yang didalamnya dikisahkan sepenggal
kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau
menyenangkan dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.”
Selanjutnya Zulfahnur, dkk (1996:62) mengatakan “cerpen adalah suatu cerita
yang melukiskan suatu peristiwa (kejadian) apa saja yang menyangkut persoalan
jiwa/kehidupan manusia.” Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa cerpen
adalah kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang melukiskan suatu peristiwa yang
didalamnya dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa
yang mengharukan atau menyenangkan dan mengandung kesan yang tidak mudah
dilupakan.
Cerita pendek atau yang lebih populer dikenal dengan akronim cerpen,
merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Cerpen hampir
sama dengan novel dan novelet yaitu memiliki unsur yang sama seperti tema, alur,
penokohan latar dan gaya bahasa. Sesuai dengan namanya cerpen tentulah pendek
dan itulah yang membedakannya dengan novel dan novelet.
Sebuah cerpen memiliki tema, pesan moral dan gaya penulisan tersendiri,
sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan pengarangnya. Proses penulisan
sebuah cerpen cenderung lebih mudah dibanding penulisan sebuah novel, oleh sebab
itu genre ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para penulis untuk menyampaikan ide
dan gagasan mereka kepada khalayak. Sifat cerpen juga sangat elastis dan cepat
mengakomodasi persoalan yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan
posisinya yang seperti itu, cerpen bisa dijadikan gambaran dan cermin sosial
mengenai kondisi sosial budaya suatu tempat saat cerpen itu ditulis. Sebagai karya
sastra yang pendek, biasanya cerpen yang baik memiliki kata dan kalimat yang tepat,
kuat dan enerjik, sehingga pesan dan maksud pengarang akan terasa lebih merasuk di
hati para pembaca.
Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa. Berdasarkan
fisiknya, cerpen adalah cerita pendek. Selain bentuk fisiknya yang pendek, ciri cerpen
adalah bersifat rekaan atau fiksi. Cerpen bukan penuturan kejadian yang pernah
terjadi berdasarkan kenyataan, tetapi murni hasil ciptaan yang direka oleh
pengarangnya. Cerpen juga bersifat naratif yang dihasilkan oleh imajinasi
pengarangnya. Cerpen merupakan proses penggambaran manusia ke alam imajinasi
pengarang yang menggunakan bahasa sebagai medium pengantar. Cerpen merupakan
suatu cerita tentang sebagian kecil dari kehidupan tokoh-tokohnya. Tokohnya terbatas
jumlahnya dan perkembangan cerita yang berpusat pada satu aspek dari seluruh
aspek-aspek lainnya dari kehidupan dan waktu penceritaannya pendek.
Berikut adalah hakikat dari cerita pendek,
a. Ciri-ciri cerpen
Bahrudin, dkk (2006:14) mengatakan bahwa ciri-ciri cerpen adalah sebagai
berikut:
1. Cerita fiktif dan rekaan. Walaupun bukan cerita sebenarnya, isi ceritanya logis
dengan kehidupan sebenarnya.
2. Pokok cerita berfokus pada satu aspek cerita yang menimbulkan efek dan kesan
tunggal.
3. Mengungkapkan masalah yang terbatas pada hal-hal yang penting saja.
4. Menyajikan peristiwa yang cermat dan jelas.
b. Unsur cerpen
Cerpen dibentuk atas beberapa unsur. Untuk mendapat suatu karya sastra
khususnya cerpen, seorang pengarang harus terlebih dahulu memperhatikan beberapa
unsur-unsur yang membangun suatu cerpen. Unsur-unsur tersebut adalah unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Jadi untuk memperoleh cerpen yang baik kedua unsur
tersebut harus terjalin dengan baik. Sebab kedua hal tersebut saling berhubungan satu
sama lainnya. Pada bagian ini unsur ekstrinsik tidak dibicarakan, akan tetapi
penelitian ini difokuskan pada unsur intrinsik saja.
Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur
intrinsik sebuah cerpen merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut akan diuraikan seperti
dibawah ini.
1.Tema
Menurut asal katanya, tema merupakan kata yunani thitenai yang berarti
menempatkan. Kosasih (2008:223) menyatakan :
“Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itulah
kemudian cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur
intrinsik seperti plot, penokohan dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang
dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakaannya. Tema menyangku segala
persoalan dalam kehidupan manusia, baik itu berupa masalah kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang kecemburuan dan sebagainya. Tema jarang dituliskan secara
tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, terlebih dahulu kita
harus mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai pengarang untuk
mengembangkan ceritanya.”
Kemudian Zulfahnur, dkk (1996:25) mengatakan,” Tema adalah ide sentral
yang mendasari suatu cerita, tema mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai pedoman bagi
pengarang dalam mengarang cerita, sasaran/tujuan penggarapan cerita dan mengikat
peristiwa-peristiwa cerita dalam suatu alur.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan dasar umum atau ide
sentral yang merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan
yang diciptakannya yang menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia.
2. Alur
Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau
hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan
waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai
peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.
Selain itu Kosasih (2008:225) mengatakan, “alur (plot) merupakan sebagian
dari unsur intrinsik suatu karya sastra. Alur merupakan pola pengembangan cerita
yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.”
Menurut Zulfahnur (1996:27) bahwa, ”Alur adalah rangkaian peristiwa cerita
yang disusun secara logis dan kausalitas.” sehingga bisa ditarik sebuah persepsi
bahwa alur adalah rangkaian peristiwa cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab
akibat.
Struktur alur sendiri tidaklah seragam sehingga banyak model dalam
penulisan cerpen. Hal ini sesuai dengan Pendapat (Bahrudin, 2006:14) yaitu:
a. Alur maju atau progresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa-peristiwa
yang terjadi dari masa kini ke masa yang akan datang.
b. Sorot balik atau regresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebelumnya atau masa lampau ke masa kini.
c. Alur campuran yaitu pengungkapan cerita kadang-kadang peristiwa yang terjadi
pada masa kini dan masa lampau kemudian kembali menceritakan masa kini.
3. Latar (Setting)
Menurut Kosasih (2008:227), ”Latar (setting) merupakan salah satu unsur
intrinsik karya sastra. Latar mencakup keadaan tempat, waktu dan budaya. Tempat
dan waktu yang dirujuk dalam sebuah cerita bisa merupakan sesuatu yang faktual
atau bisa pula yang imajiner.”
Selanjutnya Zulfahnur (1996:37) mengatakan, ”Latar (setting) adalah situasi
tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Tercakup di dalamnya lingkungan
geografis, rumah tangga, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, suasana dan periode sejarah.”
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar
(setting) adalah salah satu unsur intrinsik cerpen mencakup situasi tempat, waktu,
budaya, lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat
yang berkaitan dengan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, suasana dan periode
sejarah.
4. Penokohan
Penokohan berkaitan dengan bagaimana sifat-sifat tokoh itu digambarkan
dalam cerita oleh pengarang. Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita (Kosasih, 2008:228).
Kemudian Zulfahnur (1996:29) mengatakan, ”Penokohan atau perwatakan
pelukisan tokoh/pelaku cerita mulai dari sifat-sifat, sikap dan tingkah lakunya dalam
cerita.”
Dengan demikian jelas bahwa Penokohan atau perwatakan merupakan cara
pengarang mengembangkan karakter dari tokoh/pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap
dan tingkah lakunya dalam cerita. Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa
tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan
pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
5. Sudut pandang (Point of view)
Sudut pandang menurut Kosasih (2008:229) bahwa, ”Sudut pandang atau
point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.” sedangkan
menurut Zulfahnur (1996:36) “Sudut pandang adalah tempat pengarang di dalam
cerita dalam mengisahkan ceritanya.”
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala
sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan
hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun semuanya itu dalam karya fiksi
disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang
adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi
tertentu.
Ada dua macam posisi pengarang ini yaitu :
a. Berperan langsung sebagai orang pertama sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita
yang bersangkutan. Pengarang menggunakan istilah “aku” dalam ceritanya dan ia
menjadi tokoh di dalam cerita tersebut.
b. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat. Dalam cerita
pengarang mempergunakan kata Ia, Dia dan nama orang. Pengarang seolah-olah
berdiri di luar pagar. Pengarang tidak memegang peran apapun. Ia hanya
menceritakan apa yang terjadi di antara tokoh-tokoh yang dikarangnya (Kosasih,
2008:230).
Berbeda pendapat dengan ahli sebelumnya, menurut Harry Shaw (dalam Zulfahnur,
1996:36) sudut pandang terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Pengarang terlibat (auther participant) ; pengarang ikut ambil bagian dalam cerita
sebagai tokoh utama atau yang lain,mengisahkan tentang dirinya.Dalam cerita ini
pengarang menggunakan kata ganti orang pertama (aku atau saya).
b. Pengarang sebagai pengamat (auther observant) ; posisi pengarang sebagai
pengamat yang mengisahkan pengamatannya sebagai tokoh samping. Pengarang
berada di luar cerita dan menggunakan kata ganti orang ketiga (ia atau dia) di
dalam cerita.
c. Pengarang serba tahu (auther emnicient) ; pengarang berada di luar cerita
(impersonal) tetapi serba tahu tentang apa yang dirasa dan dipikirkan oleh tokoh
cerita. Dalam kisahan cerita pengarang memakai nama-nama orang dan dia (orang
ketiga).
6. Amanat
Menurut Zulfahnur (1996:26) bahwa, ”Amanat adalah pesan berupa ide,
gagasan, ajaran moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang
lewat cerita.”
Selanjutnya Kosasih (2008:230) mengatakan bahwa “Amanat merupakan
ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui karya itu. Tidak jauh berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat
dalam cerpen akan disimpan rapi dan disembunyikannya pengarangnya dalam
keseluruhan isi cerita. Karena itu, untuk menemukannya tidak cukup dengan
membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskannya sampai tuntas.”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah ajaran
moral berupa ide, gagasan dan nilai-nilai kemanusiaan yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca lewat cerita.
7. Gaya Bahasa
Menurut Zulfahnur, dkk. (1996:36) bahwa, ”Gaya bahasa adalah cara
membentuk atau menciptakan bahasa sastra dengan memilih diksi, sintaksis,
ungkapan-ungkapan, majas, irama dan imaji-imaji yang tepat untuk memperoleh
kesan estetik.”
Kemudian Kosasih (2008:230) mengatakan “Dalam cerita, penggunaan
bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta
merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara
sesama tokoh. Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh
seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
efek-efek tertentu; cara khas untuk menyatakan pikiran dan perasaan pikiran dan
perasaan dalam cerita.”
Fungsi gaya bahasa dalam cerpen, yaitu :
a. Memberi warna pada karangan, sehingga gaya bahasa mencerminkan ekspresi
individu.
b. Alat melukiskan suasana cerita dan mengintesifkan penceritaan.
B. Kerangka Konseptual
Menulis cerita pendek merupakan suatu proses kreatif sastra yang sangat
kompleks sehingga memerlukan model yang pas dalam peningkatan kualitas
menulisnya di kalangan siswa. Untuk dapat mencapai target tersebut model Mind
Map dianggap sebagai model yang efektif dalam pelaksanaan di kelas. Mind Map
merupakan model pemetaan pikiran yang diperkenalkan dengan membuat pohon-
pohon kecil untuk merangsang kinerja otak siswa dalam mengingat perencanaannya
ketika menulis cerita pendek. Mulai dari membuat peta pikiran yang meliputi tema,
alur, latar, penokohan, sudut pandang (point of view), amanat dan gaya bahasa.
Dalam model pemetaan pikiran (Mind Mapping) tersebut, pertama-tama siswa
menuliskan satu kata kunci dari tema yang dipilih di tengah kertas. Tema tersebut
kemudian dijabarkan dalam ranting-ranting berupa unsur cerpen yang meliputi alur,
penokohan, watak, setting, sudut pandang serta ending cerita yang telah dipilih. Pada
dasarnya dengan model ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum
menulis cerpen.
Mind Map diharapkan mampu menyerap daya ingat siswa dalam membuat
cerpen berupa kata-kata kunci yang dituliskan dalam bentuk gambar-ganbar kecil.
Dengan demikian, model Mind Map merupakan salah satu model yang mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X SMA Swasta
Al-Hidayah Medan.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin paling tinggi kebenarannya. Secara teknik hipotesis
adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui
data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis merupakan
pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Di dalam hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu
tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan
generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketikan melakukan
telaah pustaka (Margono,2009:68).
Suatu pedoman yang dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis adalah :
a. Hipotesis dinyatakan sebagai hubungan antara ubahan-ubahan.
b. Hipotesis dinyatakan dengan kalimat pernyataan.
c. Hipotesis dapat diuji kebenarannya atau peneliti mengumpulkan data untuk
menguji kebenarannya.
d. Hipotesis dirumuskan dengan jelas.
Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis penelitian :
Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Mind Map terhadap kemampuan
menulis cerita pendek siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah Medan tahun
pembelajaran 2010/2011.
Ha: Terdapat pengaruh model pembelajaran Mind Map terhadap kemampuan
menulis cerita pendek siswa kelas X SMA Swasta Al-Hidayah Medan tahun
pembelajaran 2010/2011.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi yang dianggap kompeten. SMA Al-Hidayah
Medan yang terletak di Jalan Letda Sujono merupakan lokasi terpilih dalam
penelitian. Hal ini dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian yang sama dengan variabel
masalah pada penelitian ini.
b. Jumlah siswa di sekolah tersebut cukup memadai untuk melakukan sampel
penelitian sehingga data yang diperoleh lebih sahih.
c. Jarak tempuh yang dekat dengan pusat kota.
2. Waktu Penelitian
Proses merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, maka
menimbang hal itu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Juni tahun T.P
2010/2011.
Tabel 1
Rencana Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Bulan/Minggu ke
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan
Proposal
√ √ √ √ √ √
2 Seminar
Proposal
√
3 Bimbingan
Proposal
√ √ √ √
4 Perbaikan
Proposal
√ √ √
5 Pelaksanaan
Penelitian
√ √
6 Pengolahan
Data
√ √
7 Penulisan
Hasil
penelitian
√ √
8 Bimbingan
dan revisi
skripsi
√ √ √ √
9 Penggandaan
Skripsi
√
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2009:118). Melihat dari berbagai
sudut pada hakikatnya pengertian populasi hampir sama seperti yang dikatakan
Arikunto (2002:108) tentang populasi, “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.”
Menelusuri dari dua pendapat di atas jelaslah sudah bahwa populasi ialah
keseluruhan anggota dari suatu subjek penelitian yang merupakan data. Maka
populasi dari penelitian ini ialah kelas X yang mendapat perlakuan sebagai subjek
penelitian. Adapun jumlah siswa di kelas X ini ialah 107 siswa.
Tabel 2
Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah
1 X.1 36 Siswa
2 X.2 40 Siswa
3 X.3 31 Siswa
Jumlah 107 Siswa
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel adalah
sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Margono:121).
Sampel sendiri digunakan jika :
a. Ukuran populasi banyak/tak terbatas.
b. Masalah biaya.
c. Masalah waktu.
d. Percobaan yang sifatnya merusak.
e. Masalah ketelitian.
f. Masalah ekonomis.
Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menggunakan model Random
Sampling yang dijuruskan pada sistem acak kelas. Sistem acak kelas membuat
peluang setiap sampel sama. Melalui sistem tersebut terpilihlah sebagai jumlah
sampel yaitu 76 siswa (sampel total) dengan rincian 36 siswa dari kelas X.1
menggunakan model pembelajaran Mind Map dan 40 siswa dari kelas X.2
menggunakan model konvensional.
C. Model Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan seseorang dalam melaksanakan aktifitas
selalu menggunakan model sebab dengan adanya model atau cara dapat menunjukkan
tujuan tersebut teranalisis dengan baik. Pada penelitian ini model yang digunakan
adalah model eksperimen. Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan
berbeda. Di dalam kelas kontrol digunakan teknik konvensional sedangkan di kelas
eksperimen digunakan model pembelajaran Mind Map.
Tabel 3
Desain Penelitian
Kelompok
Perlakuan
Tes
Eksperimen X1 T
Kontrol X2 T
Keterangan :
X1 : Perlakuan dengan model pembelajaran Mind Map
X2 : Perlakuan dengan model pembelajaran Konvensional
T : Tes
Tabel 4
Langkah-langkah eksperimen
Pertemuan ke - Kelas Eksperimen
(Model Pembelajaran
Mind Map )
Kelas Kontrol
(Model Pembelajaran
konvensional)
Waktu
I
1.Memberikan materi
pentingnya menulis cerpen.
2.Menjelaskan bagaimana
menulis cerpen dengan
model pembelajaran Mind
Map.
-Siswa menulis kata kunci
dari bagian tengah kertas
kosong.
-Siswa menambahkan
gambar untuk kata kunci.
- Siswa menyertai warna
pada gambar
-Siswa menghubungkan
1.Memberikan materi
pentingnya menulis cerpen
2.Menjelaskan bagaimana
menulis cerpen dengan
model konvensional (biasa)
-Siswa menulis langsung
cerpen setelah menentukan
tema.
20 ”
Menit
45”
Menit
cabang-cabang utama ke
gambar pusat (kata kunci).
-Dalam menghubungkan
cabang-cabang utama
menggunakan garis yang
melengkung.
-Siswa menulis kata kunci
tambahan untuk setiap garis
penghubung.
3. Tanya jawab guna
menganalisis kesulitan
siswa dalam menulis cerpen
3. Tanya jawab guna
menganalisis kesulitan siswa
dalam menulis cerpen
25 “
Menit
II Tes
- Menulis Cerpen dengan
Mind Map
Tes
- Menulis Cerpen dengan
konvensional
2 x 45”
Menit
D. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X1) yaitu kemampuan menulis cerpen dengan model pembelajaran
Mind Map.
2. Variabel bebas (X2) yaitu kemampuan menulis cerpen dengan model pembelajaran
konvensional.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk menjaring
data penelitian. Data merupakan informasi yang harus diperoleh dari setiap
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes penugasan yaitu
menulis cerita pendek.
Tabel 5
Indikator Penilaian
No Aspek yang dinilai Rentang skor Interval Skor
1 Tema 5-10 5-8 (kurang
sesuai)
9-10 (tepat)
2 Alur 10-15 10 – 12 (kurang
jelas)
13-15 (jelas)
3 Latar (Setting) 10-15 10 – 12
(kurang
kompleks)
13-15
(kompleks)
4 Penokohan 10-15 10 – 12
(tidak jelas)
13-15 (jelas)
5 Sudut Pandang 10-15 10 – 12
(tidak jelas)
13-15 (jelas)
6 Amanat 10-15 10 – 12 (tidak
jelas)
13-15 (jelas)
7 Gaya Bahasa 10-15 10 – 12 (kurang
pemakaian)
13-15 (memakai
gaya bahasa)
Jumlah 100
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data penelitian ini digunakan teknik dan langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Menetapkan atau menghitung skor / nilai mentah tiap – tiap anggota sampel, baik
variabel X1 maupun variabel X2.
2. Mencari skor / nilai rata – rata baik untuk hasil tes (yang menggunakan model
pembelajaran Mind Map) maupun tes (menggunakan model pembelajaran
konvensional) dengan cara menjumlahkan semua nilai siswa dibagi jumlah siswa.
3. Menentukan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan model
pembelajaran Mind Map dan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen tanpa
menggunakan model pembelajaran Mind Map (konvensional).
4. Mencari besar perbedaan hasil menulis cerpen kelas X1 yang di ajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Mind Map dengan siswa kelas X2 yang di ajar
tanpa menggunakan model pembelajaran Mind Map, digunakan teknik analisis data
dengan menggunakan uji t.
5. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan harga
thitung dengan ttabel pada N = 76 dengan tingkat kepercayaan 0,05%.
Rumus statistik uji t yang digunakan adalah:
21
21
11
nnS
XXt
2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
SnSnS
Dimana:
X1 : Nilai rata-rata kelas model pembelajaran Mind Map.
X2 : Nilai rata-rata kelas model konvensional.
n1 : Jumlah siswa kelas model pembelajaran Mind Map.
n2 : Jumlah siswa kelas model konvensional.
S1 : Simpangan baku kelas model model pembelajaran Mind Map.
S2 : Simpangan baku kelas model konvensional.
Kriteria pengujian:
Terima H0 jika –t(1- )21 < thitung < t(1- )
21 dalam lain H0 ditolak.
Dimana t(1- )21 diperoleh dari daftar distribusi t.
Untuk taraf nyata = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2