Upload
others
View
34
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENGARUH KEDALAMAN PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG PIPA ANYAMAN
ECENG GONDOK TERHADAPTINGGI GELOMBANG REFLEKSI DAN TRANSMISI
OLEH :
MARIATI SULDIA SYARIF
10581 01419 11 10581 01441 11
PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PENGARUH KEDALAMAN PEMECAH GELOMBANGTERAPUNG PIPA ANCAMANECENG GONDOK TERHADAPTINGGI GELOMBANG REFLEKSI DAN TRANSMISI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar SerjanaProgram Studi Teknik PengairanJurusan Teknik Sipil Pengairan
Fakultas Teknik
Disusun Oleh :
MARIATI SULDIA SYARIF
10581 01419 11 10581 01441 11
PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
ABSTRAC
The influence of the depth of the floating breakwater pipe woven water hyacinthagainst the wave height of reflection and transmission. Tutor by Riswal K andcounselor Nenny T.Karim.. This Model is a floating building coastal protectioncan reduce the wavelength used effectively in coastal areas with a mild wave ofenvironmental conditions .the present study aims to determine the ability of afloating breakwater to do modeling in laboratory scale with the use of dried waterhyacinth assembled beam-shaped.. in this study were calculated is the reflectioncoefficient and the coefficient of the transmission waves of a physical model offloating breakwater made from water hyacinth, which is the ratio between theheight of the incoming wave (Hi) to the height of the waves are reflected (Hr) andwave height coming (Hi) with wave heights transmitted (Ht), so they will know theeffectiveness of the floating breakwater made of water hyacinth in reducinggelombang.floating breakwater models made from water hyacinth tested in waveflume using irregular waves with wave heights of 1 to 3 cm and a period of 1.7seconds, 1.9 seconds, 2.1 seconds and premises 3 variations of singking depthof 15 cm Hrmodel ranges from 0,1- 0,5 cm andranges 1,8-2,2 cm.At depth of 18cm Hr ranges 0,2 – 0,45 and Ht ranges 1,8 - 2,2 At depth of 21 cm Hr ranges0,15 – 0,45 and Ht ranges 1,6 – 2,15. Of the test results show the depth of sink21 cm model more effectively reduce the reflection wave height and transmissionwave height.
Keyword : Floating Breakwater, coefficient wave, ransmission wave.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam. Shalawat
teriring salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul akhir zaman
yang diutus untuk menebar rahmat bagi seluruh alam, Muhammad SAW.
Atas berkat dan rahmat Allah SWT, maka penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini, sebagai syarat untuk menyelesaikan studi
dan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik
Pengairan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa didalam tugas akhir yang sederhana ini
terdapat banyak kekurangan. Tentunya hal ini disebabkan keterbatasan
ilmu serta kemampuan yang dimiliki penulis, sehingga dengan segala
keterbukaan penulis mengharapkan masukan dari semua pihak.
Tentunya tugas akhir ini memerlukan proses yang tidak singkat.
Perjalanan yang dilalui penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas
dari tangan-tangan berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan,
baik berupa materi maupun dorongan moril. Olehnya itu dengan segala
kerendahan hati, ucapan terima kasih, penghormatan serta penghargaan
yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu, yaitu kepada:
1. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, ST.,MT, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
ii
2. Bapak Muh. Syafaat S.Kuba.,ST, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. BapakRiswalK .,ST.,MT, selaku dosen pembimbing I, atas segala
kesabaran dan waktu yang telah diluangkannya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya penulisan tugas
akhir ini.
4. Ibu Dr. Ir. Nenny T Karim., MT, selaku dosen pembimbing II, atas
kesabaran dan waktunya yang telahmemberikan bimbingan dan
arahan serta mendampingi penulis mulai dari awal perencanaan
penelitian sampai terselesainya penulisan tugas akhir ini. Terima
kasih atas ilmunya yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak Amrullah Mansida, ST., MT, bapak Ir. H. Andi Rahmat, ibu
Dr. Ir. HjFentyDaud S.,MT yang telah memberikanarahan kepada
penulis.
6. Bapak Andi MakbulSyamsuri.,ST.,MT danIbuMarufa,SP.,MP yang
selalumemberikanarahandan support kepadapenulis.
7. BapakMuh. Amir Zainuddin.,ST.,MT dan Kanda Syamsunniati.,ST
yang
selalumembantupenulisdalampengurusanpenyelesaiantugasakhirini
.
8. Bapak Acil dosen Oceonografi Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin, yang secara konsisten memberikan
iii
arahan kepada penulis. Terima kasih atas ilmu yang diberikan
kepada penulis.
9. Bapak Ahmad Yani selaku laboran/ teknisi Laboratorium Hidrolika
Universitas Hasanuddin.
10.Kanda Rizal Pahlevi.,STdanLukman yang
selalumemberikanmotivasikepadapenulis.
11.Kanda AprilyaniBuhari, Kanda Alwi, kanda Andi Saenal, kanda
Zulkifli, bapak Hasanuddin dansaudara Muhammad Hidaayatyang
selalu memberikan masukan kepada penulis serta bersama – sama
penulis mulai dari awal penelitian sampai terselesainya tugas akhir
ini.
12.Taufik Taufan, Mustari, Fatmawati,Rismayanti, NurIntanMulya,
DewiFantyLasadedan teman – teman seangkatan 2011 yang tidak
bisa disebutkan satu per satu sebagai tempat saling bertukar
pikiran, berbagi suka dan duka, serta memberi inspirasi selama
penulis menjadi mahasiswa.
13.Teman – teman pengurus Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar periode 2014/2015
atas loyalitasnya dalam berproses selama menjadi pengurus
maupun selama mendampingi kepengurusan periode berikutnya.
14.Teman – teman KKP Teknik Sipil UNISMUH 2015.
15.Terkhusus penulis persembahkan sujud dan rasa terima kasih
kepada kedua orang tua ibunda dan ayahanda tercinta, atas kasih
iv
sayang dan segala dukungan selama ini, baik spiritual maupun
materil. Serta kepada seluruh keluarga besar atas dorongan dan
dukungan doa yang telah diberikan.
Tiada imbalan yang dapat diberikan penulis selain doa kepada
Allah SWT, semoga limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua
serta semoga kita semua bertemu di surga-Nya kelak, Aamiin. Semoga
karya ini bisa bermanfaat bagi dunia Teknik Sipil Keairan dan bagi kita
semua.
Makassar, 10 November 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR NOTASI ......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
E. Batasan Masalah .................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan............................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Gelombang ............................................................................. 7
B. Pemecah Gelombang ........................................................... 12
C. Pemecah Gelombang Terapung (Floating Breakwater) ........ 15
D. Deformasi Gelombang .......................................................... 19
E. Eceng Gondok ...................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 24
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data ........................................ 24
C. Alat dan Bahan...................................................................... 25
D. Variabel yang Diteliti ............................................................. 26
E. Sketsa Floating Breakwater .................................................. 27
F. Rancangan Penelitian ........................................................... 28
G. Alur Penelitian ....................................................................... 38
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 39
B. Pembahasan......................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 54
B. Saran ................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Lampiran 1
B. Lampiran 2
C. Lampiran 3
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gelombang laut (Triatmodjo 1999) ..................................... .8
Gambar 2. Daerah penerapan teori gelombang Fungsi H/d dan d/L ..... 11
Gambar 3. Gerak Orbit Partikel Air dalam Gelombang.......................... 12
Gambar 4. Skemaletak Floating Breakwater ......................................... 16
Gambar 5. Floating dengankombinasisudut ......................................... 18
Gambar 6. Floating kombinasi row ....................................................... 18
Gambar 7. Profil Gelombang Berdiri Persial.......................................... 20
Gambar 8. Eceng gondok kering ........................................................... 23
Gambar 9.Tampak Depan Model .......................................................... 27
Gambar 10. Tampak Samping Model.................................................... 27
Gambar 11. Tampak Atas Model........................................................... 27
Gambar 12. Simulasi model dalam flume.............................................. 29
Gambar 13. Tampak atas 15 cm dalam flume....................................... 30
Gambar 14.Tampakdepan15 cm dalam flume....................................... 31
Gambar 15. Tampaksamping15 cm dalam flume.................................. 31
Gambar 16. Tampakatas18 cm dalam flume......................................... 32
Gambar 17.Tampakdepan18 cm dalam flume....................................... 33Gambar 18. Tampaksamping18 cm dalam flume.................................. 33
Gambar 19. Tampakatas21 cm dalam flume......................................... 34
Gambar 20.Tampak depan 21 cm dalam flume.................................... 35
Gambar 21. Tampaksamping21 cm dalam flume.................................. 35
Gambar 22. Alur penelitian .................................................................... 38
Gambar 23.Hubungan tinggi gelombang refleksi dengan kedalamantenggelaman..................................................................... 48
viii
Gambar 24. Hubungan tinggi gelombang transmisi dengankedalaman tenggelaman. ................................................. 49
Gambar 25. Hubungan tinggi gelombang refleksi dengan kedalamantenggelam model per periode. .......................................... 50
Gambar 26. Hubungan tinggi gelombang transmisi dengankedalamantenggelam model per periode......................... 51
Gambar 27. Hubungan periode gelombang (T) dengan tinggigelombang refleksi (Hr) pada kedalaman tenggelammodel............................................................................... 52
Gambar 28.Hubungan periode gelombang (T) dengan tinggigelombang transmisi (Ht) pada kedalaman tenggelammodel.................................................................................. 53
xi
DAFTAR TABEL
Table 1. Batasan gelombang laut dangkal, transisi dan dalam.......................... 10
Tabel 2. Karasteristik gelombang ......................................................................27
Tabel 3. Format tabel pengamatan pembacaan tinggi gelombang di depan
model di laboratirium............................................................................36
Tabel 4. Format tabel pengamatan pembacaan tinggi gelombang di depan
model di laboratirium............................................................................37
Tabel 5. Pengamatan Tinggi Gelombang Hmax dan Hmin di depan model
pada kedalaman tenggelam 15 cm ...................................................... 41
Tabel 6. Pengamatan Tinggi Gelombang Hmax dan Hmin di depan model
pada kedalaman tenggelam 18 cm ...................................................41
Tabel 7. Pengamatan Tinggi Gelombang Hmax dan Hmin di depan model
pada kedalaman tenggelam 21 cm ...................................................... 42
Tabel 8. Pengamatan Tinggi Gelombang Hmax dan Hmin di belakang model
pada kedalaman tenggelam 15 cm ...................................................... 42
Tabel 9. Pengamatan Tinggi Gelombang Hmax dan Hmin di belakang model
pada kedalaman tenggelam 18 cm ...................................................... 43
Tabel 10. Pengamatan Tinggi Gelombang Hmax dan Hmin di belakang model
pada kedalaman tenggelam 21 cm ...................................................... 43
Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Tinggi Gelombang Refleksi (Hr) ............................ 46
Tabel 12. Hasil Rekapitulasi Tinggi Gelombang Transmisi (Ht).......................... 47
xii
DAFTAR NOTASI
L : Panjang Gelombang (m)
T : Periode Gelombang (detik)
H : Tinggi Gelombang (m)
Hmax : Tinggi Gelombang Maksimum (m)
Hmin : Tinggi Gelombang Minimum (m)
Hi : Tinggi Gelombang Datang (m)
Hr : Tinggi Gelombang Refleksi (m)
Ht : Tinggi Gelombang Transmisi (m)
d : Kedalaman Air (m)
d1 : Kedalaman Tenggelam 15 cm
d2 : Kedalaman Tenggelam 18 cm
d3 : Kedalaman Tenggelam 21 cm
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 2. Tabel data hasil pengamatan di depan dan di belakang model
Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi Tinggi Gelombang Refleksi (Hr) dan Tinggi
gelombang Transmisi (Ht)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pantai merupakan daerah yang intensif dimanfaatkan
untuk kegiatan manusia seperti kawasan pusat pemerintahan,
permukiman, pertanian, industri, pelabuhan, pertambakan, perikanan,
pariwisata dan sebagainya. Pantai juga merupakan bagian dari lingkungan
kawasan pesisir yang dinamis dan selalu berubah. Proses perubahan
yang terjadi di pantai merupakan akibat kombinasi berbagai gaya yang
bekerja di pantai meliputi angin, gelombang. Permasalahan yang sering
muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai yang terutama
disebabkan oleh aktivitas gelombang laut. Salah satu metode
menanggulangi abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan
gelombang pada area tertentu. Gempuran gelombang yang besar dapat
diredam dengan cara mengurangi energi gelombang datang, sehingga
gelombang yang menuju pantai energinya menjadi kecil
(Triatmodjo,1999).
Untuk dapat menanggulangi kerusakan pantai akibat gempuran
gelombang di pantai maka diperlukan konstruksi pemecah gelombang
(breakwater) yang berfungsi untuk memecahkan, merefleksikan dan
mentransmisikan energi gelombang sebelum tiba di pantai. Selain itu
2
breakwater berfungsi untuk mengurangi intensitas aksi gelombang di
perairan pantai sehingga dapat digunakan untuk mengurangi erosi pantai.
Pemerintah telah berupaya dalam menanggulangi pantai dengan
cara menanam pohon bakau. Akan tetapi permasalahan yang muncul
adalah bakau yang baru ditanam tidak bisa tumbuh dengan baik akibat
hempasan gelombang. Oleh sebab itu perlu dibuat suatu pelindung untuk
melindungi bakau agar tidak terbawah oleh gelombang. Karena sifatnya
hanya melindungi bakau yang baru ditanam, maka seharusnya bahan
yang digunakan mudah diperoleh dan harganya terjangkau. Dengan dasar
ini, kami berinisiatif untuk meneliti pemecah gelombang terapung
berbahan dasar eceng gondok.
Keuntungan dari adanya bangunan terapung antara lain tidak
menambah massa benda yang mendesak massa air sehingga tidak
menimbulkan efek kenaikan muka air laut serta efiseinsi konstruksi karena
tidak perlu pembuatan dan pengerjaan desain pondasi, ramah lingkungan
karena tidak merusak, mudah, dan cepat dalam pengerjaan karena proses
pengerjaan metode perakitan, tahan terhadap gempa karena secara
struktur tidak tertanam di tanah atau tidak berbasis pondasi (Watanabe,
2004). Kekurangan dari penggunaan floating stuktur adalah konstruksinya
yang menjulang di atas permukaan air, sehingga menjadi kurang efektif
apabila kondisi badai terjadi dimana pemecah geombang tersebut
dipasang.
3
Dalam penelitian ini, bahan dasar floating breakwater yang
digunakan yakni eceng gondok yang kering dimana eceng gondok kering
sangat ringan dan memiliki serat yang tahan terhadap air. Enceng gondok
yang dikenal sebagai tumbuhan gulma daerah perairan bisa dimanfaatkan
untuk daerah perairan dengan mendesain model pemecah gelombang.
Pemanfaatan eceng gondok sebagai pemecah gelombang terapung (
floating breakwater ) memiliki nilai ekonomis, rama lingkungan, serta
masyarakat ekonomi menengah ke bawah khususnya nelayan di daerah
pesisir bisa mengolah dan memproduksi sendiri pemecah gelombang
untuk melindungi pemukiman dan kehidupan mereka dari ancaman
abrasi.
Atas penjelasan di atas , penulis ingin meneliti bagaimana potensi
pemecah gelombang terapung tersebut dalam hal mereduksi tinggi
gelombang refleksi dan transmisi dengan mengambil judul “Pengaruh
Variasi Kedalaman Tenggelam Pemecah Gelombang Terapung terhadap
Pengurangan Tinggi Gelombang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi kedalaman tenggelam model terhadap
pengurangan tinggi gelombang (tinggi gelombang refleksi dan tinggi
gelombang transmisi).
4
2. Bagaimana pengaruh periode (T) terhadap tinggi gelombang refleksi
(Hr) dan tinggi gelombang transmisi (Ht).
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman tenggelam model terhadap
pengurangan tinggi gelombang (tinggi gelombang refleksi dan tinggi
gelombang transmisi).
2. Untuk mengetahui pengaruh periode (T) terhadap tinggi gelombang
refleksi (Hr) dan tinggi gelombang transmisi (Ht).
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan acuan dan informasi dalam mengembangkan
perencanaan struktur pemecah gelombang atau breakwater.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.
5
E. Batasan Masalah
1. Gelombang yang digunakan adalah gelombang teratur(reguler wave)
yang belum pecah.
2. Fluida yang digunakan adalah air tawar, salinitas dan pengaruh
mineral air tidak diperhitungkan.
3. Gaya gelombang terhadap stabilitas model uji tidak dikaji.
4. Dasar perairan model berupa rata.
5. Kedalaman air tetap atau konstan.
6. Model yang digunakan dari rangkaian batang eceng gondok kering
yang dirakit dengan variasi kedalaman yang berbeda.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi serta untuk memudahkan
pembaca memahami uraian dan makna secara sistematis, maka skripsi
disusun berpedoman pada pola sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan, yang isinya meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
6
BAB II: Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini dijelaskan mengenai kerangka acuan yang
berisi tentang teori singkat yang digunakan dalam
menyelesaikan dan membahas permasalahan penelitian.
BAB III: Metode Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan langkah-langkah sistematis
penelitian terdiri dari metodologi penelitian, meliputi lokasi
dan waktu penelitian, jenis penelitian dan sumber data,
alat dan bahan, variabel yang diteliti, prosedur/langkah
penelitian, pencatatan data, simulasi penelitian, diagram
alur penelitian.
BAB IV: Analisa Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini berisi hasil uji laboratorium, hasil dari
besarnya tinggi gelombang yang di transmisikan dan di
refleksikan terhadap variasi kedalaman tenggelam model
floating breakwater berbahan dasar eceng gondok serta
pengaruh periode terhadap tinggi gelombang reflkesi dan
tinggi gelombang transmisi.
BAB V : Penutup
Bab ini berisi keseluruhan hasil penelitian yakni
kesimpulan serta saran atas permasalahan yang dibahas
pada bab sebelumnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah
tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusodial.
Salah satunya gelombang laut yang disebabkan oleh angin, angin di atas
lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak,
alun/bukit, dan berubah menjadi yang kita sebut dengan gelombang.
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah
gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut,
gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda – benda
langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami
terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang
dibangkitkan oleh kapal yang bergerak dan sebagainya (Triatmodjo,
2011).
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak
(layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan
sebagainya. Pasang surut juga merupakan faktor penting karena bisa
menimbulkan arus yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit,
misalkan di teluk, estuari, dan muara sungai. Selain itu elevasi muka air
8
pasang dan air surut perlu diperhatikan dalam merencanakan bagunan-
bangunan pantai. Elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi
muka air pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara kedalaman
alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bisa masuk
jauh ke daratan dan berpotensi merusak daerah tersebut. Parameter
penting untuk menjelaskan gelombang air adalah panjang gelombang,
tinggi gelombang, dan kedalaman air. Parameter-parameter yang lain
seperti kecepatan dan percepatan dapat ditentukan dari ketiga parameter
pokok tersebut (Pratiko, Armono dan Suntoyo,1996).
Gambar 1. gelombang laut (Triatmodjo 1999).
a. Panjang gelombang (L) adalah jarak horizontal antara kedua puncak
atau titik tertinggi gelombang yang berurutan atau bisa dikatakan
sebagai jarak antara dua lembah gelombang. Ada dua cara
penentuan panjang gelombang yaitu pengamatan langsung pada
tangki gelombang dengan mengukur langsung panjang gelombang
yang terjadi antara satu lembah dan satu bukit atau pada dua puncak
9
bukit yang berurutan, cara kedua dengan cara perhitungan
menggunakan rumus:= tanh ............................................................................(2.1)
Dengan persamaan (2.1) dapat diselesaikan untuk menentukan
panjang gelombang. Pada persamaan 2.1 diperlukan panjang awal lo
dengan menggunakan persamaan berikut:
Lo = 1,56 T2 .........................................................................(2.2)
b. periode gelombang (T) adalah waktu yang dibutuhkan oleh dua
puncak/lembah yang berurutan melewati suatu titik tertentu.
c. amplitudo gelombang (A) adalah puncak/titik tertinggi gelombang atau
puncak/titik terendah gelombang dengan muka air tenang (H/2)
d. kecepatan rambat gelombang (celerity) (C) merupakan perbandingan
antara panjang gelombang dengan periode gelombang. Ketika
gelombang menjalar dengan kecepatan C, partikel air tidak turut
bergerak ke arah perambatan gelombang. (L/T).
e. jarak antara muka air rerata dan dasar laut atau kedalaman laut.
Parameter tersebut di atas digunakan untuk menentukan parameter
gelombang lainnya, seperti :
- Kemiringan gelombang (wave steepness)H/L
- Ketinggian relatif (relative height)H/d
- Kedalaman relatif (relative depth)d/L
10
Jika ditinjau dari kedalaman perairan dimana gelombang menjalar,
maka gelombang dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu gelombang air
dangkal, transisi dan gelombang air dalam. Batas dari kategori tersebut
didasarkan pada kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman
air (d) dan panjang gelombang (L), (d/L). Batasan penggunaannya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 : Batasan gelombang laut dangkal, transisi dan dalam.
Kategori gelombang d/L 2πd/L Tanh(2πd/L)
Laut dalam
Laut transisi
Laut dalam
> ½
1/20 – ½
< 1/20
> π
0,25 – π
< 0,25
1
Tanh(2πd/L)
2πd/L
Gelombang juga dapat dikelompokkan berdasarkan rasio antara
tinggi gelombang dan panjang gelombang. Pada pengelompokan ini
dikenal gelombang amplitudo kecil dan gelombang amplitudo berhingga.
Gelombang amplitudo kecil dikembangkan oleh Airy sehingga dikenal
dengan teori gelombang Airy. Teori gelombang Airy diturunkan
berdasarkan anggapan bahwa antara tinggi gelombang dengan panjang
gelombangnya atau kedalaman sangat kecil, sedangkan teori gelombang
amplitudo berhingga memperhitungkan besarnya rasio antara tinggi
gelombang terhadap panjang dan kedalaman airnya.
11
Untuk menentukan teori yang paling sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi, berikut ini diberikan batasan pemakaian dari masing-
masing teori gelombang. Dalam gambar di bawah, penerapan teori
gelombang didasarkan pada nilai perbandingan H/d dan d/L.
(Triatmojo,1999).
Gambar 2. Daerah penerapan teori gelombang Fungsi H/d dan d/L
Selama penjalaran gelombang dari laut dalam ke laut dangkal,
orbit partikel mengalami perubahan bentuk seperti pada gambar di atas.
Orbit perpindahan partikel berbentuk lingkaran pada seluruh kedalaman di
laut dangkal. Di laut transisi dan dalam lintasan partikel berbentuk elips.
Semakin besar kedalaman bentuk elips semakin pipih, dan di dasar gerak
partikel adalah horisonal
12
y=1/2
dL
dL
laut dalamlaut transisidL
120
laut dangkaldL
120
12
Gambar 3. Gerak Orbit Partikel Air dalam Gelombang
B. Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang ( breakwater) merupakan bangunan penahan
gelombang yang sangat efektf untuk digunakan sebagai pelindung pantai
terhadap abrasi dan erosi pantai dengan menghancurkan energi
gelombang sebelum mencapai pantai. Pemecah gelombang ( breakwater)
dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai
dan pemecah gelombang sambung pantai. Bangunan tipe pertama
banyak digunakan sebagai pelindung pantai terhadap erosi dengan
menghancurkan energi gelombang sebelum mencapai pantai. Perairan di
belakang bangunan menjadi tenang sehingga menjadi endapan di daerah
tersebut. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang
pantai. Bangunan ini dapat dibuat dalam satu rangkaian pemecah
gelombang yang dipisahkan oleh celah dengan panang tertentu.
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang terpisah
dari pantai dan sejajar dengan garis pantai. Gelombang yang menuju
pantai terhalang oleh bangunan tersebut sehingga gelombang yang
13
sampai pantai sudah mengecil dan berkurang energinya untuk merusak
pantai.
Bangunan tipe kedua biasanya digunakan untuk melindungi daerah
perairan pelabuhan dari gangguan gelombang, sehingga kapal – kapal
dapat merapat ke dermaga untuk melakukan bongkar-muat barang dan
menaik-turunkan penumpang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan
dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi
oleh gelombang besar laut. Gelombang besar yang datang dari laut lepas
akan dihalangi oleh bangunan ini.
Daerah perairan dihubungkan dengan lautoleh mulut pelabuhan
dengan lebar tertentu, dan kapal keluar/masuk pelabuhan melalui celah
tersebut. Pemecah gelombang dibuat sedemikian rupa sehingga mulut
pelabuhan tidak menghadap ke arah gelombang dan arus dominan yang
terjadi di lokasi pelabuhan. Pemecah gelombang bisa dibuat dari
tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap dan sebagainya.
Dimensi pemecah gelombang tergantung dari banyak faktor ,
diantaranya ukuran dan layout perairan pelabuhan, kedalaman laut, tinggi
pasang surut dan gelombang, ketenangan pelabuhan yang diharapkan
(besarnya limpasan air melalui puncak bangunan yang diijinkan), transpor
sedimen di sekitar lokasi pelabuhan, kemampuan olah gerak kapalyang
menggunakan pelabuhan.
Perencanaan bangunan pantai harus memperhatikan kondisi lokasi
dimana bangunan tersebut akan dibangun. Kondisi alam seperti angin,
14
pasang surut, gelombang, topografi dan bathimetri, serta kondisi
lingkungan sangat berpengaruh dalam perencanaan bagunan. Teori –
teori yang ada dalam buku – buku tentang bangunan pantai dan standar
perencanaan tidak bisa diterapkan secara umum untuk beberapa lokasi
yang berbeda. Hal ini berbeda dengan perencanaan bangunan gedung,
jembatan, jalan, atau bangunan lain, dimana buku panduan dan pedoman
perencanaan dapat digunakan secara umum.
Jenis – jenis pemecah gelombang diantaranya :
1. Pemecah gelombang tenggelam dibagi menjadi dua yakni emerged
breakwater dan sumerged breakwater.
Gambar 4. Bangunan Emerged breakwater
15
Gambar 5. Bangunan Sumerged breakwater
2. Pemecah gelombang terapung yakni pemecah gelombang yang
strukturnya berada di atas permukaan air.
Gambar 6. Bangunan Flaoting breakwater
16
C. Pemecah Gelombang Terapung
Perkembangan Pemecah Gelombang Terapung (Floating
Breakwater) telah meningkat secara sigfnifikan dalam dekade terakhir.
Banyak studi yang membahas serta mempelajari tentang floating
breakwater (Twu and Lee, 1983; Guo et al., 1996; Murali and Mani, 1997;
etc.). Pemecah gelombang Terapung (Floating Breakwater) hadir sebagai
solusi alternatif terhadap pemecah gelombang tetap konvensional dan
dapat digunakan secara efektif di daerah pesisir dengan kondisi
lingkungan gelombang yang ringan. Kondisi tanah dan lingkungan yang
kurang baik, kedalaman laut yang cukup dalam, fenomena erosi pantai
yang intens, serta pertimbangan estetika mendukung penerapan struktur
Floating Breakwater (McCartney, 1985).
Pemecah gelombang Terapung (Floating Breakwater) memiliki
banyak keunggulan dibandingkan dengan pemecah gelombang yang
tetap, misalnya dapat mereduksi energi gelombang, memiliki desain yang
fleksibel sehingga mudah dipindahkan dan dirakit kembali dengan layouts
yang berbeda, biaya lebih rendah serta instalasi yang mudah (Hales,
1981).
Sebagai hasil dari semua efek positif, banyak jenis pemecah
gelombang terapung yang telah diindentifikasi oleh (McCartney, 1985),
diantaranya box, pontoon, mat dan tipe tethered float, namun jenis yang
paling umum digunakan pemecah gelombang terapung (Floating
Breakwater) adalah ponton persegi yang dihubungkan satu dengan yang
17
lain dan ditambatkan ke dasar laut dengan menggunkan kabel atau rantai.
Sebuah breakwater terapung (Floating Breakwater) yang ditambat harus
benar-benar dirancang dalam rangka untuk memastikan pengurangan
efektif energi yang di transmisikan oleh energi gelombang dan mooring
yang digunakan harus dapat menjaga struktur ini tetap berada pada posisi
mengingat karena floating breakwater merupakan struktur terapung yang
rentan berpindah posisi.
Penggunaan floating breakwater dengan sistem mooring harus
memperhatikan beberapa aspek yang penting diantaranya tidak adanya
kegagalan pada tali mooring dan tidak adanya kegagalan pada floaters itu
sendiri dan interkoneksi antara mooring dan floaters (Loukogeorgaki and
Demos, 2005).
D. Deformasi Gelombang
1. Refleksi
Gelombang yang mengenai/membentur suatu bangunan akan
dipantulkan sebagian atau seluruhnya. (Triatmodjo, 2011). Refleksi
gelombang terjadi ketika gelombang datang mengenai atau membentur
suatu rintangan sehingga kemudian dipantulkan sebagian atau
seluruhnya. Tinjauan refleksi gelombang sangat penting untuk diketahui
dalam perencanaan bangunan pantai, sehingga akan didapatkan keadaan
perairan yang relatif tenang pada pelabuhan atau pantai. Oleh karena itu
18
bangunan pemecah gelombang yang baik adalah dapat menyerap energi
gelombang secara optimal.
Besar kemampuan suatu bangunan pemecah gelombang untuk
memantulkan gelombang dapat diketahui melalui koefisien refleksi.
Koefisien refleksi adalah perbandingan antara tinggi gelombang refleksi
(Hr) dan tinggi gelombang datang (Hi).
Apabila gelombang yang merambat melewati suatu penghalang,
maka gelombang tersebut akan dipantulkan kembali oleh penghalang
tersebut. Apabila pemantulannya sempurna atau gelombang datang
dipantulkan seluruhnya, maka tinggi gelombang di depan penghalang
menjadi dua kali tinggi gelombang datang dan disebut gelombang berdiri
(standing wave). Akan tetapi jika penghalang memiliki porositas atau tidak
dapat memantulkan secara sempurna, maka tinggi gelombang di
depanpenghalang akang kurang dari dua kali tinggi gelombang datang
dan pada kondisi ini disebut gelombang berdiri persial (sebagian).
Gambar 7. Profil Gelombang Berdiri Persial
19
Sehingga diperoleh persamaan :
= += −− = 2 − = 2
Tinggi gelombang datang adalah:= = ............................................................(2.3)
Tinggi gelombang refleksi adalah:= = .............................................................(2.4)
Tinggi gelombang datang (Hi) dan refleksi (Hr) pada model
ditentukanberdasarkan tinggi gelombang maksimum (Hmax) dan tinggi
gelombang minimum (Hmin) dari hasil pengukuran tinggi gelombang dari
beberapa titik.
2. Transmisi Gelombang
Transmisi gelombang merupakan penerusan gelombang melalui
suatu bangunan yang parameternya dinyatakan sebagai perbandingan
antara tinggi gelombang yang ditranmisikan ht terhadap tinggi gelombang
hi. = = ............................................................(2.5)
20
Menurut Horikawa (1978) bahwa besarnya energi gelombang yang
didisipasikan/diredam Kd adalah besarnya energi gelombang datang
dikurangi energi gelombang yang ditransmisikan dan direfefleksikan.
Kd = 1- kt- kr
E. Eceng Gondok
Eceng gondok ( Eichhornia Crassipes ) adalah salah satu jenis
tumbuhan yang mengapung di atas permukaan air. Eceng gondok
pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan
bernama Carl Friedrich Philipp Von Martius, seorang ahli botani
berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 di sungai amazon Brazil. Eceng
gondok memiliki kecepatan tumbuh mencapai sekitar 1,9 % per hari
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak
lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui
saluran air ke badan air lainnya. Eceng gondok hidup mengapung di air
dan kadang – kadang berakar dalam tanah. Tingginya tumbuhan ini
sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tumbuhan ini tumbuh di kolam – kolam dangkal,
danau, tanah basah, rawa dan sungai.
Pertumbuhan dan penyebaran eceng gondok di wilayah perairan
sangat berbahaya. Wilayah perairan yang seharusnya menjadi tempat
aliran air, sumber air bersih, jalur transportasi dan wisata sudah tidak
berfungsi sebagai mana mestinya.Selama ini eceng gondok sudah
21
dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan seperti kursi, tas, hiasan
dinding, furniture dan lain – lain.
Namun, tingkat pemanfaatan eceng gondok tidak sebanding
dengan tingkat pertumbuhannya yang mencapai 1,9 % per hari. Serta
tingkat perkembangbiakannya, dimana 10 tanaman ini dapat menjadi
600.000 tanaman dalam waktu 8 bulan (Van Stenis dalam Sri Kusumawati
1995). Eceng gondok mengandung kadar air sebesar 90 % dengan
tingkat reduksi berat dari 10 kg basah menjadi 1 kg kering. Dalam
keadaan kering eceng gondok mengandung protein kasar 13,03 %, serat
basah 20,6 %, lemak 1,1 %, abu 23,8 % dan sisanya berupa vortex yang
mengandung polisakarida dan mineral- mineral (Suwardi dan Utomo
1975). Eceng gondok berpotensi dikembangkan dalam bidang komposit
berbasisi serat alam, dengan kandungan serat yang ulet dan tinggi
sehingga tahan terhadap air.
Gambar 8. Eceng gondok kering
22
Dengan gagasan ini tumbuhan eceng gondok memiliki manfaat
yang lebih banyak lagi jadi pertumbuhan dan pemanfaatannya bisa
seimbang sehingga perairan bisa bersih dari eceng gondok dan perairan
tersebut dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Pelindung
pantai bisa diolah dan diproduksi sendiri oleh masyrakat khususnya
masyarakat nelayan. Serta bisa mengurangi abrasi di daerah pesisir
sehingga dapat melestarikan lingkungan perairan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin dengan rencana waktu penelitian selama 2 bulan
dimulai dari bulan Juni sampai bulan Agustus, dimana pada bulan Juni
sampai Juli tahap persiapan yakni pengumpulan bahan kajian dan
pembuatan model floating breakwater, pada bulan selanjutnya yakni bulan
Agustus merupakan pengujian model, pengambilan data dan pengolahan
data.
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksprimental, dimana
kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti dengan mengacu pada
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian tersebut, serta adanya
kontrol untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yang terdiri dari:
a. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari simulasi model
fisik di labratorium.
24
b. Data sekunder yakni data yang didapatkan dari literatur, hasil
penelitian yang telah ada, baik yang telah dilakukan di laboratorium
maupun di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian pemecah
gelombang terapung.
C. Alat dan bahan
1. Alat
a. Alat untuk pembuatan model:
a) Pensil / spidol
b) Mistar
c) Pisau / gunting
b. Alat untuk pengujian model :
a) Wave Flume
b) Mistar
c) Alat tulis
d) Stopwatc untuk mengukur periode gelombang
e) Kamera untuk dokumentasi
2. Bahan :
a. Bahan untuk pembuatan model:
a) Eceng gondok kering
b) Pipa PC
b. Bahan untuk pengujian :
a) Air
25
D. Variabel Yang Diteliti
1. Variabel bebas
a. Periode gelombang (T)
b. Panjang gelombang (L)
c. Tinggi gelombang datang (Hi)
d. Variasi kedalaman tenggelam
2. Variabel terikat
a. Tinggi gelombang refleksi (Hr)
b. Tinggi gelombang transmisi (Ht)
26
TAMPAK DEPAN
0.5
1.0
27.0
21.0
E. Sketsa Floating Breakwater
Gambar 9.Tampak Depan Model
Gambar 10. Tampak Samping Model
Gambar 11. Tampak Atas Model
27
F. Rancangan penelitian
1. Karakteristik Gelombang
Karasteristik gelombang yang dihasilkan oleh wave generator terdiri
dari tiga variasi periode dan satu tinggi gelombang. Periode gelombang
dikontrol oleh putaran pulley. Tinggi gelombang dikontrol oleh posisi
strokeyang mengatur gerakan flap. Sedangkan kedalaman air pada flume
adalah 25 cm. Data karasteristik diperoleh sebelum diletakkan model
peredam gelombang.
Tabel. 2. Karasteristik gelombang
Kedalaman Periode GelombangTinggi Gelombang
( cm )
Cm detik cm
25
Pulley 1 1,7
3Pulley 2 1,9
Pulley 3 2,1
2. Pelaksanaan Simulasi Model
Pelaksanaan simulasi model dilakukan dengan mengukur tinggi
gelombang pada 9 titik di depan dan di belakang model. Pengukuran
tinggi gelombang yang dibangkitkan pada kondisi stabil, yaitu beberapa
saat setelah gelombang dibangkitkan. Adapun pelaksanaannya sebagai
berikut:
28
a. Pertama model diletakkan dijarak 9 m dari pembangkit gelombang
yang dimana ukuran flume yang digunakan 15 m.
b. Percobaan pembangkit gelombang dilakukan untuk melakukan
kalibrasi alat pencatatan tinggi gelombang.
c. Setelah semua komponen siap, pelaksanaan pengambilan dimulai
dengan membangkitkan gelombang dengan menekan tombol star
pada kontrol pembangkit gelombang.
d. Tinggi gelombang maksimal dan minimum di depan dan dibelakang
model diukur dan dicatat pada masing-masing titik.
e. Prosedur dipoin c dan d dilakukan berulang-ulang dengan variasi
kedalaman tenggelam model yang berbeda dalam variasi
parameter periode gelombang (T) dan tinggi gelombang datang.
29
3. Simulasi Perletakan Model di dalam Flume
Gambar 12. Simulasi model dalam flume
30
4. Variasi Kedalaman Model didalam Flume
1) Variasi kedalaman 15 cm
Gambar 13. Tampak atas 15 cm dalam flume
31
Gambar 14.Tampak depan 15 cm dalam flume Gambar 15. Tampak samping 15 cm dalam flume
32
2) Variasikedalaman 18 cm
Gambar 16. Tampak atas18 cm dalam flume
33
Gambar 18. Tampak samping 18 cm dalam flume
Gambar 17.Tampak depan 18 cm dalam flume
34
3) Variasi kedalaman 21 cm
Gambar 19. Tampak atas 21 cm dalam flume
35
Gambar 20.Tampak depan 21 cm dalam flume Gambar 21. Tampak samping 21 cm dalam flume
36
Keda
laman
Teng
gelam
Mod
el
Keda
laman
Air
(d)
Perio
de (T
)
Panj
ang G
elom
bang
(L)
H m
ax
H m
in
cm m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.25
Tinggi Gelombang
3Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
2.1
1Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
2Elevasi
gelombang
3Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
2Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
Elevasigelombang
Tinggi Gelombang
1.9
1Elevasi
gelombang
Tinggi Gelombang
2Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
store Pembacaan Depan Model
titik pengamatan
15
1.7
1Elevasi
gelombang
3
5. Format Data
Tabel 3. Format tabel pengamatan pembacaan tinggi gelombang di depan model di laboratirium
Keterangan : format data untuk kedalaman tenggelam 18 cm, 21 cm sama
37
Keda
laman
Teng
gelam
Mod
el
Keda
laman
Air
(d)
Perio
de (T
)
Panj
ang G
elom
bang
(L)
H m
ax
H m
in
cm m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.250.25 puncak0.25 lembah0.25
Tinggi Gelombang
3Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
2.1
1Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
2Elevasi
gelombang
3Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
2Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
Elevasigelombang
Tinggi Gelombang
1.9
1Elevasi
gelombang
Tinggi Gelombang
2Elevasi
gelombangTinggi Gelombang
store Pembacaan Belakang Model
titik pengamatan
15
1.7
1Elevasi
gelombang
3
Tabel 4. Format tabel pengamatan pembacaan tinggi gelombang di belakang model di laboratirium
Keterangan : format data untuk kedalaman tenggelam 18 cm, 21 cm sama
38
G. Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur penelitian ini digambarkan pada
flowchart berikut :Mulai
Studi literaturParameter / variabel
Persiapan alat dan bahanPembuatan model
Model Floating Breakwater(pemecah gelombang terapung)
Uji model Floating Breakwater
Memenuhi
Analisis Data
Pembahasan
Selesai
Variasi kedalaman 21cm
Variasi kedalaman 15 cm
Tidak
Ya
Gambar 22. Flowchart prosedur penelitian
Variasi kedalaman 18 cm
Pengambilan Data Variasi periode (T) Pengamatan tinggi gelombang
depan dan belakang model
Hasil Akhir
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Adapun uraian dari keseluruhan hasil penelitian yang
dilakukan akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Panjang Gelombang (L)
Penentuan panjang gelombang dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan pengukuran langsung dan metode iterasi dari
persamaan panjang gelombang yang ada. Untuk pengukuran
langsung di laboratorium dapat diketahui dengan kasat mata dengan
mengukur panjang gelombang langsung yang terdiri dari 2 bukit dan 1
lembah. Sedangkan untuk metode iterasi kita cukup membutuhkan
data periode yang diperoleh pada saat pra-penelitian.
Salah satu contoh perhitungan panjang gelombang dengan
metode iterasi pada periode 1,7 detik dan kedalaman 0,25 m, yaitu
sebagai berikut :
= 1,56 .T2 = 1,56 . (1,7)2
= 4,5084
=,, = 0,0554520
= 0,099805 (tabel d/L iterasi pada lampiran)
40
Jadi, panjang gelombang (L) =,,
= 2,505 m
Perhitungan panjang gelombang (L) untuk semua variasi periode
secara rinci dapat dilihat pada lampiran.
2. Data Tinggi Gelombang (Hmax dan Hmin)
Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa pengukuran
tinggi gelombang dilakukan 9 titik di depan dan dibelakang model
dimana pencatatan data diambil sebanyak tiga kali pada tiap
titiknya. Jarak antar titik pengukuran yang satu dengan lainnya
sama dan diatur pada satu panjang gelombang, yang dapat
diketahui melalui kasat mata yang terdiri dari 2 bukit dan 1 lembah.
Data utama yang diamati dan dicatat selama pengujian di
laboratorium adalah tinggi gelombang di depan dan dibelakang
model. Dari hasil eksperimen dan pencatatan tinggi gelombang di
tiap lokasi pengamatan diambil tinggi maksimum (Hmax) dan tinggi
minimum (Hmin). Pencatatan menggunakan alat ukur berupa
meteran. Untuk tabel tinggi gelombang maximum dan minimun
model pada kedalaman tenggelaman model yang berbeda dapat
dilihat pada tabel berikut :
41
kedalaman Air(d)Kedalaman
TenggelamanModel
Periode(T)
H max H min
cm cm detik cm cm1 3.5 2.82 3.2 2.73 3.2 2.81 3.4 2.72 3.3 2.73 3.4 2.61 3.3 2.52 3.5 2.63 3.5 2.7
store
18
1.7
1.9
2.1
25
Tabel 5. Pengamatan tinggi gelombang Hmax dan Hmin di depanmodel pada kedalaman tenggelam model 15cm.
Sumber :Hasilperhitungan
Tabel 6. Pengamatan tinggi gelombang Hmax dan Hmin di depanmodel pada kedalaman tenggelam model 18cm.
Sumber :Hasilperhitungan
kedalaman Air(d)Kedalaman
TenggelamanModel
Periode(T)
H max H min
cm cm detik cm cm1 3.6 2.92 3.4 2.93 3.3 2.81 2.8 2.62 3.6 2.93 3.5 2.51 3.3 2.72 3.3 2.33 3.4 2.1
stroke
15
1.7
1.9
2.1
25
42
Tabel 7. Pengamatan tinggi gelombang Hmax dan Hmin di depanmodel pada kedalaman tenggelam model 21 cm.
Sumber :Hasilperhitungan
Tabel 8. Pengamatan tinggi gelombang Hmax dan Hmin dibelakang model pada kedalaman tenggelam model15cm
Sumber :Hasilperhitungan
kedalaman Air(d)Kedalaman
TenggelamanModel
Periode(T)
H max H min
cm cm detik cm cm1 3.5 2.12 3.4 23 3.1 2.31 2.8 2.12 2.7 1.93 2.9 21 2.8 1.92 2.2 1.83 2.1 1.6
stroke
15
1.7
1.9
2.1
25
kedalaman Air(d)Kedalaman
TenggelamanModel
Periode(T)
H max H min
cm cm detik cm cm1 3.4 2.52 3.2 2.93 3.2 2.71 3.1 2.32 3.3 2.63 3.2 2.81 3.2 2.32 3.2 2.53 3.3 2.6
stroke
21
1.7
1.9
2.1
25
43
Tabel 9. Pengamatan tinggi gelombang Hmax dan Hmindibelakang model pada kedalaman tenggelam model18cm
Sumber :Hasilperhitungan
Tabel 10. Pengamatan tinggi gelombang Hmax dan Hmin dibelakang model pada kedalaman tenggelam model21cm
Sumber :Hasilperhitungan
3. Gelombang Refleksi
Tinggi gelombang datang (Hi) yang dihasilkan oleh
pemecah gelombang tergantung berapa besar tinggi gelombang
maksimum (Hmax) dan tinggi gelombang minimum (Hmin) yang
kedalaman Air(d)Kedalaman
TenggelamanModel
Periode(T)
H max H min
cm cm detik cm cm1 2.4 1.92 2.3 1.73 2.1 1.61 2.4 1.52 2.2 1.63 2.1 1.51 2.5 1.42 2.3 1.33 2.1 1.1
stroke
21
1.7
1.9
2.1
25
kedalaman Air(d)Kedalaman
TenggelamanModel
Periode(T)
H max H min
cm cm detik cm cm1 3.2 1.22 2.8 1.53 2.4 1.91 2.5 1.32 2.6 1.63 2.5 1.91 2.5 1.52 2.4 1.43 2.6 1.2
stroke
18
1.7
1.9
2.1
25
44
dialami oleh bagian depan pemecah gelombang tersebut, hal ini
berdasarkan landasan teori yakni besarnya gelombang datang
sama dengan Hmax dijumlahkan dengan Hmin kemudian hasil
penjumlahannya dibagi 2. Hasil pembagian tersebut merupakan
besar tinggi gelombang datang (Hi) dapat dirumuskan dengan
menggunakan persamaan (2.3). Salah satu contoh perhitungan
tinggi gelombang datang (Hi) pada periode 1,7 detik model floating
breakwater berbahan dasar eceng gondok adalah sebagai berikut :
Diketahui : Hmax = 3,6
Hmin = 2,9
Hi=
= , ,= 3,25 cm
Gelombang datang yang membentur suatu bangunan
akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya, fenomena gelombang
ini disebut gelompang refleksi. Tinggi gelombang refleksi (Hr) dapat
diselesaikan dengan persamaan (2.4). Salah satu contoh
perhitungan tinggi gelombang refleksi (Hr) pada periode 1,7 detik
model floating breakwater berbahan dasar eceng gondok adalah
sebagai berikut :
Diketahui : Hmax = 3,6
Hmin = 2,9
45
Hr=
= , ,= 0,35 cm
4. Gelombang Transmisi
Gelombang yang bergerak menerus melewati suatu
bangunan akan ditransmisikan, sehingga terdapat sisa-sisa energi
gelombang yang terjadi setelah melewati bangunan pemecah
gelombang. Tinggi gelombang transmisi (Ht) dapat diselesaikan
dengan persamaan (2.5). Salah satu contoh perhitungan tinggi
gelombang transmisi (Ht) pada periode 1,7 detik model floating
breakwater berbahan dasar eceng gondok adalah sebagai berikut :
Diketahui : Hmax = 3,5
Hmin = 2,1
Ht=
= , ,= 2,8 cm
46
KedalamanTenggelaman
ModelPeriode (T) H max H min Hi Hr L
cm detik cm cm cm cm cm1 3.6 2.9 3.25 0.35 250.5 0.1076923082 3.4 2.9 3.15 0.25 250.5 0.0793650793 3.3 2.8 3.05 0.25 250.5 0.0819672131 2.8 2.6 2.7 0.1 283.5 0.0370370372 3.6 2.9 3.25 0.35 283.5 0.1076923083 3.5 2.5 3 0.5 283.5 0.1666666671 3.3 2.7 3 0.3 316.4 0.12 3.3 2.3 2.8 0.5 316.4 0.1785714293 3.4 2.1 2.75 0.65 316.4 0.2363636361 3.5 2.8 3.15 0.35 250.5 0.1111111112 3.2 2.7 2.95 0.25 250.5 0.0847457633 3.2 2.8 3 0.2 250.5 0.0666666671 3.4 2.7 3.05 0.35 283.5 0.1147540982 3.3 2.7 3 0.3 283.5 0.13 3.4 2.6 3 0.4 283.5 0.1333333331 3.3 2.5 2.9 0.4 316.4 0.1379310342 3.5 2.6 3.05 0.45 316.4 0.1475409843 3.5 2.7 3.1 0.4 316.4 0.1290322581 3.4 2.5 2.95 0.45 250.5 0.1525423732 3.2 2.9 3.05 0.15 250.5 0.0491803283 3.2 2.7 2.95 0.25 250.5 0.0847457631 3.1 2.3 2.7 0.4 283.5 0.1481481482 3.3 2.6 2.95 0.35 283.5 0.1186440683 3.2 2.8 3 0.2 283.5 0.0666666671 3.2 2.3 2.75 0.45 316.4 0.1636363642 3.2 2.5 2.85 0.35 316.4 0.1228070183 3.3 2.6 2.95 0.35 316.4 0.118644068
21
1.7
1.9
2.1
KrKedalaman (d)
store
cm
25
15
1.7
1.9
2.1
18
1.7
1.9
2.1
Tabel 11.Hasil Rekapitulasi Tinggi Gelombang Refleksi (Hr)
Sumber :Hasil perhitungan
47
KedalamanTenggelaman
ModelPeriode (T) H max H min Hi Ht L
cm detik cm cm cm cm cm1 3.5 2.1 3.25 2.8 250.5 0.8615384622 3.4 2 3.15 2.7 250.5 0.8571428573 3.1 2.3 3.05 2.7 250.5 0.8852459021 2.8 2.1 2.7 2.45 283.5 0.9074074072 2.7 1.9 3.25 2.3 283.5 0.7076923083 2.9 2 3 2.45 283.5 0.8166666671 2.8 1.9 3 2.35 316.4 0.7833333332 2.2 1.8 2.8 2 316.4 0.7142857143 2.1 1.6 2.75 1.85 316.4 0.6727272731 3.2 1.2 3.15 2.2 250.5 0.6984126982 2.8 1.5 2.95 2.15 250.5 0.7288135593 2.4 1.9 3 2.15 250.5 0.7166666671 2.5 1.3 3.05 1.9 283.5 0.622950822 2.6 1.6 3 2.1 283.5 0.73 2.5 1.9 3 2.2 283.5 0.7333333331 2.5 1.5 2.9 2 316.4 0.6896551722 2.4 1.4 3.05 1.9 316.4 0.622950823 2.6 1.2 3.1 1.9 316.4 0.6129032261 2.4 1.9 2.95 2.15 250.5 0.7288135592 2.3 1.7 3.05 2 250.5 0.6557377053 2.1 1.6 2.95 1.85 250.5 0.6271186441 2.4 1.5 2.7 1.95 283.5 0.7222222222 2.2 1.6 2.95 1.9 283.5 0.6440677973 2.1 1.5 3 1.8 283.5 0.61 2.5 1.4 2.75 1.95 316.4 0.7090909092 2.3 1.3 2.85 1.8 316.4 0.6315789473 2.1 1.1 2.95 1.6 316.4 0.542372881
25
15
18
21
Kedalaman (d)
cm
1.7
1.9
2.1
1.7
1.9
2.1
1.7
1.9
2.1
Ktstore
Tabel 12.Hasil Rekapitulasi Tinggi Gelombang Transmisi (Ht)
Sumber :Hasil perhitungan
48
B. Pembahasan
Pada penelitian ini, terdapat 3 variasi kedalaman tenggelam
model yakni kedalaman tenggelam 15 cm, kedalaman tenggelam 18
cm, dan kedalaman tenggelam 21 cm. Pembahasan untuk hasil
penelitian ini berupa grafik yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Hubungan Parameter Tinggi Gelombang Refleksi (Hr) dengan
Kedalaman Tenggelam Model
Berdasarkan hasil pengamatan data pada sub bab
sebelumnya diperoleh Tinggi gelombang refleksi (Hr) dan
kedalaman tenggelam model. Jika mengambil tinggi gelombang
refleksi (Hr) sebagai variabel sumbu Y dan kedalaman tenggelam
model sumbu X maka akan didapatkan grafik seperti gambar
berikut.
Gambar 23.Hubungan antara tinggigelombang refleksi (Hr)dengan kedalaman tenggelam model
49
Dari hasil pengamatan di atas, dapat dilihat dari grafik bahwa
tinggi gelombang refleksi berbanding lurus dengan kedalaman
tenggelam model. Semakin dalam tenggelamnya model semakin
besar nilai tinggi gelombang refleksi yang dihasilkan.
2. Hubungan Parameter Tinggi Gelombang Transmisi (Ht) dengan
Kedalaman Tenggelam Model
Berdasarkan hasil pengamatan data pada sub bab
sebelumnya diperoleh Tinggi gelombang transmisi (Ht) dan
kedalaman tenggelam model. Jika mengambil tinggi gelombang
transmisi (Ht) sebagai variabel sumbu Y dan kedalaman
tenggelam model sebagai sumbu X maka akan didapatkan grafik
seperti gambar berikut.
Gambar 24.Hubungan antara tinggigelombang transmisi (Ht)dengan kedalaman tenggelam model
50
Dari hasil pengamatan di atas, dapat dilihat dari grafik bahwa
tinggi gelombangtransmisiberbanding terbalik dengan kedalaman
tenggelam model. Semakin dalam tenggelamnya model semakin
keciltinggi gelombang transmisi yang dihasilkan.
3. Hubungan Tinggi Gelombang Refleksi (Hr) dengan
VariasiKedalaman Tenggelam Model (d1,d2,d3)
Untuk menyajikan hubungan tinggi gelombang (Hr), dengan
kedalaman tenggelam model maka diambil Hr sebagai sumbu Y dan
kedalaman tenggelam model (d1,d2,d3)sebagai sumbu X untuk tiap
kedalaman tenggelam model maka akan didapat grafik seperti gambar
di bawahini.
Gambar 25. Hubungan tinggi gelombang refleksi dengan kedalamantenggelam model
51
Dari hasil pengamatan di atas dapat dilihat dari grafik bahwa
tinggi gelombang refleksi berbanding lurus dengan kedalaman
tenggelam model. Semakin dalamtenggelamnya model semakinbesar
nilai tinggi gelombang refleksi. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh periode di setiap kedalaman tenggelam model.
4. Hubungan Tinggi Gelombang Transmisi (Ht) dengan
VariasiKedalaman Tenggelam Model (d1,d2,d3)
Untuk menyajikan hubungan tinggi gelombang (Ht), dengan
kedalaman tenggelam model maka diambil Ht sebagai sumbu Y dan
kedalaman tenggelam model (d1,d2,d3) sebagai sumbu X untuk tiap
kedalaman tenggelam model maka akan didapat grafik seperti gambar
di bawahini.
Gambar 26. Hubungan tinggi gelombang transmisi (Ht) dengankedalaman tenggelam model
52
Dari hasil pengamatan di atas dapat dilihat dari grafik bahwa
tinggi gelombang transmisi berbanding terbalik dengan kedalaman
tenggelam model. Semakin dalam tenggelamnya model semakin
kecilnilai tinggi gelombang transmisi yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh periode di
setiapkedalamantenggelam model.
5. Hubungan Periode (T) dengan Tinggi Gelombang Refleksi (Hr)
Untuk menyajikan hubungan periode (T) dengan tinggi
gelombang refleksi (Hr), maka diambil periode (T) sebagai sumbu X
dan tinggi gelombang refleksi (Hr) sebagai sumbu Y untuk tiap
kedalaman tenggelam model maka akan didapat grafik seperti
gambar.
Gambar 27. Hubungan periode gelombang (T) dengan tinggigelombang refleksi (Hr) pada kedalaman tenggelammodel
53
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa semakin lama
periode maka semakin meningkat nilai tinggi gelombang refleksi baik
kedalaman tenggelam model 15 cm, 18 cm maupun 21 cm.
6. Hubungan Periode (T) dengan Tinggi Gelombang Transmisi (Ht)
Untuk menyajikan hubungan periode (T) dengan tinggi
gelombang (Ht), maka diambil periode (T) sebagai sumbu X dan tinggi
gelombang transmisi (Ht) sebagai sumbu Y untuk tiap kedalaman
tenggelam model maka akan didapat grafik seperti gambar.
Gambar 28. Hubungan periode gelombang dengan tinggi gelombangtransmisi(Ht) pada kedalaman tenggelam model
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa semakin lama
periode maka semakin menurun nilai tinggi gelombang transmisi baik
kedalaman tenggelam model 15 cm, 18 cm maupun 21 cm.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
disimpulkan bahwa:
1. Besarnya Tinggi Gelombang Refleksi (Hr)
berbandinglurusdengan kedalaman tenggelam model. Semakin
dalam tenggelamnya model semakin besarnilai tinggi
gelombang refleksi. Sedangkan untuk besarnya
TinggiGelombangTransmisi(Ht) berbanding terbalikdengan
kedalaman tenggelam model. Semakin dalam tenggelamnya
model semakin kecilnilai tinggi gelombang transmisi.
2. Semakin lama periode (T) maka semakin meningkat nilai tinggi
gelombang refleksi (Hr) dan semakin lama periode (T) maka
semakin menurun nilai tinggi gelombang transmisi (Ht)
B. Saran
Kami sadar penelitian ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami menyarankan penelitian ini masih perlu dikaji untuk
beberapa parameter berikut:
55
1. Pengaruh besarnya sudut datang gelombang, variasi
kedalaman air, dan kerangka floating breakwater dari bahan
lain. Sehingga ada peneliti lain yang mengkaji lebih lanjut.
2. Pembacaan gelombang sebaiknya menggunakan pembacaan
secara otomatis, hal ini dikarenakan pada pembacaan manual
cenderung memiliki banyak kesalahan eror saat pembacaan
pada flume, serta biasanya data yang di peroleh tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah Nontji, 1987, Laut Nusantara , Penerbit Djambatan, Jakarta
Cartney ,Mc. 1985. Floating Breakwater, Delf University, Belanda
D’Angremond K and Van Roode F.C,2004, Breakwater and Clousure
DAMS. Delf University, New York ,USA
Fousert, M. W., 2006. Floating Breakwater: a Theoretical Study of a
Dynamic Wave Attenuating System, Section of Hidraulic
Engineering, Faculty of Civil Engineering and Geosciences, Delft
University of Technology, Netherland
Hales, 1981, Floating Breakwater, Delf University, Belanda
Martius Carl, Eichhornia Crassipes, Brazil
Suntoyo dkk, 1996, Gelombang , Mahakarya, Jakarta
Saputra,Septian Dwi dkk, 2012, Studi Eksperimen Refleksi Gelombang
pada Pemecah Gelombang Terapung Tipe Mooring. Teknik
Kelautan. ITS.
Triatmodjo Bambang, 2010, Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset,
Yogyakarta
Triatmodjo Bambang, 2011, Perencanaan Bangunan Pantai, Beta Offset,
Yogyakarta
Triatmodjo Bambang, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Utomo Dkk, 1975,Pemanfaatan Eceng Gondok, Djambatan, Jakarta
LAMPIRAN 1
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian
1. Saluran gelombang (fluem) multi guna berukuran panjang 15m, lebar 0,30 mdan kedalaman relatif 0,46m
Tangki pembangkit gelombang
2. Unit pembangkit gelombang, mesin pembangkit terdiri dari mesin utama,pulley yang berfungsi mengatur waktu putaran piringan yang dihubungkandengan stroke sehingga menggerakkan flap pembangkit gelombang.
Unit pembangkit gelombang
LAMPIRAN 2
Dokumentasi Penelitian
Perletakan Model dalam Flume
Kedalaman tenggelam model 15 cm
Kedalaman tenggelam model 18 cm
Kedalaman tenggelam model 21 cm
pembacaan tinggi gelombang
Keda
laman
Air
(d)
Perio
de (T
)
Panj
ang G
elom
bang
(L)
H m
ax
H m
in
m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak 28.1 27.9 27.3 27 27.2 27.3 27.5 27 27.40.25 lembah 24.8 24.4 24 23.4 24 24 24.6 23.9 24.40.25 3.3 3.5 3.3 3.6 3.2 3.3 2.9 3.1 30.25 puncak 27.4 27.3 27.5 27 26.9 27.1 26.9 26.8 26.90.25 lembah 24.4 24.1 24.5 23.8 24 23.9 23.9 23.4 23.80.25 3 3.2 3 3.2 2.9 3.2 3 3.4 3.10.25 puncak 27.3 27.4 27.6 27.9 27 27.1 27.2 27.3 27.50.25 lembah 24.1 24.4 24.3 25 23.9 24.2 24.4 24 24.50.25 3.2 3 3.3 2.9 3.1 2.9 2.8 3.3 30.25 puncak 26.4 26.8 26.7 26.2 26.6 26.9 26.7 26.8 26.90.25 lembah 23.5 23.8 24.1 23.3 23.6 24 23.9 24.1 23.90.25 2.9 3 2.6 2.9 3 2.9 2.8 2.7 30.25 puncak 26.9 27.3 26.9 27.1 27 27.1 27.2 26.8 26.90.25 lembah 23.9 24 23.5 23.5 23.8 24 24 23.8 240.25 3 3.3 3.4 3.6 3.2 3.1 3.2 3 2.90.25 puncak 27 26.7 26.2 26.1 25.9 26 26.3 26.4 25.90.25 lembah 24.5 23.7 23 22.8 23 22.8 23.2 22.9 22.80.25 2.5 3 3.2 3.3 2.9 3.2 3.1 3.5 3.10.25 puncak 26.5 26.7 26.5 26.5 27 27.1 26.7 27 26.90.25 lembah 23.2 23.7 23.3 23.6 23.8 24.4 23.7 23.8 23.80.25 3.3 3 3.2 2.9 3.2 2.7 3 3.2 3.10.25 puncak 25.9 26.1 26.5 26.7 26.9 27.1 26.8 27 26.90.25 lembah 22.6 23.4 23.5 24.4 23.8 23.9 23.9 24 23.80.25 3.3 2.7 3 2.3 3.1 3.2 2.9 3 3.10.25 puncak 26 26.4 26.1 26.4 26.2 26 26.1 25.9 26.20.25 lembah 23 23.2 22.7 23.3 23.3 23.9 23 23.1 23.70.25 3 3.2 3.4 3.1 2.9 2.1 3.1 2.8 2.5
3.4 2.1
Tinggi Gelombang
3.3 2.7
Tinggi Gelombang
2 316.4Elevasi
gelombang 3.3 2.3
Tinggi Gelombang
3.3 2.8
Tinggi Gelombang
1,9
1 283.5Elevasi
gelombang 3 2.6
3 283.5Elevasi
gelombang 3.5 2.5
Tinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
2 283.5Elevasi
gelombang 3.6 2.9
Tinggi Gelombang
3.6 2.9
Tinggi Gelombang
2 250.5Elevasi
gelombang 3.4 2.9
Tinggi Gelombang
store Pembacaan Depan Model
titik pengamatan
1,7
1 250.5Elevasi
gelombang
3 250.5Elevasi
gelombang
2,1
1 316.4Elevasi
gelombang
3 316.4Elevasi
gelombang
Lampiran 3
Tabel data hasil pengamatan di depan dan di belakang model
1. Pembacaan Di depan model
Keda
lam
an A
ir (d
)
Perio
de (T
)
Panj
ang
Gelo
mba
ng (L
)
m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak 27.2 27 26.9 26.8 26.5 26.9 26.7 26.8 26.60.25 lembah 24.3 24.1 23.9 23.6 23 23.9 23.6 24 23.60.25 2.9 2.9 3 3.2 3.5 3 3.1 2.8 30.25 puncak 26.9 26.9 26.9 27 26.7 27 27.1 27 26.80.25 lembah 23.9 24.1 24.2 24 23.5 24.1 24 23.9 23.90.25 3 2.8 2.7 3 3.2 2.9 3.1 3.1 2.90.25 puncak 26.9 26.8 27.1 26.5 26.7 26.5 26 26.8 25.60.25 lembah 23.7 23.9 24 23.6 23.9 23.5 23 23.7 22.40.25 3.2 2.9 3.1 2.9 2.8 3 3 3.1 3.20.25 puncak 28 27 27 27.5 27.2 27.5 27.3 27.4 27.90.25 lembah 24.9 24.2 24 24.5 24 24.1 24.2 24.7 250.25 3.1 2.8 3 3 3.2 3.4 3.1 2.7 2.90.25 puncak 27.4 26.9 26.5 27.5 26.8 27.5 27.1 27.6 270.25 lembah 24.4 24 23.4 24.6 23.5 24.6 24.1 24.5 24.30.25 3 2.9 3.1 2.9 3.3 2.9 3 3.1 2.70.25 puncak 27.8 27.2 27 26.8 27 27.3 27 27.2 270.25 lembah 24.9 24.2 23.8 24.2 24 24.4 24 23.8 23.80.25 2.9 3 3.2 2.6 3 2.9 3 3.4 3.20.25 puncak 27.8 27 27.1 27.3 27 27.2 27.1 27 26.90.25 lembah 24.8 23.9 23.9 24.4 24.5 24.2 23.8 24.1 23.90.25 3 3.1 3.2 2.9 2.5 3 3.3 2.9 30.25 puncak 27.1 27 27.3 27.1 27 27.3 27 27.5 27.40.25 lembah 23.9 24 24.4 24.5 23.9 23.8 24 24.6 24.30.25 3.2 3 2.9 2.6 3.1 3.5 3 2.9 3.10.25 puncak 27.2 27.3 27.4 27.2 27.2 27.4 27 26.9 270.25 lembah 24 24.4 24.3 23.7 24.2 24.6 24 23.6 24.30.25 3.2 2.9 3.1 3.5 3 2.8 3 3.3 2.7
2,1
1 316.4Elevasi
gelombang 3.3 2.5
Tinggi Gelombang
2 316.4Elevasi
gelombang 3.5 2.6
Tinggi Gelombang
3 316.4Elevasi
gelombang 3.5 2.7
Tinggi Gelombang
Elevasigelombang 3.2 2.7
Tinggi Gelombang
1,9
1 283.5Elevasi
gelombang 3.4 2.7
Tinggi Gelombang
2 283.5Elevasi
gelombang 3.3 2.7
Tinggi Gelombang
3 283.5Elevasi
gelombang 3.4 2.6
Tinggi Gelombang
stor
e Pembacaan Depan Model
H m
ax
H m
in
titik pengamatan
1,7
1 250.5Elevasi
gelombang
3 250.5Elevasi
gelombang 3.2 2.8
Tinggi Gelombang
3.5 2.8
Tinggi Gelombang
2 250.5
Keda
lam
an A
ir (d
)
Perio
de (T
)
Panj
ang
Gelo
mba
ng (L
)
m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak 27.5 27.7 27.5 27.8 27.3 27 26.9 26.8 270.25 lembah 24.4 24.8 24.3 24.7 23.9 24.1 24.4 24 240.25 3.1 2.9 3.2 3.1 3.4 2.9 2.5 2.8 30.25 puncak 27 26.9 26.9 27 26.7 27 27.1 27 26.80.25 lembah 24 23.7 24 24 23.7 24.1 24 23.9 23.90.25 3 3.2 2.9 3 3 2.9 3.1 3.1 2.90.25 puncak 27.2 26.9 27.1 26.5 26.7 26.5 26 26.8 25.60.25 lembah 24.1 24 24.1 23.8 23.5 23.5 23 23.7 22.40.25 3.1 2.9 3 2.7 3.2 3 3 3.1 3.20.25 puncak 27.1 27 27 27.5 27.2 27.5 27.3 27.4 270.25 lembah 24 24.2 24.5 24.5 24.9 24.7 24.2 24.7 24.10.25 3.1 2.8 2.5 3 2.3 2.8 3.1 2.7 2.90.25 puncak 27.4 26.9 26.5 27.5 26.8 27.5 27.1 27.6 270.25 lembah 24.4 23.8 23.2 24.6 23.6 24.6 24.5 24.5 24.10.25 3 3.1 3.3 2.9 3.2 2.9 2.6 3.1 2.90.25 puncak 27.4 27 26 26.8 27 27.1 27 26.9 26.90.25 lembah 24.6 24 22.8 23.6 24 24.1 23.9 24 240.25 2.8 3 3.2 3.2 3 3 3.1 2.9 2.90.25 puncak 27.8 27 27.1 27.3 27 27.2 27.1 27 26.90.25 lembah 25.4 24.4 24.8 24.3 23.8 24.2 24.2 24.1 23.90.25 2.4 2.6 2.3 3 3.2 3 2.9 2.9 30.25 puncak 27.1 27 27.3 27.1 27 27.3 27 27.5 27.40.25 lembah 23.9 24 24.4 24.6 23.9 24.4 24.2 24.5 24.30.25 3.2 3 2.9 2.5 3.1 2.9 2.8 3 3.10.25 puncak 27.2 27.3 27.4 27.2 27.2 27.4 27 26.9 270.25 lembah 24.2 24.4 24.3 24.6 24.2 24.4 24.1 23.6 23.80.25 3 2.9 3.1 2.6 3 3 2.9 3.3 3.2
2,1
1 316.4Elevasi
gelombang 3.2 2.3
Tinggi Gelombang
2 316.4Elevasi
gelombang 3.2 2.5
Tinggi Gelombang
3 316.4Elevasi
gelombang 3.3 2.6
Tinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
1,9
1 283.5Elevasi
gelombang 3.1 2.3
Tinggi Gelombang
2 283.5Elevasi
gelombang 3.3 2.6
Tinggi Gelombang
3 283.5Elevasi
gelombang 3.2 2.8
Tinggi Gelombang
stor
e Pembacaan Depan Model
H m
ax
H m
in
titik pengamatan
1,7
1 250.5Elevasi
gelombang
3 250.5Elevasi
gelombang 3.2 2.7
Tinggi Gelombang
3.4 2.5
Tinggi Gelombang
2 250.5Elevasi
gelombang 3.2 2.9
Keda
lam
anTe
ngge
lam
Mod
el
Keda
lam
an A
ir (d
)
Perio
de (T
)
Panj
ang
Gelo
mba
ng (L
)
H m
ax
H m
in
cm m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak 26.7 26.6 26.9 26.8 26.9 26.8 26.7 26.8 270.25 lembah 23.8 23.6 24.3 24.7 24.3 23.8 23.6 23.3 240.25 2.9 3 2.6 2.1 2.6 3 3.1 3.5 30.25 puncak 26 26.3 26.3 26.2 26.7 26.7 26.9 26.8 26.90.25 lembah 23.7 24.3 23.8 23.3 23.7 23.3 24 23.8 23.80.25 2.3 2 2.5 2.9 3 3.4 2.9 3 3.10.25 puncak 26.2 26.4 26.6 25.9 26 26 26 26.3 26.50.25 lembah 23.3 23.4 23.3 23 22.9 23.2 23.5 24 23.50.25 2.9 3 3.3 2.9 3.1 2.8 2.5 2.3 30.25 puncak 26.4 26.8 26.7 26.2 26.6 26.9 26.7 26.8 26.90.25 lembah 23.6 24.3 24 23.6 23.8 24.4 24.3 24.5 24.80.25 2.8 2.5 2.7 2.6 2.8 2.5 2.4 2.3 2.10.25 puncak 26.9 27.3 26.9 27.1 27 27.1 27.2 26.8 26.90.25 lembah 24.2 25 24.3 24.6 24.3 24.9 24.9 24.9 24.80.25 2.7 2.3 2.6 2.5 2.7 2.2 2.3 1.9 2.10.25 puncak 26.3 26.7 26.2 26.1 25.9 26 26.3 26.4 25.90.25 lembah 23.7 24.3 24 23.7 23.9 23.4 23.4 24.1 23.90.25 2.6 2.4 2.2 2.4 2 2.6 2.9 2.3 20.25 puncak 26.5 26.7 26.5 26.5 27 27.1 26.7 27 26.90.25 lembah 24.1 24.4 23.7 23.8 24.2 24.5 24.3 24.9 250.25 2.4 2.3 2.8 2.7 2.8 2.6 2.4 2.1 1.90.25 puncak 25.9 26.1 26.5 26.7 26.9 27.1 26.8 27 26.90.25 lembah 23.7 24.3 24.5 24.9 24.7 25 24.9 24.8 25.10.25 2.2 1.8 2 1.8 2.2 2.1 1.9 2.2 1.80.25 puncak 26 26.4 26.1 26.4 26.2 26 26.1 25.9 26.20.25 lembah 23.9 24 23.8 24.5 24.6 24.2 24 23.9 24.30.25 2.1 2.4 2.3 1.9 1.6 1.8 2.1 2 1.9
stor
e Pembacaan Belakang Model
titik pengamatan
15
1 316.4Elevasi
gelombang 2.8 1.9
Tinggi Gelombang
2 316.4Elevasi
gelombang 2.2 1.8
Tinggi Gelombang
3 316.4Elevasi
gelombang 2.1 1.6
Tinggi Gelombang
2.1
1 283.5Elevasi
gelombang 2.8 2.1
Tinggi Gelombang
2 283.5Elevasi
gelombang 2.7 1.9
Tinggi Gelombang
3 283.5Elevasi
gelombang 2.9 2
Tinggi Gelombang
1.9
3 250.5Elevasi
gelombang 3.1 2.3
Tinggi Gelombang
1.7
1 250.5Elevasi
gelombang 3.5 2.1
Tinggi Gelombang
2 250.5`
3.4 2
Tinggi Gelombang
2. Pengamatan di belakang model
Keda
lam
anTe
ngge
lam
an M
odel
Keda
lam
an A
ir (d
)
Perio
de (T
)
Panj
ang
Gelo
mba
ng (L
)
cm m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak 26.5 27 26.9 26.8 26.5 26.9 26.7 26.8 26.60.25 lembah 24 24.7 24.6 25 25.3 25.3 24.4 24.2 23.40.25 2.5 2.3 2.3 1.8 1.2 1.6 2.3 2.6 3.20.25 puncak 26.9 26.9 26.9 27 26.7 27 27.1 27 26.80.25 lembah 24.3 24.1 24.7 25 24.5 24.5 25 25.2 25.30.25 2.6 2.8 2.2 2 2.2 2.5 2.1 1.8 1.50.25 puncak 26.9 26.8 27.1 26.5 26.7 26.5 26 26.8 25.60.25 lembah 24.6 24.4 25.1 24.6 24.3 24.5 23.7 24.7 23.70.25 2.3 2.4 2 1.9 2.4 2 2.3 2.1 1.90.25 puncak 28 27 27 27.5 27.2 27.5 27.3 27.4 27.90.25 lembah 25.5 24.7 24.9 25 25 25.7 26 25.7 25.80.25 2.5 2.3 2.1 2.5 2.2 1.8 1.3 1.7 2.10.25 puncak 27.4 26.9 26.5 27.5 26.8 27.5 27.1 27.6 270.25 lembah 25.2 25.1 24.2 25.6 24.4 24.9 25.1 26 250.25 2.2 1.8 2.3 1.9 2.4 2.6 2 1.6 20.25 puncak 27.4 27 26 26.8 27 27.1 27 26.9 26.90.25 lembah 25.1 24.7 23.6 24.7 24.5 25.2 25.2 24.9 24.50.25 2.3 2.3 2.4 2.1 2.5 1.9 1.8 2 2.40.25 puncak 27.8 27 27.4 27.3 27 27.5 27.1 27 26.90.25 lembah 25.4 24.5 24.9 24.9 24.9 25.6 25.6 25 24.40.25 2.4 2.5 2.5 2.4 2.1 1.9 1.5 2 2.50.25 puncak 27.1 27 27.3 27.1 27 27.3 27 27.5 27.40.25 lembah 24.8 25 24.9 24.8 25.2 25.2 25.6 25.5 25.20.25 2.3 2 2.4 2.3 1.8 2.1 1.4 2 2.20.25 puncak 27.2 27.3 27.4 27.2 27.2 27.4 27 26.9 270.25 lembah 24.9 24.9 25 25.2 24.6 25.1 25.1 24.9 25.80.25 2.3 2.4 2.4 2 2.6 2.3 1.9 2 1.2
stor
e
Tinggi Gelombang
1 283.5Elevasi
gelombang 2.5 1.3
Tinggi Gelombang
2 283.5Elevasi
gelombang 2.6 1.6
Tinggi Gelombang
3 283.5
18
1 316.4Elevasi
gelombang 2.5 1.5
1,7
1,9
2,1
Tinggi Gelombang
2 316.4Elevasi
gelombang 2.4 1.4
Tinggi Gelombang
3 316.4Elevasi
gelombang 2.6 1.2
Tinggi Gelombang
1.9
Elevasigelombang 2.5 1.9
Tinggi Gelombang
Pembacaan Belakang Model
H m
ax
H m
in
titik pengamatan
1 250.5Elevasi
gelombang 3.2 1.2
Tinggi Gelombang
2 250.5Elevasi
gelombang 2.8 1.5
Tinggi Gelombang
3 250.5Elevasi
gelombang 2.4
Keda
lam
anTe
ngge
lam
an M
odel
Keda
lam
an A
ir (d
)
Perio
de (T
)
Panj
ang
Gelo
mba
ng (L
)
cm m dtk cm 1 2 3 4 5 6 7 8 90.25 puncak 26.5 26.3 26.6 26.8 26.5 26.9 26.7 26.8 260.25 lembah 24.3 24.3 24.4 24.9 24.1 24.7 24.8 25.1 240.25 2.2 2 2.2 1.9 2.4 2.2 1.9 1.7 20.25 puncak 26 26.9 26.9 27 26.7 27 27.1 27 26.80.25 lembah 23.8 24.9 24.7 25.3 24.4 25 25.2 24.9 24.90.25 2.2 2 2.2 1.7 2.3 2 1.9 2.1 1.90.25 puncak 26.3 26.3 26.4 26.5 26.7 26.5 26 26.8 25.60.25 lembah 24.3 24.4 24.8 24.7 25.1 24.7 24.2 24.7 23.60.25 2 1.9 1.6 1.8 1.6 1.8 1.8 2.1 20.25 puncak 27.1 27.3 27 27.5 27.2 27.5 27.3 27.4 270.25 lembah 25 25.1 24.6 25.4 25.4 25.6 25.3 25.8 25.50.25 2.1 2.2 2.4 2.1 1.8 1.9 2 1.6 1.50.25 puncak 27.4 26.9 26.5 27.5 26.8 27.5 27.1 27.6 270.25 lembah 25.4 24.8 24.3 25.6 24.6 25.8 25 25.7 25.40.25 2 2.1 2.2 1.9 2.2 1.7 2.1 1.9 1.60.25 puncak 27.4 27 26 26.8 27 27.1 27 26.9 26.90.25 lembah 25.3 25 23.9 24.9 25 25.5 24.9 25 25.40.25 2.1 2 2.1 1.9 2 1.6 2.1 1.9 1.50.25 puncak 27.8 27 27.1 27.3 27 27.2 27.1 27 26.90.25 lembah 25.5 24.6 24.9 25.5 25.6 25.3 24.6 24.7 24.50.25 2.3 2.4 2.2 1.8 1.4 1.9 2.5 2.3 2.40.25 puncak 27.1 27 27.3 27.1 27 27.3 27 27.5 27.40.25 lembah 24.2 24.7 25.5 25 24.6 24.4 24.2 24.5 24.50.25 2.9 2.3 1.8 2.1 2.4 2.9 2.8 3 2.90.25 puncak 27.2 27.3 27.4 27.2 27.2 27.4 27 26.9 270.25 lembah 24.5 24.4 24.2 23.5 24.1 24.9 24.9 25.1 25.60.25 2.7 2.9 3.2 3.7 3.1 2.5 2.1 1.8 1.4
2,1
1 316.4Elevasi
gelombang 2.5 1.4
Tinggi Gelombang
2 316.4Elevasi
gelombang 2.3 1.3
Tinggi Gelombang
3 316.4Elevasi
gelombang 2.1 1.1
Tinggi Gelombang
2 283.5Elevasi
gelombang 2.2 1.6
Tinggi Gelombang
3 283.5Elevasi
gelombang 2.1 1.5
Tinggi Gelombang
stor
e Pembacaan Belakang Model
H m
ax
H m
in
titik pengamatan
21
1,7
1 250.5Elevasi
gelombang 2.4 1.9
Tinggi Gelombang
2 250.5Elevasi
gelombang 2.3 1.7
Tinggi Gelombang
3 250.5Elevasi
gelombang
1,9
1 283.5Elevasi
gelombang 2.4
2.1 1.6
Tinggi Gelombang
1.5
Tinggi Gelombang
KedalamanTenggelaman
ModelPeriode (T) H max H min Hi Hr L
cm detik cm cm cm cm cm1 3.6 2.9 3.25 0.35 250.5 0.1076923082 3.4 2.9 3.15 0.25 250.5 0.0793650793 3.3 2.8 3.05 0.25 250.5 0.0819672131 2.8 2.6 2.7 0.1 283.5 0.0370370372 3.6 2.9 3.25 0.35 283.5 0.1076923083 3.5 2.5 3 0.5 283.5 0.1666666671 3.3 2.7 3 0.3 316.4 0.12 3.3 2.3 2.8 0.5 316.4 0.1785714293 3.4 2.1 2.75 0.65 316.4 0.2363636361 3.5 2.8 3.15 0.35 250.5 0.1111111112 3.2 2.7 2.95 0.25 250.5 0.0847457633 3.2 2.8 3 0.2 250.5 0.0666666671 3.4 2.7 3.05 0.35 283.5 0.1147540982 3.3 2.7 3 0.3 283.5 0.13 3.4 2.6 3 0.4 283.5 0.1333333331 3.3 2.5 2.9 0.4 316.4 0.1379310342 3.5 2.6 3.05 0.45 316.4 0.1475409843 3.5 2.7 3.1 0.4 316.4 0.1290322581 3.4 2.5 2.95 0.45 250.5 0.1525423732 3.2 2.9 3.05 0.15 250.5 0.0491803283 3.2 2.7 2.95 0.25 250.5 0.0847457631 3.1 2.3 2.7 0.4 283.5 0.1481481482 3.3 2.6 2.95 0.35 283.5 0.1186440683 3.2 2.8 3 0.2 283.5 0.0666666671 3.2 2.3 2.75 0.45 316.4 0.1636363642 3.2 2.5 2.85 0.35 316.4 0.1228070183 3.3 2.6 2.95 0.35 316.4 0.118644068
2.1
KrKedalaman (d)
store
cm
25
15
1.7
1.9
2.1
18
1.7
1.9
2.1
21
1.7
1.9
LAMPIRAN 4
Tabel Rekapitulasi Tinggi Gelombang Refleksi dan Tinggi Gelombang Transmisi
1. Tinggi Gelombang Refleksi (Hr)
KedalamanTenggelaman
ModelPeriode (T) H max H min Hi Ht L
cm detik cm cm cm cm cm1 3.5 2.1 3.25 2.8 250.5 0.8615384622 3.4 2 3.15 2.7 250.5 0.8571428573 3.1 2.3 3.05 2.7 250.5 0.8852459021 2.8 2.1 2.7 2.45 283.5 0.9074074072 2.7 1.9 3.25 2.3 283.5 0.7076923083 2.9 2 3 2.45 283.5 0.8166666671 2.8 1.9 3 2.35 316.4 0.7833333332 2.2 1.8 2.8 2 316.4 0.7142857143 2.1 1.6 2.75 1.85 316.4 0.6727272731 3.2 1.2 3.15 2.2 250.5 0.6984126982 2.8 1.5 2.95 2.15 250.5 0.7288135593 2.4 1.9 3 2.15 250.5 0.7166666671 2.5 1.3 3.05 1.9 283.5 0.622950822 2.6 1.6 3 2.1 283.5 0.73 2.5 1.9 3 2.2 283.5 0.7333333331 2.5 1.5 2.9 2 316.4 0.6896551722 2.4 1.4 3.05 1.9 316.4 0.622950823 2.6 1.2 3.1 1.9 316.4 0.6129032261 2.4 1.9 2.95 2.15 250.5 0.7288135592 2.3 1.7 3.05 2 250.5 0.6557377053 2.1 1.6 2.95 1.85 250.5 0.6271186441 2.4 1.5 2.7 1.95 283.5 0.7222222222 2.2 1.6 2.95 1.9 283.5 0.6440677973 2.1 1.5 3 1.8 283.5 0.61 2.5 1.4 2.75 1.95 316.4 0.7090909092 2.3 1.3 2.85 1.8 316.4 0.6315789473 2.1 1.1 2.95 1.6 316.4 0.542372881
Ktstore
2.1
1.7
1.9
2.1
1.7
1.9
2.1
1.7
1.925
15
18
21
Kedalaman (d)
cm
2. Tinggi Gelombang Transmisi (Ht)