29
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI SAWI DI DESA PURWOSARI KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT TAHUN 2013

SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI SAWI DI DESAPURWOSARI KECAMATAN KUALA PESISIR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

MISRI08C10404014

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT

TAHUN 2013

Page 2: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian

penduduknya adalah mayoritas petani. Di Indonesia, pertanian masih memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Dalam hal ini

perkembangan sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius dalam rangka

pengembangan ekonomi nasional, ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

dan atau tenaga kerja yang hidup atau berkerja pada sektor pertanian atau sektor

lainnya yang berkaitan dengan pertanian (Partowijoto, 2003).

Salah satu upaya yang akan dilakukan dalam perkembangan sektor

pertanian yaitu dalam fokus pada upaya peningkatan pendapatan petani dengan

cara mengubah orientasi pertanian yang subsistem kearah pertanian komersil

melalui pengembangan agribisnis. Dengan demikian petani membudidayakan

tanaman yang produktif dan laku dijual dipasaran.

Dilain pihak peningkatan produksi sawi tanaman pangan pemerintah telah

berupaya dengan berbagai terobosan dan strategi. Kenyataan dari pelita demi

pelita pemerintah memperioritaskan usaha-usaha dibidang penelitian pertanian.

Peningkatan produksi sawi tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

swasembada pangan dan sekaligus memperbaiki mutu makanan.

Salah satu tanaman sayur-sayuran yang banyak dibudidayakan oleh

masyarakat pedesaan adalah tanaman sawi (brassica juncea). Tanaman sawi ini

adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai komersial dan prospek yang

Page 3: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

2

cerah dan merupakan produk pertanian yang sudah sangat dikenal dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Sawi merupakan jenis sayur yang banyak digemari dan dikonsumsi oleh

semua golongan mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan

masyarakat kelas atas. Karena tanaman sawi disamping mengandung zat gizi

tinggi juga harga yang terjangkau oleh semua golongan. Selain memiliki

kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat

menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang

dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang pun

mempercayai sawi mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita

penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena

dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal (Haryanto, 1996).

Sawi dapat digunakan sebagai bahan makanan diantaranya : tumis, sayur

bening, oseng-oseng dan lain-lainnya, ini membuktikan bahwa sawi merupakan

sayuran yang cukup populer di masyarakat karena sawi ini sudah menjadi

makanan rakyat, maka dipasar sayur umumnya, sawi ini selalu dijual-belikan

orang.

Usaha tani sawi merupakan salah satu usaha tani yang dilakukan oleh

masyarakat di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya

dalam upaya mengatasi kemiskinan, karena daerah ini sangat cocok untuk

ditanami tanaman sawi terutama didukung oleh ketersediaan lahan yang luas.

Produksi sawi di Kabupaten Nagan Raya dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini :

Page 4: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

3

Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi SawiMenurut Kecamatan Di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2011.

No KecamatanLuas (Hektar) Produksi

(Ton)Rata-rataProduksi

(Ton/Hektar)Tanam Panen

1 2 3 4 51234567891011

Darul MakmurTripa MakmurKualaKuala PesisirTadu RayaBeutongBeutong AteuhBanggalangSeunaganSuka MakmueSeunagan Timur

57-

6445425-212

57-

6445426-212

144-

13090852-424

2,00-

2,002,002,002,00

-2,002,002,00

Jumlah/Total

2011 200 202 404 2,002010 57 56 115 2,052009 23 23 575 25,002008 28 28 70 2,502007 28 28 70 2,50

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya (2011).

Dari tabel diatas dapat kita lihat luas tanam, luas panen, produksi dan rata-

rata produksi sawi menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya tahun 2011,

dari data di atas jelas kita lihat bahwa di Kecamatan Kuala Pesisir, luas tanam dan

panen sama yaitu 45 hektar, produksi 90 ton dan rata-rata produksi 2,00

ton/hektar. Untuk Jumlah penduduk dan jenis perkerjaan di desa purwosari dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 5: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

4

Tabel 2. Jumlah penduduk menurut jenis perkerjaan di Desa PurwosariKecamatan Kuala Pesisir 2012.

Jenis Perkerjaan Jumlah (Orang)Petani/Nelayan 144Buruh 6Tukang Bangunan 14PNS 8TNI/Polri 9Pengawai Swasta 78Pensiunan 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis perkerjaan di Desa Purwosari

lebih banyak petani/nelayan dibandingkan dengan perkerjaan lainnya, karena

jumlah yang bertani di desa purwosari berjumlah 72 orang, sedangkan nelayan

juga terdiri dari 72 orang sehingga jumlah total petani/nelayan adalah 144 orang.

Produksi sawi di Desa Purwosari Kabupaten Nagan Raya terutama

disebabkan oleh luas tanam dan semakin banyaknya petani yang telah banyak

membudidayakan sawi, di Kecamatan Kuala Pesisir. Namun belum

mencerminkan bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani

nya tinggi, hal ini terlihat dari kehidupan sosial ekonomi petani tersebut yang

masih tergolong menengah kebawah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka diidentifikasikan

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa besar tingkat pendapatan usaha

tani sawi di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir.

Page 6: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

5

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui besarnya tingkat pendapatan usaha tani sawi di Desa

Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir”.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari pendapatan usaha yang dilakukan diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas

Pertanian Universitas Teuku Umar.

2. Sebagai informasi bagi peneliti dan pembaca untuk menambah pemahaman

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan analisis pendapatan usaha, serta

dapat memberikan informasi mengenai pendapatan usaha tani sawi.

1.5. Kerangka Pemikiran

a. Kerangka Pemikiran Teoritis

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga brassica yang

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar

maupun diolah.

Keuntungan dan pendapatan ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan

kotor yang dihasilkan dan besarnya modal yang di investasikan dalam usaha tani

tersebut. Demikian juga pendapatan kotor usaha tani sawi di tentukan oleh jumlah

produksi dan harga yang berlaku dipasar.

Page 7: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

6

b. Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam penelitian ini yang berhubungan dengan subsistem usahatani akan

dianalisis pendapatan usahatani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar biaya yang dikeluaran baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai sehingga

didapatkan R/C rasio. Besarnya penerimaan yang diperoleh petani apakah

berbanding positif dengan biaya yang dikeluarkan. Dari kerangka pemikiran

teoritis dapat dibuat kerangka pemikiran secara oprasional yaitu sebagai berikut :

Petani Sawi

Usahatani sawi

- Perawatan- Produksi- Pendapatan

Sawi

Analisis PendapatanUsahatani

PeningkatanPendapatan

Page 8: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Sawi

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga brassica yang

dimanfaatkan daun sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.

Sawi mempunyai banyak kandungan yang sangat bagus untuk tubuh manusia,

batang sawi ramping dan lebih hijau yang ciri khasnya adalah berdaun lonjong,

halus tidak berbulu (Nasaruddin, 1997).

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia, karena

Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga

dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang

berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran

rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang

diperoleh lebih baik dari dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah

mulai dari ketinggian 100 meter sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut.

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang

tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara

teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang

sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab, akan tetapi

tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang, dengan demikian,

tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok

untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus,

subur,serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-7.

Page 9: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

8

2.2. Penerimaan

Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen

akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan

jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi

seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang

diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu

ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Penerimaan total adalah jumlah seluruh

penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang

dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan

mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit.

2.3. Biaya

Menurut Mulyadi (2005) dalam arti luas biaya adalah : pengorbanan sumber

ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan

terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai

pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah

harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok

yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan

Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana (korbanan ekonomis) yang

diperhitungkan untuk keperluan usaha. Dalam praktek di agribisnis oleh

masyarakat, yang dimaksud dengan biaya usaha hanyalah biaya yang secara riel

atau cash dikeluarkan oleh pelaku usaha, sedangkan biaya yang tidak riel/cash

dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja rumah tangga, gaji petani selaku pengelola

usaha, nilai sewa lahan usaha, dll tidak dihitung sebagai biaya usaha. Cara

Page 10: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

9

pandang seperti tersebut adalah tidak tepat karena akan mengakibatkan laba atau

keuntungan usaha yang didapat oleh pelaku usaha hanyalah laba kotor.

Biaya produksi merupakan faktor yang sangat menentukan kelangsungan

proses produksi, mengingat biaya adalah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak

harus diadakan, dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Biaya yang

dikeluarkan seorang usaha tani dalam proses produksi sehingga membawanya

menjadi produk disebut biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya

variabel.

2.4. Modal Usaha

Salah satu faktor produksi yang tidak kalah penting adalah modal, sebab

dalam suatu usaha mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil

tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal adalah semua bentuk kekayaan

yang dapat digunakan lansung maupun tidak lansung dalam proses untuk

menambah output (Irawan dan Supramoko 2000 : Hal, 93). Dalam pengertian

ekonomi, modal yaitu barang atau bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga

kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan output

(faktor produksi) yang sangat menentukan faktor satu-satunya yang dapat

meningkatkan pendapatan.

2.5. Pendapatan

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-

faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Berdasarkan pengertian

di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang

Page 11: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

10

dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.

Dengan demikian maka yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari

seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang

atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia

bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap

anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natural yang diperoleh baik

sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang

dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah

seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka

waktu tertentu (Noor, 2007 : Hal. 189).

2.6. Analisis Benefit-Cost Ratio

Menurut Soekartawi (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada

prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada

analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat. Benefit-

cost ratio juga dapat dihitung dengan membandingkan keuntungan atau

pendapatan bersih usaha tani dengan total biaya produksi usaha tani.

Perhitungan B/C ratio juga kadang-kadang tidak konsisten sehingga perlu

berhati-hati dalam memberikan arti terhadap perhitungan yang diperoleh. Metode

rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio analysis) atau lebih dikenal dengan

istilah BC Ratio. Metode BC Ratio pada dasarnya menggunakan data ekivalensi

nilai sekarang dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio

adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau

Page 12: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

11

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari

pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam kurun waktu

tertentu.

2.7. Break Even Point (BEP)

Menurut Soekartawi (1995) analisis break even point atau analisis titik

impas sebenarnya banyak di pakai pada analisis pembiayaan pada perusahaan,

dalam evaluasi proyek, analisis titik impas juga sering dipakai sebagai dasar

pemikiran dalam melakukan evaluasi proyek, break event point bertujuan

menemukan suatu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan biaya

sama dengan pendapatan, mengetahui titik tersebut, berarti dalam padanya belum

diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung dan tidak rugi. Sehingga

ketika penjualan telah melewati angka BEP maka mulailah memperoleh

keuntungan.

Page 13: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

12

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir dengan

menggunakan metode survey. Penentuan lokasi Penelitian dilakukan dengan

sengaja (purposive sampling) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa lokasi

tersebut merupakan salah satu sentra produksi sawi di Kabupaten Nagan Raya.

Objek penelitian ini adalah usaha tani sawi di Desa Purwosari Kecamatan

Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Usaha tani yang di maksud adalah kegiatan

petani yang membudidayakan tanaman sawi. Ruang lingkup penelitian terbatas

pada pendapatan usaha tani sawi.

3.2. Metode Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey.

Penentuan desa Purwosari merupakan sentra produksi sawi. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman sawi sebanyak

25 orang di Desa Purwosari karena sebagian besar penduduknya berprofesi

sebagai petani, karena di dukung oleh jenis tanah yang sesuai untuk bercocok

tanam (pertanian). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 25

petani.

3.3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis

data yaitu :

Page 14: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

13

1. Data primer: data yang diperoleh dari hasil kuesioner langsung dengan petani.

2. Data sekunder: data yang lansung diperoleh dari lembaga/instansi terkait,

seperti BPS, Dinas Tenaga Kerja, dll.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) atau yang mengajukan

pertanyaan, dan yang diwawancarai (interview) atau yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.

2. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati langsung

objek penelitian.

3.4. Batasan Variabel

3.4.1. Modal adalah biaya dalam bentuk uang tunai maupun tidak tunai dalam

usaha tani sawi yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Tahun).

3.4.2. Usaha tani adalah kegiatan petani yang mengusahakan sawi yang berlaku

didaerah sampel pada saat akan penelitian.

3.4.3. Pendapatan adalah total penerimaan dari usaha tani sawi yang dikurangi

dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam satuan rupiah

(Rp/Tahun).

3.4.4. Keuntungan adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total

biaya untuk satu kali proses produksi dalam satuan rupiah (Rp/Tahun).

3.4.5. Harga jual adalah harga penjualan sawi yang berlaku didaerah sampel pada

saat akan dilakukan penelitian dalam satuan (Rp/ikat).

Page 15: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

14

3.4.6. Biaya total adalah Seluruh biaya yang dikorbankan yang merupakan

totalitas biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp/Tahun).

3.4.7. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah secara proporsional

dengan perubahan total kegiatan atau volume yang berkaitan dengan biaya

variabel tersebut (Rp/Tahun).

3.4.8. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap selama periode waktu

tertentu meskipun terjadi perubahan besar dalam total kegiatan atau

volume yang berkaitan dengan biaya tetap tersebut (Rp/Tahun).

3.4.9. Jumlah produksi adalah jumlah hasil fisik yang diperoleh dari usaha tani

sawi selama proses produksi (Rp/Tahun).

3.4.10. Penerimaan adalah jumlah seluruh penerimaan produksi sawi dari hasil

penjualan (Rp/Tahun).

3.5. Model Analisis Data

Data yang telah diperoleh dilapangan, diolah dan ditabulasikan ke dalam

bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk mengetahui pendapatan

usaha tani sawi, maka menggunakan rumus sebagai berikut :

3.5.1. Analisis Biaya

Analisis biaya adalah semua pengeluaran dalam bentuk dana untuk

memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan

barang-barang produksi oleh perusahaan.

Untuk menghitung total biaya produksi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

TC = TVC + TFC (Sumber: Noor, 2007)

Page 16: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

15

Dimana :

TC = Total Biaya (Rp)

TVC = Total Biaya Variabel (Rp)

TFC = Total Biaya Tetap (Rp)

3.5.2. Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan kotor (gross) yang diterima oleh pemilik

modal, yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan.

Dihitung melalui pengurangan antara penerimaan antara penerimaan

dengan total biaya untuk satu kali proses produksi, dihitung dengan rumus :

TR = P x Q (Sumber: Noor, 2007)

Dimana :

TR = Penerimaan Total (Rp)

P = Harga Jual Per Unit (Rp)

Q = Jumlah Produksi (Ikat)

3.5.3. Keuntungan

Keuntungan adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total

biaya untuk satu kali proses produksi, dapat dihitung dengan rumus :

Π = TR – TC (Sumber: Noor, 2007)

Dimana :

Π = Total Keuntungan (Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

Page 17: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

16

3.5.4. Revenue Cost Ratio (R/C).

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya

total, yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang

dikeluarkan, dihitung dengan rumus sebagai berikut :/ = (Sumber: Noor, 2007)

Dimana :

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

Kriteria Penelitian R/C Ratio :

R/C < 1 = Usaha Agribisnis Mengalami Kerugian

R/C > 1 = Usaha Agribisnis Memperoleh Keuntungan

R/C = 1 = Usaha Agribisnis Mencapai Titik Impas

3.5.5. Break Even Point (BEP)

Perhitungan BEP dapat digunakan untuk menggunakan batas minimum

volume penjualan dimana pada titik tersebut usaha tidak untung dan tidak rugi

(total revenue = total cost). Selama perusahaan masih berada di bawah titik BEP,

selama itu juga perusahaan tersebut masih mengalami kerugian. Untuk

menghitung BEP dapat digunakan rumus dibawah ini :

BEP (Produksi) = Total Biaya : Harga Jual (Sumber. Arief, 2010)

BEP (Harga) = Total Biaya : Jumlah Produksi (Sumber. Arief, 2010)

Page 18: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Petani

Karakteristik petani adalah suatu gambaran atau keadaan petani pada

usaha tani sawi yang ada didaerah penelitian. Karakteristik yang dimaksud dalam

penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman dalam berusaha tani sawi

dan jumlah tanggungan keluarga. Dalam hal ini karakteristik merupakan

gambaran umum dari petani yang ada di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir

Kabupaten Nagan Raya. Rincian mengenai rata-rata karakteristik petani sawi di

daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini, agar lebih jelas dapat

dilihat pada (Lampiran 1).

Tabel 3. Karakteristik Petani Sampel di Desa Purwosari Tahun 2013No Karakteristik Petani Satuan Rata-Rata1 Umur Petani Sampel Tahun 402 Tingkat Pendidikan Tahun 93 Pengalaman Bertani Tahun 84 Jumlah Tanggungan Jiwa 2

5 Luas Lahan Ha 1.375Sumber : Data Primer , 2013

Tabel 3. diatas menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel di daerah

penelitian adalah 40 tahun. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian rata-

rata mencapai 9 tahun, hal ini berarti tingkat pendidikan petani telah mencapai

tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama. Usaha bercocok tanam sawi bukanlah

merupakan pengalaman baru bagi petani sampel. Akan tetapi telah mereka jalani

bertahun-tahun sebelumnya. Hal ini di lihat dari pengalaman bertani mereka

menggeluti usaha bercocok tanam tanaman sawi, yaitu rata-rata 8 tahun dengan

jumlah tanggungan rata-rata sampel adalah 2 jiwa.

Page 19: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

18

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan berfikir. Petani

yang berumur lebih muda dan sehat biasanya mempunyai kemampuan fisik yang

lebih kuat serta lebih cepat dalam mengadopsi inovasi-inovasi baru dari pada

petani yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani muda lebih agresif dan

lebih berani dalam menanggung resiko, lebih dinamis, sehingga lebih cepat

mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi peningkatan

produktifitas usaha taninya.

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

keberhasilan kerja seseorang, dan merupakan faktor penunjang didalam

penyerapan teknologi oleh petani. Tingkat pendidikan yang rendah akan

mengakibatkan daya serap petani terhadap perkembangan teknologi menjadi

lamban, sehingga terjadi kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk

mengadopsi inovasi-inovasi yang baru. Sedangkan petani dengan pendidikan yang

tinggi umumnya mudah menerima inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kegiatan

usaha tani mereka.

Jumlah tanggungan keluarga juga akan mempengaruhi pendapatan dan

pengeluaran keluarga tani semakin banyak tanggungan akan merupakan beban

bagi petani bila ditinjau dari segi konsumsi. Namun demikian hal ini merupakan

aset yang penting dalam membantu kegiatan petani. Karena dengan jumlah

tanggungan yang relatif banyak akan menambah pencurahan tenaga kerja

keluarga, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani akan lebih

kecil.

Di samping ketiga faktor di atas pengalaman petani juga merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengalokasikan faktor-

Page 20: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

19

faktor produksi. Petani yang mempunyai pengalaman kerja lebih lama akan lebih

mudah dalam mengambil keputusan yang lebih baik pada saat yang tepat. Di

samping itu dengan pengalaman yang lama dalam bidang bertani petani akan

semakin efisien di dalam mengalokasikan biaya produksi serta cara-cara berusaha

tani yang lebih intensif.

4.2. Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas

tanaman yang diusahakan oleh petani sebagai tempat bercocok tanam tanaman

sawi. Luas lahan garapan merupakan faktor produksi penting dalam usaha

meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan

yang diterima oleh petani.

Pada usahatani sawi yang diusahakan di Desa Purwosari masih bersifat

tradisional, artinya lahan garapan yang digunakan untuk menanam menggunakan

pekarangan rumah, yang umumnya adalah milik sendiri. Rata-rata luas lahan

garapan petani sawi adalah 1.375 Ha, agar lebih jelas dapat dilihat pada (lampiran

2).

4.3. Analisis Pendapatan Usaha Tani Sawi

Suatu usaha tani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara

pendapatan dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara

pendapatan dan pengeluaran, maka semakin menguntungkan suatu usaha tani.

Page 21: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

20

Analisis pendapatan yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah

sejauh mana usaha tani tersebut dapat memberikan manfaat dari pada biaya yang

dikeluarkan dalam usaha tani sawi ini, analisis yang dibahas adalah :

4.3.1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

berlangsung yaitu untuk satu kali musim tanam. Biaya produksi pada usahatani

sawi di Desa Purwosari terdiri dari biaya variabel seperti biaya sarana produksi

(pembelian bibit, pupuk kandang, dan pupuk npk), maupun biaya tetap (biaya

sewa tanah, biaya tenaga kerja, dan biaya peralatan).

Besarnya biaya produksi dipengaruhi oleh input produksi dan harga dari

input produksi tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi

akan dihitung untuk mendapatkan atau melihat besarnya pendapatan atas total

biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi usahatani sawi rata-rata dapat dilihat pada

tabel 4 dibawah ini, untuk lebih jelas dapat dilihat pada (Lampiran 6).

Tabel 4. Biaya Produksi Rata-Rata Petani Sawi per Tahun di DesaPurwosari, Tahun 2013

No Jenis Biaya Jumlah (Rupiah)

1 Biaya Sarana Produksi 1.782.000

2 Biaya Tenaga Kerja 1.036.800

3 Biaya Peralatan 105.000

4 Sewa Tanah 550.000

Total Rata-Rata Biaya 3.473.800

Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa biaya sarana produksi rata-rata

untuk pembelian bibit, pupuk NPK dan pupuk kandang. (lampiran 3).

Page 22: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

21

Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya didasarkan pada jumlah hari

kerja yang dilakukan dan rata-rata waktu kerja 6 jam/hari/orang. Tenaga kerja

yang dipekerjakan rata-rata petani berjumlah 1 jiwa yang berasal dari dalam

keluarga sendiri. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja

sebesar Rp 1.036.800 (lampiran 5).

Sedangkan biaya peralatan, Adapun alat yang digunakan adalah cangkul,

gembor, penggaru. Biaya peralatan rata-rata per petani sawi per tahun adalah

sebesar Rp 105.000 (lampiran 5).

Sehingga total biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani untuk

usahatani sawi per tahun di daerah penelitian adalah Rp 3.473.800 (lampiran 6).

4.3.2. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian

seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi yang berlaku dipasaran untuk

satu kali musim tanam. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami

fluktuasi atau naik turunnya harga pada waktu-waktu tertentu. Namun rata-rata

petani memperoleh harga jual sawi Rp 600.

Besarnya pendapatan rata-rata per tahun pada usahatani sawi di daerah

penelitian dapat dilihat pada (Lampiran 7).

Adapun rata-rata total produksi dari usahatani sawi adalah sebesar 52.800

ikat/petani, Maka total rata-rata pendapatan sebesar Rp 31.584.000 selama

setahun.

Page 23: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

22

4.3.3. Keuntungan

Keuntungan merupakan selisih dari total pendapatan yang diperoleh petani

dikurangi dengan total biaya produksi selama proses produksi berlangsung.

Keuntungan rata-rata pada usahatani sawi per tahun, untuk lebih jelas dapat dilihat

pada (Lampiran 8).

Rata-rata keuntungan petani per tahun adalah sebesar Rp 28.110.200,

Berdasarkan data diatas bahwa usahatani sawi menguntungkan secara analisis

usahatani di daerah penelitian.

4.3.4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dan total biaya,

yang menunjukkan nilai pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang

dikeluarkan. Perhitungan rata-rata R/C ratio untuk lebih jelas dapat dilihat pada

(Lampiran 9).

Dapat diketahui bahwa revenue cost ratio rata-rata per petani adalah

sebesar 9.09 Dengan demikian usahatani sawi dapat dikatakan layak karena

memiliki R/C ratio sebesar 9.09, dan lebih besar dari kriteria yang ditentukan

yaitu lebih besar dari 1. Artinya banyaknya permintaan terhadap jumlah sawi yang

diproduksi oleh usaha tani.

4.3.5. Break Even Point (BEP)

Break event point adalah suatu titik produksi dimana pada titik tersebut

akan menghasilkan nilai biaya yang sama dengan nilai penjualan/pendapatan (titik

impas) yang menunjukkan perusahaan tidak rugi dan tidak untung.

Page 24: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

23

Maka BEP produksi rata-rata pada usaha tani sawi per tahun yaitu pada

saat produksi sebesar 5.790 ikat. Dengan BEP harga rata-rata pada usaha tani sawi

per tahun yaitu pada saat harga sebesar Rp 66. Artinya apabila penjualan diatas

5.790 ikat maka usaha tani sawi telah memperoleh keuntungan dari usaha tani

sawi, dan apabila harga diatas Rp 66 maka usaha tani sawi telah memperoleh titik

impas dari usaha tani sawi yang diproduksi usaha tani sawi. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada lampiran 10.

Page 25: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Nilai Pendapatan rata-rata pada usaha tani sawi di daerah penelitian adalah

sebesar Rp 31.584.000 per tahun. Dengan keuntungan rata-rata pada usaha tani

sawi di daerah penelitian adalah sebesar Rp 28.110.200 per tahun, dengan

Revenue Cost Ratio (R/C) pada usaha tani sawi di daerah penelitian adalah

sebesar 9.09, dengan Break Even Point (BEP) pada usaha tani sawi untuk BEP

produksi yaitu pada saat produksi sebesar 5.790 ikat, dan untuk BEP harga yaitu

pada saat harga sebesar Rp 66. Artinya usaha tani sawi layak untuk dilaksanakan.

5.2. Saran

a. Perlu adanya koordinasi yang lebih baik lagi antara usaha tani dengan

balai penyuluhan pertanian (BPP) serta instansi-instansi lain dalam upaya

memajukan dan menerapkan teknologi baru kepada petani diwilayah ini,

sehingga tingkat produktifitas yang dihasilkan dapat mencapai tingkat

maksimal.

b. Dianjurkan kepada usaha tani untuk meningkatkan efesiensi terutama lahan

dengan tidak membuka lahan tanpa perhitungan yang matang karena dapat

merusak ekosistem alam.

c. Pemerintah hendaknya lebih berperan aktif dalam memberikan inovasi-

inovasi baru yang dapat menunjang petani dalam memperbaiki pola pikir

mereka dalam mengelola usaha taninya ditambah lagi dengan tenaga

penyuluh yang lebih mengerti dibidangnya.

Page 26: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

25

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen agribisnis. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Haryanto. 1996. http://iedha-brillian.blogspot.com/2012/01/laporan-tentang-

sawi.html. diakses 14 November 2012.

Hakim Rahman Arief. 2010. Analisa Usaha Budidaya Lobster Laut (Panulirus

sp) Untuk Skala Menengah. Nusa Tenggara Barat. Indonesia.

Irawan, Supramoko, M. 2000. Ekonomi Pembangunan. Edisi ke 3. BPFE UGM.

Yogyakarta.

Noor, Hendri Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nasaruddin. 1997. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Bogor.

Partowijoto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta.

Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005-

2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Page 27: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

26

ABSTRAK

MISRI : Analisis Pendapatan Usaha Tani Sawi Di Desa Purwosari KecamatanKuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Dibawah Bimbingan Khairun Nisa, S.P.,MP dan Devi Agustia, S.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pendapatan usahatani sawi di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata pada usaha tani sawi didaerah penelitian adalah sebesar Rp 31.584.000 pertahun, keuntungan rata-ratausaha tani sawi di daerah tempat penelitian adalah sebesar Rp 28.110.200pertahun, revenue cost ratio di daerah tempat penelitian adalah sebesar 9.09, danuntuk break even point produksi adalah pada saat produksi seesar 5.790 ikat,sedangkan untuk break even point harga adalah pada saat harga Rp 66. Artinyausaha tani sawi layak untuk dilaksanakan.

Kata Kunci : Analisis, Pendapatan, Sawi.

Page 28: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

27

RIWAYAT HIDUP

MISRI, lahir di Cot Mee pada tanggal 14 Januari 1990, anak pertama dari dua

bersaudara, dari Ayahanda Muslim dan Ibunda Cut Murina.

Pada tahun 2002 penulis telah lulus dari SD Negeri Alue Bakti, tahun 2005

telah lulus dari MTsN 1 Jeuram, tahun 2008 telah lulus dari SMA Negeri 1

Seunagan, pada tahun 2008 di terima di Program Studi Agribisnis. Fakultas

Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, dan pada tahun 2013

penulis memperoleh Gelar Sarjana (S.P).

Page 29: SKRIPSI OLEH MISRI 08C10404014

28

Lampiran 9. Keuntungan Petani Sawi Pertahun di Daerah Penelitian Tahun 2013No Jenis Biaya Keuntungan1 Total Pendapatan 31.584.0002 Total Biaya 3.473.800

Jumlah 28.110.200

Lampiran 10. R/C Ratio Petani Sawi Pertahun di Daerah Penelitian Tahun 2013No Jenis Biaya Keuntungan1 Total Pendapatan 31.584.0002 Total Biaya 3.473.800

Jumlah 9.09

Lampiran 11. BEP Produksi dan BEP Harga Pada Usaha Tani Sawi Pertahun diDaerah Penelitian Tahun 2013

No Jenis Biaya Jumlah1 Total Biaya 3.473.0002 Total Produksi (Ikat) 52.8003 Harga Penjualan (Rp) 6004 BEP Produksi 5.7905 BEP Harga 66