Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI SAWI DI DESAPURWOSARI KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
MISRI08C10404014
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
TAHUN 2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian
penduduknya adalah mayoritas petani. Di Indonesia, pertanian masih memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Dalam hal ini
perkembangan sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius dalam rangka
pengembangan ekonomi nasional, ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
dan atau tenaga kerja yang hidup atau berkerja pada sektor pertanian atau sektor
lainnya yang berkaitan dengan pertanian (Partowijoto, 2003).
Salah satu upaya yang akan dilakukan dalam perkembangan sektor
pertanian yaitu dalam fokus pada upaya peningkatan pendapatan petani dengan
cara mengubah orientasi pertanian yang subsistem kearah pertanian komersil
melalui pengembangan agribisnis. Dengan demikian petani membudidayakan
tanaman yang produktif dan laku dijual dipasaran.
Dilain pihak peningkatan produksi sawi tanaman pangan pemerintah telah
berupaya dengan berbagai terobosan dan strategi. Kenyataan dari pelita demi
pelita pemerintah memperioritaskan usaha-usaha dibidang penelitian pertanian.
Peningkatan produksi sawi tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
swasembada pangan dan sekaligus memperbaiki mutu makanan.
Salah satu tanaman sayur-sayuran yang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat pedesaan adalah tanaman sawi (brassica juncea). Tanaman sawi ini
adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai komersial dan prospek yang
2
cerah dan merupakan produk pertanian yang sudah sangat dikenal dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Sawi merupakan jenis sayur yang banyak digemari dan dikonsumsi oleh
semua golongan mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan
masyarakat kelas atas. Karena tanaman sawi disamping mengandung zat gizi
tinggi juga harga yang terjangkau oleh semua golongan. Selain memiliki
kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat
menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang
dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang pun
mempercayai sawi mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita
penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena
dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal (Haryanto, 1996).
Sawi dapat digunakan sebagai bahan makanan diantaranya : tumis, sayur
bening, oseng-oseng dan lain-lainnya, ini membuktikan bahwa sawi merupakan
sayuran yang cukup populer di masyarakat karena sawi ini sudah menjadi
makanan rakyat, maka dipasar sayur umumnya, sawi ini selalu dijual-belikan
orang.
Usaha tani sawi merupakan salah satu usaha tani yang dilakukan oleh
masyarakat di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
dalam upaya mengatasi kemiskinan, karena daerah ini sangat cocok untuk
ditanami tanaman sawi terutama didukung oleh ketersediaan lahan yang luas.
Produksi sawi di Kabupaten Nagan Raya dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini :
3
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi SawiMenurut Kecamatan Di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2011.
No KecamatanLuas (Hektar) Produksi
(Ton)Rata-rataProduksi
(Ton/Hektar)Tanam Panen
1 2 3 4 51234567891011
Darul MakmurTripa MakmurKualaKuala PesisirTadu RayaBeutongBeutong AteuhBanggalangSeunaganSuka MakmueSeunagan Timur
57-
6445425-212
57-
6445426-212
144-
13090852-424
2,00-
2,002,002,002,00
-2,002,002,00
Jumlah/Total
2011 200 202 404 2,002010 57 56 115 2,052009 23 23 575 25,002008 28 28 70 2,502007 28 28 70 2,50
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nagan Raya (2011).
Dari tabel diatas dapat kita lihat luas tanam, luas panen, produksi dan rata-
rata produksi sawi menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya tahun 2011,
dari data di atas jelas kita lihat bahwa di Kecamatan Kuala Pesisir, luas tanam dan
panen sama yaitu 45 hektar, produksi 90 ton dan rata-rata produksi 2,00
ton/hektar. Untuk Jumlah penduduk dan jenis perkerjaan di desa purwosari dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
4
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut jenis perkerjaan di Desa PurwosariKecamatan Kuala Pesisir 2012.
Jenis Perkerjaan Jumlah (Orang)Petani/Nelayan 144Buruh 6Tukang Bangunan 14PNS 8TNI/Polri 9Pengawai Swasta 78Pensiunan 1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis perkerjaan di Desa Purwosari
lebih banyak petani/nelayan dibandingkan dengan perkerjaan lainnya, karena
jumlah yang bertani di desa purwosari berjumlah 72 orang, sedangkan nelayan
juga terdiri dari 72 orang sehingga jumlah total petani/nelayan adalah 144 orang.
Produksi sawi di Desa Purwosari Kabupaten Nagan Raya terutama
disebabkan oleh luas tanam dan semakin banyaknya petani yang telah banyak
membudidayakan sawi, di Kecamatan Kuala Pesisir. Namun belum
mencerminkan bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani
nya tinggi, hal ini terlihat dari kehidupan sosial ekonomi petani tersebut yang
masih tergolong menengah kebawah.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka diidentifikasikan
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa besar tingkat pendapatan usaha
tani sawi di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir.
5
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui besarnya tingkat pendapatan usaha tani sawi di Desa
Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir”.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari pendapatan usaha yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar.
2. Sebagai informasi bagi peneliti dan pembaca untuk menambah pemahaman
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan analisis pendapatan usaha, serta
dapat memberikan informasi mengenai pendapatan usaha tani sawi.
1.5. Kerangka Pemikiran
a. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga brassica yang
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar
maupun diolah.
Keuntungan dan pendapatan ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan
kotor yang dihasilkan dan besarnya modal yang di investasikan dalam usaha tani
tersebut. Demikian juga pendapatan kotor usaha tani sawi di tentukan oleh jumlah
produksi dan harga yang berlaku dipasar.
6
b. Kerangka Pemikiran Operasional
Dalam penelitian ini yang berhubungan dengan subsistem usahatani akan
dianalisis pendapatan usahatani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar biaya yang dikeluaran baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai sehingga
didapatkan R/C rasio. Besarnya penerimaan yang diperoleh petani apakah
berbanding positif dengan biaya yang dikeluarkan. Dari kerangka pemikiran
teoritis dapat dibuat kerangka pemikiran secara oprasional yaitu sebagai berikut :
Petani Sawi
Usahatani sawi
- Perawatan- Produksi- Pendapatan
Sawi
Analisis PendapatanUsahatani
PeningkatanPendapatan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sawi
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga brassica yang
dimanfaatkan daun sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.
Sawi mempunyai banyak kandungan yang sangat bagus untuk tubuh manusia,
batang sawi ramping dan lebih hijau yang ciri khasnya adalah berdaun lonjong,
halus tidak berbulu (Nasaruddin, 1997).
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia, karena
Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik dari dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah
mulai dari ketinggian 100 meter sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang
tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang
sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab, akan tetapi
tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang, dengan demikian,
tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok
untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus,
subur,serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-7.
8
2.2. Penerimaan
Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen
akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan
jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi
seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang
diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu
ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Penerimaan total adalah jumlah seluruh
penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang
dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan
mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit.
2.3. Biaya
Menurut Mulyadi (2005) dalam arti luas biaya adalah : pengorbanan sumber
ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah
harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok
yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan
Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana (korbanan ekonomis) yang
diperhitungkan untuk keperluan usaha. Dalam praktek di agribisnis oleh
masyarakat, yang dimaksud dengan biaya usaha hanyalah biaya yang secara riel
atau cash dikeluarkan oleh pelaku usaha, sedangkan biaya yang tidak riel/cash
dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja rumah tangga, gaji petani selaku pengelola
usaha, nilai sewa lahan usaha, dll tidak dihitung sebagai biaya usaha. Cara
9
pandang seperti tersebut adalah tidak tepat karena akan mengakibatkan laba atau
keuntungan usaha yang didapat oleh pelaku usaha hanyalah laba kotor.
Biaya produksi merupakan faktor yang sangat menentukan kelangsungan
proses produksi, mengingat biaya adalah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak
harus diadakan, dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Biaya yang
dikeluarkan seorang usaha tani dalam proses produksi sehingga membawanya
menjadi produk disebut biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya
variabel.
2.4. Modal Usaha
Salah satu faktor produksi yang tidak kalah penting adalah modal, sebab
dalam suatu usaha mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil
tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal adalah semua bentuk kekayaan
yang dapat digunakan lansung maupun tidak lansung dalam proses untuk
menambah output (Irawan dan Supramoko 2000 : Hal, 93). Dalam pengertian
ekonomi, modal yaitu barang atau bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga
kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan output
(faktor produksi) yang sangat menentukan faktor satu-satunya yang dapat
meningkatkan pendapatan.
2.5. Pendapatan
Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-
faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang
10
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.
Dengan demikian maka yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari
seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang
atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap
anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natural yang diperoleh baik
sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang
dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah
seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka
waktu tertentu (Noor, 2007 : Hal. 189).
2.6. Analisis Benefit-Cost Ratio
Menurut Soekartawi (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada
prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada
analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat. Benefit-
cost ratio juga dapat dihitung dengan membandingkan keuntungan atau
pendapatan bersih usaha tani dengan total biaya produksi usaha tani.
Perhitungan B/C ratio juga kadang-kadang tidak konsisten sehingga perlu
berhati-hati dalam memberikan arti terhadap perhitungan yang diperoleh. Metode
rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio analysis) atau lebih dikenal dengan
istilah BC Ratio. Metode BC Ratio pada dasarnya menggunakan data ekivalensi
nilai sekarang dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio
adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau
11
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari
pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam kurun waktu
tertentu.
2.7. Break Even Point (BEP)
Menurut Soekartawi (1995) analisis break even point atau analisis titik
impas sebenarnya banyak di pakai pada analisis pembiayaan pada perusahaan,
dalam evaluasi proyek, analisis titik impas juga sering dipakai sebagai dasar
pemikiran dalam melakukan evaluasi proyek, break event point bertujuan
menemukan suatu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan biaya
sama dengan pendapatan, mengetahui titik tersebut, berarti dalam padanya belum
diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung dan tidak rugi. Sehingga
ketika penjualan telah melewati angka BEP maka mulailah memperoleh
keuntungan.
12
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir dengan
menggunakan metode survey. Penentuan lokasi Penelitian dilakukan dengan
sengaja (purposive sampling) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa lokasi
tersebut merupakan salah satu sentra produksi sawi di Kabupaten Nagan Raya.
Objek penelitian ini adalah usaha tani sawi di Desa Purwosari Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Usaha tani yang di maksud adalah kegiatan
petani yang membudidayakan tanaman sawi. Ruang lingkup penelitian terbatas
pada pendapatan usaha tani sawi.
3.2. Metode Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey.
Penentuan desa Purwosari merupakan sentra produksi sawi. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman sawi sebanyak
25 orang di Desa Purwosari karena sebagian besar penduduknya berprofesi
sebagai petani, karena di dukung oleh jenis tanah yang sesuai untuk bercocok
tanam (pertanian). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 25
petani.
3.3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis
data yaitu :
13
1. Data primer: data yang diperoleh dari hasil kuesioner langsung dengan petani.
2. Data sekunder: data yang lansung diperoleh dari lembaga/instansi terkait,
seperti BPS, Dinas Tenaga Kerja, dll.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) atau yang mengajukan
pertanyaan, dan yang diwawancarai (interview) atau yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
2. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati langsung
objek penelitian.
3.4. Batasan Variabel
3.4.1. Modal adalah biaya dalam bentuk uang tunai maupun tidak tunai dalam
usaha tani sawi yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Tahun).
3.4.2. Usaha tani adalah kegiatan petani yang mengusahakan sawi yang berlaku
didaerah sampel pada saat akan penelitian.
3.4.3. Pendapatan adalah total penerimaan dari usaha tani sawi yang dikurangi
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam satuan rupiah
(Rp/Tahun).
3.4.4. Keuntungan adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total
biaya untuk satu kali proses produksi dalam satuan rupiah (Rp/Tahun).
3.4.5. Harga jual adalah harga penjualan sawi yang berlaku didaerah sampel pada
saat akan dilakukan penelitian dalam satuan (Rp/ikat).
14
3.4.6. Biaya total adalah Seluruh biaya yang dikorbankan yang merupakan
totalitas biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp/Tahun).
3.4.7. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah secara proporsional
dengan perubahan total kegiatan atau volume yang berkaitan dengan biaya
variabel tersebut (Rp/Tahun).
3.4.8. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap selama periode waktu
tertentu meskipun terjadi perubahan besar dalam total kegiatan atau
volume yang berkaitan dengan biaya tetap tersebut (Rp/Tahun).
3.4.9. Jumlah produksi adalah jumlah hasil fisik yang diperoleh dari usaha tani
sawi selama proses produksi (Rp/Tahun).
3.4.10. Penerimaan adalah jumlah seluruh penerimaan produksi sawi dari hasil
penjualan (Rp/Tahun).
3.5. Model Analisis Data
Data yang telah diperoleh dilapangan, diolah dan ditabulasikan ke dalam
bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk mengetahui pendapatan
usaha tani sawi, maka menggunakan rumus sebagai berikut :
3.5.1. Analisis Biaya
Analisis biaya adalah semua pengeluaran dalam bentuk dana untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan
barang-barang produksi oleh perusahaan.
Untuk menghitung total biaya produksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
TC = TVC + TFC (Sumber: Noor, 2007)
15
Dimana :
TC = Total Biaya (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
3.5.2. Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan kotor (gross) yang diterima oleh pemilik
modal, yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan.
Dihitung melalui pengurangan antara penerimaan antara penerimaan
dengan total biaya untuk satu kali proses produksi, dihitung dengan rumus :
TR = P x Q (Sumber: Noor, 2007)
Dimana :
TR = Penerimaan Total (Rp)
P = Harga Jual Per Unit (Rp)
Q = Jumlah Produksi (Ikat)
3.5.3. Keuntungan
Keuntungan adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total
biaya untuk satu kali proses produksi, dapat dihitung dengan rumus :
Π = TR – TC (Sumber: Noor, 2007)
Dimana :
Π = Total Keuntungan (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
16
3.5.4. Revenue Cost Ratio (R/C).
R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya
total, yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
dikeluarkan, dihitung dengan rumus sebagai berikut :/ = (Sumber: Noor, 2007)
Dimana :
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Kriteria Penelitian R/C Ratio :
R/C < 1 = Usaha Agribisnis Mengalami Kerugian
R/C > 1 = Usaha Agribisnis Memperoleh Keuntungan
R/C = 1 = Usaha Agribisnis Mencapai Titik Impas
3.5.5. Break Even Point (BEP)
Perhitungan BEP dapat digunakan untuk menggunakan batas minimum
volume penjualan dimana pada titik tersebut usaha tidak untung dan tidak rugi
(total revenue = total cost). Selama perusahaan masih berada di bawah titik BEP,
selama itu juga perusahaan tersebut masih mengalami kerugian. Untuk
menghitung BEP dapat digunakan rumus dibawah ini :
BEP (Produksi) = Total Biaya : Harga Jual (Sumber. Arief, 2010)
BEP (Harga) = Total Biaya : Jumlah Produksi (Sumber. Arief, 2010)
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Petani
Karakteristik petani adalah suatu gambaran atau keadaan petani pada
usaha tani sawi yang ada didaerah penelitian. Karakteristik yang dimaksud dalam
penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman dalam berusaha tani sawi
dan jumlah tanggungan keluarga. Dalam hal ini karakteristik merupakan
gambaran umum dari petani yang ada di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya. Rincian mengenai rata-rata karakteristik petani sawi di
daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini, agar lebih jelas dapat
dilihat pada (Lampiran 1).
Tabel 3. Karakteristik Petani Sampel di Desa Purwosari Tahun 2013No Karakteristik Petani Satuan Rata-Rata1 Umur Petani Sampel Tahun 402 Tingkat Pendidikan Tahun 93 Pengalaman Bertani Tahun 84 Jumlah Tanggungan Jiwa 2
5 Luas Lahan Ha 1.375Sumber : Data Primer , 2013
Tabel 3. diatas menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel di daerah
penelitian adalah 40 tahun. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian rata-
rata mencapai 9 tahun, hal ini berarti tingkat pendidikan petani telah mencapai
tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama. Usaha bercocok tanam sawi bukanlah
merupakan pengalaman baru bagi petani sampel. Akan tetapi telah mereka jalani
bertahun-tahun sebelumnya. Hal ini di lihat dari pengalaman bertani mereka
menggeluti usaha bercocok tanam tanaman sawi, yaitu rata-rata 8 tahun dengan
jumlah tanggungan rata-rata sampel adalah 2 jiwa.
18
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan berfikir. Petani
yang berumur lebih muda dan sehat biasanya mempunyai kemampuan fisik yang
lebih kuat serta lebih cepat dalam mengadopsi inovasi-inovasi baru dari pada
petani yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani muda lebih agresif dan
lebih berani dalam menanggung resiko, lebih dinamis, sehingga lebih cepat
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi peningkatan
produktifitas usaha taninya.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan kerja seseorang, dan merupakan faktor penunjang didalam
penyerapan teknologi oleh petani. Tingkat pendidikan yang rendah akan
mengakibatkan daya serap petani terhadap perkembangan teknologi menjadi
lamban, sehingga terjadi kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengadopsi inovasi-inovasi yang baru. Sedangkan petani dengan pendidikan yang
tinggi umumnya mudah menerima inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kegiatan
usaha tani mereka.
Jumlah tanggungan keluarga juga akan mempengaruhi pendapatan dan
pengeluaran keluarga tani semakin banyak tanggungan akan merupakan beban
bagi petani bila ditinjau dari segi konsumsi. Namun demikian hal ini merupakan
aset yang penting dalam membantu kegiatan petani. Karena dengan jumlah
tanggungan yang relatif banyak akan menambah pencurahan tenaga kerja
keluarga, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani akan lebih
kecil.
Di samping ketiga faktor di atas pengalaman petani juga merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengalokasikan faktor-
19
faktor produksi. Petani yang mempunyai pengalaman kerja lebih lama akan lebih
mudah dalam mengambil keputusan yang lebih baik pada saat yang tepat. Di
samping itu dengan pengalaman yang lama dalam bidang bertani petani akan
semakin efisien di dalam mengalokasikan biaya produksi serta cara-cara berusaha
tani yang lebih intensif.
4.2. Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas
tanaman yang diusahakan oleh petani sebagai tempat bercocok tanam tanaman
sawi. Luas lahan garapan merupakan faktor produksi penting dalam usaha
meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan
yang diterima oleh petani.
Pada usahatani sawi yang diusahakan di Desa Purwosari masih bersifat
tradisional, artinya lahan garapan yang digunakan untuk menanam menggunakan
pekarangan rumah, yang umumnya adalah milik sendiri. Rata-rata luas lahan
garapan petani sawi adalah 1.375 Ha, agar lebih jelas dapat dilihat pada (lampiran
2).
4.3. Analisis Pendapatan Usaha Tani Sawi
Suatu usaha tani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara
pendapatan dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara
pendapatan dan pengeluaran, maka semakin menguntungkan suatu usaha tani.
20
Analisis pendapatan yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah
sejauh mana usaha tani tersebut dapat memberikan manfaat dari pada biaya yang
dikeluarkan dalam usaha tani sawi ini, analisis yang dibahas adalah :
4.3.1. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung yaitu untuk satu kali musim tanam. Biaya produksi pada usahatani
sawi di Desa Purwosari terdiri dari biaya variabel seperti biaya sarana produksi
(pembelian bibit, pupuk kandang, dan pupuk npk), maupun biaya tetap (biaya
sewa tanah, biaya tenaga kerja, dan biaya peralatan).
Besarnya biaya produksi dipengaruhi oleh input produksi dan harga dari
input produksi tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi
akan dihitung untuk mendapatkan atau melihat besarnya pendapatan atas total
biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi usahatani sawi rata-rata dapat dilihat pada
tabel 4 dibawah ini, untuk lebih jelas dapat dilihat pada (Lampiran 6).
Tabel 4. Biaya Produksi Rata-Rata Petani Sawi per Tahun di DesaPurwosari, Tahun 2013
No Jenis Biaya Jumlah (Rupiah)
1 Biaya Sarana Produksi 1.782.000
2 Biaya Tenaga Kerja 1.036.800
3 Biaya Peralatan 105.000
4 Sewa Tanah 550.000
Total Rata-Rata Biaya 3.473.800
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa biaya sarana produksi rata-rata
untuk pembelian bibit, pupuk NPK dan pupuk kandang. (lampiran 3).
21
Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya didasarkan pada jumlah hari
kerja yang dilakukan dan rata-rata waktu kerja 6 jam/hari/orang. Tenaga kerja
yang dipekerjakan rata-rata petani berjumlah 1 jiwa yang berasal dari dalam
keluarga sendiri. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
sebesar Rp 1.036.800 (lampiran 5).
Sedangkan biaya peralatan, Adapun alat yang digunakan adalah cangkul,
gembor, penggaru. Biaya peralatan rata-rata per petani sawi per tahun adalah
sebesar Rp 105.000 (lampiran 5).
Sehingga total biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani untuk
usahatani sawi per tahun di daerah penelitian adalah Rp 3.473.800 (lampiran 6).
4.3.2. Pendapatan
Pendapatan usahatani adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian
seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi yang berlaku dipasaran untuk
satu kali musim tanam. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami
fluktuasi atau naik turunnya harga pada waktu-waktu tertentu. Namun rata-rata
petani memperoleh harga jual sawi Rp 600.
Besarnya pendapatan rata-rata per tahun pada usahatani sawi di daerah
penelitian dapat dilihat pada (Lampiran 7).
Adapun rata-rata total produksi dari usahatani sawi adalah sebesar 52.800
ikat/petani, Maka total rata-rata pendapatan sebesar Rp 31.584.000 selama
setahun.
22
4.3.3. Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih dari total pendapatan yang diperoleh petani
dikurangi dengan total biaya produksi selama proses produksi berlangsung.
Keuntungan rata-rata pada usahatani sawi per tahun, untuk lebih jelas dapat dilihat
pada (Lampiran 8).
Rata-rata keuntungan petani per tahun adalah sebesar Rp 28.110.200,
Berdasarkan data diatas bahwa usahatani sawi menguntungkan secara analisis
usahatani di daerah penelitian.
4.3.4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dan total biaya,
yang menunjukkan nilai pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
dikeluarkan. Perhitungan rata-rata R/C ratio untuk lebih jelas dapat dilihat pada
(Lampiran 9).
Dapat diketahui bahwa revenue cost ratio rata-rata per petani adalah
sebesar 9.09 Dengan demikian usahatani sawi dapat dikatakan layak karena
memiliki R/C ratio sebesar 9.09, dan lebih besar dari kriteria yang ditentukan
yaitu lebih besar dari 1. Artinya banyaknya permintaan terhadap jumlah sawi yang
diproduksi oleh usaha tani.
4.3.5. Break Even Point (BEP)
Break event point adalah suatu titik produksi dimana pada titik tersebut
akan menghasilkan nilai biaya yang sama dengan nilai penjualan/pendapatan (titik
impas) yang menunjukkan perusahaan tidak rugi dan tidak untung.
23
Maka BEP produksi rata-rata pada usaha tani sawi per tahun yaitu pada
saat produksi sebesar 5.790 ikat. Dengan BEP harga rata-rata pada usaha tani sawi
per tahun yaitu pada saat harga sebesar Rp 66. Artinya apabila penjualan diatas
5.790 ikat maka usaha tani sawi telah memperoleh keuntungan dari usaha tani
sawi, dan apabila harga diatas Rp 66 maka usaha tani sawi telah memperoleh titik
impas dari usaha tani sawi yang diproduksi usaha tani sawi. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada lampiran 10.
24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Nilai Pendapatan rata-rata pada usaha tani sawi di daerah penelitian adalah
sebesar Rp 31.584.000 per tahun. Dengan keuntungan rata-rata pada usaha tani
sawi di daerah penelitian adalah sebesar Rp 28.110.200 per tahun, dengan
Revenue Cost Ratio (R/C) pada usaha tani sawi di daerah penelitian adalah
sebesar 9.09, dengan Break Even Point (BEP) pada usaha tani sawi untuk BEP
produksi yaitu pada saat produksi sebesar 5.790 ikat, dan untuk BEP harga yaitu
pada saat harga sebesar Rp 66. Artinya usaha tani sawi layak untuk dilaksanakan.
5.2. Saran
a. Perlu adanya koordinasi yang lebih baik lagi antara usaha tani dengan
balai penyuluhan pertanian (BPP) serta instansi-instansi lain dalam upaya
memajukan dan menerapkan teknologi baru kepada petani diwilayah ini,
sehingga tingkat produktifitas yang dihasilkan dapat mencapai tingkat
maksimal.
b. Dianjurkan kepada usaha tani untuk meningkatkan efesiensi terutama lahan
dengan tidak membuka lahan tanpa perhitungan yang matang karena dapat
merusak ekosistem alam.
c. Pemerintah hendaknya lebih berperan aktif dalam memberikan inovasi-
inovasi baru yang dapat menunjang petani dalam memperbaiki pola pikir
mereka dalam mengelola usaha taninya ditambah lagi dengan tenaga
penyuluh yang lebih mengerti dibidangnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen agribisnis. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Haryanto. 1996. http://iedha-brillian.blogspot.com/2012/01/laporan-tentang-
sawi.html. diakses 14 November 2012.
Hakim Rahman Arief. 2010. Analisa Usaha Budidaya Lobster Laut (Panulirus
sp) Untuk Skala Menengah. Nusa Tenggara Barat. Indonesia.
Irawan, Supramoko, M. 2000. Ekonomi Pembangunan. Edisi ke 3. BPFE UGM.
Yogyakarta.
Noor, Hendri Faisal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasaruddin. 1997. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Bogor.
Partowijoto. 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta.
Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005-
2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.
26
ABSTRAK
MISRI : Analisis Pendapatan Usaha Tani Sawi Di Desa Purwosari KecamatanKuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Dibawah Bimbingan Khairun Nisa, S.P.,MP dan Devi Agustia, S.P.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pendapatan usahatani sawi di Desa Purwosari Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata pada usaha tani sawi didaerah penelitian adalah sebesar Rp 31.584.000 pertahun, keuntungan rata-ratausaha tani sawi di daerah tempat penelitian adalah sebesar Rp 28.110.200pertahun, revenue cost ratio di daerah tempat penelitian adalah sebesar 9.09, danuntuk break even point produksi adalah pada saat produksi seesar 5.790 ikat,sedangkan untuk break even point harga adalah pada saat harga Rp 66. Artinyausaha tani sawi layak untuk dilaksanakan.
Kata Kunci : Analisis, Pendapatan, Sawi.
27
RIWAYAT HIDUP
MISRI, lahir di Cot Mee pada tanggal 14 Januari 1990, anak pertama dari dua
bersaudara, dari Ayahanda Muslim dan Ibunda Cut Murina.
Pada tahun 2002 penulis telah lulus dari SD Negeri Alue Bakti, tahun 2005
telah lulus dari MTsN 1 Jeuram, tahun 2008 telah lulus dari SMA Negeri 1
Seunagan, pada tahun 2008 di terima di Program Studi Agribisnis. Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, dan pada tahun 2013
penulis memperoleh Gelar Sarjana (S.P).
28
Lampiran 9. Keuntungan Petani Sawi Pertahun di Daerah Penelitian Tahun 2013No Jenis Biaya Keuntungan1 Total Pendapatan 31.584.0002 Total Biaya 3.473.800
Jumlah 28.110.200
Lampiran 10. R/C Ratio Petani Sawi Pertahun di Daerah Penelitian Tahun 2013No Jenis Biaya Keuntungan1 Total Pendapatan 31.584.0002 Total Biaya 3.473.800
Jumlah 9.09
Lampiran 11. BEP Produksi dan BEP Harga Pada Usaha Tani Sawi Pertahun diDaerah Penelitian Tahun 2013
No Jenis Biaya Jumlah1 Total Biaya 3.473.0002 Total Produksi (Ikat) 52.8003 Harga Penjualan (Rp) 6004 BEP Produksi 5.7905 BEP Harga 66