Skripsi Ok Peranan Orang Tua Dalam Pembinaan Anak Di Jorong Sakato Jaya

Embed Size (px)

Citation preview

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI KEJORONGAN SAKATO JAYA

SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah STIT-YAPTIP Pasaman Barat

Oleh Nama BP : Yuhana : S1.09.283 / VII (Tujuh)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAYASAN PERGURUAN TINGGI ISLAM PASAMAN PASAMAN BARAT 1431 H / 2010 M

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1 B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................................. 6 C. Penjelasan Judul......................................................................................... 7 D. Tujuan dan Kegunaan Pembahasan .......................................................... 8 E. Metode Penelitian ...................................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ................................................................................. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kedudukan Orang Tua dalam Penidikan Islam.... a. Peranan Orang Tua dalam Keluarga................................................ 6 b. Kedudukan Anak dalam Keluarga....................................................... B. Hakekat

Akhlak ..........................................................................................3 a. Pengertian Akhlak ................................................................................3 b. Sumber dan Macam-macam Akhlak .................................................... c. Tujuan Akhlak .......................................................................................1

C.

Hakekat anak

didik. a. ............. b. . BAB III HASIL PENELITIAN A. Peran dan Fungsi Orang Tua Dalam Pembinaan Akhlak Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan Pengertian ..................................................................................

Anak di Kejorongan Sakato Jaya. B. Bentuk Pembinaan Akhlak Anak oleh Orang Tua di

kejorongan Sakato Jaya C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Orang Tua Dalam

Pembinaan Akhlak Anak di Kejorongan Sakato Jaya .

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................... 82 B. Saran ........................................................................................................ 83

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan bahwa pembinaan akhlak adal;ah faktor penting dalam membina suatu umat membangun suatu bangsa. Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pemahaman akhlak. Allah SWT menjunjung tinggi terhadap akhlak karena akhlak adalah alat yang dapat membahagiakan kita dalam kehidupan dunia dan akherat, maka hendaknya pendidik, terutama orang tua mampu

memberikan pemahaman akhlak tehadap anak-anaknya. Karena dengan akhlak manusia akan berjalan sesuai dengan aturan yang sudah ada, yakni dalam ajaran agama Islam Orang tua sangat berbahagia atas hadirnya seorang anak yang dikaruniakan kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa garis keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak anak mereka. Karena jikalau anak anak tumbuh dewasa menjadi generasi yang saleh maka dia dapat menjadi generasi yang saleh yang memiliki akhlak mulia. 1 Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajarinya akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tualah yang memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami sebagaimana sabda Rasulullah:

M. Nipa Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2000, h. 121

)) Artinya: Telah menyampaikan kepada kami Adam, telah menyampaikan kepada kami Abi Zibin dari Az-Zuhri dari Abi Salamah bin Abdirrahman dari Abu Hurairah R.A ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi. (Hadis riwayat Bukhari)12 Dari hadis ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam membentuk akhlak anak dimasa yang akan datang. Dalam Al-Quran al- Karim surat Luqman ayat 16: Artinya: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.3

2

h.1253

Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ahya al-Turarts al-Arabiy, tt),

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. (Bandung :Syamil Cipta Media, 2005) hal. 412.

Pendidikan dan pembinaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. 4 Sedangkan pembinaan akhlak diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt. 5 Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan dan pembinaan anak harus benar-benar diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu diantaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal ataupun yang non formal. Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nila-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran agama. Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orangorang yang seandainya meninggalkanUndang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media 2006) h . 2 5 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam , (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) cet. ke-1, h. 44

dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah. (Qs. An-Nisa : 9)6 Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak mereka dalam keadaan lemah. Lemah disini maksudnya adalah lemah dalam segala aspek kehidupan seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman. Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa kepribadian` akhlaknya rusak. Jadi semua orang tua harus memperhatikan semua aspek perkembangan anaknya terutama aspek akhlaknya. Hal tersebut dapat dilihat dari ramainya kunjungan anak-anak di tempattempat penyewaan game playstation, kepemilikan Hand phone (HP), tontonan televisi yang sering menampilkan hal-hal yang tidak sepatutnya ditonton oleh anak-anak seperti kekerasan, pornografi dan pornoaksi dan lain sebagainya, maka mereka menjadi anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk hal yang negative, otomatis waktu belajar berkurang, kegiatan

keagamaan mulai malas-malasan, sikap sopan-santun mulai hilang, akhirnya mereka menjadi anak yang tidak teratur, liar dan bahkan cenderung berperilaku seperti orang dewasa,6

Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 78.

seperti merokok, pacaran, mengendarai sepeda motor dengan ugal-ugalan. Dalam hal ini sangat menarik untuk peneliti analisa tentang peranan orang tua tersebut dalam pembinaan akhlak dalam suatu lingkungan utama anak yaitu rumah tangga dan lingkungan, yaitu peranan para orang tua di Kejorongan Sakato Jaya terhadap anak-anak mereka dalam pembinaan akhlak tersebut. Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk membahasnya dengan judul PERANAN ORANG TUA

DALAM PEMEMBINAAN AKHLAK ANAK DI KEJORONGAN SAKATO JAYA B. Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis

kemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam skripsi ini adalah : Bagaimana peranan orang tua dalam pemembinaan akhlak anak di Kejorongan Sakato Jaya. Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut, penulis batasi masalah dalam beberapa hal yaitu: a. Peran dan fungsi orang tua dalam pembinaan

akhlak anak di Kejorongan Sakato Jaya.

b.

Bentuk pembinaan akhlak anak oleh orang

tua di Kejorongan Sakato Jaya. c. Kendala-kendala yang dihadapi oleh orang

tua dalam pembinaan akhlak anak di Kejorongan Sakato Jaya. C. Penjelasan Judul Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalah pahaman akan judul skripsi ini, maka penulis memberikan

penjelasan sebagai berikut: Peranan : peranan n 1 bagian yg dimainkan seorang pemain (dl film, sandiwara, dsb): ia berusaha bermain baik dl semua ~ yg dibebankan kepadanya; 2 tindakan yg dilakukan oleh seseorang dl suatu peristiwa: beliau mempunyai ~ besar dl menggerakkan revolusi7 Orang Tua : Orang tua yang sudah tua, Ibu Bapak, orang yang dianggap tua (cerdik pandai kampung) yang penulis maksud adalah Ibu dan

Bapak.8 Pembinaan : pengusahaan supaya lebih baik.9

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa (http://pustakabahasa.diknas.go.id/index.php} 8 WJs. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Purtaka, 1982), h. 688 9 Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Op. cit.

7

Akhlak

: Adapun pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak..10

Anak

: Turunan yang kedua, yang penulis maksud turunan yang dihasilkan oleh pasangan lakilaki dan perempuan yang diikat dalam

lembaga perkawinan yang disebut suamiistri.11 Kejorongan Sakato Jaya Aur, : Daerah di kecamatan Sungao Barat, dimana peneliti

mPasaman

melakukan pebelitian.

Dari penjelasan tersebut yang penulis maksud dengan judul penelitian inin adalah bagaimana tindakan yang dilakukan oleh orang tua dalam suatu pendidikan anak agar terbiasa melakukan akhlak yang baik, di wilayah Kejorongan Sakato Jaya. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi orang tua dalam membina akhlak anak di Kejorongan Sakato jaya serta mengetahui sejauh mana1011

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 62 WJs. Poerwadarminta, Op. Cit, h. 38

pencapaian pembinaan akhlak terhadap anak tersebut menurut pendidikan Islam. Dari tujuan umum ini diperinci kepada beberapa tujuan khusus sebagai berikut: a. Mengetahau bagaimana peran dan fungsi orang

tua dalam pembinaan akhlak anak di Kejorongan Sakato Jaya. b. Mengetahu pembinaan akhlak anak oleh orang

tua di Kejorongan Sakato Jaya. c. Mengetahui apa saja kendala-kendala yang

dihadapi oleh orang tua dalam pembinaan akhlak anak di Kejorongan Sakato Jaya b. Kegunaan Sedangkan kegunaan penelitian adalah: 1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana pada STIT-YAPTIP Pasaman Barat pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 2. pembinaan Sebagai pedoman bagi orang tua dalam akhlak anak dalam keluarga sehingga

melahirkan generasi yang ber-akhlakul karimah. 3. Untuk menambah wawasan penulis yang

menekuni bidang Pendidikan Islam tentang eksistensi orang tua dalam pembinaan akhlak anak.

4. perpustakaan.

Melengkapi literatur keilmuan dan

E. a.

Metodologi Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Masyarakat, khusunya keluarga yang berada di wilayah Kejorongan Sakato Jaya Kecamatan Sungai Aur Pasaman barat. b. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian.12 Sedangkan menurut S. Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. 13 Sedangkan sample adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang diteliti, atau sampel adalah bagian dari populasi. Tabel Populasi No Objek Penelitian Jumlah 1 Kepala Keluarga 350 KK 2 Kepala kelurga yang memiliki 150 KK anak yang masih bersekolah Tabel Sampel (20% dari populasi) No Objek Penelitian Jumlah Kepala Keluarga yang memiliki anak yang masih bersekolah 30 KKSuharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta: 2002), Cet. 12, h. 108 13 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. II, h. 11812

c.

Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam penyusunan

skripsi ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan: a. Angket b. Wawancara c. Observasi Didalam pelaksanaan angket, yakni pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tulisan yang diajukan kepada Orang tua di kejorongan Sakato jaya. Angket ini disampaikan kepada orang tua dipandu sendiri oleh peneliti dengan dibacakan dan dijelaskan maksud dari setiap pertanyaan yang diajukan. d. Teknik Analisa Data Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan penelitian ini dapat dipercaya, maka data tersebut harus dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan. Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis karena data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak menganalisa. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bersifat komperatif dalam korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untukpemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi14.

Cholid Narbuko, Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara: 2004) Cet. VI, h.44

14

Penelitian Kuantitatif selalu berbicara variabel, variabel adalah perubahan perubahan perilaku yang dapat diukur. Kuantitatif adalah data tentang fenomena yang hanya bisa dijelaskan dan ditransformasikan keangka. Analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan frekuensi distribusi15 dan prosentase dengan rumus perhitungannya: P=F x 100% N Keterangan: P = Angka persentasi F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah frekuensi Untuk mengukur tinggi rendahnya peranan orang tua dalam pembinaan akhlak anak di Kejorongan Sakato Jaya, maka penulis memilih ketentuan dengan kriteria sebagai berikut: a. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai 90%-100%, ini berarti baik sekali.

15

Dr. Suharsini Arikunto, Op. Cit, h. 141

b. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai 70%-80%, ini berarti baik. c. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai 50%-60%, ini berarti sedang atau cukup. d. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B kurang dari 50%, ini berarti kurang.

F.

Sistematika Penulisan Untuk membentuk jalan pikiran yang sistematis oleh

karena penulis pada pembahasan skripsi ini terdiri dari:

Bab I pendahuluan, dalam bab ini dikemukakan: latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian sistematika penulisan . Bab II adalah Landasan teoritus, eksistensi orang tua dalam pembinaan akhlak anak peranan dan kedudukan orang tua dalam pembinaan akhlak anak, pengertian keluarga, fungsi keluarga, hakekat akhlak, pengertian akhlak,

sumber dan macam-macam akhlak, tujuan akhlak, hakekat anak didik, pengertian dan dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan Bab III landasan teoritis terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, letak geografis wilayah Kejorongan Sakato Jaya, tugas pokok jorong. keadaan penduduk, sarana pendidikan dan ibadah, interpretasi data dan analisa data, analisa data Bab IV penutup, yaitu kesimpulan dan saran

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kedudukan Orang Tua dalam Pedidikan Islam a. Peranan Orang Tua dalam Keluarga6 Ada beberapa pandangan, keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 Undangundang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa .Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.. Anggota keluarga terdiri dari suami, istri atau orang tua (ayah dan ibu) serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta kasih sayang antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena itu hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kodrati antara orang tua dan anak. Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar cinta kasih sayang yang kodrati, rasa kasih sayang yang murni, yaitu rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya membimbing dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan anakanaknya.1616

HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.

1, h. 21-22

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu-kesatuan sosial ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia. Menurut Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian DKI Jakarta, keluarga adalah masyarakat yang terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami atau istri sebagai intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang lebih tinggal bersama karena ikatan perkawinan atau darah, terdiri dari ayah, ibu, dan anak.172 Menurut pandangan sosiologi, keluarga dalam arti luas meliputi semua pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan, sedangkan dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dengan anakanaknya.183 Menurut Ramayulis keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama di dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar sifatnya hubungan langsung. Disitulah

perkembangan individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal

17

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II, h. 104

Jalaluddin Rakhmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20

18

perkembangan dan mulai interaksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat dan sikap dalam hidup.19 Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak. Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, kedua orang tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggung jawabannya. Rasulullah saw bersabda, .Semua kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya atas orang yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan penanggung jawab rakyatnya. Seorang lakilaki adalah pemimpin dan penanggung jawab keluarganya. Dan seorang wanita adalah pemimpin dan penanggung jawab rumah dan anak-anak suaminya.2019

Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), Cet. Ibrahim Amini, Agar tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al Huda, 2006), Cet. 1, h.

1, h. 10-1120

107-108

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa anak. Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang. Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena orang tua dalam suatu keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia prasekolah), sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan pada diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.21 Dari sini,peranan orang tua dalam keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat.

b.

Kedudukan Anak dalam Keluarga Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan

dan keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.Yusuf Muhammad Al Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Darul Haq, 1998), Cet. 1, h. 1021

Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa. Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi, yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, proyektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomi.22 Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama, menurut ST. Vembriarto, mempunya 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu: a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya. Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga. b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman). c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola

Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20-21

22

tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan

pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi. e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan. f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak; sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. Hal ini sejalan dengan Hadist Nabi SAW yang mengingatkan para orang tua:

.Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi..

g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan

melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badanbadan sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.23

Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan seperti gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok dan lain-lain. Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga selain ketujuh fungsi diatas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi manusia adalah yang keluarga pokok, berusaha diantaranya

menyelenggarakan

kebutuhan

kebutuhan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.24 Dari berbagai fungsi keluarga yang telah diuraikan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap anak merupakan tanggung jawab orang tua di dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena sangat berpengaruh sekali kepada anak dalam::2324

HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu..., h. 23-24 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. I, h. 89-90

1. Memelihara dan membesarkan anaknya. 2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya. 3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya. 4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

B. a.

Hakekat Akhlak3 Pengertian Akhlak Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan

etimologi, perkataan "akhlak" ( )berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun"( )yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalkun" ()yang berarti

kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" ()yang berarti Pencipta dan "Makhluk" ()yang berarti yang diciptakan.25 Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al- Qur'an, sebagai berikut:25

Zahruddin AR.Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1

Artinya : Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.. (Q.S. Al-Qalam, 68:4).26 . Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini eberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: 1. Ibn Miskawaih Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu.27 2. Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.28 3. Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakanal-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960 27 Zahruddin AR, h. 4 28 Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 2926

perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masingmasing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.29 Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan. Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebernya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal.30 Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak29

Zahruddin AR, h. 4-5.Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-

30

5, h. 147

dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia. Jadi, akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental, serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika aklhak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.

b. Sumber dan Macam-macam Akhlak 1) Sumber Akhlak Persoalan "akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam al-Hadits sumbertersebut mrupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hri bagi manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah. Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah

yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.31 Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabatsahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah dalam kesehariannya. Beliau bersabda:

- Artinya: Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda,"telah ku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.32 Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan31 32

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), Cet ke-2, h. 149 Ibid, h, 149-150

mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni al- Qur'an dan al-Hadits. 2) Macam-macam Akhlak a) Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Akhlak Terhadap Allah Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya. 2. Akhlak terhadap Diri Sendiri Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaikbaiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela. 3. Akhlak terhadap sesama manusia Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan

orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, menghargainya. 33 Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalm kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik. b) Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara memberikan bantuan, pertolongan dan

menjauhinya.33

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h.4957

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: 1. Berbohong Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 2. Takabur (sombong) Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat. 3. Dengki Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain. 4. Bakhil atau kikir Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.34 Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya di bedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.

34

Ibid, h. 57-59

c. Tujuan Akhlak

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (alfadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segalagalanya.35 Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. 3631 Sedangkan Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat. 37 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prisnsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagaimakhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.35 36 37

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 115 Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: CV Ramadhani, 1988). h 2

Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), Cet ke-2, h.346

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. SEhingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.

C. a. Pengertian

Hakikat Anak Didik

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang di serahkan kepada tanggung jawab pendidik.38 Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang swdang memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.39Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan, Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1986, h. 120; Ahmad D Marimba, op.cit, h. 58-59, Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 67-6839 38

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Fauzan MA, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, h. 248

Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Tokoh-tokoh aliran behaviorisme beranggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan guru,

mengarahkan pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan di depan kelas, termasuk dalam kategori belajar. Mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis anak didik. Aliran ini berpegang pada realitas dengan mata telanjang dengan mengabaikan proses mental dengan segala perubahannya, sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. 40 Tetapi aliran kognitivisme mengatakan lain bahwa keberhasilan belajar itu ditentukan oleh perubahan mentak dengan masuknya sejumlah kesan yang baru dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku. Berbeda

dengan aliran behaviorisme yang hanya melihat fenomena perilaku saja, aliran kognitivisme jauh melihat ke dalam fenomena psikologis.41

b. Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan

Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Rasulullah saw bersabda:4041

Syaiful Bahri Djamarah., op.cit., h. 47 Ibid

: ) ) Artinya: Tiadalah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang meYahudikannya atau me-Nasranikannya atau meMajusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengansempurna, apakah kamu lihat binatang itu tidak berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata,"Apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah Allahyang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrah-Nya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam)." (HR.Muslim) Prof. DR. H. Ramayulis mengartikan fitrah dalam arti etimologi berarti alkhilqah, al-ibda', al-ja'l (penciptaan). Arti ini disamping dipergunakan untuk maksud penciptaan alam semesta juga pada penciptaan manusia. Dengan makna etimologi ini, maka hakekat manusia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan.42 Sedangkan, Allah SWT. berfirman:

42

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, h. 278

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)4338 Dari hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya

mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Aspek Paedagogis. Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya, mereka dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya. Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi manusia secara fisik dan mental akan memadai. b. Aspek Sosiologi dan Kultural

al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 413

43

Menurut ahli sosiologi pada prisipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk social manusia memiliki rasa tanggung hubungan jawab timbal social balik yang dan diperlukan saling dalam

mengembangkan

pengaruh

mempengaruhi antara anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka. Dengan demikian manusia dikatakan sebagai makhluk social berate pula manusia itu adalah makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Diantara instink manusai adalah adanya kecenderungan

mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu melakukan pemindahan dan penyaluran serta pengoperan kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantikannya di kemudian hari. c. Aspek Tauhid Aspek tauhid ini adalah aspek pandanagan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homo religios (makhluk yang beragama). Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang ebrketuhanan dan beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink religios atau garizah Diniyah (instink percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religios atau garizah Diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan

keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan kedua instink tersebut.44 Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1) Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 3) Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan bicara, perbedaan individual dan sebagainya.45 Dengan demikian anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa ia memiliki kekurangankekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya sangat terbatas dibansing dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu jadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing anak didik adalah kebutuhan mereka. Ramayulis sebagaimana mengutip pendapat alQussy membagi kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok, yaitu:

44

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet ke-2,

h. 86-8945

Hasbullah, h. 23-24

a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, miinum dan sebagainya b. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah. 46 Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada enam macam itu: 1) Kebutuhan kasih sayang 2) Kebutuhan akan rasa aman 3) Kebutuhan akan rasa harga diri 4) Kebutuhan akan rasa bebas 5) Kebutuhan akan sukses 6) Kebutuhan akan sesuatu kekuatan Selanjutnya Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 1) Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, berbafas, perlindungan, seksual, kesehatan dan lain-lain 2) Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar, menghubungkan diri dengan dunia yang lebih luas, mengaktualisasikan dirinya sendiri dan lain-lain 3) Kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, seperti istirahat, rekreasi, butuh sepaya setiap potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap usaha dapat sukses 4) Kebutuhan sosial, seperti supaya dapat diterima oleh teman-temannya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia

46

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 104

seperti orang tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya, kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi

seperti

5) Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama.47 Dari kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan agama. Agama dibutuhkan manusia karena memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama. Faktor anak didik menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, BAB V Pasal 12 bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.48 Mencakup pengertian .peserta didik. yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani dan rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangkan seprti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan47 48

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 105. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 313

keagamaan,

kebutuhan

akan pengertian

nilai-nilai kemasyarakatan,

kesusilaan, kasih saying dan lain-lain, maka pendidikan Islam lah yang harus membimbing, menuntun, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik dalam berbagai bidang tersebut.

BAB III LANDASAN TEORITIS

A. a.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Wilayah Jorong Sakato Jaya Wilayah Jorong Sakato Jaya berada di Jalan ________ Kecamatan ____________ Kabupaten Pasaman Barat. Sumatera Barat.. Adapun luas wilayah ini adalah kurang lebih ______ hektar dengan perbatasan sebagai berikut: a. Sebelah Utara : ____________________ b. Sebelah Selatan : ___________________ c. Sebelah Timur : ____________________ d. Sebelah Barat : ____________________ Status tanah diwilayah Jorong Sakato Jaya adalah tanah hak milik/guna bangunan/tanah Negara/ Ulayat yang memiliki sertifikat dari Badan Pertanahan Sumatera Barat. Wilayah ini juga dekat dengan Pasar yang bernama Pasar/terminal/Jalan Raya dll. Di sebagian wilayah ____________mempunyai penduduk yang padat/jarang karena rumahrumah yang mereka tinggali sangat padat/jarang dan tidak luas/luas. Setiap gang-gang/jalan kecil/besar dipenuhi/tdk dipenuhi dengan rumah-

rumah/kperkebunan/persawahan dll.

b.

Tugas Pokok Jorong Adapun tugas pokok Jorong Sakato Jaya sebagai berikut:

a. Mewujudkan kehidupan masyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, secara konsekwen dan berkesinambungan. b. Menggerakkan kegotong royongan swadaya masyarakat serta persatuan dan kesatuan bangsa, umat beragama dan antar umat beragama. c. Menciptakan kondisi dinamis kerukunan masyarakat dalam menunjang stabilitas nasional. d. Melaksanakan tugas maupun program pemerintah yang sifatnya insidentil. e. Menjembatani hubungan antara anggota masyarakat serta

menyampaikan aspirasi dengan pemerintah. f. Membangun dan merencanakan program kerja Jorong yang efesien dan berkesinambungan. g. Meningkatkan sumber daya kehidupan masyarakat serta memberikan pelayanan pembinaan, selalu bertanggung jawab kepada wilayah. h. Menghadiri rapat-rapat untuk suksesnya program pemerintah. i. Menggerakkan kerja bakti demi kebersihan dan keindahan. j. Menggerakkan kesadaran masyarakat dalam memperingati hari besar nasional maupun keagamaan.

c.

Keadaan Penduduk Wilayah Jorong Sakato Jaya merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan____________ Kabupaten Pasama Barat, dimana penduduknya terdiri dari penduduk asli pribumi dan pendatang. Sesuai perkembangan penduduk yang setiap tahunnya bertambah, maka penulis mendapatkan data dari Sekretaris Jorong akato jaya sudah mencapai _________(jumlah) penduduk asli dan pendatang. Dengan rincian laki-laki ________ orang dan perempuan _________orang, jadi jumlahnya ______ jiwa. Sedangkan jumlah bangunan rumah tinggal dari sebanyak ______ bangunan.49 Tabel 1 No Jalan/Wilayah 1 2 3 4 5 6 7 Total KK Laki-laki Perempuan Jumlah

Tabel 2 Jalan/Wilayah Rumah Kontrakan Rumah Tinggal Jumlah

Jumlah

________(Nama Sekretaris Jorong), Sekretaris Jorong Sakato Jaya, Wawancara Pribadi, (Kediaman Kepala Jorong Sakato Jaya Kec._______Pasaman Barat) Tgl____bulan_____2010

49

Tabel 3 No. 1 2 3 4 5 Pendidikan SD/MI SMP/MTs SMA/MA D1/D2/D3 S1 Prosentase

100% Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar/kecil (___%) mereka itu pendidikannya _____ dan sedikit/banyak (_____%) hanya sampai SMP saja dan sedikit sekali/banyak sekali (___%) yang melanjutkan sampai S1 dan sedikit sekali/banyak sekali pula (___%) yang melanjutkan sampai tingkat D1-3 dan sedikit sekali/banyak sekali pula (____%) yang hanya sampai SD saja. Mereka yang hanya melanjutkan sampai SD dan SMP itu dikarenakan masalah ekonomi yang mereka alami dan tidak tahu arti pentingnya pendidikan. Adapun masalah pekerjaan, penduduk Jorong Sakato Jaya mayoritas pekerjaannya petani. karyawan swasta, buruh, pensiunan Negeri/ABRI, berdagang mulai dengan berdagang warung/toko, counter HP, sembako dan lain-lain. Ada juga yang menjadi anggota ABRI dan POLRI dan juga pengusaha, tapi itu sedikit sekali jumlahnya. Seperti tabel berikut ini:

Tabel 4 No Pekerjaan 1 Petani 2 Karyawan Swasta 3 Pegawai Negeri 4 Wiraswasta 5 Pedagang 6 ABRI dan Polisi 7 Pensiunan 8 Pengusaha Prosentase

100% Pada tabel ini terlihat lebih dari setengah (___%) pekerjaanya petani , dan sebagian kecil (_____%) itu _______, dan sedikit sekali (_____%) yang menjadi pensiunan Negeri/ABRI, dan sedikit sekali pula (______%) yang menjadi wiraswasta dan berdagang dan sedikit sekali pula (_____%) yang menjadi pegawai negeri, dan sedikit sekali pula (_____%) yang menjadi pengusaha dan Anggota ABRI maupun POLRI. Adapun jumlah keluarga dalam setiap kepala keluarga mayoritas ______ orang tetapi ada juga yang lebih tapi itu sedikit. Mereka kebanyakan hanya mempunyai anak _____ orang. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Alternative Jawaban Frekuensi Prosentase

Jumlah

100%

Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian kecil (____%) keluarga Jorong Sakato Jaya mempunyai anak hanya ___ orang dengan jumlah keluarga empat orang. Dan sebagian kecil (_____%) mempunyai anak _____ orang dan sebagian kecil pula (______%) mempunyai anak _____ orang dan sedikit (_____%) yang mempunyai anak lebih dari ______ orang. Jadi keluarga yang mempunyai anak satu, dua atau tiga orang saja dapat memudahkan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam. d. Sarana Pendidikan dan Ibadah8 Sarana pendidikan yang ada di wilayah Jorong Sakato Jaya baik yang formal maupun non formal seperti Taman Kanak-kanak berjumlah ___, Sekolah Dasar berjumlah _____, SMP berjumlah _____, dan SMK/SMA berjumlah _____. Taman Kanak-Kanak Islam/Taman Pendidikan Al-Quran yang ada di wilayah Joroang Sakato Jaya ini misalnya TK _______ dan Taman pendidikan Al-Qur-an TK _______. Kebanyakan dari mereka memasukkan anaknya ke TK/TPA Islam, dan tempat-tempat pengajian yang bersifat tradisional, di sana selain memasukkan anaknya ke sekolahsekolah yang formal. Di lingkungan wilayah Jorong Sakato Jaya

Kecamatan_______Pasaman Barat, mempunyai sarana ibadah dalam rangka pembinaan rohani, yaitu ada ______ buah masjid bernama Masjid________ dan _______ Buah Musholla bernama____________ dan

___________. Adapun kegiatan-kegiatan tempat ibadah yang ada diwilayah Jorong Sakato Jaya Kecamatan_______Pasaman Barat antara lain: 1. Di Masjid Jami ____ diadakan Pengajian Kaum Bapak dan Majlis Talim Ibu-ibu dan Majlis Talim Remaja Masjid Jami ______. 2. Di Mushollah ________ diadakan pengajian _________ yang di koordinir oleh Remaja Musholla________, serta pengajian kaum ibu. 3. Di Mushollah ______________diakan pengajian kaum bapak dan majlis kaum ibu-ibu, serta remaja mushollah _________. . B. a. Interpretasi Data dan Analisa Data Interpretasi Data Untuk interpretasi data tentang peranan Orang tua dalam pembinaan anak di Jorong Sakato Jaya, Kecamatan ______Kabupaten Pasaman Barat, sebagai berikut: Kriteria b. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai 90%-100%, ini berarti baik sekali. c. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai 70%-80%, ini berarti baik. d. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B mencapai 50%-60%, ini berarti sedang atau cukup. penulis mengumpulkan dengan kriteria perhitungan

e. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B kurang dari 50%, ini berarti kurang. a. Analisa Data

a. Peranan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlak Anak Tabel 6 Perhatian pembinaan akhlak anak Alternative Jawaban Sejak lahir Ketika TK Ketika SD Ketika SMP Ketika SMA Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (_____%) perhatian pembinaan akhlak pada anak itu dilakukan sejak lahir, dan sedikit (_______%) perhatian pembinaan akhlak pada anak itu dilakukan ketika ______. Dan tidak sama sekali (0%) perhatian pembinaan akhlak pada anak dimulai ketika anak _______. Hal ini menyatakan bahwa mereka kurang sekali mementingkan pembinaan akhlak pada anaknya. Orang tua hanya memperhatikan pembinaan

akhlak pada saat anak masih kecil saja. Padahal menurut penulis perhatian orang tua untuk masalah pembinaan akhlak harus diperlukan, meskipun anak mulai menginjak remaja/dewasa, karena pada masamasa tersebut anak-anak membutuhkan sekali pembinaan akhlak. Karena pembinaan akhlak diperlukan bagi keselamatan hidup manusia sepanjang hidupnya.

Tabel 7 Mengajarkan pendidikan akhlak di rumahnya Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (___%) keluarga selalu/tdk selalu mengajarkan atau membimbing pendidikan akhlak pada anak di rumah dan sebagian kecil (____%) yang sering /tdk sering mengajarkan/membimbing pendidikan akhlak pada anak di rumah. Dan sedikit sekali (____%) yang kadang-kadang mengajarkan/membimbing pendidikan akhlak pada anak di rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah dalam mendidik akhlak kepada anak. Hal itu menandakan bahwa sesibuk apapun mereka bekerja, tapi mereka tetap mengajarkan pendidikan agama Islam kepada anak di rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal mengajarkan pendidikan agama Islam pada anaknya. Tabel 8 Sikap memberikan contoh tauladan di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (____%) dari mereka selalu memberikan/tdk contoh teladan yang baik pada anak di rumah, dan sedikit (____%) mereka itu sering memberikan contoh teladan yang baik pada anaknya. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang dalam memberikan contoh yang baik kepada anaknya. Hal itu mengatakan bahwa orang tualah yang pertama memberikan contoh teladan yang baik pada anak. Karena anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal memberikan contoh teladan yang baik kepada anak. Tabel 9 Sikap mencerminkan perilaku yanng baik ketika di rumah dan di luar rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (____%) mereka itu mencerminkan prilaku yang baik ketika di rumah dan di luar rumah dan sebagian kecil (____%) mereka itu yang sering mencerminkan prilaku yang baik pada anak baik di rumah maupun di luar rumah. Dan tidak sama sekali (_____%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang memberikan sikap perilaku yang baik ketika di rumah maupun di luar

rumah. Dengan demikian, terlihat bahwa orang tua harus mencerminkan prilaku yang baik kepada anak baik di rumah maupun di luar rumah, karena anak akan menuruti segala tingkah laku orang tuanya. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal mencerminkan perilaku yang baik kepada anak. Tabel 10 Sikap Menegur dan Menasehati Anak Ketika melakukan hal yang buruk baik di rumah maupun di luar rumah Altenativ Jawaban Selalu menegur Sering menegur Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (___%) orang tua selalu menegur anaknya ketika melakukan hal yang buruk baik di rumah maupun di luar rumah. Dan sedikit (___%) yang sering menegur anaknya ketika melakukan hal yang buruk baik dirumah maupun di luar rumah. Dan tidak sama sekali (__%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang menegur anaknya ketika melakukan hal yang buruk. Hal ini berarti bahwa para orang tua tidak mau anaknya menjadi anak yang nakal. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal menegur dan menasehati anak ketika melakukan perbuatan yang tidak baik.

Tabel 11 Sikap mengarahkan anak untuk bersikap baik ketika di rumah maupun diluar rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (____%) dari mereka itu selalu mengarahkan anaknya untuk bersikap baik ketika di rumah atau di luar rumah. Dan sebagian kecil (22%) yang sering mengarahkan anaknya untuk bersikap baik ketika dirumah atau diluar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang yang mengarahkan anaknya untuk bersikap baik ketika dirumah atau diluar rumah. Hal itu dikarenakan agar anakanak mereka itu dapat mempunyai banyak teman dengan bersikap baik. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal mengarahkan anaknya untuk bersikap baik. Tabel 12 Menyediakan fasilitas pendidikan kepada anak Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (70%) dari mereka itu selalu menyediakan fasilitas pendidikan pada anak, dan sebagian kecil (30%) yang sering menyediakan fasilitas pendidikan pada anak. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadangkadang menyediakan fasilitas pendidikan pada anak. Penyediaan fasilitas pendidikan untuk anak ini berguna agar anak bersungguhsungguh dalam belajar. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal penyediakan fasilitas pendidikan pada anak. Tabel 13 Sikap memberikan motivasi dan semanagat belajar di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (74%) dari mereka itu selalu memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Dan sebagian kecil (26%) yang sering memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang yang memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Hal ini berarti sianak akan rajin belajar apabila orang tua selalu memberikan motivasi dan semangat belajar. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran

orang tua tersebut baik dalam hal memberikan motivasi dan semangat belajar anak. Tabel 14 Mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (68%) dari mereka itu sering mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah. Dan sebagian kecil (32%) yang selalu mengadakan diskusi keagamaan bersama anak. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang yang mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal berdiskusi keagamaan bersama anak. Tabel 15 Anak mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sekolah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa hampir setengahnya (42%) dari mereka itu sering anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sekolah. Dan sebagian kecil (38%) yang selalu anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun disekolah. Dan sedikit (20%) dari mereka itu menjawab kadangkadang anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sekolah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah anaknya yang mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sekolah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal memberikan kursus tambahan kepada anak baik di rumah maupun di sekolah. Tabel 16 Sikap mengontrol ibadah anak di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (80%) dari mereka itu selalu mengontrol kegiatan ibadah anaknya, dan sebagian kecil (20%) yang sering mengontrol kegiatan ibadah anaknya. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang dalam mengontrol kegiatan ibadah anaknya. Dengan demikian maka

dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal mengontrol kegiatan ibadah anaknya. Tabel 17 Sikap menegur anak apabila tidak shalat Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (62%) dari mereka itu selalu menegur anak apabila tidak shalat. Dan sebagian kecil (38%) yang sering menegur anak apabila tidak shalat. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah/kadang-kadang yang menegur anak apabila tidak mengerjakan shalat. Berdasarkan tabel tersebut, dapatlah dijelaskan bahwa orang tua tidak mau melihat kalau anaknya tidak shalat, karena shalat merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal menegur anaknya apabila tidak mengerjakan shalat. Tabel 18 Mendidik anak shalat dan puasa Altenativ Jawaban Melalui contoh teladan Melalui contoh pembiasan Melalui buku agama Melalui guru agama Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa setengahnya (50%) dari mereka itu mendidik anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui contoh teladan, dan sebagian kecil (30%) mereka itu mendidik anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui pembiasaan. Dan sedikit (14%) dari mereka itu mendidik anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui guru agama, dan sedikit sekali (6%) dari mereka itu mendidik anak dalam ibadah shalat dan puasa melalui buku bacaan. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal mendidik anak mereka dalam ibadah shalat dan puasa. Tabel 19 Pembiasaan shalat berjamaah dengan anal-anak di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa lebih dari setengah (56%) dari mereka itu yang kadang-kadang melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah, dan sebagian kecil (24%) yang sering melakukan shalat berjamaah dengan anakanak di rumah. Dan (14%) yang tidak pernah melakukan shalat berjamaah. Dan sedikit (6%) yang selalu melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut

kurang dalam hal melakukan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah. Tabel 20 Penanaman sikap disiplin kepada anak di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Penanaman sikap disiplin kepada anak di rumah berdasarkan tabel di atas sebagian besar (64%) yang selalu dilakukan orang tua kepada anaknya. Dan sebagian kecil (20%) yang sering menanamkan sikap disiplin pada anak, dan sedikit (16%) yang kadang-kadang menanamkan sikap disiplin pada anak. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah menanamkan sikap disiplin pada anak. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal menanamkan sikap disiplin kepada anaknya. Tabel 21 Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak dirumah maupun di luar rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa setengahnya (50%) dari mereka itu selalu memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah maupun di luar rumah. Dan sebagian kecil (26%) yang sering memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah maupun di luar rumah. Dan sebagian kecil pula (24%) yang kadangkadang yang memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah maupun di luar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah maupun di luar rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anaknya di rumah maupun di luar rumah. Tabel 22 Sikap selalu menanamkan pendidikan agama Islam di rumah Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (80%) penanaman pendidikan akhlak di rumah selalu dilakukan oleh orang tua pada anaknya. Dan sebagian kecil (16%) yang sering menanamkan pendidikan akhlak di rumah kepada anak, dan sedikit sekali (4%) yang kadang-kadang menanamkan pendidikan akhlak di rumah pada

anaknya. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak pernah menanamkan pendidikan akhlak di rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti peran orang tua tersebut baik dalam hal penanaman pendidikan akhlak di rumah. Tabel 23 Minat anak terhadap pendidikan agama Islam Altenativ Jawaban Sangat berminat Berminat Kurang berminat Tidak berminat Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (80%) anak-anak dilingkungan Jorong Sakato Jaya sangat berminat terhadap pendidikan agama Islam, dan sebagian kecil (20%) yang berminat terhadap pendidikan agama Islam. Dan tidak ada sama sekali (0%) anak-anak yang kurang berminat dan tidak berminat terhadap pendidikan agama Islam. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan anak dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut baik dalam minat anak terhadap pendidikan agama Islam. Tabel 24 Pendapat anak tentang pendidikan agama Islam Altenativ Jawaban Sangat penting Penting Kurang penting Tidak penting Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (78%) anak-anak berpendapat bahwa pendidikan agama Islam itu sangat penting, dan sebagian kecil (22%) yang berpendapat bahwa pendidikan agama Islam itu penting. Dan tidak sama sekali (0%) yang berpendapat bahwa pendidikan agama Islam itu kurang penting dan tidak penting. Hal itu mengatakan bahwa anak-anak sangat memerlukan pendidikan agama Islam. Apalagi pendidikan agama Islam itu diberikan sejak dini. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat

keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal pendapat anak tentang pendidikan agama Islam. Tabel 25 Sikap anak ketika di rumah dan diluar rumah Altenativ Jawaban Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (74%) anak yang bersikap baik ketika di rumah dan di luar rumah, dan sebagian kecil (26%) yang bersikap sangat baik ketika di rumah dan di luar rumah. Dan tidak sama sekali (0%) anak-anak yang bersikap kurang baik dan tidak baik ketika di rumah dan di luar rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan orang tua dalam

pelaksanaan pendidikan agama Islam kepada anak tersebut baik dalam hal sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah. Tabel 26 Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap bai hormat dan patuh kepada mereka Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat jelas bahwa sebagian besar (60%) setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak sering bersikap baik, hormat dan patuh, dan sebagian kecil (22%) setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak kadang-kadang bersikap baik, hormat dan patuh. Dan sedikit (18%) setelah memperoleh pendidikan agama Islam sering bersikap baik, hormat dan patuh. Dan tidak sama sekali (0%) setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak tidak pernah bersikap baik, hormat dan patuh. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal setelah memperoleh pendidikan agama Islam. Tabel 27 Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik dan hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesame kerabat

Altenativ Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah

Frekuensi

Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (40%) sikap anak selalu bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat, dan sebagian besar pula (40%) sikap anak sering bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat. Dan sebagian kecil (20%) yang kadang-kadang bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat. Dan tidak sama sekali (0%) yang tidak pernah bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik, hormat tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat. Tabel 28 Apakah anak rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, dan mengaji Altenativ Jawaban Sangat rajin Rajin Kurang rajin Tidak rajin Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini dijelaskan bahwa sebagian besar (68%) anak sangat rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji, dan sebagian kecil (22%) yang rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat puasa dan mengaji dan sedikit sekali (10%) yang kurang rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji. Tabel 29 Apakah anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri Altenativ Jawaban Sangat rajin Rajin Kurang rajin Tidak rajin Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini dijelaskan bahwa hampir setengahnya (40%) anak selalu rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. Dan sebagian kecil (34%) anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri, dan sebagian kecil pula (26%) anak yang kurang rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. Dan tidak sama sekali (0%) dari mereka yang tidak rajin dalam belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat

keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam hal rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. Tabel 30 Kemampuan anak membaca Al-Quran Altenativ Jawaban Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Jumlah Frekuensi Prosentase

100%

Dari tabel ini terlihat jelas bahwa sebagian besar (60%) kemampuan anak dalam membaca al-Qur.an itu baik, dan sebagian kecil (26%) anak yang kurang baik dalam membaca al-Qur.an. Dan sedikit (14%) anak yang sangat baik dalam membaca al-Qur.an, dan tidak ada sama sekali (0%) anak yang tidak baik dalam membaca alQuran. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak tersebut baik dalam membaca al-Quran. Dari tabel-tabel yang telah diuraikan dari data pengelompokkan peranan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak, terlihat bahwa para orang tua di wilayah Rw. 05 sangat berperan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya di rumah. Dari sekian pertanyaan yang penulis ajukan kepada mereka tentang peranan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di rumah, mayoritas mereka menjawab dengan jawaban selalu, dan

sering. Sedikit sekali dari mereka yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Hal itu berarti bahwa peranan keluarga sangat penting dalam pelaksanaanpendidikan agama Islam. Dengan adanya penerapan pendidikan agama Islam dirumah, maka anak akan mengetahui dan memahami akan ajaran-ajaran Islam. Meskipun mayoritas orang tua masyarakat Rw. 05 itu disibukkan dengan aktifitasnya, tapi mereka tetap menyisakan waktu mereka untuk mengajarkan anak mereka tentang pendidikn agama Islam. Karena pendidikan agama Islam itu sangat penting untuk kehidupan anak mereka kelak supaya anak-anak tidak tersesat kepada hal-hal yang tidak baik. Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, sebagian besar mereka menanamkan pendidikan agama kepada anak-anaknya dari sejak lahir, agar anakanaknya dapat mengetahui agama dari sejak dini dan dapat mengamalkan perintah agama di waktu besar nanti. Berdasarkan datadata yang terdapat pada tabel di atas bahwa mereka sudah benar-benar melakukan peranannya dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya, dari mulai mengajarkan pendidikan agama Islam dan membimbing dalam mengerjakan perintah agama, mengawasi segala tingkah laku anak-anaknya di luar rumah dan menegur anakanaknya apabila melakukan hal yang tidak baik. Adapun dari segi materi merekaberupaya memberikan segala keperluan anakanaknya dari menyekolahkan anaknya kesekolah agama sampai menyediakan segala fasilitas yang anak-anak mereka perlukan, karena

menurut mereka pendidikan agama itu sangat penting bagi anak-anak mereka walaupun ada hambatan, mereka akan tetap mengusahakannya agar anak-anak mereka menjadi anak yang berguna bagiagama, bangsa dan negara dan juga menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Sedangkan dari data pengelompokkan tentang keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam di keluarga Rw. 05 itu dapatlah diinterpretasikan bahwa, anak-anak mereka adalah anak-anak yang benar-benar di harapkan oleh orang tua mereka. Hal itu berarti bahwa setelah anak-anak memperoleh pendidikan agama Islam baik di rumah atau di luar rumah, mereka bisa mengamalkan sedikit demi sedikit ilmunya khususnya ilmu pendidikan agama Islam yang telah mereka peroleh. Mereka selalu mengerjakan apa yang diperintah Allah swt. dan orang tua mereka dan selalu bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma-norma agama yang berlaku. Kebanyakan dari mereka (anak-anak) sangat berminat terhadap pendidikan agama Islam. Karena mereka sudah mengerti bahwa pendidikan agama Islam itu sangat penting bagi mereka. Oleh karena itu mayoritas dari mereka, selain

sekolah disekolah umum, mereka juga belajar mengaji di Taman Pendidikan al-Qur.an yang ada di wilayah mereka. Berdasarkan data pengelompokkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama Islam itu dapatlah dilihat bahwa orang tua di wilayah Rw. 05 sudah berhasil akan

peranannya terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam kepada anak-anak mereka di rumah. Hal itu menandakan bahwa pendidikan agama Islam itu sangat penting diberikan kepada anak-anak dari sejak dini agar anak-anak

tidakterjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Disamping itu karena dilatar belakangi oleh lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Tentang keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di keluarga, penulis mendapatkan informasi dari salah seorang warga masyarakat yang mendidik anaknya di rumah, walaupun disekolah sudah diberikan pendidikan agama Islam, betapa sulit sekali memberikan pembinaan, bimbingan kepada anak dalam pendidikan agama Islam di rumah. Apabila anak tidak di biasakan untuk belajar agama maka anak tersebut akan malas, yang nantinya ia tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk atau yang dibolehkan dan dilarang oleh agama. Disekolah saja tidak cukup di berikan pendidikan/pelajaran agama saja, tetapi harus di lanjutkan dengan kebiasaannya

yang dilakukan dirumah, yaitu dengan mempraktekan apa yang sudah di pelajari dari pendidikan agama di sekolah.

BAB V PENUTUP i. Kesimpulan Dari pembahasan dan berdasarkan deskripsi data yang penulis uraikan pada bab sebelumnya, maka akhirnya studi hasil penelitian tentang peranan orang tua dalam pembinaan anak di Kejorongan Sakato Jaya, Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, penulis dapat memberikan suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Orang tua sangat berperan dalam pembinaan akhlak anak di rumah. Keluarga memberikan perhatian dalam pendidikan agama sesuai dengan kemampuan orang tua, meskipun mereka sibuk dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Hal ini berdasarkan jawaban mayoritas keluarga yang memberi jawaban selalu pada angket. 2. Usaha-usaha yang dilakukan keluarga dalam pelaksanaaan pendidikan agama pada anak dengan memulai mengajarkan pendidikan agama dan membimbing pelaksanaan perintah agama, mengawasi tingkah laku anak dan menegur mereka apabila melakukan hal yang tidak baik. Dari segi materi keluarga berupaya memberikan segala keperluan anak-anaknya seperti menyekolahkan kesekolah agama dan memenuhi kebutuhankebutuhan anak. 3. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan agama diketahui bahwa setelah anakanak memperoleh pendidikan agama baik di rumah maupun di luar rumah mereka mengamalkan perintah-perintah agama dan bertingkah laku

dengan sopan. Anak-anak giat dan rajin dalam mengikuti shalat berjamaah dan pengajian al qur.an. 4. Hambatan-hambatan yang dihadapi keluarga dalam dalam pelaksanaan pendidikan agama dapat dibagi dalam dua hal: a. Hambatan internal, kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan kesibukan lainnya menjadikan kurangnya perhatian orang tua kepada anak. b. Hambatan eksternal, yaitu hambatan dari anak-anak yang kadangkadang bermalas-malasan dan tidak mau mengikuti perintah orang tua ditambah dengan kondisi lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi kepribadian anak. B. Saran Berdasarkan pada hasil studi penelitian tentang peranan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di wilayah Rw. 05 Kelurahan Sungai Bambu Jakarta Utara, akhirnya penulis memberikan beberapa saran penting yang ditunjukkan kepada semua

pihak/masyarakat dalam rangka memberikan motivasi untuk lancarnya pelaksanakan pendidikan agama Islam. 1. Bagi para Rw/Rt hendaknya turut berusaha meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakatnya, misalnya dengan mengadakan kegiatan pengajian di rumah warganya secara bergantian, sehingga warga memiliki pengetahuan agama dan terjalin hubungan yang harmonis antar sesama warga.

2. Bagi para orang tua, hendaknya tingkatkan terus ibadah dan ketaatan kepada Allah swt. mengajak anak-anaknya untuk selalu patuh dan taat kepada perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya. 3. Para orang tua diharapkan untuk selalu memberikan contoh sikap atau perilaku yang baik kepada anaknya, supaya nanti anak akan meniru dan mengikuti sikap dan tingkah laku yang baik. 4. Bagi para orang tua, hendaknya tidak terlalu keras dalam mengajarkan atau mendidik anak. Gunakan metode atau cara yang tepat untuk mengajarkan pendidikan agama Islam di rumah, sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan nasehat-nasehat, perkataan yang baik lemah lembut dan dengan mengajak dialog atau diskusi untuk memecahkan suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978 Amini, Ibrahim, Agar tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta: Al Huda, 2006 Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bima Aksara1998 ___________, Ilmu Sosial Dasar, Semarang: PT Rineka Cipta, 1991 Al-Abrasy, Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993 Al Hasan, Yusuf Muhammad, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Darul Haq, 1998 Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Bukhari, Shahih Bukhari jilid II (Penterjemah H. Zainuddin Hamidy dkk.), Jakarta: Fa. Wijaya, 1992 Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: CV Ruhama, 1995 _______________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991 _______________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara: 1995 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur.an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989 Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, 1996 Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Muhammad Naufal, Abu Ahmad, Langkah Mencapai Kebahagiaan Berumah Tangga, Yogyakarta: Al Husna Press, 1994 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

Nashih Ulwan, Abdullah, Pendidikan anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995 ______________________, Kaidah-kaidah dasar (Pendidikan anak menurut Islam), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992 Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Nasution, S. Metode Research (Penelitian ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya,1985 Rakhmat, Jalaluddin, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994 Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, 1987 ________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Sabri, M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 ______________, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000 Syafri Harahap, Sofyan dan Anshori Siregar, Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja, Jakarta: PT. Pustaka Quantum, 2002 Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka cipta: 2004 Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 Thoha, M. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983