Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU MENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MASA MENOPAUSE
DI PUSKESMAS TOSIBA KEC. SAMATURU KAB.KOLAKA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan
OLEH :
NURAFNI PADIDI NIM. P00312016086
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV
TAHUN 2017
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kebidanan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara jelas dan tegas tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Kendari, 20 Nonember 2017
Yang membuat pernyataan
NURAFNI PADIDI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : NURAFNI PADIDI
NIM : P00312016086
Tempat/Tanggal lahir : Tampo Simbuang, 10 Februari 1970
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jl. Soeharto No. 3 Ds. Tamboli Kec. Samaturu
Kab. Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara
Alamat kantor : Jl. Pembangunan No.3 Ds.Tamboli
Kec. Samaturu Kab.Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara
Pendidikan :
Tahun 1977-1983 : SDN 140 Pa’tengko, Tana Toraja
Tahun 1983-1986 : SMPN 1 Makale, Tana Toraja
Tahun 1986-1989 : SPKN Kendari, Kota Kendari
Tahun 1989-1990 : DI Kebidanan, Kota Kendari
Tahun 2006-1990 : DIII Kebidanan POLTEKKES KENDARI
Pekerjaan :
Tahun 1991- Sekarang : Bidan Puskesmas Tosiba,
Dinas kesehatan Kabupaten
Kolaka
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat, nikmat, karunia serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Menopause Dalam
Menghadapi Masa Menopause di Puskesmas Tosiba kec’ samaturu
kab.Kolaka
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Pembimbing I Ibu Askrenig SKM, M.Kes
dan Pembimbing II Ibu Elyasari, SST, M.Keb, atas segala waktu,
kesediaan dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktunya.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Askrening,SKM, M.Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes kendari yang telah memberkan izin untuk melakukan
penelitian.
2. Sultina Sarita,SKM, M.Kes selaku Ketua jurusan kebidanan.
3. Melania Asi, S.Si.T, M.Kes Selaku Kepala Program Studi DIV
Kebidanan.
4. Ibu Aswita, S.Si.T, MPH selaku penguji I, Ibu Arsulfa, S.Si.T,M.Keb
selaku penguji II dan ibu Wahida S.Si.T,M.Keb selaku penguji III.
5. Dosen dan staf administrasi jurusan kebidanan Politeknik Kemenkes
Kendari.
vii
6. Bapak Abdul Rauf SKM selaku Kepala Puskesmas Tosiba yang
telah memberikan izin penelitian.
7. Teristimewa kepada kedua orangtua, suami, dan saudara-
saudaraku yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan
serta dorongan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
masih banyak hal diluar kemampuan dan jangkauan pemikiran penulis.
Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan bimbingan,
kritikan dan saran untuk perbaikan skripsi dimasa mendatang. Semoga
skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua.
Kendari, 20 November 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU MENUPOUSE DALAM MENGHADAPI MASA MENUPOUSE DI PUSKESMAS TOSIBA
KEC.SAMATURU KAB.KOLAKA
Nurafni Padidi 1 Askrening SKM,M.Kes 2 Elyasari, SST,M.Keb 3
Latar belakang : Data di puskesmas Tosiba terdapat 30 ibu menupouse 10 diantaranya masih bingung diantaranya perubahan fisik seperti berhentinya masa menstruasi, 15 diantaranya mengalami perubahan sikap seperti mudah tersinggung, 5 ibu menupouse sudah sedikit mengerti dan memahami keadaanya. Tujuan peneliian : menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu menupouse dalam menghadapi masa menupouse Metode penelitian : penelitian ini merupakan penelitian analitik yang digunakan adalah desain cross sectional dimana peneliti melakukan observasi/pengukuran variable dependen dan independen dilakukan pada saat pemeriksaan pada saat pengkajian data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu menupouse dalam menghadapi masa menupouse di puskesmas tosiba ke.samaturu kab.kolaka Hasil penelitian : dari 30 ibu menupouse di puskesmas tosiba sebagian besar (63,33%) yang memiliki sikap positif dalam menghadapi menupouse sebanyak 19 orang dan sebagian kecil (36,67%) sedangkan ibu menupouse memiliki sikap negatif dalam menghadapi menupouse sebanyak 11 orang. Kesimpulan : ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu menupouse dalam menghadapi masa menupouse di puskesmas tosiba dengan tingkat keeratan sangat rendah Saran : diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan menuouse sehingga ibu dapat menghadapi menupouse dengan baik. Kata kunci : pengetahuan, sikap dan ibu menupouse Daftar pustaka : 12 (2001-2007) 1. Mahasiswa poltekkes kemenkes kendari prodi d4 jurusan kebidanan 2. Dosen pembimbing I jurusan kebidanan poltekkes kendari 3. Dosen pembimbing II jurusan kebidanan poltekkes kendari
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
IABSTRAKI........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
E. Keaslian Penelitian .......................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7
A. Konsep Dasar Pengetahuan ............................................. 7
1. Pengertian ........................................................................ 7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan .............. 9
B. Konsep Sikap .................................................................... 13
1. Pengertian Sikap .............................................................. 13
2. Komponen pokok sikap……………………………………... 13
3. Struktur sikap…………………………………………………. 14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi sikap…………………. . 15
5. Tingkatan sikap……………………………………………… 17
6. Ciri – ciri sikap……………………………………………….. 18
7. Cara pengukuran sikap…………………………………….. . 20
8. Komponen sikap…………………………..………………... . 20
C. Konsep Menopause………………………………………….. . 21
1.Pengertian menopause …………………………………….. 21
2. Proses terjadinya menopause………………………….... 23
3. Faktor yang mempengaruhi menopause……………….. 25
4. Gejala saat menopause…………………………………… 27
5. Perubahan saat menopause……………………………… 28
6.Kesiapan dalam masa menopause……………………… 31
x
D. Kerangka Teori ................................................................. 35
E. Kerangka Konsep ............................................................. 36
F. Hipotesis Penelitian .......................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 37
A. Rancangan Penelitian Dan Desain Penelitian ................... 37
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................ 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 38
D. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................... 40
E. Definisi Operasional Variabel ........................................... 41
F. Instrumen Penelitian .......................................................... 42
G. Tekhnik Pengumpulan Data............................................. 42
H. Tekhnik Pengolahan Data ............................................... 43
I. Cara Analisis Data ............................................................ 45
J. Etika penelitian……………………………………………….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 50
A. Gambaran Umum Dan Perilaku Penduduk Di wilayah
Kerja Puskesmas Tosiba .................................................. 50
B. Hasil Penelitian ................................................................. 58
C. Pembahasan ................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 67
A. Kesimpulan ...................................................................... 67
B. Saran ................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan antara pengetahuan
dan sikap ibu menopause dalam menghadapi
masa menopause
21
Tabel 4. 1 Letak geografis Wilayah kerja Puskesmas Tosiba
50
Tabel 4. 2 Jumlah penduduk, kepadatan, jumlah rata-rata jiwa
dan jumlah rumah tangga 50
Tabel 4. 3 Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas
Tosiba tahun 2016 52
Tabel 4. 4 Data sasaran program 53
Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
tingkat pendidikan di Puskesmas Tosiba. 53
Tabel 4. 6 Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
Umur di Puskesmas Tosiba. 54
Tabel 4. 7 Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
pekerjaan di Puskesmas Tosiba. 55
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
pengetahuan di Puskesmas Tosiba. 55
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
sikap di Puskesmas Tosiba.. 56
Tabel 4.10
Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu menopause dalam menghadapi masa
menopause di Puskesmas Tosiba
57
xii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2. 1 Kerangka teori 37
Gambar 2. 2 Kerangka konsep 38
Gambar 3. 1 Desain penelitian Cross Sectional 39
Gambar 4. 1 Peta Wilayah Puskesmasa Tosiba
Gambar 4. 2 Kondisi geografis Wilayah kerja Puskesmas
Tosiba
Gambar 4. 3 Jumlah penduduk di Wilayah kerja Puskesmas
Tosiba tahun 2012-2016
Gambar 4. 4 Jumlah penduduk Wilayah kerja Puskesmas
Tosiba tahun 2016
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Lampiran 1 Lembar Kueisioner
Lampiran 2 Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 Perhitungan Skor-T
Lampiran 4 Uji statistic
Lampiran 5 Tabulasi umur responden ibu menopause Di
Puskesmas Tosiba
Lampiran 6 Tabulasi data khusus tingkat pengetahuan ibu
menopause di Puskesmas Tosiba
Lampiran 7 Tabulasi data khusus berdasarkan sikap ibu
menopause di Puskesmas Tosiba
Lampiran 8
Tabulasi silang antara pengetahuan dengan
sikap ibu dalam menghadapi masa
menopause
Lampiran 9 Surat Izin penelitian
Lampiran 10 Surat Keterangan telah melakukan penelitian
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menopause adalah haid terakhir atau saat menstruasi
terakhir, tentang waktu sekitar 1 sampai 2 tahun (Manuaba.dkk, 2009)
Menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang
biasannya terjadi antara usia 45 tahun sampai 50 tahun.
Menopause kadang-kadang juga dinyataakan sebagai masa
berhentinya haid sama sekali (Kasdu, 2002).
Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan manusia,
meningkat pula harapan hidup manusia. Berarti, semakin meningkat
jumlah manusia usia tua. Dalam hal ini adalah wanita yang telah
memasuki masa menopause. Menopause dikenal sebagai masa
berakhirnya menstruasi atau haid. Akibat perubahan dari haid
menjadi tidak haid lagi menyebabkan timbulnya berbagai keluhan
fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya maupun
organ tubuh pada umumnya (Baziad, 2008).
Ada baiknya jika seseorang sudah mempersiapkan diri
menghadapi masa menopause dengan komponen pembentuk sikap
terdiri dari tiga aspek yaitu: aspek kognitif (pengetahuan), aspek
afektif (perasaan), dan aspek konatif. Pengetahuan mengenai masa
menopause diperlukan karena merupakan salah satu komponen
pembentuk sikap. Ibu menopause yang berpengetahuan baik dan
2
cukup diharapkan memiliki sikap yang positif dalam menghadapi
masa menopause. Seperti berolahraga secara teratur, berkonsultasi
dengan dokter tentang masalah kesehatannya, mengkonsumsi
makanan bergizi, menghindari merokok dan minuman beralkohol.
Sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang cenderung memiliki
sikap yang negatif dalam menghadapi masa menopause seperti tidak
berolahraga secara teratur, tidak mengkonsumsi makanan yang
bergizi, mengandung bahan pengawet, pewarna dan tinggi kolesterol,
tidak melakukan aktivitas apapun dan menghabiskan waktunya untuk
tidur, dllengetahuan yang memadai. Kesiapan seorang wanita
menghadapi masa menopause akan sangat membantu ia menjalani
masa menopause dengan lebih baik (Kasdu, 2002).
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan usia harapan
hidup (UHH) orang indonesia adalah 75 tahun. Umur harapan hidup
wanita adalah 67 tahun dari pria 63 tahun (yminti online, 2007). UUH
dari 10 kabupaten di provinsi lampung dari tahun 2002-2004 kisar
66,4 tahun. UUH kota metro adalah 71,8 tahun dan kabupaten lampung
tim timur memiliki UUH 69,3 tahun (porfil kesehatan lampung,
2005). Hal ini berati wanita lebih tinggi UUH lebih tinggi dari pada pria
dan akan menghadapi masalah kesehatan yang lebih tinggi dsari pria
dan akan menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. (yminti
online, 2007).
3
Berdasarkan survay demografi kesehatan indonesia (SDKI)
2002/2003 mengenai menopause perkiraan kasus menunjukkan
akan terdapat sekitar 30 - 40 juta kaum wanita seluruh jumlah
penduduk indonesia yang sebesar 240-250 juta pada tahun 2010.
Dalam kategori wanita tersebut (usia lebih dari 60 tahun), hampir
100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta
dampak yang menyertainya (Arhadiat, 2009).
Perubahan saat menopause terdiri dari berhentinya haid, berbagai
organ reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim mengalami
antropi (keadaan kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan
dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit
dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut secara
berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut tidak menonjol kedalam
vagina bahkan lama-lama akan merata dengan dinding vagina.
Lipatan-lipatan saluran telur menjadi lebih pendek, menipis, dan
mengerut. Rambut getar yang ada pada ujung saluran telur atau fimbria
menghilang (Kasdu, 2002).
Study pendahuluan ya yang telah dilakukan di Puskesmas Tosiba
kec.samaturu kab. kolaka terdapat 30 ibu menopause 10 di antaranya
masih bingung dengan keadaanya yaitu tentang perubahan fisik seperti
berhentinya masa menstruasi, 15 diantaranya mengalami perubahan
sikap seperti mudah tersinggung, 5 ibu menopause sudah sedikit
mengerti dan memahami keadaanya.
4
Pengetahuan mengenai masa menopause diperlukan karena
merupakan komponen pembentuk sikap. Agar pengetahuan ibu
menopause mengenai masa menopause menjadi baik maka tenaga
kesehatan maupun kader-kader perlu memberikan penyuluhan pada
ibu menopause. Penyuluhan yang diberikan diharapkan dapat
membentuk sikap ibu menopause yang positif dalam menghadapi masa
menopause.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik
meneliti mengenai “Hubungan Antara Pengetahuan dan sikap ibu
menopause dalam menghadapi masa menopause”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu menopause dalam
menghadapi masa menopause di Puskesmas Tosiba Kec.
Samaturu Kab. Kolaka?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap
ibu menopause dalam menghadapi masa menopause.
2. Tujuan Kusus
a.) Mengidentifikasi pengetahuan ibu menopause mengenai masa
menopause.
5
b.) Mengidentifikasi sikap ibu menopause dalam menghadapi
masa menopause.
c.) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
menopause dalam menghadapi masa menopaus.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori yang di dapat selama
proses per kuliyahan serta menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai hubungan antara pengetahuan tentang menopause dan
sikap wanita dalam masa menopause.
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanaan
kepada ibu menopause untuk menghadapi masa menopause.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi Institusi Pendidikan guna
menambah materi tentang Menopause
4. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman pelaksanaan penelitian dan menambah
ilmu pengetahuan tentang penelitian serta dalam melakukan
analisis.
6
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan stress menopause pernah
dilakukan Peneliti oleh Oktora Fifiana (2007) yang berjudul psikologi
Pengetahuan Wanita menopause dengan perubahan sikap ibu dalam
masa menopause di Desa Karangrejo dengan metode observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu di Desa Karangrejo
termasuk kategori kurang baik, dan rata-rata tidak setuju dengan
adanya hubungan psikologi menopause serta ada hubungan yang
bermakna (signifikan) dan negatif antara tingkat pengetahuan tentang
psikologi menopause dengan sikap ibu terhadap perubahan perilaku
saat menopause. Perbedaan dengan penelitian terdapat pada judul
penelitian disini Peneliti melihat Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
menghadapi masa menopause.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “TAHU” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan
yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Penginderaan atau
kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,
konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan
segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia
tentang segala sesuatu. Juga, mencakup praktek atau kemampuan
teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum
dibakukan secara sistimatis dan metodis (Keraf dan Dua, 2001).
2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengungkapkan bahwa ingkat pengetahuan
mencakup 6 tingkatan, yaitu:
8
a) Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Tahu artinya
dapat mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Ukuran
bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasi-kan dengan benar tentang objek yang diketahui.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya
(real).
d) Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
9
melakukan justifikasi (penilaian) terhadap suatu objek materi atau
objek penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau
responden.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :
a. Faktor Interna
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semaki
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah(Notoatmodjo, 2007).
2) Umur
Umur adalah usia individu yang dimiliki saat lahir sampai
saat berulang tahun Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Pekerjaan dengan adanya
pekerjaan seseorang(Hurlock, 2009 ). Usia adalah Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja Menurut
Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003 ).
10
3) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari
nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan.
4) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan
jumlah janin hidup, bukan janin yang dilahirkan, janin yang
lahir hidup atau mati setelah viabilitas (28 minggu/lebih)
dicapai, tidak mempengaruhi paritas (Bobak Lowdermilk,
Jensen, 2005). Paritas menunjukan jumlah kehamilan
terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah di
lahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya. (Harry oxorn ,
william, 2010
b Faktor Eksternal
1) Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
11
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007). Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Ahmadi (2007) tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek:
a) Aspek kognitif
Berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini
berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan
keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek
atau kelompok objek tertentu.
12
b) Aspek afektif
Berwujud proses yang menyangkut perasaan- perasaan
tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati
dan sebagainya yang ditujukan kepada objek- objek
tertentu.
c) Aspek kognitif
Berwujud proses tendensi atau kecenderungan
untuk berbuat sesuatu objek, misalnya kecenderungan
memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.
3) Media Massa / Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Bermacam- macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo,
2007).
13
2. Konsep Dasar Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
(Notoatmodjo, 2004).
Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2004), “An
individual’s social attitude is an syndrome of respons consistency
with regard to social object”. Jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia berarti sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala
dalam merespon suatu stimulus atau objek sehingga sikap
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan
yang lain.
Newcomb dalam Notoatmodjo (2004) menyatakan bahwa: 1)
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan motif tertentu, 2) sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku, 3) sikap masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi/perilaku terbuka.
b. Komponen Pokok Sikap
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2004) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
14
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap
suatu objek, artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau
pemikiran seseorang terhadap objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi atau terhadap suatu
objek, artinya, bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya
faktor emosi) orang terhadap objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau
perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan
sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
c. Struktur Sikap
Menurut Azwar (2009), struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen
yang saling menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif berisi kepercaayaan individu,kepercayaan
tersebut berhubungan dengan hal - hal bagaimana individu
mempersepsi terhadap objek sikap,dengan apa yang di
lihat dan diketahui ( pengetahuan ), pandangan, keyakinan,
pikiran,pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan
informasi dari orang lain.
2) Kompenen affektif menyangkut masalah emosional
subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara
15
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki terhadap sesuatu. Ibu merasa bertanggung jawab
terhadap keadaan bayinya.
3) Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap.
Azwar (2009) dalam buku Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap terdiri atas:
1) Pengalaman pribadi
Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau
mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam pada
jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi berulang - ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan
secara bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi
terbentuknya sikap.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat
berperan. Misal dalam kehidupan masyarakat yang hidup
dipedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh
tokoh masyarakat.
3) Kebudayaan
Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan dimasyarakat
16
sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang
ada didaerahnya.
4) Media Massa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media masa
mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama
berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu.
6) Faktor Emosional
Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan
sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang,
namun bisa juga menjadi sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
(Notoatmodjo, 2003).
17
Menurut Ahmadi (2007), sikap ialah suatu hal yang
menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun
perbuatan yang akan datang. Sedangkan menurut Sobur,
kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai itu juga
diartikan sebagai sikap.
Dari batasan-batasan yang ada dapat disimpulkan bahwa
manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari
adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).
e. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), menyebutkan tingkatan sikap,
sebagai berikut:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap
orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
18
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima
ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab adalah atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap
yang paling tinggi.
. f . Ciri-ciri Sikap
Menurut Walgito (2003), adapun ciri-ciri sikap itu adalah:
1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Sikap itu tidak dibawa sejak individu dilahirkan, sikap
terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
Oleh karena sikap itu terbentuk atau dibentuk, maka sikap itu
dapat dipelajari dan karenanya sikap itu dapat berubah.
2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam
hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui proses
persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau
19
negatif antara individu dengan objek tertentu akan
menimbulkan sikap tertentu pula dari individu dengan objek
tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu
terhadap objek tersebut.
3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga
dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek, Bila seseorang
mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang
tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan
sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana seseorang
tersebut tergabung di dalamnya. Di sini terlihat adanya
kecenderungan untuk menggeneralisasikan objek sikap.
4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Apabila suatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan
nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan
lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap
tersebut akan sulit berubah. Tetapi sebaliknya, bila sikap
itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang,
sikap tersebut relatif tidak bertahan lama dan sikap tersebut
akan mudah berubah.
5) Sikap itu mengandung perasaan dan motivasi
Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu
akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu. Di samping itu, sikap
juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap itu
20
mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara
tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
6) Sikap
Sikap Adalah evaluasi umum yang dibuat manusia
terhadap dirinya sendiri, obyek atau isu (Azwar S.,6)
g. Cara Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2009), pengukuran sikap dapat dilakukan
dengan menggunakan Skala Likert, dengan kategori sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS, dan sangat tidak setuju
(STS).Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsungatau
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek.
Secara tidak langsungdapat dilakukan denganpertanyaan
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui
kuesioner ( Notoatmodjo, 2003).
h. Komponen Sikap
1) Komponen kognitif yang dipercayai individu berisi
kepercayaanyang dimiliki mengenai sesuatu yang dapat
disamakan penanganan(opini)terutamamenyangkut masalah
isu atau problem.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah biasanya berakhir
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang bertahan
21
terhadap pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan sapek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Dan berisi tendensiatau kecenderungan untuk
bertindak /bereaksi terhadap sesuatu (Menurut Azwar.s.,200).
3. Konsep Menopause
a) Pengertian menopause
Menopause adalah periode berhentinya haid dan1 tahun
berikutnya tidak haid lagi. (kamus istilah kebidanan, 2005,115)
Menopause adalah waktu dari kehidupan seorang ibu saat masa
haid terakhir, Pada sebagian ibu menopause terjadi usia 45-55
dan rata-rata pada usia 51 tahun. (Hacker /Moore,2001:589).
Menopause adalah bila seorang wanita tidak haid selama 12
bulan telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami
masa menopause.( Sarwono Prawirohardjo,2003). Menopause
adalah Haid alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen
dalam tubuh. Proses menopause terjadi disebabkan penurunan
kadar estrogen, yaitu haid tidak teratur, panas dan keluhan-
keluhan yang timbul pada menopause Menurut Luciana (2005).
22
1) Perubahan Hormon
Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu
mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada kondisi
menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon
estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi
juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi
perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh
maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan
hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan
terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus
haidnya mulai terganggu, hal ini disebabkan tidak tumbuhnya
selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
2) Perubahan Fisik
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh
pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik
tubuh seorang wanita, keadaan ini berupa keluhan
ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
3) Perubahan emosi
Selain fisik perubahan psikis juga sangat
mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani
masa menopause sangat tergantung pada masing-masing
individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan
23
masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk
pengetahuannya tentang menopause.
4) Wanita yang mendekati masa menopause mempunyai tiga pola
haid.Haid teratur dan kemudian tiba-tiba berhenti. Haid menjadi
jarang intervalanya menjadi panjang sampai akhirnya menjadi
berhenti.Haid menjadi tidak teratur, haid kadang banyak
kadang sedikit. Wanita yang mempunyai pola haid seprti ini
sebaiknya memeriksakan kedokter untuk memastikan rahim
normal atau tidak, agar perawatan bisa diberikan. Panas
dan demam dialami oleh paling sedikit ¾ wanita menopause
dan separuh diantarnya cukup parah sehingga menyebabkan
kelesuan fisik. Demam merupakan perasaan yang tiba-tiba
datang pada seluruh tubuh, menyebar pada wajah dan leher.
Panas hanya langsung beberapa saat dan kemudian
hilang.Jika panas terjadi di malam hari, mungkin diikuti dengan
keluarnya keringat dan kemudian imsomnia, serta muncul
kembali setelah beberapa bulan atau tahun. Dan
kesebuah survei,65 % wanita mengalami panas selama lebih
dari 2 tahun.( Derek Liewellyn- Jones).
b) Tahap-Tahap Dalam Menopause
Menurut Sarwono P.2003, menopause di bagi dalam
beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
24
. 1) Pra menopause
Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik.
Gejala-gejala yang timbul :
a. Siklus haid yang tidak teratur
b. Pendarahan haid yang memanjang
c. Jumlah darah haid yang banyak
d. Nyeri haid.
2) Pra menopause
a. Fase Keringat malam hari
b. Mudah marah
c. Sulit tidur
d. Haid tidak teratur
e. Gangguan fungsi seksual
f. Kekeringan vagina
g. Gelisah
h. Rasa khawatir
Penurunan kadar Estrogen, menyebabkan periode
menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk
terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu :
1) Klimaterium, yaitu merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga
dengan pramenopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan
25
siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang
memanjang dan relatif banyak.
2) Menopause, yaitu saat haid terakhir atau berhentinya
menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut pasca
menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai
menuju ke senium umumnya terjadi pada usia 50-an tahun.
3) Senium adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu
ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya,
sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun.
(Sarwono P, 2003)
4) Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena
perubahan keseimbangan hormon. Bagian-bagian tubuh dapat
mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita
seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual
sesudah menopause seperti sebelumnya. (Sarwono P, 2003)
c) Faktor yang mempengaruhi menopause:
1) Usia haid pertama kali (menarche)
Semakin muda seorang mengalami haid pertamakalinya,
semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause.
2) Faktor psikis
Keadaan seorng wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. mereka
26
akan mengalami masa menopouse lebih muda, dibandingkan
mereka yang menikah dan tidak bekerja.
3) Jumlah Anak
Makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua
atau lama mereka memasuki masa menopause.
4) Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai
memasuki usia menopause. Bahwa wanita yang masih
melahirkan diatas usia 40 tahun mengalami usia menopause
yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan
akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan,
akan memperlambat proses penuaan tubuh.
5) Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi jenis
hormonal. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi
yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak
memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki
menopouse.
6) Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause :
7) Sosial ekonomi
27
Menopause dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi,
disamping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga
hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang
bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi (Kasdu,
2002).
d) Gejala Saat Menopause :
1) Gejala Vasomotor
Gejala vasomotor berupa hot flushes (pipi terasa panas
dan merah, menjalar ke leher, tengkuk, dada, bahkan seluruh
badan), diikuti vasokontriksi yang menimbulkan perasaan dingin
dan saat timbul panas diikuti pengeluaran keringat malam hari.
Gejala ini dialami oleh 75% sampai 85% perempuan
perimenopause dan pascamenopause. Sebanyak 37% sampai
50% perempuan pramenopause juga mengalami hot flushes
setelah ooforektomi bilateral. Sebanyak 80% mempunyai gejala
> 1 tahun, kurang dari 25% mempunyai gejala > 5 tahun.
2) Osteoporosis
Ketika memasuki masa menopuse salah satu penyakit
yang ditakuti akan diderita adalah osteoporosis. Penderita
osteoporosis ini semakin meningkat dari hari ke hari dengan
semakin bertambahnya usia harapan hidup bangsa Indonesia.
Selain itu, masalah osteoporosis cukup mengkhawatirkan di
28
Asia karena postur tubuh wanita Asia yang kecil lebih beresiko
terkena osteoporosis (Kasdu, 2002).
e) Perubahan saat menopause
Beberapa Akibat berhentinya haid, berbagai organ
reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi
(keadaan kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan
dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi
sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat
berserabut secara berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut
tidak menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding vagina. Lipatan- lipatan saluran telur menjadi
lebih pendek, menipis, dan mengerut. Rambut getar yang ada
pada ujung saluran telur atau fimbria menghilang (Kasdu,
2002).
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon
tubuh pada saat menopouse mempengaruhi berbagai keadaan
fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan
ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
1) Hot flushes (perasaan panas)
Adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah
dan tubuh bagian atas (seperti leher dan dada). Dengan
perabaan tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada
daerah tersebut. Gejolak panas terjadi karena jaringan-
29
jaringan yang sensitif atau yang bergantung pada esterogen
akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun.
Pancaran panas diperkirakan merupakan akibat dari
pengaruh hormon pada bagian otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur temperatur tubuh.
2) Keringat Berlebihan
Pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon
yang tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu
udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi
terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta
mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain itu,
dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan
vagina menjadi lebih tipis dan berkurang kelembabannya
seiring dengan kadar estrogen yang menurun. Gejala lain yang
dialami wanita adalah berkeringat dimalam hari.
3) Vagina Kering
Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada
daerah vagina sehingga dapat menimbulkan rasa sakit
pada saat berhubungan intim. Selain itu, akibat
berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada
epitel vagina, jaringan penunjang, dan elastisitas dinding
vagina. Padahal, epitel vagina mengandung banyak reseptor
30
estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam
berhubungan seksual.
4) Tidak dapat menahan air seni
Ketika usia bertambah, air seni sering tidak dapat
ditahan pada saat bersin dan batuk. Hal ini akibat estrogen
yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah
inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung
kemih). Perlu diketahui, dinding serta lapisan otot polos
uretra perempuan juga mengandung banyak reseptor
estrogen. Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya
gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin
menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada saluran
kemih bagian bawah.
5) Hilangnya jaringan penunjang
Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh
pada jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan
penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit
kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok, gigi mudah
goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta
timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.
6) Penambahan berat badan
Saat wanita mulai menginjak usia 40 tahun, biasanya
tubuhnya mudah menjadi gemuk, tetapi sebaliknya sangat sulit
31
menurunkan berat badannya. Berdasarkan penelitian, setiap
kurun 10 tahun, akan bertambah berat badan atau tubuh
melebar kesamping secara bertahap. Hal ini diduga ada
hubungannya dengan turunnya estrogen dan gangguan
pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
7) Gangguan mata
Kurang dan hilangnya estrogen mempengaruhi
produksi kelenjar air mata sehingga mata terasa kering dan
gatal.
8) Nyeri tulang dan sendi
Seiring dengan meningkatnya usia maka
beberapa organ tidak lagi mengadakan remodeling,
diantaranya tulang. Bahkan, mengalami proses penurunan
karena pengaruh dari perubahan organ lain. Selain itu dengan
bertambahnya usia penyakit yang timbul semakin beragam.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan
tubuh wanita (Kasdu, 2002)
f) Kesiapan Dalam Masa Menopause
Menurut Kasdu (2002), kesiapan wanita dalam menghadapi
masa menopause tercermin dalam kegiatan sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi makanan bergizi
Sebaiknya mengonsumsi makanan dengan gizi yang berimbang.
Pemenuhan gizi yang memadai akan sangat membantu dalam
32
menghambat berbagai dampak negatif menopause terhadap
kinerja otak, mencegah kulit kering. Yang dimaksud dengan gizi
seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi perhari dengan
asupan zat-zat gizi makanan yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan gizi orang
dewasa dengan berat normal adalah sekitar 2.000-2.200
kkal/perhari. Dengan pemenuhan gizi secara seimbang ini
diharapkan seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat
badan dan juga terjangkit suatu penyakit seperti diabetes
mellitus atau anemia.
Apabila cukup mengonsumsi gizi seimbang, tidak
diperlukan asupan gizi tertentu untuk mencegah suatu
gangguan. Namun, tidak ada salahnya untuk mengantisipasi
kebutuhan makanan yang diperlukan pada masa menopause
atau berhentinya hormon esterogen dalam tubuh. Jenis
makanan tersebut diantaranya mengandung, seperti kacang
kedelai atau pepaya. Selain itu, jangan lupa cukup mengonsumsi
makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan tuna,
salmon, minyak ikan, telur, dan susu.
2) Menghindarkan stres
Usahakan untuk membiasakan gaya hidup rileks dan
menghindari tekanan yang dapat membebani pikiran. Hal, ini
penting untuk mengatasi dampak psikologis akibat
33
menopause. Wanita yang memasuki menopause, tidak jarang
merasa tidak sempurna lagi sebagai wanita. Kondisi ini sering
menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak diatasi
akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada
kehidupan sosial seorang wanita. Selain itu, stres atau
keadaan tegang akan merangsang otak yang dapat
mengganggu keseimbangan hormon yang akhirnya
berdampak pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu,
membiasakan sejak dini untuk hidup lebih rileks dan
mengatasi setiap masalah dengan cepat dan jalan terbaik.
Dengan demikian, ketika menghadapi masalah yang mungkin
timbul pada masa menopause dengan lebih mudah.
3) Menghentikan merokok dan minum-minuman beralkohol
Merokok dapat merusak kesehatan seseorang. Merokok
juga akan merusak kecantikan wanita. Asap nikotin dapat
membuat kulit wajah kering dan kusam. Bibir dan gusi
menghitam, bahkan kuku dan jemari bisa menjadi tidak
indah jika memegang rokok setiap hari karena kandungan
nikotinnya.
4) Olahraga secara teratur
Selain menguatkan tulang, olahraga juga sudah terbukti
bisa mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker
tertentu, dan juga mengusir stres. Dikatakan teratur jika
34
dilakukan paling sedikit 3 kali dalam seminggu minimal 30
menit sekali latihan.
5) Berkonsultasi dengan dokter
Meskipun masa menopause merupakan peristiwa normal
yang akan terjadi pada setiap wanita, tetapi sebelum
memasuki masa tersebut hendaknya dipersiapkan sematang
mungkin. Persiapan tersebut dapat berupa membaca buku
atau berkonsultasi pada dokter sehingga mendapat informasi
yang benar. Apalagi pada wanita yang memiliki beberapa
penyakit atau riwayat kesehatan yang buruk, bahkan gaya
hidup yang memungkinkan memunculkan masalah pada saat
menopause . Oleh karena itu, konsultasi sangat diperlukan.
Pengetahuan ibu menopause dipengaruhi oleh dua faktor
yakni faktor internal: pendidikan, umur dan pengalaman, serta
faktor eksternal: sosial budaya, lingkungan, dan media
massa/informasi.
Pengetahuan ibu menopause mengakibatkan
terbentuknya sikap ibu menopause baik sikap positif ataupun
sikap negatif.
35
D. Kerangka Teori
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN
Keterangan :
; Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2. 1. Kerangka konsep hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu menopouse dalam menghadapi masa
menopouse.Sumber: Notoatmojo (2010), Kusda (2002)
Faktor internal :
1. Tingkat pendidikan
2. Umur
3. Pekerjaan
Pengetahuan Ibu
Menopause
- Baik
- - Kurang
Sikap ibu
menopause
Sikap Positif
Sikap Positif
Faktor Eksterna :
1. Soaila Budaya
2. Lingkungan
3. Media
massa/informasi
Factor yang
mempengaruhi sikap :
a. Pengalaman pribadi
b. Pengaruh orag lain
yang diangggap
penting.
c. Kebudayaan
d. Media massa
e. Lembaga pendidikan
dan lembaga agama
36
E. Kerangka Konsep
Gambar 2. 2. Kerangka konsep hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu menopouse dalam menghadapi masa
menopouse.
E. Hipotesis
H1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap
ibu menopause dalam menghadapi masa menopause.
Pengetahuan
Ibu
Menopause
Sikap Ibu
Menopause
Menghadapi
Masa
Menopause
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan
Penelitian
Jenis penelitian Analitik yang digunakan adalah desain cross
sectional dimana peneliti melakukan observasi/pengukuran variable
dependen dan independen di lakukan pada saat pemeriksaan atau
pengkajian data (Nursalam, 2003). Peneliti ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
menopouse dalam menghadapi masa menopouse di Puskesmas
Tosiba Kec. Samaturi Kab. Kolaka.
Rancangan Penelitian Cross Sectional
z
Gambar 2.3 Design Penelitian Cross Sectional
Sampel
Pengetahuan
baik Pengetahua
n Kurang
Sikap positif Sikap negatif Sikap positif Sikap Negatif
Pengetahuan
Cukup
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Tosiba kecamatan samaturu
kabupaten kolaka.
2. Waktu Penelitian Dilakukan pada bulan april – Agustus 2017
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah Semua ibu menopouse yang ada
di Puskesmas Tosiba sejumlah 32 ibu.
b. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu menopause di
puskesmas tosiba sejumlah 30 ibu . Kriteria yang digunakan
dalam pengambilan sampel yaitu :
1) Kriteria Inklusi
a) Ibu menopause yang bersedia di teliti
b) Ibu menopause yang berada ditempat
c) Bisa membaca dan menulis
2) Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai hal
kriteria eklusi Ibu menopause yang berkunjung di puskesmas
tosiba
c. Besar Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005) karena jumlah populasi di desa
Karangrejo yaitu < 100, pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus:
n = N
1 N (d )2
39
Keterangan
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
sebesar 0,05
Jumlah populasi = 32
Perkiraan sampel :
n = 32
1 + 32 (0,05)2
n = 32
1 + 32 (0,0025)
n = 32 = 32 = 29,6 = 30
1 + 0,08 1, 08
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 ibu
menopause.
3. Tehnik Sampling
Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam,
2003). Penelitian ini menggunakan non probability sampling
dengan teknik purposive sampling adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian).(Nursalam,2009).
40
D. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Pengetahuan ibu menopause di Puskesmas Tosiba
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Sikap ibu menopause
dalam menghadapi menopause di Puskesmas Tosiba
41
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional sikap ibu menupouse pengetahuan
dan dalam menghadapi masa menopause
Variabel
Definisi
Operasional
Parameter
skor
Score
Independen:
Pengetahuan mengenai menopause
Segala sesuatu
yang diketahui ibu tentang menopause.
Pemahaman ibu
tentang :
1.Pengertian menopause
2.Proses terjadinya menopause
3.Faktor yang mempengaruhi menopause
4.Gejala saat menopause
5.Perubahan saat menopause
6.Kesiapan dalam menghadapi masa menopause
Jawaban benar skor 1
Jawaban salah
skor 0
Kriteria Pengetahuan : Pengetahuan Rendah
(<50%) Pengetahuan Tinggi
(50%-100%)
Dependen:
Sikap ibu menopause dalam menghadapi masa menopause
Pendapat ibu
menopause terhadap masa menopause yang ditunjukkan dengan pernyataan positif dan negative
1. Kognitif =
Pengetahuan
2. Afektif = Perasaan
3. Konatif = Perilaku
SS = 5
S = 4
R = 3
TS = 2
STS =1
Sikap positif T
> MT
Sikap negatif
T < MT
42
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah :
a. Kuisioner untuk ibu yang berisi data umum ibu.
b. Sedangkan alat ukur untuk mengetahui pengetahuan ibu dan sikap
ibu dalam menghadapi masa menopause menggunakan :kuesioner
yang berupa pertanyaan.
G.Teknik Pengumpulan Data
Menurut Nursalam (2011) teknik pengumpulan data adalah
suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
1. Alat pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuisioner, yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan
kumpulan pertanyaan mengenai objek. Pertanyaan dalam kuisioner
bersifat tertutup, yaitu variasi jawaban sudah ditentukan dan disusun
terlebih dahulu, sehingga ibu menopause tidak mempunyai
kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang telah diberikan
(Notoatmodjo, 2002)
2. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
membagikan kuisioner kepada ibu menopause dan ibu menopause
diminta mengisi kuisioner tersebut, untuk mengetahui pengetahuan
dan sikap ibu dalam menghadapi masa menopouse, Kuisioner
berhubungan dengan:
a. Identifikasi ibu menopause yaitu nomor ibu menopause, umur
ribu menopause, suku bangsa, Pendidikan terakhir, Pekerjaan.
43
b. Pertanyaan-pertanyaan informatif tentang apa yang telah
diketahui dan didengar mengenai pengetahuan ibu terhadap
menopouse.
H. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan , kemudian dilaksanakan pengolahan data
dengan tahap sebagai berikut :
1. Pemeriksaan data (Editing) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan
pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul (Hidayat, 2007). Proses editing ini meliputi langkah
sebagai berikut
a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
b. Mengecek kelengkapandata.
c. Mengecek macam isian data (Arikunto, 2006).
2. Scorring
Setelah jawaban diberi kode kemudian dikelompokkan dan
dijumlahkan sehingga didapatkan skor total. Selanjutnya skor total
yang diperoleh dari masing-masing variabel di analisis. Yang
dilakukan peneliti dalam tahap tabulasi ini antara lain:
a. Memberi skor (Scorring) terhadap item-item yang perlu diberi
skor.
b. Menghitung perolehan skor pada masing-masing item sehingga
dapat dihasilkan nilai-nilai yang akan dianalisis. Data Sikap
Pernyataan favorabel
SS = Score 5
S = Score 4
R = Score 3
TS = Score 2
44
STS = Score
Pernyatan ukuran unfavorabel
SS = 1
S = 2
R = 3
TS = 4
STS = 5
Keterangan :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
R = Ragu - ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
3. Tabulasi
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel. Termasuk
dalam kegiatan tabulasi adalah memberikan skor
terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberikan kode
terhadap item-item yang tidak diberi skor,mengubah jenis data
disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan
digunakan, coding (Arikunto, 2006)
5. Pengolahan data untuk mengetahui ibu menopause menggunakan
skala liket.
45
I. Cara Analisa Data
Data demografi yang tercantumkan akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan peneliti dalam menilai karakteristik ibu menopause
1. Uni variat
Data demografi tersebut menggunakan rumus:
P = X 100% Keterangan:
P = Prosentasi yang dicari
∑F = Jumlah frekuensi jawaban
N = Jumlah ibu menopause b. Data Pengetahuan
Pengolahan data pengetahuan remaja putra dan putri tentang
kesehatan reproduksi rumus sebagai berikut:
N Sp
x100%
Sm
Keterangan :
N = Nilai yang didapat
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor maksimal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui sikap dari ibu
menopause positif atau negatif menggunakan T skor (Azwar,
2005).
T = 50 + 10
[ ]
46
Keterangan:
x : skor ibu menopause
x¯ : nilai rata-rata kelompok
s : standart deviasi atau simpangan baku kelompok
Untuk menghitung standar deviasi
s² =
s = simpangan baku sampel
x = skor ibu menopause
x¯ = nilai rata-rata kelompokan = jumlah sampel (Sudjana, 2005)
MT =
Keterangan
MT : rata-rata T
N : jumlah sample
2. Bivariat (Azwar 2005)
1. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk mengukur hubungan antara
dua variable yang datanya data ordinal (data bertingkat)
adalah Chi Square. Pengujian hipotesis menggunakan
distribusi chi-kuadrat yang terdiri dari 2 variabel dan masing-
masing variable
47
terdiri dari beberapa kategori. Rumus yang digunakan:
X2 2
Fo fh 2
fh
Keterangan :
X² : Chi Square
fo : Frekuensi yang diperoleh
fh : Sampel
Rumus :
= b Ka
Fk
Keterangan :
Bk : Jumlah pada baris x Ka : Jumlah pada baris a T :
Sampel
(Arikunto.S, 2002)
Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Chi-Kuadrat hitung lebih
besar dari tabel, maka H1 diterima, dan apabila lebih kecil
atau sama dengan ( ) harga tabel maka H1 ditolak
(Sugiyono, 2009).
Untuk mengetahui kekuatan atau derajat hubungan
antara 2 variabel dapat menggunakan rumus berikut:
Rumus: KK = Keterangan:
KK : Koefisien kontingensi
x² : harga chi-kuadrat yang diperoleh n :jumlah sampel
(Arikunto, 2006)
48
Makin besar harga KK berarti hubungan antara dua
variabel makin erat,Harga KK berkisar antara 0 – 1,00
Menurut Sugiyono (2007), tingkat hubungan dinyatakan
dengan:
a. Antara 0,00 sampai dengan 0,199 : tingkat hubungan
sangat rendah
b. Antara 0,20 sampai dengan 0,399 : tingkat hubungan
rendah c. Antara 0,40 sampai dengan 0,599 : tingkat
hubungan sedang d. Antara 0,60 sampai dengan 0,799
tingkat hubungan kuat
e. Antara 0,80 sampai dengan 1,000 : tingkat hubungan
sangat kuat
Derajad kebesaran (DK) untuk chi-square adalah
(baris4) (kolom1). Maka dengan baris sebanyak 2 dan kolom
sebanyak 2 diperoleh derajat kebebasan.
DK = (2-1)(2-1)=1
Kaidah keputusan hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak dengan membandingkan harga X² tabel pada DK = 1
dan taraf signifikan 0,05.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika
penelitian harus diperhatikan. Etika yang harus diperhatikan
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan menjadi Responden (Informed Consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan
antara peneliti dengan ibu menopause penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
49
lembar persetujuan untuk ibu menopaus. Tujuan informed
consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
Jika ibu menopause tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus
ada dalam informed consent tersebut antara lain :
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data
yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial
masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi
yang mudah dihubungi, dan lain–lain.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama ibu
menopause pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, bila
informasi maupun masalah–masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat, 2010).
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dan Perilaku Penduduk Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tosiba
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Tosiba merupakan puskesmas induk non
perawatan, depenitif sejak tahun 1981, berkedudukan dibagian
selatan ibu kota kabupaten Kolaka, tepatnya di Desa Tamboli,
kecamatan Samaturu, dengan jarak tempuh ± 40 KM serta
memiliki luas wilayah 344,7 km2. Secara administrasi terbagi
menjadi 17 Desa dan 2 Kelurahan dalam batas wilayah kerja
puskesmas Tosiba :
- Desa Puu Lawulo - Desa Awa
- Desa Lawulo - Desa Lambo Lemo
- Desa Liku - Desa Ulaweng
- Desa Sani-sani - Desa Amamotu
- Desa Malaha - Desa Tamboli
- Desa Meura - Desa Puu Tamboli
- Desa Kaloloa - Desa Wowa Tamboli
- Desa Konaweha - Kelurahan Tosiba
- Desa Ulu Konaweha - Kelurahan Tonga Napo
- Desa Latuo
Batas wilayah kerja Puskesmas Tosiba :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Wolo.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Bone.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Latambaga.
d. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kec. Mowewe.
51
Gambar. 4.1. Peta Wilayah Puskesmas Tosiba
Sumber Gambar : Denah Puskesmas Tosiba tahun 2016
52
Tabel. 4.1
Letak Geografis
Sumber data : BPS Kec.Samaturu tahun 2016
Berdasarkan tabel 1 diatas, terlihat bahwa desa yang terluas
adalah desa Amamotu dengan luas wilayah 85.31 KM2 dan jarak
N O Desa /
Kelurahan
Luas
Wilayah
( KM2 )
Jarak ke
Puskesmas
(Km)
Waktu tempuh
( Menit )
1 Puu Lawulo 16,01 25 55
2 Lawulo 17 20 52
3 Liku 20 10 50
4 Sani-sani 20.59 12 40
5 Malaha 98.4 9 30
6 Meura 20 8 25
7 Kaloloa 21.84 7 20
8 Konaweha 37.19 6 18
9 Ulu
Konaweha
24.14 5 16
10 Latuo 39 4 15
11 Awa 30.89 3 13
12 Lambo lemo 45 2 10
13 Ulaweng 30 3 8
14 Amamotu 85.31 2 5
15 Tamboli 30.89 1 2
16 Puu Tamboli 8.61 3 5
17 Tosiba 26,47 3 3
18 Tonganapo 25 5 6
19 Wowa
Tamboli
15 7 10
53
tempuh terjauh dari sarana pelayanan puskesmas induk yaitu
daerah desa Puu Lawulo dengan jarah tempuh 25 km dan lama
perjalanan sekitar 55 menit dengan menggunakan kendaraan roda
dua dan roda empat.
Gambar 4.2
Kondisi Geografi Wilayah Kerja Pusksmas Tosiba Tahun 2016
Sumber Data : Dokumen Puskesmas Tosiba tahun 2016
Dilihat dari gambar 2 diatas, maka wilayah kerja Pusksmas
Tosiba terdiri dari wilayah daratan 60 %, sedangkan yang menjadi
kendala dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu daerah
perbukitan mencapai 30% dan daerah pesisir pantai mencapai
10%.
1. Keadaan Demografi
a. Data Penduduk
Masalah utama kependudukan diwilayah Puskesmas
Tosiba pada dasarnya meliputi dua hal pokok, yaitu :
komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana
proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan
persebaran penduduk yang kurang merata. Ini merupakan
Warning bahwa penduduk akan selalu bertambah lebih cepat
dibandingkan dengan pertambahan makanan, kecuali
terhambat oleh karena moral restrains, Kondisi demografi
%
Daratan
Perbukitan
Pantai
30
60
10
54
memberikan gambaran tetntang pertumbuhan Penduduk
Wilayah Kerja Puskesmas Tosiba Kec. Samaturu Kab.
Kolaka kurun waktu 5 tahun terakhir seperti yang tampak
pada grafik dibawah ini
Gambar 4. 3 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Tosiba Tahun
2012 - 2016
Sumber data : Dari dokumen profil puskesmas Tahun 2016
Dari Gambar 3 diatas memberi gambaran bahwa jumlah
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tosiba mengalami
peningkatan, perbandingan penduduk tahun 2012 (21.979) jiwa
dan tahun 2016 mencapai 25.314 jiwa.
Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Tosiba
Tahun 2016
Sumber data : Dokumen BPS Tahun 2016
21,979
22,744
23,750
24,904 25,314
20,000
21,000
22,000
23,000
24,000
25,000
26,000
560 768
835 865 877
924 970
1205 1245 1260
1281 1298
1627 1638
1812 1844
1912 2089
2304
Meura
Kaloloa
tonga Napo
Lawulo
Amamotu
Lambolemo
Wowa
Tamboli
Sani - sani
Tosiba
55
Dari gambar 4 diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk
terbanyak adalah kelurahan Tosiba yaitu 2304 jiwa dan yang
paling terendah adalah meura dengan jumlah 560 jiwa.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Kepadatan Pnduduk Jumlah Rata-
Rata Jiwa Dan Jumlah Rumah Tangga
Sumber data : BPS Kec.Samaturu tahun 2016
N O
Desa
/Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
penduduk
Jumlah rata-
rata jiwa
Jumlah
rumah
tangga
1 Puu Lawulo 1.027 50 4 252
2 Lawulo 1.776 81 4 416
3 Liku 1.516 117 3 584
4 Sani-sani 2.561 50 10 250
5 Malaha 1.296 71 4 353
6 Meura 486 49 2 246
7 Kaloloa 739 36 4 182
8 Konaweha 1.871 93 4 467
9 Ulu Konaweha 1.715 79 4 394
10 Latuo 1.155 53 4 267
11 Awa 1.060 53 4 272
12 Lambo lemo 1.871 70 5 350
13 Ulaweng 995 41 5 207
14 Amamotu 1.009 47 4 235
15 Tamboli 2.289 107 4 537
16 Puu Tamboli 701 34 4 170
17 Tosiba 2.088 96 4 482
18 Tonganapo 818 36 4 180
19 Wowa Tamboli 1.377 66 5 328
JUMLAH 26.350 1.234 4 6.172
56
Berdasarkan tabel 2 diatas, terlihat bahwa kepadatan
penduduk tertinggi yaitu didesa Liku berjumlah 177, sedangkan
untuk rata-rata jiwa yang menempati urutan tertinggi terdapat di
Desa Sani-sani dengan jumlah 10 jiwa dan rumah tangga
terbanyak terdapat di Desa Liku yaitu 584 rumah tangga
Tabel 4.3 Jumlah Jenis Tenaga Kesehatan Secara Umum
Di Puskesmas Tosiba Tahun 2016
No Jenis Tenaga Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Dokter umum
Dokter Gigi
S2 Kesehatan
S 1 Kesehatan Masyarakat
Nesr Keperawatan
S 1 Keperawatan
Apoteker
S 1 Farmasi
D 3 Keperawatan
D 3 Kebidanan
D 4 Kebidanan
D 3 Gizi
D 3 KESLING
D 3 Farmasi
D3 Perawat Gigi
SPK
D3 Analis kesehatan
SMK/SLTA
Tenaga Kontrak
Tenaga Sukarela
2 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
14 Orang
21 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
3 Orang
1 Orang
4 Orang
14 Orang
23 Orang
Jumlah 98 Orang
57
Dilihat dari tabel 5 diatas, jenis tenaga yang ada disarana
pelayanan Puskesmas Tosiba berupa Sumber Daya Manusia
(SDM) keseluruhan 96 orang, masih terdapat perawat dengan
tingkat pendidikan SPK berjumlah 3 orang (3 %), yang
menempati urutan terbanyak yaitu D3 Kebidanan berjumlah 21
Orang (23 %) dan jenis tenaga sukarela yaitu berjumlah 23 orang
(26%).
a. Data Sasaran Program
Data Sasaran program berdasarkan jumlah penduduk
sangat sangat diperlukan bagi pengelola program di
puskesmas terutama dalam menyusun perencanaan dan
evaluasi pelaksanaan dan pencapaian kegiatan berdasarkan
perhitungan akumulasi sasaran, sehingga hal ini menjadi bahan
yang menentukan dari kebutuhan sumber daya dalam
pelaksanaan kegiatan.
Tabel 4.4
Data Sasaran Program
No. Sasaran Program Kelompok Umur Jumlah
1 Jumlah Penduduk Semua Umur 25.314
2 Bayi 0 - 12 bl 405
4 Batita 1 - 3 th 570
5 A.Balita 12 - 59 bln 2.658
6 Balita 0 - 59 bln 3.063
7 Ibu Hamil 18 – 35 tahun 497
8 Ibu Bersalin 18 – 35 tahun 425
9 Ibu Nifas 18 – 35 tahun 425
10 Penduduk Usia
Lanjut
50 – 65 tahun 2.167
58
11 Wanita Usia Subur 13 – 40 tahun 6.582
12 Pasangan Usia
Subur
18 – 40 tahun 4.708
13 Bumil Resti 16 – 40 tahun 89
14 Bayi Resti 0 – 14 bulan 122
15 Neo Resti 0 – 28 hari 61
Sumbr data : Dokumen Progremer Puskesmas Tahun 2016
Dari tabel 6 diatas memberi gambaran bahwa dari 15
kelompok umur sasaran dalam program yang ada di Puskesmas
tosiba, kelompok yang tertinggi adalah sasaran Wanita usia subur
dengan jumlah 6.582.
B. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini dilakukan di puskesmas tosiba pada bulan
agustus 2017 yang bertujuan mengetahui hubungan antara
pengetahuan sikap ibu menupouse dalam menghadapi menupouse.
Setelah data tersebut terkumpul maka dilakukan pengelohan data,
selanjutnya hasil penelitian disajikan dalam bentuk distribusi, yang
menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis univariabel dan analisis
bivariabel sebagai berikut.
1. Analisis Univariabel
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
tingkat pendidikan di Puskesmas Tosiba
No Pendidikan Frekuensi Prosentase(%) 1 Dasar 2 76,6 2 Menengah 7 23,4
Jumlah 3 100
59
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase(%)
1 Ibu Rumahtangga 11 36,67
2 Petani 19 63,33
Jumlah 30 10.
Berdasarkan Tabel 4.1 sebagian besar berpendidikan dasar
76,6 sebanyak 23 dan sebagian kecil berpendidikan menengah
23,4 sebanyak 7.
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan umur
di Puskesmas Tosiba
No Umur Frekuensi Prosentase(%)
1 40-44 5 16,7
2 45-50 2 83,3
Jumlah 3 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar 25 ibu menopause (83,3%) berusia 45-50 ibu dan sebagian
kecil 5 ibu menopause (16,7%) berusia 40-44 tahun.
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan
pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar 19 ibu menopause (63,33%) ibu menopause bekerja sebagai
petani, dan sebagian kecil 11 ibu menopause (36,67%) bekerja
sebagaiibu rumah tangga.
2. Analisis Bivariabel
Setelah mengetahui data dalam penelitian ini maka berikut
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data pengetahuan
dan sikap ibu dalam menghadapi masa menopause, dan hubungan
antara dua variabel tersebut.
60
Tabel 4.8 Hubungan pengetahuan ibu menopause dalam
menghadapi masa menopause di Puskesmas Tosiba
No Pengetahuan Frekuensi
Prosentase (%)
1 Tinggi 17 56,67%
2 Rendah 13 43,33%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan table 4.4 diatas dapat diketahui bahwa,
Sebagian besar 17 (56,67%) ibu menopause berpengetahuan
tinggi, dan sebagian kecil 13 (43,33%) ibu menopause
berpengetahuan rendah.
Tabel 4.9.Distribusi frekuensi ibu menopause berdasarkan sikap
di Puskesmas Tosiba
No sikap Frekuensi Prosentase(%)
1 Positif 19 63,33
2 Negatif 11 36,67
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa,
sebagian besar (63,33%) memiliki sikap positif dalam menghadapi
menopause sebanyak 19 orang, dan sebagian kecil (36,67%) ibu
menopause memiliki sikap negative dalam menghadapi menopause
sebanyak 12 orang.
Tabel 4.10 hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
menopause dalam menghadapi masa menopause di
Puskesmas Tosiba
Pengetahuan
Sikap Total
Positif Negatif
F % F % F % Tinggi
15 88,24 2 11,76 17 100
Rendah 4
30,77 9 69,23 13 100
61
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
15 ibu menopause (88,24%) yang memiliki pengetahuan tinggi
bersikap positif dan sebagian kecil 2 ibu menopause (11,76%)
yang memiliki pengetahuan tinggi dan bersikap negatif.
Hasil uji statistic dengan chi-square hasil denganx2 hitung
10,47=x2 tabel 3,841 dimana x2 hitung (10,47) >x2 tabel (3,841)
dimana H1 diterima Maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu dalam mengahadapi menopause dalam
menghadapi menopause di Puskesmas Tosiba setelah di hitung
mengggunakan KK hasil 0,045 yaitu keeratan hubungan sedang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu menopause dalam menghadapi
menopause di Puskesmas Tosiba dengan tingakt keearatan
sangat rendah
C. Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan diuraikan analisa hasil penelitian
untuk menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesis
penelitian. Pada hasil penelitian secara umum telah digambarkan
hubungan antara kedua variabel penelitian berdasarkan uji statistic chi
square.
a. Pengetahuan ibu menopause dalam menghadapi masa
menopause di Puskesmas Tosiba
Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa, sebagian besar
(56,67%) ibu menopause berpengetahuan tinggi sebanyak17
orang, dan sebagian kecil (43,33%) ibu menopause berpengetahuan
rendah sebanyak 13 orang.
Pengetahuan sendiri adalah merupakan hasil dari “TAHU” dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan
62
yang terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Penginderaan atau
kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Biasanya pengetahuan dipengaruhi oleh seberapa tinggi
tingkat pendidikan. Dimana Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan
Rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
(Notoatmodjo, 2007). Selain pendidikan usia juga berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya tingkat pengetahuan. Hurlock (2009)
menjelaskan tentang usia adalah usia individu yang dimiliki saat lahir
sampai saat berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan pola piker seseorang.Usia adalah semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja menurut Elisabeth BH yang dikutip
Nursalam (2003).
Sehubungan dalam penelitian ini sebagaian besar ibu
menopause yang berpengetahuan tinggi memiliki pendidikan
menengah dari total ibu menopause yang berpendidikan
menengah.Yang artinya hal ini menunjukan bahwa pendidikan
sangat berarti terhadap pengetahuan ibu menopause. Dengan
tingginya pengetahuan maka ibu menopause akan mudah dalam
menghadapi menopause yang akan dihadapinya.
Usia seseorang memang menentukan pola piker yang berbeda.
Dimana seseorang yang dewasa dan matang akan lebih rasional
63
dalam berfikir begitu pula sebaliknya. Ibu menopause yang diteliti di
Puskesmas Tosiba ini mayoritas berusia 45-50 tahun. Dari usia
tersebut sebagian besar. Berdasarkan penelitian ini sebagian
besar memiliki pengetahuan yang tinggi. Bisa diartikan mereka
lebih memahami tentang masa menopause yang telah mereka jalani.
Sehingga mereka lebih tahu dan mengerti atau berpengalaman
dengan apa yang dialaminya, karena mereka sudah memasuki masa
menopause.
Sehubungan dengan penelitian ini ibu menopause di
Puskesmas Tosiba, Kecamatan Samaturu ,Kabupaten Kolaka
sebagian besar memiliki pengetahuan tinggi dengan tingginya
Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu menopause ini, maka mereka
akan lebih bisa menerima tanda-tanda perubahan yang akan terjadi
pada masa masa menopause terutama perubahan fisik dan
emosional.
Pengetahuan ibu menopause tentang tanda-tanda menopause
sebaiknya diketahui lebih dini sebelum ibu mengalami masa
menopause sehingga ibu bias menerima dan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi.
b. Sikap ibu menopause dalam menghadapi masa menopause di
Puskesmas Tosiba
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa, sebagian
besar 19 ibu menopause (63,33%) memiliki sikap positif dan
sebagian kecil 11 ibu menopause (36,67%) memiliki sikap negatif.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Campbell
(1950) dalam Notoatmodjo (2004), “An individual’ social attitude
eisan syndrome of respons consistency with regard to social object”.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sikap itu suatu
sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon suatu stimulus atau
objek sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain.
64
Sikap positif dari ibu menopause dalam menghadapi masa
menopause dapat dipengaruhi oleh factor internal, yaitu faktor
fisiologis dan psikologis dan factor eksternal, yaitu pengalaman,
norma-norma, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang
ada dalam masyarakat (Walgito, 2003). Pengalaman pribadi dan
pengaruh sosial juga merupakan sumber terjadinya suatu
sikap.Pengalaman merupakan guru yang terbaik, dapat Diartikan
pengalaman merupakan sumber sikap atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran sikap yang
akan dianut. Pengaruh social tidak lepas dari pengalaman pribadi
dan lingkungan sosial budaya dari ibu menopause yang
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap dari ibu menopause
terhadap suatu objek Berdasarkan teori yang diadopsi oleh Sobur
(2003) .
Seseorang yang berpengalaman akan bersikap lebih tepat
terhadap apa yang dialaminya. Pengalaman yang terjadi secara tiba-
tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam
pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi berulang-ulang dan terus- menerus, lama-kelamaan secara
bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya
sikap. Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat
berperan. Misal dalam kehidupan masyarakat yang umumnya hidup
dipedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh
masyarakat. Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan dimasyarakat, sikap
masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada didaerahnya
Data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka seseorang tersebut cenderung mempunyai sikap
yang positif.Pada masa ini terjadi penerimaan perubahan–perubahan
yang terjadi pada masa menopause. Hal ini merupakan suatu bagian
penting dalam kehidupan Ibu menopause sehingga perlu perhatian
khusus bagimereka supaya tidak memiliki pemikiran yang negatif.
Dengan semuaitu juga akan mempengaruhi mereka dalam bersikap.
Semakin tinggi pegetahuan maka akan cenderung bersikap positif.
Sikap memang tidak dibawa sejak lahir, namun sikap dipelajari
dan dibentuk berdasarkan pengalaman. Sikap ini merupakan
pernyataan yang didasari emosi. Maka dari itu Ibu menopause yang
mengalami masa peralihan dari masa premenopause yang juga
65
mengalami perubahan emosi, harus bijak dalam bersikap di
harapkan ibu menopause bisa menerima keadaan.
c. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu menopause dalam
menghadapi masa menopause di Puskesmas Tosiba
Berdasarkan table 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
yaitu 15 ibu menopause (88,24%) memiliki pengetahuan tinggi
bersikap positif dan sebagian kecil yaitu 2 ibu menopause (11,76%)
memiliki pengetahuan tinggi bersikap negatif.
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,
konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan
segalaisinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang
segala sesuatu. Juga, mencakup praktek atau kemampuan teknis
dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum
dibakukan secara sistimatis dan metodis (Kerafdan Dua, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah factor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi tingkat pendidikan,
umur dan juga pekerjaan, dan factor eksternalnya yaitu sosial
budaya, lingkungan dan media masa.
Sedangkan sikap merupakan reaksi atau ibu menopause yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
(Notoatmodjo, 2004). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
diketahui bahwa sebagian besar Ibu menopause Berumur 45-50
tahun. Sikap Ibu menopause tergolong positif dan pengetahuannya
tergolong tinggi. Pengetahuan mengenai masa menopause juga
akan menentukan sikap mereka dalam menghadapi masa
menopause
66
Sikap memang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
seseorang. Seseorang yang berpengetahuan akan bisa membentuk
sikap yang positif maupun sikap yang negatif. Pengetahuan juga
mengandung aspek-aspek yang menentukan sikap seseorang.
Data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka seseorang tersebut cenderung mempunyai sikap
yang positif. Pada masa ini terjadi penerimaan perubahan–
perubahan yang terjadi pada masa menopause. Hal ini merupakan
suatu bagian penting dalam kehidupan Ibu menopause sehingga
perlu perhatian khusus bagi mereka supaya tidak memiliki pemikiran
yang negatif. Dengan semua itu juga akan mempengaruhi mereka
dalam bersikap.Semakin tinggi pegetahuan maka akan cenderung
bersikap positif.
Hasil uji statistik dengan chi-square hasil dengan x2 Hitung
8,165 = x2tabel 3,841 dimana x2hitung (8,165) >x2 tabel (3,841)
dimana H1 diterima Maka disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dan sikap ibu dalam mengahadapi
menopause dalam menghadapi menopause di Puskesmas Tosiba.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu menopause dalam menghadapi
menopause Puskesmas Tosiba dengan tingkat keearatan sangat
rendah
67
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan
pengetahuan dan sikap ibu menopause dalam menghadapi masa
menopause di Puskesmas Tosiba dengan 30 ibu menopause adalah
sebagai berikut :
1. Sebagian besar ibu menopause berpengetahuan tinggi yaitu 17 ibu
(56,67%).
2. Sebagian besar ibu menopause memiliki sikap positif yaitu 19 ibu
(60%)
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu menopause
dalam menghadapi masa menopause di Puskesmas Tosiba dengan
tingkat keeratan sangat rendah.
68
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan Saran
yaitu:
1. Bagi peneliti
Diharapkan mampu menerapkan ilmu yang sudah didapat tentang
hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu menopause dalam
menghadapi masa menopause, sehingga dapat memberikan
kontribusi yang baik dan bermanfaat bagi dunia pendidikan
khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan menopause
sehingga ibu dapat menghadapi menopause dengan baik
3. Bagi Penelitian Lebih Lanjut.
Sebagai data atau bahan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
lebih lanjut, serta dapat meningkatkan hasil penelitiannya dan
dapat mengkaji hal-hal yang belum dapat dimunculkan penulis
dalam penelitian ini.
.
69
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang
Keperawatan.Jakarta:CV.Infomedika.
Arikunto,S.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
.2007.Manajemen Penelitian. Jakarta:PT.Rineka Cipta.
Baziad Ali,MA .2003. Menopause dan Andropause.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka Prawirohardjo.
Hacker,NF.,danMoore, JG. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Hipokrates.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik
Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.
Kasdu,Dini .2002.Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause.
Jakarta: Puspa Swara.
Keraf, A. Sony danDua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan
Filosofis.Yogyakarta:Kanisius.
Manuaba, I.A. Sri Kusuma Dewi Suryasaputra, dkk. 2009. Buku Ajar
Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta:EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan.
Jakarta:PT.Rineka Cipta.
. 2007. Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku Cetakan I.
Jakarta:PT.Rineka Cipta.
Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan:Pedoman Skripsi,Tesis,dan Instrumen
Penelitian Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
70
Nursalam dan Pariani,S.2004. Metodologi Riset Keperawatan.
Surabaya: CV.Info Media.
Sobur,Alex.2003.Psikologi Umum.Bandung:Pustaka Setia.
Suyanto danSalamah, Ummi. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan
Aplikasi.Jogjakarta:Mitra Cendika Press.
Walgito,Bimo.2003.Psikologi Sosial:Suatu
Pengantar.Yogyakarta:Andi.
Internet:
Chrisdiono M.A chdiat.2009. Problema Menopause.http//kespro info.com. (diakses17 Maret2016).
dr.Luciana, MS,SpGK,dr, Doddy,M.Kes,SpOG. Buku “Menopause”.
Tahun 2005. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
71
LAMPIRAN
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87