Skripsi Kito

Embed Size (px)

Citation preview

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGARUH KONSUMSI MINUMAN JERUK KEMASAN TERHADAP

    PERUBAHAN pH SALIVA

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

    Nur Nubli Julian Parade

    G0008034

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    ABSTRAK

    Nur Nubli Julian Parade, G0008034, 2011. Pengaruh Konsumsi Minuman Jeruk Kemasan terhadap Perubahan pH Saliva. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

    Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Pre-Post Test Only. Sampel yang digunakan adalah 40 siswa SMA Negeri 1 Gresik yang berumur 14-17 tahun. Sampel tersebut didapat secara simple random sampling, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang masing-masing berjumlah 20 sampel. Kelompok kontrol diberi minum air putih dan kelompok perlakuan diberi minuman jeruk kemasan. Masing-masing kelompok diukur pH salivanya setelah menit ke-2, menit ke-6, dan menit ke-10. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney, menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

    Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH saliva. Hasil kelompok perlakuan tampak signifikan pada menit ke-2 ( 6,47 0,46 dan p = 0,000), menit ke-6 ( 6,18 0,30 dan p = 0,005) dan menit ke-10 ( 6,66 0,27 ). Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil yang tidak signifikan, pada menit ke-2 ( 7,01 0,13 dan p = 0,823 ), menit ke-6 ( 7,03 0,14 dan p = 0,578) dan menit ke-10 ( 7,06 0,11 dan p = 0,338). Secara keseluruhan perbedaan nilai pH saliva lebih signifikan pada kelompok minuman jeruk kemasan.

    Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva. Minuman jeruk kemasan memberikan pengaruh yang bermakna dalam menurunkan pH Saliva.

    Kata kunci : minuman jeruk kemasan, pH Saliva

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vii

    DAFTAR ISI

    PRAKATA ............................................................................................................ vi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ........................................................................... 2

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

    BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 4

    A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 4

    1. Saliva ............................................................................................... 4

    2. Minuman Jeruk Kemasan ................................................................ 8

    3. Karbohidrat dan pH Saliva.............................................................. 9

    4. Pengukuran pH Saliva...................................................................... 10

    B. Kerangka Pemikiran............................................................................. 12

    C. Hipotesis ............................................................................................ .. 13

    BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................ 14

    A. Jenis Penelitian................................................................................. 14

    B. Lokasi Penelitian.............................................................................. 14

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user viii

    C. Subjek Penelitian........................................................................... 15

    D. Teknik Sampling .......................................................................... 15

    E. Rancangan Penelitian .................................................................... 17

    F. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 18

    G. Skala Varibel ................................................................................. 18

    H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 19

    I. Instrumen Penelitian ..................................................................... 22

    J. Cara Kerja .................................................................................... 23

    K. Teknik Analisis Data ..................................................................... 23

    BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 24

    A. Karakteristik Sampel ........................................................................ 24

    B. Analisis Statistika ............................................................................. 26

    BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 30

    BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 33

    A. Simpulan .......................................................................................... 33

    B. Saran................................................................................................. 33

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di

    masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas Survey Kesehatan Nasional

    (Surkesnas) 2001 menyatakan bahwa penyakit gigi menduduki urutan pertama

    dari 60 % jumlah penduduk (Depkes RI, 2007). Penyakit gigi dan mulut yang

    sering dialami oleh anak usia sekolah dan sebagian orang dewasa adalah karies

    dan periodontitis (WHO, 2005). Karies adalah penyakit pada jaringan keras

    gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme, ditandai oleh adanya

    demineralisasi mineral email dan dentin, diikuti oleh kerusakan bahan-bahan

    organik (Kidd, 2005). Karies disebabkan berbagai faktor, di antaranya adalah :

    karbohidrat, mikroorganisme dan waktu terpapar. (Soesilo et al., 2005) .

    Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa konsumsi jus buah dengan

    pH rendah dapat menyebabkan penurunan pH Saliva di bawah nilai kritis pH

    dan jika tetap ada selama beberapa menit akan berpotensi terhadap kerusakan

    gigi (Preethi et al., 2010). Touyz (1994) dan Bamise et al., (2007)

    menyimpulkan bahwa jus buah Kanada memiliki pH di bawah nilai kritis,

    sehingga dapat melarutkan email gigi. Dalam studi In vitro telah dibuktikan

    juga bahwa minuman yang lembut dengan pH rendah dapat menyebabkan

    erosi gigi dan penurunan pH Saliva dapat meningkatkan risiko erosi gigi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Pada saat ini anak usia remaja banyak mengkonsumsi berbagai macam

    jenis minuman yang ada dipasaran. Akan tetapi, informasi mengenai dampak

    mengkonsumsi minuman tersebut terhadap kesehatan rongga mulut masih

    sangat sedikit (Andam, 2008). Menurut beberapa pengamatan, mengkonsumsi

    makanan atau minuman tertentu dapat mempengaruhi pH Saliva yang

    berakibat mengganggu kesehatan gigi dan mulut. Mengkonsumsi minuman

    yang mengandung asam seperti minuman jeruk kemasan juga dapat

    mengakibatkan proses demineralisasi gigi karena terjadi kelarutan email gigi

    dalam saliva (Ilyas dan Yusri, 2007 ; Preethi et al., 2010).

    Selain memiliki pH yang rendah, minuman jeruk kemasan juga

    memiliki kandungan yang lain di antaranya : glukosa, fruktosa, sukrosa, dan

    kandungan gula lainnya. Bakteri dalam mulut dapat memfermentasikan

    karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa) dan menghasilkan asam yang dapat

    merusak email gigi, karena minuman yang manis sering meningkatkan risiko

    karies gigi.

    Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka perlu diteliti apakah ada

    pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

    B. Perumusan Masalah

    Apakah ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap

    perubahan pH Saliva?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    C. Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan

    terhadap perubahan pH Saliva.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

    masyarakat mengenai pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan

    terhadap kesehatan gigi dan mulut.

    2. Manfaat Aplikatif

    a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

    masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih makanan atau

    minuman yang akan dikonsumsi.

    b. Memberi masukan tentang manfaat dan efek samping konsumsi

    minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

    c. Memberi masukan tentang pencegahan dari pengaruh buruk konsumsi

    minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Saliva

    Saliva adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar

    saliva besar (mayor) di antaranya : glandula parotis, glandula submandibularis,

    dan glandula sublingualis, bersama dengan cairan sekresi kelenjar saliva kecil

    (minor) yang terdapat di sekitarnya (Kahn et al., 2010). Cairan tersebut

    disebarkan dari peredaran darah melalui celah di antara permukaan gigi dan

    gusi, yaitu sulkus ginggivalis. Jumlah dan susunannya sangat menentukan bagi

    kesehatan mulut.

    Kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan

    sekretnya disalurkan melalui duktusnya ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva

    mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak di bagian bawah telinga di

    belakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak di bagian

    bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak di bawah lidah

    (Martini, 2005) . Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari

    kelenjar labial, kelenjar bukkal, kelenjar lingual, kelenjar Von Ebner dan

    kelenjar Weber (Myers dan Ferris, 2007).

    Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di

    anterior dari aurikel telinga di mana posisinya antara kulit dan otot maseter.

    Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Saluran keluar utama disebut duktus

    stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu (Fritsch dan Kuehnel, 2007).

    Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air

    liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus

    Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, di

    belakang gigi seri bawah ( Fritsch dan Kuehnel, 2007).

    Kelenjar sublingual merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva

    mayor. Kelenjar ini terletak di lapisan submukosa, di atas otot mylohyoid dan

    di sebelah lateral dari oto genioglossus. Duktus kelenjar ini disebut duktus

    Rivinus. Aliran dari sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah

    muara yang terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa

    anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus

    submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus Bartholin) yang

    berhubungan dengan ductus submandibularis (Mafee et al., 2005 ; Pramanik,

    2007a)

    Kelenjar Saliva minor merupakan kelenjar mukosa, serosa atau

    campuran, yang melapisi seluruh rongga mulut dan jumlahnya sekitar 600-

    1000. Kelenjar ini memiliki saluran sendiri yang bermuara langsung ke dalam

    rongga mulut. Kelenjar ini terkonsentrasi di daerah bukal, bibir, langit-langit

    dan lingual. Kelenjar Saliva juga dapat ditemukan di bagian atas dari tonsil

    (kelenjar weber), pilar tonsil dan dasar lidah (Newlands et al., 2006).

    Komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar

    saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum,

    karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99 % (Pramanik,

    2007b). Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium,

    Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat,

    Potassium dan Nitrat, sedangkan komponen organik pada saliva meliputi

    protein yang berupa enzim amilase, maltase, lisozim, kalikrein dan musin

    (Pramanik, 2007a ; Vasudan dan Sreekumari, 2007). Susunan saliva dapat

    berubah dilihat dari segi derajat keasaman (pH), elektrolit, dan protein yang

    ditentukan oleh antara lain : waktu siang dan malam, sifat dan kekuatan

    rangsang, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak badan, dan obat-obatan

    (Amerongen, 1991).

    Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga

    mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam

    rongga mulut. Secara umum saliva berperan dalam proses perlindungan pada

    permukaan mulut, pengeluaran virus dan produk metabolisme organisme

    sendiri dan mikrorganisme, pengaturan kandungan air (kelembapan rongga

    mulut), pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi, dan

    mengeskresi logam berat seperti tiosianat (Pramanik, 2007b).

    Saliva juga berfungsi sebagai buffer dan netralisasi pH rongga mulut

    jika terdapat makanan yang bersifat asam ataupun basa. Saliva juga

    berpengaruh dalam proses demineralisasi dan remineralisasi, dengan adanya

    ion-ion Ca dan Fosfat yang merupakan mekanisme penolakan yang terpenting

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    terhadap dekalsifikasi email gigi dalam lingkungan asam (Ilyas dan Yusri,

    2007).

    Saliva dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan

    berbagai cara, yaitu dengan: pembersihan mekanis yang dapat menghasilkan

    pengurangan plak, pelumuran elemen-elemen gigi yang akan mengurangi

    keausan oklusi yang disebabkan oleh daya pengunyahan, pengaruh buffer

    sehingga naik turunnya derajat asam (pH) dapat ditekan dan dekalsifikasi

    elemen gigi-geligi dapat dihambat, agregasi bakteri yang dapat merintangi

    kolonisasi mikroorganisme, serta aktivitas anti-bakterial sehingga menghalang-

    halangi pertumbuhan bakteri. Untuk semua pengaruh perlindungan ini tidak

    hanya diperlukan cukup ludah, tetapi juga susunan ludah yang optimal

    (Amerongen, 1991; Khurana, 2006).

    Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan

    pH dan kapasitas buffer. Derajat keasaman saliva tergantung dari perbandingan

    antara asam dengan kapasitas buffer terutama disebabkan oleh susunan

    bikarbonat yang naik dengan kecepatan sekresi. Ini berarti pH dan kapasitas

    buffer saliva juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Barron et al., 2003).

    Kapasitas cairan buffer dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan

    untuk menahan perubahan pH (Ilyas dan Yusri, 2007). Derajat asam dan

    kapasitas buffer selalu dipengaruhi perubahan-perubahan misalnya: waktu

    siang dan malam, diet makan, dan perangsangan kecepatan sekresi saliva.

    Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan berbagai cara antara lain : mekanis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    (mengunyah makanan), Kimiawi (rangsangan asam, manis, pahit, asin dan

    pedas), neuronal, emosional dan rangsangan rasa sakit (Pedersen et al., 2002).

    2. Minuman Jeruk Kemasan

    Minuman jeruk kemasan tergolong minuman yang bersifat asam,

    minuman ini termasuk dalam kategori minuman ringan non alkohol. Secara

    umum minuman ringan dapat berupa air berasa, air bergas, teh manis,

    lemonade, squash dan fruitpunch (Erik dan Kevin, 2002). Minuman jeruk

    kemasan(Nutrisari rasa jeruk manis) mengandung komposisi antara lain :

    karbohidrat total 11 gr 3%, gula 10 gr, natrium 20 mg, vitamin A 200 IU 10 %,

    vitamin B1 (Thiamin) 0.12 mg 10 %, vitamin B3 (Niasin) 2.4 mg 15 %,

    vitamin B6 0.4 mg 30 %, vitamin C 60 mg 100 %, vitamin E 4 mg 40 %, asam

    fosfat 0.04 mg 10 %, kalsium 38 mg 6 %, fosfor 20 mg 2 % (BPOM, 2007).

    Jenis asam yang terdapat di makanan dan minuman bermacam-macam

    seperti asam asetat, asam benzoat, asam malat, asam propionat, asam maleat,

    asam sitrat, asam fosfor, asam tartarat, asam askorbat (vitamin C) dan lain-lain.

    Keberadaan polybasic acid pada minuman sangat penting karena

    kemampuannya untuk mengikat (Chelate) kalsium bahkan pada pH yang

    tinggi. Penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan asam fosfor

    sangat erosif pada pH 2,5-3,3. Asam sitrat, maleat dan tartarat sangat kuat sifat

    erosifnya karena sifat asam dan kemampuannya dalam mengikat kalsium

    walaupun pada pH yang tinggi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    3. Karbohidrat dan pH Saliva

    Hampir semua karbohidrat dalam diet terdiri atas polisakarida atau

    disakarida besar yang merupakan gabungan monosakarida yang saling

    berikatan satu sama lain melalui kondensasi. Ini berarti bahwa sebuah ion

    hidrogen telah dipindahkan dari salah satu monosakarida, dan satu ion

    hidroksil telah dipindahkan dari monosakarida lainnya. Kedua monosakarida

    kemudian bergabung satu sama lainnya pada tempat pemindahan, dan ion

    hidrogen dan ion karboksil bergabung untuk membentuk air. Bila karbohidrat

    dicernakan kembali menjadi monosakarida, maka enzim pencernaan dalam

    mulut (enzim ptialin) akan mengembalikan ion hidrogen dan hidroksil ke poli

    sakarida, dan dengan demikian memisahkan monosakarida satu sama lain.

    Proses ini disebut hidrolisis, adalah sebagai berikut :

    R-R + H2O ROH + RH (Guyton dan Hall, 2007).

    Hasil dari proses hidrolisis tersebut adalah monosakarida yang

    merupakan pendonor ion H+, sehingga salivapun akan bersifat asam (pH

    Saliva turun).

    Penurunan pH Saliva juga dapat disebabkan karena adanya proses

    fermentasi karbohidrat oleh bakteri-bakteri asidogenik dalam mulut yang

    menghasilkan asam. Karbohidrat yang paling kariogenik adalah sukrosa dalam

    bentuk gula bebas, sebab sukrosa paling mudah difermentasi oleh bakteri plak,

    juga karena perubahannya menjadi glukans ekstraseluler oleh bakteri glukosil

    transverase, serta mudah dikonversi menjadi polimer intraseluler (Soames dan

    Southam, 1998). Sukrosa merupakan pemanis makanan yang paling umum

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    digunakan dan terkadang dikombinasi dengan sirup fruktosa. Sukrosa ini

    dicerna melalui reaksi hidrolisis asam. Sukrosa merupakan makronutrien yang

    menyediakan sumber energi yang cepat diserap tubuh, kelebihan konsumsi

    sukrosa dapat menyebabkan beberapa efek samping terhadap kesehatan. Yang

    paling sering dijumpai adalah karies gigi di mana bakteri oral akan

    mengkonversi gula (termasuk sukrosa) dari makanan menjadi asam sehingga

    merusak email gigi (Khoswanto dan Soehardjo, 2005).

    Selesai mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung

    karbohidrat pH Saliva yang semula 6,8-7,2 turun hingga 4,5 dalam waktu 5

    menit, titik ini disebut dengan pH kritis, pada kondisi ini jika tidak terjadi

    proses remineralisasi maka proses karies akan berlanjut. Proses remineralisasi

    membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembalikan pH Saliva ke nilai

    normal yang mana sebagian kristal hidroksiapatit yang terurai akan

    memperoleh ikatan baru antara fosfat dengan fluoride dan membentuk

    fluorapatit yang mempunyai daya larut lebih rendah terhadap asam (Alamsyah,

    2010).

    4. Pengukuran PH Saliva

    Ada beberapa cara untuk mengukur pH Saliva. pH Saliva normal

    berkisar pada angka 6,8 - 7,2. Pada saat akan menguji pH, saliva diambil 1-2

    jam sebelum makan. Sampel diinstruksikan untuk mengumpulkan saliva dalam

    mulut, kemudian sampel saliva ditampung dalam gelas ukur. Pengujian saliva

    dapat menggunakan kertas indikator pH ataupun pH meter. pH meter

    merupakan instrumen elektronik yang digunakan untuk mengukur pH

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    (keasaman atau kebasaan) dari suatu cairan dengan menggunakan probe khusus

    yang biasa digunakan untuk mengatur pH bahan semisolid. ( Alamsyah, 2010).

    Menurut Walsh (2008) dan Rooban et al (2006) bahwa pengukuran pH

    Saliva dapat dilakukan dengan cara menginstruksikan sampel untuk tidak puasa

    kurang lebih sekitar 60 menit dan mengumpulkan saliva pada gelas ukur.

    Kemudian sampel saliva dapat langsung diukur pada gelas ukur tersebut dengan

    menggunakan pH meter atau dengan menggunakan pipet, saliva diambil dengan

    menggunakan pipet dan diteteskan pada kertas pH.

    Eddy (2006) menyatakan bahwa untuk mengukur pH Saliva, sampel

    diinstruksikan untuk berpuasa selama 30 menit. Kemudian sampel diinstruksikan

    untuk mengumpulkan saliva pada sebuah wadah dan mengukurnya dengan

    menggunakan kertas pH meter.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    B. Kerangka Pemikiran

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Minuman jeruk kemasan

    Sukrosa, Glukosa,Fruktosa Karbohidrat

    Hidrolisis R- R + H2

    Monosakarida ROH + RH

    Enzim Ptialin

    Pendonor H+

    Asam

    Keasaman Saliva

    pH Saliva

    Faktor luar : Irama siang dan

    malam, diet, mekanis, kimiawi, neuronal,

    emosional, rasa sakit, hormonal

    Dalam Saliva : Bikarbonat

    HPO4- Ureum Protein

    Bakteri Asidogenik

    - Asam Askorbat (vitamin C)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    C. Hipotesis

    Ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH

    Saliva.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis Penelitian yang dipakai adalah eksperimental pretest-posttest

    only.

    K1 : Kelompok perlakuan

    K2 : Kelompok kontrol

    S1 : Sampel saliva perlakuan

    S2 : Sampel saliva kontrol

    E : Efek

    (Sastroasmoro dan Ismael, 1995).

    B. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gresik.

    Sampel

    K1

    K2

    S1

    S2

    E

    E

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    C. Subyek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 1 Gresik dengan

    kriteria sebagai berikut :

    1. Umur ( 14 17 ) tahun

    2. Jenis kelamin laki laki dan perempuan yang tidak dalam masa haid

    3. Keadaan umum baik, tidak punya penyakit sistemik

    4. Tidak makan dan minum 30 menit sebelum penelitian

    5. Tidak merokok

    6. Tidak mengkonsumsi obat-obat

    7. Tidak mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang)

    D. Teknik Sampling

    1. Populasi Sumber

    Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek dapat berupa

    manusia, hewan percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri-

    cirinya akan diteliti (Taufiqurahman, 2004). Populasi dalam penelitian ini

    adalah siswa SMA Negeri 1 Gresik yang memenuhi kriteria.

    2. Metode pengambilan sampel

    Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian

    ini adalah menggunakan teknik Simple Random Sampling (Murti, 2004).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    3. Besar Sampel

    Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.

    Sampel pada penelitian ini adalah setiap anggota populasi sumber yang

    memenuhi kriteria dari subjek penelitian. Sampel yang digunakan

    sebanyak 40 anak yang diperoleh secara random (Murti, 2004).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    E. Rancangan Penelitian

    Rancangan Penelitian eksperimental:

    Sampel

    Menggosok gigi

    Kelompok 1:

    20 orang siswa SMA N 1 Gresik

    Kelompok 2:

    20 orang siswa SMA N 1 Gresik

    Ukur pH saliva pada:

    1. Menit ke 2 2. Menit ke 6 3. Menit ke 10

    Data

    Analisis dengan uji Mann-Whitney

    Puasa 30 menit

    Ukur pH Saliva

    Kelompok 1

    Minum air jeruk kemasan

    Kelompok 2

    Minum air mineral

    Ukur pH saliva pada:

    1. Menit ke 2 2. Menit ke 6 3. Menit ke 10

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    F. Identifikasi Variabel

    1. Variabel terikat : Derajat keasaman (pH) Saliva

    2. Variabel bebas : Minum air jeruk kemasan

    3. Variabel luar (perancu) :

    a. Terkendali :

    1) Perubahan waktu siang dan malam ( waktu pengambilan sampel )

    2) Volume air jeruk kemasan

    3) Rangsang mekanis dan kimiawi

    4) Rangsang sakit

    5) Merokok

    6) Obat-obatan

    7) Mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang)

    b. Tak terkendali :

    1) Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva

    2) Kekentalan saliva

    3) Kontaminasi udara

    4) Kebersihan mulut ( nilai plak )

    5) Diet

    G. Skala Variabel

    1. Minuman jeruk kemasan : Skala Kategorikal

    2. pH saliva : Skala Kontinyu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    H. Definisi Operasional Variabel

    1. Minuman jeruk kemasan

    Minuman jeruk kemasan adalah jenis minuman yang bersifat asam

    . Minuman ini termasuk dalam kategori minuman ringan non alkohol.

    Secara umum minuman ringan dapat berupa air berasa, air bergas, teh

    manis, lemonade, squash dan fruitpunch. Minuman jeruk kemasan

    (nutrisari) tergolong dalam kategori air berasa. Minuman jeruk kemasan

    memiliki banyak kandungan natrium, vitamin, dan karbohidrat.

    Minuman jeruk kemasan dalam bentuk serbuk, dilarutkan dalam air

    sebanyak 250 ml dan diminum seperti kebiasaan minum sehari-hari,

    dihabiskan dalam waktu 3 menit. Air jeruk kemasan yang akan digunakan

    dalam penelitian ini adalah Nutrisari rasa jeruk manis.

    2. pH Saliva

    pH Saliva merupakan derajat keasaman dari suatu cairan yang

    diproduksi oleh kelenjar ludah di dalam rongga mulut (pH adalah

    logaritma negatif konsentrasi H+ : - log (H+) pada suhu 25 C ). Suatu

    larutan akan bersifat netral jika pH-nya sama dengan 7, dan jika < 7 maka

    pH-nya bersifat asam, jika pH-nya > 7 bersifat basa.

    Saliva diambil dari siswa SMA Negeri 1 Gresik yang sebelumnya

    di instruksikan untuk menggosok gigi dengan pasta gigi sebelum diambil

    salivanya. Untuk mengembalikan kadar kualitas maupun kuantitas dari

    saliva, sampel diinstruksikan untuk puasa 30 menit terlebih dahulu. pH

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    saliva diukur sebelum dan sesudah minum air jeruk kemasan/air mineral

    dengan menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali,

    pada menit ke-2, menit ke-6, dan menit ke-10.

    3. Variabel luar :

    a. Terkendali

    1) Perubahan siang dan malam (waktu pengambilan saliva)

    Saliva diambil antara pukul 7-10 pagi.

    2) Volume air jeruk kemasan

    Air jeruk kemasan yang digunakan pda penelitian ini menggunakan

    Nutrisari rasa jeruk manis 14 gram yang dilarutkan dalam air sebesar

    250 ml.

    3) Rangsang mekanis dan kimiawi

    Pada penelitian ini, tidak digunakan rangsang mekanis dan kimiawi

    seperti mengunyah permen, atau makan-makanan yang keras untuk

    menstimulasi saliva, melainkan perlakuan menggosok gigi sebelum

    dilakukan perhitungan pH Saliva.

    4) Rangsang sakit

    Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan keadaan giginya baik tidak

    ada radang atau gingivitis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    5) Merokok

    Merokok dapat menyebabkan peningkatan aliran saliva sehingga pH

    Saliva menjadi basa dan meningkat. Maka dari itu, pada penelitian

    ini kriteria subjek yang digunakan adalah sampel yang tidak

    merokok.

    6) Obat-obatan

    Terdapat beberapa kelompok obat yang dapat menyebabkan

    penurunan sekresi saliva, antara lain: anti konvulsan, diuretik,

    antiemetik, antihistamin, dekongestan. Maka dari itu, pada

    penelitian ini criteria subjek yang digunakan adalah sampel yang

    sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut.

    7) Mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang)

    Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah yang tidak

    mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang).

    b. Tak terkendali

    1) Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva

    Jumlah elektrolit dalam ludah yang berbeda-beda pada masing-

    masing sampel mempengaruhi perubahan pH Saliva.

    2) Kekentalan saliva

    Kekentalan (viskositas) saliva masing-masing sampel yang berbeda-

    beda mempengaruhi perubahan pH Saliva.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    3) Kontaminasi udara

    Udara sering kali bercampur dengan zat organik dan anorganik yang

    dapat mempengaruhi pH Saliva.

    4) Kebersihan mulut (plak gigi)

    Kebersihan mulut (nilai OHI-S) pada masing-masing sampel

    berbeda. Perbedaan ini mengindikasikan adanya perbedaan jumlah

    plak dan bakteri mulut pada masing-masing sampel.

    5) Diet

    Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi masing-masing sampel

    setiap hari.

    I. Instrumen Penelitian

    1. Panduan wawancara

    2. Minuman jeruk kemasan

    3. Saliva

    4. Penampung minuman jeruk kemasan

    5. Penampung saliva

    6. Kapas

    7. pH meter strip

    8. Jam tangan / Stopwacth

    9. Aquadest

    10. Sikat gigi dan pasta gigi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    J. Cara kerja

    1. Alat ukur : pH meter

    2. Cara pengukuran :

    a. Pengambilan data dilakukan pagi hari.

    b. Sampel diminta untuk menggosok gigi, setelah menggosok gigi

    diinstruksikan tidak boleh makan dan minum selama 30 menit.

    c. Saliva ditampung dan diperiksa dengan indikator pH.

    d. Kemudian sampel pada kelompok 1 diminta untuk meminum air jeruk

    kemasan sebanyak 250 ml dan kelompok 2 diminta untuk meminum air

    mineral (aquadest) sebanyak 250 ml langsung diminum seperti biasa

    dari gelas selama kurang lebih 30 detik.

    e. Saliva ditampung pada menit ke-2, ke-6, dan ke-10. Kemudian diukur

    pH-nya.

    K. Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji non-

    parametrik analisis Mann-Whitney.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Karakteristik Sampel

    Gambaran karateristik sampel yang menjadi komponen dalam

    penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, minuman jeruk kemasan, pH

    kontrol dan pH perlakuan. Penyajian dalam penelitian ini akan

    digambarkan sesuai dengan jenis data dari masing-masing karateristik

    sampel. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu karateristik sampel

    penelitian:

    Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sampel Penelitian

    (Data Kategorik) di SMA 1 Gresik, Agustus 2011 (N = 40)

    No Variabel Frekuensi Persentase

    1 Jenis kelamin

    a. Laki-laki

    b. Perempuan

    27

    13

    67,5 %

    32,5 %

    2 Minuman jeruk kemasan

    a. Minum

    b. Tidak minum

    20

    20

    50 %

    50 %

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Hasil analisis didapatkan subjek penelitian paling banyak berjenis

    kelamin laki-laki yaitu 27 orang (67,5 %). Jumlah minuman jeruk kemasan

    sama antara yang minum dan tidak minum masing-masing 20 orang (50

    %).

    Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sampel Penelitian (Data

    Numerik) di SMA 1 Gresik, Agustus 2011 (N = 40)

    No Variabel Frekuensi Mean SD Min Maks

    1 Usia 40 15,38 0,838 14 17

    2 pH kontrol

    - Pre

    - 2

    - 6

    - 10

    20

    20

    20

    20

    7,00

    7,01

    7,03

    7,06

    0,14

    0,13

    0,14

    0,11

    6,8

    6,8

    6,8

    6,9

    7,3

    7,2

    7,3

    7,3

    3 pH perlakuan

    - Pre

    - 2

    - 6

    - 10

    20

    20

    20

    20

    7,01

    6,47

    6,18

    6,66

    0,19

    0,46

    0,30

    0,27

    6,6

    5,3

    5,5

    6,0

    7,4

    6,9

    6,6

    7,0

    Hasil analisis didapatkan usia rata-rata subjek penelitian adalah 15

    tahun dengan usia paling muda 14 tahun dan usia paling tua 17 tahun

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    dengan Standar Deviasi 0,838. Untuk pH kontrol dan perlakuan subjek

    penelitian dibagi menjadi 4 kelompok yaitu pretest, menit ke-2, menit ke-

    6 dan menit ke-10. Untuk pH pretest kontrol rata-rata 7,00 dengan nilai

    terendah 6,8 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,14. Untuk pH

    menit ke-2 kontrol rata-rata 7,01 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi

    7,2 dengan Standar Deviasi 0,13. Untuk pH menit ke-6 kontrol rata-rata

    7,03 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi

    0,14. Untuk pH menit ke-10 kontrol rata-rata 7,06 dengan nilai terendah

    6,9 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,11.

    Sedangkan Untuk pH pretest perlakuan rata-rata 7,01 dengan nilai

    terendah 6,6 dan tertinggi 7,4 dengan Standar Deviasi 0,19. Untuk pH

    menit ke-2 perlakuan rata-rata 6,47 dengan nilai terendah 5,3 dan tertinggi

    6,9 dengan Standar Deviasi 0,46. Untuk pH menit ke-6 perlakuan rata-rata

    6,18 dengan nilai terendah 5,5 dan tertinggi 6,6 dengan Standar Deviasi

    0,30. Untuk pH menit ke-10 perlakuan rata-rata 6,66 dengan nilai terendah

    6,0 dan tertinggi 7,0 dengan Standar Deviasi 0,27.

    B. Analisis Statistika

    Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan

    uji Mann-Whitney yang merupakan uji non-parametrik dengan program

    SPSS 17.0. Uji Mann-Whitney ini digunakan apabila sebaran datanya

    tidak normal. Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau

    tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai

    sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05 pada masing-masing

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing

    sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara

    analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan

    dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2005).

    Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov

    Tabel di atas menunjukkan sebaran data yang di uji normalitas

    datanya dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov Test, dengan ketentuan

    bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut

    terdistribusi secara normal, demikian sebaliknya bila nilai signifikan

    Data Nilai p Keterangan

    Kontrol pretest

    Kontrol menit ke-2

    Kontrol menit ke-6

    Kontrol menit ke-10

    Perlakuan pretest

    Perlakuan menit ke-2

    Perlakuan menit ke-6

    Perlakuan menit ke-10

    0,000

    0,044

    0,002

    0,007

    0,007

    0,011

    0,200

    0,003

    Distribusi tidak normal

    Distribusi tidak normal

    Distribusi tidak normal

    Distribusi tidak normal

    Distribusi tidak normal

    Distribusi tidak normal

    Distribusi normal

    Distribusi tidak normal

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    hitung < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Hanya nilai p

    untuk perlakuan menit ke-6 adalah 0,2 (p > 0,05) maka sebaran data pada

    perlakuan menit ke-6 normal. Sedangkan nilai p dari data sebaran lainnya

    tidak normal (p < 0.05). Oleh karena itu, data harus dinormalkan terlebih

    dahulu melalui proses transformasi. Setelah ditransformasi sebaran data

    tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak

    dapat menggunakan uji parametrik, melainkan menggunakan uji non-

    parametrik Mann-Whitney.

    Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney

    Tabel 4 di atas menunjukkan hasil terdapat perbedaan nyata antara

    kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Di mana dari hasil uji

    Waktu Hasil uji Mann-Whitney

    Kelompok kontrol Kelompok perlakuan

    Pretest

    Menit ke-2

    p: 0,823 p: 0,000

    Menit ke-2

    Menit ke-6

    p: 0,578 p: 0.005

    Menit ke-6

    Menit ke-10

    p: 0,388 p: 0,000

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Mann-Whitney pada kelompok kontrol dari ketiga rentang waktu yang di

    uji didapatkan hasil yang tidak signifikan (p > 0,05).

    Untuk hasil uji Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dari

    ketiga rentang waktu yang diuji didapatkan hasil yang signifikan (p <

    0,05). Selain itu, karena p < 0,05 juga dapat diintepretasikan bahwa ada

    perbedaan pada taraf signifikasi 5%.

    Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara rerata

    pH kelompok kontrol yang diberi minuman air putih dengan pH kelompok

    perlakuan yang diberi air jeruk kemasan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA Negeri

    1 Gresik, pemberian minuman jeruk kemasan memberikan pengaruh yang

    signifikan terhadap perubahan pH Saliva. Penurunan pH Saliva pada kelompok

    perlakuan (minum jeruk kemasan) lebih signifikan dibanding dengan pH Saliva

    kelompok kontrol (minum air putih). Hal ini disebabkan karena minuman jeruk

    kemasan mengandung karbohidrat, gula dan asam askorbat (vitamin C).

    Minuman yang bersifat asam dapat menyebabkan demineralisasi pada

    jaringan keras gigi. pH Saliva akan kembali pada keadaan normal setelah

    terpapar minuman dengan cara meningkatkan produksi saliva agar pH-nya

    kembali dalam keadaan netral. Minuman yang bersifat asam dapat

    menyebabkan erosi gigi pada waktu kritis yaitu pada menit pertama setelah

    terpapar. Namun kondisi ini dapat dikompensasi oleh protein yang terkandung

    dalam saliva yang akan mengurangi kesempatan terjadinya erosi (Tahmassebi

    dan Duggal, 1997).

    Penurunan pH Saliva dapat juga disebabkan karena adanya proses

    fermentasi karbohidrat oleh bakteri asidogenik dalam mulut yang akan

    menghasilkan asam. Karbohidrat yang paling mudah difermentasi adalah

    sukrosa (Soames dan Southam, 1998).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Hasil pada penelitian ini juga menunjukkan perbedaan rata-rata pH

    pretest untuk kelompok perlakuan 7,01 dengan nilai minimum 6,6 dan nilai

    maksimum 7,4, sedangkan hasil rata-rata pH pretest untuk kelompok kontrol

    7,00 dengan nilai minimum 6,8 dan nilai maksimum 7,3. Perbedaan itu

    disebabkan adanya variasi individual. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Amerongen (1991) dan Soesilo et al. (2005) bahwa susunan saliva dapat

    berubah dilihat dari segi derajat keasaman (pH), mikroorganisme rongga

    mulut, elektrolit, dan protein yang antara lain ditentukan oleh: waktu siang dan

    malam, sifat dan kekuatan rangsang, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak

    badan, dan obat-obatan.

    Tabel 4. menunjukkan nilai perbedaan pH Saliva antara kelompok

    kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol menunjukkan hasil yang

    tidak signifikan dari pH pretest, menit ke-2, menit ke-6 dan menit ke-10. Hal

    ini ditunjukkan bahwa kisaran nilai pH pada kelompok kontrol dalam rentang

    netral yaitu berkisar pada 6,7 7,4 (Walsh, 2008).

    Kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan

    pada tiap rentang waktu. Dari pH pretest sebesar 7,01 turun menjadi 6,47 pada

    menit ke-2 dan turun lagi menjadi 6,18 pada menit ke-6 diikuti kenaikan nilai

    pH pada menit ke-10 menjadi 6,66.

    Perbedaan yang signifikan kelompok perlakuan pada waktu pretest

    sampai menit ke-2 disebabkan karena adanya sukrosa yang menyebabkan pH

    turun secara signifikan dan juga minuman tersebut yang bersifat asam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    (Merdad, 2011). Pada menit ke-2 sampai menit ke-6 penurunan pH masih

    terjadi yaitu pada menit ke-6 pH berada pada titik terendah, namun tidak

    sampai pada keadaan pH kritis (Alamsyah, 2010). Kemudian pada menit ke-6

    sampai menit ke-10 terjadi kenaikan pH secara signifikan karena aktifitas

    buffer saliva yang mensekresikan cairan yang bersifat basa sebagai mekanisme

    homeostasis terhadap perubahan pH Saliva yang ekstrim. Derajat keasaman pH

    dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif

    elektrolit didalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena

    susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva (Soesilo et al., 2005 ).

    Penelitian ini memiliki kelemahan dalam hal alat yang digunakan

    dalam mengukur pH Saliva. Alat yang digunakan adalah pH strip yang

    memiliki ketelitian lebih lemah daripada pH meter digital.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SMA

    Negeri 1 Gresik dapat disimpulkan bahwa:

    1. Terdapat pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan

    pH Saliva.

    2. Penurunan pH Saliva disebabkan minuman jeruk kemasan mengandung

    karbohidrat, gula dan bersifat asam.

    B. Saran

    Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis

    adalah sebagai berikut:

    1. Perlu adanya pemberian informasi mengenai manfaat dan efek samping

    konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

    2. Sebaiknya setelah mengkonsusmsi minuman jeruk kemasan segera

    berkumur dengan air putih untuk menetralkan kembali keasaman mulut.

    3. Perlu digunakannya alat yang lebih teliti dalam mengukur derajat

    keasaman pH Saliva.