99
1 SKRIPSI REPRESENTASI KEHIDUPAN ANAK INDONESIA DALAM FOTO (Analisis Semiotika Kehidupan Anak Indonesia Dalam Buku Kumpulan Foto Jurnalistik Mata Hati Kompas 1965-2007) Disusun Oleh : HASAN SAKRI GHOZALI D 0205079 Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

  • Upload
    hangoc

  • View
    253

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

1

SKRIPSI

REPRESENTASI KEHIDUPAN ANAK INDONESIA DALAM FOTO

(Analisis Semiotika Kehidupan Anak Indonesia Dalam Buku Kumpulan Foto

Jurnalistik Mata Hati Kompas 1965-2007)

Disusun Oleh :

HASAN SAKRI GHOZALI D 0205079

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

2

.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita semua mengetahui bahwa anak adalah anugerah dan titipan

TuhanY.M.E terbesar yang diberikan kepada manusia sebagai bagian dari

keberlangsungan kelanjutan keturunan manusia yang nantinya meneruskan

kehidupan didunia ini sampai akhir jaman. Dalam proses kehidupan

berbangsa dan bernegara secara universal, anak merupakan modal dasar

dalam keberlanjutan pengelolaan suatu bangsa dan negara di masa datang.

Sebuah pembangunan bagi suatu negeri selalu mengikut-sertakan dan

mencita-citakan pada pembangunan manusia yang berkualitas, memiliki

kemampuan dan kemandirian serta bertakwa pada Tuhan Y.M.E didalam

semua aspek kehidupan manusia itu sendiri, dasar itulah menjadikan anak-

anak sebagai generasi penurus bangsa yang diperioritaskan sebagai generasi

penerus pembangunan dan keberlanjutan proses kehidupan bangsa dan negara.

Gembira dan bahagia itulah pancaran yang selalu muncul dari hidup

anak-anak. Dalam keadaan yang serba kekurangan pun, kebahagiaan tidak

Page 3: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

3

pernah lenyap dari hidup mereka. Dan dimanapun mereka, mereka selalu

menemukan tempat untuk bergembira. (Sindhunata, 2007 : hal. 24)

Pada anak-anak yang gembira ini, hidup ada bukan sebagai beban, tetapi

sebagai kesempatan yang membahagiakan. Setiap hari hidup itu menyapa

mereka, dan membisikan kata-kata, janganlah kamu menyerah. Karena itu,

kendati nasib mereka kurang beruntung, mereka pun tidak berputus asa untuk

melanjutkan kehidupannya. Mereka mengemis di jalanan, tetapi itu pun

dijalankan dengan penuh kegembiraan. Kegembiraan seakan membuat mereka

tidak tahu, bahwa mereka hidup dalam penderitaan. Memang pada hidup

anak-anak, kegembiraan telah menjadi ibu, yang melahirkan harapan,

ketabahan dan ketekunan. Di tengah sarana yang sangat minimpun, mereka

mau tetap tekun belajar. Di pengungsian dengan sarana yang amat terbatas

pun, seorang anak tetap bisa melemparkan senyum. Memandang kegembiraan

anak-anak, hidup seakan bisa menjadi selalu baru.

Sebagai homo ludens manusia gemar bermain atau bercengkerama. Bagi

orang dewasa bermain adalah rekreasi, tetapi bagi anak-anak adalah sebagian

dari proses belajar ( Wijaya dalam Sobur, 1996 : hal 106). Meskipun menurut

pandangan orang dewasa permainan yang dimainkan oleh anak-anak sangat

berbahaya tetapi bagi anak hal ini merupakan sesuatu yang menarik. Sebagai

contoh dari sebuah foto karya Riza Fathonin yang berjudul Permainann

Berbahaya. Foto yang dibuat tahun 2006 tersebut memperlihatkan bagaimana

anak-anak bermain di atas jembatan gantung yang telah putus salah satu

Page 4: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

4

sisinya. Hal tersebut terlihat sangat berbahaya, tetapi anak-anak tersebut

malah terlihat sangat gembira dan menikmatinya.

Memang kegembiraan telah membuat mereka untuk selalu lahir kembali

setiap waktu. Itulah yang membuat mereka selalu berani memulai sesuatu.

Dan, tentu saja, akhirnya kegembiraan itu adalah pesan, janganlah hidup

terlalu dibuat serius dan susah. Mereka adalah anak-anak manusia yang

sesungguhnya paling tahu tentang kebebasan. Kebebasan itu tak dapat

dikekang oleh batasan apa pun, juga penderitaan. Dan, kebebasan itu tak

mungkin lahir, jika kegembiraan direnggut dari hidup mereka.

Gegap gempita peringatan hari anak Indonesia tanggal 23 Juli memang

tidak pernah dilupakan oleh pemerintah dan sebagian masyarakat yang peduli

anak. Saat itu kepedulian terhadap hak anak akan selalu nyaring

dikumandangkan. Tetapi setelah itu slogan, himbauan dan pidato para pejabat

pemerintah dan pemerhati anak akan terjebak dalam suasana seremonial

belaka. Pasca kemewahan peringatan hari anak, seringkali masih ditemui carut

marutnya pemenuhan hak anak oleh berbagai pihak.

Substansi utama peringatan hari anak adalah menumbuhkan kepedulian,

kesadaran dan peran aktif keluarga, masyarakat, lembaga sosial pemerhati

anak, dunia usaha, pemerintah dan negara dalam perlindungan, perawatan dan

pengasuhan, pemberian pelayanan pendidikan, kesehatan atau gizi.

Momentum itu juga dapat digunakan untuk pemberian informasi yang seluas-

Page 5: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

5

luasnya kepada seluruh anak dan seluruh komponen bangsa tentang prioritas

kebutuhan perlindungan anak dan kelangsungan hidup anak di masa depan.

Peringatan hari anak ini diharapkan meningkatkan komitmen dan

kemauan bertindak dari negara, pemerintah, lembaga sosial, dunia usaha,

masyarakat, keluarga, dan orang tua dalam upaya mewujudkan anak Indonesia

kreatif dan inovatif sejahtera, berkualitas. Pemberian perlindungan terhadap

kelangsungan hidup anak, perhatian kelangsungan hidup dan tumbuh

kembang anak sebagai dasar utama pertumbuhan kehidupan selanjutnya.

Hak-hak dasar anak dan kebutuhan anak yang harus terpenuhi merupakan

suatu hal yang utama dalam perkembangan anak yang baik. Seperti yang

dikatakan oleh Urban Jonsson, Regional Director, UNICEF dalam jurnalnya

yang diterbitkan dalam The International Journal of Children's Rights

published a Special Issue on Food and Nutrition Rights in Vol. 5, No. 4 tahun

2007.

Children have physical, cognitive, emotional, spiritual and other needs. Some needs are specific and quantifiable, such as nutritional requirements; others are less specific or easy to quantify, such as the need for stimulation. Most people agree that all needs, at least the 'basic needs' of the child should be satisfied; and that the fulfilment of these needs represent valid claims. In the World Summit for Children (WSC) the world's leaders signed a 'social contract' with the world's children, in which a number of the needs of children were recognized as valid claims. (Anak-anak memiliki sifat fisik, kognitif, emosional, spiritual dan kebutuhan lain. Beberapa kebutuhan yang spesifik dan dapat diukur, seperti kebutuhan nutrisi, sedangkan yang lainnya kurang spesifik atau tidak mudah untuk dihitung, seperti kebutuhan akan stimulasi atau

Page 6: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

6

rangsangan. Kebanyakan orang setuju bahwa semua kebutuhan, setidaknya “kebutuhan dasar” anak harus terpenuhi, dan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut mewakili hak yang sah. Dalam World Summit for Children (WSC) para pemimpin dunia menandatangani 'kontrak sosial' dengan dunia anak-anak, di mana beberapa kebutuhan anak-anak yang diakui sebagai hak yang sah). (Jonsson, 2007 : 367-381, 2007)

Tetapi fakta tentang kondisi anak Indonesia sampai saat ini masih sangat

memprihatinkan. Masih banyak anak Indonesia yang hidup tanpa hak dan

perlindungan yang layak. Hampir setiap hari kita dikejutkan oleh berbagai

pemberitaan tentang tindak kekerasan yang dialami oleh anak.

Dalam ranah sosial, anak memang sangat rentan mengalami berbagai

tindak kekerasan, karena mereka dianggap sebagai kelompok yang lemah.

Berbagai bentuk tindak kejahatan dan kekerasan terhadap anak seringkali

berlaku. Tapi ironisnya, sebagai sumber daya mereka dimanfaatkan.

Sementara pihak keluarga yang seharusnya menjadi benteng utama dalam

memberikan perlindungan kepada anak, ternyata tidak mampu memberikan

rasa aman dan nyaman. Orang tua yang seharusnya memberikan contoh dan

teladan, justru menjadi salah satu elemen pelaku tindak kekerasan terhadap

mereka.

Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) yang dikeluarkan oleh PBB pada

tanggal 20 November 1989 disebutkan bahwa salah satu hak anak adalah

untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi serta untuk hidup

dalam komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang sehat.

Page 7: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

7

Adapun sekolah, yang seharusnya berfungsi sebagai lembaga pendidikan

yang bertujuan mendidik anak agar memiliki budi pekerti yang baik serta

tumbuh sehat secara mental-spiritual, juga memberikan kontribusi yang cukup

tinggi terhadap praktek kekerasan. Seperti penegakan disiplin dengan cara-

cara kekerasan, bullying dan sebagainya. Atas nama disiplin guru kerap kali

menggunakan cara-cara kekerasan dalam mendidik anak. Karena dalam

pandangan sebagian besar guru, mendidik dengan menggunakan tindak

kekerasan dapat mengubah perilaku dan prestasi anak menjadi lebih baik.

Mendidik dengan menggunakan tindak kekerasan sebagai mekanismenya,

justru merupakan bentuk tindakan yang tidak terdidik. (Azhararsyad, 2007)

Selain permasalahan kekerasan terhadap anak, permasalahan lain yang

timbul adalah tentang pekerja anak dan eksploitasi terhadap anak. Indonesia

yang berada dalam kategori negara berkembang telah melahirkan angka

kemiskinan masyarakat yang cukup tinggi. Salah satu faktor dominan yang

membuat anak menjadi pekerja anak adalah masalah kemiskinan. Latar

belakang ekonomi telah banyak membuat anak untuk bekerja demi alasan

keluarga. Dalam kenyataan inilah anak mulai kehilangan hak dan

perlindungan. Hal ini rentan menyebabkan anak dieksploitasai. Hak-hak anak

untuk bermain, berkembang, belajar dan masa dimana sifat-sifat dasar

manusia berkembang.

Sementara Indonesia telah meratifikasi Convention on the Right of the

Child (CRC) atau Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1990 dan

Page 8: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

8

dteruskan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, dimana didalamnya menyatakan bahwa yang

dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan. ( Bab 1 Pasal 1 (1) UU No.

23/2002 tentang Perlindungan Anak )

Minimnya partisipasi dan keterlibatan anak dalam setiap aspek kehidupan

menunjukan bahwa kita belum dapat memberikan dan menghormati hak-hak

mereka. Dalam proses bernegara, bermasyarakat, pendidikan maupun rumah

tangga terdapat sistem, struktur, dan mekanisme yang merupakan cerminan

dari ideologi dan keyakinan di kalangan orang dewasa yang menolak

partisipasi anak dalam kehidupan sosial, politik dan budaya, karena mereka

dianggap belum perlu diminta atau didengar pandangannya tentang

bagaimana proses dalam negara, masyarakat, bahkan dalam penyelenggaraan

sekolah di mana secara langsung mereka terlibat di dalamnya. Banyak

organisasi negara, masyarakat, sekolah maupun rumah tangga yang menolak

untuk mendengarkan anak-anak ketika mereka hendak menetapkan kebijakan

yang secara langsung menyangkut kehidupan anak-anak. Akhirnya potret

anak Indonesia hingga saat ini masih jauh dari menggembirakan. Banyak

agenda yang realisasinya mereka nantikan, bagi pemenuhan hak mereka.

Foto Jurnalistik

Page 9: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

9

Dengan kemampuan berpikirnya, manusia dapat mewujudkan

kemaunnya menentukan hubungan yang lebih bermakna. Dalam dimensi yang

paralel, manusia dengan fitrahnya sebagai makhluk social selalu berusaha

untuk menyampaikan alam pikirannya melalui pesan-pesannya yang

tersampaikan dalam berbagai format, baik melalui bahasa verbal, visual,

audio, maupun kombinasi audio visual.

Dari berbagai format komunikasi visual, salah satunya mediumnya adalah

fotografi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni

atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yang

dipekakan (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Artinya,

fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya.

Fotografi merupakan salah satu alat komunikasi. Sebuah foto mampu

mencetakkan pandangan dunia ke dalam benak manusia, bahkan hasil bidikan

foto lebih ampuh daripada gambar atau lukisan. Foto mampu

memvisualisasikan suatu peristiwa atau kejadian dalam bentuk gambar. Foto

lebih mudah untuk diingat serta lebih mengesankan dibandingkan kata-kata.

Untuk itu foto tidak perlu penerjemah. Foto mempunyai arti yang sama di

seluruh dunia. (Agung, 2004). Sebagai salah satu media komunikasi, fotografi

menyampaikan makna-makna dan pesan yang terekam dalam wujud bingkai

foto.

Kelahiran fotografi dicanangkan pada tahun 1839 di Prancis. Secara resmi

dua orang bersaudara dari Prancis yaitu Joseph Nicephone Niepce dan Claude

Page 10: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

10

Niepce berhasil merekam imaji pada kamera obscura meski masih jauh dari

sempurna. (Hermanu, 2008 : hal 12)

Andreas Freininger menyebutkan beberapa fungsi fotografi berdasarkan

tujuannya. Pertama, fotografi dapat berfungsi sebagai penerangan ketika ini

digunakan untuk pemotretan dan dokumen yang bertujuan untuk mendidik

atau memungkinkan untuk mengambil keputusan yang benar. Kedua,

fotografi digunakan sebagai media informasi yang digunakan untuk

menyampaikan informasi tertentu, ketika ini digunakan untuk perdagangan

dan periklanan serta propaganda politik.ini bertujuan menjual barang atau jasa

maupun gagasan. Ketiga, fotografi sebagai media penemuan, karena kamera

memiliki keunggulan daripada mata manusia, maka ia digunakan untuk

penemuan dalam lapangan penglihatan. Ini terjadi dalam bidang riset dan

pemotretan ilmu pengetahuan. Tujuan gambar semacam ini ialah untuk

membuka lapangan baru bagi penyelidikan, untuk memperluas pandangan dan

cakrawala intelek serta memperkaya taraf hidup. Keempat, fotografi

digunakan sebagai media pencatatan. Pemotretan memungkinkan adanya alat

yang paling sederhana dan murah untuk mereproduksi karya seni, mikrofilm

dan dokumen. Kelima, Fotografi digunakan sebagai media hiburan. Ini

digunakan sebagai sarana hiburan yang tak terbatas yang bertujuan untuk

pemuas kebutuhan rohani manusia. Keenam, fotografi digunakan sebagai

media pengungkapan diri. Dengan gambar-gambar tersebut manusia

Page 11: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

11

mengutarakan pendapatnya mengenai jagad, perasaan, gagasan dan pemikiran

mereka. ( Freineger, 1985 : hal . 2-3)

Oscar Matuloh, seorang pewarta foto, tentor senior Galeri Jurnalistik

Antara (GFJA) dan kepala Biro Foto ANTARA membagi fotografi menjadi

beberapa sub disiplin, diantaranya :fotografi seni, fotografi komersil dan

fotografi dokumentasi. Menurutnya foto dokumentasi merupakan induk dari

fotojurnalistik. Ini dipahami ketika foto dokumentasi dipublukasikan pada

media massa.(Matuloh dalam FOTOMEDIA, 2001: hal , 23)

Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya “Suatu Pendekatan Visual

Dengan Suara Hati”, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk

menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat

seluas-luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam

tempo yang sesingkat-singkatnya. Melihat foto jurnalistik sebagai suatu kajian

artinya memasuki matra yang memiliki tradisi kuat tetang proses “sesuatu”

yang dikomunikasikan – dalam hal ini yang bernilai berita – kepada orang lain

atau khalayak lain dalam masyarakat.( Matuloh dalam Hasby, 2007)

Sedangkan menurut Hermanus Prihatnan pemimpin redaksi Biro Foto

ANTARA, foto berita atau foto jurnalistik adalah sebuah berita visual yang

disampaikan pada masyarakat luas dan tentunya mempunyai nilai berita tinggi

bahkan sampai kejadian secepat mungkin. Syarat utama yang paling mendasar

dari sebuah berita haruslah ingin diketahui orang banyak dan dari sudut

Page 12: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

12

pandang itulah kita bisa menilai kekuatan foto yang dapat disebut sebagai foto

berita. ( Prihatna , 2003: hal 1)

Sedang menurut Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950)

dalam buku World and Pictures, foto jurnalistik adalah media komunikasi

verbal dan visual yang hadir bersamaan. (Hick dalam Hasby, 2007)

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun

juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar mengandung

tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian memenuhi syarat secara

teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan dan misi yang akan

disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.

Foto yang mengandung aksi, emosi, komposisi, fokus perhatian, dan

menceritakan sebuah cerita lebih baik daripada yang mungkin dilakukan oleh

kata-kata, menurut Dian P. Saraswati, merupakan foto jurnalistik yang

memiliki kualitas yang baik. Disamping itu, kriteria penting lainnya adalah

foto jurnalitik harus memuat nilai-nilai jurnalistik yang menunjukkan realitas

objektif yang mengandung pesan dan signifikansi bagi kebutuhan informasi

audiens.(Tim Peneliti Dewan Pers, dkk, 2006: hal. 204)

Selembar foto tidak akan dapat dikatakan sebuah foto berita bila tidak

dilengkapi dengan caption/ keterangan gambar, meskipun sebuah foto

mengandung foto jurnalistik. Keterangan foto memegang peran penting dalam

foto berita dan telah menjadi kesatuan dalam foto berita, sebab keterangan

foto inilah pembaca akan mendapat informasi yang lengkap.

Page 13: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

13

Seperti yang dikatakan oleh Wilson Hick redaktur senior majalah

‘Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures, foto jurnalistik adalah

media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan. Maka keterangan

foto atau caption amat diperlukan dalam memberikan informasi yang berbau

berita kepada masyarakat secara lengkap dan lugas. Terutama pada jenis foto

single atau foto yang mampu berdiri sendiri meskipun dalam halaman koran

tersebut terdapat berita tulisan mengenai berita yang sama. (Hick dalam

Hasby, 2007: hal. 8)

Dari pendapat-pendapat tentang foto jurnalistik di atas, dapat

disimpulkan bahwa foto jurnalistik adalah komunikasi visual melalui foto,

yang merupakan kesatuan antara foto dan gambar, yang tidak dibuat-buat atau

dalam pengertian diatur sedemikian rupa, dengan menggunakan medium

media cetak dan menjadikan manusia sebagai lingkup fotonya serta harus

diketahui orang banyak hingga kejadian yang lebih detail dibalik peristiwa

tersebut dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Kegiatan foto jurnalistik adalah melaporkan berita yang isinya paduan

antara teks dan foto. Subjek dari foto jurnalistik adalah manusia yang

sekaligus sebagai pembacanya. Pesan yang disampaikan lewat foto jurnalistik

harus singkat dan harus mudah diterima oleh orang-orang yang beraneka

ragam. Dalam menyampaikan beritanya, foto jurnalistik harus memenuhi

kebutuhan informasi dari pembacanya.

Page 14: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

14

Mata Hati Kompas (1965-2007)

Kehadiran foto dalam media massa cetak memiliki 'suara' tersendiri

dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa. Bahasa foto merupakan bahasa

visual yang lebih mudah dipahami oleh semua orang yang bisa melihat

dibandingkan dengan bahasa verbal. Media massa di Indonesia terutama

media cetak yang dulunya sarat dengan tulisan kini berubah menjadi dominasi

gambar (foto). Hal ini terjadi karena positioning, kompetisi dan tuntutan pasar

mengharuskan media cetak tampil lewat komunikasi yang lebih memikat.

(Cakram, 2002 : hal.52)

Mata Hati 1965-2007 adalah kumpulan foto-foto terbaik karya pewarta

foto Kompas dalam kurun waktu 1965-2007 awal. Setiap lembar halaman

dalam buku Mata Hati berisi foto-foto yang mengisahkan perjalanan bangsa

ini. Foto-foto yang masuk dalam buku ini tidak hanya berasal dari foto-foto

fotografer kompas yang berhasil masuk dalam harian Kompas tetapi ada juga

beberapa foto yang tidak diterbitkan dalam harian kompas tetapi berhasil lolos

penyeleksian yang dilakukan oleh Julian Sihombing, salah satu fotografer

senior Kompas.

Penyusunan foto-foto dalam buku ini tidak dikategorikan berdasarkan

urutan waktu, namun berdasarkan urutan peristiwa dan kejadian yang

dibawakan oleh objek fotonya. Dengan pengkategorian seperti ini,

pencampuran antara foto-foto penuh warna dengan foto hitam putih menjadi

dimungkinkan, sehingga emosi pembaca bisa menikmati alur buku ini.

Page 15: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

15

Dalam buku Mata Hati, terdapat narasi pengantar yang mengawali

peralihan bab, sajian fotonya dibagi dalam sembilan topik. Mulai dari dunia

anak-anak, 19 halaman. Lalu tentang teroris, 14 halaman. Bencana alam, 27

halaman. Tentang api dan kebakaran, 18 halaman. Olahraga, 28 halaman.

Tema reformasi, 36 halaman. Tentang tahanan politik (tapol), 18 halaman.

Mengenai pluralisme, 30 halaman. Tentang pesut dan topik langka, 68

halaman.

Dengan pola kategorisasi, seperti lumrah kita baca album tahunan

WPP, Mata Hati sedikitnya terbagi dalam 11 kategori. Yakni Kategori Berita

Politik, Ekonomi, Olahgara, Lingkungan Hidup, Potret, Bencana, Acara

Kesenian, Dunia Anak, Pendidikan, Kesehatan, Pluralisme.

Topik tentang tapol, rangkaian unjuk rasa, terorisme, bisa

dikelompokkan di bawah kategori berita politik. Sehingga foto Presiden

Megawati saat berdansa dengan Perdana Menteri China, misalnya, tak sampai

terselip di halaman rangkaian kisah merapi meletus atau foto tentang

kebakaran dan api.

Hal-hal yang ditekankan pada penelitian ini adalah tentang makna dan

isi pesan foto yang berkaitan dengan tanda (peristiwa atau objek secara

menyeluruh) dan objek (ikon, symbol, indeks) yang terdapat pada buku foto

jurnalistik Mata Hati 1965-2007 yang berisi foto-foto pilihan Kompas.

Dengan begitu, diharapkan analisis dengan menggunakan teori semiotika

dapat mengungkapkan beberapa tanda, objek dan makna serta penilaian

Page 16: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

16

dengan objek pembahasan dan bahan analisis adalah hasil dari foto-foto yang

terdapat dalam buku foto jurnalistik tersebut. Selain itu analisis ini juga untuk

mengetahui apakah pesan yang ingin disampaikan fotografer melalui foto

jurnalistiknya sampai pada masyarakat atau konsumen media massa yang

tidak seluruhnya memahami fotografi.

Latar belakang pemilihan buku foto jurnalistik Mata Hati 1965-2007

sebagai objek penelitian karena buku foto tersebut merupakan salah satu dari

buku foto yang dikeluarkan oleh Kompas, salah satu koran nasional yang

menempatkan berita foto dan tulis setara dan berimbang. Melalui buku

semacam ini, dapat dipahami lebih jernih tentang apa yang disebut sebagai

fotografi jurnalistik dan bukan sebuah buku kumpulan foto biasa yang hanya

menyajikan keindahan gambar.

Tapi buku tentang visi dan pemikiran yang mengkomunikasikan

manusia dan hubungan dengan sesamanya, hubungan dengan alam

lingkungannya serta hubungannya dengan sang nasib.(Zoelverdi, 2007)

Faktor utama kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu pesan dapat

diketahui pemaknaannya. Artinya bahwa makna yang terkandung dalam foto-

foto jurnalistik dalam buku foto Mata Hati 1965-2007 dapat diketahui

pemaknaannya secara tersirat. Pemaknaan dilakukan dari tanda-tanda

fotografi yang muncul dari foto tersebut untuk merepresentasikan pemaknaan

yang sedang diteliti dalam foto tersebut

Page 17: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

17

Berangkat dari berbagai uraian tersebut dan dengan asumsi bahwa

tidak semua pesan dalam foto dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak

awam, peneliti berniat melakukan penelitian tentang buku foto jurnalistik

Mata Hati 1965-2007 yang berisi foto-foto pilihan Harian Umum Kompas. Di

sini, peneliti akan mencoba meneliti sekaligus mengintepretasikan isi pesan

dalam buku foto jurnalistik tersebut agar dapat membuka wacana kita tentang

apresiasi fotografi, khususnya fotografi jurnalistik.

B. Rumusan Masalah

Foto-foto yang terdapat pada buku foto Mata Hati 1965-2007 dipilih

berdasarkan objek dan peristiwanya, selain itu juga judul foto, komposisi objek,

komposisi frame, pengambilan sudut gambar (angle) dan yang tidak ketinggalan

adalah caption foto yang terdapat dalam indexs buku mata hati untuk mengetahui

detail objek dan peristiwanya yang menjadi landasan teori dan bagian

pembahasan. Penulis menganalisis isi foto dengan menggunakan teori semiotika

karena menyangkut dengan pemaknaan obyeknya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut : Pesan-pesan apa yang disampaikan para fotografer Kompas atas foto-

foto yang terdapat dalam buku foto jurnalistik “Mata Hati 1965-2007” yang

terkait dengan kehidupan anak di Indonesia.

Page 18: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

18

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dimaksud adalah :

1. Untuk mengetahui bagaiman kode-kode fotografi mempresentasikan

kehidupan anak dengan berbagai latar belakang yang merupakan realitas

keadaan dan perkembangan anak di Indonesia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

teoritis berupa penambahan kajian semiotika menggunakan kode-kode

fotografi untuk membedah makna pada foto jurnalistik.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

praktisi media, pakar semiotika, pemerhati komunikasi, pemerhati anak, orang

tua, masyarakat akademis dan masyarakat pada umumnya dengan

memberikan pengetahuan secara lebih mendalam tentang anak dan dunianya

sehingga orang lebih bisa memahami anak dengan berbagai latar belakang.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai titik balik untuk

melaksanakan penelitian serupa secara lebih mendalam.

E. Kerangka Pemikiran dan Teori

1. Teori-teori Komunikasi

Page 19: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

19

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan, yang di

dalamnya terlibat elemen-elemen komunikasi yakni sumber (source), media

(channel), penerima (receiver), dan respon (feedback). Agar sebuah proses

komunikasi lebih efektif, maka gagasan, ide, dan opini akan di-encode atau

diterjemahkan menjadi pesan yang mudah diterima (decode) oleh penerima.

Dalam sebuah proses komunikasi, pesan adalah hal yang utama. (Effendy,

1995: hal 13)

Sebab komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan. Pengertian isi pesan selanjutnya mengacu

pada pengertian makna yang disampaikan melalui bahasa, baik verbal

maupaun nonverbal. Lawrence dan Schramm mengartikan makna sebagai

jalinan asosiasi pikiran dan konsep yang diterapkan.( Lawrence & Schramm,

1987: hal 76). Pertalian jalinan sosial dan pikiran yang diberikan pada simbol-

simbol komunikasi akan mempermudah dan menguatkan elemen-elemen

komunikasi meng-encode dan men-decode simbol menjadi pengertian

bermakna. Secara utuh ini merupakan konteks tak terpisahkan antara maksud

komunikator dan interpretasi komunikan dalam kegiatan pengoperan lambang

yang mengandung arti atau makna tersebut.(Arifin, 1998: hal 25). Dr. Phil.

Astrid S. Susanto menyatakan pesan hendaknya bisa dihayati oleh

komunikan, sehingga menjadi milik komunikator dan komunikan.( Susanto,

1995: hal 9)

Page 20: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

20

Model Komunikasi Schramm

Bagan 1.1

Proses Komunikasi Model Schramm

message

Sumber: Lawrece & Schramm, 1987: hal. 77

Selanjutnya Lawrence dan Schramm memberi penjelasan bahwa

makna baru timbul jika orang menafsirkan isyarat atau simbol dan berusaha

memahami aspek pikiran, perasaan, konsep.( Lawrence & Wilbur Schramm,

1987: hal. 77). Dalam hal ini, komunikasi dilihat sebagai proses produksi dan

pertukaran pesan : yaitu dengan memperhatikan bagaimana suatu pesan

berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan untuk memproduksi makna.

Pesan yang disampaikan oleh sumber tidak akan memiliki arti jika

penerima pesan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mendecode

pesan tersebut, yaitu proses memberikan makna balik terhadap pesan tersebut.

Encode

Intepretation Decode

Decode

Intepretation Encode

Page 21: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

21

Ketidak pahaman atas sebuah pesan yang disampaikan oleh sumber kepada

penerima pesan seringkali terjadi, tetapi di sini bukan berarti telah terjadi

kegagalan dalam berkomunikasi. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan faktor

lingkungan dan latar belakang sosial budaya yang berbeda antara kedua belah

pihak.

Model Komunikasi SMCR David K. Berlo

Dalam model komunikasi ini, David K. Berlo menjangkau secara lebih

mendalam pada beberapa komponen utama proses terjadinya komunikasi.

Konsep sumber (sourse) dan penerima (receiver) diperluas, serta perlakuan

dan representasi dari saluran (channel) komunikasi berbeda dari model

komunikasi lainnya.

Model komunikasi SMCR ini, menguji empat variabel kunci yang

menyempurnakan berbagai model komunikasi, yaitu : source (sumber),

message (pesan), channel (saluran), dan receiver (penerima). Dalam hal ini,

keunikan cara kerja Berlo untuk mendefinisikan saluran komunikasi menjadi

catatan yang penting. Berlo adalah peneliti yang pertama kali menggunakan

panca indera sebagai saluran komunikasi. Sebagai tambahan, ia memperluas

konsep sumber dan penerima. Berlo mencatat beberapa komponen seperti

kemampuan berkomunikasi (communication skills), sikap (attitudes),

pengetahuan (knowledge), sistem sosial (social system), dan juga budaya

(culture) atau teori sistem.

Page 22: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

22

Bagan 1.2

Proses Komunikasi Massa Model Berlo

S M C R SOURCE MESSAGE CHANNEL RECEIVER

Sumber : (Jandt dalam Prabowo, 2004: hal 16-17)

Komponen yang sama ini merupakan bagian dari profil penerima.

Mereka dapat membuat baik gangguan (noise) di dalam sistem ataupun

meningkatkan akurasi dan tingkat pemahaman dalam menanggapi

komunikasi, tergantung dari individu dan konteks. Namun bagaimanapun,

COMM SKILLS

ATTITUDES

KNOWLEDGE

SOC SYSTEM

CULTURE

ELEMENT CULTURE C O C N O T TREATMENT D E E N T

SEEING

SEEING

SEEING

SEEING

CULTURE

SOC SYSTEM

COMM SKILLS

ATTITES

KNOWLEDGE

SEEING

Page 23: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

23

gangguan tidak secara eksplisit teridentifikasi dalam model ini, dan respon

(feedback) pun juga tidak ada. Dalam hal ini, Berlo lebih menekankan bahwa

komunikasi harus dilihat sebagai proses, penghilangan respon (feedback)

secara khusus menimbulkan masalah. Pada tingkat minimum, model tersebut

harus termasuk di dalamnya respon balik (feed back loop) yaitu anak panah

yang menghubungkan dari receiver (penerima) kembali ke source (sumber).

(Jandt dalam Prabowo, 2004: hal 16-17).

Dalam proses komunikasi, para ahli membagi cara berkomunikasi

membagi dua macam, yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi

verbal adalah bahasa yang kita gunakan setiap hari. Sedangkan komunikasi

non verbal adalah komunikasi dalam bentuk tanda-tanda yang memerlukan

pemakanaan khusus untuk mengartikannnya.

Salah satu bentuk komunikasi non verbal adalah gesture atau bahasa tubuh

yang terdiri darei ekspresi dan tinmgkah laku. Bahasa tubuh atau gesture

merupakan salah satu bentuk dari bahasa non verbal dan dalam pengartian

tidak bisa diartikan secara universal. Hal ini terpengaruh oleh masyarakat

pengguna bahasa tersebut dalam mengarikan suatu bahasa non verbal. Arti

dari tiap bahasa tubuh ini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dalam

masyarakat tesebut. Tetapi sebagian besar bahasa isyarat yang digunakan

untuk berkomuniksai di dunia ini maknannya relatif sama. Misalnya saat

orang merasa bahagia, maka ia akan tersenyum. Saat seseorang merasa sedih

atau marah, maka ia akan mengerutkan dahi atu melotot. (Riana, 2009 : hal 7).

Page 24: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

24

Dalam bahasa non verbal tentang bahasa tubuh ini termasuk dalam

klasifikasi sebagai pesan kinesik. Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam

buknya, Psikologi Komunikasi menyebutkan bahwa pesan kinesik dibagi

menjadi tiga komponen utama yaitu, pesan fasial, pesan gestural dan pesan

postural.

Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makan

tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat

menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna : kebahagiaan, rasa

terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat,

ketakjuban dan tekad.

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti

mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Menurut

Galloway, pesan gestural kita gunakan untuk menggungkapkan : (1)

mendorong atau membatasi, (2) menyeseuaikan atau mempertentangkan, (3)

responsif atau tak responsif, (4) perasaan positif atau negatif, (5)

memperhatikan atau tidak memperhatikan, (6) melancarkan atau tidak

reseptif, (7) menyetujui atau menolak. Pesan gestural yang

mempertentangkan (incongruous) terjadi bila pesan gestural memberikan

arti lain dari pesan verbal atau pesan lainnya. Pesan gestural tak responsif

menunjukkan gestur yang tidak ada kaitannnya dengan pesan yang

diresponnya. Pesan gestural negatif mengunggkapkan sikap dingin,

Page 25: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

25

merendahkan atau menolak. Pesan getural tak responsif mengabaikan

permintaan untuk bertindak. (Rakhmat, 2000 : hal 290).

Sedangkan pesan postural berkenaan dengan keseluruhan postur tubuh.

Sebagai contoh antara postur tubuh seorang anggota TNI atau Polisi yang

berdiri tegak tentu akan berbeda dengan postur tubuh dari seorang murid

atau santri ketika didepan guru atau kiai.

2. Fotografi Jurnalistik

Dalam berkomunikasi bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting,

karena melalui bahasa kita bisa memberikan simbol-simbol yang kemudian

bisa dimengerti oleh penerima pesan. Demikian pula dengan sebuah foto

memiliki posisi yang sama dengan bahasa. Seorang penulis merangkai kata-

kata agar bisa dinikmati dan diterima oleh orang lain, demikian pula dengan

foto. Seorang fotografer mempergunakan foto sebagai bahasa untuk

disampaikan kepada orang lain.

Menurut Guru Besar Universitas Missouri, Cliff Edom, foto Jurnalistik

adalah “paduan kata dan gambar”(Mirza, 2004: hal 4). Wilson Hick redaktur

senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures, foto

jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.(

Hick dalam Hasby, 2007)

Menurut Hermanus Prihatna, foto berita atau foto jurnalistik adalah

sebuah berita visual yang disampaikan pada masyarakat luas dan tentunya

mempunyai nilai berita tinggi bahkan sampai kejadian secepat mungkin.

Page 26: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

26

Syarat utama yang paling mendasar dari sebuah berita haruslah ingin

diketahui orang banyak dan dari sudut pandang itulah kita bisa menilai

kekuatan foto yang dapat disebut sebagai foto berita.( Prihatna, 2003: hal 1)

Foto yang mengandung aksi, emosi, komposisi, fokus perhatian, dan

menceritakan sebuah cerita lebih baik daripada yang mungkin dilakukan oleh

kata-kata, menurut Dian P. Saraswati, merupakan foto jurnalistik yang

memiliki kualitas yang baik. Disamping itu, kriteria penting lainnya adalah

foto jurnalitik harus memuat nilai-nilai jurnalistik yang menunjukkan realitas

objektif yang mengandung pesan dan signifikansi bagi kebutuhan informasi

audiens.( Tim Peneliti Dewan Pers, dkk., 2006: hal 204)

Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam buku

World and Pictures mengungkapkan ada delapan karakteristik khas dalam

ranting ilmu komnukasi tersebut:

1) Dasar foto jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata.

Keseimbangan data terulis pada tesk gambar adalah mutlak. Captiaon foto

atau keterangan gambar sangat membantu suatu gambar untuk

memberikan informasi secara lengkap kepada masyarakat atau pembaca.

Menurut Hick caption foto adalah , “unit atau bagiandasar dari foto

jurnalisatik”. Pada bagian tersebut dapat dibentuk pendekatan-pendekatan

foto jurnalistik.

2) Medium foto jurnalistik biasanya tercetak, bisa media cetak, kantor berita,

koran atau majalah, tanpa memperhatikan tirasnya. Berbeda sekali dengan

Page 27: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

27

keberadaan foto penerangan yang muatannya adalah kisah sukses dan

positif, maka informasi yang disebarkan dari foto jurnalistik adalah

sebagaimana adanya, disajikan dengan sejujur-jujurnya.

3) Lingkup foto jurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya seorang foto

jurnalistik harus punya kepentingan mutlak pada manusia. Posisinya

berada pada puncak piramida sejian dan pesan visual. Ginny Southworth

menyimpulkan , “ merangkul manusia adalah pendekatan prioritas bagi

jurnalis, karena kerja dengan subyek yang bernama manusia adalah

segala-galanya dalam profesi tersebut”.

4) Bentuk liputan foto jurnalistik adalah suatu upaya yang muncul dari

bakat-bakat dan kemampuan dar seorang jurnalis yang bertujuan

melaporkan beberapa aspek dari berita sendiri. Menurut Chick Harrity

yang cukup lama bergabung dengan Associated Press (AP) – kantor berita

Amerika Serikat – dan “US News & World Report”, tugas seorang foto

jurnalis adalah melaporkan berita sehingga bisa memberikan kesan pada

pembaca seolah-olah mereka hadir dalam peristiwa tersebut.

5) Foto Jurnalistik adalah fotografi komunikasi, dimana komunikasi bisa

diekspresikan seorang foto jurnalis terhadap subyeknya. Obyek

pemotretan hendaknya mampu dibuat berperan aktif dalam gambar yang

dihasilkan sehingga lebih pantas menjadi subyek aktif.

6) Pesan yang disampaikan dari suatu hasil visual foto jurnalistik harus jelas

dan segera bisa dipahami seluruh lapisan masyarakat. Pendapat pribadi

Page 28: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

28

atau pengertian sendiri tidak dianjurkan dalam foto jurnalistik. Gaya

pemotretan yang khas, bahkan dengan polesan seni tidak menjadi batasan

dalam berkarya, yang penting pesan harus tetap komunikatif bagi lapisan

masyarakat luas.

7) Foto jurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal,

berwawasan visual luas, populis, arif dan jeli dalam menilai karya-karya

yang di hasilkan, serta mampu membina dan membantu mematangkan ide

dan konsep sebelum memberikan penugasan. Penyuntingan meliputi

pemilihan gambar, saran-saran hingga meminta dilakukan suatu

pengambilan gambar ulang (untuk liputan timeless -- tak terkait dengan

waktu ) jika kurang layak siar.

8. Kepercayaan yang paling mendasar bagi foto jurnalistik adalah

menginformasikan sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam dunia yang

semakin kompleks ini. (Hick dalam Hasby, 2007)

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun

juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar mengandung

tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian memenuhi syarat secara

teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan dan misi yang akan

disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.

Foto jurnalistik sendiri dapat dibagi lagi kedalam sembilan kategoro foto

jurnalistik, yaitu:

Page 29: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

29

· Spot news / Hard News (Berita Hangat)

Foto beragam peristiwa yang langka dan dapat mengubah sejarah dunia,

seperti peristiwa bencana alam, kecelakaan yang merenggut ratusan

jiwa, hingga aksi terorisme.

· General news (Berita Umum)

Foto rekaman peristiwa yang terjadwal atau bersifat seremoni, seperti

kunjungan presiden, peresmian sebuah gedung, dan HUT suatu negara.

· Portraits / People in the News (Potret dalam segala kondisi)

Foto yang menyajikan karakteristik sesuai dengan hati sang subyek,

apakah dalam kondisi yang gembira atau sedih, seperti orang yang

menangis karena kehilangan saudara saat perang atau orang yang gembira

setelah memenangkan sebuah perlombaan.

· Sports (Olahraga)

Foto event olahraga seperti turnamen sepakbola Piala Eropa.

· Culture and the Art

Foto kegiatan kebudayaan dan kesenian, seperti acara Grebeg Sekaten.

· Science and Technology

Foto peristiwa ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penerbangan

pesawat ulang aling atau operasi kembar siam.

Page 30: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

30

· Nature and Environment (Alam dan Lingkungan)

Foto peristiwa yang berhubungan dengan alam dan lingkungan, seperti

gunung meletus, banjir atau kebakaran hutan.

· Daily Life (Celah Kehidupan / Keseharian)

Foto kegiatan manusia sehari-hari. Kategori ini tidak terikat dengan unsur

kehangatan berita. Hal yang diutamakan dalam kategori foto ini adalah

segi keunikan, humor, maupun perjuangan seseorang dalam menjalani

kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas pedagang asongan,pekerja

bangunan atau nelayan.

· Feature

Foto feature bukan sekedar snapshot, tapi usaha wartawan untuk memilih

sudut pandang yang khas dan bukan sekedar didikte oleh peristiwa itu

sendiri, sehingga memberi makna lebih dalam terhadap sebuah peristiwa.

Sebagai contoh, saat terjadi kebakaran, wartawan tidak hanya memotret

api yang menyala dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha

menjinakkan api, tapi juga memotret ekspresi pemilik rumah yang sedih

kehilangan tempat tinggal. (Agung, 2004)

Selembar foto tidak akan dapat dikatakan sebuah foto berita bila tidak

dilengkapi dengan caption atau keterangan gambar, meskipun sebuah foto

mengandung foto jurnalistik. Keterangan foto memegang peran penting dalam

Page 31: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

31

foto berita dan telah menjadi kesatuan dalam foto berita, sebab keterangan

foto inilah pembaca akan mendapat informasi yang lengkap.

Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama, isi pesan (content of

message), yang kedua adalah lambang (symbol). Kongkritnya, isi pesan itu

adalah isi foto dan caption. Isi pesan yang bersifat latent, yakni pesan yang

melatarbelakangi sebuah pesan, dan pesan yang bersifat manifest, yaitu pesan

yang tampak tersurat.( Effendy, 1993: hal 38) Dalam hal ini, isi pesan yang

dimaksud adalah isi (content) dari foto jurnalistik yang berupa lambang-

lambang berbentuk foto begitu juga konteks yang menyertainya.

Karena elemen utamanya adalah foto, maka konsekuensinya foto harus

mampu dalam menggantikan kata-kata. Sementara hal-hal yang tidak bisa

tergambarkan oleh foto, terungkap sebagai naskah atau caption.

3. Objek dan Peristiwa Foto Jurnalistik

Objek dan peristiwa merupakan hal yang sangat penting untuk

diabadikan oleh seorang fotografer. Hal ini bersifat natural mengingat insting

dari seorang fotografer yang sangat tinggi untuk selalu mengabadikan momen

atau peristiwa yang langka. Banyak hal yang dapat diperoleh dari suatu

peristiwa atau objek foto, karena biasanya menyangkut pokok pikiran dari

sebuah artikel yang akan di muat dalam media cetak.

Selain itu objek dan peristiwa yang akan diabadikan bersifat universal.

Foto jurnalistik yang diabadikan berdasarkan objek dan peristiwa harus

Page 32: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

32

memiliki isi berita karena ukurannya, bukan seberapa jauh berita itu

menjangkau tetapi bagaimana foto itu dapat menyentuh emosi dan perasaan

pembaca. Gambar-gambar yang diambil oleh seorang fotografer juga harus

bisa mewakili dari keadaan yang terjadi sebenarnya. Hal ini harus dilakukan

agar bisa dinikmati oleh pembaca dan juga untuk menggugah emosi dan

melibatkan perasaan pembaca melalui media cetak.

4. Tempat atau Kejadian

Tempat atau kejadian merupakan hal yang terpenting karena

menyangkut keberadaan objek dan terjadinya sebuah peristiwa, sehingga

pembaca mengetahui kapan dan dimana peristiwa itu terjadi. Selain itu

kondisi sosiokultural masyarakat dapat dikaitkan sebagai tempat atau kejadian

yaitu sebagai pengukur sejauh mana kejadian yang berlangsung dapat

mempengaruhi pola pikir dan sejauh mana kondisi tersebut berpengaruh

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

5. Teori-teori Semiotika

Semiologi berasal dari kata semeiotics (Yunani: σημειωτικός,

semeiotikos), artinya an interpreter of signs. Jadi, semiologi adalah ilmu

tentang tafsir tanda, termasuk sistem tanda. Definisi ini membuat aplikasi

semiologi sangat luas, bisa digunakan berbagai bidang keilmuan, karena

semiologi adalah metoda tafsir untuk seluruh tanda yang diproduksi oleh

manusia.(Purwasito, 2008).

Page 33: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

33

Humans have the ability to find and mark as a complementary aspect to think and feel. Knowledge to interpret the concept itself is divided into two levels of higher levels and low levels. The level of knowledge to interpret the signs with higher levels found in language, speech, music, law, visual arts, and culture in general. Semiotic is a discipline to find meaning in the sign of a higher level. (Manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui dan menandai sebagai aspek yang saling melengkapi untuk berpikir dan merasakan. Konsep pengetahuan untuk memaknai itu sendiri masih terbagi ke dalam dua tingkatan yaitu tingkatan yang lebih tinggi dan tingkatan yang lebih rendah. Tingkat pengetahuan untuk memaknai tanda dengan tingkatan yang lebih tinggi yang terdapat dalam bahasa, pidato, music, hukum, seni visual, dan kebudayaan pada umumnya. Semiotic merupakan disiplin ilmu untuk mengetahui pemaknaan tanda pada tingkat yang lebihtinggi Andreassen, Brandt & Vang, Cognitive Semiotics, 2007: hal 3)

Menurut Charles Sanders Peirce, maka semiotika tidak lain daripada

sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda” (the

formal doctrine of signs); sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiologi

adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji

kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a science that studies the life of

signs within society) (Budiman, 2004: hal 3)

Perbedaan pendekatan semiotik diantara keduanya adalah, bagi Peirce

pendekatan semiotikanya lebih menekankan pada logika, sedangkan Saussure

lebih menekankan pada linguistik.

Menurut Peirce, sebuah tanda mengacu pada suatu acuan, dan

representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari tanda

itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus

merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Dalam pengertian

Page 34: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

34

semiotik, yang termasuk tanda adalah kata-kata, citra, suara, bahasa tubuh

atau gesture, dan juga obyek.(Noviani, 2002: hal 77)

Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak

isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Oleh karena itu, segala

sesuatu bisa menjadi sebuah tanda, misalnya struktur karya sastra, struktur

film, orang, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda.

Peirce yang adalah ahli filsafat Amerika menegaskan bahwa kita hanya dapat

berpikir dengan sarana tanda. Berarti, sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak

dapat berkomunikasi.( Sudjiman dan Zoest, 1996: hal vii)

Bahasa dianggap sebagai unsur terpenting dalam komunikasi. Dengan

bahasa tersebut, manusia mengadakan komunikasi satu dengan yang lainnya.

Diantara lambang-lambang atau simbol yang digunakan dalam proses

komunikasi, seperti bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya,

bahasa adalah yang paling banyak digunakan. Hanya bahasa yang mampu

menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk

ide, informasi atau opini. Baik mengenai hal yang konkret maupun yang

abstrak. Bukan saja tentang hal atau peristiwa pada saat sekarang, tetapi juga

pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

Di dalam fotografi, gambar adalah sarana bagi seorang fotografer untuk

mengungkapkan apa yang ingin disampaikan, sebagaimana kata-kata yang

digunakan oleh seorang penulis. Jadi melalui bahasa gambar tersebut, seorang

fotografer menyampaikan pesannya secara visual, yang mencakup berbagai

Page 35: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

35

jenis pesan, yaitu berupa penyampaian pesan, ide, gagasan, visi, sikap

fotografer dan penikmatnya.

Asumsi yang paling mendasar dari semiotika adalah menentukan bahwa

segala sesuatu adalah tanda. Prinsipnya, segala sesuatu yang dapat

menimbulkan kesan arti dapat pula berfugsi sebagai tanda, dan kesan arti itu

tidak perlu harus berkaitan dengan kesan arti yang terbentuk dari sesuatu yang

diartikan atau ditandakan.(McQuail, 1995: hal 182). Bukan hanya bahasa atau

unsur-unsur komunikasi tertentu saja yang tak tersusun sebagai tanda-tanda.

Pada dasarnya, konsep utama semiotika, mencakup tiga elemen dasar

yang dapat digunakan untuk melakukan intepretasi tanda, yaitu :

1) Tanda (sign), adalah yang memimpin pemahaman obyek kepada subyek.

Tanda selalu menunjukkan kepada suatu hal yang nyata, seperti benda,

kejadian, tulisan, peristiwa dan sebagainya. Tanda adalah arti yang statis,

lugas, umum, dan obyektif.

2) Lambang (symbol), adalah keadaan yang memimpin pemahaman subyek

kepada obyek. Pemahaman masalah lambang akan mencakup penanda

(signifier), dan petanda (signified). Penanda adalah yang menandai sesuatu

yang tidak seorang pun manusia yang sanggup berhubungan dengan

realitas kecuali dengan perantara bernacam tanda. Menurut Ferdinand de

Saussure, tanda atau lambang mempunyai entitas, yaitu :

a) Signifier (sound image), tanda atau penanda, merupakan bunyi dari

tanda atau kata

Page 36: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

36

b) Signified (concept), makna atau petanda, merupakan suatu konsep

atau makna dari tanda tersebut

Hubungan antara signifier dan signified menurut Saussure bersifat

arbitrary, yang berarti tidak ada hubungan yang logis. Menurutnya, tanda

“mengekspresikan” gagasan sebagai kejadian mental yang berhubungan

dengan pemikiran manusia. Jadi secara implisit, tanda berfungsi sebagai

alat komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan

bertujuan untuk menyatakan maksud.( Sudjiman dan Zoest, 1996: hal 43)

3) Isyarat (signal), adalah suatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si

subyek kepada obyek

Bagan 1.3

Bagan Model Semiotik Peirce

Objek

Ground

Tanda / Interpretant Representamen Gambar triadik model Peirce Sumber : Sobur, 2003, hal. 159

Bagi Pierce (Pateda dalam Sobur, 2003: hal 41) tanda “is

somethinngwich stands to somebody for something in some respect or

capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce

disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu

terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object dan interpretant. Atas

Page 37: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

37

dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang

dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign dan legisign.

Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar,

keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda peristiwa

yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan

kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.

Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu

lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan

manusia.

Berdasarkan obyeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index

(indeks) dan symbol (simbol). ( Sobur, 2003: hal 41)

1) Icon (ikon)

Di dalam ikon, hubungan antara tanda dan obyeknya terwujud

sebagai kesamaan dalam berbagai kualitas yakni dalam kesamaan atau

kesesuaian rupa yang terungkap oleh penerimanya. Ikon juga bisa

diartikan sebagai suatu kemiripan antara tanda dan obyeknya. Sebuah foto

diri, atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik atau kemiripan

dengan obyeknya, sejauh diantaranya terdapat keserupaan.

2) Index (indeks)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,

Page 38: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

38

atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling

jelas adalah asap adalah tanda adanya api. (Sobur, 2004; hal. 42-43)

3) Symbol (simbol)

Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil konsensus dari

para pengguna. Contoh simbol seperti menggelengkan kepala tanda tidak

setuju atau Sang merah putih yang merupakan simbol dari negara

Indonesia. (Sobur, 2004; hal. 43)

Sebuah tanda dapat dikatakan sebagai ikon, indeks, maupun simbol,

bahkan kombinasi dari ketiganya. Dapat dijelaskan dengan ilustrasi berikut.

Sebuah peta adalah indeks, karena menunjukkan suatu tempat. Dapat pula

disebut sebagai ikon, apabila menunjuk pada tempat-tempat yang saling

berhubungan secara topografis. Dan juga bisa dikatakan sebagai simbol

karena adanya sistem penotasiannya yang harus dipelajari lebih dahulu.

6. Kerangka Berpikir

Foto jurnalistik menggunakan tiga kategori, yang pertama adalah tanda

yang memiliki indikator-indikator peristiwa atau objek secara menyeluruh.

Berikutnya objek yang memiliki indikator-indikator yaitu diwakili objek

dalam foto. Yang terakhir adalah simbol melalui gambar. Sedangkan indeks

berhubungan dengan sebab akibat dan selanjutnya interpretan atau pemaknaan

foto memiliki indikator-indikator denotatif dan konotatif.

Page 39: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

39

Semiotik dapat dideskripsikan sebagai studi dan aplikasi dari tanda

(sign). Tanda menjadi segala-galanya yang merefleksikan makna. Dalam hal

ini, fotografi adalah sebuah tanda, tanda yang memanifestasikan baik

informasi maupun emosi. Dalam perkembangannya saat ini, analisa semiologi

merupakan metode yang diterapkan untuk mengkaji kehidupan tanda-tanda di

dalam kehidupan sosial, dia mungkin akan menjadi bagian dari psikologi

sosial dan dengan sendirinya psikologi umum. Semiologi akan menunjukkan

kepada kita terdiri dari apa saja tanda-tanda tersebut dan hukum apayang akan

mengaturnya. Pendekatan yang digunakan dalam studi hubungan antara pola

persepsi dan pemaknaan inilah yang disebut semiologi.( Kurniawan, 2001: hal

14-15)

Penerapan analisa semiotika komunikasi secara pasti akan membuka

peluang untuk menyingkap lebih banyak arti dalam pesan yang disampaikan

secara keseluruhan, daripada yang mungkin akan dilakukan dengan hanya

mengikuti kaidah bahasa atau berpedoman dari arti kamus dan tanda-tanda

yang terpisah. Memperhatikan kecenderungan ini, kaitannya lalu dapat

dikatakan bahwa sebenarnya analisis semiotika lebih bersifat serba guna.

Seperti beberapa istilah lain yang dipakai dalam semiotik

bergambar, fotografi adalah pengertian umum gagasan, yang hal dalam hal ini

adalah dengan analisis semiotika untuk menyusunnya. Sebagaimana fotografi

dirancang dengan cara tertentu untuk menghasilkan sebuah tanda pada suatu

permukaan yang akan menambah khayalan dari pemandangan dunia yang

Page 40: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

40

diproyeksikan pada permukaan tersebut. Dalam hal ini, fotografi adalah

sebuah tanda, tanda yang memanifestasikan baik informasi maupun emosi.

Menurut Aart Van Zoest, semiologi memiliki dua pendekatan yang dipelopori

oloh Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure. Menurut Peirce,

penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda yang memungkinkan

kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa

yang ditampilkan oleh alam semesta. Sedangkan kekhasan teori Saussure

terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagi sistem tanda.(

Sudjiman dan Zoest, 1996: hal 1)

Semiotika Model Peirce

Semiotika menurut Peirce adalah sistem tindakan (action), pengaruh

(influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan

interpreter (interpretant). ( Sudjiman dan Zoest, 1996: hal 1)

Pierce menggunakan istilah tanda (sign) yang merupakan reprentatif

sesuatu diluar tanda tersebut, yaitu objek dan dipahami oleh peserta

komunikasi (interpretan) sedangkan ground dalam suatu tanda merupakan

kode. Pierce menekankan hubungan antara ketiga unsur untuk mencapai suatu

signifikasi (pengertian atau pemaknaan) terutama antara tanda dengan

objeknya. Oleh karena itu hubungan tersebut disebut hubungan makna. Tanda

yang digunakan oleh pengguna tanda adalah yang diketahui secara kultural

oleh penggunanya. Pengetahuan tentang hal tersebut didapat pegguna tanda

Page 41: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

41

dari interaksi sosial yang membentuknya, dalam bentuk pengalaman

menghadapi peristiwa (objek). Karena itu hubungan antara interpretan akan

mengartikan objek dan tanda adalah hubungan makna, dimana pengguna

tanda akan mengartikan objek dan tanda sesuai dengan referensi yang telah

dimiliki oleh suatu peristiwa. Oleh karena itu perlu adanya teori yang

mendasari sebuah pemikiran dan penelitian. Teori merupakan serangkaian

asumsi, konsep, defini dan preposisi untuk menerangkan sebuah fenomena

sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Bagan 1.4

Kerangka Berpikir

Pendekatan Analisis Semiotik Oleh Peneliti

F. Asumsi Dasar

Foto jurnalistik anak-anak dalam buku ”Mata Hati 1965-2007”

Simbol-simbol mempresentasikan :

1. Aspek kebebasan 2. Aspek penderitaan 3. Aspek pendidikan 4. Aspek HAM

Kode-kode fotografi

Kode-kode sosial (ekspresi, penampilan, suasana dll)

MAKNA

Page 42: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

42

1. Asumsi Kehidupan Anak Indonesia

Gembira dan bahagia itulah pancaran yang selalu muncul dari hidup

anak-anak. Dalam keadaan yang serba kekurangan pun, kebahagiaan tidak

pernah lenyap dari hidup mereka. Dan dimanapun mereka, mereka selalu

menemukan tempat untuk bergembira. (Sindhunata, 2007: Hal. 24)

Pada anak-anak yang gembira ini, hidup ada bukan sebagai beban, tetapi

sebagai kesempatan yang membahagiakan. Setiap hari hidup itu menyapa

mereka, dan membisikan kata-kata, janganlah kamu menyerah. Karena itu,

kendati nasib mereka kurang beruntung, mereka pun tidak berputus asa untuk

melanjutkan kehidupannya.

Dalam perkembangan kehidupan anak Indonesia akhir-akhir ini semakin

banyak masalah yang dihadapi oleh anak. Anak merupakan generasi penerus

yang akan menghadapi masa depan. Apabila anak dalam perkembangannya

kebutuhannya tidak terpenuhi maka tentunya akan mengganggu laju

perkembangan anak tersebut. Meskipun sebenarnya anak selalu mempunyai

dunia tersendiri dimana orang dewasa tidak bisa masuk ke dalam dunia

tersebut. Dalam dunia tersebut anak selalu mempunyai kegembiraan tersendiri

dan cara tersendiri dalam menikmati kehidupan ini. Dalam dunia anak,

bermaian merupakan suatu cara dalam belajar, meskipun permaianan tersebut

tergolong berbahaya. Dengan berbagai latar belakang anak selalu bisa tumbuh

dan berkembang dengan dunianya yang selalu memberikan kegembiraan.

Page 43: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

43

2. Asumsi Sosial

Dalam ranah sosial, anak memang sangat rentan mengalami berbagai

tindak kekerasan, karena mereka dianggap sebagai kelompok yang lemah.

Berbagai bentuk tindak kejahatan dan kekerasan terhadap anak seringkali

berlaku. Tapi ironisnya, sebagai sumber daya mereka dimanfaatkan.

Sementara pihak keluarga yang seharusnya menjadi benteng utama dalam

memberikan perlindungan kepada anak, ternyata tidak mampu memberikan

rasa aman dan nyaman. Orang tua yang seharusnya memberikan contoh dan

teladan, justru menjadi salah satu elemen pelaku tindak kekerasan terhadap

mereka.

Adapun sekolah, yang seharusnya berfungsi sebagai lembaga pendidikan

yang bertujuan mendidik anak agar memiliki budi pekerti yang baik serta

tumbuh sehat secara mental-spiritual, juga memberikan kontribusi yang cukup

tinggi terhadap praktek kekerasan. Seperti penegakan disiplin dengan cara-

cara kekerasan, bullying dan sebagianya. Meskipun Hari Anak Nasional

(HAN) selalu diperingati dengan meriah setiap tanggal 23 Juli tetapi masih

banyak hak anak yang belum terpenuhi. Padahal anak merupakan asset bangsa

ini dalam melanjutkan pembangunan.

3. Asumsi Semiotika

Asumsi yang paling mendasar dari semiotika adalah menentukan bahwa

segala sesuatu adalah tanda. Prinsipnya, segala sesuatu yang dapat

menimbulkan kesan arti dapat pula berfugsi sebagai tanda, dan kesan arti itu

Page 44: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

44

tidak perlu harus berkaitan dengan kesan arti yang terbentuk dari sesuatu yang

diartikan atau ditandakan.( McQuail, 1995: hal 182). Bukan hanya bahasa atau

unsur-unsur komunikasi tertentu saja yang tak tersusun sebagai tanda-tanda.

Berdasarkan obyeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index

(indeks) dan symbol (simbol). ( Sobur, 2003: hal 41)

1. Icon (ikon)

Di dalam ikon, hubungan antara tanda dan obyeknya terwujud sebagai

kesamaan dalam berbagai kualitas yakni dalam kesamaan atau kesesuaian

rupa yang terungkap oleh penerimanya. Ikon juga bisa diartikan sebagai suatu

kemiripan antara tanda dan obyeknya. Sebuah foto diri, atau lukisan misalnya,

memiliki hubungan ikonik atau kemiripan dengan obyeknya, sejauh

diantaranya terdapat keserupaan.

2. Index (indeks)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara

tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda

yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap

adalah tanda adanya api. (Sobur, 2004; hal. 42-43)

3. Symbol (simbol)

Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil konsensus dari

para pengguna. Contoh simbol seperti menggelengkan kepala tanda tidak

setuju atau Sang merah putih yang merupakan simbol dari negara Indonesia.

Page 45: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

45

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan obyek

penelitian secara detail berupa kecenderungan penggunaan bahasa teks dan

bahasa visual dalam foto jurnalistik dengan pendekatan Semiotika

Komunikasi. Melihat bentuk-bentuk komunikasi yang diperlukan sebagai

sistem tanda. Jenis penelitian ini lebih bersifat interpretatif kualitatif

menggunakan analisis semiotika terhadap data kualitatif, data yang kurang

bersifat bilangan atau angka-angka namun bersifat kategori substansif yang

kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi secara

ilmiah (scientific).

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mencermati foto jurnalistik dalam

buku foto Mata Hati 1965-2007 dengan tema anak-anak adalah kualitatif.

Yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis maupun simbolis dari foto-foto yang diamati.

Beberapa hal yang berkaitan dengan konsep dasar penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut :

· Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya. Penelitian ini tidak

bertujuan menguji teori atau membuktikan kebenaran suatu teori. Teori ini

dikembangkan berdasarkan data yang dikumpulkan.

Page 46: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

46

· Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling adalah pikiran

peneliti aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada

saat dan situasi tertentu dan karena itu terus dilakukan sepanjang penelitian.

Sampling bersifat purposif, yakni tergantung pada tujuan fokus suatu saat.

· Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal, tapi bersifat internal, yakni

penelitian itu sendiri tanpa menggunakan teks, eksperimen, atau angket.

Instrumen dengan sendirinya tidak berdasarkan definisi-definisi operasional.

Yang dilakukan hanyalah menyeleksi aspek-aspek yang khas yang

berulangkali terjadi, yang berupa pola atau tema dan tema itu senantiasa

diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Dalam kualitatif, peneliti juga berperan

sebagai instrumen

· Analisa data bersifat terbuka, open ended, induktif. Dikatakan terbuka karena

untuk perubahan, perbaikan, dan penyempurnaan berdasarkan data baru yang

masuk.

· Hasil penelitian tidak dapat diramalkan atau dipastikan sebelumnya sebab

akan banyak hal yang tidak terduga sebelumnya sebagai hal-hal yang baru.

Oleh sebab itu, dalam penelitian selalu terbuka kemungkinan discovery atau

penemuan.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua jenis sumber data,

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder

Page 47: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

47

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah buku foto jurnalistik berjudul “Mata Hati

1965-2007”. Dari 24 foto yang ada pada bagian anak-anak dipilih lagi

sebanyak 4 buah foto untuk diteliti.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil

dari buku-buku, artikel, jurnal, majalah, surat kabar, situs internet, serta

wawancara dengan pihak yang berkompeten dengan obyek penelitian.

4. Unit Analisis

Sebuah karya foto jurnalistik yang akan diambil tidak hanya

berdasarkan objek dan peristiwa saja tetapi juga berhubungan dengan :

a. Judul foto adalah isi foto. Pemberian judul pada foto sebagai pendukung

caption. Foto yang memiliki judul memudahkan pembaca segera

memaknai isi foto atau cerita yang ingin disampaikan fotografer. Selain

itu judul foto bersifat singkat dan padat, sehingga dapat merangsang rasa

penasaran pembaca untuk berfikir dan melihat makna foto lebih cepat

daripada membaca isi foto.

b. Isi foto adalah cerita tersirat yang menjadi jawaban dari pertanyaan,

mengapa gambar yang diambil dan diterbitkan pantas untuk dilihat oleh

banyak orang? Sebuah foto jurnalistik yang dimuat dalam media cetak

pada hakekatnya tidak berbeda dengan pemaparan berita itu sendiri.

Page 48: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

48

Hanya saja berita foto menggunakan media dalam penyampaian pesannya.

Tetapi dalam penyampaian foto berita harus tetap mempunyai unsur 5W +

1 H persis dengan berita tulis. Karena dalam sebuah foto mutlak tidak bisa

menyampaikan 5W + 1H maka perlu disertainya caption (tulisan penyerta

foto) untuk melengkapinya. Sehingga dalam hal ini foto jurnalistik adalah

gabungan antara gambar dan kata. Dalam sebuah berita harus dapat

mengidentifikasi siapa atau apa yang menjadi pokok berita, misalnya

terjadi sebuah kebakaran, siapa (who) yang menjadi korban kebakaran?.

Apa (what) yang menimbulkan kebakaran tersebut?. Kapan (when)

terjadinya kebakaran tersebut?. Dimana (where) tempat terjadinya

kebakaran tersebut?. Kenapa (why) bisa terjadi kebakaran tersebut?. Yang

terakhir adalah Bagaimana (how) kebakaran itu terjadi?. Dalam foto

jurnalistik, karena tidak bisa keenam elemen itu ada dalam gambar

sekaligus, teks foto diperlukan untuk melengkapinya. Seringkali tanpa

teks foto, sebuah foto jurnalistik menjadi tidak berguna sama sekali.

Tanpa teks, sisi terdalam sebuah foto tidak muncul. Teks yang menyertai

foto dalam foto jurnalistik disebut caption.

c. Komposisi Objek adalah tata letak subyek foto dan pendukungnya yang

kita abadikan. Sedangkan komposisi frame adalah lingkup pandang foto

berobjek, dengan pusat perhatian kepada objek foto yang disajikan oleh

para fotografer Kompas. Komposisi foto di deskripsikan sebagai tugas

dari fotografer untuk pemenuhan tugas dan penyederhanaan tentang suatu

Page 49: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

49

aspek kehidupan lebih bermakna. Empat karakter dari komposisi foto

yang baik adalah :

1. Desain dari foto jurnalistik yang sederhana.

2. Penekanan atau penonjolan pusat perhatian (focus of interest).

3. Penggunaan kamera yang tepat untuk membangun hubungan antara

elemen-elemen pada bingkai.

4. Penggunaan latar depan dengan latar belakang sebagai ruang lingkup

desain elemen-elemen dengan selektif fokus atau selektif detail. (P

Hoy, !986, hal 163)

d. Angle atau pengambilan sudut gambar adalah dari sisi mana objek dan

peristiwa tersebut diabadikan oleh seorang fotografer. Pengambilan frame

kamera merupakan kontrol bidikan mata agar bisa mendapatkan gambar

dari bagian kiri atau kanan, atas atau bawah. Teknik framing memberikan

suatu pengertian untuk memberikan sudut pandang dan isi. Selain itu

kreatifitas seorang fotografer dalam menentukan sudut pandang sangat

berpengaruh pada hasil.

Sementara dari konsep pemaknaan sudut pengambilan gambar yang

dikutip dari konvensi menurut Berger (Berger, 2000, hal 33), sebagai

berikut:

Page 50: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

50

Tabel 1.1

Konsep Pemaknaan Sudut Pemotretan Berger

Signifier

(Penanda) Sudut

Pengambilan foto

Definisi Signified

( Petanda)

Close-up (CU) Hanya wajah Keintiman

Medium shot

(MS)

Hampir seluruh

tubuh Hubungan personal

Long shot (LS) Setting dan

karakter

Konteks, skope,

jarak publik

Full shot FS) Keseluruhan Hubungan sosial

Low Angle (LA) Kamera melihat

ke bawah

Kekuasaan,

kekuatan

High Angle (HA) Kamera melihat

ke atas

Kelemahan,

ketidakberdayaan

e. Warna. Perbedaan penggunaan warna cenderung menimbulkan perbedaan

emosi-emosi. Namun demikian tidak ada hubungan alamiah antara warna

dan perasaan yang digambarkan oleh warna itu. Jadi, misalnya di beberapa

bagian negara di dunia penggunaan warna hitam melambangkan duka cita,

Page 51: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

51

tetapi ada juga kebudayaan yang mengartikan warna hitam sebagai tanda

keletihan atau tanda kedalaman ilmu. Asosiasi konteks dan budaya

merupakan faktor-faktor yang kritis, tidak secara alamiah. Kita harus

befpkir, ketika mempertimbangkan warna sebagai suatu tanda, seperti asalah

corak dan kejernihannya. Dalam beberapa masalah kejernihan warna

mungkin lebih penting daripada warna itu sendiri dalam menyampaikan

pesan lebih rinci. (Berger, 2000: hal 39)

f. Bahasa tubuh atau gesture. Para ahli membagi cara komunikasi menjadi

dua yakni verbal dan non verbal. Seperti bahasa tubuh atau gesture

merupakan salah satu bentuk dari bahasa non verbal dan dalam pengartian

tidak bisa diartikan secara universal. Hal ini terpengaruh oleh masyarakat

pengguna bahasa tersebut dalam mengarikan suatu bahasa nonverbal. Arti

dari tiap bahasa tubuh ini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dalam

masyarakat tesebut. Tetapi sebagian besar bahasa isyarat yang digunakan

untuk berkomuniksai di dunia ini maknannya relatif sama. Misalnya saat

orang merasa bahagia, maka ia akan tersenyum. Saat seseorang merasa

sedih atau marah, maka ia akan mengerutkan dahi atu melotot. (Riana, 2009

: hal 7).

H. Analisa Data

Page 52: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

52

Pertama-tama data dipilih dan dikumpulkan berdasarkan foto-foto dari

buku foto Mata Hati 1965-2007 terbitan Kompas yang mengambil khusus tema

anak-anak. Kemudian selanjutnya membuat kategorisasi terhadap foto tema anak-

anak. Dari data tersebut dianalisis satu-persatu dengan membedakan tanda (ikon,

indeks, dan simbol) sesuai denga teori semiotika Pierce. Penganalisisisan

dilakukan dengan terlebih dahulu menafsirkan tanda-tanda yang muncul dalam

korpus tersebut secara semiotik dan selanjutnya dilakukan pembahasan secara

mendalam.

Page 53: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

53

BAB II

DESKRIPSI HARIAN KOMPAS

DAN BUKU MATA HATI 1965-2007

A. Deskripsi Harian KOMPAS

1. Sejarah Lahirnya Harian Kompas

Harian Kompas didirikan oleh Jacob Oetama dan Auwjong Peng Koen

(lebih dikenal dengan pak Ojong) di Jakarta (Sari, 2008). Pada waktu itu

kondisi negara dalam masa tidak menentu karena gerakan PKI (Partai

Komunis Indonesia) terlanjur mendominasi. Pemerintah di bawah

kepemimpinan Soekarno dalam keadaan nyaris terhimpit. Koran-koran yang

beredar isinya syarat misi PKI. Hal ini menciptakan suasana timpang

informasi, karena semua berita mendukung gerakan PKI yang berniat

menguasai NKRI. Sedangkan pemerintah pun tidak berdaya menghadapi

situasi semacam ini.

Adalah kelompok dari partai yang menyadari adanya ketimpangan

tersebut. Partai ini kemudian berupaya menerbitkan sebuah surat kabar

Page 54: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

54

dengan mengetengahkan berita yang seimbang dan meng-counter ideologi

komunis sekaligus menyuarakan kepentingan partai. Surat kabar inilah yang

menjadi cikal bakal harian Kompas. Adapun tujuan pendirian harian Kompas

itu sendiri adalah sebagai pedoman untuk menentukan arah bagi masyarakat

pembacanya dalam menempuh kehidupan yang majemuk dengan mengemban

itikad baik untuk mendengarkan nurani mereka.

Sebelum penerbitan perdana Kompas. Partai Katholik terlebih dahulu

melakukan suatu upaya dengan mengajukan perijinan untuk membuat surat

kabar baru dengan nama “Gagasan Baru” ke KODAM (Komando Distrik

Militer), sebuah institusi militer yang saat itu memberikan kewenangan atas

perijinan penerbitan pers. Namun upaya ini gagal karena proposal yang

diajukan tidak dikabulkan akibat adanya intervensi PKI dalam institusi elit ini.

Upaya selanjutnya adalah dengan melakukan kerjasama dengan Jakob

Oetama dan PK Ojong untuk melancarkan terbitnya koran yang semula akan

bernama “Bentara Rakyat” (sesuai dengan nama yayasan yang menaungi

Jacob Oetama dan PK Ojong). Namun sesuai usulan Presiden Soekarno

“Bentara Rakyat” diubah namanya menjadi Kompas (sekarang menjadi PT.

Kelompok Kompas Gramedia). Maka sejak 2 juni 1965, harian Kompas

secara resmi menjadi salah satu surat kabar yang terbit secara teratur

mengimbangi surat bermisi komunis, yaitu Harian Rakyat. Dalam hal ini PK

Ojong sebagai pemimpin umum dan Jacob Oetama sebagai pemimpin redaksi.

Page 55: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

55

Dalam perkembanganya, harian kompas terus melakukan upaya

berbenah diri sehingga mengalami kemajuan yang pesat dalam hal

pemberitaan, perwajahan koran maupun dalam pemasukan iklan. Hal ini juga

tidak terlepas dari dukungan perkembangan teknologi fotografi, komputer,

percetakan dan internet. Kompas juga terus berupaya melakukan perbaikan

dalam manajemen dan berani melakukan transformasi untuk menghadirkan

perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini lah yang menyebabkan Kompas

mampu bertahan sampai sekarang dengan perolehan oplah yang tinggi. Harian

Kompas juga dikenal memiliki sumber daya manusia yang tangguh dan

kompetitif. Selain itu iklim demokratis dan kebebasan mengemukakan

pendapat juga semakin meneguhkan eksistensi Kompas sebagai harian

nasional terkemuka dengan mengemban “Amanat Hati Nurani Rakyat.”

2. Visi, Misi Harian Kompas

Visi surat kabar merupakan dasar, pedoman, dan ukuran penentuan

kebijakan editorial dalam menentukan kejadian/peristiwa yang dianggap

penting oleh surat kabar untuk dipilih menjadi sebuah berita maupun bahan

komentar. Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional juga

menjadi visi serta nilai dasar yang dihayati bersama oleh para wartawan yang

bekerja pada surat kabar.

Page 56: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

56

Visi harian kompas adalah ; “Menjadi institusi yang memberikan

pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan

bermartabat, serta menjunjung tinggi azas dan nilai kemanusiaan”

Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu manusia

dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan

komentarnya. Hal ini mendorong Kompas selalu berusaha peka terhadap nasib

manusia dan berkeyakinan. Apabila manusia dan kemanusiaan menjadi faktor

sentral dalam pemberitaan maupun komentar, nilai-nilai itu akan memberi

makna, kekayaan dan warna lebih dalam produk jurnalistik.

Sedangkan misi harian Kompas adalah ; “Mengantisipasi dan merespon

dinamika masyarkat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan

dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya”

Misi yang diemban harian Kompas adalah mengasah nurani dan

membuat cerdas. Artinya pemberitaan Kompas selalu mementingkan dimensi

kemanusiaan, hak asasi manusia, keadilan, kesetaraan anti diskriminasi, dan

perlawanan terhadap penindasan. Sesuai misinya Kompas selalu akan

membuat pembacanya tidak hanya cerdas secara kognitif, tapi lebih dari itu,

setelah mencapai tahap pengetahuan yang cukup pembaca Kompas

diharapkan dapat memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.

(Wawancara dengan redaksi harian Kompas Biro Jateng, Mei 2009)

3. Kebijakan redaksional

Page 57: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

57

Kebijakan redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan

kejadian apa uang dapat diangkat serta dipilih untuk menjadi bahan berita

maupun bahan komentar. Kebijakan redaksional sendiri merupakan unit

pelaksana teknis yang menjalankan visi dan misi surat kabar. “Amanat Hati

Nurani Rakyat” yang selalu dituliskan dibawah logo Kompas. Akhir-akhir ini

Kompas juga mennyosialisasikan slogan “Buka Mata dengan Kompas” .

Slogan tersebut merupakan ajakan kepada masyarakat untuk lebih peka

terhaadap kondisi sosial.

Dalam pelaksanaan sehari-hari, kebijakan redaksional tersebut

dijabarkan dalam menyeimbangkan diantara pendekatan-pendekatan dalam

menyiarkan berita. Kompas sering menjadi kekuatan kontrol dalam

masyarakat, yang tidak memihak pada suatu golongan terutama dalam

menangani kasus-kasus pemberitaan. Dalam pola peliputan berita Kompas

menggunakan sistem cek dan rechek berita. Satu ungkapan jurnalistik yang

sering digunakan Kompas dalam pemberitaannya adalah “liput dua belah

pihak, dengarkan pihak lain, jangan-jangan masih ada kemungkinan lain”.

Kegiatan redaksi secara garis besar meliputi persiapan, perencanaan,

penugasan, peliputan, pematangan, penulisan, penyuntingan, pemuatan dan

pencetakan. Khusus untuk rubrik opini merupakan tulisan para intelektual

yang diseleksi oleh pimpinan redaksi masing-masing. Pola liputan sewaktu-

waktu berubah ketika ada surat event yang memang membuat redaksi

memandang perlu untuk menyajikan secara khusus dengan porsi besar atau

Page 58: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

58

pemasangan iklan satu halaman penuh. (Wawancara dengan redaksi harian

Kompas Biro Jateng, Mei 2009)

4. Struktur Redaksi Foto

Redaktur Foto : Eddy Hasby

Wakil : Johnny TG

Desk Politik dan Hukum : Alif Ichwan, Totok Wijayanto dan

Yuniadhi Agung

Desk Olah Raga : Agus Susanto

Desk Ekonomi : Lucky Pransiska dan Riza Fathoni

Desk Humaniora : Lasti Kurnia

Desk Meotropolitan : Danu Kusworo dan Wisnu Widiantoro

Desk Non Berita : Arbain Rambey dan Priyombodo

Desk Nusantara : Bahana Patria Gupta, Hendra A. Setyawan,

Heru Sri Kumoro, Iwan Setiyawan, Raditya

Helabumi, Rony Ariyanto Nugroho, Wawan H.

Prabowo, Arum Tresnaningtyas Dayu Putri,

Fergananta Indra Riatmoko dan P. Raditya

Mahendra Yasa

B. Mata Hati 1965-2007

Page 59: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

59

Sajian jurnalistik telah memasuki zaman multimedia. Berita dan informasi

mengepung manusia modern dari berbagai wilayah waktu dan penjuru ruang .

Pendengaran tak lagi sanggup menghindar dari kekuatan jelajah gelombang berita

radio yang mampu menembus ruang. Nyaris pada setiap waktu, tayangan

peristiwa juga beruntung menghadang kala kita menatap layar kaca.

Sebuah hasil kerja tim desk foto harian Kompas untuk memperingati ulang

tahun koran nasional yang terbit sejak 28 Juni 1965 tersebut. Keberadaan buku ini

seperti hendak menyapa publik seraya menggungkapkan perwujudan hasil kerja

para pewarta foto sebagai saksi mata bagi peradaban Indonesia dengan sebentuk

gaya dan selera.

Dengan format sama sisi (29 cm x 29 cm ), kertas Artic volum 150 gram ,

300 halaman dan memiliki berat 2,5 kilogram.. Buku ini dicetak dalam dua edisi,

`yaitu edisi hard cover dan soft cover tetapi dengan konten isi yang tetap sama.

Foto karya Eddy Hasby tentang potrait lelaki tua dari Alileu, Timor Leste

dijadikan sampul dalam buku ini. Menurut Julian Sihombing, selaku editor dalam

buku ini mengatakan bahwa terlihat kekuatan dari karakter yang muncul dari foto

tersebut. (Wawancara dengan Julian Sihombing, di Solo, 21 Maret 2009)

Menampilkan sekitar 256 foto hitam-putih dan warna karya 44 wartawan dan

pewarta foto Kompas. Disajikan dalam sembilan segmen yang sekaligus

membeberkan kekuatan himpunan fotografi jurnalistik dalam segala dimensi

kemanusiaannya, langsung dari medan kejadian.

Page 60: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

60

Penyususnan foto-foto dalam buku ini tidak dikategorikan berdasarkan urutan

waktu, namun berdasarkan urutan peristiwa dan kejadian yang dibawakan oleh

obyek fotonya. Dengan pengkategorian seperti ini, pencampuran antara foto-foto

penuh warna dengan foto hitam putih menjadi dimungkinkan, sehingga emosi

pembaca terbawa saat menikmati alur buku ini.

Segmen pertama bertemakan Dunia Anak (22 foto), selanjutnya Kejahatan

Terorisme (18 foto), Bencana Alam (juga bencana buatan manusia, 30 foto), Api

dan Kebakaran (18 foto), Arena Olahraga (25 foto), Reformasi dan Kerusuhan

Politik (46 foto), Jeruji dan Kebebasan (16 foto), Pluralisme (23 foto) dan

Keseharian (58 foto).

Dengan pola kategorisasi, seperti lumrah kita baca album tahunan World

Press Poto (WPP), Mata Hati sedikitnya terbagi dalam 11 kategori. Yakni

kategori berita poltik, ekonomi, olahraga, lingkungan hidup, potret, bencana alam,

acara keseharian, dunia anak, pendidikan, kesehatan dan pluralisme.

Dengan konsep pembabakan seperti diatas, perwajahan buku dapat tampil

lebih bebas dan fleksibel. Mengatur timbre materi foto agar dapat tertata dengan

artistik, khususnya dalam menghubungkan satu nuansa foto dengan nada gambar

lainnya. Sampai seluruh koleksi foto yang terhimpun dalam 300 halaman itu

membentuk ritme yang merdu iramanya. Suatu oase yang ideal bagi materi

fotografi jurnalistik yang kreatif.

Buku ini memang dipersiapkan untuk memberi ruang sebebas-bebasnya pada

koleksi foto yang disunting pewarta foto senior, Julian Sihombing. Untuk

Page 61: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

61

kepentingan penerbitan buku, penyunting mencoba menyusun pilihan foto utama

pada gambar yang beraspek feature dan bernuansa subyektif.

Format buku yang bujur sangkar tak hanya memberi kesan netral, tetapi juga

memudahkan kerja pengarah visual, Trinid Kalangi, dalam mengatur rambu-

rambu komposisi display seluruh foto terpilih.

Teks pengantar oleh Sindhunata yang padat pada setiap segmen serta

penulisan judul-judul pendek di bawah setiap foto (teks foto lengkap dapat

dibaca pada indeks buku di bagian akhir buku). Memberi fokus istimewa kepada

fotografi, sekaligus meluaskan pentas bagi penampilan fotografi yang dalam buku

ini kebanyakan melibatkan opini visual para fotografernya.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat secuil kekurangan dalam masalah

teknis, seperti kesalahan ketik pada bagian teks pengantar, pengaturan warna pada

beberapa foto dan continuity font teks di halaman-halaman akhir, penggabungan

close-up mata lelaki Alileu di atas judul besar pada sampul buku memberi kesan

agak verbal, yang barangkali membatasi imajinasi dan keluasan cakrawala

persepsi Mata Hati.

Page 62: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

62

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Penyajian Data

Dalam buku Mata Hati 1965-2007, Harian Kompas mencoba memaparkan

berbagai realita perjalan bangsa Indonesia melalui foto. Berbagai fenomena

perjalanan bangsa terangkum menjadi satu dalam sebuah buku, mulai dari

kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Kehidupan anak sebagai

generasi penerus bangsa tidak terlupakan sebagai faktor terdepan dalam

kehidupan bangsa ini. Potongan-potongan cerita yang terekam dalam tiap frmae

foto menunjukkan kehidupan bangsa ini secara jujur dan apa adanya.

Namun sebaliknya bagi orang-orang yang mampu melihat foto lebih dalam

lagi, foto-foto karya para fotografer Kompas yang terangkum dalam Mata Hati

Page 63: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

63

ini, maka akan terlihat peristiwa-peristiwa atau tragedi jembatan antara mereka

dan kita, dan menjadi catatan akan kebenaran yang sering terlupakan.

Dalam penyajian data dan analisis data ini, seluruh data primer berupa foto

dan caption dari capture foto anak-anak yang telah terpilih disajikan sebagai

suatu kesatuan data yang disusun dalam bentuk korpus-korpus. Dalam proses

pengkorpusan data-data primer disajikan melalui redukasi data, yakni dengan

memilih foto-foto yang disertai caption atau teks foto. Sebuah foto jurnalistik

tanpa diberi keterangan tertulis tidak akan bicara lebih banyak. Seringkali, tanpa

teks foto, sebuah foto jurnalistik menjadi tidak berguana sama sekali.

Dengan menggunakan Metode Analisa Semiotika untuk mengintrepretasi

segala beentuk tanda yang terkandung didalam sebuah foto, makna-makana yang

terkandung baik yang terlihat langsung maupun yang tersirat dapat diungkapkan

dan dipaparkan. Dalam analisa semiotik, analisa yang dilakukan mengacu pada

tanda yang muncul dan diderivikasikan dari hubungan-hubungan antar tanda

(signifier) dan acuan (signified). Hubungan –hubungan tersebut antara lain dalam

bentuk symbol, indeks, dan ikon. Pemaknaan korpus dilakukan dengan

menggunakan pendekatan tipologi tanda Pierce, yaitu :

Berdasarkan obyeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks)

dan symbol (simbol). ( Sobur, 2003: hal 41)

1) Icon (ikon)

Di dalam ikon, hubungan antara tanda dan obyeknya terwujud

sebagai kesamaan dalam berbagai kualitas yakni dalam kesamaan atau

Page 64: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

64

kesesuaian rupa yang terungkap oleh penerimanya. Ikon juga bisa

diartikan sebagai suatu kemiripan antara tanda dan obyeknya. Sebuah foto

diri, atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik atau kemiripan

dengan obyeknya, sejauh diantaranya terdapat keserupaan. (Sobur, 2004,

hal 42). Misalnya patung Slamet Riyadi merupakan ikon dari Slamet

Riyadi. Foto Presiden Soekarno merupakan ikon dari Presiden Soekarno.

2) Index (indeks)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,

atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling

jelas adalah asap adalah tanda adanya api. (Sobur, 2004; hal. 42-43).

3) Symbol (simbol)

Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil konsensus dari

para pengguna. (Sobur, 2004: hal 43). Contohnya adalah lampu lalu lintas

yang berwarna merah berarti berhenti, kuning adalah berhati-hati dan

hijau adalah untuk terus berjalan. Contoh lain adalah mengganggukkan

kepala yang beraarti iya atau setuju.

Setelah terseleksi, data-data primer tersebut dikategorisasikan berdasarkan

aspek yang merupakan identifikasi unsur-unsur yang terkandung dalam buku foto

yang telah dirumuskan sebelumnya. Kategori-kategori yang digunakan untuk

membedah tanda-tanda yang terdapat dalam foto-anak-anak tersebuat adalah :

a) Aspek Penderitaan

Page 65: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

65

b) Aspek Kebebasan

c) Aspek Pendidikan

d) Aspek HAM.

1. Korpus 01

Judul Foto : Tidak Dipedulikan

Fotografer : Johnny TG

Page 66: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

66

Caption : Seorang anak jalanan mencoba bertahan ditengah derasnya hujan yang

mengguyur kota Jakarta. Dengan berbagai cara, kelompok anak

jalanan mencoba bertahan ditengah kerasnya kehidupan kota.

Ikon : Seorang anak jalanan yang sedang kehujanan dan deretan mobil-

mobil. Jalan raya yang besar merupakan juga ikon dari perkembangan

kota Jakarta.

Indeks : Seorang anak jalanan yang bisa diketahu dari cara berpakaiannya

serta berada dijalanan. Pakaian yang lusuh serta seadanya dan

keberadaannya di salah satu bagian jalan raya yang identik dengan

tanda anak jalanan yang memiliki kehidupan di jalan.

Simbol : Kata Jakarta yang ada dalam caption merupakan salah satu kota besar

di Indonesia dan menjadi Ibu Kota dari Indonesia dimana terdapat

pusat pemerintahan dan pusat perekonomian yang telah menyedot

begitu banyak orang untuk hidup disana. Kota besar dengan berbagai

sisi kehidupan dan permaslahan.

Kata-kata yang muncul dalam caption yang menyebutkan seorang

anak yang muncul dalam foto tersebut adalah anak jalanan, adalah

symbol dari anak yang hidup dan bertempat tinggal di jalanan.

2. Korpus 02

Page 67: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

67

Judul foto : Permainan Berbahaya

Fotografer : Riza Fathoni

Caption : Sejumlah bocah asyik bermain di atas jembatan gantung yang

sudah nyaris patah di Banjir Kanal Barat di Kawasan

Petamburan, Jakarta Barat.

Ikon : Sejumlah anak usia sekolah yang sedang bermain disebuah

jembatan gantung. Jembatan gantung yang terlihat miring dan

dalam keadaan sudah tidak normal lagi.

Indeks : Sejumlah anak yang bermain riang dan ceria yang

menandakan kebahagiaan dan sejumlah anak lagi yang

mencoba memegang pegangan jembatan secara erat dan

ekspresi wajah diam yang menandakan ketakutan.

Page 68: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

68

Symbol : Anak-anak yang memakai seragam sekolah. Jembatan

gantung yang merupakan sesuatu yang disgunakan untuk

melintas diatas sungai atau suatu yang menghubungkan satu

tempat ke tempat satunya. Ekspresi riang yang ditunjukkan

oleh sebagian anak yang memberikan tanda keceriaan,

kebahagiaan dan sejumlah anak lagi yang memberikan ekspresi

diam yang menandakan ketakutan.

3. Korpus 03

Judul foto : Sekolah Tak Beratap

Fotografer : Hendra A Setyawan

Page 69: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

69

Caption : Karena atap sekolah ambruk, siswa Sekolah Dasar Islam

Sunan Ampel Mendalawangi, Wagir, Malang, Jawa Timur,

terpaksa belajar di ruang kelas yang tak beratap. Kondisi

seperti ini sudah berlangsung cukup lama.

Ikon : Empat orang anak duduk jongkok sambil menulis di dalam

sebuah ruang kelas yang tidak beratap.

Sebuah sapu ijuk yang berdiri didekat anak-anak tadi.

Indeks : Anak-anak tersebut melakukan proses belajar bukan ditempat

seharusnya yang berada di dalam ruang kelas. Tetapi mereka

belajar disebuah ruangan yang tidak menggunakan atap dan

fasilitas yang serba kurang.

Symbol : Anak-anak yang mengenakan seragam baju putih dan celana

merah merupakan tanda dari siswa sekolah dasar. Sebuah

lubang besar yang berada di dinding merupakan salah satu

bentuk tanda dari sebuah lorong yang bisanya menghubungkan

satu ruangan ke ruangan yang lainnya. Penghubung antar

ruangan ini biasanya deberikan pintu.

4. Korpus 04

Page 70: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

70

Judul Foto : Nikmati Tidur

Fotografer : Agus Susanto

Caption : Yuni tengah terlelap di antara tumpukan kertas potongan

pembungkus nasi di bawah jalan layang di Walang, Ancol,

Jakarta Utara. Seperti anak-anak lainnya yang tinggal di bawah

jalan layang, mereka menikmati masa kecilnya dengan bermain

di antara tumpukan kertas bekas dan barang rombeng lainnya.

Ikon : Seorang anak yang bernama Yuni sedang tertidur dan

sejumlah anak lain yang memperhtikannya.

Tumpukan potongan kertas yang merupakan barang rombeng

dan rangka-rangka jembatan layang.

Page 71: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

71

Indeks : Anak jalanan yang berada di kolong jembatan layang akrena

tidak memiliki tempat tinggal.

Symbol : Kehidupan di bawah kolong jembatan dan bermain di tempat-

tempat barang bekas merupakan symbol dari kaum marjinal

yang cenderung para fakir miskin yang tidak memiliki tempat

tinggal.

B. Analisis Data

1. Representasi kehidupan anak Indonesia

a. Aspek Penderitaan

Salah satu bentuk sisi kehidupan anak di Indonesia adalah menjadi

anak jalanan. Ada sebagian orang dalam masyarakat kita yang

mengartikan anak jalanan adalah anak-anak yang mempunyai kehidupan

dijalanan, yang tidak memiliki tempat tinggal dan memiliki kehidupan

ekonomi dari jalanan pula. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak

jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak Ditengah ketiadaan

pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak

jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga.

Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu children on the

street dan children of the street. Pengartian untuk children on the street

adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang

Page 72: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

72

masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Ada dua kelompok anak

jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orabg

tuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang

melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih

mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik

berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh

atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan

atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya..

(Ensiklopedia Bebas,Wikipedia)

Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat

penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang

kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang

dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira,

bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-

anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain

lebih dewasa.

Di antara anak-anak jalanan, sebagian ada yang sering berpindah antar

kota. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan

akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang,

sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Page 73: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

73

Seorang anak yang terhempas dari keluarganya, lantas menjadi anak

jalanan disebabkan oleh banyak hal. Penganiayaan kepada anak

merupakan penyebab utama anak menjadi anak jalanan. Penganiayaan itu

meliputi mental dan fisik mereka. Lain daripada itu, pada umumnya anak

jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya

lemah.

Umumnya anak jalanan hampir tidak mempunyai akses terhadap

pelayanan pendidikan, kesehatan dan perlindungan. Keberadaan mereka

cenderung ditolak oleh masyarakat dan sering mengalami penggarukan

(sweeping) oleh pemerintah.

Seperti yang terlihat dalam korpus no 01 diatas, dalam foto tersebut

digambarkan tentang anak jalanan yang mencoba bertahan di tengah

guyuran hujan. Deretan mobil yang merupakan salah satu petanda kelas

ekonomi menengah ke atas memberikan ironisai ketidakpedulian sebagian

banyak orang terhadap kehidupan anak jalanan.

Ketidakpedulian tersebut membuat kehidupan anak jalanan makin

terpuruk, karena sebenarnya mereka membutuhkan perhatian. Mereka

turun ke jalan untuk hidup dan mencari nafkah bukanlah pilihan mereka

namun keterpaksaan keadaan yang membuat mereka untuk menjadi anak

jalanan.

Dari korpus-korpus yang ada kita mengetahui adanya simbol-simbol

dalam korpus tersebut yang menunjukkan kehidupan anak yang

Page 74: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

74

mengalami penderitaan. Penderitaan yang berasal dari kata derita. Kata

derita berasal dari kata bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau

menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang

tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau bathin, atau lahir

bathin. (Sam, 2005)

Dalam aspek penderitaan, dalam korpus no. 01 memperlihatkan

kehidupan anak jalanan. Seorang anak jalanan yang duduk sendiri

ditengah guyuran hujan yang deras tanpa ada kepedulian dari orang-orang

disekitarnya. Deretan mobil yang berada disamping anak tersebut semakin

memberikan ironisasi tentang ketidakpedulian. Mobil yang merupakan

salah satu tanda dari kemampuan ekonomi menengah ke atas dan anak

jalanan yang merupakan tanda dari para kaum marjinal yang tentunya

berasal dari kelas ekonomi yang tidak mampu. Anak-anak merupakan

salah satu elemen yang sangat penting dalam suatu proses regenerasi umat

manusia. Anak-anak memiliki sifat dasar yang masih polos dan rapuh

dalam berbagai tindakannya. Seharusnya anak merdeka untuk bermain,

belajar, mendapat belaian kasih sayang orang tuanya, namun tidak semua

anak di Indonesia bisa beruntung mendapatkannya. Anak jalanan

merupakan salah satu contoh dari sekian banyak anak-anak yang tidak

beruntung tersebut yang memiliki standar kehidupan jauh dari semestinya

mereka dapatkan.

Aspek penderitaan dipresentasikan dalam beberapa unsur, diantaranya :

Page 75: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

75

1) Visualisasi anak jalanan yang sendirian.

2) Visualisasi berupa indeks kehidupan ekonomi mampu yang terlihat

dari deretan mobil-mobil.

3) Visualisasi anak-anak sekolah dasar yang belajar di sebuah ruangan

tanpa sarana prasarana pendidikan.

4) Visualisasi ekspresi anak jalanan ketika berada di tengah guyuran

hunaj yang lebat tanpa menggunakan pelindung apapun.

5) Visualisasi anak yang tertidur pulas sendirian di atas tumpukan

potongan kertas.

Kota Jakarta yang banyak disebutkan dalam captin foto-foto tersebut

merupakan simbol dari kota metropolis yang tidak berbeda dengan kota

besar di negara lain. Namun, jika dicermati secara seksama, akan ada

perbedaan yang teramat kontras. Gubuk-gubuk liar, rumah-rumah petak

serta gang sempit yang merupakan tempat tinggal kaum marjinal di

Ibukota dan selalu akrab berdampingan dengan gedung-gedung bertingkat

itu.

Kehidupan anak-anak tersebut juga tidak jauh beda dari kehidupan

orang tua mereka para kaum marjinal Salah satu bentuk keterasingan

kaum marijal terlihat dalam korpus no. 01. Dalam korpus tersebut sudut

pemotretan yang diambil secara longshot telah bisa memberikan gambaran

suasana yang terjadi pada saat tersebut serta komposisi foto yang

menempatkan anak tersebut sebagai focus of interest. Kesendiriannya

Page 76: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

76

seorang anak jalanan ditengah guyuran hujan lebat semakin menambah

bentuk keterasingan anak jalanan tersebut. Deretan mobil yang berada

disekitarnya menambah kesan ketidakpedulian orang terhadap anak

jalanan. Dimana anak jalanan banyak dianggap orang sebagai para anak

liar. Kesan dan makna seperti itu semakin membuat anak menderita.

Penderitaan anak jalanan juga terlihat dalam korpus no. 01. Ekspresi

duduk tertunduk mencoba bertahan di tengah guyuran hujan di jalanan

besar Ibukota. Seorang anak yang sebenarnya adalah seorang individu

yang lemah dan rapuh tanpa adanya perlindungan.

Kerasnya kehidupan ibukota yang tertulis dalam caption foto juga

tersimbolkan dari anak yang duduk sendiri ditengah guyuran hujan yang

lebat. Dalam kehidupan normal, dalam keadaan seperti itu, anak akan

berada dirumah yang hangat tanpa perlu berbasah-basahan. Kerasnya

kehidupan jalan telah memaksa anak untuk jauh dari dunia pendidikan,

dimana seharusnya anak mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan

mendapatkan pendidikan yang layak, seorang anak memiliki bekal untuk

kehidupan yang lebih baik.

Pada fase sebelum dewasa anak, anak seharusnya mendapat perhatian

dan kasih sayang dari orang tua, baik berupa jaminan sandang, pangan,

papan, pendidikan dan keamanan. Penunjukan anak sebagai simbolisasi

subyek yang selayaknya harus dilindungi hak-haknya didasarkan pada

referensi seperti halnya symbol organisasi PBB yang bergerak dibidang

Page 77: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

77

kesejahteraan anak, United Nation Children’s Fund (Unicef) yang

memfisualisasikan ikon anak dalam bauaian kasih saying orang tuanya.

(www.unicef.org). Namun pada kenyataannya, apa yang dialami oleh

sejumlah anak di Indonesia yang hidup dalam standar kemiskinan

sangatlah memprihatinkan, terutama di kota-kota besar. Mereka tidak

hanya hidup dalam keterpaksaan menahan lapar dan haus, tetapi juga

harus ikut menanggung beban penderitaan lain yang dihadapi orang tua

mereka. Belum lagi ancaman eksploitasi dari lingkungan dan orang tua

mereka yang tidak jarang memaksa mereka untuk menjadi budak yang

diperjualbelikan. Anak menjadi bagian dominan yang mengisi komposisi

foto untuk menampilkan ironisai kehidupan dalam aspek keterasingan dan

penderitaan.

Dalam caption foto korpus no.01, komunikator telah menyampaikan

tentang kerasnya kehidupan kota Jakarta yang dialami oleh anak jalanan

dalam melakukan penyesuaian diri ketika mereka hidup di kota besar

Jakarta. Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta yang serba

tergesa-gesa dan banyak menuntut tersebut, setiap orang harus selalu

berpacu dan bersaing dalam “perlombaan hidup”. Suasana kompetitif

banyak diwarnai oleh tingkah laku yang tidak wajar, yaitu : tingkah laku

criminal, spekulatif, manipulative, obscuur atau gelap-gelapan, licik,

intrik-intrik, lacur dan cara hidup berbahaya lainnya. Hal ini membuat

ketakutan dan ketegangan batin bagi masyarakat, dan menjadi utama bagi

Page 78: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

78

timbulnya macam-macam penyakit mental, terlalu takut untuk

menghadapi relitas yang hadir dalam kehidupan. ( Kartono, 2003, hal

232). Selain anggapan masyarakat yang negatif terhadap keberadaan anak

jalanan, persaingan dalam lingkungan anak jalan tersebut juga telah

menimbulkan pnderitaan sehingga memaksa anak untuk bertindak tidak

semstinya anak bertindak, semisal melakukan tindakan kriminal.

Anak sebagai representasi dari penderitaan salah satunya tergambar

dalam korpus no. 03 yang disampaikan dengan sudut pengambilan gambar

longshot yang memberikan sudut pandang suasana yang terjadi pada saat

itu. Pengambilan sudut high angel yang merefleksikan pemfokusan

terhadap kegiatan anak dan suasana latarnya.

Meskipun anak-anak tersebut mendapatkan kesempatan yang lebih

baik dari kehidupan anak jalanan yang tidak bisa mengenyam bangku

pendidikan. Namun sarana dan prasarana yang kurang mendukung telah

menghambat kegiatan belajar mengajar anak-anak tersebut.

Kesedihan dan penderitaan yang digambarkan oleh komn ikator

melalui penggambaran siswa-siswa yang tertunduk tersebut. Namun

dalam keadaan yang menderita tersebut anak-anak tersebut tetap gigih

dalam melakukan kegian belajar mengajar.

Sarana-prasarana yang kurang yang didapatkan anak-anak tersebut

dalam melakukan kegiatan belajar dalam salah satu fase perkembangan

dalam kehidupan mereka. Seharusnya anak-anak Indonesia lebih berani

Page 79: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

79

menggugat hak yang seharusnya mereka dapatkan. Karena mereka

nantinya adalah ujung tombak generasi penerus.

Meskipun sudah mengeyam dunia pendidikan, tetap saja kehidupan

dunia pendidikan di beberapa daerah di Indonesia masih saja berada di

bawah standar. Dalam korpus no. 03 terlihat bagaimana perjuangan para

siswa untuk terus belajar demi masa depan mereka. Penderitaan tentang

beratnya berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Dari ekspresi wajah keempat anak tersebut yang tertunduk lesu dalam

melakukan kegiatan belajar dikarenakan tempat belajar mereka yang tidak

layak. Sekolah mereka yang sarana dan prasarananya sangat mini yaitu,

yang tidak memiliki atap dan bangku yang sebagaimanan seharusnya

dimuiliki oleh sebuah sekolah yang normal.

Pengambilan gambar secara longshot telah memberikan gambaran

suasana yang terjadi pada saat itu. Suasana yang memprihatinkan yang

ditimbulkan dari dominannya warna hitam yang muncul pada korpus

no.02 Perbedaan warna yang ditimbulkan dalam korpus tersebut telah

memberika efek perbedaan emosi. Warna hitam banyak diartikan sebagai

duka cita tetapi ada budaya lain yang mengartikannya sebagai sebuah

keletihan ( Asa, 2005, hal 39).

Komposisi foto yang menempatkan anak-anak sebagai point of

interest dengan menempatkan anak-anak tersebut di salah satu titik dalam

“rule of third” atau aturan sepertiga dalam fotografi. Ironisasi juga

Page 80: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

80

dimunculkan komunikator dengan mengkomposisikan anak-anak tersebut

bersebelahan dengan sebuah sapu yang tentunya sapu tersebut bukanlah

sebuah alat utuk belajar dan mengajar. Namun sapu tersebut adalah alat

untuk membersihan sesuatu. Sapu tersebut dipergunakan anak-anak

tersebut untuk membersihkan lantai ruang kelas mereka yang gampang

sekali kotor karena ruang kelas mereka tidak beratap dan kegiatan belajar

mereka harus mereka lakukan juga dia tasa lantai karena ruang kelas

mereka juga tidak memili bangku sekolah.

Dalam korpus no. 03 tersbut hanya salah satu sebuah gambar sekolah

rusak yang ada di Indonesia. Sekollah yang seharusnya menjadi anak-anak

untuk menuntut ilmu malah tidak memiliki sarana dan prasarana yang

memadai.

Menurut data YPHA (Yayasan Pemantau Hak Anak) sekolah-sekolah

Indonesia mengalami masa-masa kritis. Terlihat beberapa sekolah mulai

kewalahan menjalankan kegiatan belajar mengajar. Para guru mengalami

kelesuan luar biasa. Sementara yang lainnya, lebih disibukkan dengan

persoalan kenaikan pangkat. Sejumlah bangunan sekolah ditemui tidak

layak pakai. Dari segi keamanan dan kenyamanannya, gedung-gedung

tersebut tinggal menanti roboh. Malah, beberapa siswa menjadi korban

tertimpa runtuhan atap gedung. Sisi berikutnya, korupsi anggaran

pendidikan menjadikan sekolah dan pendidikan berjalan mandek. Harus

Page 81: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

81

diakui, pendidikan terlilit masalah besar dengan setumpuk persoalan yang

kian lama kian memberatkan.

Yang paling dirugikan dari kondisi ini adalah anak-anak. Kelihatan

sekali nasib anak di hadapan pendidikan itu tidak terurus. Anak-anak

menikmati pendidikan pada kondisi paling minimal. Dengan sebagian

besarnya terancam putus sekolah.

KHA (Konvensi Hak Anak) menggarisbawahi pentingnya pendidikan

dasar bagi anak-anak karena pendidikan memungkinkan tumbuh

kembangnya potensi anak secara penuh. Melalui pendidikan tersebut,

nilai-nilai kemasyarakatan, budaya, bangsa, bahasa, peradaban, dan skill

dipupuk. Pendidikan menjadi penjamin kehidupan anak di masa

mendatang. Karena itu, KHA mengikat semua negara untuk menjamin

semaksimal mungkin terpenuhinya pendidikan untuk anak, dalam kondisi

apapun.

b. Aspek Pendidikan

Masa kecil merupakan fase terpenting perihal perkembangan

Intelektualitas maupun perkembangan emosional anak. Anak mulai belajar

tidak hanya ketika ia baru lahir, tetapi sejak masa kehamilan sang ibu. Sejak

dalam kandungan, anak mengalami perkebangan fisik maupun mental lewat

perantara ibunya. Setelah lahir anak mulai belajar dengan mengamati

lingkungan sekitarnya. Lingkungan adalah guru bagi seorang anak.

Page 82: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

82

Lingkungan yang dapat berupa kedua orang tua, kakak, saudara, kakek-nenek,

memilliki peran besar perihal perkembangan pertumbuhan anak dari masa

kecilnya baik secara fisik maupun intelektual-emosional. Oleh karena itu,

menurut pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak

Seto mengatakan, usia balita merupakan masa penting bagi perkembangan

potensi seseorang, termasuk rasa percaya dirinya. (Mulyadi dalam Vika, 2009)

Dalam aspek pendidikan ini, simbol-simbol dalam foto yang berkaitan

dengan pendidikan akan dianalisa penulis diantaranya oleh komunikator

dimanifistasikan dengan memuat anak sebagai representasi generasi penerus

bangsa yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang layak agar

mereka dapat tumbuh sesuai dengan masa berkembang. Baik perkembangan

fisik maupun mentalnya, seperti mendapatkan hak pendidikan, pelayanan

kesehatan, bermain dan sebagainya. Namun pada kenyataannnya apa yang

dialami anak-anak di Indonesia dalam mendapatkan itu semua sangat jauh

dari yang mereka harapkan, terutama untuk anak-anak jalanan. Aspek

pendidikan divisualisasikan melalui atribut-atribut formal dunia pendidikan

seperti seragam sekolah. Selain itu aspek ini juga divisualisasikan melalui

kegiatan belajar mengajar.

Aspek pendidikan direpresentasikan dalam beberapa unsur. Diantaranya :

1) Visualisasi anak sebagi subyek foto yang merefleksikan kekerasan

struktural sehingga anak tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang

baik.

Page 83: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

83

2) Visualisasi atribut dalam dunia pendidikan formal.

3) Visualisasi kegiatan belajar pendidikan formal.

Pengentasan kemiskinan dan kebodohan memerlukan upaya yang

sungguh-sunguh dengan satu sistem pendidikan nasional yang harus

dipersiapkan secara matang agar mampu mengantisipasi tantangan masa

depan. Sebagaimana anak-anak yang lain tak terkecuali anak-anak jalanan

juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang layak agar mereka

tumbuh sesuai dengan hak-hak yang mereka dapatkan. Saat ini pun

pemerintah belum menampakkan perhatian yang khusus dalam pemerataan

dunia pendidikan. Melihat realitas sosial yang terjadi di masyarakat dengan

meningkatnya jumlah anak yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.

Sehingga anak-anak tersebut kehilangan hak atas dunia pendidikan. Padahal

bangsa ini terbentuk dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Disamping daya juang, jaya atau jatuhnya bangsa terletak pada derajat

kecerdasannya.

Pada dasarnya anak-anak mengalami pembelajarannnya bukan hanya

dalam sekolah formal tetapi juga melalui dunia permaianan. Sebagai homo

ludens manusia gemar bermain atau bercengkrama. Bagi orang dewasa

bermain adalah rekreasi, tetapi bagi anak –anak adalah sebagian dari proses

belajar. (Wijaya dalam Sobur, 2004, hal 106)

Seperti dalam korpus no. 02 dimana anak bermain ditempat yang sangt

berbahaya. Namun dari permainan itu anak akan mendapatkan banyak

Page 84: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

84

pelajran dari lingkungannnya. Dari pengalamannya bermain anak-anak

tersebut bisa mendapatkan pengalaman tentang mara bahaya.

Seperti halnya pada korpus no. 04 dimana anak-anak yang hidup

dikolong jembatan, akan terbiasa hidup dengan kehidupan para kaum

marjinal. Dimana Yuni dan anak-anak kolong jembatan layang lainnya dalam

kesehariannnya bermain dan belajar tentang lingkunggannya dari bermain di

tempat yang bisa di bilang kurang layak untuk hidup

Keadaan yang sama juga terjadi pada kehidupan anak jalanan yang hidup

dijalanan. Seharusnya mereka juga mendapatkan hak yang sama dengan

anak-anak lain di Indonesia yang tentunya lebih berungtung dari segi

ekonomi. Dalam korpus no. 01 terlihat begitu kerasnya kehidupan anak

jalanan. Kehidupan yang keras dan berada dalam garis kemiskinan telah

menjauhkan anak-anak tersebut dari dunia pendidikan.

Dalam KHA (Konvensi Hak Anak) pasal 28 - 29 menekankan soal

pendidikan sebagai hak anak yang harus dipenuhi. Termasuk ketika

bangsa, negara, dan masyarakat berada dalam kondisi terburuk. Bahkan

dalam situasi seperti ini, pendidikan justru merupakan cermin terbalik,

yang memungkinkan anak-anak memiliki sebuah wilayah damai dalam

situasi konflik. Hal ini bertujuan agar anak-anak dipastikan berada dalam

wilayah aman, dengan refleksi, pencernaan, dan sosialisasi nilai-nilai

kehidupan yang positif. Berbeda dari kondisi terburuk umum di tengah

masyarakatnya.

Page 85: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

85

Jaminan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian seperti dalam

korpus no. 03 dimana anak-anak tersebut juga masih menanyakan tentang

keberlangsungan denyut nadi sekolah mereka. Suramnya dunia pendidikan

di Indonesia seharusnya segera bisa diatasi untuk dapat memberikan

jaminan masa depan generasi penerus bangsa ini.

C. Aspek Kebebasan

Mencermati cara anak memperlakukan waktu, bertindak dan bertutur

kata dapat diambil petunjuk bahwa kebebasan adalah sendi utama

kehidupan mereka. Anak-anak sejarah itu sepenuhnya bergerak dengan

insting mereka sendiri untuk mendapatkan pengakuan dan eksistensinya.

Dalam aspek ini penulis menginterpretasuikan tentang berbagai macam

bentuk simbiolisasi visual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

yang dijalankan oleh anak-anak. Simbiolisasi ini divisualisasikan dalam

berbagai bentuk berupa penyampaian sikap maupun tindakan yang

merefleksikan kebebasan di kalangan anak-anak. Kebebasan dapat

diartikan sebagai sesuatu yang lepas dari kekangan dan tekanan dari

manapun. Subyek di dalam foto memuat unsur dari kalangan anak-anak

sendiri, keluarga maupun fenomena yang terjadi di lingkungan mereka.

Representasi aspek kebebasan divisualisasikan dalam beberapa hal

diantaranya :

1) Visualisasi ekspresi keceriaan anak.

Page 86: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

86

2) Visualiasasi anak-anak yang sedang berada di lingkungannnya.

Meskipun anak-anak berada dalam keadaan kehidupan sekeras

apapun, dalam likaran kemiskinanpun, bukan berarti anak tidak memiliki

dunia yang mendatanglkan keceriaan di dalam keseharian hidup mereka.

Lingkungan yang kumuh dan juga berbahaya tidak lagi dihiraukan oleh

anak untuk tetap bermain bebas dengan ceria Seperti terdapat dalam

korpus no. 02 dan korpus 04 yang bagi anak-anak tersebut telah menjadi

konstituen bagi mereka. Perilaku, peran social dan sikap social terbentuk

dengan sendirinya oleh anak yang dipengaruhi oleh lingkungannya.

Berperilaku aneh, menciptakan bahasa sebagai symbol sesuatu dan bebas

nilai adalah dunia keceriaan tersendiri bagi mereka untuk bebas

berekspresi dan mendapatkan pengakuan dari lingkungannnya.

Aspek kebebasan yang mevisualisasikan ekspresi keceriaan anak

digambarkan pada korpus no 02. Disini komunikator menggambarkan

tentang kebebasan anak dalam bermaian, meskipun tempat permainan

tersebut tergolong berbahaya.

Ekspresi keceriaan dan kegirangan tampak dari ekspresi anak yang

ceria dan berlompatan. Keadaan berbahaya tersebut terlihat dari tanda-

tanda yang nampak pada jembatan yang sudah tidak lagi berada pada

keaadaan normal yang seharusnya terlihat seimbang namun pada korpus

tersebut terlihat miring sebelah.

Page 87: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

87

Meskipun dilarang anak cenderung mempunyai sifat ingin mencoba

sesuatu yang baru karena dengan bermain tersebut anak bisa mengalami

suatu proses belajar.

Sedangkan dalam korpus no. 04, seorang anak yang bebas melakuakn

aktifitas tidurnya, meskipun berada dan bertempat tinggal di tempat yang

tidak layak. Ekspresi anak yang menikmati tidurnya tersebut merupakan

visualisasi dari salah satu bentuk kebebasan anak dalam menjalani hidup.

Salah satu hak dasar anak adalah memiliki hak untuk bermain. Namun

banyak keterbatasan yang telah membuat anak tidak memiliki hak

tersebut. Mulai tidak bebasnya anak untuk bermain karena mereka harus

di eksploitasi oleh orang-orang disekitarnya, tidak bebasnya anak untuk

mendapatkan akses pendidikan dan hilangnya tempat bermain yang layak

bagi anak.

Dengan makin banyak berkurangnya kebebasan anak dalam menjalani

hidupnya telah memberikan ironisasi seperti yang terdapat dalam korpus

no. 02 tersebut dimana anak harus bermain di suatu tempat yang

berbahaya.

d. Aspek HAM

Aspek ini menekankan pada kebutuhan manusia akan penghargaan,

kebebasan dan perlindungan untuk menjalankan kehidupan sebagaimana

layaknya manusia dengan harkat dan martabat yang dimiliki, dan Negara

Page 88: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

88

sebagai bentuk persekutuan harus melindungi hak-hak yang dimiliki oleh

masyarakat bukan hanya memberikan jaminan kehidupan dan

pemerkayaan bagi penyelenggaranya.

Pelaksanan Hak Asasi Manusi (HAM) untuk anak-anak juga terdapat

dalam konvensi hak anak (KHA) yang diresmikan oleh Dewan Umum

PBB pada tanggal 20 November 1989. Dalam konvensi tersebut dijelaskan

bwerbagai hak anak yang harus dilindungi dan diberikan kepada anak.

Dalam aspek HAM ini terdapat beberapa visualisasi yang dapat

mempresentasikan keadaan HAM dalam dunia anak, diantaranya :

1) Visualisasi kurangnya fasilitas belajar mengajar.

2) Kehidupan anak jalanan di kota Jakarta

3) Visualisasi aspek kebebasan anak.

Pengabaian hak-hak asasi manusia terhadap anak digambarkan pada

korpus no.01 dimana komunikator dalam fotonya menggambarkan

seorang anak jalanan yang sendirian ditengah guyuran hujan tanpa ada

kepedulian dari orang-orang sekitarnya yang berada di dalam mobil-mobil

yang berderet disampingnya. Perlakuan yang tidak peduli orang-orang

yang berada disekitarnya tersebut jelas-jelas tindakan yang mengabaikan

hak asasi yang dimiliki oleh anak. Dalam deklarasi Jenewa tentang Hak

anak-anak tahun 1924 dan telah diakui dalam deklarasi sedunia tentang

Hak Asasi Manusia serta undang-undang yang dibuat oleh badan-badan

khusus organisasi-organisasi internasional yang memberi perhatian bagi

Page 89: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

89

kesejahteraan anak-anak. Selanjutnya Majelis Umum PBB menhimbau

para orang tua wanita dan pria secara perseorangan, organisasi sukarela

dan pemerintah setempat agar mengakui hak-hak ini dan memperjuangkan

pelaksanaan hak-hak tersebut diantaranya dengan asas bahwa anak-anak

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus dan harus

memperoleh kesempatan dan fasilitas yang dijamin oleh hukum dan

sarana lain sehingga secara jasmani, mental, akhlak, rohani dan sosial

mereka dapat berkembang dengan sehat dan wajar dan bermartabat. (UU

RI NO.3 TH. 1997).

Sementara pada korpus no. 04 digambarkan seorang anak yangs

edang tertidur pulas diantara tumpukan potongan kertas di bawah

jembatan layang kot Jakarta. Korpus tersebut menggambarkan betapa

tidak layaknya kehidupan seorang anak yang hidup di bawah garis

kemiskinan orang tuanya. Mereka harus hidup sedanya dengan keadaan

lingkungan yang tidak mendukung.

Korpus yang menggambarkan kehidupan seorang anak yang hidup

dibawah garis kemiskinan tersebut merefleksikan pengabaian HAM, yaitu

hak anak untuk mendapatkan hidup dalam komunitas yang aman, damai

dan lingkungan yang sehat sebagaimana tercantum dalam KHA.

Visualisasi penderitaan anak jalan yang harus berjuang sendirian di

tengah kota Jakarta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan

Page 90: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

90

refleksi yang gamblang mengenai kerapuhan negara dalam menjamin

Hak-hak anak.

Pada korpus no. 04 juga terjadi pengabaian hak anak untuk mendapatkan

hak hidup dengan layak, tempat tinggal yang layak dan pendidikan yang

layak sebagaimana tercantum dalam KHA. Namun kehidupan anak-anak

yang orang tuanya hidup dibawah garis kemiskinan tersebut harus

menerima kenyatan tidaka akan mendapatkan hak yang sebagaiman

seharusnya mereka dapatkan.

Seperti caption yang tercantum dalam korpus no.04, anak-anak yang

tinggal di bawah jalan layang, mereka menikmati masa kecilnya dengan

bermain di antara tumpukan kertas bekas dan barang rombeng lainnya.

Foto korpus no. 04 yang diambil secara longshot, telah memberikan

gambaran suasana yang terjadi di sana. Bagaimana seorang anak yang

tertidur pulas meskipun hanya beralaskan tumpukan potongan kertas

bekas. Kehidupan yang tidak layak coba ditampilkan oleh momunikator

dengan menunjukkan suasanan yang terjadi serta dilengkapi keterangan

dalam caption foto.

Komposisi yang menempatkan anak tersebut menjadi point of interst

dalam foto tersebut telah memberikan penekannan terhadap bentuk

kehidupan anak-anak yang hidup di bawah jembatan layang.

Bentuk lain dari apek HAM ialah visualisasi beberapa aspek

kebebasan HAM yang dapat dinikmati oleh subyek-subyek yang terkait di

Page 91: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

91

kehidupan dunia anak. Simbolisasi digambarkan dengan aktifitas anak

yang menjalanakan kehidupan mereka dengan apa adanya seperti hak

untuk bermain, mendapatkan pendidikan dan hak untuk menikmati

kemerdekaan bangsanya.

Pada korpus no. 03, komunikator menyampaikan kebebasan anak

untuk mendapatkan haknya dalam dunia pendidikan meskipun dengan

berbagai kekurangan dan keserdehanaan. Keserdehanaan sarana dan

prasarana yang ditampilkan dalam foto tersebut mengandung pesan bahwa

semangat anak-anak tersebut dalam meraih pendidikan sangat tinggi dan

anak masih bisa mendapatkan haknya dalam meraih pendidkan dengan

berbagai kekurangannya demi membentuk suatu harapan baru untuk masa

depan yang lebih baik. Namun visualisasi tersebut hanya merupakan

sebagian penggambaran tentang kesempatan untuk meraih pendidikan

yang tentunya tidak bisa dimiliki oleh semua anak indonesia karena

mahalnya dunia pendidikan saat ini.

Page 92: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

92

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan visualisasi pada foto-foto dan isi caption yang kemudian

dilakukan analisis dalam setiap aspek dari foto-foto mengenai tanda-tanda

komuniksai yang mempresentasikan kehidupan anak Indonesia dapat ditarik

sebuah kesimpulan tentang makna yang terkandung dalam foto jurnalistik

tersebut, sebagai berikut :

Page 93: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

93

1. Foto jurnalistik sebagai konstitusi tanda strukturnya dibangundari konstelasi

foto dan caption merupakan salah satu media komunikasi massa yang

menyampaikan konsep-konsep visual dengan menyerap realitas social bernilai

berita melalui sebuah imaji yang sarat dengan pesan.

2. Fotografer yang bertindak sebagai komunikator, ingin menyampaikan lewat

media foto tentang kehidupan anak yang berlatar belakang kehidupan yang

beraneka ragam. Dengan berbagai latar belakang telah menimbulkan berbagai

masalah kehidupan seperti anak jalanan yang masih perlu mendapatkan

perhatian lebih, karena masih banyak orang yang tidak peduli akan

keberadaan anak jalanan yang akhirnya membuat anak jalanan tersebut makin

terasingkan padahal mereka memiliki hak yang sama dengan anak Indonesia

lainnya. Dunia pendidikan formal bagi anak yang tidak semuanya dalam

kondisi maksimal untuk digunakan sebagai sarana meraih ilmu, lingkungan

anak yang terganung dengan lingkungan dan keberadaan orang tua.

3. Keberadaan dunia anak yang mempunyai ciri khas dan sebuah dunia yang

berbeda dengan dunia orang dewasa juga diangkat oleh para fotografer untuk

memberikan sebuah realitas dan penyadaran kepada dunia luar tentang hal

tersebut. Keberadaan dunia anak yang memiliki dunianya tersendiri

merupakan salah satu hal yang harus disadari keberadaannnya, karena

keberlangsungan perkembangan dunia anak berpengaruh terhadap masa

depannnya.

Page 94: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

94

4. Dimanapun tempat tinggal dan lingkungan anak berada, anak cenderung

selalu bisa menikmati lingkungannya tersebut, sehingga anak tetap

merasakannya keceriannnya dan kebebasannnya.

5. Dalam usaha mendapatkan ilmu dan proses belajar, selain melalui dunia

pendidikan formal anak juga melakukannya melalui proses bermain. Karena

melalui proses bermaian anak telah melakukan suatu proses belajar, terutama

tentang lingkungan sekitarnya.

6. Tumbuh berkembangnya anak yang memiliki perkembangan fisik dan psikis

yang baik tidak lepas dari keberadaan lingkungan sekitarnya.

7. Berbagai permasalahan anak masih banyak muncul ditengah gembar gembor

pelaksanaan HAM di negeri ini. Permasalahan anak yang masih berkutat

dengan dunia anak seperti pemenuhan hak anak, dunia pendidikan bagi anak,

keberadaan anak jalanan serta kurangnya ruang bebas bagi anak.

B. Saran

1. Karya foto merupakan sebuah karya yang nilainya merupakan sebuah karya

subyektif, jadi dalam penelitian semiotika untuk membedah makna sebuah

foto memerlukan banyak acuan untuk mendapatkan kesamaan makna dan arti.

2. Tidak cukup dengan menggunakan sebuah teori untuk memaknai arti dari

sebuah foto, maka dari itu perlu lebih digunakan banyak teori yang bisa

Page 95: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

95

dipakai oleh peneliti selanjutnya untuk lebih mengungkap makna dalam foto-

foto tersebut.

3. Sebagai insan yang akan menjadi calon penerus perjalan bangsa Indonesia

serta perjalanan mesia massa khusunya dunia fotojurnalistik, hendaknya

setiap insan tidak melupakan sejarah perjalanan bangsa ini sebagai bahan

pembelajaran untuk membuat masa depan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Yuniadhi, Makalah Pengantar Fotografi Jurnalistik, 2004 Andreassen, Lars. Brandt, Line & Vang, Jes, Cognitive Semiotics, 2007, pp. 1-130 Azhararsyad, Potret Buram Anak Indonesia, Desember 2007

(http://azhararsyad.blogspot.com/2007/12/potret-buram-anak-indonesia.html) Arifin, H. Anwar, Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 1998. Asa Berger, Arthur, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer Suatu Pengantar

Semiotika, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2005 (Cetakan Kdua)

Page 96: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

96

Budiman.Kris, Semiotika Visual, Yogyakarta, Penerbit Buku Baik, 2004. Cakram, Fotografi Jurnalistik, 2002. D. Lawrence & Schramm. Wilbur, Azas-azas Komunkasi Antar Manusia, LP3ES,

Jakarta, 1987. Ed Zoelverdi, Letihnya Sang Mata Hati, 2008

(http://edzoelverdi.com/2008/05/30/letihnya-sang-mata-hati/) FOTOMEDIA, Fokus. Fotojurnalistik, Agustus 2001. Freineger. Andreas, The Complete Photografer, Jakarta, Dahara Prize; 1985. Hasby. Eddy, Makalah fotojurnalistik, 2007. Hermanu, Pameran Fotografi” Potret”, Bentara Budaya Yogyakarta; 2008.

Jonsson, Urban. The International Journal of Children's Rights published a

Special Issue on Food and Nutrition Rights in Vol. 5, No. 4 tahun 2007 pp. : 367-381

Kartono. DR. Kartini, Patologi Sosial, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Yayasan Indonesiatera, Magelang, 2001. McQuail. Dennis, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta,

1995. Mirza Alwi. Audy, Foto Jurnalistik, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2004. Noviani. Ratna, Jalan Tengah Memahami Iklan, Pustaka Pelajar, 2002, hal 77 Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung,

PT. Remaja Rosdakarya; 1995. Onong U. Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Citra Aditya

Bakti, 1993 Prabowo, Wawan. Prihatna R, Hermanus, Foto Berita Hukum dan Etika Penyiaran, Lembaga

Page 97: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

97

Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA), Jakarta, 2003. Purwasito, Andrik, Semiologi Komunikasi, April 2008

(andrikpurwasito.blog.com/Semiologi%2520Komunikasi/+semiolgi,+andrik+ purwasito&cd)

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2000 (Cetakan Kelima Belas) Riana, Septine, Bahasa Tubuh, Memahami Emosi dan Pikiran Orang, Rumah

Pengetahuan, Yogyakarta, 2009

Sam, Ariyanto, Pengertian Penderitaan, Mei 2008 (http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertian-penderitaan.html) Sari Alam, Gigih, Sejarah Harian Kompas Sebagai Pers Partai Katolik, Juli, 2008

(http://www.scribd.com/doc/4095740/Sejarah-Harian-Kompas-Sebagai-Pers- Partai-Katolik)

Sindhunata, Mata Hati, Kompas Gramedia, Jakarta. Sobur. Alex, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003. Sudjiman. Panuti dan Van Zoest. Aart, Serba-serbi Semiotik, PT. Karya Nusantara,

Jakarta, 1996. Susanto. Astrid S, Filsafat Komunikasi, Binacipta, Bandung, 1995. Tim Peneliti Dewan Pers, dkk., Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar di

Indonesia, Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers, dan Departemen Komunikasi dan Informasi, Jakarta; 2006.

UU RI NO.3 TH. 1997. Deklarasi Hak Anak-anak, Jakarta, Sinar Grafika, 1997. Vika, Pendidikan Anak Usia Dini, Mei 2009 (http://www.smk-bakti-pwt.sch.id/index.php?page=art&did=313) www.google.com www.wikipedia.com www.pusatbahasa.diknas.go.id

Page 98: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

98

Wawancara Julian Sihombing, di Solo, 21 Maret 2009 Readaksi Kompas Biro Jateng, Mei 2009

Page 99: skripsi jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

99