Upload
jalaluddin
View
144
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DI SDN 3 KILANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
YULIADI DIANTARANPM. 07110096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) HAMZANWADI SELONG
2010
LEMBAR PERSETUJUAN
Sksipsi oleh YULIADI DIANTARA dengan judul “Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Lingkungan di
SDN 3 Kilang” telah disetujui pada tanggal ……………………..2010.
Pembimbing I Pembimbing II
BADARUDDIN, M.Pd JUJUK FERDIANTO, M.PdNIS. 330 29 11 102 NIS. 330 29 11 079
MengetahuiKetua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
HABIBUDDIN, M.PdNIS. 330 29 11 198
HALAMAN PENGESAHAN
ii
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA LINGKUNGAN DI SDN 3 KILANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
YULIADI DIANTARANPM: 07110096
Dipertahankan di depan Dewan Penguji SkripsiSTKIP HAMZANWADI Selong
Pada Tanggal : ……………………
DEWAN PENGUJI
HABIBUDIN, M.Pd ……………………. …………………….NIS: 330 2911 198(Penguji Utama)
BADARUDDIN, M.Pd ……………………. …………………….NIS: 330 29 11 102(Pembimbing I)
JUJUK FERDIANTO, M.Pd ……………………. …………………….NIS: 330 29 11 079(Pembimbing II)
MENGETAHUIKetua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Hamzanwadi Selong
Drs. H. MUH. SURUJINIS: 330 30 21 012
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga skripsi ini dapat disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan studi strata 1 (S-1) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) STKIP Hamzanwadi Selong tahun 2010/2011.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat berterimakasih atas bantuan
serta fasilitas yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
penelitian ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dan sedalam-dalamnya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. H. Muh. Suruji selaku Ketua STKIP Hamzanwadi Selong yang
telah membina lembaga pendidikan ini dengan lancar.
2. Bapak Habibuddin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) beserta seluruh dosen dan staf yang telah memberikan
dorongan moril kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini sebagai
syarat menyelesaikan studi strata satu (S1) program studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD).
3. Bapak Badaruddin, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
banyak bantuan, bimbingan, tanpa mengenal lelah selama bimbingan.
4. Bapak Jujuk Ferdianto, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk serta dorongan yang sangat berharga sejak awal hingga
selesai skripsi ini.
iv
5. Bapak Kepala SDN 3 Kilang beserta staf yang telah memberi izin untuk
mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.
6. Kedua orangtua beserta keluarga yang telah banyak memberikan dorongan
serta bantuan materil dan spiritual baik melalui biaya serta do’a sehingga
ananda dengan tenang dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirul kalam, dan dengan segala kerendahan hati, mengingat karya ilmiah
ini sangat jauh dari sempurna, saya mengharap sumbangan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca yang budiman. Namun demikian harapan
saya juga semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan umumnya dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar khususnya.
Selong,…………………….2010Penulis
Yuliadi Diantara
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Persetujuan......................................................................................................ii
Lembar Pengesahan.....................................................................................................iii
Kata Pengantar.............................................................................................................iv
Daftar Isi......................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................6
C. Batasan Masalah.....................................................................................6
D. Rumusan Masalah..................................................................................6
E. Tujuan Penelitian....................................................................................7
F. Manfaat Penelitian..................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Motivasi..................................................................................................8
1. Pengertian Motivasi............................................................................8
2. Pengertian Motivasi Belajar...............................................................9
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar.........................................................10
4. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat............................................10
5. Cara Memotivasi Siswa Belajar.......................................................11
B. Hakikat Belajar Mengajar....................................................................15
C. Pembelajaran IPS.................................................................................17
D. Media Lingkungan...............................................................................21
vi
1. Pengertian Media..............................................................................21
2. Media Lingkungan...........................................................................22
3. Fungsi Media Pembelajaran.............................................................24
4. Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media..........................25
5. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media..................26
E. Kerangka Berpikir................................................................................28
F. Hipotesis Tindakan...............................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian...........................................................................31
B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................34
C. Subjek Penelitian..................................................................................35
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................36
E. Pengolahan Data dan Analisis Data.....................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Sebelum Siklus.......................................................................40
B. Perkembangan Setelah Siklus..............................................................42
C. Pembahasan Hipotesis Tindakan..........................................................49
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Tes Belajar...................................49
E. Pembahasan..........................................................................................53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................55
B. Saran-Saran..........................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi serta efisiensi menejemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program
wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah
pikir, olah rasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksud untuk
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis
kompetensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen
pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan
pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka peran serta guru sangatlah penting.
Oleh karena itu salah kemampuan yang harus dimiliki karena sebagai salah
satu unsur pendidikan agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah
memahami peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan watak peserta
didik, serta memahami bagaimana siswa belajar.
57
Belajar merupakan usaha memperoleh perubahan tingkah laku ini
mengandung makna bahwa ciri utama dari proses belajar adalah perubahan
tingkah laku dalam diri individu. Guru sebagai pendidik harus mampu dan
berupaya menciptakan proses belajar mengajar yang menggugah motivasi
belajar siswa, sebagai motivator seorang guru senantiasa memberikan
dorongan dan semangat pada siswa, mengupayakan proses belajar yang
menarik yang merangsang motivasi belajar peserta. didik. Beberapa cara untuk
menumbuhkan motivasi adalah melalui cara mengajar yang bervariasi,
memberikan stimulate dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada peserta didik menggunakan media dan alat bantu yang menarik
perhatian peserta didik seperti gambar foto dan sebagainya. Secara umum
peserta didik akan terangsang untuk belajar apabila ia melihat bahwa situasi
pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai kebutuhannya. (Ahmad
Royani, dkk, 1991: 11 – 12).
Tujuan dari pada pembelajaran IPS di SD adalah sebagai berikut:
a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
b. Membekali anak didik dengan pengetahuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternative pemecahan masalah sosial yang tejadi dalam kehidupan di masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembaagan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. (Ischak, dkk, 2003: 1.38).
57
Tetapi untuk memenuhi kebutuhan teresebut diperlukan langkah-langkah
yang tepat yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPS di kelas VIII
SMP Negeri 2 Buer. Pada kenyataannya pembelajaran IPS di SMP Negeri 2
Buer cenderung membosankan, hal ini disebabkan daya kreativitas guru yang
sangat kurang. Menggunakan metode dan pendekatan yang cenderung
monoton menyebabkan siswa tidak termotivasi dan tidak bergairah ketika
dihadapkan dengan pembelajaran IPS.
Penggunaan media yang sangat minim juga menyebabkan
ketidakberhasilan dalam pembelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 2 Buer,
sehingga pembelajaran IPS itu tidak menarik bagi siswa. Kecendrungan guru
menggunakan metode ceramah membuat siswa tidak terlihat antusias dalam
pembelajaran IPS. Keadaan ini ditandai dengan munculnya gejala siswa suka
berbicara dengan teman sebangkunya, sebagian lagi mengantuk saat guru
menjelaskan, ada juga yang lebih suka bermain-main.
Berdasarkan pengamatan peneliti sekolah guru di VIII SMP Negeri 2 Buer
di peroleh data sebagai berikut:
1. 70 % ada gejala kebosanan saat siswa mengikuti pelajaran IPS.
2. 80 % kurang minat dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran IPS.
Guru seharusnya dapat mendesain pembelajaran yang dapat
mengakativkan siswa, guru seharusnya banyak berbuat hal-hal dalam
menyajikan pembelajaran yang dapat membuat perubahan untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Inovasi pembelajaran dapat
dilakukan guru dalam pendekatan. Pembelajaran penggunaan media
57
pembelajaran, strategi penyajian, setting kelas untuk memberikan suasana
pembelajaran yang lebih kondusif sehingga akan dapat memotivasi siswa dan
kegiatan hendaknya dirancang seefektif mungkin. Bila hal-hal diatas
dilaksanakan akan meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.
Penggunaan media / alat bantu disadari oleh banyak praktisi
pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik didalam
maupun diluar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar siswa.
Sesuai dengan UUSPN pasal 39 ayat 2 dan 3, pasal 14 ayat 2 dan
peraturan pemerintah no. 28 tahun 1990 yang mengatakan bahwa siswa
sendiri mungkin diperkenalkan pada teknologi dalam bentuk informasi dan
prilaku teknologi (Ischak, dkk : 1.18 – 1.13).
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa yang terjadi pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Buer adalah motivasi belajar pada pelajaran IPS masih
rendah dan penggunaan pendekatan dan media pembelajaran yang masih
rendah, sehingga berakibat tingkat keterkaitan/motivasi anak untuk belajar
pelajaran IPS masih rendah.
Kondisi ini menarik untuk diteliti dan harus segera dicarikan
solusinya. Sebagai guru, peneliti merasakan secara langsung kondisi
rendahnya motivasi dalam pembelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Buer
ini sudah menjadi kemginan dan tanggung jawab penulis untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi sebagian besar anak didik. Guru
sebagai peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mencoba memberikan
57
tindakan perbaikan pendekatan pembelajaran dan penggunaan media
pembelajaran motivasi siswa lebih meningkat.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dari
pengamatan peneliti antara lain:
a. Faktor Internal
- Faktor IQ : Faktor ini merupakan modal dasar yang cukup potensial
bagi seorang siswa dalam belajar.
- Bakat dapat memberi pengaruh yang besar dalam pencapaian hasil
belajar yang optimal.
b. Faktor Eksternal : Keluarga sebagai lingkungan terdekat dengan anak,
dengan demikian cara orang tua mendidik dan memotivasi anaknya sangat
berpengaruh terhadap, hasil belajar anak, begitu pula dengan metode,
pendekatan, cara yang dilakukan guru dalam proses KBM. Ketersediaan
sarana dan prasarana oleh sekolah juga mempengaruhi keberhasilan siswa.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh peneliti antara lain :
- Meningkatkan partisivasi orang tua dalam bimbingan.
- Memberikan bimbingan belajar.
- Penggunaan media pembelajaran yang sesuai dan menarik.
- Penggunaan beberapa metode dan teknik dalam setiap kali pertemuan.
- Menggunakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan yang
mampu mengaktifkan murid terlibat langsung mengajak murid untuk
mengembangkan ide dan karya, mengefektifkan pembelajaran.
57
Dari beberapa alternatif pemecahan di atas yang paling tepat dan
dipilih peneliti adalah penggunaan media pembelajaran yang sesuai dan
menarik untuk peningkatan motivasi belajar sesuai dalam pembelajaran IPS.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas
beberapa masalah dapat diidentifikasi antara lain: motivasi belajar yang sangat
minim, pendekatan dan metode pembelajaran yang tidak bervariasi, guru tidak
menggunakan media pembelajaran sebagai wadah menunjang keberhasilan
siswa, pembelajaran yang diberikan cenderung menggunakan metode ceramah
yang dapat membosankan siswa dalam belajar.
C. BATASAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas dan mengingat
faktor-faktor yang terkait dalam proses karena serta akan peneliti lebih terarah,
maka masalahnya dibatasi berdasarkan aspek-aspek yang akan diteliti dan
tempat penelitian atau sekolah yang akan diteliti. Oleh karena itu, ruang
lingkup penelitian ini terbatas pada motivasi belajar IPS dengan menggunakan
media lingkungan pada materi usaha persiapan kemerdekaan.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan bahasan
masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan
57
media lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII pada
pembelajaran IPS di VIII SMP Negeri 2 Buer tahun pelajaran 2010/2011 ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan
penggunaan media lingkungan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VIII pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Buer.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Murid
a. Dapat meningkatkan motivasi belajar pada pelajaran IPS.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Siswa diharpakan lebih aktif dalam belajar termotivasi dengan model
pembelajaran yang disajikan.
2. Bagi Guru akan memperbaiki pembelajaran di kelasnya
- Guru dapat berkembang secara professional.
- Melalui penelitian ini guru dapat memberi motivasi serta inovasi
pembelajaran untuk lebih meningkatkan kompetensij dalam profesinya
sebagai guru dalam pembelajaran anak.
- Melalui penelitian ini guru dapat kesemaptan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan diri.
57
3. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai acuan serta pegangan dalam
memberikan pembinaan dan bimbingan kepada siswa dalam meningkatkan
kualitas kemampuan siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan
motivasi sebagai berikut : Motif adalah kata benda yang artinya
pendorong, sedangkan Motivasi adalah kerja yang artinya mendorong.
Menurut Syaddih (dalam Muhammad Tohri, dkk, 2007: 34)
membedakan motif dan motivasi sebagai berikut : Motif merupakan suatu
tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu untuk bertindak
mencapai tujuan, sedangkan Motivasi merupakan suatu kondisi yang
tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif
pada seseorang.
Sedangkan pendapat Sardiman (dalam Muhammad Tohri, dkk,
2007 : 34) mengemukakan : Motif adalah daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam diri dan didalam subyek untuk melakukan aktifitas-
57
aktifitas tertentu demi mencapaid suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
ingin melakukan sesuatu.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motif dapat
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri
individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dalam kegiatan belajar menurut W.S. Winkel (dalam
Muhammad Tohri, dkk, 2007: 35) mengemukakan bahwa motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk
menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai. Pandangan Prayitno
menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi
yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai sesuatu yang
mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Tidaklah menjadi
berarti betapapun baiknya potensi anak meliputi kemampuan intelektual
atau bakat siswa dan materi yang diajarkan serta lingkupnya sarana belajar
namun siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak
berlangsung secara optimal.
57
Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang menggerakkan
organisme sebagai subyek didik, baik sumbernya dari faktor internal atau
ekstemal.
3. Fungsi Motivasi Dalam Pembelajaran
Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan
minat belajarnya dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan.
Donald O. Hebb (dalam Yuhdi Munadi, 2008: 47) menyebutkan cara
pertama dengan Arousal, dan kedua dengan expectancy. Yang pertama,
Arousal adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intinsik motif
siswanya, sedangkan yang kedua expectancy adalah suatu keyakinan yang
secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Harapan akan tercapainya
suatu hasrat atau tujuan dapat memotivasi yang ditimbulkan guru kedalam
diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara
memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam
menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media
pembelajaran yang tepat guna.
4. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja
diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan
57
bergairah dalam guru berusaha menyediakan, lingkungan belajar yang
kondusif dengan memanfaatkan potensi kelas yang ada. Keinginan ini
selalu ada pada setiap diri guru dimanapun dan kapan pun. Hanya
sayangnya, tidak semua keinginan guru itu terkabul semuanya karena
berbagai faktor penyebab. Masalah motivasi adalah salah satu dari
sederetan faktor penyebab itu.
Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting
bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa
motivasi untuk belajar. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat
tergerak hatinya untuk belajar. Dalam usaha untuk membangkitkan gairah
belajar anak didik.
Ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru yaitu:
1. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.2. Menjelaskan secara konkrit kepada anak didik apa yang dapat
dilakukan pada akhir pengajaran.3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak
didik sehingga dapat merangsang untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.5. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual
maupun kelompok.6. Menggunakan metode yang bervariasi (Syaiful Bahri
Djamarah, 2002: 167).
5. Cara Memotivasi Siswa Belajar
Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa,
karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar. Di bawah ini akan diuraikan beberapa prinsip belajar dan
motivasi
57
a. Kebermaknaan
Siswa akan suka dan bermotivasi belajar apabila hal-hal yang
dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Caranya ialah dengan
mengaitkan pelajarannya dengan pengalaman masa lampau siswa,
tujuan-tujuan masa mendatang, dan minat serta nilai-nilai yang berarti
bagi mereka.
1. Hubungan pengajaran dengan pengalaman siswa
Pelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru berusaha
menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau atau
pengalaman-pengalaman yang telah mereka memiliki sebelumnya.
Cara ini berdasarkan pads asumsi bahwa apa-apa yang telah
mereka miliki sebagai pengalaman akan merangsang motivasinya
untuk mempelajari masalah tersebut lebih lanjut.
2. Hubungan pengajaran dengan minat dan nilai siswa
Sesuatu yang menarik minat dan nilai tertinggi bagi siswa berarti
bermakna baginya. Karen itu guru hendaknya berusaha
menyesuaikan pelajaran (tujuan, materi dan metode) dengan minat
para siswanya. Caranya antara lain memberikan kesempatan
kepada, para siswa berperan serta memilih.
3. Hubungan pengajaran dengan mass depan siswa
Pelajaran dirasakan akan bermakna bagi diri siswa apabila
pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada
kehidupannya sehari-hari diluar kelas pada masa mendatang.
57
Untuk itu, guru hendaknya menyajikan macam-macam gagasan
tentang macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh siswa
pada waktu mendatang. Bila siswa telah menyadari kemungkinan
belajar akan tergugah dan merangsang kegiatan belajar lebih
efektif.
b. Modelling
Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika
guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model. Dengan
model tingkah laku ini, siswa dapat mengamati dan menirukan apa
yang diinginkan oleh guru. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
1. Guru supaya menetapkan aspek-aspek penting dari tingkah laku
yang akan dipertunjukkan sebagai model jelaskan setiap tahap dan
keputusan yang akan ditempuh agar mudah diterima oleh siswa.
2. Siswa dapat menirukan model yang telah dipertunjukkan
hendaknya diberikan ganjaran yang setimpal.
3. Model harus diamati sebagai suatu pribadi yang lebih tinggi dari
pada siswa sendiri, yang mempertunjukkan hal-hal yang lebih
untuk ditirukan oleh siswa.
4. Hindarkan jangan sampai tingkah laku model berbenturan dengan
nilai-nilai atau keyakinan siswa sendiri.
5. Modelling disajikan dalam teknik mengajar atau dalam
keterampilan-keterampilan sosial.
57
c. Komunikasi Terbuka
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk melaksanakan
komunikasi terbuka yaitu sebagai berikut :
1. Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para, siswa agar
mendapat perhatian mereka.
2. Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benarbenar
memahami apa-apa yang sedang diperbincangkan.
3. Jelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan menggunakan media
instruksional sehingga lebih menjelaskan masalah yang sedang
dibahas.
d. Latihan/Praktik yang Aktif dan Bermanfaat
Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam
latihan/praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktik hendaknya
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan
ceramah dan mencatat pada buku tulis. Pengajaran hendaknya
disesuaikan dengan prinsip ini dengan cara sebagai berikut :
1. Usahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-
pertanyaan atau memberikan repon terhadap pertanyaan aguru,
sedangkan siswa lainnya menulis jawaban-jawaban dan
menanggapi secara lisan.
2. Mintalah agar siswa menyusun atau menata kembali informasi
yang diperolehnya dan bacaan.
57
3. Sediakan Laboratorium dan situasi praktik lapangan berdasarkan
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk
mengaktifkan siswa mempraktikan hat-hat yang sedang
dipelajarinya, guru dapat menggunakan macam-macam metode,
seperti tanya jawab dan mengecek jawaban rekan-rekannya dan
dilanjutkan diskusi melaksanakan simulasi.
57
e. Kondisi yang menyenangkan
Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut :
1. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselenggarakannya
latihan.
2. Berilah siswa pengetahuan tentang hasil-hail; yang telah dicapai
oleh masing-masing siswa.
3. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan
oleh siswa (Oemar Malik, 2004: hal. 156).
B. Hakikat Belajar Mengajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat
latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan
yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia
merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan
dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat
ditentukan sebelumnya. Namur demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar
yang dilakukan manusia senantiasa oleh iktikad dan maksud tertentu (Oemar
Malik, 2004: 154).
Belajar adalah mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi
antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan fisik, contohnya: buku, alat peraga, alam sekitar.
Lingkugan sosial contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah.
57
Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa belajar. (Udin S. Winata Putra, dkk, 2002: 2.3)
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kulitatif sehingga
tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain
adalah hasil dari belajar. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan
dengan menggunakan berbagai perbuatan mencapai tujuan.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah
suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada
di sekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah perubahan maka hakikat belajar
mengajar adalah proses pengajaran yang ditakukan oleh guru. Dalam kegiatan
belajar mengajar guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individu anak
didk, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka berfikir
demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada
setiap anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut
akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar. Mastery learning
adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery
57
learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan
dan program perbaikan (Suharsimi Arikunto, 1998: 31)
Ny Dr. Roestiyah. N. K (dalam Syaiful Djamarah, 2002: 49) menyatakan ...bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (permormance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan, suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari proses pelajaran itu sendiri.
C. Pembelajaran IPS
Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengkondisikan
seseorang belajar. Dengan demikian pembelajaran lebih memfokuskan diri
agar peserta didik dapat belajar secara optimal melalui berbagai kegiatan
edukatif yang dilakukan pendidik.
Oemar Hamalik menyebutkan pembelajaran sebagai suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang sating mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (dalam
Din Wahyudin, 2007: 3.30).
Secara rinci unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran antara lain : guru,
peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya seperti petugas
laboratorium, pustakawan.
2. Material lebih merupakan bahwa bahan yang secara langsung membantu
proses pembelajaran seperti: buku, alat peraga, media pembelajaran, dan
sebagainya.
57
3. Fasilitas dan perlengakapan adalah segala hal yang dikategorikan sarana
yang menunjang langsung proses pendidikan seperti ruang kelas,
perpustakaan, fasilitas laboratorium, dan sebagainya.
4. Prosedur meliputi metode pendekatan maupun strategi suatu cara-cara
sistematis dari mulai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Oemar Hamalik (dalam Din Wahyudi, dkk, 2007: 3.33 – 3.34) menarik tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran sebagai berikut:1. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang
merupakan unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.2. Saling ketergantungan (interpedence) antara unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan, tiap, unsur bersifat ensensial, dan masing-masing memberi sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3. Tujuan : Sistem pembelajaran memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Cirr ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat manusia dan sistem yang alami. Tujuan sistem pembelajaran adalah agar peserta didik dapat belajar. Dengan demikian tugas seorang perancang sistem pembelajaran adalah mengorganisasikan tenaga, material dan prosedur agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien.
Proses pembalajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanya
dilakukan di dalam kelas ( ruang), guru dalam proses itu lebih berfungsi
sebagai sumber pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran termasuk komunikasi
publik atau kelompok, guru sewaktu-waktu bias mengubahnya menjadi
komunikasi antarpersonal, hal ini bisa dilakukan karena proses komunikasi
tatap muka di kelas mempunyai kelompok yang relative kecil. Terjadilah
komunikasi dua arah atau dialog di mana siswa menjadi komunikan
sekaligus komunikator, demikian pula guru. Terjadinya komunikasi dua
57
arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan
pendapat dan tanggapan atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak
diminta.
Roger (dalam Hera Lestari Mikasa, dkk, 2005: 6.16) menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran, guru/pendidik berperan aktif dalam hal:1. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap fositif
terhadap pembelajaran.2. Membantu peserta didik mengklasifikasikan tujuan pernbelajarn
dengan cars memberikan kesempatan kepada peserta didik secara bebas mengatakan apa yang ingin mereka pelajari.
3. Membantu peserta didik mengembangkan dorongan dengan tujuannya sebagai kekuatan pembelajaran dan,
4. Menyediakan sumber-sumber belajar.
Menurut Abin Syamsudin ada 3 faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran (1) Raw inputs (didik dengan segala karakteristiknya, minat,
bakat, kemampuan, kebiasaan dan sebagainya). (2) Instrumental inputs
(masukan sarana: kurikulum, media, guru, metode dan sebagainya, dan (3)
Environmental inputs (masukan lingkungan, lingkungan sosial, budaya, dan
sebagainya). (Abin Syamsudin 2005:1.23).
Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajar adalah tujuan
pembelajaran. Pembelajaran menghasilkan kegiatan belajar bagi siswa
kegiatan belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor untuk mencerna bahan ajar.
Istilah Ilmu Pengatahuan (IPS) yang resmi mulai digunakan di
Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social
studies tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah
57
kehidupan masyarakat bukan teori keilmuan melainkan pada kenyataan
kehidupan kemasyarakatan.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis
gejala dan masalah sosial di masyarakat dengna meninjau dari berbagai aspek
kehidupan dan perpaduan. (Ischak : 2003:1.36)
Untuk melaksanakan program-program IPS dengan baik sudah
sewajarnya bila guru mengetahui dengan benar peranan dan tugas IPS. IPS
harus dapat berperan bagi anak didik dalam mengembangkan berbagai aspek
kehidupan di dalam masyarakat, peranan dari IPS ini adalah :
1. Sosialisasi membantu anak didik menjadi anggota masyarakat yang
berguna dan efektif.
2. Pengambilan keputusan, membantu anak didik mengembangkan
keterampilan berpikir (intelektual) dan keterampilan akademis.
3. Sikap dan nilai, membantu anak didik menandai, menyelidiki,
merumuskan dan menilai diri sendiri dalam hubungannya dengan
kehidupan masyarakat sekitarnya.
4. Kewargaan Negara, membantu anak didik menjadi warga Negara yang
baik.
5. Pengetahuan, tanggap dan peka terhadap kemampuan pengetahuan dan
teknologi dapat mengambil manfaat dari padanya.
Menurut Bruce (dalam Ischak, 2003 : 4.59), IPS memiliki tiga tujuan yaitu :1. Pendidikan kemanusiaan (Humanistic Education) yaitu membantu
siswa memahami pengalamannya dan menemukan arti kehidupan.
57
2. Pendidikan kewarganegaraan (Citizenship Education) yaitu siswa ikut berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat dengan penuh kesadaran sebagai warga Negara.
3. Pendidikan intelektual (Intelektual Education) siswa mampu menganalisis dan memecahkan masalah dengan menggunakan ilmu sosial sebagai alat.
Menurut Kurikulum Dasar 1994 esensi tujuan pengajaran IPS di SD
adalah pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada
pembentukan individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang
cerdas tidak lain dari anggota masyarakat yang matang secara rasional dan
secara emosional atau cerdas secara rasional dan emosional.
Fungsi mata, pelajaran IPS antara lain:
1. Memberi bekal pengetahuan dasar, bask untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan seharihari.
2. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep
IPS.
3. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode
ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengajungkan
penciptaannya.
5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
6. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi barn dalam bidang
iptek.
7. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS. (Udin S.
Winata Putra, 2007: 8.10).
57
D. Media Lingkungan
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan
demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar (Syaiful
Bahri Djamarah, dkk, 2002, Hal : 136).
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan
yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada, anak didik
dapat disederhanakan dengan bantuan media lingkungan dapat mewakili
apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat
tertentu.
Bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkretkan dengan kehadiran
media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan
daripada tanpa bantuan media. Akhrinya dapat dipahami bahwa media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran media dapat diartikan sebagai berikut:
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk perluan
pembelajaran.
b. Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti
buku, film, video, slide, lingkungan dan sebagainya.
57
2. Media Lingkungan
Media Lingkungan adalah media yang mengandung makna dalam
bentuk alam (hanya dapat dilihat) yang mendapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar
(Udin S. Winata Putra, 2002: 5.17).
Adapun kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan
menjangkau sasaran yang luas.
2. Mampu mengembangkan daya imajinasi penenglihatan.
3. Mampu memusatkan perhatian siswa pada penggunaan kata-kata,
bunyi dan arti dari kata itu.
4. Mampu mempengaruhi suasana dan perilaku siswa melalui lingkungan
5. Dapat menyajikan program pendalaman materi yang dibawakan guru-
guru atau orang-orang yng memiliki keahlian tertentu sehingga tema
yang dibahas memiliki mutu yang baik dilihat dari segi ilmiah karena
selalu dilengkapi hasil-hasil observasi dan penelitian.
6. Dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang sulit dikerjakan oleh guru,
yakni menyajikan pengalaman-pengalaman duni luar ke dalam kelas
sehingga media lingkungan memungkinkan untuk menghadirkan hal-
hal yang aktual dan dengan demikian dapat memberi suasana
kesegaran pada sebagian besar topik yang dibahas (Yudhi Munadi,
2008: 64-65).
3. Fungsi Media Pembelajaran
57
a. Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Mudhaffir (dalam Yuhdi Munadi, 2008: 37) menyebutkan ...bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang sama hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Pemahaman diatas sejalan dengan pernyataan Edgar Dule,
bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada
dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala
sesuatu yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan pristiwa belajar.
Maksudnya ada perubahan tingkah laku kearah yang lebih sempurna
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Udin Saripuddin dan Winata Putra (dalam Syaiful Djamarah,
2002: 139) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi ilmu
kategori, yakni manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam
lingkungan dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan
pengajaran terdapat atau untuk belajar seseorang
b. Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena gurulah yang
menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan
pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
57
anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan
pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setup anak didik
terutama bahwa pelajaran yang rumit. Sebagai alat bantu media
mempelajari fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan
pengajaran.
4. Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Drs. Sudirman N (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 143 - 145)
mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media penggunaan yang
dibaginya kedalam tiga kategori sebagai berikut:
a. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan
tujuan pemilihan yang jelas, apakah pemilihan media itu untuk
pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum,
ataukah untuk sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong.
b. Karakteristik Media Pengajaran
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan
keterampilan pemilihan media pengajaran. Disamping itu memberikan
kemungkinan pada, guru untuk menggunakan berbagai jenis media
pengajaran secara bervariasi.
c. Alternatif Pemilihan
57
Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan
apabila terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
Prinsip-prinsip itu menurut Dr. Nana Sudjana (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 144-145) adalah :1. Menentukan jenis media dengan tepat: artinya sebaiknya guru
memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2. Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan kemampuan anak didik.
3. Menyajikan media dengan tepat, artinya teknik dan meetode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu dan sarana yang ada.
4. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran.
5. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, disamping memenuhi
prinsip-prinsip pemilihan, juga terdapat beberapa faktor dan kriteria yang
perlu diperhatikan sebagaimana diuraikan berikut ini:
a. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media
pengajaran.
1. Obyektivitas
Unsur subyektivitas guru dalam memilih media pengajaran harus
dihindarkan, artinya guru tidak boleh memilih suatu media
pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Untuk menghindari
pengaruh unsur subjektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalam
57
memilih media pengajaran itu guru meminta pandangan atau saran
dari teman sejawat dan melibatkan siswa.
2. Program Pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik
harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, struktur,
maupun kedalamannya.
3. Sasaran Program
Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan
menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran.
4. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi:
a. Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan
dipergunakan seperti ukurannya, perlengkapannya,
ventilasinya, dan
b. Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran
mengenai jumlahnya motivasi dan kegairahannya.
5. Kualitas Teknik
Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu
diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada
rekaman lingkungannya atau gambar-gambar atau alat-alat bahanya
yang kurang jelas atau kurang lengkap sehingga perlu
penyempurnaan sebelum digunakan.
6. Keefektifan dan Efisiensi Penggunaan
57
Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan
menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap
oleh anak didik dengan optimal, sehingga menimbulkan perubahan
tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan
menggunakan media tersebut waktu, tenaga, dan biaya yang
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin.
b. Kriteria pemilihan media pengajaran
Prof. Ely (dalam Arief S. Sudirman, 2008: 83) menyatakan bahwa ... pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteks bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Kriteria itu, meskipun tujuan dan isinya sudah dilakukan, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, SKBM organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur peniliannya juga perlu diperkembangkan.
B. KERANGKA BERPIKIR
IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali
siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral,
banyak memuat materi sosial dan bersifat hapalan sehingga pengetahuan dan
informasi yang diterima siswa sebatas produk hapalan. Sifat materi pelajaran
IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang di
dominasi oleh metode ceramah sedangkah siswa kurang aktif terlibat atau
cenderung pasif padahal, dalam proses belajar mengajar keterlibatan-siswa
harus secara totalitas artinya melibatkan pikiran pengelihatan, pendengaran
dan psikomotor.
57
Peran guru dalam pembelajaran IPS mempunyai hubungan erat
dengan mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses
pengembangan keterampilan. Memotivasi belajar siswa sangat penting untuk
merangsang kemampuan siswa untuk lebih bergerak dalam belajar. Motivasi
belajar dapat timbul dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dan motivasi
dan luar dari luar diri siswa (motivasi ekstrunsik). Dalam konteks ini guru
berperan sebagai motivator untuk menumbuhkan kedua motivasi tersebut agar
dapat belajar dengan baik. Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru
diharapkan siswa mampu membangkitkan motivasi belajamya dan tertirunya
harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang
optimal sesuai dengan kemampuan.
Mengingat materi pembelajaran IPS lebih banyak memuat informasi
maka upaya mengembangkan minat belajar siswa, guru dituntut untuk
memiliki kreatifitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk
mengidentifikasi, memiliki dan memerlukan sumber pembelajaran yang
menunjang kegiatan belajar mengajar. Sumber belajar yang dapat dengan
mudah dihadirkan didalam kelas sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan belajar mengajar adalah media pembelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Dengan
penggunaan media pembelajaran ini akan membuat siswa tertarik untuk
belajar dan cenderung akan menyenangkan. Dengan media pembelajaran akan
memperbesar perhatian siswa sehingga saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung akan tumbuh minat siswa terhadap materi pembelajara. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa dengan penggunaan media pembelajaran
57
yang diterapkan akan mampu memotivasi belajar siswa sehingga hasil belajar
akan semakin baik. Dengan demikian penggunana media lingkungan dianggap
perlu dan diharapkan akan dapat memotivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Buer tahun pelajaran
2010/2011.
Kegiatan belajar-mengajar pada hakikatnya merupakan proses
komunikasi. Dalam proses komunikasi ini guru berperan sebagai komunikator
yang akan menyampaikan pesan/bahan ajar (message) kepada siswa sebagai
penerima pesna (communicant). Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan
guru dapat diterima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan yaitu
media pembelajaran. Apabila proses tersebut divisualisasikan akan tampak
pada bagan sebagai berikut:
(Udin S. Winataputra, 2002: 5.4)
Proses belajar dengan media akan terjadi apabila ada komunikasi
antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya (S. Margono, 2004: 67-68).
Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “Penggunaan
Media Lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran
IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Buer tahun pelajaran 2010/2011”
57
Communicator(Guru/Pendidik)
Bahan Ajar Media Communican(Siswa)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini merupakan tindakan yang dilakukan melalui
bentuk siklus. Bentuk peneltiian yang dilakukan adalah penelitian tindakan
kelas dengan tujuan untuk penggunaan media lingkungan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini menerapkan
rancangan Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2007: 16) yakni secara
garis besar setiap siklus terdapat 4 tahapan yang melalui yakni: 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi.
Secara singkat rancangan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini dapat disajikan melalui bagan tipe Mc Taggart berikut:
57
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
PelaksanaanRefleksi
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
PelaksanaanRefleksi
?
(Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
Seperti yang dilukiskan di atas bahwa setiap siklus terdiri 4 tahapan
kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan mengenai:
- Awal proses pembelajaran
- Faktor penghambat dalam pembelajaran
- Merumuskan masalah
- Menyusun hipotesis pemecahan awal
- Mengurus perijinan penelitian
- Menetapkan alternative tindakan yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah siswa.
- Menyiapkan siswa/media pembleajaran
- Simulasi
2. Pelaksanaan
57
Pada tahapan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- Melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran.
- Melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan media lingkungan
dengan langkah sebagai berikut:
a. Guru mengadakan apersepsi.
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
c. Siswa melakukan tanya jawab sesuai dengan penjelasan guru.
d. Guru memberikan bimbingan kepada anak yang membutuhkan.
e. Guru mengevaluasi.
f. Menutup pelajaran.
3. Pengamatan
Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan adalah:
- Melakukan pengamatan dan pencatatan pelaksanaan tindakan
pembelajaran, kelemahan dan keaktifan siswa dan ketidak sesuaian
dengan skenario yang direncakanakan.
- Alat untuk pengamatan
Pedoman observasi untuk penggunaan media lingkungan.
- Diskusi dengan teman sejawat tentang proses tindakan.
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Menilai pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran, kegiatan, keaktifan
siswa, keinginan, pendekatan dan strategi yang digunakan.
57
2. Menganalisis data dan mencari hasil perkembangan siswa sebagai
bahan diskusi.
3. Menilai kekuatan dan kelemahan strategi yang digunakan.
4. Mendiskusikan hambatan dan kelemahan pelaksanaan tindakan pada
siklus I.
5. Membuat rencana awal tindakan yang lebih baik untuk diteruskan pada
siklus II.
57
Siklus II1. Pelaksanaan Tindakan II
- Melaksanakan rencana tindakan II.
- Mengoptimalkan penggunaan media lingkungan untuk menimbulkan
motivasi belajar siswa.
2. Pengamatan
- Melaksanakan pengamatan lebih teliti pada proses tindak II, keaktifan,
kesenangan dan kreatifitas serta motivasi siswa.
- Mencatat hasil kegiatan pengamatna.
- Mencatat hasil peningkatan.
- Mencatat hasil akhir perkembangan motivasi belajar siswa.
3. Refleksi
- Menganalisis data akhir dari alat pengumpulan data dan format
penilaian.
- Menilai hasil akhir perkembangan motivasi belajar siswa.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas bertempat di SMP Negeri 2
Buer tahun pelajaran 2010/2011. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan
Oktober sampai bulan Novembre tahun 2009. Pertemuan diadakan 2 kali
dalam satu minggu selama 70 menit setiap pertemuan. Jadi pertemuan bulan
Oktober 9 kali pertemuan kali 70 menit, dan pada bulan November akan ada 9
kali pertemuan kali 70 menit.
57
C. SUBJEK PENELITIAN
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, dan berdasarkan
pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti maka diperoleh data siswa
yang dijadikan subjek adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa 27 orang
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 13 perempuan.
Adapun nama-nama siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
NO NAMA SISWA L/P KET.1 AMRUL JEPRI L2 AYU NUR ALISA P3 DIKIA PRAJA L4 DODI SAPUTRA L5 FAHYAL P6 FERA ANISA P7 HAPIZ KURNIAWAN L8 IRZA SALIM L9 ISMAWATI P10 JENI ILHAM P11 KHAIRUL AZWARI L12 KHAIRUDIN L13 KHOLID SAPUTRA L14 M. ROZI OKTAPIANDI L15 MAHENDRA L16 MARIANI P17 MISNAWATI P18 NURTI HAIRANI P19 DAODATUL ISLAMIAH P20 RIAN HARIADI L21 RISNAWATI P22 SOPIA ANISA P23 SUHIRMAN L24 TOTA ARISKANDI P25 WINDA NOVITA SARI P26 YAN HARIADI L27 ZULKARNAIN L
57
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab
permasalahan yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data.
Model pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Teknik observasi model check list, teknik ini digunakan untuk
mengamati penggunaan media lingkungan untuk meningkatkan motivasi
belajar IPS di SDN 3 Kilang.
Observasi adalah kegiatan pengamatan (Pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Suharsimi
Arikunto, dkk, 2007: 127).
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi merasa bersama objek yang
diselidiki (Margono, 2004: 158-159).
2. Dokumentasi
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dalil atau
hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter. Dalam penelitian
kualtiatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena
pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui
57
pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung
maupun yang menolong hipotesis tersebut. Sedang dalam penelitian
kuantitatif teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-
bahan yang dipergunakan di dalam kerangka atau landasan teori,
penyusunan hipotesis secara tajam (Margono, 2004: 181).
3. Angket
Angket suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara
tertulis pula oleh responden. Angket seperti halnya interview,
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri responden atau
informasi tentang orang lain (Margono, 2004: 167-168).
E. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
Analisis data menurut Patton (dalam Moleong Lexy, 2005: 280)
mendefinisikan analisis data yaitu proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan kedalma suaut pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Yang membedakna dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan
terhadap hasil anlaisis, menjelaskan pula uraian dan mencari hubungan antara
dimensi-dimensi.
Analisa data untuk pedoman observasi penggunaan media lingkungan
dengan data kuantitatif, data yang diperoleh dideskripsikan dengan statistik
deskripsi, meliputi penentuan skor maksimal, selanjutnya diprosentasekan
dengan rumus:
57
(Suharsimi Arikunto, 2001: 236)
Selanjutnya penggunana media lingkungan dideskrpisikan menggunakan
bahasa bila perolehan 75% ke atas berarti penggunaan media lingkungan
sudah terlaksana secara maksimal.
Menganalisis Hasil Tes Uji Coba Instrumen
Rumus yang digunakan untuk menganalisis hasil ts uji coba instrumen
adalah sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini
digunakan rumus Product Moment dengan angka kasar:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 72)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
xy = jumlah perkalian dari x dan y
x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
2. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabilitas apabila mempunyai taraf kepercayaan yang
fungsinya jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, teknik yang
57
digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
adalah:
(M. Chabib Toha, 2003 :115)
Keterangan :
= koefesien realibilitas tes secara keseluruhan
= koefesien korelasi produk momen antar separuh (1/2) tes
(belahan I) dengan separuh (1/2) tes (belahan II) dari tes tersebut
½ = Bilangan konstan.
57
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KONDISI SEBELUM SIKLUS
Bab IV ini akan dibahas tentang basil penelitian atau deskripsi
sebelum siklus dan setelah diadakan siklus I dan siklus II. Hasil penelitian
berupaya menunjukkan akan permasalahan dan merupakan jawaban dari
tujuan penelitian. Namun sebelumnya terlebih dahulu ditunjukkan penelitian
awal sebelum melakukan tindakan. Peneliti melihat kondisi siswa pada saat
pembelajaran IPS untuk mengetahui tentang minat dan motivasi belajar IPS.
Hasil pemantauan pads saat pembelajaran IPS peneliti menemukan
ada gejala kebosanan saat mengikuti pembelajaran IPS, tidak ada minat dan
motivasi belajar IPS, kondisi ini terlihat dari sebagian besar siswa ada yang
asyik berbicara dengan temannya, ada yang mengantuk, ada yang main-main
dengan temannya. Dengan melihat kondisi ini maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian untuk memperbaiki motivasi dan basil belajar siswa.
Dan berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari basil evaluasi
yang telah dilakukan oleh guru kelas temyata 70 % siswa belum tuntas belajar
dan 30% yang sudah tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
57
Tabel 1: Analisis hasil evaluasi sebelum tindakanMata pelajaran :IPSKelas : V
No Nama SiswaHasil tes sebelum
tindakanKKM
KetuntasanYa Tidak
1 Amrul Jepri 55 60 2 Ayu Nur Alisa 50 60 3 Dikia Praja 50 60 4 Dodi Saputra 55 60 5 Fahyal 70 60 6 Fera Anisa 55 60 7 Hapiz Kurniawan 50 60 8 Irza Salim 45 60 9 Ismawati 55 60 10 Jeni Ilham 75 60 11 Khairul Azwari 50 60 12 Khairudin 50 60 13 Kholid Saputra 45 60 14 M. Rozi Oktapiandi 70 60 15 Mahendra 45 60 16 Marian 50 60 17 Misnawati 50 60 18 Nurti Haerani 65 60 19 Doadatul Islamiah 50 60 20 Rian Hariadi 55 60 21 Risnawati 75 60 22 Sopia Anisa 60 60 23 Suhirman 55 60 24 Tota Ariskandi 75 60 25 Winda Novita Sari 55 60 26 Yan Hariadi 55 60 27 Zulkarnain 80 60
% ketuntasan 30% 70%
Melihat data awal sebelum tindakan dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS sangat rendah. Menyoroti hal
tersebut selanjutnya peneliti akan melakukan tindakan pembelajaran dengan
57
menggunakan media lingkungan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
pada pembelajaran IPS kelas V SDN 3 Kilang tahun pelajaran 2010/2011.
B. PERKEMBANGAN SETELAH SIKLUS
Siklus I
- Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu
mengupayakan permohonan izin kepada STKIP Hamzanwadi Selong,
untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini merupakan
langkah awal untuk dapat diberikan oleh Kepala Sekolah dalam
melaksanakan penelitian tujuannya adalah agar peneliti mendapat
perlakukan yang baik dari Kepala Sekolah. Secara rinci ada beberapa hal
yang dipersiapkan dalam penelitian ini dalam tahapan ini sebagai berikut:
1. Membuat RPP
2. Menyiapkan Media Pembelajaran
3. Menyiapkan alat pengumpul data
- Pelaksanaan
Setelah tahapan perencanaan sudah selesai, dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan siklus I dengan langkah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran
yang sudah dibuat sendiri oleh peneliti.
2. Menggunakan media lingkungan sebagai media dalam proses
pembelajaran.
3. Pada proses pembelajaran tersebut dilakukan tanya jawab oleh guru
dari siswa.
57
4. Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang membutuhkan.
5. Pada akhir pembelajaran guru melakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat kemampuan dan daya serap siswa terhadap pelajaran yang
disajikan.
- Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini pads siklus I, peneliti lakukan untuk
mendapatkan data tentang pelaksanaan tindakan dan verifikasi tentang
motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SDN 3 Kilang.
Verifikasi ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui perubahan dan
kemajuan yang dialami oleh siswa tentang motivasi belajar IPS setelah
menggunakan media lingkungan. Selanjutnya untuk membuktikan hasil
observasi pada siklus I dapat dilihat pads tabel dibawah ini :
Tabel 2 : Hasil observasi penggunaan media lingkungan
No Hal-hal yang diamati Ya Tidak
1 Guru membuat rencana pembelajaran 2 Guru mengarahkan perhatian siswa kepada masalah
pokok
3 Guru menerapkan cara mengajar yang lebih interaktif 4 Guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar
5 Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rancangan 6 Guru menggunakan media pembelajaran 7 Guru memberikan stimulus untuk mengembangkan
berpikir siswa
8 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan
9 Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata
10 Guru dapat membangkitkan semangat/minat belajar siswa
11 Guru membimbing siswa baik secara kelompok atau individu
57
12 Guru mengajar dengan menyenangkan 13 Guru mengelompokkan siswa secara heterogen 14 Guru memberikan pembelajaran dengan tidak
membuat anak merasa takut
15 Guru melakukan tindak lanjut
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data penggunaan media
lingkungan dengan perolehan jawaban Ya sebanyak 13 dari 15 pemyataan
yang ada. Jadi skor maksimal adalah 13x2=26, skor perolehan selanjutnya
diprosentasekan . Dengan demikian penggunaan media
lingkungan sudah terlaksana dengan baik.
Adapun untuk mengetahui hasil belajar setelah diberikan tindakan
dapat dilihat dari basil tes pada siklus pertama. Adapun hasil tes tersebut
sebagai berikut :
Tabel 3 : Analisis hasil evaluasi siklus IMata pelajaran : IPSKelas :V
No Nama Siswa Hasil tes siklus I KKMKetuntasanYa Tidak
1 Amrul Jepri 70 60 2 Ayu Nur Alisa. 50 60 3 Dikia Praja 55 60 4 Dodi Saputra 60 60 5 Fahyal 85 60 6 Fera Anisa 75 60 7 Hapiz Kumiawan 50 60 8 Irza Salim 75 60 9 Ismawati 85 60 10 Jeni Ilham 90 60 11 Khairul Azwari 55 60 12 Khairudin 50 60 13 Kholid Saputra 85 60 14 M. Rozi Oktapiandi 85 60 15 Mahendra 55 60 16 Mariani 80 80
57
No Nama Siswa Hasil tes siklus I KKMKetuntasanYa Tidak
17 Misnawati 50 60 18 Nurti Haerani 75 60 19 Doadatul Islamiah 65 60 20 Rian Hariadi 55 60 21 Risnawati 90 60 22 Sopia Anisa 90 60 23 Suhhmm 85 60 24 Tota Ariskandi 90 60 25 Winda Novita Sari 55 60 26 Yan Hariadi 85 60 27 Zulkarnain 90 60
% ketuntasan 67% 33%
Berdasarkan nilai basil belajar pads siklus I terjadi peningkatan,
sebelum tindakan 30% siswa sudah tuntas, sedangkan setelah diberikan
tindakan mengalami peningkatan menjadi 67% siswa tuntas, ini artinya
terjadi peningkatan sebesar 37%.
- Refleksi
Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan peneliti setelah
melakukan tindakan maka dapat dianalisis bahwa hasil tes pada siklus I
perlu ada perbaikan. Perbaikan tersebut akan dilaksanakan pada siklus II.
Sebelum mengadakan perbaikan tersebut perlu diketahui
kelemahan-kelemahan pada siklus pertama dan tentunya akan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan perbaikan pada siklus II.
Kelemahan-kelamahan yang terjadi pada siklus I adalah:
1. Peneliti kurang menyiapkan media pembelajaran.
2. Seting kelas yang kurang baik.
3. Bimbingan yang perlu ditingkatkan kepada siswa yang membutuhkan
57
Kelebihan-kelebihan pads siklus I adalah
1. Dengan penggunaan media lingkungan siswa merasa senang, tidak
cepat bosan, tidak cepat mengantuk, siswa sangat antusias.
2. Sebelum pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu memotivasi dan
menarik minat peserta didik untuk belajar IPS.
Tindakan perbaikan yang akan dilakukan pads siklus II adalah:
1. Melengkapi media pembelajaran yang digunakan yang sesuai dan lebih
menarik.
2. Untuk memperoleh tentang motivasi belajar siswa peneliti
memberikan angket kepada siswa.
3. Memberikan bimbingan kepada siswa yang masih membutuhkan
4. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dengan maksud agar
siswa bisa berinteraksi dengan temannya dalam memecahkan masalah.
Siklus II
- Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II meliputi tindakan persiapan media
pembelajaran, alat pengumpul data dan menyiapkan strategi pembelajaran
yang lebih variatif.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II adalah lanjutan dari siklus I dan
melakasanakan solusi-solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang
muncul pada siklus I. Pelaksanaan siklus II ini untuk melihat penggunaan
media lingkungan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sekaligus
57
melihat peningkatan hasil belajar. Dengan demikian terjadi perbandingan
hasil siklus I dan siklus II dan diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar.
- Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini diarahkan kepada perbaikan motivasi
belajar sekaligus melihat peningkatan basil belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil pengamatan ini diharapkan mendapat data tentang
motivasi dan hasil belajar sesuai dari siklus I yang dilanjutkan ke siklus II.
Data yang diperoleh dari basil pengamtan akan dianalisis dan
sebagai bahan hasil pencatatan hasil akhir tindakan dan penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan evaluasi pada siklus II
diperoleh data aktual sebagai berikut:
Tabel 4 : Analisis basil evaluasi siklus IIMata pelajaran : IPSKelas : V
No Nama SiswaHasil tes siklus II
KKMKetuntasanYa Tidak
1 Amrul Jepri 75 60 2 Ayu Nur Alisa 50 60 3 Dikia Praja 55 60 4 Dodi Saputra 60 60 5 Fahyal 85 60 6 Fera Anisa 80 60 7 Hapiz Kurniawan 55 60 8 Irza Salim 75 60 9 Ismawati 80 60 10 Jeni Ilham 90 60 11 Khairul Azwari 65 60 12 Khairudin 60 60 13 Kholid Saputra 85 60 14 M. Rozi Oktapiandi 90 60 15 Mahendra 60 60
57
No Nama SiswaHasil tes siklus II
KKMKetuntasanYa Tidak
1§ Marian 80 60 17 Misnawati 60 60 18 Nurti Haerani 75 60 19 Doadatul Islamiah 70 60 20 Rian Hariadi 60 60 21 Risnawati 80 60 22 Sopia Anisa 85 60 23 Suhirman 85 60 24 Tota Ariskandi 90 60 25 Winda Novita Sari 60 60 26 Yan Hariadi 80 60 27 Zulkarnain 90 60
% Ketuntasan 89% 11%
Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas terjadi peningkatan
hasil belajar pada siklus II. Pada siklus I 67% siswa sudah tuntas belajar,
sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 89% siswa tuntas
belajar. Hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan media lingkungan pada pembelajaran IPS pada kelas V
SDN 3 Kilang. Dengan demikian penggunaan media lingkungan sangat
efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS
pada kelas V SDN 3 Kilang dan sekaligus bisa meningkatkan hasil belajar
siswa.
- Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan merujuk dari basil evaluasi
pada siklus II yang telah dilaksanakan ada perbaikan dari kendala-kendala.
yang muncul pada siklus I. Tindakan perbaikan yang direncanakan sesuai
dengan harapan. Pemyataan ini terbukti dengan adanya peningkantan basil
belajar siswa dari siklus I yang dilajutkan ke siklus II.
57
C. PEMBAHASAN HIPOTESIS, TINDAKAN
Hasil penelitian tindakan menunjukkan bahwa penelitian ini pada
siklus I Prosentase hasil belajar 67% pads siklus II terjadi peningkatan
menjadi 89% Berdasarkan analisis tersebut dibuktikan bahwa: Hipotesis
tindakan yang berbunyi Penggunaan media lingkungan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pads pembelajaran IPS kelas V SDN 3 Kilang dapat
diterima.
D. UJI VALIDITAS, DAN REALIBILITAS HASIL TES BELAJAR
- Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa
Uji validitas tes hasil belajar dibawah ini menggunakan Validitas
Bandingan yaitu tes pertama pertama dan tes kedua. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5: Analisis validitas badingan tes I dan Tes II
Nama Siswa Tes I (x) Tes II (y) XY X2 Y2
1 2 3 4 5 6
Amrul Jepri 7 7,5 52,5 49 56,25
Ayu Nur Alisa 5 5 25 25 25
Dikia, Praja 5,5 5'5 30,25 30,25 30,25
Dodi Saputra 6 6 36 36 36
Fahyal 8,5 8,5 72,25 72,25 72,25
Fera Anisa 7,5 8 60 56,25 64
Hapiz Kurniawan 5 5,5 27,5 25 30,25
Irza Salim 7,5 7,5 56,25 56,25 56,25
Ismawati 8,5 8 68 72,25 64
Jeni Ilham 9 9 81 81 81
Khairul Azwari 5,5 6,5 35,75 30,25 42,25
Khairudin 5 6 30 25 36
57
Kholid Saputra 8,5 8,5 72,25 72,25 72,25
M. Rozi Oktapiandi 8,5 9 76,5 72,25 81
Mahendra 5,5 6 33 30,25 36
Marian 8 8 64 64 64
Misnawati 5 6 30 25 36
Nurti Haerani 7,5 7,5 56,25 56,25 56,25
Doadatul Islamiah 6,5 7 45,5 42,25 49
Rian Hariadi 5,5 6 33 30,25 36
Risnawati 9 8 72 81 64
Sopia Anisa 9 8,5 76,5 81 72,25
Suhirman 8,5 8,5 72,25 72,25 72,25
Tota Ariskandi 9 9 81 81 81
Winda Novita Sari 5,5 6 33 30,25 36
Yan Hariadi 8,5 8 68 72,25 64
Zulkamain 9 9 81 81 81
27=Nx=
193,5
y=
198
xy=
1468,75
x2=
1449,75
y2=
1494,5
Harga r tabel (untuk N=27) = 0,381. Dengan demikian harga r-
hitung lebih besar dari pada r-tabel para taraf signifikansi 5%. Ini artinya
57
bahwa hasil tes belajar siswa adalah valid dan dapat digunakan lebih
lanjut.
- Uji Realibilitas Tes Hasil Belajar
Penentuan realibilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan
menggunakan formula Spaerman-Brown model Gasal Genap. Untuk lebih
jelasnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 6: Analisis Reliabilitas dengan model Gasal Genap
No SiswaSkor item bernomor
XY x y2
Gasal (x)Genap
(y)1 Amrul Jepri 8 7 56 64 492 Ayu Nur Alisa 4 6 24 16 363 Dikia Praja 4 7 28 16 494 Dodi Saputra 7 5 35 49 255 Fahyal 8 9 72 64 816 Fera Anisa 8 8 64 64 647 Hapiz Kumiawan 6 5 30 36 258 Irza Salim 7 8 56 49 649 Ismawati 7 9 63 49 8110 Jeni Ilham 9 9 81 81 8111 Khairul Azwari 8 5 40 64 2512 Khairudin 6 6 36 36 3613 Kholid Saputra 8 9 72 64 8114 M. Rozi Oktapiandi 10 8 80 100 6415 Mahendra 5 7 35 25 4916 Marian 9 7 63 81 4917 Misnawati 6 6 36 36 3618 Nurti Haerani 7 8 56 49 6419 Doadatul Islamiah 7 7 49 49 4920 Rian Hariadi 4 8 32 16 6421 Risnawati 6 10 60 36 10022 Sopia Anisa 8 9 72 64 8123 Suhirman 7 10 70 49 10024 Tota Ariskandi 10 8 80 100 6425 Winda Novita Sari 8 4 32 64 1626 Yan Hariadi 8 8 64 64 6427 Zulkarnain 8 10 80 64 100
57
N = 27 193 203 1466 1449 1597
Dari tabel perhitungan di atas telah berhasil kits ketahui N = 27, x
= 193, Y = 203, XY = 1466, x2 = 1449, dan y2 = 1597. Kita
masukkan kedalam rumus:
Jadi rxy = 0,213
Selanjutnya adalah menghitung koefisien reliabilitas tes dengan
menggunakan rumus:
Berdasarkan hasil-hasil perhitungan di atas, telah diperoleh
koefisien reliabilitas tes sebesar 0,351. Koefisien reliabilitas tes sebesar
0,351 itu ternyata jauh lebih besar dari 0,213. Dengan demikian tes hasil
belajar bidang studi IPS tersebut telah dinyatakan sebagai tes hasil belajar
yang mempunyai reliabilitas tinggi.
57
E. PEMBAHASAN
Dalam pembelajaran siswa untuk menarik minat dan motivasi belajar
IPS sangat diperlukan media pembelajaran dan strategi yang bervariasi supaya
siswa lebih senang dan tidak cepat bosan dalam belajar. Guru seharusnya
dapat mendesain pembelajaran yang dapat mengaktiflcan siswa dan guru hares
banyak berbuat hal-hal baru dalam menyajikan pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Inovasi bisa dilakukan guru dalam pendekatan, penggunaan media
pembelajaran, strategi pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
memotivasi siswa dalam belajar. Dengan media pembelajaran akan
memperbesar perhatian siswa sehingga saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung akan tumbuh minat siswa terhadap materi pelajaran. Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti penting, karena
dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Sebagai alas bantu media
lingkungan dapat melicinkan menuju tercapainya tujuan pembelajaran.
Hasil analisis data pada penelitian tindakan kelas ini menunjukkan
bahwa ternyata optimal untuk memperbaiki pembelajaran. Hasilnya sangat
positif pada setiap siklus yang telah dilaksanakan. Dari data yang dihasilkan
pada siklus I yang dilanjutkan ke siklus II terJadi peningkatan hasil belajar.
Pada siklus I 67 % siswa sudah tuntas belajar Dan padA siklus II
terjadi peningkatan menjadi 89% siswa yang tuntas belajar. Ini artinya bahwa
penelitian tindakan kelas ini yang menggunakan media lingkungan sangat
57
efektif dalam, meningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS
kelas V pada SDN 3 Kilang. Pemyataan ini dapat dibuktikan dengan hasil
belajar siswa yang sangat baik.
BAB V
PENUTUP
57
A. SIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan judul meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS kelas V dengan Menggunakan
Media Lingkungan di SDN 3 Kilang menggunakan dua siklus. Dalam setiap
siklus terjadi peningkatan hasil belajar. Pada siklus I prosentase hasil belajar
67% setelah dilakukan penelitian pada siklus II tedadi peningkatan hasil
belajar siswa menjadi 89%. Temuan ini membuktikan bahwa siswa
termotivasi belajar IPS pada siswa kelas V SDN 3 Kilang dengan
menggunakan media lingkungan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. SARAN-SARAN
Beberapa saran yang diajukan terkait hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Kepada guru supaya menggunakan media pembelajaran untuk
menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa.
2. Diharapkan kepada guru untuk memberikan bimbingan secara intensif
kepada siswa yang membutuhkan.
3. Apabila menggunakan media pembelajaran sebaiknya guru harus
memadukan dengan strategi yang bervariasi.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin, 2005. Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Jakarta
Ahmad Rohani, Dkk, 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Arief S. Sadiman, 2008. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grapindo Persada
Dimiyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta
Din Wahyudin, Dkk, 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Jakarta
Hera Lestari. 2005. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta : Universitas Jakarta
Ischak, 2003. Pendidikan IPS SD. 2003. Jakarta: Universitas Jakarta
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
M. Chabib Thoha, 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Moleong Lexy, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik, 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Riduan. 2005. Belajar Mudah Untuk Guru Kariawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Sardiman. 2001. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suharsimi Arikunto, 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Udin S. Wiantaputra, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Jakarta.
Udin S. Winata Putra, 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Jakarta.
Yuhdi Munadi, 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pers.
57
57