106
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, untuk mendapatkan generasi bangsa yang kuat. Selain itu kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Di Indonesia, laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. 1 Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup. Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorbs nutrisi 1

Skripsi Indah Nisita Putri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Indah Nisita Putri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan

sehari-hari, untuk mendapatkan generasi bangsa yang kuat. Selain itu

kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat agar terwujud kesehatan masyarakat

yang optimal.

Di Indonesia, laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) Depkes RI menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan dan

tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi

meliputi 60% penduduk.1 Gigi dan mulut merupakan investasi bagi

kesehatan seumur hidup. Peranannya cukup besar dalam

mempersiapkan zat makanan sebelum absorbs nutrisi pada saluran

pencernaan, disamping fungsi psikis dan sosial.2 Penyakit gigi yang

banyak diderita masyarakat adalah karies dan penyakit periodontal.

Sedangkan berdasarkan laporan Profil Kesehatan Gigi menunjukkan

bahwa 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaannya atau murid

sekolah tidak masuk sekolah dengan alasan karena sakit gigi, dengan

nilai rata-rata tidak masuk sekolah karena sakit gigi adalah 3,86 hari.

1

Page 2: Skripsi Indah Nisita Putri

2

Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak

menimbulkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja.3

Hal terpenting dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah

kesadaran dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut personal. Hal ini

begitu penting karena kegiatannya dilakukan di rumah tanpa ada

pengawasan dari siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan,

pemahaman, kesadaran serta kemauan dari pihak individu untuk

menjaga kesehatan mulutnya. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

tersebut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak atau menghilangkan

plak secara teratur.

Plak merupakan lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung

bakteri, melekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk di dalam

mulut dan bila bercampur dengan gula yang ada di dalam makanan

yang kita makan, akan membentuk asam. Asam ini akan berada di

dalam mulut dalam jangka waktu yang lama, karena gula hasil

fermentasi membuat plak menjadi lebih melekat. Plak atau debris di

permukaan gigi dapat dipakai sebagai salah satu indikator kebersihan

mulut. Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan plak makin

melekat dan akan menjadi karang gigi setelah mengalami kalsifikasi

(pengapuran).4

Telah sejak lama (sejak tahun 1951) pemerintah Indonesia

mengupayakan usaha peningkatan pengetahuan kesehatan gigi anak

usia sekolah dasar melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).5

Page 3: Skripsi Indah Nisita Putri

3

Program UKGS tersebut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi

dan mulut pada anak Sekolah Dasar (SD) yang menitik beratkan pada

upaya penyuluhan dan gerakan sikat gigi masal, serta pemeriksaan

kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid.6 Usia sekolah dasar (6-12

tahun) dipilih karena merupakan periode usia yang penting bagi

perkembangan manusia. Pada usia ini anak mulai mengalami

perubahan yang cepat dalam menerima informasi, mengingat,

membuat alasan, dan memutuskan tindakan. Pada useia inilah anak

mulai belajar tentang semua kompetensi diri.3,5

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang

ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di

antaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan

benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode

penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.

Kelompok anak usia sekolah dasar ini termasuk kelompok

rentan untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut, sehingga perlu

diwaspadai atau dikelola secara baik dan benar.7

SKRT 2001 menunjukkan hanya 9,3% penduduk yang

menyikat gigi sangat sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah

makan pagi dan sebelum tidur malam) dan 12,6% penduduk menyikat

Page 4: Skripsi Indah Nisita Putri

4

gigi sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah makan pagi atau

sebelum tidur malam). Sebagian besar penduduk (61,5%) menyikat gigi

kurang sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah bangun tidur),

bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Keadaan ini menyebabkan perlu

ditingkatkan program sikat gigi masal sesuai anjuran program di

sekolah dengan mempertimbangkan sarana dan media informasi

terutama pada usia dini, karena perilaku merupakan kebiasaan yang

akan lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini.2

Anak-anak biasanya mempunyai kecenderungan untuk

membersihkan gigi (menyikat gigi) hanya pada bagian-bagian tertentu

saja yang disukai, yaitu permukaan labial gigi anterior dan permukaan

oklusal gigi molar bawah. Perilaku menyikat gigi anak terbentuk melalui

proses belajar, baik mencontoh maupun bimbingan orang tua atau

pengasuhnya.

Pendidikan cara-cara penyikatan gigi bagi anak-anak perlu

diberikan contoh suatu model yang baik serta dengan teknik yang

sederhana mungkin. Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan

mulut pada anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain

melalui penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan,

demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat

gigi massal yang terkontrol.7

Desa Padang Loang merupakan salah satu desa yang ada di

Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan

Page 5: Skripsi Indah Nisita Putri

5

dengan luas wilayah 2889 km2 yang dihuni oleh 3.144 jiwa (788 Kepala

keluarga). Di Desa Padang Loang ini terdapat tiga sekolah dasar yaitu

Sekolah Dasar Inpres Padang Loang dengan jumlah siswa 112,

Sekolah Dasar 260 Banga dengan jumlah siswa 136 dan Sekolah

Dasar Inpres Palita dengan jumlah siswa 129, dimana setiap sekolah

dasar ini belum memiliki Unit Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Di Desa

Padang Loang juga terdapat satu Pusat Kesehatan Desa (PusKesDes)

yang tidak mempunyai tenaga kesehatan gigi dan mulut serta letak

cukup jauh dari ketiga Sekolah Dasar tadi. Berdasarkan data yang

diperoleh dari kantor desa setempat, bahwa di Desa Padang Loang

khususnya pada anak sekolah dasar belum mempunyai data tentang

status kesehatan gigi dan mulut.

Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk dilakukan sebab

selain peneliti tertarik melakukan penelitian di Desa Padang Loang

dengan tujuan menemukan efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

terhadap status kesehatan gigi dan mulut, khususnya dalam

menurunkan indeks plak pada anak sekolah dasar, juga dapat

berfungsi sebagai pendataan status kesehatan gigi dan mulut anak

sekolah di Desa Padang Loang tersebut. Sehingga plak yang

merupakan salah satu sumber permasalahan pada gigi ini dapat

dicegah sedini mungkin. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis

mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Efek Penyuluhan

Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Demonstrasi Cara Menyikat Gigi

Page 6: Skripsi Indah Nisita Putri

6

terhadap Penurunan Indeks Plak pada Murid Kelas VI Sekolah Dasar di

Desa Padang Loang, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, diajukan

permasalahan:

1. Apakah ada efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak

pada murid kelas VI sekolah dasar?

2. Apakah ada perbedaan penurunan plak setelah penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi

pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

dengan demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks

plak pada murid kelas VI sekolah dasar.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui perbedaan penurunan plak setelah

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara

menyikat gigi pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis

kelamin.

Page 7: Skripsi Indah Nisita Putri

7

1.4 HIPOTESIS PENELITIAN

1. Terdapat efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

demonstrasi cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak

pada murid kelas VI sekolah dasar.

2. Terdapat perbedaan penurunan plak setelah penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut dengan demonstrasi cara menyikat gigi

pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk mahasiswa :

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

peneliti saat melakukan penelitian.

2. Untuk instansi :

a. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu

acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai data

status kesehatan gigi dan mulut khusus pada murid sekolah

dasar di daerah tempat dilakukannya penelitian.

3. Untuk masyarakat :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode

demonstrasi terhadap penurunan indeks plak terutama pada murid

kelas VI sekolah dasar.

Page 8: Skripsi Indah Nisita Putri

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK

2.1.1. Definisi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

Penyuluhan adalah proses belajar secara non formal kepada

sekelompok masyarakat tertentu, dimana pada penyuluhan kesehatan

gigi dan mulut diharapkan terciptanya suatu pengetian yang baik

mengenai kesehatan gigi dan mulut.8

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya-upaya

yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok orang

atau masyarakat sehingga mempunyai kemampuan dan kebiasaan

untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut.8

Penyuluhan kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu

usaha menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini bahwa

kesehatan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara

umum. Penyuluhan kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan

pemberdayaan perorangan dan masyarakat guna tercapainya tingkat

kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang. Penyuluhan

kesehatan gigi ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab

pemerintah, akan tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak.5

Page 9: Skripsi Indah Nisita Putri

9

Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya

mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada

aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga

pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang

diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya

akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan.9

2.1.2. Tujuan Penyuluhan

Pasal 38 Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan: “Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan

guna meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat untuk tetap hidup sehat dan aktif berperan

serta dalam upaya kesehatan”.10

Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan sasaran di bidang

kesehatan gigi dan mulut.

2. Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat

dan individu untuk meningkatkan dan melestarikan

kebiasaan pelihara diri di dalam bidang kesehatan gigi dan

mulut.

3. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut baik sendiri

maupun kesehatan keluarga.

Page 10: Skripsi Indah Nisita Putri

10

4. Mampu menjalankan upaya mencegah terjadinya penyakit

gigi dan mulut serta menjelaskan kepada keluarganya

tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

5. Mampu mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini

mungkin kemudian mencari sarana pengobatan yang tepat

dan benar.11

Menurut Budiharto (1998), terdapat beberapa jenis penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut namun yang paling sering digunakan adalah

penyluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain.8 Yang

tidak kalah pentingnya adalah lama waktu penyuluhan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada anak usia sekolah dasar,

biasanya anak hanya bisa berkonsentrasi penuh dalam waktu sekitar

20 menit. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang optimal,

penyampaian penyuluhan kesehatan gigi pada anak ini hendaknya

tidak melebihi waktu tersebut.5

Salah satu manfaat penyuluhan kesehatan kesehatan gigi dan

mulut yaitu penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang

melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok

maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai

kesehatan gigi dan mulutnya sehingga dengan sadar mau mengubah

perilakunya menjadi perilaku sehat. Penyuluhan diharapkan dapat

Page 11: Skripsi Indah Nisita Putri

11

memberi manfaat yang berkesinambungan dengan sasaran

perubahan konsep sehat pada aspek pengetahuan, sikap dan perilaku

individu maupun masyarakat.12

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Pengetahuan dibagi dalam 6

tingkatan :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

Page 12: Skripsi Indah Nisita Putri

12

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktuk organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek.12

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya yaitu pengalaman, ekonomi, lingkungaan sosial,

pendidikan, paparan media dan informasi, akses layanan

kesehatan.

Page 13: Skripsi Indah Nisita Putri

13

a) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman,

baik pengalaman pribadi maupun dari pengalaman

orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran.

b) Ekonomi (pendapatan)

Faktor pendapatan keluarga sangat mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan pokok dan sekunder dalam

keluarga. Keluarga dengan status ekonomi baik

akan lebih baik tercukupi bila dibandingkan dengan

keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini

akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan

kebutuhan informasi pendidikan yang termasuk

dalam kebutuhan sekunder.

c) Lingkungan Sosial ekonomi

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam

kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang

lain, individu yang dapat berinteraksi dengan lebih

banyak dan baik, maka akan lebih besar

mendapatkan informasi.

d) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan sangat

berpengaruh dalam pemberian respon terhadap

Page 14: Skripsi Indah Nisita Putri

14

sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang

lebih rasional terhdap informasi yang datang dan

akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan

mereka dapatkan.

e) Paparan Media dan Informasi

Melalui berbagai mediam baik cetak maupun

elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh

masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering

terpapar di media massa (TV, Radio, Majalah) akan

memperoleh informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah

terpapar informasi media massa.

f) Akses Layanan Kesehatan atau Fasilitas

Kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan

kesehatan tentunya akan sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan khususnya dalam bidang

kesehatan.12

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.12

Page 15: Skripsi Indah Nisita Putri

15

Dalam aspek kesehatan gigi khususnya, bahwa

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sangat penting

termasuk cara menjaga kebersihan gigi dan mulut karena

pengetahuan merupakan faktor domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, artinya perilaku atau

praktik keseharian anak dalam menjaga kesehatan gigi

sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuannya tentang

kesehatan gigi.7

b. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang atau tidak

senang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik, dan

sebagainya). Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu. Sikap relatif konstan dan agak

sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap

berarti adanya tekanan yang kuat. 12

Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor misalnya pengalaman pribadi, kebudayaan, orang

yang berpengaruh, media massa, institusi pendidikan

maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap

Page 16: Skripsi Indah Nisita Putri

16

merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain

karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya.12

c. Perilaku

Salah satu manfaat penyuluhan ialah tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan

lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal merupakan

salah satu tujuan dilakukannya penyuluhan kesehatan.12

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan adalah niat

yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang

tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan. Dari pandangan biologis tindakan

merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan.12

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan :

a) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan

memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

Page 17: Skripsi Indah Nisita Putri

17

b) Respons terpimpin (guided response), yaitu

tingkah laku yang dilakukan sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan yang telah

dicontohkan.

c) Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang

telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau sesuatu itu sudah

merupakan kebiasaan.

d) Adopsi (adoption), yaitu tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.12

Faktor perilaku memegang peranan penting dalam

mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut seseorang

termasuk tentang bagaimana menjaga kebersihan gigi

dengan menyikat gigi. Belum optimalnya status kesehatan

gigi dan mulut di sekolah dasar umumnya disebabkan oleh

karena perilakunya belum menunjukkan perilaku sehat.7

2.1.3. Komponen Penyuluhan

Berhasil atau tidaknya penyuluhan ditentukan oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah kondisi dari interaksi

antara komponen-komponen penyuluhan. Komponen penyuluhan

adalah sebagai berikut :

Page 18: Skripsi Indah Nisita Putri

18

a. Penyuluh

Penyuluh adalah pihak yang memberikan informasi

terhadap sasaran. Penyuluh dapat terdiri dari seseorang,

beberapa orang maupun lembaga. Menyuluh tentang

kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik, juga

membutuhkan kompetensi educational tambahan sehingga

seorang penyuluh kesehatan dapat bekerja dengan setting

yang berbeda dan menggunakan strategi-strategi yang tepat

untuk tujuan educational.

b. Sasaran

Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari

pihak penyuluh. Dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

perlu diperhatikan tingkat kemampuan masing-masing

sasaran sesuai dengan kriteria sasaran yang dikehendaki.

c. Pesan

Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan

oleh penyuluh kepada sasaran. Pesan dapat berbentuk lisan

maupun tulisan.

d. Media

Media merupakan alat bantu pendidikan yang

digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat oleh sasaran. Disebut media

pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran

Page 19: Skripsi Indah Nisita Putri

19

untuk menyampaikan karena alat-alat tersebut digunakan

untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan

bagi masyarakat ataupun klien.13

2.1.4. Metode penyuluhan

Metode penyuluhan yang umum digunakan adalah metode

didaktik (one way method) dan metode sokratik (two way method).

Pada metode didaktik pendidik cenderung aktif sedangkan siswa

sebagai sasaran pendidik tidak diberi kesempatan mengemukakan

pendapat. Ceramah merupakan salah satu metode didaktik yang baik

digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-

anak sekolah dasar.14

Yang termasuk metode ini antara lain :

a. Metode ceramah

b. Siaran melalui radio,

c. Pemutaran film/terawang (slide),

d. Penyebaran selebaran,

e. Pameran.15

Metode sokratik dilakukan dengan komunikasi dua arah antara

siswa dan pendidik. Peserta didik diberikan kesempatan

mengemukakan pendapat dan dua orang atau lebih dengan latar

belakang berbeda bekerja sama saling memberikan keterangan dan

ikut serta dalam menyatakan pendapat. Salah satu metode sokratik

yang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada

Page 20: Skripsi Indah Nisita Putri

20

anak-anak sekolah dasar adalah demonstrasi. Pada metode

demonstrasi materi pendidikan disajikan dengan memperlihatkan cara

melakukan suatu tindakan atau prosedur. Diberikan penerangan-

penerangan secara lisan, gambar-gambar, dan ilustrasi. Tujuan

metode demonstrasi yaitu untuk mengajar seseorang atau siswa

bagaimana melakukan suatu tindakan atau memakai suatu produksi

baru. Keuntungannya dapat menjelaskan suatu prosedur secara

visual, sehingga mudah dimengerti dan siswa dapat mencoba

pengetahuan yang diterimanya. Kerugian pada metode ini diperlukan

alat-alat dan biaya yang besar serta perencanaannya memakan waktu

yang lama.14

Yang termasuk metode ini adalah :

a. Wawancara,

b. Demonstrasi,

c. Sandiwara,

d. Simulasi,

e. Curah pendapat,

f. Permainan peran (roll playing), dan

g. Tanya jawab.15

Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian

atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan

berbagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan atau

menggunakan suatu prosedur.15

Page 21: Skripsi Indah Nisita Putri

21

Demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan

pengajaran/penyuluhan dengan cara mempertunjukkan secara

langsung obyeknya atau cara melakukan sesuatu atau

mempertunjukkan suatu proses.15

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

demonstrasi adalah salah satu cara menyajikan informasi dengan

cara mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau menunjukkan

suatu proses atau prosedur. Penyajian ini disertai penggunaan alat

peraga dan tanya jawab. Biasanya demonstrasi diberikan kepada

kelompok individu yang tidak terlalu besar jumlahnya.15

Tujuan metode demonstrasi ialah :

a. Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara

membuat sesuatu dengan prosedur yang benar, misalnya

memperlihatkan bagaimana cara membersihkan gigi dan

gusi yang benar, alat dan bahan apa yang digunakan,

bentuk dan tipenya,dan bagaimana cara menggunakannya.

b. Meyakinkan kepada kelompok bahwa ide tersebut bisa

dilaksanakan setiap orang.

c. Meningkatkan minat orang untuk belajar, dan mencoba

sendiri dengan prosedur yang didemonstrasikan.15

Keuntungan metode demonstrasi ialah:

a. Dengan demonstrasi proses penerimaan sasaran terhadap

materi penyuluhan akan lebih berkesan secara mendalam

Page 22: Skripsi Indah Nisita Putri

22

sehingga mendapatkan pemahaman atau pengertian yang

lebih baik dan sempurna, terlebih bila peserta dapat turut

serta secara aktif melakukan demonstrasi.

b. Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan membaca

atau mendengar karena presepsi yang jelas diperoleh dari

hasil pengamatan.

c. Benda-benda yang digunakan benar-benar nyata sehingga

hasrat untuk mengetahui lebih dalam dan rinci dapat

dikembangkan.

d. Peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta.

e. Dengan mengamati demonstrasi, masalah atau pertanyaan

yang ada dapat terjawab.15

Kerugian metode demonstrasi yaitu :

a. Demonstrasi merupakan metode yang tidak efektif apabila

alat atau benda yang diperagakan termasuk alat berat atau

tidak dapat diamati dengan jelas karena agak rumit, atau

jumlahnya terbatas sehingga hanya beberapa orang yang

mempunyai kesempatan untuk mempraktikkannya.

b. Apabila bendanya kecil, benda itu hanya dapat dilihat

secara nyata oleh beberapa orang yang berdekatan

dengan pembicara.

c. Kurang cocok untuk jumlah peserta yang banyak.15

Page 23: Skripsi Indah Nisita Putri

23

Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak

merupakan hal yang sangat penting. Alat bantu pendidikan adalah

alat-alat yang dipakai oleh pendidik di dalam menyampaikan bahan

pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena

berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu di dalam proses

pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa

pengetahuan yang ada pada setiap siswa dapaat diterima atau

ditangkap melalui panca indera.14

Alat bantu dalam pendidikan mempunyai peran dalam

mempertinggi kemampuan belajar, memperkuat daya ingat,

memperbesar minat, dan mempermudah penghayatan. Alat peraga

langsung yang dianggap paling efektif untuk anak-anak adalah model.

Model yaitu alat peraga yang dapat dilihat dan diamati, yang dapat

berupa alat yang sebenarnya ataupun dibuat meniru aslinya. Siswa

yang diberi pendidikan dapat melihat, merasakan, dan menelitinya.

Alat peraga langsung membantu para siswa dalam mengartikan atau

mempelajari suatu bahan pendidikan sehingga para siswa lebih

banyak kemungkinan untuk belajar.14

Masa usia anak adalah transisi dalam interaksi sosial dimana

terjadi perubahan figur tokoh (model) akan berpengaruh pada diri

anak, dimana tokoh ibu akan digantikan dengan tokoh guru. Untuk itu

didalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu adanya kerja

sama yang baik dengan guru. Menurut Piaget, pola perkembangan

Page 24: Skripsi Indah Nisita Putri

24

anak dibagi menjadi 4 tahapan : stadium Sensorimotorik (0-18 atau 24

bulan), Stadium Praoperasional (1-7 tahun), Stadium operasional

konkrit (7-11 tahun), Stadium operasional formal (11-15 tahun atau

lebih). Makin tinggi umur anak, tingkah lakunya makin terorganisasi

dan mempunyai tujuan-tujuan yang dikenal sebagai tingkah laku

bermotif. Selanjutnya Harlod menyatakan, ada beberapa teori tentang

proses perubahan perilaku antara lain: pengembangan serta

penyebaran (research development and dissemination), dan

perubahan sikap (Attitude Change).8

2.2 PLAK GIGI

2.2.1 Definisi plak gigi

Plak gigi adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan

mengandung aneka ragam bakteri yang melekat erat pada permukaan

gigi. Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur-kumur,

semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapat diberihkan dengan

cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk

membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.16

Plak dapat digambarkan sebagi lapisan yang kadang-kadang

tebalnya sampai 2 mm pada semua permukaan mulut, terutama pada

permukaan gigi dan sering juga pada permukaan gingival dan lidah.

Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai

dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh

pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika menumpuk,

Page 25: Skripsi Indah Nisita Putri

25

plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan

kuning.17

2.2.2 Komposisi Plak

Plak terdiri dari 20% bahan organik dan anorganik dan sisanya

adalah air. Bahan organik meliputi kompleks protein polisakarida yang

terdiri dari karbohidrat dan protein kira-kira 30% dan lemak kira-kira

15%. Komponen ini merupakan produk ekstraseluler dari bakteri plak,

sisa-sisa sitoplasmik dan membran sel, hasil pengunyahan makanan

dan derifat glikoprotein. Karbohidrat yang terbesar ditemukan pada

plak supragingiva adalah dextran, levan dan galaktose, yang

diproduksi oleh bakteri polisakarida kira-kira 9,5% dari total plak.11

Komponen anorganik yang terdapat dalam plak adalah kalsium,

fosfor sedangkan magnesium, potassium dan sodium ditemukan

dalam jumlah yang kecil. Kandungan anorganik tertinggi ditemukan

pada permukaan lingual incisivus bawah. Ion kalsium ini ikut

membantu perlekatan antara bakteri dan antar bakteri dengan pelikel.

Sehingga, hampir 70-80% komponen anorganik ditemukan sebagai

kristalin calcium phosphate.18

Plak yang terletak terbentuk sempurna, selain bakteri dapat

pula berisi mikroorganisme lain. Mycoplasma telah berhasil

ditemukan, dan sejumlah kecil lagi protozoa juga ada. Mikroorganisme

pada bakteri plak yang hampir selalu ditemukan adalah golongan

Page 26: Skripsi Indah Nisita Putri

26

streptococcus dan lactobacillus. Selain itu, ditemukan juga golongan

jamur actinomycetes.18

Susunan komponen bakteri dan biokimia plak bervariasi dan

tergantung pada konsentrasi bakteri dalam saliva, oksigen komposisi

makanan serta adanya penyakit periodontal.18

Plak gigi bukan merupakan sisa makanan dan

pembentukannya tidak ada hubungannya dengan konsumsi makanan.

Plak supra gingivalebih cepat terbentuk pada saat tidur, kemudian

pada saat tidak ada makanan dikunyah, serta pada saat makan. Hal

ini terjadi karena aksi mekanik makanan dan aliran saliva pada saat

mastikasi menyebabkan plak sulit terbentuk.17

2.2.3 Mikroorganisme Plak

Plak yang terletak terbentuk sempurna, selain bakteri dapat

pula berisi mikroorganisme lain. Mycoplasma telah berhasil

ditemukan, dan sejumlah kecil lagi protozoa juga ada. Mikroorganisme

pada bakteri plak yang hampir selalu ditemukan adalah golongan

Streptococcus dan Lactobacillus. Selain itu, ditemukan juga golongan

jamur actinomycetes.18

Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi pada

setiap orang, serta menurut umur plak itu sendiri. Plak muda (1-2 hari)

sebagian besar terdiri dari bakteri gram-negatif yang berbentuk kokus

dan batang. Organisme ini biasanya tumbuh pada pelikel

mikropolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini

Page 27: Skripsi Indah Nisita Putri

27

melekat pada email, sementum atau dentin. Setelah 2-4 hari,

perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme dalam plak. Selain bakteri

gram-negatif kokus dan gram-negatif batang bertambah banyak, jenis

bacili fusiformis dan filament semakin jelas.18

Pada hari ke-4 hingga ke-9, ekologi mikroorganisme plak

menjadi semakin kompleks dengan bertambahnya jumlah bakteri motil

seperti spirilla dan spirochete.18

2.2.4 Unsur-Unsur Lain dalam Plak

Walaupun organisme terkolonisasi adalah unsur plak, terdapat

komponen lain yang dapat diidentifikasi dengan mikroskop fase

kontras, yaitu:

a. Sel epitel. Sel-sel ini hampir selalu ditemukan pada sampel

plak. Gambaran yang terlihat terdiri dari berbagai tingkat

integritas anatomi, dari bentuk sel terdeskuamasi dengan

nuklei yang besar dan dinding sel jelas hingga gambaran

sel “hantu” (ghosts), dengan bakteri bergerombol

mengelilingi sel-sel epitel.

b. Sel darah putih. Leukosit, biasanya sel neutrofil

polimorfonuklear (PMN), dapat ditemukan dalam berbagai

tingkatan vitalitas pada beberapa fase inflamasi.

c. Eritrosit. Sel eritrosit ini terlihat pada sampel yang diambil

dari permukaan gigi di sekitar gingival yang mengalami

ulserasi.

Page 28: Skripsi Indah Nisita Putri

28

d. Protozoa. Genera protozoa tertentu, seperti Entamoeba

dan Trichomonas, sering ditemukan pada plak yang diambil

dari permukaan gigi yang mengalami gingivitis akut dan

dari dalam poket periodontal.

e. Partikel makanan. Secara mikroskopis, kadang-kadang

terlihat partikel makanan. Paling sering ditemukan adalah

serabut otot/daging, dengan ciri adanya striae otot.

f. Komponen lain. Di dalam plak mungkin juga terdapat

elemen yang tidak spesifik, seperti partikel berbentuk kristal

(fragmen halus sementum, kalsifikasi awal atau partikel

makanan yang tidak teridentifikasi) dan apa yang

kelihatannya merupakan fragmen sel juga ditemukan dalam

plak.18

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi proses pembentukkan plak gigi

Menurut Carlsson yang dikutip dalam buku ilmu pencegahan

penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi, faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah sebagai

berikut ;

a. Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi

jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas

terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan

disclosing. Pada daerah terlindung karena kecembungan

permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada

Page 29: Skripsi Indah Nisita Putri

29

permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, pada

permukaan email yang banyak cacat, dan pada daerah

pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak

yang terbentuk lebih banyak.

b. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini

hanya terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindung.

Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau

mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.

c. Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti

dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan

pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di

dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak,

mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi.

Ternyata plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak

mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang

mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan

menghasilkan dekstran dan levan yang memegang

peranan penting dalam pembentukan matriks plak.17

Kariogenitas makanan tergantung pada beberapa faktor,

misalnya konsentrasi sukrosa, sifat perlekatan makanan

pada permukaan gigi, kecepatan pembersihan rongga

mulut dan kualitas pembersihan.19

Page 30: Skripsi Indah Nisita Putri

30

2.2.6 Mekanisme Pembentukan Plak Gigi

Mekanisme pembentukan plak gigi ialah sebagai berikut :

a. Proses pembentukan plak ini terdiri atas dua tahap. Tahap

pertama merupakan tahap pembentukan lapisan acquired

pelicle sementara tahap kedua merupakan tahap proliferas

bakteri.

b. Pada pertama, setelah acquired pelicle terbentuk, bakteri

mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks

interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler,

yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein

saliva. Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida

ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu

Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus

sanguis, Streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam

pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis

kokus pada tahap awal proliferasi bakteri.

Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak

bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolism dan

adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar plak,

lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob.

c. Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua

sampai empat hari, kokus gram negatif dan basilus akan

bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%), dengan 15%

Page 31: Skripsi Indah Nisita Putri

31

di antaranya terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob.

Pada hari kelima Fusobacterium, Aactinomyces, dan

Veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya.17

2.2.7 Hubungan plak dengan karies gigi

Jenis bakteri yang dominan pada plak gigi adalah jenis

streptokokus, sedangkan jenis bakteri yang lain ditemukan bervariasi,

begitu juga jumlahnya. Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu

dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi berbagai jenis

karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH,

membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari

berbagai jenis karbohidrat yang dapat dipecahkan kembali oleh

bakteri bila karbohidrat kurang sehingga menghasilkan asam terus

menerus, membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang

menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan

gigi, serta menggunakan glikoprotein dan saliva pada permukaan gigi.

17

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

glukosa dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam sehingga

menyebabkan pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam

tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulangulang dalam waktu

tertentu akan menyebabkan demineralisasi permukaan yang rentan

dan proses kariespun dimulai. Makin sering keadaan asam di bawah

Page 32: Skripsi Indah Nisita Putri

32

pH 5,5 terjadi dalam plak, makin cepat karies terbentuk dan

berkembang.17

2.2.8 Hubungan plak dengan penyakit periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi diawali oleh

bakteri yang terakumulasi dalam plak sehingga menyebabkan

peradangan pada gingiva. Plak yang terletak pada gigi dekat gingiva,

prosesnya akan berlangsung mulai dari marginal dan mengarah pada

penyakit-penyakit periodontal (gingivitis marginal, periodontitis

marginal, bahkan hingga abses periodontal). Plak pada margin gingiva

jika tidak dihilangkan secara cermat akan mengalami pengapuran dan

menjadi keras. Plak yang mengeras ini disebut kalkulus yang tidak

dapat dihilangkan dengan menggunakan sikat gigi ataupun benang

gigi, namun diperlukan bantuan dokter gigi untuk menghilangkannya.

Pasien dengan penyakit periodontal sering mengabaikan penyakit

tersebut karena sakit pada giginya tidak mengganggu aktivitas, jarang

konsultasi ke dokter gigi sehingga proses periodontal akan terus

berlanjut jika tidak dikenali dan ditangani lebih lanjut. Deteksi

terlambat pada proses periodontal menyebabkan pembentukan dan

peradangan poket, seringkali gigi sudah goyang dan penanganan

lebih sulit. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengenalan dan upaya-

upaya pencegahan dini dari proses tersebut.18

Page 33: Skripsi Indah Nisita Putri

33

2.3 PENYINGKIRAN PLAK DENGAN PENYIKATAN GIGI

Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur-kumur,

semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapat diberihkan dengan

cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk

membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.16

2.3.1 Pemilihan sikat gigi

American Dental Association (ADA) menganjurkan bentuk sikat

gigi yang baik harus mempunyai :

a. Kepala sikat kecil, panjangnya 1-1,25 inci (2,5 – 3 cm).

Lebarnya 5/16-3/8 inci, dengan 2-4 baris serabut sikat, tiap

serabut terdiri dari 5-12 berkas.

b. Permukaan serabut sikat datar/rata.

c. Serabut sikat elastis.20

Dokter gigi menyarankan menggunakan sikat gigi dengan

kepala kecil agar dapat menjangkau setiap bagian mulut dengan

mudah. Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut, bulu yang

keras dapat merusak gigi dan gusi. Bulu sikat sebaiknya sintesis

karena dapat menyerap bakteri. Sikat gigi sebaiknya diganti kira-kira

setiap dua atau tiga bulan.20

2.3.2 Pemakaian pasta gigi

Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat

gigi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi-geligi,

Page 34: Skripsi Indah Nisita Putri

34

serta memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma

yang terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan.

Pasta gigi biasanya mengandung bahan-bahan abrasif, pembersih,

bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga

ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet. Fluor dan air.

Bahan abrsif dapat membantu melepaskan plak dan pelikel tanpa

menghilangkan lapisan email.17

Penggunaan fluor pada pasta gigi adalah untuk melindungi gigi

dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolism

bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui

perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi

kimia : Ca10(PO4)6.(OH)2+F Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan email

yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses

demineralisasi dan meningkatkan reminerlisasi yang merangsang

perbaikan dan menghentikan lesi karies.21

2.3.3 Teknik penyikatan gigi

Teknik menyikat gigi adalah cara yang umum di anjurkan

untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi

dan merupakan tindakan preventif dalam menuju keberhasilan dan

kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh karena itu, teknik

menyikat gigi harus di mengerti dan dilaksanakan secara aktif dan

teratur. Ada beberapa teknik yang berbeda-beda untuk

membersihkan gigi dan memijat gusi dengan sikat gigi.17

Page 35: Skripsi Indah Nisita Putri

35

Dalam penyikatan gigi harus memperhatikan hal-hal berikut.

a. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua

permukaan gigi dan gusi secara efisien terutama daerah

saku gusi dan daerah interdental.

b. Pergerakan sikat gig tidak boleh menyebabkan kerusakan

jaringan gusi atau abrasi gigi.

c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efisien

waktu.17

Frekuensi Penyikatan gigi sebaiknya 3 kali sehari,

setiap kali sesudah makan, dan sebelum tidur. Namun,

dalam praktiknya hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan,

terutama pada siang hari ketika seseorang berada di

kantor, sekolah, atau di tempat lain. Manson (1971)

berpendapat bahwa penyikatan gigi sebaiknya dua kali

sehari, yaitu setiap kali setelah makan pagi dan sebelum

tidur. 17

Lamanya penyikatan gigi yang di anjurkan adalah

minimal 5 menit, tetapi sesungguhnya ini terlalu lama.

Umumnya orang melakukan penyikatan gigi maksimum 2

menit. Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya tidak

ada gigi yang terlewat, yaitu mulai dari posterior ke anterior

dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.18

Page 36: Skripsi Indah Nisita Putri

36

Kebanyakan teknik penyikatan gigi dapat di golongkan ke

dalam enam golongan berdasarkan macam gerakan yang dilakukan,

yaitu:

1. Teknik Vertikal

Teknik vertikal dilakukan dengan kedua rahang

tertutup, kemudianpermukaan bukal gigi disikat dengan

gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan lingual

dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan mulut

yang terbuka.

Gambar 1 Teknik Penyikatan Vertikal; A. dari atas ke bawah, B. dari bawah ke atasSumber : Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi.

2. Teknik Horizontal

Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan

ke depan dan ke belakang. Untuk permukaan oklusal

gerakan horizontal yang sering disebut “scrub brush

technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang

sesuai dengan bentu anatomis permukaan oklusal.

Kebanyakan orang yang belum diberi pendidikan khusus,

Page 37: Skripsi Indah Nisita Putri

37

biasanya menyikat gigi dengan teknik vertical dan

horizontal dengan tekanan yang keras. Cara-cara ini tidak

baik karena dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi

gigi.

Gambar 2 Teknik Penyikatan HorizontalSumber : Deaver R. Importance and various tooth brushing technisques. Available from http://imuoralhealth.blogspot.com/2010/07/importance-and-various-tooth-brushing.html . , diakses 30 Desember 2011

3. Teknik Roll atau Modifikasi Stillman

Teknik ini disebut “ADA-roll Technic”, dan merupakan

cara yang paling sering di anjurkan karena sederhana

tetapi efisien dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut.

Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari

permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat

mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan

perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian

belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan.

Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis,

kedudukannya hamper tegak lurus permukaan email.

Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan

Page 38: Skripsi Indah Nisita Putri

38

sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini

terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi dan juga di

harapkan membersihkan sisa makanan dari daerah

interproksimal.

Gambar 3 Metode Modifikasi StillmanSumber : Tooth Brushing Techniques as Suggested by Dentists. Available from http://www.onlinedentist.org/dental-tips/tooth-brushing-techniques-as-suggested-by-dentists., diakses 30 Desember 2011

4. Vibratory Technic

Diantaranya adalah: (a) teknik Charter; (b) teknik

Stillman- McCall dan, (c) teknik Bass.

a. Teknik Charter

Pada permukaan bukal dan labial, sikat di

pegang dengan tangkai dalam kedudukan

horizontal. Ujung-ujung bulu diletakkan pada

permukaan gigi membentuk sudut 450 terhadap

sumbu panjang gigi mengarah ke oklusal. Hati-hati

jangan sampai menusuk gusi. Dalam posisi ini sisi

dari bulu sikat berkontak dengan tepi gusi,

sedangkan ujung dari bulu-bulu sikat berada pada

Page 39: Skripsi Indah Nisita Putri

39

permukaan gigi. Kemudian sikat ditekan

sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat

masuk ke interproksimal dan sisi-sisi bulu sikat

menekan tepi gusi. 17

Sikat digetarkan dalam lengkungan-lengkungan

kecil sehingga kepala sikat bergerak secara

sirkuler, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap

ditempat semula. Setiap kali dapat dibersihkan dua

atau tiga gigi. Setelah tiga atau empat lingkaran

kecil, sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada

posisi yang sama, untuk setiap daerah dilakukan

tiga atau empat kali. Jadi pada teknik ini tidak

dilakukan gerakan oklusal maupun ke apical.

Dengan demikian, ujung-ujung bulu sikat akan

melepaskan debris dari permukaan gigi dan sisi

bulu sikat memijat tepi gusi dan gusi interdental.17

Permukaan oklusal disikat dengan gerakan

yang sama, hanya saja ujung bulu sikat ditekanke

dalam ceruk dan fisura. Permukaan lingual dan

palatinal umumnya sukar dibersihkan kerena

bentuk lengkungan dari barisan gigi. Biasanya

kepala sikat tidak dipegang secara horizontal, jadi

Page 40: Skripsi Indah Nisita Putri

40

hanya bulu-bulu sikat pada bagian ujung dari

kepala sikat yang dapat digunakan.

Metode Charter merupakan cara yang baik

untuk pemeliharaan jaringan tetapi keterampilan

yang dibutuhkan cukup tinggi sehingga jarang

pasien dapat melakukannya dengan sempurna.

Gambar 4. Metode CharterSumber : Deaver R. Importance and various tooth brushing technisques. Available from http://imuoralhealth.blogspot.com/2010/07/importance-and-various-tooth-brushing.html . , diakses 30 Desember 2011

b. Teknik Stillman-McCall

Posisi bulu sikat yang berlawanan dengan

Charter. Sikat gigi di tempatkan sebagian pada gigi

dan sebagian pada gusi, membentuk sudut 450

terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apical.

Kemudian sikat gigi ditekankan sehingga gusi

memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil tanpa

mengubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan

Page 41: Skripsi Indah Nisita Putri

41

dilakukan dengan cara sedikit menekuk bulu-bulu

sikat tanpa mengakibatkan friksi atau trauma

terhadap gusi. Bulu-bulu sikat dapat ditekuk ketiga

jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus pada

tempatnya.

Metode Stillman-McCall ini telah diubah sedikit

oleh beberapa ahli, yaitu ditambah dengan gerakan

ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat, tetap

mengarah ke apical. Dengan demikian, setiap

gerakan berakhir dibawah ujung insisal dari

mahkota, sedangkan pada metode yang asli,

penyikatan hanya terbatas pada daerah servikal

gigi dan gusi.

Gambar 5. Metode StillmanSumber : Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Hal 177

c. Teknik Bass

Sikat di tempatkan dengan sudut 450 terhadap

sumbu panjang gigi mengarah ke apikal dengan

Page 42: Skripsi Indah Nisita Putri

42

ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan

demikian, saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi

dapat dipijat. Sikat digerakkan dengan getaran-

getaran kecil ke depan dan ke belakang selama

kurang lebih 10-15 detik ke setiap daerah yang

meliputi dua atau tiga gigi. Untuk permukaan lingual

dan palatinal gigi belakang agak menyudut (agak

horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang

vertical.

Gambar 6 Metode BassSumber : Bhawani C. Bass toothbrushing technique for gingival and subgingival cleaning. Available from http://dentistryforstudents.com/bass-toothbrushing-technique/., diakses 30 Desember 2011

5. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler

Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada

permukaan bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan

oklusi. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar

sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah

disikat sekaligus. Daerah interproksimal tidak diberi

Page 43: Skripsi Indah Nisita Putri

43

perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan

labial disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan

palatinal disikat dengan gerakan yang sama, hanya dalam

lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena cara ini agak

sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat dilakukan

gerakan maju-mundur untuk daerah ini.

6. Teknik Fisiologik

Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu

yang lunak. Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal

dengan bulu-bulu sikat tegak lurus terhadap permukaan

gigi. Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa

penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan, yaitu

dari mahkota kearah gusi. Setiap kali dilakuakn beberapa

kali gerakan sebelum berpindah ke daerah selanjutnya.

Teknik ini sukar dilakukan pada permukaan lingual dari

premolar dan molar rahang bawah sehingga dapat diganti

dengan gerakan getaran dalam lingkaran kecil. Bulu-bulu

sikat gigi ditempatkan pada sudut kurang lebih 450 terhadap

sumbu panjang gigi ke arah okusal, kemudian dengan

menggunakan tekanan bulu-bulu sikat digetarkan di antara

gigi-gigi disertai gerakan-gerakan rotasi kecil. Dengan

demikian, sisi dari bulu-bulu sikat berkontak dengan

pinggiran gusi dan menghasilkan pemijatan yang ideal.

Page 44: Skripsi Indah Nisita Putri

44

Setelah 3 atau 4 lingkaran kecil tanpa mengubah posisi,

bulu-bulu sikat diangkat dan diletakkan kembali pada posisi

yang sama. Prosedur ini dilakukan sampai seluruh

permukaan bukal, labial, dan lingual, serta interproksimal

bersih. Permukaan oklusal dibersihkan dengan cara

menekan bulu sikat ke dalam ceruk dan fisura kemudian

dilakukan gerakan rotasi kecil, sikat diangkat dan diletakkan

kembali. Prosedur ini harus dilakukan berulang kali sampai

seluruh permukaan kunyah menjadi bersih.18

Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan untuk

membantu mencegah pembentukan plak adalah

memperbaiki susunan gigi yang tidak rata, memperbaiki

pinggiran restorasi yang buruk,menghaluskan permukaan

gigi yang kasar dan sebagainya dengan tujuan mengurangi

“plak traps” , tempat-tempat plak mudah terbentuk.17

Page 45: Skripsi Indah Nisita Putri

45

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengetahuan Perilaku

PLAK GIGI

Sikap

Faktor Etiologi

Faktor Internal : Mikroba Anatomi gigi Posisi gigiFaktor Eksternal : Ras Usia

Penurunan Plak Gigi

Karies

Penyakit periodotal

Jenis kelamin

Page 46: Skripsi Indah Nisita Putri

46

Variabel Penelitian

1. Variabel independen : Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

2. Variabel dependen : Penurunan indeks plak gigi

3. Variabel kontrol : Jenis kelamin

Page 47: Skripsi Indah Nisita Putri

47

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah quase eksperimental

lapangan

4.2 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pre and posttest design with control

group.

4.3 WAKTU PENELITIAN

Waktu dilakukannya penelitian pada 1 Maret – 15 April 2012

4.4 SUBJEK PENELITIAN

Pada penelitian ini semua anggota populasi diambil sebagai obyek

penelitian. Jumlah subjek yang akan diteliti pada seluruh murid kelas VI

di Desa Padang Loang adalah 50 murid, dengan masing-masing jumlah

murid pada setiap sekolah ialah SD Inpres Padang Loang 15 murid, SD

Negeri 260 Banga 16 murid dan SD Inpres Palita 19 murid.

Page 48: Skripsi Indah Nisita Putri

48

4.5 LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian di sekolah dasar se-Desa Padang Loang,

Kecamatan Patampanua

4.6 KRITERIA SAMPEL

a. Kriteria Inklusi :

1) Hadir pada saat penelitian dilakukan.

2) Bersedia ikut saat penelitian dilakukan.

b. Kriteria Eksklusi :

1) Sampel menggunakan alat ortodontik.

4.7 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

a. Alat

Kaca mulut (mirror), sonde, pingset, gelas, nierbecken,

sikat gigi, alat tulis menulis, masker, handskun, handuk putih

dan model peraga rahang atas dan rahang bawah.

b. Bahan

Disclosing solution, alcohol 70%, air, pasta gigi, dan

kapas.

4.8 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

a. Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan metode

demonstrasi adalah suatu bentuk pemberian informasi seputar

kesehatan gigi dan mulut khususnya penyikatan gigi dengan

Page 49: Skripsi Indah Nisita Putri

49

memperlihatkan cara menyikat gigi yang benar secara

langsung kepada kelompok perlakuan.

b. Menurunkan indeks plak adalah kemampuan sampel dalam

menurunkan indeks atau nilai plak yang dihitung dengan

menggunakan indeks PHP

4.9 PROSEDUR PENELITIAN

a. Sampel dipilih sesuai kriteria sampel.

b. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang

mendapatkan perlakuan berupa penyuluhan tentang kesehatan

gigi dan mulut dan yang kelompok kontrol yang tidak mendapat

perlakuan.

c. Penelitian dilakukan 1 hari di tiap sekolah, dimana peneliti

melakukan:

1) Pengukuran indeks plak indeks pertama pada kedua

kelompok. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya

plak, dengan menggunakan larutan pewarna plak /

disclosing solution. Penggunaannya dengan cara

mengoleskan kapas yang telah ditetesi disclosing solution

pada permukaan gigi-gigi yang menjadi indeks penelitian,

yaitu permukaan labial pada gigi anterior atas dan bawah,

permukaan bukal gigi posterior rahang atas, dan

permukaan lingual gigi posterior rahang bawah. Bila ada

Page 50: Skripsi Indah Nisita Putri

50

gigi indeks sampel ada yang rusak atau hilang tetap

dimasukkan sebagai sampel.

2) Pada kelompok yang mendapat perlakuan berupa

penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, antara lain

yaitu :

a) Cara merawat gigi dengan baik, dapat dengan

mengkonsumsi makanan yang sehat dan waktu

menyikat gigi adalah setelah sarapan dan sebelum

tidur.

b) Cara memilih sikat gigi yang baik adalah yang bulu

sikatnya lembut dan ukuran kecil sesuai dengan usia

anak.

c) Sampel diberikan instruksi untuk memeriksakan

giginya secara rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan

sekali.

3) Selanjutnya pada kelompok yang mendapat perlakuan,

dilakukan pula pelatihan cara sikat gigi yang benar:

a) Peragaan cara menyikat gigi dilakukan dengan

menggunakan sikat gigi dan model rahang atas dan

rahang bawah.

b) Sampel diisntruksikan untuk melakukan penyikatan

gigi dengan teknik scrub atau teknik horizontal.

d. Setelah 7 hari (diharapkan sampel telah mampu melaksanakan

secara individual cara penyikatan yang baik dan benar), peneliti

Page 51: Skripsi Indah Nisita Putri

51

kembali mendatangi lokasi penelitian untuk diadakan

pemeriksaan plak indeks akhir pada kedua kelompok.

4.10 KRITERIA PENILAIAN

Penilaian penurunan plak gigi diperoleh dari kemampuan sampel

menurunkan atau menghilangkan jumlah plak yang diukur dengan

menggunakan PHP indeks (Patient Hygiene Performance).

Gigi yang diperiksa adalah gigi:

6 1 6

6 1 6

Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada:

a) Permukaan labial gigi insisifus pertama kanan atas

b) Permukaan labial gigi insisifus pertama kiri bawah

c) Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas

d) Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas

e) Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah

f) Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah

Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian

fasial atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi

menjadi lima subdivisi, yaitu :

a. D : distal

b. G : 1/3 tengah gingiva

c. M : mesial

d. C : 1/3 tengah

Page 52: Skripsi Indah Nisita Putri

52

e. I/O : 1/3 tengah insisal/oklusal

Gambar 7. Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHPSumber : Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. 2009

Dengan kriteria penilaian:

0 = tidak ada plak

1 = ada plak

Nilai tiap gigi = jumlah nilai dari 5 bagian gigi

Nilai tiap individu = jumlah nilai 6 gigi indeks dibagi 6

Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu

dengan rumus :

Jumlah total nilai plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa

Jumlah gigi yang diperiksa

Nilai yang dihasilkan adalah berupa angka. Kriteria penilaian

tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP (Personal

Hygiene Performance), yaitu :

a. Sangat Baik = 0

b. Baik = 0,1 – 1,7

c. Sedang = 1,8 – 3,4

d. Buruk = 3,5 – 5

IP PHP =

Page 53: Skripsi Indah Nisita Putri

53

Jika gigi indeks pada suatu segmen tidak ada, lakukan

penggantian gigi tersebut dengan ketemtuan sebagai berikut :

a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada

gigi molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada

penilaian dilakukan pada molar ketiga, akan tetapi kalau molar

pertama, kedua dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian

untuk segmen tersebut.

b. Jika gigi insisivus pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti

oleh gigi insisivus kiri dan jika gigi insisivus kiri bawah tidak

ada, dapat diganti dengan gigi insisivus pertama kanan

bawah, akan tetapi jika gigi insisivus pertama kiri atau kanan

tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

c. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan keadaan

seperti: gigi hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa

akar, gigi yang merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat

dari akrilik maupun logam, mahkota gigi sudah hilang atau

rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks akibat

karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½

tinggi mahkota klinis.

d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi indeks

yang dapat diperiksa

Page 54: Skripsi Indah Nisita Putri

54

4.11 DATA PENELITIAN

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti selama

penelitian berlangsung.

b. Pengolahan data

Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan SPSS for Windows versi 16.0

c. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

data uji beda dengan menggunakan uji t

d. Penyajian data

Penyajian data pada penelitian ini berupa penyajian

dalam bentuk tabel

Page 55: Skripsi Indah Nisita Putri

55

4.12 BAGAN ALUR PENELITIAN

Keterangan :

Kelompok perlakuan

Kelompok kontrol

Pengukuran nilai plak pertama dengan menggunakan indeks PHP pada anak murid kelas VI sekolah dasar

Pengukuran nilai plak kedua setelah 7 hari dengan menggunakan indeks PHP pada anak murid kelas VI sekolah dasar

Pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

dengan metode demonstrasi, khususnya peragaan penyikatan gigi

yang benar

Analisis data

Kesimpulan

Page 56: Skripsi Indah Nisita Putri

56

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai efek penyuluhan kesehatan gigi

dan mulut dalam upaya menurunkan indeks plak pada murid kelas VI

sekolah dasar. Penyuluhan pada penelitian ini menggunakan teknik

demonstrasi. Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Maret - 15 April 2012 di

Desa Padang Loang, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang.

Penelitian ini melibatkan tiga sekolah dasar, yakni SD Inpres Padang Loang,

SD Negeri 260 Banga dan SD Inpres Palita. Penelitian ini menggunakan

metode subjek penelitian sehingga seluruh murid-murid sekolah dasar kelas

VI pada tiga sekolah dasar tersebut diambil sebagai subjek penelitian.

Seluruh murid-murid berjumlah 50 orang dan terdapat satu orang yang

memenuhi kriteria eksklusi, sehingga total subjek penelitian seluruhnya

adalah 49 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sehingga

pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan

sesudah perlakuan. Subjek pada penelitian ini juga dibagi dalam dua

kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (yang tidak diberi

perlakuan). Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian penyuluhan

dengan teknik demonstrasi. Pengambilan data dilakukan dengan

Page 57: Skripsi Indah Nisita Putri

57

pengukuran indeks plak melalui pemeriksaan klinis, sehingga diperoleh nilai

plak. Hasil penelitian selanjutnya akan diolah dan ditampilkan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi karakteristik subjek (N=49)

Tabel 1 memperlihatkan distribusi karakteristik subjek penelitian yang

memiliki jumlah sebanyak 49 orang. Terlihat pada tabel 1 bahwa jumlah laki-

laki (25 orang) lebih banyak daripada perempuan (24 orang). Subjek

terbanyak berasal dari SD Inpres Palita (18 orang) dan yang paling sedikit

adalah SD Inpres Padang Loang (15 orang). Pada tabel 1 juga terlihat

bahwa kelompok perlakuan memiliki subjek yang lebih banyak (25 orang)

daripada kelompok kontrol (24 orang), hal ini dikarenakan adanya subjek

yang tereksklusi pada saat penelitian berlangsung.

Karakteristik subjek Frekuensi (n)Persen

(%)Jenis kelamin

Laki-laki 25 51,0Perempuan 24 49,0

Sekolah SD Inpres Padang Loang 15 30,6SD Banga 16 32,7SD Inpres Palita 18 36,7

Kelompok intervensiPerlakuan 25 51,0Kontrol 24 49,0

Page 58: Skripsi Indah Nisita Putri

58

Tabel 2. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin pada kelompok perlakuan dan kontrol.

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek adalah 49 murid

(100%). Jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 murid yang terdiri dari kelompok

perlakuan 12 murid (48%) dan kontrol 13 murid (52%). Sedangkan jenis

kelamin perempuan sebanyak 24 murid yang terdiri dari kelompok perlakuan

13 murid (54.2%) dan kontrol 11 murid (45.8%).

Tabel 3. Distribusi status kebersihan mulut kelompok intervensi sebelum penyuluhan

Kelompok intervensiStatus Kebersihan Mulut (Status Plak)

sebelum penyuluhan Total

Baik Sedang Buruk

Perlakuan 0 (0) 11 (44%) 14 (56%) 25 (100%)

Kontrol 1 (4,2%) 16 (66,7%) 7 (29,2%) 24 (100%)

Total 1 (100%) 27 (100%) 21 (100%) 49 (100%)

Tabel 3 terlihat distribusi status kebersihan mulut (status plak)

sebelum penyuluhan. Melalui tabel ini, kelompok kontrol memiliki subjek

paling banyak dengan kategori status kebersihan mulut sedang, yaitu

Jenis KelaminKelompok Intervensi

TotalPerlakuan KontrolN % N % N %

Laki-lakiPerempuan

1213

48.054.2

13`11

52.045.8

2524

100.0100.0

Jumlah 25 51.0 24 49.0 49 100.0

Page 59: Skripsi Indah Nisita Putri

59

sebanyak 16 orang, dan yang paling sedikit adalah subjek dengan kategori

baik, yaitu sebanyak 1 orang.

Tabel 4. Distribusi status kebersihan mulut kelompok intervensi setelah penyuluhan

Kelompok intervensiStatus Kebersihan Mulut (Status Plak)

setelah penyuluhan Total

Baik Sedang Buruk

Perlakuan 23 (95,8%) 2 (25%) 0 (0) 25 (100%)

Kontrol 1 (4,2%) 6 (75%) 17 (100%) 24 (100%)

Total 24 (100%) 8 (100%) 17 (100%) 49 (100%)

Tabel 4 menunjukkan lanjutan tabel 3, yaitu distribusi status

kebersihan mulut setelah penyuluhan. Pada tabel ini, terlihat secara

keseluruhan berkurangnya subjek dengan status kebersihan mulut sedang

dan buruk, serta meningkatnya subjek dengan status kebersihan mulut yang

baik. Pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan subjek dengan

status kebersihan mulut baik, yaitu sebanyak 23 orang. Adapun kelompok

kontrol mengalami peningkatan pada status kebersihan mulut buruk, yaitu

menjadi 17 orang.

Tabel 5 Distribusi rata-rata nilai plak sebelum dan setelah penyuluhan

Karakteristik subjekNilai plak sebelum

penyuluhanNilai plak setelah

penyuluhanMean ± SD Mean ± SD

Jenis KelaminLaki-laki 3,347±0,737 2,594±1,375Perempuan 3,422±0,506 2,327±1,367

Kelompok IntervensiPerlakuan 3,552±1,283 1,283±0,303Kontrol 3,208±0,655 3,693±0,832

Total 3,384±0,629 2,463±1,363

Page 60: Skripsi Indah Nisita Putri

60

Tabel 5 memperlihatkan distribusi rata-rata nilai plak sebelum dan

setelah penyuluhan. Berdasarkan jenis kelamin nilai rata-rata plak sebelum

dan setelah penyuluhan untuk subjek dengan jenis kelamin laki-laki memiliki

nilai rata-rata plak sebelum penyuluhan sebesar 3,347, sedangkan untuk

perempuan sebesar 3,422. Setelah diberikan penyuluhan, nilai rata-rata plak

laki-laki berkurang hingga 2,594 dan untuk perempuan menjadi 2,327. Untuk

kelompok perlakuan, nilai rata-rata plak sebelum diberikan penyuluhan

sebesar 3,552 dan setelah penyuluhan berkurang menjadi 1,283. Berbeda

dengan kelompok kontrol yang bertambah dari 3,208 menjadi 3,693.

Tabel 6 Perbedaan status kebersihan mulut kelompok intervensi sebelum dan setelah penyuluhan

Kelompok intervensi

Nilai plak sebelum

penyuluhan

Nilai plak setelah

penyuluhan

Selisih nilai plak p value

Mean ± SD Mean ± SD Mean ±SD

Perlakuan3,552±1,283 1,28

3±0,3032,26±0,49

0,000a

Kontrol3,208±0,655 3,69

3±0,8320,48±0,53

Total 3,384±0,629 2,463±1,363

0,92±1,48

a Independent t-test: p<0,001; very high significant

Tabel 6 memperlihatkan efek penyuluhan terhadap status kebersihan

mulut. Pada tabel tersebut, nilai plak sebelum dan setelah penyuluhan

dibedakan untuk mengetahui apakah penyuluhan memiliki efek penurunan

yang signifikan terhadap nilai plak. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa

kelompok perlakuan yang diberi penyuluhan memiliki penurunan dari 3,552

menjadi 1,283. Pada kelompok kontrol terlihat peningkatan nilai plak dari

3,208 menjadi 3,693. Tabel 6 juga memperlihatkan selisih nilai plak sebelum

Page 61: Skripsi Indah Nisita Putri

61

dan sesudah penyuluhan untuk masing-masing kelompok. Kelompok

perlakuan memiliki selisih 2,26, sedangkan kelompok kontrol memiliki selisih

0,48. Melalui uji independent t-test, diperoleh p<0,001, yang menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih nilai plak kelompok

perlakuan dan kontol. Berdasarkan hasil ketiga uji ini, ditarik kesimpulan

bahwa terdapat efek penyuluhan terhadap indeks plak.

Tabel 7. Distribusi subjek pada kelompok perlakuan berdasarkan jenis kelamin terhadap status kebersihan mulut sebelum penyuluhan

Jenis kelaminStatus kebersihan mulut sebelum

penyuluhan TotalBaik Sedang Buruk

Laki-laki 1 (4%) 15 (60%) 9 (36%) 25 (100%)Perempuan 0 (0%) 12 (50%) 12 (50%) 24 (100%)Jumlah 1 (2%) 27 (55,1%) 21 (42,9%) 49 (100%)

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek adalah 49 murid

(100%). jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 murid yang pada pengukuran

pertama kondisinya baik sebanyak 1 murid (4%), pengukuran yang hasilnya

sedang sebanyak 15 murid (60.%) dan yang pengukurannya buruk ada 9

murid (36%). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 24 murid yang

pada pengukuran pertama kondisinya baik tidak ada murid, pengukuran

yang hasilnya sedang sebanyak 12 murid (50%) dan yang pengukurannya

buruk ada 12 murid (50%).

Page 62: Skripsi Indah Nisita Putri

62

Tabel 8. Distribusi subjek pada kelompok perlakuan berdasarkan jenis kelamin terhadap status kebersihan mulut setelah penyuluhan

Jenis kelaminStatus kebersihan mulut sebelum

penyuluhan TotalBaik Sedang Buruk

Laki-laki 10 (40%) 6 (24%) 9 (36%) 25 (100%)Perempuan 14 (58,3%) 2 (8,3%) 8 (33,3) 24 (100%)Jumlah 24 (49%) 8 (16,3%) 17 (34,7%) 49 (100%)

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subjek adalah 49 murid

(100%). jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 murid yang pada pengukuran

kedua kondisinya baik sebanyak 10 murid (40.0%), pengukuran yang

hasilnya sedang sebanyak 6 murid (24.0) dan yang pengukurannya buruk

ada 9 murid (36.0%). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 24

murid yang pada pengukuran kedua kondisinya baik sebanyak 14 murid

(58.3%), pengukuran yang hasilnya sedang sebanyak 2 murid (8.3%) dan

yang pengukurannya buruk ada 8 murid (33.3%).

Tabel 9. Perbedaan nilai plak pada kelompok perlakuan berdasarkan jenis kelamin setelah penyuluhan

Jenis kelamin

Nilai plak sebelum penyuluhan

Nilai plak setelah penyuluhan

Selisih nilai plak

Uji t (p)

Page 63: Skripsi Indah Nisita Putri

63

Mean ± SD Mean ± SD

Laki-laki 3.35±0.74 2.59±1.37 0,76 0.023

Perempuan 3.42±0.51 2.32±1.37 1,1 0.001

Tabel 9 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pengukuran

pertama dengan pengukuran kedua pada kelompok laki-laki karena dari hasil

uji t diperoleh nilai p sebesar 0.023 yang lebih kecil dari 0.05 yang

menunjukkan adanya perbedaan. Dari tabel di atas juga menunjukkan

bahwa ada perbedaan antara pengukuran pertama dengan pengukuran

kedua pada kelompok perempuan karena dari hasil uji t diperoleh nilai p

sebesar 0.001 yang lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya

perbedaan.

Page 64: Skripsi Indah Nisita Putri

64

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang efek

penyuluhan penyikatan gigi dengan penurunan indeks plak pada murid kelas

VI sekolah dasar. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan

informasi ilmiah kepada murid-murid sekolah dasar kelas VI tentang cara

menjaga kesehatan gigi dan mulutnya terkhusus pada bagaimana cara

penyikatan gigi yang benar.

Pada penelitian ini didapatkan jumlah subyek penelitian sebanyak 49

murid, yang terdiri dari 25 murid laki-laki (51%) dan 24 murid perempuan

(49%) yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu kelompok

Page 65: Skripsi Indah Nisita Putri

65

perlakuan sebanyak 25 murid dan kelompok kontrol sebanyak 24 murid.

Hasil data ini memperlihatkan jumlah subyek laki-laki lebih banyak dari

perempuan. Jumlah subyek pada penelitian ini dapat terlihat pada tabel 1.

Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu di tiga sekolah yang

berbeda. Pada hari pertama, peneliti datang ke sekolah untuk melakukan

pengukuran nilai plak pada murid-murid yang sebelumnya telah dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Kemudian pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa penyuluhan

tentang kesehatan gigi dan mulut terkhusus tentang cara penyikatan gigi

yang benar. Pada penyuluhan ini menggunakan metode demonstrasi,

sehingga semua murid pada kelompok perlakuan dapat ikut berpartisipasi

aktif dalam peragaan cara penyikatan gigi yang benar. Setelah tujuh hari

kemudian peneliti datang kembali ke sekolah yang sama untuk melakukan

pengukuran nilai plak akhir pada kedua kelompok tersebut.

Status kebersihan mulut murid (nilai plak) sebelum dilakukan

penyuluhan, distribusinya dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel ini

menunjukkan kelompok perlakuan dengan status kebersihan mulut tertinggi

pada kategori buruk (14 murid) sedangkan pada kelompok kontrol, status

kebersihan mulutnya tertinggi pada kategori sedang (16 murid). Untuk status

kebersihan mulut murid (nilai plak) setelah dilakukan penyuluhan dapat

dilihat pada tabel selanjutnya.

Pada tabel 4 menunjukkan status kebersihan mulut (nilai plak) pada

kelompok perlakuan dengan status kebersihan mulut tertinggi pada kategori

baik (23 murid) sedangkan pada kelompok kontrol, status kebersihan

Page 66: Skripsi Indah Nisita Putri

66

mulutnya tertinggi pada kategori buruk (17 murid). Ini berarti status

kebersihan mulut pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan

daripada kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena pada kelompok

perlakuan diberikan intervensi berupa penyuluhan tentang kesehatan gigi

dan mulut khususnya cara menyikat gigi yang benar sebelum dilakukan

pengukuran nilai plak yang terakhir, sehingga dengan diberikannya

peyuluhan ini, maka murid-murid akan bertambah pegetahuannya yang

nantinya diharapkan dapat bersikap dan berperilaku sadar dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulutnya serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Kemudian dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan efek

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap penurunan indeks plak

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini

menunjukkan nilai plak kelompok kontrol mengalami peningkatan dari 3,208

menjadi 3,693 dengan selisih 0,485. Berbeda dengan kelompok kontrol,

pada kelompok perlakuan mengalami penurunan nilai plak dari 3,552

menjadi 1,283 dengan selisih 2,269. Pada uji independent-t test diperoleh

p<0,001, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara selisih nilai plak pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang

berarti bahwa terdapat efek penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap

penurunan indeks plak gigi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Silvia Anitasari dan Liliwati (2005) tentang kesehatan gigi dan mulut

pada murid-murid kelas I–VI SDN Kecamatan Palaran Kotamadya

Page 67: Skripsi Indah Nisita Putri

67

Samarinda Propinsi Kalimantan Timur yang menunjukkan bahwa murid-

murid yang sudah pernah mendapat penyuluhan dan pelatihan cara

menyikat gigi yang baik dan benar, tingkat kebersihan gigi dan mulut mereka

termasuk sedang. Hal ini berarti proses belajar yang mereka dapat melalui

program penyuluhan dan pelatihan yang diberikan dapat dimengerti dan

dipraktekkan dalam keseharian murid-murid ini.22

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian tentang hubungan

penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siwa-siswi Sekolah

Dasar Islam Terpadu Imambukhari oleh Eriska Riyanti dkk (2005) yang

hasilnya menunjukkan terjadi perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut

yang diukur dengan penurunan indeks plak pada siswa-siswi yang

sebelumnya mendapatkan penyuluhan penyikatan gigi yang baik dan benar.

Hal ini menunjukkan program kesehatan gigi yang diberikan dengan

penyuluhan berupa peragaan efektif dalam menunjang peningkatan

kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar.7

Pada tabel 7 memperlihatkan karateristik subjek berdasarkan jenis

kelamin pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan penyuluhan. Murid

perempuan memiliki nilai plak pada kategori sedang dan buruk tertinggi

(masing-masing 12 murid) sedangkan dengan murid laki-laki dengan nilai

plak tertinggi pada kategori sedang (15 murid). Pada tabel 8 terlihat

perbedaan pada hasil pengukuran yang kedua setelah dilakukan

penyuluhan. Perhitungan nilai plak pada murid laki-laki dan murid perempuan

mengalami pertambahan jumlah subyek pada kategori baik yaitu murid laki-

laki bertambah 9 murid dan murid perempuan bertambah 14 murid. Hal ini

Page 68: Skripsi Indah Nisita Putri

68

berarti bahwa terjadi perbedaan jumlah penambahan murid pada kategori

baik antara murid perempuan dan murid laki-laki.

Kemudian hasil uji t menunjukkan rata-rata nilai plak pada murid laki-

laki mengalami penurunan dari 3,35 menjadi 2,59 dengan nilai p<0,05 yaitu

0,023, hal ini berbeda dengan murid perempuan yang penurunan rata-rata

nilai plaknya lebih tinggi dibandingkan murid laki-laki dari 3,42 menjadi 2,32

dengan nilai p sebesar 0,001(p<0,05). Ini berarti bahwa terdapat perbedaan

penurunan plak setelah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada murid

sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dapat disebabkan oleh

karena pada perkembangan psikologi anak menunjukkan bahwa anak

perempuan lebih perhatian untuk menjaga kesehatan dan penampilannya

dibandingkan anak laki-laki pada umumnya.

Page 69: Skripsi Indah Nisita Putri

69

BAB VII

PENUTUP

7.1 SIMPULAN

a. Pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan

demonstrasi cara menyikat gigi kepada murid sekolah dasar

merupakan upaya yang cukup efektif untuk menurunkan

indeks plak pada gigi.

b. Terdapat perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi dan

mulut dengan demontrasi cara menyikat gigi terhadap

penurunan indeks plak berdasarkan jenis kelamin pada siswa

sekolah dasar.

7.2 SARAN

Page 70: Skripsi Indah Nisita Putri

70

a. Mengaktifkan kembali UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)

di sekolah bekerja sama dengan tenaga kesehatan gigi agar

kerusakan gigi pada anak dapat terdeteksi sedini mungkin.

b. Pengenalan pentingnya kesehatan gigi dan mulut sebagai

upaya pemeliharaan kesehatan sebaiknya dilakukan sejak

usia dini, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara

murid, guru dan orang tua.

c. Sebaiknya dilakukan pengontrolan sikat gigi dan pasta gigi

pada penelitian selanjutnya.

d. Sebaiknya dilakukan perhitungan PHP di setiap sisi

permukaan gigi indeks pada penelitian selanjutnya.

Page 71: Skripsi Indah Nisita Putri

71

DAFTAR PUSTAKA

1. Said F, Rahmawati I, Hadayati S. Gambaran kebersihan gigi mulut dan pengetahuan cara menyikat gigi murid SD negeri Hapingin kelas IV dan V Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Buletin Penelitian RSUD Dr Soetomo 2009 Sep; 3(11):148-150

2. Situmorang N. Status dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah di 8 Kecamatan di Kota Medan. Dentika Dental Journal 2008 Dec; 2(3): 115-9.

3. Darwita RR, Rahardjo A, Amalia R. Penerimaan guru SDN 03 Senen terhadap program sikat gigi bersama di dalam kelas pada murid kelas 1 dan 2. Cakradonya Dent J 2010 Dec; 2(2): 159-250.

4. Hamsar A. Perbandingan sikat gigi yang berbulu halus (soft) dengan sikat gigi yang berbulu sedang (medium) terhadap manfaatnya menghilangkan plak pada anak usia 9-12 tahun di SD Negeri 060830 Kecamatan Medan Petisah tahun 2005. Jurnal Ilmiah PANNMED. 2006 Jul; 1(1): 20-3.

5. Hariyani N, Setyo L, Soedjoko. Mengatasi kegagalan penyuluhan kesehatan gigi pada anak dengan pendekatan psikologi. Dentika Dental Journal 2008; 1(13): 80-4

6. Darwita RR, Novrinda H, Budiharto. Efektivitas program sikat gigi bersama terhadap risiko karies gigi pada murid sekolah dasar. J Indon Med Assoc 2011 Mei: 204-9

Page 72: Skripsi Indah Nisita Putri

72

7. Riyanti E,Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan Pendidikan Penyikatan Gigi Dengan Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa-Siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. hal 3-10. Diunduh dari: http://studentresearch.umm.ac.id/research/download/umm_student_research_abstract_75.pdf . Diakses Oktober 2010 .

8. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. PDGI Online. Hal 1-3

9. Hiremath S. Text Book of Preventive and Community Dentistry. New Delhi: Elsevier; 2007. p. 385-8.

10.Tambun LE. Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak. Hal 1-7. Diunduh dari:http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf. Diakses 30 Desember 2011.

11.Mas A. Pelayanan Masyarakat. Hal : 1-5. Diunduh dari: http://bz.blogfam.com/2010/10/program.html. Diakses 30 Desember 2011

12.Soekidjo N. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.57-68

13.Poernomo SD. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2007; 4: 65-6.

14.Riyanti E, Saptarini R. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui perubahan perilaku anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. hal 1-22. Diunduh dari: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2 . Diakses 30 Desember 2011

15.Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2001, 67

16.Farani W, Sudarso ISR. Pengaruh perbedaan menyikat gigi dengan metode horisontal dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anak Perempuan Usia 12 Tahun. Dentika Dental Journal 2008; 2(13):108-111.

17.Yanti GN, Natamiharja L. Pemilihan dan pemakaian sikat gigi pada murid-murid SMA di Kota Medan. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Dentika Dental Journal 2005; 1(10): 28-32.

Page 73: Skripsi Indah Nisita Putri

73

18.Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC; 2009, 59-60, 112-120

19.Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj Ked Gigi 2005 Jul:130-4

20.Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. Silabus periodonti. 4th ed. Jakarta: EGC; 2005,p.15-6, 73-5

21.Hamrun N, Rathi M. Perbandingan status gizi dan karies gigi pada murid SD Islam Athirah dan SD Bangkala III Makassar. Jurnal Dentofasial 2009; 1(8): 27-34.

22.Anitasari S, Liliwati. Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Dentika. 2005; 1: 22.

Page 74: Skripsi Indah Nisita Putri

74