Upload
hermayudi-v-ip
View
154
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI
PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
HERMAYUDI
J 50009 0105
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
MOTTO
MINTALAH FATWA KEPADA HATIMU. KEBAIKAN ADALAH APA SAJA YANG
MENENANGKAN HATI DAN JIWAMU. SEDANGKAN DOSA ADALAH APA YANG
MENYEBABKAN HATI BIMBANG DAN CEMAS MESKI BANYAK ORANG MENGATAKAN
BAHWA HAL TERSEBUT MERUPAKAN KEBAIKAN
(HR. AHMAD)
DIDALAM HATI MANUSIA ADA KESEDIHAN DAN TIDAK AKAN TENANG DAMAI KECUALI
BERLINDUNG, BERTEMU DAN BERJUMPA DENGANNYA (ALLAH), DIDALAM HATI
MANUSIA ADA KEGELISAHAN DAN TIDAK AKAN TENANG DAMAI KECUALI
BERLINDUNG, BERTEMU DAN BERJUMPA DENGANNYA (ALLAH)
(IBNU QAYYUM)
SEORANG MUSLIM YANG DITIMPA PENDERITAAN, KEGUNDAHAN, KESEDIHAN,
KESAKITAN, GANGGUAN DAN KERISAUAN, SEKALIPUN TERKENA DURI SEKALIPUN,
SEMUA ITU MERUPAKAN KAFARAT (PENEBUS)DARI DOSA-DOSANYA
(H.R. BUKHARI DAN MUSLIM)
ALLAH MENCINTAI ORANG YANG CERMAT DALAM MENELITI SOAL-SOAL YANG
MERAGUKAN DAN TIDAK MEMBIARKAN AKALNYA DIKUASAI OLEH NAFSUNYA.
(NABI MUHAMMAD SAW)
PERSEMBAHAN
Hasil penulisan ini dikerjakan sebagai tanggung jawab studi yang penulis jalani,
maka hasil penelitian ini penulis persembahkan untuk:
1. Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur atas semua rahmat, kemudahan,
kesehatan, petujuk dan rasa kasih sayang yang selalu diberikan.
2. Ayahanda dan ibunda tercinta Rofi’udin dan Suyati yang selalu
memberikan semangat, dukungan, dan senantiasa mendoakan yang
semuanya itu tidak pernah akan terbalaskan.
3. Kakak dan keponakan tersayang Elis Sus Miyati dan M. Azzar’udin yang
selalu memberikan semangat dan menjadikan semangat dalam belajar.
4. Nenekku tercinta Almarhum Tumirah semoga mendapatkan tempat yang
terbaik disisi Allah SWT.
5. Tante Sutriah, Tante Sumilah terimakasih atas doa dan semangat yang
diberikan.
6. Semua lansia dan pengasuh Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Tanpa disadari mereka telah menambahkan pengetahuan dan pengalaman
saya yang sangat berharga. Dengan secara tidak langsung mereka telah
berperan sebagai guru yang saya hormati.
7. Asisten Patologi Klinik dan Farmakologi terimakasih atas dukungan yang
diberikan.
8. Teman-teman angkatan 2009 yang telah memberikan masukan, dorongan,
kritik dan sarannya.
9. Almamaterku sebagai rasa terimakasihku atas jasa-jasamu dalam
membentukku dan memberikan jalan dalam meneliti ilmu dan masa depan
yang lebih cerah tidak akan pernah saya lupakan.
10. Teman-teman Kos Ijo yang selalu bersama-sama suka maupun duka,
semoga selalu menjadi sahabat sampai kapanpun.
11. Teman- teman Skripsi Jiwa Agus Tina, Dinarlin, Dian, Tami, Nana, Ayu.
Terimakasih atas dukungan dan semangatnya
12. Adik Intan Mega Pratidiana, Fransiska Mayang Ayu, Widya, Kakak Dodi
Yudha, Sh. Terimakasih atas dukungannya.
13. Bapak dan Ibu Akp. H. Widodo,Sh. Terimakasih atas dukungannya.
14. Teman-teman Skill Lab Eki Anggariksa, Gilang, Hima, Regis, Yus,
Pradita, Nida Faradisa, Handini, Putri, Nadira. Terimakasih atas
dukungannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
KATA PENGANTAR .................................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1 B. Perumusan Masalah ............................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................... 5 1. Tinjauan Tentang Depresi .............................................. 5 2. Insomia ........................................................................... 12 3. Depresi dan Insomia pada Usia Lanjut ............................ 19
B. Kerangka Konsep ................................................................. 20 C. Hipotesis .............................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................. 22 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 22
C. Populasi Penelitian ............................................................... 22 D. Kriteria Restriksi .................................................................. 22 E. Variabel Penelitian ............................................................... 23 F. Definisi Operasional ............................................................ 24 G. Instrumen Penelitian ............................................................ 24 H. Teknik Pengambilan Data .................................................... 25 I. Tahap Penelitian .................................................................. 26 J. Analisis Data ....................................................................... 26 K. Alur Penelitian ..................................................................... 27 L. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 29 1. Deskripsi Data ................................................................ 29 2. Analisis Data................................................................... 34
B. Pembahasan ......................................................................... 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 41 B. Saran ................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 42 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Karakteristik Subyek Penelitian Jenis Kelamin ............................. 29
Tabel 2.2. Karakteristik Subyek Penelitian Jenis Umur ................................. 30
Tabel 2.3. Karakteristik Subyek Penelitian Depresi ...................................... 31
Tabel 2.4. Karakteristik Subyek Penelitian Insomnia .................................... 32
Tabel 2.5. Cross Tabel Hubungan Depresi dan Insomnia .............................. 33
Tabel 2.6. Hasil Analisis DenganUji Korelasi Koefisien Kontingensi .......... 34
Tabel 2.7. Interval Koefisien Kontingensi .................................................... 35
Table 2.8. Pola Tidur Pasien Depresi ........................................................... 40
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Presentasi Usia .............................................................................. 30
Grafik 2. Depresi ......................................................................................... 31
Grafik 3. Insomnia ....................................................................................... 32
Grafik 4. Hubungan Depresi dan Insomnia ................................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Responden.
Lampiran 2. Kuisioner Identitas Responden.
Lampiran 3. lie-score Minnesota Multiphasic Personality Inventory( L- MMPI).
Lampiran 4. Kuisioner Geriatric Depression Scale (GDS).
Lampiran 5. Kuisioner Insomnia Rating Scale.
Lampiran 6. Tabel Hasil Penelitian Hubungan Antara Depresi Dan Insomnia
Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Lampiran 7. Hasil Analisis Korelasi Koefesien Kontingensi Dengan
Menggunakan Program SPSS 17 For Windows
Lampiran 8. Surat Penelitian
Lampiran 9. Permohonan Rekomendasi Penelitian FK UMS
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohem
Assalamu’Alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih atas karunia dan kasih sayangnya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Depresi dan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta” ini diajukan dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr.Bambang Subagyo, dr, Sp.A (K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
2. dr. Muh. Shoim Dasuki, M.Kes, selaku ketua biro skripsi
3. dr. Rh. Budhi Muljanto, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan
dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Endang Widhiyastuti, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan saran, kritik dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini
5. Prof. Dr. M. Fanani dr. SpKJ (K), yang telah meluangkan waktu sebagai
penguji dan memberikan saran serta kritik skripsi ini.
6. Segenap staf dan lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang
telah member ijin sebagai tempat penelitian dan kepada lansia yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi perhatian, keramahan,
kesabaran, dan bimbingan kepada penulis dan seluruh mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
8. Segenap staf dan lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang
telah member ijin sebagai tempat penelitian dan kepada lansia yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.
9. Ayah, ibunda, kakak, keponakan dan keluarga besarku yang selalu
memberikan semangat hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan
sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun,
yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi
semua.
Surakarta, 01 Desember 2012
Hermayudi
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
Hermayudi, Endang W, Rh.Budhi M.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta/ Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Abstrak Latar Belakang: Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia setiap tahun, semakin meningkat pula risiko penyakit yang terjadi pada lanjut usia. Salah satunya adalah gangguan mental seperti depresi. Depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada lanjut usia. Kejadian depresi dapat menyebabkan seseorang menjadi sedih dan susah tidur. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Metode: penelitian ini adalah penelitian korelasi dan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan 37 responden yang memenuhi kriteria inklusi, dengan teknik penelitian menggunakan Total Sampling. Metode pengumpulan data dengan lembar kuisioner dan analisis data dengan uji Korelasi Koefesien Kontingensi. Hasil: dari analisa data menunjukkan nilai p value < 0,05 yaitu sebesar 0,002 dan r 0,445 yang mempunyai nilai signifikan yang berarti ada hubungan antara depresi dengan insomnia pada lanjut usia. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, hubungan keduanya memiliki kekuatan sedang
Kata kunci: Depresi, Insomnia, Lansia.
THE RELATIONSHIP BETWEEN DEPRESSION AND INSOMNIA IN THE ELDERLY IN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
Hermayudi, Endang W, Rh.Budhi M.
Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta/ Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Abstract Background: The increasing number of elderly in Indonesia every year, increasing the risk of disease that occurs in elderly patients. One of them is a mental disorder like depression. Depression is one of the causes of insomnia in elderly patients. Depression cause a person to become upset and insomnia. Objektive: To know the between depression and the incidence of insomnia for elderly in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Methods: of this study is the correlation study and use cross sectional approach with 37 respondents who will the inclusion criteria, the research uses Total Sampling technique. Methods of data collection are questionnaires and data analysis with Korelasi Koefesien Kontingensi. Results: showed the value of p value <0.05 is equal to 0,002 and r 0,445 which has a significant value, which means there is a relationship between depression and insomnia in elderly patients. Conclusion: there is relationship between depression and insomnia in elderly patients in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, both have the same medium strength.
Key words: Depression, Insomnia, Elderly.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
ALLAH berfirman dalam Al’Quran ayat 47 yang artinya,” Dialah
yang menjadikan untuk kamu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk
istirahatmu, dan dia menjadikan siang untuk bangun berusaha (QS: 25 ayat
47).
Lanjut usia adalah usia 60 tahun ke atas sesuai dengan definisi
World Health Organization (WHO) yang terdiri dari:
1. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun
2. Usia tua (old) 75-90 tahun
3. Usia sangat lanjut (very old) diatas 90 tahun (WHO,2009).
Di Indonesia pada tahun 1999, proporsi penduduk berusia 60-64
tahun besarnya 2,9%, kelompok berusia 65-69 tahun sebesar 2,3%,
kelompok berusia 70-74 tahun 1,4%, dan penduduk berusia 75 tahun lebih
besar 1,4%. Umur harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2000
adalah 68,23 tahun, yang diatas 70 tahun adalah Jakarta, Jawa tengah 72
tahun, Sumatera selatan 71 tahun, Sumatera utara 70 tahun (Prayitno,
2002).
Lebih dari 80% penduduk lanjut usia menderita penyakit fisik yang
mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% penderita yang menderita
penyakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama
depresi dan cemas. Sebagian besar lanjut usia yang menderita penyakit
fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur atau
insomnia (Prayitno, 2002).
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia. Berdasarkan hasil sensus penduduk usia harapan
hidup Indonesia tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Menjelang tahun 1980
mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat
lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990,
dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai
usia 65,5 tahun (Data Statistik Indonesia, 2011). Tahun 2010 usia harapan
hidup Indonesia 69 tahun, dan pada tahun 2025 jumlah penduduk
Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa dengan angka
harapan mencapai 69 tahun (Bappenas, 2011). Berdasarkan data Biro
Pusat Statistik penduduk Jawa Tengah menyebutkan bahwa jumlah
penduduk lansia diatas 65 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2002 sebesar
2.016.003 jiwa, tahun 2004 sebesar 2.118.338 jiwa, dan tahun 2006
mencapai 2.281.200 jiwa. Sedangkan, di Kota Surakarta dengan usia 65
tahun ke atas berjumlah 27.594 jiwa dari total penduduk Kota Surakarta
512.898 jiwa (Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, 2006).
Depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada
lansia. Depresi menyebabkan orang menjadi sedih, susah tidur dan merasa
lelah saat bangun dari tidur. Selain depresi, faktor yang dapat
mempengaruhi pada lansia adalah stres atau kecemasan, kematian
pasangan hidup, penggunaaan obat yang meningkat dan kondisi sakit fisik
yang menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari, baik aktifitas jasmani,
rohani, maupun sosial ( Prayitno, 2002). Keluhan-keluhan seputar masalah tidur menduduki peringkat tinggi
diantara masalah-masalah yang berhubungan dengan lansia. Walaupun
beberapa keluhan mengenai kualitas tidur dapat berhubungan dengan
proses penuaan alami, tetapi biasanya juga sebagai kombinasi dari
perubahan karena faktor resiko pada usia lanjut. Penyebab insomnia
bervariasi dan mencakup masalah medis kronis atau akut, kebiasaan jam
tidur atau rutinitas tidur yang buruk, stres, dan lingkungan yang mengubah
irama hidup. Apabila insomnia diduga disebabkan oleh masalah mental
atau fisik, maka harus diperlakukan sebagai gangguan mental atau fisik.
Apabila insomnia diduga disebabkan oleh faktor lingkungan, maka harus
menggubah faktor tersebut dan memberikan perawatan yang responsif
terhadap insomnia. Keluhan ini biasanya dikarenakan persoalan medik
atau kondisi psikologis, misalnya akibat stres dan depresi, sakit fisik, atau
pengaruh gaya hidup seperti seringkali minum kopi, alkohol dan merokok
( Suryo, S, 2003 ).
Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang
mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain
yang terjadi dalam hidup manusia. Insomnia yang ringan tidak perlu diberi
obat, tetapi cukup dengan penjaminan kembali. Insomnia yang berat
biasanya merupakan gejala gangguan yang lain atau dapat merupakan
faktor penyebab ( misalnya kelemahan badan, tremor, berkurangnya
kosentrasi) atau faktor pencetus karena stres yang ditimbulkannya (seperti
gejala-gejala skizofrenia) mungkin timbul lagi atau kecemasan. Insomnia
pada pagi-pagi sekali (penderita tertidur biasa, tetapi terbangun pukul 02
atau 03 lalu tidak dapat tidur lagi. Biasanya merupakan gejala depresi
endogenik. Kesukaran untuk memulai tidur biasanya terdapat pada nerosa
(depresi atau cemas). Terdapat juga pasien yang takut tertidur karena takut
mimpi buruk (Maramis, 2005).
Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan tidur
akibat berbagai faktor proses patologis terkait usia dapat menyebabkan
perubahan pola tidur. Gangguan tidur tersebut disebabkan oleh beban
pikiran yaitu adanya kekhawatiran yang dirasakan oleh lansia terhadap
keluarganya. Lansia yang mengalami keluhan beban pikiran disebabkan
memikirkan keluarga yang ditinggalkan karena keadaan ekonomi keluarga
yang masih kurang mencukupi. Selain itu terdapat 35% lansia yang
menderita sakit fisik tersebut menderita kondisi psikiatrik, terutama
depresi dan kecemasan. Sebagian besar lansia yang menderita penyakit
dan gangguan mental tersebut mengalami gangguan tidur (Marchira, C.R.
2004 ).
Panti Wredha Dharma Bhakti merupakan tempat tinggal para
lansia, oleh karena itu penulis ingin mengetahui seberapa besar lansia pada
panti tersebut yang mengalami depresi sehingga mengakibatkan insomnia.
Sehingga penulis tertarik ingin meneliti tentang hubungan depresi dan
insomnia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “Apakah terdapat hubungan antara depresi dan insomnia pada
lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
depresi dan insomnia pada lansia.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan khususnya tentang hubungan depresi
dengan insomnia pada lansia, sehingga dapat mencegah depresi yang
menyebabkan insomnia pada lansia.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan tentang hubungan antara depresi dengan
insomnia pada lansia.
b. Manfaat bagi pendidikan
Dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya
hubungan antara depresi dengan insomnia pada lansia.
c. Manfaat bagi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
Diharapkan dapat melakukan penanganan terpadu pada penderita
depresi yang menyebabkan insomnia pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Depresi
a) Pengertian Depresi
Depresi merupakan salah satu dari gangguan afek dan emosi. Afek
ialah “nada” perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan,
kekecewaan, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan biasanya
berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik. Emosi
ialah manifestai afek keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik,
lagi pula biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya ketakutan,
kecemasan, depresi dan kegembiraan). Kadang-kadang istilah afek dan
emosi itu dipakai secara bergantian. Afek dan emosi dengan aspek-aspek
yang lain pada manusia (seperti proses berpikir, psikomotor, persepsi,
ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu
pada suatu waktu (Maramis, 2005).
Depresi adalah perasaan sedih tertekan, sedih, tak berguna, putus
asa, itu merupakan gangguan gejala psikis. Sedangkan gangguan gejala
somatik contohnya: kulit lembam, tekanan darah turun, anoreksia, tekanan
nadi turun, sulit tidur, tidak semangat ( Baihaqi, 2007).
Hal mengenai depresi juga tercantum dalam Al Quran Q.S. Al Hud
ayat 9-11,’’ Dan jika kami rasakan kepada manusia sutau rahmat (nikmat)
dari kami, kemudian rahmat itu kami cabut daripadanya, pastilah dia
menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika kami rasakan
kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia
akan berkata “Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku”
sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga, kecuali orang-orang yang
sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu
memperoleh ampunan dan pahala yang besar.’’
b) Epidemiologi
Organisasi kesehatan sedunia WHO, menyebutkan angka 17%
pasien-pasien berobat ke dokter adalah pasien depresi, dan selanjutnya
diperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah
3%. Angka ini akan bertambah untuk masa-masa akan datang yang
disebabkan beberapa hal, antara lain;
1) Usia harapan hidup semakin bertambah
2) Stresor psikososial semakin berat
3) Berbagai penyakit kronik semakin bertambah
4) Kehidupan beragama semakin ditinggalkan
(WHO, 2009).
Usia adalah salah satu faktor depresi pada lansia. Seseorang
dengan usia tua akan mengalami penurunan faal tubuh dan terjadi
penurunan respon tubuh terhadap perubahan atau stres, baik yang datang
dari dalam tubuh sendiri maupun yang datang dari luar sehingga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan mental, yaitu terjadi depresi pada
seseorang, perubahan mental tersebut antara lain tidak bisa mencari nafkah
lagi dan tidak bisa bekerja, merasa tidak berharga di lingkungan keluarga
karena tidak dapat membantu dan melakukan aktivitas untuk meringankan
beban keluarga dan merasa hidupnya menyebabkan depresi pada lansia,
oleh karena itu anggota keluarga lansia diharapkan dapat menjaga dan
merawat kondisi fisik pada lansia. Sering aktif dalam berkomunikasi,
memberikan semangat dan kesempatan pada lansia untuk mengutarakan
pendapat serta melibatkan lansia dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan
kemampuan lansia tersebut. Perhatian dari keluarga tersebut mudah-
mudahan dapat mencegah resiko terjadinya depresi pada lansia ( Syamsir,
2007).
Saat ini pada umumnya pendapat yang mengatakan bahwa beban
depresi pada usia lanjut cukup tinggi. Berdasarkan penelitian 1-4%
populasi orang usia lanjut secara umum mengalami gangguan depresi
mayor, sedangkan depresi minor 3-4% ( Syamsir, 2007).
c) Etiologi
Faktor penyebab timbulnya gangguan depresi pada orang usia
lanjut bisa berupa:
a. Faktor biologis
Hal ini bisa berupa faktor genetik, gangguan pada otak terutama
sistem cerebrovaskuler, gangguan neurotransmiter terutama serotonin
activity, perubahan endokrin. beberapa data menyatakan bahwa faktor
yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik.
Faktor resiko terjadinya depresi meningkat ketika ada riwayat keluarga
yang pernah mengalami depresi ( Syamsir, 2007).
Serotonin merupakan hormon dan neurotransmiter yang terlibat
dalam tranmisi implus saraf. Serotonin bisa memacu pelepasan substansi
di pembuluh darah otak yang pada saatnya akan menyebabkan migren.
dapat ditemukan di jaringan, meliputi trombosit darah, mukosa usus,
korpus pineal, dan sistem saraf pusat (William, 2010).
b. Faktor psikologis
Ini biasanya berupa penyimpangan perilaku, psikodinamik dan
kognitif ( Syamsir, 2007).
1) Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan
Suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau
kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering
menstimuli episode gangguan mood. Satu teori menjelaskan bahwa
stres yang menyertai episode pertama akan menyebabkan
perubahan fungsional neurotransmiter dan sistem pemberi tanda
intra neurola yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan
seorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan
mood selanjutnya (Kaplan, 2010).
2) Faktor kepribadian premorbid
Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus
sebagai predisposisi terhadap degresi. Semua orang dengan ciri
kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe-tipe
kepriadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik
mempunyai resiko yang besar mengalami depresi dibandingkan
dengan lainnya (Kaplan, 2010).
3) Faktor psikoanalitik dan psikodinamik
Kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena
mengidentifikasi terhadap objek yang hilang ditukerkan pada
kehilangan harga diri. Depresi sebagai suatu efek yang dapat
melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan ke dalam
dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak
hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya akan mengakibatkan
mereka putus asa (Kaplan, 2010).
c. Faktor sosial
Hal ini bisa berupa hilangnya status peranan sosialnya, atau
hilangnya sokongan sosial yang selama ini dimilikinya ( Syamsir, 2007).
d) Tanda dan Gejala
Berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnostik gangguan
jiwa di Indonesia Edisi III (PPDGJ III), gejala depresi terdiri dari :
1) Gejala utama
a. Afek disforik
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah ( rasa lelah yang nyata setelah bekerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
2) Gejala lainya
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang bersalah dan merasa tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e. Gagasan yang membahayakan diri dan bunuh diri
f. Tidur terganggu ( Insomnia)
e) Episode Depresi
Berdasarkan PPDGJ III episode depresi memiliki tiga variasi
Pedoman Diagnostik sebagai berikut :
1. Depresi ringan
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala depresi
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lain
c. Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
d. Lamanya episode sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e. Hanya sedikit kesulitan dalam perkerjaan dan kegiatan sosial yang
bisa dilakukan
2. Depresi sedang
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala depresi
b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4) dari gejala lain
c. Lamanya seluruh episode berlangsung sekitar 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga
3. Depresi berat tanpa gejala psikotik
a. Semua 3 gejala utama depresi harus ada
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berorientasi berat
c. Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejala secara terinci.
4. Depresi berat dengan gejala psikotik
a. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik yang memenuhi kriteria
f) Gambaran Klinik
Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresif
apabila yang bersangkutan tidak dapat menanggulangi stres psikososial
yang dialaminya, dan ada juga seseorang yang rentan jatuh dalam depresif
ciri-cirinya antara lain:
a. Pemurung, sukar untuk bisa senang
b. Pesimis menghadapi masa depan
c. Memandang diri rendah
d. Enggan berbicara
e. Mudah merasa haru, sedih dan menangis
f. Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang energik
g. Sering mengeluh rasa sakit ini dan itu (psikosomatik)
h. Mudah tegang, agitatif, gelisah
i. Mudah tersinggung
j. Tidak ada kepercayaan diri
k. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna
l. Suka menarik diri malu dan pendiam
(Hawari, 2011 ).
Gambaran klinik dari gangguan depresi pada lansia bisa dijumpai
sebagai berikut:
a. Depresi dan disporia
Walaupun demikian kadang-kadang mood depresi tidak dijumpai
oleh karena pasien menyangkal (denial)
b. Menangis
tapi pada pasien pria jarang
c. Ansietas dan agitasi
Pada pasien ini bisa dijumpai: gugup, iritabilitas atau tingkah laku
yang mengganggu bersama-sama dengan simtom, bisa terlihat pada
sekitar 80% dari pasien usia lanjut yang depresi
d. Defisit kognitif
Hal ini sering terlihat pada orang usia lanjutyang depresif kadang-
kadang bisa menjadi level yang parah sehingga diduga sedang
mengalami psedodemensia.
e. Gangguan prilaku
Hal ini bisa dalam bentuk: penolakan untuk makan, buang air besar
dan buang air kecil yang tidak terkontrol, menjerit, tindakan
merusak, menggigit, bertengkar dengan pasien lain
f. Gangguan tidur, terutama late insomnia.
(Syamsir, 2007)
Sebagai contoh misalnya dalam agama Islam beberapa ayat, dan
hadist berikut ini dapat diamalkan sebagai doa bagi mereka yang sedang
menderita stress ataupun depresi atau penyakit fisik lainnya, terjemahanya
dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
a. “Dari Abu Hurairah r.a Nabi Muhammad Saw bersabda: Tidaklah
seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit,
gangguan menumpuk pada dirinya (karna banyaknya) kecuali
Allah hapuskan akan dosa-dosanya” (H.R. Bukhari dan Muslim)
(Hawari, 2011 ).
b. yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram dengan
mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat allah hati
menjadi tentram “ (Q.S. 13: 28).
2. INSOMNIA
a) Pengertian Insomnia
1. Menurut Lumbantobing (2008)
Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengan kualitas dan
kuantitas tidur yang kurang. Seorang yang mengalami insomnia seperti
kesulitan untuk tidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini
bisa berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari,
berminggu-minggu atau lebih, merasa lelah saat bangun dan tidak
merasa kesegaran, sakit kepala dipagi hari, kesulitan berkosentrasi,
psikologi mudah marah dan mudah mengantuk di siang hari dan mata
merah. Insomnia juga mencakup akibat di siang hari seperti rasa capek,
kurang energi, sulit berkosentrasi, mudah tersinggung. Insomnia dapat
disebabkan oleh beragam faktor atau kelainan, karena harus di
identifikasi penyebabnya, hal ini adalah kunci pengobatan yang
adekuat. Diagnosis banding penyebab insomnia mencakup gangguan
neuropsikiatrik (depresi, ansietas, kehilangan, demensia),
penyalahgunaan zat, gangguan Ritme sikardian, dan gangguan medis
lainnya.
2. Menurut Puri (2011)
Insomnia adalah suatu gangguan dengan kuantitas atau kualitas tidur
yang tidak cukup. Diagnosis ini dapat digunakan untuk semua usia.
b) Epidemiologi
Keluhan berupa ketidakmampuan tidur jauh lebih sering daripada
keluhan lain yang berhubungan dengan tidur. Perkiraan prevalensinya
pada orang dewasa bervariasi dari 15% sampai 40%, dan meningkat pada
lansia. Orang yang mengalami insomnia intermiten lebih banyak daripada
orang yang mengeluh ke dokter umumnya, meskipun hal tersebut telah
menjadi keluhan pembedahan yang umum terjadi (Puri, 2011).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%- 50% orang dewasa melaporkan
bahwa adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur
yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu
sekitar 67% lansia. Lansia dengan depresi, sering melaporkan bahwa
kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila dibandingkan
dengan lansia yang sehat (Amir, 2007).
c) Etiologi
Menurut data International Of Sleep Disorder prevalensi
penyebab-penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut:
a. Penyakit asma (61-74%)
b. Gangguan pusat pernafasan (40-50%)
c. Kram kaki malam hari (16%)
d. Ketergantungan alkohol (10%)
e. Demensia (5%)
f. Depresi (65%)
(Japardi, 2002).
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala
yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan
fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia
muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan
gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau
ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya
tidak lelah. Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia
lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa
jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur
dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.Terbangun pada dini
hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi
(Lumbantobing, 2008).
d) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi insomnia
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi insomnia adalah
a. perubahan pola sosial
b. kematian pasangan dan teman dekat
c. penggunaan obat yang meningkat
d. kondisi fisik
e. depresi
f. stres atau kecemasan
g. efek samping pengobatan
h. pola makan yang buruk dan kurang berolahraga
i. pensiun
(Lumbantobing, 2008).
e) Klasifikasi Insomnia
Menurut klasifikasi diagnostik dari WHO (2009), insomnia
dimasukan dalam golongan DIMS (Disorder Of Iniating and Maintaining
Sleep), yang secara praktis diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
insomnia primer dan insomnia sekunder.
1. Insomnia primer
Merupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya belum diketahui
secara pasti. Sehingga dengan demikian, pengobatan masih relatif
sukar dilakukan dan biasannya berlangsung lama atau kronis ( long
term insomnia). Insomnia primer ini sering menyebabkan terjadinya
komplikasi kecemasan dan depresi, yang justru dapat menyebabkan
semakin parahnya gangguan sulit tidur tersebut. Sebagai penderita
golongan ini mempunyai dasar gangguan psikiatris, khususnya depresi
ringan sampai menengah berat. Adapun sebagaian penderita lain
merupakan pencandu alkohol atau obat-obatan terlarang (narkotika).
Kelompok yang terakhir ini memerlukan penangan yang khusus cukup
terpadu mencakup berbaikan kondisi tidur ( sleep environments),
pengobatan, dan terapi kejiwaan (psikoterapi) (Lumbantobing, 2008).
Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat
kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup, periode tidur berkurang dan
terbangun lebih sering. Insomia primer ini tidak berhubungan dengan
kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya, ataupun
penggunaan obat-obatan tertentu (Japardi, 2002).
Gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan mental lain,
kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi menjadi dua
yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada
jumlah, kualitas dan gangguan tidur. Parasomnia dikaitkan dengan
perilaku tidur atau pristiwa fisiologi yang dikaitkan dengan tidur tertentu
atau perpindahan tidur-bangun (Amir, 2007).
2. Insomnia sekunder
merupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya diketahui secara
pasti. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sakit fisik, maupun
gangguan kejiwaan (psikis). Pengobatan insomnia tipe sekunder ini
relative lebih mudah dilakukan, terutama dengan menghilangkan
penyebabnya utama terlebih dahulu (Lumbantobing, 2008).
Gangguan tidur menurut Japardi (2002). Terbagi menjadi 3 bagian:
1) Dissomnia
a. Gangguan tidur intrinsik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindrom kaki
gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatic
kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik.
b. Gangguan tidur ekstrinsik
Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur,
toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulan
c. Gangguan tidur sikardian
Jet-lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindrom fase
terlambat tidur, sindrom fase belum waktunya, bangun tidur
tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.
2) Parasomnia
d. Gangguan aerosol
e. Gangguan tidur berjalan
f. Gangguan antara bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara, kram pada kaki, gangguan
gerak berirama,
a. Berhubungan dengan fase REM
Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku.
b. Parasomnia lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan,
distonia parosismal
3) Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/ psikiatri
c. Gangguan mental
Psikosis, ansietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat),
alkohol
d. Berhubungan dengan kondisi kesehatan
Penyakit generative (demensia, Parkinson, multiple sklerosis),
epilepsi, setatus epilepsi, nyeri kepala, post traumatik kepala,
stroke.
f) Akibat Insomnia
Menurut Carcio (2006), insomnia dapat memberi efek pada
kehidupan seseorang, antara lain:
1. Efek psikologis
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi irritable,
kehilangan motivasi, depresi dan sebagainya.
2. Efek fisik/somatik
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
3. Efek sosial
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti sulit mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
sosial dan keluarga.
4. Kematian
Pada umumnya orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.
Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi
insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousa state yang terdapat pada insomia mempertinggi angka
moralitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain
itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih
besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal.
g) Evaluasi gangguan pola tidur (Insomnia)
Insomia adalah gangguan tidur yang biasa dialami bila mengalami
satu atau lebih masalah dibawah ini:
a. Sulit mengawali tidur
b. Berusaha mempertahankan tidur, sering terbangun pada malam
hari
c. Cenderung bangun terlalu pagi, susah untuk tertidur kembali
d. Tidur yang tidak menyegarkan atau jelek kualitasnya.
Insomnia bisa berupa mata tak terpejam sepanjang malam,
terbangun di tengah lelapnya tidur dan sulit tidur kembali,
terbangun beberapa kali, bangun terlalu dini, atau tidak merasa
bugar setelah bangun tidur (Amercan Academy of Sleep Medicine,
2008).
1. Ciri-ciri tidur
a. Waktu yang diperlukan untuk masuk tidur
b. Waktu tidur dan bangun
c. Jumlah jam tidur
d. Jumlah dan lamanya bangun malam
e. Kualitas tidur
f. Taraf kewaspadaan pada siang hari (Hipersomnolensia)
g. Pola tidur sekejap
h. Perubahan baru terjadi pada pola tidur
i. Riwayat, masalah dan pengalaman tidur masa lalu
j. Riwayat mengorok, napas periodik
2. Singkirkan faktor-faktor potensial eksternal
a. Penggunaan obat, alkhohol, kafein
b. Diet
c. Taraf kegiatan, pola latihan
d. Adanya gejala disfungsi sistem organ
e. Bukti adanya stres situasional
3. Evaluasi dampak masalah
a. Lamanya gangguan tidur
b. Derajat hendaya fungsional oleh gejala-gejala
(Japardi, 2002).
h) Penatalaksanan Insomnia
1. Sleep hygiene
a. Tidur dan bangunlah secara regular
b. Hindari tidur pada siang hari
c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
d. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti dekongestan
e. Hindari makanan saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
f. Segera bangun dari tempat jika tidak dapat tidur (15-30 menit)
g. Hindari rasa cemas dan depresi
h. Buat ruang tidur sejuk, sepi, nyaman, dan enak
2. Konseling dan Psikoterapi
(Japardi, 2002).
3. DEPRESI DAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT
Depresi adalah masalah yang sering terdapat pada lanjut usia.
Karena lansia mengalami penurunan faal tubuh dan mempengaruhi kerja
dari neurotransmiter, dan juga struktur neokortikal dorsal mengalami
hypometabolik dan struktur limbik ventral mengalami hipermetabolik.
Selain itu jalur frontostriatal pada otak memediasi antisipasi yang
mengarah ke efek yang positif, dan abnormalitasnya bisa menghasilkan
satu ketidaksanggupan untuk mendorong antisipasi yang mana akan
mempredisposisikan keadan depresi (Syamsir, 2007).
Depresi terjadi gangguan setiap stadium siklus tidur, pola tidur
pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Efesien
tidurnya buruk, tidur gelombak pendek menurun, latensi REM menurun,
serta peningkatan aktivitas REM (Amir, 2007).
Pasien geriatri merupakan pasien usia lanjut berusia lebih dari 60
tahun yang mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan dan gejalanya
tidak khas, daya cadangan faali gangguan menurun, dan biasanya disertai
gangguan fungsional. Depresi merupakan salah satu gangguan mental
yang sering ditemukan pada pasien geriatri. Secara umum depresi ditandai
oleh suasana perasaan yang murung, hilang minat terhadap kegiatan,
hilang semangat, lemah, lesu, dan rasa tidak berdaya. Pada pasien usia
lanjut tampilan yang paling umum adalah keluhan somatis, hilang selera
makan dan gangguan pola tidur (Heriawan, 2007).
Lansia dengan keluhan insomnia harus diperkirakan adanya
depresi atau ansietas. Insomnia dan mengantuk disiang hari adalah faktor
resiko depresi. Sebaliknya depresi dapat pula mengalami gangguan
kontinuitas tidur; episode tidur REM nya lebih awal daripada orang
normal. Akibatnya, lansia dapat terbangun lebih awal, tidak merasa segar
dipagi hari, dan mengantuk disiang hari (Amir, 2007).
FUNGSI FAAL TUBUH
PERUBAHAN NEUROTRANSMITTER OTAK
DEPRESI
B. KERANGKA KONSEP
Keterangan:
LANSIA
INSOMNIA
a. Penurunan kapasitas sensorik b. Penurunan Penghasilan c. Penurunan Daya Ingat d. Kehilangan Pekerjaan e. Pengalaman hidup yang buruk f. Transmisi sosial g. Faktor lingkungan
FAKTOR RESIKO LAIN
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Yang diteliti
Yang tidak diteliti
C. HIPOTESIS
Ada hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional (Sugiyono, 2007).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Tanggal 18 Juli sampai dengan 25 Juli 2012.
C. Sampel Dan Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini adalah semua lansia laki-laki dan
perempuan yang berumur > 60 tahun yang dirawat di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta. Sampel adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti yang dan dianggap mewakili seluruh
populasi ini (Arikunto, 2010). Sampel yang hendak diteliti adalah yang
memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang diambil menggunakan tahnik total
sampling dimana peneliti melakukan pendekatan terhadap masalah
pengambilan sampel dengan rencana spesifik tertentu dalam dirinya sesuai
dengan masalah dan hipotesis yang diteliti. Sampel yang diteliti harus
memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.
D. Kriteria restriksi
1. Kriteria inklusi
a. Penghuni Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
b. Laki laki dan Perempuan
c. Usia lebih dari 60 tahun (lansia menurut WHO)
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden
b. Hasil skor LMMPI > 10
c. Lansia yang sakit (Seperti tuna netra, tuna rungu, sakit kronis)
d. Gangguan jiwa berat (Seperti Demensia)
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota anggota suatu kelompok yang berbeda dan yang dimiliki oleh
kelompok yang lain (Notoatmojo, 2010). Sementara itu menurut sugiyono,
variable penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
(Sugiono, 2007).
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (independen) adalah variable yang dihipotesiskan
mempengaruhi (independen) variable lainya (Murti, 2003). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah depresi yang diukur dengan skala
depresi geriatri .
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung (dependent) adalah variable yang
dihipotesiskan dipengaruhi (dependen) oleh variable lain (Murti,
2003). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah insomnia yang
dialami lansia.
3. Variabel perancu
Variabel perancu merupakan variable independen di luar paparan
atau faktor penelitian, yang pengaruhnya terhadap variable dependen
ingin dikontrol variable perancu dalam penelitian ini adalah
pengalaman hidup yang buruk, faktor lingkungan, transmisi sosial
(Murti, 2003).
F. Definisi Operasional
a. Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai
dengan kemurungan dari kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan
sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (reality tasting ability, masih baik), kepribadian tetap utuh
( tidak mengalami keretakan kepribadian) prilaku dapat terganggu tapi
dalam batas-batas normal (Hawari, 2011).
Depresi merupakan satu kesatuan diagnosis gangguan jiwa yang
berdasarkan Geriatric Depression Scale (GDS) dibagi menjadi 2
kelompok. Disebut kelompok depresi, bila skor GDS berjumlah > 5 dan
kelompok non depresi jika skor GDS berjumlah ≤ 5 (Surya , 2009).
Skala: Nominal
b. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengan kualitas dan
kuantitas tidur yang kurang. Seorang yang mengalami insomnia akan
mengalami seperti kesulitan untuk tidur atau tidak tercapainya tidur
nyenyak (Lumbantobing, 2008).
Alat ukur insomnia adalah insomnia rating scale yang telah
dibakukan oleh KSPBJ yang terdiri dari 8 butir pertanyaan seputar keluhan
gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi semua keluhan
tidur dan derajat insomnia dan tidak insomnia dibagi menjadi 2 kelompok.
Disebut kelompok insomnia, bila skor insomnia rating scale berjumlah ≥ 8
dan kelompok non insomnia skor insomnia rating scale berjumlah < 8
(Amir, 2007).
Skala : Nominal
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen kuisioner yang berisi
pertanyaan yang harus diisi responden.
1. Kuisioner data diri
Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui status responden secara
lengkap dan terjaga kerahasiaanya. Kuisioner ini berisikan pernyataan
lengkap dan terjaga kerahasiaanya, bahwa kesediaan menjadi subjek
dalam penelitian tanpa suatu paksaan dari pihak manapun. Dan bersedia
menjawab pertanyaan.
2. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory ( LMMPI)
Skala LMMPI merupakan skala untuk menilai kejujuran dalam
menjawab instrument yang diberikan. Berisi 15 butir pertanyaan. Bila
jawaban “tidak” lebih dari 10 pernyataan maka responden dinyatakan
invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian (Iskandar, 1985).
3. Geriatric Depression Scale (GDS)
Untuk mengukur depresi pada usia lanjut. Instrument ini memiliki
15 item pertanyaan, skor > 5 menunjukan adanya depresi (Surya , 2009).
4. Insomnia rating scale
Sebagai alat ukur insomnia yang terdiri dari 8 butir pertanyaan
seputar keluhan gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi
semua keluhan tidur skor insomnia rating scale berjumlah ≥ 8 menunjukan
adanya insomnia (Amir, 2007).
H. Tehnik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara menemui langsung para
responden yang sudah berada disatu tempat. Lalu membagikan kuisioner
data diri, kuisioner LMMPI, GDS, Insomnia Rating Scale. Data yang
diperoleh nantinya diseleksi berdasarkan LMMPI, yaitu bila responden
menjawab tidak dalam skala LMMPI lebih dari 10 dianggap gugur,
sehingga tidak diikutkan dalam analisa data lebih lanjut . Kemudian
dengan kuisioner GDS, dapat diteliti tingkat depresi lansia.
I. Tahap Penelitian
a. Pengurusan izin dan pendekatan terhadap populasi usia lanjut di Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
b. Penentuan subjek penelitian, yaitu populasi usia lanjut di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi.
c. Pelaksanaan penelitian, yaitu dengan mengumpulkan data melalui
penyebaran kuisioner, sebelumnya ada persiapan dari subjek yang
diteliti antara lain:
1. Subjek bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian dinyatakan
dengan kesediaan mengisi informed consent yang telah disediakan
selanjutnya mengisi identitas.
2. Untuk mengetahui angka kejujuran sampel diberi pertanyaan
sesuai dengan L-MMPI
3. Selanjutnya subjek diberikan pertanyaan sesuai dengan skala
depresi geriatri, untuk menentukan ada tidaknya depresi.
4. Selanjutnya yang depresi dan tidak depresi tetap diberikan
pertanyaan sesuai dengan skala insomnia.
d. Analisis data.
J. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan pengolahan data setelah data
terkumpul yang selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan. Analisis data
dilakukan untuk tujuan menjawab hipotesis penelitian. Maka digunakan
uji statistik yang sesuai dengan variable penelitian yaitu analitik observasi.
Sedangkan untuk menganalisis hubungan antara depresi dan insomnia
pada lansia digunakan uji Korelasi Koefesien Kontingensi. Seluruh hasil
data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 17.
K. Alur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan rancangan cross sectional. Alur penelitian dalam penelitian
ini adalah :
POPULASI
GDS
Tidak Depresi Depresi
Insomnia Rating Scale
Kriteria inklusi
Kriteria restriksi
Kriteria eksklusi
Mengisi informed consent
Kuesioner L-MMPI
Analisis Data
Insomnia Tidak Insomnia Insomnia Tidak Insomnia
L. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Bulan
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan studi pustaka
Penyusunan proposal
Ujian proposal
Perbaikan proposal
Pengambilan dan pengolahan data
Penyusunan skripsi
Ujian skripsi
Perbaikan skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Deskripsi data
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan dimulai dari
Tanggal 18 Juli sampai dengan 25 Juli 2012. Subyek penelitian ini adalah
populasi lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
Data penelitian diambil secara primer, yaitu mewawancarai secara
langsung menggunakan kuesioner. Subyek penelitian ini adalah populasi
lansia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta.
Populasi penelitian berjumlah 45 orang, 8 orang sudah sulit untuk
berkomunikasi dengan baik dan juga ada yang mengalami gangguan tuna
wicara, tuna rungu, dan gangguan kognitif berat, sehingga yang memenuhi
syarat untuk menjadi subyek penelitian berjumlah 37 orang, Berikut ini
adalah gambaran karakteristik subyek penelitian.
Tabel 2.1. Karakteristik Subyek Penelitian
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
18
19
100
100
Jumlah 37 100
Dari tabel 2.1 terlihat, bahwa dari segi jenis kelamin responden,
persentase laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang sama yaitu
100%, artinya pada penelitian ini tidak membeda-bedakan antara jenis
kelamin.
Tabel 2.2. Karakteristik Subyek Penelitian
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1.
Umur
<70 tahun
70-80 tahun
>80 tahun
13
17
7
35,1
45,9
19,0
Jumlah 37 100
Dari tabel 2.2 terlihat, bahwa dari segi usia responden, persentase
tertinggi berada pada umur 70-80 tahun yaitu sebesar 45,9 %, dan yang
terkecil pada usia >80 tahun yaitu sebesar 19,0 %. Dari segi gangguan
depresi responden sebesar 59,5 % dan yang mengalami insomnia sebesar
54,1 % data ini dapat dilihat pada grafik.1
Grafik. 1 Presentase Usia
Tabel 2.3. Karakteristik Subyek Penelitian Depresi
No Depresi Frekuensi Persentase (%)
1. Depresi
Tidak Depresi
23
14
62,2
37,8
Jumlah 37 100
Responden sebagian besar mengalami depresi sebanyak 23
(62,2%). Terjadinya depresi pada lanjut usia di Panti Wredha Dharma
Bhakti Surakarta disebabkan karena lansia tidak memiliki keluarga
maupun tempat tinggal. Salah satu yang paling mempengaruhi adalah
sebagian besar lansia yang tinggal di panti sudah tidak memiliki keluarga
dan yang memiliki keluargapun sudah jarang ditemui lagi.
Grafik. 2 Depresi
Tabel 2.4. Karakteristik Subyek Penelitian Insomnia
No Insomnia
Frekuensi Persentase (%)
4.
Insomnia
Tidak Insomnia
20
17
54,1
45,9
Jumlah 37 100
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristik
responden didapatkan bahwa lansia mengalami insomnia sebanyak 20
(54,1%). Insomnia bisa terjadi pada lanjut usia karena insomnia termasuk
salah satu yang sering terjadi pada lanjut usia seiring dengan usia yang
semakin tua menyebabkan lanjut usia mengalami perubahan dalam pola
tidurnya.
Grafik. 3 Insomni
Tabel 2.5 Cross Tabel Hubungan Depresi Dan Insomnia
Insomnia Total
Ya Tidak
Depresi 17
73,9% 6 27,3% 23 100%
Tidak
depresi
3 21,4% 11 78,6% 14 100%
Total 20 54,1% 17 45,9% 37 100%
Dari tabel 2.5, terlihat jelas bahwa responden yang mengalami
depresi dan juga mengalami insomnia berjumlah 17 orang, dan responden
depresi yang tidak mengalami insomnia berjumlah 6 orang. Sedangkan
responden yang tidak mengalami depresi tetapi mengalami insomnia
berjumlah 3 orang dan responden yang tidak mengalami depresi dan tidak
mengalami insomnia berjumlah 11 orang.
Grafik. 4 Hubungan Depresi Dan Insomnia
2. Analisis data
Untuk mengetahui signifikasi hubungan antara depresi dan
insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, maka
digunakan uji Korelasi Koefesien Kontingensi menggunakan program
SPSS 17 For Windows hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.6
Tabel 2.6 Hasil analisis dengan Uji Korelasi Koefesien Kontingensi
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .455 .002
N of Valid Cases 37
Dengan uji korelasi koefesien kontingensi dapat terlihat adanya
hubungan yang bermakna antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti
Wredha Dharma Bhakti Surakarta dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.7. Interval Koefesiensi Kontingensi
Interval Koefesiensi Kontingensi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0.80 – 1,000 Sangat Kuat
Dari tabel 2.7. koefesien kontingensi diatas didapat hasil hubungan
antara depresi dan insomnia pada lansia (r) yaitu 0,455 dan interpretasi
hubungan korelasi antara kedua variabel memiliki kekuatan sedang.
B. PEMBAHASAN
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan panti yang
didirikan oleh Pemerintah Kota Surakarta, yang terletak di Jl. Dr.Rajiman
No. 620. Jumlah penghuni panti sebanyak 94 laki-laki dan perempuan dan
semuanya lansia.
Tahap memasuki usia tua akan dialami oleh semua orang (tak bisa
dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis lansia sangat berbeda dari
satu lansia dengan lansia lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang
daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya
kreatif ini pada lansia dapat menimbulkan masalah psikologis. Apa yang
terjadi dan akan dialami oleh lansia tidak dapat dilepaskan dari
pembentukan pengalaman masa lalu, dia akan memperlihatkan warna
kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak
berhasil dalam memasuki dan menjalani lansia (Harimurti, 2009).
Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagian besar
mengalami depresi sebanyak 22 (59,5%). Salah satu yang paling
mempengaruhi adalah sebagian besar lansia yang tinggal di panti sudah
tidak memiliki keluarga dan yang memiliki keluarga sudah jarang ditemui
lagi.
Faktor itulah yang menyebabkan lansia memiliki pandangan yang
negatif terhadap dirinya, sehingga didapatkan gejala depresi pada lansia
yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Hal ini ditandai
adanya pemikiran tidak ada yang memperhatikan, merasa kesepian,
merasa hidupnya tidak beruntung, dan merasa sedih ditinggal keluarganya.
Apabila itu terjadi terus-menerus akan menyebabkan lansia tidak dapat
mengendalikan dirinya, dan kejadian depresi ringan-sedang merupakan
tahapan awal yang terjadi sebelum memasuki tahapan yang lebih kronis
lagi.
Penelitian ini didukung oleh Soejono bahwa depresi menjadi salah
satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia.
Prevalensinya diperkirakan 10%-15% dari populasi lanjut usia dan diduga
sekitar 60% dari pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala
depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses
menua Angka kejadian depresi pada lansia usia diatas 65tahun
diperkirakan sekitar 10-30% (Soejono, 2000).
Menurut Sumirta menjelaskan dari hasil penelitiannya di salah satu
panti di Denpasar tahun 2008, didapatkan 72 % lansia menderita depresi
yang bervariasi dari tingkat ringan sampai berat. Tetapi tingkat depresi
lansia lebih dominan dalam tingkat depresi sedang sebanyak 15 (34%)
orang (Sumirta I, 2008).
Selain itu menurut Rafknowledge depresi berkaitan erat dengan
insomnia pada sebagian besar insomnia inti permasalahannya adalah
emosional. Kegelisahan yang mendalam, kemarahan yang tak terkendali,
situasi sosial yang tidak berpihak termasuk diantaranya yang memicu
sulitnya tidur. Mudah terbangun mendatangkan depresi individual. Semua
ini bisa meningkat seiring bertambahnya usia (Rafknowledge, 2004).
Depresi pada lansia memiliki tiga kriteria yaitu depresi ringan
ditandai dengan kehilangan minat, kesenangan dan mudah menjadi lelah.
Depresi sedang ditandai dengan mengalami kesulitan untuk meneruskan
kegiatan sosial dan pekerjaan, sedangkan depresi berat ditandai dengan
gelisah, tegang, kehilangan harga diri, dan keinginan untuk bunuh diri.
Depresi juga menyebabkan lansia mengalami gangguan tidur, insomnia
termasuk salah satu gangguan tidur yang sering dijumpai pada lansia
(Muslichah, 2010). Gangguan psikiatri berat terutama depresi sering kali
menimbulkan bangun terlalu pagi dan dapat bermanifestasi sebagai
insomnia dan hipersomnia (Prayitno, 2002).
Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik responden yang
mengalami insomnia dilihat pada tabel 2.4 sebanyak 20 (54,1%). Insomnia
bisa terjadi pada lansia karena insomnia termasuk salah satu yang sering
terjadi pada lansia seiring dengan usia yang semakin tua menyebabkan
lansia mengalami perubahan dalam pola tidurnya.
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan
tidurnya keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering bisa
disebabkan karena gangguan depresi dan cemas, tempat tidur dan suasana
kamar kurang nyaman, perubahan lingkungan, akibat penuaan, kondisi
yang menyakitkan dan tidak menyenangkan (Kaplan, 2010).
Lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
mengalami insomnia karena mereka mengatakan mengalami kesulitan
tidur, meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada masing-masing
individu. Mereka juga mengeluhkan sulit untuk memulai tidur, tidur tidak
tenang, dan sering terbangun lebih awal. Sebagian besar lanjut usia
mengatakan bahwa setiap hari sulit untuk tertidur kembali setelah
terbangun ditengah malam.
Penelitian ini di dukung oleh Rafknowledge , yang mengatakan
bahwa gangguan tidur merupakan keluhan utama yang sering dialami
lansia, dengan perkiraan lebih dari setengah jumlah lansia yang berusia di
atas 60 tahun mengalami kesulitan tidur dan terjadi perubahan pola tidur
seiring bertambahnya usia seperti perubahan arsitektur tidur, tidur malam
lebih mudah terganggu, kondisi mutu dan durasinya juga terganggu, lansia
cenderung mempunyai keinginan untuk tidur siang yang lebih besar
dibandingkan orang muda (Rafknowledge, 2004).
Selain itu menurut Marchira dalam studi penelitian yang dilakukan
oleh Manggi at al di Florence, Italia pada lansia yang bertempat tinggal
disebuah komunitas menyebutkan, jika prevalensi insomnia pada lansia
cukup tinggi, dan pada wanita presentasenya lebih besar dibandingkan
dengan pria yaitu (54% berbanding 36%). Sedangkan Gislason et al
menyebutkan jika gangguan tidur pada lansia di Islandia, lebih banyak
dialami oleh pria dibandingkan wanita yaitu (37% berbanding 30%)
(Marchira, 2007)
37 responden baik laki-laki maupun perempuan yang mengalami
depresi dan juga mengalami insomnia sebanyak 17 orang atau 73,9%.
Hasil ini sesuai seperti yang dilakukan pada Penelitian Widastra , yang
dilakukan di salah satu panti di Bali yang menunjukan dari 35 jumlah
populasi yang ada, ternyata 15 orang (42,86%), dari semua jumlah
populasi termasuk dalam kategori insomnia. Besarnya presentase
jumlah lansia yang menderita insomnia tersebut karena pengaruh dari
faktor usia yaitu semakin tua usia seseorang semakin rentan terkena
insomnia (Widastra ,2009).
Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan hasil yang sama,
dimana depresi selalu berhubungan dengan insomnia. Penelitian yang
dilakukan oleh Prayitno bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Trisakti menunjukan bahwa pasien depresi selalu mengeluhkan tidurnya
kurang pulas dan mudah sekali terbangun, tidur REM lebih cepat
datangnya sehingga biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan (Prayitno, 2002).
Selain itu penelitian yang dilakukan Lumbantobing mendapatkan
prevalensi penyakit psikiatri 2-3 kali lebih tinggi pada penderita insomnia.
Dan resiko depresi sebagai penyakit pendamping lebih tinggi lagi, yaitu
empat kali pada pasien dengan insomnia (Lumbantobing, 2008)
Orang dengan insomnia lebih mudah menderita depresi
dibandingkan mereka yang tidak insomnia. kekurangan tidur akibat
insomnia memberi kontribusi pada timbulnya suatu penyakit, termasuk
penyakit jantung dan selain itu juga orang dengan insomnia dapat
menurunkan kemampuan dalam memenuhi tugas harian serta kurang
menikmati aktivitas hidup (Rafknowledge, 2004).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa depresi dan insomnia pada
lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta memiliki hubungan.
Hasil ini sesuai dengan sumber pustaka dimana dijelaskan bahwa lansia
dengan keluhan insomnia harus diperkirakan adanya kemungkinan besar
diakibatkan karena depresi atau ansietas (Amir, 2007).
Tabel 2.8 Pola tidur pasien depresi
No Pola Tidur Depresi
1 Jumlah tidur Berkurang
2 Kualitas tidur Dangkal – sedang
3 Mimpi Menakutkan
4 Masuk tidur 15-60 menit
5 Sering bangun malam Sering
6 Bangun pagi Dini hari
7 Pagi hari Lesu
8 Latensi tidur Normal/ memanjang
9 Tidur REM Memendek
10 Regularitas Ireguler dan terputus-putus
(Prayitno, 2002).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara depresi dan insomnia. Tingkat hubungan keduanya
memiliki kekuatan sedang.
B. SARAN
Untuk mempertimbangkan hasil penelitian yang menunjukan
bahwa depresi dapat mengakibatkan lansia dipanti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta menjadi insomnia untuk itu penulis menyarankan
1. Diperlukan pencegahan dini pada lansia yang tidak mengalami
depresi ataupun yang depresi ringan, agar tidak terjadi depresi
berat sehingga terjadi insomnia.
2. Pengasuh panti melakukan pendekatan dan memberi penanganan
terpadu kepada lansia yang mengalami depresi dan insomnia.
3. Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan tentang bahayanya
depresi dan insomnia.
4. Diharapkan lansia mengikuti setiap kegiatan keagamaan,
olahraga,dan lain sebagainya agar lansia lebih memaknai hidup
agar tidak larut dalam pikiran yang menimbulkan efek dari depresi
yang berakibat insomnia karena dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram.
5. \perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang diduga
dapat mempengaruhi terjadinya depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Al’karim. Semarang
American Academy of Sleep Medicine. 2008. Insomnia. Westchester. Ppc 1-3, Diakses 22 Maret 2012
American Academy of Sleep Medicine. 2008. Insomnia Significangtly Affects The School Performance of College Students. Diakses 26 maret 2012.
Amir, N. 2007. Ganggan Tidur Pada Lanjut Usia, Diagnosis Dan Penatalaksanaannya, Bagian Psikiatri RS. dr. Cipto Mangukusumo. FKUI. Jakarta http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/157_09 Diakses 22 Maret 2012.
Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Baihaqi, MIF., Sunardi. A.R. 2007. psikiatri konsep dasar dan gangguan-gangguan. Bandung :PT Refika aditama.PP 113
Bappenas, 2011. http://bappenas.go.id. “Angka Harapan Hidup”. Diakses 22 Maret 2012.
Biro Pusat Statistik. http://jateng.bps.go.id. “Penduduk Jateng Menurut Kabupaten/Kota Dan Kelompok Usia Tahun 2006”.diakses 22 Maret 2012.
Carcio, G. Ferara, Genaro, L. 2006. Sleep Loss,Learning Capacity and Academic Performance. Sleep Medicine.pp:323-337. http://teensneedsleep.files. wordpress.com/2011/03/sleep-loss-learning-capacity-and-academic-performance1.pdf. Diakses 26 Mei 2012
Harimurti, K. 2009. Proses Menua Dan Implikasi Kliniknya. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I (ed. 5), Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Hawari, Dadang. 2011. Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik. Jakarta: FKUI.
Heriawan, C. 2007. Faktor Resiko Depresi Pada Pasien Geriatri. “Cermin Dunia Kedokteran”. No 156, Diakses 17 mei 2012
Iskandar,Y. 1985. Insomnia Anxietas Dan Depresi. Dalam : Psikiatri Biologi, Vol II. Jakarta: Yayasan Dharma Graha. PP : 37-41.
Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur, USU digital Library, pp: 1-4. http://gudangarsipadibahmadi.files.wordpress.com/gangguan-tidur.pdf. Diakses 26 Mei 2012.
Kaplan, 2010. Sinopsis Psikiatrik Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lumbantobing,S.M. 2008. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Marchira, C.R. 2004. Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Insomnia pada Lansia di Poli Geriatri RS Dr. SardjitoYogyakarta. Yogyakarta: FK UGM Yogyakarta.
. 2007 Insomnia Pada Lansia Dan Penatalaksanaanya Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa /SMF Jiwa FK UGM/ RS Dr. SardjitoYogyakarta.
Marto, H. Hadi. 2009. GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta FKUI.
Maryam, R. dkk. 2008. Mengenal usia lanjut. Jakarta: Salemba medika.
Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi Edisi 2. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Muslichah, M. 2010 Episode depresi berat dengan insomnia http://www.fkumyecase.net/wikiindex.php?page=Episode+Depresi+Berat+dengan+Insomnia/ Diakses 01 Oktober 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT. http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Prayitno.pdf Diakses 26 Mei 2012 .
Puri, B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Hal: 268. Jakarta : EGC.
Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia
Soejono, 2000. Depresi Pada Lansia. FK USU Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/5/Chapter%20I.pdf Diakses 01 Oktober 2012.
Sugiyono, 2007. Stastika Untuk penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.
Sumirta, I Nengah. 2008. Hubungan antara aktivitas fisik dengandepresi pada lansia di pelayanan lanjut usia “Wana Seraya” Denpasar. http://.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6208160166_1693-4903/ Diakses 01 Oktober 2012
Surya, M. 2009. Kuesioner Geriatric.Depression Scale Departemen Psikiatri RS H. Adam Malik Medan : FK USU Medan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17632/1/Appendix.pdf Diakses 2 Juli 2012.
Suryo, S. 2003. Depresi sebagai Faktor Resiko Insomnia pada Lansia di RS dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: FK UGM Yogyakarta.
Syamsir, B.S. Gangguan Depresif Pada Usia Lanjut, Departeman psikiatri RS. H. Malik. Medan : FK UNSU Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18790/1/mkn-jun2007-40%20(13).pdf Diakses 26 Mei 2012.
Tomb, D.A, 2004, Gangguan Mood. Buku Saku Psikiatri. Ed. 6. Hal: 47-65 Jakarta : EGC.
WHO. 2009. Mental Helath: Depression http: www.who.intimedial;healt immagement depression depresionph.en Diakses 30 Maret 2012.
Widastra, I Made. 2005. Terapi relaksasi progresif sangat efektif mengatasi keluhan insomnia pada lanjut usia. http://pisjd. pdii.lipi. go.id admin jurnal 21098489. pdf/ Diakses 26 Mei 2012.
William C, 2010 Webster’s New World Kamus Kedokteran Ed. 3. Hal: 488 Jakarta: Indeks.
LAMPIRAN
Lampiran 1
INFORMRD CONSENT
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI
PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bahwa bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh Hermayudi dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta , 2012
Peneliti Responden
( Hermayudi ) ( )
Lampiran 2
DATA RESPONDEN
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI
PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Nama :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur :
5. Alamat :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pekerjaan :
8. Hobi :
9. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Lampiran 3
Kuesioner lie-score Minnesota Multiphasic Personality Inventory
( L- MMPI)
Berilah tanda (x) pada kolom “Ya” bila pertanyaan dibawah ini sesuai dengan prasaan
anda, berilah tanda (x) pada kolom “Tidak” bila pernyataan tidak sesuai dengan yang anda
rasakan.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Sekali-kali saya berfikir tentang hal-hal yang buruk untuk diutarakan
2 Kadang-kadang saya ingin mengumpat/ mencaci maki
3 Saya tidak selalu mengutarakan hal yang benar
4 Saya tidak tajuk rencana setiap surat kabar
5 Saya kadang-kadang marah
6 Apa yang dapat saya kerjakan hari ini, kadang-kadang saya tunda
sampai besok
7 Bila saya tidak enak badan saya mudah tersinggung
8 Sopan santun saya dirumah tidak sebaik jika bersama orang lain
9 Bila saya sakit tidak seorang pun melihat saya,sesekali saya akan
menyelundup nonton tanpa karcis
10 Saya lebih sering menang dari pada kalah dalam bermainan
11 Saya ingin mengenal orang-orang penting, karna dengan demikian
saya merasa jadi orang penting
12 Saya tidak selalu menyukai orang yang saya kenal
13 Kadang-kadang saya sering menggunjingkan orang lain
14 Kadang-kadang saya memilih orang yang tidak saya kenal dalam
suatu pemilihan
15 Sesekali saya ketawa ketika mendengar lelucon porno
Pertanyaan :
1. Ya 2. Tidak Skor jika “ tidak” > 10 Invalid
Lampiran 4
Geriatric Depression Scale (Skala Depresi Usia Lanjut)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda?
2 Apakah anda dapat melakukan sebagian besar kegiatan anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda tidak berguna?
4 Apakah anda sering merasa bosan?
5 Apakah anda hampir selalu bersemangat tinggi?
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa anda?
7 Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah, daripada keluar
untuk mengerjakan hal yang baru?
10 Apakah anda memiliki masalah dengan daya ingat/kosentrasi
anda?
11 Apakah anda merasa bahwa hidupini sangat menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga dengan keadaan anda saat
ini?
13 Apakah anda merasa penuh dengan energi?
14 Apakah anda sering sekali ingin menangis?
15 Apakah anda senang bangun pagi hari?
Total
Skor
Depresi : > 5
Tidak depresi : ≤ 5
Lampiran 5
Kuesioner Insomnia Reting Scale – KSPBJ
INITIAL INSOMNIA
1. Berapa lama anda tidur dalam sehari ?
a. > 6 jam 30 menit
b. Antara 5 jam 30 menit – 6 jam 29 menit
c. Antara 4 jam 30 menit – 5jam 29 menit
d. < 4 jam 30 menit
2. Sealama anda tertidur apakah ?
a. Rasanya tidak penah bermimpi
b. Kadang – kadang ada mimpi yang tidak jelas
c. Sering sekali bermimpi
d. Selalu bermimpi yang menakutkan
3. Bagaimana rasa tidur anda ?
a. Dalam dan sukar dibangunkan
b. Sedang tapi sukar dibangunkan
c. Sedang dan mudah dibangunkan
d. Dangkal dan mudah dibangunkan
4. Bila anda sampai ditempat tidur, berapa lama diperlukan untuk jatuh tidur?
a. < 5 menit
b. 6 – 15 menit
c. 16 – 29 menit
d. Lebih lama dari 1 jam
MIDDLE INSOMNIA
5. Selama anda tidur, berapa kali anda terbangun malam hari ?
a. Tidak pernah terbangun
b. 1 – 2 kali terbangun
c. 3 – 4 kali terbangun
d. > dari 4 kali terbangun
6. Bila anda terbangun malam hari, maka untuk tidur lagi dibutuhkan waktu?
a. < 5 menit
b. Antara 6 – 16 menit
c. Antara 16 – 60 menit
d. > 60 menit
LATE INSOMNIA
7. Pada pagi hari anda dapat bangun?
a. Bangun pada waktu yang dikehendaki
b. 30 menit sebelum waktu dikehendaki sudah bangun dan tidak dapat
tidur lagi
c. 1 jam sebelum waktu yang dikehendaki sudah bangun dan tidak dapat
tidur lagi
d. > 1 jam sebelum waktu yang dikehendaki sudah bangun dan tidak
dapat tidur lagi
8. Bila anda bangun pada pagi hari apakah anda merasa ?
a. Segar
b. Kurang segar
c. Rasanya lesu
d. Lesu sekali
SKOR
≤ 8 : Tidak Insomia
> 8 : Insomia
Lampiran 6. Hasil Data
No Nama Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin
Depresi Insomnia Klasifikasi
Umur
1 Prt 75 P Ya Ya 70-80
2 Pj 73 L Ya Ya 70-80
3 Sgt 82 P Ya Ya >80
4 Rk 65 L Ya Ya <70
5 Sr 70 P Ya Ya 70-80
6 Sw 69 L Ya Ya <70
7 Sm 69 L Ya Ya <70
8 Sd 66 L Ya Ya <70
9 Br 69 P Ya Ya <70
10 Jm 62 P Ya Ya <70
11 Rm 76 P Ya Ya 70-80
12 Sn 77 L Ya Ya 70-80
13 Ys 70 L Ya Ya 70-80
14 Sr 83 P Ya Ya >80
15 Ss 65 L Tidak Tidak <70
16 Si 78 P Tidak Tidak 70-80
17 Th 80 P Tidak Tidak 70-80
18 Pt 70 P Tidak Tidak 70-80
19 Kt 65 P Tidak Tidak <70
20 Sk 61 L Tidak Tidak <70
21 Sw 73 L Tidak Tidak 70-80
22 Sp 70 P Ya Tidak 70-80
23 Hd 78 L Ya Tidak 70-80
24 St 80 L Ya Tidak 70-80
25 mg 80 P Tidak Ya 70-80
26 An 80 P Tidak Ya 70-80
27 Dd 82 P Ya Ya >80
28 Tg 60 L Tidak Tidak <70
29 Sa 63 L Tidak Tidak <70
30 Sn 60 P Tidak Tidak <70
31 Tr 99 L Ya Tidak >80
32 Kj 78 P Ya Tidak 70-80
33 Tk 82 L Ya Tidak >80
34 Sl 80 P Tidak Ya 70-80
35 Ht 67 L Tidak Tidak <70
36 Se 70 P Tidak Ya 70-80
37 Kk 81 L Ya Ya >80
Lampiran 7. Analisis Data
Statistics
klasifikasi_umur
N Valid 37
Missing 0
klasifikasi_umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <70 13 35.1 35.1 35.1
70-80 18 48.6 48.6 83.8
>80 6 16.2 16.2 100.0
Total 37 100.0 100.0
depresi * insomnia Crosstabulation
Count
insomnia
Total ya tidak
depresi ya 17 6 23
tidak 3 11 14
Total 20 17 37
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
depresi * insomnia 37 100.0% 0 .0% 37 100.0%
Statistics
depresi
N Valid 37
Missing 0
depresi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 23 62.2 62.2 62.2
tidak 14 37.8 37.8 100.0
Total 37 100.0 100.0
Statistics
insomnia
N Valid 37
Missing 0
insomnia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 20 54.1 54.1 54.1
tidak 17 45.9 45.9 100.0
Total 37 100.0 100.0
depresi * insomnia Crosstabulation
insomnia
Total ya tidak
depresi ya Count 17 6 23
% within depresi 73.9% 26.1% 100.0%
% within insomnia 85.0% 35.3% 62.2%
tidak Count 3 11 14
% within depresi 21.4% 78.6% 100.0%
% within insomnia 15.0% 64.7% 37.8%
Total Count 20 17 37
% within depresi 54.1% 45.9% 100.0%
% within insomnia 100.0% 100.0% 100.0%
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .455 .002
N of Valid Cases 37
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
Lampiran 9. Surat rekomendasi Penelitian dari FK UMS