Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATANDAN BEBAN DITINJAU DARI STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN PADA PT SURACO JAYA ABADI MOTOR
CABANG ANTANG
MAKASSAR
FIRDAYANTI
10573 02600 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2015
ABSTRAK
FIRDAYANTI, 2015. ANALISIA PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATANDAN BEBAN DITINJAU DARI STANDAR AKUNTANSI PADA PT SURACO JAYAABADI MOTOR CABANG ANTANG MAKASSAR (DR. H. Mahmud Nuhung, MA danIsmail Badolahhi, SE.,M.Si.,AK,CA)
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas pendapatan danbeban berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan pada PT Suraco Jaya Abadi Motor CabangAntang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mencoba menggambarkan danmembandingkan perlakuan akuntansi atas pendapatan dan beban berdasarkan standarakuntansi pada PT Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang Makassar.
Penelitian ini di lakukan di PT Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang Makassar,Metode penelitian yang digunakan dala penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif.Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Berdasarkan penelitian yang digunakan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwaPengakuan pendapatan pada PT. SURACOJAYA ABADIMOTOR menggunakan Cash BasisAccounting( Akuntansi Berbasis Kas ) dimana pendapatan dilaporkan pada saat uang telahditerima. Pengakuan beban pada PT. SURACOJAYA ABADIMOTOR menggunakan DirectMatching( Penandingan Langsung ) dimana beban ini akan dilaporkan dalam periode yangsama sebagaimana pendapatan penjualan diakui. Pendapatan PT. SURACOJAYAABADIMOTOR diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterimaoleh PT. SURACO JAYA ABADI MOTOR.
Keyword : perlakuan Akuntansi, PSAK NO.23, Pendapatan dan Beban
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
pada Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi banyak kesulitan dan
rintangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Namun
berkat bantuan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak, maka penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan yang
berbahagia ini penulis menghaturkan banyak terima kasih serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ismail Badollahi SE., M.Si, AK selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. H. Mahmud Nuhung dan Ismail Badollahi, SE., M.Si, AK selaku
dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
iv
5. Bapak Reski Abdullah Bone selaku Pimpinan Cabang PT. Suracojaya
Abadimotor Cabang Antang besrta stafnya yang telah memudahkan dan
memberikan data terkait dengan pembahasan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta para pegawai di lingkungan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah memberikan motivasi, dukungan
dan doa kepada penulis.
8. Sahabatku teman teman Kelas AK 6 2011 yang selalu memberi masukan
dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat seperjuanganku yang sering penulis temani tertawa bersama dan
teman nongkrong dikampus Fila, Fety, Aty.
10. Kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya, penulis
ucapkan terima kasih.
Sebagai penutup, kepada pembaca yang budiman penulis harapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi terwujudnya kesempurnaan skripsi ini.
Billahifiisabililhaq, AssalamualaikumWr. Wb
Makassar, 09 Juli 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PEGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 4
2. Manfaat Praktis ............................................................................. 4
3. Kebijakan ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi.................................................. 6
1. Asumsi Dasar Akuntansi.................................................................. 6
2. Konsep Dasar Akuntansi.................................................................. 7
B. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan............................................. 7
C. Pengertian Pendapatan dan Beban ....................................................... 9
1. Pengertian Pendapatan ..................................................................... 9
2. Pengertian Beban ............................................................................. 11
iv
D. PSAK No. 23 Tentang Pendapat .......................................................... 14
1. Pengukuran Pendapatan ................................................................... 14
2. Penjualan Barang ............................................................................. 15
3. Penjualan Jasa .................................................................................. 18
4. Bunga, Royalti dan Deviden ............................................................ 22
E. PSAK Tentang Beban .......................................................................... 23
1. Pengakuan Beban ........................................................................... 24
2. Pengukuran beban .......................................................................... 25
F. Perlakuan Akuntansi ............................................................................ 26
1. Perlakuan Akuntansi Atas Pendapatan............................................. 26
2. Perlakuan Akuntansi Atas Beban..................................................... 30
3. Pelaporan.......................................................................................... 33
G. Kerangka Pikir..................................................................................... 39
H. Hipotesis .............................................................................................. 39
BAB III Metode Penelitian
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………… 40
B. Metode Pengumpulan Data ………………………………………….. 40
C. Jenis dan Sumber Data……..………………………………………….. 41
D. Metode Analisis ……………………………………………………… 42
BAB IV Gambaran Umum Perusahaan
A. Sejarah Singkat Yamaha …………………………………………....... 43
B. Sejarah Singkat PT Soraco Jaya Abadi Motor ……………………… 44
C. Visi Dan Misi ………………………………………… ...................... 45
iv
D. Struktur Organisasi ………………………………………… ............. 46
E. Job Description (Uraian Tugas)……………………………………… 47
F. Profil Usaha.......................................................................................... 48
BAB V Hasil Dan Pembahasan
A. Kebijakan Akuntansi PT Suraco Jaya Abadi Motor ……………… ... 52
B. Pengakuan Pendapatan Uang diTerapkan Perusahaan......................... 53
C. Pengakuan Beban yang diterapkan Perusahaan …………………… .. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………… ......................... 67
B. Saran ………………………………………….................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya di dalam kehidupan perusahaan apapun bentuk dan
sifatnya, baik yang bergerak di bidang perindustrian, perdagangan umumnya,
maupun yang bergerak dibidang jasa selalu berusaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka
perusahaan harus mampu menciptakan suatu kerjasama yang teratur dan
dapat mengantisipasi masalah-masalah yang ada dalam perusahaan tersebut.
Kinerja harus bagus terutama pada kinerja penyusunan laporan
keuangan yang dibuat secara periodik. Laporan keuangan merupakan hasil
akhir dari proses akuntansi berupa neraca, laporan laba-rugi, dan laporan arus
kas yang disusun dalam satu periode akuntansi (biasanya dihitung).
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu kinerja perusahaan, hal ini
sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dalam suatu periode yang tergambar dalam laporan laba-rugi.
Struktur dan proses perlakuan akuntansi pendapatan haruslah
dipahami secara baik, dengan demikian seseorang akan dapat menjelaskan
mengapa suatu perlakuan akuntansi sangatlah dibutuhkan dalam pengolahan
suatu perusahaan. Manajemen membutuhkan informasi yang akurat dan
cukup untuk memudahkan pengelolaan perusahaan, untuk mempertahankan
eksistensinya dan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2
Selain pendapatan, beban juga merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi laporan keuangan dan diakui dalam laporan laba-rugi
berkaitan dengan manfaat ekonomi dengan penurunan asset dan diukur
dengan handal. Ketetapan pencatatan beban tergantung pada ketetapan
pengklasifikasian beban yang diterapkan perusahaan karena pihak yang
terlibat membutuhkan berbagai informasi untuk kepentingannya baik
informasi keuangan maupun non keuangan.
Perlu diketahui bahwa pendapatan atau penghasilan dan beban saling
berkaitan erat dengan nilai dari suatu objek ekonomi tertentu. Pendapatan dan
beben memiliki sifat moneter karena dihasilkan dari sifat peristiwa yang
menyebabkan perubahan nilai dari objek ekonomi tersebut. Beban
menunjukkan peristiwa moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa
dalam kegiatan operasional perusahaan.
Perlakuan akuntansi yang tepat atas pendapatan dan beban dikatakan
penting, sebab dalam kegiatan ini dilakukan berbagai macam proses
akuntansi mulai dari pencatatan penerimaan sehingga keluar output yang
berupa laporan keuangan. Hal ini sangat penting dikarenakan pendapatan dan
beban ini berhubungan langsung dengan segala kegiatan operasi perusahaan.
Oleh karena itu, perlakuan akuntansi atas pendapatan dan beban yang sesuai
standar akuntansi keuangan sangat baik untuk memperlancar berbagai
kegiatan operasi yang ada di perusahaan.
3
PT. Suracojaya Abadi Motor bergerak dalam bidang penjualan
sepeda motor yang memiliki beberapa cabang yang berada di daerah
Sulawesi Selatan dan Barat.
Pendapatan Penjaualan Perusahaan
Jenis Pendapatan 2011 2012 2013
Penjaulan Motor 34.552.727 39.175.399 39.891.844
Pendapatan Jasa Service 34.550 37.400 35.700
Penjualan Suku Cadang 569.250 697.507 799.042
Jumlah Pendapatan 35.156.527 39.910.306 40.726.586
Tabel.1.4. Tabel Pendapatan PerusahaanSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
Daftar Beben PerusahaanJenis Beban 2011 2012 2013
Beban Adm & Umum 20.400.000 21.900.000 20.040.000
Beban penjualan 41.980.250 45.314.350 47.230.000
Jumlah Beban 62.380.250 67.214.350 67.270.000
Tabel 1.7. Beban PerusahaanSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penulis
mengambil judul “ Analisis Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan dan Beban
Ditinjau dari Standar Akuntansi Keuangan pada PT Tempo suraco Jaya Abadi
Motor Cabang Antang.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “ Apakah perlakuan
akuntansi keuangan atas pendapatan dan beban yang ditetapkan oleh PT.
Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan “
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu Untuk mengetahui perlakuan akuntansi
atas pendapatan dan beban berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan pada PT
Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menumbuhkan
kemampuan untuk dapat meneliti permasalahan – permasalahan yang
dihadapi perusahaan dengan cara membandingkan teori yang didapatkan
dibangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dalam perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penulisan ini dapat memberikan bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam perlakuan akuntansi atas pendapatan dan beban yang
diterapkan pada PT Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang.
5
3. Kebijakan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perusahaan
dalam penetapan pengakuan pendapatan dan beban sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku.
6
BAB II
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Asumsi dan Konsep dasar Akuntansi
Asumsi dan konsep dasar akuntansi merupakan kerangka yang
digunakan dalam penyususnan prinsip akuntansi atau lebih dikenal dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
1. Asumsi Dasar Akuntansi
Asumsi dasar akuntansi merupakan aspek dari lingkungan dan
dimana dasar yang mendasari struktur akuntansi sebagai berikut :
a. Kesatuan Usaha Khusus (Unity of Special Effort)
Di dalam konsep ini, perusahaan dipandang sebagai unit usaha yang
berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya.
b. Kontinuitas Usaha (Going Concern/Continuity)
Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan akan hidup terus dan
tidak akan terjadi likuiditas dimasa yang akan datang.
c. Penggunaan Unit Moneter dalam Pencatatan
Konsep ini menganggap bahwa transaksi-transaksi yang terjadi akan
dicatat dalam bentuk unit moneter pada saat terjadi transaksi itu.
d. Periode Waktu (Time Periode)
Kegiatan perusahaan berjalan terus menerus dari periode yang satu
keperiode yang lain dengan volume dan laba yang berbeda, maka
laporan-laporan keuangan harus tepat pada waktunya.
7
2. Konsep Dasar Akuntasi
Konsep dasar akuntansi merupakan pedoman dalam penyusunan
Standar Akuntansi Keuangan sebagai berikut :
a. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle).
Prinsip ini menghendaki digunakan harga pokok dalam mencatat
aktiva.
b. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle).
Yang dimaksud dengan prinsip mempertemukan adalah
mempertemukan biaya dan pendapatan yang timbul karena biaya
tersebut untuk menentukan bersarnya penghasilan bersih setiap
periode.
c. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle).
Prinsip ini menghendaki agar metode-metode dan prosedur yang
digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara
konsisten dari tahun ke tahun.
d. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Discolursure Principle).
Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap adalah
menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan.
B. Pengertian Standar Akuntasi
Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang
didasarkan pada asumsi dan konsep dasar akuntansi yang telah dikemukakan
8
sebelumnya serta mengacu pada prisip-prinsip akuntansi yang dibuat oleh
komite prinsip akuntansi internasional. Sebelumnya pengantar standar
akuntansi keuangan maka yang digunakan adalah prinsip akuntansi
Indonesia, perubahan ini terjadi setelah adanya globalisasi ekonomi dan
semakin marak aktifnya pasar modal Indonesia, sehingga prinsip akuntansi
Indonesia sudah tidak lagi mampu dan menjawab permasalahan yang timbul
dalam praktek.
Standar akuntansi keuangan yang disusun oleh ikatan akuntansi
Indonesia mengacu pada Famework for the Preparation and Presentation of
Finansial Statemen yang disusun oleh IASC (International Accounting
Standard Comite), sedangkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984
mengacu pada FAS (Finansial Accounting Standar Board), jika FASB adalah
produk Amerika, maka IASC adalah produk dari Eropa.
Menurut Dwi Martani Dkk (2012 : 16). Standar akuntansi keuangan
yang disusun oleh IAI terdiri atas empat standar yang sering disebut empat
pilar standar akuntansi yaitu : Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuantabilitas Publik (SAK ETAP),
Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) dan Standar Akuntansi
pemerintahan (SAP).
Adapun pengertian standar akuntansi keuangan menurut komite
prinsip akuntansi Indonesia sebagai berikut :
“Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman yang harus diacu
dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para
9
pemakai dilajur manajemen perusahaan. Agar laporan keuangan tidak
menyesatkan dan tidak terjadi kesalah pahaman atas informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan pemakai laporan keuangan perlu memahami konsep
dasar asumsi, penalaran dan keterbatasan standar akuntansi yang berlaku”.
C. Pengertian Pendapatan dan beban
1. Pengertian Pendapatan
Berbagai pendapat tentang konsep pendapatan yang telah
dikemukakan oleh para pakar akuntansi dan badan penyusun prinsip
akuntansi, namun hingga saat ini belum ditemukan rumusan yang jelas
tentang konsep pendapatan. Hal inidisebabkan karena pendapatan
biasanya dibahas dalam kaitannya terhadap pengukuran saat
pencatatannya, dan dalam konteks tata buku berpasangan, bukunya pada
sifat-sifat dasar dan atribut pendapatan.Pada umumnya konsep
pendapatan belum dirumuskan dengan jelas dalaM kepustakaan
akuntansi, terutama karena pendapatan biasanya dibahas dalam kaitannya
dengan pengukuran dan penetapan waktu pengakuan pendapatan serta
saat pencatatannya.
Dalam laporan laba rugi terdapat dua kelompok pendapatan yang
terdiri dari pendapatan utama dan pendapatan lain-lain. Pendapatan
utama berasal dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan lain-lain
berasal dari pendapatan yang tidak merupakan kegiatan utama
perusahaan. Misalnya pendapatan bunga bagi perusahaan perdagangan.
Selain itu, juga dalam beberapa kasus terdapat pendapatan dan kerugian
10
dan pos luar biasa. Secara konseptual pendapatan dapat diartikan sebagai
aliran masuk aktiva atau pengurangan utang yang diperoleh dari hasil
penyerahan barang atau jasa kepada para pelanggan. Termasuk aktiva
dalam konteks ini dapat berupa kas, piutang, aktiva tetap, atau aktiva
lain. Dalam praktiknya, pendapatan sering berupa penerimaan kas atau
timbulnya tagihan (piutang) kepada pelanggan sebagai akibat menjual
barang atau menyerahkan jasa tertentu kepada pelanggan. Dalam
akuntansi pendapatan tidak selalu sama dengan laba.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian pendapatan, beikut ini
beberapa pendapat yang dikemukakan oleh pakar-pakar akuntansi.
Definisi pendapatan menurut Rudianto (2009: 25). “Pendapatan
(revenue) adalah kenaikan modal perusahaan yang timbul akibat
penjualan produk perusahaan. Istilah pendapatan biasanya digunakan
oleh perusahaan jasa, sedangkan perusahaan dagang atau manufaktur
lebih banyak menggunakan istilah penjualan (sales) untuk mencatat
transaksi yang sama”.
Pengertian pendapatan menurut Hery (2009: 109). “Pendapatan
adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas aktiva atau
penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi dari keduanya) dari
pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan”.
Pengertian pendapatan berdasarkan International Financial
Reporting Standards (IFRS), menurut Hans Kartikahadi dkk (2012: 60).
11
“Pendapatan (revenue) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal meningkat.
Pengertian pendapatan menurut James Reeve dkk (2009 : 58).
“pendapatan adalah kenaikan dari ekuitas pemilik sebagai hasil dari
menjual barang atau jasa ke pelanggan”.
Defenisi pendapatan menurut Arfan Ihksan (2009 : 48).
“Pendapatan didefenisikan sebagai arus masuk dari aktiva yang diterima
dalam pertukaran untuk penyediaan barang-barang atau jasa”.
Pengertian pendapatan menurtu Rudianto dalam bukunya
“Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan
Keuangan.” (2009 : 16). “pendapatan adalah kenaikan kekayaan
perusahaan akibat penjualan produk perusahaan dalam menjalankan
kegiatan perusahaan”.
Jadi berdasarkan pendapat dari para pakar di atas dapat
disimpulkan pengertian pendapatan yaitu kenaikan modal perusahaan
yang timbul dari adanya penjualan dalam suatu periode.
2. Pengertian Beban
Dalam aktivitas perusahaan baik perusahaan jasa, dagang, dan
manufaktur tidak terlepas dari beban, untuk menentukan laba tidak hanya
pendapatan dan keuntungan saja yang harus ditetapkan, tetapi juga
kriteria beban dan kerugian harus didefinisikan secara jelas. Beban
12
lainnya tidak terkait dengan pendapatan tertentu dan akan diakui dalam
periode ketika beban tersebut dibayarkan atau telah terjadi.
Beban mencakup kerugian serta biaya yang timbul dalam rangka
kegiatan normal entitas. Namun, kerangka menyatakan bahwa kerugian
mewakili penurunan manfaat ekonomi dan karena itu tidak berbeda di
alam dari biaya lainnya. Oleh karena itu, beban tidak dianggap sebagai
elemen terpisah. Perusahaan telah berusaha untuk membedakan antara
biaya dan kerugian yang terjadi dalam dan di luar aktivitas normal
dengan mengelompokkan item sebagai normal atau luar biasa dalam
laporan laba-rugi. Praktek ini tidak diperkenankan dalam IAS I / 101
AASB penyajian laporan keuangan paragraf 85 .
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian beban, berikut
ini beberapa pendapat pakar-pakar akuntansi.
Hery (2009:109) mendefenisikan beban sebagai berikut. “Beban
adalah arus keluar aktiva atau penggunaan lainnya atas aktiva atau
terjadinya (munculnya) kewajiban entitas (atau kombinasi dari keduanya)
yang disebabkan oleh pengiriman atau pembuatan barang, pemberian
jasa, atau aktifitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi
sentral perusahaan”.
Pengertian beban menurut Rudianto (2009:25) sebagai berikut.
“Beban (expenses) adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh
barang atau jasa yang manfaatnya dinikmati hanya dalam waktu satu
tahun atau satu periode akuntansi saja. Dengan kata lain, beban adalah
13
biaya yang manfaatnya hanya dirasakan dalam waktu satu tahun atau
biaya yang tidak memiliki manfaat lagi dimasa mendatang”.
Definisi beban menurut Surjadi (2013:5). “Beban adalah
penurunan net asset sebagai akibat dari penggunaan/pemakaian jasa
ekonomi dalam pembuatan pendapatan atau pembebanan pajak oleh unit
pemerintah”.
Pengertian beban menurut Najmudin (2011 : 69). “Beban adalah
penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibakan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagiaan kepada penanam modal”.
Pengertian beban menurut Rahman Pura (2012 : 12). “Beban
merupakan pengorbanan ekonomi yang dilakukan perusahaan untuk
memperoleh barang atau jasa yang digunakan dalam usaha perusahaan
dan bermanfaat pada suatu periode tertentu”.
Pengertian beban berdasarkan International Finansial
Reporting Standards (IFRS), menurut Hans Kartikahadi dkk (2012: 60).
“Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau
terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Jadi dari pengertian para pakar di atas tentang pengertian beban
dapat disimpulkan bahwa beban adalah pengorbanan aktiva yang
14
disebabkan oleh aktivitas perusahaan dalam kegiatan operasionalnya
yang dapat dinikmati dalam satu periode akuntansi.
D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 Tentang
Pendapatan
1. Pengukuran pendapatan
Pendapatan dapat diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi
biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau
pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi dengan
jumlag diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.
Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau
yang dapat diterima. Namun, jika arus kas dari kas dan setara kas
ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang
dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya
entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar
sebagai imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara
efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan
ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan
dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed).
15
Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah
ditentukan antara:
a) Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit
dengan penilaian kredit yang sama atau;
b) Tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke
harga jual tunai saat ini dari barang atau jasa.
Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut
diakui sebagai pendapatan bunga (PSAK paragraf 30 dan 31).
2. Penjualan Barang
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No 23 bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh
kondisi terpenuhi :
a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan
transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Penentuan kapan suatu perusahaan telah memindahkan risiko
signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli memerlukan
pengujian keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan resiko
16
dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak
milik atau pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli.
Hal ini terjadi pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain,
pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang
berbeda dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas
barang tersebut.
Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari
kepemilikan, transaksi tersebut bukanlah suatu penjualan dan pendapatan
tidak diakui. Suatu perusahaan dapat menahan risiko kepemilikan yang
signifikan dengan berbagai cara, misalnya :
1. Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan
pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin
sebagaimana lazimnya;
2. Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu
tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari
penjualan barang yang bersangkutan;
3. Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi
tersebut merupakan bagian signifikan dari koontrak yang belum
diselesaikan oleh perusahaan dan
4. Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan
alasan yangditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat
memastikan apakah akan terjadi pengembalian.
17
Jika perusahaan hanya menahan risiko tidak signifikan atas
kepemilikan transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan
diakui. Misalnya, penjual mungkin manahan hak milik atas barang
semata-semata untuk melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh
tempo. Dalam hal seperti itu, jika perusahaan telah memindahkan
manfaat kepemilikan dan risiko yang signifikan, transaksi tersebut adalah
suatu penjualan dan pendapatan harus diakui.
Contoh lain perusahaan yang hanya menahan resiko yang tidak
signifikan dari kepemilikan adalah dalam penjualan eceran dengan syarat
dapat dikembalikan bila pelanggan tidak puas. Pendapatan dalam hal ini
diakui pada waktu penjualan dilakukan jika penjual dapat mengestimasi
secara andal retur yang akan terjadi dan mengakui suatu kewajiban untuk
retur berdasarkan pengalaman sebelumnya dan faktor-faktor lain yang
relevan.
Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat
ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada
perusahaan. Kadang-kadang, kemungkinan hal tersebut terjadi sangat
kecil, sampai imbalan diterima atau sampai suatu ketidakpastian
dihilangkan. Misalnya, belum ada kepastian bahwa pemerintahan asing
akan memberi ijin untuk pengiriman imbalan untuk suatu penjualan di
suatu negara asing. Bila ijin diberikan, ketidakpastian tersebut
dihilangkan dan pendapatan diakui. Namun, bila suatu ketidakpastian
timbul tentang kolektibilitas sejumlah tertentu yang telah termasuk dalam
18
pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang pemulihannya
tidak lagi besar kemungkinan diakui sebagai beban, menggantikan
penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.
Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau
peristiwa tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu
pada pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and
expose). Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah
pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain
untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan tidak dapat diukur dengan
andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang telah diterima
untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban.
3. Penjualan Jasa
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat
diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi
tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari
transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi
dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi :
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat
diukur dengan andal.
19
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian
dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase
penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode
akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini
memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan
kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode.
Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu
jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak
tertagih, atau jumlah yang pemulihannya (recovery) tidak lagi besar lagi
kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban dari pada penyesuaian
jumlah pendapatan yang diakui semula.
Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah
perusahaan tersebut mencapai persetujuan hala-hal berikut dengan pihak
lain dalam transaksi tersebut:
a) Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan
dengan kekuatan hukum dengan jasa yang diberikan dan diterima
pihak-pihak tersebut.
b) Imbalan yang harus dipertukarkan.
c) Cara dan persyaratan penyelesaian.
20
Biasanya perusahaan perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan
keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu
merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan revisi
tersebut tidak perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi tersebut tidak
dapat diestimasi dengan andal.
Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan
berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat
mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat
transaksi, metode tersebut meliputi:
1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari
total jasa yang harus dilakukan.
3. Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi
total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa
yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya
yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang
mencerminkan jasa yang dilakukan, atau yang harus dilakukan
dimasukkan ke dalam estimasi total biaya tranaksi tersebut.
Pembayaran berkala dan uang muka diterima dari pelanggan sering
tidak mencerminkan jasa yang dilakukan. Untuk tujuan praktis, bila jasa
dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama
suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama
21
periode tertentu kecuali jika adabukti bahwa metode lain yang lebih
unggul yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian.
Bila kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang
lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan
tersebut dilakukan. Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak
dapat diestimasidengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang
berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
Selama tahap awal suatu transaksi, seringkali terjadi bahwa hasil
transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian
besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan tersebut akan memperoleh
kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan yang
diakui hanya berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan
dapat diperoleh kembali. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat
diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui.
Jika hasil dari suatu transaksi tidak dapat diestimasi degan andal
dan kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali,
pendapatan tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau yang dapat diterima. (PSAK no 23 Paragraf 08)
Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pengguna
aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon
22
dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. (PSAK no
23 Paragraf 09)
Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau
yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan
jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan
mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang
memakai dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar,
kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat
diterima. (PSAK no 23 Paragraf 10)
Barang yang dijual atau jasa yang diberikan untuk diperkirakan
atau barter dengan barang atau jasa yang tidak sama, maka pertukaran
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Tetapi bila
barang atau jasa yang dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat
dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai
transaksi yang mengakibatkan pendapatan. (PSAK no 23 Paragraf 11).
4. Bunga, Royalti dan Deviden
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh
pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan deviden diakui atas dasar
yang dijelaskan dalam paragraf 30 jika:
a) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; dan
23
b) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagi berikut :
1. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif atas
dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva
tersebut
2. Royalti diakui atas dasar akurat sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan
3. Deviden diakui jika hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran ditetapkan
Jika bunga yang belum dibayar telah diakur sebelum pembelian suatu
investasi (invesement) yang berbunga, penerimaan bungan kemudian
dialokasikan antara periode sebelum pembelian dan sudah pembelian,
hanya bagian setelah pembelian diakui sebagai pedapatan.
Royalti diakui sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan
pendapatan juga umumnya diakui sesuai dengan dasar tersebut, kecuali
dengan memperhatikan hakekat perjanjian, akan lebih sesuai untuk
mengakui pedapatan atas sistematis dan rasional yang lain.
E. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Tentang Beban
1. Pengakuan Beban
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam pernyataaan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:2009:34) Pengakuan suatu beban
biasanya bersamaan dengan digunakan barang atau jasa dalam proses
memperoleh pendapatan, tetapi dapat juga setelah penggunaan barang dan
24
jasa atau dalam keadaan luar biasa dapat juga sebelum penggunaan barang
dan jasa. Saat pengakuan beban ditentukan oleh pendapatan laba yang
dipakai perusahaan.
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:2009:34), pengakuan beban
dinyatakan sebagai berikut :
a. Beban diakui dalam laporan laba-rugi dimana pekerjaan yang
berhubungan dilakukan. Namun, setiap ekspektasi selisih lebih total
beban kontrak terhadap total pendapatan kontrak segera diakui sebagai
beban dan dapat diukur dengan andal.
b. Beban diakui sebagai asset asalkan besar kemungkinan biaya-biaya
tersebut akan dipulihkan. Beban tersebut akan mewakili jumlah
tertentu dari pemberi kerja dan sering digolongkan sebagai pekerjaan
dalam proses.
c. Beban diakui dalam laporan laba rugi apabila beban dapat
didistribusikan pada aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke kontrak tersebut.
d. Beban segera diakui dalam laporan laba-rugi kalau pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat
ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam
neraca sebagai aktiva.
25
e. Beban diakui dalam laporan laba-rugi atas dasar hubungan prosedur
alokasi yang rasional dan sistematis dan diterapkan secara konsisten
yang mempunyai karakteristik yang sama.
2. Pengukuran Beban
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) beban dapat
diukur sebagai berikut:
a. Beban terjadi apabila terjadi penurunan aset atau peningkatan
liabilitas
b. Kejadian tersebut dapat terjadi pada periode yang sama dengan
perolehan
c. Dapat juga berasal dari investasi yang mempunyai manfaat beberapa
periode, sehingga perlu alokasi.
1) Alokasi beban:
a) Hubungan sebab akibat, beban penjualan yang terjadi
karena adanya kegiatan penjualan
b) Sistematis dan rational, biaya deresiasi yang dialokasikan
sesuai dengan periode pemanfaatan aset tetap
c) Pengakuan segera, beban yang mempunyai manfaat
jangka panjang yang unsur ketidakpastiannya cukup.
26
F. Perlakuan Akuntansi
1. Perlakuan Akuntansi atas pendapatan
Pengakuan pendapatan diartikan sebagai pengukuran
pendapatan dalam menentukan kapan melakukan pencatatan transaksi
pendapatan untuk memberikan laporan kepada Badan Usaha yang
melakukan operasionalnya secara terus menerus. Di dalam Akuntansi
di ungkapkan ada dua macam basis akuntansi yang digunakan:
a. Cash Basis Accounting (Akuntansi Berbasis Kas) adalah suatu
metode penandingan antara pendapatan dengan beban, di mana
pendapatan dilaporkan pada saat uang telah diterima dan beban
dilaporkan pada saat uang telah dibayarkan.
b. Accrual Basis Accounting (Akuntansi Berbasis Akrual) adalah
suatu metode penandingan antara pendapatan dan beban, dimana
pendapatan dilaporkan pada saat terjadinya transaksi dan beban
dilaporkan pada saat beban tersebut dilaporkan untuk menghasilkan
pendapatan usaha.
Secara umum, ada beberapa perinsip pengakuan pendapatan dalam
akuntansi, seperti yang ditentukan oleh Samryn (20011 : 113) Bahwa
pendapatan selalu diakui dengan dasar akrual.
Metode ini dikenal sebagai alternatif yang memungkinkan
mengakui pendapatan sekalipun atas suatu penyerahan barang atau
jasa kepada pelanggan belum diikuti dengan penerimaan kas.
Penggunaan metode ini menimbulkan adanya akun piutang untuk
27
mencatat pendapatan yang belum diterima dalam bentuk kas. Namun
demikian, kebijakan akuntansi pengakuan pendapatan dengan dasar
akrual tidak boleh menghalangi manajemen untuk melakukan
penjualan dengan cara tunai. Atau tidak berarti bahwa ketika terdapat
pelanggan yang melakukan pembelian secara tunai maka perusahaan
harus mengubah kebijakan pengakuan pendapatan menjadi dasar kas.
Dasar akrual dapat mencakup pendapatan yang diterima secara
tunai.Tetapi tidak berlaku sebaliknya untuk pengakun pendapatan atas
dasar kas.
Kerangka kerja konseptual Finansial Accounting Standard
Board (FASB) telah mengidentifikasikan dua kriteria yang seharusnya
dipertimbangkan dalam menentukan kapan pendapatan seharusnya
diakui. Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui ketika:
a. Telah direalisasi atau dapat direalisasi
Pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika barang atau
jasa telah dipertukarkan dengan kas, pendapatan dikatakan dapat
direalisasi (realized) apabila aktiva yang diterima dapat segera
dikonfersi menjadi kas.
b. Telah dihasilkan atau telah terjadi
Pendapatan dianggap telah dihasilkan atau telah terjadi (earned)
apabila perusahaan telah melakukan apa yang seharusnya
dilakukan untuk mendapatkan hak atas pendapatan tersebut.
28
Kedua kriteria diatas umumnya terpenuhi pada saat titik
penjualan (point of sales), dimana pendapatan akan diakui ketika
barang telah dikirim atau jasa telah diberikan ke pelanggan . Atau
dengan kata lain, pendapatan diaku ketika perusahaan telah
memberikan sebagian besar barang atau jasa yang dijanjikan kepada
pelanggan (dalam hal ini, pendapatan dikatakan telah dihasilkan atau
telah terjadi melalui penyelesaian secara substansial aktivitas yang
terlibat dalam proses pembentukan pendapatan) dan ketika pelanggan
telah memberikan pembayaran (telah direalisasi) atau setidaknya janji
pembayaran yang sah kepada perusahaan (dapat direalisasi).
Pengakuan pendapatan pada saat titik penjualan ini umumnya
menyediakan pengujian yang lebih seragam, objektif, dan logis.
Sebagai pengecualian dari pengakuan pendapatan yang dilakukan
pada saat titik penjualan, pendapatan juga dapat diakui pada saat :
a) Proses produksi masih berlangsung
b) Akhir produksi
c) Pada saat kas diterima.
Salah satu dari dua metode berikut ini biasanya dipakai untuk
menangguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima, yaitu,
metode penjualan cicilan (installment sales method) atau metode
pemulihan biaya (cost recovery method). Dalam beberapa situasi
kasditerima sebelum penyerahan atau pengalihan property dicatat
29
sebagai simpanan karena transaksi penjualan itu belum selesai. Cara
ini disebut sebagai metode simpanan (deposit method).
Metode penjualan cicilan mengakui laba dalam periode-
periode diterimanya hasil penagihan dan bukan dalam periode
penjualan. Metode ini juga dibenarkan atas dasar bahwa bila tidak ada
pendekatan yang layak untuk mengestimasi tingkat ketertagihan, maka
pendapatan tidak boleh diakui sampai kas berhasil ditagih.
Ungkapan “penjualan cicilan” biasanya digunakan
untukmenggambarkan setiap jenis penjualan yang pembayarannya
harus dilakukan dalam cicilan periodik selama periode waktu yang
panjang. Semua jenis tipe kendaraan yang dijual atas dasar cicilan.
Karena pembayaran atas produk yang dijual itu tersebar
selama periode yang relatif panjang, maka resiko kerugian yang
disebabkan oleh piutang tak tertagih akan lebih besar dalam transaksi
penjualan cicilan dari pada dalam penjualan biasa. Akibatnya,
berbagai cara digunakan untuk melindungi penjual. Dalam
perdagangan, dua cara yang paling umum adalah:
1. Penggunaan kontrak penjualan bersyarat yang menetapkan bahwa
hak milik atas barang yang dijual belum berpindah ke
pembelisampai semua pembayaran dilakukan.
2. Penggunaan wesel yang dijamin oleh hipotik barang bergerak (harta
pribadi) atas barang yang dijual.
30
2. Perlakuan Akuntansi Atas Beban
Pengakuan beban sangatlah terkait dengan prinsip pengakuan
pendapatan (revenue recognition). Beban diakui dalam laporan
keuangan laba rugi jikalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang akan berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan
kewajiban sudah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti
pengakuan beban tidak bersamaan dengan pengakuan kenaikan
kewajiban atau penurunan aktiva.
Hubungan antara pendapatan dan beban adalah sebab dan
akibat, beban merupakan faktor penyebab (causal factor) dalam
perolehan pendapatan. Dengan demikian akuntan berupaya mengaitkan
pendapatan yang muncul dalam laporan laba rugi dengan semua biaya
yang dikeluarkan untuk memetik pendapatan tersebut. Konsep ini
disebut prinsip pengaitan (matching principle), mengatur penentuan
saat pengakuan beban dilaporan keuangan.
Untuk menentukan laba, tidak hanya kriteria pengakuan
pendapatan saja yang harus ditetapkan, tetapi juga pengakuan beban
harus didefinisikan secara jelas. Pengeluaran lainnya tidak dapat diakui
sebagai beban untuk periode berjalan karena terkait dengan pendapatan
di masa mendatang, sehingga harus dilaporkan sebagai aktiva terlebih
dahulu (dikapitalisasi).
31
Beban lainnya tidak terkait dengan pendapatan tertentu dan
akan diakui dalam periode ketika beban tersebut dibayarkan atau telah
terjadi.
Pengakuan beban dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu :
1. Penandingan langsung (direct matching)
Beban ini akan dilaporkan dalam periode yang sama
sebagaimana pendapatan penjualan diakui. Demikian juga halnya
dengan beban pengiriman barang (ongkos angkut keluar) dan
komisi penjualan, yang biasanya terkait langsung dengan
pendapatan penjualan.
Beban langsung juga tidak hanya meliputi beban-beban
yang telah terjadi, tetapi juga meliputi beban yang diantisipasi,
yang terkait langsung dengan pendapatan periode berjalan. Setelah
barang dikirim pelanggan, masih ada beban penagihan piutang,
beban kerugian tak tertagih, dan beban garansi atas kemungkinan
produk yang rusak (cacat).
2. Alokasi secara sistematis dan rasional (systematic and rational
matching)
Melibatkan pengeluaran modal yang memiliki masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Biaya-biaya ini biasanya
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup besar. Pengeluaran modal
adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dibebankan langsung
sebagai beban dalam laporan laba-rugi, melainkan dikapitalisasi
32
terlebih dahulu sebagai aktiva di neraca, karena pengeluaran ini
akan memberikan manfaat bagi penciptaan pendapatan di masa
mendatang. Pengeluaran dalam kategori ini akan dicatat dengan
cara mendebit akun aktiva terkait, nantinya secara sistematis dan
rasional akan dialokasikan menjadi beban.
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap
(seperti bangunan dan peralatan), aktiva tidak berwujud (seperti
paten), dan asuransi dibayar dimuka. Secara berkala biaya ini akan
dialokasikan menjadi beban (expense), yaitu beban aktiva tetap,
beban amortisasi paten, dan beban asuransi.
3. Pengakuan segera (immediate recognition)
Dilakukan atas beban-beban yang hanya memberikan
manfaat dalam periode ketika beban tersebut dibayarkan atau
terjadi, dan tidak terkait dengan pendapatan tertentu, tetapi secara
tidak langsung membantu menciptakan pendapatan, seperti beban
umum dan administrasi (beban gaji karyawan dan beban utilitas),
beban yang dikeluarkan yang manfaat ekonomi akan diperoleh
dimasa mendatang, seperti biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan penelitian dan pengembangan, biaya ini akan langsung
diakui dalam periode ketika beban tersebut dikeluarkan.
Kerugian berasal dari transaksi feriferal (transaksi di luar
operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi
incidental (transaksi yang terjadinya jarang), maka kerugian tidak
33
terkait secara langsung dengan pendapatan. Seperti kerugian atas
penjualan aktiva tetap, penghapusan aktiva tetap, penebusan utang
obligasi, penjualan piutang usaha, bencana alam, dan pengeluaran
dari penjualan investasi. (Hery : 2009)
3. Pelaporan
Dalam laporan keuangan pos pendapatan disajikan dalam laporan
laba-rugi yang dimana pendapatan menggambarkan bahwa pendapatan
berasal dari penjualan secara tunai maupun secara piutang.
Berikut penjelasan tentang pelaporan laporan keuangan Neraca
dan Laba-Rugi
Neraca
Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting
bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk
menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya
disusun pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun, neraca juga
dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat
ini bila diperlukan. Biasanya hal ini sering dilakukan pihak manajemen
pada saat tertentu.
Berikut ini beberapa definisi Neraca menurut para ahli akuntansi.
Jumingan ( 2006: 13 ) mendefinisikan Neraca sebagai berikut :
“Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang
(liabilities), dan modal sendiri (prive) dari suatu perusahaan pada tanggal
tertentu”.
34
Definisi Neraca menurut Rudianto ( 2009: 16 ) sebagai berikut :
“Neraca (balance sheet) adalah suatu daftar yang menunjukkan posisi
sumber data yang dimiliki perusahaan, serta informasi dari mana sumber
data tersebut diperoleh”.
Kasmir (2013 : 30) sebagai berikut: “Neraca merupakan ringkasan
laporan keuangan. Artinya, laporan keuangan disusun secara garis
besarnya saja dan tidak mendetail. Kemudian, neraca juga menunjukkan
posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal
perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya neraca dapat dibuat untuk
mengetahui kondisi (jumlah dan jenis) harta, utang, dan modal
perusahaan”.
Jumingan (2011 : 69) mendefenisikan yaitu: “Neraca adalah
laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu saat yang merupakan nilai perusahaan pada waktu tertentu”.
Dalam menyusun neraca, perusahaan dapat menggunakan beberapa
bentuk sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya. Disamping itu, bentuk
neraca yang dipilih sesuai dengan aturan dan kelaziman yang berlaku.
Artinya penyusunan neraca didasarkan kepada bentuk yang telah
distandarisasi, terutama untuk tujuan pihak luar perusahaan. Dalam
praktiknya terdapat beberapa bentuk neraca. Perusahaan dapat memilih
salah satu dari bentuk, yaitu :
35
1. Bentuk skontro (account form)
Neraca bentuk skonto merupakan neraca yang bentuknya seperti
huruf “T”.Oleh karena itu, sering juga disebut T Form. Dalam
bentuk ini neraca dibagi ke dalam dua posisi, yaitu sebelah kiri
berisi aktiva dan disebelah kanan yang berisi kewajiban dan modal.
Bentuk neraca jenis ini sering pula disebut dengan bentuk
horizontal.
2. Bentuk laporan (report form)
Dalam bentuk laporan isi neraca disusun mulai dari atas terus ke
bawah, yaitu mulai dari aktiva lancar seperti kas, bank, efek, ialah
komponen aktiva tetap, komponen aktiva lainnya, komponen
kewajiban lancar, komponen utang jangka panjang dan terakhir
adalah komponen modal (ekuitas).
Laba Rugi
Jenis laporan keuangan lainnya selain neraca adalah laporan laba-
rugi. Berbeda dengan neraca yang melaporkan informasi tentang
kekayaan, utang, dan modal, laporan laba-rugi memberikan informasi
tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba-rugi
juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Dengan kata lain, laporan laba-rugi merupakan laporan yang
menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan
biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba-rugi dalam suatu periode tertentu.
36
Laporan laba-rugi juga memuat jenis-jenis pendapatan yang
peroleh oleh perusahaan di samping jumlahnya (nilai uangnya) dalam satu
periode. Kemudian, laporan laba-rugi juga melaporkan jenis-jenis biaya
yang dikeluarkan berikut jumlahnya (nilai uangnya) dalam periode yang
sama. Dari jumlah pendapatan dan biaya ini akan terdapat selisih jika
dikurangkan. Selisih dari jumlah pendapatan dan biaya ini kita sebut laba
atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan
perusahaan dalam kondisi laba (untung). Namun, jika sebaliknya, yaitu
jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dalam
kondisi rugi. Komponen lainnya yang ada dalam laporan laba-rugi adalah
pajak dan laba per lembar saham.
Berikut ini beberapa definisi Laporan Laba-Rugi menurut para
pakar akuntansi.
Definisi laba-rugi menurut Samryn (2012: 40) sebagai berikut :
“Laporan laba-rugi merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang
pendapatan, beban dan laba atau rugi yang diperoleh sebuah organisasi
selama satu periode waktu tertentu”.
Pengertian laba-rugi menurut Hery (2009: 100) sebagai berikut : “laporan
laba-rugi (income statement) adalah laporan yang menyajikan ukuran
keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu”.
Sedangkan laporan laba-rugi menurut Rudianto (2009: 15) sebagai
berikut: “Laporan laba-rugi (Income Statement) adalah suatu laporan yang
37
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun”.
Menurut James Revee Dkk (2009 : 22) sebagai berikut: “Laporan
Laba Rugi adalah ringkasan dari pendapatan dan beban untuk suatu
periode waktu tertentu seperti setiap bulan atau sdetiap tahun”.
Menurut Kasmir (2013 : 29), sebagai berikut: “Laporan Laba Rugi
(income Statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha perusahaan dalam suatu periode”.
Bentuk laporan laba-rugi dapat disusun sesuai dengan keinginan
dan tujuan perusahaan. Namun, penyusunan tidak dibuat dalam bentuk
sembarangan, sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Dalam praktiknya, laporan laba-rugi dapat disusun dalam dua
bentuk, yaitu:
1. Bentuk tunggal (single step)
Bentuk tunggal atau dikenal dengan namasingle step merupakan
gabungan dari jumlah seluruh penghasilan, baik pokok
(operasional) maupun diluar pokok (non operasional) dijadikan
satu, kemudian jumlah biaya pokok dan diluar pokok juga
dijadikan satu. Dengan demikian, faktor pengurangnya adalah
jumlah seluruh penghasilan dengan jumlah seluruh biaya. Artinya
dalam bentuk ini laporan laba-rugi disusun tanpa membedakan
pendapatan dan biaya usaha dan diluar usaha.
38
2. Bentuk majemuk (multi step)
Bentuk majemuk merupakan pemisahan antara komponen usaha
pokok (operasional) dengan diluar pokok (non operasional).
Artinya terlebih dulu dikurangi antara penghasilan pokok dengan
biaya pokok, kemudian baru ditambah dengan hasil pengurangan
penghasilan di luar pokok dengan biaya di luar pokok.
39
G. kerangka Pikir
H. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka hipotesis diajukan
sebagai berikut : Terdapat Perlakuan Akuntasi Atas Pendapatan dan Beban
berdasarkan PSAK pada PT Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang.
Laporan Keuangan
Neraca Perubahan ModalLaporan L/R
PSAK (Pernyataan Standar Akuntnansi)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka penelitian ini
dilakukan pada Perusahaan PT. Tempo Scan yang beralamat di Jl. Dr. Ir.
Sutami No. 86 Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
Waktu penelitian direncanakan selama dua bulan mulai dari bulan
April dan berakhir bulan Mei.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penelitian pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan
literatur dengan cara membaca dan menganalisa buku-buku, yang ada
hubungannya dengan materi pembahasan Proposal. Setelah literatur dibaca
dan dianalisis kemudian dikutip dengan beberapa kutipan antara lain :
a. Kutipan langsung, yaitu mengutip pendapat dari berbagai tulisan
dengan tidak merubah redaksinya maupun maknanya.
b. Kutipan tidak langsung, yaitu kutipan pendapat dari berbagai tulisan
dengan tidak merubah redaksinya, namun tidak mengurangi arti dan
maknanya.
41
2. Penelitian Lapangan
Dengan cara mendatangi PT. Tempo Scan yang merupakan subyek
penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang PT. Tempo Scan dengan
cara :
a. Metode Wawancara
Dilakukan dengan pihak yang terkait perusahaan yaitu bagian
accounting.
b. Metode Dokumentasi
Diperoleh dengan mencatat data pada subyek penelitian dengan
mempelajari kebijakan perusahaan, sejarah perusahaan serta
penerapan pengakuan pendapatan dan beban terhadap standar
akuntansi keuangan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka yang relevan
dengan yang akan dibahas.
b) Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk informasi baik lisan maupun
tulisan yang berperan sebagai pendukung data yang lain
2. Sumber Data
a) Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara pengamatan
langsung dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan PT. Tempo
Scan Makassar.
42
b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh berupa informasi tertulis,
dan dokumen, laporan, dan studi kepustakaan.
D. Metode Analisis
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif
komparatif, yaitu menguraikan dan membandingkan antara metode perlakuan
akuntansi atas pendapatan dan beban dari sudut SAK dan yang diterapkan di
perusahaan.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Yamaha
Pabrik sepeda motor Yamaha mulai beroperasi sekitar tahun 1969,
sebagai suatu usaha perakitan saja. Semua komponennya di import dari
Jepang yang dirakit dengan peralatan yang serba manual dan dengan
jumlah tenaga kerja yang relatif kecil. Produksi yang dihasilkan setiap
harinya rata-rata mencapai 10 unit sepeda motor.
Sejalan dengan anjuran pemerintah Departemen Perindustrian
No.08/M/SK/I/77, bahwa komponen sepeda motor harus dibuat didalam
negeri, maka untuk melaksanakan upaya tersebut perusahaan melakukan
perluasan usaha berturut-turut sebagai berikut :
1. Pada tanggal 6 Juli 1974, berdirilah secara resmi PT. Yamaha
Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), yang terletak di jalan. DR.
KRT. Radjiman Widyodiningrat (Jl. Raya Bekasi km. 23, Pulo
Gadung) Jakarta 13920. Dan memiliki luas wilayah sekitar 375.794
hektar dan mempunyai pegawai sebanyak 7.154 orang.
2. Tanggal 25 April 1990, berdiri PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia
(YMKI) yang berada satu area dengan PT. Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing dan memiliki 417 orang pegawai. YMKI adalah bagian
perusahaan yang bergerak dibidang promosi dan penjualan sepeda
motor Yamaha.
41
44
3. Tanggal 23 November 1991, berdiri PT. Yamaha Motor Manufacturing
West Java, yang terletak di Jalan Permata I Lot BB-1, Kawasan
Industri KIIC, Karawang 41361 – West Java dan memiliki luas
wilayah sekitar 382.030 hektar dan didukung oleh 2254 pegawai.
B. Sejarah Singkat PT Suraco Jaya Abadi Motor
PT. Suracojaya Abadi Motor Makassar adalah suatu perusahaan
swasta yang bergerak dalam bidang penjualan kendaraan bermotor roda
dua. Didirikan pada tanggal 1 Februari 1990 sesuai dengan Akte Pendirian
Nomor 10 dari Kantor Notaris Ny. Pudji Redkji Irawati, SH dan Akte
Perubahan Notaris Mahmud Said, SH Nomor 118 tanggal 22 September
1997. Dimana perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan
komposisi saham Rizal Tandiawan 65% dan Jacky Purnama 35%.
Sejak didirikan PT. Suracojaya Abadi Motor Makassar dengan
status perusahaan sebagai main dealer untuk penjualan kendaraan
bermotor roda dua merek Yamaha dengan wilayah pemasarannya meliputi
hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat.PT. Suracojaya
Abadi Motor Makassar dalam pemasarannya mampu bersaing dengan
dealer-dealer lain yang menjadi distributor kendaraan bermotor roda dua
lainnya.
PT. Suracojaya Abadi Motor Makassar pada saat pertama didirikan
berlokasi di jalan Sulawesi Nomor 84-86 Makassar dan pada tahun 1996
kantor tersebut telah resmi menjadi kantor cabang, kemudian pada tahun
1996 tersebut PT. Suracojaya Abadi Motor Makassar pindah ke kantor
45
barunya di jalan Andi Pangeran Pettarani. Dimana tersebut berfungsi
sebagai kantor pusat sekaligus show room untuk semua jenis kendaraan
bermotor. Di kantor inilah seluruh penjualan dan service dilakukan.
Setelah ditetapkannya show room yang terletak dijalan Andi Pangeran
Pettarani Makassar dijadikan sebagai pusat PT. Suracojaya Abadimotor.
Dengan perkembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat
Sulawesi terkhusus Sulawesi Selatan ditandai dengan permintaan akan
sepeda motor terus meningkat dari tahun ke tahun, tuntutan pasar yang
semakin luas para stakeholder mulai memikirkan untuk mendirikan cabang
perusahaan didaerah Makassar dan dibeberapa daerah di Sulawesi yang
dianggap berpotensi untuk mengembangkan usaha.
C. VISI DAN MISI
Visi Perusahaan adalah:
Menciptakan masyarakat Yamaha yang sejaherah dan loyal (setia)
serta mencapai pertumbuhan uasaha yang sehat serta berkesinambungan,
dengan memberikan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan
mudah diakses terhadap pelayanan dan produk yamaha yang berstandar
mutu dunia dengan menggunakan sumber daya manusia yang unggul,
teknologi terdepan yang tepat guna serta sistem usaha yang berfokus pada
pelanggan.
Misi Persahaan adalah:
Senatiasa meningkatkan kompetensi karyawan, prosews produksi
dan teknologi kami
46
Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovetif, dengan
harga terjangkau yang merupakan pilihan pelanggan.
47
D. Struktur Organisasi
48
E. Job Descriptions (Uraian Tugas)
Kepala cabang
1. Mewakili direksi menjalankan perusahaan di cabang itu
2. Memberikan laporan kemajuan cabang kepada direksi pusat termasuk
keuangannya
3. Mengambil semua tindakan yang diperlukan agar cabang berjalan lancar
4. Menjalankan program perusahaan untuk cabang itu atau mengejar target
5. Berhak atas promosi dan bonus jika cabang maju melebihi target
perusahaan.
Kasir Cabang
1. Menangani masalah penerimaan dan pengeluaran kas/bank denga bukti-
bukti-buktin otentik administrasi keuangan
2. Mengkordinir, mengatur dan mengawasi serta bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan tugas di bagian keuangan.
3. Menerima dan menyelesaiakan utang piutang perusahaan
4. Setiap pengluaran dapat dilaksanakan dengan persetujuan pimpinan
cabang melalui pemasaran
5. Bertanggung jawab kepada pimpinan cabang.
Sales Couner
1. Menyusun program penjualan
2. Mendistribusikan produk-produk perusahaan
3. Mengkordinir dan mengatur pelaksanaan tugas di cabang perusahaan
49
4. Bertanggung jawab kepada kepala cabang tentang penjualan.
PDI
1. Bertanggung jawab terhadap barang-barang penjualan mulai dari motor
dan spare park.
2. Bertanggung jawab terhadap kepala cabang.
Cleaning Service
1. Membersihkan ruangan karyawan
2. Menyapu, mengepel show room
3. Membersihkan gedung perusahaan
4. Membersihkan halaman perusahaan
5. Mengelola alat-alat kebersihan yang menjadi investasi perusahaan
Driver
1. Mengatur pembelian motor konsumen
2. Mengantar karyawan peerusahaan yang berkaitan dengan kegiatan dinas.
Administrasi Cabang
1. Mengkordinir dan mengawasi seluruh kegiatan administrasi pada kantor
cabang sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
2. Mengecek dan meneliti bukti-bukti transaksi menurut jenisnya, kode,
tanggal dan perlengkapan berkas, admministgrasi keuangan juga seta bukti
dan mencetaknya/membukukannya
50
3. Melakukan konfirmasi dengan bagian-bagian yang bersangkutan unutk
konfirmasi transaksi dan bukti peneriamaan dan pengeluaran kas
(misalnya bagian piutang untuk memeriksa buku besar piutang dagang)
4. Melakukan hubungan denganpembiayaan atau lising dalam rangka
pengurusan kredit pemilik motor
5. Program penerimaan dan pengeluaran kas agar tetap sesuai dengan sistem
perusahaan yang berlaku.
Cheif Salesman
1. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan administrasi penjualan. Seperti
pembuatan faktur dari orderan dan pekerjaan administrasi lainnya
dibidanng pemesanan
2. Menyusun laporan penjualan dan membuat statistik penjualan unit
berdasarkan angka yang diperoleh dari konter sales dan salesman
Sales Force
1. Bertanggung jawab untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan
2. Memelihara dan melayani pelanggan dan mengembangkan bisnis baru
pada kesempatan mendatang
3. Meyediakan layanan purna jual seperti penyelesaian dokumen-dokumen
STNK,BPKB dll.
F. Profil Usaha
Sekarang PT Suraco Jaya Abadi Motor memiliki bebrapa cabang di
zdaerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, salah satunya adalah
51
perusahaan cabang yang terletak di Antang sedangkan perusahaan pusat
PT suraco Jaya Abadi Motor terletak di Jl. A.P. Pettarani No. 18 makassar.
Tempat yang saya jadikan tempat penelitian yaitu PT. Suracojaya
Abadimotor yang terletak di jalan Tamangapa Raya No. 8 Antang
Perusahaan ini sebagai perusahaan dagang yang menjual kendaraan roda
dua merek Yamaha, adapun jenis usaha yaitu penjualan motor merek
Yamaha, penjualan spare park asli Yamaha dan jasa service kendaraan
khusus merek Yamaha.
Adapun cara perusahaan dalam hal pelayanan yaitu bertekad ingin
memberikan yang terbaik dalam bisnis ini, selalu berpijak pada nilai-nilai
Profesionalisme dengan terus meningkatan kualitas sumber daya manusia
serta pengembangan teknologi sebagai dasar memberikan layanan
terbaik.Untuk itu dengan tidak henti-hentinaya PT. Suracojaya
Abadimotor terus meningkatkan skill frontliner sebagai ujung tombak
keberhasilan penjualan dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan baik
pelatihan teknis maupun non teknis, dengan demikian dari berbagai segi
baik Sales, Service maupun Spare Part semua dapat terlayani dengan baik.
Pada akhirnya di tahun - tahun mendatang.PT. SuracojayaAbadimotorakan
terus melakukan terobosan-terobosan, sehingga mampu bersaing
menembus pasar global.
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Akuntansi PT Suraco Jaya Abadi Motor
Pendapatan dan beban merupakan dua akun utama dalam laporan
keuangan laba rugi perusahaan. Pendapatan sumber dana dan sementara beban
merupakan objek pembiayaan yang menyebabkan pengeluaran kas atau
pengorbanan aktiva lainnya, atau timbulnya uatang baru. Pendapatan dalam
laporan keuangan laba rugi terdapat dua kelompok pendapatan yang terdiri dari
pendapatan utama dan pendapatan lain-lain. Pendapatan utama berasal dari
kegiatan utama perusahaan sementara pendapatan lain-lain berasal dari penpatan
yang tidak merupakan kegiatan utama perusahaan. Misalnya pendapatan bunga
bagi perusahaan perdagangan. Selain itu juga beberapa kasus terdapat pendapatan
dan kerugian dari pos luar biasa.
Secara konseptual pendapatan dapat diartikan sebagi aliran masuk aktiva
atau pengurangan utang yang diperoleh dari penyerahan barang atau jasa kepada
para pelanggan. Termasuk aktiva dalam konteks dapat berupa kas, piutang, aktiva
tetap atau aktiva lain. Dalam praktinya pendapatan sering berupa penerimaan kas
atau timbulnya tagihan (piutang) kepada pelanggan sebagai akibat menjual barang
atau menyerahkan jasa tertentu kepada pelanggan.
Beban sebagaimana pendapatan, beban juga dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori besar. Dalam perusahaan jasa terdapat kelompok biaya usaha, biaya
lain-lain dan pos luar biasa untuk mencatat kerugian yang terjadi dengan cara
yang tidak terduga dan bahkan perusahaan tidak menginginkan terjadinya.
53
B. Pengakuan pendapatan yang Diterapkan oleh Perusahaan
Berbagai pendapat tentang konsep pendapatan yang telah
dikemukakan para pakar akuntansi dan badan penyusunan prinsip
akuntansi, namun hingga saat ini belum ditemukan rumusan yang jelas
tentang konsep pendapatan. Hal ini disebabkan karena pendapatan
biasanya dibahas dalam kaitannya terhadap pengukuran saat
pencatatannya, dan dalam konteks tata buku berpasangan, bukunya pada
sifat-sifat dasar dan atribut pendapatan.
Pada umumnya konsep pendapatan belum dirumuskan dengan
dalam kepustakaan akuntansi terutama karena pendapatan biasanya
dibahas dalam kaitannya dengan pengukuran dan penetapan waktu
pengakuan pendapatan serta saat pencatatannya.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya pengakuan pendapatan
diartikan sebagai pengukuran pendapatan dalam menentukan kapan
melakukan pencatatan transaksi pendapatan untuk memberikan laporan
kepada badan usaha yang melakukan operasionalnya secara terus menerus.
Di dalam akuntansi di ungkapkan ada dua macam basis yang digunakan:
1. Cash Basic Accounting (Akuntansi Berbasis kas) adalah suatu metode
penandingan antara pendapatan dengan beben, di mana pendapatan
dilaporkan pada saat uang telah diterima dan beban dilaporkan pada saat
uang telah dibayarkan.
2. Accurual Basic Accounting (Akuntansi Berbasis Akrual) adalah suatu
metode penandingan antara pendapatan dan beban, dimana pendapatan
54
dilaporkan pada saat terjadinya transaksi dan beban di laporkan pada saat
beban tersebut dilaporkan untuk menghasilkan pendapatan usaha.
Macam-macam pendapatan PT Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang
1. Pendapatan dari penjualan unit (motor)
2. Pendapatan dari Jasa Service
3. Pendapatan dari penjualan suku cadang
1). Perlakuan Pendapatan Atas Penjualan Motor
Rincian Pendapatan dari penjualan Motor (unit)
Berikut ini rincian type motor yang dijual pada PT Suraco Jaya Abadi Motor
Cabang Antang
a. Type Motor Moped (Bebek)
a. Jupiter Z CW F1
b. Jupiter MX CW NEW
c. JUP MX KING
d. Vega
e. Force Sporty/Elegan
b. Type Motor Matic
a. Fino Premium F1 / Fino Sporty F1
b. Xeon RC
c. Xeon RC MOTOGP
d. GT 125
e. X-RIDE
f. X-RIDE SE
55
g. X-RIDE ASE
h. N-MAX
i. SOUL GT 125
j. MOI M3 125 CW
c. Type Motor Sporty
a. NEW VIXION KS
b. BYSON IDN
c. SCORPIO Z CW
d. R15
e. R25
2). Pengakuan pendapatan dari Penjualan Motor
Pendapatan dari Pejualan Motor di PT suraco Jaya Abadi Motor Cabang
Antang Menggunakan Pengakuan pendapatan Cash Basic Accuonting (akuntansi
berbasis Kas) suatu metode penandingan antara pendapatan dengan beban, dimana
pendapatan dilaporkan pada saat uang telah diterima dan beban dilaporkan pada
saat uang telah dibayarkan.
3). Pengukuran Pendapatan Dari penjualan Motor
Pendapatan dari penjualan Motor Pada PT Suraco Jaya Abadi Motor
Cabang Antang diukur dengan Nilai Wajar Imabalan yang diterima atau yang
dapat diterima oleh PT Suraco Jaya Abadi Motor Cabang Antang.
56
Hasil Penjualan Motor PT Suraco Jaya Abadi Motor
Tahun Tipe Motor Volume Pnjualan Total Penjualan
2011
Moped (Bebek) 640 10.801.350
Matic 614 10.463.273
Sporty 544 13.288.104
2012
Moped (Bebek) 820 13.509.990
Matic 718 12.044.905
Sporty 554 13.620.504
2013
Moped (Bebek) 835 13.712.910
Matic 743 12.392.230
Sporty 559 13.786.704
Tabel 1.1. Hasil Penjualan MotorSumber : PT SuRaco Jaya Abadi Motor
4). Perlakuan Pendapatan dari Penjualan Jasa Service
Rincian Pendapatan dari penjualan Jasa service
Berikut ini adalah rincian jasa service kendaraan motor Yamaha dari berbagai
tipe yang dilayani oleh PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Antang
1. Reguler
Service Berkala (Tiap 3.000 km)
2. Perbaikan Rincian
a. Ganti oli mesin dan transmisi
b. Ganti bohlam
c. Sistem kelistrikan ringan (batteray)
57
d. Ganti kampas rem cakram
e. Ganti kampas rem teromol
f. Ganti ban
g. Ganti air radiator
h. Ganti comer side
i. Ganti kabel (speedometer,gas,rem)
j. Ganti bearing roda
k. Ganti geer set
l. F1 kowa tester dan cleaner
m. F1 kit cleaner
3. Perbaikan Berat
a. Overhoule CVT
b. Sistem kelistrikan berat
c. Ganti kampas kopling
d. Ganti raceball steering
e. Ganti seal front fork
f. Skir klep
g. Ganti rantai keteng (camchain)
h. Overhoule mesin.
5). Pengakuan Pendapatan dari jasa service
Pendapatan dari jasa service di PT. Suracojaya Abadimotor Cabang
Antang menggunakan pengakuan pendapatan Cash Basic Accounting (Akuntansi
Berbasis Kas) suatu metode penandingan antara pendapatan dengan beban,
58
dimana pendapatan dilaporkan pada saat uang telah diterima dan beban dilaporkan
pada saat uang telah dibayarkan.
6). Pengukuran pendapatan dari Jasa Service
Pendapatan PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Maros diukur dengan
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima oleh PT. Suracojaya
Abadimotor Cabang Antang.
Hasil pendapatan Jasa Service PT Suraco Jaya Abadi Motor
Tahun Jenis Pendapatan Total Pendapatan
2011
Reguler 7.500.000
Perbaikan Rincian 12.050.000
Perbaikan Berat 15.000.000
2012
Reguler 7.650.000
Perbaikan Rincian 14.500.000
Perbaikan berat 15.250.000
2013
Reguler 6.500.000
Perbaikan Rincian 13.450.000
Perbbaikan berat 15.750.000
Tabel 1.2. Hasil Pendapatan Jasa ServiceSumber :PT Suraco Jaya Abadi Motor
59
7). Perlakuan Pendapatan dari Penjualan suku Cadang
Dari sekian banyak suku cadang kendaraan motor yang dijual oleh PT.
Suracojaya Abadimotor berikut di lampirkan sebagian yang sering di cari para
konsumen.
a. Oli mesin
b. Kanvas cakram depan
c. Kanvas cakram belakang
d. Balon lampu depan
e. Balon lampu stop
f. Saringan udara
g. Busi
h. Gear set
i. Saringan oli
j. Grease CVT
k. Aki
8). Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Suku Cadang
Pendapatan dari penjualan suku cadang motor di PT. Suracojaya
Abadimotor Cabang Antang menggunakan pengakuan pendapatan Cash Basic
Accounting (Akuntansi Berbasis Kas) suatu metode penandingan antara
pendapatan dengan beban, dimana pendapatan dilaporkan pada saat uang telah
diterima dan beban dilaporkan pada saat uang telah dibayarkan.
60
9). Pengukuran Pendapatan dari Penjualan Suku Cadang
Pendapatan PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Antang diukur dengan
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima oleh PT. Suracojaya
Abadimotor Cabang Antang.
Hasil Penjualan Suku Cadang Pt Suraco Jaya Abadi Motor
Tahun Volume penjualan Total
2011 1500 569.250.000
2012 1654 697.507.000
2013 1700 799.042.500
Tabel 1.3. Hasil Penjualan Suku CadangSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
Pendapatan Penjaualan Perusahaan
Jenis Pendapatan 2011 2012 2013
Penjaulan Motor 34.552.727 39.175.399 39.891.844
Pendapatan Jasa Service 34.550 37.400 35.700
Penjualan Suku Cadang 569.250 697.507 799.042
Jumlah Pendapatan 35.156.527 39.910.306 40.726.586
Tabel.1.4. Tabel Pendapatan PerusahaanSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
C. Pengakuan Beban yang diterapkan Oleh Perusahaan
Dalam aktivitas perusahaan baik perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur
tidak terlepas dari beban, untuk menentukan laba tidak hanya pendapatan dan
61
keuntungan saja yang harus ditetapkan, tetapi juga kriteria beban dan kerugian
harus didefinisikan secara jelas. Beban lainnya tidak terkait dengan pendapatan
tertentu dan akan diakui dalam periode ketika beban tersebut dibayarkan atau
telah terjadi.
Beban mencakup kerugian serta biaya yang timbul dalam rangka kegiatan
normal entitas.Namun, kerangka menyatakan bahwa kerugian mewakili
penurunan manfaat ekonomi dan karena itu tidak berbeda di alam dari biaya
lainnya.Oleh karena itu, beban tidak dianggap sebagai elemen terpisah.
Sebagaimana dikemukakan sebulumnya Pengakuan beban dapat dibagi
kedalam tiga kategori yaitu :
1. Penandingan langsung (direct matching)
Beban ini akan dilaporkan dalam periode yang sama sebagaimana
pendapatan penjualan diakui. Demikian juga halnya dengan beban pengiriman
barang (ongkos angkut keluar) dan komisi penjualan, yang biasanya terkait
langsung dengan pendapatan penjualan.Beban langsung juga tidak hanya meliputi
beban-beban yang telah terjadi, tetapi juga meliputi beban yang diantisipasi, yang
terkait langsung dengan pendapatan periode berjalan.Setelah barang dikirim
pelanggan, masih ada beban penagihan piutang, beban karugian tak tertagih, dan
beban garansi atas kemungkinan produk yang rusak (cacat).
2. Alokasi secara sistematis dan rasional (systematic and rational matching)
Melibatkan pengeluaran modal yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
periode akuntansi.Biaya-biaya ini biasanya dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
besar. Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dibebankan
62
langsung sebagai beban dalam laporan laba-rugi, melainkan dikapitalisasi terlebih
dahulu sebagai aktiva di neraca, karena pengeluaran ini akan memberikan manfaat
bagi penciptaan pendapatan di masa mendatang. Pengeluaran dalam kategori ini
akan dicatat dengan cara mendebit akunaktiva terkait, nantinya secara sistematis
dan rasional akan dialokasikan menjadi beban.
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap (seperti bangunan
dan peralatan), aktiva tidak berwujud (seperti paten), dan asuransi dibayar
dimuka. Secara berkala biaya ini akan dialokasikan menjadi beban (expense),
yaitu beban aktiva tetap, beban amortisasi paten, dan beban asuransi.
3. Pengakuan segera (immediate recognition)
Dilakukan atas beban-beban yang hanya memberikan manfaat dalam
periode ketika beban tersebut dibayarkan atau terjadi, dan tidak terkait dengan
pendapatan tertentu, tetapi secara tidak langsung membantu menciptakan
pendapatan, seperti beban umum dan administrasi (beban gaji karyawan dan
beban utilitas), beban yang dikeluarkan yang manfaat ekonomi akan
diperoleh dimasa mendatang, seperti biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan penelitian dan pengembangan, biaya ini akan langsung diakui
dalam periode ketika beban tersebut dikeluarkan.
1). Perlakuan Beban Pada PT. Suracojaya Abadimotor cabang Antang
Macam-Macam Beban PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Antang
a. Beban gaji karyawan
b. Beban listrik
c. Beban air
63
d. Beban administrasi
e. Beban transportasi
f. Beban bahan bakar operasional
g. Beban telepon
h. Beban internet
i. Beban fasilitas perusahaan
j. Beban pemeliharaan kebersihan dan property
k. Beban perjalanan dinas
l. Beban lain – lain
Daftar Beban Administrasi & Umum PT Suraco Jaya Abadi MotorTahun Jenis Beban Jumlah Total
2011
Beban Listrik 12.000.000
20.400.000Beban Air 6.600.000
Beban Telpon 1.800.000
2012
Beban Listrik 14.460.000
21.900.000Beban Air 6.000.000
Beban Telpon 1.440.000
2013
Beban Listrik 15.600.000
20.040.000Beban Air 2.400.000
Beban Telpon 2.040.000
Tabel 1.5. Beban Adminidtrasi Dan UmumSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
64
Tabel Beban Penjualan PerusahaanTahun Jenis Beban Total
2011
Beban Promosi/Ikla 14.230.000
Beban Pameran Motor 23.000.250
Beban Angkut Barang 4.750.000
2012
Beban Promosi/Ikla 16.960.000
Beban Pameran Motor 22.654.350
Beban Angkut Barang 5.700.000
2013
Beban Promosi/Ikla 15.980.000
Beban Pameran Motor 24.750.350
Beban Angkut Barang 6.500.000
Tabel 1.6. Beban penjualan PerusahaanSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
Daftar Beben PerusahaanJenis Beban 2011 2012 2013
Beban Adm & Umum 20.400.000 21.900.000 20.040.000
Beban penjualan 41.980.250 45.314.350 47.230.000
Jumlah Beban 62.380.250 67.214.350 67.270.000
Tabel 1.7. Beban PerusahaanSumber : PT Suraco Jaya Abadi Motor
2). Pengakuan Beban pada PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Antang
Pengakuan beban di PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Antang
menggunakan pengakuan metodeDirect Matching (penandingan langsung) Beban
ini akan dilaporkan dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan
65
diakui. Demikian juga halnya dengan beban pengiriman barang (ongkos angkut
keluar) dan komisi penjualan, yang biasanya terkait langsung dengan pendapatan
penjualan.Beban langsung juga tidak hanya meliputi beban-beban yang telah
terjadi, tetapi juga meliputi beban yang diantisipasi, yang terkait langsung dengan
pendapatan periode berjalan.Setelah barang dikirim pelanggan, masih ada beban
penagihan piutang, beban kerugian tak tertagih, dan beban garansi atas
kemungkinan produk yang rusak (cacat).
PENCATATAN PENJUALAN BARANG
Pencatatan pendapatan dari Penjualan Motor
1. Pada tanggal 20 Mei 2015, dijual motor type Jupiter MX CW AT seharga
Rp. 17.398.000 secara tunai.
Kas Rp. 17.398.000
Penjualan Rp.17.398000
2. Pada tanggal 4 April 2015, PT. Suracojaya Abadimotor Cabang Maros
menjual satu unit sepeda motor merek Scorpio Z CW seharga Rp.
25.310.000 kepada Ibu Ani secara kredit, dan panjar sebesar Rp. 5.000.000
selebihnya dibayar kemudian hari.
Kas Rp. 5.000.000
Piutang Dagang Rp. 20.310.000
Penjualan Rp. 25.310.000
66
Pencatatan Pendapatan Dari Jasa Service
1. Pada tanggal 3 April 2015 diterima pendapatan jasa service dari bapak Ali
sebesar Rp. 60.000
Kas Rp. 60.000
Pendapatan jasa service Rp. 60.000
2. Tanggal 19 April 2015 diterima pembayaran jasa service berat yaitu ganti
kampas kopling sebesar Rp. 35.000 dari tuan Aso
Kas Rp. 35.000
Pendapatan jasa service Rp. 35.000
Pencatatan Pendapatan dari Penjualan Suku Cadang
1. Tanggal 8 Mei 2015 dijual oli mesin 1 botol seharga Rp. 35.000 dan gear
shet seharga Rp. 120.000 secara tunai
Kas Rp. 155.000
Penjualan oli dan gear shet Rp. 155.000
2. Tanggal 20 Mei 2015 perusahaan membeli bensin untuk kendaraan
perusahaan sebesar Rp. 150.000 secar tunai.
Beban Transportasi Rp. 150.000
Kas Rp. 150.000
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Selama penelitian di PT. SURACOJAYA ABADIMOTOR
CABANG ANTANG, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Produk dari PT. Suracojaya Abadimotor adalah penjualan kendaraan roda
dua merek Yamaha, penjualan spare park Yamaha, dan jasa service motor
Yamaha.
2. Pengakuan pendapatan pada PT. SURACOJAYA ABADIMOTOR
menggunakan Cash Basis Accounting( Akuntansi Berbasis Kas ) dimana
pendapatan dilaporkan pada saat uang telah diterima.
3. Pengakuan beban pada PT. SURACOJAYA ABADIMOTOR menggunakan
Direct Matching( Penandingan Langsung ) dimana beban ini akan
dilaporkan dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan
diakui.
4. Pendapatan PT. SURACOJAYA ABADIMOTOR diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau yang dapat diterima oleh PT. SURACOJAYA
ABADIMOTOR.
5. Pencatatannya sudah baik sesuai dengan ketentuan standar akuntansi
keuangan yang berlaku di Indonesia
67
68
B. Saran
Penulis memberikan saran-saran yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam menentukan keputusan yang akan diambil untuk
perbaikan dan perkembangan dimasa yang akan datang dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
1. Sebaiknya PT. Suracojaya Abadimotor mempertahankan menggunakan
pengakuan pendapatan dengan metode Akuntansi berbasis kas karena
pendapatan dapat dilaporkan pada saat uang telah diterima dan mudah
untuk menjadwalkan kapan pendapatan itu diterima. Sehingga pendapatan
dapat dikelola dengan baik.
2. Sebaiknya PT. Suracojaya Abadimotor mempertahankan menggunakan
pengakuan beban yang diterapkan perusahaan dengan metode Direct
Matching (penandingan langsung) karena Beban ini akan dilaporkan
dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan diakui.
Sehingga beban-beban dapat dikelola dengan baik.
3. Mahasiswa diharapkan mampu memahami lebih dalam lagi tentang
metode Akuntansi Berbasis Kas dan metode Direct
Matching(Penandingan Langsung) setelah melakukan penelitian atau
membaca materi dalam skripsi ini.
69
Daftar Pustaka
Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah, Cetakan Pertama. Bumi Aksara.Jakarta.
Hery. 2009. Teori Akuntansi, Edisi Pertama. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.
Ikhsan Arfan. 2009. Manajemen Perusahaan Jasa, Edisi Pertama. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama. Bumi Aksara.Jakarta.
Karttikahadi Hans Dkk. 2012.Akuntansi Keuangan SAK Berbasis IFRS. BukuSatu. Salemba Empat. Jakarta Selatan.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Keenam.Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Martani Dwi. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jilid 2.Salemba Empat. Jakarta.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Yar’iyyah Modern.Penerbit Andi. Yogyakarta.
Pura Rahman. 2012. Pengantar Akuntansi 1: Pendekatan Siklus Akuntansi.Penerbit Erlangga. Jakarta.
Revee James Dkk. 2009. Pengantar Akuntasi Adaptasi Indonesia. SalembaEmpat. Jakarta Selatan.
Rudianto. 2009. Pengentar Akuntansi : Konsep Dan Teknik Penyusunan LaporanKeuangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
69
70
Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Samrin.L.M. 2012.Pengantar Akuntansi. Cetakan Kedua.Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Suarjadi, Lukman. 2013. Akuntansi Biaya: Dasar-Dasar Perhitungan HargaPokok. Jakarta : PT. Indeks.
Simamora Henri. 2014. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, EdisiII. UPP AMP YKPN. Jakarta.
71
FIRDAYANTI, lahir di Kabupaten Gowa Provinsi
Sulawesi selatan pada tanggal 14 Mei 1993. Anak
pertama dari 2 bersaudara. Pasangan dari Subhan dan
Saleha. Penulis pertama kali memasuki jenjang
pendidikan di bangku sekolah Dasar di MI
Muhammadiyah Kacci-Kacci, pada tahun 1999 sampai
tahun 2005. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan
ketingkat menengah pertama di MTS Muhammadiyah
Takwa, pada tahun 2005 hingga tahun 2008 dan pada
tahun yang sama melanjutkan pendidikan ketingkat menengah atas di SMK
GARUDAYA BONTONOMPO. Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan
hingga tahun 2011, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi
kejenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang perguruan tinggi dan diterima di
UniversitasMuhammadiyah Makassar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
STRUKTUR ORGANISASI
PT SURACO JAYA ABADI MOTOR CABANG ANTANG
KEPALA CABANG
CHIEFMEKANIK
KOORDINATOR SF
PDI MEN KASIR ADM/COUNTER
DRIVER OFFICE BOYSALESCENTER
Sales Force
Sales Force
Sales Force
Sales Force
Mekanik
Mekanik
Mekanik
Mekanik
Adm ServicePart
Service PartCounter
Servicecounter