Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
ANALISIS TIMBULNYA RUGI DAYA DAN ENERGI YANG MENGALIR
PADA PENGANTAR NETRAL OLEH DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT
PENGANTRAR
OLEH
SUNANDAR BAHARUDDIN 105 82 133714
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SEMINAR HASIL
ANALISIS TIMBULNYA RUGI DAYA DAN ENERGI YANG MENGALIR
PADA PENGANTAR NETRAL OLEH DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT
PENGANTRAR
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Disusun dan diajukan oleh
SUNANDAR BAHARUDDIN 105 82 133714
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
HALAMAN ABSTRAK
SUNANDAR BAHARUDDIN1
1Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar
Email : [email protected]
Abstrak : Sunandar (2020) Analisis Timbulnya Rugi Daya Dan Energi Yang Menglir Pada Penghantar Netral Oleh Distribusi Tiga Fasa Empat Penghantar oleh DR.Ir .Zahir Zainuddin, M. Sc, Rizal A Duyo, S.T,. M.T. Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah Ketidakseimbangan beban yang diakibatkan oleh adanya beban satu fasa system distribusi tiga fasa. Rugi daya dan energi yang ditimbulkan akibat adanya beban yang tidak seimbang dan Keseimbangan beban satu fasa sistem distribusi tiga fasa berdasarkan daya yang terpasang. Metode yang dipergunakan pada penelitiann ini adalah mengadakan penelitian dan pengambilan data di PT. PLN wilayah VIII Rayon Makassar pada Perumahan BTP (Bumi Tamalanrea Permai) Makassar. Hasill yang didapatkan pada penelitian ini adalah. Rugi daya adalah besar daya yang hilang dalam penyaluran tenaga listrik sepanjang jaringan distribusi primer ke beban. Untuk menghitung rugi daya dan energi yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban yang digunakan suatupormulasu persamaan rugi daya dan rugi energy yang menentukan nilai tahanan penghantar yang digunakan dalam menghitung rugi daya tersebut Jadi rugi daya diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sepanjang 0,85 km adalah 0,60434 kW. Sedangkan rugi energi yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban setiap ban adalah 14,504 kWh
Kata kunci ; Daya, Penghantar,Arus, dan Fasa
ABSTRACT
Abstract: Sunandar (2020) Analysis of the Loss of Power and Energy in Neutral
Conducts by the Three Phase Four Conduct Distribution by DR.Ir. Zahir
Zainuddin, M. Sc, Rizal A Duyo, S.T ,. M.T. The purpose of this study is the load
imbalance caused by the one-phase load of the three-phase distribution system.
Power and energy losses arising from unbalanced loads and load balance of a
single phase three-phase distribution system based on the installed power. The
method used in this research is to conduct research and data collection at PT. PLN
Region VIII Rayon Makassar at BTP (Bumi Tamalanrea Permai) Housing
Makassar. The results obtained in this study are. Power loss is the amount of power
lost in the distribution of electric power along the primary distribution network to
vi
the load. To calculate power and energy losses caused by load imbalance, a
formula for power loss and energy loss equations that determines the value of the
conducting resistance used in calculating the power loss So the power loss caused
by load imbalance on the distribution network along 0.85 km is 0, 60434 kW.
Meanwhile, the energy loss caused by the unbalanced load of each tire is 14.504
kWh
Keywords ; Power, Conduct, Current, and Phase
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena Rahmat dan HidayahNyalah sehingga penulis dapat menyusun
skripsi ini, dan dapat kami selesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah pensyaratan akademik yang harus
ditempuhdalam rangka penyelesaian program studi pada Jurusan Elektro
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun judul tugas
akhir adalah : “Analisis Timbulnya Rugi Daya Dan Energi Yang Menglir
Pada Penghantar Netral Oleh Distribusi Tiga Fasa Empat Penghantar”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini sdisebabkan penulis
sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu
ditinjau dari segi tehnis penulis maupun dari perhitungan-perhitungan. Oleh
karena itu penulis menerim dengan ikhlas dan senang hati segala koreksi
serta perbaikan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat
bermanfaat.
Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan, arahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segalan ketulusan
dan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Hamzah Al Imran, ST, MT. sebagai Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
2. Ibu Adriani, ST, MT., sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak. DR. Ir Zainuddin, M.Sc, Selaku Pembimbing I dan Bapak
Rizal A Duyo, S.T, M.T selaku Pembimbing II, yang telah banyak
meluangkan waktunya dalam membimbing kami.
4. Bapak dan ibu dosen serta stap pegawai pada fakultas teknik atas
segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama
mengukiti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih saying,
doa dan pengorbanan terutam dalam bentuk materi dalam
menyelesaikan kuliah.
6. Saudara-saudaraku serta rekan-rekan mahasiswa fakultas teknik
terkhusus angkatan 2014 dan angkatan 2015 yang dengan
keakraban dan persaudaraan banyak membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang
berlipat ganda di sisi Allah SWT dan skripsi yang sederhan ini dapat
bernabfaat bagi penulis, rekan-rekan, masyarakat serta bangsa dan
Negara. Amin.
\Makassar,Desember 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii
ABSTRAK ..................................................................................................... ...... iii
ABSTRACT .......................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
D. Manfaat penelitian ................................................................................................ 3
E. Batasan Masalah ................................................................................................... 3
F. Metode Penulisan .................................................................................................. 3
G. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 6
A. Pembangkit dan Gardu Distribusi ..................................................................... 6
B. Bentuk Umum Sistem Distribusi Daya Listrik. ........................................... 6
C. Bagian-bagian Sistem Distribusi ..................................................................... 16
D. Analisis Komponen Simetris............................................................................ 17
E. Sebab ketidakseimbangan beban ..................................................................... 21
F. Faktor Daya Beban Satu Fasa .......................................................................... 23
x
G. Karakteristik Beban Satu Fasa ......................................................................... 24
H. Akibat Ketidakseimbangan Beban.................................................................. 25
I. Faktor Ketidakseimbangan Beban ................................................................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 30
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 30
B. Metode Penelitian ............................................................................................... 30
C. Gambar Blok Diagram....................................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................. 34
A. Data Pengukuran ................................................................................................. 34
B. Analisis Ketidakseimbangan Beban ............................................................... 36
C. Analisis Perhitungan Beban Tak Seimbang .......................................... 36
D. Perhitungan Rugi Daya dan Energi Akibat Ketidakseimbangan Sistem
Distribusi Primer.................................................................................... 43
E. Analisi Perhitugan Tak seimbang ........................................................ 45
F. Perhitungan Rugi daya ......................................................................... 50
BAB V PENUTUP ................................................................................................................ 53
A. Kesimpulan........................................................................................................... 53
B. Saran-saran .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 55
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaringan distribusi tipe radial ......................................................................... 6
Gambar 2.2 Jaringan distribusi tipe radial yang diparalelkan ....................................... 8
Gambar 2.3 Jaringan distribusi tipe loop............................................................................ 9
Gambar 2.4 Jaringan distribusi tipe ring .......................................................................... 11
Gambar 2.5 Jaringan Distribusi Type Grid/Network .................................................... 11
Gambar 2.6 Jaringan distribusi tipe Spindel. ................................................................. 13
Gambar 2.7 Jaringan distribusi tipe Cluster .................................................................... 15
Gambar 2.8 Komponen urutan positif, negative dan nol dari suatu sistem
tiga tasa Va. Vb dan Vc yang tidak seimbang. ............................... 16
Gambar 2.9 Penjumlahan secara vector ketiga komponen urutan pada
Gambar 2.9 untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang. ............... 18
Gambar 2.10 Diagram Fasor berbagai pangkat dari operator a .................................. 18
Gambar 2.11 Model Sistem Distribusi Tiga Fasa Empat Penghantar
Besar arus yang mengalir pada penghantar netral: .................................. 19
Gambar 3 .1 Sistem Distribusi dan Bagian-bagiannya ................................................. 32
1
BAB I
PENDAIIULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan dan peningkatan pembangunan serta taraf
hidup masyarakat, maka kebutuhan akan energi listrik dengan sendirinya akan
meningkat pula. Apalagi pada tahun-tahun terakhir ini yang merupakan era
industrialisasi, maka kebutuhan akan energi listrik menjadi lebih penting sehingga
tidak dapat dipisahkan dari gerak pembangunan itu sendiri.
Pertambahan langganan yang pesat pada gilirannya akan memberikan
konsekuensi-konsekuensi berupa pertambahan atau perluasan jaringan distribusi,
utamanya pada jaringan distribusi sekunder. Hal ini berarti bahwa dengan
bertambahnya kerapatan beban dan semakin meluasnya jaringan distribusi akan
menyebabkan timbulnya penyimpangan yang tidak diinginkan pada sistem
penyaluran tenaga listrik. Untuk itu dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber pembangkit sampai kepada pemakai tenaga listrik, semakin hari semakin
diharapkan adanya kontinuitas pelayanan dan kualitas listrik yang lebih baik.
Dalam pelaksanaan dan kenyataan diberbagai lokasi penyaluran tenaga
listrik sukar diperoleh beban yang benar-benar seimbang. terutama beban-beban
satu fasa yang mendapat pelayanan dari sistem tiga fasa. Hal ini disebabkan karena
karakteristik dan jenis peralatan-peralatan pemakai tenaga listrik berbeda-beda,
serta waktu pemakaian berbeda-beda pula.
Apabila ketidakseimbangan beban tenaga listrik tidak ditanggulangi dan
dibiarkan terus-menerus maka dapat mengakibatkan kerugian-kerugian, terutama
2
bagi pihak penyalur tenaga listrik (kerugian tenaga listrik pada penghantar netral),
selain itu pihak konsumen yang menggunakan beban tiga fasa seperti motor induksi
akan mendapat putaran yang tidak stabil dan menyebabkan kerusakan mekanis
pada motor tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tugas akhit ini adalah:
1. Ketidakseimbangan beban pada suatu jaringan distribusi akan berdampak
langsung pada pelayanan, karena dapat membahayakan keselamatan
konsumen..
2. Dari akibat yang ditimbulkan diatas disebabkan karena pada penghantar
netral dialiri oleh arus yang besar. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tantang
ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui :
1. Mendapatkan etidakseimbangan beban yang diakibatkan oleh adanya beban
satu fasa system distribusi tiga fasa.
2. Menghitung rugi daya dan energi yang ditimbulkan akibat adanya beban
yang tidak seimbang.
3. Menghasilkan keseimbangan beban satu fasa sistem distribusi tiga fasa
berdasarkan daya yang terpasang.
3
D. Manfaat penelitian
Manfaat peneltian ini adalah:
1. Oleh karena di samping membahayakan keselamatan konsumen, dapat pula
menimbulkan rugi-rugi energi pada jaringan distribusi yang disebabkan
adanya faktor ketidakseimbangan beban tersebut
2. Memberikan data penentuan faktor ketidakseimbangan bebans pada PT.
PLN (Persero) .
E. Batasan Masalah
Pembahasan perhitungan pembebanan trafo distribusi tenaga listrik dibatasi
hanya pada:
1. Sistem distribusi yang berhubungan langsung dengan beban.
2. Sistem distribusi yang tidak seimbang akibat pembebanan yang tidak
seimbang.
3. Perhitungan rugi daya dan energi akibat ketidakseimbangan distribusi satu
fasa pada sistem distribusi tiga fasa.
Pembahasan masalah ketidakseimbangan beban ini memerlukan analisis
data dari kasus nyata tentang beban-beban yang tidak seimbang. Oleh karena itu.
maka dilakukan pengambilan data pada PT. PLN (Persero) Makassar pada
Perumahan BTP (Bumi Tamalanrea Permai) yang dianggap mewakili kasus
ketidakseimbangan beban sistem tenaga listrik yang ada.
F. Metode Penulisan
Dalam menyusun tugask akhir ini, penulis menggunakan metode dan teknik
penulisan sebagai berikut:
4
1. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah kegiatan penelitian dengan mengumpulkan bahan
acuan lewat literatur, yang ada hubungannya dengan objek penulisan dan
sejumlah teori serta rumusan-rumusan para ahli dan sarjana baik mengenai
ketidakseimbangan beban jaringan distribusi maupun bahan-bahan lain
mengenai masalah yang dibahas, yang dapat menunjang laporan ini.
2. Wawancara
Interview adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan mengadakan
Tanya jawab dengan pegawai yang menangani masalah distribusi jaringan pada
PT. PLN (Persero) Wilayah VIII Makassar untuk menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3. Pengambilan data pada PT. PLN (Persero) Wilayah Makassar.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang kami gunakan dalam penulisan ini terbagi
dalam 5 bab seperti berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang, alasan memilih judul tujuan penulisan, batasan masalah.
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan pembahasan yang teoritis tentang sebab-sebah dari
ketidakseimbangan, akibat dari ketidakseimbangan dan faktor yang menyebabkan
ketidakseimbangan beban jaringan distribusi. serta peninjauan secara dalam
5
terhadap masalah yang dibahas berdasarkan teori sehingga dapat dijadikan
landasan yang akurat untuk menunjang penulisan.
BAB : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodoligi penelitian ini membahas tentang jadwal penelitian , tempat
penelitian dan metode yang dilakukan dalam penelitian ini
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil penelitian mengemukakan tentang klasifikasi beban,
perhitungan mengenai rugi daya akibat ketidakseimbangan beban system distribusi,
penentuan faktor ketidakseimbangan beban menurut data arus, mengemukakan
mengenai perhitungan beban yang seimbang dengan berdasarkan daya yang
terpasang dari data PT. PLN (Persero) Wilayah VIII Makassar.
BABV : PENUTUP
Memuat kesimpulan dari pembahasan masalah dan saran untuk melengkapi uraian
yang telah ada.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangkit dan Gardu Distribusi
Tenaga listrik yang dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA,
PLTG, PLTU, PLTD, PLTGU, kemudian ditransmisikan setelah terlebih dahulu
dinaikkan tegangannya oleh transformator yang terdapat dipusat pembangkit
listrik. Saluran transmisi tersebut melalui saluran udara maupun saluran bawah
tanah.
Setelah tenaga listrik ditransmisikan hingga sampai ke gardu induk
diturunkan tegangannya,. melalui transformator menjadi tegangan menengah.
Kemudian menyalurkan daya listrik ke beban melalui gardu distribusi.
Gardu distribusi adalah bagian dari instalasi peralatan listrik yang menerima
daya listrik dari gardu induk melalui jaringan distribusi primer, dimana tegangan
distribusi primer adalah 6 KV ; 12 KV ; 20 KV. Pada gardu distribusi diturunkan
tegangan menjadi tegangan rendah 220/380 V.
B. Bentuk Umum Sistem Distribusi Daya Listrik.
Fungsi utama system distribusi adalah menyalurkan daya listrik dari sumber
ke pemakai daya listrik dengan cara sebaik-baiknya untuk saat yang tertentu serta
untuk masa-masa yang akan datang. Sedapat mungkin yang disalurkan ke pemakai
masih dalam batas-batas tegangan yang diperbolehkan.
Untuk memenuhi tingkat keberlanjutan pelayanan, dikenal lima macam tipe
saluran distribusi primer seperti berikut:
7
1. Tipe Radial.
2. Tipe loop/ring.
3. Tipe grid/network.
4. Tipe Spindel.
5. Tipe Cluster.
1. Tipe Radial
Jaringan ini pada prinsipnya adalah suatu jaringan yang terpencar dari
suatu busbar ke beberapa jurusan atau daya yang disalurkan dari satu arah.
Bentuk jaringan ini sederhana dan paling umum digunakan serta
pemeliharaannya murah. Jaringan ini mempunyai jatuh tegangan yang sangat
besar, terutama untuk ujung saluran dan kerapatan arus yang besar adalah
terletak pada daerah yang lebih dekat dari sumber dan yang terkecil pada ujung
saluran maka dari itu penampangnya dapat berbeda-beda.
Bila jaringan tersebut mengalami gangguan. maka semua beban yang
ada pada jaringan tersebut mengalami pemadaman selama dilakukan perbaikan.
Untuk mengatasi kekurangan ini. maka sistem radial mempunyai modifikasi
yaitu dengan menambahkan suhu feeder atau pada pengulang utama (main
feeder) untuk melayani beban yang jauh.
Modifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem radial yang
diparalelkan ini bila terdapat gangguan. maka pelayanan ke konsumen tidak
terputus sebab daya listrik masih dapat disalurkan melalui jalan lain kecuali
kerusakan terjadi pada sumber atau pada saluran paralelnya.
8
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Jaringan distribusi tipe radial
Keterangan Gambar:
GI : Gardu Induk
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
Pf : Saklar pemutus dengan fuse
ABS : Air Breaker Swict
Kerapatan arus pada pangkal jaringan adalah besar dan makin mengecil
karena arus mengalir ke beberapa cabang. Jadi kerapatan arus terbesar terdapat
diantara gardu induk dan gardu distribusi pertama. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
9
Gambar 2.2 Jaringan distribusi tipe radial yang diparalelkan
Keterangan Gambar :
GI : Gardu Induk
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
Pf : Saklar pemutus dengan fuse
ABS : Air Breaker Swict
10
2. Tipe Loop/ring
Sistem Loop adalah pengembangan dan sistem radial yang pada
operasinya dapat bekerja sebagai sistem radial biasa. Jaringan menengah sistem
ini membentuk suatu lingkaran tertutup yaitu dari suatu gardu induk disalurkan
melewati daerah beban dan kembali ke gardu semula. Bentuk tertutup diperoleh
dengan menghubungkan kedua sistem radial dengan switching atau berupa LBS
yang membagi saluran utama tersebut.
Kelebihan sistem ini adalah kehandalan yang lebih baik dari pada sistem
radial, sedangkan kekurangannya ialah ukuran konduktornya harus sama serta
sanggup menampung beban secara keseluruhan jika salah satu feeder
mengalami gangguan sehingga sistem ini lebih mahal dari sistem radial. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.
11
Gambar 2.3 Jaringan distribusi tipe loop
Keterangan Gambar:
GI : Gardu Induk
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
Pf : Saklar pemutus dengan fuse
ABS : Air Breaker Swict
Sistem ring, tipe ini masih merupakan jaringan tegangan menengah type
loop. Letak perbedaannya adalah ada tipe ring dua sumber atau lebih. Sistem ini
mempunyai kualitas pelayanan yang cukup tinggi, tetapi biaya pengadaan dan
pemeliharaannya lebih mahal jika dibandingkan dengan sistem radial dan loop.
Gambar 2.4 Jaringan distribusi tipe ring
12
Keterangan Gambar:
GI : Gardu Induk
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
Pf : Saklar pemutus dengan fuse
ABS : Air Breaker Swict
3. Tipe Grid Atau Network
Sistem distribusi ini disuplai dari dua atau lebih gardu induk yang saling
dihubungkan (inter koneksi) dan setiap bebannya menerima beberapa daya dari
berbagai arah. Kelebihan dari sistem ini adalah kualitas pelayanan maupun
mutu tegangannya jauh lebih baik dari pada sistem radial dan loop, tetapi
kelemahannya membutuhkan investasi yang besar dalam pengadaannya
sehingga hanya baik untuk suatu beban yang sangat rapat dan besar yang
memerlukan kontinuitas pelayanan yang tinggi.
13
Gambar 2.5 Jaringan Distribusi Type Grid/Network
Keterangan Gambar :
GI : Gardu Induk
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
Pf : Saklar pemutus dengan fuse
14
4. Tipe Spindel
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem radial dan loop yang
dimodifikasi. Perubahan berupa penambahan lebih banyak saluran yang secara
keseluruhannya bertemu pada suatu titik yang disebut dengan gardu hubung.
Keuntungan dari sistem ini adalah tingkat kehandalan yang lebih baik
dibandingkan dengan system radial dengan biaya investasi yang relatif murah.
Ciri-ciri dari bentuk spindel adalah :
a. Tidak terdapat percabangan beban, sehingga mengakibatkan jaringan
dipasang sedemikian rupa dan dapat mencapai seluruh gardu distribusi
secara langsung.
b. Satu dari beberapa saluran tipe spindle disebut kawat express feeder.
menghubungkan langsung dari gardu induk ke gardu hubung.
c. Pada pengusahaan normal saluran atau kawat express tidak dialiri beban
dan hanya berfungsi sebagai saluran cadangan dengan melalui gardu
hubung bagi kabel/saluran-saluran yang lain bila terjadi gangguan.
d. Semua saluran ditempatkan pada satu titik pertemuan yaitu pada sebuah
gardu hubung.
e. Tipe tecder atau saluran diamankan dengan Circuit Breaker yang dilengkapi
dengan alat pengaman arus lebih untuk gangguan antara fase.
15
REL GARDU INDUK REL GARDU HUBUNG
Gambar 2.6 Jaringan distribusi tipe Spindel.
Keterangan Gambar :
Gl : Gardu Induk
GH : Gardu Hubung
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
5. Tipe C'
Jaringan ini pada prinsipnya sama dengan jaringan spindle, letak
perbedaannya adalah pada jaringan Cluster terdapat gardu hubung dan saluran
utamanya dihubungkan langsung ke penyulang cabang dengan menggunakan
LBS.
16
Gambar 2.7 Jaringan distribusi tipe Cluster
Keterangan Gambar:
GD : Gardu Distribusi
CB : Circuit Breaker
LBS: Load Break Switch
C. Bagian-bagian Sistem Distribusi
Distribusi tenaga listrik merupakan tahap akhir tenaga listrik dari pusat
pembangkit ke pemakai tenaga listrik dan disalurkar melalui suatu transformator
yang kemungkinan diteruskan ke jaringan sekunder atau jaringan tegangan rendah.
Barulah kemudian para pemakai tenaga listrik dapat dihubungkan dengan sumber
tegangan menurut tegangan rendah.
17
Bagian-bagian dari sistem distribusi adalah seperti berikut:
- Bulk Power Supply (Pusat Pembangkit)
- Jaringan Substransmisi
- Gardu Induk
- Jaringan Primer (Distribusi Primer)
- Gardu Distribusi
- Jaringan Sekunder
D. Analisis Komponen Simetris
Menurut teorema Fortescu yaitu tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga
fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang, Himpunan seimbang
komponen itu adalah :
1. Komponen urutan positif yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasor 120°' dan mempunyai urutan fasa
yang sama seperti fasor aslinya.
2. Komponen urutan negatif yang terdiri atas tiga fasor yang sama terpisah dengan
yang lainnya dalam fasa sebesar 120°, dan mempunyai urutan fasa yang
berlawanan dengan fasor aslinya.
3. Komponen urutan nol yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya dan
dengan pergeseran fasa nol antara simetris fasor yang satu dengan yang lain.
Komponen-komponen simetris ditunjukkan oleh subkrip a,b,c. Apabila
fasor aslinya adalah tegangan. maka dapat dinyatakan sebagai Va, Vb, Vc. Dan
apabila fasor aslinya adalah arus. maka dinyatakan dalam la, Ib, Ic. Tiga himpunan
komponen-komponen simetris ditunjukkan oleh indeks tambahan 1 untuk
18
komponen urutan positif. 2 untuk komponen urutan negative dan 0 untuk
komponen urutan nol, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9:
Komponen Urutan Positif Komponen Urutan Negatif Komponen Urutan
Nol
Gambar 2.9 Komponen urutan positif, negative dan nol dari suatu sistem tiga tasa
Va. Vb dan Vc yang tidak seimbang.
Apabila komponen-komponen urutan ini dijumlahkan secara grafis maka
didapat:
Gambar 2.10 Penjumlahan secara vector ketiga komponen urutan pada Gambar 2.9
untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang.
Komponen-komponen urutan positif pada Va, Vb, dan Vc adalah Va1, Vb1,
dan Vc1. Demikian pula komponen-komponen urutan negatifnya adalah Va2- Vb2,
Vc2, sedangkan komponen-komponen urutan nolnya adalah Vao, Vbo. Vco.
19
Semua fasor-fasor yang tak seimbang adalah jumlah komponen-komponen
aslinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va= Va1 + Va2 + Va0
Vb= Vb1 + Vb2 + Vb0
Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0 ...........................................................................(2-1)
Pada komponen simetri ini simbol huruf a dipergunakan untuk
menunjukkan operator yang menimbulkan suatu perputaran sebesar 120° dengan
arah yang berlawanan dengan arah perputaran jarum jam. Operator semacam ini
adalah merupakan bilangan kompleks yang besarnya satu dan sudutnya 120° dan
didefenisikan sebagai :
a=1 120° atau = -0,5+j 0,866
Apabila operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor
tersebut akan diputar dengan sudut sebesar 240°. Untuk pengenaan tiga kali
berturut-turut fasor akan diputar dengan 360°, maka pergeserannya adalah :
a = 1 240° atau a = -0,5 – jo,866
dan a3 = 1 360° = l 0°= 1
Gambar 2.11 Diagram Fasor berbagai pangkat dari operator a
20
Komponen-komponen itu dapat diuraikan sebagai berikut:
Vb1= a2 Va1 Vc1= aVa1
Vb2 = aVa2 Vc2 = a2Va2
Vb0 = Vao Vc0 = Vao .........................................(2-2)
Apabila pada persamaan (2-2) disubstitusikan pada persamaan (2-1). maka
akan didapat:
Va = Va1+ Va2 + Vao
Vb = a2Va1 + aVa2 + Vao
Vc = aVa1+ a2Va2 + Vao ....,.........................(2-3)
Dan dapat ditulis dalam bentuk matriks yaitu :
( ) = (
) (
) ................................................ (2-4)
Apabila dimisalkan :
A = (
) ................................................................. (2-5)
Maka akan didapat:
A-1
= 1/3 (
) ...................................................... (2-6)
Dari hasil terakhir diperoleh :
(
) = 1/3 (
) ( ).......................................... (2-7)
Dari persamaan (2-7) dapat diperoleh
Va1= 1/3 (Va + Vb + Vc)
Va1 = 1/3 (Va + aVb + a2Vc)
21
Va2 = 1/3 (Va + a2Vb + aVc) ...................................................... (2-8)
Uraian pada persamaan-persamaan tersebut di atas juga berlaku pada arus-
arusnya dan didapatkan sebagai berikut :
la = Ia1+ Ia2 + lao0
Ib = a2Ia1+ a Ia2 + Ia0
Ic = a la1+ a2 Ia2 + Ia0 .......................................,................................(2-9)
Dan dapat ditulis dalam bentuk matriks :
(
) = 1/3 (
) ( ) ……………………………….(2.10)
Jadi dari hasil persamaannya adalah :
La0 = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
La1= 1/3 (la + aIb + a2Ic)
La2= 1/3 (la + a2Ib + aIc) …………………………………………(2-11)
E. Sebab ketidakseimbangan beban
Ketidakseimbangan beban dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
berikut ini ;
- Fasa Beban
- Keadaan Pemakai Beban
- Faktor daya dari beban
- Faktor ketidakserempakan penggunaan beban antara pelanggan satu dengan
pelanggan yang lain.
22
1. Fasa Beban
Beban-beban tenaga listrik yang memperoleh pelayanan dari sistem
distribusi tiga fasa dapat berupa beban tiga fasa dan beban satu fasa.
Kapasitas daya (VA) terpasang untuk beban satu fasa tidak dibatasi
tergantung pada konsumen. sedangkan untuk beban tiga fasa sesuai dengan
daya yang terpasang pada beban satu fasa.
2. Beban Tiga Fasa
Beban Tiga Fasa meliputi kelompok peralatan pemakai listrik tiga fasa
dari kelompok peralatan pemakai tenaga listrik satu fasa yang terpasang merata
pada ketiga fasa dari kelompok beban tiga fasa tersebut.
Jika peralatan pemakai tenaga listrik satu fasa bekerja bersama-sama
pada faktor daya dan impedansi yang sama, maka dapat diperoleh kelompok
beban tiga fasa yang seimbang. Jika peralatan-peralatan satu fasa yang terdapat
dalam kelompok beban tiga fasa tersebut bekerja tidak seimbang/serentak atau
bekerja dengan faktor daya yang berbeda-beda, maka kelompok beban tiga fasa
ini cenderung tidak seimbang.
3. Beban Satu Fasa
Beban Satu Fasa terdiri atas beberapa kelompok peralatan pemakai
tenaga listrik satu fasa yang terdapat pada konsumen yang memperoleh tenaga
listrik melalui saluran tegangan rendah.
Kelompok-kelompok peralatan pemakai tenaga listrik dipasang merata
pada ketiga fasa saluran pelayanan berdasarkan kapasitas daya (VA) terpasang
23
pada setiap kelompok beban satu fasa tersebut, sehingga masing-masing fasa
saluran pelayanan mempunyai kapasitas daya yang sama. Kapasitas daya
kelompok beban satu fasa di nyatakan dengan:
S = VI = I2Z = I
2 (R+JX)
Dimana :
S = Kapasitas daya beban satu fasa (VA)
V = Tegangan Beban
I = Arus Beban (A)
Z = Impedansi Beban ()
R = Resistansi Beban ()
X = Reaktansi Induktif Beban ()
Walaupun kapasitas daya beban satu fasa terbagi secara merata pada
ketiga fasa saluran, namun tidak memberikan jaminan terjadinya keseimbangan
beban karena impedansi dan daya beban satu fasa berbeda-beda.
Apabila perbedaan impedansi atau perbedaan faktor daya beban satu
fasa itu cukup besar, maka terjadi ketidakseimbangan beban yang cukup besar
pula.
F. Faktor Daya Beban Satu Fasa
Faktor daya beban satu fasa didefenisikan sebagai nilai perbandingan antara
daya nyata (aktif) dengan daya semu (kompleks) yaitu:
Faktor Daya = cos = P/ S = I2.R/V.I
Dimana:
P = Daya nyata beban satu fasa (W)
24
S = Daya semu (VA)
V = Tegangan beban (V)
I = Arus beban (A)
Beban-beban satu fasa mempunyai faktor daya yang berbeda-beda, seperti
pada lampu pijar yang mempunyai factor daya sama dengan satu sedangkan lampu
TL mempunyai faktor daya yang lebih kecil dari satu.
Meskipun beban-beban satu fasa tersebut mempunyai tegangan dan
kapasitas daya terpasang yang sama tetapi mempunyai factor daya yang
berbeda-beda, maka mengalir arus fasa pelayanan yang tidak seimbang.
G. Karakteristik Beban Satu Fasa
Karakteristik beban ditentukan oleh faktor kebutuhan dan faktor
keanekaragaman yang terdapat pada suatu sistem distribusi daya listrik.
Kebutuhan tenaga listrik dari masing-masing konsumen berbeda-beda
setiap saat, sehingga kelompok-kelompok beban satu fasa mempunyai nilai
impedansi yang berbeda-beda pula dan mengakibatkan arus yang mengalir pada
fasa-fasa saluran pelayanan tidak seimbang. Demikian pula keanekaragaman
kapasitas daya terpasang pada setiap beban satu fasa dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan beban setiap saat apabila kebutuhan maksimum daya listrik dari
beban-beban satu fasa tersebut berbeda-beda.
Karakteristik beban satu fasa berbeda-beda dapat mengakibatkan nilai
ketidakseimbangan beban cukup besar apabila permintaan tenaga listrik dari pihak
konsumen cukup besar dan cukup banyak.
25
H. Akibat Ketidakseimbangan Beban
Apabila beban tidak seimbang, maka mengalir arus yang tidak seimbang,
sehingga tegangan fasa saluran pelayanan tidak seimbang pula.
Jika arus tidak seimbang ini, terdapat pada sistem distribusi yang
menggunakan kawat netral, maka ada arus yang mengalir pada kawat netral
tersebut.
Ketidakseimbangan beban sistem distribusi tenaga listrik pada kerja normal
dapat mengakibatkan arus yang mengalir pada penghantar netral, sirkulasi arus
urutan nol pada belitan segitiga dari transformator hubungan segitiga dengan sisi
bintang empat kawat, dan gangguan tegangan tidak seimbang terhadap motor
induksi tiga fasa.
1. Arus Pada Pengahantar Netral
Model sistem distribusi tiga fasa empat kawat dilihat pada gambar
seperti berikut ini:
SALURAN PENYALURAN
Gambar 2.12 Model Sistem Distribusi Tiga Fasa Empat Penghantar
Besar arus yang mengalir pada penghantar netral adalah :
26
In = la + Ib + Ic ............................................................(2.12)
Dimana la, Ib, Ic. masing-masing adalah arus beban pada fasa a, fasa b,
dan fasa c dan la0 (arus urutan nol).
a. Tegangan pada Penghantar Netral
Tegangan pada penghantar netral sebanding dengan arus netral dan
impedansi penghantar netral, yakni :
Vn = In . Zn
Tegangan jatuh pada penghantar netral tersebut mengakibatkan
tegangan fasa saluran pelayanan menjadi :
VaM = Va – VMN
VbM = Vb-VMN
VcM = Vc –VMN
VMN= Vn
b. Kerugian daya dan energi
Arus yang mengalir pada penghantar netral menimbulkan panas
yang terbuang. Panas tersebut merupakan kerugian daya dan energi yang
dinyatakan dalam rumus berikut ini :
Pn = In2 Rn ........................................................ (2-13)
Hn = In2Rn.t. 10
-3 kWh ....................................... (2-14)
Dengan:
Pn = Rugi daya (Watt)
Hn = Rugi Energi (kWh)
In = Arus pada penghantar netral dengan satuan (A)
27
Rn = Tahanan penghantar netral dengan satuan ohm
t = Waktu dalam satuan jam
c. Resistansi pada Penghantar Netral
Adapun besar resistansi penghantar netral ditentukan berdasarkan
persamaan:
R =
..,............................................................(2-15)
Dimana :
R = Resistansi penghantar netral ()
L = Panjang Penghantar (m)
A = Luas Penampang penghantar (m2)
= Resistansi Jenis (-m).
I. Faktor Ketidakseimbangan Beban
Apabila Impedansi Za, Zb dan Zc tidak sama maka nilai arus-arus la, Ib dan
Ic tidak sama, sehingga tegangan Va, Vb, dan Vc tidak sama pula.
Nilai Impedansi dapat diperoleh jika nilai tegangan dan nilai arus diketahui
sama.
Z =
Dari hubungan impedansi, arus dan ketidakseimbangan beban dapat pula
dilihat pada perbedaan-perbedaan nilai arus atau nilai tegangan.
Pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat, ketidakseimbangan beban
dinyatakan berdasarkan komponen urutan positif dan komponen urutan negatif.
28
Perbandingan antara nilai komponen urutan negatif dengan komponen
urutan positif disebut faktor ketidakseimbangan beban (Unbalance Factor), yang
disingkat dengan F.
Apabila data yang diketahui merupakan nilai tegangan, maka faktor
ketidakseimbangan beban dinyatakan berdasarkan perbandingan antara tegangan
urutan negatif dengan tegangan urutan positif, yaitu :
F=[ ]
[ ].................................................................... (2-16)
Apabila data yang diketahui merupakan nilai arus, maka factor
ketidakseimbangan beban dinyatakan dengan berdasarkan perbandingan antara
arus urutan negative dengan arus urutan positif, yaitu ;
F=[ ]
[ ]..........................................,.................(2-17)
Dimana :
F = Faktor ketidakseimbangan beban
Va2 = Tegangan urutan negatif
Va1= Tegangan urutan positif
Ia1= Arus urutan positif
Ia2= Arus urutan negatif
Pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat terdapat komponen urutan nol,
sehingga untuk menentukan faktor ketidakseimbangan .beban, maka komponen
urutan nol tersebut dihilangkan dan diperoleh fasor arus baru seperti berikut ini :
Ia2' = l/3 [ Ia' + a2 Ib' + alc' ]
= 1/3 [ Ia' + l 240°(Ib') + 1 120° (Ic')......................... (2.18)
Ia1 = 1/3 [ Ia' + aIb' + a2 Ic' ]
= l/3 [ Ia' + 1 120° (Ib') + 1 240° (Ic')... ...................(2.19)
29
Dimana :
Ia2= Arus urutan negatif pada fasa a setelah komponen arus urutan nol dihilangkan
Ia1= arus urutan positif pada fasa a setelah komponen arus urutan nol dihilangkan
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
a. Waktu
Pembuatan tugas akhir ini akan dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari
bulan Agustus 2020 sampai dengan Desember 2020 sesuai dengan perencanaan
waktu yang terdapat pada jadwal penelitian.
b. Tempat
Penelitian dilaksanakan di PT. PLN wilayah VIII Rayon Makassar pada Perumahan
BTP (Bumi Tamalanrea Permai) Makassar.
B. Metode Penelitian
Alur Penelitian
MULAI
PENGUMPULAN
DATA
STOP
STUDI LITERATUR
MULAI
DISKUSI
PENYUSUNAN
LAPORAN
SEMINAR
31
Metode penelitian ini berisikan langkah-langkah yang ditempuh
penulis dalam menyusun tugas akhir ini. Metode penelitian ini disusun
untuk memberikan arah dan cara yang jelas bagi penulis sehingga
penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan dengan lancar.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam
penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Metode Pustaka
Yaitu mengambil bahan-bahan penulisan tugas akhir ini dari
referensi-referensi serta literatur-literatur yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
Metode Penelitian
Mengadakan penelitian dan pengambilan data pada di PT. PLN wilayah VIII
Rayon Makassar pada Perumahan BTP (Bumi Tamalanrea Permai),
Kemudian mengadakan pembahasan/analisa hasil pengamatan dan
menyimpulkan hasil analisa tersebut.
Metode Diskusi/Wawancara
Yaitu mengadakan diskusi/wawancara dengan dosen yang lebih
mengetahui bahan yang akan kami bahas atau dengan pihak praktisi di PT.
PLN wilayah VIII Rayon Makassar pada Perumahan BTP (Bumi
Tamalanrea Permai)
32
C. Gambar Blok Diagram
Gambar 3 .1 Sistem Distribusi dan Bagian-bagiannya
Bulk Power Supply (Pusat Pembangkit)
Bulk power supply ini dapat berupa gardu-gardu induk yang disuplay
oleh pembangkit daya utama melalui saluran transmisi atau dapat pula berupa
suatu pembangkit tenaga listrik;
Jaringan Transmisi
Dimulai dari sumber daya utama sampai ke berbagai gardu induk yang
berada di daerah beban. Jaringan sub transmisi dapat berupa kabel tanah, udara
terbuka atau kombinasi diantaranya.
Gardu Induk
Gardu Induk ini mendapat suplay daya dari saluran sub transmisi dan
mengubah tegangannya menjadi tegangan distribusi primer.
Bulk Power Supply
jaringan Sub Transmisi
Gardu induk
Jaringan Primer
Gardu Distribusi
Konsumen
33
Jaringan Primer (Distribusi Primer)
Jaringan Primer biasanya tiga fasa dan berlangsung dari rel menengah
gardu induk sampai pada pusat bebannya dimana kemudian dilakukan
percabangan pada sub feeder 3 fasa atau dapat pula langsung dihubungkan
dengan gardu distribusi.
Gardu Distribusi
Gardu distribusi berguna untuk menurunkan tegangan dari tegangan
primer menjadi tegangan rendah (sekunder). Biasanya pada gardu distribusi di
tempatkan alat ukur seperti Voltmeter. Amperemeter. kWh-meter pengaman
dan lain-lain.
Jaringan Sekunder
Jaringan sekunder berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari gardu
distribusi ke rangkaian pemakai yang dihubungkan dengan panel-panel
pembagi beban.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengukuran
1. Data transformator distribusi
Nama transformator distribusi : UNGB
Lokasi : Poros BTP depan kantor BPK
Daya nominal : 100 KVA
Jam pengukuran / tanggal : 18 : 00 / Desember 2019
Tegangan fasa netral : 220 Volt
Tegangan fasa - fasa : 380 Volt
2. Data Transformator Ketidakseimbangan Beban pada Perumahan
Bumi Tamalanrea (BTP)
No Nama
Gardu
Daya
Trafo
kVA
Tegangan
Pn/sek
kV/V
Beban
Info
%
Arus pengantar
(A)
F
R S T N
1 UNGB 100 20/380 65.560 88 87 123 35,52 0,12
2 UNTO 100 20/380 72,160 74 109 145 61,5 0,17
3 UNGC 200. 20/380 180,180 307 275 243 55,43 0,56
4 UNGP 250 20/380 129,8 216 207 167 45,18 0,46
5 UNGE 100 20/380 87,56 124 157 117 36,99 0,97
6 UNGF 250 20/580 15048 199 251 234 45,92 0,07
7 UNIC 315 20/380 99,88 218 157 79 120,43 0,27
8 UN!F 200 20/380 170,5 248 300 227 66,05 0,08
9 UNGH 250 20/380 229,24 347 306 389 71.88 0,07
10 UNTI 50 20/380 36,74 20 90 37 51,57 0,31
11 UNTS 50 20/380 38,28 60 55 59 4,59 0,03
12 UNLA 160 20/380 125,4 206 216 154 57,65 0,10
35
13 SISIPAN 100 20/380 l 74,36 115 125 98 23,64 0,07
14 UNTGI 100 20/380 74,58 95 127 117 28,36 0,08
15 SISIPAN 100 20/380 73,26 111 100 122 19,05 0,06
3. Data Rugi Daya dan Energi Pada Penghanlar Netral Akibat
Ketidakseimbangan Beban Dalam Perhari Pada Perumahan Bumi
Tamalanrea Permai (BTP)
NO Jaringan Panjang
Penghantar
(km)
In (A) Bahan
Penghantar
(LVTC)
A (mm2) Rn
(ohm)
Pn
(kW)
Hn
(kWh)
1 UNGB-UNTO 0,85 35,52 At 3.70 + 50 0,479 0,604 14,504
2 UNTO-UNGC 0,35 61,5 At 3.70 + 50 0,197 0,745 17,883
3 UNGC-UNGD 0,37 55,43 AI 3.70 + 50 0,209 0,642 15,412
4 UNGD-UNGE OT445 45,18 AI 3.70 + 50 0,251 0,512 12,296
5 UNGE-UNGF 0,425 36,99 AI 3.70 + 50 0,240 0,328 7.881
6 UNGF-UNIG 0,350 45,92 AI 3.70 + 50 0,197 0,415 9,970
7 UNIG-UNIF 0,305 45,93 AI 3.70 + 50 0,172 2,494 59,870
8 UNIF-UNGH 0,6 45,94 AI 3.70 + 50 0,338 1,474 35,389
9 UNGH-UNTI 0,5 45,95 AI 3.70 + 50 0,282 1,457 34,96
10 UNTI-UNTS 0,515 45,96 AI 3.70 + 50 0,291 0,773 18,574
11 UNTS-UNLA 0,5 45,97 AI 3.70 + 50 0,282 0,005 0.143
12 UNLA-Sisipan 0,55 45,98 AI 3.70 + 50 0,310 1,030 24,727
13 Sisipan-UNTG 0,4 45,99 AI 3.70 + 50 0,226 0,126 3.031
14 UNTG-Sisipan 0,65 45,100 AI 3.70 + 50 0,367 0,295 7.084
36
B. Melayani Kebutuhan Tenaga Listrik
PT. PLN (Persero) Wilayah VIII Rayon Makassar mendistribusikan
tegangan yang sebagian kecil yang berlokasi di Perumahan BTP (Bumi Tamalanrea
Permai). Pada umumnya tenaga listrik yang didistribusikan ke konsumen dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga, kegiatan pemerintahan. kegiatan usaha
perdagangan, kegiatan sosial, pengoperasian alat-alat produksi pada industri
penerangan jalan dan lain-lain.
Dalam melayani kebutuhan tenaga listrik dari berbagai konsumen. maka
jaringan distribusi sekunder yang baik sangat diperlukan, untuk itu harus
diperhatikan besar atau tingkat kerapatan beban dan penyaluran sistem jaringan.
Berdasarkan hal tersebut harus diperhatikan aspek ekonomis dan keamanan.
C. Klasifikasi beban dan pentarifannya pada PT. PLN (Persero) Wilayah
VIII Cabang Makassar
1. Klasifikasi Beban
Secara umum, beban dapat dikelompokkan kedalam empat
golongan yaitu :
a. Beban Perumahan ,;
b. Beban Usaha / Perdagangan (komersial)
c. Beban Industri
d. Beban Umum
a. Beban Perumahan
Beban Perumahan adalah beban yang terdiri atas
peralatan-peralatan listrik yang biasa dipakai pada rumah-rumah
37
penduduk. Beban perumahan yang harus dilayani tergantung dari sifat
dan tingkat sosial seseorang. Semakin maju peradaban seseorang,
semakin banyak pula kebutuhannya akan tenaga listrik. Pada beban
perumahan kebutuhan maksimum biasanya berlangsung di malam hari
antara jam 18.00 sampai jam 22.00. Dimana selama selang waktu
tersebut konsumen paling banyak mengkonsumsi listrik untuk
keperluan hiburan, seperti mendengar radio/tape dan televisi.
Beban perumahan jarang menimbulkan masalah kelistrikan
karena biasanya terdiri atas peralatan-peralatan listrik yang
kapasitasnya kecil seperti televisi, lampu penerangan, seterika listrik.
lemari es dan sebagainya.
b. Beban Usaha / Perdagangan
Beban Usaha / Perdagangan adalah beban listrik yang terdiri atas
peralatan listrik yang biasa digunakan pada pusat-pusat perbelanjaan,
rumah makan, perhotelan seperti : kipas angin, AC, pompa listrik dan
sebagainya.
Kebutuhan terbesar untuk kelompok beban ini biasanya
berlangsung antara jam 08.00 pagi dimana saat itu toko-toko mulai buka
dan mencapai puncaknya pada sore hari karena pada waktu tersebut
beban mulai bertambah dengan bertambahnya atau bekerjanya
lampu-lampu penerangan.
38
c. Beban Industri
Beban Industri merupakan beban yang paling sering
menimbulkan masalah kelistrikan karena kapasitas dayanya yang
digunakan cukup besar. Dengan demikian penyaluran daya listrik perlu
diperhatikan mengingat terhentinya penyaluran listrik yang relatif
singkat dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar pada industri.
d. Beban Umum
Kelompok beban ini kebanyakan dan beban-beban yang dipakai
di tempat-tempat pendidikan, misalnya : sekolah, rumah peribadatan.
rumah sakit. badan-badan sosial serta lampu-lampu penerangan dan
sebagainya.
Pemakaian listrik pada kelompok ini kebanyakan di siang hari
sedangkan di malam hari kebanyakan beban penerangan saja.
2. Pentarifan Beban
Berdasarkan sistem penyambungan daya listrik kepada konsumen
dan f energi listrik dibagi menjadi :
a. Tarif energi listrik tegangan rendah (TR)
b. Tarif energi listrik tegangan menengah (TM)
c. Tarif energi listrik tegangan tinggi (TT)
Sedangkan berdasarkan atas sifat pemakaiannya maka tarif dasar
listrik PLN digolongkan menjadi :
a. S - 1 / TR Pemakai sangat kecil
39
b. S - 2 / TR Badan sosial kecil sampai dengan sedang
c. S-3/TR Badan sosial
d. R - 1 / TR Rumah tangga kecil
e. R - 2 I TR Rumah tangga menengah
f. R - 3 / TR Rumah tangga besar
g. B - 1 / TR Bisnis kecil
h. B-2/TR Bisnis sedang
i. B - 3 / TR Bisnis besar
j. B - 4 / TR Sambungan sementara
k. 1-1 / TR Industri kecil / rumah tangga
l. 1 - 2 / TR Industri sedang
m. 1 - 3 / TM Industri sedang
n. 1 - 4 / TT Industri besar
o. P -1 / TR Gedung kantor pemerintah kecil sampai dengan sedang
p. P - 2 / TR Gedung kantor pemerintah besar
q. P - 1 / TR Penerangan jalan
Keterangan :
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
TT = Tegangan Tinggi
Tarif energi tegangan rendah ialah tarif yang di peruntukkan pada
jaringan distribusi sekunder dengan tegangan :
40
a. 220 Volt untuk sambungan satu fasa
b. 220/3 80 Volt untuk sambungan tiga fasa
Sedangkan tarif energi untuk tegangan menengah adalah tarif yang
diperuntukkan bagi sambungan daya listrik yang didapat langsung dari
jaringan distribusi tegangan menengah dan merupakan sambungan daya
listrik dengan tegangan antara fasa 1000 Volt sampai maksimum 35000
Volt. Adapun sistem pentarifan energi listrik berdasarkan energi listrik dan
jenis pelanggan adalah sebagai berikut:
a. Tarif untuk pemakai kecil dengan sambungan tegangan rendah.
Golongan tarif ini dinamakan tarif S - 1 dengan daya 220 VA.
b. Tarif energi listrik tegangan rendah untuk keperluan badan-badan sosial
kecil sampai badan sosial sedang. Golongan tarif ini dinamakan S - 2.
yang diperuntukkan bagi asrama pelajar. rumah sakit dan sebagainya.
Daya yang disediakan serendah-rendahnya 250 VA dan
setinggi-tingginya 200 kVA.
c. Tarif energi listrik tegangan menengah untuk keperluan badan-badan
sosial besar. an tarif dinamakan S - 3. Dava vane disediakan 201 kVA ke
atas.
d. Golongan tarif B - 1 adalah golongan tarif untuk pelanggart dengan
sambungan pada sisi tegangan rcndah yang diperuntukkan untuk rumah
tangga kecil. Daya yang disediakan serendah-rendahnya 250 VA dan
setinggi-tingginya 2.200 VA.
41
e. Golongan tarif R - 2 adalah golongan tarif pada pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan keperluan
rumah tangga menengah dan tidak diperuntukkan untuk suatu usaha.
Daya yang disediakan serendah-rendahnya 2.200 VA dan
setinggi-tingginya 6.600 VA
f. Golongan tarif R - 3 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan untuk
keperluan rumah tangga dan tidak diperuntukkan untuk suatu usaha.
g. Golongan tariff B - 1 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan untuk bisnis
kecil seperti : toko, restoran. salon rambut, kantor-kantor usaha, bank
pemerintah dan swasta, cuci cetak foto, lampu reklame atau penerangan
kos, telepon umum dan bioskop. Daya yang disediakan
serendah-rendahnya 250 VA dan setinggi-tingginya 2.200 VA.
h. Golongan tarif B - 2 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan untuk
keperluan bisnis sedang seperti : toko, restoran, salon rambut . kantor
usaha perseroan . bank pemerintah dan swasta, dan gedung bioskop.
Daya yang disediakan serendah-rendahnya 2201 VA dan
setinggi-tingginya 200 kVA ke atas.
i. Golongan tarif B - 3 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan menengah yang diperuntukkan keperluan
bisnis besar dengan kapasitas daya 201 kVA.
42
j. Golongan tarif B - 4 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan untuk
keperluan sambungan sementara seperti penyambungan-penyambungan
daya jangka pendek antara lain : pasar malam, pesta dan
keperluan-keperluan lainnya. Daya yang disediakan tergantung dari
keperluan.
k. Golongan tarif 1 - 1 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan untuk
keperluan industri kecil / rumah tangga. Daya yang disediakan 450 VA
dan setting VA dan settingnya 13,9 KV.
l. Golongan tarif 1 - 2 dengan sambungan pada sisi tegangan rendah yang
diperuntukkan bagi keperluan industri sedang. Daya yang disediakan
serendah-rendahnya 14 kVA dan setinggi-tingginya 200 kVA.
m. Golongan tarif I - 3 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan lemah. dan diperuntukkan untuk
keperluan industri menengah. Kapasitas daya yang dibutuhkan adalah
201 kVA.
n. Golongan tarif I - 4 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan ada pada sisi tegangan tinggi yang diperuntukkan keperluan
industri besar. Daya yang disediakan 30.000 kVA.
o. Golongan tarif P - 1 adalah golongan tarif untuk pelanggan kecil sampai
dengan sedang dengan sambungan pada sisi tegangan rendah yang
diperuntukkan untuk keperluan gedung kantor pemerintah, perum dan
43
gedung kantor perwakilan negara asing. Daya yang disediakan
serendah-rendahnya 250 VA dan setinggi-tingginya 200 kVA.
p. Golongan tarif P - 2 adalah golongan tarif untuk pelanggan besar
dengan sambungan pada sisi tegangan menengah yang diperuntukkan
untuk keperluan gedung kantor pemerintah. Daya yang disediakan 201
kVA keatas.
q. Golongan tarif P - 3 adalah golongan tarif untuk pelanggan dengan
sambungan pada sisi tegangan rendah yang diperuntukkan penerangan
jalan umum yaitu : lampu taman umum, lampu lalu lintas, jam listrik
umum dan lampu air mancur umum dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penerangan jalan umum
2) Lampu taman
3) Lampu air mancur umum
4) Jam listrik umum
D. Analisis Ketidakseimbangan Beban
Ketidakseimbangan beban suatu sistem distribusi daya listrik dalam
wilayah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah VIII Rayon Makassar Timur. meliputi
beban satu fasa dan beban tiga fasa yang memperoleh daya listrik melalui saluran
tegangan rendah dari sistim distribusi tiga fasa empat kawat. Dari persamaan (2-17)
diperoleh nilai faktor keseimbangan beban sebagai berikut:
F = | |
| |........................................................................(3.1)
Dimana arus pada referensi dengan arus-arus beban diberikan oleh
persamaan berikut:
Ia1= 1/3 (la + a2 Ib + a
2Ic)
44
Ia2 = l/3 (la + a2Ib + aIc)
Ia0 =1/3(Ia+Ib+Ic)...................................................(3.2)
Dimana:
In = la + Ib + Ic
Ia0=1/3 (In)
In = 3 Ia0............................................................... (3.3)
Pada sistem distribusi empat penghantar terdapat komponen arus urutan nol
seperti pada persamaan (3.2). dihilangkan dan diperoleh fasa arus sebagai berikut :
Ia' = Ia- Ia0
Ib' =Ib-Ia0
Ic' =Ic-Ia0 ...................................... ..................... (3.4)
Sehingga persamaan arus baru di dapat :
Ia2 = 1/3 (la' + a2Ib' + aIa')
la,' = 1/3 (Ia'+aIb' + a2Ic') .......................................... (3.5)
Sedangkan faktor ketidakseimbangan beban berubah menjadi :
F = | |
| |........................................................................(3.6)
Keterangan :
Ia = Arus beban pada fasa a
Ib = Arus beban pada fasa b
Ic = Arus beban pada fasa c
Ia1= Arus beban positif pada fasa a
Ia2 = Arus urutan negatif pada fasa a
La0 = Arus urutan nol pada fasa a
45
Ia2 = Arus urutan negatif pada fasa a setelah komponen arus urutan nol dihilangkan
la1' = Arus urutan positif pada fasa a setelah komponen arus urutan nol dihilangkan
Nilai faktor ketidakseimbangan beban terletak antara 0 dan 1. dimana jika
beban benar-benar seimbang maka F = 0 dan jika benar-benar tidak seimbang maka
harga F berada antara 0 dan 1.
E. Analisis Perhitungan Beban Tak Seimbang
Dari data yang diperoleh selama mengadakan penelitian di PT. PLN
(Pcrsero) Wilayah VIII Rayon Makassar Timur adalah data pengukuran beban pada
feeder Tamalanrea daerah DTP. Pengukuran ini dilakukan dengan memperkirakan
saat terjadinya beban maksimum. dimana untuk beban perumahan dan penerangan
dilakukan pada malam hari.
1. Perhitungan beban tak seimbang
Nama transformator distribusi : UNGB
Lokasi : Poros BTP depan kantor BPK
Daya nominal : 100 KVA
Jam pengukuran / tanggal : 18 : 00 / Desember 2019
Tegangan fasa netral : 220 Volt
Tegangan fasa - fasa : 380 Volt
Arus fasa . :
Ia = IT= 123 Z 0°
Ib = IR = 88 240°
Ic = Is = 87 120°
46
Faktor daya beban adalah Cos 0a = Cos b = Cos 0c = 1 dengan urutan fasa a,
b, c dan fasa a sebagai fasa referensi. maka harga fasor harus tiap fasa adalah :
Ia =123 0°. 1 -Cos-1
1
= 123 0°
Ib =88 240°. 1-Cos-1
1
= 88 240°
Ic = 87 120°. 1-Cos-1
1
= 87 120°
Dengan menggunakan persamaan (3.2) sebagai berikut:
Is0 = Ia0 =l/3(Ia + Ib + Ic)
= 1/3 ( 123 0° + 88 240° + 87 120° )
= 1/3 ( 123 + (-44-j76,21 ) + (-43,5 + J75,34 ))
= 1/3 ( 35,5-j0,87) = 1/3(35,51 -l,40°)
= 11,84-1,40°
= 11,84 -J0,29
Dengan mendapat arus urutan nol diatas, maka diperoleh fasor arus yang baru
sebagai berikut:
IT = la1 = la – la0
= (123 0°)-(l 1,84 -l,40°)
= 123 -( 11,84- j0,29)
= 123-11,84+j0,29
= 111,16 +J0,29
= 111,16 0,15°
47
IR = Ib =Ib-Ia0
= 88240o-(11,84-1,40°)
=-44-J76.21 -(11,84-j0,29)
= -55.84 -j75,92
= 94,24 - 126,34°
Is = Ic = Ic – Ia
= 87120o-(11,84-1.40°)
= -43,5 + j75,34 - (11,84 - J0,29)
= -55,34 +J75,63
= 93,72 126,2°
Dengan menggunakan persamaan (2.18 ) dan (2.19) sebagai berikut :
- Untuk arus urutan negatif
Ia2' = 1/3 (Ia' + a2 Ib' + aIc')
= 1/3 (Ia' + 1 240° (Ib') + 1 120° (Ic')]
= 1/3 [ 111,16 0,15°+ 1240° (94.24 -126.34°) 120° (93, 72
126,2°)]
= 1/3 (111, 16 0.1 5° + 94,24 113,66 + 93,72 246,2}
= 1/3 ( 111.16+j0,29-37.82 +j86,32 - 37,82 +J86,32 - 37,82 J85,75)
= 1/3 ( 35.52 +j0,86)
= 1/3 ( 35,52 1,39)
= 11.84 1,39 A.
- Untuk arus urutan positif
= 1/3 [ Ia+ 1 120o(Ib') + 1 240°(Ic'))]
48
= 1/3 [(111,16 0, 15° + 1 120° (94,24- 126,34) + 1240o
(93.72 126.2)]
= l/3( 111,16 0,15° + 94,24 -6,34 + 93,72366)
= 1/3 (111,16+j0,29 + 93,66-j10,40 + 93,l7+j10,12)
= 1/3(297,99)+ J0,01 )
= 1/3(297,99 192°A
= 99,33 1,92°A.
Sehingga didapat harga factor ketidakseimbangan beban :
F = | |
| |
=
= 0,12 -0,53o
= 0,12 A
Jadi faktor ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi di alas adalah:
F =0,12
- Arus yang mengalir pada penghantar netral dapat dilihat pada persamaan
(3.3) seperti berikut ini :
In = 3 Ia0
= 3 (11,84-1,40o)
= 35,52 -1,40oA
2. Data Analisis dari Transformator Distribusi
Data analisis yang dibutuhkan di dalam menentukan nilai faktor
ketidakseimbangan beban berdasarkan persamaan (3.2) adalah berupa nilai arus
49
dan faktor daya dari masing-masing kelompok beban pada setiap fasa saluran
pelayanan.
Data arus yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Wilayah VIII Rayon
Makassar Timur merupakan data yang diperoleh dari hasil nilai pengukuran
waktu malam hari (jam 18 : 00 - 22 : 30), jurusan pelayanan (feeder
Tamalanrea) pada gardu distribusi dari gardu induk Tello. Sedangkan data
pengukuran untuk nilai faktor daya beban tidak ada sehingga faktor daya beban
dianggap = 1 (cos = 1).
Dengan demikian data pengukuran yang tersedia diperoleh dari trafo
distribusi yang merupakan data dari ketidakseimbangan arus tiap-tiap fasa.
Adapun data analisis perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut
ini :
Tabel 3.1
Transformator Ketidakseimbangan Beban pada
Perumahan Bumi Tamalanrea (BTP)
No Nama
Gardu
Daya
Trafo
kVA
Tegangan
Pn/sek
kV/V
Beban
Info
%
Arus pengantar
(A)
F
R S T N
1 UNGB 100 20/380 65.560 88 87 123 35,52 0,12
2 UNTO 100 20/380 72,160 74 109 145 61,5 0,17
3 UNGC 200. 20/380 180,180 307 275 243 55,43 0,56
4 UNGP 250 20/380 129,8 216 207 167 45,18 0,46
5 UNGE 100 20/380 87,56 124 157 117 36,99 0,97
6 UNGF 250 20/580 15048 199 251 234 45,92 0,07
7 UNIC 315 20/380 99,88 218 157 79 120,43 0,27
8 UN!F 200 20/380 170,5 248 300 227 66,05 0,08
50
9 UNGH 250 20/380 229,24 347 306 389 71.88 0,07
10 UNTI 50 20/380 36,74 20 90 37 51,57 0,31
11 UNTS 50 20/380 38,28 60 55 59 4,59 0,03
12 UNLA 160 20/380 125,4 206 216 154 57,65 0,10
13 SISIPAN 100 20/380 l 74,36 115 125 98 23,64 0,07
14 UNTGI 100 20/380 74,58 95 127 117 28,36 0,08
15 SISIPAN 100 20/380 73,26 111 100 122 19,05 0,06
F. Perhitungan Rugi Daya dan Energi Akibat Ketidakseimbangan Sistem
Distribusi Primer
Dalam penyaluran tenaga listrik selalu saja ada beberapa persoalan yang
dapat berpengaruh untuk mencapai efesiensi yang maksimal dari penyaluran tenaga
listrik tersebut.
Beberapa persoalan tersebut adalah adanya kerugian daya yang diakibatkan
oleh ketidakseimbangan beban dalam jaringan transmisi dan distribusi. Dalam
penulisan ini, dijelaskan mengenai perhitungan besar rugi daya yang diakibatkan
oleh ketidakseimbangan beban yang terjadi dalam jaringan distribusi primer di
perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Rugi daya adalah besar daya yang
hilang dalam penyaluran tenaga listrik sepanjang jaringan distribusi primer ke
beban, Untuk menghitung rugi daya dan energi yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan beban yang digunakan suatu persamaan yang dapat dilihat pada
persamaan (2.13) dan (2.14). Sedangkan untuk menentukan nilai tahanan
penghantar yang digunakan dalam menghitung rugi daya tersebut diatas digunakan
persamaan berikut:
51
R =
Dimana :
R = Tahanan Penghantar (ohm)
p = Resistivitas (ohm-meter)
1 = Panjang Penghantar (m)
A = Luas Penampang (m2)
1. Perhitungan Rugi Daya-dan Energi Akibat Ketidakseimbangan Sistem
Distribusi Primer
Suatu jaringan distribusi 0,85 km dari trafo UNGB ke trafo UNTO,
dengan luas penampang kawat jaringan (LVTC) 50 mm2 (untuk aluminium P =
2,82.10-8
ohm-m) dan arus yang mengalir pada penghantar netral adalah 35,52
A. Rugi daya dan rugi energinya adalah sebagai berikut:
Rn =
= 2,82.10-8
= 0,479 ohm
Pn = In2 x Rn
= (35,52)2 x 0,479
= 604,34 KW
Hn = In2 x Rn t. 10
-3
= (35,52)2 x 0,479 x 24 x 10
-3
= 14,504 kWh
52
Jadi rugi daya diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban pada jaringan
distribusi sepanjang 0,85 km adalah 0,60434 kW. Sedangkan rugi energi yang
diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban setiap ban adalah 14,504 kWh.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dan saran pada penulisan penelitian ini adalah :
1 Rugi daya adalah besar daya yang hilang dalam penyaluran tenaga listrik
sepanjang jaringan distribusi primer ke beban
2 Untuk menghitung rugi daya dan energi yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan beban yang digunakan suatupormulasu persamaan
rugi daya dan rugi energy yang menentukan nilai tahanan penghantar yang
digunakan dalam menghitung rugi daya tersebut
3 Jadi rugi daya diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban pada jaringan
distribusi sepanjang 0,85 km adalah 0,60434 kW. Sedangkan rugi energi
yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban setiap beban adalah
14,504 kWh
B. Saran-saran
Dari data yang diperoleh pada PT.PLN (Persero) Wilayah VIII Makassar
Timur, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Perlu peninjauan kembali mengenai pembagian beban pada setiap fasa yang
tidak merata, sehingga dapat memperkecil rugi daya dan energi daya yang
timbul akibat adanya arus pada penghantar netral.
2. Untuk mengetahui secara mendalam cara mengurangi rugi daya dan energi
daya akibat ketldakseimbngan beban pada sistim distribusi tiga fasa empat
54
penghantar, perlu dilakukan studi penanggulangan ketidakseimbangan
beban.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdul khadir 2018 ", Transformator", Jakarta , Elex Media Komputindo.
Gonen Turan, 2019 ", Modern Power System Analysis ",Canada, John wiley and sons Inc
Jhon Parson and H.G. Barnet, Electrical Translation and Distribution Reference Book, Westinghouse Electrical Corparation, Eats Pittsburg, Fourth Edition, 2018.
Kadir Wahid ,2019 "/Transmisi Tegangan Listrik", Jakarta, Ul-Press.
Perusahaan Listrik Negara (PLN)", SistemProteksi Transformator", Pusdiklat.
PLN Wilayah VIII, Basil Rapat Dinas Tahunan PLN Wlayah VIII, Makassar, 10Mei2019.
Sutoyo. . Maslin, 2019", Transformator\ Yogvakarta, Andi Offset
Soemarto Sudirman Ir., Pola Pengaman Sistem Distribusi, Topik I, Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, 2019.
Tahir Harahap Ir., Studi Distribusi Sulawesi Selatan dan Tenggara, Perusahaan Listrik Negara, Makassar, 18 April 2019.
Perusahaan Listrik Negara (PLN)", SistemProteksi Transformator", Pusdiklat.
Gonen Turan, 2018 ", Modern Power System Analysis ",Canada, John wiley and sons Inc
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Lisatrik. Bandung : ITB.
56
L
A
M
P
I
R
A
N
57