Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DALAM
PENINGKATAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH DI PEMERINTAH
KOTA PAREPARE
RISNA JUPRI
10573 02556 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Risna Jupri
Nim : 10573 02556 11
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Penggunaan
Sistem Informasi Dalam Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah
Kota Parepare. Benar-benar hasil penelitian sendiri dan bukan merupakan pelanggaran hak
cipta (plagiat)
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya pendapatan yang telah ditulis atas
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas baik
sengaja maupun tidak di sengaja, dengan hal ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya
ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri, yang berarti Gelar Sarjana Ekonomi (SE) dan ijazah
yang telah diberikan oleh Universitas Muhammadiyah makassar batal saya terima atau tidakk
sah.
Makassar, Maret 2016
Yang membuat pernyataan
Risna Jupri
Nim : 10573 02556 11
SKRIPSI
ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DALAM
PENINGKATAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH DI PEMERINTAH
KOTA PAREPARE
RISNA JUPRI
10573 02556 11
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi pada Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
ABSTRAK
Risna jupri. “Analisis Penggunaan sistem Informasi Dalam Peningkatan Pengelolaan
Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Parepare”. Skripsi. Dibimbing oleh Dr.H.Abd Rahman
Rahim. SE.MM dan Ismail Badollahi. SE.M.Si.Ak.CA. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pengelolaan keuangan yang terdapat di pemerintah daerah perlu adanya transparansi
dan akuntabilitasi. Karna dalam pelaporan keuangan perlu adanya bukti nyata dalam setiap
pemasukan dan pengeluaran keuangan. Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah disini
untuk lebih mengakuratkan proses pelaporan keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sistem informasi pengelolaan
keuangan daerah di terapkan di pemerintah kota parepare atau Sekretariat Daerah Kota
Parepare untuk lebih mempermudah pengecekan terhadap laporan keuangan terutama dalam
peningkatan laporan realisasi anggaran tiap tahunnya.
Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem informasi pengelolaan keuangan
daerah di sekretariat daerah kota parepare memang diterapkan dan laporan keuangan yaitu
realisasi anggaran meningkat tiap tahunnya beberapa persen dari pendapat daerah,
pembiayaan dan pengeluaran daerah.
Kata Kunci : Pengelolaan Keuangan, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
(SIPKD), Realisasi Anggaran
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Kuasa, yang telah melimpahkan Rahamat dan Karunia-Nya, sehingga skripsi
dengan judul “Analisis Penggunaan Sistem Informasi Dalam Peningkatan
Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Parepare” ini dapat penulis
selesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
kemampuannya, tapi dengan berbagai keterbatasan penulis maka skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kelanjutan penulisan skripsi ini masa datang.
Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi
pada Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini disusun berdasarkan data-
data yang diperoleh dan bersumber langsung dari Giant Hypermarket Cabang
Alauddin Makassar tempat penulis melakukan penilitian dan dipadukan dengan
teori-teori yang diperoleh dari proses perkuliahan dan beberapa literatur.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih yang tulus dan sedalam-
dalamnya Kepada Ayahku yang terhormat Jupri dan Ibuku terhormat Hasnida yang
selalu mendoakan dan memberikan semagat kepada penulis. Kepada Suamiku tercinta
Usman dan Anakku Tersayang Rezkianha Syafirha atas segala doa, dorongan, dan
semangat selama ini, tanpa motivasi dari kalian aku tidak akan seperti sekarang ini,
terima kasih semuanya banyak kudapat pelajaran berharga darimu. Kepada Adik2ku
yang selalu ku banggakan atas segala supportnya. Serta doa dan kasih sayang dari
semuanya yang mengalir di hari-hari penulis.
1. Yang Terhormat Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr.H. Mahmud Nuhung,M.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis,dan Ismail Badollahi,SE,M.Si,Ak.CA selaku ketua jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
3. Bapak Dr.H. Abd Rahman Rahim.SE.MM, dan Bapak Ismail
Badollahi, SE,M.Si,Ak.CA selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan terhadap penyusunan Skripsi ini.
4. Buat dosen penguji yang memberikan masukan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Kepada seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak
dapat di sebutkan satu persatu, terima kasih atas kesabaran dan keikhlasan
dalam mendidik selama di bangku perkuliahan.
6. Buat Pimpinan dan para karyawan Kantor Sekretariat Daerah Kota
Parepare yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan rela
memeberikan waktunya untuk penulis melakukan wawancara.
7. Para staf akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
8. Buat Sahabat-sahabatku Irma, Nita, Sinar, Risna, Elfa, Hajir dan Faisal
terima kasih buat semagatnya, dan bantuan yang selalu diberikan selama
ini kepada penulis.
9. Buat seluruh AK 5 2011 terima kasih atas bantuannya dari awal kuliah
sampai sekarang.
10. Serta seluruh rekan-rekan dan pihak yang tidak bisa di sebutkan satu per
satu namun telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua
kebaikan dan semoga dilipat gandakan pahalanya. Amin....
Terakhir penulis menyadari, bahwa tidak satupun manusia yang
sempurnah didunia ini. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini.
Dengan demikian segala keterbatasan yang penulis miliki sebagai manusia,
penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat atau setidaknya
menjadi bahan masukan untuk kinerja pemerinthan yang lebih baik kedepan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Makassar, 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ii
PEGESAHAN PENGUJI…………………………………………………… iii
ABSTRAK…………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xii
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………..5
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi Akuntansi...……...…………......................................6
B. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ……………………………..….....9
C. Metode Pemprosesan Data pada Sistem yang Terkomputerisasi......…..12
D. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah...................................15
E. Laporan Keuangan Pada Pemerintah Daerah…………………………..15
F. Prosedur dan Flowchat SIKD………………...……………...………... 17
G. Sistem Pengendalian Intern ……………………….…………………...22
H. Hubungan Sistem Informasi dengan Sistem Pengendalian Intern….….28
I. Kerangka Pemikiran …………………….……….…………………….30
BAB III.METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………................................................... 31
B. Metode Pengumpulan Data…………....................................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data……….................................................................. 31
iv
D. Metode Analisis Data................................................................................ 32
E. Sistematika Penulisan………………………………………………...…. 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Perusahaan……………………………………………………… 35
B. Visi dan Misi Perusahaan……………………………………………….. 39
C. Struktur Organisasi……………………………………………………… 47
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Parepare…………...48
B. Sistem pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Parepare…...50
C. Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Parepare
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran……………………………….55
D. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010……………………………….67
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 71
B. Saran-Saran…………………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 73
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan Kota Parepare…………………………………………………36
Table 4.2 Jumlah Penduduk Kota Parepare Tahun 2009-2013………………………………39
Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2012........................................55
Tabel 5.2 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2013........................................59
Tabel 5.3 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2014........................................63
Tabel 5.4 Perbandingan Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2012
Dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010.................................................68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir...............................................................................................30
Gambar 4.1 Struktur Organisasi.........................................................................................47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi di masa sekarang ini mengalami pertumbuhan
yang semakin pesat. Salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat adalah
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pemanfaatan dalam kehidupan
masyarakat secara luas juga mengalami peningkatan sangat besar. Berbagai
kepentingan menjadi dasar pertimbangan, dari mulai hanya sebagai line style atau
pelengkap sampai dengan menjadi perangkat dan sarana yang menempati posisi
vital. Hal ini bukan saja terjadi pada masing-masing individu tetapi juga terjadi
pada berbagai organisasi sudah menjadi kebutuhan bagi tiap organisasi untuk
mencapai efisien dan efektivitas organisasi, berbagai bentuk aplikasi teknologi
informasi yang tersedia dimanfaatkan: aplikasi perkantoran (pengolah kata,
pengolah data, pengolah grafis), serta fasilitas komunikasi.
Penerapan sistem informasi di pemerintahan daerah merupakan suatu
langkah penting untuk menciptakan good governance untuk meningkatkan
kualitas pelayanan pada masyarakat. Konsep sistem informasi yang akan
diterapkan adalah konsep sistem informasi yang terintegrasi yang akan didukung
oleh jaringan komunikasi yang handal. Setiap sistem informasi yang ada
diharapkan dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan kualitas pelayanan
bagi seluruh masyarakat dan stakeholder pemerintah daerah.
2
Upaya untuk mewujudkan transparansi, akuntabilitas dan pengelolaan
keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang telah diterima secara umum. Kualitas
informasi dalam laporan keuangan pemerintah tersebut sangat dipengaruhi oleh
kepatuhan terhadap standar akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi
yang handal. Oleh karena itu, dikeluarkan seperangkat peraturan untuk
mengembangkan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) sebagai upaya untuk
menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah yang cepat akurat dan akuntabel.
Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang biasa juga disebut
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) merupakan seperangkat
aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan
efektifitas implementasi berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah
yang didasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan
auditabel. SIPKD juga merupakan salah satu manifestasi aksi nyata fasilitas
Departemen Dalam Negeri terhadap pemerintah daerah dalam bidang pengelolaan
keuangan daerah dalam rangka penguatan persamaan persepsi dalam
menginterpretasiakan dan mengimplemetasikan berbagai peraturan perundang-
undangan dalam bentuk sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah.
Sejak tahun 2010, pemerintah kota pare-pare telah menerapkan aplikasi
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Aplikasi ini juga
diterapkan di semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja
Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) di kota pare-pare. Hal ini dilakukan agar
3
memudahkan para staf SKPD yang ditugaskan untuk melakukan pengimputan
data-data dokumen keuangan seperti Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang tidak perlu lagi repot datang ke
bagian Keuangan Setdako Pare-pare dan cukup mengakses aplikasi SIPKD kantor
masing-masing.
Penerapan teknologi baru dalam suatu organisasi akan berpengaruh pada
keseluruhan organisasi, terutama pada sumber daya manusia. Faktor pengguna
sangat penting untuk diperhatikan dalam penerapan sistem baru, karena tingkat
kesiapan pengguna untuk menerima sistem baru mempunyai pengaruh besar
dalam menentukan pengembangan atau penerapan sistem tesebut.
Pemakaian Technology Acceptance Model (TAM) dalam penelitian
tentang penggunaan teknologi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti di negara
yang berbeda dan penerapan teknologi yang berbeda pula untuk menguji
keakuratan TAM. Tujuan utama TAM adalah untuk memberikan penjelasan
tentang perilaku atau sikap pengguna dalam suatu populasi. Penerimaan pengguna
sistem teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh perilaku atau sikap pengguna
karena sistem tersebut dapat membantu menyelesaikan pekerjaan. Keputusan
individu atau organisasi untuk menerima suatu sistem teknologi informasi
merupakan upaya sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh niat
perilakunya.
Pemerintah Daerah Kota Parepare merupakan salah satu daerah yang
diberikan hak otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Seiring
dengan berjalannya otonomi daerah, diharapkan pemerintah mampu mengelola
4
dan memaksimalkan sumber daya yang ada di daerah untuk kelangsungan dan
kemajuan daerah itu sendiri.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 14 tahun 2004
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Daerah dan Kantor Daerah, maka
terbentuklah Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Parepare. Namun untuk
mensinkrongkan penyelenggaraan urusan-urusan Pemerintah pada tahun 2008,
Badan Pengelolaan Keuangan Daerah diubah menjadi Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dengan tujuan untuk lebih meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut denganjudul :
“Analisis Penggunaan Sistem Informasi Dalam Peningkatan pengelolaan
keuangan Daerah di Pemerintah Kota Pare-pare”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan sistem informasi dalam peningkatan pengelolaan
keuangan daerah di pemerintah kota pare-pare.
C. Tujuan Penelitian
Untuk menyetujui penggunaan sistem informasi dalam peningkatan
pengelolaan keuangan daerah di pemerintah kota pare-pare.
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis untuk dicapai dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya yang
ingin menganalisis lebih jauh tentang Sistem Informasi dalam peningkatan
Pengelolaan Keuangan Daerah.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pemerintah daerah mengenai Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
(SIPKD).
3. Manfaat kebijakan
Dapat dijadikan tambahan informasi bagi pemerintah daerah mengenai Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) sehingga dapat memberikan
kontribusi dalam pengambilan keputusan pada saat membuat aturan atau
kebijakan yang akan dipakai oleh para anggota-anggotanya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi adalah suatu kerangka kerja dengan mana sumber daya
(manusia/komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi
keluaran (informasi) guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Menurut James A.Hall (2001:17) karakteristik yang harus dimiliki oleh
suatu informasi agar dapat digunakan dan diperoleh manfaatnya semaksimal
mungkin adalah:
a. Relevan
Isi sebuah laporan atas dokumen harus melayani suatu tujuan dengan
demikian laporan ini dapat mendukung keputusan manajer atau tugas
petugas administrasi. Sistem informasi harus menyajikan data yang
relevan dalam laporannya.
b. Tepat Waktu
Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan
kegunaanya. Untuk keperluan pengendalian, ketepatan waktu
penyampaian informasi merupakan suatu hal yang mutlak.
c. Akurat
Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material.
7
d. Lengkap
Tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambil keputusan
atau pelaksanaan tugas yang hilang.
Sistem informasi membutuhkan sumber daya untuk dapat berfungsi.
Sumber daya dapat diklasifikasikan sebagai data, bahan pendukung, peralatan,
sumber daya manusia dan dana. Sistem informasi pada umumnya diberi nama
menurut sumber daya yang digunakan, seperti:
1. Suatu sistem informasi yang didominasi oleh sumber daya manusia,
disebut Sistem Informasi Manual.
2. Sistem informasi yang melibatkan penggunaan komputer dan
perlengkapan-perlengkapannya, disebut Sistem Informasi dengan
Komputer.
3. Sistem informasi yang menekankan pada penggunaan peralatan, disebut
Sistem Informasi Terotomatisasi.
Di dalam dunia bisnis, organiasasi, dan pemerintahan, sistem informasi
mempunyai tiga sasaran utama, yaitu:
1. Menyediakan informasi yang menunjang pengambilan keputusan.
2. Menyediakan informasi yang mendukung operasional harian.
3. Menyediakan informasi yang menyangkut pengelolaan kekayaan.
Maka dalam hal ini sisteem informasi merupakan prosedur-prosedur
kerangka kerja yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan pada suatu organisasi.
8
Sistem informasi akuntansi merupakan sistem informasi fungsional yang
mendasari sistem informasi fungsional yang lainnya seperti sistem informasi
keuangan, sistem informasi pemasaran, sistem informasi produksi dan sistem
informasi sumber daya manusia. Sistem-sistem informasi lain membutuhkan data
keuangan dari sistem informasi akuntansi.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu perusahaan yang akan membangun
sistem informasi manajemen, disarankan untuk membangun sistem informasi
akuntansi terlebih dahulu. Fungsi penting yang dibentuk sistem informasi
akuntansi pada sebuah organisasi antara lain: mengumpulkan dan menyimpan
data tentang aktifitas dan transaksi. Memproses data menjadi into informasi yang
dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Melakukan kontrol secara
tepat terhadap aset organisasi.
Subsistem sistem informasi akuntansi terdiri dari lima sistem, yaitu:
1. Sistem Pengeluaran (expenditure system)
Segala peristiwa yang berhubungan dengan usaha mendapatkan sumber-
sumber ekonomis yang diperlukan oleh perusahaan, baik berupa barang
ataupun jasa, baik pemasok dari luar maupun dari karyawan didalam
perusahaan.
2. Sistem Pendapatan (revenue system)
Berhubungan dengan penjualan barang atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan kepada konsumen dan mendapatkan pembayaran dari mereka.
3. Sistem Produksi (production systeme)
Berhubungan dengan pengumpulan, penggunaan dan pengubahan bentuk
suatusumber ekonomi.
9
4. Sistem Manajemen Sumber Daya (resources management system)
Meliputi peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan manajemen dan
pengendalian sumber daya seperti investasi dan aktiva tetap (fasilitas).
B. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Tujuan umum dari suatu daerah adalah hubungan bagian-bagian dari
sistem tersebut. Meskipun tiap bagian berfungsi secara independen dari yang
lainnya, semua bagian tersebut melakukan tujuan yang sama. Jika komponen
tertentu tidak memberikan kontribusinya pada tujuan bersama, maka
komponen tersebut bukanlah bagian dari sistem tersebut.
Sedangkan tujuan dari sistem akuntansi yaitu penyediaan informasi
akuntansi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Termasuk informasi
akuntansi adalah laba-rugi, laporan perubahan modal, neraca, laporan sumber
dan penggunaan dana, serta laporan-laporan lain seperti laporan penjualan
perjenis produk, laporan gaji per departemen dan lain-lain.
Tiap perusahaan harus menyesuaikan sistem informasi denga kebutuhan
para penggunanya. Oleh karenanya, tujuan sistem informasi tertentu dapat saja
berbeda antara perusahaan. Akan tetapi, terdapat tiga tujuan dasar yang umum
didapat disemua sistem. Tujuan-tujuan tersebut adalah :
1. Mendukung fungsi penyediaan (stewardship) pihak manajemen
Administrasi mengacu pada tanggungjawab pihak manajemen untuk
mengelolah dengan baik sumber daya perusahaan. Sistem informasi
menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ke para
pengguna eksternal melalui laporan keuangan tradisional serta dari
10
berbagai laporan lain yang diwajibkan. Secara internal, pihak
manajemen menerima informasi pelayanan dari berbagai laporan
pertanggungjawaban.
2. Mendukung pengambilan keputusan pihak manajemen
Sistem informasi memberikan pihak manejemn informasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggungjawab pengambila keputusan
tersebut.
3. Mendukung operasional harian perusahaan
Sistem informasi menyediakan informasi bagi para porsenal
operasional untuk membantu mereka melaksanakan pekerjaan
hariannya dalam cara yang efesien dan efektif.
Lingkup sistem informasi akuntansi dapat dijelaskan dari manfaat yang
didapat dari informasi akuntansi. Manfaat atau tujuan Sistem informasi akuntansi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengamankan harta atau kekayaan perusahaan. Harta atau
kekayaan disini meliputi kas perusahaan, persediaan barang
dagangan, termasuk asset tetap perusahaan.
b. Menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan.
Misal, pengelola toko swalayan memerlukan informasi mengenai
barang apa yang diminati oleh konsumen. Membeli barang
dagangan yang kurang laku berarti kas akan terjebak dalam
persediaan (yang sulit laku tersebut) dan berarti kehilangan
kesempatan untuk membeli barang dagangan yang laku.
11
c. Menghasilkan informasi untuk pihak eksternal. Setiap pengelola
usaha memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Besarnya pajak
yang dibayar tergantung pada omset penjualan (jika pengelolah
memilih menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya) atau
tergantung pada laba rugi usaha. Tanpa sistem yang baik, bisa jadi
pengelola kesulitan untuk menentukan besarnya omset dan
besarnya laba rugi usaha. Selain untuk kepentingan perpajakan,
adakalanya pengelola usaha juga terlibat dengan kegiatan utang
piutang dengan bank atau koperasi simpan pinjam. Bank
membutuhkan informasi omset dan laba rugi usaha untuk
memutuskan besarnya uatang akan diberikan.
d. Menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan atau
devisi.
e. Menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit
(pemeriksaan). Data yang tersimpan dengan baik sangat
memudahkan proses audit (pemeriksaan).
f. Menghasilkan informasi penyususnan dari evaluasi anggaran
perusahaan. Anggaran merupakan alat yang sering digunakan
perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran kas. Anggaran
membatasi pengeluaran yang seharusnya tidak dikeluarkan dan
berapa besarnya. Anggaran bermanfaat untuk mengaplikasikan
dana yang terbatas. Anggaran berperan dalam penerapan skala
prioritas pengeluaran sesuai dengan tujuan perusahaan. Sistem
12
informasi dapat dirancang untuk mempermudah pengawasan
pengeluaran, apakah sudah melewati batas anggaran yang telah
disetujui.
g. Menghasilkan iformasi yang diperlukan dalam kegiatan
perencanaan dan pengendalian. Selain berguna untuk
membandingkan informasi yang berkaitan dengan anggaran dan
biaya standar dengan kenyataan seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, data historis yang diproses oleh sistem informasi
dapat digunakan untuk meramal pertumbuhan penjualan dan aliran
kas atau untuk mengetahui tren jangka panjang beserta korelasinya.
C. Metode Pemprosesan Data pada Sistem yang Terkomputerisasi
Dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya kebutuhan akan
informasi maka sistem informasi akuntansi yang semula dilakukan dengan
menggunakan sistem manual mengalami perubahan, yaitu dengan menggunakan
alat-alat bantu berupa komputer yang dapat meningkatkan efisiensi dalam
pemprosesan data.Secara garis besar hardware suatu komputer terdiri dari:
1. Central processing unit (CPU)
2. Input/Output device(I/O device)
Secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
INPUT
CPU
-Memory
-RAM
-ROM
OUTPUT
13
Metode pemprosesan data pada sistem yang terkomputerisasi dapat dibagi
menjadi tiga metode, yaitu:
1. Batch System
Prinsip dari sistem ini adalah menyimpan dan menumpuk semua data transaksi
untuk diproses pada waktu yang telah ditentukan. Cara kerja sistem ini secara
garis besar adalah sebagai berikut:
a. Semua dokumen ditumpuk untuk kemudian diserahkan ke pusat komputer.
b. Di pusat komputer, dokumen ini diubah menjadi bentuk dokumen yang
dapat dibaca oleh mesin.
c. Program untuk pemprosesan data dijalankan sesuai dengan waktu yang
ditentukan untuk pemprosesan dokumen-dokumen tersebut.
d. Hasil pemprosesan diberikan kepada pemakai informasi. Hal ini terjadi
karena data yang diperlukan tidak berada dalam komputer pemakai
informasi melainkan di pusat komputer, sehingga pemakai informasi tidak
dapat langsung mendapatkan informasi melalui komputernya.
2. Real-Time system
Sistem ini merupakan perbaikan dari batch system, karena sistem ini
berusaha memperbaiki masalah komputer yang kurang up-to-date. Sistem ini
memungkinkan setiap pemakai fasilitas komputer dapat mengintrogasi mesin
setiap saat untuk memperoleh data yang paling aktual. Untuk menjalankan
sistem ini dibutuhkan penghubung (links) yang lebih banyak dan semua
progam dan data harus selalu tersedia dalam jalur komunikasi (on-line).
14
3. Database sistem
Batch dan real-time sistem menyimpan data dalam bentuk files. Pada
umumnya suatu departemen memiliki files tersendiri yangdianggap sebagai
milik dari departemennya masing-masing. Hal ii sebenarnya dapat
menimbulkan duplikasi data. Cara demikian juga dapat menimbulkan adanya
departemen yang menyimpan informasi sendiri dan tidak memberikan
informasi tersebut ke departemen lain yang membutuhkan. Akibatnya ada
departemen yang informasinya aktual dan ada yang tidak, sehingga
perusahaan tersebut tidak hanya mengalami masalah duplikasi data tetapi juga
masalah informasi.
Konsep sistem database ini adalah dengan memusatkan data-data pada
suatu departemen di mana departemen-departemen lain dapat mengakses data
tersebut. Dengan demikian, departemen-departemen tidak lagi menyimpan
datanya secara tersendiri dan semua pemakai komputer akan bekerja pada
suatu perangkat data yang terpusat. Karena sifat data yang terpusat ini maka
diperlukan adanya suatu pengawasan atas data-data tersebut untuk
menghindari terjadinya kehilangan data. Prinsip kerja database ini adalah
menerpakan databasemanagement sistem sebagai media yang
menghubungkan pemakai-pemakai informasi dengan pusat data. Database
management sistem inilah yang akan mengatur arus data dan informasi yang
ada.
15
D. Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah
Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah merupakan aplikasi
terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah daerah yang digunakan
meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagi regulasi bidang pengelolaan
keungan daerah yang berdasarkan pada asas efesiensi, ekonomis, efektif,
transparan, akuntabel dan auditabel. Aplikasi ini juga megrupakan salah satu
manefestasi aksi nyata failitas dari kementrian dalam negeri kepada pemerintah
daerah dalam bidang pengelolaan keuangan daerah, dalam rangka penguatan
persamaan persepsi sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam
pengintrepestasian dan pengimplementasian berbagai peraturan perundang-
undangan.
Unsur-unsur sistem keuangan pemerintah daerah dapat digolongkan
kedalam dua kelompok yaitu :
1. Unsur berkala dan unsur hukum.
Unsur berkala mencakup unsur-unsur yang menjadi bagiab dari kegiatan-
kegiatan berkala dalam setahun, yakni : menyusun program dan anggaran,
pengeluaran dan penerimaan anggaran, urusan uang keluar dan uang masuk,
mencatat dan melaporkan transaksi keuangan. Unsur hukum mencakup unsur-
unsur pengaturan dan pemantauan kegiatan berkala, yakni: Undang-undang dan
peraturan keuangan, transaksi dan pemeriksaan keuangan dari dalam.
2. Unsur-unsur luar dan dalam.
Unsur luar meliputi pengaawasan yang dikenakan terhadap pemerintah
daerah oleh pejabat-pejabat pengawas yang lebih tinggi ( pemerintah pusat, dan
16
terdapat Dati II oleh gubernur provinsi ), berdasarkan hukum, peraturan dan
pedoman : ratifikasi mengenai anggaran dan peraturan keuangan, laporan
kebutuhan dan pemeriksaan keuangan dari luar. Adapun unsur dalam ialah unsur
pengawasan dan pelaporan yang diadakan dan dilakukan oleh pemerintah daerah
bagi pedoman para pejabat keuangan pemerintah daerah. Unsur-unsur itu yang
terpenting ialah prosedur berkala seperti tersebut diatas, beserta peraturan-
peraturan keuangan yang dirumuskan sendiri dan pemeriksaan keuangan dari
dalam.
Tujuan untama pengelolaan keuangan pemerintah daerah dapat
diringkaskan sebagai berikut :
1. Tanggung jawab
Pertanggung jawaban ( accountability ) pemerintah daerah harus
mempertanggungjawabkan tugas keuangannya kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan yang sah. Lembaga atau orang itu termasuk pemerintah pusat,
dewan perwakilan rakyat daerah ( DPRD ), kepala daerah ( orang yang
membawahi semua satuan q tata usaha ) dan masyarakat umum.
Adapun unsur-unsur penting tanggung jawab mencakup :
a. Keabsahan, setiap transaksi keuangan harus berpangkal pada wewenang
hukum tertentu.
b. Pengawasan, tata cara yang efektif untuk mejaga kekayaan uang dan
barang, mencegah pengghamburan dan penyelewengan, dan memastikan
semua pendapatan yang sah benar-benar terpungut, jelas sumbernya dan
tepat penggunaanya.
17
2. Memenuhi kewajiban keuangan
Keuangan daerah harus di tata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi
semua ikatan keuangan, jangka pendek dan jangka panjang (termasuk pinjaman
jangka panjang).
3. Kejujuran.
Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai yang jujur, dan kesempatan
untuk berbuat curang diperkecil.
4. Hasil guna dan daya guna.
Tata cara mengurus keuangn daerah harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pemerintah daerah dengan biaya serendah-rendahnya dan dalam waktu
secepat-cepatnya.
5. Pengendalian
Petugas keuangan pemerintah daerah, dewan perwakilan rakyat daerah,
dan petugas pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut
diatas tercapai; mereka harus mengusahakan agar selalu mendapat informasi yang
diperlukan untuk memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran dan untk
membandingakan penerimaan dan pengeluaran dengan rencana dan sasaran.
E. Laporan Keuangan Pada Pemerintah Daerah
Laporan keuangan merupakan laporan yang berstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi – transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas laporan.
Kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan akuntansi dsan pelaporan
18
keuangan yang dilakukan dalam rangka meningkatkn akuntabilitas dan
transparansi.
Menurut Hariadi, ( 2010 : 75 )
Laporan keuangan merupakan suatu pernyataan entitas pelaporan yang
terkandung dalam komponen laporan keuangan. Laporan keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara / daerah selama satu periode.
Laporan keuangan pemerintah daerah adalah pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran pendapatan belanja daerah.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntanbilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan menyediakan
informasi mengenai:
1. Kecukupan penerimaan selama periode berjalan untuk membiayai seluruh
pengeluaran,
2. Kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan
anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang,
3. Jumlah sumberdaya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas
pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai,
4. Bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi
kebutuhan kasnya,
19
5. Posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-
sumber penerimaanya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk
yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman,
6. Perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan
atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya
yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan
ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
20
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang
dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.
Adapun laporan keuangan pokok yang harus disusun oleh pemerintah
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintah meliputi: (1) Laporan Realisasi Anggran,
(2) Neraca, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Catatan Atas Laporan Keuangan.
Ada beberapa fungsi laporan keuangan pemerintahan daerah, yaitu :
1. Mencatat transaksi – transaksi pendapatan, belanja, aset dan salain kas
berdasarkan bukti – bukti yang terkait.
2. Memposting jurnal – jurnal pendapatan, belanja, aset, dan kas ke dalam
bukti besarnya masing – masing.
3. Membuat laporan keuangan yang terdiri atas laporan realisasi anggaran,
neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan
kebijakan dan aktivitas dimasa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi
untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
21
F. Prosedur dan Flowchat SIKD
Untuk menggambarkan flowchart sistem informasi keuangan
daerah(SIKD)yang berbasis komputerisasi, terlebih dahulu memperhatikan
prosedur-prosedur dari sistem tersebut. Prosedur sistem informasi keuangan
daerah berbasis komputerisasi sebagai berikut:
a. Pihak administrasi memberikan data keuangan kepada BPP (Bendahara
Pengeluaran Pembantu).
b. Kemudian dari data keuangan dibuat aggarn keuangan oleh BPP.
c. BPP membuat SPP (Surat Permohonan Pengajuan) dari anggaran keuangan.
d. Pihak verifikator mengecek SPP pengajuan dan pengesahannya, apabila
anggaran disetujui langsung SPP disahkan tetapi apabila anggaran tidak
disetujui, SPP dikembalikan kepada BPP.
e. Kemudian SPP yang sudah disahkan diberikan kepada BPP.
f. Selanjutnya, dari SPP yang telah disahkan, BPP membuat BKU (Buku Kas
Umum), kemudian BKU tersebut dibuat laporannya dan diarsipkan.
g. BPP membuat SPJ (Surat Pertanggung Jawaban) berdasarkan data BKU
h. SPJ diberikan ke pihak verifikator untuk disahkan, kemudian SPJ yang sudah
disahkan diberikan kepada BPP.
i. Oleh BPP dibuat juga laporan SPJ yang sudah disahkan dan dikirimkan juga
kepada pihak BP.
j. Selanjutnya, SPP dan BKU yang sudah disahkan diberikan kepada pihak BP
untuk dibuat SPM ( Surat Perintah Membayar) dan diberikan kepada pihak
BPP.
22
k. SPM dibuat laporannya untuk diarsipkan oleh pihak BP.
l. Kemudian pihak BP memberikan SPP valid, BKU, SPJ valid dan SPM kepada
pihak Biro.
m. Selanjutnya, pihak Biro membuat SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang
kemudian dikirimkan kepada pihak BP.
n. Pihak BP membuat laporan SP2D untuk diarsipkan.
o. Kemudian BP juga membuat SP2D cicilan yang dapat dicek oleh BPP untuk
setiap pengambilan dana anggaran.
p. Pihak BP juga membuat kwitansi SP2D cicilan untuk diberikan kepada pihak
administrasi.
G. Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian internal mencakup rencana organisasi dan seluruh metode
koordinasi dan ukuran yang diadopsi dalam suatu usaha atau bisnis untuk
melindungi aset-aset, memeriksa akurasi dan keandala data akuntansi, mendorong
efesiensi kegiatan dan kepatuhan pada kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
Pemerhati pengorganisasian memandang pengendalian iternal sebagai salah satu
fungsi manajemen yang penting. Pengendalian dipahami sebagai usaha untuk
mengarahkan dapat dicapainya tujuan organisasi.Konsep pengendalian internal
dikembangkan oleh berbagai organisasi profesi auditor baik sektor publik maupun
pemerintah. Mereka menerbitkan standar dan pedoman rancangan pengendalian
internal dan membuat definisi dengan cara berbeda-beda. Masing-masing definisi
menangkap konsep dasar pengendalian internal, tetapi menyatakannya dengan
menggunakan kata-kata yang berbeda.
23
1. Pengertian Sistem pengendalian intern
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Lingkup pengaturan dan
pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompotensi sumber
daya manusia, kode etik, audit, pelaporan dan telaah sejawat.
Menurut peraturan pemerintah No.60 Tahun 2008 pengertian Sistem
Pengendalian Intern adalah sebagai berikut:
“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efesien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.”
2. Indikator sistem pengendalian intern
Unsur sistem pengendalian intern yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan dan tolak ukur pengujian efektifitas penyelenggaraan sistem
pengendalian intern. Pengembangan unsur sistem pengendalian intern perlu
mempertimbangkan aspek biaya manfaat (cost and benefit), sumber daya
manusia, kejelasan criteria pengukuran efektivitas dan perkembangan teknologi
informasi serta dilakukan secara komprehensif.
Peraturan pemerintah No.60 Tahun 2008, bahwa unsur sistem
pengendalian intern dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada unsur
24
Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintah
di berbagai Negara, yang meliputi:
1. Lingkungan Pengendalian
Tindakan, kebijakan dan prosedur yang merefleksikan seluruh sikap
top manajemen, dewan komisaris, dan pemilik entitas tentang pentingnya
pengendalian dalam suatu entitas, mencakup:
a. Nilai integritas dan etika
Memelihara suasana etika organisasi, menjadi teladan untuk tindakan-
tindakan yang benar. Menghilangkan godaan-godaan untuk
melakukan tindakan yang tidak etis dan menegakkan disiplin
sebagaimana mestinya.
b. Komitmen terhadap kompetisi
Mengindentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam
instansi pemerinta.
c. Kepemimpinan yang kondusif
Pimpinan instansi pemerintah memiliki sikap yang selalu
mempertimbangkan resiko dalam mengambil keputusan.
d. Memiliki struktur organisasi
Kerangka kerja bagi manajemen dalam perencanaan, pengarahan dan
pengendalian organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
e. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
25
Satuan usaha membatasi garis tanggung jawab dan wewenang yang
ada.
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
SDM
Penetapan praktik-praktik yang layak dalam hal perolehan, orientasi,
pelatihan, evaluasi, pembinaan, promosi, kompensasi dan tindakan
disiplin bagi sumber daya manusia.
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern yang efektif
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian resiko
Diawali dengan penetapan maksud dan tujuan instansi Pemerintah
yang jelas dan konsisten baik pada tindak kegiatan. Selanjutnya Instansi
Pemerintah mengindentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam
maupun luar instansi.Penaksiran risiko mencakup:
a. Identitas Resiko
Mengindentifikasi secara efesien dan efektif resiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan instansi, baik yang bersumber dari dalam
maupun luar instansi.
b. Analisis Resiko
Menentukan dampak dari resiko yang telah diidentifikasi terhadap
pencapaian tujuan instansi.
3. Kegiatan pengendalian
26
Aktifitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibangun
oleh manajemen untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang objektif,
yang mencakup:
a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
Memantau pencapaian kinerja instansi pemerintah dibandingkan dengan
rencana sebagai tolak ukur kinerja.
b. Pembinaan SDM
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
d. Pengendalian fisik atas aset
Pimpinan instansi pemerintah menetapkan, mengimplementasikan dan
mengkomunikasikan rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur
pengamanan fisik kepada seluruh pegawai.
e. Penetapan dan Reviu atas indikator dan ukuran kinerja
Ukuran dan indikator kinerja ditetapkan untuk tingkat instansi
pemerintah, kegiatan dan kepegawaian instansi pemerintah mereviu dan
melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran
dan indikator kinerja.
f. Pemisahan fungsi
Pimpinan instansi pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek
utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1(satu) orang.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
Pimpinan instansi pemerintah menetapkan dan mengkomunikasikan
syarat dan ketentuan otorisasi kepada pegawai.
27
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
Pimpinan instansi pemerintah menetapkan dan mengkomunikasikan
syarat dan ketentuan otorisasi kepada pegawai.
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
Menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya,
pemerintah wajib memberikan aksen hanya kepada yang berwenang dan
melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berskala.
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya
Pimpinan instansi pemerintah wajib menugaskan pegawai yang
bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatanya
serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berskala.
k. Dokumentasikan yang baik atas sistem pengendalian intern serta
transaksi dan kejadian penting
Instansi pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan secara
berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem
pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan komunikasi
Instansi pemerintah harus memiliki infomasi yang relevan dan dapat
diandalkan baik informasi keuangan maupun non keuangan, yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa ekternal dan internal, yang
menyediakan dan memanfaatkan bebagai bentuk dan sarana komunikasi
serta mengelola, mengembangkan dan memperbaharui sistem informasi
secara terus-menerus.
28
5. Pemantauan
Kegiatan pengelolaan rutin supervise, pembandingan rekonsiliasi dan
tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas, dimana evaluasi
terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau
pihak eksternal pemerintah serta menggunakan daftar uji intern.
H. Hubungan Pengelolaan Keuangan Daerah Dengan Sistem Pengendalian
Intern
Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang keuangan Negara, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan
keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan keuangan yang disam[aikan tersebut
meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan catatan atas
Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut harus disusun
dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
“pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan
tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu pengelola
keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel. Hal tersebut
dapat terwujud jika entitas pemerintah daerah dapat menciptakan,
mengoperasikan serta memelihara sistem pengendalian intern yang
memadai”
29
Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam Peraturan Pemerintah Nomor
59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam
rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan
sistem pengendalian intern di lingkungan peerintah daerah yang dipimpinnya.
Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklasifikasian,
pengukuran dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan. Sistem inilah yang
disebut sistem akuntantansi. Pada pemerintah Daerah, sistem Akuntansi
ditetapkan dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.
30
I. Keranga Pikir
KANTOR DINAS
SEKRETARIAT DAERAH
KOTA PAREPARE
Sistem Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah (SIPKD)
Technology Acceptance
Model (TAM)
Pengelolaan keuangan
daerah
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Sekretaris Daerah Kota Parepare
sedangkan waktu penelitian direncanakan kurang lebih dua bulan mulai bulan
Juni-Agustus 2015
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis akan menggunakan metode pengumpulan data yang relevan untuk
memecahkan dan menganalisis masalah tersebut, maka cara yang ditempuh
penulis dalam pengumpulan data adalah :
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan secara langsung teerhadap objek yang diteliti.
2. Dokumentasi, yaitu penulis melakukan pencatatan data mengenai
pengelolaan keuangan daerah kota parepare
3. Wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara langsung sendiri dengan
aparat dari instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yaitu :
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
32
a. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk
angka-angka, data tersebut berasal dari pengelolaan keuangan daerah
kota parepare periode 2012-2014.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi baik
lisan maupun tulisan.
2. Sumber data yaitu :
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya dengan melalui pengamatan langsung terhadap instansi yang
menjadi objek penelitian.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari informasi dan
dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif yaitu merupakan penelitian yang mendeskripsikan
karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat
ini dari subjek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Dengan
menggunakan metode ini dapat menggambarkan kejadian-kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi pada saat sekarang ini atau pada saat
dilakukannya penelitian tersebut.
Penelitian ini dirancang dengan membandingkan kenyataan yang ada
di lapangan dengan teori serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku
dan peraturan-peraturan lain yang isinya berkaitan erat dengan masalah yang
diteliti sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran.
33
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi implementasi
konsep yang diamati.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bermaksud untuk memudahkan para
pembaca dalam memahami isi penelitian. Sistematika penelitian ini terbagai
menjadi enam bab :
Bab I : Pendahuluan
Unsur-unsur yang termuat dalam bab ini yaitu: latar belakang masalah
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II : Tinjaun Pustaka
Pada bab ini membahas mengenai teori-teori yang melandasi
penelitian ini, serta kerangka pemikiran, dan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang objek penelitian dan metode
pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, dan sistematika
penulisan.
Bab IV : Gambaran Umum Tempat Penelitian.
Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, dimana sejarah
berdirinya instansi dan susunan organisasi.
Bab V : Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang pembahasan mengenai permasalahan yang
diangkat berdasarkan hasil pengolahan data dan landasan teori yang relevan.
34
Bab VI : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran kepada pihak-pihak
terkaitmengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Kota Parepare
1. Keadaan Geografis
Secara geografis Kota Parepare terletak diantara 3° 57’ 39” – 4° 04’ 49”
Lintang selatan dan 119° 36’ 24” – 119 derajat 43’ 40” Bujur timur, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Dilihat dari letaknya, secara regional Kota Parepare menempati posisi
yang sangat strategis, yaitu merupakan titik silang jalur transportasi darat dari
utara yang merupakan daerah kaya akan hasil alam/pertanian dan bagian selatan
yang merupakan sentra jasa/perdagangan karena terdapat ibu kota provinsi. Luas
wilayah Parepare keseluruhan adalah 99,33 km2, yang merupakan daerah kota
terkecil di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu hanya 0.16% dari luas Provinsi
Sulawesi Selatan. Kota Parepare sampai tahun 2007, terbagi menjadi 3
kecamatan, 21 kelurahan, dan mulai awal tahun 2008 dimekarkan menjadi 4
kecamatan dan 22 kelurahan, Peraturan Daerah (Perda) Kota Pare-pare Nomor 4
Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan dan Perda Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kelurahan).
36
Dari luas keseluruhan yang ada, 85% merupakan wilayah perbukitan
dengan ketinggian yang bervariasi antara 0-500 m. Sedangkan sisanya merupakan
wilayah pusat permukiman dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan catatan stasiun
klimatologi, rata-rata temperatur Kota Parepare sekitar 28,5° C dengan suhu
minimum 25,6° C dan suhu maksimum 31,5° C. Kota Parepare beriklim tropis
dengan dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Maret sampai bulan
September dan musim hujan pada bulan Oktober sampai bulan Februari.
Gambaran luas wilayah perkecamatan dalam Kota Parepare dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kota Parepare
NO
KECAMATAN
LUAS DAERAH(KM2)
1
BACUKIKI
66,70
2
BACUKIKI BARAT
13,00
3
UJUNG
11,30
4
SOREANG
8,33
KOTA PAREPARE
99,33
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kota Parepare 2013
2. Keadaan Demografis
Berdasarkan hasil Pencacahan Sensus Penduduk 2012, jumlah penduduk
Kota Parepare sementara adalah 129.542 orang, yang terdiri atas 63.719 laki-laki
dan 65.823 perempuan. Dari hasil Sensus Penduduk 2012 tersebut masih tampak
bahwa penyebaran penduduk Kota Parepare masih bertumpu pada Kecamatan
37
Soreang yakni sebesar 33,72 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Bacukiki
Barat sebesar 30,18 persen, Kecamatan Ujung sebesar 24,97 persen dan terakhir
Kecamatan Bacukiki sebesar 11,13 persen.
Dengan luas wilayah Kota Parepare sekitar 99,33 km², yang didiami oleh
129.542 jiwa maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Parepare adalah
sebanyak 1.304 jiwa/ Km². Hal ini menunjukkan bahwa Kota Parepare termasuk
wilayah yang cukup padat penduduknya. Kecamatan yang paling tinggi tingkat
Kecamatan Bacukiki adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kota
Parepare yakni sebesar 3,71 % meskipun jumlah penduduknya hanya sebesar
14.415 jiwa, sedangkan yang terendah di Kecamatan Soreang yakni sebesar 0,38
persen, walaupun dari segi jumlah penduduk menempati urutan pertama yakni
sebesar 43.684 jiwa. sedangkan Kecamatan Bacukiki Barat yang dari segi jumlah
penduduk menempatu urutan kedua yakni sebesar 39.090 jiwa, tetapi laju
pertumbuhan penduduknya masih di bawah Kecamatan Bacukiki, yakni sebesar
1,67 persen. Sedangkan Kecamatan Ujung menempati urutan ketiga dari segi
jumlah penduduk, yakni sebesar 32.353 jiwa, tapi laju pertumbuhan penduduk
menempati urutan keempat, yakni sebesar 1,19 persen.
Jumlah rumah tangga berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 di
Kota Parepare adalah sebesar 29.040 rumah tangga. Hal ini berarti kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Soreang yakni sebanyak 5.244 jiwa / Km² ,
sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Bacukiki yakni sebanyak 216
jiwa/ Km². Secara nasional, sex ratio penduduk Indonesia adalah sebesar 101,
yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
38
penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 101 laki-laki.
Sedangkan untuk Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 95 yang artinya dari
100 perempuan terdapat 95 laki-laki. Untuk Kota Parepare sendiri, sex ratio-nya
adalah sebesar 97 yang berarti bahwa dari 100 penduduk perempuan di Kota
Parepare terdapat 97 laki-laki atau penduduk laki-laki 3 persen lebih sedikit dari
penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Bacukiki yakni
sebesar 98 dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bacukiki Barat yakni sebesar
96. Laju pertumbuhan penduduk Kota Parepare per tahun selama sepuluh yakni
dari tahun 2000-2010 sebesar 1,46 %. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Bacukiki adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kota Parepare
yakni sebesar 3,71 % meskipun jumlah penduduknya hanya sebesar 14.415 jiwa,
sedangkan yang terendah di Kecamatan Soreang yakni sebesar 0,38 persen,
walaupun dari segi jumlah penduduk menempati urutan pertama yakni sebesar
43.684. sedangkan Kecamatan Bacukiki Barat yang dari segi jumlah penduduk
menempatu urutan kedua yakni sebesar 39.090 jiwa, tetapi laju pertumbuhan
penduduknya masih di bawah Kecamatan Bacukiki, yakni sebesar 1,67 persen.
Sedangkan Kecamatan Ujung menempati urutan ketiga dari segi jumlah
penduduk, yakni sebesar 32.353 jiwa, tapi laju pertumbuhan penduduk menempati
urutan keempat, yakni sebesar 1,19 persen.
Jumlah rumah tangga berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2012 di
Kota Parepare adalah sebesar 29.040 rumah tangga. Hal ini berartibahwa dari
jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 (126.542 jiwa), maka banyaknya
penduduk yang menempati satu rumah tangga adalah rata-rata sebanyak 4,5
39
orang. Untuk seluruh kecamatan rata-rata anggota rumah tangga berkisar 4,3
sampai dengan 4,5 orang. Rata-rata anggota rumah tangga Kota Parepare sedikit
lebih tinggi dari rata-rata anggota rumah tangga Provinsi Sulawesi Selatan, yakni
sebesar 4,3 dan Nasional sebesar 3,86.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Parepare Tahun 2009-2013
Tahun
Jenis
Kelamin
Laki-Laki
Perempuan Total Rasio
2009 56,883 58,286 115,169 98
2010 56,967 59,342 116,309 96
2011 57,931 59,132 117,063 98
2012 57,032 61,810 118,842 92
2013 63.719 65.823 129,542 97
Sumber : Sensus Penduduk 2013 dan Badan Pusat Statistik Parepare, 2013
B. Deskripsi Pemerintahan Kota Parepare
1. Visi dan Misi Pemerintah Kota Parepare
Visi pemerintah Kota Parepare adalah “Terwujudnya Parepare sebagai
Bandar Madani dengan Masyarakat yang Mandiri , Religius, serta Berkomitmen
Lingkungan”.
Misi dari pemerintah Kota Parepare dalam mewujudkan visiadalah :
a) Mewujudkan peningkatan dan pemeratan kesejateraan masyarakat
b) Mewujudkan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat
c) Mewujudkan kecukupan sarana, prasarana, infrastruktur dan fasilitas kota
d) Mewujudkan tatanan masyarakat yang berwawasan lingkungan.
40
e) Mewujudkan tatanan masyarakat yang religius, toleran, tertib dan humoris
f) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
2. Tata Kerja Organisasi Pemerintah Kota Parepare
Secara administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun
2007 tentang organisasi perangkat daerah, Pemerintah Derah KotaParepare
dipimpin oleh seorang Walikota dan seorang Wakil Walikotadibantu seorang
Sekretaris Daerah yang membawahi 3 asisten, 14 dinas, 12lembaga teknis daerah
berupa badan, kantor, Satpol PP, Inspektorat danRumah Sakit, 4 kecamatan dan
22 Kelurahan.
a. Dinas – dinas di Kota Parepare
1. Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pendidikan
4. Dinas Pekerjaan Umum
5. Dinas Perhubungan
6. Dinas Komunikasi & Informatika
7. Dinas Tenaga Kerja
8. Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil
9. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
10. Dinas Sosial
11. Dinas Tata Ruang & Pengawasan Bangunan
12. Dinas Perindag, Koperasi & UKM
13. Dinas Olahraga, Pemuda & Pariwisata
41
14. Dinas Pendapatan Daerah
b. Kecamatan/Kelurahan Kota Parepare, terdiri dari :
1. Kecamatan Bacukiki
2. Kecamatan Bacukiki Barat
3. Kecamatan Ujung
4. Kecamatan Soreang
5. Kelurahan Watang bacukiki
6. Kelurahan Lemoe
7. Kelurahan Lompoe
8. Kelurahan Galung Maloang
9. Kelurahan Lumpue
10. Kelurahan Bumi Harapan
11. Kelurahan Sumpang Minangae
12. Kelurahan Cappa Galung
13. Kelurahan Tiro Sompe
14. Kelurahan Kampung Baru
15. Kelurahan Labukkang
16. Kelurahan Mallusetasi
17. Kelurahan Ujung Sabbang
18. Kelurahan Ujung Bulu
19. Kelurahan Lapadde
20. Kelurahan Kampung Pisang
21. Kelurahan Lakessi
42
22. Kelurahan Ujung Baru
23. Kelurahan Ujung Lare
24. Kelurahan Bukit Indah
25. Kelurahan Wattang Soreang
26. Kelurahan Bukit Harapan
C. Deskripsi Kantor Dinas Sekretariat Daerah Kota Parepare
Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang
mempunyai tugas pokok dan kewajiban membantu Walikota dalam melaksanakan
penyelenggara pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat, pembinaan
administrasi, organisasi dan tata laksana serta menyusun kebijakan dan
menkoordinasi dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekretaris Daerah dibantu
oleh 3 Asisten yang masing masing membawahi beberapa bidang antara lain:
1. Asisten Bidang Pemerintahan
Asisten bidang pemerintahan dan kesejahteraan rakyat mempunyai tugas
membantu sekretaris daerah dalam penyelenggaraan tugas pokok
pengkoordinasian kebijakan administrasi pemerintah umum, kesejahteraan rakyat,
pembinaan hubungan kemasyarakatan serta memimpin, merencanakan,
menkoordinasikan bagian-bagian yang terkait dengan bidang pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat, pembinaan hubungan kemasyarakatan serta memimpin,
merencanakan, menkoordinasikan bagian-bagian yang terkait dengan bidang
pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Asisten Pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat terbagi 3 (tiga) bagian yaitu :
43
a. Bagian Pemerintahan
Dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengkoordinasian dan penyiapan rancangan kebijakan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan umum termasuk penataan
kewenangan dan pelimpahan kewenangan , pengawasan dan pembantuan,
ketentraman, ketertiban, perlindungan masyarakat, penanggulangan bencana,
kependudukan, dan kerjasama serta melaksanakan sebagian kewenangan di
bidang pertanahan secara berjenjang berdasarkan peraturan yang ada serta
penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraanotonomi
daerah, perangkat daerah dan pemerintah kecamatan dan kelurahan
b. Bagian Hukum dan Perundang Undangan
Mempunyai tugas pokok merumuskan, merencanakan, membina, mengawasi
kegiatan Program Peraturan Perundang-undangan dan dokumentasi hokum,
Bantuan hukum, dan Hak Asasi Manusia (HAM) dan tidak lanjut.
c. Bagian Humas dan Protokoler
Bagian humas dipimpin oleh seorang kepala bagian yang mempunyai tugas
pokok merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan tugas
kesatuan bangsa dan politik, pemuda, olahraga dan pemberdayaan masyarakat
serta pembinaan-pembinaan Humas & Protokol, guna memperjelas kebijakan
pimpinan dan pemerintah daerah serta kelancaran hubungan komunikasi antar
tingkatan pemerintah.
44
2. Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan
Asisten sekertaris daerah bidang perekonomian dan pembangunan
mempunyai tugas merumuskan, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan,
melaksanakan tugas pokok di bidang administrasi pembangunan, sumber daya
alam dan perekonomian. Bidang ini terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Bagian Ekonomi
Bagian ekonomi dan penanam modal dipimpin oleh kepala bagian yang
mempunyai tugas pokok merumuskan, merencanakan, membina dan mengawasi
program dan koperasi dan usaha kecil, menengah, perindustrian, perdagangan,
penanam modal dan badan usaha daerah.
b. Bagian Pembangunan
Bagian pembangunan dipimpin oleh seorang kepala bagian mempunyai tugas
pokok melaksanakan dan mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk
teknis Pembina administrasi pembangunan, melaksanakan kegiatan dalam lingkup
secretariat daerah, pengendalian dan pelaporan kegiatan pembangunan serta
menyusun program kerja pemerintah daerah.
c. Bagian Kesejahteraan Rakyat
Bagian kesejahteraan rakyat dipimpin oleh seseorang kepala bagian yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan penyiapan rancangan
kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan,
d. Bagian Organisasi social, tenaga kerja, transmigrasi, pemberdayaan
perempuan, KB dan pembinaan mental spiritual dan keagamaan.
45
3. Asisten Bidang Administrasi Umum
Asisten Bidang Administrasi Umum mempunyai tugas pokok merumuskan,
mengkoordinasikan, membina, mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang
hukum dan perundang-undangan, organisasi dan tatalaksana, keuangan dan
umum.Asisten bidang administrasi umum terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
a. Bagian Umum
Bagian Umum dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai
tugas pokok membantu Sekretaris Daerah dalam melaksanakan kegiatan dan
penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan ketatausahaan pimpinan,
kearsipan, urusan rumah tangga dan perlengkapan.
b. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai
tugas melaksanakan, menyiapkan, penyusunan rencana anggaran Sekretariat.
Daerah mengurus dan menata usahakan keuangan serta menyiapkan laporan
keuangan sekretariat daerah.
c. Bagian Pengelolaan Aset
Bagian Pengelolaan Aset dipimpin oleh Kepala bagian yang mempunyai
tugas pokok merumuskan, merencanakan dan mendistribusi, inventarisasi aset,
pengawasan dan penghapusan aset .
d. Bagian Organisasi
Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas mengkaji bahan
kebijakan umum dan fasilitasi penataan kelembagaan dan analisis jabatan,
46
ketatalaksanaan dan pembinaan standar pelayanan serta pengembangan kinerja
kepegawaian serta mengkoordinasikan melaksanakan tugas bidang kearsipan,
perpustakaan dan kepegawaian.
Gambar Struktur organisasi Kantor Sekretariat Kota Parepare adalah
sebagai berikut :
47
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Parepare
Salah satu tuntutan publik saat ini adalah adanya transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.Muara tuntutan ini pada intinya
adalah terselenggaranya kepemerintahan yang baik (Good Governance),
sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung
secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung-jawab serta bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dimaksudkan
untuk mempertanggungjawabkan kinerja dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi Sekretariat Daerah Kota Parepare untuk Tahun Anggaran 2014,
yang mana diharapkan dapat pula memberikan umpan balik yang dapat
bermanfaat dan menjadi alternatif pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
dalam upaya peningkatan kinerja instansi pemerintah (organisasi) yang pada
gilirannya mencapai pelayanan publik yang optimal kepada masyarakat
melalui pelaksanaan otonomi daerah yang konstitusional.
Sekretariat Daerah Kota mempunyai tugas pokok membantu Walikota
dalam menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan dan pelayanan
administratif kepada seluruh organisasi perangkat Daerah, mengelola sumber
daya aparatur Pemerintah Daerah serta melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Walikota.
49
Sebelum menguraikan beberapa hal penting mengenai pengelolaan
keuangan maka terlebih dahulu mengemukakan pengerian
pengelolaan.Pengelolaan adalah merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga
menjadi baik, serta memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dengan demikian pengelolaan merupakan suatu proses dari tindakan-
tindakan yang khas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengaasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
tujuan yang diinginkan.
Dari pengertian tersebut diatas, pengelolaan terlihat menitikberatkan pada
2 (dua) factor penting, yaitu:
1. Pengelolaan sebagai pengurusan, yaitu merubah sesuatu sehingga
memiliki nilai dan manfaat yang lebih tinggi.
2. Pengelolaan sebagai pembahasan, yaitu usaha untuk membuat sesuatu agar
lebih cocok dengan kebutuhan- kebutuhan.
Perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan dan
anggaran daerah sebagai upaya pemberdayaan pemerinah daerah, sebagai
berikut:
a. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumbuh pada kepentingan public.
Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi alokasi anggaran untuk
kepentingan public, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi dan
DPRD dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan
daerah.
50
b. Kejelasan tentang nilai pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan
anggaran daerah pada khususnya.
c. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan
yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, Kepala Daerah,
Sekretaris Daerah dan perangkat daerah lainny.
d. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan
pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value
for money, transparansi dan akuntabilitasi.
e. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan
informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah
daerah terhadap penyebarluasan informasi, sehingga memudahkan
pelaporan dan pengendalian serta mempermudah mendapatkan informasi.
B. Sistem pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Parepare
Di Pemerintah Kota Parepare dalam mengelola keuangan daerah
digunakan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah
Kota Parepare
Pemerintah kota parepare dalam mengelola keuangan menggunakan
sistem informasi pengelolaan keuangan daerah dimana yang dilakukan di
sekretariat daearah kota parepare karna berhubungan di walikota
menyerahkan pengelolaan keuangan pemerintah parepare untuk di kelola
di secretariat daerah kota parepare dimana setdako tersebut keuangan-
keuangan daerah dari hasil laporan-laporan keuangan daerah wilayah
51
parepare agar memungkinkan hasil laporan bisa dibukukan, sehingga
pemerintah kota parepare dapat menilai apakah keuangan yang
dikeluarkan disetiap daerah sudah memenuhi kebutuhan daerah dan
mengetahui apakah pengeluaran ataupun pemasukan keuangan disetiap
tahunannya lebih meningkat atau malah menurun.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah didefinisikan bahwa SIKD adalah
suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta
mengolah data keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi
yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah.Selain itu, informasi keuangan
daerah (IKD) berdasarkan PP tersebutdidefinisikan sebagai segala
informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan SIKD.Penyelenggaraan SIKD di pemerintahan
telah diatur dalam PP Nomor 65 Tahun 2010.Dalam PP tersebut
diamanatkan bahwa penyelenggaraan SIKD secara nasional adalah
Menteri Keuangan, sedangkan pemerintah daerah menyelenggarakan
SIKD di daerahnya masing-masing dengan menggunakan sistem informasi
pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan
52
keuangan daerah telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
mensyaratkan kepada tiap-tiap SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
untuk menyusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran), untuk keperluan
penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan
Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) melaksanakan pengelolaan
keuangan sesuai dengan kewenangannya.
Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah merupakan aplikasi
terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah daerah yang
digunakan meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagi regulasi
bidang pengelolaan keungan daerah yang berdasarkan pada asas efesiensi,
ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Aplikasi ini juga
megrupakan salah satu manefestasi aksi nyata failitas dari kementrian
dalam negeri kepada pemerintah daerah dalam bidang pengelolaan
keuangan daerah, dalam rangka penguatan persamaan persepsi sistem dan
prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam pengintrepestasian dan
pengimplementasian berbagai peraturan perundang-undangan.
C. Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Kota
Parepare Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran
Dalam proses peningkatan pengelolaan keuangan pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Pemerintah Kota Pare-pare, kepala Setdako selaku
pengguna Anggaran/Barang Daerah, selak Pengguna Amggaran (PA)
mempunyai tugas sebagai berikut :
53
1. Menyusun Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) SKPD
2. Menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan penegeluaran atas beban
anggaran belanja
4. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
5. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
6. Melaksanakan pemngan penerimaan bukan pajak
7. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan
8. Menandatangani SPM
9. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD
dipimpinya
10. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SPKD yang dipimpinnya
11. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
Dengan tugas tersebut diatas kepala SKPD mempunyai tanggung jawab
yang cukup berat sebab disamping sebagai top manajer dalam instansinya, ia
juga sebagai pengguna anggaran dan barang daerah,namun demikian dengan
dasar pertimbangan:
a. Tingkatan daerah
b. Besaran SKPD
c. Besaran jumlah uang yang dikelola
d. Beban kerja
54
e. Lokasi
f. Kompetensi dan/atau rentang kendali
g. Pertimbangan objektif lainnya
Maka pejabat pengguna anggaran/barang dapat melimpahkan
kewenangannya kepada Kepala Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) tersebut selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang.
Dengan berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa dalam
membuat laporan realisasi anggaran bahwa tak selamanya teknologi atau
sistem membuat dampak yang buruk untuk melakukan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pencapaian kinerja, justru karna adanya teknologi atau
sistem membantu atau memudahkan setiap seseorang perilaku
menggunakannya agar dalam pencapaian dalam mengerjakan laporan realisasi
anggaran dalam bentuk laporan keuangan dapat memudahkan untuk lebih
memfaliditasi kekurangan yang ada dalam pencatatan tersebut karna hasil
akhir dari pencatatan akan muncul dengan sendirinya sehingga aka nada data
yang valid jika memang masih ada yng belum dimasukkan dalam pencatatan
tersebut.
55
Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2012
No Uraian Anggaran
2012
Realisasi
2012
Bertambah / Berkurang
Rp %
1 Pendapatan Daerah
2 Pendapatan Asli Daerah
3 Hasil Pajak Daerah 6.150.000.000,0
0
6.771.935.247,0
0 621.935.247,00 101,59
4 Hasil Retribusi Daerah 29.882.100.000,
00
31.702.011.599,
00
1.819.911.599,0
0 106,10
5 Hasil Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
1.625.000.000,0
0
1.672.269.564,0
0 47.269.564,04 102,91
6 Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah Yang sah
6.889.500.000,0
0
5.106.269.602,7
4
(1.783.230.397,2
6) 74,12
7 JUMLAH
PENDAPATAN
ASLI DAERAH
44.546.600.000,
00
45.252.486.012,
78 705.886.102,78 101,59
8 PENDAPATAN
TRANSFER
9 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
10 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
60.645.536.370,
00
28.498.857.859,
00
(32.146.678.511,
00) 47,10
11 Pendapatan Bagi Hasil
bukan Pajak
2.133.400.000,0
0 371.236.495,00
(1.762.163.508,0
0) 17,40
12 Pendapatan Dana Alokasi
Umum
267.935.993.20
0,00
266.298.518.20
0,00
(1.637.475.000,0
0) 99,39
13 Pendapatan Dana Alokasi
Khusus
23.514.400.000,
00
23.514.400.000,
00 100,00
14 Transfer Dari Dana Pusat-
Lainnya
15 Dana otonomi Khusus
16 Dana Penyesuaian
17 Transfer Pemerintah Pusat
18 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
19 Pendapatan Bagi Hasil
Lainnya
20 JUMLAH
PENDAPATAN
TRANSFER
354.229.329.57
0,00
318.683.012.55
1,00
(35.546.317.019,
00) 89,97
56
21 LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
22 Pendapatan Hibah
23 Pendapatan Dana Darurat 3.675.000.000,0
0
(3.675.000.000,0
0)
24 Pendapatan Lainnya 35.710.514.844,
92
16.591.464.708,
03
(19.119.050.136,
89) 46,46
25 Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 0 0 0
26
Bantuan Keuangan dan
Propinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
6.785.000.000,0
0
5.963.534.467,0
0 (821.465.533,00) 87,89
27
Dana Penguatan
Desentralisasi Fiskal dan
Percepatan Pembnaguna
52.055.960.000,
00
38.958.263.218,
00
(13.097.696.782,
00) 74,84
28 JUMLAH LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
98.226.474.844,
92
61.513.262.393,
03
(36.713.212.451,
89) 62,62
29 JUMLAH
PENDAPATAN
497.002.404.41
4,92
425.448.760.95
6,81
(71.553.643.458,
11) 85,60
30 BELANJA DAERAH
31 BELANJA OPERASI
32 Belanja Pegawai 241.142.213.84
3,00
219.708.155.45
7,68
(21.433.482.768,
00) 91,11
33 Belanja Barang dan Jasa 109.569.269.99
1,00
106.598.622.64
9,00
(2.970.647.342,0
0) 97,29
34 Belanja Bunga 6.000.000.000,0
0
3.634.813.721,6
8
(2.365.186.278,3
2) 60,59
35 Belanja Subsidi 0 0 0
36 Belanja Hibah 9.670.626.385,0
0
6.184.793.000,0
0
(3.485.833.385,0
0) 63,95
37 Belanja Bantuan Sosial 5.795.965.012.0
0
5.633.195.012,0
0 (162.770.000,00) 97,91
38 JUMLAH BELANJA
OPERASI
372.178.075.23
1,00
341.760.155.45
7,68
(30.417.919.773.
32) 91,82
39 BELANJA MODAL
40 Tanah 3.151.000.000,0
0
1.504.287.400,0
0
(1.646.712.600,0
0) 47,74
41 Peralatan dan Mesin 20.753.053.175,
00
17.880.626.885,
00
(2.872.426.290,0
0) 86,16
57
42 Gedung dan Bangunan 106.848.494.19
3,00
52.858.349.991,
00
(53.990.144.202,
00)
49,47
43 Jalan, Irigasi dan Jaringan 81.846.050.317,
00
60.012.338.570,
00
(21.833.711.747,
00) 73,32
44 Aset tetap Lainnya 1.600.824.000,0
0
1.524.216.705,0
0 (76.607.295,00) 95,21
45 Belanja Aset Lainnya
46 JUMLAH BELANJA
MODAL
214.199.421.68
5,00
133.779.819.55
1,00
(80.419.602.134,
00) 62,46
47 BELANJA TIDAK
TERDUGA
48 Belanja Tidak Terduga 350.000.000,00 190.800.000,00 (159.200.000,00) 545,14
49 JUMLAH BELANJA
TIDAK TERDUGA 350.000.000,00 190.800.000,00 (159.200.000,00) 545,14
50 JUMLAH BELANJA 586.727.496.91
6,00
475.730.775.00
8,68
(110.996.721.90
7,32) 81,08
51 TRANSFER
52 TRANSFER BAGI HASIL
KE DESA
53 Bagi Hasii hasil Pajak
54 Bagi Hasil Retribusi
55 Bagi Hasil Pendapatan
Lainnya
56 JUMLAH TRANSFER
BAGI HASIL KE DESA
57 SURPLUS/(DEFISIT) (89.725.092.501
.08)
(50.282.014.051
,87)
39.443.078.449,
21
56,04
58 PEMBIAYAAN
59 PENERIMAAN
DAERAH
60
Penggunaan Sisa
Perhitungan Anggaran
(SILPA)
61.917.482.490,
08
61.917.482.490,
08
100,00
61 Penerimaan Pinjaman
Daerah
33.831.887.011,
00
6.209.862.260,0
0
(27.704.542.751,
00)
18,31
62 Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman Daerah
63 JUMLAH
PENERIMAAN
DAERAH
95.831.887.501,
08
68.127.344.750,
08
(27.704.542.751,
00) 71,10
58
64 PENGELUARAN
DAERAH
65 Pembetukan Dana
Cadangan
66
Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah
Daerah
500.000.000,00 (500.000.000,00)
67 Pembayaran Pokok Utang 5.606.795.000,0
0
1.255.006,825,5
0
(4.351.788.174,5
0)
22,38
68 Pemberian Pinjaman Daerah
69 JUMLAH
PENGELUARAN
DAERAH
6.106.795.000,0
0
1.755.006.825,5
0
(4.351.788.174,5
0)
28,74
70 JUMLAH
PEMBIAYAAN
89.725.092.501,
08
66.372.337.924,
58
(23.352.754.576,
50)
73,97
71 SISA LEBIH
PEMBIAYAAN
ANGGARAN (SILPA)
16.090.323.872,
71
16.090.323.872,
71
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
59
Tabel 5.2 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2013
No Uraian Anggaran
2013
Realisasi
2013
Bertambah / Berkurang
Rp %
1 Pendapatan Daerah
2 Pendapatan Asli Daerah
3 Hasil Pajak Daerah
8.689.275.000,0
0
10.048.244.933,
36
1.359.069.933,3
6 115,64
4 Hasil Retribusi Daerah
33.004.396.347,
00
33.904.447.525,
00 900.051.178,00 102,60
5 Hasil Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
1.706.250.000,0
0
2.785.890.655,0
0
1.079.640.655,0
0 163,27
6 Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah Yang sah
11.804.500.000,
00
4.183.518.7141
0
(7.620.981.285,9
0) 35,44
7 JUMLAH
PENDAPATAN
ASLI DAERAH
589.622.580.56
6,00
498.111.568.53
7,12
(79.417.687.571,
34) 92,24
8 PENDAPATAN
TRANSFER
9 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
398.229.843.43
1,00
332.671.912.17
3,75
(65.557.931.239,
25) 83,54
10 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
80.707.231.413,
00
19.848.049.273,
00
(60.859.182.140,
00) 24,59
11 Pendapatan Bagi Hasil
bukan Pajak
11.550.000.000,
00
7.023.209.900,7
5
(4.526.790.099,2
5) 60,81
12 Pendapatan Dana Alokasi
Umum
276.566.812.00
0,00
276.395.953.00
0,00 (170.859.000,00) 99,94
13 Pendapatan Dana Alokasi
Khusus
29.405.800.000,
00
29.404.700.000,
00 (1.100.000,00) 100,10
14 Transfer Dari Dana Pusat-
Lainnya
15 Dana otonomi Khusus
16 Dana Penyesuaian
17 Transfer Pemerintah Pusat
33.231.287.166,
00
19.371.530.833,
91
(13.859.756.332,
09) 58,29
18 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
33.231.287.166,
00
19.371.530.833,
91
(13.859.756.332,
09) 58,29
19 Pendapatan Bagi Hasil
Lainnya
20 JUMLAH
PENDAPATAN
TRANSFER
431.461.130.57
9,00
352.043.443.00
7,66
(79.417.687.571,
34) 88,55
60
21 LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
22 Pendapatan Hibah
23 Pendapatan Dana Darurat
24 Pendapatan Lainnya
25 Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
96.754.844.200,
00
88.816.819.262,
00
(7.938.124.938,0
0) 91,80
26 Bantuan Keuangan dan
Propinsi atau Pemerintah
Daerah lainnya
6.202.284.440,0
0
6.329.204.440,0
0 126.920.000,00 102,05
27 JUMLAH LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
102.957.128.64
0,00
95.146.023.702,
00
(7.811.104.938,0
0) 92,41
28 JUMLAH
PENDAPATAN
589.622.580.56
6,00
498.111.568.53
7,12
(1.511.012.028,8
8) 84,48
29 BELANJA DAERAH
30 BELANJA OPERASI
31 Belanja Pegawai
290,699,662,34
7.00
271,858,171,55
8.00
(18.841.490.789,
00) 93.52
32 Belanja Barang dan Jasa
146,482,316,14
9.00
117,500,364,15
6.00
(28.981.951.993,
00) 80.21
33 Belanja Bunga
4,950,000,000.0
0
4,788,879,332.1
4 (161.120.667,86) 96.75
34 Belanja Subsidi
35 Belanja Hibah
1,320,000,000.0
0 445,000,000.00 (875.000.000,00) 33.71
36 Belanja Bantuan Sosial 434,350,000.00 430,450,000.00 (3.900.000,00) 99.10
37 JUMLAH BELANJA
OPERASI 514,965,012.00 490,925,352.00 (24.039,660,00) 95.33
38 BELANJA MODAL
444,401,293,50
8.00
395,513,790,39
8.14
(48.887.503.118,
86) 89.00
39 Tanah
40 Peralatan dan Mesin 775,000,000.00 0 0 0
41 Gedung dan Bangunan
15,265,648,140.
00
8,404,375,040.0
0
(6.861.273.100,0
0) 55.05
42 Jalan, Irigasi dan Jaringan
62,851,230,388.
00
40,781,311,636.
00
(22.069.918.752,
00) 64.89
43 Aset tetap Lainnya 47,108,962,366. 29.468,105,348. (17.640.857.018, 62.55
61
00 00 00)
44 Belanja Aset Lainnya 690,458,496.00 468,638,200.00
(221..820.296,00
) 67.87
45 JUMLAH BELANJA
MODAL 178,975,000.00 172,355,000.00 (6.620.000,00) 96.30
46 BELANJA TIDAK
TERDUGA
126,870,274,39
0.00
79,294,785,224.
00
(47.575.489.166,
00) 62.50
47 Belanja Tidak Terduga
48 JUMLAH BELANJA
TIDAK TERDUGA 450,000,000.00 220,250,000.00 (427.975.000,00) 48.94
49 JUMLAH BELANJA 450,000,000.00 220,250,000.00 (427.975.000,00) 48.94
50 TRANSFER
571,721,567,89
8.00
475.028,825,62
2.14
(96.692.742.276,
86) 83.09
51 TRANSFER BAGI HASIL
KE DESA
52 Bagi Hasii hasil Pajak
53 Bagi Hasil Retribusi - - -
54 Bagi Hasil Pendapatan
Lainnya - - -
55 JUMLAH TRANSFER
BAGI HASIL KE DESA - - -
56 SURPLUS/(DEFISIT)
30,358,101,476.
55
59,232,287,128.
41
28.874.185.652,
14 195.11
57 PEMBIAYAAN
58 PENERIMAAN
DAERAH
59 Penggunaan Sisa
Perhitungan Anggaran
(SILPA)
16.090.323.872,
71
16.423.707.875,
71 333.384.003,00 102,07
60 Penerimaan Pinjaman
Daerah
42.575.615.092,
29
5.873.521.920,0
0
(36.702.093.172,
29) 13,80
61 Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
Daerah
62 JUMLAH
PENERIMAAN
DAERAH
58.665.938.965,
00
22.297.229.795,
71
(36.368.709.169,
29) 38,01
63 PENGELUARAN
DAERAH
64 Pembetukan Dana
Cadangan
62
65 Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah
Daerah
2.700.000.000,0
0 0
(2.700.000.000,0
0)
66 Pembayaran Pokok Utang
12.913.418.490,
00
2.959.979.951,7
4
(9.953.438.538,2
6) 22,92
67 Pemberian Pinjaman
Daerah
68 JUMLAH
PENGELUARAN
DAERAH
15.613.418.490,
00
2.959.979.951,7
4
(12.653.438.538,
26) 18,96
69 JUMLAH
PEMBIAYAAN
43.052.520.475,
00
19.337.249.843,
97
23.715.270.631,
03) 44,91
70 SISA LEBIH
PEMBIAYAAN
ANGGARAN (SILPA)
1.319.748.458,4
5
1.319.748.458,4
5
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
63
Tabel 5.3 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2014
No Uraian Anggaran
2014
Realisasi
2014
Bertambah /Berkurang
Rp %
1 Pendapatan Daerah
2 Pendapatan Asli
Daerah
3 Hasil Pajak Daerah 10.805.950,000.
00 12,161,925,837.00 11.081.330.837,00
112.5
5
4 Hasil Retribusi Daerah 8,420,960,000.0
0 8,202,282,963.00 (218.677.037,00) 97.40
5 Hasil Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
2,737,677,623.3
8 2,737,677,623.38
100.0
0
6 Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah Yang sah
45,792,205,000.
00 25,527,293,824.69 (16.264.911.175,31) 64.48
7 JUMLAH
PENDAPATAN
ASLI DAERAH
67,756,792,623.
38 52,629,180,248.07 (15.127.612.375,31) 77.67
8 PENDAPATAN
TRANSFER
9 Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil Bukan Pajak
415,255,659,195
.00
411,474,441,326.0
0 (3.781.217.869,00) 99.09
10 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
31,145,442,003.
00 18,181,273,605.00 (12.964.166.398,00) 58.38
11 Pendapatan Bagi Hasil
bukan Pajak
1,288,405,192.0
0 10,366,054,669.00 9.077.649.477,00
804.5
6
12 Pendapatan Dana Alokasi
Umum
332,459,112,000
.00
332,564,413,052.0
0 105.301.052,00
100.0
3
13 Pendapatan Dana Alokasi
Khusus
50,362,700,000.
00 50,362,700,000.00
100.0
0
14 Transfer Dari Dana
Pusat- Lainnya
84,534,043,536.1
7 37,379,685,000.00 (47.154.385.536,17) 44.22
15 Dana otonomi Khusus 0 0 0 0
16 Dana Penyesuaian 84,534,043,536.
17 37,379,685,000.00 (47.154.385.536,17) 44.22
17 Transfer Pemerintah
Pusat
25,000,000,000.
00 22,244,632,158.48 (2.755.367.844,22) 88.98
18 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak
25,000,000,000.
00 22,244,632,158.48 (2.755.367.844,22) 88.98
19 Pendapatan Bagi Hasil
Lainnya 0 0 0 0
20 JUMLAH
PENDAPATAN
TRANSFER
524,789,702,731
.17
471,098,758,482.4
8 (53.690.944.249,31) 89.77
64
21 LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
22 Pendapatan Hibah - - -
23 Pendapatan Dana Darurat - - -
24 Pendapatan Lainnya 9,533,174,020.0
0 10,533,174,020.00 1.000.000.000,00
110.4
9
25 JUMLAH LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG
SAH
9,533,174,020.0
0 10,533,174,020.00 1.000.000.000,00
110.4
9
26 JUMLAH
PENDAPATAN
602,079,669,374
.55
534,261,112,750.5
5 (67.818.556.624,00) 88.74
27 BELANJA DAERAH
28 BELANJA OPERASI
29 Belanja Pegawai 280.925.861.338
,00
264.587.248.731,0
0 (16.338.612.607,00) 94,18
30 Belanja Barang dan Jasa 134.663.209.273
,00
119.407.904.075,0
0 (15.255.305.198,00) 88,67
31 Belanja Bunga 4.500.000.000,0
0 3.529.810.000,64 (970.189.999,36) 78,44
32 Belanja Subsidi
33 Belanja Hibah 1.500.000.000,0
0 1.495.025.000,00 (4.975.000,00) 99,67
34 Belanja Bantuan Sosial .740.000.000,00 4.205.012.912,00 (1.534.987.088,00) 73,26
35 Belanja Bantuan
Keuangan
36 JUMLAH BELANJA
OPERASI
427.329.070.611
,00
393.225.000.718,6
4 (34.104.069.892,23) 92,02
37 BELANJA MODAL
38 Tanah 2.300.850.000,0
0 1.487.811.250,00 (813.038.750,00) 64,66
39 Peralatan dan Mesin 28.644.736.720,
00 15.172.375.953,00 (13.472.360.767,00) 52,97
40 Gedung dan Bangunan 108.522.632.440
,00 57.149.487.326,00 (51.373.145.114,00) 52,66
41 Jalan, Irigasi dan
Jaringan
61.440.976.676,
00 45.167.912.374,00 (16.273.064.302,00) 73,51
42 Aset tetap Lainnya 4.086.834.594,0
0 3.731.982.301,00 (354.852.293,00) 91,32
43 Belanja Aset Lainnya
65
44 JUMLAH BELANJA
MODAL
204.996.030.430
,00
122.709.569.204,0
0 (82.286.461.226,00) 59,86
45 BELANJA TIDAK
TERDUGA
46 Belanja Tidak Terduga 350.000.000,00 194.500.000,00 (155.500.000,00) 55,57
47 JUMLAH BELANJA
TIDAK TERDUGA 350.000.000,00 194.500.000,00 (155.500.000,00) 55,57
48 JUMLAH BELANJA 632.675.101.041
,00
516.129.069.922,6
4
(116.546.031.118,36
) 81,58
49 TRANSFER
50 TRANSFER BAGI
HASIL KE DESA
51 Bagi Hasii hasil Pajak
52 Bagi Hasil Retribusi
53 Bagi Hasil Pendapatan
Lainnya
54 JUMLAH TRANSFER
BAGI HASIL KE
DESA
(43.052.520.475,
00)
(18.017.501.385,5
2) 25.035.019.089,48 41,85
55 SURPLUS/(DEFISIT)
56 PEMBIAYAAN
57 PENERIMAAN
DAERAH
58
Penggunaan Sisa
Perhitungan Anggaran
(SILPA)
16.090.323.872,
71 16.423.707.875,71 333.384.003,00
102,0
7
59 Penerimaan Pinjaman
Daerah
42.575.615.092,
29 5.873.521.920,00 (36.702.093.172,29) 13,80
60
Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
Daerah
61 Penerimaan Piutang
Daerah
61 JUMLAH
PENERIMAAN
DAERAH
58.665.938.965,
00 22.297.229.795,71 (36.368.709.169,29) 38,01
62 PENGELUARAN
DAERAH
63 Pembetukan Dana
Cadangan
64 Penyertaan Modal 1.000.000.000,0
66
(Investasi) Pemerintah
Daerah
0
65 Pembayaran Pokok
Utang
73,567,849,935.
00 58,535,977,560.22 (15.031.872.375,78) 79.57
66 Pemberian Pinjaman
Daerah 250,000,000.00 250,000,000.00
100.0
0
67 JUMLAH
PENGELUARAN
DAERAH
74,817,849,935.
00 58,785,977,560.22 (16.031.872.375,78) 78.57
68 JUMLAH
PEMBIAYAAN
(30,358,101,476.
55)
(57,019,693,550.6
8) 26.661.592.074,87)
187.8
2
69 SISA LEBIH
PEMBIAYAAN
ANGGARAN (SILPA)
2,212,593,577.73 -
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Kota Parepare dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang menjadi panduan dalam menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Karenanya dalam menyusun
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini difokuskan untuk
mewujudkan kondisi yang aman, damai, adil, demokratis serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat maupun pencapaian Kebijakan Keuangan ekonomi
makro dan pembiayaan pembangunan.
Dari table-tabel di atas bisa kita simpulkan bahwa realisasi anggaran tiap
tahunya dikatan berhasi karna dapat meningkat tiap tahunnya, berikut penjelasan
data dari table.Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Parepare pada
Tahun Anggaran 2014 disebabkan oleh beberapa factor sebagai berikut:
a. Realisasi pendapatan tahun 2014 sebesar Rp 534.261.112.750,55
dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar
Rp.498.111.568.537,12 meningkat sebesar Rp.36.149.544.213,43
67
b. Realisasi belanja daerah tahun 2014 sebesar Rp. 516.129.069.922,64
dibandingkan dengan realisasi belanja tahun 2013 sebesar
Rp.475.028.825.622,14 meningkat sebesar Rp. 41.100.244.300,50
c. Realisasi pembiayaan daerah tahun 2014 sebesar
Rp.57.019.693.550,68 meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar
Rp.19.337.249.843,97 meningkat sebesar Rp. 37.682.443.707,29
D. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan No. 71
Tahun 2010 memiliki Karakter kualitatif sebagai berikut :
a. Relevan
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
didalamnya memiliki umpan balik (feedback value) yang memungkinkan
pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa
lalu dan memiliki manfaat prediktif (predictive value) yang dapat
membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. Selain itu juga
informasi yang disajikan harus tepat waktu dan lengkap.
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur
artinya informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan, dapat diverifikasi atau dengan kata lain
informasi dalam laporan keuangan dapat diuji dan apabila pengujian
68
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap
menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh, serta diarahkan pada
kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu
(netralitas).
c. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
d. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
Tabel 5.4 Perbandingan Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Kota
Parepare Tahun 2012 Dengan Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010
Penyajian LRA Kota Parepare Tahun
2014
Penyajian LRA PP No. 71 Tahun
2010
PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH
Hasil Pajak Daerah Pendapatan Pajak Daerah
Hasil Retribusi Daerah Pendapatan Retribusi Daerah
Hasil Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
sah
Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
PENDAPATAN TRANSFER PENDAPATAN TRANSFER
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pendapatan Bagi Hasil bukan Pajak Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
69
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
TRANSFER DARI DANA PUSAT-
LAINNYA
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT – LAINNYA
Dana otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian
Transfer Pemerintah Pusat Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH
LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
Pendapatan Hibah Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya Pendapatan Lainnya
BELANJA DAERAH BELANJA DAERAH
BELANJA OPERASI BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa Belanja Barang
Belanja Bunga Bunga
Belanja Subsidi Subsidi
Belanja Hibah Hibah
Belanja Bantuan Sosial Bantuan Sosial
BELANJA MODAL BELANJA MODAL
Tanah Belanja Tanah
Peralatan dan Mesin Belanja Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan Belanja Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset tetap Lainnya Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya Belanja Aset Lainnya
BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tidak Terduga Belanja Tak Terduga
TRANSFER TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA TRANSFER/BAGI HASIL KE
DESA
Bagi Hasii hasil Pajak Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
70
SURPLUS/(DEFISIT) SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Perhitungan Anggaran
(SILPA) Pencairan Dana Cadangan
Penggunaan SiLPA
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Pencairan Dana Cadangan
Penerimaan Pinjaman Daerah Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman Daerah
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
PENGELUARAN DAERAH PENGELUARAN DAERAH
Pembetukan Dana Cadangan Pembetukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah Pemberian Pinjaman Daerah
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
(data diolah)
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem informasi yang digunakan pemerintah kota pare-paretelah
menggunakan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dan
Tekhnology Acceptance Model (TAM), dilihat dari hasil pengelolaan
keuangannya bisa mencakup hasil laporan keuangan yang lebih akurat.
Penyajian laporan keuangan Kota Parepare tentang Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah secara keseluruhan
laporan keuangan daerah tahun 2014 sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 dihasilkan oleh Kantor Sekretariat Kota Parepare Selaku
pengelolaan keuangan Daearah Kota Parepare dengan peraturan tersebut terdapat
pada penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang dimana pengelolaan keuangan
meningkat setiap tahunya
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, saranyang diberikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1. Penelitian ini menekankan pada pertanggungjawaban pengelolaan
keuangandaerah.Diharapkan penelitianselanjutnya dapat membandingkan kinerja
pemerintah daerah dalampengelolaan keuangan daerah dengan sistem yang ada.
2. Penelitian berikutnya diharapkan dapat memasukkan kota/kabupaten
lainsebagai pembanding dalam penerapan Peraturan Pemerinta No. 71 Tahun
72
2010 sehingga dapat dijadikan landasan untuk menggali penerapan peraturan
tersebut pada pemerintah daerah di Indonesia.
3. Penelitian ini mengacu pada laporan keuangan Kota Parepare tahun 2014.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan penerapan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dengan laporan keuangan periode berikutnya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Muhammad Syam Kusufi,2010 Akuntansi Keuangan Daerah
( Akuntansi Sektor Publik ). Penertbit Salemba Empat.
Bratakusumah, supriady Deddy. 2004. Pengaruh akuntabilitas dan transparansi
terhadap kualitas laporan keuangan” Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
sUniversitas Hasanuddin Makassar. Skripsi tahun 2014.
Fahmi Irham.2013. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit:alphabet, bandung.
Hariadi, pramono.2010. Pengelolaan Keuangan Daerah. Penerbit:Salemba Empat,
Jakarta.
Jogiyanto, 2007.Sistem Informasi Keperilakukan. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Rahmania.2014.”analisis penggunaan system informasi akuntansi dalam
pengelolaan keuangan rumah sakit tajuddin chalid Makassar”. Skripsi
FEB-Unismuh.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Sistem Informasi Keuangan Daerah.Departemen Keuangan
Republik Indonesia.(Online). (http://www.bappenas.go.id/get-file-
server/node/95/pdf. diakses 15 Februari 2015).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.Departemen Keuangan
Republik Indonesia. (Online).(http://hukum.jogjakota.go.id/upload/
Permen%20No.59-20 07.pdf. diakses 15 Februari 2015).
Yusman.2013.”analasis sistem informasi keuangan daerah dengan menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM) pada pemerintah daerah
Kabupaten Sinjai”. Jurnal ilmiah FEB-Unhas.
47
STRUKTUR ORGANISASI
SEKRETARIAT DAERAH KOTA PAREPARE
Gambar 3 : Struktur Organisasi Sekretariat Kota parepare
SEKRETARIS DAERAH KOTA
STAF AHLI
1. BIDANG HUKUM DAN POLITIK
2. BIDANG PEMRINTAHAN
3. BIDANG KEMASYARAKTAN DAN SDM
4. BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
ASISTEN BIDANG
PEMERINTAHAN
ASISTEN BIDANG EKONOMI PEMBANGUNAN
DAN KESEJATRAAN RAKYAT ASISTEN BIDANG
ADMINISTRASI UMUM
BAGIAN
HUKUM DAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
SUB BAGIAN
DOKUMENTASI
HUKUM
SUB BAGIAN
BANTUAN
HUKUM DAN
HAK ASASI
MANUSIA
SUB BAGIAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
BAGIAN
HUMAS
SUB BAGIAN
PEMERINTAHA
N,
DOKUMENTASI
DAN PERS
SUB BAGIAN
PROTOKOL &
HUBUNGAN
ANTAR LEMBAGA
SUB BAGIAN MONITORING
PERKEMBANGAN
MASYARAKAT
BAGIAN
PEMERINTAHAN
SUB BAGIAN
AGRARIAAN
DAN
PENATAAN
BATS
WILAYAH
SUB BAGIAN
PEMBINAAN
PEMERINTAH
AN
KECAMATAN
SUB BAGIAN
OTONOMI
DAERAH
DAN
KERJASAMA
BAGIAN UMUM
SUB BAGIAN
MENTAL
SPRITUAL
DAN
KEAGAMAAN
SUB BAGIAN
ORMAS DAN
PENANGGULA
NGAN
MASALAH SOSIAL
SUB BAGIAN
PEMBINAAN
KESEJATRAAN
RAKYAT
BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
MENTAL
SPRITUAL DAN
KEAGAMAAN
SUB BAGIAN
PROGRAM
KERJA
SUB BAGIAN
PENGENDALIA
N DAN
PELAPORAN
BAGIAN
ORGANISASI
SUB BAGIAN
PEMBINAA
N USAHA
DAERAH
SUB BAGIAN
SARANA
PEREKONOMIAN
DAN PRODUKSI
DAERAH
SUB
POTENSI
EKONOMI
BAGIAN
KESEJATERAAN
RAKYAT
BAGIAN EKONOMI
SUB BAGIAN
ANGGARAN
BAGIAN
PEMBANGUNAN
SUB BAGIAN
TATAUSAHA
SUB BAGIAN
KEPEGAWAI
AN DAN
PENGEMBAN
GAN KINERJA
SUB AKUNTANSI
DAN PELAPORAN
SUB BAGIAN RUMAH TANGGA
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN PERBENDAHARAAN
SUB GAGIAN
KELEMBAGA
AN & ANALISIS
JABATAN
SUB BAGIAN
KETATALAKSAN
AAN
SUB BAGIAN
PENGAWASA
N DAN
PENGHAPUSAN ASET
SUB BAGIAN PERENCANAA
N DAN
DISTRIBUSI
SUB BAGIAN
INVENTARIS
ASET
BAGIAN PENGELOLAAN
ASET
1
RIWAYAT HIDUP
Risna Jupri, Lahir di Malino, Kecamatan Maiwa,
Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, pada
tanggal 08 Januari 1992. Anak pertama dari lima bersaudara
pasangan Jupri dan Hasnida. Penulis mulai masuk ke
jenjang Pendidikan Dasar Tahun 1999 dan lulus pada Tahun
2005 di SD Neg.43 Malino. Dan pada tahun yang sama
masuk ke SMP Neg. 1 Maiwa dan lulus pada Tahun 2008. Pada tahun yang sama
pula penulis melanjutkan pendidikan di SMA Neg. 1 Maiwa dan lulus pada tahun
2011. Kemudian penulis melanjutkan studi ke Universitas Muhammadiyah
Makassar tahun 2011 jurusan Akuntansi Program Strata Satu (S1).