Upload
kopisusumantap
View
63
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
karaginan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu hal yang tak mungkin dapat dipungkiri bahwa globalisasi
merupakan suatu fenomena yang luar biasa. Berkat pesatnya kemajuan teknologi
informasi, menyebabkan dunia seakan tanpa batas sehingga jarak terasa semakin
sempit. Inovasi-inovasi baru berkecepatan tinggi dibidang teknologi tidak saja
mendorong arus barang, jasa dan capital menjadi demikian mudah, namun juga
menimbulkan pergeseran-pergeseran karakter dalam kehidupan social dan gaya
hidup dikalangan masyarakat dunia, baik dikalangan kawula muda maupun
dikalangan orang-orang dewasa. Menjaga penampilan merupakan suatu
kebutuhan setelah kebutuhan primer terpenuhi. Termasuk dalam hal ini memiliki
dan memakai jam tangan bermerek mendunia yang tidak saja berfungsi sebagai
penunjuk waktu akan tetapi juga menunjukkan tingkat sosial bagi pemakainya
terutama bagi kalangan menengah keatas, bahkan bagi kalangan tertentu memakai
jam tangan yang bermerek terkenal (internasional) menambah rasa percaya diri.
Seiring dengan adanya meningkatnya kepentingan terhadap penampilan
yang menawan maka sejumlah merek-merek jam tangan yang sudah mendunia
seperti Rolex, Dior Watches, Channel, Ebel, Fossil, dll, semakin disukai
konsumen. Kaum pebisnis, pejabat, selebritis, konglomerat maupun kaum
professional, memakai jam tangan bermerek terkenal merupakan salah satu
kebutuhan dalam penampilannya. Dari sisi pebisnis maka hal ini merupakan pasar
1
2
bagi perusahaan jam tangan bermerek global yang tentu saja dapat mendatangkan
keuntungan yang tidak sedikit. Namun demikian bukan berarti tidak ada
persaingan diantara merek-merek terkenal tersebut. Oleh karena itu perusahaan
perlu mempertimbangkan kenyataan ini yaitu pentingnya bagi perusahaan untuk
memahami hubungan antara konsumen dengan merek. Konsumen seringkali
membeli produk merek tertentu tidak saja karena nilai manfaat, fungsional atau
komersilnya. Namun juga makna-makna simbolis yang dibawa oleh merek
tersebut. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk meletakkan manajemen
hubungan dengan pelanggan sebagai prioritas utama, artinya bahwa perusahaan
harus mampu memahami perilaku konsumennya yang cenderung berubah-rubah.
Memahami perilaku konsumen bukan hal yang mudah karena sifatnya
yang dinamis. Konsumen sebagaimana manusia biasa pada umumnya adalah
makhluk yang memiliki keinginan yang tidak terbatas dan memiliki kecerdasan.
Interaksi dengan lingkungan eksternal yang juga bersifat dinamis dan
dikombinasikan dengan sifat-sifat yang unik sebagai pribadi yang membuat
keinginannya terus berkembang dan mengakibatkan harapan konsumen semakin
tinggi.
Dalam dunia pemasaran hubungan antara penjual dengan konsumen
merupakan hal penting karena dari hubungan ini akan tercipta pertukaran yang
menjadi tujuan utamanya. Bahkan Aaker dan Joachimsthler (2000) telah
menyatakan bahwa : “praktek-praktek pertukaran semacam itu seharusnya juga
diterapkan pada hubungan antara merek dengan konsumen karena merek
merupakan salah satu pilar dalam suatu hubungan jangka panjang antara
3
konsumen dan penjual, disamping itu tujuan merek adalah untuk menciptakan
hubungan dengan pelanggannya”.
Dari sudut pandang konsumen, terciptanya hubungan merek dengan
pelanggan tersebut menimbulkan kepercayaan merek. Proses terciptanya
keperayaan merek didasarkan pada pengalaman mereka dengan merek yang
bersangkutan. Bahkan Costabile (2002) menyatakan bahwa : “pengalaman akan
menjadi sumber bagi konsumen atas terciptanya rasa percaya pada merek dan
pengalaman ini akan mempengaruhi evaluasi konsumen dalam konsumsi,
penggunakan atau kepuasan secara langsung atau tidak langsung dengan merek”.
Berkaitan dengan masalah kepercayaan merek tersebut maka Delgado
(2003) menjelaskan bahwa kepercayaan merek merupakan harapan akan
kehandalan dan intensitas merek yang bersangkutan. Berdasar pada pendapat
Delgado tersebut, maka kepercayaan merek akan merefleksikan dua komponen
yaitu reliabilitas merek (brand reliability) dan intensitas merek (brand intentions).
Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek akan dapat mempengaruhi
konsumen untuk mengambil keputusan pembeliannya.
Konsumen secara selektif akan mengumpulkan informasi yang mampu
memberi petunjuk bahwa produk yang akan dibeli akan memberikan manfaat
sesuai yang dijanjikan. Evaluasi alternatif dilakukan ketika konsumen telah
memiliki berbagai informasi mengenai berbagai produk dan merek hasil dari
pencarian informasinya. Namun merek, harga dan produsen penghasil produk
adalah bagian dari atribut produk yang menjadi dasar evaluasi konsumen dalam
keputusan pembeliannya.
4
Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah tersebut diatas maka
penelitian ini akan difokuskan pada analisis pengaruh kepercayaan merek dan
atribut produk terhadap keputusan konsumen khususnya dalam membeli jam
tangan merek Fossil di Surabaya yang merupakan obyek dari penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
”Apakah kepercayaan merek dan atribut produk memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan konsumen membeli jam tangan merek Fossil di
Surabaya”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasar pada perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
kepercayaan merek dan atribut produk terhadap keputusan konsumen membeli
jam tangan merek Fossil di Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
kepada :
1. Manajemen Perusahaan
Yaitu sebagai referensi dalam pengambilan keputusan penting yang berkaitan
dengan kebijakan-kebijakan pemasaran.
5
2. Masyarakat
Yaitu sebagai masukan dan informasi yang berguna dalam mengambil
keputusan pembelian yang akan dilakukannya.
3. Penelitian berikutnya
Yaitu sebagai bahan acuan dalam penelitian yang akan dilakukannya agar bisa
menyempurnakan dan memperluas jangkauan penelitian dengan menambah
variabel-variabel bebas yang belum dibahas dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep dan Definisi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan manajemen yang memiliki
hubungan yang kuat dengan lingkungan eksternal perusahaan. Oleh karena
itu, pemasaran mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan
perusahaan. Pemasaran tidak dapat dipandang sebagai fungsi tersendiri,
melainkan meliputi keseluruhan aspek manajemen yang saling berkaitan satu
dengan lainnya dalam mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Konsep pemasaran tidak sama dengan konsep penjualan. Konsep
pemasaran berprespektif dari luar kedalam, hal ini memberikan arti bahwa
konsep pemasaran memusatkan perhatian pada kebutuhan pelanggan
(konsumen), mengkoordinasikan semua aktivitas pemasaran yang
mempengaruhi konsumen untuk memperoleh laba dalam jangka panjang
dengan meningkatkan nilai kepuasan pelanggan. Hal ini sesuai dengan
konsep pemasaran yang disampaikan oleh Kotler (2000) yang menyatakan
bahwa konsep inti pemasaran, bersandar pada : “kebutuhan (needs),
keinginan (want), permintaan (demand), produk (barang, jasa dan gagasan),
nilai, biaya dan pemasaran”.
Sedangkan pada konsep penjualan, maka perusahaan hanya
memusatkan perhatian pada “menjual” saja tanpa memperhatikan keinginan
6
7
dan kebutuhan pasar atau konsumennya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
konsep penjualan berprespektif dari dalam keluar, artinya bahwa aktivitas
dimulai dari perusahaan kemudian melakukan penjualan dan promosi besar-
besaran untuk mengharapkan perolehan laba. Konsep tersebut hanya
memusatkan perhatiannya untuk menarik konsumen dalam jangka pendek
tanpa memperdulikan keinginan konsumennya sehingga sering terjadi apa
yang telah diproduksi tidak sesuai dengan selera pasar (konsumen) yang pada
akhirnya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Pada dasarnya pemasaran adalah “suatu produk perencanaan dalam
konsep promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan
kelompok” (Lamb; 2001). Sedangkan menurut Kotler (2001), maka :
“marketing is social and managerial process by which individual and group
obtain what need and want trough creating, offering and exchanging product
of value with other”. Artinya “pemasaran adalah suatu proses manajerial yang
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai
dengan pihak lain”.
Dari kedua definisi pemasaran tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa : “pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan
menciptakan barang dan jasa, menetapkan harga dan mendistribusikan ke
pasar sesuai dengan selera dan daya beli konsumen”.
8
2.1.2 Definisi Perilaku Konsumen
Secara sederhana konsep pemasaran (marketing concept) menyatakan
bahwa suatu organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen agar dapat menguntungkan. Dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginannya, seseorang konsumen menunjukkan perilaku yang berbeda-
beda. Untuk itu para pemasar harus memfokuskan perhatiannya pada
pemahaman tentang perilaku konsumennya. Menurut Tjiptono (2004) “istilah
perilaku konsumen, mengacu pada perilaku yang ditunjukkan oleh para
individu dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa”. Menurut
Mowen dan Minor (2002), perilaku konsumen didefinisikan sebagai “studi
tentang niat pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumen dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide”.
Selanjutnya dinyatakan oleh Lamb dkk, (2001) bahwa perilaku
konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan
membeli, menggunakan dan membuang barang dan jasa yang dibelinya
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan
penggunaan produk.
Sedangkan menurut American Marketing Association, maka perilaku
konsumen didefinisikan sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan
kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan
aspek pertukaran dalam hidup mereka”.
Terdapat tiga ide penting dari definisi perilaku konsumen menurut
American Marketing Association, yaitu :
9
1. Perilaku konsumen adalah dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen,
grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi,
perilaku dan kejadian sekitar. Untuk memahami konsumen kita harus
memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan
(pengaruh) apa yang mereka lakukan (perilaku) dan apa serta dinamis
kejadian (kejadian sekitar) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa
yang difikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.
3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran. Hal ini membuat definisi
perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh
ini juga menekankan pertukaran.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Seorang konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor kebudayaan,
faktor social, faktor pribadi, dan faktor psikologis.
1. Faktor Kebudayaan
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang.
b. Sub-Budaya
Setiap kebudayaan memiliki sub-budaya, sub-budaya yang lebih kecil
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
10
anggotanya. Dibedakan menjadi empat jenis : kelompok nasionalisme,
kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
c. Kelas Sosial
Kelas social merupakan kelompok yang relative homogeny dan
bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki
dan keanggotannya memiliki nilai, minat dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang.
1) Kelompok Primer yaitu adanya suatu interaksi yang saling
berkesinambungan seperti halnya : keluarga, teman, tetangga dan
teman sejawat.
2) Kelompok Sekunder, yaitu kelompok yang cenderung lebih resmi
dan interaksi kurang berkesinambungan.
3) Kelompok Aspirasi, yaitu kelompok yang seseorang ingin menjadi
anggotanya.
4) Kelompok Diasosiatif atau kelompook memisahkan diri, yaitu
sebuah kelompok yang perilakunya tidak disukai oleh individu.
11
b. Keluarga
1) Keluarga Orientasi
Merupakan orang tua seseorang dari merekalah seseorang
mendapatkan pandangan tentang ekonomi, politik, agama dan
merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta.
2) Keluarga Prokreasi
Merupakan pasangan hidup anak-anak seseorang. Keluarga
merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting
dalam suatu masyarakat.
3) Peran dan Status
Seseorang pada umumnya berpartisipasi dalam kelompok semasa
hidupnya, posisi seseorang dalam setiap kelompok akan dapat
diidentifikasikan dalam peran dan status.
3. Faktor-Faktor Pribadi
a. Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup
Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau
transformasi tertentu pada saat mereka menjalani kehidupannya.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok-kelompok
pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk atau jasa
tertentu.
c. Keadaan Ekonomi
12
Terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan
hariannya, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan uang.
1) Gaya Hidup
Merupakan pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan,
minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan
seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan
lingkungan.
2) Kepribadian dan Konsep Diri
Adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang
yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif
konsisten.
4. Faktor-Faktor Psikolog
Para ahli beranggapan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh
dorongan psikologis, yang meliputi :
a. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan
fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa tidak nyaman.
Sedangkan kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang
timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk
diakui, harga diri, atau kebutuhan diterima.
b. Persepsi
13
Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama
karena adanya tiga proses persepsi yaitu perhatian, gangguan / distorsi
dan menginvat kembali yang selektif.
c. Proses Belajar
Adalah perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar.
Ahli pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui :
1) Dorongan (drives)
Merupakan rangsangan internal yang kuat yang memotivasi
tindakan.
2) Stimulus (rangsangan)
Dorongan akan menjadi motif, jika diarahkan menuju rangsangan
(stimulus) pengurangan dorongan tertentu.
3) Petunjuk (clues)
Merupakan rangsangan minor yang menentukan kapan, dimana
dan bagaimana tanggapan seseorang. Kecenderungan yang
berlawanan dengan generalisasi disebut diskriminasi.
Teori pembelajaran mengarahkan para pemasasr bahwa mereka
dapat membangun permintaan atas sebuah produk dengan
mengaitkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan
petunjuk yang memberikan motivasi dan memberikan penguatan
positif.
14
d. Kepercayaan dan Sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu. Melalui belajar dan bertindak, orang akan
mendapatkan keyakinan dan sikap. Dan hal ini kemudian akan
mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dianut
seseorang tentang suatu hal. Sikap seseorang membentuk suatu pola
yang konsisten dan untuk mengubah suatu sikap mungkin
mengharuskan penyesuaian besar dalam sikap-sikap lain. Sehingga
perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang
telah ada dari pada berusaha mengubah sikap orang.
2.1.4 Konsep dan Definisi Merek
Konsep merek berbeda dengan konsep produk. Menurut Aaker dan
Joachimstahler (2000), produk mencakup tentang “fungsi produk, atribut
produk, kualitas atau nilai-nilai kegunaan dan manfaat fungsional”.
Sedangkan merek memiliki karakteristik yang lebih luas daripada produk
yaitu mencakup tentang citra penggunaan produk, negara asal, asoasiasi
perusahaan, merek personality, simbol-simbol dan merek juga dapat
menghantarkan manfaat ekspresi diri pengguna dan manfaat emosional.
Menurut Kotler dan Keller (2001) merek adalah “nama, istilah, tanda,
simbol, kesan dan atau kombinasi keseluruhannya yang ditujukan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus
sebagai diferensiasi produk.”
15
Dari definisi tentang merek tersebut dapat disimpulkan, bahwa merek
erat kaitannya dengan alam piker manusia. Alam pikiran manusia meliputi
semua yang eksis dalam pikiran konsumen terhadap merek seperti perasaan,
pengalaman, citra, persepsi, keyakinan, dan sikap, sehingga dapat dikatakan
merek adalah sesuatu yang sifatnya immaterial. Merek merubah atau
mentransformasi hal yang sifatnya tangible menjadi sesuatu yang bernilai.
Proses transformasi berjalan dengan menyediakan sesuatu yang bernilai.
Proses tranformasi ini sepenuhnya menjadi wewenang konsumen untuk
melanjutkan atau menghentikannya.
Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen diantaranya
membantu konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan
kualitas produk. Konsumen lebih mempercayai produk dengan merek
tertentu daripada produk tanpa merek meskipun manfaat yang ditawarkan
serupa. Menurut Aaker dan Joachimstakler (2000) merek “menawarkan 2
jenis manfaat, yaitu manfaat fungsional dan manfaat emosional”. Manfaat
fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk yang ditawarkan.
Sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat
penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau selama
konsumsi. Manfaat lain yang ditawarkan merek kepada konsumen menurut
Heggelson dan Suphelen, (2001) adalah manfaat simbolis. Manfaat simbolis
mengacu pada dampak psikologi yang akan diperoleh konsumen ketika ia
menggunakan merek tersebut artinya merek tersebut akan
mengkomunikasikan siapa dan apa pada konsumen lain. Ketika konsumen
16
menggunakan merek tertentu maka ia akan terhubung dengan merek tersebut,
yaitu akan mencerminkan citra dan karakteristik pengguna.
2.1.5 Kepercayaan Merek (Brand Trust)
Dalam dunia pemasaran hubungan antara penjual dan pembeli
(konsumen) merupakan hal penting karena dari hubungan tersebut akan
tercipta pertukaran yang menjadi tujuan utamanya. Hubungan yang dekat
antara penjual dan pembeli akan memberi dampak yang positif dalam proses
pertukaran. Hubungan dekat antara penjual dan pembeli seharusnya tidak
terbatas pada skala antar perusahaan, akan tetapi dipraktikkan pada hubungan
antara merek dengan konsumen, karena merek merupakan salah satu pilar
dalam suatu hubungan jangka panjang antara konsumen dengan penjual.
Disamping itu tujuan merek adalah untuk menciptakan hubungan dengan
pelanggannya (Aaker dan Joachimsthler, 2000).
Bagi individu proses terciptanya kepercayaan merek didasarkan pada
pengalaman mereka dengan merek tersebut. Pengalaman akan menjadi
sumber bagi konsumen atas terciptanya rasa percaya pada merek dan
pengalaman ini akan mempengaruhi evaluasi konsumen dalam konsumsi,
penggunaan atau kepuasan secara langsung dan kontak tidak langsung dengan
merek (Costabile, 2003).
Pengalaman merupakan proses belajar bagi konsumen karena dari
pengalaman konsumen memperoleh banyak informasi. Proses belajar
konsumen ini disebut sebagai knowledge by acquaintance, dimana informasi
mengenai produk didapatkan dari pengalaman langsung dengan produk atau
17
direct contact seperti konsumsi. Secara keseluruhan, pengalaman konsumsi
merupakan sumber terpenting terciptanya kepercayaan merek karena melalui
pengalaman terjadi proses pembelajaran yang memungkinkan terbangunnya
asosiasi, pemikiran dan pengambilan kesimpulan yang lebih relevan dengan
pribadi individu/konsumen.
Menurut Delgado (2004) kepercayaan merek adalah harapan akan
kehandalan dan intense baik dari merek karena itu kepercayaan merek
merefleksikan 2 komponen yakni brand reliability dan brand intentions.
Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan
konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan
atau dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan. Brand reliability merupakan hal yang
esensial bagi terciptanya kepercayaan terhadap merek karena kemampuan
merek memenuhi nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh
rasa yakin akan kepuasan yang sama di masa depan. Sedangkan brand
intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu
mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi
produk muncul secara tidak terduga.
2.1.6 Definisi dan Klasifikasi Produk
Menurut Kotler (2000) produk didefinisikan :
“A product is anything that can be offered to a market to satisfy a want it
includes physical goods, services, person, place, organizations, and ideas”.
Dimana produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
18
sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan, termasuk didalamnya
obyek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan. Selain itu Kotler
(2000), juga berpendapat bahwa, suatu produk dapat diklasifikasikan
sebagai : “(a) Barang Tahan Lama dan Barang Tidak Tahan Lama dan Jasa,
(b) Barang Konsumsi, (c) Barang Industri”.
Penjelasannya adalah :
1. Barang Tahan Lama, Barang Tidak Tahan Lama dan Jasa
a. Durable goods (barang tahan lama) adalah barang berwujud yang
digunakan selama kurun yang panjang dan biasanya tetap bertahan
setelah pemakaian yang banyak. Barang ini pada umumnya
memerlukan lebih banyak upaya penjualan dan pelayanan perorangan,
memiliki margin keuntungan yang lebih besar dan memerlukan
jaminan penjual yang lebih besar. Contoh : Properti, mesin berat,
mobil, dll.
b. Non Durable Goods (barang tidak tahan lama) adalah barang
berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
pemakaian, karena barang ini cepat dikonsumsinya dan sering dibeli,
maka strategi yang tepat adalah membuatnya tersedia di banyak
tempat, membebankan keuntungan yang tidak terlalu besar dan
mengiklankannya dengan gencar untuk merangsang orang agar
mencoba untuk memilikinya. Contoh : sabun, makanan, bumbu, dll.
c. Services (jasa) adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual. Jasa merupakan barang yang tidak terwujud,
19
tidak dapat dipisahkan, bervariasi, dan tidak tahan lama. Jasa
memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kepercayaan pada
penjual dan kemampuan beradaptasi. Contoh : persewaan mobil,
bengkel mobil, bimbingan belajar dll.
2. Barang Konsumsi
Barang konsumsi merupakan barang yang dibeli untuk dikonsumsikan.
Barang konsumsi dapat dibedakan menjadi :
a. Convenience goods (barang konviniens atau barang kebutuhan sehari-
hari) adalah barang yang pada umumnya sering kali dibeli oleh
konsumen, dalam waktu yang cepat dan memerlukan usaha yang
sangat minim dalam membandingkan dan membelinya. Contoh : Surat
kabar, rokok, sabun dll. Barang kebutuhan sehari-hari dapat dibedakan
menjadi :
1) Barang-barang pokok, yaitu barang yang dibeli konsumen secara
teratur. Contoh : pasta gigi, beras, dll.
2) Barang-barang impulsif yaitu barang yang dibeli tanpa
direncanakan atau dilakukan usaha-usaha mencarinya. Barang-
barang ini biasanya tersedia di banyak tempat karena konsumen
pada umumnya tidak berusaha mencarinya. Contoh : majalah,
rokok, permen, dll.
3) Barang-barang darurat, yaitu barang yang dibeli pada saat
kebutuhan dirasa mendesak. Contoh : payung yang dibeli pada
saat hujan.
20
b. Shopping goods (barang toko atau barang belanjaan) adalah barang
dimana konsumen, yang dalam proses seleksi dan pembelian,
biasanya membandingkan barang yang satu dengan lainnya
berdasarkan kesesuaian mutu, harga dan modelnya.
c. Homogeneous shopping goods adalah barang-barang yang memiliki
kualitas dan penampilan serupa, misalnya peralatan rumah tangga.
d. Heteregeneous shopping goods adalah barang-barang yang memiliki
ciri yang berbeda seperti fungsi, kualitas maupun penampilan.
Misalnya : mobil, furniture, stereo set, dll.
e. Specially goods (barang special) adalah barang yang memiliki
karakteristik atau identitas merek yang unik yang mana
mengakibatkan sekelompok konsumen bersedia melakukan upaya
khusus untuk membelinya. Misalnya : mobil, barang-barang mewah
dengan merek dan model tertentu. Barang spesial tidak melibatkan
pembeli dalam membuat perbandingan, pembeli menggunakan banyak
waktu untuk memperoleh barang tersebut.
Unsought goods (barang yang tidak dicari) adalah barang yang
tidak diketahui konsumen tetapi biasanya tidak pernah dipikirkan
untuk membelinya, contoh : asuransi jiwa. Barang yang tidak dicari
memerlukan usaha pemasaran yang besar dalam bentuk iklan dan
penjualan perorangan.
21
3. Barang Industri
Barang industri adalah barang yang dibeli oleh individu dan organisasi
untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam menjalankan suatu bisnis.
Organisasi melakukan pembelian barang dan jasa dalam jumlah yang
sangat besar dan beragam. Barang industri dapat dibagi menjadi :
a. Material and ports (bahan baku dan suku cadang)
Adalah barang-barang yang seluruhnya masuk ke dalam suatu produk
akhir, yang dapat dibagi menjadi dua :
1) Bahan baku mentah
2) Bahan baku hasil produksi dan suku cadang
b. Capital goods (barang modal)
Merupakan baran-barang yang sebagian masuk barang kahir, yang
mencakup :
1) Intalasi merupakan suatu pembelian yang besar yang umumnya
dibeli langsung dari produsen, dengan didahului proses negosiasi
yang memakan waktu. Instalasi terdiri dari bangunan dan
peralatan tetap.
2) Peralatan tambahan sifatnya membantu proses produksi. Peralatan
tambahan terdiri dari peralatan pabrik dan peralatan kantor.
c. Supplies and Services (Persediaan Jasa)
Merupakan barang-barang yang tidak masuk ke barang akhir sama
sekali. Supplies dapat dibagi menjadi dua yaitu : operasional dan alat-
22
alat pemeliharaan dan reparasi. Sedangkan services mencakup jasa
perawatan dan perbaikan.
2.1.7 Tingkatan Produk
Tingkatan produk menurut Kotler (2000) meliputi : “(1) Core
Product, (2) Actual Product dan (3) Augmented Product”. Penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1. Core Benefit
Tingkatan produk ini berupaya untuk menjawab apa yang sesungguhnya
hendak dibeli oleh konsumen. Core benefit merupakan inti dari produk
yaitu upaya produk untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh
konsumen.
2. Actual product
Sesudah manfaat inti ditetapkan, selanjutnya adalah mengubah esensi
manfaat inti tersebut menjadi sebuah produk aktual. Produk aktual
memiliki 5 karakteristik yaitu tingkat kualitas, fitur produk, desain, nama
merek dan kemasan produk.
3. Augmented product
Tingkatan produk berakhir adalah augmented product. Pada tingkatan ini
Pemasar menyediakan pelayanan dan manfaat tambahan bagi konsumen
misalkan layanan instalasi, layanan antar, jaminan produk serta layanan
purna jual.
2.1.8 Hirarki Produk
23
Hirarki produk berada sepanjang manfaat inti hingga item tertentu
yang memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut Kotler (2000) hirarki
produk terdiri dari 7 tingkat yaitu :
1. Need family
Manfaat inti yang mendasari eksistensi sebuah produk.
2. Product family
Keseluruhan kelas produk yang memuaskan kebutuhan inti dengan
efektifitas yang beralasan.
3. Product class
Sekelompok produk dalam product family yang memiliki fungsi tertentu
yang koherens.
4. Product line
Sekelompok produk dalam product class yang saling berhubungan karena
produk tersebut melakukan fungsi yang sama, dijual kepada konsumen
yang sama, didistribusikan melalui saluran yang sama atau memiliki
harga pada range tertentu.
5. Product type
Sekelompok item-item dalam lini produk yang dapat menjadi satu atau
beberapa bentuk produk.
6. Brand
Sebuah nama yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa item dalam
lini produk dan digunakan untuk mengidentifikasikan pembuatnya atau
karakter produk.
24
7. Item
Unit tertentu dalam merek atau lini produk yang dibedakan oleh ukuran,
harga, penampilan atau atribut lainnya.
2.1.9 Definisi Atribut Produk
Atribut produk dapat diartikan sebagai unsur-unsur produk yang dipandang
penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan
pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, label, jaminan (garansi)
pelayanan dan sebagainya (Tjiptono, 2008). Sedangkan menurut Gitosudarmo
(1999), atribut produk adalah komponen-komponen yang merupakan sifat-
sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli. Atribut-atribut produk selain
tercermin dari bentuknya, daya tahannya, warnanya, aromanya, terdapat pula
atribut yang terdiri dari kemasan, merek, harga, mutu, harga, gambar logo,
maupun labelnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
atribut produk merupakan suatu karkateristik yang spesifik dari produk yang
memberikan manfaat penting bagi konsumen dan dapat dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian.
2.1.10Komponen Atribut Produk
Beberapa atribut produk yang penting dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Merek
Menurut Kotler (2005) merek dapat diartikan sebagai nama, istilah, tanda,
simbol, atau kombinasi hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk
25
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual
dan untuk membedakanya dengan produk pesaing.
Tjiptono (2008) juga menyebutkan bahwa merek memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau
membedakannya produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya.
Ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja
dan saat melakukan pembelian ulang.
b. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk.
c. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan,
mutu serta prestise tertentu kepada konsumen.
d. Untuk mengendalikan pasar.
Sedangkan Kotler (2005) mengemukakan bahwa terdapat enam makna
yang disampaikan melalui suatu merek, yaitu :
a. Atribut, sebuah merek menyampaikan atribut-atribut tertentu dari
suatu produk.
b. Manfaat, merek bukanlah sekedar sekumpulan atribut, karena yang
dibeli konsumen adalah manfaat bukanlah atribut. Atribut diperlukan
untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
c. Nilai, merek juga menyatakan nilai-nilai prosedurnya.
d. Budaya, merek juga mencerminkan budaya tertentu, baik budaya
perusahaan maupun negara tempat perusahaan tersebut berproduksi.
e. Kepribadian, merek juga dapat memproyeksikan kepribadian tertentu.
26
f. Pemakai, merek memberi kesan mengenai jenis-jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan produknya. Pemakainya adalah orang-
orang yang menghargai nilai, budaya dan kepribadian produk tersebut.
2. Mutu Produk
Mutu produk dapat diartikan sebagai kemampuan produk tersebut untuk
melaksanakan fungsinya, termasuk didalamnya keawetan, keandalan,
ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut bernilai
lain (Kotler, 2003). Menurut Heizer dan Render (2007), mutu adalah
totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun
yang tersembunyi.
Garvin dalam Boyd et al (2000) menyatakan baha mutu memiliki 8
dimensi, yaitu :
a. Kinerja (performance), harus berwujud melalui karakteristik
pengoperasian dasar suatu produk.
b. Tampilan (feature), merupakan karakteristik produk kedua yang
dirancang untuk memperkuat fungsi dasar produk.
c. Keandalan (Reliability), adalah kemungkinan bahwa suatu produk
tampil memuaskan sepanjang waktu tertentu.
d. Konfirmasi (conformance), adalah cara bagiamana karakteristik
operasi sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu.
e. Daya tahan (Durability), merupakan ukuran hidup sebuah produk,
mencakup dimensi teknis (penggantian) dan ekonomi (perbaikan).
27
f. Kemampuan layanan (serviceability), berkaitan dengan kecepatan dan
kemudahan mendapatkan perbaikan yang mantap.
g. Estetika (esthetic) berkaitan dengan bagaimana produk terlihat, terasa,
terdengar, tercicipi dan terbuai.
h. Persepsi mutu (pereived quality), sering dihasilkan dari penggunaan
ukuran tidak langsung ketika konsumen mungkin kurang atau tidak
memiliki informasi mengenai atribut suatu produk.
3. Kemasan Produk
Menurut Kotler (2002), pengemasan mencakup semua kegiatan
merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus suatu produk.
Menurut pendapat ini, kemasan tidak hanya sekedar bungkus atau wadah,
tetapi juga rancangan dari kemasan itu sendiri juga memiliki peranan
penting dalam menjual produk.
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan
dengan perencanaan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus
(wrapper) untuk suatu produk (Tjiptono, 1996).
Pemberian kemasan pada suatu produk bisa memberikan tiga
manfaat utama, yaitu manfaat komunikasi, fungsional dan perseptual
(Tjiptono, 1996). Manfaat komunikasi berkaitan dengan media
pengungkapan informasi produk kepada konsumen. Informasi ini meliputi
cara penggunaan produk dan informasi khusus (efek samping, frekuensi
pemakaian yang optimal, dan sebagainya). Informasi lainnya berupa segel
atau simbol bahwa produk tersebut halal dan telah lulus pengujian atau
28
disahkan oleh instansi pemerintah yang berwenang. Manfaat Fungsional
berkaitan dengan kemasan untuk memberikan kemudahan, perlindungan
dan penyimpanan. Manfaat perseptual berkaitan dengan penanaman
persepsi tertentu dalam benak konsumen.
4. Harga
Soetojo (2001) mengartikan harga sebagai sejumlah uang yang
ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang mereka
perdagangkan dan sesuatu yang lain yang didasarkan untuk memuaskan
konsumen. Sedangkan menurut Kotler (2003) harga diartikan sebagai
jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah
dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki
atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Menurut Tjiptono (2002), harga memiliki dua peranan utama
dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu :
a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada
berbagai jenis barang dan jasa.
b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik
konsumen mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara
obyektif. Persepsi yang sering dilakukan adalah bahwa harga yang
mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
Pengenalan masalah/kebutuhan dan keinginan
Pencarian berbagai informasi
Evaluasi berbagai alternative merek produk
Pilihan atas merek produk untuk dibeli
Evaluasi pasca pembelian
Umpan balik
29
2.1.11Keputusan Pembelian
Amirullah (2002) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai suatu
proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif
pilihan dan memilih salah satu alternatif yang diperlukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Menurut Kotler (2003) proses keputusan pembelian terdiri dari 5
tahap : pengenalan, kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan membeli, dan perilaku pasca pembelian. Proses tersebut dapat
ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1Proses Pengambilan Keputusan
Sumber Kotler & Armstrong, 2003
Suatu proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen di
awali oleh kesadaran tentang adanya masalah (problem recognition).
Selanjutnya jika sudah disadari maka konsumen akan mulai mencari
informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya, proses pencarian
ini akan dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
berhubungan dengan produk yang diinginkan. Dari berbagai informasi yang
30
diperoleh, konsumen melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang
tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi.
Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada dalam benak atau pikiran
konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli.
Dengan dibelinya produk tertentu, proses evaluasi belum berakhir
karena konsumen akan melakukan evaluasi setelah melakukan pembelian
(post purchase evaluation). Proses evaluasiini akan menentukan apakah
konsumen akan merasa puas atau tidak atas keputusan pembeliannya.
Dampak dari evaluasi ini sangat vital, jika konsumen merasa puas maka pada
masa yang akan datang konsumen tersebut melakukan pembelian ulang
begitu pula sebaliknya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian dilakukan oleh Djoko Dwi Kusumayanto dan Willy Dwi
Wahyu (2006) dengan judul : “Pengaruh Faktor Psikologis terhadap
Keputusan Konsumen Dalam Membeli Notebook ACER” (studi pada
pengguna fasilitas hotspot Kate Aquanos Kota Malang).
Tujuan dari penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui hubungan
variabel X (faktor psikologis), yang terdiri dari sub variabel motivasi,
persepsi, pembelajaran, kepercayaan dan sikap terhadap variabel Y
(keputusan konsumen membeli Notebook Acer).
Metode analisis yang digunakan, pada penelitian terdahulu adalah
metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa faktor psikologis memiliki pengaruh yang signifikan
31
terhadap keputusan pembelian baik secara parsial maupun secara simultan.
Hal ini memberikan arti bahwa sub variabel kepercayaan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli Notebook
Acer.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :
1. Obyek penelitian ini adalah jam tangan merek Fossil sedangkan pada
penelitian terdahulu adalah Notebook Acer.
2. Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepercayaan merek
dan atribut produk sedang pada penelitian terdahulu adalah faktor
psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelanjaran,
kepercayaan dan sikap.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :
1. Variabel terikat pada penelitian ini sama dengan variabel terikat pada
penelitian terdahulu yaitu keputusan pembelian dan salah satu variable
bebas yang dibahas baik pada penelitian ini maupun pada penelitian
terdahulu juga sama yaitu variabel kepercayaan.
2. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini sama dengan metode
analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu yaitu regresi linier
berganda.
2.3Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah dan teori-teori yang
mendukung penelitian ini, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (Gambar 2.2)
Kepercayaan Merek(X1)
Atribut Produk(X2)
Keputusan Pembelian(Y)
32
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Penelitian
Dari gambar 2.2 tentang kerangka konseptual dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kepercayaan merek (X1) dan atribut produk (X2)
merupakan unsur-unsur pokok yang dipandang penting oleh konsumen dan
dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pembelian (Y).
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepercayaan merek
(X1) dan atribut produk (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) maka akan
dilakukan analisis lebih lanjut yaitu pada bab empat tentang hasil dan
pembahasan penelitian.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka konseptual
penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : “ kepercayaan merek
(X1) dan atribut produk (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan konsumen membeli jam tangan merek Fossil di Surabaya”.
33
2.4Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi linier berganda, yang mana persamaan liniernya adalah sebagai
berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + e
Keterangan :
Y = Variabel Terikat, Keputusan Pembelian
X1 = Variabel Bebas, Kepercayaan Merek
X2 = Variabel Bebas, Atribut Produk
0 = Konstanta
1 = Koefisien Regresi Variabel X1
2 = Koefisien Regresi Variabel X2
e = Faktor error
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian
penjelasan (explanatory research) yaitu menjelaskan hubungan sebab akibat
(kausal) antar variabel-variabel yang dibahas dalam penelitian ini dengan melalui
pengujian hipotesis (Malhotra, 1996). Selain itu penelitian ini juga menggunakan
pendekatan metode survey yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil
sampel dari populasinya dan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai
alat untuk mengumpulkan data pokok (Singarimbun, 1995).
3.2 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel Bebas (X) terdiri dari :
a. Variabel X1 : kepercayaan merek
b. Variabel X2 : Atribut Produk
2. Variabel Terikat Y : Keputusan Pembelian
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Kepercayaan Merek (X1) adalah harapan akan kehandalan dan intensi
merek. Kehandalan merek (brand reliability) adalah keyakinan konsumen
bahwa produk tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan
34
35
kepuasan. Intensi merek (brand intention) adalah keyakinan konsumen
bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen.
Indikator untuk mengukur tingkat kepercayaan merek tersebut, item-
itemnya meliputi :
a. Merek memenuhi harapan
b. Kinerja merek diatas harapan
c. Keyakinan akan kinerja merek
d. Merek akan upayakan kepuasan
e. Merek bersedia memberi ganti rugi
2. Atribut Produk (X2) adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting
oleh konsumen yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
pembelian. Atribut produk tersebut meliputi : merek, kemasan, label,
jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya.
Indikator untuk mengukur atribut produk tersebut menggunakan item-item
sebagai berikut :
a. Merek menciptakan kebanggaan
b. Kemasannya sangat indah dan menarik
c. Label menciptakan citra dihati konsumen
d. Jaminan (garansi) sesuai yang dijanjikan
e. Pelayanan sesuai dengan harapan.
3. Keputusan Pembelian (Y) adalah keputusan konsumen untuk melakukan
pembelian produk berupa jam tangan merek Fossil. Indikator untuk
36
mengukur keputusan pembelian tersebut menggunakan item-item sebagai
berikut :
a. Keputusan konsumen membeli produk jam tangan merek Fossil,
karena sesuai dengan kebutuhan.
b. Keputusan konsumen membeli produk jam tangan merek Fossil,
karena yakin pada pilihan yang paling tepat.
c. Keputusan konsumen membeli produk jam tangan merek Fossil,
karena yakin akan memperoleh manfaat yang sesuai dengan keinginan.
d. Keputusan konsumen membeli produk jam tangan merek Fossil
dilakukan melalui tahap evaluasi dari beberapa pilihan merek.
e. Keputusan konsumen membeli produk jam tangan merek Fossil,
karena meningkatkan rasa percaya diri.
3.4 Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang dibahas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala likert yaitu skala yang terdiri dari lima tingkatan persetujuan
atau tanggapan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam
kuesioner yang harus dijawab oleh setiap responden sesuai dengan pendapat
masing-masing responden. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Apabila jawaban responden Sangat Setuju (SS) maka skornya adalah 5
b. Apabila jawaban responden Setuju (S) maka skornya adalah 4
c. Apabila jawaban responden Cukup Setuju (CS) maka skornya adalah 3
d. Apabila jawaban responden Tidak Setuju (TS) maka skornya adalah 2
e. Apabila jawaban responden Sangat Tidak Setuju (STS) maka skornya adalah 1
37
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Definisi populasi menurut Malhotra (2000) adalah “kumpulan menyeluruh
semua elemen yang memiliki karakteristik yang smaa dan membentuk sebuah
kesatuan untuk suatu masalah dalam riset pemasaran.
Target populasi merupakan sekumpulan elemen atau obyek yang memiliki
informasi yang dicari oleh peneliti. Target populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen dan pemilik jam tangan merek Fossil di Surabaya.
3.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2005) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Tujuan penentuan sampel adalah untuk mendapatkan keterangan mengenai
obyek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi terhadap
obyek penelitian.
Mengingat tidak tersedianya data populasi secara terstruktur maka
pengambilan sampel digunakan secara non probabilitas. Teknik yang digunakan
adalah teknik Snowball Sampling.
Teknik Snowball Sampling, adalah teknik pengambilan sampel dengan
memilih beberapa responden awal secara acak dan selanjutnya setiap responden
awal diminta mencari beberapa responden, demikian selanjutnya sehingga tercipta
efek gelombang (Malhotra, 2000).
Untuk menentukan ukuran sampel yang sesuai, maka menurut pendapat
Hair (1998) adalah antara 100 – 200 pengamatan.
38
Pengambilan sampel dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama dipilih 20
responden secara acak untuk mengisi kuesioner. Tahap kedua 20 responden
pertama diminta kesediaannya untuk mencari 5 responden baru dengan siapa
mereka sering berinteraksi. Sehingga diperoleh 100 responden yang sekali gus
merupakan ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang berupa :
Observasi yaitu : suatu metode penelitian dengan cara mengamati secara
langsung terhadap obyek yang akan diteliti melalui kuesioner yang harus diisi
secara tertulis oleh setiap responden.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari studi pustaka, jadi tidak langsung diperoleh
dari narasumber.
3.7 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :
1. Survey Pendahuluan
Pada survey ini dititik beratkan untuk pencarian dan pengumpulan data yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.
2. Pengumpulan Data
39
Data yang dikumpulkan adalah data yang berasal dari responden dengan cara
menyebarkan kuesioner untuk diisi secara tertulis oleh responden.
3. Tabulasi Data
Semua data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi untuk keperluan analisis
lebih lanjut.
3.8 Teknik Analisis
Untuk menguji signifikansi pengaruh kepercayaan merek dan atribut
produk terhadap keputusan pembelian, maka dapat diuji secara simultan dengan
dan secara parsial dengan Uji t sebagai berikut :
1. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh simultan variabel bebas
kepercayaan merek dan atribut produk terhadap variabel terikat keputusan
pembelian dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
1) H0 : β1 = β2 = 0 berarti variabel bebas X1 (kepercayaan merek), variabel
bebas X2 (atribut produk) secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (keputusan pembelian).
2) H0 : β1 ≠ β2 ≠ 0 berarti variabel bebas X1 (kepercayaan merek), variabel
bebas X2 (atribut produk) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (keputusan pembelian).
40
b. Menentukan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi yang diharapkan α = 5% pada satu arah dengan
derajat kebebasan =
kn−k−1
c. Menghitung nilai F
Fhit =
R2 /k(1−R2)(n−k−1)
Keterangan :
F = Hasil perhitungan
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah observasi
Koefisien determinasi ganda (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R2 berada pada
range 0-1. Bila R2 semakin mendekati 1 berarti semakin besar variabilitas
variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh besarnya variabel bebas
demikian sebaliknya.
d. Ketentuan hasil uji hipotesis dengan melihat tingkat signifikansi
(probabilitas kesalahan) dengan kriteria :
1) Probabilitas kesalahan (kolom sig) > 0,05 maka variabel bebas secara
simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat.
Gambar 3.1Kurva Uji F
Penerimaan H0
Penolakan H0
Ftabel
41
2) Tingkat probabilitas kesalahan (kolom sig) < 0,05 maka variabel bebas
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat.
Ketentuan hasil uji juga dapat dilihat dari Ftabel dengan kriteria sebagai
berikut :
3) Fhit > Ftabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel bebas X1
(kepercayaan merek) dan variabel bebas X2 (atribut produk) secara
simultan berpengaruh signifikansi terhadap variabel terikat (keputusan
pembelian).
4) Fhit < Ftabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak artinya variabel bebas X1
(kepercayaan merek) dan variabel bebas X2 (atribut produk) secara
simultan tidak berpengaruh signifikansi terhadap variabel terikat
(keputusan pembelian).
Daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat digambarkan sebagai berikut :
42
2. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial
variabel bebas (X1) (kepercayaan merek), variabel bebas X2 (atribut
produk) terhadap variabel terikat keputusan pembelian (Y) sebagai
berikut:
a. Merumuskan Hipotesis
1) H0 : β1 = 0 berarti variabel bebas X1 (kepercayaan merek) dan
variabel bebas X2 (atribut produk) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat Y (keputusan pembelian).
2) H0 : β1 ≠ 0 berarti variabel bebas X1 (kepercayaan merek) dan
variabel bebas X2 (atribut produk) secara parsial berpengaruh
terhadap variabel terikat Y (keputusan pembelian).
b. Menentukan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi α = 5% dua arah, dan dengan derajat kebebasan (n
– k – 1), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah
variabel bebas.
c. Menghitung Nilai t dengan rumus :
thit =
bi
Sebi
Keterangan :
thit = t hasil hitungan
bi = koefisien regresi
Sebi = standar error
43
Untuk membandingkan variabel paling dominan dapat dilihat pada
nilai koefisien korelasi parsial yang paling besar (r2).
d. Ketentuan hasil uji hipotesis dengan melihat signifikansi (probabilitas
kesalahan) dengan kriteria :
1) Probabilitas kesalahan (kolom sig) > 0,05 maka variabel bebas
secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat.
2) Tingkat probabilitas (kolom sig) < 0,05 maka variabel bebas secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat.
Ketentuan hasil uji dapat dilakukan dengan melihat tabel 5, dengan
kriteria sebagai berikut :
1) –thit < -ttabel atau thit > ttabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima antara
variabel bebas (kepercayaan merek dan atribut produk) secara
parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat
(keputusan konsumen)
2) –thit > -ttabel atau thit < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak artinya
secara parsial variabel bebas (kepercayaan merek dan atribut
produk) tidak pengaruh signifikan terhadap variabel terikat
(keputusan konsumen)
Daerah penerimaan dan penolakan H0 dapat dilihat dari gambar
dibawah ini :
Penolakan H0Penolakan H0
ttabel (+)ttabel (-)
Penerimaan H0
44
Gambar 3.2
Kurva Uji t
3.9 Uji Instrumen
3.9.1 Uji Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk.
Menurut Azwar (2001) pengujian validitas konstruk diutamakan dalam
pengembangan dan evaluasi terhadap suatu konsep dan teori. Validitas digunakan
untuk menguji kesahihan atau ketepatan alat ukur, apakah memperoleh informasi
sesuai dengan yang diharapkan. Suatu item/butir pernyataan dinyatakan valid
apabila memiliki nilai signifikansi lebih kecil 0,05 dan memiliki korelasi product
moment lebih besar dari 0,30.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk “menunjukkan tentang sifat suatu alat
ukur, apakah cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin
diukur” (Azwar, 2001). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode
konsistensi internal melalui teknik analisis varian dari Alpha Cronbach, suatu
kuesioner dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai koefisien alpha cronbach
lebih besar dari 0,6.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Time International, adalah merupakan perusahaan pewakilan jam tangan
ternama dunia dan terbesar di Indonesia yang beroperasi dalam dunia jam tangan
lebih dari 20 tahun. Ir. Irwan Danny Mussry adalah President & CEO yang
sekaligus sebagai “Owner”nya. Sebagai perusahaan perwakilan jam-jam
Internasional, dalam perjalanan usahanya Time International, mengembangkan
usaha yang mendukung usaha utamanya yaitu (1) Distribusi, (2) retail, (3) service
center, (4) advertising dan public relation, (5) magazine.
Visi dari perusahaan Time International tersebut adalah menjadi
perusahaan yang dihormati/disegani di Indonesia yang memimpin merek-merek,
produk dan pelayanan internasional. Sedangkan misinya adalah menawarkan
produk dan pelayanan yang sempurna untuk masyarakat dan patner dengna
meningkatkan karyawan kamu untuk terus menjadi yang terbaik.
Untuk merealisasikan visi dan misi perusahaan berpedoman kepada aset
dan nilai-nilai strategi sebagai berikut :
1. Membentuk team work, bekerja sama sebagia team / regu untuk
mengkoordinasi dan menyediakan hasil yang terbaik.
2. Integrity yaitu terpercaya dan mempunyai kepercayaan yang kuat di dalam
etika bisnis.
45
46
3. Motivation, yaitu termotivasi/dikemudikan dengan dorongan dan keinginan
untuk menjadi yang terbaik.
4. Excellence yaitu selalu memberikan produk terbaik dan pelayanan terbaik.
5. Commitment yaitu memberikan apapun yang terbaik untuk hasil yang terbaik.
Salah satu produk mendunia yang masuk di Indonesia di wabah naungan
Time International adalah “Fossil”. Produk-produk merek Fossil ini sangat
digemari oleh masyarakat dunia khususnya Indonesia dikarenakan sangat unik
dan inspiratif. Indonesia merupakan konsumen terbesar di Asia untuk produk-
produk dari Fossil. Hal ini ditunjukkan data market pada gambar 4.1 berikut ini :
Gambar 4.1
Market Produk Fossil di Asia
China Jepang Singapore Indonesia0
1
2
3
4
5
6
accecorieswatcheshandbag
Sumber : www.fossil.com (diakses 5 Maret 2013)
47
4.2 Deskripsi Variabel-Variabel Penelitian
Dari jawaban responden melalui kuesioner, akan dapat diketahui
tanggapan responden yang berkaitan dengan variabel-variabel yang sedang
diamati dalam penelitian ini :
Hasil pengamatan dari masing-masing variabel penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tanggapan Responden Berkaitan dengan Variabel X1 (Kepercayaan Merek)
Berdasarkan jawaban responden yang dihimpun melalui kuesioner,
telah diperoleh tanggapan responden yang berkaitan dengan variabel X1
(kepercayaan merek). Tabel 4.1 berikut ini memuat tanggapan responden yang
bersangkutan.
Tabel 4.1
Tanggapan Responden yang Berkaitan dengan
Variabel X1 (Kepercayaan Merek)
No ItemDistribusi Skor
Jumlah Rata-rataSS S CS TS STS1. X1.1 18 71 11 - - 100 -
Skor 90 284 33 - - 407 4,072. X1.2 - 54 45 1 - 100 -
Skor - 216 135 2 - 353 3,533. X1.3 10 78 12 - - 100 -
Skor 50 312 36 - - 342 3,424. X1.4 5 72 21 2 - 100 -
Skor 25 288 63 4 - 380 3,805. X1.5 6 85 9 - - 100 -
Skor 30 340 27 - - 397 3,97TOTAL 18,79
Rata-rata 3,76
Dari tabel 4.1 dapat diamati bahwa rata-rata jawaban responden
tentang variabel kepercayaan merek (X1) adalah sebesar 3,76. Hal ini dapat
48
dikategorikan bahwa sebagian besar dari responden memberikan tanggapan
Setuju berkaitan dengan variabel Kepercayaan merek, sebab skor rata-ratanya
terletak di interval antara tiga dengan empat.
2. Tanggapan Responden Berkaitan dengan Variabel X2 (Atribut Produk)
Berdasarkan jawaban responden yang dihimpun melalui kuesioner
telah diperoleh tanggapan responden yang berkaitan dengan variabel X2
(Atribut Produk) Tabel 4.2 berikut ini memuat tanggapan responden yang
bersangkutan.
Tabel 4.2
Tanggapan Responden yang Berkaitan dengan
Variabel X2 (Atribut Produk)
No ItemDistribusi Skor
Jumlah Rata-rataSS S CS TS STS1. X2.1 9 86 5 - - 100 -
Skor 45 344 15 - - 404 4,042. X2.2 4 77 19 - - 100 -
Skor 20 308 57 - - 385 3,853. X2.3 5 77 18 - - 100 -
Skor 25 308 54 - - 387 3,874. X2.4 41 58 1 - - 100 -
Skor 205 232 3 - - 440 4,405. X2.5 34 52 14 - - 100 -
Skor 170 208 42 - - 420 4,20TOTAL 20,36
Rata-rata 4,07
Dari tabel 4.2 dapat diamati bahwa rata-rata jawaban responden
tentang variabel atribut produk (X2) adalah sebesar 4,07. Hal ini dapat
dikategorikan bahwa sebagian besar dari responden memberikan tanggapan
sangat setuju berkaitan dengan variabel Atribut produk sebab skor rata-ratanya
terletak di interval antara empat dengan lima.
49
3. Tanggapan Responden Berkaitan dengan Variabel Y (Keputusan Pembelian)
Berdasarkan jawaban responden yang dihimpun melalui kuesioner,
telah diperoleh tanggapan responden yang berkaitan dengan variabel Y
(Keputusan Pembelian). Tabel 4.3 berikut ini menurut tanggapan responden
yang bersangkutan.
Tabel 4.3
Tanggapan Responden yang Berkaitan dengan
Variabel Y (Keputusan Pembelian)
No ItemDistribusi Skor
Jumlah Rata-rata SS S CS TS STS1. Y1 36 61 3 - - 100 -
Skor 180 244 9 - - 433 4,332. Y2 22 70 8 - - 100 -
Skor 110 280 24 - - 414 4,143. Y3 4 81 14 1 - 100 -
Skor 20 324 42 2 - 388 3,884. Y4 3 82 15 - - 100 -
Skor 15 328 45 - - 388 3,885. Y5 54 46 - - - 100 -
Skor 270 184 - - - 454 4,54TOTAL 20,77
Rata-rata 4,15
Dari tabel 4.3 dapat diamati bahwa rata-rata jawaban responden
tentang variabel keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 4,15. Hal ini dapat
dikategorikan bahwa sebagian besar dari responden memberikan tanggapan
sangat setuju berkaitan dengan variabel keputusan pembelian sebab skor rata-
ratanya terletak di interval antara empat dengan lima.
50
4.3 Uji Instrumen
4.3.1 Uji Validitas
Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur (kuesioner). Suatu kuesioner dikatakan valid apabila
item-item dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur.
Suatu item dinyatakan valid jika mempunyai nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
dan memiliki nilai korelasi lebih besar dari 0,30. Tabel 4.4 berisi hasil uji validitas
dengan menggunakan metode korelasi product moment.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Item Signifikansi Nilai Korelasi Kesimpulan X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
0.0000.0000.0000.0000.000
0.709xx
0.764xx
0.694xx
0.619xx
0.550xx
Valid Valid Valid Valid Valid
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
0.0000.0000.0000.0000.000
0.556xx
0.547xx
0.730xx
0.733xx
0.686xx
Valid Valid Valid Valid Valid
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
0.0000.0000.0000.0000.000
0.715xx
0.654xx
0.723xx
0.639xx
0.623xx
Valid Valid Valid Valid Valid
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan item-item dalam
kuesioner memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan memiliki nilai
korelasi yang lebih besar dari 0,30. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
item dalam kuesioner dinyatakan valid.
51
4.3.2 Uji Reliabilitas
Tujuan dilakukan uji reliabilitas dilakukan, adalah untuk mengetahui
konsistensi jawaban responden dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dinyatakan
reliable apabila memiliki nilai koefisien alpha cronbach lebih besar dari 0,6. Hasil
uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut
ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Ambang Batas Keterangan
Kepercayaan Merek (X1)Atribut Produk (X2)Keputusan Pembelian (Y)
0,68960,65170,6902
0,60,60,6
ReliabelReliabelReliabel
Sumber : Lampiran 5
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini
memiliki nilai koefisien lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa
seluruh variable dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
4.4 Analisis Model
4.4.1 Analisis Model Regresi Linier Berganda
Setelah uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan maka proses selanjutnya
adalah menginterpresentasikan hasil analisis regresi linier berganda. Adapun hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut (Tabel 4.6).
52
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
ModelUnstandardized Coefficient
B Std. Error1 (Constant) Kepercayaan Merek (X1) Atribut Produk (X2)
0,4860,5260,422
0,2080,0650,066
a. Dependent Variabel : Keputusan Pembelian
Sumber : Lampiran 6
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, diperoleh persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut :
Y = 0,486 + 0,526 X1 + 0,422 X2
Dari persamaan tersebut, maka dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
1. Konstanta = 0,486, menunjukkan besarnya keputusan pembelian yagn tidak
dipengaruhi oleh Kepercayaan Merek (X1) dan Atribut Produk (X2).
2. Nilai koefisien kepercayaan merek (β1) sebesar 0,526 menunjukkan bahwa, jika
kepercayaan merek dinaikkan sebesar satu satuan, maka akan mengakibatkan
keputusan pembelian meningkat sebesar 52,6% dan sebaliknya apabila
kepercayaan merek menurun sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan
penurunan keputusan pembelian sebesar 52,6% dengan asumsi variable lain
konstan.
3. Nilai koefisien Atribut Produk (β2) sebesar 0,422 menunjukkan bahwa jika
atribut produk ditingkatkan sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan
peningkatan keputusan pembelian sebesar 42,2% dan sebaliknya apabila atribut
produk menurun sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan keputusan
pembelian menurun sebesar 42,2% dengan asumsi variabel lain konstan.
53
1. Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi Simultan (RSquare atau
R2)
Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas digunakan nilai koefisien korelasi simultan (R) yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rxy =
n (Σ xy )−( Σx ) ( Σy )
√nΣX2−( Σx )2√nΣY 2− (Σy )2
Dengan menggunakan rumus tersebut akan diperoleh hasil perhitungan
sebagaimana yang disajikan pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi (R)
Dan Determinasi Simultan (R2)
Model R RsquareAdjusted
Rsquare
Std. Error of The Estimate
1. 0,875a 0,765a 0,760 0,1598a. Predictors (constant), Atribut Produk (X2), Kepercayaan Merek (X1)
Berdasarkan pada tabel 4.7 telah diperoleh nilai koefisien korelasi
simultan (R) sebesar 0,875, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara
kepercayaan merek dan atribut produk dengan keputusan pembelian. Nilai
tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel kepercayaan merek
dan atribut produk dengan keputusan pembelian yaitu sebesar 87,5%..
Nilai koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hasil dari
perhitungan SPSS diperoleh nilai R2 = 0,765 yang berarti 76,5% keputusan
54
pembelian dijelaskan oleh variabel kepercayaan merek dan atribut produk dengan
keputusan pembelian. Sedangkan sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar model yang diteliti.
2. Koefisien Korelasi (r) dan Koefisien Determinasi Parsial (r2)
Nilai korelasi parsial (r) menunjukkan seberapa erat hubungan antara
variabel bebas yang meliputi kepercayaan merek dan atribut produk dengan
keputusan pembelian secara parsial terhadap variabel terikat keputusan
pembelian. Besarnya nilai koefisien korelasi parsial akan dapat dilihat pada tabel
4.8 berikut ini :
Tabel 4.8
Nilai Koefisien Korelasi Parsial
ModelCorrelations
r r2
1. (Constant) Kepercayaan Merek (X1)Atribut Produk (X2)
0,6340,542
0,4020,294
Sumber : Lampiran 6
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa besarnya koefisien korelasi
parsial (r) variabel kepercayaan merek sebesar 0,634, hal tersebut berarti variabel
kepercayaan merek memiliki hubungan korelasi parsial yang kuat dengan variabel
keputusan pembelian, yaitu sebesar 63,4%. Besarnya korelasi parsial variabel
atribut produk (r) sebesar 0,542, hal tersebut berarti variabel atribut produk
memiliki hubungan korelasi yang cukup kuat dengan variabel keputusan
pembelian, yaitu sebesar 54,2%.
55
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 4.8 juga dapat dilihat bahwa
nilai koefisien determinasi parsial (r2) terbesar adalah pada variabel kepercayaan
merek. Hal ini berarti bahwa variabel kepercayaan merek merupakan variable
yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian, hal ini ditunjukkan
dengan nilai r2 sebesar 0,402 atau 40,2%.
3. Uji F (Uji Serempak)
Untuk menguji hipotesis dilakukan uji F yang menunjukkan pengaruh
secara simultan atau bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat,
berdasarkan hasil uji F dapat dilihat pada lampiran 6 sebagaimana dapat dilihat
pada table 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Uji F
ANOVAb
Model AnovabSum of Square df Mean Square F Sig.
1 RegressionResidualTotal
8,0702,479
10,548
29799
4,0352.55E-02
157,912 0,000a
a. Predictors : (constant), Atribut Produk (X2), Kepercayaan Merek (X1)b. Dependent Variable : Keputusan Pembelian
Sumber : Lampiran 6
Langkah-langkah pengujian :
1. H0 : β1 = β2 = 0
Artinya, variabel bebas (X1, X2) secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh terhadap Y.
H1 : β1 ≠ β2 ≠ 0
56
Artinya, variabel bebas (X1, X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Y.
2. Ftabel (df pembilang/k; df penyebut / n – k – 1) ;
Ftabel (2;100 – 2 - 1), Ftabel (2 ; 97) = 3,09
3. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu :
a. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak
b. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 ditolak
4. Fhitung =
R2 /(k−1)(1−R2)/ (n−k )
Fhitung = 157,912
Gambar 4.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji F (Serempak)
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui Fhitung = 157,912 > Ftabel = 3,09 maka H0 ditolak
pada tingkat signifikansi 5 persen dengan df pembilang 2 dan df penyebut 97 yang
berarti berpengaruh sehingga secara simultan variabel Kepercayaan Merek (X1)
dan Atribut Produk (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Keputusan
Pembelian (Y).
Daerah PenolakanH0Daerah Penerimaan
H0
Fhitung3,09 Ftabel 157,912
57
58
4. Uji t (Uji Parsial)
Untuk menguji hipotesis juga digunakan uji t yang menunjukkan
pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Uji t
Model thitung Sig.1 (Constant) Kepercayaan Merek (X1) Atribut Produk (X2)
2,3428,0646,358
0,0210,0000,000
Sumber : Lampiran 6
a. Uji parsial antara variabel Kepercayaan Merek (X1) terhadap Keputusan
Pembelian (Y)
-H0 : β1 = 0 (artinya, variabel Kepercayaan merek tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan pembelian)
H1 : β1 ≠ 0 (artinya, variabel Kepercayaan merek mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan pembelian)
-α = 0,05 dengan df (n – k – 1) = α = 0,05 : 2 = 0,025 ;
df = (100 – 2 – 1) df = 97
sehingga ttabel = 1,9647
- thitung =
b1
Se (b1 ) = 8,064
-Pengujian
Daerah Penerimaan H0Daerah Penolakan H0Daerah Penolakan H0
ttab thit 1,9647 8,064
0
59
Gambar 4.3
Kriteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Hipotesis
Variabel Kepercayaan Merek (X1)
-Kriteria keputusan
Diperoleh hasil perhitungan thitung 8,064 > ttabel 1,9641 atau thitung 8,064 dengan
signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak, berarti variabel
X1 (kepercayaan merek) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat Y (keputusan pembelian).
b. Uji parsial antara variabel atribut produk (X2) terhadap keputusan pembelian
(Y)
-H0 : β1 = 0 (artinya, variabel atribut produk tidak mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian)
H1 : β1 ≠ 0 (artinya, variabel atribut produk mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian)
-α = 0,05 dengan df (n – k – 1) = α = 0,05 : 2 = 0,025 ;
df = (100 – 2 – 1) df = 97
sehingga ttabel = 1,9647
60
- thitung =
b2
Se (b2 ) = 6,358
-Pengujian
Gambar 4.4
Kriteria Daerah Penerimaan atau Penolakan Hipotesis
Variabel Atribut Produk (X2)
- Kriteria Keputusan
Diperoleh hasil perhitungan bahwa thitung 6,358 > ttab 1,9647 atau
thitung 6,358 dengan sig. 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 maka H0 ditolak,
berarti variabel X2 (atribut produk) secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat Y (keputusan pembelian).
4.5 Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kepercayaan merek
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian, hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang searah antara kepercayaan merek dengan
keputusan pembelian. Artinya apabila tingkat kepercayaan konsumen terhadap
suatu merek meningkat maka akan meningkatkan motivasi konsumen dalam
mengambil keputusan pembeliannya. Keyakinan atau kepercayaan konsumen
Daerah Penolakan H0 Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
0 ttab 1,9647 tthit 6,358
61
terhadap suatu merek tersebut didasarkan pada persepsi bahwa merek mampu
memenuhi nilai yang dijanjikannya yaitu selain mampu memenuhi kebutuha juga
mampu memberikan kepuasan saat ini maupun disaat-saat yang akan datang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Delgado (2004) yang menyatakan bahwa kepercayaan
merek adalah harapan akan kehandalan dan intensitas dari merek yang
bersangkutan, karena itu kepercayaan merek merefleksikan dua komponen yaitu
brand reliability dan brand intention. Brand reliability atau kehandalan merek
bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan. Sedangkan brand intention didasarkan
pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan
kepentingan konsumen.
Selain itu hasil analisis menunjukkan bahwa variabel atribut produk
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan pembelian dengan
demikian hasil penelitian ini mendukung pendapat Tjiptono (2008) yang
menyatakan bahwa Atribut Produk dapat diartikan sebagai unsur-unsur produk
yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan pembelian. Atribut produk tersebut meliputi merek, kemasan, label,
jaminan (garansi), pelayanan dan sebagainya.
Dengan demikian hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa: “kepercayaan merek (X1) dan atribut produk (X2) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen membeli jam tangan
merek Fossil di Surabaya”, diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kepercayaan merek dan atribut produk secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap keputusan konsumen membeli jam tangan merek Fossil di Surabaya.
2. Kepercayaan merek dan atribut produk secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap keputusan konsumen membeli jam tangan merek Fossil di Surabaya.
3. Variabel bebas (kepercayaan merek dan atribut produk) berkontribusi sebesar
76,5% dalam menjelaskan variasi variable terikat Y (keputusan pembelian),
sedang sisanya sebesar 23,5% dijelaskan oleh variabel bebas lain yang belum
dibahas dalam penelitian ini.
4. Kepercayaan merek merupakan variabel bebas yang berpengaruh dominan
terhadap keputusan konsumen membeli jam tangan merek Fossil di Surabaya.
5.2 Saran
Bagi Time International selaku perusahaan perwakilan jam-jam
internasional hendaknya selalu menginformasikan keunggulan produk yang
ditawarkannya secara meluas agar produknya selalu dalam ingatan konsumen dan
membentuk citra positif di hati konsumen, sehingga akan menjadi prioritas bagi
konsumen pada saat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
62
63
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A & erich Joachimsthler, 2000, Brans Leadership, The Free Press, New York.
Amirullah, 2002, Perilaku Konsumen, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Costabile, Michele, 2003, A Dynamic Model of Customer Loyalty, Paper, www.watoowatoo.com.
Delgado – Ballester, Ellen & Joss-Luis Manuera Alleman, 2004, “Does Brand Trust Matter to Brand Equity?”, Paper, University of Murcia, Spain.
Gitosudarmo, Indriyo, 1999, Prinsip Dasar Manajemen, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.
Helggeson, James G dan Magne Supphellen, 2004, “A Conseptual and Measurement of self Congruity and Brand Personality: The Impact of socially desirable responding. International Journal of Market Research, Vol. 46, p. 205-233.
Kotler, Philip dan Armstrong Gary, 2003, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Penerbit Airlangga, Jakarta.
____________, 2000, Marketing Management, 10th Ed, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, United States of America.
____________, 2005, Manajemen Pemasaran, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
_____________, dan Keller, 2008, Manajemen Pemasaran, Edisi 13, PT. Index, Indonesia.
___________, dan Gary Armstrong, 2008, Principles of Marketing, diterjemahkan oleh Bob Sabran, Northwestern University dan University of North Caroline.
Lamb Charles W. Ir. Joseph. F. Hair, Jr dan Carl Mc. Daniel, 2001, Marekting, Diterjemahkan oleh David Octarevia, Texas Christian University.
Oliver, Richard L, 2000, Whence Loyalty, Journal of Marketing, (Special Issues), Vol. 63, P.33-34.
Tjiptono, Fandi, 1996, Manajemen Jasa, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
64
_____________, 2000, Strategi Pemasaran Modern, Penerbit Andi, Yogyakarta.
_____________, 2006, Pemasaran Jasa, Bayu Media Publishing, Malang.
_____________, 2008, Strategi Pemasaran, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.