91
SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.) OLEH M. KHAERUL B111 14 562 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA

TUNTUTAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

(Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.)

OLEH

M. KHAERUL

B111 14 562

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

i

HALAMAN JUDUL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA

TUNTUTAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

(Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian

Studi Sarjana Departemen Hukum Pidana Program Studi Ilmu Hukum

OLEH

M. KHAERUL

B111 14 562

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

ii

Page 4: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

iii

Page 5: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

iv

Page 6: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

v

Page 7: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

vi

ABSTRAK

M. KHAERUL (B111 14 562), dengan judul skripsi “Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum dalam Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.)” dibawah bimbingan Bapak Slamet Sampurno sebagai pembimbing I dan Ibu Hijrah Adhyanti Mirzana sebagai pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengertahui hal-hal yang dapat menjadikan perkara pidana diputus lepas dari segala tuntutan hukum serta pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Takalar dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak pidana penggelapan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.

Penelitian ini dilaksanakan di instansi Pengadilan Negeri Takalar. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis juga menggunakan teknik penggumpulan data berupa penelitian pustaka dan penelitian lapangan dengan melakukan wawancara langsung terhadap narasumber di instansi tersebut. Yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif (doktrinal) atau penelitian hukum kepustakaan, oleh karena dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder juga bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian dan diperoleh dari berbagai sumber.

Menurut penulis dapat disimpulkan bahwa Hal yang dapat diputus lepas dari segala tuntutan hukum (Ontslag van Alle Rechtsvervolging) ialah dilihat dari segi pembuktian dan penuntutan juga dilihat dari Pasal 44,48,49,50,51 KUHP. Dari hasil pemeriksaan di depan persidangan pengadilan dilihat juga bahwa pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum memang terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum akan tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan pidana melainkan perbuatan hukum pinjam meminjam (wanprestasi). Melepas terdakwa dari segala tuntutan hukum karena adanya alasan pemaaf dan alasan pembenar. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak pidana penggelapan dalam perkara Putusan Nomor. 68/Pid.B/2016/PN. Tka. Ialah, Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag van recht vervolging) dalam perkara ini adalah dakwaan primair Pasal 378 KUHP yaitu tidak memenuhi unsur sehingga Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaanya. Selanjutnya dakwaan subsidair dalam Pasal 372 KUHP memenuhi unsur tetapi perbuatan terdakwa bukan merupakan tindak pidana, melainkan perbuatan hukum perdata, sehingga hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum. seharusnya Hakim mempertimbangkan lebih jauh dan memahami hukum lebih dalam kasus perkara ini karena tidak selamanya perbuatan hukum yang dimulai dengan kontraktual tidak mungkin ada unsur pidananya, sehingga hal inilah yang harus dilakukan pembuktian lebih dalam oleh Majelis Hakim untuk memutuskan/menjatuhkan pemidanaan terhadap terdakwa.

Page 8: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

vii

ABSTRACT

M. KHAERUL (B111 14 562), with the title "Juridical Review of the Decision of All Lawsuits in Darkening Crime (Case Study of Decision Number 68 / Pid.B / 2016 / PN Tka.)" Supervised by Slamet Sampurno as supervisor I and Hijrah Adhyanti Mirzana as supervisor II.

This study aims to find out things that can make criminal cases severed from all lawsuits and considerations of the Takalar District Court Judge in imposing decisions free from all lawsuits in embezzlement No. 68 / Pid.B / 2016 / PN Tka.

This research was carried out in the Takalar District Court. To achieve this goal the author also uses data collection techniques in the form of literature research and field research by conducting direct interviews with resource persons in the agency. What is used is normative juridical (doctrinal) legal research or library law research, because it is done by examining library material or secondary data as well as materials related to research and obtained from various sources.

As for the results of research conducted by the author it can be concluded that the things that can be cut off from all lawsuits (Ontslag van Alle Rechtsvervolging) are seen in terms of evidence and prosecution also seen from Article 44,48,49,50,51 of the Criminal Code. From the results of the examination before the court hearing it was also seen that the criminal charges charged by the Public Prosecutor were indeed proven legally and convincingly according to the law but the act was not a criminal act but a legal act of borrowing (default). Release the defendant from all lawsuits due to forgiveness reasons and justification reasons. The judge's consideration in dropping the verdict out of all lawsuits in embezzlement in the case of Number Decision. 68 / Pid.B / 2016 / PN. Tka. The judge's consideration in dropping the verdict out of all lawsuits (Onslag van recht vervolging) in this case is the Article 378 criminal code primary indictment that is not fulfilling the element so that the Defendant must be released from his indictment. Furthermore, the subsidiary charge in Article 372 of the Criminal Code fulfills the elements but the defendant's actions are not a criminal act, but a civil law act, so that the judge makes a decision free from all lawsuits. The Judge should consider further and understand the law more in this case because it is not always possible for a legal action to start with contractual elements to have a criminal element, so that this is what must be done deeper by the Panel of Judges to decide / drop the sentence the defendant.

Page 9: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Shalawat

beriring salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,

segenap keluarga, para sahabat, serta orang-orang yang mengikuti

ajarannya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan segala kendala dalam

Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan

Lepas dari Segala Tuntutan Hukum dalam Tindak Pidana Penggelapan

(Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.)” yang

merupakan tugas akhir dan salah satu syarat akademis yang diwajibkan

dalam pencapaian gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin.

Dengan segala kerendahan hati, Terima kasih sebasar-besarnya

penulis haturkan kepada keluarga tercinta, kedua orang tua penulis H.M.

Sahar Samiung dan Hj.Kartini, serta kakak M. Saldi, adik-adik penulis

Fadel Muhammad dan Widya Eka Putri yang senantiasa memberikan

semangat dan doa kepada penulis yang juga dengan penuh kasih sayang

telah membesarkan, mengayomi, mendidik dan terus memberikan segala

bentuk dukungan dengan penuh cinta dan kasih sayang dengan harapan

agar kelak dikemudian hari Penulis dapat menjadi manusia yang berguna

bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk sementara, ini mungkin yang

dapat menjadi hadiah dari Penulis.

Pada kesempatan ini pulalah penulis berkenan mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor

Universitas Hasanuddin beserta para Wakil Rektor.

2. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin beserta para Wakil Dekan.

3. Prof. Dr. Slamet Sampurno, S.H., M.H. DFM dan Dr. Hijrah

Adhyanti Mirzana, S.H., M.H., selaku Pembimbing I dan

Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membantu

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

ix

4. Prof. Dr. H.M. Said Karim, S.H., M.H., bapak H.M. Imran Arief,

S.H. M.H., dan Dr.Nur Azisa, S.H., M.H. selaku tim Penguji. Terima

kasih atas kritikan serta masukan untuk skripsi ini yang sangat

bermanfaat untuk Penulis.

5. Segenap dosen Fakultas Hukum Unhas yang telah menjadi dosen

yang kaya akan ilmu, pengalaman, dan nasehat-nasehat selama

Penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum Unhas.

6. Kepada Penasihat Akademik Penulis, Dr. Winner Sitorus, S.H.,

LL.M. yang senantiasa memotivasi Penulis agar meningkatkan nilai

IP di setiap semesternya hingga titik Penulisan skripsi

7. Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H.,M.H selaku (WD 1) Wakil Dekan

Bidang Akademik dan Pengembangan Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin yang banyak memberikan pemahaman, pembelajaran,

pengalaman serta motivasi selama penulis menjabat sebagai Ketua

Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) periode 2017-2018.

8. Para pegawai akademik dan seluruh pegawai di lingkungan

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Terima kasih atas kinerja

dan bantuan untuk Penulis selama ini.

9. Terima kasih kepada teman-teman Dewan Perwakilan Mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin periode 2017/2018 Ahwal

Hidayat AM, Muh.Fauzi Ramdhan, Jhody Alan Gunarsa, Robert

Setyawan, Arsad Iskandar, Putra Pamungkas, Muh.Fahri,

Hasrianto Demmalino, Supriadi, Wahyu Adji Wibowo, Asmarani

Dewi, Nurul Faathier, dan Risna Iskandar yang telah bekerja

sama dalam kepengurusan ini.

10. Terima kasih keluarga Alsa Lc Unhas, Garda Tipikor, LeDHaK

Unhas, dan KKMB Unhas, yang telah dan akan terus menjadi

rumah bagi Penulis mengenai banyak hal, dan banyak pengalaman

dan pengetahuan tentang berorganisasi. Semoga apa yang telah

diperbuat terhadap organisasi dapat bernilai ibadah dan sebagai

bentuk keterlibatan kita semua dalam tujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Page 11: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

x

11. Terima kasih kepada seluruh Lembaga Kemahasiswaan pada

lingkup Fakultas Hukum Unhas dan teman seperjuangan sdr. Didi

Muslim Sekutu, sdr. Dedy Chaidiryanto, sdr. Ashar Ashari

Zainal, sdr. Akram Syarif, yang tempat bagi Penulis belajar dan

bermitra selama berorganisasi.

12. Terima kasih buat sist Nurfatimah, Risna Iskandar, Fitrayanti

Arsyad Putri, Andi Tiara Dwi Sartika Argan, Andi Samsinar,

Andini Cahyani Yusuf, Rani Yuniarsih dan dinda Istifany Syarif,

Andi Ade yang telah menyemangati penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi tersebut.

13. Terima kasih kepada teman-teman angkatan DIPLOMASI 2014

yang telah mengisi serta menemani masa perkuliahan Penulis.

14. Terima kasih kepada teman-teman KKN Tematik Gel. 96 Kab.

Pangkap Kec. Minasate’ne Tahun 2017 yang telah menjadi

keluarga bagi penulis selama menjalani program KKN.

15. Dan terakhir terima kasih kepada seluruh pihak yang tak sempat

Penulis tuliskan, mungkin terkendala di ingatan Penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Demikian ucapan terima kasih ini. Mohon maaf yang terdalam jika

Penulisan nama dan gelar tidak sesuai. Terima kasih atas segala bantuan

yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalasnya, Amin Ya Rabbal

Alamin.

Akhirnya, Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu dengan senang hati akan diterima segala saran

dan kritikan yang bersifat membangun. Terimakasih..

Wassalamualaikum Wr.Wb,

Makassar, Oktober 2018

Penulis

Page 12: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ ii

PESETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ............................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian ............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana ............................................ 8

1. Pengertian Tindak Pidana ................................................ 8

2. Asas-asas Hukum Pidana ................................................ 9

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana ............................................. 11

B. Tindak Pidana Penggelapan ................................................ 19

1. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan .......................... 19

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Penggelapan ......................... 21

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penggelapan ....................... 27

C. Putusan Pengadilan ............................................................. 31

1. Putusan Hakim dalam Putusan Pidana ............................ 32

2. Sistem Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim ......... 39

3. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan ......... 41

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 45

A. Tipe Penelitian ..................................................................... 45

B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 45

Page 13: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

xii

C. Bahan Hukum ...................................................................... 46

D. Analisis Bahan Hukum ......................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 48

A. Hal-hal yang Dapat Menjadikan Perkara Pidana Diputus

Lepas dari Segala Tuntutan Hukum .................................... 48

B. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan

Lepasdari Segala Tuntutan Hukum dalam Tindak Pidana

Penggelapan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka ........................ 52

1. Posisi Kasus .................................................................... 52

2. Amar Putusan .................................................................. 64

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 75

A. Kesimpulan .......................................................................... 75

B. Saran ................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 77

Page 14: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas

hukum (rechtstaat), bukan berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat). Hal

ini secara jelas disebutkan dalam pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang rumusannya “Negara ini

adalah Negara hukum”.1

Salah satu bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di

masyarakat atau dalam suatu negara ialah hukum pidana yang

mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

perbuatan-perbuatan mana yang dilarang yang disertai ancaman berupa

nestapa atau penderitaan bagi barangsiapa yang melanggar larangan

tersebut2.

Masalah pidana yang paling sering terjadi di dalam masyarakat adalah

tindak pidana terhadap harta kekayaan (tindak pidana materiil), seperti

pencurian pemerasan, penggelapan, penipuan, perusakan, dan

penadahan. Dari berbagai jenis tindak pidana terhadap harta kekayaan

tersebut yang saat ini sangat marak terjadi yaitu tindak pidana

penggelapan. Tindak pidana penggelapan diatur dalam Pasal 372 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Kualifikasi penggelapan adalah

1 Lihat pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. 2 Moeljatno, 1983, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Bina Aksara, Jakarta, hlm. 1.

Page 15: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

2

perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagai atau seluruhnya

yang dalam hal ini penguasaan atas barang itu sudah pada pelaku, tapi

penguasaan itu terjadi secara sah. Sementara itu penipuan diatur dalam

Pasal 378 KUHP, yaitu dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum, dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain untuk menyerahkan barang

sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun

menghapuskan piutang.3

Tindak pidana Penggelapan (verduistering) diatur dalam Bab XXIV

(Buku II) KUHP Pasal 372 sampai dengan 377 KUHP. Pengertian dari

penggelapan itu sendiri tidak dirumuskan secara khusus dalam KUHP.

Penggelapan bukan berarti membuat sesuatu menjadi gelap atau terang,

namun memiliki pengertian yang luas. Ada beberapa bentuk tindak pidana

penggelapan, baik dalam penggelapan, baik dalam penggelapan dalam

bentuk pokok yang diatur dalam Pasal 372 KUHP yang merupakan

ketentuan yuridis dari tindak pidana penggelapan itu sendiri, penggelapan

ringan yang diatur dalam Pasal 373 KUHP, penggelapan dalam bentuk

pemberat dimana ada ketentuan khusus yang menyebabkan tindak

pidananya dijadikan alasan pemberatan yang diatur dalam Pasal 374 dan

375 KUHP, dan tindak pidana penggelapan dalam keluarga yang diatur

dalam Pasal 376 KUHP. Tindak pidana dalam jabatan itu sendiri terdiri

dari unsur-unsur objektif berupa perbuatan memiliki, objek kejahatan

3 R. Soesilo, 1995, Kitab undang-undang Hukum Pidana serta Komentar-

Koementarnya, Politeia, Bogor, hlm. 258-260.

Page 16: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

3

sebuah benda, sebagian atau keseluruhnya milik orang lain dan dimana

benda berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan dan unsur-

unsur subjektif berupa kesengajaan dan melawan hukum. Selain itu ada

beberapa unsur khusus yang digunakan terhadap tindak pidana

penggelapan dalam jabatan yaitu karena adanya hubungan kerja, jabatan,

dan mendapatkan upah khusus.

Dalam sistem peradilan pidana, mempunyai pengaturan penanganan

perkara masing-masing dalam setiap tahapannya, baik dari tahap

penyelidikan, penyidikan, penuntutan hingga putusan oleh majelis hakim

dalam persidangan. Hakim dalam memutus perkara haruslah

mempertimbangkan keterangan dari seluruh pihak yang terkait dalam

suatu perkara pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur 3

(tiga) jenis putusan hakim, yaitu salah satunya dalam pasal 191 ayat (1)

KUHAP mengatur putusan lepas (onslag van recht vervolging). Seorang

terdakwa dapat diputus lepas dari segala tuntutan hukum apabila cukup

bukti menurut hakim atas dasar pembuktian dengan menggunakan alat

bukti menurut ketentuan hukum acara pidana, tetapi perbuatan itu tidak

merupakan suatu tindak pidana. Hakim harus jeli dan cermat dalam

melihat argumentasi Jaksa Penuntut Umum baik mengenai kesalahan

terdakwa, perbuatan yang didakwakan terhadap terdakwa, dan alat bukti

dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum, serta argumentasi Penasihat

Hukum dalam membela terdakwa dan alat bukti yang dihadirkan oleh

Page 17: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

4

terdakwa atau Penasihat Hukumnya. Sehingga sebelum putusan

dijatuhkan pertimbangan hakim betul-betul meyakinkan menurut hukum.

Putusan lepas dari segala tuntutan hukum juga bisa didasarkan atas

penilaian bahwa kesalahan yang cukup terbukti itu lalu tidak diikuti

keyakinan hakim sehingga nilai pembuktian yang cukup ini akan lumpuh

dan terdakwa harus diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

Dari identifikasi penulis menemukan kasus tindak pidana yang

diproses dimuka pengadilan dan kemudian diputus lepas dari segala

tuntutan hukum oleh majelis hakim, baik pada tingkat pertama di

Pengadilan Negeri maupun tingkat banding di Pengadilan Tinggi.

Terhadap beberapa alasan-alasan hukum (ratio decidendi) hakim dalam

menjatuhkan putusan bebas dan lepas terhadap terdakwa. Salah satu

kasus yang didakwa sebagai kasus penggelapan oleh penuntut umum

adalah kasus penggelapan yang menipa Hasan Alamudin SH., alias Tuan

Hasan Bin Alimudin.4 Sirua sebagai korban warga Kec. Galesong Utara

Kab. Takalar yang mengalami kerugian sebesar Rp. 270.000.000,- (dua

ratus tujuh puluh juta rupiah) karena Terdakwa meminjam uang dengan

alasan untuk keperluan adiknya diterima manjadi anggota kepolisian serta

untuk membeli keperluan belanja bahan bangunan yang dijual di toko

Terdakwa sehingga korban merasa iba dan tergerak hatinya untuk

memberikan pinjaman dengan jumlah uang tersebut dalam jangka waktu

pengembalian atara 1 (satu) sampai 2 (dua) bulan. Kasus ini telah diputus

4 Lihat putusan Pengadilan Negeri Takalar Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka.

Page 18: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

5

oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Takalar dengan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum (Putusan Nomor: 68/Pid.B/2016/PN Tka.).

Hakim dalam memutus perkara tersebut diatas dengan putusan lepas

dari segala tuntutan hukum dengan mempertimbangkan bahwa ternyata

memang antara Terdakwa dengan korban memiliki kesepakatan dalam

hal pinjam meminjam atau hutang piutang, dan atas dasar kesepakatan

tersebut korban mengirimkan sejumlah uang ke rekening Terdakwa.

Namun terdakwa dinilai oleh korban tidak memiliki kesungguhan dalam

memenuhi kewajibannya yang telah ditentukan bersama, yaitu

pengembalian hutan pokok ditambah uang jasa. Hal ini mana dikarenakan

adanya perbedaan pandangan Terdakwa korban berkenaan dengan nilai

uang pinjaman atara keduanya, baik yang diminta Terdakwa dari korban

maupun sebaliknya uang yang telah diserahkan korban kepada Terdakwa,

sehingga dengan nyatanya fakta serah terima uang adalah atas dasar

perjanjian yang diakui kedua belah pihak, maka unsur “Barang itu ada

padanya bukan karena kejahatan” telah terpenuhi. Tetapi lebih jauh hakim

mempertimbangkan bahwa Terdakwa memang terbukti melakukan

perbuatan sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum

kepadanya, namun demikian perbuatan tersebut tidak merupakan tindak

pidana melainkan peristiwa atau perbuatan hukum perdata (wanprestasi),

yaitu terdakwa keliru dalam memenuhi prestasinya atau setidak-tidaknya

terdakwa tidak sempurna dalam memenuhi prestasinya sehingga

Terdakwa harus diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

Page 19: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

6

Maka berdasarkan uraian di atas penulis ingin menganalisis proses

hukum di atas sampai dengan dijatuhkannya putusan oleh majelis hakim

Pengadilan Negeri Takalar, apakah hakim dalam putusan tersebut sudah

tepat dan apakah sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan serta bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan dimaksud. Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penulis ingin melakukan penelitian hukum dengan judul Tinajuan

Yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam

perkara tindak pidana penggelapan (Studi Kasus putusan Nomor

68/Pid.B/2016/PN.Tka).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

yang akan dibahas adalah :

1. Dalam hal apakah suatu perkara pidana diputus lepas dari segala

tuntutan hukum ?

2. Apakah yang menjadi pertimbangan hakim untuk menjatuhkan

putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak pidana

penggelapan pada perkara nomor: 68/Pid.B/2016/ PN.Tka ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dalam hal apakah suatu perkara pidana diputus

lepas dari segala tuntutan hukum; dan

2. Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan hakim untuk

menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam

Page 20: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

7

tindak pidana penggelapan pada perkara nomor:

68/Pid.B/2016/PN.Tka.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan

hukum khususnya hukum pidana, dan dapat dijadikan sebagai

referensi bagi para akademisi yang berminat pada masalah-

masalah hukum pidana.

2. Memberikan masukan kepada masyarakat dan aparat penegakan

hukum dalam upaya melakukan tindakan preventif terhadap

kejahatan khususnya tindak pidana penggelapan.

Page 21: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

merupakan Strafbaarfeit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana

sering mempergunakan istilah delik , sedangkan perbuatan undang-

undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana

atau tindak pidana.5

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

pidana Belanda yaitu strafbaar feit.6 Strafbaar feit terdiri dari tiga kata

yakni straf, baar dan feit. Dari istilah yang dikemukakan sebagai

terjemahan dari strafbaar feit itu ternyata straf diterjemahkan dengan

pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan tindak

peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan.7

Berikut ini beberapa pengertian strafbaar feit yang dikemukakan oleh

para ahli :

a. Menurut Pompe, merumuskan bahwa suatu straftbaar feit itu

sebenarnya adalah tidak lain dari pada suatu yang menurut sesuatu

5 Amir Ilyas, 2012, Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, ,

hlm. 18. 6 Adami chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana 1, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hlm 67. 7 Ibid, hlm 69.

Page 22: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

9

rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang

dapat dihukum.8

b. Menurut Vos, Vos merumuskan bahwa straftbaar feit adalah suatu

kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan perundang-

undangan.9

c. Menurut Van Hamel, Kelakuan orang (menselijke gedraging) yang

dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut

dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.10

d. Menurut Moeljatno, Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan nama disertai ancaman (sanksi) yang berupa

pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.11

Berdasarkan berbagai penjelasan terkait dengan tindak pidana di

atas, maka dapat diartikan apa yang dimaksud dengan tindak pidana

adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggung

jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang oleh undang-undang dan

disertai dengan sanksi pidana.

2. Asas-asas Hukum Pidana Asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHPidana ialah “tidak

ada suatu perbuatan yang boleh dihukum, melainkan atas ketentuan-

ketentuan pidana dalam Undang-undang yang ada terlebih dahulu dari

perbuatan itu. Asas legalitas biasa disebut (the principle of legality), yaitu

asas yang menentukan bahwa setiap peristiwa pidana (delik/tindak

8 Ibid, hlm. 72.

9 Ibid.

10 Moeljatno, Op.Cit, hlm. 61.

11 Ibid, hlm. 54.

Page 23: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

10

pidana) harus diatur terlebih dahulu oleh Undang-undang atau suatu

aturan hukum yang telah ada dan berlaku sebelum orang itu melakukan

perbuatan. Setiap orang yang melakukan delik tersebut diancam dengan

pidana dan harus mempertanggungjawabkan secara hukum bagi si

pembuat.12

Berlakunya asas legalitas seperti yang dijelaskan diatas bahwa ia

memberikan sifat melindungi pada Undang-undang pidana yang dilindungi

rakyat terhadap pelaksanaan kekuasaan yang tanpa batas dari

pemerintah. Inilah yang disebut dengan fungsi melindungi dari Undang-

undang pidana dan disamping fungsi melindungi, Undang-undang pidana

juga mempunyai fungsi instrumental, yaitu didalam batas yang ditentukan

oleh Undang-undang, pelaksanaan kekuasaan oleh pemerintah secara

tegas diperbolehkan.

Rumusan tersebut diatas juga dirangkum dalam satu kalimat, yaitu

(nullum delictum, nulla poena sine praevia lege poenali). Bahwa tidak ada

perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa ketentuan Undang-undang

terlebih dahulu. Jadi penjelasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHPidana, ada tiga (3)

pokok yakni: 13

a. Tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana (dihukum) apabila

perbuatan itu tidak diatur dalam suatu peraturan perundang-

12

Amir Ilyas, Op.cit.,Hlm 12. 13

Ibid,. Hlm 12-13.

Page 24: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

11

undangan sebelum/terlebih dahulu, jadi harus ada aturan yang

mengatur sebelumnya jika orang tersebut melakukan perbuatan;

b. Untuk menentukan adanya peristiwa pidana (delik/tindak pidana)

tidak boleh menggunakan analogi; dan

c. Peraturan-peraturan hukum pidana/perundang-undangan tidak

boleh berlaku surut.

Sementara itu, Amir Ilyas mengutip Eddy O.S. Hiariej yang

mengemukakan bahwa asas-asas dalam hukum pidana salah satunya

ialah kesengajaan seseorang merupakan inti perbuatan (animus hominis

est anima scripti).14 Jadi dalam sebuah tindak pidana harus dilihat apakah

pelaku sengaja/tidak sengaja melakukan perbuatannya. Hal tersebut

menjadi penting untuk diperhatikan oleh hakim dalam memutus suatu

perkara.

3. Unsur-unsur Tindak Pidana

1) Menurut Para Ahli

Unsur-unsur yang ada dalam tindak pidana adalah melihat pada

rumusan yang dibuatnya. Beberapa contoh, diambil dari batasan tindak

oleh teoretisi yakni: Moeljatno, R. Tresna, Vos, Jonkers, Schravendijck

sebagai berikut:15

Menurut Moeljatno unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:16

a. Perbuatan itu harus merupakan perbuatan manusia;

14

Amir Ilyas dan Muhammad Nursal, 2016, Kumpulan Asas-asas Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm 9

15 Adami chazawi, Op.Cit, hlm. 79

16 Erdianto Effendi, 2011, Hukum Pidana Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung,

hlm 98.

Page 25: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

12

b. Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang;

c. Perbuatan itu bertentangan dengan hukum (melawan hukum); d. Harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung-

jawabkan; e. Perbuatan itu harus dipersalahkan kepada si pembuat.

Menurut R.Tresna, tindak pidana terdiri dari unsur-unsur, yakni:17

a. Perbuatan/rangkain perbuatan (manusia) b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; c. Dan diadakan tindakan penghukuman.

Dari unsur ketiga kalimat diadakan tindakan penghukuman terhadap

pengertian bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu

diikuti dengan penghukuman (pemidanaan). Berbeda dengan Moeljatno,

karena kalimat diancam pidana berarti perbuatan itu tidak selalu dan tidak

dengan demikian dijatuhi pidana. Walaupun mempunyai kesan bahwa

setiap perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang selalu diikuti

dengan pidana, namun dalam unsur-unsur itu tidak terdapat kesan perihal

syarat-syarat (subjektif) yang melekat pada orangnya untuk dapat

dijatuhkannya pidana.

Menurut batasan yang dibuat Vos, dapat ditarik unsur-unsur tindak

pidana sebagai berikut:18

a. Kelakuan manusia; b. Diancam dengan pidana; dan c. Dalam peraturan perundang-undangan Dapat dilihat bahwa pada unsur-unsur dari tiga batasan penganut

paham dualistis tersebut tidak ada perbedaan, yaitu bahwa tindak pidana

itu adalah perbuatan manusia yang dilarang, dimuat dalam undang-

undang dan diancam pidana bagi yang melakukannya. Dari unsur-unsur

17

Adami chazawi,Op.Cit., hlm. 80. 18

Ibid.

Page 26: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

13

yang ada jelas terlihat bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri

si pembuat atau dipidananya pembuat, semata-mata mengenai

perbuatannya.

Apabila dibandinglan dengan pendapat penganut paham monistis

memang tampak berbeda. Ada dua rumusan yang dikemukakan oleh para

ahli penganut paham monistis, yaitu Jonkers dan Schravendijk.

Dari pada beberapa pandangan ahli diatas yang berpandangan

monistis dan dualistis penulis dapat memberikan kesimpulan atas

beberapa penafsiran oleh ahli tersebut.

2) Menurut Undang-Undang

Buku II KUHP memuat rumusan-rumusan perihal tindak pidana

tertentu yang masuk dalam kelompok kejahatan, dan buku III memuat

pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap

rumusan, yaitu mengenai tingkah laku/perbuatan walaupun ada

pengecualian. Unsur kesalahan dan melawan hukum kadang-kadang

dicantumka; sama sekali tidak dicantumkan unsur-unsur lain baik sekitar

atau mengenai objek kejahatan maupun perbuatan secara khusus untuk

rumusan tertentu.19 Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam

KUHP itu, dapat diketahui adanya 11 unsur tidak pidana, yaitu:20

a) Unsur tingkah laku

Tindak pidana adalah mengenai larangan berbuat. Oleh karena itu

perbuatan atau tingkah laku harus disebutkan dalam rumusan. Jika

19

Adami Chazawi,Pelajaran hukum pidana 1, Op.cit.,hlm 81. 20

Ibid., hlm 82-115.

Page 27: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

14

ada rumusan tindak pidana yang tidak mencamtumkan unsur

tingkah laku, cara perumusan seperti itu merupakan suatu

pengecualian belaka dengan alasan tertentu, dan tidak berarti

tindak pidana itu tidak terdapat unsur perbuatan.

b) Unsur sifat melawan hukum

Melawan hukum merupakan suatu sifat tercelahnya atau

terlarangnya dari suatu perbuatan dimana sifat tercela tersebut

dapat bersumber pada undang-undang (melawan hukum

formil/formelle wederrechtelijck) dan dapat bersumber pada

masyarakat (melawan hukum materil/meteriel wederrechtelijck).

Berpegang pada pendirian ini setiap perbuatan yang ditetapkan

sebagai dilarang dengan mencantumkannya dalam peraturan

perundang-undangan (menjadi tindak pidana), tanpa melihat

apakah unsur melawan hukum itu dicamtumkan ataukah tidak

dalam rumusan, maka rumusan tindak pidana itu sudah mempunyai

sifat melawan hukum.

c) Unsur kesalahan

Kesalahan (schuld) adalah unsur mengenai keadaan atau

gambaran batin orang sebelum atau pada saat memulai perbuatan.

Oleh karena itu, unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan

bersifat subjektif. Unsur kesalahan yang mengenai keadaan batin

pelaku adalah unsur yang menghubungkan antara perbuatan dan

akibat serta melawan hukum perbuatan dengan si pelaku. Hanya

Page 28: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

15

dengan adanya hubungan antara ketiga unsur tadi dengan

keadaan batin pembuatnya inilah pertanggungjawaban dapat

dibebankan pada orang itu. Dengan demikian, tehadap pelaku

dapat dijatuhi pidana. Unsur kesalahan dalam hukum pidana

berhubungan dengan pertanggungjawaban atau mengandung

beban pertanggungjawaban pidana yang terdiri atas kesengajaan

(dolus) dan kelalaian (culpa).

d) Unsur akibat konstitutif

Ada 3 Unsur akibat kostitutif ini yaitu:

1. Tindak pidana meteril (materieel delicten) atau tindak pidana

dimana akibat menjadi syarat selesainya tindak pidana;

2. Tindak pidana yang mengandung unsur akibat sebagai syarat

sebagai pemberat pidana; dan

3. Tindak pidana dimana akibat hukum merupakan syarat

dipidananya pembuat.

e) Unsur keadaan yang menyertai

Unsur keadaan yang menyertai adalah unsur tindak pidana berupa

semua keadaan yang ada dan berlaku dalam mana perbuatan

dilakukan. Unsur keadaan yang menyertai ini dalam kenyataan

rumusan tindak pidana dapat berupa sebagai berikut:

1. Unsur keadaan yang menyertai mengenai cara melakukan

perbuatan;

Page 29: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

16

2. Unsur cara untuk dapat dilakukannya perbuatan;

3. Unsur keadaan menyertai mengenai objek tindak pidana;

4. Unsur kedaan yang menyertai mengenai subjek tindak pidana;

5. Keadaan yang menyertai, mengenai tempat dilakukannya tindak

pidana;

f) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana

Unsur ini hanya terdapat pada tindak pidana aduan. Tindak pidana

aduan adalah tindak idana yang hanya dapat dituntu pidana jika

ada pengaduan dari yang berhak mengadu. Pengaduan memiliki

substansi yang sama dengan laporan, yaitu keterangan atau

informasi mengenai telah terjadi tindak pidana yang disampaikan

kepadan pejabat penyelidik atau penyidik yakni Kepolisian, atau

dalam hal tindak pidana khusus ke kantor Kejaksaan Negeri

setempat.

g) Unsur syarat tambahan untuk menjerat memperberat pidana

Unsur ini merupakan alasan untuk diperberatnya pidana dan bukan

unsur syarat untuk terjadinya atau syarat selesainya tindak pidana

sebagaimana pada tindak pidana materi. Unsur syarat tambahan

untuk memperberat pidana bukan merupakan unsur pokok tindak

pidana yang bersangkutan, artinya tindak pidana tersebut dapat

terjadi tanpa adanya unsur tersebut.

h) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana

Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana adalah unsur

kadaan-keadaan tertentu yang timbul setelah perbuatan dilakukan

Page 30: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

17

yang menentukan untuk dapat dipidananya perbuatan. Artinya bila

setelah perbuatan dilakukan keadaan ini tidak timbul, maka

terhadap perbuatan itu tidak bersifat melawan hukum dan

karenanya Si pembuat tidak dapat dipidana. Sifat melawan

hukumnya dan patutnya dipidana perbuatan itu sepenuhnya

digantungkan pada timbulnya unsur ini. Nilai bahayanya bagi

kepentingan hukum dari perbuatan itu terletak pada timbulnya

unsur ini sama dengan unsur akibat konstitutif dalam hal timbulnya

setelah dilakukan perbuatan, tetapi berbeda secara prinsip.

i) Unsur objek hukum tindak pidana

Unsur mengenai objek pada dasarnya adalah unsur kepentingan

hukum (rechtsbelang) yang harus dilindungi dan dipertahankan

oleh rumusan tindak pidana. Dalam setiap rumusan tindak pidana

selalu ada kepentingan hukum yang dilindungi. Memang di dalam

rumusan tindak pidana terkandung dua hal yang saling bertolak

belakang, Seperti pedang bermata dua. Maka pedang yang satu

melindungi kepentingan hukum orang yakni korban, dan mata

pedang yang satu menyerang kepentingan hukum orang yakni si

pembuat tindak pidana.

j) Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana

Dibentuknya rumusan tindak pidana pada umumnya ditujukan pada

setiap orang artinya dibuat untuk diberlakukan pada semua orang.

Rumusan tindak pidana seperti ini dimulai dengan kata

“barangsiapa” (hij die), atau pada tindak pidana khusu kadang

dengan merumuskan “setiap orang”. Tetapi ada beberapa tindak

Page 31: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

18

pidana dirumuskan dengan tujuan hanya diberikan pada orang

tertentu saja. Dalam tindak pidana yang dimaksudkan terakhir ini,

dalam rumusannya secara tegas kepada siapa norma hukum tindak

pidana diberlakukan. Kepada orang-orang tertentu yang

mempunyai kualitas atau memenuhi kualitas tertentu itulah yang

dapat diberlakukan rumusan tindak pidana. Unsur kualitas subjek

hukum tindak pidana dalah unsur kepada siapa rumusan tindak

pidana itu ditujuhkan tersebut. Unsur kualitas subjek hukum tindak

pidana selalu merupakan unsur tindak pidana yang bersifat objektif.

k) Unsur syarat tambahan memperingan pidana

Unsur ini bukan berupa unsur pokok yang membentuk tindak

pidana, dengan unsur syarat tambahan lainnya, seperti unsur

syarat tambahan untuk memperberat pidana. Unsur ini diletakkan

pada rumusan suatu tindak pidana tertentu yang sebelumnya telah

dirumuskan. Ada duan macam unsur syarat tambahan yang bersifat

objektif dan unsur syarat tambahan yang bersifat subjektif. Bersifat

objektif, misalnya terletak pada nilai atau harga objek kejahatan

secara ekonomis pada pencurian ringan, penggelapan ringan,

penipuan ringan, atau perusakan benda ringan. Bersifat subjektif

artinya faktor yang meringankan terletak pada sikap batin Si

pembuatnya, ialah apabila tindak pidana dilakukan karena

ketidaksengajaan atau culpa.

Page 32: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

19

B. Tindak Pidana Penggelapan

1. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan

Penggelapan adalah suatu kejahatan yang hampir sama dengan

pencurian dalam Pasal 362 KUHPidana. Bedanya ialah bahwa pada

pencurian barang yang dimilki itu masih belum berada dalam tangan

pencuri dan masih harus diambilnya, sedangkan pada penggelapan waktu

memilkinya barang itu sudah ada ditangan pembuat tidak dengan jalan

kejahatan.21

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia22 (KBBI) “Penggelapan”

diartikan sebagai proses, cara dan perbuatan menggelapkan

(penyelewengan) yang menggunakan barang secara tidak sah. Dapat

diuraikan selanjutnya bahwa penggelapan dapat dikatakan perbuatan

merusak kepercayaan orang lain dengan mengingkari janji tanpa pelaku

yang baik.

Sedangkan Lamintang dan Djisman Samosir mengatakan bahwa akan

lebih tepat jika istilah penggelapan diartikan sebagai penyalah gunaan

hak” atau “penyalahgunaan kekuasaan”. Artinya tetapi para sarjana ahli

hukum lebih banyak menggunakan kata “Penggelapan”. Penggelapan

adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian yang dijelaskan

dalam Pasal 362 KUHP. Hanya saja pada pencurian barang yang dimiliki

itu masih belum berada di tangan pelaku dan masih harus diambilnya,

21

R. Soesilo, 1984, Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik Khusus, Politea, Bogor, hlm. 130-131.

22 Diunduh dari http://kbbi.kata.web.id/penggelapan/ diakses pada 29 Mei 2018,

Pukul 22.42 Wita.

Page 33: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

20

sedang pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu sudah ada di

tangan pelaku tidak dengan jalan kejahatan.

Bab XXIV (buku II) KUHPidana mengatur tentang penggelapan

(verduistering) terdiri dari 5 Pasal (372 s/d 376) KUHP. Disamping

penggelapan sebagaimana diatur dalam Bab XXIV, ada rumusan tindak

pidana lainnya, yang masih mengenai penggelapan, yaitu Pasal 415 dan

417 KUHP, tindak pidana mana sesunggunya merupakan kejahatan

jabatan, yang kini diatur secara khusus melalui Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001, oleh karenanya

tidak dimuat dalam Bab XXIV, melainkan dalam bab tentang kejahatan

jabatan (Bab XXVIII).

Pengertian yuridis mengenai penggelapan dimuat dalam Pasal 372

yang merumuskan sebagai berikut:

“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki suatu benda yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain, yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp 900,00.” Rumusan itu disebut/diberi kualifikasi penggelapan. Rumusan diatas

tidak memberi arti bahwa sebagai membuat sesuatu menjadi gelap atau

tidak terang, seperti arti kata yang sebenarnya. Perkataan Verduistering

yang ke dalam bahasa diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan

itu, bagi masyarakat Belanda diberikan arti secara luas (figurlijk), bukan

diartiakan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai membuat sesuatu

menjadi tidak terang atau gelap.

Page 34: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

21

Kejahatan yang disebutkan diatas ialah “Penggelapan Biasa” dalam

kejahatan penggelapan, barang yang diambil untuk dimiliki itu sudah

berada ditangan si pelaku dengan jalan kejahatan atau sudah

dipercayakan kepadanya. Pada contoh seseorang dititipi sebuah sepeda

oleh temannya, karena memerlukan uang, sepeda itu dijualnya.

Tampaknya sebenarnya penjual ini menyalahgunakan kepercayaan yang

diberikan temannya itu dan tidak berarti sepeda itu dibikinnya menjadi

gelap atau terang. Lebih mendekati pengertian bahwa petindak tersebut

menyalah gunakan.

Dari rumusan penggelapan sebagaimana tersebut diatas, jika dirinci

terdiri dari unsur-unsur objektif meliputi perbuatan memiliki (zicht toe

igenen), sesuatu benda (eenig goed), yang sebagian atau seluruhnya

milik orang lain, yang berada dalam kekuasaannya bukan kerena

kejahatan, dan unsur-unsur subjektif meliputi penggelapan dengan

sengaja (opzettelijk), dan penggelapan melawan hukum

(wederrechtelijk).23

2. Jenis-jenis Tindak Pidana Penggelapan

Didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Tindak

pidana penggelapan Bab XXIV (Buku II) Kitab Undang-undang Hukum

Pidana maka penggelapan itu dibeda-bedakan atas empat macam,

yaitu:24

a. Penggelapan biasa (Pasal 372 KUHP)

23

Adam Chazawi, 2003, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, hlm. 70.

24 R. Soesilo, Op. Cit. hlm. 132.

Page 35: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

22

b. Penggelapan ringan (Pasal 373 KUHP) c. Penggelapan dengan pemberatan (Pasal 374 KUHP); dan d. Penggelapan berat dalam keluarga. Perbedaan Jenis tindak pidana penggelapan dalam KUHP Bab XXIV

(Buku II), antara lain :

a. Penggelapan Biasa

Penggelapan biasa atau sering juga dikenal dengan tindak pidana

dalam bentuk pokok. Penggelapan yang ketentuannya telah diatur

dalam Pasal 372 KUHP yang menegaskan bahwa:

“Barang siapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hukum sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian adalah kepunyaan orang lain dan berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, dipidana karena penggelapan, dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.

Kejahatan ini dinamakan “penggelapan biasa” dalam Tindak pidana

penggelapan (verduistering). Adapun unsur-unsur dalam penggelapan

biasa yang terdapat dalam Pasal 372 ada dua unsur, yaitu unsur

objektif dan unsur subjektif.

1) Unsur objektif

a. Perbuatan memiliki;

b. Barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain;

c. Barang itu ada padanya atau dikuasai bukan karena kejahatan.

2) Unsur subjektif

a. Kesengajaan : dan

b. Melawan Hukum

Page 36: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

23

Maksud memiliki merupakan setiap perbuatan menguasai barang

atau suatu kehendak untuk menguasai barang atas kekuasaannya

yang telah nyata dan merupakan tindakan sebagai pemilik barang.

Dengan sengaja maksudnya bahwa perbuatan yang dilakukan oleh

pelaku telah menyadari dan mengegetahui ketika menguasai barang

yang ada padanya dengan tidak mau mengembalikan dan perbuatan

yang dilakukan disadari telah melawan hukum, serta penguasaan

terhadap barang itu hanya untuk kepentingan pribadinya.25

b. Penggelapan ringan

Penggelapan ringan merupakan penggelapan yang telah diatur

dalam Pasal 373 KUHP. Dalam ketentuan pasal tersebut merumuskan

sebagai berikut:

“Perbuatan yang telah dirumuskan dalam Pasal 372 apabila yang digelapkan bukan ternak dan harganya tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, diancam sebagai penggelapan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima pulih rupiah”

Berdasarkan rumusan diatas, yang menjadi Pasal 373 KUHP

menggolongkan sebagai penggelapan ringan adalah

dipertimbangkannya unsur bukan ternak dan harga tidak lebih dari

dua puluh lima rupiah.

c. Penggelapan dengan pemberat

Penggelapan dengan pemberat diatur dalam Pasal 374 KUHP

sebagaimana tindak pidana lainnya, tindak pidana penggelapan

25

Ismu Gunadi-Jonaedi Efendi, 2014, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Kencana Prenadamedia Group, Rawamangun, hlm. 140.

Page 37: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

24

dengan pemberat adalah tindak pidana yang dalam bentuk pokoknya

terdapat unsur-unsur yang memberatkan dalam ancaman pidana.

Istilah yang dipakai dalam bahasa hukum adalah penggelapan

berkualifikasi.

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang dalam penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena jabat/annya atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”

Unsur yang memberatkan dalam pasal ini adalah unsur adanya

“hubungan kerja” dan “karena jabatannya” yang dimaksudkan dalam

hubungan kerja tidak hanya dalam institusi pemerintah ataupun

perusahaan-perusahaan swasta, tetapi juga terjadi antara

perseorangan.26

d. Penggelapan dalam lingkungan keluarga

Dalam lingkungan keluarga yang diatur dalam Pasal 372 KUHP,

rumusannya ialah:

“penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan, atau yang dilakukan oleh wali pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang dikuasainya selalu demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”

Selain Pasal 375 terdapat juga dalam Pasal 376 termasuk dalam

tindak pidana penggelapan dalam keluarga, yang secara tegas

menyatakan bahwa “ketentuan-ketentuan yang diterangkan dalam bab

tersebut”. Pada intinya bahwa ketentuan dalam tindak pidana Pasal 367

KUHP (pencurian dalam keluarga) diberlakukan ke dalam tindak pidana

26

Ibid., hlm. 141.

Page 38: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

25

penggelapan, yaiutu tindak pidana penggelapan yang pelakunya atau

pembantu tindak pidana tersebut masih dalam lingkungan keluarga.27

Penggelapan dengan pemberatan tersebut dalam Pasal 374 KUHP yaitu

suatu penggelapan, contohnya ialah:

1. Terdakwa diserahi menyimpan barang yang digelapkan itu karena

hubungan pekerjaannya (persoonlijke dienstbetrekking), misalnya

perhubungan antara majikan dan pembantu rumah tangga atau

majikan dengan buruhnya.

2. Terdakwa menyimpan barang itu karena jabatannya (beroep) yaitu

jabatan negeri, misalnya tukang penantu menggelapkan pakaian

yang dicucikan kepadanya, tukang jam, tukang sepatu, sepeda dan

sebagainya menggelapkan sepatu, sepeda dan jam yang dibikin

betul kepadanya;

3. Karena mendapat upah uang (bukan upah yang berupa barang

lain), misalnya pekerja setasiun membawakan barang orang lain

dengan mendapat upah, barang itu digelapkan dan sebagainya.

Penggelapan berat tersebut dalam pasal 375 KUHP yaitu:

a. Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa

disuruh menyimpan barang itu (misalnya karena ada kebakaran,

banjir, kekacauan dan malapetaka lain-lain, orang terpaksa

menitipkan barang-barangnya kepada orang lain, kemudian oleh

orang yang menyimpan itu barang tersebut digelapkan); dan

27

R. Susilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor, hlm. 258-260.

Page 39: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

26

b. Penggelapan oleh wali, kurator, pengurus, orang yang

menjalankan wasiat, pengurus balai derma terhadap suatu

barang yang ada dalam tangannya karena jabatan itu.

Apabila yang melakukan penggelapan itu adalah seorang pegawai

negeri, maka sebelum memakai Pasal-pasal tentang penggelapan (Pasal-

pasal 372, 373, 374 dan 375 KUHP) tersebut diatas, harus meninjau

dahulu Pasal-pasal penggelapan yang khusus berlaku bagi para pegawai

negeri, oleh karena bagi mereka itu telah diadakan pula ancaman

hukuman yang khusus yaitu tersebut dalam Pasal-pasal 415 dan 417

KUHP yang mengancam hukuman bagi pegawai negeri yang;

a. Menggelapkan uang atau surat yang berharga uang-uang yang

disimpan karena jabatannya (Pasal 415 KUHP), misalnya seorang

bendaharawan negara menggelapkan uang negara yang ia simpan

karena jabatannya sebagai bendaharawan itu; atau

b. Menggelapkan barang-barang bukti atau keterangan-keterangan

yang dipakai untuk kekuasaan yang berhak, atau surat akta, surat

keterangan atau daftar yang disimpan karena jabatannya (Pasal

417 KUHP), misalnya seorang Jaksa negeri menggelapkan barang-

barang perhiasan bukti suatu perkara yang ia simpan karena

jabatannya sebagai Jaksa.

Jika seorang pegawai negeri melakukan penggelapan yang ternyata

tidak memenuhi unsur-unsur tersebut dalam Pasal 415 dan 417 KUHP itu,

barulah ia dikenakan Pasal-pasal penggelapan yang biasa, misalnya

Page 40: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

27

seorang penata usaha pada kantor jawatan negeri menggelapkan sebuah

mesin tik seharga Rp 20.000,-, inpentaris kantor tersebut, yang

penyimpanannya khusus diserahkan kepadanya; ia tidak dapat dikenakan

baik Pasal 415 maupun Pasal 417 KUHP, oleh karena walaupun ia

seorang pegawai negeri dan mesin tik itu ia simpan karena jabatannya,

akan tetapi macamnya barang itu bukanlah barang-barang yang

disebutkan dalam Pasal-pasal 415 dan 417 KUHP. Dalam hal ini Penata

usaha tersebut dikenakan penggelapan biasa dalam Pasal 372 KUHP jo

Pasal 52 KUHP karena melanggar kewajiban istimewa.

Menurut Pasal 376 KUHP maka peraturan tentang pencurian dalam

kalangan keluarga tersebut dalam Pasal 367 KUHP berlaku pula bagi

penggelapan, ini berarti bahwa penggelapan yang dilakukan oleh keluarga

yang tertentu adalah suatu delik aduan yang relatif.28

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penggelapan

Dari rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa, Tindak pidana

Penggelapan terdapat unsur-unsur (Objektif) meliputi perbuatan memiliki,

sesuatu benda, yang sebagaian atau seluruhnya milik orang lain, yang

berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, dan unsur-unsur

(Subjektif) meliputi penggelapan dengan sengaja dan penggelapan

melawan hukum29.

Yang dimaksud dengan unsur Subjektif ialah unsur yang melekat

pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan si pelaku yang

28

R. Soesilo,Op. Cit.,hlm. 132-134. 29

Ismu Gunadi-Jonaedi Efendi, Op.cit.hlm.143

Page 41: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

28

termasuk di dalamnya, yaitu segala yang terkandung didalam hatinya si

pelaku. Sedangkan unsur Objektif adalah unsur yang ada hubungannya

dengan keadaan, yaitu didalam keadaan dimana tindakan si pelaku itu

harus dilakukan.

Berdasarkan Pasal 372 KUHP, tindak pidana sebagai bentuk unsur-

unsur obyektif Tindak Pidana penggelapan antara lain:30

a. Dengan sengaja memiliki.

Setiap perbuatan menguasai barang atau suatu kehendak untuk

menguasai barang atau menguasai barang atas kekuasaannya yang

telah nyata dan merupakan tindakan sebagai pemilik barang, yang

tidak memberikan kesempatan kepada pemiliknya untuk meminta

kembali, bahkan menolak untuk mengembalikan atau

menyembunyikan ataupun mengingkari barang yang diterima dan

dikuasainya suda dinyatakan sebagai perbuatan memiliki.

b. Memiliki suatu barang.

Bahwa unsur memiliki suatu barang ialah perbuatan menguasai

suatu barang yang berada dalam kekuasaannya sebagaimana telah

diterangkan diatas tidak mungkin dilakukan pada barang-barang yang

sifatnya tidak terwujud. Karena objek penggelapan hanya dapat

ditafsirkan pada sebagai barang yang sifat kebendaannya berwujud.

c. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik

orang lain.

30

Andi Hamzah, 2009, Delik–delik tertentu didalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.106-108

Page 42: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

29

Bahwa unsur ini memiliki pengertian benda yang diambil haruslah

barang atau benda yang dimiliki baik seluruhnya ataupun sebagaian

milik orang lain. Jadi harus ada sebagai pemilik sebagaimana telah

dijelaskan di atas, barang atau benda yang tidak bertuan tidak dapat

menjadi objek penggelapan. Dengan demikian dalam tindak pidana

penggelapan, tidak dipersyaratkan barang yang dicuri milik orang lain

yang dimiliki secara keseluruhan. Penggelapan tetap ada meskipun

barang itu sudah sebagian dimiliki oleh orang lain.

d. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan.

Bahwa unsur ini memiliki maksud dari menguasai, dalam tindak

pidana pencurian, menguasai sebagai unsur subjektif sedangkan

dalam penggelapan termasuk dalam unsur objektif. Dalam tindak

pidana pencurian, menguasai adalah tujuan utama dari pelakunya

sehingga unsur menguasai tidak perlu terlaksana pada saat perbuatan

yang dilarang. Dalam tindak pidana penggelapan unsur perbuatan

menguasai bukan karena kejahatan merupakan ciri pembeda dengan

pidana pencurian. Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu barang

dapat berada dalam kekuasaan orang, tidaklah mesti harus terkena

pidana. Karena, penguasaan terhadap suatu barang bisa saja atas

penjanjian sewa-menyewa, pinjam-meminjam, jual-beli, dan lain

sebagainya.

Sementara dalam Pasal 372 KUHP Penggelapan dan Unsur Subyektif

sebagai berikut:

Page 43: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

30

a. Unsur Kesengajaan

Unsur ini merupakan unsur kesalahan (schuld) dalam tindak pidana

penggelapan, kesalahan (schuld) terdiri dari dua bagian, yaitu

kesengajaan (opzettelijk and dolus) dan kelalaian (culpos). Dalam

undang-undang itu sendiri tidak memberikan pengertian mengenai

kesengajaan. Moeljatno, memberikan pemahaman mengenai

kesengajaan yaitu secara singkat kesengajaan itu adalah orang yang

menghendaki dan orang yang mengetahui, setidak-tidaknya

kesengajaan itu ada dua, yakni kesengajaan berupa kehendak dan

kesengajaan berupa pengetahuan (yang diketahui). Dengan sengaja

bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pelaku telah menyadari dan

mengetahui ketika menguasai barang yang ada padanya, dengan

tidak mau mengembalikan dan perbuatan yang dilakukan disadari

telah melawan hukum atau melawan kehendak dari pemilik barang.

Barang yang dikuasai semata-mata ditujukan terhadap barang, yang

dikuasai itu bukan karena kejahatan, melainkan barang dalam

penguasaannya. Penguasaan atas barang itu untuk kepentingan

pribadinya31

b. Unsur melawan hukum

Unsur melawan hukum ialah merupakan suatu sifat tercelah atau

terlarang dari suatu perbuatan, dimana sifat tercelah tersebut dapat

bersumber pada masyarakat, yang sering juga disebut dengan

31

Ibid.,hlm.108.

Page 44: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

31

bertentangan dengan asas-asas hukum masyarakat, sifat tercelah

tersebut tidak tertulis, dan dari sudut undang-undang suatu perbuatan

itu diberi sifat terlarang (wederechttelijk) dengan memuatnya sebagai

dilarang dalam peraturang perundang-undangan. Artinya sifat

terlarang tersebut disebabkan atau bersumber pada dimuatnya dalam

peraturan perundang-undangan.32

C. Putusan Pengadilan

Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang merupakan

puncak dari dari suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili oleh

hakim tersebut. Oleh karena itu hakim dalam membuat putusan harus

memperhatikan segala aspek di dalamnya, mulai dari perlunya kehati-

hatian baik yang bersifat formal maupun materil sampai dengan adanya

kecakapan teknik membuatnya. Jika seorang hakim membuat putusan, ia

selalu berusaha agar putusannya seberapa mungkin dapat diterima

sebagai sebuah keadilan oleh pihak yang berperkara denga memberikan

pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan

keadilan.

Menurut Pasal 1 angka 11 Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) menyatakan bahwa Putusan pengadilan adalah

pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang

dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari segala tuntutan

hukum dalam hal serta menurut undang-undang ini.

32

Adami Chazawi, Op.it, hlm. 86.2

Page 45: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

32

Acmad Ali menyatakan bahwa, fungsi putusan hukum merupakan

social engineering (rekayasa sosial) dari hukum maupun putusan hakim

pada setiap masyarakat (kecuali masyarakat totaliter) ditentukan dan

dibatasi oleh kebutuhan untuk menyeimbangkan antara stabilitas hukum

dan kepastian terhadap perkembangan hukum sebagai alat evolusi

sosial.33

1. Putusan Hakim dalam Perkara Pidana

Setelah selesai proses persidangan, maka hakim mengambil

keputusan yang diucapkan dimuka sidang yang terbuka untuk umum,

maka selesai pulahlah tugas hakim dalam peyelesaian perkara pidana.

Keputusan itu sekarang harus dilaksanakan dan hal ini tidak mungkin

dilaksanakan sendiri oleh hakim. Putusan hakim tersebut baru dapat

dilaksanakan apabila putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(in kracht van gewijsde).34 Setelah semua pemeriksaan di persidangan

diselesaikan dan penuntutan maupun pembelaan atas diri terdakwa sudah

dilakukan jikapun ada, maka langkah selanjutnya ialah hakim harus

membacakan putusan dan mempertimbangkan secara keseluruhan, baik

keterangan yang diberikan para saksi maupun keterangan dari terdakwa.

Pada hakikatnya, putusan hakim dalam perkara pidana amarnya

hanya mempunyai 3 (tiga) sifat yaitu pemidanaan (eroordeling) apabila

hakim/pengadilan berpendapat bahwa terdakwa secara sah dan

33

Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum, Gunung Agung, Jakarta, hlm. 206.

34

Moch. Faisal Salam, 2011, Hukum Acara Pidana dalam Teori & Praktek, Mandar Maju, Bandung, hlm. 364-365.

Page 46: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

33

menyakinkan menurut hukum terbukti bersalah melakukan tindak pidana

yang didakwakan (Pasal 193 ayat (1) KUHAP) kemudian putusan bebas

(vrijspraak) apabila hakim berpendapat bahwa dari asil pemeriksaan

disidang terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum atas perbuatan yang didakwakan (Pasal 191 ayat (1) KUHAP) dan

putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum atau (onslag van alle

rechtsvervolging) jika hakim berpendapat bahwa perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak

merupakan suatu tindak pidana (Pasal 191 ayat (2) KUHAP).35

Adapun beberapa Putusan yang memuat si terdakwa dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

1) Putusan yang mengandung pembebasan si terdakwa (vrijspraak),

Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa:

“Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan disidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, maka terdakwa diputus bebas”.

Jadi rumusan atau redaksi kata pasal tersebut di atas terdapat

beberapa syarat untuk menjatuhkan putusan bebas kepada terdakwa

ialah:

a. Kesalahan terdakwa tidak terbukti secara sah;

Unsur kesalahan dalam teori pidana dapat bermakna perbuatan

secara sengaja maupun culpa serta pelaku perbuatan tersebut

dianggap bertanggungjawab atas perbuatannya (tidak adanya

35

Moch. Faisal Salam,Op.cit., hlm. 240.

Page 47: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

34

alasan pemaaf dan pembenar), dan Seseorang terdakwa dapat

diputus bebas apabila kesalahanya tidak terbukti.

2) Putusan Yang memuat Pelepas Terdakwa dari segala Tuntuan

Hukum (Onslag Van Rechtsvercolging) Pasal 191 ayat (2) KUHAP

yang menyatakan bahwa:

“Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum”

Jadi rumusan atau redaksi kata pasal tersebut diatas sama halnya

putusan bebas, maka putusan lepas dari segala tuntuan hukum memiliki

beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:36

a. Perbuatan terdakwa terbukti secarah sah dan meyakinkan;

Bahwa perbuatan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan

dalam proses pemeriksaan persidangan dan fakta-fata yang

terungkap dalam persidangan yang menyatakan bahwa terdakwa

terbukti secara sah dan meyakinkan, sah menurut alat bukti dan

menyakinkan hakim atas alat bukti tersebut.

b. Bukan merupakan tindak pidana;

Walapun terbukti perbuatan terdakwa, akan tetapi perbuatan

tersebut bukanlah merupakan tindak pidana. Bahwa perkara

tersebut adalah perkara perdata (wansprestasi bukan perkara

penipuan). Adanya putusan lepas dari segala tuntutan hukum ini

36

Tolib Effendi, 2014, Dasar-dasar Hukum Cara Pidana; Perkembangan dan Pembaharuan di Indonesia,:setara press, Malang, hlm. 184.

Page 48: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

35

menunjukkan bahwa adanya kesalahan dalam tahapan sistem

peradilan pidana mulai dari proses penyidikan, penyidikan sampai

dengan penuntutan. Padahal sebelumnya telah dinyatakan dalam

tingkat penyidikan dan penyidikan bahwa perkara yang diperiksa

merupakan perkara tindak pidana, namun ternyata dalam tingkat

pemeriksaan persidangan, perkara diputus lepas dari segala

tuntutan hukum oleh majelis hakim, bahwa perkara tersebut ini

bukan merupakan tidak pidana, melaikan peristiwa hukum perdata

(wanprestasi).

Dengan demikian, dari titik tolak ketentuan Pasal 191 ayat (2) KUHAP

ditarik suatu konklusi dasar bahwasanya pada putusan lepas, tindak

pidana yang didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum memang terbukti

secarah sah dan meyakinkan menurut hukum, tetapi terdakwa tidak dapat

dipidana karena perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut bukan

merupakan “perbuatan pidana”, tetapi misalnya termasuk yuridiksi hukum

perdata, hukum adat ataukah putusan bebas (vrijspraak/acquital) dengan

putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag Van Rechtsvercolging).

Menurut M. Yahya Harap ditinjau perbandingan tersebut dari pelbagai

segi, antara lain:37

a. Ditinjau dari segi pembuktian

Pada putusan pembebasan, perbuatan pidana yang didakwakan

kepada terdakwa “tidak terbukti” secara sah dan meyakinkan menurut

37

Lili Mulyadi, 2006, Hukum Acara Pidana Normatif,Teoritis, Praktik dan Permasalahanya, Penerbit P.T Alumni Bandung, Jakarta, hlm. 224-225.

Page 49: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

36

hukum. Jadi, tidak memenuhi asas pembuktian undang-undang

secara negatif serta tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian

yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Lain halnya pada putusan

pelepasan dari segala tuntutan hukum. Apa yang didakwakan kepada

terdakwa cukup terbukti secara sah baik dinilai dari segi pembuktian

menurut undang-undang maupun dari segi batas minimum yang diatur

dalam Pasal 183 KUHAP.

b. Ditinjau dari segi penuntutan

Pada putusan pembebasan, perbuatan yang dilakukan dan

didakwakan kepada terdakwa benar-benar perbuatan tindak pidana

yang harus dituntut dan diperiksa di sidang “pengadilan pidana”. Dari

segi penilaian pembuktian, pembuktian yang ada tidak cukup

meyakinkan Majelis hakim terhadap kesalahan terdakwa.

3) Putusan Persidangan Yang Memuat suatu Penghukuman

Terdakwa (Veroordeling) dan Pemidanaan

Putusan pemidanaan atau (veroordeling) pada dasarnya diatur

dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP dengan redaksional bahwa:

“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana.

Apabila hakim menjatuhkan putusan pemidanaan, hakim telah yakin

berdasarkan alat-alat bukti yang sah serta fakta-fakta dipersidangan

bahwa terdakwa melakukan perbuatan sebagaimana dalam surat

dakwaan. Lebih tepatnya lagi, hakim tidak melanggar ketentuan Pasal 183

Page 50: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

37

KUHAP. Selain itu, dalam menjatuhkan putusan pemidanaan jika

terdakwa itu tidak dilakukan penahanan, dapat diperintahkan Majelis

Hakim supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila tindak pidana yang

dilakukan itu diancam dengan pidana penjara lima (5) tahun atau lebih,

atau apabila tindak pidana itu termasuk yang diatur dalam ketentuan

Pasal 21 ayat (4) huruf b KUHAP dan terdapat cukup bukti/alasan itu.

Dalam aspek terdakwa dilakukan suatu penahanan, pengadilan dapat

menetepkan terdakwa tersebut tetap berada dalam tahanan atau

membebaskannya, apabila terdapat cukup bukti/alasan sesuai penjelasan

(Pasal 193 ayat (2) KUHAP). Sedangkan terhadap lamanya pidana

(sentecing atau straftoemeting) pembentukan Undang-undang

memberikan kebebasan kepada hakim untuk menentukan antara pidana

minimum sampai maksimum terhadap pasal yang terbukti dalam

persidangan. Mengenai masalah berat atau ringannya dan juga lamanya

pidana itu harus merupakan wewenang (yudex facti) yang tidak tunduk

pada kasasi, kecuali apabila (yudex facti) menjatuhkan pidana melampaui

batas maksimumyang ditentukan Undang-undang sebagaimana

ditentukan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1953 K/Pid/1988 tanggal

23 Januari 1993. Walaupunn Undang-undang memberikan kebebasan

menentukan batas maksimum dan minimum lama pidana yang harus

dijalankan terdakwa, bukan berarti hakim dapat dengan seenaknya

menjatuhkan hukuman atau pidana tanpa dasar pertimbangan yang

lengkap. Penjatuhan pidana tanpa dasar pertimbangan (onvoldoende

Page 51: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

38

gemotiveerd) dapat dibatalkan oleh Mahkamah Agung RI. Bahwa putusan

Pengadilan Tinggi dalam pertimbangan hukumnya untuk memperberat

pidana yang dijatuhkan, sama sekali tidak menyebut alasan-alasan apa

yang dapat dinilai untuk menambah atau memperberat tersebut, selain

hanya menganggap pidana yang dijatuhkan Pengadila Negeri terlalu

ringan, tetapi Pengadilan Tinggi telah menyetujui pertimbangan hukum

Pengadilan Negeri. Pertimbangan hukum demikian dianggap sebagai hal

yang tidak cukup dipertimbangankan dan cukup alasan untuk

membatalkannya serta Mahkamah Agung mengadili Perkara tersebut.38

Pada Pasal 193 ayat (1) tersebut bahwa, seseorang terdakwa hanya

bisa dijatuhi pidana kalau yang bersangkutan bersalah melakukan tindak

pidana. Kesalahan yang dimaksud ialah, kesalahan yang disengaja atau

kesalahan yang tidak disengaja. Namun demikian perlu diingatkan bahwa

tidak semua orang yang bersalah dari segi hukum pidana dapat dipidana

karena didalam hukum pidana terdapat dasar-dasar yang menjadikan

hukuman (straf uitsluitings groden).

Pemidanaan seseorang yang melakukan tindak pidana adalah suatu

bukti bahwa negara melalui hakim melakukan suatu tindakan pemidanaan

kepada seseorang agar yang bersangkutan mempertanggungjawabkan

perbuatannya tersebut dan dengan pemidanaan tersebut diharapkan

tercipta rasa keadilan dari korban atau keluarga korban kejahatan. Pada

umumnya sebelum hakim menjatuhkan putusan pidana bagi seseorang,

38

Ibid., hlm. 231

Page 52: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

39

dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang meringankan dan yang

memberatkan terdakwa. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pertimbangan

bagi hakim yang bersangkutan dalam memutuskan berat-ringannya

suatau pidana bagi seseorang.39

2. Sistem Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim

Dalam perkembangannya, hakim dapat menjatuhkan putusan

berdasarkan keyakinan belaka. SIstem pembuktian berdasarkan

keyakinan hakim dalam hukum acara pidana yaitu:40

a. Conviction intime atau Teori pembuktian berdasaran keyakinan

hakim semata-mata artinya bahwa jika dalam pertimbangan

putusan hakim telah menganggap terbukti suatu perbuatan sesuai

dengan keyakinan yang timbul dari hati nurani, terdakwa yang

diajukan kepadanya dapat dijatuhkan putusan. Keyakinan hakim

pada teori ini adalah menetukan dan mengabaikan hal-hal lainnya

jika sekiranya tidak sesuai atau bertentangan dengan keyakinan

hakim tersebut.

b. Conviction Rasionnee atau Teori pembuktian berdasarkan

keyakinan hakim dalam batas-batas tertentu atas alasan yang logis

artinya sistem pembuktian yang tetap menggunakan keyakinan

hakim, tetapi keyakinan hakim didasarkan pada alasan-alasan

(reasoning) yang rasional.

39

Ibiid.,hlm. 231-232 40

Hendar Soetarna, 2011, Hukum Pembuktian dalam Acara Pidana, Alumni Bandung, hlm. 11.

Page 53: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

40

c. Positif Wettelijk Bewijstheorie atau Teori Pembuktian yang hanya

berdasarkan kepada alat-alat pembuktian yang disebut oleh

undang-undang secara positif merupakan pembuktian berdasarkan

alat bukti menurut undang-undang secara positif atau pembuktian

dengan menggunakan alat-alat bukti yang sebelumnya telah

ditentukan dalam undang-undang.

d. Negatief Wettelijk Bewijstheorie atau Teori pembuktian berdasarkan

keyakinan hakim yang timbul dari alat-alat bukti dalam undang-

undang secara negatif merupakan pembuktian yang selain

menggunakan alat-alat bukti yang dicantumkan di dalam undang-

undang, juga menggunakan keyakinan hakim.. Sistem pembuktian

ini menggabungkan antara sistem pembuktian menurut undang-

undang secara positif dan sistem pembuktian menurut keyakinan

hakim sehingga sistem pembuktian ini disebut pembuktian

berganda (doubelen grondslag).

Apabila hal tersebut terpenuhi, selanjutnya hakim menentukan hal-hal

yang dapat memberatkan dan meringankan yang akan dijatuhkannya

nanti. Pertimbangan hakim dinilai dari faktor hukum dan non hukum yang

kesemuanya itu haruslah disertakan dalam putusan. Faktor hukum itu

seperti pengulangan tindak pidana (residive), sedangkan faktor non

hukum seperti sikap terdakwa dipersidangan dan alasan-alasan lain yang

meringankan pidana yang dijatuhkan kepadanya.

Page 54: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

41

3. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

a. Pertimbangan yuridis

Pertimbangan hakim atau Ratio Decidendi adalah argument atau

alasan yang dipakai oleh hakim sebagai pertimbangan hukum yang

menjadi dasar sebelum memutus perkara. Dalam praktik sebelum

pertimbangan yuridis ini dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu akan

menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan

konklusi komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa,

dan barang bukti.41

Lilik Mulyadi mengemukakan bahwa, hakikat pada pertimbangan

yuridis hakim merupakan pembuktian unsur-unsur dari suatu delik, apakah

perbuatan terdakwa tersebut memenuhi dan sesuai dengan delik yang

didakwakan oleh penuntut umum putusan hakim.42

Fakta-fakta persidangan yang dihadirkan, berorientasi dari lokasi,

waktu kejadian, dan modus operandi tentang bagaimana tindak pidana itu

dilakukan. Selain itu, dapat pula diperhatikan bagaimana akibat langsung

atau tidak langsung dari perbuatan terdakwa, barang bukti apa saja yang

digunakan, serta apakah terdakwa dapat mempertanggungjawabkan

perbuatannya atau tidak.

41 Cempaka Indah, 2014, “Analisis Putusan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi

(Studi Putusan No. 272/ Pk/ Pid.Sus/ 2011)”, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 13 42

Mulyadi, Lilik. 2007. Hukum Acara Pidana. Bandung: PT Citra Aditya Bakti., hlm. 193

Page 55: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

42

Apabila fakta-fakta dalam persidangan telah diungkapkan, barulah

hakim mempertimbangkan unsur-unsur delik yang didakwakan oleh

penuntut umum. Pertimbangan yuridis dari delik yang didakwakan juga

harus menguasai aspek teoritik, pandangan doktrin, yurisprudensi, dan

posisi kasus yang ditangani, barulah kemudian secara limitative

ditetapkan pendiriannya Setelah pencantuman unsur-unsur tersebut,

dalam praktek putusan hakim, selanjutnya dipertimbangkan hal-hal yang

dapat meringankan atau memperberatkan terdakwa. Hal-hal yang

memberatkan misalnya terdakwa sudah pernah dipidana sebelumnya

(Recidivis), karena jabatannya, dan menggunakan bendera kebangsaan.

Hal-hal yang bersifat meringankan ialah terdakwa belum dewasa, perihal

percobaan dan pembantuan kejahatan.43

b. Pertimbangan sosiologis

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman mengatur bahwa hakim wajib menggali,

mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang

hidup dalam masyarakat. ketentuan ini dimaksudkan agar putusan

hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Jadi,

hakim merupakan perumus dan penggali nilai-nilai hukum yang hidup

di kalangan rakyat. Berkaitan dengan hal ini dikemukakan oleh

Achmad Ali bahwa dikalangan praktisi hukum, terdapat

kecenderungan untuk senantiasa melihat pranata peradilan hanya

43

Adami Chazawi. 2005. Hukum Acara Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo. Hlm. 75

Page 56: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

43

sekedar sebagai pranata hukum belaka, yang penuh dengan muatan

normatif, diikuti lagi dengan sejumlah asas-asas peradilan yang

sifatnya sangat ideal dan normatif, yang dalam kenyataannya justru

berbeda sama sekali dengan penggunaan kajian moral dan kajian

ilmu hukum (nomatif).44

Pemeriksaan suatu perkara harus memerlukan adanya pembuktian

yang digunakan hakim dalam memutus suata perkara. Pembuktian

tersebut bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum atau fakta yang

benar terungkap di persidangan, untuk bagaimana mendapatkan putusan

hakim yang benar dan adil. Hakim dalam menjatuhkan putusan harus

benar-benar melihat peristiwa atau fakta yang terjadi dan yang terungkap

dipersidangan.

Beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan secara sosiologis

oleh hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara, antara

lain:45

a. Sifat pelanggaran pidana (apakah itu suatu pelanggaran pidana

yang berat atau ringan).

b. Ancaman hukuman terhadap pelanggaran pidana itu.

c. Keadaan dan suasana waktu melakukan pelanggaran pidana itu

(yang memberatkan dan meringankan).

d. Pribadi terdakwa apakah ia seorang seorang penjahat yang telah

berulang-ulang dihukum (residivis) atau seorang penjahat untuk

44

Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum, Gunung Agung, Jakarta., hlm. 30 45

Bismar Siregar. 1989. Hukum Pidana Acara, Bina Cipta. Jakarta, hlm. 33

Page 57: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

44

satu kali ini saja, atau apakah ia seorang yang masih muda

ataupun muda ataupun seorang yang telah berusia tinggi.

e. Sebab-sebab untuk melakukan pelanggaran pidana.

f. Sikap terdakwa dalam pemeriksaan perkara itu.

Page 58: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Kantor Pengadilan Negeri Takalar.

Berlokasi di Jalan. Jenderal Sudirman, Kalabbirang, Kota Takalar,

Sulawesi Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif (doktrinal)

atau penelitian hukum kepustakaan oleh karena dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau data sekunder.46 Penelitian yuridis normatif

ini dilakukan dengan pendekatan perundang-undangan (Statute

Approach) dan pendekatan kasus (Case Approach). Pendekatan kasus

(Case Approach) digunakan karena yang akan diteliti adalah kasus yang

telah diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Takalar.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini dilakukan melalui beberapa

pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan perundang-undangan (statute approach), yaitu,

Undang-Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan

Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

46

Amiruddin dan Zainal Azikin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum: Edisi

Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 118-120.

Page 59: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

46

Peraturan Hukum Acara Pidana, dan Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Serta peraturan-

peraturan lainnya yang terkait dengan tindak pidana penggelapan.

Hal ini dimaksudkan untuk meneliti dasar hukum serta

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum.

2. Pendekatan kasus (case approach), penulis mengunakan

pendekatan kasus (case approach) dengan cara melakukan telaah

kasus yang berkaitan dengan tindak pidana penggelapan yang

diputus lepas dari segala tuntutan hukum oleh putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Seperti kasus

yang terjadi di Kabupaten Takalar dan telah diputus oleh

Pengadilan Negeri Takalar Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui pertimbangan hakim untuk sampai

pada suatu putusan sehingga dapat menunjang argumentasi

penulis dalam memecahkan masalah hukum yang diangkat penulis.

C. Bahan Hukum

Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi

mengenai apa yang seyogianya, diperlukan sumber-sumber penelitian.

Adapun sumber penelitian berupa bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :47

47 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, hlm. 93.

Page 60: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

47

1. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas atau mengikat. Yang terdiri

atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum

Pidana’;

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Peraturan Hukum

Acara Pidana;

d. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terdiri atas

literatur-literatur dan makalah-makalah, karya-karya ilmiah, serta

artikel-artikel yang berkaitan dengan objek penelitian.

D. Analisis Bahan Hukum

Keseluruhan bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan tersebut

kemudian akan diolah dan dianalisis sehingga diperoleh hasil mengenai

persoalan hukum yang diteliti. Bahan hukum primer maupun sekunder

yang telah diharmonisasi secara sistematis kemudian dikaji lebih lanjut

berdasarkan teori-teori hukum yang ada sehingga diperoleh rumusan

ilmiah untuk menjawab persoalan hukum yang dibahas dalam penelitian

hukum ini.

Page 61: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

48

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hal-hal yang Dapat Menjadikan Perkara Pidana Diputus Lepas

dari Segala Tuntutan Hukum

Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag Van

Rechtsvercolging), yang mana diatur dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP

yang mengatur bahwa:

“Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan terdakwa terbukti,

tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka

terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum”

Adapun perbedaan putusan bebas dan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum ialah bahwa terhadap putusan lepas dari segala tuntutan

hukum dapat diajukan permohonan kasasi, sedangkan putusan bebas

tidak bisa di kasasikan. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang

menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum tidak dapat

diajukan permintaan banding sesuai penjelasan (Pasal 67 KUHAP), dalam

praktek kata-kata, “yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan

hukum” dianggap tidak tertulis, sehingga dengan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum tidak menimbulkan berbagai penafsiran.

Permohonan kasasi terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum

dibolehkan.48

Selain itu, terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag

Van Rechtsvercolging) dapat disebabkan:49

a. Salah satu sebutan hukum pidana yang didakwakan tidak cocok

dengan tindak pidana. Misalnya seseorang melakukan perbuatan

48

Soedirjo, 1985, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, Akademika Pressindo, Jakarta, hlm. 58-59 49

Andre G. Mawey, “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum”, Lex Crimen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Vol. 5, Nomor 2 Februari 2016, hlm. 87.

Page 62: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

49

yang dituntut dengan tindak pidana penipuan atau penggelapan

tetapi didapat fakta bahwa perbuatan tersebut tidak masuk dalam

lingkup hukum pidana tetapi termasuk lingkup hukum perdata.

b. Terdapat keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan terdakwa

tidak dapat di hukum. Misalnya karena Pasal 44, 48, 49, 50,51

KUHP.

Berdasarkan ketentuan Pasal 191 ayat (2) KUHAP dapat dikatakan

bahwa dasar pada putusan lepas dari segala tuntutan hukum dapat terjadi

bila:50

a. Dari hasil pemeriksaan di depan persidangan pengadilan

b. Tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum

memang terbukti secarah sah dan meyakinkan menurut hukum

akan tetapi terdakwa tidak dapat dipidana oleh karena perbuatan

yang dilakukan terdakwa bukan merupakan Perbuatan pidana,

melainkan ranah hukum perdata.

c. Perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti akan tetapi

amar/diktum putusan hakim melepaskan terdakwa dari segala

tuntutan hukum karena adanya alasan pemaaf

(strafuitsluitingsgronden/feit de’excuse) dan alasan pembenar

(rechtsvaardigingsgrond).

Adapun yang dimaksud dengan putusan pengadilan menurut Pasal 1

ayat 11 KUHAP, bahwa :51

Pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan, bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang Pasal 191 ayat (1),(2) dan (3).

Adapun penjelas Pasal 194 KUHAP, bahwa:52

50

Lilik Mulyadi, 2007, Kompilasi Hukum Pidana Dalam Perspektif Teoritik dan Praktik Peradilan, Perlindungan Korban Kejahatan, Sistem Peradilan dan Kebijakan Pidana, Filsafat Pemidanaan serta upaya Hukum Peninjauan Kembali oleh Korban Kejahatan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 87-88. 51

Andi Sofyan, 2013, Hukum Acara Pidana, Mahakarya Rangkang, Yogyakarta, hlm 369 52

Ibid., hlm 370-371

Page 63: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

50

1. Putusan pemidanaan,bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum,

pengadilan menetapkan supaya barang bukti yang disita

diserahkan kepada pihak yang paling berhak menerima kembali

yang namanya tercantum dalam putusan tersebut kecuali jika

menurut ketentuan undang-undang barang bukti itu harus dirampas

untuk kepentingan negara atau dimusnakan atau dirusak sehingga

tidak dapat dipergunakan lagi.

2. Kecuali apabila alasan yang sah, pengadilan menetapkan supaya

barang bukti itu diserahkan sesudah sidang selesai.

3. Perintah penyerahan barang bukti dilakukan tanpa disertai sesuatu

syarat apapun kecuali dalam hal putusan pengadilan belum

mempunyai kekuatan hukum tetap.

Lebih lanjut M. Yahya Harahap mengemukakan bahwa, perbedaan

antara putusan bebas (vrijspraak/acquital) dengan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum (Onslag van alle Rechtsvervolging) dengan

meninjau ditinjau dari segi, antara lain:

a. Ditinjau dari segi pembuktian

Pada putusan pembebasan ialah, perbuatan pidana yang

didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum. Jadi tidak memenuhi asas pembuktian

menurut undang-undang secara negatif serta tidak memenuhi asas

batas minimum pembuktian yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP,

yang menjelaskan bahwa:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa lah yang bersalah melakukannya.”

Sedangkan pada putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag

Van Rechtsvercolging) , apa yang didakwakan kepada terdakwa cukup

terbukti secara sah dan meyakinkan baik dinilai dari segi pembuktian

menurut undang-undang maupun dari segi batas minimum yang diatur

dalam Pasal 183 KUHAP. Akan tetapi perbuatan yang terbukti kepada

Page 64: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

51

terdakwa tidak merupakan tindak pidana dan tidak diatur dalam hukum

pidana bisa saja masuk dalam ranah hukum perdata, hukum asuransi,

hukum dagang atau hukum adat.

b. Ditinjau dari segi penuntutan

Pada putusan pembebasan ialah, perbuatan yang dilakukan dan

didakwakan kepada terdakwa benar-benar perbuatan pidana yang

harus dituntut dan diperiksa dipersidangan Pidana. Hanya dari segi

pembuktian yang ada itu tidak cukup meyakinkan Majelis hakim

terhadap kesalahan terdakwa, oleh karena itu kesalahan terdakwa

tidak terbukti. Karena kesalahannya tidak terbukti maka terdakwa

biasanya diputus bebas. Dan membebaskan dirinya dari ancaman

pidana yang diancamkan kepada terdakwa sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang didakwakan kepadanya. Sedangkan pada

putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum ialah, yang

didakwakan kepadanya bukan merupakan perbuatan pidana.

Biasanya Penyidik dan penuntut umum melihat hal tersebut sebagai

perbuatan tindak pidana. Mungkin hanya quasi tindak pidana. Sebagai

contoh misalnya, Si A dan Si B membuat transaksi pinjam meminjam

uang dengan ketentuan pembayara batas waktu yang diperjanjikan. Si

A tidak dapat memenuhi pelunasan hutang tersebut, jadi ada kelalaian

Si peminjam tersebut. Si B melaporakan hal tersebut kepada penyidik

atas tuduhan penggelapan atau penipuan. Jadi memang disini seolah-

olah terjadi quasi hukum bagi yang kurang teliti dalam hal tersebut,

jadi menilai kasus itu merupakan perbuatan tindak pidana penipuan,

karena Si A telah berbohong dan memperdayai Si B akan melunasi

hutangnya pada waktu yang diperjanjikan, namun bagi yang teliti

dalam hal ini sebenarnya tidak terjadi quasi hukum. Sebab apa yang

terjadi benar-benar bukan tidak pidana melainkan perbuatan yang

diatur dalam hukum perjanjian. Oleh karena itu Si A tidak boleh dan

Page 65: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

52

tidak mungkin dituntut dihadapan sidang peradilan pidana. Dia dapat

digugat dihadapat sidang perdata. Jadi sudah seharuhnya dia dilepas

dari segala tuntutan hukum pidana. Dan hanya boleh di gugat di

depan pengadilan perdata.

B. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Lepas dari

Segala Tuntutan Hukum dalam Tindak Pidana Penggelapan pada

perkara Nomor: 68/Pid.B/2016/ PN.Tka.

Putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak pidana

penggelapan dalam putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka., maka Penulis

terlebih dahulu memaparkan mengenai kasus posisi berdasarkan fakta-

fakta hukum dalam persidangan, yaitu keterangan para pihak dalam

putusan Nomor: 68/Pid.B/2016/PN Tka., Bahwa sesuai fakta persidangan

hakim dalam menjatuhkan putusan yang didasarkan pada fakta

persidangan dan memberikan pertimbangan sesuai keilmuan hukum, yaitu

sebagai berikut:

1. Posisi Kasus

Berdasarkan fakta-fakta hukum yang muncul dalam persidangan, yaitu

keterangan oleh para pihak (penasihat hukum, saksi-saksi yang diajukan

oleh penasihat hukum serta keterangan penuntut umum dan saksi-saksi

yang diajukan) dapat diuraikan posisi kasus dan menjadi permasalahan

utama dalam perkara ini sebagai berikut:53

a. Bahwa Terdakwa telah mengadakan perjanjian pinjam meminjam

uang kepada korban Hasan, yang telah diakui dan dibenarkan oleh

korban yang telah ditransfer ke rekening bank atas nama

Terdakwa;

b. Bahwa antara korban dan Terdakwa tidak memiliki perjanjian

pinjam meminjam uang dengan pengenaan bunga tertentu, namun

antara keduanya membenarkan jika ada kesepakatan berupa

53

https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/99ff1478065194dac51898cd9fbbcc16 di akses pada tanggal 07 Sebtember 2018 Pukul 02.13 Wita.

Page 66: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

53

terdakwa akan melakukan pembayaran hutangnya disertai dengan

uang jasa, namun tidak ditentukan besaran nilai dari uang jasa

tersebut ;

c. Bahwa Terdakwa menggunakan uang tersebut bukan untuk

keperluan mengurus pendaftaran saudaranya menjadi anggota

Polri ;

d. Bahwa korban Hasan Alamudi, pada tanggal 21 Oktober 2014

melakukan transfer uang sebanyak Rp110.000.000,00 (seratus

sepuluh juta rupiah) kerekening milik Terdakwa ISMAIL Dg. SESE

Bin AMIR Dg. SIRUA, pada tanggal 3 November 2014 sejumlah

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan terakhir pada tanggal

22 Desember 2014 sejumlah Rp60.000.000,00 (enam puluh juta

rupiah) sehingga total dana yang ditransfer korban ke rekening

Terdakwa adalah sejumlah Rp270.000.000,00 (dua ratus tujuh

puluh juta rupiah) ;

e. Bahwa Terdakwa membenarkan adanya uang masuk ke

rekeningnya pada tanggal 3 November 2014 sejumlah

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan terakhir pada tanggal

22 Desember 2014 sejumlah Rp60.000.000,00 (enam puluh juta

rupiah), namun hal itu diketahui Terdakwa setelah diperiksa di

polisi;

f. Bahwa Terdakwa tidak mengakui mengajukan pinjaman kepada

saksi korban sejumlah Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

sebagaimana dalil korban, sedangkan nilai pinjaman yang benar

diakui oleh Terdakwa dan korban adalah Rp110.000.000,00

(seratus sepuluh juta rupiah) yang kemudian dibenarkan Terdakwa

dan korban telah dicatat dalam kwitansi yang ditandatangani

bersama oleh keduanya ;

g. Bahwa terhadap bukti kwitansi berisi catatan nilai pinjaman

Rp210.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) dan

Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dibuat sendiri oleh

Page 67: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

54

korban bukan di hadapan Terdakwa dan isinya dibantah oleh

Terdakwa serta tidak diketahui juga kebenarannya oleh saksi

Hamziah, yang walaupun ikut bertandatangan di kwitansi, namun ia

hanya menandatangani karena disuruh suaminya saksi Korban

Hasan, dan tidak mengetahui apakah benar Terdakwa meminjam

uang sejumlah itu;

h. Bahwa terkait dengan surat pembayaran uang yang pernah

dimintakan kepada Terdakwa untuk ditandatangani, tidak ada satu

pun saksi yang secara persis mengetahui besar pinjaman yang

diajukan Terdakwa kepada korban selain hanya berdasarkan surat

yang dibuat sendiri oleh korban ;

i. Bahwa Terdakwa memang telah melakukan sejumlah pembayaran

atas pinjamannya kepada korban, namun masih belum lunas ;

j. Bahwa Terdakwa membenarkan keberatan dan menolak

membayar hutang dengan besaran jumlah yang diminta korban

untuk dikembalikan dikarenakan Terdakwa merasa nilai hutangnya

tidak seperti yang dikemukakan korban.

Adapun Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Lepas dari

Segala Tuntutan hukum dalam Tindak Pidana Penggelapan ialah sebagai

berikut:54

“Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di atas, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan subsideritas, maka Majelis Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan dakwaan primer sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1. Unsur “Barangsiapa” 2. Unsur “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu-muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang

54

Lihat Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN.Tka, hlm 17-28.

Page 68: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

55

sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang” ; Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut: Ad.1 Unsur Barangsiapa :55 Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” dalam

unsur ini adalah tertuju pada setiap subyek hukum yang dihadapkan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan suatu dakwaan ke depan persidangan serta dapat dipertanggungjawabkan atas suatu perbuatannya ;

Menimbang, bahwa di persidangan telah dihadapkan seseorang bernama ISMAIL Dg SESE Bin AMIR Dg SIRUA sebagaimana tersebut di dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan berdasarkan keterangan para saksi dalam perkara ini serta pengakuan terdakwa sendiri, ternyata benar terdakwa ISMAIL Dg SESE Bin AMIR Dg SIRUA dengan identitas seperti dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana tersebut di atas dan bukan orang lain serta para Terdakwa juga sehat secara rohani dan mampu bertanggung jawab, sehingga dengan demikian unsur “barangsiapa” telah terpenuhi ;

Ad.2 Unsur “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu-muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang :56 Menimbang, bahwa yang dimaksud menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum adalah ada suatu perbuatan yang dilakukan dalam keadaan sadar dan ada niat pelaku untuk melakukannya tanpa ada hak untuk itu karena akibat perbuatan tersebut memang dikehendaki olehnya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan yang menjadi permasalahan utama dalam perkara ini adalah adanya peristiwa penyerahan sejumlah uang dari korban kepada Terdakwa dalam suatu bentuk perbuatan hukum hutang piutang, sebagaimana diakui dan dibenarkan sendiri, baik oleh Terdakwa dan korban, khususnya dalam peran Terdakwa sebagai peminjam dan korban selaku pemberi pinjaman atau hutang. Walaupun keterangan para saksi di persidangan tidak satupun yang dapat menjelaskan secara jelas besaran nilai dari hutang yang diperjanjikan antara Terdakwa dengan korban, namun para saksi membenarkan baik berdasarkan keterangan korban maupun Terdakwa adalah benar jika antara korban

55

Cetak tebal dari penulis. 56

Cetak tebal dari penulis.

Page 69: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

56

dan Terdakwa memiliki suatu perjanjian pinjam meminjam atau hutang piutang sejumlah uang ;

Menimbang, bahwa awal dari peristiwa hukum yang melibatkan Terdakwa dengan korban adalah saat Terdakwa menemui korban yang memiliki profesi menjalankan/ memutar uang, yaitu profesi meminjamkan uang dengan pengembalian yang dikenakan bunga, dimana Terdakwa mengutarakan maksudnya untuk meminjam uang dan atas permintaan Terdakwa tersebut korban mengabulkannya, dengan suatu kesepakatan pengembalian hutang Terdakwa tidak dikenakan bunga melainkan berupa tambahan uang yang disebut sebagai uang jasa ;

Menimbang, bahwa terkait dengan nilai uang yang diperoleh Terdakwa dari korban, Majelis berpendapat sebagai berikut :

a. Bahwa berdasarkan fakta dan bukti surat di persidangan, diketahui korban mentransfer uang ke rekening bank atas nama Terdakwa dalam 3 (tiga) tahap dengan total uang sejumlah Rp270.000.00,00 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah) yang menurut korban adalah sesuai permintaan dari Terdakwa ;

b. Bahwa Terdakwa sudah membantah mengajukan pinjaman sejumlah itu dikarenakan Terdakwa hanya membutuhkan uang sebagai modal usaha sejumlah Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah).

c. Bahwa berdasarkan keterangan korban dan Terdakwa dihubungkan dengan bukti surat rincian rekening, memang benar jika Terdakwa pernah menerima transfer dana dari korban sejumlah Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah), namun Terdakwa juga ternyata benar di rekeningnya masuk pula dua kali transfer lain dari Terdakwa yang juga sudah habis dipergunakan oleh Terdakwa ;

d. Bahwa dengan demikian walaupun Terdakwa hanya mengakui meminjam Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) namun tidak menghapus fakta jika Terdakwa menerima transferan dari korban hingga total Rp270.000.00,00 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah), terlepas dari apakah Terdakwa sendiri yang memintanya atau tidak, oleh karena memang juga tidak ada satupun saksi yang mengetahui berapa sebenarnya kesepakatan pinjam meminjam uang antara korban dengan Terdakwa ;

e. Bahwa terkait dengan uraian dakwaan Penuntut Umum berkenaan dengan alasan Terdakwa mengajukan pinjaman kepada korban, yaitu guna kepentingan pengurusan pendaftaran saudaranya menjadi anggota Polri, hal tersebut hanya didasarkan dari keterangan saksi korban semata tanpa didukung oleh saksi lain, bahkan keterangan korban itu dibantah oleh Terdakwa maupun saudaranya yang ternyata memang telah menjadi anggota Polri pada tahun 2012-2013, yang berarti lebih

Page 70: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

57

dahulu terjadi daripada peminjaman uang yang diajukan Terdakwa di tahun 2014. Dengan demikian tidak ternyata adanya kebohongan Terdakwa pada alasan peminjaman uang yang dilakukannya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas, Majelis menilai adalah benar antara Terdakwa dengan korban memiliki hubungan hukum perjanjian pinjam meminjam atau hutang piutang sejumlah uang, namun tidak ada satupun bukti yang dapat diajukan oleh Penuntut Umum dan dapat diterima oleh Majelis Hakim, jika hutang piutang antara korban dan Terdakwa tersebut lahir melalui cara yang melawan hukum, baik dalam bentuk memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu-muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, melainkan sepenuhnya lahir atas dasar kesepakatan yang diakui antara keduanya ;

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis menilai unsur kedua ini tidak terpenuhi dan dengan tidak terpenuhinya unsur kedua ini, maka dakwaan primair Penuntut Umum harus dinyatakan tidak terbukti dan Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan tersebut ;

Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan primair tidak terbukti, maka Majelis akan mempertimbangkan dakwaan subsidair yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Unsur “Barangsiapa”; 2. Unsur “dengan sengaja memiliki dengan melawan hukum” 3. Unsur “sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya

kepunyaan orang lain”; 4. Unsur “Barang itu ada padanya bukan karena kejahatan”; ad.1 U nsur “Barangsiapa”57 Menimbang, bahwa oleh karena unsur kesatu dakwaan subsidair

ini adalah sama dengan unsur kesatu dakwaan primair, maka Majelis Hakim mengambil alih seluruh pertimbangan unsur kesatu dakwaan primair tersebut guna mempertimbangkan unsur kesatu dakwaan subisdair, dan dengan demikian maka unsur kesatu dakwaan subsidair ini dipandang telah terpenuhi dan terbukti pula ;

ad.2 Unsur “dengan sengaja memiliki dengan melawan

hukum”: Menimbang, bahwa yang dimaksud unsur “dengan sengaja

memiliki dengan melawan hukum” artinya adalah perbuatan tersebut dilakukan dalam keadaan sadar dan ada niat pelaku untuk melakukannya karena akibat perbuatan tersebut memang dikehendaki olehnya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang telah diperoleh selama persidangan, Terdakwa sendiri memberikan keterangan jika ia

57

Cetak tebal dari penulis.

Page 71: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

58

memang pernah menemui korban untuk mengajukan pinjaman uang, dimana sesuai keterangan Terdakwa nilai uang yang dimintanya adalah Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah), dan selanjutnya setelah bersepakat dengan korban, uang sejumlah Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) tersebut kemudian telah diterima Terdakwa melalui mekanisme transfer bank dari rekening korban ke rekening Terdakwa ;

Menimbang, bahwa ternyata setelah menerima transfer dari korban, masih ada sejumlah transfer lain yang diterima Terdakwa di rekeningnya, dan Terdakwa kemudian walaupun menyadari tidak pernah mengajukan pinjaman lain baik ke pihak bank maupun korban, langsung menggunakan uang yang diterimanya tersebut walau tidak mengetahui guna kepentingannya sendiri. Selanjutnya Terdakwa baru mengetahui jika uang yang dipergunakannya tersebut adalah transfer dari korban yang turut diperhitungkan sebagai pinjaman untuk Terdakwa ;

Menimbang, bahwa sebagai pihak yang berhutang, maka Terdakwa memiliki kewajiban secara hukum untuk membayar dan melunasi semua hutangnya, namun pada kenyataannya Terdakwa hanya ingin membayar sebagian dari total uang yang diterimanya dari korban, yaitu Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta), sedangkan selebihnya Rp160.000.000,00 (seratus enam puluh juta rupiah) Terdakwa menolak untuk membayar dan mengakuinya sebagai hutang karena merasa tidak pernah memintanya ;

Menimbang, bahwa Majelis berpendapat jika memang Terdakwa tidak pernah meminta atau meminjam lagi uang dari korban sejumlah Rp160.000.000,00 (seratus enam puluh juta rupiah), maka dengan demikian uang tersebut merupakan milik dari korban dan Terdakwa secara hukum diwajibkan untuk mengembalikannya, terlebih karena secara nyata Terdakwa telah mempergunakannya. Namun yang terjadi adalah setelah Terdakwa mempergunakan dan menikmatinya seakan itu adalah uangnya sendiri, Terdakwa kemudian menolak untuk mengganti atau mengembalikannya kepada korban ;

Menimbang, bahwa setiap orang yang dengan iktikad tidak baik, telah menikmati keuntungan atau manfaat dari harta benda orang lain, walaupun keberadaan benda itu pada dirinya bukan atas dasar kemauannya sendiri, baik secara hukum maupun kepatutan tetap dibebani kewajiban untuk mengembalikan atau memulihkan kerugian yang diderita si pemilik barang. Dengan kata lain tidak seorangpun dapat melepaskan dirinya dari pertanggungjawaban mengganti kerugian yang timbul akibat kesalahannya yang telah mempergunakan barang milik orang lain secara melawan hak ;

Menimbang, bahwa dengan demikian perbuatan Terdakwa yang menolak untuk mengembalikan uang korban yang ditransfer masuk ke rekeningnya, padahal di satu sisi Terdakwa telah menikmatinya seakan sebagai miliknya sendiri itu dan di sisi lain pada waktu

Page 72: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

59

berikutnya Terdakwa juga telah menyadarinya, adalah termasuk tindakan “melawan hukum” ;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur “dengan sengaja memiliki dengan melawan hukum” ini telah terpenuhi ;

ad.3 Unsur “sesuatu barang yang sama sekali atau

sebagiannya kepunyaan orang lain” :58 Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur “sesuatu barang

yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain” artinya barang yang dikuasai oleh terdakwa tersebut, baik sebagian maupun keseluruhannya adalah kepunyaan dari orang lain ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang tersebut di atas terungkap bahwa barang yang dimaksud yaitu uang sejumlah Rp270.000.000,00 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah), terdiri dari tiga bagian, yaitu uang sebanyak Rp110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) yang diakui Terdakwa merupakan nilai pinjaman yang diajukannya kepada korban, serta uang sejumlah Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan sejumlah Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) yang masuk ke rekening Terdakwa dari rekening korban, yang tidak diakui Terdakwa sebagai pinjaman namun ternyata habis dipergunakan oleh Terdakwa secara tidak berhati-hati sehingga dipandang sebagai perbuatan melawan hukum, sepenuhnya merupakan milik dari saksi korban Hasan. Dengan demikian unsur “sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain” telah terpenuhi;

ad.4 Unsur “Barang itu ada padanya bukan karena kejahatan” :59

Menimbang, bahwa mengenai unsur “Benda itu ada padanya bukan karena kejahatan” artinya adalah bahwa terdakwa dalam menguasai barang tersebut adalah atas ijin dan sepengetahuan dari pemiliknya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang tersebut di atas ternyata memang antara Terdakwa dengan korban memiliki kesepakatan dalam hal pinjam meminjam atau hutang piutang uang, dan atas dasar kesepakatan tersebut korban mengirimkan sejumlah uang ke rekening Terdakwa, namun Terdakwa dinilai oleh korban tidak memiliki kesungguhan dalam memenuhi kewajibannya yang telah ditentukan bersama, yaitu pengembalian hutang pokok ditambah uang jasa. Hal mana dikarenakan adanya perbedaan pandangan Terdakwa dengan korban berkenaan dengan nilai uang pinjaman antara keduanya, baik yang diminta Terdakwa dari korban maupun sebaliknya uang yang telah diserahkan korban kepada Terdakwa, sehingga dengan nyatanya fakta serah terima uang adalah atas dasar

58

Cetak tebal dari penulis. 59

Cetak tebal dari penulis.

Page 73: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

60

perjanjian yang diakui kedua belah pihak, maka unsur “Barang itu ada padanya bukan karena kejahatan” telah terpenuhi ;

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 372 KUHP telah terpenuhi, maka Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut dalam dakwaan subsidair dari Jaksa Penuntut Umum dengan kwalifikasi penggelapan ;

Menimbang, bahwa meskipun berdasarkan uraian unsur dakwaan subsidair perbuatan Terdakwa telah terbukti, Majelis mempertimbangkan lebih lanjut tentang perbuatan Terdakwa sebagai berikut : a. Bahwa Terdakwa memang telah terbukti menerima dan

memanfaatkan sejumlah uang milik korban secara melawan hukum, namun ternyata perbuatan Terdakwa yang didakwakan dalam uraian dakwaan Penuntut Umum di perkara ini sesuai fakta persidangan dan keterangan para saksi maupun Terdakwa sendiri, adalah diawali dengan adanya kesepakatan antara Terdakwa dengan korban, yaitu dalam bentuk perjanjian pinjam meminjam uang sebagaimana telah diuraikan di bagian lain pertimbangan putusan ini ;

b. Bahwa persoalan perjanjian dengan segala lingkupnya yang ada di dalam perkara ini secara teori dan ilmu hukum adalah tunduk kepada ketentuan - ketentuan hukum perdata, khususnya Buku III KUHPerdata tentang Perikatan. Setiap orang berhak untuk saling mengikatkan diri dalam suatu hubungan-hubungan hukum dengan berpedoman pada asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam hukum perjanjian. Setiap perjanjian akan menimbulkan beberapa perikatan yang berisi hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuatnya. Hubungan yang timbul dari hukum perikatan bersifat khusus dan individual karena hanya memiliki kekuatan mengikat bagi mereka yang membuatnya, sehingga akibat hukum yang timbul atas terlanggarnya hak dan kewajiban tersebut merupakan domain dari hukum privat ;

c. Bahwa perbuatan melawan hukum pada dasarnya mencakup setiap perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi orang lain, dengan kata lain setiap pelanggaran atas hak orang lain merupakan perbuatan melawan hukum. Namun harus dilihat kembali dasar dari perbuatan yang dilakukan, apakah ia bersumber dari undang-undang, ataukah bersumber dari suatu perjanjian/ kesepakatan (kontrak). Jika pelanggaran dilakukan pada suatu perjanjian atau kontrak, maka itu adalah wanprestasi. Jadi, wanprestasi merupakan species dari perbuatan melawan hukum ;

d. Bahwa fakta adanya hubungan hukum perjanjian hutang piutang, lalu perbedaan pandangan antara Terdakwa dengan korban berkenaan dengan nilai hutang yang disepakati di antara keduanya, dihubungkan dengan besaran transfer dari korban ke terdakwa

Page 74: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

61

maupun pembayaran hutang dari Terdakwa kepada korban atau beban kewajiban yang harus dan telah ditunaikan oleh Terdakwa selaku pihak yang berhutang, mengakibatkan perbuatan Terdakwa dalam memiliki uang korban tidak dapat digolongkan sebagai suatu bentuk perbuatan melawan hukum murni yang lahir akibat melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang maupun karena telah melanggar hak subjektif orang lain sehingga masuk pada ranah hukum pidana (factum delictum) sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 372 KUHP, melainkan haruslah dipandang sebagai kesalahan perdata (law of tort), yaitu perbuatan melawan perikatan karena lahir dari suatu hubungan kontraktual, perbuatan yang bertentangan dengan hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian, terlebih adanya pengakuan Terdakwa jika kemudian ia akhirnya mengetahui jika sejumlah uang di rekeningnya yang telah dipergunakannya adalah milik korban dan karenanya menimbulkan kewajiban baginya untuk mengembalikan uang dimaksud kepada korban selaku pemilik uang tersebut;

e. Bahwa wanprestasi dalam hubungan kontraktual tidak memiliki sifat melawan hukum, namun yang ada hanyalah sifat melawan perikatan. Setiap keadaan tidak melaksanakan prestasi (cidera janji) dalam sebuah perjanjian tidak mengandung kesamaan dengan unsur-unsur melawan hukum di dalam Pasal 372 KUHP, karena wanprestasi semata-mata merupakan pelanggaran terhadap janji dalam perikatan pokok yang selalu termuat dalam setiap perjanjian, bahkan jika perjanjian itu tidak dalam bentuk tertulis sekalipun ;

f. Bahwa dengan demikian, maka permasalahan hukum yang muncul dari perbuatan Terdakwa sebagaimana uraian dakwaan Penuntut Umum, pada hakekatnya adalah berkenaan dengan kewajiban pemenuhan prestasi, termasuk adanya pemenuhan prestasi yang tidak terlaksana secara utuh/ wanprestasi, yang diawali dari suatu kesepakatan atau perjanjian hutang piutang dan hal ini sepenuhnya adalah termasuk ke dalam ranah hukum perdata ;

g. Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas Majelis Hakim berpendapat terdakwa memang terbukti melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum kepadanya, namun demikian perbuatan tersebut tidak merupakan tindak pidana melainkan peristiwa atau perbuatan hukum perdata wanprestasi, yaitu terdakwa keliru dalam memenuhi prestasinya atau setidak-tidaknya terdakwa tidak sempurna dalam memenuhi prestasinya sehingga Terdakwa harus dilepas dari segala tuntutan hukum ; Menimbang, bahwa terkait dengan pembelaan penasihat hukum

Terdakwa, Majelis Hakim mempertimbangkannya sebagai berikut : 1. Tentang tidak terbuktinya seluruh dakwaan atas diri Terdakwa :

Page 75: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

62

a. Bahwa Majelis Hakim memandang telah cukup mempertimbangkan seluruh unsur dakwaan Penuntut Umum, baik dakwaan primair maupun subsidair, dimana terhadap dakwaan primair Majelis Hakim telah menyatakan dakwaan tersebut tidak terpenuhi sehingga Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan primair tersebut ;

b. Bahwa terhadap dakwaan subsidair, secara rinci Majelis juga telah mempertimbangkan jika dakwaan subsidair Penuntut Umum atas diri Terdakwa memang telah terpenuhi dan Terdakwa memang melakukan perbuatan sebagaimana telah diuraikan Penuntut Umum di dalam dakwaannya. Namun demikian, Majelis telah menemukan fakta-fakta hukum yang secara nyata menunjukkan jika perbuatan Terdakwa, walau memenuhi seluruh uraian dakwaan subsidair, tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, melainkan perbuatan hukum perdata/ wanprestasi yang karenanya Terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana ;

c. Bahwa dengan demikian, Majelis sependapat dengan pembelaan Penasehat Hukum Terdakwa tentang tidak terbuktinya dakwaan primair Penuntut Umum, namun Majelis tidak sependapat dengan pembelaan Penasehat Hukuk Terdakwa terkait dengan dakwaan subsidair Penuntut Umum atas diri Terdakwa, sebagaimana seluruh uraian yang telah dimuat Majelis di dalam pertimbangan putusan dan oleh karenanya dalil pembelaan Penasehat Hukum Terdakwa atas dakwaan subsidair haruslah ditolak ;

2. Bahwa saksi korban telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan menjalankan praktik rentenir yang dilarang di dalam peraturan perundang- undangan : a. Bahwa pemeriksaan yang dilakukan Majelis Hakim pada suatu

perkara di persidangan pidana adalah sebatas pada apa yang telah didakwakan kepada Terdakwa sesuai dengan uraian dakwaan Penuntut Umum. Maka pembuktian oleh Penuntut Umum maupun pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa juga harus dan tetap berada pada koridor surat dakwaan ;

b. Bahwa dalil Penasehat Hukum Terdakwa terkait dengan praktik rentenir atau lintah darat yang dijalankan oleh saksi korban, menurut Majelis sudah keluar dari koridor surat dakwaan Penuntut Umum, karena permasalahan dari dakwaan ini adalah terbatas pada perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa dalam hubungannya dengan korban, dan bukan pada apa yang menjadi pekerjaan atau lakon yang dijalani oleh korban. Jikapun yang ingin dicari adalah motif, maka motif dimaksud tentulah ditekankan pada motif Terdakwa dalam melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, karena selain tidak pernah dibahas di dalam surat dakwaan, apabila pekerjaan korban

Page 76: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

63

dipandang sebagai tindak pidana tentulah harus diproses secara pidana dalam berkas terpisah, dan itu tidak ada kaitannya dengan dakwaan atas diri Terdakwa di perkara a quo ;

c. Bahwa dengan demikian dalil pembelaan inipun dipandang tidak berdasar dan harus ditolak ;

Menimbang, bahwa terhadap hal-hal lain dalam dalil pembelaan Penasehat Hukum Terdakwa, Majelis berpendapat keseluruhannya telah turut dan cukup dipertimbangkan sekaligus dengan pertimbangan Majelis Hakim mengenai uraian unsur dakwaan atas diri Terdakwa ;

Menimbang, bahwa oleh karena Majelis berpendapat Terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum, maka haruslah dipulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat serta martabatnya;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum dan Terdakwa berada dalam tahanan maka diperintahkan untuk dibebaskan dari tahanan segera setelah putusan ini diucapkan;

Menimbang, bahwa barang bukti berupa : 1) 3 (tiga) lembar surat laporan Transaksi No. Rekening 5091-01-

004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI, alamat Dusun Campagaya Desa Tamasaju Kec. Galesong Utara Kab. Takalar masing periode transaksi tanggal 01/10/14, tanggal 01/11/ 14-30/11/14 dan tanggal transaksi 01/12/14- 31/12/14 yang dikeluarkan oleh Bank BRI Unit Tamalate Takalar ;

2) 3 (tiga) lembar fotokopi slip penarikan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) masing-masing selembar slip penarikan tanggal 21 Oktober 2014, dengan No Rekening 5091-01- 004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI transfer uang tunai sebesar Rp.110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) ke No Rekening 5091-01-004023-53-1 atas nama ISMAIL serta slip penarikan tanggal 3 November 2014, dengan No Rekening 5091-01- 004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI transfer uang tunai sebesar Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ke No Rekening 5091-01-004023- 53-1 atas nama ISMAIL, serta slip penarikan tanggal 22 Desember 2014, dengan No Rekening 5091-01- 004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI transfer uang tunai sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) ke No Rekening 5091-01-004023-53-1 atas nama ISMAIL ;

3) 1 (satu) lembar kuitansi pinjaman uang tunai sebesar Rp270.000.000,00 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah) dengan jangka waktu pinjaman kurang lebih 2 (dua) bulan yang ditanda tangani oleh ISMAIL di atas materai tempel 6000, Bontolebang 21 Oktober 2014 ;

Page 77: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

64

4) 1 (satu) lembar bilyet No. GFN445522 dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk senilai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) ;

5) Surat Keterangan dari dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang menerangkan bahwa bilyet giro No. GFN445522 dengan No Rekening 0250-01-000578-30-1 atas nama ISMAIL belum pernah dicairkan di BRI Kanca Takalar ;

6) Selembar surat perjanjian membayar yang dibuat dan ditanda tangai oleh Tn HASAN ALAMUDI tanggal 25 November 2015, yang telah disita dari korban, maka dikembalikan kepada saksi korban Hasan Alamudi ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum maka biaya perkara dibebankan kepada negara;

Memperhatikan, Pasal 191 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

2. Amar Putusan

Adapun Amar Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum dalam

Tindak Pidana penggelapan pada perkara Nomor. 68/Pid.B/2016/PN.Tka.,

terhadap Terdakwa ISMAIL Dg SESE Bin AMIR Dg SIRUA sebagai

berikut :

1. Menyatakan Terdakwa ISMAIL Dg SESE Bin AMIR Dg SIRUA tersebut di atas, tidak terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan dalam dakwaan primair Penuntut Umum ;

2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan primair tersebut ;

3. Menyatakan Terdakwa ISMAIL Dg SESE Bin AMIR Dg SIRUA terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan Penuntut Umum dalam dakwaan subsidair, tetapi bukan merupakan tindak pidana;

4. Melepaskan Terdakwa oleh karena itu dari segala tuntutan hukum; 5. Memerintahkan Terdakwa dibebaskan dari tahanan segera setelah

putusan ini diucapkan; 6. Memulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan,

harkat serta martabatnya; 7. Menetapkan barang bukti berupa:

- 3 (tiga) lembar surat laporan Transaksi No. Rekening 5091-01-004914- 53-8 atas nama HASAN ALAMUDI, alamat Dusun Campagaya Desa Tamasaju Kec. Galesong Utara Kab. Takalar masing periode transaksi tanggal 01/10/14, tanggal 01/11/ 14-30/11/14 dan tanggal transaksi 01/12/14-31/12/14 yang dikeluarkan oleh Bank BRI Unit Tamalate Takalar ; - 3 (tiga) lembar fotokopi slip penarikan dari PT Bank Rakyat Indonesia

Page 78: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

65

(Persero) masing-masing selembar slip penarikan tanggal 21 Oktober 2014, dengan No Rekening 5091-01- 004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI transfer uang tunai sebesar Rp.110.000.000,00 (seratus sepuluh juta rupiah) ke No Rekening 5091-01-004023-53-1 atas nama ISMAIL serta slip penarikan tanggal 3 November 2014, dengan No Rekening 5091-01- 004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI transfer uang tunai sebesar Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ke No Rekening 5091-01-004023-53-1 atas nama ISMAIL, serta slip penarikan tanggal 22 Desember 2014, dengan No Rekening 5091-01- 004914-53-8 atas nama HASAN ALAMUDI transfer uang tunai sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) ke No Rekening 5091-01- 004023-53-1 atas nama ISMAIL ; - 1 (satu) lembar kuitansi pinjaman uang tunai sebesar Rp270.000.000,00 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah) dengan jangka waktu pinjaman kurang lebih 2 (dua) bulan yang ditanda tangani oleh ISMAIL di atas materai tempel 6000, Bontolebang 21 Oktober 2014 ; - 1 (satu) lembar bilyet No. GFN445522 dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk senilai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) ; - Surat Keterangan dari dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang menerangkan bahwa bilyet giro No. GFN445522 dengan No Rekening 0250-01-000578-30-1 atas nama ISMAIL belum pernah dicairkan di BRI Kanca Takalar ; - Selembar surat perjanjian membayar yang dibuat dan ditanda tangai oleh Tn HASAN ALAMUDI tanggal 25 November 2015 ; Dikembalikan kepada Saksi HASAN ALAMUDI, SH., als Tuan HASAN Bin ALAMUDI ;

8. Membebankan biaya perkara kepada negara. Analisis Penulis

Dengan demikian penulis berpendapat bahwa Unsur tindak pidana

yang didakwakan kepada terdakwa dalam Pasal 378 KUHP tidak

terpenuhi sesuai dengan fakta-fakta hukum yang terungkap

dipersidangan, bahwa memang Terdakwa dengan korban memiliki

hubungan hukum perjanjian pinjam meminjam atau utang piutang seju-

mlah uang, oleh karenanya majelis Hakim mempertimbangkan bahwa

hutang piutang antara korban dan Terdakwa tersebut lahir melalui cara

yang melawan hukum, baik dalam bentuk memakai nama palsu atau

Page 79: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

66

martabat palsu, dengan tipu-muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,

melaikan sepenuhnya lahir atas dasar kesepakatan yang diakui atara

keduannya. Dengan demikian Majelis Hakim sudah tepat menilai unsur

kedua tidak terpenuhi, maka dakwaan primair Penutut Umum dinyatakan

tidak terbukti dan Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaannya,

sebagaimana termuat unsur-unsur yaitu:

a. Barang siapa

b. Dengan maksud untuk menguntukan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau

martabat palsu, dengan tipu-muslihat, ataupun rangkaian

kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang

sesuatu kepadanya. Atau supaya memberi utang atau menghapus

piutang.

Perbuatan tersebut terdiri dari beberapa perbuatan yang ada

hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu

perbuatan berlanjut. Dengan demikian, kasus dalam putusan tersebut

tidak mencocoki penerapan hukum pidana khususnya dalam Pasal 378

KUHP. Dengan demikian Majelis Hakim menilai unsur kedua ini tidak

terpenuhi maka dakwaan primair Penuntut Umum menyatakan tidak

terbukti dan Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan tersebut.

Selanjutnya terhadap dakwaan subsidair, penulis berpendapat bahwa,

pertimbangan hakim dalam dakawaan subsidair unsur-unsur yang

terdapat dalam Pasal 372 KUHP telah terpenuhi, yaitu:

1. Unsur barang Siapa

Dalam hal ini subjek hukum, Terdakwa sebagaimana dakwaan

Jaksa Penuntut Umum bahwa bukan orang lain serta para

Terdakwa sehat secara rohani dan mampu bertanggung jawab,

sehingga unsur barang siapa telah terpenuhi menurut hakim.

2. Unsur dengan sengaja memiliki dengan melawan hukum.

Bahwa Terdakwa dalam hal ini perbuatan yang dilakukan dalam

keadaan sadar dan ada niat pelaku untuk melakukan.

Page 80: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

67

3. Unsur suatu barang yang sama sekali atau sebagainya kepunyaan

orang lain.

Bahwa barang yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan

orang lain artinya barang yang dikuasai oleh terdakwa dalam hal ini

kepunyaan atau milik dari korban itu sendiri.

4. Unsur barang itu ada padanya bukan karena kejahatan.

Bahwa unsur barang itu ada padanya karena kejahatan, jelas

bahwa menguasai barang tersebut atas ijin sepengetahuan dari

pemilik karna Terdakwa dengan korban sebelumnya memiliki

kesepakatan dalam hal pinjam meminjam atau hutang piutang

uang. Hal inilah Terdakwa dinilai oleh korban tidak memiliki

kesungguhan dalam memenuhi kewajiban yang telah ditentukan

bersama bahwa serah terima uang tersebut sebelumnya atas dasar

perjanjian yang diakui keduanya..

Tetapi dalam pertimbangan hakim lebih lanjut bahwa melepaskan

terdakwa dari segala hukum, meskipun sebenarnya semua unsur dalam

Pasal 372 KUHP telah terpenuhi. Hakim dalam pertimbangannya

mengatakan bahwa memang terbukti melakukan perbuatan sebagaimana

yang didakwakan kepadanya, namun demikian perbuatan tersebut tidak

merupakan tindak pidana melainkan peristiwa atau perbuatan hukum

perdata wanprestasi. Sehingga Terdakwa diputus lepas dari segala

tuntutan hukum.

Selanjutnya dalam hal pertimbangan Hakim tersebut diatas penulis

berpendapat bahwa:

Hakim dalam menjatuhkan putusan dilepas dari segala tuntutan

hukum (Onslag van recht vervolging), mengacu pada Pasal 191 ayat (2)

KUHP yang berbunyi:

“Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang dididakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”

Page 81: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

68

Adapun syarat yang harus terpenuhi jika hakim memutus lepas dari

segala tuntutan hukum (Onslag van recht vervolging), yaitu:60

1) Perbuatan terdakwa terbukti

Bahwa perbuatan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan

dalam proses pemeriksaan persidangan dan fakta-fakta hukum

yang terungkap dipersidangan, bahwa perbuatan terdakwa

memang terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, sah

menurut alat bukti yang diajukan dipersidangan sesuai dalam Pasal

184 KUHAP dan meyakinkan hakim atas alat bukti yang diajukan

dipersidangan juga menyatakan terdakwa sebagai pelaku

perbuatan tersebut.

2) Bukan merupakan tindak pidana

Walaupun terbukti perbuatan terdakwa, akan tetapi perbuatan itu

bukanlah merupakan perbuatan tindak pidana, biasa hakim

menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag

van recht vervolging), mempertimbangkan bahwa ruang atau

perkara tersebut adalah perkara perdata (wanprestasi bukan

perkara penipuan). Putusan lepas dari segala tututan hukum

(Onslag van recht vervolging) ini menunjukan adanya kesalahan

dalam tahapan sistem peradilan pidana mulai dari proses

penyelidikan, penyidikan sampai dengan penuntutan. Padahal

sebelumnya telah dinyatakan dalam tingkat penyelidikan dan

penyidikan bahwa perkara yang diperiksa merupakan perkara

tindak pidana, namun ternyata dalam tingkat pemeriksaan

persidangan, perkara tersebut diputus oleh Majelis Hakim, bahwa

perkara tersebut bukan merupakan tidak pidana melainkan perkara

perdata.

Hakim menjatuhkan Putusan lepas dari segala tuntutan hukum

(Onslag van recht vervolging), apa yang didakwakan kepada terdakwa

60

Tolib Effendi, 2014, Dasar- dasar Hukum Acara Pidana, Perkembangan dan Pembaharuannya di Indonesia, Setara Press, Malang, hlm. 185-186.

Page 82: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

69

telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum baik dari segi

pembuktian menurut undang-undang maupun dari pembuktian yang diatur

dalam Pasal 183 KUHAP, akan tetapi perbuatan itu bukan merupakan

tindak pidana melaikan masuk dalam lingkup hukum perdata. Putusan

lepas dari segala tuntutan hukum (Onslag van recht vervolging),

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP yang

terungkap didalam persidangan bahwa terdakwa memang benar-benar

melakukan tidak pidana, tetapi hakim mempertimbangkan bahwa yang

bersangkutan tidak dapat dipidana karna bukan lingkup hukum pidana

melaikan hukum keperdataan.

Pertimbangan di atas yang melepaskan terdakwa menurut penulis

tidaklah tepat, karena kalau kita lihat adapun hal-hal yang dapat

menghapuskan pidana, dan menyebabkan terdakwa tidak di pidana

menurut Undang-undang (Bab III KUHP), yaitu :61

1. Adanya ketidakmampuan bertanggung jawab Si pembuat

(ontoerekeningsvatbaarheid), sesuai penjelasan Pasal 44 ayat (1)

KUHP.

2. Adanya daya paksa (overmacht), sesuai penjelasan Pasal 49 ayat

(1) KUHP.

3. Adanya pembelaan terpaksa (noodweer), sesuai penjelasan Pasal

49 ayat (1) KUHP.

4. Adanya pembelaan terpaksa yang melampaui batas

(noodwerexes), sesuai penjelasan Pasal 49 ayat (2) KUHP.

5. Karena sebab menjalankan perintah Undang-undang (Pasal 50

KUHP)

6. Karena melaksanakan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 ayat (1)

KUHP.

7. Karena menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan itikad

baik, Pasal 51 ayat (2) KUHP.

61

Andre G. Mawey, “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum”, Lex Crimen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Vol. 5, Nomor 2 Februari 2016, hlm. 88.

Page 83: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

70

Dengan demikian, penjelasan tersebut diatas yang memenuhi kriteria

menghapus pidana dan menyebabkan terdakwa tidak dipidana secara

khusus maupun umum, maka ia tidak dapat dipertanggungjawabkan

meskin perbuatan yang didakwakan oleh Jaksa penuntut umum itu

terbukti. Tetapi dalam pertimbangannya menganggap bahwa perbuatan

Terdakwa dengan korban merupakan hal pinjam meminjam atau hutang

piutang uang (wanprestasi), jadi pertimbangan hakim yaitu, meskipun

Pasal 372 KUHP telah terpenuhi, tetapi karna merupakan peristiwa

pinjam-meminjam atau hutang piutang uang, jadi penulis berpendapat

bahwa yang termasuk dalam Pasal 1754 KUHPerdata ialah:

“Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakai, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.” Dari penjelasan Pasal 1754 KUHPerdata bahwa menunjukkan

seseorang yang meminjamkan sejumlah uang atau barang kepada pihak

yang lain dan akan mengembalikan kembali jumlah uang yang sama

sesuai persetujuan yang disepakati sebelumnya.

Sedangkan perjelasan tentang Wanprestasi ialah Perjanjian yang

terlaksana dengan baik oleh para pihak yang telah memenuhi prestasinya

sebagaimana yang telah disepakati atau diperjanjikan sebelumnya tanpa

ada pihak yang dirugikan. Wanprestasi terjadi apabila ada kelalaian atau

kesalahan biasanya debitur tidak dapat memenuhi prestasinya

sebagaimana ditentukan dalam suatu perjanjian juga bukan dalam

keadaan memaksa, inilah biasanya menimbulkan keharusan bagi pihak

Page 84: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

71

debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi kepada pihak yang

dirugikan.

Maka dari itu jika seorang debitur bersalah melakukan wanprestasi,

perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sengaja

atau lalai tidak memenuhi prestasi ialah:62

1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. 2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. 3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau

terlambat. Adapun penjelasan yang diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata,

ialah:63

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Majelis Hakim mempertimbangkan lebih lanjut bahwa terdakwa

memang Terdakwa telah terbukti menerima dan memanfaatkan sejumlah

uang milik korban secara melawan hukum. Namun sesuai dakwaan

Penuntut Umum di perkara ini dan sesuai fakta persidangan sesuai

keterangan para saksi maupun Terdakwa memang diawali dengan

adanya kesepakatan pinjam meminjam atau hutang piutang uang,

sebagaimana telah diuraikan dipertimbangan putusan diatas, wanprestasi

dalam hubungan kontraktual tidak memiliki sifat melawan hukum, namun

yang ada ialah sifat melawan perikatan dan dalam sebuah perjanjian tidak

mengandung kesamaan dengan unsur-unsur melawan hukum di dalam

Pasal 372 KUHP, karena wanprestas semata-mata merupakan

pelanggaran terhadap janji dalam perikatan pokok yang termuat dalam

setiap penjanjian dan juga perjanjian itu tidak dalam bentuk tertulis

sekalipun. Sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan

62

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-wanprestasi-dalam-hukum-perdata/13413/2/ diakses pada tanggal 09 Oktober 2018, Pukul 02.55 Wita 63

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2006, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 323.

Page 85: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

72

tersebut tidak merupakan tindak pidana melainkan peristiwa atau

perbuatan hukum perdata (wanprestasi) jadi Terdakwa harus dilepas dari

segala tuntutan hukum.

Bahwa terkait penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa pihak

tersebut sebelumya lahir perjanjian pinjam meminjam uang, dalam setiap

perjanjian pada umumnya pinjam meminjam uang haruslah ditentukan

dalam Undang-undang sehingga dapat diakui oleh hukum. Perjanjian

pinjam meminjam baru dapat dikatakah sah apabilah memenuhi unsur

Pasal 1320 KUHPerdata yang menjelaskan bahwa:

“Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat 64: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal.

Sedangkan penjelasan pada Pasal 1335 KUHPerdata ialah:65 “Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatatan atau batal demi hukum”. Sehingga pertimbangan hakim di atas sebenarnya juga bukan

merupakan serta merta perbuatan atau hubungan hukum dalam hal

pinjam meminjam antara Terdakwa dengan korban.

Lebih lanjut S.R. SIANTURI mengemukakan bahwa, Seseorang yang

menerima pembayaran yang lebih, kemudian menyangkal menerima

kelebihannya tersebut dan tidak mau mengembalikan ketika diminta.

Berdasarkan apa yang telah penulis analisa sebelumnya, dapat

dikatakan bahwa seharusnya Terdakwa dalam perkara ini tidak divonis

lepas dari segala tuntutan hukum. Hal ini baik yang di dakwakan oleh

Penuntut Umum (Pasal 372 KUHP) termasuk kualifikasi Penggelapan,

64

Ibid., hlm. 339. 65

Ibid., hlm. 341.

Page 86: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

73

dan pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa perbuatan tersebut

tidak merupakan tindak pidana melainkan peristiwa atau perbuatan hukum

perdata wanprestasi tersebut menurut penulis sebenarnya juga tidak

terpenuhi sebagaimana di maksud dalam Pasal 1754 KUHPerdata dan

Pasal 1320 KUHPerdata. Hakim dalam menjatuhkan putusan seharusnya

menerapkan Asas Legalitas, yaitu Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan.

Kesalahan merupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana dan

menjadi salah satu unsur pertanggungjawaban pidana dari suatu subjek

hukum pidana. Adapun Hakim dalam menjatuhkan Putusan lepas dari

segala tuntutan hukum dalam tindak pidana penggelapan Terhadap

Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka, bahwa hakim dalam hal ini tidak

mempertimbangkan kembali bahwa unsur-unsur dalam Pasal 372 telah

terpenuhi.

Lebih lanjut penulis berpendapat bahwa, bisa saja kasus posisi

sebagaimana yang ada dalam Putusan Nomor 68/Pid.B/2016/PN Tka,

unsur-unsur dalam Pasal yang di dakwakan dapat terbukti jika saja hal itu

dibuktikan dalam fakta persidangan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nur Basuki Minarno bahwa,

hubungan hukum kontraktual atau perjanjian yang dibuat oleh terdakwa

hanya sebagai kedok atau kamuflase atau dapat juga dikatakan sebagai

modus operandi dalam melakukan tindak pidana. Pemasalahanya adalah

hal itu tidak dibuktikan selama persidangan.

Page 87: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

74

Jadi harusnya Terdakwa tidak serta merta divonis lepas dari segala

tuntutan hukum dan dikenakan Pasal 372 tentang Tindak pidana

Penggelapan sebagaimana yang dimaksud di dalam KUHP, karena unsur

niat dari terdakwa tidak dibuktikan dalam fakta persidangan sehingga tidak

dapat disimpulkan secara serta merta, apakah kasus tersebut murni kasus

perdata atau mengandung unsur Tindak Pidana dalam hal ini

Penggelapan.

Page 88: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Kesimpulan penulis diatas dapat diuraikan bahwa:

1. Perkara pidana dilepas dari segala tuntutan hukum ketika memenuhi

unsur-unsur sebagaimana yang diatur dalam Pasal 191 ayat (2)

KUHAP yaitu tindak pidana yang didakwakan oleh penuntut umum

terbukti secara hukum, tetapi tidak termasuk perbuatan pidana,

melainkan menjadi ranah hukum perdata. Selain itu, terdapat pula

alasan pemaaf dan pembenar, serta proses pembuktian dan

penuntutan dalam persidangan.

2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum (Onslag van recht vervolging) dalam perkara ini adalah

untuk dakwaan Pasal 378 KUHP yaitu tidak memenuhi unsur.

Selanjutnya untuk Pasal 372 KUHP memenuhi unsur tetapi perbuatan

terdakwa bukan merupakan tindak pidana, melainkan perbuatan hukum

perdata, sehingga hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum. seharusnya Hakim mempertimbangkan lebih jauh dan

memahami hukum lebih dalam kasus perkara ini karna tidak selamanya

perbuatan hukum yang dimulai dengan kontaktual tidak mungkin ada

unsur pidananya, sehingga hal inilah yang harus dilakukan pembuktian

lebih dalam oleh Majelis Hakim untuk memutuskan/menjatuhkan

pemidanaan terhadap terdakwa.

Page 89: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

76

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis juga ingin

menambahkan sedikit saran sebagai berikut :

1. Kepada segenap aparat penegak hukum baik Hakim, Jaksa, Polisi dan

sebagainya haruslah jeli melihat keterangan saksi-saksi, alat bukti dan

fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, dan juga berhati-hati dalam

memutuskan suatu perkara dengan memahami hukum lebih dalam

sehingga tujuan Keadilan, kepastian dan kemanfaatan tersebut dapat

tercapai.

2. Kepada Jaksa penuntun umum agar lebih cermat dan teliti apabilah

berkas perkara dari kepolisian dilimpahkan ke kejaksaan, serta melihat

keterangan saksi-saksi, alat bukti dan fakta-fakta yang terungkap

dipersidangan Sehingga setiap orang yang menjadi saksi dan

tersangka menjadi terdakwa betul-betul belandaskan dengan hukum

dan alat bukti yang kuat dan sah, sehingga keadilan dan tujuan dari

pemidanaan tersebut dapat tercapai lebih.

Page 90: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

77

DAFTAR PUSTAKA

Buku ---------------. 1995. Kitab undang-undang Hukum Pidana Serta Komentar-

Komentarnya. Politeia. Bogor. ---------------. 2005. Hukum Acara Pidana.PT Raja Grafindo. Jakarta ---------------. 2007. Kompilasi Hukum Pidana Dalam Perspektif Teoritik dan

Praktik Peradilan. Perlindungan Korban Kejahatan. Sistem Peradilan dan Kebijakan Pidana. Filsafat Pemidanaan serta upaya Hukum Peninjauan Kembali oleh Korban Kejahatan. Mandar Maju. Bandung.

Achmad Ali. 2002. Menguak Tabir Hukum. Gunung Agung. Jakarta. Adam Chazawi. 2003. Kejahatan Terhadap Harta Benda. Bayumedia.

Malang. Amir Ilyas dan Muhammad Nursal. 2016. Kumpulan Asas-asas Hukum.

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Amir Ilyas. 2012. Asas-asas Hukum Pidana. Yogyakarta & PuKAP-

Indonesia. Amiruddin dan Zainal Azikin. 2016. Pengantar Metode Penelitian Hukum:

Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Andi Hamzah. 2009. Delik–delik tertentu didalam KUHP. Sinar Grafika.

Jakarta Andi Sofyan. 2013. Hukum Acara Pidana. Mahakarya Rangkang.

Yogyakarta. Andre G. Mawey. “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan

Lepas dari Segala Tuntutan Hukum”.Lex Crimen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Vol. 5, Nomor 2 Februari 2016,.

Bismar Siregar. 1989. Hukum Pidana Acara. Bina Cipta. Jakarta Cempaka Indah. 2014. “Analisis Putusan Hakim Terhadap Tindak Pidana

Korupsi (Studi Putusan No. 272/ Pk/ Pid.Sus/ 2011)”, Skripsi. Sarjana Hukum. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.

Page 91: SKRIPSI - Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 7. 24. · skripsi tinjauan yuridis terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam tindak

78

Erdianto Effendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia.:PT. Refika Aditama. Bandung.

Hendar Soetarna. 2011. Hukum Pembuktian dalam Acara Pidana. Alumni Bandung.

Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi. 2014. Cepat dan Mudah Memahami

Hukum Pidana. Kencana Prenadamedia Group. Rawamangun. Moch. Faisal Salam. 2011. Hukum Acara Pidana dalam Teori & Praktek..

Mandar Maju. Bandung. Moeljatno, 1983, Asas-asas Hukum Pidana. PT. Bina Aksara. Jakarta. Mulyadi. Lilik. 2007. Hukum Acara Pidana.: PT Citra Aditya Bakti.

Bandung. Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Kencana Prenada

Media Group. Jakarta.

R. Soesilo. 1984. Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan

Delik-delik Khusus. Politea. Bogor. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. 2006. Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Soedirjo. 1985. Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana. Akademika

Pressindo. Jakarta. Tolib Effendi. 2014. Dasar- dasar Hukum Acara Pidana. Perkembangan

dan Pembaharuannya di Indonesia. Setara Press. Malang.

Internet http://kbbi.kata.web.id/penggelapan/ diakses pada 29 Mei 2018. Pukul

22.42 Wita. https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/99ff1478065194dac51898

cd9fbbcc16 di akses pada tanggal 30 Mei 2018.Pukul 03.20 Wita.