Upload
coy11
View
60
Download
2
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
csl
Citation preview
PENUNTUN SKILLS LAB
BLOK RESPIRASI
Diberikan pada Mahasiswa Semester IV
Prodi Pendidikan Dokter UNIBA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BATAM
2014
PENUNTUN SKILLS LAB BLOK RESPIRASI
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK UNIBA kegiatan Keterampilan klinik untuk mahasiswa semester 4 dilaksanakan pada blok Respirasi. Setelah mahasiswa selesai mengikuti keterampilan klinik pada blok Respirasi,
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan KIPDI III adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada mahasiswa adalahketerampilan untuk melakukan :
1. Anamnesis Penyakit yang berhubungan dengan Sistem Respirasi
2. Pemeriksaan Fisik diagnosis sistem Respirasi
3. Pembacaan Foto Rontgen dada (normal)
4. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)
5. Teknik Nebulisasi
II. TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan Skills Lab pada blok Respirasi ini mahasiswa dapat terampil melakukan komunikai dokter-pasien (anamnesis) penyakit yang berhubungan dengan sistem respirasi, terampil melakukan pemeriksaan fisik paru pada orang dewasa, terampil membaca foto Rontgen dada (normal), terampil dalam pemeriksaan BTA dan Terampil dalam melakukan teknik nebulisasi dengan benar.
II.2 TUJUAN KHUSUS/KOMPETENSI
1. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dokter-pasien (anamnesis) penyakit yang berhubungan dengan sistem Respirasi
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi
3. Mahasiswa mampu membaca Foto Rontgen dada (normal) dengan benar
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)
5. Mahasiswa mampu melakukan teknik nebulisasi
KETERAMPILAN KLINIK
ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM RESPIRASI
I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan anamnesis pada pasien sehingga mahasiswa mendapatkan informasi gejala dan riwayat penyakit pasien dan mengarahkan diagnosa sementara pasien sebagai kelainan paru.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan untuk ditetapkan sebagi keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan diharapkan.
Gejala Respirasi :
1. Batuk (kering/produktif)
2. Batuk darah
3. Sesak napas (akut, progresif,paroksimal)
4. Nyeri dada
5. Mengi
Gejala sistemik yang berhubungan dengan penyakit respirasi
1. Demam
2. Suara serak
3. Keringat malam
Pertanyaan tersebut meliputi :
a. Onset (akut atau gradual)
b. Location (lokasi)
c. Pola (intermitten atau terus menerus)
d. Frekuensi (setiap hari , perminggu atau perbulan)
e. Duration (durasi) : menit ataubeberapajam
f. Progression : semakin membaik atau semakin memburuk dibandingkan sebelumnya
g. Severity (tingkat keparahan): ringan, sedang, berat
h. Karakter (nyeri bersifat tajam, tumpul atau aching)
i. Radiation (penyebaran)
j. Precipitating and relieving factors (faktor-faktor yang memperberat dan faktor yang mengurangi gejala , misal :apakah ada menggunakan pengobatan sebelumnya?)
k. Associated symtomps (yang berhubungan dengan gejala lainnya misal batuk, mengi, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, ortpnea)
l. Systemik symptom (gejala-gejala sistemik mis demam, malaise,anoreksia, penurunan berat badan)
Kata-kata tesebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS atau :
Onset, Paliating/Provoking factor (Faktor-faktor yang mempengaruhi atau memprovokasi gejala), Quality (kwalitas), Radiation (penyebaran), Site (Lokasi), Timming(waktu). Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST
Tujuan pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita :
1. Lokasi, dimana Lokasinya?Apakah menyebar?
2. Kualitas. Seperti apa keluhan tesebut?
3. Kuantitas atau keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4. Waktu . Kapan keluhan muali dirsakan? Berapa lama keluhan tersebut berlangsung?seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan, aktifitas, emosi atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
6. Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah?
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal-hal lain yang menyertai serangan?
II. RANCANGAN PEMBELAJARAN
Waktu
Aktifitas Belajar Mengajar
Keterangan
20 menit
1o menit
20-30 menit
90 menit
Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 18 mahasiswa)
Penjelasan narasumber tentang anamnesa kelainan utama &keluahan tambahan pada kelainan resirasi (15 menit)
Pemutaran film cara namnesa gangguan respirasi (10 menit)
Tanya jawab singkathal yang belumjelas dari penjelasan dari film yang diputar(10 menit)
Demonstrasi pada kelas besar
Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter pasien pada penderita gangguan respirasi
Tahap I : Perkenalan
Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter menyembut dengan ramah dan senyum , kemudian memperkenalkan diri.
Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat sambil mencocokakan dengan data rekam medis.
Perhatikan penampilan wajah, padangan mata , komunikasi, cara berbisara dan interaksi lingkungan, perhatikan.Perhatikan pendamping yang menyertai pasien, interaksi asien dengan pendamping.
Tahap II : Anamnesa penyakit
Menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakti sebelumnya yang behubungan dengan penyakit sekarang, riwayat penyakit dalam keluarga,riwayat pemakaian obat dan alergi obat.
Tahap III :
Riwayat Sosioekonomi, pekerjaan dan riwayat merokok dan konsumsi alkohol.Menanyakan status sosial, pekerjaan dan pendapatan.Menanyakan riwat merokok dan konsumsi alkohol..
Coacing oleh instruktur
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (i kelompok terdiri dari 9 mahasiswa)
Tiap kelompok kecil memilikiinstruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3 orang mahasiswa dengan dibimbing oleh instruktur.
Kepada mahasiswa diberikan satu kasus simulasi
Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa.
Self Practice
Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri secara bergantian masing-masing selama 10 menit.
Mahasiswa diberikan 1 kasus dan mencata hal-hal yang penting dari anamnesis dan menyimpulkannya.Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan
Diskusi Akhir:
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus simulasi.
Narasumber
Narasumber
Instruktur Mahasiswa
Instruktur Mahasiswa
III. TUJUAN KEGIATAN
III.1 TUJUAN UMUM
Melakukan mahasiswa untuk dapat meingkatkan keterampilan anamnesis dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.
III.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada gangguan respirasi
2. Mahasiswa menelusuri keluhan utama dan keluhan tambahan
3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakti secara deskriptif dan kronologis
4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakti yang berhubungan dengan penyakit keluarga
5. Mahasiswa mampu mendapatkan riwayatpenyakit penyerta yang berhubungan dengan penyakit utama/sekarang
6. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan peilaku yang sesuai dengan sosio budaya pasien dalam hubungan dokter pasien
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 10 orang
2. Diskusi dipimpin oelh seorang intruktur yang telah ditetapkan oelh koordinator
3. Cara pelaksanaan kegiatan
Pada saat self practice intruktur mengamati peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada cheklist yang tersedia
Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter umum maupun sebagai pasien
4. Waktu pelaksanaan
Setiap kegiatan skills Lab dilaksanakan selama selama 150 menit
5. Tempat pelaksanaan
Ruang Skills Lab FK UNIBA
6. Sarana yang diperlukan
Alat Audiovisual
Materi audiovisual
Pensil/pulpen
Formulir anamnese
V. RUJUKAN
1. Bahan Kuliah
2. Patel H, Gwilt C, Respiratory System 3rd edition, 2008.Elsevier,Philadelphia p 187-207
3. Talley N, O Connor S, Respiratory system dan breast examination.Clinical examination.A Systemic a Guide to Physical Diagnosis 5th edition.Australia Elsevier 2006 P .93-125
LAMPIRAN
FORMULIR ANAMNESIS BLOK RESPIRASI
Nama Mahasiswa:
Grup :
Tanggal Anamnesa :
Instruktur :Paraf :
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien:
Alamat dan Tanggal Lahir :
Umur:
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Status perkawinan :
Agama:
Tanggal masuk ke RS:
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan
Telaah :
1. Batuk ( ) onset ( ) waktu (pagi/malam), (kering/produktif), warna ( ), bau ( ), volume ( ), konsistensi ( ), jika batuk apakah yang berhubungan dengan gejala lainnya ( )
2. Batuk darah ( ), onset ( ), warna ( ), bercak darah ( ), darah kental ( ), intermitten ( ), terus-menerus ( ), Frekuensi ( )
3. Sesak Napas ( ),onset ( ), pola ( ), tingkat keparahan ( ), berhubungan dengan cuaca ( ), sesak napas ketika jalan ( ........meter), kerja ( ), olahraga ( ), cemas ( ), ketinggian ( ), posisi berbaring ( ), sesak napas yang berhubungan dengan gejala lainnya ( ), napas berbunyi ( )
4. Nyeri dada ( ), onset ( ), lokasi ( ), pola ( ) frekuensi ( ), durasi ( ), progression ( ), karakter ( ), menyebar ( ), jika menyebar ke lokasi mana kah ( )
5. Demam ( ), onset (lokasi), waktu (pagi/malam), tingkat keparahan ( ), keringat malam ( )
6. Malaise ( ), kurang nafsu makan ( ), penurunan berat badan kg/bln
7. Suara serak ( ), onset ( )
Riwayat pemakaian obat :
Obat ACE inhibitor ( ),obat beta blocker ( ), obat NSAID ( ), Pil kontrasepsi ( ) dan obat-obat
Obat lainnya ( )
Riwayat alergi obat :
Pernah ( ), tidak pernah ( ), jika pernahapa gejala yang ditimbulkan oleh obat itu :
Kapan kejadian tersebut :
Riwayat penyakit keluarga :
Asma ( ), eksema/atopi ( ), Diabetes Mellitus ( ), Hipertensi ( ), tumor ( ), Kontak dengan
Penderita TB paru ( )
Riwayat sosial :
Situasi tempat tinggal : rumah ( ), jika rumah terbuat beton ( ), gubuk ( ), apartemen ( ),
Berapa orang yang tinggal dirumah tersebut : tinggal pedesaan ( ), tinggal perkotaan ( )
Padat penduduk ( )
Peliharaan binatang ( ), jenis binatang :
Pendapatan : Rp. 500.000,- ( ), Rp.500.000,-1.000.000,-( ), Rp. 1.000.000,-
Riwayat merokok : cerutu ( ), pipa ( ), rokok ( ), sejak kapan mulai ( ), jumlah ( ) batang
Atau bungkus /hari ), jenis rokok :(kretek/filter ), kapan diberhentikan ( )
Alkohol : minum alkohol ( ), berapa botol per hari ( )
Riwayat pekejaan : jenis pekerjaan ( ) sudah berapa lama ( )
DAFTAR TILIK ANAMNESIS SISTEM RESPIRASI
LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
TAHAP I : Komunikasi dokter dengan pasien yang berhubungan dengan gangguan respirasi
O
1
2
1. Menyapa dan mempekenalkan diri dengan pasien/keluarga pasien
2. Menempatkanpasien pada posisi ang benar sesuai dengan kondisinya
TAHAP II : Anamnesis pribadi
1. Menanyakan identitas penderita
TAHAP III : Anamnesis Penyakit
1. Menanyakan keluhan utama pada penderita atau keluarga pasien :
a. Batuk :
b. Sesak napas
c. Batuk darah
d. Nyeri dada
e. Suara napas berbunyi (mengi)
2. Menelusuri/menelaah keluhan penyerta
a. Batuk : onset, waktu (pagi/malam), kering/produktif,warna dahak,bau,volume
b. Sesak napas : onset, pola (intermittent /terus-menerus), tingkat keparahan ringan,sedang,berat),sesak napas (ketika berjalan, kerja,olahraga, cemas,ketinggian,posisi berbaring)
c. Batuk darah : onset, warna,bercak darah, darah kental
d. Nyeri dada : onset,lokasi, pola, durasi, karakter (tarasa ditekan,ditusuk), menyebar ke lokasi mana
e. Suara napas berbunyi (mengi)
3. Menanyakan keluhan tambahan pada penderita :
(Demam, Penurunan Berat Badan, Suara serak, Penurunan nafsu makan)
4. Menelusuri/menelaah Riwayat penyakit terdahulu , Riwayat pengobatan dan pemakaian obat sekarang, Riwayat alergi obat
5. Menanyakan riwayat penyakit keluarga :
(sma, atopi, Diabetes Melitus, Hipertensi, tumor, Kontak dengan penderita TB Paru)
6. Menanyakan riwayat merokok
(Sejak kapan, Berapa batang/bungkus per hari,Jenis rokok (kretek/filter)
7. Menelusuri status sosial-ekonomi
8. Menanyakan konsumsi alkohol : berapa botol per hari
9. Menanyakan riwayat pekerjaan
10. Menuliskan/merangkum data dalam status
11. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan
12. Mengucapkan salam dan terima kasih
KETERAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN FISIK PARU
I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik toraks pada pasien sehingga mahasiswa mendapatkan informasi kelainan pada pemeriksaan fisik pasien dan mengarahkan diagnosa sementara pasien sebagai kelainan paru.
Tata cara pemeriksaan fisik paru pada orang dewasa
1. Observasi
Memperhatikan pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan, penampilan wajah dan penampilan fisik
2. Inspeksi secara keseluruhan :
Mengamati mulai dari kepala (mata , mulut dan lidah), leher, kedua tangan dan kedua tungkai.Kemudian memperhatikan toraks ketika istirahat (bentuk toraks) dan pola pernapasan, pergerakan dinding dada
3. Palpasi :
Memeriksa simteris/asimetris letak trakea
Perabaan kelenjar getah bening pada daerah leher (regio coli), regio supraklavikula
Pemeriksaan dinding dada (asimetris/simetris( dengan ukuran normal 4 cm
Pemeriksaan vokal fremitus toraks kiri dibanding toraks kanan dari atas, tengah hingga bawah dengan menyeluruh pasien mengucapkan 77 dan tangan pemeriksa diletakkan didinding dada pasien sambil merasakan getaran yang dihasilkan.
Pemeriksaan palpasi di kedua tangan (nyeri), edema perifer (pitting edema) pada kedua tungkai.
4. Perkusi
Menentukan kondisi perkusi paru, perkusi dari toraks kanan ke toraks kiri begitu seterusnya berpindah dari kanan ke kiri mulai lapangan atas, tengah hingga lapangan bawah
Menilai kondisi perkusi basis paru dari toraks kanan atas terus ke bawah dan kemudian toraks kiri atas terus ke bawah
Cara perkusi jari tengah kiri melekat pada dinding toraks pasien pada sela iga dan jari tengah kanan mengetuk berulang kali ke atas jari tengah kiri dengan mengayunkan pergelangan tangan
5. Auskultasi
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan melakukan pemeriksan paru secara sistematis dari toraks kanan kemudian ke toraks kiri.Hal ini terus dilakukan dari mulai lapangan atas toraks, tengah hingga lapangan bawah
6. Mencatat hasil pemeriksaan fisik secara baik dan benar
II.1 TUJUAN UMUM
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keerampilan pemeriksaan fisik pada toraks
Dengan menggunakan teknik fisik diagnostik yang benar pada pasien
II.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan secara inspeksi pada toraks
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan palpasi pada toraks
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan perkusi pada toraks
4. Mhasiswa mampu melakukan pemeriksaan asukultasi pada toraks
III.RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
WAKTU
LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK TORAKS
KETERANGAN
10 menit
1. Observasi : Memperhatikan pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan, penampilan wajah dan penampilan fisik
2. Inspeksi : Mengamati mulai dari kepala, leher, toraks,kedua tangan dan kaki
Bentuk toraks :
a. Barel Chest
b. Pigeon chest (pectus carinatum)
c. Funnel chest (Pectus excavatum)
d. Kifosis
e. Skoliosis
f. Kifoskoliosis
Pola pernapasan ; frekuensi, irama (teratur/tidak teratur), kedalaman (bernapas secara normal,dangkal atau dalam) dan usaha bernapas (menilai ada tidaknya otot-otot pernapasan tambahan
Gerakan dinding dada(ketinggalan bernapas)
Dilatasi vena dinding dada pada obstruksi vena cava superior (venektasi/vena kolateral0
Iktus kordis dapat dilihat dan dapat diraba pada pasien kurus, tinggi dan langsing.
3. Palpasi
Leher & supraklavikula : meraba kelenjar pada leher, supraklavikulas kanan dan kiri
Trakea : Posisi trakea ditentukan dengan menempatkan ujung jari II dan jari III yang membentuk hutuf V atau ujung jari II tangan kiri dan kanan di incisura suprasternalis dan kemudian menentukan kedudukan gelang-gelang trakes adalah hubungan dengan sternum.Pergeseran trakea ke satu sisi merupakan petunjuk yang peka pergeseran posisi struktur mediastinum
Toraks : memeriksa stem fremitus toraks kiri dibandingkan toraks kanan dari atas, tengah, hingga bawah dengan menyuruh pasien mengucapkan 77 dan tangan pemeriksa diletakkan didinding dada pasien sambil merasakan getaran yang dihasilkan.Menilai ekspansi dinding toraks
Emfisema subkutis
Identifikasi daerah nyeri/lesi
Menilai tanda-tanda abnormalitas (tumor,abses, peradangan dan fratur iga)
4. Perkusi
a. Menentukan kondisi perkusi paru
Sonor (resonant) : terjadi bila udara cukup banyak dalam jaringan (alveolus) terdapat pada orang normal
Pekak (dul) : terjadi pada jaringan tanpa udara didalamnya, misalnya tumor paru, penebalanpleura
Redup (stony dull) : bila bagian padat jaringan lebih banyak dari udara didalamnya.misalnya :infiltrat, konsolidasi, cairan di rongga pleura
Hipesonor (Hiperresonant) : bila udara lebih banyak daripada jaringan padat, misalnya pada emfisema paru, kavitas besar yang letaknya di tepi pneumotoraks, bula yang besar
b. Disamping menentukan kelainan pada paru dengan perkusi dapat ditentukan bats-batas paru dengan organ sekitarnya
Batas paru jantung
Batas paru hati, bunyi sonor dari paru selanjutnya menjadi redup pada garis midklavikula yaitu pada sela iga 6. Peranjakan antara ekspirasi dan inspirasi yang normal adalah 2 jari
Batas paru lambung : perubahan sonor ke timpani apda garis aksila anterior, biasanya pada sela iga 8, batas ini sangat tergantung dari ada tidaknya isi lambung
Batas paru belakang bawah ditentukan pada garis skapula.Biasanya setinggi vertebra torakalis 10 untuk paru kiri dan 1 jari lebih tinggi dari paru kanan
5. Auskultasi
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan melakukan pemeriksaan paru secara sistematis
Suara napas : trakeal, bronkial, bronkovesikuler dan vesikuler
Suara napas tambahan : ronki basah (rales/crackles), wheezes, ronki kering (ronki)
Suara napas tambahan lainya : amforik, pleuiral friction rub, succutio hipocrates, egofoni, bronkofoni, whispered pectotiloquy.
6. Mencatat hasil pemeriksaa fisik secara baik dan benar
IV.PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1 PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar dan kecil
Kelompok besar dipimpin para narasumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur
2. Cara pelaksanaan kegiatan choacing selam 20-30 menit, beberapa mahasiswa melakukan pemeriksaan simulasi dibimbing intruktur dan peserta lain dapat melakukan pengamatan
Menggunakan pasien simulasi, mahasiswa.
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapt kesempatan melakukan
3. Waktu pelaksanaan
Setiap sklils lab dilaksanakan selama 150 menit
Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa
4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab
V.1 SARANA YANG DIPERLUKAN
a. Pensil/pulpen
b. Formulir pemeriksaan
c. Manikin
d. Meja
e. Tempat tidur pasien
f. stetoskop
g. Stetoskop
h. Tempat cuci tangan, sabun, air, alat pengering tangan.
V.2. RUJUKAN
1. Bahan Kuliah
2. Patel H, Gwilt C, Respiratory System 3rd edition, 2008.Elsevier.Philadelphia: 187-297
3. Swartz M. Dada dalam buku ajar Diagnostik Fisik : Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC : 1995 :154-178.
4. Talley N, OConnor S. Respiratory System and breast examination. Clinical Examination. A Systemic Guide Physical Diagnosis 5th edition. Australia . Elsevier 2006 : 93 125
5. Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks dan Paru Dalam buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik : 63 86
6. Willms, J, Schneiderman Buku Fisik Diagnostik 2005, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC 217 242.
LAMPIRAN
FORMULIR PEMERIKSAAN FISIK BLOK RESPIRASI
Nama Mahasiswa :
Kelompok :
Tanggal Anamnesis :
Instruktur :
VITAL SIGN :
(Dianggap sudah dikerjakan)
PEMERIKSAAN SECARA UMUM
Kepala :
Mata : ikterus (+/-), anemia (+/-), pupil (konstriksi +/-), ptosis (+/-)
Mulut : lidah : sianosis sentral (+/-), mulut mencucu (pursed lip breathing (+/-)
Suara serak (+/-)
Leher :
Tekanan vena jugular (+/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (+/-)
Pembesaran kelenjar getah bening (+/-)
Abdomen : Batas paru-hati :
Ekstremitas superior :
Nicotine staining (noda nikotin) (+/-), clubbing finggers (+/-), edema perifer (+/-), sianosis perifer (+/), tremor (+/-), nyeri tekan pada sendi-sendi tangan hipertropik pulmonary osteoarthrophy (+/-) dan kelemahan pada jari terutama ketika abduksi (+/-)
Estremitas
KETERAMPILAN KLINIK
PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA)
DENGAN TEKNIK ZIEHL NEEHLSEN
I. PENDAHULUAN
Bakteri tahan asam (BTA) sangat sukar diwarnai dengan zat warna anilin. Tetapi dengan menggunakan larutan zat warna yang keras (umpamanya yang mengandung fenol) disertai pemanasan (atau memasuki zat kimia tergitol), zat warna dapat memasuki sel bakteri tersebut. Dan sekali zat warna sudah memasuki sel bakteri tersebut, sukar melepaskannya dengan zat peluntur biarpun bahan pelarut lebih kuat.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu membuat preparat Bakteri Tahan Asam (BTA) secara langsung.
II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Membuat preparat Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan teknik Ziehl Neelsen.
2. Membaca preparat Bakteri Tahan Asam (BTA).
III. PERALATAN DAN BAHAN
1. Sputum
2. Gelas objek
3. Kain bersih
4. Lampu Bunsen
5. Pensil kaca/spidol
6. Ose/sengkelit
7. Carbol fuchsin
8. HCl Alkohol
9. Biru metilin (methylen blue)
10. Mikroskop
11. Minyak imersi
12. Penjepit kayu
IV. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Bersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak berlemak, gelas objek dilayangkan di atas nyala api
2. Dinginkan gelas objek itu & beri tanda/label dengan pensil kaca / spidol.
3. Ose (sengkelit) dipijarkan dan setelah dingin dipakai mengambil sediaan sputum yang akan diwarnai lalu disebarkan agar rata seluas 1-2 cm2. Jangan lupa memijarkan kembali ose yang telah digunakan mengambil sediaan yang mengandung bakteri tadi.
4. Biarkan sediaan mengering di udara, kemudian lewatkan di atas nyala api sebanyak 3 kali agar sediaan melekat dengan sempurna di atas permukaan gelas objek (bagian yang berisi sediaan jangan terkena nyala api, jadi menghadap ke atas).
5. Genangi dengan larutan carbol fuchsin selama 5 menit
6. Panaskan di atas nyala api sampai menguap, jangan mendidih atau kering selama 5 menit
7. Cuci dengan air kran 5 detik
8. Lunturkan dengan HCl alkohol sehingga tak ada lagi zat warna yang luntur
9. Cuci dengan air kran 5 detik
10. Genangi dengan biru metilin (methylen blue) 30 detik
11. Cuci dengan air kran dan keringkan. Preparat siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.
12. Baca hasil preparat BTA (skala IUATLD) : tampak berbentuk batang dan berwarna merah.
Negatif: tidak ditemukan per 100 lapangan pandang (LP)
Ditulis jumlah kuman: ditemukan1-9 BTA per 100 LP
(1+): ditemukan 10-99 BTA per100 LP
(2+): ditemukan 1-10 BTA per 1 LP
(3+): ditemukan >10 BTA per 1 LP
Pembacaan preparat BTA dilakukan dengan skala IUATLD
Catatan :
1. Pembacaan paling sedikit 100 lapangan pandang (1 preparat) setelah pemeriksaan kurang lebih 10 menit, dengan cara menggeserkan sediaan menurut arah seperti gambar dibawah ini :
2. Bila ditemukan 1-3 BTA dalam 100 lapangan pandang, pemeriksaan harus diulang dengan spesimen dahak yang baru. Bila ditemukan tetap 1-3 BTA, hasilnya dilaporkan negatif. Bila ditemukan 4-9 BTA, dilaporkan positif.
V. LEMBAR PENGAMATAN PEWARNAAN BTA DENGAN TEKNIK ZIEHL NEELSEN
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
Ya
Tidak
1. Membersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak berlemak, gelas objek dilayangkan di atas nyala api
2. Mendinginkan gelas objek itu dan beri tanda/label dengan pensil kaca atau spidol
3. Memijarkan ose (sengkelit) dan setelah dingin dipakai mengambil sediaan sputum yang akan diwarnai lalu disebarkan agar rata seluas 1-2 cm2. Jangan lupa memijarkan kembali ose yang telah digunakan mengambil sediaan yang mengandung bakteri tadi.
4. Mengeringkan sediaan di udara, kemudian lewatkan di atas nyala api sebanyak 3 kali agar sediaan melekat dengan sempurna di atas permukaan gelas objek (bagian yang berisi sediaan jangan terkena nyala api, jadi menghadap ke atas).
5. Menggenangi sediaan dengan larutan carbol fuchsin
6. Memanaskan sediaan di atas nyala api sampai menguap, jangan mendidih atau kering, selama 5 menit
1. Mencuci sediaan dengan air kran selama 5 detik
2. Melunturkan sediaan dengan HCl Alkohol sehingga tak ada lagi zat warna yang luntur
9. Mencuci sediaan dengan air kran selama 5 detik
10. Menggenangi sediaan dengan biru metilen (methylen blue) selama 30 detik
1. Mencuci sediaan dengan air kran dan keringkan. Sediaan siap untuk diperiksa di bawah mikroskop
1. Membaca kuman BTA di bawah mikroskop
1. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Tanggal pembuatan sediaan
Hasil pembacaan sediaan
Anjuran selanjutnya
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
KETERAMPILAN KLINIK
TEKNIK INHALASI ASMA BRONKIAL
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran pernapasan, sehingga pasien yang mengalami keluhan sesak napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan asma ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam menyimpan oksigen. Makin sedikit oksigen yang tersimpan berarti semakin buruk kondisi asma. Dengan menggunakan spirometer dapat mengukur berapa banyak udara yang tersimpan di paru-paru tersebut.
Tujuan pengobatan asma untuk menghentikan serangan secepat mungkin dan mencegah serangan berikutnya. Untuk mencapat tujuan tersebut diberikan obat yang bersifat bronkodilator pada waktu serangan dan obat anti inflamasi untuk menurunkan hiperaktivitas bronkus sebagai tindakan pencegahan. Pemberian obat asma bisa dilakukan dengan cara perenteral, oral dan inhalasi. Pemberian obat secara parenteral atau oral sering menimbulkan efek samping seperti gangguan gastrointestinal atau efek samping lain.
Prinsip terapi inhalasi
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
penghisapan. Terapi pemberian ini, saat ini makin berkembang luas dan banyak dipakai pada pengobatan penyakit-penyakit saluran napas. Berbagai macam obat seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan bronkodilator sering digunakan pada terapi inhalasi. Obat asma inhalasi yang memungkinkan penghantaran obat langsung ke paru-paru, dimana saja dan kapan saja akan memudahkan pasien mengatasi keluhan sesak napas. Untuk mencapai sasaran di paru-pari, partikel obat asma inhalasi harus berukuran sangat kecil (2-5 mikron).
Keuntungan terapi inhalasi ini adalah obat bekerja langsung pada saluran napas sehingga memberikan efek lebih cepat untuk mengatasi serangan asma karena setelah dihisap, obat akan langsung menuju paru-paru untuk melonggarkan saluran pernapasan yang menyempit.
Selain itu memerlukan dosis yang lebih rendah untuk mendapatkan efek yang sama, dan harga untuk setiap dosis lebih murah. Untuk efek samping obat minimal karena konsentrasi obat didalam rendah
Inhaler/MDI/Metered-Dose Inhaler
Digunakan dengan cara menyemprotkan obat ke dalam mulut, kemudian dihisap agar masuk ke dalam mulut, kemudian dihisap agar masuk ke paru-paru. Pasien perlu melakukan beberapa kali agar dapat menggunakan inhaler dengan benar. Jika pasien kesulitan untuk melakukan gerakan menyemprotkan dan menghisap obat secara beruntun, maka dapat digunakan alat bantu spancer.
Manfaat spancer adalah memungkinkan pasien menghisap obat beberapa kali, memaksimalkan usaha agar seluruh obat masuk ke paru-paru, dan dapat membantu menekan inhaler untuk anak-anak.
Untuk satu produk inhaler 60-400 dosis/semprotan. Contoh produk: Alupent, Becotide, Bricasma, Seretide, Barotec, Ventolin.
Turbuhaler
Digunakan dengan cara menghisap, dosis obat ke dalam mulut, kemudian diteruskan ke paruparu. Pasien tidak akan mendapat kesulitan dengan menggunakan turbuhaler karena tidak perlu menyemprotkan obat terlebih dahulu. Satu produk turbuhaler mengandung 60-200 dosis. Ada indicator dosis yang akan memberitahu anda jika obat hampir habis. Contoh produk: Bricasma, Pulmicort, Symbicort
Rotahaler
Digunakan dengan cara yang mirip dengan turbuhaler. Perbedaan setiap kali akan menghisap obat, rotahaler harus didiisi dulu dengan obat yang berbentuk kapsul/rotacap. Jadi rotahaler hanya berisi satu dosis, rotahaler sangat cocok untuk anak-anak dan usia lanjut. Contoh produk:Ventolin Rotacap
Nebulizer
Nebulizer digunakan dengan cara menghirup dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut. Nebulizer sangat cocok digunakan untuk anak-anak, usila dan mereka yang sedang mengalami serangan asma parah. Dua jenis nebulizer berupa kompresor dan ultrasonic. Tidak ada kesulitan sama sekali dalam menggunakan nebulizer, karena pasien cukup bernapas seperti biasa dan kabut obat akan terhirup masuk ke dalam paru-paru. Satu dosis obat akan terhirup habis tidak lebih dari 10 menit. Contoh produk yang bisa digunakan daengan nebulizer: Bisolvon solution, Pulmicort respules, Ventolin nebulas.
Anak-anak usia kurang dari 2 tahun membutuhkan masker tambahan untuk dipasangkan ke nebulizer Untuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas untuk mengobati bronkospasme akut, produksi mucus yang berlebihan, batuk dan sesak napas dan epiglottis
Keuntungan nebulizer terapi adalah medikasi dapat diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya seperti paru-paru sehingga dosis yang diberikan rendah. Dosis yang rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik. Pengiriman obat melalui nebulizer ke paru-paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat daripada rute lainnya seperti: subkutan/oral. Udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu mengeluarkan sekresi bronkus.
Perhatian dan Kontraindikasi
1. Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini, membutuhkan mask/sungkup, tetapi mask efektifnya berkurang secara spesifik.
2. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara napas tidak ada/berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak
3. dapat menggerakkan/memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran napas.
4. Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus dengan perlahan. Ketika diinhalasi katekolamin dapat meningkatkan cardiac rate dan menimbulkan disritmia
5. Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui IPPB/Intermittent Positive Pressure Breathing, Sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme
Peralatan:
1. Nebulizer dan tube penghubung
2. Cannula oksigen
3. Tube berkerut, pendek
4. Sumber kompresi gas/O2/udara/compressor udara
5. Medikasi/obat yang diberikan melalui nebulizer
Persiapan:
1. Tempatkan pasien pada posisi tegak/40-90 derajat yang memungkinkan klien ventilasi dan pergerakan diafragma maksimal
2. Kaji suara napas, pulse rate, status respirasi, saturasi oksigen sebelum medikasi diberikan
3. Kaji heart rate selama pengobatan, jika heart rate meningkat 20x per menit, hentikan terapi nebulizer, pada pasien hamil, heart fetus harus dikaji
4. Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur dengan benar, lakukan perlahan, napas dalam dam tahan napas saat inspirasi puncak beberapa saat.
Tahapan prosedur
1. Berikan oksigen suplemen, dengan flow rate disesuaikan menurut kondisi/keadaan pasien, pulse oxymetri/ hasil AGD. Inhalsi katekolamin dapat merubah ventilasi perfusi paru dan memperburuk hipoksemia untuk periode singkat
2. Pasang nebulizer dan tube dan masukkan obat ke dalam nebulizer sesuai program (obatobat bronchodilator ada yang berupa cairan untuk pengobatan hirup, cairan bronchodilator sebanyak 0,3-0,5 ml.
3. Ditambahkan /dicampur sejumlah normal saline steril sebanyak 1 ml sampai 1,5 ml ke nebulizer sesuai program
4. Hubungkan nebulizer ke sumber kompresi gas, berikan oksigen 6-8 liter/menit, sesuaikan flow rate oksigen sampai kabut yang keluar sedikit tipis, jika terlalu kuat arusnya obat dapat terbuang sia-sia
5. Pandu pasien untuk mengikuti tehnik bernapas yang benar
6. Lanjutkan pengobatan sampai kabut tidak lagi diproduksi
7. Kaji ulang suara napas, pulse rate, saturasi oksigen dan respiratory rate
8. Pemberian mungkin membutuhkan waktu selama 10-15 menit/30-40 menit
9. Komplikasi/efek samping obat berupa nausea, vomit, tremor, bronkospasme, takikardia
10. Masker Masker oksigen menutup hidung dan mulut dengan rapat, merupakan metode yang paling efektif dalam pemberian oksigen tingkat tinggi dan dipilih pada kondisi perawatan yang kritis.
Kerugian menggunakan masker adalah:
1. Masker mengganggu kemampuan pasien untuk berkomunikasi
2. Dapat dipindahkan pada saat makan, minum, makan obat diganti nasal canula
3. Menyebabkan individu Claustrophobia
4. Dengan masker mambuta beberapa pasien tidak nyaman
5. Lembab
6. Mengikat/sungkup harus terus melekat pada pipi/wajah pasien untuk mencegah kebocoran
7. Dapat terjadi aspirasi jika pasien muntah, terutama pada pasien yang tidak sadar/pasien anak
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN ANAMNESIS PENYAKIT RESPIRASI
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
0
1
2
TAHAP I : Komunikasi dokter dengan pasien yang berhubungan dengan gangguan respirasi
3. Menyapa dan mempekenalkan diri dengan pasien/keluarga pasien
4. Menempatkanpasien pada posisi ang benar sesuai dengan kondisinya
TAHAP II : Anamnesis pribadi
2. Menanyakan identitas penderita
TAHAP III : Anamnesis Penyakit
13. Menanyakan keluhan utama pada penderita atau keluarga pasien :
f. Batuk :
g. Sesak napas
h. Batuk darah
i. Nyeri dada
j. Suara napas berbunyi (mengi)
14. Menelusuri/menelaah keluhan penyerta
f. Batuk : onset, waktu (pagi/malam), kering/produktif,warna dahak,bau,volume
g. Sesak napas : onset, pola (intermittent /terus-menerus), tingkat keparahan ringan,sedang,berat),sesak napas (ketika berjalan, kerja,olahraga, cemas,ketinggian,posisi berbaring)
h. Batuk darah : onset, warna,bercak darah, darah kental
i. Nyeri dada : onset,lokasi, pola, durasi, karakter (tarasa ditekan,ditusuk), menyebar ke lokasi mana
j. Suara napas berbunyi (mengi)
15. Menanyakan keluhan tambahan pada penderita :
(Demam, Penurunan Berat Badan, Suara serak, Penurunan nafsu makan)
16. Menelusuri/menelaah Riwayat penyakit terdahulu , Riwayat pengobatan dan pemakaian obat sekarang, Riwayat alergi obat
17. Menanyakan riwayat penyakit keluarga :
(sma, atopi, Diabetes Melitus, Hipertensi, tumor, Kontak dengan penderita TB Paru)
18. Menanyakan riwayat merokok
(Sejak kapan, Berapa batang/bungkus per hari,Jenis rokok (kretek/filter)
19. Menelusuri status sosial-ekonomi
20. Menanyakan konsumsi alkohol : berapa botol per hari
21. Menanyakan riwayat pekerjaan
22. Menuliskan/merangkum data dalam status
23. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan
24. Mengucapkan salam dan terima kasih
Nilai Batas Lulus 80%
Nilai: =
NAMA PENGUJI:
NAMA MAHASISWA:
NIM:
TANDA TANGAN:
TANDA TANGAN:
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
NO.
LANGKAH/KEGIATAN
PENILAIAN
0
1
2
1.
Memperhatikan pasien saat masuk ruangan periksa, cara berjalan, penampilan wajah dan penampilan fisik
2.
Menyapa pasien dengan ramah, menjabat tangan pasien dan mempersilahkan duduk
3.
Menjelaskan kepada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta persetujuannya
4.
INSPEKSI
Bentuk toraks
Pola pernapasan
Gerakan dinding dada
5.
PALPASI
Leher & supraklavikula: meraba kelenjar pada leher, supraklavikulas kanan dan kiri
Trakea : menentukan posisi trakea
Toraks : memeriksa stem fremitus toraks kiri dibandingkan toraks kanan dari atas, tengah, hingga bawah
Emfisema subkutis
Identifikasi daerah nyeri/lesi
Menilai tanda-tanda abnormalitas (tumor,abses, peradangan dan fraktur iga)
6.
PERKUSI
Menentukan kondisi perkusi paru
Menentukan batas paru-jantung dan paru-hati
7.
AUSKULTASI
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks dan melakukan pemeriksaan paru secara sistematis
Menyebutkan suara napas dan suara napas tambahan bila ditemukan
8.
Mencatat hasil pemeriksaan fisik secara baik dan benar
9.
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik kepada pasien
10.
Mengucapkan terima kasih
Nilai Batas Lulus 80%
Nilai: =
NAMA PENGUJI:
NAMA MAHASISWA:
NIM:
TANDA TANGAN:
TANDA TANGAN:
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN MEMBACA FOTO THORAX
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
NO.
LANGKAH/KEGIATAN
PENILAIAN
0
1
2
1.
Persilahkan pasien duduk di depan dokter, menyiapkan foto dan light box.
2.
Lakukan pemeriksaan identitas pasien pada foto:
- nama
- umur
- jenis kelamindan tanggal pembuatan foto/
3.
Lakukan pemeriksaan ada tidaknya marker pada foto (R/L, D/S)
4.
Pasang foto di light box dengan pasien berhadapan dengan pemeriksa
5.
Tentukan posisi foto (PA, AP, lateral C/L, lateral decubitus R/L)
6.
Lakukan penilaian foto apakah memenuhi syarat atau tidak
Inspirasi cukup
Mencakup seluruh lapangan paru
Simetris
Kondisi foto cukup
7.
Lakukan pemeriksaan vaskuler parenkim paru, hati, mediastinum dan kedua sinus dan diafragma
-Apakah ada kelainan/lesi pada paru, pleura diafragma dan mediastinum
-Apakah ada tanda-tanda pendorongan/penarikan terhadap hili, diafragma, mediastinum dan penyempitan/pelebaran sela iga
- Pada anak-anak, apakah ada pembesaran kelenjar paratrakeal
8.
Lakukan pemeriksaan jaringan lunak dan tulang-tulang
9.
Buat diagnosa dari gambaran yang ditemukan
10.
Usulkan pemeriksaan atau posisi lain yang dibutuhkan, untuk lebih memperjelas diagnosa
Nilai Batas Lulus 80%
Nilai: =
NAMA PENGUJI:
NAMA MAHASISWA:
NIM:
TANDA TANGAN:
TANDA TANGAN:
11
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PEWARNAAN ZIEHL-NEELSEN
PETUNJUK
Berilah angka 0 dalam kotak penilaian jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan, angka 1 bila belum memuaskan, dan angka 2 bila sudah memuaskan
NO.
LANGKAH/KEGIATAN
PENILAIAN
0
1
2
1.
Sediaan yang sudah direkatkan ke atas api bubuhi dengan cukup banyak carbol fuchsin, kemudian dipanaskan dengan hati-hati di atas apai sampai tampak uap, jangan sampai mendidih, selama 3 menit.
2.
Cuci dengan air suling.
3.
Bubuhi dengan alkohol asam sehingga tak ada warna merah dilepas lagi oleh sediaan.
4.
Cuci lagi dengan air suling.
5.
Bubuhi metilen biru Loeffler selama 1,5 2 menit.
6.
Cuci sekali lagi dengan air suling.
7.
Keringkan dengan meletakkan miring di atas kertas kering.
Nilai Batas Lulus 80%
Nilai: =
NAMA PENGUJI:
NAMA MAHASISWA:
NIM:
TANDA TANGAN:
TANDA TANGAN: