skenario8-meryn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dvsvszvgs

Citation preview

Cumulative Trauma Disorders Akibat PekerjaanMeryn10-2011-133Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

PendahuluanCumulative Trauma Disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cidera pada saraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstremitas atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut, dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher).

Penyebab dari CTDs ini adalah gerakan berulang dengan pengerahan tenaga pada bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Dapat dipastikan bahwa CTDs ini berhubungan dengan kegiatan sehari-hari atau pekerjaan dari seseorang. Contoh nya seperti skenario 8, seorang wanita berusia 30 tahun mengeluh tangan kanan nya sakit. Mulai dari anamnesis, perlu ditanyakan jelas mengenai pekerjaan nya agar dapat dilihat apakah terdapat hubungan antara pekerjaan dan keluhan yang dialami.

Anamnesis lanjutan perlu dilakukan dan pemeriksaan-pemeriksaan yang berhubungan dengan keluhan untuk menunjang diagnosis. Setelah semua didapatkan hasilnya, kita melakukan 7 langkah untuk menentukan diagnosis penyakit akibat kerja (PAK). Selengkapnya akan di jelaskan dalam makalah ini.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit akibat kerja antara lain :1. Faktor Fisika) Suara atau kebisingan; dapat kelainan auditori atau non auditori.1b) Vibrasi; dapat menyebabkan beberapa tipe gangguan kesehatan yaitu1 :TIPEGangguan kesehatan

ASirkulasi darah

BTulang dan persendian

CNeurologis

DOtot dan sendi

EKelainan lain (misal SSP)

c) Suhu; suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, kejang panas atau hot cramps, serta hiperpireksia. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan frostbite.1d) Pencahayaan; kurang atau terlalu berlebihan nya penerangan dapat menyebabkan kelainan pada indra pengelihatan dan kecelakaan.1e) Radiasi sinar rontgen atau radioaktif; menyebabkan kelainan darah, kulit, dan sebagainya. Radiasi sinar infra merah dapat mengakibatkan katarak, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika.12. Faktor kimiawia) Debu; sebabkan peneumokoniosis (silicosis, asbestosis, dsb)1b) Uap; sebabkan demam uap logam, dermatosis, atau keracunan oleh zat toksis uap formaldehida.1c) Gas; misalnya keracunan CO, H2S dan lainnya.1d) Larutan zat kimia; dapat sebabkan iritasi kulit.1e) Awan atau kabut; terkena racun serangga, jamur, dan lainnya.13. Faktor biologis; misal bakteri, virus, dan sebagainya.14. Faktor fisiologis atau ergonomis; misalnya adanya kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain.15. Faktor mental-psikologis; misalnya pada hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit psikomatis lain.1

Jenis Penyakit Akibat KerjaDalam Keppres No. 22 Tahun 1993 terdapat 31 jenis penyakit akibat kerja, dua puluh Sembilan dari 31 penyakit kerja adalah penyakit yang bersifat internasional; penyakit demikian mengikuti klasifikasi ILO (International Labour Organization). Dua jenis penyakit yaitu penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi dan penyakit karena bahan kimia lainnya termasuk bahan obat bukan penyakit akibat kerja melainkan atas dasar pertimbangan keperluan kita sendiri.2

Berikut merupakan tiga puluh satu jenis akibat kerja sebagaimana terdapat dalam lampiran Keppres No. 22 Tahun 19932:1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. 2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras. 3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis). 4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. 5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik. 6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya beracun.10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya beracun.11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya beracun. 12. Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya beracun.13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya beracun.14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya beracun. 15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaanhidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun. 18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun. 19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton. 21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel. 22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. 23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih. 25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion. 26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik. 27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut. 28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes. 29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus. 30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau kelembaban udara tinggi. 31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Bila diperhatilan dengan seksama, ke-31 jenis penyakit akibat kerja menurut Keppres No. 22 Tahun 1993 dapat dikelompokkan atas dasar tiga kategori utama yaitu2:1. Penyakit akibat kerja yang dengan tegas dinyatakan penyebabnya yang dalam hal ini faktor-faktor kimiawi, fisis, atau biologis. Contoh: keracunan air raksa, akibat radiasi mengion, dan penyakit antraks akibat kerja.2. Penyakit akibat kerja yang mengenai system organ sasaran, yaitu system pernapasan, musculoskeletal, dan kulit. Contoh: vitiligo akibat kerja, kelaianan muskoloskeletal akibat kerja disebabkan vibrasi mekanis.3. Kanker akibat kerja. Contoh: karena vinil klorida atau debu kayu keras dari peerjaan di tempat kerja.Alur dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Pemeriksaan Kesehatan PekerjaAnamnesis :-Riwayat pekerjaan-Keluhan penyakit-Riwayat kesehatan-Riwayat kebiasaanPemeriksaan Fisik :-UmumPemeriksaan Laboratorium-Sesuai dengan faktor resikoBiological MonitoringPengobatan

Tim dalam menangani kesehatan kerja-Dokter Kesehatan Kerja-Perawat Kesehatan Kerja-Ahli Hygine Industri-Ahli Toksikologi-Ahli Epidemiologi-Ahli Keslamatan Kerja-Ahli Klinikal (dokter spesialis)-Ahli HukumPelatihan / penyuluhanMonitoring Hazard Lingkungan KerjaIdentifikasi-Walk Through SurveyPenilaian-Pengukuran-Hasil Pengukuran dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB)Pengendalian-Engineering-Administratif-Alat Pelindung Diri

Hubungan kausal pajanan & penyakitPAK atau PAHK (occupational disease) jika 1-4 (+) dan 5-6 (-)Penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja jika 1-6 (+)Bukan PAK jika 1-4 (-) dan 5-6 (+)Belum dapat ditegakkan7 Langkah diagnosis Penyakit Akibat Kerja2-41. Diagnosis Klinis2. Pajanan yang dialami3. Hubungan pajanan dengan penyakit4. Pajanan yang dialami cukup besar5. Peranan faktor individu6. Faktor lain diluar pekerjaan7. Diagnosis okupasi1. Tentukan diagnosis klinisnyaDiagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan fisik dan memanfaatkan fasilitas penunjang yang ada (seperti yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit). Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.2,3 AnamnesisPertanyaan untuk anamnesis dititikberatkan pada keluhan utama yang mengganggu pasien sampai ia datang untuk berobat. Penyakit yang mengenai keluhan pada musculoskeletal terutama perlu ditanyakan keluhan lain yang dirasakan.3 Nama : Ny. N Usia: 30 tahun Riwayat penyakit Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada tangan kanan sejak 1 minggu terakhir saat dan setelah bekerja. NyeriIdentifikasi lokasi nyeri, tentukan kualitas nyeri apakah menusuk atau berdenyut, identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi gerakan, kapan frekuensi nyeri meningkat, hilang atau tidak pada saat istirahat, hilang atau tidak dengan pengobatan, apakah nyeri juga dirasakan ketika bangun tidur? Kekuatan sendiIdentifikasi sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan, dan remisi kekakuan beberapa kali sehari? BengkakBerapa lama terjadi pembengkakan, disertai atau tidak dengan nyeri, dan penyebab panas atau kemerahan? Deformitas dan imobilitasKapan terjadi (tiba-tiba atau bertahap), ada tidaknya keterbatasan gerak, semakin memburuk atau tidak dengan aktivitas, dan penggunaan alat bantu? Perubahan sensoriAda tidaknya rasa baal pada bagian tubuh tertentu dan apakah ada hubungan dengan nyeri? Riwayat penyakit tambahan : kesemutan pada tangan kanan. Riwayat penyakit dahulu: - Riwayat penggunaan obat: - Riwayat penyakit keluarga: - Riwayat sosial dan ekonomi: - Riwayat pekerjaan: tukang rujak ulek Lama bekerja: sudah sejak lama Riwayat pekerjaan sebelumnya: - Alat kerja: ulekan, pisau Bahan kerja: buah-buahan, bumbu rujak Proses kerja: mengulek bumbu rujak, mengupas buah lalu mencampurkannya Barang yang diproduksi: rujak ulek Waktu bekerja sehari: - Kemungkinan pajanan yang dialami: - Alat pelindung diri yang digunakan: - Hubungan gejala dan waktu kerja: gejala dirasakan saat bekerja Pekerja lain mengalami hal sama: - Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum (tanda-tanda vital) : masih dalam batas normal Pemeriksaan khusus Look (inspeksi)5Perhatikan apakah terdapat: Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun buatan atau bekas pembedahan). Caf au lait spot (birth mark). Fistula. Perubahan warna (kemerahan atau kebiruan (livide) atau hiperpigmentasi. Benjolan atau pembengkakan atau cekukan dengan hal yang tidak biasa, misalnya ada rambut diatasnya. Posisi serta bentuk ekstremitas (ada tidaknya deformitas). Cara pasien berjalan (saat masuk kamar periksa). Feel (palpasi)Saat akan melakukan palpasi, posisi pasien diperbaiki agar sesuai dengan posisi anatomi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dua arah, yaitu melibatkan dokter dan respon pasien oleh karena itu selalu perhatikan wajah penderita saat menanyakan.5Perhatikan apakah terdapat perubahan : Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit. Apabila terdapat pembengkakan, periksa apakah terdapat fluktuasi atau oedema (terutama daerah persendian). Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya. Tonus otot saat kontraksi dan relaksasi. Benjolan yang terdapat di permukaan tulang atau melekat pada tulang. Sifat benjolan perlu di deskripsikan permukaannya, konsistensi, dan pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak, dan ukurannya. Move (gerak)Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakan anggota gerak dan dicatat apakah ada keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan ini, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih dahulu agar mendapat sikap kooperatif dari pasien dan juga mengetahui gerakan normal pasien.5 Apabila ada fraktur, tentu akan terdapat gerakan yang abnormal di daerah fraktur (kecuali fraktur incomplete). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari titik 0 (posis netral) atau dengan ukuran metrik. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak. Kekauan sendi (ankylosis). Gerakan aktif (apabila pasien sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh pemerika) dan gerakan pasif (apabila pemeriksa yang menggerakkan).Gejala klinis utama yang biasa ditemukan adalah : Nyeri dan ketidak nyamanan yang menetap pada otot, tendo, atau jaringan lunak anggota gerak. Pembengkakan, nyeri tekan, peradangan, dan krepitasi. Kesemutan dan baal jika mengenai saraf.Pada kasus : nyeri dan kesemutan pada tangan kanan. Pemeriksaan penunjang Laju endap darah (LED)6Pemeriksaan laju endap darah sangat sensitif bagi peradangan (inflamasi) tetapi tidak dapat mengetahui penyebab dari peradangan tersebut. Peningkatan laju endap darah menunjukkan adanya peradangan (inflamasi) dalam tubuh. Rheumatoid factor6Faktor rheumatoid merupakan autoantibody yang dimiliki oleh penderita Rheumatoid Arthritis. Hasil pemeriksaan positif dengan adanya antibody anti-RA33 kemungkinan besar mengidap Rheumatoid Arthritis. Asam urat darah6Pada keadaan normal, kadar asam urat plasma normal laki-laki diatas 17 tahun adalah 3,4 7 mg/dl, sedangkan pada wanita diatas 17 tahun adalah 2,4 6 mg/dl. Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin. Asam urat kemudian akan dieksresikan melalui ginjal. Pemeriksaan ini tidak bernilai diagnostik. Rontgen6X-Ray merupakan salah satu jenis pemeriksaan yuang dapat memberikan gambaran kondisi keadaan tulang, apakah ada fraktus, infeksi tulang, kelainan bawaan, destruksi sendi pada arthritis, osteoporosis tahap lanjut atau tumor fase awal atau yang sudah bermetastase. EMG (electromyography)EMG adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi kondisi dari saraf tepi (motorik maupun sensorik) dari otak. Pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi neuropati atau myopati akibat kerusakan saraf otak.

Pemeriksaan tempat kerja2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama iniFaktor pekerjaan yang dapat menyebabkan terjadinya cedera berulang pada otot antara lain2,4 : Beban dinamik adalah pergerakan anggota gerak yang berulang-ulang dan sering. Gerakan yang berulang akan menimbulkan ketegangan saraf dan otot yang akumulatif sehingga dibutuhkan lebih banyak upaya untuk melakukan tindakan yang sama. Beban statik adalah menahan anggota gerak terhadap gaya atau tekanan selama beberapa saat. Gerakan ini akan menghambat fungsi kerja saraf maupun aliran darah, aktivitas overload pada otot, sendi, dan tendon. Kekerasan yang berlebihan seperti gerakan berulang tidak memungkinkan otot memiliki waktu untuk sepenuhnya pulih antara gerakan. Pergerakan dengan jangkauan gerak secara penuh, misalnya pronasi ke supinasi dan kembali lagi. Sikap yang janggal (tidak nyaman) dengan jangkauan gerakan yang ekstrim, misalnya hiperfleksi atau hiperekstensi atau deviasi ulnar atau medial pergelangan tangan. Sikap janggal terjadi ketika tubuh tetap pada posisi yang berbeda dari posisi netral. Posisi ini termasuk memutar, membungkuk, mencapai permukaan bahu, mencapai di belakang tubuh, dan membungkuk ke belakang. Ketika tubuh dalam posisi netral, ada efisiensi kerja maksimum dengan sedikitnya jumlah penggunaan energi. Getaran terdiri dari 2 jenis utama, yaitu getaran lengan atau tangan dan getaran seluruh tubuh. Getaran lengan atau tangan mempengaruhi orang yang beroperasi kekuasaan didorong alat tangan seperti latihan, penggunaan poalu, senjata udara, dan gergaji. Getaran seluruh tubuh mempengaruhi orang yang beroperasi dengan kendaraan dan peralatan berat.3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut (hubungan pajanan dengan penyakit) Muscle pain disebabkan karena penggunaan otot terus menerus (beban dinamik) yang menyebabkan penumpukkan asam laktat pada otot. Tendon pain terjadi pada aktivitas dengan derajat pengulangan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena otot membutuhkan suplai darah yang lebih banyak sehingga tendon dan ligamen sendi kekurangan suplai darah Neuritis merupakan gejala dimana saraf yang berada di sekitar otot mengalami kerusakan. Hal ini dikarenakan beban statik dan dinamik.4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut Waktu kerjaLamanya waktu kerja meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada sistem musculoskeletal terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.5. Tentukan apakah ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi (peranan faktor individu) UsiaTerdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun masalah punggung secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal. Dalam suatu penelitian yang dilakukan di satu pabrik industri yang besar di Amerika Serikat, menemukan risiko cedera yang lebih tinggi secara bermakna pada pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun. Hal ini mencerrminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk mempelajari metode penggunaan otot dan tulang yang aman dan efisien. Walaupun angka cedera lebih tinggi pada kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang mungkin mencerminkan potensi pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala yang lebih cepat. Data mereka juga menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap cedera dengan biaya tinggi cenderung pada kelompok usia 31-40 tahun. Jenis kelaminKemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Kesegaran jasmaniPekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah berisiko mengalami cedera lebih besar. Kebiasaan merokokSetiap 10 batang rokok akan meningkatkan keluhan otot sebanyak 20%. Merokok juga menyebabkan konsumsi oksigen sehingga akan lebih mudah merasa lelah.6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit (faktor lain diluar pekerjaan) Pernah mengalami cedera sebelumnya. Pasien memiliki pekerjaan sampingan. Mengonsumsi makanan tinggi purin yang berakibat pada meningkatnya kadar asam urat (jeroan, makanan laut, dan kacang). Pasien mengonsumsi obat tertentu. Physical Environment : temperature & lightningPajanan pada udara dingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya sentuh. Penggunaan otot berlebihan untuk meemgang alat kerja dapat menurunkan resiko ergonomic. Tekanan udara dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh akibat dalam panas kelelahan dan heat stroke. Pencahayaan yang tidak adekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, misalnya mata.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya (diagnosis okupasi)Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, serta terdapat pajanan yang jelas dalam jumlah yang besar maka keluhan oleh perempuan berusia 30 tahun yang datang dengan keluhan nyeri dan kesemutan pada tangan kanan saat bekerja dan setelah bekerja sejak satu minggu lalu termasuk dalam kategori penyakit akibat kerja.

Diagnosis KerjaCumulative Trauma DisorderCTDs disebut juga dengan cedera gerakan berulang, gangguan trauma kumulatif, sindroma penggunaan berlebihan akibat kerja, cedera gerakan berulang akibat kerja, dan gangguan anggota gerak atas akibat kerja. Umumnya terkait dengan penggunaan yang berlebihan dan ketegangan di otot, tendon, dan jaringan lunak bagian atas tubuh seperti pergelangan tangan, lengan, bahu, siku, atau leher. Penyebab CTDs dikarenakan trauma berulang secara mikroskopis yang terjadi karena tekanan pada otot dan sendi.1,7Faktor umum yang mengakibatkan Cumulative Trauma Disorder meliputi : Kelelahan otot ligament, tendon, dan otot karena ketegangan dan peregangan. Ketegangan mengakibatkan kurangnya pasokan darah dan kerusakan saraf. Berkurangnya energi memberikan Adenosin Triphosphat (ATP)Kegiatan yang dapat meningkatkan risiko CTDs meliputi kegiatan yang berulang, melakukan aktivitas yang sama dalam jangka waktu panjang dan tanpa istirahat, bekerja dengan kekuatan (misalnya mengangkat benda berat), bekerja di iklim dingin dengan instrument yang bergetar, dan stress.7CTDs diperburuk dengan tekanan terkait dengan gerakan seperti memutar, menggunakan palu dan berdebar, meremas, mendorong, menarik, dan mengangkat. Faktor lainnya adalah beban terlalu cepat atau berlebihan kerja, berjam-jam, dan kurangnya istirahat diantara bekerja.7Diagnosis Banding1. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)CTS atau neuropati median di pergelangan tangan adalah suatu keadaan dimana saraf medianus yang berjalan melewati terowongan karpal mengalami penekanan sehingga menyebabkan parestesia, mati rasa, dan kelemahan otot di tangan. Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin, dan lain-lain. Gejala awal umumnya berupa gangguan sensorik (rasa nyeri, baal, parestesia) gejala motorik hanya dijumpai pada stadium lanjut. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis di dukung pemeriksaan elektrodiagnosik, radiologis, dan laboratoris.7,8Penatalaksanaan nya di bagi atas tindakan konservatif seperti istirahat, pemasangan bidai dan injeksi steroid serta tindakan operatif.7,82. Rheumatoid ArthritisRheumatoid Arthritis atau dikenal dengan penyakit reumatik adalah gangguan sendi yang dicirikan adanya inflamasi dan merupakan penyakit auto imunitas. Sistem imun di dalam tubuhnya gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing sehingga sistem imunnya akan menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovial dan jaringan ikat. Penyakit ini bersifat menahun dan sistemik, dan seringkali progresif. Sebagian besar pasien dengan rematik arthritis ini tubuhnya membentuk antibody yang disebut rheumatoid factor (faktor rematoid). Faktor ini menentukan agresivitas atau keganasan dari penyakit.8Rheumatoid Arthritis biasanya terjadi secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Peradangan biasanya bersifat simetris. Sendi yang biasa meradang adalah sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut, dan pergelangan kaki. sendi yang meradang basanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Beberapa penderita merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari. Pada umumnya, sendi yang terkena akan membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Sendi dapat terhenti dalam satu posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya. 83. De Quervain DiseaseDe Quervain Disease dinamakan sesuai dengan nama orang yang pertama kali mendeeskripsikan penyakit ini yaitu Fritz De Quervain, seorang ahli bedah Swiss. Penyakit ini di deskripsikan pada tahun 1895. De Quervain Disease merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut. De Quervain Disease atau tenosinovitis stenosans ini merupakan tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon, sering juga ditemukan penebalan tendon.7,8Lokasi De Quervain Disease ini adalah pada kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB). Pasien dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral datri pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan atau lengan bawah bagian lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik terhadap penanganan non bedah.7,8PenatalaksanaanTerapi medikamantosa : Analgetika dan obat anti inflamasi non steroidPemberian obat anti peradangan non steroid, misalnya aspirin atau ibuprofen, selama 7-10 hari bisa mengurangi nyeri dan peradangan. Kadang kortikosteroid dan obat bius lokal disuntikkan ke dalam selubung tendon. Penyuntikkan bisa menyebabkan serangan yang berlangsung kurang dari 24 jam. Serangan ini bisa diobati dengan kompres dingin dan obat pereda nyeri. Pengobatan mungkin harus diulang setiap 2-3 minggu selama 1-2 bulan sebelum peradangan sembuh total.7

Terapi Non medikamantosa1. Istirahat dengan imobilisasi pada daerah yang terkenaUntuk meringankan gejalanya, biasanya daerah yang terkena diistirahatkan, dipasang bidai atau gips serta dilakukan pemanasan atau pendinginan.72. FisioterapiFisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang dasar kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, dan peralatan (fisik, elektroterapeutik, dan mekanis, pelatihan fungsi, komunikasi).73. Edukasi pasienPencegahan1. PrimerMelakukan penyuluhan, olahraga, perubahan perilaku.42. Sekunder (melalui peraturan dan administrasi, melalui teknis)4 Perhatian terhadap ergonomi kerja. Perancangan mesin dan peralatan yang baik. Pelatihan moderator yang memadai. Masa istirahat Rotasi kerja dengan pekerjaan yang memerlukan berbagai macam kegiatan dan kerja fisik yang berbeda. Memakai APD3. Tersier : Melakukan Medical Check Up berkala4RujukanTerdapat beberapa rujukan yang harus dilakukan setelah diagnosis penyakit akibat kerja sudah di tegakkan.1. Rujukan kasus : Diagnosis, terapi, rawat inap bila perlu.2. Rujukan untuk mendapat informasi lebih lengkap.3. Rujukan untuk pengendalian di perusahaan.

KesimpulanBerdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan, serta menelaah hubungan antara keluhan pasien dengan pekerjaan nya, dapat di pastikan bahwa seorang perempuan berusia 30 tahun dengan keluhan nyeri pada tangan kanan nya ini menderita Cumulative Trauma Disorder yang merupakan gangguan pada sistem muskuloskeletal yang disebabkan oleh akumulasi trauma fisik pada tendon, tulang atau saraf di ekstremitas tertentu dalam jangka waktu yang lama dan secara terus menerus akibat dari pekerjaan nya sebagai tukang rujak yang mengharuskan mengulek bumbu rujak menggunakan tangan kanan nya setiap hari. Untuk penatalaksanaan kasus, pasien dapat diberikan obat analgetik dan antiinflamasi serta harus diberikan edukasi tentang penyakit akibat kerja serta pencegahan nya.Daftar Pustaka1. Jeyaratnam, J., Koh, D. Pekerjaan dan Kesehatan. Textbook of Occupational Medicine Practice. Jakarta: EGC;2010.2. Ridley, J. Hukum-hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Health & Safety in Brief. 2008.3. Sumamur PK, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto; 2009.4. Harrington JM, Gill S. Kesehatan kerja Jilid III. Jakarta: EGC;2005.5. Gleadle J.At a glace pemeriksaan fisik.Jakarta:Erlangga;2007.h.93.6. Gandasoebrata R.Penuntun laboratorium klinik.Jakarta:Dian Rakyat;2006.7. Subekti I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.8. Sudoyo A W et all.Buku ajar ilmu penyakit dalam.Ed 5.Jakarta:Interna Publishing;2009.Cumulative Trauma Disorders akibat pekerjaan