Skenario 3 Blok 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skenario 3

Citation preview

Klarifikasi istilah

SKENARIO

Saat menjadi probandus praktikum dermatome, Ami dapat merasakan adanya stimulas rasa nyeri, rasa suhu, rasa raba pada seluruh tubuhnya. Berdasarkan hasil praktikum tersebut ia berasumsi bahwa seluruh sesibilitasnya tidak ada gangguan. Benarkah asumsi Ami tersebut?

KLARIFIKASI ISTILAH1. Probandus

: seseorang yang dijadikan contoh dalam suatu praktikum.2. Praktikum :bagian dari pengajaran yang bertujuan agar seseorang mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan keadaan nyata atas apa yang di peroleh dari teori yang ada..3. Dermatome: : daerah kulit yang dipersarafi oleh serabut saraf aferen dengan satu kornu posterior sumsum tulang belakang.4. Stimulus : perangsang organisme bagian tubuh atau reseptor untuk menjadi aktif.5. Nyeri : sensasi yang tidak menyenangkan yang di dapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial.6. Suhu : besaran yang menyatakan suatu ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.7. Rasa raba

: perasaan untuk mengenali stimulus berupa sentuhan.8. Asumsi : dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berfikir karena di anggap benar.9. Sensibilitas : kemampuan tubuh untuk menafsirkan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar yang berupa rabaan atau merasakan.IDENTIFIKASI MASALAH1.Ami dapat merasakan stimulus rasa nyeri, rasa suhu, rasa raba pada seluruh tubuhnya pada saat menjadi probandus praktikum dermatome.2.Berdasarkan hasil praktikum Ami berasumsi bahwa seluruh sensibilitasnya tidak ada gangguan .TABEL IDENTIFIKASI

NOOBSERVEDEXPECTEDCONCERN

1Ami dapat merasakan stimulus rasa nyeri, rasa suhu, rasa raba pada seluruh tubuhnya pada saat menjadi probandus praktikum dermatome.

2Berdasarkan hasil praktikum Ami berasumsi bahwa seluruh sensibilitasnya tidak ada gangguan.

ANALISIS MASALAH1.a. Indera apa saja yang mempengaruhi stimulus yang dirasakan?

b. Apa saja jenis-jenis nyeri? c. Bagaimana anatomi pada kulit?Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau

subkutis. a) Epidermis

Epidermis terbagi atas empat lapisan.

1 . Lapisan basal atau stratum germinativium1 . Lapisan basal atau stratum germinativium.

2. Lapisan malpighi atau stratum spinosum.

3 . Lapisan granular atau stratum granulosum.

4. Lapisan tanduk atau stratum korneum.

Epidermis mengandung juga : Kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku.

Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas

dilepaskan dengan cara penguapan. Kelanjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat

diselaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Sektretnya

cairan jernih kira-kira 99 persen mengandung klorida,asam laktat,nitrogen dan zat lain. Kelenjar apokrin

adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut, terdapat di ketiak, daerah anogenital,

putting susu dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki dan

AKulit meliputi seluruh permukaan luar tubuh manusia dan merupakan situs utama dari interaksi dengan dunia sekitarnya. It serves as a protective barrier that prevents internal tissues from exposure to trauma, ultraviolet radiation, temperature extremes, toxins, and bacteria. Ini berfungsi sebagai pelindung yang mencegah jaringan internal dari eksposur terhadap trauma, radiasi ultraviolet, temperatur ekstrem, racun, dan bakteri. Other important functions include sensory perception, immunologic surveillance, thermoregulation, and control of insensible fluid loss. fungsi penting lainnya termasuk persepsi sensorik, surveilans kekebalan, termoregulasi, dan kontrol kehilangan cairan pingsan. For information on diseases and disorders of the skin, see the eMedicine Anatomy of the skin. Anatomi kulit.

Anatomy of the skin. Anatomi kulit.

d. Bagaimana histologi pada kulit?e. Bagaimana mekanisme perjalanan stimulus sampai timbulnya rasa nyeri, rasa suhu, rasa raba?Fisiologi perjalanan nyeri :Reseptor nyeri yang jumlahnya jutaan di tubuh, menerima sensasi yang kemudian dibawa ke spinal cord yaitu pada daerah kelabu dilanjutkan ke traktus spinothalamikus selanjutnya ke korteks serebral. Mekanismenya sebagai berikut ; Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke otak.

Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke kornu dorsalis pada spinal cord.

Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak.

Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan lokasi nyeri dirasakan.

Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak, turun melalui spinal cord.

Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.

Teori Gate Control nyeriTeori ini menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil menghantarkan stimulus nyeri ke otak, sedangkan saraf berdiameter besar berusaha menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal cord ke otak. Mekanisme ini terjadi pada sel-sel substancia gelatinosa pada kornu dorsalis di spinal cord.PERJALANAN NYERI TRANSDUKSI

Pengubahan berbagai stimuli oleh reseptor menjadi impuls listrik yang mampu timbulkan pot.aksi MODULASI

Pengaturan impuls nyeri : normal, ditekan, difasilitasi TRANSMISI

Penghantaran impuls nyeri PERSEPSI

Kesadaran akan adanya nyeri Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:TraumaObat-obatanPertumbuhan tumorGangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)f. Bagaimana persaraf pada stimulus rasa nyeri, rasa suhu, rasa raba? g. apa saja jenis nyeri ?

Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut :a. dua rasa nyeri utama yaitu :nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik.Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri elektriknyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit.Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual dan nyeri kronik.b. Waktu nyeriNyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba, intensitasnya bervariasi dari sedang sampai dengan berat dan berakhir dalam periode singkat sampai dengan kurang dari 6 bulan.Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan misalnya nyeri pada penyakit kanker.h.bagaimana peta dermatome ?

2.a. Mengapa Ami berasumsi bahwa seluruh sensibilitasnya tidak ada gangguan? b. Bagaimana sensibilitas dapat dikatakan normal atau tidak normal? c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sensibilitas? d. Apa saja jenis-jenis sistem sensibilitas? e. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan sensibilitas pada seseorang?1. SensibilitasAda tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul. Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan ya setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

2.MotorikPemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).

3. RefleksPemeriksaan refleks meliputiRefleks korneaa.LangsungPasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.b.Tak langsung (konsensual)Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).Refleks bersin (nasal refleks)Refleks masseterUntuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.

f.Saraf abdusens (N. VI)Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.

g.Saraf fasialis (N. VII)Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan :Asimetri wajahKelumpuhan nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrikGerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya ).Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)- Tes kekuatan otot1.Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.2.Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.3.Memperlihatkan gigi (asimetri)4.Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)5.meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.6.Menarik sudut mulut ke bawah.- Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.- HiperakusisJika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.

h.Saraf Vestibulokokhlearis (N. VIII)Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibuler1)Pemeriksaan pendengaranInspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.Tes RinneGarpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam keadaan norma anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Pada tuli saraf anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif.

Tes WeberGarpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang abnormal.

2)Pemeriksaan Fungsi VestibulerPemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen Baranny, dixxon Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

i.Saraf glosofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N. X)Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda hidung / bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut ah jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan. Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah (N. IX).

j.Saraf Asesorius (N. XI)Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.k.Saraf Hipoglosus (N. XII)Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara; Inspeksi lidah dalam keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral.Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.

HIPOTESIS

Asumsi Ami salah karena pemeriksaan sensibilitas yang dilakukan Ami hanya pada pemeriksaan luar dan tidak melakukan pemeriksaan dalam.