19
SISTEM SOSIAL RP14-1204 KOMUNITAS SANGGAR ALANG-ALANG DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT r.m.bagus praksoso – 3611100021 andrian hadi susanto - 3611100023 ramadhan tirta s. – 3611100029 rizki nur thoyibah - 36131000

Sistem Sosial Peranan Sanggar Alang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi matakuliah sistem sosial

Citation preview

SISTEM SOSIAL RP14-1204

KOMUNITAS SANGGAR ALANG-ALANG DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

r.m.bagus praksoso – 3611100021andrian hadi susanto - 3611100023

ramadhan tirta s. – 3611100029rizki nur thoyibah - 36131000

BAB IPendahuluan

Latar BelakangHakikat pembangunan menurut Pancasila dan UUD 1945 adalah

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Dalam mewujudkan hal tersebut perlu adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Banyak anak-anak yang putus sekolah akibat dari ketidakadaan biaya sehingga mereka memutuskan untuk mencari nafkah dijalanan dan memebantu orang tua mereka mencari uang. Dengan keadaan tersebut menyebabkan banyak terjadi pengangguran dan anak-anak terlantar di jalanan tanpa adanya pengawasan orang tua atau pengasuhnya. Di kota Surabaya ini sudah diterapkan pendidikan gratis, tetapi masih banyak anak yang mengalami putus sekolah atau bahkan tidak bersekolah karena berbagai alasan salah satunya adalah tidak mampu membayar biaya kebutuhan sekolah lainnya misalnya buku tulis ataupun seragam. Menurut pasal 20 UU Republik Indonesia No. 23 tahun 2002, Negara, Pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Disini terlihat bahwa setiap anggota masyarakat, bangsa, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya juga ikut serta bertanggung jawab terhadap perlindungan anak jalanan. Anak jalanan juga berhak mendapatkan perlindungan dalam bidang sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan.

Pemerintah pusat sebenarnya telah menetapkan peraturan mengenai wajib belajar 12 tahun dalam Perda no. 8 tahun 2014. Selain itu, terdapat juga Perda no. 9 tahun 2014 yang mengatur tentang wajib belajar 15 tahun. Dengan adanya pengajaran diharapkan akan diperoleh pengetahuan, keterampilan, serta perilaku yang baik. Pada akhirnya keterampilan ini akan dipergunakan untuk membantu dirinya sendiri serta dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sempurna membutuhkan bantuan dari orang-orang dewasa yaitu melalui pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan non-formal yang diselenggarakan di luar sekolah baik yang dilembagakan maupun tidak dilembagakan merupakan alternatif yang baik untuk memecahkan masalah bagi anak jalanan. Perlu adanya aksi yang dapat mengubah pola pikir, sikap mental, dan nilai-nilai yang dianut dalam budaya mereka. Sanggar alang-alang adalah salah satu pendidikan non-formal alternatif yang peduli dan fokus menangani anak jalan Surabaya khususnya pada terminal Joyoboyo. Tentu anak jalanan ini menimbulkan keresahan tersendiri dan menjadi sebuah permasalahan perkotaan. Adanya pemberdayaan masyarakat khusunya anak-anak jalanan di terminal Joyoboyo ini tentu akan meningkatkan mutu tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi tingkat kriminalitas Kota Surabaya. Dengan adanya pemberdayaan yang baik juga dapat mengubah cara pandang masyarakat bahwa tidak selamanya anak jalanan itu jorok, kumuh, kumal,

kasar, dan sering membuat onar, susah diatur serta berbagai pandangan negatif yang lainnya.

BAB IIKonsep Dasar Teoritis

Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan erat hubungannya dengan kata kekuatan atau power.

Menurut Moh. Ali Aizz (2005), pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus menerus, proses partisipatif dimana anggota masyarakat bekerjasama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses.

Pembangunan untuk saat ini lebih berpusat pada pembangunan manusia. Masayarakat merupakan pelaku utama pembangunan yang didasarkan pada aspirasi, kebutuhan dan kekuatan atau kemampuan. Kekuatan dan kemampuan yang ada menjadi potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai upaya untuk memandirikan dan meningkatkan harkat masyarakat. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kemajuan diri tiap individu masyarakat.

Menurut Setiawan (2003), adapun faktor yang menyebabkan kesuksesan dan kegagalan pembangunan masyarakat yang dikelompokkan dalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam komunitas yang mempengaruhi dalam program pembangunan, antara lain :

a. Sejarah komunitasb. Berkaitan dengan struktur dan kapasitas organisasic. Terkait dengan sumberdaya yang dimiliki komunitasd. Berkaitan dengan kepemimpinan dalam komunitas itu sendiri

Faktor eksternal merupakan factor yang berasal dari luar komunitas yang mempengaruhi pembangunan masyarakat, antara lain :

a. Menyangkut sistem sosial politik makro dimana komunitas beradab. Berkaitan dengan ada atau tidaknya agen-agen peraturan yang dapat

menjadi penghubung antara komunitas dengan pihak luar.

BAB IIIGambaran Umum

Penjelasan Kelompok Masyarakat TerpilihSanggar alang-alang Surabaya merupakan sebuah lembaga yang

menampung anak-anak jalanan dan keluarga miskin untuk diberdayakan melalui berbagai macam kegiatan yang ada di dalam Sanggar alang-alang. Melalui tangan dingin seorang seniman dan budayawan Jawa Timur, Haji Didit Hape, yang saat itu menjadi reporter senior di TVRI Surabaya, Sanggar alang-alang berdiri pada tanggal 16 April 1999. Dan pada tanggal 28 Maret 2001 Sanggar Alang-alang secara resmi terdaftar sebagai Yayasan Pendidikan Peduli Anak Negri ( SK. MENKUMDANG RI. Tgl. 19 Januari 2000 no. C-32.HT.03.01 Th.2000). Saat ini sudah terdapat 261 anak binaan yang belajar di Sanggar alang-alang.

Di dalam Sanggar alang-alang juga terdapat berbagai program kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan anaka-anak tersebut. Kegiatan pemebelajaran di Sanggar ini biasanya dilaksanakan dari hari Senin-Jumat dari pukul 15.00-17.00 WIB. Program pembelajaran yang diberikan antara lain yaitu wawasan umum, sejarah dan budaya, kesenian, menjahit dan menyulam, agama, bahasa inggris, dan lainnya. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam Sanggar alang-alang tidak hanya terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran tersebut juga ditanamkan pada kebiasaan sehari-hari salah satu contohnya adalah siapapun yang keluar masuk sanggar harus mengucapkan salam dengan keras. Begitu juga saat bertemu orang-orang yang berada dalam kegiatan sanggar maka mereka akan berjabat tangan dengan gaya yang diciptakan oleh Didit Hape. Pembelajaran seperti itu bertujuan untuk merubah tingkah laku dan sikap mereka agar menjadi berkelakuan baik seperti anak-anak lain pada umumnya. Didit Hape menggunakan pedoman empat pilar perilaku yaitu etika, estetika norma, dan pembelajaran agama dalam proses mendidik anak jalanann tersebut. Hal itu dilakukan agar mereka menjadi anak yang berdaya, berguna, dan berbudaya disaat mereka masuk ke

Gambar: Didit Hape pendiri Sanggar alang-alangSumber : Iklanpos.co.id

dalam lingkungan masyarakat nantinya. Selain itu, di Sanggar alang-alang terdapat tiga semboyan tersebut adalah belajar, berkarya, dan berdoa.

Program Belajar Sanggar Alang-AlangTerdapat beberapa program belajar di Sanggar alang-alang dalam bentuk

tiga kegiatan anatara lain Bimbingan Anak Negeri (Anak Jalanan), Bimbingan Anak Perawan (Perempuan Rawan), Bimbingan Ibu dan Anak (BIAN).

1. Bimbingan Anak Negeri (Anak Jalanan)Program belajar Bimbingan Anak Negeri (Anak Jalanan) terbagi adalam

beberapa kegiatan belajar. Diantaranya yaitu bidang kesenian yang didalamnya ada musik tradisional (angklung), musik modern, melukis, teater, dan tari. Bidang keterampilan yang didalamnya ada kegiatan membatik, menyulam, dan sebagainya. Selanjutnya terdapat juga kegiatan tambah wawasan/pengetahuan dan kegiatan keagamaan. Dikarenakan minimnya tempat, program pembelajaran yang ada di Sanggar alang-alang dibagi menjadi tiga kelas yang dikelompokkan berdasarkan usia yakni PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), PAUS (Pendidikan Anak Usia Sekolah), dan PAUR (Pendidikan Anak Usia Remaja). Dengan adanya pembagian kelas tersebut diharapkan anak-anak yang belajar di Sanggar alang-alang bisa fokus terhadap pelajaran yang diberikan para pengajar. Untuk kegiatan Program Bimbingan Anak Negeri diselenggarakan di sanggar yang berlokasi di Jl. Gunungsari no. 24 Surabaya dan berlangsung mulai hari senin sampai sabtu pukul 15.30 sampai 17.30 WIB.

2. Bimbingan Anak Perawan (Perempuan Rawan)Program belajar Bimbingan Anak Perawan (Perempuan Rawan) yang

diberikan di Sanggar alang-alang memang dikhususkan untuk anak-anak perempuan jalanan yang manjadi korban trafficking dan anak-anak perempuan yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak perempuan jalanan tersebut adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengasah kreativitas. Selain itu pembelajaran dilakukan dengan upaya agar anak-anak perempuan tersebut sedikit demi sedikit beralih ke profesi yang lebih baik dan tentunya juga tidak membahayakan diri mereka. Kegiatan belajar

Gambar: Kegiatan Musik Sanggar alang-alangSumber : agustinus1980.mywapblog.com

Bimbingan Anak Perawan ini berupa kegiatan keterampilan yaitu membatik, tari, lukis, dan lain sebagainya. Bimbingan Ibu dan Anak (BIAN)

3. Bimbingan Anak Perawan (Perempuan Rawan) Program BIAN adalah program yang diadakan dengan tujuan untuk

memberdayakan ibu-ibu sekitar terminal Joyoboyo yang menyewakan anaknya demi menghasilkan uang. Dengan adanya program ini di Sanggar alang-alang diharapkan ibu-ibu yang menyewakan anak tersebut bisa sadar dan tidak lagi melakukan kegiatan sewa-menyewa anak. Program kegiatan ini merupakan perpaduan dan pengembangan dari program KF (Keaksaraan Fungsional) khusus ibu-ibu dan PAUD (Pendidikan Aanak Usia Dini) yang ada di Sanggar alang-alang.

Sanggar alang-alang telah mencetak anak-anak berbakat yang dapat membanggakan Indonesia. Terbukti dengan adanya delapan anak jalanan Sanggar alang-alang yang dapat tampil di Brasil dan membela Indonesia dalam kejuaraan sepak bola khusus anak-anak jalanan yang dilaksanakan pada bulan Juni sebelum Piala Dunia 2014 diadakan. Delapan anak tersebut lolos seleksi dan menyisihkan 70 anak jalan lainnya yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia. Tim sepak bola anak jalanan Indonesia yang berasal dari Sanggar alang-alang berhasil lolos ke perempat-final Street Child World Cup (turnamen sepak bola bagi anak-anak jalanan di seluruh dunia ).

Selain prestasi di atas, Sanggar alang-alang juga memiliki prestasi lain yang didiperoleh dari tahun 1999, antara lain:Bidang musik

Juara Umum festival musik jalanan tingkat Jawa Timur (1999)

Gambar: Anak Binaan Sanggar alng-alangSumber : agustinus1980.mywapblog.com

Gambar: Anak Binaan Sanggar Alang-alang yang mewakili Indonesia pada SCWC Brazil 2014Sumber : bangsaonline.com

Juara I lomba musik Patrol Surabaya (2000) Juara Favorit festival musik akustik ( 2001) Juara I vocal group/gebyar seni Surabaya ( 2002 ) Juara I lomba musik jalanan se- Surabaya (2003) Juara I festival lomba musik Shalawat se Jawa Timur (2004) Juara umum festival musik jalanan Surabaya (2005)

Bidang Kerajinan Mengikuti pelatihan dasar industri kecil kerajinan kulit telor yang

diselengarakan oleh Disperindag-Asosiasi perajin Jatim ( 27 – 30 Agustus 2001 ).

Mengikuti pelatihan lanjutan industri kecil kerajinan kulit telor yang diselengarakan oleh Disperindag- Asosiasi perajin Jatim ( 12 – 15 Nopember 2002 ).

Mengikuti Pameran kerajinan dalam ramgka “Pekan Raya Surabaya 2002” di taman Surya Surabaya ( 12 – 26 Mei 2002 )

Mengikuti Pameran kerajinan dalam rangka “Gelar potensi batik & kerajianan kayu Jatim 2002” di Autrium II Tunjungan Plaza Suarabaya ( 24 Agustus – 1 September 2002 ).

Mengikuti Pameran kerajinan dalam rangka “HUT PT. Pertamina” (Oktober 2002)

Mengikuti pameran kerajinan “Bhineka Tunggal Ika” di Balai Pemuda tanggal 28 Oktober 2002

Mengikuti pameran kerajinan Surabaya di Surabaya Plasa tanggal 1 Nopember – 7 Nopember 2002

Mengikuti Pameran kerajinan kayu Jatim di Bali ( Nopember 2002) Mengikuti Pameran kerajinan barang ekspor di “Pekan Raya Jakarta”

( Nopember 2002) Mengikuti Pameran kerajinan Jawa Timur di Balai Pemuda Surabaya ( 2002 ) Mengikuti pameran kerajinan di Balai Pemuda Surabaya selama 10 hari ( 8 –

17 Maret 2003 ) Mengikuti pameran kerajinan di Balai Pemuda Surabaya selama 15 hari ( 15 -

31 Mei 2003 )Bidang Umum (bagi Pembina)

Mendapat penghargaan sebagai pakar Pendidikan Luar Sekolah pada Hari Pendidikan Nasional (2 mei 2002)

Mendapat penghargaan dari Pemerintah Kota Surabaya berupa penghargaan Surabaya Academy Award 2003 untuk kategori Sosial dan Budaya. (20 Juni 2003)

Mendapat penghargaan dari Pemerintah kota Surabaya sebagai tokoh masyarakat peduli Pendidikan (31 Mei 2004)

Mendapat penghargaan Vocational Award dari Rotary Club Surabaya ( 2005 )

BAB IVPenjelasan Proses Pembangunan

Sasaran dari sanggar alang-alang ini adalah anak-anak jalanan yang ada di sekitar Terminal Joyoboyo. Tujuan dari sanggar alang-alang ini adalah untuk memberikan pendidikan perhatian kepada anak jalanan. Anak jalanan yang juga menjadi bagian dari masyarakat seringkali dilupakan oleh masyarakat dan hanya dianggap sebagai salah satu sumber kriminalitas.

Media pembelajaran yang dilakukan oleh sanggar alang-alang adalah melalui media kesenian. Media yang dilakukan merupakan salah satu terobosan dalam melakukan pembangunan sosial. Pembangunan sosial yang dilakukan adalah dengan melakukan pemberdayaan. Anak jalanan yang terkumpul di sanggar alang-alang akan diberdayakan melalui media kesenian. Tidak hanya seni suara, seni drama dan rupa diajarkan kepada anak-anak. Selain pembelajaran non formal melalui kesenian, pembelajaran formal juga diajarkan secara gratis kepada anak-anak jalanan tersebut.

Pembangunan yang dilakukan terdapat beberapa tahap. Yang pertama adalah tahap perkenalan dengan mengenalkan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan norma yang berlaku. Anak-anak jalanan yang sudah terbiasa dengan kehidupan jalanan maka sikap dan perilakunya akan liar. Salah satu metode yang digunakan untuk mengajari anak-anak jalanan tersebut dengan melakukan pembiasaan terhadap perilaku yang sesuai norma. Apabila anak-anak jalanan tersebut tidak melakukannya denga benar, Pembina di sanggar alang-alang akan meminta mereka untuk mengulangi dengan cara yang benar atau dengan memberikan hukuman. Hukuman yang dilakukan juga tidak terlalu meberatkan dan bermanfaat bagi mereka yakni dengan menghafalkan doa-doa. Dengan melakukan pembiasaan perilaku yang sesuai norma di lingkungan sangggar ini diharapkan terbawa ketika anak-anak jalanan tersebut diluar sanggar.

Pada tahap yang kedua ini, anak-anak jalanan akan dibekali dengan ketrampilan-ketrampilan ataupun akan diarahkan sesuai dengan minat bakat mereka. Banyak sekali program-program yang ditawarkan oleh sanggar alang-alang. Seperti menyatukan anak-anak jalanan pada satu grup musik. Ataupun dengan mengikut sertakan anak-anak jalanan tersebut pada perlombaan-perlombaan. Diharapkan dengan memberikan pembekalan pelajaran non formal yang menyenangkan melalui kesenian dan dapat mengasah kemampuan mereka. Dengan diberdayakan seperti itu, mereka dapat merasakan rasa menghasilkan sesuatu dan mendapat apresiasi. Selanjutnya setelah mereka sudah terbiasa dengan perilaku yang sesuai norma, mereka akan dibekali dengan pendidikan formal seperti layaknya di sekolah. Tujuan dari pembelajaran formal disini, mereka dapat mempunyai daya saing yang sama dengan anak-anak lain di luar sanggar.

Pada tahap ketiga, mereka ketika sudah terbilang mandiri akan dibebaskan oleh pengurus sanggar alang-alang untuk berkarya diluar sanggar ataupun membantu sanggar alang-alang. Diharapkan begitu mereka keluar dari sanggar

alang – alang dapat berkontribusi kepada masyarakat dan dapat memberikan bukti bahwa anak jalanan bukan merupakan sumber kriminal.

BAB VAnalisa dan Ide Pengembangan Masyarakat

Sanggar Alang-Alang merupakan sebuah lembaga yang menampung anak-anak jalanan dan keluarga miskin untuk memberdayakan mereka melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan di sanggar Alang-alang. Selain itu, sanaggar Alang-alang adalah salah satu bentuk pendidikan nonformal, yang menangani pendidikan alternatif bagi keluarga miskin,anak jalanan, dan anak terlantar di sekitar terminal Joyoboyo Surabaya. Di dalam Sanggar juga terdapat berbagai program kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan anak-anak  jalanan tersebut.

Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perspektif profesional.

Anak jalanan  seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping sosial kemudian hadir untuk turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka. Pendampingan sosial dengan demikian dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara anak jalanan dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi permasalahan. Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program penananganan anak jalanan. Peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi anak jalanan yang didampinginya.

1. FasilitatorMerupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model,melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber.

2. Pendidik Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran , menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi anak jalanan adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik.

3. Perwakilan masyarakat.

Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja.

4. Peran-peran teknis.Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Dimana pendamping mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.

Kepedulian terhadap anak jalanan disadari bahwa anak adalah asset bangsa yang memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal. Fokus utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah pada perlindungan sosial. Karena itu, model pengembangan masyarakat bukan sekedar menghapus anak-anak dari jalanan melainkan harus bisa meningkatkan kualitas hidup mereka. Mengacu pada prinsip profesi pekerjaan sosial, maka kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup bantuan sosial, asuransi, kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan sosial yang dikembangkan berdasarkan right-based initiatives; yakni memperhatikan hak-hak dasar anak sesuai aspirasi dan keinginan mereka dengan bersifat holistik dan berkelanjutan.

Dalam garis besar, alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 4 jenis model, yaitu:

1. Street-centered Intervention: Penanganan anak jaanan yang dipusatkan di tempat anak-anak beraktivitas. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya

2. Family-centered Intervention: Penanganan anak difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga.

3. Institutional-centered Intervention: Penanganan anak yang dipusatkan d lembaga. Pendekatan ini juga mencakup tempat berlindung sementara yang menyediakan fasilitas panti dan asrama bagi anak jalanan

4. Community-centered Intervention: Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program community development untuk memberdayakan masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin hubungan melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat.

Salah satu pendekatan yang kini sering digunakan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat keluarga miskin adalah pemberdayaan masyarakat. Konsep ini menjadi sangat penting terutama

karena memberikan perspektif positif terhadap orang miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai matra kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial, ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.

Bagi para pekerja sosial di lapangan, kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial:

1. Motivasi. Keluarga miskin dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.

2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Peningkatan kesadaran masyarakt dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara partsipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui pengalaman dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat miskin untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.

3. Manajemen diri. Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

4. Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua

anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

5. Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

BAB VIRekomendasi

Setelah melakukan pengkajian terhadap sanggar alang-alang terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan kepada sanggar alang-alang.

Melakukan pembelajaran yang lebih inovatif berbasis tehnologi supaya anak-anak jalanan mempunyai daya saing yang lebih.

Melakukan pendampingan sosial secara holistic dan partisipatif baik dari diri sendiri dan lingkungan

Melakukan pembelajaran akhlak dengan melakukan pembelajaran agama untuk membentengi mereka dari efek buruk lingkungan mereka

Melakukan pendataan atau melakukan temu alumni untuk memperat rasa persaudaraan

Membentuk ikatan donator untuk menjaga sumberdaya ekonomi tetap terjaga.

Daftar PustakaHerlianto, Yehuda. 2012. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pelatihan Musik di Sanggar Alang-Alang Surabaya. BIBLIOGRAPHY Fadilah, M. M. (2013). Peranan Sanggar Alang-Alang Surabaya dalam Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan. Kajian Moral dan Kewarganegaraan No.1 Vol.1, 101-115.