Upload
bungaimpian
View
203
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Perencanaan Pembelajaran Fisika
Sistem Penilaian
Oleh:
Zuhriyati 090210102002
Nurul Hikmatul J 090210102050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
20112
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era kompetitif, semua negara berusaha untuk meningkatkan
kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu
indikator tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui
pendidikanyang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih
berkualitas yang mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien.
Dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, produtivitas negara
akan meningkat, dan pada akhirnya diharapkan akan mampu meningkatkan
daya saing dan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan dan berbagai faktor yang berkaitan
dengannya, dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Program peningkatan kualitas pendidikan dilakukan salah satunya dengan
cara memperbaiki sistem penilaian.
Sistem penilaian di Indonesia adalah sistem penilaian berbasis kelas yang
dikaitkan dengan pengertian penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh dan mengekfektifkan informasi tentang hasil belajar
siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Untuk itu,
makalah ini akan membahas secara rinci mengenai sistem penilaian, khususnya
sistem penilaian yang berbasis kelas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip- prinsip dan strategi penilaian kelas?
2. Apasajakah ragam penilaian dikelas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip- prinsip dan strategi penilaian kelas
2. Untuk mengetahui ragam penilaian kelas
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Prinsip- Prinsip Dan Strategi Penilaian Kelas
1. Pengertian Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Perubahan kurikulum kali ini hendaknya dipahami tida hanya sekedar
penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan
perkembangan, tetapi pergeseran paradigma (paradigm shift) dari pendekatan
pendidikan yang berorientasi masukan (input- oriented education) ke pendekatan
pendidikan berorientasi masukan (countcome- based education). Secara lebih
sederhana, apa yang harus diterapkan sebagai kebijakan kurikuler secara nasional
bergeser dari pertanyaan tentang apa yang harus diajarkan (kurikulum)
kepertanyaan tentang apa yang ingin dikusai anak (standar kompetensi) pada
tingkatan dan jenjang pendidikan tertentu.
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam
mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran
yang terjadi dikelas. Hasil kegiatan peserta didik yang berupa kemampuan
kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik.
Implikasi dari diterapkannya standar kompetensi dalam proses penilaian yang
dilakukan oleh guru, baikyang bersifat formatif maupun sumatif harus
menggunakan acuan criteria. Untuk itu dalam menerapkan standar kompetensi,
guru harus:
Mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency
matrix) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah.
Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic
assessment) yang menjamin pencapaian dan pengusaan kompetensi.
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah
benar-benar dikuasai dan dicapai.
Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik :
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran (a pert of, not apart from instruction).
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems),
bukan masalah dunia sekolah (school workkind of problems).
3. penilaian harus menggunaan berbagai ukuran, metode dan criteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (kognitif, efektif, dan sensorimotorik).
2. Tujuan Penilaian Kelas
Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat tujuan
berikut.
1) Penelurusan (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses
pembelajaran anak didik tetap sesuai rencana. Guru mengumpulkan
informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai
bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian
kompetensi oleh siswa.
2) Pengecekan (checking- up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-
kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui
penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal guru
melakukan pengecekan informal guru melakukan pengecekan
kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah kusai dan apa yang
belum dikusai.
3) Pencarian (finding- out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal- hal
yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil
penilaian kelas dan mencari hal- hal yang menyebabkan proses
pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
4) Penyimpulan (summing- up), yaitu menyimpulkan apakah anak didk
telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum
atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada
saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang
tua, sekolah atau pihak lain seperti akhir semester atau akhir tahun ajaran
baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk- bntuk lainnya,
(Chittenden,1991).
3. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas yang disusun secara berencana dan sistematis oleh guru
memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran dan umpan
balik.
a. Fungsi motivasi, penilaian yang dilakukan guru dikelas benar- benar
mendorong motivasi siswa untuk belajar. Contohnya, memberikan latihan
tugas dan ulangan, agar guru memperoleh gambaran tentang hal- hal yang
sudah dikuasai dan yang belum dikuasai.
b. Fungsi belajar tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau
ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru
adalah apakah siswa sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa
dari siswa yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa
yang harus dilakukan agar siswa akhirnya menguasai kemampuan tersebut.
c. Fungsi sebagai indicator efektifitas pengajaran, disamping untuk memantau
kemampuan belajar siswa, penilaian kelas juga dilakukan untuk melihat
seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil.
d. Fungsi umpan balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan
umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian
harus sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang
dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkandan siswa diminta
untuk melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik
sebagai tugas individu maupun kelompok.
4. Prinsip Penilaian Kelas
Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan
diatas perlu diperhatikan hal- hal berikut.
a) Mengacu kemampuan ( competency referenced)
penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apaah siswa
telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam
kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara
langsung dengan indicator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup
materi penilaian disesuaikan dengan tahappan materi yang telah diajarkan
serta pengalaman belajar siswa yang diberikan. Materi penugasan atau
ulangan harus betul- betul merefleksikan setiap kemampuan yang ditargetkan
untuk dikuasai siswa.
b) Berkelanjutan (Continuous)
penilaian yang dilakukan dikelas oleh guru harus merupakan proses yang
berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru dalam satu semester
dan tahun ajaran.
c) Didaktis
alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non- tes
harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (lay out) dan tampilannya
agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
d) Menggali Informasi
penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan inirmasi yang cukup bagi
guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, tehnik
dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin
digali dari proses penilaian kelas.
e) Melihat Yang Benar dan Yang Salah
dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap
hasil penilaian dan hasil kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya
kesalahan secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal- hal positif
yang diberikan siswa.
5. Prosedur dan Metode Penilaian
Penilaian kelas yang baik mensyaratkan adanya keterkaitan langsung
dengan aktivitas proses belajar mengajar (PBM). Demikian mula, PBM akan
berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif oleh guru.
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan
penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar
mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Keterkaitan dan keterpaduan
antara penilaian dan PBM dapat digambarkan pada siklus dibawah ini.
RENCANA MENGAJAR
ANALISIS DAN
UMPAN BALIK
Pada gambar diatas tampak jelas bahwa langkah guru yang dilakukan
dalam rangkaian ativitas pengajaran meliputi penyusunan rencana pengajaran,
proses belajar mengjar, penilaian, analisis dan umpan balik. Dalam siklus
pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan guru dalam menyusun rencana
mengajar. Dalam penyusunan rencana mengajar ini hal-hal yang perlu
dipertimbangkan meliputi rincian kompetensi yang harus dicapai siswa, cakupan
dan kedalaman materi, indicator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang
harus dialami siswa, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan metode serta
prosedur untuk menilai ketercapaian kompetensi.
Setelah rencana mengajar tersusun dengan baik, guru melekukan kegiatan
belajar mengajar sesuai rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk
diperhatikan dalam proses belajar mengjar ini adalah interaksi yang efektif antara
guru, siswa, dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya
PENILAIAN KELAS
PROYEK
BELAJAR-MENGAJAR
pengalaman belajar yang mengarah ke penguasaan kompetensi oleh siswa. Untuk
mengetahui dengan ketercapaian kompetensi dimaksud, guru harus melakukan
penilaian secara terarah dan terprogram.
Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan
menentukan tingkat ketercapaian kompetensi dan sekaligus untuk mengukur
efektivitas proses pembelajaran. Untuk itu, penilaian yang efektif harus di ikuti
oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang
perlu dilakukan dalam perencanaan proses pembelajaran berikutnya. Dengan
demikian, rencana mengajar yang disiapkan guru untuk siklus pembelajaran
berikutnya harus didasarkan pada hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya.
Jika ini dilakukan, maka pembelajaran yang dilakukan sepanjang semester dan
tahun pelajaran merupakan rangkaian dari siklus pembelajaran yang saling
bersambung. Pembelajaran secara tuntas dan pencapaian kompetensi akan dapat
dijamin apabila siklus pembelajaran yang satu terkait dengan siklus pembelajaran
berikutnya.
2.2 Ragam Penilaian Kelas
1. Tes Tertulis
Tes Tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal maupun
jawabannya). Dalam menjawab soal tidak selalu harus merespons dalam bentuk
menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, member
tanda, menggambar grafik, diagram dan sebagainya.
a. Tujuan Penggunaan Tes
mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan)
menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau
pemahaman)
member bukti atas kemampuan yang telah dicapai
menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok
monitoring standar pendidikan
b. Fungsi
1. Formatif di kelas/ Classroom formatif assessment
dilakukan saat berlangsungnya proses belajar mengajar
dilaksanakan secara periodic
mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan
bertujuan mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses belajar mengajar
dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan proses belajar
mengajar
2. Sumatif dikelas/ classroom summative assessment.
Materi yang diujikan meliputi seluruh poo bahasan dan tujuan pengajaran
dalam satu program tahunan atau semesteran
Dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester
Bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didiksecara menyeluruh
Hasil penilaian sumatif digunakan antara lain untuk penentuan kenaikan
kelas, kelulusan sekolah dan sebagainya.
c. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
OBYEKTIF
1) Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untu menguji penguasaan
kompetensi pada tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan
pemahaman, sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan jawaban).
Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah : (a) pokok soal
harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogeny, (c) panjang pilihan jawaban
relative sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari penggunaan
pilihan jawaban semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka
diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan menggunakan
negative ganda, (i) penulisan soal diurutkan ke bawah.
Contoh:
Prinsip muai panjang digunakan pada alat- alat dibawah ini, kecuali….
a. Pemasangan rel kereta api
b. Pemasangan kaca jendela
c. Pembuatan thermometer
d. Pemasangan rel kereta api
e. Kompresor
2) Benar-Salah
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar-salah atau
ya dan tidak. Dalam menyusun instrument pertanyaan benar atau salah
harus diusahakan menghindari kata terpenting, selau, tidak pernah, hanya,
sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat
membingungkan peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal harus
jelas dan pasti benar dan pasti salah. Hindari pernyataan negative seperti
kata ‘bukan’. Contoh soal Benar-Salah yaitu ; penemu neutron adalah James
Chadwick.
3) Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi ini
bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh:
1. Sebuah benda yang bergerak tetap bergerak,
kecuali jika gaya eksternal diberikan kepadanya
2. Tahun 1820, fisikawan Denmark Hans Christian
sedang berbicara kepada siswa tentang
kemungkinan bahwa listrik dan magnet saling
berhubungan.
3. Albert Einstein menggulingkan asumsi-asumsi
dasar tentang waktu dan ruang dengan menjelaskan
bagaimana jam berdetak lebih lambat dan jarak
muncul untuk meregangkan sebagai objek
mendekati kecepatan cahaya
4. Hubungan antara massa sebuah benda (m),
a. relativitas
b. Hukum I newton
c.Elektromagnetisme
d. hukum II newton
e. gravitasi
percepatan (a) dan diterapkan gaya (F) adalah
F = ma
NON-OBYEKTIF
4.) Jawaban Singkat atau Isian Singkat
Tes bentuk jawaban / isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong
dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban
salah. yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal
jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian.
Penskoran isian singkat dapat dilakukan
Contoh : Benda langit yang jatuh ke bumi disebut……
SOAL URAIAN
5) Uraian Obyektif
Pertanyaan yang bisa digunakan adalah simpulkan , tafsirkan, dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah : (a) menulis soal
berdasarkan indicator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit pertanyaan. Untuk
mengedit pertanyaan perlu diperhatikan ; (1) apakah pertanyaan mudah
dimengerti,(2) apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak
keseluruhan baik, (4) apakah pemberian skor mudah dan tepat, (5) apakah
kunci jawaban sudah benar, (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.
Penskoran instrument uraian objektif dapat dilakukan dengan menberikan skor
tentukan langkah-langkah dalam menjawab soal.
Contoh soal :
Seorang pembalap akan melewati tikungan jalan yang berjari-jari 80 m
dengan sudut kemiringan 37°. Jika gaya gravitasi 10 ms-2 maka tentukan
kecepatan maksimum pembalab agar tidak tergelincir dari lintasan?
6) Uraian Bebas
Bentuk instrument ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam
semua tingkat ramah kognitif.
Kaidah penulisan instrument untuk uraian bebas adalah : (a) gunakan kata-
kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,hitunglah dan
buktikan ; (b) hindari pertanyaan seperti siapa, apa dan bilamana ;(c) gunakan
bahasa yang baku ; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan
ganda ;(e) buat petunjuk mengerjakan soal ; (f) buat kunci jawaban ; dan (g)
buat pedoman penskoran. Untuk memudahkan penskoran dibuat rambu-rambu
jawaban yang akan dijadikan acuan.
Contoh soal :
Jelaskan proses terjadinya hujan!
Pedoman penskoran:
Langkah Kunci jawaban Skor
1
2
3
1. Penguapan
Air di samudra, lautan sungai, kali, parit, bak mandi
mengalami penguapan oleh sinar matahari. Uap air juga
bisa berasal dari transpirasi tumbuhan dan hewan, juga
manusia.
2. Kondensasi
Uap air ini selanjutnya terkumpul di udara lalu
mengalami kondensasi (pemadatan. Dari hasil
kondensasi ini kita bisa melihat awan. Awan-awan itu
akan bergerak ke tempat yang berbeda dengan bantuan
hembusan angin baik secara vertikal maupun horizontal.
Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan
bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan
gumpalan awan semakin membesar dan saling
bertindih-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil
mencapai atmosfir yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah
butiran-butiran air dan es mulai terbentuk.
3. Presipitasi
3
4
Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang
beratnya awan dan akhirnya awan yang sudah berisi air
ini mengalami presipitasi atau proses jatuhnya hujan air,
hujan es dan sebagainya ke bumi
3
Skor max 10
Jika nilai yang dicapai oleh siswa kurang dari 7 berarti siswa masih belum
berhasil menjelaskan proses terjadinya hujan.
7) Pertanyaan Lisan
Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s.d. 10
atau 0 s.d. 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu yang akan
dijadikan acuan. Contoh soal : Sebutkan bunyi hukum II newton!
2 Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas
dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman
dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam
berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment
adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes mendemonstrasikan dan
menaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks dengan criteria
yang diinginkan.
a. Langkah-langkah penilaian kinerja
1. Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang
diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang
terbaik.
2. Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
3. Membuat criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan
terlalubanyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama
siswa melaksanakan tugas.
4. Mendefinisikan criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang dapat diamati (observable) atau karakteristik
produk yang dihasilkan.
5. Urutkan criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang dapat diamati.
6. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan criteria-kriteria
kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
b. Metode yang dapat digunakan
1) Metode holistic, digunakan apabila para penskor (rater) hanya
memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan
penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2) Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada
berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang
dinilai. Dapat menggunakan checklist dan rating scale
3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan atu berkas pilihan yang dapat memberikan
informasi bagi suatu penilaian.
a. Tujuan Portofolio
Tujuannya ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa
yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian kelas,
portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara
lain:
Menghargai perkembangan yang dialami siswa
Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
Member perhatian dan prestasi kerja siswa yang terbaik
Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan
eksperimentasi
Meningkatkan efektifitas proses pengajaran
Bertukar informasi dengan orang tua /wali siswa dan guru lain
Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif
pada siswa
Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri dan
membantu siswa dalam merumuskan tujuan
b. Prinsip Portofolio
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman
dalam menggunakan portofolio di sekolah, antara lain :
Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa
Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa
Milik bersama (join ownership) antar siswa dan guru
Kepuasan (satisfaction)
Kesesuaian (relevance)
Penilaian proses dan akhir
c. Metode Portofolio
Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah hal yang sangat
penting. Terdapat beberapa cara portofolio, tetapi semuanya mengandung
tiga hal yang penting, yaitu : (1) pengumpulan (storing), Pemilihan
(sorting), dan penetapan (dating) dari suatu tugas ( task).
Menurut Nitko (2000), secara umum penilaian portofolio dapat
dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio ideal (ideal portofolio),
portofolio penampilan ( show portofolio), portofolio dokumentasi
documentary portofolio), portofolio evaluasi (evaluation portofolio) dan
portofolio kelas ( classroom portofolio).
Karakteristik perubahan portofolio siswa dari waktu ke waktu akan
merefleksikan perubahan penting dalam suatu kemampuan intelektual
siswa. Walaupun hasil portofolio bergantung pada penampilan
(performance) siswa, untuk membedakan penilaian penampilan minimal
terdapat empat aspek penting, yaitu :
Portofolio memiliki kinerja siswa di kelas untuk mencapai
kondisi standart yang diperlukan
Portofolio menunjukkan kesempatan ganda bagi siswa untuk
mendemonstrasikan kompetensinya
Portofolio selalu menunjukkan perbedaan bentuk dari tugas yang
diberikan dan sampel portofolio adalah suatu hasil dari usaha
lanjut untuk memperbaiki hasil dan proses yang telah dikerjakan
siswa.
d. Pedoman Penerapan Penilaian Portofolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru
dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah sebagai berikut :
1) Memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio
Menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan yang perlu
dikumpulkan
Siswa mengumpulkan dan menyimpan dokumen dan hasil
pekerjaannya.
Menentukan criteria penilaian yang digunakan
Mengharuskan siswa menilai hasil pekerjaannya sendiri secara
berkelanjutan.
Menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio
Melibatkan orangtua dalam proses penilaian portofolio.
2) Bahan Penelitian
Hal- hal yang dapat dijadikan sebagai bahan penilai portofolio di
sekolah antara lain sebagai berikut :
Penghargaan tertulis
Penghargaan lisan
Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh siswa
Daftar ringkasan hasil pekerjaan
Catatan sebagai hasil pekerjaan
Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok
Ontoh hasil pekerjaan
Catatan / laporan dari pihak yang relevan
Daftar kehadiran
Hasil ujian / tes
Presentase tugas yang telah selesai dikerjakan
Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala siswa
melakukan kesalahan
e. Contoh Penilaian Portofolio
Contoh tugas portofolio :
1) Siswa diminta membuat rancangan pengamatan (dibantu dengan
lembar kerja dari guru) mengenai materi-materi selama satu
semester yang akan diberlakukan eksperimentasi
2) Melakukan kegiatan eksperimentasi sesuai dengan alokasi
waktu pokok bahasan dengan yang direncanakan
3) Membuat suatu hasil pengamatan perpokok bahasan yang
dieksperimenkan dan mencari tentang factor-faktor yang
berpengaruh terhadap percobaanya
4) Siswa diminta melakukan diskusi tentang hasil percobaan dan
mengambil suatu generalisasi dari hasil percobaan tersebut
Untuk menetapkan skor tugas portofolio, ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan antara lain :
a) Buatlah kerangka konseptual berupa criteria tentang tingkatan kualitas
menggambarkan materi dan proses penampilan yang akan dinilai.
b) Kembangkan rincian pedoman yang menggambarkan urut-urutan materi
dan proses dari awal sampai akhir.
c) Kembangkan cara penskoran secara umum yang sesuai dengan pedoman
terperinci dan terfokus pada aspek-aspek penting menyangkut materi dan
proses untuk dinilai melalui tugas-tugas yang berbeda. Pedoman umum
ini akan digunakan untuk mengembangkan pedoman khusus.
Kembangkan cara penskoran secara khusus untuk penampilan tugas-tugas
yang juga bersifat khusus. Misalnya :
Nama siswa :……………….
Tanggal :………………
No Aspek yang Dinilai Portofolio ke
1 2 3
1 Latar belakang masalah/pendahuluan
2 Kajian pustaka
3 Ketajaman pembahasan/ analisis
4 Penyimpulan/ penutup
5 Tata tulis dan bahasa
Skor total
Contoh lain, Bentuk Instrumen dan Penskoran Portofolio
4. Penilaian Proyek
a. Konsep Penilaian Proyek
Yang dimaksud dengan proyek adalah tugas yang harus
diselasaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas trsebut
berupa investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data. Proyek juga dapat
memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa
pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan pengetahuan, dak kemampuan siswa
untukmengkomunikasikan informasi.
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang
melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat:
Merencanakan dan mengorganisasika investigasi
Bekerja dalam tim, dan
Arahan diri
b. Konteks dan Tujuan Penilaian Proyek
Dikelas, guru mungkin menekankan penilaian proyek pada
prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk
mengembangkan dan memonitar keterampilan siswa dalam
merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam
konteks ini, siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
pada suatu topic, memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki
topi tersebut melalui bacaan dan wawancara. Kegiatan mereka
kemudian dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam
hal bekerja independen/ kelompok.
c. Perencanaan Penilaian Proyek
Dalam perencanaan penilaian proyek terdapat terdapat tiga hal
yang perlu dipertimbangkan:
Kemempuan pengelolaan, jika sisa diberikan kebebasan yang
luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topic
yang tepat. Mereka mungkin memilih topic yang tepat. Mereka
mungkin memilih topic yang terlalu luassehingga sediit
informasi yang dapat ditemukan. Mereka mungkin juga kurang
tepat untuk memperkirakan waktu penulisan laporan.
Relevansi, guru harus mempertimbangkan pengetahuan,
eterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek
dijadikan sebagai sumber bukti.
SumatifPenekanan pada
produk
Formatif/ diagnostic penekanan pada
proses
tujuan
Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar
petunjuk atau dukungan yang telah diberikan pada siswa.
d. Judging Proyek
Metode judgement
Proyek dapat dinilai secara holistic maupun analitik pada proses
maupun produknya. Secara holistic, nilai tunggal mencerminkan
kesan umum, sedangkan analitik , nilai diberikan pada beberapa
aspek
Keterbandingan judgement
Di kelas, keterbandingan nilai proyek tidaklah begitu penting.
Akan tetapi guru harus tetap yakin bahwa nilainya dapat
dimengerti siswa. Pada situasi yang memiliki resiko tinggi, nilai
diberikan oleh penilai yang berbeda. Kekonsistenan nilai perlu
diperhatikan. Bila siswa dapat memilih topic yang berbeda, maka
standart penilaian pada topic yang berbeda tersebut harus
dispesifikasikan.
e. Estimasi dan Pelaporan Prestasi
Penilaian proyek merupakan salah satu bukti untuk ditempatkan
pada peta kemajuan belajar siswa. Nilainya dapat dilakukan secara
subjektif maupun objektif.
Secara subjektif, bila hal ini dilakukan , bukti nilai yang tersedia
dapat menunjukkan hubungan yang lemah pada peta kemajuan
belajar.
Secara objektif, lokasi siswa pada peta kemajuan belajar dapat
ditempatkan relative dengan tepat.
f. Contoh Penilaian Proyek
Materi : koperasi sekolah, cara pengelolaan dan dampaknya bagi
sekolah.
Perancangan Kegiatan :
Observasi ke beberapa koperasi sekolah
Talk show bersama ahli (expert) dari bidang perkoperasian ,
pengelola koperasi dan anggota koperasi. Pembuatan laporan atau
makalah dari kegiatan observasi. (sedikit ceramah, percakapan
antara guru-nara sumber. Dan diakhiri dengan dialog interaktif
dengan siswa).
Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. Format
dibuat oleh guru dan dapat dikembangkan lebih luas lagi oleh
siswa.
Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh
guru tentang koperasi makalah yang telah disusun berdasarkan
hasil observasi tersebut.
Penilaian dilakukan terhadap :
Keaktifan pada saat mengikuti talk show
Makalah yang dibuat
Aktivitas dalam diskusi panel
5. Penilaian Hasil Kerja (Product Assessment)
Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan
siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk
tersebut. Terdapat dua tahapan penilaian yaitu : Pertama, penilaian tentang
pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. Kedua,
penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya/ kerja siswa.
Hasil kerja dapat berupa produk kerja siswa yang bisa saja terbuat dari kain,
kertas, metal, kayu, plastic, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan,
gambar, dan patung. Hasil kerja yang berupa aransemen music , koreografi,
karya sastra tidak termasuk hasil kerja yang dimaksud disini.
a. Tahapan dalam Membuat Suatu Hasil Kerja
Tiga tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap perencanaan atau
perancangan, tahap produksi, dan tahap akhir. Semua harus dilakukan oleh siswa
meskipun terdiri atas beberapa tahap yang bebbedatetapi semua itu merupakan
suatu proses yang padu. Berhubung ketiga tahap itu merupakan proses yang padu.
Berhubung ketiga tahap itu merupakan proses yang padu , maka guru bisa saja
melakukan penilaian tentang kemampuan kerja siswa dalam memilih teknik kerja
pada tahap produksi dan tahap akhir.
1) Tujuan Dilakukannya Penilaian Hasil Kerja
Guru harus memahami tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi
kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrument penilaian. Penilaian hasil
kerja biasa digunakan guru untuk :
Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum
mempelajari keterampilan berikutnya.
Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir
jenjang / kelas di sekolah kejuruan.
Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan
kejuruan.
2) Perencanaan dalam Menilai Hasil Kerja Siswa
Ketika menentukan penilaian hasil kerja, guru harus memperhatikan
standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Diperlukan beberapa
criteria untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kompetensi siswa.
Berikut ini criteria yang dapat digunakan untuk menentukan hasil kerja yang
akan dipilih guru untuk penilaian.
a) Relevan dan mewakili kompetensi yang diukur
Penilaian sebaiknya didasarkan pada sejumlah hasil kerja yang relevan
dengan kompetensi yang diukur. Penilaian didasarkan pada seluruh aspek
kompetensi, bukan pada salah satu aspek saja. Karena itulah hasil kerja siswa
harus relevan dengan kompetensi yang diukur. Strategi yang dapat dilakukan
untuk memastikan relevansi dan lingkup hasil kerja adalah :
Penetapan kompetensi yang akan diukur. Perlu diingat pada waktu
memberikan tugas kepada siswa sebaiknya tugas tersebut tidak hanya
memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi yang diukur tetapi
juga memungkinkan siswa untuk dapat menunjukkan kompetensi setingkat
diatasnya dan kompetensi setingkat di bawahnya.
Penyusunan tahapan dalam pengerjaan hasil kerja ( dalam tahap
perencanaan, produksi, dan akhir)
b) Jumlah dan objektivitas hasil kerja
Untuk memperoleh penilaian hasil kerja yang handal biasanya digunakan
portofolio kerja siswa. Semakin banyak hasil kerja yang dinilai untuk
masing-masing kompetensi maka kesimpulan yang dihasilkan akan
semakin handal. Penilaian hasil kerja yang objektif adalah penilaian yang
tidak dipengaruhi oleh jenis dan bentuk hasil kerja siswa, serta tidak
dipengaruhi oleh guru yang menilai.
3) Pengelolaan Hasil Kerja
Guru mengelola sejumlah hasil kerja siswa dan mencatat hasil penilaian
secara sistematis dengan memperhatikan spesifikasi tugas sebagai berikut :
Batasan perencanaan / perancangan . batasan diberikan untuk membantu
siswa agar dapat memfokuskan diri pada proses kerja. Selain itu batasan
diperlukan untuk mempermudah guru menilai keterampilan atau
kompetensi yang diukur dalam tugas tersebut.
Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempermudah guru
menilai keterampilan atau kompetensi yang diukur dalam tugas tersebut.
Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam membuat
suatu hasil kerja . hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan diri
pada langkah-langkah yang akan dinilai.
Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam membuat
suatu hasil kerja. Hal ini akan membantu siswa untuk memfokuskan diri
pada langkah-langkah yang akan dinilai.
Menyusun criteria penilaian secara jelas. Rincian tentang aspek
kompetensi, langkah , kualitas yang akan dinilai perlu ditulis secara
eksplisit disertai nilainya.
4) Penilaian dan Pencatatan Hasil Kerja Siswa
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengelola hasil kerja
siswa, diantaranya adalah sebagai berikut :
Anekdotal, merupakan catatan yang dibuat guru selama melakukan
pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar disebut
anekdotal. Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi
yang belum terlihat pada hasil kerja siswa, seperti kemampuan siswa untuk
kerjasama, dan kemampuan siswa menggunakan peralatan secara aman.
Skala Penilaian Analitis, penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa
aspek pada hasil kerja siswa dilihat dari berbagai perspektif atau criteria
disebut skala penilaian analitis. Skala ini digunakan untuk menilai
kemampuan pada tahap perencanaan/ perancangan dan tahap akhir. Pada
kedua tahap tersebut guru dapat menilai desain atau hasil kerja siswa dari
berbagai perspektif atau criteria . untuk setiap keterampilan yang diukur,
ditentukan beberapa kriteri. Untuk setiap keterampilan yang diukur,
ditentukan beberapa criteria yang harus dipenuhi.
Skala Penilaian Holistik, merupakan penilaian terhadap hasil kerja siswa
secara keseluruhan disebut skala penilaian holistic. Skala ini digunakan
untuk penilaian pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil
kerja siswa dan penilaian terhadap kemampuan siswa untuk mengevaluasi
hasil kerjanya.
5) Contoh Penilaian Hasil Kerja Siswa (Product Assessment)
Ada beberapa model untuk mencatat anekdotal yaitu dengan model kartu,
model catatan pada computer, lembar catatan hasil observasi , catatan tentang
siswa di kelas. Guru keterampilan menggunakan model observasi dalam mencatat
kompetensi siswa untuk merancang ,membuat dan menilai hasil kerja.
6. Penilaian Sikap
Manusia mempunyai sifat bawaan , misalnya : kecerdasan, temperamen , dan
sebagainya . factor-faktor ini member pengaruh terhadap pembentukan sikap
(Olson & Zanna, 1993) selain itu, manusia juga mempengaruhi sikap warisan,
yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga. Misalnya sentimen golongan,
keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum, para pakar psikologi social
berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan
pengalaman.
Menurut Klausemeier (1985), ada tiga model belajar dalam rangka
pembentukan sikap. Model-model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam
dunia pendidikan. Tiga model tersebut.
Mengamati dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung pengamatandan
peniruan melaui model (learning through modeling). Tingkah laku manusia
dipelajari dengan mengamati dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang
lain terutama orang-orang yang berpengaruh.
Menerima penguatan , penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif)
dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan negative). Dalam proses
pendidikan , guru atau orang tua dapat memberikan ganjaran berupa pujian
atau hadiah kepada anak yang berbuat sesuai dengan nilai-nilai tertentu. Dari
waktu ke waktu respon yang diberi ganjaran tersebut akan bertambah kuat.
Menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh
melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang obyek tertentu yang diperoleh
oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap objek
yang bersangkutan.
a. Sikap dan Objek Sikap yang Perlu Dinilai
Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian terhadap siap selain bermanfaat
untuk mengetahui factor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran,
berguna juga sebagai feedback pengembangan pembelajaran.
Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan
berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut :
Sikap terhadap mata pelajaran.
Sikap guru terhadap mata pelajaran.
Sikap terhadap proses pembelajaran.
Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada.
Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam
diri siswa melalui materi tertentu.
Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum.
b. Tindak Lanjut
Hasil penilaian sikap perlu dimanfaatkan dan ditindaklanjuti . hasil
pengukuran dan penilaian sikap siswa dalam kelas, tujuan utamanya bukanlah
untuk dilaporkan dalam bentuk angka, seperti nilai penguasaan pengetahuan
(domain kognitif) atau keterampilan (domain psikomotor). Manfaat utama
pengukuran dan penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan atau umpan
balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran dan
pembinaan sikap siswa. Secara terperinci, hasil pengukuran dan penilaian sikap
dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut :
Pembinaan sikap siswa, baik secara pribadi maupun klasikal, perlu
memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap. Sebagian dari teori
itu telah dijelaskan pada bagian awal dari naskah pedoman ini.
Perbaikan proses pembelajaran, misalnya secara umumatau mata pelajaran
tertentu, ada kemungkinan siswa belum dapat menyerap dengan benar materi
pelajaran dan belum dapat memahami dengan benar konsep-konsepnya. Oleh
karena itu, siswa belum dapat mempersepsikan dengan benar tentang objek
sikap pokok bahasan atau mata pelajaran sebagai yang dinyatakan, sehingga
member respon negative dalam member jawaban. Dalam hal ini, guru perlu
mengkaji lebih mendalam dan mungkin perlu memberikan perhatian khusus
dan penekanan-penekanantertentu dalam proses pembelajaran.
Peningkatan profesionalitas guru. Hasil pengukuran dan penilaian sikap dapat
dimanfaatkan pula dalam rangka pembinaan profesionalisme guru.
Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian sikap, guru dapat memperoleh
informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan
persepsi siswa. Informasi tersebut dapat bermanfaat dalam rangka melakukan
upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas probadi dan kemampuan
professional guru.
c. Cara-cara Menilai Perilaku
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut
antara lain : observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan
penggunaan skala sikap.observasi perilaku dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan siswa selama di
sekolah ( Critical incident record ). Pertanyaan langsung dilakukan dengan
menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu
hal. Berdasarkan jawaban dan reaksi yang tampil dari seseorang dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap orang itu terhadap sikap tertentu.
Penggunaan skala sikap mengambil dari teknik-teknik yang telah
dikembangkan , namun yang paling praktis dan murah diimplementasikan adalah
Skala Diferensiasi Semantik ( Semantic Differential Technique ). Teknik ini dapat
digunakan pada berbagai bidang , dan teknik ini sederhana dan mudah
diimplementasikan dalam pengukuran dan skala di setiap kelas. Langkah-langkah
pengembangan skala dengan teknik ini sebagai berikut :
Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya “Mata
Pelajaran Agama Islam”
Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan
objek penilaian sikap. Misalnya menarik; penting; menyenangkan; mudah
dipelajari; dan sebagainya.
Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala
Menentukan rentang skala pasangan dan pengskorannya
d. Contoh Penilaian Sikap
Contohnya skala sikap terhadap kegiatan Ramadhan di sekolah.
No Pernyataan Pilihan Sikap
SS S N TS STS
1 Kegiatan di sekolah pada bulan Ramadhan
perlu dilakukan
2 Usaha pengaktifan kegiatan Ramadhan
merupakan usaha yang kurang
menyenangkan
3 Kegiatan Ramadhan perlu didukung oleh
guru dan orang tua murid
4 Kegiatan Ramadhan diselenggarakan untuk
mengisi waktu luang
5 Dst.
7. Penilaian Diri (Self Assesment)
Penilaian diri di tingkat kelas kelas (PDK) atau Classroom Self Assesment (CSA)
adalah penilaian yang dlakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan
untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas.
Penerapan konsep PDK adalah sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang menerapkan penilaian berbasis kelas atau Classroom
Based Assessment. Hasil PDK merupakan masukan baru guru di kelas dan bagi
pimpinan sekolah untuk meningkatkan kinerja semua staf dan guru-guru di
sekolah di masa datang.
a. Ciri Penilaian Diri
Termotivasi sendiri, sekolah melihat PDK sebagai upaya untuk mengenal
kekuatan dan kekurangan diri. Karena guru dan siswa mengenal kekuatan dan
kelemahannya, diperlukan usaha perencanaan untuk melakukan perbaikan
kegiatan pengajaran dan pembelajaran di masa yang akan datang. Bila guru
dan siswa termotivasi sendiri, maka hasil PDK akan objektif dan dilakukan
bukan karena desakan dari luar.
Adanya komitmen kepala sekolah. Bila PDK dipersepsi sebagai bagian dari
perencanaan sekolah, maka pimpinan sekolah, staf dan guru-guru serta siswa
akan sungguh-sungguh melaksanakan PDK. Sebaliknya, bila pimpinanan
sekolah tidak meyakini manfaat PDK, mustahil kegiatan PDK akan berjalan
dengan baik.
Tersosialisasi dengan baik. Pentingnya penyelenggaraan PDK harus diyakini
oleh semua pengelola sekolah karena PDK menyangkut kinerja sekolah. Bila
tersosialisasi dengan baik, semua pihak akan mendukung pelaksanaan PDK,
sehingga data yang terkumpul diharapkan dapat diolah secara cermat dan
hasilnya mampu melakukan kegiatan PBM.
Berlangsung berkesinambungan. PDK disadari sebagai bagian dari
manajemen sekolah yang berlangsung secara berkesinambungan dalam
kerangka pengelolaan kegiatan PBM yang bermutu oleh peningkatan mutu
sekolah.
Transparansi. Pengungkapan hasil PDK dimungkinkan terjadi mekanisme
cross-check bagi data yang dikumpulkan. Transparansi dapat dicapai jika
semua pihak perlu mengenali diri sendiri sebelum merencanakan kegiatan di
masa datang.
b. Kriteria Penilaian Diri
Kriteria penilaian diri meliputi : (1) isi materi yang diajarkan, (2) presentasi
apa yang telah diajarkan, dan (3) kerjasama di antara pimpinan sekolah, guru, dan
siswa. Criteria isi materi yang diajarkan melaui sejauh mana guru menarik
perhatian siswa terhadap apa yang diajarkan di kelas dan member pengaruh
terhadap orang tua siswa dan lingkungan apa yang terjadi di luar kelas. Guru
dapat menilai dirinya sendiri berdasarkan perhatian dan keberhasilan siswa.
Presentasi apa yang telah diajarkan oleh guru memiliki kualitas akademik,
sehingga siswa dapat mempercayai informasi guru untuk diketahui siswa lebih
lanjut terhadap pengembangan kemampuan diri siswa lebih lanjut terhadap
pengembangan kemampuan diri siswa. Kualitas presentasi siswa member cirri
keberhasilan siswa sehingga siswa dapat mengetahui, menilai, dan memperbaiki
dirinya berdasarkan penilaian dari gurunya.
c. Contoh Penilaian Diri
Berikut contoh penilaian diri guru dan siswa.
Formasi Penilaian Diri Guru Fisika
Nama Guru :…………………………………1. Tujuan saya menjadi guru fisika pada awalnya………………………….2. Pada satu semester ini, saya merasakan suasana yan berbeda
tentang………………………3. Keinginan saya adalah membuat bidang studi fisika yang saya ajarkan menjadi
pelajaran yang…………………………………4. Hal-hal menakjubkan yang berpengaruh besar pada saya di sekolah
adalah……………..5. Pada tahun ini, sikap para siswa……………………………..6. Saya belajar dari anak-anak tentang………………………………………..7. Menurut saya, kurikulum mata pelajaran fisika yang saya sajikan mengalami
…………………….. karena………………………………8. Dengan kurikulum yang sekarang, pengaruhnya pada kegiatan saya
mengajar………………………………….
TABEL 5
Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa
No Pernyataan Alternative
Ya Tidak
1 Saya sulit mengikuti pelajaran fisika
2 Saya sulit memahami konsep fisika
3 Saya sulit mengikuti pelajaran fisika tentang
listrik
4 Saya sulit untuk menganalisis permasalahan
sehari- hari kaitannya dengan fisika
5 Saya belum bisa melaksanakan semua tugas-
tugas dalam mata pelajaran fisika
6 Saya suka mendalami fisika di luar jam
pelajaran sekolah
Formasi Penilaian Diri SiswaDalam Mata Pelajaran Fisika
Nama Siswa :…………………………………Hari :………………………………1. Yang membuat saya mempelajari fisika yaitu…………………2. Terhadap pelajaran Fisika, saya…………………………….3. Tujuan mempelajari atau memahami fisika
adalah……………………………………………….4. Menurut saya, fisika merupakan mata pelajaran
yang……………………………5. Semester ini, pokok bahasan yang paling sukai dari fisika
adalah…………………………………….6. Terakhir saya melakukan kegiatan praktek pada pelajaran
fisika…………………………7. Cara-cara yang telah saya lakukan untuk mempelajari fisika
adalah………………………8. Lebih baik jika saya harus mempelajari sains dengan cara……………………..
7 Saya selalu berusaha menyenangi mata
pelajaran fisika
8 Saya membutuhkan waktu lama untuk belajar
fisika
9 Saya……………….dst.
8. Peta Perkembangan Hasil Belajar
Laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis continuum (grafik
perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan
atau kompetensi hasil belajar siswa dinamakan peta perkembangan hasil belajar.
Dari peta tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan kemajuan siswa bersifat
multidimensional, yaitu kemajuan atau perkembangan belajar siswa dalam semua
bidang studi secara simultan.
a. Tujuan peta perkembangn Hasil Belajar
Tujuannya:
Acuan guru dalam memantau perkembangan belajar siswa. Suatu
kemampuan, kita perlu mengkaji terlebih dahulu:apakah kemampuan tersebut
sudah di dukung oleh data yang memadai; apakah kemampuan tersebut
merupakan kemampuan yang kompleks untuk di jadikan tolak ukur
keberhasilkn siswa; apakah penggunaan alat ukur yang berbeda akan
diperoleh kesimpulan kemampuan yang berbeda.
Acuan guru dalam mengestimasi tingkat keberhasilan (pencapaian
pengetahuan) siswa: estimasi ini didasarkan ada bukti yang berupa nilai tugas
atau ulangan siswa. Dalam melakukan estimasi, guru harus memperhatikan
kualitas dan akurasi bukti tersebut. Estimasi didasarkan pada data siswa yang
paling akurat. Perlu diketahui bahwa tinkat keberhasilan siswa disini hanya
berdasar estimasi, tidak bias menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa
secara pasti.
Hal utama yang harus ada pada peta perkembangan siswa adalah deskripsi
tentang kemampuan/kompetensi/keterampilan siswa yang dikembangkan
dalam kegiatan belajar mengajar dan disertai dengan contoh-contoh tugas
atau hasil kerja siswa yang menggambarkan kemampuan tersebut. Deskripsi
kemampuan yang terdapat pada peta kemajuan belajar tersebut biasanya
disebut sebagai hasil, deskripsi atau indicator.
b. Penentuan Skala Lokasi Pada Peta
Skala lokasi pada peta ditujukan untuk menentukan posisi kemampuan
siswa pada sebuah garis kontinum. Skala lokasi ini akan mempermudah guru
dalam menentukan tingkat pencapaian dan memonitor perkembangan belajar
siswa. Sebenarnya ada sejumlh pendekatan dalam menetapkan lokasi pada
peta kemjuan belajar, tetapi disini hanya di uraikan tiga pendekatan saja.
Kalibrasi perilaku
Kalibrasi perilaku biasnya dilakukan dengan tekhnik item respon, yaitu
membuat skala lokasi kemampuan berdasar perilaku siswa yang dapat di
amati. Penentuan skalanya dapat dilakukan dengan menempatkan
kemampuan yang paling banyak muncul pada kelompok tertentu diltakkan
pada skala lokasi yang terbaik, sedangkan perilaku kemampuan yang paling
sedikit muncul pada kelompok etrsebut diletakkan pada lokasi teratas.
Pembagian dalam level kemampuan
Skala lokasi pada peta kemajuan belajar siswa dapat ditetapkan dengan
membuat jenjang/tingkat kemampuan. Jumlah level pada peta tidak pasti
tetapi lebih didasarkan pada kesepakatan. Model ini akan mempermudah guru
dalam mendeskripsikan kemampuan beajar siswa. Penentuan jenjang bias
dalam bentuk angka, misalnya angka 1 sampai 8.
Penggunaan Skala Numerik (Nilai)
Kedua pendekatan sebelumnya dapat dilengkapi dengan skala numeric.
Pemberian nilai pada garis kontinum harus menunjukkan jarak yang sama
antar nilai. Jadi misalnya perbedaan jarak kemampuan antara nilai 10-20
harus sama dengan nilai 80-90, yang berarti perbedaan jarak kemampuan
antar nilai 10-20 harus sama dengan perbedaan jarak kemampun antar nilai
80-90.
c. Langkah Penyusunan Peta Kemajuan Hasil Belajar
Menentukan jenis kemampuan, keterampilan, yang ada pada area
pembelajaran. Mengukur kemampuan tersebut apakah memadai dan cukup
kompleks sebagi olak ukur keberhasilan belajar siswa, apakah dengan tolak
ukur yang berbeda diperoleh kemampuan siswa yang berbeda.
Membuat tahapan hasil belajar yang menunjukkan adanya perkembangan
belajar.
Merevesi peda kemampuan belajar.
Melengkapi peta kemampuan belajar. Dapat di lakukan dengan member
penjelsan secara rinci kemampuan pada peta dan mengisi tahapan
kemampuan yang masih kosong.
Penetapan patokan. Tingkat keberhasilan dapat di tentukan secara komparatif
(patokan atau acuan norma) dn absolute. Patokan secara komparatif
ditetapkan berdasarkn prestasi siswadalam suatu kelompok. Patokan absolut
di tetapkan sebagai level kemampuan yang menjadi batas pada konteks
tertentu. (untuk lebih jelas lihat lampiran 3 halaman 273-274).
Contoh peta kemajuan hasil belajar
Penyusunan peta menggunakan dua pendekatan:
Pendekatan buttom-up
Langkahnya dengan menyusun tahapan pengetahuan, keterampilan,
pemahaman yang di dasarkan pada hasil oservasi dan penilaian atas sampel
tugas siswa. Hasil tugas siswa yang diobservasi biasanya masih terbatas .
tahapan tersebut disempurnakan dengan mengguakan sampl tugas yang
banyak.
Pendekatan Top Down
Langkahnya dengan meminta guru dan ahli bidag studi untuk munyusun
tahapan pegetahuan, keerampilan, dari kemampuan yang di ukur. Dan
menyempurnakan tahapan yang di susun guru denga cara mengujikan secara
empiris pada siswa.
9. Analisis Instrumen
Suatu instrument hendaknya dianalisis sebelum digunakan. Ada suatu
model analisisyang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kkuantitatif.
Analisis kualitatif adalah analisis yang dilkukan oleh teman sejawat dalam
rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi,
dan apakah bahasan yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bias
dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menguji cobakan instrument
yang telah dianalisis secara kualiatif kepada sejumlahsiswa yang memiliki
karakteristik sama dengan siswa yang akan di uji dengan instrument tersebut.
Jawaban hasil uji coba itu lalu diaanalisis secara kuantitatif dengaan
menggunakan teknik yang ada misalnya Program Microcat. Hasil uji coba
bertujuaan untuk melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau
kesensitifan instrument, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab
benar dengan jumlah test. Batas minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektifitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
cara melihat karakteristik butir instrument dengan mengikuti acuan criteria yang
tercermin daari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui mana
kala dilakukan test awal atau pretest dan test setelah pembelajaran.
Indeks sensitivitas butir instrument memiliki interval -1 sampai dengan 1.
Indeks sensitivitas suaatu butir soal (Is) ujian formatif adalah sebagai berikut.
RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suaatu butir Instrumen
sesudah proses pembelaajaran.
RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir insrumeen
sebelum proses pembelajaran.
T = banyaknya siswa yang mengikuti ujian.
Jika tidak ada test awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dn besarnya tingkat
pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir
instrument kecil (banyaknya siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak
efektif. Namun demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan
pula bagaimaana kualitas butir terseebut secara kuantitatif. Jika hasil analisis
secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks
kesukaran menunjukkan tidak efektivnya proses pembelajarannya.
10. Evaluasi Hasil Penilaian
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standart
keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai suatu
kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya,
dengan catatan guru memberikan perbaikan (remedial) kepada siswa yang belum
mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah. Evaluasi terhadap hasil
belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai
kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar,
materi atau indicator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan mengevalusi hasil
belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program
perbaikan yang tepat. Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji
kembali pakah instrument penilaiannya terlalu sulit, apakah instrument
penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara belajarnya (metode,
media, teknik) yang digunakan kurang tepat. Jika ternyata insrumen penilainnya
terlau sulit, maka perlu diperbaiki. Akan tetapi, jika instrument penilaiannya
ternyata tidak sulit, mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan
seterusnya. Contoh format evaluasi hasil belajar dapat dilihat pada lampiran.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap adalah untuk
mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Evaluasi ini berangkat
dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran dan segala sesuatu yang terkait.
Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah
pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4,
sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1, skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika ternyta itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40
dan terendah adalah 10. Jika ditefsirkan ke dalam empat katagori, maka skala 10-
16 termasuk tidak berminat, 17-24 kurang berminat, 25-32 berminat, 33-40 sangat
berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan subsansi
mata pelajaran maka guru harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat
kembali dan secaraa menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran,
baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem penilaian berbasis kelas yang dikaitkan dengan pengertian
penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh dan mengekfektifkan informasi tentang hasil belajar siswa
pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.
2. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas, antara lain:
1. Pengertian Penilaian Otentik
2. Tujuan Penilaian Kelas
3. Fungsi Penilaian Kelas
4. Prinsip Penilaian Kelas
5. Prosedur dan Metode Penilaian
3. Ragam penilaian kelas, antara lain:
1. Tes Tertulis
2. Penilaian Kinerja (performance Assessment)
3. Penilaian Portofolio
4. Penilaian Proyek
5. Penilaian Hasil Kerja (Product Assessmant)
6. Penilaian Sikap
7. Penilaian Diri (self assessment)
8. Peta Perkembangan Hasil Belajar
9. Analisis Instrumen
10. Evaluasi hasil belajar