Upload
lyliem
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SISTEM INFORMASI GEOTEKNIK BERBASIS DATA
CPT DENGAN BANTUAN ArcGIS 9.2
(Studi Kasus Kota Surakarta)
GEOTECHNICAL INFORMATION SYSTEM BASED ON CPT DATA
USING ArcGIS 9.2
(Case Study of Surakarta )
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana teknik pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
FENDI HARY YANTO I 0108094
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Fendi Hary yanto, 2012, SISTEM INFORMASI GEOTEKNIK BERBASIS
DATA CPT DENGAN BANTUAN ArcGIS 9.2 (Studi Kasus Kota Surakarta),
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki perkembangan infrastruktur yang begitu
pesat. Bangunan-bangunan infrastruktur tumbuh pesat seiring dengan perkembangan kota.
Hampir di setiap penjuru kota dapat ditemui bangunan seperti mall, pusat perbelanjaan,
perkantoran, hotel, pasar, apartemen/rumah susun, rumah sakit, perguruan tinggi atau
sekolah. Hanya saja Pemerintah Daerah belum mempunyai sistem informasi data yang
lengkap mengenai CPT. Sistem informasi data tersebut berguna untuk tinjauan awal
pembangunan infrastruktur yang baru, khususnya bagi investor yang akan mendirikan
bangunan di kota Surakarta. Salah satu lembaga yang sering diminta untuk melakukan uji
CPT adalah Laboratorium Mekanika Tanah FT UNS. Ratusan data pengujian CPT masih
tersimpan di lemari arsip laboratorium, dan belum pernah dianalisis dan dikompilasi untuk
seluruh wilayah Surakarta.
Penelitian ini ditulis dalam rangka menyiapkan Sistem Informasi berbasis data CPT
mengenai kedalaman tanah keras di seluruh wilayah kota Surakarta. Penelitian dilakukan
dengan cara mengkompilasi seluruh data CPT yang ada, menganalisis, memplot pada peta,
serta membuat profile tanah sepanjang wilayah Surakarta dengan menggunakan perangkat
lunak ArcGIS 9.2. Permasalahan yang ada adalah penyebaran data CPT yang acak.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedalaman tanah keras qc 250 kg/cm2 di kota
Surakarta yang paling dominan sedalam 3- 5 meter dari permukaan tanah. Evaluasi
perbandingan kedalaman tanah keras sondir lapangan dengan GIS pada beberapa titik
pengamatan menunjukan hasil yang hampir sesuai antara prediksi Sistem informasi GIS
dengan hasil pengujian di lapangan. Disimpulkan bahwa sistem informasi geoteknik bebasis
data CPT dengan menggunakan software ArcGIS mampu befungsi sebagai identifikasi
pendahuluan dari suatu pekerjaan/proyek dan data penunjang.
Kata Kunci: CPT, sistem informasi geoteknik, ArcGIS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Fendi Hary yanto, 2012, GEOTECHNICAL INFORMATION SYSTEM BASED
ON CPT DATA USING ArcGIS 9.2 (Case Study of Surakarta ), Final Assignment,
Civil Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University.
Surakarta.
Surakarta is a city that has rapid development of infrastructure. The Buildings and
Infrastructure are grow is rapidly in line with the growth of the city. Buildings like malls,
shopping centers, office buildings, hotels, markets, apartments/flats, hospitals, universities,
or school are found in almost every corner of the city. For the time bieng , unfortunable the
governments does not have complete data the CPT. In front of geotechnical information
system (GIS), this GIS of CPT data is able to be used for initial review of the construction
of new buildings and infrastructure in Surakarata. Especially, for the investors who will
build the buildings in the city of Surakarta. One institution that is often asked to perform
CPT test is Soil Mechanics Laboratory FT UNS. Hundred of test data are still stored in
laboratory. However , they have not been analyzed and compiled for further usage.
This research was written in order to set up a data-based Information Systems CPT on hard
stratum depth across the city of Surakarta. This research was conducted by compiling all
existing CPT data, analyzed, plotted on a map, and make the soil profile throughout the
region Surakarta using the software ArcGIS 9.2. The main problems is the position on
distribution of the CPT data are random.
The results of this research indicated that depth of 250 kg/cm2 qc of hard stratum in the city
is dominantly 3-5 meters the depth in Surakarata. Comparative evaluation of the depth of
field test of CPT a hard stratum and GIS at several observation points showed close results.
Therefore, this geotechnical information system is adaptable to the data using the software
ArcGIS CPT and able to be used as a preliminary identification of the work / projects and
supporting data.
dasdasdasdasdasdasdasdasdasdasdasdasdsfgdfgdfgdfgdhadasdasd Keywords: CPT, geothecnic information systems, ArcGIS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah
Maha Perkasa lagi Penyayang. Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak
akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai. “(Q.S. AR-Ruum (30) : 5-7)
“Barang siapa yang menempu suatu jalan yang menuntut ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim)
Ilmu lebih mulia dari harta, karena ilmu menjaga manusia, sedangkan harta dijaga
oleh manusia.
Orang yang berilmu banyak kawannya, sedangkan orang yang banyak hartanya
banyak musuhnya.
Ilmu bila diberikan akan bertambah, harta bila diberikan akan berkurang.
Ilmu tidak bisa dicuri, sebaliknya harta bisa dicuri.
Ilmu tidak akan habis sebelum pemiliknya meninggal, sedangkan harta sangat
mungkin lenyap sebelum pemiliknya mati.
Ilmu tidak dapat dihitung jumlahnya sedangkan harta bisa diketahui jumlahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang
mendukung, membantu, dan membimbing sehingga dengan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta staf.
2. Bapak selaku Dr. Tech. Ir. Sholihin As’ad, MT Dosen Pembimbing I tugas akhir.
3. Bapak Ir Agus Prijadi Saido, MSc selaku Dosen Pembimbing II tugas akhir.
4. Bapak Ir. Budi Laksito selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelum Maret Surakarta.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2008.
7. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan laporan tugas akhir ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
MOTTO…… . ..................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................................... 4
2.1. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 4
2.2. Dasar Teori ................................................................................................................ 6
2.2.1 Parameter Tanah ........................................................................................... 6
2.2.2 Pengujian Tanah In Situ (In Situ Test) ........................................................ 6
2.2.3 Cone Penetration Test (CPT) ...................................................................... 8
2.2.3.1 Perkembangan Uji Sondir dan Hubungannya dengan Indonesia .. 8
2.2.3.2 Peralatan Umum ............................................................................... 9
2.2.3.3 Tipe Penetrometer CPT ................................................................. 10
2.2.3.4 Prosedur Kerja ................................................................................ 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.2.3.5 Parameter CPT ............................................................................... 14
2.2.4 Interpretasi Data CPT ................................................................................. 15
2.2.5 Konsep Sistem Informasi Geografis ......................................................... 19
2.2.5.1 Geodatabase ................................................................................... 22
2.2.5.2 Geoprocessing ................................................................................ 29
2.2.5.3 Geovisualization ............................................................................. 29
2.2.5.4 Kriging ……… .............................................................................. 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................. 33
3.1. Lokasi Penelitian.................................................................................................33
3.2. Sumber Data........................................................................................................33
3.3. Langkah Penelitian............................................................................................. 33
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN................................................... 40
4.1. Diskripsi Wilayah Penelitian...............................................................................40
4.1.1. Letak dan Batas Daerah Penelitian......................................................... 40
4.2. Data CPT Laboratorium Mekanika Tanah..........................................................41
4.3. Analisis Data....................................................................................................... 41
4.3.1. Penentuan Kedalaman Tanah Keras Rerata……………........................ 42
4.3.2. Penentuan Lokasi Data CPT…………………....................................... 46
4.3.3. Pembuatan Layer Berdasarkan Data CPT…………............................... 46
4.4. Hasil Analisis dan pembahasan……..……………………................................ 56
4.4.1. Peta Sebaran Kedalaman Tanah Keras................................................. 56
4.4.2. Hasil Cross Section................................................................................ 63
4.4.3. Analisis GIS dan Sondir Lapangan......................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 76
5.1. Kesimpulan......................................................................................................... 76
5.2. Saran................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ xvi
LAMPIRAN.............................................................................................................. xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alat DCPT kapasitas 2,5 ton dengan penetrometer konus friksi .......... 10
Gambar 2.2. Alat DCPT kapasitas 10 ton ..................................................................... 11
Gambar 2.3. CPT kapasitas 20 ton dengan kombinasi truk ......................................... 11
Gambar 2.4.a. Penetrometer konus tunggal mekanik................................................... 12
Gambar 2.4.b. Penetrometer konus-friksi mekanik ...................................................... 12
Gambar 2.5. Penetrometer konus-friksi elektrik .......................................................... 13
Gambar 2.6. Ilustrasi Prosedur Kerja Alat CPT Kapasitas 2.5 ton ............................. 14
Gambar 2.7. aPola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah pasir .................................. 16
Gambar 2.7. bPola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah Lempung .......................... 16
Gambar 2.8. Diagram Korelasi qc dan Rf Schmertmann untuk Identifikasi Tanah .. 17
Gambar 2.9. Korelasi antara tahanan kerucut (qc) dan sudut geser dalam (ф)........... 18
Gambar 2.10. Jendela Awal ArcMap ............................................................................ 20
Gambar 2.11. Jendela Awal ArcCatalog....................................................................... 20
Gambar 2.12. Contoh beberapa Layer Data Spasial dalam ArcGIS ............................ 21
Gambar 2.13. Sistem Pendukurng Informasi Geografis dalam ArcGIS ..................... 21
Gambar 2.14. Data Spasial dalam Bentuk Titik, Garis, dan Poligon .......................... 23
Gambar 2.15. Tipe data penyusun geodatabase ........................................................... 24
Gambar 2.16. Aturan topologi titik must be properly inside polygons ....................... 26
Gambar 2.17. Aturan topologi titik must be covered by line ....................................... 26
Gambar 2.18. Aturan topologi garis must not overlap ................................................. 26
Gambar 2.19. Aturan topologi garis must not intersect ............................................... 27
Gambar 2.20. Aturan topologi poligon must not overlap ............................................ 27
Gambar 2.21. Aturan topologi poligon must not have gaps ........................................ 27
Gambar 2.22. Sistem Proyeksi....................................................................................... 30
Gambar 2.23. Zona UTM Dunia .................................................................................... 30
Gambar 3.1. Contoh plotting data ................................................................................. 35
Gambar 3.2. Contoh desain tampak atas ....................................................................... 36
Gambar 3.3. Contoh desain cross section ..................................................................... 36
Gambar 3.4. Bagan alir metode penelitian.................................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Surakarta…................................................... 40
Gambar 4.2.a Grafik Hasil Pengujian S1 di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta………………………………..............................................44
Gambar 4.2.b Grafik Hasil Pengujian S2 di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta………………….……………………….............................44
Gambar 4.2.c Grafik Hasil Pengujian S3 di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta…………………………......................................................45
Gambar 4.3. Seketsa posisi titik-titik sondir di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta……………………………………….................................. 45
Gambar 4.4. Titik-Titik CPT Kota Surakarta…………........................................... .. 47
Gambar 4.5. Attribute Table dari Data Spasial CPT Kota Surakarta…………....... 48
Gambar 4.6. Kontur Wilayah Kota Surakarta………….......................................... 49
Gambar 4.7. DEM 10X10…………………............................................................ 50
Gambar 4.8. Elevasi Kedalam CPT.......................................................................... 51
Gambar 4.9. Pembuatan Field Baru didalam ArcCatalog....................................... 52
Gambar 4.10. Attribute Table Peta CPT Kota Surakarta…………........................... 53
Gambar 4.11. Pengisian Alamat File di Field Peta CPT Kota
Surakarta........................................................................................... 54
Gambar 4.12. Pen-setting-an Hyperlink didalam ArcMap.........................................54
Gambar 4.13. Eksekusi Hyperlink didalam ArcMap.................................................55
Gambar 4.14. Peta Sebaran CPT Kota Surakarta…………………..........................58
Gambar 4.16. Peta Sebaran CPT Kec. Laweyan…...................................................59
Gambar 4.17. Peta Sebaran CPT Kec. Jebres…………………................................60
Gambar 4.18. Peta Sebaran CPT Kec. Pasar Kliwon…………................................61
Gambar 4.19. Peta Sebaran CPT Kec. Serengan……...…………............................62
Gambar 4.20. Peta Sebaran CPT Kel. Jebres…………………….............................64
Gambar 4.21. Lay out posisi uji CPT rencana pembangunan Asrama Mahasiswa
UNS Ngoresan…………………………............................................65
Gambar 4.22. Lay out cross section...........................................................................66
Gambar 4.23. Cross Section Potongan 1………………...........................................67
Gambar 4.24. Cross Section Potongan 2………………………............................... 68
Gambar 4.25. Cross Section Potongan 3…………………………………..…......... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.26.Cross Section Potongan 4………………...….................................... 70
Gambar 4.27. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan DED Youth Center Kota Surakarta…..........72
Gambar 4.28. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Tennis Sport Centre....................................73
Gambar 4.29. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Rumah Tingal di Jl Kantil No 19 A
Badran………………………………………………......................... 73
Gambar 4.30. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Audio Technica ……...................................74
Gambar 4.31. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Gedung Annisa RS PKU Muhammadiyah
………………………………………………..…............................... 74
Gambar 4.32. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Asrama Mahasiswa UNS………................. 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Metode In Situ Test dan Aplikasi secara umum....................................... 7
Tabel 2.2. Hubungan antara konsistensi terhadap tekanan conus dan undrained
cohesion…………………………………………................................... 18
Tabel 4.1. Jumlah Lokasi Data Pengujian CPT di Lab. Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta........................................... 41
Tabel 4.2.a Contoh Hasil Rekapitulasi Pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta……………………………………......................................... 42
Tabel 4.2.b Contoh Hasil Rekapitulasi Pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta……………………………………......................................... 43
Tabel 4.2.c Contoh Hasil Rekapitulasi Pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta……………………………………......................................... 43
Tabel 4.3. Pebandingan kedalaman tanah keras (qc 250 kg/cm2) hasil sondir
lapangan dengan GIS…………………………………………….......... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Data Penelitian
Lampiran Peta
Lampiran Alat GPS
Lampiran Dokumentasi
Lampiran Surat-surat
Lampiran Lembar Komunikasi dan Pemantauan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kota Surakarta merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
pesat. Hal ini harus diantisipasi dengan perencanaan pembangunan prasarana fisik
seperti : bangunan-bangunan sipil berupa jalan raya, gedung, terminal, jembatan, dan
lain-lain.
Sebelum mendirikan bangunan infrastruktur perlu adanya surat ijin mendirikan
bangunan (IMB). Hal ini sering diabaikan karena di dalamnya terdapat berbagai
tinjauan antara lain investigasi geoteknik dari tempat tersebut seperti keadan fisik
tanah.
Secara geografis, kota Surakarta terletak pada dataran rendah, dengan ketinggian +
90 m di atas permukaan laut, di tepi sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo. Pada
umumnya tanah di sekitar daerah wilayah sungai merupakan tanah endapan alluvial
yang bersifat lunak (soft soil). Tanah lunak biasanya sering menimbulkan masalah
terhadap bangunan sipil yaitu: kompresibilitas yang tinggi, daya dukung rendah, dan
kadang-kadang merupakan tanah yang berpotensi mengembang (swelling soil).
Mendirikan bangunan sipil pada tanah lunak umumnya perlu penanganan yang
khusus terutama dalam disain pondasi. Untuk mendisain pondasi diperlukan
informasi kualitas tanah yang mampu mendukung beban sehingga pondasi dapat
bertumpu dengan baik di atasnya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui
penyelidikan tanah di laboratorium maupun secara langsung di lapangan lapangan (in
situ) dengan Uji Penetrasi Standar (SPT) maupun dengan Uji Penetrasi Kerucut (
CPT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tetapi Pemerintah Daerah belum mempunyai data yang lengkap mengenai Uji
Penetrasi Kerucut (CPT). Padahal data tersebut digunakan untuk tinjauan awal
pembangunan infrastruktur yang baru. Demikian juga oleh investor yang akan
mendirikan bangunan di kota Surakarta. Salah satu lembaga yang sering diminta
untuk melakukan uji CPT adalah Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
Sipil UNS. Puluhan data pengujian masih tersimpan di lemari arsip laboratorium, dan
belum pernah dianalisis dan dikompilasi untuk seluruh wilayah Surakarta.
Penelitian ini ditulis dalam rangka menyiapkan Sistem Informasi berbasis data CPT
mengenai kedalaman tanah keras di seluruh wilayah kota Surakarta. Penelitian
dilakukan dengan cara mengkompilasi seluruh data CPT yang ada, menganalisis,
memplot pada peta, serta membuat profile tanah sepanjang wilayah Surakarta dengan
menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.2. Permasalahan yang ada adalah
penyebaran data CPT yang acak.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana menganalisa dan menyiapkan Sistem Informasi Geoteknik data hasil
uji sondir ke dalam bentuk data spasial (peta dasar) yang telah ada (existing map)?
2) Bagaimana mengaplikasikan perangkat lunak ArcGIS 9.2 dalam pembuatan sistem
informasi geografis berbasis CPT di Kota Surakarta?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi digital yang dikeluarkan oleh
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) tahun
2002.
2) Data yang digunakan adalah data CPT yang diambil dari Lab. Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil UNS serta lokasi proyeknya telah teridentifikasi.
3) Kedalaman yang digunakan adalah kedalaman tanah keras rata-rata dalam lokasi
proyek dengan pembatasan lapisan tanah keras di qc 250 kg/cm2 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4) Plotting titik sondir dalam peta menggunakan tiga cara yaitu : interpretasi
berdasarkan alamat lokasi, penentuan koordinat lokasi dengan bantuan GPS
(Global Positioning System) dan Google earth.
5) Koordinat lokasi bukan menunjukan posisi titik pengujian CPT melainkan lokasi
proyek.
6) Nilai qc setiap lokasi hasil sondir diambil nilai terdalam.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Menyiapkan Sistem Informasi berbasis data CPT mengenai mapping kedalaman
tanah keras berdasarkan nilai end bearing resistance sebagai identifikasi
pendahuluan dari suatu pekerjaan/proyek, membuat peta tematik baru berdasrakan
sebaran data CPT di wilayah kota Surakarta, dan membandingkan hasil sondir
lapangan dengan prediksi kedalaman tanah keras qc 250 kg/cm2 berdasarkan ArcGIS
9.2.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
1) Manfaat teoritis
Mengembangkan peta geoteknik yang didasarkan pada data CPT di kota
Surakarta sehingga bisa dijadikan referensi dan basis data bagi yang
membutuhkan baik personal maupun institusional.
2) Manfaat praktis
a. Mengetahui distribusi atau sebaran lapisan tanah keras di kota Surakarta.
b. Mendapatkan peta tematik baru berupa peta berbasis data CPT di kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
3.1. Tinjauan Pustaka
Dalam perancangan bangunan geoteknik dikenal dua kelompok metode pengujian
yaitu, laboratory test, dan in situ test. Laboratory test menggunakan sampel tanah tak
terganggu dan terganggu yang didapatkan dari hasil pengujian trial pits dan boring
kemudian dianalisis di laboratorium. In situ test merupakan pengujian tanah di
lapangan yang sering dipakai untuk mendukung atau sebagai kombinasi dari
pengujian laboratorium. In situ test yang digunakan secara luas antara lain CPT
(Cone Penetration Test) dan SPT (Standard Penetration Test) yang berbasis
penetrometer. Beberapa in situ test lain yang juga sering dipraktekkan adalah : VST
(Vane Shear Test), DMT (Dilatometer Test) dan PMT (Pressuremeter Test).
Aplikasi CPT dalam bidang penyelidikan tanah semakin berkembang dan luas
cakupannya. Beberapa aplikasi terkini dari CPT antara lain : mengukur ketebalan dan
kuantitas properti tanah, menggambarkan deposit sedimen rekaman pra-historis
gempa bumi, mengidentifikasi gejala geologi, hidrologi dan lingkungan dan
memetakan elevasi horisontal stratigrafi (U.S Geological Survey, 2003). Namun
secara garis besar parameter hasil pengujian CPT mempunyai fungsi utama yaitu :
a. Estimasi kekuatan dan karakteristik deformasi tanah.
b. Pendugaan stratifikasi dan tipe tanah.
c. Penentuan parameter kekuatan geser.
d. Secara praktis, dapat digunakan sebagai acuan desain pondasi.
Beberapa keuntungan penggunaan CPT dibandingkan dengan prosedur pemboran
konvensional meliputi :
a. Memberikan data secara cepat, akurat dan detail.
b. Tidak meninggalkan material hasil galian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Interval pengujian yang lebih pendek memungkinkan mengidentifikasi
lapisan-lapisan tanah bawah permukaan yang lebih tinggi.
d. Kecepatan pendugaan yang lebih tinggi dan ekonomis.
Walaupun demikian terdapat beberapa keterbatasan metode CPT, antara lain:
a. Tidak dapat menyajikan sample tanah undisturbed.
b. Prosedur terbatas bagi tanah-tanah yang tidak mengandung batuan besar atau
lapisan-lapisan keras (cemented), yang menghalangi penetrasi konus.
c. Efektif hanya pada kedalaman kurang dari 30 m.
d. Sulit mengetahui jenis dan warna lapisan tanah. (Dunn et al, 1980)
Penyelidikan tanah telah diketahui sebagai salah satu informasi penting untuk
keperluan desain dan konstruksi di bidang teknik sipil. Ketersediaan dan aksesibilitas
data tanah akan mampu mengurangi waktu dan biaya proyek, terutama selama tahap
studi kelayakan. Di dunia rekayasa geoteknik, formasi tanah dan sifat fisis tanah
merupakan informasi yang berharga bagi seorang engineer dalam membuat
keputusan dan desain yang tepat. Aplikasi teknologi informasi, termasuk Sistem
Informasi Geografis dan sistem basis data mampu menghasilkan suatu manajemen
dan interpretasi data dalam bidang geoteknik secara efektif (Suwanwiwattana, 2001).
Menurut Zakariya (2011) penyusunan basis data jembatan rangka baja dengan
menggunakan software ArcGIS 9.2 dirasakan mampu untuk memperbaiki beberapa
kekurangan sistem yang sudah ada. Maulana (2005) menyimpulkan nilai kedalaman
lapisan tanah keras dengan analisis manual, kedalaman tanah keras rata-rata di
wilayah kota Surakarta mempunyai interval 2 – 15 meter dari muka tanah. Nilai rata-
rata kedalaman 4.5-7.0 meter dari muka tanah merupakan nilai yang mendominasi.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Maulana namun fokus pada
penambahan data, pengamplikasian software ArcGIS 9.2 dan membandingkan hasil
sondir lapangan data baru dengan prediksi yang dibuat ArcGIS 9.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3.2. Dasar Teori
2.2.1 Parameter Tanah
Variabel alami suatu profil tanah membutuhkan perkiraan realistis parameter tanah
dengan cara penyelidikan dan pengujian tanah. Parameter-parameter tanah dapat
diperoleh melalui laboratory test dan in situ test. Kedua pengujian dapat berupa
sampel tanah terganggu (disturbed sample) ataupun sampel tak terganggu
(undisturbed sample). Disturbed samples, adalah sampel yang diperoleh dari
pengujian dengan alat boring antara lain : bor auger, split-spoon sampler pada SPT,
dan sampel hasil galian trial pits. Sedangkan undisturbed sample adalah sampel yang
diperoleh dari hasil pengeboran dengan alat tabung (thin walled tube). Sampel ini
dapat lebih menggambarkan struktur in situ lebih akurat dan
nyata.(Tomlinson,1995). Beberapa parameter tanah yang dibutuhkan dalam analisis
dan desain antara lain : kekuatan geser (τ), kepadatan relatif (Dr), indeks
kompresibilitas (Cc), dan data gravimetrik-volumetrik seperti porositas (n), rasio air
pori (e), spesifik gravitasi (Gs), berat volume tanah (γb), dan kadar air tanah
(wn).(Bowles, 1988)
Keterbatasan dalam memperoleh undisturbed sample untuk pengujian laboratorium
terutama pada deposit tanah non kohesif, maka parameter tanah seperti kekuatan,
densitas dan kompresibilitas tanah biasanya diuji dengan in situ tests.
2.2.2 Pengujian Tanah In Situ (In situ Test)
In situ test merupakan metode penyelidikan tanah yang proses dan hasilnya dapat
diperoleh langsung dari suatu lokasi tanah yang ditinjau. Pada umumnya tanah
pondasi itu terdiri dari suatu zona pelapukan yang terbentuk di atas batuan dasar
yang segar dan keras. Metode in situ test seringkali digunakan untuk mengetahui atau
menduga suatu struktur geologi tanah yang digunakan sebagai dasar pondasi.
In situ test seringkali digunakan karena mampu memberikan data informasi tanpa
adanya efek gangguan seperti pada boring atau sampling tests. Secara umum metode
ini cocok dipraktekkan pada tanah soft sensitive clays, silts atau loose sands
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(Tomlinson,1995). SPT dan CPT termasuk pengujian in situ yang berbasis
penetrometer. Penjabaran ringkas jenis pengujian in situ dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Metode In Situ Test dan aplikasi secara umum
Soi
l Ide
ntif
icat
ion
Est
ablis
h v
ertik
al p
rofi
le
Rel
ativ
e de
nsity
Ang
le o
f fr
ictio
n
Und
rain
ed s
hear
str
engt
h
Por
e pr
essu
re
Str
ess
hist
ory
OC
Ran
d K
o
Mod
ulus
E
Com
pres
sibi
lity
Con
solid
atio
n
Per
mea
bilit
y
Str
ess-
stra
in c
urve
Liq
uifa
ctio
n re
sist
ance
Reference
Acoustic probe C B C C - C C - - - - - C Koerner and Lord (1986)
Borehole Permeability C - - - - A - - - B A - -
ASTM STP No.322, ASTM STP 417
Cone Dynamic C A B C C - C - - - - - C
Electrical friction B A B C B - C B C - - - B Electrical piezo A A B B B A A B B A B B A Electrical piezo/friction A A A B B A A B B A B B A
Impact C B C C C - C C C - - - C Daly and Alien (1973)
Mechanical B A B C B - C B C - - - B Seismic CPT dwon-hole C C C - - - - A - - - B B Dilatometer (DMT) B A B C B - B B C - - C B Hydraulic fracture - - - - - B B - - C C - - Ko stepped blade - - - - - - B - - - - - - Nuclear tests - - A B - - - C - - - - C ASTM STP 412 Plate load test C C B B C - B A B C C B B ASTM D 1194 Pressuremeter menard B B C B B - C B B - - C C Self boring B B A A A A A A A A B A A
Screw plate C C B C B - B A B C C B B
Petrick et al (1980), Dahlberg (1974a)
Seismic Cross-hole C C B - - - - A - - - B B Woods (1986)+
Dwon-hole C C C - - - - A - - - B B Woods (1986)+ Surface refraction C C - - - - - B - - - - C Leet (1950)
Shear Borehole C C - B B - C C - - - C -
Vane B C - - A - B - - - - - - Standard penetration test (SPT) B B B C C - - - C - - - A * In ASCE Conference Use of In Situ Test in Geotechnical Engineering GT SP No.6 (1986) Code : A= Most applicable; B = May be used; C=Least applicable
(Bowles, 1988)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2.2.3 Cone Penetration Test (CPT)
2.2.3.1 Perkembangan Uji Sondir dan Hubungannya Dengan Indonesia
Uji sondir dikembangkan di Negara Belanda pada tahun 1932. Salah satu tokoh
mekanika tanah Belanda yang memimpin perkembangan sondir adalah AS Keverling
Buisman. Pada tahun 1934, Profesor Buisman mendirikan Delft Soil Mechanic
University yang menjadi suatu lembaga mekanika tanah yang terkenal dengan
penelitiannya dan pekembangan yang dilakukannya.
Tahun 1939, Buisman berangkat ke Indonesia untuk bertugas selama satu tahun di
‘de Thecnologi Highschool in Bandung (THB), yaitu suatu universitas teknik yang
kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terkenal sampai sekarang.
Setelah terjadi peperangan Eropa, Buisman tidak dapat kembali ke Belanda dan
diberi tugas di daerah Bandung sampai akhir perang Eropa. Sayang, perang juga
mulai di daerah pantai pada bulan Desember 1941 dengan serangan Jepang di Pearl
Harbour di Hawai. Tidak lama juga Indonesia di duduki tentara jepang dan semua
orang Belanda termasuk Buisman, tertahan dan dimasukan “intermment camps”. Dia
meninggal dunia pada tahun 1944. Saat meninggal, usianya masih muda, yaitu 54
tahun. Makam beliau tidak diketahui, mungkin di Bandung tetapi mungkin juga di
tempat lain.
Selain Buisman yang bertugas di Indonesia, ada juga Begemann, yang bertugas di
Bandung setelah Perang Dunia. Seperti halnya nama Buisman nama Begemann
juga terkait erat dengan perkembangan alat sondir, khususnya ujung alat yang
disebut konus. Di Belanda, alat sondir dipakai terutama untuk menentukan daya
dukung tiang pancang. Tiang semacam ini yang banyak ada di Belanda, dipancang
sampai lapisan pasir yang terdapat dibawah lapisan tanah lanau yang lunak. Dengan
demikian, daya dukungnya bergantung terutama pada perlawanan ujung, yang dapat
ditentukan dengan nilai konus saja. Perlawanan gesekan tidak diperhitungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Kedaaan di Indonesia sangat berbeda , lapisan pasir sering ditemukan dan tanah
umumnya terdiri atas lempung. Oleh karena itu, daya dukung ultimite tiang
bergantung pada gaya gesekan atau hambatan pelekat (skin friction) antara tiang
dengan tanah. Begemann mencari jalan untuk menentukan gaya gesek ini dengan
memakai alat sondir. Semula mengharapkan dapat dipakai stang luar saja, yaitu
dengan mengukur gaya untuk menekan masuk stang luar. Jadi dengan cara ini
perlawanan gesekan yang di ukur adalah jumlah sepanjang stang.
Dalam penelitian Begemann bahwa makin dalam pengujian makin kecil gesekan
antara stang dan tanah. Oleh karena itu Begemann mengusahakan supaya gesekan
dapat di ukur langsung, yaitu pada setiap kedalaman nilai sondir dapat diukur.
Hasilnya disebut Biconus mekanis yang masih sering di pakai di Indonesia dan
negara-negara lain. Dengan bikonus, gaya hambatan pelekat di ukur pada setiap
kedalaman, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan hambatan total.(
Wesley,2012)
2.2.3.2 Peralatan Umum
Piranti CPT yang digunakan dalam pengujian, baik tipe mekanik maupun elektrik
telah ditetapkan dengan standar ASTM D 3441. Dimensi standar yang umumnya
dipakai pada CPT mekanik atau DCPT (Dutch Cone Penetration Test) adalah ujung
konus bersudut 60˚, diameter 35.7 mm, dan luas penampang 10 cm2. Komponen-
komponen CPT dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Mesin sondir ringan kapasitas 2,5 ton ditunjukkan pada Gambar 2.1 atau mesin
sondir berat kapasitas 10 ton ditunjukkan pada Gambar 2.2.
b. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam sesuai dengan kebutuhan
dengan panjang masing-masing 1 (satu) meter.
c. Manometer masing-masing 2 (dua) buah dengan kapasitas :
Sondir ringan 0-50 kg/cm2 dan 0-250 kg/cm2 atau sondir berat 0 -250 kg/cm2
dan 0 - 600 kg/cm2.
d. Konus dan bikonus
e. Alat pendukung seperti angker, kunci pipa, oli dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Untuk mencapai hasil optimal telah dikembangkan mesin sondir dengan kapasitas
lebih besar dari 10 ton yang dikombinasikan dengan truk seperti terlihat dalam
Gambar 2.3. CPT berkapasitas lebih besar dari 30 ton memungkinkan melakukan
penetrasi lebih baik di daerah berpasir padat (dense sand) serta mampu menjangkau
kedalaman lebih dari 60 meter.
Keterangan :
1. jangkar helisoid
2. rak persneling
3. gear
4. loading head
Gambar 2.1. Alat DCPT kapasitas 2,5 ton dengan penetrometer konus friksi
(Sanglerat,1972)
3
4
2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 2.2.Alat DCPT kapasitas 10 ton
(RMU Testing Equipment,1995)
Gambar 2.3.CPT kapasitas 20 ton dengan kombinasi truk
(Fugro Civil & Environmental Engineering. Building)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2.2.3.3 Tipe Penetrometer CPT
Menurut bentuk dan sifat kerjanya, konus pada CPT dibedakan menjadi dua, yaitu :
konus tunggal (Gambar 2.4.a) dan bikonus (Gambar 2.4.b). Konus tunggal adalah
alat yang mula-mula digunakan untuk mendapatkan nilai qc. Bikonus merupakan
pengembangan dari konus tipe pertama yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai qc dan fs (lekatan/friksi) secara bersama. Kedua tipe biasa disebut konus friksi
mekanik, karena alat penetrometer digerakkan secara hidrolis. Tipe konus elektrik
dikembangkan untuk mempermudah dalam aplikasi disertai alat pencatat otomatis.
Gambar alat konus elektrik ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.4.a. Penetrometer konus tunggal mekanik
Gambar 2.4.b. Penetrometer konus-friksi mekanik (ASTM,1997)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.5. Penetrometer konus-friksi elektrik (ASTM,1997) 2.2.3.4 Prosedur Kerja
Langkah-langkah kerja dari pengujian CPT baik mekanik maupun elektrik pada
dasarnya tidak jauh berbeda. Prosedur kerja untuk alat CPT dengan kapasitas 2,5 ton
dapat dilihat dari ilustrasi Gambar 2.6. Langkah pertama pemasangan jangkar
helisoid agar alat kuat menahan reaksi dari tanah. Pada kondisi awal ujung konus
diletakkan di atas tanah dan siap ditekan. Bagian inti didorong/ditekan sehingga
ujung konus masuk ke dalam tanah dengan kecepatan konstan (1–2 cm/detik). Gaya
penahan terukur disebabkan oleh tekanan dasar tanah yaitu ketika ujung konus
ditekan ke bawah saat batang dalam (inner rod) bergerak independen dari pipa sondir
luar (outer sounding tube).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2.6. Ilustrasi prosedur kerja alat CPT kapasitas 2.5 ton (Sanglerat, 1972)
Pengukuran awal pada konus friksi sama dengan konus mantel, kemudian lengan
penahan (retaining sleeve) mengikutsertakan selubung friksi, akan didapat nilai
pengukuran kedua yaitu bikonus. Nilai friksi didapat dari hasil pengurangan nilai
bikonus dengan nilai konus. Prosedur ini diulangi dengan interval kedalaman
tertentu. Biasanya dilakukan setiap 0.2 m atau 0.25 m. Selama proses penetrasi, gaya
perlawanan ujung konus dan gaya friksi selubung akan terekam/terukur dalam kertas
kerja.
2.2.3.5 Parameter CPT
Hasil pengukuran dari pengujian CPT adalah sebagai berikut :
1) Tahanan konus (Cone Resistance), qc
Tahanan atau perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam
gaya per satuan luas. Nilai qc secara langsung dapat digunakan untuk
mengestimasi nilai relative density, Dr serta nilai undrained strength, cu untuk
tanah kohesi (www.cee.princeton.edu). Secara tidak langsung, nilai qc
digunakan untuk menentukan kapasitas daya dukung ultimit, qult dari suatu
lapisan tanah berdasarkan variasi model dan persamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Tahanan lekat (Friction Resistance ), fs
Perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus (sleeve friction) dalam gaya
persatuan luas. Tahanan lekat didapatkan dari hasil pengurangan nilai bikonus
dan nilai konus.
3) Rasio friksi (Friction Ratio), Rf
Perbandingan tahanan lekat (fs) dengan tahanan ujung (qc), fs / qc yang
dinyatakan dalam persen. Nilai ini secara langsung dapat digunakan untuk
mengestimasi klasifikasi jenis tanah dalam batas yang ditentukan dalam suatu
pengujian. (Bowles, 1988)
2.2.4 Interpretasi Data CPT
Hasil pengujian CPT digunakan untuk menduga jenis lapisan tanah dan
mengevaluasi parameter geoteknik dari suatu lapisan tanah.
a. Identifikasi Karakteristik Tanah
Dalam pengujian CPT ketika konus didorong ke dalam tanah, tekanan yang terjadi di
ujung dari konus merupakan indikasi langsung dari kekuatan dan kekakuan tanah
yang ditinjau. Pengujian yang dilakukan terhadap tanah berkarakteristik pasir padat
akan lebih sulit ditekan daripada tanah dengan karakteristik lempung.
Dalam melakukan identifikasi variasi lapisan tanah terdapat tiga kriteria baik untuk
pasir maupun lempung, yaitu :
1) Pasir
§ Penetrasi konus ke dalam tanah berpasir akan menghasilkan tahanan ujung tinggi.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah berpasir akan menghasilkan friksi rasio rendah.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah berpasir akan menghasilkan tekanan pori rendah
(permeabilitas tinggi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Lempung
§ Penetrasi konus ke dalam tanah lempung akan menghasilkan tahanan ujung
rendah.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah lempung akan menghasilkan friksi rasio tinggi.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah lempung akan menghasilkan tekanan pori tinggi
(permeabilitas rendah).
Contoh pola grafik tahanan ujung (qc) tanah pasir dan lempung dapat dilihat pada
Gambar 2.7.a dan 2.7.b.
a b
Gambar 2.7.a Pola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah pasir Gambar 2.7.b Pola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah lempung
(Bowles, 1988)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pengidentifikasian tanah secara praktis salah satunya dapat menggunakan
pendekatan yang dikembangkan Schmertmann tahun 1978 yang ditunjukkan pada
Gambar 2.8 di bawah.
Gambar 2.8 Diagram korelasi qc dan Rf Schmertmann untuk Identifikasi Tanah
Brouwer, 2002)
b. Parameter Geoteknik
Parameter kuat geser tanah dijelaskan dari dua jenis tanah yaitu :
Tanah berkohesi (lempung) yang termasuk di dalamnya adalah kekuatan geser tak
terdrainase (undrained shear strength, cu). Hubungan antara konsistensi terhadap
tekanan conus dan undrained cohesion adalah sebanding dimana semakin tinggi nilai
c dan qc maka semakin keras tanah tersebut. Seperti yang terlihat dalam Tabel 2.2:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 2.2. Hubungan antara konsistensi terhadap tekanan conus dan undrained cohesion (Bowles, 1988)
Konsentrasi tanah Tekanan Konus qc
(kg/cm2) Undrained Cohesion
(T/m2)
Very Soft < 2,50 < 1,25
Soft 2,50 - 5,0 1,25 - 2,50
Medium Stiff 5,0 - 10,0 2,50 - 5,0
Stiff 10,00 -20,00 5,0 - 10,0
Very Stiff 20,0 - 40,0 10,0 - 20,0
Hard > 40,0 > 20,0
Tanah non kohesi/granular (pasir) yang termasuk di dalamnya adalah sudut geser
dalam (internal friction angle, ф). Korelasi antara tahanan kerucut (qc) dan sudut
geser dalam (internal friction angle, ф terlihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Korelasi antara tahanan kerucut (qc) dan sudut geser dalam (ф)
(Bowles, 1988)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2.2.5 Konsep Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang berfungsi untuk
mengelola data yang berupa informasi keruangan (spasial). Secara umum terdapat
dua jenis data yang digunakan untuk memodelkan suatu objek, yaitu:
1) Jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari objek yang
bersangkutan. Jenis data ini sering disebut dengan data posisi, koordinat, ruang
atau spasial.
2) Jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari objek yang
dimodelkan. Aspek deskriptif mencakup items atau properties dari objek yang
bersangkutan hingga dimensi waktunya. Jenis data ini sering disebut dengan data
atribut atau non spasial.
Menurut Prahasta (2001), sub sistem yang ada dalam sistem informasi geografis
adalah:
1) Data Input.
Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial
serta data atribut dari berbagai sumber serta mengonversi format-format data asli
kedalan format yang digunakan oleh SIG.
2) Data Output.
Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran basis data, baik dalam
bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel, grafik dan peta.
3) Penyimpanan Data (Manajemen Data).
Sub sistem ini mengorganisasikan data spasial dan data atribut ke dalam sebuah
basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui (update)
maupun diedit.
4) Manipulasi dan Analisis Data.
Sus sistem ini menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG dan
melakukan manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
ArcGIS merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak sistem informasi geografis
yang dikembangkan oleh Environmental Systems Research Institute (ESRI). Dalam
penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcGIS Versi 9.2. Didalam ArcGIS
terdapat ArcMap dan ArcCatalog. ArcMap adalah jendela untuk membuat, meng-
edit, menganalisis, dan manajemen sistem informasi geografis. Sedangkan
ArcCatalog adalah jendela untuk mengelola dan mengatur semua informasi dari
sistem informasi geografis. Gambar Jendela Awal ArcMap dan ArcCatalog
ditunjukkan pada Gambar 2.10 dan 2.11.
Gambar 2.10. Jendela awal ArcMap
Gambar 2.11. Jendela awal ArcCatalog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Suatu model aplikasi dari perangkat lunak ArcGIS memerlukan kerjasama seluruh
sub sistem yang ada. Data-data yang diperlukan dimasukkan oleh User atau
pengguna kemudian hardware/mesin komputer akan melakukan analisis dan
manipulasi data menggunakan perangkat lunak ArcGIS dan menyimpannya apabila
diperlukan sehingga menghasilkan output data sesuai dengan kebutuhan user. Sistem
informasi geografis menampilkan obyek geografis dalam bentuk peta yang memuat
beberapa informasi atau data spasial yang masing-masing ditampilkan dalam bentuk
layer per layer. Berikut ini adalah contoh beberapa layer data spasial dalam ArcGIS
pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Contoh beberapa layer data spasial dalam ArcGIS
(Sumber: What is ArcGIS)
Beberapa sistem pendukung didalam perangkat lunak ArcGIS yang diperlukan dalam
melengkapi informasi geografis dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.13. Sistem pendukurng informasi geografis dalam ArcGIS
(Sumber: What is ArcGIS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sistem Pendukung Informasi Geografis terdiri dari 3 elemen yaitu: goedatabase,
geoprocessing, dan geovisualization yang masing-masing mempunyai fungsi yang
berbeda yaitu:
2.2.5.1 Geodatabase.
Geodatabase adalah sistem manajemen database yang berisi kumpulan data-data
spasial yang mempresentasikan informasi geografis, dari model data SIG yang umum
seperti raster, topologi, dan jaringan. Sub sistem ini dijalankan di ArcCatalog. Model
representasi permukaan bumi dalam SIG ada dua macam yaitu data vektor dan raster.
a. Model Data Vektor.
Model data vektor adalah model data berbasis koordinat yang menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis,
dan bidang. Sebagian besar aplikasi pemetaan digital dilakukan dalam format
data vektor karena memiliki keuntungan menghasilkan ukuran file yang lebih
kecil dibandingakn dengan data raster. Definisi titik, garis dan bidang dalam
ArcGIS adalah:
1) Titik (point).
Titik adalah representasi obyek tidak berdimensi dan merupakan sepasang
koordinat x,y. Titik merepresentasikan obyek yang terlalu kecil untuk
ditampilkan sebgaia garis atau poligon dalam skala peta tersebut. Contoh
data yang ditampilkan sebagai titik antara lain: gedung, bandara, ibu kota,
dan lain-lain.
2) Garis (line).
Garis adalah representasi obyek satu dimensi yang memiliki panjang dan
arah tetapi tidak memiliki luasan dan menghubungkan minimal dua pasang
koordinat x,y. Garis merepresentasikan obyek yang terlalu kecil untuk
ditampilkan sebagai poligon dalam skala peta tersebut atau obyek yang
tidak memiliki luas tetapi membentuk batas dari poligon. Contoh data yang
ditampilkan sebgai garis antara lain: jalan, sungai, kontur, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Bidang (polygon).
Bidang/poligon adalah representasi obyek dua dimensi yang memiliki
minimal tiga sisi yang merepresentasikan luasan. Contoh data yang
ditampilkan sebagai luasan antara lain: wilayah administrasi, lautan, dan
lain-lain.
Gambar 2.14. Data spasial dalam bentuk titik, garis, dan poligon
(Sumber: What is ArcGIS)
b. Model Data Raster.
Model data raster adalah model data berupa array dua dimensi atau sel dimana
setiap selnya memiliki nilai. Selain itu tinggi dan lebar setiap sel adalah sama.
Nilai sel di dalam setiap model data raster dapat merepresentasikan empat tipe
data yaitu nominal data, ordinal data, interval data, dan ratio data.
Geodatabase memiliki beberapa tipe data penyusun antara lain feature dataset,
feature class, table, relationship class, topology, geometric network, survey
dataset, raster dataset, metadata document, dan geoprocessing tool.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 2.15. Tipe data penyusun geodatabase
(Sumber: What is ArcGIS)
1) Feature Dataset.
Feature dataset merupakan kumpulan dari feature class yang memiliki
referensi spasial yang sama. Di dalam penelitian ini feature dataset dibagi
ke dalam 3 jenis yaitu administrasi, jalan dan jembatan.
2) Feature Class.
Feature class merupakan objek spasial yang berbentuk titik, garis, maupun
poligon dan bereferensi spasial yang sama. Di dalam penelitian ini feature
class berupa objek spasial jembatan (objek spasial titik), jalan (objek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
spasial garis) dan batas administrasi (objek spasial poligon). Semua data
yang ada di dalam kelompok ini merupakan data geografi.
3) Table.
Table merupakan kumpulan data dalam bentuk baris dan kolom (tabel).
Table adalah salah satu unsur geodatabase yang tidak bereferensi geometri
dan spasial. Fungsi dari table adalah memberikan input data pada
geodatabase selain objek spasial.
4) Relationship Class.
Relationship class merupakan penghubung objek dari feature class atau
tabel ke objek di feature class atau table lain. Relationship class di dalam
ArcGIS ada 3 macam yaitu one to one, one to many, dan many to many.
Masing-masing objek dihubungkan satu dengan yang lainnya
menggunakan foreign key dan primary key. Kedua key tersebut harus
memiliki karakteristik yang sama sehingga dapat saling terkoneksi satu
dengan yang lain.
5) Topology.
Topology merupakan pendefinisian secara matematis yang menerangkan
hubungan relatif antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam
ArcGIS, topology didefinisikan oleh user sesuai dengan karakteristik data
seperti titik, garis, maupun poligon. Setiap karakteristik data tertentu
memiliki rule (aturan) tertentu. Rule tersebut secara default telah
disediakan oleh perangkat lunak ArcGIS. Sebagai contoh untuk objek titik
aturan umum yang dipergunakan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a) Titik harus berada di dalam poligon (must be properly inside polygons).
Gambar 2.16. Aturan topologi titik must be properly inside polygons
(Sumber: Topology Rules Poster)
b) Titik harus berada di dalam garis (must be covered by line).
Gambar 2.17. Aturan topologi titik must be covered by line
(Sumber: Topology Rules Poster)
Untuk objek tipe garis aturan umum yang diberlakukan adalah:
a) Antar objek tidak boleh saling tumpang-tindih (must not overlap).
Gambar 2.18. Aturan topologi garis must not overlap
(Sumber: Topology Rules Poster)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Antar poligon tidak boleh saling memotong (must not have gaps).
Gambar 2.19. Aturan topologi garis must not intersect
(Sumber: Topology Rules Poster)
Sedangkan objek tipe poligon aturan umum yang diberlakukan adalah:
a) Antar poligon tidak boleh saling tumpang-tindih (must not overlap).
Gambar 2.20. Aturan topologi poligon must not overlap
(Sumber: Topology Rules Poster)
b) Antar poligon tidak boleh ada celah (must not have gaps).
Gambar 2.21. Aturan topologi poligon must not have gaps
(Sumber: Topology Rules Poster)
6) Geometric Network.
Geometric network merupakan aturan untuk mengatur hubungan antar fitur
didalam satu set feature class. Contoh penerapan dari elemen ini adalah
pembuatan model network untuk utility dan transportasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
7) Survey Dataset.
Survey dataset terdiri atas pengukuran survei yang digunakan dalam
perhitungan koordinat yang terhubung dengan geometri feature dalam
survey-aware feature classes.
8) Raster Dataset.
Raster Dataset terdiri atas objek spasial raster yang merepresentasikan
fenomena geografis.
9) Metadata Document.
Metadata Document merupakan suatu dokumen XML yang dapat di
gabungkan dengan tiap dataset. Secara umum digunakan dalam ArcIMS
dan aplikasi server lainnya.
10) Geoprocessing Tools.
Geoprocessing Tools merupakan kumpulan dari proses aliran data dan
pekerjaan untuk melakukan manajemen, analisis, dan pemodelan data.
Terdapat 3 tipe dari geodatabase, yaitu:
a. File Geodatabase.
b. Personal Geodatabase.
c. ArcSDE Geodatabase.
Langkah dasar dalam mendesain geodatabase yaitu:
a. Membuat model dari data yang ditinjau.
b. Mendefinisikan objek dan hubungannya (relationship).
c. Memilih model geografi dari objek tersebut.
d. Memasukkan data ke dalam elemen geodatabase.
e. Mengorganisasikan struktur geodatabase.
Dalam penelitian ini tipe geodatabase yang dipergunakan adalah personal
geodatabase karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan tipe yang lain yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
personal geodatabase menyimpan data dalam bentuk file Microsoft Access
sehingga memungkinkan pengguna aplikasi berbasis Microsoft Access untuk
mengakses file tersebut.
2.2.5.2 Geoprocessing.
Geoprocessing merupakan sekumpulan tool pengubah informasi yang dapat
menghasilkan informasi geografis baru dari kumpulan data yang sudah ada. Sub
sistem ini dijalankan dalam ArcMap yang dilengkapi dengan ArcToolbox.
2.2.5.3 Geovisualization.
Geovisualization merupakan kemampuan dari ArcGIS untuk memperlihatkan data-
data spasial beserta hubungan antar data spasial tersebut yang merupakan
representasi dari permukaan bumi dalam berbagai bentuk digital seperti peta
interaktif, tabel dan grafik, peta dinamis, dan skema jaringan. Sub sistem ini
dijalankan dalam ArcMap.
Sistem informasi geografis selalu berkaitan dengan 2 hal, yaitu referensi geografis
dan skala. Adapun penjabaran kedua hal tersebut yaitu:
a. Referensi Geografis.
Referensi geografis merupakan syarat mutlak bagi data spasial di dalam sistem
informasi geografis agar bisa digambarkan dengan tepat. Eddy Prahasta (2002)
menyebutkan bahwa referensi geografis terdiri dari beberapa hal, antara lain:
1) Datum.
Datum adalah besaran atau konstanta yang bertindak sebagai referensi atau
dasar untuk hitungan besaran-besaran lainnya. Ada beberapa jenis datum
antara lain datum lokal, datum regional, dan datum global. Saat ini datum
global yang digunakan adalah datum WGS 1984.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Sistem Proyeksi.
Sistem proyeksi adalah konversi matematika yang digunakan untuk membuat
lengkungan bumi (elipsoid 3 dimensi) menjadi gambar pada bidang datar (2
dimensi). Setiap proyeksi peta akan membuat distorsi pada jarak, luasan,
bentuk dan arah. Untuk itu diperlukan konversi matematika agar jarak, luasan,
bentuk dan arah di dunia dengan di peta setelah diproyeksi.
Gambar 2.22. Sistem Proyeksi (Sumber: Using ArcGIS Desktop)
Di Indonesia sistem yang telah dibakukan atau digunakan oleh
BAKOSURTANAL adalah UTM (Universal Transvers Mecator). Awaludin,
Nur (2010) menyebutkan proyeksi UTM digunakan karena kondisi geografis
negara Indonesia membujur di sekitar garis khatulistiwa atau garis lingkar
equator dari barat sampai ke timur yang relatif seimbang. Dengan proyeksi
UTM distorsi yang dihasilkan bisa minimal. Proyeksi UTM membagi
permukaan bumi menjadi 60 bagian yang disebut zona UTM. Setiap zona
dibatasi oleh meridian selebar 60 dan memiliki meridian tengah sendiri.
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zona UTM yaitu mulai zona 46 sampai 54.
Gambar 2.23. Zona UTM Dunia (Sumber: ArcGIS Desktop Help)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Sistem Koordinat.
Sistem koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan
posisi satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu posisi acuan
yang telah didefinisikan. Sistem koordinat yang digunakan dalam sistem
proyeksi UTM adalah sistem koordinat kartesian. Setiap zona UTM memiliki
sistem koordinat tersendiri dengan titik nole sejati pada perpotongan antar
meridian sentralnya dengan equator. Untuk menghindari nilai negatif,
meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter sedangkan pada
ordinat (y) 10.000.000 meter.
b. Skala.
Skala adalah perbandingan antara ukuran di peta dengan ukuran yang sebenarnya
di bumi. Skala besar jika memiliki bilangan pembagi yang kecil, sedangkan skala
yang kecil bila bilangan pembaginya besar. Semakin besar skala semakin baik
ketelitiannya. Skala bisa digambarkan dalam bentuk skala fraksi atau skala grafis.
2.2.5.4 Kriging
Kriging adalah suatu metode geostatika yang memanfaatkan nilai spasial pada lokasi
tersempel dan variogram untuk memprediksi nilai dari lokasi lain yang belum
dan/atau tidak ada dimana nilai prediksi tersebut tergantung pada kedekatannya
terhadap lokasi sampel. Pada penerapanya, kriging di bawah asumsi kestasioneran
dalam rata-rata dan varians (σ2), sehingga jika asumsi kestasioneran tersebut
dilanggar maka kriging menghasilkan nilai yang kurang presisif. Selain itu,
sebagaimana pada metode analisis data non-spasial (cross-sectional, time series,
panel, dll), kriging juga dapat menghasilkan nilai kurang presisif jika diantara data
yang ada terdapat pencilan (outlier). Outlier didefinisikan sebagai nilai yang ekstrim
dari nilai amtan lainnya yang kemungkinan dapat disebabkan oleh kesalahan
pencatatan, kalibrasi alat yang tidak tepat atau kemungkinan lainya. Ada beberapa
model kriging yang umum digunakan diantaranya adalah ordinary kriging dan
universal kriging yang notabenenya tidak mengakomodir adanya outlier. Lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
lanjut, pengembangan ordinary kriging adalah robust kriging yang mentrasformasi
bobot pada variogram klasik sehingga menjadi variogram robust terhadap outlier.
Nilai interpolasi kriging Z (x0) dari bidang acak Z (x) (misalnya elevasi Z dari suatu
daerah sebagai fungsi dari x lokasi geografis) di lokasi pengamatan zi = Z (x
i) , i =
1, ..., n medan acak pada lokasi terdekat x1, …, x
n. kriging menghitung estimator
terbaik berisi linier Ź (x0) dari Z (x0) berdasarkan model stokastik dari
ketergantungan spasial di ukur baik dengan variogram γ (x,y) atau dengan
ekspektasi µ (x) = E [Z (x)] dan fungsi kovarians c (x,y) dari bidang acak. Formula
Kriging disusun oleh kombinasi linier
Ź (x0) =∑ ωi⽰X0邹ni 1 Z⽰Xi邹 ………………………………………………….........(1)
Dari nialai-nilai yang diamati zi = Z(xi) dengan bobot wi(x0), i = 1,…, n dipilih
bahwa varians (disebut juga varians kriging atau kesalahan kriging): 繨瓶挠⽰果难邹 ,辊足广踪⽰果难邹石广⽰果难邹卒………………………………………..…….........(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di wilayah Kota Surakarta.
3.2. Sumber Data
3.2.1 Data Utama
Data utama berupa data-data CPT yang diambil dari Lab. Mekanika Tanah Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
3.2.2 Data Pendamping
Data pendamping berupa peta-peta antara lain :
a. Peta Digital RBI Wilayah Surakarta nomor lembar peta 1408-343
b. Peta Geologi Teknik Daerah Surakarta skala 1: 25.000 produksi Direktorat
Geologi Tata Lingkungan edisi 1989
c. Peta Kontur Surakarta skala 1:5000 dari PDAM Surakarta
d. Peta Pariwisata Surakarta 1:12.500
3.3. Langkah Penelitian
a. Kompilasi Data
Kompilasi atau mengumpulkan data dari Lab. Mekanika Tanah Teknik Sipil
UNS berupa data-data CPT hasil pengujian. Data-data lain yang digunakan
sebagai pendukung adalah data grafis berupa peta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Sortir Data
Melakukan penyortiran terhadap data CPT yang pernah dilakukan di wilayah
kota Surakarta. Data dipilih berdasarkan alamat lokasi proyek yang jelas.
c. Identifikasi Lokasi
Melakukan identifikasi awal terhadap lokasi data CPT. Data-data CPT yang
digunakan hanya data yang lokasinya telah teridentifikasi.
d. Editing Peta
Langkah selanjutnya adalah mengubah (editing) peta digital RBI dengan
menetapkan batas-batas administrasi wilayah kota Surakarta sehingga terbentuk
peta kota Surakarta beserta dengan unsur-unsur peta antara lain jalan, sungai,
kontur, titik tinggi dan bangunan penting.
e. Analisis Data
Analisis data CPT yang dilakukan adalah :
1) Menentukan kedalaman lapisan tanah keras rata-rata
Kedalaman tanah keras dari titik yang ditinjau didapatkan mengamati grafik
atau tabel. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai kedalaman tanah keras
rata-rata berdasarkan nilai qc 250 kg/cm2 dari beberapa titik pengujian yang
berada dalam satu lokasi proyek. Pengambilan kedalaman qc rata-rata adalah
dengan mengambil nilai qc terdalam.
2) Menentukan koordinat lokasi dengan alat GPS dan Google Earth.
Penelitian ini memerlukan data berupa titik lokasi, maka diperlukan survei
penentuan koordinat dari lokasI CPT. Salah satu metode yang sekarang lazim
digunakan adalah dengan penitikan lokasi menggunakan GPS. Global
Positioning System (GPS) adalah suatu sistem radio navigasi penentuan posisi
dengan menggunakan satelit. GPS dapat memberikan posisi suatu objek di
muka bumi dengan akurat dan cepat (tiga dimensi koordinat x, y, z) dan
memberikan informasi waktu serta kecepatan bergerak secara kontinyu di
seluruh dunia. Satelit GPS mempunyai konstelasi 24 satelit dalam enam orbit
yang mendekati lingkaran. Setiap orbit ditempati oleh 4 buah satelit dengan
interval antara yang tidak sama. Orbit satelit GPS berinklinasi 550 terhadap
bidang equator dengan ketinggian rata-rata dari permukaan bumi sekitar 20.200
km.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Menentukan elevasi muka tanah lokasi
Menentukan elevasi permukaan tanah lokasi CPT berdasarkan koordinat lokasi
tersebut kemudian di plot pada peta. Kemudian dilakukan interpolasi kontur
kota Surakarta, hasil koordinat dari GPS yang telah di plot di peta akan
bersinggungan dengan kontur yang telah di interpolasi dengan bantuan fasilitas
ArcGIS yaitu 2D analyst dan 3D analyst (Topo to Raster).
f. Plotting Data
Plotting data adalah proses memasukkan lokasi data-data CPT ke dalam peta
dasar (base map) yang dibangun dari peta digital Rupa Bumi Indonesia. Data-
data CPT yang telah terkumpul diidentifikasi sesuai lokasi atau alamat kemudian
diplot ke dalam peta dasar dengan menggunakan simbol dan warna tertentu.
Contoh plotting data dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Contoh plotting data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
g. Desain Tampak Atas dan Cross Section
Mendesain tampak atas dan cross section dalam dua arah yaitu, arah utara-
selatan dan arah barat-timur. Untuk contoh desain tampak atas dan cross section
dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2.
Gambar 3.2 Contoh desain tampak atas
Gambar 3.3 Contoh desain cross section
Langkah-langkah penelitian ini dapat disederhanakan dengan bagan alir seperti yang
terlihat dalam Gambar 3.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
A B
Penentuan koordinat lokasi dengan alat GPS
Plotting data CPT ke dalam peta dasar
dengan tools ArcGIS
Terbentuk layer
berdasarkan Data CPT
Selesai
Desain tampak atas dan cross section
Peta dasar terdiri dari beberapa layer :
batas Administrasijalansungaikonturtitik tinggi Penentuan elevasi muka
tanah lokasi data CPT
Gambar 3.4 Bagan alir metode penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Letak dan Batas Daerah Penelitian
a. Letak Astronomis
Berdasarkan peta rupa bumi lembar Surakarta (1408-343), daerah penelitian secara
astronomis terletak di antara 9168424 mU – 9160415 mU dan 485583 mT- 474430
mT atau 110° 45’ 15”dan 110° 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7°36’ dan 7° 56’
Lintang Selatan.
b. Letak dan batas administrasi
Secara administratif, daerah penelitian yaitu kabupaten Surakarta termasuk dalam
propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Batas-batas administrasi :
Ø Sebelah Utara : Boyolali
Ø Sebelah Timur : Karanganyar
Ø Sebelah Selatan : Sukoharjo
Ø Sebelah Barat : Boyolali
Kota Surakarta terbagi menjadi lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan.,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon., Kecamatan Jebres., Kecamatan
BanjarSari. Untuk lebih jelasnya Peta Administrasi dapat dilihat Gambar 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 4.1. Peta administrasi kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4.2. Data CPT Laboratorium Mekanika Tanah
Data-data CPT yang diambil dan diplot adalah data-data yang berlokasi dalam
wilayah Kota Surakarta yang telah teridentifikasi lokasinya. Data-data lokasi proyek
yang tersimpan di Lab. Mekanika Tanah Fakultas Teknik UNS ditunjukkan pada
Tabel 4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah lokasi data pengujian CPT di Lab. Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lokasi Data Jumlah
Lokasi data CPT di Kota Surakarta 1987-2011 270
Lokasi data CPT yang diplot dalam peta 132
(Lab.Mektan FT UNS)
Data-data CPT yang tidak masuk dalam peta mempunyai jumlah yang cukup
signifikan, hal itu disebabkan kurang atau tidak adanya pencantuman alamat suatu
lokasi proyek secara jelas. Data sondir yang dianalisis berupa grafik hasil pengujian
CPT yang memuat variabel nilai tahanan konus, qc , nilai tahanan lekat, fs, dan nilai
kedalaman (depth). Mesin CPT yang dipakai oleh Lab. Mekanika Tanah Teknik Sipil
mempunyai manometer dengan skala ukuran (gauge scale) sebesar 250 kg/cm2
sebagai penentuan kedalaman tanah keras.
4.3. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data-data CPT terkompilasi serta lokasi data telah
teridentifikasi. Analisis data dalam penelitian ini diperlukan untuk mengetahui
parameter yang dibutuhkan dalam proses pemetaan seperti kedalaman tanah keras
rata-rata, posisi lokasi dan elevasi muka tanah. Langkah analisis data dijelaskan
dalam sub bab berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4.3.1 Penentuan Kedalaman Tanah Keras Rerata
Salah satu hasil rekapitulasi pengujian CPT oleh Lab. Mektan FT UNS serta
grafiknya yang dilakukan di lokasi proyek Pembangunan SMP Muhammadiyah I
Surakarta pada tanggal 2 Agustus 2007 ditunjukkan oleh Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
Kedalaman tanah keras dari titik yang ditinjau didapatkan mengamati grafik atau
tabel. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai kedalaman tanah keras rata-rata
berdasarkan nilai qc 250 kg/cm2 dari beberapa titik pengujian yang berada dalam satu
lokasi proyek. Pengambilan kedalaman qc rata-rata adalah dengan mengambil nilai
qc terdalam.
Tabel 4.2.a Contoh hasil rekapitulasi pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
S1 Conus Biconus Friction HL = Total Local
No. Depth ( qc ) (H) (qf) (H-qc)xD/A HT = SHL Friction
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm)1 - - - - - -
2 0.20 15.00 20.00 5.00 10.00 10.00 0.50
3 0.40 15.00 20.00 5.00 10.00 20.00 0.50
4 0.60 25.00 30.00 5.00 10.00 30.00 0.50
5 0.80 30.00 35.00 5.00 10.00 40.00 0.50
6 1.00 35.00 40.00 5.00 10.00 50.00 0.50
7 1.20 30.00 35.00 5.00 10.00 60.00 0.50
8 1.40 35.00 40.00 5.00 10.00 70.00 0.50
9 1.60 60.00 65.00 5.00 10.00 80.00 0.50
10 1.80 75.00 80.00 5.00 10.00 90.00 0.50
11 2.00 80.00 85.00 5.00 10.00 100.00 0.50
12 2.20 50.00 55.00 5.00 10.00 110.00 0.50
13 2.40 65.00 70.00 5.00 10.00 120.00 0.50
14 2.60 45.00 50.00 5.00 10.00 130.00 0.50
15 2.80 30.00 35.00 5.00 10.00 140.00 0.50
16 3.00 45.00 50.00 5.00 10.00 150.00 0.50
17 3.20 30.00 35.00 5.00 10.00 160.00 0.50
18 3.40 45.00 50.00 5.00 10.00 170.00 0.50
19 3.60 25.00 30.00 5.00 10.00 180.00 0.50
20 3.80 20.00 25.00 5.00 10.00 190.00 0.50
21 4.00 25.00 30.00 5.00 10.00 200.00 0.50
22 4.20 15.00 20.00 5.00 10.00 210.00 0.50
23 4.40 15.00 20.00 5.00 10.00 220.00 0.50
24 4.60 30.00 35.00 5.00 10.00 230.00 0.50
25 4.80 35.00 40.00 5.00 10.00 240.00 0.50
26 5.00 25.00 30.00 5.00 10.00 250.00 0.50
27 5.20 155.00 165.00 10.00 20.00 270.00 1.00
28 5.40 210.00 215.00 5.00 10.00 280.00 0.50
29 5.60 250.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.2.b Contoh hasil rekapitulasi pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Tabel 4.2.c Contoh hasil rekapitulasi pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
S2 Conus Biconus Friction HL = Total Local
No. Depth ( qc ) (H) (qf) (H-qc)xD/A HT = SHL Friction
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm)1 - - - - - -
2 0.20 10.00 15.00 5.00 10.00 10.00 0.50
3 0.40 60.00 65.00 5.00 10.00 20.00 0.50
4 0.60 45.00 50.00 5.00 10.00 30.00 0.50
5 0.80 45.00 50.00 5.00 10.00 40.00 0.50
6 1.00 30.00 35.00 5.00 10.00 50.00 0.50
7 1.20 15.00 20.00 5.00 10.00 60.00 0.50
8 1.40 20.00 25.00 5.00 10.00 70.00 0.50
9 1.60 50.00 55.00 5.00 10.00 80.00 0.50
10 1.80 40.00 45.00 5.00 10.00 90.00 0.50
11 2.00 35.00 40.00 5.00 10.00 100.00 0.50
12 2.20 30.00 35.00 5.00 10.00 110.00 0.50
13 2.40 30.00 35.00 5.00 10.00 120.00 0.50
14 2.60 30.00 35.00 5.00 10.00 130.00 0.50
15 2.80 50.00 55.00 5.00 10.00 140.00 0.50
16 3.00 65.00 70.00 5.00 10.00 150.00 0.50
17 3.20 85.00 95.00 10.00 20.00 170.00 1.00
18 3.40 70.00 75.00 5.00 10.00 180.00 0.50
19 3.60 40.00 45.00 5.00 10.00 190.00 0.50
20 3.80 35.00 40.00 5.00 10.00 200.00 0.50
21 4.00 45.00 50.00 5.00 10.00 210.00 0.50
22 4.20 65.00 70.00 5.00 10.00 220.00 0.50
23 4.40 65.00 70.00 5.00 10.00 230.00 0.50
24 4.60 60.00 65.00 5.00 10.00 240.00 0.50
25 4.80 55.00 60.00 5.00 10.00 250.00 0.50
26 5.00 55.00 60.00 5.00 10.00 260.00 0.50
27 5.20 45.00 50.00 5.00 10.00 270.00 0.50
28 5.40 175.00 185.00 10.00 20.00 290.00 1.00
29 5.60 220.00 225.00 5.00 10.00 300.00 0.50
30 5.80 250.00
S3 Conus Biconus Friction HL = Total Local
Depth ( qc ) (H) (qf) (H-qc)xD/A HT = SHL Friction
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm)- - - - - -
0.20 15.00 20.00 5.00 10.00 10.00 0.50
0.40 45.00 50.00 5.00 10.00 20.00 0.50
0.60 30.00 35.00 5.00 10.00 30.00 0.50
0.80 35.00 40.00 5.00 10.00 40.00 0.50
1.00 35.00 40.00 5.00 10.00 50.00 0.50
1.20 30.00 35.00 5.00 10.00 60.00 0.50
1.40 30.00 35.00 5.00 10.00 70.00 0.50
1.60 30.00 35.00 5.00 10.00 80.00 0.50
1.80 30.00 35.00 5.00 10.00 90.00 0.50
2.00 30.00 35.00 5.00 10.00 100.00 0.50
2.20 25.00 30.00 5.00 10.00 110.00 0.50
2.40 25.00 30.00 5.00 10.00 120.00 0.50
2.60 25.00 30.00 5.00 10.00 130.00 0.50
2.80 25.00 30.00 5.00 10.00 140.00 0.50
3.00 75.00 80.00 5.00 10.00 150.00 0.50
3.20 75.00 85.00 10.00 20.00 170.00 1.00
3.40 60.00 65.00 5.00 10.00 180.00 0.50
3.60 50.00 55.00 5.00 10.00 190.00 0.50
3.80 50.00 55.00 5.00 10.00 200.00 0.50
4.00 55.00 60.00 5.00 10.00 210.00 0.50
4.20 75.00 80.00 5.00 10.00 220.00 0.50
4.40 85.00 95.00 10.00 20.00 240.00 1.00
4.60 80.00 90.00 10.00 20.00 260.00 1.00
4.80 70.00 75.00 5.00 10.00 270.00 0.50
5.00 70.00 75.00 5.00 10.00 280.00 0.50
5.20 60.00 65.00 5.00 10.00 290.00 0.50
5.40 190.00 200.00 10.00 20.00 310.00 1.00
5.60 250.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 4.2.a Grafik hasil pengujian S1 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Gambar 4.2.b Grafik hasil pengujian S2 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
0
1
2
3
4
5
6
0 50 100 150 200 250
Dep
th (
m)
conus (kg/cm2) local friction *10 (kg/cm2) total friction/10 (kg/cm) S1
0
1
2
3
4
5
6
0 50 100 150 200 250
Dep
th (
m)
conus (kg/cm2)
local friction *10 (kg/cm2)
total friction/10 (kg/cm) S2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
` Gambar 4.2.c Grafik hasil pengujian S3 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Gambar 4.3. Sketsa posisi titik-titik sondir di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
0
1
2
3
4
5
6
0 50 100 150 200 250
Dep
th (
m)
conus (kg/cm2) local friction *10 (kg/cm2) total friction/10 (kg/cm) S3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4.3.2 Penentuan Lokasi Data CPT
a. Identifikasi Awal
Peta pariwisata kota Surakarta digunakan untuk mengidentifikasi secara umum
lokasi-lokasi yang mudah dikenali seperti bank, sekolah, tempat ibadah, bangunan
penting dan lain-lain.
b. Bantuan Alat GPS
Melakukan survey lapangan ke lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi dengan
bantuan alat GPS. Output dari alat GPS dalam penelitian ini adalah koordinat
UTM.
4.3.3 Pembuatan Layer Berdasarkan Data CPT
Layer baru berdasarkan data CPT diolah dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak pemetaan ArcGIS 9.2. Langkah pembuatan layer atau tema baru dijelaskan
sebagai berikut :
1. Data Spasial CPT
Data spasial CPT dibuat dengan memasukkan titik survei CPT. Titik-titik CPT
tersebut dibuat dengan memasukkan koordinat titik yang diperoleh pada saat survei
CPT dilakukan. Adapun langkah dalam pembuatan data spasial CPT adalah sebagai
berikut:
a. Titik-titik koordinat yang telah diperoleh dari survei kemudian disimpan dalam
file dengan menggunakan microsoft excel. Kemudian data berformat excel
tersebut dimasukkan kedalam lembar kerja ArcGIS dengan memilih tools–add xy
data. Kemudian di export ke dalam shapefile dengan export data–to shapefile
lalu diberi nama “CPT“ dapat dilihat pada Gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 4.4. Titik-Titik CPT Kota Surakarta.
b. Setelah itu melengkapi data CPT berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Bina Marga Kota Solo, dengan mengaktifkan toolbar editing kemudian buka
attribute table dari “CPT” ditunjukan Gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.5. Attribute Table dari data spasial CPT Kota Surakarta.
2. Penentuan Ketinggian Permukaan
Ketinggian permukaan tanah atau kontur yang muncul sebagai salah satu variabel
dalam cross section didapatkan dengan cara interpolasi interval kontur. Gambar 4.6
menunjukkan kontur wilayah kota Surakarta, kontur dibagi atas beberapa
ketinggian garis kontur yaitu hijau tua 125 m, hijau muda 112,5 m, orange 106,5 m,
merah 100 m, kuning 93,75 m, dan jingga 87,5 m. Pada Gambar 4.7 menunjukkan
hasil DEM 10X10. Kontur bayangan didapatkan dari hasil interpolasi menggunakan
fasilitas ArcGIS yaitu 2D analyst dan 3D analyst (Topo to Raster) dengan
memasukkan parameter elevasi kontur dan titik tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 4.6. Kontur wilayah Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4.7. DEM 10X10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Membuat Elevasi CPT
Elevasi kedalam CPT ditentukan dengan mengurangkan elevasi permukaan dengan
kedalam tanah keras dari data sondir. Kemudian dengan bantuan 3D analyst
(Kriging) ditunjukan Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Elevasi kedalam CPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4. Melengkapi Attribute Table
Data spasial yang telah dibuat kemudian dilengkapi dengan informasi yang
berhubungan dengan data spasial tersebut. Informasi tersebut dimasukkan kedalam
attribute table. Pembuatan attribute table dilakukan dengan ArcCatalog. Adapun
langkah dalam membuat attribute table adalah sebagai berikut:
a. Memilih data spasial yang akan dibuat attribute table. Tampilan dipindahkan
kedalam tampilan table. Kemudian dipilih option-add field - diberi nama pada
field baru. Gambar 4.9 menunjukan pembuatan Field baru di dalam ArcCatalog.
Gambar 4.9. Pembuatan field baru didalam ArcCatalog.
b. Untuk pengisian data dilakukan didalam jendela ArcMap. Pengisian dilakukan
dengan toolbar editor dalam kondisi start editing. Gambar 4.10 menunjukan
Attribute Table Peta CPT kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.10. Attribute table peta CPT Kota Surakarta.
5. Membuat Hyperlink Data
Data merupakan hal penting sebagai penunjang data-data yang telah dimasukkan
sebelumnya. Data CPT dimasukkan dengan cara membuat hyperlink. Berikut ini
langkah-langkah dalam membuat hyperlink data:
a. Hyperlink dibuat dengan menuliskan alamat file data tersebut kedalam salah satu
field didalam attribut table data spasial yang telah dibuat sebelumnya. Dapat
dilihat pada Gambar 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4.11. Pengisian alamat file di field peta CPT Kota Surakarta.
b. Menyeting display dari data spasial agar fungsi hyperlink dapat berjalan yaitu
menu properties – display – hyperlink – memilih field alamat file data - memilih
url – ok. Sebagaimana Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Pen-setting-an Hyperlink didalam ArcMap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Kemudian filed yang berisi alamat file sudah menjadi hyperlink.
Gambar 4.13. Eksekusi Hyperlink didalam ArcMap.
Untuk dapat menggunakan fitur hyperlink dipakai toolbar identify_result pada titik
CPT yang diinginkan, setelah titik CPT dipilih lalu muncul jendela yang berisi data
atribut dari CPT tersebut. Lalu dipilih data atibut yang berisikan alamat data, bila
terdapat simbol petir pada baris data atribut maka hyperlink telah berhasil dibuat dan
untuk menggunakannya dengan mengklik simbol petir tersebut. Dapat dilihat pada
Gambar 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4.4. Hasil Analisis dan Pembahasan
4.4.1. Peta Sebaran Kedalaman Tanah Keras
Lokasi pengujian disimbolkan atau dimodelkan dengan warna tertentu (graduated
colour). Masing-masing titik telah diberi atribut berupa nilai kedalaman tanah keras
rata-rata. Gambar 4.14 menunjukkan sebaran kedalaman tanah keras dengan variasi
kedalaman di wilayah kota Surakarta.
Hasil pemetaan menunjukkan nilai klasifikasi kedalaman tanah keras yang dominan
terdapat di interval 3-5 meter dari muka tanah yang sebagian besar data tersebut
tersebar di wilayah kota Surakarta bagian tengah, yaitu Kec. Jebres. Nilai kedalaman
tanah keras rata-rata paling dalam adalah 19.8 meter dari muka tanah terletak di Kel.
Penumping. Nilai kedalaman 19.2 meter dari muka tanah tersebut tersebar antara lain
di Kel. Punggawan dan Kel. Timuran.
Jumlah data yang telah diplot dalam peta sebesar 132 lokasi yang tersebar di wilayah
kotamadya Surakarta. Sebaran data di tiap kecamatan diperlihatkan dalam Gambar
4.15, 4.16 ,4.17, 4.18 dan 4.19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.14. Peta sebaran CPT Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 4.15. Peta sebaran CPT Kecamatan Banjarsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.16. Peta sebaran CPT Kecamatan Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4.17. Peta sebaran CPT Kecamatan Jebres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 4.18. Peta sebaran CPT Kecamatan Pasar Kliwon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.19. Peta sebaran CPT Kecamatan Serengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4.4.2. Hasil Cross Section
Hasil pemetaan digunakan untuk membuat cross section salah satu proyek 2012 di
laboratorium Mekanika Tanah UNS yaitu Pembangunan Asrama Mahasiswa UNS
Ngoresan TA.2012. Hasil cross section ini sebagai data tambahan dan dibandingkan
dengan data sondir di lapangan. Pada Gambar 4.20. bahwa lokasi asrama terletak di
kelurahan Jebres. Terlihat bahwa sebaran CPT pada daerah kelurahan Jebres di
dominasi dengan kedalam CPT 3-5 meter. Ini sesuai dengan hasil sondir lapangan
bahwa dari 4 titik pengujian CPT kedalam tanah keras berkisar 3,2-4,2 meter dari
permukaan. Lay out lokasi titik pengujian sondir dapat dilihat pada Gambar 4.21.
Lay out cross section rencana bangunan ditunjukan pada Gambar 4.22. Cross section
terdiri dari 4 potongan. Tiap potongan didapatkan hasil cross section elevasi
permukaan dan elevasi CPT berupa grafik yang menggunakan fasilitas ArcGIS 3D
analyst.
Mengacu pada data kurva elevasi permukaan dan elevasi CPT diketahui kedalaman
tanah keras qc 250 kg/cm2 selain di titik soil test. Hasil cross section potongan 1
melewati titik sondir S3 dan S4, potongan 2 melewati S4, potongan 3 melewati S1
dan S2, serta potongan 4 melewati S2. Grafik 4.23 sampai 4.26 memperlihatkan
cross section permukaan dan CPT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.20. Peta sebaran CPT Kel. Jebres
Gambar 4.19. Peta sebaran CPT Kelurahan Jebres
Gambar 4.20. Peta sebaran CPT Kelurahan Jebres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4.21. Lay out posisi uji CPT rencana pembangunan Asrama Mahasiswa
UNS Ngoresan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gam
bar 4
.23.
Cro
ss S
ectio
n po
tong
an 1
S3
Gambar 4.22. Lay out cross section
Gambar 4.22. Lay out posisi uji Cross Section
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4.23. Cross Section Potongan 1
Gambar 4.24. Cross Section Potongan 2
90.6208 90.4958
90.3767 90.2713
90.142 90.0536
88.3426 88.2515 88.161
88.0033 87.8986 87.8483
87.5
88
88.5
89
89.5
90
90.5
91
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Proyek Asrama Mahasiswa UNS
Elevasi Permukaan Elevasi CPT qc 250
S4 S3
90.6212 90.6058
87.8623 87.8483
87.5
88
88.5
89
89.5
90
90.5
91
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proyek Asrama Mahasiswa UNS
Elevasi Permukaan Elevasi qc 250
S4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 4.25. Cross Section Potongan 3
Gambar 4.25. Cross Section Potongan 4
90.5915 90.4718 90.3578 90.2611
90.1418 90.0559
88.3234 88.2355 88.0809
87.9608 87.8986 87.8544
87.5
88
88.5
89
89.5
90
90.5
91
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Proyek Asrama Mahasiswa UNS
Elevasi Permukaan Elevasi CPT qc 250
S1 S1 S2
90.069 90.0536
87.8623 87.8483
87.5
88
88.5
89
89.5
90
90.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proyek Asrama Mahasiswa UNS
Elevasi Permukaan Elevasi CPT qc 250S2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan hasil potongan 1 yang melewati titik S3 dan S4. Pada S3 qc 250 kg/cm
sedalam 3 meter sedangkan hasil cross section GIS qc 250 kg/cm2 sedalam 2,27
meter. Sondir lapangan S4 qc 250 kg/cm2 sedalam 4,2 meter, hasil cross section GIS
pada S4 qc 250 kg/cm2 sedalam 2,28 meter.
Hasil potongan 2 yang melewati S4 keadalam qc 250 kg/cm2 adalah 4,2 meter untuk
sondir lapangan dan 2,28 meter dengan mengunakan GIS .
Potongan 3 yang melewati S1 dan S2 untuk kedalaman qc 250 kg/cm2 berdasarkan
sondir lapangan adalah 3,6 meter dari permukaan. Sedangkan hasil GIS kedalaman qc
250 kg/cm2 secara berurtan adalah 2,24 meter dan 3,07 meter.
Untuk hasil potongan 4 hanya melewati S2 kedalaman qc 250 kg/cm2 berdasarkan
sondir lapangan sedalam 3,6 meter dan hasil GIS sedalam 3,07 meter.
4.4.3. Analisis GIS dan Sondir Lapangan
Perbandingan hasil pemetaan dengan GIS dan sondir lapangan juga
diuji/dibandingkan dengan data sondir baru yang ada di Laboratorium Mekanika
Tanah, seperti dalam Tabel 4.3. Diantanya adalah
1) Pembangunan DED Youth Center Kota Surakarta yang terletak di Stadiun
Manahan Solo pada tanggal 12-04-2012.
2) Pembangunan Tennis Sport Centre yang terletak di Pucangsawit pada tanggal
23-04-2012.
3) Pembangunan Rumah Tingal di Jl Kantil No 19 A Badran pada tanggal 16-04-
2012.
4) Pembangunan Audio Technica di Penumping pada tanggal 24-04-2012.
5) Pembangunan Gedung Annisa di RS PKU Muhammadiyah pada tanggal 03-05-
2012.
6) Pembangunan Asrama Mahasiswa UNS di Ngoresan pada tanggal 07-05-2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.3. Pebandingan kedalaman tanah keras (qc 250 kg/cm2) hasil sondir lapangan dengan GIS
Diagram perbandingan sondir lapangan dengan GIS pada tiap lokasi sondir dapat
dilihat pada Gambar 4.27 sampai Gambar 4.32.
Gambar 4.27. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan DED Youth Center kota Surakarta
0
2
4
6
8
10
12
S1 S2 S3 S4
met
er
Titik Sondir
Sondir lapangan
GIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.28. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Tennis Sport Centre
Gambar 4.29.Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan GIS
pada Pembangunan Rumah Tingal di Jl Kantil No 19 A Badran
0
1
2
3
4
5
6
S1 S2 S3 S4
met
er
Titik Sondir
Sondir lapangan
GIS
0
2
4
6
8
10
12
S1 S2 S3 S4
met
er
Titik Sondir
Sondir lapangan
GIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.30. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Audio Technica
Gambar 4.31. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Gedung Annisa RS PKU Muhammadiyah
0
2
4
6
8
10
12
14
16
S1 S2 S3 S4 S5
met
er
Titik Sondir
Sondir lapangan
GIS
0
2
4
6
8
10
12
14
S1 S2 S3 S4
met
er
Titik Sondir
Sondir lapangan
GIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.32. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Asrama Mahasiswa UNS
Hasil kedalaman tanah keras qc 250 kg/cm2 dengan GIS yang mendekati sondir
lapangan dari keeneam data CPT baru adalah Pembangunan Tennis Sport Centre dan
Asrama Mahasiswa UNS Ngoresan. Kedauanya terletak di kecamatan Jebres, pada
kecamatan ini data yang di plot pada peta ada sejumlah 41 lokasi dan merupakan
kecamatan yang identifikasi lokasi CPTnya jelas.
Berdasarkan perbandingan hasil pemetaan GIS dengan sondir lapangan dari keenam
lokasi CPT baru bahwa hasil dengan analisis dengan GIS menunjukan kedalaman
tanah keras yang cenderung lebih dalam dengan data sondir baru. Kecenderungan itu
di sebabkan diantaranya adalah pengukuran elevasi permukaan yang kurang teliti dan
kurangnya data yang di dapat.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
S1 S2 S3 S4
met
er
Titik Sondir
Sondir lapangan
GIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemetaan CPT dan analisis di kota Surakarta, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1) Lokasi data yang diplotkan dalam peta sebanyak 132 lokasi data yang tersebar
pada tiap kecamatan sebagai berikut :
Kec. Banjarsari : 41 lokasi data
Kec. Jebres : 41 lokasi data
Kec. Laweyan : 23 lokasi data
Kec. Pasar Kliwon : 20 lokasi data
Kec. Serengan : 7 lokasi data
Kedalaman tanah keras kota Surakarta berdasarkan qc 250 kg/cm2 bervariasi 1.0
hingga 20 meter dari muka tanah.
Kedalaman tanah keras rata-rata paling dominan di kota Surakarta sebesar 3.0 -
5.0 meter dari muka tanah.
2) Hasil kedalaman tanah keras qc 250 kg/cm2 dengan GIS yang mendekati sondir
lapangan dari keeneam data CPT baru adalah Pembangunan Tennis Sport Centre
dan Asrama Mahasiswa UNS Ngoresan. Kedauanya terletak di kecamatan
Jebres, pada kecamatan ini data yang di plot pada peta ada sejumlah 41 lokasi
dan merupakan kecamatan yang identifikasi lokasi CPTnya jelas.
3) Berdasarkan perbandingan hasil pemetaan GIS dengan sondir lapangan dari
keenam lokasi CPT baru bahwa hasil dengan analisis dengan GIS menunjukan
kedalaman tanah keras yang cenderung lebih dalam dengan data sondir baru.
Kecenderungan itu di sebabkan diantaranya adalah pengukuran elevasi
permukaan yang kurang teliti dan kurangnya data yang di dapat.
4) Evaluasi perbandingan kedalaman tanah keras sondir lapangan dengan GIS pada
beberapa titik pengamatan menunjukan hasil yang hampir mendekati. Sehingga
penyusunan sistem informasi geoteknik berbasis data CPT dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
software ArcGIS dirasa mampu sebagai identifikasi pendahuluan dari suatu
pekerjaan/proyek dan data penunjang.
5.2. Saran
Dari penelitian ini penulis memberikan beberapa saran untuk penelitian kedepannya
yaitu:
1) Basis data perlu ditambah untuk data-data baru yang lebih bervariasi seperti :
data bor dalam, bor tangan dan lain-lain.
2) Penggunaan alat GPS yang mempunyai ketelitian yang akurat sehingga elevasi
permukaan tanah dapat diketahui jelas.
3) Pencatatan koordinat di tiap-tiap titik sondir maupun boring sehingga
memudahkan identifikasi.
4) Penggunaan software ArcGIS perlu pengembangan lebih jauh agar database
lebih sempurna dan lebih mudah untuk digunakan.
5) Pengembangan basis data dengan jaringan internet diperlukan agar dapat tercipta
sistem secara nasional sehingga basis data dapat real time terkoneksi dari daerah
ke pusat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995,RMU Testing Equipment Soil-Subsoil Investigasion Rock Master
Book, Italy
Anonim, 2001. In Situ Testing and Soil Properties Correlations. Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung.
Anonim. 2008. ArcGIS Desktop Help. ESRI : United State of America.
Anonim. 2008. Topology Rules Poster. ESRI : United State of America.
Anonim. 2008. Using ArcGIS Desktop. ESRI : United State of America.
Anonim. 2008. What is ArcGIS. ESRI : United State of America.
Annual Book of ASTM Standards,1997,D3441-94 Standard test Method for Deep,
Quasi-static, Cone and Friction-Cone Penetration Test of Soil, Vol
04.08,USA
Awaludin, Nur. 2010. Geographical Information System with ArcGIS 9.x. Andi:
Yogyakarta
Bowles, J.E.,1988 ,Foundation Design and Analysis, 4th edition, McGfraw-
Hill,Inc,Singapore
Brouwer, J.J., 2002. Guide To Cone Penetration Test.
http://www.lankema.co.uk/CPT-guiderocpt.html
Das B.M., 1989. Principle of Foundation Engineering, PWS Kent, Boston
Das B.M., 1994; Principle of Geotechnical Engineering, PWS Publishing Company,
Boston
Dunn, LS.et al, 1980 (diterjemahkan Toekiman, Achmad), Dasar-dasar Analisis
Geoteknik, IKIP Semarang Press, Semarang
Prakash, 1978. Pile Foundation, John Wiley
Prahasta, E., 2002, Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Informatika,
Bandung.
Prahasta, E., 2002, Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, Informatika,
Bandung.
Maula, Mohamad Andi, 2005. Pemetaan Goteknik Surakarta Berbasis CPT(Cone
Penetration Test). Skripsi, Jurusan Teknik Sipik, Fakultas Teknik, UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Noce, T., Holtzer, T.L., 2003. Sub Surface Exploration with The Cone Penetration
Testing Truck, United States Geological Survey
http://geopubs.wr.usgs.gov/fact-sheet/fs028-03/
Sanglerat G., 1972. The Penetrometer and Soil Exploration. Dev’t in Geotech. Eng.,
1. Elsevier Publishing Company. Amsterdam
Sosrodarsono, S., Nakazawa,K., 1984. Mekanika Tanah dan Teknki Pondasi, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Suwanwiwattana,P. et al, 2001, The Development of Geotechnical Database of
Bangkok Subsoil Using GRAASS-GIS, paper presented at 22and Asian
Conference on Remote Sensing 5-9 November, Singapore
Saido, A.P.,1999. Handout Mata Kuliah IUT, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Tomlinson, M.J, 1995, Fondation Design and Construction, Sixth Edition, Longman
Scientific and Technical Singapore.
Wesley, D.Laurence,2012. Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan dan Residual.
Andi: Yogyakarta
Zakariya, Ali, 2011. Penilaian Kondisi dan Penyusunan Sistem Informasi Geografis
Jembatan Rangka Baja dengan Bantuan ArcGIS 9.2 Skripsi, Jurusan Teknik
Sipik, Fakultas Teknik, UNS.
http:\\www.surakarta.go.id
http:\\www.forums.arcgis.com
http:\\[email protected]
http:\\www.script.esri.com