24
TUGAS UJIAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK DASAR Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Praktikum Kimia Anorganik Dasar Sintesis Tawas Disusun oleh : Zuhriyatus Sholihah 09630057 LABORATORIUM KIMIA DASAR

sintesis tawas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semoga bisa bermanfaat bagi umat

Citation preview

Page 1: sintesis tawas

TUGAS UJIAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK DASAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Praktikum

Kimia Anorganik Dasar

Sintesis Tawas

Disusun oleh :

Zuhriyatus Sholihah 09630057

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2011

Page 2: sintesis tawas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 latar Belakang

Kebanyakan senyawa-senyawa anorganik merupakan senyawa hasil sintesis

yang berasal dari golongan logam. Tawas merupakan senyawa anorganik yang

dihasilkan dri proses sintesis-sintesis tawas yang mana melibatkan unsur-unsur logam.

Seperti halnya tawas, kelompok garam rangkap, berhidrat berupa padatan kristal dengan

rumus umum L2So4 L12(SO4)3 . 24H2O dimana L= logam monovalen dan L1= logam

trivalen contohnya tawas kalium, tawas ammonium, tawas krom dan tawas ferry

ammonium.

Tawas mempunyai banyak manfaat diantaranya untuk penjernihan air, penyamak

kulit, baking powder dan alat pemadam api. Aluminium merupakan logam yang sering

kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya pada kaleng minuman ringan,

kaleng susu, peralatan masak, kabel-kabel listrik dan lain-lain.

Banyaknya kaleng-kaleng bekas minuman ringan yang penimbunan sampah

terbuang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Karena akan menyebabkan

penimbunan sampah, sementara kaleng-kaleng tersebut dapat dimanfaatkan dengan

mendaur ulang menjadi tawas.

Pada percobaan kali ini, praktikan diharapkan mampu memanfaatkan kaleng-kaleng

bekas minuman ringan dan mendaur ulang menjadi tawas, sehingga tidak menyebabkan

pencemaran lingkungan.

1.1.2 Tujuan Pecobaan

Untuk membuat tawas dan logam aluminium dan garamnya

Untuk menguji kemurnian dari tawas dengan mengukur titik lelehnya

Page 3: sintesis tawas

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya sintesis tawas menggunakan prinsip kristalisasi. Dimana langkah

pertama adalah melarutkan padatan larutan, kemudian larutan dipanaskan sampai

mendidih kemudian larutan disaring dengan penyaring, penyaring buchner dalam

keadaan panas, kemudian filtrat didinginkan sampai terbentuk endapan, endapan

disaring dengan kertas saring, selanjutnya endapan dikeringkan dengan asam.1

Senyawa tawas seperti KAl (SO4)2.12H2O dapat dengan mudah dijumpai

dipasaran, bermanfaat pada proses penjernihan air dan industri pencelupan atau warna.

Alumunium sulfat juga dapat dipakai sebagai bahan pemadam kebakaran tipe basa

bersama soda NaHCO3.2

Logam Alumunium Berwarna putih, mengkilat mempunyai titik leleh lebih

tinggi yaitu 660ºC, titik didih 2647 ºC. Nama alumunium diturunkan dari kata alum

yang merujuk pada senyawa garam rangkap (KAl) (SO4)2.12H2O. kata ini berasal dari

bahasa latin yang artinya garam pasif. Logam alumunium tahan terhadap korosi udara,

karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya

Al2O3.3

Logam kalium merupakan kelompok logam alkali dengan nomor atom 19,

logam berwarna kepekatan, lunak, paling reaktif, dan paling elektropositif. Cepat

bereaksi dengan udara, bereaksi hebat dengan air disertai dengan pelepasan H2 dengan

warna nyala biru, logam ini mempunyai titik leleh 64ºC dan titik didih 766ºC serta

merupakan logam yang ringan setelah litium dengan berat molekul 0,87 gr/cm3.4

Kalium merupakan logam putih perak yang lunak. Logam ini melebur pada

63,5C. Ia tetap tidak berubah dalamn udara kering tetapi dengan cepat beroksidasi

dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru, logam ini menguraikan

air dengan dahsyat sambil melepas hidrogen dan terbakar dengan nyala lembayung.5

2K+ + 2H2O → 2K+ + 2 -OH + H2

Kelas terpenting dari logam aluminium merupakan contoh struktur dan

memberikan namanya pada sejumlah besar garam adalognya yang terbentuk dengan

1 . Khamidinal, 2009 :1372 . Sugiyanto, 2003: 1253 . Ibid4 .Keenan, 1980 : 1525 . Vogel, 1985 : 308

Page 4: sintesis tawas

unsur lain. Mereka mempunyai rumus umum M Al (SO4)2.12H2O, dimana M adalah

kation monoatom univalen kecuali Li+ yang terlalu kecil untuk ditampung tanpa

penghilangan strukturnya.6

Dalam proses penjernihan air, biasanya tawas dicampur dengan air kapur Ca

(OH)2, persamaan reaksi yang terjadi.7

Al 3+ (aq) + SO42-

(aq) + Ca2+(aq)3(-OH)→ Al(OH)3 + CaSO4(s)

Endapan hasil tersebut berupa gelatin yang mampu menyerap kotoran dan juga 2

arah bakteri untuk dibawa mengendap kedasar tempat air sehingga diperoleh air yang

jernih.8

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung 2 faktor penting,

yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju

pembentukan tinggi, banyak kristal yang terbentuk dan terbentuk endapan-endapan

yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan ini tergantung pada derajat

lewat jenuh, makin besar untuk kemungkinan untuk membentuk inti jadi makin besarlah

laju pembentukan ini tergantung pada derajat lewat jenuh, makin besar kemungkinan

untuk membentuk inti jadi makin besarlah laju pembentukan inti.9

Kalium aluminium sulfat dedokahidrat KAl (SO4)2.12H2O dapat dibuat dari

logam aluminium dan kalium hidroksida. Logam aluminium bereaksi secara cepat

dengan KOH panas menghasilkan garam kalium aluminat.10

2Al(s) + 2K+(aq) + 2-OH(aq)+6H2O(l)→2K+

(aq)+2Al(OH)4-(aq) + 3H2(g)

Ion aluminium Al(OH4)- bersifat amfoter jika direaksikan dengan asam sulfat,

diendapkan sebagai aluminium hidroksida, tetapi larut pada pemanasan.11

2K+(aq) + 2Al(OH4)-

(aq) + 2H+(aq) + SO4

2-(aq)→2Al(OH)3(s) + 2K+

(aq) + SO42-

(aq) + 2H2O(l)

2Al(OH)3(s) + 6H+(aq)+3SO4

2-(aq)→2Al3+

(aq) + 3SO42-

(aq) + 6H2O(l)

Jika larutan kalium aluminat sulfat dodekahidrat yang hampir jenuh didinginkan

maka akan terbentuk kristal-kristal yang terbentuk oktahedron.12

Larutan garam aluminium sulfat bersifat asam artinya hidrolisisgaram ini

menghasilkan endapan Al(OH)3 dan ion H3o+ yang membawa sifat asam, ion ini

selanjutnya diikat oleh HCO3- hingga terjadi dekomposisi yang menghasilkan gas CO2.

6 . Cotton, 2007 : 2927 . Sugiyarto, 2003 : 1258 . Ibid9 . Vogel, 1985 : 20910 . Tim Penyusun, 2010 : 1111 . Ibid12 . Ibid

Page 5: sintesis tawas

Campuran CO2(g) – Al(OH)3(s) ini dihasilkan sebagai basa yang distabilkan oleh

pengemulsi hingga dapat disemprotkan pada api, sehingga api menjadi diselimuti oleh

busa yang mencegah kontak dengan oksigen diudara dan akibatnya api menjadi padam.

Persamaan reaksi.13

Al3+(aq) + 3HCO3-

(aq) → Al(OH)3(l)+ 3CO2

2.2 Tinjauan Bahan

A. Kalium Hidroksida (KOH)

Basa kuat dengan rumus kimia KOH, berupa zat padat berwarna putih, bersifat

higroskopis, menyerap gas CO2 dengan memebentuk K2CO3, mudah larut dalam air.

Digunakan untuk pereaksi kimia dan sebagai bahan untuk membentuk sabun lunak

(sabun mandi), senyawa ini memiliki titik leleh 760˚C, densitas 2,0.14

B. Aluminium (Kertas Aluminium Foil)

Aluminium adlah unsur kimia dalam jadwal berkala yang mempunyai simbol Al

dan nomor atom 13. Konfogurasi elektron [Ne] 3s2, 3p1 bilangan elektron per petala 2,

8, 3 sifat fisika keadaaan abu-abu mengkilat lempeng dan kurang kuat tapi ringan,

terdapat dialam pada kerak bumi, terutama sebagi bauksit.15

C. Asam Sulfat (H2SO4)

Asam anorganik dengan rumus molekul H2SO4, zat cair kental menyerupai

minyak, takberwarna, higroskopis, dalam pelarutnya (air) bersifat asam kuat, dalam

keadaan pekat bersifat oksidator dan bersifat dapat mengikat air (sebagai zat

penghidrasi). Pengaliran gas SO3 ke dalam H2SO4 pekat menghasilkan H2SO4 berasap

dengan rumus kimia H2S2O7 (disebut dengan asam pirosulfat atau dikenal dengan nama

oleum), senyawa ini memiliki titik leleh 10˚C, titik didih 338˚C, densitas 1,816

D. Aquades (sebagai pencuci/pembilas alat)

Merupakan air suling yang diperoleh dari pengembunan uap air akibat

penguapan atau pendidihan air, senyawa ini memiliki titik didih 100˚C, titik leleh 0C

dan densitas 117

13 . Sugiyarto, 2003:12614 . Mulyono,2008:20815 . Mulyono,2008:1416 . Mulyono,2008:4517 . Mulyono,2008:24

Page 6: sintesis tawas

2.3 Tinjauan Alat

a. Corong Buchner

Corong Büchner adalah sebuah peralatan

laboratorium yang digunakan dalam penyaringan

vakum. Ia biasanya terbuat dari porselen, namun

kadangkala ada juga yang terbuat dari kaca dan

plastik. Di bagian atasnya terdapat sebuah silinder

dengan dasar yang berpori-pori. Corong Hirsch juga

memiliki struktur dan kegunaan yang sama, namun

ia lebih kecil dan biasanya terbuat dari kaca. Bahan

penyaring (biasanya kertas saring) diletakkan di atas

corong tersebut dan dibasahi dengan pelarut untuk

mencegah kebocoran pada awal penyaringan. Cairan yang akan disaring ditumpahkan

ke dalam corong dan dihisap ke dalam labu dari dasar corong yang berpori dengan

pompa vakum.18

b. Melting point Apparatus SMP II

Dengan fitur keamanan baru dan kemudahan

operasi, Melting Point Apparatus SMP11

sangat ideal untuk digunakan dalam

pendidikan. Disertakan dengan termometer,

aman bebas merkuri roh-terisi, semangat biru

tidak akan menimbulkan bahaya kesehatan

dalam sebuah kerusakan. Mudah untuk

mengikuti instruksi yang dicetak langsung ke aparat dan tersedia dalam bahasa-bahasa

Eropa yang paling mudah(disertakan dengan masing-masing instrumen). Dengan

tingkat pemanasan disesuaikan secara manual, maka akan cepat panas Melting Point

appartus SMP11 sampel sampai 20˚C per menit dengan suhu dan mencair sampai suhu

maksimum 250˚C. Pembacaan yang akurat untuk dalam 1˚C suhu lelehan dapat dicapai

dengan menggunakan tingkat pemanasan lebih lambat antara 1 dan 10˚C per menit.

Sampai tiga sampel dapat dilihat dan diuji pada satu waktu. Sampel yang diterangi oleh

LED putih cerah dan dilihat melalui lensa pembesar. Lensa pembesar bisa dipisahkan

18 . William,2006:83

Page 7: sintesis tawas

untuk membersihkan menggunakan mengikuti petunjuk sederhana untuk dicetak pada

instrumen tersebut.19

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan “sintesis tawas” yaitu beaker glass

250 ml 1 buah, kertas saring 4 buah, pipet ukur 25ml 1 buah, bola hisap 1 buah,

erlenmeyer 250 ml 1 buah, melting point apparatus SMP 11 1buah, pipa kapiler 1 buah,

neraca analitik 1 buah, kawat kasa 1 buah, kaki tiga 1 buah, termometer 150C 1 buah,

botol aquades 1 buah, penangas es 1 buah, spiritus 1 buah, corong buchner 1 buah,

pengaduk 1 buah, tissu secukupnya.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan “sintesis tawas” yaitu kertas aluminium

foil, KOH 4M, H2SO4 6M, es batu, aquades.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan tawas kalium

Ditimbang kurang lebih 1 gram (±0,01 gram) potongan-potongan kecil logam

aluminium lalu diletakkan dalam gelas kimia 150 ml. Ditambahkan 25ml larutan KOH

4M ke dalamnya.

Dipanaskan larutan dalam gelas kimia secara pelan-pelan dengan api kecil agar

aluminium bereaksi dengan KOH 4M. Jika reaksi sudah berhenti, disaring larutan yang

masih panas untuk menghilangkan kotoran yang ada.

Dibiarkan larutan yang jernih (filtrat) dingin, sambil diaduk, ditambahkan secara

pelan-pelan larutan H2SO4 6M sampai terbentuk endapan Al(OH)3. Peanambahan

larutan H2SO4 6M tidak boleh lebih dari 30ml dan jangan sampai (Al(OH)3) larut

kembali karena kelebihan H2SO4 6M.

Dipanaskan pelan-pelan campuran reaksi disertai dengan pengadukan sampai

semua Al(OH)3 larut. Dihentikan pemanasan dan disaring jika ada padatan yang tidak

larut. Didinginkan larutan dalam penangas es. Kristal tawas akan terbentuk dalam waktu

sekitar 20 mennit.

19 .Khamidinal, 2009:46

Page 8: sintesis tawas

Jika kristal tidak terbentuk, dipanaskan pelan-pelan hingga volume larutan

tinggal separuhnya untuk memperoleh kristal yang besar dan hasil yang lebih banyak,

dibiarkan proses kristalisasi ini semalam.

Diuji kemurnian tawas yang diperoleh dengan cara mengukur titik lelehnya.

Pengukuran titik leleh tawas dengan memanaskan kristal tawas yang dimasukkan

kedalam pipa kapiler dalam penangas air

Ditimbang berat tawas yang diperoleh dari percobaan diatas. Dihitung berat

tawas teoritik yang diperoleh dari percobaan diatas. Dihitung presentase hasil

percobaan.

Page 9: sintesis tawas

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Ditimbang aluminium foil 1gram - Didapat ±0,01 gram

2 Ditambah KOH 4M 25ml - Bening

3 Dipanaskan dengan api kecil - Timbul gelembung dan berwarna

keruh berasap

- Larutan menjadi hitam

4 Disaring dalam keadaan panas dengan corong

buchner

- Terdapat residu dan filtrat

5 Residu (pengotor) serbuk hitam - Dibuang

6 Filtrat (mengandung kalium) - Jernih

7 Filtrat didinginkan - Filtrat dingin

8 Ditambah H2SO4 sampai terbentuk endapan - - 400 tetes/ ˂30ml

- Ada endapan warna putih (Al(OH)3)

terjadi reaksi eksoterm (panas)

9 Dipanaskan pelan-pelan dan diaduk - Untuk melarutkan endapan dan

mereaksikan (Al(OH)3) dan K pada

KOH dengan H2SO4

10 Disaring dengan corong buchner - Terdapat residu dan filtrat

11 Residu (dibuang) - Kristal dan berwarna putih

12 Filtrat (diambil) - Larutan berwarna jernih

13 Filtrat diletakkan dibeaker glass - Filtrat dibeaker glass

14 Diletakkan filtrat dipenangas es sampai

terbentuk kristal tawas

- Terbentuk endapan putih

- Berat kertas saring kosong 0,2513 gr

15 Disaring dengan corong buchner - Terdapat residu dan endapan

16 Residu (kristal tawas) - Diambil

17 Filtrat (dibuang) - Dibuang

18 Residu di oven - Residu kering

19 Ditimbang sampel kering - 11,5789 gr – 0,2513 gr = 11,3267 gr

Page 10: sintesis tawas

20 Dimelting point apparatus - 78 – 85˚C

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu tentang pembuatan tawas kalium, yang mana

dalam hal pembuatan tawas kalium ini memerlukan alat dan bahan. Adapun alat yang

digunankan diantaranya yaitu neraca analitik digunakan untuk menimbang aluminum

agar memperoleh berat yang sudah ditentukan (1 gram), beaker glass sebagai wadah

reaksi suatu larutan, kasa dan kaki tiga sebagai pemanas larutan dan korek api,

pengaduk gelas sebagai pengaduk larutan, corong buchner dan kertas saring untuk

penyaring larutan yang mana dapat menghasilkan residu dan filtrat, erlenmeyer sebagai

wadah suatu larutan, pipet tetes berfungsi untuk mengambil suatu larutan, pipa kapiler

yaitu wadah untuk sampel yang hendak di uji fisika, pipet ukur untuk mengambil

larutan, melting point apparatus SMP II berfungsi untuk mengukur titik lebur dari tawas

kalium, thermoscientific (oven) berfungsi untuk mengeringkan tawas pada suhu 60˚C,

termometer berfungsi untuk mengamati suatu peleburan sampel saat uji fisika, penangas

es berfungsi untuk wadah sampel agar mengkristal. Adapun bahan yang digunakan pada

uji coaba kali ini yaitu aluminium foil, kalium hidroksida untuk pebuatan tawas,

aquades, asam sulfat

Tawas adalah garam sulfat rangkap terdapat dengan formula M+ M3+

(SO4)2.12H2O. dalam percobaan ini dilakukan sintesis tawas KAl(SO4)2. 12H2O. Adapun

langkah-langkah sintesis tawas ini yaitu pertama ditimbang kertas aluminium foil

kurang lebih 1 gram dan didapatkan hasil penimbangan 1,0021 gram. Aluminium (Al3+)

inilah nantinya yang akan membentuk tawas setelah melalui proses reaksi membentuk

kompleks, digunakan aluminium foil karena terkandung Al. Setelah itu ditambahkan

KOH 4M sebanyak 25 ml ke dalam aluminium foil yang diletakkan dalam beaker glass.

Aluminium yang digunakan sebelumnya dipotong kecil-kecil untuk mempermudah

melarutkan aluminium foil dengan KOH. Setelah ditambah KOH 25 ml ke dalam

aluminium foil, fungsi KOH untuk mengahsilkan garam kalium aluminat, lalu

dipanaskan dengan bunsen (api kecil) untuk memepercepat reaksi antar kertas

aluminum foil dan KOH karena jika apinya besar takutnya larutan akan menguap

sehingga tidak ada reaksi senyawa tersebut (KOH) dan K+ akan menguap juga,

pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi karena logam aluminium bereaksi

secara cepat dengan KOH panas.

Page 11: sintesis tawas

Selama pemanasan, timbul gelembung, asap dan warna cairan berubah dari

keruh menjadi larutan warna hitam dan endapannya, endapan ini dimungkinkan berasal

dari basa lain selain aluminium pada aluminium foil. Setelah kertas aluminium foil

larut sempurna dalam KOH 4M, pemanasan dihentikan. Ketika kertas aluminium foil

direaksikan dengan KOH panas, aluminium bereaksi cepat dengan KOH panas

menghasilkan garam aluminat sesuai reaksi:

2Al(s) + 2K+(aq) + 2-OH(aq) + 6H2O(l) → 2K+

(aq) + 2Al(OH)4-(aq) + 3H2(g)

Pada saat pemanasan terjadi endapan aluminium hidroksida (Al(OH)4), endapan hitam

yang merupakan pengotor-pengotor dari aluminium, dan berasap yang kemungkinan

merupakan gas H2. Ion aluminium Al(OH4)- bersifat amfoter jika direaksikan dengan

asam sulfat, diendapkan sebagai aluminium hidroksida, tetapi larut pada pemanasan.

Larutan panas selanjutnya langsung disaring dengan corong buchner yang

bertujuan untuk menyaring pengotor dalam larutan, apabila menyaring dalam keadaan

dingin maka larutan akan mengendap dan hasil penyaringan tidak akan makimal. Alat

corong buchner merupakan alat penyaring dengan menggunakan pump vacum, sehingga

bisa menyerang dengan baik dan efisien. Adapun cara menggunakan corong buchner

yaitu:

1. Pasang selang penghubung vacum pump dengan erlenmeyer vacum

2. Pasang corong buchner pada mulut erlenmeyer vacum

3. Pasang kertas saring yang telah digunting agar sesuai dengan mulut dasar corong

buchner (langkah 2 dan 3 bisa langsung dilakukan sebelum dipasang pada

pompa vacum)

4. Nyalakan pompa vacum

5. Tuangkan sampel pada corong buchner hingga cairan tidak menetes lagi

6. Matikan pompa vacum kemudian lepaskan kabel yang terhubung dengan arus

listrik

7. Dihasilkan endapan pada kertas saring dan filtrat dalam erlenmeyer corong

buchner

Setelah dilakukan penyaringan dengan corong buchner, diperoleh filtrat bening

(jernih) yang merupakan Al(OH)4- dan residu berupa serbuk hitam (pengotor dan

aluminium foil) yang tertinggal dikertas saring. Selanjutnya, filtrat didinginkan dalam

suhu kamar hingga dingin. Setelah dingin ditambahkan dengan H2SO4 6M sebanyak

Page 12: sintesis tawas

±400 tetes ˂30 ml, penambahan ini dilakukan dengan cara penetesan perlahan-lahan.

Hal ini utntuk membentuk endapan tawas yang lebih optimum, penambahan H2SO4

tidak boleh lebih dari 30 ml, karena akan menjadikan larutan lewat asam. Pada saat

penetesan, tiap tetesan yang diteteskan ke larutan menghasilkan endapan berwarna putih

dan reaksinya berlangsung secara eksotermis dengan ditandai panasnya beaker glass

pada Al(OH)3, hal ini terjadi karena suhu beaker glass yang ditempati larutan menjadi

panas. Hal ini terjadi karena mengeluarkan energi yang besar untuk berikatan dengan

larutan(Al(OH) dan 2K+), dimana ion aluminium pada Al(OH)4 jika direaksikan dengan

asam sulfat bersifat amfoter artinya bahwa larutan bisa bersifat asam atau basa.

Aluminium papbila bereaksi dengan asam kuat membebaskan gas hidrogen, reaksi yang

terjadi:

2Al + 6H3O+ → 2Al3+ +6H2O + 3H2

Aluminum bereaksi dengan basa kuat membentuk aluminat:

Al + 2-OH + 6H2O → 2Al(OH)4- +3H2

Basa

Pada saat dilakukan pemanasan hidrat akan menguap ke udara, dan

membutuhkan hidrat yang diambil dari H2SO4 sehingga terjadi endapan Al(OH)3 .

adapun larutan tepat jenuh yang diharapakan, dilakukan dengan penambahan H2SO4 6M

hingga terbentuk endapan pada larutan, adapun reaksi yang terjadi yaitu:

2K+(aq)+2Al(OH)4

-(aq)+2H+(aq)+SO4

2-(aq)→2Al(OH)3(s)+2K+

(aq)+SO42-

(aq)+2H2O(aq)

Setelah itu, dipanaskan kembali dengan api yang tidak terlalu besar sambil

diaduk. Hal ini bertujuan untuk melarutkan kembali endapan yang terbentuk sehingga

Al(OH)3 bereaksi dengan K+ dari KOH setelah larut, dilakukan penyaringan dalam

keadaan panas dengan menggunkan corong buchmer. Dihasilkan residu dan filtrat.

Residu berupa endapan putih diatas kertas saring dan filtrat berupa larutan berwarna

jernih. Filtrat diambil dan diletakkan dibeaker glass.

Pada saat pemanasan maka akan terjadi reaksi antara K+ dengan aluminium dan

sulfat dari H2SO4. Reaksinya yaitu :

K+(aq) + Al3+

(aq) + 2SO42-

(aq) + 12H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O(s)

KAl(SO4)2.12H2O(s) inilah yang merupakan senyawa kalium aluminium sulfat

dodekahidrat yang nantinya mengendap berupa endapan putih.

Filtrat hasil penyaringan dengan corong buchner kemudian didinginkan dalam

penangas es, yaitu dengan meletakkan beaker glass yang berisi filtrat kedalam butiran es

batu. Butiran-butiran es batu ini berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan atau

terbentuknya kristal. Butiran es batu yang digunakan sebagai penangas sebelumnya

Page 13: sintesis tawas

diberi garam(NaCl) untuk memperlambat proses pelelehan es dan untuk menurunkan

titik leleh dari es batu itu sendiri sehingga suhunya bisa lebih dingin dan menghambat

peleburan es. Sebenarnya, proses pendinginan dengan menggunkan es menghasilkan

kristal yang kurang bagus karena tawas yang dihasilkan memiliki struktur kristal yang

memiliki banyak lobang atau cacat. Namun, karena laju pembentukan kristal tawas ini

sangat lambat, maka digunakan es sebagai pendingin.

Kristal yang dihasilkan dari proses pendinginan dengan menggunkan es, terjadi

penurunan suhu yang sangat drastis dan secara tiba-tiba sehingga kristal cepat terbentuk.

Namun, karena cepatnya laju pembentukan kristal, ukuran kristal menjadi kecil dan

tidak teratur. Sedangkan jika pada proses pendinginan menggunkan air biasa atau suhu

kamar, maka laju pembentuka kristal sangat lambat dan akan lama terbentuk kristal.

Namun, jika menggunakan pendinginan pada suhu kamar, karena proses pembentukan

kristal lambat, maka ukuran kristal akan menjadi lebih besar dan bentuk lebih bagus

dibandingkan proses pendinginan dengan menggunakan es.

Setelah ditunggu beberapa menit, terbentuk endapan berwarna putih didasar

beaker glass dan semakin lama semakin banyak, setelah itu endapan disaring dengan

corong buchner yang sebelumnya telah diletakkan kertas saring kosong ditimbang

terlebih dahulu, yaitu:0,2513 gram. Setelah disaring didapatkan residu dan filtrat. Filtrat

dibuang ditempat limbah dan residu berupa kristal, lalu di keringkan dalam oven tujuan

pengeringan ini untuk mengeringkan dan mempermudah dalam mengukur titik lelehnya,

ditimbang kristal tawas bersama kertas saring dengan menggunakan neraca analitik dan

dihasilkan berat sebesar 11,3267 gram.

Setelah itu diukur titik leleh tawas dengan alat melting point apparatus SMP II,

dengan memasukkan pipa kapiler yang telah diisi kristal tawas kedalam alat melting

point. Suhu diamati yang terpasang ditermometer yang terpasang dialat melting point

apparatus SMP II. Titik leleh hasil melting point appratus SMP II yaitu 78-85ºC (mulai

meleleh pada suhu 78ºC dan meleleh sempurna pada suhu 85ºC). Titik leleh teoritis

tawas yaitu 92,5ºC untuk KAl (SO4)2.12H2O berdasarkan hali ini, jika dibandingkan

dengan titik leleh teoritis dari hasil percobaan, maka perbedaannya sangat jauh berbeda.

Hal ini bisa dikarenakan adanya pengotor dalam kristal yang dihasilkan dari percobaan

akibat kesalahan dari praktikan.

Tawas kalium (kalium aluminium sulfat dodekahidrat) dengan formula KAl

(SO4)2.12H2O ini digunakan dalam pemurnian air, pengolahan limbah, dan bahan

pemadam api. Kristal ini berbentuk oktahedran.

Page 14: sintesis tawas

Secara teoritis praktikan dapat menghitung, berat teoritis yang dihasilkan yaitu dengan

mengetahui mol aluminium yang direaksikan yaitu 0,037 mol dan mol KOH 4M adalah

0,1 mol sehingga jika dituliskan pada persamaan reaksi yaitu:

2Al(s) + 2K+(aq) + 2-OH(aq) + 6H2O(l) → 2K+

(aq) + 2Al(OH)4-(aq) + 3H2(g)

Mula2: 0,037 mol 0,1mol - 0,037 mol -

Reaksi: - 0,037mol - - -

S : - 0,063mol - 0,037 mol -

Dari reaksi tersebut diperoleh 2Al(OH)4- =0,04 mol

2K+(aq)+2Al(OH)4

-(aq)+2H+(aq)+SO4

2-(aq)→2Al(OH)3(s)+2K+

(aq)+SO42-

(aq)+2H2O(aq)

0,063 0,037 0,037

Reaksi tersebut didapat dari penambahan H2SO4, sehingga diperoleh endapan Al(OH)3

sebanyak 0,037 mol.

K+(aq) + Al3+

(aq) + 2SO42-

(aq) + 12H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O(s)

Mol Al3+ = ½. 2Al3+

= ½. 0,037 mol

= 0,0185 mol

Dari reaksi diatas bila dilihat bahwa mol Al3+ ~ dengam mol KAl (SO4)2.12H2O yaitu

0,0185 mol,sehingga berat teoritis dari mol KAl (SO4)2.12H2O dikalikan dengan Mr-nya

diperoleh 8,76 gram.

Sedangkan berat tawas yang dihasilkan dalam percobaan ini yaitu 11,3267 gram,

sehingga diperoleh besar presentase dari tawas kalium yaitu:

Berat tawas hasil sintesis X 100% = 11,3267 X 100%= 129%

Berat tawas teoritis 8,76

Hasil presentase / rendemen dari percobaan ini melebihi 100% yaitu 129%.

Berarti kristal yang dihasilkan tidak murni kristal tawas, bisa jadi adalah pengotor-

pengotor atau kurangnya proses pengeringan didalam oven. Hal ini juga bisa

dikarenakan faktor kurangnya ketelitian praktikan dalam proses sintesis.

Page 15: sintesis tawas

BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Tawas adalah garam nitrat rangkap terhidrat dengan formula M+ M3+

(SO4)2.12H2O.dalam percobaan ini dibuat tawas KAl (SO4)2.12H2O dari KOH dan

logam aluminium serta H2SO4. Logam aluminium bereaksi secara cepat dengan KOH

panas menghasilkan garam kalium aluminat.

2K+(aq)+2Al(OH)4

-(aq)+2H+(aq)+SO4

2-(aq)→2Al(OH)3(s)+2K+

(aq)+SO42-

(aq)+2H2O(aq)

2Al(OH)3(s) + 6H+(aq)+3SO4

2-(aq)→2Al3+

(aq) + 3SO42-

(aq) + 6H2O(l)

K+(aq) + Al3+

(aq) + 2SO42-

(aq) + 12H2O(l) → KAl(SO4)2.12H2O(s)

Berdasarkan percobaan dihasilkan rendemen sebesar 129% dan pada saat diukur

titik lelehnya menggunakan melting point appratus SMP II, titik lelehnya diketahui pada

rentang 78-85ºC,dan pada teori 92,5ºC. Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori

bisa dikarenakn kurangnya ketelitian praktikan saat percobaan berlangsung.

5. 2 Saran

Sebaiknya alat-alat dalam praktikum agar di perbanyak lagi agar bisa

mengefisienkan waktu saat praktikum berlangsung.

Page 16: sintesis tawas

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Jensen, William B. 2006. The Origins of the Hirsch and Büchner Vacum

Filtration Funnels.http://jchemed.chem.wisc.edu. diakses 02 mei 2011

Cotton. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Ui

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Mulyono. 2008. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyarto, Kristian. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNY

Tim Penyusun Kimia. 2010. Kimia Anorganik II. Malang : UIN Press

Vogel. 1985. Analisis Kuantitatif Anorganik Kualitatif Makro dan semimikro. Jakarta :

PT. Kalman Media Pustaka