87
1 SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA MENGGUNAKAN FILLER SERAT KENAF SERTA SENYAWA PENGHAMBAT NYALA Disusun oleh NINDYA ASTASARI PRATAMA M 0305007 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

1

SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA MENGGUNAKAN

FILLER SERAT KENAF SERTA SENYAWA PENGHAMBAT

NYALA

Disusun oleh

NINDYA ASTASARI PRATAMA

M 0305007

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

2

HALAMAN PENGESAHAN

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta telah mengesahkan skripsi mahasiswa :

Nindya Astasari Pratama, M 0305007 dengan judul “Sintesis Biokomposit

Polipropilena Menggunakan Filler Serat Kenaf serta Senyawa Penghambat

Nyala”

Skripsi ini dibimbing oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Neng Sri Suharty, M.S.,Ph.D

NIP. 19490816 198103 2001

Drs. Sudirman, M.Si., APU

NIP. 19620518 198603 1006

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 2 Juni 2010

Anggota Tim Penguji :

1. Dr.Rer.nat. Fajar Rakhman Wibowo, M.Si

NIP. 19730605 200003 1001 1.

2. Candra Purnawan, M.Sc

NIP. 19781228 200501 1001 2.

Ketua Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D

NIP. 19560507 198601 1001

Page 3: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

3

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skipsi saya yang berjudul SINTESIS

BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA MENGGUNAKAN FILLER SERAT

KENAF SERTA SENYAWA PENGHAMBAT NYALA adalah benar-benar hasil

penelitian sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Mei 2010

NINDYA ASTASARI PRATAMA

Page 4: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

4

SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA MENGGUNAKAN FILLER

SERAT KENAF SERTA SENYAWA PENGHAMBAT NYALA

NINDYA ASTASARI PRATAMA Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Polipropilena (PP) yang dipergunakan dalam penelitian adalah limbah cup

kemasan air minum. Limbah polipropilena (LPP) yang melimpah tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan karena LPP tidak dapat terdegradasi secara alami. Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut, LPP diubah menjadi material baru biokomposit dengan mempergunakan bahan pengisi serat kenaf (SK), penggandeng asam akrilat (AA), dan penyambung silang divinil bensena (DVB). Biokomposit yang terbentuk dikarakterisasi secara kimia dengan menggunakan FT-IR untuk mengetahui keberhasilan ikatan esterifikasi antara AA dan SK. Komposisi optimum biokomposit tersebut didasarkan pada sifat mekanik, kuat tarik (Tensile Strength, TS) dengan menggunakan tensometer dan indeks alir leleh (Melt Flow Index, MFI) menggunakan melt flow indexer. Kemampuan biodegradasi biokomposit diketahui dengan terjadinya pengurangan berat setelah penguburan pada media tanah sampah dicampur dengan kotoran sapi selama 4 x 30 hari.

Sintesis biokomposit LPP/DVB/AA/SK diproses secara reaktif dalam medium xilena. Variasi rasio LPP/SK adalah 10/0; 9/1; 8/2; 7/3; dan 6/4 (w/w). Komposisi optimum biokomposit adalah LPP/SK = 8/2, yang meningkatkan TS sebesar 12%, menurunkan MFI 71%, dan meningkatkan kemampuan biodegradasi 5,8% dibandingkan senyawa awal LPP.

LPP dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK adalah polimer yang mudah terbakar, untuk mengurangi sifat tersebut maka ditambahkan senyawa penghambat nyala, dalam hal ini ditambahkan nano CaCO3 (nCC) dan diamonium fosfat (DAP). Sintesis biokomposit LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP diproses secara reaktif dalam media xilena yang mengandung senyawa penghambat nyala (nCC dan DAP) sebesar 20%. Variasi rasio nCC/DAP adalah 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w). Kemampuan hambat nyala dari biokomposit yang terbentuk diuji dengan uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635 dan kemampuan hambat nyala tertinggi diperoleh pada rasio nCC/DAP = 2/4 (w/w). Komposisi optimum senyawa penghambat nyala ditunjukkan dengan peningkatan waktu respon pembentukan nyala 107% dan kecepatan pembakaran yang 52% lebih rendah dibandingkan biokomposit tanpa senyawa penghambat nyala. Kata kunci : limbah polipropilena, serat kenaf, senyawa penghambat nyala

Page 5: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

5

THE SYNTHESIS OF BIOCOMPOSITES POLYPROPYLENE USED KENAF FIBRE FILLER WITH FLAME RETARDANT

NINDYA ASTASARI PRATAMA

Department of Chemistry. Mathematic and Science Faculty. Sebelas Maret University

ABSTRACT

Polypropylene (PP) used in this research was waste of cup drinking water packaging (PP waste). Those abundant polypropylene waste (PPw) is causing environmental contamination due to the PPw can not be degraded naturally. One of alternative to overcome this problems, the PPw were changed to a new material biocomposite using kenaf fibre (KF) as filler, coupling agent acrylic acid (AA), and crosslinker divinil benzene (DVB). The biocomposite formed was characterized chemically by using FT-IR to know the success binding of esterification between AA and KF. The optimum composition of biocomposites was based on the mechanical property, tensile strength (TS) by using tensometer and melt flow index (MFI) using melt flow indexer. Biodegradability of biocomposites was known from losing weight (LW) after burial test in the mixture of garbage dump land and cow feces during 4 x 30 days.

Synthesis of biocomposites PPw/DVB/AA/KF was reactively proccessed in xylene medium. The PPw/KF ratio were varied 10/0; 9/1; 8/2; 7/3; and 6/4 (w/w). The optimum composition of biocomposite is found PPw/KF = 8/2, which could increase the TS up to 12%, decrease the MFI 71%, and arise the biodegradability up to 5,8% compared to the starting material PPw.

Both the PPw and biocomposites PPw/DVB/AA/KF are flammable, to reduce that properties some flame retardant, in this case nano CaCO3 (nCC) and diammonium phosphate (DAP), were added. Synthesis biocomposites PPw/DVB/AA/KF/nCC/DAP was reactively proccessed in xylene medium containing 20% of flame retardant (nCC and DAP). The nCC/DAP ratio were varied 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; and 2/6 (w/w). Flammability of biocomposites formed was examined by horizontal burning test according to ASTM D-635 and the highest unflammability is obtained at the ratio nCC/DAP = 2/4 (w/w). In the present of optimum composition flame retardant is found that the flaming respond time increase up to 107% and the burning rate 52% lower compared to the biocomposite without flame retardant. Kata kunci : recycled polypropylene, kenaf fibre, flame retardant

Page 6: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

6

MOTTO

”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi 4:13)

”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,

yang menaruh harapannya pada TUHAN!”

(Yeremia 17:7)

Page 7: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

7

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Jesus Christ, You are my best Father!

Papa dan mamaku yang selalu mendoakan yang terbaik dan memberikan

pelajaran yang berharga dalam kehidupanku

Adikku satu-satunya. Terimakasih buat lagu-lagu yang diputar untuk

menemaniku, terimakasih buat doanya, terimakasih buat pelajarannya

menjadi orang yang tabah. You are my best sister!

My dearest, giraffe….terimakasih buat kameranya, terimakasih buat

makan-makan dan jalan-jalannya...

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

pertolonganNya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak,

sehingga penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

Page 8: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

8

1. Prof. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA

UNS

2. Prof. Neng Sri Suharty, M.S., Ph.D selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan banyak ilmu dalam penulisan skripsi ini

3. Drs. Sudirman, M.Si., APU selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini

4. Achmad Ainurofiq, M.Si., Apt selaku Pembimbing Akademis

5. I.F. Nurcahyo, M.Si selaku Ketua Laboratorium Kimia FMIPA UNS

6. Para bapak dan ibu dosen Jurusan Kimia FMIPA UNS

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu

Penelitian ini merupakan bagian dari projek penelitian “Rekayasa Bio-

Nanokomposit Berkekuatan dan Ketahanan Nyala Api Tinggi untuk Kabin

Kendaraan Umum” dengan nomor kontrak 2881/H27/KU/2010, tertanggal 14

April 2010 yang didanai DIKNAS atas nama Prof. Neng Sri Suharty, M.S., Ph.D.

Berkaitan dengan hal tersebut maka penggandaan atau pengambilan segala

sesuatu dari penelitian ini harus seijin Prof. Neng Sri Suharty, M.S., Ph.D sebagai

pemilik projek penelitian.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakannya. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Mei 2010

Nindya Astasari Pratama

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. iv

Page 9: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

9

HALAMAN ABSTRACT ................................................................................ v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 4

1. Identifikasi Masalah ................................................................ 4

2. Batasan Masalah ...................................................................... 6

3. Rumusan Masalah ................................................................... 7

C. Tujuan ......................................................................................... 7

D. Manfaat ....................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8

1. Polipropilena ........................................................................... 8

2. Bahan Pengisi Serat Kenaf ...................................................... 10

3. Flame Retardant ...................................................................... 13

4. Biokomposit ............................................................................ 15

5. Karakteristik Biokomposit ...................................................... 21

a. Penentuan Indeks Alir Leleh............................................... 21

b. Uji Kuat Tarik ..................................................................... 22

c. Spektrofotometer Infra Merah............................................. 23

d. Analisis Diferensial Termal ................................................ 24

e. Difraksi Sinar-X (XRD) ..................................................... 24

6. Biodegradasi ............................................................................ 25

7. Uji Nyala ................................................................................. 27

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 28

Page 10: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

10

C. Hipotesis ..................................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 35

A. Metode Penelitian ....................................................................... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35

C. Alat dan Bahan Yang Digunakan ............................................... 35

1. Alat .......................................................................................... 35

2. Bahan ....................................................................................... 36

D. Prosedur Kerja ............................................................................ 36

1. Preparasi Bahan untuk Sintesis Biokomposit ................... 36

2. Sintesis Biokomposit LPP/DVB/AA/SK Menggunakan

Metode Proses Larutan ............................................................ 37

3. Sintesis Biokomposit Dengan Senyawa Penghambat Nyala

Menggunakan Metode Proses Larutan ................................... 38

4. Sintesis Spesimen............................................................... 40

5. Uji Biodegradasi...................................................................... 40

6. Uji Nyala ................................................................................ 41

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 44

A. Penentuan Komposisi Optimum Biokomposit

LPP/DVB/AA/SK Terhadap Sifat Mekanik ............................... 44

1. Karakterisasi Gugus Fungsi dan Sifat Termal...................... 44

2. Karakterisasi Sifat Fisik dan Sifat Mekanik ....................... 49

B. Penentuan Pengaruh Senyawa Penghambat Nyala CaCO3

Terhadap Sifat Mekanik Biokomposit ................................. 51

1. Karakterisasi Gugus Fungsi, Sifat Termal, dan Kristalinitas 51

2. Karakterisasi Sifat Mekanik ............................................ 55

C. Biodegradasi Biokomposit ....................................................... 56

1. Uji Daya Serap Air .............................................................. 56

2. Analisis Pengurangan Berat ................................................ 58

3. Analisis Permukaan ............................................................ 60

Page 11: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

11

D. Uji Nyala ..................................................................................... 61

1. Waktu Respon Pembentukan Nyala ................................. 61

2. Kecepatan Pembakaran ................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 67

A. Kesimpulan ................................................................................. 67

B. Saran ........................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 73

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Sintesis Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I).. 37 Tabel 2. Berbagai Jenis Formula pada Sintesis Biokomposit Dengan

Senyawa Penghambat Nyala .......................................................... 39 Tabel 3. Hasil Pengujian Daya Serap Air ...................................................... 57

Page 12: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. (a) Struktur propena dan polipropilena (Sopyan, 2001); (b) Label plastik jenis PP; (c) Foto bagian bawah gelas AMDK......................................................................................... 9

Gambar 2. Tanaman kenaf ............................................................................ 11

Page 13: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

13

Gambar 3. (a) Struktur selulosa; (b) Struktur selulosa yang saling berikatan (bentuk cincin); (c) Struktur selulosa yang saling berikatan (bentuk kursi) ............................................................................ 12

Gambar 4. (a) Reaksi pembakaran; (b) Segitiga api ....................................... 13 Gambar 5. Pembentukan radikal pada : (a) BPO; (b) PP; (c) selulosa

(Carlsson, 2005) ........................................................................ 16 Gambar 6. (a) Struktur asam akrilat; (b) Pembentukan radikal pada asam

akrilat ....................................................................................... 18 Gambar 7. Pembentukan radikal pada divinil bensena .............................. 19 Gambar 8. Skema kemungkinan reaksi yang terjadi ................................... 19 Gambar 9. (a) Rangkaian alat metode larutan; (b) Internal mixer ................. 20 Gambar 10. Struktur xilena.......................................................................... 21 Gambar 11. Spesimen uji kuat tarik ............................................................. 22 Gambar 12. Termogram DTA (Sopyan, 2001) ................................................ 24 Gambar 13. Ilustrasi reaksi pada biodegradasi biokomposit ............................ 26 Gambar 14. (a) Spesimen uji kemampuan hambat nyala; (b) Pengamatan

fisik selama uji nyala ................................................................. 27 Gambar 15. Spektrum FT-IR: (a) LPP (film), (b) DVB (neat liquid), (c) AA

(neat liquid), (d) SK (pelet KBr), dan (e) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) (film)....................................... 45

Gambar 16. Termogram DTA : (a) LPP, (b) SK, (c) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) ................................................... 47

Gambar 17. Diagram indeks alir leleh (MFI) dari LPP sebagi pembanding dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) pada rasio LPP/SK 9/1 (L2), 8/2 (L3), 7/3 (L4), dan 6/4 (L5) ..................... 49

Gambar 18. Diagram nilai kuat tarik (TS) LPP sebagai pembanding dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) pada rasio LPP/SK 9/1 (L2), 8/2 (L3), 7/3 (L4), dan 6/4 (L5) ..................................... 50

Gambar 19. Spektrum FT-IR: (a) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I), (b) Senyawa CaCO3, dan (c) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 (Formula II) ........................................ 52

Gambar 20. Termogram DTA senyawa CaCO3 dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 (Formula II) ....................................... 54

Gambar 21. Difraktogram biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 (Formula III) dan data pembanding CaCO3............................................... 54

Gambar 22. Diagram nilai kuat tarik (TS) biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIA) dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIB) yang terdiri dari : (a) CCpa 6% (L 6A) dan nCC 6% (L 6B), (b) CCpa 7% (L 7A) dan nCC 7% (L 7B), (c) CCpa 8% (L 8A) dan nCC 8% (L 8B), (d) CCpa 9% (L 9A) dan nCC 9% (L 9B), (e) CCpa 10% (L 10A) dan nCC 10% (L 10B) ............................................................. 55

Page 14: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

14

Gambar 23. Diagram evaluasi persen pengurangan berat dari LPP dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) pada uji biodegradasi bulan I, II, III, dan IV ................................ 58

Gambar 24. Diagram prosentase pengurangan berat dari biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIA) dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIB) yang terdiri dari : (a) CCpa 6% (L 6A) dan nCC 6% (L 6B), (b) CCpa 7% (L 7A) dan nCC 7% (L 7B), (c) CCpa 8% (L 8A) dan nCC 8% (L 8B), (d) CCpa 9% (L 9A) dan nCC 9% (L 9B), (e) CCpa 10% (L 10A) dan nCC 10% (L 10B) setelah uji biodegradasi selama 4 bulan .......................................................................................... 59

Gambar 25. Fotomikrografi perbesaran 160 x dari LPP dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) sebelum dan sesudah penguburan 4 kali 30 hari............................................. 60

Gambar 26. Diagram waktu respon pembentukan nyala dari biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) sebagai pembanding, LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIIA) yang terdiri dari CCpa/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w), dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIIB) yang terdiri dari nCC/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w) ............................. 62

Gambar 27. Diagram kecepatan pembakaran dari biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) sebagai pembanding, LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIIA) yang terdiri dari CCpa/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w), dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIIB) yang terdiri dari nCC/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w) ............................. 64

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan Alir Preparasi LPP .......................................................... 73

Page 15: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

15

Lampiran 2. Bagan Alir Preparasi SK ............................................................ 74

Lampiran 3. Bagan Alir Sintesis Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula

I) ........................................................................................... 75

Lampiran 4. Bagan Alir Sintesis Biokomposit dengan Senyawa

Penghambat Nyala.................................................................... 76

Lampiran 5. Perhitungan Nilai Kuat Tarik ..................................................... 77

Lampiran 6. Perhitungan Indeks Alir Leleh ................................................... 78

Lampiran 7. Perhitungan Prosentase Daya Serap Air ................................ 80

Lampiran 8. Perhitungan Prosentase Pengurangan Berat Uji Biodegradasi ... 82

Lampiran 9. Perhitungan Waktu Respon Pembentukan Nyala ..................... 85

Lampiran 10. Perhitungan Kecepatan Pembakaran .......................................... 87

Lampiran 11. Spektrum FT-IR LPP ................................................................. 89

Lampiran 12. Spektrum FT-IR Serat Kenaf (SK) ............................................ 89

Lampiran 13. Spektrum FT-IR Asam Akrilat (AA) ......................................... 90

Lampiran 14. Spektrum FT-IR Divinil Bensena (DVB) .................................. 90

Lampiran 15. Spektrum FT-IR CaCO3 ............................................................. 91

Lampiran 16. Termogram LPP ......................................................................... 91

Lampiran 17. Termogram Serat Kenaf (SK) .................................................... 92

Lampiran 18. Termogram CaCO3 ..................................................................... 92

Lampiran 19. Difraktrogram CaCO3 ............................................................... 93

Lampiran 20. Spektrum FT-IR Biokomposit LPP/DVB/AA/SK ..................... 93

Lampiran 21. Spektrum FT-IR Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 ......... 94

Lampiran 22. Termogram Biokomposit LPP/DVB/AA/SK ............................. 94

Lampiran 23. Termogram Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 ................. 95

Lampiran 24. Difraktogram Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 ........... 95

Page 16: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plastik merupakan polimer buatan yang memiliki kelebihan yaitu ringan,

praktis, dan harganya relatif murah. Kelebihan yang dimiliki oleh plastik tersebut

menyebabkan masyarakat masa kini menggunakannya sebagai pembungkus

makanan dan minuman. Air mineral adalah salah satu contoh minuman dengan

pembungkus berbahan plastik. Kebutuhan akan air mineral dalam kemasan

tercukupi dalam berbagai jenis bentuk ukuran Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK) seperti galon (19 L) berbahan polikarbonat, botol (1.500 mL dan

600 mL) berbahan polyethyene terephthalate, dan cup (240 mL) berbahan

polipropilena. Soentantini (2007) melaporkan bahwa dari 12 miliar liter

kebutuhan air mineral di Indonesia pada tahun 2006, 60% dalam kemasan galon,

25% dalam kemasan botol, dan dalam kemasan cup sebesar 15%. Jumlah dan

prosentase tersebut berarti produksi kemasan galon sebesar 397 juta buah dan

kemasan botol sebesar 5 miliar buah, dimana kedua jenis kemasan tersebut

umumnya dapat digunakan kembali setelah dipakai. Bentuk kemasan cup yang

diproduksi sebesar 7,5 miliar buah (7,5 x 109 x 4 gram/cup = 3 x 104 ton),

kemasan tersebut umumnya hanya digunakan sekali pakai kemudian langsung

dibuang menjadi sumber limbah polipropilena (LPP). Limbah polipropilena

(LPP) merupakan limbah plastik yang pada umumnya tidak dapat terbiodegradasi

secara alami sehingga keberadaannya di lingkungan dapat menghambat kinerja

mikroorganisme dalam proses pembusukan sampah didalam tanah. Permasalahan

lingkungan yang timbul karena LPP tersebut perlu dicari penyelesaiannya.

Beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan alternatif pemecahan

masalah sampah plastik yang tidak terbiodegradasi dengan membuatnya menjadi

plastik biodegradabel dengan penambahan serat alam. Kim et. al. (2005) membuat

komposit polibutilen suksinat (PBS) dengan abu sekam padi atau serbuk kayu

secara proses metode lebur menggunakan internal mixer dihasilkan suatu

biokomposit yang biodegradabel dan sifat mekaniknya meningkat. Suharty dan

1

Page 17: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

17

Firdaus (2007) membuat biokomposit dari polistirena limbah (PSL) dengan

penguat serat alam serbuk kayu sengon (SS) secara proses metode larutan dan

dihasilkan biokomposit yang memilki kemampuan biodegradasi yang baik.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sifat mekanik

dengan sintesis biokomposit secara reaktif. Suharty et. al. (2008a) melakukan

sintesis biokomposit polipropilena (PP) dengan bahan pengisi serbuk bambu (SB)

secara reaktif menggunakan metode proses larutan yang dapat meningkatkan sifat

mekanik serta kemampuan biodegradasi biokomposit. Suharty et. al. (2007b)

melakukan sintesis biokomposit biodegradabel menggunakan polipropilena (PP)

dengan bahan pengisi serbuk sekam padi (SSP) dan pemlastis crude palm oil

(CPO) secara reaktif menggunakan agen penyambung silang trimetilol propana

triakrilat (TMPTA). Penelitian tersebut melaporkan bahwa penggunaan

penyambung silang dapat meningkatkan rasio SSP/PP dalam mencapai kondisi

optimum sifat mekanik dan biodegradasinya dibanding biokomposit tanpa

TMPTA. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa

sintesis biokomposit dengan bahan pengisi serat alam dapat meningkatkan sifat

mekanik dan kemampuan biodegradasi polimer buatan sebagai bahan awal.

Salah satu jenis serat alam yang dapat dijumpai di Indonesia adalah serat

kenaf (SK), yaitu serat dari tanaman kenaf yang dapat tumbuh subur di daerah

tropis seperti Indonesia. Pemanfaatan serat kenaf di Inonesia masih terbatas

sebagai bahan pembuat tali tambang dan karung goni yang saat ini sudah mulai

tergantikan oleh bahan plastik sehingga kurang meningkatkan nilai ekonominya.

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai ekonomi dari serat kenaf adalah dengan

memanfaatkannya sebagai bahan pengisi dalam suatu komposit. Sejak tahun 1930

Henry Ford telah menggunakan serat kenaf sebagai bahan penguat komposit

untuk salah satu komponen mobil BMW dan Mercedes (Mwaikambo, 2006).

Penggunaan komposit berpenguat serat kenaf sebagai salah satu komponen

kendaraan bermotor membuat berat kendaraan menjadi lebih ringan dibandingkan

dengan kendaraan yang komponennya berupa logam, sehingga bila pada kapasitas

muatan yang sama berat maka kendaraan yang mempergunakan komponen

komposit membutuhkan bahan bakar yang lebih sedikit. Oleh karena itu,

Page 18: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

18

penggunaan komposit sebagai komponen kendaraan bermotor dapat lebih

menghemat bahan bakar. Di sisi lain, komposit yang tersintesis dari polipropilena

dan serat kenaf seperti pada umumnya bersifat mudah terbakar. Sifat tersebut

menjadi masalah karena pada kendaraan bermotor rawan terjadi kebakaran akibat

kecelakaan atau gangguan kelistrikan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan

meningkatkan kemampuan hambat nyala komposit.

Biokomposit dari polimer buatan dengan bahan pengisi serat alam dapat

ditingkatkan kemampuan hambat nyalanya dengan penambahan senyawa

penghambat nyala. Tesoro (1978) melaporkan salah satu golongan senyawa

penghambat nyala adalah asam anorganik dan garamnya, contohnya garam

amonium dari sulfat, fosfat, dan asam borat. Penelitian lain dilakukan oleh

Liodaks and Antonopoulos (2006) dengan membandingkan senyawa penghambat

nyala diamonium fosfat, amonium sulfat, dan magnesium karbonat terhadap

kemampuan nyala pada serat alam, menghasilkan suatu kesimpulan bahwa

diamonium fosfat dan amonium sulfat adalah penghambat nyala yang efektif.

Marton (2004) menyatakan bahwa efektifitas kemampuan menghambat nyala

dalam suatu komposit dapat ditingkatkan dengan menambahkan nanopartikel

sehingga menjadi suatu nanokomposit. Paul and Robenson (2008) memberikan

laporan mengenai nanokomposit, dimana nano-geopolimer telah dimanfaatkan

sebagai bahan pembuat nanokomposit yang memilki kemampuan penghambat

nyala. Penelitian yang dilakukan oleh Patra et. al. (2005) menambahkan suatu

nanopartikel dari CaCO3 sehingga dihasilkan nanokomposit yang memiliki

kemampuan hambat nyala yang lebih tinggi dibanding bahan awal. Tang et. al.

(2004) membuat campuran polipropilena dengan montmorilonit dan CaCO3 yang

memilki kemampuan hambat nyala yang baik, dalam penelitian tersebut juga

dilaporkan bahwa sifat mekanik yang lebih baik ditunjukkan oleh bahan dengan

penambahan senyawa berukuran partikel nano. Pembuatan suatu bahan dengan

kemampuan hambat nyala juga dilakukan oleh Xu et. al. (2006) dengan

menambahkan SnO2 yang dilapisi CaCO3 pada polivinil klorida (PVC) sehingga

memberikan kemampuan hambat nyala yang lebih baik daripada PVC atau

PVC/SnO2 atau PVC/CaCO3.

Page 19: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

19

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Limbah kemasan AMDK baik bentuk galon (polikarbonat), botol

(polyethyene terephthalate), dan cup (polipropilena) yang paling berpotensi

membentuk limbah adalah kemasan bentuk cup (polipropilena). Limbah

polipropilena (LPP) dari kemasan cup air mineral sebesar 3 x 104 ton merupakan

jumlah limbah yang cukup besar dan dapat mengganggu sistem ekologi.

Polipropilena tidak dapat terbiodegradasi sehingga keberadaannya sebagai limbah

didalam tanah dapat menghambat proses pembusukan mikroorganisme. Jumlah

LPP yang berlimpah dan tidak terbiodegradasi tersebut menjadi suatu masalah

lingkungan yang perlu diatasi dan dicari pemecahannya.

Salah satu alternatif untuk mengatasi LPP yang berlimpah dan tidak

terbiodegradasi adalah dengan mengubah LPP menjadi suatu material baru yang

dapat terbiodegradasi dengan bahan pengisi serat alam (Kim et. al., 2005).

Material baru tersebut adalah biokomposit yang dapat disintesis dari matrik

polimer LPP bahan pengisi serat alam. Serat alam yang dapat digunakan sebagai

bahan pengisi adalah serat dengan kandungan selulosa tinggi seperti serbuk kayu

sengon, serbuk bambu, serbuk sekam padi, dan kenaf. Serat kenaf (SK)

mempunyai sifat mekanik yang cukup tinggi sehingga dapat dipergunakan sebagai

bahan pembuatan komposit untuk komponen kendaraan (Mwaikombo, 2006).

Biokomposit dapat disintesis menggunakan metode lebur menggunakan

internal mixer maupun metode larutan dengan menggunakan pelarut yang sesuai

(Suharty, 1993). Sintesis dengan metode lebur memerlukan alat khusus yang

hanya dimiliki beberapa institusi di Indonesia. Sintesis dengan metode larutan

dapat dilaksanakan di setiap laboratorium di perguruan tinggi. Sintesis

biokomposit dapat dilakukan secara reaktif menggunakan inisiator maupun non

reaktif. Suharty dan Firdaus (2007) melakukan sintesis biokomposit polistirena

dengan bahan pengisi serbuk kayu sengon secara reaktif menggunakan inisiator

maupun secara non reaktif dan diperoleh bahwa biokomposit yang dibuat secara

reaktif memiliki sifat mekanik yang lebih baik.

Page 20: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

20

Sifat mekanik biokomposit meningkat dengan terbentuknya ikatan antara

polimer buatan dengan serat alam. Pengikatan polimer buatan yang bersifat non

polar dan selulosa dari serat alam yang bersifat polar memerlukan senyawa

penggandeng. Suharty et. al. (2007a,b) menggunakan senyawa penyambung silang

AA untuk mengikatkan PP dengan serat sehingga terbentuk ikatan

LPP/AA/selulosa secara reaksi esterifikasi. Pembentukan jaringan yang lebih

besar dalam biokomposit akan lebih meningkatkan sifat mekanik. Sifat mekanik

biokomposit dengan senyawa penyambung silang lebih tinggi dibanding

biokomposit tanpa senyawa penyambung silang (Suharty et. al., 2007a). Suharty

(1993) melaporkan bahwa divinil bensena (DVB) dan trimetilol propana triakrilat

(TMPTA) dapat meningkatkan pembentukan ikatan sambung silang sehingga

terbentuk jaringan yang lebih besar, dimana DVB dapat meningkatkan ikatan

sambung silang lebih tinggi dibandingkan TMPTA.

Biokomposit dapat dipergunakan sebagai komponen kendaraan bermotor ,

untuk memenuhi kebutuhan tersebut biokomposit harus memiliki sifat hambat

nyala yang tinggi. Kemampuan hambat nyala biokomposit dapat ditingkatkan

dengan menambahkan senyawa penghambat nyala. Salah satu golongan senyawa

penghambat nyala adalah asam anorganik dan garamnya, seperti asam fosfat,

diamonium fosfat (DAP) dan monoamonium fosfat (MAP) (LeVan and Winandy,

1990). Senyawa penghambat nyala akan lebih efektif bila dikerjakan dalm suatu

nanokomposit (Marton, 2004). Senyawa dengan ukuran partikel yang lebih kecil

akan meningkatkan luas permukaan dan memungkinkan terjadinya reaksi yang

lebih tinggi. Nanopartikel dari montmorilonit atau CaCO3 dapat meningkatkan

efektifitas senyawa penghambat nyala sehingga menghasilkan peningkatan

kemampuan hambat nyala yang lebih terbaik pada komposisi tertentu (Patra et.

al., 2005).

Karakterisasi biokomposit dilakukan pada: indeks alir leleh, kuat tarik,

analisis gugus fungsi, profil degradasi panas, kristalinitas. Uji kemampuan

biodegradasi dilakukan dengan analisis daya serap air, analisis pengurangan berat,

dan fotomikrografi. Uji kemampuan hambat nyala dilakukan dengan penentuan

waktu respon pembentukan nyala dan kecepatan pembakaran.

Page 21: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

21

2. Batasan Masalah

a. Polimer yang digunakan dalam pembuatan biokomposit adalah limbah

polipropilena (LPP) dari cup air mineral dalam kemasan dengan merek

sejenis. Bahan pengisi serat tanaman yang digunakan adalah serat kenaf

Lamongan yang dihaluskan hingga ukuran lolos ayakan 100 mesh serta

dilakukan alkalisasi.

b. Biokomposit yang akan diuji disintesis menggunakan metode proses larutan

secara reaktif dengan inisiator bensoil peroksida (BPO), senyawa

penggandeng multifungsional asam akrilat (AA), dan agen penyambung

silang divinil bensena (DVB). Pelarut yang dipergunakan adalah xilena yang

dapat melarutkan PP hingga 100% pada suhu titik didihnya (Suharty,1993).

c. Senyawa penghambat nyala yang digunakan dalam pembuatan biokomposit

dengan kemampuan hambat nyala adalah diamonium fosfat (DAP) dan nano

CaCO3 (nCC).

d. Karakterisasi biokomposit meliputi indeks alir leleh menggunakan alat melt

flow indexer, uji mekanik berupa kekuatan tarik menggunakan alat

tensometer mengikuti ASTM D 638, perubahan gugus fungsi dengan

spektrofotometer infra merah (FT-IR), profil degradasi panas dengan analisis

termal diferensial (Differential Thermal Analysis, DTA), kritalinitas dengan

difraksi sinar-X (X-Ray Difraction, XRD).

e. Uji degradasi mikrobiologi dilakukan dengan penguburan spesimen selama

4 x 30 hari dalam media tanah sampah dicampur kotoran sapi. Analisis

terhadap kemampuan biodegradasi meliputi daya serap air menurut

ASTM D 570, pengurangan berat dengan monitoring setiap 30 hari, dan

analisis morfologi permukaan dengan fotomikrografi.

f. Uji kemampuan hambat nyala dilakukan menurut ASTM D 635 dengan

penentuan waktu respon pembentukan nyala dan kecepatan pembakaran.

Page 22: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

22

3. Rumusan Masalah

Masalah yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana komposisi optimum biokomposit LPP/DVB/AA/SK terhadap

sifat mekanis dan kemampuan biodegradasi?

2. Bagaimana komposisi optimum biokomposit dengan penambahan

senyawa penghambat nyala terhadap kemampuan hambat nyala?

3. Bagaimana kemampuan hambat nyala biokomposit dengan senyawa

penghambat nyala?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui komposisi optimum biokomposit LPP/DVB/AA/SK terhadap

sifat mekanik dan kemampuan biodegradasi.

2. Mengetahui komposisi optimum biokomposit dengan penambahan

senyawa penghambat nyala terhadap kemampuan hambat nyala.

3. Mengetahui kemampuan hambat nyala biokomposit dengan senyawa

penghambat nyala.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian sebagai berikut :

1. Memberikan suatu pengetahuan mengenai cara mengatasi LPP yang dapat

menimbulkan permasalahan lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat

terbiodegradasi.

2. Memberikan informasi untuk menjadikan suatu plastik PP yang mudah

terbakar dapat dimodifikasi menjadi suatu bahan yang tidak mudah

terbakar.

Page 23: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Polipropilena

Bahan plastik memiliki keunggulan bersifat termoplastis yaitu dapat

dibentuk berulang-ulang sehingga banyak digunakan sebagai bahan pengemas

makanan dan minuman. Air minum dalam kemasan (AMDK) sangat diminati oleh

masyarakat masa ini yang memiliki gaya hidup praktis karena AMDK

menggunakan bahan pembungkus berupa plastik seperti poli karbonat (PC),

polyethyene terephthalate (PET), dan polipropilena (PP) yang dinilai praktis,

ringan, serta murah harganya. Kebutuhan masyarakat terhadap AMDK, khususnya

air mineral, dicukupi dalam berbagai jenis bentuk ukuran dan kemasan yaitu

kemasan galon (19L) sebesar 60%, botol (600 mL) sebesar 25%, dan cup (240

mL) sebesar 15% (Soentantini, 2007). Perkembangan modernisasi menyebabkan

kebutuhan AMDK semakin bertambah dari tahun ke tahun termasuk pada AMDK

berbentuk cup karena praktis dengan ukurannya yang kecil namun cukup untuk

memenuhi kebutuhan seseorang terhadap air mineral. Bagian bawah cup AMDK

terdapat tulisan PP dan logo berbentuk segitiga dengan angka lima didalamnya

yang menunjukkan bahwa terbuat dari bahan polipropilena. Kode tersebut

dikeluarkan oleh Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat

(Kusumastuti, 2008). Permintaan yang tinggi terhadap AMDK, termasuk yang

berbentuk cup, mengakibatkan produksinya meningkat dan mendatangkan limbah

kemasan plastik yang melimpah. Limbah kemasan cup merupakan limbah

polipropilena (LPP) yang menimbulkan permasalahan lingkungan karena PP

termasuk plastik, dimana plastik bersifat tidak dapat terdegradasi secara alami

sehingga menghambat kinerja mikroorganisme dalam mendegradasi senyawa lain.

Salah satu alternatif penanggulangan masalah lingkungan tersebut adalah dengan

menjadikan PP sebagai bahan pembuatan biokomposit yang biodegradabel.

Suharty et. al. (2008a) telah membuat biokomposit PP dengan bahan pengisi

serbuk bambu (SB) sehingga menghasilkan biokomposit yang dapat

8

Page 24: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

24

terbiodegradasi dan sifat mekaniknya meningkat. Suharty et. al. (2007b) membuat

biokomposit PP dengan bahan pengisi serbuk sekam padi (SSP) dan pemlastis

crude palm oil (CPO) dihasilkan biokomposit yang dapat terdegradasi

mikrobiologi serta memiliki sifat mekanik yang baik.

Polipropilena (PP) adalah polimer dengan satuan ulang monomer

propilena/propena (CH3-CH=CH2). Setiap unit ulang polipropilena mempunyai

karbokation pada karbon tersier bersifat sangat stabil, sehingga atom H yang

terikat pada karbon tersier tersebut bersifat reaktif dan bersifat non polar

(Pudjaatmaka, 1986). Hal tersebut mengakibatkan energi dissosiasi pemutusan

ikatan C-H tersier membutuhkan energi lebih rendah daripada energi dissosiasi

ikatan C-H sekunder maupun C-H primer. Ketika polipropilena direaksikan

dengan senyawa lain, maka posisi atom hidrogen yang terikat pada atom karbon

tersierlah yang akan tergantikan. Polipropilena memiliki suhu dekomposisi 380 ºC

dan meleleh pada suhu 165 – 175 ºC (Siburian, 2001). Kelarutan PP dalam

toluena mendidih adalah 66% dan pada xilena mendidih adalah 100% (Suharty,

1993).

(a)

Propilena/propena Polipropilena

(b) (c)

Gambar 1. (a) Struktur propena dan polipropilena (Sopyan, 2001); (b) Label plastik jenis PP; (c) Foto bagian bawah gelas AMDK

karbon tersier

H2C C CH3

H

CH2 C

H

CH3

*

n

Page 25: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

25

2. Bahan Pengisi Serat Kenaf

Bahan pengisi adalah bahan yang ditambahkan ke dalam campuran plastik

sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik (kuat tarik) suatu polimer (Ismail,

2001). Bahan-bahan penguat dapat berasal dari bahan anorganik (fiberglass) dan

bahan organik (serat tumbuh-tumbuhan). Bahan penguat dari serat tumbuhan

memiliki kelebihan, antara lain : biodegradabel, densitas rendah, serat tidak

hancur selama pemrosesan, serta murah dan melimpah (Rowell et. al., 1997).

Serat ini digunakan untuk menaikkan kuat tarik sekaligus meningkatkan

degradabilitas plastik termoplastis seperti pembuatan biokomposit PP dengan

bahan pengisi serbuk sekam padi sehingga dihasilkan suatu biokomposit dengan

kuat tarik yang lebih tinggi (Yang et. al., 2004). Penelitian lain dilakukan oleh

Kim et. al. (2005) dengan membuat komposit polibutilen suksinat (PBS) dengan

abu sekam padi sehingga diperoleh komposit yang lebih kuat. Suharty dan

Firdaus (2007) membuat biokomposit degradabel dari polistirena (PS) daur ulang

termodifikasi dengan bahan penguat serbuk kayu kelapa menghasilkan

biokomposit yang memilki kemampuan degradasi serta mengalami peningkatan

sifat mekanik dibandingkan bahan awalnya.

Indonesia merupakan daerah tropis yang subur sehingga banyak

ditemukan tumbuhan yang dapat menghasilkan serat. Serat tumbuhan yang baik

digunakan sebagai bahan pengisi adalah serat tanaman dengan kandungan selulosa

tinggi. Salah satu tanaman yang mengandung selulosa cukup tinggi adalah kenaf

dengan kandungan selulosa yang relatif tinggi yaitu 57% . Produksi kenaf di dunia

menempati urutan ke lima yaitu 970.000 ton/tahun setelah jute dengan jumlah

produksi 2.850.000 ton/tahun (Mwaikambo, 2006). Tanaman kenaf seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2 memiliki nama latin Hibiscus cannabinus dan telah

dikenal di Indonesia sejak jaman pendudukan Jepang (1943). Tanaman kenaf

tumbuh terbaik pada suhu diatas 20 °C dan curah hujan bulanan rata-rata

100 - 125 mm (Ahmad, 2009). Kondisi ini ditemukan selama musim hujan di

daerah tropis dan musim panas di daerah subtropis. Penggunaan serat kenaf di

Indonesia hingga saat ini masih terbatas pada pembuatan tekstil kasar seperti

karung untuk mengemas komoditas pertanian dan industri, juga dibuat menjadi

Page 26: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

26

benang tambang dan benang sepatu yang kurang meningkatkan nilai ekonominya

sehingga perlu dilakukan pengembangan agar dapat meningkatkan nilai ekonomi

dari serat kenaf dan merangsang para petani kenaf untuk terus membudidayakan

tanaman kenaf.

Gambar 2. Tanaman kenaf

Kenaf merupakan tanaman yang menghasilkan serat panjang yang

diperoleh dari batangnya. Serat kenaf berdiameter 17,7 - 21,9 µm dan densitas

sebesar 1220 - 1400 kg/m3. Sifat kimia serat kenaf adalah selulosa (57%),

hemiselulosa (21%), dan lignin (19%). Kandungan selulosa yang cukup besar dan

lignin kecil menandakan serat kenaf memiliki keuletan yang cukup tinggi dan

tidak getas (Mwaikambo, 2006).

Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, sekitar 40% karbon

tanaman terikat dalam selulosa. Molekul-molekul selulosa seluruhnya berbentuk

linier dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen

intra dan intermolekul. Selulosa mengandung rata-rata 5.000 unit glukosa dan

setiap unit mengandung tiga gugus hidroksil (-OH) yang terletak pada C2, C3, dan

C6 serta dua oksigen yang membentuk ikatan glikosidik yang berikatan dengan

monomer lain (Achmadi, 2003).

Page 27: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

27

(a)

(b)

(c)

Gambar 3. (a) Struktur selulosa; (b) Struktur selulosa yang saling berikatan

(bentuk cincin); (c) Struktur selulosa yang saling berikatan (bentuk

kursi)

Page 28: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

28

Selulosa didalam kayu disertai dengan lignin yang terikat erat dengannya

dan pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Perlakuan

alkalisasi terhadap serat akan mengurangi pengotor (kandungan lain selain

selulosa) pada serat sehingga dapat meningkatkan terbentuknya ikatan antara

selulosa dan matriks polimer sintetis dalam pembentukan biokomposit (Lokantara

dan Suardana, 2007). Diharjo (2005) melaporkan bahwa sifat mekanik komposit

meningkat dengan perlakuan alkali serat yang dapat meningkatkan ikatan antara

serat dan matriks.

3. Flame Retardant

Pembakaran merupakan suatu reaksi kimia antara bahan bakar (fuel) dan

oksidator (segala sesuatu yang mengandung oksigen) (Sentanuhady, 2007).

Umumnya nyala dapat terjadi disebabkan oleh tiga komponen yang sering disebut

sebagai segitiga api, yaitu bahan bakar, panas, dan oksigen.

CxHy + O2 CO2 + H2O (bahan bakar) (a) (b)

Gambar 4. (a) Reaksi pembakaran; (b) Segitiga api

Reaksi pembakaran akan terhambat jika paling tidak salah satu dari tiga

komponen tersebut dihilangkan atau mengurangi interaksi komponen pendukung

nyala dengan material. Salah satu contohnya adalah mengecilkkan api dengan

menghalangi aliran oksigen ke bahan bakar, seperti dengan cara menutup kompor

yang terbakar dengan karung basah. Hal yang sama bahwa dengan menggunakan

suatu sistem tertentu maka oksigen di lingkungan dapat digantikan oleh gas yang

Page 29: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

29

tidak mendukung pembakaran sehingga pembakaran menjadi terhambat

(Hudiyanti, 2009).

Flame retardant merupakan komponen atau kombinasi komponen yang

dapat menghambat nyala bila ditambahkan pada suatu substrat sehingga

dihasilkan suatu material yang memiliki kemampuan hambat nyala

(Tesoro, 1976). Sain et. al. (2004) menambahkan senyawa penghambat nyala

Mg(OH)2 dalam biokomposit polipropilena (PP) dengan bahan pengisi serbuk

sekam padi sehingga biokomposit mengalami peningkatan kemampuan hambat

nyala. Xu et. al. (2006) memberikan kemampuan hambat nyala dalam polivinil

klorida (PVC) dengan memadukan dua komponen yaitu SnO2 dan CaCO3

sehingga dihasilkan PVC/SnO2/CaCO3 dengan kemampuan hambat nyala yang

lebih baik daripada PVC/SnO2, PVC/CaCO3, dan PVC murni.

Suatu sistem penghambat nyala harus dapat menghasilkan gas yang dapat

mengurangi konsentrasi O2 yang mendukung pembakaran, mengurangi

perambatan panas pada polimer yang terbakar, dan menghasilkan jelaga untuk

menghalangi interaksi O2 dangan polimer (Tesoro, 1978). LeVan and Winandy

(1990) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa asam fosforik paling efektif

dalam mereduksi atau mengurangi konsentrasi gas yang mudah terbakar dan

meningkatkan pembentukan jelaga untuk menghambat pembakaran, diikuti

dengan diamonium fosfat dan monoamonium fosfat. Penelitian tersebut juga

melaporkan bahwa selama pembakaran diamonium fosfat (DAP) dapat terurai

menjadi NH3 dan asam fosfat. Diamonium fosfat (DAP) merupakan garam

anorganik yang berasal dari ammonium dan asam fosfat dengan rumus kimia

(NH4)2HPO4. Senyawa DAP dalam suatu substrat akan mengalami fosforilasi saat

terjadi nyala dan terurai menjadi asam fosfat serta menghasilkan gas NH3 yang

merupakan gas yang tidak mudah terbakar (Tesoro, 1976).

Peningkatan efektifitas DAP sebagai senyawa penghambat nyala

dilakukan dengan memadukan DAP dengan CaCO3. Asam fosfat dari DAP yang

terbentuk selama pembakaran akan bereaksi dengan CaCO3 menghasilkan CO2

dan H2O (Patra, 2005). Gas NH3, CO2, dan H2O dapat mengambat pembakaran.

Gas NH3 dapat mengurangi konsentrasi O2 yang mendukung pembakaran

Page 30: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

30

(Patra et. al., 2005), sedangkan gas CO2 (44.0 g/mol) lebih berat dari O2

(32,0 g/mol), menyebabkan CO2 mengendap dan membungkus benda yang

terbakar. Penggantian O2 oleh gas CO2 dan NH3 menyebabkan konsentrasi O2 di

yang mendukung pembakaran menjadi berkurang sehingga proses pembakaran

terhambat. Uap air (H2O) akan mendinginkan sistem dan menurunkan suhu yang

akan menghambat pembakaran (Hudiyanti, 2009). Efisiensi suatu sistem padam

nyala dapat ditingkatkan dengan membentuk suatu nanokomposit (Marton, 2004).

Hal tersebut dikuatkan oleh laporan Lagashetty and Venkataraman (2005) bahwa

suatu senyawa dengan partikel nano yang ditambahkan untuk tujuan tertentu

dalam pembuatan suatu nanokomposit akan lebih meningkatkan efektifitas kerja

senyawa tersebut, misalnya dalam meningkatkan sifat mekanik atau kemampuan

hambat nyala Oleh karena itu, digunakan CaCO3 dengan ukuran partikel nano

sehingga distribusinya dalam komposit menjadi lebih merata.

4. Biokomposit

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau

lebih polimer, sedangkan biokomposit adalah komposit yang terbentuk dari

kombinasi polimer buatan dan polimer alam. Pembuatan biokomposit dengan

proses polimerisasi dapat dilakukan dapat dilakukan secara non reaktif dan reaktif

dengan penambahan inisiator (Suharty,1993).

Tahapan dalam proses polimerisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Inisiasi : ROOR 2 RO •

ROOR ROO • + R •

R • + M RM •

Propagasi : RM • + M RMM •

Terminasi : RMx • + RMx+n • M2x+n

Suharty dan Firdaus (2007) telah membuat biokomposit polistirena daur

ulang dengan serbuk kayu sengon dan serbuk kayu kelapa dalam pelarut toluena,

baik secara reaktif menggunakan inisiator bensoil peroksida (BPO) maupun non

reaktif dan diperoleh biokomposit reaktif lebih kuat dari non reaktif. Inisiator

menghasilkan senyawa radikal yang akan mengganggu senyawa lain untuk

Page 31: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

31

O

RO

OH

OH

CH2OH

OR

H

membentuk radikal pula. Salah satu jenis inisiator peroksida yaitu bensoil

peroksida (BPO) dengan rumus struktur C6H5COOOOCC6H5 yang memiliki dua

jenis radikal yang terbentuk kemudian menginisiasi senyawa lain sehingga

menghasilkan senyawa radikal baru (Seymour and Carraher, 1988) seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 5.

C6H5 C OO

O

C

O

C6H5 C6H5 C O

O

2 2 C6H5 + 2 CO2

(R1•) (R2•)

(a)

H2C C

H

CH3n

H2C C

CH3n

(b)

(c)

-ROH

Gambar 5 . Pembentukan radikal pada : (a) BPO; (b) PP; (c) selulosa (Carlsson, 2005)

Senyawa radikal R1• maupun R2• akan menyerang polipropilena untuk

membentuk polipropilena radikal aktif pada karbon tersiernya, sehingga

+ • R

- RH

+ • OH

+ produk lain

C5 C1 •

C5

C1 O

RO

OR

OH

OH

CH2OH

Page 32: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

32

selanjutnya akan bereaksi dengan asam akrilat membentuk biokomposit bersama

dengan selulosa. Pembentukan radikal pada selulosa menurut Carlsson (2005)

akan menghasilkan selulosa radikal pada oksigen yang terikat karbon posisi C5.

Suharty et. al. (2008b) telah melakukan pembuatan biokomposit dari

polipropilena (PP) dengan pengisi serbuk sekam padi (SSP) dengan berbagai

variasi konsentrasi inisiator BPO, diperoleh biokomposit dengan sifat mekanik

yang baik pada konsentrasi 0,02% dari berat total PP dan SSP. Penelitian tersebut

melaporkan bahwa semakin tinggi konsentrasi inisiator maka sifat mekaniknya

semakin menurun karena terlalu banyak inisiator dapat menyebabkan biokomposit

menjadi rapuh, dimana SSP memiliki kandungan silika yang besar sehingga

konsentrasi inisiator yang semakin besar akan merusak silika sehingga sifat

mekaniknya menurun. Suharty et. al. (2008a) melakukan pembuatan biokomposit

dari polipropilena (PP) dengan pengisi serat bambu (SB) menggunakan BPO

0,08% dan dihasilkan biokomposit dengan sifat mekanik yang baik karena serat

bambu yang memiliki tekstur yang kasar serta tidak memiliki kandungan silika.

Suharty et. al. (2009) melakukan optimasi konsentrasi BPO dalam pembuatan

biokomposit LPP/SK dan diperoleh biokomposit dengan sifat mekanik yang baik

pada penggunaan BPO 0,05% berat total LPP/SK.

Pembentukan selulosa radikal akan mengakibatkan selulosa dapat

berikatan dengan senyawa penggandeng multifungsional asam akrilat (AA) yang

telah terikat dengan PP. Senyawa penggandeng multifungsional AA merupakan

suatu jenis senyawa yang dalam strukturnya memiliki gugus polar dan non polar

sehingga dapat menyatukan senyawa hidrofilik dengan senyawa hidrofobik dalam

suatu reaksi kimia. Suharty dan Firdaus (2007) menggunakan AA untuk

menyamakan kepolaran polistirena dengan selulosa dari serbuk kayu sengon

sehingga terbentuk suatu biokomposit yang komponen-komponennya saling

berikatan kimia. Suharty et. al. (2007a) juga menggunakan AA untuk

menyamakan kepolaran polipropilena dan serbuk sekam padi dalam pembuatan

biokomposit biodegradabel. Asam akrilat memiliki rumus kimia C3H4O2 dengan

titik didih sebesar 141 oC serta masa jenis 1,12 - 1,19 g/mL (Siburian, 2001).

Page 33: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

33

CH2 C

HC

O

OH

(a)

(b)

Gambar 6. (a) Struktur asam akrilat; (b) Pembentukan radikal pada asam akrilat

Asam akrilat memiliki dua gugus fungsional reaktif yaitu gugus vinil (CH2=CH-)

yang bersifat non polar yang akan berikatan dengan gugus non polar pada

polipropilena, serta gugus karbonil yang bersifat polar yang dapat berikatan

dengan selulosa melalui reaksi esterifikasi.

Biokomposit yang terbentuk dapat ditingkatkan sifat mekanik dan

kemampuan biodegradasinya dengan menambahkan agen penyambung silang.

Yang et. al. (2005) telah melakukan pembuatan biokomposit penambahan agen

penyambung silang sehingga kuat tarik biokomposit yang dihasilkan menjadi lebih

tinggi karena terjadi peningkatan ikatan antara selulosa terhadap polimer buatan

pada biokomposit. Suharty (1993), telah melakukan grafting antara PP dengan

ditert-butil bensil akrilat (DBBA) menggunakan agen penyambung silang divinil

bensena (DVB) dan trimetilol propana triakrilat (TMPTA), dimana hasilnya adalah

pembuatan dengan menggunakan agen penyambung silang DVB lebih kuat

daripada dengan TMPTA. Suharty et. al. (2008a) menambahkan DVB dalam

sintesis biokomposit PP dengan bahan pengisi serat bambu sehingga dihasilkan

biokomposit dengan sifat mekanik dan kemampuan biodegradasi yang lebih baik

daripada biokomposit tanpa DVB. Senyawa DVB membentuk ikatan sambung

silang dengan cara mengikatkan bersama rantai-rantai polimer membentuk suatu

jaringan. Terjadinya ikatan sambung silang pada reaksi polimerisasi akan

memperbesar berat molekul dari polimer yang dihasilkan (Suharty, 1993).

• •

gugus polar gugus non

polar

+ R• • CH2 C

HC

O

OH CH2HC C

O- ROH

Page 34: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

34

Divinil bensena (DVB) merupakan senyawa benzena yang mengikat dua

gugus vinil yang bersifat non polar pada posisi meta atau para dengan berat

molekul 130,191 g/mol dan titik didih 200 oC.

CH

CH2

CH CH2

Gambar 7. Pembentukan radikal pada divinil bensena

Biokomposit PP/DVB/AA/selulosa mempunyai beberapa kemungkinan

ikatan yang ditunjukkan pada Gambar 8.

~ PP – DVB – AA - Sel ~ ~ PP PP ~ ~ PP – DVB – PP ~ ~ PP PP ~ BPO ~ Sel – AA– DVB – AA – Sel ~ AA PP~ ~ PP – DVB – AA – Sel ~ ~ PP AA – Sel ~ AA – Sel ~ AA – Sel ~ ~ Sel – AA – DVB AA – Sel ~

Gambar 8. Skema kemungkinan reaksi yang terjadi

PP+AA+ selulosa+DVB

+ RO•

• •

H2CCH2

CH2

CH2divinil bensena

Page 35: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

35

Komposit dapat dibuat dengan metode lebur dengan menggunakan suatu

alat khusus yaitu internal mixer atau labo plastomil maupun metode larutan yang

dilakukan dalam suatu wadah (batch) dengan satu pengaduk mekanik. Gambar

alat pembuatan biokomposit metode lebur maupun metode larutan dapat dilihat

pada Gambar 9.

(a) (b)

Gambar 9. (a) Rangkaian alat metode larutan; (b) Internal mixer

Pembuatan biokomposit dalam penelitian kali ini akan dilakukan

menggunakan metode larutan karena pada pembuatan dengan metode lebur

diperlukan suatu alat kahusus yang mana keberadaanya terbatas dan mahal.

Pembuatan komposit metode larutan membutuhkan pelarut polimer termoplastik

yang sesuai. Suahrty dan Firdaus (2007) melakukan metode larutan untuk

melakukan polistirena (PS) dalam toluena mendidih agar dapat dicampurkan

dengan serbuk kayu sengon. Suharty et. al. (2007a) menggunakan pelarut xilena

untuk melarutkan polipropilena (PP) agar dapat dicampur dengan serbuk sekam

padi untuk membuat suatu biokomposit degradabel yang kemudian pelarut

diuapkan setelah diperoleh campuran. Suharty (1993) melaporkan bahwa

pelarutan polipropilena dengan xilena dapat melarutkan dengan sempurna dalam

kondisi mendidih. Xilena merupakan hidrokarbon turunan bensena dengan

densitas 0.86 g/cm3 dan titik didih 138 – 144 oC (Othmer, 1996).

Page 36: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

36

CH3

CH3

Gambar 10. Struktur xilena

Pengembangan biokomposit terus dilakukan karena kelebihannya yang

lebih ramah lingkungan serta lebih kuat. Plastik yang diperkuat serat alam telah

lama digunakan dalam produksi komponen kendaraan, Mercedes Benz telah

memulainya tahun 1930 dengan menggunakan komposit yang diperkuat kenaf

(Mwaikambo, 2006). Biokomposit juga memiliki kekurangan disamping

kelebihannya pada sifat mekanik dan kemampuan biodegradasinya. Kelemahan

tersebut perlu diatasi untuk menunjang penggunaan dengan melakukan

peningkatan kemampuan hambat nyalanya.

Suatu polimer nanokomposit dikembangkan untuk menurunkan

kemampuan nyala material polimer. Polimer nanokomposit adalah material yang

didalamnya terdapat partikel anorganik nanoskopik dengan ukuran 10-100 Å

untuk mengembangkan kemampuan suatu polimer, misalnya meningkatkan kuat

tarik, elastisitas, dan padam api (Lagashetty and Venkataraman, 2005).

5. Karakterisitik Biokomposit

a. Penentuan indeks alir leleh

Indeks alir leleh atau Melt Flow Index (MFI) merupakan suatu ukuran

tentang laju lelehan polimer termoplastis. Pengukuran dilakukan berdasarkan

Standar Nasional Indonesia (SNI, 1989) dimana indeks alir leleh dinyatakan

dengan berat polimer dalam gram yang mengalir selama 10 menit melalui kapiler

berdiameter 2,09 mm dengan piston yang dilengkapi pemberat 2,16 kg pada suhu

230 oC (SNI, 1989).

Banyak faktor yang mempengaruhi sifat aliran polimer antara lain berat

molekul, adanya monomer sejenis, banyaknya rantai cabang, dan pengaruh

Page 37: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

37

kekristalan MFI polimer. Semakin besar berat molekul, viskositas bahan semakin

besar (semakin kental) dan nilai MFI semakin kecil.

b. Uji Kuat Tarik

Kuat tarik diukur dengan menarik spesimen polimer dengan gaya tertentu.

Suatu spesimen dijepit pada kedua ujung tensometer dengan salah satu bagian

dibuat tetap lalu diberi suatu gaya yang naik sedikit demi sedikit ke ujung lainnya

sampai spesimen tersebut patah (Sopyan, 2001)

Kuat tarik ditentukan berdasarkan metode ASTM-D 638, spesimen bahan

berbentuk lembaran dengan ukuran tertentu seperti Gambar 11 (ASTM, 1998).

LOD

GL

RO

R

W WO

T

Keterangan :

W (lebar) = 6 ± 0,25 mm L (panjang) = 33 ± 1,30 mm

WO (lebar utuh) = 19 ± 0,75 mm LO (panjang utuh) = 115 ± 4,5 mm

D (jarak pegangan) = 65 ± 2,5 mm T (tebal) = 3,2 ± 0,4 mm

R (jari-jari kecil) = 14 ± 0,56 mm RO (jari-jari besar) = 25± 1,00 mm

G (panjang ukuran tempat tanda tes) = 25 ± 1,00 mm

Gambar 11. Spesimen uji kuat tarik

Uji kuat tarik dilakukan dengan cara diberi tegangan maksimum (F) untuk

memutuskan spesimen bahan pada tensometer. Data tersebut dimasukkan ke

dalam rumus kuat tarik (Nirwana, 2001).

Page 38: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

38

FA

st =

Keterangan : st = kekuatan tarik bahan (N/mm2)

F = tegangan maksimum (N)

A = luas penampang bahan (mm2)

Tegangan maksimum diperoleh dari alat tensometer sewaktu bagian tengah

spesimen telah diberi beban pada uji kuat tarik. Luas penampang spesimen

diperoleh dari pengukuran spesimen.

c. Spektrofotometer Infra Merah

Spektrofotometer infra merah (FT-IR) merupakan suatu alat yang

digunakan untuk menentukan gugus fungsi berdasarkan serapan tertentu yang

dihasilkan oleh interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik. Spektrum

dihasilkan dari molekul yang menyerap energi (E = hυ) sehingga terjadi vibrasi

dan vibrasi-rotasi. Radiasi infra merah terletak pada penjang gelombang

4000 cm-1 sampai 650 cm-1. Spektrum tersebut menunjukkan gugus-gugus fungsi

yang terikat dalam struktur molekul (Billmeyer, 1984).

Identifikasi gugus fungsi pada polimer dapat dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer infra merah dan dihasilkan data dalam bentuk

spektra. Umumnya serapan C-H regangan aromatik berada di daerah 3100 – 3000

cm-1. Serapan ikatan rangkap berada pada 1680 – 1580 cm-1 (C=C streching) dan

sekitar 1416 cm-1 (bending), kemudian ikatan rangkap pada cincin aromatik

berada pada 1600 -1585 cm-1 (Silverstain, 1963). Gugus hidroksil memberikan

serapan melebar (adanya ikatan hidrogen) pada 3550 – 3200 cm-1. Suharty et. al.

(2007a) dalam penelitiannya melaporkan bahwa PP murni memiliki serapan khas

pada bilangan gelombang 2723 cm-1 dan gugus metilen pada 1458 cm-1.

Page 39: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

39

39

d. Analisis Diferensial Termal

Differential Thermal Analysis (DTA) polimer dapat diartikan sebagai

pengukuran sifat polimer terhadap fungsi suhu yang dilakukan dengan cara

merekam perbedaan suhu antara sampel dengan material pembanding dalam

kondisi suhu yang sama. Suatu sampel polimer dan material pembanding

dipanaskan, biasanya dalam atmosfer nitrogen, dan kemudian transisi-transisi

termal dalam sampel tersebut dideteksi dan diukur. Sampel dan referensi

dipanaskan oleh sumber pemanasan yang sama dan dicatat perbedaan suhu (ΔT)

antara keduanya (Sopyan, 2001). Perubahan suhu tersebut diukur sebagai fungsi

suhu sampel dan dibatasi pada sifat endotermal dan eksotermal, diantaranya

pelelehan, penguapan, degradasi oksidasi, dan dekomposisi. Hasil pengukurannya

disajikan dalam termogram seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Termogram DTA

e. Difraksi Sinar-X (XRD)

Kemajuan teknik karakterisasi dalam elusidasi struktur membuka

pendangan baru pada karakterisasi material padat. Beberapa teknik karakterisasi

yang penting antara lain spektroskopi infra merah, SEM, dan XRD. Difraksi

Sinar-X (XRD) sangat penting digunakan dalam menentukan kristalinitas dari

substansi amorf. Suatu difraktogram XRD dari polimer tidak akan menunjukkan

puncak yang tinggi dan tajam, namun kristalografi suatu polimer nanokomposit

akan menunjukkan puncak yang tinggi dan tajam (Lageshetty and Venkatraman,

2005).

Page 40: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

40

40

Difraksi Sinar-X (XRD) merupakan metode analisis nondestruktif yang

didasarkan pada pengukuran radiasi sinar-X yang terdifraksi oleh bidang kristal

ketika terjadi interaksi antara suatu materi dengan radiasi elektromagnetik

sinar-X. Suatu kristal memiliki kisi kristal tertentu dengan jarak antar bidang

kristal (distance between atomic layers in a crystal, d) spesifik juga sehingga

bidang kristal tersebut akan memantulkan radiasi sinar-X dengan sudut-sudut

tertentu. Hal tersebut mengakibatkan radiasi sinar-X yang terdifraksi ini spesifik

terhadap suatu kristal tertentu dan diperoleh suatu difraktogram dengan variabel

intensitas serta dua kali sudut difraksi (West, 1992). Senyawa CaCO3 akan

memberikan suatu difraktogram yang menunjukkan karakter senyawa tersebut

pada dua kali sudut difraksi (2θ) tertentu yang akan tampak juga pada

biokomposit dengan penambahan senyawa CaCO3 sebagai salah satu bahan

penyusunnya.

6. Biodegradasi

Secara ilmiah degradasi merupakan perubahan struktur dari polimer yang

menimbulkan perubahan kimia dan fisis sehingga menimbulkan gangguan

kestabilan polimer yaitu pada penurunan kualitas sifat tertentu bergantung pada

jenis polimer dan jenis degradasinya. Peristiwa degradasi akan mengakibatkan

polimer terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang disebabkan oleh

keadaan tertentu, antara lain cuaca, termal, dan mikrobiologi.

Biodegradasi terjadi saat mikroba selulolitik mengeluarkan enzim selulase

yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi selubiosa yang lalu dihidrolisis

kembali menjadi glukosa dan akhirnya difermentasikan sehingga menghasilkan

asam laktat, etanol, CO2, dan amonia. Enzim selulase terdiri dari tiga komponen

yaitu selubiohidrolase, endoselulase, dan eksoselulase (Salma dan Gunarto, 1999).

Selulosa merupakan serat alam yang dapat diuraikan oleh bakteri

selulolitik sedangkan PP merupakan polimer buatan yang tidak dapat terurai

secara mikrobiologi, tetapi jika PP direaksikan secara reaktif dengan selulosa dari

serat kenaf maka akan terbentuk biokomposit PP/selulosa yang terurai secara

Page 41: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

41

41

mikrobiologi menghasilkan PP dengan berat molekul yang lebih kecil. Ilustrasi

reaksi yang terjadi pada biodegradasi ditunjukkan oleh Gambar 13.

Tanah sampah merupakan media penguburan yang baik dalam proses uji

biodegradasi biokomposit karena adanya mikroba yang memiliki kereaktifan yang

baik (Wirjosentono, 1998). Suharty et. al. (2007b) melakukan pengujian

kemampuan biodegradasi terhadap biokomposit dan hasilnya media tanah sampah

yang dicampur dengan kotoran sapi dapat mempercepat proses biodegradasi

sehingga terjadi penurunan berat yang signifikan. Kim et. al. (2005) melakukan

pembuatan biokomposit degradabel dan menyatakan bahwa biodegradasi juga

menyebabkan penurunan kuat tarik (Kim et. al., 2005).

~ sel–sel–sel ~ ~ sel ~; ~ se l~; ~ sel ~

~ PP–PP–PP ~

~ sel–sel–sel ~ ~ sel• ~; ~ sel•~; ~ sel•~

~ PP–PP–PP ~ ~ PP•~; ~ PP•~; ~ PP•~

~ PP•~; ~ PP•~; ~ PP•~ + ~ sel• ~; ~ sel•~; ~ sel•~

~ PP–sel– PP–sel–PP–sel ~

~ PP–sel–PP–sel–PP–sel ~ ~ PP•~; ~ PP•~; ~ PP•~

Gambar 13 . Ilustrasi reaksi pada biodegradasi biokomposit

bakteri selulolitik terdegradasi sempurna

selulosa terdegradasi

bakteri selulolitik tidak terdegradasi

bakteri selulolitik

PP dengan berat molekul lebih kecil

reaksi reaktif

reaksi reaktif

Page 42: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

42

42

7. Uji Nyala

Biokomposit dengan penambahan senyawa penghambat nyala perlu diuji

peningkatan kemampuan hambat nyalanya untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh senyawa penghambat nyala tersebut. Sain et. al. (2004) telah melakukan

uji nyala yang meliputi uji pembakaran secara horisontal terhadap sampel

komposit yang ditambah senyawa penghambat nyala berdasarkan pada ASTM D

635.

ASTM D 635 merupakan suatu metode standar uji nyala yang digunakan

untuk menentukan rata-rata pembakaran relatif yang disebabakan oleh plastik

yang diuji itu sendiri. Spesimen yang digunakan dalam pengujian ini berukuran

125 mm x 13 mm x 3 mm (Gambar 14 a).

(a)

(b)

Gambar 14. (a) Spesimen uji kemampuan hambat nyala; (b) Pengamatan fisik selama uji nyala

Pengujian dilakukan dengan menggunakan nyala api biru dengan tinggi 2

cm. Pengamatan yang dapat dilakukan antara lain waktu respon pembentukan

nyala, suhu sesaat setelah pembakaran, lamanya waktu nyala yang diperlukan

Page 43: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

43

43

untuk mencapai panjang tertentu sehingga dapat ditentukan kecepatan

pembakaran, dan pengamatan fisik yang terjadi selama pembakaran berlangsung

berupa lelehan dan tetesan yang terjadi serta adanya pembentukan jelaga.

Kecepatan pembakaran dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini :

Kecepatan pembakaran (mm/menit) =

Keterangan : L = panjang spesimen yang terbakar (mm); 75 mm

t = waktu pembakaran (s)

B. Kerangka Pemikiran

Polipropilena (PP) bila mengalami reaksi radikal akan melepaskan atom

hidrogen yang terikat pada karbon tersier sehingga terbentuk karbon tersier yang

radikal dan bersifat non polar sebagai pusat reaksi.

H2C C

H

CH3

PP PP

H2C C

CH3

PPPP

Selulosa memiliki gugus polar yang berbentuk gugus hidroksil pada

karbon ke 2, 3, 6 dan dua gugus >C-O pada ikatan glikosidik yang berikatan antar

monomernya. Reaksi radikal akan menghasilkan suatu gugus reaktif yang bersifat

polar pada oksigen yang terikat karbon ke 5 sebagai pusat reaksi. Perlakuan

alkalisasi terhadap serat akan membersihkan serat dari pengotornya (kandungan

lain selain selulosa) sehingga meningkatkan terbentuknya ikatan antara selulosa

dengan senyawa lain.

60L t

reaksi radikal •

pusat reaksi gugus non polar

- RH

Page 44: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

44

44

O

RO

OH

OH

CH2OH

OR

H

Perbedaan kepolaran antara gugus reaktif dari PP dan selulosa

menyebabkan keduanya tidak dapat disatukan sehingga diperlukan senyawa

penggandeng antara gugus non polar dari PP dan gugus polar dari selulosa.

Senyawa penggandeng tersebut harus memiliki gugus polar dan non polar dalam

satu molekul sehingga disebut senyawa penggandeng multifungsional. Asam

akrilat (AA) merupakan salah satu senyawa penggandeng multifungsional karena

memiliki gugus vinil yang non polar dan gugus karboksilat yang bersifat polar.

Gugus vinil dari AA yang bersifat non polar akan berikatan dengan gugus

non polar dari PP yaitu pada karbon tersiernya sedangkan gugus karbonil dari AA

yang bersifat polar akan berikatan selulosa pada atom oksigen yang terikat atom

karbon nomor 5 yang juga bersifat polar melalui reaksi esterifikasi.

Biokomposit dibuat dengan penambahan agen penyambung silang untuk

meningkatkan ikatan sambung silang sehingga jaringan yang terbentuk menjadi

lebih besar dan biokomposit menjadi lebih padat. Agen penyambung silang yang

digunakan dalam penelitian ini adalah divinil bensena (DVB) yang memiliki dua

gugus vinil bersifat reaktif non polar.

reaksi radikal

C5 C1

reaksi radikal • •

pusat reaksi gugus polar

pusat reaksi gugus non polar

pusat reaksi gugus polar

O

RO

OR

OH

OH

CH2OH

CH2 CH

C

O

OHCH2

HC C

O

Page 45: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

45

45

H2CCH2

CH2

CH2

CH

CH2

CH CH2

Biokomposit yang terbentuk adalah PP/DVB/AA/selulosa dimana ikatan

liniernya yang paling sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :

CH3

C

H2CH2C

PPPP

CH2

H2CH2C

HC C

O

O

sel

C

OHO

CH2OH

OH

HO

1

2

34

5

6

reaksi radikal

• •

pusat reaksi gugus non polar

PP – DVB – AA – sel

Page 46: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

46

46

Skema kemungkinan yang terjadi pada pembentukan ikatan dalam biokomposit

yang terjadi sebagai berikut :

DVB

AA

selulosa

AA

LPP

AA

LPP

AA

AA selulosa

guguspolar

gugusnon polar

guguspolar

gugusnon polar

guguspolar

gugusnon polar

gugus non polar

LPPgugus

non polargugus

non polar

gugusnon polar

AA

gugus polar

Pembentukan biokomposit dilakukan secara reaktif dengan inisiator

bensoil peroksida (BPO) dalam metode larutan dengan menggunakan bantuan

pelarut xilena pada titik didihnya yang dapat melarutkan LPP hingga 100%.

Metode ini memberikan luas permukaan pada LPP untuk bertumbukan secara

maksimal dengan bahan lain. Pelarut harus dibebaskan setelah pembuatan

biokomposit.

Struktur LPP maupun selulosa akan berubah dalam pembentukan

biokomposit, oleh karena itu dilakukan uji viskositas untuk menentukan apakah

biokomposit tersebut masih berada dalam koridor termoplastik. Terjadinya ikatan

antara LPP dengan bahan penguat selulosa akan meningkatkan sifat mekanik dari

biokomposit, maka dilakukan uji kuat tarik. Perubahan struktur kimia dari LPP,

selulosa dan biokomposit diamati dengan mempergunakan infra merah, sedangkan

perubahan profil degradasi panas biokomposit menggunakan DTA.

Biodegradasi biokomposit terjadi akibat aktivitas bakteri selulolitik yang

dapat menghasilkan enzim selulase untuk mendegradasi selulosa yang terdapat

pada serat kenaf sehingga biokomposit dapat terurai menjadi molekul-molekul

kecil. Biodegradasi menyebabkan selulosa yang terkandung dalam biokomposit

menjadi berkurang sehingga terjadi lubang atau celah pada biokomposit yang

mengakibatkan rantai polipropilena menjadi rapuh dan putus menjadi polimer

yang lebih kecil.

Page 47: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

47

47

Ilustrasi biodegradasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

~ sel–sel–sel ~ ~ sel ~; ~ se l~; ~ sel ~

~ PP–PP–PP ~

~ sel–sel–sel ~ ~ sel• ~; ~ sel•~; ~ sel•~

~ PP–PP–PP ~ ~ PP•~; ~ PP•~; ~ PP•~

~ PP•~; ~ PP•~; ~ PP•~ + ~ sel• ~; ~ sel•~; ~ sel•~

~ PP–sel–PP–sel–PP–sel ~

~ PP–sel– PP–sel–PP–sel ~ ~ PP•~; ~ PP•~; ~ PP•~

Perubahan yang terjadi setelah proses biodegradasi dapat diketahui dengan

melakukan penimbangan sebelum dan sesudah uji biodegradasi dan melakukan

pengamatan morfologi permukaannya menggunakan fotomikrografi.

Biokomposit dengan komposisi optimum terhadap sifat mekanik dan

kemampuan biodegradasi dapat ditingkatkan kemampuannya dengan membentuk

suatu biokomposit cerdas yang memiliki kemampuan hambat nyala disamping

kemampuan biodegradasi dan sifat mekanik yang baik.

selulosa terdegradasi

bakteri selulolitik tidak terdegradasi

bakteri selulolitik

PP dengan berat molekul lebih kecil

reaksi reaktif

reaksi reaktif

bakteri selulolitik terdegradasi sempurna

Page 48: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

48

48

Terjadinya nyala pada umumnya disebabkan adanya segitiga nyala yaitu

bahan bakar, oksigen, dan panas sehingga untuk menghambat nyala diperlukan

senyawa yang dapat mengurangi setidaknya salah satu dari komponen segitiga

nyala. Senyawa penghambat nyala yang ditambahkan adalah diamonium fosfat

(DAP) dan nano CaCO3 (nCC) yang dapat meminimalkan dua komponen

pendukung nyala yaitu O2 dan panas. Senyawa DAP dapat terurai menjadi NH3

dan asam fosfat yang bila beraksi dengan nCC akan menghasilkan CO2, dan H2O.

Gas-gas yang terbentuk yaitu NH3, CO2, dan H2O dapat mengurangi konsentrasi

O2 yang mendukung pembakaran serta memberikan efek pendingin. Senyawa

penghambat nyala tersebut juga meningkatkan pembentukan jelaga yang dapat

mengurangi interaksi antara biokomposit dengan O2. Senyawa CaCO3 dalam

ukuran partikel nano dapat terdistribusi lebih merata sehingga terbentuk suatu

sistem penghambat nyala yang baik.

Biokomposit dengan senyawa penghambat nyala dianalisis gugus

fungsinya dengan menggunakan FT-IR, profil degradasi panas dengan DTA, dan

kritalinitasnya dengan menggunakan XRD yang dapat menunjukkan karakter

bahan-bahan penyusunnya. Pembakaran yang terhambat dapat ditunjukkan

dengan waktu respon pembentukan nyala yang lambat dan kecepatan pembakaran

yang rendah.

CxHy + O2 material panas nyala (bahan bakar) panas DAP NH3 + asam fosfat asam fosfat + CaCO3 CO2 + H2O

Dalam suatu sistem penghambat nyala :

DAP + CaCO3 NH3 + CO2 + H2O + jelaga nyala terhambat

Page 49: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

49

49

C. Hipotesis

1. Biokomposit dapat disintesis dengan bahan awal LPP dan SK dalam

berbagai rasio konsentrasi, secara reaktif dengan penggandeng

multifungsional AA, serta agen penyambung silang DVB sehingga

diperoleh komposisi optimum biokomposit yang mempunyai sifat

mekanik tinggi dan kemampuan biodegradasi yang baik.

2. Pembuatan biokomposit berdasarkan komposisi optimum terhadap sifat

mekanik dan biodegradasi dengan penambahan senyawa penghambat

nyala CaCO3 dan DAP dalam berbagai konsentrasi dapat memberikan

suatu komposisi optimum terhadap kemampuan hambat nyala.

3. Biokomposit dengan senyawa penghambat nyala akan memiliki

kemampuan hambat nyala yang baik yang ditunjukkan dengan lambatnya

waktu respon pembentukan nyala dan kecepatan pembakaran yang rendah.

Page 50: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

50

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen dalam laboratorium. Penelitian meliputi pembuatan biokomposit

LPP/DVB/AA/SK, uji biodegradasi, pembuatan biokomposit dengan senyawa

penghambat nyala dan uji nyala.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Dasar Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta, Laboratorium Kimia Universitas

Sumatera Utara Medan, Laboratorium Balai Besar Kimia dan Kemasan Jakarta,

Laboratorium Difraksi Sinar-X ITS Surabaya, dan Laboratorium Kimia Organik

FMIPA Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Waktu penelitian dari bulan Juli

2009 sampai Januari 2010.

C. Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Alat

a. Ayakan 100 mesh

b. Peralatan gelas

b. Satu set alat refluks

c. Pengaduk mekanik

d. Lemari asam

e. Neraca analitis tipe AND GF-300

f. Alat cetak tekan panas (hot press) modifikasi dari D-7064 Rhemshalden-

Brunbach 155-110kN

g. Instrumen indeks alir leleh (Melt Flow Indexer) ATLAS

a. Tensometer (tipe RCT-50KR-AF seri No. M391307 Toyoseiki Seisakusho

Tokyo)

h. Spektrofotometer Infra Marah FT-IR tipe IRPrestige-21, Shimadzhu

35

Page 51: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

51

51

i. Instrumen DTA (Differential Thermal Analyzer) tipe DT-30 Shimadzhu

j. Oven (LC Oven, Lab-Line)

k. Kamera DSLR Canon EOS 450-D, 12 megapixel

l. Mikroskop Stereo (Carl Zeiss Stemi 2000-C)

m. Instrumen XRD (X-Ray Diffraction) Philip tipe X’Pert

n. Peralatan penguburan uji biodegradasi

o. Peralatan uji nyala

2. Bahan

a. Limbah PP

b. Serat kenaf Lamongan

c. Gas nitrogen

d. Natrium hidroksida p.a (Merck)

e. Bensoil peroksida p.a (Merck)

f. Asam akrilat p.a (Merck)

g. Divinil bensena p.a (Merck)

h. Xilena p.a (Merck)

i. Diamonium fosfat p.a (Merck)

j. Kalsium karbonat p.a (Merck)

k. Nano kalsium karbonat dari BATAN Tangerang

l. Minyak goreng

m. Tanah sampah dari Putri Cempo Mojosongo

n. Pupuk kotoran sapi dari Lembah Hijau Multifarm

D. Prosedur Kerja

1. Preparasi Bahan untuk Sintesis Biokomposit

Limbah polipropilena (LPP) berasal dari kemasan cup Air Minum Dalam

Kemasan (AMDK) dengan merek sejenis dibuat serpihan kecil dengan ukuran

5mm x 2mm. Serat kenaf (SK) dihaluskan sampai dengan lolos ayakan 100 mesh

dan dialkalisasi dengan cara merendam SK dalam larutan NaOH 4% pada suhu

kamar selama 24 jam kemudian dicuci dengan akuades sampai netral. LPP dan SK

Page 52: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

52

52

dikarakterisasi dengan FT-IR dan DTA, sedangkan pada LPP juga dilakukan

karakterisasi indeks alir leleh dan kuat tarik.

2. Sintesis Biokomposit LPP/DVB/AA/SK Menggunakan Metode Proses Larutan

Pembuatan biokomposit dilakukan dengan mengikuti metode larutan

dengan berat total proses adalah 50 gram. Sebanyak 45 gram LPP (rasio LPP/SK

9/1) dan 0,025 gram (0,05%) BPO dimasukkan ke dalam labu alas bulat 500 mL

dilengkapi dengan pendingin balik, termometer, gas nitrogen, dan pengaduk

mekanik yang berisi 400 mL xilena mendidih dan dibiarkan hingga LPP meleleh

seluruhnya. Selanjutnya ditambahkan 5 gram SK lolos ayakan 100 mesh (rasio

LPP/SK 9/1), AA 0,5 gram (10% dari SK), dan DVB 0,025 gram (5% dari AA) .

Campuran direfluks dengan penangas minyak goreng pada suhu 135 oC selama

3 jam sehingga terbentuk suatu biokomposit yang kemudian dituang dalam loyang

dan dibiarkan sampai semua pelarut menguap pada suhu kamar dalam lemari

asam sampai beratnya tetap. Pembuatan biokomposit dengan cara yang dijelaskan

di atas juga dilakukan pada variasi rasio konsentrasi LPP/SK = 10/0; 9/1; 8/2; 7/3;

dan 6/4 (w/w). Campuran LPP/DVB/AA/SK disebut sebagai Formula I yang

komposisi pembuatan biokompositnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Sintesis Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I)

Simbol

Biokomposit

PP

(persen

berat total)

SK

(persen

berat total)

BPO

(persen

berat total)

AA

(persen

SK)

DVB

(persen

AA)

L 1 100 - 0,05 10 5

L 2 90 10 0,05 10 5

L 3 80 20 0,05 10 5

L 4 70 30 0,05 10 5

L 5 60 40 0,05 10 5

Biokomposit yang terbentuk selanjutnya dilakukan uji MFI dan uji DTA serta

sisanya dibuat spesimen untuk karakterisasi.

Page 53: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

53

53

3. Sintesis Biokomposit Dengan Senyawa Penghambat Nyala Menggunakan

Metode Proses Larutan

Pembuatan biokomposit dilakukan menggunakan metode proses larutan

dengan berat total 50 gram pada kondisi optimum sifat mekanik biokomposit

Formula I yang menempati 80% dari berat total (40 gram) serta dengan

penambahan senyawa penghambat nyala CaCO3 serta dengan dan tanpa DAP

dalam berbagai rasio konsentrasi. Senyawa CaCO3 yang digunakan adalah CaCO3

p.a (CCpa) dan nano CaCO3 (nCC).

Sebanyak 32 gram LPP (rasio LPP/SK 8/2) dan 0,020 gram (0,05% dari

total berat LPP dan SK) BPO dimasukkan ke dalam labu alas bulat 500 mL

dilengkapi dengan pendingin balik, termometer, gas nitrogen, dan pengaduk

mekanik yang berisi 400 mL xilena mendidih dan dibiarkan hingga LPP meleleh

seluruhnya. Selanjutnya ditambahkan 8 gram SK lolos ayakan 100 mesh (rasio

LPP/SK 8/2), AA 0,8 gram (10% dari berat SK), DVB 0,040 gram (5% dari berat

AA), dan senyawa penghambat nyala 5 gram CCpa dan 5 gram DAP (rasio

CCpa/DAP = 2/2). Campuran direfluks dengan penangas minyak goreng pada

suhu 135 oC selama 3 jam sehingga terbentuk suatu biokomposit yang kemudian

dituang dalam loyang dan dibiarkan sampai semua pelarut menguap pada suhu

kamar dalam lemari asam sampai beratnya tetap. Pembuatan biokomposit dengan

cara yang dijelaskan di atas juga dilakukan pada variasi konsentrasi

CCpa atau nCC = 6%; 7%; 8%; 9%; dan 10% dan variasi rasio konsentrasi

CCpa/DAP atau nCC/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w). Formula campuran

LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIA), LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIB),

LPP/DVB/AA/SK/CCpa/DAP (Formula IIIA), dan LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP

(Formula IIIB) disajikan pada Tabel 2.

Page 54: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

54

54

Tabel 2. Berbagai Jenis Formula pada Sintesis Biokomposit Dengan Senyawa

Penghambat Nyala

Formula Simbol

Biokomposit Senyawa Penghambat Nyala

Komposisi

LPP,DVB,AA,SK

L 6A CCpa 6% berat total

L 7A CCpa 7% berat total

L 8A CCpa 8% berat total

L 9A CCpa 9% berat total

Formula

IIA

L10A CCpa 10% berat total

L 6B nCC 6% berat total

L 7B nCC 7% berat total

L 8B nCC 8% berat total

L 9B nCC 9% berat total

Formula

IIB

L 10B nCC 10% berat total

L 11A CCpa/DAP = 2/2 (20% berat total)

L 12A CCpa/DAP = 2/3 (20% berat total)

L 13A CCpa/DAP = 2/4 (20% berat total)

L 14A CCpa/DAP = 2/5 (20% berat total)

Formula

IIIA

L 15A CCpa/DAP = 2/6 (20% berat total)

L 11B nCC/DAP = 2/2 (20% berat total)

L 12B nCC /DAP = 2/3 (20% berat total)

L 13B nCC /DAP = 2/4 (20% berat total)

L 14B nCC /DAP = 2/5 (20% berat total)

Formula

IIIB

L 15B nCC /DAP = 2/6 (20% berat total)

80% dari berat total :

LPP/SK = 8/2,

BPO sebesar 0,05%

dari total berat LPP

dan SK,

AA sebesar 10 %

dari berat SK,

DVB sebesar 5%

dari berat AA

Biokomposit yang terbentuk selanjutnya dibuat spesimen untuk dilakukan

karakterisasi.

Page 55: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

55

55

4. Pembuatan spesimen

Biokomposit sebanyak 2 gram diletakkan diantara lempengan baja

berukuran 15 cm x 15 cm yang terlebih dahulu dilapisi dengan lembaran

alumunium. Lempengan kemudian diletakkan diantara pemanas mesin cetak tekan

yang dipanaskan pada suhu 175 oC selama 3 menit tanpa tekanan dan dilanjutkan

selama 3 menit pada suhu 175 oC dengan tekanan 90 kN, kemudian kedua

lempengan baja segera diambil dan didinginkan dengan air pendingin.

5. Uji Biodegradasi

Uji biodegradasi didahului dengan uji daya serap air sesuai ASTM D 570

dengan pembuatan spesimen berukuran 3 cm x 5 cm (masing-masing tiga kali

perulangan). Sampel tersebut terlebih dahulu dikeringkan dengan oven pada suhu

50 °C selama 24 jam dan kemudian ditimbang. Sampel yang telah ditimbang

tersebut dibenamkan dalam wadah berisi akuades selama 24 jam kemudian

dikeluarkan dari akuades dan kelebihan akuades pada permukaan spesimen

dihilangkan dengan mengelap menggunakan tissu. Sampel tersebut selanjutnya

ditimbang untuk mengetahui persen penyerapan air.

Spesimen uji biodegradasi dibuat dengan ukuran 3 cm x 5 cm (masing-

masing tiga kali perulangan) kemudian dilakukan penimbangan terhadap

spesimen tersebut. Spesimen dikubur dalam tanah sampah yang sudah dicampur

dengan kotoran sapi dengan kedalaman 30 cm dan dijaga pada kondisi lembab

dengan melakukan penyiraman serta monitoring selama 4 kali 30 hari. Setiap 30

hari spesimen diambil, dicuci dan dikeringkan untuk dilakukan penimbangan dan

kemudian dikubur kembali. Terjadinya degradasi secara mikrobiologi diketahui

melalui pengurangan berat spesimen sebelum dan sesudah penguburan. Selain itu

juga dilakukan pengamatan morfologi dengan cara melakukan pengamatan visual

baik secara langsung maupun dengan fotomikrografi menggunakan mikroskop

stereo.

Page 56: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

56

56

6. Uji Nyala

Pengujian terhadap kemampuan padam nyala dilakukan berdasarkan

ASTM D 635. Spesimen disiapkan dengan ukuran 125 mm x 13 mm x 3 mm

(masing-masing tiga kali perulangan). Sumber nyala diperoleh dengan bahan

bakar gas yang kemudian disiapkan dengan membiarkan nyala ± 5 menit hingga

diperoleh api yang stabil berwarna biru setinggi 2 cm. Spesimen dibakar dengan

sumber nyala kemudian dihitung waktu respon terhadap nyala, selanjutnya

stopwatch dinyalakan saat spesimen telah terbakar sejauh 25 mm dan dibiarkan

hingga spesimen terbakar sejauh 100 mm kemudian api dimatikan dan stopwatch

dihentikan. Waktu diperoleh dari hasil penghitungan stopwatch dicatat untuk

selanjutnya digunakan dalam perhitungan kecepatan bakar. Selama terjadi

pembakaran juga dilakukan pengamatan secara fisik mengenai kondisi

biokomposit saat terbakar dan adanya pembentukan jelaga.

E. Teknik Pengumpulan Data

Biokomposit dari berbagai formula akan mendapatkan beberapa data dari

pengujian, diantaranya :

1. Penentuan indeks alir leleh dari LPP dan biokomposit diketahui dengan melt

flow indexer.

2. Penentuan sifat mekanis berupa kuat tarik dari LPP dan biokomposit diukur

dengan tensometer.

3. Gugus-gugus fungsi pada LPP, SK, dan spesimen biokomposit diketahui

dengan spektrofotometer infra merah.

4. Analisis profil degradasi panas dari LPP, SK, dan biokomposit dilakukan

dengan DTA (Differential Thermal Analysis)

5. Karakter kristalinitas CaCO3 awal dan biokomposit diketahui dengan XRD

(X-Ray Diffraction)

6. Uji degradasi mikrobiologi diamati dengan penentuan penyusutan berat dari

spesimen dengan cara melakukan penimbangan serta analisis perubahan

morfologi setelah degradasi mikrobiologi dengan fotomikrografi.

Page 57: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

57

57

7. Penentuan kemampuan hambat nyala diketahui dengan menentukan waktu

respon nanobiokomposit terhadap nyala dan kecepatan bakar biokomposit.

F. Teknik Analisis Data

Data-data dalam penelitian yang diperoleh dari bebrapa pengujian dapat

dianalisis, diantaranya :

1. Data indeks alir leleh atau Melt Flow Index (MFI) memberikan informasi

mengenai densitas sehingga akan diperoleh pengaruh rasio LPP/SK terhadap

kenaikan berat molekul. Jumlah lelehan yang kecil menunjukkan densitas

besar yang dapat mencerminkan berat molekul atau banyaknya ikatan

sambung silang. Biokomposit yang memiliki nilai indeks alir leleh

menunjukkan bahwa biokomposit bersifat termoplastis.

2. Uji tarik menghasilkan data gaya maksimum dan panjang setelah dilakukan

penarikan. Kuat tarik dapat ditentukan dengan rumusan :

FA

st =

Keterangan : st = kekuatan tarik bahan (N/mm2)

F = tegangan maksimum (N)

A = luas penampang bahan (mm2)

Semakin kuat suatu bahan maka kuat tariknya semakin besar. Kondisi

optimum terhadap sifat mekanik ditentukan dari besarnya kuat tarik yang

dihasilkan serta masih bersifat termoplastik.

3. Spektrum infra merah menunjukkan perubahan gugus fungsi PP dari LPP dan

selulosa dari SK terhadap spektra biokomposit yang terbentuk. Hilangnya

gugus-gugus awal seperti OH selulosa dan C=C pada AA maupun gugus vinil

dari DVB menunjukkan adanya ikatan yang hilang dan terbentuknya ikatan

kimia baru pada biokomposit.

4. Data DTA biokomposit akan menunjukkan profil degradasi panas dari bahan

penyusunnya.

5. Difraktogram XRD menunjukkan adanya difraksi pada 2θ yang khas dari

CaCO3 sebagai bahan penyusunnya.

Page 58: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

58

58

6. Data penyusutan berat dengan penimbangan sebelum dan sesudah uji

biodegradasi menunjukkan terjadinya biodegradsi terhadap spesimen

biokomposit, sedangkan karakterisasi morfologi permukaan spesimen dengan

fotomikrografi akan menunjukkan munculnya lubang-lubang baru akibat dari

proses biodegradasi

7. Uji kemampuan nyala diperoleh waktu respon biokomposit terhadap nyala.

Selain itu juga diperoleh data waktu (detik) yang diperlukan untuk melakukan

pembakaran spesimen biokomposit sejauh L (75 mm).

Kecepatan pembakaran (mm/menit) =

Keterangan :

L : panjang spesimen yang terbakar (mm); 75 mm

t : waktu pembakaran (s)

Waktu respon yang paling tinggi dan kecepatan pembakaran yang paling

rendah menunjukkan kemampuan hambat nyala yang baik

60L t

Page 59: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

59

59

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Komposisi Optimum Biokomposit LPP/DVB/AA/SK Terhadap

Sifat Mekanik

Optimasi komposisi biokomposit LPP/DVB/AA/SK dilakukan dengan

pembuatan biokomposit Formula I secara reaktif dengan berbagai rasio LPP/SK

10/0, 9/1, 8/2, 7/3, dan 6/4 (w/w) sesuai formula pada Tabel I dengan mengikuti

metode proses larutan. Biokomposit Formula I dikarakterisasi untuk menentukan

perubahan gugus fungsi dengan menggunakan spektrofotometer infra merah,

profil degradasi panas dengan menggunakan Differential Thermal Analyzer

(DTA), dan sifat mekaniknya berdasarkan pada indeks alir leleh dan kekuatan

tarik untuk menentukan komposisi optimumnya.

1. Karakterisasi Gugus Fungsi dan Sifat Termal

Karakterisasi gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan FT-IR

terhadap LPP, asam akrilat (AA), divinil bensena (DVB), dan serat kenaf (SK)

sebagai bahan awal. Analisis gugus fungsi juga dilakukan pada biokomposit

LPP/DVB/AA/SK untuk mengetahui perubahan gugus fungsi yang terjadi dalam

pembentukan biokomposit. Spektrum FT-IR dari LPP, AA, DVB, SK, dan

biokomposit LPP/DVB/AA/SK ditunjukkan pada Gambar 15.

Spektrum FT-IR yang terdapat pada Gambar 15a menunjukkan serapan

pada LPP, diantaranya serapan C-Hstr pada 2723 cm-1 yang merupakan tipikal dari

PP (Suharty et. al., 2007a), gugus metilen (-CH2-) ditunjukkan pada 1458 cm-1 dan

gugus metil (CH3-) pada 1373 cm-1 (Dudley and Fleming, 1973). Gambar 15d

menunjukkan serapan pada SK yang terdapat puncak lebar -OH ikatan hidrogen

pada 3410 cm-1, serapan –CH2- pada 2900 cm-1 , serta gugus fungsi milik C-O-C

pada serapan 1048 cm-1 dan 1033 cm-1.

44

Page 60: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

60

60

Gambar 15. Spektrum FT-IR: (a) LPP (film), (b) DVB (neat liquid), (c) AA (neat

liquid), (d) SK (pelet KBr), dan (e) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) (film)

LPP (a)

DVB (b)

AA (c)

SK (d)

Formula I (e)

Page 61: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

61

61

Spektrum FT-IR pada Gambar 15b menunjukkan adanya gugus vinil yang

ditunjukkan pada 1627 cm-1 dan pada daerah sidik jari yaitu 1404 cm-1. Senyawa

penggandeng multifungsional AA (Gambar 15c) menunjukkan adanya serapan

milik gugus hidroksil (OH broad) pada bilangan gelombang 3448 cm-1, gugus

vinil (C=C) pada 1635 cm-1 dan 1411 cm-1, serta gugus karbonil (C=O) asam pada

1728 cm-1. Spektrum FT-IR biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) pada

Gambar 15e menunjukkan serapan LPP yaitu serapan CHstr pada 2723 cm-1,

gugus metilen (-CH2-) pada 1458 cm-1 dan gugus metil (CH3-) pada 1373 cm-1.

Pergeseran bilangan gelombang >C=O (karbonil asam) pada AA yaitu 1728 cm-1

(Gambar 15c) menjadi 1732 cm-1 yang merupakan karbonil ester (Gambar 15e)

menunjukkan terjadinya ikatan antara SK dengan AA secara esterifikasi. Reaksi

yang terjadi antara SK dengan AA tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suharty et. al. (2008b) yang melaporkan bahwa selulosa dari serat

alam dapat berikatan dengan AA secara esterifikasi. Spektrum FT-IR biokomposit

LPP/DVB/AA/SK (Gambar 15e) tidak menunjukkan adanya serapan bending

vinil dari AA yaitu pada 1635 cm-1 (Gambar 15c) maupun dari DVB pada

1627 cm-1 (Gambar 15b) yang menunjukkan gugus vinil AA berinteraksi dengan

metin pada LPP maupun dengan vinil DVB melalui reaksi reaktif. Analisis

terhadap gugus fungsi pada biokomposit tersebut menunjukkan terjadinya

pergeseran dan perubahan dari gugus fungsi bahan awal. Suharty et. al. (2007b)

melaporkan bahwa pergeseran dan perubahan gugus fungsi pada sintesis

biokomposit menunjukkan terjadinya perubahan ikatan kimia yang sekaligus

menunjukan perubahan struktur jaringan matrik polimer baru dalam sintesis

biokomposit. Sintesis biokomposit juga dapat dikarakterisasi secara kuantitatif

melalui sifat termalnya.

Karakterisasi sifat termal secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan

DTA. Karakterisasi dengan DTA dilakukan dengan memanaskan sampel serta

pembanding berupa alumina sehingga dihasilkan suatu termogram yang

menunjukkan profil suhu dari sampel. Umumnya analisis sifat termal dilakukan

dengan menggunakan termogram DTA dan DSC, namun dalam penelitian ini alat

yang digunakan hanya dapat menghasilkan termogram DTA yang menunjukkan

Page 62: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

62

62

suhu reaksi eksoterm dan endoterm. Karakterisasi dilakukan pada senyawa awal

(LPP dan SK) serta biokomposit Formula I (LPP/DVB/AA/SK).

Gambar 16. Termogram DTA : (a) LPP, (b) SK, (c) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I)

Termogram DTA dari LPP yang ditampilkan pada Gambar 17a

menunjukkan adanya rekasi endoterm pada suhu 170 °C, reaksi eksoterm pada

suhu 220 °C, reaksi eksoterm 320 °C dan 370 °C. Suharty et. al. (2007a)

melaporkan bahwa termogram DTA dari LPP menunjukkan terjadinya pelelehan

pada suhu 170 °C (endoterm), degradasi pada suhu 220 °C (eksoterm), serta

dekomposisi pada suhu 320 °C dan 370 °C (eksoterm). Termogram DTA dari SK

pada Gambar 17b menunjukkan adanya reaksi endoterm yang merupakan

pelepasan H2O pada suhu 90 °C, reaksi eksoterm yang merupakan degradasi SK

pada suhu 290 °C dan 300 °C, serta reaksi eksoterm yang merupakan dekomposisi

SK pada suhu 400 °C. Analisis tersebut didasarkan pada penelitian Suharty et. al.

(2007a) yang melakukan karakterisasi serbuk bambu (SB) dengan menggunakan

DTA, dimana SB dan SK memiliki kesamaan yaitu merupakan serat alam dan

memiliki selulosa. Selanjutnya profil suhu dari masing-masing bahan penyusun

Page 63: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

63

63

tersebut akan dibandingkan dengan termogram DTA dari biokomposit

LPP/DVB/AA/SK.

Termogram DTA biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I)

menunjukkan profil yang merupakan gabungan dari profil LPP dan profil SK. Hal

tersebut ditunjukkan dengan adanya puncak endoterm pada suhu 160 °C dengan

puncak berbentuk seperti puncak endoterm pada suhu 170 °C yang merupakan

karakter sifat termal pelelehan LPP. Termogram DTA biokomposit juga

menunjukkan puncak eksoterm pada suhu 210 °C dan 370 °C yang merupakan

karakter profil suhu milik LPP, yaitu degradasi dan dekomposisi LPP. Karakter

profil suhu milik SK sebagai bahan penyusun biokomposit ditunjukkan dengan

munculnya reaksi eksoterm pada suhu 280 °C yang menunjukkan degradasi

selulosa. Termogram DTA biokomposit terdapat sedikit perbedaan seperti

perbedaan bentuk puncak serta perbedaan suhu puncak dibanding termogram LPP

atau SK. Perbedaan tersebut terjadi karena keberadaan LPP dan SK dalam

biokomposit yang saling mempengaruhi, namun karena keterbatasan alat yang

dipergunakan maka DTA tidak dapat menunjukkan perubahan massa yang

terjadi..

Analisis terhadap termogram DTA yang dilakukan adalah analisis secara

kualitatif. Suharty dan Wirjosentono (2005) yang melakukan pembuatan

biokomposit dari polimer buatan (polistirena) dengan bahan pengisi serat alam

(serbuk kayu kelapa). Penelitian tersebut memperoleh suatu fakta bahwa

termogram suatu biokomposit menunjukkan karakter degradasi termal dari

masing-masing bahan penyusunnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya tersebut, maka dilakukan analisis karakter termal LPP,SK, dan

biokomposit. Analisis termogram biokomposit dalam penelitian ini menunjukkan

karakter termal yang meyerupai LPP dan SK. Hal tersebut menandakan bahwa

telah terbentuk biokomposit LPP/DVB/AA/SK.

Berdasarkan karakterisasi gugus fungsi dan sifat termal yang dilakukan

terhadap biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) menunjukkan bahwa telah

terbentuk suatu biokomposit dengan bahan awal LPP dan SK. Pembentukan

biokomposit LPP/DVB/AA/SK menunjukkan adanya ikatan kimia antara LPP dan

Page 64: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

64

64

SK dengan senyawa penggandeng multifungsional AA serta agen penyambung

silang DVB. Ikatan kimia yang terbentuk akan mempengaruhi sifat fisik maupun

sifat mekanik biokomposit dibanding bahan awalnya, sehingga perlu dilakukan

karakterisasi sifat fisik dan sifat mekanik biokomposit maupun bahan awalnya.

2. Karakterisasi Sifat Fisik dan Sifat Mekanik

Biokomposit maupun LPP sebagai pembanding diuji dengan melt flow

indexer (ATLAS) untuk mendapatkan indeks alir leleh (dalam gram/10 menit).

Biokomposit yang memiliki indeks alir leleh menandakan bahwa biokomposit

tersebut bersifat termoplastik (dapat dibentuk ulang dengan cara dipanaskan).

Spesimen biokomposit yang dihasilkan dan masih bersifat termoplastis tersebut

diuji kuat tariknya menggunakan tensometer untuk menentukan kekuatan

biokomposit.

Data indeks alir leleh LPP sebagai pembanding dan biokomposit

LPP/DVB/AA/SK (Formula I) ditunjukkan pada Gambar 17.

0

10

20

30

MF

I (g

ram

/10m

enit

)

LPP L1 L2 L3 L4 L5

Biokomposit

Gambar 17. Diagram indeks alir leleh (MFI) dari LPP sebagi pembanding dan

biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) pada rasio LPP/SK 9/1 (L2), 8/2 (L3), 7/3 (L4), dan 6/4 (L5)

Gambar 17 menunjukkan bahwa setiap biokomposit yang terbentuk

memiliki indeks alir leleh yang menandakan biokomposit yang terbentuk masih

berada dalam koridor termoplastis (dapat dibentuk ulang dengan pemanasan).

Data indeks alir leleh pada LPP/SK 10/0 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

Page 65: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

65

65

nilai dibandingkan LPP. Peningkatan indeks alir leleh tersebut menunjukkan

bahwa BPO yang hanya menyerang gugus PP saja menyebabkan pemutusan

ikatan yang terjadi pada PP sagat besar sehingga indeks alir lelehnya menjadi

meningkat atau semakin encer. Hal tersebut sesuai dengan laporan Suharty et. al.

(2008a) bahwa LPP yang diproses secara radikal menggunakan inisiator akan

meningkatkan nilai indeks alir leleh terhadap LPP non proses. Keberadaan SK

dalam biokomposit akan menurunkan nilai indeks alir leleh yang berarti terbentuk

suatu material baru dengan berat molekul yang lebih besar. Pembentukan material

baru dengan berat molekul yang lebih besar pada sintesis biokomposit sesuai

dengan penelitian Suharty et. al.(2007a) melaporkan bahwa peningkatan berat

molekul dapat ditunjukkan dengan penurunan indeks alir leleh biokomposit.

Peningkatan konsentrasi SK juga berpengaruh terhadap nilai kuat tarik dari

biokomposit yang dihasilkan, dimana besarnya kekuatan tarik biokompsit

menentukan komposisi optimumnya. Data nilai kuat tarik biokomposit terhadap

Gambar 18.

0

10

20

30

40

TS

(M

Pa)

LPP L1 L2 L3 L4 L5

Biokomposit

Gambar 18. Diagram nilai kuat tarik (TS) LPP sebagai pembanding dan

biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I) pada rasio LPP/SK 9/1 (L2), 8/2 (L3), 7/3 (L4), dan 6/4 (L5)

Nilai kuat tarik pada rasio 10/0 (L1) menunjukkan penurunan

dibandingkan LPP. Penurunan tersebut disebabkan karena inisiator yang

ditambahkan hanya menginisiasi PP saja sehingga terjadi degaradasi yang lebih

cepat pada rantai PP dan menyebabkan kuat tarik menurun dibandingkan LPP.

Page 66: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

66

66

Gambar 18 menunjukkan bahwa penambahan serat alam dapat berfungsi sebagai

penguat (Kim et. al., 2005), sehingga terjadi peningkatan nilai kuat tarik pada

rasio LPP/SK = 9/1 dibanding dengan rasio 10/0. Nilai kuat tarik terus meningkat

sebesar 12% pada rasio LPP/SK = 8/2 (L3), namun menurun pada rasio LPP/SK =

7/3 (L4) dan LPP/SK = 6/4 (L5). Peningkatan nilai kuat tarik menunjukkan bahwa

semakin banyak jumlah serat alam yang ditambahkan akan meningkatkan nilai

kuat tarik sampai pada rasio optimum LPP/SK, namun jika sudah melewati rasio

optimum tersebut akan terjadi penurunan nilai kuat tarik biokomposit. Suharty et.

al. ( 2007a) melaporkan bahwa penggunaan serat alam yang terlalu besar pada

biokomposit dan sudah melewati kondisi optimumnya akan mengakibatkan

biokomposit menjadi rapuh.

Komposisi optimum biokomposit LPP/DVB/AA/SK adalah pada rasio

LPP/SK = 8/2 (L3) yang memiliki nilai kuat tarik tertinggi (12% lebih baik

dibanding LPP) dan masih berada dalam koridor termoplastis yang ditunjukkan

dengan indeks alir leleh 4,5 gram/10 menit (71% lebih rendah dibanding LPP).

Komposisi biokomposit L3 tersebut selanjutnya digunakan sebagai standar dalam

pembuatan biokomposit selanjutnya dengan penambahan senyawa penghambat

nyala. Komposisi biokomposit standar tersebut menempati 80% berat total dalam

pembuatan biokomposit dengan senyawa penghambat nyala.

B. Penentuan Pengaruh Senyawa Penghambat Nyala CaCO3 Terhadap Sifat

Mekanik Biokomposit

Biokomposit disintesis dengan penambahan CaCO3 dalam berbagai jenis

(CaCO3 p.a dan nano CaCO3) dan konsentrasi (6%, 7%, 8%, 9%, dan 10% dari

berat total). Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula II A) dan

biokomposit LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula II B) yang terbentuk

dikarakterisasi gugus fungsinya dengan FT-IR, sifat termalnya dengan DTA,

kristalinitas dengan XRD, dan sifat mekanik dengan tensometer untuk

menentukan nilai kuat tariknya.

Page 67: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

67

67

1. Karakterisasi Gugus Fungsi, Sifat Termal, dan Kristalinitas

Pembuatan biokomposit dengan penambahan CaCO3 akan memberikan

spektrum FT-IR yang berbeda dibanding biokomposit standar. Spektrum FT-IR

biokomposit LPP/DVB/AA/SK/ CaCO3 ditunjukkan pada Gambar 19 dengan data

pembanding spektrum FT-IR dari CaCO3 dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK

(Formula I).

Gambar 19. Spektrum FT-IR: (a) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK (Formula I), (b) Senyawa CaCO3, dan (c) Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3

(Formula II)

Spektrum FT-IR senyawa CaCO3 pada Gambar 19b menunjukkan adanya

puncak serapan lebar milik ion karbonat pada bilangan gelombang 1419 cm-1 dan

O-C-O pada bilangan gelombang 1797 cm-1 (Dudley and Fleming, 1973).

Formula I (a)

CaCO3 (b)

Formula II (c)

Page 68: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

68

68

Spektrum biokomposit dengan penambahan senyawa CaCO3 (Gambar 19c)

menunjukkan adanya serapan khas biokomposit standar seperti yang ditampilkan

pada spektrum pembanding pada Gambar 19a yaitu serapan LPP pada CHstr 2723

cm-1, -CH2 pada 1458 cm-1 dan -CH3 pada 1373 cm-1. Reaksi esterifikasi antara

AA dan selulosa ditunjukkan oleh munculnya serapan karbonil ester pada

1733 cm-1. Spektrum FT-IR biokomposit pada Gambar 20c juga menunjukkan

karakter gugus O-C-O milik CaCO3 pada bilangan gelombang 1797 cm-1 dan

puncak serapan lebar ion karbonat pada 1419 cm-1 yang mempengaruhi puncak

serapan metilen (-CH2-) pada 1458 cm-1 pada biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 menjadi lebih lebar dibanding biokomposit

LPP/DVB/AA/SK. Karakter CaCO3 sebagai bahan penyusun biokomposit juga

dapat ditunjukkan melalui analisis termal dengan menggunakan DTA dan karakter

kristalinitas dengan menggunakan XRD.

Analisis sifat termal dengan menggunakan DTA merupakan suatu analisis

kualitataif dengan membandingkan termogram biokomposit dengan termogram

bahan penyusunnya. Termogram DTA biokomposit dengan penambahan CaCO3

ditunjukkan pada Gambar 20 dengan data pembanding termogram CaCO3.

Termogram DTA biokomposit dengan penambahan CaCO3 menunjukkan reaksi

endoterm pada 160 °C yang menunjukkan adanya pelelehan LPP, adanya

degradasi LPP suhu 210 °C, degradasi selulosa pada suhu 280 °C, dan

dekomposisi LPP pada suhu 370 °C (Gambar 18 a dan b). Profil termogram DTA

juga menunjukkan adanya reaksi endoterm pada suhu 700 °C yang merupakan

dekomposisi dari CaCO3 menjadi CaO dan CO2. Termogram DTA pada Gambar

20 menunjukkan bahwa CaCO3 merupakan salah satu bahan penyusun

biokomposit. Data analisis termal DTA biokomposit dengan penambahan CaCO3

menunjukkan karakter sifat termal bahan penyusunnya. Hal tersebut dapat

membuktikan secara kualitatif bahwa telah terbentuk suatu biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/CaCO3.

Page 69: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

69

69

Gambar 20. Termogram DTA senyawa CaCO3 dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 (Formula II)

Analisis secara kualitatif yang menunjukkan senyawa CaCO3 merupakan

salah satu bahan penyusun biokomposit juga ditunjukkan dengan difraktogram

biokomposit yang diperoleh dari karakterisasi menggunakan XRD. Karakterisasi

yang dilakukan pada senyawa CaCO3 menunjukkan karakter sudut difraksi 2θ

yaitu pada 22° dan 30°, dimana sudut difraksi tersebut juga ditemukan pada

difraktogram biokomposit. Karakter sudut difraksi tersebut menunjukkan bahwa

terdapat kandungan CaCO3 dalam biokomposit (Gambar 21).

Gambar 21. Difraktogram biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CaCO3 (Formula II) dan data pembanding CaCO3

CaCO3

Formula II

Page 70: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

70

70

2. Karakterisasi Sifat Mekanik

Pembuatan biokomposit Formula II A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa) dan

Formula II B (LPP/DVB/AA/SK/nCC) ini ditujukan untuk menentukan pengaruh

senyawa penghambat nyala CaCO3 yang ditambahkan terhadap sifat mekanik

biokomposit. Pengujian kuat tarik dilakukan pada spesimen masing-masing

biokomposit dengan menggunakan tensometer dan diperoleh nilai kuat tarik

biokomposit Formula II A maupun Formula II B seperti yang ditampilkan pada

Gambar 22.

Gambar 22. Diagram nilai kuat tarik (TS) biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIA) dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIB) yang terdiri dari : (a) CCpa 6% (L 6A) dan nCC 6% (L 6B), (b) CCpa 7% (L 7A) dan nCC 7% (L 7B), (c) CCpa 8% (L 8A) dan nCC 8% (L 8B), (d) CCpa 9% (L 9A) dan nCC 9% (L 9B), (e) CCpa 10% (L 10A) dan nCC 10% (L 10B)

Diagram nilai kuat tarik (TS) dari biokomposit Formula II A maupun

Formula II B yang disajikan dalam Gambar 22 menunjukkan bahwa semakin

besar konsentrasi senyawa CaCO3 yang ditambahkan maka prosentase

peningkatan TS semakin meningkat. Penambahan CaCO3 akan dapat

meningkatkan sifat mekanik karena CaCO3 merupakan suatu polimer alam yang

dapat berfungsi sebagai bahan pengisi untuk memperkuat suatu polimer buatan.

Diagram pada Gambar 22 tersebut menunjukkan bahwa peningkatan nilai kuat

tarik biokomposit dengan penambahan nCC lebih besar dibanding dengan

Page 71: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

71

71

penambahan CCpa, yang artinya semakin kecil ukuran partikel CaCO3 maka sifat

mekaniknya lebih baik. Peningkatan sifat mekanik yang terjadi sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tang et. al. (2004) dimana pembuatan komposit

polipropilena dengan nano partikel dapat CaCO3 menghasilkan suatu

nanokomposit dengan sifat mekanik yang lebih baik dibanding bahan awalnya,

sedangkan komposit dengan CaCO3 yang berukuran partikel mikro memberikan

peningkatan sifat mekanik yang tidak terlalu besar.

C. Biodegradasi Biokomposit

Uji biodegradasi dilakukan pada LPP sebagai bahan awal dan biokomposit

LPP/DVB/AA/SK pada komposisi optimumnya yaitu rasio LPP/SK = 8/2 (L3).

Uji biodegradasi juga dilakukan pada biokomposit Formula II A

(LPP/DVB/AA/SK/CCpa) dan Formula II B (LPP/DVB/AA/SK/nCC) untuk

menentukan pengaruh senyawa penghambat nyala CaCO3 yang ditambahkan

terhadap kemampuan biodegradasinya. Uji biodegradasi yang dilakukan meliputi

uji daya serap air, analisis pengurangan berat, dan karakterisasi morfologi

permukaan dengan menggunakan fotomikrografi.

1. Uji Daya Serap Air

Daya serap air pada LPP, biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio

LPP/SK = 8/2 (w/w), biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIA), dan

LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIB) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Daya Serap Air

Page 72: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

72

72

No Sampel Penyerapan Air (%)

1. LPP 0

2. L3 (LPP/DVB/AA/SK pada LPP/SK = 8/2) 1.65

3. L 6A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa); CCpa 6% 1,77

4. L 7A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa); CCpa 7% 1,80

5. L 8A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa); CCpa 8% 1,84

6. L 9A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa); CCpa 9% 1,88

7. L 10A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa); CCpa 10% 1,92

8. L 6B (LPP/DVB/AA/SK/nCC); nCC 6% 1,81

9. L 7B (LPP/DVB/AA/SK/nCC); nCC 7% 1,86

10. L 8B (LPP/DVB/AA/SK/nCC); nCC 8% 1,89

11. L 9B (LPP/DVB/AA/SK/nCC); nCC 9% 1,94

12. L 10B (LPP/DVB/AA/SK/nCC); nCC 10% 2,10

Limbah polipropilena (LPP) merupakan jenis polimer buatan (plastik)

dimana sifat plastik pada umumnya adalah tidak dapat menyerap air.

Polipropilena bersifat hidrofobik (tidak dapat menyerap air) sedangkan selulosa

bersifat hidrofilik (dapat menyerap air) sehingga penggabungan LPP dengan SK

menghasilkan suatu biokomposit yang memiliki kemampuan menyerap air

(Suharty et. al., 2008b). Biokomposit dengan penambahan CaCO3 menunjukkan

terjadinya peningkatan daya serap air dibandingkan biokomposit standar. Tabel 3

menunjukkan semakin besar konsentrasi CaCO3 maka daya serap air semakin

besar. Peningkatan tersebut karena CaCO3 memiliki tiga atom oksigen yang lebih

elektronegatif dibanding atom hidrogen serta memiliki lone pair elektron sehingga

mampu membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen pada air (H2O).

Pengaruh ukuran partikel CaCO3 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran

partikelnya maka daya serap air semakin besar. Hal tersebut karena semakin kecil

ukuran partikel CaCO3 maka luas permukaannya semakin besar sehingga ikatan

hidrogen yang terbentuk semakin banyak dan daya serap air semakin besar .

2. Analisis Pengurangan Berat

Page 73: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

73

73

Proses biodegradasi selama waktu tertentu akan menyebabkan terurainya

selulosa dari SK sehingga terjadi perubahan berat spesimen. Diagram yang

disajikan pada Gambar 23 akan memberikan hasil pengamatan berupa persen

pengurangan berat dari LPP sebagai pembanding dan biokomposit

LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK = 8/2 akibat penguburan selama 4 x 30 hari

dengan monitorning setiap 30 hari.

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

Pro

sent

ase

Pen

gura

ngan

Ber

at (%

)

LPP

Biokomposit L3

Gambar 23. Diagram evaluasi persen pengurangan berat dari LPP dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) pada uji biodegradasi bulan I, II, III, dan IV

Gambar 23 menunjukkan bahwa LPP adalah polimer yang tidak dapat

terdegradasi di dalam tanah karena ketidakmampuannya dalam menyerap air

sehingga akan menimbulkan masalah pencemaran karena mengganggu aktivitas

mikroba dalam tanah. Data di atas menunjukkan bahwa biokomposit L3

mengalami peningkatan pengurangan berat yang sangat signifikan dibandingkan

dengan LPP karena adanya penambahan bahan pengisi SK yang merupakan

polimer alam yang dapat terdegradasi oleh adanya aktivitas bakteri mikrobiologi

(Suharty et. al., 2007b). Data prosentase pengurangan berat di atas menunjukkan

bahwa biokomposit LPP/DVB/AA/SK dengan komposisi optimumnya terhadap

sifat mekanik (LPP/SK = 8/2) juga memiliki kemampuan biodegradasi yang baik.

Senyawa CaCO3 yang ditambahkan dalam pembuatan biokomposit dapat

mempengaruhi kemampuan biodegradasinya. Data prosentase pengurangan berat

Page 74: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

74

74

biokomposit baik Formula II A (LPP/DVB/AA/SK/CCpa) maupun Formula II B

(LPP/DVB/AA/SK/nCC) akibat proses biodegradasi bulan IV ditunjukkan pada

Gambar 24.

CC

pa

6%

nC

C 6

%

CC

pa

7%

nC

C 7

%

CC

pa

8%

nC

C 8

%

CC

pa

9%

nC

C 9

%

CC

pa

10

%

nC

C 1

0%

4,6

4,7

4,8

4,9

5

5,1

5,2

5,3

5,4

5,5

Pro

sen

tase

Pen

gu

rangan

Ber

at (

%)

a b c d e

Formula IIA

Formula IIB

Gambar 24. Diagram prosentase pengurangan berat dari biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIA) dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIB) yang terdiri dari : (a) CCpa 6% (L 6A) dan nCC 6% (L 6B), (b) CCpa 7% (L 7A) dan nCC 7% (L 7B), (c) CCpa 8% (L 8A) dan nCC 8% (L 8B), (d) CCpa 9% (L 9A) dan nCC 9% (L 9B), (e) CCpa 10% (L 10A) dan nCC 10% (L 10B) setelah uji biodegradasi selama 4 bulan

Data pada Gambar 24 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi

CaCO3 maka prosentase pengurangan beratnya semakin menurun karena semakin

banyak air yang berikatan dengan CaCO3 dan membentuk senyawa hidrat. Hal itu

disebabkan karena CaCO3 mampu membentuk kompleks hidrat dengan air

(Saksono, 2006), sehingga meningkatkan berat spesimen. Pengaruh ukuran

partikel CaCO3 dapat terlihat dengan menurunnya prosentase pengurangan berat

pada biokomposit Formula II B dibanding Formula II A karena semakin luas

permukaan CaCO3 maka reaksi pembentukan kompleks dengan H2O semakin

banyak. Terjadinya pengurangan berat spesimen menunjukkan bahwa

biokomposit dengan senyawa penghambat nyala memiliki kemampuan

biodegradasi yang lebih baik dibanding LPP.

Page 75: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

75

75

3. Analisis Permukaan

Secara umum proses degradasi akan menyebabkan perubahan warna dan

kerusakan fisik pada biokomposit (Suharty et. al., 2007b). Oleh karena itu,

biokomposit diamati secara visual secara langsung maupun fotomikrografi

menggunakan mikroskop stereo untuk mengamati perubahan yang terjadi setelah

proses biodegradasi. Pengamatan secara langsung menunjukkan kerusakan pada

permukaan spesimen dimana spesimen menjadi kasar dan tampak tanah yang

masuk dalam rongga-rongga yang terjadi pada spesimen. Fotomikrografi LPP dan

biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK = 8/2 (L3) sebelum dan

sesudah degradasi mikrobiologi ditunjukkan oleh Gambar 25.

LPP sebelum biodegradasi

LPP setelah biodegradasi

Biokomposit L 3 sebelum

biodegradasi

Biokomposit L 3 setelah biodegradasi

Gambar 25. Fotomikrografi perbesaran 160 x dari LPP dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) sebelum dan sesudah penguburan 4 kali 30 hari

LPP adalah polimer yang tidak dapat terbiodegradasi, sehingga perubahan

visual yang terjadi hanya sebatas pada kerusakan atau goresan-goresan pada

permukaan spesimen sebagai akibat dari proses penguburan dalam tanah.

Fotomikrografi biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3)

Page 76: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

76

76

setelah penguburan menunjukkan kerusakan fisik biokomposit yang cukup parah

dengan adanya lubang-lubang dan bahkan menyebabkan tanah dapat masuk dalam

lubang atau rongga yang terjadi akibat degradasi oleh aktivitas mikroba.

D. Uji Nyala

Sintesis biokomposit dengan senyawa penghambat nyala menghasilkan

dua jenis biokomposit, yaitu biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa/DAP

(Formula IIIA) dan biokomposit LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP (Formula IIIB).

Biokomposit yang terbentuk selanjutnya diuji kemampuan hambat nyalanya yang

meliputi waktu respon pembentukan nyala dan kecepatan pembakaran.

2. Waktu Respon Pembentukan Nyala

Waktu respon pembentukan nyala merupakan rentang waktu yang

diperlukan oleh biokomposit saat dikenai sumber nyala sampai terbentuknya

nyala. Uji nyala untuk menentukan waktu respon pembentukan nyala dilakukan

pada biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK = 8/2 (L3) sebagai

pembanding, biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa/DAP (Formula IIIA)

sebanyak 5 jenis (CCpa/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6) dan biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP (Formula III B) sebanyak 5 jenis (nCC/DAP = 2/2;

2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6). Data waktu respon pembentukan nyala biokomposit

pembanding dan biokomposit dengan penambahan senyawa penghambat nyala

disajikan pada pada Gambar 26.

Page 77: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

77

77

0

1

2

3

4

5

6

L 3 2:02 2:03 2:04 2:05 2:06

Wak

tu R

espo

n P

embe

ntuk

an N

yala

(d

etik

)

Formula IIIA

Formula IIIB

Gambar 26. Diagram waktu respon pembentukan nyala dari biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) sebagai pembanding, LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIIA) yang terdiri dari CCpa/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w), dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIIB) yang terdiri dari nCC/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w)

Gambar 26 menunjukkan waktu respon pembentukan nyala biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/CCpa/DAP (Formula III A) maupun biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP (Formula III B) lebih lambat dibanding biokomposit

tanpa senyawa penghambat nyala (LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK = 8/2).

Lambatnya waktu respon tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi

penghambatan nyala pada awal pembakaran. Penghambatan nyala yang terjadi

disebabkan adanya senyawa penghambat nyala CaCO3 maupun DAP. Penelitian

yang dilakukan oleh LeVan and Winindy (1990) melaporkan bahwa senyawa

DAP pada suhu pembakaran dapat menghasilkan asam fosfat dan melepaskan gas

NH3 yang dapat mengurangi konsentrasi O2 di lingkungan yang dapat mendukung

terjadinya nyala. Senyawa CaCO3 yang ditambahkan akan lebih meningkatkan

efektifitas DAP sebagai senyawa penghambat nyala. Hal tersebut didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Xu et. al. (2006) yang melaporkan bahwa senyawa

penghambat nyala SnO2/CaCO3 dapat meningkatkan kemampuan hambat nyala

yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan senyawa penghambat nyala

SnO2 saja. Penelitian tersebut melaporkan bahwa CaCO3 dapat meningkatkan

pembentukan jelaga yang dapat menghambat pembakaran. Gambar 26

menunjukkan bahwa kemampuan hambat nyala akan meningkat hingga rasio

Page 78: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

78

78

CaCO3/DAP optimum dan setelah melewati komposisi optimum maka

kemampuan hambat nyala akan kembali menurun. Patra et. al. (2005) melaporkan

bahwa asam fosfat dapat bereaksi dengan CaCO3 membentuk CO2 dan H2O yang

dapat menghambat nyala. Gambar 26 menunjukkan bahwa nCC memberikan

peningkatan kemampuan penghambat nyala yang lebih baik daripada CCpa.

Penggunaan partikel nano yang memberikan hasil yang lebih baik sesuai dengan

laporan Lagashetty and Venkataraman (2005) bahwa pembuatan komposit dengan

menggunakan nanopartikel suatu senyawa akan lebih meningkatkan sifat

komposit sesuai dengan tujuan penambahan senyawa tersebut. Biokomposit

mencapai komposisi optimum terhadap kemampuan hambat nyala berdasarkan

waktu respon pembentukan nyala pada biokomposit LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP

pada rasio nCC/DAP = 2/4 yang memperlambat waktu respon pembentukan nyala

sebesar 107% dibandingkan biokomposit tanpa senyawa penghambat nyala (L3).

3. Kecepatan Pembakaran

Pengujian untuk menentukan kecepatan pembakaran dilakukan pada

biokomposit LPP/DVB/AA/SK pada rasio LPP/SK = 8/2 (L3) sebagai

pembanding, biokomposit LPP/DVB/AA/SK/CCpa/DAP (Formula IIIA)

sebanyak 5 jenis (CCpa/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6) dan biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP (Formula III B) sebanyak 5 jenis (nCC/DAP = 2/2;

2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6). Data kecepatan bakar biokomposit pembanding dan

biokomposit dengan penambahan senyawa penghambat nyala disajikan pada

Gambar 27.

Page 79: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

79

79

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

L 3 2:02 2:03 2:04 2:05 2:06

Kec

epat

an B

akar

(m

m/m

enit)

Formula IIIA

Formula IIIB

Gambar 27. Diagram kecepatan pembakaran dari biokomposit LPP/DVB/AA/SK

pada rasio LPP/SK 8/2 (L3) sebagai pembanding, LPP/DVB/AA/SK/CCpa (Formula IIIA) yang terdiri dari CCpa/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w), dan LPP/DVB/AA/SK/nCC (Formula IIIB) yang terdiri dari nCC/DAP = 2/2; 2/3; 2/4; 2/5; dan 2/6 (w/w)

Gambar 27 menunjukkan bahwa Diagram kecepatan pembakaran

biokomposit mengalami penurunan dengan adanya penambahan senyawa

penghambat nyala CaCO3 dan DAP. Kecepatan pembakaran yang lebih rendah

pada biokomposit dengan senyawa penghambat nyala menunjukkan bahwa

biokomposit memiliki kemampuan hambat nyala yang lebih baik daripada

biokomposit awalnya. Umumnya kemampuan hambat nyala polimer dapat

ditingkatkan dengan menambahkan bahan-bahan yang terurai baik untuk

menghasilkan gas yang dapat mengurangi kelangsungan nyala dan mendinginkan

sistem, serta menimbulkan pembentukan jelaga sehingga menghambat interaksi

polimer dengan sumber nyala (Sopyan, 2001). Penelitian ini menambahkan dua

jenis senyawa penghambat nyala yaitu DAP dan CaCO3 yang masing-masing

saling mendukung dalam membentuk suatu sistem hambat nyala. Sistem

penghambatan nyala yang terjadi dengan adanya CaCO3 dan DAP adalah

mengurangi konsentrasi O2 yang mendukung pembakaran dengan menghasilkan

gas NH3, CO2, dan H2O. Sistem penghambatan nyala tersebut didukung oleh Patra

et. al. (2005) yang melaporkan bahwa gas NH3 dan CO2 akan mengurangi

konsentrasi O2 di sekitar biokomposit sehingga salah satu dari penyebab

terjadinya pembakaran dapat diminimalisasi dan akibatnya pembakaran

Page 80: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

80

80

terhambat. Senyawa H2O memilki efek pendingin yang dapat mengurangi transfer

panas sehingga dapat menghambat nyala untuk menjalar, yang artinya kecepatan

pembakaran menurun (Hudiyanti, 2009). Uji bakar terhadap biokomposit dengan

senyawa penghambat nyala tidak memberi respon yang meleleh lalu menetes saat

terbakar karena DAP akan meningkatkan pembentukan jelaga yang akan

menghambat pembakaran (LeVan and Winandy, 1990), sedangkan pada

biokomposit tanpa senyawa penghambat nyala akan meleleh dan kemudian

menetes saat terjadi pembakaran. Pembentukan jelaga juga terjadi karena adanya

senyawa CaCO3, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Xu et. al. (2006)

yang melaporkan bahwa CaCO3 dapat meningkatkan pembentukan jelaga selama

pembakaran. Terbentuknya jelaga akan menutup bahan yang terbakar sehingga

mengurangi interaksi bahan dengan O2 yang mendukung pembakaran.

Gambar 27 menunjukkan bahwa penggunaan nCC akan lebih

meningkatkan kemampuan hambat nyala biokomposit dibanding CCpa karena

nCC dapat lebih terdistribusi secara merata dalam biokomposit atau nCC memiliki

luas permukaan yang lebih besar sehingga meningkatkan reaksi CaCO3 dengan

DAP. Kemungkinan reaksi antara nCC dan DAP yang lebih besar dibanding

CCpa dan DAP menyebabkan gas penghambat nyala (NH3, CO2, dan H2O) dan

jelaga yang terbentuk menjadi lebih besar sehingga sistem penghambatan nyala

menjadi lebih efektif. Penggunaan nCC yang lebih baik dibanding CCpa dalam

memberikan kemampuan hambat nyala tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marton (2004) bahwa sistem hambat nyala lebih efektif bila

dikerjakan dalam suatu nanokomposit. Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP

diketahui memiliki kecepatan pembakaran terendah pada rasio nCC/DAP = 2/4

yang menurunkan kecepatan pembakaran sebesar 52% dibanding biokomposit

tanpa senyawa penghambat nyala.

Komposisi optimum biokomposit terhadap kemampuan hambat nyala

ditentukan berdasarkan waktu respon pembentukan nyala dan kecepatan

pembakaran, yaitu biokomposit dengan perlambatan waktu respon pembentukan

nyala dan penurunan kecepatan pembakaran tertinggi. Berdasarkan pengujian

nyala yang telah dilakukan diperoleh komposisi optimum pada biokomposit

Page 81: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

81

81

LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP pada rasio nCC/DAP = 2/4 (L 10B) yang mampu

memperlambat waktu respon pembentukan nyala 107% dan menurunkan

kecepatan pembakaran 52% dibanding biokomposit tanpa senyawa penghambat

nyala.

Page 82: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

82

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Biokomposit dengan bahan awal LPP dan SK dapat disintesis secara reaktif

dengan penggandeng multifungsional AA 10% (w/w) dari SK dan agen

penyambung silang DVB 5% (w/w) dari AA yang mencapai komposisi

optimumnya terhadap sifat mekanik pada rasio konsentrasi LPP/SK = 8/2

(w/w) sehingga meningkatkan kuat tarik 12%, menurunkan indeks alir leleh

71% dan meningkatkan kemampuan biodegradasi 5,8% dibanding LPP.

2. Biokomposit dengan penambahan senyawa penghambat nyala dapat disintesis

berdasarkan komposisi optimum biokomposit LPP/DVB/AA/SK yang

ditambah dengan senyawa penghambat nyala sehingga mencapai komposisi

optimumnya terhadap kemampuan hambat nyala pada biokomposit

LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP dengan rasio konsentrasi nCC/DAP = 2/4 (w/w).

3. Biokomposit LPP/DVB/AA/SK/nCC/DAP dapat memperlambat waktu respon

pembentukan nyala 107% dan menurunkan kecepatan pembakaran 52%

dibandingkan biokomposit tanpa senyawa penghambat nyala.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas perlu dilakukan tindak lanjut yang

disarankan sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan pembuatan biokomposit dengan menggunakan senyawa

hambat nyala yang berbeda

2. Perlu dilakukan uji indeks oksigen dan heat release dengan uji bakar

secara vertikal.

67

Page 83: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

83

83

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 2003. Kimia Organik : Suatu Kuliah Singkat. Edisi 11. Jakarta :

Erlangga. Terjemahan : Organic Chemistry : a short course. Hart, Harold ; Leslie E. Craine; and David J.Hart. 2003

Ahmad, S dan H.A.M. van der Vossen. Spesies Kenaf. http://images.google.co.

id/imgres?imgurl=http://www.kehati.or.id/florakita/img/0009618.jpg&imgrefurl=http://www.kehati.or.id/florakita/printer.php%3Fphotoid%3D968&usg=__E8TdMRF925ZXlZI6svvK0WJQSSw=&h=318&w=227&sz=22&hl=id&start=18&tbnid=NMnL9nYrCWKBdM:&tbnh=118&tbnw=84&prev=/images%3Fq%3Dserat%2Bkenaf%26gbv%3D2%26hl%3Did%26sa%3DG diakses pada tanggal 29 April 2009

American Society for Testing and Materials D 570-95. 1998 . Standart Test

Method for Water Absorption of Plastics. Annual Book of ASTM Standards. Vol.8. 01.

American Society for Testing and Materials D 635-97. 1998 . Standart Test

Method for Rate of Burning and/or Extent and Time of Burning of Plastics in a Horizontal Position1. Annual Book of ASTM Standards. Vol.8. 01.

American Society for Testing and Materials D 638-97. 1998 . Standart Test

Method for Tensile Properties of Plastics. Annual Book of ASTM Standards. Vol.8. 01.

Bilmeyer, F. W. 1984 . Textbook of Polymer Science . 3rd edition. Canada. Carlsson, M. 2005 . The Inter and Intramolecular Selectivity of The Carbonate

Radical Anion in Its Reaction with Lignin and Carbohydrates. Doctoral Thesis Kungliga Tekniska Hongkolan.Departement of Chemistry Nuclear Chemistry,Stockholm.

Diharjo, K., Jamasri, Soekrisno, dan H.S.B. Rochhardjo. 2005 . Tensile Properties

of Random Kenaf Fibre Reinforced Polyester Composite. Nation Seminar Proceeding, center of Inter University, UGM, Yogyakarta.

Dudly H. W and I. Fleming. 1973. Spectroscopic in Organic Chemistry. 2nd

edition. Mc Graw-Hill Book Company (UK) Limited Hudiyanti, D. 2009. Pemadam Kebakaran dari Soda Kue, Apa Bisa?. http://

www.chem-is-try.org/tanya_pakar/pemadam-kebakaran-dari-soda-kue-apa-bisa/ diakses tanggal 3 Mei 2009

Page 84: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

84

84

Ismail, H., J.M. Nizam and H. P. S. A. Khalil. 2001. The Effect of A Compatibilizer on the Mechanical Properties and Mass Swell of White Rice Husk Ash Filled Natural Rubber/Linier Low Density Polyethylene Blends. Polymer Testing. Vol. 20, 125-133.

Kim, H.S., Yang H.S., and Kim H.J. 2005 . Biodegradability and Mechanical

Properties of Agro-Flour-Filled Polybutylene Succinate Biocomposite, Journal of Applied Polymer Science. Vol 97.

Kusumastuti, E.D. 2008. Bahaya Plastik Dibalik Kemasan.

http://www.kompoas.com/index.php/read/xml/2008/12/12/11412071/bahaya.di.balik.kemasan/plastik/ diakses pada tanggal 18 Desember 2008

Lagashetty, A and A. Venkataraman. 2005 . Polymer Nanocomposites . School of

Chemistry and Biochemistry, Thapar Institute of Engineering and Technology Patiala, Panjab.

LeVan, S and J. E. Winandy. 1990. Effect of Fire Retardant Treatments on Wood

Strength: A Review, Wood and Fiber Science, V.22(1),113-131 Liodaks, S. and I. Antonopoulos. 2006. Evaluating The Fire Retardation

Efficiency of Diammonium Phosphate, Ammonium Sulphate, and Megnesium Carbonate Minerals on Pistacia lentiscus L. Environtment Identities and Mediteranian Area, ISEIMA Forst International Symposium on.

Lokantara, P., dan N.P.G. Suardana. 2007. Analisis Arah dan Perlakuan Serat

Tapis Serta Rasio Epoxy Hardener Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Tapis/Epoxy. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM. Vol 1 No 1 (15 – 21)

Marton, Andrea-Fazekas . 2004 . Development of New Type of Fire Retarded

Polypropylene Systems. Ph.D Theses. Budapest University of Technology and economies Departement of Organic Chemical Technology.

Mwaikambo, L.Y. 2006 . Review of History, Properties, and Application of Plant

Fibres . African Journal of Science and Technology. Vol 7(2), 120 - 133. Nirwana. 2001 . Pengikatan Pemlastis Asam Lemak Jenuh dan Tak Jenuh dalam

Matriks Poly Vinyl Chloride (PVC). Tesis S-2 Program Pasca Sarjana USU. Medan.

Othmer, Kirk. 1996. Encyclopedia of Chemical Technology. Jilid 19th. Volume 14.

Fourth Edition. Canada:John Wiley & Sons Inc.

Page 85: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

85

85

Patra, P.K., S.B. Warner, Kim Y.K., Qinguo Fan, P.D.Calvert and S. Adanur. 2005 . Nano Engineered Fire Resistant Composite Fibre, NTC Annual report. No : M02-MD08.

Pudjaatmaka, A.H. 1986. Kimia Organik. Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Terjemahan Organic Chemistry Third Edition. Fessenden and Fessenden. 1979. USA : Wadsworth Inc.

Robenson, L.M. and D.R. Paul. 2008. Polymer nanotechnology :

Nanocomposites. Journal of Polymer, Science Direct Vol 49, 3187 – 3204 Rowell, R.M., A.R. Sanadi, D.F.Caul-field , and R.E. Jacobson. 1997 . Utilization

of Natural Fibres in Plastic Composites: Problems and Opportunities . Lignocellusic-Plastic Composites, USP&UNESP, Sao Paulo, 23-51.

Salma, S. dan L. Gunarto.1999. Enzym Selulase dari Trichoderma spp. Abstrak.

Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian. Vol 2 Nomor 2 Tahun 1999. Buletin Agrobio.

Sain,M., S.H Park, F. Suhara, and S. Law. 2004 . Flame Retardant and

Mechanical Properties of Natural Fibre-PP Composites Containing Magnesium Hydroxide. Jaournal of Polymer Degradation and Stability, Science Direct. Vol 83. 363-367.

Saksono, N. 2006. Magnetisasi Air Sadah Untuk Pencegahan Pembentukan Kerak. Jurnal Teknologi, Edisi No.4 Tahun XX, 292 - 302

Sentanuhady, Jayan . 2007. Syarat Terjadinya Pembakaran. Gudangilmu.org gudangnya ilmu pengetahuan http://gudangilmu.org/2007/11/26/syarat-terjadinya-pembakaran/ diakses tanggal 3 Mei 2009

Seymour, B. R., and C. E. Carraher, Jr. 1988 . Polymer Chemistry An Introduction. Marcel Dekker Inc. New York.

Siburian, R. 2001 . Impregnasi kayu Kelapa Sawit dengan Poliblen

Polipropilena/Karet Alam. Tesis. Program Pasca Sarjana. USU. Medan. Silverstein, R.M, C. Bassler dan T.C. Morril. 1963. Spectrometric Identification of

Organic Compounds. Fifth edition. Singapore. John Wiley and Sons Inc.

Page 86: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

86

86

Soentanti.2008. Ekonomi Bisnis. http://www.SuaraSurabaya.net diakses tanggal 3

Juni 2008 Standar Nasional Indonesia. 1989. Cara Uji Melt Flow Index Polipropilena. SNI

06-0528-1989. Dewan Standarisasi Nasional. 1-4 Sopyan, I. 2001 . Kimia Polimer . Jakarta:Pradnya Paramita. Terjemahan :

Polymer Chemistry: An Introduction. Malcom Stevens. 2001. Oxford, Oxford University Press.

Suharty, N.S. 1993 . Reactive Processing of Polyolefins using Antioxidant System,

Ph.D. Thesis. Department of Chemical Engineering and Applied Chemistry, Aston University, Birmingham, U.K.

Suharty, N.S. dan Wirjosentono, B. 2005. Impregnasi Reaktif Kayu Kelapa

dengan Limbah Plastik Polistirena serta Penyediaan Komposit Polistirena Menggunakan penguat Serbuk kayu Kelapa. J.Alchemy. Vol 4. No2. 75 – 87.

Suharty, N.S., dan Firdaus, M 2007 . Pembuatan Biokomposit Polistirena Daur

Ulang termodifikasi Secara Reaktif Dengan Bahan Pengisi Serat Alam yang Degradabel. Seminar Internasional Himpunan Polimer Indonesia, Medan..

Suharty, N.S., B. Wirjosentono, dan M. Firdaus. 2007a . Pembuatan Biokomposit

Degradabel dari Polipropilena Daur Ulang Dengan Serbuk Sekam Padi atau Serbuk Bambu. Laporan Hibah Bersaing Th. 1/2 Angkatan XVI, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas Jakarta.

Suharty, N.S., B. Wirjosentono, dan M. Firdaus. 2007b . Pembuatan Poliblen

Degradabel dari Limbah Kemasan Polipropilena dengan Bahan Pengisi Serbuk Sekam Padi dan Pemlastis Crude Palm Oil (CPO) Secara Reaktif. Laporan Program Intensif Riset Dasar Tahun 1/2 , Kementrien Negara Riset dan Teknologi, Jakarta.

Suharty, N.S., B. Wirjosentono, M. Firdaus, D.S. Handayani, J. Sholikhah, dan

Y.A. Maharani ,.2008a . Synthesis of Degradable Bio-Composites Based on Recycle Polypropylene Filled with Bamboo Powder Using reactive Process . Journal Physical Science. Vol 19(2). 105 - 115

Suharty, N.S., B. Wirjosentono, M. Firdaus, dan G.K. Wardani. 2008b. The Effect

of Fibre Particle Size and Initiator Concentration to The Mechanical Properties of Green Filled Natural Fibre. Seminar Internasional Himpunan Polimer Indonesia, Bandung.

Page 87: SINTESIS BIOKOMPOSIT POLIPROPILENA …/Sintesis... · Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas ... uji nyala secara horizontal mengikuti ASTM D-635

87

87

Suharty,N.S., Sudirman, M. Firdaus, dan K. Diharjo. 2009. Rekayasa Bio-Nanokomposit Berkekuatan dan Ketahanan Nyala Api tinggi untuk Pelapis Kabin Kendaraan Umum. Laporan Tahun I Pelaksanaan Hibah Penelitian Kompetitif Sesuai Prioritas Nasional.

Tang, Y., Yuan H., Rui Z., Zhengzhou W., Zhou G., Zuyao C., and Weicheng F.

2004. Investigation Into Poly(propylene)/Montmorillonite/calcium Carbonate Nanocomposites. Abstract. Macromolecular Materials and Engineering. Vol. 289 issue 2 (191 – 197).

Tesoro, G. 1976. Current Research on Chemical Modification of Celluluse. Pure

& Application Chemistry, Vol. 46, pp. 239-245 Tesoro.G. 1978. Chemical Modification of Polymers with Flame-Retardant

Compounds . Journal of Polymer Science: Macromolecular Reviews, Vol. 13, pp. 283-353

West, A. R. 1992 . Solid State Chemistry and Its Applications. John Wiley and

sons. Scotland. Wirjosentono, B., P. Guritno, dan A. Nasution. 1998. Compatibility and

Biodegradability of Polypropilene Material Containing Cellulose Derivatives and Oil Palm Empty Bunches Filler. Indonesian Journal of Oil Palm Research.

Yang, H.S., Kim H.J., Lee B.J., and Hwang T.S. 2004 . Rice Husk Flour Filled

Polypropylene Composites; Mechanical and Morphological Study. Elsevier Science Ltd.

Xu, J.Z., Yunhong J., Bo Z., Hongqiang Q., Guozhong Y. 2006. Tin Dioxide

Coated Calcium Carbonate as Flame Retardant for Semirigid Poly(vinil chloride). Abstract. Journal Applied Polymer Science. Vol. 101 issue 1 (731 – 738).