Upload
hahanh
View
241
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
OLEH : MUHAMAD HAIKAL FIRMANSYAH
NRP : 2108.100.127
DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA
DOSEN LAPANGAN Dr. Eng. Arif Sugianto
Dept. of Aircraft Engineering PT. GMF AeroAsia
Analisa Kegagalan Top Hinge-Guide
Arm pada pintu depan pesawat terbang Boeing 737-300
SIDANG TUGAS AKHIR
• Bagaimana mekanisme terjadinya kegagalan pada Top Hinge Guide Arm secara metalurgi.
• Bagaimana beban yang diterima oleh Top Hinge Guide Arm saat kondisi pengoperasian.
• Bagaimana solusi yang dapat diberikan untuk menghindari kasus kegagalan Top Hinge Guide Arm.
PENDAHULUAN |Perumusan Masalah
• Mengetahui mekanisme terjadinya kegagalan Top Hinge Guide Arm secara metalurgi.
• Mengetahui beban yang diterima oleh Top Hinge Guide Arm.
• Memberikan solusi atas kegagalan Top Hinge Guide Arm agar tidak terjadi kasus kegagalan yang serupa
PENDAHULUAN |Tujuan Penelitian
• Komponen Top Hinge Guide Arm terbuat dari material yang homogen komposisi kimia dan sifat mekanik.
• Desain awal yang digunakan pada komponen Guide Arm sudah disesuaikan dengan standard yang ditetapkan.
• Proses perakitan dan perawatan berjalan sesuai dengan standar operasional yang telah ditentukan.
PENDAHULUAN |Batasan Masalah
• Kondisi peralatan pengujian dilakukan dianggap sempurna, sudah terkalibrasi dengan baik.
• Parameter-parameter lain yang tidak diamati dianggap konstan
PENDAHULUAN |Batasan Masalah
Ketidakmampuan bahan untuk menjalankan fungsinya dengan
baik , tidak sesuai dengan desain dan rancangan awal
(Brooks, R.C., dan Choudhury, A. 2002. Failure Analysis of Engineering Materials)
Dasar Teori |Definisi Kegagalan
Dasar Teori |Penyebab Kegagalan
PENYEBAB KEGAGALAN PADA
KOMPONEN PESAWAT TERBANG
KELELAHAN (Fatigue)
KOROSI TEGANGAN (Stress Corrosion)
KOROSI
KELEBIHAN BEBAN
(Over Load)
KEAUSAN
OKSIDASI TEMPERATUR
TINGGI
PENJALARAN TEGANGAN
(Brooks, R.C., dan Choudhury, A. 2002. Failure Analysis of Engineering Materials)
Kelelahan Kelebihan Beban
Korosi Tegangan/Korosi
Lelah
Keausan Korosi Oksidasi Temperatur
Tinggi
Penjalaran Retak
61 %
18 %8 % 7 % 2 % 1 %3 %
Dasar Teori |Penyebab Kegagalan
Dasar Teori |Analisa Kegagalan Secara Metalurgi
Collection of Data &
Information
Pemeriksaan Awal
Membersihkan Spesimen dari
kotoran
Pengamatan Makroskopik
Metallography Fractrography Chemical Analysis
Mengetahui Penyebab kegagalan
Recomendation
METODOLOGI |Macro-photography and
Stereomicroscopy Observation
Panasonic DMC-TZ3 Digital Camera
RaxVision with Olympus DP10 digital view finder.
METODOLOGI |METALLOGRAPHY
RaxVision with Olympus DP10 digital view finder.
Mesin Grinding dan Polishing
Mesin pemotong Spesimen
Awal indentasi (titik 1)
Akhir indentasi (titik 25)
Awal indentasi (titik 1) Akhir indentasi (titik 25)
METODOLOGI |HARDNESS TESTING
Wpintu
TAMPAK DEPAN
FREE BODY DIAGRAM
Wpintu = massa pintu x gravitasi = 75 kg x 9,8 m/s2 = 735 Newton
WEIGHT AND BALANCE CONTROL AND LOADING MANUAL
MODEL 737-300
METODOLOGI |Metode Elemen Hingga (LOAD)
TOP HINGE GUIDE ARM
MATERIAL TOP HINGE GUIDE ARM ALUMUNIUM 7075 T-7351 BAR
(BOEING)
METODOLOGI |Metode Elemen Hingga (Properties)
Material properties, dari Top Hinge Guide Arm : • Modulus elastis (E) = 71.0 Gpa • Poison rasio = 0.330 • Density = 2,81 g/cc
METODOLOGI |X-Ray Folurescence (XRF)
XRF ANALYZER
Untuk membandingkan antara komposisi kimia material yang patah dengan material yang baru.
Metallography test
Dekat dengan initial crack Perbesaran 200x
Jauh dari initial crack Perbesaran 200x.
Perbandingan struktur mikro spesimen terhadap literatur ASM Vol 9
Element Composition (%)
Al 88,8
Zn 5,94
Mg 2,77
Cu 1,44
Ti 0,0487
Cr 0,287
Mn 0,0332
Fe 0,257
Ni 0,0197
Si 0,371
Zr 0,0137
X – Ray Fluorescence (XRF)
Match Qual. 100% source : Lab Report TRP-GMF
Material guide arm : 7075 Al
Properties (7075 – O)
UTS 572 Mpa
Yield Strength 503 Mpa
Hardness (Brinnel) 150
Mod of Elasticity 71.7 GPa
Fatigue Strength 159 MPa
Very high strength material used for highly stressed structural parts
*ASM (Aerospace Spesification Metal)
• Modus kegagalan yang terjadi adalah modus kegagalan kelelahan (fatigue). Fenomena kegagalan yang terjadi terdiri dari tiga tahapan utama yaitu tahap awalan retakan yang diinisiasi karena adanya korosi pada guide arm, dilanjutkan tahap pertumbuhan dan perambatan retakan, dan diakhiri tahap akhir berupa bentuk pola patahan statis.
• Hasil metode elemen hingga menunjukkan bahwa titik kritis pada guide arm adalah bagian lubang pin stopper dan lubang pin trigger.
• Berdasarkan hasil perhitungan analisis kegagalan, tegangan yang bekerja pada komponen guide arm masih berada dalam batas aman. Namun, adanya serangan korosi yang terjadi pada komponen guide arm tersebut menyebabkan kekuatannya menurun sehingga kondisi pembebanan menjadi berpengaruh terhadap kegagalan komponen tersebut.
KESIMPULAN
• Identifikasi komposisi kimia dilaksanakan dengan metode yang lain, contohnya Spectrometry, agar kuantitas unsur paduan dapat terdeteksi secara lebih teliti dan menyeluruh.
• Perlu dilakukannya inspeksi yang lebih intensif dan periodik dengan NDT (non destructive test) seperti liquid dye-penetrant terhadap komponen guide arm.
• Perlu dilakukannya pergantian material pin stopper agar tidak terjadi galvanic corrosion pada guide arm
SARAN