4
PERS RELEASE Untuk diberitakan pada 23 Juni 2013, dan setelahnya. PENERIMAAN SEKTOR PERTAMBANGAN SULTRA HARUS TRANSPARAN DAN DAPAT DIAKSES MASYARAKAT..! Indonesia telah menjadi salah satu negara pelaksana EITI (Extractive Industries Trasparency Initiative)-sebuah standar global untuk mentransparansikan pembayaran- pembayaran dan penerimaan dari sektor industri ekstraktif. Komitmen Indonesia tersebut telah tertuang dalam Perpres (Peraturan Presiden) Nomor. 26 Tahun 2010 tentang ”Transparansi penerimaan negara dan daerah yang diterima dari sektor industri ekstraktif migas dan pertambangan”. Perpres ini mewajibkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, baik yang bergerak di sektor Migas, pertambangan umum, maupun batubara untuk menyampaikan laporan kepada EITI-Indonesia. Jenis laporan yang harus disampaikan oleh perusahaan adalah informasi jumlah penerimaan negara yang dibayarkan kepada pemerintah, baik berupa pajak maupun nonpajak. Sebagaimana ketentuan standar EITI, laporan dari perusahaan tersebut kemudian akan direkonsiliasi dengan laporan pemerintah oleh rekonsiliator (lembaga audit) independen. Laporan pertama EITI Indonesia telah dipublikasi bulan April tahun ini. Dari seluruh perusahaan tambang yang beroperasi di Sulawesi Tenggara, baru 3 perusahaan yang telah diwajibkan menyampaikan laporan kepada EITI pada tahap pertama lalu, yakni PT. INCO/Vale Indonesia, PT. Billy Indonesia dan PT. Aneka Tambang. Sedangkan untuk laporan putaran kedua yang sedang berjalan saat ini, akan ditambah 3 perusahaan lagi, yakni PT. Harisma Barakah, PT. Putra Mekongga Sejahtera dan PD. Aneka. Hasil rekonsiliasi laporan EITI pertama, yang disampaikan oleh pihak perusahaan dan pemerintah untuk Tahun Anggaran (TA) 2009 digambarkan pada tabel 1. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan laporan penerimaan negara (terdiri atas: royalti, iuran tetap/land rent, pajak penghasilan badan, pajak bumi dan bangunan serta dividen) yang tidak dapat direkonsiliasi, antara lain : 1. PT. ANTAM melaporkan penerimaan negara sebesar Total Rp. 614.658.841.000 di Tahun 2009, Sedangkan Pemerintah melaporkan sebesar Rp. 590.187.684.000, dimana terdapat perbedaan yang tidak dapat direkonsiliasi sebesar Total Rp. 24.471.157.000 (sekitar 24,5 Milyar Rupiah); 2. PT. BILLY INDONESIA melaporkan penerimaan negara sebesar Total Rp 4.914.25.000, Sedangkan Pemerintah melaporkan sebesar Rp. 3.141.945.000, dimana terdapat perbedaan yang tidak dapat direkonsiliasi sebesar Total Rp. 1.772.180.000 (sekitar 1,78 Milyar Rupiah); 3. PT. INCO/VALE INDONESIA melaporkan pembayaran sebesar 62.708.090 USD dan Rp. 39.671.904, sedangkan Pemerintah melaporkan sebesar 60.526.960 USD, dimana terdapat perbedaan yang tidak dapat direkonsiliasi sebesar 2.181.000 USD dan Rp. 39.671.904.

Siaran Pers : Penerimaan Sektor Pertambangan Sulawesi Tenggara Harus Transparan dan Dapat Diakses Oleh Masyarakat..!

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Siaran Pers PWYP Indonesia bersama dengan LePMIL Kendari pada tanggal 23 Juni 2013 tentang "Penerimaan Sektor Pertambangan Sulawesi Tenggara Harus Transparan dan Dapat Diakses Oleh Masyarakat..!"

Citation preview

Page 1: Siaran Pers : Penerimaan Sektor Pertambangan Sulawesi Tenggara Harus Transparan dan Dapat Diakses Oleh Masyarakat..!

 

   PERS    RELEASE  Untuk  diberitakan  pada  23  Juni  2013,  dan  setelahnya.    

   PENERIMAAN  SEKTOR  PERTAMBANGAN  SULTRA  

HARUS  TRANSPARAN  DAN  DAPAT  DIAKSES  MASYARAKAT..!    Indonesia telah menjadi salah satu negara pelaksana EITI (Extractive Industries Trasparency Initiative)-sebuah standar global untuk mentransparansikan pembayaran-pembayaran dan penerimaan dari sektor industri ekstraktif. Komitmen Indonesia tersebut telah tertuang dalam Perpres (Peraturan Presiden) Nomor. 26 Tahun 2010 tentang ”Transparansi penerimaan negara dan daerah yang diterima dari sektor industri ekstraktif migas dan pertambangan”. Perpres ini mewajibkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, baik yang bergerak di sektor Migas, pertambangan umum, maupun batubara untuk menyampaikan laporan kepada EITI-Indonesia. Jenis laporan yang harus disampaikan oleh perusahaan adalah informasi jumlah penerimaan negara yang dibayarkan kepada pemerintah, baik berupa pajak maupun nonpajak. Sebagaimana ketentuan standar EITI, laporan dari perusahaan tersebut kemudian akan direkonsiliasi dengan laporan pemerintah oleh rekonsiliator (lembaga audit) independen. Laporan pertama EITI Indonesia telah dipublikasi bulan April tahun ini. Dari seluruh perusahaan tambang yang beroperasi di Sulawesi Tenggara, baru 3 perusahaan yang telah diwajibkan menyampaikan laporan kepada EITI pada tahap pertama lalu, yakni PT. INCO/Vale Indonesia, PT. Billy Indonesia dan PT. Aneka Tambang. Sedangkan untuk laporan putaran kedua yang sedang berjalan saat ini, akan ditambah 3 perusahaan lagi, yakni PT. Harisma Barakah, PT. Putra Mekongga Sejahtera dan PD. Aneka. Hasil rekonsiliasi laporan EITI pertama, yang disampaikan oleh pihak perusahaan dan pemerintah untuk Tahun Anggaran (TA) 2009 digambarkan pada tabel 1. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan laporan penerimaan negara (terdiri atas: royalti, iuran tetap/land rent, pajak penghasilan badan, pajak bumi dan bangunan serta dividen) yang tidak dapat direkonsiliasi, antara lain : 1. PT. ANTAM melaporkan penerimaan negara sebesar Total Rp. 614.658.841.000 di

Tahun 2009, Sedangkan Pemerintah melaporkan sebesar Rp. 590.187.684.000, dimana terdapat perbedaan yang tidak dapat direkonsiliasi sebesar Total Rp. 24.471.157.000 (sekitar 24,5 Milyar Rupiah);

2. PT. BILLY INDONESIA melaporkan penerimaan negara sebesar Total Rp 4.914.25.000, Sedangkan Pemerintah melaporkan sebesar Rp. 3.141.945.000, dimana terdapat perbedaan yang tidak dapat direkonsiliasi sebesar Total Rp. 1.772.180.000 (sekitar 1,78 Milyar Rupiah);

3. PT. INCO/VALE INDONESIA melaporkan pembayaran sebesar 62.708.090 USD dan Rp. 39.671.904, sedangkan Pemerintah melaporkan sebesar 60.526.960 USD, dimana terdapat perbedaan yang tidak dapat direkonsiliasi sebesar 2.181.000 USD dan Rp. 39.671.904.

Page 2: Siaran Pers : Penerimaan Sektor Pertambangan Sulawesi Tenggara Harus Transparan dan Dapat Diakses Oleh Masyarakat..!

2

Tabel 1. Laporan Hasil Rekonsiliasi EITI TA 2009 untuk Perusahaan Tambang di Sulawesi Tenggara

Sumber:Laporan Rekonsiliator EITI Indonesia TA 2009, Kantor Akuntan Publik (KAP) Gideon Ikhwan Sofyan

Menurut informasi yang dipaparkan rekonsiliator EITI (KAP Gideon Ikhwan Sofyan), perbedaan data tersebut-khususnya atas Pph dan PBB-belum termasuk perbedaan yang timbul akibat belum diberikannya informasi dari Dirjen Pajak (DJP). Perbedaan tersebut antara lain disebabkan karena untuk beberapa perusahaan, DJP tidak menerima lembar otorisasi pengungkapan pajak yang lengkap, sehingga informasi pajak tidak dapat diungkapkan oleh DJP-sesuai dengan ketentuan UU Perpajakan. Sarmin Ginca, anggota Dewan Pengarah Publish What You Pay (PWYP) Indonesia-Koalisi masyarakat Sipil untuk Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Sumberdaya Ekstraktif, mengatakan:”Perbedaan data laporan antara Perusahaan dan Pemerintah mencerminkan adanya masalah besar dalam pencatatan penerimaan negara”.

Sementara itu, LEPMIL Kendari, yang merupakan salah satu satu anggota PWYP Indonesia melakukan perhitungan total jumlah pendapatan sektor tambang yang diterima oleh Pemda Sulawesi Tenggara dalam 4 tahun terakhir yang berasal dari pos Dana Perimbangan Pusat-Daerah berupa Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) Pertambangan, diperoleh gambaran sebagaimana tabel dan grafik di bawah ini:

Aliran  Pendapatan

Nilai  Laporan  yang  telah  Disesuaikan Perbedaan  yang    

Tidak  Dapat  Direkonsiliasi Entitas  Pertambangan Pemerintah

ESDM,  DJP,  DJA USD'000 0 USD'000 IDR'000 USD'000 IDR'000

PT.  ANEKA  TAMBANG   Royalti 0 120,358,871     -­‐  0     120,905,498       -­‐  0     (546,627) Iuran  Tetap 0 3,018,977     -­‐  0     150,000       -­‐  0     2,868,977   Pajak  Penghasilan  Badan 0 111,937,800     -­‐  0     111,937,800       -­‐  0     -­‐  0 Pajak  Bumi  dan  Bangunan 0 23,050,893     -­‐  0     902,086       -­‐  0     22,148,807   Dividen 0 356,292,300     -­‐  0     356,292,300       -­‐  0     -­‐  0 Total 0 614,658,841     -­‐  0     590,187,684       -­‐  0     24,471,157   PT.  BILLY  INDONESIA Royalti 0 4,762,020     -­‐  0     3,057,202       -­‐  0     1,704,818   Iuran  Tetap 0 47,519     -­‐  0     53,630       -­‐  0     (6,111) Pajak  Penghasilan  Badan 0 31,113     -­‐  0     31,113       -­‐  0     -­‐  0 Pajak  Bumi  dan  Bangunan 0 73,473     -­‐  0     -­‐  0     -­‐  0     73,473   Dividen 0 0     -­‐  0     -­‐  0     -­‐  0     -­‐  0 Total 0 4,914,125     -­‐  0     3,141,945       -­‐  0     1,772,180   PT.  INCO  (VALE  INDONESIA) Royalti 5,268.68 0 5,268.68     -­‐  0     -­‐  0     -­‐  0 Iuran  Tetap 327.79 0 327.79     -­‐  0     -­‐  0     -­‐  0 Pajak  Penghasilan  Badan 57,111.62 0 54,930.49     -­‐  0     2,181       -­‐  0 Pajak  Bumi  dan  Bangunan 0.00 39,671,904 0.00     -­‐  0     -­‐  0     39,671,904   Dividen 0.00 0 0.00     -­‐  0     -­‐  0     -­‐  0 Total 62,708.09 39,671,904 60,526.96     -­‐  0     2,181       39,671,904  

Page 3: Siaran Pers : Penerimaan Sektor Pertambangan Sulawesi Tenggara Harus Transparan dan Dapat Diakses Oleh Masyarakat..!

3

DAERAH    DBH  SDA  PERTAMBANGAN  (Rupiah)  

2009   2010   2011   2012  

 BUTON      1,434,521,213      3,150,631,900      3,061,855,249      8,156,757,606      KONAWE      1,145,301,739      3,169,061,100      3,890,495,140      8,078,560,266      KOLAKA      6,918,293,347      11,417,933,100      15,025,342,354      32,847,067,531      MUNA      698,275,539      1,453,707,400      2,544,433,153      5,647,075,479    

 KENDARI      698,275,539      1,453,707,400      2,547,811,266      5,645,731,479      BAUBAU      698,275,539      1,453,707,400      2,610,943,434      5,702,170,467    

 KONAWE  SELATAN      839,515,259      1,641,798,500      5,726,368,788      12,209,490,737      BOMBANA      1,329,839,240      4,764,639,700      6,336,401,914      13,720,078,433      WAKATOBI      698,275,539      1,453,707,400      2,543,095,383      5,645,731,479    

 KOLAKA  UTARA      877,832,244      1,838,516,800      4,873,261,344      12,540,550,553      KONAWE  UTARA      752,913,619      1,478,005,000      7,440,808,621      14,456,736,518      BUTON  UTARA      725,087,699      1,535,775,000      2,560,327,843      5,731,692,628    

 PEM  PROV  SULTRA      4,119,095,997      8,702,797,700      14,785,643,566      32,595,074,795      TOTAL      20,935,502,513      43,513,988,400      73,946,788,055      162,976,717,971    

Yasril, Direktur LEPMIL Kendari mengatakan ”Dari tahun ke tahun penerimaan daerah dari sektor pertambangan di Sultra terus meningkat, seharusnya hal tersebut diikuti oleh keterbukaan dan akses publik terhadap informasi penerimaan sektor tambang. Agar publik tahu bahwa ada penerimaan daerah sekian dari sektor pertambangan, sehingga masyarakat dapat mengontrol penggunaan penerimaan tersebut untuk pembangunan daerah”. Maryati Abdullah, Koordinator Nasional PWYP Indonesia menambahkan ”Transparansi informasi dan data-data penerimaan sektor tambang merupakan prasyarat awal bagi akuntabilitas tata kelola sektor pertambangan. Jika kita menginginkan pertambangan ini bermanfaat bagi masyarakat, maka sudah saatnya semua pihak-termasuk Pemerintah Daerah membuka data-data pertambangan”. ”Bukan hanya data penerimaan, melainkan juga data-data kontrak seperti mengenai area luasan dan batas-batas wilayah konsesi, kepemilikan, hingga dampak lingkungan dan program CSR dari kegiatan operasi pertambangan” Imbuhnya.

Page 4: Siaran Pers : Penerimaan Sektor Pertambangan Sulawesi Tenggara Harus Transparan dan Dapat Diakses Oleh Masyarakat..!

4

Kendari, 22 juni, 2013

Maryati Abdullah

Koordinator Nasional

_________________________________________________  PWYP-­‐Indonesia  adalah  sebuah  koalisi  Nasional  Masyarakat  Sipil  untuk  Transparansi  dan  Akuntabilitas  Sumberdaya  Ekstraktif.  Beranggotakan  38  Organisasi  Masyarakat  Sipil  (OMS)  yang  tersebar  di  seluruh  wilayah   Indonesia,   terdiri   atas:  Transparansi   International   Indonesia-­‐TII,   Pusat  Telaah  dan   Informasi  Regional-­‐PATTIRO,   Institute   for   Essential   Services   Reform-­‐IESR,   Indonesia   Corruption   Watch-­‐ICW,  Indonesia   Parliamentary   Center-­‐IPC,   Indonesia   Center   for   Environmental   Law-­‐ICEL,   Artikel   33  Indonesia,   Seknas   Forum   Indonesia   untuk   Transparansi   Anggaran-­‐FITRA,   Masyarakat   Transparansi  Aceh-­‐MATA,   Gerakan   Antikorupsi   Aceh-­‐GERAK,   GERAK   Aceh   Besar,   AKAR   Bengkulu,   Fitra   Riau,  Lembaga  Pemberdayaan  dan  Aksi  Demokrasi-­‐LPAD  Riau,  Forum  Komunikasi  Pemuka  Masyarakat  Riau-­‐FKPMR,   WALHI   Riau,   Yayasan   Puspa   Indonesia-­‐PUSPA   Palembang,   Pusat   Studi   Kebijakan   Sumatra  Selatan-­‐PASKASS,   Pattiro   Serang   Banten,   Institute   for   Ecological   Study-­‐INFEST   Garut,   Institute   for  Development   and  Economic  Analysis-­‐IDEA  D.I   Yogyakarta,   Lembaga  Penelitian   dan  Aplikasi  Wacana-­‐LPAW  Blora,  Bojonegoro   Institute,  Fitra   Jawa  Timur,  Public  Crisis  Center-­‐PCC  Tuban,  Gresik   Institute,  Gerakan   Rakyat   Peduli   Sampang-­‐GPRS,   Pokja-­‐30   Samarinda,   Yayasan   PADI   Indonesia-­‐Balikpapan,  POSITIF   Kalimantan,   Gemawan   Kalbar,   Lembaga   Pengembangan  Masyarakat   Pesisir   dan   Pedalaman-­‐Lepmil   Sultra,   Yayasan   Pengembangan   Studi   Hukum   dan   Kebijakan-­‐YPSHK   Sultra,   Yayasan   Swadaya  Mitra   Bangsa-­‐Yasmib   Sulselbar,   Solidaritas   Masyarakat   untuk   Transparansi-­‐SOMASI   NTB,   Lembaga  Studi  dan  Bantuan  Hukum-­‐LSBH  NTB,  Forum  Kerja  Sama  LSM-­‐FOKER  LSM  Papua,  PERDU  Manokwari.          

PUBLISH WHAT YOU PAY INDONESIA

Jl. Intan No.81, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430, Indonesia Telp/Fax ; +6221-7512503 | E-mail : [email protected] Website : www.pwyp-indonesia.org | Fanpage : Publish What You Pay Indonesia