24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita membicarakan mengenai sejarah Islam, maka kita akan menemukan dinasti-dinasti Islam yang berperan dalam pembentukan suatu peradaban Islam. Sejarah Islam dibagi oleh para ahli ke dalam tiga periode besar, yakni periode Klasik, Pertengahan, dan Modern. Periode klasik (650 - 1250 M), periode pertengahan (1250 – 1800 M), dan periode modern (1800 M sampai saat ini). 1 Sejarah Islam Periode Klasik (650 – 1250 M), perkembangan Islam pada periode klasik dibagi menjadi dua masa yakni masa kemajuan dan masa disintegrasi. Masa kemajuan disini dalam rentang waktu 650 – 1000 M, Merupakan masa perluasan, integrasi dan keemasan Islam dari sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dihanguskannya Baghdad oleh Hulagu Khan. Masa ini mencakup Masa Nabi Muhammad SAW, masa Khulafaur Rasyidin, Masa Dinasti Umayah Timur atau Umayah Damaskus, masa Dinasti Abbasiyah. Dan masa disintegrasi 1000 – 1 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI-Press 1985), hlm. 56. “Dinasti Ayyubiyah” 1

Shalahuddin al-Ayyubi

  • Upload
    wismara

  • View
    87

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biografi

Citation preview

Page 1: Shalahuddin al-Ayyubi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika kita membicarakan mengenai sejarah Islam, maka kita akan

menemukan dinasti-dinasti Islam yang berperan dalam pembentukan suatu

peradaban Islam. Sejarah Islam dibagi oleh para ahli ke dalam tiga periode

besar, yakni periode Klasik, Pertengahan, dan Modern. Periode klasik (650

- 1250 M), periode pertengahan (1250 – 1800 M), dan periode modern

(1800 M sampai saat ini).1

Sejarah Islam Periode Klasik (650 – 1250 M), perkembangan Islam

pada periode klasik dibagi menjadi dua masa yakni masa kemajuan dan

masa disintegrasi. Masa kemajuan disini dalam rentang waktu 650 – 1000

M, Merupakan masa perluasan, integrasi dan keemasan Islam dari sejak

kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dihanguskannya Baghdad oleh

Hulagu Khan. Masa ini mencakup Masa Nabi Muhammad SAW, masa

Khulafaur Rasyidin, Masa Dinasti Umayah Timur atau Umayah

Damaskus, masa Dinasti Abbasiyah. Dan masa disintegrasi 1000 – 1250

M, ditandai dengan perpecahan-perpecahan yang terjadi di tubuh Dinasti

Abbasiyah.

Sejarah Islam Periode Pertengahan (1250 – 1800 M), masa ini dalam

rentang waktu 1250 – 1500 M ditandai dengan munculnya Jengis Khan,

Timur Lenk. Dan kurun waktu 1500 – 1800 M merupakan masa tiga

kerajaan besar yakni Kerajaan Turki Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di

Persia, dan Kerajaan Mughal di India.

Sejarah Islam Periode Modern (1800 M - sampai sekarang), pada

1800 – 1900 M yakni penjajahan wilayah Islam oleh Barat, Mesir dikuasai

oleh Napoleon Bonaparte. Periode ini disebut juga periode pembaharuan 

karena merupakan zaman kebangkitan dan kesadaran umat Islam  terhadap

1 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI-Press 1985), hlm. 56.

“Dinasti Ayyubiyah” 1

Page 2: Shalahuddin al-Ayyubi

kelemahan dirinya dan adanya kesadaran untuk memperoleh kemajuan

dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang pengetahuan dan teknologi.

Dari  awal dinasti yang pertama muncul yaitu dinasti Umayyah,

Abbasiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah, hingga Turki Utsmani dinasti terakhir

Islam. Setiap dinasti–dinasti tesebut telah memberikan suatu andil yang

sangat berarti, memberikan peran penting demi tersambungnya suatu

peradaban Islam, seperti dalam bidang pendidikan, politik, kesenian, dan

kebudayaan. Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskankan diri dari

kekuasaan Baghdad pada masa Khalifah Abbasiyah, diantaranya yaitu :2

1. Yang berbangsa Persia :

a. Thahriyyah di Khurasan, (205–259 H / 820–872 M)

b. Shafariyah di Fars, (254–290 H / 868–901 M)

c. Samaniyah di Transxonia, (261–389 H / 873–998 M)

d. Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H / 932-1055 M)

2. Yang berbangsa Turki :

a. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H / 837-903 M)

b. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H / 932-1163 M)

c. Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H / 962-1189 M)

d. Dinasti Saljuk, (469-706 H / 1077-1307 M)

3. Yang berbangsa Kurdi :

a. Al-Barzuqani, (348-406 H / 959-1015 M)

b. Abu Ali, (380-489 H / 990-1095 M)

c. Ayyubiyah, (564-648 H / 1167-1250 M)

4. Yang berbangsa Arab:

a. Idrisiyyah di Marokko, (172-375 H / 788-985 M)

b. Aghlabiyyah di Tunisia, (184-289 H / 800-900 M)

c. Alawiyah di Tabaristan, (250-316 H / 864-928 M)

d. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H / 929-1002 M)

2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 65-66.

“Dinasti Ayyubiyah” 2

Page 3: Shalahuddin al-Ayyubi

e. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H / 1011-1150 M)

f. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H /996-1095 M)

g. Mirdasiyyah di Aleppo (414-472 H / 1023-1079 M)

5. Yang mengaku dirinya sebagai khilafah :

a. Umawiyyah di Spanyol

b. Fatimiyyah di Mesir (909-1171 M)

Dari dinasti-dinasti itu, nampak jelas adanya persaingan antara

bangsa, terutama antara bangsa Arab, Persia dan Turki. Disamping itu juga

latar belakang kebangsaan dinasti-dinasti itu adanya paham keagamaan

yang berlatar belakang syi’ah dan sunni3. Namun dalam makalah ini saya

akan membahas lebih jauh tentang dinasti dari bangsa Kurdi yaitu Dinasti

Ayyubiyah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam makalah ini dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-

pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya dinasti Ayyubiyah ?

2. Apa pencapaian-pencapaian dari Dinasti Ayyubiyah ?

3. Apa sebab kemunduran dari dinasti Ayyubiyah ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul tentang “Dinasti Ayyubiyah”

ini adalah untuk :

1. Mengetahui sejarah singkat berdirinya dinasti Ayyubiyah.

2. Mengetahui pencapaian-pencapaian yang dicapai oleh dinasti Ayyubiyah.

3. Mengetahui sebab kemunduran dinasti Ayyubiyah.

BAB II

3 Loc.cit.

“Dinasti Ayyubiyah” 3

Page 4: Shalahuddin al-Ayyubi

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dinasti Ayyubiyah

Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni, Dinasti ini didirikan oleh

Shalahuddin Al-ayyubi, nama lengkapnya adalah Yusuf bin Ayyub bin

Syadzi.4 Lahir di Tikrit 532 H/1137 M, meninggal pada tahun 589 H/1193

M, Shalahuddin berasal dari suku Kurdi Hadzbani.5 Nama Ayyubiyah

dinisbatkan kepada Najmuddin Ayyub bin Syadi, Ayah dari Shalahuddin

al-Ayyubi, seorang Kurdi yang berasal dari Kota Dvin, di Utara Armenia.

Najmuddin Ayyub berasal dari suku Rawadiyah yang merupakan warga

mayoritas Kota Dvin. Sebagian orang-orang Bani Ayyub menyatakan

bahwa mereka bukanlah orang Kurdi dan mengklaim sebagai orang Arab

keturunan dari Bani Umayyah yang tinggal di Utara Armenia. Shalahuddin

al-Ayyubi sendiri membantah pendapat ini, dan menyatakan bahwa

Shalahuddin al-Ayyubi adalah orang asli Kurdi bukan dari bangsa Arab.6

Dinasti Ayyubiyah berdiri diatas puing-puing dinasti Fatimiyah

Syi’ah di Mesir. Kematian khalifah al-Adid dari dinasti Fatimiyah pada

tahun 567 H/1171 M, adalah tanda berakhirnya dinasti Fatimiyah, dan

kekuasaan diambil oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Al-Ayyubi diakui sebagai

khalifah Mesir oleh al-Muhtadi pada tahun 1175 M.7 Kemudian al-Ayyubi

berhasil menguasai Aleppo dan Mousul. Untuk mengantisipasi

pemberontakan dari pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib,

al-Ayyubi membangun benteng bukit di Muqattam. Tempat ini menjadi

pusat pemerintahan dan militer.

4 Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 223.

5 Kurdi adalah sebuah kelompok etnis di Timur Tengah, yang sebagian besar menghuni suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai Kurdistan, meliputi wilayah bagian yang berdekatan dari Iran, Irak, Suriah, dan Turki.

6 http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/dinasti_dinasti-lokal-aghlabiyah-fatimiyah-dll.pdf.

7 Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm, 165-166.

“Dinasti Ayyubiyah” 4

Page 5: Shalahuddin al-Ayyubi

Pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiyah adalah Kairo, Mesir. Wilayah

kekuasaannya meliputi kawasan Mesir, Suriah, dan Yaman. Keberhasilan

Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom. Dalam

mengkosolidasikan kekuatannya, Shalahuddin banyak memanfaatkan

keluarganya untuk ekspansi ke wilayah lain, seperti Turansyah.

Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman pada 569 H/1173 M.8

Taqiyuddin, keponakannya disetting untuk melawan tentara Salib yang

menduduki Dimyat. Sedangkan Syihabuddin, pamannya mendapat

perintah untuk menduduki Mesir Hulu (Nubia). Yang akhirnya

memudahkan penaklukan Syiria, termasuk Damaskus, Aleppo dan

Mousul.

Shalahuddin menjadi khalifah pertama dinasti Ayyubiyah dengan

gelar Al-Malk An-Nasir-As-Sultan Shalahuddin Yusuf.9 Dan Khalifah

Abbasiyah memberinya gelar Al-Muiz li Amiril Mu’minin (penguat

kedudukan Amiril Mu’minin). Khalifah Abbasiyah juga menyerahkan

Mesir, Nubah, Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah, Maghribi (Maroko) di

bawah kekuasaan Shalahuddin al-Ayyubi. Hal itu dilakukan setelah

Shalahuddin menghilangkan penyebutan nama Khalifah Fatimiyah dalam

Khutbah Jum’at diganti dengan menyebutkan Khalifah Abbasiyah.10

Shalahuddin al-Ayyubi dikenal sebagai Panglima Perang. 11Shalahuddin

juga mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan. Dinasti ini

berkuasa selama ± 90 tahun.12 yang dikuasai oleh beberapa penguasa,

diantaranya :

8 http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/dinasti_dinasti-lokal-aghlabiyah-fatimiyah-dll.pdf.

9 Drs. Mahrus As’ad, M. Ag dan Adad Nursahad, S. Ag, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: Erlangga, 2009), hlm. 59.

10 Loc.cit.

11 Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 278.

12 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 151.

“Dinasti Ayyubiyah” 5

Page 6: Shalahuddin al-Ayyubi

1. Salahuddin al-Ayyubi nama lengkap Salah al-Din Yusuf Ibn Ayyub

(1174-1193 M)

2. Al-Manshur bin al-Aziz (1193-1199 M)

3. Al-Adil bin Ayyub (1199-1218 M)

4. Al-Kamil bin al-Adil (1218-1237 M)

5. Abu Bakar bin al-Kamil dengan gelar Al-Adil II (1237-1239 M)

6. Al-Shalih Ayyub bin al-Kamil (1239-1249 M)

7. Al-Muazham Turan bin Ash-Shalih (1249-1250 M)

8. Shultanah Syajarutud al-Durr istri Malik Sholeh (1250-1250 M)

9. Al-Ashraf bin Yusuf (1250-1260 M)13

Shalahuddin berhasil menyatukan satu kekuatan Islam yang sangat

besar setelah sebelumnya kaum muslimin dilanda perpecahan dan

penderitaan serta kelemahan. Tujuan Shalahuddin al-Ayyubi menyatukan

Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya

di bawah komando al-Ayyubiyah adalah agar terjadinya koalisi umat Islam

yang kuat. Dengan pasukan yang besar itu, Shalahuddin menghadapi

kekuatan pasukan Salib dan berhasil menang atas mereka dengan

kemenangan telak dalam Perang Hithin pada tahun 583 H / 1187 M.

Shalahuddin al-Ayyubi berhasil mengambil kembali Bait al-Maqdis dan

berhasil mengusir orang-orang Salibis dari sebagian besar wilayah Syam.14

Lima tahun kemudian setelah peristiwa ini, tepatnya tahun 588 H/1192 M.

Shalahuddin al-Ayyubi membuat perjanjian dengan tentara Salib bahwa

orang-orang Kristen yang hendak berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan

diganggu, perjanjian ini disebut dengan Shulh al-Ramlah atau perjanjian

Ramalah.

Kesultanan yang telah dibangun oleh Shalahuddin dari Tigris sampai

ke Nil telah dibagi-bagikan kepada ahli warisnya.15 Sayangnya tidak ada

satu pun di antara mereka yang mewarisi kepandaiannya. Anak-anaknya

13 Samsul Munir Amin, Op.cit, hlm. 452.14 Badri Yatim, Op.cit, hlm. 78.

15 Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), hlm. 833.

“Dinasti Ayyubiyah” 6

Page 7: Shalahuddin al-Ayyubi

al-Malik al-Afdhal yang menggantikan kedudukannya di Damaskus, al-

Zahir mewarisi tahta di Aleppo, dan si bungsu sekaligus kepercayaan

Shalahuddin, Shalah al-Adil yang menguasai Karak dan Syaubak, gagal

meneruskan kejayaan Daulah Ayyubiyah ini. Perjuangan Shalahuddin

sampai menjadi sultan dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu:16

1. Periode berjuang di Mesir

Shalahuddin muncul pertama kali sebagai prajurit biasa di Mesir pada

tahun 599 H/1164 M sewaktu umurnya 27 tahun. Ketika itu Nuruddin

Zanki, pamannya mengirimkan angkatan bersenjata yang terdiri dari suku

Kurdi dibawah pimpinan Shirkuh dibantu oleh banyak staf komando,

Shalahuddin salah satunya. Tentaranya diminta untuk menyerang Tyre

agar bisa mengalihkan serangan tentara Salib dari Mesir. Permintaan itu

menyebankan Nuruddin campurtangan dalam urusan Mesir dan menjadi

tahu bahwa Mesir telah lemah menghadapi tentara salib dan memberi

kesempatan kepada Salahuddin sebagai wakil Nuruddin untuk menguasai

Mesir. Ketika khalifah al-Adhid meninggal Shalahuddin diangkat menjadi

penguasa Mesir, tetapi beliau tidak bersedia menjadi raja penerus daulah

Fatimiyah. Shalahuddin memproklamirkan Mesir menyatu dengan

pemerintah Abbasiyah di Baghdad.

2. Periode menghadapi Syiria (1174-1186 M)

Karena kedudukannya yang teguh di Mesir, banyak orang yang

cemburu atas kenaikan dan kebesarannya. Disampaikan kepada Nuruddin

bahwa Shalahuddin hendak merampas Mesir dari kekuasaannya. Maka

disiapkan angkatan bersenjata untuk menyerang Mesir dan menghajar.

Shalahuddin, karena putera raja Syam masih kecil, maka Shalahuddin

memproklamirkan dirinya sebagai raja Mesir dan “pelindung” raja Syam.

Shalahuddin menjadi penguasa Arab terpenting mempersatukan Mesir,

Syria, Mesopotamia dan Yaman untuk melawan tentara Salib. Orang

16 http://www.academia.edu/5567823/Sejarah_Ekonomi_di_Masa_Ayyubiyyah.

“Dinasti Ayyubiyah” 7

Page 8: Shalahuddin al-Ayyubi

Kurdi dan Turkuman bergabung dengan pasukan Shalahuddin yang sangat

berpengaruh di wilayah Asia Barat.

Untuk mempertahankan diri melawan pengikut Fatimiyah di Mesir dan

melawan bahaya orang Salib di Syria, dan Palestina, Shalahuddin

mendirikan benteng di atas bukit Muqattam yang paling Barat. Tempat ini

menjadi pusat pemerintahan dan kubu militer yang sanggup menagkis

serangan luar. Ini adalah rencana Shalahuddin untuk menghubungkan

benteng ini dengan perbentengan Kairo kuno zaman Fatimiyah dan

memperluas benteng sehingga memagari letak kota Fustat sepanjang

sungai Nil.

3. Periode berjuang di Palestina (1186-1193 M)

Periode ini digunakan untuk pereng suci melawan tentara Salib.

Kebijakan Shalahuddin adalah membentuk persatuan negara Arab untuk

mengusir orang Salib. Dalam perang ini Shalahuddin selalu mengalahkan

tentara Salib sampai puncaknya menghancurkan mereka di Hittin dekat

Teberias tahun 1187 M. Kemudian diikuti dengan penundukan atas

Palestina, Acre (Okka), Nabulus, Caesaria, Jaffa, Ascolon, Beirut. Pada

tahun yang sama Jerussalem juga menyerah, negeri Tripolis, Antiokh,

seluruh pesisir Utara Tyre dikuasai. Pada zamannya, pasukan salib

dipimpin oleh tiga raja yaitu : Frederick Barbarossa, Philip II (Perancis),

dan Richard I (Inggris). Perang suci ini diakhiri dengan “Perjanjian

Ramalah” pada tahun 1192 di Ramle, isi perjanjian tersebut adalah :17

Shalahuddin harus kembali ke Syiria.

Jerussalem tetap berada ditangan umat Islam, dan umat Kristen

diizinkan untuk menziarahinya.

Tentara Salib akan mempertahankan pantai Syria dari Tyre

sampai ke Jaffa.

17 Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Saufa, 2014), hlm. 267.

“Dinasti Ayyubiyah” 8

Page 9: Shalahuddin al-Ayyubi

Pada tahun 1193 M, al-Ayyubi meninggal dunia di Damaskus. Ia

digantikan oleh saudaranya, sultan al-Adil. Pada tahun 1218 M, al-Adil

meninggal setelah kalah melawan pasukan Salib dan kota Dimyath jatuh

ketangan tentara Salib. Setelah al-Adil wafat, para penerus Dinasti

Ayyubiyah, yang semuanya keturunan al-Adil, memerintah di Mesir,

Damaskus dan Mesopotamia. Beberapa penguasa lain, yang masih berasal

dari keluarga Ayyubiyah, memerintah di Emessa, Hamah, dan Yaman.

Setelah al-Adil wafat digantikan oleh al-Kamil.18 Setahun setelah

kenaikan tahtanya, St. Francis dari Assisi berkunjung ke istananya, dan

mendiskusikan berbagai masalah keagamaan dengannya. Keterkaitannya

kepada pengetahuan mungkin tergambar dari panggilannya kepada

seorang Kairo yaitu “Umar ibn al-Farid (1181-1235 M)” penyair sufi Arab

terbesar. Awalnya al-Kamil bersahabat dengan Richard, kini ia bersahabat

dengan Frederick II, yang pada tahun 1227 menjadi panglima pasukan

Salib.19

Al-Kamil melanjutkan perang melawan tentara Salib. Akan tetapi,

antara al-Kmil dengan saudaranya al-Mulk al-Muazham (gubernur

Damaskus) terjadi konflik. Al-Kamil merasa bahwa al-Mu’azham akan

menyingkirkannya. Oleh karena itu al-Kamil mengirimkan kudeta kepada

Frederick Barbarossa dengan menawarkan kerjasama dan Jerussalem

dijadikan sebagai imbalan atas bantuan Frederick. Pada tahun 1229, dalam

suatu perjanjian yang curang, Yerusalem diputuskan untuk diserahkan

kepada Frederick, juga daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan

Akka, dengan jaminan al-Kamil akan menerima bantuan dari Frederick

untuk melawan musuh, yang kebanyakan dari mereka adalah keluarga

Ayyubiah. Pada tahun 1229, dibentuk perjanjian antara al-Kamil dengan

Frederick yang isinya sebagai berikut :20

18 Jaih Mubarok, Op. Cit. hlm. 107.19 Philip K. Hitti, Op. Cit, hlm. 835.20 Jaih Mubarok, Op. Cit, hlm. 107.

“Dinasti Ayyubiyah” 9

Page 10: Shalahuddin al-Ayyubi

Jerussalem dengan Bethlehem, Nazaret, dan rute haji ke Jaffa dan

Acre akan menjadi kekuasaan absolutkaisar, dengan pengecualian

bahwa area masjid Umar di Jerussalem tetap menjadi milik

terbatas bagi umat Islam.

Tawanan-tawanan Kristen dibebaskan.

Kaisar harus melindungi sultan dari serangan-serangan musuh.

Perjanjian ini berlaku selama dua tahun.

Setelah al-Kamil meninggal, digantikan oleh puteranya Abu Bakar

dengan gelar al-Adil II (berlangsung sekitar 3 tahun). Kepemimpinan Abu

Bakar ditolak oleh saudaranya, al-Malik al-Shalih Najm al-Din Ayyub.

Budak-budak Abu Bakar bersengkokol dengan al-Malik al-Shalih

sehingga berhasil menjatuhkan Abu Bakar dan mengangkat al-Malik al-

Shalih Najm al-Din Ayyub (1239-1249 M) sebagai sultan. Selama al-

Malik al-Shalih menjadi pemimpin, pamannya Isma’il bekerjasama dengan

pimpinan pasukan Salib, Franks mengepung Damaskus. Al-Malik al-

Shalih dapat mematahkan konspirasi tersebut dan mengalahkan pasukan

Franks di dekat Gaza.

B. Kemajuan Dinasti Ayyubiyah

Pada masanya, Shalahuddin al-Ayyubi mendorong para ilmuwan

untuk berlomba memajukan ilmu pengetahuan, membuat bendungan,

menggali terusan, mendirikan masjid, dan berhasil mendirikan tiga buah

madrasah di Kairo dan di Iskandariyah untuk mengembangkan mazhab

Sunni. Salah satu bintang dalam ilmu pengetahuan adalah seorang Yahudi

bernama Musa bin Maimoon atau Maimoonides, seorang yang mashur

dikalangan tabib Yahudi dan ahli filsafat dari seluruh zaman Arab. Ia lahir

di Cordova pada tahun 1135 M tetapi keluarganya meninggalkan negeri itu

sebelum jatuh ketangan Kristen dan tinggal di Kairo pada tahun 1165 M.

Di Kairo ia menjadi dokter pribadi sultan Shalahuddin al-Ayyubi,

pemimpin Islan dan anaknya. Sezaman dengan Maimoonides, terdapat

“Dinasti Ayyubiyah” 10

Page 11: Shalahuddin al-Ayyubi

seorang pemuda yang bernama Abd Latief, ia pertamakali tinggal di

Baghdad, kemudian ia pindah ke Kairo, di sana ia menyaksikan wabah

kelaparan dan gempa bumi di Mesir yang terjadi pada tahun 1200-1202 M.

Selam di Mesir ia dapat memperbaiki teori Galen tentang tulang rahang

bawah dan tulang rahang yang menghubungkan tulang punggung dan

tulang kaki.

Al-Kamil mendirikan sekolah tinggi al-Kamiliyah yang sejajar

dengan perguruan tinggi lainnya. Tahun 1246 terdapat Bin al-Baytar,

dokter hewan (al-Baytari) dan medical. Dalam kalangan zoologi (ilmu

hewan), Muhammad al-Damiri mengarang buku dengan judul “Hayat al-

Hayawan” (The Life of Animals). Buku ini lama sekali dipakai oleh

sekolah-sekolah di berbagai negeri Timur.21

C. Kemunduran dan Akhir Dinasti Ayyubiyah

Untuk mempertahankan kekuasaan, al-Malik al-Shalih

mendatangkan budak-budak dari Turki dalam jumlah besar untuk dilatih

kemiliteran yang ditempatkan di dekat sungai Nil yang juga disebut laut

(al-bahr), sehingga mereka disebut Mamluk al-Bahri. Pasukan ini

dijadikan pasukan saingan yang sudah ada sebelumnya, militer yang

berasal dari bangsa Kurdi.

Pada saat Malik al-Shalih wafat (November 1249), istri yang paling

ia sayangi dan paling enerjik, yaitu Syajar al-Dur (Pohon Mutiara)

merahasiakan kematian al-Shalih selama 3 bulan sampai anak dan

pengganti al-Shalih , Turansyah, kembali dari Mesopotamia.22 Turansyah

gagal beradaptasi dengan budak-budak (mamluk) ayahnya, yang

berkelompot dengan ibu tirinya. Konflik terjadi antara Turansyah dengan

Mamluk al-Bahri, karena Turansyah dianggap mengabaikan peran

Mamluk al-Bahri dan lebih mengutamakan tentara yang bersal dari bangsa

Kurdi. Oleh karena itu Mamluk al-Bahri di bawah pimpinan Baybars dan

21 Musyrifah Sunanto, Op. Cit., hlm, 156-157.22 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal., 837.

“Dinasti Ayyubiyah” 11

Page 12: Shalahuddin al-Ayyubi

Izzudin Aybak melakukan kudeta terhadap Turansyah (1250 M).

Turansyah terbunuh. Syajar memproklamirkan sebagai ratu negara Islam,

dan keturunan dinasti Ayyubiah di Damaskus yang baru berumur enam

tahun, al-asyraf Musa dengan memepertimbangkan martabatnya disetujui

untuk menjadi penguasa, tetapi yang bertindak sebagai raja adalah mamluk

Aybak.23 Baybars dan Izzudin Aybak adalah perintis berdirinya dinasti

Mamalik di Mesir,24 dan berakhirlah Dinasti Ayyubiyah.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

23 Ibid.,24 Jaih Mubarok, Op.Cit., hal., 108.

“Dinasti Ayyubiyah” 12

Page 13: Shalahuddin al-Ayyubi

Ayyubiyah adalah sebuah dinasti besar yang berbentuk kerajaan. Dinasti ini

berkuasa di Timur Tengah antara abad ke-12 sampai abad ke-13. Dinasti

Ayyubiyah berdiri diatas puing-puing dinasti Fatimiyah di Mesir. Kematian

khalifah al-Adid dari dinasti Fatimiyah pada tahun 567 H/1171 M, adalah tanda

berakhirnya dinasti Fatimiyah, dan kekuasaan diambil oleh Shalahuddin al-

Ayyubi. Pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiyah adalah Kairo, Mesir. Wilayah

kekuasaannya meliputi kawasan Mesir, Suriah, dan Yaman. Keberhasilan

Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom. Dalam

mengkosolidasikan kekuatannya, Shalahuddin banyak memanfaatkan keluarganya

untuk ekspansi ke wilayah lain.

Perjuangan Shalahuddin sampai menjadi sultan dapat dibagi menjadi tiga

periode, yaitu: Periode berjuang di Mesir, Periode menghadapi Syiria (117-1186

M), dan Periode berjuang di Palestina (1186-1193 M). Shalahuddin al-Ayyubi,

beliaulah sesungguhnya sosok pahlawan Muslim yang patut kita jadikan teladan.

Tidak hanya lihai dalam mengomandoi para prajurit dan menyusun strategi

perang, beliau pandai dalam berdiplomasi dan meyakinkan pihak musuh untuk

menerima jalan perdamaian. Shalahuddin al-Ayyubi adalah anak seorang

gubernur, namun sosok ini tidak menonjolkan diri dan sombong, beliau selalu

bijak dalam menyikapi suatu hal. Raja Richard dari Kerajaan Inggris mengakui

bahwa sosok Shalahuddin al-Ayyubi, mampu mempersatukan kembali bangsa

Arab dan kaum Muslim untuk mengusir Pasukan Salib dari Yerussalem.

Kepemimpinannya dalam menjalankan roda pemerintahan Islam sekaligus

memimpin pasukan di medan perang, dikagumi sekaligus disegani kawan dan

lawan-lawanya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

“Dinasti Ayyubiyah” 13

Page 14: Shalahuddin al-Ayyubi

Salahuddin al-Ayyubi Benteng yang di bangun

Shalahuddin

Ilustrasi Perang Salib Raja Richard

“Dinasti Ayyubiyah” 14

Page 15: Shalahuddin al-Ayyubi

Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah);

Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna pink). Warna

hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai

meninggalnya Shalahuddin.

Replika Pedang Shalahuddin al-Ayyubi dan Raja Richard

“Dinasti Ayyubiyah” 15

Page 16: Shalahuddin al-Ayyubi

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakara : Amzah.

As’ad, Mahrus & Nursahad, Adad. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung:

Erlangga.

Hitti, Philip K. 2005. History Of The Arabs. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.

Mubarok, Jaih. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-

Press.

Sa’id Mursi, Muhammad. 2008. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Prenada Media

Syukur al-Azizi, Abdul. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.

Yogyakarta: Saufa.

Yatim, Badri. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT.Raja Grafindo

Persada.

http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/dinasti_dinasti-lokal-aghlabiyah-

fatimiyah-dll.pdf di unduh pada 1 juni 2014.

http://www.academia.edu/5567823/Sejarah_Ekonomi_di_Masa_Ayyubiyyah di

unduh pada 9 Februari 2015.

“Dinasti Ayyubiyah” 16