Upload
masyrifah-jazm
View
747
Download
32
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
2 | I k h w a h L i d a h
Hak Cipta© 2013 pada Penulis
Hak Cipta TIDAK dilindungi Undang-undang.DIANJURKAN untuk memperbanyak, menyebarkan, ataumemindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektrinismaupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpananlainnya, biarpun tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.Hanya saja kami meminta untuk tetap MENCANTUMKAN SUMBERNYA.
Penulis : Ikhwah LidahEditor : Sirot Fajar
Anik Andri AsnanikPemeriksa Aksara : Sirot FajarDesain Cover & Isi : Rofi’I Nurdika
Diterbitkan oleh:Muslim Youth ClubUniversitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan
Alamat : Rumah Baca Yayasan Tunas Teladan,Jl. Lidah Wetan X/6A Lakarsantri Surabaya
Email : [email protected]
FB : Klub Da’wah Kampus Unesa
Twitter : @dakwah_unesa
Website : [email protected]
Sepotong Hati untukmu… | 3
‘Sepotong Hati’Untukmu Mahasiswa
(Persembahan Untuk Sebuah Cita-cita)
Oleh:
Ikhwah Lidah
Editor:
Sirot Fajar
Anik Andri Asnanik
4 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 5
‘Sepotong Hati’ untuk Sebuah Cita-cita
“Berawal dari kata, peristiwa besar bisa terjadi.
Berawal dari kata, perubahan-perubahan mengejutkan bisa
mengguncang hati.
Berawal dari kata pula, seorang yang keras bisa lunak hatinya.
Sebaliknya, orang baik-baik bisa berubah menjadi orang yang
rusak karena mendengar, mencerna atau membaca tulisan yang
merusak hati dan pikiran..”
(Inspiring Words for Writers)
Yahudi, mengapa mereka berprestasi? Begitulah pertanyaan
yang diajukan KH. Toto Tasmara melalui judul bukunya. Tentu
buku itu tidak mengajak kita untuk mengagumi dan mengikuti
orang Yahudi. Tidak! Yang perlu kita contoh dari Yahudi adalah
semangatnya. Biarpun jumlahnya hanya sedikit tapi mereka bisa
mengendalikan dunia ini. Biarpun secara kuantitas mereka sedikit,
namun secara kualitas tidak ada lagi yang meragukan mereka.
6 | I k h w a h L i d a h
Seharusnya ini patut ditiru para aktivis da’wah, dimana
jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
orang yang harusnya didakwahi. Di manapun itu, baik di kampus,
kampung, parlemen, pasar dan tempat lainnya, selalu saja jumlah
para penyeru kebaikan itu lebih sedikit. Namun biarpun demikian,
kita harus optimis bahwa kita juga bisa memenangkan dakwah ini.
Syaratnya hanya satu: sabar. Ya, sabar. Sebab kesabaran itu lah
yang akan menguatkan kita untuk terus menapaki jalan dakwah ini.
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 249)
Ada satu hal yang mengejutkan ketika saya membaca buku
Inspiring Words for Writers yang ditulis Ustadz Mohammad Fauzil
Adhim. Bahwa, Negara Yahudi Raya yang begitu kejam itu, berdiri
hanya karena sebuah buku tipis yang bertajuk Der Judenstaat (The
Jewish State) dan satu novel menggugah yang berjudul Altneuland
(Old New Land). Keduanya ditulis Benyamin Se’eb alias Theodore
Herzl. Kedua buku itu mengharu biru manusia-manusia Yahudi
sehingga mereka menyatukan langkah dalam meraih cita-cita yang
sama: sebuah negara Yahudi yang kelak bernama Israel.
Cita-cita kami untuk memenangkan dakwah kampus pun
ingin kami mulai dengan ‘kata’. Sebab, sebagaimana kata pemikir
Sepotong Hati untukmu… | 7
dan pemimpin pergerakan Islam di India, Abul Hasan Ali Al-
Hasani An-Nadawai, bahwa “Kata adalah sepotong hati”. Maka
ketika syura evaluasi akhir tahun, kami sepakat membuat program
“Semangat Lima Halaman”. Maksudnya, semua pengurus Muslim
Youth Club wajib menulis essai, renungan, motivasi, kisah-
hikmah, atau apapun namanya yang penting tulisan sebanyak lima
halaman. Kriterianya sederhana: tulisan tersebut harus bisa
menggugah dan menggerakkan kader untuk terus berdakwah.
Ada beberapa pertimbangan kenapa kami memilih ‘sepotong
hati’ untuk menjadi kenang-kenangan. Pertama: sebagaimana kata
Mark Levy, penulis Accidental Genius, bahwa menulis bagaikan
merekam jejak-jejak pikiran. Dan bagi kami, ‘semangat lima
halaman’ ini bukan saja merekam jejak-jejak pikiran para senior,
namun juga merekam jejak-jejak dakwah yang ada di kampus
Unesa beberapa tahun terakhir ini.
Kedua: untuk menunjukkan identitas kami. Maraknya gerakan
yang ada di kampus, menjadikan mahasiswa sulit untuk
membedakan gerakan satu dengan yang lainnya. Dan ini adalah
upaya kami untuk menunjukkan identitas. Seperti kata Sindhunata,
“Menulis adalah pergulatan hidup dalam intinya yang terdalam,
semacam upaya untuk menemukan identitas kita yang paling
orisinal.”
8 | I k h w a h L i d a h
Terakhir, dan ini yang paling penting, adalah memberi
semangat para kader dakwah kampus Unesa pada khususnya, dan
seluruh ADK di Indonesia pada umumnya. Semangat untuk apa?
Tentunya semangat untuk terus berdakwah. Dan juga semangat
untuk mulai berkarya, sekecil apapun itu. Semoga yang kecil itu
diberi barakah oleh Allah.
O, ya. Karena jumlah tulisan pengurus masih sedikit, maka
kami juga meminta beberapa orang yang kami anggap bisa untuk
menulis. Kami haturkan Jazaakumullah khoiri jazaa’ kepada
teman-teman yang meluangkan waktunya untuk menulis. Semoga
mendapat balasan yang terbaik menurut Allah..
Alhamdulillah.. Mungkin kata itulah yang seharusnya kami
ucapkan pertama kali. Segala puji hanya untuk Allah. Tulisan
sederhana ini tidak akan pernah ada jika bukan karena rahmat dan
karunia-Nya. Dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita sehingga
berhasil menapaki jalan yang diridhoi Allah swt.
Sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi, “Siapa yang tidak
pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia
belum bersyukur kepada Allah.” Maka dalam kesempatan kali ini
pun kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
Sepotong Hati untukmu… | 9
kepada para murabbi kami: Ustadz Sobikh, Ustadz Nailul, Pak
Amir, Pak Wendi, dan Ustadz Bahtiar. Baarakallahu fiikum.
Tidak lupa kepada Our Brother yang berada jauh di negeri
seberang: Mas Suwandi. Syukran katsir telah meluangkan waktu di
tengah kesibukannya mengajar di Negeri Jiran. Dan juga kepada
mas-mas dan mbak-mbak pengurus 2011 yang baik hati: Mas
Farich, Mas Ribeh, Mas Agus, Akh Taufiq, Mbak Dian, Mbak
Tina, Mbak Indah, Mbak Nisa’, Mbak Nur Arofi, Mbak Pifa, Mbak
Lestari, Mbak Hefi, Mbak Moza, Mbak Ismi, Mbak Laila, dan
Mbak Ika, afwan jika kami sedikit memaksa. Dipaksa pun yang
menulis cuma beberapa saja, hehe..^_^. Jazaakumullah khoiron
katsira..
Salam juga kepada para ukhayyah yang telah berkenan
mendukung—dan juga mengirim—‘semangat lima halaman’:
Dyah Retna, Anik Andri, Nike, dan Yulianti. Tidak lupa kepada
para mujahid(ah) Klub Dakwah Kampus yang ada di Al-Farisi,
Zam-Zam, Al-Aqsho, Al-Khonsa, Al-Banna, Nabila, dan Haqqiya.
Afwan tidak bisa menyebut namanya satu persatu. Ayo jadikan
Unesa menjadi kampus madani.
Dan kepada para aktivis dakwah kampus di berbagai penjuru
negeri ini, mari kita nyanyikan Lagu Sarasehan Nasional ADK
1432,
10 | I k h w a h L i d a h
Wahai kawan ADK Indonesia
Mari bersatu membangun nusantara
Satukan iman di dalam islam
Menjunjung ibu pertiwi
Akhirnya, sebagaimana judulnya, ‘Sepotong Hati’ Untukmu…
Mahasiswa, maka mungkin isi dari buku ini pun hanya potongan-
potongan yang tidak utuh dan banyak kekurangan. Kami nantikan
tanggapan, saran dan kritik yang baik dari saudara untuk buku ini
di facebook Klub Da’wah Kampus Unesa atau email di
[email protected]. Semoga Allah senantiasa memudahkan
semua upaya kita untuk memperoleh keridhaan-Nya.
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad
[47]: 7)
Surabaya, 1 Jumadil Tsani 1433
Editor 1
Sepotong Hati untukmu… | 11
DAFTAR ISI
Pengantar Editor: ‘Sepotong Hati’ untuk Sebuah Cita-cita
1. Beginilah seharusnya pemuda
MY Me I
Pemuda Dewasa
Pemuda Berkarakter
2. Saatnya Untuk Berdakwah
Mengukir Cerita Dakwah
Kita dan Anak Kecil Itu
Siapakah Hudzaifah Baru
3. Menikmati Dakwah kampus
Menikmati Dakwah di Kampus
Say Yes to Dakwah
Terkadang Semua Itu Butuh Paksaan
Nuansa Bening di Jingganya Langit-MU
4. Selalulah di Jalan Ini
Yang Tidak Terpengaruh
Teruslah di Jalan Ini
Antara Rekrutmen dan Dakwah
Give up? No Way!
12 | I k h w a h L i d a h
Kuliah di Jalan Cahaya
5. Menjalin Ukhuwah
Indahnya Ukhuwah
Kakak, Ajak Aku Terbang
Tunjukkan Dirimu Saudaraku
6. Inilah Yang Akan Menguatkan Kita
Di Majlis Iman Kita Berhenti Sejenak
Setiap Momen Dari Hidup Kita Adalah Up-Grading
Islam di Dadaku
7. Profil Penulis
Sepotong Hati untukmu… | 13
BAB I
Beginilah Seharusnya Pemuda
Ketika orang berkata
Siapa dia pemuda itu?
Yang dimaksud itu adalah aku
Sebab aku tak pernah malas dan bersikap bodoh
(Tharfah bin al-‘Abd)
14 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 15
MY Me I
“Para pemuda yang bersifat Islam adalah suatu hal dan para
pemuda tanpa Islam adalah suatu hal yang lain dan tidak ada apa-
apa selain dari itu.
Para pemuda dengan Islam berarti pemberi kebaikan dan
pembinaan dan yang tanpa Islam ialah celaka dan bala'.”
(Fathi Yakan, Generasi Muda dan Perubahan)
Awal abad XX, Mesir dan dunia islam lainnya -termasuk
Indonesia- banyak yang berada dalam keterjajahan dan penindasan.
Akibatnya, umat ini berada dalam kebodohan, kemiskinan,
keterbelakangan, dan kerusakan sosial. Umat ini begitu jauh dari
nilai-nilai islam.
Di tengah lingkungan seperti itulah Hasan Al-Banna tumbuh.
Ia risau. Ia ingin membangkitkan kejayaan islam kembali. Maka ia
melakukan pengamatan panjang terhadap kondisi umat yang
akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa: "Umat harus
16 | I k h w a h L i d a h
kembali bangkit. Namun aset umat ini untuk kembali bangkit telah
terkuras habis, kecuali satu: Itulah pemuda!!!.”
Yang muda Lebih Perkasa
Dengan berbagai alasan, sekitar 80-an orang munafik
menghindari mobilisasi perang tabuk. Menjelang kedatangan
Rasulullah dari perang yang disebut Al-Qur'an sebagai "sa'atul
'usrah" (saat-saat sulit), mereka telah menunggu Beliau di masjid.
Mereka menyampaikan berbagai dalih, alasan dan argumen sebab-
sebab ketidakikutsertaannya dalam perang tersebut. Mereka
memohon kepada Rasulullah agar beliau memohonkan ampun
kepada Allah. Maka sesuai dhohirnya Rasulullah menerima alasan
itu.
Tapi tidak dengan Ka'ab bin Malik. Kader yang ditarbiyah
oleh Rasulullah dan termasuk jajaran sahabat terhormat, penulis
wahyu, serta tak pernah absen dalam setiap pertempuran -kecuali
perang badar- mengajukan kalimat terang dan jujur. Ia mengaku
tak memiliki alasan untuk tidak mengikuti perang tersebut. Ia
mengalahkan dirinya sendiri dan memenangkan keimanan atas
dusta dan kemunafikan. "Adapun orang ini, maka ia telah berkata
benar," begitu kata Rasul mengenai Ka'ab. Kemudian Beliau SAW
berkata kepada Ka'ab, "Wahai Ka'ab, berdirilah, sampai Allah
memutuskan sesuatu untukmu." Sejak saat itu pun Ka’ab beserta
Sepotong Hati untukmu… | 17
dua orang sahabatnya, Murarah bin Rabiah dan Hilal bin Umayah,
mendapat hukuman pemboikotan sosial.
Dunia terasa sempit bagi mereka. Murarah dan Hilal terus
mengurung diri mereka. Dan Ka’ab, yang paling muda di antara
mereka, tetap pergi ke pasar, masjid, dan tetap bersosialisasi
dengan kaum muslimin lainnya. Biarpun sapaan diabaikan, senyum
dibalas keberpalingan, dan salam tidak dijawab, tapi Ka’ab tidak
mengikuti jejak kedua sahabatnya. Ia tetap berbaur dengan kaum
muslimin lainnya.
Tatkala ada seorang sahabat yang memberi tahu Ka’ab bahwa
Rasulullah memerintahkannya untuk menjauhi istrinya, ia segera
menyuruh istrinya untuk pulang ke rumah keluarganya. Sementara
istri Hilal minta keringanan kepada Rasulullah agar ia tetap bisa
melayani keperluan Hilal, karena sudah tua.
Itulah sekelumit contoh bahwa yang 'muda' lebih tangguh
daripada yang tua. Sebagai orang yang paling muda di antara
ketiga sahabat yang tidak ikut perang Tabuk, Ka’ab menunjukkan
ketangguhannya sebagai anak muda. Ia tetap berbaur dengan kaum
muslimin di saat kedua sahabatnya hanya bisa menangisi
kesalahannya dan mengurung diri di rumah.
Penggerak Roda Kejayaan Umat
18 | I k h w a h L i d a h
Roda kejayaan umat ini tak akan melaju dengan cepat apabila
digerakkan oleh anak-anak yang terlalu belia. Tenaga mereka
masih terlalu lemah untuk menggerakkan roda kejayaan itu,
sehingga lajunya pun lambat. Tidak juga orang tua. Karena
kekuatan mereka mulai luntur seiring bertambahnya usia. Mereka
tak lagi sekuat seperti tatkala masih muda.
Seperti mentari yang menyinari bumi. Pagi yang cerah adalah
anak-anak yang penuh ceria. Siang terik yang panas ibarat
kekuatan pemuda yang sedang membara. Dan memasuki senja,
sinar sang surya akan kembali lemah; persis seperti manusia bila
sudah tua. Kekuatan mereka kembali melemah. Dalam bahasa Al-
Quran, mereka dikembalikan ilaa ardalil 'umur (sampai usia yang
paling lemah).
Mimpi kaum muslimin untuk membebaskan konstantinopel
akhirnya tercapai delapan ratus tahun kemudian oleh pasukan
Utsmaniyah yang dipimpin seorang pemuda berusia 23 tahun,
Muhammad Al-Fatih. Dan Tanah Suci Palestina akhirnya dapat
dibebaskan dari cengkraman pasukan salib melalui kepemimpinan
seorang pemuda juga, Shalahuddin Al-Ayyubi.
Dua peristiwa besar yang tercatat dengan tinta emas sejarah
tersebut ditorehkan oleh para pemuda. Maka tidak berlebihan kalau
ada seorang penyair yang mengungkapkan, "Inna fii yadisy
syubbaaniamrol ummati, wa fii aqdaamihim khayaataha"
Sepotong Hati untukmu… | 19
(Sesungguhnya di tangan para pemuda ada urusan suatu umat, dan
di kakinya ada kehidupan suatu umat).
Bukan Sekedar Pemuda
Generasi muda, kata Herry Nurdi, adalah bahan baku utama
sebuah peradaban, di mana pun dan di zaman apapun. Potensi-
potensi muda ini jika diolah dan dipelihara akan menjadi bahan
bakar perjuangan. Para pemuda adalah besi-besi yang siap ditempa.
Adapun para empu yang menempanya haruslah ulama-ulama yang
membaktikan hidupnya untuk tujuan akhirat, bukan tujuan dunia.
Seperti Muhammad Al-Fatih. Sejak kecil, ia berada dalam
bimbingan Syaikh Aaq Syamsuddin. Mufti di istana sultan Murad
itulah yang menempa dan mendidiknya, sehingga ia menjadi
pemuda islam yang militan. Begitu pula dengan Shalahuddin Al-
Ayyubi. Ia lahir di masa khalifah Nuruddin Zanki, seorang khalifah
yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam
pembangunan masyarakatnya. Bukan hanya dalam hal keilmuan,
tapi juga militer. Maka tumbuhlah Shalahuddin menjadi pemuda
islam yang matang nan perkasa. Tak hanya dalam soal fisik, tapi
juga matang dalam bidang keilmuan, tsaqofah, akhlak, dan akidah.
Dari sinilah akhirnya kita dapat memahami, mengapa Imam
Hasan Al-Banna suatu ketika mengungkapkan, "Perbaikan suatu
20 | I k h w a h L i d a h
umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang
dalam hal ini adalah pemuda."
Bangkitlah Para Pemuda Islam
Jika hanya sebatas pemuda, maka mayoritas penghuni bumi
ini adalah anak-anak muda. Tapi yang dibutuhkan umat ini tidak
hanya pemuda. Tidak! Umat ini membutuhkan lebih dari seorang
pemuda. Dan yang dibutuhkan umat saat ini adalah bangkitnya
'pemuda islam'. Yang dalam bahasa inggrisnya bisa disebut
''Moslem Youth" (MY). Ya, yang kita butuhkan saat ini adalah
"MY" yang ideal. Yaitu pemuda islam yang memiliki kepribadian
utuh, memiliki visi dan misi dalam hidup serta nilai-nilai yang
membentuk paradigma, mentalitas dan karakter secara islam. Dan
yang terpenting: mau berjuang demi kejayaan islam.
Bangkitlah para pemuda... karena di tangan kalianlah urusan
umat ini akan dapat terselesaikan. Dan di kaki kalianlah hidup
matinya umat ini. Bangkitlah para pemuda..!!! jika kalian bangkit,
saya yakin, bahwa tidak lama lagi umat ini akan mengalami
kejayaan. Karena saya percaya, "Moslem Youth Membawa
kejayaan Islam".. InsyaAllah.. Aamiin..
Sepotong Hati untukmu… | 21
Pemuda Dewasa
“Jangan lihat hidup dari fenomena-fenomena, tapi lihatlah hidup
dari hakikat....”
(KH. Rahmat Abdullah)
Zaman kini telah berubah era digital. Segalanya serba digital.
Bahkan ada beberapa pemuda di negeri ini, yang tergabung dalam
komunitas bernama Indonesia Optimis, membuat gagasan upacara
bendera digital. Jika dulu orang lahir tidak membawa apa-apa,
maka kini, kata Rhenald Kasali, seorang lahir dengan membawa
mouse di tangan kanannya.
Di era digital ini segala informasi, berita, ratapan, curahan
hati, motivasi, nasihat dan lain sebagainya berseliweran di sekitar
kita. Begitu mudah kita memperoleh sebuah ilmu pengetahuan.
Jika dulu Imam Bukhari harus berjalan berbulan-bulan untuk
memperoleh satu hadits, maka kini dengan sekali klik bisa
mendapat puluhan bahkan ratusan hadits bahkan lebih dari itu.
22 | I k h w a h L i d a h
Di tengah banjirnya ilmu dan pengetahuan itu, tentu banyak di
antaranya yang bertentangan. Di sana lah bertemu semua gagasan
dan pemikiran yang ada. Mulai dari yahudi, nasrani, alim ulama,
free thinker, kejawen, kiai mbeling, generasi alay lebay, dan lain
sebagainya. Maka istilah Ghozwul Fikr (Perang Pemikiran) benar-
benar menemukan tempat yang cocok di sana. Di saat itu lah
diperlukan ‘kedewasaan’ berpikir bagi para pemuda.
Menurut para psikolog, bahwa tahap-tahap perkembangan
kejiwaan dan alam pikiran manusia dalam menilai suatu ide atau
pemikiran, umumnya melalui tiga fase. Fase pertama, menilai baik
buruknya suatu ide dengan kebendaan (materi) atau berdasarkan
pada panca indera yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan primer.
Golongan pertama ini mengukur baik buruknya suatu ide,
pemikiran, gerakan dan hal lainnya dengan ukuran materi. Jika
gerakan dan pemikiran itu mampu memberikan materi, kesenangan
(bukan kebahagiaan) dan hal-hal lain yang bisa ‘dinikmati’ maka ia
akan segera mengikuti gerakan dan pemikiran tersebut. Dan saya
menyebut fase ini sebagai ‘fase anak-anak’. Dan para pemuda yang
masuk kategori ini adalah pemuda yang kekanak-kanakan. Atau
dalam bahasanya Ustadz Fauzil Adhim, “Bayi yang berkumis dan
berjenggot rapi”
Fase kedua, menilai suatu ide, pemikiran atau gerakan atas
keteladanan yang diberikan oleh seseorang, dan atau tidak terlepas
Sepotong Hati untukmu… | 23
dari penjelmaan dalam diri pribadi seseorang. Suatu ide, gerakan
ataupun pemikiran akan dianggap baik jika tokoh yang ia ikuti
yang melakukannya. Atau paling tidak tokoh tersebut telah menilai
baik terhadap ide, gerakan atau pemikiran tersebut. Dan ia menjadi
jelek jika dinyatakan jelek oleh tokoh tersebut. Saya menyebut fase
ini sebagai ‘fase remaja’ karena seorang remaja biasanya akan
mudah sekali terpengaruh dengan teman dan lingkungannya.
Orang-orang yang tahap perkembangan pemikirannya masih
berada pada fase pertama adalah orang yang materialis. Orang
materialis ini mengukur segala sesuatu dengan kebendaan saja.
Fase kedua adalah orang-orang yang Taqlid, yaitu orang yang
mengikuti sesuatu namun tidak mengetahui dasarnya. Orang-orang
seperti itu biasa disebut membebek/mengekor. Ia akan hengkang
dan mencampakkan sebuah gerakan atau tak memercayai suatu
pemikiran jika tokoh yang diikutinya tidak lagi sepaham terhadap
pemikiran yang terdapat berada dalam gerakan tersebut.
Ketika Perang Uhud, ada sekelompok kaum muslimin yang
segera meninggalkan medan pertempuran ketika mendengar berita
bahwa Rasulullah SAW wafat. Padahal berita tersebut hanyalah
berita bohong yang dihembuskan kaum musyrikin untuk
melemahkan barisan orang beriman. Dan apa yang mereka lakukan
itupun berhasil, karena ternyata ada juga pasukan kaum muslimin
yang terpengaruhi berita tersebut. Kejadian seperti ini muncul
24 | I k h w a h L i d a h
karena pandangan sebagian kaum muslimin terhadap suatu ide
(keyakinan) -pada waktu itu- baru sampai fase kedua. Maka Al-
Qur’an pun menegur mereka dengan turunnya ayat 144 dari surat
Ali ‘Imron:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Fase ketiga adalah fase kedewasaan. Dalam fase ini,
seseorang menilai suatu ide didasarkan atas nilai-nilai yang
terdapat pada unsur-unsur ide itu sendiri. Ia tidak terpengaruh
dengan faktor lain yang menguatkan atau melemahkan ide tersebut.
Ia tidak lagi melihat materi dan pribadi di balik ide, pemikiran dan
gerakan tersebut. Ia tidak lagi melihat dari fenomena-fenomena
yang dimunculkan gerakan dan pemikiran, tapi ia melihat pada
hakikat kebenaran sebuah gerakan dan pemikiran.
Di hari-hari semakin banyaknya serangan pemikiran di
kehidupan ini, maka kedewasaan berpikir menjadi sebuah
keniscayaan yang harus dimiliki para pemuda. Dan hanya mereka
yang menyandarkan setiap pandangannya pada Al-Quran dan
Hadis-lah yang akan akan memiliki pandangan imani, yakni
Sepotong Hati untukmu… | 25
sebuah pandangan yang tidak lagi melihat hidup dari fenomena-
fenomena tapi pada hakikatnya. Seperti yang telah diwasiatkan
Syaikhut Tarbiyah, “Jangan lihat hidup dari fenomena-fenomena,
tapi lihatlah hidup dari hakikat..”
Sudahkah Anda dewasa..???
Inspirasi:
M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur’an
KH. Rahmat Abdullah, Warisan Sang Murabbi
Rhenald Kasali, Cracking Zone
26 | I k h w a h L i d a h
Pemuda Berkarakter
“Seandainya filosof terbesar dunia diminta untuk meringkas solusi
problematika kemanusiaan dalam dua kata, niscaya dia tidak akan
mengatakan lebih dari dua kata ini: keteguhan akhlak”
(Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i)
Apa kabar teman-teman yang luar biasa? Semoga senantiasa
dalam naungan Islam dan selimut iman. Alhamdulillah puji syukur
saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah menyatukan dan
mempersaudaran kita semua dalam persaudaraan seiman ini.
Semoga kita senantiasa istiqomah dalam menjaga persaudaraan ini.
Aamiin.
Siapakah pemuda? Kita sering mendengar kata pemuda.
Pemuda selalu diidentikkan dengan kelompok manusia berusia 15
sampai 35 tahun. Apakah hanya sebatas itu saja yang dimaksud
dengan pemuda itu? Pemuda adalah harapan bangsa. Bangsa yang
maju bukan terletak pada orang-orang dewasa melainkan pada
pemudanya. Karena pemuda yang akan mewarisi estafet
Sepotong Hati untukmu… | 27
kepemimpinan suatu bangsa. Jika pemuda gagal dalam membentuk
dirinya dan tidak siap dalam membangun bangsa maka suatu
bangsa atau peradaban pasti akan hancur.
Pun demikian halnya dengan kondisi pemuda muslim saat ini.
Pemuda muslim harus bangkit dari keterpurukan dari tipu daya
dunia yang menjerumuskan pada kemaksiatan dan kebodohan.
Terletak pada kita lah masa depan agama dan bangsa ini. Untuk
menjadi pemuda harapan bangsa yang berahlak mulia
membutuhkan usaha untuk mewujudkannya. Pemuda adalah
mereka yang berjuang. Pemuda itu adalah KITA.
Jadilah pemuda yang berkarakter. Karakter dalam islam
didefinisakan sebagai akhlak. Mari kita lihat bagaimana Sang Suri
tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW berakhlak dalam
kehidupan sehari-hari beliau. Semenjak muda beliau sudah
menunjukkan sebagai pemuda yang berakhlak mulia yang
tercermin dalam sifat-sifatnya. Bahkan beliau telah digelari Al-
Amin sebelum diangkat menjadi nabi. Orang yang terpercaya.
Saat ini sedang gencar-gencarnya tentang pendidikan
karakter. Sebagai seorang muslim kita sebenarnya telah
mendapatkan ilmu tentang pendidikan karakter dari Nabi
Muhammad SAW. Hanya saja kadang kita sebagai umat islam
kurang menyadarinya. Lalu bagaimana menjadi mahasiswa
berkarakter?
28 | I k h w a h L i d a h
Pertama, jadilah mahasiswa yang aktif dalam berbagai
kegiatan. Dengan aktif diberbagai kegiatan mahasiswa akan
memiliki wawasan dan pengalaman yang luas yang mungkin tidak
didapatkan di dalam meja perkuliahan. Pengalaman dan wawasan
itulah yang nantinya akan bermanfaat dikemudian hari. Dengan
aktif diberbagai kegiatan kita bisa membangun koneksi dan
jaringan atau kata lainnya kita bisa bersilaturahim dengan saudara-
saudara dan teman-teman yang lain.
Aktiflah di kegiatan yang benar-benar bermafaat. Dalam
mengikuti kegiatan kita harus mempunyai sikap yang profesional.
Jangan beralasan karena ikut kegiatan, kuliah jadi berantakan. Saya
sering menjumpai kasus demikian. Karena alasan banyak kegiatan,
kuliah jarang masuk dan IPK jeblok. Itu sangat tidak dibenarkan.
Kedua, pandai-pandailah mengatur waktu. Mengatur waktu
bukan hal yang mudah jika kita tidak berusaha untuk
melakukannya. Pernah dengar ungkapan ini? “Semua orang punya
waktu sama 24 jam dalam satu hari. Dalam satu hari ada orang
yang mampu memimpin sebuah negeri tapi ada juga yang dalam
satu hari tidak mampu mengatur dirinya sendiri”.
Bagaimana mengatur waktu yang baik? Pertama, buatlah
jadwal kegiatan kita. Dengan membuat jadwal kita akan mampu
menentukan prioritas-priorias kegiatan kita. Kedua, jangan
menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti
Sepotong Hati untukmu… | 29
cangkrukan atau bergadang tanpa manfaat. Bukankah Rasulullah
telah bersabda, “Termasuk dari bagusnya keislaman seseorang
adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat”
Ketiga, milikilah cita-cita dan tujuan yang tinggi. Manusia
yang tidak punya mimpi bagaikan berjalan tanpa arah dan tujuan.
Mimpi adalah kunci untuk menggerakan syaraf dan otot kita untuk
terus bergerak karena cita-cita itulah sebagai penggerak dan
penyemangat dalam perjuangan kita dalam menuju sukses.
Pernah mendengar ungkapan ini? “The dream is not what you
see in sleep but the thing which does not let you sleep (mimpi
bukanlah sesuatu yang kita lihat saat tidur melainkan sesuatu yang
membuat kita tidak bisa tidur).” Apa maknanya? Bahwa mimpi itu
adalah penyemangat saat kita malas dan jatuh. Malas bisa
diidentikan dengan tidur. Sibuk= sithik-sithik bubuk (Sedikit-sedikit
tidur). Termasuk kebiasaan yang kurang baik adalah tidur setelah
sholat Subuh. Kebiasaan yang harus dihindari.
Keempat, milikilah sifat pekerja keras, pantang menyerah dan
sabar. Pekerja keras artinya mau berusaha sekuat tenaga dalam
meraih cita-cita. Kita bisa asalkan kita mau berusaha. Pantang
menyerah mempunyai arti jika kita menemui kesulitan dan
hambatan dalam meraih mimpi itu, namun kita tidak lantas
menyerah begitu saja. Untuk itu, teruslah bergerak hingga kita
mampu meraihnya.
30 | I k h w a h L i d a h
Saya analogikan begini, jika Allah menakdirkan kita meraih
mimpi kita pada saat kita berjalan sejauh 10 kilometer tetapi
ditengah perjalanan kita mendapat ujian dan kita menyerah, apakah
kita akan mendapatkan kesuksesan itu? Tentu tidak.
Mungkin kita sudah pernah mendengar cerita tentang seorang
pendaki yang ingin mendaki sebuah gunung. Ditengah perjalanan
ia bertemu dengan seorang kakek lalu ia bertanya kepada kakek itu
tentang jalan termudah menuju puncak gunung. Pada saat itu
terdapat tiga jalan menuju puncak gunung. Setelah ditunjukkan
jalan pemuda itu berjalan tetapi sampai ditengah pendakian ia
menjumpai jalan berbatu yang amat terjal dan ia pun kembali turun
dan bertanya kepada kakek tadi. Lalu kakek itu menunjukkan jalan
yang lain. Pemuda itu lalu menyusuri jalan itu. di tengah perjalan
ia menjumpai jalan semak belukar yang penuh duri yang tajam dan
ia pun memutuskan untuk kembali. Dan Ia kembali bertanya
kepada kakek tadi. Kakek itu menunjukkan jalan terakhir lalu
pemuda itu bergegas menyusuri jalan itu. ditengah pendakian ia
menjumpai jalan berpasir yang penuh badai. Lalu ia kembali turun
lagi untuk menjumpai kakek itu dan menceritakan apa yang telah ia
alami. Lalu kakek itu menjelaskan bahwa tidak ada jalan yang
mudah untuk mencapai puncak. Semua ada rintangannya dan sama
beratnya pula. Lalu ia bergegas menuju salah satu jalan menuju
puncak dengan penuh semangat dan mantap hingga akhirnya ia
Sepotong Hati untukmu… | 31
pun sampai dipuncak gunung. Itulah jalannya, jika kita benar-benar
ingin meraih mimpi-mimpi kita. semua membutuhkan tekad yang
kuat.
Kelima, bergaulah dengan orang-orang yang dekat dengan
Allah dan orang-orang yang mempunyai misi dan visi serta cita-
cita hidup yang sama dengan kita. Orang baik pasti akan memilih
berteman dengan orang yang baik pula dan demikian juga dengan
orang yang buruk akhlaknya juga akan memilih teman yang sama
dengannya. seseorang bisa dilihat bagaimana akhlaknya hanya dari
temannya karena teman adalah cermin dari diri kita.
Teman atau sahabat yang baik adalah mereka yang saling
mengingatkan dalam kebaikan. Dengan bergaul dengan orang yang
mempunyai cita-cita yang sama akan mempermudah kita dalam
meraih cita-cita itu karena kita bisa saling menyemangati, saling
berbagi ilmu dan pengalaman bahkan saling mendoakan satu sama
lain. Tapi bukan berarti orang-orang yang buruk akhlaknya tidak
kita sapa.akan tetapi jadikan mereka sebagai khasanah hidup kita
agar kita semakin tahu tentang mereka dan menjadi pribadi yang
mampu mewarnai. Bukan tidak mungkin orang yang buruk
akhlaknya bisa menjadi baik karena kita ajak menuju kebaikan.
Bertemanlah hanya sebatas pada hal-hal yang pantas saja dan
jangan sampai kita malah yang terseret ke dalam ‘dunia’ mereka.
Itu juga menjadi kunci suksesnya dakwah kita. Apabila kita hanya
32 | I k h w a h L i d a h
berdakwah kepada teman-teman yang sudah bagus agamanya dan
akhlaknya saja, hal itu sangatlah mudah. Tapi bagaimana caranya
agar kita bisa memahami berbagai macam objek dakwah kita
sehingga kita bisa menentukan strategi untuk objek dakwah yang
beraga.
Keenam, berdoalah serta mintalah doa restu dari kedua orang
tua kita. Doa adalah senjatanya orang mukmin. Usaha tanpa doa
adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah sia-sia. Dan tinggallah
kita untuk mengamalkan rumus 3M yaitu Mulai dari diri sendiri,
Mulai dari hal-hal kecil dan Mulai dari sekarang juga. Semua cara
dan strategi yang tidak diamalkan ibarat sabit yang tajam tapi tidak
digunakan untuk memotong rumput hingga sabit itupun menjadi
berkarat dan tumpul. Dan akhirnya rumput-rumput itu menutupi
tanah tempat bercocok tanam. Semua terjadi atas kehendak Allah.
Maka mintalah kepada Allah dengan cara berdoa yang sungguh-
sungguh dan bertawakal atas segala kehendak-Nya. Tawakal yang
sempurna ialah apabila kita sudah berusaha dan berdoa.
Wallahua’lam.
Sepotong Hati untukmu… | 33
BAB II
Saatnya Untuk Berdakwah
Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah.
(Qs. Ali-‘Imran [3]: 110)
34 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 35
Mengukir Cerita Dakwah
“Jangan sampai kita meninggal tanpa menghasilkan jejak-jejak
sejarah dalam hidup kita....” (BS. Wibowo)
Dakwah merupakan sebuah fenomena peradaban yang benar-
benar tidak ternilai harganya. Sebagaimana yang telah diteladankan
oleh Rasulullah SAW, dakwah adalah sebuah perkara besar yang
tidak bisa dianggap enteng sehingga bisa dilakukan sambil lalu.
Jauh dari itu semua, dakwah adalah tantangan bagi semua manusia
yang sadar akan kerinduan mendalam terwujudnya sebuah
kehidupan madani dan indahnya kampung akhirat.
Berapa nyawa yang telah ditakdirkan tercerabut dari raganya,
yang malu untuk sekedar merasakan malas, karena kesungguhan
cita-cita besar yang bersenyawa dalam keseharian untuk terus
menjadi pejuang-pejuang Allah. Bahkan jauh dari itu semua,
ghirah yang kemudian mendapatkan apresiasi terbaik itu,
menjadikan manusia yang memilikinya mampu tegar bertahan bak
36 | I k h w a h L i d a h
karang di lautan. Ghirah inilah yang kemudian bertransformasi
menjadi sebuah energi ketaatan yang tiada ternilai harganya.
Jama’ah dakwah ini hanyalah sebuah keluarga sekaligus
organisasi kecil yang dibangun dengan berbagai perencanaan.
Hingga Allah akhirnya mempercayakan bagi sekelompok manusia
untuk berjalan bersama jama’ah tersebut. Menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kesehariannya, menjadi sibuk karenanya, menjadi
lelah karenanya. Semua ini adalah episode yang Allah rencanakan
sebelumnya.
Jama’ah dakwah ini hanyalah sebagian kecil dari sekian
banyak manusia yang beriltizam untuk beramal jama’i, menyeru
sebagian manusia pada kebaikan dan mengingkari thaghut. Bukan
sebuah hal baru. Bukan juga sebuah hal yang patut disombongkan.
Hanya sebuah transformasi dari sebagian kecil mahasiswa muslim
untuk terus berkiprah menjaga sebuah “awal” agar terus mampu
mencetak pejuang-pejuang baru.
Mereka hanyalah sekumpulan manusia, bukan malaikat yang
selalu benar dan patuh. Terkadang rasa capek, lelah dan jumud
(bosan) itu begitu menyiksa. Kembali mempertanyakan di relung
hati yang paling dalam dimana letak komitmen yang pernah
dibangun. Terkadang air mata yang keluar tidak mampu menghibur
rasa malu akan lemahnya diri memikul amanah dakwah ini.
Sepotong Hati untukmu… | 37
Terkadang rasa jenuh justru membuat akal menjadi buntu dan
begitu terlarut, sedangkan waktu terus berjalan.
Ibarat sebuah kolam ikan. Ikan didalamnya tidak hanya
berenang dan makan lumut-lumut yang ada di dindingnya. Namun
sekumpulan ikan ini juga ada kalanya saling beradu, saling
berebut, saling bertarung dan kadang kala ada yang terluka.
Mereka saling meneriaki begitu kerasnya hingga salah satu ikan
merasa bosan dan akhirnya pergi. Adapula ikan yang merasa
canggung ketika bertemu temannya yang lain. Merasa sendirian
dan merasa tidak pernah berguna berada di kolam itu.
”Lalu apa yang bisa saya lakukan disini?” tanya seekor ikan.
Nampaknya pemimpin ikan yang ditanya juga tidak memiliki
bahasa yang tepat sehingga membuat sang ikan itu merasa nyaman.
Adapula ikan yang merasa ditinggal oleh kawan-kawannya, begitu
sering ia menyendiri hingga akhirnya merasa terasing. Hal ini terus
saja berjalan. Ada sebagian ikan yang menyadari hal ini. Namun
apa daya, doa yang ia panjatkan kepada Allah ternyata belum
diijabah. Hingga akhirnya ikan yang merasa terasing itu justru
menikmati keterasingannya. Entah kemana……
Namun mereka juga bukan kelompok yang lemah yang
kemudian hanya bisa terdiam, terpaku tak berdaya. Paling tidak
mereka pernah merasakan kebanggan bermanfaat bagi orang lain.
Paling tidak mereka pernah merasakan bahagia karena mampu
38 | I k h w a h L i d a h
berkorban lebih untuk saudaranya. Sungguh, sinar harapan itu
terasa hangat dan suatu hari menampakkan cahanya terbaiknya.
Hingga segala yang hijab (Penghalang) yang menutupnya dari
kemenangan itu akan terhapus sirna.
Sungguh, bergabung bersama tentara Allah dalam
menegakkan syari’at-Nya adalah sebuah kebanggaan. Merasakan
manisnya pengorbanan dalam tiap-tiap episode cinta adalah bagian
yang tidak mampu tergantikan oleh apapun. Setiap zaman memiliki
sejarahnya masing-masing dan tiap sejarah memilih tokohnya.
Maka, setiap pengorbanan akan berbalas kebaikan yang tidak
ternilai harganya di kampung akhirat kelak.
Selamat berjuang kawan! Dimanapun kita berada, semoga
kelak Alloh mempertemukan kita dalam kondisi yang jauh lebih
baik di Jannah-Nya nanti dan bersama meneguk sejuk dan
nikmatnya kebenaran janji Allah. Allahu Akbar…!!!
Sepotong Hati untukmu… | 39
Kita dan Anak Kecil Itu
“Seandainya seseorang tidak boleh memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran sehingga ia menjadi orang yang bersih
dari semua dosa, maka tidak ada seorang pun yang
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.”
(Sa’id bin Zubair)
Anak kecil itu membaca surat An-Nashr. Begitu merdu ia
membaca. Apalagi logat kekanak-kanakannya semakin membuat
semua orang yang melihatnya menjadi gemas. Idha jaa’a
nashrullahi wal fath, begitu ia membaca. Al-Hajjaj bin Yusuf dan
orang-orang yang melihatnya pun semakin kagum. Tapi mereka
mendadak ricuh ketika anak kecil itu membaca ayat berikutnya, wa
ra’aita an-naasa yahrujuuna fii diinillahi afwaaja. Ia mengganti
kata yadhuluuna (mereka semua masuk) menjadi yakhrujuuna
(mereka semua keluar). Sehingga ayat kedua dari surat Al-Ashr itu
pun artinya berubah menjadi: Dan kamu melihat manusia
berbondong-bondong keluar dari agama Allah.
40 | I k h w a h L i d a h
“Hai anak kecil, bacaanmu keliru. Yang benar adalah, wa
ra’aita an-naasa yadhuluuna fii diinillahi afwaaja,” Begitu Al-
Hajjaj bin Yusuf, seorang panglima yang kejam dan dzolim pada
masanya itu, mencoba membenarkan bacaan anak kecil itu.
Tapi anak kecil itu dengan tegas dan keras mengatakan,
“Tidak! Bacaanku benar, dan engkau lah yang salah. Memang,
dahulu mereka berbondong-bondong masuk islam, tapi kini mereka
semua berbondong-bondong keluar dari agama islam, sebab
kedzolimanmu.”
Ketika membaca kisah tersebut di cover belakang buku Da’i-
da’i Cilik yang ditulis Syekh Nashir Asy-Syafi’i (Judul asli Al-
Athfaal lakin du’at), saya pun tidak bisa menahan diri untuk tidak
membeli buku tersebut. Ternyata, yang kita lakukan selama ini
belumlah seberapa. Terlalu naif jika membandingkan apa yang kita
lakukan dengan yang dilakukan anak itu. Di usia kita yang entah
berapa, dakwah yang kita lakukan ternyata masih jauh jika
dibanding dengan anak kecil itu. Paling tidak ada beberapa hal
yang menjadikan anak kecil itu lebih unggul dari kita.
Pertama, usia. Di usia yang begitu belia, anak itu telah mulai
berdakwah. Coba bandingkan dengan kita, umur berapakah kita
mulai berdakwah? Umumnya kita mengenal aktivitas dakwah itu
saat memasuki perguruan tinggi. Memang, dalam buku tersebut
penulisnya tidak menyebut usia anak kecil itu. Tapi dalam
Sepotong Hati untukmu… | 41
Psikologi perkembangan, seseorang itu masih disebut anak-anak
jika usia belum lebih dari 12 tahun.
Kedua, objek atau sasaran dawah. Jika kita melihat di
kalangan aktivis dakwah kampus (ADK) sekarang, umumnya
objek dakwahnya adalah mahasiswa lain yang kesadaran
keislamannya masih kurang. Yang lebih maju mungkin mulai
mengepakkan sayapnya ke kalangan dosen atau masyarakat sekitar
bahkan ada yang sampai lingkup negara. Ke pemimpin? Mungkin
pernah, tapi itu pun kebanyakan melalui demontrasi. Coba kita
bandingkan dengan anak kecil itu. Di usia yang begitu belia, ia
berani melakukan dakwah ke pemimpin yang dzalim lagi kejam.
Ketiga, bekal dakwah. Di usia yang begitu belia, anak itu
telah hafal al-Qur’an. Coba bandingkan dengan kita, berapa ayat
yang telah kita hafalakan. Bahkan hafalan penulis sendiri juga
masih sangat sedikit. Mungkin diantara kita ada yang hafal, tapi
ketika hafal usia kita mungkin tidak sebelia anak tersebut. Sekali
lagi kita kalah dengan anak kecil tersebut.
Kisah di atas hanyalah cermin bagi kita. Agar kita tergugah
untuk mulai berdakwah. Atau kalau sudah mulai meniti jalan
dakwah agar lebih semangat dalam berdakwah. Jangan sampai
karena kisah tersebut kita justru membuat kita lemah dalam
berdakwah. Lemah karena merasa tidak pantas untuk berdakwah.
Percayalah bahwa kita pun harus berdakwah, karena:
42 | I k h w a h L i d a h
Pertama, Maa laa yudroku kulluhu fa laa yutroku kulluhu,
begitu kata kaidah ushul fiqih yang ke-33 dalam buku Mabaadi
Awwaliyah yang ditulis Abdul Hamid Hakim. Artinya: “Sesuatu
yang tidak bisa kita lakukan semuanya maka jangan ditinggal
semuanya.” Misal, ada seseorang yang jumlah tanggungannya itu
lima orang. Ketika waktu pembayaran zakat fitrah ia pun harus
membayar untuk lima orang. Tapi ternyata ia hanya sanggup
membayar untuk tiga orang saja. Maka yang tiga itu harus ia
bayarkan. Tidak bisa ia meninggalkan semuanya atau tidak
membayar zakat sama sekali hanya gara-gara kurang dua orang
saja.
Begitu pun kita dalam berdakwah. Ketika kita baru sadar
untuk berdakwah di usia senja, maka itupun tidak jadi soal. Jangan
sampai karena berdalih “sudah terlalu tua” atau “sudah terlanjur
tidak berdakwah,” kemudian kita tidak berdakwah sepanjang hidup
kita. Tidak ada kata terlambat dalam berdakwah. Justru kita harus
super semangat untuk mengejar ketertinggalan kita dalam
menapaki jalan dakwah.
Kedua, Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa, begitu kata
Allah sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Baqarah. Yang
artinya “Allah tidak membebani seseorang melebihi
kesanggupannya.” Kalau kita hanya sanggup berdakwah kepada
teman-teman kita sendiri, maka mari kita lakukan hal itu dengan
Sepotong Hati untukmu… | 43
sungguh-sungguh. Tapi jangan sampai kita tidak meningkatkan
kualitas diri dan dakwah kita karena berdalih dengan ayat tersebut.
Sesuai kesanggupan kita adalah batas maksimum dari kemampuan
kita, yaitu sesuai dengan usaha maksimum yang telah kita lakukan.
Jika kita belum berusaha maksimal, maka jangan sekali-kali
berdalih dengan ayat tersebut.
Ketiga, Ballighuu ‘anni wa lau aayatan. Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat, begitu pesan Rasulullah. So, biar pun ilmu kita
tidak seberapa, sampaikanlah! Kalau kita menunggu pintar baru
berdakwah, emang kapan kita pintar? Imam Ghozali bahkan
mengatakan, “Siapa yang mengatakan dirinya telah mengetahui,
sebenarnya dia termasuk orang yang bodoh.” Segera berdakwah,
InsyaAllah ilmu yang kita miliki pun akan ditambah oleh Allah.
Ada satu hal yang cukup sering digunakan orang untuk tidak
melakukan dakwah. Yaitu merasa masih banyak kekurangan,
banyak melakukan kesalahan dan dosa, serta sering melalaikan
kewajiban agama. Padahal, sebagai manusia yang tidak ma’shum,
kita semua pasti pernah melakukan kesalahan dan banyak
berkurang. Keengganan itu sering kali diperkuat dengan firman
Allah yang belum dipahaminya secara benar:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal
44 | I k h w a h L i d a h
kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
(Al-Baqarah [2]: 44)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan”. (Ash-Shaff [61]: 2-3)
Suatu ketika seorang berkata kepada Al-Hasan,
“Sesungguhnya Fulan tidak mau memberi nasihat seraya berdalih,
“Aku takut mengatakan sesuatu yang tidak aku laksanakan.”
Al-Hasan menjawab, “Siapakah di antara kita yang yang
mampu melaksanakan apa-apa yang ia katakan? Setan ingin
menguasai orang ini, sehingga tidak ada seorang pun yang akan
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.”
Al-Hasan benar. Jika kita menunggu baik untuk memulai
berdakwah, mungkin di dunia ini tidak ada orang yang berdakwah.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda, “Perintahkanlah yang
ma’ruf meskipun kamu belum mengamalkannya, dan cegahlah
kemungkaran meskipun kamu belum meninggalkan
seluruhnya.” (Dihasankan Imam As-Suyuthi dalam Al-Jami’ush
Shaghir [8177] diriwayatkan dari banyak jalur diantaranya riwayat
Ibnu Abi Dunya dari Abu Hurairah dan riwayat Thabrani dari
Anas. Masing-masing memiliki kelemahan, namun riwayat itu naik
Sepotong Hati untukmu… | 45
ke peringkat hasan lighoirihi sebab saling menguatkan. Arba’in
Da’awiyah no: 13)
Memerintah pada kebaikan dan mencegah kemungkaran
adalah suatu kewajiban seorang muslim. Begitu pun dengan
mengerjakannya. Sebagaimana koidah ushul fiqih di atas, maka
kita tidak bisa meninggalkan salah satunya, dengan beralasan
belum bisa melakukan keduanya. Lebih baik kita melakukan salah
satunya dari pada tidak melakukan kedua-duanya.
Akhirnya, bagaimanapun kondisi kita, jika kita senantiasa
memerintah pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, serta
memberikan nasihat pada orang lain, maka kita akan lebih
berpeluang untuk menjadi lebih baik. Sebab, sebagaimana
Kulwit@salimafillah, “Menjadi da’i adalah memperbaiki diri; agar
lebih mudah dinasihati; sebab telinga sendiri lebih dekat dari pada
milik sesama.”
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (orang-
orang yang sempurna ilmu dan ketakwaannya kepada Allah),
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya” (Ali ‘Imraan [3]: 79)
46 | I k h w a h L i d a h
Siapakah Hudzaifah-Hudzaifah Baru Itu?
“Diperlukan suatu hentakan yakin yang akan melahirkan
keberanian, keteguhan, dan kesabaran, bertolak dari jaminan yang
tak pernah lapuk.”
(KH. Rahmat Abdullah)
Dalam buku Rijaal Khaular Rasuul, Khalid Muhammad
Khalid menceritakan sepenggal kisah Saat perang Khandaq:
Ketika itu malam gelap gulita dan menakutkan, sementara
angin topan dan badai meraung dan menderu-deru, seolah-olah
hendak mencabut dan menggulingkan gunung-gunung sahara yang
berdiri tegak di tempatnya. Dan suasana di kala itu mencekam
hingga menimbulkan kebimbangan dan kegelisahan, mengundang
kekecewaan dan kecemasan, sementara kelaparan telah mencapai
saat-saat yang gawat di kalangan para sahabat Rasulullah SAW.
Maka siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan, apa pun
kekuatan itu, yang berani berjalan ke tengah-tengah perkemahan
musuh di tengah-tengah bahaya besar yang sedang mengancam,
Sepotong Hati untukmu… | 47
menghantui dan memburunya, untuk secara diam-diam menyelinap
ke dalam, yakni untuk menyelidiki dan mengetahui keadaan
mereka?
Rasulullah menawarkan tugas ini kepada para sahabat dan
menanyakannya hingga tiga kali tapi tidak ada satupun dari barisan
para sahabat yang berani berdiri. Mereka ketakutan. Maka
Rasulullah SAW memilih di antara para sahabatnya, orang yang
akan melaksanakan tugas yang amat sulit ini! Dan tahukah anda,
siapa kiranya pahlawan yang dipilihnya itu...?
Itulah dia Hudzaifah ibnu Yaman Radhiyallahu 'Anhu.
Ia dipanggil oleh Rasulullah SAW untuk melakukan tugas,
dan dengan patuh dipenuhinya. Dan sebagai bukti kejujurannya,
ketika ia mengisahkan peristiwa tersebut dinyatakannya bahwa ia
mau tak mau harus menerimanya. Hal itu menjadi petunjuk, bahwa
sebenarnya ia takut menghadapi tugas yang dipikulkan atas
pundaknya serta khawatir akan akibatnya. Apalagi bila diingat
bahwa ia harus melakukannya dalam keadaan lapar dan timpaan
hujan es, serta keadaan jasmaniah yang amat lemah, sebagai akibat
pengepungan orang-orang musyrik selama satu bulan bahkan lebih.
Sebagai seorang yang beriman, mujahid Allah, ia menerima
tugas tersebut tak peduli betapapun takut dan lemahnya diri. Dan
sungguh, peristiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu, amat
48 | I k h w a h L i d a h
menakjubkan sekali. Ia telah menempuh jarak yang terbentang di
antara kedua perkemahan dan berhasil menembus kepungan, lalu
secara diam-diam menyelinap ke perkemahan musuh. Ketika itu
angin kencang telah memadamkan alat-alat penerangan pihak
lawan hingga mereka berada dalam gelap gulita, sementara
Hudzaifah telah mengambil tempat di tengah-tengah prajurit
musuh tersebut.
Abu Sufyan, panglima besar Quraisy, takut kalau-kalau
kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata Kaum
Muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka. Maka ia pun
berdirilah untuk memperingatkan anak buahnya. Seruan yang
diucapkan dengan keras kedengaran oleh Hudzaifah Radhiyallahu
'Anhu, bunyinya sebagai berikut: "Hai segenap golongan Quraisy,
hendaklah masing-masing kalian memperhatikan kawan duduknya
dan memegang tangan serta mengetahui siapa namanya!"
Kata Hudzaifah Radhiyallahu 'Anhu: "Maka segeralah saya
menjabat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, kataku
kepadanya: "Siapa kamu ini ...?" Ujarnya: "Si Anu anak si Anu ..."
Demikianlah Hudzaifah, mengamankan kehadirannya di
kalangan tentara musuh itu hingga selamat.
Abu Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya,
katanya: "Hai orang-orang Quraisy, kekuatan kalian sudah tidak
Sepotong Hati untukmu… | 49
utuh lagi. Kuda-kuda kita telah binasa. Demikian juga halnya unta.
Bani Quraidhah telah pula mengkhianati kita hingga kita
mengalami akibat yang tidak kita inginkan. Dan sebagaimana
kalian saksikan sendiri, kita telah mengalami bencana angin badai,
periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam dan kemah-
kemah berantakan Maka berangkatlah kalian, dan aku pun akan
berangkat." Lalu ia naik ke punggung untanya dan mulai
berangkat, diikuti dari belakang oleh tentaranya.
"Kalau tidaklah pesan Rasulullah kepada saya agar saya tidak
mengambil sesuatu tindakan sebelum menemuinya lebih dulu,
tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah," begitu
kata Hudzaifah.
Hudzaifah kemudian kembali kepada Rasulullah SAW dan
menceritakan keadaan musuh, serta menyampaikan berita gembira
itu.
Siapakah yang akan menjadi Hudzaifah-hudzaifah dakwah
kampus yang baru? Atau kalian hanya akan memilih menjadi
pengecut dan kalah oleh rasa takut kalian?
Objek dakwah kampus yang kita hadapi saat ini, kebanyakan
hanyalah teman-teman seakidah yang kesadaran akan
keislamannya masih kurang. Yang mungkin tantangannya tidaklah
seberapa. Sementara tantangan yang dihadapi oleh Hudzaifah pada
50 | I k h w a h L i d a h
saat itu adalah angin kencang yang bunyinya bagai guntur, hawa
dingin yang menusuk tulang, dan malam gelap yang membutakan
hingga untuk melihat telapak tangan saja tidak bisa. Berada di
tengah kepungan dua kaum dari atas dan dari bawah.
Siapakah yang akan menjadi Hudzaifah-hudzaifah dakwah
kampus yang baru? Siapakah yang menjadi mukmin mujahid yang
baru, yang berani menerima tugas berat dakwah ini? Atau kalian
hanya akan memilih aman, memilih menjadi pengecut dan kalah
dimakan habis oleh rasa takut kalian?
Jangan
Jangan menoleh ke kanan pun ke kiri
Jangan melihat orang lain
Lihatlah pada dirimu sendiri
Antumlah hudzaifah baru itu
Dakwah telah menunjuk Antum sebagaimana Rasulullah
menunjuk hudzaifah pada waktu itu
Tidak ada kata tidak bagi seorang mujahid
Walau lemah
Walau takut
Tetap tidak ada kata tidak
Sepotong Hati untukmu… | 51
Antumlah hudzaifah baru itu
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamdu
52 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 53
BAB III
Menikmati Dakwah Kampus
“Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual-
intelektual muda yang profesional dalam bidang yang
digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan yang
tinggi terhadap Islam. Merekalah pembaharu-pembaharu
yang dapat melakukan perubahan-perubahan kondisi
masyarakat menuju kehidupan islami hingga akhirnya
terwujudlah cita-cita kebangkitan Islam.”
(Risalah Manajemen Dakwah Kampus, 12)
54 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 55
Menikmati Dakwah di Kampus
“Kita semua pasti menang dan tidak akan ada yang bisa
mengalahkan kita walaupun jumlah kita sedikit, kurangnya sarana
dan alat-alat pendukung atau karena banyaknya musuh kalian
karena mereka tidak dapat membahayakan kecuali apa yang telah
ditentukan oleh Alloh kepada kalian. Tetapi ada sebab yang dapat
menghancurkan kalian dan menyebabkan kalian kehilangan
segala-galanya yaitu jika hati kalian telah rusak, Allah tidak
memperbaiki amal kalian, suara kalian terpecah dan saling
bertentangan pendapat.”
(Hasan Al-Banna)
Menikmati dakwah bagaikan menikmati secangkir susu coklat
panas di tengah gerimis hujan yang menggigilkan tubuh. Dalam
menikmatinyapun kita juga memiliki pilihan. Apakah kita
menikmatinya dengan seni ataukah hanya sekadar menikmatinya
dengan dorongan nafsu, atau bahkan menikmatinya sambil lalu
saja?
56 | I k h w a h L i d a h
Ketika kita menikmatinya dengan semangat menggebu akibat
dorongan nafsu maka kenikmatan segelas susu coklat hangat
tersebut tidak akan terasa, hanya mampu mencium aroma yang
terasa nikmat setelah itu susu tersebut hanya akan membakar lidah
kita dan habislah kenikmatan tersebut sebelum kita mampu
meneguknya. Namun jika kita memilih seni dalam menikmatinya,
dengan kita syukuri, memenuhi adab minum lantas meneguknya
perlahan hingga tandas, pastilah kenikmatan tercicipi dan
kehangatannya mampu mengahangatkan tubuh kita.
Sama halnya dengan dakwah. Kuncinya SABAR dan
IKHLAS! Sayangnya sedikit kader yang mau belajar seni dakwah.
Banyak kader militan yang Allah hadirkan di tengah-tengah.
Semangat mereka di awal begitu luar biasa, penuh inovasi, berani
mengambil resiko, menginginkan suatu perubahan yang cepat.
Namun sayangnya semangat tersebut tidak dibarengi dengan
kematangan berfikir, kematangan emosi, ketsiqohan hati dan bekal
ruhiyah yang cukup. Akibatnya mereka banyak yang dilanda virus
futur. Dalam bahasa Ustadz Fathi Yakan, mereka adalah kader
“Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah”.
Belum sampai melihat hasil kerjanya, mereka telah pergi dari
medan Afghan ini. Maka aku katakan, hanya orang-orang tangguh
saja yang mampu bertahan di medan ini. Sampai saat ini aku juga
belum tahu kenapa belum banyak mahasiswa yang bersedia
Sepotong Hati untukmu… | 57
menginfakkan dirinya untuk menghadonahi dakwah kampus.
Namun keyakinanku satu, mungkin Allah Sang Sutradara terbaik
telah menyiapkan skenario terindah untuk dakwah di kampus kita.
Bagiku, kampus ini bagai sebuah kanvas putih yang masih
bersih belum ternoda tinta hingga menarik setiap diri yang
memiliki semangat juang tinggi untuk menggoreskan warna
diatasnya. Mewarnainya dengan goresan warna terindah agar ia
menjadi bermakna. Banyak mimpi yang terangkaikan untuk
dakwah di kampus tercinta. Terkadang dalam perjalan meniti
mimpi-mimpi indah yang tergantung di medan Afghan ini, ia
bagaikan menjauh namun tiba-tiba Alloh menakdirkannya
mendekat atau bahkan mengizinkannya menjelama nyata satu per
satu.
Memang misteri dakwah kampus ini tidak akan pernah dapat
terungkap. Namun kami mampu merasakannya, karena kami masih
bertahan disini bersamanya, bersama dalam keseharian kami,
tertawa karenanya, menangis karenanya, semua aktivitas kami
bersenyawa dengannya. Maka hidup inipun makin semarak dengan
rentetan cerita perjuangan yang berpeluh, ukhuwah yang menawan,
dan sederet realita yang tersaji apik.
Keyakinan akan kemenangan dakwah kampus semakin
mengokohkan semangat juang kami meski kami tak tahu kapan
waktu itu akan datang. Mungkin kami tak akan mengecap indahnya
58 | I k h w a h L i d a h
kemenangan tersebut, namun biarlah kami menjadi batu bata
terbaik pada zaman kami. Karena setiap zaman memiliki tokohnya
masing-masing. Tokoh yang menjadikan zaman itu tercatat dengan
tinta emas sejarah peradaban.
Dan kami pun yakin Allah akan menakdirkan satu persatu doa
kami terijabah.
Kelak dakwah kampus ini berdiri dengan gagahnya
menggenggam erat panji Islam hingga menjadi salah satu madrasah
peradaban yang akan mencerahkan negeri ini. Saat itu kami akan
tersenyum melihat indahnya Islam merasuk relung qalbu setiap
mahasiswa, dosen dan karyawan yang menjadikan setiap kata yang
terucap dari lisan penuh barokah, setiap laku dalam sikap penuh
cahaya dan kehangatan ukhuwah makin rekat terasa.
Ya Allah, kami sangat rindu masa-masa itu, mimipi-mimpi
dan pengharapan yang kami gantungkan pada perjuangan para
generasi penerus dakwah di kampus ini.
Hingga masa itu tiba, pada akhirnya kami hanya mampu
bersyukur dan terus berharap. Beginilah cara Allah mengajari kami
untuk semakin dewasa memaknai hidup. Beginilah jalan dakwah
mentarbiyah kami menjadi tangguh. Dan beginilah ukhuwah
mengajari kami makna cinta hakiki…
Sepotong Hati untukmu… | 59
Hingga kelak Allah mengizinkan kita bercengkrama di telaga
Salsabila dan membuat para sahabat iri karena cerita cinta, dakwah
dan ukhuwah kita berlandas aqidah….
Selamat menikmati tiap episode cinta yang tersaji…
60 | I k h w a h L i d a h
Say Yes to Dakwah
Allah pasti ‘kan bersamamu
Bila kau selalu bersama-Nya
Allah pasti ‘kan menolongmu
Bila kau menolong agama-Nya
(Izzatul Islam, Allah Bersamamu)
Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu dan
proses mencari jati diri masing-masing. Mahasiswa sangat
berperan penting dalam kelanjutan estafet kepemimpinan. Peran
mahasiswa disebut sebagai agent of change atau agen perubahan
yang mengarah pada kebaikan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
harus memiliki peran yang besar untuk menjadikan kampus hijau
yang Islami.
Da’wah kampus merupakan da’wah yang memfokuskan
dirinya untuk bergerak dalam sebuah miniatur masyarakat kecil
yang bernama masyarakat kampus. Di dalam bangunan dakwah
Sepotong Hati untukmu… | 61
kampus, dibutuhkan serpihan-serpihan material berupa aktivis
dakwah kampus (ADK). ADK memiliki peran yang sangat penting
dalam medan dakwah kampus internal dan eksternal sehingga
mampu mentransformasi masyarakat kampus menjadi masyarakat
islami.
ADK sangat dibutuhkan dalam sumbangsihnya baik di
organisasi ekstra kampus maupun intra kampus. Memang untuk
menjadi ADK tidak harus bersekolah formal, tapi ADK itu
terbentuk ketika seseorang tersebut dapat terbina dengan baik,
memiliki akhlaqul karimah, dan senantiasa menjalankan perintah-
Nya dan menjauhi Larangan-Nya. Semangat gerak dakwah sangat
diperlakukan bagi generasi yang cinta akan dunia islam dan mau
untuk berjuang bersama dalam menghimpun satu tujuan: Allah.
Inilah yang harus dimiliki oleh ADK agar apa yang dilakukan
benar-benar Rahmatan Lil ‘Alamiin.
Pada mulanya mendengar kata Dakwah Kampus begitu berat
rasanya mengemban dan memikul, apalagi kita sebagai aktivis
dakwah yang memperoleh amanah tersebut, pastilah mindset awal
berat, berat, dan berat. Ketika pikiran dan rasa itu muncul maka
pertama yang perlu kita ingat adalah apa yang akan kita lakukan
semata-mata berniat karena Allah, karena yakinlah jika kita
menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Hal ini
sudah banyak terbukti, begitupun bagi kalian yang pernah
62 | I k h w a h L i d a h
merasakan hal itu. Ketika kita ada deadline tugas kuliah, amanah
yang belum kelar apalagi keuangan yang menipis. Kita tidak akan
luput dari penglihatan-Nya ketika seorang hamba membutuhkan
pertolongan-Nya.
Dalam kondisi itulah, Allah benar-benar menunjukkan kasih
sayang kepada hamba-Nya, sehingga dimudahkan apa yang dirasa
sulit menjadi lebih mudah. Pertolongan-pertolongan itulah yang
menjadikan kita menikmati apa itu dakwah kampus. Yakinlah,
bahwa Allah bersama kita di setiap langkah, setiap detik dan Allah
itu lebih dekat daripada urat nadi kita. Dalam hal ini, kita lebih
sering untuk bersyukur terhadap apa yang telah Allah berikan.
Jika kita lebih banyak bersyukur maka banyak pula apa yang
kita peroleh tanpa disangka-sangka. Maka ikhlaskanlah apa yang
sudah kita terima dari Allah. Ketika kita sudah berusaha dengan
maksimal dan tanggung jawab, maka mintalah pertolongan pada
Allah dalam munajat kita. Sebab, doa lah yang membantu
kelancaran dalam dakwah yang kita lakukan.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
Sepotong Hati untukmu… | 63
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir." (Al-Baqarah [2]: 286)
Betapa pentingnya gerak dakwah kampus ini berkembang dan
terus berkembang. Jangan sampai dakwah Alloh ini terputus,
terhenti dan mati suri. Lanjutkan perjuangan dakwah ini. Kalian
adalah penerus dakwah dan kalian adalah orang-orang pilihan
Allah yang terbaik untuk berjuang bersama-sama menegakkan
Agama Allah dalam dakwah ini.
Semangat wahai saudara-saudariku! Satukan niat, luruskan
tujuan, rapatkan barisan karena Allah, oleh Allah dan untuk Allah
hingga menjadi Rahmatan Lil ’Alamiin
Jalan yang lurus
Jalan yang berliku-liku
Jalan yang terjal
Itulah kehidupan yang dilalui
Skenario Alloh sangat indah
Alloh punya rahasia terindah untuk kehidupan kita
Berusaha terus
Istiqomah di jalanNya
Ibadah wajib dan sunah terlaksana
64 | I k h w a h L i d a h
Berikan amal terbaik kita
Sampai batas umur yang Alloh tentukan
Innalloha ma’anaa
Sepotong Hati untukmu… | 65
Terkadang Semua Itu Butuh Paksaan
“Nak, tahukah engkau, segala udhur telah dihapus dengan firman
Allah,
‘Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.
Yang demikian itu adalah yang lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.’ (Q.S At-Taubah: 41)”
(Abu Ayyub Al-Anshori)
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sempurna.
Manusia dikaruniai akal, pikiran, naluri, perasaan, syahwat, dan
fasilitas yang patut disyukuri dan dikelola dengan baik. Semua
yang telah Allah karuniakan itu, jika tidak disyukuri dengan baik,
maka tidak akan berarti apa-apa. Dan jika kita bisa mensyukurinya,
maka itu lah yang akan menentukan derajat kita di sisi-Nya.
Sering kali kita melihat orang lain itu lebih baik dari kita.
Sehingga kita kurang bisa mensyukuri nikmat yang ada, karena
merasa masih kurang, kurang, dan kurang. Atau memang kita
66 | I k h w a h L i d a h
sendirilah yang suka melihat orang di ‘atas’ kita. Maka Rasulullah
pun berpesan, “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari
kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang lebih tinggi dari
kalian, sesungguhnya hal itu lebih baik agar kalian tidak
meremehkan nikmat Allah.” (Hr. Ibnu Majah & Ahmad)
“Rumput tetangga lebih indah dan hijau dari rumput kita
sendiri,” begitu kata pepatah bahasa Indonesia yang saya pelajari.
Nah, bagaimana jika kita tak mampu mempunyai atau memperoleh
rumput seperti yang kita inginkan? Tenang aja sobat. Dunia belum
kiamat. Waktu akan bergulir dan mengalir dengan cepat. Jadi gak
perlu karena disebabkan perkara yang remeh seperti itu kita
gantung diri dan minum obat anti nyamuk rasa strawberry, hehe…
Astagfirullah.
Ada sebuah nasihat yang mungkin dapat menjadi penyejuk
hati, “Allah akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh hamba-
Nya namun tidak apa yang diinginkan hamba-Nya.” Dengan kita
mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-Nya, maka hati kita akan
menjadi lebih tenang. Beginilah yang seharusnya kita pikirkan. So,
daripada cuma menggerutu tidak tentu, lebih baik berfikir untuk
menjadikan hidup lebih bermutu!
Dalam perjalanannya, seringkali dakwah yang kita lakukan itu
tidak sesuai yang kita inginkan. Ketika sebuah rencana dakwah
telah disepakati bersama melalui syuro, kadang masih ada juga di
Sepotong Hati untukmu… | 67
antaranya yang tidak menjalankan dengan semestinya. Atau
mungkin juga masih ada saja kader yang yang tidak
memperhatikan taklimat dari pemimpinnya (kalau yang ini
kayaknya banyak).
Jika saudara menjumpai seorang mas’ul (Ketua) yang sering
melanggar ketetapan syuro’, atau mungkin menjalankannya tapi
tidak dengan sepenuh hati, maka segera ingatkan, sebagai bukti
kepedulian kita terhadap sesama. Juga kepada jundi (Anggota)
yang sering melanggar taklimat, nasihatilah ia. Atau jangan-jangan
kita sendiri yang masuk salah satu dari keduanya? Jika demikian,
mari sama-sama beristighfar. Astaghfirullah.
Suatu ketika seorang mas’ul mengingatkan kepada jundinya
tentang suatu acara yang ada di kampus pusat, “Afwan dek, apa
hari ini anti tidak ikut acara di kampus pusat. Kok jam segini masih
santai?”
Dengan santai Si Adik menjawab, “Afwan mbak soalnya
tidak ada boncengan dan juga saya tidak punya kendaraan
sendiri....”
Mendengar alasan yang menurut saya bukan termasuk
kategori alasan Syar’ie itu, Sang Mas’ul pun memberi usulan
kepada Si Jundi untuk naik angkutan umum saja, namun tak ada
respon dan tanggapan yang ia dengar dari sang jundi.
68 | I k h w a h L i d a h
Mungkin kita sendiri juga sering melakukannya: membuat
alasan yang terlalu dipaksakan karena kelemahan jiwa kita. Hati-
hatilah, karena sebagian besar alasan adalah fiktif belaka, yang
biasanya kita gunakan untuk mencari pembenaran terhadap
kesalahan dan kemalasan kita.
Memang, adakalanya fasilitas berpengaruh besar terhadap
kelancaran dakwah yang kita lakukan. Namun, kayaknya kita perlu
lebih banyak mempelajari perjuangan dakwah Rasulullah.
Tersediakah fasilitas lengkap dengan segala kemudahan seperti
jaman sekarang? Kondisi aman untuk nyawanya saja masih
dikhawatirkan. Astagfirullah... Mari kita pelajari kembali siroh
Rasulullah dan pejuang dakwah terdahulu agar tak selalu
menggerutu ketika ada tantangan tertentu.
Selama kita yakin, berusaha dan berserah diri pada Yang
Maha Memberi kehidupan, semua itu pasti ada jalan keluar. Allah
juga telah mengatakan tidak akan menguji hambanya melebihi
batas kemampuannya. So, mengapa kita takut dengan keadaan
yang mungkin tidak sedang bersahabat dengan kita?
Kalau Dewa berbunyi
Hadapi dengan senyuman, semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tulus jiwa, karena semua ini akan baik-baik
saja
Sepotong Hati untukmu… | 69
Maka kini kunyanyikan:
Hadapi dengan semangat apa yang ku buat penuh manfaat
Tak ada kata terlambat jika kita cepat-cepat tuk berbuat
Semua itu bergantung pada diri kita. Orang yang lemah
adalah orang yang selalu mengasihani dirinya sendiri. Sekali lagi,
kesadaran, paksaan diri, dan keyakinan penuh akan pertolongan
Allah terhadap apa yang kita upayakan akan nampak indah pada
waktunya.
Apa yang kita upayakan benar-benar cermin apa yang akan
kita hasilkan. Dan siapa penilainya?? Tidak Main-main sobat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Masih ragu untuk berbisnis yang full
royalti ini? Pikirkan dech? Hal ini sangat jelas. Seperti yang
dijelaskan dalam Al-Quran,
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku
tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu
dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (Q.S As-
Shaff:10-11)
Nampak jelas janji Allah kepada makhluknya atas jaminan
kecukupan di dunia dan di akhirat. Pertanyannya adalah,
bagaimana cara dan usaha kita untuk menghindari rasa takut akan
70 | I k h w a h L i d a h
kesempitan setiap kali kita menghadapi persoalan? Persoalan,
kesempitan yang kita alami sebenarnya dapat kita atasi dengan
usaha dan paksaan dari pribadi kita untuk segera bangkit dan
menyelesaikan semua itu, tidak justru lari dari semuanya dan
berfikir semua telah selesai. Justru itu menambah panjang
persoalan-persoalan berikutnya.
Ketika bayi lahir ia dipaksa untuk menangis bahkan dengan
tepukan atau timbukan dari seorang bidan. Anak dipaksa untuk
belajar berjalan untuk bisa berjalan. Anak dipaksa untuk berlatih
berbicara supaya bisa berbicara. Bahkan kita memaksa diri kita
untuk bangun tahajjud agar bisa melaksanakannya hingga
kemudian menjadi terbiasa. Banyak lagi yang bermula karena
dipaksa namun menjadikan kita terbiasa.
Kata “dipaksa” seolah bermakna kasar, tidak bersahabat, dan
melanggar HAM. Aduh berat banget ya? Tenang sobat. Namun
jika paksaan tersebut untuk kebaikan dan memang sesuai porsi
yang dibutuhkan itu perlu dikaji ulang. Maksudnya, konsep
pemahan kita terhadap HAM itu lah yang perlu dikaji ulang.
Perlu kita ketahui bahwa paksaan itu bersumber pada dua hal
yaitu paksaan diri sendiri dan paksaan dari luar dirinya. Manakah
yang paling cespleng untuk digunakan? Tentu paksaan dari diri
kita. Ketika kita telah memaksa diri kita untuk melakukan apa yang
kita rencanakan meski terkadang banyak tantangan, maka rasa
Sepotong Hati untukmu… | 71
kebahagiaan dan kepuasan ketika kita mencapainya akan benar-
benar mengena dan tahan lama. Sedangkan paksaan dari luar
berfungsi sebagai penyemangat dan reminder saja.
Ketika kita telah mampu memaksa dan memotivasi diri kita
sendiri, maka orang lain dan lingkungan hanya sebagai tambahan
penyulut untuk tetap terus mengobarkan api yang sejatinya telah
menyala. Dengan paksaan, semangat dan motivasi diri kita hanya
satu: mengharap ridho Allah Rabbul Izzati.
Gunung tinggi pasti mampu kan kudaki, laut luas pati kan ku
sebrangi, kemalasan, ketakutan dan keterbatasan kan kuatasi.
Allahu Akbar!!!
72 | I k h w a h L i d a h
Nuansa Bening di Jingganya Langit-MU
”Hanya dengan kegelapan kita dapat menyaksikan indahnya
bintang.
Kadang kita harus merasakan kekurangan, kesusahan,kesempitan,
agar kita mampu merasakan kesyukuran.
Saat yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan, semoga
Alloh masih menyembunyikan pemberian-Nya, karena hidup tak
akan berwarna tanpa kejutan.”
Sebuah melodi ikut menjangkau langkahku menuju bangunan
tua nan megah yang saat itu ku butuhkan. Berjalan menuju ke
tempat penuh kenangan perjuangan. Selain jatuh bangunku untuk
menyelesaikan studi yang mengharuskanku rela menginap
beberapa hari di kampus, kebanjiran dikampus sampai sinar
mentari menyapa, padahal pukul 5 aku harus sudah datang ke suatu
tempat untuk membahas sesuatu perencanaan dalam dunia dakwah.
Kalimat ’kita adalah dai sebelum apapun’ ternyata cukup
melekat dalam jiwaku, meski aku sendiri tak yakin bahwa aku
Sepotong Hati untukmu… | 73
adalah salah satu dari da’i itu. Oleh sebab itu aku selalu semangat
menjalani hari-hariku. Setahuku da’i adalah orang yang kerjanya
koar-koar mengajak menuju kebaikan sesuai dengan risalah yang
dibawa oleh Rosul Muhammad SAW, tapi gak tau lagi kalau arti
yang sebenarnya.
Rasanya sudah lama sekali aku tak jalan kaki, maka pagi itu
sebelum ketemu adik-adik, sengaja aku berjalan menuju ke
kampus hijauku. Sambil lirih suara dzikir Al-Ma’tsurat berganti ke
lagu nasyid dari salah satu albumnya Snada.
Ku berpijak di tanahmu menghirup udara-Mu
Ku berjalan dibumi-Mu hidup dengan rizki-Mu
Nikmat-Mu yang manakah kan kudustai
Warna bunga dimataku gambar indah dari-Mu
Sepoi angin menerpaku bagai belai kasih-Mu
Nikmat-Mu yang manakah kan kudustai
Terima kasih ya Alloh untuk semua yang tlah Engkau beri
Segala puji bagi-Mu atas karunia dan rahmat-Mu padaku
Ku bisa melihat ku bisa mandengar semua karena izin-Mu
Nikmat-Mu yg manakah kan kudustai....
74 | I k h w a h L i d a h
Akupun langsung terbayang ke surat Ar-Rahman dan mulai
berflashback kebeberapa tahun silam. Ketika aku masih jadi ABG
(Anak Baru Ghirohnya), semangat-semangatnya mengahadiri
kajian, undangan syuro dan seabreg kegitan lainnya. Itensitas
aktifku berorganisasi dan mengenal banyak macam “suku” pada
awal-awal semester, membuat hampir tak ada hari yang kulalui
dengan sekedar bersih-bersih kos-kosan atau nyari makan bersama
teman-teman, atau bahkan sekadar nonton teve sama ibu kos lalu
cerita ini dan itu.
Saking gayane sampai sering lupa kalau sudah akhir bulan.
Uang mesti nipis karena untuk ikut pelatihan ini, pelatihan itu,
mulai dari yang Ormawa hingga UKM. Setahun berlalu dengan
aktivitas yang bervariasi, sampai pada akhirnya aku memutuskan
untuk bergabung secara resmi ke salah satu wadah dakwah yang
sealur dengan apa yang pernah kudapati di SMA dulu.
Yah, aku masuk ke Klub Dakwah Kampus. Selain untuk
menekan angka keborosanku dalam hal makan juga untuk mencari
tempat aman bagi pendidikan ruhiyahku. Awalnya aku tak mau
terlibat ke dalam jajaran ini, namun ternyata aku merasa terpanggil
untuk masuk keranah ini. Sudah saatnya aku membuktikan apa
yang pernah dikatakan oleh seniorku SMA dulu, bahwa ADK dan
ADS itu sangat beda jauh. Dan aku telah membuktikan kata-kata
itu.
Sepotong Hati untukmu… | 75
Masuk ke Klub Dakwah Kampus, berarti aku harus siap untuk
“tidak nyaman”. Liku-liku dakwah mulai terasa menajam dan aku
belum punya banyak amunisi untuk mempelajari pemetaan para
hizbullah disini. Belajar sedikit demi sedikit mulai mencoba
mengakselerasikan diri. Memulai dari ketidaknyamanan berujung
pada kekuatan untuk tegas. Kekuatan baru yang tersusun dari
partikel-partikel haus pengalaman yang membawaku ke dalam
jalan yang menikung dan menanjak. Mengenal banyak amanah,
mengenal banyak karakter dan mengenal banyak strategi dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Uniknya, ketika aku bingung dan bertanya pada para senior,
kebanyakan mereka akan menjawab, “Lha menurut anti
bagaimana?” Atau sekadar memberi jawaban lewat senyum
simpul. Karena jawaban itu akhirnya aku terdidik untuk mandiri,
gak rewel untuk banyak tanya. Secara sengaja atau tidak para
seniorku yang bersikap seperti itu malah membantuku mengasah
ketajaman dalam membaca situasi dan isyarat. Ketika salah, maka
aku akan ditegur, dan harus bisa mencari kesalahan yang dimaksud
dan membenahinya. Itulah nikmatnya ditempa disini.
Jiwa muda yang masih terus bergelora, menghantarkan aku
pada sebuah pemahaman, bahwa dakwah itu tidak hanya untuk
dicermati namun juga dijalani. Tak mudah menjadi bagian dari hal
ini. Namun karena adanya dakwah, maka aku mengenal arti
76 | I k h w a h L i d a h
pengorbanan, kesabaran (walau terkadang aku tak bisa
menjabarkan arti sabar itu) dan keikhlasan. Disini aku juga kembali
menemukan sahabat yang menenangkan. Ukhuwah yang terbangun
begitu tak terlupakan, mulai dari gesekan yang terjadi hingga air
mata keharuan atas kebahagiaan saudaranya.
Awal masuk ke dalam dakwah kampus, bahasa yang
digunakan tidak lagi akhi dan ukhti namun sudah Pak! dan ukhti.
Yang membuatku tersenyum karena pernah ada celetukan ikhwan
“Ana kan masih muda dan akhwat itu curang, mereka memanggil
ikhwan dengan sebutan Pak, tapi mereka tak mau dipanggil dengan
Bu”. Awalnya terasa aneh, namun lambat laun telingakupun
terbiasa. Eh, sekarang bukan lagi pak atau ukhti, namun sudah
berganti lagi menjadi ‘mas dan mbak, atau dik’. Pernah merasa tak
nyaman, namun setelah share dengan teman yang ada di kota dan
kampus lain, disana sudah tidak jamannya lagi antum, ana dan
semacamnya, namun sudah kang, yu dan seterusnya. Berarti
sekarang untuk mengawali metode itu, harus dimulai dari kalangan
minoritas dulu.
Pengalaman demi pengalaman cukup banyak jika dijadikan
sebuah antologi. Mulai dari pengalaman DS (Direct Selling)
belajar jadi sales dakwah, belajar dari keterpaksaan menjadi
seorang pemimpin wanita diantara laki-laki yang ada, belajar
memanajemen amarah terhadap ulah partner dakwah yang
Sepotong Hati untukmu… | 77
“sekate-kate”, belajar dan terus belajar, hingga masaku di kampus
habis. Suka duka menjadi orang muda hingga menjadi orang tua
(Di kampus), dan sekarang aku memasuki orang yang masih sangat
muda di kalangan dakwah kampung. Paling tidak, siklus kampus
itu telah selesai dilewati. Seperti ketika awal semester di kampus,
kita akan banyak mendapati orang memamnggil kita dik, namun
setelah tengahan panggilan mulai bervariasi, nah masuk ke tingkat
akhir, panggilan berubah jadi “mbak/mas”. Sejatinya panggilan
itupun adalah masa memasuki babak baru, siap meninggalkan
keceriaan dakwah di kampus dan mulai menapaki kehidupan
dakwah yang lebih nyata lagi.
Sekadar informasi untuk yang merasa masih muda dan
dipercayai beramanah khususnya yang lagi pede-pedenya merasa
mendapat amanah yang tidak main-main (Padahal tidak ada
amanah yang bisa dibuat main-main). Semua menempati ruangan
yang sudah disediakan oleh Allah. Entah jundinya entah
qiyadahnya, entah yang masih junior atau senior, semua punya
catatan pertanggungjawaban sendiri-sendiri. Jadi jangan pernah
terbersit dalam benak kita, bahwa amanah kita itu adalah amanah
yang paling berat atau sebaliknya.
Kembali pada likuan dakwah kampus. Persaingan antara para
pendengar “Fastabikhul Khoirot” sangat ketat. Perebutan kader
sering dilakukan, uniknya aku dan saudara-saudaraku sering
78 | I k h w a h L i d a h
kecolongan, beberapa kader dari “rumahku” dibawa lari
“tetangga”. Beberapa koreksi dari itu: Pertama, keluargaku tak
mampu memberikan kenyamanan dalam berdakwah versinya keder
yang lari tadi.
Kedua, keluargaku teralalu sibuk dengan dinastinya masing-
masing sehingga si kader tadi merasa tak diorangkan.
Ketiga, atau tetanggaku yang mulai meranggas? Kerena
saking seringnya aku kehilangan maka akupun juga berfikir,
mungkinkah karena dakwah kami mulai tak barokah. Pasalnya,
makin menjamurnya virus-virus merah jambu diantara kader kami,
atau karena iri dalam amanah (Yang banyak amanah iri pada yang
amanahnya sedikit karena berfikir yang sedikit amanahnya bisa
lebih sering mengurusi urusannya sendiri. Sebaliknya yang
amanahnya sedikit iri pada yang banyak amanah sehingga merasa
yang banyak amanahnya itu yang disayang oleh qiyadahnya),
padahal porsi amanah itu disesuaikan juga dengan kepasitas
pendewasaan si penerima amanah dan tentunya dari berbagai jalan
penentuan.
‘Alaa kulli haal, yang pasti sekarang aku hanya bisa menjadi
penonton dalam kancah dakwah kampus, adik-adikku yang masih
merasa memiliki jiwa muda telah berkarya, dan semoga jauh lebih
baik daripada kami. Yang aku bangga dari sini dan aku tak
mendapatinya ditempat lain adalah tentang kesigapan dalam
Sepotong Hati untukmu… | 79
bergerak, rasa berterima yang terkadang sering dibanding-
bandingkan dengan kampus-kampus yang sudah punya nama
dalam kancah dakwah di kota pahlawan ini, atau semangat 45
ketika diajak berfikir.
Akhirnya, doa yang tak ingin kulewati dalam senandung
dzikirku adalah, jangan sampai aku terlempar dari jalan dakwah
ini, karena ku terlanjur mencintai jalan ini.
Kita sedang meniti dakwah tak berujung. Betapapun
beratnya, NIAT adalah penentu. Semangat adalah pemacu.
Komitmen dan Kesabaran menentukan panjangnya nafas
keberanian. Maka ringankanlah kaki kita untuk menghapus
kekecewaan karena kita bekerja bukan untuk manusia tetapi
untuk Allah, dengan janji Jannah-Nya.
80 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 81
BAB IV
Selalulah di Jalan Ini
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang
tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya),
lagi Maha Mengetahui.”
(Al-Maidah [5]: 54)
82 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 83
Yang Tak Terpengaruh
”Kita harus berhenti membebankan kesalahan kita pada
lingkungan, dan belajar menerapkan tanggung jawab pribadi
kita.”
(Albert Schweizer)
Seringkali kali saya mendengar keluhan dari adik-adik. Ada
yang beralasan karena pergaulan di kampusnya tidak ada yang ikut
ngaji, sehingga ia pun malas untuk menghadiri halaqah. Ada yang
memang bawaannya sejak SMA tidak kenal islam, sehingga di saat
kuliah agak parno dengan hal-hal yang berbau islam. Ada yang
SMA-nya rajin ngaji tapi karena salah pergaulan akhirnya tidak
mau ikut ngaji lagi. Bahkan ada yang dari pesantren, tetapi saat
kuliah kehilangan identitas kesantriannya. Dan berbagai curahan
hati lainnya.
Tak terkecuali, masalah-masalah itu pun menyapa kader-
kader yang telah lama terjun di dunia dakwah. Berapa banyak
kader yang begitu getol berdakwah saat dikampus tapi ia
84 | I k h w a h L i d a h
menghilang begitu saja dari arena dakwah setelah diwisuda. Atau
mungkin kader yang begitu semangat dakwahnya ketika di masjid
dan syuro’, tapi ketika saatnya kuliah di kampus, ia kembali ke
habitat semula: menjadi orang yang pantas untuk didakwahi.
Semoga Allah menjaga dan senantiasa memberikan rahmat-Nya
kepada kita agar tidak futur dari jalan dakwah ini.
Yang sering menjadi alasan ke-futur-an adalah karena sebab
lingkungan dan kondisi. Karena temannya tidak ada yang mau
diajak ngaji, maka ia pun tidak ngaji juga, karena kalau tetap ngaji
dibilang ‘sok alim’. Karena teman-temannya pada lepas jilbab atau
mungkin pake tapi ‘jilbab gaul’ dan pakaiannya kekurangan bahan,
maka ia pun segera meminjam pakaian adiknya untuk
menyesuaikan dengan teman-temannya. Naudzubillah... Dan
berbagai contoh yang lainnya.
Dalam berinteraksi sosial, seseorang hanya dihadapakan pada
dua pilihan: mempengaruhi dan dipengaruhi. Kalau ada orang yang
tidak bertekad ‘mempengaruhi’, maka ada kemungkinan bahwa dia
ingin menjadi orang yang ‘dipengaruhi’, biarpun ia tidak
menyadarinya. Kalau kita tidak mampu—atau mungkin juga tidak
mau—mempengaruhi teman-teman kita untuk berbuat kebajikan,
maka diri kita akan berpotensi untuk dipengaruhi agar berbuat
keburukan. Ketika kita punya kesungguhan untuk memengaruhi
Sepotong Hati untukmu… | 85
lingkungan kita, paling tidak kita tidak akan mudah untuk di
pengaruhi.
Jika sekarang banyak yang curhat karena telah dipengaruhi
lingkungannya, semoga nantinya banyak yang bilang dan bertekad,
“Karena lingkungan saya seperti itu, maka saya harus
mempengaruhi lingkungan dengan pengaruh yang ada dalam diri
saya. Saya harus merubah lingkungan menjadi lebih baik”.
Seseorang yang kuat melawan arus lingkungan yang
menghanyutkan hanyalah orang-orang yang kuat, kuat
kepribadiannya, kuat karakternya, kuat tsaqofahnya, kuat
tarbiyahnya, kuat ibadahnya, dan kuat imannya. Mereka menjadi
orang yang kuat karena memiliki konsep diri yang jelas. Dalam
bahasa para ulama, mereka adalah orang-orang yang ma’rifatun
nafs atau orang yang mempunyai pengetahuan tentang dirinya.
Ma’rifatun nafs adalah sebuah ilmu yang berdiri paralel
dengan ma’rifatullah. Maka Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah
memasukkan ilmu ma’rifatun nafs sebagai ilmu kedua setelah
ma’rifatullah. Sebab, seperti kata Ali bin Abi Thalib, “man ‘arofa
nafsahu, ‘arofa Rabbahu, barang siapa yang mengenal dirinya
maka ia mengenal Tuhan-Nya”
Seorang yang mengetahui ‘dirinya’ dengan baik maka ia akan
berpeluang untuk dapat menumbuhkan dan memaksimalkan sisi-
86 | I k h w a h L i d a h
sisi positif yang ada dalam dirinya. Dengan mengetahui kadar
kemampuannya maka seseorang akan mampu mengoptimalkan
quwwatul khair (kekuatan kebaikan) yang ada dalam dirinya. Dan
di saat yang sama ia akan mampu meminimalisir quwwatus syarr
(kekuatan kejahatan) yang ada dalam dirinya.
Aktivis Dakwah Kampus sejati adalah orang yang senantiasa
siap menghadapi bagaimanapun kondisi lingkungannya. Ia
senantiasa teguh menghadapi arus dan badai kerusakan umat. Ia
akan selalu bersama kebenaran biarpun hanya ia seorang diri yang
bersama kebenaran tersebut. Mereka seakan-akan adalah wujud
dari pesan Imam Hasan Al-Banna, “Antum ruhun jadidah tarsi fi
jasadil ummah”. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru
yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang
mati itu dengan Al-Qur’an.
Rasulullah SAW bersabda,
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada
dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan niscaya dapat
menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang
baik”. (HR. Tirmidzi)
Aktivis dakwah kampus sejati adalah orang yang senantiasa
bertakwa kepada Allah di mana pun ia berada. Ia tidak pernah risau
dengan lingkungannya. Sebab di mana pun ia berada, baginya
Sepotong Hati untukmu… | 87
adalah tempat yang tepat untuk melakukan kebaikan; ia terus
menebar kebajikan. Ia selalu bergaul dengan akhlak yang baik. Ia
senantiasa memperlakukan saudaranya yang lain dengan sebaik-
baik perlakuan, biarpun mungkin yang diterimanya tidak sebaik
yang diharapkannya. Maka ia pun menjadi cahaya bagi lingkungan
sekitarnya.
Aktivis dakwah kampus sejati adalah orang yang senantiasa
teguh dalam kebenaran, di mana pun dan kapan pun. Ia tidak
terpengaruh dengan apa yang di luar dirinya. Ia senantiasa teguh
pendiriannya. Sebab ia telah memiliki pegangan yang kokoh dalam
dirinya. Maka ia pun berusaha untuk mempengaruhi sekitarnya. Ia
berbaur dengan masyarakatnya, namun ia tidak melebur. Ia
senantiasa tetap teguh pada kebenaran biarpun ia sendirian.
Akhirnya, para aktivis dakwah kampus sejati itu
mengingatkanku pada pesan Syaikhut Tarbiyah KH. Rahmat
Abdullah, ”Selalulah bersama Kebenaran, walaupun Engkau
sendirian.” Dan para aktivis dakwah kampus sejatipun memahami
betul nasihat tersebut.
Inspirasi:
Anis Matta, Menuju Cahaya
Rahmat Abdullah, Warisan Sang Murabbi.
88 | I k h w a h L i d a h
Teruslah di Jalan Ini
Aku Rindu
Aku rindu zaman ketika halaqah adalah kenikmatan, bukan
sekadar sambilan apalagi hiburan
Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban , bukan
pilihan, apalagi beban dan paksaan
Aku rindu zaman ketika douroh menjadi kebiasaan bukan sekedar
pelengkap pengisi program yang dipaksakan
Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan
apalagi kecurigaan
Aku rindu zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan bukan
tuntutan, hujatan, dan objekan
Aku rindu zaman ketika nasehat menjadi kesenangan, bukan
suudzon atau menjatuhkan
Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk
dakwah ini
Aku rindu zaman ketika nasyid ghuraba menjadi lagu keseharian
Sepotong Hati untukmu… | 89
Aku rindu zaman ketika hadir liqo adalah kerinduan dan
keterlambatan adalah kelalaian
Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi
dauroh dengan ongkos terbatas dan peta tak jelas
Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar berjalan kaki
dua jam di malam buta sepulang tabligh dakwah di desa sebelah
Aku rindu
(K.H. Rahmat Abdullah- Allahu Yarham)
Subhanallah... Mungkin kata itu yang akan kita ucapkan
pertama kali ketika membaca kata demi kata dari K.H. Rahmat
Abdullah, seseorang yang begitu luar biasa perannya dalam
dakwah ini. Pertama kali saya membaca puisi di atas seakan
menjadi suatu tamparan, begitu berbedanya zaman dahulu dengan
zaman sekarang. Dulu kader militan, sekarang meletan, bahkan
kadang ada yang memlesetkan juga menjadi kader moletan. Meski
ironis, tapi itulah kenyataan yang ada.
Tak perlu jauh-jauh mencari contoh, saya melihat diri saya
sendiri. Saya belumlah kader yang militan, mungkin bisa saja saya
termasuk ke dalam kader meletan, yang kalau diberi amanah
banyak mengeluhnya daripada melaksanakannya. Mungkin juga
saya termasuk kader moletan, yang lebih suka bogi (bobo pagi),
90 | I k h w a h L i d a h
boci (bobo ciang), bore (bobo core), ketimbang ikut syuro’ dan
kegiatan-kegiatan full manfaat lainnya. Kalau diajak teman dan
mbak-mbak, selalu saja ada 1001 alasan buat nolak.
Yah mungkin saya termasuk salah satu, salah dua, bahkan
salah tiga diantaranya. Astaghfirullahal ’adzim... Tapi melalui fase-
fase inilah yang menentukan perjalanan kader dakwah kedepannya.
Akankah ia terus menerus dalam keadaan dan kefuturan seperti itu,
ataukah berpijak dari kefuturan itu untuk bertolak menjadi kader
yang militan full manfaat? Pilihan ada di tangan pribadi masing-
masing.
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila
dikatakan kepada kamu, ‘Berangkatlah (untuk
berjuang/berperang) di jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin
tinggal ditempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di
dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmaatan hidup
di dunia ini (dibandngkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah
sedikit.”(QS At Taubah: 38)
Namun untuk keluar dari lingkaran kefuturan ini tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus mau keluar dari
zona nyaman kita. Harus mau berkorban waktu, tenaga, pikiran,
dan sedikit harta(karena harta kita kan memang masih sedikit,
hehe....) untuk dakwah ini. Dan yang tidak kalah penting selain
motivasi dari diri sendiri yaitu kesadaran akan perannya di dalam
Sepotong Hati untukmu… | 91
jalan dakwah ini dan lingkungan yang ada di sekitarnya, segala
sesuatu yang dekat dengan kita.
Tak sedikit kita jumpai kader dakwah yang masih belum
menyadari keberadaannya dan perannya dalam jalan dakwah ini.
Ini merupakan PR kita bersama. Dan tak kalah pentingnya yaitu
lingkungan kader tersebut. Apakah berada di lingkungan yang bisa
dibilang sudah kondusif ataukah masih labil, sehingga mempersulit
kader tersebut untuk melakukan perubahan.
Dapat saya rasakan sendiri, saat saya berada di dekat orang-
orang yang cenderung statis, maka saya pun akan ikut statis.
Semisal ada kajian atau syuro (Rapat), sementara teman-teman
yang lain masih pada tidur atau mengerjakan tugas dan alasan-
alasan lain, sehingga kita yang awalnya berniat ikut syuro atau
kajian, ikut-ikutan tidak datang. Berbeda saat saya berada dekat
dengan orang-orang yang begitu bersemangat, kita pun akan
termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegitan yang bermanfaat.
Rajin syuro, ikut kajian dan berbagai kegiatan serta berbagai
organisasi yang bermanfaat.
“Seseorang itu akan mengikuti agama teman akrabnya, maka
hendaklah kalian memperhatikan dengan siapa berteman akrab.”
(HR. Abu Dawud)
92 | I k h w a h L i d a h
Sebagai ADK (Aktivis Dakwah Kampus) pastinya kita
harus dapat menjadi teladan, contoh yang baik bagi teman-teman di
sekeliling kita. Meski begitu, tak ada gading yang tak retak. Tak
ada manusia dengan akhlak yang sempurna, tanpa kesalahan
sekalipun. Maka dari itu perlulah kita berkumpul dengan orang-
orang shalih yang alim. Agar kita dapat men-charge kembali
kefuturan iman kita.
Seperti yang saya alami ketika saya berada di Depag BEM
Jurusan, saat itu kader ikhwah hanya ada 1 ikhwan dan 1 akhwat.
Seiring berjalannya waktu, gugurlah yang kader ikhwan tadi.
Tinggal 1 kader akhwat yang berjuang di jurusan itu. Tentunya
saya tidak sendiri, banyak masukan dan bantuan dari mbak-mbak
senior terkait peran saya di jurusan. Namun tak dapat saya
pungkiri, dalam arus pergaulan BEM yang begitu bebas dan
longgar, sementara saya hanya sendirian, jikalau kita tidak kuat,
bukannya kita yang mewarnai mereka, namun kita yang diwarnai.
Tak jarang saya disidang mbak-mbak kalau ada
penyimpangan atau sesuatu yang kurang tepat. Dulu saya pun
sempat marah, karena merasa ini adalah hak saya, kenapa saya
harus dipantau, diawasi dan diperlakukan seperti itu. Namun
lambat laun saya menyadari bahwa itu adalah salah satu bentuk
kasih sayang mbak-mbak pada saya. Meski kadang penyampaian
yang mereka berikan membuat luka di hati dan stress di pikiran.
Sepotong Hati untukmu… | 93
Tak jarang saya menangis karena itu. Tapi kembali lagi, bahwa itu
memang seharusnya dilakukan supaya saya tidak terjatuh lebih
dalam. Kalau saja saya dibiarkan melakukan tindakan-tindakan
yang melanggar syariat, mungkin penyesalanlah yang akan saya
rasakan.
Dua tahun berorganisasi di Depag BEM cukup
mendewasakan saya dan menambah banyak pengalaman berharga,
banyak koneksi dan banyak ilmu yang didapat. Saya tak pernah
merasa rugi ikut organisasi, karena dari sana lah gudang ilmu saya.
Pun begitu dengan organisasi dakwah yang saya ikuti ini. Meski
saya tak jarang futur, tapi alhamdulillah ada banyak saudara-
saudara yang senantiasa mengingatkan dan menuntun pada jalan
kebaikan.
Pada awal berorganisasi saya merasa keberadaan saya tidak
terlalu dianggap ada, saya hanya ditempatkan pada jabatan atau
posisi yang menurut saya itu bukanlah posisi yang penting, dan
terkadang saya iri dengan teman-teman saya yang begitu menonjol
kemampuannya, sehingga sering ditempatkan pada posisi strategis.
Hingga suatu waktu, saya mendengarkan taujih dari seorang ustad
bahwasanya seperti apapun kita, ditempatkan diposisi apa, dan
sekecil serta seringan apapun tugas yang diberikan kepada kita itu
adalah amanah yang telah diberikan Allah pada kita melalui
tangan-tangan-Nya. Maka dari itu harus dilakukan dengan sepenuh
94 | I k h w a h L i d a h
hati dan ikhlas demi menggapai ridha Allah SWT. Mulai saat itu
saya merasa terbuka pikiran saya, mulai meluruskan niat, dan
melakukan amanah-amanah yang diberikan kepada saya dengan
sepenuh hati.
Teringat saya dengan ungkapan Sufyan At-Tsauri, “Tidak ada
yang lebih berat bagiku melebihi beratnya mengobati niatku,
karena ia selalu berubah-ubah dalam diriku”.
Memang tiada kenikmatan hidup yang bisa kita rasakan
melainkan adanya rasa syukur dalam hati terhadap ketentuan Allah
dan selalu berbaik sangka atas setiap ketentuan-Nya. Baik itu
musibah atau nikmat. Karena kita tidak tahu, apakah yang kita
sangka nikmat tenyata cobaan yang hanya akan mendatangkan
murka dan adzab Allah, sementara yang kita rasa itu musibah
malah ladang pahala yang akan mengantarkan kita pada ridha
Allah Swt.
Dimanapun kita, dengan amanah sebesar dan sekecil apapun
itu, asal kita menjalankannya dengan sepenuh hati, diniatkan
Lillahi Ta’ala, insyaAllah akan berbuah manis nantinya. Karena
Allah telah berfirman dalam QS Muhammad (47) ayat 7 yang
artinya berbunyi, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu”.
Sepotong Hati untukmu… | 95
Teringat SMS tausiyah dari teman saya yang cukup
menggelitik namun dapat dijadikan untuk bahan perenungan :
SMS Tausiyah 1
Militansi itu,
Tidak diukur dari tebalnya jenggot dan hitamnya dahi seorang
ikhwan,
Atau dari lebarnya jilbab seorang akhwat.
Bukan pula dilihat dari banyaknya amanah yang melenngkapi
curriculum vitae-nya.
Bukan juga dirasa dari kerasnya takbir atau cemerlangnya
gagasan ketika syuro atau diskusi
Karena militansi itu hanya dapat diukur dari ketulusan dan
kejujuran dalam berjuang menjalankan amanah dakwahnya.
Ada sifat TOTALITAS dan loyalitas pada dirinya.
SMS Tausiyah 2
Saudaraku,
Kadang tanpa disadari,
Yang kita berikan di jalan dakwah ini hanyalah sisa,
96 | I k h w a h L i d a h
Sisa waktu.
Sisa tenaga,
Sisa dana,
Sisa pikiran,
Bahkan sisa perasaan..
Namun kita menuntut lebih,
Islam kembali berjaya..
Sesungguhnya TIDAK!
Islam hanya akan kembali berjaya hanya dengan TOTALITAS.
JIHAD!
Tinggal kini pilihlah jalanmu!
Melebur dalam dakwah ini,
Hingga mewarnai seluruh kehidupan kita.
Atau hanya selingan , memberi hanya sisa-sisa aktivitas lain?
Ketahuilah kawan,
Dakwah tidak butuh kita,
Dia akan tetap diperjuangkan oleh mereka yg dipilih-Nya
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
Sepotong Hati untukmu… | 97
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap
orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-
Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Maidah 5:54)
98 | I k h w a h L i d a h
Antara Rekrutmen & Dakwah
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(KH. Rahmat Abdullah)
Sebagai seorang aktivis pastinya kita tak asing lagi dengan
dua kata itu: rekrutmen dan dakwah. Sebuah kata yang sering kali
“diteriakkan” oleh para mas’ul kita. Tapi banyak juga yang hanya
tahu artinya tapi tak mengerti urgensinya. Sehingga akibatnya
banyak yang tidak tergerak untuk melakukannya. Yah, walaupun
banyak sekali para pemateri yang sudah menyampaikan hal ini
kepada kita.
Karena saya bukan orang dari jurusan Bahasa Indonesia, saya
tidak akan mengartikannya menurut kaidah bahasa. Secara
gampangnya, rekrutmen itu adalah mengajak orang sebanyak-
Sepotong Hati untukmu… | 99
banyaknya untuk melakukan apa yang kita harapkan. Contohnya,
rekrutmen untuk kerja kelompok, rekrutmen anggota, rekrutmen
JJM (Jalan-Jalan ke Mall), dll. Jadi tak hanya kebaikan saja yang
melakukan rekrutmen, tapi ‘kejahatan’pun melakukan rekrutmen.
Seperti kisah bagaimana iblis akan dikeluarkan oleh Allah dari
surga. Apa yang diminta iblis dari Allah? Mengajak manusia
sebanyak-banyaknya untuk menemani iblis di neraka. Jadi mana
yang akan kita pilih? Rekrutmen untuk menuju surga atau
rekrutmen untuk menuju neraka?
Jika memilih untuk menuju surga maka ajaklah teman-
temanmu sebanyak-banyaknya untuk membersamaimu menuju
surga. Inilah yang dimaksud dengan dakwah. Jadi sudah terlihat
kalau dakwah itu sangat dekat kaitannya dengan rekrutmen.
Karena sesungguhnya keberhasilan dakwah kita dapat dilihat dari
seberapa banyakkah rekrutmen yang sudah dilakukan?
Mungkin, akan ada yang protes “Lho, kok bisa?”. Begini,
ibaratnya sebagai seorang mahasiswa yang mengambil jurusan
tertentu, darimanakah kita bisa melihat tolok ukur
keberhasilannya? Yup! Ketika dia berhasil mengamalkan ilmunya,
apalagi berhasil mengajarkan ilmu itu untuk orang lain.
Masih mau protes? Tadi pagi saya melihat sebuah acara di
salah satu stasiun televisi swasta yang selalu menghadirkan orang-
orang berprestasi. Dan pada pagi hari tadi yang hadir adalah para
100 | I k h w a h L i d a h
pembuat robot. Mereka dikatakan berhasil dalam belajar/menuntut
ilmu jika mereka berhasil membuat sebuah robot. Jadi, jika dia
belum membuat robot, maka bisa dibilang ilmu yang dia dapatkan
menjadi sia-sia.
Nah, begitu juga dalam dakwah. Dakwah itu kan menyeru
atau mengajak. Jadi bisa dikatakan seseorang itu berhasil dalam
dakwah, jika dirinya telah mengajak orang lain untuk menuju
jalan-Nya.
Lalu apa yang harus dilakukan setelah melakukan rekrutmen?
Yakni menjaga keistiqomahan yang sudah direkrut. Karena sama
saja jika kita berhasil melakukan rekrutmen besar-besaran setelah
itu hilang semua. Kalau hal ini sampai terjadi, bisa mengakibatkan
efek buruk bagi yang pernah direkrut. Misalnya, munculnya image
negatif terhadap kita. Dia merasa kecewa dengan kita. Yang
awalnya begitu bersemangat mendekatinya, tapi setelah ada
“pernyataan” yang keluar dari mulutnya, dia ditinggalkan. Jadinya,
perasaan patah hati itu bisa muncul akibat kita tidak menjaga
keistiqomahannya.
Secara psikologis, orang yang pertama kali menemukan
sesuatu hal yang baru dan mengikutinya, dia akan cenderung lebih
bersemangat. Tapi semangatnya ini biasanya akan menggebu-gebu,
sehingga jika tidak segera disalurkan dengan baik, besar
kemungkinannya semangat yang dia miliki akan patah. Oleh
Sepotong Hati untukmu… | 101
karena itu, jangan sekali-kali membuat orang patah hati (Baca:
patah semangat).
Lalu, bagaimana cara menjaga keistiqomahan yang sudah
direkrut? Caranya tak lain adalah membina. Konteks membina
disini bukan berarti langsung menempatkan dia pada suatu halaqoh
dan langsung diajari tentang materi-materi seperti ma’rifatullah,
makna syahadatain, ma’rifatul rasul, dll. Tidak harus selalu seperti
itu. Akan tetapi, konsep awal bisa menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi.
Contohnya, jika saat ini sedang beramanah di sebuah
departemen BEM Jurusan, maka ketika rapat, tawarkan dirimu
untuk membuka rapat. Lalu ketika membuka rapat, sisipkanlah
beberapa taujih. Tak usah berlama-lama, seperti halnya kultum
(Kuliah Tujuh Menit). Sebentar tapi membuat mereka tertarik
dengan apa yang disampaikan. Pada awalnya dari rapat ke rapat.
Lalu bisa jadi akan ada permintaan untuk membuat kajian untuk
internal BEM itu sendiri. Pelan-pelan, tapi pasti. Yang penting
selama itu berlangsung, usahakan senantiasa menjaga pemilihan
katanya, agar bisa diterima dengan baik dan tidak menyakitkan hati
sang pendengarnya.
Masalahnya sekarang, berani atau tidak? Mau atau tidak?
Kalau sudah tidak mau dan tidak berani, tidak akan bisa berjalan.
Apa sih yang membuat perasaan tidak berani dan tidak mau itu
102 | I k h w a h L i d a h
muncul? Karena masih kecil? Atau karena merasa belum cukup
ilmu? Atau merasa gugup ketika bertemu audience? Sampai
kapankah kita akan terperangkap dengan ketidaksiapan itu?
Padahal waktu itu akan terus berjalan. Jadi bukan saatnya
terperangkap dalam keterpurukan atas ketidaksiapan, tapi saatnya
berperang melawan ketidaksiapan.
Jika tidak siap karena ilmu yang terbatas, maka saatnya
belajar dengan giat. Banyak-banyak membaca. Jika tidak siap
karena gak Pede, maka mulailah latihan ketika membuka dan
menutup acara di halaqoh kita sendiri. Latihan, latihan, dan latihan.
Akan tetapi bukan berarti ketika latihan, kita berhenti
berdakwah? Tidak! Justru sambil latihan, kita juga menerapkan apa
yang sudah kita terima. Jangan bingung-bingung mencari materi
taujih, sampaikan saja apa yang menjadi taujih di dalam
halaqohmu pada pekan itu. Pastinya juga tidak akan lupa-lupa
banget dengan apa yang disampaikan pada pertemuan halaqoh
sebelumnya. Insyaallah ingatan masih sedikit fresh.
Trus, jika itu tidak dilakukan, apa yang akan terjadi?
Pertama: Ilmu Tidak Bermanfaat
Ibarat sebuah air. Jika dibiarkan menggenang di sebuah
tempat, lama kelamaan dia akan menjadi penyakit, walaupun
air itu bersih. Akan tetapi jika dibiarkan mengalir, air yang
Sepotong Hati untukmu… | 103
kotorpun lama kelamaan akan menjadi bersih. Ilmu itu juga tak
akan ada gunanya jika disimpan untuk diri sendiri, tapi jika
disampaikan kepada orang lain maka akan lebih berguna. Coba
kalau disimpan untuk diri sendiri, ketika lupa mungkin tak ada
yang mengingatkan. Tapi jika kita menyampaikannya kepada
orang lain maka ketika kita lupa, insyaallah akan ada yang
mengingatkan. Dan bukankah sudah jelas, bahwa salah satu
amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat.
Kedua: Terhentinya Regenerasi
Jika rekrutmen itu tidak dilakukan, maka proses
regenerasi akan berhenti. Maka, kiamatpun akan segera datang.
Karena kiamat itu akan terjadi jika sudah tidak ada orang yang
beriman di bumi ini. Dan bagaimanakah kejadian kiamat sudah
Allah tunjukkan di QS At-Takwir. Jadi tidak seperti film 2012
yang endingnya ada manusia yang selamat. Tak akan mungkin
seperti itu. Saat kiamat sebenarnya, tak ada satupun manusia
yang hidup.
Ketiga: Umat Yang Sesat
Lihatlah disekeliling kita. Saat ini, fenomena hamil di luar
nikah sudah menjadi suatu hal yang dimaklumi oleh
masyarakat. Padahal dulu, jika ada orang yang hamil di luar
nikah, dia akan diusir dari kampungnya dan tak akan diterima.
Yang paling dekat dengan anak kampus adalah pacaran.
104 | I k h w a h L i d a h
Lihatlah gaya pacaran teman-temanmu di kampus saat ini.
Kalau sudah pacaran seolah-olah sudah seperti suami-istri
sendiri. Dan itulah PR kita. Relakah kita orang-orang yang ada
di sekeliling kita menjadi orang-orang yang sesat seperti itu?
Segera ambillah peran untuk memperbaiki orang-orang
disekelilingmu.
Keempat: Umat Yang Lemah
Lemah disini bukan berarti lesu, loyo. Tapi lemah disini
maksudnya dalam konteks pemahaman. Pernahkah kita
bertanya pada orang-orang disekeliling kita, mereka sudah bisa
ngaji (baca Al-Qur’an) atau belum? Jika ia tidak bisa atau bisa
tapi masih banyak yang salah, tawarkan dirimu untuk
mengajari mereka. Awalnya belajar baca Al-Qur’an saja, lalu
seiring berjalannya waktu ditambah dengan pengetahuan ilmu
agama yang lain. Masih banyak orang-orang yang ada
disekeliling kita membutuhkan “rangkulan” kita. Dan, itulah
tugas kita!
Kelima: Kehilangan Eksistensi
Firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 7 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu”.
Dan sebuah kalimat “Tarbiyah bukanlah segala-galanya,
tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah”. Dengan dakwah
Sepotong Hati untukmu… | 105
kita berubah dari orang biasa menjadi luar biasa. Jika tak
bersama dakwah mungkin di kampus hanyalah mengenal
teman-teman sekelas saja. Tapi karena bersama dakwah, kita
bisa kenal dengan teman-teman jurusan lain, fakultas yang
lain, bahkan dari universitas lain. Dari sinilah terlihat
eksistensi kita. Eksistensi ini telah mengubah diri kita, yang
awalnya pendiam sekarang jadi pandai bicara, yang awalnya
tidak pede kini jadi pede, bahkan terlalu kepedean (Wah-wah,
kalo ini jangan!), yang awalnya galak kini jadi semakin sabar,
dll.
Inilah mengapa kita harus melakukan rekrutmen, dakwah, dan
membina. Tapi ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 272
yang artinya “.... akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk
(Memberi taufiq) siapa yang dikehendakinya....” Jadi, sertakanlah
Allah dalam hidupmu.
Kekuatan ruhiyah menjadi salah satu hal yang berpengaruh
dengan hasil kerja dakwah. Itulah mengapa ada mutaba’ah setiap
pekannya. Mungkin memang pada awalnya kita masih dengan
terpaksa, tapi Insyaallah lama kelamaan itu menjadi suatu amalan
yang memang kita butuhkan setiap hari. Sudah banyak terbukti di
beberapa wilayah, jika amalan ruhiyahnya bagus maka hasilnya
pun akan luar biasa. Orang yang berbicara dengan ruhiyah yang
bagus akan dapat dirasakan oleh sang mad’u (target dakwah). Tapi
106 | I k h w a h L i d a h
jika orang yang berbicara ruhiyahnya sedang menurun, akan
kurang dirasakan oleh mad’unya. Karena orang yang ruhiyahnya
bagus, ada tangan-tangan Allah yang ikut campur di dalamnya.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa ditiap tepi
waktu, terlampau banyak ajakan untuk meninggalkan jalan hidup
Rasul-Mu. Dan di beberapa tepian waktu itu aku berharap tetap
istiqomah. Ya Allah kumohon jaga harapan itu sampai akhir
hayatku. Karena tak sedikit yg kehilangan sekedar rasa ‘ingin’
untuk istiqomah.
Sepotong Hati untukmu… | 107
Give Up? No Way..!
”jangan biarkan kekuatan atau kehebatan dalam diri jiwa antum
terhempas dengan kebanyakan alasan untuk tidak melakukan
sebuah kebaikan dalam Agama dan jama’ah”.
Saudaraku, apakah anda pernah melihat beberapa iklan di
TV? Saya yakin pernah. Mereka menawarkan sebuah barang
dengan kata-kata yang indah dan bahkan kata-kata optimisme.
Seperti pada iklan salah satu minuman bersuplemen, yang mana
ada seorang pekerja keras kelihatan lesu dan lemas, tapi setelah
minum minuman tersebut, dia menjadi kelihatan penuh
kegembiraan. Harapan dan semangat mereka muncul kembali.
Menjalani kehidupan juga seperti itu. Tidak perlu bersusah
hati atau putus asa, bila menghadapi kesulitan-kesulitan. Bila kita
menjalani kehidupan dengan semangat dan dengan tujuan yang
jelas, maka beban seberat apapun akan terasa ringan. Bila kita tidak
pernah membiarkan harapan dan optimis kita hilang, maka kita
108 | I k h w a h L i d a h
akan selalu menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan sebuah
masalah.
Ikhwah fillah, kita harus tau bahwa disetiap kejadian yang
menurut kita nyaman belum tentu nyaman bagi Allah SWT.
Banyak kejadian-kejadian yang kadang membuat kita sebal, namun
dibalik itu sebenarnya baik buat kita. Seperti pada saat hujan
menguyur sehingga kita basah kuyup karena lupa tidak membawa
jas hujan.Ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik
matahari yang kita jumpai sepanjang hari. Atau mungkin kita
pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah
tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun ketika kita
ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan
klakson agar kita mempercepat kendaraan kita. Mengapa keadaan
seringkali tak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh,
sinis bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut
ketidakmujuran?
Para pejuang dakwah, ikhwan wa akhwat fillah. Sadari saja
bahwa dengan cara itulah alam menghibur kita. Itulah cara alam
mengajak kita tersenyum, menertawakan diri sendiri, dan bergurau
secara nyata. Kejengkelan itu muncul karena kita tak mencoba
bersahabat dengan keadaan.Kita hanya mementingkan diri sendiri.
Kita lupa bahwa jika keinginan tidak tercapai itu tidak ada gunanya
untuk disesali.
Sepotong Hati untukmu… | 109
Ikhwah fillah, semua masalah itu adalah bumbu-bumbu
kehidupan yang memang sudah melekat dalam diri kita, yang
terkadang asin, tawar atau bahkan terlalu manis. Yang perlu kita
lakukan adalahbagaimana meramu bumbu itu agar menjadi sebuah
perpaduan rasa yang meghasilkan masakan yang sedap sehingga
semua orang suka.
Sobat jangan biarkan diri dan pikiran kita menimbulkan kata
keluhan, karena itu akan menghambat kekuatan dalam diri kita.
Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kita.
Ambillah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua apa yang ada
dalam jiwa dan pikiran anda lalu temukan secercah cahaya lilin
dibalik hati nurani anda dan mulailah dengan langkah baru dengan
ucapan, Bismillahirrohmanirrohiim.
Saya ingatkan kembali secercah pesan dari Amir Syakib
dalam pembuka tulisan ini, ”jangan biarkan kekuatan atau
kehebatan dalam diri jiwa antum terhempas dengan
kebanyakan alasan untuk tidak melakukan sebuah kebaikan
dalam Agama dan jama’ah”.
Wallahu’alam bissawab...
110 | I k h w a h L i d a h
Kuliah di Jalan Cahaya
“Dakwah akan terus berjalan, dengan atau tanpa kita.
Kalau tidak bersamamu dakwah akan bersama yang lain.
Kalau tidak bersama dakwah, engkau mau bersama siapa?”
(New Quantum Tarbiyah, 136)
Seorang Ibu guru BK di sebuah SMA pernah berkata pada
salah seorang siswa laki-laki yang akan segera lulus, yang intinya,
“Saat akhir masa kelas 3 sekarang ini, kamu merasa bingung, nanti
saat lulus kuliah kamu akan jauh lebih bingung lagi”. Sebut saja
siswa tersebut bernama Ahmad.
Pada saat itu, Ahmad tidak yakin apa yang dimaksud oleh
sang guru, maklum ia belum pernah kuliah jadi tidak punya
bayangan, namun ia bepikir tentunya ada alasan kuat seorang
konselor berpengalaman berbicara seperti itu. Ketika menginjak di
bangku kuliah, Ahmad mulai memiliki gambaran jelas apa yang
dimaksud oleh Ibu guru tersebut, semakin lama semakin jelas. Ibu
guru tersebut secara tersirat ingin memberi peringatan kepada
Sepotong Hati untukmu… | 111
Ahmad agar benar-benar memaksimalkan masa-masa kuliahnya
agar kelak ketika selesai, Ahmad bisa mendapatkan apa yang ia
inginkan dengan mudah.
Namun sesungguhnya Ahmad pada saat itu masih bingung
tentang apa sih sebenarnya yang ingin ia lakukan setelah lulus
kuliah. Ia bingung bukan karena tidak punya pilihan, namun karena
terlalu banyak pilihan, bingung setelah lulus, apakah mau kerja,
meneruskan ke S2, buka usaha, menikah, dll. Pertimbangannya pun
belum berhenti sampai disitu, misal mau kerja, kerjanya dimana;
misal mau ke S2 biaya darimana; misal mau buka usaha, buka
usaha apa; dan misal mau nikah, nikah dengan siapa? (Ya sama
jodohnya lah!). Seseorang dengan gelar sarjana memang akan
mendapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat sekitar, ia
dianggap telah benar-benar matang dan sanggup memikul
tanggung jawab apapun.
Pada akhirnya Ahmad tidak mau pusing-pusing
memikirkannya, ia menyimpulkan bahwa selama ia mempunyai
IPK yang bagus ketika lulus kuliah, semuanya akan mudah dan
saat itu pula ia akan memutuskan apa yang akan ia lakukan dengan
masa depannya. Maka mulailah perjalanan Ahmad kuliah dengan
target IPK akhir yang diatas rata-rata. Ia berusaha aktif di kelas,
mencari teman-teman untuk diskusi, dan mengikuti berbagai
organisasi dan macam-macam kegiatan ekstra kampus, hal itu
112 | I k h w a h L i d a h
dilakukannya untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan ilmiah
yang pada akhirnya akan berefek pada peningkatan prestasi
akademisnya.
Pada saat mencari-cari organisasi dan kegiatan ekstrakurikuler
itulah Ahmad berkenalan dengan sebuah organisasi dakwah islam,
namun ia tidak memiliki minat sedikitpun untuk mengetahui
organisasi tersebut lebih lanjut. Ia sama sekali asing dengan kata
dakwah sebab di sekolahnya dulu tidak ada organisasi semacam
itu. Ia berpikir bahwa dakwah adalah urusan para ustad yang telah
belajar bertahun-tahun di pondok pesantren. Ahmad sebenarnya
ingin segera menjauh, namun di dalam hatinya ada rasa penasaran
tentang organisasi keislaman ini, ia berpikir jika ada teman-teman
sesama mahasiswa juga yang nyaman dalam mengikuti organisasi
ini, pasti ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Pada hari itu juga
Ahmad mendaftar menjadi anggota organisasi tersebut dengan
tujuan hanya untuk menjawab rasa penasarannya dan segera
berhenti apabila semua sudah terjawab.
Namun semua pemikiran dan harapan Ahmad sedikit demi
sedikit berubah, sepertinya memang benar ketika seseorang
melakukan sedikit saja hal yang baik, maka hal itu akan
mengantarkan pada hal-hal baik yang lain, ia mulai berteman
dengan teman-teman yang sama namun berbeda yaitu sama-sama
manusia namun berbeda pola pikir dan perilaku, Ahmad mulai
Sepotong Hati untukmu… | 113
belajar hal-hal yang menentramkan hati dan mulai berubah dalam
memandang kehidupan. Ahmad yang awalnya kurang suka dalam
mengikuti kajian islam, akhirnya malah menjadikannya suatu
kebutuhan, seminggu tidak bertemu dengan pemateri maupun
teman-temannya, rasanya ada sesuatu yang hilang. Seperti
merindukan bulan di siang hari, sungguh tak sabar.
Cukup lama juga rasanya Ahmad maju-mundur, ia rupanya
belum sepenuhnya lepas dari kebiasaan-kebiasaan lamanya,
terutama ketika berkumpul bersama teman-teman dekatnya,
perkembangannya tidak semudah dan secepat harapannya. Namun
Ahmad diajari untuk yakin bahwa apabila ada seorang hamba yang
ingin mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka Allah akan
menyambutnya dengan berlari. Allah selalu mempermudah semua
hamba-Nya yang berusaha untuk mendapatkan cahaya-Nya.
Ahmad yang dulunya jika shalat fardhu telatnya satu jam, dua jam,
mulai benar-benar memperhatikan panggilan Allah ini dengan
berusaha shalat berjamaah atau tepat waktu.
Ahmad yang dulunya oleh orang tuanya kurang perhatian,
perlahan mulai mementingkan mereka. Jika orang tua Ahmad
punya banyak anak sih mungkin agak bisa diterima, lah anaknya
cuma satu, ya gak masuk akal. Ahmad pun belajar bahwa cara
berbakti kepada orang tua adalah dengan berbuat hal-hal yang baik,
melakukan amal-amal sholeh, karena perbuatan seorang anak akan
114 | I k h w a h L i d a h
berimbas kepada orang tuanya juga, sehingga orang tua bisa
mendapatkan manfaatnya di dunia dan akhirat. Karena itu juga,
sebuah kedurhakaan yang paling besar adalah jika seorang anak
senang melakukan hal-hal yang tidak baik, karena orang tuanya
akan mendapat dampak negatif dari anaknya itu tidak hanya di
dunia namun juga di akhirat.
Ahmad kemudian menyadari bahwa kampus tempatnya kuliah
itu bagaikan sebuah medan magnet, di mana terjadi tarik menarik
antara magnet berkutub positif dan magnet berkutub negatif, dan
Ahmad masuk di dalamnya sebagai sebuah jarum yang siap ditarik
oleh salah satu dari kedua belah pihak, bergantung kutub mana
yang lebih kuat, atau kutub mana yang lebih dekat dengan Ahmad.
Seperti yang diketahui, ada macam-macam manusia dengan latar
belakang dan mindset yang berbeda-beda di dalam kampus. Saking
banyaknya, jadi sangat mudahnya ditemui kelompok-kelompok
yang dibentuk berdasarkan oleh persamaan-persamaan yang
dimiliki oleh setiap anggotanya dari sekelompok teman sekelas
yang kemana-mana selalu bersama hingga sebuah organisasi besar
dengan aturan yang jelas. Sedikit banyak kelompok-kelompok itu
memberikan pengaruh pada mahasiswa-mahasiswa yang
berhubungan dengannya, seperti yang dialami juga oleh Ahmad.
Oleh karenanya Ahmad ingin berusaha meningkatkan jumlah
magnet-magnet berkutub positif tersebut.
Sepotong Hati untukmu… | 115
Semakin lama Ahmad semakin sering terlibat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan dakwah islam yang diikutinya,
sesuatu yang dirasakannya cukup rumit, karena dakwah
membuatnya berinteraksi dan bersinggungan dengan banyak hati
yang sensitif, pribadi-pribadi dengan sifat dan latar belakang yang
bermacam-macam. Seringkali ia merasa bahwa dakwah yang
dilakukannya beserta dengan teman-temannya tidak berkembang
alias jalan di tempat, namun di sisi lain ia meyakini bahwa dakwah
itu bagaikan riak air ketika kita melempar sebuah batu kedalam
sungai, gelombangnya menyebar namun kita tidak dapat melihat
langsung kapan gelombangnya sampai di tepian, begitupun
Insyaallah kinerja dakwah ini. Ahmad tidak dapat memastikan
siapa saja yang mendengar atau melihat apa yang ia sampaikan,
namun ia berharap suatu saat, entah itu dalam hitungan bulan, atau
hitungan tahun, orang-orang tersebut akan merasakan efek positif
dari apa yang disampaikan oleh Ahmad dan teman-temannya,
meskipun pada saat itu Ahmad tidak dapat melihat dan merasakan
perubahan mereka secara langsung.
Salah satu hal yang membuat Ahmad senang adalah ketika ia
dapat menyaksikan proses ketika orang-orang yang berubah dari
yang semula jauh dari Allah menjadi lebih dekat dengan-Nya.
Seperti musim kemarau yang panas tiba-tiba hilang dalam sekejap,
terhapus dengan datangnya hujan yang sejuk, yang menandakan
116 | I k h w a h L i d a h
dimulainya masa yang penuh dengan keberkahan, orang-orang
yang meninggalkan kedzaliman dan melaksanakan amal shalih
untuk meraih ridha Allah, Tuhan mereka. Hal itu membuat Ahmad
ingat ketika pertama kali ia membaca beberapa ayat yang membuat
dadanya bergetar dan air matanya menetes, seakan-akan Allah
dengan lembut menyapa hamba-hamba-Nya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al-
Fajr: 27-30).
Pada akhirnya memang semua orang akan kembali ke
asalnya, cepat atau lambat tinggal menunggu habisnya jatah waktu.
Manusia hanya bisa mengusahakan yang terbaik bagi dirinya
sambil menunggu ketentuan Allah yang akan terjadi. Dan
menjalani hidup dengan ketenangan jiwa adalah dambaan semua
orang tanpa terkecuali, sebab ketenangan jiwa itu merupakan tanda
bahwa ridha Allah menyertai mereka. Ahmad sadar bahwa ketika
Allah sudah berkenan menyertai hamba-Nya dalam setiap urusan,
maka semuanya akan menjadi lebih mudah dan lebih baik. Untuk
memperoleh hal itu Ahmad berusaha ngerutinin beberapa amal
shalih, dan sedikit demi sedikit ketenangan batin ia dapatkan,
meskipun masalah-masalah selalu ada, namun selama ada Allah
bersamanya, Ahmad tak pernah khawatir.
Sepotong Hati untukmu… | 117
Ahmad mencoba menerapkan prinsipnya itu pada
kehidupannya ketika kuliah, dan semuanya pun menjadi lebih
mudah. Misalnya pada awal kuliah dulu tiap semester ia berusaha
keras mengejar tujuannya yaitu IPS minimal 3,5 tapi nggak pernah
dapat, namun setelah ia melibatkan Allah dan mengutamakan
Allah dalam segala macam kegiatannya, meminta pertolongan
hanya pada Allah, IPS-nya menjadi jauh lebih baik dari 3,5
meskipun sesungguhnya Ahmad lebih santai dari sebelumnya.
Jika mengatur siang menjadi malam atau malam menjadi
siang sangat gampang bagi Allah SWT, tentu mengatur hati bapak
ibu dosen dalam memberi nilai yang baik, tentu akan jauh lebih
mudah bagi Allah SWT, bahkan kalau perlu sistem penilaian
kampus pun bisa diubah agar menjadi lebih menguntungkan.
Ahmad kadang merasa rugi tidak mendapatkan cahaya petunjuk ini
sesaat ketika mulai kuliah, namun segera ia ganti dengan rasa
syukurnya yang lebih besar karena ia dapat merasakan kuliah di
jalan cahaya.
“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup
dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.
Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas)." (Q.S. Ali Imron: 27)
Teruslah di jalan cahaya itu..!!!
118 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 119
BAB V
Menjalin Ukhuwah
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
(Al-Hujuraat [49]: 10)
120 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 121
Indahnya Ukhuwah
“…jika tetes-tetes itu digabung menjadi satu, dia akan menjadi
arus.
Dan itulah yang diperlukan dalam dakwah.
Begitu dia menjadi arus, dia akan menghanyutkan.
Begitulah amal ukhuwah. Seperti menggabungkan huruf yang
terpisah-pisah agar menjadi satu dan bisa terbaca.”
(Anis Matta, Demi Hidup Lebih Baik)
Terjalinnya ukhuwah menjadikan kita memiliki banyak
saudara. Seperti kata pepatah, “Sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit.” Tidak sedikit diantara kita yang memiliki banyak
teman ketika kita berada di lingkungan yang baru. Bemula ketika
menjadi seorang pendatang, kita berlaku seolah-olah seperti anak
santun dan salih. Akan tetapi lama-kelamaan mereka pun tahu
watak, perilaku dan kebiasaan kita. Di saat itu lah kita mulai diuji
kesetiaan dan rasa saling menghargai diantara saudara-saudara kita,
yang semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
122 | I k h w a h L i d a h
Tidak jarang diantara kita terkadang saling berbeda pendapat,
bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing hingga tidak ada
yang mau mengalah. Dalam kebersamaan itu kita mulai belajar
untuk menjalin ukhuwah: bagaimana kita bisa menerima
kekurangan orang lain, bagaimana kita bisa menerima dan
mengubah lebih baik disaat nasehat dari saudara kita datang,
bagaimana kita bisa berbagi dalam material maupun non material,
bagaimana kita menolong saudara kita di kala dia membutuhkan
bantuan kita, dan bagaimana kita bisa belajar bersama. Di situlah
kita akan tahu makna ukhuwah itu sendiri, persaudaraan dengan
sesama muslim dan mukmin bersatu.
Alangkah indahnya kebersamaan dalam menapaki jalan
dakwah ini. Alangkah indahnya bila kita bisa saling berbagi, saling
memberi, saling menyanyangi, saling menghargai, saling
menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Alangkah indahnya bila
kita bisa saling memotivasi untuk bersama-sama berjuang
menegakkan agama Allah.
Ukhuwah adalah sebuah kenyataan naluriyah setiap insan
yang saling membutuhkan orang lain. Tidak pandang etnis,
budaya, letak geografis maupun yang lain. Hanya satu yang
membatasi kita yakni adanya perbedaan aqidah. Ketika kita dalam
satu aqidah, kita bersaudara karena Allah. Ketika aqidah Islam kita
terpelihara maka ukhuwah akan terbentuk. Tumbuh dan
Sepotong Hati untukmu… | 123
berkembangnya perasaan cinta dan kasih sayang di hati antar
saudara seiman itu adalah karunia Allah yang telah berkenan
mengikat hati orang-orang yang beriman dalam sebuah jalinan
ukhuwah.
Ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah yang riwayatkan
oleh Imam Bukhari dari abu Hurairah. Ada salah seorang sahabat
Anshar berkata kepada Nabi, “Ya Rasulullah, bagikan kebun kami
dengan Muhajirin.”
“Tidak, aku tidak akan membagikan dengan mereka,” jawab
Nabi.
“Kalau demikian, bantulah kami dalam bekerja agar kami
dapat membantu mereka dalam membagi hasilnya,” ungkap
sahabat Anshar.
“Saudara kamu muhajirin itu adalah yang keluar ke tempatmu
dengan membawa harta dan keluarganya,” jawab Nabi SAW.
“Kami akan membagikan kepada mereka kebun kami,” jawab
orang Anshar.
Rasulullah bertanya lagi, “Apa selain itu?”
Kayaknya, sahabat Anshar itu belum memahami perkataan
Nabi. Maka ia bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang Engkau
maksudkan?”
124 | I k h w a h L i d a h
“Mereka itu datang dari Mekah dan mereka tidak bisa
bercocok tanam sepertimu, karena itu bertanamlah kamu dan
berikan kepada kaum Muhajirin sebagian hasilnya,” demikian
penjelasan Nabi SAW.
Seketika itu mereka berseru, “Kami rela dengan keputusan
Nabi.”
Dari kisah tersebut sebuah contoh bagaimana itu ukhuwah itu
terjalin dalam kehidupan para penggerak dakwah Islam dengan
diwarnai dengan kasih sayang karena Allah. Dengan ukhuwah
yang terjalin indah mereka saling melakukan kebaikan. Karena
melakuakn kebaikan dengan saudara kita merupakan salah satu
ladang amal kita untuk ber fastabiqul khoirot untuk senantiasa
bersyukur terhadap apa yang yang telah dilakukan untuk mengapai
ridho Allah. Hingga Allah membalasnya kebaikan di dunia atau di
akhirat.
Ingatlah wahai saudariku, ukhuwah itu terjalin di kala kita
mampu dan mau untuk saling nasehat menasehati serta menerima
hingga ukhuwah itu bisa beriringan dengan melakukan amal
sholih.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan
Sepotong Hati untukmu… | 125
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr
[103]: 1-3)
Inilah senjata ampuh untuk meniti jalan dakwah. Selain itu,
firman Allah itu juga sebagai alarm diri kita untuk untuk
menjadikan ukhuwah ini lebih indah dan bermakna dalam sejarah
hidup kita. Karena disinilah Alloh telah memberikan kesempatan
bagi kita untuk mengenal arti hidup.
Jagalah ukhuwah, jadikan hal yang positif dari ukhuwah itu,
sehingga output yang dihasilkan pun akan positif. Ayo jalinkan
ukhuwah, eratkan ukhuwah, hingga satukan ukhuwah dalam satu
iman dan Islam.
126 | I k h w a h L i d a h
Kakak, Ajak Aku Terbang Bersamamu…
Bismillah...
Sedikit cerita. Semoga dia tak membacanya, sebab... dia pasti akan
sedih, karena menyadari betapa cepat waktu berlalu...
Dia adalah kakakku, dalam dekapan ukhuwah. Saudara yang
baru ku kenal ketika kami sama-sama berada dalam satu atap di
awal Semester. Kakak angkatan yang terpaut jauh 4 tahun di
atasku. Dia juga bukan asli Orang Jawa. Dan, sebentar lagi dia
akan pulang ke rumahnya yang jauh di sana –karena skripsinya
sudah selesai–. Sedih? Pasti. Hanya satu semester, kami merajut
ukhuwah di dalam satu rumah. Waktu yang terlalu singkat untuk
merangkai kenangan bersamanya. Seperti lagunya ST 12,
“Satu jam saja, ku telah bisa, cintai kamu, kamu, kamu di
hatiku
Namun bagiku, melupakanmu, butuh waktuku seumur
hidup....”
*Lagunya sedikit gak syar’ie :-)
Sepotong Hati untukmu… | 127
Kuingat, selepas tiap ku pulang kuliah, dia selalu bertanya,
‘dapat tugas dek?,’ atau ‘kuliah apa dek?’. Sebuah pertanyaan
sapaan yang selalu diutarakannya untuk menyapaku. Begitulah,
pertanyaan yang kini tak ada lagi yang bertanya begitu padaku
selepas kuliah. Dialah yang mengajariku akan indahnya mengkaji
ilmu, memperbaiki diri dan merajut ukhuwah dalam barisan
Tarbiyah. Ah, aku rindu.
Banyak kenangan manis yang membekas dalam ingatan. Dia
juga yang mengenalkanku pada “dunia” ini, pada lagu-lagu haroki
dan aksi-aksi beserta seluruh jajarannya. Izinkan kali ini aku
berbagi cerita tentangnya, di suatu hari... My Beloved Sister.
Suatu pagi, dikala itu (3 tahun silam) kulangkahkan kaki
menuju kampus hijauku sambil memburu waktu karena jam sudah
menunjukkan angka tujuh (dulu masih terlalu takut untuk
terlambat). Di tengah ketergesaan, Allah sungguh telah
mengirimkan seseorang untuk menolongku. Tiba-tiba dia, kakakku
sudah berada di depanku dengan sepeda ontelnya.
“Alhamdulillah…” tanpa basa-basi dan tanpa ada tawaran
langsung saja kududuk di belakangnya.
Di perjalanan, aku banyak bercerita tentang ini-itu. Sudah 2
hari ini dia mabit dan tak berjumpa denganku. Dan dia, entah
mengapa, diam saja. Tak seperti biasanya –biasanya dia selalu
128 | I k h w a h L i d a h
bertanya tentang perkembanganku–. Aku terus bercerita, sampai
akhirnya dia angkat suara,
“Dek, ana ingin terbang ke sana, tinggiiii sekali!”
Aku menghentikan ‘ocehan’-ku. Terbang? Kesana? Batinku
heran. Kok gak nyambung sama yang kuceritakan ya?
Kudongakkan kepala, memandang langit biru yang kala itu dihuni
oleh gerombolan awan putih dengan mentari yang tersenyum
sangat hangat seolah menyapaku, "selamat pagi"…
Ah, cerah sekali hari ini! Subhaanallaah…
“Aku juga ingin terbang mbak.” sambungku. “Aku ingin
rekreasi ke syurga.” Kali ini kuungkapkan dengan sepenuh hati.
Entah mengapa, akhir-akhir ini (Dikala itu) indahnya syurga
memang menggelayuti pikiranku. Kapan ya mbak, aku akan
rekreasi ke sana? Ah, semoga.
“Kadang, hidup itu kalau dirasa, melelahkan ya mbak” kataku
lagi.
Tak ada respon. Sunyi, hanya deru bunyi ringkikan ayunan
sepeda dan bunyi bel yang otomatis berdering ketika jalan sungguh
tak rata. “Mbak merasa lelah ya?” kututup monologku dengan
kalimat tanya.
“Sudah sampe dek.” katanya datar.
Sepotong Hati untukmu… | 129
“Oh, iya.” Aku segera turun. Kutatap wajahnya, mencoba
mencari jawaban itu di matanya. Namun, kosong. Tak kutemukan
apapun di sana. Hanya sorot matanya yang menerawang
jauuuuuh… Entah ke mana.
“Jazaakillah mbakku atas ‘ojek’ gratisnya. Hehe.” kataku
sambil tersenyum.
“Waiyyaki,” balasnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.
“Assalaamualaikum”. Segera ia membelokkan ontelnya dan
melesat meninggalkanku yang masih diam terpaku.
Kulihat sosoknya yang semakin jauh, jauh, lalu hilang di
persimpangan. Kami memang beda angkatan, meskipun
sebenarnya kami adalah satu jurusan. Ada apa denganmu, kakak?
Segera aku tersadar, aku belum membalas salamnya,
“Waalaikumsalaam Warahmatullaah Wabarakaatuh. Semoga Allah
selalu memberkahimu, hari ini, dan di sisa usiamu,” doaku
untuknya. Astaghfirullah!…. telaaaaaaaatttt!!!
Saat kuliah, konsentrasiku pecah. Kalimat singkatnya tadi
pagi masih terngiang-ngiang di telinga. “Dek, ana ingin terbang ke
sana, tinggiiii sekali!” Apa maksudnya? Apa dia benar-benar lelah?
Ya, mungkin. Aku tahu akhir-akhir ini dia sibuk dengan skripsinya
yang baru selesai dan urusan-urusan lain yang tak kalah
menyibukkan. Apalagi sekarang sedang musim-musimnya ganti
130 | I k h w a h L i d a h
kepengurusan. Ditambah aktivitas dakwah yang gak ada
musimnya, karena dakwah akan terus berjalan sepanjang musim.
Intinya, dia sangat sibuk saat ini.
Aku pun sama sibuknya denganmu mbak. Dan tidak hanya
kita berdua, masih banyak “pejuang-pejuang” lain yang juga
merasakan hal yang sama, bahkan lebih sibuk dari mbak. Atau
mungkin, kau sedang dilanda masalah yang cukup berat hingga kau
benar-benar merasa letih dan penat? Atau mungkin karena
kegalauan hatimu yang masih terlalu berat untuk meninggalkan
Surabaya kala itu? Seharusnya kesibukan tak cukup menjadi alasan
untuk tidak meluangkan waktu bersama saudara dan adik-adiknya.
Ah, ke mana saja aku selama ini?
Kucoba merangkai pesan cinta lewat SMS untuknya,
“Rabb, kulihat letih di wajah kakakku,
sapulah dengan air syurga yang menyejukkan…
Ya Rabb, kulihat memudar senyumnya hari ini,
maka perlihatkan padanya kisah kasih penduduk syurga yang
membahagiakan
Hingga hilanglah kepenatan dalam dirinya.”
Kutunggu beberapa saat, namun tak ada tanggapan. Selesai
kuliah pun aku tak mendapatkan ucapan yang selalu ia lontarkan
padaku. Ternyata Ia sedang pergi, menemui seseorang dan akan
Sepotong Hati untukmu… | 131
bermalam disana. Selepas malam, Ba’da Isya’ kuketik lagi kata-
kata cinta selanjutnya:
“Mbak, mbak ingin terbang tinggi kesana kan? Ajak aku terbang
bersamamu ya. Malam ini, aku ingin ikut bersamamu. Tunggu aku
yaa. Aku akan mengajakmu menjelajah angkasa. Kita akan terbang
bersama, tinggi, tinggiii sekali.. hingga mencapai puncaknya. Hanya
ada aku, kau, dan Dia. Mbak, akhir-akhir ini aku sangat
merindukanNya, sejak kau mengenalkanku pada-Nya. Rinduuuu
sekali…”
Waktu berlalu. Aku tahu, dia takkan membalasnya. Tiba-tiba
kurasakan hangat di mataku. Hatiku gerimis…
Malam harinya, tepat jam 2 dini hari, ku terbangun karena ada
pesan masuk untukku, “Assalaamualaikum Adek chanyank… apa
anti dah bangun? Bersiaplah, qta akan segera terbang tinggi,
tinggiii sekali. Ambil air wudhu yaaa… Luv u.”
Tak terasa, air mata menderas. Belum sempat ku
membalasnya, langsung Hpku berdering, ada namanya dilayar.
Segera ku langsung mengangkatnya.
Dan malam itu, terasa begiiiitu indah! Kami menyelami
samudera cintaNya, hanyut dalam lautan kasih-Nya. Lalu kami
terbang tinggi menjelajah angkasa, ke ufuk nirwana. Robbi,
saksikanlah! Ada dua orang hamba yang datang menghadap-Mu,
132 | I k h w a h L i d a h
mengetuk pintu maghfirah-Mu, berharap dapat berjumpa dengan-
Mu. Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Agung, bukalah pintu
Rahmat-Mu….
Keesokan harinya, dia –sahabatku, kakakku, guruku, satu
diantara “keluarga” kecilku– telah kembali dari mabitnya dan
langsung datang menemuiku sambil berkata,
“Jazaakillaah dek, sudah menemaniku terbang tinggi.”
Alhamdulillaah…Terima kasih Rabb. Kulihat senyumnya
kembali berseri… seperti pertama kita saling menyapa diawal
kuliah.
NB: Buat semua IKHWAH FILLAH di manapun antunna
berada:
Saudaraku, aku ingin kau tahu...
Ada pundak yang bisa kau jadikan sandaran kepalamu,
Ada telinga yang siap mendengar keluh kesahmu dan
menampung segala uneg-unegmu,
Ada tangan yang akan membelaimu dan menyeka bulir-bulir
air mata yang menetes di pipimu,
Ada mulut yang bisa menghiburmu, memberi senyum
manisnya untukmu, dan siap menyumbang solusi jika kau
Sepotong Hati untukmu… | 133
mau,
Ada hati yang telah memberikan cintanya untukmu,
Saudaraku, aku mencintaimu… fillah, lillah…
Kini ia telah terbang tinggi bersama asanya, di kota
seberang...
134 | I k h w a h L i d a h
Tunjukkan Dirimu, Saudaraku!
“Orang-orang yang bertekad baja selalu menyebarkan kepastian,
keyakinan, kepercayaan, dan ketenangan kepada orang-orang
yang ada disekitarnya”
(Anis Matta, Delapan Mata Air Kecemerlangan)
KEGIGIHAN. Mungkin ini adalah sebuah kata yang penting
untuk di tiru. Namun yang kurang ahsan janganlah di banggakan
dan di tiru. Sebuah kritik juga tersandarkan di bahu para tentara
dakwah kampus, ketika belajar memperjuangkan sebuah manhaj
yang tak kunjung terealisasi hanya karena masalah waktu.
Menjadi ghuraba adalah suatu yang sedang kami tempuh.
Menjadi yang sedikit dan terasing. Dalam keterasingan itu, kami
tidak hanya tinggal diam menyaksikan kesemrawutan tata
pemerintahan. Namun kami mengadakan gerak nyata dalam
menggapai apa yang kami tuju, bukan hanya sebagai penilik
layaknya komentator sepak bola. Kami tak hanya menghendaki
Sepotong Hati untukmu… | 135
pandai dalam berorasi, namun juga pandai dalam berinteraksi demi
mencapai apa yang disebut ustadziyatul alam.
Ketahuilah saudaraku, kita terlahir disini, dididik dan dibina,
bukan untuk menjatuhkan pesaing, namun kita dididik menjadi
manusia yang peka terhadap keadaan, dibina akhlak kita dan diajari
bagaimana mencapai sebuah tujuan akhir yang penuh keridhoan
dari-Nya. Tak sekedar membuat konsep, tak sekedar menjadi
teknisi dan tak sekedar menjadi pemerhati. Banyak sekali
halangan, rintangan yang telah kita lalui. Dalam skala kecil, ketika
kita menduduki wajihah-wajihah di kampus, interaksinya adalah
miniatur interaksi kelak ketika kita terjun dalam organisasi yang
lebih besar lagi.
Duri-duri kecil pemecah ukhuwah bukan untuk sekedar
dihindari, namun dimusnahkan. Kalau kita berhasil
menghindarinya, tak pelak orang yang bersama kita dan ada
dibelakang kitalah yang akan terkena duri itu. Namun jika kita
mengetahui duri itu, hedaknya sesegera mungkin kita mencari cara
untuk memmusnahkannya, agar tak menghambat gerak generasi
selanjutnya. Karena generasi selanjutnya pun pastinya sudah
disediakan rintangan-rintangan sesuai dengan kemampuannya.
Jika kita mampu menyelamatkan batang mengapa harus
menunggu rantingnya patah terlebih dahulu karena jatuh tertiup
angin? Bukankah kita ada karena ukhuwah?. Jangan
136 | I k h w a h L i d a h
menyalahartikan kemurnian ukhuwah, namun jangan pula
mengklaim keberadaan ukhuwah sebagai amunisi kita untuk saling
menjatuhkan atau saling meninggikan, karena kesempurnaan
hanyalah milik pencipta dan penguasa jiwa-jiwa kita, Allah Robbul
Izzati.
Teringat akan sebuah syair yang menyemai semangat dalam
jiwa-jiwa perindu kesyahidan:
Kau lelah dalam dakwah
Inilah dakwah. Dan kau lemah?
Jangan !
Bangkitlah!
Belum seluruh harta kau infaq-kan, seperti Abu Bakar.
Belum seberani Ali bin Abi Tholib yang menggantikan jasad
Rosul ketika dikejar musuh Alloh.
Belum setangkas Khalid bin Abi Walid yang senantiasa
bergegas menyambut seruan jihad dimedan laga.
Beginilah dakwah, dan kau menyerah?
Jangan!
Bangkitlah!
Sepotong Hati untukmu… | 137
Sebab perhentian kita bukan didunia, sebab istirahat kita di
jannah.
Sebab musuh-musuh Allah tak akan berhenti sampai dien ini
padam, jangan biarkan.
Sebab jika bukan engkau, siapa lagi yang akan
mengembalikan binar kejayaan islam.
Ya...inilah dakwah.
Jika kau lelah berhentilah, tetapi jangan berleha-leha.
Sebab kewajiban kita lebih banyak dari pada waktu yang
tersedia.
Sebab panji-panji itu telah tersedia dari jiwa yang setia.
Sebab engkaulah singa yang siangnya berjihad tak kenal
lelah.
Sebab engkaulah rabi yang malamnya padat dengan munajah
Sebab engkaulah Abu Bakar itu.
Engkaulah Khalid bin Walid itu.
Sebab engkaulah Shalahuddin al-Ayubi itu
Engkaulah Yahya Ayyash, Imad Aqil, Muhammad Farahat,
dan jutaan pahlawan Islam.
Jika engkau lelah dalam berdakwah, berhentilah sejenak.
138 | I k h w a h L i d a h
Berhenti mencari kekuatan diri.
Berhentilah dalam menata hati dan fikiran.
Setelah kekuatan itu terhimpun, maka Bangkitlah!!
Bangkit kemedan nyata, lawan nafsumu, bakar ghirahmu.
Dan songsonglah jayanya cahaya islammu
Atau kita bersama membuatjanji, untuk berhenti dan berjalan
bersama kesyurga.
Melalui Syahid dijalanNya.
Jika tadi secara universal memandang arti sebuah
ke’ghuraba’an sebagai jalan yang sedang dilalui, maka lebih
mengerucut kepada sebuah perjuangan sekelompok anak manusia
yang belajar menata kemaslahatan ummat itu. Walau kami, masih
sebatas memberikan pelayanan kegiatan, belum sampai
memberikan pelayanan secara langsung pada masyarakat disekitar
kami. Namun, memang target kami adalah mahasiswa.
Dulu, ketika menjadi salah satu batu-bata yang ditata dan
diletakan dijajaran nama ADK yang sering menjadi pertanyaan
adalah setelah diketemukan mau dirawat yang seperti apa anak-
anak yang sudah terjaring? Karena pada nyatanya mereka yang
sudah terjaring, lama-lama menjauh dan merasa kerja kami lambat.
Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan terkesan hanya formalitas
Sepotong Hati untukmu… | 139
belaka. Lelah dalam bekerja? Bukan, lalu sia-sia dalam bekerja?
Tidak! Karena tak ada sesuatu di dunia ini yang jika dikerjakan
dengan tujuan yang mulia itu sia-sia. Ataukah kurang barokah
kerja kita? Kalau ini bisa jadi. Astaghfirullah..
Hati dan tindakan, bisa saja tidak terjalin dengan benar, maka
karenanya kebarokahan itu sulit tercipta. Jika hati dalam berjuang
sudah menghendaki akhir yang beda maka Alloh itu sesuai dengan
prasangka hambaNya. Segala amal perbuatan adalah berdasarkan
niatnya. Jika dakwah itu diniatkan demi ridho Allah semata
Insyaallah tak ada kecolongan kekuatan ataupun strategi yang
“loyo”, namun jika niatan awal sudah bukan dakwah mencari ridho
Allah (bisa berorientasi ke manusia entah pemimpin, anak buah
atau si fulan/fulanah) maka sudah dapat dipastikan konsep yang
matang, terencana dan hampir tak ada kelemahan, bisa hilang,
laksana debu yang tertiup angin.
Keikhlasan itu memang bukan hal yang mudah. Tertib
tandzim sebenarnya juga bukan sesuatu yang sulit. Ketaatan juga
bukan hal yang memalukan. Namun anehnya terkadang kebiasaan
kita mencari hal baru itu menjadikan boomerang bagi dakwah yang
kita tempuh. Maka hal yang kecil terkadang luput dari perhatian
kita. Kita disibukan melihat hal-hal yang spektakuler dalam syi’ar,
namun pembinaan juga terbatas pada yang sudah tersave saja.
140 | I k h w a h L i d a h
Yang pada akhirnya kita hanya mampu memandang hasil kerja kita
diakui dan diambil orang lain.
Jika kau berteman dengan pandai besi maka baumu akan
seperti karat, namun jika kau berteman dengan penjual minyak
wangi maka kau pun akan ikut terkena wanginya. Itulah
perumpamaan yang sering kita jadikan dalil untuk berteman
dengan yang ‘save’. Jarang kita mampu meniru beberapa metode
pendekatan terhadap target dakwah yang nota bene adalah orang-
orang yang belum bisa dikategorikan ke salah satu ciri ‘tombo ati
ke-3’. Mereka hanya sebagai target dakwah saja, jika tak berhasil
maka kita ya sudah, seolah putuslah hubungan dengan mereka
begitu saja.
Jika pertemanan itu adalah sesuatu yang bisa dijadikan
sebagai alat untuk meraih mereka dan mengajak mereka ke dalam
dunia ‘putih’ mengapa kita hanya setengah-setengah? Bukankah
kita sering mendapat materi tentang sibghah? Kenapa belum
teraplikasi? Karena kita masih belum berani. Dan kemungkinan
besar, akupun bisa dikatakan seperti itu.
Mudahnya kita mengatakan “Ya sudah, jangan buang energi
kalau dia tidak mau”. Padahal kita baru melakukan pendekatan satu
kali dan mengapa malah berusaha mendramatisasi: “Wah kayaknya
susah mbak/mas, anaknya. Dia itu bla…bla…bla…”, padahal kita
Sepotong Hati untukmu… | 141
mengenalnya baru sepintas saja. Kalau dikatakan tahupun hanya
saat aktivitasnya diluar.
Banyak sekali fenomena seperti itu yang dijumpai. Kita
masuk ke jajaran kebirokrasian pun, tak mampu mewarnai dengan
signifikan, karena alasan partner kerja kita yang a-z sifatnya atau
karena birokrasi itu sendiri. Malah terkadang kita yang terseret
arus. Mengerjakan kerja bidang lain dengan semangat, sementara
kerja bidang kita mendapat peringkat paling akhir atau bahkan
terkadang tak nampak.
Hidup adalah berkesenian. Seni mengolah emosi, seni
mengolah organisasi, seni membudayakan penghargaan terhadap
waktu dan seni dalam beribadah. Tak ada jaringan dalam sel
manusia yang membenci seni (bukan berarti harus menjadi
penyanyi atau pandai memainkan alat musik, karena seni tak
tebatas hanya pada definisi itu saja). Bahkan dalam dzikirpun kita
sudah menjadikan sebuah kesenian itu dalam tubuh kita. Partikel-
partikel yang tersusun manjadi lebih luwes, lentur dan fleksibel.
Kalau kita tak memiliki jiwa seni, mungkin saja usia 20 tahun
sudah mengisyaratkan kalau usianya sudah 50 tahun, saking
sepanenge (seriusnya) menjalani hidup. Ritme yang tak
dimanajemen, menjadikan nada-nada dalam diri kita mendapatkan
ketimpangan notasi.
142 | I k h w a h L i d a h
Kembali pada awal pembicaraan. Jangan berjalan dengan
pandangan lurus, karena berjalan lurus bukan berarti pandangan
lurus ke depan tanpa melihat kanan kiri. Fokus memang harus,
namun juga perhatikan dan dengarkan kanan-kirimu. Saran dan
kritik yang membangun jangan disia-siakan. Dari siapapun dan
dalam bentuk apapun. Jangan menjadikan diri kita memiliki jiwa
yang tertaqlid buta. Perintah dan peringatan dari para qiyadah juga
bukan sesuatu yang menekan kreativitas kita, namun membantu
kelancaran dalam berjamaah. Masukan dari jundi juga bukan hal
yang merendahkan wibawa. Semua berjalan beriringan sesuai
dengan apa yang sudah menjadi sunatullah.
Tak ada manusia yang memiliki semua kemampuan. Ada
yang memimpin ada yang di pimpin. Ada yang menata dan ada
yang ditata. Kalau ada pembangkang, bukan berarti harus
dimusnahkan, namun bagaimana pembangkang tadi kita dudukkan,
kita nyamankan dan kita tarik kembali menjadi seseorang yang
memiliki militansi dan loyalitas yang tinggi, kalau memang kita
memiliki kacerdasan mengolah seni emosi. Manusia hanya
berikhtiar, pada Allahlah tempat kembalinya segala urusan.
Bisa dikatakan sahabat yang sebenarnya adalah pesaing kita.
Karena pesaing kita adalah orang yang mampu dan berani
mengungkapkan kekurangan kita dan mau membarikan beberapa
masukan, bukan orang yang berpura-pura membeberkan kebaikan
Sepotong Hati untukmu… | 143
yang sebenarnya semu dan bahkan tak pernah kita miliki. Walau
secara etimologi sahabat adalah orang yang dapat kita jadikan
tempat menumpahkan segala keluh kesah kita dan ia mampu
menjaga rahasia kita, namun bisa jadi pengertian sahabat itu
menjadi sesuatu yang berbeda jika kondisinya sudah seperti apa
yang menjadi preambule diatas tadi.
Astaghfirullohaladzim,
astaghfirullohaladzim,
astaghfirullohhaladzim…
144 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 145
BAB IV
Inilah Yang Akan Menguatkan Kita
“Iman adalah sumber energi jiwa yang senantiasa
memberikan kita kekuatan untuk bergerak menyemai
kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam zaman
kehidupan, atau bergerak mencegah kejahatan,
kebatilan dan kerusakan di permukaan bumi”
(Anis Matta, Menuju Cahaya)
146 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 147
Di Majelis Iman Ini, Kita Istirahat Sejenak...
Ikatlah hati-hati ini dengan iman
Isilah dengan ilmu dan tumbuhkan dengan cinta
Karena cinta adalah energi
Energi untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain
Yang mampu menjadi pintu bagi sejuta ilmu
Ladang sejuta hikmah, dan senyum penuh inspirasi
***
Ketika hidup menyuguhkan beragam persepsi, saat semua
orang beradu argumen, dan melempar retorika, merasa paling
benar, menutup mata dengan kacamata kefanatikan, menyumbat
telinga dengan kapas keegoisan, menolak setiap kritikan dan
menangkisnya dengan sejuta alasan, maka cobalah untuk
menghindar. Menuju kesendirian. Kesendirian yang akan
mengajakmu lebih banyak berpikir, lebih lama merenung.
Menyelam ke dalam lubuk pikiran mereka, menerka apa yang
148 | I k h w a h L i d a h
mereka rasakan, menilai cara mereka berpikir, sesungguhnya tiap
orang punya cara pandang yang berbeda tentang apapun, hingga
kemudian kau akan tenggelam dalam labirin penafsiran. Sendirian.
“Tapi, nanti aku dikira pengecut.” Bukan! Kau bukan
pengecut atau pecundang yang bersembunyi di balik keapatisan.
Yang kau lakukan adalah kontemplasi, agar kau mengerti betapa
Allah Sang Penulis Skenario benar-benar punya cara sendiri dalam
mentarbiyah hamba-Nya.
Teringat ungkapan seorang ukhti, “Ukh, anti ngerasa ada
yang beda nggak sama semangat dan greget dakwah sekarang?”
Maksud pertanyaannya bukan untuk membanding-bandingkan
kerja dakwah penggerak-penggerak dahulu dengan saat ini. Dia
tahu betul, saya paling sensitif kalau sudah bicara tentang
‘perbandingan’. Karena, sesuatu itu baru boleh dibandingkan jika
memiliki dua sisi yang sama. Jika keadaannya sama, kondisinya
sama, posisinya juga sama, baru bisa dilihat perbedaannya.
Sementara, hidup itu dinamis, zaman terus berkembang, iman naik-
turun, dan hati mudah sekali terbolak-balik. Ada transformasi, ada
evolusi. Aku lebih suka menyebutnya “tantangan yang berbeda”.
Kita punya episode sendiri, sekarang adalah saat ini. "Li kulli
da’watin marhalatuha, wa likulli marhalatin muthallibatuha, wa
lukulli muthallibatin rijaluha..."
Sepotong Hati untukmu… | 149
Mari... kawan. Kita renungi sejenak. Menuju proses
perenungan yang panjang. Sebenarnya tak perlu repot untuk
mencari jawaban, tinggal berkata “Lain ladang, lain belalang. Lain
dulu, lain sekarang,” maka semuanya selesai. Tapi cobalah untuk
membongkar file-file memori, memutar kembali kaleidoskop
proses tarbiyah yang selama ini telah kita jalani.
Ya.. begitulah dakwah, kata Hasan Al-Banna, "Dakwah ini
tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap
totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup
bersama dakwah dan da'wah pun melebur dalam dirinya.
Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia
terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama
orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka
dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul
beban dakwah ini." Terlepas dari adanya peningkatan atau malah
degradasi, ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.
Apa sesungguhnya yang menjadikan perbedaan dari tiap
generasi? Cobalah kita renungkan dalam kontemplasi. Seperti
menimba air dengan ember. Mengapa bak mandi yang selalu diisi
air itu begitu terasa lama sekali penuh. bukan karena ember itu
berlubang, tapi bisa saja kita terlau sedikit mengambil air, sehingga
perjalanan ini terasa sangat melelahkan padahal yang kita hasilkan
150 | I k h w a h L i d a h
tak terlalu banyak. Itulah yang kurang dalam perjalanan kita
selama ini, kurang bersyukur, dan kurang adanya evaluasi.
Mungkin juga karena kita masih terlalu banyak yang harus
diperbaiki. Ada banyak yang kekurangan yang harus kita tambah,
atau bahkan kita masih jauh dari standar iman seorang pengemban
dakwah?
Seperti dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad:
”Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-
Nya, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin adalah seperti
lebah, ia makan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik,
bila ia hinggap tidak membuat dahan patah dan rusak” (HR.
Ahmad, 6577)
Jika seorang mukmin diibaratkan seekor lebah, maka sebagai
da’i yang tugasnya menyeru, mungkin kita belum memiliki “daya
sengat” seperti yang dimiliki lebah. Sehingga yang terjadi adalah
ucapan kita tidak didengar, ajakan kita tidak direspon. Proses
tarbiyah yang kita jalani hanya sebagai ajang tatap muka dan
transfer ilmu. Tidak membekas, dan sangat berpengaruh pada
pemegang tongkat estafet dakwah selanjutnya. Maka bekal ilmu
dan iman yang kita perkuat dan semai dalam jiwa masih perlu
banyak revolusi. Kata pepatah Arab, “Faqidusy-syai’i la yu’thihi”
Sepotong Hati untukmu… | 151
(orang yang tidak memunyai sesuatu, tidak akan bisa memberikan
sesuatu itu pada orang lain).
Kurang akrab dengan Al-Quran. Mungkin juga adalah
penghambat adanya regresi dakwah dalam tiap generasi.
Terkadang kita tak menyadari betapa rindunya hati ini untuk
mendapatkan oase ruhiyah yang hadir dalam bacaan Al-Quran kita.
Kesibukan kita untuk sekadar hanya menghafalkan apa yang telah
dihafal, atau bahkan mengingat ‘sudahkan hari ini ku baca Al-
Quran?’. Itulah salah satu penyebab kelesuan dalam berwajihah,
kader yang ‘terlalu’ sibuk. Syuro yang tak kenal musim, keisbukan
mencari nafkah, aksi ‘untuk kemaslahatan ummat’ yang padat, atau
bahkan tugas kuliah yang melebihi seorang Profesor seolah
mengorbankan waktu untuk rihlah ruhiyah kita dengan hanya
sedikit Ayat yang dilantunkan. Kekeringan hati ini tanpa sadar
akan mengikis iman dan semangat dakwah kita dalam berniat dan
keistiqomahan terhadap jalan ini yang tak mudah.
“Ya Allah, jadikanlah Al-Quran sebagai hujan pertama
setelah kemarau panjang yang menimpa hatiku dan jadikanlah ia
penerang dadaku serta hilangnya kesedihanku…” (HR. Ahmad).
Kemungkinan yang lain adalah Hubbud Dunya. Rasa cinta
kepada sesuatu hingga dapat melupakan yang sesungguhnya harus
kita cinta dapat menghilangkan rasa greget dakwah ini menjadi
terlalu melankolis. Aktivis melankolis? Bukannya tak boleh. Tapi
152 | I k h w a h L i d a h
jika hal tersebut membuat sedikitnya produktivitas yang dihasilkan
dalam dakwah maka hal tersebut menjadi masalah yang perlu
dihindari. Dari dulu hingga sekarang, godaan inilah yang paling
berpengaruh terhadap semangat kerja kader dakwah. Mari kita
tengok sejarah:
Godaan duniawi inilah yang membuat pasukan Islam kocar-
kacir dalam pertempuran Poiters di jantung pertahanan Perancis
tahun 732 M melawan tentara kafir di bawah pimpinan Charles
Martel. Sebuah pertempuran yang menjadi titik balik kelemahan
ummat Islam dan kejayaannya. Di Poiters, kekalahan Uhud
terulang kembali dengan sangat mengenaskan. Dua kekalahan
umat Islam di dua pertempuran agung tersebut faktornya sama:
keterpalingan pasukan Islam pada harta benda dan tidak
mengindahkan moral perjuangan. Andai pasukan Islam di bawah
pimpinan Abdurrahman Ghafaqi mampu memenangkan
pertarungan di Poiters, niscaya dominasi umat Islam di ranah
Eropa akan terus berlanjut hingga detik ini, bahkan di era yang
akan datang. Claudio Parera, sejarawan agung dan anggota dewan
akademia Perancis mengakui dengan penuh kejujuran, kekalahan
umat Islam di perang Poiters itu, tidak saja menghancurkan
dominasi mereka di ranah Eropa, namun juga menjadi petaka besar
bagi Perancis, Spanyol dan semua Negara-negara Eropa, bahkan
kerugian bagi kemanusiaan universal.
Sepotong Hati untukmu… | 153
Memang benar, yang menginginkan dunia (baca: cinta dunia)
bukanlah keseluruhan pasukan Islam (hanya beberapa oknum).
Akan tetapi, bukankah ini menunjukkan bahwa barisan pasukan
Islam tidak lagi satu? Bukankah ini menunjukkan bahwa tujuan
dan target mereka tidak lagi sama? Sebagian menginginkan akhirat
dan sebagian lagi menginginkan dunia? Bukankah hal ini
menunjukkan bahwa kejernihan dan kebeningan ikhlas telah
terkotori oleh polusi interest pribadi atau kelompok dan cinta
dunia?
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap
tabah, sabar, dan tsabat dalam meniti jalan Allah yang lurus. Pun,
tabah, sabar, dan tsabat dalam menghadapi godaan harta dan
‘ghanimah’ era Reformasi. Aamiin…
Akhirnya, keberhasilan dakwah bukanlah semata-mata karena
keprofesionalan kita dalam mengolah tutur kata, mengembangkan
materi dan kekreatifan kita dalam mengajak. Keberhasilan dakwah
kita dalam membentuk kepribadian orang lebih karena kekuatan
ruhiyah kita. Kekuatan yang muncul karena kuatnya tafarrugh
(mengosongkan diri) untuk beribadah kepada Alloh saja, Lillah…
Wallohu tabaaroka wa ta’aalaa a’lam..
Mari -setelah perhentian kita di majelis ini usai- kita nantikan
pintu perjuangan di hadapan kita terbuka. Pintu yang menutup kita
dalam zona aman. Rasanya sudah terlalu lama kita tinggal di
154 | I k h w a h L i d a h
dalamnya. Rasa penasaran kembali menggelitik untuk bertanya,
ada apa di balik pintu itu? Akankah kita jumpai badai yang siap
menerjang? Apa ada terik matahari yang siap membakar? Petir
menyambar? Gumpalan awan hitam? Deras hujan? Angin
kencang? Pohon tumbang? Atau, sebuah taman bunga dengan
kicau burung bernyanyi riang? Atau bisa juga, pagar tinggi yang
akan kembali mengekang?
"Biarkan Allah dan Rasul-Nya saja yang menilai. Ikhlaskan
semua dan mendekatlah kepada-Nya. Agar tunduk di saat yang
lain angkuh, agar teguh di saat yang lain runtuh, agar tegar di
saat yang lain terlempar."
Kami akan tetap menanti, musim perjuangan di medan baru.
Wallohu a’lam…
Sepotong Hati untukmu… | 155
Setiap Momen dari Hidup Kita Adalah Up Grading
“Orang yang berakal mengerti bahwa dunia ini tidak diciptakan
untuk mencari kesenangan di dalamnya. Karenanya, dalam kondisi
apapun ia harus konsisten dalam menggunakan waktunya secara
tepat.”
(Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah)
Saudaraku, cobalah kembali mengingat saat-saat kita berada
dalam masa sulit yang menjadi ujian besar bagi keimanan kita.
Cobalah kembali mengingat apa yang kita rasakan ketika pada saat
itu kita memilih jalan keimanan, jalan ketaqwaan. Ada sebuah rasa
yang memenuhi dada kita yang tak dapat dijelaskan dengan kata-
kata. Sensasi iman yang kita rasakan itulah yang menjadi
upgrading bagi keimanan kita.
Cobalah kembali mengingat apa yang kita rasakan ketika kita
berbagi rezeki dengan orang lain. Subhanallah sensasi rasa itu
belum tentu bisa kita dapatkan dalam tahajud-tahajud kita tiap
malam. Belum tentu bisa kita dapatkan dalam tilawah-tilawah kita
156 | I k h w a h L i d a h
tiap hari. Cobalah juga kembali mengingat apa yang kita rasakan
ketika kita mengeluarkan harta kita untuk aktivitas dakwah dan
ingatlah juga pada saat kita memutuskan bahwa jiwa dan raga kita
kita hibahkan untuk islam dan dakwah ini. Ada sebuah sensasi
keimanan yang meluap, ada sebuah energi besar yang merasuk ke
dalam dada kita yang menggelorakan iman dalam jiwa kita. Maka
tak salah bila dikatakan ”Al imaanu yaziidu bithoati wa yangkusu
bima’asi” Iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang
dengan kemaksiatan.
Saudaraku, setiap ketaatan yang kita kerjakan adalah up
grading bagi diri kita. Semakin berat ketaqwaan yang kita
laksanakan itu semakin besar pula nilai up-gradingnya bagi diri
kita. Karena itulah Allah memerintahkan kita untuk memaksakan
diri dalam mengarjakan ketaqwaan, memiliki jiddiyah dalam
melaksanakan ketaqwaan, berjihad dalam melaksanakan
ketaqwaan.
”Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di
jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.” (Qs. At-Taubah: 41)
Namun jangan sekali-kali kita melakukan kemaksiatan karena
setiap kemaksiatan akan menjerumuskan kita ke dalam dosa dan
Sepotong Hati untukmu… | 157
kefuturan. Bahkan dapat menjerumuskan kita dalam neraka
sebagaimana sabda Rasulullah,
جل یعمل بعمل أھل النار حتى ما ی إن أحدكم أو الر كون بینھ وبینھا فوهللا
جل غیر باع أو ذراع فیسبق علیھ الكتاب فیعمل بعمل أھل الجنة فیدخلھا وإن الر
اعین فیسبق لیعمل بعمل أھل الجنة حتى ما یكون بینھ وبینھا غیر ذراع أو ذر
علیھ الكتاب فیعمل بعمل أھل النار فیدخلھا
"... demi Allah, sungguh salah seorang diantara kalian, atau
sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-amalan
penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka
selain sehasta atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya
sehingga ia mengamalkan amalan penghuni surga sehingga ia
memasukinya. Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan
amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia
dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir
mendahuluinya sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni
neraka sehingga ia memasukinya." (HR. Bukhari)
Nah, saudaraku marilah senantiasa kita up-grade iman kita.
158 | I k h w a h L i d a h
Islam Tetap di Dadaku
Perjalanan hidup yang terus bergulir terkadang seakan
melenakan kita. Membuat kita lupa akan jati diri kita yang
sebenarnya. Eksistensi seorang manusia yang jika diibaratkan
hanyalah sebiji tepung bila dibandingkan dengan pemilik hidup
dan mati. Manusia terlahir ke dunia menyandang fitrah sebagai
makhluk yang suci. Hamparan kertas kehidupanlah yang
menentukan tulisan apa yang akan menghiasinya.
Manusia hidup di dunia dengan beragam pemikiran dan
keyakinan. Membuka cakrawala baru tentang sebuah perbedaan
antara satu dengan yang lainnya. Termasuk di dalamnya adalah
agama. Suatu keyakinan yang digunakan sebagai pedoman hidup.
Hubungan batin antara manusia dengan Tuhannya. Ada bermacam-
macam keyakinan yang diyakini oleh manusia dan diterapkan
dengan cara yang berbeda-beda pula. Saya tidak akan berpanjang
lebar membahas tentang persoalan agama yang beragam. Namun
saya akan menitik beratkan pada agama yang tertera di judul
tulisan ini yakni Islam.
Sepotong Hati untukmu… | 159
Agama Islam yang dianut oleh setiap muslim didapatkan
dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang merupakan warisan, ada
yang melalui serangkaian pencarian, dan ada yang didapatkan dari
pernikahan. Hal itu tidak penting untuk dipermasalahkan. Yang
penting disini ialah sejauh mana seorang muslim mengenal
agamanya.
Seperti yang telah kita ketahui bersama. Ada lima rukun Islam
yang harus kita jalankan agar diri kita legal mendapatkan agama
Islam sebagai landasan hidup kita. Kelima rukun Islam tersebut
yakni membaca dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat fardhu,
mengeluarkan zakat, menjalankan ibadah puasa wajib di bulan
Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.
Di samping kelima rukun Islam tersebut, kita juga mengenal
adanya rukun iman yang berjumlah enam. Keenam rukun iman
tersebut yakni percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat
Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada rasul-
rasul Allah, percaya kepada hari kiamat, serta percaya kepada
qadha dan qadar.
Rukun Islam dan rukun Iman tersebut bukan hanya sekadar
untuk dihafalkan, tetapi untuk diamalkan atau dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai ridha Allah.
160 | I k h w a h L i d a h
Terlepas dari rukun Islam dan rukun iman yang telah dibahas
sebelumnya, banyak orang yang mengaku muslim tetapi
sesungguhnya dia tidak atau belum mengenal agamanya. Agama
Islam dapat dimasuki dengan pintu syahadatain. Dua kalimat
syahadat yang manjur unktuk membuktikan bahwa kita benar-
benar dalam kondisi percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Cukup mengucapkan
dua kalimat syahadat, maka kita akan mendapatkan label sebagai
seorang muslim. Sungguh suatu syarat yang sangat mudah. Tetapi,
apa sebenarnya urgensi syahadatain sebagai penanda keislaman
kita? Pertama, syahadatain adalah pintu gerbang Islam. Ketika
seseorang telah memasuki pentu gerbangnya, berarti orang tersebut
telah resmi menjadi umat muslim, terlepas dari persoalan dia ikhlas
ataukah tidak saat mengucapkannya, itu adalah kewenangan Allah.
Kedua, syahadatain merupakan intisari ajaran Islam.
Syahadatain yang terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat rasul
sangat menentukan terhadap tatanan hidup manusia. Apabila
syahadatain tersebut diucapkannya baik, ibadah, akhlak, dan
muamalahnya juga baik. Hal itu berlaku sebaliknya. Salah satu
perwujudan dari syahadat tauhid yaitu ibadah kepada Allah dengan
ikhlas tanpa kemusyrikan sedikit pun. Sedangkan implementasi
dari syahadat rasul yaitu cara ibadah yang harus mencontoh kepada
Rasulullah SAW. dengan tidak menambah dan menguranginya.
Sepotong Hati untukmu… | 161
Ketiga, syahadatain merupakan asas perubahan. Hal ini
terbukti dari perjalanan dakwah Rasulullah SAW. yang mengawali
langkah dengan mengubah keyakinan para masyarakat jahiliyah.
Jika hati dan jiwa mereka telah bersih dan meyakini bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
Rasulullah SAW melanjutkan langkah berikutnya dengan
pembangunan fisik berupa masjid dan bangunan lain yang
mendukung terhadap dakwah yang diembannya. Langkah
selanjutnya yakni menghamba kepada Allah dan menebarkan
rahmat bagi seluruh alam. Terbukti dari perjalanan dakwah
Rasulullah SAW tersebut, kehidupan masyarakat muslim
pascajahiliyah menjadi sangat tenteram dan penuh dengan
kedamaian.
Keempat, syahadatain adalah inti dakwah para rasul.
Syahadatain dengan konsep yang semacam itulah yang diajarkan
oleh semua rasul dari yang pertama sampai rasul yang terakhir.
Mereka mengatakan “Sembahlah Allah dan ikuti aku”. Perbedaan
yang ada pada agama-agama samawi hanyalah aspek syariat,
karena zaman selalu berubah dan berkembang, sedangkan skidah
tidak mengalami perubahan sama sekali.
Setelah mengetahui tentang urgensi syahadatain, selanjutnya
kita harus mengenal Dzat yang tlah menciptakan kita, yakni Allah
SWT. Dzat yang gaib dan hanya melalui ayat-ayat-Nya kita dapat
162 | I k h w a h L i d a h
berkenalan dengan-Nya. Ayat-ayat Allah secara global dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu ayat-ayat qauliyah
(ucapan) yang berupa firman-firman Allah dalam kitab-kitab-Nya
dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu berupa tanda-tanda
kekuasaan-Nya yang tersebar di alam semesta ini.
Kebaikan seseorang berbanding lurus dengan pengenalannya
terhadap Allah. Semakin seseorang mengenal Allah, maka semakin
baik atau shaleh orang tersebut, begitupun sebaliknya. Imam Ibnu
Qayyum dalam kitab Al Fawa’id mengatakan bahwa apabila
seseorang telah bertekad untuk mengenal Allah, mendekatkan diri
kepada-Nya, ia akan digoda oleh berbagai tipu daya dan
penghalang, sehingga di awal perjalanannya ia akan terhambat dan
tertipu oleh berbagai kesenangan, kekuasaan, kelezatan, pakaian,
nafsu, dan sejenisnya. Kemudian ulama yang sangat terkenal ini
kemudian berkata:
“Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang
menghalangi ma’rifatullah itu ada dua macam: Pertama, syahwat
atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit yang ada
kaitannya dengan hati, yaitu nafsu dan kesenangan. Kedua,
syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasi-
informasi dan pikiran yang menimbulkan keraguan. Apabila
seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya
untuk mengenal Tuhannya.”
Sepotong Hati untukmu… | 163
Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya tentang bukti
keberadaan Allah. Ada yang sekadar ingin tahu dan ada juga
mempergunakan pertanyaan tersebut untuk memperkuat
keyakinan. Ada lima bukti yang dapat memperkuat keyakinan
bahwa sesungguhnya Allah memang ada.
Bukti yang pertama yakni bukti fitrah. Fitrah merupakan sifat
dasar asli yang belum terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal. Di
dalam Al Quran disebutkan bahwa persaksian manusia akan
ketuhanan Allah bahkan sudah dilakukan sejak ia masih berada di
dalam sulbi orang tuanya (Al A’raf [7]: 172).
Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriayatkan oleh
Bukhari juga menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam
kondisi fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi
atau Nasrani. Kalau manusia dibiarkan dalam fitrahnya, pasti dia
akan mengakui Allah sebagai Dzat Mahahebat.
Bukti kedua yaitu bukti indrawi. Bukti yang dapat ditangkap
oleh indra kita dengan cara melihat, mendengar, merasakan,
mencium, dan menyentuhnya. Berbagai objek yang ada di
sekeliling kita telah membuktikan tentang keberadaan Allah. Ada
siang dan ada malam; ada yang lahir dan ada yang mati; ada yang
hitam dan ada yang putih. Berbagai objek di dunia ini dapat kita
amati. Mengapa kita tidak lahir sesempurna yang kita inginkan?
164 | I k h w a h L i d a h
Karena ada yang menciptakan kita, yaitu Allah. Kita tidak lahir
dengan sendirinya sesuai dengan kehendak kita.
Bukti ketiga yakni bukti rasional. Bukti rasional didukung
oleh teori sebab-akibat (kausalitas) Teori ini mengatakan bahwa
apa pun yang terjadi pasi ada penyebabnya. Logika mengatakan di
sana ada penyebab pertama dan utama yang memulai sebab-sebab
akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang tidak berasal dari
sesuatu. Dia-lah Tuhan semesta alam. Dia-lah Allah Yang Maha
Esa. Terbukti dalam kitab Al Quran Surat Al-Ikhlas yang
menjelaskan tentang keesaan Allah.
Bukti keempat yaitu bukti nash. Bukti petunjuk nash (teks)
berupa firman Allah dam kitab suci-Nya. Selain itu bukti-bukti
nash juga ditemukan dalam hadits-nadits Rasulullah SAW yang
membicarakan tentang Allah. Di antaranya terdapat dalam surat
Al-Hasyr:
“Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia. Yang mengetahui
hal-hal yang gaib maupun hal-hal yang nyata. Dia Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah, Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membuat rupa, Yang Mempunyai nama-nama
yang baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Al-Hasyr
[59]: 22 dan 24)
Sepotong Hati untukmu… | 165
Bukti kelima yakni bukti sejarah. Banyak peristiwa bersejarah
mulai dari Nabi Adam a.s. hingga hari ini yang menunjukkan
tentang keberadaan Allah. Banyak peninggalan-peninggalan
sejarah yang menunjukkan kejayaan bangsa di masa lampau,
namun pada waktu yang sama juga memberikan pelajaran berharga
kepada manusia yang hidup di masa kini bahwa kebesaran dan
keangkuhan mereka tidak kuasa menghadapi kekuasaan Allah;
bahwa mereka terlalu kecil untuk dibandingkan dengan
penciptanya.
Kelima bukti itulah yang dapat memperkuat dan
memperkokoh keyakinan kita terhadap Allah SWT apabila kita
memandangnya dengan arif dan bijaksana, maka akan kita
dapatkan genggaman iman yang kuat dan rengkuhan keyakinan
yang tidak akan mudah tergoyahkan.
Yakin terhadap keberadaan allah tentu saja bukanlah muara
dari segala-galanya. Maish banyak hal yang perlu kita lakukan
untuk mencapai keridhaan Allah. Untuk membuktikan keislaman
kita bukan hanya sekadar status, terlebih status KTP. Ada
pertanyaan besar yang harus kita jawab. Apa artinya saya mengaku
muslim? Jawaban dari pertanyaan itu kini menjadi tanggung jawab
kita masing-masing. Jawaban yang harus dijawab oleh hati yang
bersih dan pikiran yang jernih.
166 | I k h w a h L i d a h
Seseorang yang mengaku muslim hendaknya memiliki
karakteristik yang harus dilakukan untuk menjadi seorang muslim
yang sejati. Harus ada komitmen yang dipegang sebagai wujud dari
status seornag muslim sejati.
Pertama, saya harus mengislamkan akidah saya. Komitmen
itu hendaknya dipegang dan benar-benar dijalankan. Syarat
seseornag mengaku muslim ialah akidah yang benar dan sahih.
Akidah yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
Ia harus mengimani apa yang diimani oleh manusia pertama, oleh
para rasul, sampai kepada para ulama dan imam yang telah diakui
kesalehan, ketakwaan, dan pemahaman yang lurus mengenai
agama Allah swt.
Kedua, saya harus mengislamkan ibadah saya. Ibadah
merupakan puncak ketundukan terhadap Allah swt. yang menjadi
tangga penghubung antara makhluk dengan Sang Khaliq. Selain itu
juga menjadi penentu hubungan atau interaksi dengan sesama
hamba Allah. Logika Islam menetapkan agar kehidupan ini
seutuhnya merupakan ibadah dan ketaatan.
Untuk mengislamkan ibadah saya, maka konsekuensinya
adalah ibadah saya harus hidup dan tersambung kepada ma’bud
(Tuhan yang diibadahi), ibadah saya harus khusyuk, hati saya
harus hadir sepenuh hati ketika beribadah, saya harus rakus dalam
beribadah, saya harus memiliki keinginan yang besar untuk
Sepotong Hati untukmu… | 167
melaksanakan shalat malam sampai terbiasa, saya harus
menyediakan waktu untuk membaca dan merenungi Al-Quran, dan
doa harus menjadi tangga bagi saya untuk memohon kepada Allah
da;lam segala keadaan.
Ketiga, saya harus mengislamkan akhlak saya. Akhlak mulia
merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Sesuai dengan Hadits
riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Aku
diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Akhlak mulia merupakan bukti keimanan seseorang. Selain itu,
akhlak akan menjadi timbangan amal seorang hamba menjadi berat
pada hari kiamat.
Begitulah komitmen muslim sejati. Muslim yang seluruh
hidupnya diniatkan sebagai ibadah untuk mendapatkan ridha Allah
SWT. Semoga kita termasuk di antaranya.
168 | I k h w a h L i d a h
Sepotong Hati untukmu… | 169
PROFIL PENULIS
Ikhwah Lidah adalah para ikhwah yang ada di Universitas
Negeri Surabaya kampus Lidah Wetan. Di kampusnya sana, ia
dikenal dengan Muslim Yout Club (MY Club), sebuah organisasi
kecil yang bergerak di bidang dakwah. Di facebook ia dikenal
dengan nama Klub Da’wah Kampus Unesa
Berawal dari kumpulan manusia yang ingin membuat study
club, Allah meridhoi kami untuk meresmikan MY Club sebagai
transportasi yang lebih mantab untuk mengangkut harapan-harapan
kami terhadap hijaunya kampus yang lebih bening. Hijau luar dan
dalam, sungguh menyenangkan, aduhai!.
Alkisah, MY Club berawal dari organisasi yang menamakan
dirinya dengan Fosil (Forum Silaturrahim Lidah Wetan) yang
terbentuk pada 2003. Fosil ini diprakarsai oleh para punggawanya
yakni, akh Agung, akh Trival, akh Nailul, ukh Nisa, ukh Umi dan
ikhwah lainya. Pada mulanya fosil merupakan study club yang
170 | I k h w a h L i d a h
ingin menyalurkan pengetahuan lebih pada mahasiswa dalam
pengetahuan agama dan umum.
Berbagi bersama dalam event-event tertentu sehingga diharapkan
mahasiswa lebih mantab untuk melangkah di Universitas Negeri
Surabaya, serta masyarakat pada umumnya.
Dalam perjalananya, kegiatan Fosil bertempat di masjid,
joglo, gazebo dan tempat lain yang memungkinkan dijadikan ajang
berdiskusi. Lambat laun Fosil dianggap kurang efektif dan
membutuhkan suatu organisasi tertentu untuk merealisasikan
semua cita-cita itu. Akhirnya pada tahun 2005 dibentuklah MY
Club untuk mewadahi itu semua.
Di tahun pertama, masih tidak terlalu banyak kegiatan yang
bisa diusulkan dan diadakan oleh MY Club. Jumlah asrama yang
bernaung di bawahnya pun masih sangat sedikit. Di tahun 2003
jumlah asrama hanya ada satu, kemudian mengalami peningkatan
menjadi 2, dan kini terhitung di tahun 2012 ada empat asrama
akhwat (al-Banna, al-Khonsah, Nabila, dan Haqqiya) dan tiga
asrama ikhwan (al-Aqso, al-Farisi, dan Zam-zam), Alamdulillah…
Di tahun 2005 MY Club dipimpin oleh presiden pertamanya
yakni akh Agung Putu Iskandar, kemudian presiden kedua yakni
akh Trival, presiden ketiga yakni Amir Syakib, keempat akh
Wendy Anton, dan presiden kelima dan masih beramanah sampai
Sepotong Hati untukmu… | 171
tahun 2012 adalah akh Sirot Fajar, bersama seluruh staf yang
berandil di dalamnya.
Dalam perjalanannya, eratnya kekeluargaan yang mendasari
aspek sosial terbentuknya MY Club senantiasa ingin kami lekatkan
selalu, menjadi keluarga yang bersama dalam senang dan susah,
yang selalu berbagi cinta di dalam rumah hati yang selalu
melukiskan senyum dengan secangkir pemanis.
Meski penuh onak dan duri kami yakin kami ingin tetap
berdiri di bumi yang hanya Allah SWT yang punya. Bersama kita
bisa wahai kawan. Di penjuru dunia manapun, di kendaraan
apapun, di keadaan hati bagaimanapun, dan di waktu kapanpun
mari kita semangat dakwah. Allahu Akbar.
Untuk bersilaturrahim dengan kami bisa lewat facebook Klub
Da’wah Kampus atau melalui Email [email protected].
172 | I k h w a h L i d a h
Daftar Penulis Ikhwah Lidah
MY Me I : Sirot Fajar
Pemuda Dewasa : Sirot Fajar
Pemuda Berkarakter : Suwandi
Mengukir Cerita Dakwah : Ardian Kenthy P
Kita dan Anak Kecil Itu : Sirot Fajar
Siapakah Hudzaifah Baru : Nailul Author
Menikmati Dakwah di Kampus : Ardian Kenthy P.
Say Yes to Dakwah : Daniatin Nisa’
Terkadang Semua Itu …. : Pifa Nuryani
Nuansa Bening ... : Indah Sulistyowati
Yang Tidak Terpengaruh : Sirot Fajar
Teruslah di Jalan Ini : Dyah Retna Sari
Antara Rekrutmen dan Dakwah : Nur Arofiah
Give up? No Way! : Amir Syakieb
Sepotong Hati untukmu… | 173
Kuliah di Jalan Cahaya : Ribeh Najib M.
Indahnya Ukhuwah : Daniatin Nisa’
Kakak, Ajak Aku Terbang : Anik Andri Asnanik
Tunjukkan Dirimu Saudaraku : Indah Sulityowati
Di Majlis Iman … : Anik Andri Asnanik
Setiap Momen Dari Hidup Kita : Nailul Author
Islam di Dadaku : Nike Shinta N.
Profil Ikhwah Lidah : Muzayanah
174 | I k h w a h L i d a h