1
KREATIVITAS masyarakat Su- lawesi Tengah di masa lampau sudah berkembang. Selain memiliki kerajinan tenun dari benang, di masa lampau mereka juga mengem- bangkan pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Dalam bahasa ibu, warga menyebutnya kain vuya. Kain ini digunakan untuk bahan pakaian sehari-hari. Mereka juga menggunakan- nya sebagai pakaian dalam upacara adat. Beberapa upaca- ra itu di antaranya upacara musim panen atau upacara duka cita. Uniknya, pakaian dari ba- han yang sama juga digunakan sebagai kafan pembungkus mayat bagi bangsawan dan tetua adat. Ada beragam kulit kayu. Kegunaannya pun tidak sama. Toradau atau kain kulit kayu yang berbentuk blus diguna- kan pada upacara adat pe- nyambutan tamu. Biasanya ini untuk orang atau tamu yang dihormati. Ragam lain, yakni vuya, digunakan pada upacara pe- nyembuhan penyakit. Ada lagi balia, yang dipakai seba- gai ikat kepala dalam semua upacara adat. Yang terakhir, vini, kain kulit kayu yang telah dibuat rok. Ini digunakan perempuan saat mengikuti upacara perkawinan dan penyambut- an tamu. Kain ini terbuat dari kulit pohon malo atau sebangsa pohon beringin (Ficus sp). Ben- tuknya berupa lembaran kulit pohon yang ditumbuk hingga tipis dan selanjutnya dibentuk menjadi pakaian atau aneka busana lain. Asal usul pembuatan kain ini sulit dilacak. Namun, warga memercayai tradisi pembuatan kain kulit kayu ini bermula di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, sejak ratusan tahun silam dan bertahan hingga saat ini. Kain kulit kayu biasanya dirancang sebagai baju lengan pendek, celana pendek, serta penutup kepala. Kebanyakan kain berwarna cokelat, sesuai aslinya, dan tidak bermotif. Sebagian lain- nya berwarna hitam karena direndam lumpur hitam. Kain kulit kayu berukuran 2x1 meter biasanya dihargai Rp200 ribu, sedangkan pakai- an kulit kayu yang sudah jadi dijual Rp100 ribu per potong. Di Sulawesi Tengah terda- pat sejumlah kain tradisional. Proses dan barang jadinya su- dah menjadi warisan budaya bagi masyarakat, sekaligus cendera mata istimewa. Kain tradisional itu, selain kain kulit kayu, ada juga te- nun Donggala, batik bomba, dan kain adat mbesa. Yang terakhir itu terbuat dari serat buah nanas. Batik bomba adalah kain khas Kota Palu. Beragam mo- tifnya, tetapi yang paling ba- nyak dibuat dan dibeli orang ialah bunga cengkih dan sam- bulugana. (HF/Ant/N-2) 9 N N USA USA NTARA NTARA SENIN, 12 DESEMBER 2011 CRI QANON RIA DEWI P ARA petambak di ka- wasan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang- bawang, Lampung, akhirnya bisa bernapas lega. Sudah beberapa tahun mereka terus terundung masalah bibit udang atau benur. Pertengahan November lalu, kesulitan para petambak di- lirik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka tidak dibiarkan sendiri. Bantuan pun didistribusikan demi masa depan petambak. Selama ini, karena berkonik dengan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS), ribuan petani tambak di kawasan ini sulit mendapatkan bibit udang. Padahal, benur adalah nyawa bagi peker- jaan mereka membudidayakan udang. “Bantuan bibit udang berasal dari pemerintah pusat. Tujuan- nya supaya petambak bisa be- kerja maksimal, sehingga mere- ka bisa sejahtera,” kata Hidayat, koordinator distribusi bantuan dari Balai Besar Pengembangan Budi Daya Lampung, ketika menyerahkan bantuan. Bagi Kabupaten Tulang- bawang, udang adalah ko- moditas penting dan menjadi andalan. Dari daerah ini, udang unggulan diekspor ke Amerika, Jepang, serta Eropa. Tidak mengherankan, ba- nyak perusahaan yang melirik Tulangbawang untuk mem- budidayakan udang. Selain kondisi alamnya yang mendu- kung, kabupaten tersebut juga memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dan terlatih untuk mengembangkan usaha yang satu ini. Di kawasan itu, satu perusa- haan besar bisa mengelola pulu- han ribu hektare lahan tambak. Unggulannya adalah produksi udang windu. Salah satunya adalah PT Central Proteinaprima Tbk. Perusahaan yang dikenal de- ngan nama CP Prima itu ter- catat menjadi pengelola tambak udang terbesar di Tulang- bawang. CP Prima adalah anak peru- sahaan PT Charoen Pokphand Indonesia. Perusahaan itu ber- gerak dalam bidang agrobisnis, aquaculture, telekomunikasi, lo- gistik dan ritel. Fokus kegiatan mereka adalah pemasaran dan produksi pakan ayam. Sejak beberapa tahun terak- hir, CP Prima menjadi salah satu produsen dan pengolah udang terbesar di Asia Teng- gara. Perusahaan ini memimpin pasar Indonesia dalam produk- si benur, pakan udang, dan pakan ikan. Produk CP Prima meliputi udang beku, pakan udang, benur, dan probiotik. Head Corporate Comunica- tions PT CP Prima George Ba- soeki mengungkapkan saat ini pihaknya bekerja sama dengan sekitar 5.500 petambak. “Sekitar 3.000 petambak dikelola langsung oleh anak perusahaan CP Prima, yakni Central Bahari Pertiwi. Sekitar 2.500 orang lainnya berada di bawah tanggung jawab PT Wahyuni Mandiri yang meru- pakan mitra CP Prima,” ujar George kepada Media Indonesia, kemarin. Mitra petambak Sebelumnya, CP Prima juga bermitra dengan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) yang me- ngelola sekitar 7.000 petam- bak. Namun, pada awal tahun hingga pertengahan tahun ini, PT AWS berkonflik dengan para petambak plasma. Akhir yang tidak menyenangkan karena PT AWS memutuskan untuk menutup operasional area tambak. Pada 2009 lalu, George Ba- soeki mengaku operasional CP Prima juga sempat terganggu. Saat itu, virus menjadi hantu yang menakutkan. Produksi tambak pun mengalami penu- runan. Cukup satu tahun musibah akibat virus terjadi. “Pada 2010, kami bisa mengatasi masalah serangan virus. Produksi sudah kembali normal hingga saat ini,” ujarnya. Hanya saja, lanjut George, pihaknya belum bisa melan- jutkan kerja sama dengan PT AWS. Konik di perusahaan itu terus berkepanjangan, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mematikan aliran listrik ke kawasan para petambak plasma. Akibatnya, para petambak tidak bisa meneruskan aktivitas budi daya udang windu me- reka. Penerangan dan listrik sangat berperan dalam budi daya udang. Belajar dari kemelut di PT AWS, CP Prima sangat mem- perhatikan masalah kemitraan dengan petani plasma. George mengungkapkan kemitraan perusahaan dan para petambak berkaitan erat dengan perso- alan modal kerja dan biaya hidup. Dua soal utama itu menjadi perhatian utamanya. “Kami menyuplai benur, pakan, alat budi daya udang, biaya hidup, serta pendamping. Perusahaan berharap para petambak bisa menghasilkan udang berkuali- tas,” jelas George. Pola kerja sama yang di- terapkan CP Prima itu sudah menjadi standar internasional. Para petambak wajib menjual hasil panen mereka ke CP Prima. Petambak mendapat penghasil an dari harga jual dikurangi dana yang telah dikeluarkan CP Prima untuk modal kerja dan biaya hidup mereka selama satu bulan. George mengaku tidak tahu persis keuntungan yang dida- pat para petambak. “Yang pasti mereka memperoleh peng- hasilan yang lumayan tinggi, karena udang yang mereka hasilkan juga bernilai tinggi,” tandasnya. (NV/N-2) [email protected] Bermitra dengan Petambak Udang Udang windu budi daya kawasan Rawajitu Timur menjadi produk andalan Kabupaten Tulangbawang. ASAL USUL Kain Vuya MI/AHMAD NOVRIWAN ANTARA/MOHAMAD HAMZAH Dealers : Jakarta (021) 6530 7868, Bandung (022) 603 3725, Bekasi (021) 880 2136, Tasikmalaya (026) 533 8396, Semarang (024) 761 4658, Surabaya (031) 534 3163, Gresik (031) 398 4034, Malang (0341) 491 195, Bondowoso (0332) 7760888, Madiun (0351) 468 854, Bali (0361) 431 111, Samarinda (0541) 766 6731, Banjarmasin (0511) 9118888, Medan (061) 664 1818, Pekanbaru (0761) 857 5000 PT GEELY MOBIL INDONESIA www.geely.co.id LC CROSS KAWASAN TAMBAK UDANG: Sejumlah petambak udang sedang beraktivitas di areal pertambakan udang salah satu perusahaan di Kabupaten Pesawaran, Lampung, beberapa waktu lalu. Udang windu dari sejumlah kabupaten di Lampung menjadi andalan untuk diekspor ke Amerika, Jepang, dan Eropa. Pakaian dari bahan yang sama juga digunakan sebagai kafan pembungkus mayat bagi bangsawan dan tetua adat.”

SENIN, 12 DESEMBER 2011 Bermitra dengan Petambak Udang filekesulitan para petambak di-lirik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka tidak ... nyak perusahaan yang melirik ... ngan

  • Upload
    lykien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KREATIVITAS masyarakat Su-lawesi Tengah di masa lampau sudah berkembang.

Selain memiliki kerajinan tenun dari benang, di masa lampau mereka juga mengem-bangkan pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Dalam bahasa ibu, warga menyebutnya kain vuya.

Kain ini digunakan untuk bahan pakaian sehari-hari. Mereka juga menggunakan-nya sebagai pakaian dalam upacara adat. Beberapa upaca-ra itu di antaranya upacara musim panen atau upacara duka cita.

Uniknya, pakaian dari ba-han yang sama juga digunakan sebagai kafan pembungkus mayat bagi bangsawan dan tetua adat.

Ada beragam kulit kayu. Kegunaannya pun tidak sama. Toradau atau kain kulit kayu yang berbentuk blus diguna-kan pada upacara adat pe-nyambutan tamu. Biasanya ini untuk orang atau tamu yang dihormati.

Ragam lain, yakni vuya, digunakan pada upacara pe-nyembuhan penyakit. Ada

lagi balia, yang dipakai seba-gai ikat kepala dalam semua upacara adat. Yang terakhir, vini, kain kulit kayu yang telah dibuat rok.

Ini digunakan perempuan s a a t m e n g i k u t i u p a c a r a perkawinan dan penyambut-an tamu.

Kain ini terbuat dari kulit pohon malo atau sebangsa pohon beringin (Ficus sp). Ben-tuknya berupa lembaran kulit pohon yang ditumbuk hingga tipis dan selanjutnya dibentuk menjadi pakaian atau aneka busana lain.

Asal usul pembuatan kain ini sulit dilacak. Namun, warga memercayai tradisi pembuatan kain kulit kayu ini bermula di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, sejak ratusan

tahun silam dan bertahan hingga saat ini.

Kain kulit kayu biasanya dirancang sebagai baju lengan pendek, celana pendek, serta penutup kepala.

Kebanyakan kain berwarna cokelat, sesuai aslinya, dan tidak bermotif. Sebagian lain-nya berwarna hitam karena direndam lumpur hitam.

Kain kulit kayu berukuran 2x1 meter biasanya dihargai Rp200 ribu, sedangkan pakai-an kulit kayu yang sudah jadi dijual Rp100 ribu per potong.

Di Sulawesi Tengah terda-pat sejumlah kain tradisional. Proses dan barang jadinya su-dah menjadi warisan budaya bagi masyarakat, sekaligus cendera mata istimewa.

Kain tradisional itu, selain kain kulit kayu, ada juga te-nun Donggala, batik bomba, dan kain adat mbesa. Yang terakhir itu terbuat dari serat buah nanas.

Batik bomba adalah kain khas Kota Palu. Beragam mo-tifnya, tetapi yang paling ba-nyak dibuat dan dibeli orang ialah bunga cengkih dan sam-bulugana. (HF/Ant/N-2)

9NNUSAUSANTARANTARASENIN, 12 DESEMBER 2011

CRI QANON RIA DEWI

PARA petambak di ka-wasan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang-bawang, Lampung,

akhirnya bisa bernapas lega. Sudah beberapa tahun mereka terus terundung masalah bibit udang atau benur.

Pertengahan November lalu, kesulitan para petambak di-lirik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka tidak dibiarkan sendiri. Bantuan pun didistribusikan demi masa depan petambak.

Selama ini, karena berkonfl ik dengan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS), ribuan petani tambak di kawasan ini sulit mendapatkan bibit udang. Padahal, benur adalah nyawa bagi peker-jaan mereka membudidayakan udang.

“Bantuan bibit udang berasal dari pemerintah pusat. Tujuan-nya supaya petambak bisa be-kerja maksimal, sehingga mere-ka bisa sejahtera,” kata Hidayat, koordinator distribusi bantuan dari Balai Besar Pengembangan Budi Daya Lampung, ketika menyerahkan bantuan.

Bagi Kabupaten Tulang-bawang, udang adalah ko-moditas penting dan menjadi andalan. Dari daerah ini, udang unggulan diekspor ke Amerika, Jepang, serta Eropa.

Tidak mengherankan, ba-nyak perusahaan yang melirik Tulangbawang untuk mem-

budidayakan udang. Selain kondisi alamnya yang mendu-kung, kabupaten tersebut juga memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dan terlatih untuk mengembangkan usaha yang satu ini.

Di kawasan itu, satu perusa-haan besar bisa mengelola pulu-han ribu hektare lahan tambak. Unggulannya adalah produksi udang windu.

Salah satunya adalah PT Central Proteinaprima Tbk. Per usahaan yang dikenal de-ngan nama CP Prima itu ter-

catat menjadi pengelola tambak udang terbesar di Tulang-bawang.

CP Prima adalah anak peru-sahaan PT Charoen Pokphand Indonesia. Perusahaan itu ber-gerak dalam bidang agrobisnis, aquaculture, telekomunikasi, lo-gistik dan ritel. Fokus kegiatan mereka adalah pemasaran dan produksi pakan ayam.

Sejak beberapa tahun terak-hir, CP Prima menjadi salah satu produsen dan pengolah udang terbesar di Asia Teng-gara. Perusahaan ini memimpin

pasar Indonesia dalam produk-si benur, pakan udang, dan pakan ikan. Produk CP Prima meliputi udang beku, pakan udang, benur, dan probiotik.

Head Corporate Comunica-tions PT CP Prima George Ba-soeki mengungkapkan saat ini pihaknya bekerja sama dengan sekitar 5.500 petambak.

“Sekitar 3.000 petambak dikelola langsung oleh anak perusahaan CP Prima, yakni Central Bahari Pertiwi. Sekitar 2.500 orang lainnya berada di bawah tanggung jawab PT

Wahyuni Mandiri yang meru-pakan mitra CP Prima,” ujar George kepada Media Indonesia, kemarin.

Mitra petambakSebelumnya, CP Prima juga

bermitra dengan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) yang me-ngelola sekitar 7.000 petam-bak. Namun, pada awal tahun hingga pertengahan tahun ini, PT AWS berkonflik dengan para petambak plasma. Akhir yang tidak menyenangkan karena PT AWS memutuskan

untuk menutup operasional area tambak.

Pada 2009 lalu, George Ba-soeki mengaku operasional CP Prima juga sempat terganggu. Saat itu, virus menjadi hantu yang menakutkan. Produksi tambak pun mengalami penu-runan.

Cukup satu tahun musibah akibat virus terjadi. “Pada 2010, kami bisa mengatasi masalah serangan virus. Produksi sudah kembali normal hingga saat ini,” ujarnya.

Hanya saja, lanjut George,

pihaknya belum bisa melan-jutkan kerja sama dengan PT AWS. Konfl ik di perusahaan itu terus berkepanjangan, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mematikan aliran listrik ke kawasan para petambak plasma.

Akibatnya, para petambak tidak bisa meneruskan aktivitas budi daya udang windu me-reka. Penerangan dan listrik sangat berperan dalam budi daya udang.

Belajar dari kemelut di PT AWS, CP Prima sangat mem-perhatikan masalah kemitraan dengan petani plasma. George mengungkapkan kemitraan perusahaan dan para petambak berkaitan erat dengan perso-alan modal kerja dan biaya hidup.

Dua soal utama itu menjadi perhatian utamanya. “Kami menyuplai benur, pakan, alat budi daya udang, biaya hidup, serta pendamping. Perusahaan berharap para petambak bisa menghasilkan udang berkuali-tas,” jelas George.

Pola kerja sama yang di-terapkan CP Prima itu sudah menjadi standar internasional. Para petambak wajib menjual hasil panen mereka ke CP Prima. Petambak mendapat penghasil an dari harga jual dikurangi dana yang telah dikeluarkan CP Prima untuk modal kerja dan biaya hidup mereka selama satu bulan.

George mengaku tidak tahu persis keuntungan yang dida-pat para petambak. “Yang pasti mereka memperoleh peng-hasilan yang lumayan tinggi, karena udang yang mereka hasilkan juga bernilai tinggi,” tandasnya. (NV/N-2)

[email protected]

Bermitra dengan Petambak UdangUdang windu budi daya kawasan Rawajitu Timur menjadi produk andalan Kabupaten Tulangbawang.

ASAL USUL

Kain Vuya

MI/AHMAD NOVRIWAN

ANTARA/MOHAMAD HAMZAH

Dealers : Jakarta (021) 6530 7868, Bandung (022) 603 3725,

Bekasi (021) 880 2136, Tasikmalaya (026) 533 8396,Semarang (024) 761 4658, Surabaya (031) 534 3163,

Gresik (031) 398 4034, Malang (0341) 491 195,Bondowoso (0332) 7760888, Madiun (0351) 468 854,

Bali (0361) 431 111, Samarinda (0541) 766 6731,Banjarmasin (0511) 9118888, Medan (061) 664 1818,

Pekanbaru (0761) 857 5000

PT GEELY MOBIL INDONESIA

www.geely.co.id

LC CROSS

KAWASAN TAMBAK UDANG: Sejumlah petambak udang sedang beraktivitas di areal pertambakan udang salah satu perusahaan di Kabupaten Pesawaran, Lampung, beberapa waktu lalu. Udang windu dari sejumlah kabupaten di Lampung menjadi andalan untuk diekspor ke Amerika, Jepang, dan Eropa.

Pakaian dari bahan yang sama

juga digunakan sebagai kafan pembungkus mayat bagi bangsawan dan tetua adat.”