15

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA
Page 2: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix

BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASISULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA UTARAIda Bagus Wayan Gunam1*), I Putu Hendra Prasetya1), Nyoman Semadi Antara1),I Wayan Arnata1), Yohanes Setiyo2), I Gusti Ayu Lani Triani1) and A. A. M. Dewi Anggreni .............1938

IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF EKSTRAK DAUN JATI(TECTONA GRANDIS L.F ) YANG BERPOTENSI SEBAGAI FUNGISIDA NABATIPADA JAMUR A. FLAVUS DENGAN MENGGUNAKAN GC-MSNi Putu Adriani Astiti1 dan Sang Ketut Sudirga ...................................................................................1944

BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM BERAT TIMBAL (PB)MENGGUNAKAN TANAMAN HIAS YANG DIKOMBINASI DENGAN KOMPOSNi Made Susun Parwanayoni1), Ni Luh Suriani2) I Gusti Ayu Sugi Wahyuni ....................................1951

PRODUKSI MADU LEBAH TRIGONA PADA BEBERAPA SARANG ALAMI DI BALINi Luh Watiniasih, Ni Made Suartini, I Ketut Junitha ..........................................................................1957

PENINGKATAN KUALITAS RANSUM BERBASIS LIMBAH ISI RUMEN MELALUIFERMENTASI INOKULAN KONSORSIUM BAKTERII Made Mudita1), I Wayan Wirawan2), Ida Bagus Gaga Partama ..........................................................1961

DISTRIBUSI LIKEN GRAPHIDACEAE DI PULAU BALIJunita Hardini, Rina Sri Kasiamdari, Santoso, dan Purnomo ...............................................................1969

KONSERVASI JALAK BALI (LEUCOPSAR ROTHSCHILDI)DI KEPULAUAN NUSA PENIDA DAN KEARIFAN AWIG-AWIGSudaryanto , Tjut Sugandawaty Djohan Satyawan Pudyatmoko, Jusup Subagja ................................1974

PENDUGAAN AKUIFER BAWAH TANAH DENGAN METODA GEOLISTRIKI Nengah Simpen, I Nyoman Sutarpa Sutama, I Wayan Redana, Siti Zulaikah ...................................1978

PEMBIAKAN MASSAL DAN POLA PENELURAN PREDATOR SYCANUS SP.KA Yuliadhi, IN Wijaya, dan IDN Nyana .............................................................................................1987

DINAMIKA SUHU PERMUKAAN LAUT DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA DANSEKITARNYA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN CURAH HUJAN DI INDONESIAI Gede Hendrawan ................................................................................................................................1991

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA LIMBAH CAIR RUMAH SAKITDENGAN TRIKLING FILTER DAN LAHAN BASAHIryanti Eka Suprihatin dan AAIA Mayun Laksmiwati .........................................................................1998

ANALISIS POTENSI DAN PEMANFAATAN AIR DALAM PENYELENGGARAAN PENATAANRUANG WILAYAH KOTA DENPASARNgakan Made Anom Wiryasa Nyoman Martha Jaya ...........................................................................2003

PERSENTASE TUTUPAN TERUMBU KARANGDI PULAU NUSA-BAWEAN KABUPATEN GRESIKDwi Budi Wiyanto ................................................................................................................................2016

Page 3: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2003

ANALISIS POTENSI DAN PEMANFAATAN AIR DALAMPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

WILAYAH KOTA DENPASAR

Ngakan Made Anom Wiryasa1) Nyoman Martha Jaya1)

1)Jurusan Teknik Sipil,Fakultas Teknik Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan permasalahan pada tata guna lahan dankebutuhan akan air. Penelitian ini dirancang dengan disain kualitatif veri katif. Format disain kualitatif veri katifmengkonstruksi format penelitian dan strategi dalam memperoleh data di lapangan. Tujuan penelitian adalah untukmelakukan pemetaan potensi dan pemanfaatan air tanah di wilayah kota Denpasar. Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan mempunyai potensi air tanah dangkal pada akuifer tak tertekansebesar 894 juta m³/tahun, sedangkan potensi pada akuifer tertekan mempunyai potensi sebesar 8 juta m³/tahun.Ketinggian topogra cekungan ini berada pada 0-2.000 m apl (atas permukaan laut), dengan curah hujan 1.000-3.500 mm/tahun. Cekungan ini mempunyai pola aliran sebagai aliran sungai trellis, yaitu alirannya searah dengankemiringan lereng. Ketergantungan terhadap pemanfaatan air tanah, terutama untuk keperluan rumah tanggamaupun untuk keperluan komersiil. Jumlah pemanfaatan/penggunaan air tanah sekitar 134 juta m³/tahun (8,40 %)dari CAT). Pemanfaatan ini dimbil melalui 188 buah sumur pantek dan 441 buah sumur bor. Saran/Rekomendasi:(i) Walaupun pemanfaatan air tanah dari segi persentase masil kecil, telah terjadi penurunan muka air tanah akibatkerapatan pengeboran dan perbedaan tingkat produktivitas pemanfaatan air tanah. Untuk itu perlu mendapatperhatian utuk daerah yang rawan terhadap penurunan muka air tanah dan melakukan kontrol secara berkalaterhadap penurunan muka air tanah; dan (ii) Perlu pembatasan terhadap izin pengeboran khususnya daerah-daerahyang tingkat kerapatan pengeboran yang cukup tinggi, terutama yang dapat mempengaruhi penurunan muka airtanah.

Kata Kunci: CAT (Cekungan Air Tanah); Akuifer; Sungai Trellis; Muka Air Tanah: Kerapatan Pengeboran.

ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND USE OF WATERIN THE IMPLEMENTATION OF SPATIALARRANGEMENT DENPASAR CITY AREA

Ngakan Made Anom Wiryasa1)

Nyoman Martha Jaya1)

1) Department of Civil Engineering,Faculty of Engineering University of Udayana

Email : [email protected]

ABSTRACT

Population and economic growth will lead to problems in land use and the need for water . This study was designedwith a qualitative veri cation design. Format design veri cation construct qualitative research formats and strategiesin acquiring data in the eld . The research objective was to map potential and utilization of ground water in the cityof Denpasar .Basin Groundwater Denpasar-Tabanan has the potential of shallow ground water in the aquifer is not depressedat 894 million m³ / year, while the potential of the con ned aquifer has a potential of 8 million m³ / year. Heighttopography of this basin is located at 0-2000 m app (above sea level), with a rainfall of 1000-3500 mm / year.

Page 4: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2004 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

This basin has a ow pattern as trellis river ow, ie the ow direction of the slope. Dependence on ground waterutilization, especially for domestic use or for commercial purposes. Number of utilization / pengguaan groundwateraround 134 million m³ / year (8.40%) of the CAT). This utilization dimbil through pantek 188 wells and 441 wellsdrilled. Suggestions / Recommendations: (i) Although the use of groundwater in terms of percentage still relies little,there has been a decline in groundwater levels due to the density of drilling and differences in the level of productivityof ground water utilization. For that need attention weeks to areas that are prone to decreased water level andconduct regular control of the decreased water level; and (ii) should be restrictions on drilling permits in particularareas where drilling density is quite high, especially those that can affect a decrease in ground water level.

Keywords: CAT (Basin Groundwater); Aquifer; Trellis River; Ground Water Level: Density Drilling.

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Bumi merupakan satu-satunya planit dalam Tata Surya yang memiliki kehidupan (Parker, 2007).Semua kehidupan di Bumi sangat tergantung dari keberadaan air dan menurut Matthews (2005) hampir71 % permukaan Bumi ditutupi oleh air yang wujudnya dalam bentuk cair, padat (es), dan uap air/gas.Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi meningkatnya kebutuhan primer maupun kebutuhansekunder manusia dalam dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hal ini akan berakibat pada tidakterkendalinya perubahan tata guna lahan, meningkatnya pemanfaatan/penggunaan air, yang pada akhirnyaakan berpengaruh pada menurunnya daya dukung lingkungan dan pemanfaatan ruang.

Ruang merupakan komponen lingkungan hidup yang terbatas, tidak dapat diperbaharui, dan harusdimanfaatkan secara optimal serta berkelanjutan. Konsep keberlanjutan dalan penataan ruang adalahmempertahankan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya. Penyelenggaraan penataan ruang merupakankegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan, dimana dalam proses pelaksanaanpenataan ruang lebih ditekankan pada proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalianpemanfaatan ruang (UU No. 26 Tahun 2007; Perda No. 16 Tahun 2009). Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi Bali adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi danarahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah ke dalam struktur ruang dan pola ruang wilayah Provinsi.Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan saranayang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memilikihubungan fungsional. Sedangkan pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayahyang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budiday

Dalam penyelenggaraan penataan ruang melibatkan dua komponen penting. Dua komponen tersebutadalah: (i) bumi (alam), sebagai suatu region atau wilayah yang tidak bisa dilepaskan dari permasalahanekosistem yang mencakup satuan-satuan fungsional hasil interaksi antara tumbuh-tumbuhan, hewan danalam sekitarnya; dan (ii) manusia, yang pada dasarnya tidak dapat hidup menyendiri, melainkan hidupberkelompok, yang selanjutnya tidak bisa dilepaskan dari permasalahan sosial sistem sebagai hasilinteraksi antara manusia dengan manusia. Sosial sistem dibagi menjadi empat subsistem, yakni: sebagaiinsan ekonomi, insan politik, insan sosial, dan insan budaya.

1.2 Masalah PenelitianMasalah yang timbul akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, indutrialisasi (industri pariwisata)

dan pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh terhadap tata guna lahan serta pemenuhan kebutuhan akan airdalam menunjang kehidupan masyarakat. Hal ini dapat diatasi dengan mengharmoniskan antara potensidan pemanfaatan air khususnya air tanah dengan tata ruang wilayah. Untuk mewujudkan terciptanyapenataan ruang yang harmonis perlu diketahui terlebih dahulu potensi dan pemanfaatan air, yang selanjutnyadikaitkan dengan penyelenggaraan penataan ruang wilayah.

1.3 Maksud dan Tujuan PenelitianMaksud penelitian ini adalah untuk menyusun strategi dan arahan kebijakan yang berkaitan antara

potensi dan pemanfaatan air tanah dengan penyelenggaraan penataan ruang. Dengan demikian akan

Page 5: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2005

tercipta keharmonisan antara tataguna lahan dan pemanfaatan air tanah. Adapun tujuan penelitian iniadalah melakukan pemetaan potensi dan pemanfaatan air tanah di kota Denpasar.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah:

1. Mengetahui potensi dan pemanfaatan air tanah2. Menghasilkan peta potensi dan pemanfaatan air tanah3. Mengetahui strategi dan arahan kebijakan yang terkait dengan potensi dan pemanfaatan air tanah

dengan penyelenggaraan penataan ruang4. Bermanfaat dalam penyelenggaraan penataan ruang. Terutama bila dikaitkan dengan perizinan

pemanfaatan air tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Siklus Hidrologi Dan Formasi Air Bawah Permukaan2.1.1 Siklus Hidrologi Perjalanan air secara alami selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

rendah dan juga mengalir baik di permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Sesuai denganlokasi dan kondisi lingkungan air dapat berubah wujud. Pada suhu 0˚ C air berubah wujud menjadi bendapadat (es); pada suhu 100˚ C air merubah menjadi gas (uap air) dan pada suhu tertentu akan kembalimenjadi air. Gerakan air mengikuti siklus hidrologi (Gambar 2.1). Siklus Hidrologi dapat dijelaskan sesuaidengan Gambar 2.1 sebagai berikut.1. Evaporasi/Penguapan: penguapan terjadi pada daerah yang banyak mengandung air seperti laut,

danau, sungai, waduk, situ dan lain-lain. Penguapan terjadi karena pengaruh sinar matahari;2. Evapotranspirasi: evapotranspirasi terdiri dua jenis aliran air yaitu evaporasi dan transpirasi.

Transpirasi adalah penyerapan air oleh akar tanaman yang dimanfaatkan untuk kebutuhan hiduptanaman tersebut. Karena adanya pengaruh sinar matahari terjadilah penguapan dan proses penguapanini disebut evaporasi. Kedua aliran air ini, yaitu penyerapan oleh akar tanaman dan penguapan yangterjadi disebut evapotranspirasi;

3. Air Hujan: uap air yang diakibatkan oleh adanya evaporasi dan evapotraspirasi di udara akanbergerak. Proses kondensasi uap air (awan) menjadi air hujan disebut presipitasi. Uap air yangbergerak di udara dan akibat perbedaan suhu udara uap air berubah mencapai temperatur di bawahtitik beku maka uap air akan berubah menjadi butir-butir es. Butir-butir air dan butir-butir es akibatpengaruh gravitasi akan jatuh ke bawah sebagai hujan. Air hujan merupakan sumber utama air baikyang bergerak di permukaan tanah maupun yang menyerap ke tanah.

Gambar 2.1Siklus Hidrologi

Sumber: Peta Zonasi Pemanfaatan Air Tanah, Dinas PU Prov. Bali (2014)

Page 6: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2006 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

4. Aliran Air Hujan:a. Aliran permukaan (run-off): merupakan aliran diatas permukaan tanah, mengalir dari tempat yang

tinggi ke yang lebih rendah dan bermuara di laut;b. Aliran sungai: aliran air permukaan akan mengalir ke daerah tangkapan air hujan atau (catchment

area) atau sering disebut DAS (Daerah Aliran Sungai), yang selanjutnya mengalir ke dalam sistimsungai dan terakhir bermuara di laut;

c. Aliran antara (inter ow): air yang yang berada di daerah vadose zone (Gambar 2.2) kemudianmengalir ke sistim jaringan sungai, waduk, situ, dan lain-lain;

d. Aliran dasar (base ow): aliran air tanah yang yang mengisi sistim jaringan sungai, waduk, danau,dan lain-lain;

e. Aliran run-out: aliran air tanah yang langsung mengalir ke lautf. In ltrasi: air permukaan tidak hanya mengalir di permukaan tetapi sebagian ada yang meresap

kedalam tanah. Air yang meresap ke tanah ini disebut in ltrasi;g. Kapiler: air yang meresap ke tanah dan kembali mengisi soil moisture;h. Perkolasi: air yang berasal dari soil moisture di daerah vadose zone yang mengisi kembali aliran air

tanah.

2.1.2 Formasi Air Bawah PermukaanPada dasarnya kondisi air tanah dibagi menjadi dua (Driscoll, 1987: dalam Kodoatie dan Sjarief,

2010) yaitu:1. Vadoze Zonea. Air Tanah (Soil Water)b. Intermediate Zone Waterc. Air Kapiler2. Phreatic Zone3. Kedua zone diatas dijelaskan sesuai Gambar 2.2. Pada zone air tanah, sebagian besar air tanah

dipergunakan untuk kepentingan pertanian. Air akan hilang pada zone air tanah karena adanyatranspirasi, evaporasi dan perkolasi. Daya kapilaritas akan mengisi ruang-ruang antar partikel sampaipenuh, selanjutnya air akan mengalir akibat adanya gaya gravitasi. Zone yang berada di bawah zoneair tanah adalah zone tengah, pada zone ini air akan bergerak ke bawah dan sebagian ada yangtertahan. Pipa kapiler berada pada zone di bawah zone tengah, dimana air mengalir ke atas akibatadanya gaya kapiler. Muka air tanah merupakan batas antara zone air tanh dengan pipa kapiler, mukaair tanah memberikan petujuk atau perkiraan elevasi muka air tanah.

Gambar 2.2Formasi air bawah permukaan

Sumber: Kodoate da Sjarief (2010)

Page 7: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2007

2.2 Air Tanah2.2.1 Pengertian Air Tanah

Pengertian air tanah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008tentang Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan yang terletak di bawahpermukaan tanah.a. Groundwater Groundwater atau Phreatic Water yang merupakan daerah yang dibatasi dibagian atasnya merupakan

muka air tanah (water table) dan batas bawahnya merupakan batas awal dari water in unconnectedpores.

b. Soil Water adalah daerah mulai dari permukaan tanah sampai batas awal dari intermediate vadosezone

2.2.2 CAT dan Non CATa. Pengertian

Cekungan Air Tanah atau Groundwater Basin menurut Undang-Undang Sumber Daya Airdide nisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrologis, tempat senua kejadian hidrologisseperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Sehingga dapat dikatakanbahwa CAT adalah batas teknis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk air tanah. Sedangkan Non CATmerupakan batuan dengan lapisan tanah (humus) tipis dibagian atasnya dan air yang terkadung di dalamnyaerupakan sumber kehidupan bagi tanaman.b. Sebaran CAT dan Non CAT di Bali

Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali meliputi luasan sebesar 4.382,33 km² atau 77,75 % wilayahProvinsi Bali. Potensi air tanah bebas (tak tertekan) adalah sebesar 1.577 juta m³/tahun, sedangkan potensiair tanah tertekan sebesar 21 juta m³/tahun. Dari data di atas terlihat bahwa, provinsi Bali memiliki potensiair tanah seluas 77,75 % dari wilayah provinsi Bali, sedangkan sebagaian kecil atau 22,25 % (daerah nonCAT) tidak mempunyai potensi air tanah.

2.3 Penyelenggaraan Penataan RuangSecara alamiah, tanpa atau dengan keterlibatan manusia, berlakunya hukum-hukum alam telah

menyebabkan terdistribusinya segala benda ataupun sumberdaya alam dengan suatu keteraturan dinamisyang berpola dan terstruktur secara spasial dan waktu.

Gambar 2.3Struktur Penyelenggaraan Penataan Ruang

Sumber: Rustiadi et al. (2011:394)

Page 8: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2008 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Menurut Rustiadi et al. (2011: 388), dengan adanya keteraturan sedemikian rupa sehingga seluruhbenda sik di alam yang tertata dalam ruang membentuk pola distribusi yang disebut pola ruang.Keteraturan kon gurasi spasial, akti tas-akti tas sosial-ekonomi masyarakat atau pola pemanfaatan ruangselalu ditemukan di dalam kehidupan masyarakat.

Untuk menghindari kon ik dalam pemanfaatan ruang, diperlukan strategi dan arahan kebijakandalam penyelenggaraan penataan ruang yang mencakup: kebijakan dan strategi pengembangan strukturruang dan pola ruang. Hal diatas sesuai dengan tugas dan wewenang yang diemban secara berhirarki sesuaidengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaraan penataan ruangmenurut Perda 16 Tahun 2009, adalah kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaanyang lebih menekankan pada perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatanruang (Gambar 2.3).

2.3.1 Pengaturan Penataan RuangPengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat dalam penataan ruang (pasal 1, poin13, Perda 16/2009). Pengaturan penataan ruang wilayah bisa mengakibatkan kerugian pada sebagianmasyarakat, karena lahan yang dimilikinya tidak dapat bebas dipergunakan. Landasan bagi Negara dalampengaturan panataan ruang adalah UUD 1945 pasal 33. Dalam pasal 33 ayat (3) disebutkan bumi dan airdan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnyauntuk kemakmuran rakyat. Hak negara ini lebih lanjut diatur dalam berbagai undang-undang dan peraturanpemerintah.

Di negara kapitalis yang sangat menjunjung tinggi hak milik perorangan, terdapat kesadaranmasyarakat bahwa penggunaan lahan memang perlu diatur. Hal ini tidak lain karena manfaat daripengaturan penggunaan ruang tersebut kepada seluruh masyarakat adalah lebih tinggi dibandingkan dengankerugian yang mungkin diderita oleh kelompok masyarakat lainnya. Dalam pengaturan ini diperlukanperan masyarakat yang diwujudkan melalui kerjasama antara desa pakraman dan pemerintah. Pengaturanyang terlalu ketat akan menciptakan kekakuan dalam penggunaan lahan dan membuat tidak berfungsinyamekanisme pasar secara wajar.

Dalam keadaan pasar sempurna, mekanisme pasar merupakan alat pendistribusian lahan secara e sien.Pasar lahan jelas tidak sempurna, namun menghilangkan peran mekanisme pasar dalam pendistribusianmenjadi rumit dan hasilnya menjadi tidak optimal. Dengan demikian, kebijakan pemerintah di satu sisimenjamin terciptanya penggunaan lahan yang serasi sedangkan di sisi lain pemanfaatan secara e siensiyang terkandung dalam mekanisme pasar (Tarigan, 2008:50-55). Pengaturan penataan ruang dilakukanmelalui penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang termasuk pedomanpenataan ruang.

2.3.2 Pembinaan Penataan RuangPembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang

diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat (pasal1, poin 14, Perda 16/2009). Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota mempunyaiwewenang melakukan pembinaan, yang merupakan satu paket dengan pengaturan dan pengawasan sesuaidengan hirarki kewenangannya. Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang kepada pemerintahdaerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat. Pembinaan penataan ruangdilaksanakan melalui:a. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruangb. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruangc. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruangd. Pendidikan dan pelatihane. Penelitian dan pengembangan

Page 9: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2009

f. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruangg. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat, danh. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat

Pemerintah derah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pembinaanpenataan ruang menurut kewenangan masing-masing dan selanjutnya penyelenggaraan pembinaan diaturdengan peraturan pemerintah.

2.3.3 Pengawasan Penataan RuangPengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal 1, poin 16, Perda 16/2009). Pengawasanyang bersifat “memaksa” dapat berjalan secara efektif melalui pembentukan norma-norma internal ataupembentukan kewajiban pada semua pemakaian sumberdaya. Untuk pemerintahan lokal dan informal sertalembaga non pemerintah tidak dapat membangun cara yang efektif untuk melindungi atau memperbaikikeadaan, kecuali dengan melakukan kerjasama atau berkoordinasi dengan pemerintah diatasnya.

Pengawasan dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat, yang perannya sebatas melaporankan,dan/atau pengaduan kepada pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Pengawasan penataanruang mencakup kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang, dengan melaksanakantindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang, makadalam penyelenggaraan penataan ruang pengawasan harus menjamin tercapainya kinerja fungsi danmanfaat penyelenggaraan penataan ruang, dan kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal.

2.3.4 Pelaksanaan Penataan RuangPelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (pasal 1, poin 15, Perda16/2009). Pelaksanaan penataan ruang merupakan instrument dalam penataan ruang wilayah yang terdiridari:a. Perencanaan Tata Ruang, merupakan suatu proses untuk menentukan struktur ruang (Gambar 2.4),

pola ruang (Gambar 2.5), dan penyusunan serta penetapan kawasan strategis provinsi.b. Pemanfaatan Ruang, upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan

rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Arahanpemanfaatan ruang wilayah provinsi dilaksanakan melalui: pengembangan indikasi program utamapemanfaatan ruang, penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan rencana rincitata ruang kawasan strategis provinsi

c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang, upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Arahan pengendalianpemanfaatan ruang mencakup: arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahanpemberian insentif dan disinsentif, arahan sanksi, standar pelayanan minimal, dan tata carapengawasan.

BAB III METODE PENELITIANPenelitian ini dirancang dengan disain kualitatif veri katif. Format disain kualitatif veri katif

mengkonstruksi format penelitian dan strategi dalam memperoleh data di lapangan, namun dalam halmemperlakukan teori lebih longgar dalam arti tetap terbuka pada teori. Salah satu keunggulan penelitiankualitatif adalah berupaya mengungkapkan apa yang ada dibalik data yang tampak, hal-hal yang tidaknampak menjadi sasaran metode kualitatif.

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai masalah potensi dan pemanfaatan air tanah dalampenyelenggaraan penataan ruang wilayah (Gambar 3.1), maka lokasi penelitian yang diambil adalahKota Denpasar. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan tingginya pertumbuhan penduduk dan besarnyaperubahan tata guna lahan, jika dibandingkan dengan kabupaten yang lainnya di Provinsi Bali. Data diambildari dua sumber yakni: (i) data yang diambil dari norma, standar, pedoman dan petunjuk, dan (ii) data

2.4

Page 10: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2010 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

yang didapat dari narasumber (informan). yaitu dari pemerintah/instansi terkait. Penentuan jumlahnarasumber ditetapkan sampai tingkat kejenuhan, artinya bahwa dengan penambahan narasumberselanjutnya tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru. Teknik pengumpulan data dilakukan denganobservasi, wawancara mendalam, dan kelompok diskusi terfokus. Sedangkan teknik pengolahan datanyadilakukan dengan teknik induksi analitik dan diskripsi komparatif.

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telahdirancang sebelumnya. Hasil yang didapat sesuai dengan tahapan yang didasarkan pada tahapan tahunpenelitian. Hasil yang didapat sesuai tahapan tahun penelitian adalah sebagai berikut:1. Tahun I: Pemetaan Potensi dan Pemanfaatan Air2. Tahun II: Identi kasi Strategi dan Arahan Kebijakan3. Tahap III: Pemetaan Potensi dan Pemanfaata Air dengan Strategi dan Arahan Kebijakan Dengan selesainya ketiga tahapan penelitian ini, maka berakhir pula penelitian tersebut.

Gambar 3.1Analisis Disain Kualitatif Veri kati

BAB IV HASIL YANG DICAPAI4.1 Kondisi Air Tanah

Cekugan Air Tanah (CAT) atau groundwater basin merupakan Batas teknis pengelolaan SumberDaya Air, khususnya air tanah. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,CAT dide nisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrologis. Kegiatan hidrologis yangdimaksud terdiri dari: proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah.

Berdasarkan Peraturn Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah,menjelaska kriteria CAT adalah sebagai berikut:a. Mempunyai batas hidrologis yang dikontrol oleh kondisi hidrologis dan/atau kondisi hidrolik air

tanah. Batas hidrologis merupakan batas sik pengelolaan air tanah, batas batuan yang lolos dantidak lolos air, batas pemisah air tanah, dan batas yang terbentuk oleh struktur geologis;

b. Mempunyai dearah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu sistem pembentukan airtanah. Daerah imbuhan air tanah merupakan kawasan linndung air tanah. Daerah imbuhan air

Page 11: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2011

tanahnya tidak untuk didayagunakan, sedangkan didaerah lepasan air tanah merupakan daerah yangdidayagunakan atau disebut dengan kawasan budidaya air tanah;

c. Memiliki satu kesatuan sistem akuifer, baik akuifer dalam kondisi tertekan maupun dalam keadaanbebas. Infrastruktur keairan dapat dipahami sebagai upaya untuk mengetahui hubungan yang wajib

untuk diharmonikan antara ruang air dan ruang darat di dalam penataan ruang. Yang termasuk dalaminfrastruktur keairan adalah sebagai berikut:a. Komponen Sumber Daya Air

Komponen sumber daya air terdiri dari komponen alami dan kopmponen arti sial. Komponenalami dari sumber daya air antara lain: sungai, danau, rawa, muara, situ-situ, mata air, air terjun, dan airtanah. Sedangkan komponen arti sial dari sumber daya air antara lain: waduk, bendung, embung, sistemdrainase, sistem irigasi, dan sitem air bersih. Karena sifat air yang dinamis (khususnya sifat aliran air) akanmempengaruhi keseimbangan alam. Disamping hal tersebut di atas, komponen alami sumber daya air jugadipengaruhi oleh siklus hidrologi, kondisi geologi, kondisi wilayah dan kehidupan baik manusia, binatangdan tumbuh-tumbuhan.b. Sistem Drainase

Sistem drainase merupakan sistem saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan. Sistemsaluran drainase terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, dan saluran kuarter. Air hujanyang jatuh di perumahan dan atau kawasan akan mengalir ke saluran kuater, yang selanjutnya mengalir kesaluran yang lebih besar yaitu ke saluran tersier, sekunder, primer, dan terakhir ke sungai.c. Sistem Irigasi

Sistem irigasi berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air (waduk, danau, embung, situ, danbendung) ke petak sawah. Air dari sumber air dialirkan melalui saluran primer, kemudian melalui pintupembagi dialirkan ke saluran sekunder, tersier, kuarter, yang selanjutnya ke petak sawah dan sisanyadibuang ke sungai.d. Sistem Air Bersih

System air bersih terdiri dari: sumber daya air, pegolahan, penampungan, saluran transmisi, dansaluran distribusi ke pelanggan. Sumber daya air pada umumnya diambil dari air permukaan (sungai,danau, waduk) dan air tanah. Untuk memenuhi kualitas yang disyaratkan untk air minum, terlebih dahuludilakukan pengolahan. Pengolahan terdiri dari: penjernihan air dari partikel, pengontrolan dari bakteri, dankomposisi kimia air. Penampungan dilakukan baik untuk menampung air baku maupun untuk menampungair yang sudah diolah (air bersih). Untuk sampai di pelanggan maka akan disalurkan melalui transmisi dansaluran distribusi.

4.2 Potensi Air Tanah4.2.1 CAT Provinsi Bali

Cekungan Air Tanah (CAT) Provinsi Bali ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 26Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali. Cekungan Air Tanah Provinsi Baliterdiri dari 8 CAT yaitu:1. CAT Lintas Kabupaten/Kota a. CAT Denpasar-Tabanan b. CAT Singaraja c. CAT Negara d. CAT Gilimanuk e. CAT Tejakula2. CAT Lokal (dalam satu kabupaten) a. CAT Amlapura b. CAT Nusa Penida c. CAT Nusa Dua

Page 12: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2012 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Kondisi air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologinya. Kondisi geologi di provinsiBali sebagian besar ditutupi oleh batuan vulkanik (lahar,breksi, tuf, batu pasir, batu apung, dan lain-lain).Batuan vulkanik tersebut mempuyai tingkat kelulusan air sedang-tinggi, sehingga dapat bertindak danmembentuk akuifer. Sistem akuifer yang terbentuk mempunyai aliran melalui ruang antara butir. Daerahdengan potensi air tanah yang tinggi terdapat di derah Denpasar-Tabanan-Gianyar.

Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali meliputi luasan sebesar 4.382,33 km² atau 77,75 % wilayahProvinsi Bali. Potensi air tanah bebas (tak tertekan) adalah sebesar 1.577 juta m³/tahun, sedangkan potensiair tanah tertekan sebesar 21 juta m³/tahun (Tabel 5.1). Dari data di atas terlihat bahwa, provinsi Balimemiliki potensi air tanah seluas 77,75 % dari wilayah provinsi Bali, sedangkan sebagaian kecil atau22,25 % tidak mempunyai potensi air tanah

Tabel 4.1Potensi Air Tanah pada Cekungan Air Tanah di Provinsi Bali

No. CAT Luas (Ha) Hujan (mm)Tak tertekan

(juta m3/tahun)Tertekan (juta

m3/tahun)1 Denpasar-Tabanan 208.000 1000-3500 894 82 Gilimanuk 13.130 1000-1500 30 13 Negara 41.850 1500-2000 73 4

4 Singaraja 50.520 1000-2500 215 3

5 Tejakula 75.050 500-2000 188 36 Amlapura 19.982 1000-2000 60 27 Nusa Dua 9.911 1500-2000 388 Nusa Penida 19.790 500-1000 79

Jumlah 438.233 1.577 21

% thd Bali 77,75

Sumber: Kemenerian ESDM (2005)

4.2.2 Potensi CAT Denpasar-TabananCat Denpasar-Tabanan berada di bagian tengah Provinsi Bali yang mencakup kabupaten Tabanan,

Bangli, Karangasem, Kelungkung, Gianyar, Badung, dan kota Denpasar. Di utara berbatasan denganAbiansemal dan Nyelati, Ambengan di selatan dan Sanur di tenggara, sedangkan di timur berbatasandengan Paksebali di timur dan Gubug di barat. (Gambar 5.1)

Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan mempunyai potensi air tanah dangkal pada akuifer taktertekan sebesar 894 juta m³/tahun, sedangkan potensi pada akuifer tertekan mempunyai potensi sebesar 8juta m³/tahun (Tabel 4.1). Ketinggian topogra cekungan ini berada pada 0-2.000 m apl (atas permukaanlaut), dengan curah hujan 1.000-3.500 mm/tahun. Cekungan ini mempunyai pola aliran sebagai aliransungai trellis, yaitu alirannya searah dengan kemiringan lereng.

Litologi utama dari cekugan ini berupa endapan pantai dan danau yang berfungsi sebagai akuiferdengan kedalaman 60-210 m bmt (bawah muka tanah setempat). Endapan berupa kerakal, kerikil, danpasir dengan kelolosan sedang, sedangkan batuannya adalah batuan gunung api kelompok Lesong-Pohen-Saneyang,, batuan gunung Batukau, batuan gunung Agung, dan gunung api kelompok Buyan-Beratan danbatur.

4.3 Pemanfaatan Air Tanah Sumberdaya air di provinsi Bali cukup melimpah, selain CAT juga bersumber dari sungai, danau/

waduk/embung, dan mata air (Tabel 4.2). Akuifer merupakan lapisan batuan jenuh air tanah yang dapatmenyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah yang cukup dan ekonomis. Berdasarkan kondisigeologi (Laporan Peta Zonasi Air Tanah Provinsi Bali, 2014), CAT Denpasar-Tabanan, terdiri dari tigajenis akuifer yaitu:1. Akuifer dengan aliran ruang antar butir2. Akuifer degan aliran melalui celahan dan ruang antar butir3. Akuifer (bercelah atau bersarang) dengan air tanah langka

Page 13: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2013

Tabel 4.2Potensi Sumber Daya Air CAT dan selain CAT di Provinsi Bali

No. Sumber Daya AirPotensi Sumber Daya Air (m³/

tahun)

1 CAT 1.598.000.0002 Sungai 6.1953 Danau/waduk/embung 1.021

4 Mata Air 913

Akuifer dengan alira melalui celahan dan ruang antar butir, berdasarkan produktivitas akuifer:a. Akuifer produktivitas tinggi dengan penyebaran luas, yang memiliki tingkat keterusan sedang-

tinggi, muka air tanah umumnya dekat dengan muka tanah, dan debit sumur umumnya lebih dari 10L/dt;

b. Akuifer dengan produktivitas sedang dengan penyebaran luas, yang memiliki tingkat keterusansedang, muka air tanah umumnya dekat dengan muka tanah, dan debit sumur umumnya lebih 5-10L/dt

c. Akuifer dengan produktivitas sedang-rendah dengan penyebaran luas, yang memiliki tingkatketerusan sedang-tinggi, muka air tanah umumnya dekat dengan muka tanah, dan debit sumurumumnya kurang dari 5 L/dt;

d. Akuifer dengan produktivitas tinggi dengan penyebaran luas, yang memiliki tingkat keterusanberagam, muka air tanah umumnya beragam, dan debit sumur umumnya lebih dari 5 L/dt;

e. Akuifer dengan produktivitas sedang, yang memiliki tingkat keterusan beragam dan penyebaranluas, muka air tanah umumnya dalam, dan debit sumur umumnya kurang dari 5 L/dt;

f. Akuifer setempat dengan produktivitas sedang, yang memiliki tingkat keterusan beragam, muka airtanah umumnya sangat dalam.

Kemunculan Mata Air pada CAT Denpasar-Tabanan berjumlah 425 buah dengan debit terbesar 594L/dt dan degan debit rata-rata sebesar 14.512,50 L/dt (Tabel 4,3), selanjutnya dapat dirinci seperti dibawahini:1. Debit kurang dari 5 L/dt sejumlah 253 buah2. Debit antara 5-10 L/dt aejumlah 59 buah3. Debit antara 10-25 L/dt sejumlah 56 buah4. Debit antara 25-50 L/dt sejumlah 26 buah5. Debit antara 50-100 L/dt sejumlah 19 buah6. Debit antara 100-250 L/dt sejumlah 6 buah7. Debit antara 250-500 L/dt sejumlah 5 buah8. Debit lebih dari 500 L/dt sejumlah 1 buah

Tabel 4.3Potensi Rata-Rata Mata Air pada CAT Denpasar-Tabanan

Sumber:Analisis (2015)

Page 14: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2014 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Ketergantungan terhadap pemanfaatan air tanah, terutama untuk keperluan rumah tangga maupununtuk keperluan komersiil. Jumlah pemanfaatan/pengguaan air tanah sekitar 134 juta m³/tahun (8,40 %)dari CAT). Pemanfaatan ini dimbil melalui 188 buah sumur pantek dan 441 buah sumur bor.

4.4 Pemetaan Potensi dan Pemanfaatan Air Tanah4.4.1 Peta Potensi Air Tanah

Sumber: Peta Zonasi Pemanfaatan Air Tanah (2014

Gambar 4.1 Peta Potensi CAT Denpasar-Tabana

4.4.2 Peta Pemanfaatan Air Tanah

Sumber: Peta Zonasi Pemanfaatan Air Tanah (2014)

Gambar 4.2 Peta Pemanfaatan Air Tanah

Page 15: SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 · Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxix BIODESULFURISASI DIBENZOTHIOPHENE DENGAN BAKTERI PENDEGRADASI SULFUR YANG DIISOLASI DARI LANGKAT SUMATERA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2015

BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:1. Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan terletak di bagian tengah Provinsi Bali dan termasuk

CAT lintas kabupaten. Kabupaten/Kota yang yag termasuk dalam wilayah CAT tersebut adalah:kabupaten Tabanan, Bangli, Karangasem, Kelungkung, Gianyar, Badung, dan kota Denpasar. Diutara berbatasan dengan Abiansemal dan Nyelati, Ambengan di selatan dan Sanur di tenggara,sedangkan di timur berbatasan dengan Paksebali di dan Gubug di barat;

2. Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan mempunyai potensi air tanah dangkal pada akuifer taktertekan sebesar 894 juta m³/tahun atau 57 % dari CAT Provinsi Bali, sedangkan potensi pada akuifertertekan mempunyai potensi sebesar 8 juta m³/tahun dari CAT Provinsi Bali. Ketinggian topogracekungan ini berada pada 0-2.000 m apl (atas permukaan laut), dengan curah hujan 1.000-3.500mm/tahun. Cekungan ini mempunyai pola aliran sebagai aliran sungai trellis, yaitu alirannya searahdengan kemiringan lereng;

3. Ketergantungan terhadap pemanfaatan air tanah, terutama untuk keperluan rumah tangga maupununtuk keperluan komersiil. Jumlah pemanfaatan/pengguaan air tanah sekitar 134 juta m³/tahun (8,40% dari potensi CAT Provinsi Bali dan atau 15 % dari potensi CAT Denpasar-Tabanan) dari CAT).Pemanfaatan ini dimbil melalui 188 buah sumur pantek dan 441 buah sumur bor.

5.2 Saran/Rekomendasi1. Walaupun pemanfaatan air tanah dari segi persentase masil kecil (kesimpulan 3), telah terjadi

penurunan muka air tanah akibat kerapatan pengeboran dan perbedaan tingkat produktivitaspemanfaatan air tanah. Untuk itu perlu mendapat perhatian utuk daerah yang rawan terhadappenurunan muka air tanah dan melakukan kontrol secara berkala terhadap penurunan muka airtanah;

2. Perlu pembatasan terhadap izin pengeboran khususnya daerah-daerah yang tingkat kerapatanpengeboran yang cukup tinggi, terutama yang dapat mempengaruhi penurunan muka air tanah.

DAFTAR PUSTAKAKodoatie dan Sjarief, 2010, Tata Ruang Air. Penerbit Andi YogyakartaMatthews, Rupert, 2005. Planet Bumi, Topik Paling Seru. Alih Bahasa oleh Darmaring Tyas Wulandari.

Jakarta: ErlanggaParker, Steve, 2007. Tata Surya – Just the Facts. Penerjemah Soni Astranto, S. Si. Erlangga for Kids,

Penerbit Erlangga.Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BaliRustiadi, E., Sefulhakim, S., dan Panuju, DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Crespent

Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, JakartaWiryasa, Anom, 2014. Analisis Kelembagaan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Bali

(Disertasi)