21
1 PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN PADA AYAM BROILER SEMINAR Oleh AGRIENTYA SARASWATI

seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengaruh penggunaan protein terhadap lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

Citation preview

Page 1: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

1

PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN

PADA AYAM BROILER

SEMINAR

Oleh

AGRIENTYA SARASWATI

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIANUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2013

Page 2: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

2

Judul Seminar : PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN PADA AYAM BROILER

Nama Mahasiswa : AGRIENTYA SARASWATI

Nomor Induk Mahasiswa : H2C 008 002

Program Studi : S1-NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Tanggal Seminar : 18 April 2013

Disetujui oleh :

Ketua Panitia Seminar

Daud Samsudewa, S.Pt., M.Si.,Ph.DNIP. 19801207 200501 1 002

Pembimbing Seminar

Prof. Nyoman Suthama, M. Sc. Ph. D.NIP. 19530713 198003 1 003

Page 3: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

3

PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN

PADA AYAM BROILER

A. Saraswati Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK

Tujuan penelitin adalah untuk mengetahui kombinasi pembatasan ransum pada siang hari dan lama pencahayaan pada malam hari pada ayam broiler yang tepat terhadap kecernaan dan efisiensi protein serta pertambahan bobot badan pada ayam broiler. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2011 sampai 10 Januari 2012 di kandang ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang. Ternak yang dipergunakan adalah ayam broiler day old chicks (DOC) dan ransum finisher komersial (CP 707 dan EM 3007,70 kkal/kg). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola split plot 3 x 2 dengan 5 ulangan(tiap unit 10 ekor). Main plot adalah lama pencahayaan (T1 2G:2T, T2 4jam, dan T3 6jam) dan sub plot adalah porsi ransum berbeda (R1 40%:60% dan R2 30%:70%). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda tidak berpengaruh terhadap kecernaan dan efisiensi protein serta pertambahan bobot badan ayam broiler (P>0,05). Namun, pemberian porsi ransum menghasilkan perbedaan nyata terhadap pertambahan bobot badan. Kesimpulan bahwa perlakuan pemberian porsi ransum 40% siang hari dan 60% malam hari menghasilkan pertambahan bobot badan lebih baik dari pada 30% siang hari dan 70% malam hari, tetapi lama pencahayaan memberikan hasil yang sama.

Kata kunci : ayam broiler, pencahayaan, porsi pakan, kecernaan protein.

Page 4: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

4

PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan unggas komersial yang dibudidayakan untuk

menghasilkan daging dalam waktu singkat (5-6 minggu). Pertumbuhan ayam

broiler yang cepat biasanya diikuti dengan lemak yang tinggi pula karena

bertambahnya umur ayam pedaging dan meningkatnya energi dalam ransum

makin meningkatkan lemak. Kelebihan energi dalam tubuh ayam dapat

disimpan dalam bentuk lemak, sedangkan metabolisme pembentukan lemak

tersebut membutuhkan banyak energi padahal konsumen menghindari makanan

berlemak. Jika suhu lingkungan terlalu tinggi dan ternak gagal mengatur suhu

tubuhnya, maka badan ternak menjadi panas pula. Ayam akan menjadi stres bila

suhu lingkungan tinggi, sehingga ayam akan berusaha mengeluarkan panas tubuh

dengan mekanisme panting (Hamidi, 2006). Akibat meningkatnya suhu

lingkungan, napsu makan ayam broiler menurun dan konversi makanan juga

kurang baik, maka kandungan protein yang akan dimanfaatkan pun menjadi lebih

rendah.

Pembatasan ransum di siang hari dan mengoptimalkan pemberian ransum

pada malam hari yang memiliki suhu lebih sejuk merupakan satu cara untuk

mencapai performans yang baik. Pengaturan pemberian porsi ransum antara siang

dan malam hari sangat erat kaitannya dengan lama pencahayaan, karena

pencahayaan mempunyai peranan penting bagi ayam untuk melakukan aktivitas

seperti makan dan minum.. Pembatasan cahaya bertujuan memberikan

kesempatan bagi broiler untuk beristirahat dari aktivitas makan untuk mendukung

proses pencernaan didalam tubuh sehingga akan berlangsung secara optimal dan

mengurangi pengeluaran energi (Lewis dan Gous, 2007). Pemberian lama

pencahayaan 16 jam dapat menurunkan stress fisiologis, peningkatan respon

kekebalan, peningkatan waktu tidur, peningkatan aktivitas total, peningkatan

metabolism tulang dan kesehatan kaki (Classen, 2004). Periode gelap harian

diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon melatonin secara normal.

Menurut Apeldoorn et al. (1999) Melatonin merupakan hormon yang disekresikan

dari kelenjar pineal yang terlibat dalam proses ritme harian suhu tubuh, beberapa

fungsi essensial metabolisme tunuh terkait dengan konsumsi pakan dan

Page 5: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

5

pencernaan serta sekresi beberapa limphokines yang terkait dengan sistem

kekebalan.

Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein

bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan.

(Tillman et. al., 1991). Rasio efisiensi protein dinyatakan sebagai pertambahan

bobot badan dibagi konsumsi protein (Sidadolog dan Yuwanta, 2009). Rasio

efisiensi protein digunakan untuk menguji keefektifan protein ransum yang berarti

bahwa kalau nilai rasio efisiensi proteinnya sudah secara nyata menurun berarti

efektifitas penggunaan protein ransum juga sudah menurun atau rendah (Wahju,

1997). Faktor yang mempengaruhi rasio efisiensi protein antara lain yaitu kualitas

asam amino dalam ransum, konsentrasi protein dan energi ransum, serta umur.

Pertambahan bobot badan ayam dipengaruhi oleh umur, strain, ransum yang

diberikan serta kondisi lingkungan (Iskandar, 2002). Penurunan performa broiler

pada suhu lingkungn tinggi secara fisiologis juga dapat dijelaskan antara lain

karena rendahnya sekresi hormon tiroid, menurunnya kandungan hemoglobin dan

hematokrit darah serta meningkatnya pengeluaran beberapa mineral dan beberapa

asam amino dari dalam tubuh (Kusnadi et. al., 2006).

Ayam broiler terutama dengan pemberian porsi ransum berbeda antara siang

dan malam hari menunjukkan adanya perbaikan efisiensi ransum dan dapat pula

mengurangi angka kematian (Zulkifli et al., 2000). Penelitian Nova (2005) pada

ayam broiler yang dibatasi ransum antara siang dan malam hari menunjukkan

hasil secara nyata dapat memperbaiki pertambahan bobot badan, konsumsi

ransum dan konversi ransum. Lama pencahayaan secara berselang (2T:2G) lebih

baik karena dapat mengurangi kematian, meningkatkan sistem ketahanan tubuh

dan produktivitas broiler bila dibandingkan dengan pemberian cahaya secara terus

menerus (Oyedeji dan Atteh, 2005).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kombinasi pembatasan ransum

pada siang hari dan lama pencahayaan pada malam hari pada ayam broiler yang

tepat terhadap kecernaan dan rasio efisiensi protein serta pertambahan bobot

badan pada ayam broiler. Manfaat penelitian ini adalah memperoleh kombinasi

Page 6: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

6

porsi ransum dan lama pencahayaan yang tepat untuk meningkatkan performans

broiler berdasarkan efisiensi penggunaan protein.

Hipotesis penelitian adalah terdapat pemberian porsi ransum lebih banyak

pada malam hari disertai pencahayaan intermitten (2G:2T) menghasilkan

performans ayam broiler yang lebih baik.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kandang ayam Fakultas Peternakan dan

Pertanian dan analisis sampel di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan

Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Diponegoro Semarang, dimulai pada

bulan 5 Desember 2011sampai 10 Januari 2012.

Materi Penelitian

Ternak percobaan adalah ayam broiler (DOC) sebanyak 320 ekor (20 ekor

sebagai kontrol), kandang batteray, tempat ransum, tempat minum, dan lampu

pijar (bohlam) sebagai alat bantu pemanas. Ransum dan air minum diberikan ad

libitum. Ransum yang digunakan adalah ransum starter dan ransum finisher.

Bahan yang digunakan selain ternak adalah Fe2O3, kertas karton dan plastik untuk

menampung ekskreta, HCl 0,1N.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Ransum KomersialNutrien (%) Ransum starter Ransum finisherEnergi Metabolis (kkal/kg)a 3167,67 3007,70Protein Kasarb 21,50 19,00Lemak Kasarb 6,11 3,00Serat Kasarb 4,00 5,00Kadar Airb 13,40 14,10Kadar Abub

Kalsiumc

Posphorc

6,65 0,90 0,50

5,57 0,91 0,81

Sumber : (a) Hasil perhitungan berdasarkan rumus Balton (Siswohardjono, 1982). (b) Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, 2012. (c) Hasil Analisis Laboratorium Biokimia Nutrisi, 2012.

Metode Penelitian

Page 7: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

7

Persiapan kandang dilakukan sebelum DOC datang dengan membersihkan

kandang dan menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian. Bobot

badan awal DOC ditimbang sebelum ditempatkan di kandang. Pemberian ransum

secara ad libitium hingga ayam berumur satu minggu sebagai proses adaptasi,

selanjutnya diberi ransum perlakuan sampai pemotongan berumur 35 hari.

Seminggu sekali bobot badan ditimbang. Pencegahan penyakit dilakukan melalui

sanitasi dan vaksinasi serta pemberian vitachick untuk mencegah stress.

Pengambilan data dilakukan dengan mengambil sample ekskreta menggunakan

metode total koleksi selama 4 hari. Selama total koleksi, ransum dicampur Fe2O3.

Penampungan ekskreta dilakukan dengan nampan karton yang sudah dilapisi

pastik di bagian bawah kandang. Ekskreta yang telah terkumpul dicampur dengan

HCL 0,1 N setiap 4 jam untuk mencegah penguraian N. Sampel ekskreta kering

ditimbang selanjutnya dihomogenkan. Sampel ekskreta yang telah homogen

kemudian dianalisis dengan metode Kjeldahl.

Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kecernaan protein,

rasio efisiensi protein dan pertambahan bobot badan. Rumus perhitungan sebagai

berikut :

Kecernaan protein kasar (%) =

protein kasar ransum terkonsumsi−protein kasar fesesprotein kasar ransum terkonsumsi

x100%(Wahju, 1997)

Rasio Efisiensi protein (%) = pertambahan bobot badan (g) x 100% Konsumsi Protein (g)

(Sidadolog dan Yuwanta, 2009)

P

ertambahan Bobot Badan = bobot badan akhir – bobot badan awal

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian menggunakan rancangan RAL pola split plot 3 x 2 dengan 5

ulangan, faktor utama sebagai main plot adalah lama pencahayaan dan faktor

Page 8: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

8

kedua sebagai sub plot adalah porsi pakan berbeda, perlakuan dalam penelitian

sebagai berikut:

Main plot : T1 = Pencahayaan intermiten 2 jam terang : 2 jam gelapT2 = Pencahayaan 4 jam pada malam hariT3 = Pencahayaan 6 jam pada malam hari

Sub plot : R1 = PorsiPakan 40% siang dan 60% malamR2 = PorsiPakan 30% siang dan 70% malam

Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan program SAS, apabila

ada pengaruh nyata (p<0,05) antar perlakuan dilakukan uji wilayah ganda Duncan

pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993). Model matematis yang digunakan sebagai

berikut:

Y ijk=μ+ρk +α i+δ ik+β j+(αβ )ij+εijk

Keterangan :

Yijk = Rasio efisiensi protein dan retensi nitrogen pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf ke-i dari faktor lama pencahayaan dan taraf ke-j dari pemberian porsi ransum berbeda.

µ = Nilai rataan umum.ρk = Pengaruh ulangan.αi = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor lama pencahayaan.δ ik = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari lama pencahayaan

dalam kelompok ke-k (galat petak utama).βj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor pemberian porsi ransum berbeda.(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari lama pencahayaan dan taraf ke-j

dari pemberian porsi ransum berbeda.εijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf

ke-i faktor lama pencahayaan dan taraf ke-j pemberian porsi ransum berbeda (galat anak petak).

Hipotesis Statistik

Pengaruh interaksi penggunaan protein akibat pemberian porsi ransum

berbeda dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler yaitu:

H0 : (AB)ij = 0 untuk (i=1,2) (j=1,2,3) (Tidak terdapat interaksi pemberian porsi

ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada

ayam broiler)

Page 9: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

9

H1 : minimal ada satu (AB)ij ≠ 0 (minimal ada satu interaksi pemberian porsi ransum

dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada ayam

broiler)

Bila F hitung < F tabel dengan α = 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak.

Bila F hitung ¿ F tabel dengan α = 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecernaan Protein

Hasil analisis kecernaan protein akibat pembatasan porsi ransum

dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler dapat dilihat pada

Tabel 2. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata

(P>0,05) interaksi perlakuan lama pencahayaan dengan pemberian porsi pakan

berbeda terhadap kecernaan protein. Demikian pula faktor pencahayaan dan

pemberian porsi pakan secara mandiri tidak mempengaruhi kecernaan protein.

Tabel 2. Kecernaan Protein Ayam Broiler

Pembatasan Lama Pencahayaan Rerata ------------- (%) ------------

T1 T2 T3 R1 67,03 66,53 73,67 69,08

R2 68,54 66,50 74,12 69,72

Rata-rata 67,79 66,51 73,90

Kecernaan protein dipengaruhi oleh konsumsi protein. Nilai konsumsi

protein yang tidak berbeda nyata menyebabkan hasil yang sama terhadap

kecernaan protein. Pemberian porsi ransum dan lama pencahayaan dimaksudkan

agar ternak dapat mengkonsumsi ransum lebih banyak pada malam hari kemudian

beristirahat sehingga nutrien yang masuk dapat dicerna maksimal oleh enzim

dalam saluran pencernaan tetapi karena konsumsi protein (T1: 26,01; T2: 30,15;

T3: 32,52; R1: 29,33; R2: 29,79) ransum sama pada semua perlakuan

menyebabkan nilai kecernaan tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pendapat

Tillman et al. (1991) bahwa tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada

Page 10: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

10

kandungan protein ransum dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran

pencernaan.

Rasio Efisiensi Protein

Hasil analisis rasio efisiensi protein akibat pemberian ransum berbeda

dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler dapat dilihat pada

Tabel 4. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi

perlakuan lama pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda terhadap rasio

efisiensi protein. Faktor pencahayaan dan pemberian porsi ransum secara mandiri

juga tidak mempengaruhi rasio efisiensi protein.

Tabel 3. Rasio Efisiensi Protein Ayam Broiler

Pembatasan Lama Pencahayaan Rerata ------------- (%/ekor/hari) ------------

T1 T2 T3R1 3,84 3,84 3,98 3,89R2 3,85 3,78 3,87 3,84

Rata-rata 3,84 3,81 3,93  

Rasio efisiensi protein dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan

dibagi konsumsi protein (Sidadolog dan Yuwanta, 2009). Nilai rasio efisiensi

protein menunjukkan efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan.

Pemberian porsi ransum yang lebih banyak pada malam hari dan lama

pencahayaan yang berbeda dapat meningkatkan kecernaan nutrien dalam saluran

pencernaan termasuk protein. Sintesa protein untuk pertumbuhan salah satunya

dipengaruhi oleh nitrogen yang terserap. Kecernaan protein yang tidak berbeda

nyata menyebabkan nitrogen yang diserap relatif sama sehingga pengaruh yang

diberikan terhadap rasio efisiensi protein juga sama. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wahju (1997) bahwa rasio efisiensi protein digunakan untuk menguji

keefektifan protein ransum yang berarti bahwa kalau nilai rasio efisiensi

proteinnya sudah secara nyata menurun berarti efektifitas penggunaan protein

ransum juga sudah menurun atau rendah. Faktor yang mempengaruhi rasio

efisiensi protein yaitu konsumsi energi (R1: 464,26 dan R2: 471,61). Energi yang

Page 11: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

11

dikonsumsi merupakan fasilitator untuk mensintesis protein yang dibantu oleh

aktivitas enzim.

Pertambahan Bobot Badan

Hasil analisis pertambahan bobot badan akibat pemberian ransum berbeda

dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler dapat dilihat pada

Tabel 3. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi

perlakuan lama pencahayaan dengan pemberian porsi pakan berbeda terhadap

pertambahan bobot badan. Pengaruh yang tidak nyata ditunjukkan oleh faktor

pencahayaan, tetapi terdapat pengaruh nyata faktor pemberian porsi ransum

berbeda terhadap pertambahan bobot badan.

Tabel 4. Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler

Pembatasan Lama Pencahayaan Rerata----------- (gr/ekor/hari) ------------

T1 T2 T3 R1 62,34 60,44 62,91 61,90a

R2 62,61 57,92 62,56 61,03a

Rata-rata 62,76a 59,18b 62,45a  

Terdapat pengaruh nyata dari faktor lama pencahayaan T2 lebih baik dari

pada T1 dan T3. Menurut Lewis dan Gous (2007) pembatasan cahaya bertujuan

memberikan kesempatan bagi broiler untuk beristirahat dari aktivitas makan

untuk mendukung proses pencernaan didalam tubuh sehingga akan berlangsung

secara optimal dan mengurangi pengeluaran energi. Ayam broiler yang diperlihara

dengan periode gelap lebih panjang menunjukkan kesehatan yang lebih baik dan

mortalitas rendah dibanding ayam broiler yang periode gelapnya lebih pendek.

Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon melatonin

secara normal. Menurut Apeldoorn et al. (1999) Melatonin merupakan hormon

yang disekresikan dari kelenjar pineal yang terlibat dalam proses ritme harian

suhu tubuh, beberapa fungsi essensial metabolisme tunuh terkait dengan konsumsi

pakan dan pencernaan serta sekresi beberapa limphokines yang terkait dengan

sistem kekebalan. Lama pencahayaan yang tepat dapat memberikan waktu

Page 12: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

12

istirahat dan rasa nyaman bagi ayam broiler sehingga ransum yang dikonsumsi

dapat dicerna dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Page 13: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

13

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan lama

pencahayaannya pada malam hari menghasilkan pertambahan bobot badan yang

lebih baik, tetapi kecernaan dan efisiensi protein memberikan hasil yang sama

begitu pula dengan faktor pembatasan porsi ransum.

SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut

dengan pencahayaan dan pembatasan porsi ransum yang lebih bervariasi sehingga

bisa diketahui pengaruhnya yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Apeldoorn, E.J., J.W. Schrama, M.M. Mashaly and H.K. Johnson, R.W. 1997.

Page 14: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

14

Inhibition of growth by proParmentier,1999. Effect of melatonin and lightingscheduleon energy metabolism in broiler chickens.Poult.Sci., 78: 223-229.

Classen, H. L. 2004. Day Length Effects Performance, Health and Condemnationsin Broiler Chicken. Proceeding of the Australian. University of Sydney.

Hamidi, B. 2006. Perlunya Broiler dipuasakan. Buletin CP. Edisi April N0. 76/ tahun VII.

Iskandar, S. 2002. Pertumbuhan dan perkembangan karkas ayam silangan kedu x arab pada dua sistem pemberian ransum. J. Ilmu Ternak Vet. 10(4): 253-259.

Kusnadi E. 2006. Suplementasi vitamin c sebagai penangkal cekaman panaspada ayam broiler. J. Ilmu Ternak Vet. 11(4):249-253.

Lewis, P. D. and Gous, R. M. 2007. Broilers perform better on short or step-up photoperiods. South Afr. J. Anim. Sci. 37 (2): 90-96.

Nova, K. 2005. Pengaruh perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam hari terhadap performans broiler strain cp 707. Anim. Prod. 10 (2): 117-121.

Oyedeji, J. O. and J. O. Atteh. 2005. Effects of nutrient density and photoperiod on the performance and abdominal fat of broilers. Int. J. Poult. Sci. 4 (3): 149-152.

Sidadolog, J.H.P. dan T. Yuwanta. 2009. Pengaruh konsentrasi protein-energipakan terhadap pertambahan berat badan, efisiensi energi dan efisiensi protein pada masa pertumbuhan ayam merawang. J. Anim. Prod. 11(1): 15-22.

Tillman, A. D. H. Tartadi S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosokojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Zulkifi, I., M.T. Norma., D.A, Israf and A.R. Omar. 2000. The effect of early feed restriction on subsequent response to high enviromental temperatures in female broiler chickens. Poult. Sci. 79: 1401-1407.

Page 15: seminar lama pencahayaan dan pemberian porsi ransum berbeda pada broiler

15