12

Semangat Gotong Royong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semangat Gotong Royong. Sumber Ajaran Nilai – Nilai Pancasila. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Semangat Gotong Royong

Nilai – Nilai Pancasila bukan di ambil dari nilai – nilai bangsa asing namun merupakan refleksi kepribadian bangsa yang bersumber pada Tata Nilai Agama dan Tata Nilai Budaya yang tumbuh dan berkembang di Nusantara sejak Bangsa Indonesia ada.

Maka pada hakekatnya melestarikan dan melaksanakan tata nilai Budaya berarti juga melestarikan dan melaksanakan Nilai – Nilai yang terkandung dalam Pancasila

Tata Nilai Budaya mengajarkan mengenai kebijakan, kebaikan, kebenaran, dan keindahan.

Sumber Ajaran Nilai – Nilai Pancasila

Tata Nilai Budaya Kegotong Royongan dalam Budaya Jawa Yogyakarta terungkap pada falsafah dan berbagai ujaran.

• Falsafah Golong Gilig• Ujaran sabaya mati, sabaya mukti• Ujaran saiyek saéka kapti• Ujaran sepi ing pamrih, ramé ing gawé

falsafah golong – gilig

Makna yang lebih dalam lagi dari falsafah Golong-Gilig ini adalah Manunggaling Kawula Gusti. Kawula berarti Rakyat dan Gusti berarti Raja (pimpinan), atau Kawula yang berarti Raja (pimpinan) dan Gusti yang berarti Tuhan Sang Pencipta. Manunggaling Kawula (Rakyat) dengan Raja (Pemerintah) diwujudkan dengan Gotong Royong, Rakyat percaya kepada pemerintah dan mendukung kebijakan pemerintah serta pemerintah harus melindungi, mengayomi, dan membimbing rakyatnya.

Hidup bersama dalam masyarakat dituntut adanya solidaritas atau kesetiakawanan sosial antar anggota masyarakat, baik dalam keadaan senang maupun susah (sabaya mati, sabaya mukti).

sabaya mati, sabaya mukti

saiyek saéka kapti

Satu sama lain harus tolong-menolong, bantu-membantu, sehingga setiap permasalahan yang timbul dapat dihadapi dan diselesaikan secara lebih ringan dan memadai. Terlebih lagi, dalam menangani urusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama, antar anggota masyarakat hendaknya seia-sekata, bekerja sama, bergotong-royong bahu-membahu (saiyek saéka kapti) merampungkan urusan bersama dengan sebaik-baiknya.

sepi ing pamrih, ramé ing gawé

Bahkan, demi kepentingan umum, orang janganlah berhitung-hitung akan imbalan bagi pekerjaan yang dilakukannya (sepi ing pamrih, ramé ing gawé) karena bekerja demi kepentingan umum itu merupakan wujud keutamaan tugas yang harus diemban manusia sebagai makhluk Tuhan dalam rangka memperindah dan menjaga kelestarian dunia (hamemayu hayuning bawana), agar dunia senantiasa dapat memberi perasaan aman dan damai (ayom ayem) bagi penghuninya.

Kegotongroyongan dalam Lintasan Sejarah

• Kegotong royongan masyarakat dengan Pangeran Mangkubumi (HB I) dalam melawan Belanda di peringati dengan Tugu Golong Gilig

• SO I Maret : merupakan wujud nyata kegotongroyongan antara masyarakat, tentara, pemerintah RI, dan Kraton waktu itu dalam mempertahakan NKRI

• Perjuangan dalam mempertahankan NKRI tersebut pada masa orde baru di peringati juga sebagai Hari Kesetiakawanan Nasional karena menggambarkan kegotongroyongan antara Rakyat Yogyakarta yang mau menerima dan membantu pengungsi (tentara dan rakyat) dari Jawa Barat akibat perjanjian Linggar Jati ke Yogyakarta

Wujud Gotong Royong dalam Masyarakat

• Merti Desa, Bersih Desa• Upacara Adat• Nyumbang• Jagong Bayen, Jenguk Orang Sakit, Layatan• Sumbangan Pembaca KR untuk Gempa Bumi, Bencana

Merapi, Orang Sakit, dll• Relawan Gempa Bumi 2007• Donor Darah

Peran Pemerintah

Merevitalisasi dan Meaktualisasi semangat tata nilai kegotong royongan melalui :

1. Berbagai macam Sarasehan agar semangat kegotongroyongan ini terinternalisasi, hidup dalam laku keseharian masyarakat

2. Penerbitan Perda Nomer 4 Tahun 2011 tentang Tata Nilai Budaya Jawa Yogyakarta

3. Menerapkan dalam proses Pembangunan : kegotong royongan dalam menyusun perencanaan pembangunan (musrenbang), kegotongroyongan dalam pelaksanaan pembangunan (Posyandu, Rekonstruksi Gempa 2007, Rekonstruksi Pasca Bencana Merapi, Program Pemerintah Kota Yogyakarta Segoro Amarto : Semangat Gotong Royong Agawe Majuning Yogyakarta)

maturnuwun