9
SELULAR KEMATIAN Jika pengaruh buruk pada sebuah sel cukup hebat atau terus berlangsung cukup lama, maka sel akan mencapai suatu titik hingga sel tidak lagi dapat mengompensasi dan tidak dapat melanjutkan metabolisme. Pada beberapa poin hipotetik yang tidak dapat dibantah, proses-proses tersebut menjadi ireversibel,dan sel praktis mati. Pada hipotetik kematian cepat ini, sewaktu sel benar-benar mecapai titik yang tidak dapat balik, secara morfologis tidak mungkin mengenali apakah sel tersebut sudah mati secara ireversibel. Namun, jika sekelompok sel yang sudah mencapai keadaan ini masih tetap tinggal di dalam hospes yang hidup bahkan selama beberapa jam saja, terjadi hal-hal tambahan yang memungkinkan untuk mengenali apakah sel-sel atau jaringan tersebut sudah mati. Semua sel memiliki bebagai enzim di dalamnya, banyak diantaranya bersifat litik. Sewaktu sel hidup, enzim-enzim ini tidak menimbulkan kerusakan pada sel, tetapi enzim-enzim ini dilepaskan pada saat sel ati, dan mulai melarutkan berbagai unsur selular. Selain itu, pada saat sel mati berubah secara kimiawi, jaringan hidup yang tepat di

SELULAR KEMATIAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

seluler kematian

Citation preview

SELULAR KEMATIAN

Jika pengaruh buruk pada sebuah sel cukup hebat atau terus berlangsung cukup lama, maka sel akan mencapai suatu titik hingga sel tidak lagi dapat mengompensasi dan tidak dapat melanjutkan metabolisme. Pada beberapa poin hipotetik yang tidak dapat dibantah, proses-proses tersebut menjadi ireversibel,dan sel praktis mati. Pada hipotetik kematian cepat ini, sewaktu sel benar-benar mecapai titik yang tidak dapat balik, secara morfologis tidak mungkin mengenali apakah sel tersebut sudah mati secara ireversibel. Namun, jika sekelompok sel yang sudah mencapai keadaan ini masih tetap tinggal di dalam hospes yang hidup bahkan selama beberapa jam saja, terjadi hal-hal tambahan yang memungkinkan untuk mengenali apakah sel-sel atau jaringan tersebut sudah mati. Semua sel memiliki bebagai enzim di dalamnya, banyak diantaranya bersifat litik. Sewaktu sel hidup, enzim-enzim ini tidak menimbulkan kerusakan pada sel, tetapi enzim-enzim ini dilepaskan pada saat sel ati, dan mulai melarutkan berbagai unsur selular. Selain itu, pada saat sel mati berubah secara kimiawi, jaringan hidup yang tepat di sebelahnya memberikan respons terhadap perubahan-perubahan itu dan menimbulkan reaksi peradangan akut. Bagian dari reaksi yang terakhir ini adalah pengiriman banyak leukosit atau sel darah putih ke daerah tersebut, dan sel-sel leukosit ini membantu pencernaan sel-sel yang sudah mati. Jadi, karena enzim-enzim pencernaan tersebut atau sebagai akibat proses peradangan, maka sel-sel yang sudah mencapai titik yang tidak dapat balik tersebut mulai mengalami perubahan morfologik yang dapat dilihat. Bila sebuah sel, sekelompok sel, atau jaringan pada pejamu yang hidup diketahui mati, maka sel atau jaringan tersebut disebut nekrotik. Dengan demikian nekrosis merupakan kematian sel lokal. Perubahan Morfologik pada Nekrosis

Umumnya, walaupun perubahan-perubahan lisis yang terjadi dalam jaringan nekrotik dapat melibatkan sitoplasma sel, perubahan-perubahan paling jelas bermanifestasi pada inti, menunjukkan kematian sel. Secara tipikal, inti sel yang mati akan menyusut, memiliki batas yang tidak teratur, dan bewarna gelap dengan zat warna yang bisa digunakan oleh para ahli patologi. Proses ini dinamakan piknosis, dan inti disebut piknotik. Kemungkinan lain, inti dapat hancur, dan membentuk fragmen-fragmen materi kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut sebagai karioreksis. Akhirnya, pada beberapa keadaan, inti sel-sel yang mati tidak dapat diwarnai lagi dan benar-benar hilang, proses ini di sebut sebagai kariolisis.Tampilan morfologik jaringan nekrotik bervariasi, bergantung pada hasil aktivitas litik di dalam jaringan mati. Jika aktivitas enzim-enzim litik dihambat oleh kondisi-kondisi lokal, sel-sel nekrotik akan mempertahankan bentuk dan jaringan akan mempertahankan ciri-ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Jenis nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif dan terutama sering dijumpai jika nekrosis disebabkan oleh hilangnya suplaii darah. Umumnya, nekrosis koagulatif merupakan jenis nekrosis yng paling sering dijumpai. Pada beberapa keadaan, jaringan nekrotik secara bertahap mengalami pencairan akibat kerja enzim; proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Keadaan ini tampaknya terjadi di daerah otak yang nekrotik, dan akibatnya secara harafiah adalah adanya sebuah lubang di dalam otak yang terisi cairan. Pada keadaan-keadaan lain, sel-sel nekrotik itu hancur, tetapi pecahan-pecahan sel yang terbagi menjadi fragmen-fragmen halus itu tetap berada di daerah ini selama berbulan-buan atau bahkan bertahun-tahun, hampir tidak dapat dicerna. Nekrosis jenis ini disebut nekrosis kaseosa karena jika dilihat secara makroskopik daerah yang terkena tampak seperti keju yang hancur. Keadaan standar yang menimbuulkan nekrosis kaseosa adalah tuberkulosis, walaupun jenis nekrosis ini dapat ditemukan pada banyak keadaan lain.Keadaan lokal khusus tertentu dapat menimbulkan nekrosis jenis lain. Gangren didefinisikan sebagai nekrosis koagulatif, biasanya oleh berkurangnya suplai darah, disertai pertumbuhan bakteri saprofit berlebihan. Gangren terjadi di jaringan nekrotikyang terpajan bakteri hidup. Keadaan ini sering terjadi pada ekstremitas atau pada segmen usus yang menjadi nekrotik. Jaingan yang mengerut, berwarna hitam didaerah gangren pada ekstremitas sering digambarkan sebagai golongan gangren kering,sedangkan daerah bagian dalam yang tidak dapat kering disebut gangren basah. Pada kedua keadaan ini proses melibatkan pertumbuhan bakteri saprofit diatas jaringan nekrotik. Jaringan adiposa yang nekrotik merupakan kasus khusus lain. Jika sistem saluran pankreas mengalami ruptur, baik akibat trauma atau perjalanan penyakit pankreas yang spontan, enzim-enzim pankreatik yang biasanya mengalir didalam dutus dapat keluar ke jaringan disekitarnya. Sekresi pankreas mengandung banyak enzim hidrolisis yang kuat, termasuk lipase yang memecah lipid dari jaringan adiposa. Jika pemecahan ini terjadi, maka asam-asam lemak dibentuk oleh kerja enzimatik dan asam-asam lemak ini digabungan dengan cepat dengan kation (misal, ion-ion kalsium) di daerah itu, menimbulkan deposit-deposit sabun. Nekrosis lemak enzimatik (atau pankreatik) secara luas terbatas di rongga abdomen, karena daerah ini merupakan daerah yang terpajan dengan kebocoran enzim-enzim pankreas. Jika jaringan adiposa di tempat lain menjadi nekrotik, lipid yang keluar dari sel-se mati dapat menimbulkan respons peradangan, tetapi tidak ada pembentukan endapan-endapan kuning berkapur yang khas untuk nekrosis leat enzimatik.

Pengaruh NekrosisPengaruh nekrosis yang paling jelas adalah hilagnya fungsi pada daerah yang mati. Jika jaringan nekrotik merupaan fraksi kecil sebuah organ dengan cadangan yang besar (misal, ginjal), maka tidak terdapat pengaruh fungsional pada tubuh, sedangakan jika daerah nekrosis merupakan bagian di otak, maka dapat mengakibatkan defisit neurologik berat atau bahkan kematian. Selain itu, pada beberapa keadaan, daerah nekrotik dapat menjadi fokus infeksi yang merupakan medium pembiakanyang sangat baik bagi pertumbuhan organisme tertentu yang kemudian dapat menyebar ke tempat lain di dalam tubuh. Bahkan tanpa infeksi pun, adanya jaringan nekrotik di dalam tubuh dapat mencetuskan perubahan sistemik tertentu (misal, demam), peningkatan jumlah leukosit didalam sirkulasi, dan berbagai gejala subjektif. Akhirnya, enzim-enzim yang dikandung di dalam jaringan nekrotik sering bocor didalam aliran darah seiring dengan matinya sel dan meningkatnya permeabilitas membran sel. Menganalisis spesimen darah dan menentukan kadar berbagai enzim seperti kreatinin fosfokinase (CPK), laktat dehidrogenase (LDH), atau aspartat aminotransferase (AST), mungkin dapat dilakukan. Kemudian, peningkatan salah satu enzim atau enzin lain dapat menunjukan bahwa pasien memiliki daerah nekrosis yang tersembunyi jaug didalam jaringan. Prinsip ini menimbulkan bidang diagnostik yang enting, enzimologi klinis.

Apoptosis Kematian Sel yang Terprogram

Pada tahun belakangan ini, dikenal pola lain kematian sel yang disebut apoptosis. Bentuk kematian sel ini sebenarnya diprogram oleh inforasi genetik yang telah ada di dalam sel, dengan aktivasi gen atau pelepasan beberapa proses dari inhibisi normal mencetuskankejadian-kejadian yang menyebabkan kematian sel. Berbagai stimulus pencedera ekstrinsik dapat mencetuskan apoptosis, tetapi apopotosis dapat juga merupakan bagian dari hubungan fisiologik dari populasi sel. Proses tersebut biasanya melibatkan sel-sel tunggal atau kelompok-kelompok beberapa sel, dan seiring dengan sel-sel tersebut mati, sel-sel tersebut membentuk fragmen menjadi potongan-potongan yang terikat membran yang dengan cepat difagositosis oleh sel-sel disebelahnya atau oleh magrofag. Proses tersebut secara morfologis tidak nyata, dengan sedikit atau tidak ada sama sekali respons peradangan jelas yang diamati bersamaan dengan berbagai pola nekrosis.Kematian sel yang terprogram atau apoptosis diperlukan untuk perkembangan yang benar seperti pada mitosis. Contoh-contoh meliputi berikut ini: (1) pembentukan jari-jri tanggan dan kaki pada janin meliputi pembuangan oleh apoptosis pada jaringan diantara jari-jari tersebut; (2) pengelupasan endometrium pada saat awal menstruasi terjadi akibat apoptosis dan; (3) pembentukan hubungan yang sesuai (sinaps) diantara neuron didalam otak memerlukan penghilangan kelebihan sel oleh apoptosis.Kematian sel yang terprogram juga diperlukan untuk menghancurkan sel-sel yang merupakan ancaman bagi integritas organisme, seperti berikut ini: (1) sel-sel terinfeksi oleh virus; (2) ael-ael sistem imun; (3) sel-sel dengan kerusakan DNA; dan(4) sel-sel kanker. Salah satu metode pembunuhan sel-sel yang terinvesi oleh sel-sel T sitotoksis adalah dengan menginduksi apoptosis. Beberapa virus juga meningkatkan balasan untuk menghalangi apoptosis. Seiring dengan semakin berkurangnya respons imun yang dimediasi sel, sel-sel T sitotoksik saling menginduksi apoptosis satu sama lain dan bahkan pada sel-sel itu sendiri untuk menghindri serangan pada bagian tubuh.