SELEKSI UNTUK MENYIAPKAN BIBIT JANTAN DOMBA BATUR DI KECAMATAN BATUR, KABUPATEN BANJARNEGARA

  • Upload
    arifgii

  • View
    439

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Domba batur merupakan domba lokal Indonesia yang sebaran asli geografis di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Domba batur telah dibudidayakan secara turun-temurun sejak tahun 1974 sehingga menjadi salah rumpun domba lokal Indonesia yang mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan (Kementrian Pertanian, 2011).Populasi ternak domba di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 sebanyak 107.272 ekor. Dari populasi tersebut sejumlah 17.349 ekor merupakan Domba Batur yang merupakan domba unggul khas Banjarnegara. Sedangkan sebanyak 3.692 ekor terdapat di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, yang terdiri dari 3.384 ekor jantan dan 9.395 ekor betina (dewasa) serta 1.177 ekor jantan dan 3.064 ekor betina (muda dan anak). Pada umumnya Domba Batur yang dipelihara di Kecamatan Batur dipelihara oleh peternak kecil (non kelompok) dan secara berkelompok dengan jumlah ternak, jumlah anggota keluarga, lama beeternak, pendidikan, luas lahan dan curahan jam kerja yang bervariasi (Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2006).Kebutuhan akan daging saat ini sangat mendesak, untuk hal itu perlu upaya pemanfaatan ternak semaksimal mungkin. Temak domba salah satu di antara jenis ternak yang dapat dimanfaatkan daiam memenuhi kebutuhan daging. Akan tetapi banyak kendala dihadapi untuk memenuhi target tersebut, diantaranya tingkat reproduksi yang tidak sesuai harapan. Kegagalan reproduksi dapat terjadi tidak hanya dari aspek betina akan tetapi dari aspek pejantan pun sering terjadi. Kegagalan reproduksi berarti kegagalan terhadap reproduksi ternak, karena organ reproduksi yang berfungsi baik merupakan hal utama dalam menentukan keberhasilan ternak (O'Shea, 1983).Seleksi adalah suatu proses memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Ternak hasil seleksi akan dipelihara, sedangkan ternak-ternak yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan disingkirkan. Dalam melakukan seleksi, tujuan seleksi harus ditetapkan terlebih dahulu, misal pada ayam, tujuan seleksi ingin meningkatkan reproduktifitas domba batur jantan.

Citation preview

TUGAS TERSTRUKTUR ILMU PEMULIAAN TERNAK SELEKSI UNTUK MENYIAPKAN BIBIT JANTAN DOMBA BATUR DI KECAMATAN BATUR, KABUPATEN BANJARNEGARAOLEH : PUGUH BUDI SANTOSO NIM. P2DA10013 Purwasaba RT 02 RW 03 Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara Kode Pos 53473 Telepon. 08565 2611 916 E-mail : [email protected] STUDI ILMU PETERNAKANPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011 ABSTACT Domba Batur is a local sheep original Indonesia are spread geographically in Banjarnegara regency, Central Java Province. Sheep shelf has been cultivated for generations since 1974 to become one of the local sheep Indonesia clumps that have a physical form and composition uniformity of the genetic and adaptability as well in limited environments. Testis is the primary male reproductive organs and major impact on livestock production. one of the criteria determined by the success of livestock production in the males fertilize the parent to obtain offspring. Reproductive performance is one of the factors that determine productivity. Activity of male livestock productivity can be measured based on the scrotum, scrotum because the circle has a close relationship with the weight of the testes. By knowing the size of the scrotum can be expected to have the quantity and quality of sperm is good. Selection Domba Batur with testicular circumference characteristics have R amount of: 0.57; 0.04 and 0.14, and G, respectively for: 0.38: 0.03: 0.11 , which showed an increase in testicular circumference of 0.57 cm (generation I); 0.04 cm (generation II) and 0.14 cm (generation III) as well as the increase in testicular circumference of 0.38; 0.03; 0.11 cm. G value will be greater if h2 can also be enlarged by adding a record, but will add time. So Gis proportional to S because the generation interval value is fixed, and the only one who can change G is diverensial Selection (S). Key word : Sheep, Batur, SelectionABSTRAKDomba batur merupakan domba lokal Indonesia yang sebaran asli geografis di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Domba batur telah dibudidayakan secara turun-temurun sejak tahun 1974 sehingga menjadi salah rumpun domba lokal Indonesia yang mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan. Testis merupakan alat reproduksi jantan yang utama dan besar pengaruhnya terhadap produksi ternak. salah satu kriteria produksi temak ditentukan oleh keberhasilan pejantan dalam membuahi induk untuk memperoleh keturunan. Performa reproduksi merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitasnya. Aktifitas produktivitas ternak jantan dapat diukur berdasarkan skrotum, karena lingkaran skrotum mempunyai hubungan dekat dengan berat testes. Dengan mengetahui besarnya skrotum dapat diharapkan memiliki kuantitas dan kualitas sperma yang baik.Seleksi Domba Batur dengan karakteristik lingkar testis terrnyata mempunyai respon seleksi per generasi secara berturut turut sebesar : 0,57 ; 0,04 dan 0,14, serta G secara berturut-turut sebesar : 0,38; 0,03; 0,11, yang menunjukan kenaikan lingkar testis di setiap generasi sebesar 0,57cm (Generasi I); 0,04 cm (Generasi II) dan 0,14 cm (Generasi III) serta kenaikan lingkar testis pergenerasi pertahun sebesar 0,38; 0,03; 0,11cm. Nilai G akan semakin besar apabila h2 bisa diperbesar pula dengan cara menambah catatan, tetapi akan menambah waktu. Sehingga G berbanding lurus dengan S karena Interval generasi nilainya tetap, dan satu satunya yang bisa merubah G adalah Seleksi diverensial (S). Kata Kunci: Domba, Batur, SeleksiI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Domba batur merupakan domba lokal Indonesia yang sebaran asli geografis di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Domba batur telah dibudidayakan secara turun-temurun sejak tahun 1974 sehingga menjadi salah rumpun domba lokal Indonesia yang mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan (Kementrian Pertanian, 2011). Populasi ternak domba di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 sebanyak 107.272 ekor. Dari populasi tersebut sejumlah 17.349 ekor merupakan Domba Batur yang merupakan domba unggul khas Banjarnegara. Sedangkan sebanyak 3.692 ekor terdapat di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, yang terdiri dari 3.384 ekor jantan dan 9.395 ekor betina (dewasa) serta 1.177 ekor jantan dan 3.064 ekor betina (muda dan anak). Pada umumnya Domba Batur yang dipelihara di Kecamatan Batur dipelihara oleh peternak kecil (non kelompok) dan secara berkelompok dengan jumlah ternak, jumlah anggota keluarga, lama beeternak, pendidikan, luas lahan dan curahan jam kerja yang bervariasi (Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2006). Kebutuhan akan daging saat ini sangat mendesak, untuk hal itu perlu upaya pemanfaatan ternak semaksimal mungkin. Temak domba salah satu di antara jenis ternak yang dapat dimanfaatkan 1daiam memenuhi kebutuhan daging. Akan tetapi banyak kendala dihadapi untuk memenuhi target tersebut, diantaranya tingkat reproduksi yang tidak sesuai harapan. Kegagalan reproduksi dapat terjadi tidak hanya dari aspek betina akan tetapi dari aspek pejantan pun sering terjadi. Kegagalan reproduksi berarti kegagalan terhadap reproduksi ternak, karena organ reproduksi yang berfungsi baik merupakan hal utama dalam menentukan keberhasilan ternak (O'Shea, 1983). Seleksi adalah suatu proses memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Ternak hasil seleksi akan dipelihara, sedangkan ternak-ternak yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan disingkirkan. Dalam melakukan seleksi, tujuan seleksi harus ditetapkan terlebih dahulu, misal pada ayam, tujuan seleksi ingin meningkatkan reproduktifitas domba batur jantan. I.2 Masalah Upaya untuk mendapatkan tingkat kesuburan pada domba khususnya jantan tampaknya tidak saja dapat diamati secara mikroskopis untuk melihat kualitas spermatozoa, tetapi secara fenotipik ukuran tubuh atau ukuran testis tampaknya lebih praktis dan dapat dilakukan. Secara genetis seleksi terhadap ukuran testis pada jantan berpengaruh terhadap ovarium betina, sehingga seleksi terhadap jantan merupakan suatu cara yang praktis dalam 2meningkatkan reproduksi keturunan pada betina (Lee dan Land, 1985). Oleh karena itu ukuran testis dapat dijadikan kriteria seleksi untuk sifat reproduksi, selain itu ukuran testis mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Nilai heritabilitas diameter testis diperoleh nilai berkisar 0,30 - 0,60 pada domba, pada sapi perah 0,67 0,10 dan pada sapi daging antara 0,40 -0,69 (Kilgoure et al., 1985). Testis merupakan alat reproduksi jantan yang utama dan besar pengaruhnya terhadap produksi ternak. salah satu kriteria produksi temak ditentukan oleh keberhasilan pejantan dalam membuahi induk untuk memperoleh keturunan. Performa reproduksi merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitasnya. Aktifitas produktivitas ternak jantan dapat diukur berdasarkan skrotum, karena lingkaran skrotum mempunyai hubungan dekat dengan berat testes. Dengan mengetahui besarnya skrotum dapat diharapkan memiliki kuantitas dan kualitas sperma yang baik. II. TUJUAN DAN MANFAATII.1 Tujuan Pelaksanaan program seleksi bertujuan untuk mengetahui Seleksi Domba Batur Jantan berdasarkan katrakteristik lingkar testis (reproduksi jantan) Di Kecamatan Batur. II.2 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi hasil seleksi 3Seleksi Domba Batur Jantan berdasarkan katrakteristik lingkar testis (reproduksi jantan) Di Kecamatan Batur.4III. TINJAUAN PUSTAKA3.1 Seleksi Seleksi Merupakan suatu proses memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Dengan seleksi, ternak yang mempunyai sifat yang diinginkan akan dipelihara, sedangkan ternak-ternak yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan disingkirkan.Seleksi sebagai kekuatan untuk mengubah frekuensi gen yang mengatur beberapa sifat kualitatif dan juga kuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak gen dimana pengaruh dari masingmasing gen biasanya tidak dapat dilihat (Warwick, et all. 1995). Seleksi dalam pemuliaan ternak menunjukkan keputusan yang diambil oleh para pemulia pada tiap generasi untuk menentukan ternak mana yang akan dipilih sebagai tetua pada generasi berikutnya dan mana yang akan disisihkan sehingga tidak memberikan keturunan, kemudian menentukan apakah beberapa dari individu-individu yang terpilih akan dibiarkan mempunyai beberapa keturunan saja. Fungsi seleksi adalah mengubah frekuensi gen. Dimana frekuensi gen-gen yang diinginkan akan meningkat, sedangkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan akan menurun. 3.2 Domba Batur5Domba batur mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun domba asli atau domba lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Deskripsi rumpun domba batur sebagai berikut: 1. Nama rumpun domba : domba batur 2. Asal-usul : merupakan hasil persilangan antara domba merino dengan domba ekor tipis dengan sebaran asli geografis di Kecamatan Batur dan sekitarnya, 3. Karakteristik domba batur : a. Sifat kualitatif (dewasa) : 1) warna : a) tubuh dominan : putih susu; b) bulu : putih; c) kulit tubuh : putih sampai kemerahan; d) hidung : putih; e) telinga : putih; f) ekor : putih; g) kuku : hitam. 2) bulu : berupa wol halus dan lebat yang hampir menutupi seluruh permukaan tubuh; 3) tanduk : jantan dan betina tidak bertanduk; 4) bentuk telinga : kecil mengarah ke samping; 5) garis muka : cembung; 6) garis punggung : lurus sampai agak cekung;67) bentuk ekor : kecil dan pendek dengan ujung ekor meruncing; 8) bentuk tubuh : besar dan panjang; 9) temperamen : tenang. b. Sifat reproduksi : 1) umur kawin pertama : 10 12 bulan 2) umur beranak pertama : 15 19 bulan 3) jumlah anak sekelahiran : 1 2 ekor 4) siklus berahi : 17 19 hari 5) lama berahi : 25 35 jam c. Sifat keindukan : baik 4. Wilayah sebaran : Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah (Kementrian Pertanian, 2011). Banyak pola pemuliaan domba pedaging yang telah dipublikasi. Yang akan di tampilkan sebagai contoh disini adalah pola Sire Reference Scheme. Pola in sekarang paling banyak dipakai untuk perbaikan mutu genetik nasional dibanyak negara karena sangat sederhana dan telah ditunjang oleh kemajuan dan perkembangan metoda analisis yang memungkinan untuk mengevaluasi genetik secara menyeluruh. Sebagai kunci untuk perbaikan mutu genetik adalah pejantan, karena pada umumnya pejantan bisa menghasilkan anak lebih banyak dari betina. Pejantan unggul dikawinkan di beberapa wilayah dan mempunyai banyak keturunan. Wilayah-wilayah disini bisa sebagai peternakan atau daerah yang lingkungannya mungkin berbeda. Pejantan disini dikatakan sebagai Genetic Link, atau penghubung genetik antar wilayah. Anak-anak pejantan kemudian dievaluasi. Dengan demikian, keunggulan pejantan 7teruji dari berbagai wilayah yang berbeda. Anak-anak yang mempunyai potensi genetik tinggi kemudian masuk ke nukleus untuk dikembangkan kembali sebagai bibit.Sumber : Simm and Wray (1991) Ilustrasi 1. Pola Pemuliaan Sire Reference Scheme pada Domba Sire reference scheme merupakan satu model pola pemuliaan dimana pejantan yang digunakan merupakan hasil seleksi berdasarkan kriteria yang sesuai dengan yang diharapkan, kemudian pejantan tersebut digunakan secara bergilir di kelompok kelompok betina. Anang (2003) mengemukakan bahwa model sire reference scheme cocok digunakan untuk model pola pemuliaan domba priangan. Dengan adanya genetic links antar kelompok, evaluasi genetik antar kelompok dan antar tahun bisa dilakukan dengan mempertimbangkan kelompok sebagai efek tetap, sehingga nilai pemuliaan dan performa ternak antar kelompok dapat diperbandingkan. 83.3Uji Zuriat (Uji Keturunan/Progeny Test) Sering suatu sifat hanya muncul pada salah satu jenis kelamin saja. misalnya reprodukrifitas domba batur. Keunggulan potensi genetik ternak jantan inilah yang digunakan untuk penaksiran potensi reproduksi domba batur. Pada umunya ternak jantan dapat mengawini banyak betina, sehingga bisa dilakukan Uji Zuriat. Ujl Zuriat adalah suatu uji terhadap seekor atau sekelompok ternak berdasarkan performan atau tampilan darl anak-anaknya Uji Zuriat lazim digunakan untuk evaluasi pejantan karena pejantan biasanya banyak menghaslikan keturunan Keberhaslian Uji Zuriat tergantung pada syaratsyarat sbb: 1) Pejantan diuji sebanyak-banyaknya (minimal 5-10 ekor tergantung jumlah anak yang dihasilkan); 2) Pengawinan pejantan dengan betina dilakukan secata acak untuk menghindari jantanjantan mengawini betina yang sangat bagus atau sangat jetek; 3) Jumlah anak per pejantan diusahakan sebanyak mungkln (minimal 10 anak per pejantan); 4) Jangan dilakukan seleksl terhadap anakanaknya sebelum uji selesai; 5) Anak-anaknya seharusnya diperlakukan sama untuk mempermudah memperbandingkan (Simm and Wray,1991).9IV. MATERI DAN METODEIV.1Materi Materi yang digunakan adalah domba batur yang diperoleh dari kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara. Jumlah domba batur yang digunakan sebanyak 100 ekor pejantan dan 500 ekor betina. Sex ratio 1:1, mortalitas 0%, semuanya lahir kembar. Heritabilitas umur 1 tahun 0,3 ( Wiener, 1994) dan repitabilitas 0.3 (Willis, 1991). Populasi selama program seleksi tetap dari tahun ketahun dan dilakukan seleksi selama 3 generasi. IV.2 Metode IV.2.1 Seleksi dan Perkawinan Populasi awal (F0) Domba Batur diseleksi berdasarkan Lingkar testis Hasil seleksi pada populasi awal domba batur (G0) kemudian dikawinkan dengan tujuan untuk memperbanyak populasi murni. Hasil keturunannya disebut populasi keturunan atau populasi anak (F1). Seleksi dilakukan dengan seleksi ternak jantan dengan mengukur lingkar testis.Adapun pengukuran Lingkar Testis (LT),yaitu mengukur bagian testis secara melingkar dari tengah tengah bagian testis saat berdiri. Alat ukur yang digunakan adalah pita ukur dalam satuan cm. IV.2.2 Peubah yang diamati Peubah yang diamati berupa ukuran testis (lingkar testis). Adapun pengukuran Lingkar Testis (LT),yaitu 10mengukur bagian testis secara melingkar dari tengah tengah bagian testis saat berdiri. Alat ukur yang digunakan adalah pita ukur dalam satuan cm.IV.2.3 Pendugaan nilai diferensial dan respon seleksi Apabila seleksi telah dilaksanakan, maka pendugaan respon seleksi menggunakan diferensial seleksi aktual. Penghitungannya dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R = h2 S Keterangan: R = Respon seleksi 2 h = Nilai heritabilitas S = Diferensial seleksi aktual yaitu selisih antara rataan fenotip dan populasi terseleksi dengan rataan fenotip populasi sebelum seleksi Asumsi asumsi yang digunakan: Pejantan : 100 ekor Induk : 500 ekor Heritabilitas : 0,3 Repitabilitas : 0,3 Deplesi :0% Sex ratio : 1:1 Interval generasi : 1,5 tahun Lingkar testis : 22,28 2,17 cm (Nataatmaja dan Arifin. 2008). 11Pengambilan data : umur calon pejantan 1 tahun Populasi tetap dari tahun ke tahun, ternak yang tidak ikut diseleksi akan dikeluarkan dari populasi. Ternak pengganti berasal dari anak.12V. PROYEKSI HASIL PENERAPAN TEKNOLOGI Tabel 1. Hasil Penghitungan Pejantan Terpilih NO TAG LKRTS NP 1 P088 24,22 0,629 2 P029 24,17 0,614 3 P066 24,07 0,585 4 P039 24,06 0,581 5 P049 24,04 0,574 6 P060 23,99 0,560 7 P080 23,93 0,541 8 P051 23,91 0,536 9 P083 23,88 0,528 10 P008 23,85 0,517 11 P065 24,3 0,195 12 P088 24,22 0,132 13 P029 24,17 0,091 14 Q071 24,21 0,032 15 Q055 24,21 0,032 16 Q016 24,2 0,031 17 Q034 24,2 0,030 18 Q083 24,2 0,030 19 Q029 24,19 0,029 20 Q097 24,19 0,028 21 R088 24,73 0,139 22 R043 24,73 0,136 23 R060 24,7 0,130 24 R062 24,7 0,130 25 R074 24,7 0,128 26 R093 24,69 0,127 27 R008 24,69 0,125 28 R097 24,68 0,121 29 R037 24,68 0,121 30 R036 24,62 0,104 Respon Seleksi S R G1,890,57 Rataan Tetua 24,010,110,380,120,04 Rataan Tetua 24,210,030,030,430,14 Rataan Tetua 24,690,030,1113Seleksi Domba Batur dengan karakteristik lingkar testis terrnyata mempunyai respon seleksi per generasi secara berturut turut sebesar : 0,57 ; 0,04 dan 0,14, serta G secara berturut-turut sebesar : 0,38; 0,03; 0,11, yang menunjukan kenaikan lingkar testis di setiap generasi sebesar 0,57cm (Generasi I); 0,04 cm (Generasi II) dan 0,14 cm (Generasi III) serta kenaikan lingkar testis pergenerasi pertahun sebesar 0,38; 0,03; 0,11cm. Nilai G akan semakin besar apabila h2 bisa diperbesar pula dengan cara menambah catatan, tetapi akan menambah waktu. Sehingga G berbanding lurus dengan S karena Interval generasi nilainya tetap, dan satu satunya yang bisa merubah G adalah Seleksi diverensial (S). V.1 Rincian Kegiatan 1. Menjalin kerjasama dengan Peternak domba batur dan pemerintan Kabupaten Banjarnegara khususnya Dinas Peternakan. Dengan tujuan menyeleksi domba batur yang ada di peternakan rakyat. Survei calon Induk Pejantan dan seleksi dengan Kriteria Lingkar Testis pada umur 1-2 tahun. 2. Melaksanakan Perkawinan untuk menghasilkan anak sebagai calon pejantan. rasio perkawinan 1:5, dengan sex rasio 1:1, mortalias diasumsikan 0% dan lahir kembar. Dengan demikian akan dihasilkan 500 anak jantan sebagai calon pejantan.143. Memelihara pejantan dan calon pejantan dengan pakan yang optimal untuk menjaga kualitas pejantan dan calon pejantan. Replacement Pejantan berasal dari anak yang telah di seleksi sesuai karakteristik yang mendekati karakteristik Induk jantan. Pemeliharaan dilakukan selama 3 generasi untuk mengetahui respon seleksi domba batur berdasarkan criteria lingkar testis. V.2 Lokasi Kegiatan Program seleksi Domba Batur dilakukan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.15VI.PRAKIRAAN BIAYA YANG DIBUTUHKAN1. Perawatan Kesehatan Bibit Domba Batur Asumsi : Bibit domba betina 500 ekor X @Rp 100.000/thn = Rp 50.000.000 Bibit idomba jantan 100 ekor X @Rp 200.000/thn= Rp 20.000.000 2. Pembelian Pakan Subsidi Untuk Peternak Domba Asumsi : Kebutuhan pakan Domba Jantan = 3,5 kg /ekor/hari = 3,5 x 100 ekor = 350 kg/hr Domba Betina = 3 kg/ekor/hari = 3 x 500 ekor = 1.500 kg/hr Harga pakan = Rp 3.000/kg Domba Jantan 350 kg/hrx 365x Rp 3.000 = Rp 383.250.000 Domba Betina 1.500 kg/hrx 365x Rp 3.000 = Rp1.642.500.000 3. Lain-lain Asumsi : Tenaga Pencari data (selama program) = Rp 10.000.000 Alat Kantor dan Alat ukur testis =Rp 2.000.000 Total biaya untuk pemeliharaan per tahun = Rp 2.107.750.00016DAFTAR PUSTAKAAnang A, Dudi and D Heriyadi. 2003. Characteristics and Proposed Genetic Improvement of Priangan Sheep in Small Holders. [research report]. Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University Jatinangor, West Java. Indonesia. Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara. 2006. Proposal Profil Domba Batur. Banjarnegara. Kilgour, R.J., L.W. Purvis, L.R. Piper and K.D. Atkinds, . 1985. Heritabilities of testis size and sexual behavior in males and their genetic correlations with measures of males reproduction In: Genetics Reproductions in Sheep. R.B. Land and D.W. Robinson (Eds.). Butterworths. 343-345. Lee, GX, and R.B. Land, 1985. Testis size and LH response to LH-RH as male criteria of female reproductive performance. In: Genetics of Female Reproduction in Sheep. R.B. Land and D,W. Robinson (Eds.). Butterworth. 333-341. Nataatmaja, D.M. dan J. Arifin. 2008.Karakteristik Ukuran Tubuh dan Reproduksi Jantan pada Kelompok Populasi Domba di Mabupaten Pandeglang dan Garut. Animal Production, September 2008;hlm.140-146. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung. O'Shea, T., 1983. Anatomy and Physiology. In: Tropical Sheep and Goat Production. T.N. Edey 17(Ed). Australian Universities International Development Program. Canberra. 47. Simm G and NR Wray. 1991. Sheep sire referencing schemes new opportunities for pedigree breeders and lamb producers. The Scottish Agricultural College Edinburgh, Scotland. Kementrian Pertanian. 2011. Penetapan Rumpun Domba Batur. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2916/kpts/ot.140/6/2011. Jakarta. Warwick, E.J., M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Temak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Weller, J. I. 1994. Ecomomic Aspects of Animal Breeding. Chapman & Hall, London. Willis, M. B. 1991. Daltons Introduction to Practical Animal Breeding. Blackwell Scientific Publications, Edinburgh.18Lampiran 1. Gambar Domba Batur1920