348
KONSEP RATE OF PROFIT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (APLIKASI DI BANK SYARIAH) DISERTASI Oleh: TRISILADI SUPRIYANTO 09300008010067 Pembimbing: 1. Prof. Dr. Sri Edi Swasono, S.E, MPIA 2. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

i  

KONSEP RATE OF PROFIT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

(APLIKASI DI BANK SYARIAH)

DISERTASI

Oleh: TRISILADI SUPRIYANTO

09300008010067

Pembimbing: 1. Prof. Dr. Sri Edi Swasono, S.E, MPIA 2. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A.

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014/1435 H

Page 2: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

ii  

Page 3: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

iii  

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan disertasi ini, yang berjudul “Konsep Rate of Profit Perspektif Ekonomi Islam (Aplikasi Di Bank Syariah)”. Salawat dan salam disampaikan atas junjungan Nabi Muhammad saw, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya, upaya penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu dengan segala keikhlasan penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A., selaku Rektor Universitas Islam (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof Dr. Azyumardi Azra, M.A. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada guru guru penulis Prof.Dr. Sri Edi Swasono, SE dan Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. selaku promotor yang telah sabar membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dalam penulisan disertasi ini sehingga disertasi ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Zainun Kamal, MA, Prof Dr. Yunasril Ali, M.A, dan Prof. Dr. Abuddin Nata, MA, Prof. Dr. Amsal Bachtiar, M.A., Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D, MSc, Prof. Dr. Huzaimah Tahido Yanggo, M.A, Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA, Dr. Asep Saepudin Jahar, MA yang telah membaca, mengoreksi dan menguji disertasi ini baik pada saat verifikasi menjelang ujian-ujian maupun pada saat proposal, Work in Progress I-IV sampai dengan Ujian Pendahuluan Disertasi, semoga Allah membalas kebaikan bapak-ibu semua.

Ucapan terimakasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Suwito, M.A., Dr. Yusuf Rahman, M.A., Dr. Fuad Jabali, M.A., Dr. Anwar Abbas, MM, yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan dalam penulisan disertasi ini semenjak penulisan proposal hingga selesainya penulisan disertasi ini. Semua dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mentransfer ilmu selama perkuliahan. Seluruh karyawan/karyawati sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu administrasi demi kelancaran perkuliahan penulis. Kepala perpustakaan sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah dalam mengakses referensi demi kelancaran penulisan disertasi ini.

Rasa hormat yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda almarhum Wasrap Hadi dan Ibunda Hj. Susilah, kakak penulis Roni Susetyo, SE, adik penulis Ir. Priyo Hertoto, MM dan Yudi Hartono, MBA yang selalu memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Penulis juga mengucapkan beribu terima kasih kepada mertua penulis, Bapak Muhammad Sabir dan Ibu Mardiana atas doa dan dukungan moril yang selalu menyertai dalam menyelesaikan disertasi ini.

Page 4: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

iv  

Disertasi ini dapat diselesaikan juga berkat cinta dan kasih sayang yang begitu besar serta pengorbanan belahan jiwaku Dr. Gusniarti, MA, yang selalu menghibur dan memberikan dukungan di saat saat sulit dalam menyelesaikan disertasi ini. Engkau telah memberikan energi cinta sejati di saat saat aku sangat membutuhkan dan maaf jika aku belum bisa menjadi suami dan imam yang baik.

Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada sahabat sahabat penulis khususnya Syafrudin Anhar, SE, MM, Muslih Ansori Wahid dan lain lain yang telah banyak memberikan dukungan dan sharing ilmu dalam penyelesaian disertasi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan disertasi, untuk segala kritik dan saran penulis ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan segala amal dan keikhlasan semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung akan dibalas Allah dengan balasan yang berlipat ganda.

Ciputat, Januari 2015

Trisiladi Supriyanto 

Page 5: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 v 

Page 6: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

vi  

Page 7: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 vii 

Page 8: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

viii  

Page 9: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 ix 

Page 10: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

x  

Page 11: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 xi 

Page 12: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xii  

Page 13: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 xiii 

Page 14: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xiv  

Page 15: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xv  

ABSTRAK

Kesimpulan besar disertasi ini adalah bahwa konsep rate of profit yang diaplikasikan pada bank syariah belum sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam menciptakan harga pembiayaan yang rendah, berkeadilan dan stabil sehingga belum menghasilkan distribusi pendapatan yang berkeadilan baik kepada nasabah dana, bank dan nasabah pembiayaan sesuai tujuan ekonomi Islam dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Disertasi ini menolak pendapat Muhammad Taqi Usmani, Sheikh Nizam

Yacoubi, Imam Tanthawi dan Mahmoud El-Gamal, yang membolehkan penggunaan suku bunga yang bersifat ribawi sebagai benchmark, antara lain LIBOR (London Interbank Offered Rate) dalam penentuan rate of profit di bank syariah. Mengkonstruksikan dan menemukan konsep rate of profit sebagai instrument distribusi pengganti konsep bunga (rate of interest) dalam sistem ekonomi Islam sangat penting untuk menciptakan standarisasi metodologi penentuan rate of profit dan benchmark yang Islami di bank syariah. Disertasi ini mendukung pendapat Muhammad Uzair, Metwally, Umar Chapra, Nejatullah Siddiqi<, Hossein Askari, Zamir Iqbal, Iraj Toutounchian dan Abbas Mirakhor yang berpendapat bahwa rate of profit dengan sistem bagi hasil dapat menciptakan keadilan distributif dalam pendapatan dan kekayaan masyarakat.

Sumber data primer yang digunakan diperoleh dari buku-buku dan journal-

journal international. Buku-buku yang menjadi data primer adalah : (1) Wahbah al-Zuhaili, Al-Mu‘a>malah al-Ma>liyyah al-Mu‘a>s}irah,; (2) Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah; (3) Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah; (4) Ibn Rushd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtasid; (5) Kadim As} S{adr, Money and Monetary Policies in Early Islamic Period (6) Masudul Alam. Choudhury, Generalized Theory of Islamic Development Financing ;(7) Umer Chapra, “Monetary Management in an Islamic Economy, “Islamic Economic Studies Journal”, (8) Mokhtar M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. Husein Swait (9) Nejatullah Siddiqi, Issues in Islamic Banking; (10) Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah ;(11) Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy”, dan lain-lain

Selain itu, data sekunder yang diperoleh melalui hasil pengolahan data pihak

kedua dan penelitian lapangan baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif di Bank Syariah seperti Bank Syariah Mandiri memperkuat analisa empiris terhadap konsep rate of profit pada disertasi ini . Data sekunder diperoleh dari : Peraturan Bank Sentral , Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri, Laporan Distribusi Bagi Hasil, Dokumen di Lembaga Keuangan Syariah

Page 16: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xvi  

Metode analisis penelitian ini utamanya menggunakan documentary research (documentary analysis), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa data atau fakta yang disusun secara logis dari berbagai data baik primer maupun sekunder. Metode analisis lainnya adalah metode survey (survey analitik), yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk menarik kesimpulan guna mendapatkan arti yang lebih jauh yang tersembunyi di balik data. Selanjutnya dari kedua metode ini melalui penelitian secara deskriptif dan inferensial, penulis memformulasikan konsep “rate of profit ” secara matematis agar bisa digunakan secara operasional baik secara makro (dalam sistem moneter) maupun secara mikro (dalam sistem keuangan Islam) sebagai solusi agar aplikasi rate of profit ini dapat mewujudkan keadilan ekonomi (equitable distribution of income) dan kemakmuran masyarakat (equitable distribution of wealth).

Page 17: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xvii  

ABSTRACT

Major conclusions of this dissertation is that the concept of rate of profit on Islamic banks have not been applied in accordance with the principles of sharia in creating low financing rates, equitable and stable so as it doesn’t produce an equitable distribution of income both to the customer funds, banks and financing customers to the purpose of Islamic economics in the public welfare.

This dissertation argues against the idea of Muhammad Taqi Usmani, Sheikh

Nizam Yacoubi, Imam Tanthawi and Mahmoud El-Gamal, which allows the use of interest rate as a benchmark, such as LIBOR (London Interbank Offered Rate) in the determination of the rate of profit in Islamic banks. Constructing and finding the concept of rate of profit as a substitute distribution instrument concept of interest in the Islamic economic system is essential for creating a standardized methodology of determining the rate of profit and the Islamic benchmark in Islamic banks.

This dissertation supports the opinion of Muhammad Uzair, Metwally, Umar

Chapra, Nejatullah Siddiqi <, Hossein Askari, Zamir Iqbal, Iraj Toutounchian and Abbas Mirakhor who found the rate of profit can create distributive justice in income and wealth of society.

The primary data source used were obtained from books and international

journals. The books which became the primary data are: (1) Wahbah al-Zuhaili, Al-Mu'a> instead of al-Ma> liyyah al-Mu'a> s} irah,; (2) Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa> 'id al Fiqhi> yah fi> al-Mu'amala> t al-Ma> li> well; (3) Sayyid Sa> biq, Fiqh al-Sunnah; (4) Ibn Rushd, Bida> yah al-Mujtahid wa Niha> yah al-Muqtasid; (5)} S {Kadim As adr, Money and Monetary Policies in Early Islamic Period (6) Natural Masudul. Choudhury, Generalized Theory of Islamic Development Financing; (7) Umer Chapra, "Monetary Management in an Islamic Economy," Journal of Islamic Economic Studies", (8) Mokhtar M. Metwally, Theories and Models of Islamic Economics, trans. Hussein Swait (9) Nejatullah Siddiqi, Issues in Islamic Banking; (10) Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa> 'id al Fiqhi> yah fi> al-Mu'amala> t al-Ma>li>yyah; (11) Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, "The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy", and others

In addition, the secondary data obtained from the results of the second data

processing and field research in the form of qualitative and quantitative data like Bank Syariah Mandiri Bank strengthen the empirical analysis of the concept of rate of profit in this dissertation. Secondary data were obtained from: Regulation of the Central Bank, Bank Syariah Mandiri Financial Statements, Profit Distribution Report, and Document on Islamic Financial Institutions.

Page 18: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xviii  

This study analyzes the main method uses documentary research (documentary analysis), the research done by analyzing the data or facts that are logically composed from a variety of data both primary and secondary. Other analytical method is a survey method (analytical survey), i.e the research activities carried out with the intention to draw conclusions in order to gain further meaning hidden behind the data. Furthermore, both of these methods through research is descriptive and inferential, the author formulate the concept of "rate of profit" mathematically to be used operationally both macro (in the monetary system) and micro (in the Islamic financial system) as a solution for the application rate of this profit which can realize economic justice (equitable distribution of income) and the prosperity of society (equitable distribution of wealth).

Page 19: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xix  

البحث ملخص

مع یتفق ال اإلسالمي البنك في الربح معدل فكرة أن البحث ھذا نتیجة أثبتت

إلى یؤدي وذلك. والمستقر والمستوي الضعیف اإلنفاق سعر إیجاد في الشریعة األسس

في االجتماعیة الرفاھیة إیجاد في اإلسالمي االقتصاد أغراض مع یتماشى الذي العدل عدم

.العمالء تمویل أم البنك أم العمالء ألموال أكان سواء الدخل توزیع

Nizam Yacoubi یعقوب نظام والشیخ عثماني تقي محمد رأي یرد البحث وھذا

الربوي الفائدة سعر استفادة إباحة إلى ذھبوا الذین الجمال ومحمود الطنطاوي واإلمام

. اإلسالمي البنك في الربح معدل إثبات في لندن بنوك بین الفائدة معدل ومنھا كالمؤشر،

االقتصاد نظام في الفائدة لسعر البدیلة التوزیع كأداة الربح معدل فكرة وإیجاد صیاغة إن

المبنیین والمؤشر الربح معدل إثبات في منھج معیار إلیجاد وذلك. للغایة مھم اإلسالمي

عذیر محمد رآه ما البحث ھذا ویؤكد. اإلسالمیة البنوك في اإلسالمیة األسس على

عسكري وحسین صدیقي هللا ونجاة Umar Chapra تشافرى وعمرMetwalli ومیتوالي

معدل أن من میراخور وعباس Iraj Toutounchian توتوىتشیان وعراج إقبال وزمیر

.االجتماعیة والثروة التوزیع في العدل یوجدا أن یمكن والمضاربة الربح

المعاملة. 1 وھي العالمیة والمجالت الكتب من األولیة البیانات جمع تم وقد

لعلي المالیة المعامالت في الفقھیة القواعد جمھرة. 2 الزحیلي، لوھبة المعاصرة المالیة

الرشد، البن المقتصد ونھایة المجتھد بدایة. 4 السابق، للسید السنة فقھ. 3 الندوي، أحمد

5. Money and Monetary Policies in Earl Islamic Period 7 ، الصدر لخادم.

Monetary Management in an Islamic Economy تشافرا لعمر Umer Chapra،8.

Teori dan Model Ekonomi Islam,trans (میتوالي. م لمختار) سویت ترجمة،حسین

Page 20: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xx  

Mokhtar M. Metwally،9. Issues in Islamic Bangking 10 صدیقي، هللا لنجاة. An

Introduction to Islamic Finance 11 عثماني، تقي لمحمد. The Financial System

and Monetary Policy in an Islamic Economy وما میراخار وعباس خان. س لمحسن

.ذلك إلى

الطرف من البیانات معالجة خالل من علیھا الحصول تم التي الثانویة والبیانات

كالبنك اإلسالمیة البنوك في نوعیة أم كیفیة البیانات أكانت سواء المیدانیة والدراسة الثاني

. البحث ھذا في الربح معدل لفكرة التجریبي التحلیل تؤكد Mandiri ماندیري اإلسالمي

اإلسالمي للبنك المالیة قسم وتقاریر المركزي البنك نظم من الثانویة البیانات جمع تم وقد

.الشریعة المالیة مؤسسة في الموجودة والوثائق المضاربة توزیع وتقاریر ماندیري

بحث وھو الوثائقیة الدراسة منھج فھو البحث ھذا في المستخدم المنھج وأما

أن إلى باإلضافة وذلك. ثانویة أو أولیة كانت سواء علمیا ترتیبا المرتبة للبیانات تحلیلي

على للحصول االستنتاج إلى یرمى بحث وھو المسحیة الدراسة منھج أیضا یستخدم البحث

خالل ومن المنھجین خالل من الباحث ویصوغ. البیانات في یكمن الذي المضمون

الناحیة من إما عملیا استخدامھا لیتم الربح معدل فكرة واالستنتاجي الوصفي البحث

ولیكون) اإلسالمي المال نظام في( الدقیقة الناحیة من وإما) المالي النظام في( الموسعة

.االجتماعیة والرفاھیة الدخل توزیع في العدل خلق في حال الربح معدل تنفیذ

Page 21: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxi  

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

b  =   ب

t  =   ت

th  =    ث

j  =    ج

h{  =    ح

kh  =   خ

d  =   د

dh  =   ذ

 r  =   ر

 

z  =   ز

s   =   س

sh  =   ش

s{   =   ص

d{   =   ض

t{  =   ط

z{  =   ظ

‘  =   ع

gh  =  غ

 

 f  =   ف

q  =   ق

k  =   ك

 l  =   ل

m  =   م

 n  =   ن

h  =   ه

w  =   و

 y  =   ي

Pengecualian Transliterasi

Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia, seperti kata salat tidak ditransliterasi

dengan “salah” kecuali menghadirkannya dalam konteks aslinya.

Page 22: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxii  

Page 23: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxiii  

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................ i KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................................................. v PERSETUJUAN PROMOTOR I ......................................................................................... vii PERSETUJUAN PROMOTOR II ........................................................................................ ix PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN .......................................................... xi BERITA ACARA SIDANG UJIAN DOKTOR ................................................................... xiii ABSTRAK ........................................................................................................................... xv

Abstrak (Indonesia) .......................................................................................... xv Abstrak ( Inggris) .............................................................................................. xvii Abstrak (Arabic) ............................................................................................... xvix

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................................... xxi DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xxiii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xxvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xxxi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 23 C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 24 D. Perumusan Masalah ................................................................................. 24 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian. .............................................................. 25 F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 26 G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................ 29 H. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 31 I. Sistematika Penyusunan laporan Penelitian. .......................................... 35

BAB II DISKURSUS KONSEP RATE OF PROFIT, RATE OF INTEREST

(BUNGA) DAN RIBA PERSPEKTIF EKONOMI KONVENSIONAL ........ 37

A. Riba Perspektif Ekonomi Konvensional ................................................. 38 B. Diskursus Rate of Interest dalam Ekonomi Konvensional ..................... 43 C. Kelemahan Teori Bunga Secara Ilmiah .................................................. 55 D. Diskursus Rate of Profit Perspektif Ekonomi Konvensional. ............... 62

BAB III DISKURSUS RATE OF PROFIT PERSPEKTIF FIKIH DAN EKONOMI ISLAM .................................................................... 81

A. Konsep Rate of Profit Perspektif Fikih .................................................... 81 1. Konsep Harga yang Adil Perspektif Fikih. ....................................... 84 2. Konsep Keuntungan yang Adil Perspektif Fikih ............................... 89 3. Konsep Keuntungan yang Ribawi dalam Perspektif Fikih ................ 92

B. Konsep Rate of Profit Perspektif Ekonomi Islam .................................... 102 1. Modifikasi dari teori CAPM (Capital Asset Pricing Model ) ............ 109 2. Menggunakan Benchmark .................................................................. 111

C. Diskursus Rate of Profit Perspektif Ekonomi Islam.............................. 124

Page 24: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxiv  

D. Konsep Riba dan Rate of Profit Perspektif Pemikir Muslim Modermist dan Konservatif. ..................................................................... 137

BAB IV HUBUNGAN RATE OF PROFIT DENGAN STABILITAS

KEUANGAN DI BANK SYARIAH DAN PENGARUHNYA PADA EKONOMI MAKRO ...................................................................................... 145 A. Peran Rate of Profit dalam Stabilitas Keuangan Syariah yang Diukur

dari Net Margin dalam Asset Liability Management Bank ..................... 145 B. Management Rate of Profit untuk Menciptakan Distribusi Pendapatan

yang Berkeadilan (Equitable Distribution Of Income) dalam Investasi pada Bank Syariah .................................................................................... 168

C. Peran Rate of Profit dalam Stabilitas Pasar Keuangan yang Diukur dari Volatilitas Nilai Asset Keuangan Syariah ......................................... 174 1. Penggunaan Income Smoothing tanpa Cadangan PER (Profit

Equalization Reserve) ........................................................................ 182 2. Penggunaan Income Smoothing dengan Cadangan PER (Profit

Equalization Reserve) ........................................................................ 183 D. Studi Empiris Kestabilan Keuangan di Bank Syariah dalam

Pengelolaan Asset Liability ...................................................................... 185 E. Analisis Fikih: Peran Penggunaan Riba al-Fad}l, Maysir dan Gharar

dalam Rate of Profit pada Bank Syariah yang Menyebabkan Ketidakstabilan Pendapatan yang Adil .................................................... 189

BAB V APLIKASI RATE OF PROFIT DALAM EKONOMI MIKRO:

PENENTUAN IMBAL HASIL PADA PEMBIAYAAN SYARIAH . 199

A. Menentukan Harga Rate of Profit pada Bank Syariah. 199 1. Penentuan Rate of Profit yang Bersifat Pasti dalam Akad

Pertukaran dan Perbandingannya dengan Bunga yang Bersifat Tetap ................................................................................................. 206

2. Teknik Penentuan Rate of Profit yang Bersifat Tidak Pasti Pada Akad Kerjasama dengan Nisbah Bagi Hasil ..................................... 221

B. Perbedaan Konsep Rate of Profit dan Rate of Interest dalam Aplikasinya pada Bank Syariah dan Konvensional ................................ 226 1. Perbedaan Konsep Rate of Profit dan Rate of Interest dalam

Aplikasinya pada Bank Syariah dan Konvensional dalam Transaksi Jangka Pendek .................................................................. 227

2. Perbedaan Konsep Rate of Profit dan Rate of Interest dalam Aplikasinya pada Bank Syariah dan Konvensional dalam Transaksi Jangka Panjang ................................................................. 237

3. Perbedaan Konsep Rate of Profit dan Rate of Interest dalam Aplikasinya pada Kartu Kredit Syariah dan konvensional .............. 241

C. Mengelola Risiko Rate of Profit pada Bank Syariah .............................. 244 1. Metode Mitigasi Risiko Pasar pada Bank Syariah dengan Metode

Penyesuaian Rate of Profit sesuai dengan Business Cycle-nya (Maturity adjusted Gap management).............................................. 245

2. Metode Mitigasi Risiko Pasar pada Bank Syariah dengan Metode Duration Gap .................................................................................... 253

Page 25: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxv  

BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 261

A. Kesimpulan .............................................................................................. 261 B. Rekomendasi ............................................................................................. 264

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 267 GLOSSARY ......................................................................................................................... 283 INDEKS KATA .................................................................................................................... 293 INDEKS AL-QUR’AN ......................................................................................................... 305 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................... 309 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 313

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxvi  

 

Page 27: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxvii  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaaan Akad dengan Variasi Rate of Profit pada Bank Sentral di Negara-Negara Islam ........................................................ 9 Tabel 2.1 Variasi Jenis Bunga pada Masa Yunani ................................ 38 Tabel 2.2 Jenis Bunga pasa Masa Romawi ............................................ 38 Tabel 2.3 Tiga Periode Proses Pembolehan Bunga oleh Pemuka

Agama Kristen ....................................................................... 39

Tabel 2.4 Pemetaan Teori Suku Bunga Ekonom Konvensional ........... 54

Tabel 2.5 Pengaruh Faktor terhadap Struktur Suku Bunga Surat Berharga ................................................................................. 58

Tabel 2.6 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil .......................................... 67 Tabel 2.7 Diskursus Rate of profit Perspektif Ekonomi

Konvensional ......................................................................... 72 Tabel 3.1 Perbandingan Riba dan Bunga ............................................... 100 Tabel 3.2 Pemetaan Pemikiran Ekonomi Muslim tentang Rate

of Profit ................................................................................ 134 Tabel 4.1 Pengaruh Suku Bunga dan Gap Asset-Liability

terhadap Net income Bank ................................................... 155 Tabel 4.2 Teori Sumber dan Penggunaan Dana di Bank Syariah.......... 157 Tabel 4.3 Neraca Ideal Bank Syariah Berdasarkan Jangka

Waktu..................................................................................... 159 Tabel 4.4 Akad dan Jangka Waktu ......................................................... 162

Tabel 4.5 Distribusi Bagi Hasil Di Bank Syariah Mandiri Periode: Juni 2009 ................................................................. 172

Tabel 4.6 Daftar Harga Obligasi Syariah Negara per tanggal 4 Juni 2010 ................................................................................ 178

Tabel 4.7 Teknik Perhitungan Nisbah antara Nasabah dan Bank Syariah ................................................................................... 173

Page 28: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxviii  

Tabel 5.1 Teknik Penentuan Interest Rate di Bank Konvensional ......................................................................... 202

Tabel 5.2 Teknik Penentuan Rate of Profit di Bank Syariah ................ 204

Tabel 5.3 Perbandingan Perhitungan Margin di Bank Syariah dan Bunga Tetap di Bank Konvensional ............................... 211

Tabel 5.4 Hypotetical Example Teknik Perhitungan Rate of Profit/Margin yang bersifat Tidak Pasti pada Transaksi Mud}a>rabah. ........................................................... 222

Tabel 5.5 Teknik Perhitungan Expected Rate of Profit/Return pada Transaksi Mud}a>rabah .................................................... 223

Tabel 5.6 Teknik Penentuan Nisbah pada Transaksi Muda>}rabah dengan Rate of Profit yang Tidak Pasti ............................... 225

Tabel 5.7 Struktur Rate of Interest (Suku Bunga) pada Transaksi Kredit Bank Konvensional .................................... 228

Tabel 5.8 Struktur Rate of Profit (Margin) pada Transaksi Mura>bah}ah Bank Syariah ...................................................... 229

Tabel 5.9 Pertumbuhan 10.000 Unit Uang setelah 50 Tahun dengan tingkat suku bunga yang Berbeda-beda .................... 236

Tabel 5.10. Kredit Pemilikan Rumah di Bank Konvensional dengan rate of interest 8 % Jangka Waktu 30 tahun ............. 238

Tabel 5.11 Pembiayaan Pemilikan Rumah dengan Akad Musha>rakah Mutana>qis}ah (MMQ) dengan Rate of profit berupa sewa dengan equivalent rate 8 % jangka waktu 30 tahun ...................................................................... 238

Tabel 5.12 Praktek Perhitungan Bunga Kredit di Bank Konvensional ......................................................................... 242

Tabel 5.13 Perbandingan Pembebanan Bunga pada Kartu Kredit Bank Konvensional di BNI Konvensional dan Pengenaan Rate of Profit (Ujrah) pada Transaksi Kartu Kredit Syariah di BNI Syariah (Hasanah Card) .......... 243

Tabel 5.14 Profil Penyesuaian Rate of profit(Interest) di Bank (Repricing Profile) ................................................................. 248

Tabel 5.15 Laporan Profil Sensitivitas Rate (of Profit) secara Aggregat ................................................................................. 249

Tabel 5.16 Profil Pendapatan Bersih Bank dengan asumsi variable pasar tidak berubah .................................................. 250

Tabel 5.17 Profil Pendapatan Bersih Bank dengan Asumsi Variable Pasar Berubah Naik 1% .......................................... 250

Page 29: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxix  

Tabel 5.18 Profil Pendapatan Bersih Bank dengan Berbagai Skenario Perubahan Variable Pasar ....................................... 251

Tabel 5.19 Metode Eliminasi Riba dan Maysir dalam Rate of Profit ........................................................................ 255

Tabel 5.20 Perbedaan Rate of Profit dan Rate of Interest ...................... 256

Page 30: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxx  

Page 31: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxxi  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Flow Chart Pembahasan Disertasi ................................... 31

Gambar 2.1 Redefinisi Bunga oleh Para Sarjana Kristen Abad XII-XVI ............................................................................. 40

Gambar 2.2 Medieval Contractum Trinius (Pada Abad Pertengahan) .................................................................... 41

Gambar 3.1 Kategori Riba ................................................................... 101

Gambar 3.2 Rate of profit pada Akad Syariah .................................... 104

Gambar 3.3 Patokan Rate of profit dalam pembiayaaan

Syariah .............................................................................. 123

Gambar 3.4 Pemetaan Ekonom Muslim dalam Rate of Profit ............. 137

Gambar 3.5 ‘Illat Pelarangan Riba Secara Makro dan Mikro ............... 139

Gambar 3.6 Flow Chart Pelarangan Riba dalam Sektor

Moneter ............................................................................ 141

Gambar 4.1 Teknik Seleksi Akad Investasi untuk Menghindari Praktek Riba (Penambahan Rate of Profit tanpa ‘Iwad) ................................................................................ 162

Gambar 4.2 Teknik Seleksi Akad untuk Pembiayaan Modal Kerja Secara Syariah ......................................................... 163

Gambar 4.3 Teknik Seleksi Akad untuk Pembiayaan Konsumtif Secara Syariah ................................................ 164

Gambar 4.4 Prinsip Bagi Hasil Usaha di Bank Syariah ....................... 169

Gambar 4.5 Distribusi Hasil Usaha berdasarkan Revenue dan Profit Loss Sharing ........................................................... 170

Gambar 4.6 Proses Pembentukan Dana Cadangan Profit Equalization Reserve untuk Menutupi Kerugian karena Ketidakstabilan Net Margin/Income .................... 184

Gambar 4.7 Rate of Profit Bank Syariah Mandiri .............................. 186

Gambar 4.8 Tren suku Bunga SBI Periode 2004-2009 ........................ 187

Gambar 4.9 Perbandingan Suku Bunga SBI dan Rate of Profit Bank Syariah Periode 2004-2009 ..................................... 187

Gambar 4:10 Perbedaan antara Ghorm dan Ghara>r ................................ 195

Page 32: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

xxxii  

Gambar 5.1 Analisa Mas}lah}ah Metode Annuitas dengan konsep Time Value of Money ....................................................... 233

Gambar 5.2 Analisa Maslahah Metode Proporsional dengan Konsep Economic Value of Time .................................... 234

Gambar 5.3. Siklus Suku Bunga dan Waktu Repricing Asset-Liability ………………………………………... .............. 252

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 33: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

1  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelarangan riba di dalam Al-Qur’an dan sebagai gantinya dihalalkannya jual-beli1 memerlukan konsep yang aplikatif sebagai konsekuensi penghapusan bunga dalam penerapannya pada sistem ekonomi Islam. Konsep aplikatif pengganti bunga ini di dalam Al-Qur’an disebutkan diperoleh dari jalan perniagaan tanpa adanya penganiayaan2, sedangkan di dalam literatur ekonomi Islam, antara lain disebut sebagai (expected) rate of profit 3atau tingkat keuntungan. Beberapa ekonom konvensional menyebutnya sebagai rate of profit seperti Von Neumann dan Pierro Sraffa, marginal rate of profit dalam konsep Thornton, dan Wicksell menyebutnya sebagai natural rate of profit. Secara konsep pemikiran, terjadi perbedaan pandangan di kalangan ekonom konvensional maupun Islam. Dalam tataran aplikasi konsep rate of profit sebagai pengganti konsep bunga sangat penting, mengingat pengelolaan kebijakan sistem keuangan syariah saat ini, baik di tingkat makro maupun mikro masih belum memiliki konsep yang jelas.

Pada tingkat makro, aplikasi rate of profit misalnya pada bank sentral di negara-negara yang telah menerapkan sebagian sistem ekonomi Islam atau sistem perbankan ganda (dual banking system)4 atau seluruhnya sistem ekonomi Islam (single economic system)5

                                                            1 QS. Al Baqarah (2): 275 2 QS. Annisa’ (4) : 29 3M.A. Choudury, Generalized Theory of Islamic Development

Financing (London: The Edwin Mellen Press, 1997), 47. 4Negara-negara yang menerapkan dual banking system di mana

keberadaan lembaga keuangan syariah berdampingan dengan lembaga keuangan konvensional (dualisme sistem) seperti Malaysia, Indonesia, London dan lain lain. Lihat Ibrahim Warde, Islamic Finance in the Global Economy (Edinburgh: Edinburgh University Press, 2000), 112-113.

5Pakistan, Iran dan Sudah merupakan pelopor negara yang menjalankan lembaga keuangannya secara total atau single banking system. Lihat Ibrahim Warde, Islamic Finance in the Global Economy 112-113.

Page 34: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

2  

penerapannya berbeda-beda.6 Bank-bank sentral tersebut ternyata menggunakan akad-akad yang berbeda dalam menciptakan dan menggunakan instrumen pengendalian moneternya.

Di Sudan, bank sentralnya menggunakan prinsip Musha>rakah Negara (prinsip kerjasama) melalui instrument keuangan yang dikenal sebagai Government Musha>rakah Certificate (GMCs), Central Bank Musha>raka Certificates (CMCs) dan Government Investment Certificates (GICs)7 yang berjangka waktu 1-2 tahun, dan GICs yang setara dengan Obligasi (Sukuk) Pemerintah yang berjangka waktu di atas 3 tahun.

Tidak jauh berbeda dengan Sudan, akad musha>rakah8 juga di gunakan di Pakistan di samping akad atau prinsip mud}a>rabah9. Bank Sentral Pakistan menggunakan instrument keuangan dengan prinsip musha>rakah yaitu Participation Term Certficates (PTCs), Certificates of Musharaka (COMs) dan Term Finance Certificates (TFCs) yang berjangka waktu panjang dan Mud}a>rabah Certificates10 dengan akad mud}a>rabah muqayyadah. Sedangkan di Iran, antara lain juga menggunakan akad mud}a>rabah yang dikenal dengan nama National Participation Paper (NPP).11                                                             

6Lihat Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, The Framework and Practice of Islamic Banking: Theoritical Studies in Islamic Banking and Finance (North Haledon :Islamic Publication International, 1987), 1.

7Lihat Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 150.

8Musha>rakah atau syirkah adalah akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harta dan keuntungan. Lihat Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah, Jilid ke-3, 294.

9Ulama Hanabilah mendefinisikan mud}a>rabah dengan “Memberikan harta untuk perdagangan kepada orang lain dan keuntungan (dibagi) pada keduanya”. Lihat Ibnu Qudamah, al-Mughni (Kairo: Da>r al-Manar, 1367H), Jilid 5, 124. Ulama Malikiyah mendefinisikan “Pemodal memberikan uang dalam jumlah tertentu dan diketahui kepada pedagang dengan (memberikan) bagian dari keuntungan (yang diperolah)”. Lihat Al-Khatib al-Syaibani, Mughni al-Mukhtaj (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1994), Jilid ke-2, 209. Ulama Hanafiyah mendefinisikan “Akad kerja sama untuk mencari keuntungan di mana modal dari pemiliknya dan kerja dari pihak pengusaha”. Lihat Hasyiayah ibn ‘Abidin, Rad al-Mukhtar (Bayru>t: Da>r al-Fikr, tth), jilid ke-5, 645. Kemudian Ulama Syafi’iyah mendefinisikan “Akad yang menghendaki Seseorang memberikan harta kepada orang lain untuk diperdagangkan dan keduanya mendapat bagian keuntungan yang disepakati bersama. Lihat Abdurrahman al Jaziri, Kitab al Fiqh ‘ala> al Maza>hib al Arba’ah (Bayru>t: Da>r al Kutub al ‘Ilmiyah, 1990), Juz. III, 42.

10Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 179. 11Hossein Askari, Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, New issues in

Islamic Finance and Economics : Progress and Challenges (Singapore: John Wiley &Sons (Asia) Pte.Ltd., 2009), 183.

Page 35: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

3  

Malaysia menggunakan akad-akad yang lebih bervariasi yaitu instrumen keuangan syariah yang digunakan Bank Negara Malaysia Mud{a>rabah Money Market Operation dengan jangka waktu di bawah 1 tahun12, Bank Negara Monetary Notes (BNMN) dengan akad mura>bah}ah komoditi dengan jangka waktu 1-12 bulan, Malaysian Islamic Treasury Bills (MITB) dengan akad bay‘ al-‘inah yang setara dengan Treasury Bills yang dikeluarkan Federal Reserve dengan jangka waktu 1-2 tahun, Government Investment Issues dengan akad bay‘ al-‘inah dengan jangka waktu sampai 3 tahun, Sukuk Bank Negara Malaysia Ijarah (SBNMI) dengan akad ija>rah berjangka waktu panjang (di atas 5 tahun) dengan harga-sewa yang ditentukan fixed atau variable setiap 6 bulan sekali13. Jadi variasi akad yang digunakan di Malaysia yaitu mud{a>rabah, mura>bah}ah14, bay‘ al-‘inah dan ija>rah.

Di Indonesia, Bank Indonesia saat ini menggunakan instrument keuangan syariah dengan akad ju‘a>lah15 untuk instrument pengendalian moneter, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)16. Akad ju‘a>lah ini digunakan setelah sebelumnya Bank Indonesia menggunakan akad wadi>‘ah17 pada instrument Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang saat ini sudah tidak digunakan lagi18. Sebelumnya, dalam penentuan rate SWBI digunakan sistem bonus dengan hasil bonus yang mendekati

                                                            12Saiful Azhar Rosly, Islamic Interbank Money Market : Critical Issues

on Islamic Banking and Financial Markets (Kuala Lumpur :Dinamas Publishing, 2005), 595-601.

13Mohd Azmi Omar, Muhammad Abduh dan Raditya Sukmana. Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets (Singapore: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, No Year), 60.

14Mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui. Lihat Ibn Quda>mah, al-Mugni, (Kairo: Maktab al-Qa>hirah, 1968), Juz ke-4, 199.

15Ju’a>lah adalah janji memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang telah ditentukan dari suatu pekerjaan. Seperti reward bagi orang yang mengembalikan property atau binatang yang hilang. Lihat Mohd. Ma’sum Billah, Modern Transaction Under Shariah (Selangor: Ilmiah Publishers, 2003), 53.

16Rifki Ismal, The Indonesian Islamic Banking: Theory and Practices (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), 211-212.

17Wadi>‘ah adalah menempatkan sesuatu bukan pada pemiliknya supaya dijaga atau memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya. Penjelasan lebih lanjut bisa Lihat Abd al-Rahma>n al-Ja>ziri>, Al-Fiqh ‘ala Maza>hib al-Arba’ah (Bayru>t: Da>r Al-Qalam, t. th), 248.

18Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”, http://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/ Pages /pbi_ 101108. aspx (diakses 20 Januari 2013).

Page 36: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

4  

suku bunga rata rata PUAB (Pasar Uang Antar Bank). Suku bunga rata-rata PUAB ini tidak memiliki konsep yang jelas tentang asal usul bonus yang dibagikan kepada perbankan syariah, mengingat Bank Sentral di Indonesia tidak memiliki investasi di pasar keuangan berdasarkan akad syariah.

SWBI diperkenalkan pada Februari 2004 berdasarkan PBI No. 6/7/PBI/200419 sebagai fasilitas penitipan dana jangka pendek bagi BUS dan UUS berdasarkan prinsip wadi>’ah. Berdasarkan prinsip wadi>’ah maka SWBI tidak menjanjikan imbal hasil, namun BI akan memberikan bonus sesuai kebijakan BI, yang berkisar antara 3-4 %. Jenis SWBI hanya ada untuk jangka waktu 1 bulan. Hal ini kontras dengan SBI yang memiliki banyak pilihan jangka waktu dari 1,3, 6 dan 12 dengan bunga 7-8 %, sehingga SWBI dipandang sebagai bentuk unequal treatment. Demikian juga dengan instrument pengganti SWBI yaitu SBIS20 yang menggunakan akad ju‘a>lah.21 Karakter SBI Syariah secara umum disamakan dengan SBI dengan jangka waktu antara 1-12 bulan, penerbitan dengan sistem lelang dan imbal hasil yang sesuai.

Majelis Ulama Indonesia dalam fatwa DSN-MUI menjelaskan bahwa ju‘a>lah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/’iwad/ju’l) tertentu atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan. 22 Aplikasi akad ju‘a>lah dalam SBIS di

                                                            19Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/7/Pbi/2004

Tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia: Gubernur Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/id/ peraturan/ arsip- peraturan/ Moneter2004/PBI-6-7-04.pdf (Diakses 20 Januari 2013).

20 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Lihat Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”, http://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/ Pages /pbi_ 101108. aspx (diakses 20 Januari 2013).

21Secara resmi Bank Indonesia telah mengganti SWBI dengan SBI Syariah pada bulan April 2008 berdasarkan PBI No. 10/11/PBI/2008. Lihat Imam Wahyudi dan Fenny Rosmanita, “Pasar Uang Syariah Instrument Formal yang Tak Formal”, dalam Indonesia Shari’ah Economic Outlook (ISEO) 2011 (Jakarta: PEBS-FEUI, 2011), 58. Lihat juga Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”, http://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/ Pages /pbi_ 101108. aspx (diakses 20 Januari 2013).

22Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa”, Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 62/DSN-MUI/XI/2007 tentang Akad Ju‘a>lah, http://www.dsnmui.or.id/index. php?mact= News,cntnt01, detail,0&cntnt01 articleid=64&cntnt01origid =59&cntnt01 detailtemplate=Fatwa &cntnt01 returnid=61 dan Fatwa Dewan syariah Nasiona; Nomor 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju‘a>lah (SBIS Ju‘a>lah). Lihat Dewan

Page 37: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

5  

mana BI betindak sebagai ja>’il (pemberi pekerjaan) dan bank syariah sebagai maj’ul lah adalah pihak yang menerima pekerjaan dengan obyek/underlying ju‘a>lah (mahal aqd) adalah partisipasi bank syariah untuk membantu BI dalam mengendalikan moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat.

SBI Syariah memiliki beberapa perbedaan prinsipil dengan SBI. Selain tidak mempergunakan bunga, SBI Syariah tidak diperdagangkan di pasar sekunder serta bank peserta lelang diwajibkan memiliki FDR (Financing to Deposit Ratio)23 minimal 80%. Dengan karakter seperti ini, SBI Syariah tidak akan mendorong ekspansi moneter dan tetap mendorong intermediasi perbankan. SBI Syariah dengan skim ju‘a>lah terlihat mengandung unsur riba, sebab ada ziya>dah (pertambahan) tanpa adanya ‘iwad} (aktivitas di sektor riil). Obyek akad ju‘a>lah cenderung tidak jelas di mana jasa pihak kedua karena menyimpan dana di SBI Syariah untuk mengontrol moneter24. Sistem imbalan yang digunakan dalam instrument ini adalah hadiah dari hasil lelang SBIS yang ditawarkan kepada bank-bank syariah, dengan dasar akad ju‘a>lah yang diqiyaskan dengan hadith Rasulullah SAW tentang lelang piala raja, yang akan diberikan kepada pemenang lomba.

Perbedaan konsep instrument pengendalian moneter antar negara Islam dan penggantian akad instrument pengendalian moneter di Indonesia, dari wadi>‘ah menjadi ju‘a>lah25, menimbulkan pertanyaan mendasar tentang konsep rate of profit (keuntungan sebagai tambahan yang sah dalam transaksi) sebagai pengganti suku bunga (tambahan yang tidak sah/unlawful gains). Dalam praktek terdapat perbedaan-perbedaan dalam akad dan produk bank syariah, selain memiliki persamaan secara prinsip dan umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut antara lain : 1) sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara, 2) aliran                                                                                                                                        Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa”, http://www.dsnmui.or.id/ index.php?mact= News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=66&cntnt01origid= 59& cntnt 01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61. (diakses 15 Februari 2014).

23Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga yang diterima oleh bank. Lihat Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta: Ghalia Jakarta, 2005), 25. FDR digunakan untuk bank syariah sedangkan untuk bank konvensional digunakan LDR (Loan to Deposit Rasio) yaitu perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. Lihat Slamet Riyadi, Banking Asset and Liability Management (Jakarta: LPFE-UI, 2006), 65.

24 Imam Wahyudi dan Fenny Rosmanita, “Pasar Uang Syariah Instrument Formal yang Tak Formal”, dalam Indonesia Shari’ah Economic Outlook (ISEO) 2011 (Jakarta: PEBS-FEUI, 2011), 58-59.

25 Rifki Ismal, The Indonesian Islamic Banking: Theory and Practices, 211.

Page 38: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

6  

pemikiran atau mazhab yang dianut oleh negara atau mayoritas penduduk muslimnya, 3) kedudukan bank syariah dalam undang-undang dan 4) Pendekatan pengembangan produk yang dipilih26. Dari keempat faktor ini, dalam konteks konsep rate of profit, perbedaan akad dan produk sangat nyata karena masing-masing negara dan penduduknya memiliki mazhab yang berbeda-beda. Negara-negara Muslim di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia yang menganut mazhab Syafi’i dapat berbeda pendapat dengan negara negara muslim di Timur Tengah yang menganut mazhab Hambali. Sebagai contoh ulama Timur Tengah berpendapat bahwa utang sama dengan uang, sehingga aset keuangan syariah hanya bisa dijual dengan harga yang sama untuk menghindari terjadinya transaksi riba> al-fad}l27. Sementara itu ulama di Malaysia berpendapat bahwa utang adalah sama dengan harta (debt=property). Implikasinya adalah dalam penerapan akad dan produk bank syariah berbeda-beda seperti dipaparkan sebelumnya dalam instrument keuangan di berbagai negara. Perbedaan dalam penerapannya antara lain dibolehkannya penjualan surat berharga syariah di atas pokok (di atas par) atau di bawah pokok (di bawah par).

Penggunaan akad bay‘ al-‘inah (jual beli dalam satu kontrak dengan harga yang berbeda) di Malaysia baik untuk operasi moneter maupun dalam penerbitan sukuk (obligasi syariah) di pasar perdana dibolehkan sementara di negara-negara Timur Tengah dilarang termasuk di Indonesia. Bay‘ al-‘inah merupakan penjualan dua kali di mana peminjam dan orang yang meminjamkan menjual dan kemudian membeli kembali suatu obyek di antara dua pihak tersebut dengan tujuan menjual dengan harga yang lebih tinggi berdasarkan kredit28, dengan hasil bersih berupa rate of profit yang secara fixed dan pasti (fixed dan predetermined) ditentukan di depan. Rate of profit yang bersifat pasti dan fixed ini umumnya menggunakan benchmark bunga (rate of interest).

Rosly dan Sanusi menyimpulkan bahwa dalam upaya mempertahankan struktur dasar obligasi konvensional pada keuangan Islam, yaitu memberikan return (rate of profit-penulis) secara tetap (fixed ) para pakar syariah dan praktisi, bisa saja telah mengaplikasikan hukum-hukum syariah secara salah, di mana implikasinya di Malaysia saat ini menjadi legitimasi bagi penerbitan obligasi Islam dengan menggunakan

                                                            26Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. (Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2007), 131. 27Riba al-fad}l adalah tukar menukar uang atau jual beli uang dengan

uang (bay al-nuqu>d bi al-nuqu>d) atau makanan dengan makanan. Keharamannya berdasarkan sunnah dan ijma’. Lihat Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah, (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1989), Jilid ke-3, 178.

28Lihat Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets (Kuala Lumpur: Dinamas, 2005), 445-448.

Page 39: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

7  

akad bay‘ al-‘inah adalah meragukan29. Sementara dalam transaksi di pasar sekunder, sukuk di Malaysia menggunakan akad bay‘ al-dayn30 yang juga dilarang oleh jumhur ulama di Timur Tengah dan di Indonesia31.

Praktek akad tawa>ruk (beli dan jual tunda dengan kontrak yang melibatkan 3 pihak yang berbeda), dibolehkan di Timur Tengah sementara ulama di Indonesia tetap dilarang. Ulama yang membolehkan adalah Abdullah bin Ba>z dan Ibn Ut}aimi>n, sedangkan ulama yang melarang adalah Ibn Taymiyyah dan Abu Hani>fah32. Perbedaan tempat mempengaruhi sudut pandang dan aplikasi di masing-masing negara.

Walaupun perbedaan-perbedaan pada produk, jasa dan instrument keuangan syariah yang sangat divergen, bervariasi dan tidak adanya standard telah difasilitasi oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial Institution) dan IFSB (Islamic Financial Service Board) untuk melakukan konvergensi, standarisasi produk dan operasi bank syariah secara internasional, namun menurut penulis perbedaan dalam konsep rate of profit sebagai pengganti rate of interest (suku bunga) dalam penentuan harga produk bank syariah sangat penting untuk disepakati. Kesepakatan sangat diperlukan mengingat perbedaan pandangan tentang penggunaan benchmark rate of profit juga sangat tajam.

Abbas Mirakhor sebagaimana dikutip oleh Emmy Abdul Halim dalam bukunya Global Leaders in Islamic Finance: Industry Milestones an Reflections memberikan contoh bahwa Timur Tengah, Eropa dan Malaysia, menggunakan benchmark LIBOR (London Interbank Offered Rates) secara luas untuk produk produk keuangan syariah di bank syariah. Abbas Mirakhor juga menambahkan bahwa benchmark alternatif atau pengganti bisa saja digunakan dengan syarat bahwa benchmark tersebut harus dapat diterima oleh masyarakat keuangan syariah di negara-negara lain yang menggunakan benchmarknya sendiri.33 Pendapat ini sama dengan pendapat Mahmoud A. El Gamal, yang mengatakan bahwa

                                                            29Saiful Azhar Rosly dan Sanusi Mahmood, “The Application of Bay’al-

inah and Bay‘ al-dayn in Malaysian Islamic Bonds: An Islamic Analysis”, International Journal of Islamic Financial Services, Vol.1, No.2, Jul-Sep 1999 (http://www.islamic-finance.net/Journal.html).

30Lihat Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets , 435 – 439.

31Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), 136.

32Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 131. 33Emmy Abdul Alim, Global Leaders in Islamic Finance: Industry

Milestones an Reflections (Singapore : John Wiley & Sons, 2014), 157.

Page 40: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

8  

Islamic Benchmark harus memiliki market depth (kedalaman pasar) yang cukup atau likuiditas yang cukup untuk dapat diterima secara luas34. Aspek penggunaan rate of profit dengan menggunakan benchmark yang bersifat absolutely fixed (tetap dalam jangka panjang) dan tidak dilakukan penyesuaian (modifikasi) dengan tolok ukur suku bunga (rate of interest) bank konvensional, mengandung risiko pelaksanaan non-syariah yang bersifat sistemik dan menghilangkan sistem keuangan Islam dengan konsep rate of profit yang sesuai dengan syariah.

Dalam praktek sistem keuangan Islam, terjadi perbedaan pendapat tentang penggunaan akad-akad dalam instrument operasi moneter, yaitu negara-negara dengan instrument moneter dengan rate of profit yang ditentukan di belakang (ex post) dan negara yang menggunakan instrument moneter dengan rate of profit yang ditentukan di depan. Negara-negara yang menerapkan instrumen moneter dengan rate of profit yang ditentukan di belakang (ex-post) seperti yang telah dipaparkan di depan adalah Sudan, Iran dan Pakistan dengan akad musha>rakah dan mud}a>rabah,35 sedangkan negara yang menerapkan instrument moneter dengan rate of profit yang ditentukan di depan (ex ante) adalah Malaysia, yaitu dengan akad bay‘ al-‘inah dan mura>bah}ah36. Menurut penulis, perbedaan penggunaan instrument moneter ini disebabkan perbedaan pandangan tentang efektivitas pengendalian moneter untuk mengatur uang yang beredar. Instrumen dengan rate of profit yang ditentukan di depan dianggap lebih efektif dalam menarik uang yang beredar. Untuk lebih jelasnya bentuk akad dan variasi rate of profit pada bank sentral di negara-negara Muslim dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1.

Perbedaaan Akad dengan Variasi Rate of Profit pada Bank Sentral di Negara-Negara Islam37

                                                            34Mahmoud A. El-Gamal, Islamic Finance: Law, Economics and

Practice (New York: Cambridge University Press, 2006), 77. 35Lihat Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 179 dan Hossein

Askari, Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, New issues in Islamic Finance and Economics: Progress and Challenges, 183.

36Saiful Azhar Rosly, Islamic Interbank Money Market: Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets, 595-601 dan Mohd Azmi Omar, Muhammad Abduh dan Raditya Sukmana, Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets, 60.

37Data diolah penulis dari Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 17 9 dan Saiful Azhar Rosly, Islamic Interbank Money Market: Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets, 595-601 serta Mohd Azmi Omar,

Page 41: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

9  

Bank Sentral

Instrumen moneter dengan rate of profit yang bersifat pasti/fixed (ex ante)

Instrumen moneter dengan rate of profit yang bersifat tidak pasti/variable (ex post)

Sudan Tidak ada Musha>rakah dan Mud}a>rabah

Pakistan Ija>rah Musharakah dan Mud}a>rabah

Iran Tidak ada Musharakah dan mud}a>rabah

Malaysia Bay‘ al-‘inah, mura>bah>ah, ija>rah

Mud}a>rabah

Indonesia Tidak ada Ju‘a>lah Pada tingkat mikro, aplikasi rate of profit sering menjadi masalah

karena tidak adanya tolok-ukur (benchmark) dalam penetapan profit margin pada akad jual-beli mura>bah}ah dan biaya sewa pada akad ija>rah pada transaksi di perbankan syariah atau bank syariah di negara-negara Islam lainnya38. Selain itu terjadi perbedaan aplikasi tentang penerapan rate of profit pada akad-akad dan produk jual beli dan sewa dari sisi jangka waktu.

Beberapa negara muslim menerapkan margin/mark up mura>bah}ah dan ujrah pada transaksi ija>rah yang ditetapkan di depan (ex ante) secara fixed dalam jangka waktu panjang. Di Pakistan, mura>bah}ah dengan margin tetap dapat digunakan baik dalam jangka waktu pendek, menengah maupun panjang. Di Inggris, akad mura>bah}ah bahkan digunakan dalam transaksi pembiayaan rumah dengan jangka waktu sangat panjang 20-25 tahun39. Berbeda negara, maka berbeda pula dalam mengaplikasikan akad jual belinya.

Perbedaan penggunaan rate of profit dalam akad jual beli yang bersifat pasti dan ditentukan di depan (fixed and predetermined) dengan jangka waktu yang panjang juga telah menjadi perdebatan. Saiful Azhar Rosli berpendapat bahwa pengenaan rate of profit yang berlebihan

                                                                                                                                       Muhammad Abduh dan Raditya Sukmana, Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets, 60.

38Mahmoud A. El-Gamal, Islamic Finance: Law, Economics and Practice (New York: Cambridge University Press, 2006), 77.

39Jonathan Langton, Cristina Trullots and Abdullah Q. Turkistani, Islamic Economics and Finance: A European Perspective (Hampshire UK: Palgrave Macmillan, 2011), 124.

Page 42: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

10  

(excesive) dalam transaksi jual beli mengandung unsur ghaban fa>hish40 yang dilarang oleh Islam41. Sedangkan Yahia Abdul Rahman berpendapat bahwa rate of profit yang digunakan dalam transaksi mura>bah}ah tidak bisa dalam bentuk fixed dan berjangka panjang karena akan terkena riba> al- fad}l akibat tidak dilakukannya mark to the market 42yang sesuai dengan harga pasar dalam periode pembiayaan43. Menurut Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal yang menyatakan bahwa secara teoritis, mura>bah}ah dan salam seharusnya hanya digunakan untuk transaksi jangka pendek44. Jadi secara teoritis akad mura>bah}ah lebih cocok diterapkan untuk transaksi jangka pendek dari sisi konsep rate of profit-nya.

Critical issue lainnya yang menjadi penekanan dalam perdebatan konsep rate of profit sebagai pengganti rate of interest ini adalah bahwa apakah bank syariah yang menjalankan fungsi bisnisnya yang berbasis jual beli telah memasukkan unsur ‘iwa>d atau imbal nilai (counter value) atau ziya>dah (pertambahan tanpa adanya aktivitas di sektor riil) dalam penentuan rate of profit-nya. Sesuai teori rate of profit Islami, keuntungan yang diambil harus mengandung 3 unsur yaitu : 1) nilai tambah atau value addition karena adanya unsur kerja (kasb), 2) pengambilan risiko atau risk taking (ghurm) karena adanya risiko perubahan harga pada barang yang diperdagangkan dan 3) penanggungan kewajiban jika terjadi kecacatan pada barang yang diperjualbelikan atau liability (d}ama>n)45.

                                                            40Ghaban fa>hish adalah keuntungan yang bersifat tidak lazim dan

eksploitatif terhadap kondisi pasar yang ada. Lihat Ibn Taymiyyah, Majmu>’ah al-Fata>wa> Syaikh al-Isla>m (Riyad}: Matabi’ al-Riyad}, 1963), Vol. 25, 299.

41Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets (Kuala Lumpur: Dinamas, 2005),

42 Mark to market adalah suatu metodologi untuk menentukan harga yang adil dari suatu produk atau jasa berdasarkan nilai pasar yang riil dalam pasar terbuka. Lihat Yahia Abdul Rahman, The Art of Islamic Banking and Finance: Tools and Techniques for Community-Based Banking (New Jersey: John Wiley & Sons, 2010), 54.

43Yahia Abdul Rahman, The Art of Islamic Banking and Finance: Tools and Techniques for Community-Based Banking (New Jersey: John Wiley & Sons, 2010), 53-55

44Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Aanalysis for Islamic Bank (Washington: World Bank, 2008), 15

45Saiful Azhar Rosly, Islamic Interbank Money Market: Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets, 595-601.

Page 43: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

11  

Berkenaan dengan besarnya rate of profit, Rasulullah SAW sendiri tidak secara tegas menentukan kadar atau batasan dari keuntungan (tah}di>d al-ribh}). Dalam Mejelle, Effendi Ismail Haqqi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keuntungan yang berlebihan adalah tidak melampaui: 1) 1/20 (5%) dari total harga barang; 2) 1/10 (10%) dari harga hewan dan; 3) 1/5 (20%) dari harga rumah (real estate)46. Keuntungan yang dimaksud di sini menurut penulis adalah profit dalam bay‘ naqdan atau jual beli tunai (bukan jual beli tunda). Pendapat yang sama dikatakan oleh Al-Ghazali, bahwa rate of profit untuk barang sebesar antara 5-10 persent dari harga barang tersebut47

Sementara ini, bank-bank syariah di pusat keuangan dunia, masih menggunakan LIBOR (London Inter-Bank Offered Rates) atau rata-rata suku bunga kredit dari bank-bank terbesar di London. Sedangkan di Indonesia, perbankan syariah masih menggunakan JIBOR (Jakarta Inter-Bank Offered Rates) atau suku bunga rata-rata bank-bank terbesar di Indonesia dalam penentuan suku bunga pembiayaan syariah seperti KPR, Kredit Multi Guna dan kredit lainnya. Penggunaan LIBOR atau JIBOR pada dasarnya adalah suku bunga yang dikenakan oleh 5 (lima) bank terbesar baik di pusat keuangan dunia seperti London, dalam transaksi pinjaman antar bank di pasar uang (money market) yang ditentukan berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan uang (money supply and demand) sebagai cost of funds dan bukan berdasarkan harga di pasar barang dan jasa misalnya dalam hal transaksi mura>bah}ah pembiayaan mobil atau jasa sewa menyewa (ija>rah) mobil sebagai Islamic benchmark.

Mahmoud A. El-Gamal48 mendukung penggunaan conventional benchmark yaitu LIBOR sebagai benchmark mark up pada transaksi jual beli. Menurut guru besar ekonomi dan statistik dan ketua program studi Islamic Economics, Finance and Management di Rice University ini penggunaan “Islamic Benchmark”49 tidak perlu dan tidak praktis serta                                                             

46Mejelle Majallah el Ahkam-I adliya (translation) by C.R. Tyler and D.G. Demetriads, Effendi Ismail Haqqi (Kuala Lumpur: The Other Press, 2004).

47S.M. Ghazanfar, Medievel Islamic Economic Thought : Filling the “Great gap” in European Economics (London: Routledge Curzon, 2003), 201.

48Mahmoud A. El-Gamal adalah professor ekonomi dan statistik, ketua program studi Islamic Economics, Finance and Management, Department of Economics di Rice University, Houston. Lihat http:// www.ruf.rice.edu/~elgamal /files /newvita. pdf

49Islamic Benchmark di sini maksudnya adalah benchmark tersendiri yang akan digunakan dalam pasar keuangan syariah yang tidak menggunakan suku bunga sebagai patokan (penulis).

Page 44: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

12  

berbahaya karena meskipun ia mengakui bahwa implicit rate (rate yang dikenakan sebenarnya) dalam keuangan syariah berbeda-beda tergantung dari kualitas underlying asset, tetapi benchmark Islam dalam pasar keuangan syariah ini tidak cukup mendalam dan tidak memiliki likiduitas yang baik untuk membentuk implicit rate yang uniform (seragam) sebagai patokan melakukan transaksi50. Mahmoud A. El-Gamal sepertinya melihat kepada beragamnya akad yang digunakan dalam benchmark Islam seperti jual beli, sewa menyewa, kerja sama dan lain lain dibandingkan konvensional yang hanya menggunakan akad utang piutang membuat benchmark Islam lebih sulit.

Berbeda dengan Mahmoud A. El-Gamal, Mohsin S. Khan51 dan Abbas Mirakhor52 berpendapat bahwa dalam sistem ekonomi Islam, rate of return dalam financial asset ditentukan oleh rate of return dari bank financing yang akan digunakan sebagai benchmark.53 Ini berarti bahwa Mohsin S. Khan dan Mirakhor tidak setuju bahwa LIBOR yang menggunakan suku bunga dijadikan sebagai benchmark dalam keuangan syariah. Abbas Mirakhor, 20 tahun kemudian bersama Hassan Askari dan Zamir Iqbal, mengembangkan lagi pemikirannya tentang benchmark ini dalam bukunya “New issues in Islamic Finance and Economics: Progress and Challenge” bahwa dalam sistem ekonomi Islam, benchmark untuk mark up pada akad jual beli seharusnya adalah rate of return dari sektor riil.54 Kata lain dari rate of return di atas adalah rate of profit dalam menilai sekuritas syariah.

Perbedaan pendapat tentang penggunaan LIBOR yang menggunakan suku bunga, apakah bisa dijadikan sebagai benchmark

                                                            50 Mamoud A. El-Gamal. Islamic Finance: Law, Economics, and

Practice, 79. 51Mohsin S. Khan berasal dari Pakistan, direktur Departemen Timur

Tengah dan Asia Tengah di International Monetary Fund (IMF), dosen senior di London school of Economic. Lihat http://www.imf.org/external/ np/bio/eng/mk. htm

52Abbas Mirakhor lahir di Iran, memperoleh gelar PhD dari Kansas State University in USA. Mengajar di berbagai universitas dan bergabung di IMF sampai tahun 2008. Sekarang Direktur Islamic Finance di International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF), Malaysia. Lihat http://www.inceif.org/faculty-members/prof-dr-abbas-mirakhor.

53 Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy”, Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol. 1, (1989), http://www.kau.edu.sa /Files/320/Researches /51007_21144. pdf (diakses 10 Mei 1013), 50.

54Hossein Askari, Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, New issues in Islamic Finance and Economics: Progress and Challenges, (Singapore: John Wiley &Sons (Asia) Pte.Ltd., 2009), 179.

Page 45: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

13  

dalam pasar keuangan syariah secara umum disebabkan karena penggunaan LIBOR sebagai benchmark dalam mark up akad jual beli hanya sebagai point of reference (titik acuan) terhadap cost of capital (biaya modal) dalam pasar keuangan syariah yang saat ini hidup berdampingan (co-exist) dengan pasar keuangan konvensional.

Di samping Islamic benchmark dalam penentuan harga produk pasar keuangan syariah, Islamic benchmark juga diperlukan sebagai acuan dalam menentukan keputusan investasi dalam manejemen keuangan. Pada ekonomi konvensional, discount rate (tingkat diskonto) yang merupakan konsep ex ante atau pre determined (ditentukan di depan) dan menggunakan suku bunga (interest) berperan dalam menentukan harga aset finansial. Contoh penerapan discount rate ini adalah dalam penentuan harga obligasi di pasar sekunder yaitu dalam menentukan harga sekarang (present value) dari sebuah obligasi konvensional, yang menggunakan suku bunga sebagai discount rate-nya. Permasalahan muncul ketika pasar keuangan syariah yang tidak mengenal suku bunga dan konsep ex ante sebagai pengukur nilai waktu dari uang (time value of money). Alat ukur apa yang akan digunakan untuk mewakili discount rate dalam kerangka keuangan syariah. Dalam hal ini berbeda-beda pendapat ekonom Muslim.

Fahim Khan berpendapat bahwa discount rate yang Islami bisa dilihat dari tingkat imbal hasil deposito di Bank Islam. Alasan yang digunakan adalah bahwa untuk mendekati nilai waktu dari uang (time vale of money), kita memerlukan suatu portofolio di mana risikonya hampir tidak ada (almost non existant) dan dapat diabaikan sehingga hanya risiko murni karena waktu yang dapat dipertimbangkan. Jadi hanya rate of return dari portofolio yang tidak berisiko yang dapat mewakili discount rate. Hanya diversifikasi dari portofolio yang dapat mengurangi risiko atau dengan kata lain, rate of return dari proyek-proyek yang telah terdistribusi yang dapat menjadi proxy dari nilai waktu dari uang. Rate of return seperti ini mendekati pencerminan risiko yang harus ditanggung yang berhubungan dengan waktu yang tidak pasti. Oleh karena itu, Fahim Khan mengusulkan rate of return atau equivalent rate dari deposito bank syariah agar dapat mewakili discount rate Islam,55 sebab hal tersebut diperoleh setelah bank syariah mendistribusikan dana deposito tadi ke proyek-proyek yang terdiversifikasi ke dalam berbagai segment dan mendapatkan return dari proyek-proyek tersebut untuk dibayarkan kepada pemegang deposito.

Kenyataan tentang adanya penggunaan discount rate ini pada masa awal Islam, Kadim As S}adr juga menjelaskan dalam bukunya “Money and Monetary Policies in Early Islamic Period in Essays on                                                             

55 M. Fahim Khan. Essays in Islamic Economy: Time Value of Money and Discounting in Islamic Perspective. (Leicester, UK: The Islamic Foundation, 1995), 168.

Page 46: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

14  

Iqtisad: Islamic Approach to Economic Problems” bahwa pada masa awal Islam sudah terdapat konsep discount rate di mana jika barang dibeli secara tunai maka harga lebih murah atau jika barang tersebut dibeli secara tunda dengan cicilan dalam jangka waktu tertentu maka harganya lebih mahal.56 Selanjutnya Kadim As S}adr juga menjelaskan bahwa dalam kebijakan moneter pada masa awal Islam, dalam rangka meningkatkan investasi maka tingkat profit dari barang yang dijual secara tunda diturunkan.57Kebijakan moneter dengan menaikkan atau menurunkan harga jual tunda instrument syariah yang berdasarkan akad jual beli yang diraktekkan pada jaman Nabi SAW ini dengan demikian bisa dijadikan salah satu dasar teori moneter bagi Bank Sentral untuk melakukan kebijakan pengendalian moneter dengan sistem bebas bunga.

Hal ini juga menunjukkan bahwa harga tunai dan harga tunda bisa berbeda. Harga tunda lebih besar disebabkan adanya kemungkinan keuntungan (rate of profit) dari perputaran barang selama waktu tertunda tersebut. Perbedaan konsep pembebanan atau pengakuan rate of profit atas harga tunda, di dalam aplikasinya di bank syariah terpecah ke dalam 2 pendapat yang tajam yaitu : 1) perhitungan harga tunda berdasarkan konsep rate of (compounded) interest dengan sistem effective rate58 dan 2) perhitungan harga tunda berdasarkan konsep bebas bunga (rate of profit) dengan sistem proporsional (flat rate)59. Perbedaan pembebanan

                                                            56 Kadim As-S}adr menjelaskan “… The Variable existing in the markets

of the early Islamic period consisted of the cash prices of goods and services, their credit prices, the period of credit transaction, the rate of profit in trading activities, the rate of return in investment, the price of factors of production, the period of qard hasan loans and the rate of discount on permissible debt instrument. Lihat Kadim As-S}adr. Money and Monetary Policies in Early Islamic Period in Essays on Iqtisad : Islamic Approach to Economic Problems. (Silver Spring, USA: Nur Corp, 1989), 216.

57 Kadim juga menjelaskan “…Monetary policy in the early Islamic Period seems to have been directed towards lowering the rate of return on trade credit and promissory notes as much as possible in order to encourage investment”. Lihat Kadim As-S}adr. Money and Monetary Policies in Early Islamic Period in Essays on Iqtisad: Islamic Approach to Economic Problems, 217.

58 Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Moneyju‘a>lahtal Theory (Singapore : John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd, 2009), 221-222.

59Slamet Wiyono dan Taufan Maulamin. Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia : Aplikasi pada Entitas Perbankan Syariah, Takaful, Entitas Syariah lainnya dan Entitas Konvensional yang Melakukan Transaksi Syariah. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, 131).

Page 47: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

15  

ini bahkan sampai saat ini masih menjadi perdebatan di tingkat otoritas yaitu : antara Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI melalui Surat Bank Indonesia No.9/634/DPbS tanggal 20 April 2007 meminta bank syariah untuk menggunakan metode proporsional dalam pembebanan margin, sementara OJK memberikan opsi kepada bank syariah untuk melakukan pembebanan baik metode proporsional atau efektif. Hal ini menunjukkan OJK belum memiliki konsep yang jelas tentang rate of profit.

Kenyataan ini tentunya menimbulkan pertanyaan mendasar tentang konsep margin (rate of profit ) dalam sistem keuangan Islam, yang semestinya memiliki karakter tersendiri. Oleh karena itu dalam penerapan rate of profit ini seharusnya bank syariah tidak hanya mengekor atau melihat suku bunga dari perbankan konvensional seperti LIBOR, SIBOR dan JIBOR tetapi diharapkan bank-bank syariah memiliki benchmark tersendiri, terlepas dari sistem bunga yang dipraktekkan pada sistem keuangan konvensional.

Disertasi ini bertujuan menemukan konsep pengganti bunga dalam ekonomi Islam yaitu rate of profit. Konsep rate of profit ini bahkan di kalangan ekonom-ekonom muslim sendiri, dipersepsikan dengan konsep yang berbeda-beda di antara mazhab pemikiran ekonomi Islam seperti Baqr Al-S}adr dari Aliran Klasik (Iqtishaduna), Abdul Mannan, Umer Chapra, M. M. Metwally, M. Fahim Khan dari Aliran Mainstream (Ekonom Islamic Development Bank) dan Masudul Alam Choudury dari aliran Alternatif.

Konsep pengganti bunga dalam perekonomian Islam sangat penting, karena teori permintaan uang diperoleh dari konsep tentang rate of profit ini, yang selanjutnya akan menentukan kebijakan moneter suatu negara untuk mengatur jumlah uang yang beredar (M), sebagaimana teori yang ditemukan oleh Irving Fisher dan dikembangkan oleh Marshal Pigou60 dari mazhab ekonomi konvensional beraliran klasik. Jumlah uang yang beredar (M) atau Money Demand/Supply ini menurut para ekonom dipengaruhi oleh berbagai faktor, tergantung kepada aliran ekonomi yang dianut seperti John Maynard Keynes (1883 M – 1946 M) (Neo Klasik), Marshal-Pigou (Monetarist), Hayek (Austrian) dan mazhab pemikiran ekonomi Islam seperti Muh}ammad Ba>qr as} S}adr, Ka>d}i>m As} S{adr (Mazhab Iqtishaduna), Umer Chapra, Mokhtar M. Metwally (Mazhab Mainstream) dan Masudul Alam Choudury (Mazhab Alternatif).

                                                            60Teori permintaan uang pertama kali dikemukakan oleh Irving Fisher

dengan rumus M.V = P.O dimana M=Money Supply, V=Velocity of Money, P=Price Level, O=Output Riil dan dikembangkan oleh Marshall Pigou. Lihat Frederick Mishkin , The Economics of Money, Banking and Financial Market (New York: Addison Wesley Longman, Edisi ke-6, 2001), 538-539.

Page 48: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

16  

Perbedaan konsep ini menjadi sangat berlawanan tentang teori nilai waktu dari uang (time value of money), yang merupakan tema utama dalam disertasi ini. Ekonom konvensional berpendapat bahwa waktu memiliki nilai uang atau yang disebut sebagai konsep time value of money, atas dasar asumsi bahwa nilai uang pada masa yang akan datang dianalogikan dengan jumlah populasi makhluk hidup. Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance konvensional, dengan rumus : future value = present value (1 + bunga).61 Hal ini yang menjadi perbedaan utama bank konvensional dan bank syariah dimana dalam sistem operasional bank konvensional, prinsip dasar yang digunakan pada dasarnya adalah buatan manusia (man made) tanpa adanya tuntunan dari nilai-nilai Al Qur’an dan Al Hadist62 . Konsep time value of money di atas yang kemudian di sebut sebagai simple interest, dikembangkan kemudian dengan konsep compounded interest (bunga berbunga). Ini adalah sesuatu kekeliruan besar. Di dalam sistem ekonomi Islam tidak mengenal time value of money, melainkan apa yang disebut sebagai economic value of time di mana waktu mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi modal (capital) dan dapat memperoleh return,63. Oleh beberapa ekonom Islam return tersebut disebut sebagai rate of profit, yang di dalam istilah finance konvensional disebut sebagai discount rate.

Masalah rate of profit ini, baik di kalangan ekonom konvensional maupun ekonom muslim terjadi perbedaan pandangan yang tajam yang akan dijelaskan dalam landasan teori, sehingga menyebabkan dalam aplikasinya baik di sektor mikro ekonomi (lembaga keuangan) masih mengikuti perhitungan sistem bunga dan pada sektor makro ekonomi terjadi perbedaan penetapan rate of profit dasar yang sangat bervariasi pada kebijakan bank sentral di beberapa negara seperti Iran, Sudan, Pakistan, Bangladesh, Inggris dan Malaysia. Oleh karena itu penulis berpendapat harus ditemukan konsep rate of profit dalam ekonomi Islam secara jelas karena konsep ini merupakan pengganti konsep bunga dalam ekonomi konvensional pada tataran operasional.

Disertasi ini ditulis untuk menjelaskan perbedaan secara komprehensif konsep pengganti bunga dalam Ekonomi Islam yaitu rate of profit, sehingga konsep ini secara operasional bisa digunakan dalam penentuan kebijakan pemerintah pada tingkat kebijakan makro seperti

                                                            61 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007), 88. 62 Abu Umar Faruq Ahmad, Developments in Islamic Banking Practice :

The Experience of Bangladesh (Boca Raton, Florida: Universal Publishers, 2010), 80.

63 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 88.

Page 49: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

17  

tingkat penentuan return Sukuk Negara untuk pengelolaan APBN, melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah di Bank Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia maupun dalam penentuan rate of return, ekuivalen rate dan margin pada transaksi yang berdasarkan akad jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>, ija>rah dan sala>m dan dasar untuk perhitungan nisbah bagi hasil pada transaksi mud}a>rabah dan musha>rakah pada tingkat mikro seperti lembaga keuangan (bank, asuransi, pasar modal dan lain-lain) dan kegunaan lainnya seperti pada asset and liability management64 dan manajemen risiko bank syariah.

Selain itu disertasi ini ditulis untuk mempertanyakan keabsahan kesimpulan akademisi seperti Mahmoud A. El-Gamal65 yang mendukung penggunaan conventional benchmark yaitu LIBOR sebagai benchmark mark up pada transaksi jual beli. Ia mengatakan bahwa penggunaan “Islamic Benchmark”66 tidak perlu dan tidak praktis serta berbahaya karena meskipun ia mengakui bahwa implicit rate (rate yang dikenakan sebenarnya) dalam keuangan syariah berbeda-beda tergantung dari kualitas underlying asset, tetapi benchmark Islam dalam pasar keuangan syariah ini tidak cukup mendalam dan tidak memiliki likiduitas yang baik untuk membentuk implicit rate yang uniform (seragam) sebagai patokan melakukan transaksi. Padahal ekonom neoklasik John Maynard Keynes (1883 M – 1946 M) secara jelas menyatakan bahwa dia tidak melihat adanya teori yang menjelaskan atau adanya justifikasi ekonomi terhadap eksistensi bunga baik bunga yang bersifat tetap (fixed) atau yang bersifat mengambang (variable) dan ditentukan di depan (pre determined atau ex ante) dalam suatu transaksi hutang. Menurut Keynes bahwa kehadiran bunga lebih disebabkan karena teori Liquidity Preference yang dikembangkannya sendiri yaitu yang menjelaskan kenapa para rentenir menerapkan bunga terhadap uang yang dipinjamkannya dari pada justifikasi pembenaran bunga.67 Dengan kata lain, Keynes pada dasarnya                                                             

64 Asset and liability management adalah suatu proses planning, organizing, actuating dan controlling untuk mendapatkan penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan permodalan (equity), pencarian dana (funding), penggunaan dana (asset). Lihat Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, 21.

65Mahmoud A. El-Gamal adalah professor ekonomi dan statistik, ketua program studi Islamic Economics, Finance and Management, Department of Economics di Rice University, Houston. Lihat http:// www.ruf.rice.edu/~elgamal /files /newvita. pdf

66Islamic Benchmark di sini maksudnya adalah benchmark tersendiri yang akan digunakan dalam pasar keuangan syariah yang tidak menggunakan suku bunga sebagai patokan (penulis).

67John Maynar Keynes, A Treatise on Money (New York : Macmillan, 1930), Chapter 13.

Page 50: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

18  

tidak setuju dengan penerapan perhitungan bunga majemuk (compounded interest) pada transaksi hutang, akan tetapi menyetujui adanya kompensasi atas pengganti dana yang seharusnya dapat digunakan jika tidak dipinjamkan. Kompensasi atas pengganti dana ini, menurut M. Fahim Khan68, dalam sistem keuangan syariah ditentukan oleh profit sharing, yang dinotasikan dengan “a”, sebagai bagian dari rate of profit dari financial asset (Q). Keseimbangan di pasar barang di ekonomi Islam digambarkan dengan rumus, Y = C + I + G di mana C adalah konsumsi sektor privat dengan rumus C = bo + b(1-t)Y, I adalah investasi di sistem ekonomi Islam yang tidak mengenal bunga dan oleh karena itu di rumuskan sebagai I = io – i.a, di mana a adalah rate of profit yang ingin dicari sedangkan G adalah pengeluaran pemerintah. 69

Berbeda dengan rumus Keynes (1883 M – 1946 M), yang menyatakan bahwa Investasi sebagai fungsi dari suku bunga sehingga suku bunga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif, Fahim Khan dari rumus ini menyatakan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan rate of profit bersifat bertolak belakang, tetapi di sini Fahim Khan tidak menjelaskan keseimbangan rate of profit yang dicari secara makroekonomi ini apakah bisa digunakan untuk Bank Sentral dalam menentukan “rate of profit ” instrument pengendali moneter atau untuk menentukan “rate of profit ” rata-rata industri nasional atau dapat juga digunakan untuk rate of profit pembiayaan di bank syariah (bank financing) seperti transaksi mura>bah}ah.

Berbeda dengan Fahim Khan, Hossein Askari menggambarkan rate of profit sebagai hasil keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan setelah diperhitungkan seluruh biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (labor), depresiasi modal (capital), bahan baku dan pajak. 70 Profit juga menghargai risiko dan kewirausahawan. Dengan tidak adanya bunga dan hutang (kredit) dalam perekonomian, maka Ekonomi Islam yang didasarkan kepada penyertaan (shareholding) dan profit akan selalu berada dalam keseimbangan dan kebal terhadap ketidakstabilan dan inflasi. Distorsi yang dihasilkan oleh bunga dan terjadinya kontraksi dan ekspansi yang bersifat siklus tidak akan terjadi dalam Ekonomi Islam,                                                             

68M. Fahim Khan adalah Professor Ekonomi dari Boston University, Amerika. Saat ini bekerja sebagai Chairman of Riphah Center of Islamic Business, Riphah Internasional University, Islamabad, Pakistan setelah sebelumnya menjabat sebagai direktur IRTI (Islamic Resecarch and Training Institute dan beberapa posisi di Ministry of Planning, Pemerintah Pakistan. Lihat irtipms.org/Fahim Khan_E.asp atau http://www.mihe.org.uk/fahim-khan.

69M. Fahim Khan, Essays in Islamic Economics (Leicester: The Islamic Foundation, 1995), 220-224.

70 Hossein Askari, The Stability of Islamic Finance (London: Wiley, 2010), 17.

Page 51: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

19  

karena rate of profit berhubungan langsung dengan ekonomi riil. Rate of profit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa kategori bunga. Misalnya bunga untuk risk free paper seperti SBI di Indonesia dan T-Bills di Amerika Serikat lebih rendah dari rate of profit.71 Dalam ekonomi Islam, kredit konsumsi unsich tanpa underlying barang dan jasa atau kontrak bisnis tidak dikenal oleh karena itu modal hanya digunakan secara efisien dan produktif pada investasi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Oleh karena itu dalam ekonomi Islam, kapasitas untuk menghasilkan lapangan kerja dan pertumbuhan secara substansial lebih besar dari pada perekonomian yang didasarkan atas bunga. Spekulasi yang didasarkan atas suku bunga dan turunan produk suku bunga seperti leverage, produk-produk derivative seperti forward, option, future, interest rate swap, currency swap dan lain-lain , asset backed securitization, margin trading dan lainnya dilarang dalam ekonomi Islam, oleh karena itu ekonomi Islam kebal terhadap rekayasa penciptaan profit dari spekulator yang semuanya berdasarkan suku bunga yang bersifat ex-ante, seperti spekulasi yang dilakukan melalui produk-produk diatas.

Saat ini sudah sangat diperlukan pengganti konsep bunga seperti yang diperintahkan oleh Al Qur’an dan hadis, yaitu melalui perniagaan72 atau jual beli dengan rate of profit sebagai komponen penunjang utama dalam sistem ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai dasar Islam. Para ekonom klasik sebenarnya telah mengutarakan konsep rate of profit seperti Adam Smith (1723 M – 1790 M)73 yang telah mengkritik bunga

                                                            71 Aswath Damodaran, Investment Valuation Tools and Techniques for

Determining the Value of Any Asset, (Canada: John Wiley & Sons, 2002), 156-157.

72 QS. Annisa’ (4) : 29 

73 John Adam Smith (lahir di Kirkcaldy, Skotlandia, 5 Juni 1723 – wafat di Edinburgh, Skotlandia, 17 Juli 1790 dalam umur 67 tahun), adalah seorang filsuf berkebangsaan Skotlandia yang menjadi pelopor ilmu ekonomi modern. Karyanya yang terkenal adalah buku “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” (disingkat The Wealth of Nations) adalah buku pertama yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith adalah salah satu pelopor sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan pada abad 19 mulai terkenal di sana. Lihat Museum biografi, “Biografi Adam Smith - Bapak Ilmu Ekonomi Dunia”, http://museumbiografi. blogspot. com/2013/11/biografi-adam-smith-bapak-ilmu-ekonomi.html.

Page 52: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

20  

sebagai penyederhanaan dari rate of profit.74 Wicksel (1851 M – 1926 M)75 menyebutnya sebagai natural rate of profit 76 dan Keynes (1883 M – 1946 M) yang menyebutnya sebagai marginal efficiency of capital.77 J. Von Neumann (1903 M – 1957)78 bahkan dalam kesimpulannya mengatakan bahwa rate of profit pada dasarnya sama dengan rate of interest79. Para ekonom di atas menyebut dengan istilah yang sedikit berbeda tapi dengan maksud yang sama.

Konsep rate of profit dalam ekonomi Islam sangat ditentukan oleh premis dasar tentang definisi ekonomi menurut mazhab pemikiran ekonomi Islam. Mazhab Iqtishaduna beranggapan bahwa sumber daya alam pada dasarnya tidak terbatas, rate of profit sebagai komponen utama (rukun) dalam transaksi perdagangan sebagai pengganti riba dijelaskan sebagai perbedaan antara harga jual komoditi pada transaksi tunda dan harga tunai saat ini atau Pt/Po.80 Dalam mazhab mainstream, rate of profit lebih didefnisikan sebagai imbalan sebagai ganti rugi

                                                            74Adam Smith, An Inquiry Into the Nature and Cause of the Wealth of

Nations, An Electronic Classic Series Publication. Chapter 9, 85, http://www2. hn.psu.edu /faculty/jmanis/adam-smith/wealth-nations.pdf (diakses 17 November 2013).

75 Wicksell atau lengkapnya Johan Gustaf Knut Wicksell (1851 M – 1926 M) adalah seorang ekonom Swedia yang dikenal juga sebagai bapak Stockholm School of Economics, salah seorang penemu ekonomi makro modern. Karyanya berfokus pada tingkat riil dan tingkat bunga nominal , the marginal productivity of capital, dan faktor-faktor penentu tingkat harga. Lihat http://www.econlib.org/library/ briefbios.html#wicksell (diakses 17 Desember 2013).

76Wicksell, Lectures in Political Economy, trans. E. Classen (London : Routledge, 1934), 148.

77J.M. Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (New York: Macmillan, 1936), Chapter 13, 202, 217.

78 John von Neumann lahir di Budapest, Hungary tahun 1903 dan wafat tahun 1957 di Washington D.C., USA. J. von Neumann adalah salah satu dari enam professor matematika (JW Alexander, A Einstein, M. Morse, O Veblen, J von Neumann dan H Weyl) pada tahun 1933 pada Institute of Advanced Study yang baru didirikan di Princeton. Lihat http://www-history.mcs.st-and.ac.uk/Biographies /Von_Neumann.html (diakses 20 Maret 2014).

79J.V. Neumann, A Model of General Economy Equilibriumin J.A. Kregel, Rate of Profit, Distribution and Growth: Two Views (USA : Aldine Transaction, 1971), 15

80Kadim As-S}adr. Money and Monetary Policies in Early Islamic Period in Essays on Iqtisad : Islamic Approach to Economic Problems. (Silver Spring, USA : Nur Corp, 1989), 216.

Page 53: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

21  

terhadap dana yang idle.81 Sedangkan mazhab alternative, rate of profit didefinisikan sebagai profit sharing atau expected rate of profit, yang merupakan harapan keuntungan yang bisa didapatkan dari menginvestasikan uang di sektor riil.82 Perbedaan pendapat dan permasalahan rate of profit ini dapat berimbas baik secara makro maupun mikro.

Secara makro permasalahan rate of profit dapat menyangkut penggunaan akad yang diambil pemerintah dalam menentukan return sukuk pemerintah dan Bank Sentral dalam pengendalian keuangan syariah terutama dalam menyerap dan melonggarkan likuiditas. Secara mikro permasalahan rate of profit dapat terjadi pada penentuan margin dan bagi hasil serta dalam metoda pembebanan margin (flat/efektif) dalam transaksi perbankan baik transaksi yang bersifat jual beli atau kerjasama seperti mud}a>rabah dan musha>rakah. Rate of profit sangat penting artinya dalam ilmu keuangan, karena perannya yang sangat sentral dalam menilai asset keuangan. Dalam ilmu keuangan konvensional, harga asset keuangan lebih besar ditentukan oleh naik turunnya suku bunga, karena nilai present value atau harga sekarang dari asset tersebut dinilai berdasarkan nilai diskonto dari arus uang yang akan datang, dengan menggunakan tingkat suku bunga sebagai alat ukurnya.

Permasalahannya adalah dalam kenyataannya saat ini dalam kebijakan makroekonomi, kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral tidak jelas dan tidak mengikuti salah satu mazhab di atas. Dengan mengambil akad wadi>‘ah dan ju‘a>lah pada transaksi SWBI dan saat ini berevolusi menjadi SBIS, Bank Indonesia belum mempunyai konsep yang jelas tentang rate of profit sebagai pengganti bunga yang berfungsi sebagai pengendali moneter pada kebijakan keuangan syariah. Jika dibandingkan dengan kasus di negara lain, Malaysia sudah lebih jelas dalam penetapan kebijakan sektor keuangan syariahnya dalam hal ini penetapan akad pada instrument pengendali kebijakan keuangan, yaitu dengan akad mud}a>rabah dan bay‘ al ‘inah83. Indonesia seharusnya dapat mengikuti langkah Malaysia mengingat sudah banyak investasi syariah yang memiliki rating yang baik seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), sehingga Bank Indonesia dapat menempatkan kelebihan likuiditas syariahnya pada instrument ini yang pada akhirnya dibagihasilkan kepada bank bank syariah nasional.

                                                            81M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, terj. Husein Sawit

(Jakarta: Bangkit Daya Insana, 1995) , 90-93. 82M.A. Choudhury, Generalized Theory of Islamic Development

Financing (London : The Edwin Mellen Press, 1997), 47. 83Abdul Ghaffar Ismail, Money, Islamic Banks and the Real Economy

(Kuala Lumpur: Cengage Learning, 2010), 155-159.

Page 54: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

22  

Sementara dalam level mikro, kebijakan yang diambil perbankan syariah dalam menentukan rate of profit atau margin pada transaksi berbasis jual-beli seperti mura>bah}ah pada dasarnya mengikuti tingkat suku bunga yang berlaku di bank-bank konvensional. Saat ini sudah sangat diperlukan benchmark keuangan syariah memiliki standard yang terpisah dengan bank konvensional hal penentuan rate of profit jika dibandingkan dengan bunga karena pada dasarnya konsep rate of profit adalah konsep ex post sedangkan bunga pada dasarnya adalah konsep ex-ante atau predetermined.

Metode pembebanan rate of profit yang menghasilkan keadilan distributif pada pendapatan yang merupakan tujuan ekonomi Islam seharusnya dapat diatur atau disusun dalam peraturan otoritas sehingga dapat menjadi dasar aplikasinya di lembaga keuangan syariah. Amanah konstitusi dalam Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945, dapat dijadikan dasar bagi otoritas seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menyusun aturan rate of profit yang dapat menciptakan keadilan ekonomi dalam distribusi pendapatan dan kekayaan. Amanah tersebut mengatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Sri Edi Swasono84 mengatakan

                                                            84Prof Sri Edi Swasono Nitidiningrat lahir di Ngawi pada tanggal 16 September

1940. Suami dari Prof Dr. Meutia Farida Hatta, M.A. ini dibesarkan di Solo. Prof. Edi biasa panggilan beliau menyelesaikan studi sajana Ekonomi, FEUI pada tahun 1963, kemudian pada tahun 1966 menyelsaikan studi MPIA, University of Pittsburgh, USA, dan pada 969 menyelesaikan studi S3 (Ph.D.) di University of Pittsburgh USA, pada usia masih muda yaitu 28 tahun. Sekarang Prof Edi Staf Pengajar/Guru Besar FEUI (1961-sekarang), Guru Besar Luar Biasa (S3 UNAIR, 2000-sekarang), Guru Besar Luar Biasa (S3 UIN, 2010-sekarang, Dosen Tamu, Diklatpim Tk I/Tk II, LAN (2000-skrng), Dosen Tamu SESKOAL (1970-sekarang), Dosen Tamu SESKOAU (1970-1981), Dosen Tamu SESKOPOL/SESPINPOL (1970-2004), Ketua Umum Regional Income Research Group (RIRG) Indonesia (1972-1980), Dosen Tamu LEMHANAS (1975-sekarang), Anggota Pokja GBHN Dewan HANKAMNAS (1975-1993), Direktur UI-Press (1978-1989), Anggota Dewan Sosial Politik ABRI (1991-1999), Ketua Umum DEKOPIN (1988-1997; Pj 2004-2009), Anggota Badan Pekerja MPR RI (1992-2004), dan lain-lain. Penasihat Menteri PPN/Ketua BAPPENAS (1993-sekarang), Penasihat Menko EKUIN (1998-2000), Penasihat Menko Perekonomian (2000-2001), Mengajar/Memberi ceramah di DN dan LN, Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa (2012-2017). Beliau juga Promotor/Ko-Promotor Disertasi (S3) Pasca Sarjana (FHUI, FPsi UI, UGM, UNAIR, UIN SH, dll). Beliau telah banyak menerima tanda jasa diantaranya yang terakhir adalah Penghargaan Kebudayaan dari Sri Sultan HB X, 2013, Anugerah HB IX dari UGM (IPTEK), 19 Des 2013. Beliau telah menulis, menyunting dan menerbitkan tiga puluh tujuh buku sejak tahun 1975 s/d sekarang, diantaranya adalah Ekonomi Islam dalam Pancasila (Surabaya: Pasca UNAIR, 2008); Ekspose Ekonomika: Mewaspadai Globalisasi dan Pasar Bebas (Yogyakarta: UGM-Pustep, 2004, edisi revisi 2010); Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Perkumpulan PraKarsa, 2010); Menolak Liberalisme dan Membangun Ekonomi Nasional (Yogyakarta: tent. Pustep UGM, 2010); Kompetitivisme vs Kooperativisme (Jakarta: Bappenas, 2012); Kebudayaan Mendesain Masa Depan (2012); Indonesia Negara Maritim (2013); Pancasila Dasar Negara (2013); Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan: Ekonomi dan Budaya (Yogyakarta: UGM Press, 2013); Kedaulatan, Kebangsaan, Kerakyatan (UST-PRESS, 2014). Prestasi Akademis Luar

Page 55: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

23  

bahwa perekonomian harus disusun agar tidak tersusun sendiri sesuai dengan kekuatan dan kehendak pasar yang selalu memihak kepada yang berada dan bertenaga beli. Imperatif harus disusun “supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu “(QS 59:7). Ekonomi Syariah dengan demikian selaras dengan konstitusi negara dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dan compatibility ekonomi syariah dengan ekonomi pancasila dalam perjuangannya tidak tereduksi dan lebih terpusat hanya pada upaya membangun bank-bank syariah saja, seterusnya riba hanya ditinjau dari segi bunga perbankan saja. Kehidupan ekonomi ribawi justru hidup subur di dalam sistem ekonomi yang eksploitatori secara luas, yang membiarkan terjadinya trade-off secara sistemik untuk kerugian si miskin dan si lemah yang tersubordinasi dan terdiskriminasi, yang membiarkan brutalitas laissez-faire dalam arti luas, yang justru diabaikan oleh mereka yang lengah oleh eforia dalam mengembangkan bank-bak syariah, tanpa memperhatikan perlunya dekonstruksi dan restrukturisasi sistem ekonomi yang usurious.85 Pendekatan sistem ekonomi secara struktural yang menciptakan konsep rate of profit yang non-usurious seperti yang dipaparkan oleh Sri Edi Swasono dengan demikian menjadi sangat penting.

Ketidakjelasan rate of profit baik secara konsep pemikiran di antara para ekonom konvensional dan muslim maupun dalam tataran aplikatif baik makro maupun mikro inilah yang mendorong penulis untuk membahas dan menemukan solusi atas permasalahan ini.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi

kemungkinan permasalahan yang muncul berkenaan dengan rate of profit, diantaranya adalah: 1. Pengaruh rate of profit terhadap kestabilan sistem keuangan. 2. Pengaruh rate of profit terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Pengaruh rate of profit terhadap inflasi. 4. Pengaruh rate of profit terhadap distribusi pendapatan pada

investasi di bank syariah yang berkeadilan (Equitable Distribution of Income)86

                                                                                                                                       Biasa Memimpin/menghitung untuk pertama kalinya Pendapatan Regional Indonesia (PDRB) 26 Provinsi (1979).

85Sri Edi Swasono, ”Ekonomi Islam dalam Pancasila”, Annual Meeting of Indonesian Economics Experts Association UNAIR-Surabaya tanggal 1-3 Agustus 2008, 36.

86Iraj Toutounchian, Islamic Money & Banking: Integrating Money in Capital Theory (Singapore: John Wiley & Sons, 2009), xx.

Page 56: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

24  

5. Pengaruh suku bunga bank konvensional terhadap rate of profit deposito pada bank syariah.

6. Faktor-faktor endogen dan exogen yang mempengaruhi rate of profit dan margin dari bank-bank Syariah

7. Konsep dan aplikasi rate of profit pada bank syariah yang menciptakan keadilan ekonomi.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis

membatasi permasalah yang akan dikaji dalam disertasi ini yaitu hanya pada konsep dan aplikasi rate of profit pada bank syariah baik tingkat makro maupun mikro yang menciptakan distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha yang berkeadilan (keadilan ekonomi). Pada tingkat makro, penulis fokus membahas aplikasi rate of profit bank syariah dalam menciptakan kestabilan distribusi pendapatan (distributive justice) pada sistem keuangan syariah antara bank dan nasabah dalam transaksi investasi dan kestabilan harga-harga aset keuangan syariah yang dapat mempengaruhi kestabilan sistem keuangan syariah secara keseluruhan. Pada tingkat mikro penulis membatasi aplikasi rate of profit pada bank syariah untuk akad-akad yang bersifat ex ante (akad jual beli seperti mura>bah}ah, salam, istisna dan akad sewa seperti ija>rah) dan ex post (mud}a>rabah dan musha>rakah) dan penerapannya dalam produk-produk perbankan syariah yang menciptakan kestabilan sistem keuangan syariah sehingga tercapai distribusi pendapatan yang berkeadilan (equitable distribution of income) baik pada investor, bank dan debitur atau keadilan ekonomi dan terciptanya kesejahteraan masyarakat (equitable distribution of wealth)

D. Perumusan Masalah

Berangkat dari pembatasan masalah di atas, maka pertanyaan besar yang timbul sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah mewujudkan konsep rate of profit di bank syariah yang dapat menciptakan keadilan ekonomi pada distribusi pendapatan dan tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam struktur sistem ekonomi yang adil ?

Page 57: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

25  

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini secara garis besar adalah menemukan konsep

rate of profit menurut ekonomi Islam dengan basis bebas bunga, yang dapat digunakan dalam kehidupan ekonomi baik dalam kebijakan makro maupun mikro, dengan sistem operasional yang jelas untuk menciptakan stabilitas keuangan dan keadilan ekonomi (menciptakan equitable distribution of income and wealth) serta mewujudkan kemakmuran (menghilangkan kemiskinan dan pengangguran) melalui pertumbuhan yang stabil, sesuai tujuan syariah (maqa>s}id shari>‘ah)87. Adapun secara rinci tujuan disertasi adalah : a. Mengelaborasi, menganalisis dan mensintesiskan pokok pokok

ajaran Islam yang mengatur tentang konsep “rate of profit ” dalam sistem ekonomi Islam berdasarkan petunjuk sumber hukum Islam88, dan kerangka konseptual ini menjadi formulasi yang dapat diaplikasikan secara operasional sehingga dirasakan manfaatnya melalui penciptaan sistem distribusi pendapatan yang berkeadilan (equitable distribution of income) dan menciptakan kesejahteraan masyarakat (equitable distribution of wealth)

b. Mengkonstruksikan dan menemukan formulasi rate of profit sebagai instrument distribusi pendapatan melalui profit sharing di bank syariah yang sangat penting sebagai pengganti bunga dalam sistem distribusi hasil usaha dan kekayaan dalam ekonomi Islam.

2. Manfaat Disertasi

Hasil disertasi ini diharapkan dapat menghasilkan suatu konsep

rate of profit yang dapat digunakan secara operasional baik oleh Pemerintah dalam pengelolaan APBN dengan menggunakan instrument keuangan syariah, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam menjalankan kebijakan moneternya dan mengeluarkan aturan-aturan

                                                            87Dari segi bahasa maqa>s}id shari>‘ah adalah maksud atau tujuan

disyariatkannya hukum Islam. Menurut Akhmad al Raisuni sebagaimana yang dikutip oleh Fathurrahman Djamil bahwa yang menjadi bahasan utama di dalam maqa>s}id shari>‘ah adalah masalah h}ikmah dan ‘illat ditetapkannya suatu hukum. Maka maqa>s}id shari>‘ah penting untuk dibahas apalagi dalam kegiatan mu’amalat kontemporer. Lihat Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), 123.

88Muhammad Akram Khan, Islamic Economic: The State of The Art in Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics (Kuala Lumpur : CERT Publications, 2007), 143.

Page 58: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

26  

untuk mencapai tujuan pencapaian pertumbuhan ekonomi sekaligus mencapai stabilitas pada harga-harga barang pada sektor riil, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya dalam penentuan harga-harga produk keuangan syariah, pelaku bisnis dalam melakukan transaksi transaksi dengan akad syariah dengan konsep rate of profit syariah ini sehingga tercapai tujuan ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat dan menciptakan keadilan ekonomi. Selain itu disertasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pandangan Islam mengenai instrument distribusi pendapatan pengganti bunga (rate of interest) yaitu rate of profit yang merupakan instrument yang sangat penting untuk mencapai keadilan ekonomi dan menjadi sumbangan pemikiran dalam pengembangan wacana-wacana ekonomi Islam di Indonesia dan dunia di tingkat akademisi. F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan.

Berdasarkan bidang keilmuan, penelitian ini masuk ke dalam penelitian ekonomi Islam di mana penelitian di kaitkan dengan konsep-konsep ekonomi Islam kemudian di sesuaikan dengan fakta atau praktek ekonomi lslam di lapangan. Berdasarkan pendekatan data yang dikumpulkan, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, catatan-catatan yang berhubungan dengan pengertian, makna dan nilai.89 Dalam penelitian kualitatif ini, penulis mencoba menjelaskan fakta yang sesungguhnya terjadi di lapangan mengenai aplikasi rate of profit di bank syariah baik di tingkat makro maupun mikro, kemudian melihat bagaimana konsep ekonomi Islam tentang rate of profit secara komprehensif. Berdasarkan tempat pelaksanaan, penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) dan penelitian lapangan (field research).90 Berdasarkan tujuan umum, maka penelitian ini masuk dalam kategori penelitian pengembangan (developmental research) sebagai sesuatu penelitian untuk menyempurnakan penelitian yang pernah ada sebelumnya.91 Penelitian ini menyempurnakan penelitian dan aplikasi                                                             

89Kaelan, Metodologi Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma, 2005), 5.

90Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi; Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 14.

91Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi; Teori dan Aplikasi, 16-17.

Page 59: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

27  

rate of profit yang telah diterapkan di lembaga keuangan syariah sebelumnya. Berdasarkan taraf pencapaian, penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) dan penelitian inferensial (inferential research).92 Penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi di lembaga keuangan syariah baik makro dalam hal ini bank sentral maupun mikro dalam hal ini perbankan syariah. Penelitian inferensial dilakukan untuk mencari solusi sebagai bahan rekomendasi aplikasi rate of profit ini dapat mewujudkan keadilan ekonomi (equitable distribution of income) dan kemakmuran masyarakat (equitable distribution of wealth).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fikih dan ekonomi Islam untuk menganalisis konsep rate of profit dan aplikasinya serta pengaruhnya kepada distribusi pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan melalui transaksi investasi dan pembiayaan pada bank syariah.

2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah adalah data yang digali dari data utamanya. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari melalui hasil pengolahan pihak kedua dari penelitian lapangannya baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Sumber data primer yang digunakan diperoleh dari kitab-kitab fikih, dan buku-buku diantaranya adalah: (1) Wahbah al-Zuhayli>, Al-Mu‘a>malah al-Ma>liyyah al-Mu‘a>s}irah, (Bayrut: Dar al-Fikr, 2002); (2) Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Bayru>t: Dal al-Qalam, 1994); (3) Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah (Bayrut: Da>r al-Fikr, 1973), jilid III; (4) Muhammad Isma>‘i>l al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> ( Da>r T{u>q al Naja>h, 1422 H); (5) Ibn Rushd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtasid, (Bayrut: Dar al-Fikr, tp. th.); (6) Kadim As} S{adr, Money and Monetary Policies in Early Islamic Period (Silver Spring : Nur Corporation, 1989); (7) M.A. Choudhury, Generalized Theory of Islamic Development Financing (London : The Edwin Mellen Press, 1997); (10) Umer Chapra, “Monetary Management in an Islamic Economy”, Islamic Economic Studies Journal, Vol 4, No.1, (1996); (11) M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. Husein Swait (Jakarta : Bangkit Daya Insana, 1995); (12) Nejatullah Siddiqi, Issues in Islamic Banking (Leicester :The Islamic Foundation, 1994); (13) Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Bayru>t: Dal al-Qalam, 1994); (14) Muhammad

                                                            92 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi; Teori dan

Aplikasi , 17.

Page 60: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

28  

Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an); (15) Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy”, Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol. 1, (1989); (16) Hosein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, New Issues in Islamic Finance and Economics : Progress and Challenges (Singapore: John Wiley and Sons (Asia)Pte.Ltd, 2009); (17) Iraj Tutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Money in Capital Theory, (Singapore: John Wiley and Sons (Asia) Pte. Ltd, 2009, dan lain-lain. Bahan-bahan primer lainnnya diambil dari journal-journal internasional seperti : (1) Mahmoud A. El-Gamal, Islamic Finance: Law, Economics and Practice (New York: Cambridge University Press, 2006) (2) Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy”, Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol. 1, (1989), (3) Hossein Askari, Zamir Iqbal and Abbas Mirakhor, New issues in Islamic Finance and Economics: Progress and Challenges, (Singapore: John Wiley &Sons (Asia) Pte.Ltd., 2009), (4) M. Fahim Khan. Essays in Islamic Economy: Time Value of Money and Discounting in Islamic Perspective. (Leicester, UK: The Islamic Foundation, 1995) (5) J.M. Keynes, A Treatise on Money (New York : Macmillan, 1930), Chapter 13 (6) J.M. Keynes, A Treatise on Money (New York : Macmillan, 1930), dan lain-lain.

Selain itu data sekunder yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua dari penelitian lapangannya baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif seperti Fatwa DSN-MUI, Peraturan Bank Sentral baik di Indonesia seperti Peraturan Bank Indonesia (PBI) , Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri, Laporan Distribusi Bagi Hasil, Dokumen di Bank Syariah seperti Dokumen Kredit Bank Danamon Syariah dan observasi di Bank Syariah Mandiri memperkuat analisa empiris terhadap konsep rate of profit pada disertasi ini.

3. Pengolahan Data dan Metode Analisis

Metode analisis penelitian ini utamanya menggunakan

documentary research (documentary analysis), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa data atau fakta yang disusun secara logis dari berbagai data baik primer maupun sekunder. Metode analisis lainnya adalah metode survey (survey analitic), yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk menarik kesimpulan guna mendapatkan arti yang lebih jauh yang tersembunyi di balik data. Selanjutnya dari kedua metode ini penulis memformulasikan konsep “rate of profit” secara matematis agar bisa digunakan secara operasional baik secara makro (dalam sistem moneter) maupun secara mikro (dalam sistem keuangan Islam).

Page 61: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

29  

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Penelitian tentang konsep rate of profit syariah tidak banyak. Penelitian yang sering dilakukan adalah penelitian secara empiris bukan konsep. Penelitian yang pernah dilakukan yang berkenaan dengan rate of profit diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudin Haron dan Norafifah Ahmad

yang berjudul “The Effects of Conventional Interest Rates and Rate of profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaysia”93 dalam International Journal of Islamic Financial Services Vol 1. No. 4. Dalam penelitian ini Sudin Haron dan Norafifah Ahmad hanya meneliti pengaruh suku bank konvensional terhadap rate of profit deposito pada bank syariah di Malaysia secara empiris sedangkan konsepnya sendiri tidak dibahas. Berbeda dengan penulis, pembahasan utama disertasi ini lebih kepada bagaimana konsep rate of profit itu sendiri yang sesuai syariah dan aplikasinya pada bank syariah dalam menciptakan distribusi pendapatan yang berkeadilan dalam transaksi investasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdel Hameed M. Bashir yang berjudul “Determinants of Profitability and Rate of Return Margins in Islamic Banks: Some Evidence from the Middle East”94 di Department of Economics di Grambling State University di LA, USA. Penelitian ini hanya berfokus untuk mengetahui pada faktor-faktor endogen dan exogen yang mempengaruhi profit dan margin dari bank-bank syariah khususnya di Timur Tengah. Penelitian ini tidak membahas tentang konsep rate of profit sebagai pengganti rate of interest, melainkan lebih membahas teknik untuk memaksimalkan profitability di bank-bank syariah di Timur Tengah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Belouafi yang berjudul “Asset and Liability Management of an Interest Free Islamic

                                                            93Sudin Haron and Norafifah Ahmad, “The Effects of Conventional

Interest Rates and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaysia,” International Journal of Islamic Financial Services Vol 1. No. 4, 1999, http://www.iiibf.org/journal.html.

94Abdel Hameed M. Bashir, “Determinants of Profitability and Rate of Return Margins in Islamic Banks: Some Evidence from the Middle East,” Seventh Annual Conference in Amman, Jordan, 2000, www.erf.org.eg /CMS/uploads /pdf /1185358321 _finance4.pdf.

Page 62: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

30  

Bank”.95 Ahmad Belouafi meneliti tentang pengelolaan asset dan liability di bank syariah yang beroperasi tanpa menggunakan instrument bunga untuk mendapatkan bagaimana cara yang terbaik dalam meningkatkan profit dan menekan biaya melalui model yang dikembangkan. Penelitian ini tidak membahas tentang konsep rate of profit sebagai pengganti bunga dalam bank yang bebas bunga dalam melakukan asset-liability management di bank syariah.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mohd Azmi Omar, Azman Md Noor dan Ahamed Kameel Mydin Meera dalam “Islamic Pricing Benchmark.”96 Penelitian ini berusaha untuk menemukan rumusan Islamic Benchmark untuk Malaysia. Penelitian lebih bersifat empiris, studi kasus Malaysia.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Martin Cihak dan Heiko Hesse, Islamic Banks and Financial Stability : An Empirical Analysis (Kuala Lumpur : International Monetary Fund Working Paper, 2008), di 77 bank syariah tersebar di Timur Tengah, Malaysia, Pakistan dan Yaman, dengan menggunakan z-score untuk mengukur stabilitas masing-masing bank, dengan kesimpulan bank syariah besar cenderung tidak stabil. Penelitian ini bersifat empiris dan tidak membahas tentang konsep rate of profit.

6. Penelitian yang dilakukan Amine Abi Aad dan Elias Raad, The Battle of Islamic and Commercial Bank: Are Islamic Bank More Cost, Revenue and Profit Efficient than Commercial Bank : an Empirical Study from The Middle East (Saarbrucken, Deuscthland : Lebanese American University,2009) juga pada dasarnya adalah penelitian empiris dan tidak menyinggung konsep rate of profit, dengan kesimpulan bank syariah rata-rata net profit-nya lebih rendah 3% dibandingkan bank konvensional.

7. Trisiladi Supriyanto, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Net Margin Pada Pengelolaan Asset-Liability bank syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri),” Tesis, Universitas Indonesia, 2009. Penelitian ini hanya bersifat empiris untuk mengetahui hubungan pengaruh suku bunga terhadap rate of profit di Bank Syariah Mandiri dan tidak membicarakan konsep rate of profit itu sendiri.

                                                            95Ahmed Belouafi, “Asset and Liability Management of an Interest Free

Islamic Bank,” Disertasi, Management School, University of Sheffield, United Kingdom, 1993.

96Mohd Azmi Omar, Azman Md Noor dan Ahamed Kameel Mydin Meera, “Islamic Pricing Benchmark,” Research Paper, No. 17, 2010. www.ipublication.isra.my/category-82128.html

Page 63: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

31  

H. Kerangka Pemikiran Gambar 1.1

Flow Chart Pembahasan Disertasi97

                                                            97 Gambar diolah penulis.

Surat Al-Baqarah Ayat 275, 27/ Annisa’ Ayat 29/ Ali Imran Ayat 130

 و حرم الربا احل هللا البىع Rate of Interest (حرم) Rate of Profit احل) )

Ekonom konvensional (Rate of Interest)

Ekonom Muslim

Konsep Rate of ProfitMakro Mikro

Diskursus

Ekonom konvensional (Rate of Profit)

Teori Bunga Murni Pasar Barang (IS)

Time Preference Bohm Bawerk Nassau Capital Productivity Marshall Thornton Wicksell Samuelson

Teori Bunga MoneterPasar Uang (LM)

Loanable Funds A Lerner Liquidity Preference

J.M. Keynes 

Teori Bunga ModerenKedua Pasar (IS=LM)

Equlibrium Rate

A.H. Hansen 

Karl Marx (ROE) J. Von Neumann (β) Kalecki (ROI) Piero Sraffa (GNP) 

Bagi hasil

Ex-Ante (Pre Determined) Ex-Post

Benchmark Interest/Pasar Uang

Benchmark mark-up/index Pasar Barang

M. Taqi UsmaniGamal Mahmoad Hossein Askari Zamir Iqbal Abbas Mirakhor (2009)

Muhammad Uzair M. A. Choudhury Umar Chapra Metwally Nejatullah Siddiqy Fahim Khan Iraj Toutounchian

Baqr al-Sad}rKadim al-Sad}r Salman Sheikh Mohsin S. Khan Abbas Mirakhor (1989)

 

Stabilisasi Sistem Keuangan SyariahNet Income Bank Syariah

Harga Aset Keuangan Syariah

Penentuan Harga Pembiayaan Metode Pembebanan & Pencatatan

Page 64: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

32  

Ada tiga hal besar yang diteliti di sini yaitu konsep rate of profit, aplikasinya di ekonomi makro pada sistem keuangan dan aplikasinya di ekonomi mikro pada penentuan harga aset keuangan syariah, yang sesuai dengan tujuan maqa>s}hid shari>‘ah yaitu terwujudnya keadilan ekonomi dalam bentuk distribusi pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan (equitable distribution of income and wealth) di masyarakat. Tiga aspek ini dianalisa dari sudut pandang fikih dan ekonomi Islam. Untuk lebih memahami alur pembahasan disertasi ini, dapat dilihat pada flow chart pembahasan disertasi di Gambar 1.1.

1. Konsep Rate of Profit Konsep pengganti bunga (rate of interest), yaitu rate of profit

sangat penting dalam perekonomian Islam, karena teori yang berhubungan dengan ekonomi makro seperti permintaan uang, inflasi, sistem keuangan, distribusi pendapatan dan kekayaan, serta teori yang berhubungan dengan ekonomi mikro seperti teori penentuan rate of profit yang bebas bunga dan pembebanannya yang berlawanan dengan konsep time value of money, semuanya harus berasal dari konsep rate of profit yang Islami ini. Disertasi ini bertujuan menemukan konsep pengganti bunga dalam ekonomi Islam yaitu konsep rate of profit di bank syariah. Konsep rate of profit ini di kalangan ekonom-ekonom muslim sendiri, dipersepsikan dengan konsep yang berbeda-beda di antara mazhab pemikiran ekonomi Islam seperti Baqr Al-S}adr dari Aliran Klasik (Iqtishaduna), Abdul Mannan, Umer Chapra, M. M. Metwally, M. Fahim Khan dari Aliran Mainstream (Ekonom Islamic Development Bank) dan Masudul Alam Choudury dari aliran Alternatif.

Sementara ini dengan tidak adanya konsep rate of profit ini sebagai pengganti bunga, bank-bank syariah di pusat keuangan dunia, masih menggunakan LIBOR (London Inter-Bank Offered Rates) atau rata-rata suku bunga kredit dari bank-bank terbesar di London mengikuti fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammad Taqi Usmani98 dan Sheikh Nizam Yacoubi atau dengan kata lain konsep rate of profit disamakan dengan konsep rate of interest oleh keduanya. Penggunaan LIBOR sebagai benchmark dipraktekkan dalam penentuan profit margin (rate of profit) mura>bah}ah atau sewa ija>rah untuk produk-produk pembiayaan home financing dan commercial financing lainnya seperti pembiayaan mobil, motor dan barang-barang consumer lainnya. Sedangkan di Indonesia, perbankan syariah masih menggunakan JIBOR (Jakarta Inter-

                                                            98  Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance,

(Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an, 1998), 118-119.  

Page 65: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

33  

Bank Offered Rates) atau suku bunga rata-rata bank-bank terbesar di Indonesia dalam penentuan suku bunga pembiayaan syariah seperti KPR, Kredit Multi Guna dan kredit lainnya. Penggunaan LIBOR atau JIBOR pada dasarnya adalah suku bunga yang dikenakan oleh 5 (lima) bank terbesar baik di pusat keuangan dunia seperti London, dalam transaksi pinjaman antar bank di pasar uang (money market) yang ditentukan berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan uang (money supply and demand) sebagai cost of funds dan bukan berdasarkan harga di pasar barang dan jasa misalnya dalam hal transaksi mura>bah}ah pembiayaan mobil atau jasa sewa menyewa (ija>rah) mobil sebagai Islamic benchmark.

Kenyataan ini tentunya menimbulkan pertanyaan mendasar tentang konsep margin (rate of profit ) dalam sistem keuangan Islam, yang semestinya memiliki karakter tersendiri. Untuk memahami perbedaan konsep rate of profit dan rate of interest ini, pembahasan tentang konsep rate of interest mulai dari para ekonom klasik seperti Adam Smith, David Ricardo, Bohm Bawerk, Henry Thornton, Wicksell, John Maynnard Keynes, Paul A. Samuelson, Mankiw, Rober Pindyck, Daniel Rubinfeld dan A.H. Hansen, yang telah menghasilkan teori bunga yang berevolusi mulai dari teori Bunga Murni, Teori Bunga Moneter sampai dengan Teori Bunga Moderen dan kelemahan-kelemahan teori tersebut perlu diketahui. Hal ini sangat penting agar kemudharatan yang berasal dari teori teori tersebut tidak diambil dan diaplikasikan begitu saja dalam konsep rate of profit yang saat ini sedang dikembangkan dan diharapkan dapat mewujudkan tujuan kemaslahatan dalam ekonomi Islam yaitu terciptanya keadilan ekonomi.

Masalah rate of profit ini, baik di kalangan ekonom konvensional maupun ekonom muslim terjadi perbedaan pandangan yang tajam yang akan dijelaskan dalam landasan teori, sehingga menyebabkan dalam aplikasinya baik di sektor mikro ekonomi (lembaga keuangan) masih mengikuti perhitungan sistem bunga dan pada sektor makro ekonomi terjadi perbedaan penetapan rate of profit dasar yang sangat bervariasi pada kebijakan bank sentral di beberapa negara seperti Iran, Sudan, Pakistan, Bangladesh, Inggris dan Malaysia. para ekonom Muslim juga berbeda pendapat melihat konsep rate of profit. Diantaranya Mausudul Alam Choudury, M. Fahim Khan, Kadim al-S}adr, Metwally, Muhammad Uzair, Muhammad Uzair, Umar Chapra, Nejatullah Siddiqi, Salman Sheikh, Muhammad Taqi Usmani, Iraj Toutounchian, Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor dan Mohsin S. Khan mempunyai pandangan yang berbeda beda. Perbedaan pandangan ekonom Muslim dengan ekonom konvensional adalah bahwa ekonom Muslim merujuk pada dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama, tetapi mencoba menterjemahkan dalam kondisi dan situasi yang berbeda sehingga pandangan mereka juga berbeda. Perbedaan konsep tentang rate of profit ini dipengaruhi oleh perbedaaan

Page 66: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

34  

aliran pemikiran atau mazhab yang dianut oleh negara atau mayoritas penduduk muslimnya, sistem ekonomi yang dianut suatu negara, kedudukan bank syariah dalam undang-undang dan pendekatan pengembangan produk yang dipilih. Apapun perbedaan pendapat yang terjadi saat ini, konsep rate of profit harus ditemukan dalam rangka mencapai keadilan ekonomi secara keseluruhan (justice) yang merupakan tujuan pokok maqa>shid s}hari>‘ah yaitu tercapainya distribusi pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan.

2. Aplikasi Konsep Rate of Profit di Makro Ekonomi.

Konsep rate of profit sebagai instrument distribusi pendapatan dalam ekonomi Islam seharusnya menciptakan keadilan ekonomi. Rate of profit yang menciptakan keadilan ekonomi dapat dicapai melalui perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di mana terjadi distribusi pendapatan yang berkeadilan. Untuk melihat peran rate of profit sebagai dasar sistem bagi hasil yang diterapkan dalam sistem keuangan Islam, maka kita dapat melihat hubungan rate of profit ini dalam menciptakan stabilitas keuangan terutama dalam pengelolaan asset-liability lembaga keuangan yang menghasilkan net income yang stabil atau rate of profit yang akan dibagihasilkan antara nasabah dengan lembaga keuangan yang tidak terpengaruh oleh naik turunnya faktor-faktor risiko pasar termasuk pengaruh tidak langsung dari suku bunga. Untuk mencapai stabilitas keuangan tersebut, kita perlu melihat: 1) Peran rate of profit ini dalam stabilitas sistem keuangan syariah yang diukur dari net income pada asset-liability management bank syariah, 2) Peran rate of profit pada stabilitas pasar keuangan syariah yang diukur dari volatilitas nilai aset keuangan syariah, 3) Melakukan verifikasi dari hasil empiris terhadap konsep rate of profit di bank syariah.

3. Aplikasi Konsep Rate of Profit di Mikro Ekonomi. Penentuan rate of profit pada produk pembiayaan syariah

merupakan kunci bagi terciptanya keadilan ekonomi dalam pendapatan investasi dan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk ringannya biaya usaha jika dibandingkan dengan menggunakan sistem bunga (rate of interest). Rate of profit pembiayaan yang berkeadilan akan menghasilkan rate of profit yang adil bagi nasabah dana mud}a>rabah dan bank sebagai pengelola. Dalam rate of profit pembiayaan berupa marjin, ujrah dan bagi hasil, terdapat hak nasabah dan bank dalam sistem distribusi bagi hasil di bank syariah. Tidak seperti sistem bunga di perbankan konvensional, rate of profit nasabah dengan sistem bagi hasil di bank syariah berpedoman kepada rate of profit atau keuntungan di sektor riil. Jika rate of profit di bank syariah mengikuti atau di-benchmark dengan rate of interest dengan sistem perhitungan pembebanan dan distribusi pendapatan berdasarkan prinsip time value of money dengan metode anuitas maka selain akan merugikan nasabah dana dan sebaliknya lebih

Page 67: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

35  

memberatkan nasabah pembiayaan. Dengan sistem time value of money yang ribawi ini, yang diuntungkan hanya management bank, oleh karena itu perlu dianalisa rate of profit pada produk pembiayaan berjangka pendek, panjang dan pada transaksi kartu kredit, dengan melakukan pembandingan dengan praktek di bank syariah dan bank konvensional saat ini dikaitkan dengan aturan-aturan otoritas keuangan yang ada di Indonesia.

Dengan konsep rate of profit Islami yang berdasarkan prinsip economic value of time diharapkan tujuan distribusi yang berkeadilan dalam ekonomi Islam yaitu : pemenuhan kebutuhan dasar (dalam hal investasi dan kesempatan berusaha) dapat dijamin, untuk memenuhi maqa>s}id shari>’ah yang kelima yaitu pemeliharaan terhadap harta, terciptanya distribusi pendapatan yang berkeadilan (bukan persamaan –equality) dan penghapusan perbedaan kekayaan dan pendapatan yang tajam di masyarakat dapat tercapai.99 Dengan konsep rate of profit ini, tercapai juga tujuan sosial dan ekonomi yang diharapkan dalam penerapan sistem ekonomi Islam yaitu: meningkatnya investasi dan tabungan, dengan pendapatan yang berkeadilan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya investasi, alokasi sumber daya secara efisien melalui konsep rate of profit dengan sistem profit sharing dapat tercapai full employment, terciptanya kestabilan sistem keuangan/perbankan dan terciptanya kestabilan sistem ekonomi, sehingga tujuan penarapan syariah yaitu maqa>s}hid s}hari>‘ah terutama kemaslahatan dalam bidang ekonomi (harta) dapat diwujudkan.

I. Sistematika Penyusunan Laporan Penelitian.

Bab I Merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah dan urgensi kenapa masalah ini dibahas, meliputi rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, ruang lingkup dan sistematika penelitian penulisan.

Bab II Memuat diskursus tentang rate of profit, rate of interest dan riba di kalangan non-Muslim baik klasik maupun kontemporer yang diawali dengan riba dalam pandangan non-Muslim, diskursus rate of interest dalam ekonomi konvensional, kelemahan teori bunga secara ilmiah dan diskursus rate of profit perspektif ekonomi konvensional.

                                                            99 Muhammad Annas Zarqa, “A Normative Approach Towards

Distribution”, Second International Conferences on Islamic Economics, Islamabad, 1983, 19-23.

Page 68: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

36  

Bab III Memuat tentang diskursus rate of profit perspektif fikih dan ekonomi Islam yang diawali dengan konsep harga yang adil perspektif ekonomi Islam, konsep rate of profit perspektif ekonomi Islam, diskursus rate of profit perspektif ekonomi Islam dan kelemahan teori bunga ekonomi Islam dalam perspektif ekonom Islam modernist, konservatif, dan ekonomi Islam dalam Pancasila.

Bab IV Bab ini memuat aplikasi rate of profit dalam tataran ekonomi makro yaitu bagaimana hubungan rate of profit dalam menciptakan stabilitas keuangan syariah. Pembahasan lebih rinci membahas tentang peran rate of profit dalam stabilitas sistem keuangan syariah yang diukur dari net income dalam asset liability management bank syariah, stabilitas harga aset keuangan syariah dan studi empiris kestabilan keuangan di Bank Syariah Mandiri dan bank-bank syariah di negara lain dalam pengelolaan asset liability.

Bab V Bab ini membahas bagaimana implementasi rate of profit dalam ekonomi mikro pada penentuan harga produk syariah dengan dasar jual beli dan bagi hasil di lembaga keuangan syariah serta untuk perhitungan rate of profit dalam portofolio bank syariah.

Bab VI Bab terakhir sebagai penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.

 

 

 

 

Page 69: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

37  

BAB II

DISKURSUS KONSEP RATE OF PROFIT , RATE OF INTEREST (BUNGA) DAN RIBA PERSPEKTIF

KONVENSIONAL

Ekonom konvensional berbeda-beda pendapatnya tentang konsep rate of profit. Konsep rate of profit ini menurut J.A. Kregel

1 dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu : masa sebelum Keynes (Klasik) dan masa setelah Keynes (Neoklasikal). Teori rate of profit klasik diwakili oleh J. Von Neumann, sedangkan pada masa neoklasik diwakili oleh Sraffa2. Teori-teori ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda beda tentang Rate of profit. Dalam penjelasan di bab II ini, penulis melihat bahwa Karl Marx (1818-1883 M) pada dasarnya menyamakan rate of profit dengan return on equity (ROE3), J. von Neuman (1903 – 1957 M) menjelaskan bahwa rate of profit pada dasarnya sama dengan rate of interest (bunga) , Piero Sraffa (1898 – 1983 M) menyamakan rate of profit dengan GNP (Gross National Product), dan Keynes ( 1883–1946 M) yang telah disempurnakan oleh Kalecki menyamakan rate of profit dengan rate of investment (ROI) suatu industri. Pendapat Keynes ini kemudian dikembangkan dalam perhitungan keuntungan proyek berdasarkan teori Marginal Efficiency of Capital (MEC).

Sebelum membahas perbedaan pendapatan tentang rate of profit, pada bab II ini akan diawali dengan riba (usury) dalam pandangan

                                                            1J.A. Kregel adalah professor ekonomi di Universitas Degli. Studi di

Bologna dan di John Hopkins University, Paul Nitze School of Advanced International Studies. Lihat J.A. Kregel, Rate of Profit, Distribution and Growth: Two Views (London: Macmillan,1971).

2J.A. Kregel, Rate of Profit, Distribution and Growth : Two Views (London: Macmillan,1971), 12.

3  Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba setelah pajak dengan rata-rata equitas. Lihat Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 286. 

Page 70: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

38  

ekonom konvensional, diskursus tentang rate of interest dan kelemahan teori bunga itu sendiri dalam pandangan ekonom konvensional.

A. Riba Perspektif Ekonomi Konvensional Permasalahan riba telah menjadi bahan kajian di kalangan Yahudi,

Yunani, Romawi dan kalangan Kristen dari masa ke masa sejak dua tahun yang lalu. Orang Yahudi dilarang mempraktekkan pengambilan bunga di mana pelarangan tersebut tertera dalam Old Testament (Perjanjian Lama) dan Undang-Undang Talmud.

Pada masa Yunani, sekitar abad VI SM – 1 M telah terdapat beberapa jenis-jenis bunga yang dipraktekkan. Besarannya bervariasi tergantung kepada kegunaannya. Secara umum dikategorikan sebagai berikut dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.14

Variasi Jenis Bunga pada Masa Yunani

No Pinjaman Prosentase

1 Pinjaman biasa 6% – 18%

2 Pinjaman Properti 6% - 12%

3 Pinjaman antarkota 7% - 12%

4 Pinjaman perdagangan dan Industri 12% - 18%

Pada masa Romawi, pada masa pemerintahan Genucia (342 SM),

kegiatan pengambilan bunga tidak diperbolehkan. Akan tetapi pada masa Unciaria (88 SM), praktek tersebut dibolehkan kembali.5 Terdapat empat jenis bunga pada Romawi. Bisa dilihat pada tabel di bawah ini: :

Tabel 2.26

Jenis Bunga pasa Masa Romawi

No Bunga Prosentase

1 Bunga maksimal yang dibenarkan 8%-12%

                                                            4Muhammad Syafe’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik

(Jakarta: Gema Insani, 2001), 44. 5 Muhammad Syafe’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik , 44. 6 Muhammad Syafe’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik, 44. 

Page 71: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

39  

2 Bunga pinjaman biasa di Roma 4% - 12%

3 Bunga untuk wilayah (daerah taklukan Roma) 6%-100%

4 Bunga khusus Byzantium 4%-12%

Meskipun pengambilan bunga dalam prosentase tertentu dilegalkan, tetapi para ahli filsafat seperti Plato (427-374 SM), Aristoteles (384–322 SM), Cato (234-149 SM) dan Cicero 106-43 SM) tetap mencela praktek pengambilan bunga karena merupakan sesuatu yang hina dan keji. Pandangan seperti ini juga dianut oleh masyarakat secara umum pada waktu itu. Di kalangan pemuka agama Kristiani7 juga terdapat berbagai pandangan tentang boleh dan tidaknya praktek pengambilan bunga. Berbagai pandangan mereka dapat dikelompokkan kepada tiga periode utama yang menjadi sejarah sehingga pada akhirnya praktek bunga dibolehkan yaitu bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.38 Tiga periode Proses Pembolehan Bunga oleh Pemuka Agama Kristen

No Abad Pemuka Agama

Kristen

Pandangan terhadap

Bunga

1 I -XII Para pendeta awal

Kristen

Tidak membolehkan

pengambilan bunga

2 XII - XVI Para sarjana Kristen Berkeinginan agar bunga

dibolehkan

3 XVI – tahun

1836 M

Para reformis

Kristen

Membolehkan bunga

                                                            7Pemuka agama Kristiani yang melarang pengambilan bunga ini

diantaranya adalah St. Basil (329-379M), St. Gregory (335-395 M), St. John Chrysostom (344-407 M), St. Augustine, st. Anselm (1033-1109 M). Kemudian larangan praktek bunga ini juga dikeluarkan dalam bentuk undang-undang seperti Council of Elvira, Council of Arles, First Council of Nicaea dan Council of Vienne. Lihat Muhammad Syafe’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik, 46.

8  Gambar diolah penulis dari Mohamad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic: Pengantar Ekonomi Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), 67 dan Lihat Muhammad Syafe’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktik, 45-47.

 

Page 72: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

40  

Para pendeta Kristen pada abad I –XII secara umum melarang pengambilan bunga karena pengambilan bunga adalah tindakan yang tidak berperikemanusiaan, kejam, perampokan, dan lain-lain. Larangan ini juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk Undang-undang. Kemudian para sarjana Kristen abad XII – XVI mulai berkeinginan untuk membolehkan praktek pengambilan bunga karena pada masa itu perekonomian dan perdagangan sudah berkembang sangat pesat. Uang dan kredit menjadi unsur yang sangat penting dalam masyarakat. Pinjaman untuk memberi modal kerja kepada pedagang mulai berjalan. Pasar uang mulai terbentuk sehingga proses tersebut mendorong terwujudnya suku bunga pasar secara meluas. Mereka mulai melakukan redefinisi bunga untuk memperhalus dan melegitimasi praktek pengambilan bunga. Bunga mulai dibedakan menjadi interest dan usury. Interest adalah bunga yang dibolehkan sedangkan usury adalah bunga yang berlebihan. Makna asli dari usury adalah pengenaan sewa atas penggunaan uang (to charge a price for using [or renting] money). Sekarang ini usury diartikan sebagai bunga yang berlebihan atau terlalu tinggi (excessive interest).9 Praktek pengambilan interest saja dibolehkan, asalkan tidak berlebihan atau menjadi usury.

Gambar 2.110

Redefinisi Bunga oleh Para Sarjana Kristen Abad XII-XVI Pada abad pertengahan, para banker melakukan kreasi sehingga praktek yang dilakukan di dunia perbankan terhindar dari pelarangan praktek bunga yang diatur dalam undang-undang yaitu melalui tiga tahap

                                                            9Yahia Abdul-Rahman, The Art of Islamic Banking and Finance; Tools

& Technique for Community-Based Banking (New Jersey: John Wiley & Sons, 2010), 19.

10 Gambar diolah penulis dari buku Yahia Abdul-Rahman, The Art of Islamic Banking and Finance; Tools & Technique for Community-Based Banking, 19. 

Bunga

Interest

Usury

Bunga yang dibolehkan

Bunga yang berlebihan

Page 73: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

41  

yang disebut dengan contractum trinius. Cara kerja contractum trinius dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 11

Medieval Contractum Trinius (Pada Abad Pertengahan)

Contractum Trinius adalah langkah-langkah yang dipergunakan untuk menghindari praktek riba yang dilarang dalam undang-undang Kristiani pada waktu itu. Untuk memperhalus, seolah-olah yang

                                                            11  Josept A. DiVanna, Understanding Islamic Banking; The Value

Proposition that Transcends Cultures (Cambridge: Leonardo and Francis Press, 2008), 18.  

Provide monies 100 100 Receive monies

Net + 10

Receive rights to profit 15 15 Sell back rights to profit

Buy insurance 5 5 Sell insurance

Receive repayment 100 100 Repayment

Borrower Lender

Transaction 1

Transaction 2

Transaction 3

Final repayment

Monies Monies

In out in out

15 100 100 15

100 5 5 100

Net + 10

Page 74: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

42  

diperolah adalah profit bukan riba. Proses tiga transaksi di atas bisa dijelaskan:

1. Pada transaksi pertama, investor menyediakan modal atau komoditas

atau asset dalam suatu periode waktu, biasanya 1 tahun, kepada pengelola.

2. Pada transaksi kedua, pengelola lalu menjual hak untuk mendapatkan profit dari hasil investasi kepada investor dengan fee atau rate of profit yang telah ditentukan didepan (predetermined)

3. Pada transaksi ketiga, investor membeli asuransi terhadap investasi untuk menghindari gagal bayar dari pengelola.12

Ketiga transaksi ini jika digabungkan maka secara mekanis akan terjadi transaksi yang sama dengan pinjaman plus bunga. Tarek el Diwani menyamakan contractum trinius ini dengan transaksi Islami modern dengan menggabungkan 3 akad: yaitu 1) Akad pinjaman bebas bunga (qard}) adalah halal, 2) hibah juga halal, 3) wa’ad yang juga halal. Secara terpisah masing masing transaksi tersebut adalah halal, namun jika ketiga akad tersebut digabungkan maka itu sama saja dengan transaksi pinjaman dengan tambahan atau riba yang diharamkan.13 Dalam konsep keuangan Islam, dilarangnya riba tidak berarti bahwa penyediaan modal dalam suatu kerjasama investasi tidak ada imbal hasilnya akan tetapi bahwa pengakuan atas profit yang ditentukan di depan seperti dalam contractum trinius diharamkan. Yang dihalalkan adalah penetapan rasio profit sharing bukan penetapan imbal hasil yang telah ditentukan di depan (predetermined). Penulis melihat transaksi yang identik dengan contractum trinius pada praktek perbankan modern saat ini adalah contohnya akad-akad pada transaksi kartu kredit syariah, yaitu dengan menggabungkan 3 akad yang halal : 1) Akad qardh untuk pinjaman pemegang kartu kredit kepada bank, 2) Akad ija>rah dengan fee (rate of profit) yang ditentukan di depan untuk penyewaan mesin kartu kredit dan 3) Akad kafa<lah untuk menjamin pengembalian pembayaran dari bank kepada penjual barang atau jasa. Dari ketiga transaksi ini, rate of profit yang dihalalkan disamarkan dalam transaksi riba karena pengenaan rate of profit didasarkan kepada selisih bersih penggunaan uang (pinjaman qard}) dalam kartu kredit. Tahap demi tahap perubahan kebijakan pembolehan praktek bunga oleh pemuka Kristiani akhirnya melahirkan pembolehan praktek

                                                            12  Josept A. DiVanna, Understanding Islamic Banking; The Value

Proposition that Transcends Cultures ,18. 13Tarek el Diwany, Step by Step You Shall Follow Them, Education

Exchange and Dinar Exchange Meeting, 30 April 2004, available at http://www.dinar-exchange.co.uk/index.php?page=April_2004.

Page 75: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

43  

bunga dalam segala bentuk yang telah dilegalkan oleh reformis Kristen pada abad XII. Inilah asal usul akhirnya sampai sekarang praktek bunga sudah menjadi hal biasa atau dianggap segala mencari keuntungan biasa dan ini tentu sudah kembali lagi ke zaman jahiliyah di mana praktek riba dan jual beli dianggap sebagai sesuatu yang tidak berbeda. B. Diskursus Rate of interest dalam Ekonomi Konvensional.

Konsep bunga atau riba, dalam perkembangannya seperti telah

disinggung oleh Al-Qur’an14, 14 abad yang lampau dan terus mengalami pengembangan terutama oleh para ekonom kapitalis dan dijustifikasi oleh pengikutnya hingga sekarang. Teori teori tersebut antara lain adalah: the abstinence theory, the classical theory of interest, time-preference theory, liquidity preference theory, interest and deposit mobilization, opportunity cost of capital, bunga sebagai harga atas kelangkaan modal (productivity theory), bunga untuk mengimbangi penurunan nilai uang karena inflasi dan bunga yang dianggap sebagai keuntungan (rate of profit). Di bawah ini pandangan para ekonom kapitalis tentang alasan pembenaran konsep bunga diantaranya dikemukakan oleh Adam Smith (1723 M-1790 M)15, David Ricardo (1772 M-1823 M)16, Henry Thornton (1760 M–1815 M)17, Bohm Bawerk (1851 M – 1914 M)18, Wicksell (1851

                                                            14QS. Al-Baqarah (2): 276, 277. 15 Adam Smith lahir di Kirkcaldy, Skotlandia pada tanggal 5 Juni 1790

dan wafat di Edinburgh, Skotlandia pada tanggal 17 Juli 1790. Smith adalah seorang ekonom dan filsuf yang menulis buku suci kapitalisme “The Wealth of Nation”, yang meriinci sistem politik ekonomi pertama dan buku yang paling berpengaruh yang pernah ditulis. Bio, “Adam Smith”, http://www.biography.com /people /adam-smith-9486480#synopsis. (diakses 17 November 2013). 

16 David Ricardo lahir di London, UK pada tahun 1772 M dan meninggal d tahun 1823 M di Gatcombe Park, UK. Ricardo ada seorang ekonom klasik yang dipengaruhi oleh pemikiran Adam Smith dalam bukunya “The Nature and Causes of the Wealth of Nations”. Sebelumnya beliau adalah seorang pialang sukses. Buku Ricardoyang terkenal adalah On the Principles of Political Economy and Taxation. Lihat Online Library of Liberty; A Collection of Scholarly Works about Individual Liberty and Free Markets,http://oll.libertyfund.org. (diakses 20 November 2013).

17 Henry Thornton lahir di London tahun 1760 M dan meninggal pada tahun 1815 M. Thornton adalah seorang ekonom Inggris dan seorang dermawan yang memberikan terhadap teori moneter, interest, peredaran uang. Thornton adalah ekonom pertama yang membedakan suku bunga nominal dan riil. Lihat Encyclopedia Britannica, “Henry Thornton”, http://www.britannica.com /EBchecked /topic /593374/Henry-Thornton. (diakses 20 November 2013).

Page 76: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

44  

M–1926 M)19, John Maynard Keynes (1883 M – 1946 M)20, Samuelson (1915 M–2009 M)21, N.Gregory Mankiw (Lahir tahun 1958 M)22, Robert

                                                                                                                                       18Bohm Bawerk atau nama lengkapnya Eugen von Bohm-Bawerk lahir

pada tanggal 12 Februari 1851 M di Brno, Czech republic dan wafat pada tanggal 27 Agustus 1914 M di Vienna, Austria. Bawerk adalah ekonom Austria dan ahli teori terkemuka dari Mazhab Austria. Lihat Eugen von Bohm-Bawerk, Encyclopedia Britania, http://www. britannica.com / EBchecked /topic/ 71641/Eugen-von-Bohm-Bawerk. (diakses 1 November 2013)

19 Johan Gustaf Knut Wicksell (1851 M – 1926 M) ada seorang ekonom Swedia yang dikenal juga sebagai bapak Stockholm School of Economics, salah seorang penemu ekonomi makro modern. Karyanya berfokus pada tingkat riil dan tingkat bunga nominal , the marginal productivity of capital, dan faktor-faktor penentu tingkat harga. Lihat http://www.econlib. org/library/ briefbios. html#wicksell (diakses 17 Desember 2013).  

20John Maynard Keynes adalah seorang ekonom asal Inggris sekaligus pemimpin Bank of England yang telah mengubah ilmu ekonomi menjadi suatu mesin bagi revolusi perubahan sosial saat Inggris mengalami badai resesi dan krisis perekonomian. Keynes lahir 5 Juni 1883 M saat Karl Marx sang pencetus idiologi Marxisme meninggal dan meninggal pada tanggal 5 Juli 1946 M . Pengaruh terbesar Keynes terhadap perekonomian dunia terletak pada buku karyanya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”. Menurutnya, agar masyarakat tetap bekerja, pemerintah harus menerapkan defisit anggaran saat ekonomi negara melemah. Jika tidak maka akan menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi dan kesengsaraan sosial akan terjadi. Lihat http://biografiteladan.blogspot.com /2011/06/biografi-john-maynard-keynes.html (Diakses 17 Desember 2013).

21 Paul Anthony Samuelson lahir di Gary,Indiana dan meninggal 13 Desember 2009 M. Samuelson adalah seorang ekonom Amerika, dan orang Amerika pertama yang memenangkan Nobel Memorial Prize dalam Ilmu Ekonomi. Bukunya Samuelson’s Economics: An Introductory Analysis, pertama kali diterbitlkan tahun 1948 dan telah menjadi buku terlaris sepanjang masa. Lihat http://news.uchicago.edu/article/2009/12/14/paul-samuelson-nobel-prize-winning-economist-1915-2009 (diakses 17 Desember 2013).

22N. Gregory Mankiw lahir pada tanggal 3 Februari 1958 M di Trenton, New Jersey, United States. Beliau adalah professor ekonomi di Harvard University. dia mengajar makroekonomi, mikroekonomi, statistik, dan prinsip-prinsip ekonomi. Artikel-artikelnya yang diterbitkan telah muncul dalam jurnal akademik , seperti American Economic Review , Journal of Political Economy, dan Quarterly Journal of Economics dan pada forum-forum yang lebih luas seperti The New York Times, The Washington Post, The Wall Street Journal , dan Fortune. Bukunya yang terkenal yang menjadi textbook di berbagai universitas di dunia adalah Macroeconomics dan Principles of Economics yang telah diterjemahkan sampai 20 bahasa. Lihat N. Gregory Mankiw; Robert M. Beren Professor of Economics,, Biography, http://scholar.harvard.edu/mankiw/ content/ biography-60 (Diakses 17 Desember 2013).

Page 77: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

45  

Pindyck (Lahir tahun 1945 M)23 dan Daniel Rubinfeld24. Munculnya teori bunga dapat digolongkan kepada 3 kelompok yaitu: teori bunga murni, teori bunga moneter dan teori bunga modern. Teori bunga murni di dalamnya termasuk teori bunga tahan nafsu (abstinence theory of interest), teori bunga klasik, teori bunga produktivitas dan teori bunga Austria.

Menurut David Ricardo (1772 M-1823 M) dan Adam Smith (1723 M-1790 M), bunga merupakan kompensasi yang dibayarkan oleh pengutang kepada peminjam sebagai balas jasa atas keuntungan (rate of profit) yang diperoleh dari uang pinjaman tersebut25>. Mereka berpendapat bahwa bunga sebagai balas jasa atas pengorbanan karena adanya penghematan yang mengakibatkan terjadinya akumulasi modal. Oleh karena itu, bunga diberikan sebagai perangsang tabungan. Tetapi ia juga mengkritik bunga sebagai penyederhanaan dari rate of profit.26

Ekonom Nassau Willian Senior (1790 M-1864 M)27 sebagaimana dikutip oleh Metwally menjelaskan bahwa bunga adalah harga yang

                                                            23Robert S. Pindyck lahir pada tanggal 5 Januari 1945. Pindyck adalah

seorang ekonom Amerika, Professor Economics and Finance di Sloan School of Management di Massachussetts Institute of Technology. Lebih lanjut CV-nya bisa di baca di http://web.mit.edu/rpindyck/www/resume.pdf?v=2013-16. (diakses 17 Desember 2013)

24 Daniel Rubinfeld, Professor of Law, Professor of Economics, Emeritus mengajar ekonomi dan hukum di University of Michigan sebelum bergabung dengan Fakultas Boalt pada tahun 1983, University of California, Berkeley. Rubinfeld memperoleh pendidikan dari B.A., Princeton University (1967), MS, Massachusetts Institute of Technology (1968), Ph.D., Massachusetts Institute of Technology (1972). Dia adalah ketua Program Jurisprudence and Social Policy (JPS) dari tahun 1987-1990. dan merupakan dekan dan ketua program JSP dari tahun 1998 sampai 2000. Dia juga menjabat sebagai asisten deputi jaksa agung untuk antitrust di Departemen Kehakiman AS, serta dalam berbagai kapasitas dengan Presiden Dewan Penasihat Ekonomi, National Academy of Sciences, Institut Perkotaan, dan Biro Research Ekonomi Nasional. Buku besar Rubinfeld diantaranya adalah Econometric Models and Economic Forecasts, Microeconomics dan lain-lain. Lihat BerkeleyLaw University of California, “Fakulty Profile Daniel L. Rubinfeld”, https://www.law.berkeley.edu/php-programs/faculty /faculty Profile. php?facID=100 (diakses 17 November 2013). 

25  David  Ricardo, Principles of Political Economy and Taxation (Kitchener Ontario: Batoche Books, 1821), 209.

26 Adam Smith, An Inquiry Into the Nature and Cause of the Wealth of Nations, An Electronic Classic Series Publication. Chapter 9, 85, http://www2. hn.psu.edu /faculty/jmanis/adam-smith/wealth-nations.pdf (diakses 17 November 2013). 

27 Nassau William Senior adalah professor pertama politik ekonomi di Universitas Oxford. Dia diminta pemerintah untuk menyelidiki permasalahan-

Page 78: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

46  

dibayarkan sebagai tindakan tahan nafsu yang absen dari kegiatan produktif (abstinence theory of interest)28. Teori ini dikritik oleh Metwally karena menurutnya seseorang dapat saja absen dari konsumsi dan tidak meminjamkan tabungannya karena tetap mempertahankan tabungannya dalam bentuk likuid29. Jadi seorang individu tidak selalu dalam kondisi ingin menggunakan tabungannya, bisa saja untuk berjaga-jaga dan sewaktu-waktu bisa diambil jika dibutuhkan.

Bohm Bawerk (1851 M – 1914 M) pemimpin teori bunga Austria menjelaskan pembolehan kompensasi yang disebut bunga bahwa barang sekarang lebih bernilai dari pada barang yang akan datang, atas dasar asumsi barang yang akan datang hanya mempunyai kemungkinan untuk digunakan pada masa yang akan datang sedangkan barang sekarang mempunyai kemungkinan yang sama untuk digunakan pada masa sekarang dan masa yang akan datang30. Konsep yang dikembangkan oleh Bohn Bawerk ini dikenal dengan teori preferensi waktu (time preference theory)31, karena produktivitas marginal dari barang sekarang lebih besar dari produktivitas barang untuk masa yang akan datang. Sebagai kompensasi dari nilai barang sekarang yang digunakan dan dibayarkan di masa yang akan datang maka perlu ada penambahan nilai yang disebut bunga.

Berkenaan dengan konsep time preference theory ini, Saiful Azhar Rosly sependapat dengan pendapat Bowerk dalam hal investasi yang positif. Saiful Azhar Rosly menyatakan bahwa walaupun Islam dalam kenyataannya melarang riba tetapi tidak berarti bahwa bertentangan dengan konsep positive-time preference32 dengan mendasarkan kepada hadis Nabi saw yang menganjurkan untuk mengembalikan hutang dengan cara yang baik. Di sini Saiful Azhar Rosly                                                                                                                                        permasalahan social dan kemiskinan. Dia mempunyai kontribusi yang mendasar terhadap pemikiran ekonomi yang tertuang dalam bukunya “An Outline of the Science of Political Economy (1983)”. Lihat Economic Theories, “Nassau Senior The Poor Laws 1790-1864”, http://www.economictheories.org/2008/06/nassau-senior-poor-laws-1790-1864.html. (Diakses 20 Desember 2013). 

28 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam terj. M. Husein Sawit (Jakarta : Bangkit Daya Insani, 1987), 14.

29 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, terj. M. Husein Sawit, 14.

30Bohm Bawerk, The Positive Theory of Capital , trans. by W. Smart (London : Macmillan ,1889), 46-47.

31 M. M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, terj. M. Husein Sawit, 16.

32Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets; Islamic Economics, Banking & Finance, Investments, Takaful and Financial Planning (Kuala Lumpur: Dinamas, 2005), 43.

Page 79: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

47  

menggunakan istilah positive-time preference. Perbedaannya kedua istilah ini menurut penulis adalah bahwa istilah time preference theory oleh Bowerk, penambahan nilai ditentukan di depan sedangkan positive-time preference oleh Saiful Azhar Rosly bahwa penambahan nilainya ditentukan di belakang tanpa adanya komitmen karena yang menentukan kelebihannya adalah orang yang berhutang dengan berpedoman kepada hadits di atas (konsep ex-post).

Teori Time Preference Bohm Bawerk ini kemudian dikembangkan oleh Irving Fisher di Amerika, dengan mengatakan bahwa bunga adalah index preferensi komunitas untuk satu dollar saat ini dengan satu dollar yang akan diterima di kemudian hari. Menurut Fisher, bunga adalah harga yang ditentukan karena adanya kesabaran (impatience), keinginan (willingness), marginal return over cost atau productivity, dan marginal time preference. Rate of marginal time preference ini ditentukan oleh beberapa hal yaitu: besarnya pendapatan, distribusi pendapatan, komposisi pendapatan dan kepastian untuk menikmati pendapatan di masa yang akan datang. Menurut time preference theory yang dikembangkan oleh Bohm Bawerk ini, rate of interest dapat ditentukan secara diagram dengan kurva indiference33.

Sedangkan teori bunga klasik, yang dipimpin oleh Marshall mengatakan bahwa suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal. Penawaran modal ditentukan oleh time preference dari penabung dan permintaan modal ditentukan oleh harapan produktifitas dari modal34. Teori ini mengatakan bahwa jika penawaran tabungan lebih besar dari permintaan tabungan untuk investasi maka tingkat bunga akan turun dan investasi akan meningkat sampai tercapai tingkat keseimbangan antara tabungan dan investasi.

Berbeda dengan Bohm Bawerk, Johan Gustaf Knut Wicksell (1851 M–1926 M) alasan kompensasi bunga. Bunga harus diberikan kepada pemilik modal atas penggunaan modal karena nilai modal yang akan diterima kembali setelah periode peminjaman selesai berkurang nilainya secara riil karena adanya inflasi.35 Jadi Wikcsell berpendapat bahwa bunga harus diberikan sebagai penyeimbang inflasi.

Sekitar hampir satu abad sebelum Wicksell, Henry Thornton (1760 M–1815 M) telah menemukan secara sistematis hubungan antara

                                                            33 Irving Fisher, The Theory of Interest:  As Determined by Impatience

to Spend Income and Opportunity to Invest it (New York: Macmillan Company, 1930), 222. Lihat http://books.google.co.id/books?hl=id&id=zl UYAAAAIAAJ & focus= searchwithinvolume&q=+expectation. (diakses 15 Juli 2013).

34 A. Marshall, Principle of Economics (London :Macmillan Company, 1920), 75-77.

35Wicksell, K, Lectures in Political Economy , trans. E. Classen , (London : Routledge, 1901), 148.

Page 80: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

48  

suku bunga dan inflasi. Ia membedakan antara suku bunga pasar (kredit) dan suku bunga (marginal rate of profit atau natural rate) yang menyeimbangkan antara savings dan investasi (S dan I pada kurva IS). Thornton telah menyebutkan suku bunga sebagai marginal rate of profit 36 atau dengan kata lain penulis berpendapat bahwa ia mengatakan suku bunga yang dimaksud di sini adalah rate of interest yang digunakan dalam teori-teori ekonomi makro, yaitu dalam menjelaskan hubungan antara pasar barang dan uang terhadap output (pertumbuhan ekonomi) dan harga harga seperti fenomena inflasi. Tetapi teori Thornton ini baru menjelaskan dari sisi pasar barang saja.

Thornton selanjutnya menjelaskan bahwa terjadinya inflasi karena adanya perbedaan antara 2 suku bunga ini, yaitu: suku bunga kredit dan rate of profit (suku bunga menurut Thornton) yaitu ketika dalam sistem uang fiat, bank sentral menetapkan suku bunga kredit di bawah marginal rate of profit , maka hal ini akan menciptakan permintaan kredit yang meningkat, pelemahan nilai tukar dan pada pergerakan harga harga ke atas. Inflasi akan tercipta tanpa limit, karena tidak seperti pada sistem standard emas (gold standard) di mana ekspansi kredit akan dibatasi oleh pencairan cadangan emas yang dimiliki oleh bank sentral, sebaliknya pada sistem uang kertas tidak terdapat mekanisme yang bisa mengkoreksi terjadinya ekspansi kredit karena sangat kecilnya biaya pencetakan uang kertas (costless fiat money). Inflasi menunjukkan bahwa tabungan (savings) akan jatuh secara cepat dan dengan demikian pertumbuhan ekonomi menjadi melambat.

Menurut penulis, perbedaan mendasar antara rate of profit yang diterangkan oleh Thornton dengan rate of profit dalam sistem ekonomi Islam adalah bahwa rate of profit yang dimaksud Thornton adalah sistem ex ante (pre determined dan debt based), sementara Rate of profit yang dimaksud dalam ekonomi Islam adalah sistem ex post dan asset based. Argumen ini juga lemah karena seperti disebutkan sebelumnya investasi bisa menghasilkan pendapatan yang positif, break-even atau negatif maka jika kalaupun ada kesempatan bagi modal maka biaya itu berupa kemungkinan mendapat bagian keuntungan atau menanggung kerugian, bukan berupa bunga yang bersifat pasti positif.

Selanjutnya menurut Thornton, untuk dapat melawan inflasi selama suku bunga riil, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan marginal rate of profit ada , maka permintaan terhadap kredit akan tetap ada. Oleh karena itu, Thornton menganjurkan agar bank sentral tidak menggunakan kebijakan menaikkan suku bunga sebagai cara untuk mengontrol inflasi melainkan dengan cara pembatasan kredit (credit ceilings). Pendapat Thornton dalam hal pembatasan kredit ini sesuai

                                                            36Henry Thornton, An Inquiry Into the Nature and Effects of the Paper

Credit of Great Britain, edited by F.R. von Hayek. ( New York : Rinehart, 1965), 35.

Page 81: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

49  

dengan teori Quantity of Money yang dikembangkan oleh Fisher. Secara empiris, menurut Hossein Askari bahwa fenomena inflasi yang tinggi hanya bisa diatasi melalui pembatasan aggregate uang yang ketat oleh bank sentral, di mana pada sistem ekonomi konvensional menggunakan sistem bunga. Ini menyebabkan naiknya suku bunga kredit secara cepat karena penetapan suku bunga kredit secara otonom oleh pihak perbankan sehingga menyebabkan tingkat hutang menjadi besar dan kualitas kredit menjadi rendah.37

Selanjutnya Teori Thornton ini dikembangkan oleh Wicksell di mana ia mengatakan bahwa akibat terjadinya 2 suku bunga ini (suku bunga uang dan natural rate atau rate of profit ), akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga secara kumulatif. Suku bunga uang adalah suku bunga kredit yang bisa diamati langsung di pasar kredit sementara Rate of profit tidak secara jelas bisa diamati dan bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Definisi rate of profit yang dijelaskan oleh Wicksell adalah Internal Rate of Return (IRR) atau Expected Marginal Yield, yaitu suatu penilaian terhadap harga dari modal, yaitu rate yang merupakan keseimbangan antara Saving dan Investasi dalam keadaan ekonomi full employment. Dalam kata-kata Wicksell “normal rate is the rate which equalizes supply and demand of savings38. Normal rate di sini sama dengan natural rate sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya Wicksel yang lainnya. Menurut Wicksell selama suku bunga kredit sama dengan rate of profit (natural rate), maka saving akan sama dengan investasi, sehingga dengan demikian agregat demand (AD) akan sama dengan aggregat supply (AS) sehingga akan tercipta kestabilan harga.39 Teori ini tentu akan memperkuat sistem bagi hasil pada lembaga keuangan syariah di mana tidak dikenal adanya 2 (dua) suku bunga yaitu dengan sistem bagi hasil dari rate of profit (yang diperoleh dari pembiayaan bank Islam). Teori ini sekaligus mematahkan teori Jean Baptist Says (1767-1832) tentang keseimbangan yang selalu terbentuk antara Pasar Uang dan Barang (supply creates its own demand) yang secara spesifik disebabkan oleh ekspansi kredit dan juga sebagaimana

                                                            37 Hossein Askari, dkk, The Stability of Islamic Finance : Creating a

resilient Financial Environment for a secure future (Singapore: John Wiley & Son Finance, 2010), 40.

38 Knut Wicksell, Interest & Prices (Geldzins and Guterpreise) A Study of the Causes Regulating the Value of Money, Translated by R. F. Kahn (New York: Sentry Press, 1962), xiv-xv. Lihat https://archive.org /stream/ interestandprice 033322 mbp#page/n9/mode/2up.  

39 Knut Wicksell, Interest and Prices (Geldzins und Guterpreise) A Study of the Cause Regulating the Value of Money, translated by R.F. Kahn, xiv-xv.

Page 82: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

50  

yang diterangkan dalam teori Quantitative Theory of Money (Fischer) yaitu keseimbangan antara pasar uang dan pasar barang.

Terjadinya 2 (dua) suku bunga pada pasar uang akan menyebabkan permintaan akan uang melebihi permintaan terhadap barang, sehingga akan menciptakan kenaikan harga-harga barang (inflasi). Sedangkan menurut Keynes sebagaimana dikutip oleh Colin Rogers, IRR didefinisikan sebagai rate yang dihasilkan dari nilai sekarang (present value) dari pendapatan yang akan dihasilkan di masa yang akan datang yang nilainya sama dengan nilai proyek yang dinilai. Internal Rate of Return (IRR) yang dimaksud di sini lebih dikenal sebagai Marginal Efficiency of Capital (MEC), kadang-kadang disebut juga sebagai Marginal Efficiency of Investment (MEI). 40

Menurut Iraj Toutounchian, konsep IRR ini yang sesuai dengan konsep rate of profit dalam ekonomi Islam.41 Menurut Penulis, walaupun konsep Internal Rate of Return (IRR) ini cocok dengan konsep ex post sebagai lawan dari ex ante atau pre determined dalam penentuan bunga untuk investasi atau kredit dalam ekonomi konvensional, namun demikian tidak bisa dibuat sama dengan suku bunga kredit dengan sistem ex ante seperti yang luas digunakan di bank konvensional. Hal ini karena IRR diperoleh dari hasil trial and error terhadap pencarian nilai sekarang dari suatu proyek, dan merupakan expected rate of profit dari suatu investasi atau pendapatan dari kredit. Konsep IRR ini juga membebaskan penilaian terhadap suku bunga yang diterapkan dalam perbankan Islam. Dengan tidak adanya faktor eksogen (suku bunga) maka semua proyek akan berlomba-lomba bersaing berdasarkan IRR atau nilai imbal hasil yang terbaik tanpa harus membandingkannya dengan suku bunga yang diminta oleh bank.

Sementara dalam ekonomi konvensional, IRR adalah suatu rate di mana perusahaan dapat meminjam atau melakukan investasi yang berarti sama dengan tingkat suku bunga kredit yang berlaku. Dengan kata lain IRR befungsi sebagai cut of rate atau hurdle rate. Suatu proyek dalam ekonomi konvensional harus memiliki IRR yang lebih tinggi dari

                                                            40 MEC is the rate of discount that would equate the demand price of

capital good, i.e. the present value of the series of annuities, given the returns expected from the capital asset during its lifetime, to its supply price (where the supply price is not the market price but the price that would just induce a manufacturer to produce an additional unit of the capital good in question). Lihat Colin Rogers, Money, Interest and Capital : A Study in the Foundation of Monetary Theory, (Cambridge : Cambridge University Press, 1989), 215.

41 Iraj Toutouanchian, Islamic Money and Banking, Intergrating Money in Capital Theory, 338.

Page 83: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

51  

cost of capital atau suku bunga pinjaman agar dapat dimasukkan sebagai proyek yang feasible untuk dilakukan investasi.

Diskursus di atas menunjukkan bahwa tidak ada teori bunga murni yang dapat menjelaskan tentang perlunya bunga dalam suatu perekonomian. A. Lerner dan John Maynard Keynes (1883 M – 1946 M) yang mewakili kelompok teori bunga moneter, mengemukakan alasan yang berbeda dengan dengan Bawerk, Thorthon dan Wicksell. Menurut mereka berdua, bunga merupakan suatu feneomena moneter dengan masing masing melakukan pendekatan yang berbeda.

Bertil Ohlin mengemukakan Teori bunga tentang dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds theory of interest), yang berasal dari tabungan dan investasi. Menurut aliran ini, tabungan dan investasi tidak sama, sehingga tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan akan dana pinjaman atau kredit (loan)42. Ia mengatakan bahwa tingkat bunga adalah harga yang menyamakan penawaran kredit atau tabungan ditambah dengan tambahan bersih dari kenaikan jumlah uang dalam suatu periode tertentu dan permintaan kredit atau investasi ditambah uang kas netto dalam periode tersebut.

Sedangkan menurut Keynes, bahwa yang menentukan tingkat keseimbangan tabungan dan investasi bukan tingkat suku bunga tetapi tingkat pendapatan yang menjamin untuk menyamakan tingkat tabungan dengan tingkat investasi. Menurut Keynes bunga bukan sebagai harga atas tabungan atau pengeluaran, akan tetapi sebagai harga untuk tidak menahan uang dalam bentuk likuid selama jangka waktu tertentu. Adanya kompensasi bunga karena orang lebih suka memegang aset yang likuid yang dapat digunakan untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Implikasinya orang hanya bersedia merubah asetnya dalam bentuk tabungan yang dipinjamkan kepada orang lain jika orang tersebut diberi kompensasi berupa bunga karena dengan bunga maka aset orang tersebut bertambah.43 Teori ini dikenal dengan Liquidity Preference Theory. Alasan pembayaran bunga menurut teori bunga moneter ini adalah berupa tindakan oportunitas untuk memperoleh keuntungan dari meminjamkan uang, di mana Keynes menyebutnya sebagai motif

                                                            42Bertil  Ohlin, “Some Notes on Stockholm Theory of Savings and

Investment II“, The Economic Journal, Vol. 47, No.186, (1937), 221. Lihat http://www.jstor.org/discover/10.2307/2225524?uid=3737496&uid=2134&uid=364221541&uid=364221531&uid=2&uid=70&uid=3&uid=60&sid=21105384985083. (diakses 12 Juli 2013).

43John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (New York: Macmillan, 1936), Chapter 13. Lihat http://cas.umkc.edu/economics/people/facultypages/kregel/courses/econ645/winter2011/generaltheory.pdf

Page 84: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

52  

spekulasi dari permintaan akan uang. Motif tersebut didefinisikan sebagai usaha untuk menjamin keuntungan di masa yang akan datang. Pembelian surat-surat berharga akan dilakukan jika tingkat bunga cenderung menurun, sehingga bila suku bunga benar benar turun maka harga dari surat berharga akan naik sehingga pembeli surat-surat berharga dapat menjualnya dengan keuntungan. Keynes ( 1883 M–1946 M) juga berargumen bahwa modal merupakan komoditas yang langka dan jika setiap komoditas langka memiliki harga, maka modal juga memiliki harga yaitu berupa bunga.44 Bunga di sini berarti sebagai harga dari kelangkaan modal.

Bunga yang diperoleh dari penggunaan modal juga dikemukakan oleh Robert Pindyck dan Daniel Rubinfeld45. Tidak jauh berbeda dengan Keynes, Pindyck dan Rubinfeld mengemukakan alasannya bahwa penggunaan modal mengandung biaya oportunitas. Biaya kesempatan modal adalah penghasilan yang tidak jadi diterima dari modal yang digunakan untuk suatu kegiatan investasi, di mana jika tidak dipinjamkan bisa digunakan untuk investasi di tempat yang lain misalnya di tempatkan di Bank. 46 Bunga di sini sebagai biaya kesempatan modal (opportunity cost of capital).

Samuelson (1915 M–2009 M ) menganggap bunga sebagai keuntungan atau rate of profit . Seperti halnya penjualan komoditas yang boleh untung maka penjualan modal juga boleh untung47. Argumen ini membingungkan karena modal dalam bentuk dana tidak sama dengan komoditas barang dan jasa karena dana sebagai alat tukar atau kekayaan tidak bisa diperjualbelikan dan karenanya tidak dibenarkan adanya keuntungan berupa bunga dari jual beli dana ini melainkan yang diperbolehkan adalah imbalan berupa untung rugi. Kerancuan konsep bunga dan Rate of profit Paul Samuelson ini antara lain dikatakannya                                                             

44John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (New York: Macmillan, 1936), Chapter 13. Lihat http://cas.umkc.edu/economics/people/facultypages/kregel/courses/econ645/winter2011/generaltheory.pdf

45Daniel Rubinfeld adalah professor ekonomi di California University Berkeley, dan mengajar di universitas terkenal lainnya, pernah menjabat sebagai presiden Asosiasi Hukum Amerika dan Ekonomi, ketua Jurisprudence and Social Policy, dan lain lain. Lihat https://www.econ.berkeley.edu/faculty/851 atau http://www.law. berkeley.edu /php-programs/faculty/facultyCVPDF. php?facID= 100 (diakses 17 Desember 2013)

46Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubenfield, Microeconomics (New York : McGraw Hill, 1992), 47.

47Paul Samuelson, The Pure Theory of Public Expenditure andAn Exact Consumption-Loan Model of Interest with or without the Social Contrivance of Money ((New York : MacGraw Hill, 1958), 592.

Page 85: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

53  

sendiri seperti : “The lower is the interest rate (or profit rate – they are the same thing in absence of uncertainty)….”48 . Atau dalam penjelasan lainnya ia mengatakan “Even today, if the profit rate (pure interest rate plus premium to cover risk) were forced down …”49 Ini menunjukkan kebingungan Samuelson tentang konsep bunga yang disamakan dengan rate of profit. Samuelson tidak bisa membedakan antara fungsi bunga sebagai benchmark dan bunga sebagai praktek peminjaman dengan bunga majemuk (riba).

Pendapat yang hampir sama dengan Samuelson ini adalah fatwa yang dikeluarkan oleh Mufti Mesir Muhammad Sayyid Tantawi, pada tanggal 2 Desember 2002, bahwa pendapatan bunga dari bank konvensional diperbolehkan sebagai profit yang ditetapkan (fixed profit rate) oleh bank sebagai agen investasi. Praktek profit yang ditetapkan (fix profit) dalam suatu kerjasama sangat mirip dengan praktek yang dijalankan oleh kaum Yahudi dalam kontrak kerjasama pasif (silent partnership) yang disebut sebagai heter iska (iska , kontrak kerjasama) untuk menghindari pelarangan riba di dalam kitab yahudi yang disebut sebagai ribit. 50 Pendapat ini menyatakan bahwa bunga sebagai profit yang ditentukan di depan (predetermined profit) secara legal sah sebagai bagian dari hak partner pasif dalam suatu kerjasama bisnis.

Selanjutnya N. Gregory Mankiw juga mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendahulunya. Profesor Ekonomi di Harvard University ini berpendapat bahwa pendapatan setelah pajak dan konsumsi harus didepositokan atau ditabung dengan diberi insentif finansial berupa suku bunga sebagai imbalan penghasilan bagi penabung karena dana tabungan ini sangat dibutuhkan untuk investasi untuk menghasilkan barang dan jasa.51 Jadi di sini bunga sebagai imbalan karena telah mendepositokan uang yang dibutuhkan untuk investasi.

Pendapat yang paling modern tentang teori bunga dikembangkan oleh A.H. Hansen yang mengatakan bahwa suku bunga secara integrated dipengaruhi oleh tabungan (saving), investasi, liquidity preference dan quantity of money dalam berbagai level tingkatan pendapatan. Ia mengatakan bahwa keseimbangan ekonomi tercapai jika permintaan uang kas sama dengan quantity of money yang ditawarkan, volume investasi sama dengan tingkat keinginan untuk menabung (saving), marginal

                                                            48Paul Samuelson, Economics, 10th edition (Tokyo: MacGraw Hill,

1976), 618. 49Paul Samuelson, Economics, 10th edition, 606. 50Mahmoud A. El-Gamal. Islamic Finance: Law, Economics and

Practice. (New York: Cambridge University Press, 2006), 138. 51Gregory Mankiw, Principles of Economics (New York : Thomson

2003), l 65.

Page 86: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

54  

efficiency of capital sama dengan suku bunga, dan semua faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lainnya 52. Ke empat variable dari dua formula ini menghasilkan dua kurva yaitu : kurva IS (Investment-Saving) yang mewakili flow variable loanable fund formula (yang dalam teori klasik disebut sebagai real factor) dan kurva LM (Liquidity Money) yang mewakili variable stok dari formulasi liquidity preference. Keseimbangan dari kedua kurva IS-LM ini yang akan membentuk tingkat suku bunga yang hendak ditentukan Secara matematis keseimbangan ini digambarkan sebagai : IS = LM, di mana IS adalah fungsi dari : C (Consumption) yang merupakan Pengeluaran (Y) dikurangi T (Pajak), Investasi yang merupakan fungsi Y dan I (bunga) dan Pengeluaran Pemerintah (G) dan LM yang merupakan fungsi dari Income (Y) dan bunga. Pendapat ini sekaligus menggabungkan teori bunga yaitu teori loanable funds theory dan liquidity preference theory dari Keynes. Teori modern tentang bunga ini juga sangat berguna dalam menjelaskan implikasi dari kebijakan di bidang moneter dan fiskal, di mana teori Keynes tidak bisa menjelaskannya. Namun demikian teori modern Hansen tentang suku bunga keseimbangan dari dari pasar uang dan pasar barang, ini bersifat ex-ante (predetermined), oleh karena itu ekonom muslim Fahim Khan, dalam sub bab berikutnya berusaha untuk mendapatkan rate of profit dan profit sharing equilibrium dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Hansen ini. Lebih jelasnya teori suku bunga (rate of interest ) dan perkembangan pemikirannya dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Tabel 2.4. Pemetaan Teori Suku Bunga Ekonom Konvensional53

Teori Bunga Murni

Ditentukan di Pasar Barang (IS)

Teori Bunga MoneterDitentukan di Pasar Uang

(LM)

Teori Bunga Moderen Gabungan Kedua Pasar (IS=LM)

Time Preference

Capital Productivity

Loanable Funds

Liquidity Preference

Equlibrium Rate

Bohm Bawerk Nassau

Marshall Thornton Wicksell Samuelson

A. lerner J.M. Keynes A.H. Hansen

                                                            52 A.H. Hansen, Monetary Theory and Fiscal Policy (New York: McGraw

Hill, 1949) Chapter 5, 71. 53 Tabel diolah penulis

Page 87: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

55  

C. Kelemahan Teori Bunga Secara Ilmiah Para ekonom konvesional di atas jelas membolehkan bunga

dengan mengemukakan alasan yang berbeda-beda. Walaupun pada awalnya praktek bunga adalah sesuatu yang sangat dilarang oleh kaum Yahudi, Nasrani, Yunani dan Romawi. Sedangkan dalam Islam, bunga jelas dilarang dan diharamkan karena sama dengan riba. Tidak ada toleransi untuk riba karena pelarangan riba sangat jelas dalam Al-Qur’an. Setiap apa yang dilarang dalam Al Qur’an pasti membawa mudarat. Secara keilmuan dapat dilihat kelemahan-kelemahannya dari teori-teori yang telah dikemukakan di atas. Kelemahan teori-teori di atas akan dijelaskan dalam Sub Bab di bawah ini.

Secara ilmiah juga bisa dilihat kelemahan-kelemahan teori ekonom konvensional yang membolehkan bunga. Ini juga sudah memperlihatkan kelemahan dan kemudaratan jika bunga tetap dipraktekkan dalam perekonomian. Kelemahan teori tersebut bisa kita lihat di bawah ini:

Pertama, bunga berdasarkan kepada time preference theory yang dikembangkan oleh Bawerk. Menurut Metwally, teori ini dibuat atas dasar psikologi yang sangat subjektif. 1) Sebahagian besar masyarakat menabung bukan karena keperluannya untuk memperoleh lebih banyak tabungannya di masa yang akan datang, dibandingkan dengan masa sekarang, akan tetapi lebih banyak untuk tujuan, seperti untuk tujuan pendidikan, perkawinan, menghadapi hari tua dan sebagainya. 2) banyak kegiatan-kegiatan pemupukan kekayaan, terutama untuk pemuas pribadi seperti prestise dan kedudukan sosial. 3) Teori ini mirip dengan teori tahan nafsu (abstinence theory) yang telah kadaluarsa.54 Teori time preference Bawerk hanya tepat jika seseorang memiliki pandapatan yang maksimal yang hanya cukup dikonsumsi untuk sekarang. Namun bagaimana dengan seseorang yang memiliki pendapat berlebih dari konsumsinya sekarang maka pendapatan tersebut lebih berguna untuk ditabung dan digunakan pada masa yang akan datang. Sedangkan teory Time Preference Fisher memiliki beberapa kelemahan yaitu: 1) Prinsip willingness lebih menekankan kepada konsumsi dari pada pendapatan sehingga misleading; 2) Teori ini bersifat sangat umum dan tidak mempertimbangkan pengaruh sistem perbankan terhadap suku bunga di pasar uang; 3) Teori ini tidak memperhitungkan pengaruh ekspektasi perubahan suku bunga bahkan jika suku bunga bergerak naik, maka ekspektasi kenaikan pendapatan dapat meningkatkan investasi; 4) Teori ini terlalu berat kepada kapitalisasi, pada kenyataanya kapitalisasi tidak bisa menunjukkan dengan tepat tentang nilai karena adanya divergensi

                                                            54 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. Husein Sawit,

16.

Page 88: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

56  

pada pasar rental dan resale market. Misalnya sewa property pada daerah yang miskin akan berbeda dengan sewa pada pasar terbuka; 5) Fisher gagal memutus lingkaran kapitalisasi di mana nilai diperoleh dari pendapatan yang dikapitalisasi pada suku bunga yang berlaku, tetapi ketika nilai meningkat karena suku bunga, maka nilai tersebut akan sama dengan pendapatan itu sendiri55.

Kedua, bunga sebagai penyeimbang inflasi. Jikalau ada inflasi dan investasi yang dilakukan waktu itu menghasilkan keuntungan maka pemilik modal sudah mengakomodasi adanya inflasi berupa nilai nominal yang keuntungannya lebih besar karena harga komoditas hasil investasi juga turut naik. Selain itu inflasi bisa jadi disebabkan oleh bunga itu sendiri karena bunga bagi pelaku investasi merupakan biaya yang mendorong kenaikan harga output sehingga secara agregat akan terjadi inflasi. Bahkan akan terjadi lingkaran setan karena bunga yang lebih tinggi ini akan menyebabkan inflasi dan kenaikan inflasi akan menyebabkan bunga yang lebih tinggi lagi.

Ketiga, bunga berdasarkan liquidity preference theory yang dikembangkan oleh Keynes (1883 M – 1946 M). Kelemahan teori ini adalah bila uang sebagai aset likuid ini dibutuhkan untuk transaksi dan berjaga-jaga dan karena transaksi untuk pembelian barang dan jasa dan berjaga jaga diperlukan untuk hidup maka orang tersebut tidak akan dapat mengalihkan aset likuid tersebut ke aset piutang meskipun akan mendapatkan tambahan penghasilan. Selain itu, beberapa kelemahan lainnya adalah: 1) Teori Keynes ini hanya merupakan teori moneter dan tidak berhubungan dengan sektor riil sehingga dapat ditentukan suku bunga dari keseimbangan kedua sektor ini. Keynes (1883 M – 1946 M) hanya mempertimbagkan liquidity preference dan penawaran uang; 2) Teori Keynes ini tidak berhubungan dengan tingkatan pendapatan (level of income), sementara kita hanya bisa mengetahui level suku bunga jika kita mengetahui lebih dahulu level of income. 56

Keempat, bunga sebagai biaya kesempatan modal (opportunity cost of capital). Argumen ini juga lemah karena seperti disebutkan sebelumnya investasi bisa menghasilkan pendapatan yang positif, break even point (balik modal) atau pendapatan yang negatif. Seandainyapun ada opportunity cost bagi modal, maka biaya itu berupa kemungkinan mendapat bagian keuntungan atau menanggung kerugian, bukan berupa bunga yang bersifat pasti positif (konsep ex-ante).

                                                            55 M.L. Jhingan, Advance Economic Theory (Micro and Macro

Economics), (New Delhi : Vikas Publishing House PVT, LTD, 1979), 518. 56 M.L. Jhingan, Advance Economic Theory (Micro and Macro

Economics), 537.

Page 89: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

57  

Kelima, bunga sebagai keuntungan atau rate of profit yang dikembangkan oleh Samuelson (1915 M–2009 M). Argumen ini membingungkan karena modal dalam bentuk dana tidak sama dengan komoditas barang dan jasa karena dana sebagai alat tukar atau kekayaan tidak bisa diperjualbelikan dan karenanya tidak dibenarkan adanya keuntungan berupa bunga dari jual beli dana ini melainkan yang diperbolehkan adalah imbalan berupa untung rugi. Kerancuan konsep bunga dan rate of profit dari teori Paul Samuelson ini antara lain dikatakannya sendiri seperti : “The lower is the interest rate (or profit rate – they are the same thing in absence of uncertainty)….”57 . Atau dalam penjelasan lainnya ia mengatakan “Even today, if the profit rate (pure interest rate plus premium to cover risk) were forced down …”58 Ini menunjukkan kebingungan Samuelson tentang konsep bunga yang disamakan dengan rate of profit. Samuelson tidak bisa membedakan antara fungsi bunga sebagai benchmark dan bunga sebagai praktek peminjaman dengan bunga majemuk (riba). Teori ini merupakan dasar penetapan bunga kredit di perbankan konvesional yaitu dengan menambahkan unsur risk premium untuk menanggung risiko gagal bayar.

Keenam, teori 2 (dua) suku bunga yang dikembangkan oleh Thornton (1760 M–1815 M). Menurut penulis, perbedaan mendasar antara rate of profit yang diterangkan oleh Thornton dengan rate of profit dalam sistem ekonomi Islam adalah bahwa rate of profit yang dimaksud Thornton adalah sistem ex ante (pre determined dan debt based), sementara rate of profit yang dimaksud dalam ekonomi Islam adalah sistem ex post dan asset based (transaksi berdasarkan aset riil di pasar barang).

Ketujuh, bunga sebagai imbalan karena telah mendepositokan uang yang dibutuhkan untuk investasi yang dikembangkan oleh N. Gregory Mankiw (Lahir tahun 1958 M). Kelemahan teori ini adalah jika insentif bagi dana tabungan tersebut berupa suku bunga selalu positif maka hal ini hanya akan menguntungkan penabung karena pihak yang melakukan investasi bisa menghasilkan keuntungan, break-even atau rugi Selanjutnya jika bunga merupakan insentif bagi penabung maka akan merupakan disinsentif bagi pelaku investasi, yang akan mengakibatkan kelebihan dana yang tidak dimanfaatkan untuk investasi.

Kesimpulannya dari beberapa pemikiran ekonom konvensional di atas adalah bahwa bunga atau rate of interest dipersepsikan sebagai konsep ex-ante atau pre-determined yang bersifat tetap seperti pendapat Bohm Bawerk (1851 M – 1914 M), Keynes (1883 M – 1946 M), Mankiw

                                                            57Paul Samuelson, Economics, 10th edition, 618. 58 Paul Samuelson, Economics, 10th edition, 606.

Page 90: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

58  

(Lahir tahun 1958 M), Pyndick (Lahir tahun 1945 M), tetapi ada juga pendapat yang berbeda karena berpendapat bahwa bunga adalah konsep ex post seperti Wicksell(1851 M–1926 M) dengan teori Natural Rate-nya. Dari pemikir ekonom konvesional di atas, pemikiran Wicksell yang tidak bertentangan dengan konsep ekonomi Islam karena bunga dihitung dibelakang yaitu setelah proyeksi arus kas dari suatu investasi dibuat. Sedangkan Samuelson dan Thornton bingung dengan konsep rate of interest dan rate of profit . Thornton menyamakan rate of profit dengan natural rate of interest sedangkan menurut Samuelson rate of profit sama dengan dengan rate of interest .

Selanjutnya, bagaimana struktur bunga ditentukan dalam berbagai periode waktu (maturity) dapat memberikan gambaran tentang perbedaan karakteristik bunga dan profit. Ekonom konvensional menyebutnya sebagai struktur risiko suku bunga (risk structure of interest rate). Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur bunga ini antara lain : 1) default/risiko gagal bayar (credit) risk, 2) likuiditas pasar 3) ongkos informasi, dan 4) pajak final terhadap pendapatan bunga59. Adapun hubungan antara keempat faktor ini dalam mempengaruhi bunga adalah sebagai berikut pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.560

Pengaruh Faktor terhadap Struktur Suku Bunga Surat Berharga

Jika Faktor Meningkat Pengaruh terhadap Yield / Rate of Return

Alasan

Risiko gagal bayar naik Kompensasi kepada investor krn menanggung tambahan risiko

Likuiditas pasar turun Karena ongkos dalam menjual surat berharga lebih kecil

Ongkos Informasi naik Investor lebih banyak mengeluarkan sumberdaya untuk mengevaluasi surat berharga

Pajak Final naik Investor peduli terhadap profit setelah pembayaran pajak

                                                            59 Glenn Hubbard and Anthony Patrick O’Brien, Money, Banking, and

the Financial System (Boston : Pearson, 2012), 124-133. 60 Glenn Hubbard and Anthony Patrick O’Brien, Money, Banking, and

the Financial System , 133. 

Page 91: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

59  

Struktur suku bunga yang dipengaruhi oleh keempat faktor ini

dalam prakteknya membentuk tiga fakta berikut ini yaitu: 1. Suku bunga pada surat berharga berjangka panjang biasanya lebih

tinggi dari suku bunga surat berharga berjangka pendek sehingga membentuk positive curve.

2. Suku bunga surat berharga berjangka pendek jarang sekali lebih tinggi dari pada suku bunga surat berharga berjangka panjang sehingga membentuk negative curve.

3. Suku bunga dari surat berharga dalam semua jangka waktu cenderung untuk naik atau turun secara bersamaan.61

Penjelasan terhadap terjadinya kurva positif suku bunga ini, ada 3

(tiga) teori yang dikembangkan ekonom konvensional yaitu: 1) The Expectation Theory; 2) The Segmented Market Theory dan 3) The Liquidity Premium Theory atau Preffered Habitat Theory. The Expectation Theory 62 adalah teori tentang struktur suku bunga yang berpendapat bahwa suku bunga untuk surat berharga berjangka panjang adalah rata-rata suku bunga yang diharapkan investor dari penjumlahan surat berharga berjangka pendek sampai jatuh tempo surat berharga jangka panjang tersebut. Asumsi yang dipakai pada teori ini adalah bahwa semua investor memiliki tujuan investasi yang sama dan dalam suatu periode investasi, investor melihat berbagai jangka waktu surat berharga sebagai substitusi yang sempurna untuk jangka waktu yang lain. Sehingga bagi investor memegang surat berharga berjangka waktu 10 tahun sama dengan memegang surat berharga berjangka waktu 5 tahun dan lalu memperpanjangnya untuk jangka waktu 5 tahun berikutnya. Kelemahan teori ini dalam menerangkan fakta pertama bahwa suku bunga surat berharga berjangka panjang biasanya lebih tinggi dari surat berharga berjangka pendek, akan menghasilkan kurva berkemiringan positif sebagai hasil ekspektasi surat berharga berjangka pendek akan terus menerus meningkat pada masa yang akan datang. Penjelasan ini tentu tidak mungkin terjadi mengingat pada masa tertentu suku bunga surat berharga jangka pendek bisa turun. Atas dasar teori ini, di pasar modal banyak terjadi spekulasi terhadap tren suku bunga ini dengan melakukan investasi surat berharga berjangka panjang dan melakukan pinjaman jangka pendek dengan harapan mendapatkan selisih suku bunga antara suku bunga jangka panjang dan suku bunga jangka pendek.                                                             

61 Glenn Hubbard and Anthony Patrick O’Brien, Money, Banking, and the Financial System , 133. 

62  Irving Fisher, The Theory of Interest:  As Determined by Impatience to Spend Income and Opportunity to Invest it (New York: Macmillan Company, 1930), 222. Lihat http://books.google.co.id/books?hl= id&id =zlUYAAAAIAAJ & focus= searchwithinvolume&q=+expectation. (diakses 15 Juli 2013).

Page 92: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

60  

Spekulasi terhadap pergerakan suku bunga inilah yang diharamkan dalam ekonomi Islam karena akan menghasilkan bubble economy yang disebabkan oleh tidak adanya transaksi riil yang mendasari.

Teori struktur suku bunga yang kedua adalah The Segmented Market Theory. Teori Culbertson ini sebagaimana yang dikutip oleh M. L. Bhole63 berusaha mengatasi kelemahan teori struktur bunga yang pertama, yaitu bahwa: tidak semua investor memiliki tujuan investasi yang sama dan tidak semua investor melihat bahwa surat berharga dengan berbagai periode jangka waktu tidak merupakan substitusi yang sempurna satu sama lain. Dari dua asumsi ini teori kedua ini menjelaskan bahwa pasar untuk surat berharga dengan berbagai jangka waktu terpisah satu sama lain atau dengan kata lain terjadi segmentasi. Teori segmentasi menjelaskan bahwa investor yang melakukan investasi di satu jangka waktu surat berharga tidak melakukan investasi di surat berharga jangka pendek. Misalnya investor dana pensiun dan perusahaan asuransi akan lebih memilih investasi di surat berharga berjangka panjang dibandingkan berjangka pendek untuk memenuhi kebutuhannya menyediakan dana bagi pensiunan dan pemegang polis asuransi yang berjangka panjang. Sebaliknya perusahaan besar lebih memilih surat berharga berjangka pendek karena kebutuhan terhadap uang kas yang tinggi dalam jangka pendek untuk mendukung operasionalnya.64 Ekonom yang mendukung teori kedua ini beragumentasi bahwa investor yang berjangka panjang lebih sedikit dibandingkan investor yang berjangka pendek. Sehingga dari asumsi ini, teori kedua ini lebih bisa menjelaskan kenapa kurva suku bunga cenderung positif, yaitu bahwa karena lebih banyak investor berjangka waktu pendek maka kecenderungan suku bunga berjangka pendek lebih rendah. Sebaliknya karena sedikitnya investor berjangka waktu panjang maka kecenderungannya seku bunga berjangka waktu panjang lebih tinggi dibandingkan suku bunga berjangka pendek. Kelemahan teori kedua ini adalah bahwa teori ini tidak bisa menjelaskan fakta kedua bahwa dalam masa tertentu suku bunga berjangka waktu pendek lebih tinggi dari pada suku bunga berjangka panjang, yang biasa terjadi pada waktu krisis (di Indonesia pada tahun 1998) atau pada waktu terjadi deflasi seperti yang di Amerika pada tahun 1930. Selain itu, jika memang investor tersegmentasi berdasarkan jangka

                                                            63  Laxman Madhoa Bhole adalah professor ekonomi, Department of

Humanities and Social Science, IIT, Mumbai. Prof. Bhole mempunyai 5 buku dan 125 artikel. Lihat Laxman Madhoa Bhole, Financial Institutions and Markets: Structure, Growth and Innovations (New Delhi: McGraw-Hill, 2004), Fourth Edition. 

64 Laxman Madhoa Bhole, Financial Institutions and Markets: Structure, Growth and Innovations (New Delhi: McGraw-Hill, 2004), Fourth Edition, Chapter 27, 11.  

Page 93: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

61  

waktu teori kedua ini sulit untuk menjelaskan kenapa suku bunga dalam semua jangka waktu akan naik atau turun secara bersamaan.

Jika teori pertama berhadapan secara ekstrim dalam asumsinya dengan teori kedua, yaitu bahwa teori pertama mengatakan bahwa investor melihat surat berharga dari berbagai jangka waktu merupakan subtitusi yang sempurna satau sama lain sementara teori kedua menyatakan bahwa investor tidak melihat bahwa surat berharga dengan berbagai jangka waktu bukan merupakan subtitusi sama sekali. Oleh karena itu teori ketiga yaitu The Liquidity Premium Theory berusaha menyempurnakan kedua teori ini dengan mencoba menjelaskan secara lebih sempurna dan mengkombinasikan penjelasan kedua teori ini serta menghindari perbedaanya secara ekstrem. 65 Teori ketiga ini menyatakan bahwa investor melihat surat berharga dengan berbagai jangka waktu sebagai substitusi tetapi bukan subtitusi sempurna. Seperti asumsi teori kedua, teori ketiga ini juga menyatakan bahwa investor lebih banyak suka dengan surat berharga berjangka pendek dari pada dengan berjangka panjang tetapi investor masih mau melakukan investasi berjangka panjang jika mereka menerima suku bunga yang cukup tinggi dibandingkan suku bunga surat berharga berjangka pendek, yang disebut sebagai term premium. Jadi berdasarkan teori ini, suku bunga surat berharga berjangka panjang adalah suku bunga rata-rata dari harapan investor untuk surat berharga jangka pendek, ditambah dengan term premium pada berbagai jangka waktu yang lebih panjang. Sehingga surat berharga dengan jangka waktu yang lebih panjang akan memiliki term premium yang lebih besar dibandingkan surat berharga dengan jangka waktu lebih pendek.

Pertanyaan besarnya adalah apakah tambahan term premium berdasarkan jangka waktu dengan teori struktur suku bunga ini dapat dipakai sebagai tambahan rate of profit dalam mark-up transaksi jual beli dalam ekonomi Islam yang bersifat bebas bunga? Pertanyaan ini penting agar tidak terjadi praktik riba> al-fad}l dan maysir akibat penggunaan mark to the market yang bersifat gharar karena tidak didasarkan atas transaksi riilnya. Berdasarkan teori-teori suku bunga ini, salah satu faktor penting dalam penentuan suku bunga adalah faktor premium untuk memastikan unsur uncertainty karena default risk atau risiko gagal bayar surat hutang yang dalam prakteknya di sistem keuangan konvensional acuannya ditentukan oleh lembaga pemeringkat kredit (credit rating agency) seperti Standard and Poor, Moodys66 dan Pefindo (untuk Indonesia).

                                                            65 J.R. Hicks, Value and Capital, (Oxford : Clarendon Press, 1946), 71. 66Standard and Poor, Moodys  adalah perusahaan pemeringkat kredit

atau credit rating company, yaitu perusahaan yang menerbitkan peringkat kredit atau hutang bagi para penerbit obligasi. Penerbit obligasi bisa suatu perusahaan, lembaga, kota atau pemerintah suatu negara. Peringkat kredit yang diterbitkan

Page 94: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

62  

Kredibilitas dalam kemampuan membayar hutang menjadi sangat penting dalam ekonomi konvensional karena seluruh transaksi keuangan dalam format kredit (pinjaman dengan sistem bunga), sehingga peran penilai kredibilitas seperti rating agency menjadi sangat penting. Kesalahan penilaian kredibilitas penerbit (issuer) dari surat hutang pernah terjadi di Amerika Serikat pada waktu periode krisis 2007-2009, sehingga menyebabkan jatuhnya lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs, Merryl Lynch dan lain lainya dalam pasar perumahan (mortgage loan). Sementara dalam pasar keuangan ekonomi Islam, surat berharga yang diterbitkan seluruhnya tidak berdasarkan transaksi hutang (kredit) tetapi berdasarkan jual-beli dan kerjasama yang berdasarkan transaksi di pasar riil (underlying transaction) sehingga pada dasarnya secara teori tidak memerlukan penambahan premium dalam default risk dan information cost karena kredibilitas penerbit surat berharga67. Penambahan premium ini tidak seusai dengan prinsip mark to the market untuk menghindari transaksi riba> al-fad}l seperti metode yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, dan dapat menjadi praktek riba pada transaksi keuangan syariah kontemporer saat ini. Penilaian yang dilakukan oleh lembaga rating dapat menjadi sumber gharar dan misrepresentation karena menggunakan suku bunga sebagai benchmark. Penggunaan tingkat keuntungan (rate of profit ) atau mark-up pada transaksi berbasis jual beli seperti mura>bah}ah untuk transaksi yang bersifat jangka panjang (lebih dari 5 tahun) dengan menggunakan benchmark LIBOR atau benchmark di pasar uang yang bersifat semakin panjang waktunya maka semakin tinggi tingkat suku bunganya dengan demikian akan menyebabkan terjadinya penambahan yang bersifat ribawi karena tidak sesuai dengan mark-up yang terjadi di pasar barang. Selanjutnya bagaimana pendapat ekonom konvensional tentang rate of profit di pasar barang, dijelaskan dalam sub bab berikut.

D. Diskursus Rate of Profit Perspektif Ekonomi Konvensional.

                                                                                                                                       tersebut mengukur kelayakan kredit dan kemampuan pembayaran kembali hutang tersebut. Bagi investor informasi peringkat kredit ini sangat berguna dalam mengukur resiko portofolio investasinya, dan bagi penerbit surat hutang atau obligasi peringkat kredit yang diberikan merupakan pengakuan terhadap kelayakan kredit atau hutang mereka. Lihat Martin, “Perusahaan Pemeringkat Kredit”, http://www.seputarforex.com/artikel/ forex/ lihat.php?id= 124842&title =perusahaan _pemeringkat_kredit (diakses 10 September 2014). 

67 Muhammad Ba>qir al-S}adr, Iqtis}a>duna>. (Beirut: Dar al-Fikr, 1961), 558.

Page 95: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

63  

Dalam pengertian yang umum, profit adalah surplus dari pendapatan setelah dikurangi dengan semua pengeluaran untuk produksi yang didapat oleh pengusaha. Profit adalah jumlah uang yang tersisa setelah pengusaha tersebut membayar semua pengeluaran yang berhubungan dengan proses produksi. Pengeluaran-pengeluaran tersebut antara lain: 1) Sewa tanah; 2) Bunga dari pinjaman modal; 3) Gaji dari manajemen dan pegawai; 4) Biaya depresiasi barang modal; 5) Biaya asuransi untuk kebakaran, kecelakaan dan kehilangan.68 Pengeluaran untuk biaya-biaya ini akan menghasilkan gross profit atau keuntungan kotor karena sering biaya biaya tersebut tercampur dengan kepemilikan barang modal pengusaha tersebut, seperti penggunaan lahan milik pribadi pengusaha atau adanya kontribusi modal milik sendiri untuk produksi.

Sedangkan net profit diperoleh jika adanya faktor-faktor lainnya yang belum diperhitungkan terjadi seperti: 1) risiko dan ketidakpastian di luar risiko yang sudah diasuransikan; 2) efisisensi produksi atau koordinasi dalam mengatur jumlah produksi yang tepat; 3) kemampuan profesionalitas pengusaha; 4) kemampuan pengusaha untuk melakukan inovasi; 5) harga yang tinggi karena keunikan dari produk (monopoly gains); 6) Profit tidak terduga karena adanya faktor-faktor lain seperti kenaikan kurs mata uang, kebijakan pemerintah dan lain-lain69. Bisa disimpulkan bahwa ada perbedaan tentang konsep gross profit dan net profit di mana menurut penulis para ekonom ketika berbicara tentang rate of profit pada skala makro ekonomi maka yang dimaksud adalah gross profit.

Teori tentang profit sangat kompleks dan merupakan masalah yang diperdebatkan dan paling tidak memuaskan dalam doktrin ekonomi. Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya profit yang menyebabkan ekonom tidak bisa menentukan sumber-sumber profit yang mana yang dihitung dan mana yang tidak dihitung. Ekonom klasik bahkan menyamakan antara bunga (interest) dan profit.70 Mereka mendefinisikan profit sebagai pendapatan dari kapitalis karena telah menyediakan modal dan memiliki bisnis tersebut.

Sedangkan Marshall ( 1842-1924 M )71 menyatakan profit adalah upah buat pengusaha. Ia mengatakan bahwa profit adalah rata-rata

                                                            68  M.L. Jhingan, Advanced Economic Theory (Micro and Macro

Economics) (New Delhi : Vikas Publishin House PVT Ltd, 1979), 542. 69M.L. Jhingan, Advanced Economic Theory (Micro and Macro

Economics) 543. 70M.L. Jhingan, Advanced Economic Theory (Micro and macro

Economics), 544. 71 Alfred Marshall lahir di London pada tanggal 26 Juli 1842 dan wafat

pada tanggal 13 July 1924. Marshall adalah ekonom yang snagat berpengaruh pada waktu itu. Bukunya yang terkenal adalah Principle of Political Economy

Page 96: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

64  

remunerasi yang dibutuhkan untuk membuat pengusaha tetap eksisten, mempertahankan eksistensi dan penawaran jumlah pengusaha72. Dalam jangka panjang pengusaha hanya bisa mendapatkan profit normal yang akan membentuk sebagian dari ongkos produksinya. Penjelasan Marshal ini masih satu sisi, karena ia mengabaikan faktor yang menentukan permintaan pengusaha dan gagal menjelaskan kenapa ada pengusaha yang tetap dapat profit yang tinggi dalam jangka panjang karena tetap mampu mempertahakan daya saing produknya.

Walker melihat profit sebagai hasil dari fungsi produksi yang diciptakan oleh pengusaha dengan kemampuan yang lebih dari pengusaha yang lainnya. Pengusaha berbeda dengan tenaga kerja dan profit adalah penghargaan karena kemampuan koordinasi dan pengorganisasian yang baik dari pengusaha.73

Hawley berpendapat profit adalah hasil dari pengambilan risiko seorang pengusaha. Semakin besar risiko yang diambil semakin besar profit yang akan diperoleh.74 Pendapat ini mencampur adukkan antara kepemilikan dan kontrol atas bisnis. Saat ini kepemilikan berada ditangan pemegang saham sedangkan control terhadap perusahaan dilakukan oleh manajemen yang digaji oleh pemegang saham.

J.B. Clark dalam dynamic theory of profit-nya menjelaskan bahwa profit adalah perbedaan antara harga dan ongkos produksi sebagai hasil dari perubahan dinamis struktur masyarakat75 seperti: populasi yang meningkat, modal yang meningkat, perbaikan metode produksi, perubahan industri seperti adanya internet dengan toko-toko virtual dan kebutuhan konsumen yang meningkat.

Schumpeter dalam Innovation Theory-nya menjelaskan bahwa profit yang diperoleh dari perubahan dinamis ini sebagai hasil dari inovasi. Ia mengatakan bahwa perubahan dinamis hanya akan menghasilkan lingkaran yang pada akhirnya membentuk harga dan ongkos produksi yang sama sehingga lama kelamaan tidak akan menghasilkan profit. Oleh karena itu untuk memutus lingkaran ini maka                                                                                                                                        tahun 1890 yang menjelaskan tentang supply and demand, ongkos produksi yang menjadi buku text book di Inggris dalam jangka waktu yang lama. Beliau adalah Professor di Cambridge University (1868).

72Lihat Alfred Marshall, Principles of Economic (London: Macmillan, 1920), 49-55.

73 F. A. Walker, “The Doctrine of Rent, and the Residual Theory of Wages”, Quartely Journal of Economics, Vol 5, 417-437.

74 F.B. Hawley, Enterprise and the Productive Process, (New York: G.P. putnam’s Sons, 1907). 351.

75John Bates Clark, The Distribution of Wealth; A Theory of Wages, Interest and Profits (London: The Macmillan Company,1908), 168, http://digamo.free.fr/clark99.pdf (diakses 9 Agustus 2014).

Page 97: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

65  

pengusaha harus melakukan inovasi. Inovasi ini antara lain dapat berupa: 1) terciptanya produk baru; 2) terciptanya metoda produksi yang baru; 3) pembukaan pasar baru; 4) penemuan sumber bahan baku yang baru dan 5) reorganisasi industri. Salah satu dari inovasi ini akan dapat menurunkan ongkos produksi dan menciptakan profit baru. Dalam teori ini, Schumpeter tidak mempertimbangkan profit sebagai akibat dari proses pengambilan risiko76. Menurut penulis, pendapat Schumpeter ini menjelaskan bahwa profit bukan merupakan hasil dari pengambilan resiko uncertainty.

Sementara Frank H. Knight berpendapat bahwa profit sebagai penghargaan atas risiko yang ditanggung dalam menjalankan usahanya baik risiko itu yang bersifat risiko yang tidak bisa diasuransikan dan risiko karena ketidakpastian (uncertainties).77 Teori profit ini lebih rinci dari pada teori profit Hawley yang tidak menjelaskan tentang risiko apa yang ditanggung oleh pengusaha. Knight membedakan antara risiko yang bisa diasuransikan dan risiko yang tidak bisa diasuransikan. Risiko yang bisa diasuransikan antara lain risiko kebakaran, risiko kecurian dan risiko kematian karena kecelakaan kerja. Sedangkan risiko yang tidak bisa diasuransikan antara lain perubahan harga, perubahan permintaan, perubahan penawaran. Sehingga profit adalah hasil dari kegiatan usaha dengan pengambilan risiko yang bersifat dapat diasuransikan maupun yang tidak dapat diasuransikan. Profit dihasilkan karena adanya perbedaan pendapatan yang bersifat ex ante dan ex post. Profit adalah sisa setelah semua pendapatan yang bersifat kontraktual dikurangi dengan faktor-faktor biaya. Dalam ekonomi yang seimbang, jika pengusaha dapat mengontrol faktor-faktor biaya dan tidak memasukkan faktor biaya yang meningkat pada nilai marginal produknya, maka dia akan mendapatkan profit yang positif. Sedangkan untuk penentuan harga sebuah kontrak atau transaksi tunai yang menghasilkan keuntungan secara pasti, menurut Philip Kotler metoda yang banyak dipakai oleh perusahaan adalah: 1) mark-up pricing; 2) target return pricing; 3) perceived value pricing, dan 4 ) value pricing78.

Pada metoda mark-up pricing, penentuan tingkat harga jual adalah dengan memark-up biaya produksi komoditi yang bersangkutan baik biaya yang bersifat variable cost maupun yang bersifat fixed cost. Biaya yang bersifat variable dan fixed cost ini digunakan untuk

                                                            76S. Dass, “Proffessor J.A. Schumpeter on Economic Development”

dalam John C. Wood (ed.), Joseph Alois Schumpeter; Critical Assessments (Psychology Press, 1991) 397.

77Frank H. Knight, Risk, Uncertainty and Profit, (New York: Sentry Press, 1964), Chapter II, 22-50.

78Lihat Philip Kotler, Marketing Management Millenium Edition (New Jersey : Prentice Hall International, 2000), Tenth Edition, 256-259.

Page 98: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

66  

menghitung unit cost yaitu dengan rumus : variable cost + fixed cost/unit sales. Mark-up price kemudian dihitung dengan memasukkan tingkat keuntungan yang ingin dicapai (desired return on sales), dengan rumus : unit cost/(1-desired return on sales). 79 Selain dengan pendekatan biaya produksi, harga jual bisa didasarkan pada metoda Target Return Pricing, dengan tujuan ingin mencapai return on investment tertentu (ROI), dengan rumus :Target return pricing = unit cost + (desired x investment capital)/unit sales. 80 Berbeda dengan dengan dua metoda terdahulu di mana biaya produksi dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, pada metoda perceived value pricing juga menggunakan non price variable, seperti meningkatkan tingkat kepuasan nasabah sehingga preferensi nasabah terhadap produk tersebut tetap positif, dengan menambah beberapa item pelayanan dan services yang lebih memuaskan nasabah. Terakhir, penetapan harga jual juga bisa didasarkan kepada metoda Value Pricing khususnya untuk barang-barang yang berkualitas tinggi.81 Seperti kita ketahui sudah menjadi pengetahuan yang sifatnya umum bahwa barang yang berkualitas tinggi maka harganya akan mahal. Pendapat-pendapat ekonom konvensional ini pada dasarnya berbicara tentang konsep penentuan keuntungan berdasarkan gross profit sehingga dalam pengembangan teorinya, penentuan pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan gross profit dari total nilai output barang yang diproduksi secara nasional yang disebut sebagai Gross Domestic Product atau GDP pada tahun acuan yang dijadikan dasar perhitungan. Perhitungan untuk menghitung pertumbuhan GDP ini dalam ilmu ekonomi disebut sebagai GDP Deflator.

Dalam ekonomi konvensional faktor biaya yang tidak terdapat pada sistem ekonomi syariah dan sulit dikontrol adalah faktor biaya modal berupa bunga yang bersifat ex ante karena akan sangat tergantung kepada fluktuasi suku bunga pasar. Sementara dalam ekonomi Islam yang bersifat bebas bunga, maka faktor biaya bunga nihil dan digantikan oleh bagi hasil dari rate of profit yang dihasilkan (ex post). Oleh karena itu

                                                            79 Lihat Philip Kotler, Marketing Management Millenium Edition, Tenth

Edition, 256-259. 

80 Lihat Philip Kotler, Marketing Management Millenium Edition, Tenth Edition, 256-259. 

81 Lihat Philip Kotler, Marketing Management Millenium Edition, Tenth Edition, 259. 

Page 99: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

67  

bunga (rate of interest) dan bagi hasil dari rate of profit yang dihasilkan sangat berbeda. Di bawah ini bisa kita lihat perbedaan antara keduanya.

Tabel 2. 682 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi (rate of profit)

b. Besarnya presentase berdasarkan jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan (rate of profit) yang diperoleh

c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

c. Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan jumlah peningkatan jumlah pendapatan

e. Eksistensi bunga diragukan atau dikecam oleh semua agama

e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

Meskipun tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil akan

tetapi dalam metodologi menentukan rate of profit yang menjadi dasar perhitungan bagi hasil terjadi perbedaan pendapat. Beberapa perbedaan pendapat tentang bagaimana menentukan rate of profit secara agregat, dapat dilihat pada pemikiran ekonom konvensional di bawah ini.

Karl Marx (1818-1883 M) 83 dalam bukunya “Capital” banyak berbicara tentang rate of profit, walaupun pada awalnya ekonom ini

                                                            82 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek

(Jakarta: Gema Insani, 2001), 61.

Page 100: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

68  

menggunakan istilah rate of surplus. Rate of surplus dijelaskan dalam bukunya “Capital” Jilid I,84 kemudian pada “Capital” Jilid III85 merubah konsepnya menjadi rate of profit . Sebagai ekonom komunis yang peduli dengan eksploitasi kaum buruh, Marx fokus pada rate of surplus, yang dinotasikan dengan (s’), yaitu ratio dari nilai surplus (s) dan pengeluaran modal (v) yang dilakukan oleh kapitalis. Sehingga rate of surplus dirumuskan:86

s’ = s/v Selanjutnya Marx (1818-1883 M) dalam Capital jilid I,

mengatakan bahwa nilai rate of surplus ini cenderung sama di antara semua sektor-sektor ekonomi karena para buruh cenderung bergerak dari upah rendah ke upah tinggi jika produsen menggunakan teknik-teknik produksi yang baru yang lebih efisien seperti yang digunakan para produsen lainnya. Dalam Capital jilid III yang kemudian diedit oleh Engel, Marx memperbaiki konsepnya bahwa rate of profit dan bukan rate of surplus yang cenderung sama (equal), di mana rate of profit adalah rasio nilai surplus dibandingkan total pengeluaran modal. Karl Marx merumuskan sebagai berikut: 87

Rate of profit = π’ = s/(c +v)                                                                                                                                        

83 Karl Marx ( 1818 – 1883) adalah seorang revolusioner komunis di mana karya-karyanya terinspirasi dari rezim komunis pada abad ke-20. Analisis sejarah dan ekonomi datang bersama-sama dalam prediksi Marx tentang kerusakan ekonomi yang tak terelakkan dari kapitalisme , yang akan digantikan oleh komunisme. Lihat biografi Karl Marx lebih jauh lagi di http://plato. stanford.edu/entries/marx. (diakses 10 Januari 2014)

84 Karl Marx, “Capital, A Critique of Politial Economy Volume I”, Chapter Nine. Lihat https://www.marxists. org / archive /marx/works/1867-c1 (diakses 12 Januari 2014).

85 Karl Marx, Capital Volume III “The Process of Capitalist Production as a Whole”, Chapter 2 “ The Rate of Profit” ( International Publisher, 1959). Diedit dan disempurnakan 11 tahun setelah Karl Marx wafat oleh Friedrick Engels Lihat http://www.marxists.org/archive/marx/works/1894-c3/ch02.htm (diakses 12 Januari 2014).

86 Karl Marx, Capital, “A Critique of Political Economy Volume I”. Chapter Nine, 20

87 Karl Marx, “Capital Volume III The Process of Capitalist Production as a Whole, Chapter 2 “ The Rate of Profit”, 34

Page 101: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

69  

Ingrid J. Rima88 dalam bukunya “Development of Economic

Analysis” berpendapat bahwa argumentasi Marx yang mengatakan bahwa rate of profit (bukan rate of surplus) yang cenderung sama, lebih realistik karena pengusaha tidak tertarik kepada profit per unit labor cost dan lebih tertarik kepada profit per unit invested capital.89 Jadi profit per unit invested capital ini, pada dasarnya sama dengan return on equity (ROE), yang menjadi alat ukur rate of profit suatu investasi yang dilakukan oleh pengusaha. Dari rumusan di atas, dapat kita lihat bahwa rate of profit yang dimaksud oleh Karl Marx pada dasarnya sama dengan Return on Equity (ROE).

Berbeda dengan pendahulunya Karl Marx (1818-1883 M), J. Von Neumann (1903–1957 M)90 yang hidup lebih satu abad sesudahnya,

menyamakan rate of profit dengan rate of interest (bunga) bukan dengan Return on Equity (ROE). Menurut ahli matematika ini, rate of profit adalah rasio output surplus barang yang dihasilkan dibandingkan input barang, di mana nilainya akan sama baik jika diukur secara fisik atau berdasarkan harga barang barang yang telah disepakati sebelumnya.91 Jumlah barang-barang yang diproduksi tidak harus sama atau tidak sama intensitasnya (xi), tetapi rasionya hampir sama. Sehingga setiap proses harus dikalikan dengan intensitasnya (xi), di mana

                                                            88Ingrid Hahne Rima adalah professor Ekonomi di Temple University,

Philsdelphia, USA Lihat http://www.amazon.com/Development-Economic-Analysis-7th-Edition/dp/0415772923. (Diakses 15 November 2013).

89Ingrid Hahne Rima, Development of Economic Analysis (London : Routledge, 1996), 220-224.

90John von Neumann lahir di Budapest, Hungary tahun 1903 dan wafat tahun 1957 di Washington D.C., USA. J. von Neumann adalah salah satu dari enam professor matematika (JW Alexander, A Einstein, M. Morse, O Veblen, J von Neumann dan H Weyl) pada tahun 1933 pada Institute of Advanced Study yang baru didirikan di Princeton. Lihat http://www-history.mcs.st-and.ac.uk/Biographies /Von_Neumann.html (diakses 20 Maret 2014).

91 J. Von Neumann yang ahli di bidang matemetika ini sering menjelaskan teori rate of profit dengan rumus matematikanya. Pakar ,matematika ini merumuskan jika proses Pi (i=1,…,m), jumlah barang (aij), digunakan sebagai input untuk memproduksi barang (bij), sebagai output, maka Gij (j=1,…,n), maka : Pi : ∑ aij Gj → ∑ bij Gj. Lihat J. Von Neumann, “A Model of General Economic Equilibirium”, The Review of Economic Studies, Vol. 13, No. 1 (1946), http://stevereads.com/papers_to_read/a_model_of_general_economic_ equilibrium.pdf (diakses 17 Mei 2013), 2.

Page 102: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

70  

(i=1,…,m), untuk menghasilkan total produksi ( E ).92 Dengan adanya proses dan intensitas maka akan terdapat koefisien ekspansi, α, di mana sistem tidak hanya memproduksi tetapi juga tumbuh secara proporsional pada rate α. Selain itu dalam sistem juga ditentukan harga-harga, yi, …,yn dari barang barang Gi, …, Gn baik sebagai input dan output dan factor bunga β di mana : β = 1 + z/100 dan z adalah tingkat suku bunga dalam percent per unit time 93. Jika sistem ingin mendapatkan keuntungan maka Von Neumann merumuskan sebagai berikut:

β ∑ aijyi ≥ ∑ bij yi yang menunjukkan bahwa setiap proses pada tingkat harga tertentu harus memproduksi output yang cukup untuk menggantikan input dan bunganya dalam value-term (nilai).

Dalam model ini α, tingkat ekspansi dan β, tingkat suku bunga tidak diketahui nilainya. Tetapi dengan kondisi aij + bij ≥ 0 bisa disimpulkan bahwa tingkat suku bunga akan sama dengan koefisien tingkat ekspansi dan rate keduanya ditentukan oleh proses produksi, dan tidak tergantung kepada harga dan intensitas. Menurut J.Von Neumann (1903 – 1957) jika teori ini diterapkan dalam perekonomian saat ini, maka dengan memasukkan tingkat gaji sebagai faktor produksi, maka proses produksi akan membentuk tingkat pertumbuhan yang sama dengan rate of profit . 94 Dapat disimpulkan bahwa J. Von Neuman menyamakan rate of profit dengan tingkat suku bunga β.

Berbeda dengan Karl Marx (1818-1883 M) dan Neumann (1903 – 1957 M), Piero Sraffa (1898 – 1983 M) 95 menganggap rate of profit

                                                            92 J. Von Neumann menggambarkan proses selanjutnya dengan rumus

E = ∑ xi Pi . Lihat J. Von Neumann, “A Model of General Economic Equilibirium”, 2.

93 Sebelum sampai ke rumus terakhir, J. Von Neumann membuat

batasan : xi ≥ 0 dan ∑ xi> 0 dan harga harga selalu positif yi ≥ 0 dan ∑ yi> 0. sehingga J. von Neumann (1903 – 1957) menyatakan secara ekonomis produksi barang akan terjadi jika : α ∑ aij xi ≤ ∑ bijxi yang menyatakan bahwa sistem hanya akan memproduksi jika output produksi minimal sama atau lebih untuk menggantikan input dan reinvestment pada tingkat ekspansi α. Lihat J. Von Neumann, “A Model of General Economic Equilibirium”, 3.

94J. Von Neumann, “A Model Of General Economic Equilibirium”, 4. 95Piero Sraffa lahir di Turin, Northertn Italy, 5 Agustus 1898 M dan

wafat di Cambridge, 3 september 1983 M. adalah seorang ekonom Italia yang

Page 103: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

71  

sama dengan GNP (Gross National Product). Pada dasarnya secara konstruktif konsep rate of profit Sraffa (1898 – 1983 M) tidak jauh berbeda dengan konsep rate of profit Von Neumann, konsep rate of profit Sraffa (1898 – 1983 M) lebih menekankan pada penentuan nilai surplus sebagai pengganti nilai produksi secara proporsional. Oleh karena itu untuk mendapatkan rate of profit yang sama secara agregat maka rasio surplus terhadap produksi dengan proses yang berbeda beda, harus sama terhadap semua proses produksi.96 Untuk menentukan rate of profit yang sama , maka variable tambahan yaitu upah dan profit perlu ditambahkan pada sistem yang bisa menentukan rate of profit dan harga-harga secara simultan. Karena harga-harga dan profit saling tergantung satu sama lain (interdependent) maka nilai keduanya saling mempengaruhi atau dengan kata lain harga adalah refleksi dari harga input termasuk rate of profit.97 Jika surplus yang dihasilkan oleh sistem disebut sebagai national income maka upah dan profit merupakan variable yang menentukan national income. Jika upah dianggap nol maka seluruh national income dibayarkan dalam bentuk profit dan demikian

                                                                                                                                       berpengaruh dan menjabat sebagai dosen ekonomi di Universitas Cambridge. Bukunya berjudul “Production of Commodities by Means of Commodities” di gunakan di sekolah ekonomi Neo-Ricardian, yang telah membantu penyempurnaan nilai teori “Classical Economics yang dikembangkan oleh David Ricardo. Lihat http://profil.merdeka.com/mancanegara/p/piero-sraffa/ (diakses 25 November 2013).

96 Piero Sraffa, Production of Commodities by Means of Commodities : Preclude to a critique of Economic Theory ( Bombay: Vora & Co., Publishers PVT.LTD, 1960), 6 http:// laprimaradice.myblog.it /media /02/02/ 2829581832. pdf ( Diakses 15 Mei 2013)

97 Sraffa juga merumuskan sistem produksi dengan:

(Aa pa + Bapb + … +Kapg)(1 + r) = Apa

(Ab pa + Bbpb + … + Kbpg)(1 + r) = Bpb … … …. (Ag pa + Bgpb + … + Kgpg)(1 + r) = Kpg

di mana A, B , …. K adalah jumlah komoditas sebagai input dan output, dan Pa, …, pg adalah harga harga sedangkan r adalah rate of profit. Ag pa adalah jumlah komoditi A yang digunakan dalam memproduksi komoditi K dengan pa adalah harga dari komoditi A, atau biaya satu unit A untuk memproduksi K. Jika surplus yang dihasilkan juga digunakan untuk membayar upah selain profit maka biaya upah harus dimasukkan ke dalam persamaan sehingga persamaan sistem produksinya menjadi

(Aa pa + Bapb + … + Kapg) (1 + r) + La w = A pa … …. … …. dst

Lihat Piero Sraffa, Production of Commodities by Means of Commodities : Preclude to a critique of Economic Theory, 6.

Page 104: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

72  

sebaliknya. Sehingga maximum rate of profit adalah ratio dari total surplus terhadap aggregate faktor produksi.

Perbedaan konsep Sraffa (1898 – 1983 M) dan Von Neumann (1903 – 1957 M) adalah bahwa Sraffa (1898 – 1983) tidak memasukkan suku bunga sebagai faktor produksi. Dalam teori ekonomi modern dapat disimpulkan bahwa perhitungan GNP dengan perhitungan total added value dari barang yang dihasilkan, menurut Sraffa (1898 – 1983 M) sama dengan rate of profit. Atau dengan kata lain disimpulkan bahwa rate of profit sama dengan GNP suatu negara yang dihitung berdasarkan total added value dari barang barang yang dihasilkan.

Selanjutnya Michael Kalecki menjabarkan konsep rate of profit dengan konsep yang berbeda dengan pendahulunya Karl Marx, Neumann dan Sraffa. Kalecki menyamakan rate of profit dengan rate of investment. Kalecki mencoba memperjelas pemikiran John Maynard Keynes (1883 – 1946 M) berkenaan dengan rate of profit ini bahwa para pekerja tidak mampu untuk menyimpan (saving) hasil kerjanya.98 Tabungan dilihat sebagai profit yang di-accrue (diakui didepan) sehingga terjadi perubahan rate of investment. Dengan kata lain profit akan meningkat sejalan dengan lebih banyaknya sumber daya yang digunakan untuk investasi. Pengurangan upah riil ditransfer ke keuntungan kapitalis sebagai profit sehingga menyebabkan marginal propensity to save (MPS) yang sama dengan tingkat investasi baru. Jadi kesimpulan dari konsep Kalecki ini adalah bahwa yang dimaksud rate of investment sama dengan rate of profit suatu investasi 99. Dengan kata lain penulis berkesimpulan bahwa rate of profit ini bisa diukur dengan return of investment suatu industri. Lebih jelas konsep rate of profit dari para ekonom konvensional yang sudah jelas benchmark-nya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.7 100

Diskursus Rate of Profit Perspektif Ekonomi Konvensional                                                             

98Michael Kalecki membuat rumus dengan : GNP = Gross Profit (P) + Wage and Salaries di mana GNP = Gross Investment (I) + Capitalist Consumption (C) + Workers Consumption. Sehingga dari rumusan di atas dapat disimpulkan : P = I + C. Dengan asumsi Tabungan oleh ekonom klasik, persamaan di atas menjadi: P/K = I/K dimana K = capital. Persamaan ini dapat dibaca dengan asumsi bahwa S=I maka tabungan dilihat sebagai profit yang diaccrue sebagai terjadinya perubahan rate of investment. M. Kalecki, The Principle of Increasing Risk , in J.A. Kregel, Rate of Profit, Distribution and Growth: Two Views. (New Brunswick (U.S.A.) and London (U.K.),1971), 96-103.

99J.A. Kregel, Rate of Profit, Distribution and Growth : Two Views , 103.

100Tabel diolah penulis.

Page 105: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

73  

No Nama Lahir/Wafat Pemikiran 1 Karl Marx 1818 M - 1883 M Rate of profit sama

dengan Return on Equity (ROE)

2 J. Von Neumann 1903 M – 1957 M Rate of profit sama dengan tingkat suku bunga (β)

3 Kalecki 1899 M - 1970 M Rate of profit dengan rate of investment (ROI)

4 Piero Sraffa 1898 M – 1983 M Rate of profit sama dengan GNP (Gross National Product).

Pada dasarnya, pendapat ekonom-ekonom konvensional dari

pemikir beraliran mainstream ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai patokan dalam menentukan rate of profit dalam akad akad di lembaga keuangan syariah kecuali tingkat suku bunga seperti pendapat Von Neumann, karena hal ini berarti menyamakan rate of profit dengan rate of interest. Sedangkan dari ekonom beraliran strukturalis seperti Joan Robinson menjelaskan hubungan antara rate of profit dan distribusi pendapatan. Ia mengatakan bahwa rate of profit berasal dari transfer upah dan gaji, yang besarnya sama dengan capital accumulation atau rate of growth.101 Pendapat ini pada dasarnya sama dengan pendapat Piero Sraffa.

Selanjutnya dalam penentuan harga aset keuangan di lembaga keuangan seperti kredit atau pembiayaan di bank syariah, dapat digunakan teori Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Teori CAPM ini menyatakan bahwa dalam menentukan rate of profit (return) suatu investasi dapat dibagi ke dalam dua formula yaitu: Formula pertama mewakili imbal hasil (return) bebas risiko (risk free return) atau RF. Formula kedua adalah risk premium sebagai kompensasi karena menanggung tambahan risiko atas penempatan investor pada suatu investasi dalam periode waktu tertentu yang dihitung dari rumus : (β(Rm – RF)).102 Formula yang pertama pada dasarnya adalah untuk mengganti unsur time value of money dan formula yang kedua adalah menyangkut risiko yang berhubungan dengan                                                             

101 Joan Robinson, Essays in the Theory of Employement dalam J.A. Kregel : Rate of Profit, Distribution and Growth : Two Views (New Brunswick:Aldine Transaction, 2006),157

102Willian F. Sharpe, Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk, ”Journal of Finance,” Vol. 19, No. 3, 425. http://web.cenet .org.cn /upfile/ 17485.pdf.

Page 106: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

74  

investasi pada suatu proyek atau surat berharga yang dipilih. Jika dilihat dari teori penentuan rate of profit berdasarkan CAPM ini maka unsur pertama didasarkan atas rate of interest yaitu bunga risk free rate. Dalam hal kasus di Indonesia risk free rate ini bisa diwakili oleh bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tingkat bunga SBI ini digunakan sebagai tingkat suku bunga dasar (base rate) dan patokan tingkat bunga (benchmark rate of interest) di pasar keuangan dan obligasi Indonesia.103SBI dianggap tidak memiliki risiko default karena BI sebagai penerbit dianggap sebagai bagian dari Pemerintah Republik Indonesia. Dalam prakteknya, BI mengeluarkan kebijakan penentuan base rate yang diumumkan kepada masyarakat sebagai bagian dari kebijakan moneternya dalam mengelola suku bunga yang dijadikan acuan bagi bank konvensional dalam menentukan harga-harga produk perbankannya baik di sisi liability seperti tabungan dan deposito serta suku bunga kredit di sisi aset.

Selanjutnya dengan menggunakan dasar teori CAPM ini dilakukan pengembangan konsepnya untuk melakukan perhitungan suku bunga kredit di bank konvensional dengan mengggunakan suku bunga yang ditentukan di pasar uang berpatokan kepada risk-free rate (surat berharga negara seperti SBI) dan biaya-biaya lainnya seperti biaya operasional (overhead cost ), risk premium dan tingkat keuntungan yang diminta oleh manajemen (spread), sehingga formulanya menjadi :104

Cost of fund + Overhead Cost + Risk premium + Spread Penentuan Cost of fund 105 di bank konvensional selalu

dibandingkan (benchmark) terhadap risk free rate yang ditentukan oleh

                                                            103 Adler Haymans Manurung, Pengelolaan Portolio Obligasi (Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2007), 41

104Lihat Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 136. 

105Cost of Funds merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang diettapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula dananya, demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib arau reserve requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Lihat Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: RajaGrafindo, 2009), 135. 

Page 107: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

75  

Bank Sentral sebagai base rate (tingkat suku bunga acuan). Jika risk free rate dinaikkan oleh Bank Sentral, maka bank konvensional akan menaikkan cost of fund untuk nasabah penyimpan dana. Kebijakan tingkat acuan suku bunga ini bisa berubah ke Departemen Keuangan seperti terjadi di Amerika Serikat dengan mengeluarkan surat hutang jangka pendek (seperti Surat Perbendaharaan Negara atau SPN – penulis) yang didukung oleh pemerintah.106 Penurunan dan penaikan suku bunga merupakan kebijakan moneter pemerintah yang bersifat otonom dan merupakan penggerak utama suku bunga yang digunakan terutama untuk mengontrol inflasi.107Kebijakan moneter terhadap suku bunga akan mempengaruhi tingkat suku bunga jangka pendek melalui komponen cost of fund ini seperti untuk produk-produk deposito. Kebijakan yang bersifat otonom ini dalam prakteknya bisa dinaikkan sampai level yang sangat tinggi karena suku bunga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti : inflasi, defisit anggaran negara, kebijakan nilai tukar uang terhadap mata uang negara lain, fundamental ekonomi negara dan ekspektasi pasar terhadap suku bunga.108

Overhead Cost adalah biaya biaya yang dikeluarkan bank dalam mendapatkan dana dan spread adalah tingkat keuntungan yang dibutuhkan oleh manajemen bank dalam pengelolaan asset-liability berbasis suku bunga sesuai target pemegang saham. Risk premium adalah tambahan spread yang dibebankan kepada nasabah untuk mengatasi kredit macet. Dalam aplikasinya, risk premium yang dibebankan tergantung kepada segmen pasar yang dituju oleh bank konvensional. Segmen pasar korporasi dan perusahaan besar (komersil), dibebankan risk premium yang lebih kecil jika dibandingkan dengan risk premium yang dibebankan kepada segmen usaha kecil dan mikro. Struktur harga kredit bank konvensional ini dapat menjadi ketimpangan sistem ekonomi secara struktural, karena penambahan risk premium pada struktur harga kredit hanya menguntungkan bank (pemilik modal).

Dilihat secara struktural, semua kepentingan “profit” yang ditentukan secara pasti di depan (ex-ante) kepada stake holder telah diwakili dalam struktur harga kredit. Komponen cost of fund merupakan

                                                            106 Adler Haymans Manurung, Pengelolaan Portolio Obligasi (Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2007), 42 

107 Joel Bessis, Risk Management in Banking (Chicester UK: John Wiley and Sons, 2010), 100.

108 Joel Bessis, Risk Management in Banking (Chicester UK: John Wiley and Sons, 2010), 100.

 

Page 108: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

76  

kompensasi yang diberikan kepada depositor atau masyarakat penabung, yang nilainya mendekati bunga risk free return dan berbeda levelnya sesuai dengan teori liquidity preference Keynes. Produk Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka, berbeda level suku bunganya sesuai dengan tujuan transaksi dan jangka waktunya. Giro yang digunakan untuk keperluan transaksionnal paling rendah tingkat suku bunganya dibandingkan dengan tabungan yang biasanya digunakan untuk berjaga-jaga (precaution) dan deposito untuk melakukan investasi (spekulasi menurut istilah Keynes). Deposito tingkat suku bunganya berbeda-beda yield curve-nya sesuai dengan ekspektasi suku bunga berdasarkan teori liquidity premium yang dikembangkan oleh Hicks dan Hansen.109 Menurut penulis dalam prakteknya, suku bunga deposito dengan berbagai jangka waktu inilah yang dijadikan spekulasi dalam mencari keuntungan terhadap ekpektasi tren suku bunga di masa yang akan datang. Jika tren suku bunga cenderung turun maka depositor akan menempatkan dananya dalam deposito dengan jangka waktu yang panjang, sebaliknya jika suku bunga cenderung naik maka depositor akan menempatkan dananya dalam jangka pendek. Di bank syariah yang hanya mengenal rate of profit maka penggunaan acuan cost of fund yang bersifat spekulatif dan bergerak berdasarkan dinamika di pasar uang tentu tidak sesuai dengan karakter rate of profit yang berpedoman kepada keuntungan disektor riil.

Overhead Cost adalah komponen kompensasi kepada pegawai yang merupakan unsur yang dominan dalam biaya operasi bank. Spread adalah tingkat keuntungan yang diambil oleh manajemen bank yang disesuaikan dengan risiko dan persaingan untuk mencapai tujuan strategis. Sedangkan risk premium mencerminkan beban tambahan kepada perusahaan atau debitur, yang merupakan antisipasi terhadap kredit macet, penutupan biaya kredit macet yang bervariasi menurut jenis industri dan risiko struktur suku bunga dalam jangka waktu panjang.

Dalam prakteknya, komponen risk premium yang dikenakan pada segmen mikro dan usaha kecil jauh melebihi komponen-komponen lain pembentuk harga kredit seperti cost of fund , overhead cost dan spread. Porsi komponen risk premium ini langsung diakui sebagai pendapatan bank yang diperoleh dari tambahan premium yang dibebankan kepada semua kategori nasabah berdasarkan segmentasinya. Selain itu, praktek yang sering diaplikasikan adalah yang disebut term premium yaitu tambahan yang dibebankan secara fixed karena panjangnya jatuh tempo dari kredit. Semakin panjang jatuh temponya maka tambahan ini semakin besar. Dengan prosentasi kredit macet yang kecil, maka dari seluruh komponen pendapatan yang diperoleh dari kredit yang ditetapkan secara pasti dan predetermined (ex-ante), porsi bank atau pemilik modal dari risk premium, spread dan term premium

                                                            109 J.R. Hicks, Value and Capital, (Oxford : Clarendon Press, 1946), 71 

Page 109: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

77  

merupakan komponen yang terbesar bila dibandingkan komponen lain, sehingga sistem keuangan seperti ini akan menciptakan distribusi pendapatan yang tidak adil atau di dalam istilah Quran, hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu.110

Di lembaga keuangan syariah, tidak dikenal adanya cost of fund yang bersifat predetermined karena termasuk ke dalam transaksi riba yang hanya menguntungkan pihak pemberi dana atau investor dan tidak dikenal adanya risk premium yang ditambahkan untuk mengatasi risiko uncertainty (sesuai pendapat Paul Samuelson111) yang dibebankan kepada pengambil pinjaman untuk menjamin kembalinya pinjaman karena hal itu berarti menghilangkan unsur risiko yang merupakan alasan diperbolehkan pengambilan profit (‘iwad}) oleh rabb al-ma>l (pemilik dana) dalam transaksi di sektor riil. Pendapat Samuelson ini bertentangan dengan pendapat Muhammad Ba>qir al-S}adr yang menyatakan bahwa risiko uncertainty (risiko tidak kembalinya modal) bukan merupakan faktor produksi dan oleh karena itu profit bukan merupakan kompensasi risiko tersebut, termasuk dalam hak rabb al-mal dalam transaksi mudharabah.112 Apabila di bank syariah dikenakan risk premium, maka jika nasabah lancar (tidak macet) dalam melakukan pembayaran, maka porsi ini seharusnya dikembalikan kepada nasabah. Di bank syariah, jika aktiva produktif bermasalah maka yang menanggung risiko tidak hanya dari pihak bank, tetapi juga nasabah pemilik dana karena sebagai akibat aktiva produktif yang jelek akan membawa dampak kecilnya pendapatan yang akan diterima yang akhirnya akan mengakibatkan bagi hasil yang kecil. Penanggungan risiko bisnis ini sebenarnya telah diwakili oleh komponen spread, yaitu tingkat keuntungan yang diambil sesuai risiko yang diperbolehkan (‘iwad} ), yang sifatnya harus tidak menganiayai satu sama lain atau bersifat eksploitatif.

Sri Edi menjelaskan bahwa ketimpangan struktural dalam sistem keuangan, yang diciptakan dan berasal dari teori-teori ekonom klasik dan neoklasik termasuk John Maynard Keynes inilah yang menyebabkan tumbuhnya aliran pemikiran strukturalistik yang memasukkan unsur etis dalam memerangi ketidakadilan ekonomi seperti ketimpangan distribusi pendapatan dan kesempatan ekonomi karena sistem ekonomi pasar ini.113 Tokoh-tokoh ekonom strukturalis seperti John Kenneth Galbraith, Hans

                                                            110 QS. Al Hasyr (59) :7 111  Paul Samuelson, Economics, 10th edition (Tokyo: MacGraw Hill,

1976), 618. 112 Muhammad Baqir al-Sadr, Iqtisaduna (Beirut: Dar al-Fikr, 1961),

559

113 Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika: Mewaspadai Globalisasi dan Pasar Bebas (Yogyakarta : Pustep-UGM, 2010), 27.

Page 110: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

78  

Singer, Paul Baran, Joan Robinson dan Gunnar Myrdal juga mengatakan berbagai ketimpangan struktural dalam proses pembangunan yang berdasarkan pemikiran mainstream (neoklasikal).

Berbeda dengan bank konvensional, di bank syariah dalam penentuan rate of profit, seharusnya proxy tingkat keuntungan dasar yang dijadikan patokan sejak dari awal harus bersifat riil (tidak spekulatif) dan tidak eksploitatif, diambil dari keuntungan di pasar barang atau sektor riil. Dalam mengambil keuntungan di transaksi tunai di bank syariah misalnya seharusnya bukan suku bunga yang diambil di pasar uang yang dijadikan patokan. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan mengambil salah satu pendapat di atas yang sesuai dengan perspektif ekonomi Islam. GDP yang merupakan ukuran tingkat output barangbarang yang dihasilkan di dalam negeri, yang dihitung berdasarkan value added produksi barang-barang nasional dapat mewakili (proxy) tingkat keuntungan minimal (rate of profit) secara nasional. Pendapat ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat Piero Sraffa sebagai dasar perhitungan rate of profit. Selain itu dalam menghitung harga aset keuangan di bank syariah dapat ditambahkan faktor-faktor lainnya seperti di bank konvensional seperti: Over Head Cost (OHC) dan tingkat keuntungan perputaran aset dalam periode yang dinilai (Return on Asset) yang diharapkan oleh manajemen dalam tingkatan yang wajar sesuai benchmark industri. Sehingga harga aset keuangan di lembaga keuangan syariah, yang nanti akan dijelaskan di bab 5 secara konseptual, menurut penulis seharusnya menjadi hanya:

GDP + OHC + ROA Dengan demikian, berdasarkan rumus di atas secara umum di

lembaga keuangan syariah rate of profit seharusnya lebih murah dan memberikan maslahah karena memberikan kesempatan berusaha dan menciptakan distribusi pendapatan yang adil jika dibandingkan suku bunga kredit pinjaman di bank konvensional. Pendapat yang sama dikemukan oleh Sri Edi Swasono dalam bukunya Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Liberalisme, bahwa dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi sesuai dengan doktrin kerakyatan, maka baik dari segi pemihakan maupun dari segi peran strategisnya yang menghidupi dan memberi pekerjaan rakyat banyak serta sekaligus menjadi tulang punggung perkonomian nasional harus dilakukan melalui proses low-cost economy dan trickle-up mechanism.114 Ia juga berpandangan bahwa riba bukan hanya perbuatan tetapi juga adalah ideological mindset yang                                                             

114  Sri Edi Swasono, Kembali ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Liberalisme, (Jakarta: Penerbit Yayasan Hatta, 2010), 27.

Page 111: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

79  

mengisi suatu sistem ekonomi, yang dasarnya adalah pribadi (self-interest), kerakusan, perampasan (rip-off), dan hegemonik yang berawal dari liberalism. Sistem ekonomi ribawi yang menciptakan ketimpangan struktural, yang hanya memihak kepada pemilik modal, juga diungkapkan oleh Galbraith sebagaimana dikutip oleh Sri Edi mengatakan bahwa internasionalisasi modal (termasuk dalam saham perbankan nasional-penulis) dan produksi, akan menimbulkan pemberdayaan ekonomi dan politik (empowerment) bagi kalangan ekonomi yang mampu atas korban golongan kelas bawah (the underclass).115 Pemberdayaan kalangan ekonomi mampu ini menurut penulis kelihatan dalam pengenaan risk premium yang sangat rendah, sedangkan untuk kalangan kelas bawah (mikro) dikenakan risk premium yang sangat tinggi pada transaksi pinjaman atau pembiayaan.

Perhitungan rasio ketidakadilan distribusi pendapatan ini dapat dilihat dari Gini Coefficient yang diterbitkan oleh United Nation Development Program (UNDP) terhadap setiap negara. Gini Coefficient Indonesia berada pada tingkat 38.1 pada tahun 2013116. Gini Coefficient ditemukan oleh ahli statistik Itali bernama Corrado Gini (1884-1965). Angka Gini Coefficient berada di antara 0 yang menunjukkan bahwa di suatu negara distribusi pendapatan benar-benar berkeadilan hingga angka 100 yang menunjukkan bahwa terjadi ketidakadilan total dalam distribusi pendapatan.117 Di Indonesia rasio ini meningkat jika dibandingkan tahun 2012 di mana Gini Coefficient-nya sebesar 37. Angka Gini Coefficient ini mendekati angka Gini Coefficient di negara negara sub-sahara yang miskin. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia telah terjadi peningkatan ketidakadilan distribusi dalam pendapatan di masyarakat. Seharusnya ketika melakukan suatu transaksi ekonomi, manfaat secara luas terhadap perekonomian suatu negara dan kemakmuran terhadap masyarakat wajib dipikirkan sebagai wujud rasa cinta terhadap negara. Tidak membiarkan negara mengalami krisis hanya karena keuntungan besar yang diperoleh kalangan tertentu dalam jangka pendek adalah salah satu wujud kecintaan kepada negara. Mencintai negara adalah bagian dari keimanan seseorang sebagaimana hadits Nabi SAW bahwa

                                                            115 Sri Edi Swassono, Ekspose Ekonomika: mewaspadai Globalisasi dan

Pasar Bebas, 24. 116 World Bank, “World Development Indicators (Washington D.C:

World Bank, 2013), http://data.worldbank.org/data-catalog/world-development-indicators diakses tanggal 15 oktober 2013

117 Gini Coeficient yang biasa disebut dengan Gini index merupakan alat ukur ekonomi terhadap ketidakadilan distribusi pendapatan di suatu negara. Lihat BusinessDictionary, “Gini Index”, http:/www.businessdictionary.com /definition/ gini-index.html. (diakses 1 Januari 2015).

Page 112: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

80  

Hubbu al-Wat}an min al-Ima>n.118 Investasi memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian negara karena investasi dalam jangka panjang memberikan peluang mendapatkan penghidupan yang layak yang tidak terpisahkan dengan pekerjaan melalui kewajiban melaksanakan pemberdayaan (empowerment) rakyat, agar rakyat memperoleh hak sosialnya.119

Kebijakan penentuan harga aset keuangan syariah dengan konsep rate of profit yang mas}lah}ah ini, seharusnya secara struktural dapat dilakukan oleh otoritas yang membawahi sistem keuangan di Indonesia yaitu: Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui peraturan-peraturan, surat edaran, surat keputusan dan lainnya. Peraturan Bank Indonesia tentang penentuan suku bunga dasar kredit (SBDK) di bank konvensional misalnya bisa dilihat dalam Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 15 Januari 2013 tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit. Peran OJK dalam mengeluarkan aturan yang memihak masyarakat dapat dilakukan dalam peraturan pembebanan rate of profit di bank syariah dengan menghilangkan sistem anuitas atau effective rate berdasarkan time value of money yang ribawi sangat penting yang akan dijelaskan dalam bab-bab berikutnya, dalam rangka menghapus sistem ekonomi ribawi yang lebih mendasar.

Selanjutnya pada Bab III akan dibahas tentang konsep rate of profit dalam ekonomi Islam, di mana pemikiran ekonom Muslim ada yang terinspirasi dari pemikiran ekonom konvensional ini. Perbedaan yang mendasar antara ekonom Muslim dan konvensional adalah bahwa ekonom Muslim mengacu pada landasan dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sedangkan ekonom konvensional mengacu kepada pemikiran manusia semata-mata yang berbeda-beda antara satu dan lainnya dan kebanyakan berasal dari pemikiran mainstream (neoklasikal) yang berdasarkan ekonomi pasar.  

                                                            118 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Mudhui atas

Pelbagai Umat (Bandung: Mizan, 1996), 344. 119 Sri Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial: Dari

Klasikal dan Neo Klasikal sampai ke The End of Laissez-Faire, 1.

Page 113: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

81  

BAB III

DISKURSUS RATE OF PROFIT PERSPEKTIF FIKIH DAN EKONOMI ISLAM

Sebelum membahas tentang bagaimana konsep rate of profit dalam perspektif Ekonomi Islam, maka perlu dibahas terlebih dahulu bahgaimana konsep harga dan keuntungan yang adil dalam perspektif Islam. Harga sangat terkait dengan keuntungan. Ketika membahas profit tidak terlepas dari pembahasan harga (price). Konsep harga dan profit yang adil dalam Islam menjadi dasar bagaimana konsep rate of profit dalam perspektif Ekonomi Islam.

A. Konsep Rate of profit Perspektif Fikih

Untuk mengenali konsep harga yang adil dalam Islam, terlebih

dahulu kita memang harus mengenali bagaimana terbentuknya sebuah harga di dalam pasar. Harga sangat terkait dengan permintaan dan penawaran yang terjadi dalam masyarakat. Hukum permintaan berbunyi: Makin rendah harga suatu barang makin banyak permintaan ke atas barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang makin sedikit permintaan ke atas barang tersebut1. Sifat perkaitan itu disebabkan karena beberapa hal, antara lain: 1. Kenaikan barang menyebabkan para pembeli mencari barang lain

yang lebih murah yang dapat dijadikan sebagai pengganti. Apabila harga turun, orang akan mengurangi pembelian barang terhadap barang tersebut dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan.

2. Kenaikan harga akan menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang, keadaan ini akan memaksa pembeli untuk mengurangi

                                                            1Zubair Hasan, Introduction to Microeconomics an Islamic Perspective

(Selangor: Pearson Prentice Hall, 2006), 65.

Page 114: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

82  

pembeliannya terhadap berbagai jenis barang, terutama yang mengalami kenaikan.2

Permintaan saja tidak cukup syarat untuk mewujudkan transaksi di pasar. Permintaan akan terwujud dengan adanya penjual atau produsen yang menghasilkan barang yang dibutuhkan. Di sini muncul hukum penawaran yang berbunyi: makin tinggi harga suatu barang, makin banyak barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah harga suatu barang makin sedikit jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual3. Kurva penawaran akan menaik dari kiri bawah ke kanan atas karena terdapat perkaitan yang positif di antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan. Gerakan terjadi sepanjang kurva penawaran. Jika penawaran itu timbul karena faktor lain di luar harga, ini menimbulkan pergeseran atas kurva itu sendiri. Seandainya perekonomian dalam Islam menganut sistem mekanisme pasar, di mana harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar, apakah kekuatan permintaan dan penawaran ini sudah cukup menandai adanya keadilan harga dalam Islam? Untuk itu perlu ditelusuri konsep harga yang adil itu dalam Islam.

Mekanisme harga dalam Islam, tidak untuk memberi kesempatan kepada spekulan mengeruk keuntungan sendiri. Pemerintah harus mengontrol agar mekanisme pasar itu tidak disalahgunakan oleh para spekulan dengan menimbun barang. Jika persaingan di dalam pasar sudah tidak sehat lagi yang menyebabkan harga bukan cerminan dari supply dan demand lagi maka negara harus mengendalikan harga tersebut. George Soros menyebutnya sebagai “the defects of market mechanism” dan “the deficiencies of the non-market sector ”4 atau dalam istilah Heilbroner dan Thurow sebagai kelemahan dan kegagalan mekanisme pasar (the defects and the failures of market mechanism) sehingga menyebabkan kegagalan moral.5 Lebih lanjut Sri Edi Swasono mengatakan bahwa mekanisme pasar belaka adalah suatu mekanisme dimana kelompok-kelompok masyarakat yang tidak cukup memiliki tenaga beli akan bernasib malang, akan tersisih oleh arus pasar, sekedar menjadi “penonton” pasar yang akan tersapu ke luar pasar dan berada di

                                                            2Sadono Sukirno. Pengantar Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1995), Cet. ke-3, h. 77 3 Zubair Hasan, Introduction to Microeconomics an Islamic Perspective,

40. 4 George Soros, The Crisis of Global Capitalism (New York Public

Affairs, 1998), xxii.

5 Robert Heilbroner dan Lester C. Thurow, Economics Explained (New York: Simon Schuster, 1994), 255-256.

Page 115: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

83  

luar arena transaksi ekonomi (the winner will take all). Dengan kata lain, pasar bebas secara inheren pada dasarnya diskriminatif terhadap yang miskin, meskipun tidak diskriminatif dalam melayani siapa saja yang memiliki tenaga beli. Selanjutnya dari mekanisme semacam ini akan terbentuk pola produksi (pattern of production) yang timpang, yaitu pola produksi yang hanya mengakomodasi selera dan tuntutan ekonomis kelompok bertenaga beli tinggi, bukan yang melayani kepentingan kelas bawah (the underclass). Investasi pun mengarah pada rentier consumption, kemudian pola konsumsi yang timpang terbentuk pula dari sini.6

Hal ini tentu bertentangan dengan konsep keadilan ekonomi dalam Islam yaitu agar harta itu tidak berputar diantara orang-orang yang kaya saja.7 Pendekatan strukturalistik untuk menghindari bahaya pasar bebas dalam rangka pembentukan harga yang adil sangat diperlukan. Thurow menyebutnya sebagai “the dangerous currents” atau arus deras mekanisme pasar yang berbahaya dimana pasar merupakan suatu mekanisme lelangan (price-auction atau auction mechanism) belaka.8 Galbraith mengatakan bahwa internasionalisasi modal dan produksi serta perdagangan bebas sebagai wujud utama globalisasi, akan menimbulkan pemberdayaan ekonomi dan politik (empowerment) bagi kalangan aktor ekonomi yang mampu atas korban golongan kelas bawah (the underclass) yang hidup dalam ekonomi rakyat. Tokoh besar seperti John Maynard Keynes pun mengakui perlunya the end of laissez-faire karena intinya adalah bahwa pasar tidaklah self-regulating, tidak self-correcting, penuh market failures, terutama dalam mengatasi ketimpangan struktural.9 Untuk itu perlu dikaji konsep harga yang adil itu dalam Islam.

Menurut Ibn Taymiyyah sebagaimana dikutip oleh Abdul Azim Islahi bahwa pengendalian harga ditentukan oleh penyebabnya. Jika penyebabnya adalah perubahan pada kelangkaan barang secara alamiah maka pengendalian harga harus dilakukan melalui intervensi pasar seperti yang pernah terjadi pada masa Rasulullah dan Khulafah Rasyidin yang mengalami kenaikan harga di Medinah disebabkan di sebabkan musim paceklik. Untuk mengatasi hal ini Khalifah Umar bin Khattab ra

                                                            6 Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika: Mewaspadai Globalisasi dan

Pasar-Bebas (Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Pancasila-UGM, 2010), 23

7 QS. Al-Hashar (59) : 7

8 Lester C. Thurow, The Dangerous Currents: The State of Economics (New York: Random House, 1983), 218

9 Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika: Mewaspadai Globalisasi dan Pasar-Bebas (Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Pancasila-UGM, 2010), 23

Page 116: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

84  

melakukan intervensi pasar. Beliau mengimpor sejumlah barang dari Mesir ke Medinah.10 Rasulullah saw menolak menaikkan harga karena beliau tahu persis karena penyebab kenaikan harga bukan spekulasi dari berbagai pihak tapi karena supply barang yang menurun.

Secara grafis digambarkan dengan naiknya harga-harga di Medinah, kurva penawaran akan bergerak ke kiri, sehingga harga naik. Dengan masuknya barang-barang dari Mesir, kurva penawaran kembali bergerak ke kanan sehingga harga normal kembali. Namun ketika itu, daya beli kaum muslimin sangat rendah sehingga beliau mengeluarkan cek yang dibagikan kepada mereka yang berhak.

Intervensi pasar sangat penting untuk menjamin pengadaaan barang kebutuhan pokok. Ketika barang pokok kurang, pemerintah dapat memaksa pedagang yang menahan barangnya untuk menjualnya di pasar. Jika daya beli masyarakat lemah, pemerintah dapat membeli barang kebutuhan pokok tersebut dan kemudian menjualnya kepada masyarakat dengan tangguh bayar seperti yang telah dilakukan oleh Umar bin Khattab ra. Jika harta yang ada di baitul maal tidak mencukupi, maka pemerintah dapat meminta si kaya untuk menambahkan kontribusinya.

Intervensi pasar dapat juga dilakukan pemerintah dengan menjamin kelancaran perdagangan antar kota. Terganggunya jalur perdagangan antara kota akan menyebabkan pasokan barang berkurang atau secara grafis kurva penawaran bergerak ke arah kiri dan menyebabkan harga barang jadi mahal. Tapi jika penyebabnya adalah distorsi terhadap genuine demand dan supply, maka yang harus dilakukan adalah menghilangkan distorsi pasar itu sendiri dengan penetapan harga. Pemerintah bisa memaksa penjual menjual harga sesuai dengan harga yang adil. Penetapan harga hanya mungkin dilakukan jika diketahui secara persis ada kelompok yang melakukan tindakan manipulatif yang berakibat kepada kenaikan harga.11 Jika mekanisme pasar berjalan dengan baik, maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menetapkan harga.

Kebijakan di atas dilakukan sebenarnya hanya bertujuan untuk melindungi kepentingan penjual dan pembeli dengan mengembalikan harga pada keseimbangan semula atau untuk mewujudkan harga yang adil dalam masyarakat. Banyak cara untuk mewujudkan harga yang adil untuk mewujudkan rate of profit yang adil pula. Di bawah ini akan dibahas, bagaimana konsep harga yang adil dalam perspektif ekonomi Islam.

1. Konsep Harga yang Adil Perspektif Fikih.

                                                            10 Lihat Abdul Azim Islahi, Economic Concept of Ibn Taimiyah

(Leicester, UK, The Islamic Fondation, 1988), 97.

11Lihat Abdul Azim Islahi, Economic Concept of Ibn Taimiyah, 98.

Page 117: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

85  

Pembahasan rate of profit tidak bisa dipisahkan dari pembahasan tentang harga. Pembahasan harga juga akan sangat terkait dengan permintaan (demand) dan penawaran (supply) barang atau jasa di pasar. Harga yang adil (fair price) atau harga yang wajar dalam bahasa Arab menggunakan bermacam-macam kata seperti thaman al-mithl, qi>mah al-mithl, si‘ru al-mithl, thaman al-adl dan ‘iwad al-mithl. Kata-kata itu menunjukkan adanya persamaan nilai antara barang yang dijual dengan harga yang ingin dibayarkan. Pemikiran harga yang adil dalam ekonomi Islam berbeda dengan sistem liberal dan pendeta-pendeta gereja di abad pertengahan.

Sistem liberal memandang bahwa harga yang adil adalah harga yang ditentukan oleh hukum supply dan demand tanpa ada intervensi. Di sini akan bertemu keseimbangan harga dari dua sisi yaitu sisi manfaat barang dan sisi biaya yang diperlukan untuk menyediakan barang tersebut. Dengan bertemunya dua sisi tersebut maka akan tercapai kemaslahatan kedua pihak. Dalam sistem liberal, suatu harga dikatakan adil apabila ditetapkan ketika pembeli setuju. Dengan demikian maka manfaat barang itu sama dengan harga yang dibayar untuk barang itu.12 Pandangan liberal ini, secara teori nampak betul namun dalam kenyataannya kompetisi yang bebas sangat jarang terjadi. Masyarakat ekonomi liberal dan kapitalis hanya mengenal pasar yang penuh dengan monopoli atau mirip dengan monopoli sehingga kerja yang berlaku bukan lagi hasil dari kompetisi bebas.

Berbeda dengan sistem liberal, menurut pandangan pendeta gereja pada abad pertengahan bahwa harga yang adil itu lebih kecil dari harga pasar. Harga yang adil bukan lagi hasil dari supply dan demand sebab hukum supply dan demand “unsich” mengakibatkan pematokan harga sesuai dengan kebutuhan masyarakat pembeli. Maka dari itu mereka berpandangan bahwa harga harus menutup biaya produksi dengan melihat pada kebutuhan pembeli dan tidak melupakan kepentingan penjual dalam mendapatkan keuntungan.13 Konsep harga yang adil dalam pandangan Kristen yang disebut sebagai Iustum Pretium yaitu yang menjelakan keadilan harga ditentukan oleh kegunaan barang tersebut untuk masyarakat, bukan ditentukan oleh kekuatan pasar supply and demand14 seperti yang dianut oleh sistem Kapitalis. Pandangan Kristen atau gereja

                                                            12 Ali Abd al-Rasu>l, Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’

al-Iqtisa>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah (Mesir: Dar al-fikr, t.t). 72.

13Ali Abd al-Rasu>l, Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’ al-Iqtisa>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah, 72.

14 Joseph A. DiVanna, Understanding Islamic banking; The Value Proposition that Transcends Cultures (United Kingdon, Leonardo and Francis Press, 2006), 22.

Page 118: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

86  

ini dikritik oleh kaum liberal sebab konsep mereka itu berarti membunuh keinginan penjual.

Dalam pemikiran Islam telah tertata landasan khusus tentang pemikiran keadilan yang berbeda dengan apa yang dikenal oleh para pakar ekonomi tentang harga yang adil. Landasan keadilan salah satunya bisa dilihat pada perkataan Ali bin Abi Thalib RA yang mengatakan bahwa jual beli harus menggunakan harga yang tidak memeras kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.15 Imam Ali RA mengambil dari konsep umum Islam yaitu mengharamkan bahaya (d}ara>r) dan kedzaliman. Ini sesuai dengan kaidah ushul fikih “la> taz}limu>na wala> tuz}lamu>n” dan “la> d}arara wala> d}ira>r”16. Imam Ali RA langsung membatasi harga yang adil itu dengan: harga yang tidak memeras kedua pihak yang bertransaksi, baik penawar maupun peminta (pensupply atau pendemand) atau secara umum antara penjual dan pembeli. Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang sangat kuat dalam transaksi Islami. Pada prinsipnya transaksi harus dilakukan pada harga yang adil, sebab harga yang adil merupakan gambaran dari komitmen syariah Islam terhadap keadilan secara menyeluruh.

Al-Ghazali juga berbicara tentang harga yang berlaku seperti yang ditentukan oleh praktek-prektek pasar sesuai konsep yang kemudian hari dikemukakan oleh Ibn Taymiyyah yaitu al-thaman al-adil (harga yang adil) di kalangan ilmuwan muslim atau equilibrium price (harga keseimbangan) sesuai teori permintaan dan penawaran barang di kalangan ilmuwan Eropa kontemporer. Ia juga memiliki wawasan tentang konsep elastisitas permintaan yaitu ketika menyatakan bahwa pengurangan margin keuntungan (rate of profit) dengan mengurangi harga akan meningkatkan penjualan, dan karenanya akan terjadi peningkatan keuntungan. Imam Al-Ghazali bersikap sangat kritis terhadap keuntungan yang berlebihan. Ia membolehkan hanya jika tidak ada penipuan di dalamnya. Pendapat Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Ghazanfar bahwa keuntungan normal (transaksi tunai-penulis) seharusnya berkisar antara 5-10 persen dari harga barang17. Pendapat Al-Gazhali ini juga bisa dipakai sebagai dasar keuntungan minimum yang bisa diambil yaitu sebesar 5 % dalam transaksi tunai. Sebagaimana para ilmuwan lain, Al Gazhali membahas permasalahan harga dan keuntungan secara bersamaan.                                                             

15‘Ali Abd al-Rasu>l, Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’ al-Iqtisa>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah, 50.

16H. A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis (Jakarta: Kencana, 2006), 200.

17S.M. Ghazanfar, Medievel Islamic Economic Thought : Filling the “Great gap” in European Economics (London : Routledge Curzon, 2003), 201.

Page 119: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

87  

Ibn Taymiyyah mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Abd al-‘Azi>m Isla>hi dalam Economic Concepts of Ibn Taymiyyah bahwa secara umum bisa dikatakan harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kezaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara adil, yaitu penjual memperoleh manfaat yang setara dengan yang dibayarkan pembeli.18 Pihak penjual maupun pembeli benar-benar puas dengan harga yang dibayarkan karena kedua belah pihak memperoleh manfaat dari harga yang bayarkan. Dalam membahas persoalan harga, ia sering menggunakan dua istilah yaitu iwadh al-mithl (kompensasi yang setara dan thaman al-mithl (harga yang setara). Kompensasi yang setara diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara dan inilah esensi keadilan (nafs al-adl). Konsep bahwa kompensasi diukur berdasarkan hal-hal yang setara ini menurut penulis yang saat ini metodenya digunakan dalam menilai asset keuangan, yaitu metode mark to the market. Secara umum, para fuqaha berpendapat bahwa harga yang adil adalah harga yang dibayar untuk obyek yang serupa. Oleh karena itu mereka lebih mengenalnya sebagai harga yang setara (thaman al-mithl).

Konsep Ibn Taymiyyah mengenai kompensasi yang setara (iwad} al mithl) tidak sama dengan harga yang adil (thaman al mithl) Persoalan tentang kompensasi yang adil atau setara muncul ketika mengupas persoalan kewajiban moral dan hukum. Prinip-prinsip ini terkandung dalam beberapa kasus seperti: 1) Ketika seseorang harus bertanggung jawab karena membahayakan orang lain atau merusak harta atau keuntungan (rate of profit-penulis); 2) Ketika seseorang mempunyai kewajiban untuk membayar kembali sejumlah barang atau keuntungan yang setara (rate of profit-penulis); 3) Ketika seorang diminta untuk menentukan akad yang rusak (al-‘uqu>d al fa>sidah) dan akad yang shahih (al-’uqu>d al-sahi>hah) dalam suatu perstiwa yang menyimpang dan hak milik.19 Prinsip kompensasi yang adil ini menurut penulis yang dapat digunakan dalam menentukan margin (rate of profit) akad-akad jual-beli seperti mura>bah}ah, karena adanya hak penjual yang tertunda akibat melakukan penjualan dengan pembayaran secara bertahap sementara penjual telah melakukan kewajibannya yaitu dengan menyerahkan barang yang dijual di depan. Ibn Taymiyyah mendefinisikan kompensasi yang setara sebagai jumlah yang sama dari obyek khusus dimaksud dalam pemakaian yang umum (‘urf) dan hal ini terkait dengan harga (si’r) dan

                                                            18 ‘Abd al-‘Azi>m Isla>hi>, Economic Concepts of Ibn Taymiyah (UK: The

Islamic Foundation, 1988), 101-102.

19 Ibn Taymiyyah, Majmu’ Fata>wa Syaikh al-Isla>m (Riyadh: Matabi’ al- Riyadh, 1963), Vol.29, 520-521.

Page 120: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

88  

kebiasaan (‘a>dah).20 Lebih jauh ia mengatakan bahwa evaluasi yang benar terhadap kompensasi yang adil didasarkan atas analogi dan taksiran dari barang tersebut dengan barang lain yang setara. Prinsip evaluasi ini jika diaplikasikan dalam praktek keuangan saat ini menurut penulis adalah dengan membandingkan margin mura>bah}ah di lembaga keuangan (pembiayaaan mura>bah}ah) dengan sewa barang atau obyek yang sama di sektor riil, yang dikenal dengan metoda mark to the market, sebagaimana telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.

Konsep kompensasi yang adil ini merupakan pedoman bagi masyarakat yang adil. Tujuan dari harga yang adil adalah juga untuk memberikan panduan bagi penguasa dalam mengembangkan kehidupan ekonomi. Margin mura>bah}ah yang terlalu tinggi akan memberatkan pembeli dan menurunkan pengembangan ekonomi sementara margin mura>bah}ah yang terlalu rendah akan merugikan penjual. Konsep kompensasi yang adil ini tidak hanya merupakan konsep ekonomi melainkan konsep moral etik dan hukum yang harus dilaksanakan. Ia mengatakan bahwa mengkompensasi suatu barang dengan yang lain setara merupakan keadilan yang wajib (‘adl wajib). Apabila pembayaran dilakukan secara sukarela (rid}o), hal tersebut adalah merupakan perbuatan baik yang diharapkan (ih}sa>n mustah}ab). Sebaliknya mengurangi kompensasi, maka hal tersebut merupakan kezaliman yang diharamkan (z}ulm muh}arram).

Ibn Taymiyyah membedakan kompensasi yang adil dan harga yang adil. Ia mengatakan bahwa kompensasi yang adil merupakan jumlah yang setara dan dikenal baik di masyarakat (‘urf). Sedangkan harga yang adil merupakan penaikan atau penurunan yang tidak lazim akibat adanya kekuatan permintaan dan penawaran pasar secara normal. Istilah thaman al-mithl dalam konsep Islam ini yang sekarang dalam teori ekonomi kontemporer disebut sebagai equilibrium price. Kata-kata secara normal menunjukkan bahwa harga yang adil harus merupakan harga yang seimbang dengan nilai barang yang tidak disertai penipuan atau pemaksaan (ikrah bi ghairi haq). Pemaksaan dengan penambahan komponen pembentuk harga untuk mendapatkan keuntungan yang eksploitatif (ghaban fahish) sangat ditentang oleh Ibn Taymiyyah. Menurut Sri Edi Swasono, pasar tidak hanya sekedar locus atau tempat bertemunya permintaan dan penawaran, tetapi pasar adalah seuatu kekuatan besar yang disebut Edi sebagai the financial global tycoons, yaitu kaisar-kaisar penguasa modal global dengan kekuasaan ekonomi yang luar biasa. Kekuatan luar biasa ini jika hanya dikendalikan oleh

                                                            20 Ibn Taymiyyah, Majmu’ Fata>wa Syaikh al-Isla>m, Vol.29, 522.

Page 121: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

89  

manusia sebagai homo economicus yaitu makhluk ekonomi rakus yang insting dan perilakunya mencari kepuasan dan keuntungan maksimal, maka justru akan membahayakan pihak lain. Oleh karena itu pembentukan harga yang adil tidak bisa diserahkan kepada pasar bebas dan harus disusun agar dapat menciptakan keadilan ekonomi.21

2. Konsep Keuntungan yang Adil Perspektif Fikih

Menurut Ibn Taymiyyah, konsep keuntungan (rate of profit) yang

adil adalah keuntungan yang diperoleh dari cara-cara yang dapat diterima secara umum (al-rib}h al-ma‘ru>f) tanpa merusak penjual (pedagang) dan kepentingan pembelinya.22 Ia menambahkan bahwa tidak boleh mengenakan keuntungan terhadap orang-orang miskin yang lebih tinggi daripada yang sedang berlaku (al-rib{h al mu‘ta>d) dan seharusnya tidak menaikkan harga terhadap mereka yang sedang sangat membutuhkan (d}arurah). Konsep menambahkan risk premium di bank konvensional berdasarkan segmen pasar (untuk segmen retail dan mikro premi yang harus dibayar lebih tinggi jika dibandingkan segmen kredit komersil dan korporat), menurut penulis, oleh karena itu bertentangan dengan konsep yang dikemukakan oleh Ibn Taymiyyah ini. Dari konsep ini, ia memandang bahwa keuntungan (rate of profit) sebagai penciptaan tenaga kerja dan modal secara bersamaan.

Sehubungan dengan harga yang adil dalam hubungannya dengan tenaga kerja, Ibn Taymiyyah mengemukakan konsep upah yang adil sebagai tingkat upah yang wajib diberikan kepada para pekerja sehingga mereka dapat hidup secara layak ditengah-tengah masyarakat. Ibn Taymiyyah mengacu kepada tingkat harga yang berlaku di pasar tenaga kerja (tas’i>r fi al-a‘ma>l) dan menggunakan istilah upah yang setara (ujrah al-mithl).23 Upah yang setara ditentukan oleh tawar menawar antara pekerja dan pemberi kerja, sama dengan aturan menentukan harga yang setara. Konsep ini juga berlaku dalam kasus jual beli atau sewa, harga yang telah diketahui (thaman musamma>) akan diperlakukan sebagai harga yang setara.24 Konsep ujrah yang setara ini dengan demikian bisa dikembangkan pada penentuan ujrah (rate of profit) pada transaksi ija>rah di lembaga keuangan syariah dengan melakukan pembandingan (mark to the market) harga sewa di sektor riil.                                                             

21 Sri Edi Swasono, “Ekonomi Islam dalam Pancasila”, Annual Meeting of Indonesian Economics Experts Association UNAIR, Surabaya tanggal 1-3 Agustus 2008, 36.

22 Ibn Taymiyyah, Al-Hisbah fi al-Isla>m (Kairo: Da>r al-Sha’b, 1976), 37.

23 Ibnu Taimiyah, Al Hisbah fi al-Islam, (Kairo : Dar al-Sha’b, 1976), 34

24 Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa Syaikh al-Islam, Vol.34, 72

Page 122: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

90  

Muhammad Hasyim Kamali mengatakan bahwa harga yang adil adalah harga yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah dan mendapatkan keuntungan setelah membayar ongkos produksi dan biaya-biaya lainnya.25 Harga yang adil di sini adalah harga moderat.

‘Ali Abd al-Rasu>l dalam Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’ al-Iqtis}a>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah menjelaskan bahwa pemikiran harga yang adil dalam Islam bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, Harga yang tidak berpihak kepada penjual26. Penjual di sini bisa berarti produsen atau pedagang besar atau pedagang kecil. Islam melarang mendzalimi mereka dengan cara merendahkan harga yang menjadi haknya, baik karena ulah pembeli atau konsumen secara pribadi maupun negara/pemerintah dengan penetapan harga. Karena itu pembeli tidak boleh memaksa penjual untuk menjual barang dagangannya di bawah harga standar. Jadi dalam Islam, masalah penetapan harga ini, semua pihak harus dijaga haknya, baik produsen maupun konsumen. Islam jelas melarang manusia mengurang-ngurangi barang-barang yang menjadi hak orang lain.27 Sedangkan dalam ekonomi konvensional yang menjadi penentu adalah hanya produsen. Kedua, harga yang tidak berpihak kepada konsumen28. Konsumen di sini bisa berarti pembeli yang membeli barang untuk dikonsumsi atau pembeli membeli barang untuk diproduksi atau bisa juga berarti pedagang yang membeli barang untuk dijual lagi.

Menurut Mannan, untuk mewujudkan harga yang adil perlu diciptakan kondisi kerja yang baik antara produsen dan konsumen. Dalam jangka panjang dengan memacu semangat, nilai-nilai dan undang-undang bisnis yang Islami dan dalam jangka pendek perlu dibentuk persatuan konsumen (untuk menampung keluhan-keluhan mereka) sebagaimana ada persatuan produsen.29 Mannan menambahkan faktor lingkungan kerja dalam mewujudkan harga yang adil ini.

Islam melarang pendzaliman terhadap mereka dengan cara menaikkan harga sampai batas yang mencekik diluar kemampuannya                                                             

25 Muhammad Hasyim Kamali, “Tas’ir (Price Control in Islamic Law)”, in “The American Journal of Social Sciences” Vol. II, Spring, No. 1, (1995), 31.

26‘Ali Abd al-Rasu>l, Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’ al-Iqtisa>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah, 71.

27 QS. Hud (11): 85 yang berbunyi : الناس أشیاءھموال تبخسوا yang artinya “Dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang yang menjadi hak mereka.”

28 ‘Ali Abd al-Rasu>l, Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’ al-Iqtisa>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah, 71.

29Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics: Theory and Practice, Terj. M. Nastagin, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993), 150.

Page 123: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

91  

karena ingin menambah keuntungan padahal konsumen sangat membutuhkan barang tersebut. Apalagi terhadap barang kebutuhan pokok. Pemerasan ini dapat saja dilakukan oleh penjual atau produsen ataupun oleh negara dengan cara penetapan harga. Yahya bin Umar melarang praktek tas’ir (penetapan harga), sekaligus menunjukkan bahwa ia mendukung kebebasan ekonomi termasuk kebebasan kepemilikan. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yaitu ketika Anas meminta Rasulullah SAW menetapkan harga ketika harga-harga di pasar melonjak, Rasulullah menjawab :”Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai harga, yang memberi rezeki, yang memudahkan dan menetapkan harga. Aku sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorangpun boleh memintaku untuk melakukan kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta”.30 Kebebasan ekonomi tersebut juga berarti bahwa harga ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni kekuatan penawaran dan permintaan. Sebagaimana pendapat Ibnu Khaldun yang mengatakan harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran kecuali harga emas dan perak yang merupakan standar moneter.31 Namun, Yahya bin Umar menambahkan bahwa mekanisme harga itu harus tunduk kepada kaedah-kaedah Islam yang berkeadilan yang membawa kemaslahatan.32 Diantaranya pemerintah berhak melakukan intervensi jika terjadi kesewang-wenangan seperti ikhtikar (monopoly’s rent seeking) dan siayasah al-Ighraq (dumping policy) yang membawa kemudaratan kepada pembeli atau penjual. Disini jelas bahwa penetapan harga dan keuntungan yang adil harus mengikuti kaedah maslahah yang harus dipenuhi dan mudharat yang harus dihindari.

Oleh karena itu mewujudkan harga yang adil adalah sangat penting agar kedua belah pihak terjauh dari kezaliman. Berbagai pandangan di atas, saling mendukung tentang konsep harga yang adil yaitu harga yang tidak menzalimi pihak produsen maupun konsumen, tidak memeras dan tidak mengeksploitasi kedua belah pihak, di mana masing-masing pihak memperoleh manfaat dari harga yang dibayarkan dan untuk mewujudkannya di lapangan perlu dibentuk peraturan atau ketentuan-ketentuan yang mengarah kepada harga yang adil.

                                                            30 Abu Daud Al-Sijistani, Sunan Abi Daud (Beirut : Dar al-Fikr, 1994),

Jilid 3, 272

31Jean David C. Boulakia, “Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist”, Journal of Political Economy, Chicago: Chicago University, (1971), Vol.79, No.5, 1105-1118.

32Rifa’at al-Audi, Min al-Tura>th: al-Iqtis}a>d li al-Muslimi>n (Makkah: Rabithah ‘Alam al-Isla>mi>, 1985), 52-53.

Page 124: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

92  

Dalam menentukan harga jual tunda, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa hancurnya penghidupan para pedagang berlaku jika harga terlalu tinggi. Penentuan harga juga harus memperhitungkan biaya dan pengeluaran-pengeluaran. Ia mengatakan bahwa nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang dikandungnya, gaji merupakan unsur utama dari harga barang-barang. Elemen ini yang saat ini diperhitungkan dalam penentuan harga jual barang yaitu overhead cost dan Ibnu Khaldun mengatakan bahwa pengeluaran-pengeluaran ini harus dihitung ketika menentukan harga-harganya. Namun penghitungan harga jual ini dianjurkan tidak terlalu tinggi karena mengharapkan keuntungan yang banyak. Yang memberikan keuntungan dan penghidupan adalah harga yang pertengahan (moderat) dan fluktuasi pasar yang cepat.33 Dalam hal penentuan keuntungan atau imbalan dalam jangka waktu yang panjang, Abu A’la Al-Maududi berpendapat bahwa tidak adil mengenakan bunga terhadap uang yang dipinjamkan dimuka untuk jangka wakktu 10 atau 20 tahun jika besar keuntungan aktual yang dapat diperoleh di masa yang akan datang tidak diketahui34. Analogi ketidakadilan dalam keuntungan ini dapat digunakan dalam melarang penentuan keuntungan secara fixed di depan untuk jangka waktu yang sangat panjang pada transaksi jual beli atau ijarah.

Konsep keuntungan yang adil dalam perspektif Islam ini menurut penulis dapat menjadi dasar untuk menentukan teknik penentuan harga akad jual-beli tunda seperti mura>bah}ah, karena penentuan keuntungan dari barang yang dijual tunda ditentukan oleh frekuensi perputaran barang tersebut dalam suatu periode tunda. Unsur keuntungan dalam periode tunda ini dalam perdagangan moderen saat ini dikenal dengan Return on Asset (ROA)35 atau keuntungan dari perputaran aset dalam satu periode.

Dengan demikian dapat disimpulkan relevansi konsep harga yang adil dan keuntungan yang adil adalah karena tujuan utama dari harga yang adil adalah untuk menegakkan keadilan dalam semua transaksi baik produk simpanan atau pembiayaan dalam transaksi pertukaran (mura>bah}ah, istis}na>‘, salam dan ija>rah) maupun sebagai patokan rate of profit dalam menentukan nisbah bagi hasil dari transaksi kerjasama (mud}a>rabah dan musha>rakah). Kedua konsep ini (harga yang adil dan keuntungan yang adil) dimaksudkan sebagai pedoman bagi penguasa

                                                            33Jean David C. Boulakia, “Ibn Khaldun: A Fourteenth Century

Economist”, Journal of Political Economy, Chicago: Chicago University, (1971), Vol.79, No.5, 302.

34 Abu A’la Al-Maududi, Economic System of Islam, (Pakistan : Islamic Publication Ltd, 1994), 62-63.

35 Wiroso, Jual Beli Mura>bahah, (Yogyakarta:UII Press, 2005), 91.

Page 125: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

93  

(otoritas moneter dan pengawas keuangan dan regulator lainnya) untuk melindungi masyarakat dari berbagai tindakan eksploitatif. Dalam konsep Ibn Taymiyyah, adil bagi para pedagang berarti mereka tidak dipaksa untuk menjual barang pada tingkat harga yang menghilangkan keuntungan dan sebaliknya adil bagi pembeli berarti harga yang tidak mengekspolitasi pembeli. Dengan kata lain pada hakekatnya, konsep keuntungan ini akan memudahkan masyarakat mempertemukan kewajiban moral dengan kewajiban finansial.

3. Konsep Keuntungan yang Ribawi dalam Perspektif Fikih

Setiap perintah dalam Al-Qur’an pasti membawa kemaslahatan

dan setiap laranganNya pasti membawa kemudharatan jika dilakukan. Seperti halnya larangan riba dalam Al-Qur’an36, sudah dipastikan membawa kemudharatan kepada manusia, oleh karena itu diharamkan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan pendapat ekonom muslim tentang keharaman riba. Sedangkan bunga sebagai bagian dari riba bagi masing-masing ekonom konvensional mempunyai alasan tersendiri dalam pembolehannya. Adapun para ekonom Muslim, tidak membenarkan bunga, karena bunga merupakan salah satu bentuk dari riba. Walaupun ada segelintir ekonom muslim yang mencari pembenaran, tetapi sangat lemah.

Di Indonesia, Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang bunga telah jelas bahwa pembungaan uang di bank hukumnya adalah haram sehingga tidak ada lagi pembedaan keharaman antara bunga dan riba. Dalam putusannya dijelaskan bahwa praktek pembungaan saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada jaman Rasulullah SAW yaitu riba nasi’ah. Dalam pertimbangannya disebutkan bahwa bunga uang atas pinjaman yang berlaku lebih buruk dari riba yang diharamkan Allah SWT dalam Al-Qur’an , karena dalam riba tambahan hanya dikenakan pada saat jatuh tempo. Sedangkan dalam sistem bunga tambahan sudah dikenakan sejak terjadi transaksi. Menurut penulis sistem bunga saat ini dimana tambahan sudah dikenakan sejak terjadi transaksi tidak hanya terjadi pada produk pinjaman saja tetapi praktek ini juga terjadi pada produk simpanan seperti tabungan dan deposito di bank konvensional. Sistem bunga ini dimana tambahan sudah dikenakan sejak transaksi menggunakan metode anuitas, dimana bunga dihitung secara pasti dimuka, diperhitungkan dari pokok, berdasarkan

                                                            36QS. Al-Baqarah (2): 279.

Page 126: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

94  

tempo waktu dan umumnya berdasarkan persentase, sama persis dengan bunyi pertimbangan Fatwa MUI tentang pelarangan bunga/interest atau fa’idah. Dengan demikian sistem bunga dengan metode anuitas, dengan perhitungan bunga : Pokok x suku bunga x waktu/365, atau dalam rumus p x i x t /365 yang selama ini diaplikasikan di bank konvensional, yang dikenal sebagai simple interest, sudah jelas statusnya berdasarkan fatwa MUI ini haram, baik yang diaplikasikan pada produk simpanan (liability) maupun pinjaman (aset) di bank. Jika metode anuitas dengan simple interest yang dipraktekan dalam produk simpanan sudah haram maka menurut penulis metode anuitas dengan perhitungan compounded interest : (p x i x t)n yang diaplikasikan pada produk pinjaman lebih buruk dari riba. Oleh karena itu, penggunaan metode anuitas pada pembebanan rate of profit dalam bentuk margin atau ujrah dalam produk bank syariah seharusnya tidak diperbolehkan. Pembebanan margin yang bersifat besar pada awal pembiayaan dan menurun terus sampai akhir pinjaman, pada dasarnya adalah penggunaan metode anuitas di bank syariah. Kesimpulan ini diperoleh setelah dilakukan pembandingan dengan teknik perhitungan diskonto (discount rate) untuk menghitung IRR (Internal Rate of Return) pada produk pembiayaan bank syariah pada dasarnya sama dengan metode anuitas yang digunakan di bank konvensional. Secara filosofis, metode ini menciptakan kondisi eksploitatif pada peminjam dan lebih menguntungkan pemodal sehingga tujuan mencapai keadilan dan kesejahteraan ekonomi tidak tercapai.

Sebelumnya dalam masa awal kemerdekaan, Muhammad Hatta berpendapat (sebagaimana yang dikutip oleh Anwar Abbas) yang agak mengundang kontroversi tentang pembolehan bunga rendah yang tidak bersifat menganiaya , namun menurut Anwar Abbas hal demikian masih dapat dipahami karena dalam era Hatta, dimana masalah bunga itu sendiri masih dalam perdebatan. Apalagi mengingat pada masa itu umat Islam belum memiliki lembaga atau institusi perbankan syariah seperti yang ada saat ini yang diharapkan mampu menjawab persoalan tersebut. Jadi jika disimpulkan kepada tujuan pembolehan bunga rendah untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan ekonomi (kemaslahatan), maka pemikiran ekonomi Hatta secara umum sangat sejalan dan sesuai dengan ajaran Islam. 37 Bahkan seperti yang dikemukakan oleh Sri Edi Swasono,

                                                            37 Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam: Pergulatan Menangkap

Makna Keadilan dan Kesejahteraan (Jakarta: LP3M STIEAhmad Dahlan, 2008), 355.

Page 127: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

95  

pemikiran ekonomi Hatta seperti yang terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945 dengan demokrasi ekonominya, bisa dijadikan dasar yang tepat bagi pelaksanaan sistem ekonomi syariah yang sedang berkembang dan dikembangkan saat ini. Hatta telah menempatkan nilai-nilai dan perjuangan Islam dapat secara strategis memperoleh posisi imperatif konstitusionalnya.38 Dengan kejelasan pengharaman bunga oleh MUI dengan metode anuitas ini maka sistem ekonomi syariah dengan konsep rate of profit yang berkeadilan ekonomi karena didasarkan atas keuntungan riil tidak menggunakan metode anuitas untuk mencapai kemaslahatan yang lebih luas untuk masyarakat banyak.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang konsep rate of profit dan kelemahan teori bunga, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang esensi riba secara fikih, supaya jelas posisi riba dan bunga sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dan dalam aplikasinya di lembaga keuangan yang bebas bunga dipraktekan sesuai kaedah syariah. Al-Sayyid Sa>biq39 mengklasifikasikan riba kepada dua macam yaitu riba nasi>’ah dan riba fad}l.40 Riba nasi>’ah yaitu tambahan bersyarat yang diperoleh orang yang

                                                            38 Sri Edi Swasono, “Ekonomi Islam dalam Pancasila “ Annual Meeting

of Indonesian Economics Experts Association, UNAIR, Surabaya, tanggal 1-3 Agustus 2008.

39Sayyid Sa>biq adalah ulama kontemporer Mesir yang memiliki reputasi internasional di bidang dakwah dan fikih Islam terutama melalui karya monumennya Fiqh al-Sunnah yang dicetak ulang diberbagai percetakan di Mesir, Libanon dan Arab Saudi dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yaitu Inggris, Perancis, Urdu, Turki, India, Swahili dan Indonesia. Nama lengkap beliau adalah Sayyid Sa>biq Muhammad at-Tihami yang lahir di Istanha, Distrik al-Bagur, Propinsi al-Munufiah, Mesir tahun 1915 M). Silsilahnya berhubungan dengan Usman bin ‘Affan. Keluarganya menganut mazhab Syafi‘i sebagaimana mayoritas warga desanya. Pada usia 11 tahun beliau sudah hafal al-Qur’an dan langsung memasuki perguruan al-Azhar. Di al-Azhar menyelesaikan tingkat Ibtidaiah dalam waktu 5 tahun, sanawiyah 5 tahun, fakultas syariat 4 tahun dan takhassus (kejuruan) 2 tahun dengan memperoleh ijazah tertinggi ketika itu. Meskipun berasal dari keluarga penganut mazhab Syafi’i tetapi beliau mengambil bidang studi mazhab Hanadi di al-Azhar namun beliau juga suka menela’ah dan membaca mazhab-mazhab lain. Dalam menetapkan hukum, Sayyid Sa>biq senantiasa merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah tanpa terikat kepada mazhab tertentu dan terbuka terhadap berbagai pendapat. Lihat Abdul Aziz Dahlan (ed.), Ensiklopedi Islam (Jakarta:PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996), Jilid 2, 161-163.

40 Al-Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah (Bayrut: Da>r al-Fikr, 1973), jilid III, 178.

Page 128: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

96  

meminjamkan dari si peminjam karena ada penangguhan.41 Riba nasi>’ah terjadi dalam akad qard}42 atau hutang piutang. Terkadang ada yang menyebut sebagai akad pinjam meminjam (‘a>riyah).43 Sebenarnya kedua akad ini mempunyai makna yang berbeda walaupun mempunyai implikasi hukum yang sama yakni sama-sama kategori akad tabarru‘ atau at-Ta‘a>wun yaitu akad yang berfungsi untuk kebajikan, sosial, tolong menolong tanpa mengharapkan bentuk profit atau imbalan apapun44, maka penambahan terhadap qard} yang disepakati pada waktu akad adalah riba (konsep ex ante). Hal ini sesuai dengan perintah Al- Qur’an dalam Surah Annisa (4) ayat 29 yang mengatakan bahwa profit hanya boleh diambil pada transaksi tijaroh atau perniagaan (bukan dari transaksi tabarru‘ atau pinjaman/kredit).

Jika tambahan atau kelebihan itu diberikan si peminjam secara suka rela tanpa ada kesepakatan sebelumnya setelah pembayaran hutangnya (konsep ex post) maka kondisi ini tidaklah dikatakan riba karena itu hanya sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kebijaksanaan saja dari si peminjam dan hal ini boleh-boleh saja. Hal seperti inilah yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw bahwa orang yang terbaik adalah orang yang terbaik dalam pembayaran utangnya.45 Jadi metode penambahan imbalan pada transaksi simpanan dan pinjaman yang disepakati di depan (ex ante) diharamkan. Dalam akuntasi praktek ini

                                                            41Al-Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah , jilid III, 178. 42 Memberikan sesuatu kepada orang lain dengan perjanjian akan

membayar yang senilai dengan itu. Artinya yang dikembalikan barang lain yang senilai dengan itu. Lihat Al-Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah, jilid III, 182.

43 Kebolehan memanfaatkan barang orang lain tanpa ganti rugi dan dikembalikan dengan barang semula.Tetapi telah menjadi urf bahwa ketika menyebutkan pinjam meminjam bahwa yang dimaksud adalah utang-utang. Lihat ‘Abd al-Rahma>n al-ja>ziri, Al-Fiqh ‘ala> Madha>hib al-Arba‘ah (t.t.; t.p, 1969), 270.

44 Dari segi ada dan tidaknya kompensasi , akad dibagi kepada akad tabarru' dan akad tijari. Akad tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not-fot profit transaction (transaksi nirlaba) seperti akad qard}, rahn, hiwa>lah, dll. Akad tijari yaitu akad yang bertujuan untuk mendapatkan profit. Akad tijari ini terbagi kepada uncertainty contract yaitu suatu akad di mana hasilnya (keuntungan) tidak bisa diketahui secara pasti di awal akad seperti akad mud}a>rabah, musha>rakah, dll, dan certainty contract yaitu suatu akad di mana pada waktu akad sudah bisa diketahui keuntungannya secara pasti seperti akad jual beli, sewa menyewa, dll. Lihat Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), edisi III, 66-81.

45Lihat Muhammad Isma>‘i>l al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> ( Da>r T{u>q al Naja>h, 1422 H), Juz 9.

Page 129: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

97  

dikatakan sebagai metode akrual (accrue), yaitu metode pembebanan atau pengakuan bunga yang diakui di depan. Metode ini di dalam aplikasinya di perbankan konvensional disebut sebagai metode anuitas atau efektif baik untuk perhitungan produk simpanan atau pinjaman. Sedangkan metode pembebanan atas imbal hasil atau profit yang dilakukan setelah transaksi selesai dan tidak diperjanjikan di depan (ex post) di dalam akuntansi disebut sebagai metoda cash basis.

Riba nasi>’ah juga riba yang sering terjadi pada zaman Jahiliyah sehingga dikenal juga dengan riba Jahiliyah. Imam Razi sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Abdul Mannan, mengemukakan bahwa pada zaman jahiliyyah, masyarakat biasa meminjamkan uang mereka dan memperoleh riba setiap bulannya tanpa mempengaruhi jumlah uang yang dipinjamkan. Bilamana mana waktu pelunasan tiba, dimintakan jumlah pokok yang dipinjamkan, dan jika yang berutang tidak mampu mengembalikannya, si pemberi utang menaikkan jumlah pinjaman untuk keuntungannya sendiri dan memberi perpanjangan waktu.46 Jika mampu mengembalikan maka tidak dikenai tambahan atau riba.

Anwar Iqbal al-Quresi mengungkapkan kebiasaan orang Arab sebelum Islam dalam transaksi dagang sebagai berikut dalam tiga tahapan. Pertama, seseorang meminjam sesuatu kepada orang lain dengan perjanjian bahwa pembayaran akan dilakukan pada tanggal yang telah disepakati bersama. Apabila pembeli tidak dapat membayarnya pada waktu yang telah ditentukan maka diberikan waktu tenggang tapi peminjam memberi tambahan atas perpanjangan waktu. Kedua, seseorang meminjam sejumlah uang dalam jangka waktu tertentu dengan syarat pada saat jatuh tempo peminjam membayar pokok pinjaman berikut tambahannya. Ketiga, si peminjam dan pemberi pinjaman setuju atas suatu tingkat tambahan (riba) tertentu selama jangka waktu tertentu. Ketika jatuh tempo, pemimjam tidak mampu melunasi hutangnya beserta jumlah tambahannya, ia diharuskan membayar tambahan lagi sebagai tambahan waktu yang diberikan.47 Akhirnya tambahannya pun tidak sanggup dikembalikan oleh orang yang berhutang karena sudah berlipat ganda.

Riba yang biasa dilakukan pada masa Rasulullah saw, tidak ada bedanya dengan praktek pembungaan uang pada zaman modern sekarang. Nasabah meminjam uang ke bank, kemudian dalam jangka waktu tertentu nasabah mengembalikan pinjamannya berikut tambahannya yang sudah diperhitungkan sebelumnya yang disebut dengan bunga. Bahkan

                                                            46 Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics; Theory and Practice,

Terj. M. Nastagin, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993), 119.

47 Anwar Iqbal Quresy, Islam and Theory of Interest (Lahore, India: S.M Ashraf Publ, 1946), 49.

Page 130: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

98  

praktek bunga pada bank konvensional sekarang ini bisa dikatakan lebih jahiliyah lagi dari pada zaman jahiliyah. Dari sini kita dapat melihat bahwa riba pada zaman Jahiliyah awalnya hanya bersifat qardhul hasan (pinjaman lunak di mana pinjaman dikembalikan sebanyak modal yang dipinjam tanpa bunga). Riba baru muncul ketika sipeminjam tidak mampu membayar pada saat jatuh tempo, maka ketika itu diberi tambahan waktu dan peminjampun setuju untuk memberikan tambahan atas tambahan waktu yang telah diberikan. Namun kemudian berkembang menjadi riba yang berlipat ganda, rate-nya semakin lama semakin besar sampai kekayaan peminjam habis terisap seiring dengan bertambahnya waktu. Diukur dari segi etika sosio-ekonomi manapun tingkat suku bunga ini dianggap melampaui batas.

Pada praktek riba modern sekarang, tambahan sudah ditetapkan dari awal, bukan pada saat nasabah tidak mampu membayar pada saat jatuh tempo. Hal ini memang lazim dilakukan pada masa itu. Padahal Islam telah melarang tindakan tersebut dari awal karena menimbulkan dampak yang sangat tidak baik sekali terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Pelarangannyapun tidak dilakukan secara drastis tapi secara berangsur-angsur48 Inilah kebijaksanaan Al-Qur’an yang memahami kondisi bangsa Arab. Sesuatu yang sudah dianggap lazim dan menguntungkan pada masa itu tiba-tiba dilarang, tentu untuk menyadarkannya butuh proses dan jangka waktu.

Jenis riba yang kedua sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Sa>biq adalah riba fad}l. Riba fad}l yaitu menjual atau pertukaran uang dengan uang, makanan dengan makanan dengan tambahan.49 Pertukaran uang dengan uang seperti pertukaran emas dengan emas, perak dengan perak, sedangkan pertukaran makanan dengan makanan seperti gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam. 50 Barang yang dipertukarkan dalam riba fad}l ini disebut dengan barang ribawi. Pertukaran barang ribawi harus sama baik kualitas maupun kuantitas serta kontan pembayarannya.51 Kelebihan baik dalam kualitas dan kuantitas maupun jangka waktu menyebabkan terjadinya riba.

Termasuk ke dalam riba fad}l adalah jual beli muza>banah yaitu menjual kurma basah dengan kurma kering dengan takaran (yang sama) dan menjual anggur segar dengan anggur kering (kismis) dengan takaran (yang sama). Jual beli ini dilarang karena dapat merugikan salah satu pihak. Bilal membawa kurma kepada Nabi. Kemudian beliau bertanya mengenai asal usul kurma tersebut, lalu Bilal menceritakannya bahwa kurma tersebut berasal dari akad jual beli(barter) kurma kering 2 sha’

                                                            48 Lihat QS. Al-Baqarah (2): 275-279. 109 Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah, 178. 50 Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah, 179. Lihat juga Lihat Ibn Rushd,

Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtasid, (Bayrut: Dar al-Fikr, tp. th.) 147. 51 Lihat Ibn Rushd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtas}id, 147.

Page 131: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

99  

dengan kurma yang baik 1 sha’. Lalu Rasul saw bersabda: “Hati-hati, hati-hati, ini riba, ini riba, jangan lakukan. Apabila kamu ingin membeli kurma yang bagus maka jual terlebih dahulu kurma mu yang jelek, kemudian hasil penjualannya gunakan untuk membeli kurma yang bagus”.52 Praktek yang dituntun oleh Nabi Muhammad saw ini dapat menjadi dasar tentang keharusan melakukan penjualan ke pasar untuk mendapatkan penilaian yang bebas dari gharar (ketidakjelasan harga komoditas), misrepesentasi dan sesuai dengan permintaan dan penawaran (supply and demand) komoditas yang dipertukarkan (barter).

Larangan Rasulullah SAW terhadap apa yang dilakukan Bilal tidak berbeda dengan metode dalam ekonomi modern sekarang. Dalam istilah akuntansi, metode ini disebut sebagai mark to the market (MTM). Dengan merujuk kepada praktek Rasulullah di atas, menurut penulis bahwa menentukan mark-up transaksi akad jual beli seperti mura>bah}ah dengan menggunakan LIBOR adalah salah satu bentuk riba fad}l yang dilarang oleh Rasululllah SAW, karena tidak menggunakan mark to the market dengan transaksi yang sejenis. Secara singkat hal tersebut sama dengan menyatakan bahwa rate of profit sama dengan rate of interest (bunga). Dalam transaksi mura>bah}ah, mark up yang digunakan, jika sesuai dengan metode mark to the market seharusnya dengan melihat tingkat sewa yang setara di sektor riil komoditas yang akan ditransaksikan. Mura>bah}ah untuk barang-barang yg bersifat fungible seperti mobil, maka mark up-nya seharusnya adalah nilai mobil tersebut jika disewakan di pasar yaitu dengan menggunakan harga sewa mobil per hari/bulan yang ditetapkan oleh perusahaan leasing.

Hal ini menunjukkan bahwa sejak 1400 tahun yang lalu Rasulullah sudah melihat permasalahan benchmarking transaksi jual beli pada masa yang akan datang, dengan solusi melakukan mark to the market untuk menghindari terjadinya riba. Sedangkan jika yang dipertukarkan adalah barang barang yang bersifat non-fungible seperti bahan pokok yaitu gandum, jagung, kurma dan lainnya dalam masa Rasulullah saw, standard yang digunakan adalah dinar atau dirham atau menggunakan index komoditas untuk menentukan harga komoditas barang yang sama tetapi berbeda secara kualitas. Di Indonesia untuk mendapatkan index komoditas seperti yang dituntun oleh Rasulullah SAW misalnya dapat menggunakan index harga seperti IHK (Index Harga Konsumen) 7 kebutuhan pokok di kota-kota besar yang ditentukan oleh Biro Pusat Statistik. Sejak Januari 2014, IHK didasarkan pada pola konsumsi pada survei biaya hidup di 82 kota tahun 2012 (2012=100).53

Riba ruang lingkupnya lebih luas. Bunga adalah satu bentuk dari riba seperti yang telah dijelaskan dalam fatwa MUI No.1 tahun 2004 sebelumnya. Jadi dalam Islam bunga baik sedikit maupun banyak tidak diperbolehkan. Maka term “interest” dan “usury” yang diperdebatkan

                                                            52Ima>m al-Ha>fiz} Ahmad ibn ‘Ali> ibn Hajar al-‘Asqala>ni>, Fath} al-Ba>ri>

Sharh} S}ah}i>h} al-Bukha>ri> (Cairo: Da>r al-Riya>n al-Tura>th, 1986), juz ke-13, 449. 53 Biro Pusat Statistik, “Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan

Indonesia”, www.bps.go.id/tab_sub/view.php?Tabel=&daftar=1&id_subyek= 03&notab = 7. (Diakses 18 Mei 2014).

Page 132: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

100  

oleh sebagian ekonomi konvensional mempunyai indikasi hukum yang sama, yaitu riba yang diharamkan. Walaupun mempunyai indikasi hukum yang sama, ada perbedaan antara bunga dengan riba. Lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Perbandingan Riba dan Bunga54

No Riba Bunga

1 Tambahan dihitung atas pokok

Return dan biaya dihitung atas pokok (pada produk aset dan liability)

2 Ditentukan diawal secara pasti

Ditetapkan di muka secara fixed (predetermined)

3 Bersifat aniaya (z}ulm) Bersifat memaksa (prinsip akrual) 4 Ada denda bila telat bayar Dikenai penalty bila default 5 Bisa berlipat ganda Bisa naik dalam jangka waktu

tertentu karena inflasi tetapi jarang sekali kemungkinan turun ketika

deflasi. 6 Pihak: debitur dan

kreditur /penjual dan pembeli

Pihak: debitur dan kreditur

7 Objeknya uang dan barang Objeknya uang 8 Hukumnya haram Hukumnya diqiyaskan kepada riba

(sesuai fatwa MUI) Karena bunga adalah bagian dari riba, tentu banyak kesamaan

antara keduanya, di samping pasti ada perbedaan. Dari tabel di atas bisa kita lihat bahwa riba bentuknya lebih umum dari bunga. Bunga hanya terjadi dalam penambahan uang sedangkan riba bisa terjadi baik dalam uang maupun barang. Pelaku dalam bunga adalah antara kreditur dan debitur sedangkan dalam riba selain kreditur dan debitur, antara penjual dan pembeli juga bisa terjadi riba, karena keuntungan yang eksploitatif dalam jual beli juga bisa masuk dalam kategori riba. Oleh karena itu riba yang dibahas dalam disertasi yang berhubungan dengan pembahasan penulis adalah 3 (tiga) macam, yaitu sebagaimana gambar di bawah ini.

                                                            54 Lihat Mohamad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic;

Pengantar Ekonomi Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), 112 dan tambahan dari penulis.

Page 133: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

101  

Gambar 3.1 Kategori Riba55

Rate of profit yang eksploitatif masuk ke dalam kategori riba

karena tidak menggunakan patokan pada pasar barang yang sepadan atau dalam istilah keuangan sekarang rate of profit-nya tidak dilakukan dengan metode mark to the market terhadap pasar (obyek) yang sama, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW kepada Bilal dalam melakukan penjualan kurma basah dengan harga yang ditetapkan dan dinisbahkan sendiri oleh Bilal tanpa menjual ke pasar terlebih dahulu56. Menurut penulis berdasarkan kaidah ini maka penggunaan tingkat keuntungan pada produk bank syariah berdasarkan LIBOR di pasar uang konvensional seperti pada mark-up transaksi akad jual beli baik barang (mura>bah}ah, salam dan istis}na>>‘ ) maupun jasa (ija>rah) adalah transaksi riba yang diharamkan karena tingkat keuntungan tidak mencerminkan keuntungan di sektor riil.

                                                            55 Gambah dioleh penulis.

56Ima>m al-Ha>fiz} Ahmad ibn ‘Ali> ibn Hajar al-‘Asqala>ni>, Fath} al-Ba>ri> Sharh} S}ah}i>h} al-Bukha>ri> (Cairo: Da>r al-Riya>n al-Tura>th, 1986), juz ke-13, 449.

Riba

Interest

Usury

Keuntungan yang

eksploitatif

Rate of interest

‘Rate of profit’

Page 134: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

102  

B. Konsep Rate of Profit Perspektif Ekonomi Islam

Profit dalam Al-Quran secara eksplisit dibedakan dengan riba atau bunga. Ketika ada penduduk Mekkah yang mengatakan bahwa jual beli sama dengan riba maka Allah menjawab bahwa Allah telah menghalakan jual-beli dan mengharamkan riba57. Hal ini secara implisit menunjukkan bahwa jual beli (al-bay‘) sangat berbeda dengan praktek riba, karena jual beli akan menghasilkan profit yang memiliki dasar atau disebut dengan ‘iwad} atau imbal nilai yang adil dari pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Sehingga jika ‘iwad} bisa dipenuhi dalam pertukaran (al-bay‘) ini maka akan tercipta keadilan dan kesetaraan dalam perniagaan.58 Riba (suku bunga) diharamkan di dalam Islam karena bunga adalah pengambilan profit secara tidak adil dalam penciptaan kekayaan dan kesetaraan sosial. Proses pertukaran yang terjadi tidak adil karena pihak kreditor tidak dibebani risiko pasar (selalu untung) sehingga posisinya tidak equivalent dengan pihak debitur. Posisi pihak kreditur dan debitur tidak setara karena pihak kreditur meminta jaminan atas pinjaman sehingga dalam kondisi gagal bayar akan terjadi proses pengambilalihan harta secara tidak sah karena pada dasarnya pihak kreditur tidak menciptakan proses nilai tambah (value added) apapun kepada pihak debitur. Ini adalah sifat atau karakter instrument riba saat ini berupa kredit atau pinjaman yang diterapkan yang menghasilkan pendapatan tetap (fixed income) di bank-bank konvensional. Jika hal ini diterapkan secara masif dalam perekenomian maka akan terjadi ketidakadilan ekonomi dan bertumpuknya harta pada segolongan orang tertentu59 yang akan mengancam kestabilan dan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan sebagaimana juga telah jelas pelarangannya dalam Al Qur’an.

Islam menuntut adanya profit yang legitimate dalam proses pertukaran yaitu yang memiliki imbal nilai yang setara (equivalent counter value) atau yang disebut ‘iwad}. Menurut Ibnu Arabi (w. 1148 M) sebagaimana yang dikutip oleh Saiful Azhar Rosly dalam bukunya “Critical Issues on Islamic banking and Financial Markets; Islamic Economic, Banking & Finnace, Investments, Takaful and Financial Planning” bahwa setiap penambahan tanpa adanya iwad} atau imbal nilai

                                                            57QS. Al-Baqarah (2): 275.

58 QS. Annisa’ (4): 29.  

59 QS. Al- H{ashar (59): 7.

Page 135: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

103  

yang setara adalah riba.60 Keharusan adanya ‘iwad disebabkan ‘iwad} adalah syarat sahnya transaksi pertukaran baik pertukaran barang dengan uang atau jasa dengan uang, di mana pada dasarnya keduanya adalah pertukaran antara nilai dengan nilai. Dalam prakteknya, ‘iwad} ini berupa margin atau mark-up dalam transaksi jual beli antara barang dengan uang secara tunda seperti mura>bah}ah, istis}na>>‘ dan salam dan biaya sewa pada transaksi pertukaran jasa dengan uang seperti ija>rah dan ju‘a>lah. Artinya harga yang dikenakan kepada pembeli harus mendapatkan kompensasi nilai yang sama dengan yang dinikmati oleh pembeli sebagai pertukaran uang yang dikeluarkan oleh pembeli sehingga ketika pembeli membebankan harga yang lebih tinggi dari harga pokok maka profit harus mengandung ‘iwad} karena adanya usaha untuk mengadakan barang tersebut ke pembeli dan adanya risiko naik turunnya harga barang di pasar.

Dengan demikian, profit dalam prinsip-prinsip ajaran ekonomi Islam harus mengandung unsur ‘iwad} yaitu setidaknya ada 3 komponen utama di dalamnya yaitu : 1) penanggungan risiko pasar (ghurm); 2) adanya usaha dan kerja (kasab) yang menghasilkan nilai tambah (value added); 3) kewajiban penjual untuk menanggung kerusakan (da}ma>n) karena adanya hak pembeli untuk mengambalikan barang apabila ada cacat (khiya>r ‘aib). Hal ini sesuai dengan hadi>s} Nabi SAW konsep al-ghunmu bi al-ghurm ( الغنم بالغرم ), al-khara>j bi al-d}ama>n (الخراج باالضمان )61 dan khiyar. Di mana setiap keuntungan yang diperoleh, mempunyai risiko, adanya usaha (value added) dan hak pertanggungan. Dalam tataran praktek pada bank syariah, profit ini diaplikasikan ke dalam akad-akad yang menghasilkan keuntungan yang pasti dan akad-akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak pasti. Akad-akad yang menghasilkan keuntungan yang pasti adalah akad akad yang berdasarkan prinsip jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>>‘, salam dan ija>rah, yang menghasilkan mark-up atau margin yang bersifat fixed dan pre-determined. Sedangkan akad-akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak pasti adalah akad-akad yang dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil seperti mud}a>rabah dan musha>rakah, yang menghasilkan profit yang akan dibagihasilkan yang bersifat variable dan post-determined.

                                                            60Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic banking and Financial

Markets; Islamic Economic, Banking & Finnace, Investments, Takaful and Financial Planning (Kuala Lumpu: Dinamas, 2005), 30.

61Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Riya>d}: Da>r al-Qalam, 1994), Juz I, 183.

Page 136: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

104  

Gambar 3.262 Rate of profit pada Akad Syariah

Perbedaan antara akad-akad yang keuntungannya bersifat pasti

dengan tidak pasti adalah bahwa dalam akad akad yang bersifat tidak pasti, para pihak tidak bisa menentukan tingkat keuntungan secara pasti, tetapi hanya dapat membuat proyeksi atau perkiraan tingkat keuntungan yang diharapkan atau expected rate of profit seperti yang dikemukakan oleh Masudul Alam Choudury63 yang telah dijelaskan pada bab I. Penentuan tingkat expected rate of profit, seperti yang dijelaskan di depan oleh beberapa ekonom konvensional dapat menggunakan sebagai proxy: 1) Tingkat ROE (Karl Marx)64; 2) Tingkat ROI (Kalecki)65; 3) Tingkat GNP (Piero Sraffa)66 dan 4) Tingkat Suku Bunga (Von Neuman)67 sebagaimana dijelaskan pada pada Bab II.

                                                            62 Gambar diolah penulis. 63M.A. Choudury, Generalized Theory of Islamic Development

Financing (London : The Edwin Mellen Press, 1997), 47. 64 Karl Marx, “Capital, A Critique of Politial Economy Volume I”,

Chapter Nine. Lihat https://www.marxists. org / archive /marx/works/1867-c1 (diakses 12 Januari 2014).

65 Karl Marx, Capital Volume III “The Process of Capitalist Production as a Whole”, Chapter 2 “ The Rate of Profit” ( International Publisher, 1959). Diedit dan disempurnakan 11 tahun setelah Karl Marx wafat oleh Friedrick Engels Lihat http://www.marxists.org/archive/marx/works/1894-c3/ch02.htm (diakses 12 Januari 2014).

66 Piero Sraffa, Production of Commodities by Means of Commodities : Preclude to a critique of Economic Theory ( Bombay: Vora & Co., Publishers

Rate of Profit

Ex-Ante (Pre Determined) Ex-Post

Akad-akadnya: Jual Beli

Akad-akadnya Mud}a>rabah Musha>rakah

Barang (margin)

Mura>bah}ah Salam Istis}na>‘

Jasa (ujrah) Ija>rah

 

Page 137: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

105  

Sedangkan dalam akad-akad yang menghasilkan keuntungan pasti dan bersifat fixed dan predetermined akan menghasilkan mark-up/margin/required rate of profit yang ditentukan oleh 1) Tingkat profit per satu kali transaksi; 2) Besarnya jumlah transaksi dalam satu periode. Berdasarkan karakter ini, penulis berpendapat, dengan konsep keuntungan yang bersifat circular sesuai dengan periode business cycle (cash to cash cycle)-nya maka dalam menentukan mark-up dalam transaksi jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>>‘, salam tidak bisa digunakan satu rate of profit yang bersifat jangka panjang. Dalam periode jangka panjang akan terdiri dari beberapa periode perputaran profit atau dalam istilah asset-liability management sehingga akan terjadi periode repricing beberapa kali dalam jangka waktu financing. Dengan kata lain transaksi jual beli ini tidak bisa menggunakan pricing jangka panjang yang bersifat fixed dan predetermined tanpa adanya repricing sesuai periode pricing. Secara natural periode business cycle atau cash to cash cycle 68 ini terjadi paling tidak satu kali dalam setahun seperti periode untuk melakukan repricing biaya sewa. Sehingga bisa disimpulkan transaksi akad jual beli pada dasarnya hanya digunakan untuk jangka pendek, paling tidak dalam penggunaan repricing rate of profit -nya.

Hal ini sesuai dengan konsep economic value of time dalam Islam, seperti juga yang dijelaskan oleh Joseph A. DiVanna dalam bukunya “Understanding Islamic Banking : The Value Proposistion that Transcends Cultures” tentang circular concept dalam ajaran Kristen bahwa nilai ekonomis (economic value) dari waktu tidak bersifat linier concept 69 seperti yang dianut oleh sistem kapitalis dengan konsep time value of money-nya.

Perdebatan tentang penentuan rate of profit dalam ekonomi konvensional pada suatu industri sebagaimana di bahas pada Bab II, yang dimulai dari ekonom klasik seprti J. Von Neumann, Karl Marx sampai ekonom neoklasik seperti Kalecki, Pierro Sraffa dan John Maynard Keynes menghasilkan patokan penentuan rate of profit yang berbeda-beda seperti penggunaan Return on Equity (ROE), Return on Investement (ROI), Gross National Product (GNP) bahkan J. Von Neumann menyamakan rate of profit dengan suku bunga dalam suatu perekonomian kapitalis yang berbasis bunga. Maka menjadi masalah

                                                                                                                                       PVT.LTD, 1960), 6 http:// laprimaradice.myblog.it /media /02/02/ 2829581832. pdf (Diakses 15 Mei 2013).

67 J. Von Neumann, “A Model Of General Economic Equilibirium”, 4.

68  Adiwarman Karim, Islamic Banking: Fiqh and Financial Analysis, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2005), 284.

69Joseph A. DiVanna, Understanding Islamic banking; The Value Proposition that Transcends Cultures, 22.

Page 138: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

106  

yang sangat penting bagaimana menentukan rate of profit ini dalam suatu perokonomian yang bebas bunga (Ekonomi Islam). Begitu juga para ekonom muslim memiliki pandangan yang beragam tentang penentuan rate of profit ini dengan dasar argumentasinya masing-masing sebagaimana mana yang akan dibahas pada sub bab diskursus rate of profit dalam ekonomi Islam.

Metodologi menghitung rate of profit berhubungan dengan pengambilan keputusan oleh pengelola /perusahaan/entrepreneur dalam menghadapi ketidakpastian dan modal yang digunakan dalam pengambilan keputusan ini sehingga terbuka terhadap terjadinya risiko (rugi). Profit adalah milik perusahaan dan pemilik modal. Perusahaan dan pemilik modal berhak membagi profit berdasarkan nisbah bagi hasil (profit) yang disepakati sebelumnya. Jika terjadi kerugian, maka pengusaha menghadapi risiko yaitu tidak mendapatkan bagian apa-apa karena memutuskan mendapat bagian dari profit dan bukan dari gaji yang diperoleh dari hasil kerjanya. Hal ini sesuai dengan prinsip Islam dalam perdagangan, al-ghunmu bi al-ghurm atau al-khara>j bi al-d}ama>n 70, yaitu bahwa tidak ada profit tanpa adanya risiko, baik itu untuk perusahaan atau modal .

Salah satu hal yang terpenting dalam konsep rate of profit dalam ekonomi makro, adalah rate of profit yang dihasilkan oleh bank syariah. Bank juga berbagi profit dengan depositor dalam jangka waktu yang berbeda-beda, dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati dalam dana pooling dari berbagai depositor yang dikelola oleh bank. Hal ini yang dipraktekkan pada produk deposito mud}a>rabah dan persentase profit yang diberikan kepada depositor disebut sebagai nisbah bagi hasil nasabah. Sedangkan persentase sisanya merupakan nisbah bagi hasil bank. Tentang besaran nisbah ini, Muhammad Ba>qir al-S}a>dr berpendapat bahwa rasio nisbah bukan merupakan kompensasi atas penanggungan risiko uncertainty terhadap hasil usaha yang akan diperoleh di masa yang akan datang.71

Dalam prakteknya misalnya disepakati tingkat keuntungan (rate of profit ) yang akan dibagikan kepada nasabah adalah sebesar 70 % maka bagian bank adalah sebesar 30%. Penulis setuju dengan pendapat menghitung rate of profit yang dihasilkan oleh perbankan yang diasumsikan dapat mewakili rate of profit nasional, mengingat pasar pembiayaan yang diberikan secara nasional didominasi oleh perbankan.

Metodologi menghitung rate of profit nasional yang diperoleh dari rata-rata tertimbang rate of profit yang diperoleh bank syariah, bisa diperoleh dari menghitung persentasi pendapatan bagi hasil nasabah                                                             

70Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Riya>d}: Da>r al-Qalam, 1994), Juz I, 183.

71 Muhammad Ba>qir al-S}a>dr, Iqtis}a>duna> (Beirut: Da>r al-Fikr, 1961), 559

Page 139: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

107  

dikalikan dengan proporsi bagi hasil bank dibagi dengan proporsi bagi hasil nasabah, yang berasal dari laporan distribusi bagi hasil yang diterbitkan tiap 3 bulan dari Bank Indonesia sebagai laporan yang wajib dikeluarkan bank syariah.

Sementara menunggu adanya standarisasi tingkat keuntungan di bank syariah, Wahbah al-Zuhaili (1351 H/1932 M- sekarang)72 menganjurkan rate of profit ini ditentukan oleh pihak otoritas (dalam kasus Indonesia adalah Bank Indonesia), di mana nilainya tidak boleh melebihi sepertiga atau 33 % agar berkeadilan dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT sebagaimana hadi>th Nabi saw tentang prinsip “al-thulu>th kathi>r ” 73 yang artinya sepertiga itu sudah banyak. Ini adalah jawaban Nabi Muhammad SAW ketika ditanya oleh sahabat Abdurahman bin Auf waktu hendak menyampaikan wasiat.

Menurut pendapat mayoritas ahli ekonom muslim sebaiknya terdapat pembatasan profit margin dengan alasan moral dan etis agar mendapatkan keberkahan dari Allah swt.74 Penulis berpendapat bahwa pembatasan profit margin harus dilakukan karena pengambilan profit margin yang terlalu tinggi akan menciptakan destabilitas ekonomi makro bangsa karena akan mengakibatkan tidak seimbangnya jumlah uang yang beredar dengan pasar barang yang dapat memicu terjadinya inflasi.

                                                            72Nama lengkapnya adalah Wahbah bin al-Syeikh Mushtafa al-

Zuhaili. Beliau lahir di sebuah desa yang bernama Dair ‘Atiyah, yang terletak di salah satu pelosok kota Damsyik, Suria, pada tahun 1351 H./1932 M. Ayahnya adalah Syekh Musthafa al-Zuhaili, seorang petani yang 'alim, hafal al-Qur'an, memiki semangat tinggi dalam berjuang di jalan Allah, serta banyak beribadah dan puasa. Wahbah al-Zuhaili memulai jenjang pendidikan Ibtida'iyah di kampungnya, Tsanawiyah di Damsyik, dan melanjutkan ke perguruan tinggi Fakultas Syari'ah di Damsyik yang selesai pada tahun 1953, selanjutnya pada tahun 1956 beliau meraih gelar Doktor dalam bidang Syariah dari Universitas al-Azhar, Kairo. Setelah menyelesaikan kuliah, beliau mengabdikan diri sebagai dosen pada almamaternya di Fakultas Syariah Universitas Damsyik pada tahun 1963. Kemudian, menjadi Pembantu Dekan pada Fakultas yang sama dan tak berapa lama diangkat menjadi Dekan sekaligus Ketua Jurusan Fiqh al-Islami karena kepakarannya dalam bidang Fiqh Islam, Tafsir, dan Studi Islam lainnya. Sekarang Beliau diangkat sebagai Guru Besar dalam bidang Hukum Islam pada salah satu universitas di Syiria, juga pada beberapa universitas besar di dunia. Al-Fiqh al- Isla>mi wa Adillatuhu adalah salah satu karya terbesarnya yang berjumlah 8 jilid.

73Wahbah al-Zuhaili, Al-Mu‘a>malah al-Ma>liyyah al-Mu‘a>s}irah, (Bayrut: Dar al-Fikr, 2022), 139.

74Lihat S.M. Ghazanfar, “Post-Greek/Pre-Renaissance Economic Thought; Contribution of Arab-Isalmic Shcolastics during the Great Gap Centuries,” dalam S.M. Ghazanfar, Medieval Islamic Economic Thought (London: Routledge Curzon, 2003), 200-204.

Page 140: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

108  

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Hifzur Rab dan Syeda Anjum dalam artikelnya “Financial Interest Causing Problems of Monetary Transmission as Evaluated by The Islamic Alternative” bahwa sistem bunga menyebabkan terjadinya masalah dalam transmisi moneter karena dengan sistem perhitungan bunga yang bersifat compounded (bunga berbunga) maka pertumbuhan uang akan bersifat eksponensial sedangkan pasar barang tidak akan bisa bertambah secara eksponesial, akibatnya harus ada manipulasi moneter yaitu dengan melakukan depresiasi uang yang dilakukan dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan inefisiensi, ketidakadilan dan korupsi75. Jadi bunga pada akhirnya menimbulkan kemudaratan bagi banyak pihak, bukan kebaikan. Akibat dari sistem bunga pada akhirnya akan menciptakan bertambahnya rakyat di bawah garis kemiskinan dan pengangguran.

Pengangguran yang terjadi disebabkan bunga telah menyebabkan tidak terciptanya full employment karena adanya cost of fund (bunga yang diminta oleh penabung atau deposito), sehingga proyek-proyek yang menghasilkan rate of return atau IRR (Internal Rate of Return) di bawah cost of fund tidak akan dilakukan dan hal tersebut akan menciptakan kecilnya penawaran tenaga kerja sehingga akan menciptakan ketidakefisienan dalam pasar tenaga kerja. Sedangkan dengan tidak diperlakukannya bunga (zero cost of capital) maka tidak ada spekulasi yang akan menciptakan ketidakadilan karena meningkatnya inflasi. Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam, akan terjadi keseimbangan pasar uang dan barang atau dengan kata lain terjadi keseimbangan supply dan demand antara investasi dan uang. Dengan kebutuhan investasi yang meningkat maka uang dalam sistem ekonomi Islam yang bebas bunga terlebih dahulu harus ditransformasikan ke dalam capital/modal dalam transaksi non pinjaman sehingga ongkos bunga dari uang akan menjadi nol (zero cost of interest) dan akan terus tercipta rate of profit nasional yang didapat dari rata-rata tertimbang rate of profit yang diperoleh bank syariah.

Selanjutnya dalam menentukan nilai rate of profit menurut beberapa ekonom muslim ada beberapa metode yang bisa digunakan, diantaranya:

1. Modifikasi dari Teori CAPM (Capital Asset Pricing Model )

                                                            75Lihat Hifzur Rab and Syeda Anjum, “Financial interest causing

problems of monetary transmission as evaluated by the Islamic Alternative”, Humanomics, Vol. 27, No. 3, (2011), 184-200.

Page 141: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

109  

Metode pertama bisa dimodifikasi dari teori Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang pertama kali dikembangkan oleh William Sharpe yang mengatakan bahwa expected return on asset (rate of profit ) dari suatu investasi merupakan fungsi linear dari ekspektasi risiko (expected risk). Teori CAPM ini menyatakan bahwa dalam menentukan rate of profit suatu investasi dapat dibagi ke dalam dua formula yaitu: formula pertama mewakili imbal hasil (return) bebas risiko (risk free return) atau RF. Formula kedua adalah risk premium sebagai kompensasi karena menanggung tambahan risiko atas penempatan investor pada suatu investasi dalam periode waktu tertentu dengan rumus : (β(Rm – RF)).76 Formula yang pertama pada dasarnya adalah untuk mengganti time value of money dan yang kedua adalah menyangkut risiko yang berhubungan dengan investasi pada suatu proyek atau surat berharga yang dipilih. Jika dilihat dari teori penentuan rate of profit berdasarkan CAPM ini didasarkan atas bunga yaitu bunga risk free rate, dalam hal kasus di Indonesia bisa diwakili oleh bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Dalam ekonomi Islam, risiko dan imbal hasil berbeda dengan ekonomi konvensional karena tidak adanya investasi yang bebas risiko atau komponen RF tidak exist dalam ekonomi Islam. Tomkins dan Karim menjelaskan dalam “The Shariah and its Implications for Islamic Financial Analysis : An Opprtunity to Study Interactions Among Society, Organization and Accounting,” jika komponen risk free tidak ada maka Islamic rate of profit menjadi: (Rm)β, di mana rate of profit suatu investasi hanya tergantung kepada hubungan individual surat berharga terhadap benchmark (misalnya pasar modal) yang diukur dari beta (β) dan tidak ada kompensasi minimum dalam bentuk risk free return seperti dalam ekonomi konvensional.77 Pendapat Tomkins dan Karim ini sejalan dengan prinsip al-ghunmu bi al-ghurm atau al-khara>j bi al-d}ama>n 78, yaitu bahwa tidak ada profit tanpa adanya risiko.

Sementara Salman Sheikh mengusulkan risk free rate dalam ekonomi Islam digantikan oleh tingkat pertumbuhan nominal Gross Domestic Product (GDP) sehingga rumus rate of profit menjadi: Rj =

                                                            76Willian F. Sharpe, Capital Asset Prices: A Theory of Market

Equilibrium under Conditions of Risk, ”Journal of Finance,” Vol. 19, No. 3, 425. http://web.cenet .org.cn /upfile/ 17485.pdf.

77Cyril Tomkins and Rif’at Ahmed Abdul Karim, “The Shariah and its Implications for Islamic Financial Analysis : An Opportunity to Study Interactions Among Society, Organization and Accounting,” The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 4, No. 1, (1987). http://www.financeinislam.com/article/1 39/ 1/420.

78Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Riya>d}: Da>r al-Qalam, 1994), Juz I, 183.

Page 142: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

110  

NGDP + (Rm-NGDP)β.79 Pada dasarnya pendapat Salman Sheikh ini sejalan dengan pendapat Piero Sraffa yang menjelaskan bahwa GNP sama dengan rate of profit ,80 sebagaimana yang dibahas pada Bab 2. Perbedaannya Salman Sheikh menambahkan resiko dalam bidang usahanya yang dibandingkan terhadap risiko pasar yang dijadikan benchmark misalnya pasar saham yang diukur dari nilai β. Disini yang penulis tidak setuju, karena rate of profit pada masa tunda lebih ditentukan oleh keuntungan yang terjadi di pasar barang (sektor riil).

Berbeda dengan Salman Sheikh, Ashkar mengusulkan risk free rate digantikan oleh Z yang nilainya sama dengan (Zakat rate/(1-Zakat rate) atau sama dengan 2.56%, karena untuk menarik investor maka imbal hasil untuk investor harus lebih besar dari nilai minimum untuk membayar zakat atau dengan kata lain harus lebih besar dari 2.56 %, jika suatu proyek lebih kecil dari 2.56 % maka investor lebih baik membelanjakan modalnya dari pada investasi.81 Pendapat ini pada dasarnya sama dengan pendapat Metwally yang menyatakan bahwa zakat atau pengenaan pajak pada dana yang menganggur mempengaruhi investasi.82 Jadi pada intinya investasi dalam Islam idealnya memperoleh keuntungan di atas nilai rate zakat. Penulis tidak sependapat bahwa rate zakat yang bersifat konstan dapat digunakan sebagai tingkat keuntungan pada transaksi tunai mengingat rate of profit bersifat dinamis tergantung kepada keadaan ekonomi. Rate zakat ini bisa dipakai untuk menetapkan target minimal rate of profit pada transaksi tunai, dengan kata lain keuntungannya harus mencapai lebih besar dari 2.56 %.

                                                            79Salman Shaikh, “Corporate Finance in an Interest Free Economy:Al

alternate approach to practiced Islamic Corporate Finance,” Munich Personal RePEc Archive (MPRA), No. 19459, (2009), http://mpra.ub.uni-muenchen.de/19459/1/ MPRA_paper_19459.pdf.

80 Piero Sraffa, Production of Commodities by Means of Commodities : Preclude to a critique of Economic Theory ( Bombay: Vora & Co., Publishers PVT. LTD, 1960), 6.

81 Ahmad Abdel Fattah el-Ashkar, “Towards an Islamic Stock Exchange in a Transitional Stage”, Islamic Economics Studies, Vol. 3, No. 1, Islamic Research and Training Institute. http://www.irti.org/irj/go/km/docs/documents /IDBDevelopments/Internet/English/IRTI/CM/downloads/IES_Articles/Vol%2031El-Ashkar. TOWARDS%20AN%20ISLAMIC%20STOCK%20 EXCHANGE.pdf. (diakses 25 Desember 2013).

82 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. Husein Swait (Jakarta : Bangkit Daya Insana, 1995) , 73.

Page 143: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

111  

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dalam ekonomi Islam terdapat minimum kompensasi terhadap modal yang diinvestasikan. Jika dilihat dari komposisi dan justifikasi Risk Free (RF) Rate pada ekonomi konvensional maka nominal RF terdiri dari 2 komponen yaitu : (1) Real RF dan (2) Beban Inflasi83, sehingga Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM) yang cocok menjadi : Rj = N + (Rm-N)βj, di mana Rj adalah imbal hasil yang dibutuhkan dalam suatu investasi, N adalah beban inflasi, Rm adalah rata rata imbal hasil portofolio pasar dan β dari suatu investasi yang merupakan hubungan imbal hasil antara surat berharga dan benchmark-nya. Pendekatan inflasi biasanya menggunakan Consumer Price Index (CPI), Wholesale Price Index (WPI) jika digunakan di negara negara seperti Amerika Serikat dan negara negara Eropa lainnya, sedangkan di Indonesia biasanya menggunakan Index Harga Konsumen (IHK) terhadap 9 komoditas utama di 7 kota besar utama yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik.

Menurut penulis, jika minimum rate of profit didasarkan kepada beban inflasi maka dalam regim uang kertas yang digunakan , bisa terjadi nilai inflasi yang sangat rendah, bahkan beberapa kali terjadi deflasi, sehingga rate of profit minimum tidak bisa meng-cover beban zakat minimum sebesar 2.5 % atas harta tidak produktif. Dengan kata lain bahwa argumentasi bahwa inflasi selalu positif tidak lengkap kondisinya. Jika adanya inflasi menjadi alasan adanya positive time value of money seperti pendapat Bohm Bawerk maka seharusnya jika terjadi deflasi maka akan ada negative time value of money, ini tentu kondisi yang selalu diabaikan ekonom konvensional.

2. Menggunakan Benchmark Metoda kedua dalam menentukan nilai rate of profit aset keuangan

syariah adalah dengan menggunakan benchmark, yang sangat penting untuk berbagai tujuan pada pasar keuangan. Tujuan pertama penggunaan benchmark ini adalah sebagai dasar point of reference untuk menilai harga dari setiap asset keuangan yang akan dinilai. Tujuan kedua adalah untuk memberikan indikasi nilai relatif atau opportunity cost dari modal di pasar keuangan. Tujuan ketiga adalah untuk menjadi tolok ukur performance relative suatu portofolio. Oleh karena itu, adanya benchmark yang transparan, mudah diamati, liquid, mudah dihitung dan bersifat tidak bisa dimanipulasi sangat vital dalam rangka menciptakan efisiensi di pasar keuangan84. Dalam ekonomi konvensional, benchmark                                                             

83 Muhammad Hanif, Islamic Banking Financial Reporting Perspective (USA, CPSIA, 2011), 254.

84 Hosein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, New Issues in Islamic Finance and Economics : Progress and Challenges (Singapore : John Wiley & Sons :2009), 179.

Page 144: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

112  

yang digunakan untuk menilai aset surat berharga adalah London Interbank Offered Rate (LIBOR).

Dalam ekonomi syariah yang tidak menggunakan bunga, beberapa pakar berpendapat benchmark keuntungan (rate of profit) dengan menggunakan LIBOR85 tidak bisa digunakan.86 Sementara Muhammad Taqi Usmani87 dan Nizam Yacoubi membolehkan penggunaan benchmark LIBOR sebagai net income dalam transaksi berbasis jual beli dengan alasan bahwa benchmark saja tidak akan menyebabkan transaksi menjadi haram seperti halnya pedagang minuman ringan yang menggunakan keuntungan pedagang minuman beralkohol, tidak membuat kegiatan perdagangan minuman ringan menjadi haram.88 Bank Syariah di Indonesia banyak yang menggunakan Base Lending Rate (Suku Bunga Dasar Kredit) bank konvensional dalam menentukan tingkat keuntungan produk mura>bahah. 89Menurut penulis, patokan keuntungan di sektor riil pada dasarnya tidak bisa menggunakan benchmark dari pasar uang yang memiliki karakteristik berbeda, apalagi LIBOR pada hakikatnya adalah suku bunga.

                                                            85 LIBOR adalah London Interbank Offered Rate yaitu suku bunga yang

bank-bank utama di London bersedia untuk saling meminjamkan eurodollar (eurodollars) LIBOR digunakan untuk menentukan suku bunga rata-rata pinjaman antar bank di London yang ditetapkan berdasarkan suku bunga yang ditawarkan oleh 16 bank anggota British Bankers Assodation; tingkat bunga LIBOR pada umumnya dijadikan pedoman untuk pemberian pinjaman eurodolar dalam jumlah besar kepada negara dan perusahaan peminjam yang kelayakan kreditnya kurang baik. Lihat http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/libor.aspx.

86 Lihat Hosein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, New Issues in Islamic Finance and Economics : Progress and Challenges, 179.

87 Mufti> Muhammad Taqi> Usma>ni adalah tokoh terkemuka di bidang syariah terutama di bidang Islamic Finance. Saat ini memegang posisi penasehat di sejumlah lembaga keuangan. Beliau lahir di India dan lulus dari Dars e Nizami di Da>r al-Ulu>m, Karachi. Beliau mendapat penghargaan dari Shaikh Muhammad bin Rashid al-Maktoum (Dubai Crown Prince and UAE Minister of Defense) atas jasanya dan layanan seumur hidup dan prestasinya dan bidang Islamic Finance. Lihat http://ifresource.com/shariah-specialists-in-islamic-finance/ dan http://www.ashrafiya .com/ sayyidi -mawlana-mohammad-taqi-usmani-db/ (diakses 20 Mei 2013).

88 Lihat Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an), 118-119.

89 Wiroso, Jual Beli Mura>bahah (Yogyakarta:UII Press, 2005), 92.

Page 145: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

113  

Hossein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor juga membolehkan benchmark rate of profit lainnya dalam bentuk indek yang sesuai proporsinya (rerata tertimbang) dalam menentukan profit. Rate of return di sektor swasta ini ditentukan oleh indikator di pasar modal dan pasar uang. Jika indikator yang diambil di pasar modal maka indikator seperti earnings per share (EPS), the price earning ratio (PER), the return on shareholders equiry (ROE), yang digunakan dalam sistem perhitungan rate of profit. Beberapa kendala yang akan mendistorsi jika kita menggunakan benchmark di pasar modal adalah (1) Performa harga saham yang tidak bisa dikaitkan dengan rate of return harga surat berharga pemerintah yang bersifat risk free (2) Kinerja saham di pasar modal tidak mencerminkan rate of return di sektor riil. (3) Campur tangan baik pemerintah, bank sentral dan bank di pasar modal dalam rangka memperbaiki kinerja baik surat berharga pemerintah dan swasta sehingga kinerja saham menjadi termanipulasi.90 Hal ini menjelaskan bahwa pasar saham tidak bisa dijadikan faktor yang menentukan rate of profit dalam sistem ekonomi Islam.

Pandangan Abbas Mirakhor bersama dengan Mohsin S. Khan 20 tahun sebelumnya adalah bahwa the rate of return/profit dari asset financial ditentukan oleh rate of return dari sektor riil yang dapat digunakan sebagai benchmark (tolok ukur) untuk investasi91. Penulis lebih sependapat dengan pendapat Mirakhor yang terdahulu ini, karena yang dijadikan patokan adalah sektor riil. Jadi benchmark yang dapat digunakan dalam rangka pengganti suku bunga, adalah rate of return di sektor riil seperti indek sewa.

Menurut Iraj Toutounchian, jika benchmark di sektor riil sulit diperoleh maka rate of profit dapat dicari dengan menggunakan metode IRR (Internal Rate of Return)92 dari suatu proyek yang akan dinilai sebagaimana konsep Wicksell. Keynes sebagaimana yang dikutip Toutouchian menyebut IRR sebagai the Marginal Efficiency of Capital yang didefinisikan sebagai the rate of interest (suku bunga) yang digunakan sebagai discount untuk menghitung nilai sekarang dari cash

                                                            90Hosein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, New Issues in

Islamic Finance and Economics : Progress and Challenges, (Singapore: John Wiley and Sons (Asia)Pte.Ltd, 2009), 184.

91Mohsin Khan and A. Mirakhor, “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy”, Journal of Reasearch in Islamic Economics, Vol. 1 (1989), http://www.kau.edu.sa/Files/320/Researches/51007_21144.pdf

92Iraj Tutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Money in Capital Theory (Singapore : John Wiley and Sons (Asia) Pte. Ltd, 2009), 124.

Page 146: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

114  

flow yang akan diterima dari suatu proyek93. Pendapat Keynes ini tentu membingungkan karena menurut penulis IRR ini bukan rate of interest yang bisa ditentukan di depan secara pasti melainkan diperoleh dari proses trial and error agar present value (nilai sekarang) proyek atau dengan kata lain rate of profit merupakan konsep ex post karena rate-nya tidak diketahui sebelumnya. Sedangkan konsep IRR Wicksell pada dasarnya adalah sama dengan Keynes yaitu menyamakan rate of interest dengan IRR, sehingga merupakan konsep ex ante.

Jadi penulis berpendapat bahwa rate of profit pada dasarnya berbeda secara konsep dengan rate of interest. Rate of profit diperoleh dari keuntungan yang bersifat riil dan bersifat ex-post sedangkan rate of interest bersifat keuntungan yang bersifat perhitungan time value of money yang bersifat pasti dan predetermined atau ex ante. Hal ini tentu bisa menjawab pertanyaan Iraj tentang apakah rate of profit dapat menjustifikasi penggantian konsep rate of interest dalam ekonomi Islam94. Tentu konsep rate of profit bisa menjustifikasi penggantian konsep rate of interest akan tetapi sedikit berbeda pendapat dengan Iraj, penulis tidak sependapat bahwa rate of profit bersifat pasti “certain” dan “on average”, karena pada dasarnya IRR yang biasanya dihitung dari transaksi yang bersifat kerjasama seperti mud}a>rabah tidak bisa ditentukan secara pasti di depan. Rate of profit diperoleh dengan cara memasukkan nilai secara trial and error terhadap asumsi cashflow yang akan terjadi di masa depan dimana nilainya bisa didekati dengan interpolasi dari persamaan: P = C(t+1)/(1+R) + C(t+2)/(1+R)^2+… + C (t+n) / (1+R)^n, di mana C adalah arus kas dari suatu proyek dalam periode tertentu dan R adalah rate of profit yang sedang dicari dan dalam seluruh periode nilainya harus sama. Dari sini kita bisa melihat bahwa IRR ini bersifat hipotesis, berhubungan langsung dengan pendapatan riil dan merupakan fenomena long-run. Hal ini sesuai dengan pendapat Nejatullah Siddiqi dalam bukunya “Muslim Economic Thinking: A Survey of Contemporary Literature.”95 Ia mengatakan bahwa rate of profit yang akan dibagihasilkan bersifat long run dan oleh karena itu liquidity preference (tingkat rate yang bertingkat pada produk deposito seperti suku bunga jangka pendek) untuk aset-aset syariah jangka pendek yang liquid tidak ada, sementara rate of interest adalah

                                                            93Lihat John Maynard Keynes, The General Theory of Employment,

Interest and Money (New York: Harcourt, Brace & World Inc, 1964),135-136. 94Lihat Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating

Money in Capital Theory, 121.

95  Muhammad Nejatullah Siddiqi, Muslim Economic Thinking: A Survey of Contemporary Literature (Leicester UK: The Islamic Foundation, 1981), 60.

Page 147: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

115  

dual phenomenon, yaitu short run dan long run. Oleh karena itu sebagai konsekuensinya seharusnya tidak ada IRR yang bersifat jangka pendek, maka penulis berpendapat bahwa implikasi rate of profit memiliki konsekwensi pada tidak adanya pasar uang (perdagangan uang di bawah 1 tahun) dalam ekonomi Islam. Pada produk-produk liability pada bank syariah yang berjangka pendek seperti tabungan, deposito, Investasi Muda>rabah Antar Bank Syariah (IMA), rate of profit-nya berasal dari perhitungan bagi hasil produk financing syariah dimana rate of profitnya bersifat long run dan berasal dari sektor riil, dimana pendapatannya hanya dapat diketahui secara riil setelah ada penerimaan pendapatan.

Sebagaimana diketahui pada praktek yang terjadi pada ekonomi konvensional, terdapat pasar uang yang memperdagangkan uang mulai dari 1 malam (overnight) hingga 6 bulan ditentukan di depan (pre determined). Dengan demikian, berdasarkan konsep rate of profit syariah karena merupakan fenomena long-run maka tidak akan ada rate of profit di bawah 6 bulan pada produk liability yang ditetapkan di depan (ex-ante), sebagaimana definisi pasar uang di pasar konvensional adalah pasar financial yang memperdagangkan surat berharga di bawah 1 tahun. Lebih jauh lagi dalam pasar saham juga kita bisa melihat analogi ini seperti pendapat Metwally dalam “The Role of the Stock Exchange in an Islamic Economy” bahwa setidaknya saham tidak dicairkan selama tiga bulan96 karena investasi belum bisa menghasilkan return dalam jangka waktu pendek.

Adanya pasar uang di bawah 1 tahun telah menyebabkan permintaan uang untuk spekulasi menjadi tinggi, karena pasar uang digunakan sebagai sarana untuk spekulasi di pasar valuta asing. Spekulasi dilakukan dengan cara meminjam uang di pasar uang rupiah secara tunai selama 1 bulan untuk membeli dollar sehingga terciptalah pasar forward yang banyak digunakan untuk spekulasi di pasar valuta asing. Pada akhirnya spekulasi di pasar forward ini menciptakan ketidakstabilan di pasar financial dengan naiknya volatilitas nilai rupiah.

Terdapatnya pasar uang di bank konvensional yang diciptakan baik oleh bank sentral dengan adanya bunga SBI sampai jangka waktu 6 bulan dan pasar Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan pasar uang antar bank, juga telah menciptakan spekulasi di pasar uang itu sendiri dengan melakukan mismatch tanpa adanya underlying (sebagai contoh adalah penempatan interbank jangka waktu panjang yang diikuti secara simultan dengan penjaman interbank jangka pendek) dan spekulasi di pasar valuta asing yaitu dengan terciptanya pasar swap. Dengan tersedianya premi swap dalam jangka waktu 1 bulan hingga 12 bulan, maka tercipta peluang

                                                            96Mokhtar M. Metwally, “The Role of the Stock Exchange in an Islamic

Economy.” Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol 2, No. 1 (1984), http://islamiccenter. kau.edu.sa /Arabic /Magallah /Pdf/Old-2-1/MMetwally-12.pdf (diakses 12 Februari 2013).

Page 148: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

116  

untuk spekulasi mata uang dan spekulasi pinjaman mata uang asing yang memiliki suku bunga rendah dan penempatan atau investasi pada mata uang yang berbunga tinggi. Intinya adalah bahwa konsep suku bunga dengan sistem ex-ante telah membuat terciptanya spekulasi, eksploitasi dan fluktuasi harga pada aset-aset keuangan bank konvensional.

Dengan tidak adanya peran suku bunga dalam sistem ekonomi syariah dan kecilnya peran bank sentral sebagai “Lender of the Last Resort”dalam ekonomi Islam, terutama dengan penerapan aturan Financing to Deposit Ratio yang sangat tinggi diatas 80 % untuk bank syariah, maka Bank sentral seharusnya mengikuti kebijakan moneter yang stabil dan tidak menciptakan distorsi pada ekonomi secara keseluruhan97. Oleh karena itu penulis tidak sependapat dengan kebijakan Bank Indonesia yang menyediakan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek Syariah (FPJPS) kepada bank syariah dengan imbal hasil SBIS + 3%, karena akan menciptakan sistematic risk baru bagi perbankan syariah yang pada akhirnya akan memberikan efek domino pada negara melalui bank sentral yang harus menanggung seluruh resiko likuiditas di perbankan Syariah. Kebijakan ini seharusnya hanya boleh digunakan pada kasus yang bersifat khusus, pada bank syariah yang mengalami mismatch yang bersifat temporer saja (tidak sistemik).

Adanya kebijakan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) dan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek Syariah (SBIS + 3 %) yang saat ini diterapkan Bank Indonesia, harus dipandang sebagai kebijakan yang bersifat sementara, dengan argumentasi bahwa tingkat keuntungan (ziyadah) yang diambil tidak berasal dari aktivitas di sektor riil, dengan rincian sebagai berikut : (1) Rate of profit /return dari akad ju‘alah yang dipakai Bank Indonesia dapat berasal dari “profit” operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yang antara lain bisa berasal dari hasil bersih pembayaran bunga SBI yang dibayarkan kepada perbankan dikurangi dengan pendapatan bunga dari penjaminan kembali SBI (Repo SBI) atau Surat Berharga Pasar Uang lainnya dari perbankan atau dalam kasus bank syariah “profit” tersebut diperoleh dari tambahan 3 % dari SBIS yang diambil dari bank syariah yang membutuhkan likuiditas, (2) “Profit” juga bisa diperoleh dari hasil bersih transaksi perdagangan devisa dalam berbagai mata uang di mana kedua jenis pendapatan ini berasal dari operasi moneter dengan bank konvensional dan bisa dikategorikan sebagai pendapatan hasil riba dan maysir yang dilarang oleh Islam. (3) Tingkat rate of profit yang ditentukan ini tidak diketahui (gharar) secara jelas bagaimana cara mendapatkannya seperti dengan cara lelang pada SBI Syariah dengan akad ju‘alah.

                                                            97Hosein Askari, etc, The Stability of Islamic Finance: Creating a

Resilient Financial Environment for a Secure Future (Singapore: John Wiley and Sons (Asia), 2010), 111.

Page 149: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

117  

Penentuan bonus wadi>‘ah pada penentuan SWBI (Sertifikat Wadiah) sebelum BI merubah instrument SWBI ini menjadi SBI Syariah menggunakan akad ju‘alah juga tidak jelas asal-usul penentuannya. Jika BI menggunakan rate of profit dengan dasar inflasi atau pertumbuhan ekonomi nasional, rata rata bonus wadi>‘ah-nya secara empirical menunjukkan rate SWBI berada jauh di bawah inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Jika selain asumsi yang digunakan maka belum jelas metodologi pemberian bonus yang diberikan Bank Indonesia. Bank Negara Malaysia (BNM) misalnya lebih jelas mempunyai metodologi perhitungan terhadap Surat Berharga yang dikeluarkan. Sebagai contoh Government Investment Issue yang menggunakan akad mura>bah}ah dihitung berdasarkan rumus Price = (Discounted Value of Redemption Value at Maturity) + (Discounted Value of Stream of Coupon Payments), di mana discounted rate yang digunakan adalah “market yield for a similar maturity period”98. Metode ini pada dasarnya menggunakan IRR untuk menghitung market yield, hanya saja benchmark yang digunakan untuk menghitung IRR ini perlu dipertanyakan apakah mengikuti KLIBOR (Kuala Lumpur Interbank Market Rate) yang merupakan benchmark bank konvensional atau indek lainnya.

Demikian juga dalam metodologi perhitungan Surat Berharga lain yang dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia seperti Sukuk Bank Negara Malaysia (SBNMI) yang menggunakan rumurs : Proceed = Face Value (1- r x t/365) dimana r adalah discounting rate dan t adalah number of days remaining to maturity, atau Surat Berharga Bank Negara Monetary Notes (BNMN) yang menggunakan metodologi yang sama dengan GII meskipun akad yang digunakan berbeda yaitu akad ija>rah dengan membentuk special purpose vehicle dengan nama BNM Sukuk Berhad (BNMSB). Demikian juga dengan Surat Berharga lainnya yang diterbitkan oleh BNM seperti Bank Negara Monetary Notes (BNMN), Islamic Negotiable Instrumens (INI) dan Islamic Accepted Bill (IAB). Dari semua yang diterbitkan oleh BNM ini penulis mengambil kesimpulan semuanya berdasarkan kepada perhitungan yang bersifat ex-ante dan bukan ex-post. Perubahan ini terjadi sejak 1995, karena sebelumnya akad yang digunakan adalah akad mud}a>rabah (Mud}a>rabah Interbank Investment atau MII), di mana deficit bank akan membayar bagi hasil berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya dari profit kotor (gross profit) dari investasi bank tersebut selama 1 tahun. 99 Namun karena banyaknya bank-bank syariah di Malaysia yang tidak transparan dalam mendekalarasikan gross profit-nya maka banyak bank yang merendahkan dengan menyembunyikan pendapatan pendapatan

                                                            98Mohd Azmi Omar, Fundamentals of Islamic Money and Capital

Markets, (Singapore: John Wiley and Sons Pte.Ltd, t.th), 60. 99Mohd Azmi Omar, Fundamentals of Islamic Money and Capital

Markets, 54.

Page 150: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

118  

tertentu. Jika dilihat dari sistem operasi bank syariah, maka MII ini sebenarnya tidak bisa menggunakan konsep ex ante karena akan menzalimi pihak investor lain yaitu nasabah dana individual lainnya dalam hal hak untuk mendapatkan harga yang adil.

Di Indonesia menurut penulis, dalam penetapan konsep rate of profit secara syariah pada penentuan margin transaksi mura>bah}ah pun pada dasarnya tidak bisa menggunakan Suku Bunga Dasar Kredit bank konvensional atau pasar uang (SBI sebagai base rate) ditambah beberapa persen sesuai risiko kredit sebagai dasarnya dengan argumentasi bahwa :

Pertama, uang pada dasarnya tidak memiliki intrinsic utility karena itu tidak bisa digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia, uang hanya bisa digunakan untuk membeli barang atau jasa. Sedangkan barang atau jasa bisa berguna langsung tanpa harus ditukar dengan barang lain, dan oleh karena itu kegunaan barang dalam transaksi mura>bah}ah , nilai rate of profit atau net income nya seharusnya mengikuti rate utility dari barang tersebut di pasar barang atau jasa (sektor riil). Misalnya mobil maka nilai net income nya adalah nilai sewa dari mobil tersebut seandainya mobil tersebut digunakan oleh orang yang mencicil mobil tersebut pada transaksi mura>bah}ah, karena hal tersebut mencerminkan penggunaan utility dari barang tersebut. Jadi bukan net income dari pasar uang atau nilai sewa uang yang dipakai dalam penentuan rate of profit transaksi mura>bahah.

Kedua, barang atau komoditas dalam transaksi mura>bah}ah bersifat individual karena masing masing barang memiliki spesifikasi kegunaan yang khusus dan oleh karena itu tidak dapat digeneralisir seperti uang, karena uang memang tidak memiliki kualitas lainnya kecuali sebagai alat tukar (medium of exchange). Ini sama dengan pendapat Brian Kettel dalam “Introduction to Islamic Banking and Finance”100. Oleh sebab itu menggunakan benchmark suku bunga bank konvensional yang bersifat umum yang bisa digunakan untuk komoditas apapun, adalah tidak tepat karena menyamakan komoditas dengan uang. Benchmark rate of profit atau net income dalam transaksi mura>bah}ah menurut penulis, sebaiknya menggunakan rate leasing atau sewa secara spesifik barang yang disewa. Rate sewa yang diterapkan pada net income akad mura>bah}ah pada dasarnya adalah hasil keuntungan apabila komoditas tersebut tidak dijual. Misalnya mobil, jika tidak dijual secara cicilan kepada pembeli, maka oleh penjual dapat disewakan secara harian atau bulanan kepada penyewa. Opportunity cost yang digunakan berasal dari sektor riil dan bukan dari sektor financial seperti LIBOR atau di Indonesia menggunakan JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) atau rate pasar uang antar bank (inter bank).

                                                            100Lihat Brian Kettel, Introduction to Islamic Banking and Finance,

(Chichester, UK:John Wiley and Sons, 2011), 45.

Page 151: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

119  

Ketiga, Islam pada dasarnya hanya mengenal konsep economic value of time dan tidak mengenal konsep time value of money. Investasi dalam konsep ekonomi konvesional dipengaruhi oleh konsep time value of money yang menjelaskan bahwa uang sekarang lebih bernilai dibandingkan dengan uang di masa yang akan datang karena uang sekarang jika diinvestasikan pasti akan mendatang return. Jika seseorang meminjam uang pada masa sekarang dan mengembalikannya di masa yang akan datang maka sebagai konsekwensi dari konsep ini, peminjam harus mengembalikan berikut tambahan sebagai ganti dari return yang akan diperoleh pemodal jika uangnya digunakan untuk investasi. Oleh karena itu dalam sistem pembebanannya diciptakan sistem anuitas yaitu dimana bunganya dibayarkan dengan porsi yang lebih besar dibandingkan pokoknya. Jika tidak, maka pemodal akan mengalami kerugian dengan penurunan nilai mata uang di masa yang akan datang dibanding masa sekarang. Inilah konsep yang mendasari konsep bunga pada lembaga keuangan konvensional.

Dari sisi syariah, konsep time value of money101 tidak sesuai dengan konsep investasi dalam Islam karena hasil dari investasi mempunyai beberapa kemungkinan return, bisa positive return, no return (impas) atau negative return. Oleh karena itu tidak bisa dipastikan bahwa investasi yang dilakukan pasti akan memperoleh positive return. Jika return dipastikan sebelum memperoleh hasil, berarti memastikan sesuatu yang tidak pasti. Ini dilarang dalam Islam sesuai dengan kaidah dengan konsep al-ghunmu bi al-ghurm atau al-khara>j bi al-d}ama>n102 (keuntungan disertai dengan resiko). Setiap investasi ada resiko, untung atau rugi. Konsep time value of money secara langsung tidak terkait dengan sektor riil. Dalam konsep ini, waktulah yang mempunyai peranan paling penting.

Menurut Fakhrudin al-Razi dan al-Kassani sebagaimana yang dikutip oleh Ridha Saadallah dalam artikelnya “Concept of Time in Islamic Economics”, dalam transaksi yang berdasarkan jual beli seperti mura>bah}ah , istis}na>‘ dan salam terkandung nilai ekonomis dari waktu103. Menurut penulis, rate of profit dalam transaksi jual beli, berbeda dalam penentuan net income nya karena didasarkan atas prinsip economic value of time. Dalam jual beli komoditas, net income ditentukan dari turn over atau putaran penjualan komoditas tersebut dalam jangka waktu tertentu. Misalnya dalam jangka waktu 1 bulan, perputaran penjualan

                                                            101Time value of money di definisikan sebagai berikut “A dollar today is

worth than a dollar in the future because a dollar today can be invested to get a return. Lihat Aswath Damodaran, Corporate Finance: Theory and Finance (New York: John Wiley & Sons, 2001), 25.

102Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Bayru>t: Dal al-Qalam, 1994), Cet. ke-3, 411.

103 Fakhrudin al-Razi dalam Ridha Saadallah, “Concept of Time in Islamic Economics”, Islamic Economic Studies, IRTI, Vol.2 No.1, (1994).

Page 152: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

120  

komoditas tersebut adalah 3 kali dengan tingkat keuntungan tertentu atau tingkat sewa barang per hari, seperti menyewa mobil Avanza dalam satu hari adalah sebesar Rp 350.000,- sehingga keuntungan penyewaan mobil Avanza tersebut 1 bulan adalah Rp 1.050.000,- Keuntungan yang wajar yang ditentukan oleh kondisi rata-rata dan normal sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan dalam suatu pasar bebas, ini yang disebut keuntungan berdasarkan economic value dalam transaksi pertukaran seperti pendapat yang dikemukakan oleh Khurshid Ahmad dan Naiem Siddiqi.104 Hal ini menurut penulis yang menjadi dasar perhitungan sistem proporsional (keuntungan dalam kondisi rata-rata) dalam metode pembebanan margin atau rate of profit pada akad-akad jual beli dan ijarah di bank syariah.

Sehubungan dengan metode pembebanan rate of profit khususnya transaksi mura>bahah, di Indonesia Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa No.84/DSN-MUI/XII/2012 tentang metode pengakuan keuntungan Al-Tamwil Bi Al-Mura>bahah (Pembiayaan Mura>bahah) di Lembaga Keuangan Syariah105, bahwa dalam pengakuan keuntungan boleh menggunakan metode proporsional (Thariqah Mubasyirah) dan metode anuitas (Thariqah al-Hisab al-Tanazuliyyah/Thariqah al-Tanaqhusiyyah). Metode proporsional adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentasi keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Sedangkan metode anuitas adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih. Dalam ketentuan khususnya disebutkan bahwa kedua metode tersebut boleh dilakukan selama sesuai dengan ‘urf, atau kebiasaan yang berlaku. Pada metode pertama ‘urf yang dimaksud adalah pada kebiasaan transaksi mura>bahah yang dilakukan oleh para pedagang sedangkan pada metode kedua ‘urf yang dimaksud adalah ‘urf dalam bisnis pembiayaan mura>bahah dalam bank syariah. Penentuan salah satu metode ini harus memperhatikan mashlahah bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk pertumbuhan yang sehat dan metode yang ashlah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode anuitas. Di lain pihak Bank Indonesia melalui Surat Edaran BI No.5/26/BPS tanggal 27 Oktober 2003 telah

                                                            104 Khurshid Ahmad dan Naiem Siddiqi, Contemporary Economic Crisis

and the Economic Policy of Islam (Lahore: Shu’bah Nashr-o-Isha’at, 1970), 33. 105DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 84/DSN-

MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Mura>bahah (Pembiayaan Mura>bahah) Lembaga keuangan syariah”, http:www.dsnmui.or.id /index.php?mact=News. (Diakses 1 Januari 2015).

Page 153: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

121  

mengatur bahwa pembagian pokok dan margin dalam transaksi mura>bahah harus tetap dan merata atau dengan kata lain, BI mengatur pembebanan margin mura>bahah dengan metode proporsional. Namun demikian BI merubah kebijakannya dengan membolehkan metode pengakuan pendapatan mura>bahah dengan metode anuitas dan proportional melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah.106

Dari sisi konseptual metode proporsional dengan pembebanan margin yang merata dan tetap, didasarkan atas konsep economic value of time yang didasarkan atas rata-rata keuntungan dalam suatu periode perdagangan seperti sewa atau jual-beli, sehingga tidak didasarkan atas sisa harga uang yang telah dipakai seperti yang dibebankan pada metode anuitas. Metode kedua pada dasarnya sama dengan konsep time value of money dalam pembebanan bunga atas transaksi pinjam meminjam. Pertimbangan maslahah dari sisi LKS, menurut penulis karena terjadi perbedaan perlakuan akuntansi yang berbeda antara bank syariah dengan pemilik bank syariah tersebut yang secara dominan masih dimiliki oleh bank konvensional yang menerapkan metode anuitas. Pemilik bank syariah tersebut yang menyetorkan modalnya ke bank syariah dengan demikian akan mengalami kerugian yang besar pada awal-awal pendirian jika menggunakan metode proporsional, karena metode proporsional lebih memberikan maslahah secara umum seperti yang akan dijelaskan di bab V. Dalam kerangka mencapai tujuan syariah yaitu distribusi pendapatan yang berkeadilan kepada masyarakat tentu metode proporsional ini lebih maslahat dibandingkan metode anuitas.

Pada hakekatnya konsep economic value of time yang diaplikasikan dalam metode proporsional pada transaksi jual beli bersifat ex post dan hipotesis107 karena melihat kasab atau usaha terlebih dahulu, yaitu berapa besar putaran penjualan yang bisa dilakukan dalam memperdagangkan barang tersebut, sementara time value of money pada transaksi pembiayaan bersifat ex ante, yang ditentukan di depan (pre determined) dan bersifat accrue atau diakui secara mutlak di depan sebagai pendapatan atau biaya dengan sistem compounded interest sehingga lebih menguntungkan pemilik modal. Rate of profit dengan konsep economic value of time (keuntungan di sektor riil) yang bersifat hipotesis inilah yang disetujui di depan sebagai net income dalam

                                                            106 Bank Indonesia, “Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS

perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah” http:www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan (di akses 1 Januari 2015)

107 Ridha Saadallah, “Concept of Time in Islamic Economics”, Islamic Economic Studies, IRTI, Vol.2 No.1, (1994).

Page 154: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

122  

transaksi jual beli dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini penulis tidak setuju dengan pendapat Monzer Kahf dan M. Fahim Khan yang membolehkan konsep time value of money dalam ekonomi Islam108. Kemungkinan yang dimaksud time value of money oleh Kahf dan Khan adalah economic value of time, karena mereka menyatakan bahwa Islam mengenal time value of money karena time value of money adalah fenomena investasi dan hanya bisa menjadi realistik jika terjadi di akhir periode investasi setelah hasilnya diketahui atau dengan kata lain menurut penulis time value of money yang dimaksud Monzer Kahf dan Fahim Khan adalah economic value of time karena ia mengatakan “setelah hasilnya diketahui di akhir periode” atau bersifat ex post.

Joel Bessis mendefinisikan economic value sebagai hasil bersih nilai sekarang109 (the net present value dari suatu arus kas yang akan terjadi di masa yang akan datang-ex post-penulis). Penulis juga tidak sependapat dengan Fahim Khan, yang mengusulkan digunakannya imbal hasil deposito mud}a>rabah di perbankan,110 karena rate of profit yang akan digunakan sebagai benchmark adalah profit yg dihasilkan oleh dunia usaha atau sektor rill yang akan dibagikan antara rab al-ma>l dan mud}a>rib (atau penjumlahan dari rate of profit nasabah dan bank) dan diperoleh dari nisbah bagi hasil rate of profit di sektor riil. Rate of profit bagi hasil di bank syariah dengan demikian berpedoman pada rate of profit di sektor riil.

Tentang rate of profit di sector riil ini, Iraj juga menjelaskan tentang hubungan rate of profit yang tidak linier dengan rate of interest di negara negara OECD (Organisation for Economics Co-operation and Development) 111. Dengan demikian rate of profit nasabah juga tidak                                                             

108Lihat Monzer Kahf, “Time Value of Money and Discounting in Islamic Perspective”, Review of Islamic Economics,Vol.3, No.2, (1994), 31-38. Lihat juga M. Fahim Khan, Essays in Islamic Economy (Loughbourough: The Islamic Foundation, 1995), 160.

109Joel Bessis, Risk Management In Banking (Third Edition), (Chicester, West Sussex, England : John Wiley and Sons Ltd, 2010), 334.

110 M. Fahim Khan, Essays in Islamic Economy , 168. 111 OECD Organisation for Economics Co-operation and Development)

atau Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan adalah sebuah organisasi negara-negara industri yang dibentuk untuk mempromosikan kesehatan ekonomi anggota dan untuk berkontribusi pada pembangunan dunia atau sebuah organisasi dunia yang mempromosikan kebijakan yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat di seluruh dunia. Terdapat tiga puluh anggota penuh; 25 diantaranya dianggap sebagai negara berpendapatan tinggi oleh Bank Dunia tahun 2006. Lihat OECD, “OECD Better Policies for Better Lives”,http://www.oecd.org/about/ membersand partners. (diakses 20 November 2014).

Page 155: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

123  

akan bergerak linier dengan bunga deposito nasabah di bank konvensional. Hal ini disebabkan pada bank Islam, proses penentuan rate of profit atau bagi hasil nasabah dimulai dari rate of profit sisi asset sementara penentuan rate of interest bersifat otonomis dari pihak bank. Atau dengan kata lain pengelolaan asset liability bank Islam dihitung dari asset ke liability sementara bank konvensional dimulai dari liability ke asset. Untuk lebih memudahkan pemahaman, konsep rate of profit bisa dilihat pada skema di bawah ini:

Gambar 3:3

Patokan Rate of Profit dalam Pembiayaan Syariah 112

Konsep rate of profit di bank syariah adalah kombinasi dari 2 jenis rate of profit , yaitu : 1) Rate of profit yang diperoleh dari transaksi dengan profit yang bersifat pasti (fixed) yang disebut mark-up/margin/required rate of profit 113, 2) Rate of profit yang diperoleh dari transaksi dengan profit yang bersifat tidak pasti (variable) yang disebut

                                                            112 Gambar diolah penulis. 113Muhammad Hanif dalam bukunya juga menyatakan bahwa Required

Rate of Profit dibutuhkan untuk menilai suatu investasi dengan teori Capital Asset Pricing Models (CAPM). Lihat Muhammad Hanif, Islamic Banking (USA : CPSIA, 2011), 252,

Nisbah dari : Mark-up jual beli

- IRR -Rate of Profit

Industri

Rate of Profit

Hypothetical Ex-Ante Ex-Post

Profit sudah ditentukan sebelum ada pendapatan

(mark-up/margin/required rate of profit)

Profit ditentukan sesudah ada pendapatan (expected rate of profit)

Benchmark interest pasar uang contoh: LIBOR, JIBOR  

Benchmark sektor riil Rate Sewa Perusahaan

Leasing  

Cost Projecti

on

Page 156: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

124  

dengan expected rate of profit yang dihitung dari nisbah bagi hasil dari rate of profit yang bersifat pasti pada point 1.

Required rate of profit diperoleh dari transaksi dengan akad jual-beli dan sewa menyewa seperti : mura>bah}ah, istis}na>>‘, salam dan istis}na>>‘, sedangkan expected rate of profit diperoleh dari transaksi dengan akad kerjasama seperti: mud}a>rabah dan musha>rakah. Penentuan required rate of profit dapat dilakukan dengan cara: 1) Pendekatan Cost Recovery/Projection114; 2) Pendekatan Rate di Sektor Riil115; dan 3) Pendekatan Benchmark Pasar Uang di Bank Konvensional116. Sehingga bisa disimpulkan baik required rate of profit maupun expected rate of profit pada transaksi kerjasama yang berbagi hasil berpedoman kepada konsep rate of profit syariah secara syariah. Berikutnya dibahas pendapat ekonom muslim tentang rate of profit syariah yang merupakan konsep yang paling penting dalam distribusi pendapatan yang berkeadilan pada sistem ekonomi syariah. C. Diskursus Rate of Profit Perspektif Ekonomi Islam

Tidak hanya ekonom konvensional yang mempunyai perbedaan

pandangan terhadap rate of profit sebagaimana dibahas pada bab II, para ekonom Muslim juga berbeda pendapat melihat konsep rate of profit. Diantaranya Mausudul Alam Choudury, M. Fahim Khan, Kadim al-S}adr, Metwally, Muhammad Uzair, Muhammad Uzair, Umar Chapra, Nejatullah Siddiqi, Salman Sheikh, Muhammad Taqi Usmani, Iraj Toutounchian, Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor dan Mohsin S. Khan mempunyai pandangan yang berbeda beda. Perbedaan pandangan ekonom Muslim dengan ekonom konvensional adalah bahwa ekonom Muslim merujuk pada dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama, tetapi mencoba menterjemahkan dalam kondisi dan situasi yang berbeda sehingga pandangan mereka juga berbeda.

Berkenaan dengan konsep rate of profit ini, Muhammad Uzair mengatakan bahwa jika dalam sistem perbankan yang di-design sedemikian rupa yang menyebabkan depositor tertarik untuk berbagi rate of profit dengan pengguna modal (entrepreunur), maka tercipta keseimbangan yang lebih baik antara ex-ante savings (tabungan dengan penentuan rate di depan) dengan investasi. Dengan kata lain tidak akan                                                             

114 Rifki Ismal, The Indonesian Islamic Banking: Theory and Practice (Depok : Gramata Publishing, 2011), 410.

115 Yahia Abdul-Rahman, The Art of Islamic Banking and Finance: Tools and Techniques for Community-Based Banking (Hoboken, New Jersey : John Wiley & Sons, Inc, 2010), 54.

116 Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an), 118-119.

Page 157: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

125  

terjadi perbedaan antara rate of interest dan rate of profit di mana rate of interest sering lebih rendah dari rate of profit karena adanya penambahan risiko kredit (risk premium) seperti yang terjadi di perbankan konvensional sehingga pengusaha tidak akan menggunakannya untuk melakukan spekulasi karena penyediaan kredit yang bersifat kontraktual117, yaitu tidak mencampur antara modal dan faktor-faktor produksi. Dengan percampuran antara modal dan faktor-faktor produksi lainnya seperti kerja (mud}a>rabah), maka tidak akan terjadi over-expectation, dan melalui percampuran modal dan faktor produksi ini juga, maka over expansion dalam kredit bisa dieliminasi. Dengan demikian, Muhammad Uzair mengatakan bahwa rate of profit hanya pada akad mud{a>rabah yang bersifat ex post.

Berbeda dengan Muhammad Uzair, Ka>di>m As} S{adr dari mazhab Iqtishaduna mengatakan bahwa rate of profit terdapat pada akad mura>bah}ah yang bersifat fixed dan predetermined. Ka>di>m As} S{adr mengawali dengan pemikiran bahwa permintaan uang untuk motif berjaga jaga (yang meliputi pula permintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai. 118 Atau dengan kata lain, menurut penulis bahwa tingkat rate of profit atau margin yang digunakan dalam transaksi mura>bah}ah adalah Pt lebih besar dari Po. Pt adalah harga tunda/harga kredit sedangkan Po adalah harga tunai jadi dikatakan Pt/Po adalah rasio harga antara future price dengan present price atau harga bayar tangguh. Apabila harga bayar tangguh meningkat maka akan mengurangi permintaan uang kas riil, karena orang akan lebih senang memegang barang yang akan meningkat harganya pada masa datang dari pada memegang dalam wujud kas. Formula permintaan uang menurut Kadim al-S}adr dan hubungannnya dengan rate of profit adalah119 :

Md = f(Y, Pt/Po)

Dalam konsep ini tidak dijelaskan bagaimana mendapatkan rate of profit-nya melainkan lebih dijelaskan mekanisme bekerjanya rumus ini secara umum, yaitu bahwa meningkatnya permintaan uang untuk

                                                            117Lihat Muhammad Uzair, Studies in Islamic Economis : Some

Conceptual and Practical Aspects of Interest Free Banking (Leicester :The Islamic Foundation, 1980), 37.

118Kadim As} S{adr, Money and Monetary Policies in Early Islamic Period (Silver Spring : Nur Corporation, 1989), 199-217.

119Kadim As} S{adr, Money and Monetary Policies in Early Islamic Period, 217.

Page 158: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

126  

transaksi berjaga jaga ini akan meningkatkan velositas dari uang (V). Selanjutnya dengan adanya kenaikan dari velositas uang ini akan meningkatkan harga bayar tangguh (Pt/Po) atau rate of profit. Dalam tataran aplikasi, diketahuinya rate of profit dalam sistem ekonomi Islam yang bersifat bebas bunga ini sangat penting untuk menetapkan harga pada produk keuangan dengan dasar jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam.

Konsep rate of profit antara lain juga dikemukakan oleh Masudul Alam Choudhury120, sebagai konsep yang menggantikan konsep bunga untuk penghapusan riba, dalam rangka transformasi ekonomi yang produktif. Pengaruh negatif bunga pada rate of growth money supply (M1) diestimasikan oleh M.A. Choudury, dengan kesimpulan bahwa jika bunga turun maka spending akan naik sehingga Investment akan meningkat. Hasil investasi dari investasi berupa rate of return atau r akan naik dan menyebabkan M1 naik dan naiknya inflation. Spending selanjutnya akan naik, sehingga M1 akan kembali naik, begitu seterusnya sehingga membentuk circular causation. 121 Dengan kata lain tidak adanya suku bunga (sebagai faktor produksi) akan meningkatkan investasi, karena digantikan oleh konsep rate of profit yang bersifat ex-post yang akan menghasilkan rate of return investasi yang stabil dan tidak mempengaruhi inflasi dalam perekonomian. Secara teoritis, Choudury memformulasikan fungsi permintaan uang dipengaruhi oleh: M = f(Y, r (p)122 di mana Y = Tingkat Pendapatan dan r(p) = rate of return yang merupakan fungsi harga (p).

Masudul Alam Choudury mengatakan bahwa rate of profit (r) adalah fungsi dari zakat dan rasio antara necessaries (N) terhadap luxuries (L) atau N/L, dan θ adalah induced policy parameter dari sistem shuratic sehingga Choudury merumuskan rate of profit dengan : r = f (z/(N/L)(θ,t). 123 Konsep Masudul ini menjelaskan tentang state variables yaitu z, N dan L dan policy variable yaitu θ, sehingga lebih komprehensif

                                                            120 Masudul Alam Choudury adalah prpfesor ekonomi di department of

Economics and Finance, College of commerce and Economics, Sultan Qaboos University, Muscat, Kesultanan Oman. Ketua dan pendiri program internasional pasca sarjana, Islamic Economics and Finance, Universitas Trisaksi. Mengajar di banyak universitas Cape Breton, Sydney, Nova Scotia dan Kanada. Profesor Choudhury telah menumpahkan pemikiran-pemikirannya di buku-buku dan jurnal-jurnal internasional. Lihat www.igi-global.com/affiliate/masudul-alam-choudhury/253323 (diakses 15 Desember 2013)

121Masudul Alam Choudury, Islamic Political Economy in Capitalist Globalization on Agenda for Change, 34.

122Masudul Alam Choudury, Monetary System with 100 per cent Reserve Requirement and The Gold Standard, in An Advanced Exposition of Islamic Economics and Finance, (Wales : The Edwin Melten Press, 2004), 187.

123M.A. Choudhury, Generalized Theory of Islamic Development Financing (London : The Edwin Mellen Press, 1997), 47.

Page 159: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

127  

dibandingkan dengan konsep rate of profit yang lain. Rumus final konsep rate of profit Choudury adalah :124 r = ∑ ri.e (pi) + ∑ ∑ r (ij) e (pij) di mana p adalah profit individual dan e adalah elastisitas probabilitas rate of profit dari suatu negara. Selanjutnya Choudury menjelaskan hubungan positif antara rate of profit dan sector riil, yang digambarkan sebagai P.Q (Price dikali Quantity dalam teori Quantity of Money Marshall) atau real value of spending 125. Dalam kurva sector riil (IS) ekonomi Islam, ia mengatakan bahwa rate of profit (P) berbanding lurus/positif dengan real value of spending (P.Q). Artinya apabila dalam suatu perekonomian rate of profit meningkat maka akan diikuti secara proporsional peningkatan real value of spending. Sedangkan hubungan antara rate of profit dengan harga (p), dijelaskan bahwa dalam teori endogenous money Choudury, naik turunnya harga disebabkan karena pergerakan agregat demand (AD). Pergerakan agregat demand ini dalam ekonomi Islam terjadi semata mata karena perubahan di sektor riil dan bukan di sektor moneter. Karena rate of profit berbanding lurus dengan real value of spending , maka secara tidak langsung maka perubahan harga (p) dapat disebabkan karena terjadi perubahan pada rate of profit (P) dan keduanya berhubungan positif. Pada akhirnya, karena dalam ekonomi Islam sector moneter yang diwakili dalam teori sebagai currency value of spending (M.V, di mana M adalah money supply dan V adalah velocity of money) sebagai representasi dari sector riil (real value of spending ) maka harga sebagai biaya moneter berfungsi sebagai penyeimbang antara sector riil dan sector moneter. Semakin besar volume sector riil maka akan semakin besar pula sector keuangan. Jadi Choudury lebih cenderung berpendapat bahwa rate of profit diperoleh dari transaksi ex post.

Menurut Umar Chapra, rate of profit (π) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang, selain investasi produktif yang selaras dengan nilai Islam dan barang dan jasa yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan (Y) serta nilai nilai moral dan social (zakat) yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses alokasi dan distribusi sumber daya sehingga permintaan uang tidak akan digunakan untuk conspicuous consumption (S). Sehingga Umar Chapra membuat rumusan permintaan uang sebagai berikut: 126

                                                            

124 Masudul Alam Choudury, “Managerial Finance”, Volume 19, number 7.

125 Masudul Alam Choudury, Money in Islam : A Study in Islamic Political Economy, (London : Routledge, 1997), 38-68.

126 Muhammad Umer Chapra, “Monetary Management in an Islamic Economy”, Islamic Economic Studies Journal, Vol 4, No.1, (1996), 16.

Page 160: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

128  

Md = f(Y, S, π).

Di dalam rumus ini, Umar Chapra tidak menjelaskan apakah rate

of profit yang dimaksud adalah bagi hasil deposito bank Islam atau rate pembiayaan (bank financing) bank syariah.

Sedangkan menurut Metwally, permintaan akan uang merupakan fungsi dari tingkat pendapatan dan tingkat pembebanan untuk dana menganggur (idle funds), yang dalam hal ini berupa tingkat pajak yang dikenakan terhadap uang kas yang menganggur.127 Konsep Metwally ini, berbeda dengan konsep Choudury maupun Umar Chapra, yang pada dasarnya keduanya sepakat bahwa rate of profit mempengaruhi permintaan akan uang dalam ekonomi Islam yang tidak menggunakan suku bunga. Menurut Metwally, permintaan akan uang dipengaruhi oleh pembebanan (berupa pajak) terhadap dana yang menganggur yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Tidak berbeda dengan konsep Kadim as} S}adr, Umer Chapra, Choudury, Metwally mengatakan permintaan uang dalam Islam hanya bisa diategorikan dalam 2 hal yaitu : permintaaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga. Tidak ada permintaaan uang untuk spekulasi sebagaimana pendapat Keynes. Perbedaannya terletak pada premis dasar bahwa pada dasarnya sumber daya terbatas pada lokasi di mana manusia itu berada namun sumber daya yang ada tersebut harus dialokasikan semaksimal mungkin dan efisien. Oleh karena itu Islam melarang penimbunan uang dan mengkategorikannya sebagai kejahatan. Pengenaan pajak (dues of idle cash) merupakan strategi mazhab ini agar sumber daya yang ada dapat dialokasikan ke tempat tempat yang produktif. Sehingga rumus permintaan uang ini menjadi : 128

Md = f (Y, μ) di mana μ adalah pajak atau tingkat dues of funds. Semakin tinggi due of funds ini maka semakin kecil permintaan akan uang. Tinggi rendahnya tingkat resiko penyimpanan uang kas (Ω) dipengaruhi oleh due of idle funds ini dikurangi dengan risiko investasi (ψ), atau dalam rumus: Ω = μ - ψ.

Secara umum, konsep Metwally ini menunjukkan bahwa ekonomi Islam pada dasarnya didasarkan pada transaksi bagi hasil yaitu mud}a>rabah dan musha>rakah atau qira>d dan shirkah. Oleh karena itu,

                                                            127 Pendapat ini diformulasikan dengan Md = f (Y/μ). Lihat Mokhtar

M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. Husein Swait (Jakarta: Bangkit Daya Insana, 1995) , 87.

128 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. Husein Swait (Jakarta : Bangkit Daya Insana, 1995) , 87.

Page 161: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

129  

konsep ini tidak menjelaskan mengenai rate of profit karena menurut Metwally rate of profit tidak mempengaruhi permintaan akan uang secara langsung.

Sebenarnya konsep Metwally ini berbeda dengan ekonom-ekonom Islam lainnya seperti Umer Chapra, Fahim Khan, Ka>di>m As} S{adr, mengingat ajaran Islam telah menggunakan rate zakat sebagai alat untuk menurunkan permintaan akan uang kas. Contohnya jika masyarakat menyimpan dana menganggur dalam bentuk simpanan maka masyarakat setiap tahunnya akan terkena kewajiban membayar zakat yang dipotong dari pokok simpanan tersebut. Dengan adanya pengenaan zakat pada simpanan ini maka jika dana tersebut dinvestasikan dan menghasilkan tingkat rate of profit yang lebih tinggi dari zakat, maka masyarakat tidak akan mengalami kerugian pada pokok simpanan sehingga mendorong masyarakat untuk terus melakukan investasi. Ini artinya permintaan akan uang akan meningkat.

Menurut Nejatullah Siddiqi, rate of profit adalah profit yang dihasilkan dari perdagangan atau industri sebagai selisih antara penerimaan dari penjualan dan biaya-biaya. Jika selisih ini negative maka ini disebut sebagai kerugian (loss)129. Sehingga lebih tepat, rate of profit adalah perbedaan nilai uang dari produk yang dihasilkan dengan nilai uang dari barang dan layanan yang digunakan dalam proses produksi mulai dari awal produksi sampai ke penjualan produk. Dengan kata lain, rate of profit adalah besaran yang ditentukan oleh pasar melalui harga dari produk dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rate of profit berhubungan dengan pengambilan keputusan oleh pengelola /perusahaan/entrepreneur dalam menghadapi ketidakpastian dan modal yang digunakan dalam pengambilan keputusan ini sehingga terbuka terhadap terjadinya risiko (rugi). Profit, oleh karena itu, milik perusahaan dan pemilik modal. Mereka berhak membagi profit berdasarkan nisbah bagi hasil (profit) yang disepakati sebelumnya. Jika terjadi kerugian, maka pengusaha karena memutuskan mendapat bagian dari profit dan bukan dari gaji yang diperoleh dari hasil kerjanya, tentu menghadapi risiko tidak mendapatkan bagian apa-apa. Hal ini sesuai dengan prinsip Islam dalam perdagangan, konsep al-ghunmu bi al-ghurm atau al-khara>j bi al-d}ama>n 130, yaitu bahwa tidak ada profit tanpa adanya risiko, baik itu untuk perusahaan atau modal. Artinya jika kita melakukan investasi maka hasilnya tidak selalu pasti positif.

Salah satu hal yang terpenting dalam konsep rate of profit dalam ekonomi makro, adalah rate of profit yang dihasilkan oleh Bank

                                                            129Nejatullah Siddiqi, Issues in Islamic Banking (Leicester :The Islamic

Foundation, 1994), 99.

130Ali Ahmad al-Nadwi>, Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah (Bayru>t: Dal al-Qalam, 1994), Cet. ke-3, 411.

Page 162: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

130  

Syariah. Bank juga berbagi profit dengan depositor dalam jangka waktu yang berbeda-beda, dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati dalam dana pooling dari berbagai depositor yang dikelola oleh bank. Hal ini yang disebut Deposito Mud}a>rabah dan persentase profit yang diberikan kepada depositor disebut sebagai nisbah bagi hasil nasabah. Sedangkan persentase sisanya merupakan nisbah bagi hasil bank. Misalnya disepakati tingkat keuntungan (rate of profit ) yang akan dibagikan kepada nasabah adalah sebesar 70 % maka bagian Bank adalah sebesar 30 %. Nejatullah Siddiqi mendefenisikan rate of profit sebagai konsep ex post (tidak bisa ditentukan di depan ex ante/predetermined). Dengan menghitung rate of profit yang dihasilkan oleh perbankan, diasumsikan dapat mewakili rate of profit nasional, mengingat pasar kredit yang diberikan didominasi oleh perbankan.

Menurut M. Fahim Khan131 expected of profit (Q) atau rate of profit ditentukan oleh profit sharing (‘a’) dikalikan dengan expected total return on investment sebagai R. Maka rumusnya sebagai berikut:

Q = a.R

Selanjutnya ‘a’ akan mempengaruhi permintaan akan uang (L) dalam ekonomi Islam, sesuai dengan rumus yang dikembangkan oleh Fahim Khan di bawah ini :

LA = kY – h.a.R atau LA = kY – h’R karena h’ = hR di mana A adalah permintaan uang untuk infaq. Selanjutnya ‘a’ ini yang mempengaruhi tingkat keseimbangan makro ekonomi Islam, dengan rumus :

kY – h’a = M/P, dimana M/P fixed real money balance132 Dari persamaan ini meskipun Fahim Khan sudah memiliki konsep rate of profit dan profit sharing, ‘a’, namun tidak dijelaskan bagaimana menghitung Q ataupun ‘a’ secara riil untuk penerapannya baik di sisi makro maupun mikro ekonomi dan Fahim Khan menggunakan R yaitu

                                                            131M. Fahim Khan adalah Professor Ekonomi dari Boston University,

Amerika. Saat ini bekerja sebagai Chairman of Riphah Center of Islamic Business, Riphah Internasional University, Islamabad, Pakistan setelah sebelumnya menjabat sebagai direktur IRTI (Islamic Resecarch and Training Institute dan beberapa posisi di Ministry of Planning, Pemerintah Pakistan. Lihat irtipms.org/Fahim Khan_E.asp atau http://www.mihe.org.uk/fahim-khan.

132M. Fahim Khan, Essays in Islamic Economy (Loughbourough: The Islamic Foundation, 1995), 211.

Page 163: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

131  

faktor eksogen yang tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana mendapatkan formulanya, apakah dari bank financing rate (tingkat bagi hasil pembiayaan bank Islam) atau return on investment dari suatu industry (ROI). Namun demikian Fahim Khan menjelaskan hubungan antara expected rate of profit dan permintaaan investasi. Ia mengatakan bahwa permintaan investasi ditentukan oleh tingkat keuntungan (rate of profit) yang diharapkan. Tingkat rate of profit yang diharapkan tergantung kepada total profit yang diharapkan dari kegiatan firm atau pengusaha (rate of proft pembiayaaan- penulis) dan porsi nisbah profit yang merupakan hak nasabah dana.133

Muhammad Taqi Usmani134 membolehkan penggunaan benchmark LIBOR sebagai net income dalam transaksi berbasis jual beli dengan alasan bahwa penggunaan bunga sebagai tolok ukur net income pada transaksi berbasis jual beli tidak membuat akad syariah menjadi haram. Muhammad Taqi Usmani menganalogikan pedagang minuman ringan yang ingin menggunakan profit rate yang digunakan oleh pedagang minuman beralkohol, tidak membuat kegiatan perdagangan minuman ringan menjadi haram.135 Menurut penulis, patokan keuntungan di sektor riil pada dasarnya tidak bisa menggunakan benchmark dari pasar uang yang memiliki karakteristik berbeda, apalagi LIBOR pada hakikatnya adalah suku bunga.

Sejalan dengan Muhammad Taqi Usmani, Mahmoud A. El-Gamal136 juga mendukung penggunaan conventional benchmark yaitu LIBOR sebagai benchmark mark up pada transaksi jual beli karena menurut guru besar ekonomi dan statistik dan ketua program studi Islamic Economics, Finance and Management di Rice University ini bahwa penggunaan “Islamic Benchmark”137 tidak perlu dan tidak praktis

                                                            133 M. Fahim Khan, Essays in Islamic Economy, 214 134 Mufti> Muhammad Taqi> Usma>ni adalah tokoh terkemuka di bidang

syariah terutama di bidang Islamic Finance. Saat ini memegang posisi penasehat di sejumlah lembaga keuangan. Beliau lahir di India dan lulus dari Dars e Nizami di Da>r al-Ulu>m, Karachi. Beliau mendapat penghargaan dari Shaikh Muhammad bin Rashid al-Maktoum (Dubai Crown Prince and UAE Minister of Defense) atas jasanya dan layanan seumur hidup dan prestasinya dan bidang Islamic Finance. Lihat http://ifresource.com/shariah-specialists-in-islamic-finance/ dan http://www. ashrafiya .com/ sayyidi -mawlana-mohammad-taqi-usmani-db/ (diakses 20 Mei 2013).

135Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an), 118-119.

136Mahmoud A. El-Gamal adalah professor ekonomi dan statistik, ketua program studi Islamic Economics, Finance and Management, Department of Economics di Rice University, Houston. Lihat http:// www.ruf.rice.edu/~elgamal /files /newvita. pdf

137Islamic Benchmark di sini maksudnya adalah benchmark tersendiri yang akan digunakan dalam pasar keuangan syariah yang tidak menggunakan suku bunga sebagai patokan.

Page 164: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

132  

serta berbahaya karena meskipun ia mengakui bahwa implicit rate (rate yang dikenakan sebenarnya) dalam keuangan syariah berbeda-beda tergantung dari kualitas underlying asset, tetapi benchmark Islam dalam pasar keuangan syariah ini tidak cukup mendalam dan tidak memiliki likiduitas yang baik untuk membentuk implicit rate yang uniform (seragam) sebagai patokan melakukan transaksi138. Mahmoud A. El-Gamal sepertinya melihat kepada beragamnya akad yang digunakan dalam benchmark Islam seperti jual beli, sewa menyewa, kerja sama dan lain lain dibandingkan konvensional yang hanya menggunakan akad utang piutang membuat benchmark Islam lebih sulit.

Berbeda dengan Muhammad Taqi Usmani dan Mahmoud A. El-Gamal, Mohsin S. Khan139 dan Abbas Mirakhor140 berpendapat dalam artikelnya “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy” mengungkap pemikirannya bahwa dalam ekonomi Islam, the rate of return / profit dari asset financial ditentukan oleh rate of return dari sektor riil yang dapat digunakan sebagai benchmark (tolok ukur) untuk investasi. Namun, menurut Mirakhor cara menghitungnya dapat digunakan cost of capital Tobin’s q sehingga expected rate of return bisa digunakan untuk menilai suatu proyek baik pemerintah maupun swasta.141 Ini berarti bahwa Mohsin S. Khan dan Abbas Mirakhor tidak setuju bahwa LIBOR yang menggunakan suku bunga dijadikan sebagai benchmark dalam keuangan syaraiah.

Pendapat Hossein Askari, Zamir Iqbal dan juga Abbas Mirakhor 20 tahun kemudian, dalam buku mereka “New Issues in Islamic Finance & Economics Progress & Challenges” mengusulkan penggunaan

                                                            138Mamoud A. El-Gamal, Islamic Finance: Law, Economics, and

Practice, 79. 139Mohsin S. Khan berasal dari Pakistan, direktur Departemen Timur

Tengah dan Asia Tengah di International Monetary Fund (IMF), dosen senior di London school of Economic. Lihat http://www.imf.org/external /np/bio /eng /mk.htm.

140Abbas Mirakhor lahir di Iran, memperoleh gelar PhD dari Kansas State University in USA. Mengajar di berbagai universitas dan bergabung di IMF sampai tahun 2008. Sekarang Direktur Islamic Finance di International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF), Malaysia. Lihat http://www.inceif.org /faculty-members/prof-dr-abbas-mirakhor.

141 Mohsin S. Khan and Abbas Mirakhor, “The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy”, Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol. 1, (1989), http://www.kau.edu.sa/Files/320 /Researches /51007_21144.pdf (diakses 10 Mei 1013), 50.

Page 165: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

133  

benchmark lain yaitu index sesuai proporsi. Sebagaimana rumus di bawah: 142

I = w1 WI + w2PPI + w3LSI + w4ROG

Dari rumus ini akan dihasilkan benchmark yang dicari di mana I

adalah indek, WI adalah international stock market index seperti Morgan Stanley World Index, LSI adalah ukuran performen pasar terhadap surat berharga yang diterbitkan, misalnya Earning Per Share (EPS), dividen, Return on Equity (ROE), PPI adalah tingkat pengembalian rata-rata dari commercial paper dan ROG adalah tingkat pengembalian investasi dari pemerintah. Sedangkan w1,w2,w3 dan w4 adalah bobot tertimbang dari masing-masing faktor di atas.

Menurut Hossein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, rate of return di sektor swasta ini ditentukan oleh indikator di pasar modal dan pasar uang. Jika indikator yang diambil di pasar modal seperti earnings per share (EPS), the price earning ratio (PER), the return on shareholders equiry (ROE), maka beberapa kendala yang akan mendistorsi adalah (1) Performa harga saham yang tidak bisa dikaitkan dengan rate of return harga surat berharga pemerintah yang bersifat risk free (2) Kinerja saham di pasar modal tidak mencerminkan rate of return di sektor riil. (3) Campur tangan baik pemerintah, bank sentral dan bank di pasar modal dalam rangka memperbaiki kinerja baik surat berharga pemerintah dan swasta sehingga kinerja saham menjadi termanipulasi.143 Hal ini menjelaskan bahwa pasar saham tidak bisa dijadikan faktor yang menentukan rate of profit dalam sistem ekonomi Islam.

Menurut Iraj Toutounchian, rate of profit adalah IRR (Internal Rate of return)144 seperti konsep Wicksell dan Keynes sebagaimana yang dikutip Toutouchian juga menyebutnya sebagai the Marginal Efficiency of Capital yang didefinisikan sebagai the rate of interest (suku bunga) yang digunakan sebagai discount untuk menghitung nilai sekarang dari cash flow yang akan diterima dari suatu proyek sama dengan nilai nol145.

                                                            142 Hosein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, New Issues in Islamic

Finance and Economics : Progress and Challenges (Singapore: John Wiley and Sons (Asia)Pte.Ltd, 2009), 186.

143Hosein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, New Issues in Islamic Finance and Economics : Progress and Challenges, (Singapore: John Wiley and Sons (Asia)Pte.Ltd, 2009), 184.

144Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Money in Capital Theory (Singapore : Jhn Wiley and Sons (Asia) Pte. Ltd, 2009), 124.

145 Lihat John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (New York: Harcourt, Brace & World Inc, 1964),135-136.

Page 166: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

134  

Pendapat Keynes ini tentu membingungkan karena menurut penulis IRR ini diperoleh dari proses trial and error agar present value (nilai sekarang) proyek menjadi nol atau dengan kata lain rate of profit merupakan konsep ex post karena rate-nya tidak diketahui sebelumnya seperti penentuan suku bunga yang bersifat ex ante.

Salman Sheikh mengemukakan bahwa rate of profit haruslah berpatokan kepada tingkat pertumbuhan nominal Gross Domestic Product (GDP sehingga rumusan rate of profit adalah sebagai berikut sebagai Rj = NGDP + (Rm-NGDP)β.146 Pendapat ini sejalan dengan pendapat Pierro Sraffa yang menjelaskan bahwa GNP sama dengan rate of profit .147 Perbedaannya Salman Sheikh menambahkan resiko dalam usahanya secara relatif terhadap indek pasar modal. Lebih jelas pemikiran ekonom Muslim tentang rate of profit bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Pemetaan Pemikiran Ekonom Muslim tentang Rate of Profit 148

No Nama Rumus Pemikiran 1 Muhammad

Uzair - Rate of profit adalah

kesepakatan bagi hasil antara pengusaha dan depositor, sehingga tidak terjadi spekulasi.

2 Masudul Alam Choudhury

r = ∑ ri.e (pi) + ∑ ∑ r (ij) e (pij)

Rate of profit (r) adalah fungsi dari zakat dan rasio antara necessaries (N) terhadap luxuries (L) atau N/L, dan θ adalah induced policy parameter dari sistem shuratic. Rate of profit dan sektor riil berhubungan secara positif dan menjadi faktor penyeimbang dengan sektor moneter

3 Umar Chapra Md = f(Y, S, π).

Rate of profit (π) mempengaruhi permintaan akang uang, selain pendapatan.

                                                            146Salman Shaikh, “Corporate Finance in an Interest Free Economy:Al

alternate approach to practiced Islamic Corporate Finance,” Munich Personal RePEc Archive (MPRA), No. 19459, (2009), http://mpra.ub.uni-muenchen.de/19459/1/ MPRA_paper_19459.pdf.

147 Piero Sraffa, Production of Commodities by Means of Commodities : Preclude to a critique of Economic Theory ( Bombay: Vora & Co., Publishers PVT. LTD, 1960), 6.

148 Gambar diolah penulis.

Page 167: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

135  

No Nama Rumus Pemikiran 4 Metwally

Md = f (Y, μ)

Rate of profit tidak ada pengaruhnya terhadap permintaan uang.

5 Nejatullah Siddiqi

- Rate of profit adalah selisih antara penerimaan dari penjualan dan biaya-biaya. Rate of profit adalah rate pembiayaan yang dihasilkan oleh perbankan

6 M. Fahim Khan Q = a.R

Expected of profit (Q) atau rate of profit ditentukan oleh profit sharing (‘a’) dikalikan dengan expected total return on investment sebagai R

7 Kadim as} S}adr Md = f(Y, Pt/Po)

Rate of profit ditentukan oleh Harga Tunda/Harga Tunai

8 Muhammad Taqi Usmani

Membolehkan benchmark rate of profit kepada LIBOR (interest)

9 Iraj Toutouchian

Rate of profit adalah IRR (Internal Rate of return)

10 Salman Sheikh Rj = NGDP + (Rm-

NGDP)β

Rate of profit haruslah berpatokan kepada tingkat pertumbuhan nominal Gross Domestic Product (GDP)

11 Mohsin S. Khan dan Abbas Mirakhor (1989)

Rate of return / profit dari asset financial ditentukan oleh rate of return dari sektor riil

12 Hossein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor (2009)

I = w1 WI + w2PPI + w3LSI + w4ROG.

Rate of return di sektor swasta ini ditentukan oleh indikator di pasar modal dan pasar uang.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapat ekonom Islam tentang rate of profit berbeda-beda sesuai dengan mazhab pemikiran ekonomi Islamnya, sehingga tidak bisa diambil suatu kesepakatan tentang rate of profit yang definitif. Hal ini menurut penulis yang menyebabkan rate of profit ini masih disepakati oleh beberapa ekonom Islam seperti Mahmoud El Gamal dan ulama seperti Muhammad Taqi

Page 168: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

136  

Usmani menggunakan LIBOR (London Interbank Offered Rate) sebagai benchmark dalam rate of profit transaksi transaksi keuangan syariah. LIBOR adalah rate of interest yang dikenakan oleh bank-bank konvensional di London untuk nasabah-nasabah pinjaman. Belakangan terbukti bahwa LIBOR dapat direkayasa dan telah turun kredibilitasnya akibat manipulasi besar-besaran yang dilakukan Asosiasi Perbankan Inggris (British Bankers Association) yang meliputi Bank Barclays Plc, UBS AG, dan Royal Bank of Scotland Group (RBS). Mereka dijatuhi denda US$ 2.5 milyard oleh Pemerintah Inggris149. Islam melarang semua bentuk bunga yang terselubung seperti dalam penetapan mark up (rate of profit ) dalam transaksi untuk membeli barang barang non produktif dalam ekonomi Islam seperti mura>bah}ah . Oleh karena itu pembahasan tentang teori bunga dan perkembangan teori bunga kontemporer sangat diperlukan untuk dapat ditemukan solusi terhadap rate of profit yang menjadi perdebatan dalam Bab 2 ini.

Pemikiran pemikiran ekonom Muslim tentang rate of profit, penulis dapat digolongkan kepada tiga kelompok sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Kelompok pertama adalah ekonom yang berpendapat bahwa rate of profit menggunakan mark-up atau margin atau indek pada transaksi akad jual beli tunda dan ditentukan di depan, kelompok kedua adalah yang membolehkan benchmark rate of profit kepada interest dan kelompok ketiga pemikirannya lebih kepada rate of profit yang ditentukan di belakang ( ex post), dimana mereka berpendapat bahwa transaksi dengan rate of profit ex ante secara gradual dihilangkan dalam sistem keuangan Islam sehingga semua transaksi dalam lembaga keuangan Islam adalah dengan sistem bagi hasil (ex post).

                                                            149 Karnaen Anwar Permataatmadja, Bank Syariah Setelah Dua Dekade

: Antara Cita dan Fakta (Jakarta : Data Pustaka Indonesia, 2013)<, 186.

Page 169: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

137  

Gambar 3.4 Pemetaan Pemikiran Ekonom Muslim tentang Rate of Profit150

D. Konsep Riba dan Rate of Profit Perspektif Pemikir Muslim

Modernist dan Konservatif. Dalam perkembangannya, teori riba “baru” dikembangkan oleh

pemikir ‘modernist’ seperti Fazlur Rahman, Muhammad Asad, Sa’id al-Najjar dan Sayyid Tantawi151. Fazlur Rahman menjelaskan bahwa pelarangan riba pada dasarnya adalah karena alasan moral bahwa riba akan menciptakan ketidakadilan (injustice) dan kerusakan dalam masyarakat152 karena sifat eksploitasinya153. Oleh karena itu pendapat Fazlur Rahman dan modernist yang lain tentang sifat eksploitatif dari riba ini berkembang dengan membolehkan bunga (rate of interest) sebagai rate of profit yang lawful sepanjang tidak eksploitatif terhadap pihak yang membutuhkan (needy)154 dan alasan lainnya seperti : (1) Riba hanya untuk pinjaman yang dipraktekan seperti pada jaman jahiliyah (2) Riba adalah transaksi yang bersifat usury tetapi bukan bunga (rate of interest) pada transaksi perbankan, (3) Riba hanya untuk transaksi

                                                            150 Gambar diolah penulis.

151 Abu Umar Faruq Ahmad, Developments in Islamic Banking Practice: The Experience of Bangladesh (Boca Raton : Universal Publisher, 2010), 60-61.

152 Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), 30-33.

153 QS. Al-Baqarah (2): 279. 154 Fazlur Rahman, “Riba and Interest”, Islamic Studies, Volume 3,

No.1, 1964, 43.

Bagi hasil

Rate of Profit

Ex-Ante Ex-Post

Benchmark Interest

PasarUang

Benchmark markup/margin/ind

ex Pasar Barang

M. Taqi Usmani Gamal Mahmoad Hossein Askari Zamir Iqbal Abbas Mirakhor (2009)

Muhammad Uzair M. A. Choudhury Umar Chapra Metwally Nejatullah Siddiqy Fahim Khan Iraj

Kadim al-S}adr Salman Sheikh Mohsin S. Khan Abbas Mirakhor (1989) Iraj Toutounchian

Page 170: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

138  

pinjaman untuk konsumtif tetapi bukan untuk transaksi pinjaman untuk investasi yang bersifat produktif, (4) Bunga sebagai kompensasi kepada kreditur karena faktor inflasi, (5) Riba hanya untuk transaksi dengan sistem bunga majemuk (compound interest) dan tidak riba untuk bunga sederhana (simple interest), (6) Riba hanya untuk kredit untuk perorangan dan bukan kredit untuk institusi atau lembaga.

Legitimasi riba untuk alasan moral bahwa hanya riba yang bersifat eksploitatif yaitu yang tidak menciptakan keadilan (justice) telah dibantah oleh ilmuwan konservatif seperti yang diwakili oleh Qureshi155 dan Abdul Mannan156 serta Mustafa Omar Mohammed dan Iraj Toutounchian157, yang mengatakan bahwa riba dilarang karena memastikan pendapatan yang positif tanpa adanya usaha dan membagi risiko antara pengusaha yang telah bekerja dengan manajemen dan kerja keras serta menanggung risiko kerugian dengan investor yang menempatkan dananya sehingga riba dilarang untuk menciptakan keadilan antara kreditur dan debitur. Selain karena alasan moral bahwa pembolehan riba adalah karena riba saat ini berbeda dengan praktek yang dijalankan pada masa jahiliyah di jazirah Arab sebelum Nabi Muhammad menyebarkan ajaran Islam. Praktek pada waktu itu, adalah bahwa pinjaman dengan tambahan diperbolehkan. Menurut pendapat modernist, tambahan pertama ini diperbolehkan, hanya jika tambahan kedua dibebankan karena adanya keterlambatan pembayaran pada saat jatuh tempo maka tambahan kedua ini yang dilarang oleh Al-Qur’an158. Interpretasi ayat ini adalah bahwa hanya pinjaman dengan bunga yang bersifat ad}’a>fan mud}a>’afatan (berlipat-lipat atau compounded) yang dikategorikan sebagi riba. Pendapat ini juga telah dibantah oleh pemikir konservatif bahwa ayat ini telah dimansukh dengan Al Qur’an Surat Al-baqarah ayat 275-278 yang mengatakan bahwa setiap tambahan dalam pokok pinjaman adalah riba, sehingga seluruh aplikasi riba di lembaga keuangan syariah seperti bunga yang bersifat sederhana (simple), majemuk (compounded), fixed (tetap), variable (berubah-ubah) dan ditetapkan dimuka (predetermined) semuanya dilarang159. Dengan demikian segala jenis sifat bunga untuk transaksi pinjaman yang diaplikasikan di bank apakah rendah/tinggi, sederhana (simple interest),

                                                            155 Anwar Iqbal Qureshi, Islam and The Theory of Interest (Lahore :

Sh. Muhammad Asraf, 1991), 100. 156 Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics : Theory and

Practice (New Delhi : Ida>rah-iAda-biyat-I Delhi, 1980), 218. 157 Iraj Toutounchian, Islamic Money & Banking : Integrating Money in

Capital Theory (Singapore : John Wiley & Sons, 2009), xx. 158 QS. Ali Imran (3) : 130. 159 Abdullah Sa’eed, Islamic Banking and Interest : A Study of the

Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation (Leiden : E.J. Brill, 1996), 43.

Page 171: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

variaperso

AsnadalamMutakarenekspldilar

bersuzakatkepa

         

al ‘Ilm

Kasujourn

Kasujourn

able/fixed, yonal/lembaga

Mustafa Oa Annisa dalam hal pelaaghayyirat. Dna sifat eksploitatif, makaang.163 Beriku

‘llat P

Dia mencumber dari At. Pada prak

ada pemilik m

                       160 QS. Al-

161 Muhammiyah, 1970),

162 Abul ‘A

163 Arna As di BMT

nal.stainsalatig

164Arna Ass di BMT

nal.stainsalatig

165 Q.S. Ar

yang ditetap162, semuanyaOmar Mohamam e-journal rangan riba Dia mengkriloitasinya, ba baik itu perut gambaran

Pelarangan R

coba memberiAl-Qur’an 165 dkteknya, ribamodal, sedan

                       -Baqarah (2) : 2

mmad Abu Zah53-54.

A’la Mawdudi,

Asna Annisa, “PRama Salatia. ac.id/index…

sna Annisa, “PRama Salatia. ac.id/index…

r-Rum (30): 39

139 

pkan dimuka dilarang dal

mmed sebagaiSTAIN Sala

adalah peitisi tentang ahwa ketika

rsentasenya kskemanya:

Gambar 3.5.

Riba Secara M

ikan gambaradi mana Allaha mentransferngkan zakat m

     279.

hra, Buhuth fi

Al-Riba, (Bei

Penetapan Harga”, e-Journa

…/31.

Penetapan Harga”, e-Journa

…/31.

9

ka160, konsulam Islam. imana yang datiga menyaterkara ath-th

alasan bahwriba memangecil atau besa

Makro dan Mik

an baru tentanh membandinr harta kekameningkatkan

al-Riba, (Kuw

rut : Da>r al –F

rga Jual Produal STAIN S

rga Jual Produal STAIN S

umtif/produkt

dikutip oleh takan bahwaha>wabit danwa riba dilag dilarang kaar harus kons

kro164

ng ‘illah riba ngkan riba deayaan kaum n harta keka

wait : Da>r al-Bu

Fikr, 1970).

uk Mura>bahah Salatiga, www

uk Mura>bahah Salatiga, www

tif161,

Arna a illat n al-arang arena sisten

yang

engan fakir

ayaan

uhuth

Studi w. e-

Studi w. e-

Page 172: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

140  

negara karena mentransfer harta kekayaan orang kaya kepada kaum fakir sehingga mengurangi ketidakseimbangan pendapatan. Prinsip utama dari penjabaran ayat di atas adalah perputaran kekayaan dan persamaan distribusi. Dalam konteks riba kemudian ath-thawa>bit yang ada adalah nilai pokok seperti keadilan. Distribusi berkeadilan dalam pendapatan dan kekayaan yang dapat menentukan apakah sebuah transaksi dapat melibatkan riba atau tidak.

Sementara itu, al-Mutaghayyira>t yang ada adalah definisi operasional dari riba yang berubah sejalan dengan waktu dan tempat. Definisi operasional yang dimaksud di sini dapat berupa margin/mark-up atau dalam disertasi ini secara umum disebut rate of profit yang eksploitatif yang digunakan dalam transaksi di bank syariah terutama pada akad akad jual beli dan sewa seperti mura>bah}ah, istis}na>‘, salam dan ija>rah yang menggunakan rate of interest sebagai benchmarknya. Bahkan karena rate of profit yang digunakan dalam transaksi syariah menggunakan rate of interest dalam transaksi jangka panjang yang bersifat tetap (fixed), bank syariah telah terjebak kedalam spekulasi (maysir) dalam menciptakan terjadinya distribusi berkeadilan dalam pendapatan (Equitable Distribution of Income) dari investasi yang dilakukan nasabah melalui produk-produk bank syariah (tabungan166 dan deposito mud}a>rabah167) sehingga tidak tercapai distribusi kekayaan (Equitable Distribution of Wealth) yang dapat menyeimbangkan jurang antara si kaya dan miskin.                                                             

166 Tabungan mud}a>rabah adalah penempatan dana dalam bentuk tabungan dengan sistem bagi hasil (mud}a>rabah). Bank sebagai pengelola dana nasabah (mud}a>rib) akan mengelola dana tersebut dan memberikan imbalan sesuai dengan kinerja dan porsi bagi hasilmemberikan (nisbah) yang telah diperjanjikan. Lihat Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 94. Selain mud}a>rabah, akad yang bisa digunakan dalam tabungan adalah wadi>‘ah di mana penempatan dana dalam bentuk tabungan dengan prinsip titipan (wadi>‘ah). Bank boleh memberikan imbalan yang bersifat bonus. Lihat Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, 96.

167 Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank, di mana bank bertindak sebagai muda>rib dan nasabah sebagai s}a>hibul ma>l. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah, modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan hutang, bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak diperkenankan mengurangi keuntungan. Lihat juga Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, 98.

Page 173: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

dalamTheoyang(JustDistr

keadpoko

         

Capit

Capit

Iraj Toutm bukunya Isory dengan mg harus dictice/Ultimate ribusi Kekaya

Flow

Dalam fldilan ekonomiok (ultimate

                       168 Iraj Tou

ital Theory (Si

169 Iraj Touital Theory, xx.

ounchian meslamic Money

mempertimbancapai dalam e Goal), 2) Daan.168 Lebih j

w Chart Pelar

flow chart, i secara kesegoal) maka

                       utounchian, Islngapore : John

utounchian, Isl.

141 

emberikan aly & Banking:ngkan unsur a

tujuan pelDistribusi berk

jelas bisa diliGambar

rangan Riba d

terlihat bahweluruhan (justa penghapusa

     lamic Money &n Wiley & Son

slamic Money &

lasan tentang: Integrating ath-thaw>abitlarangan ribkeadilan dalaihat pada gam3.6. dalam Sektor

wa dalam rstice) yang man interest/B

& Banking: Intns, 2009), xx.

& Banking: In

g pelarangan Money In Cayaitu nilai p

ba: 1) Keaam pendapatambar di bawah

r Moneter169

rangka mencmerupakan tuBunga/Riba h

tegrating Mone

ntegrating Mon

riba apital pokok adilan an 3) h ini:

capai ujuan harus

ney in

ney in

Page 174: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

142  

dilakukan baik di pasar modal maupun di perbankan syariah. Penghapusan interest ini bertujuan untuk tercapainya distribusi pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan (dalam gambar disebut sebagai Equitable Distribution of Income and Wealth) di dalam masyarakat dan pada akhirnya akan menciptakan stabilnya harga-harga dan pertumbuhan ekonomi yang stabil sehingga akan tercipta kemakmuran masyarakat.

Permasalahannya adalah bahwa penghapusan interest (elimination of interest) sebagai faktor yang secara makro merupakan inti dari penciptaan keadilan ini tidak dijelaskan konsep penggantinya yaitu rate of profit secara komprehensif, sistematis dan struktural dalam menciptakan distribusi pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan. Dalam melakukan dekonstruksi dan restrukturisasi, Sri Edi Swasono juga menjelaskan bahwa perekonomian harus disusun dan tidak boleh dibiarkan tersusun sendiri oleh kekuatan-kekuatan dan kemauan pasar-bebas (menolak laissez faire) yang rakus, penuh persaingan-perebutan yang membawa ketidakadilan dan menumbuhkan kesenjangan sosial sebagaimana yang dijelaskan dalam UUD 1945.170 Imperatif harus disusun “supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu”171. Ini juga menunjukkan kesesuaian UUD 1945 dengan ekonomi Islam. Ketimpangan struktural yang dihasilkan oleh sistem bunga yang hanya memihak pemilik modal dapat diatasi dengan antara lain melakukan kebijakan restrukturisasi kepemilikan dan penguasaan aset ekonomi sehingga menciptakan keadilan ekonomi bagi setiap pihak yang bertransaksi. Setiap usaha ekonomi harus dapat meningkatkan pemilikan (entitlement) bukan sekedar meningkatkan pendapatan. Restrukturisasi ini harus diarahkan untuk membentuk “Triple-Co”, yaitu co-ownership, co-determination dan co-responsibility untuk menciptakan keadilan ekonomi. 172 Kebijakan restrukturisasi dengan Triple Co ini pada dasarnya terdapat pada semua produk di bank syariah dengan menggunakan konsep rate of profit yang berkeadilan, yang didasarkan atas pendapatan yang riil di sektor riil. Proses penciptaan profit melalui bunga yang bersifat ribawi dan spekulatif (risk transfer) dieliminir dan digantikan dengan konsep risk sharing yang berdasarkan asas kebersamaan dan kekeluargaan. Produk investasi pemilikan di bank syariah dengan akad Musha>rakah Mutana>qis}ah (MMQ) memiliki struktur Triple Co yang akan dijelaskan di bab V. Dengan sistem kebersamaan

                                                            170Lihat Sri Edi Swasono, Kembali ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak

Neoliberalisme (Jakarta: Yayasan Hatta, 2010), 44.

171 QS. Al-Hashr (59):7. 

172 Lihat Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika: Mewaspadai Globalisasi dan Pasar Bebas (Yogyakarta:Pustep-UGM, 2010), 38.

Page 175: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

143  

dan kekeluargaan ini akan meningkatkan peluang berusaha (entrepreneurship) dan menciptakan lapangan kerja yang banyak sehingga dapat mengurangi pengangguran (unemployment). Namun demikian melihat pangsa pasar bank syariah yang masih kecil hanya sebesar 5.5 % atau sebesar Rp 193.98 Triliun per Agustus 2014, terhadap total kucuran kredit bank umum yang mencapai Rp 3.522,37 Triliun173, maka diharapkan pemerintah melalui BI dan OJK dapat mengeluarkan peraturan dan kebijakan yang dapat meningkatkan pangsa pasar bank syariah sehingga diharapkan dapat merangsang penciptaan iklim berusaha dengan prinsip Triple Co yang dapat menurunkan angka pengangguran secara signifikan di Indonesia.

Selanjutnya pada tataran aplikatif pada Bab IV akan dijelaskan pengaruh penggunaan suku bunga (rate of interest) sebagai benchmark pada rate of profit terhadap stabilitas keuangan di bank syariah, yang akan menciptakan ketidakadilan ekonomi terutama pada menurunnya pendapatan masyarakat dari investasi di bank syariah sehingga keadilan distributif dalam penerapan rate of profit tidak tercapai. Oleh karena itu, penerapan konsep rate of profit yang sesuai dengan perspektif ekonomi Islam, harus diterapkan dalam rangka untuk mencapai tujuan keadilan ekonomi baik itu dalam distribusi pendapatan maupun kekayaan. Fokus pembahasan pada Bab IV adalah pada peran rate of profit pada distribusi pendapatan masyarakat pada transaksi investasi di lembaga keuangan syariah (LKS) yang akan menciptakan distribusi pendapatan yang berkeadilan (equitable distribution of income). Selanjutnya distribusi pendapatan yang berkeadilan ini akan membentuk perputaran kekayaan yang berkeadilan (equitable distribution of wealth) yang akan menghasilkan stabilisasi sistem keuangan dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan menciptakan kemakmuran masyarakat.

                                                            173“Bank Indonesia ingin pangsa pasar perbankan syariah tembus 30 %,

Tribunnews, 6 November 2014, http://www.m.tribunnews.com.

Page 176: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

144  

Page 177: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

145  

BAB IV

HUBUNGAN RATE OF PROFIT DENGAN STABILITAS KEUANGAN DI BANK SYARIAH DAN PENGARUHNYA PADA

EKONOMI MAKRO

Konsep rate of profit sebagai instrument distribusi pendapatan dalam ekonomi Islam seharusnya menciptakan keadilan ekonomi. Rate of profit yang menciptakan keadilan ekonomi dapat dicapai melalui perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di mana terjadi distribusi pendapatan yang berkeadilan. Untuk melihat peran rate of profit sebagai dasar sistem bagi hasil yang diterapkan dalam sistem keuangan Islam, maka kita dapat melihat hubungan rate of profit ini dalam menciptakan stabilitas keuangan terutama dalam pengelolaan aset-liability lembaga keuangan yang menghasilkan net income yang stabil atau rate of profit yang akan dibagihasilkan antara nasabah dengan lembaga keuangan yang tidak terpengaruh oleh naik turunnya faktor-faktor risiko pasar termasuk pengaruh tidak langsung dari suku bunga. Untuk mencapai stabilitas keuangan tersebut, kita perlu melihat: 1) Peran rate of profit ini dalam stabilitas sistem keuangan syariah yang diukur dari net income pada aset-liability management bank syariah, 2) Peran rate of profit pada stabilitas pasar keuangan syariah yang diukur dari volatilitas nilai aset keuangan syariah, 3) Melakukan verifikasi dari hasil empiris terhadap konsep rate of profit di bank syariah.

F. Peran Rate of Profit dalam Stabilitas Keuangan Syariah yang Diukur dari Net Income dalam Aset Liability Management Bank Salah satu tugas yang terpenting dari bank termasuk bank syariah

adalah melakukan transformasi jatuh tempo dari aset dan liability-nya. Hampir semua bank memiliki aset berupa pembiayaan (kredit) dan investasi dalam surat berharga, yang dibiayai oleh liabilities-nya berupa giro, tabungan, deposito dan penerbitan surat berharga yang harganya ditentukan kembali (repricing) dengan jangka waktu yang lebih pendek

Page 178: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

146  

dibandingkan aset-nya1. Terjadinya apa yang disebut gap (perbedaan jangka waktu repricing) dalam aset dan liability bank ini akan berimplikasi kepada tereksposnya rate of profit (net income yang dapat berupa profit atau bunga) di bank pada perubahan variable pasar yang mempengaruhi aset-liability. Seperti pengaruh perubahan suku bunga secara langsung kepada keuntungan bank pada bank syariah dan pengaruh tidak langsung suku bunga pada mark-up atau margin pembiayaan berbasis akad jual-beli pada bank syariah.

Sebagai contoh bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya melakukan penawaran pembiayaan pemilikan rumah dengan akad mura>bah}ah dengan mark-up atau margin sebesar 14 % per tahun secara tetap (fixed) selama 10 tahun. Untuk membiayai pembiayaan rumah ini bank melakukan penawaran investasi berupa deposito yang berjangka waktu pendek dengan jangka waktu yang bervariasi antara 1-6 bulan dengan imbal hasil sebesar ekuivalen 7 % per tahun. Di sini terjadi perbedaan repricing (gap) antara aset yang yang bersifat tetap atau dengan kata lain repring dilakukan 10 tahun sekali dengan liability yang dilakukan repricing setiap 1-6 bulan sekali. Hasil bersih pendapatan (net income) bank atau lembaga keuangan lainnya (di bank konvensional disebut sebagai net interest income-NII) pada awal tahun pertama dengan demikian sebesar 7 % p.a. Jika pada tahun kedua terjadi kenaikan suku bunga yang mempengaruhi repricing liability bank sebesar 1 %, maka bank tersebut pada tahun kedua telah mengalami penurunan net income menjadi 6 % p.a atau telah terjadi kerugian sebesar 1 %, karena lembaga keuangan tidak mampu menaikkan harga dari aset-nya akibat telah melakukan pricing yang bersifat tetap selama 10 tahun.

Risiko penurunan rate of profit karena perubahan (tidak langsung) variable pasar seperti kenaikan suku bunga pada bank syariah akibat lebih panjangnya repricing jatuh tempo aset dibandingkan liability disebut sebagai risiko pembiayaan kembali (refinancing risk).2 Akibat sebaliknya juga dapat terjadi jika jangka waktu jatuh tempo aset lebih pendek dari liability, maka rate of profit atau net income bank (syariah) dapat turun jika terjadi penurunan pendapatan bank akibat pengaruh tidak langsung penurunan suku bunga pasar. Hal ini sering disebut sebagai risiko menginvestasikan kembali aset bank atau sering

                                                            1Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders’

Value in Banking : From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies (Chicester, West Sussex, England : Jhn Wiley & Sons Ltd), 3.

2George H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank Management; Text an Cases (New York: John Wiley & Sons, 1994), Fourth Edition, 596.

Page 179: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

147  

disebut sebagai reinvestment risk.3 Secara umum akibat penurunan rate of profit karena pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung suku bunga pada bank ini sering disebut sebagai spread yaitu selisih income (pendapatan) dari aset dikurangi dengan biaya liability.4 Pada saat-saat krisis yaitu kenaikan yang sangat ekstrem pada suku bunga seperti yang terjadi pada tahun 1998, terjadi negative spread yaitu tergerusnya rate of profit atau net income yang menyebabkan habisnya modal bank sehingga banyak bank yang harus diselamatkan oleh pemerintah melalui program rekapitalisasi yang dibiayai oleh pajak masyarakat sehingga mencapai 600 triliun rupiah.

Pengaruh perubahan variable pasar seperti suku bunga terhadap rate of profit atau net income bank syariah ini menjadi sangat penting karena 90-100 % pendapatan bank syariah berasal dari aktivitas pembiayaan dan hanya 5-10 % dari pendapatan lain-lainnya seperti fee-based income yang berasal dari pendapatan pada biaya yang dibebankan kepada nasabah untuk melakukan transfer antar bank, biaya operasional pengelolaan dana pihak ketiga, pengambilan uang di automated teller machine (ATM), jual-beli valuta asing, fee transaksi expor-impor dan lain-lain. Dengan demikian, dalam keadaan ekonomi apapun diperlukan suatu sistem keuangan yang dapat menjaga tingkat rate of profit atau net income ini dengan pertumbuhan yang stabil dan sustainable sehingga tercipta stabilitas perbankan.

Risiko lain yang sering disamakan akibat terjadinya gap antara jatuh tempo repricing aset-liability lembaga keuangan adalah apa yang disebut dengan mismatching. Mismatching adalah perbedaan jatuh tempo pada nilai pokok aset dan liability bank syariah. 5 Lebih panjangnya jatuh tempo aset pada bank yang rata rata berupa kredit atau pembiayaan yang rata-rata di atas 1 tahun dibandingkan dengan rata-rata jatuh tempo pokok liability yang mayoritas 1 bulan menyebabkan bank mengalami risiko mismatch (ketidakcocokan jatuh tempo pokok) sehingga menyebabkan terjadinya risiko likuiditas, yang dapat menyebabkan risiko berikutnya yang lebih krusial yaitu risiko reputasi karena tidak mampu menyediakan likuiditas secara tepat waktu dan menyebabkan terjadinya run-off atau pengambilan besar-besaran likuiditas sehingga bank tidak bisa beroperasi lagi karena kehabisan uang kas.

                                                            3George H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank

Management; Text an Cases, 596.

4 George H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank Management; Text an Cases, 576.

5 George H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank Management; Text an Cases, 597.

Page 180: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

148  

Namun secara empiris, terutama melihat apa yang terjadi pada tahun 1998 dan berulang 10 tahun kemudian di Amerika Serikat pada tahun 2008, risiko terkurasnya likuiditas akibat mismatching ini hanya terjadi jika terjadi penurunan secara drastis net income (rate of profit ) bank.6 Penurunan net income ini terjadi akibat kenaikan suku bunga yang terus menerus dan gagal bayar. Dalam kondisi ini risiko likuiditas lebih bersifat sekunder (bukan prioritas) mengingat dalam keadaan normal penarikan likuiditas liability sangat kecil yaitu berkisar antar 5-10 % dari total dana pihak ketiga bank syariah. Hal ini juga bisa dilihat dari tingkat primary reserve berupa GWM (Giro Wajib Minimum) yang ditetapkan oleh Bank Sentral antara 5- 8 % tergantung kepada aset bank syariah. Pada lembaga keuangan yang mempunyai aset di bawah 10 triliun dikenakan GWM sebesar 5 % sedangkan pada lembaga keuangan yang beraset di atas 10 % dikenakan GWM sebesar 8 %.7

Dari fakta di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan net income atau rate of profit bank syariah menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga stabilitas sektor keuangan sehingga suatu sistem ekonomi secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik. Beberapa teori dapat dikembangkan untuk mengelola net income bank syariah agar stabil yaitu diantaranya repricing gap model8 dan maturity adjusted gap model agar net income bank menjadi stabil9

Selain itu, terjadinya risiko penurunan net income karena perubahan suku bunga akibat perbedaan repricing jangka waktu aset yang lebih panjang dibandingkan liability ini dapat mengakibatkan jatuhnya nilai aset (market value) dari aset berpendapatan tetap di bank sehingga dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan yang lebih buruk. Pada masa masa krisis kejatuhan nilai aset keuangan ini dapat mencapai 50-70 % dari nilai awalnya karena tingginya suku bunga.

                                                            6 Bank Indonesia, Krisis Global dan Penyelematan Sistem Perbankan

Indonesia (Jakarta: Bank Indonesia, 2010), 7, httt://www.bi.go.id. (Diakses 8 agustus 2014)

7 Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. www.bi.go.id/id/.../151513.pdf. (di akses 9 Agustus 2014).

8Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders’ Value in Banking : From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, 9.

9Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders’ Value in Banking : From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, 22.

Page 181: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

149  

Teori yang dikembangkan untuk mengelola market value atau nilai aset bank ini adalah duration gap model10.

Stabilitas keuangan dalam suatu sistem ekonomi dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu: 1) Tidak adanya penjaminan pengembalian pada pokok penempatan; 2) memiliki arus kas yang positif dalam ekonomi yang tumbuh; 3) Tidak menghadapi mismatch aset-liability dan 4) tidak terhubung dalam struktur pinjaman dengan bank lain sehingga dapat menyebabkan efek domino11. Empat faktor ini sangat mempengaruhi kestabilan suatu sistem ekonomi.

Faktor pertama, pada masa-masa awal sebelum tahun 1998, faktor risiko kredit atau pembiayaaan yang dapat menyebabkan instabilitas karena terjadinya gagal bayar (default risk) sangat penting. Akan tetapi dengan kemajuan teknik analisa kredit dan kehati-hatian bank melalui kebijakan jaminan (collateral), maka kegagalan di sektor keuangan ini tidak menyebabkan terjadinya instabilitas di sektor keuangan karena kasus gagal bayar dalam jumlah besar hanya terjadi di satu atau dua bank saja yang tidak menerapkan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking). Terkonsentrasinya kredit pada beberapa grup perusahaan menyebabkan risiko gagal bayar menjadi sangat tinggi ketika grup tersebut gagal membayar kreditnya. Adanya aturan maksimal BMPK (Batas Maksimal Pemberian Kredit) pada satu grup sebesar 20 % dan aturan menjaga tingkat kredit kredit macet di bawah 5 %, menyebabkan risiko gagal bayar menjadi sangat kecil12. Hal ini disebabkan karena risiko kredit menjadi tersebar dan lebih mudah untuk diatasi.

Faktor kedua yaitu memiliki arus kas yang positif dalam kegiatan operasional lembaga keuangan tetapi jika tidak ditunjang oleh trend profitabilitas yang stabil pada masa selanjutnya maka trend arus kas yang positif tersebut tidak bersifat berkelanjutan (sustainable).

Faktor ketiga, yaitu tidak menghadapi mismatch aset-liability merupakan faktor yang tersulit untuk diatasi karena secara struktural, neraca rata-rata bank di dunia ini memiliki permasalahan mismatch yaitu lebih panjangnya jangka waktu repricing aset dibandingkan jangka waktu repricing liability. Di bank konvensional, permasalahan ini

                                                            10 Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders’

Value in Banking: From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, 35.

11 Hosein Askari, etc, The Stability of Islamic Finance : Risk Profile of Islamic Financial Intermediaries (Singapore : John Wiley and Sons (Asia) Pte. Ltd, 2010), 134.

12Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/13/PBI/2009 tanggal 17 April 2009 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit.

Page 182: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

150  

diatasi dengan lebih banyak menjual aset dengan variable rate dibandingkan aset dengan fixed rate agar tidak terjadi mismatch aset-liability.13 Di bank syariah, terjadinya mismatch ini disebabkan bank lebih banyak menjual aset dengan akad jual beli dengan repricing rate yang sangat panjang dan tetap yaitu 5 tahun ke atas. Hal ini terjadi karena salah menerapkan konsep rate of profit dalam akad jual beli yang pada dasarnya bersifat jangka pendek. Sehingga seharusnya aset bank syariah seharusnya di reprice paling tidak 1 tahun sekali, sehingga tidak akan terjadi mismatch aset liability di bank syariah.

Sedangkan faktor ke empat, sering disebut sebagai faktor efek domino akibat interkonektivitas (interconnection) antar lembaga keuangan dengan struktur pinjaman yang hanya satu yaitu kredit (loan). Faktor ini dapat dimitigasi dengan aturan internal atau bank sentral melalui tingkat LDR (loan to Deposit Ratio) atau jika di bank syariah disebut sebagai Financing to Deposit Ratio (FDR) yang tinggi yaitu misalnya di Indonesia di atas 80 % sesuai aturan Bank Sentral14, sehingga spekulasi di pasar uang yang menyebabkan instabilitas di sektor keuangan menjadi relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan credit multiplier (proses penciptaan uang oleh bank) di lembaga keuangan tidak terjadi, di mana hanya maksimal 20% dana yang dapat ditempatkan kembali ke perbankan syariah, yang terdiri dari 10% yang merupakan Giro Wajib Minum (Primary reserve ) yang ditempatkan di Bank Sentral dan 10 % adalah dana cadangan kas kedua (secondary reserve) setelah primary reserve sehingga total saving ratio atau dana yang dapat ditempatkan kembali di bank lain adalah sebesar 20 %. Efek penciptaan uang pada bank syariah dengan FDR 80 % ini hanya sebesar 1/(1-saving ratio bank) atau sama dengan 1/80%= 1.25 kali. Bahkan jika lebih konservartif, di mana dana di Bank Sentral tidak dihitung sebagai saving karena dana keluar dari sistem keuangan masuk kembali ke Bank Sentral, maka multipler effect di bank syariah menjadi 1/90% atau hanya 1.1 kali.

Jika kita melihat data saat ini di mana FDR (Financing to Deposit Ratio) bank syariah sekitar 100%, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada efek multiplier yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga di sektor riil yang disebabkan inflasi dari penciptaan uang dari sektor perbankan. Hal ini dapat dibuktikan dengan teori Quantity                                                             

13 George H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank Management, Text an Cases, 597.

14Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/41/DKMP Tanggal 1 Oktober 2013 Perihal Perhitungan Giro Wajib Minimum Sekunder dan Giro Wajib Minimumberdasarkan Loan to Deposit Ratio dalam Rupiah. Lihat Bank Indonesia, “Surat Edaran”. lihat http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/se_ 154114. pdf.

Page 183: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

151  

Theory of Money, M.V = P.Y, di mana M adalah stok uang, V adalah kecepatan perputaran uang, P adalah harga dan Y adalah pendapatan riil.15 Maka dalam sistem ekonomi Islam, dengan M yang relatif tetap karena tidak adanya efek multiplier maka harga-harga lebih stabil sehingga akan menciptakan kestabilan ekonomi. Bandingkan dengan sistem ekonomi konvensional\, disamping akan menciptakan efek penciptaan uang yang lebih tinggi karena savings ratio di bank konvensional yang lebih tinggi yaitu bisa mencapai maksimal 80-90% dan kelebihan likuiditas ini ditempatkan kembali di bank konvensional lain maka efek penciptaan uang di sistem keuangan konvensional bisa menjadi 1/0.2= 5 kali atau bahkan bisa menjadi 1/0.1= 10 kali sehingga dapat menciptakan inflasi yang tinggi pada perekonomian. Di samping itu, penempatan kelebihan dana di bank lain dengan sistem pinjaman antar bank dengan bunga, menyebabkan terjadinya domino effect yang akan menyebabkan instabilitas di sektor keuangan, yang pada akhirnya akan menyebabkan krisis ekonomi karena hancurnya lembaga keuangan. Secara empiris, efek domino yang pernah terjadi di Indonesia adalah pada tahun 1998, di mana terjadi krisis moneter yang menyebabkan naiknya suku bunga antar bank hingga mencapai 200-300% sehingga terjadi negative spread yang besar sekali yang menghabiskan modal bank dan mengakibatkan banyak bank harus direkapitalisasi oleh Pemerintah.16 Jadi, dalam sistem keuangan syariah jelas sekali bahwa stabilitas keuangannya bersifat inheren atau melekat secara karakter di lembaga keuangannya yang bersifat immune terhadap penggelembungan karena efek multiplier uang yang diciptakan.

Di antara ke empat faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan tersebut menurut penulis adalah faktor ketiga yaitu mismatch atau ketidak cocokan aset-liability yang memegang peran yang sangat penting dalam menciptakan rate of profit yang stabil baik dalam keadaan ekonomi sedang menaik atau menurun. Hal ini disebabkan trend suku bunga yang bersifat cyclical, spekulatif dan independen17 masih mempengaruhi lembaga keuangan dalam menetapkan bagi hasil yang akan diberikan kepada investor, terutama pada negara-negara yang menerapkan dual banking system.

                                                            15 Lihat Frederick Mishkin , The Economics of Money, Banking and

Financial Market (New York: Addison Wesley Longman, Edisi ke-6, 2001), 538-539. 

16 Lihat J. Soedradjad Djiwandono, “Permasalahan BLBI”, http://www. pacific.net.id/ pakar/sj/permasalahan_blbi.html. (diakses 13 Maret 2013). 

17 George H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank Management, Text an Cases, 597. 

Page 184: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

152  

Aset Liability Management (ALMA) merupakan alat manajemen yang utama dalam mengelola pengaruh dari pergerakan suku bunga terhadap net margin atau rate of profit bank syariah. Dalam keadaan yang normal net margin (selisih pendapatan (bunga) aset dikurangi biaya (bunga) liability akan selalu positif atau yang biasa disebut positive spread. Akan tetapi dalam keadaan ekonomi yang sedang meningkat pertumbuhannya dengan sangat cepat, maka tren suku bunga cenderung untuk naik dan sering berakibat kepada menurunnya net margin bank dan bahkan bisa terjadi negative spread, yaitu suatu kejadian di mana naiknya biaya (bunga) menjadi sangat cepat dan tidak bisa dicegah sementara pendapatan (bunga) tidak bisa dilakukan negosisasi ulang atau repricing (penyesuaian harga) secara cepat karena terjadinya selisih jangka waktu yang panjang (gapping dan mismatch) dengan liability bank.

Di bank syariah saat ini teknik pengelolaan aset and liability atau yang dikenal dengan Aset Liability Management (ALMA) risiko pengelolaan ALMA pada dasarnya sama dengan di bank konvensional, karena di bank syariah terjadi “aset liability mismatch” yang sama18. Oleh karena itu Hosein Askari membuat model aset liability bank syariah yang ideal di mana tidak terdapat produk bank syariah yang didasarkan kepada akad jual-beli dan sewa seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ , salam dan ija>rah. Dalam model ideal yang dikembangkan Hosein Askari, digambarkan bahwa baik dari sisi aset maupun liabilitynya kedua-duanya hanya ada produk mud}a>rabah} atau musha>rakah saja.

Menurut penulis jika memang struktur aset liability managemen seperti itu, tentu bank syariah akan sulit berkembang karena banyak transaksi transaksi yang tidak bisa didasarkan kepada akad mud}a>rabah} dan musha>rakah saja. Misalnya akad-akad pembiayaan barang barang tahan lama (durable goods) untuk aktivitas yang bersifat produktif ataupun yang konsumtif akan sulit dilakukan bank syariah. Padahal secara fikih juga akad-akad jual beli (mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam) dan sewa, dibolehkan oleh jumhur ulama. Pertanyaan yang sama juga disampaikan oleh Metwally yang menanyakan: “Jika biaya bunga- tetap dapat digantikan oleh bagi keuntungan (kerugian), bagaimana bank dapat membiayai kegiatan atau proyek non produktif seperti barang barang tahan lama (durable goods), mobil, rumah dan pinjaman pribadi?“19. Pertanyaan ini pada dasarnya adalah pertanyaan yang bersifat pertanyaan terhadap risiko ALMA, yaitu bagaimana bank syariah membiayai suatu proyek atau kegiatan berjangka panjang

                                                            18Hosein Askari, etc, The Stability of Islamic Finance : Risk Profile of

Islamic Financial Intermediaries, 134.

19 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam (Jakarta : Bangkit Daya Insana, 2007), 20

Page 185: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

153  

dengan pengganti bunga (rate of profit ) yang bersifat tetap sementara dana yang digunakan untuk membiayai aktivitas tersebut mayoritas berjangka pendek tanpa mengganggu kestabilan net income bank yang bersangkutan.

Praktek yang banyak terjadi di perbankan syariah adalah dalam rangka membiayai proyek atau aktivitas ini, digunakan akad mura>bah}ah dengan rate of profit atau mark up yang tetap selama jangka waktu yang panjang dengan menggunakan patokan (benchmark) suku bunga bank konvensional misalkan LIBOR dan JIBOR.

Misalnya untuk membiayai kegiatan pembiayaan perumahan digunakan akad mura>bah}ah dengan mark up yang tetap selama 10-15 tahun dengan menggunakan dasar bunga. Hal inilah yang menurut penulis, sebenarnya secara fikih telah terjadi praktek riba> al-fad}l seperti yang dibahas pada Bab II, karena transaksi pembiayaan rumah tidak menggunakan mark to the market dengan menggunakan barang yang sama secara berkala (repricing setiap periode tertentu yang ditentukan). Selain itu dalam kacamata risk management, pembiayaan jangka panjang yang bersifat tetap yang didanai oleh dana-dana jangka pendek, akan sangat membahayakan tingkat net income bank dalam keadaan suku bunga yang terus meningkat atau dalam keadaan overheating karena akan terjadi tren penurunan pendapatan bank yang cepat dan oleh karena itu akan berakibat kepada kestabilan keuangan bank secara umum dan pada akhirnya ekonomi secara keseluruhan secara makro.

Aset Liability mismatch di bank syariah yang sama dengan bank konvensional akan membuat risiko ALMA nya akan sangat dipengaruhi oleh suku bunga. Jika kita menggunakan teknik keuangan sebagai alat ukur risiko pasar yang diakibatkan perubahan suku bunga, yaitu “duration”20 maka dapat dipastikan bahwa duration bank syariah akan selalu jauh di atas nol, karena banyaknya aset aset bank syariah yang didasarkan pada akad jual beli dengan mark up jangka panjang. Padahal seharusnya ALMA bank syariah akan menghasilkan “duration” yang

                                                            20The Duration of a financial instrument is calculated by taking the

average cash-flow maturities associated with it, where every maturity is weighted according to the ratio between the present value of the cash-flow for a given maturity and the price (or total market value) of the financial instrument. Calculated this way, duration represents a risk indicator that takes into account both the instruments residual life (given the same interest flow, asets with a higher residual life are more sensitive to change in interest rates) and the amount of intermediate flows (given the same residual life, asets with lower coupons are more sensitive to change in market rates). Lihat Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders Value in Banking: From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies (Chichester, West Sussex, England : John Wiley and Sons Ltd, 2007), 39.

Page 186: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

154  

mendekati nol (risk neutral). Tugas utama dari ALMA Bank Syariah harus menghasilkan net income yang high quality, stabil, besar dan terus tumbuh. Oleh karena itu pengelolaan ALMA di bank syariah harus meliputi perencanaan strategis, implementasi dan proses kontrol terhadap volume, bauran (mixture), maturity, profit-rate sensitivity, kualitas dan likuiditas aset dan liability bank21. Profit -rate sensitivity atau rate of profit sensitivity terhadap aset-liability bank syariah seperti konsep yang dijelaskan dalam disertasi ini, seharusnya berbeda dengan bank konvensional. Pada bank konvensional, nilai net income bank konvensional sangat dipengaruhi oleh komposisi aset-liability dan suku bunga. Komposisi aset-liability yang dicerminkan oleh komposisi Rate Sensitive Aset (RSA) dibanding Rate Sensitive Liability (RSL) dan trend tingkat suku bunga akan sangat mempengaruhi net income bank, sehingga pendapatan bank akan berfluktuasi dan tidak stabil terutama dalam pergerakan suku bunga yang cepat baik ekonomi dalam keadaan overheating (panas) atau cooling down (dingin). Rate Sensitive Aset (RSA) adalah aset yang dapat dirubah atau dilakukan repricing terhadap (bunga) yang dikenakan jika terjadi perubahan suku bunga atas seluruh aset bank yang menghasilkan, yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.22 Sedangkan Rate Sensitive Liability (RSL) adalah liability yang dapat dirubah atau dilakukan repricing terhadap (bunga)nya jika terjadi perubahan suku bunga atau seluruh liabilities bank yang sensitive terhadap perubahan bunga.23

Dalam keadaan Rate Sensitive Aset (RSA) / Rate Sensitive Liability (RSL) lebih kecil dari nol dan tren suku bunga yang meningkat disebabkan adanya tekanan terhadap mata uang lokal atau inflasi yang meningkat tajam dan permintaan terhadap uang yang melebihi penawaran maka bank konvensional akan mengalami tren penurunan net income terhadap aset yang dikelola. Di bawah ini dapat dilihat teori tentang pengaruh perubahan suku bunga terhadap pendapatan bank. Keadaan RSA/RSL yang lebih kecil dari nol ini, yang sering terjadi di bank syariah, terutama pada saat awal pertumbuhan bank syariah baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya, yaitu karena tingginya penggunaan produk mura>bah}ah di bank syariah. Penggunaan mura>bah}ah sebagai produk pengganti pinjaman berbasis bunga bahkan terjadi sampai transaksi berjangka sangat panjang seperti pembiayaan rumah

                                                            21Hosein Askari, etc, The Stability of Islamic Finance: Risk Profile of

Islamic Financial Intermediaries, 134.

22Selamet Riyadi, Banking Asets and Liability Management (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), 133. 

23 Selamet Riyadi, Banking Asets and Liability Management , 133.  

Page 187: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

155  

yang berjangka 10-15 tahun bahkan beberapa bank syariah menawarkan produk ini sampai 20 tahun. Persoalan dalam mura>bah}ah dari sisi risiko ALMA adalah masalah mark up atau profit yang diambil oleh bank syariah untuk jangka waktu yang sangat panjang dan bersifat tetap dan kebanyakan menggunakan tolok ukur (benchmark) bunga sebagai dasarnya. Pengambilan mark up dari suku bunga dengan sangat panjang biasanya mengambil tambahan yang disebut term premium sebagai tambahan untuk ketidakpastian risiko pergerakan suku bunga sehingga mark-upnya menjadi sangat mahal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kezaliman/riba> al-fad}l (pengambilan tambahan tanpa adanya mark to the market/benchmark yang setara) sehingga beberapa pendapat nasabah terhadap praktek ini mengatakan bahwa produk bank syariah sangat mahal terutama untuk transaksi yang berjangka sangat panjang.

Tabel 4.124

Pengaruh Suku Bunga dan Gap Aset-Liability terhadap Net income Bank

Gap

∆ r

RSA/RSL (Gap) › 0

Positive net reinvestment

RSA/RSL ‹ 0

Positive net refinancing

› 0, higher rate (suku bunga naik)

Net income › 0 Net income ‹ 0

‹ 0, lower rates

(suku bunga turun)

Net income ‹ 0

Net income › 0

Pada Tabel dapat dilihat bahwa secara teori, penggunaan tambahan dalam jangka panjang secara fixed pada produk aset bank syariah secara masif, akan menciptakan struktur neraca yang bersifat negative gap (RSA/RSL << 0) atau disebut juga positive net refinancing. Dalam kondisi suku bunga yang naik secara cepat maka kondisi ini akan mengakibatkan yang merugikan pada net income bank karena bank tidak bisa melakukan perubahan pada rate of profit asetnya (sudah fixed

                                                            24 Lihat Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and

Shareholders Value in Banking : From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, 10-11.

Page 188: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

156  

dalam jangka panjang). Peristiwa ini yang disebut sebagai peristiwa “negative spread” yaitu peristiwa naiknya beban bunga yang melebihi pendapatan bunga Bank. Dalam keadaan yang overheating seperti yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia, “negative spread” yang terjadi berkepanjangan dan jumlah yang meningkat terus menerus telah menggerus modal bank semuanya bahkan harus diselamatkan dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang pada akhirnya harus di “bail out” atau diselamatkan Pemerintah dengan menerbitkan Obligasi Rekapitalisasi (Rekap Bond) sejumlah Rp 650 Triliun.25 Kondisi ini harus dibayar melalui pembebanan pajak kepada masyarakat. Peristiwa ini sebenarnya terulang lagi 10 tahun kemudian pada waktu terjadi krisis di Amerika pada tahun 2008 dimana suku bunga pada waktu itu juga bergerak naik dengan cepat namun tidak setinggi pada waktu 1998.

Risiko ALMA yang ditentukan suku bunga ini tentu sangat merugikan masyarakat, karena ketidakstabilan sektor keuangan dengan sistem bunga ini telah mengakibatkan ketidakseimbangan di sektor riil dan menyebabkan kesengsaraan masyarakat. Oleh karena itu, menurut penulis konsep rate of profit sebagai pengganti suku bunga, yang akan menentukan sensitivitas aset-liability bank syariah akan sangat menentukan net income dan kestabilan sektor keuangan dalam sistem ekonomi dan keuangan Islam selain faktor bauran atau komposisi aset-liability, volume, maturity, likuiditas dan kualitas aset bank syariah. Sistem keuangan Islam seharusnya tidak hanya membuat upaya struktur aset liability-nya bersifat “pass through in nature”, tetapi menurut penulis seharusnya ALMA risk di bank syariah lebih bersifat risk-neutral. Jika komposisi aset-liability bank syariah dibuat bersifat “pass through” maka bank syariah akan berusaha membuat “matched” komposisi neracanya baik dari sisi liability-nya maupun aset-nya baik dari sisi jangka waktunya maupun naturenya seperti return terhadap aset-liability-nya apakah bersifat fixed seperti transaksi-transaksi yang berdasarkan jual-beli (mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam).26 Misalnya untuk membiayai transaksi-transaksi yang dasarnya jual beli seperti mura>bah}ah dan salam, maka sumber liability-nya adalah harus berasal dari modal dan cadangan modal.

                                                            25 Lihat Sasmito Hadinegoro, “Stop Obligasi Rekap atau Tunda Bayar

Pajak”, Sindo Weekly, http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/19/i/12-18-juli-2012/ analysis /39 /stop-obligasi-rekap-atau-tunda-bayar-pajak. (diakses 8 Maret 2013). 

26Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic Bank (Washington D.C: The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank, 2008), 147.

Page 189: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

157  

Sedangkan untuk membiayai giro wajib minimum yang ditentukan bank sentral maka sumber pembiayaannya berasal dari simpanan giro dengan akad yad al-ama>nah atau giro wadi>‘ah. Untuk membiayai Long Term Partnership (musha>rakah) dibiayai deposito jangka panjang yang bersifat “pass-throuh” dengan akad mud}a>rabah 27. Seperti diterangkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.228

Teori Sumber dan Penggunaan Dana di Bank Syariah Sumber

( Liability dan Modal)

Penggunaan

(Aset)

Modal dan cadangan modal Mura>bah}ah Jangka Pendek

Giro dan tabungan wadi>‘ah GWM dan medium term investment (ija>rah dan istis}na>‘ )

Deposito mud}a>rabah muqayyadah on balance sheet

Investasi musha>rakah jangka panjang

Deposito muda>rabah muqayyadah off balance sheet

Fee based (ju‘a>lah, kafa>>lah, waka>lah, dll)

Menurut penulis penyusunan struktur neraca seperti teori yang dikembangkan Van Greuning ini di lapangan akan sangat sulit dilaksanakan mengingat luasnya produk (wide range) aset dan liability di bank syariah untuk memenuhi kebutuhan investasi nasabah. Ini sejalan dengan pendapat Hosein Askari dalam “The Stability of Islamic Finance : Risk Profile of Islamic Financial Intermediaries,”29. Tersebarnya jangka waktu liability mulai dari 1 bulan hingga 1 tahun dengan komposisi yang dominan berada di periode 1 bulan (70-80%).30

Sementara jangka waktu aset baik pembiayaan konsumen, usaha kecil, menengah dan komersil hingga korporasi, sebagian besar berjangka waktu di atas 1 tahun. Komposisi ini akan selalu menciptakan ketimpangan neraca (mismatch) yang sangat besar dan menciptakan risiko pengelolaan neraca (ALMA Risk) karena menghasilkan “duration” yang jauh di atas nilai risk neutral-nya (nol).

                                                            27Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic

Bank, 147. 28 Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic

Bank, 147. 29 Lihat Hosein Askari, etc, The Stability of Islamic Finance : Risk

Profile of Islamic Financial Intermediaries, 135. 30 Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic

Bank, 151.

Page 190: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

158  

Oleh karena, untuk menciptakan “duration” yang mendekati nol maka “duration” di sisi aset harus juga mendekati nol.

Di perbankan syariah, ada kesalahan yang sangat fatal tentang penggunaan transaksi mura>bah}ah dalam pembiayaan pemilikan rumah dengan margin/rate of profit yang berjangka sangat panjang (10-15 tahun) sehingga menciptakan volatility dengan “duration” yang sangat tinggi. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip economic value of time yang diterapkan dalam teori keuangan dan ekonomi Islam. Margin mura>bah}ah yang secara inheren berdasarkan prinsip economic value of time seharusnya bersifat jangka pendek, maka seharusnya ditujukan untuk pembiayaan jangka pendek. Rate of profit yang digunakan dalam transaksi mura>bah}ah sebagai nilai ekonomis dari waktu yang bersifat jangka pendek dan bisa di-reprice, akan menciptakan risk neutral transaksi dalam neraca bank, karena transaksi mura>bah}ah dengan rate yang variable akan menciptakan nilai “duration” sama dengan nol. Economic value neraca adalah hasil bersih nilai sekarang dari arus kas baik di sisi aset maupun liability yang terjadi di masa yang akan datang31. Economic value dari aset dan liability ini di mark to the market (nilainya dibandingkan dengan nilai pasar) dengan mendiskonto menggunakan suku bunga yang berlaku. Economic value neraca ini yang dimaksud pada perjanjian Basel 2 Pilar 2 yang berhubungan dengan Aset-Liability Management Bank. Jika semua komponen aset dalam neraca bank syariah yang didiskonto bersifat risk-neutral karena rate-nya bersifat variable dan mengikuti rate of profit pasar yang berlaku, maka liability atau pendapatan nasabah juga akan stabil dan tidak berfluktuasi besar melalui mekanisme nisbah bagi hasil yang bersifat linier, sehingga net income bank syariah akan lebih stabil dan tidak akan terjadi “negative spread” seperti yang terjadi di bank konvensional.

Adanya transaksi aset mura>bah}ah pada bank syariah saat ini yang tidak bersifat risk neutral adalah karena transaksi mura>bah}ah yang dilakukan menggunakan net income yang bersifat fixed dan berjangka sangat panjang (lebih dari 1 tahun) dan arus kas cicilan mura>bah}ah karena menggunakan akad bay‘ bithaman ajil apabila di mark to market (didiskontokan) menggunakan present value dari rate of profit yang bersifat tetap maka nilai dari mura>bah}ahnya akan jatuh jika dibandingkan dengan rate of profit yang sedang berlaku. Maka melalui konsep rate of profit yang diangkat dalam disertasi ini, transaksi transaksi pada bank syariah yang menggunakan akad mura>bah}ah harus berjangka pendek dan nilai net income -nya ditinjau paling tidak dalam waktu 1 tahun (repricing profile-nya) sehingga risiko terhadap perubahan rate of profit atau suku bunga secara tidak langsung dengan menghitung nilai present value menjadi nol karena

                                                            31 Joel Bessis, Risk Management In Banking, 334

Page 191: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

159  

duration-nya nol. Atau dengan kata lain rate of profit pada transaksi mura>bah}ah yang digunakan selalu sama dengan rate of profit yang berlaku di pasar, misalnya nilai rental atau sewa komoditas yang digunakan (rumah, mobil atau komoditas lainnya). Pendapat tentang penggunaan mura>bah}ah sebagai instrument jangka pendek misalnya dipaparkan oleh Hennie Van Greuning dan Zamil Iqbal32 untuk mengatasi inherent risk (risiko yang terkandung dalam transaksi bank syariah) seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.333

Neraca Ideal Bank Syariah Berdasarkan Jangka Waktu

ASET LIABILITY

Jual beli jangka pendek : mura>bah}ah , salam

Giro : amanah

Investasi jangka menengah : ija>rahdan istis}na>‘

Investment account/deposito: mud}a>rabah mutlaqah

Partnership jangka panjang : musha>rakah

Special investment account: mud}a>rabah muqayyadah

Fee based service : ju‘a>lah dan kafa>lah

Cadangan modal

Aset tetap (bangunan dll) Modal (equity capital)

Sehingga neraca bank syariah, tetap masih menggunakan transaksi transaksi bersifat jual beli (mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam) karena secara hukum syariah diperbolehkan oleh semua mazhab dan secara bisnis sangat diperlukan dalam rangka menawarkan varian produk yang beragam di tengah tuntutan permintaan nasabah yang sangat luas. Hal yang penting adalah bahwa transaksi berdasarkan jual beli ini tidak mengakibatkan capital losss, karena merupakan tugas bank untuk menciptakan aset liability yang stabil34. Oleh karena itu , transaksi berdasarkan akad jual-beli atau ija>rah, tidak bisa digunakan untuk transaksi berjangka panjang. Semakin panjang jangka waktu, semakin besar nilai duration-nya, sehingga semakin tidak stabil terhadap

                                                            32 Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic

Bank, 19. 33 Lihat Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for

Islamic Bank, 147. 34 Hosein Askari, etc, The Stability of Islamic Finance : A Theoretical

Model of the Inherent Stability of Islamic Finance (Singapore : John Wiley and Sons (Asia)Pte. Ltd, 2010), 84.

Page 192: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

160  

perubahan rate of profit atau dampak dari bunga yang menyebabkan terjadinya capital loss.

Sukuk berakad ija>rah misalnya Sukuk Pemerintah Seri SR01 dengan kupon ijaroh 12 pct dengan jatuh tempo 25 Februari 2012 pernah mencapai harga 107.7199 atau mengalami apresiasi 7.7199 pct di atas harga pokok Sukuk. Sementara harga Sukuk Pemerintah Seri IF8 dengan kupon 8.8 pct jatuh tempo 15 Maret 2020 pernah mencapai harga 98.50 atau mengalami capital loss sebesar 1.5% dari nilai pokoknya. Pergerakan harga aset financial yang dapat mengalami capital loss (turunnya kekayaan) akan menyebabkan tidak stabilnya sistem keuangan Islam, karena tidak stabilnya aset dan liability bank syariah, yang pada akhirnya berdampak pada kekayaan masyarakat yang menginvestasikan dananya di bank syariah (equitable distribution of income).35 Oleh karena itu, berdasarkan prinsip economic value of time , transaksi berakad jual-beli harus bersifat jangka pendek (<<< 1 tahun), atau jika berjangka panjang (> 1 tahun) maka net income atau marginnya atau sewanya harus di-reprice dalam 1 tahun (3 atau 6 bulan sekali), agar duration-nya mendekati nol, sehingga risiko penurunan harga aset menjadi sangat kecil dan lebih stabil. Dengan demikian kepastian tidak adanya capital loss dan arus pendapatan positif sehingga ekonomi terus tumbuh, akan menciptakan kestabilan sistem keuangan Islam. Kestabilan harga aset juga akan menciptakan stabilitas harga-harga barang lainnya karena tidak adanya distorsi dari harga (terutama karena bunga) sehingga ekonomi bisa berjalan dalam keadaan full employment.

Profit rate yang sejalan dengan rate of return di sektor financial akan menyebabkan stabilnya sistem ekonomi Islam36 . Oleh karena itu, sebagai lembaga perantara financial, maka penulis berpendapat bank syariah, sesuai dengan konsep rate of profit yang menciptakan kestabilan di sistem keuangan syariah maka bank syariah sebaiknya melakukan transaksi akad jual beli berjangka pendek. Dalam hal ini penulis tidak setuju dengan pendapat Hossein Askari, Zamir Iqbal, Noureddin Krichene dan Abbas Mirakhor, bahwa untuk menciptakan stabilitas yang inherent dalam system keuangan Islam maka model bank syariah menghilangkan akad-akad yang bersifat jual beli baik di sisi liability maupun di sisi aset.37 Hal ini berarti transaksi pembiayaan mura>bah}ah, istis}na>‘ , salam dan ija>rah sebaiknya dihapuskan dalam                                                             

35 Bloomberg Company, www.bloomberg.com (diakses 4 Juni 2010).  36Abbas Mirakhor, The Equilibrium in a non interest economy:

International Monetary Fund Working Paper 1988, WP/88/111. 37 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Noureddin Krichene and Abbas

Mirakhor, The Stability of Islamic Finance : Creating a Resilient Financial Environment for a Secure Future, (Singapore : John Wiley and Sons (Asia)Pte. Ltd, 2010), 83.

Page 193: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

161  

sistem keuangan Islam karena akan menyebabkan ketidakstabilan. Hal ini tentu bertentangan dengan fatwa dan ijma jumhur ulama di seluruh dunia yang membolehkan transaksi dengan akad jual beli. Yang perlu dihilangkan hanya unsur riba> al-fad}l-nya saja yaitu pembebanan margin tanpa ‘iwad} yang jelas (premium untuk uncertainty) dan tindakan maysir (term premium) karena menggunakan margin berjangka panjang yang bersifat tetap.

Dalam rangka menunjang kestabilan bank syariah ini diperlukan koordinasi dengan otoritas keuangan yaitu Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengatasi risiko pengelolaan aset dan liability bank syariah yang bersifat khusus ini. Koordinasi tersebut dapat berupa penyediaan instrument-instrument pengendali moneter yang sesuai dengan konsep rate of profit yang selaras dengan risk management yang akan menciptakan kestabilan lembaga keuangan secara makro.

Bervariasinya akad akad dalam pembiayaan konsumen misalnya dalam pembiayaan pembelian rumah, mobil selain mura>bah}ah seperti musha>rakah mutana>qis}ah (MMQ) dan ija>rah muntahia Bittamli>k (IMBT) sebagai pengganti mura>bah}ah, dalam kajian rate of profit ini, dapat dijadikan solusi untuk menciptakan distribusi pendapatan yang berkeadilan karena rate of profit-nya dapat disesuaikan (reprice) dengan rate of profit yang terjadi di sektor riil. Berdasarkan prinsip ini maka seharusnya margin dalam transaksi mura>bah}ah sama dengan ongkos sewa yang dibebankan pada nasabah dengan akad mus}a>rakah mutanaqisah dan ijaroh muntahia bit tamlik jika diaplikasikan dalam produk yang sama, misalnya pembiayaan barang jadi. Dalam prakteknya rate mura>bah}ah yang dikenakan kepada nasabah berbeda dengan rate sewa yang dikenakan pada transaksi MMQ dan IMBT. Perbedaan rate of profit yang diambil dalam transaksi mura>bah}ah dan transaksi ija>rah adalah karena ketidaktahuan praktisi (banker) terhadap konsep rate of profit dalam akad akad yang digunakan. Transaksi mura>bah}ah seharusnya digunakan hanya untuk transaksi jangka pendek (short term)38 sementara dalam prakteknya transaksi mura>bah}ah digunakan dalam transaksi berjangka sangat panjang yaitu 15-20 tahun dalam transaksi pembiayaan rumah. Seharusnya transaksi mura>bah}ah tidak digunakan dalam transaksi pembiayaan investasi yang berjangka panjang, melainkan bank syariah dapat menggunakan transaksi MMQ atau IMBT yang cocok untuk pembiayaan jangka menengah dan panjang dengan rate of profit yang dapat disesuaikan, sehingga akan menciptakan kestabilan distribusi pendapatan bagi semua pihak, seperti dijelaskan dalam Tabel 4.4. berikut ini.

                                                            38 Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal. Risk Analysis for Islamic

Bank, (Washington : The World Bank, 2008), 21.

Page 194: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

bagpemprodwak(prefixeelim

ready

         

JANG

Jangka Pende

Jangka Mene

Jangka PanjaOleh kare

i hasil di Bmbiayaan apduktif atau kktunya agar emi untuk unced yang berminasi riba> al-

Teknik S(P

Pada selek

dy stock unt

                       39 Tabel di

40 Gambar

Akad d

GKA WAKTU

ek

engah

ang ena itu dalamBank Syariaakah bertujkonsumtif sutidak terjad

ncertainty) danrjangka sang-fad}l ini bisa

Seleksi Akad Penambahan R

ksi akad invesuk jangka w

                       iolah sendiri. 

diolah penulis

162 

Tabel 4.4 dan Jangka W

Mura>b

Ija>rah MusyaMMQ

m pengelolaaah, screeninguan untuk

udah dapat di penambahan tindakan mgat panjang. dilihat pada g

Gambar.

Investasi untRate of Profit

stasi untuk pwaktu panja

     

s.

Waktu39

APLIKASI AK

bah}ah, Salam

h , Istisna, Mud}arakah , IMBT

an pembiayaag atau peny

pembiayaandipisahkan bean yang bers

maysir karena p Teknik p

gambar di baw

4.1. tuk Menghindit tanpa ‘iwad}

embelian barang, maka p

KAD

da>rabah,

an dan distryaringan terhn investasi erdasarkan jasibat riba> alpenetapan mpenyaringan wah ini.

dari Praktek Rd})40

rang yang berpenggunaan

ribusi hadap

atau angka al-fad}l

argin atau

Riba

rsifat akad

Page 195: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

mura(tetarisikoakansehinterlibSri Ebesarkesersebagdan karenreadymengdengterteakadbawa

Te

         

satunlain ethicuyang membEkon

Juli 2

a>bah}ah dengaap) dalam jano uncertainty

n cenderung mngga akan terbat dalam traEdi Swasonor dalam waktrakahan mangai homo-ecoperilakunya

na itu untuk dy stock untukggunakan tra

gan rate of pntu (6 bulan

d untuk kebutuah ini.

eknik Seleksi

                       41 Sri Edi

nya fungsi manyang sering d

cus, homo-religharus dibang

bawa kesejahtnomi Humanist

42Sri Edi S2012. 

43 Gambar

an margin/magka waktu pa

y dari rate ofmenerapkan rjebak ke dal

ansaksi yang o menjelaskau yang sanganusia karenaonomicus41 ymencari kepdapat melak

k jangka wakansaksi MMQprofit yang

n sekali atau uhan modal k

Akad untuk P

                       Swasono menjnusia yang dijdiabaikan oleh

igious dan homgun dalam dirteraan bagi laitik”, Kompas,

Swasono, “Kop

diolah penulis

163 

ark-up (rate oanjang dihindf profit dalamtambahan ya

lam transaksibersifat mays

an bahwa mat singkat dida manusia hyaitu makhlukpuasan dan kkukan transakktu panjang,

Q atau IMBTdapat di-rep

1 tahun sekakerja (produkt

Gambar 4.2Pembiayaan M

     jelaskan bahwjalankan dalamh manusia senmo-humanus.ri manusia ituinnya. Lihat S12 Juli 2012.

perasi dan Ekon

s.

Lu

of profit ) yadari dalam ram jangka wakang tidak mi riba> al-fad}l

ysir yang dilarendapatkan

dorong oleh kehanya menek ekonomi rakeuntungan mksi investasi p

maka bank sT (ija>rah munepricing dalamali). Lebih jetif) bisa dilih

. Modal Kerja

wa homo-econom aktivitas ekndiri yaitu hoFungsi-fungsi

u sendiri sehinSri Edi Swaso

nomi Humanis

umpsum

ang bersifat angka memitku panjang. B

mengandung ‘l di samping rang dalam Iskeuntungan etidaksabaran

empatkan dirakus yang inmaksimal.42 pembelian basyariah sebaintahia bit tamm periode welas untuk seat pada gamb

Secara Syaria

omicus bukan konomi. Ada fhomo-socius, hi inilah sebenngga ekonomiono, “Koperas

stik”, Kompas,

fixed tigasi Bank ‘iwad akan slam. yang

n dan rinya

nsting Oleh

arang iknya

amli>k) waktu eleksi bar di

ah43

satu-fungsi homo-narnya i bisa si dan

, 12

Page 196: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

sepeuntupekesecaperitergberlpengakadtergdaptahukecitida(diadiguTah(unldan pad

Te

         

Islam

Pada selek

erti untuk peuk rumah yanerjaan konstrara bertahap,iode tertentu gantung keplangsung padgadaan barand mud}a>rabah

gantung kepaat digunakanun, dengan pil dan mikro

ak bisa diguatas 3 tahun)unakan untuhun)44, hal inlawful gain) ktidak bisa d

a gambar di b

eknik Seleksi

                       44 Adiwarm

mic Financing in

45 Data dio

ksi akad untuengadaan rumng bersifat siaruksi dengan , di mana ra

misalnya seada busines

da waktu itung dan jasa

h dengan nisbada pendapatn akad mura>bertimbangan

o. Kesimpulnakan untuk). Praktek d

uk transaksi ni tidak sesukarena rate ofi-reprice dalabawah ini.

Akad untuk

                       man A. Karimn Ankara Turk

olah penulis 

164 

uk pembiayaamah maka jiap pakai, makakad istis}na>

ate of profit etiap 3 bulanss cycle pau. Untuk pemyang bersifat

bah dari rate oan, kecuali u

bah}ah dengan transparansi

annya adalahk transaksi ydi Bank Syar

yang berjanuai dengan k

of profit yangam jangka pa

Gambar 4.3Pembiayaan

     . “Paper Semi

key”. June 13-

an modal kerjka rumah teka developer

a>‘ dengan pet nya dapat dn, 6 bulan ataada keadaanmbiayaan mot kontraktualof profit yanguntuk usaha jangka waktdan akuntab

h bahwa tranyang bersifatriah di Indonngka sangat konsep rate og digunakan aanjang. Lebih

Konsumtif S

inar on Small 14, 2011.

a untuk deveersebur digun

dapat melakembayaran pdirepricing sau setahun s

n ekonomi odal kerja dl, bisa digung bersifat var

kecil dan mtu pendek yabilitas pada unsaksi mura>bt jangka pannesia, mura>b

panjang (1of profit Is

akan bersifat h jelas bisa di

ecara Syariah

Medium Enter

loper nakan kukan pokok setiap sekali yang

dalam nakan riable mikro aitu 1 usaha bah}ah njang bah}ah 10-15 slami fixed ilihat

h45

rprise

Page 197: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

165  

Pada seleksi akad untuk pembiayaan konsumtif misalnya rumah siap huni (ready stock) dengan pembayaran cicilan secara jangka panjang 10-20 tahun, maka bank syariah dapat menggunakan akad IMBT atau MMQ dengan rate of profit yang dapat disesuaikan (reprice) dalam periode tertentu misalnya 6 bulan atau 1 tahun sekali, dengan menggunakan rate sewa regional, sehingga rate of profit bank syariah ini selalu di mark to the market terhadap pergerakan harga sewa di sektor riil.

Pengelolaan rate of profit yang menciptakan stabilitas juga dapat dilihat dari arus dana dan sifat nasabah pembiayaan. Seleksi akad dalam pembiayaan bank syariah ditentukan berdasarkan arus dana nasabah yang digunakan apakah dengan cicilan (installment) dan sifat sumber dana nasabah apakah berdasarkan akad muda>rabah muqayyadah (Restricted Investment Account –RIA) atau akad muda>rabah mutlaqah (Unristricted Investment Account-URIA).46 Muda>rabah mut}laqah adalah akad kerjasama antara nasabah pemilik dana (s}a>hibul ma>l) dengan bank (mud}a>rib) sebagai pengelola di mana tidak ada pembatasan dalam penggunaan dana yang dihimpun, nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke pembiayaan apa, ke sektor bisnis tertentu atau penggunaan akad-akad tertentu atau untuk nasabah tertentu.47 Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini (Di Indonesia, URIA ini berupa produk deposito syariah yang umum digunakan secara luas di bank-bank syariah), untuk menyalurkan dana ke bisnis apapun yang diperkirakan menguntungkan. Sedangkan mud}a>rabah muqayyadah, adalah akad kerjasama antara nasabah pemilik dana (s}a>hibul ma>l) dengan bank (mud}a>rib) sebagai pengelola untuk diinvestasikan pada sektor tertentu dengan syarat-syarat tertentu.48 Penggunaan untuk investasi secara khusus pada sektor tertentu ini dilakukan di mana peran bank dapat bertindak sebagai: 1) Channelling agent yaitu bank sebagai intermediator saja dan tidak bertanggung jawab atas risiko pembiayaan (off balance sheet), 2) Executing agent yaitu bank sebagai intermediator sekaligus ikut bertanggung jawab atas risiko pembiayaan (on balance sheet).

Pengelolaan rate of profit yang menciptakan stabilitas pendapatan juga dapat dilihat dari sifat pembayaran nasabah pembiayaan yang memerlukan grace periode (periode penundaan

                                                            46 Adiwarman A. Karim, Islamic Banking: Fiqh and Financial Analysis,

Third Edition (Jakarta: Rajawali Press, 2005), 299 -305. 

47 Lihat Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), 66.

48 Lihat Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, 67. 

Page 198: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

166  

pembayaran pokok dalam periode tertentu misalnya 6 bulan) dan hanya dilakukan pembayaran terhadap margin atau rate of profit -nya saja. Jika dilakukan pembayaran dilakukan secara cicilan setiap bulan maka bank dapat melakukan akad ija>rah dengan rate of profit atau margin yang di-reprice setiap periode tertentu misalnya 6 bulan atau setahun sekali dan diambil dari sumber dana nasabah mud}a>rabah mut}laqah (URIA). Jika tidak dilakukan pembayaran bulanan, maka dananya dapat diambil dari sumber dana mud}a>rabah muqayyadah (RIA) yang lebih flexible.

Pengelolaan rate of profit yang menciptakan stabilitas pendapatan juga dapat dilihat dari sifat sumber pendapatan nasabah pembiayaan, apakah sumber pendapatan itu bersifat dapat diprediksi dengan mudah (highly predictable) atau tidak. Jika akadnya bersifat kontrak seperti pekerjaan konstruksi maka akad yang bisa digunakan adalah istis}na>‘> dengan pembayaran pokok secara bertahap dan margin/rate of profit yang di-reprice jikalau berjangka panjang. Jika kontraknya berupa pengadaan barang, maka akad yang digunakan adalah mud}a>rabah. Jika akadnya adalah pembelian barang yang bersifat ready-stock dan berjangka pendek maka digunakan akad mura>bah}ah. Jika barangnya bersifat good in process (barang dalam proses pembuatan atau proses tanam) maka dapat digunakan akad istis}na>‘ (jika barangnya harus dibuat dulu) atau akad salam (jika berupa produk-produk pertanian yang harus ditanam dan dipanen dalam jangka waktu tertentu).

Penyeleksian akad bisa juga dilihat dari cashflow nasabah pembiayaan jika sumber pembayarannya memang bersifat lump sum atau satu kali di akhir akad (ballon payment). Dilihat dari sumber arus pembayaran nasabah pembiayaan yang bersifat lumpsum (satu kali pembayaran di akhir akad), maka jika pembiayaannya untuk akad pembelian barang yang bersifat ready-stock dalam jangka pendek maka akad mura>bah}ah. Jika berupa goods in process maka digunakan akad salam. Sedangkan jika tidak lumpsum (termin/cicilan bertahap), maka akad yang digunakan adalah istis}na>‘ untuk goods in process. Sedangkan jika pembiayaannya untuk jasa digunakan akad ija>rah. Untuk akad yang bersifat kontrak, dengan pembayaran nasabah pembiayaan dengan lump-sum bisa digunakan akad musha>rakah bila berupa pembiayaan sindikasi, jika tidak maka menggunakan akad mud}a>rabah. Dengan sistem seleksi akad berdasarkan karakteristik rate of profit ini, kestabilan pendapatan bank dan nasabah dana dapat diwujudkan.

Menurut penulis, yang dimaksud dengan transaksi jangka pendek adalah transaksi dengan jangka waktu di bawah 2 tahun49. Transaksi jangka menengah adalah transaksi dengan jangka waktu 3-5 tahun, sedangkan transaksi jangka panjang adalah transaksi dengan

                                                            49 Mei Pheng & Ivan Jeron Detta, Islamic Banking and Finance Law

(Selangor: Pearson Longman Malaysia, 2007), 80.

Page 199: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

167  

jangka waktu di atas 5 tahun. Hal ini masih sesuai dan compatible dengan definisi dari pasar uang, pasar modal dan pasar medium term di sistem keuangan konvensional. Pasar uang adalah pasar yang memperdagangkan transaksi transaksi instrument keuangan di bawah 1 tahun, sedangkan pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan instrument keuangan di atas 5 tahun. Sementara pasar medium term adalah pasar yang memperdagangkan instrument instrument keuangan antar 1-3 tahun.50

Sejalan dengan konsep rate of profit , yang tidak terekspose terhadap risiko mismatch (perbedaan jatuh tempo aset dan liability) dan risiko gap (perbedaan jangka waktu repricing), maka penulis tidak setuju terhadap konsep pool of funds 51 saja dalam pengelolaan aset-liability bank syariah untuk distribusi hasil usaha seperti yang dianut oleh beberapa bank syariah di negara-negara lain antara lain : Kuwait Finance House, Faysal Islamic Bank of Sudan, Al Tadhamon Islamic Bank of the Sudan, Jordan Islamic Bank, Bank syariah Malaysia Berhad52. Penulis lebih setuju kepada konsep gabungan antara pool of funds dan aset allocation fund 53 karena konsep aset allocation menyebabkan duration (alat ukur risiko pasar terhadap Aset Liability Management ) mendekati nol, sehingga akan menciptakan stabilitas internal di Bank Syariah. Atau dengan kata lain neraca Bank Syariah akan dikelola berdasarkan kecocokan maturity dan reprofiling dari aset dan liability-nya dan bukan

                                                            50Surat Keputusan Mentri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 tanggal

22 Januari 1991.

51 Konsep pool of funds adalah penggabungan seluruh dana yang dapat diinvestasikan kepada satu kesatuan dana yang dikelola sehingga memungkinkan seluruh pos pendapatan dan biaya dibagihasilkan kepada pemegang saham dan pemilik rekening investasi. Lihat Selamet Riyadi, Banking Asets and Liability Management (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), 26.

52 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta : PT Gramedia, 2005), 109-114

53 Berbeda dengan konsep pool of funds yang tidak membedakan sumber dana yang dapat dihimpun oleh bank, aset allocation funds membedakan dana yang masuk berdasarkan jangka waktu dan perbedaan potensi penarikan, serta struktur aset disesuaikan berdasarkan pada struktur dana. Giro dan Tabungan yang berjangka waktu pendek maka penggunaaanya untuk aset berjangka waktu pendek misalnya pinjaman rekening koran dan pinjaman dengan jangka waktu paling lama 1 tahun. Lihat Selamet Riyadi, Banking Asets and Liability Management, 27.

Page 200: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

168  

berdasarkan functionality-nya saja. Pendekatan functionality dari sisi aset misalnya hanya melihat dari 2 sisi misalnya aset pembiayaan (mura>bah}ah, salam, ija>rah, istis}na>‘ ) dan aset investasi (mud}a>rabah}, musyarakah). Sedangkan dari sisi liability hanya dilihat dari 3 sisi: demand deposit (ama>nah, wadi>’ah), investment account (mud}a>rabah} deposit), dan Special Investment Account (mud}a>rabah} , musha>rakah). Management rate of profit seharusnya melihat kepada kesesuaian jangka waktu dalam pengelolaan aset-liability management-nya.

G. Manajemen Rate of Profit untuk Menciptakan Distribusi Pendapatan

yang Berkeadilan (Equitable Distribution Of Income) dalam Investasi pada Bank Syariah.

Dalam sistem distribusi hasil usaha yang dipraktekan di bank syariah bisa di kategorikan 3 jenis rate of profit yaitu: rate of profit nasabah, rate of profit bank (net income/margin bank) dan rate of profit pembiayaan (financing). Sehingga: rate of profit nasabah + rate of profit bank = rate of profit pembiayaan.

Dalam pembagian keuntungan keapada nasabah (sha>hibul ma>l) di bank syariah dapat dilakukan dengan dua metode : 1) Metode Bagi Hasil (Revenue Sharing)54 dan 2) Metode bagi Untung (Profit and Loss Sharing)55. Pada prinsipnya rate of profit yang dibagikan kepada nasabah adalah rate of profit yang berasal dari dana mud}a>rabah saja. Apabila dana mud}a>rabah lebih kecil dari jumlah penyaluran dana maka rate of profit yang dibagikan kepada nasabah hanya sebesar porsi dana

                                                            54 Prinsip Bagi Hasil diterapkan berdasarkan pendapat dari Imam Syafi’i

yang mengatakan bahwa mud}a>rib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian karena mud}a>rib telah mendapatkan bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu. Lihat Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah , 118.

55 Prinsip Bagi Untung diterapkan berdasarkan pendapat Imam Malik dan Imam Abu Hanifah yang menagatakan bahwa mudharib dapat membelanjakan harta mud}a>rabah hanya bila perdagangan itu di perjalanan saja baik itu berupa makan, minum, pakaian dan lain sebagainya. Sedangkan Imam Hambali berpendapat bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta mud}a>rabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan ijin sha>hibul ma>l, tetapi besarnya nafkah adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) dan tidak boleh boros. Lihat Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 118.

Page 201: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

169  

mud}a>rabah saja. Pendapatan atau keuntungan dari pengelolaan dana wadi>’ah sesuai prinsipnya tidak dibagikan kepada penitip56.

Gambar. 4.4 Prinsip Bagi Hasil Usaha di Bank Syariah57

Perhitungan

Pada dasarnya prinsip distribusi bagi hasil ini sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000

                                                            56 Prinsip wadi>’ah ini diterapkan berdasarkan pendapat Imam Malik dan

Abu Yusuf yang mengatakan bahwa jika ia mengambalikan harta (yang dititipkan kepadanya) maka keuntungan tersebut halal baginya walaupun dengan cara menghasab (menggunakan tanpa ijin). Lihat Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 119.

57 Lihat Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 118 

Prinsip Revenue Sharing Laporan Laba Rugi (Bank sbg LKS

Prinsip Profit Sharing Laporan Hasil Usaha Mud}a>rabah

(Bank Sbg Mud}a>rib)

(1) Pendapatan Operasi Utama

(‐/‐) 

(2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil ITT

(3) Pendapatan operasi lainnya

(4) Beban operasi (tenaga kerja, adm, opr lainnya

(-/-)

(+/+)

(5) Laba/Rugi

(1) Pendapatan Operasi Utama Bagi hasil (prinsip bagi hasil) Margin (prinsip jual beli) Pendapatan neto sewa Lainnya (SWBI, IMA dsb)

(2) Beban Mud}a>rabah Beban tenaga kerja Beban administrasi Beban penyusutan Beban operasi lainnya

(3) Laba/Rugi Mud}a>rabah

(‐/‐)

Pembagian Hasil Usaha

S}a>hibul Ma>l

Revenue Sharing

Pro

fit

Sha

ring

Por

si S

}a>hib

ul M

a>l

Page 202: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

170  

tentang prinsip distribusi hasil usaha58 yaitu sbb : (1). Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue Sharing) maupun bagi untung (profit sharing) dalam distribusi hasil usaha dengan nasabahnya, (2) Dilihat dari segi mas}lah}ah (al- as}lah), distribusi hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (Revenue Sharing), (3) Penetapan distribusi hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad. Perbedaan prinsip bagi hasil dan bagi untung dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5.

Distribusi Hasil Usaha berdasarkan Revenue dan Profit Loss Sharing59

                                                            58 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia,

Edisi kedua.

59 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah , 129. 

Pendapatan Utama: Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan Jual beli Pendapatan Sewa (Ujrah)

Beban Mud}a>rabah Beban tenaga kerja Beban Umum & Adm

( / )

Laba/rugi

Hak pihak ketiga atas Bagi Hasil Investasi

Tidak terikat

Pendapatan bank dari pengelolaan dana

mud}a>>rabah

Pendapatan Operasi Lain

(+/+)

(-/-)

=/=

=/=

Beban LKSBeban tenaga kerja Beban umum & adm Beban operasi

(‐

Laba Rugi Bank Syariah =/=

Tabel Pembagian Hasil Usaha

Y

Sah

ibul

Mal

In

vest

asi T

idak

ter

ikat

Page 203: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

171  

Selanjutnya dalam sistem distribusi hasil usaha, maka penentuan pendapatan yang dibagikan kepada mudharib dan shahibul mal adalah berdasarkan pendapatan yang nyata-nyata telah diterima (cash basis) sedangkan pendapatan yang masih dalam pengakuan (accrual basis) tidak dibenarkan untuk dibagi antara mudharib dan shahibul mal. Hal ini sesuai dengan Fatwa DSN No.14/DSN-MUI/IX//2000 tanggal 16 September 2000 tentang sistem distribusi bagi hasil dan PSAK 59 Paragraf 16 tentang perbankan syariah.

Dalam metode manajemen rate of profit dikenal 2 metode pencatatan (akuntansi) yaitu : (1) metode akrual (accrual) dan (2) metode kas (cash basis). Akuntansi berdasarkan metode akrual mewajibkan suatu entitas untuk mengakui biaya dan pendapatan di depan tanpa memperhatikan kapan kas akan diterima atau dikeluarkan dan dapat didistribusikan dalam beberapa periode. Akuntansi dengan metode akrual ini yang digunakan oleh bank konvensional dengan sistem bunga (rate of interest) dalam sistem opersionalnya. Metode akuntansi ini membuat bank konvensional dapat merekayasa keuntungan dengan cara menunda pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode berikutnya meskipun kas telah diterima. Atau perusahaan dapat mengakui pendapatan pada periode tertentu walaupun kas baru akan diterima pada periode yang akan datang. Hal ini mengakibatkan munculnya account akrual dalam laporan keuangan seperti pendapatan diterima dimuka, hutang biaya, biaya dikeluarkan dimuka, biaya cadangan, piutang dagang dan lain sebagainya. Sehingga kelemahan dasar metode akrual adalah bank konvesional dapat mengatur besar kecil keuntungan dengan mempermainkan account akrual khususnya komponen biaya dan pendapatan.

Sedangkan akuntansi berdasarkan metode kas hanya mengakui pendapatan pada saat kas diterima dan biaya pada saat kas dikeluarkan. Akuntansi dengan metode kas ini yang digunakan oleh bank syariah dengan sistem distribusi rate of profit dalam sistem operasionalnya, dengan menghitung dan menentukan keuntungan periode berjalan tergantung kepada penerimaan dan pengeluaran kas tunai60. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu membedakan pendapatan yang telah ada aliran kas masuk dan pendapatan yang masih dalam pengakuan. Perlu dijelaskan bahwa asumsi dasar secara akrual sesuai aturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk pengakuan pendapatan hanya dipergunakan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan bank syariah, tetapi untuk kepentingan perhitungan distribusi hasil usaha, pengakuan pendapatan yang akan dibagikan harus didasarkan                                                             

60 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), 162.

Page 204: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

172  

pada metode kas (cash basis). Penggunaan metode akrual untuk kepentingan pelaporan digunakan karena metode kas hanya menghitung keuntungan periode berjalan tergantung kepada penerimaan dan pengeluaran kas tunai sehingga prinsip penandingan (matching cost to revenue) diabaikan. Akibatnya laporan keuangan yang dibuat dengan metode kas tidak dapat mencerminkan kinerja sesungguhnya suatu entitas dalam periode tertentu. Menurut penulis, untuk melakukan sistem penandingan (matching cost to revenue) dengan baik untuk menciptakan distribusi hasil usaha yang berkeadilan maka pendapatan dari pembiayaan harus berdasarkan rate of profit yang dapat di-reprice secara periodik. Jika rate of profit menggunakan benchmark rate of interest yang bersifat fixed dan predetermined dalam jangka panjang seperti penggunaan margin mura>bah}ah dalam transaksi pembelian rumah dalam jangka sangat panjang maka hal tersebut akan menimbulkan potensi risiko ketidakstabilan dalam pendapatan atau rate of profit bank dan nasabah61.

Praktek pencatatan (akuntansi) dalam administrasi keuangan bank syariah dengan sistem rate of profit ini sesuai dengan Fatwa DSN No.14/DSN-MUI/IX/2000 tentang sistem distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah (LKS) bahwa : 1) Pada prinsipnya, LKS boleh menggunakan sistem accrual basis maupun cash basis dalam administrasi keuangan, (2) Dari segi kemaslahatan (al ashlah), pencatatan (pembuatan laporan) sebaiknya digunakan sistem accrual basis akan tetapi dalam distribusi hasil usaha hendaknya atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi (cash basis), (3) Penetapan sistem yang dipilih harus disepakati dalam akad.

Di bank Syariah, pendapatan yang dapat dilakukan pencatatan dengan metode akrual adalah transaksi dengan akad berdasarkan jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam, dan transaksi dengan akad sewa seperti ija>rah dan IMBT. Sedangkan pendapatan yang dapat dilakukan dengan metode kas adalah transaksi dengan akad bagi hasil seperti mud}a>rabah dan musyarakah. Jadi pendapatan operasi utama (Tabel 4.13) ini yang akan dibagikan kepada nasabah sesuai dengan porsi dana mud}a>rabah dan seusai nisbah bagi hasil yang telah ditetapkan dimuka per masing-masing produk (giro, tabungan, deposito). Contoh sistem distribusi bagi hasil (Revenue Sharing) di bank syariah adalah seperti table 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.5

Distribusi Bagi Hasil Di Bank Syariah Mandiri Periode: Juni 2009

                                                            61Amr Mohamed El Tiby, Islamic Banking : How to Manage Risk and

Improve Profitability (New Jersey : John Wiley and Sons, Inc., 2011), 125.

Page 205: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

173  

JENIS REKENING

SALDO RATA-RATA

DISTRIBUSI PENDAPATAN

DISTRIBUSI PENYIMPAN DANA

DISTRIBUSI BANK E.R. Sblm

Nisbah Pendapatan Eq.

RateNisbah Pendapatan Eq.Rate Distribu

si Giro - IDR *) 1,584,516,415,141.25 16,202,548,262.99 8.00% 1,296,203,861.04 0.98% 92.00% 14,906,344,401.95 11.29% 12.2707%

Giro - Dollar *) 382,084,488,935.23 3,907,023,185.97 2.00% 78,140,463.72 0.25% 98.00% 3,828,882,722.25 12.03% 12.2707%

Giro - Singapore Dollar *) 926,672,704.83 9,475,735.99 2.00% 189,514.72 0.25% 98.00% 9,286,221.27 12.03% 12.2707%

Giro - EURO *) 850,755,838.41 8,699,444.45 5.00% 434,972.22 0.61% 95.00% 8,264,472.23 11.66% 12.2707%

Tabungan - IDR 4,740,079,572,057.09 48,469,910,000.79 40.00% 19,387,964,000.32 4.91% 60.00% 29,081,946,000.48 7.36% 12.2707%

Tabungan Mabrur - IDR 583,526,538,138.82 5,966,878,478.88 25.00% 1,491,719,619.72 3.07% 75.00% 4,475,158,859.16 9.20% 12.2707%

Tabungan Mabrur (talangan) 114,705,843,175.59 1,172,930,076.55 2.50% 29,323,251.91 0.31% 97.50% 1,143,606,824.63 11.96% 12.2707%

Tabungan Qurban 332,230,946.46 3,397,243.41 13.00% 441,641.64 1.60% 87.00% 2,955,601.76 10.68% 12.2707%

Tabungan Investa 104,341,199,474.31 1,066,945,917.47 52.00% 554,811,877.08 6.38% 48.00% 512,134,040.39 5.89% 12.2707%

Tabungan Pensiun 897,955,110.56 9,182,082.86 40.00% 3,672,833.14 4.91% 60.00% 5,509,249.72 7.36% 12.2707%

Tabungan Simpatik *) 41,390,011,593.61 423,235,539.91 18.00% 76,182,397.18 2.21% 82.00% 347,053,142.72 10.06% 12.2707%

Tabungan Berencana BSM 38,528,829,964.66 393,978,390.54 45.00% 177,290,275.74 5.52% 55.00% 216,688,114.80 6.75% 12.2707%

Tabungan Berencana BSM 3,764,863,322.90 38,497,789.68 46.00% 17,708,983.25 5.64% 54.00% 20,788,806.43 6.63% 12.2707%

Tabungan Berencana BSM 866,182,958.83 8,857,195.21 47.00% 4,162,881.75 5.77% 53.00% 4,694,313.46 6.50% 12.2707%

Tabungan Berencana BSM 94,953,407.91 970,950.61 48.00% 466,056.29 5.89% 52.00% 504,894.32 6.38% 12.2707%

Tabungan Berencana BSM 420,439,570.91 4,299,224.91 50.00% 2,149,612.45 6.14% 50.00% 2,149,612.45 6.14% 12.2707%

Tabungan Virtual 55,837,455,865.39 570,968,571.17 35.00% 199,838,999.91 4.29% 65.00% 371,129,571.26 7.98% 12.2707%

Syariah Mandiri Dollar *) 150,056,107,139.68 1,534,405,888.67 2.00% 30,688,117.77 0.25% 98.00% 1,503,717,770.90 12.03% 12.2707%

Deposito 1 bl - IDR 479,851,938,207.97 4,906,748,906.87 51.00% 2,502,441,942.50 6.26% 49.00% 2,404,306,964.36 6.01% 12.2707%

Deposito 1 bl - IDR 524,670,057,546.30 5,365,038,726.21 55.00% 2,950,771,299.41 6.75% 45.00% 2,414,267,426.79 5.52% 12.2707%

Deposito 1 bl - IDR 3,035,319,377,496.62 31,037,803,229.76 56.00% 17,381,169,808.67 6.87% 44.00% 13,656,633,421.10 5.40% 12.2707%

Deposito 1 bl - IDR 1,136,415,333,492.38 11,620,469,255.96 60.00% 6,972,281,553.58 7.36% 40.00% 4,648,187,702.38 4.91% 12.2707%

Deposito 3 bl - IDR 57,592,290,995.19 588,912,721.58 52.00% 306,234,615.22 6.38% 48.00% 282,678,106.36 5.89% 12.2707%

Deposito 3 bl - IDR 44,702,557,253.47 457,108,133.72 56.00% 255,980,554.88 6.87% 44.00% 201,127,578.84 5.40% 12.2707%

Deposito 3 bl - IDR 452,372,609,756.68 4,625,757,721.66 57.00% 2,636,681,901.35 6.99% 43.00% 1,989,075,820.31 5.28% 12.2707%

Deposito 3 bl - IDR 440,536,096,680.00 4,504,722,892.01 61.00% 2,747,880,964.12 7.49% 39.00% 1,756,841,927.88 4.79% 12.2707%

Deposito 6 bl - IDR 6,797,624,190.08 69,509,430.74 53.00% 36,839,998.29 6.50% 47.00% 32,669,432.45 5.77% 12.2707%

Deposito 6 bl - IDR 224,486,723,389.97 2,295,499,709.17 58.00% 1,331,389,831.32 7.12% 42.00% 964,109,877.85 5.15% 12.2707%

Deposito 6 bl - IDR 14,936,709,755.13 152,736,038.82 59.00% 90,114,262.91 7.24% 41.00% 62,621,775.92 5.03% 12.2707%

Deposito 6 bl - IDR 461,746,952,113.89 4,721,615,507.06 64.00% 3,021,833,924.52 7.85% 36.00% 1,699,781,582.54 4.42% 12.2707%

Deposito 12 bl - IDR 47,431,623,794.19 485,014,333.95 54.00% 261,907,740.33 6.63% 46.00% 223,106,593.62 5.64% 12.2707%

Deposito 12 bl - IDR 31,483,055,429.31 321,931,486.59 55.00% 177,062,317.63 6.75% 45.00% 144,869,168.97 5.52% 12.2707%

Deposito 12 bl - IDR 375,191,175,056.33 3,836,535,275.75 59.00% 2,263,555,812.69 7.24% 41.00% 1,572,979,463.06 5.03% 12.2707%

Deposito 12 bl - IDR 1,344,632,127.42 13,749,600.02 60.00% 8,249,760.01 7.36% 40.00% 5,499,840.01 4.91% 12.2707%

Deposito 12 bl - IDR 443,482,715,891.12 4,534,853,687.45 65.00% 2,947,654,896.84 7.98% 35.00% 1,587,198,790.61 4.29% 12.2707%

Deposito (USD) 1 bl Dollar 77,012,046,526.41 787,490,359.05 16.00% 125,998,457.45 1.96% 84.00% 661,491,901.60 10.31% 12.2707%

Deposito (USD) 1 bl Dollar 188,812,694,230.98 1,930,713,220.58 20.00% 386,142,644.12 2.45% 80.00% 1,544,570,576.47 9.82% 12.2707%

Deposito (USD) 3 bl Dollar 2,740,609,661.80 28,024,234.96 16.00% 4,483,877.59 1.96% 84.00% 23,540,357.37 10.31% 12.2707%

Deposito (USD) 3 bl Dollar 17,008,624,599.21 173,922,502.99 21.00% 36,523,725.63 2.58% 79.00% 137,398,777.36 9.69% 12.2707%

Deposito (USD) 6 bl Dollar 410,366,933.87 4,196,226.68 16.00% 671,396.27 1.96% 84.00% 3,524,830.41 10.31% 12.2707%

Deposito (USD) 6 bl Dollar 14,663,976,169.02 149,947,188.51 22.00% 32,988,381.47 2.70% 78.00% 116,958,807.04 9.57% 12.2707%

Deposito (USD) 12 bl Dollar 11,669,319,779.00 119,325,186.61 22.00% 26,251,541.05 2.70% 78.00% 93,073,645.55 9.57% 12.2707%

Total 15,893,899,626,422.80 162,523,829,556.73 42.98% 69,856,500,567.73 5.27% 57.02% 92,667,328,989.00 7.00% 12.2707%

*) Pemberian bonus.

Pembiayaan Bulan Lalu Rp: 12,538,172,126,535.30

Pendapatan:

Pendapatan Pembiayaan Rp 137,656,084,606.27 Pendapatan Investasi Rp 24,867,744,950.46

Total Pendapatan yang dibagikan Rp 162,523,829,556.73

Dalam contoh di atas bagi hasil yang dilakukan pada bulan Juni

menyatakan bahwa rate of profit nasabah sebesar 5.27 %, rate of profit bank sebesar 7 % dan rate of profit pembiayaan sebesar 12,27%. Rate of profit pembiayaan diperoleh dari pendapatan pembiayaan dari akad jual beli, sewa dan kerjasama, yaitu sebesar Rp 137,67 miliar dan pendapat dari investasi di surat berharga sebesar Rp 24,87 miliar sehingga total pendapatan yang harus didistribusikan sebesar Rp 162,52 miliar. Selanjutnya, total pendapatan sebesar Rp 162,52 miliar ini

Page 206: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

174  

dibagikan secara proporsional pada masing-masing produk liability baik yang secara jangka waktu maupun mata uang. Lalu pendapatan masing masing per produk liability ini akan disitribusikan kepada nasabah dan bank sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal antara bank dengan nasabah pada perjanjian mud}a>rabah} . Hak dari nasabah sesuai dengan prosentasi nisbah bagi hasilnya akan menjadi rate of profit nasabah sedangkan hak dari bank sesuai dengan prosentasi nisbah yang disepakati akan menjadi rate of profit bank, yang sering dikatakan sebagai net income . Di bank konvensional net income bank ini disebut sebagai net interest income atau NII. Jika net income ini dibagi dengan earning aset (aset yang menghasilkan) maka akan menjadi Net Margin (NM) atau jika di bank konvensional disebut sebagai NIM (Net interest Income). Net Margin atau dapat disebut juga rate of profit bank syariah ini merupakan rasio yang sangat penting karena tidak saja dapat mengukur tingkat profitabilitas (rentabilitas) bank tetapi juga dapat mengukur tingkat kestabilan bank dalam mengelola pendapatan bank. Sehingga menurut penulis jika kita ingin mengukur tingkat kestabilan suatu perekonomian di sektor keuangannya maka kita dapat melihat kepada tren rate of profit bank syariah ini baik pada saat normal maupun distress seperti dalam keadaan ekonomi yang overheating atau cooling down (resesi). Oleh karena itu, kesalahan dalam pengelolaan rate of profit bank syariah ini akibat kesalahan struktur aset dan liability bank yang berlawanan dengan pergerakan variable pasar seperti bunga, akan dapat menyebabkan kejatuhan bank dan bahkan dalam sistem konvensional akibat dari sifat keterkaitan transaksi dalam akad pinjam meminjam dalam sistem perbankan menyebabkan runtuhnya sistem keuangan suatu negara.

Dalam sistem keuangan ekonomi Islam yang sesuai dengan kaidah fikih yaitu yang tidak melanggar prinsip dasar riba> al-fad}l maka seharusnya di bank syariah pengelolaan berdasarkan kecocokan maturity sesuai akadnya, akan memisahkan pengelolaan bank syariah berdasarkan aset jangka pendek (mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam), medium term investment (ija>rah, istis}na>‘ ), dan kemitraan jangka panjang (mud}a>rabah}, musha>rakah)62. Dengan sistem pengelolaan aset-liability ini maka net rate of profit bank syariah tidak akan berfluktuasi karena terjadi perubahan variable pasar. Secara teori risk management, aset liability dengan maturity profile berdasarkan repricing period yang hampir sama akan menghasil net duration yang mendekati nol atau risk netral sehingga akan kebal terhadap perubahan variable pasar seperti suku bunga. Pengelolaan berdasarkan kecocokan maturity (matched) ini juga akan memperkecil selisih profit yang dibagikan kepada nasabah setiap bulan

                                                            62 Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic

Bank (Washington : The World Bank, 2008), 19.

Page 207: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

175  

dengan realisasi profit pada bulan berjalan untuk deposito mud}a>rabah} yang jatuh tempo tidak pada saat pembagian profit setiap akhir bulan. Pengelolaan dengan prinsip aset allocation yang sesuai dengan jangka waktu liability ini akan menetralkan posisi neraca bank syariah terhadap risiko perubahan harga pasar (market risk), seperti pengaruh tidak langsung suku bunga pada margin/mark-up, harga komoditas dan harga mata uang (posisi devisa neto bank syariah akan mendekati nol).

H. Peran Rate of Profit dalam Stabilitas Pasar Keuangan yang Diukur dari Volatilitas Nilai Aset Keuangan Syariah

Pada dasarnya, semua aset keuangan memiliki arus kas berupa arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dapat berupa angsuran dalam kontrak pembiayaan di bank syariah, kupon yang dibayarkan oleh penerbit surat berharga syariah dan pendapatan dari investasi di sektor riil. Arus kas masuk dan arus kas keluar bisa berupa arus kas yang bersifat tetap dan telah ditentukan di depan (fixed and predetermined-ex ante) dan bisa berupa arus kas yang bersifat tidak tetap dan ditentukan di belakang (variable and ex post). Di dalam sistem keuangan Islam, arus kas yang bersifat fixed dan predetermined bisa dilihat pada transaksi yang berdasarkan akad jual beli seperti: mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam serta transaksi yang berdasarkan akad sewa seperti: ija>rah dan ija>rah muntahia bit tamli>k. Dikatakan fixed dan predetermined karena dalam transaksi yang berdasarkan akad jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam, margin atau mark-up ditentukan di depan dan tetap dalam jangka waktu yang ditentukan. Kalau dilihat dari sifat penambahan yang dicerminkan pada margin transaksi akad jual beli ini sama dengan transaksi pinjam meminjam dengan bunga tetap di bank konvensional jika ditinjau dari sifat arus kas.

Dari karakteristik transaksi yang menghasilkan arus kas yang bersifat fixed dan pre-determined, maka nilai suatu aset keuangan dapat diukur. Stabilitas nilai aset keuangan dengan demikian dapat diukur dari nilai perubahan aset tersebut terhadap benchmark (tolok ukur) yang digunakan dalam menetukan harga transaksi tersebut yang diantaranya bisa berupa suku bunga seperti yang dipraktekan yaitu dengan menggunakan LIBOR (London Inrtebank Offered Rate). Secara teori, pengukuran nilai suatu aset keuangan bisa ditentukan dengan teori Duration63. Nilai aset keuangan diukur dengan rumus : V (value) = C / (1 + R)n 64 dimana R atau benchmark (tolok ukur) ini dapat berupa suku                                                             

63 Goerge H. Hempel, Donald G. Simonson, Alan B. Colemean, Bank Management : Text and Cases (New York : John Wiley & Sons, Inc, 1994), 599.

64 V = Nilai aset keuangan, C = Arus kas yang bersifat tetap dan pre-determined, R = Benchmark (tolok ukur) yang digunakan untuk menilai, n = Tahun. 

Page 208: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

176  

bunga meskipun transaksi yang digunakan adalah transaksi syariah seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam. Praktek yang selama ini terjadi adalah dalam transaksi mura>bah}ah atau ija>rah banyak menggunakan suku bunga sebagai patokan. Penggunaan suku bunga untuk transaksi mura>bah}ah ini antara lain didukung oleh Sheikh Taki Usmani dan Mahmoud El-Gamal seperti yang telah disebutkan di Bab III.

Risiko instabilitas keuangan dapat diukur dari volatilitas harga aset keuangan yang diturunkan dari rumus pertama di atas menjadi:

(dV/V) = -n (dR/1+R)

Dengan kata lain perubahan nilai aset keuangan bisa dilihat pada perubahan tolok ukur yang digunakan dalam menilai suatu aset. Sebagai contoh jika digunakan suku bunga sebagai tolok ukur maka berdasarkan rumus ini setiap perubahan suku bunga sebesar 1 % maka akan menyebabkan perubahan nilai aset atau kekayaan sebesar : -1 (0.01/1.1) untuk aset yang berjangka waktu 1 tahun atau sebesar – 0.91 %. Jika jangka waktu yang digunakan lebih panjang misalnya 5 tahun maka risiko perubahan harga asetnya menjadi lebih besar yaitu : -5(.01/1.1) = -4.55%. Jadi pengelolaan aset keuangan dengan benchmark suku bunga sangat rentan terhadap penurunan kekayaan masyarakat dalam bentuk turunnya nilai aset keuangan.

Sehingga dari teori ini bisa disimpulkan bahwa akad mura>bah}ah pada transaksi pembiayaan jangka panjang, misalnya untuk pembiayaan pemilikan rumah (PPR) yang biasanya berjangka waktu 15-20 tahun memiliki volatilitas yang sangat besar yaitu antara : 13.65 % untuk PPR yang berjangka waktu 15 tahun dan 18.2 % untuk PPR berjangka waktu 20 tahun, jika mark-up atau margin yang ditetapkan bersifat tetap dan predetermined selama jangka waktu tersebut. Di sini penulis menyimpulkan bahwa penggunaan suku bunga dalam transaksi syariah menyebabkan terjadinya instabilitas pada nilai aset keuangan yang dapat merugikan investor dan menyebabkan ketidakstabilan sistem keuangan secara keseluruhan, yaitu baik di lembaga keuangan maupun pada pasar obligasi yang di sistem keuangan syariah disebut sukuk. Berikut penulis membahas aset keuangan berupa sukuk ini karena sukuk ini selain banyak digunakan oleh bank syariah sebagai strategi diversifikasi asetnya selain pembiayaan, juga dapat digunakan sebagai instrument untuk mendapatkan pendanaan dari sisi liability dengan cara menerbitkan sukuk tersebut dalam berbagai jangka waktu sehingga dapat membantu bank syariah mengembangkan usahanya melalui pasar obligasi ini.

Page 209: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

177  

Di pasar modal, yaitu di pasar obligasi syariah65 (sukuk)66, tidak stabilnya harga-harga sukuk berdasarkan akad ija>rah yang ditentukan kuponnya (ujrah) secara fixed dalam jangka panjang seperti SR 001 mengalami fluktuasi harga yang sangat besar. Hal ini disebabkan naiknya suku bunga, akan menyebabkan jatuhnya nilai aset keuangan surat berharga di pasar modal dan menyebabkan jatuhnya nilai aset keuangan di lembaga keuangan. Sebaliknya turunnya suku bunga menyebabkan naiknya harga harga dari surat berharga, seperti yang dapat dilihat dari tabel harga obigasi syariah yang diumumkan Bloomberg pada tanggal 4 Juni 2010. Dapat dilihat bahwa harga sukuk pemerintah SR 001 dengan akad ija>rah membayar ujrah berupa kupon sebesar 12 %, mengalami kenaikan sebesar 7.7199 persen di atas harga pokok (par), yaitu 107.7199. Tetapi sebaliknya sukuk pemerintah IF 8 dengan kupon (rate of profit) 8.8 persen jatuh sebesar 1.5 % di bawah harga pokoknya (98.5). Naik atau turunnya kekayaan akibat harga aset keuangan syariah yang dinilai dengan tingkat suku bunga, menyebabkan distribusi kekayaan masyarakat (equitable distribution of wealth) tidak berkeadilan. Dalam keadaan yang ekstrem, harga aset keuangan bisa jatuh sampai 50-70 % di bawah harga pokoknya seperti yang terjadi di Indonesia tahun 1998 pada waktu terjadi krisis moneter dan suku bunga sangat tinggi.

                                                            65 Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang diterbitkan oleh emiten kepada pemegang surat obligasi Syariah berupa bagi hasil atau marjin atau fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Lihat H.M. Ichwan Sam (ed.), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (Jakarta: DSN-MUI dan BI, 2006), 197 

66  Sukuk tidak berbeda dengan obligasi syariah, hanya di Indonesia, penamaan sukuk baru datang setelah penamaan obligasi syariah. Sukuk bisa menggunakan akad muda>rabah atau ija>rah di Indonesia. Sukuk Mud}a>rabah atau obligasi Mud}a>rabah adalah surat beharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo. Lihat H.M. Ichwan Sam (ed.), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, 293. Sedangkan Sukuk Ija>rah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan pihak penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa fee dari hasil penyewaan aset serta membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo. Lihat Lihat H.M. Ichwan Sam (ed.), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, 292-293. 

Page 210: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

MalakerugkarenResependpendyangperatdan O

penubencpertpengmer

         

181

 

Fluktuasi aysia, dilakukgian nasabahna naiknya suerve). IRR adapatan nasabdapatan mud}a>g akan datanturan tentangOtoritas Jasa

Daftar Harga

Dari analurunan harga

nchmark yantanyaan besaggunaan sukrupakan syara

                       67 Abdul G

68  Bloomber

harga di pakan pencadanh dana di bauku bunga, ydalah pencad

bah dana (rata>rib untuk meng pada inveg pencadangan

Keuangan.

a Obligasi Sy

lisis ini jugaa aset tergag digunakanar apakah raku bunga sebat legitimasi a

                       Ghafar Ismail,

rg Company, w

178 

sar obligasi ngan terhadapank syariah yang disebut dangan yang te of profit nenghadapi turestasi di sukn IRR ini belu

Tabel 4.6 yariah Negara

a dapat disimantung unsurn untuk merate of profibagai mark-uadanya rate o

     Money, Islami

www.bloomberg

inilah yang p mengantisipakibat turundengan IRR dibuat oleh bnasabah danarunnya penda

kuk tersebut.um diatur ole

a per tanggal 4

mpulkan bahwr penundaan

engukur. Sfit yang dicup telah terdof profit .

mic Banks and th

g.com (diakses

menyebabkapasi kemungknnya harga s

(Investment bank syariah

a), setelah aloapatan pada m67 Di Indon

eh Bank Indon

4 Juni 201068

wa kenaikan atau waktu

ehingga mecerminkan ddapat ‘iwad}

the Real Econo

s 4 Juni 2010).

an di kinan sukuk t Risk h dari okasi masa nesia nesia

atau

u dan enjadi dalam

yang

omy.

Page 211: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

179  

‘iwad} yang merupakan syarat diambilnya profit dalam teori Islam, menyaratkan adanya: 1) pengambilan risiko pasar (ghurm), 2) unsur kerja dan usaha yang menghasilkan nilai tambah (kasb), 3) kewajiban menanggung kerusakan barang yang diperdagangkan (daman). Dalam transaksi tunai pada akad mura>bah}ah, ketiga syarat ini bisa dilihat dalam bentuk : 1) mengambil risiko harga yang berubah setelah pembelian tunai (ghorm), 2) kerja dan usaha untuk menyediakan barang tersebut di pasar (kasab), 3) menjamin barang tersebut dapat ditukar jika ada cacat di barang tersebut (d}ama>n). Sementara dalam transaksi penjualan tunda di akad mura>bah}ah, rate of profit diambil semata mata karena unsur waktu karena menggunakan benchmark suku bunga.69 Permasalahan di sini adalah karena pengambilan rate of profit pada transaksi mura>bah}ah dilakukan di depan (ex ante). Apalagi jika kita mengambil suku bunga pinjaman sebagai tolok ukur maka rate of profit yang menggunakan suku bunga pinjaman ini akan ditambahkan biaya-biaya sesuai praktek di bank konvensional : 1) cost of fund, 2) biaya dana menganggur, 3) overhead cost, 3) spread atau profit margin untuk mencapai return on equity yang diinginkan, 4) risk premium untuk risiko gagal bayar.

Jika dianalisa maka biaya biaya diatas merupakan biaya-biaya yang wajar dan masih sesuai dengan kaedah syariah dalam penetapan harga, kecuali biaya risk premium dan cost of fund. Cost of fund adalah pembebanan biaya untuk memuaskan harapan investor terhadap imbal hasil investasi, walaupun jika dilihat dari sifatnya yang ex-ante maka cost of fund adalah penetapan tambahan yang bersifat pasti dengan perhitungan yang berdasarkan time value of money yang jelas mengandung unsur riba> al-nasi>’ah. Biaya dana menganggur adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengelola dalam rangka memenuhi kewajiban kepada otoritas (dalam hal ini bank sentral) dan biaya dana minimal dalam pengelolaannya di perbankan yaitu dana minimal yang harus ada di kazanah dan automated teller machine. Overhead cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional pengelolaan barang tersebut yaitu berupa: gaji karyawan, biaya biaya kantor seperti listrik, telpon, air dan peralatan kantor lainnya serta transportasi. Berikutnya adalah tingkat keuntungan yang ingin diambil oleh pemegang saham melalui pengelola (direksi).

Yang menjadi masalah adalah pembebanan risk premium untuk mengantisipasi gagal bayar pada rate of profit transaksi mura>bah}ah.

                                                            69 Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic banking and Financial

Markets; Islamic Economic, Banking & Finnace, Investments, Takaful and Financial Planning (Kuala Lumpu: Dinamas, 2005), 31.

 

Page 212: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

180  

Seperti diketahui risk premium yang biasanya dikenakan pada transaksi kredit (loan) sangat bervariasi tergantung kepada credit rating dari peminjam. Peminjam dapat digolongkan kepada beberapa segmen : 1) segmen korporasi, 2) segmen komersial, 3) segmen UKM (Usaha Kecil dan Menengah), 4) segmen retail, 5) segmen mikro, 6) segmen privat. Risk premium yang dibebankan ini akan semakin besar sesuai urutan segmen diatas. Dalam prakteknya, pada segmen korporasi pembebanan risk premium antara 0.25-1%. Untuk segmen komersial antara 1-2%. Segmen UKM antara 2-3 %, Segmen retail 4-5 %, segmen mikro 6-8 % dan segmen privat/individu antara 9-12 %.70 Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya distribusi pendapatan yang tidak berkeadilan, karena segmen mikro dan usaha kecil diberi beban yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan segmen usaha besar seperti komersial dan korporasi. Data dari Kementrian Koperasi dan UKM menunjukkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berkontribusi cukup besar dalam pembentukan PDB nasional dari tahun ke tahun selama 2005-2011. Pada tahun 2005, UMKM menyumbang sekitar Rp. 1,494,631.9 Milyar dari total Rp. 2,774,281 Milyar PDB nasional, atau sekitar 53.87%. Jumlah unit usaha UMKM yang besar juga berkontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja nasional. Selama tahun 2005-2011, UMKM menyerap hampir 97,27% dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia. Dengan kondisi mayoritas pada segmentasi pembiayaan di masyarakat dan di lain pihak mendapatkan beban premi (risk premium) yang besar di bank, maka dengan struktur premi yang lebih menguntungkan segmentasi usaha besar maka distribusi pendapatan yang berkeadilan tidak akan tercapai.

Jadi dari analisa ekonomi dan fikih dapat dilihat disini bahwa risk premium adalah tambahan yang dikenakan transaksi pinjaman berdasarkan kredibilitas peminjam hanya karena menunggu waktu disebabkan adanya risiko default dan biaya yang akan dikenakan untuk melakukan penagihan jika pinjaman tersebut benar-benar macet. Bisa disimpulkan bahwa tambahan karena adanya risiko default dalam transaksi mura>bah}ah tanpa adanya ‘iwad}. Apalagi jika dimasukkan lagi benar benar unsur waktu sesuai teori struktur bunga berdasarkan jangka waktu seperti yang dijelaskan di Bab 2, yaitu bahwa suku bunga secara

                                                            70 Moorad Choudhry, Bank Aset and Liability Management : Strategy,

Trading, Analysis (Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte.Ltd, 2007), 1199.

Page 213: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

181  

struktural cenderung bersifat makin lama semakin tinggi (positive slope) maka tambahan yang dikenakan karena struktur bunga dalam margin mura>bah}ah akan semakin tinggi. Sehingga penulis berpendapat bahwa terjadi praktek ghaban al fa>hish atau pengenaan margin yang berlebihan sehingga memiliki potensi untuk menzalimi pembeli dalam transaksi mura>bah}ah. Ghaban al fa>hish adalah pengenaan keuntungan yang berlebihan dibandingkan dengan nilai dari barang71. Hal ini bisa menjelaskan kenapa pengenaan margin pada transaksi mura>bah}ah untuk produk pembiayaan di bank syariah yang berjangka waktu sangat panjang (10-20 tahun) menjadi sangat mahal jika dibandingkan kredit dengan jangka waktu yang sama di bank konvensional. Dalam perspektif teori suku bunga, tingginya suku bunga untuk produk yang berjangka panjang merupakan penjumlahan dari suku bunga jangka pendek. Teori ini tentu sangat spekulatif mengingat bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki siklus sehingga suku bunga tidak selalu harus meningkat secara konstan, bahkan jika dalam keadaan suku bunga yang menurun maka pengenaan margin yang bersifat tetap dan relative tinggi dalam jangka panjang akan sangat merugikan pembeli. Dengan kata lain, terdapat unsur maysir dalam pengenaan margin yang bersifat tetap dan berjangka panjang dalam transaksi mura>bah}ah.

Dengan konsep rate of profit yang sesuai dengan syariah maka net margin bank syariah akan lebih stabil dan tidak berfluktuasi seperti yang selama ini terjadi sehingga tidak perlu dibuat dana cadangan berupa PER (Profit Equalization Reserve) seperti yang dipraktekkan di Malaysia72, yaitu sebesar : PER per bulan = (15% x gross income) + net trading income + other income + irregular income. Sedangkan di Indonesia, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa tentang distribusi bagi hasil No.87/DSN-MUI/XII/2012 mengenai metode pemerataan keuntungan (income smoothing) dan Cadangan Pemerataan Keuntungan (Profit Equalization Reserve) dalam bagi hasil dana pihak ketiga.73 Sedangkan untuk IRR (Investment Risk Reserve) yaitu

                                                            71 Effendi Ismail Haqqi, Mejelle-Majallah el-Ahkam-i-Adliya (translation)

by Tyler, C.R. and D.G. Demetriades (Kala Lumpur: The Other Press, 2004).

72 Abdul Ghaffar Ismail, Money, Islamic Banks and the Real Economy (Kuala Lumpur: Cangeage Learning, 2010), 180-181.

73 Dewan Syariah Nasional, “Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income

Page 214: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

182  

cadangan yang dibentuk untuk mengatasi kerugian pada investasi di surat berharga syariah akibat turunnya harga obligasi syariah belum ada fatwanya. Metode pemerataan keuntungan (income smoothing) yang diperbolehkan adalah 1). Pengelolaan risiko tanpa pembentukan cadangan pemerataan keuntungan; 2) pengelolaan risiko dengan membentuk cadangan pemerataan keuntungan (PER).

Dana Cadangan PER boleh dibentuk melalui penyisihan keuntungan sebelum dibagihasilkan apabila bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan yang diproyeksikan dengan izin nasabah. Dalam fatwa dijelaskan bahwa syarat-syarat pembentukan PER adalah :(1) Dana Cadangan PER tidak boleh dibentuk dengan mengurangi bagihasil yang merupakan hak nasabah apabila bagi hasil aktual lebih kecil dari pada tingkat imbalan yang diproyeksikan; (2) Dana Cadangan PER LKS hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu yang diduga kuat akan mengakibatkan terjadi risiko pengalihan /penarikan dana nasabah akibat tingkat imbalan yang tidak adil dan wajar (displaced commercial risk-DCR).

1. Penggunaan Income Smoothing tanpa Cadangan PER (Profit

Equalization Reserve). Penggunaan income smoothing tanpa cadangan PER dilakukan

apabila dalam hasil usaha yang dibagihasilkan lebih rendah dari proyeksi, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh melepaskan haknya untuk menyesuaikan imbalan bagi nasabah DPK agar adil dan wajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : a. Mengambil porsi rate of profit bank sesuai dengan target yang

ingin dicapai rate of profit nasabah dalam investasi untuk menghindari Displaced Commercial Risk yang dapat mengakibatkan risiko likuiditas bank syariah.

b. Menyesuaikan nisbah bagi hasil secara periodik dengan memperhatikan target rate of profit nasabah yang sejalan dengan perubahan variabel pasar terutama suku bunga (rate of interest). Untuk dapat mengatasi kedua hal ini penulis mengembangkan

teknik yang dapat digunakan oleh bank syariah dalam melakukan review terhadap nisbah bagi hasil yang diberikan di muka kepada nasabah dalam memproyeksikan target rate of profit nasabah sekaligus mengetahui net

                                                                                                                                       Smoothing) Dana Pihak Ketiga”,://www.dsnmui.or.id/ index.php? mact=News, cntnt01, detail,0& cntnt01 articleid= 96&cntnt01origid=36 &cntnt01 detailtemplate = Fatwa&cntnt01returnid= 15&cntnt01returnid=15. 

Page 215: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

183  

income bank yang sesuai dengan perkembangan variable pasar seperti table di bawah ini.

Tabel 4.7 Teknik Perhitungan Nisbah antara Nasabah dan Bank Syariah74

Perhitungan nisbah baru antara nasabah dengan bank syariah dilakukan dengan cara :

a. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menetapkan target rate of profit (pendapatan) nasabah sesuai dengan perkembangan suku bunga (rate of interest) berdasarkan jangka waktu dalam prosentasi per tahun efektif dan jumlah nominalnya per bulan

b. Langkah kedua adalah dengan menentukan target pendapatan (rate of profit ) pembiayaan sesuai dengan rencana dalam anggaran pembiayaan yang akan dicapai per bulan

c. Langkah ketiga adalah dengan menghitung jumlah dana yang akan didistribusikan per produk DPK yang dapat digunakan untuk penyaluran pada pembiayaan (setelah perhitungan jumlah idle funds) dalam nominal per bulan, yang diperoleh dari rate of profit pembiayaan yang akan disalurkan dikalikan dengan bobot tertimbang masing-masing produk

d. Langkah keempat, menghitung nisbah baru antara nasabah dengan bank syariah dengan cara membagi target rate of profit nasabah dengan distribusi rate of profit pada masing masing produk. Sekaligus juga dapat dihitung rate of profit bank syariah dengan cara membagi nisbah bank syariah dengan nisbah nasabah dikalikan

                                                            74 Data diolah oleh penulis

Jenis Saldo Akhir Bulan

Saldo Efektif

after Idle Fund

Saldo Tertimbang

Bobot Saldo Tertimbang

Distribusi Pendapatan

Per Jenis

Nisbah Nasabah

Bagian Pendapatan

Nasabah

Rate (%) Pendapatan

Nasabah Margin Bank per produk Net Margin

1 2 3= 1 x 2 4=3/∑3 5=4*∑5 6= 7/5

7= (8x1) / (12*100%)

8 9=(100%-6)/6*8 9=8*4

Giro Wadiah 100 90.00% 90 16.19% 1.253 6.65% 0.08 1.00% 14.039 2.2725

Tabungan 200 92.00% 184 33.09% 2.562 32.52% 0.83 5.00% 10.3732 3.432857554

Dep. 1 150 94.00% 141 25.36% 1.963 44.56% 0.88 7.00% 8.7074 2.208171583

Dep. 3 25 94.00% 24 4.23% 0.327 50.93% 0.17 8.00% 7.7074 0.32576241

Dep. 6 75 94.00% 71 12.68% 0.982 52.52% 0.52 8.25% 7.4574 0.94558759

Dep. 12 50 94.00% 47 8.45% 0.654 60.48% 0.40 9.50% 6.2074 0.524726259

600 556 100% 7.742Net Margin 9.709605396

Pembiayaan 600.00

8.3550 16.71%

Porsentase Pendapatan yang di distribusikan 92.67% 556/600

Pendapatan yang Di distribusikan 7.74 8,36x92,67

Page 216: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

184  

dengan rate of profit nasabah, sehingga bisa dianalisa performance rate of profit bank syariah pada bulan tersebut.

2. Penggunaan Income Smoothing dengan Cadangan PER (Profit

Equalization Reserve). Penggunaan Income Smoothing dengan cadangan PER75

dilakukan dengan cara: (1) Dana Cadangan PER boleh dibentuk melalui penyisihan keuntungan sebelum dibagihasilkan apabila bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan yang diproyeksikan dengan izin nasabah; (2) Dana Cadangan PER tidak boleh dibentuk dengan mengurangi bagi hasil yang merupakan hak nasabah apabila bagi hasil aktual lebih kecil dari pada tingkat imbalan yang diproyeksikan; (3) Dana Cadangan PER LKS hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu yang diduga kuat akan mengakibatkan terjadi risiko pengalihan /penarikan dana nasabah akibat tingkat imbalan yang tidak adil dan wajar (displaced commercial risk). 76

Gambar 4.6.

Proses Pembentukan Dana Cadangan Profit Equalization Reserve untuk

Menutupi Kerugian karena Ketidakstabilan Net Margin/Income77

                                                            75Profit Equalization Reserve (PER) adalah Cadangan keuntungan

operasional yang disisihkan sebelum dibagikan kepada bank dan nasabah dana untuk mengurangi fluktuasi tingkat keuntungan bank dan nasabah. Lihat Abdul Ghaffar Ismail, Money, Islamic Banks and the Real Economy (Kuala Lumpur: Cangeage Learning, 2010), 180-181. 

76  Dewan Syariah Nasional, “Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga”,://www.dsnmui.or.id/ index.php? mact=News, cntnt01, detail,0& cntnt01 articleid= 96&cntnt01origid=36 &cntnt01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid= 15&cntnt01returnid=15. 

77 Data diolah penulis.  

Page 217: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

of psesutingsyarsebeatassebaprofsesulebibansebeterhdari

Indosepedanrateyanditesyar

         

180.  

Pembentu

profit pembiuai pergerakaggi daripada riah hanya mesar tingkat bs tingkat bagagai PER. Sfit pembiayuai pergerakah kecil dari k syariah meesar tingkat hadap tingkati cadangan PE

Bank Indonesia (PBI) endapat denga untuk PER

e of profit yang akan digun

erapkan dalamriah lebih stab

                       78Abdul Gh

ukan PER diliayaan dalam

an suku bungabatas atas e

embayarkan bagi hasil bagi hasil bataedangkan pen

yaan titik teran suku bungpada batas b

embayarkan bbagi hasil b bagi hasil ba

ER. donesia send

tentang PERgan PER dan R dan IRR ini

ng diterapkannakan dalam m produk tersbil dan tumbu

                       haffar Ismail, M

185 

akukan pada m titik tertinga. Pada saat ekspektasi rabagi hasil kep

atas atas. Seas atas akan nggunaan PErendah (vallega.78 Pada sbawah ekspebagi hasil kepbawah. Seliatas bawah ak

diri belum mR dan IRR. IRR ini karendapat dicega

n dalam prosepembiayaan

sebut sehingguh secara baik

     Money, Islami

saat Peak yaggi dan dipretingkat bagi

rate of profitpada nasabahelisih positif

disimpan oER dilakukan ley) dan diprsaat tingkat ektasi rate ofpada nasabahisih negatif bkan ditutupi

mengeluarkan Penulis padna pada dasarah jika kita mes pemilihan pdan rate of p

ga net margink.

ic Banks and th

aitu pada saatediksi akan thasil aktual

t nasabah, h penyimpan

bagi hasil aoleh bank sy

pada saat rarediksi akan bagi hasil a

f profit nasah penyimpan bagi hasil aoleh bank sy

Peraturan Bda dasarnya trnya pencada

memahami kopenentuan prprofit yang

n/net income

he Real Econom

t rate turun lebih bank dana

aktual yariah ate of

naik aktual abah, dana

aktual yariah

Bank tidak

angan onsep roduk akan bank

omy ,

Page 218: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

186  

Dalam prakteknya secara empiris apakah kestabilan bank syariah terhadap adanya perubahan pada variabel pasar terutama suku bunga bersifat risk netral pada pendapatan (rate of profit) bank, akan dianalisa berdasarkan data empiris di Bank Syariah Mandiri periode tahun 2004-2009.

I. Studi Empiris Kestabilan Keuangan di Bank Syariah dalam

Pengelolaan Aset Liability Untuk mendukung disertasi yang bersifat kualitatif ini

(berhubungan dengan konsep) penulis melakukan verifikasi kuantitaif dengan studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti tentang pengaruh suku bunga terhadap rate of profit perbankan syariah baik di Indonesia maupun di negara-negara Islam lainnya. Untuk studi empiris di Indonesia penulis mengambil data perkembangan rate of profit dari Bank Syariah Mandiri (BSM) dari Mei 2004 sampai Mei 2009 berdasarkan data yang penulis olah dari penelitian yang dilakukan pada tahun 2009. BSM dipilih karena BSM merupakan bank syariah terbesar di Indonesia sehingga dapat mewakili profil bank syariah secara umum dan periode tahun yang digunakan tetap karena penulis ingin melihat pengaruh rate of profit bank syariah pada keadaan rate of interest yang meningkat secara cepat seperti yang terjadi antara tahun 2004-2009, agar dapat dilihat apakah bank syariah dengan praktek yang ada sekarang dipengaruhi oleh rate of interest. Nilai rate of profit BSM diperoleh dari data distribusi bagi hasil nasabah yang wajib dikeluarkan oleh bank syariah, seperti yang terlihat di tabel sebelumnya diperoleh dengan rumus : nisbah bagi hasil bank dibagi dengan nisbah bagi hasil nasabah dikali dengan rate of profit nasabah (Lihat Lampiran 1-3).

Gambar 4.7

Rate of Profit Bank Syariah Mandiri 2004-2009

Page 219: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

tahundari dipermengsebagIndonpenudapakena(negakonvkata deng

         

uang berjanBank

MemKasu

Dalam pen

n 2004 samparasio profit roleh data bagikuti perkemgai pembannesia)79. Seti

urunan rate oat disimpulkaaikan suku bugative gap) avensional, yai

lain bahwa gan karakter N

                       79  SBI (Se

Rupiah yang ngka waktu pe

k Syariah (Jaka

80  Data dimpengaruhi Net

s di Bank Syar

nelitian yang ai dengan 200

sharing terhahwa net incmbangan suknding adalahiap kenaikan

of profit BSMan bahwa sifunga denganakan menghitu turunnya karakter rate

NIM bank kon

                       ertifikat Bank

diterbitkan oendek. Lihat Liarta: PT Grame

iolah penulis dt Margin Pada riah Mandiri),”

187 

dilakukan di09 terhadap nhadap rate oncome bank ku bunga dah suku bu

1 % suku bM sebesar 0.2fat ketidakstn struktur nehasilkan risik

rate of profie of profit nvensional de

Gambar

     Indonesia) ad

oleh Bank Indihat Ikatan Banedia Pustaka U

dari Trisiladi Pengelolaan A

” Tesis, Unive

i Bank Syarinet income baof profit p

syariah ternalam hal ini unga SBI (bunga SBI ak228 %.80 Dariabilan bank raca RSA/RS

ko yang samfit dari bank

bank syarengan sistem

4.8

dalah surat bedonesia sebagankir Indonesia

Utama, 2014), 4

Supriyanto, “Aset-Liability bersitas Indonesi

iah Mandiri mank yang dihipendapatan b

nyata berflukyang digun

(Sertifikat Bkan menyebai data empirisyariah terh

SL di bawahma dengan syariah. De

riah bersifat bunga.

erharga dalam ai pengakuan a, Memahami B422. 

“Faktor-faktor bank syariah (ia, 2009. 

mulai itung bank,

ktuasi nakan Bank

abkan is ini

hadap h nol bank

engan sama

mata utang Bisnis

yang (Studi

Page 220: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

Dari sukulihat

Perb

         

dua gambar u bunga period

pada gambar

bandingan Suk

                       81 Data dio

82 Data dio

Tren suku B

di atas, terlihde 2004 – 20r di bawah ini

ku Bunga SBPeri

                       olah penulis 

olah penulis. 

188 

Bunga SBI Pe

hat perbedaan09. Lebih jeli:

Gambar 4.9.I dan Rate ofiode 2004-200

     

eriode 2004-2

n tren antara as perbedaan

f profit Bank0982

200981

rate of profitn keduanya bi

k Syariah Ma

SBI

Rate of Pr

fit dan isa di

andiri

rofit

Page 221: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

189  

Pada table 4.9 di atas terlihat bahwa kenaikan suku bunga SBI telah menyebabkan tergerusnya rate of profit bank syariah. Menurut penulis hal ini disebabkan struktur aset-liability bank syariah yang dicerminkan sebagai perbandingan antara RSA/RSL yang lebih kecil dari nol atau dengan kata lain lebih banyak aset-aset bank syariah yang didasarkan pada akad jual-beli terutama akad mura>bah}ah dengan rate of profit atau mark up dengan komitment jangka panjang (di atas 3 tahun). Dari data empiris terlihat bahwa RSA/RSL BSM berada di atas 50 % dari total asetnya atau dengan kata lain aset bank syariah lebih lambat dilakukan repricing (karena berjangka panjang) jika terjadi kenaikan variable pasar seperti suku bunga, dibandingkan liabilitasnya berupa deposito yang didominasi oleh deposito berjangka waktu 1 dan 3 bulan.

Penelitian dengan hasil yang sama dilakukan oleh Martin Cihak dan Heiko Hesse yang mengukur stabilitas di 77 Bank syariah di Bahrain, Bangladesh, Brunei, Egypt, Gambia, Indonesia, Iran, Jordan, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Mauritania, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Sudan Tunisia, United Arab Emirat, West Bank dan Gaza, dan Yaman dan sebagai pembanding adalah 397 Bank Konvensional dalam periode 1993-2004 dengan menggunakan parameter z-score untuk mengukur stabilitas masing-masing bank. Parameter z-score adalah alat ukur probabilitas nilai aset bank menjadi turun karena naiknya nilai liabilitas. Z-score dapat diformulasikan sebagai perbandingan (k+μ)/α dimana k adalah modal dan cadangan sebagai persentase dari aset, μ adalah rata-rata profit sebagai persentasi dari aset dan α adalah standard deviasi dari imbal hasil aset sebagai proxy dari volatilitas imbal hasil. 83 Dari hasil penelitian ini, diperoleh hasil bahwa bank syariah yang besar cenderung lebih tidak stabil bila dibandingkan dengan bank konvensional yang besar, yang dihitung dari z-scorenya. Salah satu penjelasannya adalah bahwa bank syariah yang besar lebih sulit untuk melakukan penyesuaian terhadap asetnya dalam perubahan profil risikonya. Di dalam penelitian tersebut tidak dijelaskan alasannya secara jelas penyebab ketidakstabilan bank syariah yang diteliti. Menurut penulis, kesulitan perubahan itu terutama kesulitan untuk merubah struktur aset yang sebagian besar memiliki rate of profit yang bersifat tetap dan berjangka panjang sehingga terjadi penurunan terhadap parameter profit μ karena terjadinya perubahan variabel pasar (suku bunga) yang mempengaruhi secara tidak

                                                            83 Lihat Martin Cihak and Heiko Hesse, Islamic Banks and Financial

Stability: An Empirical Analysis (Kuala Lumpur : International Monetary Fund Working Paper, 2008), 1-26.

Page 222: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

190  

langsung terhadap liabilitas berupa meningkatnya permintaan imbal hasil dari deposito mud}a>rabah-nya.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Amine Abi Aad dan Elias Raad antara tahun 2003-2007 khususnya di negara negara Timur Tengah yaitu di Bahrain, Jordan, Kuwait, Lebanon, Qatar, Saudi Arabia, Syria, United Emirat Arab, dan Yaman terhadap 83 konvensional bank dan 20 Bank syariah rata-rata net profit di Bank syariah lebih rendah 3% dibandingkan dengan net interest margin di bank konvensional yang sekitar 6 %.84 Menurut penulis hal ini terjadi karena antara periode 2003-2007 terjadi kenaikan tingkat suku bunga secara umum (lihat Gambar 4.9), sehingga dalam kondisi banyaknya transaksi mura>bah}ah di negara-negara Timur Tengah menyebabkan bank bank syariah di negara-negara tersebut tidak dapat meningkatkan pendapatannya, yang dapat dilihat dari lebih rendahnya AROA (Average Return on Asset) atau rata rata return pendapatan dari aset bank syariah di negara-negara tersebut jika dibandingkan dengan bank-bank konvensional. J. Analisis Fikih: Peran Penggunaan Riba al-Fad}l, Maysir dan Gharar

dalam Rate of Profit Bank Syariah yang Menyebabkan Ketidakstabilan Pendapatan yang Adil.

Secara fikih, sesuai dengan kaedah riba> al-fad}l, benchmarking akad jual beli mura>bah}ah dengan menggunakan LIBOR atau JIBOR telah melanggar kaedah mark to the market atau melakukan pembanding terhadap komoditas yang sama sehingga dapat dikategorikan sebagai melakukan riba. Seharusnya dalam melakukan mark to the market atau benchmarking digunakan harga sewa barang yang dijadikan jual beli pada akad mura>bah}ah pada pasar sewa (leasing) di sektor riil, dan dilakukan repricing minimal 1 tahun sekali. Misalnya jika Bank ingin melakukan pembiayaan pembelian rumah, maka dengan prinsip mark to the market yang harus dilakukan setahun sekali dan bersifat jangka sangat panjang (di atas 5 tahun), maka akad yang ditawarkan kepada nasabah bukan akad mura>bah}ah tetapi ija>rah muntahia bittamli>k (IMBT) atau musha>rakah mutana>qisah (MMQ). Dengan akad IMBT atau MMQ, bank syariah secara fikih dapat terhindar dari melakukan riba> al-fad}l karena dapat melakukan mark to the market secara periodik dan dengan syarat

                                                            84Amine Abi Aad dan Elias Raad, The Battle of Islamic and

Commercial Banks: Are Islamic Banks More Cost, Revenue and Profit Efficient than Commercial Banks: an Empirical Comparative Study from the Middle East (Saarbrucken, Deuscthland : Lebanese American University, 2009), 26-50.

Page 223: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

191  

menggunakan mark up atau benchmarking dengan pasar sewa di sektor riil.

Dalam prakteknya saat ini, penulis melihat bahwa penggunaaan akad MMQ sudah mulai digunakan di Bank Syariah Mandiri untuk transaksi pembiayaan perumahan, sedangkan transaksi IMBT sudah mulai ditawarkan di Bank Permata Syariah untuk pembiayaan perumahan berjangka waktu sampai 20 tahun. Pertanyaannya tetap pada penggunaan mark-up pada kedua transaksi ini yaitu MMQ dan IMBT yang pada dasarnya menggunakan akad sewa. Meskipun pada kedua transaksi ini mark up yang digunakan tidak bersifat tetap selama jangka waktu yang panjang, dan dapat dilakukan repricing atau peninjauan kembali secara periodik misalnya 6 bulan sekali atau setiap tahun sekali apakah konsep rate of profit yang pada dasarnya bersifat ex post, dapat digantikan oleh konsep bunga yang bersifat ex ante85.

Menurut Iraj, profit berasal dari hasil investasi dan oleh karena itu karena bersifat ex post adalah fenomena jangka panjang yang dihasilkan di sektor riil. Pendapat ini pada dasarnya sama dengan pendapat Monzer Kahf bahwa rate of profit adalah fenomena jangka panjang sedangkan bunga adalah dual phenomenon yaitu jangka pendek dan panjang. Suku bunga berasal dari hasil spekulasi di pasar uang yang pada dasarnya bersifat jangka pendek. Meskipun rate of profit adalah fenomena jangka panjang akan tetapi karena profit diperoleh dari rata rata pendapatan investasi yang berfluktuasi sesuai sikulus cash to cash yang bersifat jangka pendek maka profit pada dasarnya tidak bisa dikenakan secara langsung dan bersifat tetap dalam jangka panjang.86 Atau dengan kata lain, bahwa profit atau mark up yang digunakan pada dasarnya harus dilakukan revaluasi dalam jangka pendek (repricing).

Praktek-praktek di sektor riil juga menunjukkan bahwa misalnya ongkos sewa biasanya minimal dilakukan repricing setiap tahun sekali, seperti penyewaan rumah. Secara empiris, data tentang rate of profit industri di Negara Negara G7, Perancis, Itali dan Canada selama 19 tahun dan di Amerika, Jepang, Jerman dan Inggris selama 29 tahun menunjukkan bahwa rate of profit industri jika dibandingkan dengan suku bunga jangka panjang berbeda87. Penggunaan rate of profit yang

                                                            85 Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Money

in Capital Theory (Singapore : John Wiley and Sons (Asia) Ote.Ltd, 2009), 121

86Monzer Kahf, A Contribution to the Study of the Economics of Islam (Utah USA: University of Utah, 1973), 62-63  

87Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Money in Capital Theory, 125-126.

Page 224: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

192  

pada dasarnya secara karakter berbeda dengan suku bunga yang bersifat spekulatif menimbulkan pertanyaan fikih tentang valuation atau metoda penghindaran riba dengan menggunakan pembandingan dengan pasar (mark to the market). Padahal Nabi Muhammad SAW secara tegas menyatakan jika menggunakan metoda valuation secara independen (seperti yang dilakukan oleh Bilal dalam menentukan nilai kurma kering dan kurma basah) tanpa melakukan penjualan terlebih dulu (mark to the market) ke pasar, dikatakan bahwa telah melakukan praktek riba.

Dalam prakteknya bank syariah dalam rangka memitigasi risiko uncertainty dalam jangka panjang maka dalam hal penentuan rate of profit-nya menerapkan tambahan atas risiko naiknya rate of interest dengan menambahkan mark up secara tetap dalam jangka panjang (diatas 5 tahun). Praktek ini menyebabkan bank syariah sebenarnya telah melakukan spekulasi (maysir) terhadap nilai mark up tersebut. Maysir berasal dari bahasa Arab yasara, yasira atau yasura semakna dengan sahlah yang berarti gampang atau mudah.88 Secara harfiah maysir itu berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja atau seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah. Selain itu kata maysir juga dipadankan dengan kata qimar yang diartikan setiap aktivitas yang mengandung pertaruhan, di mana pemenang akan mengambil semua taruhannya dan yang kalah akan kehilangan taruhannnya.89 Jadi gambling atau judi adalah suatu permainan yang kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka. Unsur yang jelas ada dalam gambling atau maysir adalah adanya unsur taruhan, spekulasi, ada pihak menang dan kalah dan berdampak negatif. Kondisi seperti akan merugikan salah satu pihak dan terlarang terlibat di dalamnya baik secara mendalam maupun hanya sedikit saja atau tidak berperan sama sekali, hanya menggantungkan keuntungan semata. Allah swt melarang praktik maysir karena maysir adalah perbuatan keji dan perbuatan syetan yang menimbulkan kebencian dan permusuhan di antara manusia serta menjauhkan dari mengingat Allah SWT.90 Orang yang melakukan perjudian akan ketagihan dan tidak berhenti sampai benar-benar kalah karena sudah merasakan gampangnya mendapatkan keuntungan dengan                                                             

88 Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 2048. 

89 Nazih Hammad, Mu‘jam al-Mus}talah}a>t al-Iqtis}a>diyyah fi> Lughah al-Fuqaha>’, The International Institute of Islamic Thought (Jeddah: OIC, t. th), 226. 

90 QS al-Maidah (5): 90-91. 

Page 225: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

193  

cara yang mudah walaupun pada saat yang sama ada orang yang kalah. Orang yang kalahpun akan menaruh kebencian kepada yang menang karena sudah jauh dari mengingat Allah swt.

Wujud maysir91 dalam aplikasi rate of profit di bank syariah adalah penambahan margin untuk menghindari kerugian karena adanya unsur uncertainty (ketidakpastian) dimana unsur ketidakpastian karena unsur waktu yang dibebankan kepada nasabah ini berupa tambahan keuntungan yang bersifat fixed dalam jangka panjang. Penambahan margin yang bersifat fixed dalam jangka panjang, pada dasarnya suatu permainan (spekulasi) yang bersifat “zero sum game” terhadap prediksi tingkat rate of profit (suku bunga) dalam jangka panjang. Tambahan untuk jangka waktu ini dalam teori rate of interest ini telah dijelaskan dalam teori struktur suku bunga di Bab 2 bahwa pada dasarnya semakin panjang jangka waktu maka semakin besar suku bunganya. Dalam kenyataannya, dalam keadaan resesi, keadaan suku bunga perekonomian cenderung turun. Sehingga dari keadaan ini, sebenarnya antara bank dan nasabah telah melakukan gambling terhadap tren suku bunga ke depan yang tidak dapat diketahui secara pasti. Jika suku bunga ternyata turun maka nasabah sebenarnya telah “kalah” dalam spekulasi terhadap tambahan yang dbebankan bank. Akan tetapi jika ternyata suku bunga naik sangat cepat maka nasabah telah “menang” dalam spekulasi karena kenaikan yang dibebankan kepadanya jauh lebih rendah dari pada kenaikan suku bunga riil di pasar uang. Jadi pada dasarnya, tambahan karena unsur jangka waktu ini adalah tanpa dasar ‘iwad}. Apalagi jika kita melihat kepada konsep rate of profit yang bersifat circular, maka tambahan karena unsur waktu yang bersifat linier ini tidak sesuai dengan konsep rate of profit. Oleh karena itu, rate of profit yang digunakan dalam akad jangka panjang pada dasarnya harus bersifat dapat disesuaikan (di-reprice) sesuai konsep circular pada konsep rate of profit. Sehingga mura>bah}ah, tidak bisa digunakan untuk akad-akad yang berjangka panjang.

Di samping mengandung unsur gambling (spekulasi) , gharar juga sering dikaitkan dengan risiko dan ketidakpastian dalam suatu transaksi. Konsep risiko (risk), ketidakpastian (uncertainty), gharar dan

                                                            91 Maysir berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja

keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja atau setiap aktivitas yang mengandung pertaruhan, di mana pemenang akan mengambil semua taruhannya dan yang kalah akan kehilangna taruhannnya. Nazih Hammad, Mu‘jam al-Mus}talah}a>t al-Iqtis}a>diyyah fi> Lughah al-Fuqaha>’, (Jeddah: The International Institute of Islamic Thought,1995), 226. 

Page 226: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

194  

maysir atau gambling kadang-kadang dicampuradukkan antara satu dengan lainnya.Gharar terkadang disamakan dengan risiko (risk) dan terkadang dibedakan. Terkadang gharar disamakan dengan gambling.92 Dikatakan juga gharar dan masyir sangat berkaitan. Maysir tidak bisa terlepas dari unsur gharar93, di mana ada elemen gharar maka elemen maysir juga ada di sana.94 Oleh karena itu dalam pembahasan gharar, maysir juga terkait di dalamnya begitu juga sebaliknya.

Syariah dalam prinsip-prinsipnya mengenal istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) berkaitan dengan hasil investasi dan keputusan bisnis karena hasil memang tidak bisa diketahui secara pasti sebelum terjadi. Walaupun orang-orang bisa memprediksikan masa depan tetapi tidak seorangpun mengetahui seperti apa masa depan itu. Dengan demikian bisnis berisiko ketika hasil dari bisnis tersebut tidak pasti. Biasanya risiko berkaitan dengan bermacam-macam kemungkinan hasil yang diperoleh, ada kemungkinan rugi dan ada kemungkinan untung.

Ibnu Hazm (384H - 456 H)95 yang bermazhab Zahiri menyatakan bahwa gharar tidak berlaku pada semua akad tija>ri. Gharar hanya berlaku

                                                            92Mohamed Ali El Gari, “Towards An Islamic Stock Market”,

Islamic Economics Studies, Vol. 1 No. 1, IRTI-IDB, (Desember 1993), http://www.irti. org.irj/go /km/docs/documents/IDB ( diakes 15 Mei 2010).

93Gharar adalah melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Nazih Hammad, Mu‘jam al-Mus}talah}a>t al-Iqtis}a>diyyah fi> Lughah al-Fuqaha>’, 259.

94Institute of Islamic Bank and Finance, “Prohibition of Gharar, Maysir and Riba”,http://www.islamic-banking.com /prohibition_of_gharar_ masir_riba. aspx (diakses 20 Juli 2011).

95 Ibn Hazm lahir tahun 384 H/ 994 M di Manta Lisyam (Cordoba). Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'ad bin Hazm bin Galib bin Salih bin Sofyan bin Yazid. Pada mulanya Ibn Hazm mempelajari fikih Mazhab Maliki karena kebanyakan masyarakat Andalusia dan Afrika Utara menganut mazhab ini. Al-Muwatta’ sebagai kitab fikih standar untuk Mazhab Maliki dipelajarinya dari gurunya, Ahmad bin Muhammad bin Jusur. Tidak hanya Al-Muwatta’, Ibnu Hazm pun mempelajari kitab ikhtilaf Imam Malik. Menurutnya meskipun ia menyukai mazhab maliki akan tetapi ada yang lebih disenanginya, yaitu kebenaran. Hasil pemahaman Ibnu Hazm dari kitab lain mendorongnya untuk mendalami kitab fikih yang dikarang oleh Imam Syafi’i dan murid-muridnya. Akan tetapi di Mazhab inipun ia tidak bertahan lama. Selanjutnya ia tertarik dan pindah ke Mazhab az-Zahiri setelah ia

Page 227: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

195  

pada akad jual-beli (mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam-penulis) dan tidak berlaku pada akad ija>rah, musha>rakah dan akad tija>ri yang lainnya. Gharar dalam jual beli ini terjadi ketika pembeli tidak mengetahui apa yang dia beli dan penjual tidak mengetahui apa yang dia jual.96 Ketidakjelasan objek jual beli menyebabkan juga ketidakjelasan juga dalam menentukan rate of profit-nya dan risiko bagi kedua belah pihak.

Ibn Qudamah (541 H/1147 M - 620 H/1233 M)97 dari mazhab Hanbali berbeda pendapat dengan pendahulunya Ibn Hazm bahwa gharar bukan hanya berlaku pada akad jual beli, akan tetapi juga berlaku pada akad ija>rah, karena pada dasarnya ija>rah adalah akad jual beli karena objeknya yang khusus yaitu manfaat (al-manfaah). Oleh karena itu menurut Ibn-Qudamah pengaruh gharar pada akad ija>rah sama dengan pengaruhnya pada akad jual beli, gharar yang dilarang pada akad jual beli dilarang juga dalam akad ija>rah98. Menurut penulis, gharar pada akad mura>bah}ah dan ija>rah ini terdapat pada penerapan margin dan ujrah (rate of profit) dalam jangka panjang secara fixed pada kedua transaksi tersebut.

Al-Baji (1013 M–1081 M)99 yang bermazhab Maliki mengatakan bahwa syarat yang berlaku dalam jual beli berlaku juga dalam ija>rah.

                                                                                                                                       mempelajari kitab fikih karangan Munzir bin Sa’id al-Balluti (w.355 H), seorang ulama dari Mazhab az-Zahiri. Karya Ibn Hazm meliputi bidang fiqih, usul fiqih, hadis, mustalah hadis, aliran-aliran agama-agama, sejarah sastra, silsilah dan karya-karya apologetik yang berjumlah kurang lebih 400 jilid yang ditulis dengan tangan sendiri. Karya-karya Ibn Hazm tidak dapat diketahui semua, sebab sebagian besar karyanya musnah dibakar oleh penguasa Dinasti al-Mu’tadid al-Qadi al-Qasim Muhammad bin ismail bin ibad (1068-1091 M). Karyanya yang terbesar diantaranya Al-Muhalla. Lihat Islamic Encyclopedia, Ibn Hazm al-zahiry (384H-456H) http://islamicencyclopedia. org/public/ index/ topicDetail /id/389.

96 Ibn Hazm, Al-Muhalla, Juz VIII, 183, 191 dan 199. 97 Ibnu Qudamah adalah sosok ulama besar serta penulis kitab-kitab Fiqh

dari mazhab Hanbali. Ibnu Qudamah adalah salah seorang pemikir dari mazhab Hanbali dan bahkan ia merupakan ulama besar dari mazhab tersebut. Nama lengkapnya adalah Muwaffaqudin Abu Muhammad Abdullah b. Ahmad b. Muhammad b. Qudamah. Ia terlahir di kota Jamail, Yerussalem, Syakban 541 H atau Januari – Februari 1147 M. dan ia meninggal di kota Damaskus, 6 Jumadil Akhir 620 H atau 6-7 Juli 1233 M. Ibnu Qudamah adalah sosok ulama besar serta penulis kitab-kitab Fiqh dari mazhab Hanbali. Dari sekian banyak karya-karya Iman Ibnu Qudamah adalahdua kitabnya yakni Al-Mughni dan Raudah al-Nazir, menjadi rujukan para Ulama. Al Mughni merupakan kitab Fiqh standar dalam mazhab Hanbali. Lihat Answers, “Ibnu Qudamah”, http://www. answers. com/topic/ibn-qudamah.

98 Ibn Quda>mah, Al-Mugni, Juz V, 398. 99 Nama lengkap al-Baji adalah Sulaiman bin Khalaf bin Saad atau Said

atau Sadun bin Ayyub, al-Qadi Abu al-Walid al-Tujaybi al-Andalusi al-Qurtubi al-Baji al-Tamimi al-Dzahabi al-Maliki dari mazhab <Maliki. Lahir Lahir di Baja

Page 228: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

196  

Oleh karena itu, disyaratkan upah dan manfaat barang atau jasa harus jelas, sebagaimana barang yang menjadi obyek jual beli. Begitu pula waktu penyerahan manfaat dan upah harus jelas sehingga tidak terjadi gharar dalam pelaksanaan akadnya100. Sebagai contoh menyewakan anak sapi yang masih ada dalam kandungan induknya. Pendapat ini memperkuat dilarangnya penggunaan margin dan ujrah secara fixed dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Saiful Azhar Rosly membedakan risiko dan ketidakpastian (uncertainty) yang dibolehkan dalam syariah dan resiko dan ketidakpastian (uncertaity) yang tidak dibolehkan. Saiful Azhar Rozly menjelaskan bahwa risiko dan ketidakpastian dalam akad (transaction) dikatakan gharar dan risiko dan ketidakpastian dalam hasil bisnis(business out comes) dikatakan ghurm. Lebih jelas perbedaannya bisa dilihat pada skema dibawah ini:

Gambar 4:10101

Perbedaan antara Ghurm dan Ghara>r

                                                                                                                                       dekat Seville tahun 1013 M dan meninggal di al-Andalus tahun 1081 M. Karya-karya diantaranya Al-Tasdid ila Marifa al-Tawhid, Sunan al-Minhaj,Tartib al-Hajj, Ihkam al-Fusul fi Ahkam al-Usul, al-Tadil wa al-Tajrih li man Kharraja `anhu al-Bukhari fi al-Sahih, Sharh al-Muwatta' 'dalam dua versi: al-Istifa' dan ringkasan nya al-Muntaqa, Sunan al-Salihin. Lihat http://scholar.najah.edu /sites/default/files/journal-article/abu-walid-al-baji-his-life-and-his-scientific-arguments.pdf.  

100 Al-Baji, al-Muntaqa sharh al-Muwatta, Juz V, 126

101 Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Market, 76. 

Action with Gharar HARAM

Actions with Ghurm HALAL

RISK AND UNCERTAINTY

Risk and Uncertainty in Business Outcomes

Risk and Uncertainty in Contractual Agreements (Aqd)

GHORM(Contructive)

GHARAR(Destructive)

Page 229: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

197  

Gambar di atas menjelaskan bahwa ghurm adalah fitrah dalam

dunia usaha karena tidak seorangpun dapat menolak terjadinya ghurm oleh sebab itu diperlukan kehati-hatian dalam menterjemahkan kata risk dan uncertainty (gharar dan ghurm). Ghurm (risk) berkaitan dengan risiko dan ketidakpastian dalam hasil bisnis (business outcomes) sedangkan gharar terkait dengan risiko dan ketidakpastian dalam kontrak perjanjian (contractual agreements). Transaksi yang mengandung unsur ghurm halal hukumnya sedangkan transaksi yang mengandung unsur gharar menjadi haram.102 Transaksi yang mengandung risiko dan ketidakpastian dalam hasil bisnis dibolehkan oleh syariah. Risiko dan ketidakpastian yang tidak dibolehkan dalam syariah adalah risiko dan ketidakpastian dalam kontrak.

Dalam prakteknya, bank syariah menambahkan unsur uncertainty rate of profit dalam jangka panjang dalam akad, padahal tambahan ini bersifat tidak jelas bagi kedua belah pihak sehingga tambahan ini mengandung unsur gharar. Adanya tambahan pada transaksi mura>bah}ah jangka panjang di bank syariah menjadi penyebab harga produk bank syariah menjadi lebih mahal dibandingkan bank konvensional. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya di dalam praktek di bank konvensional, rate of interest yang dikenakan kepada nasabah bisa secara sepihak dirubah oleh bank konvensional sehingga rate of interest yang digunakan pada awalnya selalu lebih rendah dibandingkan dengan bank syariah. Di lain pihak bank syariah secara akad, pada transaksi mura>bah}ah hanya boleh menggunakan satu rate of profit dan tidak boleh dilakukan penyesuaian atau repricing.

Salah satu tujuan dari disertasi ini adalah bahwa dengan konsep rate of profit, maka praktek riba baik yang nyata-nyata dilakukan seperti riba> al-nasi>’ah pada praktek pinjaman dengan sistem bunga berbunga di bank konvensional, praktek riba jahiliyah seperti yang terjadi pada praktek pinjaman kartu kredit maupun riba> al-fad}l seperti yang terjadi pada pengenaan mark-up pada transaksi jual-beli baik jual beli barang dengan uang seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam maupun antara jasa dengan uang seperti ija>rah yang menggunakan suku bunga sebagai benchmark (patokan) seperti JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) atau LIBOR (London Interbank Offered Rate) dan benchmark lainnya seperti suku bunga pinjaman di bank konvensional dapat dihapuskan. Selain tujuan penghapusan seluruh praktek riba yang dipraktekan di lembaga keuangan. disertasi ini juga bertujuan untuk menghapuskan

                                                            102  Lihat Saiful Azhar Rosly, Critical Issues on Islamic Banking and

Financial Market, 76. 

 

Page 230: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

198  

praktek spekulasi (maysir) akibat penggunaan benchmark suku bunga yang bersifat fixed dan berjangka sangat panjang pada transaksi transaksi dengan akad jual beli, baik itu akad jual beli antara barang dengan uang maupun antara barang jasa dengan uang seperti ija>rah . Penghapusan spekulasi dengan menggunakan rate of profit yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan Islam, akan menciptakan stabilitas harga pada aset keuangan dan stabilitas net income pada bank syariah yang menciptakan distribusi pendapatan yang adil pada kegiatan investasi yang merupakan kebutuhan masyarakat banyak. Penghapusan spekulasi dengan rate of profit pada transaksi jual beli juga akan menciptakan permintaan akan uang yang sama dengan aggregate supply akan uang sehingga tidak terjadi inflasi103.

Dampak penggunaan transaksi mura>bah}ah secara masif dalam sistem keuangan syariah, selain akan menurunkan pendapatan nasabah dan penurunan kekayaan nasabah dalam keadaan suku bunga yang tidak menguntungkan juga dapat menurunkan investasi karena naiknya biaya modal (cost of capital) dan menurunnya akumulasi modal104. Penghapusan spekulasi pada komponen keuntungan transaksi jual-beli dan sewa pada sistem keuangan syariah akan menciptakan stabilitas keuangan pada harga-harga aset keuangan syariah dan menciptakan distribusi pendapatan yang adil baik pada pemilik modal maupun pengusaha sehingga diharapkan akan terjadi full employment dan sustainable growth yang akan menciptakan kemakmuran masyarkat secara luas.

Dapat disimpulkan bahwa Bab IV ini berisi penerapan rate of profit yang menciptakan stabilitas harga aset keuangan syariah dan net income di bank syariah pada tataran makro, selanjutnya pada bab V akan dijelaskan penerapan konsep rate of profit ini pada tataran mikro, yaitu pada penetapan harga mark-up maupun bagi hasil pada pembiayaan di bank syariah, yang akan menciptakan keadilan distributif pada pendapatan masyarakat.

                                                            103 Joseph Aschheim and Cheng-Yao Hsieh, Agregate Theory and

Policy: Macroeconomics: Income and Monetary Theory (London : John Wiley and Sons, 1969), 141.

104Abdul Gaffar Ismail, Money, Islamic Banks and the Real Economy (Kuala Lumpur : Cengage Learining, 2010), 526.

Page 231: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

199  

BAB V

APLIKASI RATE OF PROFIT DALAM EKONOMI MIKRO:

PENENTUAN IMBAL HASIL PADA PEMBIAYAAN SYARIAH

Penentuan rate of profit pada produk pembiayaan syariah merupakan kunci bagi terciptanya keadilan ekonomi dalam pendapatan investasi dan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk ringannya biaya usaha jika dibandingkan dengan menggunakan sistem bunga (rate of interest). Rate of profit pembiayaan yang berkeadilan akan menghasilkan rate of profit yang adil bagi nasabah dana mud}a>rabah dan bank sebagai pengelola. Dalam rate of profit pembiayaan berupa marjin, ujrah dan bagi hasil, terdapat hak nasabah dan bank dalam sistem distribusi bagi hasil di bank syariah. Tidak seperti sistem bunga di perbankan konvensional, rate of profit nasabah dengan sistem bagi hasil di bank syariah berpedoman kepada rate of profit atau keuntungan di sektor riil. Jika rate of profit di bank syariah mengikuti atau di-benchmark dengan rate of interest dengan sistem perhitungan pembebanan dan distribusi pendapatan berdasarkan prinsip time value of money dengan metode anuitas maka selain akan merugikan nasabah dana dan sebaliknya lebih memberatkan nasabah pembiayaan. Dengan sistem time value of money ini, yang diuntungkan hanya management bank. Selanjutnya dalam pembahasan di bab V ini akan dianalisa rate of profit pada produk pembiayaan berjangka pendek, panjang dan pada transaksi kartu kredit, dengan melakukan pembandingan dengan praktek di bank syariah dan bank konvensional saat ini dikaitkan dengan aturan-aturan otoritas keuangan yang ada di Indonesia.

A. Menentukan Harga Rate of Profit dalam Bank Syariah

Di dalam sistem perbankan yang tidak berdasarkan bunga (bank syariah) bagian keuntungan (profit) yang berhak diterima oleh pemilik dana di sisi liability1 dan bank atas suatu rekening investasi seperti

                                                            1 Liability adalah sisi pasiva yang dapat dikelompokkan menjadi tiga

bagian utama, yaitu Dana Pihak Pertama yang berasal dari pemilik dan laba bank, Dana Pihak Kedua yang dapat diperoleh melalui pasae uang serta Dana

Page 232: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

200  

deposito mud}a>rabah 2 akan disepakati sebelum proses penyimpanan dana dilakukan. Di sisi lain, dari sisi aset3, pendapatan yang berhak diterima oleh bank syariah dapat berasal dari margin yang bersifat tetap (fixed) dan ditentukan di depan (ex ante) karena diperoleh dari transaksi pertukaran dan selain itu berasal dari transaksi kerjasama yang berdasarkan sistem bagi hasil di mana profit-nya ditentukan di belakang (ex post).

Permasalahannya seperti yang telah diuraikan di Bab-bab sebelumnya adalah bahwa tingkat keuntungan (rate of profit) yang dipakai benchmark-nya di bank syariah menggunakan bunga (rate of interest) berdasarkan pendapat dan fatwa beberapa ahli ekonomi Islam seperti Muhammad Taqi Usmani4, Mahmoud El Gamal5, dan Muhammad Tanthawi. Mereka mengatakan bahwa bank syariah dapat menggunakan benchmark (tolok ukur) suku bunga seperti LIBOR (London Interbank Offered Rate) sebagai patokan penentuan margin produk-produk aset bank syariah. Muhammad Tanthawi sebagaimana dikutip Mahmoud El Gamal bahkan pernah mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa bunga (rate of interest) adalah keuntungan yang bersifat pasti sehingga diperbolehkan untuk diambil.6 Pendapat Tanthawi ini pada dasarnya sama dengan pendapat Bohm Bawerk sebagai leader teori bunga murni (klasik), bahwa bunga boleh diambil karena konsumsi barang sekarang lebih disukai dari pada konsumsi barang pada masa yang akan datang.7

                                                                                                                                       Pihak Ketiga yang berasal dari masyarakat berupa giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, setoran jamnan, dll. Lihat Selamet Riyadi, Banking Asset and Liability Management (Jakarta: LPFE-UI, 2006), 65.

2 Deposito mud}a>rabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank, di mana bank bertindak sebagai muda>rib dan nasabah sebagai s}a>hibul ma>l. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah, modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan hutang, bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak diperkenankan mengurangi keuntungan. Lihat Wiroso, Produk Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), 147.

3 Aset adalah aktiva produktif yang meliputi pembiayaan yang diberikan, surat-surat berharga, penempatan dana antar bank lain, baik dalam negeri maupun luar negeri, dll. Lihat Lihat Selamet Riyadi, Banking Asset and Liability Management, 10.

4 Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance, (Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an, 1998), 118-119.

5 Mamoud A. El-Gamal. Islamic Finance : Law, Economics, and Practice (New York: Cambridge University Press, 2006), 79.

6 Mamoud A. El-Gamal. Islamic Finance : Law, Economics, and Practice, 139.

7Bohm Bawerk, The Positive Theory of Capital , trans. by W. Smart (London : Macmillan ,1889), 46-47.

Page 233: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

201  

Teori ini dikenal sebagai The Positive Time Preference Theory, sehingga pengambilan bunga pada transaksi pertukaran menjadi dasar sebagai kompensasi atas nilai barang sekarang yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan nilai barang di masa yang akan datang. Teori ini berdampak pada pengenaan keuntungan pada transaksi pertukaran di bank Syariah seperti mura>bah}ah, istis}na>‘, salam dan ija>rah dengan margin atau mark up yang bersifat pasti dan ditentukan di depan (ex ante) menjadi diperbolehkan.

Perbedaan sebenarnya adalah bahwa kepastian keuntungan dalam transaksi pertukaran di bank syariah ini, pada ekonomi konvensional digunakan dalam transaksi pinjam meminjam uang yang tidak melibatkan pertukaran baik pertukaran barang dengan uang atau jasa dengan uang. Kompensasi bunga pada transaksi pinjam meminjam dengan demikian pada dasarnya adalah fenomena moneter saja sebagaimana pendapat John Maynard Keynes8, karena tidak berhubungan dengan sektor riil (pasar barang dan jasa). Oleh karena itu, tokoh seperti Wicksell kemudian menambahkan faktor inflasi dalam penentuan suku bunga yang akan dibebankan kepada peminjam disebabkan bunga sebagai fenomena moneter menyebabkan ketidakseimbangan antara sektor riil dan moneter yang mengakibatkan terjadi inflasi.9 Bahkan dalam prakteknya untuk mengamankan transaksi yang bersifat investasi dengan keuntungan yang bersifat tidak pasti di bank konvensional seperti kredit, dalam penentuan tingkat suku bunganya menambah lagi satu faktor yaitu: risk premium sebagai faktor tambahan untuk meng-cover risiko uncertainty di masa yang akan datang (sesuai teori Samuelson). Risk premium ini pada dasarnya adalah premium yang dibebankan kepada peminjam di depan (ex ante) terhadap risiko uncertainty10 yaitu risiko investasi menjadi rugi (negative return) atau no return (zero return). Ditinjau dari analisa distribusi pendapatan, disinilah letak ketidakadilan sistem ekonomi ribawi yang lebih berpihak kepada pemilik dana dan modal. Risk premium yang tinggi ditambahkan untuk memastikan dana yang dipinjamkan kepada pemilik dana dan modal. Dalam keadaan lancar, tambahan kelebihan ini tidak dikembalikan ke peminjam.

Dalam konsep ekonomi Islam, investasi selalu menciptakan probabilitas untuk mendapatkan positive return, negative return dan no

                                                            8 J.M. Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money

(New York : Macmillan, 1936), Chapter 13. 9 Knut Wicksell, Interest and Prices (Geldzins und Guterpreise) A

Study of the Cause Regulating the Value of Money, translated by R.F. Kahn (New York : Sentry Press, 1962).

10 Lihat Alexandre Adam, Handbook of Asset and Liability Management; from Models to Optimal Return Strategies (John Wiley & Sons, 2007), 310-311.

Page 234: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

202  

return, sehingga tidak boleh mengambil keuntungan di depan pada transaksi yang bersifat investasi (ex post) seperti mud}a>rabah dan musha>rakah11. Damodaran menyebut premi ini sebagai default risk untuk risk premium yang ditambahkan kepada peminjam dari perusahaan (corporate) baik di pasar kredit maupun pasar modal dalam bentuk kupon obligasi dan uncertainty risk sebagai risk premium untuk investasi pada penyertaan modal (equity).12 Sehingga dapat disimpulkan pengenaan bunga (rate of interest) baik pada produk liability seperti deposito dan produk aset seperti kredit pada bank konvensional diaplikasikan berdasarkan atas teori-teori ekonom konvensional seperti tabel di bawah ini:

Tabel 5.1

Teknik Penentuan Interest Rate di Bank Konvensional13

PROFIT YANG BERSIFAT PASTI

PADA PRODUK LIABILITY

PROFIT YANG BERSIFAT TIDAK PASTI

PADA PRODUK ASET

Teori Klasik Teori Moneter

Teori Moderen

Teori Klasik Teori Moneter

Teori Moderen

Disebut bunga (interest rate)

Disebut interest rate

Disebut interest rate

Disebut Natural Rate

Disebut Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Marginal Efficiency of Investment (MEI)

Disebut Discount rate (Damodaran Samuelson)

Real interest rate ditentukan oleh time preference consumption di pasar barang/sektor riil (Bohm Bawerk)

Real interest rate ditentukan oleh Liquidity Preference di Pasar Uang/sektor moneter (J. Keynes)

Real interest rate ditentukan oleh keseimbangan sektor riil dan sektor moneter (Hansen)

Natural Rate ditentukan oleh Rate of profit yang dihitung berdasarkan Internal Rate of return (IRR) method (Wicksell)

MEC ditentukan oleh perhitungan present value arus kas di investasi(J. Keynes)

Discount rate ditentukan oleh Liquidity Preference + Expected Inflation + Risk premium (Damodaran- Samuelson)

Nominal interest rate ditentukan

Nominal Interest rate ditentukan

Nominal interest rate

Nominal Rate of profit=

MEC ditentukan oleh

Discount rate = real interest rate

                                                            11 Q.S. Luqman (31): 34. 12Aswath Damodaran, Investment Valuation: Tools and Techniques for

Detrmining the Value of Any Asset (New York,: John Wiley & Sons Inc, 2002), 12.

13 Data diolah oleh penulis dari berbagai sumber.

Page 235: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

203  

PROFIT YANG BERSIFAT PASTI

PADA PRODUK LIABILITY

PROFIT YANG BERSIFAT TIDAK PASTI

PADA PRODUK ASET

Teori Klasik Teori Moneter

Teori Moderen

Teori Klasik Teori Moneter

Teori Moderen

oleh positive time preference dengan indifference curve

oleh Liquidity Preference pada produk giro, tabungan dan deposito

ditentukan persamaan IS = LM ditentukan oleh Bank Sentral (Hansen)

Natural Rate + Premi uncertainty (Irving Fischer)

present value arus kas di proyek investasi (Keynes)

+ expected inflation + risk premium

Konsep : Ex ante- predetermined-simple interest

Konsep : Ex ante-pre determined simple interest

Konsep : Ex ante – predetermined compounded interest

Konsep :Ex ante-ditentukan dari perhitungan IRR dimana actual rate disamakan dengan expected rate

Konsep : Ex ante ditentukan oleh MEI, dimana actual rate disamakan dengan expected rate

Konsep Ex ante ditentukan oleh Discounted Cash Flow Valuation, dimana actual rate disamakan dengan expected rate

Dalam prakteknya di bank konvensional, teori bunga yang terus

dikembangkan ini diaplikasikan dalam penentuan suku bunga baik pendanaan maupun kredit. Di Indonesia, dalam penentuan harga kredit BI bahkan mewajibkan bank-bank konvensional untuk melaporkan metodologi penentuan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) seperti yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.14 Secara umum, formula penentuan suku bunga dasar kredit di bank konvensional adalah sebagai berikut: 15

SBDK = Cost of Loanable Fund + Overhead Cost + Spread + Risk premium

                                                            14 Lihat Bank Indonesia, “Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

15/1/DPNP tanggal 15 Januari 2013 tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit”, http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_150113.aspx. (Diakses 10 November 2014).

15 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), 136.

Page 236: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

204  

SBDK ini akan menjadi suku bunga pinjaman di bank bank

konvensional. Jika SBDK di bank-bank konvensional yang terbesar (10 bank terbesar) diambil maka SBDK-SBDK ini akan menjadi Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) yang bisa dipakai oleh bank-bank lain untuk tolok ukur rate pinjamannya termasuk bank-bank Syariah untuk margin pembiayaannya. Hal ini telah dibahas di bab-bab sebelumnya, kalau di Indonesia disebut sebagai JIBOR maka di negara negara lain nama suku bunga pinjaman yang dijadikan acuan sesuai dengan nama kota pusat financial yang ada di negara tersebut seperti: LIBOR (London Interbank Offered Rate), SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) dan KLIBOR (Kuala Lumpur Interbank Offered Rate). Melihat kepada struktur SBDK (JIBOR) dalam penentuan suku bunga pinjaman, ada beberapa hal yang penulis lihat dapat terjadi penerapan riba> al-nasi>’ah dan fad}l bahkan maysi>r apabila digunakan untuk dasar margin pembiayaan dalam akad jual-beli di bank syariah. Oleh karena itu untuk menghilangkan unsur riba dan maysi>r tersebut, penentuan rate of profit di bank syariah sesuai karakternya yang bebas bunga pada produk-produk asetnya (produk liability bank syariah mengikuti rate of profit produk aset dengan nisbah bagi hasil), seperti dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2

Teknik Penentuan Rate of Profit di Bank Syariah16

RATE OF PROFIT YANG BERSIFAT PASTI (PRODUK ASET)

RATE OF PROFIT YANG BERSIFAT TIDAK PASTI (PRODUK ASET)

Rate of profit dalam akad jual-beli tangguh/sewa ditentukan oleh :

Rate of profit dalam transaksi kerjasama berdasarkan bagi hasil ditentukan oleh :

- Tingkat keuntungan setiap kali transaksi tunai (transaksi naqdan) yang mencerminkan economic value added dari barang

- Ekspektasi return investasi dari sha>hibul ma>l, disebut sebagai ROI (return on investment) atau IRR (internal rate of return ) dari proyek atau bisa dihitung dari nisbah bagi hasil yang dihitung dari rate of profit yang bersifat pasti

- Biaya yang yang harus diperoleh kembali (cost recovery) dalam periode tangguh, yang dihitung dari : proyeksi biaya operasional rata-rata dalam setahun dan

- Biaya overhead yang digunakan langsung dalam investasi tersebut (overhead cost)

                                                            16 Tabel diolah oleh penulis.

Page 237: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

205  

RATE OF PROFIT YANG BERSIFAT PASTI (PRODUK ASET)

RATE OF PROFIT YANG BERSIFAT TIDAK PASTI (PRODUK ASET)

proyeksi volume pembiayaan yang diberikan rata-rata dalam setahun

- Margin keuntungan yang dihitung dari besarnya keuntungan per jumlah transaksi (frekuensi) dalam satu periode, yang mencerminkan economic value of time 17 dalam bentuk: Keuntungan yang disepakati di depan dicicil secara tetap untuk transaksi yang berjangka waktu pendek (jual beli tangguh) yang disebut keuntungan tunda perputaran barang dalam periode transaksi disebut sebagai Return on Aset (ROA)

- Tingkat keuntungan yang diharapkan dalam investasi tersebut, disebut keuntungan mud}a>rib atau Return on Investment (ROI) pengelola yang dihitung dari expected Return On Equity (ROE) x modal/aset pembiayaan

- Konsep: Ex ante yang bersifat pasti dan ditentukan di depan. Keuntungan jangka pendek yang diperoleh pada akad mura>bah}ah akan sama (fixed) dengan margin yang sudah ditetapkan dan disepakati di depan. Untuk transaksi manfaat barang (sewa) profit ditentukan secara pasti per periode transaksi. Jika jangka panjang margin bisa disepakati kembali nilai sewanya (reprice )

- Konsep Ex post: Ditentukan berdasarkan revenue sharing (bagi pendapatan) atau profit and loss sharing (bagi untung/rugi) actual berdasarkan nisbah yang disepakati dan dibayarkan secara periodik di belakang. Actual return bisa tidak sama dengan Retrun On Investment (ROI) yang diharapkan shahibul mal

Dalam tabel 5.2. di atas, ada empat faktor yang mempengaruhi penentuan rate of profit dalam transaksi pertukaran dengan Rate of Profit yang bersifat pasti seperti jual beli tangguh dan sewa, berupa margin/mark-up yaitu: (1) Tingkat keuntungan dalam satu kali transaksi (naqdan), (2) Biaya yang dikeluarkan dalam periode tangguh (3) Besarnya jumlah transaksi dalam satu periode (tangguh) yang disepakati dan (4) Melakukan penyesuaian harga jika transaksi berjangka panjang sesuai periode cash to cash cycle-nya di sektor riil. Sedangkan untuk penentuan rate of profit yang bersifat tidak pasti seperti mud}a>rabah dan musha>rakah, benchmark rate of profit untuk penentuan nisbah bagi hasilnya bisa menggunakan rate of profit yang

                                                            17 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2008), edisi II, 111-131.

Page 238: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

206  

bersifat pasti pada transaksi pertukaran jika obyeknya berupa barang dan jasa atau dengan mencari IRR-nya jika obyeknya adalah proyek atau kontrak dengan arus kas yang diproyeksikan. Dengan demikian perbedaan utama produk bank syariah dan bank konvensional adalah dari sisi penentuan harga. Harga aset di bank syariah terkait sepenuhnya dengan keuntungan transaksi tersebut di sektor riil. Berbeda dengan harga di bank konvensional yang berasal dari bunga yang merupakan penciptaan profit di pasar uang yang bersifat spekulatif. Selanjutnya lebih jelas diterangkan proses penentuan rate of profit di bank syariah. 1. Penentuan Rate of Profit yang Bersifat Pasti dalam Akad Pertukaran

dan Perbandingannya dengan Bunga yang BersifatTetap.

Dalam prakteknya antara satu pembeli dan pembeli yang lain memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam mendapatkan keuntungan tiap transaksi dan jumlah transaksi yang bisa dilakukan dalam satu periode transaksi. Oleh karena itu kedua faktor yang mempengaruhi rate of profit di atas bersifat bebas dan seringkali bersifat pasti. Ini juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu permintaan dan penawaran harga di pasar barang (Teori mazhab Iqtis}a>duna>). Permasalahannya harga di pasar seperti apa yang dapat digunakan pada bank Syariah mengingat fungsinya sebagai intermediasi investor yang ingin masuk ke sektor riil, apakah pasar barang atau pasar uang dalam transaksi dengan profit yang pasti ini.

Menurut Taqi Usmani18, Mahmoud El Gamal19 dan Muhammad Tanthawi, harga di pasar ini dapat menggunakan benchmark/tolok ukur di pasar uang konvensional, seperti LIBOR, SIBOR, KLIBOR dan JIBOR. Namun Penulis tidak setuju dengan konsep ini karena melihat struktur penentuan suku bunga pinjaman yang dijadikan dasar benchmark di bank konvensional terdiri dari unsur-unsur yang dijelaskan di bawah ini : a. Cost of loanable fund

Cost of loanable fund pada dasarnya adalah penerapan time value

of money bahwa pembayaran tertunda akibat liquidity preference atau time preference dari nilai uang sekarang yang lebih tinggi dari pada nilai

                                                            18Lihat kembali Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic

Finance, 118-119. 19Lihat kembali Mamoud A. El-Gamal. Islamic Finance : Law,

Economics, and Practice , 139.

Page 239: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

207  

uang di masa yang akan datang,20 sehingga kompensasi bisa ditetapkan di depan secara pasti ini bersifat linier dan dapat diakui (accrual basis) di depan (ex ante) berdasarkan permintaan dan penawaran di pasar uang. Hal ini tercermin dalam cara perhitungan cost of fund yang berdasarkan rata-rata tertimbang produk Giro, Tabungan dan Deposito. Dengan kata lain penetapan cost of fund ini merupakan penetapan tambahan secara pasti tanpa imbalan yang nyata (riba> al-nasi>’ah) dalam penentuan suku bunga pinjaman di bank konvensional.

Berbeda dengan konsep time value of money, economic value of time (nilai ekonomi dari waktu)21 dalam transaksi tangguh pada akad pertukaran seperti mura>bah}ah, istis}na>‘, salam dan ija>rah, di mana nilai ekonomi dari waktu ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diperoleh per transaksi tunai dan frekuensi transaksi per periode bersifat circular (bukan linier) di sektor riil. Karena bersifat keuntungan per periode (circular) maka secara karakter transaksi ini bersifat jangka pendek untuk transaksi jual beli barang jadi dengan uang dan bersifat di-reprice (ditentukan harganya kemudian per periode transaksi) dalam transaksi antara manfaat barang jadi tersebut dengan uang seperti ija>rah (sewa) dalam periode yang panjang sampai kepemilikan barang jadi tersebut (bittamli>k).

Dalam keadaan kontraksi moneter, tingkat cost of fund ini akan naik, sehubungan dengan naiknya risk free rate seperti SBI (Sertifikat Bank Indonesia)22 karena bank sentral ingin uang yang beredar di pasar uang masuk ke bank sentral sehingga jumlah uang yang beredar bisa dikontrol. Naiknya suku bunga untuk mengontrol jumlah uang yang beredar tidak berhubungan langsung dengan tingkat keuntungan di sektor riil, melainkan lebih kepada tingkat inflasi yang meningkat karena spekulasi di pasar uang dan valuta asing.

Jelas bahwa tingkat keuntungan (rate of profit) yang didasarkan atas faktor cost of fund 23 akan mengambil keuntungan tanpa ‘iwad} yang diharamkan. Dalam keadaan yang normal pun, suku bunga jangka panjang secara struktural akan selalu lebih tinggi sesuai term premium jangka waktu seperti teori yang dijelaskan dalam bab 2. Jika rate of

                                                            20 Ismail, Manajemen Perbankan , 137. 21 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, edisi II, 111-112. 22 SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah surat berharga dalam mata

uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Lihat Lihat Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 422.

23 Cost of Fund (COF) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank atas dana yang dihimpun sebelum diperhitungkan besarnya ketentuan cadangan likuiditas wajib atau reserve requirement yang disyaratakan oleh bank sentral. Lihat Wiroso, Murabahah (Yogyakarta: UII Press, 2005), 86.

Page 240: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

208  

profit dalam transaksi dengan profit yang bersifat pasti diambil dari suku bunga pinjaman jangka panjang maka akan terdapat tambahan hanya karena menunggu jatuh tempo tanpa membandingkan dengan pendapatan di sektor riil yang merupakan keuntungan nyata transaksi tersebut, sehingga jelas jelas keuntungan yang diambil tanpa mark to the market (revaluasi) ini telah menerapkan riba> al-fad}l dalam transaksi di sektor riil, sekaligus telah melakukan maysi>r (spekulasi). Oleh karena itu sebagai gantinya sesuai dengan karakter transaksi pertukaran di bank syariah maka pada komponen keuntungan transaksi tunai ini dapat diambil angka pertumbuhan GDP yang pada dasarnya adalah gross value added yang dihasilkan suatu negara atau bisa dikatakan tingkat keuntungan rata-rata barang-barang yang diproduksi di Indonesia. Jika ingin lebih spesifik lagi maka GDP yang diambil bisa dari salah satu dari 11 industri yang telah ditetapkan oleh International Standard Industrial Classification (ISIC), sebagai contoh industri kendaraan bermotor jika transaksinya adalah murabahah dengan obyek kendaraaan bermotor.

Dalam beberapa kasus seperti di Indonesia, cost of loanable fund ini ditambahkan lagi premi untuk skema penjaminan deposito yang dibebankan Lembaga Penjaminan Deposito sebesar 0.25 % dan Provisi Penghapusan Aktiva Produktif sebesar 1 % yang diwajibkan oleh Bank Indonesia, sehingga cost of loanable fund 24 ini menjadi Base Lending Rate (BLR). Komponen ini menurut penulis dapat ditambahkan sebagai biaya seperti overhead cost untuk menjamin kemaslahatan masyarakat. b. Overhead Cost

Overhead cost pada dasarnya bersifat natural dalam salah satu

faktor yang diambil dalam menentukan keuntungan di pasar barang sebagai unsur biaya yang harus diperoleh kembali (cost recovery) karena penangguhan, yang diperoleh dari proyeksi biaya rata-rata yang berhubungan langsung dengan target pembiayaan tersebut dalam setahun, baik dari biaya sumber daya manusia maupun biaya operasional lainnya. Overhead cost ini dalam margin pembiayaan syariah, wajib dimasukkan sebagai salah satu unsur rate of profit yang dibebankan kepada nasabah. c. Keuntungan selama periode transaksi

Keuntungan selama periode transaksi atau di bank konvensional

biasa disebut spread pada dasarnya adalah tingkat keuntungan wajar dalam segmen pasar yang dituju sebagai pencerminan dari economic

                                                            24 Cost of Loanable Fund (COLF) merupakan biaya dana setelah

dikurangi ketentuan reserve requirement, sehingga dana yang tersisa adalah dana yang benar-benar efektif dan dapat dipergunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Lihat Wiroso, Murabahah (Yogyakarta: UII Press, 2005), 86.

Page 241: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

209  

value of time yaitu margin keuntungan yang diperoleh dari besarnya keuntungan per jumlah transaksi (frekuensi) dalam satu periode, yang diambil oleh pengurus bank konvensional yang diminta oleh pemegang saham yang ditentukan dari tingkat Return on Asset (ROA) yang ditargetkan.

Spread = Target ROA

Tidak jauh berbeda dengan penulis, Wiroso dalam bukunya “Murabahah” menjelaskan target keuntungan yang ingin dicapai untuk transaksi dengan keuntungan yang pasti pada umumnya dijabarkan dalam besaran Return on Asset (ROA).25 d. Risk Premium

Risk premium pada dasarnya adalah unsur risiko ketidakpastian

(uncertainty) untuk memastikan bahwa kredit tersebut tidak macet atau dengan kata lain unsur ini ditambahkan untuk mengatasi risiko investasi menjadi negative atau no return akibat gagal bayar.26 Risk premium ini dihitung dari data sejarah terjadinya kredit macet yang terdiri dari 5 kolektabilitas yaitu: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Unsur risk premium ini yang apabila ditambahkan dalam unsur margin atau mark up pada pembiayaan syariah akan menyebabkan terjadinya penambahan tanpa ‘iwad yang disebabkan bahwa salah satu unsur diperbolehkannya ‘iwad adalah karena adanya unsur risiko. Dengan menambah ‘iwad lagi setelah pengambilan spread (keuntungan yang wajar) maka sebenarnya pihak pemberi kredit ingin memastikan bahwa kredit tersebut tidak beresiko gagal bayar (Expected Loss =EL). Expected Loss dihitung dari kolektabilitas kredit yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet dikalikan dengan bobot masing masing kolektibilitas kredit sebesar masing-masing 1%, 5 %, 15 %, 50 % dan 100 %. 27 Unsur risk premium ini ditetapkan di depan secara pasti dan dibebankan langsung kepada pengambil kredit dengan rumus:

                                                            25 Wiroso, Murabahah (Yogyakarta: UII Press, 2005), 82. 26 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2010), 139. 27 Lihat Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and

Shareholders’ Value in Banking : From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, (Chicester, West Sussex, England : John Wiley & Sons Ltd, 2007), 357.

Page 242: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

210  

(1 + BLR) – ((1 + BLR)/(1 + EL)

Dalam transaksi di bank syariah dengan akad jual beli dan sewa yang berdasarkan aset riil (disebut asset-based financing) maka risiko gagal-bayar sangat kecil karena penjual memegang aset riil28. Selain itu, karakter transaksi yang bersifat pertukaran (bukan pinjaman), maka keuntungan yang diambil pada dasarnya bukan atas pengambilan risiko uncertainty atau gagal bayar (sesuai pendapat Baqir al-S}adr). Hal ini berbeda dengan transaksi di bank konvensional di mana bank meminjamkan uang sehingga ada premium untuk risiko gagal bayar dalam struktur harga yang diberikan. Dalam transaksi dengan akad jual beli rate of profit tidak akan bertambah lagi jika pembeli tidak bisa mencicil angsuran29 karena baik pembeli maupun penjual telah membagi risiko bersama terhadap aset yang diperjual belikan. Sehingga tidak adil jika penjual menambah lagi unsur risiko gagal bayar kepada pembeli. Pembagian risiko antara pembeli dan penjual terhadap harga barang yg diperjualbelikan telah menciptakan keadilan ekonomi secara inheren.

Dari keempat faktor ini, menurut penulis dapat disimpulkan faktor cost of loanable fund dan risk premium tidak bisa dijadikan dasar untuk rujukan (benchmark) dalam penentuan margin atau mark up pada transaksi pertukaran. Penambahan faktor cost of loanable fund pada dasarnya memasukkan riba> al-nasi>’ah dan faktor risk premium pada dasarnya memasukkan riba> al-fad}l ke dalam transaksi pertukaran. Terutama dalam transaksi pertukaran, maka risk premium yang biasanya dibebankan sesuai dengan kredibilitas peminjamnya menjadi sangat tidak relevan jika dilihat dari karakter transaksi pertukaran dimana faktor nilai investasi pada barang yang dipertukarkan seharusnya lebih dinilai dibandingkan faktor kredibilitas pembelinya. Sedangkan penggunaan term premium atau tambahan secara fixed dalam jangka panjang, menambah satu unsur yang dilarang dalam Islam yaitu maysi>r atau spekulasi. Dari perbandingan margin keuntungan (rate of profit) pada transaksi pertukaran (jual-beli dan sewa) yang sesuai syariah dengan pinjaman dengan bunga tetap (rate of interest) maka dapat disimpulkan sebagaimana tabel di bawah ini:

                                                            28 Faleel Jamaldeen, Islamic Finance for Dummies (New Jersey : John

Wiley and Sons, 2012), 141. 29 Faleel Jamaldeen, Islamic Finance for Dummies , 155

Page 243: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

211  

Tabel 5.3. Perbandingan Perhitungan Margin di Bank Syariah

dan Bunga Tetap di Bank Konvensional30 No Perhitungan rate of profit

(margin/mark up) syariah dalam transaksi pertukaran di Bank Syariah

Perhitungan rate of interest (Bunga Tetap) dalam transaksi pinjaman di Bank Konvensional

1 Keuntungan transaksi tunai yang mencerminkan Economic Value Added barang, sebagai proxy bisa digunakan GDP31 (dalam bentuk harga disebut sebagai harga beli/harga pokok pembelian)

Harga Dana yang diperoleh dari pihak ketiga (Cost of Loanable Fund/COLF) yang ditetapkan di depan sesuai jangka waktu (Time value of money)

2 Biaya yang harus diperoleh kembali selama periode tangguh (Cost Recovery) yang dihitung dari proyeksi biaya operasional rata-rata Overhead Cost (OHC) yang berhubungan langsung dengan pembiayaan

Overhead Cost (OHC) yaitu Biaya operasional yang berhubungan langsung dengan kredit/pinjaman yang diberikan

3 Return On Asset: Marginkeuntungan selama periode pembiayaan yang mencerminkan economic value of time , yaitu

Spread yaitu keuntungayang diharapkan pengelola Bank dari pinjaman yang diberikan, Ekspektasi ROE x modal/target

                                                            30 Tabel diolah penulis. 31 GDP (Gross Domestic Product) adalah pendapatan nasional yang

dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait selain GDP adalah GNP (Gross National Product) atau produk nasional bruto dan NNP (Net Nasional Product) atau produk nasional neto. Perhtungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. GDP yang merupakan ukuran terhadap aliran uang dan barang dalam perekonomian dapat dihitung dengan tiga pendapatan : 1). Pendekatan produksi, 2). Pendekatan pendapatan, 3) Pendekatan pengeluaran. Dalam disertasi ini ini pendekatan GDP yang diambil adalah pendekatan produksi yaitu perhitungan pendapatan nasional dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) semua sektor produksi. Perhitungan pendapatan nasional nasional dengan pendekatan produksi di Indonesia dilakukan dengan menjumlahkan semua sector industry, yang dikelompokkan menjadi 11 sektor atas dasar ISIC (Internasional Standard Industrial Classification) yang meilputi : sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri manufaktur, listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah, pemerintahan dan pertahanan dan jasa lainnya. Lihat Nurul Huda, Handi Risza Idris, Mustafa Edwin Nasution dan Ranti Wiliasih, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), 21.

Page 244: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

212  

No Perhitungan rate of profit (margin/mark up) syariah dalam transaksi pertukaran di Bank Syariah

Perhitungan rate of interest (Bunga Tetap) dalam transaksi pinjaman di Bank Konvensional

besarnya keuntungan per jumlah transaksi dalam periode pembiayaan yang bisa dihitung dari ROA

kredit yang ditargetkan

4 Tidak ada risk premium untuk ketidakpastian/uncertainty (jaha>lah) untuk mengcover gagal bayar dan unsur jangka waktu (term premium)

Risk premium untuk mengatasi risiko uncertainty terhadap gagal bayar dan volatilitas variabel pasar dalam jangka panjang

Dari komposisi komponen pembentuk harga margin/mark-up di

bank syariah, yaitu: GDP + Cost Recovery + ROA berbeda jika dibandingkan dengan harga suku bunga pinjaman di bank konvensional, yaitu Cost of Loanable Fund (COLF) + Overhead Cost (OHC) + Spread + Risk Premium. Maka bisa disimpulkan bahwa seharusnya harga pembiayaan dengan akad pertukaran seperti mura>bah}ah di bank syariah akan selalu lebih murah dari pada suku bunga pinjaman dan sekaligus akan lebih stabil karena 2 faktor:

a. Keuntungan transaksi tunai (naqdan).

Keuntungan transaksi tunai (naqdan) menurut penulis dapat menggunakan proxy GDP yang merupakan cerminan dari Gross Economic Value Added (Gross Rate of profit). GDP nominal mengukur nilai output (harga barang dikali kuantitas barang) atau pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu menurut harga pasar yang berlaku atau dikenal dengan istilah current price. Sedangkan GDP riil mengukur nilai output atau pendapatan nasional periode tertentu menurut harga yang ditentukan yaitu harga tahun dasar atau dikenal dengan istilah constant price.32 Tingkat keuntungan tercermin dalam harga keseimbangan nasional, sehingga pertumbuhan GDP akan mencerminkan pertumbuhan tingkat keuntungan di sektor riil, karena GDP mengukur nilai pasar seluruh barang yang dihasilkan di dalam negeri.

Dalam ekonomi syariah, penggunaan ukuran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besar keuntungan yang diramalkan sebagai pengganti suku bunga (rate of interest) dalam penentuan harga pada transaksi bay‘ mu’ajjal33 (bayar tangguh) dengan menggunakan

                                                            32 Gregory Mankiw, Principles of Economics (Mason USA:Thomson,

2007), fourth edition, 510.

33 Bay‘ mu’ajjal adalah jual beli yang barangnya diserahkan di awal, tetapi pembayarannya dilakukan kemudian dengan cara mencicil atau sekaligus.

Page 245: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

213  

proxy dengan GDP adalah dengan pertimbangan: a). Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value added (nilai tambah ekonomis); b) Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan kewajibannya (menyerahkan barang dan jasa), sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain34. Penggunaan proxy GDP sebagai alat ukur economic value added dalam transaksi bay‘ mu’ajjal bersifat riil mewakili keuntungan yang tercipta di pasar barang dan jasa lebih stabil.

Selain itu penggunaan proxy dengan mengambil index GDP ini akan bersifat lebih stabil. Hal ini disebabkan dalam sistem ekonomi Islam lebih setuju pada penerapan sistem proporsional tax bukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang menyebabkan pemindahan beban pajak kepada masyarakat bawah sehingga distribusi beban pajak menjadi tidak adil),35 akan menghasilkan amplitudo yang lebih kecil sehingga terjadi ‘automatic stabilizer”. Pada persamaan pendapatan nasional dalam perspektif Islam, selain GDP yang menggunakan pendekatan value added, juga menggunakan pendekatan pendapatan (GNP)36 yaitu Konsumsi (C) + Investasi (I) + Pengeluaran Pemerintah (G), dimana C = a + b(1-t)Y di mana Y adalah Pendapatan dan t = tingkat pajak proporsional yang dikenakan, maka Y = (1/(1-(1-t)bY)x (a + I + G, maka jika dY/dI = dY/dG = 1/(1-(1-t)b) maka karena (1-t)by lebih kecil dari bY, maka ketika perekonomian turun maka akan ada penahan automatic stabilizer-nya maka penurunan atau penaikan GDP tidak akan terlalu besar jika dibandingkan dengan sistem ekonomi konvensional dengan lump-sum tax.37 Argumen ini makin menguatkan penggunaan GDP sebagai komponen tingkat keuntungan naqdan sebagai pengganti COLF.

Dalam sistem ekonomi konvensional ketika perekonomian mengalami trend naik akan terjadi bubbling atau penggelembungan, sedangkan ketika terjadi trend turun maka akan terjadi crash38. Penulis berkesimpulan bahwa GDP sebagai komponen economic value added yang digunakan sebagai tingkat keuntungan pada transaksi tunai (dalam bentuk harga disebut sebagai harga beli) dengan demikian akan lebih stabil dibandingkan komponen Cost of Loanable Fund (COLF) yang

                                                                                                                                       Lihat Wahbah al-Zuhaili , Al-Fiqh al-Isla>mi wa Adillatuhu (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1989), Juz V, 3461.

34 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, edisi II, 114. 35 Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007), 235

36 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 22. 37 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 266

38 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, 266.

Page 246: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

214  

digunakan sebagai dasar komponen awal pembentukan harga suku bunga pinjaman di bank konvensional.

Komponen perhitungan keuntungan naqdan dengan proxy GDP ini juga akan mendukung kestabilan perekonomian secara makro karena akan menciptakan sistem keuangan dengan net income yang lebih stabil, seperti yang dijelaskan di Bab 4. Jika kita tidak menggunakan GDP yang merupakan tingkat rata-rata value added barang secara nasional, maka kita bisa menggunakan tingkat keuntungan per industri. Secara karakter rate of profit tidak berfluktuasi seperti suku bunga karena bergerak mengikuti business cycle yang mengikuti pertumbuhan ekonomi suatu negara sehingga lebih smooth. Bahkan jika kita bandingkan dalam keadaan ekonomi booming atau bubbling di mana bank sentral harus menaikkan suku bunga maka perbedaan antara GDP dengan Cost of Loanable Fund (COLF) semakin melebar. Kondisi ini menyebabkan harga suku bunga pinjaman di bank konvensional jauh lebih mahal dibandingkan bank syariah apalagi jika dipertimbangkan faktor kedua yaitu risk premium seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

b. Risk premium

Risk premium untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty) atau tambahan yang dibebankan kepada peminjam di bank konvensional karena faktor risiko gagal bayar, dihitung dari kemungkinan terjadinya expected loss pada kredit yang diberikan, pada dasarnya tidak boleh ditambahkan dalam pembiayaan syariah pada akad penjualan barang tangguh atau akad pertukaran lainnya seperti sewa39. Berbeda dengan akad pinjaman pada bank konvensional, pembiayaan pada akad pertukaran di bank syariah, Pembeli dan penjual sudah berbagi risiko dari keuntungan yang telah disepakati dari aset yang diperjualbelikan, sehingga keuntungan yang diambil bukan merupakan pengambilan risiko atas gagal bayar pihak pembeli (lihat pendapat Baqir al-Sadr).

Selain itu sesuai hukum Islam, sebagai alasan diambilnya keuntungan pada transaksi jual beli adalah bahwa pembeli berhak menolak barang yang rusak atau tidak sesuai spesifikasi (hak khiyar). Risiko tersebut pada dasarnya bisa diatasi dengan mewakilkan (dengan akad waka>lah40) kepada pembeli untuk mengambil barang secara langsung ke pemasok, setelah bank secara efektif membeli dan memiliki hak kepemilikan secara sah dari pemasok sehingga pembeli barang

                                                            39 Aswath Damodaran, Investment Valuation: Tools and Techniques for

Detrmining the Value of Any Asset , 12 40 Waka>lah adalah melakukan sesuatu untuk mewakili rang lain atau

pihak tertentu. Lihat lebih lengkap di Wahbah al-Zuhaili>, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz V, 4055-4120.

Page 247: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

215  

tangguh bisa melihat langsung spesifikasi barang tersebut. Dalam transaksi mura>bah}ah dengan pembelian tanpa pesanan, bank syariah dapat meminta urbun (uang muka) yang nanti dapat diperhitungkan sebagai cicilan, untuk mencegah pembeli membatalkan pesanan. Selain itu, bank syariah dapat menyamakan hari pembelian dari pemasok dengan hari penjualan kepada pembeli tangguh agar tidak terjadi pembatalan transaksi sehingga tidak menyebabkan price risk karena turunnya harga barang yang dibeli oleh Bank.

Pencegahan risiko pengembalian barang karena cacat dapat diatasi dengan kontrak kepada pembeli dengan mewajibkan pembeli mengecek barang yang sesuai dengan perjanjian dan bahwa ia menerima barang dalam kondisi sempurna dan bahwa ia tidak memiliki hak untuk mengembalikan kepada bank dengan alasan apapun. Pada risiko pembeli, dalam transaksi mura>bah}ah dengan pembelian tanpa pesanan, Bank Syariah dapat meminta urbun (uang muka) yang nanti dapat diperhitungkan sebagai cicilan, untuk mencegah pembeli membatalkan pesanan. Menurut Imam Syafi‘i, janji pembeli untuk membeli barang yang diminta sifatnya tidak mengikat sebagaimana yang dikutip leh Fathurrahman Djamil41 dalam perjanjian mura>bah}ah dan pembeli memiliki hak untuk menolak membeli barang yang ditawarkan oleh penjual (Bank Syariah). Risiko ini diatasi bank syariah dengan pembuatan kontrak mura>bah}ah dengan pesanan, di mana di dalam kontrak pembeli tidak berhak membatalkan pembelian terhadap pesanan yang telah dilakukan oleh Bank Syariah sebagai penjual. Sedangkan risiko pembayaran uang muka, dapat diatasi dengan menuangkan kewajiban menyetor uang muka, adanya jaminan pihak ketiga atau kewajiban menempatkan deposito sebagai jaminan pembayaran.

Menurut Global Association of Risk Profesionals, tingkat suku bunga yang dibebankan untuk suatu pinjaman ditentukan oleh sejumlah faktor diantaranya jangka waktu yaitu: 1) Cost of Fund; 2) Spread/margin yang dipersyaratkan untuk produk tersebut; 3) Kondisi Pasar (berapa yang dibayarkan oleh pesaing); 4) Jangka waktu berlakunya suku bunga tersebut. 42 Bank membebankan (rate of interest) pada transaksi kredit atau pembiayaan untuk berbagai kisaran jangka waktu. Sebagai contoh, Bank memberikan penawaran dua jenis kredit berjangka waktu lima tahun kepada nasabahnya. Jenis kredit perrtama membebankan suku bunga atau margin dengan suku bunga tetap (fixed) selama lima tahun. Suku bunga tersebut mencerminkan suku bunga pasar untuk kredit berjangka waktu lima tahun yang tersedia pada saat kredit diberikan.

                                                            41Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi

di Bank Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 2. 42Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation : Work Book

Level 2 (Jakarta : Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007),49.

Page 248: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

216  

Jenis kredit kedua membebankan suku bunga bulanan selama jangka waktu lima tahun (60 bulan). Suku bunga yang dibebankan untuk bulan berikutnya di-reprice (harganya ditetapkan kembali) misalnya berdasarkan benchmark LIBOR yang mencerminkan suku bunga satu bulan pada tanggal dilakukannya repricing.

Permasalahan pada faktor keempat yaitu jangka waktu dalam penentuan suku bunga di bank konvensional, adalah karena suku bunga kredit dihitung berdasarkan teori Fischer yaitu The Theory Of Expectation, di mana penentuan suku bunga jangka panjang diperoleh dari ekspektasi suku bunga jangka pendek di masa yang akan datang dengan rumus: 43

Misalnya suku bunga 1 tahun adalah 3 pct, dan ekpektasi suku bunga empat tahun berikutnya per tahun adalah :c3.5 %, 4 %, 4.5 % dan 5 %, maka suku bunga 5 tahun yang diberikan kepada investor adalah:

Sama dengan perhtungan suku bunga 5 tahun, maka suku bunga untuk 4 tahun, 3 tahun dan 2 tahun adalah :

                                                            43 Andrea Resti and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders’

Value in Banking : From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, (Chicester, West Sussex, England : John Wiley & Sons Ltd, 2007), 28.

Page 249: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

217  

Berdasarkan perhitungan teori Expectation ini tercipta struktur jangka waktu dari suku bunga atau yang biasa disebut sebagai yield curve berbentuk positive slope (makin panjang jangka waktu, suku bunga akan semakin tinggi). Dalam keadaan pertumbuhan ekonomi yang menurun, maka yield curve ini seharusnya berbentuk negative slope secara teori. Dalam prakteknya seperti di Indonesia, yield curve ini selalu berbentuk positive slope, dengan demikian argumen ini tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya (non exhausted condition).

Menurut penulis, tambahan karena jangka waktu ini adalah riba> al-nasi>’ah karena penambahan tidak didasarkan atas pendapatan di sektor riil melainkan karena bertambahnya waktu saja (tanpa adanya ‘iwad}). Argumentasi ini diperkuat berdasarkan analisis fikih terhadap riba> al- nasi>’ah, yaitu bahwa menurut Fathurrahman Djamil, riba> al-nasi>’ah harus memiliki 4 unsur, yang apabila unsur tersebut berkumpul pada sebuah praktek transaksi maka terbentuklah nasi>’ah yang dilarang44. Keempat unsur tersebut adalah: 1) Adanya tambahan pembayaran atas modal; 2) Tambahan itu tanpa risiko kecuali sebagai imbalan dari tenggang waktu yang diperoleh si peminjam; 3) Tambahan itu disyaratkan dalam pemberian piutang dan tenggang waktu; 4) Adanya tekanan dan kedzaliman.

Dari ke empat unsur riba> al-nasi>>’ah bisa dianalisa bahwa tambahan (ziya>dah) dari modal saja seperti ditunjukkan kata riba secara bahasa tidak bisa dijadikan ukuran bagi riba. Karena tambahan yang diperoleh itu boleh jadi dalam bentuk keuntungan (rate of profit) jual beli. Demikian pula tidak dapat disebut riba karena adanya tambahan yang tidak disyaratkan di awal perjanjian dengan tenggang waktu, karena Rasulullah sendiri pernah meminjam sesuatu kemudian waktu pengembaliannya melebihkannya dari jumlah yang dipinjam. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan yang dilarang adalah tambahan yang disyaratkan di awal perjanjian (konsep ex ante) yang bersifat pasti hanya karena unsur waktu (time value of money) dan yang diperbolehkan adalah tambahan yang tidak disyaratkan di awal (konsep ex post). Tambahan yang bersifat ex-ante yang diperbolehkan secara syariah hanya tambahan yang diperoleh dari transaksi jual beli dalam bentuk keuntungan (rate of profit), yang sifatnya tidak bertambah secara linier karena unsur waktu tetapi berdasarkan nilai ekonomisnya (economic value of time ). Tambahan ini dibenarkan karena penjual telah menjalankan kewajibannya menyerahkan barang sementara ia belum mendapatkan haknya mendapatkan keuntungan selama periode transaksi.

                                                            44 Fathurrahman Djamil, “Riba dan Bunga Bank : Perspektif Fikih,”

Peta Potensi Ekonomi Muhammadiyah (Jakarta: Muntaz Wico, 2012), 149-151.

Page 250: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

218  

Dengan menggunakan illat45 dalam menetapkan unsur-unsur riba> al-nasi’ah ini maka penulis berpendapat bahwa penambahan term premium karena unsur waktu (jangka panjang) dalam penentuan harga (rate of profit/margin) produk mura>bah}ah, jelas-jelas (riba> al-jal>i>) telah termasuk ke dalam praktek riba> al-nasi>’ah yang diharamkan. Penentuan tambahan unsur term premium karena unsur waktu ini yang dibuat pada waktu awal perjanjian dilakukan tanpa berdasar atau berpedoman kepada untung atau rugi (rate of profit). Tambahan term premium pada margin/rate of profit mura>bah}ah tidak berubah walaupun keuntungan berlipatganda atau sebaliknya. Tambahan term premium ini hanya mengikuti tren suku bunga yang berlaku di pasar uang dan bersifat linier berdasarkan konsep nilai waktu dari uang (konsep ex-ante dan time value of money). Atau dengan kata lain konsep rate of profit yang digunakan dalam margin mura>bah}ah telah mengikuti konsep rate of interest. Oleh karena itu berdasarkan analisis fikih ini, rate of profit yang diambil di depan juga harus berdasarkan keuntungan yang bersifat siklus (circular) per transaksi, yang apabila konsep ini diterapkan dalam konsep rate of profit ini adalah bahwa rate of profit dalam transaksi yang berjangka panjang harus dilakukan mark to the market (pembandingan dengan rate of profit di sektor riil) secara periodik. Dengan kata lain harus dilakukan penyesuaian harga secara periodik terhadap tingkat keuntungan di pasar barang (repricing) agar tidak terjadi praktek penambahan tanpa adanya illat/‘iwad} yang diperbolehkan sesuai kaidah fikih.

Selain itu penambahan secara tetap untuk suku bunga atau rate of profit dalam jangka panjang juga akan menimbulkan tindakan spekulatif. Tindakan spekulatif di lembaga keuangan konvensional dilakukan dengan cara meminjamkan uang dengan jangka waktu panjang pada saat pertumbuhan ekonomi dalam keadaan menurun, sehingga investor berharap mendapatkan keuntungan dari turunnya suku bunga secara bertahap dalam periode peminjaman. Di bank syariah, tindakan spekulatif itu dapat berupa penggunaan akad mura>bah}ah dalam transaksi jangka panjang dengan harapan tingkat margin keuntungan bank Syariah akan semakin besar seiring dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank konvensional. Pada umumnya, pengenaan keuntungan murabahah

                                                            45Illat merupakan esensi dari metode dalil hukum qiyas dalam

menentukan suatu hukum. Qiyas merupakan metode menetapkan hukum yang kasusnya tidak terdapat dalam nash dengan cara menyamakannya dengan kasus yang terdapat dalam nash, disebabkan persamaan illat hukum. Ada empat unsur yang harus ada dalam metode qiyas, yakni as}lu, far’u, hukmu al-as}l, dan illat. ‘Illat merupakan unsur yang terpenting dari keempat unsur tersebut. ‘Illat merupakan sifat tertentu yang dapat diketahui secara obyektif, dapat diketahui tolok ukurnya dan sesuai dengan ketentuan hukum. Ada atau tidak adanya hukum dalam kasus baru sangat bergantung pada ada atau tidaknya ‘illat pada kasus tersebut Fathurrahman Djamil, “Riba dan Bunga Bank: Perspektif Fikih,” Peta Potensi Ekonomi Muhammadiyah, 149-151.

Page 251: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

219  

didasarkan pada bunga pasar ditambah lagi dengan term premium, untuk mengatasi ketakutan manajemen bank naiknya suku bunga jangka panjang pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, jika tidak terjadi kenaikan suku bunga, bank syariah akan memberikan muqa>s}s}ah (potongan) setiap bulan atau setiap tahun.46 Jadi muqa>s}s}ah ini diberikan sebagai sarana untuk menyesuaikan keuntungan (rate of profit) dengan bunga pasar (rate of interest). Menurut penulis, berdasarkan analisa ‘iwad}, penggunaan risk premium baik untuk mengatasi gagal bayar dan term premium untuk menutup unsur uncertainty jangka waktu di bank syariah, tidak bisa dipakai. Sebagai gantinya dapat digunakan rate of profit, dengan karakteristik yang bersifat circular/periodic sesuai tingkat keuntungan di sektor riil.

Rate of profit bersifat circular (berbeda dengan suku bunga yang bersifat linier), yaitu keuntungan yang berbeda-beda per periode putaran jual-beli barang atau jasa. Perputaran barang terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Kalau perputarannya cepat, maka keuntungannya sedikit. Jika perputarannya lambat maka keuntungannya banyak47. Unsur keuntungan dalam perputaran ini dalam struktur margin di bank syariah ini yang dimasukkan dalam komponen keuntungan dalam transaksi naqdan atau keuntungan dalam transaksi tunai. Dalam transaksi di bank syariah, tingkat keuntungan pada periode berikutnya dapat bervariasi dan oleh karena itu rate of profit ini harus di-reprice sehingga penetapan margin keuntungan dalam transaksi mura>bah}ah (mark up) yang bersifat tetap dalam jangka waktu panjang selain bersifat riba> al-fad}l juga bersifat spekulatif (maysi>r ). Perbedaan jenis pembebanan yang dilakukan bank berdampak pada biaya pinjaman yang diberikan kepada debitur (di lain pihak berdampak pada pendapatan yang akan diterima bank).

Pada contoh di atas, jika suku bunga secara umum meningkat dalam periode lima tahun maka tingkat suku bunga lima tahun yang sudah ditetapkan tidak akan berubah, sementara tingkat suku bunga simpanan secara bulanan akan mengalami peningkatan sehingga pendapat bersih (net margin/net interest income) bank akan mengalami penurunan. Dalam keadaan suku bunga yang meningkat secara tajam, karena ekonomi yang memanas (terjadi di Indonesia pada tahun 1998), keadaan ini di bank konvensional dapat menjadi negative spread (pendapatan dari kredit lebih kecil dari bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah simpanan) yang menggerus modal bank sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah.

                                                            46 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 93. 47 Nadratuzzaman Hosen, Maulana Hadanuddin dan Hasan Ali, Dasar-

dasar Ekonomi Islam (Jakarta : Pusat Komeunikasi Ekonomi Syariah, 2009), 134.

Page 252: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

220  

Di bank syariah, dengan sistem bagi hasil meskipun tidak akan terjadi negative spread karena pendapatan yang dibagikan kepada nasabah pinjaman berdasarkan penerimaan pembiayaan yang bersifat ex post (berdasarkan revenue sharing) maka akan terjadi penurunan imbal hasil simpanan nasabah (rate of return risk) yang selanjutnya akan berdampak pada berpindahnya dana dana tersebut ke bank lain (displacement commercial risk) sehingga terjadi krisis likuiditas (liquidity risk). Krisis likuiditas ini pada akhirnya akan berdampak pada reputasi (reputational risk) berhentinya operasi bank syariah. Dengan demikian penerapan rate of profit yang bersifat riba dan maysi>r akan menciptakan ketidakstabilan sistem keuangan dan keadilan distributif pada pendapatan investasi masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa rate of profit berupa margin dalam transaksi mura>bah}ah seharusnya selalu lebih murah dibandingkan rate of interest di bank konvensional.

Tingginya mark-up/rate of profit mura>bah}ah akan berdampak pada investasi dan pertumbuhan ekonomi. Analisa ekonomi dampak tingginya mark-up/rate of profit pada akad jual-beli juga akan berakibat kepada investasi dan individual wealth. Hal ini terjadi karena tingginya mark-up rate pada transaksi mura>bah}ah akan memperlambat akumulasi modal dan mengurangi kekayaan individu, disebabkan cepat tercapainya keadaan pendapatan yang stabil, dibandingkan jika tidak ada transaksi mura>bah}ah. Rumus hubungan capital accumulation dan mark-up mura>bah}ah adalah48:

k(t) = s.f(k(t)) – (δ + n + g + π) k(t) dimana s = savings rate, δ = capital depreciation rate, n = population growth, g = technical

progress rate, π = mark-up rate.

Dari rumus hubungan ini terlihat bahwa semakin tinggi mark-up rate maka akumulasi modal akan turun, yang berarti investasi turun, dan hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang menurun. Sebaliknya, turunnya mark-up rate atau rendahnya mark-up rate akan menyebabkan naiknya akumulasi modal dan akhirnya menyebabkan naiknya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar otoritas moneter (Bank Indonesia) dapat mengeluarkan aturan tentang penentuan harga mura>bah}ah (seperti Peraturan Bank Indonesia tentang Suku Bunga Dasar Kredit di bank konvensional) di Bank Syariah, dengan mengeluarkan unsur risk premium dalam penentuan harga mark-up mura>bah}ah. Hal ini akan semakin mungkin jika mura>bah}ah hanya digunakan untuk transaksi berjangka pendek, sehingga tidak ada unsur uncertainty karena panjangnya waktu yang dapat dijadikan alasan

                                                            48 Abdul Gaffar Ismail. Money, Islamic Banks and the Real Economy,

528.

Page 253: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

221  

komponen pembentuk harga pada mark-up mura>bah}ah. Semakin rendah harga mark-up mura>bahah maka akan semakin menstimulasi pengusaha untuk meningkatkan modal sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kekayaan masyarakat (individual wealth).

Selanjutnya, akan dijelaskan teknik penentuan rate of profit yang bersifat tidak pasti pada akad berbagi hasil (mud}a>rabah dan musha>rakah) dengan nisbah yang disepakati, dimana pengusaha dan pemilik dana sama-sama membagi keuntungan dan kerugian berdasarkan pendapatan dari proyek di sektor riil (risk sharing), sehingga akad ini secara inherent akan menciptakan distribusi kekayaan secara adil. Hal ini berbeda dengan kredit dengan sistem bunga yang tidak menciptakan distribusi pendapatan secara adil karena pemilik dana memastikan pendapatan dan mentransfer risiko pendapatan tersebut kepada pengusaha (risk transfer).

2. Teknik Penentuan Rate of Profit yang Bersifat Tidak Pasti pada

Akad Kerjasama dengan Nisbah Bagi Hasil

Seperti telah dijelaskan dalam Tabel 5.2 bahwa dalam penentuan rate of profit yang bersifat tidak pasti pada akad kerjasama dengan nisbah bagi hasil untuk nasabah pembiayaan seperti musha>rakah dan mud}a>rabah dihitung berdasarkan expected rate of profit yang bersifat ex-post, sedangkan rate of profit produk liability bank syariah seperti giro, tabungan dan deposito berpedoman pada rate of profit produk aset bank syariah dengan nisbah bagi hasil. Komponen-komponen yang dihitung adalah : 1. Return on Investment (ROI), yang diharapkan oleh nasabah dana

yang melakukan investasi di bank syariah melalui produk deposito mud}a>rabah. Istilah ini sering disebut sebagai Expected Return on Investment (ERI), yang disepakati dalam bentuk nisbah bagi hasil nasabah. ERI ini dalam disertasi ini disebut sebagai rate of profit nasabah. ERI ini dapat dihitung melalui nisbah bagi hasil porsi nasabah dari rate of profit pada transaksi yang bersifat pasti seperti mura>bahah dan ija>rah pada produk aset bank syariah atau dengan menghitung IRR dari cash flow investasi atau proyek yang akan dibagihasilkan. Hal ini untuk memastikan bahwa telah dilakukan mark to the market terhadap rate of profit untuk obyek yang sama tetapi pada produk yang berbeda misalnya transaksi tersebut bisa dilakukan dengan akad muda>rabah atau mura>bahah.

2. Idle Funds, yaitu dana menganggur yang tersimpan di Bank Indonesia sebagai kewajiban bank karena peraturan yang ditetapkan dalam bentuk Giro Wajib Minimum (GWM)49 dan dana

                                                            49 Giro Wajib Minimum (GWM) adalah saldo minimum yang harus

dipelihara bank pada rekening gironya di Bank Indonesia (statutory reserve) serta ketentuan tersedianya minimum cash (liquid cash). Lihat Tim

Page 254: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

222  

menganggur yang ada di cabang-cabang bank syariah yang bersangkutan dalam rangka Manajemen Likuiditas Harian (LH)

3. Overhead Cost (OHC), yaitu biaya biaya yang berhubungan langsung dengan pembiayaan tersebut seperti gaji karyawan, listrik, telpon, sewa kantor, biaya transportasi dan lainnya.50

4. Return on Investment (ROI) atau keuntungan yang diharapkan dalam transaksi mud}a>rabah sesuai dengan target pengelola bank syariah yang disepakati dalam bentuk nisbah bagi hasil mud}a>rib, yang tercermin dalam ROE (Return on Equity) yang dinginkan, modal dan target pembiayaan yang ingin dicapai, dengan rumus :

ROI Bank = (Target ROE sebelum pajak x modal)/Aset Pembiayaan. Dalam prakteknya di bank syariah, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, dalam perhitungannya ditambah dengan Perhitungan Pencadangan Aktiva Produktif (PPAP) yang wajib dicadangkan yaitu sebesar 1 % dari nilai aset produktif.

Tabel 5.4.

Hypotetical Example Teknik Perhitungan Rate of Profit/Margin yang Bersifat Tidak Pasti pada Transaksi Mud}a>rabah.51

NO JENIS JUMLAH SHARE 1 Giro Wadi>‘ah 1.000.000.000,- 7% 2 Tabungan Mud}a>rabah 1.500.000.000,- 10% 3 Deposito Mud}a>rabah 1 Bulan 1.000.000.000,- 7% 4 Deposito Mud}a>rabah 3 Bulan 3.000.000.000,- 21% 5 Deposito Mud}a>rabah 6 Bulan 5.000.000.000,- 34% 6 Deposito Mud}a>rabah 12 Bulan 3.000.000.000,- 21% Total 14.500.000.000,- 100%

Skenario:

1. ERI (Expected Return on Investment) Tabungan Mud}a>rabah 7,00 % Deposito Mud}a>rabah 1 Bulan 9,00 %

                                                                                                                                       Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Kosep, Produk dan Implementasi Operasional (Jakarta: IBI dan Djambatan, 2001), 273. Lihat juga Selamet Riyadi, Banking Asset and Liability Management (Jakarta: LPFE-UI, 2006), 28-38.

50 Lihat Ismail, Manajemen Perbankan, 137. 51 Data diolah oleh penulis.

Page 255: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

223  

Deposito Mud}a>rabah 3 Bulan 9,50 % Deposito Mud}a>rabah 6 Bulan 9,50 % Deposito Mud}a>rabah 12 Bulan 10,00 % Giro Wadi>‘ah 0,00 %

2. Biaya-biaya OH (Overhead Cost ) 290.000.000,- per tahun PPA 1% dari penempatan ROI (Keuntungan Bank) 3% Pada tabel di atas bisa dilihat bahwa pendapatan yang diharapkan

oleh s}a>hibul ma>l dalam akad mud}a>rabah dengan bank sebagai mud}a>rib disebut sebagai expected return on investment (ERI) tersebar dalam jangka waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan 12 bulan. Sedangkan giro dengan akad wadi>’ah diasumsikan tidak ada return on investment-nya. Biaya-biaya yang diperhitungkan adalah biaya over-head (OH), Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sesuai aturan bank sentral, ROI Bank yaitu keuntungan yang diharapkan manajemen. Maka langkah-langkah dalam menghitung nisbah bagi hasil produk muda>rabah, dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.5.

Teknik Perhitungan Expected Rate of Profit/Return pada Transaksi Mud}a>rabah52

Langkah 1: Menghitung Jumlah Dana yang dapat Disalurkan No Keterangan % Plafond (Rp) Nominal (Rp) 1 Jumlah Dana 14.500.000.000,- 2 Giro Wajib Minimum

(GWM) 5,00 % 14.500.000.000,- 725.000.000,-

3 Likuiditas Harian (LH) 2,00 % 14.500.000.000,- 290.000.000,- 4 Total GWM + LH 1.015.000.000,- 5 Dana yang Disalurkan 13.485.000.000,-

Langkah 2: Menghitung Return yang Harus Didapat untuk Meng-cover

beberapa Variabel No Keterangan % Plafond (Rp) Nominal (Rp) 1 ERI Tabungan 7,00% 1.500.000.000,- 105,000,000,- 2 ERI Deposito Mud}a>rabah 1 bulan 9,00% 1.000.000.000,- 90.000.000,- 3 ERI Deposito Mud}a>rabah 3 bulan 9,50% 3.000.000.000,- 285.000.000,- 4 ERI Deposito Mud}a>rabah 6 bulan 9,50% 5.000.000.000,- 475.000.000,- 5 ERI Deposito Mud}a>rabah 12

bulan 10,00% 3.000.000.000,- 300.000.000,-

ERI Giro Wadi>‘ah 0,00% 1.000.000.000,- - 6 OH (Overhead Cost) 290.000.000,-

                                                            52 Data diolah oleh penulis

Page 256: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

224  

7 PPAP (Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif)

1,00% 13.485.000.000,- 134.850.000,-

8 ROI (Keuntungan) 3,00% 13.485.000.000,- 404.550.000,- Jumlah 2.084.400.000,-

Dari tabel di atas kita sudah bisa menghitung Expected Rate of Profit pada transaksi muda>rabah yaitu sebesar Rp 2.084.400.000,-. Selanjutnya dari Expected Rate of Profit ini kita menghitung nisbah bagi hasil antara bank syariah dengan pengusaha/debitur, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Langkah 3 : Menghitung Tingkat Margin/Bagi Hasil

Rate of Profit yang harus didapat 2.084.400.000,- Dana yang dapat Disalurkan 13.485.000.000,- Expected Rate of profit 15,46% Contoh skenario produk Mud}a>rabah yang diberikan kepada nasabah debitur baik dengan sistem revenue sharing maupun profit and loss sharing, seperti dapat dilihat di bawah ini. Modal bank 120.000.000,- Jangka Waktu 12 Bulan Penarikan 1 kali di depan Pembayaran 1 kali di jatuh tempo

Proyeksi Cash Flow (Jan-Des 2006) Expected Rate of Profit Penjualan 200.000.000,- Expected

Rate of Profit (%)

15.46%

HPP 120.000.000,- Modal Bank 120.000.000,- Laba Kotor 80.000.000,- Expected

Profit Rp. 18.548.610,-

Overhead 50.000.000,-Laba Sebelum Pajak

30.000.000,-

Page 257: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

225  

Tabel 5.6. Teknik Penentuan Nisbah pada Transaksi Muda>}rabah dengan Rate of

profit yang Bersifat Tidak Pasti53

Objek Bagi Hasil a. Revenue Sharing

Bank harus dapat 18.548.610,- Dari Proyeksi Penjualan 200.000.000,- Nisbah Bank 9,27% Nisbah Nasabah 90,73%

b. Profit Sharing Bank Harus Dapat 18.584.610,- Dari Proyeksi Penjualan 30.000.000,- Nisbah Bank 61,83%Nisbah Nasabah 38,17% Realisasi Hasil Usaha Nasabah Revenue Sharing Aktual 2006 Bulan 1 2 3 4 5 Penjualan 12.000.000,- 10.000.000,- 15.000.000,- 10.000.000,- 10.000.000,-

Nisbah Bank 9,27% 9,27% 9,27% 9,27% 9,27% Pendapatan Bagi Hasil Bank

1.112.917,- 927.430,- 1.391.146,- 927.430,- 927.430,-

Profit Sharing Aktual 2006 Bulan 1 2 3 4 5 Laba 3.500.000,- 2.000.000,- 2.000.000,- 1.000.000,- 4.500.000,- Nisbah Bank 61,83% 61,83% 61,83% 61,83% 61,83% Pendapatan Bagi Hasil Bank

2.164.004,- 1.236.574,- 1.236.574,- 618.287,- 2.782.291,-

Dari tabel 5.4 - 5.6 dapat dilihat bahwa langkah-langkah

penentuan nisbah bagi hasil dimulai dari : 1. Memperkirakan Expected Return on Investment (ERI) dari nasabah

(s}a>hibul ma>l) dalm bentuk produk deposito mud}a>rabah dengan masing-masing jangka waktu yaitu: 1,3, 6, dan 12 bulan sebesar 7%, 9%, 9.5%, 9.5% dan 10 %.

2. Menghitung overhead cost (OHC) per tahun yang berhubungan dengan aktivitas pembiayaan, yaitu sebesar Rp. 290 juta per tahun.

3. Menghitung idle funds seperti GWM dan Likuiditas Harian Cabang, agar dapat dihitung dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan.

4. Menambahkan biaya cadangan wajib PPAP (Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif)54 sesuai aturan BI sebesar 1 %

                                                            53 Data diolah penulis

Page 258: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

226  

5. Menambahkan ROI/keuntungan yang diminta oleh bank syariah sebagai pengelola Total biaya menjadi return/pendapatan yang ingin dicapai bank

syariah untuk menutupi seluruh biaya-biaya dalam pembiayaan mud}a>rabah yang diberikan. Selanjutnya untuk mendapatkan expected rate of profit55 yang ingin dicari, maka pendapatan tersebut dibagi dengan jumlah dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan mud}a>rabah tersebut. Sehingga diperoleh expected rate of profit-nya sebesar 15.46 %. Sehingga jika diterjemahkan kedalam target pendapatan dengan modal yang diberikan bank syariah sebesar Rp 120 juta maka expected nominal profit-nya aadalah sebesar Rp 18.548.610.

Target rate of profit ini yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan nisbah bagi hasil dengan pengusaha sesuai dengan kesepakatan skema bagi hasil usaha apakah dengan revenue sharing atau profit and loss sharing. Jika berdasarkan revenue sharing, maka nisbah bagi hasil bagi bank dapat dihitung dari proyeksi penjualan yang ditargetkan. Misalnya Rp 200 juta target penjualannya dalam setahun maka nisbah bank syariah adalah Rp 18.548.610/ Rp 200 juta sehinga diperoleh nisbah bank syariah sebesar 9.27 %. Sedangkan apabila bagi hasil usaha menggunakan profit and loss sharing, maka nisbah bagi hasil dihitung dari perkiraan keuntungan dalam setahun, yaitu penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan (HPP) dan overhead cost, yaitu sebesar Rp 30 juta. Sehingga nisbah bagi bank syariah adalah : Rp 18.548.610/Rp 30 juta sebesar 61.83 %. Sedangkan sisanya 38.17 % adalah nisbah yang dibagikan kepada pengusaha.

B. Perbedaan Konsep Rate of Profit dan Rate of Interest dalam

Aplikasinya di Bank Syariah dan Bank Konvensional. Untuk melihat perbedaan konsep rate of profit dan rate of interest,

maka akan dibahas perbedaannya dalam aplikasi di bank syariah untuk

                                                                                                                                       54 Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia Nomor: Peraturan Bank

Indonesia Nomor: 5/ 9 /Pbi/2003 Tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah”, http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/ Perbankan 2003/pbi-5-9-2003.pdf.

55 Choudury juga menggunakan istilah expected rate of profit dalam menjelaskan profit yang berasal dari akad bagi hasil. Lihat M.A. Choudury, Generalized Theory of Islamic Development Financing (London : The Edwin Mellen Press, 1997), 47.

Page 259: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

227  

transaksi yang berjangka pendek dan berjangka panjang agar kita bisa melihat perbedaannya terutama dari sisi maslahah-nya.

1. Perbedaan Rate of P{rofit dan Rate of Interest pada Aplikasinya di

Bank Syariah dan Bank Konvensional dalam Transaksi Berjangka Pendek

Untuk menunjukkan perbedaan konsep antara rate of profit dan rate

of interest, maka dalam disertasi ini digunakan praktek pembebanan rate of profit berupa margin pada transaksi mura>bah}ah dan pengenaan rate of profit berupa ujrah pada transaksi ija>rah di bank syariah, dibandingkan dengan praktek pembebanan rate of interest di bank konvensional. Perbedaan rate of p{rofit dan rate of interest pada aplikasinya di bank syariah dan bank konvensional dalam transaksi berjangka pendek, menggunakan dasar angsuran bulanan yang sama (same monthly payment) agar bisa dibandingkan secara setara. Sebagai contoh adalah pembiayaan (mura>bah}ah) di bank syariah atau kredit di bank konvensional, pada tanggal 1 April 2009 sebesar Rp 120 juta berjangka waktu 20 bulan dengan bunga 12 % per tahun yang dihitung dengan metoda annuity atau effective rate56 dan angsuran dilakukan tiap bulan. Maka untuk menghitung angsuran bulanan di bank konvensional dihitung dengan rumus (fungsi linier):

A = (M x m) /(1 – (1 + m) –n))

di mana A= total angsuran per bulan, M = jumlah kredit, m = rate of interest/suku bunga, n = jangka waktu kredit. Maka berdasarkan rumus ini, angsuran per bulan kredit di bank konvensional menjadi : A = (120.000.000*1%)/(1- (1+1%)^-20) A = 6.649.838

Selanjutnya dengan metoda anuitas atau disebut juga metode effective rate yaitu menghitung rate of interest (bunga) berdasarkan saldo pokok kredit yang belum dibayar (unpaid)57 dihitung angsuran kredit tersebut mulai dari bulan 1 sampai dengan bulan ke 20, dengan cara sebagai berikut :

                                                            56 Metoda annuity atau effective rate adalah suatu metoda di mana

sistem pembayaran yang dilakukan pada setiap selang waktu yang teratur dalam jumlah yang sama atau tetap yang disebut juga anuitas. Dengan metoda ini nominal ansuran bunga setiap periode atau bulan akan menurun, sedangkan angsuran pokok meningkat. Angsuran pokok dan bunga bila dijumlahkan di setiap periode adalah sama besarnya. Lihat Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), 327.

57 Ismail, Manajemen Perbankan, 145-146.

Page 260: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

228  

Angsuran Bulan I Angsuran akan tetap sama = 6.649.838 Angsuran margin = 1% *120 juta = 1.200.000 Angsuran pokok Bulan I = 5.449.838

Angsuran Bulan II Angsuran akan tetap sama = 6.649.838 Angsuran margin = 1% *114.550.162 = 1.145.502 Angsuran pokok Bulan II = 5.504.336 Dengan menggunakan cara yang sama angsuran pada bulan ke 3 sampai dengan 20 dihitung dengan hasil seperti Tabel 5.7 berikut ini :

Tabel 5.7. Struktur Rate of Interest (Suku Bunga) pada Transaksi Kredit Bank

Konvensional58 Bulan Pokok

Pembiayaan Cicilan Pokok Pembiayaan

Rate of Profit- Margin Pembiayaan

Saldo Pokok Pembiayaan

May 2009

120.000.000,- 5.449.838 1.200.000,- 114.550.162

Jun 114.550.162 5.504.336 1.145.502 109.045.826

Jul 109.045.826 5.559.880 1.090.438 103.488.447

Aug 103.486.447 5.614.973 1.084.864 97.871.473

Sep 97.871.473 5.671.123 978.715 92.200.350

Okt 92.200.350 5.727.834 922.004 86.472.516

Nov 86.472.516 5.785.113 864.725 80.637.403

Dec 80.687.403 5.842.954 806.874 74.844.439

Jan 2010

74.844.439 5.901.393 743.444 68.943.046

Feb 68.943.046 5.950.407 689.430 62.982.639

Mar 62.982.639 6.020.011 629.825 56.952.527

Apr 56.952.627 6.080.212 569.626 50.882.416

                                                            58 Data primer di Bank Danamon.

Page 261: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

229  

Bulan Pokok Pembiayaan

Cicilan Pokok Pembiayaan

Rate of Profit- Margin Pembiayaan

Saldo Pokok Pembiayaan

Mei 50.882.415 6.141.014 503.824 44.741.402

Jun 44.741.402 6.202.424 447.414 38.538.978

Jul 38.538.978 6.254.443 385.350 32.274.530

Aug 32.274.530 6.327.092 322.745 25.947.438

Sep 25.947.438 6.390.353 259.474 19.557.075

Okt 19.557.075 6.454.257 195.571 13.102.803

Nov 13.102.803 6.518.810 131.028 6.583.993

Dec 6.583.998 6.583.998 65.840 0

Dalam transaksi mura>bah}ah dengan menggunakan rate of

profit(margin) berdasarkan metode proporsional59, maka cicilan pokok per bulan akan tetap sama yaitu Rp 120 juta/20 bulan = Rp 6 juta per bulan. Sedangkan rate of profit (margin) yang harus dibayar agar dapat dibandingkan dengan kredit di bank konvensional maka dengan menggunakan total angsuran bulanan tetap sama yaitu Rp 6.649.838. Terdiri dari pokok yang harus dibayar sebesar Rp 6.000.000,- dan rate of profit yang harus dibayarkan tiap bulan adalah Rp 649.838,-. sehingga struktur pembayaran cicilan pokok dan rate of profit (margin) di bank syariah seperti terlihat pada tabel 5.8. di bawah ini:

Tabel 5.8.

Struktur Rate of Profit(Margin) pada Transaksi Mura>bah}ah Bank Syariah60

Bulan Pokok Pembiayaan

Cicilan Pokok

Pembiayaan

Rate of Profit- Margin

Pembiayaan

Saldo Pokok Pembiayaan

May 2009

120.000.000 6.000.000 649.838 114.000.000

                                                            59 Nathif J. Adam dan Abdel Kader Thomas, Islamic Bonds : Your

Guide to Issuing, Structuring and Investing in Sukuk (London: Euromoney Books, 2004), 124

60 Data primer di Bank Danamon Syariah

Page 262: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

230  

Bulan Pokok Pembiayaan

Cicilan Pokok

Pembiayaan

Rate of Profit- Margin

Pembiayaan

Saldo Pokok Pembiayaan

Jun 114.000.000 6.000.000 649.838 108.000.000

Jul 108.000.000 6.000.000 649.838 102.000.000

Aug 102.000.000 6.000.000 649.838 96.000.000

Sep 96.000.000 6.000.000 649.838 90.000.000

Okt 90.000.000 6.000.000 649.838 84.000.000

Nov 84.000.000 6.000.000 649.838 78.000.000

Dec 78.000.000 6.000.000 649.838 72.000.000

Jan 2010

72.000.000 6.000.000 649.838 66.000.000

Feb 66.000.000 6.000.000 649.838 60.000.000

Mar 60.000.000 6.000.000 649.838 54.000.000

Apr 54.000.000 6.000.000 649.838 48.000.000

Mei 48.000.000 6.000.000 649.838 42.000.000

Jun 42.000.000 6.000.000 649.838 36.000.000

Jul 36.000.000 6.000.000 649.838 30.000.000

Aug 30.000.000 6.000.000 649.838 24.000.000

Sep 24.000.000 6.000.000 649.838 18.000.000

Okt 18.000.000 6.000.000 649.838 12.000.000

Nov 12.000.000 6.000.000 649.838 6.000.000

Dec 6.000.000 6.000.000 649.838 0

Pada perbandingan di atas telah digunakan metode Internal Rate of

return (IRR)61 dalam menghitung effective rate baik pembiayaan                                                             

61 Toto Prihadi, Capital Budgeting and Fixed Asset Management (Jakarta : Penerbit PPM, 2013), 191.

Page 263: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

231  

mura>bah}ah dan kredit bank konvensional yaitu dengan jumlah angsuran per bulan yang sama yaitu Rp. 6.649.838 selama 20 bulan sehingga apabila dihitung dengan metode IRR diperoleh effective rate yang sama yaitu 12 % per tahun.

Perbedaan yang nyata antara rate of profit dan rate of interest adalah dalam sisa saldo pokok pembiayaan dan sisa saldo kredit, di mana dapat dilihat bahwa dalam mura>bah}ah sisa saldo pembiayaan lebih kecil bila dibandingkan dengan sisa saldo kredit. Sebagai contoh pada bulan ke lima manfaat yang diperoleh pembeli tangguh di bank syariah jika dibandingkan sisa pokok yang masih harus dibayar peminjam di bank konvensional dalam transaksi kredit adalah Rp 92.200.350/Rp 90.000.000 = 1.024 atau 2.4 % lebih murah. Hal ini membuktikan dampak dari compounded interest dalam perhitungan rate of interest (bunga) sesuai dengan konsep time value of money dengan menggunakan rumus yang digunakan dalam transaksi kredit di bank konvensional seperti yang ditunjukkan di atas. Sedangkan rate of profit yang digunakan dalam perhitungan margin mura>bah}ah, bank syariah menggunakan konsep economic value of time , yaitu besarnya jumlah keuntungan per transaksi dalam suatu periode yang sifatnya sama dalam jangka pendek yaitu sebesar Rp 649.838,-. Keuntungan ini tidak tergantung pada perhitungan pokok, yang dapat dilihat pada tabel bahwa meskipun saldo pokok telah turun rate of profit mura>bahah yang masih harus dibayar tetap tidak berubah yaitu sebesar Rp 649.838. Hal ini terjadi karena di bank syariah tidak dikenal adanya cicilan pokok dan bunga atau margin. Nasabah hanya membayar sisa hutang dagang tanpa membedakan lagi antara pokok dan margin. Menjadi pertanyaan adalah apabila bank syariah diperbolehkan menggunakan metode anuitas sesuai fatwa MUI maka kondisi tersebut persis seperti nasabah berhutang uang padahal pada waktu menerima barang tersebut nasabah menandatangani Surat Tanda Terima Barang (STTB) bukan Surat Tanda Terima Uang (STTU) seperti yang terjadi di bank konvensional.

Contoh di atas adalah gambaran tentang pengaruh rate of interest yang bersifat compounded (bunga majemuk) yang mempengaruhi beban yang harus dibayar nasabah sehingga mempengaruhi kesejahteraan nasabah pembiayaan. Pengaruh yang lebih kompleks akan terjadi pada level perusahaan akibat pembebanan bunga majemuk ini dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan pegawai atau kebangkrutan karena tingginya biaya bunga dalam suatu periode yang makin panjang. Hal ini tentu akan berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi yang tidak stabil.

Inti dari pembahasan ini adalah bahwa keharusan dihapusnya sistem bunga (riba) dan spekulasi (maysi>r ) pada sistem perekonomian. Spekulasi pada rate of profit dapat terjadi pada penggunaan margin dalam transaksi mura>bah}ah secara fixed dalam jangka yang sangat panjang. Dengan sistem rate of profit yang didasarkan permintaan riil di

Page 264: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

232  

pasar barang akan menciptakan real demand for money (tanpa spekulasi) sehingga aggregate demand di pasar barang akan sama dengan quantity of money di pasar uang.62 Manfaat dihapusnya sistem bunga dan digantikan dengan rate of profit akan menciptakan kestabilan harga, full employement karena lebih mendorong kesempatan berusaha dengan beban pembayaan yang lebih kecil di awal dan distribusi yang berkeadilan dalam pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Namun ada kekhawatiran penggunaan rate of profit yang bersifat proporsional pada transaksi mura>bah}ah, akan menciptakan perlakuan akuntansi yang tidak konsisten pada sisi liability atau pasiva sehingga menimbulkan ketidak-adilan nilai bagi hasil kepada nasabah dana di mana nasabah yang menempatkan dana pada akhir periode pembiayaan mendapat return yang lebih tinggi dibanding dengan yang menempatkan di awal. Selain itu dengan sistem akuntansi yang berbeda antara bank pemilik dengan bank syariah sebagai anak perusahaan atau Unit Usaha Syariah, maka akan terjadi penyesuaian profit besar-besaran yang mempengaruhi profit bank syariah. Hal inilah yang menurut penulis menjadi pertimbangan MUI dalam mengeluarkan fatwanya bahwa dalam menggunakan metode anuitas yang dikedepankan adalah maslahah LKS yang sedang dalam masa pertumbuhan. Justru menurut penulis dengan penggunaan konsep rate of interest pada transaksi mura>bah}ah menyebabkan pendapatan yang diperoleh sesuai dengan penggunaan metode anuitas dalam sistem pencatatan bank yang menggunakan sistem akrual, akan merugikan nasabah dana dalam jangka menengah dan panjang karena bank mengambil porsi profit yang besar diawal. Pendapatan bank dan nasabah dana akan menurun terus dan bank syariah harus melakukan ekspansi yang besar untuk dapat mengimbangi penurunan pendapatan bank dan nasabah dana.

Dalam pembagian pokok dan margin yang merata atau proporsional sesuai dengan prinsip economic value of time, walaupun bank tidak melakukan ekspansi, pendapatan bank tidak berubah sehingga manajemen bank dan nasabah tidak dirugikan. Sedangkan dalam pembagian pokok dan margin secara anuitas (berdasarkan time value of money), pendapatan yang akan dibagi hanya memberikan maslahat kepada manajemen bank dan nasabah yang menempatkan dana di bank syaraiah di awal, sedangkan pada akhirnya akan merugikan nasabah karena pendapatan yang terus menurun. Dengan bertambahnya penyaluran dana maka pendapatan dari pola merata (rate of profit) akan lebih besar dari pada penurunan pendapatan anuitas (rate of interest) 63.

                                                            62 Joseph Aschheim and Cheng-Yao Hsieh, Agregate Theory and Policy:

Macroeconomics: Income and Monetary Theory (London: John Wiley and Sons, 1969), 141.

63 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 127-129

Page 265: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

233  

Pada metode anuitas, tren pendapatan dari waktu ke waktu mengalami penurunan, sehingga nasabah dana lebih dirugikan. Sedangkan dengan metode proporsional pendapatan akan mengalami kenaikan terus, terutama jika bank melakukan ekspansi maka nasabah akan semakin mendapatkan pendapatan yang meningkat sehingga bank syariah tidak perlu khawatir jika pada awal penggantian metode yang digunakan terjadi penurunan pendapatan, tetapi secara bertahap akan terjadi kenaikan sejalan dengan meningkatnya penyaluran dana.

Gambar 5.1.

Analisa Mas}lah}ah Metode Anuitas dengan Konsep Time Value of Money64

X

Pendapatan dengan Metode Anuitas Ekspansi Pembiayaan Y Dengan metode proporsional nasabah pembiayaan juga membayar

biaya yang lebih kecil sesuai proporsi keuntungan jika dibandingkan dengan metode anuitas dimana porsi margin yang besar akan lebih memberatkan beban usaha. Masalah sering muncul di lapangan ketika nasabah pembiayaan tidak diberitahu atau bank syariah tidak memberikan jadwal pembayaran sesuai proporsi pokok dan margin. Pada waktu terjadi pembayaran dipercepat maka nasabah pembiayaan akan kaget karena perhitungan sisa hutang pokok yang harus dibayar akan berbeda dengan sisa hutang pokok yang ada di bank syariah karena bank syariah menggunakan metode anuitas. Beberapa kasus bahkan sampai kepada tuntutan pengadilan atas perbedaan perhitungan metode ini karena menganggap bank syariah tidak transaparan dalam memberikan

                                                            64 Gambar diolah penulis. Lihat juga Wiroso, Jual Beli Murabahah, 128

Tre

nd

pend

apat

an

Page 266: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

234  

informasi yang sebenarnya tentang sisa hutang pokok yang terdapat pada catatan bank yang menggunakan metode anuitas. Hal ini yang menurut penulis harus segera dituntaskan konsep rate of profit yang jelas agar dalam aplikasinya tidak menyebabkan permasalahan dan ketidakpercayaan yang tinggi terhadap bank syariah

Secara grafis dapat digambarkan perbandingan kemaslahatan antara metode proporsional (economic value of time) dan metode anuitas (time value of money).

Gambar 5.2.

Analisa Mas}lah}ah Pendapatan Metode Proporsional dengan Konsep Economic Value of Time65

X

Ekspansi Pembiayaan Y

Selain itu bank syariah yang menggunakan metode anuitas

mengalami kesulitan saat melakukan restrukturisasi karena saldo kewajiban nasabah berupa hutang pokok harus dihitung ulang dengan metode anuitas jika bank ingin menghitung pendapatan bank dengan metode effective (rate of interest). Dengan sistem anuitas, maka porsi pokok ini masih besar jika dibandingkan metode proposional dengan sistem economic value of time sehingga yang diuntungkan hanya

                                                            65 Gambar diolah penulis. Lihat juga Wiroso. Jual Beli Murabahah, 128

Pendapatan dengan Metode Proporsional

Tre

nd

pend

apat

an

Page 267: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

235  

manajemen bank dan nasabah dana yang menempatkan dananya terlebih dahulu dalam kasus di bank syariah. Sedangkan di bank konvensional sistem anuitas ini hanya menguntungkan bank sedangkan nasabah dana pendapatan bunganya tidak bertambah karena sudah ditetapkan di depan dan tidak ada hubungannya dengan keuntungan kredit. Dengan kata lain sistem bunga lebih menguntungkan bank (pemilik modal besar), merugikan debitur dan tidak adil terhadap pemilik dana pihak ketiga.

Dalam metode proporsional, hutang pembelian barang merupakan hutang dagang, sehingga tidak mengenal hutang pokok dan hutang margin. Yang harus dibayar oleh nasabah adalah total hutang dagang dikurangi pembayaran angsurang yang telah dilakukan, tidak ada pembayaran pokok sehingga beban nasabah pembiayaan lebih kecil. Selain itu dalam margin mura>bahah yang dibayar oleh debitur masih ada hak nasabah dana sehingga lebih adil terhadap nasabah dana. Di lain pihak, hutang nasabah pembiayaan tidak dibedakan antara hutang pokok dan hutang margin maka beban biaya pembiayaan bagi debitur menjadi lebih rendah, sehingga bisa lebih cepat memperoleh keuntungan dan memberikan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada kesejahteraan masyarakat (equitable distribution of wealth).

Meskipun rate of profit dalam transaksi mura>bah}ah bersifat ex-ante, namun demikian sifatnya hipotesis dan ex-post (cash basis) dalam distribusi pendapatannya kepada bank dan nasabah dana. Apabila nasabah melakukan pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajibannya, bagi nasabah yang berkurang adalah hutangnya, sedangkan bagi bank pembagian porsi pokok dan porsi margin tetap akan dilakukan secara proporsional sesuai angsuran yang masuk (cash basis). Bank syariah tidak mengenal pengurangan pokok atau keuntungan oleh bank syariah atas pembayaran angsuran. Hal ini jelas berbeda dengan bank konvensional, jika nasabah melakukan pembayaran angsuran yang lebih kecil maka diperlakukan sebagai pembayaran pokok kredit terlebih dulu dan sisanya diperlakukan sebagai pembayaran bunga.

Dalam hal pricing margin atau rate of profit pada pembiayaan murabahah (dengan tidak exist-nya risk premium dan cost of fund), dan dengan mengesampingkan efek “time value of money” pada pendapatan pembiayaan dengan akad mura>bah}ah, beban pembayaran rate of profit-nya akan lebih rendah dengan sistem bunga. Berdasarkan hal tersebut, menurut penulis karenanya pembiayaan mura>bah}ah hanya diperuntukkan untuk produk-produk pembiayaan dengan jangka waktu pendek. Semakin panjang jangka waktu dan semakin besar margin maka beban bagi nasabah pembiayaan semakin besar terutama di awal masa pembiayaan. Sistem anuitas ini dalam perhitungannya menggunakan compounded interest dan dalam perhitungan pendapatan effetivenya menggunakan kebalikan dari rumus compounded interest yang diterangkan di depan, yang di dalam sistem keuangan konvensional disebut sebagai discount rate : V (Value) = C/ (1 + R)n dimana C adalah

Page 268: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

236  

jumlah angsuran dan R adalah suku bunga yang dijadikan tolok ukur untuk menilai effective rate dalam kredit yang diberikan. Jadi kesimpulannya metode anuitas adalah konsep time value of money yang lebih buruk dari simple interest. Dalam jangka panjang, pengaruh time value ini bahkan bersifat sangat aniaya, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 5.9.

Pertumbuhan 10,000 Unit Uang setelah 50 Tahun dengan Tingkat Suku Bunga yang Berbeda-beda66

Tingkat Suku Bunga (%) Akumulasi

3 4.4 6 18.4 9 74.4 12 290

Dengan penggunaan konsep rate of profit dengan sistem

proporsional (tingkat keuntungan yang diambil secara periodik) tanpa penggunaan konsep time value of money yang ribawi, maka manfaat yang diperoleh akan lebih banyak: yaitu stabilnya harga-harga aset keuangan, full employement (karena rendahnya biaya modal dengan rate of profit yang tidak bersifat compounded dan beban yang ditanggung bersama) serta distribusi pendapatan yang berkeadilan dalam investasi di bank syariah (equitable distribution of income). Menurut Sri Edi Swasono, ketika sebuah transaksi yang dilakukan hanya menguntungkan orang per orangan, maka transaksi ini tidak sesuai dengan “demokrasi ekonomi”. Ia mengatakan bahwa kesejahteraan sosial Indonesia berdasarkan paham “demokrasi ekonomi” Indonesia, artinya berdasarkan tuntutan ideologi bahwa “….kemakmuran masyarakatlah yang utama, bukan kemakmuran orang-perorang..kemakmuran bagi semua orang..”67 Artinya kesejahteraan orang banyak lebih diutamakan daripada kesejahteraan orang per-orang. Prinsip demokrasi ekonomi Indonesia ini pada dasarnya sama dengan konsep maslahah dalam ekonomi Islam. Dikaitkan dengan metode pembebanan profit yang sesuai dengan syariah pada transaksi mura>bahah maka dapat disimpulkan metode proporsional dalam jangka panjang lebih memberikan kemakmuran kepada masyarakat. Berikut digambarkan efek pembebanan antara rate of

                                                            66 Creutz, “Money, Interest and Socio-economic Crises” yang dikutip

oleh Iraj Toutounchian, Islamic Money and Banking : Integrating Money in Capital Theory, 217.

67 Sri Edi Swasono, Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial : Dari Klasikal dan Neoklasikal sampai ke The End of Laissez-Faire (Jakarta : Perkumpulan PraKarsa, 2010),1

Page 269: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

237  

interest dan rate of profit dalam transaksi berjangka waktu panjang baik di bank konvensional maupun di bank syariah sebagai perbandingan. 2. Perbedaan Rate of profit dan Rate of Interest pada Aplikasinya di

Bank Syariah dan Bank Konvensional dalam Transaksi Berjangka Panjang

Untuk menunjukkan perbedaan secara operasional konsep rate of

profit di bank syariah dan konsep rate of interest di bank konvensional digunakan dalam akad berjangka panjang digunakan pembiayaan perumahan di bank syariah dengan akad musha>rakah mutana>qis}ah atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di bank konvensional berjangka panjang 30 tahun68. Akad musha>rakah mutana>qis}ah, seperti akad pinjaman di bank konvensional, juga menggunakan uang muka sebagai saham kepemilikan awal nasabah yaitu sebesar 10 %, sedangkan bank syariah menyediakan sisanya yaitu 90%, sehingga pada awalnya akadnya adalah syirkah inan dimana nasabah memiliki 10 % dari pemilikan rumah sedangkan bank memiliki 90 % nya. Pada awal transaksi ini tidak ada bunga atau imbalan yang dikenakan kepada nasabah, akan tetapi jika nasabah menempati rumah tersebut maka nasabah harus membayar uang sewa kepada pemiliknya yaitu bank dan nasabah sesuai porsi kepemilikan rumah tersebut. Tentu karena nasabah juga memiliki 10 % dari rumah tersebut maka nasabah juga akan menerima kembali uang sewa sebesar proporsi kepemilikannya. Selain itu nasabah juga diperkenankan untuk meningkatkan porsi sahamnya secara bertahap dengan tambahan pembayaran secara periodik sampai seluruh kepemilikannya menjadi milik nasabah (100%). Oleh karena itu berbeda dengan pinjaman KPR di bank konvensional, pada Tabel 5.10 terlihat pada transaksi MMQ di bank syariah bahwa pembayaran sewa yang dilakukan oleh nasabah berbeda dengan di bank konvensional karena adanya unsur penerimaan hak sewa nasabah dari nasabah yang meningkat setiap periodik sebagai pemilik bersama rumah tersebut. Sehingga total efficiency-nya menjadi 2.377.404.000/2.310.183.000 = 1.029 atau 2.9 % lebih hemat jika dibandingkan dengan KPR di bank konvensional.

                                                            68 Abu Umar Faruq Ahmad, Developments in Islamic Banking Practice

: The Experience of Bangladesh (Boca raton, Florida : Universal Publisher, 2010), 213.

Page 270: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

238  

Tabel 5.10 Kredit Pemilikan Rumah di Bank Konvensional Dengan Rate of Interest

8% Jangka Waktu 30 Tahun69 Angsuran Pembayaran

Bulanan Bunga Pokok Saldo Pokok

Kredit 1 6.603.900 6.600.000 603.900 899.396.100 2 6.603.900 5.996.000 607.900 898.788.200 3 6.603.900 5.991.900 612.000 898.176.200 12 6.603.900 5.954.200 649.700 892.481.300 … 120 6.603.900 5.271.300 1.331.600 789.518.400 … 240 6.603.900 3.848.300 2.955.600 544.289.800 … 359 6.603.900 87.000 6.516.900 6.530.900 360 6.603.900 73.000 6.530.900 0Total 2.377.404.000 1.477.404.000 900.000.00

0

Berbeda dengan kredit pemilikan rumah (KPR) di bank konvensional, di bank syariah pembiayaan pemilikan rumah (PPR) sangat berbeda secara struktural meskipun jumlah angsurannya sama. Hal ini disebabkan PPR menggunakan konstruksi akad kerjasama (shirkah ‘ina>n), dimana pada setiap pembayaran angsuran terdapat hak nasabah dalam prosentasi kepemilikannya yang terus bertambah sesuai dengan jumlah angsuran. Secara struktural pola angsuran dan perubahan kepemilikan rumahnya, seperti tabel di bawah ini:

Tabel 5.11. Pembiayaan Pemilikan Rumah Dengan Akad Musha>rakah Mutana>qis}ah (MMQ) dengan Rate of profit Berupa Sewa dengan Equivalent Rate 8 %

Jangka Waktu 30 Tahun70

                                                            69 Abu Umar Faruq Ahmad, Developments in Islamic Banking Practice

: The Experience of Bangladesh (Boca Raton, Florida : Universal Publisher, 2010), 213.

70 Abu Umar Faruq Ahmad, Developments in Islamic Banking Practice : The Experience of Bangladesh (Boca Raton, Florida : Universal Publisher, 2010), 213.

Sewa

Angsuran Bulanan

Kepemilikan Nasabah

Kepemilikan Bank

Saham nasabah Saham nasabah %

Saham bank Saham Bank %

100.000.000 10% 900.000.000 90% 1 6.603.900 660.400 5.943.500 100.660.400 10.07% 899.339.600 89.93% 2 6.603.900 669.100 5.939.100 101.325.200 10.13% 898.674.800 89.87% 3 6.603.900 669.100 5.934.800 101.994.300 10.20% 898.005.700 89.80% … 24 6.603.900 768.300 5.835.600 117.113.400 11.71% 882.886.600 88.29%

Page 271: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

239  

Dari Tabel 5.11 terlihat bahwa dengan prinsip risk sharing melalui

kepemilikan bersama (shirkah ‘ina>n)71, beban sewa yang harus dibayar nasabah lebih ringan jika dibandingkan dengan beban bunga yang harus dibayar pada kredit KPR di bank konvensional sebesar 2.9%. Beban ini akan semakin besar jika rate of interest yang digunakan sebagai ukuran semakin tinggi dan mengakibatkan beban pembayaran bunga yang semakin tinggi sehingga menyebabkan ketidakadilan pendapatan di masyarakat72. Manfaat yang lebih jelas akan terlihat jika nasabah tidak mampu untuk membayar sesuai jadwal pembayaran sewa dan kepemilikan yang telah disepakati, maka tidak ada proses penutupan transaksi dengan penjualan sepihak dari bank syariah mengingat akad yang digunakan adalah akad kepemilikan bersama (shirkah ‘ina>n), maka bank tidak memiliki prioritas dalam menjual secara paksa aset yang dimiliki bersama. Bank dan nasabah akan mencari pembeli aset secara bersama sama sehingga akan ditemukan harga jual aset yang terbaik. Jika dibandingkan dengan kredit di bank konvensional, akad di bank syariah dengan MMQ ini akan menciptakan keharmonisan dan masyarakat yang berkeadilan karena tidak adanya konflik yang tercipta antara kreditor dan debitur yang mengeksekusi aset secara paksa dan ketidaksetaraan pendapatan di masyarakat.

Transaksi MMQ dengan pola kerjasama pemilikan ini pada dasarnya sejalan dengan pemikiran ekonom struktural yang cenderung menuntut pelaku sebagai homo ethicus dan berseberangan dengan ekonom neoklasikal yang mengambil titik tolak manusia sebagai homo economicus. Sri Edi Swasono dalam menawarkan restrukturisasi ketimpangan-ketimpangan struktural menganjurkan restrukturisasi pemilikan dan penguasaan aset ekonomi yang makin merata (equitable distribution of wealth). Setiap usaha ekonomi harus dapat meningkatkan pemilikan (entitlement) bukan sekedar meningkatkan pendapatan masyarakat secara merata. Restrukturisasi ini diarahkan untuk

                                                            71 Shirkah ‘ina>n adalah kerjasama di mana posisi dan komposisi pihak-

pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam hal keuntungan dan risiko kerugian. Wahbah al-Zuhaili>, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, 3880-3881.

72 Iraj Toutounchian., Islamic Money and Banking : Integrating Money in Capital Theory (Singapore : John Wiley &Sons (Asia), 2009), 217.

… 120

6.603.900 1.445.400 5.158.500 220.309.400 22.03% 779.690.600 77.97%

… 240

6.603.900 3.184.300 3.419.600 485.362.400 48.54% 514.637.600 51.46%

… 359 6.603.900 6.525.200 78.700 994.613.700 99.46% 5.386.300 0.54% 360 6.603.900 5.386.300 35.600 1.000.000.000 100% 0 0% Total

2.310.183.000

900.000.000

Page 272: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

240  

membentuk “Triple Co”, yaitu co-ownership, co-determination dan co-responsibility.73 Triple Co ini semuanya terdapat pada transaksi MMQ pada produk bank syariah yang dijelaskan di atas. Co-ownership tercermin dalam kepemilikan bersama (shirkah ‘ina>n) aset yang ditransaksikan dengan prinsip risk sharing. Co-determination terlihat dalam hal jika nasabah tidak mampu membayar sesuai jadwal pembayaran sewa dan kepemilikan yang telah disepakati maka tidak ada penutupan transaksi secara paksa dari bank syariah karena dengan akad kerjasama, maka bank tidak memiliki prioritas dalam menjual secara paksa aset yang dimiliki bersama. Restrukturisasi secara paksa dapat dihindari seperti perampasan (savage aqcuisation), cannibal redistribution atau wild take over seperti yang terjadi di bank konvensional dengan transaksi pinjaman yang ribawi. Co-responsibility akan tercermin dari pemeliharaan aset yang dimiliki bersama dan kedisiplinan dalam membayar sesuai jadwal sehingga dapat dicapai kebersamaan dan kekeluargaan. Prinsip-prinsip ekonomi Islam ini tidak sejalan dengan sistem ekonomi kapitalis dalam transaksi yang bersifat individualistis (hanya menguntungkan kelompok tertentu) dan ribawi yang eksploitatif.

Perbandingan pembebanan rate of profit di bank syariah dengan akad MMQ dan rate of interest di bank konvensional pada akad kredit perumahan, pada dasarnya adalah pembandingan konsep economic value of time dan time value of money. Konsep time value of money yang bersifat compounded (majemuk) akan membebani nasabah lebih besar dibandingkan konsep economic value of time , dalam transaksi dengan tambahan (ziya>dah) yang bersifat fixed (tetap) dalam jangka yang semakin panjang. Masuknya unsur risk premium akan semakin membebani debitur dan menguntungkan pemilik modal. Jika pembayaran dilakukan sesuai jadwal maka tambahan ini menjadi milik pemilik modal dan tidak dikembalikan ke debitur. Secara makro, tambahan yang bersifat ribawi akan menciptakan ketidakadilan distributif pada pendapatan sehingga terjadi ketidakadilan ekonomi (kezaliman) secara luas.

Unsur maysi>r pada penggunaan ujrah yang bersifat tetap dan berjangka panjang, juga menciptakan ketidakstabilan sistem keuangan, karena unsur tambahan yang dibebankan berdasarkan unsur waktu (riba> al-nasi>’ah). Untuk menghindari unsur maysi>r ini, beberapa akad MMQ dimodifikasi dengan menggunakan ujrah yang dapat disesuaikan harganya (reprice ), akan tetapi ujrah yang dapat disesuaikan ini masih

                                                            73 Sri Edi Swasono, Ekspose Ekonomika : Mewaspadai Globalisasi dan

Pasar Bebas (Yogyakarta:Pustep-UGM, 2010), 37-38

Page 273: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

241  

menggunakan benchmark LIBOR 6 bulan74. Akad ini mengikuti fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammad Taqi Usmani dan Shaikh Nizam Yacuby, yang mengatakan bahwa ujrah dapat ditetapkan sesuai dengan periode waktu berjalan yang berbeda-beda, akan tetapi benchmarknya harus ditetapkan di depan secara pasti.75 Penggunaan benchmark LIBOR 6 bulan ini ditetapkan agar tidak ada unsur jaha>lah, gharar dan al-shuru>t-al-mufsidah (kondisi koruptif) sesuai dengan pendapat Wahbah Zuhayli tentang ujrah dalam transaksi ija>rah.76 Dalam prakteknya, penggunaan benchmark LIBOR ini justru akan menciptakan unsur jaha>lah karena LIBOR ini ditentukan setiap hari (daily basis) untuk jangka waktu ke depan, misalnya 3 % untuk jangka waktu 6 bulan. Pada waktu 6 bulan ke depan, nasabah dan bank pun tidak mengetahui rate LIBOR untuk 6 bulan karena baru ditetapkan pada hari yang sama. Sehingga penggunaan LIBOR ini tidak menghilangkan unsur jaha>lah (ketidakpastian ujrah). Bahkan menurut penulis, penggunaan LIBOR sebagai benchmark akan menyebabkan dilanggarnya prinsip mark to the market yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk menghindari riba> al-fad}l karena penggunaan benchmark yang tidak setara. Ujrah pada ija>rah pada dasarnya mengikuti rate of profit pada sektor riil (dalam contoh ini adalah harga sewa rumah), sedangkan LIBOR pada dasarnya mengikuti harga pada pasar uang/moneter yang berdasarkan rate of interest (suku bunga). Hal ini menunjukkan dalam pengembangan sistem keuangan Islam, perlunya dibuat index sewa di sektor riil baik secara regional maupun nasional, agar mencerminkan rate of profit yang sesungguhnya. Pembuatan index ini juga dapat dikembangkan untuk industri yang lainnya, agar bank syariah memiliki benchmark di pasar barang dan jasa, sehingga penghapusan bunga (elimination of interest) dan metode perhitungannya (anuitas) secara menyeluruh di sistem keuangan syariah dapat tercapai. 3. Perbedaan Rate of Profit dan Rate of Interest pada Aplikasinya

dalam Transaksi Kartu Kredit Syariah dan Konvensional.

Selain perbedaan rate of profit dan rate of interest, pada transaksi tija>ri> (transaksi perniagaan yang dibolehkan mengambil untung seperti

                                                            74Ahamed Kameel Mydin Meera and Dzuljastri Abdul Razak, “Home

Financing through the Musharakah Mutanaqisah Contracts: Some Practical Issues”, Islamic Economics: Journal of King Abdul Aziz University , Vol 22 No.1, 3-25, 2009.

75 Muhammad Taqi Usmani and Shaikh Nizam Yacuby, “Fatwa on Usage of LIBOR as a Benchmark”. A Fatwa issued on 19 July 1998.

76 Wahbah Zuhayli, Islamic Jurisprudence and it’s Proof, (Beirut: Dar al-Fikr, 2003), 33.

Page 274: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

242  

transaksi pertukaran dan kerjasama) di bank syariah, maka penulis mengunakan contoh penggunaan rate of profit yang salah pada akad tabarru’ (pinjaman), di mana pada bank konvensional menjadi transaksi yang utama bahkan disebutkan bahwa praktek satu-satunya transaksi riba jahiliyah (riba yang dipraktekan pada jaman jahiliyah sebelum Rasulullah menyampaikan risalah Al-Islam) yang masih ada di zaman modern pada praktek perbankan konvensional. Hal ini disebabkan pada akad kartu kredit konvensional, pengambilan bunga baru dibebankan kepada nasabah setelah nasabah diberikan waktu tenggang selama kurang lebih 1 bulan. Setelah nasabah tidak membayar dalam tenggang waktu 1 bulan itu, baru nasabah dikenakan bunga yang berlipat ganda (ad}’a>fan mud}a>’afah). Bahkan periode dikenakan bunga dihitung mundur dari tanggal posting transaksi sampai pembayaran transaksi dengan mengikuti periode pengenaan bunga (cycle date). Praktek pengenaan bunga pada kartu kredit konvensional di Bank BNI, seperti Tabel 5.14 dibawah ini :

Tabel 5.12.

Praktek Perhitungan Bunga Kredit di Bank Konvensional77

No

Kredit Limit Nominal Transaksi

Retail

Tgl Transaksi

Tgl Posting

Tgl Cycle

Tgl Due Date

Tgl Payment

Jumlah Payment

Outstanding Bunga

1 10.000.000,- 1.000.000,- 1 2 18 8 5 1.000.000,-

Rp. 0 No interest

1 10.000.000,- 1.000.000,- 1 2 18 8 5 500.000,- Rp.500.00 0,- 38,310

Waktu Bunga Nominal Jumlah

Hari

Jumlah Hari dalam Setahun Rate Rate

Setahun Bunga

1. Bunga dari tgl posting sd tgl cycle 1.000.000,- 18 365 2,95% 35,40% 15,518 2. Bunga dari tgl cycle sd tgl payment 1.000.000,- 17 365 2,95% 35,40% 15,488 3. Bunga dari tgl payment sd tgl cycle berikut 500.000,- 13 365 2,95% 35,40% 6,304

1. Bunga dari tgl posting sd tgl cycle = 1.000.000,- x (16/365) x (2.95% x 12) = Rp. 15.518 2. Bunga dari tgl cycle sd tgl payment = 1.000.000,-x(17/365) x (2.95% x 12) = Rp. 16.488

3. Bunga dari tgl payment sd tgl cycle berikut = 500.000,- x (13/365) x (2.95% x 12) = Rp. 6.304

Total Bunga yang akan muncul di cycle bulan berikutnya = Rp. 38.310 Keterangan:

1. Bunga transaksi cash advance dihitung dari mulai tanggal transaski dengan rate yang lebih tinggi (umumnya). 2. Seluruh bunga, fee, denda, dll akan dibungakan.

Tabel di atas bisa menjelaskan sistem rate of interest yang bersifat ex-ante yang lakukan dengan sistem akrual (pasti dan ditentukan di depan) dengan dasar perhitungan yang linier yaitu: Pokok penggunaan uang dikalikan dengan hari penggunaan uang dikalikan dengan rate of                                                             

77 Data dari Devisi Kartu Kredit BNI Konvensional.

Page 275: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

243  

interest dibagi dengan 365. Di dalam tabel 5.14 bisa dilihat bahwa setelah melewati periode penagihan pembayaran pada tanggal 8, meskipun telah dilakukan pembayaran sebesar Rp 1 juta namun karena kurang pembayaran sebesar Rp 500 ribu (pembayaran dilakukan tanggal 5 bulan berikutnya), maka pembebanan bunga dilakukan terhadap keseluruhan tagihan sebesar Rp 1.500.000, dengan bunga yang berlipat ganda (35.40 persen per tahun atau 3 per bulan) dengan nominal Rp 38.959 sesuai hari penggunaan uang oleh nasabah (riba jahiliyah dan nasi>’ah). Dilihat dari prosentase keuntungannya telah melebihi 33 %, yaitu batasan keuntungan yang disebutkan Nabi SAW terlalu banyak.

Sedangkan sebagai pembanding, kartu kredit syariah yang menggunakan multi akad pada transaksi kartu kredit syariahnya yaitu : 1) Kafa>lah, untuk penjaminan pembayaran kepada merchant (penjual), 2 ) Ija>rah untuk penyewaan mesin pembayaran kartu kredit, 3) Qard}, untuk pinjaman uang pembelian barang, menghitung ujrah berdasarkan konsep rate of profit yang tidak memperhitungkan unsur waktu dalam periode peminjaman. Hal ini sesuai dengan konsep circular atau kontraktual pada konsep rate of profit yang sesuai syariah

Tabel 5.13.

Perbandingan Pembebanan Bunga pada Kartu Kredit Bank Konvensional di BNI Konvensional dan Pengenaan Rate of Profit (Ujrah) pada Transaksi Kartu Kredit Syariah di BNI Syariah (Hasanah Card)78

Bunga pada Bank Konvensional No

Kredit Limit Nominal Transaksi

Retail

Tgl Transaksi

Tgl Posting

Tgl Cycle

Tgl Due Date

Tgl Payment

Jumlah Payment

Outstanding Bunga

1 10.000.000,- 1.000.000,- 1 2 18 8 5 1.000.000,-

Rp. 0 No interest

1 10.000.000,- 1.000.000,- 1 2 18 8 5 500.000,- Rp.500.00 0,- 38,310

Waktu Bunga Nominal Jumlah

Hari

Jumlah Hari dalam Setahun Rate Rate

Setahun Bunga

4. Bunga dari tgl posting sd tgl cycle

1.000.000,- 18 365 2,95% 35,40% 15,518

5. Bunga dari tgl cycle sd tgl payment 1.000.000,- 17 365 2,95% 35,40% 15,488 6. Bunga dari tgl payment sd tgl cycle berikut 500.000,- 13 365 2,95% 35,40% 6,304

Total Bunga 38,310

Rate of profit (Ujrah) pada Bank Syariah Kredit Limit Nominal

Transaksi Retail

Tgl Transaksi

Tgl Posting

Tgl Cycle

Tgl Due Date

Tgl Payment

Jumlah Payment

Montly Fee

Cash Rebate

Net Fee

10.000.000,- 1.000.000,- 1 2 18 8 5 1.000.000,- 295.000 295.000 - 10.000.000,- 1.000.000,- 1 2 18 8 5 500.000,- 295.000 280.250 14.750

Pada Tabel 5.13 terlihat bahwa dalam kondisi yang sama,

pengenaan ujrah hanya dilakukan berdasarkan fee ujrah sebesar 2.95 % dari jumlah uang yang belum terbayar, tanpa memperhitungkan unsur

                                                            78 Data dari Devisi Kartu Kredit BNI Konvensional dan dari Devisi

Kartu Bank BNI Syariah (Hasanah Card).

Page 276: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

244  

waktu, yaitu Rp 500.000 dikalikan dengan 2.95 % sebesar Rp 14.750, yang jauh lebih murah jika menggunakan sistem bunga dengan time value of money sebesar Rp 38.310,- (lebih mahal 164 %). Hal ini disebabkan rate of profit dari Rp 1 juta tidak dikenakan tambahan berdasarkan unsur waktu seperti yang diterapkan di bank konvensional. Pengenaan rate of profit pada penggunaan uang sebesar Rp 500 ribu pada dasarnya karena unsur ujrah atau biaya sewa, yang tidak mengandung unsur waktu dalam perhitungannya. Dapat dikatakan bahwa empat unsur yang harus dipenuhi dalam transaksi riba> al-nasi>’ah, tidak terkumpul dalam transaksi kartu kredit syariah. Salah satu unsur itu adalah adanya tambahan karena unsur waktu, tanpa adanya risiko. Selain itu, tidak adanya unsur kezaliman karena penerapan tambahan yang berlipat ganda (ad}‘a>fan mud}a>‘afah) tidak ada. Aplikasi rate of profit pada kartu kredit syariah ini bisa menjelaskan secara jelas perbedaannya dengan rate of interest (praktek riba) di bank konvensional. C. Mengelola Risiko Rate of profit di Bank Syariah

Pada Bab IV dijelaskan tentang bagaimana penggunaan rate of interest pada rate of profit berupa marjin, ujrah dan bagi hasil seperti penggunaan benchmark JIBOR atau suku bunga pinjaman bank konvensional sangat mempengaruhi pada net margin (di bank konvensional disebut sebagai net interest margin bank) atau pendapatan bersih bank syariah, yang secara langsung mempengaruhi pendapatan masyarakat dalam investasi di bank syariah sehingga keadilan distributive (distributive justice) tidak akan tercapai. Disamping itu risiko yang dihadapi bank syariah akibat penggunaan benchmark JIBOR ini adalah terjadinya ketidakstabilan pendapatan bank syariah itu sendiri, yang dapat mengakibatkan terjadinya dampak pada reputasi bank (reputation risk) yaitu ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank. Ketidakpercayaan yang tinggi selanjutnya akan berujung pada berhentinya operasi bank syariah karena kesulitan likuiditas akibat berpindahnya dana dari bank syariah ke bank konvensional sehingga bank syariah tidak bisa beroperasi lagi (default).

Pentingnya pengelolaan risiko akibat risiko pasar yaitu perubahan variabel pasar seperti suku bunga (rate of interest) ini sangat penting untuk dikelola sebagaimana tercakup dalam Pilar 2 perjanjian Basel II bahwa “Bank harus memiliki proses untuk menilai kecukupan modal

Page 277: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

245  

(capital adequacy) secara keseluruhan terkait dengan profil risiko dan strategi bank untuk memelihara tingkat permodalannya”79.

Meskipun manajemen risiko suku bunga bukan merupakan persyaratan yang disebutkan dalam Pilar 1 Basel II, berdasarkan prinsip ini bank diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengukur secara akurat seluruh risiko suku bunga yang signifikan dalam pengelolaan portofolio asset-liability bank syariah. Dalam disertasi ini justru akan ditunjukkan pengelolaan risiko akibat perubahan variabel pasar yang sangat penting mempengaruhi net margin bank syariah adalah suku bunga, karena akan berdampak pada stabilitas pendapatan bersih bank syariah sehingga akan mempengaruhi distribusi pendapatan yang diterima masyarakat dari hasil investasinya di bank syariah. Dengan demikian penerapan rate of profit yang salah karena penggunaan benchmark riba akan mengakibatkan terjadinya praktek ribawi yang eksploitatif sehingga tidak tercipta kestabilan sistem keuangan (keadilan ekonomi) dan distribusi pendapatan yang adil. 1. Metode Mitigasi Risiko Pasar pada Bank Syariah dengan Metode

Penyesuaian Rate of profit sesuai dengan Business Cycle-nya (Maturity Adjusted Gap management)

Bank umum yang menawarkan berbagai jenis produk baik kredit

dan simpanan pada berbagai tingkat rate of profit (atau benchmark dengan suku bunga) dan jenis pembebanan (fixed atau variabel) akan menemui kesulitan untuk memiliki perfect match dalam melakukan repricing asset dan liability-nya. Dengan kata lain, sebagian besar aset akan ditetapkan pada basis penetapan kembali yang berbeda dari pada yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan (liability). Tingkat rate of profit pembiayaan dan simpanan dengan benchmark suku bunga tidak selalu bergerak naik atau turun dengan jumlah yang sama. Sebagai contoh sebagai akibat dari pemberian pembiayaan yang sebagaian besar mura>bah}ah80, maka terdapat risiko pasar pada periode pembayaran cicilan karena bank menetapkan margin cicilan secara tetap (fixed), sementara imbal hasil acuan pasar meningkat sehingga bank mengalami kerugian relatif yang berakibat pada turunnya pendapatan bersih bank. Oleh karena itu mitigasi risiko pasar ini menurut penulis, harus dilakukan

                                                            79 Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation: Work Book

Level 2 (Jakarta : Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007), 61. 80 Imam Wahyudi, dkk, Manajemen Risiko Bank Islam (Jakarta:

Mumalat Institute, 2013), 206.

Page 278: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

246  

mulai dari pemilihan akad/produk yang sesuai syariah seperti yang dijelaskan di bab IV.

Dalam alur pemberian pembiayaan, mura>bah}ah tidak dapat dipergunakan untuk transaksi berjangka panjang (di atas 2 tahun) karena sifat rate of profit-nya berjangka pendek dan oleh karena itu diperlukan akad lainya dengan penetapan mark-up rate (rate of profit) yang bisa di-reprice sesuai periode bussines cycle-nya. Misalnya transaksi pembiayaan perumahan yang berjangka waktu panjang, dapat digunakan akad IMBT (Ija>rah Muntahia Bit Tamli>k)81 atau MMQ dengan repricing rate of profit minimal setahun sekali sesuai dengan business cycle penetapan harga sewa rumah yang secara natural di sektor riil yaitu dilakukan penyesuaian setahun sekali.

Prinsip repricing sesuai dengan periode business cycle ini juga sesuai dengan prinsip MTM (Mark to the Market)82 yang diperintahkan oleh Rasulullah kepada Bilal untuk tidak melakukan penilaian secara independen terhadap nilai kurma basah dan kering melainkan dengan cara menjual terlebih dahulu ke pasar sehingga tidak melanggar larangan melakukan riba> al-fad}l. Metoda ini pada dasarnya adalah metoda penyesuaian rate of profit sesuai dengan bussines cycle-nya. Metoda ini berbeda dengan metoda penyesuaian pendapatan dan beban (cost-revenue matching)83 di bank konvensional karena di bank syariah tidak dikenal cost atau beban di simpanan, yang disebut sebagai cost of fund.

Untuk melihat pengelolaan risiko terhadap asset-liability bank secara keseluruhan maka dapat digunakan metode: 1) Hypothetical example 2) Pengumpulan data neraca dan rugi laba bank.84 Mengelola                                                             

81 IMBT (Ija>rah Muntahia Bittamli>k) adalah Akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. Lihat Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 33-34.

82 MTM (Mark to Market) adalah suatu metodologi untuk menentukan harga yang adil dari suatu produk atau jasa berdasarkan nilai pasar yang riil dalam pasar terbuka. Lihat Yahia Abdul-Rahman, The Art of Islamic Banking and Finance: Tools and Techniques for Community-Based Banking (Hoboken, New Jersey : John Wiley & Sons, Inc, 2010), 53-54.

83 Imam Wahyudi, dkk, Manajemen Risiko Bank Islam (Jakarta : Mumalat Institute, 2013), 202.

84 Abu Umar Faruq Ahmad, Developments in Islamic Banking Practice : The Experience of Bangladesh (Boca raton, Florida : Universal Publisher, 2010), 212.

Page 279: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

247  

repricing (penyesuaian) rate of profit (di konvensional dikenal dengan repricing suku bunga) dalam banking book memerlukan pengukuran yang akurat mengenai karakteristik aset dan kewajiban (liability) yang di-reprice . Karakter aset bisa berupa rate of profit yang bersifat fixed (tetap) sampai jatuh tempo seperti mark-up/margin pada transaksi mura>bah}ah, istis}na>‘, salam dan ujrah pada transaksi ija>rah sedangkan karakter rate of profit yang bersifat variabel atau berubah-ubah selama jangka waktu transaksi seperti transaksi mud}a>rabah dan musha>rakah.

Sebagai contoh dalam aset bank syariah bisa terdapat aset berupa: 1) Pembiayaan pemilikan rumah berjangka waktu 10-15 tahun dengan margin/mark up tetap selama jangka waktu; 2) Pembiayaan kepada perusahaan dengan akad mud}a>rabah dengan nisbah bagi hasil; 3) Pembiayaan pemilikan kantor dengan akad Ija>rah Muntahia Bit Tamli>k (IMBT) dengan jangka waktu 5 tahun dengan penyesuaian harga sewa (repricing rate of profit) setiap 6 bulan sekali. Sementara di sisi kewajiban, liability bisa berupa: 1) Deposito perusahaan dengan akad mud}a>rabah dengan pembayaran bagi hasil dengan nisbah 70% untuk nasabah dan 30 % untuk bank syariah, yang dibayar setiap bulan sekali; 2) Simpanan Perorangan dengan akad mud}a>rabah, yang dibayarkan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dibayar setiap akhir bulan; 3) Obligasi (Sukuk) Syariah yang diterbitkan oleh bank syariah dengan akad ija>rah berjangka waktu 10 tahun dengan periode pembayaran ujrah (kupon) sukuk setiap 3 bulan sekali.

Untuk melakukan analisa, diperlukan pembuatan repricing profile atau gap report pada asset-liability bank sesuai dengan periode waktu (time bucket) dimana setiap komponen asset-liability bank akan di reprice (penyesuaian harga). Repricing komponen harga ini dilakukan ketika : 1) komponen asset-liability tersebut jatuh tempo 2) porsi pokok dari komponen tersebut dibayar 3) rate of profit (atau benchmarknya) secara kontraktual harus direprice berdasarkan mark to the market index yang disyaratkan di depan dan 4) dibayar atau ditarik sebelum jatuh tempo. Sehingga, repricing profile atau repricing ladder bank syariah, dengan menggunakan hypothetical example di lembaga keuangan (Bank Danamon) berbentuk seperti tabel di bawah ini:

Page 280: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

248  

Tabel 5.14. Profil Penyesuaian Rate of Profit (Interest) di Bank Syariah (Repricing

Profile)85

Net Mismatch menunjukkan open position rate of profit (atau suku bunga), yang diperoleh dari selisih aset dengan kewajiban) pada setiap periode waktu (time bucket). Suatu posisi yang berada dalam tanda kurung merupakan posisi kekurangan (short position) yang menunjukkan lebih banyak kewajiban yang harus dibayar dibandingkan penerimaan dari aset, bank akan mendapat peluang keuntungan (net margin yang lebih besar) jika tren dari rate of profit cenderung turun. Sebaliknya jika posisi bank dalam keadaan kelebihan (long position) yaitu menujukkan bahwa bank lebih banyak akan menerima pendapatan dari sisi aset dibandingkan kewajiban yang harus dibayar dari sisi liability maka bank akan cenderung merugi (net margin yang lebih kecil) jika rate of profit turun. Posisi long atau short position ini jika disederhanakan akan berupa laporan rate sensitivity seperti di bawah ini :

                                                            85 Data diolah oleh penulis berdasarkan neraca di Bank Danamon

REPRICING PROFILE < 1 mo 1 - 2 mos 2 - 3 mos 3 - 6 mo 6 - 12 mo > 12 mosASSETS TOTAL Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate

Cash 641,942 641,942 BI Balance 1,467,108 1,467,108 Financing 21,600,815 1,669,743 17.62 7,860,537 17.62 7,860,537 17.62 993,637 17.62 799,230 17.62 2,417,131 17.62Non Performing Financin 882,000 - 882,000 Placement-O/banks 2,346,037 2,182,986 3.28 163,051 3.28 - 0 - 0 - 0Coupon from Bonds 141,227 - - - - 141,227 1.02SBI's 3,315,895 3,257,586 12.15 58,309 12.15Current A/C's Banks 409,208 409,208 1.02Bonds & Mu' Funds 139,600 139,600 13.06Export bills - MTN - FRN - Fixed Foreign Bond - Foreign Bond 2,860,153 - - - - 1,198,046 5.39 1,662,107 6.07Float Govt Bonds-1 10,365,533 - - - - - 10,365,533 13.08Fixed Govt Bonds-2 2,591,108 - - - - - 2,591,108 13.08Fixed Govt Bonds - - - - TOTAL & WAIR (A) 46,760,626 9,628,573 7.95 8,081,897 17.29 7,860,537 17.62 993,637 17.62 1,997,276 10.28 18,198,706 12.32WARO ASSETS 13.19 Days left 330 Days left 300 Days left 270 Days left 180 Days left 0 Days left 0

< 1 mo 1 - 2 mos 2 - 3 mos 3 - 6 mo 6 - 12 mo > 12 mosLIABILITIES TOTAL Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate Amount Int. Rate

Demand Deposits 4,230,618 1,036,501 9.48 1,786,590 9.48 705,244 9.48 351,141 9.48 351,141 9.48 - Savings 8,978,069 812,627 9.48 1,632,108 9.48 2,398,718 9.48 4,134,607 9.58 9 9.58 - Time Deposits 19,459,587 8,217,784 12.58 4,767,599 12.58 3,243,913 12.58 1,615,146 12.58 1,615,146 12.58 - Margin DPK 215,615 99,378 5.38 49,296 5.38 33,541 5.38 16,700 5.38 16,700 3rd Party Funds BTO - - Bank Indonesia 1,106,378 - 0 1,106,378 4.87Exchange Offer 1 - - 0Exchange Offer 2 712,563 337,873 - 374,691 5.39Interbank Taking 153,600 150,000 13.19 3,600 13.19 - - 0Other Liabilities 4,576,123 - 0 - 0 - 0 4,576,123 9.17Ekuitas 4,627,211 4,627,211 0Total & WAIR (L) 44,064,764 10,316,290 11.96 8,239,192 11.25 6,719,289 10.48 6,117,594 10.35 1,982,997 11.93 10,689,403 4.62WACO FUNDS 9.60

Difference 2,695,862 (687,717) (157,295) 1,141,247 (5,123,957) 14,279 7,509,304

Page 281: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

249  

Tabel 5.15. Laporan Profil Sensitivitas Rate (of Profit) secara Aggregat86

Untuk menghitung net margin atau net interest margin di bank,

dapat digunakan metode Maturity Adjusted Gap Management dengan rumus:87

iij = saj . rj. pj + saj . (rj + drj). (1 – pj)

di mana: pj menunjukkan periode dalam bentuk penggolongan waktu (time bucket) dalam 1 tahun, mulai dari hari ini sampai dengan jatuh tempo atau penyesuaian harga (repricing date) ke j dari aset atau liability. Sa adalah sensitive asset yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap variabel pasar rj seperti rate of profit dan rate of interest. Profil pendapatan yang diperoleh dari aset dan liability yang sensitive terhadap variabel pasar ini dengan demikian akan menjadi 2 komponen yaitu: 1) Rate yang diketahui sebelum terjadinya perubahan rate; 2) Rate yang belum diketahui yang harus disesuaikan (adjusted) karena adanya perubahan variabel pasar (rate of profit/rate of interest) berdasarkan mark to the market yang disyaratkan sebelumnya (misalnya dasarnya LIBOR atau index sewa barang).

Repricing profile neraca bank di atas dapat dibuat, seperti tabel di bawah ini dengan asumsi awal misalnya tidak terjadi perubahan rate of profit pada setiap time bucket yang dibuat, dan kita bisa memperoleh net income (pendapatan bersih) bank tersebut seperti di bawah ini :

                                                            

86 Data diolah penulis. 87Andrea Resti and Andrea Sironi. Risk Management and Shareholders’

Value in Banking: From Risk Measurement Models to Capital Allocation Policies, (Chicester, West Sussex, England : John Wiley & Sons Ltd, 2007), 13.

Rate Unchanged

in IDR Bio

Vol. Int. (%) Vol. Int. (%) Vol. Int. (%) Vol. Int. (%) Vol. Int. (%) Vol. Int. (%) TOTALSensitive Asset 9,629 7.95% 8,082 17.29% 7,861 17.62% 994 17.62% 1,997 10.28% 18,199 12.32% 46,761Sensitive Liability 10,316 11.96% 8,239 11.25% 6,719 10.48% 6,118 10.35% 1,983 11.93% 10,689 4.62% 44,065

- GAP in Volume (688) (157) 1,141 (5,124) 14 7,509 2,696- GAP in % (0.07) (0.02) 0.15 (5.16) 0.01 0.70- NIM -4.01% 6.04% 7.14% 7.27% -1.64% 7.69%

RATE SENSITIVITY REPORT

< 1 month 1 to 2 Months 2 to 3 Months 3 to 6 Months 6 to 12 Months > 12 Months

Page 282: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

250  

Tabel 5.16. Profil Pendapatan Bersih Bank dengan asumsi variabel pasar tidak

berubah88

Asumsi yang kita gunakan ini, bisa dilakukan perubahan sesuai

dengan simulasi yang ingin kita gunakan untuk mengukur sensitivitas net income bank terhadap perubahan rate of profit. Sebagai contoh jika terjadi kenaikan rate of profit sebanyak 1 persen baik pada aset atau kewajiban yang bisa di-reprice (pada akad jual beli tidak bisa dilakukan reprice karena sifat dari rate of profit yang bersifat tetap dan satu kali ditetapkan), maka profile dari net income mengalami penurunan seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.17. Profil Pendapatan Bersih Bank dengan Asumsi Variabel Pasar Berubah

Naik 1%89

                                                            88 Data diolah penulis

In IDR Bio Sensitive Volume TOTALNII

PERIODE Before Adjusted Before After (360-D)< 1 Month Asset 9,629 7.95% (39.04) (429.41) (468.44)D = 30 Days Liabilities 10,316 11.96%

1 to 2 Months Asset 8,082 17.29% 78.41 392.06 470.48D = 60 Days Liabilities 8,239 11.25%

2 to 3 Months Asset 7,861 17.62% 170.22 510.66 680.88D = 90 Days Liabilities 6,719 10.48%

3 to 6 Months Asset 994 17.62% (229.19) (229.19) (458.39)D = 180 Days Liabilities 6,118 10.35%

6 to 12 Months Asset 1,997 10.28% (31.08) 0.00 (31.08)D = 360 Liabilities 1,983 11.93%

> 12 Months Asset 18,199 12.32% 1,746.87 0.00 1,746.87D = 360 Liabilities 10,689 4.62%

TOTAL 1,696.20 244.12 1,940.32

Net Income ProfileAssuming Rate Unchanged

Rate NIIRepricing

In IDR Bio Sensitive Volume TOTALNII

PERIODE Before Adjusted Before After (360-D)< 1 Month Asset 9,629 7.95% 7.95% (39.04) (523.89) (562.93)D = 30 Days Liabilities 10,316 11.96% 12.96%

1 to 2 Months Asset 8,082 17.29% 17.29% 78.41 323.38 401.80D = 60 Days Liabilities 8,239 11.25% 12.25%

2 to 3 Months Asset 7,861 17.62% 17.62% 170.22 460.24 630.46D = 90 Days Liabilities 6,719 10.48% 11.48%

3 to 6 Months Asset 994 17.62% 17.62% (229.19) (259.63) (488.83)D = 180 Days Liabilities 6,118 10.35% 11.35%

6 to 12 Months Asset 1,997 10.28% 10.28% (31.08) 0.00 (31.08)D = 360 Liabilities 1,983 11.93% 12.93%

> 12 Months Asset 18,199 12.32% 12.32% 1,746.87 0.00 1,746.87D = 360 Liabilities 10,689 4.62% 5.62%

TOTAL 1,696.20 0.09 1,696.29Note: Interest Rate Rise by 1% Across The Board

Net Income ProfileAssuming Rate Rise by 1% Across The Board

Interest Rate NIIRepricing

Page 283: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

251  

Dari tabel 5.17 di atas dapat dilihat bahwa jika bank syariah yang memiliki aset dengan rate of profit yang bersifat tetap (fixed) dalam jangka waktu yang sangat panjang dan tidak bisa dilakukan penyesuaian (repricing) terhadap rate of profit-nya seperti akad mura>bah}ah, menyebabkan terjadinya penurunan net income bank syariah menjadi 1.696 triliun dari keadaan semula sebesar 1.940 triliun.

Tabel 5.18. Profil Pendapatan Bersih Bank dengan Berbagai Skenario Perubahan

Variabel Pasar90 SCENARIO TOTAL NII MARGIN

(in IDR Bio) % Unchanged 1,940.32 4.15%

Liability up by 0.5% 1,818.22 3.89% Liability up by 1% 1,696.11 3.63% Liability up by 2% 1,451.90 3.10% Liability up by 3% 1,207.69 2.58%

Increased by 1% Across The Board 1,696.29 3.63% Increased by 2% Across The Board 1,890.97 4.04% Increased by 3% Across The Board 1,866.29 3.99%

Dari profil resiko ini dapat dilihat bahwa bank dengan komposisi

aset dengan fixed rate lebih banyak (negative gap),91 sangat rentan terhadap kenaikan suku bunga karena dengan naiknya suku bunga, kenaikan imbal hasil dana pihak ketiga tidak bisa dicegah oleh bank syariah karena adanya risiko Displacement Commercial Risk (DCR) yaitu risiko bank syariah kehilangan dana pihak ketiga karena bank syariah tidak bisa bersaing dalam memberikan imbal hasil yang sesuai dengan tingkat suku bunga di bank konvensional sehingga dapat menyebabkan terjadinya resiko likuiditas di bank syariah.92

Dari hasil uji empiris di Bank Syariah Mandiri antara tahun 2004-2009 juga menunjukkan bahwa pendapatan bersih (net margin) BSM mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu tertinggi net margin BSM terjadi pada bulan Desember 2004 sebesar 7.22 % menjadi tertekan sampai titik terendah pada bulan Januari 2006 sampai mencapai 4.59 % atau penurunan sebesar 36.43 %.

                                                                                                                                       89 Data diolah penulis. 90 Data diolah penulis. 91 Lihat Selamet Riyadi, Banking Asset and Liability Management ,

137. 92 Hennie Van Greuning and Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic

Bank, (Washington D.C: The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank, 2008), 176-177.

Page 284: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

252  

Hal ini akan berdampak pada kestabilan pendapatan di bank syariah, yang selanjutnya akan berdampak pada pendapatan masyarakat karena penggunaan akad mud}a>rabah pada tabungan dan deposito (risk sharing antara nasabah dengan bank dengan nisbah bagi hasil yang disepakati di depan), sehingga akan menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat turunnya hasil investasi deposito mud}a>rabah di bank tersebut. Dengan demikian distribusi berkeadilan (distributive justice) yang ingin dicapai dalam sistem keuangan syariah ini juga menjadi tidak tercapai. Secara makro, tidak tercapainya distribusi pendapatan yang berkeadilan ini menyebabkan tujuan yang ingin dicapai dalam sistem ekonomi Islam, yang terutama dalam pemeliharaan harta sesuai dengan konsep maqashid syariah tidak tercapai. Penggunaan tambahan yang bersifat ribawi menyebabkan turunnya pendapatan masyarakat dari investasi di produk perbankan sehingga falsafah maqa>s}id shar>i‘ah agar harta tidak berputar di kalangan orang-orang kaya saja (equitable distribution of wealth) tidak terwujud.

Dalam prakteknya, metode Maturity Adjusted Gap Management, yang dianjurkan digunakan dalam Basel II ini, selain mudah dikomunikasikan dan dimengerti karena teknik yang digunakan sederhana, tetapi dalam kenyataannya memiliki beberapa kelemahan karena sifat dari suku bunga (rate of interest) yang pada kenyataannya memiliki siklus (cycle) dan tidak bersifat tetap dalam jangka waktu panjang.93 Aset dan liability tidak identik sensitivitasnya terhadap perubahan (terhadap rate of interest), karena perbedaan repricing profilenya. Sebagai contoh, net income (rate of profit nasabah dan bank) bisa tetap turun dalam kondisi tren suku bunga yang turun ketika low-rate (bagi hasil yang rendah) deposit di perpanjang (roll-over) pada waktu saat ini dalam keadaan suku bunga yang lebih tinggi dari pada waktu akad tersebut dibuat.

Gambar 5.3. Siklus Suku Bunga dan Waktu Repricing Asset-Liability

Suku Bunga 8% 5% Repricing Awal Repricing Akhir Waktu

                                                            93Goerge H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan B. Coleman, Bank

Management : Text and Cases, 597.

Page 285: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

253  

Siklus suku bunga seperti yang terlihat di tabel ini yang menyebabkan dalam keadaan suku bunga yang menurun, net income (rate of profit) nasabah dan bank dapat turun karena pada waktu repricing, suku bunga awal yang digunakan masih jauh lebih rendah (5%) jika dibandingkan dengan pada waktu di repricing (8%). Oleh karena itu, dalam penetapan harga pembiayaan syariah (atau aset syariah lainnya seperti sukuk), penulis tidak setuju jika bank syariah menggunakan cost of fund (asumsi jika kita menggunakan metode cost approach) sebagai komponen yang dihitung pada dasar penentuan harga kredit atau dengan benchmark suku bunga pinjaman di bank konvensional seperti SIBOR dan JIBOR (jika menggunakan metoda benchmark di bank konvensional). Baik cost of funds maupun LIBOR selalu terkait dengan suku bunga pasar. Perbedaan antara suku bunga pasar dengan index sewa barang di pasar riilnya bisa sangat jauh. Penelitian yang dilakukan di Kuala Lumpur pada tahun 1984 – 2005 menunjukkan bahwa rate sewa di sektor riil selalu lebih rendah dari Base Lending Rate bank konvensional94. Untuk itulah, Rasulullah mengajarkan untuk selalu melakukan mark to the market dalam penentuan harga barang di pasar yang berbeda, agar tidak terjadi penerapan riba> al-fad}l.

2. Metode Mitigasi Risiko Pasar Pada Bank Syariah dengan metode

Duration Gap

Untuk mendeteksi adanya risiko akibat penerapan riba> al-fad}l (tidak dilakukannya mark to the market pada transaksi ija>rah atau mura>bah}ah berdasarkan rate sewa di sektor riil), bisa diukur dari duration dari keseluruhan komponen (portofolio) aset dan liability bank syariah, yang disebut dengan duration gap.95 Duration gap adalah alat ukur terhadap mismatch asset dan liability bank berdasarkan durasinya. Rumus yang dapat digunakan adalah96 :

DG = DA – (L/A).DL dimana A = nilai pasar dari aset

                                                            94 Ahamed Kameel Mydin Meera and Dzuljastri Abdul Razak, “Home

Financing through the Musha>rakah Mutana>qis}ah Contracts: Some Practical Issues”, 9.

95 Goerge H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan B. Coleman, Bank Management : Text and Cases, 603.

96 Goerge H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan B. Coleman, Bank Management : Text and Cases, 604.

Page 286: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

254  

B = nilai pasar dari liability DA = durasi aset DL = durasi liability

Dampak perubahan variabel pasar (rate of profit atau rate of interest) terhadap net income dan perubahan nilai kekayaan bank syariah tergantung kepada duration gap neraca bank syariah, yang tergambar pada rumus97, dimana NI adalah Net income Bank :

d(NI) = -DG (dR/1+R) Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan bank syariah yang akan dibagikan sangat bergantung kepada struktur neraca bank syariah (perbandingan struktur fixed rate asset dan liability) dan perubahan variabel pasar. Durasi komponen pembiayaan dengan fixed rate jangka panjang yang pada prakteknya digunakan di bank syariah (pembiayaan KPR dengan akad mura>bah}ah selama 15-20 tahun) dan pasar sukuk syariah (sukuk ija>rah dengan kupon/ujrah selama 10 tahun), adalah positif mendekati jangka waktunya. Durasi komponen pembiayaan dan aset lainnya seperti sukuk dengan rate of profit yang variabel seperti mud}a>rabah dan musha>rakah memiliki durasi yang mendekati nol. Demikian juga liability yang menggunakan akad dengan rate of profit yang fixed dalam jangka panjang misalnya bank syariah menerbitkan (issue) sukuk ija>rah dengan kupon/ujrah fixed selama 10 tahun maka durasinya adalah negatif mendekati jatuh tempo sukuk-nya, sedangkan Dana Pihak Ketiga di Indonesia yang seluruhnya menggunakan akad mud}a>rabah maka durasinya mendekati nol.98 Dari rumus di atas juga dapat menjelaskan semakin besar duration gap-nya maka bank semakin berisiko terhadap fluktuasi pendapatan bank (net income) dan hubungannya berbanding terbalik dengan perubahan (rate of interest atau rate of profit) yang terjadi di pasar uang atau pasar barang. Saat ini dengan rata-rata bank syariah baik di Timur Tengah, Eropa, Malaysia, Indonesia dan kawasan lainnya, menggunakan akad mura>bah}ah secara masif dan tidak melakukan issue sukuk dengan akad ija>rah dalam periode yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah di seluruh dunia memiliki duration gap positif di atas 4 tahun. Bahkan bisa mencapai di atas 7 tahun. Dengan demikian, bank syariah di seluruh dunia menghadapi risiko yang sama yaitu jika suku bunga secara umum

                                                            97 Goerge H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan B. Coleman, Bank

Management : Text and Cases, 603. 98 Goerge H. Hempel, Donald G. Simonson and Alan B. Coleman, Bank

Management : Text and Cases, 604.

Page 287: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

255  

terjadi kenaikan. Kenaikan suku bunga di seluruh dunia, akan menyebabkan turunnya pendapatan bank syariah dan pendapatan investor pada produk-produk liability bank syariah. Hal ini selain menyebabkan tidak stabilnya sistem keuangan syariah, juga menyebabkan pertumbuhan bank syariah yang melambat karena pendapatan bank yang mengecil dan turunnya pendapatan nasabah investor bank syariah sehingga equitable distributive income and wealth yang merupakan tujuan utama ekonomi syariah tidak tercapai. Oleh karena itu, metode penyesuaian harga (repricing rate) pada rate of profit-nya (ujrah/margin) dengan akad yang sesuai, merupakan solusi agar duration dari aset dan liability mendekati nol sehingga stabilitas pendapat di bank syariah lebih terjamin.

Penggunaan akad mura>bah}ah dengan fixed rate dalam jangka panjang, baik jika dianalisa secara fikih dan manajemen risiko, seharusnya sudah dihapus dalam portofolio bank syariah. Mura>bah}ah hanya digunakan untuk akad-akad pembelian aset ready stock dalam jangka pendek, sedangkan untuk akad-akad investasi dengan barang yang bersifat jangka panjang dapat menggunakan akad Musha>rakah Mutana>qis}ah (MMQ) atau Ija>rah Muntahia Bit Tamli>k (IMBT). Untuk mendukung penerapan konsep rate of profit ini, maka adanya index sewa barang baik di lokal, regional dan nasional dapat diterbitkan oleh otoritas yang berwenang, untuk mendukung industri bank syariah yang maju dengan benchmark-nya sendiri.

Secara singkat metode yang dapat digunakan untuk meng-eliminasi riba dan maysi>r dalam rate of profit yang ditambahkan pada transaksi syariah dapat dilihat pada Tabel 5.19 dibawah ini.

Tabel 5.19 Metode Eliminasi Riba dan Maysi>r dalam Rate of Profit99

Tipe Penyebab Metode Eliminasi

Riba> al-nasi>’ah Penerapan time value of money pada margin transaksi pertukaran (jual beli barang/jasa)

Penggunaan Metode Sistem Proporsional dimana pokok dan margin merata (sistem economic value of time)

Riba> al-fad}l Penerapan tambahan komponen cost of fund dan risk premium yang tidak mengikuti harga di pasar barang

Penggunaan metode mark to the market dengan pembandingan rate of profit di sektor riil

Maysi>r Penerapan tambahan komponen term premium

Penggunaan Metode Penyesuaian Harga

                                                            99Tabel diolah penulis

Page 288: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

256  

Tipe Penyebab Metode Eliminasi secara fixed untuk mengatasi uncertatinty dalam jangka panjang

untuk meminimalisir Duration Gap antara komponen aset dan liability bank syariah

Dari seluruh pembahasan pada bab V ini, maka perbedaan konsep

rate of profit dan rate of interest, dapat disimpulkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.20. Perbedaan Rate of Profit dan Rate of Interest100

Rate of interest Rate of profit Konsep perhitungan dan operasinya dibuat oleh manusia (teori bunga)

Konsep penentuan dan operasinya didasarkan kepada prinsip syariah

Investor dipastikan mendapatkan tambahan di depan/pre-determined (konsep ex ante)

Investor mendapatkan tambahan di belakang (konsep ex post) dari rate of profit yang bersifat ex-ante (akad jual-beli) dan ex-post (akad bagi hasil)

Rate of interest tidak berpedoman kepada keuntungan aset produktif di sektor riil

Rate of profit dihitung berpedoman kepada keuntungan aset di sektor riil

Rate of interest bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan tanpa batasan termasuk memasukkan risk premium untuk mengatasi gagal bayar dan term premium mengatasi fluktuasi suku bunga dalam jangka panjang

Rate of interest bertujuan memaksimalkan profit namun dibatasi aturan syariah seperti penghindaran unsur riba> al-fad}l dan maysi>r pada penambahan rate of profit

Aplikasi rate of interest dalam bentuk : simple/compounded interest, fixed/variabel, jangka panjang/jangka pendek yang merupakan penurunan konsep time value of money

Aplikasi rate of profit berdasarkan konsep economic value of time sehingga tambahan tidak bersifat compounded terhadap waktu dan harus di-reprice secara periodik (jangka pendek)

Bersifat linier (simple) bahkan eksponential (compounded ) sesuai konsep waktu : p.i.t atau p(1 + i)n oleh karena itu bisa ditentukan fixed dalam jangka panjang

Bersifat circular per periode jangka waktu sesuai dengan keuntungan di pasar barang. Rate of profit tidak bisa bertambah secara linier jika kontrak selesai atau dibayar dipercepat

Akad yang digunakan dalam rate of interest hanya pinjaman

Akad yang digunakan dalam transaksi bisnis bukan pinjaman tetapi jual beli dan bagi hasil

Karena berdasarkan akad pinjaman, penekanan transaksi lebih kepada kemampuan bayar debitur

Karena berdasarkan akad kerjasama dan perdagangan, maka penekanan lebih kepada kelayakan proyek dan

                                                            100 Tabel diolah oleh penulis.

Page 289: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

257  

Rate of interest Rate of profit (creditworthiness), untuk itu ditambahkan risk premium dalam struktur rate of interest kepada debitur. Pada segmen usaha kecil dan mikro, risk premium ini sangat besar

obyek pembiayaan. Tidak ada risk premium dalam struktur rate of profit, sebagai gantinya adalah unsur return atau keuntungan dalam transaksi tunai dan ekspektasi keuntungan dalam transaksi tunda.

Kolateral : Aset Perusahaan Kolateral : Barang atau aset pembiayaan dan Arus kas proyek

Dalam keadaan gagal bayar (default), rate of interest bisa ditambahkan (compound rate of interest)

Dalam keadaan gagal bayar, rate of profit tidak bisa ditambahkan, kalaupun ditambah berupa denda, dan keuntungannya tidak dimasukkan ke bank syariah melainkan untuk sedekah

Karena pendapatannya dihitung didepan secara fixed, maka pengembangan keahlian dalam penilaian proyek tidak terlalu dipentingkan.

Karena berbagi pendapatan di akhir akad, maka bank syariah memberikan perhatian yang tinggi kepada penilaian proyek dan evaluasinya

Meskipun teknik discounted rate digunakan dalam perhitungan profitability (metode IRR) terhadap arus kas/pendapatan yang akan datang yang bersifat ex-post, tetapi dalam pembebanan dilakukan di depan (ex ante) dengan menyamakan rate of interest dan rate of return

Meskipun menggunakan teknik discounted cash flow untuk menghitung profitability (metode IRR) terhadap arus kas/pendapatan yang akan datang (ex post), tetapi bank syariah tetap konsisten melakukan pembebanan berdasarkan pendapatan aktual dengan nisbah yang telah disepakati sehingga tetap berdasarkan rate of return yang bersifat ex post

Sistem pencatatan pendapatan dan biaya dilakukan secara akrual (diakui di depan) dan pendapatannya dapat diambil di depan tanpa harus menunggu keuntungan riil dari aset yang dibiayai

Sistem pencatatan pendapatan dapat dilakukan di depan (acrual) untuk akad jual beli dan dilakukan di belakang (cash basis), akan tetapi distribusi bagi hasilnya selalu dilakukan berdasarkan cash basis atau pendapatan riil yang diterima bank syariah.

Hubungan bank konvensional dengan nasabahnya adalah debitur dan kreditur (pemberi hutang dan yang berhutang) karena itu menggunakan rate of interest

Hubungan bank syariah dan nasabahnya adalah partner, investor dan pedagang, karena itu berdasarkan rate of profit

Lebih memberikan penekanan pada pemilik modal dengan sistem yang pasti ditentukan di depan (pre determined) dan tidak menciptakan pembagian pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan karena besarnya porsi bunga di awal pada pembagian

Memberikan penekanan pada kepentingan publik dalam arti rate of profit dengan bagi hasil yang menciptakan pertumbuhan ekonomi dan keadilan distributif dalam pendapatan dan kekayaan masyarakat. Rate of profit dengan bagi hasil akan

Page 290: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

258  

Rate of interest Rate of profit pendapatannya. Rate of interest rate menciptakan hurdle rate yang menciptakan pengangguran karena hanya proyek dengan tingkat pengembalian di atas rate of interest saja yang dibiayai

menciptakan alokasi yang efisien (allocative efficiency) pada semua sumber daya produksi dengan porsi yang merata baik dilihat dari sisi pendapatan s}a>h}ibul ma>l/penjual maupun beban mud>arib/pembeli

Terdapatnya unsur riba> al-nasi>’ah(perhitungan tambahan di depan) dan fad}l (penambahan risk premium sebagai unsur waktu) serta praktek maysi>r (penetapan fixed rate dalam jangka panjang) dalam aplikasi rate of interest di bank konvensional yang dilarang oleh syariah sehingga banyak kemudharatan yang dihasilkan.

Tidak adanya unsur riba> al-nasi>’ah (perhitungan tambahan rate of profit dilakukan di belakang), tidak adanya riba> al-fad}l (dengan melakukan mark to the market di sektor riil terhadap tambahan) dan bersifat circular (penetapan rate of profit bersifat disesuaikan dengan business cycle dan tidak fixed dalam jangka panjang) sehingga sesuai dengan tujuan kemaslahatan yang ingin dicapai.

Selain perbedaan yang dijelaskan di atas, terdapat kesamaan antara

bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi: 1) Kesamaan metode perhitungan keuntungan proyek yang

berdasarkan proyeksi pendapatan dan biaya pada masa yang akan datang, dalam mencari nilai rate of return suatu proyek atau dalam mencari nilai Internal Rate of Return nya (IRR). Teknik ini dengan nama lain sudah ditentukan aturannya oleh BI dalam SE BI No.15/26/DPbS101 tentang Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah dengan nama yang masih konvensional yaitu Effective Interest Rate (EIR)102, sesungguhnya teknik ini adalah IRR seperti yang telah dijelaskan dalam buku-buku teori keuangan. Penulis lebih setuju hanya dalam metode perhitungan profitability dengan nama metode IRR karena dapat menjelaskan tentang konsep rate of profit yang pada dasarnya sama dengan rate of return di perbankan syariah yang tidak mengenal konsep rate of interest (effective interest rate).

2) Kesamaan pada perhitungan profitability yang dicari yaitu rate of return/profit berbeda pada pembebanannya yang dilakukan di depan

                                                            101 Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No.15/26/DPbS,

http:// www.bi.go.id /NR/rdonlyres /CD35474B-A0C0-49D4-ABE7-5E8A54DECC59 /29459 /SEBINo15_26_DPbSperihalPelaksanaanPAPSI.pdf (diakses 10 September 2014).

102 Effective Interest Rate (EIR) sama dengan metode Effective Rate. Lihat kembali Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), 327.

Page 291: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

259  

(ex ante) pada bank konvensional sedangkan di bank syariah belakang secara actual (ex post) berdasarkan pendapatan riil.

3) Kesamaan total angsuran dalam pembayaran secara bertahap (installment) secara nominal dapat dilakukan secara sama. Perbedaan terletak pada proporsi cicilan secara bertahap di mana bank konvensional membebankan rate of interest berdasarkan penggunaan uang (time value of money), sedangkan bank syariah berdasarkan rate of profit per putaran transaksi barang (margin) dan jasa (ujrah) per periode (economic value of time ).

Dengan konsep rate of profit berdasarkan prinsip economic value of

time ini diharapkan tujuan distribusi yang berkeadilan dalam ekonomi Islam yaitu : 1) Pemenuhan kebutuhan dasar (dalam hal investasi dan kesempatan berusaha) dapat dijamin, untuk memenuhi maqa>s}id shari>’ah yang kelima yaitu pemeliharaan terhadap harta, 2) Terciptanya distribusi pendapatan yang berkeadilan (bukan persamaan –equality) dan 3) Penghapusan perbedaan kekayaan dan pendapatan yang tajam di masyarakat dapat tercapai.103 Dengan konsep rate of profit ini, tercapai juga tujuan sosial dan ekonomi yang diharapkan dalam penerapan sistem ekonomi Islam yaitu: 1) Meningkatnya investasi dan tabungan, dengan pendapatan yang berkeadilan; 2) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya investasi; 3) Alokasi sumberdaya secara efisien melalui konsep rate of profit dengan sistem profit sharing, sehingga tercapai full employment; 4) Terciptanya kestabilan sistem keuangan/perbankan; dan 5) Terciptanya kestabilan sistem ekonomi secara keseluruhan, sehingga tujuan penarapan syariah yaitu maqa>s}id shari>‘ah terutama kemaslahatan dalam bidang ekonomi (harta) dapat diwujudkan.

7/DSN-MUI/XII/2012

Metode Pemerataan Keuntungan (Income Smoothing) dan Cadangan Pemerataan Keuntungan (Profit Equalization Reserve) Dalam Bagi Hasil

                                                            103 Muhammad Annas Zarqa, “A Normative Approach Towards

Distribution”, Second International Conferences on Islamic Economics, Islamabad, 1983, 19-23.

Page 292: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

260  

DPK

Page 293: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

261  

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa cita-cita bank syariah untuk mewujudkan distribusi pendapatan dan kekayaan yang berkeadilan sesuai tujuan ekonomi syariah belum terlaksana. Struktur penentuan rate of profit dan pembebanan pendapatan pada produk-produk aset bank syariah tidak menciptakan distribusi pendapatan yang adil (equitable distributive income) baik bagi nasabah maupun bank itu sendiri, sehingga tujuan tercapainya keadilan ekonomi dalam masyarakat (social justice) secara makro maupun mikro tidak dapat terlaksana.

Penyamaan konsep rate of profit dengan rate of interest (bunga) dan penerapan time value of money di dalam prakteknya di bank syariah pada transaksi pinjaman dan investasi telah menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem keuangan dan menurunnya distribusi pendapatan pada nasabah dana serta tingginya biaya modal pada nasabah financing. Akibatnya sesuai dengan hasil penelitian penulis, bank syariah memiliki risk profile yang sama dengan bank konvensional, sehingga tidak menciptakan equitable distribution of income (distribusi pendapatan yang berkeadilan) pada transaksi investasi di bank syariah. Praktek penggunaan rate of interest sebagai dasar penentuan rate of profit di bank syariah secara esensi telah menghilangkan sifat keadilan (justice) yang merupakan tujuan pokok syariah (maqa>shid sha>‘riah).

Dalam rangka menemukan konsep rate of profit yang menciptakan equitable distribution of income and wealth (keadilan distributif dalam pendapatan dan kekayaan), penulis menawarkan konsep rate of profit yang sesuai dengan perspektif Islam baik dari sisi kajian fikih, pendekatan teori ekonomi Islam maupun studi empiris di bank syariah, dengan harapan akan terjadi penyatuan pemikiran di kalangan ekonom Islam terhadap konsep rate of profit ini. Solusi yang utama adalah : Dengan tidak menggunakan lagi benchmark suku bunga bank konvensional dalam pricing/margin/ujrah atau rate of profit di bank

Page 294: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

262  

syariah. Tujuannya agar : (1) Industri perbankan syariah, memiliki metode yang Islami dalam penentuan rate of profit sebagai pengganti rate of interest yang selama ini digunakan sebagai benchmark (2) Konsep rate of profit yang Islami dengan prinsip economic value of time ini dapat diaplikasikan di bank syariah untuk tercapainya keadilan ekonomi melalui distribusi pendapatan berkeadilan pada transaksi investasi di produk-produk bank syariah.

Konsep rate of profit Islami yang akan menciptakan keadilan distributif pada pendapatan dan kekayaan itu adalah konsep yang menghilangkan komponen riba (baik nasi>’ah maupun fad}l) dan komponen maysir (spekulasi). Komponen riba> al-nasi>’ah dalam penentuan harga pembiayaan di bank syariah yang dihilangkan adalah komponen cost of fund yang mengikuti siklus rate of interest (suku bunga) sedangkan komponen riba> al-fad}l dan maysir yang dihilangkan adalah komponen risk premium untuk mengatasi gagal bayar (default) dan jangka waktu pembiayaan yang panjang. Secara khusus komponen maysir yang dihilangkan adalah komponen jangka waktu (uncertainty dalam pembiayaan jangka panjang) yang bersifat fixed. Sedangkan komponen overhead cost dan spread (kuntungan/rate of profit bank) tetap ada.

Berdasarkan dua pendekatan yaitu biaya dan benchmarking maka rumus rate of profit untuk pembiayaan di bank syariah dapat ditentukan dengan: 1. Pendekatan biaya adalah : GDP + OHC + ROA, dengan

penyesuaian harga sesuai siklus bisnis (metoda repricing). 2. Pendekatan benchmark di sektor riil.

Dengan melakukan pendekatan biaya yang sesuai dengan kaedah-kaedah syariah ini, maka rate of profit di bank syariah akan lebih rendah, stabil dan terdistribusi secara berkeadilan. Pendekatan benchmark dapat dijalankan dengan menggunakan index di pasar barang dan jasa di sektor riil seperti harga sewa rumah atau mobil di tingkat lokal, regional atau nasional yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah yang berwenang (BI dan OJK) secara periodik (dilakukan repricing/penyesuaian index setiap periode pengumuman index) juga secara empiris menunjukkan rate of profit yang dihasilkan lebih rendah. Rate of profit dengan pendekatan biaya maupun pendekatan index di pasar barang dan jasa secara struktural lebih rendah dibandingkan dengan rate of interest terutama dalam transaksi yang berjangka panjang karena adanya unsur risk premium. Hal-hal penting yang dapat disimpulkan adalah:

1. Distribusi pendapatan investasi di bank syariah yang menggunakan

konsep rate of profit (prinsip economic value of time) dengan pembagian yang merata antara pokok dan margin, memberikan mas}lah}ah yang lebih baik kepada bank dan nasabah, sehingga lebih berkeadilan jika dibandingkan dengan konsep rate of interest (konsep

Page 295: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

263  

time value of money) dengan pembagian yang besar untuk bunga di periode awal pinjaman di mana hal tersebut lebih menguntungkan pemilik modal yaitu bank syariah dan nasabah dana. Maslahah yang ingin dicapai ini sesuai dengan teori konsep Islam tentang waktu, yaitu bahwa dalam transaksi syariah terkandung nilai ekonomis (rate of profit) dari waktu (economic value of time).

2. Dalam rangka spending untuk investasi, konsep rate of profit dengan prinsip economic value of time ini, lebih memberikan insentif buat pengusaha baik mulai dari skala mikro hingga menengah besar, baik dengan menggunakan akad jual beli maupun akad bagi hasil. Beban biaya yang lebih kecil pada awal akad pada transaksi jual-beli dan bagi hasil yang mengikuti pendapatan/biaya yang kecil di awal usaha pada transaksi mud}a>rabah, dapat mengatasi pengentasan kemiskinan dengan memberikan kesempatan berusaha yang lebih berkeadilan melalui produk pembiayaan bank syariah ini (equitable distribution of wealth). Hal ini sejalan dengan teori Islam tentang keabsahan pengambilan profit yang disebut teori ‘iwad}.

3. Penghapusan riba dan maysir pada transaksi jual beli yang bersifat jangka panjang dengan sistem fixed rate dengan menggunakan alternatif akad MMQ (Musha>rakah Mutana>qis}ah) atau IMBT (Ija>rah Muntahia Bittamli>k) dan rate of profit yang disesuaikan dengan siklus bisnis (metode penyesuaian harga), akan menciptakan sistem keuangan syariah yang lebih stabil sehingga keadilan distributif dalam pendapatan investasi (equitable distribution of income) dapat terwujud. Pelarangan riba dan maysir ini merupakan konsep dasar transaksi Islam yang terdapat pada teori pengambilan profit yang harus berasal dari transaksi tija>rah (perniagaan) dan bukan dari transaksi tabarru’ (pinjaman dengan bunga).

4. Pricing harga produk pembiayaan syariah, yang menghilangkan 2 (dua) unsur riba dan maysir yaitu: cost of fund dan risk premium, yang bersifat ex ante (fixed dan predetermined), akan menghasilkan harga produk pembiayaan syariah yang lebih murah dan akan menciptakan kemakmuran masyarakat melalui peningkatan kesempatan berusaha dan distribusi pendapatan yang berkeadilan bagi nasabah dana investasi di bank syariah serta stabilisasi sistem ekonomi sesuai teori tujuan ekonomi Islam yaitu kemaslahatan masyarakat berupa tercapainya keadilan ekonomi (maqa>shid syariah).

B. Rekomendasi

Untuk mewujudkan sistem distribusi pendapatan dalam investasi

yang berkeadilan, maka konsep rate of profit sebagai pengganti rate of interest yang tidak berkeadilan, penulis mengemukakan beberapa rekomendasi :

Page 296: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

264  

1. Harus ada penyatuan pemikiran tentang konsep rate of profit dan aplikasinya di perbankan dan pasar keuangan syariah yang sesuai dengan tujuan maqa>shid shar>‘iah. Penulis dalam disertasi telah menawarkan konsep rate of profit dengan prinsip economic value of time yang sesuai dengan perspektif Islam dari berbagai aliran pemikiran (mazhab pemikiran ekonomi) agar dapat diaplikasikan secara luas di kalangan perbankan syariah untuk menciptakan sistem keuangan yang stabil dan terciptanya kemakmuran masyarakat melalui distribusi pendapatan yang berkeadilan melalui produk investasi bank syariah. Sistem keuangan syariah sebaiknya menggunakan sistem proporsional yang lebih maslahah jika dibandingkan dengan sistem anuitas. Aturan otoritas yang membolehkan bank syariah menggunakan sistem anuitas harus segera diakhiri.

2. Secara struktural Otoritas Moneter Bank Indonesia dapat menjadi pelopor dalam penentuan rate of profit yang Islami, agar benchmark yang digunakan Bank Indonesia ini dapat diaplikasikan di bank-bank syariah di Indonesia. Penelitian di Bank Indonesia yang mencoba membentuk benchmark berdasarkan rate of profit di sektor riil merupakan langkah maju. Usaha ini harus diikuti oleh pembuatan Peraturan Bank Indonesia tentang penentuan harga rate of profit baik untuk produk-produk berdasarkan jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>‘ dan salam serta ija>rah yang disebut sebagai margin/mark-up/ujrah dan produk-produk berdasarkan akad bagi hasil seperti musha>rakah dan mud}a>rabah dalam penentuan nisbah bagi hasil dari pendapatan pembiayaan bank syariah. Di bank konvensional, Peraturan Bank Indonesia tentang perhitungan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, di mana setiap bank konvensional diwajibkan untuk memiliki metodologi dalam perhitungan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bagi nasabah kreditnya. Di Indonesia, Islamic benchmark sampai saat ini belum terbentuk. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang penentuan Prime Financing Rate di bank syariah.

3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dapat membuat peraturan yang tegas tentang metode pembebanan rate of profit pada produk-produk berdasarkan akad jual beli, yaitu dengan metode proporsional yang sesuai dengan kaedah syariah. Penggunaan rate of interest secara masif pada rate of profit/margin/mark-up produk mura>bah}ah dan ija>rah telah membuat risiko pengelolaan net income yang merupakan hasil dari asset-liability management di bank syariah lebih berisiko jika dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini disebabkan karena di bank konvensional rate of interest-nya dapat dilakukan penyesuaian (repricing) sesuai perkembangan suku bunga pasar, sementara dalam produk mura>bah}ah, rate of profit

Page 297: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

265  

yang ditentukan dalam jangka panjang tidak bisa di-reprice ke atas dalam keadaan tren suku bunga yang meningkat. Dengan adanya ketentuan pelaporan risk profile dengan memasukkan unsur risiko pasar yang berasal dari sifat rate of profit sebagai kategori risiko tinggi (high) maka bank syariah tersebut dapat melakukan perbaikan risk profile-nya dengan menggunakan akad-akad lainnya untuk transaksi jangka panjang seperti IMBT dan MMQ dengan rate of profit yang dapat di-reprice. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ,dapat mengeluarkan aturan tentang penerbitan obligasi syariah (sukuk) di pasar keuangan syariah dengan memberikan aturan-aturan yang ketat untuk sukuk dengan akad-akad jual beli seperti mura>bah}ah, istis}na>‘, salam dan ija>rah terutama untuk sukuk dengan jangka waktu yang sangat panjang. Hal ini disebabkan sukuk-sukuk dengan kupon berupa margin dan ujrah dengan struktur fixed dalam jangka panjang, memiliki duration (alat ukur stabilitas harga obligasi) yang sangat besar sehingga stabilitas harga obligasi dan pendapatan yang diterima investor (masyarakat) secara relatif menjadi lebih rendah dibandingkan investasi lainnya dengan kupon berdasarkan variable rate.

4. DSN-MUI juga dapat mengeluarkan fatwa tentang rate of profit ini secara detil untuk penggunaanya dalam akad-akad yang terutama berdasarkan akad jual-beli dan sewa menyewa dengan margin fixed dan berjangka panjang. Bank syariah dilarang melakukan penambahan tanpa ‘iwad} (riba al-fad}l) dan tambahan risk premium (maysir) untuk jangka waktu dalam komponen perhitungan rate of profit.

Page 298: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

266  

Page 299: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

267  

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdul Aziz Dahlan (ed.). Ensiklopedi Islam . Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Abdul-Rahman, Yahia. The Art of Islamic Banking and Finance; Tools & Technique for Community-Based Banking. New Jersey: John Wiley & Sons, 2010.

Abu Zahra, Muhammad. Buhuth fi al-Riba. Kuwait : Da>r al-Buhuth al ‘Ilmiyah, 1970.

Adam, Alexandre. Handbook of Asset and Liability Management; from Models to Optimal Return Strategies .John Wiley & Sons, 2007.

Ahmad, Abu Umar Faruq. Developments in Islamic Banking Practice: The Experience of Bangladesh. Boca Raton, Florida: Universal Publisher, 2010.

Ahmad, Khursid and Na‘im Siddiqi. Contemporary Economic Crisis and the Economic Policy of Islam. Lahore: Shu‘ubah Nashr-o-Isha>’at, 1970.

Alim, Emmy Abdul. Global Leaders in Islamic Finance: Industry Milestones an Reflections. Singapore: John Wiley & Sons, 2014.

Antonio, Muhammad Syafe’i. Bank Syariah dari teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Aschheim Joseph and Cheng-Yao Hsieh, Agregate Theory and Policy: Macroeconomics: Income and Monetary Theory. London: John Wiley and Sons, 1969.

Askari, Hosein, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor. New Issues in Islamic Finance and Economics: Progress and Challenges. Singapore: John Wiley & Sons, 2009.

Page 300: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

268  

Askari, Hossein, dkk. The Stability of Islamic Finance: Creating a resilient Financial Environment for a secure future. Singapore: John Wiley & Son Finance, 2010.

Askary, Hossein. The Stability of Islamic Finance. London : Wiley, 2010.

al-‘Asqala>ni>, Ima>m al-Ha>fiz} Ahmad ibn ‘Ali> ibn Hajar. Fath} al-Ba>ri> Sharh} S}ah}i>h} al-Bukha>ri>. Cairo: Da>r al-Riya>n al-Tura>th, 1986. Juz ke-13.

Badan Sertifikasi Manajemen Risiko. Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation: Work Book Level 2. Jakarta: Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.

Ba>qir al-S}adr, Muhammad. Iqtisa>duna>. Beirut: Da>r al-Fikr, 1961

Al-Ba>ji> al-Andalusi>, Abu> al-Wali>d Sulayma>n ibn Khalaf ibn Sa‘ad. Al-Muntaqa> Sharh} al-Muwat}t}a’. Juz V. Bayru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1332 H.

Al-Bukha>ri>, Muhammad Isma>‘i>l. S{ah}i>h} al-Bukha>ri> . Da>r T{u>q al Naja>h, 1422 H. Juz 9.

Bawerk, Bohm. The Positive Theory of Capital , trans. by W. Smart. London : Macmillan ,1889.

Bessis, Joel. Risk Management In Banking (Third Edition), Chicester, West Sussex, England: John Wiley and Sons Ltd, 2010.

Billah, Mohd. Ma‘sum Billah. Modern Transaction Under Shariah. Selangor: Ilmiah Publishers, 2003.

Choudhury, Masudul Alam. Money in Islam: A Study in Islamic Political Economy. London : Routledge,1997.

-------------, Monetary System with 100 per cent Reserve Requirement and The Gold Standard, in An Advanced Exposition of Islamic Economics and Finance. Wales : The Edwin Melten Press, 2004.

Cihak, Martin and Heiko Hesse, Islamic Banks and Financial Stability: An Empirical Analysis. Kuala Lumpur: International Monetary Fund Working Paper, 2008.

Damodaran, Aswath. Corporate Finance: Theory and Finance. New York: John Wiley & Sons, 2001.

----------, Investment Valuation Tools and Techniques for Determining the Value of Any Asset. Canada: John Wiley & Sons, 2002.

Page 301: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

269  

Dass, S. “Proffessor J.A. Schumpeter on Economic Development” in John C. Wood (ed.). Joseph Alois Schumpeter; Critical Assessments. Psychology Press, 1991.

Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Jakarta, 2005.

DiVanna, Joseph A. Understanding Islamic banking; The Value Proposition that Transcends Cultures. Cambridge, Leonardo and Francis Press, 2006.

Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Djazuli, H. A. Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis. Jakarta: Kencana, 2006.

El Tiby, Amr Mohamed. Islamic Banking: How to Manage Risk and Improve Profitability . New Jersey: John Wiley and Sons, Inc., 2011.

El-Gamal, Mahmoud A. Islamic Finance: Law, Economics and Practice. New York : Cambridge University Press, 2006.

Faisal Islamic Bank of Egypt, Aqd Bay al-Murabaha. Cairo: Faisal Islamic Bank of Egypt, t.th.

Fisher, Irving. The Theory of Interest. New York: Macmillan Company, 1930. Chapter 2.

----------, The Theory of Interest. New York: August M. Kelley Publisher, 1965. Reprinted from the 1930 edition.

George Soros, The Crisis of Global Capitalism. New York Public Affairs, 1998.

Ghazanfar, S.M. Medievel Islamic Economic Thought: Filling the “Great gap” in European Economics. London: Routledge Curzon, 2003.

Hammad, Nazih. Mu‘jam al-Mus}talah}a>t al-Iqtis}a>diyyah fi> Lughah al-Fuqaha>’, The International Institute of Islamic Thought .Jeddah: OIC, t. th.

Hanif, Muhammad. Islamic Banking Financial Reporting Perspective. USA, CPSIA, 2011.

Hansen, A.H. Monetary Theory and Fiscal Policy. New York: McGraw Hill, 1949.

Page 302: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

270  

Hasan, Zubair. Introduction to Microeconomics an Islamic Perspective. Selangor: Pearson Prentice Hall, 2006.

Al-Hasani, Baqir and Abbas Mirakhor. Essays on Iqtisad: The Islamic Approach to Economic Problem. Silver Spring, USA: Nur Corp, 1989.

Hawley, F.B. Enterprise and the Productive Process. New York: G.P. putnam’s Sons, 1907.

Ibn H}azm. Al-Muhalla>. Kairo: Al-Maktabah al-Muniriyyah, 1947.

Hempel, George H., Donald G. Simonson and Alan E. Coleman, Bank Management; Text an Cases .New York: John Wiley & Sons, 1994. Fourth Edition.

Hicks, J.R. Value and Capital. Oxford : Clarendon Press, 1946.

Hidayat, Mohamad. An Introduction to The Sharia Economic; Pengantar Ekonomi Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2010.

Hosen, Nadratuzzaman, Maulana Hadanuddin dan Hasan Ali. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Jakarta : Pusat Komeunikasi Ekonomi Syariah, 2009. Ismail, Manajemen Perbankan, 145-146.

Hubbard, Glenn and Anthony Patrick O’Brien, Money, Banking, and the Financial System. Boston: Pearson, 2012.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007.

Huda, Nurul, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008.

Isla>hi>, ‘Abd al-‘Azi>m. Economic Concepts of Ibn Taymiyah. UK: The Islamic Foundation, 1988.

Ismail, Manajemen Perbankan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010.

Ismail, Abdul Ghaffar. Money, Islamic Banks and the Real Economy. Kuala Lumpur: Cangeage Learning, 2010.

Ismal, Rifki. The Indonesian Islamic Banking: Theory and Practices. Jakarta: Gramata Publishing, 2011.

Jamaldeen, Faleel. Islamic Finance for Dummies. New Jersey : John Wiley and Sons, 2012.

Al-ja>ziri, ‘Abd al-Rahma>n. Al-Fiqh ‘ala> Madha>hib al-Arba‘ah . t.t.; t.p, 1969.

Page 303: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

271  

----------, Kitab al Fiqh ‘ala> al Maza>hib al Arba‘ah. Bayru>t: Da>r al Kutub al ‘Ilmiyah, 1990, Juz. III.

Jhingan, M.L. Advance Economic Theory: Micro and Macro Economics. New Delhi: Vikas Publishing House PVT, LTD, 1979.

Josept A. DiVanna, Understanding Islamic Banking; The Value Proposition that Transcends Cultures ,18.

Kaelan. Metodologi Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma, 2005.

Kahf, Monser. A Contribution to the Study of Economics of Islam. Utah,USA: University of Utah, 1973

Kalecki, Michael. “The Principle of Increasing Risk” in Kregel, J.A. Rate of Profit, Distribution and Growth: Two Views. New Brunswick (U.S.A.) and London (U.K.),1971.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009. edisi III.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.

----------, Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Edisi II.

Kashmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo, 2009.

Kettel, Brian Introduction to Islamic Banking and Finance. Chichester, UK: John Wiley and Sons, 2011.

Keynes, John Maynard. A Treatise on Money. New York: Macmillan, 1930.

Keynes, John Maynard. The General Theory of Employment, Interest and Money. New York: Harcourt, Brace & World Inc, 1964.

Khan, M. Fahim. Essays in Islamic Economic Leicester, UK: The Islamic Foundation, 1995.

Khan, Mohsin S. and Abbas Mirakhor. The Framework and Practice of Islamic Banking: Theoritical Studies in Islamic Banking and Finance. North Haledon: Islamic Publication International, 1987

Page 304: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

272  

Khan, Muhammad Akram. Islamic Economic: The State of The Art in Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics. Kuala Lumpur: CERT Publications, 2007.

Knight, Frank H. Risk, Uncertainty and Profit .New York: Sentry Press, 1964.

Kotler, Philip. Marketing Management Millenium Edition. New Jersey: Prentice Hall International, 2000. Tenth Edition.

Kregel, J.A. Rate of Profit, Distribution and Growth: Two Views. New Brunswick (U.S.A.) and London (U.K.),1971.

Langton, Jonathan and Cristina Trullots and Abdullah Q. Turkistani. Islamic Economics and Finance: A European Perspective. Hampshire UK: Palgrave Macmillan, 2011.

Lester C. Thurow, The Dangerous Currents: The State of Economics. New York: Random House, 1983.

Mankiw. Principles of Economics. New York: Thomson 2003.

Mannan, Muhammad Abdul. Islamic Economics: Theory and Practice, Terj. M. Nastagin, Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993.

Mark, Karl. Capital. International Publisher, 1959. http://www.marxists.org/archive/marx/works/1894-c3/ch02.htm (diakses 12 Januari 2014).

Marshall, Alfred. Principle of Economics. London: Macmillan Company, 1920.

Mawdudi, Abul ‘A’la. Al-Riba. Beirut : Da>r al –Fikr, 1970.

Metwally, Mokhtar M. Teori dan Model Ekonomi Islam, trans. M. Husein Sawit. Jakarta: Bangkit Daya Insani, 1995.

Mishkin, Frederick. The Economics of Money, Banking and Financial Market. New York: Addison Wesley Longman, 2001, Edisi ke-6.

Al-Nadwi>, Ali Ahmad. Jamharah al-Qawa>‘id al- Fiqhi>yah fi> al-Mu’amala>t al-Ma>li>yah. Riya>d}: Da>r al-Qalam, 1994. Juz I.

Nathif J. Adam dan Abdel Kader Thomas, Islamic Bonds: Your Guide to Issuing, Structuring and Investing in Sukuk (London: Euromoney Books, 2004).

Page 305: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

273  

Nejatullah Siddiqi, Muhammad. Muslim Economic Thinking: A Survey of Contemporary Literature. Leicester UK: The Islamic Foundation, 1981.

Ohlin, B. “Some Notes on Stockholm Theory of Savings and Investment” . Royal Economic Society. Vol. 47, No.186, 1937

Omar, Mohd Azmi, Muhammad Abduh and Raditya Sukmana. Fundamentals of Islamic Money and Capital Markets. Singapore: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd, t.th..

Permataatmadja, Karnaen Anwar Bank Syariah Setelah Dua Dekade: Antara Cita dan Fakta. Jakarta: Data Pustaka Indonesia, 2013.

Pindyck, Robert S. and Daniel L. Rubenfield, Microeconomics. New York: McGraw Hill, 1992.

Prihadi, Toto. Capital Budgeting and Fixed Asset Management . Jakarta: Penerbit PPM, 2013.

Ibn Quda>mah. Al-Mughni. Kairo: Da>r al-Manar, 1367 H

----------, Al-Mugni. Kairo: Maktab al-Qa>hirah, 1968, Juz ke-4 & 5.

Islahi, Abdul Azim. Economic Concept of Ibn Taimiyah. Leicester, UK, The Islamic Fondation, 1988.

Quresy, Anwar Iqbal. Islam and Theory of Interest. Lahore, India: S.M Ashraf Publ, 1946.

Raad, Amine Abi Aad dan Elias. The Battle of Islamic and Commercial Banks: Are Islamic Banks More Cost, Revenue and Profit Efficient than Commercial Banks: an Empirical Comparative Study from the Middle East .Saarbrucken, Deuscthland: Lebanese American University, 2009.

Rahman, Fazlur. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition .Chicago: The University of Chicago Press, 1982.

Rahman, Yahia Abdul. The Art of Islamic Banking and Finance: Tools and Techniques for Community-Based Banking. New Jersey : John Wiley & Sons, 2010.

Al-Rasu>l, ‘Ali Abd. Al-Maba>di’ al-Iqtis}a>diyyah fi> al-Isla>m, wa al-Bina>’ al-Iqtisa>di> li al-Daulah al-Isla>miyyah. Mesir: Dar al-fikr, t.t.

Resti, Andrea and Andrea Sironi, Risk Management and Shareholders’ Value in Banking: From Risk Measurement

Page 306: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

274  

Models to Capital Allocation Policies. Chicester, West Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd. 2007.

Ricardo, David. Principles of Political Economy and Taxation. Kitchener Ontario: Batoche Books, 1821.

Rima, Ingrid Hahne. Development of Economic Analysis. London : Routledge, 1996.

Riyadi, Selamet. Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.

Robert Heilbroner dan Lester C. Thurow, Economics Explained. New York: Simon Schuster, 1994.

Rose, Peter S. and Milton H. Marquis. Money and Capital Market Singapore: McGraw Hill, 2009.

Rosly, Saiful Azhar. Islamic Interbank Money Market : Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets . Kuala Lumpur :Dinamas Publishing, 2005.

----------, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets Kuala Lumpur : Dinamas, 2005.

Ibn Rushd. Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtasid. Bayrut: Dar al-Fikr, tp. th.

Sa’eed, Abdullah. Islamic Banking and Interest : A Study of the Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation. Leiden: E.J. Brill, 1996.

Sa>biq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Bayrut: Da>r al-Fikr, 1973. Jilid III.

Al-Sdr, Baqir. Iqtis}a>duna> Our Economics, Volume One – Part Two. Teheran, Iran: Wofis World Organization for Islamic Services, 1982.

Samuelson, Paul. Economics, 10th edition. Tokyo : MacGraw Hill, 1976.

Samuelson, Paul. The Pure Theory of Public Expenditure andAn Exact Consumption-Loan Model of Interest with or without the Social Contrivance of Money . New York : MacGraw Hill, 1958.

Senior, N.W. An Outline of the Services of Political Economy. New York: Kelley, 1938.

Page 307: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

275  

Siddiqi, Nejatullah. Issues in Islamic Banking. Leicester: The Islamic Foundation, 1994.

Sukirno. Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995. Cet. ke-3.

Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008.

Swasono, Sri Edi. Kembali ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Neoliberalisme. Jakarta: Yayasan Hatta, 2010.

-----------. Ekspose Dinamika Mewaspadai Globalisasi dan Pasar Bebas. Yogyakarta: Pustep-UGM, 2010.

-----------. Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial Dari Klasikal dan Neoklasikal Sampai ke The End of Laissez-Faire. Jakarta: Perkumpulan PraKarsa, 2010.

Al-Syaibani, al-Khatib. Mughni al-Mukhtaj. Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1994.

Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Thornton, Henry. An Inquiry Into the Nature and Effects of the Paper Credit of Great Britain, edited by F.R. von Hayek. New York: Rinehart, 1965.

Toutounchian, Iraj. Islamic Money and Banking: Integrating Money in Capital Theory. Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd, 2009.

Ul-Haque, Nadeem dan Abbas Mirakhor. The Design of Benchmarks for Asset Pricing in New Issues in Islamic Finance and Economic: Progress and Challenge. Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd, 2009.

Usmani, Muhammad Imran Asraf. Meezanbank’s Guide to Islamic Bank. Karachi Pakistan: Darul Ishaat, 2002.

Usmani, Muhammad Taqi. An Introduction to Islamic Finance. Karachi, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an. 1998.

Uzair, Muhammad. Studies in Islamic Economis: Some Conceptual and Practical Aspects of Interest Free Banking. Leicester: The Islamic Foundation, 1980.

Van Greuning, Hennie and Zamir Iqbal. Risk Aanalysis for Islamic Bank. Washington: World Bank, 2008.

Page 308: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

276  

Vogel, F.E. and S.L. Hayes III. Islamic Law and Finance: Religion, Risk and Return. London: Kluwer Law International, 1998.

Wahyudi, Imam, dkk. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Mumalat Institute, 2013.

Warde, Ibrahim. Islamic Finance in the Global Economy. Edinburgh: Edinburgh University Press, 2000

Wicksell. Johan Gustaf Knut. Interest and Prices (Geldzins und Guterpreise) A Study of the Cause Regulating the Value of Money, translated by R.F. Kahn. New York: Sentry Press, 1962.

Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia, 2005.

Wiyono, Slamet dan Taufan Maulamin. Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia: Aplikasi pada Entitas Perbankan Syariah, Takaful, Entitas Syariah lainnya dan Entitas Konvensional yang Melakukan Transaksi Syariah. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012.

Zahra, Muhammad Abu. Buhuth fi al-Riba. Kuwait: Da>r al-Buhuth al ‘Ilmiyah, 1970.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Mu‘a>malah al-Ma>liyyah al-Mu‘a>s}irah. Bayru>t: Da>r al-Fikr, 2002.

----------, Islamic Jurisprudence and It’s Proof, Beirut: Dar al-Fikr, 2003.

----------, Al-Fiqh al-Isla>mi wa Adillatuhu. Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1989.

Jurnal, Artikel, Majalah, Koran dan Tesis/Disertasi.

Annisa, Arna Asna. “Penetapan Harga Jual Produk Murabahah Studi Kasus di BMT Rama Salatiga”. e-Journal STAIN Salatiga, www.e-journal.stainsalatiga. ac.id/index…/31.

El-Ashkar, Ahmad Abdel Fattah “Towards an Islamic Stock Exchange in a Transitional Stage”, Islamic Economics Studies, Vol. 3, No. 1, Islamic Research and Training Institute. http://www.irti.org/irj/go/km/docs/ documents/IDBDevelopments /Internet/English/IRTI/CM/downloads /IES_Articles/Vol%203-1. El-Ashkar. TOWARDS %20 AN %20 ISLAMIC %20 STOCK%20 EXCHANGE.pdf. (diakses 25 Desember 2013).

Page 309: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

277  

Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah”, http://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/ Pages /pbi_ 101108. aspx (diakses 20 Januari 2013).

----------. “Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/7/Pbi/2004 Tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia: Gubernur Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/id/ peraturan/ arsip- peraturan/ Moneter2004/PBI-6-7-04.pdf (Diakses 20 Januari 2013).

---------. Krisis Global dan Penyelematan Sistem Perbankan Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia, 2010, httt://www.bi.go.id. (Diakses 8 agustus 2014)

Bashir, Abdel Hameed M. “Determinants of Profitability and Rate of Return Margins in Islamic Banks: Some Evidence from the Middle East,” Seventh Annual Conference in Amman, Jordan, 2000. www.erf.org.eg /CMS/uploads /pdf /1185358321 _finance4.pdf.

Biro Pusat Statistik, “Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia”, www.bps.go.id/tab_sub/view.php?Tabel=&daftar= 1&id_ subyek= 03&notab = 7. (Diakses 18 Mei 2014).

Belouafi, Ahmed. “Asset and Liability Management of an Interest Free Islamic Bank,” Disertasi, Management School, University of Sheffield, United Kingdom, 1993.

Chapra, Muhammad Umer. “Monetary Management in an Islamic Economy”. Islamic Economic Studies Journal, vol 4, No.1, (1996), 16.

Choudhury, Masudul Alam. “Generalized Theory of Islamic Development Financing”, Managerial Finance, vol. 19, number 7. London: The Edwin Mellen Press, 1997.

Clark, John Bates. The Distribution of Wealth; A Theory of Wages, Interest and Profits. London: The Macmillan Company, 1908. http://digamo.free.fr/clark99.pdf (diakses 9 Agustus 2014)

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa”, Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 62/DSN-MUI/XI/2007 tentang Akad Ju’alah, http://www.dsnmui.or.id/index. php?mact= News,cntnt01, detail,0& cntnt01. ( diakses 15 Februari 2014).

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak

Page 310: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

278  

Ketiga”, http://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid =96&cntnt01origid=36&cntnt01detailtemplate= Fatwa&cntnt01 returnid=15&cntnt01returnid=15.

El Diwany, Tarek. Step by Step You Shall Follow Them, Education Exchange and Dinar Exchange Meeting, 30 April 2004, available at http://www.dinar-exchange.co.uk/index.php?page=April_2004.

Djamil, Fathurrahman. “Riba dan Bunga Bank : Perspektif Fikih,” Peta Potensi Ekonomi Muhammadiyah. Jakarta: Muntaz Wico, 2012.

El Gari, Mohamed Ali “Towards An Islamic Stock Market”, Islamic Economics Studies, Vol. 1 No. 1, IRTI-IDB, (Desember 1993), http://www.irti. org.irj/go /km/docs/documents/IDB ( diakes 15 Mei 2010).

Haron, Sudin and Norafifah Ahmad. “The Effects of Conventional Interest Rates and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaysia,” International Journal of Islamic Financial Services Vol 1. No. 4, 1999, http://www.iiibf.org/journal.html.

Institute of Islamic Banking and Insurance, Prohibition of Gharar, Maysir and Riba”, http://www.islamic-banking.com/prohibition_ of_ gharar _ masir_ riba. aspx (diakses 20 Juli 2011).

Kahf, Monzer. “Time Value of Money and Discounting in Islamic Perspective”, Review of Islamic Economics, Vol.3, No.2, (1994), 31-38.

Kamali, Muhammad Hasyim. “Tas’ir (Price Control in Islamic Law)”, in “The American Journal of Social Sciences” Vol. II, Spring, No. 1, (1995).

Karim, Adiwarman A. Paper Seminar on Small Medium Enterprise Islamic Financing in Ankara Turkey. June 13-14, 2011.

Khan, Mohsin and A. Mirakhor, The Financial System and Monetary Policy in an Islamic Economy, Journal of Reasearch in Islamic Economics, Vol. 1 (1989), http://www.kau.edu.sa/Files/320/Researches/51007_21144.pdf

Page 311: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

279  

Mankiw, N. Gregory. Robert M. Beren Professor of Economics,, Biography, http://scholar.harvard.edu/mankiw/content/biography-60 (Diakses 17 Desember 2013).

Meera, Ahamed Kameel Mydin and Dzuljastri Abdul Razak, “Home Financing through the Musharakah Mutanaqisah Contracts: Some Practical Issues”, Islamic Economics: Journal of King Abdul Aziz University , Vol 22 No.1, 3-25, 2009

Metwally, Mokhtar M. “The Role of the Stock Exchange in an Islamic Economy”, Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol 2, No. 1 (1984), http://islamiccenter. kau.edu.sa /arabic/Magallah/Pdf/Old-2-1/MMetwally-12.pdf (diakses 25 Desember 2013).

Mirakhor, Abbas. The Equilibrium in a Non Interest Economy, International Monetary Fund Working Paper, WP/88/111 (1988).

Mokhtar M. Metwally, “The Role of the Stock Exchange in an Islamic Economy.” Journal of Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz University, Vol 2, No. 1 (1984), http://islamiccenter. kau.edu.sa /Arabic /Magallah /Pdf/Old-2-1/MMetwally-12.pdf (diakses 12 Februari 2013).

Omar, Mohd Azmi, Azman Md Noor and Ahamed Kameel Mydin Meera. “Islamic Pricing Benchmark,” Research Paper, No. 17, 2010. www.ipublication.isra.my/category-82128.html

Rab, Hifzur and Syeda Anjum. “Financial interest causing problems of monetary transmission as evaluated by the Islamic Alternative”, Humanomics, Vol. 27, No. 3, (2011), 184-200.

Rahman, Fazlur. “Riba and Interest”, Islamic Studies, Volume 3, No.1, 1964.

Rosly, Saiful Azhar and Sanusi Mahmood, “The Application of Bay’al-inah and Bay al-dayn in Malaysian Islamic Bonds: An Islamic Analysis”, International Journal of Islamic Financial Services, Vol.1, No.2, Jul-Sep 1999 (http://www.islamic-finance. net/ Journal.html).

Saadallah, Ridha. “Concept of Time in Islamic Economics”, Islamic Economic Studies, IRTI, Vol.2 No.1, 1994.

Page 312: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

280  

Shaikh, Salman. “Corporate Finance in an Interest Free Economy:Al alternate approach to practiced Islamic Corporate Finance,” Munich Personal RePEc Archive (MPRA), No. 19459, (2009), http://mpra.ub.uni-muenchen.de/19459/1/ MPRA_paper_19459.pdf.

Sharpe, Willian F. Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk, ”Journal of Finance,” Vol. 19, No. 3, 425. http://web.cenet .org.cn /upfile/ 17485.pdf.

Smith, Adam. An Inquiry Into the Nature and Cause of the Wealth of Nations, An Electronic Classic Series Publication. Chapter 9, 85, http://www2. hn.psu.edu /faculty/jmanis/adam-smith/wealth-nations.pdf (diakses 17 November 2013).

Sraffa, Piero. Production of Commodities by Means of Commodities : Preclude to a critique of Economic Theory ( Bombay: Vora & Co., Publishers PVT.LTD, 1960), 6 http:// laprimaradice.myblog.it /media /02/02/ 2829581832. pdf ( Diakses 15 Mei 2013)

Swasono, Sri Edi. “Koperasi dan Ekonomi Humanistik”. Kompas, 15 Agustus 2013.

------------. “Ekonomi Islam dalam Pancasila”. Annual Meeting of Indonesian Economics Experts Association , Surabaya, tanggal 1-3 Agustus 2008.

Tomkins, Cyril and Rif’at Ahmed Abdul Karim. “The Shariah and its Implications for Islamic Financial Analysis : An Opprtunity to Study Interactions Among Society, Organization and Accounting,” The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 4, No. 1, (1987). http://www.financeinislam.com/article/1 39/ 1/420.

Von Neumann, J. “A Model of General Economic Equilibirium”, The Review of Economic Studies, Vol. 13, No. 1 (1946), http://stevereads.com /papers_to_read/a_model_of_general_economic_equilibrium.pdf (diakses 17 Mei 2013), 2.

Wahyudi, Imam dan Fenny Rosmanita. “Pasar Uang Syariah Instrument Formal yang Tak Formal” dalam Indonesia Shari’ah Economic Outlook (ISEO) 2011. Jakarta: PEBS-FEUI, 2011.

Walker, F. A. “The Doctrine of Rent, and the Residual Theory of Wages”. Quartely Journal of Economics, Vol 5, 417-437.

Page 313: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

281  

Wicksell. Johan Gustaf Knut. Lectures in Political Economy, trans. E. Classen. London: Routledge & Sons, Ltd., 1934. Reprinted 1977. https://mises.org/books/LPEvol1.pdf

Website

http://www.ruf.rice.edu.

http://www. britannica.com

http://www.bi.go.id

http://www.biografiteladan.blogspot.com

http://www.bps.go.id

http://www.dinar-exchange.co.uk.

http://www.dsnmui.or.id.

http://www.econ.berkeley.edu.

http://www.econlib.org

http://www.e-journal.stainsalatiga. ac.id.

http://www.erf.org.eg.

http://www.financeinislam.com

http://www.ifresource.com.

http://www.igi-global.com.

http://www.iiibf.org.

http://www.imf.org.

http://www.inceif.org.

http://www.ipublication.isra.my.

http://www.irtipms.org.

http://www.islamiccenter. kau.edu.sa.

http://www.islamic-finance.net.

http://www.marxists.org.

http://www.mediabpr.com.

Page 314: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

282  

http://www.mpra.ub.uni-muenchen.de

http://www.museumbiografi. blogspot.

http://www.news.uchicago.edu.

http://www.plato.stanford.edu.

http://www.profil.merdeka.com.

http://www.ruf.rice.edu.

http://www.scholar.harvard.edu.

http://www.stevereads.com

http://www.web.cenet .org.cn

http://www.web.mit.edu.

http://www2. hn.psu.edu

http://www-history.mcs.st-and.ac.uk.

http://www-history.mcs.st-and.ac.uk.

http://www.m.tribunnews.com

Page 315: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

283  

GLOSSARY Average Return on Asset (AROA)

Rasio dari keuntungan dibagi dengan rata-rata asset yang dikelola

Asset Aktiva produktif yang meliputi pembiayaan yang diberikan, surat-surat berharga, penempatan dana antar bank lain, baik dalam negeri maupun luar negeri, dll.

Asset Allocation Funds Membedakan dana yang masuk berdasarkan jangka waktu dan perbedaan potensi penarikan, serta struktur asset disesuaikan berdasarkan pada struktur dana. Untuk Giro dan Tabungan yang berjangka waktu pendek maka penggunaaanya untuk asset berjangka waktu pendek misalnya pinjaman rekening koran dan pinjaman dengan jangka waktu paling lama 1 tahun.

Asset and Liability Management (ALMA) Proses planning, organizing, actuating dan controlling untuk mendapatkan penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan permodalan (equity), pemupukan dana (funding), penggunaan dana (asset).

bay’ al ‘inah Jual beli di mana seseorang menjual suatu barang dengan harga tertentu secara kredit lalu ia kembali membelinya dari pembeli dengan harga yang lebih sedikit secara kontan.

bay’ mu’ajjal Jual beli yang barangnya diserahkan di

awal, tetapi pembayarannya dilakukan kemudian dengan cara mencicil atau sekaligus.

Page 316: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

284  

Base Lending Rate (BLR) Formula untuk menghitung besarnya bunga / jasa pinjaman kepada para Debitur pada perusahaan jasa keuangan.

Cost of Loanable Fund (COLF) Biaya yang harus dikeluarkan oleh bank atas dana yang dihimpun, seperti simpanan dan simpanan berjangka setelah memperhitungkan dana yang menganggur seperti cadangan wajib yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

compounded interest atau bunga majemuk yaitu bunga yang dihitung atas jumlah pinjaman pokok ditambah bunga yang diperoleh sebelumnya.

cost of funds Biaya yang harus dikeluarkan oleh bank

atas dana yang dihimpun, seperti simpanan dan simpanan berjangka sebelum memperhitungkan dana yang menganggur.

Consumer Price Index (CPI)

Nomor indek yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household).

Deposito mud}a>rabah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank, di mana bank bertindak sebagai muda>rib dan nasabah sebagai s}a>hibul ma>l. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah, modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan hutang, bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak diperkenankan mengurangi keuntungan.

Page 317: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

285  

discount rate Rate yang digunakan untuk menentukan harga sekarang (present value) dari suatu arus kas di masa yang akan datang (future value)

 dues of idle funds Pengenaan pajak terhadap aset produktif

yang menganggur yang bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.

Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga yang diterima oleh bank. FDR digunakan untuk bank syariah sedangkan untuk bank konvensional digunakan LDR (Loan to Deposit Rasio).

Gross Domestic Product (GDP)

Pendapatan nasional yang dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun.

gharar Melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya.

Ija>rah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) Akad penyaluran dana untuk pemindahan

hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa.

Ija>rah Akad penyaluran dana untuk pemindahan

hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa

Page 318: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

286  

(ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.

Internal Rate of Return (IRR)

Sebuah ukuran anggaran modal yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan apakah mereka seharusnya melakukan investasi atau tidak atau sebuah tarif bunga untuk sebuah investasi yang berasal dari pembayaran dan pendapatan yang meliputi periode reguler.

Investment-Saving (IS) adalah pasar barang. kurva IS menggambarkan investasi dan simpanan, variabel independen yang mempengaruhi adalah tingkat suku bunga sedangkan variabel dependen yang mempengaruhi adalah tingkat pendapatan (income level)

Islamic Benchmark Benchmark tersendiri yang akan digunakan dalam pasar keuangan syariah yang tidak menggunakan suku bunga sebagai patokan.

istis}na Jual beli yang pembayarannya dilakukan

secara bertahap (mencicil) dan barang diserahan pada akhir periode yang dijanjikan.

ju‘alah Janji memberikan imbalan tertentu atas

pencapaian hasil yang telah ditentukan dari suatu pekerjaan. Seperti reward bagi orang yang mengembalikan property atau binatang yang hilang.

kafa>lah Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain.

Dalam lembaga keuangan biasanya digunakan untuk membuat garansi atas suatu proyek (performance bond), partispasi dalam tender (tender bond) atau pembayaran lebih dahulu (advance payment bond).

Page 319: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

287  

Kuala Lumpur Interbank Offered Rate (KLIBOR)

Harian referensi suku bunga di mana bank menawarkan untuk meminjamkan dana tanpa jaminan kepada bank lain di pasar uang di Malaysia (money market di Kuala Lumpur)

Loan to Deposit Ratio (LDR) Perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR digunakan untuk bank konvensional sedangkan untuk bank syariah digunakan FDR.

liability Sisi pasiva yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu Dana Pihak Pertama yang berasal dari pemilik dan laba bank, Dana Pihak Kedua yang dapat diperoleh melalui pasae uang serta Dana Pihak Ketiga yang berasal dari masyarakat berupa giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, setoran jamnan

London Interbank Offered Rates (LIBOR) Suku bunga yang bank-bank utama di London bersedia untuk saling meminjamkan eurodollar (eurodollars) LIBOR digunakan untuk menentukan suku bunga rata-rata pinjaman antar bank di London yang ditetapkan berdasarkan suku bunga yang ditawarkan oleh 16 bank anggota British Bankers Assodation.

Liquidity Money (LM) atau Liquidity preference Money supply adalah pasar uang. Kurva LM menggambarkan preferensi likuiditas (demand for money) dan supply uang (money supply), variabel independen yang mempengaruhi adalah tingkat pendapatan sedangkan variabel dependen yang mempengaruhi adalah tingkat suku bunga.

Page 320: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

288  

maqa>s}id shari>‘ah Maksud atau tujuan disyariatkannya hukum Islam untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.

mark to market Suatu metodologi untuk menentukan harga yang adil dari suatu produk atau jasa berdasarkan nilai pasar yang riil dalam pasar terbuka.

maysi>r Memperoleh sesuatu dengan sangat mudah

tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja atau setiap aktivitas yang mengandung pertaruhan, di mana pemenang akan mengambil semua taruhannya dan yang kalah akan kehilangna taruhannnya.

Mud}a>rabah Bentuk masdar dari d}a>raba yud}a>ribu mud}a>rabah berasal dari kata d}arb - fi al ard} dengan makna sa>fara yang berarti pergi, bermigrasi dalam arti bepergian dalam urusan dagang.

Mura>bah}ah Jual beli dengan harga pokok ditambah

dengan keuntungan yang diketahui. Net Interest Income (NIM)

Perbandingan antara pendapatan margin bersih terhadap rata-rata asset produktif.

Overhead Cost (OHC) Biaya-biaya tetap yang timbul dan jumlahnya

tidak tergantung pada jumlah dan jenis dana yang dihimpun. Contoh overhead cost adalah: biaya gaji/ upah,biaya penyusutan, biaya listrik, air dan telepon, dan sebagainya.

Profit Equalization Reserve (PER)

Cadangan keuntungan operasional yang disisihkan sebelum dibagikan kepada bank dan nasabah dana untuk mengurangi fluktuasi tingkat keuntungan bank dan nasabah

Pool of Funds Penggabungan seluruh dana yang dapat diinvestasikan kepada satu kesatuan dana yang dikelola sehingga memungkinkan

Page 321: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

289  

seluruh pos pendapatan dan biaya dibagihasilkan kepada pemegang saham dan pemilik rekening investasi.

Pt /Po Rasio harga antara future price dan present price atau harga bayar tangguh.

Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Kegiatan pinjam meminjam dana antara satu

bank dengan bank lain. rate of interest Tingkat bunga yang diambil dalam transaksi

pinjaman di bank konvensional baik pada produk asset maupun produk liability.

rate of profit Tingkat keuntungan pada transaksi di

perbankan syariah yang bebas bunga baik pada produk asset maupun produk liability.

rate of return Tingkat imbal hasil dari suatu investasi pada

produk keuangan. riba al-fad}l Tukar menukar uang atau jual beli uang

dengan uang (bay al-nuqu>d bi al-nuqu>d) atau makanan dengan makanan. Keharamannya berdasarkan sunnah dan ijma’

riba Kelebihan atau penambahan. Dari sisi

ekonomi berarti surplus pendapatan yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebahagian modalnya selama periode waktu tertentu.

Return on Asset (ROA)

Perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset.

Return on Equity (ROE) Perbandingan antara laba setelah pajak (net income) dengan rata-rata equitas (average equity) atau investasi para pemilik bank.

Page 322: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

290  

Rate of Investment (ROI) adalah rasio laba bersih terhadap biaya.

Rate Sensitive Asset (RSA) Seluruh asset bank yang menghasilkan, yang

sensitif terhadap perubahan suku bunga. Rate Sensitive Liability ( RSL) Seluruh liabilities bank yang sensitive

terhadap perubahan bunga. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) atau Prime Lending Rate (PLR)

Suku bunga dasar yang digunakan oleh Bank sebagai acuan dalam penentuan suku bunga kredit Rupiah kepada debitur.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) Sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek (satu minggu sampai satu bulan) dengan prinsip wadiah.

shirkah ‘ina>n Kerjasama antara dua orang atau lebih di

mana keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan dan kerugian sesuai dengan porsi modal masing-masing. Dalam shirkah ‘in>an ini tidak dipersyaratkan adanya persamaan jumlah tenaga maupun kontribusi tenaga yang diberikan.

shirkah abda>n/ a‘ma>l Kerjasama di mana semua persero hanya

mempunyai tenaga tidak mempunyai modal. Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR)

Harian referensi suku bunga di mana bank menawarkan untuk meminjamkan dana tanpa jaminan kepada bank lain di pasar uang Singapura (money market di Singapore)

Page 323: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

291  

Spread   Prosentase besarnya keuntungan yang

diharapkan dari pinjaman yang diberikan. Besarnya bunga pinjaman tersebut dapat dibedakan antara bunga pinjaman berdasarkan segmen pasar yang dituju. Keuntungan yang diambil pada segmen pasar usaha kecil dan mikro bisa lebih besar daripada segmen menengah dan besar tetapi tetap dengan mempertimbangkan persaingan dengan lembaga keuangan lain (bank konvensional)

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Dalam penerbitannya tidak mengenal konsep bunga melainkan konsep imbalan atau bagi hasil oleh karena itu memerlukan underlying asset sebagai dasar penerbitan dan diterbitkan dengan suatu akad.

tawa>ruk Beli dan jual tunda dengan kontrak yang melibatkan 3 party yang berbeda.

wadi>’ah Menempatkan sesuatu bukan pada pemiliknya

supaya dijaga atau memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya (titipan).

Page 324: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

293  

Page 325: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

294  

INDEK

‘ 

‘Ali Abd al-Rasu>l ............. 86, 90 

‘iwad} .... 5, 77, 85, 102, 103, 163, 179, 181, 193, 208, 209, 266 

A.H. Hansen ..................... 53, 54 

AAOIFI .................................... 7 

Abbas Mirakhor  .. 2, 7, 8, 12, 28, 

31, 33, 112, 113, 125, 133, 

134, 136, 137, 160, 161 

Abd al-‘Azi>m Isla>hi ......... 86, 87 

Abdul Mannan..... 15, 32, 90, 97, 

139 

Abdullah bin Ba>z ..................... 7 

abstinence theory of interest. 45, 46 

Abu Hani>fah ...................... 7,169 

Adam Smith .... 19, 20, 33, 43, 45 

Al Ghazali .............................. 11 

al-fad}l ...... 6, 162, 191, 197, 208, 241, 246, 262, 266 

Ali bin Abi Thalib .................. 86 

Amerika  ..  18, 19, 44, 47, 52, 61, 

62, 75, 111, 131, 148, 156, 

192 

annuity ................................. 227 anuitas  ...... 93, 95, 97, 121, 122, 

199, 227, 231, 232, 233, 234, 

235, 241, 264 

Anwar Abbas.......................... 94 

APBN ............................... 17, 25 

Aristoteles .............................. 39 

asset backed securitization ... 19,  Austrian ................................. 15 automated teller machine ... 147, 180 

bagi hasil .. 17, 21, 28, 34, 36, 49, 

67, 68, 77, 92, 104, 106, 107, 

115, 118, 123, 124, 125, 129, 

130, 131, 132, 135, 138, 141, 

145, 152, 158, 162, 170, 171, 

173, 174, 177, 182, 183, 185, 

187, 198, 199, 200, 204, 220, 

221, 222, 223, 224, 225, 226, 

232, 244, 247, 252, 256, 257, 

258, 263, 264 

bail out ................................. 156 Bangladesh  ..... 16, 33, 138, 189, 

237, 238, 247 

Bank Indonesia  ...... 3, 4, 15, 17, 

21,22, 26, 74, 80, 107, 108, 

109, 116, 117, 121, 148, 149, 

150, 156, 161, 178, 186, 187, 

203, 207, 208, 220, 221, 222, 

226, 258, 264 

Bank Negara Malaysia  .... 3, 117 

Bank Negara Monetary Notes  3, 118 

Baqir al-Sadr .......... 77, 210, 214 

Batas Maksimal Pemberian Kredit ............................... 149 

Page 326: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

294  

Bawerk ............ 43, 46, 47, 51, 55 

bay‘ naqdan ............................ 11 bay‘ al-‘inah .................... 3, 7, 8,  bay‘ al-dayn ............................. 7 benchmark  ... 6, 7, 17, 30, 31, 53, 57, 62, 72, 74, 78, 110, 111, 

112, 113, 114, 117, 119, 123, 

132, 133, 134, 136, 137, 144, 

153, 155, 172, 176, 177, 179, 

197, 199, 200, 206, 210, 216, 

241, 244, 245, 253, 255, 261, 

262, 263, 264, 266 

BNMN .............................. 3, 118 

Bohm Bawerk  ... 43, 46, 47, 54, 

58, 112, 200, 201, 202 

bonus ................ 4, 117, 142, 174 

bunga .. 1, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 

15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 

25, 26, 30, 32, 33, 34, 36, 37, 

38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 

47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 

56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 

67, 69, 70, 72, 73, 74, 75, 76, 

78, 80, 92, 93, 94, 95, 97, 98, 

99, 100, 101, 102, 106, 108, 

109, 112, 114, 115, 116, 117, 

119, 122, 123, 127, 129, 132, 

133, 134, 135, 137, 139, 144, 

145, 146, 147, 148, 151, 152, 

153, 154, 155, 156, 158, 159, 

160, 172, 175, 176, 177, 178, 

179, 180, 181, 183, 184, 185, 

186, 187, 188, 189, 190, 191, 

192, 193, 197, 198, 199, 200, 

201, 202, 203, 204, 206, 207, 

208, 211, 212, 213, 214, 215, 

216, 217, 218, 219, 221, 227, 

231, 235, 237, 239, 241, 242, 

243, 244, 245, 247, 248, 251, 

252, 253, 255, 256, 258, 261, 

262, 263, 265 

Byzantium .............................. 39 

capital  ..... 16, 18, 21, 23, 44, 45, 

50, 66, 69, 72, 73, 109, 159, 

160, 198, 220, 245 

Capital Asset Pricing Model  73, 

109 

CAPM ............... 73, 74, 109, 124 

Cato ........................................ 39 

Central Bank Musha>raka Certificates ........................... 2 

Certificates of Musharaka ....... 2 Chapra ...........125, 128, 129, 136 

Choudury…1, 15, 32, 33, 105, 

125, 127, 128, 129, 226 

circular . 105, 106, 127, 193, 207, 

218, 219, 243, 257, 258 

collateral .............................. 149 compounded . ..14, 16, 18, 23, 94, 108, 122, 139, 203, 231, 235, 

236, 240, 257 

contractum trinius ............ 41, 42 cost of capital .....   13, 43, 51, 52, 56, 109, 134, 198 

cost of fund ......   75, 76, 77, 108, 180, 207, 208, 235, 246, 253, 

256, 262, 264 

d}ama>n ..... 10, 103, 106, 110, 120, 131, 179 

Page 327: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

295  

Daniel Rubinfeld .............. 45, 52 

default risk ....... 61, 62, 149, 202 discount rate ... 13, 14, 16, 18, 94, 235 

DSN ....... ...4, 5, 28, 32, 121, 170, 

171, 173, 177, 182, 185, 198, 

266 

durable goods ....................... 152 duration gap model .............. 149 

economic value .... 16,  106, 119, 

120, 121, 122, 123, 158, 160, 

204, 205, 207, 209, 213, 214, 

218, 231, 232, 234, 240, 257, 

259, 262, 263, 264 

economic value of time ......... 35 effective rate ... 14, 80, 227, 230, 236 

Effendi Ismail Haqqi ...... 11, 181 

equitable distribution of income 23, 24, 25, 27, 32, 144, 160, 

236, 261, 264 

equitable distribution of wealth 24, 25, 27, 32, 144, 178, 235, 

239, 252, 263 

equivalent ............... 13, 102, 103 Eropa .............7, 19, 86, 111, 255 

ex ante .... 8, 9, 10, 13, 17, 24, 48, 50, 57, 65, 67, 96, 97, 114, 

118, 122, 131, 135, 138, 176, 

180, 191, 200, 201, 207, 217, 

256, 257, 259, 264 

excessive interest ................... 40 expected rate of profit . ..21, 104, 125, 132, 221, 226 

ex-post ...... .8, 31, 114, 118, 127, 221, 235, 256, 257 

Fahim Khan .... 13, 15, 18, 28, 32, 

33, 54, 122, 123, 125, 130, 

131, 132, 136 

Fathurrahman Djamil .... 25, 215, 

217, 218 

FDR ...........................5, 150, 151 

Federal Reserve ........................ 3 Financing to Deposit Ratio .... 5, 150, 151 

Fisher .......................... 47, 49, 55 

flat rate ................................... 14 Frank H. Knight ..................... 65 

full employment .... 49, 108, 160, 198, 259 

Galbraith ................................ 83 George Soros .......................... 83 ghaban fa>hish ......................... 10 ghurm ..... 10, 103, 106, 110, 120, 

131, 179, 196, 197 

Giro Wajib Minimum . 148, 150, 

222, 223 

Government Investment Certificates ........................... 2 

Government Musha>rakah Certificate ............................ 2 

gross profit ................63, 66, 118 GWM .... 148, 157, 222, 223, 225 

Page 328: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

296  

harga tunai ............... 14, 20, 126 

harga tunda ..................... 14, 126 

Hawley ............................. 64, 65 

Hayek ............................... 15, 48 

Hennie Van Greuning ... 10, 157, 

158, 159, 162, 175, 252 

Hossein Askari ... 2, 8, 12, 18, 28, 

31, 33, 49, 113, 125, 134, 137, 

161 

Ibn Taymiyyah  .... 7, 10, 83, 86, 

87, 88, 89, 93 

Ibn Ut}aimi>n .............................. 7 

Ibnu Arabi ............................ 103 

IFSB ......................................... 7 

ija>rah ....   3, 9, 11, 17, 24, 32, 33, 42, 89, 102, 103, 104, 118, 

152, 157, 159, 160, 161, 164, 

166, 167, 168, 173, 175, 176, 

177, 191, 195, 196, 197, 201, 

207, 227, 247, 264, 265 

Indonesia   4,  6, 7, 11, 14, 19, 21, 

22, 23, 26, 28, 33,  37, 61, 62, 

74, 79, 80, 93, 95, 99, 100, 

108, 109, 111, 113, 117, 118, 

119, 120, 121, 137, 142, 148, 

149, 150, 151, 154, 155, 156, 

165, 166, 168, 170, 172, 177, 

178, 181, 182, 186, 187, 189, 

192,199, 203, 204, 207, 208, 

211, 215, 217, 219, 220, 222, 

226, 236, 245, 246, 254, 255, 

258, 264 

in-elastic ................................. 17 Inggris  9, 16, 33, 43, 44, 64, 95, 

137, 192 

Ingrid J. Rima ........................ 69 

interest  .... 6, 7, 8, 11, 14, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 29, 33, 36, 37, 

38, 40, 43, 47, 48, 51, 53, 54, 

57, 58, 63, 67, 69, 73, 74, 79, 

93, 99, 100, 108, 109, 114, 

122, 123, 126, 135, 136, 137, 

139, 140, 141, 143, 144, 146, 

153, 160, 172, 174, 183, 184, 

186, 190, 192, 193, 197, 199, 

200, 202, 203, 211, 213, 215, 

218, 219, 220, 226, 227, 231, 

232, 234, 235, 237, 239, 240, 

241, 242, 243, 244, 249, 252, 

254, 255, 256, 257, 258, 259, 

261, 262, 263, 264, 265 

Internal Rate of Return ... 49, 50, 94, 114, 258 

Iqtishaduna .... 14, 16, 17, 24, 126 

Iraj Toutounchian, Iraj .... 14, 23, 

28, 31, 33, 50, 114, 123, 125, 

135, 136,139, 142, 191, 192, 

236, 239 

Iran… . 1, 2, 8, 9, 12, 16, 33, 133, 

189 

IRR ..... 49, 50, 94, 108, 114, 117, 

135, 136, 178, 182, 186, 202, 

203, 204, 206, 221, 230, 257, 

258 

Irving Fisher ................ 15, 47, 59 

Islam .....   1, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 

22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 

31, 33, 36, 42, 46, 48, 49, 50, 

Page 329: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

297  

55, 57, 58, 60, 61, 62, 67, 78, 

80, 81, 83, 84, 85, 86, 88, 89, 

90, 92, 94, 95, 96, 97, 98, 100, 

102, 103, 106, 107, 109, 110, 

111, 113, 114, 116, 117, 119, 

120, 122, 123, 125, 127, 128, 

129, 130, 131, 132, 133, 135, 

137, 138, 139, 144, 145, 151, 

153, 156, 158, 160, 163, 175, 

176, 179, 186, 192, 198, 200, 

202, 210, 211, 213, 214, 215, 

219, 236, 239, 240, 241, 242, 

245, 246, 252, 259, 262, 263, 

264 

Islamic Benchmark ...  ..8, 11, 13, 17, 30, 33, 133 

J. Von Neumann ....... 69, 70, 106 

J.A. Kregel ........... 20, 37, 72, 73 

J.B. Clark................................ 64 

ja>’il ........................................... 5 Jean Baptist Says ................... 49 

JIBOR . ..11, 15, 32, 33, 119, 153, 

191, 197, 204, 206, 244, 253 

Johan Gustaf Knut Wicksell .. 20 

John Maynard Keynes, Keynes 15, 17, 18, 20, 21, 28, 31, 33, 

37, 44, 50, 51, 52, 54, 56, 58, 

76, 114, 129, 135, 201, 202, 

203 

20, 44, 51, 52, 72, 77, 106, 114, 

135, 201 

ju‘a>lah . 3, 4, 5, 25, 103, 157, 159 jual beli ... . 3, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 

14, 15, 17, 19, 21, 24, 36, 43, 

52, 57, 61, 62, 86, 89, 92, 96, 

98, 99, 101, 102, 103, 104, 

105, 113, 120, 122, 127, 132, 

133, 137, 141, 150, 152, 154, 

157, 159, 161, 173, 174, 176, 

191, 195, 196, 197, 205, 207, 

210, 213, 214, 217, 250, 256, 

257, 262, 263, 264, 265 

kafa<lah .................................... 42 Kalecki ........ 37, 72, 73, 105, 106 

Karl Marx  ..... 31, 37, 44, 68, 69, 

71, 72, 73, 105, 106 

Kredit Multi Guna ................. 11 

Kristen .... 38, 39, 40, 42, 85, 106 

Lester C. Thurow ................... 83 laissez faire .......................... 143 LDR ................................. 5, 150 

Lerner ..................................... 51 

leverage .................................. 19  liability ..... 10, 17, 29, 30, 34, 36, 74, 75, 94, 100, 105, 115, 124, 

145, 146, 147, 148, 149, 150, 

151, 152, 154, 156, 157, 158, 

160, 161, 167, 174, 175, 177, 

189, 199, 202, 204, 221, 232, 

245, 246, 247, 248, 249, 252, 

254, 255, 256, 265 

LIBOR  ..... 7, 11, 12, 13, 14, 17, 

32, 33, 62, 99, 102, 112, 119, 

132, 133, 134, 136, 137, 153, 

176, 191, 197, 200, 204, 206, 

216, 241, 249, 253, 265 

Page 330: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

298  

linier .... 106, 123, 158, 193, 207, 

217, 218, 219, 227, 242, 257 

linier concept ....................... 106 Liquidity Preference . 33, 51, 54, 202, 203 

loan to Deposit Ratio ........... 150 

Mahmoud A. El-Gamal, Mahmoud El Gamal  .. 7, 11, 

12, 17, 28, 53, 133, 137, 200, 

206 

maj’ul lah ................................. 5 makro ... 1, 16, 18, 21, 23, 24, 25, 

26, 27, 28, 32, 33, 34, 36, 44, 

48, 63, 106, 108, 131, 132, 

143, 153, 161, 198, 214, 240, 

252, 261 

Malaysia ... … 3, 6, 7, 8, 9, 16, 21, 

29, 30, 33, 118, 133, 167, 168, 

178, 182, 189, 255 

Malaysian Islamic Treasury Bills ...................................... 3 

Mankiw ... 33, 44, 53, 57, 58, 212 

Mannan .................................. 90 

maqa>s}id shari>‘ah .................... 25 margin .. 9, 15, 17, 16, 19, 20, 21, 22, 24, 29, 30, 33, 80, 86, 87, 

88, 94, 103, 104, 105, 108, 

118, 120, 121, 124, 126, 137, 

141, 145, 146, 152, 158, 161, 

162, 163, 166, 167, 169, 173, 

175, 176, 177, 180, 181, 182, 

184, 186, 190, 193, 195, 196, 

200, 204, 205, 209, 210, 212, 

215, 218, 219, 220, 227, 228, 

229, 231, 232, 233, 235, 244, 

245, 247, 248, 249, 252, 255, 

256, 259, 262, 263, 264, 265, 

266 

margin trading........................ 19 marginal efficiency of capital

 .................................... .20, 54 

marginal propensity to save ... 72 mark to the market .... 10, 62, 87, 88, 89, 99, 102, 153, 155, 158, 

191, 192, 208, 218, 221, 253, 

254, 258 

market depth ............................ 8 Marshall .. 15, 31, 47, 54, 64, 128 

Marx ..........................68, 69, 105 

Mesir ............... 53, 83, 84, 85, 95 

metode anuitas ....... 93, 95, 121, 122, 232, 233, 234, 236

metode proporsional ..... 15, 121, 

122, 229, 233, 234, 235, 236 

Metwally .. 15, 27, 31, 32, 33, 45, 

46, 55, 111, 115, 125, 129, 

130, 136, 152, 153 

mikro. ..... 1, 9, 16, 17, 21, 22, 23, 

24, 25, 26, 27, 29, 32, 33, 34, 

36, 76, 79, 89, 132, 164, 180, 

198, 257, 261, 263 

Mohsin S. Khan . 12, 28, 33, 113, 

125, 133, 134, 136 

Monetarist .............................. 15 moneter .... 2, 3, 5, 6, 8, 9, 14, 15, 

17, 18, 21, 25, 28, 29, 33, 43, 

45, 51, 54, 56, 75, 91, 92, 108, 

116, 117, 128, 136, 151, 161, 

178, 201, 202, 207, 220, 241, 

264 

Moneter .................. 54, 142, 202 

Money Market Operation ........ 3 money supply .... 11, 33, 127, 128 

Page 331: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

299  

monopoly gains ...................... 63 Moodys ................................... 62 MPS ........................................ 72 

mud}a>rabah .....  2, 8, 9, 17, 21, 24, 33, 96, 104, 107, 118, 123, 

125, 126, 130, 141, 152, 157, 

159, 164, 166, 167, 168, 169, 

173, 174, 175, 190, 199, 200, 

202, 221, 222, 223, 225, 226, 

247, 252, 254, 255, 263, 264 

Muh}ammad Ba>qr as} S}adr ....... 15 

Muhammad Hasyim Kamali . 89, 

90 

Muhammad Hatta .................. 94 

Muhammad Sayyid Tantawi .. 53 

Muhammad Taqi Usmani 28, 32, 

33,  112, 113, 125, 132, 133, 

136, 137, 200, 206, 241 

MUI ....... .4, 28, 93, 95, 100, 121, 

170, 171, 173, 177, 182, 185, 

198, 231, 232, 266 

muntahia bit tamli>k ..... 164, 176 muqayyadah .... 2, 157, 159, 165, 166 

mura>bah}ah ..... .3, 8, 9, 10, 11, 17, 18, 22, 24, 32, 33, 62, 87, 88, 

92, 99, 102, 103, 104, 105, 

117, 118, 119, 120, 125, 126, 

127, 137, 141, 146, 152, 153, 

155, 157, 158, 159, 161, 163, 

164, 167, 168, 173, 175, 176, 

177, 179, 180, 181, 189, 190, 

191, 194, 195, 197, 198, 201, 

205, 207, 212, 215, 218, 219, 

220, 227, 229, 231, 232, 235, 

245, 246, 247, 251, 254, 255, 

264, 265 

musha>rakah .... 2, 8, 9, 17, 21, 24, 96, 104, 125, 130, 152, 157, 

159, 161, 167, 168, 175, 191, 

195, 202, 221, 237, 247, 254, 

264 

mutana>qis}ah ......................... 237 

nasi>’ah ...... 95, 97, 204, 207, 210, 217, 218, 258, 262 

National Participation Paper ... 3 negative spread ... 147, 151, 152, 156, 158, 220 

Neo Klasik ............................. 15 

net margin .....145, 152, 248, 252 net profit ................................ 63 

OECD ................................... 123 

Old Testament ....................... 38 

Pakistan .... 2, 8, 9, 16, 28, 30, 33, 

92, 113, 125, 131, 132, 133, 

189, 200 

Participation Term Certficates 2 Pasar Uang Antar Bank ........... 4 

Pefindo ................................... 62 

PER ...... 113, 134, 182, 183, 184, 

185, 186 

Piero Sraffa .. 31, 71, 73, 78, 105, 

110, 135 

Pigou ...................................... 15 

Plato ....................................... 39 

point of reference ........... 13, 112 

Page 332: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

300  

pre determined ... .13, 17, 31, 48, 50, 57, 115, 122, 203, 258 

Preffered Habitat Theory ....... 59 present value. ...... 13, 16, 21, 50, 114, 123, 135, 153, 159, 202, 

203 

primary reserve ............ 148, 150 profile .. 159, 175, 247, 249, 250, 261, 265 

profit  .... 1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 

13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 

31, 32, 33, 34, 36, 37, 41, 42, 

43, 45, 48, 49, 50, 52, 53, 54, 

57, 58, 59, 61, 62, 63, 64, 65, 

66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 

76, 77, 78, 80, 81, 84, 86, 87, 

89, 92, 94, 95, 96, 97, 99, 101, 

102, 103, 104, 105, 106, 107, 

108, 109, 110, 111, 112, 113, 

114, 115, 117, 118, 119, 120, 

122, 123, 124, 125, 126, 127, 

128, 129, 130, 131, 132, 133, 

135, 136, 137, 139, 141, 143, 

144, 145, 146, 147, 148, 150, 

151, 152, 153, 154, 155, 156, 

158, 159, 160, 161, 163, 164, 

165, 166, 167, 169, 170, 171, 

172, 173, 174, 175, 178, 179, 

180, 182, 183, 184, 185, 186, 

187, 188, 189, 190, 191, 192, 

193, 195, 197, 198, 199, 200, 

202, 203, 204, 205, 206, 208, 

209, 210, 211, 212, 214, 217, 

218, 219, 220, 221, 224, 225, 

226, 227, 229, 231, 232, 234, 

235, 236, 238, 240, 241, 243, 

244, 245, 246, 247, 248, 249, 

250, 251, 252, 253, 254, 255, 

256, 257, 258, 259, 261, 262, 

263, 264, 265, 266 

Profit Equalization Reserve 182, 183, 184, 185, 198 

profit sharing .. 18, 21, 25, 35, 42, 54, 131, 132, 136, 259 

prudential banking ............... 149 PUAB ....................................... 4 

qard} .................................. 42, 96 qi>mah al-mithl........................ 85 Quantity of money ......... 49, 128 

rate of interest . .6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 26, 

29, 32, 33, 34, 35, 58, 74, 114, 

124, 126, 139, 141, 187, 197, 

199, 200, 227, 231, 243, 249, 

252, 257, 258, 261, 265 

rate of profit ..... 1, 5, 6, , 7, 8, 10, 

11, 12, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 

24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 

32, 33, 34, 35, 36, 37, 42, 45, 

48, 62, 63, 67, 68, 72, 73, 74, 

76, 78, 80, 81, 87, 89, 101, 

105, 106, 107, 109, 110, 111, 

113, 114, 115, 117, 118, 120, 

123, 124, 125, 126, 128, 130, 

132, 135, 137, 141, 144, 145, 

147, 154, 158, 159, 161, 163, 

164, 165, 166, 167, 168, 169, 

172, 174, 179, 183, 184, 185, 

Page 333: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

301  

186, 187, 189, 190, 191, 192, 

193, 197, 198, 199, 204, 206, 

208, 217, 218, 219, 220, 221, 

227, 229, 231, 235, 236, 241, 

242, 244, 245, 246, 247, 248, 

249, 250, 251, 255, 256, 258, 

259, 261, 262, 263, 264, 265, 

266 

rate of return  ...... 12, 13, 14, 29, 105, 108, 113, 127, 133, 134, 

136, 160, 204, 220, 257, 258 

rate of surplus ................... 68, 69 Rate Sensitive Liability ....... 154 real estate ............................... 11 reinvestment risk ................. 147 repricing  .... 105, 146, 147, 148, 150, 152, 153, 154, 159, 164, 

167, 175, 189, 191, 192, 197, 

216, 218, 245, 246, 247, 249, 

251, 252, 253, 255, 263, 265, 

266 

return. ... 6, 12, 13, 16, 17, 21, 29, 

47, 66, 69, 72, 73, 76, 108, 

109, 110, 113, 114, 115, 117, 

119, 120, 127, 131, 132, 133, 

134, 135, 136, 137, 156, 180, 

190, 201, 202, 204, 205, 209, 

223, 226, 230, 232, 259 

riba .. ,1 , 5, 6, 10, 20, 23,  35, 37, 

38, 41, 42, 43, 46, 53, 55, 57, 

61, 62, 77, 79, 93, 95, 96, 97, 

98, 99, 100, 101, 102, 103, 

117, 127, 138, 139, 140, 141, 

142, 153, 155, 161, 162, 163, 

175, 180, 191, 192, 194, 197, 

204, 207, 208, 210, 217, 218, 

219, 220, 231,240, 242, 243, 

244, 245, 246, 253, 254, 255, 

256, 258, 262, 263, 264, 266 

risiko .... 8, 10, 13, 17, 18, 34, 57, 

58, 61, 63, 64, 65, 73, 76, 77, 

102, 103, 106, 107, 109, 110, 

118, 126, 130, 139, 145, 146, 

147, 148, 149, 152, 153, 155, 

158, 159, 160, 161, 163, 166, 

167, 173, 175, 177, 179, 181, 

182, 183, 185, 188, 192, 194, 

195, 196, 197, 201, 209, 210, 

212, 214, 215, 217, 221, 239, 

244, 245, 246, 252, 254, 255, 

262, 265 

risk neutral ................... 154, 158 Robert Pindyck ................ 44, 52 

Roma ...................................... 39 

Romawi ............................ 38, 55 

RSA ....... 154, 155, 156, 188, 189 

RSL ....... 154, 155, 156, 188, 189 

Saiful Azhar Rosly  ..... 3, 6, 7, 8, 

10, 46, 103, 180, 196, 197 

Samuelson .....  44, 52, 53, 54, 57, 

58, 77, 201, 202 

Sanusi ....................................6, 7 

saving ratio .......................... 150 SBI  3, 4, 5, 19, 21, 74, 109, 116, 

117, 118, 187, 188, 189, 207 

SBIS ............ 3, 4, 5, 21, 116, 117 

Schumpeter ............................ 65 

secondary reserve ................. 150 sektor riil ... 5, 10, 12,  21, 26, 34, 

77, 78, 88, 89, 99, 102, 110, 

113, 114, 115, 117, 118, 119, 

120, 122, 123, 128, 132, 133, 

Page 334: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

302  

134, 136, 144, 151, 156, 161, 

165, 176, 191, 199, 201, 202, 

206, 207, 208, 212, 213, 217, 

218, 219, 221, 241, 246, 253, 

254, 256, 258, 262, 263, 264, 

266 

Sertifikat Bank Indonesia .... 3, 4 

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia .......................... 3, 4 

si‘ru al-mithl .......................... 85 SIBOR .... 15, 204, 206, 253, 265 

simple interest ........ 94, 139, 236 single economic system ........... 1 

sistem ekonomi Islam . 1, 12, 16, 

18, 25, 35, 109, 259 

Special Investment Account 168 Sraffa ...... 1, 31, 71, 72, 106, 110, 

135 

Sri Edi Swasono, Sri Edi ...... 22, 

23,77, 78, 79, 80, 83, 88, 94, 

142, 163, 236, 239, 240 

Standard and Poor .................. 62 Sudan . 2, 3, 8, 9, 16, 33, 168, 189 

sukuk .... 2, 6, 7, 17, 21, 177, 178, 

247, 253, 254, 255, 265 

Sukuk Bank Negara Malaysia .. 3 SWBI ...................... 3, 4, 21, 117 

Syafi’i ........ 2, 6, 67, 95, 169, 194 

tah}di>d al ribh .......................... 11 Talmud ................................... 38 

Tarek el Diwani ..................... 42 

tawa>ruk .................................... 7 Term Finance Certificates ....... 2 term premium .. 61, 77, 155, 161, 

208, 210, 212, 218, 219, 256 

thaman al-adl ......................... 85 thaman al-mithl ........... 85, 87, 88 The Expectation Theory ........ 59 The Liquidity Premium Theory

 ..................................... 59, 61 

The Segmented Market Theory ..................................... 59, 60 

Thornton .... 1, 43, 47, 48, 49, 54, 

57, 58 

time preference .. 46, 47, 55, 202, 203, 207 

time value of money .. 13, 16, 28, 32, 34, 35, 112, 119, 120, 122, 

199, 236, 240 

Timur Tengah .... 6, 7, 12, 29, 30, 

133, 190, 255 

Treasury Bills ........................... 3 Trisiladi ................................ 187 

ultimate goal ........................ 143 Umer Chapra. ..... 15, 27, 32, 129, 

130 

underlying transaction ........... 62 usury .................. 37, 40, 100, 139 

value ... 10, 13, 16, 19, 21, 28, 32, 

34, 35, 66, 70, 72, 74, 78, 80, 

102, 103, 106, 109, 112, 114, 

119, 120, 122, 128, 149, 153, 

158, 159, 176, 180, 199, 207, 

208, 211, 212, 213, 214, 217, 

218, 231, 232, 234, 235, 236, 

240, 244, 256, 257, 259, 261, 

263 

Page 335: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

303  

value added ... 78, 102, 103, 208, 211, 213, 214 

Von Neumann .. 1, 20, 31, 37, 69, 

70, 71, 72, 73, 105, 106 

wadi>’ah ............. 4, 168, 169, 223 Wahbah al-Zuhayli> ...... ..27, 107, 

108, 213, 215, 239 

Walker .................................... 64 

Wholesale Price Index ......... 111 Wicksell .... .1, 20, 31, 33, 44, 47, 

49, 51, 54, 58, 114, 201, 202 

WPI ...................................... 111 

Yahia Abdul Rahman ............. 10  

Yahudi ........................ 38, 53, 55 

Yunani .............................. 38, 55 

Zamir Iqbal ... 2, 8, 10, 12, 28, 31, 

33, 112, 113, 125, 134, 137, 

157, 158, 159, 161, 162, 175, 

252 

zero return ............................ 201 ziya>dah ....................... 5, 10, 240 

Page 336: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

304  

Page 337: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

305 

INDEK A

AL-QUR'A

AN

Page 338: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

306 

Page 339: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

 

307 

Page 340: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

308  

Page 341: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

309  

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian Bulan Mei 2004 - Desember 2005 di Bank Syariah Mandiri

Tahun Bulan Variabel terikat RSA/RSL SBI Rate of Profit  

Mei 19.5 7.32 7Jun 19.5 7.34 7Jul  24.1 7.36 7Ags 23.67 7.37 7Sep  25.99 7.39 6.67Okt 26.56 7.41 7.1Nov  24.49 7.41 7.16Des  22.46 7.43 7.22

Tahun  Bulan Variabel terikat RSA/RSL SBI Rate of profit 

Jan 23.14 7.42 6.22Peb  28.22 7.43 6.41Mar 30.5 7.44 7.15Apr  30.43 7.7 6.87Mei  31.52 7.95 6.46Jun  30.5 8.25 6.48Jul  29.97 8.49 6.41Ags  30.4 8.75 6.42Sep  32.05 10 5.53Okt  33.08 11 5.16Nov  32.94 12.25 5.81Des  29.4 12.75 5.49

2005 

Variabel Bebas %

Variabel Bebas %

2004 

Page 342: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

310  

Lampiran 2 Data Penelitian Bulan Januari 2006 - 2007di Bank Syariah MandiriTahun Bulan Variabel terikat 

RSA/RSL SBI Rate of Profit Jan 26.9 12.75 4.59 Peb  29.81 12.74 4.98 Mar 33.68 12.73 5.03 Apr  35.3 12.74 5.04 Mei 35.93 12.5 5.46 Jun 37.33 12.5 5.2Jul  39.38 12.25 5.3Ags 42.1 11.75 5.3Sep  43.33 11.25 5.53 Okt  44.06 10.75 4.91 Nov 44.76 10.25 5.55 Des  43.39 9.75 5.91 

Tahun Bulan Variabel terikat RSA/RSL SBI Rate of Profit  

Jan 26.98 9.5 4.94 Peb  43.12 9.25 5.17 Mar 45.68 9 5.33 Apr  21.19 9 5Mei 43.33 8.75 5.11 Jun 50.56 8.5 5.23 Jul  49.59 8.25 5.36 Ags 52.66 8.25 5.5Sep  50.44 8.25 5.5Okt  48.96 8.25 5.5Nov 49.03 8.25 5.32 Des  49.03 8 5.63 

2006 

2007 

Variabel Bebas %

Variabel Bebas %

Page 343: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

311  

Lampiran 3 Data Penelitian Januari 2008 - Mei 2009 di Bank Syariah Mandiri

Tahun Bulan Variabel terikatRSA/RSL SBI Rate of Profit

Jan 46.6 8 5.17 Peb 46.66 7.93 5.64 Mar 47.75 7.96 6.17 Apr 46.6 7.99 5.88 Mei 50.54 8.31 6.12 Jun 50.4 8.73 6.06 Jul 49.69 9.23 5.65 Ags 50.65 9.28 6.12 Sep 49.56 9.71 5.96 Okt 47.87 10.98 5.78 Nov 46.16 11.24 5.53 Des 42.75 10.85 5.72 

Tahun Bulan Variabel terikat RSA/RSL SBI Rate of Profit 

Jan 42.07 9.77 5.46 Peb 41.47 8.74 5.45 Mar 41.53 8.21 5.13 Apr 48.6 7.64 6 Mei 42.28 7.25 5.45 JunJulAgsSepOktNovDes

2008

2009

Variabel Bebas %

Variabel Bebas %

Page 344: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

312  

Page 345: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

313  

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Trisiladi Supriyanto Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, tanggal lahir : Merauke, 18 Juli 1964 Status Pernikahan : Kawin Alamat : Jl. Tengah No.67 Rt 001/Rw 009 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta No. Telp/HP : 081282987569 / 0816889484 Email : [email protected]

I. Pendidikan Formal 1. SD Yayasan Pendidikan Islam Hikmah Jayapura, tamat tahun 1976. 2. SMP Negeri I Jayapura, tamat tahun 1979. 3. SMA Negeri 39 Jakarta, tamat tahun 1983. 4. S-1 Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, tamat 1987. 5. S-2 Fakultas Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah dan Islam, Jurusan Ekonomi dan

Keuangan Islam Universitas Indonesia, tamat 2010. 6. S-3 Kajian Islam/konsentrasi Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah, tamat tgl 20 Januari

tahun 2015.

II. Pendidikan Non-Formal

1. International Treasury Management Program Arranged by Morgan, Guaranty Trust , Singapore, tahun 1987.

2. Treasury Attachment Program in Morgan Guaranty, Trust World Wide: New York, London, Tokyo and Singapore, tahun 1988.

3. Marketing Treasury Products to Corporate Treasurer IBF, Singapore, tahun 1991. 4. Derivatives in House Training at Mitsubishi, HongKong, tahun 1993. 5. Treasury Cash Management Conference Arranged by Euro, Finance Conferences, Singapore,

2001. 6. Profitability Measurement in Financial Institutions Arranged by IPS – Sendero Institute, tahun

2001. 7. Risk Management Workshop Arranged by Indover Bank, Amsterdam, 2001. 8. Leadership Course: 7 Habits by Franklin Covey. Co, Jakarta, tahun 2002. 9. Cash & Treasury Management in the Asia Pacific Region, Arranged by Euro Finance,

Singapore, tahun 2002. 10. Trading Credit Risk: CDO’S & Credit Derivatives Arranged by FT Knowledge, Hongkong,

2002. 11. Credit Derivative Attachment Program in Deutche Bank London, tahun 2003. 12. Risk Management Master Class Arranged by Euromoney, Sydney, Australia, tahun 2003. 13. Sharia Executive Class workshop Arranged by Tazkia Institute, Jakarta, 2003. 14. Islamic Finance & Investment Products Arranged by Euromoney Training, Kuala Lumpur

Malaysia, tahun 2004.

Page 346: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

314  

15. Leadership Course : Built to Last and Good to Great Dunamis, Jakarta, 2004. 16. Islamic Banking & Finance, Legal, Regulatory & Risk Management Issues Arranged by

Euromoney, Singapore, tahun 2004. 17. Asian Banker Summit: Islamic Bank Conference, Singapore, tahun 2005. 18. Deutsche Bank 2005 Islamic Finance Executive Seminar, Exploring New Horizons in Islamic

Finance, in Singapore, 2005.

III. Pengalaman Kerja

1. Forex & Money Market Dealer of Bank Exim Head Office, (Now Bank Mandiri), tahun 1987 – 1991

2. Senior Dealer, Treasury Department, Mitsubishi Buana Bank, Jakarta, tahun 1991 – 1995. 3. FX & Swap manager of Indosuez Indonesia Bank, Jakarta, tahun 1995 – 1996. 4. Vice President, Head of Interbank Desk, Treasury Department, Bank of America, Jakarta,

tahun 1996 – 1997. 5. Treasurer, Bank Mashill Utama, Jakarta, tahun 1997 – 1999. 6. Treasury Division Head, Bank Bumi Putera, Jakarta, tahun 1999. 7. Senior Vice President & General Manager, Treasury Division, Bank Danamon, Jakarta,

tahun 1999 – 2004. 8. Senior Vice President, Sharia Treasury and Business Management, Bank Danamon, Jakarta,

tahun 2004. 9. Sharia Business Head, Senior Vice President, Syariah Business, Directorate, Bank

Danamon Jakarta (Kepala Unit Usaha Syariah), tahun 2005 – 2006. 10. President Director, Fathonah Business Consulting, tahun 2008 – sekarang.

III. Pengalaman Akademik, Konsultan dan Organisasi.

1. Dosen mata kuliah “Syariah Asset and Liability Bank Management” di Trisakti, University, Certified International Banking Program, tahun 2009 – sekarang.

2. Trainer “Syariah Asset and Liability Management”, “Treasury Management”, “Liquidity Management”, “Risk Management Syariah, Shariah Audit” for Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia, tahun 2009 – sekarang.

3. Consultant for Maybank in converting MayBank into Maybank Syariah, tahun 2010. 4. Trainer “Islamic Banking Distribution Mechanism for Profit Sharing System” di Bank

Sampurna, tahun 2010. 5. Tim Asistensi Bendahara, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat,

tahun 2011 – sekarang. 6. Trainer “Sharia Asset Liability Management for Bank Muammalat Branch Manager,

tahun 2012 – sekarang.

7. Trainer “Sharia Asset Liability Management” for BCA Syariah, tahun 2014.

8. Trainer “Sharia Asset Liability Management” for BPD Aceh Syariah, tahun 2014.

9. Trainer “Micro Banking Syariah” for BPD Riau, tahun 2014.

10. Trainer “Liquidity Management” for BPD Papua, tahun 2014.

Page 347: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

315  

11. Trainer “Islamic Banking Distribution Mechanism for Profit Sharing System” di Sahabat Sampurna, tahun 2012.

12. Consulting “Sharia Asset Liability Management for Bank Muammalat Commisioner and Director 2014

            

Page 348: SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (12) Mohsin

 

292