26

Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita
Page 2: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

Sekapur Sirih

Dewasa ini kita semua cukup melihat dan merasakan betapa rusaknya kehidupan di negeri kita yang tercinta ini: Indonesia Raya yang indah-permai dengan alamnya yang kaya-raya, tetapi rakyatnya MISKIN HARTA, MISKIN KEBAHAGIAAN, MISKIN KETENANGAN DAN KEAMANAN, MISKIN KENYAMANAN DAN KETENTRAMAN. Mengapa ini terjadi...? Jaeabnya adalah: Karena di sini MANUSIA SUDAH KEHILANGAN KEMANUSIAANNYA, maka berkecamuklah krisis moral dan material yang cukup parah: Krisis politik, krisis ekonomi / moneter, krisis iman, krisis sosial-budaya. Lenyaplahkepastian hukum; Jangankan kepastian hari esok bahkan kepastian hari ini pun tidak ada.

Benar sekali pendapat yang mengatakan: Perlu segera adanya “Reformasi / pembaharuan” di segala bidang dan sektor kehidupan (revolusi), hanya sayangnya orang belum menyadari, bahwa reformasi MESTINYA berpangkal-pokok pada “KEMBALILAH MANUSIA KEPADA KEMANUSIAANNYA”.

Kami merasa terpanggil untuk memohon kepada Tuhan Maha Pencipta, Bimbingan-Nya dan petunjuk-Nya, mencoba membentangkan JALAN KELUAR dari kemelut ini dengan berpangkal tolak dari “MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA”, hendak menyusun POLA TATA KEHIDUPAN BERNEGARA DAN BERBANGSA sehingga benar-benar terwujudlah INDONESIA RAYA DAN INDONESIA JAYA sepanjang masa, dimana warga seluruhnya hidup berbahagia, damai, rukun, aman dan tentram lahir-batin, terwujudnya KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN.

Kepada pembaca yang budiman, kami menghimbau: “Marilah kita berjuang, memperjuangkan berlakunya pola / konsep ini secepat mungkin, sambil tentunya terbuka bagi penyempurnaan dan pelengkapannya.

Semoga Tuhan memberkati segala upaya kita.

WassalamPenyusun

(Begawan Sariaji)

Page 3: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

SENDI-SENDI POKOKPERJUANGAN KITA MENUJU TERWUJUDNYA

KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN

SatuMENGELOLA NEGARA PADA HAKEKATNYA ADALAH: MANUSIA

MENGATUR MANUSIA. MESTI BERASASKAN “PERSAMAAN” (SEJAJARAN) YANG MENJELMAKAN KESATUAN LAKSANA SATU JASAD;

SAMA SENANG SAMA KENYANG.

DuaSISTEM DEMOKRASI 50% + 1, MENONJOLKAN

ADU DOMBA ANTAR PARTAI-PARTAI POLITIK UNTUKMENGEJAR KEKUATAN DAN KEKUASAAN

MEMPEREBUTKAN PEMERINTAHAN, CUKUP MENGHASILKANDERITA RAKYAT, PERPECAHAN DAN KEONARAN

TERUS MENERUS DI SEGALA BIDANG. MESTINYA PARTAI-PARTAIPOLITIK ITU SEGERA DIBUBARKAN DAN

DIGANTI DENGAN HIMPUNAN-HIMPUNANKEAHLIAN PROFESI DAN WILAYAH;

TIDAK BOLEH ADA PERTENTANGAN ANTARAMAYORITAS DAN MINORITAS.

TigaKEWAJIBAN ASASI MANUSIA:

SALING ASIH, SALING ASAH, SALING ASUH,DIMOTORI OLEH BERSATUNYA PARA AGAMAWAN DALAM

DHARMA BHAKTI PENEBARANNYA.

EmpatHAK ASASI MANUSIA UNTUK BERHIMPUN DAN BERSERIKAT,

DIJUNJUNG TINGGI SELAMA TIDAK MERUSAK KEMASLAHATANUMUM DAN KEUTUHAN BANGSA

SEBAGAI SATU JASAD.

LimaHAK ASASI SETIAP WARGA NEGARA UNTUK DISANTUNI

OLEH NEGARA.

EnamPENGAWASAN BERSAMA, ATAS DAN OLEH BERSAMA

Page 4: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

DALAM MENCEGAH SERTA MEMBERANTASPERSELINGKUHAN DALA SEGALA BENTUKNYA.

TujuhWARGA NEGARA: DARI ZAMAN KE ZAMAN

SAMPAI DI “ZAMAN EDAN” INI.

DelapanPANCA SILA ADALAH “MANUSIA ITU SENDIRI”

KESATUAN BANGSA, BAHASA, NEGARA INDONESIAWAJIB DIPERTAHANKAN.

SembilanTIDAK LAYAK ADA SEBUTAN

“WARGA NEGARA KETURUNAN ASING”(PRIBUMI KETURUNAN TETAMU)

SepuluhOTONOMI DAERAH, MENGATUR RUMAH TANGGA DAERAH

OLEH DAERAH ITU SENDIRI, TETAPI TIDAK BOLEH MENDIRIKANNEGARA DALAM NEGARA, MAKA URUSAN HANKAM,

HUBUNGAN LUAR NEGERI, MATA UANG, TETAP BERPUSATSATU.

SebelasMESTI ADA STANDARD / PATOKAN BATAS

MINIMUM DAN MAKSIMUM TERUTAMA DI BIDANG PEMILIKANHARTA DAN PEMBELANJAAN HARTA.

Dua belasKEMERDEKAAN SESEORANG TIDAK BOLEH DIRAMPAS, DAN TIDAK BOLEH ADA

PERBUDAKAN MANUSIA OLEH MANUSIA.

Tiga belasJANGAN MENGULANGI KESALAHAN-KESALAHAN

MENGARTIKAN “KEDAULATAN RAKYAT” SEBAGAI DEMOKRASIBEBAS LEPAS, DEMOKRASI TERPIMPIN DI SATU TANGAN,DEMOKRASI KONG KALIKONG, TETAPI KITA LAKSANAKAN

“DEMOKRASI BHINEKA TUNGGAL IKA”.

Empat belasKEDAULATAN RAKYAT DI BIDANG HANKAM

Lima belasPAJAK-PAJAK YANG ADA SEKARANG, LEBIH LAYAK UNTUK

DIHAPUS.Enam belas

ZAKAT-INFAK-JARIYAH-SHODAQOH, SEBAGAI SOLIDARITAS

Page 5: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

KEMANUSIAAN, MAKA DIKELOLA DENGAN BENAR,JUJUR DAN LURUS; DALAM WAKTU SINGKAT DAPAT

TERATASI KEMALASAN, PENGANGGURAN DAN KEMELARATAN.

Tujuh belasKEADILAN DAN PERADILAN:

TUTUP BUKU ATAS TINDAK KEJAHATAN / KECURANGAN,MAIN KAYU DAN MAIN SABUN

(KKN-PERSELINGKUHAN DI MASA-MASA ORDE BARU)-UU GANJARAN, MENGATUR IMBALAN / GANJARAN

ATAS PERBUATAN- PERBUATAN KEBAJIKAN.-UU HUKUMAN, MENGATURIMBALAN / HUKUMAN

ATAS PERBUATAN-PERBUATAN KEJAHATAN.

Delapan belasPENJARA-PENJARA MENJADI PEMUKIMAN

ORANG-ORANG BERTAUBAT.

Sembilan belasPERADILAN-PERADILAN

LANGSUNG DI TENGAH-TENGAH RAKYAT DANDI TANGAN RAKYAT, TIAP WARGA NEGARA

BERTANGGUNG JAWAB ATAS LINGKUNGANNYA DANTIAP LINGKUNGAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERILAKU WARGANYA.

Page 6: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

1 MENGELOLA NEGARA

Pada hakekatnya adalah: MANUSIA MENGATUR MANUSIA. Maka perlu dibahas; APA DAN BAGAIMANA MANUSIA ITU? Yang mengatur itu MANUSIA, sama dengan yang diatur pun MANUSIA juga. Sudah barang tentu ada PERSAMAAN sebagai titik temu; Oleh karena itulah manusia dengan manusia adalah SATU KESATUAN dari berbagai fungsi khusus masing-masing.

Maka asas bernegara mestinya PERSAMAAN (SEJAJAR) yang menjelmakan KESATUAN LAKSANA SATU JASAD, dimana semua warga adalah satuan-satuan dan bahagian-bahagian dari pada satu jasad itu.

Pada diri manusia itu TIDAK ADA adu lomba kekuasaan di tangan mayoritas. Tidak ada pada jasad itu pertentangan antara mayoritas dan minoritas, melainkan semua organ-organ tubuh itu sama dan bersama-sama MENGABDI kepada satu jasad itu, masing-masing organ tubuh itu mempunyai FUNGSI DAN TUGAS yang tidak saling tabrak dan berebutan, dan semua organ itu SAMA DERAJAT, SERASI dan SINKRON, HARMONIS.

Lihatlah! Pada jasad manusia itu yang mayoritas adalah bulu rambut, bulu alis saja tak ada yang sanggup menghitungnya, tetapi FUNGSI DAN TUGASNYA tidak untuk menjadi penguasa atas jasad, tetapi MELINDUNGI organ-organ tubuh yang lain. Yang minoritas adalah antara lain: Dua biji mata, yang dengan itulah jasad terpimpin, dua lubang telinga yang dengan itulah gerak jasad terpimpin, dan dua lubang hidung yang dengan itu yang dengan itu kehidupan jasad berkelangsungan dengan nafas yang keluar-masuk, dua tangan dan dua kaki dengan himpunan jari-jarinya, dua alat vital depan dan belakang, yang tanpa itu jasad tidak bisa hidup berkehidupan, jelas menunjukkan bahwa BUKAN YANG TERBANYAK yang mesti memegang kekuasaan atas jasad, melainkan FUNGSI DAN TUGAS yang mesti berperan.

Oleh karena itu, maka negara berasaskan PERSAMAAN yang mengandung KESATUAN dari berbagai pemegang fungsi menjadi SATU JASAD,. TIDAK MENGANUT SISTEM DEMOKRASI 50% + 1, Maka sistem PARTAI POLITIK dengan cara adu lomba kekuatan untuk kekuasaan, bertanding terus menerus untuk memperebutkan SUARA TERBANYAK untuk memperoleh KURSI terbanyak, lalu

Page 7: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

dialah yang berkuasa memerintah; sudah jelas SALAH BESAR. Hanya derita, perpecahan dan keonaran yang dihasilkan oleh sistem partai politik itu, lenyaplah KESATUAN NEGARA seolah0olah tubuh / jasad itu terpotong-potong menjadi potongan-potongan yang tidak ada arti dan tiada kekuatan-kemanfaatan untuk berfungsi sebagai anggota jasad.

Ada pun manusia itu merata memiliki sifat, bakat dan tabi’at yang sama walau pun berlebih kurang yang satu dengan yang lainnya dalam hal tertentu. Pada dasar-pokoknya manusia itu adalah sebagai berikut:

1. HARGA DIRI, PUJI DAN KEHORMATAN:Itulah yang termahal bagi diri manusia, maka ATURAN HIDUP manusia dengan kemanusiaannya, baik melalui struktural pengelolaan negara dan perundang-undangan MELINDUNGI harga diri dan kehormatan setiap warga negara, antara lain menegakkan HAK ASASI MANUSIA; di samping menegakkan KEWAJIBAN ASASI MANUSIA; segala fitnah, membuka aib seseorang,adu lomba, DICEGAH DAN DIBERANTAS bersama. Maka penyakit utama manusia adalah gila puji, gila hormat, gila harga diri yang dari padanya mencuat sumber dari pada perangai buruk dankejahatan yaitu EGOISME yang menumbuhkan perilaku gila hormat / puji, rakus, tamak,serakah, ujub, riya, sombong, takabur, kejam, gila kekuasaan / kemashuran, tidak puas-puas dan sebagainya.

2. CINTA KASIH SAYANGSetiap manusia itu senang dan bahagia manakala dia dicintai dan dikasih sayangi, sama dengan manakala dia mencintai dan mengasihi orang lain. Sebaliknya: Cinta itu dapat menjadi mala petaka, umpamanya: Cinta yang bersangatan pada dirinya atau keluarganya dapat menimbulkan benci dan hasud pada harta orang lain, cinta yang bersangatan pada hartanya menimbulkan benci dan hasud pada harta orang lain, cinta yang bersangatan pada partai politiknya sendiri menimbulkan benci dan dengki pada partai politik orang lain: cinta yang bersangatan pada bangsa dan tanah airnya sendiri daoat menimbulkan benci dan dengki kepada bangsa dan tanah air orang lain.Maka di dalam negara kebersamaan hidup sepersamaan, setiap warga negara DISANTUNI oleh negara, sehingga dia merasa DICINTAI oleh negara, tentu dia akan mencintai negaranya. Dan setiap warga negara DIAJAK untuk MENCINTAI TUHAN yang dengan itu dia akan mencintai makhluk Tuhan. Dan lagi diterapkanlah KEWAJIBAN ASASI MANUSIA yaitu: Saling asih, saling asah dan saling asuh (lihat pada pembahasan Falsafah Negara).

3. BERHIMPUN DAN BERSERIKAT.Manusia adalah penguasa atas dirinya, dan tidak ada penguasa yang sanggup hidup sendirian, maka manusia selalu berkehendak untuk berhimpun dan berserikat, selalu cenderung untuk berumah tangga, bertetangga dan bermasyarakat, jiwanya selalu cenderung pada KEBERSAMAAN HIDUP.Maka pembinaan hak asasi manusia untuk berumah tangga, berhimpun dan berserikat DIJUNJUNG TINGGI oleh bersama untuk bersama. Penyakiynya pun ada dalam berhimpun dan berserikat seperti ber-PARTAI POLITIK, karena sistem berhimpun dan berserikat seperti partai politik justeru MERUSAK kebersamaan

Page 8: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

hidup sepersamaan dalam KESATUAN BANGSA.

4. PENGABDIANManusia itu merasa bahagia manakala dia bisa melakukan pengabdian dan DHARMA BHAKTI. Lihatlah! Manusia selalu menginginkan berumah tangga (bersuami-isteri) dan beranak-pinak. Dia merasa bahagia manakala dia dapat berdharma bhakti bagi isteri / suami dan anak-anaknya, walau pun dia mesti bekerja keras dan banyak berkorban tenaga, pikiran dan bahkan harta. Suami-isteri berjuang, berdharma bhakti bagi anak-anaknya, menyekolahkan, mendidik baik bagi hari depan si anak, apalagi manakala sakit, tidurnya pun terganggu. Sang ibu dengan senang hati terbangun dari tidurnya yang pulas, manakala anak bayinya minta disusui atau berganti popok. Tidak ada seorang bapak atau ibu ingin berhenti saja jadi bapak atau ibu. Itulah PENGABDIAN sebagai salah satu KUNCI KEBAHAGIAAN.Maka dalam negara, kebersamaan hidup sepersamaan ditegakkanlah iklim kesetia-kawanan, kegotong-royongan, solidaritas sosial yang beradab kesopanan.

5. SADAR-HUKUMSetiap manusia yang sudah ‘aqil baligh sebenarnya dia sudah SADAR HUKUM, artinya sudah TAHU mana perbuatan yang salah dan benar. Buktinya: Manakala dia mencuri atau hendak berbuat kejahatan, dilakukannya secara sembunyi-sembunyi, atau hendak KORUPSI dilakukannya secara penuh rekayasa (selingkuh) karena sebenarnya hati kecilnya tahu bahwa perbuatan itu salah atau suatu pelanggaran yang tercela. Tidak ada orang hendak korupsi atau mencuri minta izin atau permisi dahulu kepada yang akan dicurinya, tanda bahwa sebenarnya dia sudah sadar-hukum, bahwa perbuatannya adalah suatu tindak pelanggaran. Maka falsafah negara dalam hal KEWAJIBAN ASASI MANUSIA yaitu: Saling asih, saling asah saling asuh, mempolakan sistem PENGAWASAN BERSAMA ATAS BERSAMA OLEH BERSAMA, dan mempolakan secara struktural PENCEGAHAN PERSELINGKUHAN dalam segala bentuknya.

6. KECENDERUNGANDari masa ke masa, manusia itu cenderung untuk setengahnya berbuat kejahatan. Maka di dalam ATURAN HIDUP MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA dalam NEGARA KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN, diberlakukanlah Undang Undang GANJARAN di samping Undang Undang HUKUMAN.

Page 9: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

2 WARGA NEGARA

WARGA NEGARA KELAS ATAS

Kalau kita meneliti perjalanan sejarah di negeri kita ini selalu terdapat warga negara kelas atas. Kita mulai saja pada masa penjajahan Belanda: Warga negara kelas atas, artinya terhormat pada waktu itu yang disebut golongan “Ningrat / Priyayi”, yaitu golongan “ambtenaar” alias sebenarnya “Pegawai Negeri”. Di mana-mana mereka itu jadi tuan, Ndoro atau juragan dan sebagainya. Sedangkan golongan pengusaha dan petani walau pun ada yang bermateri kuat, adalah kelas bawahannya.

Datanglah perang Pasifik dan pendudukan Tentara Jepang, golongan pegawai negeri (ningrat) sulit mengatasi materi untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka turun tingkat, sedang pengusaha swasta naik tingkat karena materinya.

Datanglah Revolusi kemerdekaan. Kaum ningrat (pegawai negeri) sudah tidak lagi berposisi sebagai kelas terhormat, kalah oleh kaum swasta / pengusaha yang dengan materinya masih menduduki posisi terhormat. Muncullah kaum penguasa yaitu kaum politisi yang dimotori oleh kaum bersenjata, yang berangsur-angsur dengan “multi fungsinya” menguasai pemerintahan negara. Kaum penguasa ini membutuhkan materi sedangkan di lain pihak, kaum swasta / pengusaha dengan materinya membutuhkan kekuasaan, masing-masing untuk melestarikan posisinya. Terjadilah “perkawinan” (persekongkolan) Penguasa dan pengusaha, maka lahirlah ZAMAN EDAN (tidak ikut edan tidak kebagian). Sekarang ini tanda-tanda menunjukkan bahwa zaman edan ini tidak lama lagi akan berakhir, karena sudah cukup menderitakan rakyat banyak.

WARGA NEGARA KELAS BAWAH

Sebagai warga negara kelas bawah, dari dahulu sampai sekarang MASIH terdiri dari: Para petani kecil, para buruh kecil, para pedagang kecil dan para nelayan kecil.

Bagaimana setelah ini??

Page 10: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

Mitos mengatakan: Akan datang ZAMAN RATU ADIL, artinya zaman KESEIMBANGANNYA KEHORMATAN DAN HARGA DIRI semua warga negara dalam iklim KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN: MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA, di mana jurang pemisah antar kelas-kelas warga negara itu dapat DIJEMBATANI dengan nyata (laksana satu jasad).

Page 11: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

3 KEBERSAMAAN HIDUP

SEPERSAMAAN BERDASARKAN POLA

ATURAN HIDUP MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA

Pada tanggal 17 Agustus 1945 telah kita proklamirkan Kemerdekaan Indonesia dalam bentuk REPUBLIK KESATUAN, yang dikumandangkan ke seluruh dunia oleh tokoh utama nasional kita; Bung Karno dan Bung Hatta.

Jauh serbelum detik-detik proklamasi, yaitu pada tahun 1936 di dalam suatu sidang Mudzakarah di Surabaya, yang dipimpin oleh Yang Mulia Syeikh Habib Hamzah Ash-Shuthuh, dan dihadiri oleh Yang Mulia Syeikh Muhammad ‘Izzi Ahmad (Jakarta), Yang Mulia KH Hasyim Asy’ari (Jombang), Yang Mulia Habib Ali (Jakarta) dan Beliau-beliau yang tidak dapat disebut namanya satu persatu di sini, telah dipolakan falsafah Negara Indonesia merdeka sebagai suatu KONSEP POLITIK UNTUK MENGELOLA NEGARA DAN BERBANGSA yang kemudian harinya dirumuskan dan diperkenalkan sebagai PANCA SILA, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia.4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mudzakarah itu membahas / mentela’ah salah satu segi dari Ajaran “Rahasia Ketuhanan” sejak asal-usul kejadian alam semesta raya (sejak alam Ghoibul ghuyub, Ta’yinul Awwal, Ta’yinuts-tsani, Alam lahut, Alam malakut, Alam jabarut, Alam nasut, Alam mitsal, Alam arwah dan Alam ajsad). Ajaran ini tidak mungkin “Diterbukakan” bagi konsumsi awwam, maka orang-orang yang menerima Panca Sila sebagai rumusan jadinya, TANPA MENGUASAI / MENGETAHUI “sumber pengambilan pembentukannya” dengan sendirinya dalam prakteknya, pelaksanaannya BISA SALAH TAFSIR MELULU, sehingga di waktu yang sudah-sudah penerapannya menurut selera yang menjadi penguasa; berganti-ganti cara penerapan menurut berganti-gantinya penguasa dengan seleranya.

Hormat kita kepada para pejuang perintis kemerdekaan yang begitu GIGIH dan sangat GAGAH berani memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah air, dengan mendahulukan terwujudnya suatu kebulatan satu bangsa besar: Bangsa Indonesia, satu tanah air: Tanah air Indonesia; maka berhasil mempersatukan berapa banyak suku-suku menjadi SATU BANGSA yang besar, Bangsa Indonesia, berpuluh ragam bahasa menjadi SATU BAHASA; Bahasa Indonesia, ribuan pulau-pulau menjadi SATU tanah air, Tanah air Indonesia laksana KESATUAN kalung

Page 12: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

zamrud di ufuk timur. Dan hasrat untuk menyatakan Indonesia merdeka sudah digemakan oleh para pemuda waktu itu sejak tahun 1928-1932.

Di dalam rapat-rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan tanggal 25 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 di Gedung Pejambon Jakarta yang diketuai oleh Bapak DR KRT Radjiman Wedyodiningrat; BUNG KARNO sebagai ketua Panitia Perancang Undang Undang Dasar mengajukan suatu DASAR, suatu Gronslag, suatu “Weltanschaung” yang juga dikuatkan oleh Prof Mr H. Mohammad Yamin:(1) Pri Kebangsaan, (2) Pri Kemanusiaan, (3) Pri Ketuhanan, (4) Pri Kerakyatan, (5) Kesejahteraan Rakyat.

Lalu Bung Karno menyimpulkan bahwa lima prinsip itu bisa diperas menjadi SATU sila: GOTONG ROYONG: Semua untuk semua oleh semua. Sila yang lima ini dinamai oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 di Jakarta: PANCA SILA, yang berarti paduan lima buah sila. Oleh karena itulah tanggal 1 Juni 1945 dimashurkan sebagai TANGGAL LAHIRNYA PANCA SILA dan Bung Karno diterima sebagai penggalinya.

Sebelum bom atom jatuh di Hirosima Jepang, di sini 68 orang Indonesia bersidang di Pejambon Jakarta dan sidang ini pula merupakan pertemuan antar pejuang-pejuang aliran terbuka (legal) dan aliran-aliran pejuang tertutup (ilegal) yang kedua-duanya aliran tersebut bermuara di tangan Bung Karno maka diucapkanlah pidato yang pertama tentang ajaran Panca Sila itu, yang nantinya segera setelah Proklamasi Kemerdekaan ditetapkan dengan resmi menjadi DASAR Negara Republik Indonesia, seperti dinyatakan dalam kata Pembukaan Undang Undang Dasar yang pertama.

Pada tanggal 22 Juni 1945 untuk menetapkan dasar dan tujuan negara serta untuk mempersatukan aliran politik dan agama, ajaran Panca Sila ini dirumuskan dalam PIAGAM JAKARTA dan ditanda tangani di Pegangsaan Timur No. 56 oleh 9 tokoh pejuang perintis kemerdekaan.

Selanjutnya hendaklah kita ingat, bahwa ketika Universitas Gajah Mada memberi gelar Doktor Honoris Causa kepada Bung Karno, maka pada waktu itu Bung Karno berkata,”JANGAN DIKATAKAN SAYA INI PEMBENTUK AJARAN PANCA SILA, SAYA HANYA SEORANG PENGGALI DARI PADA AJARAN PANCA SILA INI”, dengan kejujuran Bung Karno sebagai seorang intelektual pejuang, yang tidak mau mengklaim ajaran Panca Sila sebagai ciptaan, rumusan, polaan Beliau, sungguh sangat membanggakan dan patut kita acungkan jempol.

Maka boleh dikatakan, bahwa Panca Sila adalah “kristalisasi” dari pada INTI SARI perjuangan kemerdekaan di abad XX, dan falsafah Panca Sila ini lahir / diperkenalkan 25 hari SEBELUM lahirnya Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa di San Fransisco.

Sesungguhnya satu perjuangan itu selalu ada TAHAPAN-TAHAPANNYA, maka Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan dalam rapat-rapatnya

Page 13: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

tanggal 25 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 MENYADARI bahwa yang mereka hadapi adalah TAHAPAN untuk MENDAHULUKAN KEMERDEKAAN POLITIK (politieke onafhan-kelijkheid / political freedom) dengan serta-merta secara gigih dan gagah MENGGALANG KEBULATAN KESATUAN BERBANGSA, BERBAHASA DAN BERTANAH AIR sebagai JEMBATAN MAS bagi TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DAN KEADILAN SOSIAL (sociale rechtvaardigheid) yang oleh Bung Karno disebut sebagai “RATU ADiL” yang ditunggu-tunggu oleh rakyat banyak, yaitu dengan TAHAP BERIKIUTNYA: MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN EKONOMI (economische onafhankelijkheid / economical freedom), yang sampai sekarang ini pun belum terlaksana, oleh karena DUA SEBAB POKOK UTAMA:

1. Masih adanya badai neo-kolonisme dan neo-kapitalisme.2. Melemahnya kesatuan bangsa dan tanah air, akibatdari sistem Demokrasi

50 % + 1, yaitu BADAI ADU LOMBA KEKUATAN MAYORITAS DENGAN SISTEM PERSAINGAN PARTAI-PARTAI POLITIK.

Sebenarnya cita-cita KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN yang menurut istilah Bung Karno: “GOTONG ROYONG” dari semua untuk semua oleh semua sudah bergelora di dada para perintis kemerdekaan itu, hanya selalu GAGAL terbentur pada DUA SEBAB POKOK UTAMA itulah, lebih-lebih di masa Orde Baru yang Panca Sila itu diselewengkan menjadi KEDOK KEKUASAAN “NEO-DIKTATORISME” dan “NEO-FEODALISME”, dengan segala “seni budaya persembahan upeti” kepada atasan.

Marilah kita kembali kepada ASAL dan ASLINYA maka PANCA SILA sebagai Falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah dihasilkan pada Mudzakarah pada tahun 1936 yang mengandung arti dan makna sebagai ATURAN HIDUP MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA dalam wadah kesatuan: KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN, karena PANCA SILA itu adalah MANUSIA ITU SENDIRI yang dijadikan suatu KONSEP POLITIK UNTUK MENGELOLA NEGARA DAN BERBANGSA oleh para p[eserta Mudzakarah pada waktu itu. Ada pun rincian dan pemahamannya adalah sebagai berikut:

1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila ini adalah “SUMBER ROHANI” yang mengandung arti dan makna perlunya diberlakukan: KEWAJIBAN ASASI MANUSIA: SALING ASIH, SALING ASAH SALING ASUH, karena TUHAN YANG MAHA ESA itu bersifat MAHA BELAS KASIH.

Sila ini menghendaki agar para agamawan BERSATU DALAM WADAH / LEMBAGA untuk menebarkan dan mensuburkan watak BERBELAS KASIH satu sama lain antara semua warga Republik Indonesia secara menyeluruh dan merata, oleh karenaTuhan menurunkan agama-agama itu-walau pun berlain-lain coraknyasemua agama itu BERTITIK TEMU pada ajarannya: “BERBELAS KASIHLAH ANTARA SESAMA MANUSIA” yang berasal dari satu Bapak (ADAM) dan SATU IBU (HAWA / EVA): BHINNEKA (beraneka rupa), tetapi TUNGGAL IKA (sama seajaran).

Kerukunan beragama jangan hanya semboyan yang kosong, tetapi KAUM

Page 14: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

AGAMAWAN mesti bersatu sebagai TENAGA-TENAGA AHLI yang berfungsi: MENGHIDUP-SUBURKAN MORAL WARGA NEGARA untuk SALING MENGASIHI (asih), SALING MEMBIMBING DAN MENDIDIK (asah) dan SALING MELAYANI DAN MELINDUNGI (asuh). Jangan seperti sekarang, ikut adu lomba kekuatan dengan menebarkan “kebencian” dan “permusuhan”.

Tidak satu agama pun yang tidak mengajarkan moral: Belas kasih sayang manusia kepada sesama manusia. Ada pun dalam hal HUBUNGAN DENGAN TUHAN, masing-masing menurut caranya sendiri-sendiri, itulah HAK ASASINYA. Tetapi KEWAJIBAN ASASI MANUSIA TERHADAP MANUSIA tidak boleh tidak, mesti SALING ASIH, SALING ASAH, SALING ASUH, dalam KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN.

Begitulah mestinya sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” diwujudkan.

2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Dengan sila ini dimaksud aturan KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN itu memberlakukan PERI KEMANUSIAAN YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA, YANG BERKEBANGSAAN, YANG BERKEDAULATAN RAKYAT DAN BERKEADILAN SOSIAL. Dengan lain perkataan: PERIKEMANUSIAAN LAKSANA SATU JASAD.

Titik tolak utama adalah, bahwa dalam kehidupan MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA, untuk sehatnya negara mesti ada PATOKAN / STANDARD MINIMUM DAN MAKSIMUM, terutama di bidang PEMILIKAN HARTA, PENGEMBANGAN HARTA dan PEMBELANJAAN HARTA, jangan seperti sekarang, semua “SEMAU GUE”, yang kaya kelewat kaya menari-nari di atas kaum miskin yang kemiskinannya berada di bawah garis kewajaran.

Kedaulatan manusia itu MESTI BERCIRI: Jelas batas-batas kedaulatannya, jelas batas MINIMALnya dan jelas batas MAKSIMALnya di dalam iklim KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN itu, terutama dalam hal PEMILIKAN HARTA, PENGEMBANGAN HARTA, KEMAMPUAN PEMBELANJAAN HARTA; kalau tidak hancurlah kehidupan bernegara.

LIHAT CONTOH: Kendaraan mobil saja: Bisa selalu siap pakai dan selalu awet pakai manakala DIINDAHKAN batas minimum dan batas maksimumnya dari mulai angin ban roda, letupan apinya, air pendinginnya, air accunya dan sebagai-sebagainya. Kalau batas minimum dan maksimumnya tidak ada atau tidak diindahkan, niscaya sebentar saja BEJATLAH / RUSAK mobil itu. Begitulah kita dalam hal BERNEGARA.

Dalam kondisi ekonomi negara yang masih “SAKIT” ini, kiranya dapat kita mulai dengan standard: MINIMUM pemilikan harta perorang warga sebesar nilai 100 gram emas dan MAKSIMUMNYA senilai 100 kg, emas perorang warga, yang nantinya bisa menaik dengan menaiknya TARAF HIDUP SENEGARA. Pemilikan tanah dan sebagainya,dengan sendirinya pun perlu pengaturan batas minimum dan maksimumnya. Sebagai TINDAK REFORMASI, kepada mereka yang memiliki

Page 15: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

harta harta lebih dari nilai 100 kg, emas perorang, dapat diberikan “Pemutihan”, artinya tidak diusut asal-usulnya harta tersebut, asalkan dalam waktu singkat dia menghibahkan hartanya yang berlebih itu kepada siapa pun yang dikehendakinya, sedangkan manakala lewat batas waktu atau menyembunyikan hartanya, DITINDAK TEGAS.

Dalam hal PENGEMBANGAN HARTA tidak boleh ada cara MONOPOLI atau PENYALAH-GUNAAN KEKUASAAN, tidak boleh ada penguasa merangkap pengusaha, juga tidak dibenarkanHARTA BERANAK HARTA seumpama pungutan RIBA / RENTEN, melainkan pengembangan harta mesti dengan KERJA NYATA yang HALAL, tidak boleh dengan bermalas-malasan memeras keringat orang lain. Di bidang PERBURUHAN saja hubungan buruh dengan majikan tetap mesti bernafaskan: PERSAUDARAAN – KEADILAN – KERAHMATAN : sama SENANG sama KENYANG.

Tidak beradab pula manakala ada PENIMBUNAN dan PEMBEKUAN harta; semua harta modal mesti berputar melaju sehingga DAYA-BELANJA masyarakat terus meningkat.

Sumber-sumber dan kekayaan alam tertentu ada yang TIDAK BOLEH menjadi MILIK PERORANGAN, yaitu jalan umum, sungai-sungai, lautan, gunung-gunung, hutan dan sebagainya. Melainkan itu MILIK NEGARA yang artinya MILIK RAKYAT BERSAMA, yang rakyat banyak berhak menikmatinya bersama dan rakyat WAJIB memeliharanya bersama pula. Tidak boleh dalam prakteknya seolah-olah menjadi milik oknum-oknum pemerintah.

TIDAK DIRAMPAS KEMERDEKAAN SESEORANG. Dijaga keras agar tidak ada praktek-praktek penghisapan dan penindasan manusia oleh manusia, dari segala bentuk dan gaya perbudakan atas manusia oleh manusia hendaknya diberantas bersama.

Dalam hal pelaksanaan HUKUMAN atas seseorang karena pelanggaran hukum, diupayakan sejauh mungkin TIDAK DALAM BENTUK MERAMPAS KEMERDEKAAN SESEORANG dengan hukuman “meringkuk di penjara atau tahanan” lama-lama, bisa lebih dititik-beratkan pada “hukuman badan” seperti dicambuk, didera dan sebagainya. Sehingga kemerdekaan seseorang tetap tidak hilang. Lagi pula seiring dengan KEWAJIBAN ASASI MANUSIA (sila 1), setiap warga dididik sebagai MANUSIA SEJATI, yang bersih dari segala sifat dan perilaku KEHEWANAN dan bersih dari segala sifat malas, laksana kayu dan batu yang diam saja menunggu dikampak atau dipukul orang.

3. SILA PERTSATUAN INDONESIA (KEBANGSAAN)

Tuhan menciptakan manusia dari pada laki-laki dan perempuan, lalu berkembang-biak menjadi suku-suku, dan suku-suku itu berhimpun menjadi bangsa-bangsa, dan bangsa-bangsa itu menjadi penguasa planet bumi ini.

Begitulah BANGSA INDONESIA adalah KESATUAN dari pada berpuluh-puluh suku

Page 16: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

dengan bahasa, agama dan budaya yang beraneka ragam. Berkat perjuangan para PERINTIS KEMERDEKAAN berbagai suku-suku itu BERSATU DAN MENYATU menjadi SATU KESATUAN BANGSA: Bangsa Indonesia dengan:

SATU BAHASA : Bahasa IndonesiaSATU NEGARA : NEGARA kesatuan REPUBLIK INDONESIASATU BENDERA : Merah – Putih.

Maka Sila Kebangsaan ini bermakna “Hendak mengokohkan dan mempertahankan” KESATUAN BANGSA ini SEJAJAR dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini dalam rangka: Hormat-menghormati, bekerja sama untuk membina dunia yang aman, damai dan sejahtera penuh PERSAUDARAAN – KEADILAN –KERAHMATAN.

Dengan sila Kebangsaan ini TIDAK dimaksudkan sebagai satu bangsa yang lebih “SUPER” di atas bangsa-bangsa lain, pun tidak merasa lebih “RENDAH” dari pada bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Sila Kebangsaan ini hendak membentuk MASYARAKAT KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN, dimana warga-warganya berdiri SEJAJAR di dalamnya dengan MERATANYA SIKAP DAN RASA “SENASIB DAN SEPENANGGUNGAN”.

Untuk itu maka lembaga-lembaga perwakilan di negara ber-Panca Sila ini diisi dengan wakil-wakil suku di samping wakil-wakil dari bidang profesi. Sama sekali tidak Pancasilais kalau terdiri dari wakil-wakil partai politik.

Corak dan sifat dari pada KEBANGSAAN ini adalah KEBANGSAAN YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA, YANG BERPERIKEMANUSIAAN, YANG BERKEDAULATAN RAKYAT, YANG BERKEADILAN SOSIAL, maka TIDAK LAYAK ada sebutan: WARGA NEGARA INDONESIA KETURUNAN ASING sama saja dengan sebutan “pribumi keturunan tetamu” bisa-bisa nanti ada sebutan “tetamu keturunan pribumi”. Setiap orang yang DILAHIRKAN di sini, lalu hidup di dan dari negeri ini, apalagi sudah turun-temurun, dan mati pun hendak di sini, dia adalah PRIBUMI TULEN dengan segala HAK DAN KEWAJIBANNYA sebagai pribumi. Ada pun orang asing adalah orang yang sementara waktu hidup di sini sebagai TETAMU, yang hak dan kewajibannya jelas berbeda dengan pribumi. Jikalau KEDAULATAN dan HAK ASASI tiap-tiap rumah tangga warga dijamin dan dilindungi, sudah tentu HAK OTONOMI DAERAH dijelmakan dan dihidupkan, yaitu MENGATUR RUMAH YANGGA DAERAH dan DAERAH itu sendiri; tetapi tidak boleh bersifat “mendirikan negara dalam negara”, oleh karena itu dalam hal KEBIJAKSANAAN DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI, serta PERTAHANAN DAN KEAMANAN, tetap mesti SATU (berpusat) begitu pun dalam hal MATA UANG.

Maka penting sekali diatur: ADAB KESOPANAN BERBANGSA, OTONOMI DAERAH bukan asal OTONOMI saja, tetapi HARUS OTONOMI YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA, OTONOMI YANG BERKEBANGSAAN, OTONOMI YANG BERPERIKEMANUSIAAN, OTONOMI YANG BERKEDAULATAN RAKYAT, OTONOMI YANG BERKEADILAN SOSIAL. Jikalau rumah-rumah tangga diikat dengan KERUKUNAN, yakni Rukun Tetangga dan Rukun Warga ada baiknya otonomi

Page 17: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

daerah-daerah itu pun diikat dengan RUKUN DAERAH-DAERAH, sehingga OTONOMI DAERAH tidak terlepas dari ADAB KESOPANAN BEROTONOMI di dalam wadahj KESATUAN BERNEGARA SEPERSAMAAN.

4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN 0LEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN (KEDAULATAN RAKYAT)

Yang dimaksud dengan sila ini adalah KEDAULATAN RAKYAT YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA, YANG BERKEBANGSAAN, YANG BERPERIKEMANUSIAAN, YANG BERKEADILAN SOSIAL.

Penafsiran dan pengamalan sila Kedaulatan rakyat ini, dimulai dari semenjak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang MASIH TIDAK MENGENA dengan MAKNA KEDAULATAN KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN YANG LAKSANA SATU JASAD itu.

Pada tahun-tahun PERMULAAN kemerdekaan, lalu zaman Republik Indonesia Serikat (RIS) sampai keluarnya DEKRIT pembubaran Dewan Konstituante, Sila ini dipraktekkan sebagai DEMOKRASI 50 % +1 dengan sistem ini MULTI PARTAI POLITIK, yang sekarang ini JUSTERU KESALAHAN INI hendak DIULANG KEMBALI. Pada waktu itu sistem tersebut tidak dapat menstabilkan KONDISI POLITIK dan pemerintahan, karena kabinet sebentar-sebentar dijatuhkan / bubar oleh “mosi tidak percaya” dari pihak oposisi di parlemen, latar belakangnya: ADU KEKUATAN antar parpol untuk menguasai pemerintahan.

Pada waktu itu juga sidang-sidang Dewan Konstituante yang terdiri dari wakil-wakil partai politik yang banyak, sulit dan selalu gagal mencapai “mufakat bulat” mengenai DASAR POLA bernegara, mendorong kepala negara untuk mengeluarkan Dekrit pembubaran konstituante dan kembali pada UUD ’45, tetapi lantas Sila Kedaulatan rakyat ini dipraktekkan sebagai DEMOKRASI TERPIMPIN dengan kekuasaan di SATU TANGAN: Kepala negara. Semua pimpinan lembaga-lembaga legislatif dan lain-lain, distatuskan sebagai “Pembantu Presiden” dengan pangkat “Menteri”. Semua “penyimpangan” itu dilakukan dengan DALIH: REVOLUSI BELUM SELESAI.

Dicoba menstabilkan politik dengan sistem POROS “NASAKOM” (Nasionalisme –Agama – Komunisme), sampai-sampai di segala bidang termasuk “perusahaan negara” hendak diverpolitisir (nasakomisasi). Angkatan Bersenjata sendiri tidak “sefaham” dengan bentuk “Poros” ini, dan bersama-sama potensi-potensi di masyarakat, muncullah reaksi: “Nasakom” jiwaku, bukan poros.

Runtuhlah Rezim ORDE LAMA yang dinilai sebagai “kekuasaan kediktatoran”. Datang Orde Baru yang langsung berusaha MENGOKOHKAN KEDUDUKAN KEKUASAANNYA dengan “menyederhanakan” jumlah partai politik dan MENGANGKAT Angkatan Bersenjata menjadi KEKUATAN SOSIAL POLITIK KELAS 1.

Maka Sila KEDAULATAN RAKYAT direkayasa menjadi “musyawarah – mufakat

Page 18: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

yang dapat diatur untuk mengekalkan kedudukan penguasa). Tidak dapat dihindarkan berkecamuklah KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME dan AKUISME sampai seolah-olah membudaya. Pengamalan Sila Kedaulatan rakyat ini dijadikan “demokrasi kong-kalikong” membuka dalih dan peluang untuk yang berkemampuan dan berkekuasaan mengejar dan menumpuk kekayaan tanpa batas, dengan menghalalkan segala cara yang tercela, sehingga jurang pemisah antara kaya dan miskin semakin melebar.

Penafsiran dan penerapan Sila Kedaulatan rakyat seperti tersebut itu, karena cukup parah menderitakan rakyat, melahirkan gelombang tuntutan rakyat untuk REFORMASI: Reformasi politik, reformasi ekonomi, reformasi aparatur, reformasi tata peradilan dan lain-lain.

Lalu orang mulai dengan KEBEBASAN MENULIS, KEBEBASAN BERBICARA DAN BERSUARA, KEBEBASAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT dan KEBEBASAN BERHIMPUN, terjadilah demo / pengerahan massa, yang bisa menjurus pada kebebasan gontok-gontokan, terlebih-lebih dengan ramai-ramai MENDIRIKAN PARTAI POLITIK. Mereka mengira bahwa itulah therapi yang tepat untuk mengatasi segala kesulitan dan ketidak-menentuan, dan mereka berteriak: “Inilah Demokrasi!” Padahal mereka hendak kembali pada KESALAHAN AWAL Demokrasi 50 % + 1.

Padahal, apakah belum jelas kepada kita sekalian, bahwa sistem berPARTAI POLITIK itu pada kenyataannya adalah MEMECAH POTENSI MASYARAKAT BANGSA untuk DIPACU pada ADU LOMBA KEKUATAN DAN KEKUASAAN, mempertentangkan dengan tajam golongan MINORITAS lawan MAYORITAS, mengkotak-kotakkan IDE-IDE (lamunan) para individualis dalam skala besar untuk berserakan dalam iklim PERTENTANGAN YANG TERUS-MENERUS, pertentangan kepentingan, pertentengan antara kalah dan menang, pertentangan antara kuat dan lemah, pertentangan antara yang kuasa dan yang dikuasai, arena pergulatan yang berkelangsungan tidak berkesudahan, lenyaplah segala kedamaian dan AKHLAQ yang berbudi. Tetapi mereka masih tidak bermalu untuk berteriak: “Demi kesatuan dan persatuan” padahal MESTINYA persatuan-persatuan itu adalah satuan-satuan / unit / organ dari KESATUAN, BUKAN persatuan itu disejajarkan dengan kesatuan.

Sistem perwakilan dengan sistem KEPARTAIAN POLITIK SUDAH CUKUP kita alami, betapa akses-aksesnya: Besar sekali dana yang terbuang SIA-SIA (mubadzir), umpamanya harus melalui Pemilihan Umum yang tidak sedikit menelan biaya dan tenaga, biaya-biaya kampanye partai-partai dengan segala RISIKO ketegangan dan adu kekuatan, risiko-risiko kecurangan (cacat moral), menambah permusuhan / menjauhkan persaudaraan, masalah money politic, tambah-tambah pula risiko gangguan kamtibmas, (bidang lalu lintas, kegiatan perdagangan / pasar, ketenangan hati masyarakat), menjauhkan suasana aman, damai dan tenteram.

LALU BAGAIMANA...???

Page 19: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

Kedaulatan rakyat yang BUKAN asal kedaulatan, tetapi KEDAULATAN YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA (bermoral), KEDAULATAN YANG BERKEBANGSAAN (berkepribadian), KEDAULATAN YANG BERKEPERIKEMANUSIAAN (kebersamaan sepersamaan), KEDAULATAN YANG YANG BERKEADILAN SOSIAL, sebagaimanadilambangkan dan dicontohkan oleh JASAD MANUSIA, menganjurkan agar manusia-manusia ini mendirikan HIMPUNAN-HIMPUNAN KAUM PROFESI (keahlian ilmu dan amal), seperti Himpunan Ahli-ahli Teknik, Himpunan Ahli-ahli medis, Himpunan Ahli-ahli Tani, Himpunan Ahli-ahli Niaga, Himpunan Ahli-ahli Ekonomi, Himpunan Ahli-ahli Kedaulatan, Himpunan Ahli-ahli Kelautan, Himpunan Ahli-ahli Kehutanan / Perkebunan, Himpunan Ahli-ahli Kerohanian dan lail-lain, dan tiap-tiap himpunan itu mengirim wakil-wakilnya untuk duduk di lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara, sebagai Ahli Ilmu dan Amal di bidangnya masing-masing. Sudah barang tentu saling KERJA SAMA DAN SALING MEMBUTUHKAN. Himpunan profesi yang satu dengan lainnya, bukan untuk saling “cakar” yang biasanya dinyalakan drngan API KEKASARAN dan KEBENCIAN / KEDENGKIAN. Pola menghidupkan lembaga tinggi negara seperti DPR – MPR dengan wakil-wakil profesi jelas akan menjelmakan KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN: Saling Asih, Saling Asah, Saling Asuh, efektif, efisien, berdaya guna tinggi.

Mayoritas dan minoritas bukan lagi hal yang dibuat sebagai AJANG PERTARUNGAN kejar-mengejar, tetapi justeru akan mengindahkan KESATUAN DAN PERSATUAN BERBANGSA DAN BERNEGARA. Jikalau negara itu laksana SATU JASAD, maka para Cendekiawan / Ilmuwan, Rohaniawan didudukkan dalam “otak kepala” dan hatinya jasad, untuk mengedarkan keseluruhan aliran darah: BUDI PERADABAN.

Di samping perwakilan-perwakilan dibina dengan wakil-wakil fungsi / profesi mesti juga wilayah / daerah yang potensi, watak dan pembawaannya yang beraneka ragam itu PUN terwakili (tanpa rekayasa) dalam persenyawaan KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN; Baru dengan demikianlah tercapainya HIKMAT KEBIJAKSANAAN PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN.

KEDAUALTAN RAKYAT DI BIDANG HANKAM

Masalah pertahanan / keamanan adalah TANGGUNG JAWAB BERSAMA secara SATU JASAD. Setiap warga mengikuti WAJIB MILITER dan secara berkala semua bergiliran menjalani latihan-latihan militer (Darat, Laut, Udara), sehingga tenega tetap militer itu tidak perlu berjumlah banyak, cukup inti-intinya saja,tetapi dalam keadaan DARURAT, maka SELURUH RAKYAT adalah ANGKSTSN PERANG yang siap lengkap. ABRI adalah Rakyat dan Rakyat adalah ABRI yang BUKAN pemegang multi fungsi yang diktatoris.

Tanggung jawab atas keamanan tiap lingkungan dipikul secara BERSAMA SEPERSAMAAN antar warga; antar Rukun Tetangga, Rukun Warga – Kampung –Kelurahan selalu ada tali komunikasi (silaturahmi) bernafaskan PERSAUDARAAN dan KERAHMATAN dalam rangka: MENCEGAH, MENANGGULANGI sebab-sebab dan benih-benih yang dapat menerbitkan tinndak kejahatan warga, gangguan keamanan, gangguan kesehatan, gangguan atas kesejahteraan warga,

Page 20: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

menanggulangi bencana alam dan sebagainya dan MENGATASINYA bersama apabila suatu gangguan itu timbul.

5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Yang dimaksud dengan sila KEADILAN SOSIALINI, ialah KEADILAN SOSIAL yang BERKETUHANAN YANG MAHA ESA, yang BERKEBANGSAAN, yang BERPERIKEMENUSIAAN, yang BERKEDAULATAN RAKYAT.

Selama ini: Siapa saja yang memegang pemerintahan negara ini selalu HANYA MENYANYI: “Pemberantasan kemiskinan, Pemberantasan kemiskinan”, dan selalu kita dibius dengan “angka-angka prosentasi” penurunan ANGKA KEMISKINAN, tetapi KENYATAANNYA KEMISKINAN di mana-mana masih NAMPAK, dan JENJANG SOSIAL masih lebar. Juga “patokan” / standard yang disebut MISKIN itu sangat kabur, sehingga penilaian seseorang itu MISKIN atau tidak masih sangat ngawur. Ka;au dengan pembahasan Sila Perikemanusiaan, diketengahkan ide bahwa MINIMUM PEMILIKAN HARTA itu adalah senilai 100 gram emas per-orang warga, dapat dibayangkan alangkah banyaknya warga negara Indonesia ini yang masih di bawah GARIS MINIMUM, padahal seluruh dunia tahu, betapa TERKAYANYA tanah air kita Indonesia Raya ini, di udara burung- burung kita tercantik dan termahal di dunia, di atas lautan dan perairan betapa berharganya tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan ikutannya, di dalam airnya betapa berharganya jenis-jenis ikan dan hewan air lainnya, di dasarnya: betapa berharganya tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, jenis-jenis karang dan sebagainya; di daratan dan pegunungan-pegunungan: Segala hasil bumi di atasnya, bahan-bahan tambang di perut buminya, penuh dengan harta kekayaan yang tiada taranya dan banyaknya, kenapa pemerintah SULIT SEKALI untuk menghentikan kemiskinsn rakyat?? Tentu saja sulit terus, selama tidak memberlakukan POLA KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN.

MISKIN adalah “lemah di bidang pemilikan harta” (tidak liquide) sedang FAKIR adalah “lemah di bidang pembelanjaan harta” (tidak solvable). Apabila aset kekayaan semua perusahaan-perusahaan negara (BUMN) dihitung, kemudian dibahagi JUMLAH WARGA NEGARA sebagai pemegang sahamnya, sehingga setiap warga MEMILIKI sehelai SURAT SAHAM yang bernilai sebagai tanda bahwa dia IKUT MEMILIKI perusahaan-perusahaan tersebut yang dengan sendirinya merasa IKUT BERTANGGUNG JAWAB atas kelangsungan perusahaan-perusahaan itu, maka:

1. Dengan memiliki surat saham yang berharga itu, sekejap saja tidak ada lagi orqng miskin di Indonesia (semua liquide).

2. Pengelola-pengelola perusahaan negara itu akan lebih jujur dan hati-hati, karena kini “Bossnya” adalah rakyat banyak, yang tidak bisa diajak curang begitu saja, dan jikalau perusahaan itu merugi, para pemegang saham (rakyat banyak itu) akan mencari tahu apa-apa sebabnya.

3. Rakyat banyak dengan sendirinya akan aktif memelihara sarana dan peralatan-peralatan perusahaan negara itu, karena ada rasa MEMILIKINYA, kabel-kabel llistrik tidak ada yang berani mencurinya, begitu juga rel-rel kereta api dan sebagainya dan sebagainya.

Page 21: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

4. Belum lagi cara-cara lain dalam rangka DEMOKRASI EKONOMI nanti.

PAJAK-PAJAK YANG ADA SEKARANG INI LEBIH LAYAK UNTUK DIHAPUS

Di zaman penjajahan Belanda, leluhur-leluhur kita sering kali melakukan pemberontKn / perlawanan dikarenakanpembebanan pajak-pajak yang mencekik leher. Masa setelah Indonesia merdeka, pembebanan pajak itu bahkan semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu maka PAJAK-PAJAK YANG ADA SEKARANG ITU LEBIH LAYAK UNTUK DIHAPUS!! Karena di situ banyak celah-celah yang orang “bisa bermain”. Adapun “belajar” dari Syariat Islam mengenai pemungutan Zakat – Infaq – Jariyah dan shodaqoh yang berfungsi sebagai SOLIDARITAS KEMANUSIAAN, serta penyalurannya diatur mekanismenya secara benar-benar TRANSPARAN dengan aparatur petugas-petugasnya yang benar-benar pilihan dan teruji. Adapun sistem penyampaiannya kepada yang berhak menerimanya, berbentuk “natura” satuan-satuan badan usaha (distribusi atau produksi) secara kolektif (para tuna karya dan sebagainya) dan badan-badan usaha itudinnaungi dan dibimbingnya agar satuan-satuan badan usaha itu berkembang subur, dimana penerima zakat / infak yang tadinya fakir atau miskin, atau tuna karya, kini menjadi pemilik kolektif merngkap pekerja-pekerja kolektif dari badan-badan usaha tersebut, sehingga dalam waktu yang singkat sekali: AKAN DAPAT TERATASI KEMALASAN, PENGANGGURAN, KEMISKINAN. Dan pada tahun berikutnya, mereka (para penerima zakat / infak) itu sudah bisa meningkat menjadi pembayar wajib zakat, sehingga arus moneter dalam masyarakat menjadi lebih berputar deras tetapi tetap dalam persenyawaan KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN.

KEADILAN DAN PERADILANTerlebih dahulu kita simak DEFINISI ADIL YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA itu apa dan bagaimana? Jawabannya adalah: “Barang siapa yang berbuat kebajikan walau seberat butir debu, mesti diberi imbalan (ganjaran) dan barang siapa yang berbuat kejahatan walau seberat butir debu pun, mesti diberi imbalan (hukuman)”. Dan membeda-bedakan yang sama dan menyamakan yang berbeda-beda itu TIDAK adil bijaksana. Diberlakukanlah DUA UNDANG-UNDANG:

UNDANG-UNDANG GANJARAN, yang mengatur bentuk “ganjaran” bagi setiap warga yang berbuat kebajikan (tidak berbuat kejahatan).UNDANG-UNDANG HUKUMAN, yang mengatur bentuk “hukuman” bagi setiap warga yang berbuat kejahatan (tidak berbuat kebaikan).

Secara manusiawi, orang akan lebih suka memilih untuk memperoleh HADIAH GANJARAN (harga diri terpelihara, hanya dengan tidak memperbuat kejahatan / pelanggaran), terbanding dia mesti ambil risiko mendapat HUKUMAN (dan harga diri tercoreng dengan membuat kejahatan / pelanggaran).

BENTUK-BENTUK HUKUMAN diupayakan TIDAK dengan MERAMPAS

Page 22: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

KEMERDEKAAN SESEORANG dengan HUKUMAN KURUNGAN lama-lama, tetapi dengan hukuman CAMBUK, RAJAM, POTONG JARI / TANGAN, dan yang terberat HUKUMAN MATI, tetapi orang tidak kehilangan kemerdekaan dirinya lama-lama. Hukuman denda dan ganti rugi (diyat) pun diterapkan sebaik-baiknya. Maka bentuk-bentuk HUKUMAN dalam iklim Salling Asih, Salling Asah, Saling Asuh: Tidak bersifat penyiksaan, tetapi lebih bersifat PENGAJARAN PENDIDIKAN.

PENGAMPUNAN

(1). KHUSUS DIBERLAKUKAN pada awal penerapan pola “Aturan hidup manusia dengan kemanusiaannya”, ini: PENGAMPUNAN UMUM atas tindak pidana korupsi dan kecurangan-kecurangan lainnya di masa lalu, setelah ditetapkan patokan / standard minimum dan maksimum pemilikan harta dan pembelanjaan harta, harta-harta orang melebihi batas maksimum, mesti dalam waktu tertentu (umpamanya 3 atau 6 bulan) dihibahkan kepada siapa saja yang dia sukai secara suka rela, terbuka dan tidak boleh mengandung unsur rekayasa pembohongan, dan manakala lewat waktu itu tidak dilaksanakan atau disembunyikan, harus diambil oleh negara dan “diperangi” oleh rakyat dan negara. Mengenai mereka yang memiliki harta di bawah garis maksimum, tetapi jauh melebihi batas minimum, diwajibkan membayar IURAN SOLIDARITAS KEMANUSIAAN yang besarnya bervariasi antara 2,5% sampai 20%, bercermin pada peraturan zakat dan infak bagi kaum muslimin (sebab pajak-pajak semua dihapus). Untuk selanjutnya “Iuran solidaritas kemanusiaan” ini diberlakukan / diwajibkan atas semua warga tanpa kecuali.

(2). Pengampunan: Grasi, Amnesti, Abolisi, dapat diberikan sebab manakala tindak kejahatan di masa lalu itu diadili satu persatu, selama 40 tahun pun tidak akan selesai, apabila masih bercokolnya partai politik yang memegang kekuasaan. Bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan kesalahan / pelanggaran, hendaknya dapat diberi pengampunan apabila:

A. Setelah diadil terbukti, bahwa “terhukum” jasa baiknya kepada masyarakat luas jauh lebih tinggi / banyak terbanding kejahatan / pelanggarannya.

B. Terhukum benar-benar menyerah atas segala keputusan pengadilan, tidak mempersulit jalannya pengadilan, dan bersungguh-sungguh meminta diberi kesempatan dan bimbingan untuk bertaubat (dimasukkan dalam rumah atau lembaga pertaubatan, bukan penjara). Apabila bertaubatnya pura-pura / rekayasa, tipu daya, orang demikian dihukum berat seberat-beratnya.

(3). Tindak pidana seperti: Mensuri, merampas hak milik seseorang, manakala itu dimaafkan oleh orang / pihak yang dirugikannya; dimana perlu imbalan “ganti rugi” bagi yang kecurian / dirugikan. Dan dalam hal pembunuhan, dapat diampuni dari hukuman mati, kalau si pembunuhnya “diampuni” oleh keluarga korban yang terbunuh dan dengan syarat, bahwa si pembunuh yang diampuni itu membayar GANTI RUGI (diyat) kepada keluarga korban yang terbunuh itu. TATA CARA pemberian pengampunan ini, urutan dan susunan pelaksanaannya akan diatur oleh Undang-undang.

Page 23: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

PEMBELAAN

Seorang terdakwa atau orang yang sedang diadili, BERHAK untuk didampingi oleh pembela, seorang atau lebih, tetapi kalau terdakwa sudah menjadi terhukum, manakala dia menghilang / melarikan diri / kabur, maka PEMBELANYA HARUS menjadi pengganti yang menjalankan hukuman sampai si buronan itu tertangkap kembali atau habis masa hukumannya. Pada pokoknya: Tiap kewenangan terikat pula pada tanggung jawab.

Dapatlah dibayangkan, bahwa KEAMANAN akan merata menyeluruh, apalagi ditunjang dengan KEPASTIAN HUKUM, KEPASTIAN HARI ESOK – HARI DEPAN, dan BUDAYA KEGOTONGROYONGAN dan KEBERSAMAAN TANGGUNG JAWAB, niscaya penjara-penjara itu akan kosong, berganti dengan penuhnya tempat-tempat peribadatan dan tempat-tempat pengabdian. Juga terjadilah PENGHEMATAN BESAR di bidang PEMBIAYAAN NEGARA.

Penjara-penjara itu dapat diubah bentuk dan fungsinya menjadi penampungan orang-orang BERTAUBAT, karena orang-orang terhukum dapat dibebaskan dan atau diringankan dari hukuman, manakala dia siap sedia bertaubat dengan sungguh-sungguh, tentunya di bawah tuntunan dan asuhan rohaniaean yang ahli.

SARANA PERADILAN

Pengadilan-pengadilan didesentralisir berada di lingkungan-lingkungan kecil (umpama kampung, desa atau Rukun Warga) dengan prinsip: Bahwa pelaku tindak kejahatan / pelanggaran itu diadili di tempat terjadinya pelanggaran / tindak kejahatan itu sendiri dan atau di tempat lingkungan tinggalnya sang pelanggar tersebut. Dengan “Dewan juri” yang terdiri dari para warga tempat tinggalnya sang pelanggar tersebut. Sebagai penjelmaan dari prinsip KEBERSAMAAN HIDUP SEPERSAMAAN: Tiap warga bertanggung jawab atas lingkungannya dan setiap lingkungan bertanggung jawab perilaku warganya.

Pihak yang dirugikan, yaitu korban dari tindak kejahatan itu bertindak sebagai JAKSA PENUNTUT (didampingi oleh jaksa PROFESIONAL) dari pemerintah, sedang DEWAN HAKIM diketuai oleh SESEPUH LINGKUNGAN dengan didampingi oleh hakim profesional dari pemerintah.

Sistem peradilan dan tata laksana peradilan mesti sebesar-besarnya mengandung KEMASLAHATAN BAGI MASYARAKAT LUAS, maka tata laksana peradilan sebagaimana tersebut di atas akan membuahkan banyak manfaat antara lain:

Mengandung undur mendidik, membiasakan warga untuk sadar diri akan ikatan KEBERSAMAAN HIDUP dan HIDUP KEBERSAMAAN, bermoral dan berperadaban, saling asih, saling asah, saling asuh: MANUSIA DENGAN KEMANUSIAANNYA.Tidak akan terjadi suap-menyuap dan perselingkuhan.Akan sangat meringankan beban Anggaran Biaya Negara.Tercegah terulangnya suatu tindak kejahatan seseorang, yang sama atau yang lain.

Page 24: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

KEPRESIDENAN

PRESIDEN DIPILIH OLEH Sidang Rakyat (Wakil-wakil Profesi dan Suku-suku) dan diangkat untuk MASA BAKTI satu windu (8 tahun), dan setelah habis masa jabatannya tidak boleh diangkat lagi secara berturut-turut; manakala rakyat menghendakinya dia bisa diangkat lagi menjadi presiden setelah diselang dulu oleh orang lain. Ada pun Wakil Presiden juga dipilih oleh Sidang Rakyat, berdasarkan calon yang diajukan oleh Presiden terpilh.

Tiap empat tahun diadakan Sidang Rakyat, dimana dinilai dan ditetepkan apakah presiden dan atau wakil presiden masih diberi kepercayaan sampai habis satu windu masa jabatannya ataukah sampai di situ saja (= 4 tahun).

Yang diangkst menjadi Presiden dan Wakil Presiden yaitu orang yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Warga negara Indonesia yang sehat jasmani dan rohani.2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu menjunjung tinggi apa-

apa perintah-Nya dan menjauhi / mencegah apa-apa laranganNya.3. Berjiwa dan bertindak “PEMERSATU”, mampu berdiri di atas semua aliran

dan pegangan hidup warga negara seumumnya (arif, adil,bijaksana), maka setidak-tidaknya dalam masa 8 tahun pertama dia mesti BUKAN orang partai politik atau MANTAN orang partai politik dan atau golongan kekuatan sosial politik masa lalu.

4. Mampu membina MANUSIA SEUTUHNYA, maka dia mesti manusia yang bebas dan bersih dari sifat dan perangai KEHEWANAN yang tercela, sebab dia BERTUGAS untuk MENGATUR MANUSIA.

5. Cinta dan berbakti kepada nusa dan bangsa, setia dan patuh pada UUD dan konstitusi.

6. Untuk yang pertama kalinya, orang yang akan diangkat menjadi presiden dan wakil presiden sebagai Dwi Tunggal, mesti yang mampu membereskan / melunaskan hutang-hutang luar negeri Republik Indonesia dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, disamping segera meringankan beban hidup rakyat seumumnya.

KESIMPULAN / PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan pokok antara lain:1. Mengurus negara dan berbangsa yang dilaksanakan selama ini telah

dilakukan dengan dasar yang salah dan dengan cara yang salah dan oleh orang-orang yang tidak tepat pula sehingga akibatnya seperti yang dirtasakan dan diderita seperti sekarang ini.

2. Palsafah negara PANCA SILA yang diungkapkan oleh Bung Karno pada tahun 1945 yang kemudian dasar untuk mengurus bangsa dan negara,

Page 25: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita

telh diisi dan ditafsirkan tidak sebagaimana dengan apa yang dipikirkan dan ditafsirkan oleh beliau-beliau yang mengadakan mudzakarah pada tahun 1936 sehingga akibatnya seperti jauh panggang dari api. Makanya perku kita mencoba kembali apa yang dikehendaki dan dipikirkan oleh para Yang Mulia “pencipta”nya pada tahun 1936 tersebut. Hasil mudzakarah tahun 1936 tersebut memang tidak ada semacam dokumen otentik yang dibuat dan tentunya karena berbagai alasan dan pertimbangan pada waktu itu.

3. Apa yang kami lakukan di atas adalah sebagai kesimpulan dari suatu usaha yang dilandasi oleh itikad yang luhur dan hati nurani yang suci bersih dari berbagai kepentingan yang rendah dan kotor, mencoba menemukan kembali latar belakang dan landasan pemikiran dari beliau-beliau itu, maupun latar belakang dari pribadi beliau-beliau. Sebagai manusia biasa kami menyadari benar bahwa apa yang telah kami kemukakan tentu belum seluruhnya seperti yang beliau-beliau maksudkan, kecuali yang dasar-dasar pokok yang terpenting.

4. Dari pokok uraian tersebut di atas rasanya sudah cukup memadai untuk dijadikan kerangka pokok yang dapat dilaksanakan.

5. Ada pun lembaga-lembaga tinggi negara yang sudah ada jiwanya tetap dapat dipakai sebagaimana adanya sekarang, hanya di sana-sini perlu disempurnakan supaya “dudknya dan fungsinya” masing-masing dari lembaga tersebut sesuai drngan prinsip SATU JASAD.

Page 26: Sekapur Sirih - abahsumadi.files.wordpress.com fileadu domba antar partai-partai politik untuk mengejar kekuatan dan kekuasaan memperebutkan pemerintahan, cukup menghasilkan derita