109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI TIRTOMOYO TAHUN 1950-2000 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhisebagai Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : GILANG CHRISTIAN .W. C0505029 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS NEGERI SEBELASMARET SURAKARTA 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

  • Upload
    lamque

  • View
    246

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK

TRADISIONAL DI TIRTOMOYO

TAHUN 1950-2000

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhisebagai Persyaratan

guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

GILANG CHRISTIAN .W.

C0505029

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS NEGERI SEBELASMARET

SURAKARTA

2012

Page 2: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : GILANG CHRISTIAN .W.

Nim : C 0505029

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Sejarah

Perkembangan Industri Batik Tradisional di Tirtomoyo Tahun 1950-2000” adalah

betul-betul karya sendiri, bukan dari plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-

hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citas (kutipan) dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 2012

Yang membuat pernyataan

GILANG CHRISTIAN .W.

Page 5: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ayah dan Ibunda tercinta.

Adik-adikku tersayang.

Page 6: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

“ Ketika kesedihan itu harus terjadi dan jiwa tidak lagi memiliki cara untuk

menghindarinya, maka kesedihan itu justru akan mendatangkan pahala, karena

kesedihan yang demikian merupakan bagian dari musibah atau cobaan, dan

hendaklah senantiasa melawannya dengan doa-doa ”.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari satu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain”.

(Q.S. Alam Nasroh:6-7)

“Hidup ini jangan mencari yang sempurna. Namun berupayalah menerima hal

yang tak sempuna dengan cara yang terbaik, kesabaran yang paling baik, hingga

hidup tidak lagi berat untuk dijalani dan semua akan terlihat sempurna pada

akhirnya”.

( Penulis)

Page 7: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia,

cinta dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan

dengan hal itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sangat besar kepada:

1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M.Ed,Ph.d, selaku Dekan Fakultas Sastra Dan

Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesakan skripsi ini.

2. Ibu Dra.Sawitri PP, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra

dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret yang telah mencurahkan segenap

pengetahuan yang dimilikinya kepada penulis.

3. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku dosen pembimbing utama karena

dorongan dan petunjuk beliaulah penulis tetap mempertahankan tema untuk

menyusun skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suharyana, M.Pd, selakudosenpembimbing proposal

atasmasukandaninformasinyakepadapenulis.

5. Ibu Umi Yuliati, S.S. M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Ilmu Sejarah.

Page 8: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Serta terima kasih terucap kepada seluruh Staf Pengajar Ilmu Sejarah UNS,

yang telah membagikan ilmunya sehingga memberikan inspirasi kepada

penulis untuk mengangkat tema ini sebagai hasil skripsi.

7. Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan untuk Bapak dan

Ibunda yang telah memberi segalanya, adikku yang memberi dorongan serta

memberi bantuan untuk peminjaman buku-buku.

8. Teman-temanyang ada di Baturetno dan di Surakarta,

sayaucapkanterimakasihsebesar-

besarnyakarenatelahmembantudalammelakukanpenelitiandanwawancara,

sertatelahrelamemberikanfasilitassertatenagadanwaktudalampenelitian yang

sayalakukan.

9. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu warga Tirtomoyo yang telah meluangkan

waktunya untuk diwawancarai dan mengizinkan saya untuk

mendokumentasikan batik dan hasil karya lainnya dalam bentuk foto.

10. Terimakasihuntuk teman – teman ilmu sejarah angkatan 2005 “Tanpa

terkecuali” terima kasih atas “semuanya” dan persahabatan indah yang kalian

berikan, serta terima kasih pula untuk teman – teman Ilmu Sejarah angkatan

2004,2006,2007,2008,2009.2010,2011.

11. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksakannya

penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulismenyadarisepenuhnyabahwaskripsiinitidakterlepasdarikekurangand

ankekeliruan,

sertamasihbelumsempurna.Olehkarenaitupenulissangatmenghargaiadanya saran

Page 9: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

dankritik yang bersifatmembangungunamenyempurnakanpenulisan-

penulisanserupa di masa yang akandatang.

Akhirnyapenulisberharapbahwahasilskripsiinidapatmemberikanmanfaatba

gipembacasekalian. Amin

Surakarta, 2012

Penulis

Page 10: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. v

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiii

DARTAR ISTILAH …………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvi

DARTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvii

ABSTRAK ……………………………………………………………………. xviii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

E. Kajian Pustaka .............................................................................. 10

F. Metode Penelitian ......................................................................... 13

G. SistematikaPenulisan………………………………………........ 16

BAB II. GAMBARAN UMUM KOTA TIRTOMOYO............................... 17

A. KondisiGeografisKotaTirtomoyo…………………………..... 17

B. Kondisi Demografis Penduduk Kota Tirtomoyo............................. 18

1. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian.................................. 18

2. PendudukBerdasarkan Tingkat Pendidikan.............................. 20

3. KeadaanSosialEkonomi……………………………………... 21

Page 11: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

4. Pelapisan Sosial Penduduk Kota Tirtomoyo............................. 35

BAB III. SEJARAH PERKEMBANGAN BATIK DI TIRTOMOYO

TAHUN 1950-2000……………………………................................. 28

A. Asal Mula Kerajinan Batik………………………......................... 28

1. Batik Vorstenlanden.................................................................. 34

2. Batik Pesisir............................................................................... 38

B. SejarahPerkembangan Batik di Tirtomoyo.................................. 39

1. Pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda................................. 40

2. Pada Masa Penjajahan Jepang................................................... 43

3. Pada Masa Kemerdekaan........................................................... 44

C. PertumbuhanIndustriKerajinan Batik di Tirtomoyo…………... 45

1. TimbulnyaKerajinan Batik di Tirtomoyo……......................... 45

2. Proses Produksi Batik………………………………………… 50

3. SistemKerjadalam Usaha IndustriKerajinan Batik…………. 51

4. Pemasaran Batik……………………………………………… 52

D. Perkembangan RagamHiasBatik di Tirtomoyo Tahun 1950-

2000............................................................................................... 53

1. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1960-1964................ 59

2. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1965-1969................ 60

3. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1970-1979................ 61

4. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1980-an.................... 62

5. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1990-2000................ 63

E. PerananPemerintahterhadapPerkembanganIndustriBatik di

Tirtomoyo………..…………………………................................... 65

BAB IV. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI

TIRTOMOYO .…………………………………………………….. 69

A. Pasang Surut Industri Batik di Tirtomoyo tahun 1950-2000............. 69

1. Bahan Baku yang Sulit Diperoleh.............................................. 71

2. UpahdanTenaga Kerja.............................................................. 72

3. Persaingan dengan Industri Tekstil dan Batik Modern.............. 73

4. Kelemahan Modal Pemasaran.................................................... 76

B. Dampak Pasang Surut Industri Batik di Tirtomoyo…………….. 77

Page 12: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1. Dalam Bidang Sosisal................................................................ 78

2. Dalam bidang Ekonomi............................................................ 83

a. Terancamnya Industri Batik Tradisional oleh Batik

Modern..................................................................................... 83

b. Berkurangnya Jumlah Produsen Batik Tirtomoyo................... 83

c. Pergeseran pergeseran dalam Lapangan Kerja Lainnya......... 85

d. Merosotnya Partisipasi Sosisal Pengusaha Batik

Tirtomoyo................................................................................ 85

BAB V. KESIMPULAN ........................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90

LAMPIRAN ...................................................................................................... 93

Page 13: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Luas Daerah dan Perincian Penggunaannya....................... 18

Tabel 2 Mata Pencaharian Penduduk............................................... 18

Tabel 3 MasyarakatTirtomoyoBerdasarkan Tingkat Pendidikan... 20

Tabel4 Jumlah Pengusaha Kerajinan Batik di Tirtomoyo yang

Menjadi Anggota Koperasi.................................................

49

Page 14: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR ISTILAH

Abdi Dalem : Pelayanpejabat istana tingkat rendah

Babaran : Proses pewarnaan

Batik : Suatu cara membuat desain pada kain dengan cara menutup

bagian-bagian tertentu dari kain dengan malam (desain lebah).

Batik

Dermanyon

: Batik dari daerah Indramayu

Batik Klasik : Batik yang berkembang dalam lingkup keraton.

Batik Laseman : Batik dari daerah Lasem

Batik Pesisir : Batik yang pembuatannya dikerjakan diluar daerah pedalaman

(Surakarta dan Yogyakarta), yang termasuk daerah pesisir

adalah daerah yang terdapat disepanjang pantai utara Jawa.

Batik

Vorstenlanden

: Batikdari daerah pedalaman (Surakarta dan Yogyakarta).

Carat Canting : Cucuk canting

Cecek-cecek : Isen bulat kecil pada motif batik

Client

Businessman

: Rekan bisnis

Entrepreneurship : Kekuatan untuk membangun

Ganefo : Pesta olahraga dari kelompok negara-negara komunis dan

penentang imperialis-kapitalis.

Hand print : System sablon

Inl Coperative

Vereniging

: Koperasi yang pertama kali dibentuk di Surakarta atau

Persatuan Perusahaan Batik Bumi Putera Surakarta (PPBS)

IlmuSinengker : Ilmu yang mempelajari tentang perlambang-perlambang atau

simbol-simbol benda-benda lain.

Jegul : Kuwas

Page 15: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Jumenengan : Penobatan raja

Kainlurik : Kain tenun

Kuli Kenceng : Masyarakat yang mempunyai sawah, tegal, rumah dan

pekarangan.

Kuli Kendo atau

Magersari

: Masyarakat yang mendirikan rumah dipekarangan orang lain.

Lancing : Lilin lebah

Lawe : Benang

Mekarang Masyarakat yang hanya mempunyai pekarangan dan tegal saja.

Membabar atau

Melered

: Proses penyelesaian dari batikan menjadi kain.

Microwox : Paraffin

Nganji : Menganji

Ngemplong : Menyetrika

Ngetel : Mencuci

Pisowanan : Upacara menghadap raja

Santrienclave : Daerah-daerahkantong santri

Selir : Isteriraja yang bukan permaisuri

Soga Jawa : Pewarna dari bahan tumbuh-tumbuhan

Upacara

Garabeg

: Garebeg mempunyai arti dihadiri atau dikerumuni orang

banyak secara bersama-sama. Kata garabeg berarti pula

mengantarkan atau mengiringi bersama-sama atau disebut juga

dengan upacara gunungan.

Show Room : Tempat pameran

Vorstenlanden : Daerah kerajaan yang ada di kota Solo.

Wong Swastanan : Orang-orang yang berhasil dalam menjalankan peranan dalam

aktivitas ekonomi dan perdagangan.

Page 16: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat penelitian.............................................................. 93

Lampiran 2. Peta Wilayah Tirtomoyo……………………………... 94

Lampiran 3. Daftar Informan............................................................. 95

Lampiran 4. PendidikandanPelatihanPengembanganIndustri

Batik………………………………………………….. 97

Lampiran 5. MeskiCacat Batik WonogirenMasihLaku di

Pasaran………………………………………………... 101

Lampiran 6. FotoProses Pembutan Batik.......................................... 102

Lampiran7. FotoPerbedaanRumahPengusaha Batik dengan

MasyarakatBiasa…………………………………….. 103

Page 17: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ragam Hias Motif Batik yang ada di Indonesia................ 31

Gambar 2. Batik Vorstenlanden.......................................................... 35

Gambar 3. Batik Pedalaman................................................................ 35

Gambar4. Batik Pesisir........................................................................ 39

Gambar5. Batik Motif Remukan........................................................ 54

Gambar6. Batik Motif Keladi dan Jemani......................................... 55

Gambar7. Batik Tahun 1960-an......................................................... 61

Gambar 8 Batik Sido Wirasat............................................................. 62

Gambar9 Batik Ragam Hias Ceplok................................................. 64

Page 18: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

ABSTRAK

Gilang Christian .W. C0505029. Sejarah Perkembangan Industri Batik

Tradisional di Tirtomoyo Tahun 1950-2000. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret. Industri batik

merupakan salah satu industri yang banyak tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Salah satu pusat industri batik adalah di Tirtomoyo, Wonogiri. Pada mulanya

industri batik tradisional ini mengalami perkembangan, akan tetapi lama kelamaan

mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena berbagai macam faktor.

Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini, adalah: (1) Bagaimana latar belakang

munculnya industri batik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000 ?; (2)

Bagaimanakah sejarah perkembangan batik tradisional di Tirtomoyo pada tahun

1950-2000 ?; (3) Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap

perkembanganbatik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000 ?

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui latar belakang munculnya industri

batik di Tirtomoyo pada tahun 1950- 2000; (2) Mengetahui sejarah perkembangan

batik tradisional di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000; (3) Mengetahui faktor yang

berpengaruh terhadap perkembanganbatik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

Untuk menjawab pertanyaan di atas penulis menggunakan metode sejarah, karena

objek kajiannya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa lampau. Data yang

diperoleh diolah sesuai dengan metode sejarah dan kemudian di interpretasikan

sesuai dengan konsep ilmu sejarah. Di samping itu digunakan teknik penelitian

sejarah lesan, karena hasil penelitian ini sebagian besar merupakan hasil

wawancara.

Batik adalah suatu desain yang dituangkan pada kain, dengan melewati

proses tertentu. Batik merupakan salah satu hasil kebudayaan yang ada di

Indonesia. Ragam hias batik di Indonesia beraneka ragam sesuai dengan

daerahnya masing-masing. Daerah Tirtomoyo, Wonogiri, merupakan salah satu

pusat perbatikan, di daerah tersebut industri batik tradisional tumbuh menjadi

industri kerajinan rakyat yang semakin pesat. Mayoritas masyarakat Tirtomoyo,

Wonogiri bekerja dibidang perbatikan. Pada awalnya pekerjaan membatik masih

dilakukan dengan cara tradisional, tetapi lambat laun mengalami perubahan

menjadi semakin maju. Dalam kurun waktu tahun 1960-an industri batik

tradisional mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi pada tahun-tahun

berikutnya semakin menunjukkan gejala kemunduran.

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa industri batik di Tirtomoyo,

Wonogiri mengalami perkembangan yang sangat pesat, akan tetapi lambat laun

mengalami kemunduran. Kemunduran industri batik tradisional di Tirtomoyo,

Wonogiri disebabkan oleh banyak faktor.Pemerintah turut berperan dari kebijakan

daniklim yang diciptakannya, di samping adanya faktor penyebab yang lain,

seperti :munculnya batik printing dan industry tekstilbesar, menurunnya peran

koperasi, bahan baku maupun tenaga kerja.

Page 19: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

ABSTRACT

Gilang Christian. W. C0505029. History of Traditional Batik Industry in

Tirtomoyo Year 1950-2000.Thesis Department of History Faculty of Literature

and Arts universities of March. Batik industry is one of the many industries grow

and develop in Indonesia. One center is in Tirtomoyo batik industry, Wonogiri. At

first the traditional batik industry is experiencing growth, but decline over time.

This happens due to various factors. The problems studied in this thesis are: (1)

How to set for the batik industry in the years 1950-2000 Tirtomoyo?; (2) What is

the history of traditional batik in Tirtomoyo in 1950-2000?, (3) Factors What

affects the development of batik in Tirtomoyo in 1950-2000?

This study aims: (1) Knowing the background of the emergence of batik

industry in Tirtomoyo in 1950 to 2000, (2) Knowing the history of traditional

batik in Tirtomoyo in the year 1950-2000, (3) Knowing the factors that influence

the development of batik in Tirtomoyo years 1950-2000.

To answer these questions the author uses the historical method, because the

object of its studies relating to events in the past. The data obtained were

processed according to the methods of history and then interpreted in accordance

with the concept of historical science. In addition Lesan used techniques of

historical research, because the results of this study is largely a result of the

interview.

From the research, concluded that the batik industry in Tirtomoyo,

Wonogiri experiencing rapid growth, but gradually deteriorated. The decline of

traditional batik industry in Tirtomoyo, Wonogiri caused by many factors.

Government played a role of climate policy and the creation, in addition to the

presence of other factors, such as: the emergence of batik printing and textile

industry, decreasing the role of cooperatives, raw materials and labor.

.

Page 20: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK

TRADISIONAL DI TIRTOMOYO

TAHUN 1950-2000

Gilang Christian .W1

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum2

ABSTRAK

2012. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Unversitas Sebelas Maret.

Industri batik merupakan salah satu industri yang banyak tumbuh

dan berkembang di Indonesia. Salah satu pusat industri batik

adalah di Tirtomoyo, Wonogiri. Pada mulanya industri batik

tradisional ini mengalami perkembangan, akan tetapi lama

kelamaan mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena berbagai

macam faktor. Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini, adalah:

(1) Bagaimana latar belakang munculnya industri batik di

Tirtomoyo pada tahun 1950-2000 ?; (2) Bagaimanakah sejarah

perkembangan batik tradisional di Tirtomoyo pada tahun 1950-

2000 ?; (3) Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap

perkembanganbatik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000 ?

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui latar belakang munculnya

industri batik di Tirtomoyo pada tahun 1950- 2000; (2) Mengetahui

sejarah perkembangan batik tradisional di Tirtomoyo pada tahun

1950-2000; (3) Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap

perkembanganbatik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

Untuk menjawab pertanyaan di atas penulis menggunakan metode

sejarah, karena objek kajiannya berkaitan dengan peristiwa-

peristiwa di masa lampau. Data yang diperoleh diolah sesuai

dengan metode sejarah dan kemudian di interpretasikan sesuai

dengan konsep ilmu sejarah. Di samping itu digunakan teknik

penelitian sejarah lesan, karena hasil penelitian ini sebagian besar

merupakan hasil wawancara.

1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Dengan NIM C0505029

2 Dosen Pembimbing

Batik adalah suatu desain yang dituangkan pada kain, dengan

melewati proses tertentu. Batik merupakan salah satu hasil

kebudayaan yang ada di Indonesia. Ragam hias batik di Indonesia

beraneka ragam sesuai dengan daerahnya masing-masing. Daerah

Tirtomoyo, Wonogiri, merupakan salah satu pusat perbatikan, di

daerah tersebut industri batik tradisional tumbuh menjadi industri

kerajinan rakyat yang semakin pesat. Mayoritas masyarakat

Tirtomoyo, Wonogiri bekerja dibidang perbatikan. Pada awalnya

pekerjaan membatik masih dilakukan dengan cara tradisional,

tetapi lambat laun mengalami perubahan menjadi semakin maju.

Dalam kurun waktu tahun 1960-an industri batik tradisional

mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi pada tahun-

tahun berikutnya semakin menunjukkan gejala kemunduran.

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa industri batik di

Tirtomoyo, Wonogiri mengalami perkembangan yang sangat pesat,

akan tetapi lambat laun mengalami kemunduran. Kemunduran

industri batik tradisional di Tirtomoyo, Wonogiri disebabkan oleh

banyak faktor. Pemerintah turut berperan dari kebijakan daniklim

yang diciptakannya, di samping adanya faktor penyebab yang lain,

seperti :munculnya batik printing dan industry tekstilbesar,

menurunnya peran koperasi, bahan baku maupun tenaga kerja.

Page 21: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah suatu sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan bagian dari manusia dengan cara belajar, dengan kemampuan akal

budinya, manusia telah mengembangkan berbagai sistem tindakan, mulai dari

yang sangat sederhana ke arah yang lebih kompleks sesuai kebutuhannya.1

Seperti yang diketahui bahwa ada 7 unsur kebudayan, dan kesenian adalah salah

satunya.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang yang ditulis

dan dilukis pada daun lontar.Saat itu motif atau pola batik masih didominasi

dengan bentuk binatang dan tanaman.Namun dalam sejarah perkembangannya

batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan

tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief

candi, wayang beber dan sebagainya.Jenis dan corak batik tradisional tergolong

banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-

masing daerah yang sangat beragam.Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang

demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik

tradisioanal dengan ciri kekhususannyasendiri.

1Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. hal 2.

Page 22: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki kelebihan

tersendiri dibanding peninggalan budaya lain yang berprinsip sama, yaitu celup

rintang warna. Namun, nilai pada batik Indonesia bukan semata-mata pada

keindahan visual. Lebih jauh, batik memiliki nilai filosofi yang tinggi serta sarat

akan pengalaman transendenitas. Nilai inilah yang mendasari visualisasi akhir

yang muncul dalam komposisi batik itu sendiri.Di dalam perkembangannya,

sejarah mencatat bahwa penyebaran batik tidak terlepas dari peranan para

pedagang ke berbagai pelosok Nusantara, bahkan ke Malaysia atau Singapura. Di

dalam usaha penyebaran itulah, terjadi penetrasi budaya luar yang menambah

khasanah perbatikan Indonesia. Fleksibelitas tersebut dapat dilihat melalui batik

pesisir yang secara antropologis lebih terbuka terhadap sesuatu yang dibanding

daerah pedalaman, menyebabkan masyarakat pendukungnya lebih mudah

menerima budaya luar.2

Batik dari pulau Jawa terkenal halus dalam proses pembuatannya,

memiliki motif bervariasi dan warna indah. Surakarta merupakan salah satu

lokasi berkembangnya batik di antara pusat kegiatan pembatikan di Jawa

Tengah.Surakarta terdiri dari dua istana yakni keraton Surakarta Hadiningrat dan

Pura Mangkunagaran yang berukuran lebih kecil (secara struktur pemerintahan

setara dengan kadipaten).Dua tempat tersebut membawa pengaruh budaya,

termasuk tradisi membatik pada masing-masing wilayah kekuasaan yang kini

dinamakan Eks-Karisidenan Surakarta.Tradisi membatik di Surakarta menyebar

ke daerah-daerah sekitar yakni Klaten (Batik Bayat), Sukoharjo (Batik Pajang),

2Modern Miring Tulisan Karya ilmiah Jacob Soemardjo.hal 36.

Page 23: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Sragen (Batik kliwonan), dan Wonogiri (Batik Wonogiren).

Batik Wonogiren secara harfiah adalah tekstil tradisi khas wilayah

Wonogiri (kabupaten), dibuat atau diproduksi dengan menggunakan teknik batik

atau cretan lilin (malam atau wax-resist) di atas kain. Tekstil tersebut bukan asli

dari Wonogiri, apabila dilihat dari awal kemunculannya.Nama Batik

Wonogirenan berasal dari seorang seniwati batik asal Pura Mangkunegaran

(Surakarta) bernama Kanjeng Wonogiren atau Raden Ayu Handayaningrat, istri

seorang Bupati Wonogiri (menjabat pada zaman pra kemerdekaan RI).Ia

mengabdi saat bertahtanya KGPAA Mangkunegaran VII sampai VIII.

Kanjeng Wonogiren adalah kreator tekstil tradisi ini. Kata “wonogiren”

pada istilah batik Wonogiren bukan berasal dari kata “wonogiri” mendapat

akhiran–an, sehingga menunjukkan kepemilikan atau asal, tetapi nama Kanjeng

Wonogiren. Namanya digunakan untuk menyebut kain batik, karena terkenal

dengan babaran atau cara memberi warna pada batik. Istilah tersebut diberikan

oleh masyarakat pemakai batik karya beliau dan pembatik yang masih keturunan

keluarga bangsawan Pura Mangkunegaran.Babaran Kanjeng Wonogiren

menghasikan warna lembut, bersih, dan lebih muda, dibandingkan dengan

babaran batik beredar saat itu, yang cenderung gelap dan tajam, karena mayoritas

pewarna memakai bahan alami sejenis rempah, yakni soga jambal (Pelthoporum

Ferrigineum).Bahan tersebut menghasilkan warna coklat sawo dan gelap, sebagai

ciri khas Batik Surakarta.

Batik yang berkembang dalam lingkup kraton disebut Batik Klasik, di

antaranya terdapat tujuh motif larangan yang tidak boleh dikenakan masyarakat

Page 24: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

biasa (bukan keturunan raja).Batik produksi empat daerah tersebut termasuk

batik non klasik, karena gubahan motif klasik dari kraton dan kreasi baru

pembatik setempat. Salah satunya adalah Batik Wonogiren, yang keberadaannya

tidak lepas dari pengaruh Pura Mangkunagaran bila ditinjau dari segi historis,

karena Wonogiri adalah salah satu daerah kekuasaan Mangkunagaran yang

ditetapkan melalui Perjanjian Salatiga.3

Batik Wonogiren berasal dari Wonogiri, yang kemunculannya berawal

dari kegiatan membatik, tepatnya di Kecamatan Tirtomoyo.Batik Wonogiren

memiliki ciri khas motif retakan-retakan disebut dengan remakan atau

remukan.Motif remukan tidak sekedar menjadi ciri khas, tetapi bagian dari batik

Wonogiren. Hal tersebut menambah nilai estetika, yang membedakan dengan

karya batik dari daerah lain. Nilai estetika tersebut bersifat objektif dan murni

terlihat pada garis, bentuk, serta warna.4

Pola dan motif batik Wonogiren dibuat untuk konsumsi masyarakat sekitar

Tirtomoyo dan wilayah Kabupaten Wonogiri.Meskipun motif yang dibuat

mengadaptasi dari motif batik Klasik Kraton Surakarta.Babarannya (proses

pewarnaannya) lebih tebal dan berbeda dengan batik dari kraton dan lebih sesuai

dengan citarasa rakyat yang memiliki kehidupan dinamis serta bebas.Dalam

perkembangannya desain batik Wonogiren merupakan objek yang muncul karena

ide atau gagasan masyarakat dalam hal ini perajin merupakan pengeeksekusi

persepsi masyarakat berupa ide, sebagai wujudnya adalah partisipasi dengan

memvisualisasikannya ke sebuah bentuk. Perajin dimaksud adalah pihak yang

3WWW.Batik Klasik Wonogiren.5 Mei 2011.

4“Batik Wonogiren Bertahan pada Corak Eksklusif”.Suara Merdeka, Sabtu 12 April

2003.

Page 25: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

berpartisipasi aktif mempunyai ide uantuk membuat suatu motif dan

mengaplikasikan pada kain, meskipun tidak sampai tahap akhir proses

pembatikan. Batik tersebut saat ini sudah tersebar hingga luar wilayah Wonogiri

terutama Surakarta, Yogyakarta, Jakarta, dan luar Jawa, antara lain Lampung,

Jambi, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Industri batik Tirtomoyo mengalami perkembangan yang pesat di tahun

1960-an. Perkembangan ini terjadi ketika Koperasi Batik masuk menjadi anggota

GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan peran serta

pemerintah.Memasuki masa Orde Baru, industri batik yang telah berkembang

pesat mengalami kemerosotan.Hal ini merupakan konsekuensi yang tidak dapat

dihindari dari kebijakan Orde Baru yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi

yang menyerap modal dalam jumlah besar.Hal ini dapat dilihat dari ketetapan

Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri

yang dimaksudkan untuk membuka perekonomian dan menggiatkan kembali

dunia usaha swasta, khususnya dari kalangan pengusaha yang memiliki modal

besar.

Warga Wonogiri memiliki keinginan untuk memproduksi dan memakai

batik dengan ciri khas budaya setempat, meliputi kondisi geografis, sosial,

fenomena, selera, dan sebagainya. Motif yang dibuat terinspirasi dari hal-hal

tersebut serta modifikasi pola Batik Klasik Kraton Surakarta.Contoh motif

terpengaruh fenomena sosial adalah Keladi dan Jemani, berisi motif adaptasi dari

bentuk daun Keladi dan Anthurium jenis Jemani yang menjadi tren koleksi

tanaman hias 2007.Motif tersebut dibuat atas ide dan pesanan kolektor tanaman

hias.Kondisi lingkungan hutan, juga menjadi sumber inspirasi munculnya motif

Page 26: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Gelondong Kayu dan Serat Kayu.

Dominasi pengusaha pribumi dalam sektor industri kerajinan yang

biasanya berskala kecil dan bersifat tradisional tersebut terutama terpusat pada

bidang batik.Di Indonesia batik dibuat di berbagai daerah, terutama di Pulau

Jawa.Jawa Tengah merupakan salah satu pusat kegiatan pembatikan.Batik dari

daerah Jawa Tengah khususnya batik Tirtomoyo motifnya lebih halus

pembatikannya.Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan dan ciri khas

masing-masing, baik dalam ragam hias maupun tata warnanya.Namun demikian,

dapat dilihat adanya persamaan maupun perbedaan antar batik berbagai daerah

tersebut. Bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang bersatu, walaupun terdiri

dari berbagai suku bangsa dengan adat yang berbeda, ternyata memiliki selera

dan pola citra yang hampir sama. Tentu saja kalau ada perbedaan dalam gaya dan

selera, itu disebabkan oleh letak geografis daerah pembuat batik yang

bersangkutan, sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan, kepercayaan

dan adat istiadat yang ada di daerah yang bersangkutan, keadaan alam sekitarnya

dan adanya kontak atau hubungan dengan daerah pembatikan lain.5

Di daerah Jawa Tengah perkembangan batik banyak dikembangkan dan

diawali dari daerah Laweyan Surakarta yang merupakan salah satu daerah

kekuasaan keraton Surakarta. Akan tetapi karena adanya suatu permasalahan

yang disebabkan oleh adanya kelas sosial dalam kalangan keraton maka batik

mengalami ketidakstabilan dan kemunduran. Batik mulai dilarang berkembang

dan dipergunakan di keraton. Atas larangan itu, maka para saudagar yang

5 Nian S Djoemena, 1986.Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan. hal 1

Page 27: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

menjadi abdi dalem kraton memutar otaknya membuat kreasi baru, meski tidak

keluar dari gaya Surakarta. Di dalam perkembangannya Laweyan pun kemudian

muncul sebagai sebuah pusat bisnis yang sangat berpengaruh.Tidak hanya bagi

kerajaan Mataram, tapi juga sampai ke luar kerajaan tidak tidak terkecuali daerah

Tirtomoyo Wonogiri.Batik-batik gaya Surakarta pun secara umum mulai merajai

ke berbagai pelosok tanah air diantaranya ragam hias Sawat, Slobog, Sido Mukti,

Sido Luhur, Ratu Ratih, Truntum, Satrio Manah, Pamiluto. Sementara untuk

motif batik dalem kraton sendiri terdapat diantaranya motif Semen Rama yang

dibuat pada masa PB IV tahun 1787 sampai tahun 1816. Motif Indrabrata,

Bayubrata, Agnibrata, Babon Angrem, Semen Sida Raja, Naga Raja, Semen

Candra, Semen Prabu, Parang Kusuma, Wirasat dan lain-lain. Dari semua desain

motif itu, rata-rata mempunyai makna filosofi yang cukup tinggi.6

Di Tirtomoyo yang pernah jaya dengan produksi batiknya pada tahun

1960-an, mengalami keterpurukan dijurang kehancuran pada masa krisis moneter

1998.Model client businessman yang dilakukan rezim Soeharto, menjadikan

usaha-usaha mandiri kewiraswastaan hancur, karena pada kenyataannya

kebijakan penguasa pemerintah adalah memihak para pelaku bisnis kelas

pengusaha menengah ke atas yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan

politik tertentu, pihak pengambil kebijakan.Kebijakan ekonomi baru adalah

sebuah perubahan paradigma pembangunan ekonomi radikal dan pada awalnya

menjadi perubahan dalam masyarakat yang lebih maju oleh rezim Orde

Baru.Untuk kasus pembatikan di Tirtomoyo, dapat dikatakan bahwa perdagangan

6Wawasan, Minggu 8 Agustus 2004

Page 28: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dan perkembangan batik mengalami pasang surut yang sangat tajam, sehingga

tinggal beberapa orang yang bergerak dalam bidang bisnis batik tradisional.

Dari latar belakang masalah tersebut di atas, mendorong penulis untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Sejarah Perkembangan Industri Batik

Tradisional di Tirtomoyo Tahun 1950-2000”. Di dalam studi ini ruang lingkup

waktu dimulai tahun 1950 sampai dengan tahun 2000. Hal ini dikarenakan antara

tahun 1950-2000 perkembangan batik mulai berkembang dan banyak sekali

mengalami perubahan. Selain itu, pengaruh budaya masyarakat lokal dan

masyarakat pendatang mulai berpengaruh terhadap perkembangan motif dan

gaya batik itu sendiri. Dari perkembangan batik tersebut maka diperlukan suatu

perencanaan dan pengembangan batik yang baik demi terciptanya suatu karya

batik yang indah.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang munculnya industri batik di Tirtomoyo pada

tahun 1950-2000 ?

2. Bagaimanakah sejarah perkembangan batik tradisional di Tirtomoyo pada

tahun 1950-2000 ?

3. Faktor-faktorapa yang berpengaruh terhadap perkembanganbatik di

Tirtomoyo pada tahun 1950-2000 ?

Page 29: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka untuk

memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang tujuan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut, yaitu:

1. Mengetahui latar belakang munculnya industri batik di Tirtomoyo pada

tahun 1950- 2000.

2. Mengetahui bagaimanakah sejarah perkembangan batik tradisional di

Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

3. Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap

perkembanganbatik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah dapat menambah kajian tentang

perkembangan batik di Tirtomoyo pada masa lampau sebagai suatu masukan

dalam pemikiran pengembangan kesenian batik maupun batik itu sendiri dimasa

yang akan datang. Serta dapat menambah wawasan dan bahan bacaan mengenai

jejak-jejak peninggalan bersejarah bagi generasi penerus. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan studi

sejarah khususnya sejarah perkembangan batik di Tirtomoyo pada khusunya dan

di Indonesia pada umumnya.

Page 30: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

E. KAJIAN PUSTAKA

Kajian tentang perkembangan batik dari tahun ke tahun sangatlah menarik

untuk dibahas, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejarah lahirnya batik di suatu

daerah. Referensi buku yang digunakan antara lain: adalah buku yang berjudul

“Batik Klasik”, karangan Hamzuri yang diterbitkan oleh Djambatan, tahun terbit

1981. Buku ini berisi ulasan mengenai batik klasik, sesuai dengan judul bukunya.

Klasik di sini ialah, klasik dalam cara pembatikannya maupun klasik mengenai

motif batiknya. Dalam buku ini dijelaskan perlengkapan dan peralatan, dibahas

tentang mori, setelah itu dijelaskan mengenai pola.Buku Batik Klasik juga

memuat aneka macam kain batik, yang dikelompokkan berdasar motifnya, yaitu

motif parang, geometris, banji, tumbuh-tumbuhan menjalar, tumbuh-tumbuhan

air, bunga dan satwa dalam alam kehidupan.

Buku berjudul Ungkapan Sehelai Batik, karangan Nian S. Djoemena yang

diterbitkan oleh Djambatan, tahun terbit 1986. Buku ini berisi penjelasan

mengenai batik secara luas. Mulai dari faktor-faktor yang mempengaruhi ragam

hias batik, perkembangan batik. Di dalam buku ini dibagiberbagai ragam hias

batik dalam dua golongan besar, yaitu ragam hias geometris dan ragam hias non

geometris, sedangkan pada zaman penjajahan Belanda pengelompokan batik

ditinjau dari sudut daerah pembatikan yang dibagi menjadi dua kelompok besar,

yaitu batik Vorstenlanden dan batik pesisir.Buku ini juga membahas mengenai

ragam hias batik menurut daerahnya masing-masing. Bahasan yang pertama

adalah batik daerah Solo. Solo merupakan daerah kerajaan atau Vorstenlanden.

Ragam hias batik Solo bersifat simbolisme yang erat hubungannya dengan

Page 31: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

falsafah Hindhu Jawa. Ragam hias daerah Solo antara lain: ragam hias Slobog,

Sido Mukti, Semen Rama, Truntum, Sri Nugroho, Pari Seuli, Ceplok Sari, dan

lain sebagainya. Daerah Vorstenlanden selain Solo ialah Yogyakarta. Ragam hias

batik Yogya memiliki kekhasan sendiri. Beberapa kekhasan ragam hias isen-isen

akan dijumpai pada batik Yogya, seperti Dele Kecer dan berbagai jenis ukel yaitu

Ukel Cantel, Ukel Tutul, dan Ukel Monte. Daerah Yogya juga memiliki

kesamaan dengan daerah Solo mengenai peraturan pemakaian kain batik. Contoh

ragam hias batik Yogyakarta, antara lain: ragam hias Ksatrian, Muningar, Nitik

Brendi, Keong Sari, Kawung Beton, Grompol, dan lain-lain.

Setelah pembahasan mengenai batik dari daerah Vorstenlanden, dibahas

pula mengenai batik dari daerah pesisir. Antara lain batik Cirebon, ragam hias

batik Cirebon, antara lain: ragam hias Peksi Naga Liman, Ayam Alas Gunung

Jati, Raji Besi, Kapal Kandas, Wadasan, dan lain-lain. Kemudian dibahas batik

dari Indramayu, yang sering disebut Dermanyon dan kain panjangnya selalu

mempunyai tumpal. Ragam hias batik Indramayu adalah ragam hias Dara Kipu,

Urang Ayu, Bangun Tulak, Pintu Raja, Kembang Kapas, Pacar Cina, dan lain

sebagainya. Setelah batik Indramayu dibahas mengenai batik daerah Garut. Batik

Garut sering disebut Garutan. Ragam hias Garut, antara lain: ragam hias Terang

Bulan, Wareng Aruey, Cupat Manggu, Gambir Saketi, Patah Tebu, Kraton

Galuh, dan lain-lain. Berikutnya dibahas batik daerah Pekalongan.Batik

Pekalongan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: batik Encim, kain batik bergaya

Belanda, dan batik berselera pribumi. Contoh ragam hias batik Pekalongan ialah

ragam hias Banji, Cempaka Mulya, Kembang Cengkeh, Grindilan, Cupido,

Page 32: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Merak Kesimpir, Jlamprang, dan lain-lain. Menuju ke arah timur, yaitu daerah

Lasem. Batik daerah Lasem sering disebut Laseman. Pemberian nama batik

Lasem pada umumnya berdasarkan tata warnanya bukan menurut nama ragam

hiasnya. Maka dari itu terdapat istilah Bang-bangan, Kelengan, Bang Biru, dan

Bang-Biru-Ijo. Contoh ragam hias batik Laseman, yaitu ragam hias Bang-

bangan, Kelengan, Tiga Negeri, Kendoro Kendiri, Tutul, dan lain-lain.

Buku berjudul Makna Batik dalam Kosmologi Orang Jawa, karangan Bejo

Haryono, yang diterbitkan oleh Dirjenbud, tahun terbit 2004, tebal buku 44

halaman. Buku ini sesuai dengan judul bukunya makna batik dalam kosmologi

orang Jawa, buku ini secara umum memuat mengenai arti dari tiap-tiap ragam

hias batik menurut pandangan orang Jawa (Jawa Tengah). Pada bagian pertama

dijelaskan terlebih dahulu mengenai arti dari kosmologi. Kosmologi berasal dari

bahasa Yunani kosmos, yang berarti keteraturan, keseimbangan, sistem yang

harmonis atau alam semesta menjadi satu sistem yang teratur. Kemudian dibahas

mengenai tinjauan filosofis yang difokuskan pada makna filsafat dari ragam hias

batik. Bagi orang timur, filsafat sebagai petunjuk tingkah laku seseorang untuk

menerima nasehat dari orang lain melalui ilmu sinengker, yaitu perlambang-

perlambang atau simbol-simbol benda-benda lain.

Buku yang berjudul Katalog Batik Indonesia, karangan Riyanto, yang

diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan

dan Batik, tahun terbit 1997, tebal buku 79 halaman. Buku ini berisi ulasan

mengenai batik secara keseluruhan. Pada bagian pertama dijelaskan mengenai

pengertian batik. Menurut Konsensus Nasional 12 Maret 1996, “Batik adalah

Page 33: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

karya seni rupa pada kain, dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin

batik sebagai perintang warna”. Kemudian diterangkan mengenai proses

pembuatan batik, yang meliputi: pelekatan lilin batik, pewarnaan batik, dan

menghilangkan lilin. Bahasan berikutnya, yaitu mengenai motif batik. Pola yang

menyusun motif batik tradisional, antara lain: motif Parang, motif Ceplok, motif

Pinggiran, dan motif Tumpal atau karangan bunga. Sedangkan pada batik

modern, motif dapat berupa gambar nyata (figuratif), semifiguratif, atau

nonfiguratif. Setelah itu dibahas mengenai zat pewarna untuk batik. Di sini

menurut asalnya zat warna batik dibagi menjadi dua, yaitu zat warna alam dan

sintetis. Zat warna dari alam antara lain kunyit, temulawak, akar pohon

mengkudu, teh, gambir, dan lain sebagainya. Sedangkan zat warna sintetis antara

lain soga ergan, soga kopel, cat bejana, dan lain-lain. Bahasan berikutnya yaitu

mengenai tata warna batik. Pewarnaan batik di samping mempunyai keindahan

yang khas juga mempunyai arti simbolis dan filosofis.

Skripsi Wiranto, Fakultas Keguruan Universitas Sebelas Maret

Surakarta,1979.Pengusahaan Industri Kerajinan batik Bekonang dan Tirtomoyo

tahun 1967-1977. Skripsi ini berisi tentang keadaan Geografis serta riwayat

pertumbuhan kerajinan industri batik di desa Wonorejo dan Tirtomoyo,

pengusahaan Industri kerajinan batik di desa Wonorejo dan Tirtomoyo.

F. METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan adalah metode sejarah. Metode sejarah merupakan

proses mengumpulkan, menguji, dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman-

Page 34: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

rekaman peninggalan pada masa lampau dan usaha-usaha melakukan sintesa dari

data-data masa lampau menandai kajian yang dapat dipercaya. Penelitian ini

adalah penelitian sejarah, sehingga metode relevan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode sejarah. Proses metode sejarah meliputi empat

tahapan yakni:

Tahap pertama adalah heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan

sumber-sumber mengenai sejarah perkembangan batik di Tirtomoyo serta

dokumen-dokumen lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang diperoleh

dari berbagai sumber. Hal ini dilakukan karena jenis penelitian ini adalah

menggunakan metode historis, maka jenis sumber data yang digunakan adalah

data yang berupa arsip, maupun surat kabar yang sejaman dan sumber-sumber

sekunder atau buku-buku referensi sebagai pendukung. Buku-buku dan sumber-

sumber sekunder lain yang berhubungan dengan topik permasalahan dan tema

penelitian diperoleh dari kepustakaan di Perpustakaan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Jurusan Ilmu Sejarah

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran Surakarta.

Tahap Kedua, Metode wawancara merupakan suatu tehnik pengumpulan

data yang dilaksanakan secara lisan dari seorang narasumber. Dalam penelitian

masyarakat, terdapat dua wawancara, yakni wawancara untuk mendapatkan

keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi, dan

wawancara untuk mendapatkan keterangan mengenai data diri pribadi, pandangan

dari individu yang diwawancarai untuk keperluan komparatif.Wawancara

Page 35: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dilakukan terhadap pihak-pihak yang saling berkepintingan guna meng-crosschek

keabsahan data.Wawancara dilakukan secara langsung dengan Teguh (Camat

Tirtomoyo), Tarmi (Pengusaha batik Tirtomoyo), Satiyem (Petani), Darto

(Petani), Kaharudin Ahmad (Pengusaha Batik) Wiyono (Pedagang)

Tahap ketiga adalah kritik sumber, terdiri dari kritik intern dan ekstern.

Kritik intern merupakan kritik yang meliputi tulisan, kata-kata, bahasa dan

analisa verbal serta tentang kalimat yang berguna sebagai validitas sumber atau

untuk membuktikan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya.Kritik ekstern,

meliputi material yang digunakan guna mencapai kredibilitas sumber atau

keaslian sumber tersebut. Dari hasil sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan

dikelompokkan sesuai dengan kriteria, terutama kejadian atau peristiwa apa yang

terjadi dan tahun berapa, kemudian dipilih dan diseleksi sumber-sumber yang

akurat sehingga mendapat informasi yang akurat dan valid.

Tahap keempat adalah interpretasi atau penafsiran, yaitu menafsirkan

keterangan-keterangan yang saling berhubungan dengan fakta-fakta yang

diperoleh.Analisa data merupakan kegiatan pengklarifikasian data yang

terkumpul dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian sehingga dapat ditemukan

kerangka berfikir yang mendukung hipotesa kajian.Penulisan ini menganalisa

dengan teknik analisa kualitatif, teknik setelah data terkumpul, diseleksi mana

yang penting dan tidak penting kemudian diinterpretasikan, ditafsirkan serta

dianalisa isinya dengan mencari hubungan sebab akibat dari sebuah fenomena

pada cakupan waktu dan tempat tersebut. Dari analisa ini akan menyajikan dalam

bentuk suatu tulisan deskriptif analisis. Suatu analisa tersebut banyak

Page 36: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

menjelaskan dari hasil pemikiran berdasarkan data-data yang ada.

Tahap kelima adalah historiografi yaitu proses penulisan sejarah sebagai

langkah akhir dari penelitian sejarah.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini akan disusun bab demi bab untuk memberikan gambaran yang

terperinci dan jelas. Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat

menyajikan gambaran yang menunjukkan suatu perkembangan kejadian yang

berurutan.

Bab I. Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II. Menjelaskan tentang gambaran umum, letak geografis dan kondisi

demogrfis di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

Bab III. Menjelaskan tentang bagaimanakah sejarah perkembangan

industri batik dan ragam hias batik serta peranan pemerintah terhadap

perkembangan batik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

Bab IV. Menjelaskan tentang faktor dan dampak yang berpengaruh

terhadap perkembanganbatik di Tirtomoyo pada tahun 1950-2000.

Bab V. Bab ini berisi tentang kesimpulan.

Page 37: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH TIRTOMOYO

A. Kondisi Geografis Kecamatan Tirtomoyo

Kecamatan Tirtomoyo merupakan salah satu kota di Kecamatan dari

Kawedanan Baturetno, Kabupaten Wonogiri propinsi Jawa Tengah. Adapun batas-

batas wilayah Kecamatan Tirtomoyo ialah:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Jatiroto

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Karangtengah dan Batuwarno

3. Sebelah Barat : Kecamatan Nguntoronadi

4. Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Pacitan

(Sumber: Hasil Wawancara dengan Teguh camat Tirtomoyo) tahun 2010.

Untuk menuju Kecamatan Tirtomoyo pada masa sekarang dari kota Surakarta

dapat ditempuh melalui jalan raya Surakarta-Wonogiri-Baturetno. Dari arah Wonogiri

ke selatan sampai Nguntoronadi yang berjarak sekitar 10 Km berbelok ke arah Timur

dengan jarak 18 Km. Keadaan alamnya dikelilingi oleh bukit dan wilatyahnya terbagi

menjadi 2 wilayah, yaitu dilalui oleh Sungai Wiroko. Disebelah Selatan sungai terdiri

dari 7 desa dan sebelah utara terdiri dari 5 desa dan 2 kelurahan. Luas daerah

Kecamatan Tirtomoyo adalah 9301.0885 ha, dengan perincian menurut

penggunaannya sebagai berikut:

Page 38: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

TABEL 1.

LUAS DAERAH DAN PERINCIAN PENGGUNAANNYA

No Jenis Luas Daerah

1. Sawah 1806,17

2. Tegalan 3293,05

3. Pekarangan 2402,55

4. Hutan 1572,39

5. Padang Rumput 56,20

6. Lain-lain 170,73

Sumber: Arsip Kecamatan Tirtomoyo tahun 2010

B. Kondisi Demografis Penduduk Tirtomoyo

1. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian

Untuk mengetahui jumlah penduduk Tirtomoyo lebih terperinci dapat dilihat

dari data dalam tabel di bawah ini:

TABEL 2.

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

No Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun

1950 1979 2000

1 Petani 10987 9073 13329

2 Buruh tani 6548 5787 7411

3 Pengusaha Kecil 712 470 974

4 Buruh industri 5298 7831 3607

5 Buruh bangunan 1647 1816 2894

6 Pedagang 1012 1792 1345

7 Angkutan 98 126 290

8 Pegawai negeri / pensiunan 120 260 557

9 Lain-lain 7903 8493 10503

Jumlah 34352 35648 40910

Sumber: Arsip Kecamatan Tirtomoyo tahun 1950, 1969 & 2000

Page 39: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Dari tabel 2 tersebut memperlihatkan distribusi keadaan penduduk menurut

mata pencaharian penduduk. Data itu menunjukkan bahwa pekerjaan utama 66,4 %

penduduk desa Tirtomoyo adalah sebagai petani (baik petani pemilik maupun buruh

tani). Adapun hasil pertanian dari desa Tirtomoyo adalah hasil padi. Selain padi, hasil

pertanian yang lain adalah palawija. Hasil palawija dari sawah yang dihasilkan di

desa Tirtomoyo adalah kedelai dan kacang cina (brol), selain itu tanah tegalan

menghasilkan singkong dan jagung.

Usaha dalam bidang industri berupa kerajinan batik memberikan lapangan

kerja yang cukup luas kepada penduduk, dalam tabel 2 menunjukkan bahwa dari

penduduk desa Tirtomoyo pada tahun 1950 sebagian besar adalah sebagai petani,

tetapi pada tahun 1979 penduduk desa Tirtomoyo banyak yang beralih profesi sebagai

pengrajin, baik sebagai pengusaha batik maupun buruh pengrajin. Hal ini disebabkan

karena pada tahun 1960-an industri batik di Tirtomoyo mengalami perkembangan

yang sangat pesat. Melihat semakin berkembangnya usaha batik, maka di tahun 1979

masyarakat Tirtomoyo memilih baik jadi pengusaha batik maupun buruh pengrajin

daripada jadi petani. Pada tahun 2000 masyarakat banyak yang beralih ke mata

pencaharian yang lainnya seperti sebagai sopir, penjahit, reparasi, pegawai negeri,

ABRI, dan pensiunan, hal ini dikarenakan industri batik mulai mengalami

kemunduran.

Keberadaan kampung Tirtomoyo sudah sejak lama menjadi sorotan umum,

selain karena penduduknya adalah pengusaha batik, karakteristik masyarakatnya juga

Page 40: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sangat unik, karena hampir keseluruhannya berprofesi sebagai pedagang atau

pengusaha yang menekuni usaha perbatikan. Hal ini dipandang sebagai sesuatu yang

aneh di tengah kehidupan masyarakat Wonogiri, yang umumnya bekerja di bidang

pertanian. Mayoritas jenis pekerjaan yang ditekuni, identitas masyarakat, nilai dan

perilaku sosial serta kebudayaannya tampak jelas sangat dipengaruhi oleh jiwa untuk

menciptakan suatu lapangan kerja.1

2. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

TABEL 3.

MASYARAKAT TIRTOMOYO

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

No. Tingkat Pendidikan Tahun

1969 2000

1 Tidak Tamat SD 9781 3498

2. Tamat SD 15108 9182

3. Tamat SLTP 5467 4721

4. Tamat SLTA / SMK 3936 16713

5. Sarjana / Diploma 356 5696

Sumber: Arsip Kecamatan Tirtomoyo tahun 1969 & 2000

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat dimana pada tahun 1969 masyarakat

Tirtomoyo sebagain besar penduduknya kebanyakan hanya lulusan SD. Hal ini

dikarenakan pada saat itu tidak begitu memperdulikan arti pentingnya pendidikan

dikarenakan masyarakat beranggapan bahwa dengan membatik sudah bisa

meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Orang tua menyuruh anaknya daripada

sekolah lebih baik membantu orang tua dalam usaha batik ataupun jadi buruh batik.

1 Wawancara dengan Teguh camat Tirtomoyo pada tanggal 1 April 2012 jam 10:00 WIB.

Page 41: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Sehingga pendidikan kurang diperhatikan. Akan tetapi di tahun 2000 keadaan

berbalik, dimana masyarakat Tirtomoyo sudah banyak yang mencapai

pendidikannnya sampai lulusan SLTA / SMK. dengan perkembangan jaman dan

industri batik yang mulai menurun masyarakat mulai peduli dengan sistem

pendidikan yang pada akhirnya banyak masyarakat yang tidak lagi begitu antusias

untuk bekerja dan berprofesi sebagai pembatik.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Perbandingan yang lebih menyolok perbedaannya dengan identitas

masyarakat Tirtomoyo adalah pengelompokan masyarakat antara pegawai

pemerintahan dan masyarakat pengrajin batik, tetapi beberapa perbedaan identitas

diantara keduanya menunjukkan bahwa masalah persepsi kultural adalah faktor yang

menentukan perbedaan kedua pengrajin batik itu. Para pegawai pemerintahan lebih

tertarik pada gaya hidup modern, oleh karena itu identitas kelompok sosial ini lebih

menyerupai “priyayi“. Kampung Tirtomoyo dahulu, lebih dikenal sebagai pusat

produksi industri kerajinan rumahan, sama sekali tidak mencerminkan karakternya

sebagai perkampungan pengrajin, melainkan lebih membaur ke dalam kompleks

pemerintahan. Mereka berpendapat bahwa dengan menjadi seorang pegawai baik itu

pegawai negeri ataupun pengusaha akan menciptakan kehidupan atau strata sosial

yang lebih baik. Seolah-olah mencerminkan inilah pekerjaan yang sangat baik dari

komunitas lingkungannya, sehingga di Tirtomoyo muncul sikap kompetitif diantara

pengrajin batik dengan pegawai pemerintahan. Hal ini dikarenakan hasil pekerjaan

dinilai menurut prestasi, hasil kerja, serta nilai-nilai tingkat strata sosial. Oleh karena

Page 42: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

itu, nilai untuk menciptakan suatu lapangan kerja sangat menentukan para pengrajin

batik dalam menentukan suatu tingkat strata sosial di dalam masyarakat,2 meskipun

begitu mereka tidak menganggap dengan strata sosial yang tinggi kehidupan mereka

bersikap seperti priyayi pada umumnya. Sikap mereka justru mengantisipasi persepsi

gaya hidup orang-orang bangsawan. Rasa percaya diri yang kuat tidak tertarik oleh

cara hidup yang bermewah-mewah seperti di dalam lingkungan keraton dan

pemerintahan, tidak ingin kehormatan, tampaknya telah menciptakan kondisi umum

di Tirtomoyo, sehingga apa yang ada di hadapan kita sekarang adalah realitas sosial.

Meskipun para pedagang batik Tirtomoyo menghadapi kemerosotan tingkat sosial-

ekonomi, tetapi keadaannya sekarang masih banyak pengusaha yang lebih kaya dari

pada kebanyakan hidup para pegawai pemerintahan. Mereka masih bisa menikmati

sisa kejayaannya di masa lampau, daripada pengrajin seprofesi di kampung

Tirtomoyo.

Orang Tirtomoyo masa lalu lebih jelas membedakan dua profesi ini. Seorang

pengusaha batik dalam kriteria saudagar kaya, menurut istilah setempat disebut

juragan dan seorang pedagang batik disebut bakul ade. Keduanya ada keserasian

dalam profesi sebagai spekulan, tetapi ketekunan kerja mereka masih kurang

mendapat tempat dalam status tradisional Jawa khususnya para priyayi keraton yang

cenderung memandang rendah pekerjaan berdagang bagi kebanyakan orang Jawa. Di

dalam pengertian ini, orang Tirtomoyo cenderung sebaliknya dimana mereka

2 Wawancara dengan Tarmi pengusaha batik desa Wiroko kecamatan Tirtomoyo pada tanggal

31 Maret 2012 jam 13:30 WIB.

Page 43: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

memandang pengusaha batik adalah suatu pembuktian bahwa mereka bisa hidup

dengan sejahtera dan mempunyai kehidupan yang layak sebagai masyarakat yang

baik menurut strata sosial masyarakat.3

Ciri khas yang dirasakan paling menonjol dari gaya hidup orang-orang

Tirtomoyo adalah persepsinya mengenai kekayaan, baik di kalangan majikan maupun

tenaga tukang dan buruhnya saling memahami bahwa bekerja keras yang sudah biasa

mereka lakukan, semata-mata bukan hanya mencari nafkah melainkan juga untuk

meningkatkan derajatnya. Menurut mereka, mengumpulkan kekayaan sama halnya

orang menemukan identitas dirinya dalam status sosial tertentu. Mereka beranggapan

bahwa kekayaan tidak hanya ditentukan menurut klasifikasi jenis pekerjaan, sebagai

sekelompok marginal, nilai kekayaan itu secara realistis telah mengangkat harga

dirinya kedalam status tertentu. Gaya hidup orang Tirtomoyo, dalam batas-batas

tertentu senantiasa mengantisipasi kehidupan bangsawan. Mereka tidak sepenuhnya

terlibat seperti dalam kehidupan aristokrat, tetapi jenis-jenis kekayaan yang menjadi

simbol status para bangsawan mereka miliki. Para juragan Tirtomoyo yang tergolong

kaya biasanya memiliki barang-barang sebagai simbol status kekayaan. Misalnya

krobongan, dubang, perhiasan dan tata cara berpakaian Jawa seperti model priyayi.

Pada kesempatan lain menurut Satiyem,4 bahwa para “juragan” Tirtomoyo

dalam kedudukannya sebagai majikan dalam perusahaan, memang tidak pernah

3 Wawancara dengan Tarmi pengusaha batik desa Wiroko kecamatan Tirtomoyo pada tanggal

31 Maret 2012 jam 13:30 WIB. 4 Wawancara dengan Satiyem pengusaha batik dari desa Hargantoro Kecamatan Tirtomoyo

pada tanggal 14 Juni 2010 jam 14.00 WIB.

Page 44: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

menampilkan sikapnya seperti para bangsawan, mereka tidak ingin dihormati secara

berlebih-lebihan, tetapi sebaliknya tentang persepsi kekayaan yang ia miliki, ingin

dipamerkan sampai yang sekecil-kecilnya dengan membuktikan hasil kerja mereka

bisa berkembang atau mengalami kemunduran. Bagi para pengrajin batik sendiri

penting bagi orang Tirtomoyo hasil kerja mereka itu bisa mencerminkan sebagai

simbol kekayaannya.

Hasil penelitian yang dilakukan di daerah itu menunjukkan hasil yang positif,

bahwa orang-orang Tirtomoyo sangat merasa kebutuhan untuk memamerkan standar

hasil kerja mereka, karena dari kekayaan itu menunjukkan status pemiliknya. Mereka

mempunyai banyak tenaga buruh, hasil batik yang bagus dan berbagai simbol

kekayaan lainnya. Faktor-faktor ini secara tidak langsung menuntut penghormatan

orang lain kepada keluarganya.

Sistem status dalam masyarakat Tirtomoyo ditentukan berdasarkan klasifikasi

pembagian kerja di perusahaan keluarga. Baik secara struktural maupun

fungsionalnya, kedudukan seorang ibu menempati posisi teratas, baru kemudian ayah

dan anak-anak. Di lingkungan ini seorang perempuan memegang peranan cukup

penting dalam pengelolaan perusahaan, disamping sifatnya yang tekun, ulet dan lebih

teliti, perempuan lebih memiliki sifat “ngemong” dibanding dengan kaum pria.

Berbeda dengan masyarakat Wonogiri di luar masyarakat Tirtomoyo yang

menempatkan wanita di posisi kedua. Pemilik perusahaan ini memperoleh sebutan

sebagai majikan. Mereka dihormati karena perannya bukan sekedar sebagai

pelindung kepentingan ekonomi buruhnya, melainkan juga sebagai ibu asuh.

Page 45: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Hubungan buruh dan majikan itu sebagai keutuhan dan kesatuan, dimana masing-

masing orang dalam perusahaan dianggap sebagai teman baik dan anggota keluarga.

4. Pelapisan Sosial Penduduk Tirtomoyo

Di dalam setiap masyarakat akan ditemui adanya pelapisan sosial. Gejala

adanya pelapisan sosial itu karena dalam pergaulan antara individu ada perbedaan

penduduk dan derajat.5 Adanya perbedaan kedudukan dan derajat dalam masyarakat

itu karena ada sesuatu di dalam masyarakat. Barang sesuatu yang dihargai di dalam

masyarakat itu berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, selain itu juga

berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam agama atau keturunan

dari keluarga yang terhormat.6

Demikian pula dengan masyarakat desa Tirtomoyo mempunyai pelapisan

sosial sendiri, bahwa penduduk pedesaan yang sebagian besar terdiri dari pada para

petani pada umumnya memberikan penilaian yang tinggi terhadap pemilik tanah dan

rumah. Pelapisan sosial para petani yang berdasarkan pemiliknya tanah itu dibeberapa

desa mempunyai variasi yang berbeda-beda,7 maka berdasarkan pemilikan tanah

masyarakat Tirtomoyo dapat digolongkan menjadi:

1. Kuli Kenceng, mereka yang mempunyai sawah, tegal, rumah dan pekarangan.

2. Kuli setengah kenceng atau mekarang, mereka yang hanya mempunyai

pekarangan dan tegal saja.

5 Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal

174. 6 Soerjono Sukanto. 1975. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas

Indonesia. Hal 106. 7 Koentjaraningrat. 1960. Masyarakat desa di Indonesia Masa Ini. Jakarta: Universitas

Indonesia. Hal 157.

Page 46: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Kuli Kendo atau magersari, mereka yang mendirikan rumah dipekarangan orang

lain.

Di samping pelapisan sosial berdasarkan pemilikan tanah yang telah

disebutkan di atas masih terdapat pelapisan sosial yang lain untuk menyebut orang-

orang yang mempunyai kemampuan dalam menjalankan aktivitas di bidang usaha

ekonomi dan perdagangan. Orang-orang yang berhasil dalam menjalankan peranan

dalam aktivitas ekonomi dan perdagangan disebut dengan wong swastanan. Adapun

pengusaha batik di desa Tirtomoyo termasuk wong swastanan juga, ada dua orang

yang mempunyai perusahaan statis yaitu Jelita dan Wasis. Adapula yang memiliki

penggilingan padi, membuka toko, reparasi accu dan membuka cap salon. Meskipun

mereka menjadi pengusaha batik dan termasuk sebagai wong dagang dan swastanan,

tetapi mereka juga bekerja pula sebagai petani.8

Selain pelapisan sosial yang telah disebutkan di atas, ada yang membagi

pelapisan sosial masyarakat berdasarkan luas pemilikan tanah pertanian berdasarkan

per Ha. Berdasarkan luas pemilikan tanah pertanian per Ha, para petani dapat dibagi

menjadi tiga lapisan sosial masyarakat, yaitu9:

1. Petani lapisan atas yaitu petani yang memiliki luas tanah lebih dari 1 Ha.

2. Petani lapisan menengah yaitu petani yang memilki luas tanah 0,5 sampai 1 Ha.

3. Petani lapisan bawah yaitu petani yang memilki luas tanah kurang dari 0,5 Ha.

8 Wawancara dengan Teguh camat Tirtomoyo pada tanggal 10 juni 2010 jam 09:00 WIB

9 Wiranto, “ Pengusahaan Industri Kerajinan batik Bekonang dan Tirtomoyo tahun 1967-1977

“ Skripsi Fakultas Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1979, hal 21.

Page 47: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Menurut hasil wawancara, bahwa tidak ada pengusaha batik yang mempunyai

tanah lebih dari 1 Ha. Pengusaha batik termasuk petani lapisan menengah, kemudian

para buruh pengrajin batik adalah termasuk masyarakat lapisan tak bersawah dan

sisanya adalah termasuk masyarakat lapisan bawah.10

10

Wawancara dengan Teguh camat Tirtomoyo pada tanggal 10 juni 2010 jam 09:00 WIB.

Page 48: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN BATIKDI TIRTOMOYO

TAHUN 1950-2000

A. Asal Mula Kerajinan Batik

Secara etimologi batik merupakan rangkaian kata mbat dan tik. Mbatdalam

bahasa Jawa diartikan sebagai ‟ngembat‟ atau melempar berkali-kali, sedangkan tik

berasaldarikatatitik.Jadimembatikberartimelempartitik-titikyangbanyakdan berkali-

kali pada kain.Sehingga lama-lama bentuk-bentuk titik tersebut berhimpitan menjadi

bentuk garis.1

Menurut Hamzuri,2 batik adalah suatu cara membuat desain pada kain dengan

cara menutup bagian-bagian tertentu dari kain dengan malam (desain lebah). Batik

pada mulanya merupakan lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan

menggunakan alat bernama canting. Dalam perkembangan selanjutnya dipergunakan

alat-alat lain yang lebih baik untuk mempercepat proses pengerjaaannya misalnya

dengan cap.

Membatik sendiri adalah suatu pekerjaan yang mengutamakan ketiga tahapan

proses, yaitu pemalaman, pewarnaan dan penghilangan malam. Berapa banyak

pemalaman atau berapa kali penghilangan malam akan menunjukkan betapa

1Sudarsono, 1985, Aspek Ritual dan Kreativitas Dalam Perkembangan Seni di Jawa,

Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi). Hal 57. 2Hamzuri. 1985. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Hal 1

Page 49: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kompleks proses yang dilakukan, sehingga akan menghasilkan lembaran batik yang

kaya akan paduan warna.

Menurut beberapa ahli sejarah, batik yang berasal dari Indonesia, khususnya

di Pulau Jawa, semula berasal dari India.Batik pada awal mulanya di bawa oleh para

pedagang India yang kala itu sedang melakukan perdagangan dengan pedagang-

pedagang pribumi di pulau Jawa. Dari proses tukar menukar barang dagangan itu,

selanjutnya melahirkan informasi pemahaman tentang batik. Lambat laun orang-

orang Jawa mulai mengenal batik yang kemudian memodifikasinya, dan

mengembangkan dengan menggunakan bahan baku dan bahan penunjang lainnya,

sehingga berubah bentuk menjadi kain pakaian yang memiliki ciri-ciri Indonesia.3

Pendapat lain tentang asal mula batik di Indonesia, yaitu dari RM. Sutjipto

Wirjosaputro yang menyatakan bahwa asal mula kebudayaan batik di Indonesia

sebelum bertemu dengan kebudayaan India, bangsa Indonesia telah lama mengenal

aturan-aturan untuk menyusun syair, mengenal industri logam, teknik untuk membuat

kain batik dan sebagainya, dan yang mengembangkan kesenian India di Indonesia

adalah bangsa Indonesia.4

Ragam hias batik dapat pula dilihat di relief candi-candi yang ada di

Indonesia.Ragam hias yang ada berupa pola binatang, gunung, bunga-bungaan,

tumbuh-tumbuhan, sulur-suluran, gunung, mata air, yang kesemuanya merupakan

khas Indonesia. Dengan demikian, asal mula batik di Indonesia masih terdapat

3 Dofa, Anesia Aryunda. 1996. Batik Indonesia. Jakarta: PT. Golden Teranyon. Hal 8.

4Susanto SK, Sewan. 1975. Batik Modern. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan

Kerajinan. Hal 307.

Page 50: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

beberapa pendapat yang berbeda-beda, tetapi di sini lebih cenderung untuk

menyebutkan bahwa batik Indonesia merupakan kebudayaan asli Indonesia, dengan

alasan bahwa dari keterangan-keterangan yang ada menyatakan bahwa bangsa

Indonesia sendiri yang telah menciptakan seni batik. Hal ini terbukti pada bangunan-

bangunan candi, berarti pada zaman Hindu orang sudah mengenal seni batik.Bahkan

ragam hias batik yang tampak pada relief candi ada yang memiliki kesamaan dengan

ragam hias batik daerah pesisir.

Ditinjau dari segi motifnya ada dua jenis batik, yaitu batik tradisional dan

batik modern.Batik tradisional adalah jenis batik yang motif dan gayanya terikat pada

suatu aturan dan isen-isen tertentu, seperti motif sidomukti, sidoluhur, parang rusak,

dan sebagainya.Batik modern adalah semua jenis batik yang telah menyimpang dari

ikatan yang sudah menjadi tradisi tersebut.5 Ditinjau dari segi teknik pembuatannya

atau dalam hal ini pembatikannya juga dikenal dua macam batik, yaitu batik

tradisional dan batik printing. Batik tradisional meliputi: batik tulis, batik cap, atau

batik kombinasi tulis dan cap yang masih dibuat dengan cara sederhana dengan

menggunakan canting maupun alat cap. Batik printing adalah batik yang dibuat

dengan sistem sablon atau hand print.6

Batik tradisional yang dimaksud dalam skripsi ini adalah batik tradisional

dalam pengertian teknik pembuatannya, terlepas dari persoalan apakah batik itu

bermotif tradisional ataukah bermotif modern yang sudah menyimpang. Atau dengan

5Ibid, hal 12

6 Simandjuntak, Edward. S. 1982. „Batik Tradisional Makin Terpojok, Labelisasi untuk apa?‟

Dalam Prisma. No. 72.Hal. 73-83.

Page 51: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kata lain yang dimaksud dengan batik tradisional disini adalah batik tulis atau cap,

baik yang bermotif tradisional maupun yang bermotif modern.

Dalam masa perkembangannya kain batik mempunyai bermacam-macam

ragam hias, sesuai dengan jalan alam pikiran manusia.Oleh karena kain batik cepat

rusak, sehingga tidak mungkin terdapat peninggalan-peninggalan yang otentik

sebagai bukti peninggalan purbakala.Untuk meneliti dan menganalisa perkembangan

seni batik dari zaman dahulu, yaitu dengan melihat relief maupun arca pada candi-

candi. Sebagai contoh ragam hias batik yang ada di Indonesia, antara lain: Semen

Rama, Parang Rusak, Parang Kusumo, Parang Baris, Kawung Prabu, Limar,

Buketan, Sido Asih, Sido Luhur, Sido Mukti, Sido Mulyo, dll.7

Parang Kusumo Kawung

7 Haryono, Bejo. 2004. Makna Batik dalam Kosmologi Orang Jawa. Yogyakarta: Direktorat

Permuseuman, Hal 15.

Page 52: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Sido Asih Sido Luhur

Sido Mukti Sido Mulyo

Gambar 1. Contoh ragam hias batik yang ada di Indonesia

Sumber: www.batikindonesia.com. (Minggu, 15 April 2012, 20:33

WIB).

Satu hal yang agak jelas adalah bahwa perkembangan batik di Jawa senantiasa

dikaitkan dengan perkembangan seni kreatif di sekitar kehidupan istana kerajaan

Jawa seperti Surakarta dan Yogyakarta, motif-motif tertentu dari batik itu pada

mulanya dimaksudkan sebagai mekanisme untuk mempertahankan nilai

Page 53: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kebangsawanan. Sebagaimana diketahui kebudayaan istana yang menekankan seni

dan cara berpakaian telah menimbulkan keahlian di bidang pertekstilan yang kini

dikenal sebagai batik. Pekerjaan membatik menjadi suatu aktivitas rumah tangga di

pusat-pusat istana yang besar seringkali dikerjakan oleh para istri pelayan pejabat

istana tingkat rendah (abdi dalem), ini menunjukkan bahwa kerajinan tekstil pada

masa itu, didominasi oleh kaum wanita.Di beberapa tempat penggerak kerajinan batik

ini adalah para selir (isteri raja yang bukan permaisuri), baik yang tinggal didalam

atau diluar istana atau kraton.Tidak mengherankan apabila dahulu kain batik hanya

dipakai kalangan bangsawan dan priyayi oleh karena memang ada hubungan historis

yang erat antara pembuatan batik dan kebudayaan tinggi istana.

Pemakaian batik terus berkembang ke luar kalangan bangsawan dan bukan

sekedar menjadi pakaian tradisional, melainkan juga dipakai sebagai bahan

sandang.Akhirnya aktivitas pembatikan berkembang menjadi industri dan

berkembang pulalah metode produksi serta perluasan pasar sampai keluar istana.

Menurut Geertz, dalam perkembangan dan perluasan pasar inilah yang mendorong

kaum santri untuk memasuki industri kerajinan batik. Itulah sebabnya mengapa

sampai sekarang banyak perusahaan batik dijalankan oleh para santri di daerah-

daerah kantong santri (santri enclave) semacam Laweyan Surakarta, Kotagede,

Pekalongan, dan lain-lainnya.Perkembangan dan perluasan pemakaian batik terus

berlanjut, sehingga teknologi batik pun terus berkembang pula dengan pesatnya.

Page 54: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Menurut Nian S. Djoemena,8secara garis besar terdapat 2 golongan ragam

hias batik, yaitu ragam hias geometris dan ragam hias non-geometris. Yang termasuk

golongan geometris adalah:

1. Garis miring atau parang

2. Garis silang atau ceplok

3. Anyaman dan Limar

Yang termasuk golongan non-geometris adalah:

1. Semen, terdiri dari flora, fauna, meru, lar dan sejenis itu yang ditata secara

serasi.

2. Lunglungan

3. Buketan, dari kata bahasa Prancis atau Belanda bonquet jelas merupakan ragam

hias pengaruh dari luar dan termasuk ragam hias pesisir.

Sejak zaman penjajahan Belanda, batik ditinjau dari daerah penghasilnya,

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Batik Vorstenlanden

Yaitu batik dari daerah pedalaman (Surakarta dan Yogyakarta).Di zaman

penjajahan Belanda, kedua daerah ini merupakan daerah kerajaan dan dinamakan

daerah Vorstenlanden, hingga saat ini kedua kerajaan itu masih memiliki kharisma.

8Djoemena, Nian S. 1986. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan. Hal 7.

Page 55: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Batik Vorstenlanden

Gambar 2. Batik Vorslanden zaman penjajahan Belanda

Sumber: www.batikindonesia.com. (Minggu, 15 April 2012, 20:33

WIB).

Batik Pedalaman (Vorstenlanden), khususnya daerah Surakarta dan

Yogyakarta, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Ragam hias motif batiknya bersifat

simbolisme berlatar belakang kebudayaan Hindhu-Jawa dan Warna sogan, indigo

(biru), hitam dan putih.

Batik Surakarta Batik Yogyakarta

Gambar 3. Batik Pedalaman khususnya daerah Surakarta dan Yogyakarta

Sumber: www.batikindonesia.com. (Minggu, 15 April 2012, 20:33 WIB)

Page 56: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Motif batik dari Surakarta memiliki perbedaan dengan motif batik Yogya

meskipun sama-sama daerah kerajaan atau Vorstenlanden. Perbedaan yang menyolok

antara batik kedua daerah tersebut antara lain:

1. Yang paling utama adalah dalam hal perpaduan tata ragam hias. Ragam hias

batik Yogya pada umumnya condong pada perpaduan berbagai ragam hias

geometris, dan umumnya berukuran besar. Sedangkan ragam hias batik Surakarta

condong pada perpaduan ragam hias geometris-non geometris-geometris dengan

ukuran yang lebih kecil.

2. Warna putih batik Yogya lebih terang dan bersih, sedangkan batik Surakarta

warna putihnya agak kecoklatan (ecru).

3. Warna hitam pada batik Yogya agak kebiruan sedangkan batik Surakarta

kecoklatan.

4. Umumnya warna babaran serta sogan antara batik dari kedua daerah tersebut

agak berbeda. Babaran adalah proses pencelupan terakhir dengan sogan.9

Pemakain batik pada mulanya sangat berkaitan dengan aktivitas seremonial

dan ritual tertentu, seperti upacara-upacara adat yang sebagian besar berorientasi pada

tata cara kerajaan/kraton, misalnya upcara jumenengan (penobatan raja), pisowanan

(upacara menghadap raja), upacara garabeg, dan lain sebagainya. Pemakaian batik

juga berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya transedental atau berlatar belakang

magis, misalnya: para pengantin biasanya memakai kain batik motif sidoluhur atau

sidomukti dengan harapan agar kedua mempelai selalu memperoleh kesejahteraan dan

9Ibid. Hal 22.

Page 57: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

jabatan yang luhur dalam masyarakat. Adanya larangan bagi pengantin untuk

memakai kain batik bermotif parang rusak karena bisa mengakibatkan rusaknya tali

perkawinan, dan lain-lainnya.

Dalam perkembangannya, motif-motif batik yang menjadi larangan tersebut

tampaknya telah menjadi pakaian kebanyakan sehari-hari.Setiap penciptaanmotif

batik klasik pada mulanya selalu diciptakan dengan makna simbolisme dalam falsafah

Jawa. Maksud dari usaha penciptaan pada jaman ituagar memberi kesejahteraan,

ketenteraman, kewibawaan dan kemuliaan serta memberi tanda status sosial bagi si

pemakai dalammasyarakat.Motifbatiktidakdibuatsecarasembarangan,tetapimengikuti

aturan-aturan yangketat. Hal ini dapat dipahami karena pembuatan batik yang sering

dihubungkan dengan mitologi, harapan-harapan, penanda gender, status sosial,

anggota klan, bahkan dipercaya mempunyai kekuatan gaib. Motif

batikJawamempunyaihubungandenganstatussosial,kepercayaan,danharapanbagi si

pemakai.10

Aturan yang dikeluarkan dari Kraton Surakarta yaitu pada tahun 1769 oleh

Paku Buwono III (1749-1788), sebagai berikut:

“Anadene arupa jajarit kang kalebu ing larangan ingsun: batik sawat lan

batik parang rusak, batik cumangkiri kang calacap modang, bangun tulak, lenga

teleng, daragem, lan tumpal. Anadene batik cumangkiri ingkang acalacap lung-

10

DjokoDwiyanto&DSNugrahani. 2000.PerubahanKonsepGenderDalamSeni Batik

Tradisional Pedalamandan Pesisiran. Yogyakarta: Pusat Studi WanitaUGM, Hal 3

Page 58: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

lungan utawa kekembangan, ingkang ingsun kawenangken anganggoha papatih

ingsun, lan sentaningsun kawulaningsun wedana”.

“Adapun rupa jarit yang termasuk larangan saya: batik sawat tdan batik

parang rusak, batik cumangkiri yang berupa motif modang bangun tulak, lenga

teleng, daragem, dan tumpal. Adapun batik cumangkiri yang berupa motiflunglungan

atau kekembangan (bunga), saya ijinkan dipakai oleh patih saya, dan keluarga

bangsawan, abdi dalem wedana.11

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa batik yang tidak boleh dikenakan

sembarang orang adalah batik dengan motif sawat, parang rusak dan cumangkiri,

batik ini biasa disebut dengan batik larangan.Batik ini hanya boleh dikenakan oleh

para keluarga raja, bangsawan, dan orang-orang kraton. Selain aturan dari Paku

Buwono III dari Kraton Surakarta, dari Kraton Yogyakarta pada masa pemerintahan

Sultan Hamengkubuwono VIII, motif batik yang menjadi pedoman utama untuk

menentukan status sosial derajad kebangsawanan seseorang diatur dalam Pranatan

Dalem Jenenge Pananggo Keprabon Ing Keraton Nagari Ngajokjakarta tahun

1927.12

b. Batik Pesisir

Batik pesisir merupakan batik yang pembuatannya dikerjakan diluar daerah

pedalaman (Surakarta dan Yogyakarta), yang termasuk daerah pesisir adalah daerah

yang terdapat disepanjang pantai utara Jawa, seperti Jakarta, Indramayu, Cirebon,

11

Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias

Batik. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama, hal 23. 12

Haryono, Bejo. 2004. Makna Batik dalam Kosmologi Orang Jawa. Yogyakarta: Direktorat

Permuseuman, hal 27.

Page 59: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Pekalongan, Lasem, Garut, Madura dan Jambi. Pembagian asal batik ini, terutama

berdasarkan sifat corak dan warna dasarnya, serta keunikan dari daerah masing-

masing.13

Batik Pekalongan Batik Cirebon

Gambar 4. Batik Pesisir yang ada di daerah Pekalongan dan Cirebon.

Sumber: www.batikindonesia.com.(Minggu, 15 April 2012, 20:33 WIB).

Batik pesisir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:Ragam hias motif batiknya

bersifat natural dan mendapat pengaruh kebudayaan asing secara dominan dan Warna

beraneka ragam.14

B. Sejarah Perkembangan Batik di Tirtomoyo

Asal mula batik di Tirtomoyo itu asalnya dari keraton Surakarta. Mula-mula

batik didalam kerajaan atau keraton hanya merupakan kerja sambilan bagi putri

keraton yang nantinya akan dipersembahkan untuk kekasihnya, juga untuk

kepentingan (pakaian) raja dan para kerabat keraton. Raja hanya memilih orang-orang

13

Djoemena, Nian S, op.cit, Hal 7. 14

Ibid, Hal 8.

Page 60: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

pandai membatik yang dikhususkan berdiam di keraton untuk membuat kain

batik.Oleh karena raja dan seluruh kerabat keraton memerlukan kain batik, maka raja

mengutus para lurah mencari daerah penghasil batik.Melalui lurah tersebut didapat

daerah Laweyan yang menjadi pusat pembuatan kain batik di wilayah kekuasaan

keratin Surakarta.Laweyan sendiri berasal dari kata Lawe yang artinya benang,

karena pada zaman dahulu tempat ini adalah tempat pembuatan kain tenun.Mulai dari

sinilah kain batik berkembang semakin besar dan dampaknya mulai menjalar ke

pelosok daerah teruatama daerah Tirtomoyo yang merupakan pusat dari kegiatan

batik di daerah Wonogiri.

1. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda

Masyarakat Tirtomoyo sudah memiliki perusahaan industri kerajinan batik

meskipun masih sangat sederhana.Ruang gerak mereka masih sangat terbatas dan

hanya menjadi pengusaha kecil, kedudukan keuangan mereka masih sangat lemah

dan kesempatan untuk maju masih sangat minim.Hal ini dikarenakan politik

pemerintah Hindia Belanda yang sangat menekan kemajuan bangsa Indonesia

disegala bidang kehidupan masyarakat.Pemerintah Hindia Belanda dalam

perdagangan dan ekonomi lebih percaya pada masyarakat pendatang yaitu

masyarakat Tiong Hoa dan Arab. Mereka diharapkan mampu menekan kemajuan

ekonomi dan perdagangan para bumiputera dengan cara memberikan perlindungan

dan hak istimewa kepada golongan tersebut daripada kepada pedagang asli

Page 61: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Indonesia.15

Akibat tindakan pemerintah Hindia Belanda yang diskriminasi itu

kedudukan pedagangan batik bangsa Indonesia yang sudah lemah itu semakin

terdesak kedudukannya daripada pedagang bangsa Tiong Hoa dan Arab.

Oleh karena itu, usaha-usaha kearah emansipasi ekonomi selalu ditekan dan

pengalaman yang mengecewakan itu sebagai akibat sistem sosial ekonomi yang

menghalangi usaha perekonomian bangsa Indonesia, memaksa terbentuknya

solidaritas16

di kalangan kaum pedagang di Kecamatan Tirtomoyo. Hal ini di awali

dengan berdirinya suatu organisasi dagang di Solo pada tahun 1911 oleh H.

Samanhudi seorang pengusaha batik di Kampung Laweyan yang merupakan pusat

dari industri batik di Jawa Tengah yang organisasi tersebut bernama Sarekat Dagang

Islam. Perkumpulan baru ini berdasarkan koperasi perdagangan untuk bertahan

melawan leverencier bangsa Tiong Hoa, dengan memakai simbol agama Islam dan

dasar koperasi perkumpulan ini banyak menarik saudagar bangsa Jawa dan rakyat

pada umumnya.

Berdirinya Sarekat Dagang Islam disambut baik oleh para pengusaha batik di

kota Solo dan daerah sekitarnya yang mengaharapkan dapat mempertahankan

persaingan dengan para pedagang Tiong Hoa. Selanjutnya propaganda-propaganda

tentang Sarekat Dagang Islam mulai disebar luaskan ke daerah-daerah. Penyebaran

ini dapat berjalan lancar dan sangat besar hasilnya, dimungkinkan karena anggota-

anggota Sarekat Dagang Islam adalah pedagang yang biasa merantau ke luar daerah

15

Slamet Mulyana. 1960. Nasionalisme sebagai Modal Perjuangan Bangsa Indonesia. Jilid 1.

Jakarta Pustaka. Hal 195. 16

Sartono Kartodirdjo. 1967. Kolonialisme dan Nasionalisme di Indonesia Abad XIX-XX.

Lembaran Sejarah I. Jogyakarta : Seksi Penelitian Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Dan Kebudayaan

UGM. Hal 34.

Page 62: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

maka dengan cepat pengaruh Sarekat Dagang Islam dapat meluas di antara pedagang-

pedagang dalam daerah Surakarta dan daerah Tirtomoyo Wonogiri.

Meskipun SDI mulai memperhatikan nasib para usahawan batik dengan

membela mereka terhadap sikap merugikan pedagang kemudian mereka mendirikan

koperasi-koperasi batik. Tetapi karena rintangan-rintangan yang datangnya dari para

pengusaha adalah pada bahan baku maka baik para importer (perusahaan asing) dan

juga pedagang perantaranya sampai pada pengecernya yang umumnya dipegang oleh

orang-orang Cina, Arab dan India maka usaha SDI mengalami kegagalan dan satu

persatu koperasi mengalami gulung tikar.

Kegagalan ini juga disebabkan oleh beratnya prasyarat dan penyelenggaraan

koperasi yang diatur peraturan pada masa itu.Jadi koperasi batik yang didirikan oleh

SDI itu lebih merupakan gerakan idiil dari para gerakan komersiil.Pembentukan

koperasi merupakan suatu hal yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pergerakan

kebangsaan.Untuk membatasi perkembangan tumbuhnya koperasi yang direstui oleh

gerakan kebangsaan itu, maka Pemerintah Kolonial mengeluarkan peraturan koperasi.

Berdasarkan peraturan koperasi beskuit 7 April no. 431 tahun 1915, rakyat tidaklah

mungkin mendirikan koperasi karena:

1. Mendirikan koperasi harus mendapat izin dari Gubernur Jenderal

2. Akte dibuat dengan perantara notaries dan dalam bahasa Belanda.

3. Ongkos materai 50 gulden, hak tanah harus menurut hokum Eropa.

4. Harus diumumkan di Javache Courent, yang biasanya juga tinggi.17

Dengan keluarnya peraturan tersebut, bagi rakyat Indonesia sangat

memberatkan baik untuk mendirikannya ataupun melakukannya. Peraturan tersebut

17

Dewan Koperasi Indonesia, Sejarah Singkat Tentang Pergerakan Koperasi di Indonesia,

Surakarta. PKPN Kotamadya Surakarta, 1978. Hal 2.

Page 63: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

mendapat reaksi dari kaum gerakan nasional dan penganjur – penganjur koperasi.

Akhirnya pemerintah membentuk suatu panitia koperasi yang bertujuan untuk

memperkembangkan koperasi. Akhirnya pada tahun 1929 Partai Nasionalis Indonesia

mengadakan kongres koperasi di Jakarta, dengan adanya konggres inilah semangat

koperasi berkobar dan didirikan koperasi dimana-mana dan dalam berbagai

bentunya.18

Dalam industri batik, koperasi yang pertama kali dibentuk di Surakarta

adalah Inl Coperative Vereniging yaitu Persatuan Perusahaan batik Bumi Putera

Surakarta (PPBS) yang didirikan pada tahun 1937, yang ruang kerjanya meliputi

wilayah Sekarisidenan Surakarta tidak terkecuali wilayah Tirtomoyo.

2. Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa

syarat kepada tentara Jepang.Dengan penyerahan itu berarti telah berakhir pula masa

penjajahan Belanda di Indonesia dan diganti masa penjajahan Jepang.Pada masa ini

merupakan bencana bagi rakyat Indoneia, lebih-lebih kehancuran dalam segi

ekonomi.Kaptal-kapital pada masa itu hilang disebabkan karena dihancurkan oleh

tentara sekutu, akibatnya pada masa pendudukan Jepang sistem ekonomi lumpuh

total.19

Untuk mengatasi kesukaran ekonomi maka pemerintah Jepang ikut campur

tangan dalam soal yang berhubungan dengan bidang ekonomi. Pemerintah Jepang

18

Wahyu Sukatjo, Sejarah Perkembangan Permasalahan dan Peranan Koperasi. Dalam

Prisma, No 6, tahun VII Juli 1978.Hal 32. 19

Sartono Kartodirdjo (dkk). Sejarah Nasional Indonesia VI.Jakarta; Balai Pustaka 1977.Hal

143.

Page 64: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mulai mendirikan organisasi yang dipropagandakan untuk memperbaiki kehidupan

rakyat yang diberi nama Kumai yang tidak lain adalah organisasi yang bertugas

sebagai wadah para pengrajin batik. Di daerah Surakarta sendiri yang merupakan

pusat wilayah industri batik diberi nama Batik Kogja Kumai yang merupakan

gabungan dari beberapa organisasi batik. Akan tetapi Batik Kogja Kumai tidak

berpengaruh yang signifikan terhadap industri batik di daerah Tirtomoyo. Hal ini

dikarenakan warga Desa Tirtomoyo diwajibkan untuk memasukkan padi kepada

pemerintah Jepang yang lazim disebut dengan “jatah padi” dan selain itu juga

dikarenakan bahan baku pembuatan batik yang sangat sulit diperoleh. Bisa dikatakan

bahwa di daerah Tirtomoyo setelah pemerintah Jepang berkuasa banyak industri batik

yang gulung tikar dan mengalami kehancuran total.20

3. Pada Masa Kemerdekaan tahun 1949 sampai tahun 1952.

Di beberapa daerah bermunculan organisasi batik dan salah satunya di daerah

Surakarta adalah koperasi Batari (Batik Timur Asli Republik Indonesia), yang pada

akhirnya melebur menjadi satu yang bernama Gabungan Koperasi Batik Indonesia

(GKBI). Akan tetapi dalam perkembangannya, organisasi ini masih mengalami

hambatan dalam melakukan kegiatannya karena bahan baku pembuatan batik masih

dikuasai oleh Pemerintah Federal Belanda.

Setelah penyerahan kedaulatan Negara secara penuh pada tanggal 31

Desember 1949, organisasi batik mulai muncul kembali peranannya sehingga

20

Wawancara dengan Darto warga desa Tirtomoyo pada tanggal 28 juni 2010 jam 12:30

WIB.

Page 65: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pengaruhnya mulai menjalar keseluruh pelosok desa termasuk Desa Tirtomoyo. Pada

tahun 1952 Pemerintah menyelenggarakan pola bahan batik, semua kegiatan impor

dan distribusi bahan baku batik diatur oleh suatulembaga yang bertugas untuk

mencari dan mengimpor bahan baku batik sedangkan GKBI sendiri bertugas sebagai

distributornya. Dengan demikian kestabilan harga dan perkembangan industri batik

dapat berjalan dengan stabil.

C. Pertumbuhan Industri Kerajinan Batik di Tirtomoyo

1. Industri Kerajinan Batik di Tirtomoyo

Latar belakang timbulnya industri sederhana (industri kecil) di desa,

khususnya industri kerajinan batik adalah industri yang didirikan oleh penduduk desa

dan yang terletak di desanya.Para pengusaha batik di desa Tirtomoyo yang dulunya

merupakan berasal dari tukang-tukang yang karena mendapatkan kemajuan ekonomi

dapat menghimpun faktor-faktor produksi yang diperlukan sehingga dapat

mendirikan industri-industri batik sendiri yang pada akhirnya berkembang menjadi

usaha yang lebih besar.21

Faktor pengusaha inilah merupakan ukuran dalam memberi arti istilah industri

desa.Pengusahanya terdiri dari para penduduk desa.Jadi yang mempunyai inisiatif

untuk mendirikan industri desa adalah para penduduk desa. Namun perlu diketahui

bahwa industri desa ini merupakan suatu proses yang selalu berkembang dari yang

21

Wawancara dengan Darto warga desa Tirtomoyo pada tanggal 28 juni 2010 jam 12:30

WIB.

Page 66: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

sederhana menjadi kompleks. Kecakapan berindustri ini dapat timbul di desa karena

disengaja atau secara sukarela penduduknya mempunyai minat mempelajari

kecakapan berindustri.Secara umum industri muncul karena faktor keduanya.Salah

satu hal yang amat penting harus ada bagi industri adalah adanya tenaga kerja yang

terlatih.Karena dalam hal ini kecakapan bagi petani yang terutama ahli dalam

mengolah tanah atau sawah saja tidak cukup untuk membangun subuah

industri.Bilamana kecakapan untuk bekerja ini belum ada maka industri tidak bisa

dibangun. Yang penting kcakapan berindustri ini dapat lahir di desa dengan jalan

disengaja atau dengan sukarela yaitu warga setempat bersedia mempelajari cara

berindustri yang sederhana.

Timbulnya kecakapan kerja sebagai tenaga industri ini akan menimbulkan

semangat borjuis atau semangat kapitalis. Menurut seorang ahli sosiologi yang

bernama Sombart, tukang-tukang dan saudagar telah memiliki semangat kapitalis

yang terutama bertujuan mengejar keuntungan. Sifat-sifat lain adalah hemat,

sederhana, rasional dan setia menepati janji. Demikian halnya pada orang-orang yang

mulai dapat bekerja berindustri ini sifat-sifat tersebut akan timbul. Adapun para

pengusaha di desa itu merupakan suatu proses. Untuk membicarakan mengenai

timbulnya para pengusaha di desa dapat ditinjau dari keadaan politik dan ekonomi

sebelum perang Kemerdekaan Indonesia, masyarakat Jawa sekitar tahun 1800

kehidupan ekonominya dibedakan menjadi dua macam yaitu ikatan secara feodal dan

Page 67: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

ikatan desa.22

Di dalam ikatan desa, kehidupan masyarakat tani sangat sederhana yaitu

menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.Ekonomi atas dasar

mencukupi kebutuhan sendiri dalam lingkungan kecil menyebabkan tingkat hidup

yang rendah dan tidak ada kesempatan bagi perkembangan ekonomi yang tinggi.

Pada tanggal 8 Maret 1963, Presiden Soekarno mengumumkan Deklarasi

Ekonomi (Dekon), yang isinya berisi tentang pencabutan hak-hak GKBI sebagai

importer bahan baku industri batik. Dampak lain dengan adanya deklarasi tersebut

adalah semakin meningkatnya penghasilan para pengusaha batik sedangkan bagi para

buruh batik penghasilan mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup karena harga

kebutuhan hidup yang semakin melonjak tinggi. Dampak yang lebih besar adalah

inflasi ekonomi yang memperburuk perekonomian.

Adanya pencabutan hak importer bahan baku dari GKBI ini maka muncul

system penjatahan kepada para pengusaha batik dengan harga resmi yang akibatnya

terjadi dua pasar dan dua harga. Adanya inflasi yang terus naik menimbulkan harga

batik menjadi pendorong bagi perluasan penawaran. Pengusaha batik yang

kekurangan bahan batik dari jatah koperasi dan pengusaha batik yang tak terjatah

saling menimbulkan perbedaanakanharga bahan baku batik di pasar bebas. Meskipun

pada tahun 1960 - 1980 di desa Tirtomoyo ada penambahan dalam hal jumlah

penggusaha batik, dalam hal ini mereka pada umumnya adalah seorang petani dan

pegawai.

22

Burger. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jilid 1, cetakan ketiga. Jakarta.

Pradnyaparamita. Hal 93.

Page 68: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pada umumnya para pengusaha batik baru ini hanyalah pengusaha-pengusaha

yang ikut-ikutan saja tanpa persiapan dan pengalaman yang cukup dalam usaha batik,

mereka hanyalah menginginkan keuntungan dari adanya system lisensi.23

Hal ini

dapat dibuktikan setelah pemerintah mencabut subsidi dan hak istimewa bagi import

bahan batik, para pengusaha batik yang baru ini sebagian besar lenyap dan tidak

pernah muncul lagi. Pada jaman lisensi para pengusaha batik yang lama dan yang

baru untuk memperoleh jatah bahan baku batik yang diperlukan banyak yang

mengelabuhi petugas pemberi jatah, karena banyak sedikitnya jatah tergantung dari

jumlah peralatan pembatikan. Faktor itu antara lain gawangan, anglo, wajan dan

buruh pabrik, sedangkan para petugas yang akan memeriksa membeirtahukan akan

kedatangannya, sehingga para pengusaha batik dapat membeli bahan baku sebanyak-

banyaknya dengan cara mendatangkan para buruh batik pada waktu pemeriksaan saja.

Karena mudahnya pemberian lisensi ini maka hampir sebagian masyarakat desa

Tirtomoyo menjadi pengusaha batik.

Pada tahun 1961, Jawatan Koperasi menertibkan organsasi koperasi yang ada

di beberapa daerah, antara lain memecah koperasi primer yang ada di Surakarta yaitu

BATARI. Koperasi BATARI yang semula meliputi daerah kerja seluruh Karesidenan

Surakarta diharuskan melepaskan daerahnya di Kabupaten untuk membentuk sebuah

koperasi sendiri. Untuk kabupaten Wonogiri, para pengusah batik dialihkan ke

koperasi yang berkedudukan di Tirtomoyo, karena dalam peraturan tersebut

23

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB.

Page 69: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

mengisyaratkan bahwa koperasi batik di tingkat kabupaten harus berlokasi di

Kabupaten, sehingga para pengusaha batik di daerah Kabupaten Wonogiri pada

tanggal 8 Juli 1962 mendirikan sebuah koperasi yang diberi nama batik Buwono.

Koperasi ini sendiri baru mendapatkan hak badan hukum pada tanggal 16 Maret 1965

dan diterima menjadi anggota GKBI pada tahun itu juga.

Untuk mengetahui perkembangan industri batik di daerah Desa Tirtomoyo

sejak tahun 1950-2000 dapat dilihat dari pertambahan pengusaha batik setiap

tahunnya dalam tabel 4.

TABEL 4

JUMLAH PENGUSAHA KERAJINAN BATIK DI TIRTOMOYO

YANG MENJADI ANGGOTA KOPERASI

TAHUN JUMLAH PENGUSAHA

1950 2

1955 8

1960 14

1965 31

1970 39

1975 42

1980 50

1985 45

1990 50

1995 35

2000 20

Sumber :Koperasi batik Tirtomoyo.

Dari tabel 4 tersebut dapat dilihat perkembangan kehidupan industri kerajinan

batik mengalami kemajuan yang cukup baik. Bertambahnya pengusaha batik

menunjukkan bahwa pasar batik semakin ramai, hal ini tidak terlepas dari kebijakan

Page 70: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dari pemerintah mampu menstabilkan harga bahan baku. Selain itu, peran pemerintah

dalam memajukan industri batik antara lain GKBI memperoleh kedudukan tunggal

sebagai importir dan sekaligus sebagai distributor kepada seluruh pengusaha batik

baik anggota maupun bukan anggota koperasi batik.

2. Proses Produksi Batik

Proses produksi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk

mengubah bahan baku sampai menjadi barang jadi, sehingga dapa menambah

kegunaan suatu benda.

Teknik membuat batik tradisional meliputi seluruh proses pekerjaan yang

cukup panjang terhadap kain mori sejak dari permulaan hingga menjadi kain batik.

Pekerjaan ini meliputi tahap persiapan dan tahap pokok. Pada tahap persiapan maka

yang dikerjakan adalah mempersiapkan kain mori sehingga siap untuk dibatik, yaitu

(1) memotong mori sesuai dengan ukuran yang dikehendaki; (2) mencuci (nggirah

atau ngetel); (3) menganji (nganji) dan (4) menyetrika (ngemplong). Pada tahap

pokok proses pembatikan yang sebenarnya dimulai, yaitu meliputi tiga macam

pekerjaan: (1) pembuatan motif batik dengan melekatkan lilin batik (malam) pada

kain. Ada beberapa cara pelekatan lilin ini, yaitu dengan dilekatkan atau ditulis

dengan alat yang disebut canting, canting cap, atau dilukis dengan kuwas (jegul).

Lilin atau malam adalah campuran dari beberapa bahan, seperti gondorukem,

matakucing, parafin atau microwox, lemak atau minyak nabati, dan kadang-kadang

dicampur dengan lilin lebah atau lanceng; (2) pewarnaan batik yang dilakukan

Page 71: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dengan cara menyelupkan pada zat pewarna; dan (3) menghilangkan lilin pada kain

yang disebut denga ngerok, nglorod, ngebyok atau mbabar.24

Demikianlah proses

produksi pembuatan batik secara singkat.

3. Sistem kerja dalam usaha industri kerajinan batik

Sistem kerja yang diselenggarakan para pengusaha batik di daerah

Tirtomoyoadalah sebagai berikut:

a. Garap langsung

Adalah suatu sistem kerja dimana para seluruh pengrajin batik harus

menyelesaikan pekerjaannya di tempat pengusaha batik.Baik yang masih

menggunakan rumahnya sebagai bengkel kerjanya maupun yang sudah mempunyai

bengkel sendiri.

Garap langsung ini lebih mudah dilakukan untuk buruh pengrajin batik pria

dari pada buruh pengrajin wanita.Sebab lebih mudah dijalankan buruh pengrajin pria

karena tahapan yang harus dijalankan pada umumnya tidak memungkinkan untuk

dibawa pulang.Memerlukan peralatan dan ramuan khusus untuk tahapan

pekerjaannya, yang perlu mendapat pengawasan mandiri dari pihak pengusaha batik.

Sedangkan tahapan pekerjaan yang dijalankan untuk buruh pengrajin batik

wanita, dimungkinkan untuk dibawa pulang, karena hanya menggunakan peralatan

yang sederhana dalam menyelesaikan tahapan pekerjaannya.Pada sistem garap

24

Soetopo, S. 1956. Batik. Jakarta: Balai Pustaka. Hal 3-5.

Page 72: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

lansung ini upah yang berlaku untuk buruh pengrajin pria adalah dengan upah harian,

sedangkan untuk buruh pengrajin wanita dengan upah borongan.

b. Garap luar atau Sanggan.

Adalah suatu sistem kerja dimana pengusaha batik membagi-bagikan bahan

pada buruuh pengrajin batik untuk dikerjakan di rumah mereka masing – masing

dengan diberi upah borongan.

Kerja langsung atau sanggan ini bagi buruh pengrajin batik sangat

menguntungkan, sebab selain dikerjakan dirumah, waktu mengerjakannya bisa

sewaktu – waktu. Untuk tahap pengerjaannya dapat mengerahkan anggota

keluarganya.

4. Pemasaran Batik

Masalah pemasaran sangat penting karena berhasil tidaknya pemasaran

menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Bila pemasaran berhenti akan berakibat

pula timbulnya suatu penumpukan hasil produksi dari perusahaan. Pentingnya

pemasaran ini berlaku pula dalam perusahaan industry kerajinan batik di Tirtomoyo.

Para pengusaha batik di Tirtomoyo menjual hasil produksinya dengan cara

menjual langsung ke konsumen maupun kepada pedagang perantara. Para pedagang

perantara tingkat desa umumnya adalah pedagang kecil eceran yaitu para pedagang

yang menjual eceran langsung kepada konsumen.Para pedagang tingkat desa ini

datang sendiri ke tempat pengusaha batik untuk mengadakan transaksi pembelian

Page 73: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

batik secara kecil – kecilan kemudian menjualnya lagi ke pasar – pasar tingkat desa

sampai pasar tingkat kabupaten.

Pedagang perantara tingkat kota adalah para pedagang tingkat menengah,

yaitu pedagang yang mampu membeli cukup banyak hasil produksi batik dari

pengusaha dan membawa dagangannya sendiri menuju kota, kemudian menjualnya

ke sejumlah pasar yang ada di kabupaten Wonogiri maupun yang ada di Surakarta

yaitu pasar Klewer.

D. Perkembangan Ragam Hias Batik di Tirtomoyo Tahun 1950-2000

Pada mulanya penduduk Tirtomoyo membuat batik masih dengan cara tulis

(menggunakan tangan saja, dan motif-motifnya pun masih meniru motif dari kraton,

berupa motif Ceplok, Limar, Semen, Parang, Lunglungan), juga cara mewarnainya

masih memakai soga Jawa (pewarna dari bahan tumbuh-tumbuhan) yang otomatis

memerlukan waktu yang lama. Batik Wonogiren berasal dari Wonogiri, yang

kemunculannya berawal dari kegiatan membatik, tepatnya di Kecamatan

Tirtomoyo.Batik Wonogiren memiliki ciri khas motif retakan-retakan disebut dengan

remakan atau remukan.Motif remukan tidak sekedar menjadi ciri khas, tetapi bagian

dari batik Wonogiren. Hal tersebut menambah nilai estetika, yang membedakan

dengan karya batik dari daerah lain. Nilai estetika tersebut bersifat objektif dan murni

terlihat pada garis, bentuk, serta warna.25

Batik Motif Remukan

25“Batik Wonogiren Bertahan pada Corak Eksklusif”.Suara Merdeka, Sabtu 12 April 2003.

Page 74: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 5. Batik Wonogiren memiliki ciri khas motif retakan-retakan disebut dengan

remakan atau remukan.

Sumber: Dokumentasi pribadi ibu Tarmi pengusaha batik Trtomoyo

Pola dan motif batik Wonogiren tercipta untuk konsumsi masyarakat sekitar

Dlepih dan wilayah Kecamatan Tirtomoyo, meskipun motif yang dibuat

mengadaptasi dari motif batik Klasik Kraton Surakarta. Babarannya (proses

pewarnaannya) lebih tebal dan berbeda dengan batik dari kraton, dan lebih sesuai

dengan cita rasa rakyat yang memiliki kehidupan dinamis serta bebas. Batik tersebut

saat ini sudah tersebar hingga luar wilayah Wonogiri terutama Surakarta, Yogyakarta,

Jakarta dan luar Jawa, antara lain Lampung, Jambi, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Batik Wonogiren dalam perjalanannya mengalami pengembangan, mulai

tahun 1960-an. Warga Wonogiri memiliki keinginan untuk memproduksi dan

memakai batik dengan ciri khas budaya setempat, meliputi kondisi geografis, sosial,

fenomena, selera, dan sebagainya.Motif yang dibuat terinsipirasi dari hal-hal tersebut

serta modifikasi pola Batik Klasik Kraton Surakarta.Contoh motif terpengaruh

Page 75: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

fenomena sosial adalah Keladi dan Jemani, berisi motif adaptasi dari bentuk daun

Keladi dan Anthurium jenis Jenmani yang menjadi tren koleksi tanaman hias

2007.Motif tersebut dibuat atas ide dan pesanan kolektor tanaman hias.Kondisi

lingkungan hutan, juga menjadi sumber inspirasi munculnya motif Gelondong Kayu

dan Serat Kayu, berupa motif bilar kambium batang terbelah serta serat pohon

berkayu.

Batik Motif Keladi dan Jemani

Gambar 6. Contoh motif terpengaruh fenomena sosial adalah Keladi dan Jemani, berisi

motif adaptasi dari bentuk daun Keladi dan Anthurium jenis Jenmani yang

menjadi tren koleksi tanaman hias 2007.

Sumber: www.batikindonesia.com. (Minggu, 15 April 2012, 20:33

WIB).

Masyarakat di wilayah pembatikan Kecamatan Tirtomoyo memiliki peran

berupa persepsi dan partisipasi penting dalam pengembangan desain Batik

Wonogiren.Hal tersebut salah satu kontribusi penting guna menyumbang kekayaan

jenis motif Batik Nusantara umumnya, dan khususnya di wilayah Tirtomoyo.Subjek

Page 76: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

yang tepat untuk mengetahui secara langsung perihal pengembangan desain Batik

Wonogiren melalui interaksi langsung dengan masyarakat pelaku.

Desain Batik Wonogiren merupakan objek yang muncul karena ide atau

gagasan masyarakat, dalam hal ini perajin merupakan yang memutuskan persepsi

masyarakat berupa ide, sebagai wujudnya adalah partisipasi dengan

memvisualisasikannya ke sebuah bentuk. Perajin dimaksud adalah pihak yang

berpartisipasi aktif mempunyai ide untuk membuat suatu motif dan mengaplikasikan

pada kain, meskipun tidak sampai tahap akhir proses pembatikan.

Pada akhirnya timbul keinginan pengusaha batik Tirtomoyo, untuk menjual

batik kepada rakyat biasa dengan harga yang terjangkau oleh mereka, karena dahulu

masyarakat masih memakai kain tenun yang disebut kain lurik, sehingga pengusaha

batik Tirtomoyo memproduksi batik tulis dengan batik cap dan juga cara

menyoganya dari bahan-bahan kimia, supaya lebih cepat proses pembuatannya,

disamping itu juga harganya dapat dijangkau oleh rakyat biasa dan juga tidak

meninggakan bentuk aslinya, akan tetapi alat yang untuk mengecap pada waktu itu

masih menggunakan cap dari kayu, dengan motif-motif yang masih sangat sederhana

sekali yaitu dengan bentuk yang besar-besar dan cecek-ceceknya (isen bulat kecil

pada motif batik) pun tak dapat rapi dan halus, karena dengan kayu kurang efisien,

maka pada tahun 1950-an dibuatlah cap yang terbuat dari tembaga yang tahan lama.

Alat ini disebut canting cap dan batiknya disebut batik cap.Alat tersebut dibuat agar

dapat memproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat, tetapi

dengan adanya alat-alat yang modern ini bukan berarti lalu Tirtomoyo meninggalkan

Page 77: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

batik tulis. Bahkan membuat batik tulis, batik cap juga campuran batik cap dan batik

tulis.26

Batik tulis dan batik cap berkembang berdampingan sampai saat ini. Ditinjau

dari halus tidaknya, maka batik tulislah yang lebih halus daripada batik cap, sebab

batik tulis motif-motifnya lebih hidup, karena dibuat dengan rasa seni atau unsur seni

masih ada didalamnya, sedangkan walaupun batik cap prosesnya jauh lebih cepat dari

batik tulis, akan tetapi hasil batik cap ini agak berbeda dengan batik tulis. Dari segi

ketepatan pengulangan bentuk canting cap lebih menjamin, akan tetapi dari

kesempurnaan goresan kurang baik. Batikan cap sering kali tidak tembus dan kadang-

kadang dilain sisi tembus, bahkan blobor.27

Semakin majunya teknologi, pada sekitar tahun 1960-an ditemukan alat

pembuatan batik dengan “printing” atau “sablon” dengan alat cap yang terbuat dari

kain yang telah dilukis dan bagian tepinya diberi plangkan (kayu) dengan ukuran

lebar 80 cm dan panjang menurut lebar mori/cambric. Batik ini terkenal dengan batik

printing. Proses dari pada cara ini lebih cepat dengan kalkulasi yang rendah sebab

batik ini tidak memakai cara ngecap dengan malam dahulu, dan tidak juga melered

(membabar), akan tetapi mori dicap langsung dengan motif yang dikehendaki.

Ragam hias pada suatu kain batik terdapat corak dan motif.Corak sendiri

adalah bentuk yang paling dominan, seperti warna, tema babaran dan simbol

26

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB.

27

Riyanto, dkk.1997. Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. Hal 13.

Page 78: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

keseluruhan, seperti bang biru, sidoluhur, semen, dan sebagainya.Sedangkan motif

adalah bentuk yang menjadi komponen ragam hias.Jadi, ragam hias, motif, dan corak

merupakan satu kesatuan yang sangat penting pada unsur kain batik.28

Ragam hias menurut lokasi daerahnya dibagi menjadi dua, yaitu batik

pesisiran dan batik pedalaman atau batik kraton.Ragam hias ini dalam

perkembangannya dapat berubah dari waktu ke waktu.Perubahan ini berdasarkan

pada lingkungan dan pemikiran masyarakatnya.Daerah Tirtomoyo sendiri termasuk

daerah pedalaman.Batik di Tirtomoyo ini merupakan batik yang tumbuh di atas

dasar-dasar filsafat Jawa yang mengacu pada pemurnian nilai-nilai spiritual dengan

memandang manusia yang tertib, serasi, dan seimbang.Ragam hias batik pedalaman

cenderung memiliki corak dengan warna coklat kehitam-hitaman, hal ini sesuai

dengan daerahnya yang banyak terdapat hutan sehingga untuk pewarnaannya

mengambil dari tumbuhan.

Mengenai kebudayaan seni batik di Tirtomoyo secara berangsur-angsur

mengalami proses perubahan bentuk, variasi sesuai dengan kebudayaan yang

mewarnai pada masa pembuatannya. Sebelum masuknya budaya dari luar, seni batik

di Indonesia masih sederhana. Dalam proses perkembangannya seni batik Tirtomoyo

mengikuti kemajuan zaman, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknik-

teknik mekanis yang baru. Ragam hias batik Tirtomoyo pada mulanya mengikuti

ragam hias batik dari kerajaan atau kraton. Ragam hias tersebut merupakan ragam

28

Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias

Batik. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Hal 197.

Page 79: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

hias yang telah baku atau istilah jawanya “dipakemkan”. Sebagai contoh ragam hias

yang telah baku, antara lain: ragam hias Kawung, Sawat, dan Parang. Ragam hias

tersebut memiliki ciri khas batik pedalaman, dari segi motif maupun warnanya.

Berikut akan dibahas perkembangan ragam hias batik di Tirtomoyo dari tahun 1965-

2000.29

1. Perkembangan Ragam Hias Batik tahun 1960-1964

Ragam hias batik Tirtomoyo tahun 1960-an mengikuti kegiatan kenegaraan.

Pada tahun 1963, ketika diselenggarakan Ganefo (pesta olahraga dari kelompok

negara-negara komunis dan penentang imperialis-kapitalis), para pengusaha banyak

menerima pesanan batik ragam hias jlamprang dengan warna dasar biru benhur (biru

benhur merupakan warna yang sedang digemari pada waktu itu).Ragam hias

jlamprang tampak berupa garis-garis yang terkumpul memusat menjadi satu,

kemudian terdapat pula ornamen bunga.Jadi motif jlamprang ini merupakan

kombinasi antara kumpulan garis yang memusat dan motif bunga dengan susunan

teratur yang berselang-seling.Tata warna batik ini disebut kelengan (terdiri dari warna

biru dan putih).Ragam hias jlamprang ini mengambil dari ragam hias

Pekalongan.Motif Jlamprang merupakan perkembangan motif nitik, motif ini terdapat

pula sebagai hiasan pada dinding candi Prambanan.30

Di samping ragam hias

jlamprang dibuat pula batik dengan ragam hias variasi, yaitu warna dasar tetap biru

29

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB. 30

Haryono, Bejo. 2004. Makna Batik dalam Kosmologi Orang Jawa. Yogyakarta: Direktorat

Permuseuman. Hal 20.

Page 80: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

benhur, tetapi bermotif bunga mawar, wayang, dan garuda.Makna filosofis dari ketiga

motif tersebut menunjukkan ciri dari Indonesia.

2. Perkembangan Ragam Hias Batik tahun 1965-1969

Pada era Orde Baru mulai tahun 1965 diberlakukan seragam bagi para

pegawai negeri dengan batik ragam hias Golkar (Golkar merupakan organisasi massa

pada pemerintahan Orde Baru). Ragam hias ini bermotif pohon beringin dengan

sulur-suluran tanaman di sekitarnya. Warna dasar yang digunakan masih biru, akan

tetapi biru yang dipakai lebih menjurus ke biru abu-abu. Batik Tirtomoyo pada masa

itu mulai mengalami perkembangan.Dari segi motif, mulai lebih bervariasi dan dari

segi tata warnanya juga mengalami pergeseran. Warna yang digunakan lebih cerah

dan mengambil desain-desain dari daerah lain. Pada masa tahun 1960-an

perkembangan ragam hias batik di Tirtomoyo berdasarkan pada kegiatan atau kondisi

negara yang bersangkutan.31

Batik Tahun 1960-an

31

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB.

Page 81: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Gambar 7. Pada tahun 1960-an menggunakan motif dengan warna yang lebih cerah dan

mengambil desain-desain dari daerah lain.

Sumber: www.batikindonesia.com. (Minggu, 15 April 2012, 20:33

WIB).

3. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1970-1980

Pada masa ini berkembang pesat batik dengan ragam hias Sido

Wirasat.Wirasat berarti nasehat.Pada ragam hias ini selalu terdapat ragam hias

truntum. Ragam hias Sido Wirasat melambangkan harapan bahwa orang tua akan

menuntun serta memberi nasehat kepada kedua mempelai yang akan memasuki hidup

berumah tangga.32

Ragam hias Sido Wirasat ini dipakai pada upacara perkawinan,

biasanya dipakai oleh orang tua mempelai.Ragam hias Sido Wirasat ini sebenarnya

termasuk ragam hias kraton.Dari segi warna, warna dasar yang dipakai adalah

hitam.Dari segi motifnya, berupa perpaduan antara truntum, tambal, dan

kawung.Ragam hias Sido Wirasat ini berkembang, karena budaya dari

masyarakat.Masyarakat Tirtomoyo yang termasuk dalam lingkup daerah kekuasaan

32

Djoemena, Nian S. 1986. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan. Hal 13.

Page 82: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kraton, memiliki adat istiadat atau tradisi yang kuat.Demikian pula dalam

penyelenggaraan upacara perkawinan.Pemakain ragam hias Sido Wirasat ini telah

menjadi tradisi bagi mereka.33

Batik Sido Wirasat

Gambar 8. Ragam hias Sido Wirasat yang dipakai pada upacara perkawinan, biasanya

dipakai oleh orang tua mempelai

Sumber: Dokumentasi pribadi bapak Kaharudin Ahmad pengusaha batik

Tirtomoyo.

4. Perkembangan Ragam Hias Batik Tahun 1980an

Pada tahun 1980-an, seorang ahli dan seniman batik yaitu KRH Honggopuro

menciptakan ragam hias batik dengan motif Semen (flora, fauna).Pada motif batik

yang tergolong motif semen selalu terdapat ornamen yang menggambarkan tumbuhan

33

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB

Page 83: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

atau tanaman.34

Ragam hias ini banyak diminati oleh masyarakat.Warna dari ragam

hias ini tampak cerah berbeda dengan warna ragam hias kraton yang cenderung gelap.

5. Ragam Hias Batik Tahun 1990-2000

Ragam hias yang berkembang pada masa itu adalah ragam hias Jahe-jahean

dan Klewer.Ragam hias yang sebelumnya didominasi warna cerah kini kembali lagi

ke ragam hias yang cenderung gelap.Hal tersebut tentu saja kembali pada selera

masyarakat yang mulai menyukai motif klasik.Ragam hias jahe-jahean memiliki arti

sebagai lambang kekayaan alam yang melimpah terutama hasil pertanian.Ragam hias

jahe-jahean ini memiliki warna dasar hitam, denga bunga-bunga kecil berwarna

coklat.Kemudian tampak motif tanaman rimpang, yang miripdengan tanaman

jahe.Hingga ragam hias ini disebut ragam hias jahe-jahean.

Perkembangan ragam hias di tahun 2000-an, kembali lagi ke ragam hias

dengan motif yang dinamis.Warna kembali cerah dan motif pun beraneka ragam,

seperti motif bunga maupun motif geometris.Sebagai contoh ragam hias Ceplok,

dengan warna dasar merah kecoklatan.Pada tiap bidang ruang terdapat motif tanaman

dan bunga.Ragam hias ini termasuk ragam hias kontemporer.

34

Haryono, Bejo. 2004. Makna Batik dalam Kosmologi Orang Jawa. Yogyakarta: Direktorat

Permuseuman. Hal 22.

Page 84: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Batik Ragam Hias Ceplok

Gambar 9. Ragam hias ceplok dengan warna cerah dan motif yang beraneka ragam

Sumber: Dokumentasi pribadi bapak Kaharudin Ahmad pengusaha batik

Tirtomoyo.

Selain itu motif Semen (bunga) juga sangat digemari masyarakat.Motif bunga

yang diciptakan cukup bervariasi.Warna dasar hijau, motif bunga dibuat memenuhi

bidang, dengan ukuran besar dan warna bermacam-macam.Dari perkembangan ragam

hias tiap-tiap periode, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhinya, seperti: situasi negara, karya atau cipta, bentuk motif (selera

masyarakat). Perkembangan yang pasti yaitu perkembangan ragam hias dari kerajaan

atau kraton hingga ke ragam hias dengan motif dinamis atau kontemporer. Disamping

itu, perkembangan ragam hias batik di Tirtomoyo juga dipengaruhi oleh ragam hias

batik dari daerahlain, terutama daerah pesisir.35

35

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB.

Page 85: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Perkembangan ragam hias tersebut juga tidak lepas dari perkembangan

peralatan dalam pembatikan, maupun perkembangan pewarnaannya. Peralatan dalam

membatik diawali dengan canting, cap hingga printing (meskipun printing tidak

masuk dalam kategori batik), dalam pewarnaan pada mulanya pewarnaan batik

menggunakan bahan pewarna alami, seperti: getah pohon, daun-daunan, kulit buah,

kemudian berkembang menggunakan pewarna kimia agar prosesnya lebih cepat dan

warna yang dihasilkan lebih bervariasi. Di samping itu peranan dari para designer

atau seniman juga berperan dalam perkembangan ragam hias batik, karena melalui

mereka ragam hias-ragam hias batik banyak tercipta, meskipun demikian ragam hias

klasik pun tidak ditinggalkan, karena ragam hias klasik memiliki motif dasar yang

kemudian dikembangkan dalam batik dengan motif dinamis atau kontemporer.

D. Peranan Pemerintah terhadap Perkembangan

Industri Batik di Tirtomoyo

Batik merupakan warisan dari nenek moyang yang telah berkembang sejalan

dengan proses waktu, ada kalanya industrinya mengalami pasang surut. Untuk itu

dilakukan usaha-usaha dalam mengembangkan dan melestarikannya agar tidak begitu

saja tertelan budaya bangsa lain. Dalam usaha-usaha pengembangan batik Tirtomoyo

tidak terlepas dari usaha yang dilakukan oleh pemerintah, pengusaha dan pengrajin

sendiri. Dukungan terhadap pengembangan batik Tirtomoyo, antara lain :

a. Pemerintah berusaha membina pengrajin agar mampu menjadi pengrajin mandiri,

sehingga tidak tergantung lagi pada pengusaha-pengusaha Cina.

Page 86: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

b. Bagi para pengusaha diberikan dispensasi dalam peminjaman modal di bank

berupa KIK (Kredit Investasi Kecil). Mereka diberi kemudahan-kemudahan

peminjaman.

c. Para pengusaha batik berusaha menciptakan kreasi-kreasi baru dalam motif batik,

baik dengan mengambil motif-motif dari daerah lain ataupun dengan melahirkan

kreasi sendiri, namun tetap mempertahankan ciri khas Tirtomoyo.

d. Usaha yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yaitu berusaha

mengenalkan motif-motif kreasi baru yang diambil dari daerah lain dan juga

pengenalan terhadap teknologi baru.

Dalam upaya melestarikan batik Tirtomoyo, pemerintah dalam hal ini Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Wonogiri melakukan beberapa upaya-upaya:

a. Memberikan penyuluhan tentang cara-cara pembuatan batik dan motif-motif

batik kreasi baru.

b. Memberikan pendidikan ketrampilan membatik pada para pengrajin, khususnya

generasi mudanya sebagai pewaris kebudayaan bangsa.

c. Memberikan bimbingan agar nantinya para pengrajin mampu menjadi pengrajin

yang mandiri dan mampu menciptakan kreasi-kreasi baru sendiri.

d. Mengadakan pengadaan dan penyediaan bahan bagi pengrajin yang kekurangan

modal.

e. Memberikan informasi tentang keadaan pasar batik, teknik-teknik membatik

yang baru.

Page 87: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

f. Menempatkan kerajinan batik ini kedalam ruang cindera mata di Kotamadya agar

nantinya setiap pengunjung dapat melihat secara langsung.

g. Mengikutsertakan batik Tirtomoyo dalam pameran-pameran baik yang bersifat

nasional maupun internasional.

Usaha pengembangan batik Tirtomoyo tentu saja juga mengalami hambatan

dan rintangan. Hambatan-hambatan pengembangan batik Tirtomoyo, antara lain:

a. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, terutama para pengrajin batik

sendiri yang rata-rata hanya lulusan sekolah dasar, hanya sedikit yang

mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama, bahkan ada juga yang tidak

tamat Sekolah Dasar. Mereka pada umumnya para pengrajin yang sudah tua-tua.

b. Banyak kaum muda yang meninggalkan usaha membatik dan pergi merantau ke

kota-kota besar, karena mereka merasa usaha membatik tidak lagi bisa

mencukupi kebutuhan hidup. Mengingat semakin besarnya tuntutan kebutuhan

hidup yang dihadapi dan upah yang diterima sudah tidak sebanding lagi. Lagi

pula usaha membatik ini memerlukan suatu ketekunan dan ketelatenan yang

tidak semua orang memilikinya

c. Ketrampilan membatik di Tirtomoyo, meskipun diwariskan secara turun temurun

namun hanya sebatas nglengkrengi dan nerusi selebihnya yang meneruskan

perusahaan. Jadi mereka hanya dapat bekerja sebagai buruh perusahaan, belum

dapat mandiri.

d. Bagi para pengusaha Cina, mereka tetap memegang rahasia dalam teknologi

pewarnaan batik, meskipun para pengrajin telah mendapat pembinaan dari

Page 88: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

pemerintah dalam teknologi pewarnaan batik tetap tidak dapat sebagus batik

yang dihasilkan perusahaan milik orang Cina.

e. Dalam bidang permodalan terjadi perbenturan, karena terbatasnya modal

sehingga menyebabkan kalah bersaing dengan usaha batik dari daerah lain.

Usaha-usaha yang dilakukan tersebut mengingat batik merupakan:

a. Sebagai salah satu karya seni dan budaya bangsa.

b. Usaha pembatikan mampu menciptakan lapangan kerja bagi penduduk.

c. Mempunyai arti penting dalam segi perekonomian bangsa, karena disamping

meningkatkan taraf hidup masyarakat, batik juga dapat dijadikan komoditi

ekspor non migas.36

36

Wawancara dengan Tarmi Pengusaha Batik desa Wiroko Kecamatan Tirtomoyo pada

tanggal 30 Juni 2010 jam 13:00 WIB.

Page 89: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB IV

FAKTOR - FAKTOR YANG MENYEBABKAN PASANG

SURUTINDUSTRI BATIK TRADISIONALDI TIRTOMOYO

A. Pasang Surut Industri Batik di Tirtomoyo 1950-2000

Iklim usaha adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan suatu usaha.Pada masa kabinet Parlementer tahun 1950-1957, ada

suatu kebijakan yang tampak pada Rencana Urgensi Perekonomian yang

dimaksudkan untuk melindungi dan mengembangkan pengusaha pribumi dari

persaingan dengan pengusaha Cina maupun asing, sedangkan pada masa

Demokrasi Terpimpin pada tahun 1959-1965, melalui Deklarasi Ekonomi

(Dekon) mekanisme pemerintah untuk mengontrol dunia usaha swasta

dilaksanakan dengan bentuk berbagai OPS (Organisasi Pekerja Serikat) dan GPS

(Gabungan Pekerja Serikat), sehingga unsur-unsur dari sistem kapitalis yang

bersifat free fight diharapkan dapat dihapuskan. Dalam kontek inilah maka

peranan koperasi sangat diharapkan dalam membentuk lingkungan sosialisme

Indonesia.

Suatu pelajaran yang dapat ditarik pada masa Demokrasi Terpimpin

adalah semakin menguatnya peranan negara dalam mengubah “Perekonomian

kolonial menjadi perekonomian nasional”.Seperti dikemukakan oleh Presiden

Soekarno, bahwa perekonomian nasional tidak memiliki tempat bagi penanaman

modal negara-negara industrial, demikian pula Indonesia tidak boleh menjadi

sumber bahan mentah yang mereka perlukan atau menjadi pasar bagi barang jadi

Page 90: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

mereka. Oleh karena itu, tidak lama setelah mendekritkan sistem Demokrasi

Terpimpin-nya pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mencabut Undang-

Undang Penanaman Modal Asing yang pertama di Indonesia yang telah disetujui

oleh Parlemen pada tanggal 15 September 1958. Undang-Undang itu disiapkan

oleh Biro Perancang Nasional pada tahun 1953 dan oleh Kabinet Ali kedua pada

bulan Agustus 1956.1

Perkembangan batik di Tirtomoyo mulai pesat ketika Koperasi batik yang

bergabung dalam GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) turut membantu

para pengusaha dalam penyediaan bahan mentah berupa kain mori dan obat

pewarna untuk batik. Dalam kondisi demikian para pengusaha batik Tirtomoyo

memperoleh keuntungan yang melimpah, karena melalui koperasi diperoleh kain

mori maupun obat-obat pewarna batik dengan harga yang lebih murah

dibandingkan dengan harga di pasaran bebas, selain itu koperasi turut pula dalam

membantu permodalan bagi para pengusaha dan pemasaran kain batik. Pada

waktu itu pemerintah juga sedang aktif meningkatkan kekuatan ekonomi nasional,

khususnya pengusaha pribumi melalui Rencana Urgensi Perekonomian dan

Program Benteng.Kebijakan ini secara eksplisit berusaha melindungi dan

mengembangkan pengusaha-pengusaha pribumi serta menekan pengusaha-

pengusaha dari kalangan Cina. Hal ini dilakukan dengan jalan menyediakan

konsesi impor alokasi devisa dan kredit hanya bagi pengusaha-pengusaha

pribumi.

1Yahya Muhaimin. 1991. Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-

1980. Jakarta: LP3ES. Hal 101.

Page 91: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Kejayaan batik tradisional Tirtomoyo menjadikan Tirtomoyo dikenal

sebagai sentra kerajinan batik di Wonogiri.Hampir seluruh masyarakat Tirtomoyo

menggantungkan hidupnya dari usaha batik.Sebagai pemilik perusahaan maupun

menjadi buruh di perusahaan-perusahaan batik hubungan kekeluargaan diantara

para pengusaha batik pun sangat kuat. Para pengusaha batik ini membentuk ikatan

kerja sama melalui hubungan keluarga untuk menguasai pasaran dan saling

menjaga kelangsungan modalnya masing-masing.2Tirtomoyo juga dikenal sebagai

kampung yang sangat maju, berkat pesatnya perkembangan perusahaan-

perusahaan batik tradisional.Para pengusaha batik berlomba membangun rumah

yang mewah, dengan ciri khas dinding atau temboknya yang tinggi.Selain itu

didirikannya pabrik mori, sebagai bahan baku batik turut berperan pula

meningkatkan taraf hidup masyarakat Tirtomoyo, karena pabrik mori tersebut

menyerap cukup banyak tenaga kerja.

Memasuki masa Orde Baru, industri tenun dan batik Tirtomoyo

menunjukkan suatu gejala kemerosotan.Perkembangan nilai produksi kain mori

maupun batik tidak sepesat dalam periode 1960-1965.3 Gejala kemerosotan

industri tenun maupun batik Tirtomoyo di masa Orde Baru ini disebabkan karena:

1. Bahan Baku yang Sulit Diperoleh

Faktor bahan baku juga merupakan penyebab turunnya industri batik di

Tirtomoyo. Seperti penjelasan dari salah satu informan, pada tahun-tahun

sebelumnya bahan baku yang akan dijadikan bahan batik sangat mudah diperoleh

2Wawancara dengan Tarmi Pengusaha Batik desa Wiroko Kecamatan Tirtomoyo pada

tanggal 30 Juni 2010 jam 13:00 WIB. 3Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB.

Page 92: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

dan harganya pun sangat murah, karena pada waktu itu peran koperasi sebagai

importir tunggal masih diakui oleh pemerintah, sehingga masih mempermudah

para pengusaha untuk mendapatkan dengan mudah dan harga yang cukup murah,

tetapi pada tahun berikutnya koperasi sebagai importir tunggal sudah tidak diakui

lagi oleh pemerintah, sehingga para pengusaha sudah mencari bahan sendiri

dengan harga yang mahal dan sulit diperoleh, dan juga orang-orang Cina sudah

mulai tahu tentang bahan-bahan batik yang akan dipergunakan oleh para

pengusaha Tirtomoyo. Akhirnya penyediaan dan harga bahan pun dipermainkan

oleh orang-orang Cina.

2. Upah dan Tenaga Kerja

Pada tahun sebelumnya tenaga kerja bukan merupakan faktor yang sangat

dipertimbangkan, ketika itu para pengusaha belum dituntut oleh pemerintah dalam

hal ini Dinas Tenaga Kerja untuk memenuhi standar UMR (Upah Minimum

Regional) sebesar Rp 350.000,-. Dari para pengusaha yang sebenarnya belum

mampu untuk memenuhi standar UMR, akhirnya dipaksakan untuk mengikuti

UMR yang diharuskan pemerintah. Jika tidak dapat memenuhi UMR perusahaan

tersebut harus gulung tikar dan itu pun masih harus memberi pesangon kepada

karyawannya.Hal ini juga yang mempengaruhi mundurnya industri batik di

Tirtomoyo.

Melihat kondisi industri batik Tirtomoyo yang cenderung mengalami

kemunduran, ternyata masih ada pengusaha yang eksis di tengah situasi seperti

itu.Pengusaha batik yang masih eksis pada umumnya memproduksi batik printing,

Page 93: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

ditambah dengan batik cap dan tulis.Untuk saat ini hampir tidak ada pengusaha

yang memproduksi khusus batik tulis saja.

Sehubungan dengan masalah di atas maka seorang pengrajin batik dalam

menyeleksi tenaga kerja anak-anak mereka dan tenaga kerja buruhnya,

dirumuskan dengan tepat berdasarkan nilai semangat kerjaan tidak memandang

unsur ikatan-ikatan non ekonomis, tetapi lebih ditekankan pada prestasi kerja,

sehingga dalam perumusan itu terdapat kategori sosial yang mencakup kriteria:

usia, jenis kelamin dan status perkawinan.

3. Persaingan dengan industri tekstil dan batik modern

Perkembangan industri batik Tirtomoyo tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan industri sejenis yang berada di sekitarnya.Di Wonogiri industri

tekstil meliputi kegiatan pertenunan, finishing, konveksi dan

sebagainya.Perkembangan industri tekstil maupun batik modern sebenarnya tidak

hanya menimbulkan persaingan bagi batik tradisional di Wonogiri, khususnya

Tirtomoyo.Daerah-daerah pembatikan lainnya juga mengalami hal serupa.Pada

tahun 1960-1970-an masih banyak kaum wanita yang mengenakan kain dan

kebaya, di tahun-tahun berikutnya memakai kain sudah tidak lagi dianggap

praktis, dengan demikian selera terhadap batik juga mengalami kemerosotan.

Meskipun secara khusus di Tirtomoyo antara tahun 1960-1970 tekstil

terdesak oleh masuknya jenis batik printing, namun alasan serupa telah banyak

diungkap oleh kalangan perbatikan di berbagai daerah seperti Madura, Sidoarjo,

Ponorogo, Yogyakarta, Surakarta, Tasikmalaya, Cirebon dan DKI Jakarta yang

Page 94: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

mengungkapkan bahwa beberapa tahun kemudian setelah tahun 1979-an mutu

batik printing berhasil ditingkatkan, sehingga dengan ongkos produksi yang

rendah, batik printing dapat dijual dengan harga jauh di bawah harga batik

tradisional. Jika pada tahun 1970-an diperkirakan batik tradisional menguasai

60% pasaran batik, dan sisanya untuk batik printing. Pada era berikutnya keadaan

telah berubah, pasaran batik printing telah menguasai 70% pasar dengan sisanya

untuk batik tradisional. Bahkan, menurut salah satu informan, yaitu Tarmi,

diperkirakan untuk saat ini batik tradisional hanya mempunyai peluang 10% saja

untuk menembus pasar, sedangkan 90% lainnya akan diambil oleh batik printing,

sehingga dalam kaitan ini munculnya teknologi baru di bidang pembatikan belum

dapat dikuasai oleh sebagian besar pengusaha batik Tirtomoyo.

Menurut penuturan salah seorang pedagang batik4, seiring dengan

perkembangan zaman motif batik semakin kompleks, karena tuntutan pasar dan

untuk keperluan industri, para pengusaha cenderung memilih cara pembuatan

batik yang lebih cepat dan modern, maka yang terjadi banyak pengusaha yang

meniru, menembak motif lantaran antara batik printing dan batik tulis jika tidak

cermat sulit untuk membedakannya. Akhirnya hal tersebut mewabah ke mana-

mana tidak hanya pada batik, tetapi juga pada jenis-jenis kain yang lain. Mereka

berlomba ke dalam motif yang bagus dan murah. Sekarang ini banyak terjadi

kekaburan tentang motif batik yang asli atau baku, karena banyak bermunculan

4Wawancara dengan Wiyono pedagang batik pasar Baturetnopada tanggal 5 Juni 2010

jam 09.00 WIB.

Page 95: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

motif-motif tiruan yang lebih bervariasi, meskipun banyak pula motif yang

hampir mirip dengan motif asli. Namun sebenarnya jika dicermati terdapat

perbedaan mendasar antara batik tulis dan batik printing, yaitu batik tulis tidak

konsisten dalam corak dan klowongannya.Juga ada perbedaan mana yang bagian

luar dan mana yang bagian dalamnya. Untuk batik printing hal tersebut sulit

dilakukan karena semuanya telah dibuat sama.

Pada saat ini orang cenderung sulit untuk membedakan batik tulis dengan

printing.Dari segi harga tentu saja jauh lebih mahal batik tulis dikarenakan proses

pembuatannya yang lebih rumit dengan proses yang lama, di samping itu nilai

seni batik tulis lebih tinggi apabila dibandingkan dengan batik printing. Pada masa

kejayaannya, penjualan batik lebih cepat dan kini hanya tinggal menghabiskan

stok lama, apalagi untuk batik tulis.Bahkan sampai sekarang ini masih tersimpan

batik tulis yang dua tahun lalu dibuat dan kini belum laku terjual.Kondisi ini

diperparah dengan lagi munculnya aksi pembajakan motif batik yang terjadi di

berbagai daerah.Adanya kecenderungan batik printing untuk mengangkat motif-

motif tradisional ke dalam bahan yang cukup halus, membuat konsumen yang

tidak paham masalah batik menjadi terkelabuhi.Batik printing murahan untuk

konsumen kelas menengah ke bawah, sedang batik printing kualitas tinggi

dirancang untuk konsumen kelas menengah ke atas.Sekarang ini batik lebih

dikenal sebagai barang seni, bukan sebagai bahan pakaian harian. Dalam

perkembangannya pun para pengusaha lebih banyak memproduksi barang jadi,

Page 96: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

seperti rok, hem, taplak meja, sarung bantal-guling, dan lain-lain daripada

memproduksi kain batik utuh.

Kemunculan industri batik besar yang lebih modern, seperti Batik Keris

turut pula menghantam industri batik tulis. Dampak ekspansi jenis perusahaan ini

benar-benar memukul keberadaan industri batik tulis, sehingga pada akhir dekade

1970-an itu pengrajin batik yang semula menyemarakkan kegiatan rumah tangga

di Tirtomoyo dan sekitarnya, Pekalongan, Tulung Agung, Ponorogo, dan

beberapa kota lainnya menjadi lumpuh. Disamping Batik Keris, berdiri pula

perusahaan batik milik pribumi, yaitu Batik Danar Hadi dan Batik Semar (milik

Cina).

Ketika era batik telah dating pada tahun 1990-an, pengrajin batik yang

secara historis punya hak moral untuk menikmati kejayaan batik, ternyata harus

gigit jari. Menurut Departemen Perindustrian, dari puluhan ribu industri rumahan

yang pernah ada, kini hanya tinggal 5.000-an industri rumahan yang masih aktif di

sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.5

4. Kelemahan Modal Pemasaran

Kaharudin menuturkan, beroperasinya batik printing yang membutuhkan

modal besar merupakan saingan yang menggeser batik tradisional

Tirtomoyo.6Kenyataan ini didasarkan bahwa sebagian besar pengusaha batik

Tirtomoyo adalah pengusaha yang menghimpun modal sendiri dari laba yang

5 Istiqom, Ahmad. 1993. „Batik, Busana Adi dari Zaman Kraton‟. Dalam Warta

Ekonomi.No. 41.Hal 3. 6Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25 Juni

2010 jam 10:00 WIB.

Page 97: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

diperoleh sedikit demi sedikit.Mereka mengalami kesulitan untuk mencari kredit

di bank dengan skala menengah.Pada umumnya bank-bank pemerintah telah

memberikan kredit kepada pengusaha-pengusaha batik printing skala besar

dengan jumlah puluhan sampai ratusan miliar rupiah.Sementara yang diperlukan

oleh pengusaha-pengusaha batik skala kecil dan menengah hanya puluhan sampai

ratusan juta rupiah. Melihat kondisi seperti itu, maka banyak pengusaha batik

yang sedikit frustasi berhadapan dengan bank-bank pemerintah, akhirnya mereka

harus mencari alternatif ke bank lain dan itu pun tidak mudah. Banyak bank-bank

swasta sekalipun yang bisa menyalurkan kredit dalam skala menengah,

persyaratan yang diminta cukup rumit dan bunganya juga cukup tinggi, di atas 2,5

persen per bulan. Untuk pemasaran batik sebelumnya tidak ada hambatan, karena

pada waktu itu peran koperasi batik Surakarta masih diandalkan. Dalam hal ini

masih mau menampung dan memasarkan ke pihak-pihak konsumen dengan harga

dan hasil yang tidak kalah dengan dijual sendiri pada konsumen langsung.Akan

tetapi kemudian pemasaran batik mengalami kesulitan dikarenakan koperasi

sudah tidak lagi memasarkan ke pihak konsumen langsung, tetapi para pengusaha

langsung memasarkannya sendiri ke konsumen.

B. Dampak Pasang Surut Industri Batik Tirtomoyo

Dampak pasang surutnya industri batik trjadi karena perubahan konsep

dari ali babi menjadi baba ali. Konsep ali baba adalah suatu kebijakan yng

dilakukan pengusaha cina meminta kerja sama dari pemerintah untuk melindungi

batik kerisnya. Hal ini dimafaatkan oleh pengusaha cina untuk mengambangkan

usaha batiknya.Akan tetapi pada tahun 1970-1980 berubah konsep dari ali babake

Page 98: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

baba ali, yaitu pengusaha cina memanfaatkan kebijakan yang dilakukan

pemerintah dan bisa mengusai sektor – sektor industri batik. Dampak lain yang

ditimbulkan karena merosotnya industri batik antara lain:

1. Dalam Bidang Sosial

Dalam Bidang Sosial pada pembahasan perkembangan industri batik

Tirtomoyo pada tahun 1960-1965, desa Tirtomoyo telah membentuk masyarakat

yang menghargai nilai-nilai ekonomis dan keagamaan, keberhasilan ekonomis dan

keagamaan merupakan dua prasarat penting yang dibutuhkan untuk mendapatkan

status sosial, sehingga adanya kebijakan Pemerintah yang melindungi terhadap

keberadaan industri mereka memberikan dorongan kemajuan terhadap industri

utama mereka, yaitu tekstil dan batik. Dengan ungkapan lain, perkembangan pusat

ekonomi masyarakat Tirtomoyo telah memperoleh dukungan baik secara politik

maupun budaya.7

Perkembangan pesat yang telah diraih pada masa sebelumnya ternyata

harus mengalami kemerosotan.Kemerosotan ini telah pula menjauhkan harapan-

harapan masyarakat Tirtomoyo dalam kesadaran mereka yang sangat menghargai

nilai-nilai kewirausahaan.Suatu gejala umum yang dapat dilihat pada masyarakat

Tirtomoyo adalah timbulnya keputusasaan sebagai akibat dari zaman keemasan

atau kejayaan yang pernah mereka rasakan telah berlalu.

Di sisi lain etos kewiraswastaan yang semestinya diregenerasikan pada

penerusnya kurang mendapat respon yang berarti. Kenyataan ini didasarkan

bahwa semakin banyaknya anak-anak yang mengenyam pendidikan, dikemudian

7Wawancara dengan Satiyem pengusaha batik dari desa Hargantoro Kecamatan

Tirtomoyo pada tanggal 14 Juni 2010 jam 14.00 WIB.

Page 99: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

hari mereka lebih memilih bidang-bidang pekerjaan kantoran atau bekerja di luar

kota. Dunia usaha batik sebagai asal mereka dibesarkan telah mulai ditinggalkan

bersamaan dengan merosotnya penilaian generasi muda terhadap bidang usaha

pendahulunya, dengan ungkapan lain gejala ini juga menunjukkan merosotnya

entrepreneurship di kalangan generasi muda Tirtomoyo di masa yang akan

datang.

Orang Tirtomoyo, dalam lingkungan masyarakat Wonogiri dikenal sebagai

pekerja yang rajin, tekun, dan tabah.Terutama peranan pengusaha perempuan

yang cukup besar dalam perusahaan dan keluarga, dalam setiap harinya mereka

hanya istirahat dalam waktu yang cukup sedikit, selebihnya hanya disediakan

untuk bekerja di perusahaan dan di pasar-pasar sandang.Semangat kerja mereka

sangat tinggi, bila dibandingkan dengan pekerjaan para suami di

perusahaan.Kebanyakan dari saudagar wanita Tirtomoyo yang memiliki etos kerja

tinggi, adalah mereka yang pertama kali membuka usaha keluarga, kemudian

generasi kedua, atau ketiga wanita. Biasanya sesudah generasi ketiga semangat

enterpreneur mereka semakin menurun, bahkan menjadi lenyap sama sekali bila

diturunkan kepada anak laki-laki.

Menurut penuturan para warga,8 bahkan dewasa ini semangat kerja yang

tinggi biasanya justru dimiliki oleh wanita-wanita yang belum pernah mengenal

sekolah. Anak-anak yang sudah disiapkan oleh orang tuanya untuk meneruskan

usaha keluarga, biasanya memang sengaja tidak disekolahkan, karena itu dari

sejak umur enam tahun anak itu sudah dididik memahami cara mengurus

8 Wawancara dengan Tarmi Pengusaha Batik desa Wiroko Kecamatan Tirtomoyo pada

tanggal 30 Juni 2010 jam 13:00 WIB.

Page 100: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

perusahaan. Mereka ternyata dalam hal pendidikan informasi ini sangat jelas

membedakan antara pengetahuan praktis yang lebih menekankan segi ketrampilan

di pabrik, dan pengetahuan empiris dalam mengelola perusahaan.Anak-anak

pengusaha umumnya lebih banyak disiapkan untuk memahami pengetahuan dari

pengalaman orang tuanya, karena itu bukan ukuran lamanya pendidikan

melainkan nilai pemahamannya.

Sisi lain yang bisa dilihat tentang etos kerja para majikan adalah gagasan

mereka untuk memproduktifitaskan tenaga laki-laki sebagai tukang cap dan

buruhnya, dan mereka lebih memelih tenaga kerja yang sudah menikah. Hal ini

dikarenakan para pekerja yang sudah berkeluarga, kehidupan dirinya sudah mapan

dan seluruh gajinya hanya untuk kebutuhan keluarga. Mereka sudah

meninggalkan masa bersenang-senang, karena itu mereka mau bekerja keras,

disiplin dan penuh tanggung jawab, demi memenuhi kebutuhan rumah

tangganya.9Para majikan baru memakai tenaga bujangan bila mereka betul-betul

sudah mengenal pribadi pekerja itu. Majikan tidak pernah menerima pekerja

bujangan yang belum dikenal, karena mereka ketakutan kalau pekerja itu ternyata

pemalas, akan mudah mempengaruhi pekerja yang lain.

Masalah lain yang cukup menarik adalah sikap majikan yang tak mengenal

kompromi dengan siapapun. Baik dengan saudara sendiri, dengan adik-kakak,

bahkan dengan anak-anaknya sendiri yang sudah mendirikan usaha lain. Mereka

tidak mengenal batas-batas ikatan khusus yang sifatnya non ekonomis.Adik,

kakak dan anak-anak mereka bisanya berdiri sendiri mengelola perusahaan

9 Wawancara dengan Tarmi Pengusaha Batik desa Wiroko Kecamatan Tirtomoyo pada

tanggal 30 Juni 2010 jam 13:00 WIB.

Page 101: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

masing-masing. Dalam kontek yang seperti ini, masing-masing anggota keluarga

itu akan memandang mereka sebagai orang lain yang menjadi saingan

perusahaannya. Nilai pertolongan harus bisa diukur menurut pertimbangan pinjam

meminjam sehingga pada saatnya yang tepat mereka akan meminta kembali nilai

pertolongan itu. Prinsip ini nampaknya sangat rasionalistis, karena segala bentuk

hubungan sosial antar warga masyarakatnya senantiasa diukur menurut kriteria

untung dan rugi.

Sebagai contoh, kehidupan keluarga Ibu Tarmi yang merintis usaha

batiknya pada tahun 1962, telah berhasil menerapkan sistem kerja keluarga

pedagang dalam kehidupan keluarganya.Ini memberikan gambaran sifat keluarga

entrepreneur di Tirtomoyo.Kegiatan pagi diawali dengan membagi pekerjaan

kepada semua buruh-buruhnya, yaitu kepada buruh mbatik dan buruh

ngecap.Sementara pengusaha batik laki-laki memimpin buruhnya, terlibat dalam

kegiatan pemrosesan batiknya, dan pengusaha batik wanita dan anak

perempuannya menggunakan waktunya di siang hari untuk pergi ke pasar,

menyetorkan hasil produksi, membeli kain mori serta menagih hutang kepada

para langganan.Sore hari, kegiatan pabrik serta urusan pemasaran selesai dan

keluarga ini disibukkan dengan perhitungan barang yang telah selesai

dikerjakan.Gaji buruh diberikan serta membuat rancangan kerja untuk keesokan

harinya.Malam hari, mereka menghitung hutang-piutang, menghitung uang

ditangan langganan dan menghitung jumlah barang yang siap di jual.

Para pengusaha biasanya menyalurkan batik hasil produksinya melalui

koperasi.Dari koperasi ini kemudian didistribusikan kepada para pedagang besar

Page 102: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

atau pedagang kecil atau eceran.Dengan penyaluran melalui koperasi, jaringan

penjualan menjadi lebih luas dan untungnya pun tidak kalah dengan jika dijual

langsung kepada konsumen.Cara memasarkan dan memperdagang kain batik di

Tirtomoyo itu pun terasa unik. Di kawasan Tirtomoyo, pusat-pusat batik seolah

menutup diri dari proses manajemen transparan. Mereka memproduksi secara

diam-diam di sebuah kawasan tertutup, dengan karyawan dan ahli batik yang tak

bisa disebut massal.10

Produk-produk mereka memang sering dikenal oleh orang-orang yang

tahu persis akan kualitas batik. Produksi batik di beberapa kota besar Jawa ini

memang masih terlalu tertutup. Bahkan di kawasan Tirtomoyo, sebagai salah satu

pusat batik di Wonogiri, para produsen enggan membuka show room (tempat

pamer).Ini didasari atas rasa sungkan yang tinggi dengan sesama penjaja batik

lainnya.Para pengrajin batik merasa takut untuk melakukan promosi karena bisa

menimbulkan bumerang bagi citra produknya, lebih-lebih jika kelak ada produk

yang justru lebih bagus dari yang ia tawarkan. Untuk perkembangan industri

batiknya ditangani generasi lapis kedua atau ketiga, namun ada pula yang justru

kian surut setelah generasi pertama tak memegang tampuk kepemimpinan.

Generasi lapis kedua atau ketiga, tidak jarang malah lari dari bisnis di luar batik.

Ada yang menggunakan modal keluarga untuk bisnis yang lain atau bahkan

mencari pekerjaan di luar bisnis keluarga. Namun kebanyakan, bisnis batik di

kawasan itu rata-rata bertahan karena eratnya komitmen kekeluargaannya.

10

Wawancara dengan Kaharudin Ahmad Pengusaha Batik Tirtomoyo pada tanggal 25

Juni 2010 jam 10:00 WIB.

Page 103: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

2. Dalam Bidang Ekonomi

a. Terancamnya industri batik tradisional oleh batik modern

Terjadinya perubahan selera konsumen dan didorong lebih lanjut oleh

produk batik printing yang didukung alat teknologi modern telah menyebabkan

terjadinya penyempitan terhadap pemasaran batik tradisional.Pergeseran pasar ini

pula telah mengakibatkan pergeseran dalam kepemilikan perusahaan, dan

pergeseran daerah sebagai “sumber batik”. Apabila pada tahun-tahun sebelumnya

pasaran batik didominasi oleh para pengusaha batik tradisional dari daerah-daerah

seperti Yogyakarta, Ponorogo, Surakarta dan Wonogiri termasuk Tirtomoyo

khususnya, maka kini “kekuasaan” itu telah beralih ke Jakarta, karena bermula

dari Jakarta inilah batik printing telah mengalami perbaikan teknologi terutama

sekitar tahun 1970-1980-an.

Selain kelebihan dalam hal teknologi yang dapat menyamai kualitas batik

tradisional, keadaan ini juga diuntungkan karena adanya “sistem tembak” (copy)

dari desain batik tradisional sehingga dapat diperoleh hasil desain yang benar-

benar serupa dengan batik yang dicopy.11

Dengan demikian industri batik yang

juga menuntut kreatifitas para produsen untuk menciptakan motif-motif baru

dalam desainnya, secara tidak langsung dirugikan oleh adanya sistem tembak ini.

b. Berkurangnya jumlah produsen batik Tirtomoyo

Salah satu petunjuk berkembangnya industri, batik telah mengalami

peningkatan maupun kemerosotan dapat ditunjukkan dengan banyak sedikitnya

11

Simandjuntak, Edward. S. 1982. „Batik Tradisional Makin Terpojok, Labelisasi untuk

apa?‟ Dalam Prisma. No. 72.Hal 7.

Page 104: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

orang yang bekerja pada sektor tersebut.Demikian pula industri batik Tirtomoyo

yang telah mengalami kemerosotan pada masa sesudah Orde Baru dapat diketahui

dengan semakin berkurangnya pengusaha industri tersebut.Meskipun secara

eksplisit tidak disebutkan pengusaha industri yang bergerak di lapangan tertentu,

namun dengan memperhatikan keterangan dari beberapa informan dapat

disimpulkan bahwa pengusaha industri yang dimaksud sebagian besar adalah

pengusaha batik.

Berkurangnya pengusaha batik yang sudah gulung tikar atau bangkrut,

pengrajin batik semakin kesulitan untuk tetap bisa bertahan, meskipun ada juga

yang masih bisa meraih sukses. Kebanyakan para pengrajin itu mewarisi usaha

pembuatan batik dari orang tuanya.Kelemahan utama para pengrajin batik yang

menyebabkan banyak yang gulung tikar adalah pola manajemen yang

digunakan.Mereka menggunakan manajemen keluarga untuk menjalankan roda

bisnisnya.Dengan manajemen keluarga, maka mereka hanya menerima warisan

dari para pendahulunya.Lebih parahnya hasil kerja dari penerusnya tidak

seprofesional dari pendahulunya.Pola manajemen semacam itu juga menyebabkan

para ahli waris usaha batik itu justru saling memperebutkan warisan.Dengan pola

pikir yang demikian, maka banyak pengusaha batik yang gulung tikar.Padahal

dulu kampung Tirtomoyo dikenal sebagai tulang punggung untuk urusan

pembuatan kain batik. Senada seorang informanberkata yaitu:

“Penyebab banyaknya pengusaha yang gulung tikar diakibatkan karena

tidak adanya proses regenerasi dari orang tua kepada anak-anaknya, artinya

banyak para pengusaha batik yang tidak mempersiapkan anak-anaknya untuk

Page 105: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

meneruskan usaha itu dengan baik, sehingga setelah dipegang generasi

berikutnya perusahaan kebanyakan semakin mengalami kemunduran”.12

c. Pergeseran-pergeseran dalam lapangan kerja lainnya

Terjadinya pergeseran-pergeseran dalam lapangan kerja, karena sektor

pembatikan sudah tidak dapat lagi diharapkan prospeknya terutama dikalangan

generasi berikutnya, sehingga harus beralih pada jenis mata pencaharian lain.

Ironisnya banyak anak pengusaha batik yang beralih profesi menjadi birokrat atau

Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan di sini anak dari pengusaha batik yang menjadi

birokrat justru lebih banyak daripada yang melanjutkan menjadi pengusaha batik.

Bagi anak pengusaha yang berpendidikan tinggi, menjadi birokrat atau PNS

adalah sebuah pilihan yang “lebih bergengsi” dibandingkan dengan menjadi

pengusaha batik, mungkin dalam benak pikirannya mereka berpikir sudah sekolah

tinggi-tinggi masa hanya bergelut dengan batik. Alhasil banyak diantara mereka

yang memilih untuk menjadi birokrat.Justru yang meneruskan menjadi pengusaha

batik adalah anak-anak pengusaha yang mempunyai latar belakang pendidikan

yang tidak terlalu tinggi.

d. Merosotnya partisipasi sosial pengusaha batik Tirtomoyo

Dampak yang berupa kemerosotan partisipasi sosial, ditunjukkan dengan

besar atau kecilnya dana-dana sosial yang diberikan para pengusaha terhadap

masyarakat.Kemerosotan partisipasi sosial tersebut juga serupa dengan

12

Wawancara dengan Satiyem pengusaha batik dari desa Hargantoro Kecamatan

Tirtomoyo pada tanggal 14 Juni 2010 jam 14.00 WIB

Page 106: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

merosotnya perkembangan dana-dana sosial yang diperbantukan pada

masyarakat.Keadaan tersebut cukup beralasan karena kaitan antara keduanya

terdapat hubungan yang sangat menopang, tetapi dalam hal ini perlu kiranya

menjadi perhatian sebagaimana keterangan informan, bahwa di masa lalu jiwa

sosial pengusaha-pengusaha batik di Tirtomoyo cukup bagus.13

Kejayaan Tirtomoyo sebagai pusat kegiatan bisnis batik karena banyak

saudagar yang kaya raya didalamnya, kini hanyalah tinggal beberapa orang

saja.Saat ini Tirtomoyo tidak ubahnya seperti kampung-kampung

lainnya.Keadaan di Tirtomoyo tidak seperti dulu lagi, karena para saudagar batik

kini tinggal keturunannyadan sudah tak banyak lagi yang menekuni batik

tulis.Kelangkaan adanya batik tulis memang sudah terjadi cukup lama. Lebih-

lebih ketika krisis moneter hingga pasca kerusuhan Mei 1998, perdagangan batik

tulis mengalami keterpurukan yang sangat tajam karena harganya yang cukup

mahal, pengerjaan batik tulis memerlukan proses yang cukup panjang dan rumit.

Disamping itu biaya produksi mengalami kenaikan cukup tinggi, yang diikuti pula

oleh kenaikan harga, sehingga jumlah pembeli semakin mengalami

penurunan.Resiko untuk produksi batik tulis memang sangat tinggi.Cacat sedikit

pembeli langsung menjatuhkan harga, disamping prosesnya yang begitu lama

dalam pembuatan, sehingga untuk iklim perdagangan yang membutuhkan

perputaran uang cepat, sulit untuk mengikuti.

13

Wawancara dengan Tarmi Pengusaha Batik desa Wiroko Kecamatan Tirtomoyo pada

tanggal 30 Juni 2010 jam 13:00 WIB.

Page 107: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB V

KESIMPULAN

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Sejarah Perkembangan Industri Batik

Tradisional di Tirtomoyo Tahun 1950-2000”, dapat disimpulkan:

Pertama, daerah Tirtomoyo dikenal sebagai salah satu sentra industri batik

mulai tahun 1960 di Wonogiri. Kegiatan pembatikan pada mulanya masih

mempergunakan peralatan yang sederhana, yaitu canting. Ragam hias batik yang

dihasilkan pun masih meniru ragam hias dari kraton, demikian pula dengan

pewarnaannya yang cenderung gelap dan mempergunakan bahan pewarna dari alam.

Industri batik tradisional di Tirtomoyo yang semakin maju, membuat para pengusaha

berpikir untuk menciptakan peralatan membatik yang dapat menghasilkan batik lebih

cepat daripada dengan menggunakan canting. Kemudian dibuatlah alat cap, di

samping canting untuk memproduksi batik secara tradisional. Dari masa ke masa

dunia perbatikan banyak mulai mengalami perubahan. Mulai dari ragam hias batiknya

hingga peralatan dalam pembatikannya. Demikian pula dengan batik di Tirtomoyo.

Ragam hias batik Tirtomoyo yang mulanya berupa ragam hias klasik lambat laun

berkembang ke ragam hias yang dinamis atau bergaya kontemporer. Pewarnaannya

pun mulai menggunakan warna yang beraneka ragam. Hal tersebut tak lepas dari

permintaan pasar dengan kondisi yang berubah-ubah. Seperti adanya pengaruh dari

kegiatan kenegaraan, motif yang sedang musim, maupun karya dari seseorang yang

Page 108: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

banyak digemari. Perkembangan peralatan untuk membatik secara tradisional, yaitu

dari canting ke cap, dan ketika zaman semakin modern ditemukan teknologi baru

dalam usaha perbatikan, yaitu alat printing atau sablon.

Kedua, pesatnya perkembangan industri batik tradisional di Tirtomoyo

tercipta dari kondisi masyarakat Tirtomoyo sendiri. Mereka memiliki etos kerja dan

semangat dagang yang sangat tinggi dibandingkan masyarakat Wonogiri pada

umumnya. Semangat kerja mereka, pada awalnya dilatarbelakangi akan adanya

persaingan dengan pembatik dari kraton. Di samping itu, iklim usaha dan dukungan

dari pemerintah turut pula berperan dalam berkembangnya industri batik tradisional.

Ketiga, kejayaan industri batik tradisional di Tirtomoyo dari waktu ke waktu

semakin memudar. Pergantian pemerintahan yang mengakibatkan berubah pula

kebijakan usaha yang telah dijalankan, berperan besar dalam mematikan industri

batik tradisional. Selain itu kemunculan alat printing membuat para pengusaha

berpindah memproduksi batik dengan alat ini dibanding mempergunakan canting atau

cap. Batik printing sendiri sebenarnya tidak bisa disebut dengan batik, istilah batik

digunakan untuk kepentingan bisnis saja supaya dapat menarik konsumen. Di

samping itu penyebab kemunduran industri batik tradisional disebabkan oleh

lemahnya dalam permodalan, merosotnya peran koperasi, sulitnya bahan baku dan

tenaga kerja. Kemunduran industri batik tradisional di Tirtomoyo tentu memberikan

dampak bagi kehidupan masyarakatnya, baik di bidang sosial maupun ekonomi.

Kerajinan batik sebagai hasil dari kerajinan tradisional masyarakat, diharapkan nilai-

Page 109: SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK TRADISIONAL …/Sejarah... · Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ... hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

nilai yang terkandung di dalamnya dapat tetap hidup dan berakar kuat pada generasi

yang akan datang. Untuk itu diperlukan upaya untuk melestarikan hasil warisan

kebudayaan nenek moyang kita.