25
Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran Laporan ini Disusun untuk memenuhi ujian tengah semester mata pelajaran sejarah semester II tahun Ajaran 2007/2008 Oleh : Andreas Ardhatama W. Yohanes Fery Pebrianto 1

Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Laporan ini Disusun untuk memenuhi ujian tengah semester mata pelajaran sejarah semester II tahun Ajaran 2007/2008

Oleh :Andreas Ardhatama W.Yohanes Fery PebriantoMikael Jati Kurniawan

SMAK SEMINARI ST.VINCENTIUS A PAULO GARUMJl. Raya Merdeka Timur 4-6 Garum, Blitar

1

Page 2: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang bersejarah. Banyak sekali tragedi atau

peristiwa yang terjadi di negeri Indonesia. Mulai dari masa prasejarah, masa

kerajaan, masa kolonial hangga masa kemerdekaan mewarnai sejarah panjang negeri

kita ini. Sebagai warga Indonesia, sudah sepantasnya bagi kita untuk mengenali

sejarah- sejarah yang telah terjadi di negeri kita ini. Hal ini dimaksudkan agar kita

dapat menjadikan sejarah itu sebagai sebuah refleksi untuk melangkah kedepan

menggapai cita-cita.

Adalah sebuah desa yang terletak di wilayah kabupaten Blitar yang

sangat aman dan tentram. Desa itu bernama desa Maliran. Dikalangan masyarakat

desa tersebut, pengetahuan tentang sejarah dan asal-usul desa sangat minim sekali.

Hal ini disebabkan banyak diantara masyarakat desa tersebut dari kalangan

pendatang. Selain itu tidak adanya tradisi lisan dari leluhur atau sesepuh asli desa

terhadap generasi penerus.

Namun demikian terdapat beberapa orang di kalangan masyarakat

desa tersebut yang mengetahui sejarah serta seluk beluk desa Maliran. Agar dapat

memberi gambaran mengenai sejarah dan seluk beluk tradisi dan budaya desa

2

Page 3: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Maliran, penulis melakukan observasi dan wawancara di desa tersebut. Atas latar

belakang itulah laporan penelitian ini disusun. Semoga dengan ini para pembaca

dapat mengetahui sejarah serta tradisi yang ada di desa Mliran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pokok yang akan dikaji dalam

peneletian ini adalah :

1. Bagaimana asal mula desa Maliran ?

2. Tradisi apakah yang masih dilaksanakan secara turun temurum di desa Maliran ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum peneletian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan sejarah desa Maliran.

2. Memberi gambaran tentang tradisi yang masih dilaksanakan di desa Maliran.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari meneliti sejarah dan tradisi desa Maliran ini, manfaat penulisan KTI ini

adalah :

1. Memberikan gambaran tentang sejarah desa maliran kepada para pembaca.

2. Menunjukan tradisi yang dilaksanakan secasra turun temurun di desa Maliran.

3

Page 4: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

1.5 Pembatasan Masalah

Dalam karya tulis ini penulis memberi batasan-batasan tertentu dalam

pembahasan masalah ini, yaitu :

1. Perang Diponegoro sebagai latar belakang terbentuknya desa Maliran.

2 Punden adalah tempat penghormatan bagi pendiri desa.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian

observasi. Yang dimaksud dengan metode ini adalah peninjauan secara cermat suatu

permasalahan yang akan diteliti melalui wawancara ke berbagai narasumber. Penulis

melakukan wawancara kepada beberapa tokoh masyarakat yang diyakini oleh

masyarakat mengetahui sejarah dan tradisi desa Maliran.

Selain itu, penulis mengalisis data dengan cara studi pustaka. studi pustaka

adalah cara dimana penulis mempelajari dan memahami serta mengalaisis sejarah

dan tradisi desa Maliran dengan cara membaca buku-buku referensi yang terkait

dengan sejarah desa Maliran tersebut.

4

Page 5: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

BAB II

Lahirnya Desa Maliran

2.1 Perang Diponegoro

2.1.1 Penyebab perang Diponegoro

Penyebab perang Diponegoro adalah rasa tidak puas yang

hampir merata di dikalangan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah

Belanda, di wilayah Kesultanan Yogjakarta. Salah satu kebijakan

pemerintah Belanda yang membuat Pangeran Diponegoro marah

adalah pembangunan jalan raya yang menghubungkan

Yogjakarta dan magelang, dimana pembangunan itu melwati makam

leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Diponegoro serta pasukanya

mulai melakukan sebuah tindakan yang membuat

pemerintah Belanda marah yaitu dengan mengganti patok-patok

pembuatan jalan dengan tombak. Meskipun demikian pemerintah Belanda

tetap meneruskan pembuatan jalan tersebut. Pada akhirnya pasukan

Diponegoro mulai menyerang pasukan belanda dengan bergerilya.

2.1.2 Terjadinya perang

Perang Diponegoro berlangsung lima tahun, yaitu dari tahun

1825 sampai 1830. Sampai dengan tahun 1826, pasukan diponegoro

5

Page 6: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

berhasil memperoleh kemenangan dengan teknik perang gerilya. Untuk

meredam perlawanan pasukan Diponegoro, pemerintah Belanda

menerapkan Benteng stesel (sistem perbentengan). Dengan demikian

daerah kekuasaan Diponegoro menjadi menyempit.

Akhirnya pemerintah Belanda dapat menangkap Pangeran

Diponegoro dengan tipu muslihat. Ia kemudian diasingkan ke Menado

lalu dipindahkan di benteng Rotterdam di Makasar (Ujung Pandang).

Diponegoro pun mati dalam pengasingannya pada tahun 1855,

dengan demikian berakhirlah perang Diponegoro

2.2 Akibat perang Diponegoro

Setelah perang berakhir para sisa prajurit Diponegoro menyelamatkan diri

dari pemerintah Belanda. Mereka bergerak dari dearah Jawa Tengah menuju ke

berbagai daerah Jawa Timur mereka bersembunyi di hutan-hutan dan membuka lahan

untuk dijadikan sebuah desa. Sebagian besar hutan-hutan yang dijadikan

persembunyian para pasukan Diponegoro terletak di daerah Kediri, Tulungagung,

Blitar, dan daerah-daerah lain sekitarnya.

2.3 Terbentuknya Desa Maliran

Pada Tahun 1850 pasukan Diponegoro datang di daerah hutan wilayah

kota Blitar. Pasukan itu dibawah pimpinan Nyi Gadung Melati. Mereka memutuskan

6

Page 7: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

untuk menetap disana dan mulai menebangi pohon yang ada dihutan untuk dijadikan

sebuah pemukiman. Semakin lama pemukiman tersebut semakin meluas.banyak

pendatang dari daerah lain yang tinggal di daerah itu.

Pada suatu ketika Nyi Gadung Melati melihat ada dua buah pohon jati yang

kedua rantingnya saling bersinggungan dan mengakibatkan suara gesekan. Hal inilah

yang mebuat Nyi Gadung Melati memberikan nama daerah itu dengan sebutan jati

gerot 1. Seiring berjalannya waktu daerah jati gerot semakin meluas dan menjadi

sebuah desa. Warga desa pun semakin menyebar ke berbagai daerah desa tersebut.

Setelah 24 tahun nama jati gerot semakin tidak di kenal dan bahkan sudah digantikan

dengan nama baru. Pemberian nama baru atas daerah tersebut semata- mata

diakibatkan oleh kegelisahan hati para pembuka desa temasuk Nyi gadung melati.

Daerah yang semula bernama jati gerot berubah nama mejadi desa Maliran dengan

lurah pertama Noyo Menggolo yang diduga merupakan generasi kedua keturunan

Nyi gadung Melati. Nama Maliran sendiri berasal dari keadaan alam daerah tersebut,

yang selalu menghembuskan angin yang sejuk. Maka desa terebut diberi nama desa

Miliran yang diambil dari kata sumilir 2. Namun memang dasar lidah orang Jawa,

kata Miliran lambat laun luluh menjadi Maliran.

1 suara yang timbul dari dua benda yang saling bergesekan2 Bahasa jawa yang berarti angin sepoi- sepoi.

7

Page 8: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Bab III

Tradisi Desa Maliran

3.1. Pengertian Tradisi

Pengertian tradisi menurut KBBI adalah adat kebiasaan turun

temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat ; penilaian

atau anggapan bahwa cara cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan

benar. Di Indonesia tradisi yang di masih dijalankan dipengaruhi oleh kebudayaan

lokal, Hindu- Budha, dan Islam. Disadari atau tidak, sampai sekarang dalam

menjalankan sebuah tradisi, masyarakat Indonesia masih terpengaruh oleh tiga

kebudayaan asli Indonesia tersebut

3.2. Asal Mula Punden

Dari hasil wawancara dengan mbah Wantah selaku sesepuh desa, belum di

ketahui secara pasti sejarah adannya Punden tersebut. Akan tetapi ungkapannya ini

berdasarkan cerita yang di teruskan dari keturunan yang terlebih dahulu tinggal di

desa Maliran. Awal mula desa ini bukanlah bernama Maliran. Beliau mengatakan

bahwa yang babad desa / pendiri desa adalah Nyi Gadung Melati yang konon

berasal dari kerajaan Mataram. Nyi Gadung Melati bersama beberapa orang-orang

yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Belanda kala itu, berjalan kaki mencari

tempat aman karena bagi orang-orang pemberontak Belanda akan dibunuh secara

8

Page 9: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

kejam oleh prajurit Belanda. Akhirnya, rombongan Nyi Gadung Melati menemukan

tempat yang sekiranya aman dari Belanda yaitu sebuah hutan jati yang sekarang

dekat dengan kuburan Bodo, Maliran. Banyaknya pohon jati yang memenuhi hutan

itu membuat ranting-rantingnya nggerot (dalam bahasa Indonesia: Bergesekan),

bunyi gerottan ini juga di sebabkan iliran angin yang menerpa hutan tersebut.

Sehingga hutan ini dinamai daerah Gerot. Bunyi ini menimbulkan kegetiran dan

kecemasan oleh Nyi Gadung Melati, akhirnya daerah Gerot ini direvisi menjadi

daerah Maliran. Analisis lain mengatakan bahwa nama Maliran diilhami dari angin

daerah ini yang sumilir (sejuk mengalir). Setelah Nyi Gadung Melati meninggal,

warga setempat memakamkan jasadnya dan mengkramatkan kuburannya sebagai

Punden.

3.3 Tradisi dan Mitos di desa Maliran

Sampai sekarang masyarakat juga menggunakan punden tersebut

sebagai “tempat perizinan” jika melakukan hajatan keluarga, seperti khitanan /

sunatan dan upacara perkawinan. Dari pernyataan ini dapat kita simpulkan bahwa

tradisi lokal bangsa Indonesia masih dilaksanakan oleh beberapa orang di desa

Maliran. Mereka juga mempunyai jadwal dalam membesihkan punden tersebut, yaitu

pada saat Jumat legi. Mereka juga memberikan sesaji setiap bulan Suro.

Menurut mbah Wantah, desa Maliran ini juga menyimpan mitos, yaitu

dilarang menggunakan udeng3 berwarna hitam apalagi ditambah dengan pakaian 3 ikat kepala yang biasanya digunakan oleh warga desa

9

Page 10: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

hitam dan celana panjang hitam. Hal ini dikarenakan nama dari pakaian ini sama

dengan nama leluhur desa yaitu Nyi Gadung Melati. Sehingga seseorang yang

mengenakan benda tersebut diyakini akan mempercepat kematiannya Tradisi.

3.4 Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa Maliran pada umumnya adalah orang yang

berasal dari dusun Maliran dan Glagah. Hal ini dikarenakan adanya tradisi yang

diwariskan turun-temurun oleh para pendahulunya dan karena orang dusun Maliran

dan Glagah dianggap sebagai keturunan asli pendiri desa

BAB IV

Kesimpulan Dan Saran

10

Page 11: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

4.1 Kesimpulan

Pada dasarnya tidak ada yang mengetahui secara pasti sejarah

terbentuknya desa Maliran. Hal ini dikarenakan para sesepuh yang diyakini

mengetahui sejarah desa Maliran secara pasti sudah meninggal. Namun masyarakat

setempat menganggap ada beberapa orang yang mengetahui sedikit tentang sejarah

desa Maliran. Dari keterangan yang sudah penulis dapatkan, Nyi Gadung Melati

adalah tokoh yang membuka lahan baru sebagai tempat pelarian dari pemerintahan

Belanda.Olehnya tempat itu diberi nama daerah Jati Gerot. Setelah 24 tahun nama

Jati Gerot berubah nama menjadi desa Maliran, Dengan lurah pertamanya Noyo

Menggolo.

Sebagian masyarakat desa Maliran masih menjalankan tradisi warisan

bangsa Indonesia, yang terpengaruh oleh budaya lokal. Di kalangan masyarakat, juga

berkembang sebuah mitos tentang pemakaian undeng dan pakaian yang berwarna

hitam.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi pembaca

1. Laporan ini hendaknya dapat digunakan sebagai acuan pembuatan laporan

penelitian selanjutnya.

2. Laporan ini sebaiknya digunakan sesuai fungsi dan tujuanya.

4.2.2 Bagi Pengajar Sejarah

11

Page 12: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

1. Kegiatan ini sangat baik, hendaknya laporan penelitian ini tetap

diteruskan pada tahun- tahun berikutnya.

2. Mengingat sulitnya dalam pembuatan laporan peneliytian, hendaknya

pengajar juga memberikan bimbingan pada pembuatan penelitian selanjutnya.

Lampiran

5. Berikut ini nama tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah berdirinya desa

12

Page 13: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Maliran:

3. Nama : Kambali

Umur : 75 tahun

Pekerjaan : Tani

Alamat : Dsn Maliran ,RT.04 RW.01 Desa Maliran

Kecamatan Ponggok Kab. Blitar

2. Nama : Simur

Umur : 80 tahun

Pekerjaan : Tani

Alamat : Dsn R.Branjang ,RT.03 RW.06 Desa Maliran

Kecamatan Ponggok Kab. Blitar

3.Nama : Kusranan

Umur : 63 tahun

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Dsn Glagah ,RT.04 RW.07 Desa Maliran Kecamatan

Ponggok Kab. Blitar

4.Nama :Manisah

Umur : 69 tahun

Pekerjaan : Tani

Alamat : Dsn Maliran ,RT.01 RW.04 Desa Maliran Kecamatan

Ponggok Kab. Blitar

Babat/pendiri desa Maliran adalah:

Joyo menggolo atau Noyo menggolo

13

Page 14: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Nama-nama kepala desa maliran yang pernah menjabat:

1.Nama :Noyo Menggolo

Tahun :1874 s/d 1879

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

2. Nama :Rono sentiko

Tahun :1880 s/d 1886

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

3. Nama :Sokromo

Tahun :1887 s/d 1901

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

4. Nama :Djoikromo

Tahun :1902s/d 1905

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

5. Nama :Kasan Radji

Tahun :1906 s/d1908

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

6. Nama :Djoyo Marto

Tahun :1909 s/d1915

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

7. Nama :Djoyo Munawi

Tahun :1916 s/d 1924

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

14

Page 15: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Kab. Blitar

8. Nama :Tani Medjo

Tahun :1925 s/d1943

Alamat :Dsn Glagah Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

9. Nama :Karto Miharjo

Tahun :1945 s/d1949

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

10. Nama :Amat Siyar

Tahun :1950 s/d 1979

Alamat :Dsn Glagah Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

11. Nama :Kusranan

Tahun :1980s/d1999

Alamat :Dsn Glagah Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

12. Nama :Darulin

Tahun :1999 s/d 2007

Alamat :Dsn Maliran Desa Maliran Kecamatan Ponggok

Kab. Blitar

Maliran, 19 Februari 2008

Kepala Desa Maliran

SUTOYO

15

Page 16: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Bentuk Sistem Benteng Stelsell

KETERANGAN:

Pasukan Diponegoro

16

Page 17: Sejarah Lokal dan Tradisi Desa Maliran

Daftar Pustaka

Tim penyusun,1989, Enslopedi Nasional Indonesia, Jakarta : Cipta Adi Pustaka

Tim Penyusun,2002,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka

17