159
SENYUM SEJENAK ^_^ SMS SIAPA…? Awalnya, ingin menggambarkan keceriaan, yang selalu hadir. Jika teman kecil yang satu ini ada. Pagiku semangat, karena disambut dengan jabat erat. Riang. Membawa sejuk yang membuat senyum terbangun dari tidurnya. “Bu Fian…” Menyapaku sedemikian rupa. Beda. Dia menghampiriku diriku tanpa ragu. Tak canggung. Huah… Bingung kalo dia tidak ada. Leader kecil di kelas kepompongku. Pemimpin bagi para akhwat. Mengerjakan apapun yang sifatnya berkelompok. Dialah yang mengatur semuanya. Yang lain, ikut aja…Nah…begitulah Adeliya kecilku. Kalau lihat judulnya… Jadi ingat sebuah lagu ya..? He he. Suatu saat, HP-ku sedang bermasalah. Diservis deh. Ternyata mesti diformat ulang. Dan… hilanglah semua data. Kesal juga sama tukang servisnya. Bukannya diback up dulu. Karena kontak para orang tua murid, ada di sana semua. Ups… salahku juga ya. Ga punya back up-nya. Singkat cerita. Suatu hari ada sebuah sms. Isinya “Sayang Fian…” hanya itu. Aku berpikir. Hiii… orang iseng nih. Maka cueklah diriku. Tapi, datang lagi sms, dari nomor yang sama. Bunyinya masih sama “Sayang Fian…” Waa… takuuut. Sms siapa sih…? Bertambah ngeri. Maka datanglah sms ke tiga. “Adeliya sayang Fian.” He he he. Ternyata dari Adeliya. Duuh…senangnya. LUPA JUGA Tanggal 1. Setiap bulannya semua murid dan guru memakai baju bebas muslim. Ya… namanya juga sebulan sekali. Bisa saja ada orang tua yang lupa mengenai peraturan ini. Suatu hari, di tanggal 1 juga. Jatuh pada hari Senin. Biasanya, kami memakai seragam putih- putih. Aku menyambut Adeliya…”Assalaamu’alaykum Adeliya.” Dan Adeliya menjawabnya “Wa’alaykumsalam bu guru. ” Aku memperhatikan seragam Adeliya. Hari itu dia memakai seragam putih-putih. “Adeliya…ini

SEBUAH CATATAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEBUAH CATATAN

SENYUM SEJENAK ^_^

SMS SIAPA…?

Awalnya, ingin menggambarkan keceriaan, yang selalu hadir. Jika teman kecil yang satu ini ada. Pagiku semangat, karena disambut dengan jabat erat. Riang. Membawa sejuk yang membuat senyum terbangun dari tidurnya.

“Bu Fian…” Menyapaku sedemikian rupa. Beda. Dia menghampiriku diriku tanpa ragu. Tak canggung. Huah… Bingung kalo dia tidak ada.

Leader kecil di kelas kepompongku. Pemimpin bagi para akhwat. Mengerjakan apapun yang sifatnya berkelompok. Dialah yang mengatur semuanya. Yang lain, ikut aja…Nah…begitulah Adeliya kecilku.

Kalau lihat judulnya… Jadi ingat sebuah lagu ya..? He he.

Suatu saat, HP-ku sedang bermasalah. Diservis deh. Ternyata mesti diformat ulang. Dan…hilanglah semua data.

Kesal juga sama tukang servisnya. Bukannya diback up dulu. Karena kontak para orang tua murid, ada di sana semua. Ups… salahku juga ya. Ga punya back up-nya.

Singkat cerita. Suatu hari ada sebuah sms. Isinya “Sayang Fian…” hanya itu. Aku berpikir. Hiii… orang iseng nih. Maka cueklah diriku. Tapi, datang lagi sms, dari nomor yang sama. Bunyinya masih sama “Sayang Fian…” Waa… takuuut.

Sms siapa sih…? Bertambah ngeri. Maka datanglah sms ke tiga. “Adeliya sayang Fian.” He he he. Ternyata dari Adeliya. Duuh…senangnya.

LUPA JUGA

Tanggal 1. Setiap bulannya semua murid dan guru memakai baju bebas muslim. Ya… namanya juga sebulan sekali. Bisa saja ada orang tua yang lupa mengenai peraturan ini.

Suatu hari, di tanggal 1 juga. Jatuh pada hari Senin. Biasanya, kami memakai seragam putih-putih. Aku menyambut Adeliya…”Assalaamu’alaykum Adeliya.” Dan Adeliya menjawabnya “Wa’alaykumsalam bu guru.

” Aku memperhatikan seragam Adeliya. Hari itu dia memakai seragam putih-putih. “Adeliya…ini kan tanggal 1.”

Gadis kecil itu berpikir sejenak. Pandangannya datar. Hmm…tipe audio. “O iya bu guru.” Kemudian balik memandangku.

“Bu guru juga lupa ya…?” Aku tersentak. “Nggak kok.Bu guru kan ga pake seragam.” Kataku. “Iya… tapi bu guru lupa rok sama jilbabnya masih pakai seragam.” Sambil menunjuk rok dan jilbabku yang putih.

Ha ha ha. Baru aku sadar. Aku memang hanya memakai atasan bebas muslim. Tapi, jilbab dan rok yang ku

Page 2: SEBUAH CATATAN

pakai, tetap saja seragam hari jum’at. ^_^ Malu deh…

^_^ :) ^_^ :) ^_^ :) ^_^ :) ^_^

)8( TANYA UNTUK KEPING HATI YANG KECEWA

Sebuah tanya dari sekeping hati...

Malam ini... Adakah yang diriku kecewa, karena yang diputuskan tak sesuai asa...?

Malam ini... Adakah jiwaku mempertanyakan...mengapa...??

Malam ini... Adakah hatiku terluka atas pilihan Qiyadahnya...???

Malam ini... Apakah diriku telah tau apa alasannya...????

Malam ini... Apakah diriku telah bersegera menabuh gendang nafsunya...?????

Malam ini... Apakah diriku gegas berpaling dan membuang wajahnya...??????

Malam ini... Apakah diriku yang kemarin berkata harapan itu masih ada... Kini berputus asa...???????

Malam ini... Adakah pikirku, bahwa dalam kitabku telah tertulis, apa yang akan ku pilih...????????

Masih dengan angka 8. Dengan 8 pertanyaan...Untuk yang dipilih oleh no 8. Mungkin perlu lebih dari 8 kali istikharah. Namun jangan terburu, jangan tergesa, jangan kecewa hingga merana... Bertanya saja pada Sang Penentu-nya... Setidaknya... Hati, jiwa dan diriku masih bisa bertawakkal kepada-NYA...

Afiani Gobel... TANYAKANLAH PADANYA...

MENSYUKURI AYAM

Di copy dari... Kumpulan hari-hari pelangi... Di kelas kepompong kami... Salah satu cerita, yang akan dicetak sebagai buku kenangan tahun ini. Dipersembahkan bagi... Teman-teman kecil... yang sadar atau tidak. Telah mengenalkan dan mendekatkan diriku pada Rabb-ku... Terima kasih teman-teman... ^_^

Semoga catatan ini hanya membawa manfaat manfaat dan manfaat...Amiin...

MENSYUKURI AYAM...

Puji dan syukur sudah selayaknya kita tujukan kepada Allah. Karena…demikian banyak nikmat tak terhingga. Yang Allaah berikan tanpa henti. Diberinya udara untuk dihirup. Bumi untuk menopang. Langit yang memayungi. Subhaanallaah…

Bahkan, kadang… manusia hanya mensyukuri hal-hal besar dan luar biasa yang terjadi. Tapi melupakan hal-hal kecil yang tanpa disadari mempengaruhi kehidupannya… (Wah…berat nih) Maaf teman-teman… Kok jadi membicarakan syukur yang berat ya… ^_^

Ya deh… kita lanjut…

Page 3: SEBUAH CATATAN

Teman-teman di kelas, paling suka menggambar. Dengan menggambar, mungkin lebih bebas berkreasi… Tak ada batasan. Seperti halnya mewarnai… Begitulah mereka. Hanya ingin bebas.

Itu mungkin yang membuat mereka bisa bersyukur untuk hal-hal kecil…Mereka tidak membatasi pikiran syukur, dengan kuantitas. Selama membawa pengaruh terhadap mereka, maka itulah yang mereka syukuri.

Di suatu hari Jum’at… Biasanya… kami membicarakan Allah… Kali ini, kami meminta mereka menggambar Ciptaan Allah yang paling membuat mereka bahagia. “Tolong teman-teman gambar… Ciptaan Allah, yang membahagiakan buat teman-teman.

” Maka muncullah suara mendengung di seantero kelas. Membicarakan perintahku tadi…

setelah memutuskan apa yang akan digambar… Akhirnya mereka mulai asik… Gores ke kanan, gores ke kiri. Lengkung ke atas, lengkung ke bawah… Ada yang cepat ada yang lambat. Ada yang sudah berbentuk dengan detilnya… Ada yang tidak. Macam-macam deh…

Awalnya sih… Axell bersikap enggan menggambar… Namun, setelah tengok kanan kiri, akhirnya Axell menggambar juga. Dan…seperti biasanya… Baru setengah jadi, mereka sudah memamerkan hasil gambarannya kepadaku dan rekanku. “Bu, aku gambar pohon.” “Aku dong, gambar buah.”

Termasuk Axell. Dia menceritakan gambarnya… “Ini pohon bu… Tapi ini pagi.” Aku mengangguk, “O.. pagi ya.? Bagus sekali Axell. Teruskan ya…” Axell kembali ke tempat duduknya. Dengan serius melanjutkan. Beberapa saat kemudian, dia kembali lagi. “Ini bu, gambar Axell udah selesai.

Yang ini gambar ayam, ayam laki-laki.” Katanya. “Axell bahagia karena ayam..? Kenapa..?” Tanyaku. “Axell suka makan ayam ya..?” Tanyaku lagi.

“Bukan bu… Karena ayam itu suka membangunkan aku waktu pagi. Supaya aku nggak kesiangan ke sekolah. Karena itu… aku suka ayam…” Kata Axell

Nyesssss…. Sejuk hati. Axellku telah pandai bersyukur. Alhamdulillaah.

Alhamdulillaah... Bersyukur atas semua nikmat yang telah Kau beri Yaa Allaah...

INSPIRASI DARI PAGI

PAGI...

seharusnya sebuah awal

yang mensinergikan setiap hari

Sebelum dan sesudahnya.

Yang menjalin sebuah benang merah

dalam kehidupan kita...

PAGI...

Sebaiknya adalah semangat

yang mengenergikan jiwa dan hati

agar siap dan sedia

Page 4: SEBUAH CATATAN

melangkahkan kaki dengan tegap beriring senyum

PAGI...

Idealnya adalah harapan

hingga keterpurukan terasa ringan

dan keputusasaan sirna

yang membawa setiap jiwa bangkit

dengan binar lebih ceria

tentang asa

bahwa hari ini bisa lebih baik

PAGI...

seindahnya adalah cahaya

yang membuat kita bisa melihat

kebenaran itu ada

dan dusta itu, meski samar...ia nyata

Dan cahaya pagi semoga bisa menunjukkan kepada kita

sebaik-baiknya jalanselurus-lurusnya pilihan

agar bisa menjadiSEINDAH-INDAHNYA DIRI

Semoga...

UNTUK SEMUA BUNDA

Sebuah puisi lawas... Ku tulis untuk semua Bunda di hari ibu 3 tahun lalu... Jika ada yang tertanda bukan sebagai ibu. Semoga bermanfaat... Amiin

Bunda

Bunda,

Rahimmu, adalah tempat bagi sejuta cinta

Menjagaku, dalam segala kepayahanmu

Memeliharaku, dengan semua kelelahanmu

Mengasihiku, bersama segala penatmu

Hingga dunia menyambutku

Dan dapat ku lihat wajah sucimu

Serta ku dengar indah lisanmu

Page 5: SEBUAH CATATAN

Yang senandungkan lagu merdu,

Do’a dan harapan syahdu,

Hanya untukku

Bunda,

Dunia penuh dengan bahaya,

Tempat dusta merajalela

Moga kau tak lupa, Bunda

Bekal untukku, kelak dewasa

Kenalkanku pada Rabb, Sang Maha Pencipta

Agar ku ingat, bahwa aku adalah hamba-Nya

Ajarkan aku tentang Qur’an, sang ayat-ayat cinta

Supaya hidupku, senantiasa mulia

Bunda,

Yang mendidikku dengan cinta

Bawa aku ke jalan cahaya

Jadi jundi Allah yang setia

Pembela islam yang utama

Bimbing aku dengan do’a

Hingga kasih Allah, lewat Bunda

Jadikan ku sholeh dan sholehah

Wahai Bunda,

Dengarkan aku berdo’a

“Allah, kumpulkan hamba. Bersama Ayah dan Bunda

Ke dalam Surga”

Untuk mamak-ku Bidadari dunia yang senantiasa menggelar cintanya untuk ku tidur dalam rengkuhan kasihnya.

Untuk mamak-ku Ratu abadi dalam kehidupanku

Untuk mamak-ku Malaikat yang menyayang waktu bayiku... menemaniku menapaki masa kanak-kanakku...mengantarku ke gerbang kedewasaan.

Tanpa pernah bertanya...Kapa kau bisa menemaniku...Kapan kau bisa manyayangiku

Page 6: SEBUAH CATATAN

Kapan kau bisa mengantarku...Melewati hidupku yang sendiri...Karena kau kini...sibuk dengan kehidupanmu...anakku...

Mamak...Cintamu...sesyahdu Penciptaanku...Menjalani

CALON NASYID

Syair ini sedang dalam proses... Menjadi sebuah nasyid. Dipersembahkan u mereka yang merajut ukhuwah dalam penjelajahannya di dunia maya... Hope you like it... ^_^

Hanya lewat kata...

kita berbagi cerita...

Tanpa tatap mata...

tetap ada rasa...

Menggelar cinta...

pada dinding-dinding kita...

dengan komennya dan rasa suka...

Ukhuwah terasa di sana...

Sahabatku dalam dunia maya...

Ku bagi duka... Kau hapus lara...

Ku tebar suka... Kau turut bahagia...

Bersama merayakan cinta di dunia maya...

Semoga tak sua di dunia... Namun jumpa di SURGA...

Jazakumullãh khairan katsïr.

Atas jalinan cinta ini. With u, ukhuwah is so beautyful... ^_^

MAGNET

Page 7: SEBUAH CATATAN

Catatan ini... seharusnya di post, saat hari pendidikan... Apa daya... Sedang di rumah saat itu. No internet. Namun...tiada kata terlambat... Tentu ada yang kurang. Mungkinada yang lebih... Mohon dimaklumi...^_^

Catatan ini di buat untuk semua sahabat, yang berhubungan dengan pendidikan anak-anak. Entah anak sendiri atau anak orang. ^_^

Ini adalah yang ku tau... Jika ada yang lebih tau,Amal sholeh menambahkan di komen ya.Ini diambil, dari detik-detik pengabdianku. Di mana Allah menaruhku, untuk menjadi GURU...

Semoga bermanfaat...

MENJADI MAGNET

Apakah pernah, anda melihat magnet ? Entah, kekuatan macam apa, yang telah dikaruniakan Allah, padanya. Sehingga magnet, menjadi benda yang begitu ‘menarik’, bagi benda-benda lain, yang terbuat dari logam. Ada sih, magnet alam. Yang dari sononya, sudah memiliki kekuatan itu. Namun, ada juga magnet buatan. Benda-benda, yang memang mendapatkan stimulan, untuk dapat menjadi magnet.Mencermati kekuatan magnet, sepertinya mengingatkan kita, pada beberapa individu, yang memiliki kekuatan yang sama. Yaitu, menjadi begitu menarik, bagi orang lain. Kadang-kadang menjadikan kita bertanya-tanya. Apa yang membuatnya bisa begitu menarik ? Kata-katanya ? Sifatnya ? Atau penampilannya ? Itu, bagi mereka yang sudah menjadi magnet, dari sononya. Bagaimana dengan kita ? Yang menarik, juga kagak. Apakah, seperti magnet buatan ? Menjadi orang yang menarik, mungkin memang perlu usaha, seperti halnya merubah logam biasa, menjadi magnet. Pasti perlu !

Begitu pula menjadi pendidik. Bagi kita, yang telah ‘nyebur’ kekolam pendidikan, dan menjadi atlet utama dikolam ini, yaitu, menjadi guru. Tak diragukan lagi, mau tidak mau, kita harus memiliki unsur-unsur tertentu, yang membuat kita bisa jadi magnet. Yang begitu menarik, sehingga, membuat yang ada di sekitarnya, menjadi demikian dekat dan lengket. Magnet, mungkin dapat menarik benda-benda logam, meskipun si magnet dalam keadaan diam. Namun, tidak demikian halnya, dengan pendidik. Pendidik akan menghadapi benda hidup, manusia. Yang harus disentuh perasaannya, dibangkitkan minatnya, dan dimotivasi geraknya. Ya. Murid-murid kita adalah manusia. Dan satu-satunya cara, untuk membuat mereka tertarik, adalah mengeluarkan seluruh potensi yang ada pada diri kita, sebagai manusia. Mau tidak ? Kalau jawaban anda ‘tidak mau’, maka segeralah keluar dari kolam ini. Karena kolam ini, hanya dapat di isi, oleh orang-orang yang mau mengerahkan setiap potensi, yang ada pada dirinya.Sebaiknya anda sudah siap, untuk menerima ilmu ‘magnetis’ ini. Sebelum meneruskannya, terlebih dahulu, hiruplah udara sedalam-dalamnya, dalam sepuluh hitungan. Kemudian, tahan, dalam sepuluh

hitungan. Dan, lepaskan, dalam lima hitungan. He he. Agak sesak, ya. Itu salah satu cara menjaga kesehatan anda, sebagai pendidik.Oke ! Potensi pertama yang kita miliki, adalah, ruh.Bayangkan. . , kita ingin mengenalkan kasih sayang, pada murid-murid kita. Tapi, ruh kasih sayang itu sendiri, belum kita miliki. Suatu kali, betapa kita ingin, menjadikan anak-anak kita disiplin. Namun, ruh disiplin, tidak terpatri secara benar, dalam diri kita. Dan hasilnya, saat kita bicara tentang kasih sayang, tanpa ruhnya. Apakah ada, murid yang mendengarkan. Yo, mbak yu. Sekedar mendengarkan saja, mereka sudah bersikap cuek. Tak akan pernah sampai, masa bagi mereka untuk mengamalkan, apa yang pernah kita bicarakan pada mereka. (Hei, anda telah melewati kata, pada) (???) Bingung, kan. Seorang pendidik, akan kehilangan kekuatan magnetisnya, jika merasa, dirinya paling tau. Dan, pendidik dengan tipe ini, tidak lagi memiliki ruh menghargai. Ruh menghargai, yang akan menimbulkan kekuatan magnetis pada diri kita, hanya akan terlihat dan terasa, jika kita tidak bicara ‘pada mereka’. Namun. .,

bicaralah ‘dengan mereka’. Bagaimana kita, tidak sekedar berbicara,. Namun, mendiskusikannya dengan murid-murid. Sebenarnya, ini baru sekian persen, dari potensi ruh. Karena, ruh yang baik, akan mempengaruhi setiap kata kita menjadi ‘kaulan tsakiilaa’. Yang mampu mempengaruhi, siapapun yang mendengarkan. Karenanya, nyok, kite baikin ruh kite. Soalnye, untuk ngebagian cahaye, ke orang laen, seenggak-enggaknye, kite bise jadi lilin kecil, nyang siap ngebagiin cahaye buat dunie. Oke !Akal, adalah potensi kedua, yang kita miliki.Benda-benda dari logam, mungkin tidak akan pernah punya rasa bosan, terhadap si magnet. Tapi murid kita ? Tetaplah ingat selalu. Bahwa, mereka adalah manusia. Yang harus disentuh, perasaannya. Di bangkitkan minatnya. Dan Di motivasi, geraknya. Tentu saja, mereka punya rasa bosan. Trus ? Yok opo, rek ? Apa yang harus kita lakukan. . . Oh, jangan biarkan dia merasa bosan pada diri kita. . *simpuh mode on* Gunakan akal. Berfikirlah. Apa yang membuat mereka bosan ? Pernahkah terfikir, untuk membuat jendela rendah, pada ruang kelas kita? Agar anak-

Page 8: SEBUAH CATATAN

anak bisa memandang keluar, dengan leluasa. Apa yeng terbayang di benak kita ? Mungkin ini yang terbayang. . ., ‘oh, tidak, si Zidan manjat jendela. Maasya Allah ! beberapa anak memanggil tukang balon. Innalillahi, si Ical buang sampah lewat jendela. Aaaaaaaaaaaaaaaa, aku capek teriak-teriak, mereka cuma merhatiin jendela.’ Kacau banget. Namun, coba bayangkan. . ., ‘dari jendela rendah itu, anak-anak bisa melihat perbaikan jalan. Siapa saja yang mengerjakan . Alat apa saja yang digunakan. Bagaimana mengerjakannya. Bagaimana hasil akhirnya.’ Bukankah lebih tenang ? Kita tidak panik, dan anak-anak dapat ilmu baru. Setidaknya, berfikirlah untuk menggunakan jendela, bukan hanya berfungsi sebagai tempat sirkulasi udara. Tapi, jadikan jendela multifungsi. Ha ? (kok bengong sih) belum nyambung, ya. Hei, kita bukan hanya bicara tentang jendela, lho. Tapi, semua benda, sarana dan prasarana, bekas atau baru, jadikan semuanya memiliki multifungsi. Intinya adalah kreatif, kreatif, kreatif (he he, cool banget nggak sih, gaya gue). Teroboslah sebanyak mungkin zona tidak nyaman (seperti, persepsi jendela rendah, diatas). Dulu, mungkin kita gunakan sepatu, untuk sekedar

alas kaki. Sepatu akan terlihat nyaman, kalau dia berada dikaki, atau dirak sepatu. Bagaimana, jika dia didalam kelas. Dalam keranjang cucian, digunakan untuk belajar berhitung, mencari pasangan, melempar sebagai pengganti bola, mengenal warna, belajar simpul, mengidentifikasi, mengenal pemilik, atau anda punya saran lain ? Gimana ? Apakah seorang pendidik, dengan fikiran seperti ini, akan membuat muridnya bosan ? Tidak! Anak akan senantiasa menunggu ide baru kita. Akal kita, akan membuat kekuatan magnetis yang luar biasa. Kata-kata, mungkin bisa saja membuat orang lain tertarik. Tapi, kreatifitas akan membuat kita jadi lebih menarik. So, kite musti maksain diri, buat mikirin nyang baru-baru. Soalnye, kite sendiri udeh bosen ame nyang lame-lame.Pasti udah tau kan. Potensi kita yang ketiga ? Ya, benar. Potensi ketiga, adalah anggota tubuh.Gunakan wajah kita saat bercerita. Rubahlah mimik, bentuk bibir, gerak mata dan yang lainnya. Gunakan juga suara kita. Apakah suara Harimau, sama dengan suara Bebek ? Tidak, bukan. Gunakan juga gerak tubuh kita. Bagaimana gerakan seekor Rubah, yang sedang mengintai mangsanya, Jerapah, yang

sedang menggapai daun, dipucuk pohon. Itu semua kan perlu gerakan. Jangan pernah ragu, untuk meng’eksploitasi’ tubuh, dalam rangka membuat mereka tertarik. Saat menjelaskan sesuatu, jangan hanya gunakan lisan saja. Namun, gunakan seluruh tubuh, untuk membahasakan isi dan menarik perhatian murid.Menarik bagi kita. Belum tentu menarik, buat anak murid. Jelas sekali, anak-anak akan merasa bosan dengan kegiatan ‘mendengar’. Setelah enam bulan mengajar, sudah berapa anak, yeng kehilangan ketertarikannya, pada cerita kita ? Amatilah. . .Jika kita masih terus menggunakan lisan untuk menjelaskan. Maka, kita pasti menemukan, semakin banyak anak, yang tidak mendengarkan. Dan kekuatan magnetis kita, semakin berkurang, dan tak berdaya. Jadi, nyok, kite ngegunain semue anggote tubuh kite, dengan sebaik-baiknye. Kagak ade lagi, nyang boleh bikin kite, jadi malu-malu bergerak, juge bersuare. Pokoknye, nyok kite nonton ondel-ondel.’ Ha ha ha.Masih tidak bisa menjadi magnet ? Tetaplah berusaha. Karena, Allah tidak melihat hasil. Namun Allah senantiasa melihat apa saja yang kita kerjakan, untuk mencapai hasil tersebut. Bukankah kita berniat jadi magnet, agar bisa membawa murid-murid kita, pada

cahaya cinta, dari islam. Dan contoh terbaik bagi seorang muslim, untuk menjadi magnet, adalah Rosululloh Muhammad. Beliaulah pemilik kekuatan magnetis, paling indah, sejagat raya. Bisa tidak, ya ?Jawabannya : ‘INSYA ALLAH AKU BISA’

**Segenap kemampuan sudah semestinya, tercurah kedalam hari-hari itu. Karena, setiap hari, akan kita temui, ‘gelas-gelas kristal’ yang mungil. Yang sudah selayaknya diisi, dengan banyak kebaikan. Agar kelak, ‘gelas-gelas kristal’ itu, dapat mencurahkan isinya, bagi mereka yang dahaga, akan kebenaran.

SELAMAT MENJADI MAGNET... : )

BENING

Sebuah kisah sederhana... dari kumpulan cerita istimewa...Semoga BERGUNA... Amiin

BENING HATI VANI

Setiap anak memang memiliki keistimewaan. Demikian juga Vani. Namun karena Vani termasuk yang muda dalam kelas asuhan saya, Vani jadi kurang diperhatikan oleh teman-teman perempuannya. Bahkan seringkali dijadikan objek keisengan anak laki-laki. Kadang-kadang jilbab seragamnya ditarik oleh temannya,

Page 9: SEBUAH CATATAN

suatu saat ia jatuh terdorong oleh teman-temannya saat berebut ingin keluar lebih dulu. Atau hal-hal lain yang menurut pengamatan saya sedikit mempengaruhi rasa percaya dirinya.

Beberapakali saat menggambar dan mewarnai, teman-temannya mengatakan bahwa gambar Vani tidak bagus. Seringkali saya langsung menegur temannya. “Sayang. . .semua yang kita gambar bagus kok. Tidak ada yang jelek. Ayo bilang apa sama Vani.” Teman yang mengatakan gambar Vani tidak bagus, segera minta maaf. Saya memanggil Vani untuk mendekat. Memangkunya, kemudian berkata “Vani. Kalau ada teman Vani yang mengejek, atau berbuat yang tidak baik sama Vani, Vani yang sabar ya, sayang. Berdo’a juga supaya teman Vani jadi baik sama Vani.” Saya sempat melihat keraguan. Namun sedetik kemudian ia mengangguk mantap “Ya !” Karena kurang percaya diri akan karyanya, beberapa kali Vani lebih suka meniru karya temannya, atau melamun. Alhamdulillah sekarang Vani sudah memiliki sahabat. Dan itu benar-benar mempengaruhi perkembangannya.

Seorang anak laki-laki pernah terjatuh dihadapan Vani, akibat terdorong oleh teman-temannya, yang berlarian, selesai istirahat. Tampaknya, wajahnya terbentur dengan keras dilantai, sehingga teman Vani tersebut menangis sangat keras. Wajahnya terlihat merah. Belum sempat saya menghampirinya, Vani mencoba mengangkat temannya itu untuk berdiri, menghapus air mata yang mengalir dipipinya, kemudian menghiburnya. “Sakit ? Sabar ya. Ga usah nangis.” Dan, tiba-tiba Vani berdiri, menghadap kebarisan anak laki-laki yang sempat terhenti dibelakang korbannya.

“Iiih. . .kamu ini gimana sih. Hati-hati dong. Kan kasiaaan. . .”

Saya terpaku ditempat saya berdiri. Demi melihat perlakuan Vani pada temannya yang jatuh. Bahkan membelanya. Sepertinya, Vani sudah tidak ingat lagi, bahwa teman yang jatuh itu adalah teman yang paling sering iseng padanya.

To Vaniku... Hiduplah dalam juang panjangmu. Tetaplah BENING...

SEPERTI SIAPA,DALAM WAKTU

AKHIRNYA.... Buat catatan juga. Masih belajar. Syukron buat yang telah memotivasi. Ingin rasanya menandai semua teman dalam catatan ini. Tapi... ternyata... menandai itu... Laaaaaaaaaaammmmaaaaaaaaanyaaaa. ^_^ Atau ada cara cepat yang belum ku ketahui...?

Diriku berharap semua bisa membacanya. Dan Semoga membawa manfaat. Mohon masukan. Kritik dan saran. Ga pakai ngomelin ya... : ) Kebenarannya dari Allah... Kesalahan dan kekurangannya... Dari diriku... Yang hanya manusia...

(((((Hidup memang sebuah perjalanan. Semua terus tumbuh dan berkembang dan berubah seiring waktu. Apakah ini sebuah pewajaran terhadap pernyataan “Biar waktu yang menjawab segalanya”. Atau, memang waktulah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas hidup kita. Sehingga menjadi sesuatu yang wajar adanya, kalau kita membiarkan waktu lewat begitu saja. Bahkan yang lebih sadis, sebagian orang memprogramkan kegiatan-kegiatan untuk membunuh waktu (waw).

Apakah masih perlu lagi kita memikirkan apa yang akan terjadi pada diri kita nanti ? Apa yang bisa kita lakukan besok ? Apakah kita akan tetap jadi manusia yang biasa-biasa saja ? Akankah ada hal-hal besar yang dapat kita capai ? Dan sementara kita masih jadi manusia biasa, Masehi menentukan waktu telah berjalan 2009 tahun lamanya. Hijriyyah 1430 tahun lamanya. Bahkan fosil-fosil Dinosaurus yang ditemukan, seperti berbicara tentang kehidupan bumi yang sudah berdenyut selama jutaan tahun.Sembilan bulan dalam kandungan adalah masa paling menakjubkan. 0-3 tahun adalahusia emas. SMA adalah masa paling indah.

Waktu…waktu…waktu…Semakin kita telusuri, hidup kita benar-benar tidak lepas dari lingkaran waktu. Begitu pentingnya waktu, sampai kita tidak sadari bahwa sebagian besar hidup kita telah melewati masanya. Tulang tak lagi kuat, organ tubuh melambat, kulit mengerut. Hmm. . .Sadar atau tidak, detik telah lewat, menit telah lewat, jam, hari, bulan, dan tahun telah lewat. Namun bisakah kita mengira yang terjadi sedetik lagi, semenit lagi, sejam lagi, sehari lagi, sebulan, atau setahun lagi. Kita tak akan bisa. Sungguh...

Tak akan kita temukan sesuatupun di dunia ini yang kekal. Semua telah dibatasi, telah ada perhitungannya, dan tak dapat ditawar lagi. Akan tiba masanya maut menjemput, Izro’il mencabut nikmat ruh yang telah tersia, akal yang percuma, badan yang malas. Apa mau di kata ?

Page 10: SEBUAH CATATAN

Sedang Fir’aun yang MENGAKU TUHAN pun . . . MATI.

Chairil Anwar yang ingin HIDUP SERIBU TAHUN LAGI pun . . . MATI.

Muhammad . . .sang MANUSIA TERBAIK pun . . . MATI.

Bagaimana jika waktu telah hilang...? Tertutup oleh Kehendak Yang Tak Terhalang... Fir'aun... Chairil Anwar... Rasuulullaah Muhammad... Mereka MATI sahabat...

Bagaimana dengan kita. SEPERTI SIAPAKAH KITA DALAM WAKTU... ? )))))

DETIK BERAWAN

Biasanya...

Kita bersendiri... Melangkah kaki dengan sepenuh hati...

Pendakian cita bagi Indonesia...

Pengharapan do’a untuk negri tercinta...

Biasanya...

Hanya ada monolog rasa...

Berkata tanpa teman... Beradegan tanpa kawan...

Ialah drama yang luarr biasa...

Biasanya...

Putih itu benar-benar memutih...

Ia mengukir bintang pada kanvas persada...

Dan membuat matahari dengan pecahan cahayanya...

Biasanya…

Titik-titik itu syahdu dalam juang sepinya…

Menadah dalam sunyinya...

Mujahadah pada jihadnya...

Kali ini...

Hari ini...

Masa ini...

Ketika ia harus bercampur dengan warna-warni sahabat...

Drama ini semakin luarrrrrrrrrrrrrr biasa...

Kanvas itu pun berukir bunga, daun, langit, tanah, air, udara, dan lainnya...

Sungguh... warna-warni itu adalah niscaya…

Jika putih saja, mampu memadatinya...

Lalu apa yang terjadi hari ini di Gelora Bung Karno...

Page 11: SEBUAH CATATAN

Sungguh... warna-warni itu niscaya…

Maju pejuang putih… Melukiskan harap yang masih ada...

Gambar-gambar yang merdeka… Bersama warna-warni…

Semangat makin tinggi...

Pekiklah pejuang keadilan...

LANJUTKAAAAAN...!!!!!!!!!!!!

ALLAAAHU AKBAR...!!!!!!!!!!!!!!

@Ingin menjadi setitik putih di sana... Sayang.... jauh nian... Namun... Tetap Lanjutkan!

\^_^

ABI DUNIA MAYA

Dialah teman…

Dialah sahabat…

Dialah saudara…

Dialah abi di dunia maya…

Ia menasihati… dengan kata-kata hati…

Memberi tepukan motivasi...

’jeweran’ sayang... yang mengingatkan... ^_^

Bentang senyum pada kesalahan-kesalahan kami...

Abi... meluruskan kecewa kami...

Abi... mengarahkan kemarahan kami...

Abi... pula yang tak pernah lupa menghias statusnya dengan siyasi...

Agar kami tegar pada barisan ini...

Supaya kami kokoh dalam pada jihad ini...

Page 12: SEBUAH CATATAN

Demi jiwa kami yang tak rapuh oleh fitnah siyasi...

Dia hanya seorang abi... Pada dunia layar beberapa inchi...

Namun layaknya abi… Dia mengasihi… dan tak henti memberi…

Jazakallaah abi... Abi pula berkontribusi menggiring hati... Pada Ilahi...

Abi Kapiten... Abi dunia maya...

Hepy milad day abi Kapiten... Semoga Rahmat Allaah menaungi kehidupanmu. Allaah pula kokohkan langkah-langkah kakimu pada barisan ini. Pula sisa usia berkah. Kebahagiaan pada dunia. Dan keindahan hidup di surga. Amiin...

Semoga ga keberatan ya abi. Disebut abi dunia maya... he he.

Yang belum berteman dengan beliau... Segera ADD... Catatan beliau... Subhaanallaah... Mata air segar... SEGERA... he he

HIKMAH PERJALANAN KOTA TEPIAN (1)

Dari sebuah perjalanan… Rihlah bersama teman-teman seperjuangan... Di yayasan AN NAHL, Balikpapan. Sabtu, 27 Juni 2009

Bunga-bunga hikmah ini, ku petik seiring dengan 6 roda bis yang menggulir pada aspal. Membawaku pada sebuah rangkaian persinggahan...

Hikmah pertama...

Pagi itu... Sudah ada dalam kepalaku sejak seharí sebelumnya. Bahwa kami akan berangkat dari rumah, jam 06.30. Karena rombongan rihlah, akan cabut jam 07-00. Dengan alasan yang sungguh manusiawi. Takut telat. Aku berpesan ke bapak. ”Besok berangkat pagi ya pak. Soalnya... Ntar ditinggalin kalo kita nggak datang tepat waktu.” Bapak mengangguk.

Dan benarlah... kami berangkat dari rumah pada pukul 06.30. Sampai di tempat berkumpul sekitar 06.50. Bahkan bis besar pun belum kelihatan rodanya. Hanya satu keluarga dari seorang panitia. Hmm...

Bis datang 07.05. Huh...

Dan semua roda bis baru bergulir pada pukul 07.50. Huff…

Kedisiplinan pada waktu... Mengapa kata ini selalu dengan paksa kita tuntut pada orang lain.Sedangkan kita longgarkan pada sisi diri. Di satu waktu kita tepat... maka keluhan berhamburan bagi seseorang yang tengah telat. Entah dengan alasan apa orang lain terlambat. Namun itu tak jadi soal. Yang penting aku sudah ada, dan dia belum. Hmm...

Rasakanlah setiap menghadiri sebuah acara. Seorang yang tepat waktu. Layaknya seorang terhukum. Dia HARUS menunggu. Dan seseorang yang telat. Bak bintang tamu. Ditungguuuuuu..... Hmm...

Sayangnya... Saat Rapat..., Kerja... dan lain-lain... Pada waktu-waktu, dan agenda yang cukup penting... Hal ini tidak terlalu di perhatikan. Yang tepat waktu, tetap terhukum. Yang telat... dinanti.

Dan di suatu ketika, pada urusan-urusan yang biasa, tak urgen-urgen amat... kedisiplinan itu merenggang

Page 13: SEBUAH CATATAN

serenggang-renggangnya. Halah halaaaaahhh....

Duhai Kedisiplinan… Pada saat serius aja... ENGGAAAK... Apalagi saat santai… LEWAAAT…Poor you…

“Demi masa… Sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian” (Al ‘Ashr:1-2)

Hmm... Jadi pengingatku… Yang kadang, tepat waktu... Huff... Dan dilain saat, suka lewat... Huh...

HIKMAH PERJALANAN KOTA TEPIAN (2)

Hikmah kedua…

Ready to go… Its 07.50…

Setelah jadi terhukum… menunggu para bintang tamu…

Akhirnya perjalanan rihlah kami ke kota tepian dimulai...Perjalanan 2-3 jam ke depan... adalah perjalanan yang selalu ku nantikan... Berkali-kali juga ke Samarinda. Tak pernah ku lewatkan ia dengan pejaman mata. Ia hijau...

Kalimantan... Hutan yang sebenarnya. Senang bisa dilahirkan di sini. Teringat masa kecilku... Aku menyaksikan bukit digunduli... Gunung menjadi rata... Takjub... saat itu... Hijau disekitarku, terkikis satu demi satu... Kalimantan... pulau kelahiranku...

Hampir sepanjang perjalan itu... Bisa terlihat olehku... pagar-pagar hidup nan kokoh... Pohon-pohon besar... yang mewakili hutan. Pokok-pokok ’sengon’... ha ha... nama pohon yang paling kukenali karena bentuknya yang memayung indah.

Setiap memandang ke tepi jalan... pada batang-batang yang rapat. Yang terbayang adalah hutan gelap. Yang dihuni tumbuhan bumi... padat.

Namun... setelah beberapa kali perjalananku... baru kusadari hari ini... bahwa dibalik pagar hijau itu... tak ada hijau lagi. Hanya sepuluh hingga 30 meter yang sempat kutangkap dengan bola mataku. Di belakangnya adalah ladang-ladang... bahkan dibeberapa tempat hanya gundul semata...

Topeng... Ternyata... Pagar hidup itu hanya topeng...

Teringat pada komentarku pada sebuah status teman: Bahwa aku dan rombongan tak bisa berhenti sholat di tengah jalan... tanggung... dan masih berada didalam gelap... pohooooooonnn semua.

Teman itu membalasnya... dan mengatakan... Jawa sama Kalimantan beda non... di Jawa mah hutan beton... jadi bisa berhenti di sebuah tempat... di tengah perjalanan.

Maluuu... ternyata hutanku tang sedahsyat itu...

Duhai penghuni pulau kelahiranku... Wahai pengurus Borneoku... Di manakah kalian? Akankah hijau itu menghilang dari penghujung pandang... Terhapus dari masa depan...

Kepada Kalimantanku... Terus hidupkan kehijauanmu... Bumi terus kembang kempis denganmu... Tanda kehidupan, masih mengiringinya... Borneo tercinta... Kaulah paru-paru utama... Dunia meminta kau untuk tetap membagi udara...

Tetaplah pakai topeng itu... Namun letakkan kembali isinya... Agar Hijau Borneoku selalu ada bagi dunia... Mari jaga bersama...

”Dan apabila dikatakan kepada mereka. ”Janganlah berbuat kerusakan dimuka bumi !” Mereka menjawab, ”Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tapi mereka tidak menyadari” (Al-Baqarah: 11-12)

Semoga bisa memberi sebuah harapan bagi bumi... Untuk hidup... dan menghijau kembali... Amin...

Page 14: SEBUAH CATATAN

HANA ININ BELBAGI ^_^

Ketika setiap potensi menjaring puji... Maka ingatlah... Ada Dzat Yang Memberikan itu padamu... Ucapkan Alhamdulillãh...

Kala ada ilmu... Yang membuat Mereka menyukaimu... Maka kembalilah mengingat bahwa ada Dzat Yang Menganugrahkan itu padamu... Dan ucaplah Alhamdulillãh...

Bila ada Semangatmu yang bersinar tanpa jemu... Dan membawa manusia tak lelah menantimu... Maka berbaliklah serta ingat lagi... Ada Dzat Yang Mengalirkan itu padamu... Karenanya ucapkan Alhamdulillah...

Ketika Kuatmu menarik perhatian dunia menujumu... Maka menunduklah... Bukankah ada Dzat Yang Menyertakan itu denganmu... Segeralah berkata Alhamdulillãh...

Waktu setiap lebihmu mencuri cinta dari hati semesta... Maka berlututlah renung kembali... Ada Dzat Yang Menyematkan itu padamu... Dan katakan Alhamdulillãh...

Dan pabila hatimu mulai ragu dng mimpi tentang keinginan untuk berbagi... Maka hentilah...

Karena potensi itu telah kau rendahkan hingga hina...

Karena ilmu itu telah luluh lantak menjadi debu dan nista...

Karena semangat itu telah berkeping menjadi tak berharga...

Karena kuat itu telah rusak oleh riya...

Dan kelebihan itu telah hilang menguap jadi udara...

Diri... Jiwa... Hati... Luruslah kembali... Bukankah hanya satu azzam kita kala itu... Ini hanya bentuk pengabdian pada Sang Pencipta kita...

Berbenahlah kembali... Gerak, kerja dan amal ini... Lahir dari Sebuah Energi...

Page 15: SEBUAH CATATAN

KITA... HANYA INGIN BERBAGI...

Oke diri ? (Yup!)Oke hati ? (Siip!)Oke jiwa ? (Deal !)

Dan inilah deklarasi Cinta... Antara Hati... Raga... Dan Jiwa... Untuk semua... Karena Allãh...

SUATU SAAT

Setiap hari menembus udara pagi...

Diiringi matahari...

Nan masih sunyi...

Hanya satu dua kendaraan lalu lalang...

Diriku memacu Jupi... Si kuda roda dua...

Tiba-tiba sosok-sosok itu tertangkap oleh pandanganku...

Yang senantiasa memacu kaki-kaki mereka lebih cepat dari siapapun...

Dalam sekejap... aku terpenjara sementara pada kekuatan mereka...

Rumah dan sekolah... Tak dekat...

Namun... kaki-kaki itu langkah pasti...

Rumah dan tempat bekerja... Jauh jaraknya...

Page 16: SEBUAH CATATAN

Namun... kekuatan itu... Mencuri kekagumanku...

Dari usia-usia tua... hingga yang muda...

Dan aku... Hanya berpikir... begitu saja...

Pernah sesekali terlintas... untuk membonceng salah satu dari mereka...

Menawarkan kenyamanan di atas motor sederhana...

Hanya terlintas... begitu saja...

Setiap pagi... aku kembali melihat mereka...

Dan setiap pagi pula... rasa ini tak tega...

Sekali lagi... dan sekali lagi...

Aku Hanya merasa... begitu saja...

Lalu kapan...???

Putaran roda Jupi... tak pernah kuhentikan...

Lidah ini... hanya kelu... Tak menawarkan apapun pada mereka...

Page 17: SEBUAH CATATAN

Mengapa ya...??

Semoga bukan karena hati yang buta...

Hari pertamaku nanti nanti dan nanti ???... saat aku menemukan mereka masih berjalan kaki...

Allaah... Yaa Qahhar... Paksakan diri ini henti...

Paksakan hati... henti...

Paksakan lisan... menawar diri...

Suatu saat nanti... aku akan henti... Semoga... Amin...

MERINDU ADIL UNTUK BU PRITA TERSAYANG

Untuk Bu Prita...

Keadilan dibnyak negri...

Mulai layu dan mati...

Saat ini kemanusiaan hanya ditemukan pada negri di awan...

Kala ini... Keadilan hanya bisa kau dapati... Pada hati para pemimpi...

Bu Prita sayang...

Asa ini besertamu...

Page 18: SEBUAH CATATAN

Harap ini menyertaimu...

Do'a ini mengiringi juangmu...

Kita para pemimpi rasa adil itu...

Dari negri yang mengaku berkeadilan...

Biarkan dunia memenjara keadilan itu...

Dan relakan Allãh meluaskan jiwamu...

Ãmïn.

JELAJAH AKSARA

Sahabat..., baru saja diriku menelusuri catatan-catatanmu.... Meski tak semua...

Banyak menemukan sumur-sumur yang bening... Yang isinya menghilangkan dahaga... Bila kau siramkan ke hatimu... Seketika bersih dari noda... Hilang sangka... Tak percaya...

Hampir setiap malam, diriku mencoba. Menapak tilasi setiap kata pada catatanmu...

Seringkali ku mendapati... Bunga-bunga seri... Dengan mahkotanya... merayu setiap rasa untuk menciumnya dng sungguh... Menggoda seluruh jiwa untuk memetik tiap aksara... Mendalami warnanya dng cinta...

Dalam kantukku... Terus kuraba setiap kata... Mencoba menggali makna... Sedalam aku bisa...

Seperti malam2 sebelumnya... Diriku pun menyeberangi samudra2... Yang memaksaku berenang dng senang... Menyelam hingga dalam... Dan digulung oleh kalimat2 berombak... Pula beberapa riak... Diriku bernafas di dalamnya... Setia... Karena samudra2 itu... Menawan hatiku...

Dalam penjelajahanku di malam-malam itu...

Ku dapati Gunung-gunung meninggi... Ketinggiannya Mencuri hati... Menarik kaki kecilku tuk mendaki... Memandangi lembah indah... Menatap tajam puncaknya yang gagah... Dihiasi aliran sungai... Gunung2 itu

Page 19: SEBUAH CATATAN

membelengguku... Puncaknya meneriakkan asa padaku... Hingga terus ku mendaki...

Penjelajahan ini tak kan ku henti... Ia seruuu... Mengasikkan... T O P B G T... =D

tak peduli letih..., aku tetap ingin menemukan sumur2 itu...

tak peduli lelah... Aku mau terus memetik bunga-bunga itu...

tak akan bosan... Menenggelamkan diri pada samudra-samudra itu...

dan tak akan jeri... Mendaki Gunung-gunung tinggi...

Sahabat... Catatanmu... Melengkapi petualangan malamku... Menerbangkan asa... Meninggikan rasa... Dan Melembutkan jiwa... Terimakasih sahabat... Teruslah membagi aksara...

PENGAWAL QUR’AN DAN SEPEDANYA

Pagi... Ketika yang lain masih bersiap... Sempat bertegur manis dengan sang buah hati...

Sang pengawal Qur'an telah berada di atas sepedanya...

dikayuhnya sang sepeda... Tanpa lupa dengan Bismillãh...

Azzamnya terukir dalam... Aku ingin semua mengenal qur'an...

Niatnya terpahat dengan curam... Aku harap mereka bisa hafal qur'an...

dan sebuah asa... Semoga qur'an bisa jadi amalan untuk semua... Ãmïn

Pedal sepeda... Terus berputar... Bersama senandung dzikirnya...

Roda terus berputar pula, mengantar tuannya mendekati barak2 jihadnya...

Rantai sepeda... Beradu dng gir. Menyenandungkan gesekan2 semangat sang pengawal Qur'an...

Menyapa semua di awal perginya hingga tiba. Di mula pulangnya, hingga sampai di istananya...

Di tengah kayuhan sepedanya... Cek point... ^_^ Kembali menyapa semua...

Ahh... Pengawal Qur'an... Indah nian harimu... Dengan tugas jagamu...

Mengantarkan ayat Suci berteman hati... Mendendangkan ayat Cinta sepenuh jiwa...

Page 20: SEBUAH CATATAN

Ahh... Pengawal Qur'an... Tenangnya hidupmu... Kau kerah potensi raga... Pada penghambaan Cinta... Tak terkira...

Wahai Pengawal Qur'an... Setulus hati... Sepenuh jiwa... Seluruh raga... Kau memelihara, menjaga, mensyiarkannya...

Pengawal Qur'an dan sepedanya... Teruslah ceritakan pada kami, tentang nikmatnya mencintai Sang Ayat2 Suci...

Kabarkan kepada kami tentang indahnya berinteraksi, dngan Surat2 Ilahi...

Allãh... Engkau Melihat... Apa2 yang telah diperbuat... Kebaikannya... Ku do'a... Lipatkan pahala... Salahnya... Kumohon... Hanya ampunan semata... Ãmïn

Saksikanlah sang pengawal Qur'anMU YÃ HAFÏDZU, YÃ KARÏMU, YÃ MAJÏDU, YÃ SYAHÏDU... Dan sepedanya...

Untuk Sang Pengawal Qur'an... Bang Silmi...

JAMA’AH ANGSA

Bunga hikmah ini, ku petik dari sebuah TAMAN... Semoga dapat kau ciumWANGInya... Semoga bisa kau lihat warna SEGARnya... Semoga berhasil kau rasakan KEINDAHANnya... Amin

Angsa bertasbih dengan caranya...

Bukalah Kitab Suciimu... Jelajahi dengan jarimu... Hingga kau temukan ayat ini...

"Tidakkah engkau (Muhammad) tahu. Bahwa kepada Allaah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdo'a dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan" ( Qur'an Surah 24 : 41 )

Sekelompok Angsa terbang...Mereka harus pindah menghindari musim dingin yang akan segera datang... Semua Angsa, patuh... Karena... jika tidak, dia akan terperangkap di musim dingin. Dan mati.

Maka... berangkatlah Angsa-angsa itu.

Mereka terbang dengan barisan rapi. Membentuk huruf V. Formasi ini, mempermudah mereka menembus angin. Mereka memiliki niat yang sama. Arah yang sama. Karena... Dengan bersama... akan lebih mudah dan cepat mencapai tempat tujuan.

Di tengah penerbangan, salah satu dari Angsa itu memisahkan diri. Mungkin berpikir... Mengapa harus melakukan penerbangan sejauh ini.

Melelahkan... ia merasa bosan pula berada di dalam formasi itu. Namun, Angin menyulitkannya... Tak ada teman yang di dekatnya yang membantunya memecah udara...

Akhirnya... ia kembali ke formasi... dan mendapat dukungan dalam penerbangan jama'i...

Sang pemimpin, yang sedari awal berada di depan, menjadi tameng udara bagi teman-temannya... Dalam waktu tertentu, akan memutar ke belakang... menjadi Angsa yang terpimpin. Dan Angsa lain menggantikan posisinya di depan.

Tak ada yang mengeluh... "Aku pemimpin, mengapa sekarang di belakang...??" Atau "Aku di belakang saja. Berat rasanya jadi pemimpin." Sepertinya, tak ada kalimat itu dalam kamus JAMA'AH ANGSA. Peran mereka bisa bergantian. Karena masing-masing Angsa memiliki keunikan. Subhaanallaah...

Page 21: SEBUAH CATATAN

Selama penerbangan berlangsung... Angsa-angsa di belakang, mengeluarkan suara riuh rendah. Seperti memberi motivasi... yel-yel Angsa... untuk menyemangati barisan terdepan. "Ayo... Ayo...!" Allaahu Akbar..!

Dalam penerbangan jauh itu pun... Tak lepas dari halangan dan rintangan... Seekor Angsa, bisa saja sakit, terluka atau tertembak... Angsa itu pun akan keluar dari formasi. Turun beristirahat...

Namun..., Angsa itu tidak di biarkan sendiri dalam kesulitan, oleh Angsa yang lain. Karena kemudian, dua ekor Angsa bertugas mengawalnya, menjaga, dan melindunginya hingga sembuh. Dan mereka pun menyusul kembali saudara-saudara mereka... Selalu bersama... dalam suka dan dukanya... Subahaanallaah...

Beberapa Fakta, tentang JAMA'AH ANGSA...Yang kurangkai dalam cerita sederhana... Walaupun mungkin sudah ada yang pernah mendengarnya...

Teruslah berkarya... wahai JAMA'AH ANGSA...

TAUBAT

Yã Allãh...

pada jejak2 kecil kami...

kami topangkan diri dng memohon kekokohanMU...

pun hati masih ternoda... Masih kami mohon kesucianMU...

tak akan sampai kebaikan kepada kami... Tanpa IzinMU...

tak dekat pada kami keburukan... Tanpa KehendakMU...

pun sekali lagi kami khilaf... Tak ENGKAU kurangi nikmatMU...

dan jika kami bertaubat... ENGKAU tambahkan RahmatMU...

Dan saksikanlah kami yã Allãh... Dengan payah... Mengarah langkah...

Dengan susah... Mengatur lidah...

Dengan penuh daya... Membimbing mata...

Sungguh inginnya... Kami hidup tanpa dosa yã Allãh...

Namun siapalah kami... Manusia dhoif yang sering kali negatif...

Ampuuuuun yã Allãh...

ENGKAU paling tau... Segala apa yang kami tutup... Semua hal yang rahasia...

setiap titik kburukan pada wajah hati kami...

Jadikan kami maluuu... Maluuu... Maluuu... Jadikan kami Maluuu padaMU yã Allãh...

di bumiMU kami berpijak... Namun masih bmaksiat... Di bawah langitMU kami berlindung... Masih pula kami jarang merenung...

jika taubat kami sebelumnya tak cukup buatMU... Maka izinkan kami taubat... Taubat... Dan taubat lagi...

adalah kami yã Rabbi... Taubat hari ini... Pada ujung Sya'banMU... Pada awal RamadhanMU... Jadikan kami beruntung... Jauhkan dari rugi...

Page 22: SEBUAH CATATAN

kami hidup... Sekali lagi... Untuk mengabdi... Terima taubatku, taubatnya dan taubat mereka... Ãmïn yã Tawwabu...

TAK SEPERTI BIASANYA

"Hilangnya Senyum Geru"

Geru Kangguru adalah seekor anak Kangguru yang sangat ramah dan ceria. Dia selalu tersenyum kepada semua binatang di padang rumput. Setiap lompatannya, selalu diiringi dengan senandung-senandung indah. Hal ini membuat binatang lain sangat senang kepada Geru.

Namun, sepanjang sore ini, Geru terlihat murung. Wajahnya terlihat suram. Para binatang merasa heran, karena sore itu mereka tidak mendapat bagian senyum dari Geru. Lompatan Geru pun, lunglai, tidak bersemangat seperti biasanya. Bahkan, Geru tidak memperdulikan ajakan Aga si gajah, untuk bermain bersama. Binatang-binatang, bermain tanpa semangat. Mereka semua memikirkan Geru.

Karena permainan menjadi tidak asik, mereka pun berhenti bermain. Mereka duduk, berkumpul dibawah pohon yang rindang. Mereka sedang membicarakan, apa yang sebenarnya terjadi pada Geru. Uta, si ulat, yang sedang merayap didaun, memulai bicara. “Teman-teman, Geru kenapa, sih ? Aku bingung. Sepanjang sore ini, Geru terlihat cemberut dan tidak ramah.” Binatang yang lain saling berpandangan. “Mmm, mungkin Geru sakit gigi.” Zebi zebra, angkat bicara. “Kaok, nggak mungkin, nggak mungkin. Geru paling rajin gosok gigi.” Kata Luwa, si kakak tua biru. Semua yang hadir setuju. Geru tidak mungkin sakit gigi. Tapi, semua juga masih bingung. Karena belum tahu, apa yang terjadi pada Geru. “Sudah sudah. Kita Tanyakan saja sama Geru. Apa yang menyebabkan senyumnya hilang ?” Zero jerapah menengahi. “Kaok, Hilang hilang. Memangnya senyum Geru hilang di mana Zero ?” Tanya Luwa. Semua pun tertawa, mendengar pertanyaan Luwa. Hasil dari pembicaraan tadi. Aga si gajah, mendapat tugas untuk menanyakan kepada Geru.

Aga melangkah menghampiri Geru, yang sedang termenung di tepi sungai, yang melintasi padang rumput. Aga berdiri di samping Geru. Kemudian, secara perlahan, Aga pun bertanya. “Geru, kamu kenapa ? Kok hari ini kamu tidak bermain bersama kami ?” Geru masih diam. “Kamu lagi sedih ya ?” Tanya Aga lagi. “Iya, Aga. Aku lagi sedih.” Akhirnya Geru mau bicara. Ternyata, tadi siang, saat Geru pergi ke hutan, ia berhasil mendapat buah. Buah itu sudah matang, dan terlihat enak sekali. Geru berniat akan menghadiahkannya untuk ibunya yang sedang sakit. Namun, dalam perjalanan pulang, buah itu terjatuh, dan diambil oleh Lili, si monyet yang iseng. Saat Geru memintanya untuk mengembalikan buah itu. Lili berkata, “Kalau kamu mau aku mengembalikan buah ini. Kamu harus bisa menangkap ekorku.” Jelas saja, Geru kesulitan melakukannya. Lili itu kan seekor monyet. Dia bisa bergantungan lincah dari pohon ke pohon. Sedangkan Geru, hanya bisa melompat-lompat di bawahnya. “Nguk nguk nguk, ayo Geru, tangkap ekorku. He he he.” Karena kesal dan kecapaian, akhirnya Geru meninggalkan Lili dan buahnya.

“Begitulah Aga. Aku sedih, karena tidak bisa menghadiahkan buah itu untuk ibuku.” Geru berkata dengan pelan. Aga hanya menganggukkan kepalanya yang besar. “Baiklah, kamu tenang saja, ya.” Aga meninggalkan Geru, yang masih menekuk wajahnya. Aga kembali menghampiri teman-temannya yang dengan setia menunggu di bawah pohon. “Kaok, bagaimana bagaimana Aga ? Cepat ceritakan, apa yang terjadi pada Geru ?” Sambut Luwa , dengan tidak sabar. “Ssssstt. Begini…” Aga menceritakan, apa yang telah di kisahkan oleh Geru. Semua mendengarkan dengan serius. “Huh, memang, Lili itu sangat iseng.” Komentar Zebi. “Saat di sekolah, Lili menyembunyikan krayon hitamku. Waktu ku tanyakan, mengapa dia mengambilnya. Dia bilang, akan dia gunakan untuk menghitamkan garis putih pada buluku.” Uta, menggeleng-geleng. “Ah, sudahlah, tidak usah dipikirkan si Lili itu. Yang penting sekarang, bagaimana cara kita membuat Geru tersenyum kembali ?” kata Zero. Semua mengangguk, membenarkan. “Aha ! Begini saja… Pssst…psssst.” Cici kelinci, yang sejak tadi diam, menyampaikan idenya. “Bagaimana ?” Aga memandang Cici dengan senyum. Tiba-tiba Aga melompat gembira, sambil berteriak. “Setuju !” Akibatnya, semua kaget. Bahkan, Uta si ulat, sampai terjatuh dari daunnya. Luwa, yang sedang bertengger di sebuah dahan, berpindah ke kepala Zero, demi menghindar, agar tidak terkena belalai Aga yang panjang. Melihat teman-temannya yang kaget, Aga tersipu. “Ho ho ho, maaf ya teman-teman. Aku tadi terlalu gembira. Tapi, kalian setuju tidak, dengan usul Cici ?” Semua berteriak “Setuju !” Dan mereka menyebar masuk kedalam hutan. Geru, yang masih bersedih, hanya diam melihat teman-temannya berlarian menuju hutan. Apa ya, yang mereka lakukan ?

Setengah jam kemudian, semua sudah berkumpul kembali di bawah pohon yang paling besar, di padang rumput. “Semua sudah dapat ?” Zero berlagak seperti pemimpin. “Sudah !” Ternyata bukan hanya Luwa, Uta, Zero, Aga, Cici dan Zebi saja yang berkumpul. Ditambah Ion si singa, Horsi si kuda, Tam tam si tupai dan … Lili si monyet. Lili rupanya mau meminta maaf pada Geru. “Hiiikk, itu Geru. Ayo kita ke sana.” Ringkik Horsi. Semua mendekati Geru.

Page 23: SEBUAH CATATAN

“Geru, jangan bersedih ya.” Kata Tam tam yang ceria. Tam tam mengulurkan benda yang ada dalam genggamannya. “Apa ini ?” Tanya Geru. “Ini aku bawakan daun cemara muda. Aku mengambilnya, dari pucuk pohon cemara tertinggi di dalam hutan. Daun ini bisa kau gunakan untuk menghias rumahmu. Pasti ibumu akan senang.” Geru menerimanya dengan senyum. Ternyata, teman-teman yang lain, juga membawakan hadiah untuk diberikan pada ibu Geru. Aga membawakan setandan pisang. Zero memberikan buah apel yang merah dan segar. Ion dapat setangkai bunga hutan yang sangat wangi. Uta memberikan sehelai rumput. “Maaf Geru. Aku hanya bisa membawakan ini untuk ibumu. Soalnya, aku tidak kuat mengangkat yang besar-besar.” Kata Uta. “Ha ha ha. Uta Uta… Tidak apa-apa. Ini juga sudah lebih besar dari tubuhmu.” Geru bahagia sekali, melihat perhatian yang diberikan oleh teman-temannya. “Terima kasih ya, teman-teman. Ibuku pasti akan senang sekali.” Kata Geru. Tiba-tiba, Lili maju. “Maafkan aku ya, Geru.” Kata Lili. Ternyata, Lili mengembalikan buah yang ia ambil dari Geru, tadi siang. “Iya, aku maafkan.” Geru terseyum. Dan mulai melompat dengan penuh semangat. “Kaok. Hore hore. Senyum Geru sudah ketemu. Senyum Geru sudah ketemu.” Luwa terbang berkeliling. Dan, semuanya tertawa kembali. Termasuk Geru. Mereka menghabiskan sisa sore itu dengan bermain gembira. Karena Geru yang ramah. Sudah tersenyum lagi.

*Kadang kita gundah melalui samudra hidup... perahu kita oleng di terjang ombak... Namun syukurlah kita punya dayung... Kadang pula kita terbang bak burung... Di amuk badai... Namun syukurlah Allaah beri sayap... Dengan bantuan dayung dan sayap itulah... kita bergerak... Dayung itu adalah orang-orang terdekat... Dan... Sayap itu adalah sahabat...

KOMANDAN KU

“Hah… Bapak mau pindah ?”

Komenku pada sebuah statusnya…

“Iya mbak… Dapat kerja di sini nih.”

Bisa ku pastikan beliau menuliskan balasan itu dengan senyuman.

Ke Bandung ? Itu mah bukan pindah namanya... Pulang Kampung...

Maksud awalnya memang hanya berlibur... Namun... Komandan Kepanduan itu akhirnya memutuskan hijrah.

Kepanduan Balikpapan selama beberapa tahun... Berkembang cukup pesat di tangan beliau... Semangat kemandirian dalam tubuh kepanduan yang beliau tularkan... Subhaanallaah... Biar Allaah saja yang menilainya.

Episode hidup Komandanku... Yang paling berkesan bagiku... Adalah... Ketika tsunami melanda Aceh tercinta... Beliau adalah salah satu relawan yang dikirim kesana.

Dalam aksi P2B itu... Ayah 3 anak ini kehilangan dompet beserta seluruh isinya. Sedangkan... hanya itulah bekalnya. Dompet itu ikut terbakar bersama pakaian yang dipakai saat evakuasi korban.Dan Korsad kami ini menceritakannya dengan senyuman... ”Allaah Maha Tau”

Sedangkan di rumahnya... Hampir semua pakaian milik istri, anak-anak, bahkan miliknya pun, disumbangkan untuk Aceh tersayang. Yang tertinggal hanya sekeranjang pakaian. ”Saudara-saudara di sana, lebih membutuhkan.” Kata sang istri.

Sebagai seorang jundi... Diriku merasa, beliau orang yang sabar. Malahan... sangat sabar. Apalagi, saat menghadapi anak buah yang bandel-bandel seperti kami ini. He he. Dan tak bosan-bosannya Komandan-ku ini menyemangati...

Apa yang biasanya dekat... Tak akan terasa dekat... Jika belum berjauhan...

Kami kehilangan... Dan sangat kehilangan...

Beliau menyambut seruan dakwah yang lebih besar. Demi itu... beliau menjual rumah dan seluruh isinya dalam waktu dua pekan... ”Allaah memberi kemudahan.” Katanya. Maka Komandan itupun hijrahlah... bersama keluarganya. Keputusan yang sempat ditolak oleh sang istri (^_^) Namun ia membujuknya dengan kalimat... ”Mau ke surga nggak umi?” Allaahu Akbar!!!

Page 24: SEBUAH CATATAN

Ia menyambut mimpinya... Tinggal di pesantren... sambil mengelola outbond.

Bandung... Tepatnya Lembang... Kami ikhlaskan Komandan kami... Menjadi bagian dari peperanganmu...

Dialah pandu terbaik kami... Hingga saat ini... Dan do’akan kami... Agar bisa meneruskan apa yang telah diperjuangkan...

Selamat berjuang Komandan-ku... Tetap bagikan... Bara Semangatmu...

Dan kami akan tetap... BERSIAP SIAGA...

Karena... Kitalah... PenaKitalah....PeluruKitalah....PedangKitalah.... Anak Panah

Pejuang Keadilan...ALLAAHU AKBAR !!!

*Mau jadi teman??? Add beliau... Agus Prasmono ^_^

Semoga Kita termasuk orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam perjuangan ini. Amiin.

VERSI CINTA

Cinta 1 : Berdua... Saling cinta... Memenjara diri dalam kasih. Tiada orang lain di antara ke2nya. Segalanya untuk belahan jiwa. Setiap ungkapan cinta tercurah pada satu nama...

Inilah Cinta...

Cinta 2 : Jadi sudut ke 3. Dari sebuah cinta... Setelah separuh jiwa mencintai sebuah cita... Menghabis waktu dng yang ke satu... Mencurah cinta pada satu asa... Menjadi istri ke 2... Dari suami yang memiliki istri pertama... Bernama 'PERJUANGAN'...

Ini baru Cinta...

Cinta 3 : Menjadi yang pertama... Namun memimpikan cinta memiliki sayap ke 2... Mengharapkan rasa bisa dibagi bersama... Bermimpi... Bahtera berlabuh pada 2 dermaga... Dan terjadilah... Cinta harus berbagi... Berbagi segalanya... Bahkan... Berbagi CEMBURU...

Hmm... Ini lebih dari CINTA...

Page 25: SEBUAH CATATAN

Subhãnallãh...

Yã Allãh... Jadikan aku seindahnya... Buatlah diri sepertinya... Dan izinkan aku lebih baik lagi... Bersamanya. Ãmïn.

KUE-KUE CINTA

Entah mengapa...

diriku menuliskan catatan tentangnya

namun inilah yang ku rasa

Ada 3 ibu. Yang membuat kue untuk anak2 di sekolah kami.

Namun...

Ia berbeda... Dari 2 yang lain...

kue-kuenya... Berestetika...

dng Citarasa istimewa

kami hampir tak pernah komplain tentang kue2nya

ia enak... Sekaligus lezat... Nikmat... Mantap...

yang manis...

tak pernah kemanisan

yang asin...

tak pernah keasinan

ia berbeda... Dari yang 2...

dia pasti mengolahnya dng kasih

membumbuinya dng sayang

dan mengerjakannya dng cinta

dia selalu beda... Dari 2 pembuat kue yang lainnya...

hingga hari ini pun... Ia tetap berbeda...

karena hanya dia yang... Yang hari ini lebih dulu tiada...

Page 26: SEBUAH CATATAN

duhai usia... Sedang tak dapat ku ingat... Apa kue terakhirnya...

Terimakasih bu Rina...Atas Kue-kue cintanya...

Semoga Allãh memelukmu dalam tidur panjangmu. Dan dibelainya sayang pada peraduan bisu. Dan dilapangkan tanah dng cahaya. Allãh... Kami mohon. Terima bu Rina dng Cinta. Ãmîn.

Bu Rina... Seorang sahabat sekolah kami.

SERUAN SANG MALAM

Apa kabar diri... Ketika aku datang... Tidakkah kau menemaniku...?? Saat temanku gelap menghampirimu... Apakah kau menyambutnya hangat... ??

Apa kabar diri... Apakah sepi telah menjadi sahabatmu...?? Ketika Sang Pemilik Semesta... Semakin dekat dengan mayapada...

Apa kabar diri... Jika kau memang merindui... Tidakkah kau terbangun di 1/3 sunyi...

Catatan ini untukku... untukmu dan untuk kita... Semoga kitalah... Sahabat sang malam...Di-copy dari status-status Fiani Gee... Ketika ia dibangkitkan dari kematian yang sejenak...

=)@ Wahai pr pburu cinta... Siapkan panah do'amu malam ini... Msukkan pluru tahajud pd sjatamu... Intailah cinta y disbunyikanNYA di balik bintang2 dng ruku'mu... Bidiklah cinta y diltakkanNYA di antara awan dng takbiratul ihram-mu... Arahkan panah sujudmu pd cinta y ditaruhNYA di skitar bulan... Dan snapan tahiyatmu k smua cinta y ditbarkanNYA pd sluruh galaxi di smesta... Mari pburu, Dpatkan Cinta malam ini...

=)@ Keheningan membujukku tuk bangun... Ia menawarkan kesyahduan malam... Kesunyian merayuku tuk bangkit... Ia ingin memberiku ketenangan jiwa... Kediaman menggodaku tuk sadar... Ia mengimingi keteduhan hati... Dan diriku pun terpedaya oleh bujuk rayu mereka... Hingga tertunduk pada Pencipta mereka. Pencipta Hening.. Sunyi.. Dan Diam... Tidakkah kau ?

=)@ Telah pudar 1/3 malam... Alhamdulillãh s4 terbangun... Hampir saja kehabisan waktu... Mencuri hati malam... Merajut mimpi pada sujud... Menderas aliran bening pada do'a... Jiwa2 kelana... Titip pintaku juga pada untai do'amu yaa...

=)@ Duhai para pelari... Arena malam telah digelar... Menunggu kaki2 kita menapakinya... Ia menunggu kita meninggalkan pejam... Ia menanti kita memutuskan lelap... Ia mengharap kita mengusir nyenyak... Aba2 malam menggetar sdh... Maka ayolah pelari... Keraskan juang malam ini... Ada finish yang harus dilewati... Mari... mengejar mimpi surgawi...

=)@Duhai Laskar Pemimpi... Cukuplah rehat raga mu... Tinggalkan bantal angan itu... Lepaskan guling lelapmu... Dan bukalah selimut khayalmu... Udara menyapamu... Terbanglah bersamaku... Kita mengangkasa bersama asa... Duhai Laskar Pemimpi... Mari menari dalam tarian sejati... Tarian do'a dan pengabdian insani... Di ujung sunyi ini... DIA Menanti...

=)@ Allãh... MalamMU tsenyum padaku... Btapa stiap AnugrahMU mhadirkan Psona tiada tanding... KuasaMU Mberiku nikmat tak ada banding... Jangan biarkan pikirku kering dr AsmaMU... Jangan izinkan diri jauh dr mengingatMU... Jangan pkenankan hati tak bgetar MnyebutMU... Aku milikMU... Dan dng KeindahanMU... Genggam setiap sel diriku... Agar kagum... Dan MendekatMU... Ãmîn.

=)@ Pada ujung sunyi... Pada tepi gelap... Mari Laskar malam... Bangkit dan berdiri... Menikmat ketenangan saat jiwa bermunajat... Dan keindahan hati saat ia bergetar hebat... Dalam Sholaat...Kerja para pemburu cinta adalah... Do'a di sunyi malam... Dan Sujud di gelap syahdu... Ia bsnandung kasih

Page 27: SEBUAH CATATAN

dng hati... Dan mnyanyi rindu dng jiwa... Cinta itu usaha... Dan rindu itu bsegera...

=)@ Duhai para munsyid... Festival malam telah dibentangkan... Lampu2 bintang telah dinyalakan... Panggung 1/3 malam telah didirikan... Segera nyanyikan lagu KebesaranNYA pada takbirmu... Senandungkan nasyid KeagunganNYA pada ruku'mu... Dendangkan nada KemuliaanNYA dalam sujudmu... Biarkan irama KuasaNYA menyatukan raga, jiwa dan hati... Untuk menari... Sebuah tarian surgawi...

=)@ Duhai Pelukis asa... Telah Dia hamparkan kanvas penghujung malam... Gariskan di atasnya... Sebuah rangkaian cita... Telah pula Dia siapkan kuas hidupmu... Goreskan Dengannya untaian do'a... Gariskan warna2 istimewa... Dengan ruku' menghamba... Serta sujud dan airmata... Duhai pelukis asa... Biarkan warna hati menghiasi... Dan berikan warna jiwa dng cinta... Lukisanmu adalah persembahanmu...

=)@ Duhai lelap... Pergilah... Wahai nyenyak... Menjauhlah... Dan kau kantuk... Sudahlah... Kami ingin bangun... Mencuri Perhatian Sang Pemilik Dunia... Mdapat Rahmat dr Sang Pencipta manusia... Mjaring Cinta Sang Penguasa mayapada... Mgapai Ridho Sang Raja semesta... Duhai tidur... Hentilah... Sebelum kami kehabisan waktu... Untuk mnyampaikan rindu... Dalam sunyi... DIA menanti...

=)@Wahai sang pcerita... Adakah alur malam y akan kau kisahkan?! Ttg adegan-adegan antara ksunyian d takbiratul ikhram... Mngenai dialog2 antara dingin udara dan ruku' sang hamba... Atau hnya sbuah monolog dlm sujud sukarela... Kisahkanlah pd khidupan gelap... Agar phuni gulita mengerti... Btapa drama malam ini... Adlh drama bagi Dzat Ilahi... Agar para makhluk bs bersaksi... atas drama pengabdian ini...

=)@Gelap ini hampir usai... Diputus terang... Senandung dzikir mengiring malam kembali keperaduan... Dan insan beriman... Sebaiknya menguatkan mujahadahnya... Untuk mencuri Perhatian Sang Maha Cinta... Dengan sujud2 menghamba... Agar kembali ke dunia insani... tanpa merugi... Dan DIA selalu menanti... Kita kembali... Menyerah diri...

=)@Wahai Indonesia... Bngkitlah... Malam mnyrumu tuk kbali mngukir asa... Akankah kau gores pd gelap... Sjarah indah ttg harapan... Ia mdayu pada kidung-kidung sunyi... Mnguap mnuju langit... Dan trungkap pintunya hnya dng sujud... Sdngkan Palestina... mlawan musuhnya... Dng snjata do'a d peluru tahajud... Maka muntahkan amunisi malam ini... Kita harus bisa... Harapan msh ada...

=)@Duhai para pejuang... Drita bangun adlh pd draan kantuk... Ia mrayumu untk mundur dan lelap... Malas adlh onak duri... Y menghalangimu... Untuk mnyerah dan lemah... Musuh jiwa adlh syaithan yang nyata... Mgiringmu untuk kalah d tidur yang lena... D mereka hrus kcewa malam ini... Sperti kmrn d esok nanti... Bawa luka2 prangmu... D biarkan Sang Maha Pnyembuh Mngobatinya... Dng Basuhan CINTA...

=)@Mengalirkan do'a pada arus hening... Menghanyutkan asa di ombak sunyi... Menderaskan harap pada gelombang sepi... Hentilah di samudra ini... Pada ujung diam di tepi malam... Untuk menyelami samudra penghambaan...

=)@ Menderaskan pinta... Seiring nyanyian sang hujan... Pecah sudah hening... Namun syahdu percik air menyentuh lantai bumi... Membuncah rasa... Mencurah asa... BerSama hujan teriring RahmatNYA... Allãh sedang menurunkan Cinta... Mari gembira...

=)@ Sang gelap mengheningkan cipta... Dan kaca bening pecah berderai... Kesyahduan sunyi memaksa insani memerah rasa... Tak ingin jatuh pada kecewa... Melewati masa sepi tanpa arti... Sedangkan telah ditaburkan sejuta cinta pada lekuk-lekuk malam... Dan engkaulah pejuang... Segera kumpulkan cinta... Sebanyak kau bisa...

=)@ Dan malampun gulita... Kau hentak kami dari selimut gelap... Kau tepuk kami dari lena lelap... Dalam sunyi... Ketika musuh2Mu mengintai kami... Satukan kami dalam asa malam... Smg ia menjadi peluru... Himpunkan kami pada sujud panjang... Dan jadikan ia sebuah sejata... Buka pintu langitMU Rabbana... Harap ini kan mengangkasa... Ãmïn... Duhai pejuang mari satukan... butiran do'a...

Page 28: SEBUAH CATATAN

=)@ Wahai Pecandu sujud... Berlehalah pada udara pengabdian... Kemudian terlena pada detik-detik penghambaan... Ia memabukkanmu pada sebuah Cinta... Dan menerbangkanmu ke rengkuh kasih Sang Kekasih... Khawatirmu, dihilangkan... IA pula Menenangkan... Kau datang dengan tanya... Dan pergi tanpa hampa... Sebuah jawaban penyejuk... Dalam sebuah sujud... Dan tiada lagi ragu... Dan resah di hatiku...

=)@ Wahai kelana dunia... Tempalah raga pada 1/3 sunyi... Dengan mencabut darinya sebuah lelap... Dan merampas selembar kantuknya... Lalu paksakan jasad itu mendemonstrasikan cinta... Menampilkan atraksi rasa... Pada sebuah psinggahan rindu... Namun jangan biar raga bsendiri... Dalam psembahannya... Sandingkan ia dng hati dan jiwa... Pada sebuah pelaminan hamba...

=)@ Bersama tarian sang hujan... Siapakah Fulan... Yang dibangunkan, kemudian tahajud? Siapakah Fulana, yang merendah mengharap hikmah dlm sujud? Fulan dan Fulana... Malam ini ada cinta di hati mereka... Tjalin pd sbuah titik rasa... Cita bsar pd asa... Rindu syahdu dlm do'a... Fulan d Fulana... Sdang jatuh cinta... Pada Sang Mahasegala... Rabbanã... Aku juga ingin jatuh CINTA...

Mari dengarkan... Seruan sang malam... Mengukir cinta pada dinding-dinding pengabdian hamba...

SI KECIL YANG BESAR

Salah satu kisah... Dari kelas kepompongku... Terjilid pada sebuah buku kenangan... JEJAK TEMAN KECILKU...

Si kecil yang BESAR

Kakinya… kecil. Tangannya…kecil. Wajahnya… kecil. Tentu saja itu proporsional Allah Ciptakan dengan

badan yang kecil pula. Layaknya cabe rawit… Si kecil yang satu ini, sama ‘pedas’nya. ^_^ Tau tidak,

siapa dia… Itu loh… Shofi… Salah satu teman kami di kelas Anggrek Hitam. Yang selalu senyum senyum

dan senyum… ^_^

Shofi itu…pemalu. Awal bergabung dengan kelas asuhanku. Fiuh… cukup sulit mambuatnya

mengeluarkan suara. Saat bicara atau menjawab pertanyaan, Shofi Cuma menggerakkan bibir dan

membuka mulutnya. Tapi… ga ada suaranya. Walaupun aku tau apa yang diucapkannya. Aku

Page 29: SEBUAH CATATAN

berpura-pura saja tidak mengetahui. Hingga Shofi mau membisikkan kata-katanya. Meski dari jauh.

Hasilnya… tetap tak terdengar. Sampai, teman di sebelahnya berkata. “Shofi bilang, ini bu guru.” Aku

dan Bu Ani, Cuma bisa tersenyum…

Si kecil yang BESAR…

Mengapa begitu judul tulisan ini?

Biar aku tuliskan apa yang membuat si kecil ini BESAR.

Shofi baru TK kan? Ayo ibu-ibu… yang mau tanding Qiro’ati sama Shofi… He he. Shofi, baru TK sudah

Qiro’ati enam loh. Hebatnya lagi, Lancar nian Shofi membaca huruf perhuruf. Walaupun, sering terlalu

cepat. Sehingga ada beberapa dengung yang sering terlewat. Yah…namanya juga anak-anak. Masih

belum teliti.

Trus…Pada kenal Helvy Tiana Rosa tidak? ^_^ Seorang penulis muslimah. Yang dengan tulisan-

tulisannya, mampu mempengaruhi pembacanya untuk mengenal islam lebih dalam. Dan Shofi bakal calon

wanita seperti Helvy Tiana Rosa. Subhaanallaah… Shofi suka menulis. Ia menuliskan apa saja. Isi

pikirannya, imajinasinya, pengalamannya. Banyak. Bahkan, saat libur Ramadhan, si mungil ini

mengumpulkan tulisan-tulisannya sebagai tugas liburan. Satu bundel. Allaahu Akbar!

Selanjutnya… Teman kami ini. Juara lomba sempoa. Dia bisa mengalahkan kakak-kakak yang sudah SD.

Karena sudah menang di tingkat Provinsi, Shofi dan teman-temannya akan berangkat ke Jakarta. Dan

berlomba lagi dengan teman-teman dari seluruh Indonesia…

Wuih…DAHSYAT…! Pantas kan, si kecil ini di sebut BESAR…??? Semua pasti mengakuinya…

Alhamdulillaah…

“Manusia… The greatest creation... By The GREATEST CREATOR... And everybody are LIMITED

EDITION... Teman kecilku Shofi. Kau adalah salah bukti Kebesaran Ilahi… Subhaanallaah”

*PERHATIAN... PERHATIAN... Di rumah Shofi tak ada Televisi... Prestasinya....??? Jauuuuh di atas teman-temannya... Subhaanallaah...

Page 30: SEBUAH CATATAN

REPORTER CENGENG

Tulisan ini... telah bersinergi bersama tulisan-tulisan lain... Pada sebuah buku SEPERCIK CINTA... FLP Kaltim... Tulisan satu-satunya yang telah bergabung dalam sebuah jilid. Ana menjanjikannya pada seorang teman... Karenanya ana tag beliau paling atas. Afwan... karena ini sebuah janji yang terlalu lama tak terpenuhi... :) (Janjinya sih di email... ) Lewat catatan aja ya pak... Maafkan atas keterlambatan ini.

REPORTER CENGENGAfiani Intan Rejeki

Saya memang bukan anggota FLP yang aktif. Walaupun, saya suka menulis. Dan awalnya, pernah ditunjuk mbak Muthi untuk menjadi pengurus FLP Balikpapan, dalam divisi kaderisasi. Namun, karena kesibukan yang lumayan padat, saya tidak dapat menjalankan amanah itu dengan maksimal. Hingga akhirnya, saya melepaskan diri dari kepengurusan FLP. Dan lewat tulisan ini, saya memohon maaf.

Namun, bukan itu intinya. Saya ingin menceritakan tentang adik saya. Sejak kecil, si nomor tiga ini, agak cerewet. Memang, dia cepat sekali berbicara. Terkadang, si penggemar kopi saat kecil ini, menurut saya terlalu banyak bicara. Juga, manjaaa sekali. Mungkin, karena dia hampir saja menjadi anak bungsu. Pucuk dicinta, ulam tak tiba. Lahirlah adik kami yang ke empat. Pemilik suara merdu ini, sudah bukan bungsu lagi kan ? Tapi, dia tidak lepas dari sifat cengeng dan manjanya. Sampai-sampai, saya di buat gemes. Soalnya, dia sering mencari perhatian dari orang tua kami. Maklum, anak perempuannya, hanya dia dan saya. Jadi, saya sedikit jengkel dengan sifatnya. Cemburu kali, ya ?

Mulai SMP, adik saya ini suka sekali menceritakan peristiwa, seseorang, sesuatu atau apa saja yang dia dengar dan dilihat di sekolah. Suatu hari, saat berada di dapur. Saya mendengar suaranya, sedang bercerita tentang teman sekelasnya, yang pandai bermain gitar. Atau mengenai beberapa temannya yang ‘ngedrugs’ dan merokok. Biasanya, semua ceritanya menarik. Dan kami sekeluarga menyukai ceritanya. Begitu juga saat di SMA. Cerita pulang sekolah itu, terus saja berlanjut. Kisah tentang pernikahan gurunya pun, sampai juga ke telinga kami. Juga cerita tentang pacar-pacar temannya di sekolah. Saat SMA inilah, kami memberikannya julukan ‘reporter’.

Jangan salah. Kisah-kisah yang diceritakan oleh reporter, yang berlangsung setiap sore itu, tidak berhenti. Meskipun, penyuka warna ‘pink’ ini, sudah bekerja di sebuah perusahaan. Maka, mengalir juga dongeng kantoran, mengenai bos dan rekan kerjanya tersebut. Tapi, saat itu, dia masih cengeng dan manja.

Hingga tibalah pengalaman besar itu. Menjadi pengurus FLP Balikpapan. Awalnya, FLP Balikpapan berjalan dengan susunan pengurus yang lumayan lengkap. Namun belakangan, ada yang pindah, ada yang berhenti (termasuk saya). Bahkan sekarang, setahu saya, putri modis ini, adalah satu-satunya pengurus resmi yang ada di Balikpapan. Beberapa temannya, memang ikut membantu, dalam melaksanakan kegiatan. Namun, sebagian besar, dia kerjakan sendiri. ‘1000 Books for Oil City’ adalah kegiatan terbesar, yang pernah diadakan oleh FLP Balikpapan. Saya ingat sekali. dia terlihat ke sana ke mari, tanpa teman. Mencari donatur, terlibat dalam publikasinya, dan beberapa kali mengeluhkan kerja panitia yang agak lambat. Menghubungi relasi, menunggu konfirmasi, mencari pemberi materi. Sepertinya, semuanya dikerjakan sendiri.

Namun, hasilnya sangat jelas. Terkumpul sekitar 250 judul buku, yang di sumbangkan oleh peserta, sebagai tiket masuk acara dengan pembicara, Azimah Rahayu dan Boim Lebon itu. Dari acara ini juga, atas izin Allah,

Page 31: SEBUAH CATATAN

kemudian terbentuk sebuah komunitas FLP, di pesantren Hidayatullah Balikpapan. Dia juga sempat diundang, untuk memberikan materi tentang kepenulisan di pesantren tersebut. Dan dalam beberapa kegiatan yang lain. Dia juga yang menjadi ‘single fighter’-nya.

Reporter cengeng itu, mulai berubah. Alhamdulillah. Sedikit demi sedikit. Pengalaman itu menggoreskan lekuk-lekuk kedewasaan dalam dirinya. Walaupun, berita sore, masih terus didengungkan. Namun, dia sudah tidak terlalu manja dan cengeng. Hampir tidak pernah mengeluh dan senantiasa bertindak, setelah dipikirkan dengan seksama. Setiap membaca tulisannya, saya dapat merasakan alur yang istimewa. Banyak cerpennya, yang semuanya belum sempat dipublikasikan, dirangkai dengan kata-kata indah. Sebagai kakak, betapa saya bangga padanya. Reporter cengeng itu, adalah ERA PRATIWI GOBEL. Eh, sudah tidak pakai cengeng lagi, kok.

Dia sih jarang nyentuh FB-nya... Tapi kalau mau ADD... Dia ada di list ana... UKHTINA FILLAAH akunnya...

SANG HEBAT

Burung Paling Hebat

Dua anak burung sedang bertengger di dahan pohon. Mereka adalah Qori kutilang dan Aswad si beo. Mereka saling menceritakan tentang ibu mereka. Membanggakan kehebatan ibunya kepada yang lain.

“Aswad, kamu pernah lihat ibuku tidak ?” Tanya Qori.

“Iya, sudah pernah” Jawab Aswad. “Memangnya kenapa sih ?” Tanya Aswad.

“Ibuku adalah burung paling cantik. Kamu pasti sudah melihat warna bulunya. Indah kan?” Qori menggetarkan seluruh tubuhnya. Tentu saja karena Qori bangga sekali terhadap ibunya.

“Ooo, karena itu.” Aswad menganggukkan kepalanya. “Tapi, masih lebih hebat lagi ibuku. Ibuku, bulunya hitam mengkilat. Dan, yang lebih hebat lagi. Ibuku sangat pandai mengucapkan banyak bahasa manusia.” Kata Aswad. “Suatu hari nanti, aku juga akan seperti ibuku lho.”

Saat Qori dan Aswad, sedang asik menyebutkan kehebatan ibu mereka. Tiba-tiba, terdengar sebuah suara. “Ku ku…ku ku. Masih ada burung yang lebih hebat.” Ternyata suara itu, milik seekor burung hantu tua, bernama Oldi. Oldi tinggal di sebuah lubang, di pohon tersebut. Qori dan Aswad, menghampiri lubang tempat Oldi tinggal.

“Memangnya, ada burung yang bulunya lebih indah dari bulu ibuku, pak Oldi?” Tanya Qori.

“Iya pak Oldi. Apakah ada, burung lain yang bisa berbicara seperti ibuku.” Aswad ikut penasaran.

“Ha ha ha ha. “ Pak Oldi tertawa. Tawanya sampai membuat tubuh gempal yang dibalut bulu yang mulai kusam itu, berguncang.

“Iiih, pak Oldi. Ditanya kok malah tertawa. Memangnya, burung apa sih pak Oldi, yang lebih hebat dari ibu kami.” Kata Aswad.

“Qori dan Aswad, mau tidak mendengar sebuah kisah tentang burung paling hebat?” Tanya pak Oldi.

“Mau mau, pak Oldi. Ayo ceritakan.” Sambut Aswad dan Qori, bersemangat. Mereka ingin sekali mengetahui, burung apa sih, yang lebih hebat dari ibu mereka.

“Baiklah…” Kata pak Oldi.

Pak Oldi mulai bercerita.

Beberapa tahun yang lalu, hidup seekor burung.. Namanya Cilika. Selain bertubuh kecil, Cilika berkepala botak. Kepalanya, memang tidak ditumbuhi bulu. Dan, itu membuat Cilika dijauhi oleh burung-burung lain. Mereka selalu mengejek dan menertawakan kepala Cilika yang botak. “Kepala botak. Kepala botak.” Demikian mereka mengejek Cilika. Cilika sangat sedih dengan sikap teman-temannya. Karena malu, diejek, kemana-mana Cilika selalu sendirian. Bermain, terbang dan mencari makan. Selalu sendiri.

Page 32: SEBUAH CATATAN

Suatu hari, Cilika sedang mencari makan. Sudah beberapa jam ia berkeliling mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mengisi perutnya. Namun, dia belum juga mendapatkan makanan. Sedangkan perutnya sudah mulai sakit, karena sejak pagi belum diisi.

“Eh, apa itu ?” Cilika melihat sesuatu yang bergerak-gerak, di bawah sebuah batu. Wah, itu seekor cacing. Cacing itu pasti sangat lezat. Pikir Cilika. Cilika mendekati cacing tersebut. Saat ia sudah dekat, Cilika melihat cacing itu menggeliat kesakitan.

“Aduh, tolong aku. Tolong singkirkan batu ini dari tubuhku.” Cacing itu meringis.

“Bagaimana batu itu bisa menimpamu? Tanya Cilika. Ia merasa kasihan pada cacing kecil itu.

“Tadi, ada manusia yang melewati jalan ini. Kakinya menendang batu, yang kemudian menimpaku.” Kata si cacing.

Cilika memandangi cacing itu. Akhirnya, ia membantu cacing tersebut melepaskan diri, dengan menyingkirkan batu yang berada di atas tubuhnya.

“Terima kasih, burung yang baik. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu.” Cacing itu bergegas pergi, meninggalkan Cilika yang masih kelaparan.

Cilika merapatkan sayapnya, untuk menekan perutnya yang sangat lapar. Ah, aku pergi ke kebun jagung, milik pak tani saja. Biasanya, di sana banyak biji jagung yang berjatuhan. Cilika pun, segera mengepak sayapnya, menuju ke kebun pak tani.

Sesampainya di kebun pak tani, Cilika merasa kecewa. Ternyata, kebun jagung pak tani, baru saja dipanen. Dan, beberapa ekor burung lain, telah menghabiskan biji-biji jagung yang berjatuhan. Cilika kembali terbang. Ia mempertajam penglihatannya. Walaupun, kepala dan perutnya terasa sakit sekali. Kemudian tampak olehnya, sebuah kolam kecil. Yang di dalamnya, tengah berenang, beberapa ekor ikan. Cilika memandangi calon makanannya dari udara. Ia menukik ke bawah dengan cepat. Hap! Seekor ikan, telah berhasil ditangkap olehnya. Namun…

“Burung yang baik, tolong jangan makan aku. Aku masih punya anak-anak, yang harus aku besarkan. Bagaimana nasib mereka, jika kau memakanku?” Kata ikan tersebut sambil menangis.

Karena kasihan, akhirnya Cilika melepaskan ikan itu, kembali ke kolam. Ikan itu berkata, “Terima kasih burung yang baik, aku akan membalas kebaikanmu.” Dan ikan kecil itu, berenang masuk ke dalam air.

Cilika masih kelaparan. Ia terlihat lelah. Dan sudah tidak memiliki tenaga untuk kembali terbang. Ia mencoba tidur di sebuah dahan pohon. Karena hembusan angin yang sepoi-sepoi, Cilika pun tertidur. Dalam tidurnya, Cilika bermimpi. Ia berada di sebuah lapangan luas, yang dipenuhi makanan. Dalam mimpinya, Cilika makan dengan lahap. Sedang sibuk Cilika menghabiskan makanannya. Tiba-tiba, terdengar suara keras. “Tolong. Tolong.” Cilika kaget. Terbangun dari tidur dan mimpinya. “Suara siapa itu.” Pikir Cilika. “Tolong. Tolong.” Cilika segera terbang, mencari asal suara itu. Setelah beberapa saat mencari. Cilika melihat, seekor merak yang sedang meronta, di dekat sebuah pohon. Ternyata, bulunya yang panjang tersangkut di sebuah dahan rendah. “Tolong aku.” Katanya memelas. “Tenang. Aku akan menolongmu. Jangan bergerak.” Kata Cilika. Cilika melepaskan bulu itu, dengan menggunakan paruhnya. Akhirnya, merak itu pun bebas. “Terima kasih burung yang baik.” Dan merak itu pun pergi. Tapi, Cilika kembali merasakan kelaparan.

Cilika memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah. Cilika melihat banyak binatang, berkumpul di depan rumahnya. Ada apa ya? Saat Cilika mendarat. Seekor binatang berseru. “Hei, itu Cilika.” Semua binatang yang hadir berpaling. Dan saat melihat Cilika, mereka membuat suara-suara yang ramai sekali. Ada yang menghentakkkan kaki mereka. Sebagian mengeluarkan suara-suara yang indah. Cilika semakin heran. Dalam keramaian itu, Cilika melihat cacing kecil, yang tadi ditolongnya. Juga ada si merak cantik. Para binatang masih bersuara ramai, hingga datanglah Lio, sang raja hutan. Semua binatang hening, menyambut kedatangan raja hutan yang perkasa itu. Lio menuju sebuah batu besar. Dan berdiri di atasnya. Memandangi rakyatnya yang berkumpul. “Kalian tahu, mengapa kita berkumpul di sini?” Tanya sang raja. Para binatang mengangguk. “Aku mendengar banyak cerita. Tentang seekor burung kecil, yang suka menolong. Tapi, aku ingin, kalian mendengarnya sendiri dari mereka yang mengalaminya. “Siapa yang mau menceritakannya lebih dulu?” Lio melipat dua kaki belakangnya, untuk duduk.

Nilo, sang kuda nil, menceritakan bagaimana seekor burung kecil, pernah membantunya menghilangkan rasa gatal di badannya yang besar, dengan mematukkan paruhnya. Di lain waktu, saat Ula si ular sakit gigi, seekor burung kecil, membawakannya obat yang manjur dari hutan. Jaja si gajah, pernah kehilangan kacang

Page 33: SEBUAH CATATAN

kesukaannya. Dan seekor burung kecil, telah membantu untuk menemukannya. Tidak ketinggalan untuk bercerita. Cacing kecil yang di Bantu untuk melepaskan diri dari sebuah batu yang menimpanya. Juga merak cantik yang bulunya tersangkut di dahan rendah. Dan banyak lagi cerita lain. Yang membuat warga burung bangga. Tapi, mereka belum tahu, siapa burung kecil yang hebat itu. Lio kembali berdiri tegak. “Warga burung. Apakah kalian tahu, siapa burung kecil itu?” Sebagian besar warga burung menggeleng. Mereka saling memandang. “Burung kecil yang hebat itu adalah, Cilika.” Kata Lio berwibawa. Semua binatang kembali mengeluarkan suara yang ramai. Para burung pun, tidak ketinggalan. Banyak burung, yang dulu sering mengejek Cilika, juga ikut bergembira dan bangga. “Untuk itu,warga hutan akan memberikan hadiah buat Cilika.” Lio berkata lagi. Tiga ekor monyet, membawa biji-bijian yang di letakkan pada wadah-wadah dari batok kelapa. Wadah-wadah itu di letakkan di hadapan Cilika. Suasana kembali ramai. Cilika pun berbicara. “Terima kasih untuk semuanya. Juga kepada raja Lio. Tapi, saya tidak bisa memakan semua ini sendirian. Perut saya bisa sakit.” Kata Cilika. “Kamu bisa menyimpannya kan?” Kata raja Lio. “Tidak raja Lio. Aku akan mengajak semua burung untuk menghabiskannya hari ini. Ayo teman-teman, kita habiskan biji-bijian ini.” Ajak Cilika. Seketika, semua burung mengerumuni wadah-wadah tempat bijian tersebut. “Cilika kau memang burung kecil yang hebat.” Kata raja Lio.

“Sejak saat itu, tidak ada lagi, burung yang mengejek Cilika. Semua merasa bangga berteman dengan Cilika, si burung hebat.” Pak Oldi mengakhiri ceritanya.

“Wah, Cilika biar kecil suka menolong ya.” Kata Aswad.

“Iya. Walaupun pernah diejek. Cilika memaafkan teman-temannya.” Qori menimpali.

“Begitulah Aswad, Qori. Kita bisa di sebut hebat, karena kebaikan hati kita. Bukan karena bulu dan kemampuan kita untuk terbang tinggi. Kalian mau kan, menjadi burung hebat seperti Cilika?” Tanya Oldi.

“Mau pak Oldi. Mau.” Sekarang, Aswad dan Qori bertekad untuk menjadi burung yang suka menolong binatang lain yang mengalami kesulitan.

Niat yang baik ya. Siapa lagi, yang mau jadi hebat ?

SEKOLAH TAMAN

Sebuah fiksi... Tulisan paling panjang yang pernah kutuliskan. Mungkin karena sebuah sekolah yang paling menginspirasi bagiku... Hingga tak pupus pada sebuah cita... Menyelam di dalamnya...

Studi banding ke sekolah alam...

Sekolah Taman

Kaki-kaki lincah milik Hanifah, mengirngi langkah-langkah besar papa dan mama. Sejak dari rumah, Hanikfah di beritahu mama, bahwa hari ini mereka akan pergi melihat sekolah buat Hanifah. Mama juga bilang, kalau Hanifah mau sekolah. Hanifah akan punya teman yang banyak. Ia senang sekali mendengarnya. Makanya, sekarang gadis kecil berusia empat tahunan itu, dengan semangat menggandeng tangan mama dan papanya. Hanifah melompat-lompat sambil bergantungan pada kedua orang tuanya. Dan mata bulatnya, sibuk berkelana menikmati sekitarnya Di sepanjang jlan yang mereka lewati, tumbuh pohon-pohon besar, yang menaungi jalan aspal yang terlihat masih baru. Di sebelah kanan, di bawah pohon-pohon besra itu, tumbuh pula tanaman berbunga biru. Hanifah tersenyum. Warna kesukaanku. Hanifah juga melihat beberapa daun berwarna coklat yang turun sambil berputar-putar dari ranting pohon. Iiih, daunnya terbang, kayak helikopter. Mata Hanifah berbinar-binar. Tapi, sudah tiga menit mereka berjalan dari tempat parkir. Kok belum sampai juga. Pikir Hanifah. Sedari tadi ia berusaha menghitung langkah-langkah besar papa. Kayaknya sudah sampai satu juta langkah papa. Ini mau kemana sih ? Aku kan sudah tidak sabar. Hati Hanifah mulai bosan. Dan langkahnya mulai lelah. Tiba-tiba Hanifah melepas genggaman tangan papa dan mama. Dia berhenti sejenak memegangi lututnya. ”Kenapa sayang ?” Tanya papanya.”Pa, kok jauh banget ? Hanifah capek.” Hanifah meringis, sambil memandang wajah tegas dan teduh, di puncak tubuh yang menjulang tinggi milik papa.”He he. Papa kira Hanifah nggak capek. Dari tadi papa perhatikan, Hanifah jalannya smabil lompat-lompat. Masih sanggup nggak?” Papa berjongkok di depannya. Diikuti oleh mamanya. Wajah bersih itu tersenyum.”Masih sanggup. Tapi, papa mau nggak gendong Hanifah? Kayaknya enak digendong.” Kata Hanifah sambil nyengir.”Udah pa, gendong aja. Masih lumayan jauh juga kan, jalannya.” Kata mama sambil memperbaiki jilbab merah mudanya.

Page 34: SEBUAH CATATAN

”Iya deh.” Papa Hanifah membalikkan badan membelakangi Hanifah. Dan Hanifah segera melingkarkan tangannya di leher laki-laki dewasa idolanya itu. Mama mengikuti di belakang mereka. ”Wiiih. Hanifah jadi tinggi.” Dua menit kemudian, mereka sampai di depan sebuah gerbang. Gerbang itu tidak terlalu tinggi. Di buat dari papan-papan besar berwarna coklat. Di dua sisi gerbang tumbuh dua pohon mangga yang menyejukkan suasana gerbang. Di salah satu daun pintu gerbang tergantung sebuah anyaman rotan yang dibentuk seperti matahari. Hanifah menarik tangan mamanya, pelan ”Ma, itu tulisannya apa?” Tanya Hanifah. Ia penasaran melihat anyaman rotan itu, sebagian dicat hijau dan sebagian yang lain dicat biru. Dan di tengahnya ada huruf-huruf berwarna senada.”Hijau-Biru.” Jawab mama.”Kenapa tulisannya Hijau Biru, ma?” Tanya Hanifah, bingung.Mama berpikir sejenak. ”Bagaimana kalau kita masuk, dan Hanifah bisa bertanya pada mereka yang ada di dalam....” Belum selesai kata-kata mamanya, Hanifah sudah melangkah duluan memasuki gerbang kokoh itu. Mama papa saling berpandangan sambil tersenyum mengikuti langkah putri mereka. Sampai di dalam, Hanifah mempercepat langkah kakinya. ada sebuah bangunan seperti rumah di tengah kolam besar. Tapi bangunan itu dindingnya Cuma setinggi tubuhnya. Hanifah berdiri di ujung jembatan, yang menghubungkan jalan tempat ia berdiri dengan bangunan besar itu. Di dalam bangunan itu, terlihat beberapa anak sedang menggambar. Dan, masing-masing memiliki sebuah toples kaca di depannya. Sesekali mereka mengamati isi toples. Setelah itu kembali menarik garis-garis pada buku gambarnya. ”Subhanallah ! Bunda, kepompong saya, mulai terbuka.” Tiba-tiba, seorang anak laki-laki berteriak. Serentak anak-anak lain berhamburan, menghampirinya. Dan terdengar desah kekaguman, yang belum dipahami oleh Hanifah.Ada apa sih ? Kepompong ? Benda apa itu ? Pikir Hanifah. Suatu saat nanti, aku mau melihat kepompong itu. Hanifah melanjutkan perjalanannya berkeliling. Ada beberapa bangunan lain, yang sama bsarnya dengan bangunan di tengah kolam. Tapi, ada satu yang paling besar. Bangunan-bangunan tersebut di bangun mengelilingi lapangan-lapangan kecil. Sebagian besar ditutupi rumput yang hijau segar. Kecuali, lapangan tengah. Yang hanya ditutupi pasir. Dan di atasnya ada mainan panjat-panjatan, yang dibuat dari tali-tali putih. Di lapangan-lapangan hijau itu, berdiri saung-saung kecil. Masing-masing taman, dihubungkan dengan jalan-jalan. Aku main panjatan aja ah. Hanifah menghampiri mama dan papa.”Pa, Hanifah mau main ya ?” Kata Hanifah, sambil menunjuk ke lapangan pasir. ”Boleh. Tapi, Hanifah hanya bolah bermain di sekitar ini saja. Tidak keluar gerbang ya ?” Kata papa.”Iya pa. Besok kita ke sini lagi ?” Hanifah balik bertanya.”Insya Allah. Silakan Hanifah bermain. Mama dan papa mau ke kantor dulu ya. Itu, di bangunan yang berwarna biru.” Kata mama. Hanifah menganggukkan kepala. Sesaat kemudian Hanifah sudah asik bermain. Pertama ia memanjat tangga tali, kemudian tiduran dan merangkak di jalinan tali yang seperti jaring laba-laba. Tidak lupa juga, Hanifah mencoba melewati terowongan panjang yang dibuat dari tiga buah drum plastik. Dan sebuah jembataj tali, yang selalu berayun setiap dilewati. Sudah puas bermain, Hanifah melihat ke bangunan biru yang ditunjuk mama tadi. Hmm, papa dan mama masih di dalam. Aku mau keliling lagi ah. Hanifah berlari, menuju ke sebuah tempat di dekat pagar pembatas. Di sana ada banyak kandang. Ia mendengar suara-suara yang berasal dari dalam bangunan – bengunan kecil dari bambu itu. Hanifah mendekati kandang-kandang tersebut. Wah, itu Kambing. Di sebelahnya ada kelinci, Marmut, Burung Kaka Tua, Seekor Kera dan beberapa jenis burung lain, yang di satukan dalam sebuah kandang. Mata Hanifah membesar. Di sini ada kebun binatangnya. Hanifah mengamati kandang-kandang itu satu persatu. Sambil mengajak bicara para penghuninya. Rata – rata dengan dialog yang sama. ”Hai, kamu lagi ngapain ?”Setelah itu, Hanifah menjelajah kebelakang salah satu bangunan. Lima belas anak, sedang berada di sebuah kebun yang berpetak-petak. Mereka masing-masing membawa keranjang, menutup kepala dengan caping dan menggunakan sepatu boot berwarna-warni. Di petak pertama ada tanaman-tanaman tomat yang pada ranting-rantingnya telah bergantungan, buah-buah tomat yang matang dan ranum. Di petak ke dua, cabe-cabe talah memerah di pohonnya. Dan petak terakhir, ditumbuhi tanaman terong ungu yang belum bisa dipanen. Anak-anak itu, terlihat senang sekali memetik tomat dan cabe di kebun. Hanifah ingin sekali ikut bergabung. Tapi, boleh tidak ya, aku ikut bergabung? Pikir Hanifah. Ah, besok kan, kata mama mau ke sini lagi. Mungkin besok mereka tidak ada di kebun. Besok, aku mau memetik tomat- tomat itu juga. Hanifah meninggalkan kebun. Gadis cilik berjilbab biru itu mau menuju ke bangunan biru. Sambil melihat kegiatan di beberapa saung di lapangan yang mulai di isi oleh anak-anak. Ada yang sedang membaca, di saung yang paling jauh dari tempat Hanifah berjalan, terdengar sayup-sayup suara seorang anak yang sedang bernyanyi. Saat Hanifah menengok ke kiri, di belakang bangunan yang lain, Hanifah melihat beberapa pohon buah yang ranum, juga anak-anak yang sedang membuat pasar kecil di bawahnya. Mereka berjualan buah. Pembelinya orang dewasa. ”Assalamu’alaikum adik kecil.” Sebuah suara mengagetkan Hanifah.”Wa’alaikumsalam.” Hanifah mengamati si pemilik suara. Seorang anak perempuan yang lebih besar darinya. Memakai baju panjang, jilbab kuning, sepatu boot dan membawa sebuah papan kecil yang didekapnya. Juga sebuah pensil yang siap menuliskan sesuatu. ”Kakak lagi bawa apa ?” Tanya Hanifah penasaran.

Page 35: SEBUAH CATATAN

”Ini namanya papan scanner, kakak lagi mencatat warna-warna kesukaan semua orang hari ni. Warna kesukaan adik, apa? Eh, nama adik siapa sih?” ”Namaku Hanifah. Hanifah suka warna biru.” Jawab Hanifah mantap. Anak perempuan itu mulai menulis. ”Hanifah, di kolom biru.” ”Lihat dong, kak.” Hanifah menjulurkan kepalanya. Anak perempuan itu sedikit membungkukkan tubuhnya. Sehingga Hanifah bisa melihat apa yang ia tulis.”Nih, ini nama Hanifah. Terus, kakak beri tanda centang di kolom berwarna biru ini.” Katanya. Hanifah tersenyum senang karena namanya tertulis di papan itu. Walaupun ia sendiri belum bisa membaca. ”Terima kasih ya, dik.” Anak itu pun pergi dan menghampiri seorang anak laki-laki yang sedang membaca di bawah saung. ”Assalmu’alaikum. Warna kesukaan kamu apa?” Tanyanya dengan riang. Kemudian memncatat jawaban anak-laki-laki itu. Hanifah memandangi mereka. Suatu hari nanti, aku mau juga mencatat warna kesukaan orang. Hanifah membelokkan pandangannya ke bangunan biru. Terlihat mama papanya sedang berpamitan pada seorang wanita yang sama tinggi dangan mama. Mama memeluk wanita tersebut. Kemudian papa menangkupkan ke dua tangannya di depan dada ke arah wanita yang sekarang berdiri di ambang pintu. Wanita itu juga melakukan hal yang sama. Hanifah segera berlari menghampiri mereka. Wanita itu sudah menghilang ke dalam bangunan biru. Papa membungkukkan badan, menyambut kedatangan Hanifah. ”Bagaimana Hanifah. Sudah main ke mana saja anak papa ini?” Papa memeluk Hanifah erat.”Sudah ke situ, ke sana, sama ke belakang.” Kata Hanifah, sambil menunjuk ke beberapa tempat yang ia kunjungi tadi. Dan mereka mulai meninggalkan tempat itu. Pulang.Sore harinya. Hafidz, kakak Hanifah yang baru pulang dari sekolah. Di sambut oleh celaotehan Hanifah, mengenai tempat yang mereka kunjungi tadi pagi. ”Kak Hafidz kak Hafidz. Tadi Hanifah di ajak mama sama papa ke tempat bagus lho. Ada panjatan dari tali, jaring laba-laba, kebun binatang, kebun tomat, sama apa lagi ya?” Hanifah mencoba mengingat sesuatu yang menarik. ”O iya, Hanifah tadi ditanya sama kakak-kakak. Dik, suka warna apa? Terus dicatat di papan kecil. Ada juga anak-anak yang punya ping-pong di dalam toples.” Cerita Hanifah dengan pe de-nya.Hafidz yang sejak tadi hanya mendengar dan mengangguk. Menatap Hanifah dengan heran. ”Ping pong ? Ping pong kok di taruh di toples. Untuk apa ?” ”Untuk di gambar. Kan katanya ping pongnya udah mulai robek. Terus pada dilihat sama yang lain.” ”Ooo. Itu mungkin kepompong Hanifah. Dari kepompong yang robek itu akan keluar kupu-kupu.” Jelas Hafidz.”Eh, iya. Kepompong. Kok, kak Hafidz bisa tau sih?” Tanya Hanifah.”Kakak pernah belajar tentang kepompong dan kupu-kupu.” Mama dan papa yang sedari tadi duduk di ruang tamu, hanya tersenyum mendengarkan dialog kakak beradik itu.”Belajar?” Hanifah jadi teringat sesuatu. ”Ma, tadi pagi katanya mau lihat sekolah. Kok kita Cuma pergi ke taman besar sih?” Tanya Hanifah.”Lho, sekolah Hanifah nanti. Ya di taman besar itu sayang.” Jawab mama.”Hah, itu sekolahnya. Yang ada kebun binatangnya?” Hanifah terkejut sekaligus heran. Soalnya, Hanifah pernah melihat sekolah yang ada di blok sebelah. Di sana Cuma ada gedung dan lapangan. Mamanya mengangguk. ”Yang ada pohon tomatnya?” Mamanya mengangguk lagi. ”Yang ada bangunan birunya?” Sekali lagi mama mengangguk. ”Hore hore... Hanifah mainan di sekolah taman tiap hari.” Hanifah berlari berkeliling sambil melompat riang. Mama, papa dan kak Hafidz tersenyum saling berpandangan. ”Sekolah taman?” Papa dan mama hanya mengedikkan bahu. Tapi, mereka juga senang. Berarti tidak perlu lagi membujuk Hanifah untuk bersekolah di Hijau-Biru. Alhamdulillah.

INGIN KAU MENJADI SEGALA KU

Bismillaah...

Yaa Allaahu… Yaa Ghaniyyu… Yaa Waduudu… Yaa ‘Aliimu… Yaa Hayyu…

Page 36: SEBUAH CATATAN

Aku faqir… Dalam apapun…

Aku miskin ilmu…

Dan inginku… Kau-lah sesuatu yang paling kupahami… Ku jelajahi apapun tentangMU… Hingga… tak satu pun hal tentangMU… yang tak ku tau… Jika saja ku mampu…

Aku miskin cinta…

Dan mauku… Kau-lah hal yang padaNYA ku pasrahkan hidup ini… ku genangkan rasaku… pada setiap pesonaMU… Hingga tiada cinta lain… yang mampu memalingkanku dari men-Satu-kanMU…

Aku miskin bahagia…

Dan pintaku… Kau-lah indah itu… Yang bersamaNYA aku aman… Sejuk dalam seluruh jengkal hatiku… Hingga tiada senandung pilu… yang berirama di jiwaku…

Aku miskin ketenangan…

Dan harapku… Kau-lah Yang melapangkan himpitku… Meluaskan sempitku… membuatku penuh rela menerima semua yang Kau ingin ku terima… Memuncakkan kesyukuran… Serta… Menghilangkan batas kesabaran…

Aku miskin harta…

Dan asaku… Kau-lah Yang selalu mencukupkan kebutuhanku… di tengah keterbatasan mampuku… Penuhi setiap ruang puasku… dengan kebaikanMU… Hingga tak perlulah… ku bergantung… selain kepadaMU…

Aku miskin waktu…

Dan izinkanku… bersama waktu… Yang hanya milikMU… Yaitu sedikit masa… yang Kau titipkan padaku… Jadikan waktu itu… bercahaya di tanganku… agar penuh dengan pendar makna… Jadikan waktu itu… bersinar di pikirku… hingga menghasilkan kerlip karya penuh guna… Dan tak perlu banyak waktu… kecuali di dalamnya… Kau izinkanku… menjadi manusia yang bernilai bagiMU…

Yaa Rabbi…

Aku miskin segala… Kau utus ke dunia dengan segala Yang Kau punya…

Raga ini… MilikMU… Di setiap pori-pori inilah… tanda Kau Berkuasa… Dalam setiap sel itulah… Tanda Kau Ada… Di Nafas tak henti inilah… Ku temukan Kau tiada duanya… Di jantung yang berdetak inilah… Kau buatku merasa… Kau-lah segala…

Jiwa ini… DariMU… Biarkanku… menemukanMU… dalam penjelajahan rasaku… agar sanggup diriku… Tak merasa bebas dariMU… Karena jiwa telah jatuh pada kedalaman rasa… Bahwa Kau melihatku… Dalam gelap dan terangMU… Pula Kau mendengarku… Dalam sepi dan ramaiMU… Betapa ku ingin begitu… MeneguhMU… sebagai Segala-ku…

Akal ini… PemberianMU… Buatlah pikirku… sedemikian rupa… tuk MengadakanMU selalu… Dalam dudukku nan lemah… Dalam baringku yang rapuh… Dan pada berdiriku yang tak kokoh… Agar ia tak berlari liar… menarikku tuk ingkar… Jadikan ia dalam kendaliku… Untuk menjadikan KesegalaanMU… adalah tak tertolak…

Dalam hidup ini… Ingin KAU… Menjadi SEGALA-ku…

Amiiin Yaa Rabbal’alamiin…

Teriring... berlembar-lembar do'a... AND WISH U ALL THE BEST.... ^_^

Page 37: SEBUAH CATATAN

RAMADHAN IN MEMORIAM

T_T... Ramadhan...

*Satria Ramadhan: Masih teringat dirimu sahabat... Kau pergi... Namun... Tetaplah di sini... Di hatiku... Menemani hidupku... 11 sebelas bulan tanpamu... pasti berat sahabat... Namun... Masih ada... pendar semangatmu... di sini... di relung jiwa ini... Sahabat... Ku pinta... pada Rabb kita... Kan jumpa lagi... denganmu... dan... meraya cinta... (Menderas dan menganak sungai air mata rindu... dari sudut mata sang satria)

*Syawal: Aku ada di sini... menemanimu teman... ada enam hariku... yang dapat sedikit mengobat rindumu pada Ramadhan... Mari teman... pegang tanganku... Aku pun... ingin jadi sahabatmu... mari nikmati pertemuan ini... dengan pengabdian suci... Meski tak senikmat Ramadhan... Izinkan aku... menyajikan hariku... Izinkan aku...

*Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram, Syafar, Robiul awal, Robiul Akhir, Jumadil awal, Jumadil akhir, Rajab, Sya'ban: Teman... Tetaplah menjadi Satria Ramadhan... Dan berjuanglah bersama kami...

MASIHKAH IA... DI HATI KITA...

SEPARUUH MENJADI UTUH

Bila...

Allãh menjawab do'a2... Sujud2 berair mata... Menganak sungai... Mengadu gundah... Tuk memupus resah...

Bila...

Sekulum senyum... Memikat hati... Seorang makhluk bumi... Yang kemudian mengajakmu tuk tersenyum bersama...

Bila...

Sebuah nama yang rahasia... Telah dibuka... Didatangkan dengan sejuta janji... Dituliskan bersama sebuah alur berwarna... Nama... Yang tak lagi rahasia...

Bila...

Yang ganjil... Telah genap.Yang dua... Menjadi satu.Yang sendiri... Kini sejoli...Yang lajang... Telah berpasang.Yang separuh... Menjadi utuh...

Dan aku... Saudari yang mencintaimu karena Allãh...Mendo'a sepenuh rasa... Jadilah istri yang istimewa... Ibu yang luar biasa... Wanita sholihat yang bertaqwa. Semoga hanya bhagia yang kau rasa. Bersama separuh jiwa... Meraya cinta... Hingga tua... Dan sampai ke

Page 38: SEBUAH CATATAN

surga. Ãmin.

To Fiy... To Miea...With Love

GURUPUN BELAJAR DARI MURIDNYA

Satu lagi kisah sederhana... Dari rangkaian hari-hari pelangi... di kelas kepompongku... ^_^ Semoga bermanfaat...

BELAJAR DARI AQIL

Anak-anak yang sudah bersekolah, biasanya akan bersikap fanatik pada gurunya. Sepertinya semua kejadian, dan kata-kata di rumah, menjadi serba salah. “Kata bu guru nggak gitu kok, ma.”, atau ‘Ngerjainnya nggak kaya’ gitu, pa.” Orang tua dari seorang murid kami pernah berkata, “Itu bu, si Fani, ayahnya sih seneng-seneng jengkel nih, ya. Mau makan tangan kiri, langsung keluar hadits makan. Mau minum berdiri, keluar hadits tentang minum. Pake daster nggak ada lengannya, hadits menutup aurat yang dikeluarin.” (sekolah kami, sekolah Islam, mengajarkan hafalan hadits) Sepertinya guru adalah sebuah figur sempurna, dalam pandangan anak. Tidak ada yang salah dalam setiap perkataan dan apa-apa yang dilakukan oleh guru. Kisah ini saya harapkan, bisa menjadikan kita semua, selaku pendidik, lebih berhati-hati dalam berkata dan berperilaku di hadapan anak-anak murid. Terutama murid PADU. Karena usia ini, adalah usia di mana anak menjadi seorang peniru ulung. Dan usia ini sangat hebat dalam hal menelan kebenaran dan kesalahan secara bulat-bulat. Juga mengajak kita bukan hanya sebagai pengajar. Tetapi sekaligus menjadi seorang ‘pelajar’.Namanya Aqil. Aqil termasuk salah satu murid saya yang menonjol. Terutama dalam ilmu pengetahuannya, yang lebih luas, dari pada teman-temannya. Saya yakin ini didukung oleh fasilitas yang memadai, dan tentu saja orang-orang dalam keluarga yang memperhatikan perkembangan pendidikan anak dengan baik. Adik dari ibu Aqil, bibi Aqil (Aqil biasa memanggilnya dengan sebutan ‘Ammah’, yang artinya tante atau bibi), adalah rekan kerja saya. Seringkali dia menceritakan, tentang kata-kata atau perilaku Aqil dirumah. Pernah suatu kali Aqil meminta ‘Ammah’nya untuk menyanyikan sebuah lagu yang baru saja saya ajarkan. Ammahnya sendiri belum hafal lagu tersebut. Langsung saja Aqil memvonis Ammahnya, “Ammah ini, nggak tau apa-apa.” Di lain waktu, Ammahnya tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan Aqil. Dan komentar Aqil, “Bu guru aja tau, Ammah.” Pernah juga, saya menugaskan anak-anak, untuk membawa kalender bekas. Saat ditanya oleh orang tuanya, mau digunakan untuk apa, Aqil menjawab, “Nggak tau tuh, ibu Fianku.”Entah apa yang membuat Aqil percaya seratus persen pada guru kelasnya. Tetapi itu tidak membuat saya menafikan, bahwa setiap anak, termasuk Aqil, bukan hanya belajar, tetapi juga mengajarkan. Mengajarkan banyak hal buat saya dan kita semua. Aqil mengajarkan saya keberanian untuk membela diri, jika ada yang berbuat jahat pada kita. Karena suatu hari Aqil memukul temannya yang mencubitnya tanpa alasan. Padahal biasanya Aqil selalu menerima perlakuan tidak baik, dengan diam. Aqil mengajarkan kelembutan, setiap kali Ammahnya bercerita tentang Aqil yang merayunya dengan kata-kata, “Aqil sayang sama Ammah. Buatin M I L O, ya.” Sambil memeluk Ammahnya dari belakang dan menciumi pipi Ammahnya. Aqil juga mengajarkan bagaimana seharusnya kita berbagi, tanpa memilih-milih, siapa yang boleh dibagi. Setiap kali pulang sekolah, Aqil minta jajan pada Ammahnya. Biasanya Aqil akan mengajak seorang temannya untuk membeli, dan tentu saja dapat bagian. Bahkan suatu hari Aqil membawa susu kotak yang sengaja Aqil lebihkan. Saat ditanya, mengapa Aqil melebihkan jumlahnya, Aqil menjawab, “Aqil mau bawain buat, mas.” Sedangkan mas nya, setau saya, sering berbuat tidak baik pada Aqil. Dan dengan itu, Aqil mengajarkan saya, bagaimana memaafkan orang lain.Guru, bukanlah satu-satunya sumber ilmu. Bukan satu-satunya pengajar. Semoga bisa mengarahkan kita pada pandangan seperti ini. Saatnya kita lapang dada. Menjadi seorang yang mengajar sekaligus belajar.

**Aqil mungkin tidak akan pernah tau, bahwa Aqil sudah mengajarkan sesuatu pada bu guru. Tapi bu guru tetap mengucapkan, “Terima kasih, Aqil.”

RAMADHAN T_T…SYAWAL…^_^

Maaf itu…

Adalah sebuah duri… yang kau cabut dari kakiku… Aku menyimpan sakitnya. Sebagai sebuah rasa bersalah.

Maaf itu…

Adalah batu… yang kau keluarkan dari sepatuku… Aku merasakan ketidaknyamanannya. Berwujud resah

Page 39: SEBUAH CATATAN

yang mendera.

Maaf itu…

Adalah lintah… yang kau tarik dari kulitku… Aku memendam pedihnya. Berbentuk ragu yang menderu.

Sebelum Ramadhan pergi…

Sebelum Syawal sampai di sisi…

Sebelum Facebook penuh dengan pengunjung…

Sebelum semua computer dan laptop *slowmotion mode on

Sebelum kejadian setiap tahun itu datang…

kiriman SMSku… pending melulu…

Aku perlu maafmu… Aku mohon… Cabut duri itu… ambil batu dari sepatuku… dan tarik lintah dari kulitku… Terimakasih sebelumnya… ^_^

Taqabbalallaahu minna wa minkum… Taqabbal yaa Kariim…

SELAMAT IDUL FITRI 1430 H

HADIAH BERPUASA (SEMOGA KITA MENJADI PEMENANG)

Seekor kupu-kupu biru… sedang terbang mengelilingi sebuah taman. Dia menebarkan pandangan ke seluruh penjuru taman… Menyusuri taman sambil sesekali berhenti untuk hinggap di daun. Sambil menatap tumbuhan-tumbuhan di taman itu… ia terlihat bingung. Kali ini… ia sedang menatap sekelilingnya. Saat itu ia sedang hinggap pada daun pohon mawar. Terlihat… Sedikit di atasnya… setangkai mawar merah yang merekah sempurna. Dan di bawahnya… ada dua kuncup mawar. Ketika hendak terbang kembali… Tiba-tiba… muncul seekor kupu-kupu hijau… dengan pola-pola oranye di sayapnya… Dia mendatangi kupu-kupu biru dengan wajah riang.

“Salam’alaykum.” Sapanya dengan penuh senyum.

“Wa’alaykumsalam.” Balas kupu-kupu biru.

“Namaku Ijo… Namamu siapa?” Tanya Ijo dengan ramah.

“Aku Bilu…” Bilu pun menjawab dengan senyum.

“Maafkan aku teman. Tapi sedari tadi… aku melihatmu berkeliling taman. Apa yang sedang kau cari? “ Tanya Ijo.

“Oh iya… aku akan bertelur… aku mencari tempat yang aman untuk telur-telurku.” Jawab Bilu

Ijo tersenyum “mari ku tunjukkan tempat aman untuk meletakkan telur-telurmu”

“Benarkah…??” si Bilu tampak gembira…

Page 40: SEBUAH CATATAN

“Ikuti aku.” Ajak Ijo. Dan Bilu pun mengikutinya.

Beberapa saat kemudian… mereka sampai pada sebuah sudut taman, yang cukup tersembunyi. Ijo hinggap di pohon bunga sepatu yang rimbun.

“Nah… di sini tempatnya. Tempat ini, aman dari tangan manusia. Tidak pernah ada yang datang ke sini. Kecuali pengurus taman. Dan dia tidak pernah merusak.” Ijo berkata. Sambil mengepak-ngepakkan sayap hijaunya.

Bilu memandangi tempat itu sejenak. “Yaa… tempat ini terlihat aman untuk telur-telurku. Terimakasih Ijo.” Bilu tampak puas. Ia akan bertelur di tempat itu.

Esoknya… Bilu mulai bertelur… Telurnya ada tiga butir. Bilu menjaganya dengan penuh perhatian. Namun, esoknya… sebutir telur itu menjadi kering. Sehingga tak dapat menetas. Si Bilu sangat sedih sekali. Bilu menjaga dua butir yang tersisa. Saat angin bertiup kencang. Bilu melindungi telur-telur itu dengan sayapnya yang mulai rapuh. Saat hujan pun demikian. Bilu ingin dua telurnya, menetas dengan baik.

Usaha Bilu melindungi kedua telurnya, tidak sia-sia. Suatu hari… kedua telur itu terlihat mulai bergerak-gerak… semakin lama, gerakan telur-telur itu makin keras. Bilu sangat gembira. Ia meperhatikan telur-telur tersebut dengan seksama. Sebutir telur menggelinding ke tepi daun. Bilu berhasil menahannya agar tak terjatuh.

Setelah bergerak-gerak dan menggelinding ke sana kemari… “Ibuuuuu… capek nih… kok cangkang telurku ga terbuka-terbuka siiiiih…?” Terdengar keluhan dari dalam telur pertama.

“Cobalah terus sayang… Jangan menyerah.” Kata Bilu dengan lembut.

“Capek ibu… lapaaaar… tenagaku habis. Dari tadi berguling-guling di dalam sini. Bantu aku membuka cangkang ini.” Keluhan itu masih terdengar.

“Sedikit lagi anakku… ayo…” Bilu memberi semangat.

“Huu uh… sudah… aku tak usah keluar saja.” Telur itu berhenti bergerak.

Bilu tak tega. Akhirnya… ia membantu larva kecil di telur pertama untuk keluar. Ia membantu merobek cangkang itu. Dan keluarlah penghuni telur, yang sejak tadi mengeluh. “Huaaaah… makasih ibu. Akhirnya aku keluar juga.” Larva kecil itu, menggeliat sambil cemberut. “Ibu lama sekali baru membantu.” Katanya. Sambil berjalan berkeliling di atas daun.

Bilu hanya tersenyum… “Alhamdulillaah… Ku beri kau nama, Ura.” Tapi ia berpaling pada sebutir telur yang lain. Yang masih terus bergerak-gerak.

Telur itu menggelinding ke kanan dan ke kiri. Namun tak ada suara keluhan dari dalamnya. Bilu menjadi khawatir. “Apa kau baik-baik saja sayang.” Tanyanya.

“Iya ibu… tenang saja. Aku sedang berusaha.” Sahut suara dari dalam telur.

“Kau tidak perlu bantuan?” Tanya Bilu lagi.

“Tidak bu… sedikiiiiit lagi.” Suara di dalam telur kembali menyahut dengan tenang. Baru saja suara itu terdengar. Tiba-tiba, cangkang telur robek. Dan keluarlah larva kedua. Ia tersenyum. “Alhamdulillaah.”

Bilu memandangnya dengan bahagia… “Alhamdulillaah. Ibu bangga padamu anakku. Ku beri kau nama, Uri.”

Bilu memberi makan kedua larva itu. Makanan mereka adalah cangkang telur tempat mereka keluar tadi.

Fajar berganti. Malam terlalui.

Suatu hari, Bilu memanggil kedua anaknya. “Ura… Uri… ke sini nak. Ibu mau bicara.”

Kedua larva yang telah tumbuh dengan sehat itu menghampiri ibu mereka. “Iya ibu.” Sahut mereka bersamaan.”

Saat keduanya sudah berada di dekatnya. Bilu mulai berbicara. “Anak-anakku sayang… sekarang sudah

Page 41: SEBUAH CATATAN

waktunya bagi kalian untuk berpuasa.”

“Puasa? Apa itu bu?” Tanya Uri.

“Puasa… berarti tidak makan sayang.” Jawab Bilu.

“Nggak makan…?” Ura memandang wajah ibunya. “Kok nggak makan sih bu. Kita bisa mati nanti. Ura nggak mau puasa ah…” Ura merengut.

“Tapi Allaah memberi petunjuk kepada semua calon kupu-kupu, untuk melakukannya anakku. Dan semua taat kepada Allaah. Setelah berpuasa, Allaah baru akan memberi kita sebuah sayap yang indah. Ura mau punya sayap indah kan?” Bilu menjelaskannya dengan penuh kasih sayang.

“Mau dong bu…” Ura menjawab dengan ragu. “Puasanya lama nggak bu?” Tanya Ura.

“Sebentar aja sayang.”

“Uri mau bu… Uri mau puasa… Semoga dapat sayap indah dari Allaah ya.” Uri sangat bersemangat. Dia sangat ingin sayap seperti ibunya. Ia ingat cerita ibu, tentang kasih sayang Allaah untuk mereka yang selalu taat kepada perintahNYA. “Uri mau disayang Allaah bu.”

“Ura juga mau bu. Ura mau punya sayap yang besar, warnanya merah, ada bintik-bintik biru. Wuiiih… pasti bagus ya.” Ura ikut bersemangat.

“Subhaanallaah… Kalau begitu, segeralah menyelimuti tubuh kalian dengan jaring-jaring dari mulut kalian. Buatlah selimut yang sangat tebal, agar kalian tidak kedinginan.” Bilu mengarahkan Ura dan Uri. Dan kedua larva itu, sedikit demi sedikit mulai tak nampak. Yang terlihat, hanyalah dua kepompong yang bergantung pada sebuah ranting pohon bunga sepatu.

Baru beberapa hari berpuasa dalam kepompong… “Ibuuu… Ura lapar.” Rengekan Ura mulai terdengar.

Bilu menghiburnya. “Sabar sayang. Ingat… Ura mau sayap indah kan?” Bilu terbang mengitari kepompong Ura sambil bersenandung… Setelah rengekan Ura menghilang. Bilu berpindah ke kepompong Uri. Ia melakukan hal yang sama.

Di dalam kepompongnya… Uri memang merasa lapar. Tapi ia hanya mengucap sebuah do’a dalam hati… “Yaa Allaah… Beri Uri kesabaran ya. Amiin.” Dan tak henti pula ia bertasbih. “Subhaanallah… Subhaanallaah… Subhaanallaah.” Uri bertasbih, hingga tertidur kembali. Dan tak merasakan laparnya.

Setelah puasa yang cukup panjang itu. Tibalah waktunya. Ura dan Uri, hari itu akan keluar dari kepompong. Bilu mengajak Ijo untuk menyambut kedua anaknya. Yang hari itu akan keluar dari kepompong dan berubah menjadi kupu-kupu. Mereka berdua terbang dengan riang mengitari pohon bunga sepatu.

Dua kepompong itu mulai bergerak-gerak. Terdengar suara kepompong yang mulai robek. Kedua kepompong itu robek bersamaan. Sementara kepompong Uri masih terus bergerak-gerak. Terdengar suara dari kepompong Ura. “Ibuuuu… Bantu Uraaaa.” Kembali Ura merengek. Bilu pun membantunya sedikit.

Sedangkan dari kepompong Uri, tak ada sedikitpun keluhan. Kantung selimutnya hanya terus berayun pada ranting. Sedikit-demi sedikit kantung itu mulai terbuka lebar. Tampaklah sayap Uri yang masih tertangkup. Warnanya agak kabur. Uri terus saja berusaha mengeluarkan tubuhnya dari dalam kepompong itu. Ia bergerak… bergerak… dan terus bergerak tanpa henti. Lama-kelamaan… warna sayap yang kabur itu, mulai tampak terang. Warnanya… Merah cerah… dengan beberapa pola matahari berwarna kuning terang pada kedua sayap itu. Nampak sangat indah. “Alhamdulillaah.” Ia terbang agak tinggi. Ia bahagia melihat sayapnya. Dan tak henti mengucap hamdalah.

Sedangkan Ura keluar sambil terus mengeluh. “Hiih… susah bener keluarnya. Terlalu kecil kepompongku.”

Bilu masih membantu merobek kepompong Ura. “Ayo terus sayang. Kau sudah mulai keluar.”

Karena bantuan Bilu… Ura sedikit bergerak. Ia tak banyak mengeluarkan tenaga. Sayap Ura mulai terlihat… Warnanya… Oranye... dengan bintik-bintik hijau. Indah juga. Namun… saat ia mencoba terbang. “Ibuuu… kenapa sayapku berkerut?” Ura mulai menangis.

Ijo, yang sedari tadi hanya memperhatikan angkat bicara. “Ura… kerut pada sayapmu itu terjadi, karena kau tak banyak bergerak saat keluar dari kepompongmu. Seharusnya gerakan-gerakanmu itu membantu

Page 42: SEBUAH CATATAN

meluruskan sayap-sayapmu.”

“Jadi… sayapku akan tetap begini?” Tanya Ura sedih.

Bilu dan Ijo mengangguk. “Tapi sayapmu indah kok sayang. Allaah tak melihat sayap yang indah. Tapi, Allaah ingin kau berguna untuk para bunga dalam hidupmu.” Bilu memotivasi.

“Tidak apa-apa bu. Ini karena Ura tidak sabar selama puasa. Ura minta maaf. Selama ini sudah merepotkan ibu, dengan banyak mengeluh.” Ura menyadari kesalahannya. Ia memandangi Uri yang sedang terbang dengan gembira.

Bilu memanggil Uri mendekat. “Sini sayang.” Uri pun datang menghampiri.

“Karena kalian sekarang sudah menjadi kupu-kupu. Nama kalian akan ibu ganti… Kau Ura… ibu beri nama Orena… Dan Uri… sekarang namamu adalah Meriku.”

Keduanya senang dengan nama mereka. Dan sejak saat itu… Orena tak pernah mengeluh lagi. Ia ingat kata-kata Bilu, ibunya. “Allaah tak melihat sayap yang indah. Tapi, Allaah ingin kau berguna untuk para bunga dalam hidupmu.” Dan ia tak kan menyerah. Serta selalu bersabar.

*Sebuah hadiah untuk kalian… Meskipun, di dalamnya sangat banyak tersurat hal-hal yang miskonsepsi. Semoga tetap tak mengurangi hikmah dan makna yang tersirat.

Dan Semoga kitalah para penerima Sayap-sayap indah setelah melakukan puasa. Amiin.

Taqabbalallaahu minna waminkum... shiyaamanaa wa shiyaamakum...

HAPPY EID MUBARRAK 1430 HIJRIYYAH

DETIK PERPISAHAN

Di sebuah sudut waktu…

Satria Ramadhan: “Apakah kau harus pergi sekarang kawan?” Dengan wajah sedih.

Ramadhan: “Telah tiba waktunya untuk pergi. Bukan inginku. Kehendak Rabb-ku… Rabb-mu… Rabb kita.” Kesedihan yang sama.

Satria Ramadhan duduk merapat ke sisi Ramadhan. Ia menjabat erat tangan Ramadhan.

Satria Ramadhan: “Maafkan aku kawan…” Wajahnya makin sendu. Pada kedua matanya. Tampak mengaca.

Ramadhan: “Kau kan tidak salah apa-apa.” Sambil menepuk bahu kawannya itu. Dan memandangnya teduh.

Satria Ramadhan: “Aku bersalah… sangat bersalah…” Satria Ramadhan mulai menangis.

Ramadhan kebingungan.

Satria Ramadhan: “Aku… Aku… Aku kadang tertidur pada malam2mu. Sedangkan aku pernah berjanji. Akan menjaga setiap malammu. Kalaupun aku bangun setiap malam. Aku menemanimu dengan sholat. Namun… Aku bahkan tertidur dalam sujudku. Aku bersalah….” Jeritnya dalam tangis.

Ramadhan terus memandangi sahabatnya itu. Dan memeluknya….

Satria Ramadhan: “Aku bersalah… Aku juga pernah berjanji akan menggenapkan hari dengan Qur’an. Namun… Ada hari-hari yang sempat terlewat tanpa satu juz pun aku selesaikan. Walaupun akhirnya aku

Page 43: SEBUAH CATATAN

berhasil mengejar ketertinggalanku. Tapi… aku bersalah…” Air matanya semakin deras.

Ramadhan: “Cukup kawan… Allaah mengetahuinya. Itu cukup bagiku. Kau menyadarinya. Itu cukup bagiku. Dan kau memperbaikinya. Itu baik bagimu.” Kata Ramadhan bijak. “Tapi, aku tetap harus pergi.”

Satria Ramadhan: “Datanglah lagi nanti…” Ia melepas rangkulannya. Matanya sembab. Isaknya masih terdengar.

Ramadhan: “Kawanku… Kita ini hanya hamba. Pertemuan itu tak bisa dikira. Perpisahan ini tak dapat dielak. Syawal akan mengemban amanahku menemanimu. Kau sudah luar biasa kawan. Janganlah kau mengendurkan semangatmu ini. Tanpaku… kau harus tetap mampu mengendalikan nafsu. Tanpaku… kau tetap harus menjaga malam-malam itu. Tanpaku… kau harus tetap berhibur dengan Qur’an. Kau sudah berubah sejauh ini. Jangan sia-siakan, dengan kembali menjadi dirimu yang biasa, saat aku pergi. Rugi kawan…” Nasihat Ramadhan panjang lebar.

Satria Ramadhan: “Baiklah kawan… aku berjanji. Penyesalan ini mungkin terlambat. Tapi tak pernah terlambat untuk memperbaiki dan mempertahankan.” Ia mulai tersenyum.

Ramadhan: “Kau benar. Ada sebelas bulan setelah aku pergi. Mereka akan menunaikan amanahnya. Jika Allaah Menghendaki. Kita akan bertemu tahun depan.”

Satria Ramadhan hanya mengangguk setuju.

Ramadhan: “Sebelum aku pergi… Mari kita nikmati sisa waktu ini kawan. Aku ingin kita benar-benar lebih dalam memaknai pertemuan kita ini. Berkumpulnya kita tahun ini. Semoga membuat kau dan saudara-saudaramu mampu menjadi sosok-sosok istimewa. Kau tau tidak…? Fajar lebaran itu sungguh indah disambut oleh semua muslim. Namun tak banyak yang mampu merasakan fajar lebaran… seindah yang dirasakan oleh para pemenang. Yang dengan megah dan meriah merayakan perjumpaan cinta denganku. Dan ia melakukan pengabdian dan penghambaannya dengan rela.”

Satria Ramadhan: “Semoga aku… dan saudara-saudaraku… termasuk di dalamnya. Amiin.”

Ramadhan: “Amiin Yaa Rabbal’aalamiin.”

Kedua kawan itu pun saling berpelukan semakin erat. Detik-detik perpisahan itu… ingin mereka lalui dengan penuh cinta. Keindahan berasik masyuk dengan Sang Pencipta mereka. Allaahu Dzuljalaali wal Ikraam…

*Yaa Syahru Ramadhan… Syahrus Shiyam… Syahru tilawatil Qur’an… Syahru Qiyam… Syahru Ghufran… Ku lepas jemarimu… satu demi satu… haru…

MENCINTAI RAMADHAN….. LEBIH DALAM

Ingin lebur...

Bersama udaramu...

Ingin bercampur...

Dengan energimu...

Mereguk setiap nikmat di detikmu...

Menghirup seluruh manis di sunyimu...

Page 44: SEBUAH CATATAN

tanpa belenggu nafsu...

Menggenggammu dalam rindu...

Mendekapmu dalam syahdu...

Melepasmu... Satu demi satu... Pilu... Haru...

Dalam tegakku... Merenungi maknamu...

Dalam dudukku... Tafakkuri hikmahmu...

Dalam tidurku... Memaksaku tak pejam... Untuk sekedar menemani gelapmu...

Ramadhan... Aku ingin... Mencintaimu... Lebih dalam...

Yã Allãh... Suburkan cinta ini... Ãmîn.

See you friends... 10 days more... Enjoy... Found it... The Blessfull night... Lailatul Qadar...

Smg jumpa lagi dng izin Allãh. Dan temu kembali... Telah mjd Pribadi2 yang menang. Dan seindah Fajar Lebaran. Ãmïn.

LOVE YOU COZ ALLÃH

TRULEE

One day in your life...

Ketika bundamu... Melahirkanmu...

Memperjuangkan kehidupanmu... Dng separuh jiwanya...

Darah dan airmata...

Sepenuh do'a dan asa...

Diindahkan budimu...

Dikayakan dng ilmu...

Dicantikkan hatimu...

Dianggunkan lisanmu...

Diluruskan langkahmu...

Dibimbing setiap arah pandangmu...

dan setiap do'a terbaik yang ia punya...

Maka kini... Dalam dewasamu... Ku Amïnkan do'a2 itu...

Tetaplah setia... Menghangatkan mayapada... Dng keindahanmu...

Met milad kak Trulee...

This time... This morning...

Its ONE DAY IN YOUR LIFE...

Page 45: SEBUAH CATATAN

Aku mencintaimu... Krn setiap kebaikan... Yang Allãh berikan padamu...

YANG KU INGINKAN LEBIH DARI SEBULAN

Di sebuah perjalanan... Sore tadi...

tertangkap oleh sudut mataku... Sebuah toko...

memasang hiasan berkilau... Yang mbuat cukup silau... SELAMAT IDUL FITRI...

seakan riang... syahru qur'an ini akan berlalu...

tak inginkah berlama-lama... Diperadaban iman ini...

tak inginkah berleha-leha... Meraya cinta...

tak maukah... Menjemput Rahmat yang lebih banyak...

tak maukah... Melepas lelah dunia... Pada persinggahan ini...

tak inginkah saudaraku...

sedang tak cukup kuraup berkah...

belum semua... Mengecap rasa...

blm seluruhnya... Ku lepas rindu...

aku ingin... Lebih dari Ramadhan yang sekeping...

Yang aku inginkan... Lebih dari sebulan...

yã Rahman... Lambatkan waktu... Agar puas dulu dahagaku...

Pelankan hidup... Agar tak sia bersamanya...

Izinkan kami... Memeluk Ramadhan... Lebih lama lagi... Ãmïn.

MEMANDANG DARI PINGGIR PERADABAN

Berlakulah...

Biar kupandang dari pinggir peradaban...

Berbuatlah...

Agar kutangkap makna dari sisi ini...

Bergeraklah...

Dan kutangkap semua salahmu...

Mengalirlah...

Lalu kucela setiap arah aliranmu...

Page 46: SEBUAH CATATAN

Lakukanlah...

Semakin kudapat mencacimu...

Teruskanlah...

Lebih tajam kulihat hinamu...

Lanjutkan...

Dan gelap terus kulihat... Dari sisimu... Tak lagi kubaca baiknya... pun tak kutemukan benarnya... Dari pinggir peradaban...

Manusia-manusia... dari pinggir peradaban... Mereka menyalahkan... namun tak memperbaiki. Menyindir setiap langkah... yang selalu terlihat salah... Semua tentang kekurangan... Segala tentang sisi buram... Keranjang maknanyanya... kering... karena berlubang... Akhirnya... mereka hanya menemukan... Kekalahan...

Kembali menyebut mereka... Manusia... dari pinggir peradaban... Mereka mungkin tak punya matahari yang berani... Atau memiliki hujan yang menyejukkan... Hingga tak tau... nikmat dari keduanya... Mereka hanya punya... Paus biru di pelupuk mata (Yang tak sekalipun dilihatnya)... dan kuman di ujung dunia (Yang selalu menarik perhatiannya)... Kasihaaan...

*Stay here... Di tengah peradaban... Kita bisa dapatkan pahit yang asik... dan manis yang romantis...

DEMI

Demi Allaah... Setiap hari... Dalam pergantiannya... yang pasti tak kan abadi... pada malamnya... yang gulita... berteman gemerlap bintang dan kehangatan rembulan... Pada siangnya... dalam terang... berkumpul bersama warna... dan aroma kesibukan... Kita bernafas... menghirup udara... gratis... kita melangkah... menjemput asa... yang selalu ada... Kita bergerak... berusaha mengejar waktu... meski... sia-sia selalu... setidaknya... kita masih bisa... mensejajarkan diri dengannya... Tak terlambat... tertinggal... kemudian putus asa...

Jika raga tak berpeluh... Jika tak pernah ada lelah...Hanya ingin terus... berbuat banyak kebaikan... bagi semua yang membutuhkan... dan demi satu

Page 47: SEBUAH CATATAN

hal... Ridho Allaah... Insya Allaah...

Hanya seorang pejuang... yang selalu mengasah pedang... agar senantiasa siap untuk berperang... Badai bukan lawan... Karena pejuang tak kan henti... hanya karena bertemu musuh sejati... ialah diri sendiri... Kendalikan ia... hingga patuh pada kehendak rajanya... Hati kita...

Pendek... semoga tak jelek... ^_^

Ini kucing itu roti... Ini link punya Budi...Kalau kamu baik hati... klik link iniiiiiiiiiii.... :)

Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

BABAK SEPENGGAL ANTARA BRASIL DAN PORTUGAL

Baru saja menyaksikan… sebagian babak dari sebuah olah raga. Seperti sepak bola. Tapi dengan pasir putihnya. Tak familiar dengan olah raga ini. Jadi kusimpulkan… namanya adalah Sepak Bola Pantai… Kalau salah… tulis aja di komen yaa…. ^_^

Ingin sedikit menuliskan… apa yang kudapat dari sejenak babak itu. Ingin menghubungkannya dengan kehidupan. Ada banyak peran. Macam-macam lakon. Demi satu tujuan… Kemenangan…

Yang tersorot oleh kamera… adalah… empat penggiring bola (mungkin posisi mereka sebutannya sama dengan yang di sepak bola ya) ada striker dan back… Yang lain kipper… juga penonton. Semuanya ingin merasakan nikmatnya kemenangan.

Demi kemenangan… back dan striker… berusaha menggiring bola mendekati gawang. Dengan segala usaha. Ditendang… memberikan sebuah usaha penting, untuk bisa sampai pada kata ‘gol’. Dioper… ketika mengalami kesulitan, atau dirasa perlu untuk melakukan kerjasama yang mampu menembus pertahanan lawan. Disundul… usaha lain, yang harus dilakukan. Jika pada masa-masa tertentu… tak memungkinkan untuk menggunakan kaki.

Demi kemenangan pula… pemain harus menyadari. Bahwa untuk sebuah gol saja. Tak akan semudah yang diduga. Ada ancaman… yang dapat menyebabkan kekalahan. Ada rintangan yang harus dilalui. Ada kelemahan… yang akan menjadi perhatian lawan. Yang jika tidak diwaspadai. Maka akan membuat kekalahan… datang tanpa ampun. Maka pemain… harus melakukan usaha terbaik… untuk dapat merontokkan rintangan. Dan menghancurkan ancaman. Agar tak menjadi biang dari datangnya kekalahan.

Demi kemenangan… Kiper pula tak rela, jika gawang yang dijaganya digetarkan oleh datangnya bola dari lawan. Jika bola datang, tinggi di atasnya… ia akan melompat sekuat tenaga… jauh dari kemampuannya

Page 48: SEBUAH CATATAN

yang biasa. Dia juga mungkin melakukan lompatan ke samping… yang jika dalam gerakan lambat… akan terlihat seperti melayang. Ia akan melakukan usaha yang boleh dilakukan untuk menghalangi masuknya bola, ke dalam wilayah kekuasaannya. Ia jungkir balik… Menendang bola kembali menjauh dari gawangnya.

Dan demi kemenangan… penonton berteriak tanpa memperdulikan sakit di lehernya. Mereka menari… mendendangkan lagu-lagu… yel-yel motivasi… dan lain-lain. Demi menyemangati tim kesayangannya. Mereka memakai kostum-kostum menarik… yang lucu… aneh… dan warna-warni. Mereka merasa perlu… melakukan sesuatu yang terbaik. Meskipun… tidak secara langsung, dapat menyarangkan bola.

Posisi mereka berbeda… Tujuannyalah yang sama. Dan usaha mereka berbeda… Maksimalisasinya-lah yang sama. Hasilnya adalah… Kemenangan kolektif…

~~~~~~~~ Begitulah kehidupan ~~~~~~~~~ Siapapun kita ~~~~~~~~~~~~~ Menjadi apapun kita ~~~~~~~~~~ Mari memaksimalkanlah kerja ~~~~~~~~~~ Kita adalah “TEAM” ~~~~~~~~ Dalam usaha ~~~~~~ menjadikan dunia ini lebih baik ~~~~~~~~~ Berbuat sebaik-baiknya ~~~~ Meski dengan satu yang kita mampu ~~~~~~~~~~~~~ Atau dengan dua yang kita punya ~~~~~~~ Kemenangan bersama ~~~~~ selalu lebih bermakna ~~~~~~~~~~~ Insya Allaah ~~~~~

THE TOP 5 …ON 30 NOP 09 ^_^

ni bukan iseng... hanya ingin menunjukkan kesyukuran... Tak bermaksud membedakan... cuma ingin menunjukkan kebaikan... Semoga pada ridho...

Banyak do’a… dan kiriman semangat… di 30 Nopember ini… Diriku bersyukur atas semua… Namun… ada 5… yang paliiiiiiiiiiiiiiiiiiiing aku suka… Terimakasih yaa…

1>>> 10 Februari 2009

“Semoga menjadi bintang yang senantiasa terang

Mampu membagi cahaya dalam malam nan gulita

Semoga menjadi seperti pelangi

Walau hanya membuat lengkung sederhana

Namun tetap istimewa

I LOVE YOU”

Terang baru saja datang di pagi yang gerimis saat sebuah kado cantik dengan kartu ucapan berisi tulisan di atas, menyambangi kamarku. Pelukan hangat dan ciuman mesra di pipi, membuat hatiku mendadak gerimis. Selepas itu, dia langsung pergi dari kamar mungilku. Yakin deh, kalau saja dia menanti beberapa jenak untuk pergi, maka hanya akan mutiara yang mengalir dari telaga bening miliknya.

Page 49: SEBUAH CATATAN

30 Nopember 2009

this is her happy day, my sister, Afiani Intan Gobel...aku yang bangun kesiangan tak sempat mengucapkan sepatah kata selamat atau untaian do'a padanya. karena begitu pagi menjelang, kegiatan super padatnya sudah kembali menelannya dalam rutinitas sepanjang hari.

Bagiku, dialah orang paling romantis dalam kehidupanku. Dia selalu penuh dengan kejutan istimewa dan berjalan bersama cinta. Harinya adalah cinta, tuturnya adalah cinta dan tatapnya juga bernama cinta.

Dia orang pertama yang selalu lebih dulu mengetuk hatiku untuk merajut kata dengan cinta, menjalani kehidupan bertabur cinta. Hhh, salahku yang terlalu gengsi untuk mengungkap cinta itu untuk lebih dari sekedar rasa yang terpendam. Padahal dia telah tunjukkan banyak warna cinta untuk menemani hari-hariku.

Setiap hari bahagia, dia orang nomor satu yang selalu mengingatnya. Bahkan di hari menjelang waktu itu tiba, dia selalu menjadi juara untuk menggores warna baru dalam hidupku. Kini, telah banyak symbol cinta yang dia berikan padaku. Namun aku masih tetap tak pernah sempurna mengingat hari bahagianya atau sekedar menyapanya dengan mesra.

Sist, I should to say sorry one more time. Because ….I can’t be as romantic as you.

2>>> Aku tak seperti ……….. yang pandai merangkai kata...apalagi seperti …… yang bisa menjadikan kata menjadi mutiara yg bermakna..aku yaa aku.. seseorang yang senantiasa selalu belajar dan belajar..meski tak pernah bertatap mata..tapi aku yakin kau sangat istimewa...izinkan seseorang orang yg dalam proses pembelajaran ini sedikit merangkai kata untuk sahabat tercinta di seberang pulau sana...

"Ketika awan dan mentari bertanya dari mana aku belajar menata semangat...aku kan menjawab dari sahabatku yang ada di serang pulau sana..ketika rembulan dikegelapan malam bertanya dari mana aku belajar ketegaran..aku akan menjawab dari sahabatku disebarang pulau sana....ketika angin bertiup lembut membisikan kepadaku..dari mana aku belajar untuk mengasihi..akau akan menjawab dari sahabtku di seberang pulau sana..."

untuk sahabatku diseberang pulau sana yang menjadi salah satu sumber inspirasiku, semoga senantiasa dilindungi dan dijaga oleh yang Maha Kuat,...Met milad sahabat..semoga setiap sisa umur tertinggal dan yg telah terpakai merupakan umur yang berkah...yang senantiasa selalu bermanfaat....

tetaplah seperti mentari yang menyinari...

salam ukhuwah dari tanah jawa....

3>>> Met Hilang Tahun Bu Guru :)Moga tahun yg tersisa jg HilangHilang dari error n khilafhilang dari uh..uh..uh keluh hilang dari ah..ah..ah..kesahGemilang rasa syukur

Page 50: SEBUAH CATATAN

Gemilang prestasi, rezeki n J0doh, Amiin AlFaatihah ilaa hadrotii Afiani Intan Gobel...1X

4>>> Ukhti, hari ini Allah menatapmu dalam jumlah hari yang semakin berkurang dalam usiamu. Perjalanan waktu hidupmu telah banyak memberi makna kehidupan dalam kedewasaan sikapmu. Terlalu banyak jika di urai kesalahan dan dosa yang pernah kau lakukan. Terlalu sedikit kebaikan yang baru kau kerjakan. Adakah bilangan waktu menjadi cermin dalam menyikapi detik-detik waktu yang semakin berkurang?

Ukhti, dari ketiadaan dan kehinaan yang teramat sangat, dibalik kelembutanmu Allah angkat derajatmu menjadi seorang muslimah yang memiliki hati yang teguh bagai baja, semangat yang terus membara dan cita-cita yang teramat besar dan tinggi untuk digapai…

Ukhti, masihkah menjadi azzamu, bahwa hidup di bawah naungan Al-Qur'an akan memberikan ketentraman lahir batin bagi manusia dan alam semesta, dan kau berdoa pada Allah agar dijadikan perantara cahaya Al-Qur'an itu. Walau kau selalu menyadari betapa lemah imanmu, betapa fakir ilmumu dan betapa dhoif dirimu…

Ukhti, panjangkanlah senantiasa rakaat-rakaat shalatmu, tetaplah santun pada Rabbmu dan juga manusia. Menangislah kembali pada-Nya mengadukan segala kelemahanmu, mohon ampunlah atas dosa-dosa yang telah berurat dan berakar dalam kulit dan tulang-tulangmu. Mintakan dengan air mata yang berlinang, suara yang sendu, dan hati yang penuh takut dan harap disepertiga malam-Nya agar engkau diberikan kekuatan menapaki jalan dakwah yang menjadi pilihanmu, iman yang berlimpah, hati yang lembut dan bercahaya serta lisan yang terjaga mengeluarkan kata-kata yang baik.

Ukhti, jangan pernah melupakan azzammu, mengabdi pada Allah. Bukankah hidupmu telah kau wakafkan untuk perjuangan agamamu. Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan amal.

Ukhti, selamat berkarya, berjuang dan beramal. Kreatif, inovatif, prestatif, edukatif.

5>>>Uhibbuki Fillah

saat kau merindu cintasajadah terbentang mengulum rindukukecup dalam parau airmata tertumpahdari detik ke detik waktu berbisikberkata bahwa tak ada yang perlu kucaritak ada yang harus dirubahkarena cinta yang bertemu pada titik-titik noktah kehidupanada makna tersendiri yang menyelubungpada apa yang kucari, pada apa yang kurinduada jawab tanpa perlu kuraguaku terdiam dalam setiap nafas yang kuhelahanyalah doa yang kucurahdalam tiap desah rindu cinta ituada kamu…tak perlu kucari

Page 51: SEBUAH CATATAN

hanya menunggu saat waktu itu berhentimenghadap pada sukmamemberi satu rasa yang terciptadala cinta yang terdalamuhibbuki fillahaku mencintaimu karena Allah semata

EDISI KHUSUS (TIM SUKSES KEHIDUPAN KU)

ALLAH

My creator… Al Khaliq… Menciptakanku dengan kesempurnaan yang tak mungkin diragukan. Melimpahiku nikmat… yang selalu tak dapat diingkari. Nikmat tiada henti… sejak aku diciptakan. Hingga usiaku sekarang. Allaah-lah Yang telah menuliskan kehidupanku pada lauh mahfudz. Dia membuatkan scenario yang luar biasa untuk kulakoni. Kadang aku harus sedih… menangis… berdiam diri… Namun, aku selalu berusaha untuk tak berlama-lama bermuram durja. Walaupun kadang… aku mungkin berharap… Allaah tak perlu beri aku sedih. Karena sesekali, agak sulit melalui hari-hari muram tanpa riang. Tapi… baru aku sadari selanjutnya dalam kehidupanku. Bahwa sedih itu, hari-hari… yang menurutku tak indah itu… adalah masa-masa… yang kemudian menjadikanku dewasa. Pada bagian-bagian waktu yang lain. Allaah selalu punya cara, untuk membuatku bahagia. Dan entah mengapa… bahagia-bahagia itu, seringkali membuatku mengalirkan air mata. Mungkin hanya terlalu bahagia…?? Tak boleh ya… kalau berlebihan… Allaah pasti tak menyukainya. Bagaimanapun… kebahagiaan-kebahagiaan itulah yang membuatku selalu merasa tak kekurangan cinta.

Selalu bersyukurku… atas hidup yang istimewa ini. Istimewa… karena Allaah meletakkanku di dalam keluarga muslim. Memang… belum se-kaaffah yang seharusnya. Namun… kami masih berusaha. Allaah pula Sang Pemberiku hidayah terindah… untuk berjilbab… membuatku terlindung dari penilaian dunia atas keindahan fisik semata. Aku selalu merasa berharga… dengan apa yang aku ada… dan selalu luar biasa… dengan apa yang aku bisa. Lalu… apa yang dapat ku beri Yaa Allaah… hanya syukur tanpa tepi… Hamdalah… yang tak henti dari lisan dan hati ini… Alhamdulillaah… Terimakasih Allaah… ^_^

MAMAK-Q

Wanita paling mulia dalam kehidupanku… Yang merelakanku… menjadi beban bagi rahimnya. Yang demi kehidupanku… rela sembilan bulan lamanya menjadikanku sebagai pusat perhatiannya. Saat itu… mamak menjadi lemah… sakit… tak enak… karena diriku. Harus menanggung segala rasa yang tak biasa… demi menyamankan ruang kecil tempat singgahku. Aku merasakan sedihnya… gembiranya… amarahnya… dari ruang itu. Aku belajar dari mamakku… tentang kasih sayang… tentang kesabaran… tentang sentuhan… dan tentang keindahan pengabdian. Kuketahui… mamakku… seringkali melakukan gerakan sujud. Lima kali dalam sehari. Yang seringkali kunyaman bersama ketenangan rasa mamak dalam setiap sujud-sujud itu. Seperti bayi-bayi lain… dalam rahim malaikatnya.

Tibalah kelahiranku… saat mamak harus bertarung dengan kematian… berhadapan dengan kemungkinan syahid… separuh diri telah berada dikubur. Demi menghadirkanku. Menurut cerita

Page 52: SEBUAH CATATAN

banyak wanita… dengan panggilan bunda… itu adalah masa bagi sakit yang sungguh luar biasa. Tak kan ditemukan pada peristiwa manapun di dunia. Namun… katanya… sakit itu… selalu dilalui dengan cinta. Tak merasa terpaksa… hanya harap dan asa yang terus terukir dalam setiap titik kesakitannya. Mengetuk pintu langit… demi masa depan terindah… bagi bayi yang akan diantarkan ke bumi. Sakit… yang mungkin tak tertahankan. Namun… tetap mamakku bertahan. Hingga aku dilahirkan. Mamakku tersenyum… tapi aku menangis. Yaa Allaah… dari kokohnya rahim… aku berpindah ke luasnya dunia.

Aku tumbuh bersama tangan lembut, yang senantiasa membelaiku. Aku berkembang bersama senyum, yang selalu mendukungku. Pelukan hangat yang kudapatkan pada setiap sedih dan bahagiaku. Kecil dan besarku… dalam pemeliharaan dan bimbingan mamakku… tak bicara ia… dengan banyak kata dan aksara. Hanya berbuat dan bergerak… hingga dapat kutangkap maknanya. Mamak… Ratu kehidupanku… Bidadari keluarga… yang aku cinta… Terimakasih mamak… @_@

BAPAK-Q

Laki-laki yang paling kucintai… Di matanya… kulihat matahari. Di wajahnya… kulihat rembulan. Raja bagi istri dan anak-anaknya. Dia tak tinggi tegak bak binaraga. Namun… selalu penuh wibawa. Dia gagah dalam mungil tubuhnya. Dia bersahaja… pada langkah-langkah kecilnya.

Begitu kerasnya… bapak mendidik kami. Yang menurutku… agak terlalu saat itu. Ketika kami masih kecil. Bapak adalah sosok otoriter. Yang tak tak bisa dibantah segala perintahnya. Selalu ada hukuman… bagi yang tidak taat. Walau bimbingan seperti itu tak membuatku menjadi tegar. Namun kutemukan benang merahnya dengan dewasaku kini. Aku jadi agak… otoriter kepada kedua adikku yang terakhir. Sesekali kurenungi… semoga berguna untuk hari-hari depan mereka.

Bapak… adalah sosok lelaki… yang paling kukagumi. Dalam kekurangannya… bapak menjadi luar biasa. Dalam kelemahannya… bapak mampu menjadi istimewa. Tentang sedikit ilmu agama yang aku tau… kudapat dari bapakku. Saat kebingungan dengan sebuah materi yang akan kubagi dengan adik-adik binaanku. Maka bapak… adalah tempat pertama untuk bertanya. Bapak… Pahlawan keluarga… Aku bangga… 9_9

ADIK-ADIK-Q

Empat manusia yang berharga bagiku. Di mana bisa kutumpah sayang… walau kadang juga mesti marah dan sedikit jengkel. Tempat aku bercermin. Bagaimana seharusnya aku. Maka kulihat dari sikap mereka… Saat mereka bersikap tak sopan padaku… berarti… aku pernah berbuat tak sopan pada mereka. Maka… selalu kuberusaha… untuk memperbaikinya. Setiap salah yang pernah aku buat, sebagai seorang kakak.

Dari Era… satu-satunya adik perempuanku. Aku belajar gigih… tekun untuk terus menulis. Ia pula tempatku belajar… sedikit rapi dalam penampilan. Hehe… miss modis dia. Sedangkan diriku… seada aku punya aja… Terimakasih ya… ^_^

Page 53: SEBUAH CATATAN

Dari tiga adik laki-lakiku… Ammar… Iman… Fathoni… Aku belajar tentang laki-laki. Bagaimana mereka berkembang. Memutuskan. Bermain. Dan menyelesaikan masalah. Mereka membuatku sedikit tau… rahasia lawan jenisku… Terimakasih yaa… ^_^

GURU-GURU… DAN MURABBI-MURABBI-Q

Bagi guru-guruku… klik saja http://fianigee.blogspot.com/2009/11/guruku.html

Untuk murabbi-murabbiku… yang sambung-menyambung… mengenalkan kepadaku… tentang siapa sebenarnya diriku. Apa pula tugas kehidupanku. Mendekatkanku… pada Allaah… Mengenalkanku… tentang dien Islam. Mengisahkanku… keistimewaan Rasulullaah Muhammad. Mengarahkanku… agar menjadi muslimah… yang berakhlak indah… dan mencapai derajat sholihah… takwa pada Allaah. Maafkan… aku yang tak melejit secepat yang kalian harap… Sekali lagi… terus aku berusaha… untuk itu…

Terimakasih semua… 6_6

TEMAN-TEMAN DAN IKHWAHFILLAAH

Inilah rasaku tentangmu... klik ini yaa http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=187109758859#/note.php?note_id=170199668859

SEBUAH NAMA… YANG MASIH RAHASIA…

Satu lagi… tim sukses… yang belum hadir dalam kehidupanku. Ia pula… yang akan melengkapi separuh dien-ku. Yang akan semakin menguatkan dekatku… dengan Rabb-ku. Menemani… melalui hidup dengan scenario gabungan… antara jiwanya… dan jiwaku. Yang akan menjalin rasa… dan bersama membangun Taj Mahal cinta… Mengokohkan benang-benang peristiwa… untuk memperkasakan keagungan keluarga.

Bersama membina… rumah mungil bernuansa surga. Bersama jundi-jundi kecil yang menjadi tempat menumpah suka… dan ceria.

Sebuah nama… yang masih rahasia… Tertulis pada dinding langit… Menanti… untuk di ‘copas’ ke bumi. Sebuah nama… yang akan melengkapi sukses hidupku…

Dirimu… yang masih menjadi dialog jiwa… antara hatiku… asaku… dengan Rabb-ku… Sebelum kau hadir… Aku pun… mengucapkan terimakasih… Bersyukur atas belum hadirmu… dan bersyukur pula… atas datangmu… di bila-bila masa… Sekali lagi… Terimakasih… ^_^

Dengan adanya kalian semua… Semoga sukses dunia… dapat kuraih… dan sukses akhirat… akan kudapat…

Yaa Allaah… Berilah kami semua… kebaikan di dunia dan di akhirat… Amiiin

Page 54: SEBUAH CATATAN

Embun pagi selalu bening... Klik di link... PENTIIIIIIIING... ^_^

SAYA INGIN MENJADI PENULIS HEBAT

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat…???Memangnya ada ya…??? Segampang itukah…??? Hanya dengan beberapa langkah…??? Cuma mengikuti beberapa tips…??? Hanya perlu sebuah buku…??? Wow… diriku ini, perlu ide itu…

Maka bergeraklah memoriku… pada sebuah titik nan silam. Ketika diri, masih tak menyadari, siapa diri ini. Dan kemudian tersadarkan, setelah orang lain menyadarkanku. Bahwa siapapun, akan dapat menulis. Maka, mulailah aku memperlebar wilayah imajinasiku… menjadi demikian luasnya… terprovokasi setelah membaca beberapa buku. Yang sangat berarti bagiku. Buku-buku yang di tulis oleh beberapa penulis. Yang mampu membuat diriku mau berbuat sesuatu. Ingin melakukan hal yang berbeda dari orang-orang di sekitarku. Masih lekat dalam benakku sosok Mas Gagah, yang digambarkan mbak Helvy Tiana Rosa. Sosok yang mampu memaksa airmataku menganak sungai. Lalu termotivasi oleh pak Hernowo melalui buku ‘bergizi’-nya, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Menulis Buku. Setelah menyelesaikan buku itu, mengalirlah sebuah ide. Menjadi huruf-huruf yang terangkai. Kata-kata yang diukir oleh sebuah pulpen biru, yang mulai kehabisan tinta. Tak henti jemari memainkan si pulpen biru hingga tuntas sebuah tulisan. Tulisan pertamaku. Tiga lembar dalam satu waktu. Namun, belum juga kusadari secara pasti, bahwa aku bisa. Tulisan itu, hanya menjadi coretan-coretan, yang tak terurus. Yang kini, entah di mana rimbanya.

Membayangkan diri bisa menjadi penulis yang mampu menggugah. Memang menjadi mimpiku sejak itu. Namun, jauhnya diri dari fasilitas bernama komputer atau sekedar mesin tik, adalah penghalang lain. Selain kepercayaan diri, yang rapuh dan mudah runtuh. Maka di tengah gundah yang hampir membuat lelah. Karena pengalaman buruk yang terjadi sebelumnya, dengan orang lain adalah, tulisanku dikatakan menggunakan judul yang sama dengan tulisan seorang penulis terkenal. Sedangkan tak pernah sekalipun melihat buku yang dimaksud. Saat itulah, takdir mempertemukanku, dengan orang-orang yang harus ku akui, adalah orang-orang hebat. Mereka yang mampu membangkitkan semangat dan kepercayaan diriku. Menyingkirkan beban berat dari hatiku, rasa takut tak diterima. Khawatir akan pendapat orang lain atas tulisanku. Hadirlah Bu Galuh, seorang kakak yang tak henti memberi energi. Serta menunjukkan, bahwa sebenarnya telah kulalui tahap-tahap yang unik, sehingga akhirnya bisa menulis. Bunda Mida, seorang guru yang senantiasa memberikan masukan. Pak Satria, dalam sebuah pelatihan singkatnya yang menarik. Dan Bunda Ferra, yang tak henti memberikan komentar positif. Merekalah orang-orang hebat. Yang berhasil membuat diri rapuh, menjadi teguh. Sukses membuatku terus menulis… menulis… dan menulis. Dan saat menuliskan ini, aku merindukan kebersamaan itu. Sangat… sangat rindu…

Page 55: SEBUAH CATATAN

Sejak saat itu… Hilanglah getar penaku… Pupuslah ketakutan atas apa yang akan orang lain katakan. Huruf… tak boleh menjadi bisu. Kata… harus terangkai terus menjadi makna. Dan sudah sepantasnyalah… kalimat… tak henti mengalirkan energi untuk menjadi energi baru buat orang lain. Karena… penulis hebat… bukanlah penulis buku-buku yang terjual jutaan copy. Bukan pula sekedar penulis, yang bukunya dijadikan film. Ia juga tak hanya telah menulis banyak buku, yang berjilid dari satu hingga jilid sepuluh. Atau penulis yang jika jumpa dengannya, maka banyaklah orang yang menghampiri dan minta tandatangan pada bukunya. Bukaaaan… itu bukan penulis hebat. Penulis hebat… adalah penulis yang senantiasa menemukan tujuan terbaik dari tulisannya. Ia memperjelas kebenaran, memantapkan indahnya kehidupan bagi orang lain. Ia pula menjadi api, yang siap membuat yang lain terbakar untuk sekedar merasa, hingga mau melihat, dan akhirnya bersedia untuk berbuat. Itulah penulis hebat. Ia tak berharap tulisannya dipuji, melainkan ingin tulisannya memberi arti.

Setelah men-download sample buku, CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT… langsung membacanya hingga selesai. Hmm… baru sampelnya saja, sudah membuat bara dalam diri yang mulai meredup, kembali memunculkan api-api mungilnya. Dan mulailah aku menuliskan ini. Tulisan ini sempat henti pada tiga baris pertama. Namun, membaca kembali sample buku, maka lanjutlah ia. Dari pendapatku tentang penulis hebat. Maka bang Jonru… adalah salah satunya… Tak berniat memuji… hanya kekaguman… atas kemampuan yang Allaah sematkan padanya. Walaupun… baru saja mengenal nama Jonru… Namun, jika melihat PenulisLepas.com… subhaanallaah…. Kesimpulannya… buku ini… mampu menggugahku… dan aku… harus punya versi lengkap buku ini...

APA…??Tak ada versi cetaknya…?? Hehe… kesalahan bukan pada mata anda… bukan pula pada jari-jariku… atau error-nya keyboard komputer… Namun, memang begitulah sahabat… CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT baru berupa ebook. TAWARAN MENARIK-nya adalah… ebook ini hanya seharga Rp 49.000. Murah kan…? Tak sampai Rp 50.000. :) Bagi mereka yang membeli ebooknya, akan mendapatkan voucher diskon senilai Rp 200.000 dari SMO. Itu adalah diskon terbesar, yang pernah diberikan oleh SMO. Eh, masih ada bonus lain bagi yang membeli ebook ini. Dia berhak mendapat modul eksklusif dari Sekolah Menulis Online (SMO) Free Trial… pula bimbingan karir dibidang kepenulisan dan berlaku seumur hidup… (Sempat mikir, bercanda ga sih, bang Jonru nih… ^_^) Satu lagi… bonus dahsyat ini hanya berlaku bagi pembeli ebook-nya… yang sewaktu-waktu bisa ditutup, jika sudah terbit versi cetaknya… HAH…!!! Buruaaaaaaaaaaaan… Meluncur ke TKP… Beli sekarang juga… (Wah bang Jonru… ini kayaknya iklan ya..?? Maaf… diriku cuma ingin menulis dengan bebas) Tapi, itulah yang menjadi perhatianku saat ini sahabat… semoga buku ini sanggup menjadikanku tak sekedar menjadi hebat… tapi juga dahsyat dan fantastik dalam menulis…

Diriku menyukai 2 kata dalam buku ini... Yaitu "Soft Skill"... Menjadikan diri semakin bersemangat untuk berkarya lebih banyak lagi... Menulis lebih panjang lagi... Dan nge-blog lebih sering lagi. Soft skill akan mampu membuat seseorang bertahan dari guncangan. Pantang menyerah... oleh keadaan atau cemoohan orang. Tulisan adalah ide kita... Bila ide adalah bagian dari pikir yang berupa lampu... Maka harus diusahakan... Ia bisa tetap hidup... meski listrik padam... Karena masih ada kekuatan lain yang dapat mendukungnya... ialah genset. Begitulah

Page 56: SEBUAH CATATAN

semangat... Tak ada komputer... mesin tik pun jadi. Tak punya mesin tik... tulis tangan pun boleh. (Tidak berlaku untuk yang mau ikutan lomba ini) Maka soft skill inilah yang senantiasa terus dipelihara... agar pena tak gentar... mengungkap hal-hal benar...

Yang mulai membara… klik saja web site bukunya… http://www.penulishebat.com/ cari tau apa saja tentang buku dan penulisnya di sini. Kecuali isi bukunya. Makanya… beli juga ebooknya. (Walaupun… diriku belum beli nih) Bagi yang mulai terbakar… Dapat bergabung di fan page-nya http://www.facebook.com/penulishebat biar semakin termotivasi untuk menjadi penulis yang tak sekedar hebat. Tapi juga dahsyat. Walah… ada twitter-nya pula... http://www.twitter.com/penulishebat (jadi ingin punya twitter juga)

Maka di ujung tulisanku ini… aku kehilangan minderku… dan tak ingin… sangat tak ingin… menemukannya kembali. Celaan… tak kan membuatku jatuh terguling. Ia hanya akan menjadi masukan yang senantiasa berarti. Komentar negatif… mestinya semakin membuatku kuat. Ia mengokohkan semangat untuk terus menebar manfaat.

Lomba ini memperbanyak bara… Menang bukan tujuannya… karena diriku hanya pemula… yang terus bermimpi… nanti di suatu masa… aku akan menjadi LUAR BIASA… Terimakasih bang Jonru, atas kesempatannya... Sahabat... Tetap PENGEN BISA NULIS yaa... ^_^

Mampir juga ke sini ya... http://www.fianigee.blogspot.com/2009/11/saya-ingin-menjadi-penulis-hebat.html

Salam… Afiani Intan Rejeki Gobel

Page 57: SEBUAH CATATAN

MASIH INGIN BELAJAR DARI IBRAHIM

Bismillaahirrahmaanirrahim…

Hmm… Niatnya… off 10 hari… namun… esok… adalah hari ber-esensi… Dan ingin

Page 58: SEBUAH CATATAN

mengenang kembali… sekilas kisah… yang memunculkan apa yang menjadi teladan… bagi sebuah makna… BERKURBAN… Allaah… selalu punya pelajaran… untuk mendewasakan… Semoga bermanfaat sahabat…

Bagaimanakah… rasanya menanti…?? Menanti saat seseorang yang telah menjanjikan pertemuan dengan kita. Kemudian… kita dipaksa untuk menunggunya sekian lama. Resah… menatap ujung jalan tempat bertemu. Berharap… seseorang yang dinanti akan segera datang. Gundah… hampir merusak kesabaran.

Apalah lagi… yang dirasa oleh sebuah keluarga… seorang ayah… seorang ibu… yang menanti datangnya seorang keturunan. Bayi mungil… yang menyejukkan pandangan. Menambah keceriaan… Dan melipat gandakan kebahagiaan.

Itulah yang terjadi… pada keluarga Rasulullaah Ibrahim… Penantiaan… yang pasti dirasa… sangat lama… bukan hanya 5 atau 10 tahun penantian… Penantian keluarga Ibrahim atas seorang keturunan. Adalah penantiaan yang luar biasa lamanya. Kerinduan yang menumpuk pada sudut rasa sebuah keluarga. Mengharapkan kehadiran tangis menggemaskan… tawa menggelikan… dan keindahan menjadi orang tua… Rindu Ibrahim dan Hajar… atas seorang anak… adalah rindu yang dalam…

Sebuah do’a yang terlantun tak henti… dari lisan Ibrahim… “Yaa Tuhan-ku… anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shaleh.” Do’a yang terpahat abadi dalam lembar kitab suci (QS 37:100) Kesabaran Ibrahim… dalam melantunkan do’a itu. Adalah jari-jari harapan dan asa… yang setiap harinya… berusaha mengetuk pintu langit… untuk segera mengirimkan kebahagiaan itu turun ke bumi…

Dan… Allaah-lah… Yang Maha Mengabulkan do’a… Dia pula Yang Maha Memperkenankan keinginan hamba-Nya… “Maka Kami Beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Isma’il)” (QS 37:101)

Is it… Happy ending…???

Keluarga Ibrahim… adalah keluarga manusia-manusia beriman… Di dalamnya… ada benih-benih keyakinan yang tumbuh dengan subur. Hingga menghujam… dalam ke setiap sela kehidupan. Namun… keimanan adalah sebuah harta… yang mesti diletakkan pada tiga tempat sekaligus… Di hati… Di lisan… dan pada anggota badan… berupa amalan… Berat… Sangat berat…

Isma’il tumbuh dalam kasih sayang ayah dan ibunya… menjadi pemuda yang baik… Kuat jiwanya… dan pribadinya… Lalu datanglah ujian itu… Dalam tidur-tidurnya… Ibrahim bermimpi… Ia diperintahkan… untuk menyembelih anak yang telah lama ia nantikan… Ia harus mengorbankan buah cinta… yang dibesarkannya dengan kasih… Permata berharga… yang tak pernah disangkanya… akan diminta kembali… oleh Sang Pemberinya… “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata, “Wahai anakku ! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu !” Dia (Isma’il) menjawab, “Wahai ayahku ! Lakukanlah… apa yang Diperintahkan

Page 59: SEBUAH CATATAN

(Allaah) kepadamu ; Insyaa Allaah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS 37:102)Ayah dan anak… keduanya… dengan penuh rela… menggenangi jiwa dengan keyakinan yang tinggi kepada Rabb-nya. Percaya… tanpa keraguan sedikitpun atas kehendak Tuhan mereka (Allaah). Kemudian… mereka melemahkan genggaman hati atas dunia dan isinya… bahkan ikhlas… melepas mutiara keluarga… demi Sang Khaliq… Yang berada dalam genggamNya semua jiwa… “Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allaah)” (QS 37:103)

Ayah mana yang akan tega melakukan hal ini… Menyembelih anak sendiri…? Namun… tak sedikitpun… ini menyangkut masalah sayang atau tidak sayang… Apalagi… perasaan tega atau tidak tega. Ini adalah keinginan dari Pemilik Semesta. Ujian besar… bagi mereka yang memiliki keimanan yang menggunung di hatinya… Ini adalah pohon… yang jika ingin berbuah manis… maka ia harus diberi perlakuan istimewa… ia harus mengalami proses yang tak sederhana… sebelum menghasilkan buah… Ia mesti berbunga… kemudian menggugurkannya… barulah muncul buah yang diharapkan… Tak semua bunga pun dapat menjadi buah… Bahkan buah pun… tak akan langsung dapat dinikmati… ketika ia baru muncul… Karena lezatnya buah… adalah penantian… hingga tiba masanya untuk matang… Maka… itulah masanya… manis buah baru terasa…

“Lalu Kami Panggil dia, “Wahai Ibrahim ! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu, “Sungguh demikianlah Kami Memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. “ (QS 37:104-106)

Dengan keimanannya… Ibrahim hendak melakukan pengabdiannya pada Rabb-nya… Tiada bercampur di hatinya… antara takut dan berani… ataukah yakin dan keraguan… apalagi keikhlasan dan ketidakrelaan… Ia benar-benar akan melakukan pengorbanan atas anaknya sendiri (Isma’il)… Ketika ia akan menyelesaikannya… Allaah tunjukkan Kuasa dan Kebesaran Dzat-Nya… “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS 37:107) Ibrahim baru menyadari… tak setetespun… ia menumpahkan darah buah hatinya… Allaah menebus keimanannya dengan kelezatan buahnya… Bahagianya keluarga Ibrahim… Pengorbanan yang pada dzahirnya… tak tampak dilakukan… namun memunculkan kenikmatan pada jiwa keduanya… Ayah dan anak yang sabar dan setia.

Kisah inilah… yang terpahat dengan indah… pada muatan sejarah… Kisah pengorbanan (Tadhiyyah)… Yang tak memilah keuntungan dari sebuah perintah… Ia dilaksanakan… tanpa banyak mempertanyakan… Mengapa ini… harus dilakukan..??? Kisah yang tersebar pada khotbah-khotbah… cerita yang tersyi’ar dalam ceramah-ceramah… Kabar… yang seharusnya muncul di sekolah-sekolah dan rumah-rumah… Sebagai teladan… bagi generasi-generasi berikut… “Dan Kami Abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (QS 37:108) Agar menjadi generasi tegar… yang menghadapi hidup dan menjalaninya…. Tanpa terkejut dengan segala ‘kejutan’nya…

Kisah… yang membuat keluarga Ibrahim, berada dalam kebahagiaan sejati… “Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” (QS 37:109)

Page 60: SEBUAH CATATAN

Karena… ia tak berbuat baik untuk keluarganya… melainkan… berbuat baik untuk Allaah… Namun… kebaikan itu… dikembalikan pula kepadanya (Ibrahim)… “Demikianlah Kami Memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS 37:110)

This is the Happy Ending… Happily Ever after…

**Subhaanallaah… kisah yang tak lekang oleh zaman wal makaan… esensinya… adalah pengorbanan. Di mana… setiap apa yang kita miliki… maka suatu saat… akan didatangkan coba atasnya. Di pinjam… atau bahkan… diminta kembali oleh Dzat Yang Menitipkannya. Lalu… apakah tangan… masih menggenggam dengan erat… setiap titipan dalam kehidupan..?? Apakah hati… masih memeluk dunia dengan setinggi-tingginya cinta..??

Yaa Allaah… Jadikanlah kami… hamba-MU… yang selalu berserah diri… Lemahkan genggam tangan kami… atas semua harta… karena… Engkaulah Pemilik segala… Dan lepaskan pelukan hati kami… pada semua yang ada disisi… agar senantiasa menyadari… Engkau hanya… menitipkannya… Dan ampunkan kami… yang kadang rapuh pada yakin ini… Tak ingin yaa Allaah… Tak ingin kami luluh atas dunia… yang sewaktu-waktu akan runtuh… Maka… Jadikan kami teguh… Amiiin Yaa Rabb…

And I’m OFF again… Semoga dipertemukan kembali… 4 hari lagi… ^_^

Afiani Intan Rejeki Gobel

HIDUP PERLU BEKAL ^_^

erbersit...Kita hidup... seperti dalam sebuah perjalanan. Yang sangat panjang. Perlu bekal yang sungguh tak main-main dalam perjalanan yang satu ini. Minuman berupa ilmu... Makanan berupa amal... Dan sandang... berupa hati...

Minuman bernama ilmu... bukan hal sepele... seperti halnya minuman pada umumnya... ia menghilangkan dahaga. Mengganti cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melalui rutinitas. Rutinitas, yang bagi sebagian orang, mungkin akan menjemukan... melelahkan... dan seperti sebuah roda, yang tak kan berhenti berputar. Ia harus cukup. sehingga saat dahaga itu datang, kita bisa memanfaatkannya... Perjalanan bernama hidup... di mana kan banyak hal yang mungkin tidak kita kenali dengan baik. Akan ada sekian banyak kejutan, yang tidak pernah kita sangka. Dengan minuman bernama ilmu inilah, setidaknya kita punya sedikit persediaan pengetahuan. Akan seperti apakah perjalanan ini ke depan.

Perjalanan panjang ini... akan menuju sebuah ujung... yang selalu kita inginkan. Dan semua manusia

Page 61: SEBUAH CATATAN

impikan. Yaitu, kebahagiaan... Jika manusia yang hidup... pada waktu-waktu makannya.. selalu sampai pada hal yang disebut kenyang... Maka kenyang itulah... kebahagiaan dalam perjalanan ini... Dan hal yang akan mengenyangkan kita dalam perjalanan ini, adalah amalan... Amal ini akan di olah oleh gigi-gigi pikir kita... dipilah oleh hati kita... dan dikerjakan oleh anggota tubuh kita... Inilah yang menjadikan manusia menemukan kenyang... Yaitu... kebahagiaan...

Dan hati... adalah bekal paling urgen dalam perjalanan ini... kita akan bertemu banyak kendaraan yang menyemburkan genangan air ke pakaian kita. Kita akan melihat banyak sampah di jalanan. Kita akan bertemu banyak hal... baik dan buruk, yang perlu menjadi perhatian bagi kita. Pula dalam perjalanan ini, akan bertemu orang-orang yang tak sebaik harap kita. Tak seindah mau kita. Tak sebagus ingin kita. Dan juga akan banyak batu, yang menjadi sandungan. Lubang yang menganga-kan cobaan. Inilah saatnya, kita buka hati kita. Bekal yang satu ini, mestinya sangat besar. Sehingga cukup menjadi wadah bagi masalah. Hati yang besar... akan menjadikan kita tangguh dalam perjalanan ini.

Inginnya kita... semua berjalan baik-baik saja. Namun, mengaku beriman tanpa melalui ujian... adalah kebohongan besar...

Semoga, kitalah pemilik hati besar dalam perjalanan ini... Sehingga meski sekotor apapun pakaian kita oleh percikan air dari kendaraan yang lewat. Tak kan membutakan pikir kita dengan caci membabi buta. Sesering apapun kita tersandung pada batu-batu yang berserakan. Kita masih bisa tersenyum, tanpa kecewa tiada tara. Amiiin...

PERTEMANAN KITA INI

Semoga Allaah relakan kita menjalinnya...

Karena... Allaah turunkan cinta dalam hati-hati kecil kita...

Dan diinginkanNYA kita menjalin dan menyambungnya...

Tentu sangat tak diinginkanNYA... Kita memutusnya...

Meski perjalanan benang merah kita nanti...

Tak kan selamanya lurus dan mulus...

Kan ada kusut yang mesti kita urai kembali...

Namun setidaknya... kita adalah manusia-manusia yang telah siap memelihara rahim yang diberiNYA...

Kan banyak aral melintang... dalam sebuah jalinan...

Namun...

Memutusnya adalah kerugian...

Page 62: SEBUAH CATATAN

Dan terus menyambungnya adalah keindahan...

Pertemanan di dunia maya...

Semoga adalah ikatan rasa yang tetap nyata...

Tunjukkan letak salahku...

Agar diriku tau... Aku tak selalu baik...

Semoga pertemanan ini... adalah silaturahim yang manfaat dan berkah... Amiin...

Thanks for request... ^_^

MENJADI TEMAN MU ADALAH INDAH

Jika kita seperti pohon yang kokoh...

Di terjang badai... pun tak roboh...

Rintang dan halang pasti datang menerpa...

Tapi kita adalah teman...

Dengan hujan... kita memang basah...

Datang panas... kita mungkin resah...

Tapi kita tetap teman...

Menjadi temanmu... Adalah Indah..

Jika... Tak kau ratakan jalanku...

Kau tunjukkan batu penghalangku...

Kau perjelas... salahku... yang tak ku lihat...

Kau terangi... Jalanku... yang tak tepat...

Page 63: SEBUAH CATATAN

Hingga aku tau... aku tak selalu baik...

Menjadi temanmu... Adalah indah...

Jika... Kau bawa aku... menuju Allaah...

Biar kita rajut cinta ini teman... Dalam langkah-langkah mungil kita...

Semoga pertemanan ini... adalah silaturahim yang berkah dan manfaat... Amiin

Terimakasih... ^_^

DUA KATA

Dari ruang keterbatasan

Telah kuraba

Betapa berat menguliti makna

Dua kata dalam gelut jama’ah

Qiyadah wal jundiyah

Dan kuhitung kembali

Butir-butir bagi keduanya

Ketika langkah adalah tapak ikhlas di keramaian riya

Dan dari ranah Bashirah menyeleksi amal

Demi menatap peka pengawasan Sang Maha Raja

Bergulir dalam setiap gerak

Seiring diri mengirim harap penjagaan dari ruang langit

Page 64: SEBUAH CATATAN

Dengan segenap sadar

Bahu memikul setiap titipan

Wujudnya… segunung tanggungan yang mesti terjawab

Pada sebuah taman ini

Dimana hadir heterogen-nya kemanusiaan

Maka beda… mencipta lingkaran magis dari rasa

Menikmat keajaiban cinta di sebuah bangku bernama ukhuwah

Bagaimana cita ditegak tanpa galau

Tangan-tangan keduanya memang kecil

Raga keduanya mungkin mungil

Namun tekad juang menghilangkan paradigma ‘berat’

Karena kemudahan

Senantiasa berlari bersama hati-hati yang teruji

Jaring pikir bertaut

Upayakan tuju terjemput

Dimana dicari generasi terasing

Pada sebuah perjalanan penuh tempa amanah

Mengusung kabar gembira ditandu dakwah

Page 65: SEBUAH CATATAN

INILAH IBARAT MEREKA YANG BERAMAL TANPA ILMU

KOSONG

TIDAK BERISI

NOTHING

Page 66: SEBUAH CATATAN

HAMPA

BUTA

EMPTY

Page 67: SEBUAH CATATAN

ZERO

* Yaa Ilahi... isilah kami... Amiin...

KELUARGA KU ATAU DAKWAH KU

Page 68: SEBUAH CATATAN

KASUS 1

Sebelum teman saya menikah, dia pernah berkata. “Biar saya sudah menemukan pasangan hidup nanti, saya masih mau kerja begini.” Saat itu, kami sedang menuju kesebuah acara baksos. Kata-kata itu, membuat saya mengaguminya. Hingga tujuh bulan kemudian, teman saya tersebut melangsungkan pernikahannya. Tiga bulan pertama, semua masih berjalan seperti biasa. Namun, dibulan selanjutnya, teman saya tersebut mengalami kesulitan untuk sedikit bersantai di tempat kerjanya. Karena, setiap kali selesai jam kerja, sang suami langsung menghubunginya lewat telepon. Padahal biasanya, kami masih harus membicarakan kerja-kerja dakwah yang sangat padat. Semakin diperhatikan, suaminya terus melakukan hal-hal yang semakin menarik perhatian. Entah bercanda, atau apalah. Yang pasti itu cukup mengganggu. Setahun kemudian, setelah pernikahannya, dan memiliki seorang anak. Teman tersebut berhenti bekerja. Dengan alasan ingin fokus untuk mendidik anak.

KASUS 2

Seorang saudara seiman, pernah membuat teman-temannya begitu kagum dengan aktifitasnya. Karena dia membina banyak kelompok pengajian. Dia juga sangat perhatian pada keluarganya. Dan saya juga mengagumi. Tentu saja, seorang aktivis sepertinya memang jarang ditemui. Hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu, saudara kami itupun menikah. . Mempersunting seorang akhwat pilihannya. Dan sejak saat itu, saya jarang menemukannya dalam aktivitas dakwah, yang biasa kami geluti bersama. Yang sangat disayangkan adalah banyak diantara kami yang begitu mengaguminya. Sehingga kami selalu menghibur diri dengan kalimat, “Lagi sibuk kali.”, “Mungkin lagi sakit.” Atau :Biarlah, kan masih pengantin baru.”

KASUS 3

Sebelum pernikahannya, seorang sahabat, pecinta pendidikan, telah melakukan perjanjian pranikah dengan calon suaminya. Bahwa suaminya tidak boleh melarangnya untuk terus melakukan kegiatan pendidikan. Saat ini, ia sudah memiliki dua orang anak. Dan berhasil mengelola sebuah lembaga pendidikan bermutu di sebuah kota. Namun, sekarang sahabat tersebut hanya melakukan aktivitas di rumah saja. Suaminya mengharapkan dirinya untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak, bersama keluarganya. Seorang teman yang pernah yang pernah menghubunginya, menceritakan, bagaimana kesedihan sahabat saya tersebut.

Rasanya tidak ada seorang pun, yang bisa disalahkan dalam ketiga kasus di atas. Bisa jadi keluargalah yang mengharapkan setiap anggotanya untuk lebih sering berada di rumah. Atau diri kitalah, yang enggan untuk meninggalkan keluarga. Sebagai seorang yang belum menikah, mungkin saya tidak berkompeten untuk mengungkapkan hal seperti ini.

Namun, tiga kasus di atas, sering membawa pikiran pada perenungan yang sangat panjang. Bahkan tidak jarang, saya memiliki kekhawatiran terhadap masa depan. Bagaimana nasib saya saat menikah ? Bagaimana pasangan saya nanti ? Apakah ia akan membebaskan saya untuk melakukan aktifitas dakwah ? Atau, ia menginginkan saya untuk berjihad di dalam rumah saja ? Sebuah kekhawatiran yang patut tertanam. Jika kita masih mau melakukan dakwah tanpa batas. Namun, tetap proporsional.

Saya tidak ingat secara tepat, dari mana sumbernya. Namun, saya pernah mendengar ungkapan, “Keluarga akan membawamu untuk mengingat dunia.” Bisa jadi pernyataan tersebut, terbukti dengan kasus di atas. Bisa dikatakan, kita sering menjadikan keluarga atau pasangan kitasebagai alasan untuk mengurangi aktifitas dakwah luar rumah. Apalagi, dakwah saat ini menuntut perhatian khusus, kemasan istimewa, menghabiskan banyak waktu dan terganjal oleh ghazwul fikri yang merajalela. Bisa jadi, istri yang cantik, membuat seorang suami menjadi enggan pergi mengaji. Keasyikan bermain bersam buah

Page 69: SEBUAH CATATAN

hati kita, mungkin saja membuat kita bimbang untuk mengisi majelis taklim. Bahkan, seorang rekan, pernah mengatakan, “Saya nggak bisa seperti fulana yang “keluyuran”, sementara anaknya ditinggal di rumah.” Rekan saya tersebut menganggap kegiatan berdakwah, sebagai tindakan dzalim, yang akan mengorbankan kepentingan keluarga. Walaupun, tidak dapat dibenarkan juga jika seseorang begitu giatnya berdakwah, sampai melalaikan keluarganya.

Tentu saja, pernah terlintas dalam pikiran. Bahwa santai di rumah dengan keluarga memang tidak memerlukan banyak energi, seperti layaknya kita menghabiskan banyak tenaga dan tentu saja, waktu untuk berdakwah. Kita senantiasa merasa nyaman dan aman saat berkumpul dengan istri atau suami dan anak-anak. Terkadang keikhlasan kita, boleh jadi terkikis oleh ungkapan, “Di rumah, kita belum tentu mau melakukan ini.” Dan pernyataan itu akan diungkapkan oleh seorang aktivis yang tidak menyadari, untuk apa ia hidup. Bukankah Allaah telah membeli jiwa dan raga setiap orang beriman. Dan dari perniagaaan itu, akan beroleh senuah keuntungan besar, yaitu surga. Ya, hidup kita, bukan hanya milik kita dan keluarga. Allaah berfirman,

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi:46)

Bahkan Allaah melengkapi perjalanan islam dengan sebuah kisah pengorbanan besar. Kisah keluarga Ammar, yang luar biasa. Yang memilih untuk tetap teguh dalam keimanan. Sekalipun, pilihan keduanya adalah mempertaruhkan hidup keluarganya. Panas api dunia, panas api dunia lebih baik dari pada ‘berkhianat’ kepada Allaah.

Kisah keluarga Ammar, bukanlah doing motivasi. Tapi, itulah sejatinya pernrbanan dari perjuangan seorang jundi. Dunia dan isinya, boleh jadi begitu indah. Namun, menggenggam dunia dengan dakwah ilallaah, itu pasti lebih indah. Dan jalan ini, tidak disiapkan oleh Allaah, untuk melalaikan kita dari kehidupan dunia. Justru jalan dakwah disiapkan untuk membuat kehidupan dunia kita lebih baik. Jika kita sudah meyakini. Maka saatnya.. mengajak keluarga kita untuk memahaminya. Karena, jalan inilah yang insya Allaah, akan mengumpulkan kita dan keluarga di surga. Amiin Yaa Rabbal’aalamin.

By Afiani Intan Rejeki

ESENSI SISI MAKNAWI

Semakin memperhatikan iklan. Maka, makin banyak wanita di sana. Bahkan. Hampir tak ada iklan… tanpa keindahan senyum sang wanita. Hampir tak ada iklan… tanpa cantik wajah wanita.

Page 70: SEBUAH CATATAN

Tak ada iklan… tanpa tubuh wanita. Tereksploitasi ? Atau mengeksploitasi diri ? Entahlah… Gerimis… miris… Kaumku terjebak ? Atau sengaja terlena di dalam jebakan ? Sekali lagi… entahlah.

Yang kembali menjadi perhatian pada setiap iklan. Terutama… iklan kosmetik. Adalah gencarnya mengkampanyekan kecantikan lahir. Bagaimana kulit yang putih… adalah lebih disukai oleh pria. Menyajikan cara-cara cepat menjadi putih. Seakan-akan kulit putih adalah segala-galanya bagi wanita. Tak kan dipandang seorang wanita, tanpa putih kulitnya. Itulah yang digambarkan oleh iklan pemutih kulit. Bahkan, sebuah jingle memiliki syair yang cukup provokatif buat wanita yang sangat peduli dengan hal lahir. “Wajahmu, mengalihkan duniaku.” What a words !! Hanya sekedar wajah putih. Akan membuat seorang pria teralihkan pandangannya dari dunia ? Hmm… semoga tidak mengalihkannya juga dari akhiratnya. Na’udzubillaah.

Diiklan lain, getol membicarakan keindahan rambut. Mahkota bagi wanita. Yang seharusnya terjaga. Terjaga dari segala bentuk kuman dunia. Termasuk pandangan pria-pria berpikiran hina. Seperti halnya pemutih kulit, iklan ini pula, menyampaikan hal yang benar-benar menarik. Jika tak berambut indah, lurus, halus, hitam maka bersiaplah untuk tak menjadi pilihan seorang pria. Hohoho… Bayangkan, pada sebuah iklan… seorang pria yang tersentuh oleh rambut wanita, bisa hampir pingsan. Terlena… Lebay… hehe. Sebuah nilai yang dibangun demi sebuah kepentingan bernama… keuntungan.

Namun, bukan itu saja. Nilai ini, bergeser dari tiga hal lain yang juga penting. Keluarga... Harta… Agama… Yang penting sekarang adalah… Jika ingin dipilih… maka wanita itu mesti berwajah cantik. Ia harus berkulit putih. Dan ia wajib berambut hitam mengkilap. Hmm… Jika sebuah nilai mengenai wanita, sudah bergeser setimpang ini. Dimana tak ada lagi wanita yang dipandang kecerdasannya. Tak usah dipedulikan kekuatan spiritual keagamaannya. Dan tak perlu lagi diteliti keluarganya. Mungkin, pria tak perlu memilih seorang wanita… tapi… pilihlah boneka Barbie. Rambut memang tak hitam. Namun, rambut Barbie indah lho. Kulit Barbie… dijamin putih… tih… tih… hehe. Ada lagi. Tak perlu mencari siapa keluarga Barbie. :)

Ups… bukan itu inti dari tulisan ini. Bukan berpesan kepada pria manapun. Namun, membagi pikirku dengan setiap wanita manapun. Yang dengan cintaku ingin kupeluk dengan segenap rindu. Dan kusampaikan padanya kata-kata ini…

“Bahwa kaulah keindahan. Yang diletakkan Allaah pada pelataran bumi. Kau diciptakan demi sebuah ketenangan jiwa bagi seorang pria. Bukan dengan kulit nan lembut. Bukan dengan putihnya ia. Bukan dengan sehelai rambut nan mempesona. Kau adalah mutiara kedamaian. Yang seharusnya tersimpan rapi dicangkang kerang kesederhaan. Kau tertutup dari pandangan kehinaan. Kau terhindar dari duri-duri cela. Kau adalah bunga kecemerlangan. Yang wangi karena karyamu. Yang menarik karena mahkota lakumu. Yang makin indah karena setiap kebaikan yang kau tampakkan di benang sarimu. Kau tercipta bukan untuk ditatap mata... hingga yang ada padamu... hanya BENTUK dan WARNA… Kau mestinya terukur oleh hati... agar yang eksis pada diri... adalah ESENSI... sisi MAKNAWI.”

Page 71: SEBUAH CATATAN

Oke Cantiiiiik... ^_^

BANDUNG AKU MERENUNGKali ini...

Tak kulihat kalian... hanya sejenak di sana...

Sepekan kau bilang...

Lalu... berjalannya waktu...

Sebulan kau sebut...

Siapakah yang merebut nyaman tidurmu...

Aliran air yang tak kau undang...

Ataukah jaringan kusut negri yang dilalaikan...

Kau jemput mimpimu...

Di atas dingin lantai...

Tempat kau rebahkan rindu... pada rumahmu... meski mungil...

Di mana tak butuh belas kasih kiriman orang yang tak kau kenal...

Kau tepis dukamu... dengan lelap yang tak nyenyak...

Iya kan..?? Benar kan..??

Dan kami... dari ruang hidup nan aman terkendali...

Mencoba menyelami derita yang kau rasa...

Page 72: SEBUAH CATATAN

Dukalah kami pula... wahai saudara di sebuah derita...

Miris...

Gerimis... menderas... bersama kisah kelana musibah di kehidupanmu...

Rencana hidup berkalang bahagia...

Di tepis oleh curahan tangis semesta...

Sakitkah..??

Mata sebagai saksi...

Kolam besar alami...

Hadir tanpa konstruksi...

Allaah... Allaah... Allaah...

Hanya Kau berkuasa...

Menghangatkan mereka... dari dinginnya udara...

Mengganti bulan derita... dengan seumur hidup bahagia...

Amiiin Yaa Rabb...

KAU KUATAlhamdulillaah... Cerpen pertamaku... Makasih bu Galuh... Makasih Era... Makasih semuanya... Makasih sahabat... Kau-lah inspirasinya... :) (Ayooo... monggo... silahkan... dikritik abis-abisan... mumpung belum ketagihan nulis cerpen... hehe

Yaa Allaah… Aku masih gadis… Perempuan berkulit sawo matang itu berkata dalam hati. Ia baru saja lepas dari kekalutan yang dirasakannya berbulan-bulan. Dalam rumah bernama cinta, tanpa cinta. Pada ikatan yang mengatasnamakan kasih sayang, tanpa kasih sayang. Pedih yang dirasanya, dihapus Allah dengan kenyataan yang indah. Hatinya dipenuhi syukur yang tak henti. Kesabaran tanpa tepi ada di telaga hatinya yang murni. Lewat udara, dibisikkannya terimaksih pada sosok yang telah melepaskannya. Senyumnya mengembang…

Page 73: SEBUAH CATATAN

11 Bulan lalu…

Kasih menebar pandangannya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya. Kamar mungilnya berubah drastis. Lemari gantungnya entah dipindah bapak kemana. Meja kerjanya yang lapuk pun telah berganti dengan sebuah meja rias yang memunculkan bayangan gadis manis itu, pada kaca besarnya. Sebuah kipas besar di pojok ruangan, sedikit menyejukkan ruang 3x4 yang biasanya terasa hangat. Walaupun, sebenarnya Kasih kurang suka dengan hembusan anginnya yang terlalu keras menerpa kulit sawo matangnya. Tapi, bapak yang meletakkannya di situ. “Besok kamu perlu itu nak.”, katanya. Kasih hanya bisa pasrah, kali ini dia sama sekali tak ingin berkata apapun yang berbeda dari pendapat dan keputusan bapak. Lajang 24 tahun itu kembali menelusuri sudut-sudut kamarnya. Hari ini semua sudah menjadi biru. Warna yang paling diinginkannya sejak dulu. Bila tiba masa yang ditunggu itu. Bagaimanapun bentuk hiasnya, warna inilah yang diharapkannya.

Seketika, dirasanya sebuah getar yang tak biasa. Teringat pada sesuatu. Kasih menghampiri lemari biru yang dibeli bapak. Bapak… selalu punya cara untuk menyenangkan anak-anaknya. Meski tiada kata yang terungkap dari lisannya yang kaku. Tangannya mengambil sebuah tas berisi laptop. Satu-satunya barang paling berharga baginya. Dibelinya dengan uang tabungannya yang tak banyak. Kasih duduk disandaran kasur busa yang juga telah diberi seprai dan ‘bedcover’ berwarna biru langit mengkilap. Membuka laptop di atas pangkuannya. Satu folder yang dicarinya ‘Hati Yang Rindu’. Kursor dihentikannya pada tulisan itu. Dan jari telunjuknya menekan mouse-nya lembut. Hanya ada dua file di dalamnya. Dipilihnya salah satu. Hingga muncullah tulisan itu. Sebuah ungkap rasa, yang baru dituliskannya satu bulan lalu.

Abangku sayang…

Masih jauhkah… kesempatan kita untuk bertemu…

sedangkan… telah siap sebuah taj mahal… kubangunkan di hatiku nan rapuh…

namun istanamu… kukuh di sana…

resahku… ku hapus dengan memimpikan umat yang kian berjaya…

gundahku… ku hilangkan… dengan sejumput asa…

bahwa umat ini akan menikmati indahnya.

Ketika tiba masanya… Allaah tunjukkan kebenaran pada mereka…

Namun… tetapku impikan…

keluarga bahagia… bersamamu…

sosok yang masih ada dalam do’a…

Page 74: SEBUAH CATATAN

nama… yang sampai saat ini masih saja rahasia…

Rahasia langit… yang belum terungkapkan…

Allaah…

Penggenggam kehidupanku…

Peletak takdirku… Izinkan dalam kekuranganku…

Perkenankan dalam kelemahanku…

ku harapkan seorang pangeran yang terbaik bagiku…

Yang pula… meneguhMU dalam jiwanya… menyatukanMU dalam hatinya…

MenjadikanMU yang utama pada citanya…

Satukan kami… dalam kecintaan kami kepadaMU…

pertemukan kami… dalam kumpulan terbaik di sisiMU…

Ikatkan kami… Pada perjuangan bagi dienMU…

Dan jadikan kami… manusia-manusia beruntung…

Yang mendapat ridhoMU…

berhak menempati surgaMU…

dan… memperoleh keindahan tiada banding…

yaitu menatap wajahMU… Amiin Yaa Rabb

Setetes bening, mengalir jatuh dari sudut matanya. Allaah menjawab sebagian isi do’aku. Aliran itu, jatuh begitu saja. Kasih tak sanggup menahan bahagianya. Menderas, melelehkan rasa kesendiriannya. Karena besok, 2 Mei 2010, Syaif Dewangga Aji akan mengucap ijab untuknya. Hmm… cukup… Kasih menghapus genang di pipinya. Menutup file dan folder. Kemudian mematikan laptopnya. Di letakkannya di samping bantal. Kemudian ia berbaring, memeluk guling birunya yang baru. Teringat kembali sang bapak. Bapak… terima kasih…

Aroma kebahagiaan yang semakin memuncak. Kasih menarik nafas dalam-dalam. Getar halus itu sedikit memalukan baginya. Tapi, ia muncul tanpa dapat ditahan. Dan ia pun menegur jiwanya yang hampir tak sabar menanti esok. Sabar ya, Kasih. Perlahan tapi pasti, angin sejuk yang tak terlalu disukai dari kipas angin mulai membelainya. Membujuknya menyelami

Page 75: SEBUAH CATATAN

kedalaman bawah sadarnya. Kasih tertidur…

**** @ ****

Kasih berdiri di depan cermin besar itu. Gaun pengantin hijaunya, menampakkan aura kecantikan yang selama ini terpendam dalam keindahan menundukkan pandangan. Tampak kerlip keemasan menambah pesona Kasih hari ini. Disampingnya, ada bapak… yang sedari tadi memandang dengan penuh kebanggaan dan sayang. “Kamu cantik nak.”, kata sang bapak.Kasih mencabut pandangannya dari cermin. “Lho, bapak baru tau ya ? Hehehe…” “Bapak dah tau dari dulu sih nak. Tapi, bapak males ngomongnya.”, balas bapak atas canda Kasih.Keduanya tertawa di kamar biru itu. Bahagia… meski ada setitik kehilangan.Kehilangan yang sama, hadir saat ijab kabul diucapkan oleh Syaif. Di kamarnya, Kasih bergetar bahagia. Hingga tetes-tetes bening mengaliri pipinya. Disambung dengan duka yang masih segar diingatannya. Ibu telah tiada. “Kasih dah menikah ibu. Semoga Allaah sampaikan bahagiaku sebagai cahaya bagi tidur panjangmu. Amiin.” Aliran itu susut, ketika Syaif, suaminya, masuk bersama bapak. Kasih tertunduk malu, ketika mata Syaif, beradu dengan tatapannya. Bapak menyerahkan sebuah pulpen, dan menyuruhnya untuk membubuhkan tanda tangan pada sebuah kertas. Kemudian, Syaif mengeluarkan sesuatu dari kantung jasnya. Sebuah kotak perak. Saat dibuka, tampaklah mahar Kasih. Yang disebut Syaif diijab kabulnya tadi. Sebuah cincin sederhana. Sangat sederhana.

Mahar itu, telah melingkar di jari manis Kasih. Kemudian, sebagai tanda penyerahan ketaatannya pada Syaif. Kasih spontan mengambil tangan Syaif, yang baru saja menyelipkan cincin itu. Diciumnya dengan penuh hormat. Dalam hati, Kasih berkata… “Aku akan menjadi istri yang taat untukmu, suamiku.” Lama… Syahdu… Setelah itu, Kasih berpaling pada bapak. Digenggamnya telapak tangan bapak. Dibawanya airmata, untuk tumpah di atas tangan yang telah mengerut itu. Penuh takzim…

**** @ ****

Usai sudah pesta pernikahan Kasih. Seharian, ia hanya bisa tersenyum. Senyum tak terpaksa. Karena hari itu, ia memang hanya punya senyum untuk dunia. Semua memang lelah. Namun, canda masih terdengar di dapur, di ruang tengah dan di halaman rumah. Di kamar biru. Setelah usai menyalin pakaiannya. Syaif berkata, “Aku lelah, tidur duluan ya dek.” Datar, namun sanggup menciptakan satu hening. “Ya mas.” Kasih memang merasakan lelah pula. Namun… Aah… sudahlah hari ini memang melelahkan. Meski ada setitik kecewa di hatinya. Seharusnya… ada sebuah dialog malam itu… dialog persatuan jiwa. Bicara dari hati ke hati. Kasih menarik nafas panjang dan melepaskannya. Ia rela…

**** @ ****

Page 76: SEBUAH CATATAN

Sepekan… Syaif menjaga jarak. Kasih bersangka baik. Dia mungkin masih malu… sangat malu. Dua pekan… tidur itu… masih dengan posisi yang sama. Syaif membelakanginya. Meletakkan sebuah guling di antara mereka. Apa ini..? Apa maksudnya...? Sebulan sudah. Malam itu, Kasih menyembunyikan guling pemisah tidur mereka. Saat akan tidur, Syaif panik… tak menemukan gulingnya. “Mana gulingnya dek..?” Syaif memandang Kasih yang sedang menyisir rambutnya. “Adek simpan.”, jawab Kasih tenang.“Dimana..?”, nada Syaif meninggi.Kasih diam. “Dimana dek..?” Makin tinggi.Kasih berbalik, menatap suaminya. “Kenapa mas..? Untuk apa..?”, tanya Kasih. Sambil menahan tangisnya. Getar nada suaranya. Syaif keluar dari kamar, ia menuju ke kamar sebelah, kamar Dinar, adik Kasih. Dan kembali membawa sebuah guling. Meletakkannya di tengah tempat tidur. Kemudian mengambil posisi yang sama. Seperti malam-malam sebelumnya. Dan… diam… tidur. Kasih menatap punggung suaminya penuh tanda tanya. Ada apa denganmu mas.

Bulan ketiga… Ruang tidur adalah tempat paling hening. Penuh dengan kejujuran disana. Kejujuran rasa yang dalam. Kasih… terus menerima penolakan. Kekakuan hadir.. ketika keduanya didalam penjara 4x5 itu. Penjara..? Hampir sama menurut Kasih. Hampa… Tapi, dia suamiku. Aku tetap sayang… cinta. Namun, kekakuan itu selalu berubah. Saat keluar melalui pintu ruang tidur mereka. Dipintu depan… kemesraan itu ada. Kasih mencium tangan Syaif. Syaif mencium kening Kasih. Tapi… hambar. Mesra yang juga hadir di ruang tamu. Tak pernah absen di meja makan. Mungkin karena ada bapak. Kasih pun… hampir muak dengan kebodohannya.

Suatu malam di bulan ke 7. Kasih bersiap dengan penampilan terbaiknya. Penampilan terbaik, yang semakin baik daripada bulan-bulan sebelumnya. Demi menarik perhatian suaminya tersayang. Dihampirinya Syaif, yang telah terbaring membelakanginya… lagi. “Mas.”, panggilnya.“Aku mau tidur.”, Syaif semakin mengkerutkan posisi tidur. Sebuah penolakan.. lagi. Biasa.. Kasih tak menyerah. Kali ini, ia harus berusaha lebih keras. Karena… pernikahannya… adalah taruhannya. Allaah… Bantu Kasih ya.“Mas Syaif.”, Kasih melembutkan suaranya.. mendayu.. rindu.. disentuhnya bahu Syaif. Syaif meloncat bangun dari tempat tidur. Berlari menuju sudut ruang tidur mereka. Ia menatap Kasih dengan pandangan aneh.“Kenapa mas..?” Kasih kaget dengan reaksi Syaif. “Kamu mendekat.. aku akan pergi dari rumah ini.” Ancam Syaif.DUG..!! Hantaman keras di dinding hati Kasih. Hancur… “Apa salahku mas..? Aku ini istrimu.”, Tangis Kasih tak terbendung, Namun, ia berkata dengan suara pelan. Kasih tak ingin bapak tau. “Jujur mas..? Ada apa sebenarnya..?”, masih dalam tangisnya.Syaif diam.. diam... dan diam.

Kasih makin lebur dengan yakinnya. Tanpa diberi alasan, ia tak pernah diberi hak mendapatkan kasih sayang dari Syaif. Kebohongan demi kebohongan yang hadir dari diamnya Syaif.

Allaah…

Page 77: SEBUAH CATATAN

inilah Kasih…

Seorang istri sederhana…

Yang mengharap cinta dari lelakinya tersayang…

Meminta keadilan dari ruang ke-Rahiman-Mu…

Mengharap keputusan terbaik dari kuasa Rahman-Mu…

Masihkah Kasih… harus terus memberi kasih…

Pada sesosok Syaif Dewangga Aji…

Yang telah menghargaiku dengan sakral ta’likut thalak…

Namun… tak menghendaki Kasih sebagai istri sejati…

Sungguh… Kau-lah muara cintaku…

Pada-Mu… rindu kulabuh lewat sujud-sujud digulita pekat…

Haruskah Kasih-Mu ini… merawat pernikahannya…

Keluh Kasih pada sebuah puisinya…

**** @ ****

Bulan kesebelas…Setelah melalui kesabaran panjang. Kasih menerima keputusan hakim. Ia telah bercerai dengan suaminya. Seorang Syaif Dewangga Aji. Berat… Namun, harus. Ia yakin. Setelah berpuluh-puluh istikharahnya.

**** @ ****

Yaa Allaah… Aku masih gadis… Perempuan berkulit sawo matang itu berkata dalam hati. Ia baru saja lepas dari kekalutan yang dirasakannya berbulan-bulan. Dalam rumah bernama cinta, tanpa cinta. Pada ikatan yang mengatasnamakan kasih sayang, tanpa kasih sayang. Pedih yang dirasanya, dihapus Allah dengan kenyataan yang indah. Hatinya dipenuhi syukur yang tak henti. Kesabaran tanpa tepi ada di telaga hatinya yang murni. Lewat udara, dibisikkannya terimakasih pada sosok yang telah melepaskannya. Senyumnya mengembang…

Sahabatku: “Saya dah cerai mbak. Lebih baik mbak tau dariku. Daripada dengar dari orang lain.”, katanya sambil tersenyum.

Page 78: SEBUAH CATATAN

Aku: Terlonjat kaget, “Kenapa ukh..?” Getar… suaraku getar. Ikut terluka.Dia menceritakan perjalanan pernikahannya. Hatiku… tak cuma gerimis. Hujan… deras.Sahabatku: “Sudahlah mbak. Airmataku… cukuplah. Sekarang aku tak perlu menangis lagi. Allaah sayang padaku. Dengan cara yang tak kita mengerti.”, dengan senyumnya… hampir getir. Namun, ia… tersenyum.Aku: “Ada orang lain… jauh lebih baik… yang akan meminangmu. Allaah sayang… sangat sayang padamu.”, hiburku yakin… sangat yakin…Sahabatku: “Makasih… akupun yakin. Kamu perlu tau satu hal lagi.”, sambil senyum. Tak ada getir di situ.Aku: “Apa itu..?”, keningku mengerut.Sahabatku: “Aku masih perawan.” Kupeluk dia… penuh sayang. Kau hebat. Jika aku… mungkin tak kan kuat. Semoga tak terjadi, pada yang lain. Cukup kau. Allaah meletakkan satu hal didirimu...KUAT.

Mengagumi… sebuah KESABARAN…

Sekaligus pamit... hendak rehat... dari belantara Facebook... Mohon maaf lahir batin... Semoga ukhuwah tetap terjaga. Amiin

BERUNTUNGAku pernah jatuh...

Terjerembab oleh kalah...

Lalu... membagi tangis...

Melempar keluh ke segala penjuru...

Mengoper kesah ke setiap arah...

Dan hanyut dalam sedu sedan...

Teringat... apa yang Kau lakukan...

Kau perlihatkan lebih banyak luka... yang berlebih laranya...

Kau perdengarkan rintih... yang lebih pedih dari ringisanku...

Kau tunjukkan hitam... yang lebih gulita dari gelapku...

Page 79: SEBUAH CATATAN

Mengapa..??

Bukannya Kau tampilkan senandung bahagia...

Atau Kau gelar panggung ceria...

Setidaknya... sebuah kisah yang gembira...

Tidak... Kata-Mu...

"Hambaku sayang... untuk membuatmu merasa beruntung... maka, Ku perlihatkan ketidakberuntungan."

"Supaya kau merasa bahagia... Maka Ku tunjukkan ketidak bahagiaan."

"Demi kau dapat menemukan terang... maka Ku persembahkan kegelapan."

"Mengertilah... tak ada yang lebih menginginkan kau tersenyum... kecuali Aku."

"Tak ada yang sangat berkehendak kau harus bahagia... melainkan Aku."

"Jika kau terima cara-Ku mencinta... maka... bersabarlah..."

"Pilihan... ada padamu... wahai hamba-Ku."

~~~~~~~^^^^^^^~~~~~~~~~~~~~~~~

Dalam jatuhku... Dia menghiburku... Ku terima cinta-Nya... yang sungguh tak sederhana...

Dalam rasa kalahku... Aku BERUNTUNG...

Alhamdulillaah...

KISAH DAHSYAT DUA SAHABATPada sebuah... Perjalanan hijrah...

Pagi itu… dua orang yang bersahabat… keluar melalui pintu belakang sebuah rumah. Mereka akan pergi meninggakan Mekkah. Sebelum fajar menyingsing, mereka berangkat secara tergesa-gesa. Yang satu… adalah seorang insan utama. Dan yang satunya lagi, adalah sahabat yang sangat mencintainya (baca: Pecinta) Semalam… Sang insan utama, baru saja terlepas dari sebuah percobaan pembunuhan. Namun… Manusia dengan rencananya… Dan Allaah dengan Ketetapan-Nya. Dia selamat dari pengepungan dan penjagaan yang ketat orang-orang yang akan mencelakainya.

Kedua sahabat tersebut, akan menuju Madinah. Mereka tau, setelah terlepas dari bencana semalam. Maka, para pemikir hitam itu akan terus mencari mereka tanpa lelah. Dan mereka pun menempuh jalur yang tak biasa digunakan untuk ke Madinah. Mereka menempuhnya sejauh lima

Page 80: SEBUAH CATATAN

mil. Hingga sampai di sebuah Gunung… bernama Tsaur. Mereka melalui jalan menanjak yang melelahkan. Berat… yang menghadirkan penat. Jalan berbatu-batu besar, yang dilalui tanpa alas kaki. Hingga mereka mesti berjinjit, agar tak meninggalkan bekas pada kakinya. Sang Insan Utama terlihat lelah yang sangat. Begitu pula sang Pecinta. Namun… apa yang dilakukan sang Pecinta. Ia memapah sahabatnya hingga tiba di puncak dan sampai di mulut gua Tsaur.

Setelah menempuh perjalanan sulit itu. Saatnya sejenak… henti sekejap. Akan mereka… beristirahat di dalam gua. Dengarlah yang dikatakan sang Pecinta… “Demi Allaah… janganlah engkau masuk kedalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres, biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau.” (Betapa cinta seorang sahabat…)

Sang Pecinta, masuk ke dalam gua. Disisihkannya kotoran-kotoran yang berserakan. Dan didapatinya sebuah lubang. Maka dirobeklah mantelnya menjadi dua bagian. Satu ia ikatkan ke lubang. Dan bagian yang satu, ia balutkan di kakinya. Sang Pecinta, menempatkan kakinya untuk menutupi lubang. Setelah itu ia berkata…

“Masuklah.”

Sang insan utama pun masuk. Kemudian ia merebahkan diri di pangkuan sahabatnya, si Pecinta. Manusia mulia itu, lelap…. Nyenyak. Tiba-tiba… sebuah sengatan yang menyakitkan… berlaku pada kaki Pecinta. Namun… ia tak bersuara sedikitpun. Tak ingin mengganggu istirahat sahabatnya. Ia terus menahan sakit yang sangat pada telapaknya. Hingga airmatanya menetes ke wajah sang Insan Utama.

“Apa yang terjadi wahai sahabatku.”, Tanya beliau.“Demi ayah dan ibuku menjadi jaminanmu, aku digigit binatang.”

Kemudian Insan Utama meludahi bagian yang digigit, hingga hilanglah sakitnya. Keduanya berada di gua, selama tiga malam. Dan saat mereka di dalam gua inilah. Seseorang yang mereka percaya, mereka minta untuk mengantarkan onta.

Setelah melanjutkan perjalanan… Di suatu tempat, mereka menemukan sebuah batu besar… yang satu sisinya tidak terkena sinar matahari. Mereka kembali beristirahat. Si Pecinta berusaha meratakan pasir dengan tangannya. Agar nyaman untuk tidur. Lalu dihamparkannya kain kepalanya, sambil berkata,

“Tidurlah wahai sahabatku, biar kutiup di sekitar engkau.”

Maka sang Insan Utama tidur… si Pecinta, meniup sekitarnya dengan sabar. Saat itu, seorang penggembala melewati tempat mereka beristirahat. Si Pecinta meminta susu dari dombanya yang bisa diperah. Ia menunggu untuk memberikan pada sahabat yang dicintainya, hingga beliau terbangun.

“Minumlah.”

Page 81: SEBUAH CATATAN

Sang Insan Utama meminumnya. Pecinta, menatapnya dengan bahagia. Lalu sahabatnya itu bertanya,

“Bukankah sudah tiba saatnya untuk melakukan perjalanan?”“Ya.” Jawab si Pecinta. Sedangkan dirinya, belum sempat beristirahat.

Perjalanan dengan onta, sang Insan Utama, selalu duduk di bagian depan. Dan si Pecinta, berada di belakangnya. Sedangkan si Pecinta, adalah orang tua yang telah banyak dikenal. Namun… setiap ada yang bertanya. Si Pecinta menjawab… “Dialah yang menunjukkan jalan kepadaku.” Sedangkan maksudnya adalah jalan kebaikan.

Perjalanan ini, bukanlah perjalanan tanpa ancaman. Masih ada orang-orang yang berusaha mengejar mereka. Hingga si Pecinta, selalu menengok ke belakang. Dan diketahuinya seseorang sedang mengikuti hingga tumbuh kekhawatiran di hatinya.

Lalu sang Insan Utama berkata, “Janganlah engkau takut. Sesungguhnya Allaah bersama kita.”

Suatu ketika pula. Dalam perjalanan panjang mereka. Melewati tenda seorang wanita yang sabar dan tekun. Ia memiliki seekor domba yang mandul dan terlalu tua untuk mengeluarkan air susu. Namun, sang Insan Utama mengusap kantong kelenjar susu domba itu dengan menyebut asma Allaah dan berdo’a. Maka domba itu mengeluarkan air susu yang sangat banyak. Hingga cukup untuk mereka.

Dalam perjalanan itu pula… Mereka bertemu beberapa orang yang dijanjikan hadiah untuk mencelakai mereka. Namun kemudian menjadi pengikut bagi mereka. Meraka pula bertemu dengan beberapa kabilah-kabilah dagang.

Di Madinah…

Penduduk Madinah, telah menantikan kedatangan kedua sahabat ini. Setiap hari… mereka berkumpul di sebuah tanah lapang. Dan pulang saat tengah hari. Hingga suatu hari, saat mereka telah usai menunggu sejak pagi, dan akan beranjak pulang. Seorang Yahudi yang naik di atas benteng untuk sebuah keperluan. Saat itulah… ia melihat rombongan yang mereka tunggu. Tak kuasa menahan diri. Ia pun berteriak… “Wahai orang Arab, itulah kakek kalian yang kalian tunggu-tunggu.

Maka serentak… takbir bergema… kegembiraan tumpah ruah di seluruh kota. Meriah… yang tak ada masa sebelumnya hal itu… terjadi di Madinah.

Hingga kedua sahabat… tiba di sana. Maka bergemalah dendang syair dari anak-anak gadis kota Madinah…

Purnama telah terbit di atas kami

Dari arah Tsaniyyatul-Wada’

Page 82: SEBUAH CATATAN

Kita wajib mengucap syukur

Dengan do’a kepada Allaah semata

Wahai orang yang diutus kepada kami

Kau datang membawa urusan yang dita’ati

*Perjalanan dua sahabat… Antara kesetiaan, pengorbanan dan perjuangan yang sama. Hingga… dari perjalanan inilah… Yang menjadi detik-detik awal PERUBAHAN... Masa-masa mula KEMENANGAN... Waktu pembuka bagi 7 abad KEJAYAAN... Islam...

Kalian tentu tahu… Siapakah kedua sahabat itu… Mereka adalah Rasuulullaah Muhammad Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam… Dan Abu Bakar Ashshiddiq…

SELAMAT TAHUN BARU 1431 HIJRIYAH

*Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury)Ditulis kembali... dengan caraku... Semoga bermanfaat...

MENGENANG HIJRAH YANG BUKAN SEKEDAR KENANGANBismillaahirrahmaanirrahiim...

Hijrah... Pindah... Jika sebuah keluarga masih berprofesi sebagai 'kontraktor'... maka pindah... adalah hal yang akan sering dilakukan. Itu adalah hijrah yang tentu memiliki hikmahnya tersendiri bagi keluarga tersebut. Pengorbanannya adalah... lelah, waktu, tenaga, biaya... dan lain-lain.

Namun... mari kita tengok... sebuah rangkaian sejarah indah... pada sebuah hijrah...

~> Abu Salamah

Hijrah adalah perjalanan panjang. Yang tak satupun umat muslim saat itu, mengetahui. Apa yang akan terjadi dengan kehidupan mereka setelah hijrah. Mereka layaknya melangkahkan kaki pada sebuah tujuan yang mengambang.

Kesadaran akan mengambangnya hari-hari setelah hijrah, tak membuat para muslim menyurut langkah yang akan terayun.

Page 83: SEBUAH CATATAN

Mengingat Abu Salamah. Beliau pergi berhijrah seorang diri. Meninggalkan istri yang diambil oleh keluarga istrinya, karena tidak menyetujui hijrahnya. Dan tanpa anak, yang diambil oleh keluarga dari pihaknya.

Apalah rasa hati… dipisahkan dengan orang-orang yang kita cintai. Namun melakukan hal lain, yang masih tak pasti. Tentu sedih dan gundah itu hadir di kedalaman hati Abu Salamah. Apakah ia mengurungkan niatnya..?! Tidak. Ia menyusuri padang pasir bersama jiwanya yang terluka. Namun, hijrah telah menjadi pilihannya. Tiada istri digandengannya. Dan tiada anak dalam pelukannya.

Hati apa ini… Ialah… hati yang ta’at. Subhaanallaah… (Inikah kau hatiku…?)

~> Shuhaib

Shuhaib memiliki harta benda yang cukup banyak. Dia ingin menyambut seruan hijrah. Namun, kedengkian para kafir Quraisy, tak dapat membiarkannya bebas pergi begitu saja. Mereka berkata, “Dulu engkau datang kepada kami dalam keadaan hina dan melarat. Setelah hidup dengan kami, harta bendamu melimpah ruah dan engkau mendapatkan apa yang telah engkau dapatkan, kini engkau hendak pergi begitu saja memboyong hartamu. Demi Allaah, itu tidak akan terjadi.”

Apa yang ada dalam pikiran kita. Disertai dengan ancaman-ancaman dari para kafir tersebut. Adakah menciut keinginan Shuhaib untuk hijrah…?! Sekali lagi… Tidak.

Namun… akankah harta, yang sedemikian lama, dikumpulkan dengan jerih payah. Tentu dengan perjuangan yang tak dapat dipungkiri, bagaimana lelah dan penat menghampiri dalam mengumpulkan harta itu. Jika harta itu… diletakkan di hatinya… maka Shuhaib akan tinggal karena ancaman yang membahayakan diri dan hartanya. Namun… harta itu… terletak di tangannya. Dan Allaah Melemahkan genggamnya. Sehingga Shuhaib berkata… “Bagaimana menurut pendapat kalian, jika harta bendaku kuserahkan pada kalian, apakah kalian akan membiarkan aku?” “Baiklah…”, kata mereka.

Harta. Siapakah yang tak dengan penuh daya usaha, ingin memilikinya. Kita semua begitu. Inginnya kita berjaya dengan gelimangnya. Dengan punya segala. Sebuah cita-cita dunia yang akan singgah di dalam pikir siapa saja, yang berharap akan nikmat dunia. Tapi Shuhaib… meninggalkannya. Jiwa apa ini… Ialah jiwa merdeka. (Itukah kau jiwaku…?)

Untuk keindahan peristiwa ini… Rasuulullaah berkata… “Shuhaib beruntung… Shuhaib beruntung.”

Keberuntungan semacam ini… Sungguh tak ternilai.

~> Persembahan Ali

Sekumpulan jahat… berencana jahat… hati mereka hitam oleh karena kejahatan. Hidupnya kelam karena terlalu sering menjahati orang. Dari jiwa-jiwa mereka yang gulita. Hadir niat

Page 84: SEBUAH CATATAN

durjana. Menyakiti manusia mulia. Muhammad SAW.

Muhammad inilah… Kekasih bagi mereka yang beriman. Sahabat bagi semua yang taqwa. Yang di lisannya mengalir kebenaran dari Rabb-nya. Yang di wajahnya menggantung teduh bagi siapapun yang menatapnya. Yang di hatinya tumbuh kasih dengan rimbun. Duduk bersamanya adalah keinginan bagi siapa saja yang merindu hikmah sepanjang hidup. Hidup di zamannya… adalah harap bagi mereka yang terbelenggu cinta pada kesholihannya.

Dan manusia mulia itu… akan dibunuh…?! (Apakah yang kau rasa saat ini wahai diriku…?) Rasuulullaah akan dibunuh…

Maka malam itu… Sang Khotimul anbiya… akan berhijrah… meninggalkan Mekkah. Dan bersama permulaan gulita itu… kafir Quraisy yang sombong lagi dengki… mengatur rencana hitamnya… “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu, dan Allaah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS Al Anfal:30)

Rasuulullaah yang ummi… namun menyimpan kecerdasan sejati, yang disematkan oleh Allaah. Meminta Ali bin Abu Thalib, untuk menggantikannya tidur di pembaringan beliau. Dengan memakai sebuah mantel hijau yang biasa dipakai Rasulullaah untuk tidur. Hingga pagi datang, dalam penjagaan yang direncanakan dengan matang… para kafir Quraisy, baru menyadari kegagalan pengepungannya. “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di hadapan mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tak dapat melihat.” (QS Yasin:9) Rasuulullaah selamat…

Lalu… jiwa muda semacam apa, yang dimiliki seorang Ali. Mau melakukan hal yang diketahuinya membahayakan jiwa? Jawabannya adalah.. jiwa cinta. Pemuda Ali, mengetahui benar pengorbanan apa yang ia lakukan. Untuk siapa ia berbuat. Dan apa yang akan ia raih. Maka jiwanya, adalah secuil persembahan yang bisa ia beri. Demi sebuah janji besar. (Bagaimana denganmu, diriku…?)

~> Masih banyak yang lain…

Yang akan semakin menyadarkan kita… telah sampai di manakah… jiwa-jiwa kita. Hijrah macam apakah yang telah kita lakukan. Pengorbanan seindah apakah yang telah kita perbuat. Adakah sekali waktu, kita akan melepas setiap nikmat yang ada pada kita, untuk sebuah hijrah…?!? (menengok diriku)

Di manakah… jiwa cinta kita bersembunyi…?!? Kemanakah… jiwa merdeka kita menuju…?!? Dan kepada siapakah… Hati yang ta’at kita berikan…?!? (menanyai jiwaku)

Adakah surga telah dekat…?!? Semoga…

Hijrah… Hijrah… Hijrah sahabat… Mari Berhijrah…

Page 85: SEBUAH CATATAN

*Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury)

Ditulis kembali dengan bahasa rasaku… Tanya padaku… Dan meneliti hatiku…

SELAMAT TAHUN BARU 1431 HIJRIYAH

MEMPERTANYAKAN PERUBAHAN (HANYA TUMPAHAN GELISAH)Adakah hal yang tidak mengalami perubahan di bumi kita ni..?? Sedangkan perubahan adalah hal yang terus terjadi. Sebuah batu pun mengalami perubahan seiring dengan tempaan lembut tetesan air. Baja pun mengalami perubahan oleh ketrampilan manusia yang diilhamkan Allaah kepadanya. Mendungpun berubah menjadi hujan.. ia awalnya ringan kemudian menjadi berat. Adakah yang tidak berubah..??

Pergolakan demi pergolakan di negeri ini pun, seringkali menimbulkan perubahan. Perubahan kepemimpinan, perubahan dalam pengembangan wilayah bahkan pengecilan wilayah yang diakibatkan oleh kesewenangan negara sahabat yg kurang bersahabat, atau bisa jadi karena managemen negeri yang kurang rapi..?? Sehingga perubahan-perubahan yang terkadi adalah perubahan ke arah yang beberapa di antaranya lebih kepada perubahan ke arah yang kurang baik. Dari yang benar menjadi salah.. lebih menjadi kurang.. atau apa ya..?? Maaf ya pemimpin-pemimpin negeriku.. Inilah yang aku rasakan. Aku ungkapkan dari kenyataan yang aku saksikan atau aku dengar dari orang lain.

Dua hal yang terus berkecamuk di ruang rasaku.. ketika melihat dan mendengar dua hal, yang menurutku penting di negeri ini yang berubah.. bukannya menjadi baik malah menurutku.. hanya menghilangkan nilai-nilai baik di dalamnya.

Namun, kali ini kuceritakan satu hal lebih dulu.. Satu hal penting yang menggores hatiku. (Sungguh..) -_-

Hal pertama yang baru saja aku gali dari ruang belajarku. Meskipun belum terlalu mendalam. Karena hanya coba kuraih dengan banyak bertanya pada para aktivisnya. Tentang sebuah sekolah, yang ditujukan untuk para calon guru saat itu, Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Bagaimana kekecewaan beberapa rekan yang dulu berasal dari SPG, pula ungkapan seorang dosen yang sempat menjadi dewan pengajar di SPG. Bahwa mereka menyesali ditutupnya SPG.

Maka mengalirlah.. seuntai kenangan dari SPG.. yang membuatku jadi bertanya-tanya.. mengapa hal itu tak dilanjutkan..??

Page 86: SEBUAH CATATAN

SPG benar-benar ditujukan untuk membentuk karakter guru yang sangat kuat. Apakah itu guru matematika, bahasa dan lainnya. Rekan kuliahku, seorang ibu yang telah menjadi guru PAUD, menceritakan. Bagaimana mereka dahulu dididik. Dari hal berpakaian. Seorang siswa SPG tidak boleh menggulung lengan bajunya. Bagi siswinya, diwajibkan untuk memakai rok. Dulu pun, menurut ceritanya.. guru tidak boleh memakai celana. Begitukah..?? Merajuk hatiku.. Kenapa?? Hal seperti itu tak diteruskan..??

Melihat penampilan para calon guru sekarang.. entah memang berniat jadi guru, atau karena ga dapat jurusan dan ga ada jurusan lain. Datang ke kampus dengan pakaian ketat, bagian leher yang cukup lebar, celananya pun tak beda dengan bajunya. Lalu, apalagi yang mesti diteladani oleh siswa-siswanya kelak..?? Lagi.. hatiku gerimis.. Tak bermaksud menghakimi. Namun, betapa yang terlihat nanti di sekolah-sekolah tanpa aturan berpenampilan bagi guru.. yaa.. penampilan seperti itulah. Ingin tersenyum.. tapi itu salah. Jadi, menangis saja.. T_T

Lanjut kutanya pada dosenku.. apa saja pelajaran di SPG itu. Mereka diajarkan teknik bertanya. (?????) Dimana harus kucari pelajaran macam tu. Sedang dosenku berkata, pelajaran itu tidak pula diberikan di perguruan tinggi (FKIP). Jika tak menemukan bukunya yang menjelaskan hal ini, mungkin banyak guru di luar sana, melakukan banyak kesalahan saat bertanya kepada siswa-siswanya (termasuk diriku). Rasaku ulang berontak. Kenapa SPG ditutup..?? Sedangkan mendengar kisahnya saja.. aku sudah merindukan pembelajaran di sana. @_@

Dosenku pun melanjutkan kisahnya. Bagaimana seorang siswa SPG, akan diajarkan Didaktik matematika, didaktik bahasa indonesia. ”Pelajaran apa itu, bu..?”, tanyaku penuh rasa ingin tahu. ”Masing-masing pelajaran itu ada cara mengajarnya sendiri-sendiri sayang.”, katanya. Bagaimana mengajarkan berhitung, bagaimana mengajarkan pelajaran yang satu dengan yang lain. Berbeda.. Ungkapnya lagi. Makin buncah cemburuku pada masa-masa itu. Seindah itukah seharusnya pendidikan bagi calon-calon guru ?? @_@ Lalu mengapa keindahan itu diputus..??

Dikisahkan pula olehnya, tentang aktivitas pembuatan karya siswa-siwa SPG. Dalam pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE), setiap siswa, dinilai dari setiap aspek. Bagaimana kesabaran dalam pembuatannya, bagaimana kerapiannya, bagaimana ketepatan dalam banyak hal (ukuran, penggunaan alat dan bahan, dll). Sungguh, hampir jatuh dari sudut mataku, aliran bening itu. Mendengar seorang calon guru yang kuyakini mereka berada dalam pendidikan dan tempaan yang tepat kala itu. Hingga jatuhlah deras.. saat kutuliskan artikel ini. Mengingat kisah-kisah guru ’killer’. Cerita-cerita tentang guru-guru ’monster’. Yang menyakiti hati.. bahkan fisik murid-muridnya. @_@

Mungkin karena ketidak pahamanku mengenai kisah ditutupnya SPG. Namun, ini adalah endapan rasa. Yang kutahan berhari-hari, dan belum sempat menuliskannya, karena masih berada di tengah-tengah tumpukan tugas. Masih mencoba mencari tahu. Hanya saja, setiap hal akan ada sisi kurang dan lebihnya kan..?? Namun, sepenggal pengalaman dari dosen dan rekan kuliahku itu, cukup menorehkan harapan. Bahwa, sesungguhnya.. negeri ini pernah diurus dan diperhatikan dengan rapi. Bisa jadi, oleh orang-orang yang benar-benar mencintai negeri ini dengan tulus.

Page 87: SEBUAH CATATAN

Masih berharap.. muncul manusia-manusia seperti itu. Lihatlah nasib pendidikan... Memanglah.. pendidikan adalah tanggung jawab bagi setiap penghuni negeri ini. Namun, ujung tombaknya adalah guru. Ksatria-ksatria yang berada di garis depan pendidikan, adalah sosok-sosok guru, yang kan selalu digugu dan ditiru.

Duhai.. tangan-tangan siapakah.. yang kan berdaya, membawa negeri menuju perubahan ke arah cahaya. Teringat kalam Allaah.. yang disuratkan dalam Al Qur'an..

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11

Namun.. kemanakah arah.. kita berubah..??

Harapan.. wujudlah..

Yaa Allaah.. arahkan langkah-langkah kami, pada hal-hal indah di dekat-Mu. Yaa Rabb.. karuniakan kepada kami kebenaran-kebenaran.. yang mengeliling-Mu. Hingga diri kami.. dan anak cucu kami, hanya berubah menjadi hamba-Mu.. selalu. Amiin yaa Rabb..

MENCOBA MELIHAT DALAM GELAPGelap selalu memaksamu untuk menjadi buta

Seperti hal-nya sedih.. ia memaksamu untuk kecewa

Page 88: SEBUAH CATATAN

GELAP itu menyembunyikan CAHAYA

SEDIH itu mengaburkan BAHAGIA

Sadarkah..??

Di langit gulita.. ada bintang

Diakhir hujan.. ada pelangi

Dibalik badai.. ada daratan

Hasil sebuah kerja keras.. adalah sukses

Ujung sebuah juang.. itulah tenang

Kupu-kupu itu.. mulanya ulat

Rindangnya pohon itu.. Mulanya hanya sebutir benih

Dan SEMESTA yang luas.. dulunya SATU

Sibak debu dari kacamatamu.. Mungkin itu penyebab GELAP=GULITA=HITAM yang SELAMANYA..

PALING SUCISiapakah...??

Pemulung yg qana'ah

Page 89: SEBUAH CATATAN

Penyapu jalan yg ikhlas

Tukang cuci yg ternyata sering bersedekah

Pemuda miskin yg rela kelaparan demi mngirim uang bg keluarganya

Atau kita.. yg mungkin.. mmandang mereka sebelah mata..??

Merasa hebat?

Merasa sudah mapan?

Page 90: SEBUAH CATATAN

Merasa banyak beramal ?

Merasa paling shalih ?

Paling Suci ????

@_@

Page 91: SEBUAH CATATAN

-_-

SERANGAN KATA

DITINJU.. dengan KATA-KATA. Hingga termundur dan kehilangan sejenak rasa. Tak percaya bahwa itu seperti tertuju pada setiap jengkal diri. Beset-beset.. jatuh cukup jauh dari kesadaran. Lalu kembali berdiri dalam kondisi lemah. Berpikiiiiiirr... Merenuuuuung. Setiap ’jab'-nya berhasil menembus pertahanan. Berdarah sedikit di sudut rasa. Lalu ’uppercut’ melayang kuat hingga lebam sekujur tubuh. KALAH.

Tersadar.. Sekalipun dengan beralasan. Aku tetap.. BERSALAH. -_-

DITAMPAR.. oleh NASIHAT. Sampai terduduk. Pipi terasa panas dijilat bara api. Membeliak kecewa atas kejadian yang tak disangka. Belum sadar bahwa itu adalah sakit bagi seluruh sel pada diri. Tergambar tapak tangan sang penyeru. Tak kan terlupakan. Ini periiih, hingga darah berdesir. Menggelegak.. hampir tak bisa menerima. Ingin berdiri.. namun tak sanggup menahan malu. Melirik ke segala arah. Hanya berharap.. semoga tak ada yg melihat rona merah di hatiku. TAKLUK.

Tersadar.. Sekalipun dengan beralasan. Aku tetap.. BERSALAH. -_-

DITENDANG.. oleh KEBENARAN. Efeknya.. terjungkal beberapa meter dari posisi merasa benar. Terjerembab.. lecet-lecet di sana-sini. Serasa remuk mental juara di dalamnya. Hingga kerendahan diri termunculkan sementara. Waaaaaaa.. sakiiiiiiiit ternyata. Mau berdiri.. tapi serasa dilucuti seluruh sendi harga diri. Meringis.. tampilkan wajah teraniaya. Dahsyat...!!! Energi kebenaran meluluhkan. TUNDUK.

Tersadar.. Sekalipun dengan beralasan. Aku tetap.. BERSALAH. -_-

*Sakit.. sakit.. perih.. perih.. Syukurlah.. sangat efektif untuk MENYADARKAN

Terimakasih atas semua 'SERANGAN'-nya...

Yaa ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha wa qûlu qaulan sadîda(QS. al-Ahzab [33]: 70).

Page 92: SEBUAH CATATAN

Qaulan sadida mengandung makna straigh to the point atau tidak berbelit-belit, berbicara secara positif, tegas tanpa mengelabui, jujur, tidak mengandung kebohongan dan apa adanya.

Ini berarti, bicara secara terang-terangan membuat orang lain mampu memahami sikap kita, sehingga kesalahpahaman pun bisa dihindari. Sikap terus terang juga bermanfaat bagi orang lain sebagai bagian dari upaya pembelajaran. Secara tidak langsung, qaulan sadida merupakan gambaran dari amar ma'ruf nahi munkar.

Al-Quran telah menjadikan amar ma'ruf nahi munkar sebagai keistimewaan pertama yang dimiliki oleh umat Islam sehingga mengungguli umat-umat lainnya. "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran [3]: 110).

Qaulan sadida hanya dimiliki bagi hamba yang memiliki keyakinan kuat (al-iman al-amiq) kepada Tuhannya dan juga senantiasa merasakan kehadiran-Nya (muraqabatullah) dalam setiap tempat, setiap saat, dalam keadaan apa pun dan bagaimanapun, dalam musibah atau senang, rela atau terpaksa.

SATU JEJAK LAGI

Jika harus kumulai dari satu sisi. Maka sebuah awal yang sama pun akan kutuliskan pula. Bahwa semua aktivitas yang kujalani setelah menyelesaikan bangku SMK-ku. Yaitu satu hal yang hingga saat ini aku berenang senang di dalamnya. Dunia pendidikan. 9 tahun sudah. Hmm... Alhamdulillaah masih betah. hehe

Sekarang mau memulai satu jejak lain ke arah yang sama. Tapi dari ranah yang berbeda. Jika sewaktu menjadi guru, aku berenang. Kali ini, mau berdansa di lantai training. Apa coba

Page 93: SEBUAH CATATAN

maksudnya ??

Insya Allaah.. akan bergabung dengan teman-teman di Balikpapan. Dalam sebuah lembaga training, SPEED Learning Center. Dua pekan yang lalu ikut pelatihannya. Ternyata, jadi trainer itu gampang-gampang susah. Yang penting, kuncinya... MAU. Ada lagi kunci yang lain... MEMBACA.

Dan ini sedikit ilmu yang ingin kubagi:

Mungkin setiap kita pernah mendengar kata "training". Tapi, ga semua tau apa definisinya. Terbukti saat pelatihan, tak semua peserta mengetahuinya. Jadi, definisinya aku bagi di sini ya...

Ternyata, yang di maksud dengan training adalah proses sistematik yang mengarahkan pada perubahan keahlian, pengetahuan, sikap atau perilaku.

Dan orang yang memberikan training disebut trainer. Trainerlah yang menjadi fasilitator yang mengarahkan peserta pada perubahan keahlian, pengetahuan, sikap dan perilaku.

Tugas seorang trainer:

1) Melaksanakan tahapan trining

2) Memfasilitasi peserta untuk mendapatkan pemahaman melalui keterlibatan dalam pengalaman baru

3) Bukan mengajari tetapi menciptakan iklim belajar

4) Bukan menjelaskan satu arah, tetapi membantu peserta menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan tujuan training

Menurut aku sih, tu sama aja dengan guru. Namun, sang trainer dalam pelatihan itu bilang. Beda itu antara guru dan trainer. hehe..

Naaah... kalau kita dah jadi trainer. Ada empat tahap yang harus kita ketahui dalam menjalankan training.

Tahap 1>>> Need Assessment Training (NAT)

Ini adalah tahap. Dimana trainer mengumpulkan informasi mengenai peserta yang akan ditraining. Kemudian menganalisa gejala-gejala atau keterangan yang menunjukkan kekurangan dalam hal pengetahuan, skill, dan sikap mental peserta. Sehingga trainer bisa menentukan tujuan pelatihan dan isi materi pelatihan.

Dapat dilakukan dengan memberikan quisioner, observasi langsung, wawancara, diskusi dan laporan kelompok

Page 94: SEBUAH CATATAN

Tahap 2>>> Frame of Training

Setelah tahapan NAT, trainer menyusun Frame of Training ini. Ia akan memetakan situasi dan kondisi. Merumuskan masalah yang didapatkan dari hasil NAT. Dan menentukan perubahan yang diharapkan dari peserta. Setelah itu, merekayasa solusi. Di saat ini, trainer menyiapkan materi yang tepat dalam training. Serta merancang alur training (semacam rundown acara)

Tahap 3>>> Pelaksanaan Training

Saatnya trainer beraksi menampilkan materi yang telah disiapkan. Dia bicara, bertanya, mengajak, memotivasi, memfasilitasi, dan bersenang-senang. hehe

Tahap 4>>> Evaluasi Training

Hal ini dilakukan beberapakali. Pada setiap usai satu sesi atau materi. Kemudian juga saat training berakhir. Jika pada akhir sesi, trainer bisa menanyakan apa yang sudah didapatkan olah peserta pada sesi tersebut. Dan pada akhir training membagikan lembar evaluasi mengenai penilaian peserta terhadap materi training, penyajiannya dan evaluasi terhadap trainer yang menyampaikan.

Itu dia ilmunya. Semoga bermanfaat ya.

Seharusnya, kalau TFT itu idealnya sih 3 hari gitu. Kemarin hanya sehari. Semoga cukup, sambil terus berbenah diri. Melengkapi kemampuan pelan-pelan, sedikit demi sedikit.

Bismillaah... Biidznillaah... Semoga jejak ini membawa berkah dan ridha Allaah. Amiin Yaa Rabb

MALU

Page 95: SEBUAH CATATAN

Apakah kau seorang hafidz ??

Seorang yang memelihara. Menjaga kemurnian hal yang diyakininya. Lebih dikenal istilah hafidz ini untuk para penghafal Al Qur’an. Sungguh, inginnya diri ini menjadi seorang yang terus teguh mengeja ayat-ayat itu. Kalam suci yang menenangkan. Cahaya dalam kegelapan, petunjuk tanpa kesalahan, kebenaran di atas kebenaran, penyejuk hati di kala gundah, pembening hati di waktu amarah. Kalam Allaah.. dengan segala mukjizat yang teriring bersama nuzulnya. Inginnya diri menjadi hafidz… -_-

Seringkali, bersama Al Qur’an, kutemukan teguran terindah bagi khilaf. Hiburan terbaik bagi sedih yang melanda. Menghujam tajam di kedalaman nurani. Menabur benih raja’ (harap) dan khauf (takut) pada jiwa-jiwa yang ingin makin dekat dengan Rabb-nya. Mengalirkan bening dari sudut mata, berharap setiap kebahagiaan yang terkabar di dalamnya, akan menjadi kebahagiaannya. Sekaligus takut, adzab yang tersurat dan tersirat pada baris-barisnya, akan menimpanya. Duhai.. Inginnya diri menjadi hafidz…

Hingga beberapa pekan lalu, dalam majelis cintaku. Aku jatuh.. tersungkur. Akibat ‘tertampar’ kuat. Saat itu, masing-masing kami, menyetor hafalan, dengan saling berpasangan. Selama ini, biasanya pasanganku adalah rekan yang sama mudanya. Sama bisanya, sama mampunya, sama potensinya. Namun, takdir Allaah yang tertulis hari itu, berbeda dari biasanya. Aku dapat pasangan, seorang bunda, beranak 5. Anak tertuanya, sedikit lebih muda dariku.

Kami sepakat, bahwa beliaulah yang mulai setor hafalan lebih dulu. Ternyata, baru kuketahui, hafalan beliau, jauh.. jauh.. jauh di atasku. Seiring setiap ayat yang keluar dari lisannya. Yang kala itu, terdengar lebih syahdu dari bisanya. Bergetar setiap dinding jiwa. Bergolak setiap lembar rasa. Aku menyaksikan keindahan menjadi seorang hafidz. (meskipun, beliau belum hafal seluruh Al Qur’an) Subhaanallaah. Nafasku tertahan, wajahku memerah. Namun, bunda itu masih terus mengalunkan lembut ayat-ayat cinta-Nya. Hingga akhir hafalannya… Maka meledaklah setiap buncah maluku. Malu………. yang luar biasa. Di tengah usaha kerasku untuk terus menambah hafalan. Aku sudah terjerembab, dalam kekalahan. Beningku mengalir tanpa dapat ditahan.. sungguh tak tertahankan. Tanpa suaranya.. tangisku pecah berderai.

“Lho..?? ukhti kenapa ?”, Tanya bunda itu kaget.

Aku tak sanggup berkata-kata. Hanya terus mengalirkan air mata. Membuat bunda itu makin tak mengerti.

Hingga dalam aliran deras tangis bodohku, aku berkata “Ana malu, bunda.”, dengan sudut mata yang terus basah.

“Afwan ya ukhti.”, merasa bersalah telah menyebabkanku menangis. Bunda malah ikutan nangis. Menambah derasku tak tertahan.

Dalam kebingunganku mencari tisu, aku terus menggenggam tangannya. Tergenang dalam malu itu. Yaa Allaah… aku benar-benar malu niiiih…. Sambil terus menyembunyikan wajah basahku, dari pandangan teman-teman satu majelis yang juga tak mengerti kejadiannya. Yaa Allaah…

Page 96: SEBUAH CATATAN

malu… -_-

****** @ ******

Fadhail Dunia

1. Hifzhul Qur'an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah

Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur'an,"Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur'an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, 'Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat'" (HR. Bukhari)

Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur'an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,"Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur'an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya." (HR. Hakim)

2. Al Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Seorang hafizh Al Qur'an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)

Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur'an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an. Rasul mendahulukan pemakamannya.

"Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur'an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat." (HR. Bukhari)

Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa'i)

Page 97: SEBUAH CATATAN

Kepada hafizh Al Qur'an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama'ah. Rasulullah SAW bersabda,"Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya." (HR. Muslim)

4. Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

"Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al-Ankabuut 29:49)

5. Hafizh Qur'an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi

"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)

6. Menghormati seorang hafizh Al Qur'an berarti mengagungkan Allah

"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur'an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil." (HR. Abu Daud)

Fadhail Akhirat

1. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal

Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)."" (HR. Muslim)

2. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surga

Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an, "Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.

3. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat

Page 98: SEBUAH CATATAN

"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun ?alaih)

4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)

Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)

5. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan

Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)

6. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur'an

Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. At-Turmudzi)

7. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Faathir 35:29-30)

Adapun fadilah-fadilah lain seperti penghafal Al Qur'an tidak akan pikun, akalnya selalu sehat, akan dapat memberi syafa'at kepada sepuluh orang dari keluarganya, serta orang yang paling kaya, do'anya selalu dikabulkan dan pembawa panji-panji Islam, semuanya tersebut dalam hadits yang dhaif.

"Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur'an,

Page 99: SEBUAH CATATAN

jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur'an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur'an. Allahumma amin" (dian)

Maraji':Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur'an Da'iyah.Dr. Yusuf Qardhawi. Berinteraksi dengan Al Qur?an. (Fadhilah dari pk-sejahtera.org)

SIAPAPUN PEMBACANYA... MOHON SALING MENDO'AKAN YAA...Inginnya diri.. menjadi hafidz.. -_-

Bisa dibaca juga.. di http://fianigee.blogspot.com/2010/03/malu.html

CINTA ITU DEKAT

Cinta itu DekatMay 16, 2010 by putrigeeFiled under: Islami, Puisi 

Page 100: SEBUAH CATATAN

Di setiap tempatDi bawah langitDi atas bumiDi mana air kasih mengalir, di mana udara cinta menghembus cerita

Ini tanah-Nya

Ini semesta-Nya

Ruang cinta-Nya

Seluas apapun samudra membentangSepanjangan apapun jalan direntangSejuta langkah rasa kau ambilMasih tetaplah

Kau.. milik-NyaKau.. dalam genggam-Nya

Seramai apapun saudaraSesepi sendiri dalan perjalananmuSe-asing jiwa dari sekelilingmuRasa sunyi

Ketika kau rasa sepiDi satu sudut waktuDi sebuah jengkal ardhi

Page 101: SEBUAH CATATAN

Sang Maha Cinta tidak pernah JAUH.. Selama kau MENDEKAT..

*Memberi dan Menerima cinta ,  The Power of  ‘Pengalaman’

THE POWER OF PENGALAMAN

The Power of ‘Pengalaman’May 15, 2010 by putrigeeFiled under: Diary, Inspirasi 

Yang selalu paling mudah dituliskan, adalah hal-hal yang kita alami kawan. Tulisan yang berisi pengalaman, biasanya mengalir bersama rasa. Ia bergulung bersama gelombang adrenalin yang membahana.  Terutama, jika kita mengalami hingga merasakan sesuatu yang ’sangat’. Sangat

sedih, sangat gembira, sangat bersemangat sangat lucu dan lebih banyak ’sangat’ lain yang bisa kita rasakan dalam kehidupan ini. Termasuk kata

’sangaaaat cinta’. (hehe)

Aku coba ceritakan satu hal kawan.  Satu episode dalam hidupku, hanya satu setengah jam. Namun mampu menghadirkan rasa syukur yang sangat atas tempatku berdiri saat ini.

Sepekan ini, waktunya mid semester. Kebingungan, panik bin kalang kabut tidak karuan. Karena, aku jarang datang kuliah. Hehe. Bandel. (Aku punya alasan untuk itu) *Tapi jangan

dimaklumi..

Mulailah aku telpon sana-telpon sini. Menanyakan catatan kepada teman seangkatan. Ternyata kawan.. kebanyakan tidak memilikinya.  Karena hampir semua dosen, datang cuma ngobrol dan

Page 102: SEBUAH CATATAN

memberi lembaran-lembaran fotocopy.  Hehe. Sempat lega, yang hadirpun sama tidak siapnya denganku.

Maka masuklah di hari-hari mid semester itu. Satu demi satu mata kuliah terlampaui dengan mudah. Pena-ku mengalir lancar. Hingga tiba satu hari, dimana pertanyaan ujian mata kuliah

tersebut, sangat tidak biasa.

”Tuliskan materi apa yang anda presentasi-kan dalam mata kuliah ini.”

Ooowww.. andai kau tau kawan. Bagaimana aku mencari materi presentasi itu. Saat membuat materi presentasi itu, aku banyak searching dari box search mbah Google tu. (saking cinta sama

mbah google.. pake masukkan dia di artikel ini) Puyenglah kawan, karena belum kubaca semua hasil search itu. Di tengah pusing bin puyengku sambil lirik-lirik teman-teman, yang

sedang membuka materi presentasi mereka untuk mengisi lembar ujiannya. Hehe. Kata dosen memang boleh openbook. Tapi, waktu diinformasikan hal itu, aku tidak memperhatikan. Jadi,

materi presentasiku tidak kubawa. Huwaaaaaaaaaaa… ingin menangis. Tapi rasa malu..

Beberapa menit kemudian sudah agak tenang. Teringat kata-kata dosen, saat membagikan kertas soal. ”Minimal isinya satu setengah halaman. ”

Bismillaah.. Mulailah aku menggoreskan bolpoinku. Mengalirlah dengan segenap rasaku. Tetesan ilmu yang kudapat dari cerita di hari-hari pelangiku. Gumpalan hikmah yang kubentuk dengan cinta di ruang kelas kepompongku. Buah-buah manis dari kegembiraan dan keceriaan

murid-muridku.

Hmm.. Tau tidak apa yang kutuliskan kawan..  teori yang disarikan dari 9 tahun pengalamanku mengajar. Semuanya, berhubungan dengan materi yang kudapatkan untuk kupresentasikan. Dan

hasilnya.. hampir tiga halaman. Bersyukur.. sangat bersyukur atas setiap detik di kesembilan tahun itu. Dan aku.. selesai lebih dulu. Makin cinta aku dengan dunia ‘ini’.. ^_^

Banyak hal akan terus kita temukan dalam kehidupan ini. Suka atau tidak, kejutan adalah bagian dari perjalanannya. Tidak kita suka, ia tetap datang. Disukapun dia datang juga.

That is what we call.. Destiny. Than.. be ready guys. Be ready.. cinta

* Cinta itu Dekat

MEMBERI DAN MENERIMA CINTA

Memberi dan Menerima CintaMay 13, 2010 by putrigeeFiled under: Islami, Persahabatan 

Page 103: SEBUAH CATATAN

Tau tidak kawan.. Banyak diantara kita, menyesali perkataannya. Namun tak banyak di antara kita yang menyesali, di kala kemungkaran atau kesalahan berlaku.. dan dia hanya diam. Kondisi selemah-lemahnya iman. Akankah selamanya kawan..??

Selaku manusia, tak siapapun kan terlepas dari khilaf dan salah. Aku, kamu, mereka.. semuanya punya masa, dimana pernah melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan. Di kala itulah.. kehadiranmu di sisiku.. keberadaanku di dekatmu, menjadi bermanfaat dan menerima manfaat. Itulah masanya bagi kita, saling membuktikan kasih sayang kita pada teman, sahabat atau saudara kita. Saatnya untuk memberi dan menerima nasihat.

Apapun posisi kita nantinya kawan, sebagai penasihat atau yang dinasihati. Keduanya harus memperhatikan beberapa hal. Yang akan membuat aktivitas nasihat-menasihati, menjadi benar-benar bermanfaat dan berkah.

Selama ini, nasihat yang kita kenal, adalah sesuatu yang baik bukan. Ternyata, nasihat itu ada pula yang tidak baik kawan. Ialah nasihat, yang menunjukkan pada keburukan dan untuk kedustaan. Ingatkah, ketika syaithan menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah terlarang. Digambarkan dalam Al Qur’an,

”Dan dia (syaithan) bersumpah kepada kepada keduanya. ”Sesungguhnya aku ini, benar-benar termasuk para penasihatmu.” (Al A’raf:21)

Atau mari menengok kisah saudara-saudara Nabi Yusuf,

”Mereka berkata, ”Wahai ayah kami. Mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami semua menginginkan kebaikan baginya.” (Yusuf:11)

Keduanya adalah nasihat yang buruk kawan. Mengajak pada yang buruk, dan demi satu hal dusta.

Page 104: SEBUAH CATATAN

Mata kita ini, seringkali menangkap sesuatu yang tidak baik pada diri teman, sahabat atau saudara kita. Satu kemungkinan yang tak boleh terjadi kawan, adalah menceritakannya kepada orang lain. Namun, katakanlah hal itu langsung kepadanya. Dan perhatikan yang ini kawan, agar nasihat, berbuah kebaikan:

1. Muatan nasihatmu2. Cara untuk menasihati3. Media yang akan kau gunakan4. Adab menyampaikan nasihat5. Suasana dan status sosial penerima nasihat6. Target dari nasihatmu

Imam Syafi’i, menguraikannya dalam sebuah sya’ir

Biasakanlah nasihatmu

Disampaikan dalam kesendirianku

Dan hindarilah

Menyampaikan nasihat di perkumpulan orang

Karena sesungguhnya

Nasihat di tengah orang banyak

Merupakan suatu bentuk penghinaan

Yang tidak aku relakan untuk mendengarkannya

Jika engaku menyalahi

Dan melanggar ucapanku ini

Maka janganlah kecewa

Jika nasihatmu.. tidak dita’ati

Jika di satu waktu, kita adalah orang yang menasihati. Maka bersiaplah kawan. Di masa yang lain, kita akan berperan sebagai yang dinasihati. Lapangkan hati, luaskan jiwa.

Berkacalah dengan penuh rela.. di sebuah telaga kritik dan teguran

Anggaplah teguran sebagai hadiah Rabbaniyyah, yang ditujukan kepadamu, demi satu perbaikan bagimu. Hingga tak akan kau rugi dengannya.

Page 105: SEBUAH CATATAN

Kemudian, anggaplah teguran itu, adalah tanda kasih sayang dari teman, sahabat atau saudara kita, yang tak menginginkan kita dilihat keburukannya oleh orang lain. Sehingga ia sampaikan kebenaran meskipun pahit, kawan.

Dan anggaplah teguran sebagai guru lapangan, yang kan menjadi pelajaran bagi kita di tengah perjalanan kehidupan. Semakin banyak guru bernama ’teguran’ mampir dalam kehidupan kita. Maka semakin banyak yang bisa kita perbaiki. Sungguh beruntungnya kita kawan.

Dalam sabdanya, Rasuulullaah berkata,

”Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, ialah berdzikir kepada Allaah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan satu sama lain dan menyantuni saudara-saudaranya yang memerlukan.” (HR Ad Dailani)

”Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain. Jika terlihat aib pada saudaranya, maka ia segera memperbaikinya.” (HR Bukhari)

Mari buktikan cinta itu kawan.. dan kawan.. terima pula cinta.. dengan suka cita.

Kejahilan CintaMay 17, 2010 by putrigeeFiled under: Puisi 

Dari ruang rasa

Sejenak ingin bicara cinta

Mengenai cahaya Rahman

Yang dititipkan ke hati para insan

Ia kehilangan makna

Ketika ‘selilit’ nafsu menyibukkannyaTautan cerita dua hati yang jahil

Page 106: SEBUAH CATATAN

Maka datang kepada mereka kalam Syaithan

Di pikir sang dara

“Ku lakukan apa saja demi cinta.”

Di benak sang jaka

“Ku korbankan cinta demi tubuhnya.”

Cinta manusia

Tanpa mata… Cinta itu seharusnya

Adalah…

***Hmm… silahkan dilanjutkan. Ana mungkin lanjutinnya… kapan-kapan… ^_^

*Cinta itu Dekat

Cinta yang DirebutMay 17, 2010 by putrigeeFiled under: Buah Hati, Keluarga

Page 107: SEBUAH CATATAN

Salam para dewasa… apa kabar USIA DINI kita…Semoga dalam kondisi sehat, cerdas dan ceria… Dalam kasih sayang kita serta penjagaan dan dekap cinta Allaah Ta’ala… Amiin

Pernahkah… kita memperhatikan, perubahan anak pertama… atau seorang kakak mungil… yang baru mendapatkan adik kecil…?

Seorang Lila… yang pernah berada dalam kelas asuhan saya. Saat kelas ‘A’ (kelas kecil)… Ananda Lila adalah si ceria yang sangat percaya diri. Bergaul dengan baik bersama  teman-temannya kala itu. Gambar-gambar ananda, adalah bentuk-bentuk jelas yang berbeda-beda setiap kali menggambar.

Pada akhir tahun ajaran… si cantik yang tak suka teh ini, diberi Allaah seorang adik baru. Cerita berlanjut.. Maka mulailah.. perubahan-perubahan terjadi pada diri Lila kecil… Ia menjadi sangat sensitif… Tak ceria seperti biasanya. Bahkan… kepercayaan dirinya menurun drastis. Menggali keterangan darinya, tak membuahkan hasil. Hingga suatu kali, sang ibu… mengeluhkan hal yang sama. Dengan sebuah pengakuan. “Mungkin, karena saya tidak memperhatikannya seperti dulu ya bu…?” Ungkapan rasa bersalah.. Hmm… pertanyaan… yang saat itu, menurut saya tak memerlukan jawaban…

Banyak anak, mengalami hal yang serupa dengan ananda Lila… Sedikit mengamati beberapa keluarga, yang memiliki anggota keluarga baru, setelah ada seorang kakak mungil sebelumnya…

Kebanyakan di antara mereka, memusatkan perhatian dan cinta pada makhluk mungil nan lucu itu. Bahkan, yang dikatakan pada seorang kakak mungil adalah… segala hal tentang adik. “Ini adik masih kecil… harus disayang. Ga boleh dipukul ya. Ga boleh dimarahin.” Sedikit gerakan yang spontan di dekat si adik… akan mendapatkan respon yang tinggi.. “Aduuuuh… kakak… jangan lompat-lompat di samping adik… Nanti jatuh ke adik bayi gimana..? Kan adiknya sakit.” Beban yang berat bagi seorang kakak kecil. Perhatian… yang bertahun-tahun merupakan harta

Page 108: SEBUAH CATATAN

terbaiknya… kini di’rebut’ oleh orang lain. Cinta yang pernah sutuhnya.. kini mesti dibagi.. dan dia tak dapat yang terbaik. Maka… di samping perubahan-perubahan psikologisnya… ia juga menjadi kurang menyukai kehadiran si adik kecil.

Apakah memungkinkan… jika kita merubah kata-kata kita… untuk lebih berpusat kepada kakak mungil… Coba perhatikan kalimat ini… “Adik… ini kakak… kakak baik lho… kakak akan sayang sama adik… Ya kan kakak?” Juga kalimat yang satu ini… “Wah… kakak hebat ya adik… bisa lompat-lompat… pasti kaki kakak kuat ya… kakak boleh lompat-lompat kan adik… tapi, agak jauh ya lompatnya…” Hmm… terasa ga bedanya… Perhatian terbagi pada kedua pihak… Namun… kata-kata… membuat salah satunya… merasa lebih berharga… Sehingga… si kakak mungil… tak perlu cemburu pada si adik kecil…

Semoga Allaah menjadikan kita, para dewasa yang senantiasa membuat setiap USIA DINI menjadi berharga… Amiiin

Wassalam…

*Tetap sayangi USIA DINI yaa… ^_^

Merenangi CintaMay 18, 2010 by putrigeeFiled under: Diary, Inspirasi

Penaku melonjak senang. Hehe. Tampaknya dia tahu ada lagi satu pikirku yang harus diukirkan untuk menjadi cerita. Kudapat dari kayuhan tangan yang membelah air tadi sore. Lahir dari gerakan kaki yang tak henti dan hadir dari perihnya mata nan memerah karena kaporit. @_@ Apa daya.. demi ingin bisa.. sebelum mengajarkannya pada anak-anakku kelak.. Insyaa Allaah..

Mengingat kembali suasana kolam renang itu. Serasa mengenali satu hal.. ialah.. HIDUP.

SAMA

Page 109: SEBUAH CATATAN

Semua datang kesana dengan maksud yang sama. BERENANG. Menikmati sensasi rasa bisa berada di permukaan air. Itulah kesuksesan dan kebahagiaan. Bisa meluncur dengan berbagai cara dan gaya. Menimbulkan gelombang kecil disertai kecipak ramai. Menyusuri sisi-sisi terdalam kolam dengan penuh perhitungan. Sisi ini dalam.. tapi bisa. Dengan perasaan tenang. Hingga sanggup menumbuhkan cinta pada agenda ini.

bisa dan tidak

Maksudnya memang sama nih. BERENANG. The problem is.. ada yang sudah bisa, ada yang belum bisa. Untuk yang bisa.. berenang dengan senang. Menikmati kolam renang tanpa perlu tenggelam. Yang belum bisa, mesti berusaha keras untuk melawan rasa takut. Mengendalikan panik. Terutama bersiap untuk lebih sering tertelan air kolam.

melatih diri atau dilatih

“Mbak, ajarin aku dong.”, seorang ibu menegurku.

“Waduh bu, maaf.. saya baru bisa.”, tolakku halus.

“Tapi kan sudah bisa mbak.”, si ibu berharap.

Begitulah.. yang bisa pun masih terbagi. Bisa karena dilatih, dengan pelatih khusus, seseorang yang bisa berenang dan baru pertama kali bertemu dikolam renang atau seorang teman yang bisa berenang. Pelan tapi pasti latihan, darimana pun ia datang, akan membuat kita.. bisa. Tentu karena……….

TERLATIHHmm.. berlatih sendiri dan memiliki pelatih.. masing-masing sepertinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak masalah.. selama masih hidup keinginan untuk berlatih. ^_^

BERENANGJika jadi hobi, maka tak akan ada hal yang membuat kita tidak melakukannya lebih sering dari agenda lain. Semakin sering menceburkan diri ke kolam renang, maka semakin ahli melakukannya. Semakin banyak gaya yang kita bisa. Hingga akhirnya.. BERENANG dengan sepenuh rasa. Tanpa lupa, untuk keluar dari kolam, ketika sudah waktunya.

KAMUS ARTIKEL INI:

SAMA= Kita diutus kedunia ini, dengan nama manusia. Potensi yang sama, bekal yang sama. Ialah raga dan jiwa. Maksud dari diturunkannya kita, adalah melakukan satu hal. Membuat diri..

Page 110: SEBUAH CATATAN

bahagia. Bahagia akan membuat hati lapang. Rasa senang setiap waktu. Ketika datang sedih, mampu menyabarkan diri. Kala senang, menikmati dengan syukur. Menjalani setiap sisi hidup dengan terencana, pertimbangan. ukuran dan penuh tawakkal.

TERLATIH= Selain pengalaman, banyak guru yang akan kita temukan dalam kehidupan ini. Pengalaman, dengan segala dinamikanya. Takdir, dengan semua kejutannya. Manusia-manusia yang kita temuai di tengahj jalan. Orang-orang tercinta yang senantiasa menjaga atau para pembina, yang dengan sengaja mentarbiyyah dengan cinta. Merekalah yang melatih dan membuat kita terlatih mengenai hidup. Jika pantun berkata “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Seorang teman pernah berkata, “Tinggalkan kesenangan.” Maka aku berkata, “Terlalu banyak bersenang-senang. Membuat lupa akan sabar. Jika banyak merasa sakit. Membuat kita ingat akan syukur.”(Namun, tetaplah menjadi orang yang menyenangkan)

BERENANG= Orang terlatih akan sanggup melalui semuanya dengan indah. Ia gemulai menyikapi setiap gelombang hidup. Ia sedih, tapi tak terlalu, hingga hanyut di dalamnya. Lalu kemudian tenggelam dan lemas.  Ia bahagia, namun secukupnya. Dengan penuh perhitungan dan kesyukuran. Cintanya pada hidup, tak membuatnya jatuh. Hingga lupa, bahwa ada waktu untuk keluar dari perjalanan singkat ini.

“Kerjakanlah kehidupan duniamu seakan engkau akan hidup selamanya dan kerjakanlah kehidupan akhiratmu seakan engkau kan mati di esok harinya.” (Mutiara kata  Ali bin Abin thalib ra)

*Please enjoy.. the beautyfulness of SWIMMING*

Katakan kepada CintaMay 20, 2010 by putrigeeFiled under: Diary, Puisi

Yaa Allaah.. sampaikan satu kata pada cinta

Bahwa aku punya rasa.. bernama cinta

Maka sampaikan pada dia.. aku menanti cinta

Datang pada episode rasa

Page 111: SEBUAH CATATAN

Hanya saja.. dia perlu tau satu harta

Ialah.. CINTAyang  menyebabkannya jatuh cinta

yang memberinya rasa cinta.

yang mengukirkan cinta di sekeliling hidupnya

Yaitu Kau, Sang Maha Cinta

dulu.. hari ini.. dan di masa nanti

Katakan pula pada cinta

Untuk tetap memelihara diri

Menjaga hati

Bertutur suci dan lurus gerak diri

Agar kami temu.. dalam cinta yang sebenar-benar cinta

Katakan pada cinta

Makin aku memerlukannya

Karena peradaban kian gelap

Dan pelitaku.. pernah kutitipkan padanya

Semoga cinta tak lupakan

Karena cahaya itu.. kupesankan untuk dipelihara

Dulu..

Sejak Engkau tetapkan dari tulang rusuk cinta

aku harus tercipta

Katakan padanya

Cukup rindu kutanam dalam

Page 112: SEBUAH CATATAN

Hingga ia datang dalam takdir pertemuan

Namun.. Yaa Rabb-ku..

Bolehkah kuminta pada-Mu

Untuk datangkannya

Meski tanpa kereta kencana

Dan tanpa alamat istana

Bila KAU mengutus cinta untuk menjemputku

Bekali ia ‘kekuatan iman’

Demi menemani fluktuasiku

Bawakan ia taqwa

Demi menemani kembang kempis ibadahku

Beri ia ‘gagah’

Demi menemani melankolisku

Lengkapi ia dengan peta surga

Demi membawaku kesana

Yaa Qahhar

Paksakan cinta untuk datang tanpa terpaksa

Yaa Waduud

Penuhi keranjang hidupnya dengan cinta

Yaa Hamiid

Hiasi ia dengan terpuji

Yaa Fattah

Bukakanlah baginya pintu terbaik

Page 113: SEBUAH CATATAN

Yang kan mengantarnya untuk menemukanku.. SEGERA..

Merayakan Cinta

Seperti yang selalu dan sering diucapkan di mana-mana. “Semua akan indah pada waktunya.” Memang begitulah yang terjadi. Dengan mencoba meraba, bagaimana perasaan saudara-saudara kita yang mendapat kepastian akan segera mengikat janji dengan sang belahan jiwa. Aku coba ungkap sedikit.. J

Mungkin.. mereka seperti kapal.. yang meluncur cepat. Karena ingin bersegera berlabuh pada sebuah pulau bernama ’cinta’. Mungkin.. mereka seperti benih dandelion yang melayang pergi meninggalkan ibunya dan tak sabar untuk menyentuh bagian lain dari bumi. Mungkin.. seperti orang yang tak sabar untuk bersedekah.. Memberi dan Menerima Cinta . Mungkin.. mereka seperti.. itulah.. (Yang lain.. biar kuungkapkan nanti saja) Ntar tidak indah lagi dong.. hehe

Menghadiri berpuluh-puluh pernikahan saudara-saudaraku. Kebanyakan sudah paham tentang cinta dan pernikahan yang sebenarnya. Bahkan mereka adalah saudara-saudara yang tidak pernah terlibat dalam Kejahilan Cinta. Memperhatikan hari pernikahan mereka. Ada yang ramai.. bahkan terlalu ramai dengan hingar bingar musik yang memekakkan telinga. Bersama rock, dangdut dan teman-temannya. Ada pula yang mengundang sebuah tim nasyid. Yang dengannya berusaha mensyahdukan suasana dengan tembang-tembang islami. Toh keduanya, dengan musik-musik itu, cukup mengacaukan aura ke-sakralan sebuah pernikahan.

Pernah aku hadir di sebuah pesta pernikahan yang luar biasa. Belum pernah kutemukan sebelum dan sesudah itu. Pestanya hanya berlangsung di sebuah halaman yang tidak terlalu luas. Dengan hiasan-hiasan sederhana. Namun, begitu memasuki ruang tamu, tempat kami akan menikmati hidangan. Ada satu syahdu yang terasa. Alunan nasyid mengalun dari sebuah tape dengan ukuran sedang. Suaranya hanya sayup-sayup terdengar. Bahkan hampir tidak jelas nasyid apa. Nada-nadanya cukup menghaluskan tepian hati dan suasana itu, cukup menggetarkan. Ada lantunan dzikir yang terus merenda tasbih dalam ruang hati. Sambil menikmati makanan, kami pun disuguhi senyuman lembut mempelainya. Subhaanallaah. Mungkin tulisan ini tak mampu secara identik menggambarkan ‘magis’-nya. Bukan ceria lagu, bukan nikmatnya menu, bukan pula warna-warni bunga di pelaminan yang ingin ku ungkapkan. Tapi.. ’sesuatu’ yang menyentuh ruang pemaknaanku. Baru kali itu.. aku pulang dengan haru. (Berlembar-lembar do’a tentang pernikahan terindah, aku lantunkan) Sungguh, itu pesta pernikahan yang indah. (Baarakallaahulakuma wabaraka’alaykuma wajama’a baynakuma fi khair) :’)

Page 114: SEBUAH CATATAN

Terakhir yang kemarin. Dan baru kusadari ada hal yang seharusnya kurang pantas dilakukan oleh raja dan ratu sehari di pesta pernikahan mereka, setelah membaca sebuah status seorang saudariku di FB.. Begini bunyinya..

”Hari ini menghadiri beberapa pernikahan.. satudiantara pesta bikin aku ingat pesan mamak-q waktu aku mau nikah dulu: “Di pelaminan besok jangan banyak bicara ama suami.. hormati tamu. Duduk & senyum aja, lebih enak dipandang tamu, jadi ratu sehari. Awas bawa HP! Ngobrol sama suami dibelakang layar aja…”. Dan hari ini aku tau, apaarti kata2 mamak-q tentang menghormati tamu’.. aku muyak liat pengantin yang sibuk sendiri..!!”

Dan kuselipkan sebuah senyuman pada kolom komentarnya.

Mungkin lagi nih.. bisa dimaklumi, keduanya adalah dua anak muda yang tengah bahagia-bahagianya. Menikmati masa-masa telah dihalalkannya bercanda ria dengan sang cinta. Tapi, pesan dari ibu saudari pembuat status di atas sungguh sebuah pesan yang pantas diperhatikan dan diingat. Setidaknya sebagai cermin. Sehingga tak perlu menjadi pembicaraan orang lain di luar sana. Kalaupun ada yang dibicarakan oleh orang lain, adalah aura kebaikan cerita dan keindahan rasa dari pesta pernikahan itu. Karena semuanya akan berimbas pada keluarga dan mungkin yang lain-lainnya.

Hmm.. membicarakan pernikahan.. seperti makan manisan pala.. manis-manis sepet.. hehe

Atas Nama CintaMay 26, 2010 by putrigeeFiled under: Islami, Motivasi, Persahabatan

Sejak ingin menuliskan artikel ini. Selalu terkenang ’kejujuran’ku di dunia maya. Pertamakali menyelami samudra google.. selat yahoo.. lautan ke-maya-an yang terhampar di layar inchi. Aku selalu memperkenalkan diriku dengan data-data yang lengkap dan secara tepat aku masukkan di

Page 115: SEBUAH CATATAN

kolom-kolom registrasi tanpa rasa curiga. Hehe.. Setiap mengenangnya pula.. senyuman muncul di wajahku. Sedikit kecewa dengan ’kebodohanku’.

Sekarang.. atas nama cinta kepada setiap nama yang selalu hadir dalam hari-hariku. Di dunia nyata ataupun maya. Kepada saudariku, teman-teman perempuanku, dan adik-adikku. Artikel ini, tidak dibuat untuk menghakimi atau menyalahkan. Namun, ingin menuliskan sebuah goresan pena cinta, untuk menyentuh setiap rasamu. Dimana aku meyakini satu hal dari artikel ini. Bahwa keindahan kita, adalah sangat berharga. Keberhargaannya lebih dari berlian manapun di muka bumi ini. Sehingga keindahan itu, sudah semestinya mendapatkan perlindungan, lebih dari pada sebutir berlian afrika, yang demi-nya bertaruh jiwa dan raga.

Teringat sebuah foto profil FB-ku yang aku edit (duluuuuuuuuuu). Di foto itu, sungguh sangat menggambarkan diriku yang sebenarnya (ceria) Insyaa Allaah. Datanglah beberapa komentar saat itu. Menyebutku ”cantik”. Sebutan yang tidak pernah aku dapatkan di dunia nyata. Satu lagi, foto profilku yang lain. Sedang berpose di antara dedaunan. ”Foto unik”, begitu kata seorang teman di friendlist-ku. Hufft.. semakin berat saja menanggung anugrah. Karena setiap pertambahannya.. maka bertambah pula amanah untuk dijaga. Benar kan..??

Begitulah, berbulan-bulan aku perhatikan fenomena foto-foto itu. Fotoku dan gambar-gambar wajah kalian. Semakin hari aku perhatikan, semakin cantik dan manis saja senyum itu. Beberapa, bahkan mulai berpose dengan gaya foto model nan menawan. Meski aku yakin, kalian tak bermaksud menarik perhatian. Hanya ingin tampil seindah mungkin..?? Begitulah.. Dan pelan tapi pasti, keindahan itu semakin tak terlindungi. Maka akhirnya aku mengambil kesimpulan, tak seharusnya ‘keindahan’ itu di gelar di sana-sini.

Itu mungkin salah satu alasannya. Hingga aku temukan hal lain yang memantapkannya.. Ketika teringat sebuah perintah, untuk menjaga pandangan. Bukankah itu perintah bagi kita..?? Satu hal lagi yang aku mengerti, jika kita telah berusaha menjaga pandangan kita. Lalu mengapa kita suguhkan sesuatu yang akhirnya membuat orang lain tak menjaga pandangannya. Karena, apapun yang terpampang di layar inchi ini, tidaklah sulit untuk diakses oleh siapapun.

Lalu, muncullah bantahan ini.. (mungkin begini bunyinya)

”Kayaknya tergantung kitanya deh. Soalnya gambar diri kan bisa muncul di mana aja. TV, koran, majalah dan lain-lain. Banyak yang bisa melihatnya. Kecuali, there is no technology..?? Kembali ke zaman baheula..??”

Satu lagi..

”Kalau ingin menjaga pandangan, ya nggak usah ke dunia maya. Ke sekolah, nggak usah juga. Di buku sekolah kan banyak gambar-gambar wajah juga. Buku-buku bacaan kita juga ada foto-foto pengarangnya. Kalau gitu, tutup mata terus aja.”

Hmm.. ada hal yang tak bisa dicegah karena memang sudah sepantasnya. Sudah seperlunya. Menjadi kebutuhan dan persyaratan, hingga sampai suatu kebaikan. Maka untuk yang seperti itu, adalah sesuatu yang boleh saja. Misalnya, dia memang seorang pemimpin, yang mesti dikenal

Page 116: SEBUAH CATATAN

oleh rakyatnya. Seorang penulis terkenal, demi menunjukkan identitasnya. Menurutku juga, enaknya sih hanya terpampang di buku yang telah ditulisnya, dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya.

Ada memang, hal yang di luar kontrol kita. Seperti yang satu ini..

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat(Berpandangan secara maksiat) dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (Al-Mu’min:19)

Pernah kubaca juga sebuah komentar pada sebuah artikel yang mengatakan bahwa, saat ini, ada orang-orang yang sangat tidak bertanggung jawab yang memang dengan sengaja, memilih foto wanita-wanita berjilbab, untuk direkayasa.

Tak sanggup rasanya membayangkan, keindahan yang tanpa maksud ingin kau tunjukkan. Disalahgunakan oleh seseorang di luar sana untuk bersenang-senang dengan keisengan mereka. Sungguh tak sanggup.. T_T

Satu kalimat penutup dariku.. setelah bercerita panjang lebar dengan penaku..

Saudariku..

”INI DUNIA MAYA. FOTO SIAPA SAJA. BISA JADI APA SAJA.”

Cinta Islam and Love DandelionMay 29, 2010 by putrigeeFiled under: Inspirasi, Islami 

Kisah Islam layaknya cerita benih-benih dandelion, yang dibawa udara dunia jauh dari rahim cinta kelahirannya (Makkah dan Madinah), dan menemukan sebuah tempat tujuan. Namun, di tempat barunya dandelion tetap tumbuh menjadi dandelion. Begitu pula Islam. Ia tetap menjadi Islam. Senikmat rasanya semula.

Kawan.. jika islam adalah cahaya. Maka ia datang dari satu-satunya sumber cahaya cinta yang paling terang dan indah. Jika islam adalah air. Maka ia mengalir dari satu mata air cinta paling jernih dan bening sejagad raya.

Page 117: SEBUAH CATATAN

Islam sepertinya benih dandelion yang berterbangan ketika masanya untuk mulai menyebar. Setiap aturannya hanya bersumber kepada dua warisan utama Rasuulullaah SAW, yaitu al qur’an dan sunnah. Cerita Islam berawal dari dua tanah kebangkitan di Arab. Dua wilayah suci, tempat dimana 23 tahun, dakwah awal menetas, tumbuh, hingga kemudian melebarkan sayapnya ke wilayah yang lain.

Satu persatu, para shahabat di utus untuk keluar dari dua rahim Makkah dan Madinah. Untuk satu syi’ar penting. Mengajak pada satu Dzat Yang Maha Mempesona.. Ialah Allaah. Demi menancapkan panji-panji Islam dan tegaknya kalimat ”Laa ilaaha illallaah” di lebih banyak bagian bumi.

Sama.. sangat sama dengan cerita benih dandelion yang berterbangan. Lepas dari sang induk. Mereka mengembara bersama cinta hingga bermil-mil jauhnya dari tempat di mana dia berasal. Demi menampakkan keindahan species-nya kepada semesta. Menunjukkan kelembutannya pada mayapada.

Islam dibawa oleh insan-insan pilihan. Dengan pesan damai. Disampaikan dengan penuh hikmah. Ada yang disampaikan dengan sebuah surat langsung dari Rasuulullaah SAW. Ada pula yang disampaikan oleh sang utusan dengan uraian ayat-ayat qur’an. Semua disampaikan atas nama cinta kepada Al Ahad. Dengan harapan, setiap yang mendengarnya akan tersentuh setiap sisi jiwanya dengan kebenaran.

Demikian pula dandelion. Dandelion bukanlah meteor, yang jatuh ke bumi dengan membawa beberapa bencana. Menabrak bumi dengan serudukkan kasarnya. Benih dandelion turun dengan lembut ditanah tujuannya. Mereka menyampaikan pesan dari sang ibunda pada tanah tempat kedatangannya dengan tarian-tarian keindahan. Setiap benih dandelion tiba di bumi dengan sentuhan kesunyiannya. Dibantu sang angin, turun perlahan, hingga siap untuk memberikan manfaat bagi tempat berpijaknya yang baru.

Lalu islam tumbuh.. berkembang dengan pesatnya. Di Eropa, Afrika, Asia dan terus meluas. ”Adakah kau lupa. Kita pernah berjaya.” Dua pertiga dunia kawan. Islam berkuasa di atas dua pertiga permukaan bumi ini. Berjaya dengan ketinggiannya. Berjaya dengan kebenarannya. Berjaya dengan kesempurnaannya. Berjaya dengan cintanya. Semuanya tumbuh jauh dari tanah Arab dengan tetap menjadi islam. Jika ada hal yang berubah, adalah kelemahan manusia. Namun Islam tetaplah indah.

Pun dandelion, tumbuh dengan membawa keistimewaan induknya. Batang yang sama, daun yang sama, bunga yang sama. Saat berbunga, ia adalah bulatan indah, lembut. Hidup bersama dengan teman-temannya.

Page 118: SEBUAH CATATAN

Mengukir cinta di hamparan bumi. Di bawah naungan sang langit. Seperti halnya Islam.

Sampai di manapun ia.. dandelion

tetaplah

dandelion...:Cerita lainnya :..

*Atas nama Cinta

*Memberi dan Menerima Cinta

*Cinta yang direbut

*Merayakan Cinta

Page 119: SEBUAH CATATAN

Menulis dengan ‘SANGAT’ cinta

Salam penulis hebat.. apa kabar pikir.. semoga senantiasa berhias permata ide.. berlian kata.. dan zamrud cerita.. tentang kebenaran.. Amiin..

***** @ *****

Mungkin ini pernah aku ungkapkan dengan isi yang berbda.. mirip tapi tak sama.. serupa tapi tak persis.. kembar tapi tidak siam.. (sepertinya begitu)

Bagaimana cara aku menuliskan sesuatu

SYARAT UTAMANYA ADALAH “SANGAT”

1> SANGAT TAUAku harus tau apa yang akan aku tuliskan. Hingga tak akan kehabisan cerita di tengah tulisan. (mungkin kadang tetap terjadi) Tapi, mengetahui, mengerti dan paham apa yang akan aku tulis, akan sangat menbantu. (Semoga tak jatuh pada kejahilan cinta.. suka nulis.. tapi ga mau baca) ^_^

2> SANGAT TERASASatu peristiwa yang melahirkan emosi, akan sangat berkesan jika dituliskan. Apakah itu ’sangat’ sedih, ’sangat’ gembira, ’sangat’ marah dan lain-lain. Karena, bersama tulisan itu akan mengalir gelombang emosi pula. Seperti memperlihatkan sebuah buku berjudul ‘perasaan’ kepada orang lain. Pembaca akan membacanya dengan jelas. (merenangi cinta pada kata)

3> SANGAT TIDAK PEDULIBukan pada isinya. Tapi, tidak peduli pada teknis (untuk sementara). Tidak peduli dimana koma diletakkan. Tidak peduli, dimana harus menempatkan titik. Tidak peduli akan huruf-huruf yang

Page 120: SEBUAH CATATAN

salah. Tidak peduli susunan kata yang belum teratur. Hanya menuliskan semua yang ingin dituliskan, sesuai dengan isi yang diinginkan dan tidak peduli. (Hanya demi cinta.. seperti aku menuliskan.. Cinta Islam and Love dandelion)

4> SANGAT TELITI (kadang juga terlewat sih) ^_^Jika selesai tulisanku, maka mulai memperbaiki kesalahan. Dengan sangat teliti. Koma, titik, huruf2 besar dan kecil, rasa dari kalimat (maksudnya) saat kita baca satu kalimat, apakah ia enak, kurang legit, atau agak sepet sedikit..?? hehe. Kalau merasa ga pas, perbaiki saja. Asal jangan udah diperbaiki, ga pas.. perbaiki.. ga pas.. perbaiki.. ga pas.. ^_^ (dua kali saja cukup) (persembahkan yg terbaik.. atas nama cinta)

5> SANGAT BERANIBaca sekali lagi. Lalu, mulailah meminta orang lain membacanya. Publikasikan. Gerakkan pena.. Di catatan FB-mu, buatlah blog, kirimkan ke mading. Jadilah pemberani.. menerima kritik.. masukan.. celaan.. pujian. Anggap saja masukan dan kritiknya itu seperti duri yang kecil.. dan anggaplah pujian itu seperti kipas yang tak kita perlukan. Karena kita sudah punya kipas sendiri. Kipas kita adalah.. KEBERANIAN. (cinta yang direbut oleh rasa takut, maka itulah yang menakutkan)

*Perhatian.. tips ini semoga berguna untuk penyakit ‘getar pena’.. penggunaan tips ini, tidak memerlukan izin dokter.. jika ‘getar pena’ berlanjut’.. jangan hubungi dukun beranak.. tapi jalin kembali hubungan serius dengan KEBERANIAN.. ^_^v

***** @ ******

Semoga Tuhan bantu kita.. menggerakkan jari, pikir dan hati.. untuk membagi apa yang ada pada diri. Amiin..

Karena apa yang kita anggap tidak berharga dari pena kita, mungkin menjadi cerita berharga bagi banyak orang di luar sana kawan..

Page 121: SEBUAH CATATAN

DEMI CINTA PADA GAZA

Aku Shafwan. Umurku 7 tahun.

Sejak tiga bulan lalu, setiap hari, aku dan Ali mengumpulkan batu-batu. Kami menyimpannya di bawah reruntuhan rumah Syahida. Teman perempuan kami yang telah pergi. Akibat dari senjata-senjata itu yang setiap malam seringkali terdengar suaranya menderu di angkasa dan esoknya, selalu saja.. ada teman kami yang syahid. Syahida tertimpa dinding rumahnya. Sedangkan ibu dan adik-adiknya, kala itu sedang berada di dalam ruang tidur. Ketika satu benda berat menembus atap rumahnya kemudian menimbulkan ledakan. Menceraikan setiap bagian tubuh mereka serta memisahkan jiwa-jiwa dari raganya.

Kata ibuku, ”Mereka bertemu Rabb-nya dengan bangga.”

Teringat ketika itu..

Aku sedang berada di rumah. Saat sayup-sayup.. Ali, sahabatku berteriak-teriak memanggil namaku.. ”Shafwaaaan.. Shafwaaaan.. Shafwaaaan..” Ketika sampai di pintu, Ali mengetuk pintu rumah kami dengan keras. Teriakan Ali tak seperti biasanya, ketika mengajakku bermain. Aku segera berlari keluar dari kamarku. Karena terburu-burunya, aku menabrak sebuah kursi hingga terjatuh. Saat pintu kubuka, kusaksikan Ali terbungkuk kelelahan. Tampaknya ia tadi habis berlari.

”Ada apa..??”, tanyaku.

Ali menunjuk ke satu arah. ”Syahida.. Syahida.. rumah Syahida, semalam terkena serangan mereka.”, di wajahnya tergambar ketegangan yang sangat.

Aku kaget. Segera kupakai sepatuku. Kemudian menarik tangan Ali untuk berlari. Di dadaku gemuruh. Aku sendiri tak bisa gambarkan, apa yang kurasakan. Aku hanya berlari sambil tak melepaskan tangan Ali.

Hancur.. rumah besar itu.. hancur..

Tak terlihat lagi bentuknya. Hanya puing-puing yang berserakan. Aku dan Ali berdiri di gerbang rumah yang sudah tak berbentuk itu. Seorang bapak, keluar dari reruntuhan sambil menggendong satu tubuh kecil. Ia berkata pada kakek tua berpakaian bergaris yang sedang menunggu. “Hanya ada dia, yang lain di kamar. Tak bisa dikeluarkan.”

Dari jauh, aku mencoba menajamkan penglihatanku. Itu Syahida, sebutku dalam hati. Karena tubuh itu terbungkus jaket biru. Jaket yang selalu dipakai Syahida, kemanapun ia pergi. Kata Syahida, itu adalah jaket pemberian ayahnya, yang telah syahid lebih dulu, diterjang peluru-peluru Yahudi. Bapak yang menggendong Syahida, berjalan semakin dekat dan melewati kami. Tubuh itu tertutupi banyak debu, tak bergerak tanpa nyawa. Ali dan aku berpandangan. ”Itu Syahida.”, kata Ali. Aku mengangguk lemah.

Tiba-tiba.. Ali menarikku keras. ”Ayo!!!” Aku mengikutinya. Langkah-langkahnya sangat cepat.

Page 122: SEBUAH CATATAN

Namun, kakiku mengikutinya terus. Entah mau kemana dia. Ali mengajakku naik ke sebuah bukit kecil di dekat pagar perbatasan. Kemudian berhenti dipuncaknya. Matahari pagi menyinari perbatasan. Kami memandang keseberang pagar. Dimana rumah-rumah nyaman berdiri tanpa takut diserang. Aku hanya menatap jauh kesana. Lalu memandang Ali. Ada satu rasa yang tumbuh kala itu. Seperti sebuah panggilan yang mencoba menenangkanku. Seperti panggilan ibu yang selalu kudengar. Tapi, aku sendiri tak mengerti. Meski aku tau harus berbuat apa.

”Kau tau maksudku kan, Shafwan..?”, tanya Ali.

Aku mengangguk kuat. Sudah waktunya. Kami saling berhadapan dan memegangi pundak. Ali menatapku tajam dan pandanganku menembus kedalam mata Ali.

“Bismillaah.. Sekarang waktunya.”, ikrar kami.

“Kita mulai mengumpulkan batu.”, kata Ali.

”Untuk melindungi keluarga kita.”

”Teman-teman kita.”

”Tetangga kita.”

”Melindungi Gaza.”

”Melindungi Palestina.”

Ali mengeratkan cengkeramannya di bahuku. Akupun begitu. Dan kami saling mengangguk. Yakin.

31 Mei 2010

Sejak pagi, kakak-kakak itu telah merencanakan sesuatu. Aku dan Ali bukannya tidak tau. Bahwa hari ini, adalah jadwal patroli para tentara zionis. Jalan mana yang akan mereka lewatipun, kami sudah tau. Karenanya, jauh-jauh hari, kami sudah pindahkan empat karung batu kami kereruntuhan yang lebih dekat dengan jalan yang akan dilalui oleh mereka.

Dua jam yang lalu.

Saat para pemuda akan berangkat. Kami dilarang untuk ikut. Tapi larangan itu kami tidak hiraukan. Beberapa saat ketika terjadi bentrokkan antara para pemuda dan tentara-tentara itu. Kami menyusup ketempat dimana kami menyimpan batu-batu itu. Desingan peluru, takbir dan benturan batu menjadi satu. Suara yang biasanya hanya kami dengarkan dari jauh. Saat ini begitu dekat. Awalnya ada gentar. Keringat dingin mengaliri tubuhku. Namun, semakin lama, kakiku hampir tak dapat kutahan. Aku merasakan cairan dalam tubuhku mengalir melaju. Kepalku menguat. Gigiku gemeletuk. Ku tau, Ali pun begitu. Sesaat tadi kulihat matanya tajam menatap keluar.

Page 123: SEBUAH CATATAN

Setiap terdengar teriakan kesakitan dan teriakan para pemuda intifadha, kami serentak berdiri. Kemudian duduk kembali. Hingga teriakan ke tiga, pertanda robohnya satu pemuda. Aku sudah tak sanggup menahannya. Tanganku meraup sebanyak-banyaknya batu dari karung. Lalu berlari menderas. Keluar dari persembunyianku bersama Ali. Aku dan Ali melemparkan setiap butiran keras di tangan kami dengan sekuat tenaga. Beberapakali, kami bolak-balik masuk kedalam reruntuhan ketika kehabisan batu. Tapi, kami keluar lagi. Aku dan Ali hanya terus melemparkan batu-batu itu.

Semakin lama.. lemparanku terasa semakin menguat. Kami bahkan tak menyadari, posisi kami saat itu. Jauh di belakang kami, kakak-kakak pemuda dan di hadapan kami, adalah tentara-tentara bersenjata itu. Bersama lemparan-lemparanku. Tak lagi aku mendengar desingan peluru. Hanya takbir saja yang bersenandung keras di telingaku. Entah lisan siapa yang bertakbir. Aku hanya terus melemparkan batu-batu itu dengan semangat. Sampai suara-suara itu mulai memanggilku.

”Shafwaaaan.. Shafwaaan.. Shafwaaaaan..”

Kini, badanku terasa ringan. Kupegangi wajahku, kuraba dadaku, karena kulihat, ada wujud yang sama tergeletak di jalanan tempatku berdiri. Aku mengenalinya, kaos abu-abu itu milikku. Tapi, abu-abu itu telah penuh dangan warna merah. Seseorang berusaha mengangkatku. Aku tersenyum. Ya, itu aku. Kulihat di sampingku, Ali masih tegak berdiri, meluncurkan batu-batu dari tangan-tangannya yang kian perkasa. Hingga tiba-tiba jasadnya limbung dan jatuh ke tanah. Ali bergantian memandangku, lalu ke jasadnya yang juga bersimbah darah. Kemudia kembali manatapku dengan senyum. Selesai sudah. Tangan kami berhenti melemparkan batu. Namun, beberapa zionis terluka parah. Mereka mengerang kesakitan. Aku dan Ali makin melebarkan senyum, sangat puas dengan usaha kami. Masih tersisa 3 karung batu, semoga ditemukan oleh pejuang-pejuang intifadha yang lain. Kami menatap pagar pembatas untuk terakhir kalinya. Tanah itu milik kami kan Allaah..?? Tak kuragukan jawabannya. Hanya terasa haru.

Dalam hati aku berkata..

”Allaah.. ini kami, Shafwan dan Ali.. menemuimu.. dengan bangga.”

Senja mulai habis

Ketika jiwa-jiwa telah sampai pada kemerdekaannya.

Merah saga langit Gaza

Ketika satu demi satu

Lemparan batu terhenti

Cukup terluka satu kali ini

Page 124: SEBUAH CATATAN

Dan kesturi mewangikan udara

Pertanda jiwa-jiwa yang rela pergi

Tertidur untuk waktu yang lama

Karena ia tidak mati

Abadi bersama Tuhan-nya

Dan menikmatinya dengan senyum

Senyuman bangga

Demi cinta, demi sayang

Pada Gaza dan Palestina