Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA
“ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN” PADA RUBRIK TAJUK
RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Adi Cahyono
NIM: 014114008
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
i
SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA
“ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN” PADA RUBRIK TAJUK RENCANA
HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Adi Cahyono
NIM: 014114008
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iv
PERSEMBAHAN
JEJAK HARAPANKU MELUKIS HIDUPKU
SUNGGUH TEGAS NADA DASARNYA
GARIS-GARIS IRAMANYA MERONA
TAK SELALU KERAS TERASA DI DADA
HINGGA ALUNANNYA TERDENGAR
SUKA PUN DUKA
( Adi Cahyono )
Kuhaturkan skripsi ini kepada :
Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku
Bapakku Hariyanto dan Ibuku Linuber Ingsih
Kakakku Yulius Hari Atmojo
Dan semua orang yang kukasihi
v
ABSTRAK
SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA
“ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN” PADA RUBRIK TAJUK RENCANA
HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
Adi Cahyono
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini mengkaji satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi
Senin 01 Desember 2008. Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah
Linguistik Deskriptif. Linguistik Deskriptif mendekati obyeknya dengan
menggambarkan obyek penelitiannya.. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji satuan
lingual pengisi fungsi predikat dilihat dalam tataran kalimat, dan meningkat pada
tataran antarkalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk
rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008. Dengan demikian didapatkan
gambaran satuan lingual pengisi fungsi predikat yang lebih utuh dalam kedudukannya
sebagai salah satu unsur dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik
tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Langkah
pertama yang dilakukan peneliti adalah menganalisis satuan lingual pengisi fungsi
predikat dalam tataran kalimat untuk menemukan identitas satuan lingual dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas
edisi Senin 01 Desember 2008. Langkah kedua yang dilakukan adalah menganalisis
vi
pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap satuan lingual pengisi fungsi
yang lain dalam kalimat yang ada dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada
rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008. Langkah ketiga
adalah menganalisis hubungan antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat
antarkalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana
Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008.
Dari hasil analisis satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam tataran kalimat
dapat ditemukan bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat itu memiliki identitas
lain, yaitu identitas berdasarkan kategorinya, perannya, tataran satuan lingualnya, dan
jenisnya. Satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam wacana Tajuk Rencana Harian
Kompas berjudul “Adam Malik Tetap Pahlawan” berkategori verba, nomina, dan
adjektiva. Dalam wacana ini ditemukan bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat
adalah peran tindakan, kejadian, keadaan, dan pelaku. Tataran lingual satuan lingual
pengisi fungsi predikat yang ditemukan ada dua, yaitu kata baik kata dasar ataupun
kata turunan dan frasa. Jenis predikat yang ditemukan adalah jenis predikat tunggal,
dan tidak ditemukan jenis predikat serial.
Dari hasil analisis pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap satuan
lingual lain dalam kalimat ditemukan bahwa predikat mempengaruhi kehadiran
satuan lingual yang mengisi fungsi lainnya. Kategori dan peran satuan lingual pengisi
fungsi predikat berpengaruh terhadap kategori dan peran satuan lingual pengisi
subyek, obyek, keterangan, dan pelengkap.
Dari hasil analisis hubungan antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat
antarkalimat terhadap dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik
tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2009 ditemukan bahawa
satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam satu kalimat berhubungan dengan satuan
lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat lain. Hubungan tersebut antara lain,
hubungan koreferensial antarpredikat antarkalimat, hubungan kolokasial
antarpredikat antarkalimat.
vii
Satuan lingual pengisi fungsi predikat wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
dapat diidentifikasi bukan hanya dalam lingkup kalimatnya berada, tetapi juga dalam
hubungannya dengan satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat yang
lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” memiliki pengaruh terhadap keutuhan
wacana dan tidak hanya berpengaruh dalam tataran kalimat tempatnya berada.
viii
ABSTRACT
LINGUAL UNITS FUNCTIONING AS PREDICATE
IN THE EDITORIAL TEXT ENTITLED “ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN”
IN KOMPAS DAILY NEWSPAPER OF THE EDICION OF
MONDAY, DECEMBER 1ST, 2008
Adi Cahyono
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
The study analyzes lingual units functioning as predicate in the editorial text
of Kompas daily newspaper of the edition of Monday, December 1st, 2008 entitled
“Adam Malik Tetap Pahlawan”. It uses a descriptive linguistic approach to describe
its object. Its objective is to analyze the lingual units functioning as the predicate at
sentence and whole text levels in the editorial text of Kompas daily newspaper of the
edition of Monday, December 1st, 2008 entitled “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
Thus, a more complete figure of the lingual units functioning as the predicate is
obtained in their position as one of the elements of the editorial text of Kompas daily
newspaper of the edition of Monday, December 1st, 2008 entitled “Adam Malik Tetap
Pahlawan”.
It employs a descriptive method. The first step made by the author is to
analyze the lingual units functioning as the predicate at sentence level in order to find
the identity of the lingual units in the editorial text of Kompas daily newspaper of the
edition of Monday, December 1st, 2008 entitled “Adam Malik Tetap Pahlawan”. The
second step is to analyze the influence of the lingual units functioning as the predicate
on the lingual units with other functions in the editorial text of Kompas daily
ix
newspaper of the edition of Monday, December 1st, 2008 entitled “Adam Malik Tetap
Pahlawan”. The third step is to analyze inter-lingual unit and inter-sentence
relationships in the editorial text of Kompas daily newspaper of the edition of
Monday, December 1st, 2008 entitled “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
Based on the results of the analysis of the lingual units functioning as the
predicate at the sentence level it is found that the lingual units functioning as the
predicate have other identities, which are the ones based on their category, role,
lingual unit level and type. The lingual units functioning as the predicate in the
editorial text of Kompas daily newspaper entitled “Adam Malik Tetap Pahlawan”
have verbal, nominal, and adjectival categories. It is also found in the text that the
lingual units functioning as the predicate indicate action, occurrence, condition, and
doer. There are two lingual levels of the lingual units functioning as the predicate,
which are words, including root words and derivatives, and phrases. Meanwhile,
concerning with their predicate type it is found that the predicate is of the kind of
singular predicate and not serial predicate.
Based on the results of the analysis of the influence of the lingual units
functioning as the predicate on the other lingual units it is found that the predicate
influences the presence of the lingual units with other functions. The category and the
role of the lingual units functioning as the predicate influence those of the lingual
units functioning as subject, object, adverb, and adjunct.
Based on the results of the analysis of the inter-lingual unit and inter-sentence
relationships in the editorial text of Kompas daily newspaper of the edition of
Monday, December 1st, 2008 entitled “Adam Malik Tetap Pahlawan” it is found that
the lingual units functioning as the predicate in a sentence are related to the lingual
units functioning as the predicate in other sentence. The relationships are inter-
predicate and inter-sentence co-referential one and co-location inter-predicate and
inter-sentence one.
x
The lingual units functioning as predicate in the text “Adam Malik Tetap
Pahlawan” can be identified not only in their sentence scope, but also in their
relationship with the lingual units functioning as the predicates in other sentences. It
indicates that the lingual units functioning as predicate in the text “Adam Malik Tetap
Pahlawan” influence the cohesiveness of the text and not only at the sentence level
where they are found.
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kapada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Satuan
Lingual Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi Senin 01 Desember 2008. Skripsi
ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana SI pada
Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu
memberi bimbingan dan arahan serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
2. Drs. Hery Antono, M. Hum. selaku dosen pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan serta masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
3. Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto,
M.Hum., Peni Adji, S.S, M.Hum., Drs.FX. Santosa, M.Hum., Drs. P. Ari
Subagyo, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum,M.Hum., Dra. Fransiska
Tjandrasih Adji, M.Hum., dan Prof.Dr. Alex Sudewa yang telah membekali
xii
ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma.
4. Staf Sekretariat Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata
Dharma.
5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuannya dalam mencari
buku-buku referensi.
6. Bapakku Hariyanto dan Ibuku Linuber Ingsih yang selalu memberikan kasih
sayangnya dan perhatiannya kepada penulis.
7. Kakakku Yulius Hari Atmojo yang selalu memberi doa dan dukungan kepada
penulis.
8. Teman-temanku di desa Sumberhadi, yang meskipun jauh selalu memberi
dorongan semangat kepada penulis.
9. Teman-teman GKJ Samironobaru. Terimakasih atas kebersamaannya dan
dukungannya, sehingga penulis tetap semangat dalam mengerjakan skripsi.
10. Teman-teman Sastra Indonesia Angkatan 2001. Terima kasih atas
kebersamaan dan dukungan kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 08 Februari 2010
Penulis
Adi Cahyono
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… iv
ABSTRAK …………………………………………………………………….. v
ABSTRACT……………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………… xiii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………. xiv
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang Masalah ………………………………………………... …. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………....... 6
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 6
1.5 Tinjauan Pustaka …………………………………………………............... 7
1.6 Landasan Teori …………………………………………………………….. 8
xvi
1.6.1 Pengertian Sintaksis ………………………………………………………. 8
1.6.2 Pengertian Fungsi, Kategori, Peran ……………………………………….. 9
1.6.3 Pengertian Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat ……………………… 10
1.6.3.1 Pengertian Jenis Predikat Tunggal Dan Serial ………………………….. 10
1.6.4 Pengertian Satuan Lingual ……………………………………………….. 11
1.6.4.1 Pengertian Wacana ……………………………………………………… 11
1.6.4.2 Pengertian Alinea ………………………………………………………... 12
1.6.4.3 Pengertian Kalimat ………………………………………………………. 12
1.6.4.4 Pengertian Klausa ……………………………………………………….. 13
1.6.4.5 Pengertian Frasa …………………………………………………………. 13
1.6.4.6 Pengertian Kata ………………………………………………………….. 13
1.6.4.7 Pengertian Morfem ………………………………………………………. 14
1.7 Metode Penelitian ……………………………………………………………. 14
1.7.1 Jenis Penelitian ……………………………………………………………... 14
1.7.2 Pendekatan ………………………………………………………………… 14
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………… 15
1.7.4 Metode Analisa Data ………………………………………………………. 15
1.8 Sumber Data …………………………………………………………………. 16
1.9 Sistematika Penyajian ………………………………………………………... 16
BAB II KATEGORI, PERAN, TATARAN LINGUAL, DAN JENIS SATUAN
LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA
xvii
“ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN” PADA RUBRIK TAJUK
RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
2.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana“Adam Malik Tetap
Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi Senin 01
Desember 2008 ………………………………………………………….. 18
2.1.1 Kategori Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana “Adam
Malik Tetap Pahlawan” Pada Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi Senin 01
Desember 2008 …………………………………………............................. 19
2.1.1.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Verba Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Senin 01 Desember 2008 ………………………………………… 20
2.1.1.2 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Nomina Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Senin 01 Desember 2008…………………………………………. 22
2.1.1.3 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Adjektiva Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Senin 01 Desember 2008…………………………………………. 23
2.1.2 Peran Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana “Adam Malik
Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi Senin 01
Desember 2008 …………………………………………………………… 25
xviii
2.1.2.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Tindakan Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Desember 2008 ………………………………………………….. 26
2.1.2.2 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Kejadian Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Desember 2008 ………………………………………………….. 27
2.1.2.3 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Keadaan Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Desember 2008 ………………………………………………….. 28
2.1.2.4 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Pelaku Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi 01 Desember 2008 ………………………………………………….. 29
2.1.3 Tataran Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana “Adam
Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi
Senin 01 Desember 2008 .………………………………............................ 30
2.1.3.1 Tataran Lingual Kata Sebagai Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008 …………………………………………... 31
2.1.3.1.1 Tataran Lingual Kata Dasar Sebagai Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008 ………………………………………….. 31
xix
2.1.3.1.2 Tataran Lingual Kata Turunan Sebagai Pengisi Fungsi Predikat Dalam
Wacana “ Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana
Harian Kompas Edisi Senin 01 Desember 2008
…………………………………………………………………………… 33
2.1.3.2 Tataran Lingual Frasa Sebagai Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008 …………………………………………... 36
2..1.4 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berjenis Tunggal Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2009 …………………………………………... 37
BAB III PENGARUH SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT
TERHADAP SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI LAIN DALAM
KALIMAT DALAM WACANA “ADAM MALIK TETAP
PAHLAWAN” PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN
KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2009
3.1 Pengaruh Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Verba Terhadap
Satuan Lingual Pengisi Fungsi Lainnya Dalam Kalimat
………………………………………………………………………………… 41
3.2 Pengaruh Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Nomina Terhadap
Satuan Lingual Pengisi Fungsi Lainnya Dalam Kalimat
………………………………………………………………………………… 51
xx
3.3 Pengaruh Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Adjektiva
Terhadap Satuan Lingual Pengisi Fungsi Lainnya Dalam Kalimat
…….................................................................................................................... 54
BAB IV HUBUNGAN ANTARSATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI
PREDIKAT ANTARKALIMAT DALAM WACANA “ADAM
MALIK TETAP PAHLAWAN” PADA RUBRIK TAJUK RENCANA
HARIAN KOMPAS EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
4.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Koreferensial Antarkalimat
………………………………………………………………………………. 61
4.2 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Kolokasial Antarkalimat
………………………………………………………………………………. 62
4.3 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Mempengaruhi Kontinuitas Topik
Wacana ……………………………………………………………………... 66
BAB V PUNUTUP
6.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 74
6.2 Saran ………………………………………………………………………….. 75
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 76
LAMPIRAN DATA …………………………………………………………….. 77
1
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memiliki ciri berupa keruntunan atau linearitas. Linearitas atau
keruntunan tersebut dapat dilihat dari satuan lingual yang menjadi unsur bahasa
tersebut dalam pemakaiannya secara lisan dan tulis. Bahasa Indonesia sebagai salah
satu dari sekian banyak bahasa verbal yang ada juga memiliki ciri linearitas tersebut
dalam setiap tataran satuan lingualnya. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat
satuan lingual yang disebut kalimat. Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan ada atau tidaknya klausa di dalamnya, yaitu
kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa. Klausa merupakan satuan lingual yang
predikatif, atau yang di dalamnya terdapat satuan lingual yang berfungsi sebagai
predikat.
Satu kalimat berklausa dapat terdiri dari satu atau beberapa klausa. Fungsi satuan
lingual yang membentuk sebuah kalimat dapat diidentifikasi berdasarkan
pengaruhnya terhadap keutuhan kalimat. Ketidakhadiran salah satu satuan lingual
yang membentuk satu kalimat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
keutuhan kalimat. Salah satu satuan lingual yang memiliki fungsi penting terhadap
2
kesatuan kalimat adalah satuan lingual pengisi fungsi predikat. Satuan lingual dalam
bahasa Indonesia diidentifikasi sebagai kalimat yang terbentuk dari satu atau lebih
klausa bila di dalamnya terdapat satuan lingual yang berfungsi sebagai predikat.
Satuan lingual pengisi fungsi predikat tersebut dapat berupa kata maupun frasa.
Misalnya, kalimat “Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa
tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai
anggota CIA.” (KOMPAS, Adam Malik Tetap Pahlawan, Senin, 01-12-2008) Jika
kata buka sebagai satuan lingual pengisi fungsi predikat tidak dihadirkan, maka akan
berpengaruh besar terhadap susunannya, dan juga pada maknanya. Konstruksi *Kita
dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener
yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA tidak berterima
maknanya.
Hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi
predikat merupakan pusat kalimat. Selain sebagai pusat kalimat, satuan lingual
pengisi fungsi predikat memiliki peran dan kategori. Contohnya sebagai berikut :
1.Satuan lingual pengisi fungsi predikat sebagai pusat kalimat.
Contoh :
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Kata buka dinyatakan sebagai pusat dalam kalimat karena kehadirannya
memungkinkan hadirnya kata ganti pertama jamak kita yang berfungsi sebagai subjek
3
kalimat dan frasa dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu
buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA
yang berfungsi sebagai pelengkap.
2. Satuan lingual pengisi fungsi predikat dapat diisi kategori verba dan nonverba.
Contoh :
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
2) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak.
Konstruksi kalimat pertama berpredikat verba karena kata buka merupakan verba.
Sementara kalimat kedua merupakan konstruksi kalimat majemuk setara berpredikat
nonverba karena kata benar dan kata bijak berkategori adjektiva.
3. Satuan lingual pengisi fungsi predikat tersebut memiliki peran, antara lain
tindakan.
Contoh :
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Kata buka memiliki makna tindakan, karena frasa tersebut menerangkan tindakan
dari subjeknya.
Penelitian yang selama ini dilakukan tentang satuan lingual pengisi fungsi
predikat dalam bahasa Indonesia lebih banyak dalam tataran kalimat. Predikat dalam
4
bahasa Indonesia belum banyak dilihat pengaruhnya dalam tataran hubungan
antarkalimat. Berdasarkan asumsi bahwa setiap satuan lingual pembentuk wacana
memiliki kontribusi terhadap keutuhan wacana, satuan lingual pengisi fungsi predikat
setiap kalimat dalam setiap wacana juga memberi pengaruh terhadap keutuhan
wacana. Oleh karena itulah, penelitian tentang satuan lingual pengisi fungsi predikat
dalam tataran hubungan antarkalimat akan dilakukan.
Satuan lingual pengisi fungsi predikat tidak dapat diidentifikasi terlepas dari
satuan lingual pengisi fungsi yang lainnya dalam sebuah kalimat. Satuan lingual
pengisi fungsi predikat tidak akan dapat diidentifikasi tanpa mengidentifikasi satuan
lingual pengisi fungsi lainnya, seperti satuan lingual pengisi fungsi subjeknya. Oleh
karena itu, fungsi-fungsi satuan lingual setiap kalimat dalam wacana “Adam Malik
Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember
2009 perlu diidentifikasi lebih dahulu. Dengan demikian, satuan lingual pengisi
fungsi predikat setiap kalimat dalam wacana tersebut dapat diketahui identitasnya.
Setelah satuan lingual yang berfungsi predikat dalam setiap kalimat dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencaja Harian Kompas
teridentifikasi, dilakukanlah usaha untuk melihat kategorinya, perannya, tataran
lingualnya, dan jenisnya. Kategori dan tataran satuan lingual pengisi fungsi predikat
dapat diidentifikasi tanpa melihat hubungan antarsatuan lingual yang membentuk
kalimat. Peran satuan lingual pengisi fungsi predikat perlu diidentifikasi dengan
melihat hubungan antarsatuan lingual yang membentuk kalimat. Jenis predikatnya
5
dapat dilihat dari jumlahnya dalam setiap klausa yang membentuk kalimat. Setelah
jelas kategori, peran, dan tataran lingual, dan jenis predikat satuan lingual yang
berfungsi predikat setiap kalimat dalam wacana yang diteliti, barulah dapat dilihat
pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap satuan lingual pengisi fungsi
yang lainnya dalam kalimat. Kejelasan identitas setiap satuan lingual pengisi fungsi
predikat dalam setiap kalimat memungkinkan usaha untuk melihat hubungan satuan
lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas,maka masalah yang relevan
untuk diungkapkan adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa kategori, peran, tataran lingual, dan jenis predikat satuan lingual pengisi
fungsi predikat setiap kalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008?
1.2.2 Bagaimana pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap unsur-
unsur lainnya dalam kalimat pada wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008?
1.2.3 Apa hubungan antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada Harian Kompas edisi Senin 01
Desember 2008?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini, yaitu :
1.3.1 Mengidentifikasi kategori, peran, tataran lingual, dan jenis predikat satuan
lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat pada wacana “Adam Malik
Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01
Desember Tahun 2008.
1.3.2 Menggambarkan pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap
unsur-unsur lainnya dalam kalimat pada wacana “Adam Malik Tetap
Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01
Desember Tahun 2008.
1.3.3 Mengidentifikasi hubungan antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat
antarkalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk
rencana Harian Kompas edisi 01 Desember Tahun 2008 .
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
7
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan sebagai berikut :
1.4.1 Memberikan sumbangan di bidang sintaksis dalam mengidentifikasi kategori,
peran, tataran lingual, dan jenis predikat satuan lingual pengisi fungsi predikat
dalam kalimat bahasa Indonesia.
1.4.2 Menambah kajian pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap
satuan pengisi fungsi yang lainnya dalam kalimat bahasa Indonesia.
1.4.3 Meningkatkan pemahaman tentang hubungan antarsatuan lingual pengisi
fungsi predikat antarkalimat dalam wacana bahasa Indonesia.
1.5 Tinjauan Pustaka
“Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa, dan bahasa yang
dimaksud adalah bahasa keseharian manusia yang dipakai sehari-hari oleh manusia
dalam masyarakat tertentu” (Sudaryanto, 1996 :5) Bahasa yang dipakai sehari-hari
oleh manusia itu beragam dari berbagai aspek. Oleh karena itulah, linguistik sendiri
mendekatinya dengan lebih baik melalui berbagai pendekatan melalui pengutamaan
obyeknya yang merupakan bagian dari bahasa itu sendiri. Salah satunya adalah
pendekatan struktural dengan obyek berupa tataran satuan lingual terkecil sampai
yang terbesar. Salah satu cabang linguistik yang secara khusus mengkaji tataran
satuan lingual tertentu itu adalah sintaksis.
8
“Sintaksis ialah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan
seluk beluk kata dan morfem” (Ramlan, 1987 : 1) Dari itu, sintaksis dalam kerjanya
membatasi obyeknya pada tataran wacana. Hal-hal yang dikaji itu antara lain
hubungan antarfrasa klausa, hubungan antarklausa pembentuk kalimat, hubungan
antar kalimat pembentuk alinea, dan hubungan antaralinea pembentuk wacana.
Dengan demikian, analisis satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam lingkup
kalimat, dan analisis satuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat dalam
wacana dapat dilakukan.
1.6 Landasan Teori
Melihat obyek yang hendak diteliti merupakan satuan lingual pengisi predikat
dalam tataran kalimat, dan kemudian meningkat dalam tataran hubungan
antarkalimat, pendekatan sintaksis masih dapat diterapkan. Satuan lingual pengisi
fungsi predikat dalam tataran hubungan antarkalimat tidak mungkin didekati tanpa
terlebih dahulu mendekatinya dalam lingkup kalimat. Analisis satuan lingual pengisi
fungsi predikat dalam tataran kalimat akan dilakukan lebih dahulu, dan baru
kemudian analisis hubungan antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat
dilakukan.
9
1.6.1 Pengertian Sintaksis
Sintaksis merupakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan (Verhaar,2001 : 161) Usaha-usaha untuk mengkaji hubungan antarkata dalam
kalimat sebenarnya tidak sepenuhnya terpisah dengan kajian tentang hubungan
antarkalimat karena konstituen kalimat juga menjadi bagian dari hubungan
antarkalimat. Batasan tuturan itu sendiri yang secara struktural belum pernah
ditentukan secara pasti, memungkinkan usaha untuk mengkaji hubungan antarsatuan
lingual dalam kalimat dan hubungan antarsatuan lingual antarkalimat dalam sebuah
wacana.
1.6.2 Pengertian Fungsi, Kategori, Peran
“Ada tiga cara untuk menganalisis klausa secara sintaksis. Pertama, ada “Fungsi-
Fungsi” di dalam klausa, ada “Peran-Peran” di dalam klausa, dan ada “Kategori-
Kategorinya” (Verhaar,2001 : 162) Fungsi, kategori, dan peran satuan lingual
merupakan identitas satuan lingual berdasarkan fungsi, kategori,dan peran satuan
lingual yang membentuk kalimat.
Fungsi satuan lingual terbentuk dari hubungannya dengan satuan lingual lain
dalam konstruksi satuan lingual yang lebih besar, seperti fungsi kata dalam kalimat.
10
“Fungsi sintaktis adalah konstituen yang formal-tidak terikat dengan unsur semantis
tertentu dan tidak terikat pula pada unsur kategorial tertentu “(Verhaar,2001 : 167)
Kategori tidak ditentukan berdasarkan hubungan satuan lingual dengan yang lain
dalam konstruksi yang lebih besar, tetapi lebih didasarkan pada kelas katanya.
“Kategori sintaktis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba,
adjektiva, adverbial, adposisi (artinya, preposisi dan posposisi), dan lain sebagainya”
(Verhaar, 2001 : 170) Kelas kata itu sendiri dalam setiap bahasa berbeda-beda dalam
hal jumlah dan jenis.
Dengan pengertian tuturan sebagai peristiwa, peran lebih menekankan pada apa
yang terjadi pada satuan lingual yang menempati fungsi-fungsi dalam konstruksi
satuan lingual yang lebih besar. “ ‘Peran’ sintaktis adalah segi semantis dari peserta-
peserta verba” (Verhaar,2001 : 167) Segi makna dalam hal ini berbeda dengan
kategori, karena makna yang dimaksud merupakan makna satuan lingual berdasarkan
hubungannya dengan satuan lingual lain dalam konstruksi yang lebih besar.
1.6.3 Pengertian Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat
Satuan lingual pengisi fungsi predikat merupakan konstituen kalimat yang
bersifat inti karena kehadirannya dalam konstruksi kalimat yang berklausa bersifat
perlu ada. Bersifat perlu ada, karena satuan lingual pengisi fungsi yang lainnya
ditentukan oleh satuan lingual pengisi fungsi predikat. Predikat pada umumnya
11
berkategori verba, tetapi ada pula predikat yang berkategori nonverbal, seperti
nomina. Predikat dapat menjadi penyebut dari subyek atau yang menerangkan subyek
( Lyons,1995 : 328).
1.6.3.1 Pengertian Jenis Predikat Tunggal Dan Serial
Predikat serial merupakan predikat yang jumlahnya lebih dari satu dalam satu
klausa. Sedangkan predikat tunggal adalah predikat yang hanya satu saja yang utama
dalam sebuah klausa (Verhaar, 2001 : 188). Satuan lingual pengisi fungsi predikat itu
dikatakan ada lebih dari satu dalam satu klausa bila kehadiran salah satunya saja
sudah berterima konstruksinya, dan kehadiran keduanya pun juga berterima, karena
keduanya sama-sama merupakan inti dari satuan lingual pengisi fungsi predikat.
Berbeda dengan itu, kalau dalam satu klausa itu terdapat satuan lingual pengisi fungsi
predikat dengan hanya salah satunya saja sebagai intinya, klausa demikian itu
diidentifikasi berpredikat tunggal.
1.6.4 Pengertian Satuan Lingual
Satuan lingual adalah satuan kebahasaan atau satu entitas kebahasaan yang
berwujud. Wujudnya dapat lisan pun tulis. Satuan lingual itu antara lain, morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
12
1.6.4.1 Pengertian Wacana
Wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi. Wacana juga dimengerti sebagai
satuan lingual (linguistic unit [s]) yang berada di atas tataran kalimat (Baryadi, 2002 :
1). Sebagai satuan lingual yang berada di atasa tataran kalimat, wacana secara umum
terdiri dari lebih dari satu kalimat. Namun pengertian di atas tataran kalimat itu tidak
hanya menyangkut strukturnya, tetapi juga fungsinya dalam penggunaan bahasa.
Dengan demikian, ada juga wacana yang hanya terdiri dari satu kalimat saja. Wacana
yang terdiri dari satu kalimat dinilai berdasarkan fungsinya dalam penggunaan bahasa
daripada strukturnya dalam penggunaan bahasa.
1.6.4.2 Pengertian Alinea
Dalam sebuah wacana, umumnya terdapat beberapa tema yang terungkapkan
dalam beberapa alinea. Secara struktural alinea dapat disebut sebagai satuan bahasa
yang berisi satu tema, yang terdiri satu atau lebih kalimat (Kridalaksana, 2008 : 173).
1.6.4.3 Pengertian Kalimat
13
Tuturan adalah apa yang dituturkan orang. Sedangkan kalimat merupakan salah
satu satuan tuturan. Dengan demikian kalimat merupakan sebagian dari hal yang
dituturkan orang dengan penanda khusus, yaitu adanya intonasi tertentu sebagai
pemarkah tuturan tersebut. Pemarkah itu sendiri dapat berupa pemarkah ortografis
berupa tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru (Verhaar,2001 : 161).
Penentuan identitas satuan lingual sebagai kalimat lebih banyak didasarkan pada
intonasinya (Ramlan, 1987 : 4). Identifikasi demikian itu mencukupi mengingat tidak
semua kalimat berunsur klausa.
1.6.4.4 Pengertian Klausa
Gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikatif. Yang dimaksud dengan
predikatif adalah satuan lingual yang memiliki predikat sebagai salah satu unsur
pembentuknya. Setiap susunan kata yang salah satu unsur penyusunnya berfungsi
sebagai predikat dapat dikatakan sebagai klausa.
1.6.4.5 Pengertian Frasa
14
“ Frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang
lebih panjang” (Verhaar, 2001 : 290). Frasa dapat terdiri dari gabungan dua kata atau
lebih. Dinyatakan fungsional karena frasa merupakan konstituen yang memiliki
fungsi dalam struktur yang lebih panjang.
1.6.4.6 Pengertian Kata
Kata memiliki pengertian sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, yang
terbentuk dari satu morfem atau lebih (Kridalaksana,2008 : 110). Kata memiliki
makna yang penuh, dan dapat dimaknai terpisah dari satuan lingual yang lebih besar
daripadanya. Kata itu sendiri dapat berupa kata dasar, yaitu satuan lingual yang dapat
diturunkan menjadi satuan lingual lainnya melalui proses perubahan, seperti afiksasi.
Sedangkan kata turunan adalah kata yang diturunkan dari kata dasar tertentu melalui
proses perubahan.
1.6.4.7 Pengertian Morfem
Morfem merupakan satu satuan lingual terkecil yang bermakna. Satuan lingual itu
dapat disebut sebagai satuan minimal gramatikal (Verhaar, 2001 :97). Satuan minimal
gramatikal tersebut dapat berupa satuan minimal gramatikal yang terikat dan yang
bebas. Satuan minimal gramatikal terikat tak dapat berdiri sendiri, dan perlu
15
bergabung dengan satuan minimal gramatikal yang lainnya untuk menjadi satuan
gramatikal yang lebih besar. Sedangkan satuan minimal gramatikal minimal bebas
dapat berdiri sendiri
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis penelitian ini adalah penelitian sintaksis dengan obyek penelitian satuan
lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat dan antarkalimat. Sumber data
yang digunakan adalah wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik
tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008.
1.7.2 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan diskriptif.
Pendekatan diskriptif merupakan usaha mendekati obyek kajian dengan
menggambarkan obyek penelitiannya, yaitu satuan lingual pengisi fungsi
predikat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk
rencana Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008. Obyek penelitian
tersebut digambarkan untuk memecahkan masalah yang sudah dirumuskan
dalam rumusan masalah penelitian.
1.7.3 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kopi, yaitu usaha mengumpulkan data dengan cara mengkopi data yang
relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan dari sumber data yang telah
ditetapkan.
16
1.7.4 Analisis data dilakukan setelah data yang terkumpul memadai. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan metode agih dan metode padan.
1.7.4.1 Metode Agih
Metode Agih alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan
(Sudaryanto,1993 : 15).
1.7.4.1.1 Teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik Dasar itu diterapkan dengan
varian Teknik Lanjutannya untuk mengidentifikasi fungsi satuan lingual
penyusun kalimat. Misalnya, diterapkan untuk mengidentifikasi satuan
lingual pengisi fungsi predikat.
1.7.4.2 Metode Padan
“Metode padan, alat penentunya di luar, terlepas,dan tidak menjadi bagian
dari bahasa (langue) yang bersangkutan.” (Sudaryanto,1993 :13)
1.7.4.2.1 Metode Padan Referensial. Metode ini diterapkan dengan Teknik Pilah
Unsur Penentu (PUP). Teknik ini diterapkan untuk mengidentifikasi
kategori dan peran satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam wacana
yang diteliti. Pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap
keutuhan kalimat dapat diidentifikasi berdasarkan teknik ini.
1.8 Sumber Data
Judul : Adam Malik Tetap Pahlawan.
17
Penulis : Jakob Oetama.
Penerbit : Harian Kompas.
Tahun terbit : 2008.
1.9 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini dirinci sebagai berikut :
Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Bab I pendahuluan, berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan landasan
teori, metode penelitian,sistematika penyajian, jadwal penelitian, rincian biaya. Bab II
berisi kategori, peran, tataran lingual, dan satuan lingual pengisi fungsi predikat
dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian
Kompas edisi Senin 01 Desember 2008. Bab III berisi pengaruh satuan lingual
pengisi fungsi predikat terhadap unsur-unsur lain dalam kalimat pada wacana “Adam
Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana Harian Kompas edisi Senin 01
Desember 2008. Bab IV berisi hubungan antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat
antarkalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” pada rubrik tajuk rencana
Harian Kompas edisi Senin 01 Desember 2008. Bab VI penutup, berisi kesimpulan,
dan saran.
18
BAB II
KATEGORI, PERAN, TATARAN LINGUAL SATUAN LINGUAL
PENGISI FUNGSI PREDIKAT, DAN JENIS PREDIKAT
DALAM WACANA “ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN”
PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS
EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
2.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi 01 Desember 2008
Secara fungsional setiap satuan lingual dalam kalimat memiliki fungsi. Fungsi
satuan lingual tersebut diidentifikasi berdasarkan hubungannya dengan satuan lingual
lainya. Sesuai dengan landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini, usaha
untuk mengidentifikasi satuan lingual pengisi fungsi predikat itu adalah dengan
melihat cirinya. Salah satu cirinya adalah satuan lingual pengisi fungsi predikat itu
menerangkan subyeknya.
Satuan lingual dalam kalimat yang diidentifikasi berdasarkan fungsinya dan juga
diidentifikasi berdasarkan peran,kategori,jumlahnya dalam setiap klausa,dan tataran
satuan lingualnya. Hal itu dapat diterapkan dalam satuan lingual pengisi fungsi
19
predikat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”. Dengan demikian setiap
satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat yang ada dalam wacana “Adam
Malik Tetap Pahlawan” akan diidentifikasi berdasarkan hal lainnya. Hal lainnya yang
dimaksud adalah kategorinya, perannya, tataran satuan lingualnya, dan jenisnya.
2.1.1 Kategori Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Seperti yang sudah diketahui secara umum dalam bidang sintaksis bahwa satuan
lingual pengisi fungsi predikat juga memiliki identitas lain berdasarkan makna
leksikalnya yang terlepas dari kedudukannya dalam kalimat. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tingkat keproduktifan penggunaan verba yang berfungsi sebagai
predikat cukup tinggi daripada penggunaan kelas kata yang lainnya. Namun
demikian, dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” ditemukan bahwa satuan
lingual pengisi fungsi predikat itu tidak hanya diisi dengan verba, tetapi juga kategori
nomina, dan adjektiva.
20
2.1.1.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Verba
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Predikat berkategori verba merupakan predikat yang diisi dengan satuan lingual
yang berkelas verba. Dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” ditemukan
bahwa verba dominan dalam mengisi fungsi predikat. Hal itu dapat dilihat dari
contoh berikut ini :
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
2) Tuduhan dalam buku itu berlebihan. 3) Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi. 4) Balas (tuduhan) dengan tulisan. 5) Gambaran semacam itu bahkan juga tercermin dalam judul buku karya wartawan
The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
6) Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh.
7) Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat.
8) Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
9) Masuk akal, dengan lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya.
21
10) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi.
11) Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi.
Sebelas kalimat di atas bepredikat verba. Satuan lingual yang berfungsi sebagai
predikat diberi tanda cetak miring tebal. Untuk membuktikan bahwa kalimat-kalimat
memiliki predikat yang berkategori verba, berikut ini akan diberikan contoh
analisisnya.
Kalimat 1) dan 2) berpredikat buka dan berlebihan. Salah satu ciri verba adalah
dapat dinegasikan dengan kata tidak (Sudaryanto,1993 : 16). Dengan mengikuti cara
itu, maka kata buka dan kata berlebihan dapat dinegasikan dengan kata tidak. Berikut
ini perbandingan kalimatnya setelah diberi tambahan kata tidak di depan kata
berlebihan.
1) a Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA. 1) b Kita tidak buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA. 2) a Tuduhan dalam buku itu berlebihan . 2) b Tuduhan dalam buku itu tidak berlebihan.
Hal yang sama juga berlaku pada predikat kalimat 2) sampai dengan kalimat 11),
yang berturut-turut dapat dinegasikan dengan kata tidak, kecuali kalimat 3). Kalimat
3) lebih tepat bila dinegasikan dengan kata jangan karena konstruksi tidak balas
kurang berterima dibandingkan frase jangan balas. Untuk lebih jelasnya, proses
22
penegasian kesebelas satuan lingual pengisi fungsi predikat itu, dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.a
Satuan lingual pengisi fungsi predikat Penegasian dengan kata tidak dan jangan untuk membuktikannya sebagai verba
Mengikuti emosi Tidak mengikuti emosi Balas Jangan balas Juga tercermin Tidak juga tercermin Mengikuti Tidak mengikuti Memperoleh Tidak memperoleh Memberikan Tidak memberikan Bisa timbul Tidak bisa timbul Bisa terjadi Tidak bisa terjadi Bisa menimbulkan Tidak bisa menimbulkan
2.1.1.2 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Nomina
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Predikat berkategori nomina merupakan satuan lingual pengisi fungsi predikat
yang diisi dengan kelas kata nomina. Dalam wacana Adam Malik Tetap Pahlawan
diperoleh predikat berkategori frasa nomina. Predikatnya berupa frasa karena tidak
hanya terdiri dari satu kata, tetapi terdiri dari dua kata dengan konstituen inti nomina.
23
1) Adam Malik tetap pahlawan.
Frasa tetap pahlawan pada kalimat 1) menjadi satuan lingual pengisi fungsi
predikat karena frasa tetap pahlawan memberi keterangan terhadap Adam Malik
yang menjadi subyek dalam kalimat tersebut. Kata tetap menerangkan kata
pahlawan, sehingga dapat dikatakan bahwa frase tetap pahlawan berinti kata
pahlawan. Pahlawan merupakan kata benda atau nomina, yang teridentifikasi dengan
menegasikannya dengan kata bukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kalimat tersebut berpredikat frase nomina, yaitu frase yang berintikan nomina.
2.1.1.3 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berkategori Adjektiva
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Predikat berkategori adjektiva merupakan satuan lingual yang berfungsi sebagai
predikat yang diisi kata sifat. Dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
ditemukan satuan lingual pengisi fungsi predikat yang diisi kategori adjektiva. Untuk
dapat membuktikan bahwa predikatnya merupakan adjektiva, dapat dilihat pada
analisa berikut ini.
1) Namun, tetap tenang 2) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak.
24
3) Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka, sensitif, dan negatif.
4) Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif.
5) Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian.
6) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
7) Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi rasional dan terkendali.
Ketujuh kalimat di atas berpredikat adjektiva dan diberi tanda huruf miring tebal.
Seperti usaha mengidentifikasi satuan lingual pengisi fungsi predikat sebelumnya, ciri
khas yang diterapkan adalah satuan lingual itu menerangkan subyek.
Kalimat 1) berpredikat tetap tenang. Frasa tetap tenang terdiri dari tetap dan
tenang. Kata tetap merupakan adverbia yang memberi keterangan pada kata tenang.
Sedangkan kata tenang merupakan adjektiva. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa tetap tenang merupakan frasa adjektiva, sehingga satuan lingual pengisi fungsi
predikat tersebut dapat dikatakan berkategori adjektiva.
Hal yang mirip juga berlaku pada predikat kalimat selanjutnya.
Frasa benar dan bijak pada kalimat 2) merupakan dua adjektiva yang digabung
bersamaan untuk menjelaskan subyeknya. Untuk membuktikan bahwa frasa tersebut
frasa adjektiva dapat dilihat dari referennya, yaitu konsep benar dan konsep bijak
yang diacu.
Kalimat 3),4),6),dan 7) diidentifikasi berpredikat adjektiva berdasarkan penanda
akhirnya. Dalam bahasa Indonesia, kata serapan berkategori sifat biasanya
25
mengalami perubahan. Perubahan itu terutama pada akhirannya. Akan diambil satu
contoh saja yang mewakili, yaitu kata negatif. Kata negatif berasal dari bahasa
Inggris negative yang berkategori adjektiva.
Sementara itu, kalimat 5) jelas berpredikat adjektiva, karena frasa sangat kuat
berintikan kata kuat. Kata kuat itu sendiri merupakan adjektiva yang diterangkan
dengan penyangatan menggunakan adverbial sangat.
2.1.2 Peran Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi 01 Desember 2008
Peran satuan lingual predikat merupakan identitas predikat berdasarkan makna
gramatikalnya. Makna gramatikal merupakan makna yang terbentuk berdasarkan
makna leksikalnya dalam hubungannya dengan kedudukannya sebagai konstituen
kalimat. Dengan demikian, peran satuan lingual diidentifikasi berdasarkan
hubungannya dengan satuan lingual lain dalam konstruksi kalimat. Dalam hal ini,
ciri-cirinya adalah apa yang terjadi pada satuan lingual tersebut dalam kalimat. Dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” ditemukan bahwa ada satuan lingual pengisi
fungsi predikat yang berperan sebagai tindakan, kejadian, keadaan, pelaku.
26
2.1.2.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Tindakan
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi 01 Desember 2008
Satuan lingual pengisi fungsi predikat yang berperan tindakan itu dapat dikenali
dari hubungannya dengan satuan lingual lain dalam kalimat. Peran satuan lingual
pengisi fungsi predikat dapat diidentifikasi dengan mengajukan pertanyaan, apa yang
terjadi pada subyeknya. Bila jawabannya adalah melakukan sesuatu, maka dapat
diidentifikasi bahwa predikatnya adalah tindakan. Dalam wacana “Adam Malik Tetap
Pahlawan” dapat ditemukan adanya satuan lingual pengisi fungsi predikat yang
berperan sebagai tindakan. Berikut ini disajikan beberapa contoh analisa data dari
wacana tersebut.
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
2) Balas (tuduhan) dengan tulisan. 3) Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang
kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh.
4) Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat.
27
5) Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
Satuan lingual pengisi fungsi predikat pada kelima kalimat di atas ditandai
dengan dicetak miring tebal. Setiap fungsi predikat tersebut dapat diidentifikasi
perannya dilihat dari makna yang terbentuk dalam hubungannya dengan satuan
lingual lain dalam kalimat.
Kalimat 1) berpredikat buka. Dilihat dari subyeknya buka merupakan kata kerja
dasar yang berarti tindakan yang dilakukan subyeknya, yaitu memulai sebuah
pembicaraan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa buka merupakan predikat
yang berperan sebagai tindakan. Proses identifikasi yang sama juga dapat diterapkan
terhadap satuan lingual pengisi fungsi predikat kalimat 2) sampai 5). Kata balas,
mengikuti, memperoleh, dan memberikan merupakan verba yang bermakna tindakan.
Hal itu dapat dilihat dari hubungannya dengan subyeknya, yaitu menerangkan
subyeknya melakukan tindakan.
2.1.2.2 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Kejadian
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi 01 Desember 2008
Predikat juga dapat berperan sebagai kejadian, karena menerangkan kejadian
yang terjadi pada subyeknya. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
28
1) Gambaran semacam itu bahkan juga tercermin dalam judul buku karya wartawan The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
2) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi.
3) Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi.
Kata juga tercermin dalam kalimat 1) memiliki makna kejadian memantulkan
sesuatu yang menerangkan apa yang terjadi pada subyeknya. Sedangkan pada kalimat
2) dan 3) ciri predikatnya berperan sebagai kejadian jelas terlihat dari obyeknya yang
beruntun.
2.1.2.3 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Keadaan
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi 01 Desember 2008
Peran keadaan satuan lingual pengisi fungsi predikat diidentifikasi berdasarkan
keadaan apa yang diterangkannya terhadap subyeknya. Hal itu akan lebih jelas bila
dilihat pada uraian berikut.
1) Tuduhan dalam buku itu berlebihan. 2) Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional menanggapinya. 3) Namun, tetap tenang. 4) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak. 5) Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka, sensitif,
dan negatif. 6) Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Perang
Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia.
29
7) Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif.
8) Terutama di antara kita yang mengenal langsung ideologi, pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden.
9) Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian.
10) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
11) Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi rasional dan terkendali.
Predikat pada kalimat 1) sampai dengan 11) merupakan satuan lingual yang
berkategori adjektiva. Makna sifat memberi keterangan pada subyeknya, dan itu
dapat dinyatakan sebagai keadaan subyeknya. Dengan demikian kalimat-kalimat di
atas predikatnya berperan keadaan. Contohnya,kalimat 1) berpredikat berlebihan
yang bermakna lebih daripada keadaan yang senyatanya, sehingga dapat disimpulkan
berperan keadaan.
2.1.2.4 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berperan Pelaku
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi 01 Desember 2008
Dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” juga ditemukan predikat
berkategori nomina yang berperan sebagai pelaku. Hal itu dapat dikenali dari
hubungan predikat dengan subyeknya.
30
1) Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
Kalimat 1) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Klausa induknya
bersubyek tidak masuk akal bahkan absurd. Sementara klausa anaknya
berpredikat agen CIA. Agen CIA dinyatakan sebagai predikat anak kalimatnya,
karena frasa Bung “Kecil” itu diterangkan dengan frasa agen CIA. Dalam konteks
kalimatnya, agen CIA mengacu pada sebuah profesi. Dengan demikian dapatlah
dinyatakan bahwa kalimat 1) di atas predikatnya berperan pelaku.
2.1.3 Tataran Lingual Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “ Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Tataran satuan lingual merupakan tingkatan satuan lingual yang dirumuskan
secara formal dari satuan terkecil sampai yang terbesar. Umumnya kita mengenal
satuan terkecil bentuk bahasa sampai dengan satuan terbesar bentuk bahasa. Secara
umum tataran satuan lingual yang dapat memenuhi fungsi predikat itu minimal
berupa kata. Dalam wacana Adam Malik Tetap Pahlawan, ditemukan bahwa satuan
lingual pengisi fungsi predikat dilihat dari tataran satuan lingualnya dapat ada yang
berbentuk kata dan frasa.
31
2.1.3.1 Tataran Lingual Kata Sebagai Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “ Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Kata memiliki pengertian sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, yang
terbentuk dari satu morfem atau lebih (Kridalaksana,2008 : 110). Berdasarkan
definisi tersebut, maka kata dapat merupakan kata dasar yang tak dapat dibagi lagi
menjadi satuan lingual yang bermakna, dan kata turunan yang terbentuk melalui
proses penurunan dan dapat dibagi lagi ke dalam satuan lingual yang lebih kecil
dengan tetap mempertahankan adanya makna dari satuan lingual yang lebih kecil itu.
2.1.3.1.1 Tataran Lingual Kata Dasar Sebagai Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “ Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
32
Kata dasar dalam bahasa Indonesia umumnya merupakan morfem bebas, yang tak
dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil sebagai satuan lingual bermakna.
Dalam wacana Adam Malik Tetap Pahlawan ditemukan jenis kata dasar yang mengisi
fungsi predikat, seperti pada uraian berikut ini.
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Kalimat 1) berpredikat kata buka. Kata buka merupakan kata dasar karena tak
dapat lagi dibagi lagi ke dalam satuan lingual yang lebih kecil lagi dengan tetap
mempertahankan adanya makna dalam satuan lingual tersebut.
2) Balas (tuduhan) dengan tulisan
Kata balas merupakan kata kerja dasar, yang masih dapat berubah menjadi bentuk
satuan lingual lain yang lebih besar, tetapi tidak dapat berubah menjadi satuan lingual
lebih kecil dengan tetap mempertahankan maknanya. Oleh karena itulah, dapat
diidentifikasi bahwa kata balas merupakan kata dasar.
3) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
Kalimat 3) salah satu satuan lingual pengisi fungsi predikatnya merupakan kata
dasar, yaitu kata benar. Kata benar diidentifikasi sebagai kata dasar, karena tidak
dapat dibagi lagi ke dalam satuan lingual yang lebih kecil dengan tetap
33
mempertahankan adanya makna. Dengan demikian, jelas bahwa kata benar
merupakan kata dasar.
2.1.3.1.2 Tataran Lingual Kata Turunan Sebagai Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “ Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Kata turunan merupakan kata yang diturunkan dari kata dasarnya. Dalam bahasa
Indonesia, perubahan bentuk kata itu dapat terjadi melalui beberapa proses. Antara
lain, reduplikasi,afiksasi,pemajemukan. Dalam wacana tajuk rencana ini ditemukan
kata turunan yang lebih banyak terbentuk dari proses afiksasi. Antara lain konfiks,
yaitu ber-/-an dan me-/-i,di-/-i,dan me (N)-/-kan. Prefiks ter-, dan me (N)-.
Contohnya adalah sebagai berikut.
1) Tuduhan dalam buku itu berlebihan.
Kata berlebihan pengisi fungsi predikat kalimat 1) merupakan kata turunan yang
berkata dasar lebih. Kata dasar lebih mendapatkan awalan ber- dan akhiran –an
menjadi berlebihan. Kata lebih merupakan kategori adjektiva. Perngaruh konfik ber-
/-an tersebut merubah bentuknya dan juga maknanya, sehingga dapat diterapkan
34
dalam kalimat tersebut. Apabila kata dasar lebih tidak dirubah bentuknya, maka tidak
akan dapat digunakan dalam kalimat tersebut.
2) Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Perang Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia.
3) Terutama di antara kita yang mengenal langsung ideologi, pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden.
Dua kalimat di atas, yaitu kalimat 2) dan 3) berpredikat terutama. Kata Terutama
itu sendiri berkata dasar utama yang berkategori adjektiva. Awalan ter merupakan
penyangat makna sifat yang diemban kata dasarnya, sehingga menjadikannya dapat
diletakkan di awal dua kalimat di atas.
4) Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh.
Kalimat 4) berpredikat mengikuti, yang berkata dasar ikut dengan konfiks me-/-i.
Konfiks tersebut tidak merubah kategori kata dasarnya, tetapi merubah maknanya.
Kata ikut sebagai kata dasarnya adalah kata kerja, dan mengikuti tetap merupakan
kata kerja. Namun demikian, konfiks me-/i merubah maknanya dari netral menjadi
aktif.
5) Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat.
35
Predikat kalimat 5) adalah kata turunan adalah kata tersebut tidak dapat diganti
dengan kata dasarnya. Kata oleh memiliki makna keterangan pelaku. Sedangkan
memperoleh bermakna mendapatkan, sehingga tepat untuk diletakkan di antara
subyek dan obyek kalimat tempatnya berada.
6) Keyakinan itu yang menyebabkan riak reaksi atas terbitnya buku itu, tidak seperti yang dikhawatirkan oleh Mensesneg dan banyak di antara kita.
7) Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
Kalimat 6) dan 7) berpredikat kata turunan, yaitu kata dasar yang mendapatkan
awalan dan akhiran atau konfiks me-/-kan. Hanya saja, karena kata dasarnya berbeda,
maka kata turunan yang terbentuk pun berbeda. Kata menyebabkan berkata dasar
sebab. Fonem /s/ yang mengawali kata dasar tersebut menyebabkan perubahan bunyi
ketika mendapatkan imbuhan me-, menjadi menyebabkan. Predikat kalimat 7)
terbentuk dari konfiks yang sama, tetapi kata dasarnyalah yang menyebabkan
perubahan yang terjadi tidak sama. Kata dasar beri berfonem awal /b/ yang berakibat
pada terjadinya perubahan pada proses perubahan pada awalannya, dan tidak pada
akhirannya, menjadi memberikan.
8) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi.
Predikat kalimat 8) salah satunya adalah kata turunan berkonfiks di-/-i, yaitu
disertai. Kata dasarnya adalah serta. Kata serta sendiri memiliki makna yang bisa
36
dipertukarkan dengan kata dengan dalam beberapa kasus, untuk mengungkapkan
makna bersama.
2.1.3.2 Tataran Lingual Frasa Sebagai Pengisi Fungsi Predikat
Dalam Wacana “ Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2008
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak predikatif. Dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”, ditemukan adanya satuan lingual pengisi
fungsi predikat yang bertataran frasa. Frasa dalam bahasa Indonesia dikelompokkan
berdasarkan berbagai bentuk. Dalam hal ini, frasa pengisi fungsi predikat tidak
diidentifikasi berdasarkan kelas katanya, karena dalam uraian sebelumnya sudah
diungkapkan kategori dari satuan lingual pengisi fungsi predikat. Pada bagian ini
akan dilihat frasa berdasarkan hubungan induknya dan atributnya.
1) Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional menanggapinya 2) Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi. 3) Namun, tetap tenang. 4) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak. 5) Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka, sensitif,
dan negatif. 6) Gambaran semacam itu bahkan juga tecermin dalam judul buku karya wartawan The
New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
7) Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif.
8) Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
37
9) Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian.
10) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
11) Masuk akal, dengan lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya.
12) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi.
13) Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi. 14) Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi
rasional dan terkendali.
2.1.4 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Berjenis Tunggal
Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas
Edisi Senin 01 Desember 2009
Berdasarkan jumlahnya dalam satu klausa, predikat dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu predikat tunggal dan predikat serial (Verhaar,2001 : 188).
Kalimat majemuk yang berklausa lebih dari satu memang memiliki predikat lebih
dari satu dan dalam hal ini apa yang dimaksud predikat tunggal dan serial itu adalah
predikat yang ada dalam satu klausa. Dalam wacana Adam Malik Tetap Pahlawan
juga ditemukan satu klausa yang berpredikat tunggal. Sedangkan jenis predikat serial
tidak ditemukan.
Predikat tunggal merupakan satuan lingual pengisi fungsi predikat yang hanya
satu saja satuan lingual utamanya. Ketunggalan predikat itu tidak dilihat dari
38
jumlahnya satuan lingual yang mengisi fungsi predikat dalam satu klausa, tetapi
dilihat dari satuan lingual yang utama dari satuan lingual pengisi fungsi predikat
tersebut. Jika ada kalimat dengan predikat berupa lebih dari satu kata, maka belum
tentu itu berpredikat serial. Dalam wacana Adam Malik Tetap Pahlawan hanya
ditemukan jenis predikat tunggal, dan tidak terdapat predikat serial.
Beberapa kalimat dalam wacana Adam Malik Tetap Pahlawan memang
berpredikat satuan lingual yang terdiri dari lebih dari satu kata, tetapi umumnya
selalu memiliki satu pusat. Dalam penggunaannya, bila salah satunya tidak dapat
dilesapkan agar klausanya berdiri sendiri, maka itu dapat menunjukkan bahwa
predikat tersebut bukan predikat serial.
Uraian berikut ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan predikat serial dalam
wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
1) ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN 2) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim
Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA. 3) Tuduhan dalam buku itu berlebihan. 4) Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional menanggapinya. 5) Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi. 6) Namun, tetap tenang. 7) Balas (tuduhan) dengan tulisan 8) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak. 9) Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka, sensitif,
dan negatif. 10) Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Perang
Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia. 11) Gambaran semacam itu bahkan juga tercermin dalam judul buku karya wartawan
The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
39
12) Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif.
13) Terutama di antara kita yang mengenal langsung ideologi, pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden.
14) Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
15) Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian.
16) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
17) Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh.
18) Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat.
19) Keyakinan itu yang menyebabkan riak reaksi atas terbitnya buku itu, tidak seperti yang dikhawatirkan oleh Mensesneg dan banyak di antara kita.
20) Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
21) Masuk akal, dengan lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya.
22) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi.
23) Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi. 24) Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi
rasional dan terkendali.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi
predikat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” memiliki identitas lain baik
secara struktural dalam penggunaannya maupun terlepas dari penggunaannya.
Identitas itu antara lain kategorinya, perannya, tataran satuan lingualnya, dan
jenisnya.
40
Hal itu dapat dibuktikan bahwa predikat dapat berkategori verba pun nonverba,
yang diidentifikasi berdasarkan kelas satuan lingualnya. Identitas peran satuan lingual
pengisi fungsi predikat tidak dapat dilepaskan dari penggunaannya dalam teks.
Tataran satuan lingual pengisi fungsi predikat dapat diidentifikasi terlepas dari
penggunaannya. Jenis predikat dapat diidentifikasi dengan melihat jumlah predikat
dalam satu klausa.
41
BAB III
PENGARUH SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT
TERHADAP UNSUR LAIN DALAM KALIMAT
DALAM WACANA “ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN”
PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS
EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
3.1 Pengaruh Predikat Berkategori Verba Terhadap Satuan Lingual Pengisi
Fungsi Yang Lain Dalam Kalimat
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan verba
sebagai predikat dalam kalimat dapat ditelusuri pengaruhnya terhadap unsur-unsur
lain dalam kalimat. Pada bagian berikut ini akan diuraikan pengaruh satuan lingual
pengisi fungsi predikat berkategori verba terhadap satuan lingual pengisi fungsi yang
lainnya pada kalimat-kalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Satuan lingual pengisi fungsi predikat merupakan pusat kalimat. Sebagai pusat,
penggunaan verba buka dalam kalimat di atas berpengaruh terhadap satuan lingual
lain dalam kalimat yang sama. Penggunaan kata buka berkonsekuensi logis pada
42
penggunaan satuan lingual pengisi fungsi subjeknya, yaitu kata ganti orang pertama
jamak kita, dan frasa dengan mengutip pendapat Mensegneg Hatta Rajasa tentang
isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA
sebagai pengisi fungsi keterangan. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan
satuan lingual pengisi fungsi predikat atau mengganti satuan lingual pengisi fungsi
predikat dengan satuan lingual yang lain.
Jika kata buka dilesapkan, satuan lingual pengisi fungsi subyek dan keterangan
tidak perlu hadir dalam konstruksi kalimat. Hal itu dapat dilihat dari proses
perubahan kalimatnya menjadi sebagai berikut :
1.a *Kita dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA. 1.b *Kita 1.c *Dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Penggantian satuan lingual lain selain pengisi fungsi predikat masih
memungkinkan konstruksinya diterima, tetapi tidak bila yang diganti atau dirubah
adalah satuan lingual pengisi fungsi predikatnya. Jika kata kita sebagai subjek
diganti dengan kata dari kategori yang sama, konstruksinya masih mungkin diterima,
tetapi jika kata buka yang diganti, maka kehadiran satuan lingual pengisi fungsi
subjek dan keterangan dalam kalimat tersebut tidak perlu hadir. Hal itu terjadi, karena
satuan pengisi fungsi subjek dan keterangan mengikuti kehadiran satuan lingual
43
pengisi fungsi predikat. Jadi, dalam kalimat tersebut, jika kata buka tidak ada, satuan
lingual pengisi fungsi subjek dan keterangan tidak bisa hadir.
Satuan lingual pengisi fungsi subjek dan keterangan dalam kalimat tersebut masih
mungkin diganti dengan satuan lingual lainnya dengan kategori yang sama agar dapat
berterima konstruksinya. Contohnya sebagai berikut :
1.d Kami buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Kata kita masih mungkin diganti dengan kata kami yang sama kategorinya dengan
kata kita. Pergantian semacam itu masih memungkinkan konstruksi kalimatnya dapat
diterima. Hal itu menunjukkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi sujek tersebut
mengikuti kehadiran satuan lingual pengisi fungsi predikat.
Hal yang sama juga berlaku terhadap satuan lingual pengisi fungsi keterangan.
Salah satu pembuktiannya adalah dengan mengganti atau merubah salah satu kata
pembentuk frasa pengisi fungsi keterangan, menjadi seperti berikut :
1.e Kita buka tanpa mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Salah satu konstituen frasa yang berfungsi sebagai keterangan dapat diganti
dengan kata yang lain, dan itu masih memungkinkan konstruksi kalimat yang
terbentuk dapat diterima, yaitu kata dengan diganti dengan kata tanpa. Sekalipun
salah satu konstituennya diganti, konstruksi kalimatnya masih berterima. Hal itu
44
membuktikan bahwa satuan lingual pengisi fungsi keterangan tersebut hadir sebagai
tuntutan dari kehadiran kata buka sebagai satuan lingual pengisi fungsi predikat
dalam kalimat tersebut.
2) Tuduhan dalam buku itu berlebihan.
Kalimat 2) berpredikat berlebihan. Penggunaan kata berlebihan tersebut
berdampak pada satuan lingual pengisi subjeknya, yaitu frasa tuduhan dalam buku
itu. Hal itu dapat dibuktikan dengan melakukan perubahan pada frasa pengisi fungsi
predikatnya. Jika predikatnya diganti dengan satuan lingual lain, kehadiran satuan
lingual pengisi fungsi subjek dalam kalimat tersebut tidak dapat hadir. Sedangkan
bila satuan lingual pengisi subyeknya yang diganti dengan satuan lingual lainnya,
masih memungkinkan satuan lingual pengisi predikat dalam kalimat tersebut hadir.
Contohnya sebagai berikut :
Satuan lingual pengisi predikat dilesapkah.
2.a Tuduhan dalam buku itu
Pelesapan kata berlebihan pada kalimat 2.a menyebabkan subjeknya tidak dapat
hadir atau kehadirannya tidak lengkap. Hal itu menunjukkan bahwa satuan lingual
pengisi fungsi subyek mengikuti kehadiran satuan lingual pengisi fungsi predikat.
3) Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi.
45
3.a
Identitas satuan lingual
Jika Mengikuti Emosi Bangsa Indonesia
Pastilah Emosi
Fungsi Penanda logika
P1 Objek S P2 Objek
Kalimat 3) bepredikat mengikuti dan pastilah. Kalimat itu merupakan kalimat
majemuk dengan satu subjek. Subjek pada klausa pertama dilesapkan, dan subjek
pada klausa kedua diapit dua kata yang masing-masing dapat berfungsi sebagai
predikat dan obyek. Kata pastilah sebagai predikat dapat dipindah ke kanan sebelum
kata emosi untuk mempertegas frasa bangsa Indonesia sebagai subjek klausa kedua
atau anak kelimatnya.
Penggunaan predikat pada klausa pertama berdampak pada tuntutan kehadiran
kata emosi yang berfungsi sebagai objek kalimat. Sedangkan predikat pada klausa
kedua menuntut kehadiran subjeknya yang sudah dilesapkan pada klausa pertama.
Jika kata emosi tidak hadir, klausa pertama tidak akan dapat berterima. Demikian
pula bila subjek dan objek pada klausa kedua tidak hadir, konstruksi kalimatnya tidak
utuh. Hal itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa predikat klausa pertama dan
kedua mempengaruhi satuan lingual yang mengisi fungsi subjek dan objek kalimat.
Lihat tabel 3.a.
4) Balas (tuduhan) dengan tulisan.
46
4.a
Identitas satuan lingual
balas (tuduhan) Dengan tulisan
Fungsi P Ket.
Kalimat 4) hanya terdiri dari predikat dan keterangan. Subjek kalimat dilesapkan,
dan tampak jelas dengan keterangan kalimat yang diapit tanda kurung yang dapat
berfungsi sebagai objek jika dimasukkan ke dalam konstruksi kalimat. Penggunaan
kata balas itu sendiri berdampak pada pelesapan subjeknya. Kata kerja dasar balas
dapat diidentifikasi memberi pengaruh pada pelesapan subjek kalimat dengan
melakukan perubahan pada kata kerja tersebut menjadi kata kerja turunan dari kata
balas, seperti kata membalas. Kata membalas tidak akan memungkinkan pelesapan
subjek, dan menuntut kehadiran subjeknya.
5) Gambaran semacam itu bahkan juga tercermin dalam judul buku karya wartawan The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
5.a
Identitas satuan lingual
Gambaran semacam itu
Bahkan juga tercermin
Dalam judul buku karya wartawan The New York Times itu
Yakni Membongkar kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, The History of CIA
Fungsi S P1 Pelengkap Kopula P2
47
Satuan lingual pengisi fungsi predikat kalimat 5) ada dua. Predikat klausa pertama
berpengaruh terhadap frasa gambaran semacam itu sebagai pengisi fungsi subjek,
dan frasa dalam judul buku karya wartawan The New York Times itu yang berfungsi
sebagai pelengkap. Satuan lingual pengisi fungsi predikat pada klausa kedua
menuntut kehadiran kopula yakni karena predikat itu menerangkan frasa yang
berfungsi sebagai pelengkap dalam klausa pertama. Hal itu dapat dilihat jelas pada
tabel 5.a.
6) Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat.
6.a
Identitas satuan lingual
Sampai akhirnya
Bung Adam
Memperoleh Gelar Pahlawan Nasional
Setelah wafat
Sosok dan gelar itu
Tetap kuat
Fungsi Ket.1 S1 P 1 O Ket.2 S2 P2
Satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat 6) ada dua, karena
merupakan kalimat majemuk. Klausa pertama berpredikat kata memperoleh, dan
klausa kedua berpredikat tetap kuat. Klausa pertama berkategori verba dan
berpengaruh terhadap satuan lingual pengisi subjek dan objeknya. Sedangkan
predikat klausa kedua berkategori adjektiva dan menuntut kehadiran subjek pada
klausa kedua. Lihat tabel 6.a.
48
Dalam klausa pertama kalimat 6.a, kata memperoleh itu menuntut kehadiran
subjek yang diisi dengan nama orang, dan juga menuntut kehadiran satuan lingual
satuan lingual pengisi fungsi objek yang diisi dengan nomina. Sedangkan pada klausa
kedua, frasa tetap kuat menuntut kehadiran satuan lingual yang mengisi fungsi
subjek.
7) Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
7.a
Identitas satuan lingual
Penerbitan buku semacam itu
Pada sisi lain
Memberikan Pengalaman dan pembelajaran
Fungsi S Ket P O
Kalimat 7) berpredikat kata memberikan yang berkategori verba. Hal itu berakibat
pada diperlukannya kehadiran satuan lingual pengisi fungsi objek, subjek, dan
keterangan. Satuan lingual pengisi fungsi subjek perlu hadir sebagai pemenuh fungsi
yang disebutkan satuan lingual pengisi fungsi predikat. Sedangkan satuan lingual
pengisi fungsi objek dibutuhkan kehadirannya untuk menjelaskan apa yang
disebutkan predikat dari satuan lingual yang mengisi fungsi subjek. Lihat tabel 7.a.
8) Masuk akal, dengan lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya.
49
8.a
Identitas satuan lingual
Lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan pelakunya
Masuk akal bisa menimbulkan
Narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya
Fungsi S P O
Predikat kalimat 8) berpredikat frasa verba masuk akal bisa menimbulkan. Proses
perubahan yang dilakukan untuk mengidentifikasi fungsi dalam tabel 8.a tidak
merubah maknanya secara gramatikal, dan masih berterima. Satuan lingual pengisi
fungsi predikat tersebut menuntut kehadiran satuan lingual pengisi fungsi subjek
sebagai hal yang diterangkannya, dan juga menuntut kehadiran satuan lingual pengisi
fungsi objek yang menerangkan hal yang disebutkan dari subjek oleh satuan lingual
pengisi fungsi subjek. Hal itu dapat dilihat pada tabel 8.a.
9) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi.
9.a
Identitas satuan lingual
Meskipun Penulisannya Disertai Kejujuran,keahlian,dan tanggung jawab penulis atau ahlinya
Perubahan fakta dan interpretasi-nya
bisa terjadi
Fungsi S P O S P
50
Kalimat 9) berpredikat kata disertai dan frasa bisa terjadi (tabel 9.a). Keduanya
berkategori verba. Kehadiran kedua satuan lingual pengisi fungsi predikat pada setiap
klausa tersebut menuntut kehadiran dari satuan lingual lain yang diterangkannya,
yaitu satuan lingual pengisi subjek. Pada klausa pertama dan kedua, masing-masing
menuntut kehadiran kata penulisannya dan frasa perubahan fakta dan
interprestasinya. Klausa pertama berpredikat satuan lingual yang menuntu adanya
frasa kejujuran,keahlian,dan tanggung jawab penulis atau ahlinya untuk menerangkan apa
yang disebutkan predikat dari satuan lingual pengisi fungsi subjek.
10) Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi.
Tabel 10.a
Identitas satuan lingual
Hal semacam itu
Logis Jika Bisa menimbulkan
Beberapa reaksi
Fungsi S P P O
Kalimat 10) merupakan kalimat majemuk. Klausa pertama berpredikat adjektiva
dan klausa kedua berpredikat verba. Frasa verba pada klausa pertama menuntut
kehadiran satuan lingual pengisi fungsi subjek, yaitu frasa hal semacam itu.
Sementara satuan lingual pengisi fungsi predikat pada klausa kedua menuntut
kehadiran satuan lingual pengisi fungsi subjek, yaitu frasa beberapa reaksi yang
51
menerangkan apa yang disebutkan satuan lingual pengisi fungsi predikat tentang
satuan lingual pengisi fungsi subjek, pada klausa pertama.
Dari uraian tentang pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat berkategori
verba di atas tampak bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat berkategori verba
lebih banyak menuntut satuan lingual pengisi fungsi subjeknya berkategori nomina,
dan demikian juga satuan lingual pengisi fungsi objeknya berkategori nomina pula.
Sementara pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat terhadap satuan lingual
pengisi fungsi keterangan dan pelengkap lebih banyak dipengaruhi satuan lingual
pengisi fungsi subjek dan objek dalam kalimat.
3.2 Pengaruh Predikat Berkategori Nomina Terhadap Satuan Lingual
Pengisi Fungsi Yang Lain Dalam Kalimat
Satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam wacana Adam Malik Tetap
Pahlawan ada yang berkategori nomina. Dalam kedudukannya pada setiap kalimat
nomina tersebut hadir tidak begitu saja tanpa mempengaruhi satuan lingual pengisi
fungsi yang lain dalam kalimat. Berikut ini akan diuraikan contoh pengaruh nomina
sebagai pengisi fungsi predikat terhadap satuan lingual lain dalam kalimat yang ada
dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
1) Adam Malik tetap pahlawan.
52
1.b
Identitas satuan lingual Adam Malik Tetap pahlawan Fungsi S P
Kalimat 1) berpredikat frasa tetap pahlawan. Frasa tetap pahlawan merupakan
frasa nomina dengan konstruksi adverbia mendahului nomina sebagai keterangan
nomina. Kehadiran satuan lingual pengisi fungsi predikat tersebut menuntut
kehadiran satuan lingual pengisi fungsi subjek yang diisi dengan nama diri atau
proper noun. Frasa tetap pahlawan sebagai penyebut menuntut adanya sesuatu yang
disebutkan, yaitu frasa Adam Malik sebagai pengisi fungsi subjek. Lihat tabel 1.b
yang menunjukkan pembagian frasa sesuai dengan fungsi satuan lingual dalam
kalimat 1.b.
2) Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
2.b
Identitas satuan lingual
Pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung “Besar” yakni Bung Karno adalah agen CIA
Tidak masuk akal bahkan absurd
Fungsi S P1
Predikat kalimat 2) ada dua, tetapi yang merupakan nomina adalah predikat pada
anak kalimatnya, yaitu agen CIA. Kehadirannya satuan lingual pengisi fungsi
predikat pada anak kalimat menuntut adanya satuan lingual pengisi fungsi subjek
53
yang diisi dengan sebutan orang, yaitu frasa Bung Kecil itu. Hal itu dapat dilihat pada
tabel 2.b di atas.
3) Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh.
3.b
Identitas satuan lingual
Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan,perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden
Sosok revolusioner tapi tetap tenang dan diplomatik itulah
Kesan kuat yang kita peroleh
Fungsi Ket. S P
Kalimat 3) merupakan kalimat tunggal. Predikatnya diisi frasa kesan kuat yang
kita peroleh. Frasa pengisi fungsi predikat itu itu disebut sebagai nomina, karena
berintikan kata kesan yang cenderung masuk kategori nomina daripada adjektiva.
Frasa pengisi fungsi predikat tersebut menuntut kehadiran satuan lingual pengisi
fungsi subjek, yang kemudian menuntu pula adanya keterangan terbentuk sebagai
akibat dari subyek dan penyerta predikatnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel 3.b.
54
3.3 Pengaruh Predikat Berkategori Adjektiva Terhadap Satuan Lingual
Pengisi Fungsi Yang Lain Dalam Kalimat
Selain predikat yang diisi satuan lingual berkategori verba dan nomina, dalam
wacana Adam Malik Tetap Pahlawan juga dijumpai predikat yang berkategori
adjektiva. Jumlah penggunaannya dibandingkan dengan nomina lebih banyak
adjektiva, dan jika dibandingkan dengan verba lebih sedikit atau seimbang. Berikut
ini diuraikan satu per satu pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat berkategori
adjektiva terhadap satuan lingual pengisi fungsi yang lain dalam kalimat yang ada
dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
1) Namun, tetap tenang
1.c
Identitas satuan lingual
Namun Ø (Kita) Tetap tenang
Fungsi S P
Kalimat 1) berpredikat frasa adjektiva tetap tenang. Frasa tetap tenang berinti
kata tenang. Dalam bahasa Indonesia, kata tenang lebih merujuk pada sifat daripada
suatu kerja. Oleh karena itulah, frasa tersebut dimasukkan ke dalam kategori
adjektiva.
55
Frasa tetap tenang sebenarnya menuntut kehadiran satuan lingual pengisi fungsi
subjek. Karena kalilmat itu dimulai pengggunaan kunjungsi namun, subjeknya dapat
terlesap. Konjungsi namun menyarankan subjeknya sudah ada dalam kalimat yang
mendahuluinya. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1.c.
2) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak.
2.c
Identitas satuan lingual
Pernyataan Mensesneg
Benar Pernyataan mensesneg
Bijak
Fungsi S P
Kalimat 2) merupakan kalimat majemuk. Hal itu ditandai dengan adanya tanda
tambah dan antara predikat pertama dan kedua. Baik predikat pertama pun kedua
dalam kalimat majemuk tersebut sama-sama berkategori adjektiva. Untuk
membuktikannya diperlukan referensi di luar bahasa yang secara umum diacu kata
benar dan kata bijak, yaitu sifat dari pernyataan itu sendiri.
Kata benar menuntut kehadiran subjek yang disebut benar, yaitu frasa
pernyataan Mensesneg. Begitu pula dengan predikatnya yang kedua, memerlukan
apa yang disebut bijak. Dengan demikian, kehadiran satuan lingual pengisi fungsi
subjek dalam kalimat 2) dipengaruhi oleh kehadiran satuan lingual pengisi fungsi
predikat benar dan bijak. Lihat tabel 2.c.
56
3) Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka, sensitif, dan negatif.
3.c
Identitas satuan lingual
Bagi bangsa Indonesia
Segala sesuatu yang berkonotasi CIA
Peka,sensitif,dan negatif
Fungsi Ket. S P
Kalimat 3) berpredikat kata yang berurutan, yaitu peka,sensitif,dan negatif.
Ketiga kata tersebut termasuk dalam kategori adjektiva. Kehadiran ketiganya
menuntut kehadiran satuan lingual yang disebutkannya, yaitu frasa segala sesuatu
yang berkonotasi CIA. Sedangkan bagi bangsa Indonesia sebagai pengisi fungsi
keterangan terbentuk sebagai tuntutan dari adanya subjek. Lihat tabel 3.c.
4) Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Perang Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia.
4.c
Identitas satuan lingual
Ø (Hal itu) Terutama Dalam konsteksinya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, perang dingin,dan penegakan politik bebas aktif Indonesia
Fungsi S P Pel.
Kalimat 4) berpredikat kata terutama. Prefiks ter- yang dikenakan pada kata dasar
utama tidak merubah kategori katanya, tetapi merubah maknanya menjadi sangat.
Kata terutama sebagai pengisi fungsi predikat mempengaruhi satuan lingual pengisi
fungsi pelengkap kalimat. Hal itu terjadi, karena sebenarnya ada subjek yang
57
mendahului satuan lingual pengisi fungsi predikat, yang tidak dihadirkan, karena
sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya.
5) Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif.
5.c
Identitas satuan lingual
Meskipun demikian
Karena konteks sejarah di atas
Sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia
Tulisan yang menyangkut Adam Malik itu
Sensitif lagi provokatif
Fungsi S P
Salah satu klausa kalimat 5) berpredikat frasa sensitif lagi provokatif yang
berkategori adjektiva. Kehadirannya memerlukan kehadiran subjek yang
disebutkannya, sehingga frasa pengisi fungsi predikat hadir dalam konstruksi kalimat
5). Lihat tabel 5.c.
6) Terutama di antara kita yang mengenal langsung ideologi, pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden.
58
6.c
Identitas satuan lingual
Ø (Hal itu) Terutama Di antara kita yang mengenal ideologi, pergerakan,dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden
Fungsi S P Pel.
Kalimat 6) ini mirip kasusnya dengan kalimat 4), berpredikat kata terutama yang
berkategori adjektiva. Kehadiran satuan lingual pengisi fungsi predikatnya menuntut
kehadiran pelengkap, sebagai konsekuensi logis dari tidak diisinya fungsi subjek,
yang mengacu pada kalimat sebelumnya. Lihat tabel 6.c.
7) Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian.
7.c
Identitas satuan lingual
Argumen negasi itu
Sangat kuat
Di antaranya dapat dilihat dari ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda
Yakni Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap,pernyataan,dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian
Fungsi S P Pel. Ket.
Frasa sangat kuat merupakan predikat kalimat 7). Frasa itu berkategori adjektiva.
Frasa pengisi fungsi predikat kalimat tersebut menuntut kehadiran satuan lingual
pengisi fungsi subjek, yang disebutkan sifatnya oleh satuan lingual pengisi fungsi
predikat. Kehadiran subjek menuntut pula kehadiran satuan lingual yang berfungsi
59
sebagai pelengkap dan keterangan, untuk menyebutkan hal yang disebutkan predikat
terhadap subjek. Lihat tabel 7.c.
8) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
8.c
Identitas satuan lingual
Sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner itu
Benar Sikap, pernyataan, dan tingkat laku politik Bung Adam
Tenang dan rasional
Fungsi Kopula P S P
Kalimat 8) adalah kalimat majemuk, karena memiliki dua klausa. Kedua klausa
itu sama-sama berpredikat adjektiva. Klausa pertama berpredikat kata benar, dan
klausa kedua berpredikat tenang dan rasional. Hal itu dapat dilihat pada tabel 8.c
yang merupakan konstruksi yang dibangun berdasarkan konstruksi kalimatnya yang
asli untuk mempermudah identifikasi fungsi satuan lingual di dalam kalimat.
Kata benar yang berfungsi sebagai predikat klausa pertama menuntut kehadiran
subjek, yaitu frasa ideologi politiknya radikal dan revolusioner itu . Sementara kata
tenang dan rasional menuntut pula hadirnya frasa Sikap, pernyataan, dan tingkat laku
politik Bung Adam yang berfungsi sebagai subjek kalimat 8).
9) Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi rasional dan terkendali.
60
9.c
Identitas satuan lingual
Maka, Saran mensesneg agar reaksi kita tidak emosional tetapi rasional dan terkendali
Relevan
Fungsi S P
Untuk kepentingan analisa, kalimat 9) dirubah strukturnya demi kejelasan
identitas satuan lingualnya tanpa merubah maknanya secara gramatikal. Dari proses
itu dapat diidentifikasi bahwa satuan lingual yang mengisi fungsi predikat adalah kata
relevan. Lihat tabel 9.c.
Kata relevan menuntut kehadiran satuan lingual pengisi fungsi subjek, untuk
memenuhi tuntutan apa yang disebutkan satuan lingual pengisi fungsi predikat.
Subjek kalimat 9) itu diisi frasa saran mensesneg agar reaksi kita tidak emosional tetapi
rasional dan terkendali.
Dari hasil analisis pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat di atas dapat
dipahami bahwa kehadiran kategori verba sebagai pengisi fungsi predikat umumnya
menuntut subjek dan objek berkategori nomina. Satuan lingual pengisi fungsi
predikat berkategori nomina menuntut adanya subjek berkategori pronomina tanpa
tuntutan disertai satuan lingual pengisi fungsi objek. Sedangkan satuan lingual
pengisi fungsi predikat berkategori adjektiva menuntut kehadiran subjek berkategori
nomina yang tidak selalu menuntut kehadiran fungsi keterangan dan fungsi
pelengkap. Hasil analisis tersebut mempertegas pemahaman selama ini tentang fungsi
predikat sebagai fungsi inti dalam sebuah kalimat.
61
BAB IV
HUBUNGAN SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT
ANTARKALIMAT
DALAM WACANA “ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN”
PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS
EDISI SENIN 01 DESEMBER 2008
4.1 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Kolokasial Dengan Satuan
Lingual Lingual Pengisi Fungsi Predikat Antarkalimat Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian
Kompas Edisi Senin 01 Desember 2008
Predikat merupakan penyebut bagi subyek (lyons,1995 : 328) Setiap kalimat
dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” memiliki satuan lingual yang
berfungsi sebagai predikat. Jika prinsip predikat menerangkan subyek itu berlaku,
maka hal itu membawa konsekuensi logis pada letak satuan lingual pengisi fungsi
predikatnya dalam kalimat.
Dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” ditemukan bahwa letak satuan
lingual pengisi fungsi predikat berada setelah subjek kalimat. Persamaan letak satuan
62
lingual pengisi fungsi predikat itulah yang dimaksud dengan antarsatuan lingual
pengisi fungsi predikat terdapat hubungan kolokasial.
Untuk membuktikan bahwa ada persamaan letak satuan lingual pengisi fungsi
predikat dengan letak satuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat dapat dilihat
contoh berikut ini.
1) ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN 2) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku
Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA. 3) "Tuduhan dalam buku itu berlebihan. 4) Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional menanggapinya.
Keempat kalimat di atas, 1) sampai 4) sama-sama berunsur predikat. Setiap
satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam empat kalimat tersebut terletak setelah
satuan lingual pengisi fungsi predikat. Hal itu membuktikan bahwa terdapat
persamaan letak satuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat.
4.2 Satuan Lingual Pengisi Fungsi Predikat Koreferensial Dengan Satuan
Lingual Lingual Pengisi Fungsi Predikat Antarkalimat Dalam Wacana
“Adam Malik Tetap Pahlawan” Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian
Kompas Edisi Senin 01 Desember 2008
63
Satuan lingual dikatakan koreferensial bila memiliki referen yang sama
(Baryadi,2002 :62). Dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”, ditemukan
adanya persamaan referen antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat.
Predikat kalimat kedua paragraf ketiga berupa tiga kata beruntun peka,sensitif,dan
negatif. Sedangkan predikat kalimat pertama paragraf keempat berpredikat sensitif
lagi provokatif. Sekalipun tidak sepenuhnya maknanya sama, tetapi ada bagian yang
sama, yaitu acuan kata sensitif pada kalimat kedua paragraf ketiga dengan kata
sensitif pada kalimat pertama paragraf keempat. Untuk memperkuat bukti adanya
persamaan acuan tersebut, dapat dilihat pula subyek yang mengisi kalimat kedua
paragraf ketiga dengan subyek yang mengisi kalimat ketiga paragraf keempat.
Subyeknya diisi dengan satuan lingual yang merujuk pada sesuatu di luar teks yang
sama, yaitu hal-hal yang berhubungan dangan CIA. Predikat kalimat kedua paragraf
ketiga koreferen dengan predikat kalimat pertama paragraf keempat.
Predikat kalimat kedua paragraf kedua diisi frasa tidak perlu emosional.
Sementara predikat kalimat keempat pada paragraf yang sama berupa frasa tetap
tenang. Frasa tetap tenang dengan frasa tidak perlu emosional memang tidak sama
maknanya secara penuh, tetapi keduanya merujuk pada sifat yang sama. Hal itu
diperkuat dengan fungsi subyeknya yang juga koreferen. Subyek kalimat kedua frasa
bangsa Indonesia. Sementara subyek kalimat keempat tidak dihadirkan atau
dilesapkan, yang apabila diisi dengan frasa yang sama, masih berterima secara
64
gramatikal. Dengan demikian, predikat kalimat kedua dan kalimat keempat paragraf
kedua koreferensial.
Kalimat pertama paragraf keenam berupa frasa kesan kuat yang kita peroleh.
Sedangkan kalimat kedua pada paragraf yang sama berpredikat frasa tetap kuat.
Kedua frasa tersebut tidak sepenuhnya sama maknanya, tetapi dengan
mempertimbangkan subyeknya, dapat dilihat bahwa keduanya mengacu pada hal
yang sama. Hal itu menunjukkan bahwa predikat kalimat pertama dan predikat
kalimat kedua paragraf keenam koreferensial.
Kalimat kedua paragraf ketujuh berpredikat frasa bisa timbul. Sedangkan kalimat
ketiga pada paragraf yang sama berpredikat frasa bisa terjadi. Kedua frasa itu
memang tidak sepenuhnya sama maknanya. Frasa bisa timbul merujuk pada sifat
sesuatu yang berpotensi muncul dapat muncul. Sedangkan frasa bisa terjadi lebih
merujuk pada potensi terjadinya potensi itu, sehingga dapat dikatakan kedua frasa itu
memiliki acuan yang sama.
Satuan lingual yang mengisi fungsi subyek dari kedua kalimat itu memiliki
persamaan, yaitu problematika fakta dan interpretasinya. Dengan mempertimbangkan
kedekatan hal yang diacu subyeknya tersebut, maka kedekatan acuan antara
predikatnya semakin kuat. Dengan demikian menyatakan bahwa predikat kalimat
kedua dan predikat kalimat ketiga paragraf ketujuh koreferensial tidak bertentangan
dengan realitas teks.
65
Tabel 4
Judul 1) ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN Paragraf 1
1) Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Paragraf 2 1) "Tuduhan dalam buku itu berlebihan. 2) Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional menanggapinya. 3) Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi. 4) Namun, tetap tenang. 5) Balas (tuduhan) dengan tulisan" (Kompas, Sabtu, 29 November halaman 2).
Paragraf 3 1) Pernyataan Mensesneg benar dan bijak. 2) Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka,
sensitif, dan negatif. 3) Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia,
Perang Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia. 4) Gambaran semacam itu bahkan juga tercermin dalam judul buku karya
wartawan The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
Paragraf 4 1) Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif.
2) Terutama di antara kita yang mengenal langsung ideologi, pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden.
3) Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
Paragraf 5 1) Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian.
2) Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
Paragraf 6 1) Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh.
2) Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat.
3) Keyakinan itu yang menyebabkan riak reaksi atas terbitnya buku itu, tidak seperti yang dikhawatirkan oleh Mensesneg dan banyak di antara kita.
Paragraf 7 1) Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
2) Masuk akal, dengan lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya.
3) Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya,
66
perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi. 4) Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi. 5) Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional,
tetapi rasional dan terkendali.
4.3 Hubungan Predikat Antarkalimat Mempengaruhi Kontinuitas Topik
Wacana
4.3.1 Fungsi Predikat Judul Sebagai Keterangan Topik Tulisan
Judul Adam Malik Tetap Pahlawan
Topik merupakan perihal yang dibicarakan. Setiap bagian wacana betapa pun
rumitnya selalu mengacu pada topik. Secara umum topik wacana diwakili judul.
Dalam judul itulah terletak topik dari wacana. Mengikuti prinsip linearitas bahasa,
maka penggunaan bahasa dalam menguraikan topik tersebut umumnya dilakukan
berurutan. Dengan demikian, alinea-alinea yang menjadi bagian dari sebuah wacana
sedikit banyak mengacu pada judul. Sementara itu setiap alinea juga terdiri dari
kalimat-kalimat yang masih tetap memperhatikan keterkaitannya dengan judulnya.
Dalam berbagai analisa wacana, usaha untuk menganalisa satuan lingual yang
menjadi unsur pembangun wacana umumnya tidak melihat apakah satuan lingual itu
berfungsi apa dalam kalimat, tetapi langsung melihat hubungan antara satuan lingual
67
tertentu dalam sebuah kalimat dengan kalimat dan atau satuan lingual lain dalam
kalimat lain, baik sebelum atau pun sesudahnya.
Satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam struktur kalimat merupakan bagian
inti kalimat. Hal tersebut mengandaikan bahwa predikat pun memiliki andil terhadap
keutuhan sebuah wacana.
Adam Malik Tetap Pahlawan merupakan judul wacana ini. Satuan lingual yang
mengisi fungsi predikat adalah tetap pahlawan, yang menerangkan subyeknya Adam
Malik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa inti dari kalimat judul tersebut
adalah Adam Malik (lihat lyons, topik dan penyebut). Sedangkan fungsi predikat
memberi keterangan awal, atau informasi awal yang mempertegas kedudukan topik
wacana.
4.3.2 Fungsi Predikat Kalimat Paragraf Pertama
Paragraf 1 Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim
Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA.
Konsekuensi logis dari penggunaan kalimat judul tersebut dalam kalimat pembuka
adalah kalimat pembuka sedikit banyak perlu mengacu pada judul. Satuan lingual
pengisi fungsi predikat pada kalimat tersebut menerangkan kita sebagai subyeknya.
Kita dalam kalimat tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu penulis dan
68
pembaca. Sedangkan buka dengan mengutip sebagai predikat kalimat pembuka
mengacu pada tindakan kita. Selanjutnya, satuan lingual yang berfungsi sebagai
keterangan dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim
Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA memenuhi
tuntutan predikatnya. Dengan demikian dalam kalimat tersebut secara berurutan
predikat menerangkan subyek, dan keterangan menyebutkan predikat.
4.3.3 Fungsi Predikat Kalimat-Kalimat Paragraf Kedua
Paragraf 2 Tuduhan dalam buku itu berlebihan. Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional
menanggapinya. Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi. Namun, tetap tenang. Balas (tuduhan) dengan tulisan" (Kompas, Sabtu, 29 November halaman 2).
Paragraf kedua berisi kutipan tentang pernyataan Mensesneg. Kalimat pertamanya
merupakan kalimat topik. Hal itu dapat dilihat dari kalimat-kalimat lain dalam
paragraf tersebut yang mengacu pada kalimat tersebut.
Fungsi predikat kalimat pertama menerangkan isi buku yang dipersoalkan. Fungsi
predikat kalimat kedua menjawab apa yang perlu dilakukan bangsa Indonesia. Fungsi
predikat kalimat ketiga mengungkapkan pengandaian yang dipertentangkan dengan
fungsi predikat kedua. Sedangkan kalimat ketiga dan keempat predikatnya menambah
jawaban mengenai apa yang perlu dilakukan bangsa Indonesia.
Fungsi predikat yang menjadi keterangan hal yang perlu dan tidak untuk dilakukan
bangsa Indonesia tersebut menunjukkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat
69
itu penting dalam proses penyampaian pesan. Hal itu dapat dibuktikan jika fungsi
predikat itu dilesapkan dan atau pun diganti, maka pesannya akan ikut berubah pula.
4.3.4 Fungsi Predikat Kalimat-Kalimat Pada Paragraf Ketiga
Paragraf 3 Pernyataan Mensesneg benar dan bijak. Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang
berkonotasi dengan CIA peka, sensitif, dan negatif. Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Perang Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia. Gambaran semacam itu bahkan juga tecermin dalam judul buku karya wartawan The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
Kalimat pertama paragraf ketiga bersubyek subtitusi paragraf kedua. Frasa
pernyataan mensesneg mengacu pada keseluruhan paragraf kedua, sebagai kutipan.
Sedangkan fungsi predikatnya menerangkan sifat subyeknya. Hal itu menunjukkan
bahwa fungsi predikat pada kalimat pertama paragraf ketiga mempengaruhi
hubungan antara paragraf kedua dengan paragraf ketiga. Pembentukan frasa benar
dan bijak itu sendiri merupakan tuntutan yang perlu hadir oleh karena subyeknya.
4.3.5 Fungsi Predikat Kalimat-Kalimat Pada Paragraf Keempat
Paragraf 4 Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan
pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif. Terutama di antara kita yang mengenal langsung ideologi,
70
pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden. Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
Paragraf keempat di atas kalimat topiknya berpredikat tidak masuk akal bahkan
absurd. Hal itu masih berhubungan erat dengan predikat kalimat pertama paragraf
kedua, frasa berlebihan. Sementara itu, subyek kalimat pertama paragraf kedua
dengan predikat kalimat topik paragraf keempat mengacu pada hal yang sama, yaitu
isi buku yang dipersoalkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hubungan
persamaan acuan antara kedua kalimat, baik yang mengisi fungsi predikat pun yang
mengisi fungsi subyek. Hal itulah yang menyebabkan terbentuknya hubungan antara
paragraf kedua dengan paragraf keempat dilihat dari satuan lingual pengisi fungsi
predikatnya.
4.3.6 Pengaruh Fungsi Predikat Kalimat-Kalimat Pada Paragraf Kelima
Paragraf 5 Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan
politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian. Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
Kalimat topik paragraf kelima terletak di awal paragraf. Satuan lingual yang
mengisi fungsi predikatnya frasa sangat kuat. Sedangkan subyeknya diisi frasa yang
mengacu pada paragraf sebelumnya. Hal demikian itu menunjukkan bahwa predikat
71
kalimat pertama paragraf kelima secara tidak langsung menerangkan setiap hal yang
diwakili frasa argumen negasi itu, yang terletak pada paragraf keempat. Apabila
satuan lingual pengisi fungsi predikatnya tidak ada, maka kebermaknaan subyeknya
tidak akan lengkap. Dengan demikian, hal yang diacu subyek pun menjadi kurang
kejelasannya.
4.3.7 Pengaruh Fungsi Predikat Kalimat-Kalimat Pada Paragraf Keenam
Paragraf 6 Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan,
diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh. Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan gelar itu tetap kuat. Keyakinan itu yang menyebabkan riak reaksi atas terbitnya buku itu, tidak seperti yang dikhawatirkan oleh Mensesneg dan banyak di antara kita.
Paragraf keenam kalimat topiknya terletak di akhir paragraf. Satuan lingual pengisi
fungsi predikatnya adalah kata menyebabkan. Frasa menyebabkan riak reaksi dalam
konstruksi kalimat tersebut didahului kata yang, yang dapat dilesapkan. Dengan
pelesapan kata yang, konstruksinya masih dapat diterima, sehingga jelas satuan
lingual yang mengisi fungsi predikat.
Subyek kalimat topiknya mengacu pada seluruh kalimat sebelumnya yang masih
satu paragraf. Dengan demikian, mengikuti predikat menyebutkan subyeknya, maka
72
satuan lingual pengisi fungsi predikat dalam kalimat itu mempengaruhi keutuhan
paragraf. Sedangkan pengaruhnya terhadap paragraf sebelumnya kurang.
4.3.8 Pengaruh Fungsi Predikat Kalimat-Kalimat Paragraf Ketujuh
Paragraf 7 Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran.
Masuk akal, dengan lajunya perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya. Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi. Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi. Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi rasional dan terkendali.
Pengaruh satuan lingual pengisi fungsi predikat pada paragraf ketujuh itu tampak
pada predikat bisa timbul pada kalimat kedua dan bisa terjadi pada kalimat ketiga.
Hal itu sudah diungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa keduanya koreferensial oleh
karena subyeknya. Itu pengaruh predikatnya terhadap keutuhan paragraf.
Sedangkan pengaruh predikatnya terhadap keutuhan wacana dapat dilihat pada
kalimat ketujuh. Paragraf ketujuh kalimat topiknya terletak di akhir paragraf. Bila
diperhatikan, subyeknya masih mengacu pada kalimat pertama paragraf ketiga.
Subyeknya saran mensesneg agar kita tidak emosional,tetapi rasional dan terkendali
mengacu pada frasa pernyataan mensegneg pada kalimat pertama paragraf ketiga,dan
73
mengacu pada paragraf kedua. Sedangkan predikat kalimat topik paragraf ketujuh
adalah frasa lagi-lagi relevanlah, yang dapat dipersempit menjadi relevan dengan
tetap mempertahankan kegramatikalannya, dan dapat dilihat pada uraian bab tiga.
Fungsi predikat pada kalimat topik tersebut semakin memperkuat pernyataan dalam
judul wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat
pada dasarnya memang diidentifikasi dalam lingkup kalimat. Namun demikian,
karena kehadirannya dalam sebuah wacana adalah sebagai unsur yang tak dapat
dipisahkan dari keutuhan wacana, maka satuan lingual pengisi fungsi predikat
memiliki pengaruh terhadap keutuhan wacana.
74
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kaidah yang ditemukan dari penelitian ini sebagian sudah terdapat pada
penelitian sintaksis sebelumnya. Setiap kalimat dalam wacana “Adam Malik Tetap
Pahlawan” memiliki predikat. Kehadiran satuan lingual pengisi fungsi predikat
memberi pengaruh terhadap satuan lingual lain yang mengisi fungsi yang lain dalam
kalimat. Predikat tersebut memiliki identitas lain selain identitasnya berdasarkan
fungsinya, yaitu kategorinya, perannya, tataran satuan lingualnya, dan jenisnya.
Dalam wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan” juga ditemukan adanya hubungan
antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat. Hubungan itu antara lain,
hubungan koreferensial antarsatuan lingual pengisi fungsi predikat antarkalimat.
Adanya hubungan satuan lingual pengisi fungsi predikat pada setiap kalimat
berhubungan dengan satuan lingual pengisi fungsi predikat yang lainnya dalam
wacana secara utuh memberikan satu pemahaman bahwa satuan lingual pengisi
fungsi predikat masih dapat diidentifikasi pengaruhnya dalam tataran hubungan
antarkalimat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat tidak hanya berpengaruh
75
secara sintaktik dalam kalimat saja, tetapi berpengaruh terhadap keseluruhan wacana
secara utuh.
6.2 Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa satuan lingual pengisi fungsi predikat
antarkalimat memiliki hubungan, dan hubungan itu secara sintaktis berpengaruh
terhadap keutuhan wacana. Oleh karena itu, ada baiknya bila dilakukan penelitian
tentang hubungan antarfungsi satuan lingual antarkalimat dalam wacana bahasa
Indonesia, yang akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang struktur
sintaktis bahasa Indonesia. Pemahaman yang lebih baik tentang struktur sintaktis
bahasa Indonesia itu akhirnya dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bahasa Indonesia
76
Daftar Pustaka
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa.
Yogyakarta : Pustaka Gondho Suli.
Kentjono, Djoko. 1984. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta : Fakultas Sastra
Universitas Indonesia.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Trj./sad I. Soetikno. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Oetama, Jakob. 2008. “Adam Malik Tetap Pahlawan” Kompas. Desember.
Ramlan,M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta, C.V. Karyono
Sudaryanto. 1996. Linguistik (Identitasnya, Cara Penanganan Obyeknya, Dan Hasil
Kajiannya). Yogyakarta : Duta Wacana University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta
Wacana University Press.
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
77
Lampiran
Lampiran Data (Kliping Harian Kompas)
Kliping Print P U S A T I N F O R M A S I K O M P A S Palmerah Selatan 26 - 28 Jakarta, 10270 Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200 Fax. 5347743 KOMPAS, Senin, 01-12-2008. Halaman: 6
Tajuk Rencana ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN
Kita buka dengan mengutip pendapat Mensesneg Hatta Rajasa tentang isu buku Tim
Wiener yang menulis mantan Wapres Adam Malik sebagai anggota CIA. "Tuduhan dalam buku itu berlebihan. Namun, bangsa Indonesia tidak perlu emosional
menanggapinya. Jika mengikuti emosi, pastilah bangsa Indonesia emosi. Namun, tetap tenang. Balas (tuduhan) dengan tulisan" (Kompas, Sabtu, 29 November halaman 2).
Pernyataan Mensesneg benar dan bijak. Bagi bangsa Indonesia, segala sesuatu yang berkonotasi dengan CIA peka, sensitif, dan negatif. Terutama dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, Perang Dingin, dan penegakan politik bebas aktif Indonesia. Gambaran semacam itu bahkan juga tecermin dalam judul buku karya wartawan The New York Times itu, yakni Membongkar Kegagalan CIA atau dalam bahasa aslinya Legacy of Ashes, the History of CIA.
Meskipun demikian, karena konteks sejarah di atas (sejarah CIA dalam kaitannya dengan pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia), tulisan yang menyangkut Adam Malik itu sensitif lagi provokatif. Terutama 3i antara kita yang mengenal langsung ideologi, pergerakan, dan perjuangan Bung Adam Malik sejak muda sampai akhirnya menjabat wakil presiden. Tidak masuk akal bahkan "absurd" pernyataan bahwa Bung "Kecil" itu-sebagai kontras terhadap Bung Besar, yakni Bung Karno-adalah agen CIA.
Argumen negasi itu sangat kuat, di antaranya dilihat dari sudut ideologi dan gerakan politik Bung Adam sejak muda, yakni gerakan Partai Murba-nya Tan Malaka, sikap, pernyataan, dan aktivitas politiknya dalam pergerakan ataupun dalam pemerintahan kemudian. Adalah benar, meskipun sebutlah ideologi politiknya radikal dan revolusioner, sikap, pernyataan, dan tingkah laku politik Bung Adam tenang dan rasional.
Sepanjang kita mengikuti jejaknya sejak pergerakan kemerdekaan, perang kemerdekaan, diplomasi kemerdekaan Indonesia, sampai beragam jabatannya yang berakhir sebagai wakil presiden, sosok revolusioner tapi tenang dan diplomatik itulah kesan kuat yang kita peroleh. Sampai akhirnya setelah wafat, Bung Adam memperoleh gelar Pahlawan Nasional, sosok dan
78
gelar itu tetap kuat. Keyakinan itu yang menyebabkan riak reaksi atas terbitnya buku itu, tidak seperti yang dikhawatirkan oleh Mensesneg dan banyak di antara kita.
Penerbitan buku semacam itu, pada sisi lain, memberikan pengalaman dan pembelajaran. Masuk akal, dengan lajunpa perjalanan sejarah, terhadap masa lampau, peristiwa, ataupun peranan para pelakunya, bisa timbul narasi yang berbeda fakta ataupun interpretasinya. Meskipun disertai kejujuran, keahlian, dan tanggung jawab penulis atau ahlinya, perubahan fakta dan interpretasi bisa terjadi. Hal semacam itu logis jika bisa menimbulkan beberapa reaksi. Maka, lagi-lagi relevanlah saran Mensesneg agar reaksi kita tidak emosional, tetapi rasional dan terkendali.
79
Biografi Penulis
Adi Cahyono, lahir di Lampung, 06 Mei 1981. Jenjang pendidikan yang ditempuh
penulis, SDN 2 Sumberhadi Lampung (1987-1993), SMPN 1 Sribawono Lampung
(1993-1996), selanjutnya mengikuti pendidikan di SMA Kristen 1 Metro Lampung
(1996-1999).
Ia memulai studi di Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tahun 2001. Tugas akhir yang ditulis berjudul “Satuan
Lingual Pengisi Fungsi Predikat Dalam Wacana “Adam Malik Tetap Pahlawan”
Pada Rubrik Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi Senin 01 Desember 2008”
menjadikan penulis mendapatkan gelar Sarjana Sastra.