Upload
doliem
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN
FINISHING PT. CBM PERKASA PADA PROYEK APARTEMEN TOWER
INTAN TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh
AINIL FITRI
1111101000021
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2017
iii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Mei 2017
Ainil Fitri, NIM : 1111101000021
Gambaran Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Finishing PT. CBM
Perkasa Pada Proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017
xv + 105 halaman, 3 tabel, 8 gambar, 3 bagan +10 lampiran
ABSTRAK
Sebagian besar kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman.
Perilaku tidak aman merupakan tindakan dari seseorang atau beberapa pekerja
yang dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain, peralatan maupun
lingkungan yang ada di sekitarnya. Banyak pekerja industri konstruksi yang
berperilaku tidak aman. Seperti yang ditemui pada pekerja bagian finishing
Proyek Apartemen Tower Intan PT. CBM Perkasa. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa dari 30 pekerja, ditemukan sebanyak 21 pekerja
berperilaku tidak aman.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dilakukan pada bulan
Juni 2016 sampai Mei 2017. Faktor yang diteliti adalah faktor predisposisi yaitu
motivasi, fakor pemungkin yaitu ketersediaan APD, dan faktor penguat yaitu
hukuman & penghargaan serta pengawasan. Faktor yang diteliti dianalisis
menggunakan content analysis. Metode pengambilan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Triangulasi sumber dan
triangulasi metode digunakan untuk menvalidasi data.
Terdapat sebelas indikator perilaku tidak aman yang diamati, sebanyak
enam perilaku tidak aman dilakukan oleh pekerja bagian finishing proyek
apartemen Tower Intan. Faktor pendorong yang menyebabkan pekerja berperilaku
tidak aman yaitu dikarenakan rendahnya motivasi pekerja untuk berperilaku
aman, kebiasaan berkerja secara tidak aman, persepsi terhadap bahaya yang
buruk, serta ketidaknyamanan pekerja saat menggunakan APD. Faktor pemungkin
yaitu ketersediaan APD yang kurang memadai, ketidaksesuaian jumlah APD
dengan jumlah pekerja, ketidaksesuaian APD dengan bahaya yang ada dan tidak
adanya penyimpanan APD. Faktor penguat yaitu tidak adanya reward dan
punishment yang diberikan kepada pekerja serta pengawasan yang belum optimal
dilakukan.
Perilaku aman dalam bekerja dapat ditingkatkan dengan cara pembuatan
serta sosialisasi terkait prosedur ketersediaan APD yang mengatur mengenai
jumlah, kelayakan, kesesuaian jenis, perawatan, dan penyimpanan APD.
Peraturan perusahaan yang mengatur mengenai pengawasan juga sebaiknya dibuat
dan disosialisasikan agar pengawasan di tempat kerja lebih baik.
Kata Kunci: perilaku tidak aman, faktor pendorong, faktor pemungkin, faktor
penguat
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY CONCENTRATION
Undergraduated Thesis, May 2017
Name : Ainil Fitri, NIM : 1111101000021
Unsafe act description of finishing part workers in Apartment Tower Intan
Project of PT. CBM Perkasa 2017
xv + 105 pages, 3 tables, 8 pictures, 3 charts + 10 attachments
ABSTRACT
Most accidents are caused by unsafe act. Unsafe act is act of someone or
some workers that can endanger themselves, other people, tools or surrounding
environment. Many construction industry workers act unsafely, as it was observed
in workers finishing part of Apartment Tower Intan PT. CBM Perkasa project.
Based on preliminary study at Apartment Tower Intan PT. CBM Perkasa showed
that 21 workers acted unsafely.
This study used qualitative research method and was conducted from June
2016 until May 2017. The observed factors were predisposing factor such as
motivation, enabling factor such as the PPE availability, and reinforcing factors
are reward & punishment as well as supervision. The observed factors were
analyzed using content analysis. Data collection methods were observation, in-
depth interview and document review. Sources triangulation and methods
triangulation are used to validate data.
There were eleven unsafe acts indicators observed, as many as six factors
were found in workers of Apartment Tower Intan PT. CBM Perkasa. Predisposing
factors that cause worker to act unsafely were low motivation of workers to act
safely, unsafe work habit, bad perception of danger, and inconvenience of wearing
PPE. Enabling factors were inadequate PPE availability, incompatibility amount
of PPE with workers, incompatibility of PPEwith existing dangers and absence of
PPE storage. Reinforcing factors were absence of reward and punishment and
supervision was not optimally conducted.
Safe act in work can be increased by establishing and socializing
procedure about PPE availability that includes rules about amount,
appropriateness, care system, and PPE storage. Company rules about supervision
should be established and socialized in order to have a better supervision in the
work place
Keywords: unsafe act, predisposing factor, enabling factor, reinforcing factor
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Ainil Fitri
Tempat /Tanggal Lahir Bonjol, 05 April 1992
Agama Islam
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat ………………..
Nomor HP 085299225949
Email [email protected]
Riwayat Pendidikan TK Equator
(1998-1999)
Bonjol, Sumatera Barat
SDN 35 Tj. Medan
(1999-2005)
Bonjol, Sumatera Barat
SMP N 1 Bonjol
(2005-2008)
Bonjol, Sumatera Barat
SMAN 1 Bonjol
(2008-2011)
Bonjol, Sumatera Barat
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
(2011-Skrg )
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (FKIK),
Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Perinatal Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3)
Tangerang Selatan, Banten
viii
Pengalaman Organisasi Staff Public Relation, Forum Studi Keselamatan
(2013-2014)
dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Staff Divisi HRD, Forum Studi Keselamatan
(2014-2015)
Dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pengalan Pelatihan Peserta Workshop”Ergonomic in The Work Place”
(2014)
Peserta Workshop”Management Of Fire Safety “
(2014)
Peserta Workshop”Investasi dan Pencegahan
(2014)
Kecelakaan Kerja”
Peserta Workshop”Risk Assessment in The Work
(2014)
Place”
Peserta Training “SMK3 Based on OSHAS 18001
(2014)
dan PP No. 50 Tahun 2012”
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya
sehingga atas izin-Nya peneliti akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang
berjudul “Gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM
Perkasa pada proyek pembangunan apartemen Tower Intan tahun 2017”.
Sholawat dan salam juga disampaikan kepada Rasulullah SAW, pembawa rahmat
bagi semesta alam.
Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat
3. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku Dosen Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa memberikan
arahan dan motivasi terhadap penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan, arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
x
6. Ayahanda dan ibunda tercinta, terima kasih yang tak terhingga atas doa,
semangat, kasih sayang, pengorbanan, dan ketulusannya dalam
mendampingi peneliti. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya. Serta kepada uni, dan adik yang
selalu mampu menjadi tempat beristirahat dan melepas penat yang luar
biasa.
7. Sahabatku Andam, Aqma dan Rina terimakasih atas semua dukunganya,
diskusi-diskusi yang selalu bisa membangkitkan semangat untuk optimis
menata masa depan.
8. Ruditho Priyandi sahabat seperjuangan sekaligus partner skripsi kapanpun
dan dimanapun. Terimakasih telah mau direpotkan selama proses
pengerjaan skripsi dan penelitian, terima kasih banyak atas bantuannya.
Ilmu-ilmu yang sudah diberikan Insya Allah akan selalu bermanfaat.
9. Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan skripsi ini. Hanya Allah yang dapat membalas segala
kebaikan dengan sebaik baik balasan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.
Jakarta, Mei 2017
AINIL FITRI
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ ii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ............................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
1.6 Ruang Lingkup .................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
2.1 Kecelakaan Kerja ................................................................................................ 7
2.1.1 Definisi Kecelakaan .................................................................................... 7
2.1.2 Dampak Kecelakaan Kerja .......................................................................... 8
2.1.3 Rasio Kecelakaan Kerja .............................................................................. 8
2.1.4 Penyebab Kecelakaan Kerja ........................................................................ 9
2.2 Perilaku ............................................................................................................. 12
2.2.1 Definisi Perilaku ....................................................................................... 12
2.2.2 Bentuk Perilaku ......................................................................................... 12
2.2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku ........................................................... 13
2.3 Perilaku Tidak Aman ........................................................................................ 22
2.2.1 Definisi ...................................................................................................... 22
xii
2.4 Karakteristik Perusahaan Konstruksi ................................................................ 24
2.5 Kerangka Teori ................................................................................................. 27
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DEFINISI ISTILAH ................................................ 29
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 29
3.2 Definisi Istilah ................................................................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................... 36
4.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 36
4.3 Informan Penelitian ........................................................................................... 36
4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 39
4.5 Sumber dan Pengumpulan Data ........................................................................ 39
4.6 Manajemen Data dan Analisis Data .................................................................. 40
4.7 Keabsahan Data ................................................................................................ 41
4.8 Penyajian Data .................................................................................................. 41
BAB V HASIL .................................................................................................................. 42
5.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................... 42
5.2 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja .......................................................... 43
5.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja .............................................................................................................. 50
5.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja ...................................................................................................... 54
5.5 Gambaran Hukuman dan Penghargaan, Pengawasan sebagai Faktor Penguat
Perilaku Tidak Aman pada Pekerja .................................................................. 60
5.6 Pemetaan Perilaku Tidak Aman ........................................................................ 68
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................. 73
6.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 73
6.2 Perilaku Tidak Aman pada Pekerja ................................................................... 73
6.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja .............................................................................................................. 81
6.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja ...................................................................................................... 84
6.5 Gambaran Hukuman dan Pengahrgaan, Pengawasan sebagai Faktor Penguat
Perilaku Tidak Aman pada Pekerja .................................................................. 89
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 94
7.1 Simpulan ........................................................................................................... 94
xiii
7.2 Saran ................................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 98
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….105
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Definisi Istilah ...................................................................................... 32
Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Utama…………………………………….… 38
Tabel 4. 2 Triangulasi Metode dan Sumber…………………………………….. 41
Tabel 5. 1 Rangkuman Perilaku Tidak Aman…………………………………... 68
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 The ILCI Loss Causation Model (E. F. Bird & G. L. Germain,
1990……..……………………………………………………………………….10
Bagan 2. 2 Kerangka Teori……………………………………………………...28
Bagan 3. 1 Kerangka Berpikir……………………………………………............31
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Accident Triangle (E. F. Bird & G. L. Germain, 1990) ................... 9
Gambar 5.1Pekerja Plester Tidak Menggunakan APD (Safety Shoes dan
Helm)…………………………………………………………..……………….. 43
Gambar 5. 2 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD…...……………... 44
Gambar 5. 3 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD (Safety Shoes dan
Helm ...................................................................................................................... 44
Gambar 5. 4 (a),(b),(c) Tidak Menempatkan Peralatan pada tempatnya .............. 46
Gambar 5. 5 Pekerja Bekerja Sambil Merokok .................................................... 47
Gambar 5. 6 (a), (b), (c)Alat Pelindung Diri ......................................................... 55
Gambar 5. 7 Helm dengan logo SNI ..................................................................... 58
Gambar 5. 8 (a), (b) APD diletakkan didekat tempat kerja .................................. 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat menjadi
sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang
konstruksi (Taufik dkk, 2009). Menurut Siaoman dan Hendy (2007), konstruksi
mempunyai karakteristik yang unik dan kompleks serta dapat mempertinggi angka
risiko dan bahaya kecelakaan kerja. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa industri konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki
kompleksitas kerja serta risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi.
Dampak negatif yang timbul dari proses pembangunan konstruksi yaitu
munculnya angka kecelakaan akibat kerja. Menurut Pratiwi (2009), hal ini
dikarenakan pekerjaan jasa konstruksi hampir selalu berada di tempat terbuka,
serta memiliki kemudahan akses untuk dimasuki orang yang berbeda, dimana
kondisi tersebut tidak mendukung untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
sehingga berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja. Industri konstruksi merupakan
lapangan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja,
yang mana kecelakaan kerja ini juga dapat menimbulkan kerugian terhadap
pekerja dan juga kontraktor (Ferdy dan Yudi, 2008).
International Labor Organization (ILO, 2016) melaporkan bahwa setiap
15 detik terdapat seorang pekerja yang meninggal akibat kecelakaan atau penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan setiap 15 detik terdapat 153 pekerja
mengalami kecelakaan akibat hubungan kerja. Dalam satu tahun terdapat
2
317.000.000 kecelakaan Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2016)
menyebutkan bahwa tedapat 101.367 kecelakaan kerja dengan korban meninggal
dunia sebanyak 2.382 orang. Dalam sambutan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia pada upacara hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
disebutkan bahwa pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah
105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang (Menaker,
2016).
Menurut Heinrich (1980), 88% kecelakaan disebabkan oleh
perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), sedangkan sisanya
disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu
10% disebabkan oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2%
disebabkan oleh takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih
banyak disebabkan oleh kekeliruan, kesalahan yang dilakukan oleh manusia.
Menurut Murthi dan Yuri (2009), unsafe act adalah suatu tindakan
seseorang yang menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat
mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun peralatan yang
ada di sekitarnya. Pendapat lain yang berkenaan, unsafe act adalah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
(Silalahi, 1995). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsafe act adalah
semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dimana tindakan tersebut dapat
membahayakan dirinya sendiri, orang lain, peralatan maupun lingkungan yang ada
di sekitarnya.
PT. CBM Perkasa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang jasa konstruksi. Salah satu proyek yang sedang berjalan saat ini yaitu
3
pembangunan apartemen yang berlokasi di Ciputat. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak safety yang dilakukan pada saat studi pendahuluan mengatakan
bahwa ada kejadian kecelakaan kerja namun tidak tercatat dengan baik. Kejadian
kecelakaan kerja di PT. CBM Perkasa semenjak April 2015 sampai Februari 2016
tercatat sebanyak 2 kejadian kecelakaan kerja. Pertama, kejadian pekerja yang
tertusuk paku pada bagian kaki sehingga pekerja dapat mengalami tetanus yang
bisa menyebabkan kematian. Kedua, pekerja bagian bekisting yang terkena
tusukan besi sehingga mengalami cidera pada bagian tangan yang menyebabkan
kuku pekerja copot. Kejadian kecelakaan kerja ini tergolong ringan namun
memiliki risiko yang tinggi.
Menurut pihak safety proyek apartemen Tower Intan, mayoritas
kecelakaan kerja terjadi karena perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja
konstruksi, seperti tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), tidak
menempatkan peralatan kerja dengan sesuai sehingga rentan terjadi kecelakaan
kerja ringan lainya seperti tertusuk paku. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
(Hafrida, 2014) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai yang menyatakan bahwa
80%-85% kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan
manusia.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara observasi pada bulan
Juni 2016 pada pekerja proyek Apartemen Tower Intan dari 30 orang pekerjaan,
ditemukan lebih dari setengahnya yaitu 70% atau 21 orang berperilaku tidak
aman. Oleh karena itu peneliti tertarik ingin melakukan penelitian lebih jauh
mengenai “Gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM
Perkasa pada Proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Perilaku tidak aman adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang
dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan bahaya bagi dirinya
sendiri, orang lain, maupun peralatan yang ada di sekitarnya. Pekerja proyek
apartemen Tower Intan yang diamati oleh peneliti saat studi pendahuluan
sebanyak 70% pekerjanya berperilaku tidak aman. Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran
perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek
Apartemen Tower Intan Tahun 2017”
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan?
2. Bagaimanakah gambaran motivasi sebagai faktor pendorong perilaku tidak
aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek
Apartemen Tower Intan?
3. Bagaimanakah gambaran ketersediaan APD sebagai faktor pemungkin
perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada
proyek Apartemen Tower Intan?
4. Bagaimanakah gambaran hukuman dan penghargaan serta pengawasan
sebagai faktor penguat perilaku tidak aman pada bagian finishing PT.
CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan?
5
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran perilaku tidak aman para pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan.
2. Diketahuinya gambaran motivasi sebagai faktor pendorong perilaku
tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada
proyek Apartemen Tower Intan.
3. Diketahuinya gambaran ketersediaan APD sebagai faktor pemungkin
perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa
pada proyek Apartemen Tower Intan.
4. Diketahuinya gambaran hukuman dan penghargaan serta pengawasan
sebagai faktor penguat perilaku tidak aman pada pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Bagi PT. CBM PERKASA
1. Perusahaan akan mendapat informasi mengenai perilaku tidak aman
para pekerja pada proyek Apartemen Tower Intan
2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan
berkelanjutan untuk pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.
6
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
1. Dapat menjadi media untuk menjalin kerjasama antara institusi
pendidikan dan perusahaan.
2. Mendapat masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja UIN Jakarta.
1.5.3 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai sarana penerapan dan pengaplikasian keilmuan K3 yang
diperoleh di perkuliahan.
2. Sebagai sarana menemukan gambaran tempat kerja yang sebenarnya.
3. Sebagai sarana menambah ilmu dan pengalaman.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tidak aman
yang dilakukan oleh pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek
Apartemen Tower Intan Tahun 2017. Gambaran perilaku tidak aman pekerja juga
dilihat dari faktor yang mempengaruhinya seperti motivasi, ketersediaan APD,
hukuman dan penghargaan serta pengawasan. . Kegiatan penelitian ini dilakukan
pada bulan Juni 2016-Maret 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
informan dalam penelitian ini merupakan pekerja bagian finishing, pihak safety
PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan dan pegawai HSE
perusahaan asing. Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengambilan data
primer dan sekunder yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara
mendalam dan telaah dokumen.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja
2.1.1 Definisi Kecelakaan
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dapat menyebabkan kesakitan atau cidera (tergantung dari
tingkat keparahannya), kejadian kematian atau kejadian yang dapat
menyebabkan kematian. Pengertian ini juga digunakan untuk suatu kejadian
yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpotensi
menyebabkan merusak lingkungan (OHSAS 18001, 2007). Menurut Frank (E.
F. Bird & G. L. Germain, 1990), kecelakan kerja adalah kejadian yang tidak
diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian fisik pada manusia atau
kerugian material.
Sedangkan berdasarkan (UU No. 1 Tahun 1970) kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang semula tidak diduga dan tidak dikehendaki, yang
dapat mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan
menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Menurut
UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, kecelakaan kerja
merupakan kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau
wajar dilalui.
Terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh sebab tertentu,
sebab dari kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, sehingga selanjutnya
8
dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebabnya itu serta dengan
adanya upaya preventif lebih lanjut, diharapkan kecelakaan dapat dicegah dan
kecelakaan serupa tidak berulang kembali (P. K. Suma'mur, 2009).
2.1.2 Dampak Kecelakaan Kerja
Kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa cedera
atau kematian pada pekerja, harta benda (properti), kerusakan lingkungan, dan
proses. Kerugian dapat menimpa diri pekerja dan keluarga, perusahaan,
masyarakat dan pemerintah (S. Imamkhasani, 1991). Menurut Suma’mur (P.
K. Suma'mur) kecelakaan kerja dapat menimbulkan beberapa kerugian,
sebagai berikut :
1. Kerusakan
Kerusakan yang terjadi dapat berupakerusakan alat kerja, bahan,
bagian mesin, proses atau lebih singkatnya properti perusahaan
2. Kekacauan organisasi
Kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan kekacauan organisasi
dalam proses produksi
3. Keluhan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian
2.1.3 Rasio Kecelakaan Kerja
Menurut Frank E. Bird, Jr. (E. F. Bird & G. L. Germain), dalam studi
yang dilakukan terhadap 1.753.498 kecelakaan kerja menunjukkan bahwa
setiap 1 kecelakaan serius atau cidera yang melumpuhkan dilaporkan, maka
9
terdapat 9.8 cedera ringan, 30.2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
barang, dan 600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugian.
Hasil studi tersebut tergambar dalam piramida kecelakaan berikut :
Rasio perbandingan
terjadinya cedera dan penyakit yang diderita seseorang akibat
kecelakaan dan kerusakan barang, yaitu 600:30:10:1 yang menunjukkan
bahwa 600 near miss dapat menimbulkan 30 kejadian kerusakan barang,
10 cedera atau penyakit ringan, atau 1 kejadian cedera atau penyakit
serius/ fatal.
2.1.4 Penyebab Kecelakaan Kerja
Proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi, yaitu
people, equipment, material, enviroment (PEME) yang saling interaksi
sehingga menghasilkan suatu produk dan jasa. Kecelakaan dalam proses
interaksi tersebut terjadi ketika adanya kontak antara mausia dengan alat,
material, dan lingkungannya. Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan karena
kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya, kondisi
1 Kecelakaan serius/ fatal
10 Kecelakaan atau penyakit ringan
30 Kerusakan barang
60 Near miss
Gambar 2. 1 Accident Triangle (E. F. Bird & G. L. Germain,
1990)
10
lingkungan kerja yang tidak aman, atau dapat juga disebabkan oleh manusia
yang melakukan kegiatan di tempat kerja dalam menangani alat atau material.
Dalam teori dominonya, Heinrich (H. W. Heinrich & D. Petersen)
mengemukakan bahwa penyebab kecelakaan didasarkan atas kesalahan
manusia (Human Error) sebanyak 88% kasus kecelakaan disebabkan oleh
Unsafe Action, 10% disebabkan oleh Unsafe Condition, dan 2% merupakan
takdir dari Tuhan. Berdasarkan teori tersebut kemudian dikembangkan oleh
Frank Bird Jr dalam bukunya Practical Loss Control Leadership,
menerangkan bahwa kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak faktor yang
mendukung untuk terjadinya kecelakaan. Berikut beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (E. F. Bird & G. L. Germain) :
Bagan 2. 1 The ILCI Loss Causation Model (E. F. Bird & G. L. Germain,
1990
a. Kurangnya pengawasan dari pihak manajemen terhadap berjalannya
penerapan aspek-aspek keselamatan kerja dilapangan
b. Penyebab dasar (Basic Causes) merupakan faktor dasar/utama
penyebab terjadinya kecelakaan. Faktor dasar terbagi menjadi dari dua:
1) Faktor manusia (personal factor) adalah faktor yang berasal dari
dalam diri sendiri, contoh : kemampuan manusia tersebut yang
11
kurang, stress, pengetahuan yang kurang dan motivasi yang buruk
untuk bekerja sesuai dengan peraturan
2) Faktor dari pekerjaan (job factor) adalah faktor yang berasal dari
pengawasan pihak manajemen terhadap jalannya program
keselamatan dan kesehatan kerja
c. Penyebab langsung (Immediate Causes) merupakan faktor yang secara
langsung bersinggungan dengan manusia dan kondisi lingkungan
kerja. Penyebab langsung terdiri menjadi dua, yaitu :
1) Substandard Action (Prilaku manusia yang tidak baik) adalah
penyebab yang didasarkan pada prilaku manusia yang tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bertindak tidak aman,
contoh : menjalankan mesin tanpa ijin, tidak menggunakan APD
2) Substandard Condition (Kondisi lingkungan yang tidak aman)
dimana lingkungan kerja, peralatan kerja yang mendukung
terjadinya kecelakaan kerja, contoh : Lingkungan kerja dekat
dengan sumber panas, adanya sumber bising, tidak adanya
peringatan
d. Incident/Accident adalah adanya kontak dengan suatu benda, energi
dan atau bahan hazard sebagai efek dari ketiga penyebab diatas yang
tidak dapat dikendalikan
e. Kerugian merupakan konsekuensi dari terjadinya insiden atau
kecelakaan baik terhadap manusia sebagai pekerja atau kerugian
terhadap peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan.
12
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku
Menurut Sunaryo (2004 ) perilaku manusia adalah suatu aktivitas yang
timbul karena adanya stimulus dan respon, serta dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung.
Dari segi biologis perilaku dipandang sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari manusia itu sendiri yang meliputi aktivitas eksternal
seperti berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya, serta aktivitas
internal seperti berfikir, persepsi, emosi juga merupakan perilaku manusia.
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Bentuk Perilaku
Jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus yang dikemukakan
oleh Skinner dalam Notoatmodjo (2010), maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku tertutup/terselubung (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Repon dan reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut
dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)
13
Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat
oleh orang lain
2.2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku
Menurut Green dan Kreuter (2005) perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor yaitu:
1. Faktor pendorong (predisposing factors)
a. Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun.
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan. Umur
merupakan salah satu variabel yang penting dalam menilai individu
(Chandra, 2008). Faktor umur mempunyai hubungan langsung dengan
logika berpikir dan pengetahuan seseorang. Semakin matang usia
seseorang, biasanya cenderung bertambah pengetahuan dan tingkat
kecerdasannya. Kemampuan mengendalikan emosi psikisnya dapat
mengurangi terjadinya kecelakaan (Cece, 2005). Umur bila dikaitkan
dengan kedewasaan psikologis seseorang walaupun belum pasti
bertambahnya usia akan bertambah pula kedewasaannya. Namun
umumnya dengan bertambahnya usia akan semakin rasional, makin
mampu mengendalikan emosi dan makin toleran terhadap pandangan
dan perilaku yang membahayakan. Simanjutak (1985), umur secara
alamiah mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik seseorang, ada
saat usia tertentu dimana seseorang dapat berprestasi secara maksimal
14
tetapi ada saat dimana terjadinya penurunan prestasi. Tingkat prestasi
kerja mulai meningkat bersamaan dengan meningkatnya umur, untuk
kemudian menurun menjelang usia tua. Jika seseorang makin
bertambah usianya, maka cenderung cepat puas karena tingkat
kedewasaan teknis maupun kedewasaan psikologis. Artinya, semakin
bertambah usianya maka semakin mampu menunjukkan kematangan
jiwa yaitu semakin bijaksana, semakin mampu berfikir rasional,
semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran terhadap
pandangan dan perilaku yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-
sifat lain yang menunjukkan kematangan intelektual dan psikologis
(Siagian, 1987).
Berdasarkan penelitian kerja, pekerja muda yang berusia 18-
22 tahun yang mencakup 7, 35% dari seluruh pekerja
menyumbangkan 10, 62% dari total keseluruhan kecelakaan kerja
(Suma’mur, 1988). Kemudian dilakukan penelitian juga terhadap
pekerja di atas umur 50 tahun hasilnya pekerja yang berusia lanjut
lebih stabil dan tidak kurang produktif dengan rekan kerjanya yang
lebih muda (Robbins, 1998)
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana mendasar upaya manusia untuk
memperoleh kelangsungan hidupnya, atau sebagai infrastruktur untuk
pengembangan sumber daya manusia (Mohamad, 2004). Oleh karena itu,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin bertambah
pula perkembangan diri manusia, termasuk dalam hal pengetahuan.
Menurut Nawangwulan dalam Utari (2010), tingkat pendidikan sangat
15
berpengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung
dan tidak langsung terhadap perilaku. Pada salah satu hasil penelitian
diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan pekerja dan membentuk perilaku secara langsung
maupun tidak langsung (Angkasawati, 2001)
c. Pengetahuan
Sebuah peningkatan dalam pengetahuan tidak selalu
menyebabkan perubahan perilaku. Beberapa macam pengetahuan
kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku
kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi
kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk
memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan pengetahuanya
(Green dan Kreuter 2000). Pengetahuan merupakan sebuah
kebutuhan tetapi biasanya pengetahuan bukan merupakan faktor yang
cukup untuk merubah perilaku individu maupun kelompok.
Perilaku tidak secara tiba-tiba berubah sebagai respon
terhadap pengetahuan baru, akan tetapi efek kumulatif dari
peningkatan kesadaran akan meningkatkan pemahaman yang lebih
baik dari meresapnya fakta ke dalam sistem kepercayaan, nilai, sikap,
kepercayaan diri, serta akhirnya ke dalam perilaku (Green dan
Kreuter 2005).
d. Kepercayaan
Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena
atau suatu objek adalah benar atau nyata. Agama/ keyakinan,
kepercayaan, dan kebenaran adalah kata-kata yang digunakan untuk
16
menyatakan atau mengartikan kepercayaan. Pernyataan terkait
dengan keyakinan terhadap kesehatan seperti:“Saya tidak percaya
bahwa pengobatan tersebut akan berhasil”; “Latihan tidak akan
membuat perbedaan” (Green dan Kreuter, 2005).
e. Nilai- nilai
Nilai kebudayaan, perspektif turun temurun terhadap akibat
dari hal yang dilakukan orang lain. Nilai dipelihara oleh kelompok
dalam suatu suku dan generasi dimana orang-orang memiliki
kesamaan sejarah dan identitas secara geografis. Nilai merupakan
sebuah dasar pembenaran pada tindakan seseorang dalam syarat etika
atau moral. Nilai menjadi pondasi yang benar dan yang salah,
dimensi baik dan buruk dari pandangan orang-orang kepada perilaku
tertentu (Green dan Kreuter, 2005). Nilai- nilai atau norma yang
berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau
norma yang telah melekat pada diri seseorang (Green, 2000).
f. Sikap
Sikap merupakan salah satu dari yang samar namun
merupakan kata yang sering digunakan dalam kamus ilmu perilaku.
Mucchielli menggambarkan sikap sebagai “sebuah kecenderungan
dalam pikiran atau perasaan yang konstan ke arah suatu kategori
tertentu dari seseorang, suatu objek atau situasi.” Kirscht
menyatakan bahwa sikap merepresentasikan sebuah koleksi dari
kepercayaan yang selalu dimasukkan dalam suatu aspek evaluasi;
17
sikap selalu dapat dinilai dalam istilah baik-buruk atau positif-
negatif (Green dan Kreuter, 2005).
Dua konsep kunci dalam sikap adalah (1) sikap merupakan
sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu objek
(seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2) yang melekat pada
struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dimensi baik-buruk (Green
dan Kreuter, 2005).
g. Motivasi
Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin
“movere”, yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi
inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktifitas
dalam pencapaian tujuan. Motivasi itu bersifat alami dan kebutuhan,
motivasi itu timbul karena adanya kebutuhan seseorang yang harus
segera dipenuhi untuk segera mencapai tujuan. Motivasi sebagai
motor penggerak, maka bahan bakarnya adalah kebutuhan
(Widayatun, 2005).
Motivasi dapat diartikan sebagai “driving force” yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan
tujuan tertentu. Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want)
dan daya tertentu yang ingin dicapai. Tingkah laku seseorang
dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, dan
kepuasannya. Rangsangan timbul dari dirinya sendiri (internal), dari
luar (eksternal) dan lingkungan. Rangsangan materil dan non materil
ini akan menciptakan motivasi yang mendorong orang bekerja atau
18
beraktifitas untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari kerjanya
(Hasibuan, 2005).
Petersen (1980) menyebutkan motivasi yang ditimbukan oleh
banyak faktor dapat mempengaruhi kinerja keselamatan kerja, seperti
faktor suasana kerja, kepuasan, kemampuan, kesenangan terhadap
pekerjaan dan adanya organisasi.
Untuk memotivasi pekerja untuk berperilaku aman dalam
bekerja ada 6 prinsip dasar menurut Frank E. Bird, 1996, yaitu:
1) Prinsip penetapan tujuan dan sasaran
2) Prinsip keterlibatan pekerja yang bersangkutan
3) Prinsip mutual interest dari pekerja
4) Prinsip psychological appeal dari pekerja
5) Prinsip pemberian informasi kepada pekerja
6) Prinsip penguatan perilaku.
Dengan 6 prinsip dasar yang ada dapat dilakukan untuk
memotivasi pekerja untuk dapat dan harus berperilaku aman dalam
bekerja di lingkungan kerja. Sehingga dapat mengurangi frekuensi
tingkat kecelakaan yang mungkin terjadi (Bachri, 2010)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meisya (2008)
dimana secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara
motivasi dengan perilaku tidak aman. Disebutkan bahwa adanya
motivasi yang tinggi maka perilaku pada saat bekerja akan menjadi
perilaku aman, tetapi jika pekerja mempunyai motivasi dalam diri
19
yang rendah maka secara langsung perilaku pada saat bekerja akan
menjadi perilaku tidak aman
h. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan
proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu
yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri
individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan
mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan
mengaitkan dengan objek. Persepsi pada individu akan menyadari
tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang
mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan
berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Notoatmodjo,
2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwandi (2007)
dikatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan bermakna antara
persepsi dengan perilaku tidak aman. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Meisya (2008) juga menyatakan hal yang sama
dimana secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara
persepsi dengan perilaku tidak aman.
20
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
a. Ketersediaan APD
Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan
bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara
cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada pekerja
yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli-ahli keselamatan kerja.
b. Pelatihan
Pelatihan adalah salah satu metode terbaik yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia yang bertujuan
dalam pengembangan kebiasaan perilaku bekerja yang aman. Pelatihan
mempunyai pengaruh yang besar dan merupakan suatu alat pemotivasi
yang kuat dalam keselamatan. Melalui pelatihan seseorang umumnya
dapat diberikan tiga hal yaitu pengetahuan, keterampilan dan motivasi.
Menurut penelitian yang dilakukan Sumbung, tidak terdapat
hubungan antara pelatihan dengan perilaku tidak aman. Meski telah
mengikuti pelatihan, namun sebagian besar pekerja masih memiliki
pengetahuan tentang bahaya maupun penggunaan APD yang rendah.
Hal ini mungkin saja terjadi. Menurut Maaniaya (2005), kegagalan
suatu program pelatihan dapat juga disebabkan karena 1). Pelatihan
dilaksanakan pada waktu yang tidak tepat, kurang partisipasi manajer
terkait dalam perancangan program pelatihan. Tanpa partisispasi ini,
21
pelatihan seringkali berorientasi pada masalah teknis daripada
berorientasi pada permasalahan yang ada dan hasil–hasil yang
diharapkan pada pelatihan tersebut. 2). Penyampaian materi sangat
bergantung pada metode pemberian kuliah. Suatu pelatihan terutama
yang berkaitan dengan dunia industri, harus dilakukan dengan sangat
interaktif dan memungkinkan peserta untuk menerapkan dan
mempraktikkan konsep-konsep yang diajarkan selama proses
berlangsung. 3). Buruknya komunikasi selama pelatihan berlangsung.
Banyak keuntungan yang dapat diraih apabila instruktur pelatihan
lebih menitik beratkan pada penggunaan bahasa yang sederhana dan
teknik presentasi yang menggunakan grafik atau gambar.
3. Faktor Penguat (reinforcing factor)
a. Hukuman dan Penghargaan
Hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau
kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan
(Syaaf, 2008). Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku.
Hukuman tidak hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang
melanggar peraturan melainkan sebagai kontrol terhadap lingkungan
kerja sehingga pekerja terlindungi dari kecelakaan kerja. Sedangkan
penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada
individu atau kelompok dengan tujuan mengembangkan, mendukung
dan memelihara perilaku yang diharapkan (Syaaf, 2008). Jika
digunakan sebagaimana mestinya, penghargaan dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan optimisme dalam diri si penerimanya.
22
b. Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
dan atau hasil yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka
manajer harus melakukan kegiatan-kegaiatan pemeriksaan,
pengecekan, pencocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai
tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mengatur dan
mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
yang mungkin terjadi (Sarwoto, 1991).
2.3 Perilaku Tidak Aman
2.2.1 Definisi
Perilaku pekerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu perilaku aman
yang berupa tindakan yang tidak berisiko menimbulkan cidera baik pada
pekerja lain maupun pekerja itu sendiri, dan yang kedua adalah membentuk
perilaku tidak aman atau perilaku berbahaya yaitu tindakan atau perilaku
pekerja yang dapat menimbulkan risiko cidera atau kecelakaan.
Menurut Bird (1990), perilaku tidak aman atau unsafe action adalah
tindakan seseorang yang menyimpang dari prosedur atau cara yang wajar atau
benar menurut persetujuan bersama, sehingga tindakan tersebut mengandung
bahaya, misalnya berdiri di bawah barang yang diangkat crane, mengebut di
jalan ramai, dan lain-lain. Keadaan dan tindakan berbahaya kalau dibiarkan
tanpa perbaikan akan menimbulkan kecelakaan kerja.Sedangkan menurut Bird
dan Germain, 1990, jenis-jenis tindakan tidak aman antara lain:
a. Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang
23
b. Gagal untuk mengingatkan
c. Gagal untuk mengamankan
d. Pengoperasian dengan kecepatan yang tidak sesuai
e. Membuat peralatan safety menjadi tidak beroperasi
f. Memindahkan peralatan safety
g. Menggunakan peralatan yang rusak
h. Menggunakan peralatan secara tidak benar
i. Tidak menggunakan APD
k. Penempatan barang yang salah
Menurut DNV Modern Safety Management (1996) mendiskripsikan
faktor-faktor yang termasuk dalam perilaku tidak aman, diantaranya adalah:
a. Menjalankan peralatan tanpa wewenang
b. Tidak memberi peringatan
c. Melakukan pekerjaan dengan terburu-buru
d. Membuat alat keselamatan tidak dapat dioperasikan
e. Menuggunakan peralatan yang cacat
f. Menggunakan peralatan pelindung diri secara tidak benar
g. Penempatan barang yang tidak benar
h. Bercanda
i. Dipengaruhi rokok, alkohol (mabuk) dan atau obat-obatan
Menurut Dessler (1978), jenis-jenis perilaku tidak aman ialah:
a. Gagal dalam mengamankan
b. Tidak memakai APD
c. Membuang benda sembarangan
24
d. Bekerja pada kecepatan yang tidak aman
e. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
f. Menggunakan peralatan yang tidak aman
g. Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain, dan sebagainya
Secara keseluruhan bentuk bentuk bentuk perilaku tidak aman
menurut Bird dan Germain (1990),Dessler (1986) dan DNV Modern Safety
Management (1996) yaitu :
a. Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
b. Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan peralatan keselamatan
c. Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan cara yang tidak
dapat dimengerti
d. Tidak menggunakan APD
e. Menggunakan APD secara tidak benar
f. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya
g. Melempar alat-alat kerja
h. Bekerja di bawah pengaruh obat, dan minuman beralkohol
i. Bekerja sambil merokok
j. Bekerja sambil berkelakar dengan teman
k. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
2.4 Karakteristik Perusahaan Konstruksi
Industri konstruksi merupakan lapangan pekerjaan yang memiliki potensi
bahaya dan risiko kecelakaan kerja, yang mana kecelakaan kerja ini juga dapat
menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan juga kontraktor. Pekerja konstruksi
sangat berbeda karakteristiknya dengan pekerja di sektor industri atau pekerjaan
25
formal lainnya. Salah satu karakteristik pekerja konstruksi adalah mobilitasnya
yang sangat tinggi dan cenderung tidak terikat dalam satu perusahaan tertentu
(Ferdy dan Yudi 2008).
Menurut Ramli (2003) Karakteristik kegiatan konstruksi adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki masa kerja terbatas
2. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
3. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (buruh) yang berpendidikan relatif
rendah
4. Memiliki intensitas kerja yang tinggi
5. Bersifat multidisiplin dan multi-crafts
6. Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis teknologi, kapasitas dan
kondisinya
7. Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material, dan tenaga kerja).
Menurut Asiyanto (2008) pekerjaan konstruksi diantaranya:
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini terdiri dari penyiapan lahan pada lokasi
proyek, melakukan pedoman pengukuran, membuat akses jalan material dan
pekerja, pemilihan alat angkat yang digunakan serta letak pergerakannya perlu
direncanakan atau ditetapkan terlebih dahulu.
2. Pekerjaan Dewatering
Pekerjaan dewatering merupakan pekerjaan pengeringan yang
dilakukan sebelum galian tanah untuk basement dimulai agar air tanah yang
ada tidak mengganggu proses pelaksanaan basement.
26
3. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur adalah pelaksanaan pembangunan fisik gedung.
Pekerjaan struktur terbagi dari struktur bawah yang meliputi pekerjaan
fondasi dalam, galian basement, struktur basement, ground beam, dan
pekerjaan struktur atas yang terdiri dari pekerjaan kolom atau balok, core
wall, dan lift slab.
4. Pekerjaan arsitektur dan finishing
Pekerjaan finishing dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaaan
finishing bagian dalam dan pekerjaan finishing bagian luar bangunan.
Finishing bagian dalam meliputi pekerjaan plester, pekerjaan tegel untuk
lantai dan pekerjaan plafon sedangkan pekerjaan finishing bagian luarmeliputi
pekerjaan lapisan dinding bagian luar seperti pengecatan, pekerjaan panel
dinding luar. Pekerjaan arsitektur dan finishing, antara lain :
a. Pekerjaan pemasangan bata/hebel (pekerjaan dinding)
Setelah pekerjaan struktur selesai, maka pekerjaan dinding dapat
segera dimulai. Pekerjaan dinding yaitu pekerjaan pemasangan bata atau
hebel untuk membentuk dinding sebagai penyekat atau pembatas ruangan
b. Pekerjaan Plesteran
Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan dinding dilakukan
atau dapat juga dilakukan sehari setelah dinding dipasang. Proses
pelaksanaan pekerjaan plesteran yaitu:permukaan dinding di plester
dengan campuran semen, air dan pasir kemudian diratakan. Setelah proses
plesteran selesai dilakukan baru dilakukan proses pengacian dengan
menggunakan campuran semen dan air.
27
c. Pekerjaan Lantai
Pekerjaan lantai yang dilakukan dalam proyek ini meliputi
pekerjaan cor lantai,pekerjaan plint keramik, pekerjaan pemasangan
keramik lantai, pekerjaan pemasangan keramik dinding dan pemotongan
keramik.
d. Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan pengecatan dengan cat air dengan terlebih dahulu
membersihkan permukaan dari kotoran-kotoran, dinding-dinding
diratakan/dihaluskan dengan plamir, sebelum dicat dengan cat air
dilakukan pengecatan dengan cat dasar.
e) Pekerjaan Landscaping
Pekerjaan landscaping adalah pekerjaan pembuatan sarana yang
letaknya di luar bangunan, tetapi masih merupakan satu kesatuan dengan
bangunan. Pekerjaan ini dilakukan bersama dengan pekerjaan struktur.
Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
2.5 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, teori yang digunakan mengacu pada teori
Lawrence Green dimana dalam teori tersebut terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia, yaitu faktor pendorong, faktor
pemungkin, dan faktor penguat yang digambarkan sebagai berikut:
28
Bagan 2. 2 Kerangka Teori
Sumber : Green dan Kreuter (2005)
Faktor Pendorong:
Umur
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Nilai-nilai
Motivasi
Persepsi
Faktor Pemungkin :
Ketersediaan APD
Pelatihan
Faktor Penguat :
Hukuman dan
peghargaan
Pengawasan
Perilaku Tidak Aman
29
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, DEFINISI ISTILAH
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence
Green yang menjelaskan konsep perilaku itu dilihat dari yang mempengaruhinya,
yaitu diawali dari adanya faktor pendorong, faktor pemungkin dan faktor
penguat.
Faktor pendorong yang diteliti pada penelitian ini adalah motivasi yaitu
hal yang mendorong pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa untuk berperilku
tidak aman dalam beraktifitas mengerjakan tugasnya. Penelitian yang dilakukan
ole Halimah (2010) menyatakan bahwa responden yang memiliki motivasi yang
rendah atau buruk lebih banyak berperilaku tidak aman dibandingkan dengan
responden yang memiliki motivasi tinggi atau baik.
PT. CBM Perkasa diwajibkan untuk menyediakan APD untuk kegiatan
pekerjaan bagian konstruksi pada pembangunan apartemen Tower Intan, hal ini
sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 pasal 14 butir C. Ketersediaan APD diteliti
dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketersediaan APD yang
dikaitkan dengan perilaku tidak aman pada pekerja.
Faktor penguat yang diteliti dalam penelitian ini adalah hukuman dan
penghargaan, pengawasan. Yang dimaksud dengan hukuman dan penghargaan
adalah konsekuensi negatif dan positif yang diberikan kepada pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa terkait perilaku tidak aman yang dilakukan. Menurut
Siahaan (2013) terdapat hubungan antara hukuman dan penghargaan terhadap
30
perilaku kerja karyawan. Sedangkan, pengawasan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kegiatan pemantauan pada pekerja bagian finishing PT. CBM
Perkasa untuk selalu berperilaku aman saat bekerja. Menurut Halimah (2010)
peran pengawas ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
aman dan tidak amannya pekerja.
Faktor pendorong pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi, nilai-nilai,
keyakinan, dan variabel demografi. Untuk variabel demografi usia tidak dilakukan
penelitian dikarenakan rentang umur pekerja berada antara 20-40 yang termasuk
usia produktif kerja. Menurut Demak (2013) pekerja dengan rentang usia 20-40
tahun tergolong kepada usia produktif kerja.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang dibentuk oleh
pendidikannya, subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan dari SD-SMP.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Manaiya (2005) dan Irawati (2008) tidak
terdapat hubungan antara pendidikan dengan perilaku tidak aman.
Keyakinan atau kepercayaan tidak menjadi varibel penelitian dikarenakan
keyakinan seseorang merupakan hal yang diperoleh dari keturunan individu
tersebut yang dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berkembang.
Oleh karena itu keyakinan merupakan variabel yang sulit untuk diteliti (Erick,
2006).
Cara ukur, alat ukur, dan indikator untuk variabel nilai sukar untuk
ditentukan sehingga variabel nilai tidak diteliti, sementara variabel sikap tidak
diteliti dikarenakan oleh Karyani (2005) mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
dilihat dari perilkunya.
31
Variabel persepsi juga tidak dilakukan penelitian dikarenakan persepsi
dapat terlihat dari variabel motivasi. Petersen (1998) mengemukakan bahwa
persepsi seseorang dapat terlihat dari pandangan dan penafsiran seseorang
terhadap bahaya dan risiko yang ada.
Bagan 3. 1 Kerangka Berpikir
.
Faktor Penguat
1. Hukuman dan
Penghargaan
2. Pengawasan
2.
Faktor Pemungkin
1.Ketersediaan APD
Faktor Pendorong
1.Motivasi
Perilaku Tidak Aman
32
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3. 1 Definisi Istilah
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber
1 Perilaku Tidak Aman Tindakan atau perilaku
pekerja yang dapat
menimbulkan risiko cidera
atau kecelakaan yang
dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan
- Lembar Observasi
- Pedoman
wawancara
- Observasi
- Wawancara
-Telaah
dokumen
Diketahuinya tindakan tidak
aman yang dilakukan pekerja
saat bekerja, seperti :
a. Tidak melakukan
pekerjaan sesuai prosedur
b. Tidak melakukan
tindakan perawatan kerja
dan peralatan keselamatan
c. Memberi peringatan
terhadap adanya bahaya
dengan cara yang tidak
dapat dimengerti
d. Tidak menggunakan APD
e. Menggunakan APD
secara tidak benar
f. Tidak menempatkan
- Pekerja
- Pihak
Safety
- Informan
Kunci
33
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber
peralatan pada
tempatnya
g. Melempar alat-alat kerja
h. Bekerja di bawah
pengaruh obat, dan
minuman beralkohol
i. Bekerja sambil merokok
j. Bekerja sambil berkelakar
dengan teman
k. Melakukan pekerjaan
dengan cepat dan terburu-
buru.
2 Motivasi Dorongan yang membuat
pekerja untuk berperilaku
tidak aman
- Pedoman
wawancara
- Wawancara
mendalam
Informasi mengenai motivasi
apa yang membuat pekerja
berperilaku tidak aman
- Pekerja
- Pihak
Safety
- Informan
34
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber
Kunci
3 Ketersediaan APD Ketersediaan ,
kelengkapan jumlah dan
kelayakan APD yang ada
- Pedoman
Wawancara
- Lembar Observasi
- Wawancara
mendalam
- Observasi
- Telaah
dokumen
Informasi mengenai
ketersediaan APD untuk
pekerja
-Pekerja
-Pihak Safety
-Informan
Kunci
4 Hukuman dan
Penghargaan
Konsekuensi negatif dan
positif yang diberikan
kepada pekerja terkait
perilaku saat bekerja.
- Pedoman
Wawancara
- Lembar Observasi
- Wawancara
mendalam
- Observasi
- Telaah
Dokumen
Informasi mengenai sistem
reward dan punishment yang
berlaku untuk pekerja
- Pekerja
-Pihak Safety
-Informan
Kunci
35
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber
5 Pengawasan Kegiatan pemantauan
pada pekerja untuk selalu
berperilaku aman saat
bekerja
- Pedoman
wawancara
- Lembar Observasi
- Wawancara
- Observasi
- Telaah
dokumen
Informasi mengenai
pengawasan yang dilakukan
-Pekerja
- Pihak
Safety
- Informan
Kunci
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif tentang
perilaku tidak aman. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui
observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai gambaran perilaku
tidak aman para pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada Proyek
Apartemen Tower Intan Tahun 2017.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Apartemen Tower
Intan di Ciputat oleh PT. CBM Perkasa pada bulan Juni 2016- Maret 2017.
4.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive
sampling. Pemilihan informan dilakukan secara langsung melalui pertimbangan –
pertimbangan yang dilakukan peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah
penelitian (Bungin, 2010). Yaitu, pekerja yang sering berperilaku tidak aman.
Penentuan jumlah informan dilakukan dengan teknik sequential yaitu jumlah
informan yang dipilih tidak ditentukan batasannya sampai peneliti menilai data
yang dikumpulkan dari sejumlah informan tersebut telah mencapai titik jenuh atau
tidak ada hal baru lagi yang dapat dikembangkan (Neuman, 2003). Karakteristik
informan yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain: nama, usia, dan
pendidikan terakhir.
37
1. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti (Moleong, 2004). Informan utama penelitian ini adalah para
pekerja pembangunan Apartemen Tower Intan PT. CBM Perkasa pada
tahap pekerjaan finishing. Penentuan informan utama dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara observasi secara menyeluruh terhadap pekerja
bagian finishing, kemudian peneliti memilih 5 orang yang paling sering
melakukan perilaku tidak aman selama peneliti melakukan observasi.
Dalam melakukan observasi terhadap informan, peneliti
menggunakan indikator perilaku tidak aman sebagai berikut :
a) Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
b) Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan peralatan keselamatan
c) Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan cara yang tidak
dapat dimengerti
d) Tidak menggunakan APD
e) Menggunakan APD secara tidak benar
f) Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya
g) Melempar alat-alat kerja
h) Bekerja di bawah pengaruh obat, dan minuman beralkohol
i) Bekerja sambil merokok
j) Bekerja sambil berkelakar dengan teman
k) Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
Dari hasil observasi awal, ditemukan 5 orang informan utama
yang merupakan pekerja bagian finishing paling sering dan banyak
melakukan perilaku tidak aman. Selanjutnya peneliti ingin mengamati
38
selama 3 minggu 5 informan utama ini untuk memperoleh informasi
mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja bagian finishing dan
kemudian dilakukan wawancara mendalam mengenai perilaku tidak
tersebut.
Karakteristik informan utama dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut:
Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Utama
Informan Umur Pendidikan Terakhir
Informan Utama 1 23th SMP
Informan Utama 2 30th SD
Informan Utama 3 25 th SMP
Informan Utama 4 32 th SMP
Informan Utama 5 28 th SMP
2. Informan Pendukung
Informan pendukung yaitu pihak-pihak yang terkait langsung
dengan informan utama dan mengetahui tentang perilaku informan
utama saat bekerja (Moleong, 2004). Informan pendukung dalam
penelitian ini adalah pekerja bagian safety. Pengambilan informan
pendukung bertujuan untuk melakukan cross check informasi ataupun
triangulasi sumber yang didapat dari informan utama. Kemudian
dilakukan wawancara mendalam terhadap informan pendukung
tersebut tentang perilaku tidak aman pada pekerja.
39
3. Informan Kunci
Informan kunci yaitu mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
diteliti (Moleong, 2004). Informan kunci pada penelitian ini adalah
Riswanto, yang merupakan salah satu pegawai HSE (Health and Safety
Environment) di perusahaan asing yang memahami, memiliki
pengalaman dan informasi serta pengetahuan mengenai keilmuan K3
perilaku pekerja. Selain itu beliau juga menjadi auditor di K3
konstruksi. Berdasarkan teori di atas, beliau dapat memberikan
informasi meskipun tidak terlibat langsung interaksi sosial di
pembangunan apartemen Tower Intan.
4.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama, namun
untuk memperoleh data yang dibutuhkan dibantu dengan instrumen lain berupa
pedoman wawancara mendalam mengenai perilaku tidak aman. Selain itu
instrumen pendukung berupa lembar observasi, alat pencatat, kamera dan
perekam suara.
4.5 Sumber dan Pengumpulan Data
Sumber data dari penelitian ini, yaitu:
1. Data Primer
Data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari informan. Data
primer yang dibutuhkan adalah mengenai perilaku tidak aman melalui
wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman
40
wawancara dan observasi dengan lembar observasi kepada seluruh informan
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data dan dokumen
perusahaan, antara lain peraturan keselamatan kerja, SOP kerja.
4.6 Manajemen Data dan Analisis Data
Data yang didapat akan dianalisa dengan model content analysis, yang
mencakup kegiatan klarifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi
dan menggunakan teknik analisis dalam memprediksikan.
Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Reduksi
Perolehan informasi akan ditulis dan dilaporkan dalam bentuk
transkrip. Transkrip merupakan uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan
lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar baik secara langsung maupun
dari hasil rekaman. Laporan disusun berdasarkan data yang diperoleh
kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada
hal-hal yang penting.
2. Display
Data yang telah dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan
dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat
pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Verifikasi
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna
dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat dan
41
mudah dipahami. Dilakukan dengan meninjau kebenaran dari penyimpulan itu,
khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul,
tujuan dan perumusan masalah yang ada.
4.7 Keabsahan Data
Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah informan yang sedikit, karena
itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data, dalam penelitian
kualitatif menggunakan triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi sumber, menggunakan fakta dari para pekerja konstruksi yang
menjadi informan.Selain dari para pekerja, sumber yang digunakan untuk
triangulasi ini adalah bagian K3 danpengawas
2. Triangulasi metode, menggunakan wawancara mendalam dan observasi
Tabel 4. 2 Triangulasi Metode dan Sumber
Informasi
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Wawancara
mendalam
Observasi Telaah
Dokumen
Pekerja Pihak
Safety
Informan
Kunci
Perilaku tidak
aman
√ √ √ √ √ √
Motivasi √ - - √ √ √
Ketersediaan
APD
√ √ √ √ √ √
Hukuman
&penghargaan
√ √ √ √ √ √
Pengawasan √ √ √ √ √ √
4.8 Penyajian Data
Setelah dianalisis dan ditarik kesimpulan kemudian data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk narasi kutipan hasail wawancara yang kemudian
dibandingkan dengan teori. Dan juga disajikan dalam bentuk matriks berdasarkan
unsur-unsur yang diteliti.
42
BAB V
HASIL
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. CBM Perkasa adalah perusahaan yang menyediakan jasa konstruksi
dan pengembangan di berbagai bidang. PT. CBM Perkasa dikenal sebagai
perusahaan yang mengutamakan diligensi, pengalaman, hubungan baik dan
kreatifitas yang dicapai dengan totalitas performa demi terwujudnya suatu proyek-
proyek yang sukses.
Dibangun pada tahun 1991, PT. CBM Perkasa telah menjadi salah satu
perusahaan konstuksi terdepan di Indonesia dengan pertumbuhan yang stabil
seiring berjalannya waktu. Melalui kemampuan teknikal dan pengalaman PT.
CBM Perkasa tidak hanya menyediakan jasa konstruksi di berbagai bidang,
namun lebih menekankan pada solusi yang dapat diberikan untuk kepuasan klien.
PT. CBM Perkasa membangun dengan yakin, karena PT. CBM Perkasa
mempunyai komitmen yang kuat, dukungan sumber daya manusia yang handal,
teknologi yang mutakhir, mitra jaringan yang luas, pengalaman belasan tahun, dan
manajemen perusahaan yang handal yang kesemuanya menjadi satu untuk terus
bertumbuh dan berkembang serta tetap menjadi penyedia jasa konstruksi dan
partner kepada banyak organisasi yang terdepan dan terpercaya
Proyek pembangunan apartemen Tower Intan merupakan salah satu
bangunan proyek yang berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan. apartemen
Tower Intan ini merupakan salah satu bangunan yang dibangun dalam proyek City
Light. Proyek apartemen yang dimulai sejak 2014 ini diperkirakan akan selasai
akhir 2017 ini.
43
5.2 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja
Perilaku tidak aman adalah tindakan yang dilakukan pekerja konstruksi
yang menimbulkan risiko cidera atau kecelakaan. Dalam penelitian ini ditemukan
beberapa bentuk perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja selama
penelitian berlangsung, diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak memakai APD
Berdasarkan observasi terhadap beberapa bidang pekerjaan seperti
pemasangan hebel, pengecoran, plester dan bekisting, peneliti menemukan
masih banyaknya pekerja yang tidak menggunakan APD saat bertugas.
Beberapa pelanggaran yang dilakukan seperti, tidak menggunakan safety shoes
dan helm saat melakukan pekerjaan pengecoran, dimana hal ini bisa
membahayakan diri pekerja sendiri. Bekerja dengan tidak menggunakan safety
shoes akan meningkatkan risiko kejadian tertusuk benda tajam seperti tertusuk
paku, sedangkan bekerja dengan tidak menggunakan helm akan meningkatkan
risiko kejatuhan benda dari atas, terbentur dan terpukul oleh benda keras atau
tajam. Untuk pekerjaan bekisting selain menggunakan safety shoes dan helm
seharusnya juga menggunakan sarung tangan untuk menurunkan risiko
tergores besi. Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada gambar dibwah ini:
Gambar 5. 1 Pekerja Plester Tidak
Menggunakan APD (Safety Shoes dan Helm)
44
Gambar 5. 2 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD
(Safety Shoes dan Helm)
Gambar 5. 3 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD (Safety Shoes
dan Helm)
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama, diperoleh
informasi yang serupa mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja
terkait tidak menggunakan APD, berikut kutipannya:
“Paling sering ya APD, karena malas memakainya, ribet mbak. Ga
enak di kepala jika memakai APD.” (Informan Utama 4)
“Kalo yang sering sih paling saya ga pake APD sama ga narok alat
kerja ditempatnya, sembarang gitu, mbak bisa liat sendiri lah ini hehehe.”
(Informan Utama 1)
Beberapa temuan di atas menguatkan indikasi bahwa hal ini seakan
menjadi suatu kebiasaan yang secara sadar dilakukan oleh para pekerja.
45
2. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya
Selain tidak menggunakan APD saat bekerja, peneliti juga menemukan
bahwa pekerja sering tidak menempatkan peralatan pada tempatnya. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya material yang berserakan di sepanjang lorong.
Beberapa ember tempat semen, peralatan perkakas seperti paku dan palu, serta
tumpukan kabel merupakan beberapa contoh peralatan pekerja yang tidak
ditempatkan sesuai penempatannya. Peralatan yang berserakan tersebut tentu
dapat mengganggu akses jalan dan membahayakan keselamatan para pekerja
sendiri atau bahkan orang lain. Berikut bukti yang ditemukan oleh peneliti:
(a)
(b)
46
(c)
Gambar 5. 4 (a),(b),(c) Tidak Menempatkan Peralatan pada tempatnya
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat paku,
kepingan besi dan benda-benda tajam lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan pekerja dan orang lain yang menggunakan akses jalan tersebut.
Lilitan kabel yang berserakan bisa menyebabkan tersandung. Selain itu juga
terdapat tumpukan hebel yang menghambat akses jalan, sehingga pengguna
jalan baik pekerja itu sendiri atau orang lain harus berjalan di bagian tepi sisi
lorong tersebut dengan cara sedikit meloncat dikarenakan terdapat lobang-
lobang di sisi tepi lorong tersebut. Kondisi ini tentunya dapat meningkatkan
risiko terjadinya kecelakaan kerja.
Selain berdasarkan observasi di atas hal ini juga didukung dengan hasil
wawancara dengan informan utama berupa pengakuan informan, berikut
kutipannya:
“Kalo yang sering ga narok alat kerja ditempatnya sembarang gitu,
mba bisa liat sendiri lah ini hehehe”(Informan Utama 1)
“Kalo narok alat kerja sembarangan ya maklum aja ya
mba,karena kan kerjaanya di proyek gini mba, gak ada tempat tempat khsusu
seperti pekerjaan lainya”(Informan Utama 3)
47
3. Bekerja sambil merokok
Bentuk temuan perilaku tidak aman lainya adalah kebiasaan
merokok pekerja saat melakukan pekerjaan. Bekerja sambil merokok juga
membahayakan pekerja itu sendiri. Hal ini dikarenakan di lingkungan kerja
pembangunan apartemen ini terdapat material yang mudah terbakar seperti
aliran listrik. Tidak hanya itu, kebiasaan merokok ini juga bertentangan
dengan aturan yang ditetapkan perusahaan yakni dilarang merokok di area
kerja.
Gambar 5. 5 Pekerja Bekerja Sambil Merokok
Selain berdasarkan observasi di atas hal ini juga didukung dengan hasil
wawancara dengan informan utama, berupa pengakuanya bahwa informan
utama sering merokok saat bekerja , berikut kutipannya:
“Iya mah kalau ngerokok mah, ya kalo ngerokok ya emang udah biasa
mba.. soal ngerokok udah soal pribadi, saya juga bingung soalnya jawabnya,
ga enak juga kalo ga ngerokok mah”(Informan Utama 1)
“Ya paling ngerokok mba, kalo yang sering mah itu aja
mba”(Informan Utama 3)
4. Berkelakar dengan teman
Berkelakar atau bersenda gurau dengan teman saat sedang melakukan
pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi penuh juga merupakan bentuk
48
perilaku yang tidak aman saat bekerja. Hal ini dikarenakan dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dan berbahaya bagi keselamatan pekerja.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lingkungan pembangunan apartemen
Tower Intan, masih sering ditemukan pekerja yang berkelakar dengan
temannya melalui kata-kata saat melakukan pekerjaan serius, seperti saat
melakukan pekerjaan bekisting sebelum pengecoran. Kondisi pekerja yang
tidak fokus karena berkelakar dapat menyebabkan tanganya tertusuk besi,
paku ataupun terpukul palu.
Selain berdasarkan observasi, hal ini juga didukung dengan hasil
wawancara dengan informan utama yang menyatakan :
“Ya saya suka becanda sama temen yang lain mba”(Informan Utama
3)
5. Melempar alat-alat kerja
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan banyaknya pekerja
yang memberikan alat-alat kerja seperti palu dan sendok semen ke pekerja lain
dengan cara dilempar. Hal ini tentunya sangat berbahaya karena dapat
mengenai tubuh rekan kerjanya.
Selain berdasarkan observasi, hal ini juga didukung dengan hasil
wawancara dengan informan utama , berikut kutipannya:
“Saya juga sering memberikan peralatan ke teman dengan cara
melemparnya, biar cepat. Terkadang sih karena lelah dan malas jalan jadinya
saya lempar.”(Informan Utama 4)
49
6. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru
Berdasarkan hasil observasi juga ditemukan pekerja yang melakukan
pekerjaanya dengan terburu-buru. Mengingat bahwa lokasi penelitian ini
merupakan lokasi pembangunan sebuah apartemen, sehingga alat-alat yang
digunakan pun cukup berbahaya jika tidak digunakan dengan hati-hati. Peneliti
menemukan seorang pekerja yang mengaduk semen terburu-buru, hal ini
sangat bahaya jika pacul yang digunakan pekerja mengenai kakinya, dimana
pekerja tersebut mengaduk semen tanpa menggunakan safety shoes.
Selain berdasarkan observasi, hal ini juga didukung dengan hasil
wawancara dengan informan utama , berikut kutipannya:
“Hehe saya kalau hari sabtu maunya buru-buru aja pulangnya mba
makanya kerjanya cepet-cepet, kan mau malmingan anak muda mba
hehe”(Informan Utama 1)
Berdasarkan hasil observasi dan pernyataan dari informan utama,
diketahui bahwa perilaku tidak aman yang sering dilakukan oleh pekerja
bagian finishing adalah tidak memakai APD, tidak menempatkan peralatan
pada tempatnya, bekerja sambil merokok, berkelakar dengan teman, melempar
alat-alat kerja serta melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru. Hal
ini juga didukung dengan pernyataan pihak safety terkait perilaku tidak aman,
seperti berikut:
“Wah itu lumayan banyak mba hehe, dulu yang paling sering tuh
ketika bekerja diketinggian sih gapake body harnest, gapake helm gitu, tapi
kan kalau sekarang palingan ga pake helm, sama sepatu mba, soalnya udah
masuk tahap finishing. Terus pekerja itu juga suka narok peralatan
sembarangan mba, seperti paku banyak berserakan, ngerokok juga, macem
macem lah”(Informan Pendukung)
Informasi mengenai perilaku tidak aman pekerja di lingkungan proyek
juga didukung oleh pernyataan informan kunci yang menyatakan:
50
“Yaa, banyak ya. Yang paling sering sih ga jauh jauh dari masalah
APD , kamu tau sendirikan kalau para pekerja di proyek itukan punya
rentang pendidikan yang beragam yaa,itu mempengaruhi banget bagaimana
mereka, ehm melihat perilaku aman dan tidak aman, kebiasaan pekerja-
pekerja itu suka melempar alat kerja, terus juga ketaatan mereka memakai
APD, mengikuti prosedur yang ada itu sangat kurang, sangat banyak banget
terjadi di hhmmm proyek proyek gitu”
5.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja
Faktor pendorong atau predisposisi perilaku tidak aman pada pekerja yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu terkait dengan motivasi pekerja berperilaku
tidak aman. Motivasi adalah gambaran mengenai dorongan yang membuat pekerja
berperilaku tidak aman saat bekerja.
Hasil penelitian mengenai gambaran motivasi perilaku tidak aman pada
pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen
Tower Intan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
diketahui bahwa lebih banyak pekerja yang tidak mempunyai motivasi untuk
keselamatan diri sendiri pada saat bekerja. Berikut urainya:
1. Tidak menggunakan APD
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan utama
disimpulkan bahwa motivasi pekerja dalam menggunakan APD masih rendah,
berikut kutipan wawancara dengan pekerja:
“Saya biar enak aja kerjanya mba, kalau make APD itu ribet dan
membuat kepala pusing kalau menggunakan APD” (Informan Utama 2)
“Keinginan saya aja sih mba, biar lebih enak aja kerjanya, kalau
menggunakan APD itu ga enak aja di kepala rasanya seperti pakai helm”
(Informan Utama 4)
2. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya
51
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja terhadap keselamatan
diri, hal ini terlihat dimana masih banyak nya pekerja menempatkan peralatan
tidak pada tempatnya. Berikut kutipan wawancara mendalam dengan informan
utama:
“Ya biar enak aja sih mba, kalau perlu alat kerjanya gampang
nyarinya”(Informan Utama 1)
3. Bekerja sambil merokok
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja terhadap keselamatan
diri, hal ini terlihat dari masih banyak nya pekerja yang merokok sambil
bekerja, padahal tindakan ini dapat membahayakan pekerja itu sendiri. Berikut
kutipan wawancara mendalam dengan informan utama:
“Kalau tidak merokok, pekerjaan akan lama selesainya mba.”
(Informan Utama 3)
“Kalau merokok sih karena sudah terbiasa. Karena sehari-hari
merokok gitu” (Informan Utama 4)
“Kalo merokok itu mah biar enak aja gitu kerjanya
kan.”(Informan Utama 5)
4. Berkelakar dengan teman
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja terhadap keselamatan
diri, hal ini terlihat dari kurangnya kesadaran pekerja bahwa berkelakar dengan
teman saat bekerja dapat membahyakan diri pekerja itu sendiri. Berikut kutipan
wawancara mendalam dengan informan utama:
“Ya gimana mba kerjaan ditempat beginian serius-serius amat
seperti orang kantoran ya ga mungkin mba hehe, kerjaan udah bikin
52
capek badan mesti relax lah mba dengan becanda sm temen temen hehe”
(Informan Utama 3)
5. Melempar alat-alat kerja
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja untuk berperilaku aman
, hal ini terlihat dari kurangnya kesadaran pekerja bahwa melempar alat-alat
kerja bisa membahayakan rekan kerja. Berikut kutipan wawancara mendalam
dengan informan utama:
“Kalau melempar alat kerjanya supaya cepet aja sih
mba”(Informan Utama 2)
6. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja untuk berperilaku aman
, hal ini terlihat dari kurangnya kesadaran pekerja bahwa melakukan pekerjaan
dengan cepat dan terburu-buru bisa membahayakan diri sendiri. Berikut
kutipan wawancara mendalam dengan informan utama:
“Saya kerjanya emang cepet mba, apalagi kalau hari sabtu saya
kepengen cepat baliknya jadi kerjanya dicepatin biar cepet selesainya
jadi cepet baliknya “ (Informan Utama 1)
Jadi, berdasarkan wawancara mendalam dengan informan utama
diketahui gambaran motivasi pekerja untuk berperilaku aman masih rendah.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa motivasi pekerja tidak memakai APD
diantaranya adalah perasaan tidak praktis, tidak biasa menggunakan APD,
perasaan pusing saat menggunakan APD, perasaan tidak nyaman. Sedangkan
motivasi pekerja yang selalu merokok saat bekerja dikarenakan adanya
53
kecanduan sehingga memiliki anggapan keliru, yakni pekerjaan akan lebih
lama selesai tanpa merokok. Ketika para pekerja berkelakar/becanda sambil
bekerja, hal tersebut dimotivasi oleh persepsi yang menyatakan bahwa
pekerjaan akan lebih mudah dilakukan apabila dilakukan bersamaan dengan
bercanda. Sedangkan motivasi para pekerja dalam memberikan alat kerja ke
pekerja lain dengan melempar adalah agar peralatan tersebut lebih cepat
diterima oleh pekerja lain. Kemudian perilaku terakhir yakni, meletakkan
peralatan kerja tidak pada tempatnya, dimotivasi oleh alasan agar para pekerja
lebih mudah dalam menemukan alat-alat tersebut ketika dibutuhkan.
Informan mengenai motivasi pekerja tersebut juga didukung dengan
hasil wawancara mendalam dengan informan pendukung yaitu pihak safety,
berikut kutipannya:
“Sejauh ini ya yang saya tau biasanya pekerja yang ada APD ga
make APD karena kurang paham manfaat APD itu, mereka beranggapan
dengan memakai APD sambil bekerja itu ribetlah inilah”(Informan
Pendukung)
Hal serupa juga dinyatakan oleh informan kunci saat dilakukan
wawancara mendalam, berikut kutipannya:
“Banyak sih, salah satunya yaa karena k3 ini masih awam bagi
mereka, mereka masih belum paham konsep dasar dari k3 itu sendiri dan
awarnese nya juga ehmm masih kurang meskipun mereka sudah tahu, jadi
ada beberapa di proyek yang sudah saya tangani eehhmm mereka sudah
tau tentang K3, tapi awarnese kepekaan mereka terhadap melakukan
yang kita rancang itu kurang. Mereka beranggapan APD itu membuat
ribet saja”(Informan Kunci)
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa perilaku tidak aman
yang dilakukan oleh pekerja proyek konstruksi karena para pekerja tidak
paham akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
54
5.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak
Aman pada Pekerja
Faktor pemungkin perilaku tidak aman pada pekerjaan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah terkait ketersediaan APD. Ketersediaan APD yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai ketersediaan, kesesuain
jumlah APD dengan jumlah pekerja, kelayakan APD, kesesuaian jenis APD
dengan bahaya yang yang ada, penyimpanan APD. Hasil penelitian diperoleh
informasi bahwa pihak PT. CBM Perkasa telah menyediakan APD untuk pekerja.
APD yang disediakan berupa safety shoes, helm dan harnest. APD yang
disediakan untuk pekerja dalam kondisi layak pakai. Untuk ksesuasian APD yang
disediakan dengan jumlah pekerja masih sangat kurang, begitu juga dengan kese
suain APD dengan bahaya yang ada belum sesua serta tidak terdapat tempat
penyimpanan khusus APD ditempat kerja. Berikut uraiannya:
1. Gambaran Ketersediaan APD
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan Tahun,
diperoleh gambaran mengenai ketersediaan APD, Berikut contoh APD yang
disediakan untuk pekerja.
(a) (b) (c)
55
Gambar 5. 6 (a), (b), (c)Alat Pelindung Diri
Berdasarkan observasi diketahui bahwa APD yang disediakan pihak
PT. CBM Perkasa adalah helm, sepatu, dan harnest. Selain berdasarkan
observasi di atas hal ini juga diperkuat dengan informasi yan diperoleh dari
informan utama, berikut kutipannya:
“Disediain kalau helm sama sepatu” (Informan Utama 2)
“Ya semua disediain sama kantor kita semua mba, dikasih helm sama
sepatu gitu..” (Informan Utama 4)
Selain berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama, informasi ini juga didukung dengan pernyataan pihak safety terkait
ketersediaan APD, berikut kutipannya:
“Dulu nya sih kita sediain ya mba, walaupun seadanya, awalnya kita
pinjamkan mba nanti kesananya kalau ada apa apa harus ganti, misalnya ada
kehilangan kerusakan mereka harus ganti, seperti semula. Jangan sampe kita
pinjamkan tapi mereka tidak ada tanggung jawab, tapi kenyataan dilapangan
ada ada aja mba”(Informan Pendukung)
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa pihak perusahaan PT.
CBM telah menyediakan APD untuk pekerja meskipun terbatas.
Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan
informan kunci yang menyatakan :
“Ketersediaan APDnya juga perlu diperhatikan, karena kan sudah
sudah ada ketentuan di UU No 1 Th 1970 bahwa perusahaan harus
menyediakan APD secara cuma cuma, namun ya masih banyak juga
perusahaan tidak menerapkanya. Seperti ada yang ga terlalu konsen tentang
budgeting APD, perusahaan asing biasanya mengharuskan untuk detail
tentang budgeting, sedangkan perusahaan lokal atau dalam negeri kurang
memperhatikan budgeting tentang APD”
Berdasarkan kutipan diatas diketahui bahwa alat pelindung diri harus
disediakan pihak perusahaan secara cuma cuma untuk semua pekerja.
2. Kesesuain jumlah APD dengan jumlah pekerja
56
Kesesuaian jumlah APD yang disediakan oleh PT. CBM Perkasa untuk
pekerja dinilai masih sangat kurang dan tidak mencukupi untuk seluruh
pekerja sehingga masih banyak pekerja yang tidak meiliki APD seperti helm
dan sepatu. Pernyataan tersebut didasari dari hasil observasi dan wawancara
mendalam dengan informan utama, berikut kutipannya:
“Ya harus ditambahin lagi mba, karena teman saya ga dapet sama
sekali” (Informan Utama 2)
“Stoknya harus ditambah lagi penyediaannya karena masih ada yang
tidak mendapat APD dan pekerja tidak mampu membeli sendiri” (Informan
Utama 4)
“Nah itu yang masih kurang kan kayak tadi saya cerita..kuranglah
pokonya..harusnya ditambahlah biar semuanya kebagian biar ga diomelin
kalo gamake kan” (Informan Utama 5)
Selain informasi dari informan utama, hal ini juga didukung dengan
hasil wawancara dengan informan pendukung yang menyatakan:
“Apalagi dari segi jumlahnya arus ditambah lagi, tapi kayak nya ga
mungkin mba, disini safety itu bukan merupakan suatu hal yang penting mba,
kalau kita keras dilapangan tapi dari manajemnya kurang support itu ga
bakal jalan juga, udah lah saya sendiri disini mba, sepertinya saya orang
safety tersibuk deh mba hehe, merangkap pekerjaan safety officer sekalian
safety man”(Informan Pendukung)
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan pendukung
diketahui bahwa untuk kesesuaian ketersediaan APD dengan jumlah pekerja
masih sangat kurang, karena proyek ini tidak mendapatkan sokongan yang
kuat dari manajemen atas untuk safety. Dari awal proyek ini berjalanpun untuk
ketersediaan APD nya memang tidak mencukupi dengan jumlah pekerja.
Kondisi ini juga semakin diperburuk oleh pekerja itu sendiri, dimana pekerja
tersebut menyalah gunakan APD yang dipinjamkan dengan merusak APD
tersebut, hal ini tentunya semakin memperkurang jumlah APD yang ada.
Sehingga jika ada pekerja yang baru, mereka tidak mendapatkan APD karena
57
dari pihak safety pun tidak melakukan pengadaan ulang terkait APD, berikut
kutipannya:
“Kadang kadang mereka itu disalah gunakan, yaa sepatu ada yg kita
kasih dengan utuh dibelah sama dia haha, dibolongin depanya udah seperti
sandal, jadi macem macem pekerja itu. Kalau untuk sekarang ini memang
sudah tidak ada lagi keterseiaan APD ini, penyediaan APD nya pun sudah
tidak bisa dilakukan, hal ini memang memang menjadi masalah bagi kita
semua, karena memang kita tidak mendapatkan support dari atasan langung
terkait K3, apalagi penyediaan APD.”(Informan Pendukung)
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan kunci diperoleh
informasi bahwa penyediaan APD itu harus disesuaikan dengan pekerja ,
berikut kutipannya:
“Ketersediaannya ya tergantung komitmen dari perusahaanya
terhadap k3, yaa seharusnya sih sesuai yang dengan aturan yang berlaku,
ketersediaanya harus sesuai dengan pekerja, harus ada manajemen APD
nyalah. Kalau untuk proyek konstruksi seperti yang saya sebutin tadi, sepatu
dan helm itu udah merupakan atribut umum banget deh untuk proyek, kalau
udah ga ada helm sama sepatu itu mah udah kebangetan sih menurut saya,
hehe”
Dari keterangan diatas diketahui bahwa penyediaan alat pelindung diri
sangat tergantung dari komitmen perusahaan terhqdap keselamatan dan kesehatan
kerja, namun seharusnya penyediaan APD disesuaikan dengan pekerja.
3. Kelayakan APD
Berdasarkan observasi diketahui bahwa APD yang disediakan pihak
PT. CBM Perkasa dalam kondisi yang layak untuk digunakan. Terlihat dari
keadaan APD tersebut telah memiliki SNI, serta tidak terdapat crack.
58
Gambar 5. 7 Helm dengan logo SNI
Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan informan utama yang
diperoleh melalui wawancara mendalam yang peneliti lakukan, berikut
kutipannya:
“Kalau APD disediakan, ya kondisinya layak pakai, kalau ga layak
gamau saya, dibuang sama saya, saya kalau dikasi sepatu kecil dibuang
sama saya” (Informan Utama 2)
“Kondisinya bagus dan layak pakai mba”( Informan Utama 4)
“Bagus sih, karena yang dikasih bukan APD yang rusak
kok”(Informan Utama 5)
Pernyataan informan utama tersebut juga didukung oleh pernyataan
informan pendukung yaitu pihak safety sebagai berikut:
“Kalau untuk kondisi APD yang disediain yaa bagus yaa yang pasti,
kan yg baru juga yang dikasih”(Informan Pendukung)
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa APD yang disediakan
oleh pihak PT. CBM Perkasa dalam kondisi bagus dan layak pakai.
4. Kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang yang ada
Berdasarkan observasi ditemukan beberapa bahaya yang ada
dilingkungan kerja proyek pembangunan apartemen Tower Intan, seperti
adanya paparan debu yang dapat membahayakan pekerja jika pekeja tidak
menggunakan APD seperti masker, bahaya tergores pada pekerja pembesian
jika tidak menggunakan sarung tangan, bahaya tertimpa jika tidak
59
menggunakan helm, serta bahaya tertusuk paku atau benda tajam lainya jika
tidak menggunakan safety shoes.
Hasil penelitian untuk kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang ada,
diketahui bahwa jenis APD yang disediakan masih jauh dari kata sesuai
dengan bahaya yang ada. Jenis APD yang disediakan tidak disesuaikan
dengan bahaya dan risiko setiap aktifitas pekerjaan yang membutuhkan jenis
APD yang berbeda-beda. Pernyataan tersebut didasari oleh hasil observasi dan
wawancara mendalam dengan informan utama, berikut kutipannya:
“Sangat kurang sih ya, karena kadang kita bekerja juga mengdapi
debu tapi tidak dikasih masker”(Informan Utama 2)
Pernyataan tersebut didukung juga dengan pernyataan yang diberikan
oleh informan pendukung yaitu pihak safety, seperti di bawah ini:
“Masih belom sih mba, karena memang tidak ada support banyak dari
maanajemen terkait APD, sehingga ya semuanya seadanya aja
mba”(Informan Pendukung)
5. Penyimpanan APD
Selain itu untuk penyimpanan, berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa tidak ada tempat penyimpanan khusus untuk APD dari pihak
perusahaan, karena APD yang disediakan menjadi tanggung jawab masing-
masing pekerja dan dibawa pulang ketika pekerjaan selesai. Selain itu
memang tidak ada stok APD untuk disimpan, hal ini didukung dengan
pernyataan informan utama dan informan pendukung yaitu pihak safety,
sebagai berikut:
“Saya tarok aja sihmba dideket dideket sini, karena ya memang ga
ada juga tempat khusus naroknya” (Informan Utama 2)
60
(a) (b)
Gambar 5. 8 (a), (b) APD diletakkan didekat tempat kerja
Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat bahwa APD berupa helm
diletakkan diatas kaleng cat, dan safety shoes diletakkan pada lantai di sekitar
tempat kerja.
“Penyimpanan dengan cara membawa pulang jika jam pulang, jadi
disimpan di rumah, Sepatu yaa ditaro rak sepatu mba , helm tarok aja
dimeja palingan. Kalau saat istirahat diletakkan di sudut atau di dekat kita
saja”(Informan Utama 4)
“yaa kalo penyimpanan sih ga ada ya mba, karena kan APD kita
pinjamkan ke mereka ya tanggung jawab mereka. Lagian juga stok udah ga
ada, kalau kita minta kepusat juga ga akan dikasih, jadi semuanya terbatas
mba hehhe”(Informan Pendukung)
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan pendukung
diketahui bahwa komitmen manajemen atas terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja di proyek pembangunan Apartemen Tower Intan ini masih
sangat kurang, sehingga penegakan aspek K3 nya juga masih kurang.
5.5 Gambaran Hukuman dan Penghargaan, Pengawasan sebagai Faktor
Penguat Perilaku Tidak Aman pada Pekerja
Faktor penguat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor lain
selain diri pekerja itu sendiri yang mendorong pekerja untuk berperilaku tidak
aman dalam bekerja. Faktor tersebut dalam penelitian ini adalah pemberian
hukuman dan penghargaan serta pengawasan.
1. Hukuman dan Penghargaan
61
Humukan/sanksi adalah konsekuensi negatif yang diterima pekerja
terkait perilaku tidak aman yang dilakukanya. Sedangkan penghargaan adalah
konsekuensi positif yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku aman
dalam bekerja. Gambaran hukuman pada pekerja bagian finishing PT. CBM
Perkasa pada proyek pembangunan Apartemen Tower Intan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi mengenai hukuman
atau sanksi yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku tidak aman yaitu
tidak ada sanksi, palingan berupa teguran saja. Hal ini didukung dengan hasil
wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama, bisa dilihat di
bawah ini:
“Di sini tidak ada hukuman, saya mau merokok atau melakukan hal
lain juga ga apa apa”(Informan Utama 1)
“Safety tu seharusnya ada, pasti ada disini ada k3 nya, tapi ya kita
bandel aja, ditegur paling tapi ya kita agghhh didalam rumah juga, kecuali
saya di bawah diluar saya pake”( Informan Utama 2)
“Gaada kalo hukuman gitu, paling ya ngingetin aja gitu, gimana mau
ngehukum ya mba, emang dari sananya aja udah ga nyediain”(Informan
Utama 3)
“Tidak ada ya sanksi seperti itu mah tidak ada. Cuma ditegur saja
oleh orang safety gitu kalau tidak pakai APD dan diperintahkan untuk
menggunakan APD lalu melanjutkan pekerjaan” (Informan Utama 4)
“Kalau tidak memakai APD ditegur saja kadang juga dimarahi,
diingatkan hati-hati.” (Informan Utama 5)
Pernyataan pekerja yaitu sebagain informan utama juga didukung
dengan pernyataan pihak safety, sebagai berikut:
“Hukumanya sih dulu ada mba, misalnya pekerja nya tidak makai
APD atau pelanggaran lainya yang intinya berperilaku membahayakan lah,
jadi kita memberikan hukuman dia tidak bisa bekerja selama beberapa hari,
tapi kalau kesini sini udah engga sih mba,” (Informan Pendukung)
62
Namun, hal ini bertentangan dengan informasi yang didapatkan
dari informan kunci yang mengatakan bahwa hukuman atau sanksi yang
diberikan kepada pekerja yang melanggar aturan secara bertahap dimulai
dari peringatan ringan hingga berat, tergantung dari jenis pelanggranya
yang dilakukan, berikut kutipannya:
“Kalau ditempat saya itu, punishmentnya ada tingkat peringatan,
misalnya dibolongin id nya satu kali itu tandanya ringan, sampe 3 kali itu
tandanya pelanggaran berat, lalu disebar fotonya sehingga bisa jadi
contoh untuk pekerja lain sehingga tidak melakukan hal tersebut. ehmm
juga itu tergantung dengan tingkat pelanggaranya bisa satu kali
melanggar, tapi sangat berbahaya bisa langsung 3 bolonganya. Kalau
misalnya seperti merokok itu satu bolong, atau misal las tanpa pengaman
tidak ada kompensasi bisa langsung 3 bolongan, operator tanpa
kompetensi harus juga diperhatikan”(Informan Kunci)
Sedangkan untuk pemberian penghargaan untuk pekerja yang
berperilaku aman, diketahui bahwa belum adanya penghargaan tersebut
diberikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh pekerja di bawah ini:
“Kalau penghargaan sih tidak ada mba, paling hanya disanjung,
seperti dibandingkan dengan pekerja lain lebih bagus” (Informa Utama 1)
“Kalau diproyek ini ga ada” (Informan Utama 2)
“Kalo hadiah...belum yaa.. belum pernah dapet, ya gimana saya
mau dapet mba, saya ibaratkan nya ngelanggar terus, ga ada APD saya
mah” (Informan Utama 3)
“Belum ada yang mendapatkan hadiah. Tidak diberikan apapun.
Tidak adalah kalau untuk hadiah seperti itu sepengetahuan saya”
(Informan Utama 4)
“Gatau tuh mba saya ada hadiah-hadiah gitu..gapernah dikasih
sih kalo saya mah..gatau ya..”(Informan Utama 5)
Penjelasan di atas juga didukung dengan pernyataan dari pihak
safety yang menyatakan bahwa pihak perusahaan belum memberikan
63
penghargaan khusus kepada pekerja yang berperilaku aman, berikut
kutipannya:
“Apa yaa, yaa, yaa paling kita kasih bubur kacang susu paling itu
aja hehe, buat penyemangat mereka untuk terus berperilaku aman. Kalau
penghargaan khusus gitu belum ada yaa di kita disini, bingung juga
ngasihnya gitu kalopun ada, keterbatasan dana juga mbaa, kan gada dana
khusus buat acara acara safety kan, jadi kita minim-minimin lah
pengeluaran” (Informan Pendukung)
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan utama dan
informan pendukung diketahui bahwa tidak ada penghargaan yang
diberikan kepada pekerja yang berperilaku aman. Hal ini bertentangan
dengan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan
informan kunci, berikut kutipannya:
“Kalau tentang penghargaan untuk best worker sih biasanya
berupa hadiah atau penghargaan supaya best worker nya merasa dinilai
dan dihargain kerjanya selain itu untuk memicu teman kerjanya juga
supaya termotivasi untuk berperilaku aman. Kalau ditempat saya setiap
bulan ada safety campign memberitahukan tentang kegiatan-kegiatan
keselamatan. Setiap bulan campign yang dilakukan selama 15 menit, ada
best worker, hal tersebut bisa jadi motivasi juga, yang menang dapat
hadiah reward seperti minuman ataupun voucher karena kita tidak bisa
ngasih uang langsung”(Informan Kunci)
Berdasarkan hasil telaah dokumen prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja PT. CBM Perkasa diketahui belum terdapat aturan khusus
yang mengatur tentang hukuman untuk pekerja yang berperilaku tidak
aman dan penghargaan untuk pekerja yang berperilaku aman. Pernyataan
ini juga didukung dengan pernyatan pihak safety, sebagai berikut:
64
“Engga ada sih mba, palingan awalnya teguran aja sih mba,
kalau dia memang sulit untuk dikasih tahu baru saya tindak lanjutin dg
stop dia kerja dulu, inipun inisiatif saya aja mba”
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
hukuman/sanksi yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku tidak
aman yaitu berupa teguran saja. Sedangkan untuk pemberian reward atau
penghargaan diketahui bahwa pihak PT. CBM Perkasa belum pernah
memberikan reward atau penghargaan untuk pekerja yang berperilaku
aman.
2. Pengawasan
Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan
pemantauan atau pengawasan yang dilakukan pihak safety perusahaan
terkait perilaku pekerja.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada pekerja
bagian finishing diketahui bahwa terdapat pengawasan terhadap pekerja
tersebut berupa safety patrol dengan berkeliling di area proyek yang
dilakukan oleh pihak safety. Pengawasan yang dilakukan pihak safety ini
dilakukan setiap hari pada waktu pagi hari, siang hari, dan sore hari.
Pengawasan yang dilakukan ini terkait dengan perilaku pekerja, serta
pengecekan lingkungan kerja yang membahayakan. Jika ditemukan
pelanggaran atau perilaku tidak aman makan akan dilakukan peneguran.
Hasil observasi ini juga diperkuat dengan yang dikatakan oleh informan
utama saat peneliti melakukan wawancara mendalam. Berikut kutipannya:
“Ya ada sih mba yang ngawasin terus, tadi baru aja pengawasnya
turun” (Informan Utama 2)
65
“Ga nentu sih mba kelilingnya, ya ga pasti gitu waktunya kapan
aja tapi adaa.. sering dia.. siang, sore, pagi juga sering keliling sih..tapi
ga disini terus gitu.. jalan keliling muter liat yang lain juga”(Informan
Utama 3)
.
“Orang safety biasanya ke lapangan melihat pekerjaan kita, jalan
dan keliling untuk melihat, menegur jika ada yang tidak menggunakan
APD” (Informan Utama 4)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari
informan pendukung sebagai berikut:
“Selama aktifitas mereka masih berjalan. ya paling pagi kita
sempatkan dulu kekantor sebentar , terus kita kelapangan semua harus
kita cek pekerja, tempat tempat yang membahayakan gitu kan, sudah
memadai apa belom pengamanan pengamanan pekerja, semua kita
croccheck lah dari lantai atas sampe bawah dan setelah makan siang
sekitar jam setengah 2 atau jam 2 lah aktifitas dimulai kembali , bisa
dikatakan tiga kali lah sama malam , pas aktifitas lembur, tapi kalau
sekarang sih aktifitas lembur udah mulai berkurang sih palng saya ganti
sore “(Informan Pendukung)
Penjelasan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari
informan kunci sebagai berikut:
“Ya seperti pengawasan biasanya, minimal harus ada yang
mengawasi selama pekerjaan berlangsung, karena kan bahaya ditempat
kerja konstruksi itu banyak ya terus belum lagi risikonya juga besar”
(Informan Kunci)
Menurut salah satu informan utama, pengawasan yang dilakukan
oleh pihak perusahaan masih kurang, berikut kutipannya:
“Ya bisa dikatakan kurang mba, kalau meeting banyak orang
kantor tetapi ketika kerja di atas tidak pernah ada orang kantor naik untuk
ngawas”(Informan Utama 1)
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara yang peneliti
peroleh dari informan pendukung yang menyatakan bahwa pengawasan
yang dilakukan memang masih belum efektif dan bahkan bisa dikatakan
masih kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah sumber daya
66
manusia untuk melakukan pengawasan dibandingkan dengan jumlah
pekerja. Selain itu bentuk pengawasan ini hanya berupa safety patrol pada
jam-jam tertentu saja, tidak bisa memantau sepanjang hari selama
pekerjaan berlangsung. Berikut kutipannya:
“Kalo untuk efektif belom.. karna yaa banyaknya orang-orang di
lapangan, kurang jumlah gitu yang ngawasin, mereka kan banyak saya
sendiri mba .. jadi ya itu masih kurang walaupun gajadi hambatan juga
sih.. jadi ya kalo dibilang efektif sih yaa masih jauh mba..”(Informan
pendukung)
Selain itu pengawasan ini belum menimbulkan efek jera terhadap
pekerja, hal ini terlihat dari pernyataan informan utama yang merasa biasa
saja tidak merasa takut sama sekali ketika pengawasan dilakukan, berikut
kutipannya:
“Perasaannya biasa-biasa saja mba. Lagipula mereka hanya
melihat saja jalan, tidak melakukan apapun terhadap kita, paling hanya
ditegur kalau tidak sesuai dengan mereka. Selebihnya terkadang bercanda
dengan kita”(Informan Utama 4)
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan kunci
didapatkan informasi mengenai pengawasan yang efektif untuk pekerja
proyek dengan mendelegasikan beberapa orang untuk melkaukan
pengawasan, berikut kutipanya:
“Konstruksi kan banyak ya, bisa dilegasikan kepada mandor atau
leader, harus ada incahrt yang selalu keliling mmperhatikan pekerja.
Supaya pekerja ini bisa terpantau terus , selain tujuanya untuk memantau
pekerja pengawan yang efektif harus bis ajuga mencipkan tempat kerja
yang aman, jadi para pengawas nya juga harus telaten menilai apakah
tempat kerja atau area kerjanya bagus dalam artian rapi tidak banyak
material berserakan tidak pada tempatnya, hmmm terus pengawasnya
juga harus tegas menindak lanjutin jika ada pekerja yang bekerja tidak
sesuai aturan”(Informan Kunci)
67
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa terdapat
pengawasan terhadap pekerja. Pengawasan tersebut berupa safety patrol
yang dilakukan setiap harinya oleh pihak safety. Akan tetapi pengawasan
yang dilakukan belum efektif karena tidak dapat memberikan efek jera
kepada pekerja yang berperilaku tidak aman, selain itu mengingat jumlah
pekerja yang tidak dapat diwakili oleh satu pengawas.
68
5.6 Pemetaan Perilaku Tidak Aman
Pada sub bab ini akan di rangkum mengenai perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing pada proyek pembangunan
apartement Tower Intan yang dilihat dari tiga aspek, yaitu motivasi, ketersediaan APD, hukuman dan penghargaan, pengawasan yang telah
diuraikan ada sub bab sebelumnya.
Rangkuman mengenai perilaku tidak aman dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 5. 1 Rangkuman Perilaku Tidak Aman
No
Perilaku Tidak Aman
Variable
Motivasi Ketersediaan APD Hukuman dan
Penghargaan Pengawasan
1 Tidak memakai APD Pekerja tidak
memakai APD
karena tidak
nyaman saat
meggunakan APD
dan terbiasa
melakukan
pekerjaan tanpa
menggunakan
APD disediakan,
namun dalam jumlah
terbatas
Tidak ada sanksi yang
diberikan kepada pekerja
yang berperilaku tidak
memakai APD, serta belum
ada penghargaan yang
diberikan untuk pekerja
yang bekerja memakai
APD
Pengawasan terhadap
pemakaian APD
pekerja dilakukan
setiap hari oleh pihak
safety dengan cara
safety patrol. Jika
ditemukan pekerja
yang tidak memakai
APD petugas safety
hanya menegur dan
69
No
Perilaku Tidak Aman
Variable
Motivasi Ketersediaan APD Hukuman dan
Penghargaan Pengawasan
APD mengingatkan untuk
bekerja lebih hati-hati
tanpa APD.
Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.
2 Tidak menempatkan
peralatan pada
tempatnya
Pekerja tidak
menempatkan
peralatan pada
tempatnya demi
mempermudah
saat bekerja jika
peralatan tersebut
dibutuhkan
- Tidak ada sanksi yang
diberikan kepada pekerja
yang tidak menempatkan
peralatan pada tempatnya,
serta belum ada
penghargaan yang
diberikan untuk pekerja
yang menempatkan
peralatan pada tempatnya
Pengawasan terhadap
tindakan tidak
menempatkan peralatan
pada tempatnya tidak
dilakukan secara
khusus, namun
dilakukan saat safety
patrol, jika ditemukan
petugas safetynya
langsung menegur dan
menyuruh untuk
memindahkan
peralaatan tersebut.
Pengawasan ini
dilakukan setiap hari
oleh pihak safety dan
dilakukan oleh satu
70
No
Perilaku Tidak Aman
Variable
Motivasi Ketersediaan APD Hukuman dan
Penghargaan Pengawasan
orang.
3 Bekerja sambil merokok Pekerja terbiasa
melakukan
pekerjaan sambil
merokok
- Tidak ada sanksi yang
diberikan kepada pekerja
yang berperilaku tidak
memakai APD, serta belum
ada penghargaan yang
diberikan untuk pekerja
yang bekerja memakai
APD
Pengawasan terhadap
tindakan bekerja sambil
merokok dilakukan
setiap hari oleh pihak
safety dengan cara
safety patrol. Jika
ditemukan tindakan
pekerja sambil
merokok petugas safety
memberikan teguran
berupa peringatan
untuk tidak membuang
puntung rokok
sembarangan.
Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.
4 Berkelakar dengan
teman
Pekerja berkelakar
dengan teman saat
bekerja karena
ingin
- Tidak ada sanksi yang
diberikan kepada pekerja
berkelakar dengan teman
saat bekerja, serta belum
Pengawasan terhadap
tindakan berkelakar
dengan teman saat
bekerja dilakukan
71
No
Perilaku Tidak Aman
Variable
Motivasi Ketersediaan APD Hukuman dan
Penghargaan Pengawasan
menghilangkan
kejenuhan saat
bekerja, dan
pekerja memiliki
anggapan yang
keliru kalau
berkelakar sambil
bekerja tidak
berbahaya
(persepsi pekerja
terhadap bahaya
yang buruk)
ada penghargaan yang
diberikan untuk pekerja
yang tidak berkelakar
dengan teman saat bekerja
setiap hari oleh pihak
safety dengan cara
safety patrol.
Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.
5 Melempar alat-alat kerja Pekerja melempar
alat-alat kerja
supaya lebih cepat,
perilaku melempar
alat-alat kerja
dianggap tidak
membahayakan
keselamatan
- Tidak ada sanksi yang
diberikan kepada pekerja
yang berperilaku melempar
alat-alat kerja saat
memberikan ke rekan
kerja, serta belum ada
penghargaan yang
diberikan untuk pekerja
yang tidak melempar alat-
alat kerja saat memperikan
Pengawasan terhadap
tindakan melempar
alat-alat kerja
dilakukan setiap hari
oleh pihak safety
dengan cara safety
patrol. Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.
72
No
Perilaku Tidak Aman
Variable
Motivasi Ketersediaan APD Hukuman dan
Penghargaan Pengawasan
ke rekan kerja
6 Melakukan pekerjaan
dengan cepat dan
terburu buru
Pekerja bekerja
dengan cepat dan
terburu buru demi
keinginan cepat
pulang dan target
pekerjaan cepat
selesai
- Tidak ada sanksi yang
diberikan kepada pekerja
yang melakukan pekerjaan
dengan cepat dan terburu
buru, serta belum ada
penghargaan yang
diberikan untuk pekerja
yang tidak melakukan
pekerjaan dengan cepat dan
terburu buru
Pengawasan terhadap
tindakan melakukan
pekerjaan dengan cepat
dan terburu buru
dilakukan setiap hari
oleh pihak safety
dengan cara safety
patrol. Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.
73
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:
1. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif karena wawancara dengan
informan dilakukan pada saat pekerjaan sedang berlangsung, sehingga
mengurangi konsentrasi pekerja dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan
2. Pengamatan yang dilakukan selama 3 hari dalam minggu yang berbeda,
setiap harinya dilakukan selama 8 kali yaitu setiap jam namun hanya
dengan durasi 10 menit, hal ini memungkinkan perilaku tidak aman
lainnya tidak terobservasi dengan baik
3. Kesalahan persepsi peneliti terhadap perilaku tidak melakukan pekerjaan
sesuai prosedur, sehingga tidak ada temuan terkait perilaku tidak aman
tersebut.
4. Saat dilakukan proses pengambilan data proyek PT. CBM Perkasa sudah
pada tahap finishing, hal ini memungkin adanya informasi mengenai
ketersediaan APD yang diamati tidak menghasilkan informasi dengan
akurat dan menyeluruh.
6.2 Perilaku Tidak Aman pada Pekerja
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perilaku tidak aman pekerja
adalah tindakan atau perilaku pekerja yang dapat menimbulkan risiko cidera atau
kecelakaan. Dari sebelas indikator perilaku tidak aman yang digunakan pada
penelitian ini, ditemukan enam perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja,
74
yaitu tidak memakai APD, tidak menempatkan peralatan pada tempatnya, bekerja
sambil merokok, berkelakar dengan teman, melempar alat-alat kerja, dan
melakukan pekerjaan dengan terburu-buru.
Penjabaran mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja
bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek apartemen Tower Intan dapat
dilihat di bawah ini:
1. Tidak memakai APD
Salah satu perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada proyek apartemen Tower Intan adalah tidak
memakai APD, seperti tidak memakai APD safety shoes dan helm yang
merupakan APD standar untuk pekerja konstruksi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012)
bahwa tindakan yang paling sering dilakukan adalah tidak menggunakan alat
pelindung diri secara lengkap yakni sebanyak 29,3% atau 12 orang responden.
Selain itu penelitian yang dilakukan Annisha (2011) yang mengatakan bahwa
perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja konstruksi masih cukup
tinggi seperti perilaku tidak menggunakan APD dengan lengkap, tidak
menggunakan masker, tidak menggunakan sarung tangan dan tidak
menggunakan sepatu (safety shoes).
Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Pratiwi (2009) bahwa tidak menggunakan APD di area proyek merupakan
salah satu tindakan tidak aman yang sering dilakukan oleh pekerja. Banyak
dari pekerja yang tidak menggunakan APD dikarenakan memiliki anggapan
75
bahwa di area tempat kerja mereka bekerja sudah tidak ada lagi bahaya yang
muncul. Biasanya area yang mereka anggap aman itu adalah area dalam
ruangan atau tertutup.
Selain itu hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh Uda dan Erik
(2013) menunjukkan bahwa perilaku tidak aman untuk alat pelindung diri
(APD) adalah sebesar 98,4%. Tindakan tidak aman yang paling banyak
dilakukan oleh para pekerja untuk alat pelindung diri (APD) adalah dalam hal
penggunaan helm selama proyek berlangsung,
Kewajiban dan hak tenaga kerja pasal 12 pada butir b dalam Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 disebutkan bahwa adanya penggunaan alat-alat
pelindung diri yang diwajibkan, pada butir c disebutkan agar pekerja
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan. Berdasarkan Permenakertrans No 8 tahun 2010 pasal 6
menyatakan bahwa pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja
wajib memakai/menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
APD yang digunakan harus sesuai standar ketentuan untuk masing-masing
jenis dan kelayakannya, digunakan serta difungsikan dengan baik dan benar
sebagaimana mestinya.
Akan tetapi pada proyek pembangunan apartemen Tower Intan ini
masih ditemukannya pekerja bagian finishing yang tidak menggunakan APD
bahkan tidak menggunakan APD standar yang diwajibkan untuk pekerja
konstruksi seperti safety shoes dan helm. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya kepedulian pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan dirinya,
selain itu pekerja menganggap pekerjaan yang dilakukannnya adalah
76
pekerjaan ringan dan tidak membahayakan dimana APD justru dianggap
merepotkan.
2. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya
Perilaku tidak aman berikutnya yang dilakukan oleh pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa yaitu tidak menempatkan peralatan pada
tempatnya. Hal ini dapat dilihat dari banyak nya material yang berserakan di
sepanjang lorong, serta banyak nya tumpukan kabel dan beberapa perkakas
yang dapat mengganggu akses jalan dan membahayakan para pekerja atau
orang lain. Perilaku tidak aman ini sesuai dengan hasil penelitian Meisya
(2008) dalam penelitiannya, bahwa sebanyak 36 % perilaku tidak aman yang
dilakukan oleh pekerja adalah tidak menempatkan peralatan pada tempatnya.
Selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Septiana dan Mulyono (2014)
yang mengatakan bentuk lain dari perilaku tidak aman adalah meletakan
peralatan tidak pada tempatnya yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian oleh Delfianda (2012) yang
mengatakan perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja salah satu nya adalah
tidak menempatkan peralatan sesuai dengan tempatnya. Perilaku tidak sesuai
ini dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya karakteristik individu itu
sendiri, seperti kurangnya kesadaran tentang aspek keselamatan kerja. Selain
itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh kesalahan manajemen sehingga kurang
tegasnya pengawasan yang diberikan, atau bahkan tidak adanya pengawasan
terhadap pekerja.
. Perilaku tidak menempatkan peralatan pada tempatnya juga
bertentangan dengan teori 5R terkait housekeeping, yaitu pada poin tidak rapi
77
dan tidak resik yang berakibat kurangnya tingkat keaman ditempat kerja.
Selain itu, dengan tidak meletakkan peralatan tidak pada tempatnya juga
mengurangi keefektifan dalam bekerja dan menurunkan efesiensi dalam
bekerja..
3. Bekerja sambil merokok
Dalam aturan dan tata tertib yang berlaku di PT. CBM Perkasa
terdapat larangan merokok diarea kerja. Namun kenyataan dilapangan
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa banyak ditemukan pekerja
merokok di area kerja bahkan bekerja sambil merokok yang merupakan salah
satu perilaku tidak aman.
Hal ini sesuai dengan DNV Modern Safety Management (1996)
mendeskripsikan perilaku pekerja yang merokok sambil bekerja termasuk
dalam kategori perilaku yang tidak aman. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Pratiwi (2009) bahwa 41,3% menyatakan mereka terkadang
merokok sambil bekerja dengan alasan untuk mengurangi tingkat kejenuhan
saat bekerja.
Aktifitas merokok saat bekerja merupakan perilaku tidak aman
karena hal tersebut dapat menimbulkan resiko kebakaran mengingat
lingkungan kerja di proyek pembangunan apartemen ini terdapat material
yang mudah terbakar seperti kabel aliran listrik yang masih dalam tahap
instalasi. Menurut Depnakertrans (2008) tentang teori segitiga api yang
menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan
adanya 3 unsur pokok, yaitu : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2)
yang cukup dari udara atau bahan bakar oksidator , dan panas yang cukup.
78
Apabila ketiga unsur tersebut bertemu akan terjadi api. Pekerja yang merokok
sambil bekerja beresiko membuang sisa rokoknya sembarangan yang dapat
memicu kebakaran , maka dari itu merokok sambil bekerja salah satu bentuk
perilaku tidak aman.
4. Berkelakar dengan teman
Berkelakar atau bersenda gurau dalam penelitian ini adalah bercanda
dengan sesama rekan kerja pada saat melakukan pekerjaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya bentuk senda gurau yang dilakukan oleh
pekerja pada saat bekerja adalah mengobrol atau berkelakar dengan kata-kata
dengan sesama rekan kerja. Informan mengatakan senda gurau atau berkelakar
yang mereka lakukan bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan
kebosanan akibat pekerjaan mereka dan lingkungan kerja mereka yang dirasa
kurang menyenangkan. Mereka juga mengatakan bercanda yang mereka
lakukan tidak berbahaya. Senda gurau pada saat bekerja dapat mengganggu
konsentrasi mereka pada saat melakukan pekerjaan serius seperti yang
dikemukakan oleh Apri (2012) yang mengatakan bahwa bersenda gurau pada
saat bekerja sangat dilarang karena dapat mengganggu konsentrasi pekerja
sehingga pekerja kurang fokus terhadap pekerjaannya, apalagi jika pekerja
tersebut bekerja dengan peralatan atau tempat kerja yang berbahaya. Hal
tersebut akan membuat pekerja berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam
bekerja yang akibatnya dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Bersenda gurau
pada saat bekerja merupakan suatu perilaku yang harus dihilangkan karena
dapat mengakibatkan kejadian yang sangat fatal sehingga tidak hanya
79
menyebabkan kerugian material, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian non
material.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Delfianda
(2012) bercanda dengan rekan kerja sewaktu melaksanakan pekerjaan, dengan
tujuan untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja merupakan salah satu
bentuk perilaku tidak aman yang sering dilakukan oleh pekerja. Perilaku
semacam ini membuka ruang bagi ketidakseriusan dalam bekerja yang
memungkinkan terjadinya kelalaian. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi
(2009) juga menghasilkan informasi bahwa 45,9% pekerja menyatakan
mereka berkelakar atau bersenda gurau saat bekerja, dengan alasan untuk
menghilangkan kejenuhan. Namun, tetap saja perilaku tidak aman ini
membukakan ruang untuk menimbulkan suatu konsekuensi yang buruk yaitu
kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, untuk mencegah risiko kecelakaan kerja akibat
bersenda gurau pada saat bekerja, sebaiknya group leader mengingatkan dan
mengawasi pekerja agar tetap fokus pada saat mengelas. Menurut Sarwono
(1991), dengan pengawasan yang dilakukan secara berkala dan intens kondisi
yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera
dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.
5. Melempar alat-alat kerja
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan salah satu perilaku
tidak aman yang dilakukan pekerja adalah melempar alat-alat kerja. Banyak
dari pekerja yang memberikan alat-alat kerja seperti palu dan sendok semen
ke pekerja lain dengan cara di lempar. Pekerja melempar alat kerja ketika
80
memberikan kepada teman dan beralasan karena cepat dan mudah. Padahal
hal ini walaupun dianggap sepele oleh pekerja tetapi memiliki risiko cidera
dan luka.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisha
pada tahun 2010 bahwa salah satu perilaku tidak aman yang dilakukan oleh
pekerja kontruksi adalah melempar material. Pernyataan ini juga di dukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salawati (2009) yang
menyatakan bahwa lebih 50% pekerja melakukan melempar alat-alat ketika
memberikannya kepada rekan kerja nya.
Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009)
bahwa terdapat 16,7% pekerja yang melempar alat-alat kerja saat memberikan
ke teman kerjanya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Delfianda (2012)
menyatakan bahwa pekerja melempar alat kerja ketika memberikan kepada
teman dan beralasan karena cepat dan mudah.
Namun, tetap saja hal tersebut tidak dapat ditolerir, walaupun dianggap
sepele oleh pekerja tetapi memiliki risiko cidera dan luka mengingat
lingkungan kerja konstruksi merupakan area kerja dengan resiko kecelakaan
kerja yang tinggi. Sekecil apapun tindakan tidak aman yang dapat
menyebabkan terjadinya kerugian yang cukup besar, baik benda maupun
timbulnya korban jiwa.
6. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru
Perilaku tidak aman selanjutnya yang dilakukan oleh pekerja PT. CBM
Perkasa adalah melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2011) yang
81
mengatakan bahwa sebagian besar pekerja kontruksi melakukan pekerjaan
cepat dan terburu-buru. Sejalan dengan itu, Pratiwi (2009) dalam
penelitiannya juga mengatakan bahwa sebanyak 56,8% pekerja melakukan
pekerjaannya dengan cepat dan terburu-buru. Hal ini dapat dikarenakan
pemahaman pekerja yang rendah tentang aspek keselamatan, serta beban kerja
yang berat dan kurang nya monitoring atau pengawasan yang kurang
maksimal.
Dari uraian diatas bisa dilihat bahwa terdapat 6 temuan perilaku tidak
aman yang dilakukan pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek
pembangunan apartemen Tower Intan. Ada beberapa perilaku tidak aman
lainnya yang tidak ditemukan kemungkinan karena, waktu observasi yang
terbatas yang tidak mampu melihat perilaku tidak aman lainnya dengan baik
dan perseps peneliti yang mendefisinikan tidak melakukan pekerjaan sesuai
prosedur merupakan suatu aktifitas yang dilakukan pekerja yang
membutuhkan sertifikasi khusus, seperti pekerjaan crane yang membutuhkan
CIO. Sehingga, peneliti selanjutnya hendaknya melakukan observasi dengan
waktu yang lebih lama dan memahami betul masing-masing indikator perilaku
tidaka aman.
6.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja
Berdasarkan ilmu psikologi motivasi berarti upaya untuk mengetahui hal
yang mendasari seseorang berperilaku. Motivasi berasal dari bahasa Latin yang
berarti to move yang secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan
yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Notoadmodjo, 2010). Yang
82
dimaksud dari motivasi pada penelitian ini adalah dorongan yang membuat
pekerja berperilaku tidak aman.
Hasil penelitian mengenai gambaran motivasi perilaku tidak aman pada
pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen
Tower Intan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama
diketahui bahwa lebih banyak pekerja yang tidak mempunyai motivasi untuk
keselamatan diri sendiri pada saat bekerja. Hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya temuan terhadap pekerja yang melakukan tindakan tidak aman.
Sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Mulyono
(2014) yang menyatakan bahwa pekerja yang melakukan perilaku tidak aman
akan lebih besar pada pekerja yang motivasinya kurang baik. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Halimah (2010) juga menyatakan hal yang serupa bahwa
responden yang memiliki motivasi rendah lebih banyak yang berperilaku tidak
aman dari pada responden yang memiliki motivasi tinggi.
Secara singkat disimpulkan bahwa motivasi pekerja bagian finishing
melakukan tindakan tidak aman, tidak memakai APD diantaranya adalah perasaan
tidak praktis, tidak biasa menggunakan APD, perasaan pusing saat menggunakan
APD, perasaan tidak nyaman dan bahkan tidak memiliki APD. Sedangkan
motivasi pekerja yang selalu merokok saat bekerja dikarenakan adanya
kecanduan sehingga memiliki anggapan keliru, yakni pekerjaan akan lebih lama
selesai tanpa merokok. Ketika para pekerja berkelakar/becanda sambil bekerja,
hal tersebut dimotivasi oleh persepsi yang menyatakan bahwa pekerjaan akan
lebih mudah dilakukan apabila dilakukan bersamaan dengan bercanda. Sedangkan
motivasi para pekerja dalam memberikan alat kerja ke pekerja lain dengan
83
melempar adalah agar peralatan tersebut lebih cepat diterima oleh pekerja lain.
Kemudian perilaku terakhir yakni, meletakkan peralatan kerja tidak pada
tempatnya, dimotivasi oleh alasan agar para pekerja lebih mudah dalam
menemukan alat-alat tersebut ketika dibutuhkan.
Menurut Sialagan (2008), faktor-faktor yang mendorong motivasi pekerja
adalah pemenuhan rasa puas pekerja yang dialami pekerja (faktor intrinsik),
misalkan seperti keberhasilan mencapai sesuatu, diperolehnya pengakuan, rasa
tanggung jawab, kemajuan, karier, rasa profersionalis dan intelektual. Dorongan
yang ada dalam diri pekerja untuk berperilaku aman juga harus didukung
perusahaan dengan menciptakan lingkungan yang menfasilitasi terjadinya
perilaku aman ditempat kerja. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa meskipun motivasi pekerja tinggi tetapi dengan tidak terpenuhinya
kepuasan, karir, gaji yang merupakan faktor intrinsik dan tidak adanya reward
yang merupakan salah satu bentuk dukungan dari perusahaan sehingga kurang
mendorong motivasi pekerja dan hal ini dapat membuat motivasi pekerja menjadi
rendah karena kurangnya faktor pendorong tersebut.
Untuk memperkuat motivasi tersebut, diperlukan suatu dorongan seperti
pemberian reward sebagai bentuk penghargaan dan pengembalian positif dari
perilaku yang dilakukan sebagai bentuk dukungan dari perusahaan agar pekerja
termotivasi untuk berperilaku dengan aman dan selamat karena merasa
keberadaannya dihargai. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Geller (2001),
penghargaan merupakan konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau
kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan, mendukung dan memelihara
perilaku yang diharapkan. Penghargaan dapat membentuk perasaan percaya diri,
84
pengendalian diri, optimisme dan rasa memiliki (Halimah, 2010). Selain itu juga,
menurut Mangkunegara (2005), imbalan yang diberikan kepada pekerja sangat
berpengaruh terhadap motivasi. Kurangnya motivasi akan keselamatan juga dapat
dipengaruhi oleh hukuman atau punishment yang berlaku. Pemberian hukuman
tidak dilakukan oleh pihak perusahaan untuk pekerja yang berperilaku tidak aman
. pemberian hukuman yang berlaku yaitu berupa teguran .
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan motivasi keselamatan diri para
pekerja, hendaknya pihak PT. CBM Perkasa dapat memberikan beberapa
perlakuan seperti pemberian hukuman bagi pekerja yang berperilaku tidak aman
saat bekerja dan pemberian penghargaan bagi pekerja yang berperilaku aman.
Selain itu bisa juga dilakukan dengan memberikan pelatihan, karena pelatihan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi dan juga motivasi
pekerja dalam melakukan pekerjaan sesuai standar K3. (Chandra, 2005).
Pihak PT. CBM perkasa hendaknya memaksimalkan pengawasan yang
dilakukan dengan melakukan pengawasan selama jam kerja untuk meminimalisir
perilaku tidak aman yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh pekerja.
Sehingga dengan pengawasan yang dilakukan sepanjang jam kerja , setiap
pelanggaran yang dilakukan akan langsung dapat diketahui dan dapat segera
dilakukan tindakan perbaikan seperti peneguran tegas dan jika pelanggaran
berulang maka dapat diberi hukman yang dapat menimbulkan efek jera.
6.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak
Aman pada Pekerja
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan gambaran faktor
pemungkin yaitu hal-hal yang dapat memungkinkan pekerja untuk berperilaku
tidak aman saat bekerja. Faktor pemungkin yang diteliti dalam penelitian ini
85
yaitu dilihat dari aspek ketersediaan APD, kesesuaian jumlah APD dengan
jumlah pekerja, kelayakan APD, kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang
ada, dan penyimpanan APD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
pihak PT. CBM sudah menyediakan APD untuk pekerja meskipun masih
dalam jumlah yang terbatas. Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan
dalam keadaan layak pakai.
1. Ketersediaan APD
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ketersediaan APD
adalah keberadaan APD untuk pekerja oleh pemberi kerja, penyimpanan,
kelengkapan jenis dan kecukupan jumlah APD yang disediakan dengan
jumlah pekerja, dan kelayakan APD yang disediakan.
Hasil yang didapatkan yaitu APD yang disediakan oleh pihak PT.
CBM Perkasa adalah helm, sepatu, dan harnest. Pekerja disediakan APD
pada saat proyek berjalan, namun ketersediaan itu terbatas sehingga masih
ditemukanya pekerja yang tidak memakai APD dikarenakan tidak
mendapatkan jatah dari kantor.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Demak (2013),
ketersediaan APD mendukung sikap positif penggunaan APD oleh
pekerja. Ketersediaan yang merata juga meningkatkan sikap positif
penggunaan APD oleh pekerja untuk berperilaku aman. Sedangkan
menurut Hendryanto (2014) mengatakan bahwa perilaku pekerja
cenderung berperilaku tidak aman ketika ketersediaan APD tidak merata.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012),
ketersediaan APD yang berkelanjutan didukung oleh adanya komitmen
86
perusahaan yang tertuang dalam prosedur atau SOP untuk dapat dipatuhi
dan dilaksanakan. Namun, hasil yang didapatkan adalah tidak ditemukan
adanya bentuk komitmen perusahaan untuk penyediaan APD. Hal ini
menyebabkan ketersediaan APD bagi PT. CBM Perkasa terbatas.
2. Kesesuaian Jumlah APD dengan Jumlah Pekerja
Kesesuaian jumlah APD dengan jumlah pekerja yang dimaksud
adalah seluruh pekerja yang sedang bekerja dapat menggunakan APD
yang disediakan oleh pemberi kerja saat melakukan pekerjaannya.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 butir c telah
dikatakan bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan mengadakan secara
cuma-cuma semua APD yang diwajibkan pada tenaga kerja di bawah
pimpinannya. Hal ini juga serupa dengan peraturan dalam
PERMENAKERTRANS No. 8/MEN/VII/2010 dalam pasal 2 ayat 1 yang
mengatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja.
Kesesuaian jumlah APD dengan jumlah pekerja masih sangat
kurang. Hal ini dikarenakan proyek tidak mendapatkan sokongan yang
kuat dari manajemen atas untuk safety. Sedangkan menurut hasil
penelitian Afryanto (2011) dukungan yang kuat dari manajemen
berpengaruh pada jumlah APD yang ada dengan jumlah pekerja yang
bekerja di perusahaan tersebut.
Oleh karena itu PT. CBM Perkasa dapat memperbaiki komitmen
perusahaan terhadap safety agar jumlah ketersediaan APD dengan jumlah
pekerja dapat sesuai. Hendaknya perusahaan membuat prosedur terlebih
87
dahulu mengenai ketersediaan APD. Prosedur yang mengatur mengenai
jumlah, kelayakan, kesesuaian, jenis, perawatan, dan penyimpanan APD.
3. Kelayakan APD
Kelayakan APD yaitu kondisi APD yang masih baik dan dapat
berfungsi sesuai dengan fungsinya. Menurut Anto (2009) APD yang rusak
atau dalam kondisi tidak layak tidak dapat memberikan perlindungan dari
bahaya yang ada di tempat kerja dengan baik. Hal ini malah dapat
mengakibatkan kerugian bagi pekerja karena memakai APD yang tidak
layak.
Hal yang ditemukan di PT. CBM Perkasa adalah APD yang ada
layak pakai. APD yang ada dalam kondisi bagus dan layak pakai.
Walaupun tidak ada prosedur untuk mengatur atau mengecek kelayakan
APD yang digunakan oleh pekerja.
4. Kesesuaian Jenis APD dengan bahaya yang ada
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesesuaian jenis
APD dengan bahaya yang ada dilingkungan proyek pembangunan
apartemen Tower Intan belum disesuaikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Minati (2015) juga mengatakan hal yang sama, bahwa belum terdapat
kesesuaian antara jenis APD dengan bahaya yang ada .
Sebaiknya penyediaan jenis APD ini harus disesuaikan dengan
bahaya yang dihadapi oleh pekerja dilingkungan kerjanya. Karena setiap
pekerjaan mengandung bahaya yang berbeda dan APD yang berbeda pula.
Tujuan dari penggunaan APD itu sendiri adalah untuk melindungi diri
pekerja dari bahaya ditempat kerja.
88
5. Penyimpanan APD
Penyimpanan APD untuk pekerja PT. CBM Perkasa tidak
dilakukan. APD yang diberikan akan dibawa pulang oleh pekerja. Hal ini
bertentangan dengan teori tempat penyimpanan APD menurut Dias (2013)
tempat penyimpanan APD seharusnya bebas debu, kotoran, tidak lembab,
dan bebas dari gigitan binatang. Serta seharusnya APD disimpan di tempat
yang rapih dan memudahkan pekerja untuk meraihnya saat akan bekerja.
Hal di atas terjadi dikarenakan tidak adanya SOP atau prosedur
yang mengatur mengenai penyimpanan APD. Menurut Sahab (1997) yang
mengemukakan bahwa sistem yang di dalamnya terdapat manusia (sumber
daya manusia), prosedur merupakan salah satu hal yang penting dalam
mewujudkan penerapan keselamatan di tempat kerja. Sehingga dengan
tidak adanya prosedur dapat memperbesar kemungkinan pekerja untuk
tidak melakukan tindakan yang aman.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan APD
belum bagus, baik dari segi kesesuaian jumlah APD dengan pekerja,
kesesuaian APD dengan bahaya, dan penyimpanan APD. Oleh karena itu
penambahan fasilitas APD baik dari segi jumlah dan jenis sangat penting
dilakukan oleh pihak PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen
Tower Intan agar APD yang tersedia benar-benar sesuai dengan bahaya yang
dihadapi pekerja Dalam penyimpanan APD juga diperlukan, agar kualitas
APD tersebut tetap terjaga.
89
6.5 Gambaran Hukuman dan Pengahrgaan, Pengawasan sebagai Faktor
Penguat Perilaku Tidak Aman pada Pekerja
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan gambaran faktor penguat
yaitu hal-hal yang dapat memberikan dukungan kepada pekerja untuk berperilaku
aman saat bekerja. Faktor penguat yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
hukuman dan penghargaan, pengawasan.
1. Hukuman dan Penghargaan
Hukuman merupakan konsekuensi yang diterima individu atau
kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan (Syaaf,
2008). Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku. Hukuman tidak
hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang melanggar peraturan
melainkan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja
terlindungi dari kecelakaan kerja. Sedangkan penghargaan adalah konsekuensi
positif yang diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan
mengembangkan, mendukung dan memelihara perilaku yang diharapkan
(Syaaf, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja bagian
finishing PT. CBM Perkasa pada pembangunan apartemen Tower Intan
diketahui bahwa tidak terdapat hukuman atau sanki terhadap pekerja yang
berperilaku tidak aman. Tindakan yang dilakukan terhadap pekerja yang
berperilaku tidak aman hanya berupa teguran, namun teguran yang merupakan
90
salah satu bentuk hukuman atau sanksi ini belum efektif untuk mengurangi
tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja karena teguran ini hanya
bersifat lisan.
Penyebab dari tidak berjalanya hukuman atau sanksi ini di proyek
pembangunan apartement Tower Intan karena dari pihak manajemen belum
memenuhi kewajibanya dengan baik yaitu menyediakan APD sesuai dengan
kebutuhan pekerja, sehingga hal tersebut membuat manajemen tidak dapat
memberlakukan hukuman dengan baik terhapat perilaku tidak aman yang
dilakukan oleh pekerja.
Sebaiknya PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen
Tower Intan mememenuhi kewajibannya terlebih dahulu terkhusus untuk
penyediaan APD, karena hal ini harus dipenuhi agar dapat memberlakukan
hukuman terhadap pekerja yang berperilaku tidak aman.
Hukuman menekankan atau dapat melemahkan perilaku (Geller,
2009). Hukuman tidak hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang
melanggar peraturan tetapi juga bisa sebagai kontrol terhadap lingkungan
kerja sehingga dapat mengurangi terjadinya perilaku yang tidak aman
(Roughton, 2002). Pemberian hukuman hendaknya disertakan dengan teguran
secara tulisan atau juga bisa dengan pemberlakuan sistem denda untuk pekerja
yang berperilaku tidak aman. Menurut Budiono, dkk (2003) untuk
91
menerapkan kedisiplinan pekerja hendaknya didorong oleh berbagai pihak,
misalnya dengan memberikan pemeriksaan dan pengawasan serta sangsi bagi
yang tidak mematuhi.
Berdasarkan hasil penelitian di PT. CBM Perkasa pada proyek
pembangunan apartemen Tower Intan diketahui bahwa belum adanya sistem
pemberian reward khusus dari perusahaan terhadap pekerja yang berperilaku
aman.
Menurut Pamungkas (2012) mengatakan jika dijalankan secara tepat
penghargaan dan hukuman akan memotivasi pekerja. Gunakan pemberian
penghargaan sebagai momentum meningkatkan motivasi, gunakan pemberian
sanksi atau hukuman sebagai momentum untuk memperbaiki jangan sampai
pekerja melakukan kesalahan yang sama dimasa depan.
Selain itu menurut Mangkunegara (2005), imbalan yang diberikan
kepada pekerja sangat berpengaruh terhadap motivasi. Oleh karena itu
pimpinan perlu membuat perencanaan pemberian imbalan agar pekerja
terpacu motivasinya untuk berperilaku aman dan patuh akan aturan yang
berlaku.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa pemberian reward itu bisa
meningkatkan motivasi pekerja untuk lebih berperilaku aman. Oleh karena itu
92
sebaiknya pihak PT. CBM Perkasa mengadakan program pemberian reward
terhadap pekerja yang berperilaku aman.
2. Pengawasan
Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan
pemantauan atau pengawasan yang dilakukan pihak safety perusahaan terkait
perilaku pekerja. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
pengawasan yang diberikan oleh pihak safety berupa safety patrol dengan
berkeliling diarea proyek dan pengawasan ini dilakukan setiap hari. Namun,
pengawasan yang diberikan kepada pekerja dinilai belum optimal karena
pengawasan ini dilakukan hanya oleh satu pengawas saja, tidak sebanding
dengan jumah pekerja sehingga tidak bisa terawasi setiap pekerjanya dengan
baik. Selain itu pengawasan yang dilakukan belum lah efektif karena bentuk
pengawasanya hanya berupa safety patrol pada jam-jam tertentu saja,
pengawasannya juga tidak menimbulka efek jera bagi pekerja sehingga belum
mengurangi perilaku tidak aman.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko (2016) bahwa 66,7%
responden mengatakan pengawasan tidak terlaksana dengan baik. Pengawasan
yang tidak terlaksana dengan baik ini dikarenakan petugas pengawas tidak
selalu berada dilingkungan dimana pekerjaan berlangsung. Penelitan yang
dilakukan oleh Halimah (2010) menyatakan peran pengawas yang kurang
mendukung cendrung menyebabkan pekerja berperilaku tidak aman, peran
pengawas ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku aman
dan tidak amannya pekerja.
93
Pengawasan sangat diperlukan untuk dapat memastikan pekerja
bekerja dengan baik, pengawasan yang dilakukan dengan tujuan memastikan
pekerja untuk berperilaku aman saat bekerja. Agar pengawasan berhasil maka
manajer harus melakukan kegiatan-kegaiatan pemeriksaan, pengecekan,
pencocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan yang sejenis
dengan itu, bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya
terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi (Sarwoto,
1991).
Peran seorang pengawas sangat penting untuk memberitahukan
ataupun memberikan teguran terhdap pekerja yang melakukan tindakan tidak
aman. Kontak secara personal harus dilakukan sesering mungkin untuk
mempengaruhi sikap pekerja, pengetahuan, dan keterampilan (Bird and
Germain, 1990). Pengawasan terhadap aktivitas pekerja diharapkan dapat
menumbuhkan kepatuhan dan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja bagi dirinya, pekerja lain, dan lingkungan kerjanya. Namun,
pada proyek pembangunan apartemen Tower Intan ini, belum terdapat
prosedur khusus terkait pengawasan yang harus dilakukan.
Maka dari itu sebaiknya pihak PT. CBM Perkasa melakukan
pengawasan selama jam kerja, tidak hanya pada waktu tertentu dengan cara
safety patrol saja, agar pengawasan yang dilakukan dapat lebih maksimal dan
dapat memberikan rasa diawasi dan diperhatikan bagi pekerja. Menurut
Sarwono (2001), dengan pengawasan yang dilakukan secara berkala dan
intens, kondisi yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui
dengan segera dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.
94
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran perilaku tidak aman pekerja
bagian finishing yang dilakukan di PT. CBM Perkasa pada proyek
pembangunan apartemen Tower Intan, disimpulkan bahwa:
1. Gambaran perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja bagian
finisihing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen Tower
Intan adalah tidak menggunakan APD, tidak menempatkan peralatan pada
tempatnya, bekerja sambil merokok, berkelakar dengan teman, melempar
alat-alat kerja, melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
2. Gambaran motivasi sebagai faktor pendorong perilaku tidak aman para
pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan
apartemen Tower Intan yaitu : sangat rendahnya motivasi untuk
keselamatan diri bagi para pekerja. Motivasi atau dorongan yang membuat
pekerja berperilaku tidak aman adalah karena kebiasaan, demi
kenyamanan bekerja, lebih praktis, demi menghilangkan kejenuhan serta
keinginan cepat pulang dan pekerjaan selesai tepat waktu namun tidak
memperhatikan aspek keselamatan.
3. Gambaran ketersediaan APD sebagai faktor pemungkin perilaku tidak
aman para pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek
pembangunan apartemen Tower Intan, pada dasarnya belum bagus, baik
95
dari segi ketersediaan APD dengan jumlah pekerja, kesesuaian APD
dengan bahaya dan tempat penyimpanan APD.
4. Gambaran hukuman dan penghargaan, pengawasan sebagai faktor penguat
perilaku tidak aman para pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada
proyek pembangunan apartemen Tower Intan yaitu:
a. Hukuman/sanksi yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku tidak
aman yaitu berupa teguran. Sedangkan untuk pemberian reward untuk
pekerja yang berperilaku aman belum ada.
b. Terdapat pengawasan berupa safety patrol yang dilakukan setiap
harinya oleh pihak safety. Akan tetapi pengawasan yang dilakukan
belum efektif..
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian di atas, maka
peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan
kedepanya:
7.2.1. Bagi Top Manajemen
1. Membuat komitmen terhadap penerapan prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) melalui pembuatan prosedur penyediaan APD,
prosedur kerja di bagian finishing, prosedur pelaksanaan safety patrol,,
prosedur hukuman dan penghargaan serta pengawasan.
2. Pihak manajemen sebaiknya memberikan pelatihan tentang safety
patrol kepada petugas safety dan penambahan jumlah sumber daya
manusia pelaksana safety patrol untuk mengoptimalkan pelaksanaan
safety patrol.
96
3. Pihak manajemen hendaknya memberikan pelatihan kepada pekerja
terkait keselamatan dan kesehatan kerja guna meningkatkan motivasii
pekerja dalam melakukan praktik kerja aman.
4. Pihak manajemen harus menyediakan APD yang sesuai dengan jumlah
pekerja.
5. Memberikan reward untuk pekerja yang berperilaku aman dan sanksii
untuk pekerja yang berperilaku tidak aman berupa sanksi denda atau
sanksi sosial dengan pemajangan foto pekerja yang berperilaku tidak
aman untuk menimbulkan rasa malu bagi pekerja yang berperilaku
tidak aman.
7.2.2. Bagi Pihak Safety
1. Sosialisasi peraturan larangan merokok di tempat kerja melaluii
pelaksanaan safety talk dan toolbox meeting sebelum melakukan
pekerjaan.
2. Pihak safety hendaknya memaksimalkan pengawasan yang dilakukan
dengan melakukan pengawasan selama jam kerja, serta pelaksanaan
pengawasan pihak safety harus dapat mengkoreksi pekerja yang
berperilaku tidak aman saat bekerja.
3. Pihak safety dalam melakukan safety patrol hendaknya harus mampu
memberikan contoh yang baik terkait perilaku aman dalam bekerja.
4. Pihak safety hendaknya melakukan identifikasi risiko agar penyediaan
APD disesuaikan dengan bahaya yang ada.
97
7.2.3. Bagi Pekerja
1. Pekerja hendaknya selalu memakai alat pelindung diri saat bekerja
dan meminta bantuan pihak safety jika memiliki kendala dalam
penggunaan alat pelindung diri.
2. Pekerja hendaknya tidak merokok selama berada di area kerja.
3. Pekerja hendaknya mampu bekerja dengan serius tidak berkelakar
dengan teman kerja.
4. Pekerja hendaknya meletakan peralatan sesuai pada tempatnya.
5. Pekerja hendaknya tidak melempar alat-alat kerja saat memberikan ke
rekan kerja.
6. Pekerja hendaknya tidak melakukan pekerjaan dengan cepat dan
terburu-buru
98
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, Nur dan Vivien. 2016. Pengaruh tindakan tidak aman terhadap
kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi dalam masa gilign shift
3 PG X Kediri. Jurnal Wiyata
Afryanto, Rizal. 2011. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja di PT. X Tahun 2011.
Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UI
Arifi Soenaryo, M.Taufik H dan Hendra Siswanto, 2009, Perbaikan Kolom Beton
Bertulang menggunakan Concrete Jacketing dengan Prosentase Beban
Runtuh yang Bervariasi. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.2, 2009.
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
Alfiaha, Dzalva Ismi. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah kerja Puskesmas kecematan
Kalideres tahun 2015. Jakarta: Skripsi Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Annishia, Fristi Bella. 2011. Analisis perilaku tidak aman pekerja konstruksi PT.
PP di proyek pembangunan Tiffany Jaksel tahun 2011. Jakarta: Skripsi
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Angkasawati. 2001. Peranan Tingkat Pendidikan Terhadap Kinerja Kepala Desa
Di Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asiyanto, 2008. Manajemen Alat Berat Untuk Konstruksi. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada
Penelitian Kualitatif. Surabaya: Universitas Negri Surabaya
99
Bird, E, F and Germain, G, L. 1990. Practical Loss Control Leadership. Edisi
Revisi. USA : Division Of International Loss Control Institute
Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja.
Semarang:Universitas Diponegoro.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Bird, E. Frank and Germain, L. George. 1990. Practical Loss Control Leadership.
Georgia: Institute Publishing.
Candra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Demak, Bambang. 2013. Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja PT. PHE
2013. Semarang: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
UNDIP
Demak, Denisa. 2014. Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja pada Perawat
di RS. Islam Asshobirin Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
DNV Modern Safety Management, 1996, Loss Control Management Training,
Revised edition, United State of America.
Dessler, Gary. 1978. Personnel Management. Virginia: Reston Publishing
Company.
Delfianda. 2011. Survei faktor tindakan tidak aman pekerja konstruksi PT.
Waskita Karya proyek World Class University di UI Sepok tahun 2011.
Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Dias, Rinawati. 2013. Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam
Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Bagian Granule Di PT. Bina Guna
Kimia Ungaran. Surakarta: Skripsi Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat UNS
Ferdy, Ardinold, Yudi Ariyanto. 2008. Macam-macam dan Penyebab Kecelakaan
Struckby pada Proyek Konstruksi di Surabaya. Surabaya: Skripsi Fakultas
100
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. Available from
http://digilabpatra.com [Diakses pada 4 juli 2016]
Green, L.W. dan Kreuter, M.W. (2000). Health promotion planning an
educational and environmental approach. (2nd ed.). Mountain View:
Mayfield Publishing Company
Green, L.W., dan Kreuter, M.W. 2005. Health Program Planning, An Educational
and Ecological Aproach, Fourth Edition, Boston: McGraw-Hill Companies
Hafrida. (2014). Pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan
tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama
Dumai Tahun 2014. Medan : Skripsi Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra Utara
Halimah, Siti. 2010. Faktor yang mempengaruhi perilaku tidak aman karyawan di
PT. Sim Plant Tambun II tahun 2010. Jakarta: Skripsi Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Hasibuan, S.P Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara
Hendryanto, Ari. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan
Tidak Aman (Unsafe Act Pada Pekerja Lapangan PT. Telkom Cabang
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2014). Depok: Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat UI
ILO. (2016). Safety and Health at Work. www.ilo.org/global/topics/safety-and-
health-at-work/lang--en/index.htm 23 Juni 2017
Irwandi. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja perawat di
unit rawat inap RSJ Dadi Makasar.
Joko, Yabedi. 2016. Faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman
(unsafe action) pekerja PT. Amanah Insannillahia Batusangkar tahun
101
2016. Padang: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas
Karyani. 2005. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (Safe
Behaviour) di Schlumberger Indonesia. Depok: Tesis FKM Universitas
Indonesia
Maaniaya, Iman. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak
aman (unsafe act/substandard practice) Pekerja diBagian press PT. YIMM
Tahun 2005. Depok : Tesis FKM UI
Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Menteri Ketenagakerjaan RI. (2016). Sambutan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia pada Upacara Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional dan Pernyataan Dimulainya Bulan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional Tahun 2016 [Online]. Diakses dari:
http://pnk3.com/uploads/artikel/isi/sambutan-menaker-bulan-k3-tahun-
2016-s.pdf
Murthi, Albert Rudolf, Yuri Widya. 2009. Evaluasi Unsafe Act Pekerja pada
Suatu Proyek. Thesis Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Kristen Petra. Available from http://digilabpatra.com [diakses
pada 4 April 2016].
Meisya, Nur. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak
Selamat pada Pekerja Bagian Produksi PT. X. Depok: Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
102
Minati, Selly Tri. 2015. Gambaran Manajemen Alat Pelindung Diri (APD) PT.
Krakatau Engineering Tahun 2015 ( Studi Kasus pada Proyek Blast
Furnace PT. Krakatau Steel (Perser0), Tbk). Jakarta:Laporan Magang
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah.
Minati, Selly Tri. 2015. Gambaran perilaku tidak aman pad apekerja PT.
Krakatau Engineering tahun 2015. Jakarta: Skripsi Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Mulyono dan Dwi Ayu. 2014. Faktor yang mempengaruhi unsafe action pada
pekerjadibagain pengantongan urea. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health
Mohamad, S. (2004). Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Jakarta: Balai
Pustaka.
Neuman, W.L. 2003. Social Research Method: Qualitative and Quantitative
Approach. Boston: Allyn and Bacon
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Pamungkas, Dini Age. 2012. Hubungan reward dan punishment dengan tingkat
motivasi karyawan dalam mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja (Studi pada karyawan bagian produksi PT. X Semarang). Diakses
pada http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
103
Pratiwi, Ayu Diah. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
tidaka man (Unsafe Act) pada pekerja di PT. X tahun 2011. Depok: Skripsi
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Petersen, Dan. 1988. Safety Management A Huan Approach, Aloray Inc.
Proffesional and Academic Publisher Goshen , New York
Pratiwi, Shinta Dwi. 2009. Tinjauan faktor perilaku aman pada karyawan PT.
Waskita Karya proyek Gor Boker tahun 2009. Depok: Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Putra, Pratama. 2012. Hubungan Antara Perilaku Pekerja Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja Bagian Produksi PT. Linggarjati Mahardika Mulia di
Pacitan. Semarang: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
UNES
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia :Konsep.
Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Siaoman, Benny, Hendy Sanjaya. 2007. Faktor Penyebab Kecelakaan Jatuh Pada
proyek Konstruksi di Surabaya. Surabaya: Skripsi Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Kristen Petra
Syaaf, Fathul Mashuri. 2008. Analisis Perilaku Beresiko (at-risk behavior) pada
pekerja unit usaha las sector informal di Kota X. Depok: Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Tarrants, William Eugene. 1980. The measurement of safety permorment. New
York: Garlant STMP Press
Uda, Sabrata dan Gunawan. 2013. Evaluasi perilaku tindakan tidak aman
(Unsave ACT) dan kondisi tidak aman (Unsave Condition) pada proyek
konstruksi gedung di Palangka Raya. Konferensi Nasional Teknik Sipil
104
Utari, G. C. (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi, dan Keterampilan
Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara
(Safety Riding di Universitas Gunadarma Bekasi tahun 2009). Jakarta:
Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Widayanti, A. 2005. Perbedaan Interaksi Sosial antara Mahasiswa SI yang
Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang
105
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman
Nama : Andre
Usia :23 Tahun
Pendidikan Terakhir :SMP
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama
3Januari 2017
Pengamatan Mnggu Kedua
9Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga
18 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman
Nama : Purnomo
Usia : 30 th
Pendidikan terakhir : SD
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama
3 Januari 2017
Pengamatan Mnggu Kedua
9 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga
18Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman
Nama : Ribut Jayanto
Usia : 25 th
Pendidikan terakhir : SMP
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama
3 Janauri 2017
Pengamatan Mnggu Kedua
9 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga
18 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman
Nama : Suwondo
Usia : 32Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama
4 Januari 2017
Pengamatan Mnggu Kedua
10 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
v
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga
19Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman
Nama : Ahmad Wahyudin
Usia : 28 th
Pendidikan terakhir : SMP
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama
4 Januari 2017
Pengamatan Mnggu Kedua
10 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga
19 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur
2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan
peralatan keselamatan
3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan
cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD
5 Menggunakan APD secara tidak benar
6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai
7 Melempar alat-alat kerja
8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol
9 Bekerja sambil merokok
10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman
11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.
Lampiran 2
Matriks Wawancara Informan Utama
Pertanyaan Informan Utama Pekerja
Perilaku Tidak
Aman
IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 Kesimpulan
Coba Anda
Ceritakan,
Bagaimana
pekerjaan Anda
sehari-hari?
Pekerjaan saya
memasang hebel
aja sih mba,
palingan ya
motongin
hebelnya, terus
palingan
ngerjain bagian
pengecoran
kolom mba
Masang hebel dan
plester
Pekerjaan saya
saat ini adalah
mengecor karena
sudah finishing.
Selain itu saya
juga memasang
hebel, memotong
hebel untuk
dipasangkan, lalu
menyusunnya.
Terkadang saya
juga bikin kolom,
menyusun besi.
Pekerjaan saya
sehari-hari di
bangunan ini
memasang hebel.
Selain itu paling
mengangkat
semen dan
membantu teman
jika ada yang
membutuhkan
bantuan
Banyak pekerjaan
saya mba, setiap
hari pasti ada.
Saya mencor
kolom ini, juga
memasang hebel
juga, plester apa
saja sih mba kalau
saya mah
Pekerjaan sehari-
harinya adalah
memasang
hebel,memotong
hebel, plester,
ngecor
Bagaimana Anda
melakukan
pekerjaan Anda
tersebut?
Ya, dikerjakan
saja yang pasti
cepat selesainya
sesuai dengan
yang diminta aja.
Saya bingung
untuk
menceritakan,
mba bisa foto
saja
Pertama kali bikin
lot-lot an, ditarik
benang tinggal
dipasangin mba
disusun gitu
Kalau bikin kolom
ya bekisting,
dipasang besi gitu
dipakuin
tripleknya buat
penahan cor,
setelah itu yang
lainnya seperti
nyemen ya
ngaduk semen
dulu kan tuh, trus
ya dicor kolomnya
Ya seperti yang
mba lihat, saya
memasang hebel
juga, menyemen.
Kan yang
menyemen ada,
saya hanya
memasang
hebelnya. Tetapi
kalau tidak ada ya
saya yang
menyemen dan
Kalau mencor
kolom itu dipaku-
pakuin terlebih
dahulu kayunya
atau triplek baru
dilanjutkan
dengan
memberikan cor
Pekerjaannya
dilakukan sesuai
terget
mba, nanti kalau
udah beku udah
jadi gitu dibuka
lagi penutupnya,
tripleknya ini loh
mba
masang
Bagaimana perilaku
yang biasanya anda
lakukan pada saat
melakukan
pekerjaan yang bisa
menyebabkan
kecelakaan kerja?
Kalau yang
sering sih saya
tidak pakai APD
dan meletakan
alat kerja di
sembarang
tempat. Saya
juga merokok.
Kalau melempar
alat kerja jarang
dilakukan karena
setiap pekerja
memiliki alatnya
masing-masing.
Kalau becanda
ya becanda mba,
hiburan kerja
mba. Sama kerja
suka cepet biar
cepet selesai dan
pulang mba
Apa yaa, paling
yang melanggar
yang kadang
ditegorin itu karna
tidak pakai APD,
melempar alat-alat
kerja, dan narok
alat kerja
sembarangan
ajasih.
Saya tidak
menggunakan
APD iya, karena
tidak memilikinya
sama sekali dan
tidak dikasih.
Saya juga
merokok dan
bercanda dengan
teman-teman yang
lain.
Kalo narok alat
kerja
sembarangan ya
maklum aja ya
mba,karena kan
kerjaannya di
proyek gini mba,
gak ada tempat
tempat khsusus
seperti pekerjaan
lainya.
Paling sering ya
APD, karena
malas
memakainya, ribet
mba. Tidak enak
di kepala jika
memakai APD.
Selain itu, saya
juga sering
memberikan
peralatan ke teman
dengan cara
melemparnya, biar
cepat. Terkadang
sih karena lelah
dan malas jalan
jadinya saya
lempar.
Pekerjaan saya
kan hanya seperti
ini saja mba, jadi
tidak perlu APD,
jadi saya tidak
memakai APD
karena pekerjaan
saya seperti tidak
mba, tidak manjat-
manjat. Kalau
merokok sih iya
Tidak
menggunakan
APD, sepertii
helm da n
sepatu,merokok
saat bekerja,
melempar alat
kerja,
meletakkan alat
kerja
sembarangan,
becandadengan
teman, bekerja
terburu-buru.
Motivasi
Mengapa Anda
berperilaku
Ya biar enak aja
sih mba, kalau
Saya tidak makai
APD karena ribet
Kalau tidak
merokok,
Tidak ada
dorongan sih ,
Tidak pake APD
ya karena saya
Motivasi pekerja
yang tidak
demikian? perlu alat
kerjanya
gampang
nyarinya,Soal
merokok itu
sudah kecanduan
jadinya susah,
kalau
manfaatnya ya
ga ada mba,
bikin sakit yang
ada hehe, tapi
gimana sudah
kecanduan mba,
gapuas aja gitu
mba kalau ga
ngerokok sambil
kerja. Kalau
APD mah emang
dari sananya ga
ada mba, mau
gimana lagi.
Becanda sama
temen ya biar
asik aja mba,
biar ga bosan
gitu kerjanya.
Kalau kerjanya
ya cepet mba
biar cepet beres
nya juga dan
cepet pulang
dan membuat
kepala pusing
kalau
menggunakan
APD, kalau
melempar alat
kerja ya supaya
cepet aja sih mba,
narok alat
sembarangan biar
gampang
ngambilnya kalau
perlu
pekerjaan akan
lama selesainya
mba. Gimana ya
mba ya, saya tuh
ngerokok juga
baut ngilangin
ngantuk juga.
Kalau kerja jam
siang ga ngerokok
bikin saya
ngantuk apalagi
habis makan
siang. Bacanda sih
supaya akrab
mba, dan biar
santai, gimana
mba kerjaan
ditempat beginian
serius-serius amat
seperti orang
kantoran ya ga
mungkin mba
hehe, kerjaan
udah bikin capek
badan mesti relax
lah mba dengan
becanda sm temen
temen hehe.
Narok barang
sembarangan ya
baiar gampang
nyarinya kalau
keinginan saya aja
sih mba biar enak
kerjanya kalau
menggunakan
APD tidak enak di
kepala rasanya
seperti pakai helm,
udah gitu bikin
ribet aja. Kalau
merokok sih
karena sudah
terbiasa, karena
sehari-hari
merokok gitu
gasuka aja mba,
gabiasa makeknya
jadi gaenak kalau
kerja. Apalagi
pake sepatu
gabetah saya suka
gerah. Mending
begini aja mbak
lebih enak juga
kakinya kerjanya
jadi enak juga.
Kalo merokok itu
mah biar enak aja
gitu kerjanya kan.,
udah biasa juga
sih merokok jadi
ya kurang afdol
aja gitu mba
rasanya kalo kerja
tuh tidak merokok
hehe
menggunakan
APD adalah
merasa ribet,
tidak biasa,
sehingga
membuat
kepalaya pusing
bikin ga nyaman
dalam bekerja,
dan sebagian
tidak memiliki
APD. Merokok
sambil bekerja
dikarenakan
kecanduan serta
beranggapan
pekerjaan akan
lama selesai tanpa
merokok. Untuk
becanda sambil
bekerja karena
pekerjaanya
sudah bikin capek
jadi butuh relax
dengan bercanda
sambil bekerja.
Untuk
melemparkan alat
kerja agar biar
cepat saja .
Meletakkan
peralatan kerja
hehe diperperlukan lagi
kerja mba
tidak pada
tempatnya
dengan alasan
biar enak dan
gampang
nyarinya. Kerja
dengan terburu-
buru supaya
pekerjaan cepet
selesai dan
pulang lebih awal
Bagaimana
perasaan anda saat
Anda berperilaku
demikian?
Perasasaan saya
biasa aja sih
mba, ga ada
perasaan gimana
gimana juga,
santa aja
Biasa saja, karena
saya juga sudah
lama kerja
dikonstruksi gini
mba
Perasaanya sih
baisa aja mba
Ya biasa aja mba,
karena udah
kebiasaan kali ya
Ya perasaanya
nyaman aja
kerjanya mba
Informan
mengatakan
bahwa perasaan
mereka saat
berperilaku tidak
aman biasa saja
demi
kenyamanan
dalam bekerja
Ketersediaan APD
Bagaimana
ketersediaan APD
di tempat anda
bekerja?
Saya tidak
menggunakan
APD karena
tidak disediakan.
Seandainya
disediakan pasti
akan digunakan.
Yadisediain kalau
helm sama sepatu
Tidak ada
ketersediaan
APD, saya saja
tidak
menggunakan
sepatu saat
mengaduk semen
Ya semua
disediain sama
kantor kita semua
mba, dikasih helm
sama sepatu gitu..
Dulu Ada kalau
APD mah,
sekarang-sekarang
aja ga ada
disediain lagi
Dulunya ada
disediain
walaupun tidak
memadai, kalau
kesini kesini udah
ga ada.
Apa saja jenis APD
yang disediakan?
APD tidak
tersedia
Sepatu sama helm APD tidak
tersedia
Helm dan sepatu Sepatu dikasih
orang kantor sama
helm. Harnest
pelindung
APD yang
tersedia helm
sama sepatu
ketinggian juga
Bagaimana Anda
dalam menyimpan
APD Anda?
APD tidak
tersedia
Saya sih naroknya
dibawah mba,
tempat nongkrong
dibawah itu mba
pos basement
APD tidak
tersedia
Penyimpanan
dengan cara
membawa pulang
jika jam pulang,
jadi disimpan di
rumah. Kalau saat
istirahat diletakkan
di sudut atau di
dekat kita saja
Dulunya ya, Body
harnest disimpan
oleh kantor karena
kalau perlu harus
pinjam ke kantor.
Yang lainnya
disimpan di
rumah. Sepatu
diletakkan di
tempat sepatu.
Kalau di tempat
kerja disimpan
dekat sini saja
mba biar tidak
susah
mengambilnya
kembali kalau
mau mulai kerja
lag, tapi kalau
sekarang sekarang
mah disini
udahbebas aja
Dalam
penyimpanan
APD ketika
sedang bekerja
ditempat kerja
yaitu di pos
basemen dan
dilingkungan
kerja saja. Kalau
jam kerja selesai
di bawa balik
pulang kerumah
masing-masing.
Bagaimana kondisi
APD yang
disediakan?
APD tidak
tersedia
Ya Kondisinya
layak pakai, kalau
ga layak gamau
saya, dibuang
sama saya, saya
aja dikasi sepatu
keci aja dibuang
APD tidak
tersedia
Kondisinya bagus
dan layak pakai
Bagus sih kayakya
karena yang
dikasih bukan
APD ruksak kok
Informan
menyatakan
bahwa APD yang
disediakan dalam
kondisi layak
pakai, bagus.
Bagaimana
kesesuaian jenis
APD tidak
tersedia
Sangat kurang sih
ya, karena kadang
APD tidak
tersedia
Sudah sih mba
sepertinya
Saya tidak
mengerti mba
Untuk kesesuaian
jumlah APD yang
APD yang
disediakan dengan
bahaya yang ada
saat anda bekerja?
kita bekerja juga
mengdapi debu
tapi tidak dikasih
masker
kalau soal begitu disediakan
dengan bahaya
informan
menyatakan
sangat kurang
Bagaimana menurut
anda kesesuaian
jumlah APD yang
ada dengan jumlah
pekerja yang ada?
APD tidak
tersedia
Ya harus
ditambshin lagi
mba, karena
teman saya ga
dapet sama sekali
APD tidak
tersedia
Stoknya harus
ditambah lagi
penyediaannya
karena masih ada
yang tidak
mendapatkan APD
dan pekerja tidak
mampu membeli
sendiri juga mba
Nah itu yang
masih kurang kan
kayak tadi saya
cerita..kuranglah
pokonya..harusnya
ditambahlah biar
semuanya
kebagian biar ga
diomelin kalo
gamake kan
Utuk ksesuaian
jumlah APD
dengan pekerja
belum sesauai
karena masih
banyak pekerja
yang tidak
mendapatkan
APD sama sekali
Hukuman dan
Penghargaan
Jelaskan bagaimana
hukuman/sanksi
yang berlaku di
tempat Anda
bekerja untuk
pekerja yang sering
berperilaku yang
bisa menyebabkan
kecelakan?
Di sini tidak ada
hukuman, saya
mau merokok
atau melakukan
hal lain juga ga
apa apa
Safety tu
seharusnya ada,
pasti ada disini
ada K3 nya, tapi
ya kita bandel aja,
ditegur paling tapi
ya kita agghhh
didalam rumah
juga, kecuali saya
dibawah diluar
saya pake
Ga ada kalo
hukuman gitu,
paling ya
ngingetin aja gitu,
gimana mau
ngehukum ya
mba, emang dari
sananya aja udah
ga nyediaain,
Tidak ada ya
sanksi seperti itu
mah tidak ada.
Cuma ditegur saja
oleh orang safety
gitu kalau tidak
pakai APD dan
diperintahkan
untuk
menggunakan
APD lalu
melanjutkan
pekerjaan
Kalau tidak
memakai APD
ditegur saja
kadang juga
dimarahi,
diingatkan hati-
hati.
Menurut
informan utama
terkait hukuman
dan sanki tidak
ada, palingan
cuman sekedar
ditegur saja dan
diingetin untuk
tetap hati-hati
Bagaimana pula
penghargaan yang
Kalau
penghargaan sih
Kalau diproyek ini
ga ada
Kalo
hadiah...belum
Belum ada yang
mendapatkan
Gatau tuh mba
saya ada hadiah-
Menrut informan
utama terkait
diberikan untuk
pekerja yang
berperilaku aman?
tidak ada mba,
paling hanya
disanjung,
seperti
dibandingkan
dengan pekerja
lain lebih bagus
yaa.. belum
pernah dapet, ya
gimana saya mau
dapet mba, saya
ibaratkan nya
ngelanggar terus,
ga ada APD saya
mah
hadiah. Tidak
diberikan apapun.
Tidak adalah kalau
untuk hadiah
seperti itu
sepengetahuan
saya
hadiah
gitu..gapernah
dikasih sih kalo
saya mah..gatau
ya..
penghargaan
belum ada untuk
pekerja yang
berperilaku aman
Pengawasan
Bagaimana
pengawasan yang
diberikan oleh pihak
perusahaan ketika
Anda sedang
bekerja?
Ya bisa
dikatakan
kurang mba,
Kalau meeting
banyak orang
kantor tetapi
ketika kerja di
atas tidak pernah
ada orang kantor
naik utnuk
ngawas
Ya ada sih mba
yang ngawasin
terus, tadi baru aja
pengawasnya
turun
Ya itu tadi kalo
ada yang punya
APD tapi gapake
APD ditegor gitu,
pas dia lagi
keliling, kalo ga
karena gapunya
paling dibilangin
pak hati-hati
kerjanya
Orang safety
biasanya ke
lapangan melihat
pekerjaan kita,
jalan dan keliling
untuk melihat,
menegur jika ada
yang tidak
menggunakan
APD atau yang
kerja ditempat
bahaya
Ya ada sih pak
komar disini
biasanya yang ini
ngatur kerjaan gitu
ini ngapain2nya
lah gitu
Menurut
Informan utama
pengawasan yang
dilakukan pihak
PT.CBM masih
kurang,
Siapa yang
melakukan
pengawasan
tersebut?
Paling itu pak
komar orang
safety mba
Palingan orang
safetynya mba
Ada itu pak ma
pak komar, safety
man ya keliling
gitu
Orang safety Pak komar Menurut
informan utama
pengawasan
dilakukan oleh
orang safety
Kapan biasanya
pengawasan
tersebut dilakukan?
Pengawasan
paling seminggu
dua kali
mengecek.
Kalaupun ada
yang naik ke
Ya tidak tentu
mba kapanya, ya
kadang-kadang,
ada kayanya sih
mba, cuma kadang
mah lewat doang
Yaa, ga nentu sih
mba kelilingnya,
ya ga pasti gitu
waktunya kapan
aja tapi adaa..
sering dia.. siang,
Setiap hari
sepertinya mba.
Selalu ada setiap
harinya walaupun
hanya sebentar
saja, walaupun
Yarang-jarang ya
kayanya..tapi
kadang ada..ga
terlalu merhatiin
juga sih saya
Menurut
informan
pengawasan
dilakukan setiap
hari, tetapi
beberapa
atas paling pagi
atau sore sekitar
jam tiga atau jam
empat
gitu bentaran sore, pagi juga
sering keliling
sih..tapi ga disini
terus gitu.. jalan
keliling muter liat
yang lain juga.
sambil jalan lewat
gitu tetapi sih
sepertinya setiap
hari
informan
mengatakan
pengawasan
paling dilakukan
dua kali hal ini
berarti pekerja
merasa tidak
adanya
pengawasan saat
mereka bekerja.
Bagaimana yang
anda rasakan ketika
adanya pengawasan
tersebut?
Yang saya
rasakan ketika
ada pengawas
yaitu senang
Saya mah tenang
aja, karena sudah
kenal juga udah
lama paling saya
ajak ngobrol aja
sih
Biasa aja sih mba
karena tidak lama
dan pak komar
keliling gitu
Perasaannya biasa-
biasa saja mba.
Lagipula mereka
hanya melihat saja
jalan, tidak
melakukan apapun
terhadap kita,
paling hanya
ditegur kalau tidak
sesuai dengan
mereka.
Selebihnya
terkadang
bercanda dengan
kita
Saya tidak terlalu
memperhatikan itu
mba, saya mah
kerja saja, kalau
ditegur pakai
sarung tangan
misalnya ya saya
pakai. Terkadang
saya juga tidak tah
ada yang
mengawasi
Pengawasan yang
dilakukan tidak
menimbulkan
perasaan takut
bagi pekerja,
Lampiran 3
Matriks Wawancara Informan Pendukung
Pertanyaan Informan Pendukung
Perilaku Tidak Aman Informan Pendukung Kesimpulan
Jelaskan menurut Anda, bagaimana perilaku
tidak aman yang sering dilakukan pekerja saat
bekerja?
Wah itu lumayan banyak mba hehe
Dulu yang paling sering tuh ketika bekerja
diketinggian sih gapake body harness, gapake
helm gitu, tapi kan kalau sekarang palingan ga
pake masker,helm ,sama sepatu mba..soalnya
udah masuk tahap finishing …
Terus pekerja itu juga suka narok peralatan
sembarangan mba, seperti paku banyak
berserakan,ngerokok juga iya , macem macem
lah.
Informan pendukung menyatakan bahwa
perilaku tidak aman antara lain tidak
menggunakan body hardness pada pekerjaan
yang berkaitan dengan ketinggian, tidak
memakai helm, masker dan sepatu. Pekerja
juga sering meletakkan sesuatu tidak pada
tempatnya, merokok juga .
Motivasi
Menurut Anda, mengapa pekerja berperilaku
demikian?
Sejauh ini ya, yang saya tau biasanya pekerja
yang ada APD ga make APD karena kurang
paham manfaat APD itu, mereka beranggapan
dengan memakai APD sambil bekerja itu
ribetlah inilah, kalau dari kita sih kendalanya
kurangnya penekanan juga mba, keterbatasan
kita juga stack jadinya, saya pun ingin
berbuat melakukan penekanan kemeraka pun
tapi support kita dari atasan kurang jadi
akhirnya semuanya seperti itulah yang mba
liat
Menurut informan, perilaku tidak aman para
pekerja dikarenakan kurangnya pemahaman
para pekerja terkait manfaat penggunaan APD.
Selain itu kurangnya penekanan dari pihak
manajemen juga menjadi penyebab perilaku
tidak aman para pekerja.
Ketersediaan APD
Bagaimana ketersediaan APD yang disediakan
pihak perusahaan untuk pekerja?
Dulu nya sih kita sediain ya mba. Walaupun
seadanya, awalnya kita pinjamkan mba nanti
kesananya kalau ada apa apa harus ganti,
misalnya ada kehilangan kerusakan mereka
harus ganti, seperti semula. Jangan sampe kita
pinjamkan tapi mereka tidak ada tanggung
jawab, tapi kenyataan dilapangan ada ada aja
mba. Jadi kendala juga buat dikita sendiri
juga begitu, kita sudah sering kali kasih
kemereka , malah ga dipake hmm suka
apa,semacem buat mereka itu ahh apa ya,
buat mereka itu engga betah padahal itu semua
buat mereka pribadi juga, tapi kadang disatu
sisi intinya mereka itu bekerja supaya tidak
ada terjadi kena gorekan besi stick, tapi
kadang kadang mereka itu disalah gunakan,
yaa sepatu ada yg kita kasih dengan utuh
dibelah sama dia haha, dibolongin depanya
udah kek seperti sandal, jadi macem macem
pekerja itu.
Kalau untuk sekarang ini memang sudah tidak
ada lagi keterseiaan APD ini, penyediaan APD
nya pun sudah tidak bisa dilakukan, hal ini
memang memang menjadi masalah bagi kita
semua, karena memang kita tidak
mendapatkan support dari atasan langung
terkait K3, apalagi penyediaan APD. Disini itu
memang ada pekerja yg tidak mendapatkan
APD, karena jumlah APD yang kita punya
belum sebandinglah dari perusahaan,semacam
apa ya, disini itu K3 itu hanya sebatas
formalitas aja, kalau ada yang nanya diproyek
Ketersediaan APD pada awalnya disediakan
walaupun dalam keadaan terbatas, yaitu tidak
sesuai dengan jumlah pekerja yang ada
itu ada divisi K3, ya jawabnya ada. Tapi divisi
ini tidak berjalan sebagai mana mestinya,
karena memang kita dari manajemen atas
tidak mendapatkan dana khusus tidak ada
budgetinglah namanya. Jadi yaa seperti yang
mba liat sehari hari inilah keadaan K3 ataupun
APD sesungguhnya
Bagaimana prosedur yang ada tentang APD?
(APD wajib) (dokumen tertulis)
Terkait masalah prosedur apalagi terkait safety
disini bener bener kurang mba, palingan,
prosedur safety terlampir di aturan umum
tentang proyek aja mba, nanti deh saya kasih
liat mba,
Berdasarkan informasi dari informan prosedur
safety hanya terlampir di aturan umum tentang
proyek saja
Bagaimana sistem penyimpanan APD? Yaa kalo penyimpanan sih ga ada ya mba,
karena kan APD kita pinjamkan ke mereka ya
tanggung jawab mereka. Lagian juga stock
udah ga ada, kalau kita minta kepusat juga ga
akan dikasih, jadi semuanya terbatas mba
hehhe
kecuali untuk harnest itu kita tarok dikantor
aja mba, sistimnya pinjam tarok kembali.
Informan menyatakan tidak ada tempat khusus
untuk penyimpanan APD karena APD
dipinjamkan kepada pekerja dan menjadi
tanggung jawab pekerja
Apa saja jenis APD yang disediakan untuk
pekerja?
Yaitu sepatu itu udah harus mutlak, helm
juga, kalau buat pekerjaan ketinggian mesti
make harnest dan kalau memungkin
sebenarnya masker juga dibutuhkan buat
pekerja proyek sih mba
Jenis APD yang disediakan antara lain, sepatu,
helam, body harnest
Bagaimana kondisi APD yang disediakan
tersebut?
Kalau untuk kondisi APD yang disediain yaa
bagus yaa yang pasti, kan yg baru juga yang
dikasih
Berdasarkan informasi, kondisi APD yang
disediakan dalam keadaan bagus dan baru
Bagaimana tindakan Bapak jika ada APD
yang rusak?
yaa seperti yang saya bilang tadi mba
pertama kali saya tekan kan tanggung jawab
mereka, mereka harus bertanggung jawab.
APD yang disedikan oleh perusahaan dan
dipinjamkan kepada pekerja, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pekerja
Karena konsepnya dari awal kita memberikan
APD tersebut mereka harus jaga jangan sampe
hilang juga sampe pekerjaan mereka selesai,
sebab kalau dari kita untuk mengganti kembali
atau memberikan APD baru saangat tidak
mungkin. Kendalanya disini ya itu tadi mba
kurangnya support dari manajemn atas.
Bagaimana kesesuaian jenis APD yang
disediakan untuk pekerja dengan bahaya yang
ada saat mereka bekerja?
Masih belom sih mba, karena memang tidak
ada support banyak dari manajemen terkait
APD, sehingga ya semuanya seadanya aja
mba
Kesesuain APD dengan bahaya belum sesuai,
karena memang APD seadanya saja
Bagaimana kesesuaian jumlah APD yang ada
dengan jumlah pekerja ?
Apalagi dari segi jumlahnya arus ditambah
lagi, tapi kayak nya ga mungkin mba, disini
safety itu bukan merupakan suatu hal yang
penting mba, kalau kita keras dilapangan tapi
dari manajemnya kurang support itu ga bakal
jalan juga, udah lah saya sendiri disini mba,
sepertinya saya orang safety tersibuk deh mba
hehe, merangkap pekerjaan safety officer
sekalian safety man
Ketersediaan APD dari segi julmlah sangat
kurang karena di proyek ini tidak ada
sokongan dari manajemen atas ,safety bukan
merupakan suatu hal yang penting diproyek
ini.
Hukuman dan Penghargaan
Coba ceritakan, bagaimana Anda memberikan
hukuman/sanksi untuk pekerja yang berilaku
tidak aman?
Hukumanya sih dulu ada mba, misalnya
pekerja nya tidak makai APD atau
pelanggaran lainya yang intinya berperilaku
membahayakan lah jadi kita memberikan
hukuman dia tidak bisa bekerja selama
beberapa hari, tapi kalau kesini sini udah
engga sih mba,
Dulunya hukuman yang diberikan untuk
pekerja yang berperilaku tidak aman berupa
stop hari kerja, kalau sekarang-sekarang
sudah tidak ada hukuman atau sanksi seperti
itu
Bagaimana dokumen atau prosedur terkait
pemberian hukuman atau sanksi kepada
pekerja yang berperilaku tidak aman?
Engga ada sih mba, palingan awalnya teguran
aja sih mba, kalau dia memang sulit untuk
dikasih tahu baru say a tindak lanjutin dg stop
Untuk prosedur atau kebijkan tertulis
mengenai hukuman atau sanksi belum ada,
yang dilakukan dilapangan berupa teguran
dia kerja dulu. Ini pun merupakan inisiatif
saya aja sih mba
saja pada pekerja yg berperilaku tidak aman,
kalau sudah kelewat batas diambil tindakan
dengan stop kerja
Bagaimana pula Anda memberikan
penghargaan untuk pekerja yang berperilaku
aman?
Apa yaa, yaa paling kita kash bubur kacang
susu paling itu aja hehe, buat penyemangat
mereka untuk terus berperilaku aman. Kalau
penghargaan khusus gitu belum ada yaa di kita
disini, bingung juga ngasihnya gitu kalopun
ada, keterbatasan dana juga mbaa, kan gada
dana khusus buat acara acara safety kan, jadi
kita minim-minimin lah pengeluaran
Belum adanya penghargaan khsusus untuk
pekerja yang berperilaku aman, palingan
dikasih bubur, hal ini disebabkan karena
keterbatasan dana.
Pengawasan
Bagaimana pengawasan yang diberikan
kepada pekerja saat bekerja?
Selama aktifitas mereka masih berjalan. ya
paling pagi kita sempatkan dulu kekantor
sebentar , terus kita kelapangan semua harus
kita cek pekerja, diaman tempat tempat yang
membahayakan gitu kan, sudah memadai apa
belom pengamanan pengamanan pekerja,
semua kita croccheck lah dari lantai atas
sampe awah
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak safety
berupa pengecekan area kerja serta
pengawasan langsung terhadap pekerjanya
mulai dari lantai atas sampai lantai bawah
Siapa yang melakukan pengawasan tersebut? Yang paling pasti tuh sih saya mba hehe Pengawasan dilakukan oleh pihak safety
Kapan biasanya pengawasan tersebut
dilakukan?
Bisa dibilang pagi mungkin setiap pagi, dan
setelah makan siang sekitar jam setengah 2
atau jam 2 lah aktifitas dimulai kebali, bisa
dikatakan tiga kali lah sama malam, pas
aktifitas lembur, tapi kalau sekarang sih
aktifitas lembur udah mulai berkurang sih
palng saya ganti sore
Pengawasan dilakukan pada pagi hari, setelah
istirahat siang dan malam hari jika aktivitas
kerja lembur kalau tidak ada aktifitas lembur
ya sore.
Menurut Anda bagaimana keefektifan
pengawasan yang diberikan kepada pekerja?
Belum kalau untuk efektif mah.. karna yaa
banyaknya orang-orang di lapangan, kurang
jumlah gitu yang ngawasin, mereka kan
banyak saya sendiri mba .. jadi ya itu masih
Belum efektif karena, jumlah pengawas
kurang
kurang walaupun gajadi hambatan juga sih..
jadi ya kalo dibilang efektif sih yaa masih jauh
mba..
Lampiran 4
Matriks Wawancara Informan Kunci
Pertanyaan Informan Kunci
Perilaku Tidak Aman IK Kesimpulan
Menurut Anda bagaimana perilaku tidak aman
yang sering pekerja proyek konstruksi lakukan
pada saat bekerja?
Yaa, banyak ya. Yang paling sering sih ga jauh
jauh dari masalah APD , kamu tau sendirikan
kalau para pekerja di proyek itukan punya
rentang pendidikan yang beragam yaa,itu
mempengaruhi banget bagaimana mereka ,ehm
melihat perilaku aman dan tidak aman,
kebiasaan pekerja pekerja itu suka melempar
alat kerja, terus juga ketaatan mereka memakai
APD, mengikuti prosedut yang ada itu sangat
kurang, sangat banyak banget terjadi di hhmmm
proyek proyek gitu
Menurut informan kunci, perilaku tidak
aman yang sering dilakukan oleh pekerja
pada proyek konstruksi adalah melempar
alat-alat kerja, tidak menggunakan APD
dan kurang mengikuti prosedur.
Menurut Anda, mengapa pekerja tersebut
berperilaku demikian?
Banyak sih, salah satunya yaa karena K3 ini
masih awam bagi mereka, mereka masih belum
paham konsep dasar dari K3 itu sendiri dan
awarnese nya juga ehmm masih kurang
meskipun mereka sudah tahu, jadi ada beberapa
di proyek yang sudah saya tangani eehhmm
mereka sudah tau tentang K3, tapi awarnese
kepekaan mereka terhadap hmm melakukan
yang kita rancang itu kurang. Mereka
beranggapan APD itu membuat ribet saja.
Ehmm tunggu tunggu tadi juga ada faktor
ketidaknyamanan yang menyebabkan pekerja
itu males make APD.
Menurut informan utama, terjadinya
perilaku tidak aman pada pekerja proyek
konstruksi karena para pekerja belum
paham dan masih awam mengenai
konsep dan penerapan K3. Selain itu bisa
juga karena kurangnya kepekaan terhadap
keselamatan dalam bekerja. Faktor
kenyamanan yang dirasakan pekerja juga
termasuk alasan kurangnya perilaku aman
pada pekerja
Bagaimana biasanya ketersediaan APD yang
disediakan pihak perusahaan bagi pekerja pada
proyek konstruksi?
Tentang ketersediaan APDnya juga perlu
diperhatikan, karena kan sudah sudah ada
ketentuan di UU No 1 Th 1970 bahwa
perusahaan harus menyediakan APD secara
cuma cuma, namun ya masih banyak juga
perusahaan tidak menerapkanya. Seperti ada
yang ga terlalu konsen tentang budgeting APD,
perusahaan asing biasanya mengharuskan untuk
detail tentang budgeting, sedangkan perusahaan
lokal atau dalam negeri kurang memperhatikan
budgeting tentang APD
Menurut informan utama APD harus
disediakan oleh pihak perusahaan secara
cuma-cuma untuk semua pekerja.
apa saja biasanya jenis APD yang disediakan? Yaa tergantung dengan bahaya yang ada
diproyek itu sendiri, biasanya jenis APD yg ada
yaaa ada harnest untuk pekerjaan
ketinggian,masker, dan yang sangat umum
diproyek itu helm sama sepatu lah
APD yang disediakan biasanya body
harnest, masker, helm dan sepatu
Bagaimana ketersediaan APD yang seharusnya
disediakan oleh pihak perusahaan?
Ketersediaannya ya tergantung komitmen dari
perusahaanya terhadap K3, yaa seharusnya sih
sesuai yang dengan aturan yang berlaku,
ketersediaanya harus sesuai dengan pekerja,
harus ada manajemen APD nya mulai dari
proses pengadaan APD, distribudi, perawatan
APD nya. Kalau untuk proyek konstruksi seperti
yang saya sebutin tadi, sepatu dan helm itu udah
merupakan atribut umum banget deh untuk
proyek, kalau udah ga ada helm sama sepatu itu
mah udah kebangetan sih menurut saya,hehe
Penyediaan APD tergantung pada
komitmen dari perusahaan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja, namuan
seharusnya penyediaan APD disesuaikan
dengan pekerja
menurut Anda, bagaimana biasanya
hukuman/sanksi yang berlaku untuk pekerja
yang berperilaku tidak aman?
Kalau ditempat saya itu, punishmentnya ada
tingkat peringatan, misalnya dibolongin id nya
satu kali itu tandanya ringan, sampe 3 kali itu
tandanya pelanggaran berat, lalu disebar
fotonyas sehingga bisa jadi contoh untuk
Hukuman atau sanksi yang biasanya
diberikan kepada pekerja yang melanggar
aturan secara bertahap dari peringatan
ringan hingga berat, tergantung pada jenis
pelanggaran yang dilakukan pekerja.
pekerja lain sehingga tidak melakukan hal
tersebut.ehmm juga itu tergantung dengan
tingkat pelanggaranya bisa satu kali melanggar,
tapi sangat berbahaya bisa langsung 3
bolonganya. Kalau misalnya seperti merokok itu
satu bolong, atau misal las tanpa pengaman
tidak ada kompensasi bisa langsung 3 bolongan,
operator tanpa kompetensi harus juga
diperhatikan
Bagaimana pula penghargaan yang biasanya
diberikan untuk pekerja yang berperilaku aman?
Kalau tentang penghargaan untuk best worker
sih biasnaya berupa hadiah atau penghargaan
supaya best worker nya merasa dinilai dan
dihargain kerjanya selain itu untuk memicu
teman kerjanya juga supaya termotivasi untuk
berperilaku aman. Kalau ditempat saya setiap
bulan ada safety campign memberitahukan
tentang kegiatan-kegiatan keselamatan. Setiap
bulan campign yang dilakukan selama 15 menit,
ada best worker, hal tersebut bisa jadi motivasi
juga, yang menang dapat hadiah reward seeprti
minuman ataupun voucher karena kita tifak bisa
ngasih uang langsung
Penghargaan seharusnya ada diberikan
untuk pekerja agar pekerja lebih
termotivasi dan merasa dihargai.
Menurut Anda, bagaimana seharusnya sistem
hukuman atau penghargaan yang efektif
diberikan kepada pekerja konstruksi?
Kalau menurut saya ya, seperti yang saya
bilang tadi, sistim hukuman atau sanksi untuk
para pekerja yang suka melanggar aturan K3 itu
harus lebih tegas lagi, maksudnya yaa jangan
hanya sekedar teguran lisan harus yang ngena
lah ke mereka seperti berhenti kerja (
diberhentikan beberapa hari) terus fotonya
disebarin, biar yang lain tau apa sanksi kalau
bekeja tidak sesuai aturan. Hmm, Kalau untuk
Hukuman atau sanksi yang diberikan tidak
hanya berupa teguran lisan namun juga
perlu menampilkan foto pekerja yang
berperilaku tidak aman di papan
pengumuman untuk menimbulkan efek
rasa malu dan jera bagi para pekerja.
Selain itu untuk reward bisa diberikan
dengan dimulai dari ucapan terimakasih
kepada pekerja dan juga pemberian hadiah
penghargaan seharusnya manajemen juga ikut
langsung memberikan hmm semacam apa ya
support atau ucapan terikasih langsung kepada
best worker, karena pastinyakan pekerja merasa
bangga kalau dapat sambutan baik baik dari
manajemenya, selain itu juga seperti yg saya
bilang tadi kasih hadiah, alangkah lebih baiknya
hadiahnya itu berupa atribut safety seperti
helm, sepatu, masker dan sebagainya sehingga
semakin membuat mereka semangat untuk
bekerja dengan aman. Terus menurut saya
menggunakan stopcard juga lebih efektif ya, itu
juga melibat seluruh pekerja untuk
mengidentifikasi perilkau tidak aman ditempat
kerjanya
seperti APD.
Bagaimana pengawasan yang biasanya
diberikan kepada pekerja saat bekerja pada
proyek konstruksi?
Ya seperti pengawasan biasanya, minimal harus
ada yang mengawasi selama pekerjaan
berlangsung, karena kan bahaya ditempat kerja
konstruksi itu banyak ya terus belum lagi
resikonya juga besar
Pengawasan biasanya diberikan selama
pekerjaan berlangsung karena bahaya
ditempat kerja konstruksi itukan banyak
Siapa yang biasanya melakukan pengawasan
tersebut?
Ada beberapasih, biasanya orang safetynya dan
project manajer nya lah sebagai kepala
sekolahnya disana ibaratnya gitu
Pengawasan biasanya dilakukan oleh
pihak safety dan penanggung jawab area.
Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan? Setau saya ya, biasanya pengawasan itu
dilakukan pada saat pagi beberapa saat pekerja
memulai pekerjaanya lah, terus jam-jam siang
gitu, kira-kira setelah makan sianglah, pas
banget tuh kan jam jam ngantuk kerja, dan
palingan ditambah dengan sore sebelum balik
kerja
Pengawasan dilakukan setidaknya tiga kali
sehari yaitua pagi, siang dan sore hari.
Menurut Anda, bagaimana seharusnya
pengawasan yang efektif diberikan kepada
Konstruksi kan banyak ya, bisa dilegasikan
kepada mandor atau leader, harus ada incahrt
Pengawasa itu sebaiknya dilakukan
dengan cara mendelegasikan mandor atau
pekerja di proyek konstruksi? yang selalu keliling mmperhatikan pekerja.
Supaya pekerja ini bisa terpantau terus, selain
tujuanya untuk memantau pekerja pengawan
yang efektif harus bisa juga mencipkan tempat
kerja yang aman, jadi para pengawas nya juga
harus telaten menilai apakah tempat kerja atau
area kerjanya bagus dalam artian rapi tidak
banyak material berserakan tidak pada
tempatnya, hmmm terus pengawasnya juga
harus tegas menindak lanjutin jika ada pekerja
yang bekerja tidak sesuai aturan
leader dan harus ada inchart yang selalu
berkeliling memperhatikan pekerja supaya
pekerja ini bisa terpantau terus
Lampiran 5
Transkrip Wawancara Informan Utama
IU 1
1. Nama : Andre
2. Usia : 23 Tahun
3. Pendidikan terakhir : SMP
P : mas coba ceritain dong mas gimana nih bapak kerjaannya sehari-hari?
I : Kerjaan sehari-hari yaa.. apa yaa,
P : coba mas ceritain gimana cara kerjanya?
I :kerjaan saya ya masang able ini aja mba..
P : gimana tuh mas,ngelakuin kerjaan mas itu?
I : ya dikerjain aja mba, yang pasti cepet selesainya sesuai sama yang diminta sama bos
gitu..
P : ini awalnya gimana sih mas proses masang ablenya ? ceritain dong
I : hehe ceritainya saya juga bingung, mba foto aja
P : hehe iya, kerjaan mas bagian ini aja apa ada bagian lain?
I : yaa palingan masang able ini mba terus pengecoran
P : terus gimana aja nih pak perilaku yang sering mas lakuin kalo kerja yang kira-kira bisa
bikin bahaya sama celaka lah , gimana aja?
I : maksudnya kaya gimana ya mba?
P : iyaa, contohnya kaya gini pak ga ngelakuin pekerjaan sesuai perosedur atau apa yang
disuruh gitu, ga ngerawat peralatan kerja, ga ngasih tau temen kalo ada bahaya, ga pake APD, ga
naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja sambil
ngerokok, sama becnda sama temen, gimana pak yang sering dari contoh yang saya sebutin itu
pak?
I : kalo yang sering sih paling saya ga pake APD sama ga narok alat kerja ditempatnya
sembarang gitu, mba bisa liat sendiri lah ini hehehe
P : itu aja mas ? kalau lempar alat kerja gitu, ngasih ketemen?
I : ngerokok juga sih mbaa iyaa... trus kalau ngelempar alat kerja itu tuh jarang, karena
udah pad apunya sendiri sendiri
P : trus selain itu apalagi mas? Saya kemaren liat mas kerjanya cepet banget deh sigap gitu
I : hmmm... gitu sih kalo yang sering mba… oh itu mba pas itu hari sabtu ya ?hehe saya
kalau ahri sabtu maunya buru-buru aja pulangnya mba, kan mau malmingan anak muda amba
hehe.
P : terus kenapa mas ga make APD ?
I : ya saya engga punya gimana dong mba, saya mah kerja suka ngikuti aturan ko mba,
tapi kalau disini kan kerjanya engga ada aturan mba ehhe, kalau disini diwajibkan pake helm
saya ya pasti pake helm mba.
P : hmm,, kalau ngerokok sambl kerja itu kenapa sih ?
I : ya kalo ngerokok ya emang udah biasa mba.. soal ngerokok udah soal pribadi, saya
juga bingung soalnya jawabnya,ga enak juga kalo ga ngerokok mah..
P : trus gimana tuh mas perasaanya mas berperilaku kaya gitu mas?
I : perasaannya mah biasa aja sih,.
P : biasa aja ya mas?
I : gimana ya, soalnya ngerokok itu udah kecanduan sih, jadinya susah
P : trus kalo untuk APD disini gimana mas penyediaannya?
I : Kan tadi saya dah bilang, kalau disini ada aturan pake helm pake safety, pasti semua
pasti pake mba, saya aja ketemu orang kantor aja jarang. Kalo disini gini mba modelnya, kerja ya
kerja aja dating kerjain, saya aja bingung mba sama proyek disini ini proyek beneran, apa proyek
bohong –bohongan, mba turun aja dari lantai 18 berapa orang, kalau lagi rapat atau meeting
banyak, tapi kalau dilapangan pad aga ada yang naik, kita aja yang kerja malah bingung
P : Jadi gimana tuh mas, ada gasih disediaain APD nya?
I : Duh mba, kan saya bilang ini proyek main-main apa beneran sih hehe, engga ada mba
disediaain ,saya gapunya sama sekali mba bisa liat nih kaki saya hehehe
P : oh gitu mas
I : iya mba, disini beda dengan diproyek-proyek sebelumnya ditempat saya pernah kerja,
langka deh mba tempat kerja bebas begini hehe
P : terus nih mas jelasin dong mas gimana hukuman atau sanksi gitu pak yang berlaku
disini kalo ada pekerja yang cara kerjanya berbahaya gitu pak bisa bikin celaka kaya ga pake
APD gitu gimana pak?
I : Ga ada, disiniloh ga ada hukuman saya mau ngerokok kek, mau ngapain hehehe
P : ah masa sih mas ?
I : iya mba, kalau ditempat lain sih pernah, tergantung kontraktor sih mba, kalau pas saya
kerja di jaya konsturksi iya suka di tegur
P : oo gitu mas , terus kalo misalnya mas atau temen-temen kerjanya bagus gitu pak pake
APD terus, gamacem2 gitu, ada kaya hadiah atau penghargaan gitu disini mas ?
I : wah kalau pengahrgaan sih engga mba, paling ya cuman apa ya, disanjunglah, itu
udah, maksudnya dibandingkan dengan pekerja lain lebih bagus lah
P : terus kalau untuk pengawasan nih mas gimana pengawasan dari orang kantor kalo mas
lagi kerja?
I : ya makanya itu kalau meeting banyak orang kantor, tapi kenapa pas kerjaa diatas ini,
gapernah ad aorang kantor naik,
P : Berarti pak komar doang mas yg suka naik ?
I ; Kalau saya perhatiikan iya sih mba, yang paling PM lah seminggu dua kali ngecek, tapi
P : kapan aja mas biasanya pengawasanya ? pagi siang atau sore mas?
I : ya sering sihh, tapi ga rutin gitu sih ga, terus kalau adapun yang naik keatas palingan
pagiii kalau ga sore jam 3 atau jam 4
P : terus gimana mas yang bapak rasain pak pas ada pengawas gitu orang safety muter gitu
di tempat bapak kerja pak?
I : malah seneng loh mba
P : hehe masa sih mas ?
I :hehhe, tanaya aja itu temen saya, malah seneng loh mba, soalnya itu kita kerja, yaa gak,
udah dapet seginilah, engga pernah dikoplein engga pernah diginiin gimana perasaanya ?hehe
P : Setiap pagi emangnya ga ngumpul safety morning gitu mas ?
I : Ga ada mba ehhe, paling ngumpul dibedeng office hiihhi
P : Seneng ya diawasi ehhe
IU 2
Nama : Purnomo
Usia : 30 th
Pendidikan terakhir : SD
P : Bapak kalau disini kerjaanya ngapain aja pak ?
I : masang hable, plester mbaa
P : itu gimana kerjanya Pak?
I : pertama kali bikin lot-lot an, ditarik benang tinggal dipasangin mba disusun gitu
P : Terus kalau selama kerja disini pernah ga pak ngalamin kecelakaan kerja gitu ?
I : Yaa paling luka kena paku, wajar mah kalau kenap aku, palu atau martel gitu mba,
namanya juga kerja bangunan
P : Kalau kena paku gitu kaki apa tanganya pak ?
I : ini nih mba tangan saya, sedikit aja sih, gores biasanya
P :Kalau perilaku bapak yang biasanya bias menyebabkan kecelakaan kerjai tu biasanya
gimana pak ? , ceritain dong pak, gimana biasanya perilaku yang sering bapak lakukan pada saat
bekerja yang ga sesuai dengan aturan K3?
I :apa yaa, paling yang ngelanggar yang kadang ditegorin itu karna gapake APD mba, dan
narok alat kerja sembarangan ajasih.
P : selain itu apa lagi pak yang dilarang dan sering dilakukan? Kayak ngelempar peralatan
kerja sering ga pak ?
I :ya sering, itu mah udah wajar itu , kan lama dari pada jalan lama, ribet
P : tapi kan bahaya pak , nanti kena kaki temenya atau apa
I : yakan diarahin, awas baru dileparin mba
P : terus apalagi pak, yang sering bapak lakuin ? ngerokok sambil kerja mungkin pak?
I : paling apa yaa, kalo saya sih ngerokok paling berhenti dulu kerja, saya tidak bisa
disuruh kerja ngerokok, ga fokus saya, jadi kalau saya mau ngerokok saya berhenti dulu,istirahat
dulu lah duduk dipojokan
P : Kalau ga pak APD gitu, kenapa bapak perilakunya kaya gitu pak?? Terus napa pak
berantakan gini sembarangan aja narok alat kerja gergaji gini ?
I : Ada tapi ribet, ini pun kepalanya pusing saya kalau dipake, berat kepala saya ..ini aja
sepaatu lepas saya, kalau ini mah biasa aja neng kan bisa keliatan juga
P :terus mana sepatunya ?
I : Ada di mess dibawah
P : terus gimana pak perasaanya berperilaku demikina? Ada perasaan was-was ga sih pak ?
I : engga biasa aja mba, udah lama saya kerja begini juga
P : terus untuk ketersediaan APD disini gimana pak?
I : ya disediainya
P : trus untuk kondisi APD yang disediakan itu gimana pak?
I : yaa kalo untuk kondisinya sih layak pakai lah mba,, kalau ga layak, gabakal mau saya,
dibuang ama saya, saya aja kalau dikasih sepatu kecil aja dibuang, sepatu apaan ini berat-beratin
P : yah bapak, dikasi atuh ketemenya hehe jadi untuk kesesuaian jumlah APD sama
pekerjanya disini gimana pak?
I : ya harus ditambah kayaknya, masa temen saya berkali-kali minta gadapet-dapet,
katanya kan kalo butuh tinggal minta ke kantor , eh setiap kita kesana dibilangnya abis mulu,
berarti kurang kan ya...
I : hmm menurut apak nih, APD yg disediaain udah sesuai belom pak dengan bahaya yg
ada ?
P : menurut saya sih sangat kurangsih ya, karena kita bekerja juga mengahdapi debuya
mba, tapi ga dikasih masker
P : Terus untuk perawatanya biasanya gimana pak ?
I : Hehe, boro-boro dirawat mba, dipake aja jarang sama saya mba
P :hmm, terus jelasin dong pak kalau untuk sanksi atau hukuman yang ada di sini untuk
pekerja yang perilakunya ga aman, yg ga sesuai lah gitu sama aturan k3 pak
I : safety tu seharusnya ada, pasti ada disini ada k3 nya, tapi ya kita bandel ja, ditegur
paling tapi ya kita agghhh didalam rumah juga, kecuali saya dibawah diluar saya pake,
P : kalau untuk hadiah atau penghargaan gitu disini gimana pak untuk pekerja yang patuh,
perilakunya aman sesuai aturan K3 gitu
I : kalau diproyek ini ga ada,kalau dulu dimana ya , tempat dulu saya kerja ada
P : oh gituu, terus kalau pengawasan itu gimana disini pak?
I : ya ada sih mba yang ngawasin terus, tadi abru aja pengawasnya turun
P : ngapain aja tuh pak biasanya?
I : ya sembari lewat liat gitu kalo ada yang ga sesuai menurut mereka yang ditegor
P : kapan aja pak biasanya pengawasannya pak, terus siapa yang ngawas pak ?
I : ya tidak tentu mba kapanya, palingan orang safetynya mba
P : tapi setiap harinya ada pak?
I : ya kadang-kadang,ada kayanya sih mba, Cuma kadang mah lewat doang gitu bentaran
P : terus menurut bapak gimana gimana perasaan bapak kalau lagi ada pengawas /
I : saya mah tenang aja, karena sudah kenal juga udah lama paling saya ajak ngobrol aja
sih
IU3
1. Nama : Ribut Jayanto
2. Usia : 25 th
3. Pendidikan terakhir : SMP
P : Pak ceritain dong pak coba, gimana kerjaan bapak disini sehari-harinya gitu?
I : kerjaan mba?
P : iya gimana kerjaan bapak biasanya disini? Ngapain aja gitu pak?
I : kalo sekarang mah ya lagi gini gini aja mba ngecor, namanya juga udah finishing mba..
P : selain itu ngapain aja pak?
I : ya pasang able, ngegergaji able –able nya buat dipasangin ya kan, trus disusun ablenya,
disemen, namanya bikin bangunan ya mba ya begitu lah.. kadang ya juga bkin kolom, nyusun
besinya, ya tergantung gitu perharinya kita gimananya..
P : nah gimana itu bapak ngerjain kerjaannya pak? ceritain gitu pak gimana caranya bapak
ngerjain kerjaannya bapak itu pak gitu...
I : kalo bikin kolom ya bekisting, dipasang besi gitu dipakuin triplek nya buat penahan
coranya nanti mba, abis itu yang lain mah ya kaya nyemen ya ngaduk semen dulu kan tuh, trus
ya dicor kolomnya mbaa, nanti kalau udah beku udah jadi gitu dibuka lagi penutupnya,tripleknya
ini loh mba
P : terus gimana pak perilaku atau cara kerja bapak deh yang sering gitu bapak lakuin tapi
yang bisa bikin bahaya lah gitu atau celaka pak?
I : maksudnya kaya gimana ya mba?
P : iya perilaku yang sering bapak lakuin kaya contohnya... ga ngelakuin pekerjaan sesuai
perosedur atau apa yang disuruh gitu, ga ngerawat peralatan kerja, ga ngasih tau temen kalo ada
bahaya, ga pake APD, ga naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih
ketemen, kerja sambil ngerokok, sama becnda sama temen, nah gimana aja nih pak yang sering?
I : iyaa... itu APD
P : gapake APD pak? sering? APD apa pak yang sering gadipake?
I : iya sering, wong saya ga punya APD nya sama sekali mba,gadikasih dari sananya
P : nah selain gapake APD gitu gitu apalagi pak yang sering? ga naro alat kerja
ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja sambil ngerokok, sama becnda
sama temen, nah gimana lagi nih pak yang sering?
I : ya paling ngerokok mba, saya suka becanda sama temen yang lain mba, Kalo narok alat
kerja sembarangan ya maklum aja ya mba,karena kan kerjaanya di proyek gini mba, gak ada tempat
tempat khsusu seperti pekerjaan lainya.
P : selain itu apalagi pak ?
I : kalo yang sering mah itu aja mba..
P : jadi kenapa tu pak , suka berperilaku begitu ?
I : yaa kalau ga ngerokok lama mba beres kerjaanya, hmm gimana ya mba susah juga sih
kita laki laki jelasin ke perempuan, saya juga suka ditanyain juga sm org kenapa saya
ngerokoknya banyak , hehehe
P : yakan bahaya pak, nanti bapak keasikan ngerokok malah kenapa kenapa lagi
I : susah sih mba jelasinya, mungkin karena saya udah terbiasa mba jadi saya gapapa,
heheh, kalau masalah kenapa kenapa itu mah musibah mba, siapa aja bisa kena mba
P : hm, kalau becanda dg teman itu kenapa pak ? nanti ke asikan becanda kakinya kena
pacul loh pak pas ngaduk semenya
P : engga lah mba, ya gimana mba kerjaan ditempat beginian serius-serius amat seperti
orang kantora ya ga mungkin mba hehe, kerjaan udah bikin capek badan mesti relax lah mba
dengan becanda sm temen temen hehe, mba bisa rasain juga kan gimana suasana kerja digedung
ini kalau ga ada suara ketawaa ehhe serem mba hehe
I : bapak bisa aja ngeles nya, kalau kek gini gimana tuh pak berserakan gini ?
P : Kalo narok alat kerja sembarangan ya maklum aja ya mba,karena kan kerjaanya di proyek gini
mba, gak ada tempat tempat khsusu seperti pekerjaan lainya., kalau begini kan gampang ambilnya mba
I :pak gimana sih pak perasaanya kalau lagi berperilaku demikian, ga aman ?
P : hehe ya biasa aajasih mba, karena kan kerjaanya juga udah ga bahaya bahaya banget
mba jadi udah aman lah kerja sambil becanda
P : hmm, gt ya, kaau utk APD jadi gimana tuh pak ketersediaan APD dii sini yang di
sediain orang kantornya?
I : ya ga ada mbae, saya aja ngaduk semen ga pernah pake sepatu mba, untung aja kaki
saya udah kebal mba, jadi rapopo hehe
P : hehe, sibapak, terus gimana kalo untuk hukuman atau sanksi gitu pak kalo bapak kerja
kaya gapake APD gitu?
I : gaada kalo hukuman gitu, paling ya ngingetin aja gitu, gimana mau ngehukum ya mba,
emang dari sananya aja udah ga nyediaain,
P : oo jadi tetep di ingetin gitu ya pak?
I ; ya palingan diingetin, baapk kerjanya hati hati ya pak
P : nah terus kalau untuk hadiah gitu atau penghargaan kalo bapak kerjanya bagus,
gapernah ngelanggar, gimana pak?
I : kalo hadiah...belum yaa.. belum pernah dapet, ya gimana saya mau dapet mba, saya
ibaratkan nya ngelanggar terus, ga ada APD saya mah
P : temen-temen bapak yang lain mungkin bapak pernah liat?
I : belum sih belum ada yaa kalo kaya hadiah gitu...kita gapernah terima gitu lah..
P : berarti dsini kalo untuk pengawasan yang diberikan gimana pak?
I : ada itu pak ma pak komar, safety man ya keliling gitu
P : ngapain aja itu pak?
I : ya itu tadi kalo ada yang punya APD tapi gapake APD ditegor gitu, pas dia lagi
keliling, kalo ga karena gapunya paling dibilangin ppak hati-hati kerjanya
P : selain pak komar siapa lagi pak?
I : yaa paling dia ajasih mba
P : kapan aja itu pak?
I : yaa, ga nentu sih mba kelilingnya, ya ga pasti gitu waktunya kapan aja tapi adaa..
sering dia.. siang, sore, pagi juga sering keliling sih..tapi ga disini terus gitu.. jalan keliling muter
liat yang lain juga..
P : terus gimana yang bapak rasain pak pas pak komar itu ke lapangan muter liat dan
ngawasin bapak kerja gitu pak?
I : yaa kalo kalos ama sih biasa aja mba,lagian ga lama juga kok pak komarnnya keliling-
keliling gitu, ga liatin sepanjang hari gitu, jadi yaa gapapa biasa aja gitu..
IU 5
Nama : Ahmad Wahyudin
Usia : 28 th
Pendidikan terakhir : SMP
P : pak ceritain pak gimana kerjaan bapak setiap hari pak?
I : banyak mba kerjaan saya sih pasti ada aja tiap hari..
P : apa aja tuh pak kerjaannya?
I : saya cor kolom ini juga mba,masang able, plester , apa ajasih mba kalau saya mah
P : tiap hari itu begitu pak?
I : iya mba tergantung kan hari ini udah sampe mana gitu kerjaannya hmmm ya tergantung
gitu besok di lanjutin lagi gitu.. kalo udah trus yang lain..gitu lah..
P : gimana pak bapak ngerjain kerjaan-kerjaannya bapak itu pak?
I : kalo cor kolom itu ya, dipaku-pakuin dulu mba dulu mba kayunya atau tripleknya baru
lanjutdicor
P : terus dari bapak ngelakuin kerjaannya bapak gitu, gimana perilaku yang sering bapak
lakuin yang berbahaya gitu pak yang bisa mengakibatkan bapak celaka gitu? Bahaya buat bapak
lah..
I : gaada sih kalo bahaya mah..
P : kayak gini pak contohnya.. ga ngelakuin pekerjaan sesuai perosedur atau apa yang
disuruh gitu, ga ngerawat peralatan kerja, ga ngasih tau temen kalo ada bahaya, ga pake APD, ga
naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja sambil
ngerokok, sama becnda sama temen, gimana pak yang sering dari contoh yang saya sebutin tuh
pak?
I : kan kerjaan saya gini gini aj aja nih mba ,jadi ya saya ga perlu APD gitu, ga make APD
mba, karena ya saya kerjanya gini aja mbak, gak manjat-manjat
P : oo jadi APD ya pak?
I : apalagi yaa
P : oo, ga naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja
sambil ngerokok, sama becnda sama temen gimana pak? Atau selain itu gimana lagi yang
seringnya dilakuin gitu lah pak?
I : ngerokok sih yaa..iyaa juga sering..begitu aja kayanya mba..
P : selain itu pak gimana lagi pak yang sering?
I : gaada lagi sih begitu aja sih mba kalo yang sering gitu ya itu aja kayanya..
P : kalo ngerokok gitu kenapa pak?
I : hmm..kalo ngerokok itu mah biar enak aja gitu kerjanya kan..udah biasa juga sih
ngerokok jadi ya ga afdol aja gitu mba rasanya kalo kerja tuh ga ngerokok hehe..
P : kalo untuk APD yang disediain disini gimana pak?
I : ada kalo Apd mah..sepatu dikasih orang kantor, sama helmnyajuga
P : disediain orang kantor semua pak?
I : iya dari kantornya , ada yang dikasih dipinjemin gitu kan..kita pinjem nanti dibalikin
lagi ke orang kantornya..
P : kalo yang dikasih gitu gimana pak langsung dikasih gitu?
I : kalo helm sama sepatu sih dari awal mulai kerja disini langsung dikasih..kalo yang lain
dipinjemin juga ada juga yang dikasih juga masker, yang dipinjemin lainya yaitupelindung
ketiggi
P : apa aja tuh pak yang dipinjemin gitu?
I : dulu ya kalo mau kerja di atas itu dipinjemin body harness gitu tapi ya itu harus minta
dulu ke kantor..kita kalo ga dipake diomelin tapi kalo mau make harus minta dulu ke kantornya,
bikin malesnya itu sih..
P : selain body harness apalagi pak?
I : iya itu mba aja sih mba yg saya tau..
P : trus kan yang kalo yang ga dipinjemin gitu kan bapak bawa pulang kan ya udah buat
bapak gitu kan, nah itu gimana bapak nyimpennya pak?
I : disimpen ya palingan ya dibawa ke rumah ya mba pastinya mah ya.. taro di rumah gitu
kalo udah pulang mah
P : gimana itu bapak nyimpennya di rumah?
I : iya sepatu mah taro di tempat sepatu gitu...
P : kalo untuk pas lagi di tempat kerja gini nih pak, misalnya bapaknya lagi gaada kerjaan
atau lagi jam istirahat gitu, gimana nyimpen APDnya pak?
I : dsimpen dideket-deket sini aja mba biar ga susah ngambil lagi kalo mau mulai kerja lagi
yaa kalo jauh-jauh ntar susah lagi ngambilnya, istirahat juga sebentar aja..
P : ga disimpen di kotak khusus APD itu pak kan ada?
I : jauh mba males ke sananya, istirahat juga paling kita deket sini paling ke warung bentar
kadang beli makanan trus ke sini lagi males kalo nyimpen disana jauh lagi istirahatnya juga kan
bentaran doang gitu..
P : trus kalo untuk kondisi APD yang disediain dari kantor gitu gimana pak kondisinya?
I : bagus sih kayanya ya.. yang dikasih bukan APD yang rusak kok..
P : trus kira-kira nih pak, gimana kalo untuk APD yang disediain itu sama kesesuaian sama
bahaya yang ada disini ?
I : wah kalau itu saya ora ngerti mba ee, saya dulu Cuma dikasi sepatu sama helm wae
mba, itupun mba lait sendiri saya ora make hehe
P : yah sibapak, dipake la pak,nah kalo jumlahnya gimana pak?
I : ribet mba, jumlahnya gimana nih mba maksudnya?
P : iya kesesuaian jumlah APD yang disediain sama jumlah pekerja disini gimana pak?
I : nah itu yang masih kurang kan kayak tadi saya cerita..kuranglah pokonya..harusnya
ditambahlah biar semuanya kebagian biar ga diomelin kalo gamake kan..
P : jadi belum sesuai jumlah APD sama pekerjanya ya pak ya berarti...terus jelasin dong
pak disini gimana hukuman atau sanksi buat pekerja yang misalnya gapake APD, ngerokok gitu
gimana pak?
I : hmm..yaa kalo kita gapake APD gitu ya paling ditegor aja gitu kadang ya juga diomelin
gitu kadang-kadang..dikasi tau diingetin gitu mba..biasanya ada tuh yang suka lewat kalo ini
ditegor sama dia..
P : berarti ditegor aja gitu pak ya...trus gimana kalo untuk hadiah atau penghargaan lah gitu
pak buat misalnya pekerja yang kerjanya bagus?
I : gatau tuh mba saya ada hadiah-hadiah gitu..gapernah dikasih sih kalo saya mah..gatau
ya..
P : mungkin ada gitu temen bapak yang lain disini pernah dapet hadiah gitu dari kantor
karna kerjanya bagus gitu pak?
I : ga pernah tau tuh saya mba..ga ngerti..
P : oo gitu ya pak.. kalo bapak lagi kerja gimana pak pengawasan dari pihak kantor pak
kalo bapaknya lagi kerja gitu?
I : ya ada sih pak komar disini biasanya yang ini ngatur kerjaan gitu ini ngapain2nya lah
gitu..
P : ngawasin safetynya gitu pak? Ngeliatin bapak pake helm gitu pak ?
I : iya paling gitu aja sih mba, keliling2 mantau mantau kerjaan lah
P : orang safetynya itu pak?
I : iya kayanya..
P : ngapain aja pak kalo ke sini gitu?
I : ya paling itu tadi kalo gapake helm ditanyain kenapa gitu..disuruh pake gitu sih..
P : kapan tuh pak biasanya?
I : jarang-jarang ya kayanya..tapi kadang ada..ga terlalu merhatiin juga sih saya..
P : gimana pak yang bapak rasain kalo lagi diawasin orang safety nya gitu pak?
I : merhatiin aja engga mba saya, saya mah kerja aja, kalo ditegor suruh pake sarung
tangan tuh misalnya ya kalo ada saya pake gitu.. kadang saya juga gatau ada yang ngawasin..
Lampiran 6
Transkrip Wawancara Informan Pendukung
1. Nama : Ahmad Komar
2. Usia : 42
3. Jabatan : Safety
4. Pendidikan terakhir : S1
P : pak, menurut bapak gimana sih perilaku tidak aman pekerja yang sering dilakukanya
saat bekerja ? tolong ceritain dong pak hehe
I : wah itu lumayan banyak mba hehe
P : wah apa aja tuh pak contohnya? Yang paling sering bapak liat
I : Dulu yang paling sering tuh ketika bekerja diketinggian sih gapake body harness, gapake helm
gitu, tapi kan kalau sekarang palingan ga pake masker,helm ,sama sepatu mba..soalnya udah
masuk tahap finishing …
P : oo, APD gitu ya pak, selain itu apalagi pak kira-kira?
I : yang paling sering sih itu yaa, paling kalo untuk kerja masalah material gitu sih yang sering
kita tegur tentang ini yaa, nah kadang material itu suka dilempar aja, suka narok sembarangan
peralatan kerja
P : nah menurut bapak kenapa tuh pekerja perilakunya kaya gitu? Alasan mereka gitu pak...
I : Sejauh ini ya yang saya tau biasanya pekerja yang ada APD ga make APD karena kurang
paham manfaat APD itu, kalau dari kita sih kendalanya kurangnya penekanan juga mba,
keterbatasan kita juga stack jadinya , saya pun ingin berbuat melakukan penekanan kemeraka
pun tapi support kita dari atasan kurang jadi akhirnya semuanya seperti itulah yang mba liat
P : selain itu apa lagi pak kira-kira, yang bikin mereka tuh berperilaku kaya gitu pak?
Motivasinya lah istilahnya gitu pak
I : ya paling sih karna kebiasaan mereka juga yaa, susah jugaa sih mba dijelasinya, karena disini
kendalanya kita kurang nya SDM juga, seperti mba tau sendiri kalau saya disini sendirian
mencakup safety officer dan safety man jadi kurangnya pengawasan juga sih,
P : terus kalau untuk ketersediaan APD yang disediakan pihak perusahaan gimana pak?
I : Dulu nya sih kita sediain ya mba. Walaupun seadanya, awalnya kita pinjamkan mba nanti
kesananya kalau ada apa apa harus ganti, misalnya ada kehilangan kerusakan mereka harus
ganti, seperti semula. Jangan sampe kita pinjamkan tapi mereka tidak ada tanggung jawab, tapi
kenyataan dilapangan ada ada aja mba. Jadi kendala juga buat dikita sendiri juga begitu, kita
sudah sering kali kasih kemereka , malah ga dipake hmm suka apa,semacem buat mereka itu
ahh apa ya, buat mereka itu engga betah padahal itu semua buat mereka pribadi juga, tapi
kadang disatu sisi intinya mereka itu bekerja supaya tidak ada terjadi kena gorekan besi stick,
tapi kadang kadang mereka itu disalah gunakan, yaa sepatu ada yg kita kasih dengan utuh
dibelah sama dia hehe, dibolongin depanya udah seperti sandal, jadi macem macem pekerja itu.
I : oh gitu pak, oh ya pak, kemaren pas saya tanya mereka kenapa sih ga pake APD mereka bilang
mereka gapunya dan ga dapat dari kantor mba, itu gimana sih pak sebenarnya
P : ehhe, gimana ya mba sebenarnya, disini itu memang ada pekerja yg tidak mendapatkan
APD, karena jumlah APD yang kita punya belum sebandinglah dari perusahaan,semacam apa
ya, disini itu K3 itu hanya sebastas formalitas aja, kalau ada yang nanya dirpoyek itu ada divisi
k3, ya jawabnya ada. Tapi divisi ini tidak berjalan sebagai mana mestinya, karena memang kita
dari manajemen atas tidak mendapatkan dana khusus tidak ada budgetinglah namanya. Jadi yaa
seperti yang mba liat sehari hari inilah keadaan k3 ataupun APD sesungguhnya
P : hmm, APD wajib yang harus digunain pekerja disini apa aja pak?
I : yaitu sepatu itu udah harus mutlak, helm juga, kalau buat pekerjana ketinggian mesti make
harnest dan kalau memungkin sebenarnya masker juga dibutuhkan baut pekerja proyek sih mba
P : gimana sih pak prosedur tentang APDnya pak?
I : wah kalah masalah prosedur apalagi terkait safety disini bener bener kurang mba, palingan,
prosedur safety terlampir di aturan umum tentang proyek aja mba, nanti deh saya kasih liat mba,
P : kalo untuk penyimpanan APD nya gimana pak?
I : yaa kalo penyimpanan sih ga ada ya mba, karena kan APD kita pinjamkan ke mereka ya
tanggung jawab mereka. Lagian juga stock udah ga ada, kalau kita minta kepusat juga ga akan
dikasih, jadi semuanya terbatas mba hehhe
P : nah kalo galagi dipake gitu pak sama mereka pas jam kerja misalnya disimpennya
gimana sama mereka pak?
I : yaa suka-suka mereka biasanya, kan yaa itu sih kita juga ga nyediain tempat khusus kan buat
APD mereka kalo lagi istirahat misalnya, jadi ya seadanya aja gitu nyimpennya sebisanya
P : oo gituu, nah terus untuk APD yang disediakan gimana pak kondisinya pak?
I : yaa bagus yaa yang pasti, kan yg baru juga yang dikasih
P : jadi bagus semua ya pak kondisi APD untuk pekerja?
I : ya kalo dari kita mah bagus yang kita sediain ga mungkin juga yang jelek kan, kalau duah
sampe ditangan pekerja jadi jelek lain cerita mba hehe
P : gimana pak tindakan bapak kalo ada APD yang rusak pak?
I : yaa seperti yang saya bilang tadi mba pertama kali saya tekan kan tanggung jawab
mereka,mereka harus bertanggung jawab. Karena konsepnya dari awal kita memberikan APD
tersebut mereka harus jaga jangan sampe hilang juga sampe pekerjaan mereka selesai, sebab
kalau dari kita untuk mengganti kembali atau memberikan APD baru saangat tidak mungkin.
Kendalanya disini ya itu tadi mba kurangnya support dari manajemn atas.
P : oo gitu, nah terus menurut bapak gimana kesesuaian jenis APD ang disediakan dengan
bahaya yang ada pak?
I : kalo menurut saya sih belom mba, apalagi dari segi jumlahnya arus ditambah lagi, tapi kayak
nya ga mungkin mba, disini safety itu bukan merupakan suatu hal yang penting mba, kalau kita
keras dilapangan tapi dari manajemnya kurang support itu ga bakal jalan juga, udah lah saya
sendiri disini mba, sepertinya saya orang safety tersibuk deh mba hehe, merangkap pekerjaan
safety officer sekalians afety man
P : nah kalo untuk hukuman dan sanksi gimana pak yang diberikan untuk pekerja yang
berperilaku ga aman?
I : hukumanya sih dulu ada mba, misalnya pekerja nya tidak makai APD jadi kita memberikan
hukuman dia tidak bisa bekerja selama beberapa hari, tapi kalau kesini sini udah engga sih mba,
P : itu kalo untuk prosedur tertulis gtu gimana pak?
I : engga ada sih mba, palingan awalnya teguran aja sih mba, kalau dia memang sulit untuk
dikasih tahu baru saya tindak lanjutin dg stop dia kerja dulu
P : oo gitu, nah terus kalo untuk penghargaan atau reward giu gimana pak yang diberikan
untuk pekerja yang berperilaku aman?
I : apa yaa, yaa, yaa paling kita kash bubur kacang susu paling itu aja hehe, buat penyemangat
mereka untuk terus berperilaku aman. Kalau penghargaan khusus gitu belum ada yaa di kita
disini, bingung juga ngasihnya gitu kalopun ada, keterbatasan dana juga mbaa, kan gada dana
khusus buat acara acara safety kan, jadi kita minim-minimin lah pengeluaran
P : kalo untuk pengawasan pak, gimana pengawasan yang diberikan kepada pekerja saat
mereka bekerja pak?
I : dalam hal?
P : dalam hal safety pak keselamatan
I : kalo pengawasan pasti adalah
P : nah gimana itu pak pengawasan yang diberikan?
I : selama aktifitas mereka masih berjalan. ya paling pagi kita sempatkan duu kekantor sebentar ,
terus kita kelapangan semua harus kita cek pekerja, diaman tempat tempat yang
membahayakan gitu kan, sduah memadaiapa belom pengamanan pengamanan pekerja, semua
kita croccheck lah dari lantai atas sampe awah
P : itu dari siapa aja pak yang ngelakuin pengawasannya?
I : yang paling pasti tuh sih saya mba hehe
P : nah kapan pak pengawasannya itu dilakuin?
I : bisa dibilang pagi mungkin setiap pagi, dan setelah makan siang sekitar jam setengah 2 atau
jam 2 lah aktifitas dimulai kebali , bisa dikatakan tiga kali lah sama malam , pas aktifitas
lembur, tapi kalau sekarang sih aktifitas lembur udah mulai berkurang sih palng saya ganti sore
P : nah kalo gitu menurut bapak gimana tuh pak keefektifan pengawasan yang diberikan itu
pak?
I : belum kalo untuk efektif mah.. karna yaa banyaknya orang-orang di lapangan, kurang jumlah
gitu yang ngawasin, mereka kan banyak saya sendiri mba .. jadi ya itu masih kurang walaupun
gajadi hambatan juga sih.. jadi ya kalo dibilang efektif sih yaa masih jauh mba..
Lampiran 7
Transkrip Wawancara Informan Kunci
Nama : Riswanto
Usia : 33 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1
P : Menurut ka ris, kalau diproyek-proyek itu perilaku tidak aman apa aja sih yang sering
terjadi di proyek konstruksi pas pekerja lagi melakukan pekerjaan – pekerjaan?
I : Yaa, banyak ya. Yang paling sering sih ga jauh jauh dari masalah APD , kamu tau
sendirikan kalau para pekerja di proyek itukan punya rentang pendidikan yang beragam yaa,itu
mempengaruhi banget bagaimana mereka ,ehm melihat perilaku aman dan tidak aman, kebiasaan
pekerja pekerja itu suka melempar alat kerja, terus juga ketaatan mereka memakai APD,
mengikuti prosedut yang ada itu sangat kurang, sangat banyak banget terjadi di hhmmm proyek
proyek gitu
P : hmm, menurut ka ris mengapa pekerja tersebut berperlaku demikian ?
I : Banyak sih, salah satunya yaa karena k3 ini masih awam bagi mereka, mereka masih
belom paham konsep dasar dari k3 itu sendiri dan awarnese nya juga ehmm masih kurang
meskipun mereka sudah tahu, jadi ada beberapa diproyek yang sudah saya tangani eehhmm
mereka sudah tau tentang K3,tapi awarnese kepekaan mereka terhadap hmm melakukan yang
kita rancang itu kurang
P : Lalu karis, tentang ketersediaan APD bagaimana biasanya ketersediaan APD yang
disediaan pihak perusahaan bagi pekerja di proyek konstruksi ?
I : Ehmm tunggu tunggu tadi juga ada faktor ketidaknyamanan yang menyebabkan pekerja
itu males make APD. Tentang ketersediaan apdnya juga perlu diperhatikan, karena kan sudah
sudah ada ketentuan di UU No 1 Th 1970 bahwa perusahaan harus menyediakan APD secara
cuma cuma, namun ya masih banyak juga perusahaan tidak menerapkanya. Seperti ada yang ga
terlalu konsen tentang budgeting APD, perusahaan asing biasanya mengharuskan untuk detail
tentang budgeting, sedangkan perusahaan local atau dalam negeri kurang memperhatikan
budgeting tentang APD
P : Hmm lalu pertanyaan berikutnya jenis apd apa saja yang disediakan biasanya ka Ris ?
I : Yaa tergantung dengan bahaya yang ada diproyek itu sendiri, biasanya jenis apd yg ada
yaaa ada harnest untuk pekerjaan ketinggian,masker, dan yang sangat umum diproyek itu helm
sama sepatu lah
P : Gimana sih ka, menurut ka Ris ketersediaan APD yang seharusnya disediakan oleh
pihak perusahaan untuk pekerja ?
I : Ketersediaannya ya tergantung komitmen dari perusahaanya terhadap k3, yaa
seharusnya sih sesuai yang dengan aturan yang berlaku, ketersediaanya harus sesuai dengan
pekerja, harus ada manajemen APD nya mulai dari proses pengadaan APD, distribudi, perawatan
APD nya. Kalau untuk proyek konstruksi seperti yang saya sebutin tadi, sepatu dan helm itu
udah merupakan atribut umum banget deh untuk proyek, kalau udah ga ada helm sama sepatu itu
mah udah kebangetan sih menurut saya,hehe
P : heheh, iya sih ka ris, terus kalau menurut ka ris hukuman atau sanksi itu biasanya
gimana sih ka ris yang berlaku diproyek bagi pekerja yang berperilaku tidak aman ?
I : Kalau ditempat saya itu, punishmentnya ada tingkat peringatan, misalnya dibolongin id
nya satu kali itu tandanya ringan, sampe 3 kali itu tandanya pelanggaran berat, lalu disebar
fotonyas sehingga bisa jadi contoh untuk pekerja lain sehingga tidak melakukan hal
tersebut.ehmm juga itu tergantung dengan tingkat pelanggaranya bisa satu kali melanggar, tapi
sangat berbahaya bisa langsung 3 bolonganya. Kalau misalnya seperti merokok itu satu bolong,
atau misal las tanpa pengaman tidak ada kompensasi bisa langsung 3 bolongan,operator tanpa
kompetensi harus juga diperhatikan
P : oh gitu ya ka Ris, kalau penghargaan atau reward untuk pekerja yang berperilaku aman
itu biasanya gimana ya ka ?
I : Kalau tentang penghargaan untuk best worker sih biasnaya berupa hadiah atau
penghargaan supaya best worker nya merasa dinilai dan dihargain kerjanya selain itu untuk
memicu teman kerjanya juga supaya termotivasi untuk berperilaku aman. Kalau ditempat saya
setiap bulan ada safety campign memberitahukan tentang kegiatan-kegiatan keselamatan. Setiap
bulan campign yang dilakukan selama 15 menit, ada best worker, hal tersebut bisa jadi motivasi
juga, yang menang dapat hadiah reward seeprti minuman ataupun voucher karena kita tifak bisa
ngasih uang langsung
P : Menurut, ka Ris sistem hukuman dan penghargaan yang efektf dilakukan dan diberikan
kepada pekerja skonstruksi itu seperti apasih ?
I : Kalau menurut saya ya, seperti yang saya bilang tadi, sistim hukuman atau sanksi
untuk para pekerja yang suka melanggar aturan K3 itu harus lebih tegas lagi, maksudnya yaa
jangan hanya sekedar teguran lisan harus yang ngena lah ke mereka seperti berhenti kerja (
diberhentikan beberapa hari) terus fotonya disebarin, biar yang lain tau apa sanksi kalau bekeja
tidak sesuai aturan. Hmm, Kalau untuk penghargaan seharusnya manajemen juga ikut langsung
memberikan hmm semacam apa ya support atau ucapan terikasih langsung kepada best worker,
karena pastinyakan pekerja merasa bangga kalau dapat sambutan baik baik dari manajemenya,
selain itu juga seperti yg saya bilang tadi kasih hadiah, alangkah lebih baiknya hadiahnya itu
berupa atribut safety seperti helm, sepatu, masker dan sebagainya sehingga semakin membuat
mereka semangat untuk bekerja dengan aman. Terus menurut saya menggunakan stopcard juga
lebih efektif ya, itu juga melibat seluruh pekerja untuk mengidentifikasi perilkau tidak aman
ditempat kerjanya
P : Pertanyaan selanjutnya ya kak, hehe..Menurut sepengetahuan kak Ris nih, pengawasan
yang diberikan kepada pekerja saat bekerja itu gimana kak?
I : ya seperti pengawasan biasanya, minimal harus ada yang mengasawi selama pekerjaan
berlangsung, karena kan bahaya ditempat kerja konstruksi itu banyak ya terus belum lagi
resikonya juga besar
P : Kalau bentuk pengawasanya gimana ya kak ?
I : ya bisa dari safety patrol di area kerjanya, bisa dilihat juga sekalian perilaku kerjanya
apakah dia berperilaku sesuai kaidah safety apa engga
P : hmm, siapa ya kak yang biasanya melakukan pengawasan tersebut ?
I : Ada beberapasih, biasanya orang safetynya dan project manajer nya lah sebagai kepala
sekolahnya disana ibaratnya gitu
P : Kapan aja tuh ka Ris pengawasan dilakukan ?
I : Setau saya ya, biasanya pengawasan itu dilakukan pada saat pagi beberapa saat pekerja
memulai pekerjaanya lah, terus jam-jam siang gitu, kira -kira setelah makan sianglah, pas banget
tuh kan jam jam ngantuk kerja, dan palingan ditambah dengan sore sebelum balik kerja
P : oh gitu ya, menurut ka Ris pengawasan yang efektif itu yang seperti apa sih kak ?
I : Konstruksi kan banyak ya, bisa dilegasikan kepada mandor atau leader, harus ada
incahrt yang selalu keliling mmperhatikan pekerja. Supaya pekerja ini bisa terpantau terus ,
selain tujuanya untuk memantau pekerja pengawan yang efektif harus bis ajuga mencipkan
tempat kerja yang aman, jadi para pengawas nya juga harus telaten menilai apakah tempat kerja
atau area kerjanya bagus dalam artian rapi tidak banyak material berserakan tidak pada
tempatnya, hmmm terus pengawasnya juga harus tegas menindak lanjutin jika ada pekerja yang
bekerja tidak sesuai aturan
Lampiran 9
PEDOMAN WAWANCARA
Gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa
pada Proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017
1. Pekerja
Tanggal :
Nama Pewawancara :
Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Usia : :
3. Pendidikan terakhir :
Perilaku Tidak Aman
4. Coba Anda ceritakan, bagaimana pekerjaan anda sehari-hari?
5. Bagaimana Anda melakukan pekerjaan anda tersebut?
6. Bagaimana perilaku yang sering Anda lakukan pada saat melakukan pekerjaan yang bisa
menyebabkan kecelakaan kerja??
Probing: - seperti contohnya.. (menyebutkan indikator-indikator perilaku tidak aman pada
penelitian)
-Selain itu?
Motivasi
7. Mengapa Anda berperilaku demikian?
(Probing: Kebiasaan, demi kenyamanan bekerja?)
8. Bagaimana perasaan Anda saat anda berperilaku demikian?
Ketersediaan APD
9. Bagaimana ketersediaan APD di tempat anda bekerja?
10. Apa saja jenis APD yang disediakan?
11. Bagaimana anda dalam menyimpan APD anda?
12. Bagaimana kondisi APD yang disediakan?
13. Bagaimana kesesuaian jenis APD yang disediakan dengan bahaya yang ada saat Anda
bekerja?
(Probing: seperti bekerja diketinggian dengan disediakannya full body harness, bagaimana
dengan APD yang lainnya?)
14. Bagaimana menurut Anda kesesuaian jumlah APD yang ada dengan jumlah pekerja?
Hukuman dan Penghargaan
15. Jelaskan bagaimana hukuman/sanksi yang berlaku di tempat Anda bekerja untuk pekerja
yang sering berperilaku yang bisa menyebabkan kecelakan?
16. Bagaimana pula penghargaan yang diberikan untuk pekerja yang berperilaku aman?
(Probing: seperti pemberian hadiah atau sertifikat untuk pekerja yang patuh pada aturan seperti
dengan selalu menggunakan APD saat bekerja?)
Pengawasan
17. Bagaimana pengawasan yang diberikan oleh pihak perusahaan ketika Anda sedang bekerja?
18. Siapa yang melakukan pengawasan tersebut?
19. Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan?
20. Bagaimana yang Anda rasakan ketika adanya pengawasan tersebut?
2. Pihak Safety
Tanggal :
Karakteristik Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Pendidikan terakhir :
Perilaku Tidak Aman
1. Jelaskan menurut Anda bagaimana perilaku tidak aman yang sering dilakukan pekerja saat
bekerja?
Motivasi
2. Menurut Anda, mengapa pekerja berperilaku demikian?
(Probing: Kebiasaan, demi kenyamanan bekerja?)
Ketersediaan APD
3. Bagaimana ketersediaan APD yang disediakan pihak perusahaan untuk pekerja?
(Probing: -APD wajib yang harus digunakan pekerja?
4. Bagaimana prosedur yang ada tentang APD?
Probing: APD wajib dan dokumen tertulis?
5. Bagaimana sistem penyimpanan APD?
6. Apa saja jenis APD yang disediakan untuk pekerja?
7. Bagaimana kondisi APD yang disediakan tersebut?
8. Bagaimana tindakan Anda jika ada APD yang rusak?
9. Bagaimana kesesuaian jenis APD yang disediakan untuk pekerja
dengan bahaya yang ada saat mereka bekerja?
10. Bagaimana kesesuaian jumlah APD yang ada dengan keseluruhan
jumlah pekerja?
Hukuman dan Penghargaan
11. Coba ceritakan, bagaimana anda memberikan hukuman/sanksi yang berlaku untuk pekerja
swakelola yang berperilaku tidak aman?
(probing: dokumen prosedur terkait?)
12. Bagaimana dokumen atau prosedur terkait pemberian hukuman atau sanksi yang berlaku kepada
pekerja yang berperilaku tidak aman?
13.Bagaimana pula anda memberikan penghargaan yang diberikan untuk pekerja yang
berperilaku aman?
Pengawasan
14. Coba ceritakan, bagaimana Anda memberikan hukuman/sanksi untuk pekerja yang berilaku tidak
aman?
15. Siapa yang melakukan pengawasan tersebut?
16. Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan?
17. Menurut Anda, bagaimana keefektifan pengawasan yang diberikan kepada pekerja?
Informan Kunci
Perilaku Tidak Aman
1. Menurut Anda bagaimana perilaku tidak aman yang sering pekerja
proyek konstruksi lakukan pada saat bekerja?
Motivasi
2. Menurut anda, mengapa pekerja tersebut berperilaku demikian?
Ketersediaan APD
3. Bagaimana biasanya ketersediaan APD yang disediakan pihak perusahaan bagi pekerja pada
proyek konstruksi?
4. Apa saja biasanya jenis APD yang disediakan?
5. Bagaimana ketersediaan APD yang seharusnya disediakan oleh pihak perusahaan?
Hukuman dan Penghargaan
6. Menurut anda, bagaimana biasanya hukuman/sanksi yang berlaku untuk pekerja yang
berperilaku tidak aman?
7. Bagaimana pula penghargaan yang biasanya diberikan untuk pekerja yang berperilaku aman?
8. Menurut anda, bagaimana seharusnya sistem hukuman dan penghargaan yang efektif
diberikan kepada pekerja konstruksi?
Pengawasan
9. Bagaimana pengawasan yang biasanya diberikan kepada pekerja saat bekerja?
10. Siapa yang melakukan pengawasan tersebut?
11. Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan?
12. Menurut anda, bagaimana seharusnya pengawasan yang efektif diberikan kepada pekerja
konstruksi?
Lampiran 10 Dokumentasi Lapangan
Meletakkan Peralatan sembarangan Tidak memakai APD Tidak Memakai APD
Berkelakar dengan teman Meletakan peralatan sembarangan Bekerja sambil merokok