5

Click here to load reader

SAPI RAMBON Universitas Brawijaya)reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/SAPI-RAMBON.pdf · Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan ... Pengembangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SAPI RAMBON Universitas Brawijaya)reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/SAPI-RAMBON.pdf · Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan ... Pengembangan

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan – Universitas Brawijaya)

Sejarah Sapi Rambon Sapi Bondowoso yang terdiri dari 3 suku bangsa yaitu Jawa Madura dan Bali

yang mempunyai berbagai jenis sapi lokal masing-masing tempat, yaitu Ongole,Bali

dan Madura, sehingga terjadi persilangan diantara ketiganya.

Kedatangan sapi Madura diduga pada tahun 1600an yaitu saat banyak sekali

masyarakat Madura yang merantau ke daerah yang lain untuk bekerja atau menuntut

ilmu agama Islam.Letak Kabupaten Bondowoso yang didaerah pesisir yang tidak

jauh berbeda dengan Madura dan perkembangan agama Islam yang sangat pesat

maka akhirnya banyak orang Madura yang menetap di Bondowoso, sehingga wajar

kalau secara mayoritas kebanyakan Masyarakat Madura sudah lama mendiami

Bondowoso hal ini juga sejalan dengan perkembangan sapi Madura yang dibawanya

dari Pulau Madura, karena memang masyarakat madura senang memelihara sapi

Madura.

Sedangkan Kedatangan sapi Bali, diduga terjadi mulai dari sumpah

palapa”Gajah Mada”yaitu pulau Bali sudah menjadi bagian dari kerajaan Majapahit,

akhirnya terjadi perpindahan dari Bali ke Jawa.Hal ini juga karena bahwa Sapi Bali

berkembang diJawa termasuk Bondowoso akan tetapi ada cerita atau versi yang lain

yaitu sapi Bali yang ada di Bondowoso adalah merupakan domestikasi dari Banteng

yang berasal dari Hutan Baluran.

Kedatangan sapi Ongole di Bondowoso sengaja didatangkan dari Sumbawa (

Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan

Panarukan pada masa HW Dandels. Dari Panarukan akhirnya berkembang biak

sampai ke Bondowoso,dengan adanya ketiga bangsa sapi tersebut, maka terjadi

persilangan diantara ketiganya dan msyarakat menamakan Sapi Rambon.

Sapi Rambon diduga merupakan hasil persilangan antara tiga bangsa sapi

yaitu sapi PO, sapi Bali dan sapi Madura (Susilawati, 2004). Kedatangan sapi

Madura ke pulau jawa pada tahun 1600-an dibawa oleh masyarakat Madura yang

saat itu merantau ke jawa untuk bekerja atau menuntut ilmu agama islam. Letak

Kabupaten Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo dipesisir utara Pulau Jawayang

berdekatan dengan Pulau Madura merupakan salah satu daerah yang dituju oleh

Page 2: SAPI RAMBON Universitas Brawijaya)reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/SAPI-RAMBON.pdf · Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan ... Pengembangan

para perantau asal Madura. Sejalan dengan perkembangan masyarakat Madura

yang tinggal di tiga kabupaten tersebut, maka sapi Madura juga berkembang di

wilayah itu. Kedatangan sapi Bali ke pulau jawa juga sama seiring dengan

perpindahan orang Bali ke Jawa atau domestikasi Banteng yang berada dibaluran

kemudian dikawinkan secara alam dengan sapi- sapi yang berada di masyarakat,

sedangkan sapi PO yang ada diwilayah Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso

diduga sengaja didatangkan dari Sumbawa pada masa HW Dandels (Susilawati,

2004). Dengan adanya ketiga bangsa sapi tersebut maka dimungkinkan terjadi

persilangan diantara ketiganya dan masyarakat setempat menamakannya sapi

Rambon.

Ciri-Ciri sapi Rambon

Ciri-ciri sapi Rambon bervariasi di masing-masing lokasi, untuk daerah

situbondo, bondowoso lebih dominan pada sapi Madura dan PO, sedangkan untuk

Sapi Rambon di Banyuwangi mempunyai ciri yang lebih dominan sapi Bali dengan

sapi PO, sehingga tubuhnya lebih besar warna merah dan tidak berpunuk, performan

tersebut potensial dikembangkan menjadi sapi komposit.

Diterangkan lebih lanjut oleh Susilawati (2004), sapi Rambon yang ada di

Bondowoso mempunyai ciri fenotip yaitu; a) warna bulu dominan bervariasi, merah

bata, merah coklat, merah mentah dengan batas warna tidak jelas ; b) warna bulu

pantat putih; c) ekor panjang dengan bulu ekor berwarna hitam; d) warna bulu kaki

bervariasi, putih jelas, putih smear, merah bata; e) bentuk punggung bervariasi,

lurus atau melengkung dengan ada/tidak garis punggung ; f) arah tanduk bervariasi,

ke arah depan, ke atas, ke samping, dan ke belakang; g) keberadaan punuk

bervariasi, berpunuk, tidak berpunuk dan tidak jelas punuknya.

Di Banyuwangi terdapat sapi Rambon yang telah lama beradaptasi dengan

lingkungan setempat dengan ciri-ciri fisik; warna kulit dominan merah bata, gelambir

tipis, garis punggung hitam, warna kulit kaki putih smear, warna spesifik pantat putih

smear, arah tanduk kesamping, warna bulu ekor hitam, berat badan antara 300-400

kg. Sapi Rambon ini diduga memiliki hubungan kekerabatan dengan sapi Madura,

sapi Bali, dan sapi PO. Sapi Rambon banyak dijumpai di Banyuwangi, Situbondo,

Bodowoso dan jember Jawatimur.

Page 3: SAPI RAMBON Universitas Brawijaya)reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/SAPI-RAMBON.pdf · Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan ... Pengembangan

Tabel 1 Karakter fenotipe Dominan sapi Rambon di Banyuwangi

No Karakter Persen (%)

Jantan Betina

1 Gelambir kecil tipis 100 99

2 Warna kulit dominan merah bata 57 56

3 Warna muka merah bata 95 95

4 Batas warna smear 100 98

5 Ekor panjang 100 94

6 Bulu ekor hitam 90 90

7 Lingkar mata hitam 97 97

8 Warna kulit kaki merah bata 67 69

9 Punggung garis lurus 86 86

10 Terdapat garis punggung warna hitam 83 83

11 Terdapat tanduk 98 98

12 Arah tanduk ke belakang 60 60

12 Tidak mempunyai punuk 97 97

13 Warna punggung smear 57 87

14 Terdapat garis hitam pada telinga 57 59

Tabel 2. Karakter Sapi Rambon di Bondowoso Dan Banyuwangi

No Karakter Ukuran

Bondowoso Banyuwangi

1. Tinggi Gumba (cm) 112,83-117,96 122,80±6,58

2. Tinggi Pinggul (cm) 115,83-118,6 125,85±6,82

3. Panjang Badan (cm) 122,49-129,49 123,33±8,06

4. Lingkar dada (cm) 144,65-151,97 153,20±17,57

5. Lebar dada (cm) 38,37-45,71 35,37±3,93

6. Lebar Pinggang (cm) 37,1±45,71 40,52±4,43

7. Panjang Ekor (cm) 73-80,49 103,15±12,40

8. Lebar Kepala (cm) 16,32-17,88 20,26±2,14

9. Panjang Kepala (cm) 41,25-43,87 45,15±4,06

10. Berat Badan (Kg) 246,3-296,91 -

Page 4: SAPI RAMBON Universitas Brawijaya)reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/SAPI-RAMBON.pdf · Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan ... Pengembangan

Macam-macam bentuk sapi Rambon seperti pada gambar

Gambar 1 Bermacam-macam sapi Rambon

Tabel 3. Tampilan Reproduksi Sapi Rambon

Keterangan Peternak Rata-rata

Cara Perkawinan dan Biologi Reproduksi

Umur Pertama kawin ( Bulan )

S/ C ( Kali ) a. Alami ( 54,35 % ) b. IB ( 34,78 % ) c. Campuran ( 10,87 % )

Estrus Post Partum ( hari )

Days open( hari )

Calving Interval ( bulan )

25 16 5

24,80 ± 2,21 1,68±0,95 1,50±0,65 1,40±0,89 60,25±5,66 84,28±7,96 12,38±0,59

Page 5: SAPI RAMBON Universitas Brawijaya)reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/SAPI-RAMBON.pdf · Sapi Sumba Ongole ) dalam penyempurnaan pembangunan jalan Anyer dan ... Pengembangan

Tabel 4 Tampilan Reproduksi sapi Rambon berbagai paritas di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2003-2004.

No Paritas n S/C (Kali) DO (Hari) CR (%) Status Fertilitas

1 I 19 1,11 115,22 83,33 55,74

2 II 22 1,15 105,13 93,75 44,72

3 III 16 1,17 97,68 88,57 60,28

4 IV 21 1,15 103,33 80,95 50,83

Rata-Rata 20 1,15 105,34 86,65 52,89

SD 2,65 0,02 7,30 6,14 6,67

Subagyo.2001.Memposisikan Industri Sapi Potong Di Jawa Timur Dalam Sistim Produksi

Daging Nasional.Makalah Disampaikan Dalam seminar Stratetegi

Pengembangan Sapi Potong Di Jawa timur.Fakultas Peternakan,Universitas

Brawijaya,Malang.

Susilawati T,Subagyo I,Budiarto A.Gatot Ciptadi dan Kuswati.2002.Identifikasi Fenotip dan

Genotip Lokal Breed untuk Strategi Pelestarian dan Peningkatan Produksi Sapi

Lokal Jawa Timur.Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

dengan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur

Susilawati, T. (2004). Sapi Lokal Indonesia. Laporan Penelitian . Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya Malang.