59
BAGIAN IKM & IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR, DAN GANGGUAN KESEHATAN YANG DI TIMBULKAN DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR Oleh Indah Triayu Irianti 110207018 Andi Khaerati Mappasere 110207037 Supervisor dr. Sultan Buraena, M.sc, Sp.Ok DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN IKM & IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR PENELITIAN

Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan dimana di dalamnyaterdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dankegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dan memberikankeuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri, rumahsakit juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk kepadamanusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan serta pemulihan penderita, karena kegiatan atau sifat pelayananyang diberikan

Citation preview

Page 1: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

BAGIAN IKM & IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR, DAN GANGGUAN KESEHATAN YANG DI TIMBULKAN DI RUMAH SAKIT

IBNU SINA MAKASSAR

Oleh

Indah Triayu Irianti 110207018

Andi Khaerati Mappasere 110207037

Supervisor

dr. Sultan Buraena, M.sc, Sp.Ok

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

DI BAGIAN IKM & IKK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013

PENELITIAN

FEBRUARI 2013

Page 2: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

I. PENDAHULUAN

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan dimana di dalamnya

terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung)  dan  

kegiatan  pelayanan   kesehatan, selain  dapat menghasilkan dampak positif

berupa produk pelayanan kesehatan yang baik  terhadap pasien dan memberikan

keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri, rumah

sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada

manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat proses

penyembuhan serta pemulihan penderita, karena kegiatan atau sifat pelayanan

yang diberikan. Rumah sakit bisa menjadi depot segala macam penyakit yang ada

di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu

dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah

terhadap penyakit. Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara

langsung ( cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui

serangga sehingga  dapat   mengancam     kesehatan (vector   borne   infection)

masyarakat umum.1,2,3

Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi

menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya.

Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan

suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan.

Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat

merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung

juga sebagai perantara penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui

vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau

kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat

sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut. 4

Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10

golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat

Page 3: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti

nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit

malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu

manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis

yang menyebabkan penyakit pes. Disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus

binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor

dan binatang pengganggu Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh

terhadap kesehatan manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu

tersebut harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi

sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau

menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun

membahayakan kehidupan manusia. 4,5

II. TUJUAN PENELITIAN

II.1. Tujuan umum

Untuk mendapatkan informasi tentang sanitasi lingkungan, pengelolaan

vektor, dan gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu

Sina Makasar Tahun 2013.

II.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan petugas kesehatan

mengenai sanitasi lingkungan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

Tahun 2013.

2. Untuk mendapatkan informasi tentang vektor apa saja yang terdapat di

Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013.

3. Untuk mendapatkan informasi tentang gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh vektor pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar Tahun 2013.

Page 4: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

4. Untuk mendapatkan informasi tentang pengelolaan vektor di Rumah

Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013.

5. Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan pekerja vektor dan

gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar Tahun Tahun 2013

6. Untuk mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan pada pekerja vektor Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

Tahun 2013.

7. Untuk mendapatkan informasi tentang pengobatan dan pencegahan

yang dilakukan pada pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar Tahun 2013.

II.3. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak institusi pendidikan sebagai bahan tambahan informasi

ilmiah mengenai sanitasi lingkungan, pengelolaan vektor, dan

gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu Sina

Makasar Tahun 2013.

2. Bagi masyarakat, manfaat penelitian yaitu untuk memberikan

informasi tentang sanitasi lingkungan, pengelolaan vektor, dan

gangguan kesehatan yang di timbulkan di Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar Tahun 2013.

3. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai media pembelajaran

untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang sanitasi lingkungan,

pengelolaan vektor, dan gangguan kesehatan yang di timbulkan di

Rumah Sakit Ibnu Sina Makasar Tahun 2013

4. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

melakukan penelitian penelitan ditempat lain.

Page 5: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya

pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan

atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,

kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi

berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik

di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh

buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi

masyarakat di sekitar rumah sakit. 5,6

Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit

dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya. Karena

tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan

rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi

silang serta tidak mencemari lingkungan. Keberadaan rumah sakit sebagai tempat

berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan

penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan), maka untuk

mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi

pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit ditetapkan oleh Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yang

menetapkan persyaratan- persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Persyaratan yang harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan, khususnya

sanitasi  lingkungan   rumah   sakit   antara    lain  mencakup:5,6 

(1) Penyehatan      Ruang    Bangunan    dan    Halaman       Rumah    Sakit

(2) Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman

(3) Penyehatan Air

Page 6: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

(4) Pengelolaan Limbah

(5) Pengelolaan tempat Pencucian  (Laundry)

(6) Pengendalian Serangga, Tikus, dan Binatang Pengganggu Lainnya,

(7) Dekontaminasi melalui Disinfeksi dan Sterilisasi,

(8) Persyaratan Pengamanan Radiasi,

(9) Upaya Promosi Kesehatan dari Aspek Kesehatan lingkungan.

III.2 Pengelolaan Vektor dan Gangguan Kesehatan yang di timbulkan

III.2.1 Definisi Vektor

Vektor menurut Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 merupakan

arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan

penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini, vektor adalah arthropoda

yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber

infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit merupakan arthropoda

yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod -

borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases yang

merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun

epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Di

Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan

penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD),

malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery,

cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat

rumah. Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit :4

1. Cuaca

Page 7: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya

penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu,

sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim

mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu

perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan

terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan

penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.4

2. Reservoir

Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri

tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne

disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama.

Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis.

Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam

reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi

reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami

multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada

intermediate host.4

3. Geografis

Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan

daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen

penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna

lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan

penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini

ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh

tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur

Amerika Serikat.4

4. Perilaku Manusia

Page 8: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara

sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab

penularan penyakit arthropoda borne diseases.4

III.2.2.  Jenis-jenis Vektor Penyakit

Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang

mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum

yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah

binatan. Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit :4

Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :

1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang

2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu

3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau

4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk .

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu

diperhatikan dalam pengendalian adalah :4

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat

Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria

Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah

Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur

b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal

Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes

c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala

Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus

exantyematicus.

Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak

sebagai binatang pengganggu antara lain:

d. Ordo hemiptera, contoh kutu busuk

Page 9: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

e. Ordo isoptera, contoh rayap

f. Ordo orthoptera, contoh belalang

g. Ordo coleoptera, contoh kecoak

Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai

binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :4

a. Tikus besar, (Rat) Contoh :

Rattus norvigicus (tikus riol )

Rattus-rattus diardiil (tikus atap)

Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)

b. Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus rumah)

Arthropoda [arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang

terdiri dari organ yang mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras,

tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta

kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai

parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia.

Arthropoda yang Penting dalam dunia Kedokteran adalah arthropoda yang

berperan penting sebagai vektor penyebaran penyakit (arthropods borne disease).

Jenis-Jenis Vektor yang didapatkan di Rumah Sakit dan bahaya yang

ditimbulkan, yaitu didapatkan adalah :7,8

A. Nyamuk

Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia

dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus

Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari,

membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada

kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan vektor penting

penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit :7,8

1. Malaria

Page 10: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera

adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex

keduaduanya dapat menyebabkan malaria pada burung. Secara praktis tiap

species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak species

bukan vektor alami. Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan penularan

malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau setempat

yang dapat menularkan penyakit malaria. Sifat suatu species yang dapat

menularkan penyakit ditentukan oleh :7

a. Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia.

b. Lebih menyukai darah manusia dari pada darah hewan, walaupun bila

hewan hanya sedikit.

c. Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan

jangka hidup cukup lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus

hidupnya.

d. Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit .

Untuk menentukan apakah suatu species adalah suatu vektor yang

sesuai, maka dapat dicatat persentase nyamuk yang kena infeksi setelah

menghisap darah penderita malaria, prnentuan suatu species nyamuk sebagai

vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index infeksi alami, biasanya

sekitar 1-5%, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari rumah-rumah di daerah

yang diserang malaria.7

2. Filariasis

Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti

dan Brugia malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia,

tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah

tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di

lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor

sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang

mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum

Page 11: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan .

Nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan

berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah

dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah

manusia.7

3. Demam Kuning

Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka

kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah

tropis dan subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang menggigit pada penderita

dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama

hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12 hari. Vektor

penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes

aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah

perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air

sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat

didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang

mengandung zat organik.7

4. Dengue Hemorrhagic Fever

Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan

subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa

multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya

ditularkan oleh species Aedes, terutama aedes aegypti. Penyakit ini merupakan

penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat

musim penghujan.7

5. Encephalitis Virus

Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan

subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa

multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya

ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan

Page 12: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat

musim penghujan.7

B. Kecoa

Kecoa adalah salah satu serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera.

Famili Blattidae merupakan satu-satunya anggota dari ordo Orthoptera yang

paling sering dijumpai. Di Indonesia, Blattidae lebih dikenal dengan nama kecoa

atau lipas (cockroach) yang menjadi serangga pengganggu di rumah sakit. Kecoa

mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit yaitu sebagai

vector mekanik bagi beberapa mikro organisme pathogen, sebagai inang

perantara bagi beberapa spesies cacing dan menyebabkan timbulnya reaksi-

reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata.

Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain

streptococcus, salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam

penyebaran penyakit antara lain disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, polio

pada anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme pathogen

sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan dimana

organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa,

kemudian melalui organ tubuh kecoa, organism sebagai bibit penyakit tersebut

menkontaminasi makanan.9

Rumah sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian bagian

yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kecoa, mengingat rumah sakit

sebagai sala satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan temapat

berkumpulnya orang sakit dan orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus

bebas kecoa agar tidak terjadi kontak antar manusia dan kecoa atau makan

dengan kecoa supaya penyakit infeksi nasokomial yang ditularkan melalui kecoa

dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang

disebabkan oleh kecoa.9

C. Lalat

Page 13: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan

larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan.

Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera,

dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia,

anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan

penyakit spirochaeta. Penyakit yang ditimbulkan oleh lalat serta gejalanya,

diantaranya adalah :10

a. Disentri. Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat yang berasal dari

sampah, kotoran manusia atau hewan terutama melalui bulu-bulu badannya,

kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan

manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan

dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit

pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran

terdapat mucus dan push.

b. Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada

bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.

c. Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit

pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.

d. Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-

muntah, demam, dehydrasi.

e. kejadian myasis di rumah sakit pada pasien-pasien yang sedang terluka,

disebut Nosocomial Myiasis. Myasis jenis ini terjadi karena di ruang-ruang

perawatan rumah sakit terdapat banyak lalat–atau dalam bahasa sederhana,

ruangan rumah sakit bisa diakses oleh lalat. Rumah sakit seperti ini mungkin

berada di daerah-daerah pedalaman yang tingkat kebersihannya rendah.

D. Tikus

Tikus merupakan vektor mekanik yang dapat menyebabkan penyakit pes

dari bakteri Yersinia pestis yang dapat menular melalui gigitan tikus,

Salmonellosis dari bakteri salmonella melalui kontaminasi kotoran tikus yang

Page 14: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

terkontaminasi dengan makanan, demam gigitan tikus dari bakteri Spirillum,

demam berdarah korea dari Hantavirus melalui kotoran, urine, cairan tubuh

ataupun terkontaminasi langsung. Leptospirosis merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri lepstopira. Manusia dapat terkena penyakit ini melalui

luka terbuka dan terkena air yang terkontaminasi dengan kotoran ataupun

kencing tikus. Penularan ini dapat pula melalui makanan atau minuman yang

tercemar, yaitu diantaranya : 11

1. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh

manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan

hidung (misalnya saat mencuci muka).

2. Melalui makanan atau minuman atau peralatan makan yang

terkontaminasi setitik urine tikus, kemudian dimakan dan diminum

manusia.

3. Makanan minuman di gudang, di warung-warung rumah sakit, dan dapur

berpeluang dikencingi tikus.

4. Jika tidak secara langsung tertelan atau terminum, kemungkinan kencing

yang mencemari tutup minuman kaleng, misalnya. Kita terbiasa

menenggak langsung setelah membuka tutup kaleng minuman tanpa

membersihkannya lebih dulu.

Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri

tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai mencret-mencret. Bila

semakin parah, gejala yang disebut di atas tidak mereda, justru muncul nyeri luar

biasa pada sejumlah bagian badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup

duduk atau berdiri.11

E. Kucing

Kucing-kucing liar dirumah sakit, sebagian diantaranya merupakan

pembawa parasit toksoplasma gondii. Dari hasil penelitian, jika parasit ini

menginfeksi wanita hamil, akan menyebabkan abortus (keguguran), atau cacat

pada janin. Bayi yang lahir hidup dapat menderita cacat bawaan seperti

Page 15: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

hidrosefalus (kepala membesar dan berisi cairan), anensefalus (tidak punya

tulang tempurung kepala), gangguan mata (korioretinitis). Toxoplasma adalah

suatu  protozoa atau parasit bersel satu yang lebih sering dikenal dengan nama

Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan pada hewan berdarah panas, dan

mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara dan kucing, serta

berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Toxoplasmosis sering

kali didiagnosis bersama-sama dengan penyakit lainnya,yang sering dikenal

dengan TORCH (Toxoplasma-Rubella-Cytomegalovirus-Herpes). Toxoplasma

bukanlah virus melainkan protozoa. Semua orang dapat terinfeksi oleh

toxoplasma. Penyakit ini tidak mengenal gender. Artinya baik laki-laki maupun

perempuan dapat terinfeksi toxoplasmosis.12

Kucing dianggap sebagai sumber utama penularan Toxoplasma. Pada usus

halus kucing, terjadi daur seksual atau skizogoni maupun daur aseksual atau

gametogoni dan sporogoni. Yang menghasillkan ookista dan dikeluarkan

bersamaan dengan feces atau kotorannya. Kucing yang mengandung

Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista.

Infeksi dapat terjadi apabila ookista tertelan oleh manusia maupun hewan

perantara lainnya (pada semua hewan berdarah panas dan mamalia lainnya

seperti anjing,sapi,kambing bahkan burung). Namun pada tubuh inang perantara

tidak terbentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista.

Manusia atau kucing dapat tertular toxoplasmosis apabila mengkonsumsi daging

hewan inang perantara yang mengandung kista Toxoplasma gondii. Bila kucing

makan tikus yang mengandung kista maka akan terbentuk kembali stadium

seksual didalam usus halus kucing tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kucing dan hewan felidae lainnya merupakan inang definitif dari

Toxoplasma gondii. Dan hanya pada tubuh kucing dapat terjadi daur hidup yang

sempurna dari Toxoplasma gondii.12

Pada manusia, penularan Toxoplasmosis bisa melalui makanan. Misalnya

manusia memakan sayuran yang tidak dicuci bersih, padahal sayuran tersebut

Page 16: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

mengandung ookista dari Toxoplasma gondii. Atau bisa juga memakan daging

hewan yang tidak dimasak dengan matang sempurna, padahal daging hewan

tersebut mengandung kista Toxoplasma gondii. Pada kucing, penularan dapat

terjadi apabila memakan daging hewan perantara yang mengandung kista

Toxolasma gondii. Misalnya pada kucing yang memakan tikus atau burung, atau

kucing yang makan ayam atau daging mentah. Penularan ookista sama pada

manusia bisa juga melalui vektor lalat atau kecoa. Infeksi toxoplasmosis terjadi

apabila secara sengaja atau tidak sengaja menelan ookista Toxoplasma gondii

yang terdapat pada sayuran yang tidak dicuci bersih atau daging setengah matang

misalnya sate, daging steak yang dimasak setengah matang.12

Toxoplasmosis tidak dapat menular melalui air liur dari kucing. Stadium

infektif dari T.gondii adalah bentuk ookista yang dikeluarkan melalui

feces/kotoran kucing, bukan melalui air liur. Sedangkan penularan melalui bulu

dapat terjadi, bila kucing tersebut terinfeksi toxoplasmosis dan ookista yang

dikeluarkan melalui fecesnya kontak/menempel pada bulunya. Penularan terjadi

bila ookista yang terdapat pada bulu, kemudian kontak pada tangan kita pada

saat membelai, kemudian bulu tersebut tertelan oleh kita. Tetapi penularan masih

bisa dicegah dengan cara mencuci tangan kita dengan sabun.12

III.3. Pengelolaan Vektor

Pengelolaan vektor adalah meliputi usaha perencanaan, organisasi,

pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan modifikasi dan

atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia

dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan perkembang biakan vektor

dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor.13

a.       Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri

dari sesuatu transformasi fisik yang permanen atau berjangka panjang terhadap

tanah, air dan tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah,

menghilangkan atau menurunkan habitat larva tanpa menyebabkan pengaruh

Page 17: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

merugikan terhadap kualitas lingkugan manusia. Misalnya drainage perpipaaan

untuk mengurangi sebanyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor.13

b.      Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng

terdiri atas kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan

kondisi sementara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada

habitatnya. Misalnya perubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air

secara periodik, menghilangkan vegetasi dll. 13

Pengelolaan Vektor Secara Kimia

  Syarat-syarat insektisida yang baik adalah : 13

1.      Sangat toksik terhadap vektor sasaran

2.      Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna

3.      Menarik bagi vektor

4.      Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan

5.      Secara kimia stabil pada aplikasi residu

6.      Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi

membunuh vektor dengan  cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa

yang kurang berbahaya

7.      Tidak mudah terbakar

8.      Tidak korosit

9.      Tidak meninggalkan warma

10.   Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan

Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain :

Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk,

Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia

(insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun

tidak berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian

insektisida dapat dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi,

trapping) dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama

sekali. Celah-celah atau lobang dinding, lantai, dan lain-lain merupakan tempat

Page 18: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

persembunyian yang baik. Lubang yang demikian hendaknya ditutup atau

ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun bagi

manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan

tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya.

Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila

infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif

adalah dengan fumigasi.14

Pengelolaan vektor Untuk nyamuk dewasa dan lalat dilakukan dengan cara

pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (colg Fogging = Ultra low

volume. Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh

nyamuk dewasa yang mengandung virus. Namun, fogging hanya efektif 1-2 hari.

Selain itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging juga harus diganti-

ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk. Cara kimiawi dilakukan dengan

menggunakan senyawa atau bahan kimia baik yang digunakan  untuk membunuh

nyamuk (insektisida) maupun jentiknya (larvasida), mengusir atau menghalau

nyamuk (repellent) supaya nyamuk tidak menggigit.14,15

Pengelolaan Vektor Secara Biologis

Pengelolaan vektor secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan

kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebra, maupub

vertebra. Sebagai pengendalaian biologis dapat berperan sebagai pathogen,

parasit, atau pemasangan. Adapau keuntungan pengendalian vektor secara

biologis yaitu tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.15

Pengelolaan Vektor Secara Fisika-Mekanik

Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan

menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :15

a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga

b. Pemasangan jaring

c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to

repeal)

Page 19: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang

pegangg

e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.

f.Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang

pengganggu.

g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh

(pemukul, jepretan dengan umpan, dll)

h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya

sekaligus peracunan

j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh

vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya

penarik menggunakan lampu neon).

III.4. Pekerja Vektor di Rumah Sakit

Pekerja Vektor adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan

yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara,

tanah, makanan dan vektor penyakit pada kawasan Rumah Sakit. 16,17

Dalam menjalankan peran, fungsi dan kompetensinya, pekerja vektor

harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi, Salah satu

diantaranya adalah melakukan survai vektor dan Binatang Pengganggu yang ada

di Rumah Sakit, melakukan analisis hasil survai vektor dan binatang

Pengganggu, Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu, melakukan

pengelolaan pembuangan tinja,mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan

ber-bahaya dan beracun (B3),melakukan surveilance penyakit berbasis

lingkungan,berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan kesehatan lingkungan,

Melakukan intervensi teknis sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah

makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu,melakukan intervensi

sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan

minuman, vektor dan binatang pengganggu,mengelola klinik sanitasi.16

IV. BAHAN DAN CARA

Page 20: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

IV.1. Peralatan yang Diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survei

jalan sepintas) dalam rangka untuk survei kesehatan dan kedokteran kerja di

Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar antara lain :

a. Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survei jalan sepintas.

b. Kamera

Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan di Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar Tahun 2013.

c. Check List dan Kuisioner

Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survei

jalan sepintas yang dilakukan

IV.2. Cara Pemantauan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diteliti (observasional).

Kami merencanakan untuk mendapatkan informasi mengenai sanitasi

lingkungan, pengelolaan vektor, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan di

rumah sakit ibnu sina Makassar dengan menggunakan metode walk-through

survey.

V. JADWAL

Page 21: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada

tanggal 11 - 15 Februari 2013 di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dengan

agenda sebagai berikut:

No Tanggal Kegiatan1. 11 Februari 2013 - Melapor ke bagian K3 RS

ibnu sina- Pengarahan Kegiatan

2. 12 Februari 2013 Penyusunan Tinjauan Pustaka3. 13 Februar1 2013 Penyusunan Proposal4. 14 Februari 2013 - Walkthrough Survey

- Penyusunan Laporan Walkthrough survey

5. 15 Februari 2013 - Walkthrough Survey- Penyusunan Laporan Walkthrough survey

6. 16 Februari 2013 Persentasi laporan walk through survey

VI. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada Tanggal 14

februari 2013, pukul 10:00 sampai 14:00, bertempat di lantai 1 sampai lantai 5.

Total Responden sebanyak 15 orang, diantaranya adalah perawat, pekerja dapur,

pekerja laundry, dan pekerja vektor (sanitarian).

1. Pengetahuan petugas kesehatan dan pekerja vektor mengenai sanitasi

lingkungan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013, didapatkan yaitu

sebanyak 12 responden mempunyai pengetahuan yang baik, dan 3 responden

mempunyai pengetahuan yang buruk.

2. Vektor yang didapatkan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013,

diantaranya adalah : Nyamuk, lalat, kecoa, dan Kucing. Dari hasil penelitian

didapatkan sebanyak 9 responden memilih Nyamuk, 2 responden memilih

lalat, 2 responden memilih kecoa, dan 2 responden memilih kucing.

Page 22: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

3. Gangguan Kesehatan yang di dapatkan akibat vektor pada petugas kesehatan

di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 diantaranya adalah sebanyak

9 responden mengalami gangguan kesehatan berupa gatal-gatal pada kulit,

dan nyeri kepala. Sebanyak 7 responden mengalami gangguan kesehatan

berupa demam dan menggigil.

4. Pengelolaan vektor di Rumah Sakit Ibnu sina Makassar Tahun 2013 yaitu

dilakukan secara kimia, fisik, dan biologi. Dari hasil penelitian didapatkan

sebanyak 7 responden menjawab secara kimia, 4 responden menjawab secara

fisik, 1 responden menjawab secara kimia, dan 3 responden menjawab tidak

tahu.

5. Pengetahuan pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013

mengenai sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan yaitu

didapatkan sebanyak 5 responden mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan dan

sebanyak 3 responden mempunyai pengetahuan yang buruk mengenai sanitasi

dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan.

6. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja vektor Rumah Sakit Ibnu

sina Makassar Tahun 2013 yaitu di dapatkan seluruh pekerja vektor tidak

pernah melakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan pekerjaannya

sebagai pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

7. Pengobatan dan pencegahan yang dilakukan pada pekerja vektor di Rumah

Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 yaitu didapatkan sebanyak 2 pekerja

vektor melakukan pengobatan rawat jalan di rumah sakit, sebanyak 2

responden melakukan pengobatan sendiri, dan 3 responden tidak melakukan

pengobatan.

Page 23: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

VII. PEMBAHASAN

Pengetahuan responden tentang sanitasi lingkungan rumah sakit

dibangun berdasarkan kemampuan melihat, mendengar, merasakan,dan

berpikir, sesuai dengan kenyataan yang subyek lihat dan temukan di lingkungan

rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan hasil

seseorang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Sanitasi

lingkungan rumah sakit berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan

fisik, kimiawi dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin

dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita,

pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit, dengan tujuan

menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan

dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan

Didapatkan dari hasil penelitian bahwa tingkat pengetahuan petugas kesehatan

dan petugas vektor tentang sanitasi lingkungan rumah sakit adalah baik, dimana

keadaan ini dikaitakan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petugas

kesehatan dan petugas vektor, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga baik pula

pengetahuan yang dimiliki.

Vektor yang paling banyak didapatkan di Rumah Sakit adalah nyamuk.

Sanitasi yang baik merupakan tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan vektor di rumah sakit, salah satu diantaranya adalah vektor

nyamuk. Dari pengamatan subyek didapatkan bahwa bangunan rumah sakit

belum mempunyai pencahayaan yang baik, sebagian besar di koridor rumah

sakit tidak mendapatkan pencahayaan yang cukup atau gelap, dikaitkan dengan

hal tersebut, keadaan ini merupakan tempat bersarang yang disukai oleh

nyamuk dewasa.

Gangguan kesehatan yang paling banyak ditimbulkan oleh petugas vektor

adalah gatal-gatal dan nyeri kepala. Gatal-gatal merupakan salah satu penyakit

Page 24: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

yang banyak diderita masyarakat, salah satunya pada pekerja vektor. Gatal-gatal

dibedakan berdasarkan penyebabnya, ada yang disebabkan alergi, bakteri,

jamur, virus dan parasit. Gatal-gatal juga bisa disebabkan oleh kebersihan diri

yang kurang,kulit yang selalu lembab oleh karena keringat sehingga muncul

efek sangat gatal pada kulit, juga oleh karena gigitan nyamuk. Ketika

menggigit, nyamuk mengeluarkan air liur, dimana air liur merupakan zat

antikoagulan atau anti pembekuan darah. Zat antikoagulan ini membuat darah

tidak membeku sehingga nyamuk dapat dengan mudah menghisap darah. Air

liur yang tertinggal di kulit kita akan merangsang tubuh layaknya ada benda

asing yang mengganggu. Benda asing ini menimbulkan rangsangan yang

memicu sel saraf sensorik untuk mengirimkan sinyal melalui spinothalamic

traktus ke otak. Akibatnya, timbul respon gatal.

Pengelolaan vektor di rumah sakit meliputi usaha perencanaan,

organisasi, pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan

modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya

dengan manusia dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan perkembang

biakan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor. Dari hasil

penelitian vektor yang paling banyak didapatkan di Rumah Sakit adalah

nyamuk dan dikendalikan secara kimiawi. Keadaan ini sesuai teori bahwa salah

satu cara pengelolaan Vektor nyamuk di Rumah Sakit dilakukan secara

kimiawi, yaitu dengan mengguankan insektisida, larvasida, dan repellent.

Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23

menyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus

diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau

mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Adalah jelas bahwa rumah sakit

termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang

dapat menimbulkan dampak kesehatan baik terhadap para pelaku langsung yang

Page 25: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

bekerja di Rumah Sakit tersebut maupun pasien dan pengunjungnya. Dengan

demikian, sudah sepatutnya pihak pengelola Rumah Sakit menerapkan upaya-

upaya Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit. Salah satu upaya

kesehatan kerja yaitu dengan pemeriksaan biomonitoring , yaitu mencegah

terjadinya paparan bahan kimia pada pekerja vektor yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan baik secara akut maupun kronis. Biomonitoring dilakukan

dengan pengujian sampel dari manusia, seperti darah dan air kemih, untuk

mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas ini adalah kunci dari fungsi inti

untuk efektivitas sebuah laboratorium kesehatan masyarakat. Tanpa

biomonitoring, diagnosis dan pengobatan terhadap paparan bahan kimia dapat

tertunda. Biomonitoring adalah alat yang penting untuk pencegahan penyakit.

Ketika hal ini dikombinasikan dengan usaha penelusuran penyakit,

biomonitoring memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk mengerti

dengan lebih baik apa, dimana dan kapan keterpaparan terjadi, hal inilah yang

dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan yang menjelaskan bahwa setiap tempat kerja harus melaksanakan

upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,

keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang

perlu diperhatikann yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu

institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup

besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari

faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan

kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan

kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana

dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin

meningkat. Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang

terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi

Page 26: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat - alat

kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang

mematikan, dan bahan kimia. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan

sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor /

Aspek Kesehatan, salah satu upaya untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan pada pekerja vektor adalah dengan menggunakan alat pelindung diri

ketika sedang bekerja yang berguna untuk mencegah keterpaparan bahan

kimia, maupun vektor penyakit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Keadaan ini telah dijelaskan dalam teori bahwa Kewaspadaan Universal

(Universal Precaution) adalah pedoman yang ditetapkanCenter for Disease

Control (CDC), untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang

ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit atau sarana kesehatan

lainnya. Kewaspadaan Universal yaitu diantaranya cuci tangan,menggunakan

alat pelindung diri, seperti sarung tangan dan perlengkapan pelindung

(celemek/baju penutup, kacamata, sepatu tertutup). Menggunakan asepsis atau

teknik aseptik. Memproses alat bekas pakai. Menangani peralatan tajam dan

aman. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan,

sampah secara benar.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. 1 Kesimpulan

1. Pengetahuan petugas kesehatan dan pekerja vektor mengenai sanitasi

lingkungan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 adalah baik.

2. Vektor vektor yang didapatkan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun

2013 diantaranya adalah Nyamuk, lalat, kecoa, dan kucing.

3. Gangguan Kesehatan yang diakibatkan oleh vektor pada petugas

kesehatan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 berupa gatal-

gatal pada kulit , nyeri kepala, demam dan menggigil.

Page 27: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

4. Pengelolaan vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 yaitu

dilakukan secara kimiawi dan fisik.

5. Pengetahuan pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun

2013 mengenai sanitasi lingkungan dan gangguan kesehatan yang

ditimbulkan adalah baik.

6. Pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2013 tidak

pernah melakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan pekerjaannya

sebagai pekerja vektor.

7. Pengobatan yang dilakukan pada pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar Tahun 2013 yaitu rawat jalan di rumah sakit.

VIII.2 Saran

1. Sesuai dengan hasil survei, maka perlu dilakukan upaya pemantauan

kesehatan khususnya pada pekerja vektor di Rumah Sakit Ibnu Sina

untuk mencegah terjadinya kesakitan yang dapat membahayakan

kesehatan.

2. Para pekerja vektor perlu dibuatkan asuransi kesehatan gratis sehingga

para pekerja vektor mempunyai akses yang mudah dalam

memeriksakan kesehatannya.

3. Perlu diadakan pelatihan khusus bagi para pekerja vektor untuk

meningkatkan kualitas kinerja, terampil, dan berwawasan luas.

4. Perlu pemakaian alat pelindung diri yang lengkap bagi pekerja vektor

guna menghindari terjadinya penularan penyakit dari vektor yang dapat

berbahaya bagi kesehatan.

Page 28: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1

II. TUJUAN PENELITIAN

II.1 Tujuan Umum…………………………………………………. 2

II.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 3

II.3 Manfaat Penelitian…………………………………………….. 3

III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Sanitasi Lingkungan………………………………………….. 4

III.2 Pengelolaan Vektor…………………………………………… 5

IV. Bahan dan Cara…………………………………………………….. 19

V. JADWAL…………………………………………………………... 20

VI. HASIL PENELITIAN……………………………………………… 20

VII. PEMBAHASAN…………………………………………………… 22

VIII. KESIMPULAN & SARAN………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran Ceklish 1

Lampiran Kuesioner 2

Page 29: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

DAFTAR PUSTAKA

1. RSUD dr. Soetomo. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Available athttp://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php?option=com_content&view=article&id=228:pengelolaan-kesehatan-lingkungan-rumah-sakit&catid=43:diklat-tenaga-kesehatan-bersama&Itemid=72. Di unduh pada tanggal 11 februari 2013

2. Fitria, Dika., dkk. 2009. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Laporan Tutorial. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Page 30: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

3. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 

4. Tazmirah, Dewi. 2012. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit. Makalah. Stikes Kebidanan. Medan.

5. Anas, Azwar. 2012. Sanitasi Rumah Sakit. Makalah. Stikes Muhammadiyah Banjarmasin.

6. Arif,Fahmi. Dasar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit di Indonesia. 2012. Artikel. Badan Pelayanan Kesehatan. Cikarang.

7. Anonym. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Available at http://www.yaslisinstitute.org/news.php?view=149. Di unduh pada tanggal 11 februari 2013.

8. Munaya Fauziah.,Mulia Sugiarti., Ela Laelasari.2002. Pengolahan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

9. Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu. Jakarta

10. Noor,N.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta, Jakarta.11. Santi, Nuraini Devi.2007. Pemberantasan Arthopoda Yang Penting dalam Hubungan

dengan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Bagian Kesehatan Lingkungan.

12. Avisa Pest Control . Pengendalian Hama Serangga. Available at http://www.hotfrog.co.id/Companies/AVISA-MANDIRI-Avisa-Pest-Control_23388400/PENGENDALI-HAMA-SERANGGA-nyamuk-kecoa-lalat-semut-kutu-dll-73061. di unduh pada tanggal 12 februari 2012.

13. Dewi, Putri. 2011. Tugas Terstruktur Pengendalian Vektor Epidemiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman Purwekerto.

14. Komariah,dkk.2009. Pengendalian Vektor. Program Pasca Sarjana Kesehatan masyarakat STIK Bina Husada Palembang.

15. Septioko,Nanang.,dkk. 2010. Pengendalian Vektor Secara Hayati. Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara.

16. Biro Hukum & Organisasi. Standar Profesi Sanitarian. Available at http://www.hukor.depkes.go.id/?art=30. Di unduh pada tanggal 13 februari 2013.

17. Lyidjanarko,Bogoes.,dkk. 2007. Perilaku Petugas Kebersihan Rumah Sakit dalam Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit. Nirmala Suri Sukoharjo. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lampiran ICHECK LIST SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR DAN

GANGGUAN KESEHATAN YANG DITIMBULKAN DI RS IBNU SINA MAKASSAR TAHUN 2013

NO PERIHAL YA TIDAK KET

Page 31: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

Keadaan Umum Lokasi

1Apakah ruangan bangunan

layak atau tidak?

2Apakah halaman rumah sakit

cukup luas atau tidak?

3Apakah ketersediaan air

mencukupi dan bersih?

4Apakah terdapat tempat

sampah medis dan non medis?

5Apakah terdapat pengelolaan

tempat pencucian (laundry)

6Apakah terdapat petugas untuk

mengendalikan vektor (tikus, lalat, nyamuk, kucing, kecoa) ?

7Apakah terdapat ketersediaan

desinfektan ?

8Apakah upaya promosi

kesehatan dan aspek kesehatan lingkungan sudah memenuhi ?

Faktor Fisik

1Apakah disetiap ruangan

rumah sakit sudah memenuhi pencahayaan yang baik?

2Apakah suhu ruangan tidak

mengganggu aktivitas tenaga kesehatan maupun pasien ?

Faktor biologi

1 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di lingkungan luar dari rumah sakit ?

2 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di ruang radiologi ?

3 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di ruang UGD ?

4 Ada atau tidak nyamuk, kecoa,

Page 32: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

lalat, tikus, kucing di ruang laboratorium?

5 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di kantin?

6 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di bangsal perawatan lantai 1?

7 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di bangsal perawatan lantai 2?

8 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di bangsal perawatan lantai 3?

9 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di bangsal perawatan di lantai 4?

10 Ada atau tidak nyamuk, kecoa, lalat, tikus, kucing di bangsal perawatan di kamar mandi?

11 Apakah vektor tersebut mengganggu tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung rumah sakit?

12 Apakah vektor tersebut sudah dibasmi oleh petugas kebersihan?

13 Apakah vektor tersebut berbahaya bagi kesehatan?

14 Apakah sudah dilakukan pencegahan terhadap vektor tersebut?

Faktor mekanik1 Apakah penggunaan mesin

cuci, mesin pembersih lantai dan mesin rumput membahayakan petugas pengelola kebersihan di rumah sakit ?

Faktor elektrik`1 Apakah sumber daya listrik di

rumah sakit sudah memadai?Faktor ergonomi

1 Apakah ruangan-ruangan yang ada sudah sesuai dengan

Page 33: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

kapasitas pengguna ruangan?2 Apakah alat-alat yang

digunakan seperti pembasmi vektor, nyaman digunakan ?

3 Apakah waktu yang digunakan untuk bekerja sudah efektif?

Faktor psikososial1 Apakah petugas kesehatan

bekerja tanpa tekanan?2 Apakah petugas kesehatan

sama-sama saling bekerja sama dalam menanggulangi vector ?

Faktor environment1 Apakah kamar mandi, kantin,

kamar pasien dll layak pakai (bebas dari vector )?

Pekerja Vektor1 Apakah pekerja vektor

menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja ?

2 Apakah pekerja vektor bekerja seefisien mungkin ?

3 Apakah pekerja vektor menggunakan disinfektan dalam bekerja ?

4 Apakah pekerja vektor setelah bekerja membersihkan diri ?

5 Apakah pekerja vektor memeriksakan kesehatannya secara rutin ?

6 Apakah pekerja vektor mengetahui apa yang dimaksud dengan vektor, pencegahan& pengendaliannya

Lampiran 2

KUESIONER SANITASI LINGKUNGAN, PENGELOLAAN VEKTOR, DAN GANGGUAN KESEHATAN YANG DITIMBULKAN DI RUMAH SAKIT

IBNU SINA MAKASSAR

Page 34: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden : …………………………………2. Tempat/Tanggal Lahir : ................./...............................3. Umur : …………...tahun 4. Pendidikan Terakhir : ………………….5. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Petunjuk pengisian kuesioner Berikut ini adalah pertanyaan yang menyangkut Pengetahuan Responden. Petunjuk : Untuk pilihan pertanyaan pengetahuan, pililah jawaban/beri tanda silang (X) dari beberapa jawaban yang saudara anggap benar dan jawaban yang diberikan boleh lebih dari satu

B. PERTANYAAN TENTANG PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN

1. Sanitasi Lingkungan adalaha. Upaya pengendalian faktor lingkungan fisik manusia yang tidak

menimbulkan bahayab. Upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat

merugikan kesehatanc. Upaya pengendalian pembasmian hewan yang ada di lingkungan d. Upaya pengendalian dengan pemberian pestida pada tanaman

2. Sanitasi lingkungan dalam lingkup rumah sakit adalaha. Upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,biologi,dan kimia

yang ada di rumah sakit yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita,dan pengunjung.

b. Upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,biologi,dan kimia yang ada di rumah sakit yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap masyarakat di luar rumah sakit

c. Upaya pembasmian hewan-hewan yang ada di rumah sakit oleh petugas kebersihan dan tenaga kesehatan

d. Upaya pengendalian dan pemberian pestisida pada tanaman-tanaman yang ada di lingkungan rumah sakit

3. Syarat syarat kesehatan lingkungan dan bagunan rumah sakita. Bersih, kuat, bebas dari segala vektor, kontruksi yang bagus dan

memadaib. Bersih, pencahayaan cukup, ventilasi yang sedikit c. Kurangnya serangga, atap tidak bocor, dinding mudah dibersihkand. Kurangnya serangga, terdapat tempat sampah, dinding rata

4. Syarat ruangan atau kamar yang sehat ?a. Bersih, bebas debu, suhu >30 celcius, ada tempat sampahb. Bersih, tersedia tempat sampah, bebas serangga, udara tidak berbau

Page 35: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

c. Bersih, berasap, tersedia tempat sampah, lembabd. Bersih, ruangan pengap, tersedia tempat sampah, lembab

5. Syarat-syarat tersedianya fasilitas sanitasi kesehatan?a. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system tertutup, tempat

sampah kuat, ringan,tahan karat,tahan air, mudah dibuka dan ditutupb. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system terbuka, tempat

sampah , ringan,tahan karat, tidak tahan air, mudah dibuka dan ditutupc. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system tertutup dan

tertutup, tempat sampah kuat, ringan,tahan karat,tahan air, mudah dibuka dan ditutup

d. Penyediaan air besih, pembuangan air limbah system tertutup, tempat sampah kuat, ringan,tahan karat,tahan air,tidak mudah dibuka dan ditutup

6. Limbah Rumah sakit adalaha. Semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit baik padat,

cair, maupun gasb. limbah yang berasal dari pembiakan vektor yang beada di rumah sakitc. limbah yang berasal dari bahan yang terkontaminasi oleh pabrik-pabrikd. semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga baik padat

cair maupun gas7. Contoh limbah menular adalah

a. Tissue, hasil metabolism pasien seperti nanah dan tinjab. Lap pembersih, muntahan pasienc. Peralatan yang kontak langsung dengan pasien d. Semua benar

8. Disinfektan adalaha. Pencegahan infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun

dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien

b. Pencegahan infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah dan juga membantu mencegah tidak tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien

c. Pencegahan infeksi terhadap staf medis dan pengunjung yang berasal dari peralatan maupun dari sampah yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tidak tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien

d. Pencegahan infeksi terhadap staf medis dan pasien yang berasal dari peralatan maupun dari vektor yang ada di rumah dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien

9. Air yang bersih dan sehat adalaha. Air minum yang steril (steril = tidak mengandung hama penyakit

apapun). b. Air minum yang berasal dari mata air di gunung

Page 36: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

c. Air minum yang jernih d. Air minum yang di masak

10. Berikut ini adalah Penyehatan air pada fasilitas toilet dan kamar mandi rumah sakit, kecuali a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersihb. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan

penahan bau (water seal)c. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan

dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnyad. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.

C. VEKTOR, PENGENDALIAN VEKTOR, DAN GANGGUAN KESEHATAN YANG DITIMBULKAN DI RUMAH SAKIT.

1. Apakah terdapat vektor pada rumah sakit ibnu sina ?a. Ya b. Tidak

2. Vektor yang paling banyak di dapatkan pada ruangan tempat anda bekerja di rumah sakit ibnu sina ?

Page 37: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

a. Nyamukb. Lalatc. Kecoad. Tikuse. Kucing

3. Apakah anda yang sedang atau pernah bekerja di Rumah Sakit ibnu sina pernah terkena penyakit akibat adanya vektor?a. Pernah b. Tidak

4. Gangguan kesehatan yang pernah anda alami akibat vektor yang anda dapatkan di rumah sakit ?a. DBD, Malaria, filariasisb. diare, disentri, Thyfusc. TORCHd. gatal-gatal, nyeri kepalae. demam, menggigil

5. Apakah di Rumah Sakit ibnu sina sudah terdapat program pengendalian vektor?a. Sudah b. Belum

6. Berapa kali diadakan pengendalian terhadap vektor dalam waktu 1 tahun? a. < 3 kali b. > 3 kali

7. Siapakah petugas pelaksana pengendalian vektor di Rumah Sakit ibnu sina ? a. Tamatan SD b. SLTP c. SLTA d. PT

8. Apakah petugas pengendalian vektor pernah mengikuti pendidikan/ pelatihan khusus tentang pengendalian? a. Pernah b. Belum

9. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja akibat dari pengendalian vektor?a. Ya b. Tidak

10. Bagaimana cara pengendalian vektor di Rumah Sakit ibnu sina?a. Secara fisik b. Secara biologi c. Secara kimia d. Secara lainnya

D. PEKERJA VEKTOR DI RUMAH SAKIT IBNU SINA1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai petugas vector di rumah sakit ini?

………………………………………………………………

Page 38: Sanitasi Lingkungan, Pengelolaan Vektor, dan Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan

2. Apakah anda sebagai petugas pernah terpapar dengan vector yang ada di rumah sakit ini?

a. Ya b. Tidak3. Sudah berapa kali anda terpapar sejak bekerja sebagai petugas vector dirumah

sakit ini?……………………………………………………………………

4. Vector apa yang pernah terpapar oleh anda di rumah sakit ini?a. Nyamukb. Tikusc. Kecoakd. Dll, sebutkan…..

5. Keluhan apa yang anda rasakan setelah terpapar vektor yang ada di rumah sakit ini?

………………………………………………………………………….6. Apakah anda memerlukan perawatan khusus seperti rawat inap ?

a. Ya b. tidak7. Jika Ya, berapa lama waktu yang anda habiskan di rumah sakit dan

Pengobatan apa yang anda konsumsi yang telah diberikan oleh dokter pemeriksa?

……………………………………………………………………..…..8. Jika Tidak, pengobatan apa yang anda lakukan serta obat yang anda

konsumsi ?…………………………………………………………………….

9. Apa pencegahan yang anda lakukan setelah terpapar dengan vektor tersebut?…………………………………………….

10. Upaya apa yang anda lakukan agar terhindar dari vektor yang ada?a. Pemakaian alat pelindung diri, seperti………………….b. Pemeriksaan kesehatan rutin, seperti………………………c. Penggunaan disinfektan, seperti………………d. Beban kerja yang dikurangi………………..