Upload
albert-tangdialla
View
1.068
Download
68
Embed Size (px)
DESCRIPTION
No Desription
Citation preview
GAMBARAN HIGIENE DAN SANITASI
PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TAHUN 2011
LAPORAN MAGANG
Disusun Oleh:
Melli Wulandari
NIM: 107101002600
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Magang, 4 April 2011
Melli Wulandari, NIM: 107101002600
GAMBARAN HIGIENE DAN SANITASI PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH
SAKIT HAJI JAKARTA TAHUN 2011
xiv + 59 Halaman, 4 tabel, 1 gambar, 2 lampiran
ABSTRAK
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan
dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan
sampai dengan penyajian. Magang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran higiene
penjamah makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011 yang dilakukan dari
tanggal 1 Februari sampai 2 Maret 2011, bertempat di instalasi gizi Rumah Sakit Haji
Jakarta. Pengumpulan data magang dilakukan dengan cara observasi dan pengumpulan
data sekunder dan ikut serta kegiatan di Instalasi Gizi RS.Haji Jakarta. Rumah Sakit Haji
Jakarta merupakan rumah sakit kelas C+ yang berlokasi di Jalan Raya Pondok Gede.
Instalasi gizi ini mempunyai tugas pokok yaitu penyelenggaraan makan pasien dan
karyawan, penyelenggaraan gizi rawat inap (ranap), konsultasi dan edukasi gizi, dan
penelitian dan pengembangan gizi terapan. persyaratan bagi penjamah makanan yaitu:
harus sehat dan bebas dari penyakit menular, secara berkala minimal 2 kali setahun
memeriksakan kesehatannya, harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan
pelindung pengolahaan makanan di dapur dan selalu mencuci tangan sebelum bekerja
dan setelah keluar dari kamar kecil. Penjamh makanan perlu mendapatkan pelatihan
tentang penyehatan makanan. Selain itu juga harus didukung dengan failitas sanitasi
bagi penjamah makanan, dan pengawasan terhadap penjamah. Higiene dan sanitasi
penjamah makanan diinstalasi gizi masih ada yang belum sesuai dengan standar seperti
pada penggunaan sarung tangan, pencucian tangan, masker, topi, dan pakaian kerja.
Namun untuk pemeriksaan kesehatan, pekerja yang tidak merokok pada saat menjamah
makanan telah memenuhi standar Depkes. Sarana bagi penjamah makanan di instalasi
gizi RSHJ seperti penyediaan toilet, kamar ganti, pakaian kerja dan APD telah ada dan
memenuhi standar namun untuk penyediaan loker bagi karyawan, tempat pencucian
tangan sudah ada tetapi belum memenuhi standar depkes sedangkan tempat istirahat
yang memadai untuk karyawan tidak tersedia di instalassi gizi RSHJ.
Daftar Bacaan: 16 (1992-2006)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN HIGIENE DAN SANITASI
PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TAHUN 2011
Telah Disetejui, Diperiksa Dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Maret 2011
Mengetahui
Raihana Nadra Alkaff, M.MA Sri Munarni, AMG
Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 4 April 2011
Penguji I,
Raihana Nadra Alkaff, M.MA
Penguji II,
Yuli Amran, SKM, MKM
DATA RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Melli Wulandari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Supat, 13 Mei 1989
Alamat : Jl.SMA 48 No.29 Kel Pinang Ranti Kec.Makasar JakTim
Agama : Islam
No.Kontak : 021-99273613
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK-TPA Nurul Falah II : 1994 - 1995
SDN 4 Supat : 1995 - 2001
SMP PGRI Supat : 2001 - 2004
SMA Trisoko Jakarta : 2004 - 2007
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2007 – sekarang
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Segala Puji syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang senantiasa menganugerahkan nikmat dan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami masih diberi kesempatan dan kemampuan
dalam menjalankan aktifitas dan dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat dan salam senantiasa kami curahkan kepada Rasul tercinta,
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kebenaran yaitu islam dan telah menjadi
suri tauladan bagi umatnya.
Laporan ini disusun dalam rangka menunjang sistem pembelajaran pada mata
kuliah Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat semester VIII Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Laporan magang ini
berjudul ”Gambaran Higiene Dan Sanitasi Penjamah Makanan Di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Haji Jakarta 2011”.
Laporan magang ini dapat terlaksana dengan dukungan dan bantuan pihak-pihak
terkait sehingga penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini, diantaranya :
1. Kedua orang tua saya, ayahanda Darwin dan Ibunda Juahir, yang senantiasa
memberikan perhatian dan kasih sayang meskipun jarak yang memisahkan kita,
menyumbangkan fikiran secara moral, emosional dan finansial yang tak terhingga,
mau mendengarkan semua keluhan dan senantiasa memberikan doa dan motivasi
untuk pantang menyerah dan selalu sabar dalam menyelesaikan semua tugas yang
diemban oleh penulis. Terimakasih Aba, uma jasa mu akan ananda balas dengan
segala kekuatan anandamu tercinta.
2. Bibikku, bik cik, dan uju serta kakakku (c’pik, c’ades dan c’bur), yang senantiasa
mendukung penulis baik mental maupun secara finasial sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan ini dengaan baik, terimakasih buat doanya.
3. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat.
5. Ibu Ir. Febriyanti, Msi selaku dosen penanggung jawab peminatan gizi, terima kasih.
6. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA selaku Pembimbing Fakultas, terimakasih atas
segala bimbingan, waktu dan fikiran yang ibu berikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini.
7. Mba Sri Munarni, AMG selaku Pembimbing Lapangan, terimakasih atas segala
bimbingan, fikiran dan waktu yang Mba Sri berikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini.
8. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku dosen penaggung jawab mata kuliah magang,
terimakasih
9. Ibu Cut Keumala, AMG selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Haji Jakarta,
terimakasih telah mengizinkan penulis dalam melakukan PKL di instalasi gizi RSHJ.
10. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
Ilmu Pengetahuan kepada kami.
11. Seluruh staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Haji Jakarta yang telah membantu
kelancaran proses magang dan telah mengajarkan banyak hal kepada penulis tentang
dunia kerja yang kejam.
12. Geer together forever (Farida Hidayati, Hafifatul Auliya Rahmy, Karbella
Kuantanades Hasti, Lisa Ellizabet Aula) sahabat yang selalu bersama dalam senang
maupun susah, memberi semangat, memberi masukan, arahan, memberi warna
dalam hidupku.
13. Specially to my life (naldQu), yang selalu memberikan motivasi, masukan dan
arahan serta kasih sayang kepada penulis, terimakasih.
14. Teman-teman gizi seperjuanganku angkatan 2007 tetap semangat dan sukses selalu
untuk kita semua.
15. Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yang telah berperan aktif membantu tim
penyusun dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat kami sebutkan dalam
laporan ini.
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya
dari Kami selaku manusia yang dhaif, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat
Kami harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang.
Ciputat, 30 Maret 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1.2 Tujuan.....................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................
1.3 Manfaat...................................................................................
1.3.1 Bagi Mahasiswa.........................................................
1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat................
1.3.3 Bagi RSHJ...................................................................
1.4 Ruang Lingkup........................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi higiene dan sanitasi...................................................
2.2 Higiene dan sanitasi penjamah makanan................................
2.2.1 Syarat tenaga penjamah makanan...............................
2.2.2 Keadaan higiene tenaga penjamah makanan..............
2.2.3 Sarana bagi tenaga penjamah makanan……...............
2.3 Pelatihan/training tenaga penjamah makanan....……….....
2.4 Pengawasan terhadap penjamah makanann…...……………
BAB III. ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
i
ii
iii
iv
v
viii
xii
xiii
xiv
1
6
6
6
6
6
7
7
8
9
11
11
13
18
19
20
3.1 Alur Kegiatan..........................................................................
3.2 Jadwal Kegiatan………..........................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Jakarta…………..........
4.1.1 Sejarah…………………………........……………….
4.1.2 Profil ………………………….………………….....
4.1.3 Visi dan misi…………………………...……………
4.1.4 Fasilitas……………………………..……………….
4.1.5 Ketenagaan …………………………….……………
4.1.6 Struktur………………………………………………
4.2 Gambaran instalasi gizi Rumah Sakit Haji Jakarta………….
4.2.1.1 Visi dan misi ……………………………………….
4.2.1.2 Visi ………………………………………………….
4.2.1.3 Misi …………………………………………………
4.2.2 Tugas dan wewenang…………….………………….
4.2.3 Tugas pokok gizi……………………….……………
4.2.4 Tujuan ………………………………………………
4.2.5 Struktur…………….………………………………..
4.2.6 Ketenagaan gizi……………………………………...
4.3 Gambaran higiene dan sanitasi penjamah makaana di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Haji Jakarta………………….....
4.3.1 Syarat tenaga penjamah makanan…….……………..
4.3.2 Higiene tenaga penjamah makanan…...……………..
4.4 Gambaran sarana bagi penjamah makanan di instalasi Gizi
Rumah Sakit Haji Jakarta……………………………………
4.4.1 Penyediaan toilet………………………………….....
4.4.2 Tempat pencuci tangan………………………….…..
4.4.3 Kamar ganti………………………………………….
4.4.4 Tempat istirahat……………………………………...
4.4.5 Pakaian kerja dan APD……………………………...
21
22
28
28
28
29
29
30
30
30
31
31
31
31
32
32
32
33
33
33
37
48
49
50
50
51
51
4.4.6 Penyediaan tempat sampah………………………...
4.5 Pelatihan/training tenaga penjamah makanan di instalasi
gizi rumah sakit haji Jakarta………………………………..
4.6 Pengawasan tenaga penjamah makanan di instalasi gizi
rumah sakit haji Jakarta………………….…………………..
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……………………...……………………………
5.2 Saran……………………………….…………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
LAMPIRAN................................................................................................
51
53
55
56
58
59
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Table 3.1 Jadwal kegiatan magang di instalasi gizi RSHJ…………
Table 4. 1 Ketenagaan gizi di RSHJ 2011....………………………..
Tabel 4.2 Sarana bagi penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ……
Table 4.3 Alat Pelindung Diri di instalasi gizi RSHJ 2011.......…….
Halaman
21
33
48
51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Gambar 4.1 struktur instalasi gizi RSHJ..........................................
Halaman
32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 Surat izin magang
Lampiran 2 Struktur organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu sumber penting untuk kelangsungan hidup
manusia dan merupakan kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi guna menjaga
kesehatan, meningkatkan kecerdasan dan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu
makanan yang berkualitas baik harus bergizi tinggi, mempunyai rasa yang lezat,
menarik, bersih dan tidak membahayakan bagi tubuh, untuk itu diperlukan sistem
penyelenggaraan yang baik.
Makanan dapat merupakan sumber penularan penyakit apabila kebersihan dalam
penyelenggaraan makanan tidak dipelihara sebagaimana mestinya. Makanan yang
memenuhi syarat tidak hanya sekedar memenuhi syarat gizi, menarik, rasanya enak,
kelunakannya sesuai, akan tetapi juga harus bebas dari berbagai mikroorganisme yang
dapat membuat makanan menjadi rusak atau dapat menghasilkan zat yang berbahaya
ataupun tercemar zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat oleh karena itu kualitas makanan yang baik
secara bakteriologis, kimiawi, maupun fisik harus selalu dipertahankan. Kualitas
makanan harus senantiasa terjamin setiap saat agar masyarakat sebagai pemakai produk
makanan tersebut dapat terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan serta keracunan
akibat makanan, terutama bagi pasien yang sedang dirawat di rumah sakit yang
tubuhnya dalam kondisi lemah sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit
termasuk penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan oleh karena itu higiene
dan sanitasi pengolahan makanan di rumah sakit perlu mendapat perhatian yang lebih
seksama (Depkes, 2002).
Untuk mendapatkan makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi
yang memakannya perlu adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman, yaitu
upaya pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan
mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman yang berasal dari
proses pengolahan makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit agar tidak
menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan (Depkes, 2003).
Menurut Depkes (2003) higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, tempat, orang dan perlengkapannya (peralatan) yang
dapat menimbulkan penyakit atau ganguan kesehatan atau keracunan makanan, tujuan
higiene sanitasi makanan di rumah sakit adalah tersedianya makanan yang berkualitas,
baik dan aman bagi pasien dan konsumen lainnya agar terhindar dari resiko penularan
penyakit atau gangguan kesehatan dan keracunan makanan, selain itu juga untuk
terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan di
institusi.
Pekerja yang menangani pangan dalam suatu industri pangan merupakan sumber
kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroba patogen pada manusia dapat
menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan (BPOM, 2003). Menurut
(Longree dan Blaker, 2002 dalam Ika Irmawati 2009), faktor yang sangat mempengaruhi
higiene sanitasi makanan adalah penjamah makanan, sebagian besar penyakit melalui
makanan berasal dari penjamah makanan yang sedang sakit atau pembawa kuman
penyakit (carrier) kurangnya tindak higiene perorangan, atau cara menyiapkan makanan
yang tidak memenuhi syarat sanitasi.
Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan deputi III-
BPOM (2003), manusia yang sehat merupakan sumber potensial mikroba-mikroba
seperti staphylococcus aureus, salmonella, clostridium perfringens dan streptokoki
(enterokoki) dari kotoran (tinja). Stafilokoki umum terdapat dalam kulit, saluran hidung,
mulut dan tenggorokan, serta dapat dengan mudah dipindahkan ke dalam makanan.
Sumber kontaminasi potensial ini terdapat selama jam kerja dari para pekerja menangani
makanan. Setiap kali tangan pekerja mengadakan kontak dengan bagian-bagian tubuh
yang mengandung stafilokoki, maka makanan tersebut akan terkontaminasi, dan segera
akan mengkontaminasi makanan yang tersentuh. Perpindahan langsung mikroba koki ini
dari alat pernafasan ke makanan, terjadi ketika pekerja batuk dan bersin tanpa menutup
hidung dan mulutnya. Tangan dengan luka atau memar yang terinfeksi merupakan
sumber stafilokoki virulen, demikian pula luka yang terinfeksi pada bagian tubuh lain,
karena mungkin pekerja tersebut menggaruk atau menyentuh luka tersebut.
Apabila makanan yang diolah tidak higiene maka dapat dapat berdampak pada
kesehatan manusia yang mengkonsumsinya yaitu dapat mengakibatkan munculnya
penyakit akibat makanan, penyakit tersebut yaitu keracunan makanan dan infeksi
makanan. Keracunan makanan adalah keracunan akibat toksik yang diperoduksi oleh
mikroba. Dalam hal ini mikroba yang ada pada penjamah makanan yang
mengkontaminasi makanan tersebut yang tumbuh akan memperoduksi senyawa yang
bersifat larut dan beracun yang dikeluarkan ke dalam makanan dan menyebabkan
penyakit, bila makanan tersebut dikonsumsi. Mikroorganisme yang menimbulkan jenis
keracunan seperti ini antara lain adalah Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum,
C.Perfringens, Bacillus aureus dan Vibrio parahaemolyticus. Dampak kedua dari
makanan yang terkontaminasi mikroba yang dapat berasal dari penjamah makanan yaitu
infeksi makanan, adalah masuknya mikroba ke dalam alat pencernaan manusia, mikroba
tersebut akan tumbuh, berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Mikroba yang
menyebabkan infeksi melalui makanan yang dapat disebabkan oleh penjamah antara lain
adalah Brucella sp, E.coli, Salmonella sp, Streptococcus group A, Vibrio cholera, dan
Virus hepatitis A (BPOM, 2003). Karena menurut Moehyi (1992), fungsi makanan di
Rumah Sakit antara lain sebagai salah satu komponen untuk penyembuh penyakit, oleh
sebab itu makanan yang disajikan kepada pasien harus berkualitas baik supaya proses
penyembuhan dapat berjalan dengan cepat.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa 5% dari letusan penyakit yang
dilaporkan di Inggris dan Wales, 10% di New South Wales, Australia dan 20% di
Amerika disebabkan karena bahan pangan terkontaminasi langsung oleh pekerja yang
menangani makanan tersebut (Robert,1982; Davey, 1985; Bryan 1978 dalam PGRS,
2003). Menurut Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa selama
tahun 2004 di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan yang menyebabkan 6.500
korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31% kasus keracunan itu
disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan rumah tangga (Antara,
2004).
Berdasarkan laporan hasil pemantauan keracunan makanan dan minuman yang
dilaporkan oleh Dit Jen PPM dan PLP, keracunan makanan di indonesia pada tahun
1997 mencapai 3119 penderita dengan CFR 0,15% tahun 1998 sebanyak 1078 penderita
dengan CFR 0,65%. Meski jumlahnya menurun namun CFRnya meningkat karena kasus
kematian tinggi. Tahun 1999 sebanyak 1181 penderita tanpa kematian (Depkes, dalam
Wulandari, 2003). Selain itu penelitian yang dilakukan di 7 RS umum pemerintah DKI
Jakarta tentang perilaku petugas penjamah makanan di rumah sakit menunjukkan bahwa
perilaku petugas tersebut masih kurang baik. Masih terdapat 24,1% petugas yang
keadaan kukunya panjang dan hanya 65,5% petugas yang menggunakan penutup kepala.
(Depkes, 1990).
Penjamah makanan di rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan kepada pasien. beberapa faktor
yang dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit di rumah sakit makanan
adalah adanya sumber penyakit menular, adanya media (makanan/minuman), juga
karena perilaku petugas yang tidak higiene. Salah satu aspek yang penting untuk
menjaga agar makanan higiene dan aman adalah aspek higiene dan sanitasi penjamah
makanan. Oleh karena itu dengan kegiatan magang ini penulis bermaksud untuk melihat
dan mengetahui gambaran higiene dan sanitasi penjamah makanan di Instalasi Gizi di
RSHJ Jakarta Timur tahun 2011.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran higiene dan sanitasi penjamah makanan di Instalasi Gizi
RSHJ Tahun 2011.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran umum RSHJ 2011
b. Diketahui gambaran umum Instalasi Gizi di RSHJ 2011
c. Diketahui gambaran higiene dan sanitasi penjamah makanan di Instalasi Gizi
RSHJ 2011
d. Diketahui gambaran sarana bagi penjamah makanan di Instalasi Gizi RSHJ
2011.
e. Diketahui gambaran program pelatihan penjamah makanan tentang sanitasi
makanan di Instalasi Gizi RSHJ 2011.
f. Diketahui gambaran pengawasan penjamah makanan di Instalasi Gizi RSHJ
2011.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan secara
langsung di lapangan.
b. Mendapatkan pengalaman kerja dalam tim (team work) untuk memecahkan
berbagai masalah kesehatan sesuai bidang.
c. Mampu mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi di dunia kerja
1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan institusi
magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara
substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang
kompetitif dan dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga
terampil dari lapangan dalam kegiatan magang.
1.3.3. Bagi Rumah Sakit Haji Jakarta
a. Kegiatan magang diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan
kualitas makanan serta dapat membantu kegiatan di institusi magang dalam
mencari solusi masalah secara profesional.
b. Dapat menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara institusi magang dengan Prodi Kesehatan Masyarkat UIN Syarif
HIdayatullah Jakarta
c. Hasil laporan magang dapat dijadikan bahan refrensi masukan/evaluasi yang
bermanfaat terhadap sistem manajemen higiene dan sanitasi makanan untuk
kemudian dilakukan tindak lanjut.
1.4 Ruang Lingkup
Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa peminatan gizi kesehatan
masyarakat FKIK Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berlokasi di RSHJ. Tujuan
dilakukan magang adalah untuk mengetahui gambaran umum higiene dan sanitasi
penjamah makanan di RSHJ Tahun 2011. Waktu magang dilakukan selama satu bulan,
yaitu pada 1 Februari sampai 2 Maret 2011. Kegiatan magang ini dilakukan dengan
observasi dan pengumpulan data sekunder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Higiene Dan Sanitasi
Dalam berbagai aspek kehidupan, terutama yang ada sangkut pautnya dengan
kesehatan, masalah higiene dan sanitasi memegang peran yang amat penting.Berbagai
masalah kontaminasi dan infeksi oleh mikroba, mudah diatasi bila higiene dan sanitasi
ditingkatkan. Berbagai usaha pabrik makanan untuk menanggulangi masalah
pencemaran mikroba telah dilakukan, tetapi sering kurang berhasil seperti yang
diharapkan. Hal itu disebabkan karena pola perilaku para karyawannya tidak tertib serta
kurang tercermin akan kewaspadaan terhadap masalah higiene dan sanitasi (Winarno,
1997).
Higiene dan sanitasi merupakan bagian penting dalam proses pengolahan
makanan yang harus dilaksanakan dengan baik. Pada hakekatnya higiene dan sanitasi
mempunyai pengertian dan tujuan yang hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang
prima. Higeine lebih banyak membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab
timbulnya penyakit.Sedangkan sanitasi lebih banyak memperhatikan masalah kebersihan
untuk mencapai kesehatan (Depkes, 2006).
Pengertian higiene menurut depkes (2006) adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya
mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi
kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan. Sedangkan sanitasi adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya menyediakan
air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain.
Higiene juga mencakup upaya perawatan kesehatan diri, termasuk ketepatan
sikap tubuh. Apabila ditinjau dari kesehatan lingkungan, pengertian higiene adalah
usaha kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh faktor lingkungan
termasuk pula upaya melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan
manusia (perorangan/individu dan masyarakat), sehingga berbagi faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan, tidak menimbulkan penyakit (Purnawijayanti, 2001).
Sanitasi makanan didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tersebut. Secara luas ilmu sanitasi merupakan penerapan dari
prinsi-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan atau
mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia (Purnawijayanti, 2001).
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik
beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari
makanan sebelum diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan,
penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi
kepada konsumen. Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Depkes, 2006)
Tujuan higiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut: 1). Tersedianya
makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen. 2). Menurunnya
kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan. 3).
Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan di
institusi (Depkes, 2003).
2.2 Higiene dan sanitasi Penjamah Makanan
Menurut Depkes (2006) Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Higiene tenaga penjamah
makanan dengan tujuan untuk mewujudkan penyehatan perorangan yang layak dalam
penyelenggaraan makanan. Sedangkan sumber utama penularan penyakit bawaan
makanan adalah pencemaran bahan makanan, dimana peran manusia sebagai vektor
pembawa kuman sangat tinggi.
Personal hygiene adalah cermin kebersihan dari setiap individu, yang mengarah
kepada kebiasaan–kebiasaan dan kebersihan pribadi.Untuk menjaga personal hygiene
dalam kehidupan sehari-hari harus selalu berusaha mencegah datangnya penyakit yang
dapat mengganggu kesehatan(Depkes, 2006).
2.2.1 Syarat tenaga penjamah makanan
Menurut Depkes(2006)berdasarkan keputusan menteri kesesehatannomor
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Penjamah makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus sehat dan bebas
dari penyakit menular, secara berkala minimal dua kali setahun memeriksakan
kesehatannya oleh dokter yang berwenang, harus menggunakan pakaian kerja dan
perlengkapan pelindung pengolahaan makanan dapur, selalu mencuci tangan sebelum
bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.
Hal yang perlu diperhatikan penjamah makanan untuk mencegah penularan
penyakit dan atau kontaminasi mikroba patogen melalui makanan adalah tenaga
penjamah makanan harus memiliki kesehatan yang baik. Untuk itu disarankan pekerja
melakukan tes kesehatan, terutama tes darah, dan pemotretan rontgen pada dada untuk
melihat kesehatan paru-paru dan saluran pernapasan (Purnawijayanti, 2001).
Menurut Depkes (2006)Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi jasa
boga tanggal 23 Mei 2003.Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha jasa
boga harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular, penjamah makanan
harus memeriksakan kesehatn secara berkala minimal dua kali dalam setahun, penjamah
makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan dari institusi yang
menyelenggarakan kursus tersebut.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan bagi pekerja sebelum diterima sebagai
karyawan dan kepada seluruh karyawan sebaiknya dilakukan minimal sekali setiap
tahun atau setiap enam bulan sekali.Apabila ada karyawan sakit maka harus diobati
terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali atau dengan kata lain tidak dipekerjakan
lagi. Penderita yang menderita luka-luka terbuka, luka bakar, dan penyakit infeksi
bacterial tidak diperkenankan untuk bekerja diruang pengolahan pangan. Pekerja
tersebut hendaknya tidak menyentuh bahan makanan atau peralatan yang kemungkinan
akan kontak dengan pangan dan bahan bakunya selama pengolahan (Fathonah, 2006).
2.2.2 Keadaaan higiene perorangan tenaga penjamah makanan
Berdasarkan peraturan perundang-undangan higiene dan sanitasi makanan,
Kepmenkes nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang pedoman persyaratan higiene
sanitasi makanan jajanan, penjamah makanan adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Higiene tenaga penjamah
makanan dengan tujuan untuk mewujudkan penyehatan perorangan yang layak dalam
penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga penjamah yang memenuhi syarat sebagai
berikut: tidak menderita penyakit mudah menular, menutup luka (pada luka
terbuka/bisul atau luka lainnya), memakai celemek dan tutup kepala, mencuci tangan
setiap kali hendak menangani makanan, menjamah makanan harus memakai alat/
perlengkapan atau dengan alas tangan, tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan
(telinga, hidung, mulut, atau bagian lainnya), tidak batuk atau bersin dihadapan makanan
jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung (Depkes, 2006).
Keadaan perorangan yang perlu diperhatikan penjamah makanan untuk
mencegah penularan penyakit dan atau kontaminasi mikroba patogen melalui makanan
adalah sebagai berikut:
1. Mencuci Tangan
Menurut depkes (1992) hendaknya tangan selalu dicuci sebelum bekerja,
sesudah menangani bahan makanan kotor/mentah atau terkontaminasi, setelah dari
kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk atau bersin dan
setelah makanan atau merokok.Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan
keamanan pangan deputi III-BPOM (2003) Kebersihan tangan pekerja yang bekerja
mengolah dan memproduksi pangan sangat penting kerena itu perlu mendapatkan
perhatian khusus. Setiap saat akan menjamah makanan jika tangannya kotor, maka
perlu dicuci dengan air mengalir. Karena itu fasilitas air mengalir, sabun dan
pengering harus selalu tersedia dilokasi-lokasi pembersihan yang mudah dijangkau.
Pekerja diharuskan memelihara kebersihan tangannya dengan cara tidak
menggunakan untuk membersihkan mulut, hidung dan bagian badan lainnya atau
tangan harus dicuci kembali dengan menggunakan air bersih dan sabun setiap kali
digunakan untuk melakukan sesuatu atau memegang sesuatu yang tidak saniter.
Menurut Depkes (2003) Mencuci tangan secara baik dan benar akan membunuh
lebih dari 80% kuman di tangan.
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus
patogen dari tubuh, feses atau sumber lain kemakanan. Oleh karena itu kebersihan
tangan perlu mendapatkan prioritas yang tinggi walaupun hal itu sering
disepelekan.Cuci tangan merupakan langkah yang dapat mencegah penularan
penyakit melalui makanan, kerena tangan yang kotor dapat menjadi media
penyebaran mikroorganisme dari tangan ke makanan (Purnawijayanti, 2001).
2. Sarung Tangan
Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan deputi III-
BPOM (2003) pekerja yang menderita luka ditangan tetapi tidak infeksi masih
diperbolehkan bekerja tetapi harus menggunakan sarung tangan (glove).Selain itu
pekerja disarankan tidak menggunakan cat kuku jika terpaksa harus memakai cat
kuku maka penggunaan sarung tangan karet menjadi keharusan.
Menurut Depkes (2006) Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi
jasa boga tanggal 23 Mei 2003 yang menyatakan sarung tangan berfungsi sebagai
perlindungan kontak langsung dengan makanan, sarung tangan yang baik dalam
tempat pengolahan makanan menggunakan sarung tangan sekali pakai. Karena
menurut (Hardiansyah dan Rimbawan, 2000), sarung tangan kadang-kadang robek
atau berlubang dan kerugian lain dari sarung tangan adalah umumnya jarang dicuci
sesering tangan, sarung tangan plastik/karet, sekali pakai biasanya berguna untuk
menangani makanan masak atau makanan yang tidak dipanaskan lebih lanjut. Jadi
penggunaanya untuk tujuan tertentu dan dibuang bila telah kotor dan robek.
3. Masker (Penutup Mulut)
Penutup muka dapat efektif dalam menahan kontaminasi yang berasal dari
udara.Akan tetapi penutup muka ini tidak praktis digunakan dalam kebanyakan
pengolahan makanan dan pekerjaan pelayanan. Penutup muka ini tidak nyaman
dipakai, terutama dalam lingkup uap panas. Penanganan makanan setelah menyentuh
penutup muka dapat mengkontaminasi makanan lebih besar dari pada
mikroorganisme yang jatuh dari hidung dan mulut.Perpindahan dari udara biasanya
kurang penting peranannya dalam mengkontaminasi makanan (Herdiansyah dan
Rimbawan, 2000).
Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan, deputi III-
BPOM (2003), Penggunaan masker penting dilakukan karena daerah-daerah mulut
hidung dan tenggorokan dari manusia normal penuh dengan mikroba dari berbagi
jenis.Beberapa mikroba yang ada salah satunya adalah mikroba staphylococcus
aureus yang berada dalam saluran pernapasan dari manusia.
4. Penutup Kepala/Hair cap (Topi)
Menurut depkes (2006) berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi
jasa boga tanggal 23 Mei 2003 menyatakan bahwa semua penjamah makanan
hendaknya memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut
kedalam makanan dan mencegah mengusap/menggaruk rambut atau melindungi
pencemaran terhadap makanan.
Semua penjamah makanan hendaknya memakai topi untuk mencegah
kebiasaan mengusap dan menggaruk rambut.Penutup kepala membantu mencegah
rambut masuk ke dalam makanan, membantu menyerap keringat yang ada di dahi,
mencegah kontaminasi staphylococci, menjaga rambut bebas dari kotoran rambut,
dan mencegah terjeratnya rambut dari mesin.(Purnawijayanti, 2001).Sedangkan
menurut Fathonah(2006) pencucian rambut dilakukan secara teratur, rambut kotor
akan menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan
untuk menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran atau ketombe atau rambut
dapat jatuh ke dalam makanan dan kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja diharuskan
menggunakan penutup kepala (hair cap) atau jala rambut (hair net).
Menurut Herdiansyah dan Rimbawan (2000) Rambut dari kepala, muka atau
lengan, walaupun kadang-kadang terkontaminasi oleh S.aureus dan bakteri lain,
tetapi bukan merupakan sumber kontaminasi utama mikroba pada makanan.
Penanganan, menyisir dan penyikatan rambut mungkin akan memindahkan
mikroorganisme lebih banyak pada makanan melalui tangan dari pada rambut yang
jatuh ke dalam makanan. Akan tetapi adanya rambut dalam makanan tidak
disukai.Oleh karena itu, penggunaan tutup kepala (topi atau jala rambut) dalam
ruangan pengolahan makanan lebih berdasarkan pertimbangan estetika daripada
keamanan pangan.Tutup kepala harus dikenakan sebelum bekerja dan tidak diatur
didalam daerah pengolahan pangan.
5. Kebersihan Pakaian, Kuku dan Perhiasan
Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan deputi III-
BPOM (2003) pekerja harus mengenakan pakaian khusus untuk bekerja yang bersih
dan sopan.Umunya pakaian yang berwarna terang (putih) sangat dianjurkan terutama
untuk pekerja dibagian pengolahan, pakaian kerja yang sudah usang jangan dipakai
kembali. Hal ini disebabkan karena dengan warna putih maka akan lebih mudah
dideteksi adanya kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada baju dan berpotensi
untuk menyebar pada produk pangan yang sedang diolah/diproduksi. Pekerja
hendaknya memakai pakaian dengan ukuran yang pas tidak terlalu besar.Ukuran
pakaian yang terlalu besar bisa berbahaya karena dapat melambai-lambai tidak
terkontrol sehingga dapat berperan sebagai pembawa kotoran yang akan
menyebabkan kontaminasi atau berbahaya bagi keselamatan pekerja terutama jika
berdekatan dengan mesin-mesin yang bergerak atau mempunyai bagian yang
berputar. Pekerja pengolahan pangan hendaknya tidak mengenakan jam tangan,
kalung, anting, cincin, dan lain-lain benda kecil yang mudah putus dan hilang.
Pakaian terutama yang terbuat dari bahan yang bersifat menyerap (misalnya
wol), dapat menimbun mikroorganisme dan bahan makanan. Penggantian dan
pencucian pakaian secara periodikakan mengurangi resiko kontaminasi. Pakaian
yang berwarna cerah bermanfaat untuk mengidentifikasi pencemaran oleh residu
makanan dan perlunya pakaian diganti.kuku hendaknya dirawat dan dibersihkan, dan
dianjurkan untuk tidak menggunakan perhiasan sewaktu bekerja. Perhiasan seperti
cincin, kalung, jam tangan, anting harus dilepaskan sebelum memasuki daerah
pengolahan. Penggunaan make-up dan parfum yang berlebihan juga tidak
diperkenankan (Herdiansyah dan Rimbawan, 2000).
6. Tidak Merokok
Penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja, baik
waktu mengolah maupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata rantai dari
bibir dan tangan dan kemudian ke makanan, di samping sangat tidak etis (Depkes,
2006).
2.2.3 Sarana Bagi Penjamah Makanan
Sarana yang diperlukan bagi penjamah makanan hendaknya disediakan, sehingga
tenaga penjamah makanan dimungkinkan untuk berperilaku sehat. Sarana tersebut antara
lain: a) ruang ganti; b) pakaian kerja; c) ruang istirahat yang memadai; d) toilet untuk
karyawan; e) tempat cuci tangan yang cukup banyak dan mudah dijangkau; f) alat
pelindung diri (topi, sarung tangan, celemek, masker, dan alas kaki atau sepatu); g)
tempat sampah.
a. Ruang ganti pakaian, sehingga mereka dapat menukar baju dengan baju kerja
sebelum bekerja.
b. Pakaian kerja
c. Ruang Istirahat, setiap tempat penyelenggaraan makanan harus menyediakan
tempat istirahat yang memadai (Depkes, 1992).
d. Penyediaan jamban
Jasaboga harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
higiene sanitasi. Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut: Jumlah 1 buah
toilet untuk karyawan wanita 1–20 orang sedangkan jumlah karyawan pria 1-30
orang jumlah toilet 1 buah (Depkes, 2006).
e. Penyediaan tempat mencuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan
maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan
tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. Jumlah tempat cuci tangan
disesuaikan dengan banyaknya karyawan sebagai berikut: 1 – 10 orang = 1 buah
dengan tambahansatu buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang.
Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat bekerja (Depkes,
2003).
f. Alat Pelindung Diri
g. Tempat sampah
2.3 Pelatihan/Training
Menurut depkes(1992)diperlukan suatu program latihan yang berkesinambungan
untuk menjamin mutu makanan dan setiap petugas yang terlibat dalam penyehatan
makanan hendaknya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, antara lain penyakit
yang ditularkan melalui makanan, kebersihan pribadi, kebiasaan yang berkaitan dengan
pengolahan makanan serta cara-cara pengolahan makanan yang sehat.
Pelatihan tersebut meliputi:
a. Pengetahuan dasar tentang praktek sanitasi
b. Informasi tentang penyehatan makanan
c. Teknik penanganan makanan sehat
d. Penggunaan peralatan dan perlengkapan pengolahan makanan
e. Pengawasan selama bertugas.
2.4 Pengawasan
Setiap penjamah makanan mempunyai kewajiban untuk menjaga
kesehatannya dan kebersihannya namun pengawas tetap bertanggung jawab untuk
mengawasi apakah kesehatan dan kebersihan seorang penjamah makanan benar-
benar dapat dipastikan bahwa penjamah berada dalam keadaan sehat pada saat
bekerja.Tanggung jawab penjamah hendaknya selalu ditekankan pada saat
pertemuan (Depkes, 1992).
Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari kesalahan, namun yang lebih
utama adalah mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya memberikan
pengarahan dan perbaikan-perbaikan apabila kegiatan tidak berjalan semestinya.
Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain: Melalui observasi
terhadap objek yang diawasi, analisis terhadap laporan-laporan yang masuk,
pengumpulan data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap objek-objek
pengawasan, dan melalui tugas dan tanggung jawab para petugas khususnya para
pemimpin (Notoadmodjo, 2003).
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan Magang
Berikut ini merupakan langkah-langkah kegiatan magang pada saat melakukan
magang di RSHJ dari tanggal 1 Februari sampai 2 Maret 2011.
Tahap Persiapan
1. Mencari institusi atau perusahaan tempat magang
2. Membuat surat pengantar magang dari Program Studi Kesehatan Masyarakat
3. Memberikan surat pengantar magang dan menunggu keputusan dari tempat magang
4. Membuat proposal magang
Tahap Pelaksanaan
1. Pelaksanaan kegiatan magang selama 26 hari kerja mulai tanggal 01 februari sampai
02 maret 2011
2. Mengikuti alur kerja institusi magang
3. Pengambilan data-data yang diperlukan untuk laporan
4. Pemantauan pelaksanaan magang oleh pembimbing lapangan dan pembimbing
fakultas
5. Bimbingan dengan dosen pembimbing akademik
6. Bimbingan dengan pembimbing lapangan
Tahap Evaluasi dan Presentasi Laporan
1. Menyusun laporan magang di bimbing pembimbing lapangan dan pembimbing
fakultas
2. Pendaftaran presentasi laporan magang
3. Presentasi laporan magang yang dihadiri oleh tim penguji yang terdiri atas
pembimbing akademik, pembimbing lapangan, dan seorang penguji lain yang
ditunjuk oleh panitia magang.
3.2 Jadwal Kegiatan Magang
Jadwal kegiatan magang yang dilakukan selama 26 hari di RSHJ Tahun 2011
dilakukan dengan jadwal sesuai shift. Shift yang dilakukan dengan mengikuti jadwal
dari rumah sakit. Kegiatannya dilakukan seperti berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang Di Instalasi Gizi RSHJ
No Hari / Tanggal Kegiatan
1
Selasa, 01 Feb
2011
- Perkenalan dengan pembimbing lapangan
- Orientasi tentang instalasi gizi RSHJ
- Mengamati tempat penyimpanan bahan makanan kering,
peralatan dapur, tempat persiapan dan tempat pengolahan
- Perkenalan dengan karyawan instalasi gizi RS Haji Jakarta
- Perkenalan dengan PL
2 Rabu, 02 Feb
2011
- Orientasi mengenai SOP
- Mengamati dan ikut serta dalam pengolahan bahan makanan
- Mengamati proses pencucian alat makan dan peralatan
masak
- Mengambil data gambaran umum RS Haji Jakarta
3 Kamis, 03 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack sore pasien
- Mengamati dalam penyajian makan siang
4 Jum’at, 04 Feb
2011
- Mengamati proses pencucian alat
- Mengamati proses penerimaan bahan makanan segar
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makan
- Mengamati tempat penyimpanan peralatan untuk mengolah
makanan
No Hari / Tanggal Kegiatan
5 Sabtu, 05 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam penyajian snack pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Merekap snack karyawan
- Mengamati ketepatan waktu pemberian makanan kepada
pasien
- Mengamati pencucian peralatan masak
6 Senin, 07 Feb
2011
- Membantu persiapan snack karyawan
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan buah VIP
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
- Mengamati proses pencucian peralatan makanan
- Mengamati tempat penyimpanan peralatan masak
- Mengamati pendistribusian makanan
7 Selasa, 08 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam distribusi makan pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam distribusi snack pagi pasien
- Mencatat DPMP
- Membantu dalam persiapan snack karyawan
- Membantu dan mengamati persiapan snack sore pasien
8 Rabu, 09 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam pewadahan snack pagi pasien
- Mengamati higiene penjamah makanan pada proses
pengolahan makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam pewadahan snack sore pasien
9
Kamis, 10 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam pewadahan snack sore pasien
- Mencatat etiket makan pagi
- Mengamati dan ikut serta dalam pendistribusian makan sore
pasien
- Membantu pembuatan garnis
No Hari / Tanggal Kegiatan
10 Jum’at, 11 Feb
2011
- Membantu persiapan bahan makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam pewadahan makan sore
penunggu paien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan makan pagi pasien
- Mengamati higiene penjamah makanan pada proses
pewadahan makan pagi.
11 Minggu, 13 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
- Mengamati higiene penjamah makanan pada proses
pengolahan makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan makan sore
penunggu pasien
12 Senin, 14 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati proses pencucian alat
- Mengamati proses penerimaan bahan makanan segar
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan makan siang pasien
- Mengamati penyajian makan siang
- Diskusi dengan pembimbing lapangan dalam hal penyusunan
laporan
13 Selasa, 15 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam proses persiapan bahan
makanan
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Mengamati peralatan dapur
No Hari / Tanggal Kegiatan
14 Rabu, 16 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam pengolahan makan siang
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack karyawan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack poli
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam penerimaan bahan makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
- Membantu menulis etiket sarapan pagi
15
Pagi
Kamis, 17 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Membantu persiapan buah VIP
- Membantu persiapan snack karyawan pagi dan sore
- Membantu persiapan bahan makanan
- Mengamati higiene penjamah makanan
16
Jum’at, 18 Feb
2011
- Mengamati pencucian alat makan pasien
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack sore pasien
- Membantu penulisan etiket makan pagi pasien
- Diskusi dengan pembimbing lapangan dalam hal penyusunan
laporan
- Penyusunan laporan
17 Minggu, 20 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapann snack pagi pasien
- Mengamati higiene penjamah makanan pada pensiapan snack
pagi pasien
- Mengamati penerimaan bahan makanan
- Membantu persiapan snack karyawan dan persiapan bahan
makanan
No Hari / Tanggal Kegiatan
18 Senin, 21 Feb
2011
- Merekap snack karyawan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack karyawan
pagi, siang dan malam
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
- Mengamati higiene penjamah makanan pada proses
pewadahan makan siang pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack sore pasien
- Diskusi dengan pembimbing lapangan dalam hal penyusunan
laporan
19 Selasa, 22 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati higiene penjamah makanan pada proses persiapan
snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta pengolahan makanan
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makan
- Merekap snack karyawan pagi,siang dan malam
- Ikut serta dalam persiapan bahan makanan dan persiapan
snack malam karyawan, poli dan dokter
- Ikut serta dalam persiapan makan sore penunggu pasien SVIP
dan VIP
20 Rabu, 23 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makan
- Ikut serta dalam persiapan snack poli dan dokter
21 Kamis, 24 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makan
- Mengamati higiene penjamah makanan
- ikut serta dalam persiapan snack pengajian bulanan
- mengikuti pengajian bulanan diRSHJ
-
No Hari / Tanggal Kegiatan
22 Jum’at, 25 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack malam
karawan
- Mengamati higiene penjamah makanan
- Mangamati dan ikut serta dalam persiapan bahan makanan
23 Sabtu, 26 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Penagambilan sample makan pagi pasien
- Membantu persiapan bahan makanan
- Mengamati higiene penjamah makanan
24
Senin, 28 Feb
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam perisapan snack pagi pasien
- Mengamati penerimaan barang
- Membantu dan mengamati penimbangan bahan makanan yang
akan diolah
- Membantu persiapan bahan makanan
- Melakukana pemeriksaan stok bahan makanan digudang
bahan makanan
- Diskusi dengan pembimbing lapangan dalam hal penyusunan
laporan.
25 Selasa, 01 Mar
2011
- Mengamati dan ikut serta dalam persiapan snack pagi pasien
- Mengamati penerimaan barang
- Membnatu persiapan buah VIP
- Pengumpulan data lanjutan
- Merekap snack karyawan bulanan
- Membantu persiapan snack karyawan
- Diskusi dengan pembimbing lapangan dalam hal penyusunan
laporan
26 Rabu, 02 Mar
2011 - Perpisahan dengan pihak terkait
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Jakarta
4.1.1 Sejarah
Pada tahun 1990/ 1410 H, telah terjadi musibah yang menimpa para jemaah haji
Indonesia. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan peristiwa Mina. Pada peristiwa
tersebut lebih dari 600 jemaah haji Indonesia menjadi korban. Maka dari itu, untuk
mengenang peristiwa tersebut rumah sakit ini dibangun. Pembangunan dimulai pada 1
Oktober 1993 M, yang diresmikan oleh Menteri Agama Dr.H.Tarmizi Taher dan
Gubernur DKI Soerjadi Soedirja. Kemudian diterbitkanlah surat keputusan bersama tiga
menteri yaitu Menteri dalam negeri, Menteri kesehatan dan Menteri Agama tentang
pembentukan panitia pembangunan RSHJ. Pembangunan tersebut diselenggarakan oleh
sebuah panitia daerah sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta No.645 Tahun 1993.
4.1.2 Profil
RSHJ Jakarta terletak tepat bersebelahan dengan kompleks asrama haji Pondok
Gede, yang beralamat di Jalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur. Rumah Sakit ini
dibangun dengan standar Rumah Sakit kelas C+ diatas lahan seluas 1 Ha dengan luas
bangunan 14.000 m2 yang terdiri dari 6 lantai, yaitu merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan masyarakat umum tanpa memandang perbedaan agama dan suku
bangsa.
4.1.3 Visi dan Misi
Visi yaitu menjadi Rumah Sakit Islami berkelas dunia
Misi yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai ibadah
2. Melaksanakan layanan kesehatan islami, paripurna dan berkualitas
3. Mempersiapkan dan meningkatkan sumber daya untuk mencapai rumah sakit
berkelas dunia
4.1.4 Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di RSHJ terdiri dari poliklinik umum dan spesialis,
poliklinik bedah, poliklinik gigi, pelayanan 24 jam (yang meliputi gawat darurat,
radiologi, farmasi, laboratorium, bank darah, ambulans, kamar ruang bersalin, kamar
operasi dan pemulasaran jenazah), sedangkan pelayanan penunjang klinik terdiri dari:
perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, rekam medis dan pelayanan
penunjang non klinik terdiri dari: laundry, jasa boga, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, pemulasaran jenazah, pemadam
kebakaran, pengelolaan gas medik, penampungan air bersih.
Untuk fasilitas penunjang kesehatan lainnya terdiri dari: endoscopy,
esofagoscopy, audio metri, USG, EEG, fisioterapi, terapi wicara, treadmill, klinik
kecantikan, klinik edukasi diabetes, klinik keluarga berencana dan laktasi, klinik
perawatan luka, pelayanan dan konsultasi kesehatan calon haji, hemodialisa, klinik
konsultasi gizi, medical checkup, senam kesehatan (diabetes, asma, osteoporosis, senam
hamil).
4.1.5 Ketenagaan
RSHJ mempunyai jumlah karyawan sebanyak 751 orang yang terdiri dari 637
karyawan tetap dan 114 karyawan kontrak dengan spesifikasi jabatan 28 orang
dokter+apoteker, 332 tenaga perawat/bidan, 88 orang tenaga penunjang, 303 tenaga non
medis dan 74 orang dokter tamu. Kapasitas tempat tidur di RSHJ yaitu sebanyak 212
TT yang terdiri dari SVIP 4TT, VIP 16 TT, kelas I 30 TT, kelas II 102 TT, kelas III 32
TT, ICU/1CCU 7 TT, Neonatus 12 TT dan RB 9TT.
4.1.6 Struktur
RSHJ dipimpin oleh seorang direktur, dibantu oleh 2 orang wadir, yaitu wadir
yan dan SDM dan wadir ADM dan keuangan, direktur utama membawahi beberapa
bagian yaitu pjs ketua komite medik, pjs ketua komite keperawatan, pjs MK3I, pjs ka
bag.kep, pjs ka bag.yan klinik, pjs ka bag.SDM, pjs ka bag.SIM, pjs ka bag. pemasaran,
pjs ka bag. keuangan dan akutansi, pjs ka bag. umum. Untuk struktur organisasi RSHJ
terdapat pada lampiran 4.1
4.2 Gambaran Umum Instalasi Gizi Rumah Sakit Jakarta
Instalasi gizi merupakan satuan kerja fungsional yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik, Perawatan dan Penunjang yang bertugas
mengelola pelayanan gizi di lingkungan RSHJ. Instalasi gizi dipimpin oleh seorang
kepala dengan sebutan koordinator gizi.
4.2.1 Visi dan Misi
4.2.1.1 Visi
Memberikan pelayanan gizi yang maksimal, tepat sesuai kebutuhan pelanggan
melalui penyelenggaraan makanan yang profesional, halal dan berkualitas guna
mempercepat penyembuhan pasien dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pada umumnya.
4.2.1.2 Misi
Memberikan pelayanan gizi yang berkualitas, profesional dan islami kepada
pelanggan dan karyawan RSHJ.
4.2.2 Tugas dan Wewenang
Instalasi gizi mempunyai tugas melaksanakan pelayanan gizi secara efektif,
efisien, berkualitas dan terkoordinasi meliputi kegiatan penyediaan, penyimpanan,
pengolahan, penyaluran makanan, monitoring dan evaluasi asupan makan, pendidikan
dan pelatihan, pengkajian dan pengembangan melalui perencanaan, penggerakan serta
pengendalian sumber daya yang ada dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.
Instalasi Gizi RSHJ mempunyai fungsi:
1) Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, pengolahan dan penyaluran makan
pasien dan karyawan
2) Menyelenggarakan pelayanan gizi di ruang rawat inap
3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan gizi terapan
4) Menyelenggarakan administrasi dan kesekretariatan gizi.
4.2.3 Tugas Pokok Gizi
1) Penyelenggaraan makan pasien dan karyawan
2) Penyelenggaraan gizi rawat inap (ranap)
3) Konsultasi dan edukasi gizi
4) Penelitian dan pengembangan gizi terapan
4.2.4 Tujuan
Pelayanan makan pasien dan karyawan:
1) Menyelenggarakan makan pasien sesuai dengan diitnya.
2) Memonitor dan mengevaluasi asupan makan pasien
3) Melakukan edukasi dan konsultasi gizi
4) Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetik.
4.2.5 Struktur
Gambar 4.1 Struktur Instalasi Gizi RSHJ 2011
Sumber: instalasi gizi 2011
Koordinator Gizi
PJ Perbekalan dan
Administrasi PJ Litbang dan
TU
PJ Terapi Gizi
dan Evaluasi
PJ Produksi &
Pengolahan
Petugas
Gudang
PAG
Pemasak
Pekarya
Penata Gizi
Ruangan
Pramusaji
4.2.6 Ketenagaan Gizi
Tabel 4.1 Ketenagaan gizi di instalasi gizi RSHJ 2011
Jabatan Pendidikan Jumlah
1) Koordinator Gizi
2) PJ Administrasi dan Perbekalan
3) PJ Pengolahan
4) PJ Gizi Rawat Inap
5) PJ penelitian dan pengembangan
6) Petugas Gudang
7) Penata Gizi (PAG)
8) Pemasak
9) Penata Gizi Ruangan
10) Pengantar / Pekarya
11) Petugas Administrsi
12) Pramusaji
D3 Gizi
D3 Gizi
D3 Gizi
D3 Gizi
D3 Gizi
D1 Perhotelan
D3 Gizi
SD/SMKK
D3 Gizi
SMU
SMKK
SMU / SMKK
1
1
1
1
1
1
3
9
2
5
1
9
Sumber: instalasi gizi RSHJ 2010
4.3 Gambaran Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan
4.3.1 Syarat Tenaga Penjamah Makanan
Menurut Depkes (2006) Penjamah makanan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: harus sehat dan bebas dari penyakit menular, secara berkala minimal
dua kali setahun memeriksakan kesehatannya pada dokter yang berwenang. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan kesehatan untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba
melalui penjamah makanan karena sumber utama penularan penyakit bawaan makanan
adalah pencemaran bahan makanan, dimana peran manusia sebagai vektor pembawa
kuman sangat tinggi. Untuk itu, seorang foodhandler harus bebas dari beberapa penyakit
menular seperti: infeksi kulit, infeksi telinga, infeksi mata yang berat, infeksi pernapasan
berat, infeksi saluran cerna serta penyakit infeksi lainnya yang dapat ditularkan melalui
makanan, untuk mengetahui status kesehatan penjamah tersebut maka wajib dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan kesehatan umumnya diberlakukan pada setiap karyawan baru yang
bekerja di RSHJ dan khususnya di Instalasi Gizi. Selain itu pada seluruh karyawan yang
bekerja di RSHJ dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa medical checkup secara rutin
setiap dua tahun sekali. Di instalasi Gizi RSHJ pemeriksaan kesehatan wajib dilakukan
pada penjamah makanan secara rutin dan berkala setiap enam bulan sekali yaitu pada
bulan Januari dan Juli.
Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan di Instalasi Gizi RSHJ dilakukan
secara bersamaan oleh clinic multilab yang berada di Jalan Balai Pustaka Timur 225 J/F,
Rawamangun Jakarta Timur. Namun tidak semua penjamah makanan dilakukan
pemeriksaan kesehatan pada setiap periode tetapi hanya diambil sample secara acak
sebanyak 50% dari seluruh penjamah makanan (18 orang dari 35 orang) yang bekerja
di instalasi gizi, jumlah sempel yang diambil telah ditentukan dari bagian administrasi.
Setelah itu pada periode berikutnya akan dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi
penjamah makanan yang belum mendapatkan pemeriksaan kesehatan pada periode
sebelumnya sehingga semua penjamah makanan mendapatkan pemeriksaan kesehatan
satu kali dalam setahun. Hal ini tidak sesuai dengan Depkes (2003) menyatakan bahwa
tenaga penjamah makanan harus memeriksakan kesehatan secara berkala minimal dua
kali dalam setahun, selain itu penjamah makanan juga harus mempunya sertifikat kursus
penjamah makanan dari institusi yang menyelegarakan kursus tersebut. Sedangkan di
instalasi gizi RSHJ penjamah makanan tidak mempunyai sertifikat tersebut dan
sebelumnya tidak pernah mengikuti kursus penjamah makanan.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi rectal swab, hand swab, usap
alat dan usap makanan baik bahan makanan mentah maupun makan jadi/matang. Pada
metode rectal swab (usap dubur) masing-masing karyawan diambil sempel dari hasil
rectal swab untuk diperiksakan di lababoratorium. Pada metode hand swab hanya 2-3
orang yang akan dijadikan sampel yaitu pemasak dan PAG (Penata Gizi) masing-masing
karyawan diambil sampel dari hand swab setelah itu akan diperiksakan di
lababoratorium. Hasil pengujian yang dilakukan biasanya dengan uji bakteri E.coli,
salmonella, shigella, S.aureus, S.albus, Kleb.Sp, P.mirabilis dll. Kemudian dari hasil tes
tersebut apabila ada pekerja yang terinfeksi bakteri tertentu atau sakit maka dari hasil
pemeriksaan kesehatan tersebut akan ditindak lanjuti dari pihak penanggung jawab sub
bag PenKep dan Koordinator Gizi dengan mengirimkan surat permohonan tindak lanjut
pengobatan karyawan kepada penanggungjawab Ka. Bag SDM RSHJ untuk dilakukan
pengobatan. Namun apabila ada yang terinfeksi (carrier) maka karyawan tersebut tetap
boleh bekerja tetapi tidak bekerja di ruang pengolahan makanan melainkan dipindahkan
ke bagian yang tidak menjamah makanan dan sambil menjalani pengobatan. Selain itu
instalasi gizi juga melakukan pemeriksaan atau uji peralatan makanan dan uji bahan
makanan mentah maupun makanan jadi/matang. Pada uji makanan alat yang digunakan
sebagai wadah pembawa pot steril. Sedangkan pada usap alat yang diperiksa berupa
mangkok melamin, piring makan keramik, mangkok keramik, piring makan melamin,
dan piring pudding. Hasil pengujian yang dilakukan biasanya dengan uji bakteri E.coli,
salmonella, S.aureus, S.albus, Ent.Sp, B.Subtilis dan Kleb.oxytoca.
Berdasarkan uraian tersebut pemeriksaan kesehatan dan penjamah makanan yang
akan bekerja sebagai penjamah makanan mempunyai sertifikat kursus penjamah
makanan di Instalasi Gizi RSHJ belum memenuhi kriteria Depkes (2003), sebaiknya
pemeriksaan kesehatan pada setiap periode yaitu bulan Januari dan Juli, dilakukan pada
semua karyawan yang bekerja diinstalasi gizi, karena semua karyawan tersebut
mempunyai peran dan peluang sama yang sangat penting dan berisiko untuk
menyebabkan pencemaran makanan melalui penjamah makanan, jika dilakukan
pemeriksaan kesehatan satu tahun sekali maka sulit untuk dilakukann pengawasan
tehadap penjamah makanan dalam hal status kesehatannya. Jika pemeriksaan kesehatan
hanya dilakukan pada beberapa orang saja, artinya masih ada beberapa karyawan yang
tidak diketahui status kesehatannya apakah dirinya benar-benar sehat atau tidak.
Sehingga dapat memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi mikroba melalui penjamah
makanan yang pada akhirnya dapat menyebabkan keracunan makanan atau infeksi
makanan. Selain itu di instalasi penjamah makanan tidak ada yang mempunyai sertifikat
kursus penjamah makanan, hal ini akan mempengaruhi perilaku penjamah tersebut
dimana jika dilihat dari latar belakang pendidikan dari penjamah makanan, sebagian
besar berpendidikan SMA yang tidak mempunyai dasar tentang bagaimana perilaku
seorang penjama padah saat menjamah makanan, sehingga ini dapat berpengaruh
terhadap higiene perorangan penjamah makanan, untuk mengatasi masalah tersebut
maka sebaiknya rumah sakit perlu mengadakan suatu kegiatan khusus berupa
training/kursus penjamah makanan.
4.3.2 Keadaan Higiene Perorangan Tenaga Penjamah Makanan
Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan perorangan dan
terbiasa berperilaku sehat selama bekerja. Hal-hal yang diperhatikan dalam kebersihan
perorangan: a) mencuci tangan; b) menggunakan sarung tangan; c) memakai penutup
muka; d) menggunakan penutup rambut; e) kebersihan pakaian kuku dan perhiasan; f)
tidak merokok; f) lain-lain, kebiasaan lain seperti batuk, menekan jerawat merupakan
tindakan yang tidak higienis. Kebiasaan ini akan mengkontaminasi tangan dan pada
akhirnya akan mengkontaminasi makanan.
1. Mencuci Tangan
Menurut Depkes (2003) Personal hygiene adalah hal utama dalam masalah
pencegahan penyakit bawaan makanan. Mencuci tangan secara baik dan benar akan
membunuh lebih dari 80% kuman di tangan. Langkah-langkah mencuci tangan yang
benar untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut:
1. Dengan air mengalir basahi tangan hingga setidaknya pergelangan tangan
2. Gunakan sabun cuci tangan dan ratakan diseluruh tangan: telapak tangan,
sela-sela jari dan ujung kuku-kuku
3. Gosok tangan dengan sabun secara menyeluruh pada bagian-bagian meliputi
punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari, dan bagian di bawah kuku
kurang lebih 15-20 detik
4. Bilas dengan air mengalir hingga bersih
5. Keringkan tangandengan menggunakan alat pengering tangan atau tisu sekali
pakai
6. Tutup kran dengan tisu yang tadi sudah dipakai
Berdasarkan prosedur operasional baku RSHJ tahun 2010 terdapat tujuan
mencuci tangan yaitu untuk mencegah penularan penyakit melalui kontaminasi dari
tangan dan untuk menjaga higiene perseorangan karyawan di RSHJ. Langkah-
langkah mencuci tangan di RSHJ yaitu sebagai berikut:
1. Lepaskan perhiasan atau jam tangan. Dorong lengan baju seragam yang
panjang sampai diatas pergelangan tangan anda
2. Berdiri di depan bak cuci/wastafel, jaga agar tangan dan seragam anda tidak
menyentuh permukaan bak cuci/wastafel.
3. Alirkan air dengan cara memutar kran dengan tangan setelah terlebih dahulu
kran tersebut ditutupi dengan tissue kering, sehingga tangan tidak kontak
langsung dengan kran.
4. Hindari percikan air keseragam anda.
5. Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh di bawah air mengalir.
jaga agar tangan dan lengan bawah lebih rendah dari siku selama mencuci.
6. Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik pada tangan
dan buat berbusa. Bila menggunakan sabun batang, pegang dan gosok sampai
berbusa
7. Cuci tangan dengan menggunakan busa tersebut dan gosok selama 10-15
detik. Jalin jari-jari dan gosok telapak dan punggung tangan dengan gerakan
memutar.
8. Bila area di bawah jari-jari kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang
lain dan tambahkan sabun. Jaga agar kulit di sekitar kuku anda tidak luka
atau terpotong.
9. Bilas tangan dan pergelangan tangan secara menyeluruh, jaga agar tangan di
bawah dan siku di atas.
10. Jika tangan menyentuh bak cuci selama mencuci tangan, ulangi proses
mencuci tangan dari langkah ke 6
11. Ulangi langkah 6 sampai 8. Tetapi perpanjang periode aktual mencuci tangan
selama 1,2 atau 3 menit
12. Keringkan tangan secara menyeluruh menggunakn kertas tissue, usap dari
jari ke jari pergelangan tangan dan lengan bawah
13. Buang kertas tissue ke dalam wadah yang telah disediakan
14. Hentikan aliran air dengan menggunakan sikut atau pada saat memegang
kran air gunakan kertas tissue yang bersih dan kering, sehingga tangan tidak
kontak langsung dengan kran.
Dari hasil observasi di Instalasi Gizi di RSHJ untuk pencucian tangan, para
penjamah makanan khususnya pemasak, biasanya selalu mencuci tangan sebelum
memulai bekerja dan selalu mencuci tangan setelah memegang bahan makanan lain
yang dianggap kotor, para penjamah khususnya pemasak menggunakan tempat
mencuci bahan makanan untuk mencuci tangan karena tempat pencucian itu yang
terdekat dengan pemasak. Namun untuk penjamah makanan yang lain masih ada
yang tidak mencuci tangan sebelum menjamah makanan seperti pada saat persiapan
snack pasien. Sedangkan menurut Purnawijayantai (2001), cuci tangan merupakan
langkah yang dapat mencegah penularan penyakit melalui makanan, kerena tangan
yang kotor dapat menjadi media penyebaran mikroorganisme dari tangan ke
makanan.
Berdasarkan uraian tersebut untuk pencucian tangan di Instalasi Gizi RSHJ
masih kurang baik, hal ini belum sesuai dengan direktorat surveilan dan penyuluhan
keamanan pangan deputi III-BPOM (2003) menyatakan bahwa semua pekerja harus
membersihkan tangannya, dengan cara selalu mencuci tangan sebelum mulai
bekerja. Karena mencuci tangan yang dilakukan dengan benar sebelum memulai
pekerjaan dapat mengurangi jumlah mikroba yang terdapat pada tangan.
2. Sarung Tangan
Penggunaan sarung tangan di Instalasi Gizi RSHJ diatur dalam prosedur baku
penggunaan alat pelindung diri di RSHJ tahun 2010. Dalam prosedur tersebut
sarung tangan digunakan pada saat distribusi makanan, namun penggunaan sarung
tangan di Instalasi Gizi RSHJ biasanya digunakan oleh beberapa karyawan bagian
gudang, bagian persiapan, bagian pewadahan dan pengolah makanan juga memakai
sarung tangan untuk mengolah berbagai macam makanan tertentu. Sarung tangan
yang digunakan yaitu sarung tangan karet yang langsung dibuang setiap kali selesai
digunakan. Sarung tangan karet tersebut disposable atau sekali pakai dan digunakan
untuk menangani bahan makanan mentah mengupas sayur-sayuran, mengolah
makanan, dan menangani makanan masak seperti pewadah, persiapan snack, jadi
penggunaannya untuk makanan tertentu dan dibuang setelah menyelesaikan
makanan yang ditangani serta dibuang apabila telah kotor. Meskipun di dalam
prosedur operasional baku tentang penggunaan APD yang menyatakan bahwa
penggunaan sarung tangan disposable ini hanya digunakan pada saat distribusi
makanan namun penggunaan sarung tangan karet ini biasanya juga digunakan oleh
penjamah makanan baik karyawan bagian gudang, persiapan bahan makanan,
pengolahan makanan maupun pendistribusian makanan.
Dari hasil observasi terhadap tenaga/karyawan penjamah makanan di
Instalasi Gizi RSHJ didapatkan hasil bahwa masih ada penjamah makanan yang
tidak menggunakan sarung tangan pada saat pendistribusian makanan sedangkan
berdasarkan SP RSHJ yang menyatakan bahwa pada saat pendistribusian makanan
penjamah tersebut harus mengunakan sarung tangan disposable. Penjamah makanan
yang tidak menggunakan sarung tangan dikarenakan mengalami kesulitan dalam
melakukan wrapping apabila tetap menggunakan sarung tangan maka akan
berdampak pada keterlambatan dalam pendistribusian makanan kepada pasien,
karena pemorsian makanan dan wrapping dilakukan oleh orang yang sama.
Distribusi hanya dilakukan oleh tiga orang, ini disebabkan karena kurangnya tenaga
dalam distribusi makanan. Hal ini menjadi kendala dalam melakukan kontrol dan
evaluasi terhadap kegiatan yang berhubungan dengan higiene personal pengguna
sarung tangan. Untuk itu sebaiknya ada satu orang karyawan yang bertugas dalam
menagani wrapping.
Selain itu pada saat penjamah makanan melakukan proses kerja ada beberapa
penjamah makanan menggunakan sarung tangan karet hanya satu tangan saja,
misalnya tangan yang kontak langsung dengan makanan baru menggunkan sarung
tangan sedangkan tangan yang satunya lagi tidak menggunakan sarung tangan, hal
ini terlihat pada saat distribusi makanan dan persiapan susu pasien diet khusus.
Seharusnya sarung tangan karet di instalsi gizi RSHJ ini digunakan oleh kedua
tangan penjamah makanan (tidak satu tangan saja).
Berdasarkan uraian tersebut di instalasi gizi RSHJ penggunaan sarung tangan
dikatakan masih kurang baik. Hal ini belum sesuai dengan Depkes (2006),
berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi jasa boga tanggal
23 Mei 2003 yang menyatakan sarung tangan berfungsi sebagai perlindungan kontak
langsung dengan makanan, sarung tangan yang baik pada tempat pengolahan
makanan menggunakan sarung tangan sekali pakai.
Sebaiknya ada pengawasaan penuh dan sanksi yang tegas terhadap penjamah
makanan tentang personal higiene, sehingga apabila ada karyawan yang tidak patuh
terhadap penerapan personal higiene dapat diberikan punishment dan pada
karyawan yang patuh dapat diberikan reward. Dengan adanya reward dan
punishment ini diharapkan penjamah makanan dapat benar-benar patuh dalam
melaksanakan personal higiene. Selain itu penggunaan sarung tangan juga wajib
digunakan penjamah makanan saat menjamah makanan yang lain seperti pada
persiapan, pada saat berada pada ruang diet khusus, penyimpanan pada gudang basah
dan pengolahan makanan. Jadi tidak hanya pada saat pendistribusian makanan saja
yang menggunkan sarung tangan seperti yang terdapat pada SP APD di RSHJ pada
tahun 2010.
3. Masker (Penutup Mulut)
Penggunaan masker atau penutup mulut di Instalasi Gizi RSHJ biasanya
digunakan bagian distribusi makanan dan beberapa pemasak. Masker yang
digunakan adalah yang disposable atau langsung dibuang setiap kali selesai
digunakan. Penggunaan masker di RSHJ diatur dalam SP tahun 2010, yang
menyatakan bahwa penjamah harus menggunakan masker pada saat distribusi
makanan dan pada saat penyimpanan bahan makanan di gudang basah.
Berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa penjamah makanan yang
menggunakan masker tidak benar seperti pada saat distribusi makanan, karena
masker yang dipasang tidak menutup mulut dan hidung tetapi maskernya dibuka dan
karyawan tersebut berbicara, bernyanyi sambil distribusi makanan. Hal ini
dikarenakan bahwa sebagian dari penjamah makanan tersebut merasah tidak nyaman
jika menggunakan masker pada saat bekerja, Sedangkan berdasarkan SP RSHJ
bahwa masker yang dipakai harus menutup hidung dan mulut. Hal ini sesuai dengan
Herdiansyah dan Rimbawan (2000) menyatakan bahwa penutup muka tidak nyaman
dipakai, terutama dalam lingkup uap panas. Selain itu ada juga yang mengalami
sesak nafas jika menggunakan masker dikarenakan karyawan tersebut mengalami
penyakit jantung.
Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan deputi III–
BPOM (2003) penggunaan masker penting dilakukan karena daerah-daerah mulut
hidung dan tenggorokan dari manusia normal penuh dengan mikroba dari berbagi
jenis dari beberapa mikroba yang ada salah satunya adalah mikroba staphylococcus
aureus yang berada dalam saluran pernapasan dari manusia. Berdasarkan uraian
tersebut penggunaan masker di Instalasi Gizi RSHJ masih kurang baik karena masih
ada karyawan penjamah makanan yang tidak menggunakan masker pada saat
bekerja.
4. Penutup Rambut
Penggunaan tutup kepala di instalasi gizi RSHJ biasanya dikenakan oleh
bagian pemasak dan bagian pewadahan dan tutup kepala yang digunakan terbuat dari
bahan yang dapat dicuci kembali setelah selesai digunakan sedangkan untuk wanita
menggunakan jilbab. Penggunaan penutup rambut/topi di RSHJ diatur dalam SP
tahun 2010, yang menyatakan bahwa penjamah harus menggunakan masker pada
saat persiapan makanan, pengolahan bahan makanan, distribusi makanan,
penyimpanan bahan makanan di gudangkering dan pada saat penyimpanan bahan
makanan di gudangbasah.
Dari hasil observasi di instalasi gizi RSHJ penjamah makanan menggunakan
peci untuk laki-laki dan jilbab untuk perempuan. Untuk perempuan kemungkinan
rambut untuk jatuh kemakanan sangat kecil namun untuk laki-laki penutup kepala
yang digunakan tersebut masih kurang baik karena masih ada rambut yang tidak
tertutup semua dan kemungkinan rambut untuk jatuh ke dalam makanan masih
cukup besar. Selain itu masih ada penjamah makanan laki-laki yang tidak
menggunakan penutup rambut seperti pada saat penyimpanan bahan makanan basah,
penyimpanan bahan makanan kering, dan persiapan bahan makanan. Hal ini tidak
sesuai dengan SP Rumah Sakit yang menyatakan bahwa semua penjamah makanan
harus menggunakan penutup rambut pada saat menjamah makanan. Selain itu
Menurut Depkes (2003) berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi
jasa boga tanggal 23 Mei 2003, yang menyatakan bahwa semua penjamah makanan
hendaknya memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut ke
dalam makanan dan mencegah mengusap/menggaruk rambut atau melindungi
pencemaran terhadap makanan. Namun jika yang digunakan adalah peci maka tidak
semua rambut tertutupi sehingga kemungkinan rambut untuk jatuh ke dalam
makanan, pekerja menggaruk/mengusap rambut masih sangat besar.
Berdasarkan uraian tersebut, seharusnya penggunaan topi pada penjamah
makanan terbuat dari bahan yang dapat menutupi semua rambut kepala seperti hair
net/hair cap sehingga dapat mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan dan harus
digunakan oleh semua penjamah makanan yang akan menjamah makanan. Karena
Purnawijayanti (2001), penutup kepala membantu mencegah rambut masuk ke
dalam makanan, membantu menyerap keringat yang ada didahi, mencegah
kontaminasi staphylococci, menjaga rambut bebas dari kotoran rambut, dan
mencegah terjeratnya rambut dari mesin. Sedangkan menurut Herdiansyah dan
Rimbawan (2000) rambut dari kepala dapat terkontaminasi oleh S.aureus dan bakteri
lain, selain itu adanya rambut di dalam makanan secara estetika juga tidak disukai.
Oleh karena itu penggunaan topi pada penjamah makanan tidak hanya berdasarkan
pertimbangan aspek keamanan pangan tetapi juga berdasarkan pertimbangan
estetika.
Berdasarkan uraian tersebut penggunaan penutup rambut di Instalasi Gizi
RSHJ masih kurang baik, karena masih ada karyawan penjamah makanan yang tidak
menggunakan penutup rambut yang benar (menutupi semua rambut kepala) pada
saat bekerja. Karena menurut menurut Fathonah (2006), rambut kotor akan
menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan untuk
menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran atau ketombe atau rambut dapat
jatuh ke dalam makanan dan kuku menjadi kotor sehingga pada saat bekerja
diharuskan menggunakan penutup kepala (hair cap) atau jala rambut (hair net).
5. Kebersihan pakaian, kuku dan perhiasan
Untuk karyawan yang bekerja di ruang pengolahan disediakan pakaian
khusus dan celemek. Pemakaian seragam dilakukan di ruang ganti dan tidak
dikenakan dari rumah. Perawatan pakaian diserahkan kepada para pekerja, biasanya
pekerja sendiri yang mencuci baju seragamnya. Penggunaan baju kerja/celemek di
RSHJ diatur dalam SP tahun 2010 yang menyatakan bahwa penjamah harus
menggunakan pakaian kerja/celemek pada saat persiapan makanan, pengolahan
bahan makanan, distribusi makanan, dan pada saat penyimpanan bahan makanan di
gudang basah kecuali pada saat penyimpanan bahan makanan di gudang kering.
Dari hasil observasi masih ada karyawan yang menggunakan pakaian
berwarna gelap/hitam, pakaian kerja tersebut merupakan seragam yang telah
disediakan RSHJ seperti pada penjamah makanan dibagian pengolahan, dengan
menggunakan pakaian yang gelap maka akan sangat sulit diketahui pakaian tersebut
kotor atau tidak dan kemungkinan besar akan berpeluang untuk memcemari
makanan, selain itu pakaian kerja tersebut terbuat dari bahan semiwol dengan
pertimbangan bahwa suhu di instalasi cukup panas apalagi pemasak yang
berhadapan langsung dengan kompor sehingga dipilihlah bahan tersebut supaya
pekerja tetap merasa nyaman dengan pakaian yang digunakan. Sedangkan menurut
Herdiansyah dan Rimbawan (2001), pakaian kerja yang digunakan harus terbuat dari
bahan yang bersifat menyerap seperti wol yang dapat menimbun mikroorganisme
dan bahan makanan. Penggunaan pakaian kerja di RSHJ belum sesuai dengan
Direktorat Surveilan Dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi III-BPOM (2003),
yang menyatakan bahwa pekerja harus mengenakan pakaian khusus untuk bekerja
yang bersih dan sopan. Pakaian yang sangat dianjurkan yaitu berwarna terang (putih)
terutama untuk pekerja dibagian pengolahan. Hal ini disebabkan karena dengan
warna putih maka akan lebih mudah dideteksi adanya kotoran-kotoran yang
mungkin terdapat pada baju dan berpotensi untuk menyebar pada makanan yang
sedang diolah/diproduksi. Untuk penjamah makanan pada bagian pengolahan dan
distribusi terlihat bahwa kuku penjamah cukup bersih namun masih ada penjamah
makanan memiliki kuku yang panjang.
Berdasarkan uraian tersebut kebersihan pakaian di Instalasi Gizi RSHJ sudah
cukup baik namun untuk jenis bahan pakaian dan warna pakaian kerja masih belum
sesuai karena masih ada penjamah makanan yang tidak menggunakan pakaian
berwarna terang pada saat bekerja, hal ini belum sesuai dengan syarat yang
ditentukan. Sebaiknya pakaian kerja yang digunakan pekerja pada bagian
pengolahan makanan yaitu berwarna terang dan pakaian kerja seperti celemek yang
sudah usang jangan digunakan lagi.
6. Tidak Merokok
Di instalasi gizi RSHJ penjamah makanan tidak ada yang merokok.
Penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja, baik waktu
mengolah maupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata rantai atau bibir
dan tangan dan kemudian ke makanan, disamping sangat tidak etis.
4.4 Sarana Bagi Penjamah Makanan
Selain keadaan higiene penjamah makanan, fasilitas sanitasi bagi penjamah
makanan juga perlu diperhatikan. Didukung dengan fasilitas-fasilitas sanitasi yang
memadai sehingga penyelenggaraan makanan yang aman dan sehat untuk pasien dapat
tercapai. Fasilitas yang tersedia untuk penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ adalah:
Tabel 4.2 Sarana bagi penjamah makanan di Instalasi Gizi RSHJ 2011
Fasilitas sanitasi Ada/tidak ada Jumlah Keterangan
Toilet Ada 2 Letak toilet tidak terlalu
jauh dan dibatasi oleh
ruangan.
Tempat pencucian
tangan
Ada 2 Letaknya diruang distribusi
makanan dan diruang
penerimaan makanan
Kamar ganti Ada 2 Letak kamar ganti laki-laki
dan perempuan terpisah.
Fasilitas sanitasi Ada/tidak ada Jumlah Keterangan
Tempat istirahat Tidak Ada 0 Semua penjamah makanan
tidak mempunyai tempat
istirahat.
Pakaian kerja dan
Alat pelindung diri
Ada Cukup Pakaian kerja disediakan
dari RSHJ berupa pakaian
untuk pemasak dan
celemek untuk semua
karyawan penjamah
makanan. APD yang
disediakan oleh RSHJ
berupa sarung tangan
disposable, dan masker
disposable
Bak sampah Ada 9 Terletak disetiap sudut
ruang si instalasi gizi
Sumber: dokumen pribadai
4.4.1 Penyediaan Toilet
Di instalasi gizi RSHJ toilet yang digunakan untuk pekerja instalasi gizi sama
dengan toilet pekerja unit lain. Namun untuk letak toiletnya lebih berdekatan dengan
instalasi gizi dan terdapat jarak atau ruang yang membatasi antara toilet dengan dapur,
dua toilet laki-laki dan dua toilet perempuan letaknya terpisah dan karyawan di instalasi
gizi berjumlah 35 orang. Pembersihan toilet dilakukan setiap hari pada pagi, siang, sore
dan setiap waktu dirasa toilet sudah kotor/licin maka langsung dibersihkan, untuk itu
kondisi toiletnya selalu bersih. Selain itu toilet juga dilengkapi dengan tempat pencucian
tangan dan sabun untuk mencuci tangan. Berdasarkan uraian tersebut untuk sarana toilet
bagi penjamah makanan telah sesuai dengan Depkes (2003) menyatakan bahwa jasa
boga harus mempunyai jamban yang memenuhi syarat higiene sanitasi. Jumlah jamban
harus mencukupi sebagai berikut yaitu jumlah karyawan 1-10 orang maka jumlah
toiletnya satu buah.
4.4.2 Tempat Pencucian Tangan
Diinstalasi gizi RSHJ terdapat dua tempat pencucian tangan, tempat cuci tangan
terletak di depan pintu masuk sehingga pekerja yang akan masuk keruangan pengolahan
makanan dapat langsung mencuci tangan dan satu lagi terletak di ruang distribusi
makanan sehingga pada saat penjamah akan menjamah makanan dapat langsung
mencuci tangan. Air yang digunakan untuk mencuci tangan yaitu air mengalir, selain itu
di tempat pencuci tangan disediakan sabun cair namun tidak dilengkapi dengan kertas
tissue maupun alat pengering. Pada bagian atas pencuci tangan dilengkapi dengan
ketentuan tentang langkah-langkah mencuci tangan yang benar. Dalam hal tempat
pencucian tangan belum sesuai dengan depkes.
4.4.3 Kamar Ganti
Di instalasi gizi RSHJ terdapat dua kamar ganti, untuk karyawan laki-laki dan
karyawan perempuan masing-masing memiliki kamar ganti yang terpisah. Selain itu
kamar ganti karyawan juga dilengkapi dengan loker untuk menyimpan pakaian kerja,
namun jumlah loker yang tersedia kurang memadai sehingga tidak semua karyawan
mempunyai loker, selain itu kamar ganti karyawan di instalasi gizi RSHJ baik kamar
ganti untuk laki-laki maupun perempuan keduanya berukuran sangat kecil dan sempit
sehingga apabila karyawan yang akan masuk ke kamar ganti harus bergantian serta
untuk peneyediaan loker karyawan juga masih kurang karena tidak semua karyawan
mempunyai loker masing-masing dan karyawan yang tidak mempunyai loker tersebut
meletakkan tas kerjanya di lantai kamar ganti. Sebaiknya perlu ditambah jumlah loker
sehingga karyawan dapat meyimpan pakaian kerja dengan aman dan tidak menambah
sempit kamar ganti. Berdasarkan uraian tersebut untuk sarana kamar ganti bagi
penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ masih kurang baik dan belum memenuhi
standar Depkes (1992).
4.4.4 Tempat Istirahat
Di instalasi gizi RSHJ tidak mempunyai tempat khusus karyawan untuk
beristirahat namun karyawan menggunakan kamar ganti untuk beristirahat. Hal ini tidak
sesuai dengan (Depkes, 1992) menyatakan bahwa setiap tempat penyelenggaraan
makanan harus menyediakan tempat istirahat yang memadai. Berdasarkan uraian
tersebut sarana tempat istirahat bagi penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ masih
kurang baik, sebaiknya karyawan mempunyai tempat istirahat yang memadai sehingga
bisa bersitirahat dan dapat bekerja dengan kaadaan yang fresh.
4.4.5 Pakaian Kerja dan Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri di instalasi gizi RSHJ yang terdapat pada SP RSHJ tahun
2010 terdiri dari pakaian kerja, celemek, sarung tangan disposable, masker, dan sepatu
sandal karet, dan sarung tangan campal.
Tabel 4.3 Penempatan Alat Pelindung Diri di Instalasi Gizi RSHJ 2011
NO
KEGIATAN
APD YANG DIPAKAI
A B C D E F
1 Persiapan makanan - - v v v
2 Pengolahan makanan v v v v
3 Distribusi makanan v v v v v v
4 Penyimpanan bahan
makanan di gudang kering
- - v - v -
5 Penyimpanan bahan
makanan di gudang basah
- v v v v v
Sumber: Bagian Mutu Dan K3L RSHJ 2010
Keterangan:
A: Sarung tangan disposable
B: Masker
C: Tutup kepala
D: Baju kerja/celemek
E: Sepatu alas karet
F: Sarung tangan kulit/campal
Untuk penjamah makanan dibagian pengolahan makanan disediakan pakaian
kerja khusus yang dilengkapai dengan celemek. Tenaga penjamah makanan dibagian
pengolahan mempunyai dua pakaian kerja yang digunakan yaitu berwarna hitam dan
putih serta celemek yang berwarna orange dan coklat, untuk penjamah makanan
dibagian penerimaan bahan makanan, gudang, persipan bahan makanan, distribusi
makanan, dilengkapi dengan celemek yang berwarna coklat. Namun untuk hair net/hair
cap, sarung tangan campal di instalasi gizi tidak disediakan, sarung tangan campal
digunakan untuk mengolah bahan makanan yang keras, dan tajam sehingga dapat
melindungi tangan penjamah sehingga tidak luka atau tergores. Berdasarkan uraian
tersebut penyediaan APD di instalasi gizi masih kurang baik karena penutup kepala
berupa hair net/hair cap yang dapat menutup semua rambut untuk penjamah makanan
laki-laki tidak disediakan serta instalasi gizi RSHJ juga perlu menyediakansarung tangan
campal karena di instalasi gizi juga mengolah makanan keras, dingin dan menggunakan
alat yang tajam.
4.4.6 Penyedian tempat sampah
Tempat sampah di instalasi gizi di RSHJ di tempatkan pada setiap sudut
ruangan, seperti di ruang pengolahan, di ruang persiapan bahan makanan, di ruang
pewadahan, di ruang penerimaan makanan, di ruang pengawasan, di ruang administrasi,
di gudang bahan makanan kering, di gudang bahan makanan basah dan di ruang
pencucian. Jumlah kotak sampah sebanyak sembilan buah. Tempat sampah dilapisi
dengan kantong plastik berwarna hitam, apabila kantong plastik telah penuh maka
sampah akan diambil kemudian kotak sampah tersebut akan diganti dengan kantong
plastik yang baru. Sampah tersebut akan dibuang pada tempat pembuangan sampah
sementara. Tetapi di instalasi gizi masih ada kontak sampah yang tidak tertutup seperti
di tempat pengolahan makanan serta tidak ada pemisahan antara sampah kering dan
sampah basah. Sebaiknya ada pemisahan antara sampah kering dan sampah basah
sehinggga sampah tersebut bisa di daur ulang kembali dan kontak sampat di tempat
pengolahan sebaiknya juga ditutup untuk menghindari kontaminasi silang dan dapat
mengendalikan vector.
4.5 Pelatihan/Training
Agar program pelatihan dalam bidang sanitasi makanan dapat berjalan secara
tepat guna, perlu diketahui dan dihayati oleh setiap tenaga penjamah makanan dari
manager tertinggi sampai dengan para pekerja yang melaksanakan tugas paling bawah.
Dalam pelatihan tersebut harus dipelajari tentang dasar-dasar yang berkaitan dengan
pertumbuhan bakteri, berbagai penyakit karena makanan, pengawasan suhu dan lain-
lain.
Tenaga penjamah makanan harus dibuat benar-benar menyadari sepenuhnya
bahwa kenyataan menunjukkan betapa pentingnya peranan pekerja yang menangani
makanan bekerja dengan memperhatikan dan melaksanakan sanitasi yang tepat dan
benar. Tenaga penjamah makanan hendaknya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya,
antara lain penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Di instalasi gizi RSHJ pelatihan terhadap penjamah makanan dilaksanakan setiap
bulan yang dilakukan oleh ahli gizi yang berada di instalasi gizi, penjamah yang
mendapatkan pelatihan yaitu pemasak, pekarya dan pramusaji. Tenaga penjamah
makanan mendapatkan pelatihan tentang sanitasi makanan, pelatihan tersebut antara lain
tentang penyakit yang ditularkan melalui makanan, kebersihan pribadi, kebiasaan yang
berkaitan dengan pengolahan makanan serta cara-cara pengolahan makanan yang sehat.
Hal ini sudah sesuai dengan Depkes (1992) bahwa penjamah mkanan harus
mendapatkan pelatihan tentang penyehatan makanan program pelatihan ini mencakup: a)
pengetahuan dasar tentang praktek sanitasi; b) infeksi tentang penyehatan makanan;c)
tehnik penanganan makanan sehat; d) penggunaan peralatan dan perlengkapan
pengolahan makanan; e) pengawasan. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan
masih ada penjamah makanan yang berperilaku tidak sehat seperti tidak mencuci tangan
ketika menjamah makanan. Berdasarkan uraian tersebut pelatihan tenaga penjamah
makanan di instalasi gizi RSHJ masih belum tepat dan perlu ditingkatkan lagi dan perlu
program kegiatan pelatihan khusus terhadap penjamah makanan karena jika dilihat dari
latar belakang pendidikan penjamah yaitu sebagian besar SMA/SMKK yang tidak
memiliki pengetahun dasar tentang kesehatan, diharapkan dengan pelatihan tersebut
penjamah makanan benar-benar menyadari dan dapat menerapkannya dengan baik
bahwa peran penjamah sangat penting dalam sanitasi makanan.
4.6 Pengawasan
Setiap perusahaan idealnya melakukan pengawasan untuk melihat sejauh mana
program atau pelaksanaan program tersebut berjalan. Di instalasi gizi RSHJ juga
melakukan pengawasan terhadap penjamah makanan yang dilakukan oleh ahli kesehatan
lingkungan namun betuk pengawasan yang dilakukan oleh ahli kesling tersebut hanya
sebatas mengamati dan mencaat penjamah makanan yang tidak menggunakan APD dan
tidak ada teguran keras meskipun penjamah tersebut sudah berkali-kali ditegur selain
itu ahli kesling tersebut tidak bertugas khusus di instalasi dan setiap bulannya ahli
kesling tersebut membuat laporan temuan-temuan dilapangan tentang penjamah
makanan namun laporan tersebut tidak dilaporkan kepada coordinator gizi di instalasi
gizi. Selain itu PJ produksi dan pengolahan juga melakukan teguran langsung terhadap
penjamah makanan namun tidak dilakukan secara penuh hanya sesekali jika melihat ada
karyawan berperilaku tidak higiene pada saat menjamah makanan. Teguran langsung
dilakukan jika ada karyawan yang tidak memakai APD (masker, sarung tangan) pada
saat distribusi makanan sedangkan untuk tenaga penjamah dibagian lain tidak ada
pengawasan. Berdasarkan uraian tersebut pengawasan terhadap penjamah makanan di
instalasi gizi RSHJ yang dilakukan masih sangat lemah. Sebaiknya dari pihak kesling
juga perlu melaporkan hasil yang di dapat dari lapangan sehingga hal tersebut dapat
dijadikan bahan masukan bagi koordinator gizi untuk membuat suatu
keputusan/kebijakan di instalasi gizi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan salah satu rumah sakit yang berkelas C+
yang berlokasi di jalan raya pondok gede, Jakarta timur dengan kapasitas 212
Tempat Tidur (TT).
2. RSHJ memiliki unit yang menyelenggarakan makanan sendiri untuk pasien
rawat inap yaitu instalasi gizi yang merupakan satuan kerja fungsional yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik,
Perawatan dan Penunjang yang bertugas mengelola pelayanan gizi di
lingkungan RS Haji Jakarta. Instalasi gizi dipimpin oleh seorang kepala dengan
sebutan koordinator gizi. Setiap harinya instalasi gizi menyediakan makanan
untuk pasien sebanyak 100-200 porsi/kali makan, selain itu unit ini juga
menyediakan makanan untuk karyawan.
3. Higiene dan sanitasi penjamah makanan di instalasi gizi berupa syarat bagi
penjamah makanan belum ada yang memenuhi standar depkes yaitu berupa
pemeriksaan kesehatan maupun penjamah makanan yang mempunyai sertifikat
kursus penjamah. Keadaan higiene perorangan tenaga penjamah makanan di
instalasi gizi RSHJ masih ada yang belum sesuai dengan standar seperti pada
penggunaan sarung tangan disposible, pencucian tangan, masker, penggunaan
penutup rambut karena semua penjamah laki-laki menggunakan peci pada saat
menjamah makanan, dan pakaian kerja karena penjamah masih menggunakan
pakaian berwarna gelap. Namun untuk penjamah yang tidak merokok telah
memenuhi standar depkes karena semua penjamah tidak ada yang merokok
saat menjamah makanan.
4. Sarana bagi penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ seperti penyediaan toilet
telah memenuhi standar depkes. Namun masih ada yang belum memenuhi
standar depkes seperti kamar ganti, penyediaan loker bagi karyawan karena
tidak semua karyawan memiliki loker, tempat pencucian tangan karena tidak
dilengkapi dengan alat pengering, tempat sampah masih ada yang tidak
tertutup dan tidak ada pemisahan sampah, untuk pakaian kerja telah disediakan
dan APD seperti sarung kulit, penutup rambut tidak disediakan. Sedangkan
tempat istirahat yang memadai untuk karyawan tidak tersedia di instalasi gizi
RSHJ.
5. Penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ mendapatkan pelatihan tentang
sanitasi makanan. Namun masih ada penjamah makanan yang berperilaku tidak
sehat seperti tidak mencuci tangan ketika menjamah makanan.
6. Pengawasan terhadap penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ masih sangat
lemah dan tidak ada karyawan yang bertugas khusus menangani masalah
higiene dan sanitasi penjamah makanan, serta masih kurangnya sosialisasi
tentang penggunaan APD pada setiap kegiatan.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pada penjamah makanan dibagian pengolahan makanan pakaian
kerja yang digunakan tidak berwarna gelap/hitam diganti dengan pakaian yang
berwarna putih/terang. Selain iti instalasi gizi harus menyediakan penutup
rambut untuk penjamah makanan laki-laki berupa hair net/hair cap.
2. Sebaiknya instalai gizi menyediakan sarung tangan kulit untuk mengolah
makanan yang keras, dingin dan tajam. Tempat sampah yang terletak di ruang
pengolahan sebaiknya selalu dalam kondisi tertutup serta ada pemisahan antara
sampah kering dan sampah basah. Selain itu disediakan loker yang cukup
untuk karyawan dan tempat pencucian tangan sebaiknya dilengkapi dengan alat
pengering seperti tisu atau mesin pengering tangan.
3. Perlu program kegiatan pelatihan khusus terhadap penjamah makanan karena
masih ada penjamah yang tidak berprilaku tidak sehat, jika dilihat dari latar
belakang pendidikan penjamah yaitu sebagian besar SMA/SMKK yang tidak
memiliki pengetahun dasar tentang kesehatan, diharapkan dengan pelatihan
tersebut penjamah makanan benar-benar menyadari bahwa peran penjamah
sangat penting dalam sanitasi makanan sehingga penjamah dapat menerapkan
perilaku higiene dengan baik di tempat kerja.
4. Sebaiknya ada pengawasan penuh terhadap penjamah makanan yang dilakukan
oleh ahli kesehatan lingkungan dan berkerjasama dengan pihak instalasi gizi
dalam mengawasi penjamah makanan, sehingga apabila ada penjamah yang
tidak patuh terhadap peraturan maka diberikan sanksi yang tegas.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, Nyoman Semadi., Menyehatkan Makanan di Sekolah, 2004 [on line],
dari http://[email protected], [20 Januari 2011].
BPOM, Hygiene Dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Direktorat Surveilan Dan
Penyuluhan Kemanan Pangan. Jakarta: BPOM RI, 2003.
Depkes. Keputusan Menkes RI No:1204/Menkes/Sk/X/2004. Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Direktorat Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Jendral Jakarta: Depkes, 2006.
Depkes, pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia. Direktorat jendral
pelayanan medik. Jakarta: Depkes, 2002
Depkes. Pedoman sanitasi RS Di Indonesa. Direktorat jendral PPM DAN PLP
dan 1992.
Depkes, Keputusan Menteri RI No:942/Menkes/SK/VII/2003. Tentang
Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajajanan. Jakarta:
Depkes, 2006.
Depkes, Keputusan Menteri RI No: 715/Menkes/SK/V/2003. Tentang Pedoman
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Depkes, 2006.
Depkes, Keputusan Menteri RI No:1098/Menkes/SK/VII/2003. Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran.. Direktorat
Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jendral PP dan PL. Jakarta: Depkes,
2006.
Depkes, 2006. Kumpulan Modul Kursus Hs Makanan Dan Minuman. Dirjen
PPM DAN PL, Jakarta: Depkes, 2006.
Depkes, Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes, 2003
Fathonah, Siti., Higiene dan Sanitasi Makanan, Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang, Semarang, 2006 http://ocw.unnes.ac.id/ocw/tjp/s1-
pkk/higiene-dan-sanitasi-makanan/bahan ajar/bukuilmI.pdf [20 Januari
2011].
Maulana, Rizal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene dan
sanitasi penjamah makanan di instalasi RSIA Hermina Depok 2004.
Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok: 2004
Notoadmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2003
Purnawijayanti,hiasinta,. Sanitasi Hygiene Dan Keselamatan Kerja Dalam
Pengolahan Makanan. 2001.
Rimbawan dan Hadiansyah. Analisis Bahaya Dan Pencegahan Keracunan
Pangan, 2000.
Winarno, F.G. Keamananan Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1997.