Sand Dune

Embed Size (px)

Citation preview

Profil Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis (Oleh : Bambang Wahyu Indriya) Pengertian Gumuk Pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama dengan kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir yang permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah yang kering (arid). Gumuk Pasir atau Sand Dune merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin yang disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir. Bentang alam (morphology) ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya walaupun Indonesia beriklim tropis ternyata memiliki bentang alam yang unik dan gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi, gumuk pasir cenderung bergeser ke arah hembusan angin, hal ini karena butirbutir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Secara umum, gumuk pasir dapat berkembang dengan baik apabila persyaratan pembentukannya terpenuhi, yaitu : - Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak. - Adanya periode kering yang panjang dan tegas. - Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut. - Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain. ET Paripurno dalam tulisannya Gumuk Pasir dan Cagar Biosfer menuliskan bahwa gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan teratur hasil kerja dan pengaruh komponen-komponen : jumlah pasir yang diendapkan teratur ke laut, ombak yang memindahkan pasir dari laut ke darat, intensitas sinar matahari yang mengeringkan pasir di pantai, intensitas dan kemenerusan angin yang memindahkan pasir, tebing penghambat gerak angin dan sebaran pasir, vegetasi, dan dinamika budaya masyarakat. Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu : jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin dan keadaan vegetasi. Bentuk-bentuk gumuk pasir tersebut adalah : bulan sabit (barchan), melintang (transverse), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal) atau linear serta berbentuk bintang (Star Dune). Gumuk Pasir Bulan Sabit (Barchan)Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang bebas dari penghalang (barrier). Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses aeolian tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin. Gumuk Pasir Melintang (Transverse Dune) Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses aeolian yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.

Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang. Gumuk Pasir Parabolik (Parabolic Dune) Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang, maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam. Gumuk Pasir Memanjang (Linear Dune) Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang. Gumuk Pasir Bintang (Star Dune) Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses aeolian pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya. Gumuk Pasir di Parangtritis Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan merupakan sesuatu yang unik, karena gumuk pasir biasanya terjadi di daerah gurun, namun ternyata fenomena alam tersebut juga terjadi di Indonesia yaitu di Parangtritis, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berada kurang lebih 28 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta. Terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo. Terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis dipengaruhi oleh :Pengaruh dari Gunung Merapi. Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Merapi dan gunung api lain di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi yang kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan. Pengaruh Angin Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir.

Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungaisungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin. Pengaruh Sungai. Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi/dorongan dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai. Pengaruh Graben Bantul Zona selatan Jawa merupakan plato yang miring ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah Bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak-Oyo. Di Parangtritis terdapat sekitar 190 bentukan gumuk pasir, yang terdiri dari jenis-jenis barchan 70 buah, longitudinal 80 buah, parabolik 30 buah dan sisir 10 buah. Masingmasing bentuk tersebut mempunyai cara dan faktor pengontrol pembentukan yang berbeda. Gumuk pasir Parangtritis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pasif dan aktif. Gumuk pasir aktif menempati sisi timur pada luasan sekitar 70 hektar dengan tipe gumuk pasir longitudinal dan barchan, sedangkan gumuk pasir pasif menempati sisi barat dan selatan sampai muara Kali Opak dengan luas sekitar 175 hektar dengan tipe gumuk pasir parabolik dan sisir. Gumuk Pasir Sebagai Ekosistem Bila dipandang sebagai ekosistem, gumuk pasir Parangtritis ternyata memiliki keragaman flora yang menarik, baik yang liar maupun yang dibudidayakan oleh masyarakat sekitar. Beberapa jenis yang liar antara lain Koro Laut (Canavalia maritima), Rumput Teki (Cyperus sp, dan Fimbristylis sp serta Cyperus stoloniferus)), Kangkung laut (Ipomoea pescaprae), Rumput Gulung (Spinifex litoreus), Pandan (Pandanus sp), Widuri (Calotropis gigantea). Rumput Teki dan kangkung laut merupakan jenis-jenis yang cukup dominan tumbuh di ekosistem ini. Selain tumbuhan liar, terdapat juga tanaman budidaya, antara lain Glereside, Akasia dan jambu mete yang ditanam sebagai tanaman pelindung bagi tanaman produktif masyarakat. Beberapa jenis fauna yang hidup di ekosistem ini

antara lain burung Kaca mata Jawa (Zosterops flavus) yang tergolong satwa langka dan dilindungi, selain itu kadang ditemukan juga burung Tekukur (Geopelia striata), berbagai jenis serangga juga dijumpai hidup di daerah ini. Hal tersebut menunjukkan, meskipun Parangtritis terlihat kering, namun ternyata mampu menghidupi berbagai jenis biota penghuninya, dengan kata lain, Parangtritis masih mampu berfungsi sebagai habitat biota-biota tertentu. Begitu luar biasanya maha karya sang pencipta terjadinya fenomena gumuk pasir di Parangtritis tersebut, sudah selayaknyalah kita bersyukur dan tentu saja kewajiban kita untuk tetap menjaga keberadaan dan keberlanjutan fenomena alam tersebut. Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kejadian terbentuknya gumuk pasir di Parangtritis, paling tidak sebagai bahan renungan sekaligus sebagai sarana dan wahana pendidikan bagi kita semua. Semoga gumuk pasir Parangtritis dapat tetap lestari.(Bambang Wahyu Indriya, Kasubid Konservasi Lingkungan BLH Prov. DIY)