Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Halaman i
SAMBUTAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DAN INVESTASI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, Laporan Kinerja
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
tahun 2019 dapat disusun dan diselesaikan dengan baik tepat
waktu.
Sesuai ketentuan Pasal 18 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi berkewajiban menyusun
Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang telah dicapai
berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan.
Laporan Kinerja menyajikan target dan capaian kinerja Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi Tahun 2019. Target kinerja dimaksud sebagaimana
tertuang dalam Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator dan Pejabat Eselon I disusun
berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator dan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Pernyataan Kinerja
disusun berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2019.
Laporan Kinerja ini juga memuat analisis perbandingan antara rencana atau target
dengan realisasi kinerja. Pencapaian realisasi kinerja keuangan juga diuraikan dalam sub
bab kinerja keuangan. Mulai tahun anggaran 2016 Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Investasi telah menerapkan manajemen kinerja berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) menggunakan metode Balanced Scorecard (BSC) yang
telah ditetapkan dalam Keputusan Menko Bidang Kemaritiman Nomor: 2 Tahun 2017
tentang Pengelolaan Kinerja.
Laporan Kinerja ini kami dedikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan dengan
harapan dapat bermanfaat bagi semua pihak sebagai data rujukan.
Kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam laporan ini, kami mengucapkan
terima kasih.
Halaman ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Tahun 2019, merupakan perwujudan transparansi dan
akuntabilitas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko
Marves) dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta penggunaan anggarannya. Selain
itu, Lapoan Kinerja ini merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi
sebagaimana dalam Renstra Kemenko Marves. Kinerja Kemenko Marves Tahun 2019
diukur berdasarkan capaian kinerja atas pelaksanaan Pernyataan Kinerja Menteri
Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman. Pernyataan Kinerja tersebut disusun
berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019 sebagai pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.
Perencanaan kinerja disusun dengan memperhatikan tugas dan fungsi dari Kemenko
Marves yaitu membantu Presiden dalam mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan
mengendalikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kemaritiman.
Fungsi Kemenko Marves difokuskan pada upaya perbaikan mekanisme koordinasi
dalam mensinergikan, melaksanakan serta melakukan pengendalian terhadap
pelaksanaan kebijakan bidang kemaritiman yang secara teknis dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga di bawah koordinasi Kemenko Marves. Hal ini sesuai dengan
rencana strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 2015-2019 yang
dititikberatkan pada upaya koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian dalam rangka
mewujudkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju dan kuat,
menuju poros maritim dunia.
Berdasarkan Pernyataan Kinerja Menko Marves tahun 2019 terdapat 4 (empat)
bagian utama (perspektif), yaitu: Pemangku Kepentingan (stakeholders), Pelanggan
(Customer), Proses Internal (Internal Process), dan dan Pembelajaran dan pertumbuhan
(learning and growth), serta dibagi dalam 10 (sepuluh) Sasaran Strategis (SS) yang
terdiri 15 (lima belas) Indikator Kinerja Utama (IKU). Capaian kinerja Kemenko
Marves pada tahun 2019 adalah 101,56%. Dari seluruh target kinerja yang diperjanjikan,
hanya target peringkat indeks daya saing pariwisata yang masih cukup jauh target
(tercapai 85,71%).
Adapun penjelasan singkat mengenai pencapaian kinerja Kemenko Marves tahun
2019 yang dikelompokan dalam 4 perspektif adalah sebagai berikut:
1. Stakeholder Perspective terdiri dari 1 (satu) SS yaitu: Terwujudnya Indonesia Poros
Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing.
SS.1 ini tercapai 120% dari target.
2. Customer Perspective terdiri dari 4 (empat) SS dengan capaian 97,41%. Rincian masing-
masing capaiannya adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif
di Tingkat Regional & Global: 102,69%
Halaman iii
b. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara
Berkelanjutan: 104,30%
c. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros
Maritim: 93,84%
d. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter
dan Berbudaya Nusantara: 91,19%.
3. Internal Business dengan 1 (satu) SS yaitu: Tersedianya Rekomendasi Kebijakan
Kemaritiman yang Efektif dengan capaian 97,05%.
4. Learning and growth dengan 4 (empat) SS dengan capaian 101,92%. Rincian masing-
masing capaiannya adalah sebagai berikut:
a. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten: 120%
b. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang
Baik: 94,21%
c. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
yang Terintegrasi, belum ada target dan capaian kinerja: 102,50%
d. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel: 100%.
Gambar 1 Capaian Kinerja Kemenko Marves TA. 2019
Halaman iv
DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ vi
DAFTAR SINGKATAN DAN PENGERTIAN .................................................................. vii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ................................................................................... 1
1.2. Organisasi dan Personalia ........................................................................................... 3
1.3. Sistematika Penyajian ................................................................................................. 5
II. PERENCANAAN KINERJA ......................................................................................... 6
2.1. Sasaran Strategis ......................................................................................................... 6
2.2. Indikator dan Target Kinerja ....................................................................................... 8
2.3. Program dan Kegiatan ...............................................................................................10
III. AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................................12
3.1. Capaian Kinerja Tahun 2019 ......................................................................................12
3.1.1 Stakeholders Perspective .....................................................................................14
SS.1 Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa ...................................................................15
3.1.2 Customer Perspective ..........................................................................................19
SS.2 Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global ..................................................................................19
SS.3 Meningkatnya Nilai Tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan......................................................................................................25
SS.4 Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim ..............................................................................................................28
SS.5 Menguatnya Jati Diri Indonesia Sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif, Berkarakter dan Berbudaya Nusantara ...................................................................................32
3.1.3 Internal Business Process Perspective ..............................................................38
SS.6 Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif ...........................38 3.1.4 Learning and Growth Perspective .........................................................................41
SS.7 Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten ...........................................................................................................42
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik ...................................................................................................................44
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi ........................................................................................................45
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel ..............................................................49 3.2. Ringkasan Penjelasan Capaian Kinerja .......................................................................50
3.2.1. Analisa Ringkas Capaian Kinerja ......................................................................50
3.2.2. Capaian Kinerja Strategis ..................................................................................51
3.2.3. Analisa Kondisi Sumber Daya Pegawai .............................................................54
3.3. KINERJA KEUANGAN ..........................................................................................56
3.3.1 Realisasi Anggaran ............................................................................................56
3.3.2 Realisasi per Jenis Belanja..................................................................................61
3.3.3 Dukungan Program terhadap Pencapaian Kinerja ...............................................62
IV. PENUTUP ....................................................................................................................65
LAMPIRAN ........................................................................................................................67
Halaman v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sasaran Strategis Kemenko 2019 ................................................................................ 6
Tabel 2. SS dan IKU Kemenko Kemaritiman TA. 2019 ........................................................... 8
Tabel 3 Komposisi bobot IKU terhadap Tingkat Kendali dan Tingkat Validitas ........................ 9
Tabel 4 Bobot Bukit Hasil Kinerja ........................................................................................... 9
Tabel 5 Anggaran dana Pagu Kegiatan Kemenko Kemaritiman 2019 ......................................11
Tabel 6 Rincian Pagu per Unit Kerja Kemenko Kemaritiman 2019 .........................................11
Tabel 7 Capaian Kinerja Kemenko Kemaritiman TA. 2019 ....................................................12
Tabel 8 Nilai Capaian Kinerja Kemenko per Perspektif TA. 2019 ............................................13
Tabel 9 Nilai Capaian Kinerja Kemenko per Perspektif Tahun 2014-2019................................14
Tabel 10 Target dan Capaian Sasaran Strategis 1 ..................................................................15
Tabel 11 Target Proyeksi PDB Maritim ................................................................................17
Tabel 12 Proyeksi danShare PDB Maritim terhadap PDB Nasional .........................................17
Tabel 13 Indikator Kinerja SS.2 ............................................................................................19
Tabel 14 Daftar Inisiasi Gagasan Indonesia di forum Internasional ........................................20
Tabel 15 Jumlah dan Jenis Pelanggaran Tahun 2019..............................................................24
Tabel 16 Proses Penanganan Pelanggaran Tahun 2019 ...........................................................24
Tabel 17 Jumlah dan Jenis Pelanggaran Tahun 2018 ..............................................................24
Tabel 18 Daftar Target SS.3 ..................................................................................................25
Tabel 19 Realisasi Produksi Sumber Daya Alam....................................................................26
Tabel 20 Target Produksi Sumber Daya Alam .......................................................................26
Tabel 21 Peringkat OHI Indonesia ........................................................................................27
Tabel 22 Target Indikator Kinerja SS.4 ..................................................................................28
Tabel 23 Nilai Investasi di Kawasan Barat Indonesia, Januari-September 2019 .......................28
Tabel 23 Peringkat LPI di ASEAN ........................................................................................30
Tabel 25 Nilai Biaya/Indeks Logistik terhadap PDB ...............................................................31
Tabel 26 Target Indikator Kinerja SS.5 ..................................................................................32
Tabel 27 Rincian Komponen Penilaian Indeks Inovasi Indonesia ...........................................33
Tabel 28 Peringkat Indeks Inovasi Global, Sub Indeks ...........................................................33
Tabel 29 Daftar Kebijakan bidang Kemaritiman yang Ditindaklanjuti Instansi terkait .............38
Tabel 30 Target Learning and Growth Perspective .................................................................42
Tabel 31 Rekap Hasil Penilaian Kompetensi Pejabat ..............................................................42
Tabel 32 Indeks Reformasi Birokrasi Kemenko Kemaritiman .................................................44
Tabel 33 Capaian Nilai Indeks SPBE Kemenko Marves Tahun 2019 ......................................46
Tabel 34 Capaian Nilai Indeks SPBE Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 .............................47
Tabel 35 Nilai Rerata Capaian Indeks SPBE Nasional Tahun 2019 ........................................48
Tabel 36 Jumlah Kondisi Pegawai Kemenko Kemaritiman 2019 ............................................54
Tabel 37 Realisasi Anggaran Kemenko Kemaritiman Tahun 2019...........................................56
Tabel 38 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Tahun 2019 ...................................................57
Tabel 39 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Marves TA. 2019 ...........................................59
Tabel 40 Realisasi Anggaran/Bulan TA. 2018 .......................................................................59
Tabel 41 Realisasi Anggaran Kumulasi TA. 2019 ...................................................................60
Tabel 42 Pagu dan Realisasi Kemenko Marves TA 2019 per Jenis Belanja ..............................61
Tabel 43 Rincian Capaian Kinerja Pelaksanaan Anggaran TA. 2018 dan 2019 ........................62
Halaman vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Capaian Kinerja Kemenko Marves TA. 2019................................................................. iii
Gambar 2 Struktur Organisasi Kemenko Kemaritiman (Perpres No. 10 Tahun 2015) ................. 4
Gambar 2 Struktur Organisasi Kemenko Marves (Perpres No. 71 Tahun 2019) ........................... 4
Gambar 3 Peta Strategis Kemenko Kemaritiman tahun 2019 ........................................................ 7
Gambar 5 Grafik Pertumbuhan PDB Kemaritiman terhadap PDB Nasional ............................. 16
Gambar 6 Capaian Peringkat LPI Indonesia ................................................................................... 18
Gambar 7 Capaian Ocean Health Index Indonesia Tahun 2018 ................................................... 27
Gambar 8 Nilai PDB Indonesia per Wilayah .................................................................................. 28
Gambar 9 Grafik Indeks Logistik ASEAN ...................................................................................... 30
Gambar 10 Biaya Logistik dan Nilai PDB Indonesia Tahun 2004-2011 ....................................... 31
Gambar 11 Nilai dan Peringkat Indonesia pada Indeks Inovasi Global ....................................... 33
Gambar 12 Grafik trend Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia ............................................... 35
Gambar 13 Usulan 30 Proyek Pengembangan Koridor Ekonomi ................................................. 52
Gambar 14 Staus Penyelesaian Perda RZWP3K ............................................................................ 53
Gambar 15 Grafik Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman TA. 2019 ................................... 57
Gambar 16 Grafik Anggaran per Bulan Kemenko TA. 2019 .......................................................... 59
Gambar 17 Grafik Perkembangan Kumulasi Realisasi Anggaran TA. 2019 ................................. 60
Gambar 18 Capaian Kinerja Anggaran Satker Kemenko Marves TA. 2019 ................................. 60
Gambar 19 Capaian Evaluasi Kinerja Anggaran Kemenko Marves TA. 2019 ............................ 61
Gambar 20 Komposisi Alokasi Anggaran ....................................................................................... 61
Gambar 21 Grafik Kinerja Pelaksanaan Anggaran TA. 2019 ........................................................ 63
Gambar 19 Grafik Nilai IKPAper Tahun Kemenko Kemaritiman ............................................... 63
Halaman vii
DAFTAR SINGKATAN DAN PENGERTIAN
IKU : Indikator Kinerja Utama
Kemenko Kemaritiman : Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
KemenPANRB : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi
Menko : Menteri Koordinator
Marves : Maritim dan Investasi
PDB : Produk Domestik Bruto
RB : Reformasi Birokrasi
Renstra : Rencana Strategis
SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja
Setmenko Kemaritiman : Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Sesmenko Kemaritiman : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
SPIP : Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
SPBE : Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
SS : Sasaran Strategis
TA : Tahun Anggaran
Halaman 1
I. PENDAHULUAN Posisi geografis Indonesia yang sangat strategis menjadi persilangan lalu lintas
perdagangan dunia dapat menjadi poros dunia sesuai visi Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025 telah menetapkan visi pembangunan nasional yakni untuk mewujudkan
Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Salah satu langkah untuk
mencapainya, pemerintahan telah mencanangkan bahwa Indonesia harus mampu
meraih kembali kejayaan maritim. Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah
membentuk Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) dalam
jajaran Kabinet Kerja. Pembentukan kementerian ini dimaksudkan untuk
mengefektifkan sinkronisasi dan koordinasi pembangunan di bidang kemaritiman
sehingga dapat terjadi sinergi diantara kementerian/lembaga yang dikoordinasikan
untuk mengurangi dan/atau menghilangkan hambatan-hambatan yang ada.
Terdapat tiga aspek penting yang mendukung dalam perkembangan bangsa
Indonesia, yaitu aspek maritim, aspek agrikultur, dan aspek industri. Dewasa ini aspek
maritim mendapat perhatian yang lebih, dan diharapkan dapat memberikan manfaat
dan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan. Indonesia adalah salah satu negara
maritim dan kepulauan yang terbesar di dunia dengan 17.508 pulau besar dan kecil
dengan garis pantai 99.000 km dengan penduduk lebih dari 220 juta. Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman) lahir sebagai
pengejawantahan visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kala
yang merupakan pimpinan pemerintahan dalam kabinet kerja 2014-2019.
1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Sebagai amanat Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman mempunyai tugas: Menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan Pemerintahan di
bidang Kemaritiman.
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan
kementerian/lembaga yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman.
2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan kementerian/lembaga yang terkait dengan isu di
bidang kemaritiman.
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kemenko Kemaritiman.
Halaman 2
Visi
(Sesuai Visi Presiden)
“Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian
Berlandaskan Gotong
Royong”
Misi :
“Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional”
4. Sinkronisasi dan koordinasi kebijakan penguatan negara maritim, dan pengelolaan
sumber daya maritim.
5. Koordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana Kemaritiman.
6. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kemenko
Kemaritiman.
7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kemenko Kemaritiman, dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan adalah
legal menurut Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dapat
dilihat pada ketentuan Pasal 25A Undang-Undang Dasar
1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan
yang bercirikan nusantara. Selain itu, Misi ke-7 Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
adalah mewujudkan Indonesia sebagai Negara
Kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan
nasional.
Visi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sesuai dengan visi Presiden
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong
Sehubungan dengan visi tersebut di
atas, Kementerian Koordinator memiliki misi
yang dijalankan Mewujudkan Indonesia menjadi
negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional
Gagasan Presiden Joko Widodo untuk
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia memiliki lima pilar utama, yaitu:
1. membangun kembali budaya maritim Indonesia;
2. menjaga dan mengelola sumber daya laut;
3. memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim;
4. mengembangkan diplomasi maritim, membangun kemitraan;
5. membangun kekuatan pertahanan maritim.
Pembangunan poros maritim memiliki sekurangnya 3 (tiga) pilar ekonomi, yaitu:
(1) pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan; (2) penyediaan dan infrastruktur
poros maritim yang maju dan terpadu; serta (3) pengembangan industri maritim.
Negara maritim adalah negara yang mampu memanfaatkan potensi lautnya,
sekalipun negara tersebut mungkin tidak punya banyak laut, seperti negara pantai.
Halaman 3
Tetapi harus mempunyai kemampuan teknologi, ilmu pengetahuan, peralatan, dan
lain‐lain untuk mengelola dan memanfaatkan laut tersebut, baik ruangnya, kekayaan
alamnya maupun letaknya yang strategis.
1.2. Organisasi dan Personalia Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-
2019. Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sampai dengan unit
eselon I selanjutnya ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2015 tanggal 21 Januari 2015 tentang Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
Nomor 2 Tahun 2019.
Pada Kabinet Indonesia Maju Periode 2019-2024, Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman, berubah nama sekaligus mendapatkan tambahan tugas koordinasi
melalui Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2019 tentang Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi. Saat ini peraturan Kemenko sebagai turunan Perpre
No. 71 tersebut sedang dalam finalisasi penyelesaian.
Berdasarkan keputusan dan peraturan tersebut di atas, Kemenko Marves
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang kemaritiman dan
investasi. Sehubungan dengan hal itu Kemenko Marves menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman dan investasi;
2. Pengelolaan dan penangangan isu di bidang kemaritiman dan investasi;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi;
4. Pengawalan program prioritas nasional dan kebijakan lain yang telah ditetapkan
dalam Sidang Kabinet;
5. Penyelesaian permasalahan yang tidak dapat diselesaikan atau disepakati antar
Kementerian/Lembaga dan memastikan terlaksananya keputusan dimaksud;
6. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi; dan
7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi
Halaman 4
Sehubungan dengan tugas koordinasi yang dimiliki Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi mengoordinasikan:
a. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
b. Kementerian Perhubungan;
c. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
d. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
e. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
f. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
g. Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
h. Instansi lain yang dianggap perlu.
Kemenko Kemaritiman terdiri atas Sekretariat Kementerian Koordinator, 4
(empat) Deputi, 4 (empat) Staf Ahli Menteri, dan Inspektorat dengan struktur sebagai
berikut sebagai berikut:
Gambar 2 Struktur Organisasi Kemenko Kemaritiman (Perpres No. 10 Tahun 2015)
Gambar 3 Struktur Organisasi Kemenko Marves (Perpres No. 71 Tahun 2019)
Staf Ahli Menteri
Halaman 5
1.3. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja ini secara umum menginformasikan capaian kinerja Kemenko
Kemaritiman dari TA. 2019. Walaupun sejak pengumuman kabinet Indonesia Maju
pada tanggal 23 Oktober 2019, secara resmi Kemenko Kemaritiman sudah berubah
nama dan tugas, namun dalam pelaksanaannya masih menggunakan anggaran dan
kegiatan serta target kinerja Kemenko Kemaritiman. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka dalam penyampaian Laporan Kinerja ini merupakancapaian kinerja Kemenko
Kemaritiman (berdasarkan PK Menko Kemaritiman)
Laporan Kinerja ini membandingkan antara capaian kinerja (performance results)
dengan rencana kinerja (performance plan) sebagai tolak ukur keberhasilan dari hasil
analisis terhadap capaian kinerja tersebut, sehingga dapat diperoleh masukan bagi
perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Penyajian Laporan kinerja ini adalah
sebagai berikut:
1. Bab I PENDAHULUAN, menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan
tujuan penulisan laporan, dan struktur organisasi serta pengelola kinerja program/
kegiatan.
2. Bab II PERENCANAAN KINERJA, menjelaskan rencana serta penetapan kinerja
Kemenko Kemaritiman Kemaritiman Tahun Anggaran 2019.
3. Bab III AKUNTABILITAS KINERJA, menjelaskan pengukuran kinerja, analisis
pencapaian kinerja program dan keuangan, kendala, dan rekomendasi Kinerja
Kemenko Kemaritiman Kemaritiman Tahun Anggaran 2019.
4. Bab IV PENUTUP, menjelaskan kesimpulan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kemenko Kemaritiman selama Tahun Anggaran 2019 dan menguraikan rencana
tindak lanjut yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.
Halaman 6
II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan Menteri
Koordinator sesuai dengan Rencana Strategis yang telah ditetapkan serta merujuk pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2014-2019. Pada tingkat Kementerian
Koordinator, diimplementasikan dalam pernyataan Kinerja Menteri Tahun 2019 dan
Perjanjian Kinerja Sekretaris Kementerian Koordinator dan para Deputi. Strategi
pencapainya diimplementasikan dalam Peta Strategi (Strategy Map) Kementerian
Koordinator sebagai Target kinerja pada tingkat Kementerian Koordinator yang
ditetapkan berdasarkan Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator, dijabarkan lebih lanjut
secara berjenjang kepada seluruh unsur organisasi sampai dengan tingkat individu.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sedang mengembangkan sistem
dan prosedur, termasuk sistem akuntabilitas kinerja. Sebagai upaya menuju akuntabilitas
kinerja kementerian yang handal, kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah
menerapkan manajemen kinerja berbasiskan teknologi informasi dan komputer (TIK)
dengan metode Balanced Score Card (BSC). Hal ini ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman nomor: SKEP.2/2017 tentang Pengelolaan
Kinerja.
Target Kinerja Tahun 2019 tersebut, kemudian dijabarkan melalui tahapan-
tahapan dan target kinerja Triwulanan.
2.1. Sasaran Strategis Sasaran adalah hasil yang akan dicapai oleh instansi pemerintah secara spesifik,
terukur dan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Proses mencapai sasaran
diberikan indikator sebagai ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk
diwujudkan pada tenggang waktu yang telah ditargetkan.
Berdasarkan hal tersebut maka disusun sasaran strategis Kemenko Kemaritiman
dalam kurun waktu Tahun Anggaran 2019. Sasaran strategis Tahun Anggaran 2019
adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Sasaran Strategis Kemenko 2019
Stakeholder
SS.1 Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing
Customer
SS.2 Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
Halaman 7
Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
Internal Business Process
SS.3 Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
Learning and growth
SS.4 SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten belum ada target dan capaian kinerja
SS.5 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik,
SS.6 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi
SS.7 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
Kemudian berdasarkan sasaran strategis tersebut disusun peta strategis. Peta
strategis adalah sejumlah sasaran strategis yang terangkai dalam hubungan sebab akibat
dan mengacu pada tugas dan tanggung jawab Kemenko Kemaritiman.
Gambar 4 Peta Strategis Kemenko Kemaritiman tahun 2019
Pencapaian keempat sasaran strategis utama dimaksud didukung oleh 4 (empat)
sasaran strategis pendukung yang ada dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
yaitu: tersedianya SDM Kementerian Koordinator yang kompeten; terwujudnya
organisasi dan tata kelola Kementerian Koordinator yang baik; terbangunnya sistem
Halaman 8
informasi manajemen Kementerian Koordinator yang terintegrasi; dan pengelolaan
anggaran yang akuntabel.
Pencapaian 4 (empat) sasaran strategis utama tersebut pada gilirannya akan
meningkatkan ketersediaan rekomendasi kebijakan kemaritiman yang efektif kepada
pengguna, yaitu kementerian dan/atau lembaga yang menangani sektor kemaritiman.
Pada akhirnya implementasi rekomendasi kebijakan kemaritiman dimaksud akan secara
efektif mendorong terwujudnya Indonesia poros maritim dunia melalui pemerataan
pembangunan dan peningkatan daya saing bangsa yang menjadi harapan para
pemangku kepentingan.
Tujuan dan sasaran akan dapat diwujudkan dengan kebijakan dan strategi yang
baik yang dilaksanakan melalui program dan kegiatan koordinasi di seluruh unit kerja.
Pemilihan isu yang tepat dan strategis juga menjadi faktor penentu keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran Kementerian Koordinator.
2.2. Indikator dan Target Kinerja
2.2.1 Indikator Kinerja Utama
Berdasarkan perjanjian kinerja Menko Bidang Kemaritiman ditetapkan target
kinerja tahun 2019. Target kinerja ini terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja
utama serta target selama tahun anggaran 2019 yang dilaksanakan per Triwulan 2019.
Berdasarkan hal tersebut berikut disajikan indikator kinerja dan target Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman selama tahun 2019.
Tabel 2. SS dan IKU Kemenko Kemaritiman TA. 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
Tahunan
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)
1. Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia Melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
1. Persentase Pertumbuhan PDB Maritim 4
2. Peringkat Logistic Performance Index -
Perspektif Konsumen (Customer Perspective)
2. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
3. Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
80
4. Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
>50
3. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
5. Persentase Capaian Produksi Sumber Daya Alam Kemartiman
85
6. Ocean Health Index 67
4. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
7. Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
60
8. Persentase Biaya Logistik Nasional Terhadap PDB 21,50
Halaman 9
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
Tahunan
5. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
9. Indeks Inovasi >30
10. Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata 35
Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Bussines Process)
6. Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
11. Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
100%
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth)
7. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten
12. Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan
70
8. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
13. Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
70
9. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi
14. Indeks Penyelenggaran Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
2
10. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel 15. Opini BPK ≥50%
2.2.2 Penghitungan Capaian Kinerja
Dalam menghitung capaian realisasi kinerja dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. Menghitung capaian IKU:
a. Penghitungan capaian dilakukan dengan memperhatika dan mempertimbangkan:
Tingkat kendali dan tingkat validitas suatu IKU, dengan komposisi bobot sebagai
berikut:
Tabel 3 Komposisi bobot IKU terhadap Tingkat Kendali dan Tingkat Validitas
Jenis IKU Exact Proxy Activity
High 13.33 8.33 5.00
Moderate 15.00 10.00 6.67
Low 18.33 13.33 10.00
Bukti hasil kinerja, dengan komposisi bobot sebagai berikut:
Tabel 4 Bobot Bukit Hasil Kinerja
Kategori Penilaian Bobot
Sesuai 1
Belum Relevan 0.5
Tidak Sesuai 0
Halaman 10
b. Menghitung persentase capaian Indikator Kinerja Utama, yaitu dengan membagi
capaian berbanding targetnya
Capaian IKU =
c. Menghitung persentase capaian final IKU, yaitu dengan menjumlahkan eviden
dengan capaian IKU kemudian total penjumlahan dibagi 2
Capaian Final IKU=
2. Menghitung capaian Sasaran Strategis
Penghitungan didapatkan dengan perkalian antara capaian final IKU dan bobot final
kemudian dibagikan terhadap total bobot final IKU per SS yang ada targetnya
Capaian Sasaran =
3. Perspektif didapat dari hasil perkalian capaian sasaran dan bobot sasaran kemudian
dibagi terhadap total bobot sasaran per perspektif
Perspektif =
4. Capaian Kerja Unit dihasilkan dari perkalian capaian perspektif dengan bobot
perspektif yang dibagi terhadap total bobot perspektif
Capaian kerja Unit =
2.3. Program dan Kegiatan
Kemenko Kemaritiman melakukan koordinasi dan pengendalian pada beberapa
bidang seperti:
1. Bidang kedaulatan maritim terkait dengan hukum dan perjanjian maritim,delimitasi
zona maritim,keamanan dan ketahanan maritim, navigasi dan keselamatan maritim
2. Bidang sumber daya alam dan jasa terkait dengan jasa kemaritiman, lingkungan dan
kebencanaan maritim, sumber daya hayati, sumber daya mineral, energi dan
nonkonvensional
3. Bidang Infrastruktur terkait dengan industri penunjang infrastruktur,infrastruktur
konektivitas dan sistem logistik, infrastruktur pelayaran, perikanan, dan pariwisata,
kemudian infrastruktur pertambangan dan energi.
4. Bidang SDM, IPTEK, dan budaya maritim yang terkait dengan budaya, seni dan
olahraga bahari, kemudian terkait dengan jejaring inovasi maritim, pendayagunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi maritim, serta pendidikan dan pelatihan Maritim.
Pelaksanaan kegiatan dan tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Tahun Anggaran 2019 didukung dengan anggaran dana sebagai berikut:
Halaman 11
Tabel 5 Anggaran dana Pagu Kegiatan Kemenko Kemaritiman 2019
No Unit Kerja Pagu
1 Seketariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 163.606.209.000
2 Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim 24.678.824.400
3 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa 19.600.036.000
4 Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 22.343.406.000
5 Deputi Bidang koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim 29.815.377.000
Jumlah 260.043.852.000
Rincian anggaran pagu pada setiap unit kerja adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Rincian Pagu per Unit Kerja Kemenko Kemaritiman 2019
Kode Keluaran Program Pagu
5601 Penyelenggaraan Pelayanan Umum Perkantoran Serta Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya
137.186.435.000
5602 Penyusunan Rencana, Program, Anggaran, Kerja Sama, Akuntabilitas Kinerja, dan Reformasi Birokrasi
10.097.522.000
5603 Pengelolaan Informasi, Persidangan, Kehumasan, Administrasi dan Hukum Organisasi
11.372.301.000
5604 Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Kemenko Bidang Kemaritiman 3.379.234.000
5605 Koordinasi Hukum dan Perjanjian Maritim 1.570.717.000
5606 Koordinasi Sumber Daya Hayati 3.318.274.000
5607 Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik 3.981.694.000
5608 Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim 3.913.772.000
5748 Rekomendasi Penguatan dan Penataan Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman
10.487.000.000
5749 Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim 3.975.908.000
5750 Koordinasi Delitimasi Zona Maritim 4.352.852.000
5751 Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim 7.181.555.000
5752 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
5.850.235.000
5753 Koordinasi Sumber Daya Mineral Energi dan Nonkonvensional 3.981.301.000
5754 Koordinasi Jasa Kemaritiman 3.924.447.000
5755 Koordinasi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim 3.981.301.000
5756 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
3.731.293.000
5757 Koordinasi Infrastruktur Pertambangan dan Energi 4.163.772.000
5758 Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata 4.163.772.000
5759 Koordinasi Industri Penunjang Infrastruktur 3.913.772.000
5760 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
6.188.318.000
5761 Koordinasi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Maritim 4.600.000.000
5762 Koordinasi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari 4.250.000.000
5763 Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim 3.900.000.000
5764 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim
6.578.377.000
Jumlah 260.043.852.000
Halaman 12
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman adalah kinerja
keseluruhan yang terdiri dari berbagai unit kerja dengan tanggung jawab masing masing
pada Kemenko Maritim. Pengukuran nilai/angka capaian kinerja Kemenko Maritim
tahun 2019 dihitung dengan membandingkan realisasi capaian kinerja pada akhir tahun
2019 dengan target kinerja yang telah disepakati dalam perjanjian kinerja Menko
Kemaritiman.
Dalam pelaksanaannya, metode pengukuran kinerja pada Kemenko Maritim
menggunakan aplikasi SIK-M. Proses penghitungan/pengukurankinerja menggunakan
dasar dari manual IKU yang telah disusun sebelumnya.
3.1. Capaian Kinerja Tahun 2019 Target kinerja Kemenko Kemaritiman pada tahun anggaran (TA) 2019 sesuai
dengan Perjanjian Kinerja Menko Kemaritiman, terdiri dari 10 (sepuluh) sasaran
strategis (SS) dan 15 (lima belas) Indikator Kinerja Utama (IKU). Target kinerja kinerja
tersebut disusun dalam 4 (empat) perspektif yaitu stakeholders perspective (bobot 15),
customer perspective (bobot 25), internal business perspective (bobot 40), serta learning and
growth perspective (bobot 20%).
Secara keseluruhan, capaian kinerja Kemenko Marves Tahun 2019 sebagaimana
tertuang dalam Perjanjian Kinerja dapat dicapai dengan baik sebagaimana disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 7 Capaian Kinerja Kemenko Kemaritiman TA. 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
Capaian
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) 120
1. Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia Melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
1. Persentase Pertumbuhan PDB Maritim 4,0 4,8 120
2. Peringkat Logistic Performance Index - - -
Perpsektif Konsumen (Customer Perspective) 97,41
2. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
3. Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
80 % 80,67% 108,34
4. Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
≥50% 100% 120 *)
3. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
5. Persentase Capaian Produksi Sumber Daya Alam Kemartiman
85% 94,84% 111,58
6. Ocean Health Index 67 65 97,01
4. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
7. Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
60% 57,35% 95,58
8. Persentase Biaya Logistik Nasional 21,5% 23,20% 92,09
Halaman 13
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
Capaian
Terhadap PDB
5. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
9. Indeks Inovasi ≥30 29,72 96,67
10. Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata 35 40 85,71
Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Bussines Process) 97,05
6. Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
11. Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
100% 97,05% 97,05
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth) 101.92
7. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten
12. Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan
70% 94% 134,3
8. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
13. Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
70 65,95 94,21
9. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi
14. Indeks Penyelenggaran Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
2 2,05 102,50
10. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
15. Opini BPK WTP WTP 100
Capaian Total 101,56 %
Keterangan: Capaian sudah dihitung berdasarkan bobot sesuai IKU, SS dan Perspektif
*) Digunakan nilai capaian maksimal 120%
Berdasarkan tabel di atas kemudian setelah dilakukan penghitungan sesuai bobot,
maka nilai capaian kinerja total dan untuk masing-masing perspektif pada setiap
triwulan TA. 2019 adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 8 Nilai Capaian Kinerja Kemenko per Perspektif TA. 2019
Perspektif Bobot
(%) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Stakeholders 15 - - - 120
Customer 25 - - - 97,41
Internal Business Process 40 - 81,48 100 97,05
Learning & Growth 20 97,11 75 - 101,92
97,11 79,32 100 101,56
Pengukuran nilai capaian kinerja Kemenko Marves TA. 2019 dihitung dengan
membandingkan realisasi capaian kinerja pada akhir triwulan dengan target (rencana
Halaman 14
kinerja) yang telah disepakati dan tertuang dalam Perjanjian/Pernyataan Kinerja
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada awal tahun anggaran (bulan Januari).
Pada tabel di atas terlihat bahwa capaian total kinerja Kemenko Kemaritiman
sebesar 101,56 dari target yang ditetapkan.
Tabel 9 Nilai Capaian Kinerja Kemenko per Perspektif Tahun 2014-2019
2015 2016 Perspektif Bobot (%) 2017 2018 2019
- - Stakeholders 15 88,40 105,26 120
- - Customer 25 100,71 120 98,05
- - Internal Business Process 40 92,62 110,09 100
- - Learning & Growth 20 69,74 - 95,98
101,13 108,10 97,55 112,84 102,89
Pada tahun 2015 dan 2016 dalam penetapan target kinerja, belum digunakan
perhitungan berdasarkan 4 (empat) perspektif sebagaimana umumnya dalam sistem
BSC. Perhitungan berdasarkan perspektif lengkap dengan pembobotan dari masing-
masing perspektif, sasaran strategis dan indikator kinerjanya. Pada tahun 2018 tidak ada
perspektif learning and growth. Hal tersebut direncanakan karena untuk perspektif Learning
and growth masuk dalam target kinerja kesekretariatan. Sementara target kinerja
Kementerian hanya pada target kinerja teknis (substansi) yang mendukung outcome
kementerian. Namun pada tahun 2019 learning and growth kembali dimaskan sesuai
dengan saran/rekomendasi dari tim evaluator Kementerian PANRB.
Selama 5 tahun keberadaan kementerian, terlihat bahwa persentase capaian kinerja
naik turun. Fluktuasi capaian ini tidak bisa dibandingkan atau disimpulkan sebagai
capaian yang tidak berkembang/meningkat. Hal ini terjadi karena sasaran strategis
maupun indikator kinerja yang mengalami perubahan. Pada 2 tahun pertama indikator
kinerja lebih cenderung output kegiatan belum mencapai outcome atau impact. Untuk
itulah kemudian dilakukan perubahan sasaran strategis dan indikator kinerja.
Capaian TA. 2019 ini tidak dapat langsung dibandingkan dengan capaian kinerja
tahun-tahun sebelumnya. Pada lampiran 2 terlihat bahwa target kinerja antara tahun
2015 sampai dengan tahun 2019 cukup berbeda signifikan walaupun pas sasaran
strategisnya banyak memiliki kesamaan. Jika capaian kinerja total dibandingkan
langsung, maka akan bias penilaiannya.
Berikut ini dijelaskan masing masing capaian atau progres kinerja pada triwulan II
TA. 2019:
3.1.1 Stakeholders Perspective Perspektif pemangku kepentingan atau stakeholder perspective pada TA. 2019
mempunyai bobot sebesar 15% dari target capaian total, yang terdiri dari 1 (satu) SS dan
2 (dua) IKU yaitu:
Halaman 15
SS.1 Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia melalui
Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
Sasaran yang dimaksud pada SS.1 ini adalah terlaksananya atau negara Indonesia
menjadi pusat atau perhatian/tolak ukur bangsa di dunia dalam mengelola sumber daya
bidang kemaritiman dan menjadikannya sebagai aspek untuk meningkatkan
kesejahteraan dan memakmurkan rakyat. Maksud dari pemerataan pembangunan
adalah usaha memeratakan pembangunan sarana dan prasarana sebagai pemenuhan
rasa keadilan. Sementara peningkatan daya saing bangsa adalah suatu upaya
meningkatkan kapasitas suatu bangsa agar mampu bertahan (survive) dan bersaing di
kancah perdagangan internasional. Sehingga untuk mewujudkan tercapainya SS.1 ini
diperlukan pemerataan pembangunan bidang kemaritiman dan daya saing produk
Indonesia yang bisa bersaing di level internasional.
Tabel 10 Target dan Capaian Sasaran Strategis 1
No Nama IKU Bobot Target Realisasi Capaian
1 Persentase Pertumbuhan PDB Maritim 15 4,00 4,80 120%
2 Peringkat Logistic Performance Index *) - - - -
Capaian kinerja SS.1 15 4,00 4,80 120%
Representasi pelaksanaan target SS.1 dilakukan melalui berbagai bidang
kemaritiman dengan fokus pada penanganan program koordinasi pengembangan
kebijakan di bidang infrastruktur serta sumber daya alam dan jasa. Sasaran strategis 1
(SS.1) dijabarkan dengan 2 indikator kinerja, yaitu; Persentase Pertumubuhan PDB
Maritim dan Logistic Performance Index. IKU.2 Peringkat Logistic Performance Index dinilai
oleh World Bak yang diterbitkan setiap 2 tahun sekali pada tahun genap. Sehingga pada
tahun 2019 tidak ada rilis penilaian.
IKU.1 Persentase Pertumbuhan PDB Maritim
Nilai capaian IKU.1 didapatkan dari perhitungan yang dihasilkan dengan
melakukan penghitungan nilai (produk domestik bruto-PDB) dari sektor-sektor ekonomi
yang masuk dalam ekonomi kemaritiman. PDB adalah jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
tertentu. Sementara ekonomi kemaritiman dapat didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi
yang secara langsung dan/atau tidak langsung terjadi di kawasan perairan (yang
meliputi laut teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedamanan zona ekonomi
ekslusif Indonesia, serta perairan lainnya termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil), dan kegiatan di luar kawasan perairan yang memanfaatkan sumber daya alam
dan lingkungan yang berasal dari perairan, serta kegiatan yang menghasilkan barang dan
jasa untuk dimanfaatkan di periaran. Sehingga PDB Maritim adalah nilai tambah yang
dihasilkan oleh unit produksi yang tercakup dalam ekonomi maritim.
Halaman 16
Untuk menghitung nilai PDB maritim, Kemenko Marves telah membentuk
kelompok kerja yang terdiri dari Kemenko Marves, Badan Pusat Statistik, Kantor Staf
Presiden, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bappenas, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Staf Khusus Presiden, perguruan Tinggi, serta Badan
Pengkajian dan Penerapan teknologi. Pokja ini menentukan definisi dan sektor-sektor
(klaster) yang masuk dalam ekonomi maritim.
Pokja telah berhasil menyusun setor/klaster ekonomi maritim yang dituangkan
dalam Buku Produk Domestik Bruto Kemaritiman Indonesia. Klaster tersebut berisi 11
sektor yang masuk dalam ekonomi maritim, yaitu: perikanan; energi dan sumber daya
mineral; sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; sumber daya non konvensional;
industri bioteknologi; industri kemaritiman; jasa kemaritiman; pariwisata; perhubungan;
bangunan laut; serta pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan keselamatan di
laut. Dari 11 klaster tersebut, terdapat 2 klaster yang perlu konsensus secara konseptual
dan teknis, yaitu klaster sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sumber daya
non konvesional. Dalam buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
ekonomi kemaritiman tersebut direpresentasikan 312 aktivitas ekonomi.
Kemudian berdasarkan buku tersebut, Kemenko Marves bersama dengan LIPI
menyusun Studi Pengukuran Ekonomi Kemaritiman Indonesia. Hasil studi tersebut
menghasilkan nilai PDB kemaritiman Indonesia.
Penghitungan kontribusi PDB Maritim diperoleh dengan menghitung dari tahun
2010 sebagai tahun dasar. Pada tahun 2010 nilai PDB maritim adalah Rp 782 triliun
atau 11,40% dari PDB nasional.
Gambar 5 Grafik Pertumbuhan PDB Kemaritiman terhadap PDB Nasional
Halaman 17
Tabel 11 Target Proyeksi PDB Maritim
Klaster 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Perikanan 175.037 188.095 199.738 212.581 227.568 244.180 256.731 271.930 285.635
ESDM 368.678 370.116 371.597 377.840 382.411 378.4340 390.544 393.278 403.307
Industri Bioteknologi 1.474 1.561 1.644 1.707 1.812 1.903 2.003 2.125 2.249
Industri Maritim 14.069 14.630 14.911 15.779 16.296 16.746 17.250 17.747 18.413
Jasa Maritim 52.484 57.680 63.892 69.994 75.222 82.165 86.348 90.872 97.115
Pariwisata 79.463 85.065 90.211 96.021 103.223 109.344 115.948 124.007 132.923
Perhubungan 43.970 48.134 51.980 56.123 60.770 63.456 66.280 71.132 76.787
Bangunan Laut 12.870 14.023 14.938 15.846 16.946 18.018 18.955 20.237 21.465
Hankam 34.596 36.837 37.699 38.729 39.724 41.615 43.005 43.985 47.073
Total PDB Maritim 782.645 816.145 846.614 884.622 923.976 955.866 997.069 1.035.316 1.084.970
Sumber: diestimasi oleh Kemenko Maritim dan P2Ekonomi-LIPI
Sementara itu pada tahun 2018, diproyeksikan nilai dan kontribusinya terhadap
PDB nasional pada masing-masing klaster bidang Kemaritman sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 12 Proyeksi danShare PDB Maritim terhadap PDB Nasional
Klaster
Nilai
(milyar
rupiah)
Kontribusi terhadap
PDB Maritim
Kontribusi terhadap
PDB Nasional
Nilai (milyar
rupiah)
Kontribusi terhadap
PDB Maritim
Kontribusi terhadap PDB
Nasional
2010 2018
Perikanan 1.766,54 22,59% 2,58% 285.635,61 26,33% 2,74%
ESDM 3.721,54 47,59% 5,43% 403.307,24 37,17% 3,87%
Industri Bioteknologi 148,58 1,90% 0,22% 2.249,66 0,21% 0,02%
Industri Maritim 142,32 1,82% 0,21% 18.413,15 1,70% 0,18%
Jasa Maritim 530,20 6,78% 0,77% 97.115,65 8,95% 0,93%
Pariwisata 802,33 10,26% 1,17% 132.923,18 12,25% 1,28%
Perhubungan 444,18 5,68% 0,65% 76.787,01 8,08% 0,74%
Bangunan Laut 129,81 1,66% 0,19% 21.465,72 1,98% 0,21%
Hankam 349,55 4,47% 0,51% 47.073,63 4,34% 0,45%
PDB Maritim 782.000 1.084.970,85 10,41%
PDB Nasional 6.859.649 10.425.316
Sumber: diestimasi oleh Kemenko Maritim dan P2Ekonomi-LIPI
IKU.2 Peringkat Logistic Performance Index
Pata TA. 2019 IKU.2 ini tidak ditargetkan kaena nilai LPI diterbitkan 2 tahunan
pada tahun genap. Logistic performance Index (LPI) adalah tolok ukur kinerja logistik yang
sederhana, yang dapat mencerminkan dalam perspektif global, apakah sebuah negara
terkoneksi (mendukung kelancaran dan kecepatan distribusi barang logistik) secara
global. LPI diukur berdasarkan enam indikator yaitu:
Halaman 18
1. efisiensi proses clearance di pelabuhan/bandara dan bea cukai (kecepatan,
kemudahan dan terukur secara formal)
2. kondisi infrastruktur perdagangan dan transportasi (pelabuhan, perkeretaapian,
jalanan dan teknologi informasinya)
3. kemudahan mencari kapal pengangkutan barang
4. kompetensi dan kualitas jasa logistik
5. kemudahan proses pelacakan dan penelusuran barang
6. ketepatan waktu.
Berdasarkan data dari LPI yang dikeluarkan tahun 2012 Indonesia berada pada
peringkat 59 dengan score LPI 2,94 atau dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan
Vietnam. Kemudian naik menjadi 3,08 (peringkat 53) pada tahun 2014 dan menurun
pada tahun 2016 dengan 2,98 (peringkat 63).
Dari tren penurunan tersebut, maka pemerintah bertekad, melalui berbagai
kebijakan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia, untuk
memperbaiki nilai LPI. Pada tahun 2018 Indonesia bisa menduduki peringkat 46 dengan
nilai skor 3,15.
Gambar 6 Capaian Peringkat LPI Indonesia
Penilaian Peringkat LPI ini dilakukan dua tahunan, sehingga pada tahun 2019 ini
tidak ditargetkan pencapaiannya.
Beberapa kebijakan yang diharapkan mendukung pencapaian LPI adalah:
1. Pengendalian pembangunan infrastruktur konektivitas dan logisitik
2. Penggunaan sistem teknologi informasi dan program berbasis komputer/internet
Sumber: https://lpi.worldbank.org/
Halaman 19
3. Pemberantasan tindak pidana korupsi/suap dalam proses distribusi logistik
4. Perbaikan upah buruh (dari tingkat tenaga angkut sampai profesional) yang wajar
5. Penyesuaian atau penyederhanaan peraturan dan proses distribusi
6. Pendidikan vokasi kemaritiman/pelaut
7. Pengembangan Biro Klasifikasi
8. Revitalisasi pelayaran rakyat.
3.1.2 Customer Perspective
Perspektif ini terdiri dari 4 SS, dimana sampai dengan triwulan II ini belum ada
yang ditargetkan capaiannya. Bobot Customer Perspective adalah sebesar 25 %.
SS.2 Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang
Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global Terwujudnya Kedaulatan Indonesia adalah terlaksananya hak eksklusif negara
Indonesia untuk menguasai suatu wilayah/negara/daerah dan mengatur
pemerintahannya secara mandiri tanpa intimidasi atau gangguan negara lain. Sementara
negara maritim dapat diartikan sebagai suatu negara yang mempunyai wilayah
kekuasaan laut yang luas serta tersimpan berbagai kekayaan sumber daya alam di
wilayah tersebut serta memanfaatkan sumber daya alam di wilayah laut untuk
kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Selain perwujudan kedaulatan dan koeksistensi sebagai negara maritim, Indonesia
juga diharapkan dapat berperan aktif di tingkat regional dan global. Sehingga Indonesia
dapat atau mempunyai suatu perilaku dan sikap memperhatikan, mendengarkan,
mendukung dan/atau turut terlibat dalam suatu forum-forum kerjasama di bidang
Kemaritiman baik di tingkat regional dan global.
Nilai capaian sasaran strategis 2 (SS.2) adalah 100% yang dilihat dari 2 indikator
kinerja yang dimiliki, yang mana salah satunya telah ditargetkan untuk Triwulan I tahun
anggaran 2019. Masing masing indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 13 Indikator Kinerja SS.2
No Nama IKU Bobot Target Realisasi Capaian
1 Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
6,96 80 86,67 108,34%
2 Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
6,96 50 100 120% *)
Capaian SS.5
*) Digunakan nilai capaian maksimal 120%
Halaman 20
IKU.3 Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level
Internasional
Target persentase inisiasi gagasan indonesia yang diterima di level internasional,
dengan target tahun 2019 sebesar 100%. Indikator ini menghitung persentase jumlah
gagasan, ide, usulan negara Indonesia bidang kemaritiman yang mampu atau dapat
diterima atau dijadikan kebijakan internasional dalam forum atau pertemuan. Inisiasi ini
disampaikan melalui kunjungan dan kegiatan seperti konferensi, seminar, pertemuan,
perundingan, dan berbagai even/cara lainnya.
Selama tahun 2019, Kemenko Kemaritiman telah menyampaikan 15
inisiasi/gagasan ke foruminternasional, baik bilateral, regional, maupun multilateral.
Dari 15 gagasan tersebut, 13 (tiga belas) diantaranya telah diterima, pihal-pihak
ataunegara terkait. Sehingga capaian untuk IKU.3 ini adalah 86,67% atau tercapai
108,34% dari target yang ditetapkan (80%).
Dua inisiasi yang belum diterima/diproses adalah Bilateral Maritim Forum dengan
Amerika Serikat serta negoisasi penetapan batas maritim. Pada kedua tema tersebut,
masih perlu dilakukan pembahasan ulang agar disepakati, karena masing-masing pihak
masih mempunyai agenda/kepentingan yang berbeda yang belum ada titik temunya
Tabel 14 Daftar Inisiasi Gagasan Indonesia di forum Internasional
No Forum Kemaritiman Peran Kemenko Keterangan
Inisiatif Indonesia (Kemenko Bidang Kemaritiman) 1 World Economic Forum
on ASEAN
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Economic Forum on ASEAN 2020. Inisiatif tersebut telah ditindaklanjuti dengan pertemuan bersama pihak WEF
Diterima
2 Penyelesaian Permasalahan FIR (Flight Information Region)
Indonesia mengupayakan dimulainya negosiasi mengenai FIR dengan Singapura melalui pendekatan secara diplomatik, teknis, dan hukum. Pada Oktober 2019 kedua negara mengumumkan dimulainya negosiasi mengenai FIR dan military training area berdasarkan framework agreement yang telah disepakati.
Diterima
3 Memasukan Agenda Ocean ke dalam Perundingan United Nations Framework Climate Change Conference (UNFCCC)
Indonesia menggagas dan mengusulkan proposal “Integrating Ocean- Climate Change Issues into the UNFCCC” kedalam agenda perundingan Perubahan Iklim Global. Pada COP 25 Chile di Madrid 2019 usulan tersebut di terima dan diadopsi kedalam keputusan No. 1 COP 25 United Nations Framework Climate Change Conference (UNFCCC) atau Konferensi PBB untuk Kerangka Kerja Perubahan Iklim untuk resmi menjadi agenda global.
Diterima
Halaman 21
No Forum Kemaritiman Peran Kemenko Keterangan 4 Archipelagic and
Island States (AIS)
Bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia telah menyelenggarakan 4th Senior Official Meeting (SOM), 2nd Ministerial Meeting, dan AIS Forum Startup and Business Summit (AIS SBS) pada 30 Oktober–1 November 2019 di Manado. AIS-SBS dihadiri lebih dari 3000 orang yang menghadiri 26 pertemuan (side-events) dan Expo Ekowisata Bahari dengan 78 exhibitors. Diperoleh dukungan terhadap pengesahan usulan Indonesia berupa AIS Pledge to Ecotourism sebagai himbauan bagi para wisatawan, mendorong agar mereka membeli produk lokal, menghargai kultur lokal, menjaga lingkungan hidup, mengurangi sampah plastik, dan mencegah praktek perdagangan manusia. Disahkannya dokumen Final Outcome yang memuat antara lain dukungan penyelenggaraan KTT AIS Forum pada 2020 di Indonesia
Diterima
5 Pembentukan norma hukum internasional terkait Marine Biological Diversity Beyond Areas of National Jurisdiction (BBNJ)
Kemenko Marves selaku focal point isu konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan terhadap BBNJ, segera menyusun Posisi Pemerintah Indonesia yang akan disampaikan kepada sekretariat IGC sebelum batas akhir masukan tertulis sebagaimana tersebut di atas dan pada IGC- BBNJ ke-4.
Diterima
6 Penyusunan Dokumen dan Submisi Landas Kontinen Indonesia (LKI) di Luar 200 Mil Laut pada Segmen Barat Sumatera
Indonesia dapat menetapkan batas terluar LKI dengan mengajukan usulan perluasan wilayah yurisdiksi di Landas Kontinen di luar 200 Mil sesuai hukum internasional. Indonesia telah mengidentifikasi 3 (tiga) area potensial untuk penetapan batas landas kontinen di luar 200 mil, yaitu di sebelah barat Pulau Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa dan Nusa Tenggara, dan sebelah utara Pulau Papua. Pada segmen sebelah barat Pulau Sumatera (sektor Barat Daya Pulau Sumatera), Indonesia telah melaksanakan usaha perluasan wilayah yurisdiksi nasional melalui submisi ekstensi landas kontinen di bagian barat provinsi ACEH pada tahun 2008. Submisi pada tahun 2008 tersebut telah mendapatkan rekomendasi Komisi Batas Landas Kontinen PBB (United Nations Commission on the Limit of the Continental Shelf - UN-CLCS) pada tanggal 28 Maret 2011. Rekomendasi UN-CLCS tahun 2011 tersebut menambahkan pada wilayah landas kontinen Indonesia di luar 200 Mil, area seluas 4.209 km2.
Diterima
Bilateral / Regional 7 Kerjasama Bilateral
RI-Uni Emirat Arab Pada tahun 2019, Indonesia dan Uni Emirat Arab mempercepat dan menjajaki banyak potensi kerja sama investasi antara lain pembangunan PLTS Terapung Cirata, Pembentukan Indonesia Sovereign Wealth Fund, kerjasama bidang energi, pertanian, pertahanan, maritim, tolerasi, counter terrorism, Pendidikan
Diterima
8 Kerjasama Investasi
Indonesia telah menjajaki potensi kerjasama investasi dengan International Development Finance Cooperation, Global Infrastructure Partners, SoftBank untuk proyek-proyek seperti toll road, infrastruktur, pengembangan startup. Selain itu, dijajaki juga potensi untuk bergabung dalam skema Indonesia Sovereign Wealth Fund.
Diterima
9 Kerjasama Indonesia dengan negara-negara Afrika
Menindaklanjuti IAF 2018, telah dilaksanakan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue 2019 di Bali, dan menghasilkan kesepakatan senilai USD 822 juta dalam bidang kerjasama infrastruktur. Satgas Infrastruktur terus melakukan penjajakan kerjasama dan pada bulan Desember 2019 telah disepakati 3 (tiga) MoU kerjasama lainnya di Tanzania. Di tahun 2020, satgas tersebut akan mengusahakan penjajakan kerjasama investasi di bidang lainnya. Negara-negara Afrika merespon positif terhadap inisiasi Indonesia ini.
Diterima
Halaman 22
No Forum Kemaritiman Peran Kemenko Keterangan 10 BMF RI-US Telah dilakukan pembahasan progres dari Plan of Action, serta
terdapat breakout sessions yang membahas beberapa tema, antara lain: Maritime Domain Awareness, USS Houston, Joint Maritime Research Cooperation, LoA on Law Enforcement, dan Archipelagic & Island States (AIS) Froum. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, akan dilakukan evaluasi berkala di level working group terhadap isu-isu yang masih terkendala.
-
11 Negoisasi Penetapan Batas Maritim
Bagi Indonesia, penetapan batas-batas landas kontinen tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk memperjuangkan wawasan nusantara dan konsep negara kepulauan. Dengan lahirnya UNCLOS 1982, maka Indonesia harus pula menetapkan garis batas zona ekonomi eksklusif. Bagi beberapa negara mitra, batas landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif haruslah digambarkan dalam satu garis yang sama, sedangkan bagi Indonesia dan sesuai dengan hukum internasional, landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif adalah dua rezim hukum yang berbeda sehingga garis batas haruslah berbeda.
-
Internasional (Non Rutin) 12 The Third Meeting
of The Conference of The Parties to The Minamata Convention on Mercury, Genewa, 23 November-1 Desember 2019
Misi utama yang diemban DelRI dalam pertemuan dimaksud, sebagaimana telah diamanatkan oleh presiden RI, adalah memperjuangkan proposal Indonesia untuk menjadi tuan rumah Conference of the Parties ke-4 (COP-4). Konvensi Minamata yang akan diselenggarakan pada 2021 sekaligus memegang posisi Presidency. Peserta COP-3 pada sesi sidang pleno ke-8 secara aklamasi menerima pengajuan Indonesia untuk menjadi tuan rumah COP-4 Konvensi Minamata di Bali dengan jadwal tentative adalah 31 Oktober–5 November 2021. Indonesia akan bekerja sama dengan Colombia dalam melaksanakan COP-4 ini setelah Colombia yang sebelumnya juga mencalonkan diri sebagai tuan rumah menarik pencalonannya dan berbalik mendukung Indonesia.
Diterima
13 Penetapan Bagan Pemisah Lalu Lintas di Selat Sunda dan Selat Lombok
Pada 15 Juli 2018, telah tercapai kata sepakat mengenai substansi dari usulan Indonesia. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyerahan proposal penetapan TSS di Selat Sunda dan Selat Lombok ke IMO pada 16 Juli 2018 melalui KBRI London. Dalam pembahasan di sesi plenary, dua proposal disetujui untuk dilanjutkan dibahas guna adopsi di EG yang selanjutnya menyetujui dan merekomendasikan tanggal implementasi TSS secara penuh berlaku satu (1) tahun setelah diadopsi di Sidang ke-101 IMO Maritime Safety Committee (MSC) pada Juni 2019.
Diterima
Internasional (Rutin) 14 Penguatan Peran
Indonesia Di International Seabed Authority Dengan Turut Aktif Dalam Sidang Dewan ISA
1. Indonesia mengingatkan kembali fungsi Dewan ISA untuk menfasilitasi diskusi yang terarah dan mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan muatan ketentuan-ketentuan dengan mengacu pada mandat ISA, serta hak dan kepentigan negara pihak sesuai UNCLOS 1982, terutama dalam hal perlindungan hak dan kepentingan negara pantai serta perluasan kesempatan bagi negara berkembang dalam melaksanakan aktivitas di KDLI; dan
2. Indonesia menekankan pentingnya interaksi positif antara negara pihak dan regional group dengan ISA guna mendorong bekerjasama dan meningkatkan kontribusi dalam pembahasan kerangka regulasi dan proses pengambilan keputusan di ISA. Dalam hal ini, Indonesia juga mendorong ISA untuk terus meningkatkan engagement dengan seluruh group regional, terutama terkait diskusi pembentukan Regional Environment Management Plan.
Diterima
Halaman 23
No Forum Kemaritiman Peran Kemenko Keterangan 15 Peran Aktif Indonesia
Dalam Standardisasi dan Percepatan Penamaan Rupabumi
Turut Serta Dalam Forum United Nations Group Of Expert On Geographical Names (UNGEGN) Delegasi Republik Indonesia (Delri) Telah Mendaftarkan 2.590 Nama Pulau Ke UNGEGN. Dalam penamaan rupabumi yang telah diverifikasi dan divalidasi sebagai capaian akhir sampai tahun 2019 sejumlah 17.491 pulau
Diterima
Berbagai upaya dan kegiatan sudah dilaksanakan dalam mewujudkan tercapainya
IKU.11 ini. Berbagai kunjungan dan kegiatan seperti konferensi, seminar, pertemuan,
perundingan dengan berbagai hal lainnya sudah dihadiri atau diselenggarakan dalam
rangka imemperjuangkan lolosnya inisiasi gagasan kemaritiman di internasional.
Indonesia memiliki kepentingan yang besar terhadap pengelolaan kelautan, baik
yang berskala nasional, bilateral, regional, maupun internasional. Kepentingan tersebut
semata karena lautan menjadi salah satu sumber utama perikehidupan negara Indonesia
yang 2/3 wilayahnya merupakan laut. Untuk itu, maka Pemerintah Indonesia terlibat
aktif di berbagai forum kemaritiman untuk memastikan bahwa kepentingan Indonesia
di bidang kelautan dapat terakomodir, terlebih lagi menunjukan kepemimpinan
(leadership) Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dan negara yang
memiliki sejarah maritim yang kuat. Keterlibatan itu dilaksanakan dengan aktif
menyusun gagasan dan menyampaikannya kepada pihak intrnasional.
Dukungan Kemenko Kemaritiman dalam memperjuangkan gagasan di tingkat
internasional serta muntuk mempertahankan kedaulatan maritim sangat tinggi.
Kemenko telah menganggarkan untuk hal tersebut pada tahun 2019 sebesar Rp
24.678.824.400,- atau 10,26% dari pagu total Kementerian. Realisasi dari anggaran
tersebut pada tahun 2019 sebesar Rp 23.886.553.712 atau 96,79% dari pagu.
Sebagai tindaklanjut ke depan untuk perbaikan, maka dalam penyampaian
inisiasi/usulan maka perlu dipersiapkan dokumen dengan data dukung dan dasar hukm
yang lengkap, jelas dan disusun dengan bahasa yang baik dan komunikatif.
IKU.4 Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
Tujuan indikator ini adalah untuk mengukur efektivitas penanganan/pengendalian
pelanggaran di bidang kedaulatan maritim, sehingga jumlah pelanggaran di wilayah
NKRI menurun. IKU ini merupakan IKU yang baru ditetapkan pada tahun 2019. Pada
tahun 2017 terapat IKU yang mirip, yaitu: menurunnya pelanggaran kedaulatan
maritim.
Pelanggaran kedaulatan maritim yang dimaksud adalah segala jenis pelanggaran
tehadap hukum dan kedaulatan maritim nasional, baik dalam bentuk pelanggaran tapal
batas maupun eksploitasi sumber daya alam dan manusia secara ilegal/tanpa izin oleh
pihak asing (negara, individu, perusahaan atau lembaga lainnya) pada wilayah
kedaulatan Republik Indonesia terutama dalam area perbatasan negara. Dalam
Halaman 24
penanganan pelanggaran kedualatan maritim, mengacu pada undang-undang dan
peraturan dalam negeri, serta United Nations Convention On The Law Of The Sea
(UNCLOS) atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut.
Berdasarkan operasi yang dilaksanakan oleh Badan Keamanan Laut, maka pada
tahun 2019 telah terjadi tindak kegiatan pelanggaran kedaulatan maritim, yaitu
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 15 Jumlah dan Jenis Pelanggaran Tahun 2019
Dari tabel di atas maka dapat
diketahui persentase penanganan
pelanggaran kedaulatan maritim
adalah 100% (telah) ditangani 29
perkara dari 29 perkara yang
teridentifikasi. Sehingga capaian
IKU.4 ini adalah 200% dari target
(50%).
Tabel 16 Proses Penanganan Pelanggaran Tahun 2019
NO INSTANSI P-21 SP3 SPSA Tidak Proses
Lanjut Proses
Penyidikan Jumlah perkara
1 TNI - AL 2 1 2 5
2 Polri 3 4 8 2 17
3 PSDKP / DKP 1 1 2
4 Bea Cukai 2 2
5 Kementerian KLHK 1 1
6 Disnaker Babel 1 1
7 Disperindag Batam 1 1
8 KSOP 0
JUMLAH 7 6 0 10 6 29
Tabel 17 Jumlah dan Jenis Pelanggaran Tahun 2018
No Proses
Penyelidikan Jumlah
Pelanggaran Jenis
Pelanggaran Jumlah
Penanganan
1 P-21 16 Perikanan 20
2 SP3 2 Pelayaran 4
3 SPSA/SPP 2 Keimigrasian -
4 Pembinaan/Dilepas 7 Kepabeanan 2
5 Dalam proses - Migas 1
Jumlah perkara 27 Jumlah 27
Proses Penanganan Jumlah Jenis
Pelanggaran Jumlah
Penanganan
P-21 7 Perikanan 2
SP3 6 Pelayaran 4
SPSA - Keimigrasian
Tidak Proses Lanjut 10 Kepabeanan 2
Dalam proses 6 Migas 18
Belum ditindaklanjuti TP Lainnya 3
Jumlah perkara 29 29
Halaman 25
Dari data pada tahun 2018 dan 2019, jumlah kasus/perkara tidak berbeda jauh,
namun terjadi perubahan yang cukup signifikan pada jenis/bidang pelanggaran,
terutama pada bidang perikanan dan minyak dan gas. Penurunan pelanggaran bidang
perikanan terutama disebabkan efektifitas operasi illegal fishing. Sementara kenaikan
tinggi pada bidang migas terjadi karena meningkatnya aktifitas penjualan BBM ilegal,
baik penjualan BBM subsidi maupun tanpa kelengkapan dokumen yang sesuai.
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi atau menanganai pelanggaran tersebut,
Bakamla sedang menyusun dan merancanga konsep kebijakan integrasi sistem
informasi dan sistem peringatan dini keamanan laut nasional.
SS.3 Meningkatnya Nilai Tambah Sumberdaya Alam dan Jasa
Maritim Secara Berkelanjutan
Pengertian meningkatnya nilai tambah adalah bertambahnya nilai manfaat suatu
produk barang dan/atau jasa setelah mendapatkan perlakuan tambahan dari suatu
proses. Sementara sumberdaya alam dan jasa maritim adalah segala sesuatu yang
memiliki ekonomis, bersumber dari laut dan sekitarnya yang dapat berbentuk/berupa
produk barang atau jasa. Dalam pemanfaatan dan peningkatan nilai tambah tersebut,
tidak boleh mengabaikan keberlanjutannya.
Secara berkelanjutan adalah suatu proses produksi barang/jasa yang terus menerus
dilakukan perbaikan/pengembangan menuju hasil lebih baik dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek hak alam, lingkungan, sosiologi, kesehatan dan lain-lain.
SS.3 ini memiliki 2 (dua) IKU yaitu sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 18 Daftar Target SS.3
No Nama IKU Bobot Target Realisasi Capaian
1 Persentase Capaian Produksi Sumber daya Alam Kemaritiman
6,96 85,00 94,84 111,58%
2 Ocean Health Index 3,48 67,00 65,00 97,01%
Capaian SS.5 104,30%
Dari 2 IKU pada SS.3 ini, terdapat 1 (satu) IKU yang baru ditetapkan pada tahun 2019,
yaitu IKU.6: Ocean Health Index. Sementara IKU.5 merupakan perbaikan redaksi dari
IKU.8 tahun 2018 yaitu: Persentase produksi SDA bidang maritim sesuai target.
IKU.5 Persentase Capaian Produksi SDA Kemaritiman
Indikator ini diwujudkan dalam persentase jumlah produksi yang dihasilkan di
bidang sumber daya alam maritim sesuai target, antara lain: produksi perikanan, hutan
mangrove, terumbu karang, produksi mineral dan batu bara, produksi minyak dan gas
Halaman 26
bumi. Formula yang digunakan dalam penghitungan nilai capaian indikator ini adalah
membandingkan (mempersentasekan) jumlah produksi yang dihasilkan sumber daya
alam kemaritiman yang terhadap jumlah produksi sumber daya alam kemaritiman yang
ditargetkan dalam RPJMN dan/atau RKP. Target persentase capaian produksi SDA
Kemaritiman tahun 2019 sebesar 80%.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2017
tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 dan RPJMN 2014-2019, target dari
SDA yang dimaksud adalah sebagaiamana tabel 13di bawah ini:
Tabel 19 Realisasi Produksi Sumber Daya Alam
No Indikator Satuan Target Realisasi Persentase Penyesuaian
1 Minyak Bumi ribu barel/hari 800 772 100 100%
2 Gas Bumi SBM/hari 1.295 1261 100 100%
3 Batubara juta ton 406 558 100.00%
4 Produksi ikan
(tidak termasuk rumput laut)
juta ton 17.4 14.13 81.21 81.21%
5 Nilai Devisa Pariwisata Milliar USD 20 19.3 96.50 96.50%
Persentase Produksi SDA dan Jasa Bidang Kemaritiman 94,84%
Sumber : RKP Tahun 2018; RPJMN 2014 – 2019
Tabel 20 Target Produksi Sumber Daya Alam
No Indikator Satuan 2017 2018 2019
1 Minyak Bumi ribu barel/hari 815 800 700
2 Gas Bumi SBM/hari 1150 1200 1.295
3 Batubara Juta ton 413 406 400
4 Produksi ikan (tidak termasuk rumput laut) Juta ton 16,04 17,36 18.8
IKU.6 Ocean Health Index
Ocean Health Index (OHI) atau Indeks kesehatan Laut adalah nilai yang digunakan
untuk mengukur kualitas kesehatan lingkungan laut. Nilai OHI menunjukan seberapa
sehat laut, dan bagaimana pengelolaannya untuk keberlanjutan laut di masa depan.
Dalam penilaian OHI dibutuhkan pendekatan penilaian untuk mengevaluasi kondisi
laut saat ini secara komprehensif (menyeluruh) mulai dari sisi/perpsektif sosial, ekononi
dan lingkungan alam. Laut yang sehat berdasarkan OHI adalah laut yang dapat
bermanfaat bagi manusia secara terus menerus (berlanjut) sampai masa mendatang.
Halaman 27
Nilai atau skor OHI adalah dari 0–100. Penilaian ini dikembangkan oleh ilmuwan
(Halpern et al, 2012, Nature) dan secara global telah dimulai penilaiannya sejak tahin
2012 (Halpern et al., 2015, PLOS One; Halpern et al. in review).
Rincian komponen
dalam penilaian OHI adalah:
penyediaan pangan, peluang
pada perikanan tradisional,
produk alam, penyediaan
karbon, perlindungan pantai,
Mata pencaharian dan
ekonomi masyarakat pesisir,
pariwisata, rasa memiliki
pada tempat/lokasi, air
bersih, keanekaragaman
hayati. Dari keseluruhan penilaian pada indikator-indikator
tersebut, pada tahun 2019 nilai OHI Indonesia adalah 65 atau berada pada urutan 137
dari 221 wilayah penghitungan di seluruh dunia. Nilai ini menurun dibandingkan pada
tahun 2018 (67) dan berada pada peringkat 113 dari 221 negara (wilayah).
Tabel 21 Peringkat OHI Indonesia
Gambar 7 Capaian Ocean Health Index Indonesia Tahun 2018
Sumber: http://www.oceanhealthindex.org/region-scores/scores/indonesia
Halaman 28
SS.4 Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan
Infrastruktur Poros Maritim
Sasaran strategis ini tidak ditargetkan sehingga tidak ada nilai capaian kinerja.
Maksud dari sasaran strategis ini adalah terlaksananya pembangunan sarana dan
prasarana (infrastruktur) bidang maritim secara cepat dan merata di wilayah negara
Indonesia. Sasaran strategis ini memiliki 2 (dua) indikator kinerja sebagaimana tabel
berikut ini:
Tabel 22 Target Indikator Kinerja SS.4
No Nama IKU Bobot Target Realisasi Capaian
1 Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
9,57 60 57,35 95,58%
2 Persentase Biaya Logistik Nasional terhadap PDB
6,96 21,50 23,20 92,09%
Capaian SS.5 93,84%
Rincian capaian SS.4 berdasarkan IKU adalah sebagai berikut:
IKU.7 Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan
Timur Indonesia
IKU.7 ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai (persentase) realisasi investasi bidang
infrastruktur maritim di kawasan timur Indonesia terhadap realisasi investasi bidang
infrastruktur maritim se-Indonesia. Target IKU.7 ini pada tahun 2019 adalah 60%. IKU
ini merupakan pengembangan/perbaikan dari IKU.4 tahun 2017: Pertumbuhan
investasi infrastruktur poros maritim.
Gambar 8 Nilai PDB Indonesia per Wilayah Nilai investasi yang dihitung
adalah dari sektor-sektor
infrastruktur yamg menunjang
dalam
pembangunan/terwujudnya
poros maritim, atau sektor yang
menunjang pembangunan di
bidang kemaritiman. Data
(sektor) yang digunakan adalah
berdasarkan data BPS yang tercantum dalam KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia). Data realisasi investasi yang digunakan untuk menghitung realisasi investasi
di Kawasan Timur Indonesia adalah data investasi yang bersumber dari Penanam
Modal Asing (PMA) periode Januari–September 2019 (saat laporan capaian disusun,
data per 31 Desember 2019 belum terbit).
Tabel 23 Nilai Investasi di Kawasan Barat Indonesia, Januari-September 2019
Halaman 29
No Provinsi Nilai Investasi
(Ribu US$)
No Provinsi Nilai Investasi
(Ribu US$)
1 Aceh 423.617 17 Bali 288.333,9
2 Banten 2.017.793 18 Gorontalo 87.207,0
3 Bengkulu 372.579 19 Kalimantan Barat 148.277,9
4 Daerah Istimewa Yogyakarta 4.957 20 Kalimantan Selatan 1.525.778,1
5 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 3.849.866 21 Kalimantan Tengah 135.542,5
6 Jambi 1.535.137 22 Kalimantan Timur 8.350.665,3
7 Jawa Barat 3.468.084 23 Kalimantan Utara 778.489,2
8 Jawa Tengah 128.155 24 Maluku 29.984,4
9 Jawa Timur 393.339 25 Maluku Utara 1.129.059,1
10 Kepulauan Bangka Belitung 359.876 26 Nusa Tenggara Barat 1.271.643,5
11 Kepulauan Riau 863.698 17 Nusa Tenggara Timur 76.071,9
12 Lampung 99.169 28 Papua 45.433,7
13 Riau 427.655 29 Papua Barat 9.786,8
14 Sumatera Barat 104.855 30 Sulawesi Barat 6.513,1
15 Sumatera Selatan 1.238.706 31 Sulawesi Selatan 126.519,6
16 Sumatera Utara 756.886 32 Sulawesi Tengah 795.882,3
33 Sulawesi Tenggara 2.270.318,8
34 Sulawesi Utara 4.497.691,0
TOTAL 16.044.371 TOTAL 21.573.198,1
TOTAL INVESTASI MARITIM NASIONAL 37.617.569,4
Sumber: (Data BKPM 2019, diolah)
Berdasarkan tabel dibawah total investasi yang masuk ke kawasan barat Indonesia
sebesar US$ 16,044 milyar. Investasi yang paling besar berada di provinsi DKI Jakarta,
terbesar kedua provinsi Jawa Barat, urutan ketiga provinsi Banten dan keempat ada
provinsi Sumatera Selatan. Sebaran investasi masih berpusat di DKI Jakarta dan Jawa
Barat hal ini dikarenakan kondisi geografis yang berdekatan antar kedua provinsi serta
infrastruktur penunjang yang sangat lengkap dan maju, serta dekat dengan pusat
pemerintahan (perijinan). Sementara itu total investasi di Kawasan Timur Indonesia
sebesar US$ 21,573 milyar. Investasi yang paling besar berada di Kalimantan Timur,
terbesar kedua Sulawesi Utara, urutan ketiga Sulawesi Tenggara dan keempat ada
Kalimantan Selatan.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa realisasi investasi di kawasan
timur Indonesia sebesar 57,35% sedangkan kawasan barat Indonesia sebesar 42,65%.
Sehingga jika dibandingkan dengan target dalam IKU (60%), maka capaian IKU.7 ini
adalah 95,58%.
IKU.8 Persentase Biaya Logistik Nasional terhadap PDB Biaya logistik mencakup semua komponen biaya untuk aktivitas pergerakan
barang dalam rangkaian proses rantai pasok (distribusi) barang/produk. Aktifitas
tersebut mulai dari pemasok ke pabrik, gudang pabrik ke distributor, distributor ke
pengecer, dan pengecer ke konsumen akhir, sesuai dengan sistem saluran distribusi
Halaman 30
perusahaan masing-masing. Semakin efisien biaya logistik dalam proses rantai pasok,
maka harga produk akhir akan semakin kompetitif.
Persentase Biaya Logistik Nasional terhadap PDB adalah merupakan presentase
besaran nilai/biaya logistik nasional terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). IKU ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi biaya logistik terhadap PDB
nasional. Semakin kecil nilainya maka akan semakin baik. Kecilnya persentase biaya
logistik menandakan semakin efisiennya biaya logistik.
Gambar 9 Grafik Indeks Logistik ASEAN Target IKU ini pada tahun 2019
adalah maksimal 21,50%. Sehingga
nilai persentase biaya logistiknya sama
atau lebih kecil dari 21,50% maka
capaiannya adalah di atas 100% atau
sangat baik. Sementara itu di
Indonesia pada tahun 2018 nilai
tersebut masih berada pada angka
24%.
Pada tahun 2019, nilai
persentase biaya logistik terhadap
PDB nasional adalah 23,2% (data
Bappenas dalam Dokumen RPJMN).
Sehingga capaian IKU.8 ini adalah 92,09% dari target. Nilai capaian ini masih lebih
tinggi (lebih tidak efisien) 1,7% dibandingkan dengan target.
Mahalnya biaya logistik terutama terjadi di Indonesia bagian timur. Hal ini disebabkan
tidak meratanya pembangunan infrastruktur di beberapa daerah. Meskipun begitu, usaha
pemerintah membangun infrastruktur selama empat tahun terakhir cukup membantu
mengurangi kesenjangan di daerah-daerah tersebut. Negara Asia lainnya yang memiliki
biaya logistik tinggi adalah Vietnam, Thailand, dan Tiongkok. Secara berturut-turut
biaya logistik dari Vietnam mencapai 20% PDB, Thailand 15% PDB, dan Tiongkok 14%
dari PDB. Sementara itu, biaya logistik di Malaysia, Filipina, dan India sebesar 13%
terhadap PDB, Taiwan dan Korea Selatan sebesar 9% terhadap PDB, sedangkan
Singapura dan Jepang sebesar 8% terhadap PDB.
Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya yang mempunyai
kapitalisasi ekonomi besar, peringkat LPI (logistic performance index) Indonesia hanya
menang dengan Filipina dan Kamboja.
Tabel 24 Peringkat LPI di ASEAN
Negara 2014 2016 2018
Singapoura 5 5 7
Malaysia 25 32 41
Thailand 35 45 32
Vietnam 48 64 39
Halaman 31
Nilai atau peringkat LPI mempengaruhi
biaya logistik. Semakin tinggi nilai/indeks LPI,
akan semakin rendah biaya logistiknya. LPI
mengukur efisiensi on-the-ground rantai suplai perdagangan atau kinerja logistik. Rantai
suplai merupakan tulang punggung perdagangan dan bisnis internasional.
Tabel 25 Nilai Biaya/Indeks Logistik terhadap PDB
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Target Biaya Logistik terhadap PDB 23,6% 22% 21,5% 21% 19,2%
2 Realisasi Biaya Logistik terhadap PDB 24% 25% 24% 23,5% 24% 23,20%
3 Indeks LPI 3,08 - 2,98 - 3,15 -
4 Peringkat LPI 53 - 63 - 46 -
Data diolah dari berbagai sumber
Kajian Bank Dunia bekerjasama dengan Pusat Kajian Logistik ITB pada tahun
2013 tentang biaya logistik nasional, menunjukkan bahwa rerata biaya logistik Indonesia
selama tahun 2004-2011 mencapai 26,64% dari PDB (BPPP Kemendag RI, 2017).
Dari tabel 12 dan gambar 3, terlihat bahwa biaya logistik berbanding dengan PDB
Indonesia cenderung mengalami penurunan. Namun angka penurunannya belum
signifikan. Realisasi tersebut masih cukup jauh jika dibandingkan dengan target yang
ditetapkan pada tahun 2004.
Gambar 10 Biaya Logistik dan Nilai PDB Indonesia Tahun 2004-2011
Biaya logistik yang tinggi akan mempengaruhi investor untuk menghindari
berinvestasi di negara tersebut. Hal ini terjadi karena keuntungan yang didapat lebih
Indonesia 57 63 46
Filipina 53 71 60
Kamboja 83 73 98
Halaman 32
kecil dibandingkan melakukan investasi di negara lain. Meski begitu kelanjutan
pembangunan infrastruktur masih jadi prioritas lima tahun mendatang. Itu akan cukup
meningkatkan sektor transportasi nasional serta mengikuti perkembangan teknologi
dengan melakukan transformasi digital.
Salah satu upaya penurunan biaya logistik tersebut adalah melalui program Tol
Laut. Tol Laut difokuskan pada: (i) peningkatan pelayanan angkutan perintis laut
dengan 104 kapal perintis untuk menghubungkan pulau besar dan pulau-pulau kecil
pada 193 lintas subsidi perintis angkatan laut serta pengadaan 50 unit sarana kapal
penyeberangan perintis; (ii) pengembangan 24 pelabuhan, termasuk Bitung dan Kuala
Tanjung sebagai New International Hub serta pengembangan 60 dermaga
penyeberangan.
Selain itu juga dikembangkan 4 (empat) Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan pembangunan kereta pelabuhan. KPBPB bertujuan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir ketimpangan antara kawasan barat dan timur Indonesia. Pembangunan
kereta pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan besar yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung,
Belawan, Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Teluk Lamong dan
Penyeberangan Merak– Bakauheni.
SS.5 Menguatnya Jati Diri Indonesia Sebagai Bangsa Bahari yang
Inovatif, Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
Maksud dari sasaran strategis ini adalah bertambah kuat nya jiwa semangat, daya
gerak, budaya, ciri khas bangsa Indonesia yang bercirikan/berkaitan dengan kelautan.
Inovatifadalah kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan
keahlian untuk menghasilkan karya baru. Berkarakter dan berbudaya nusantara adalah
bangsa/kelompok yang memiliki watak, akal budi dan jiwa nusantara. Pada Triwulan I
TA. 2019, sasaran strategis ini tidak ditargetkan. Sasaran strategis ini memiliki 2 (dua)
IKU sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 26 Target Indikator Kinerja SS.5
No Nama IKU Bobot Target Realisasi Capaian
1 Indeks Inovasi 6,96 30 29 96,67%
2 Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata 6,96 35 40 85,71%
Capaian SS.5 91,19%
IKU.9 Indeks Inovasi
Nilai Indeks Inovasi adalah merupakan hasil survei dengan menggunakan 81
indikator untuk mengukur kemampuan inovasi dan hasil dihasilkan suatu negara. Target
IKU ini pada tahun 2019 adalah 30. Indeks inovasi pertama kali diperkenalkan dan
dihitung pada tahun 2014 di New Delhi India. Indeks inovasi telah diukur di 143
Halaman 33
negara di seluruh dunia. Indeks Inovasi menjadi benchmarking terkemuka untuk
eksekutif bisnis, pembuat kebijakan dan pemerhati yang ingin mengetahui tingkat
inovasi sebuah negara. Indeks inovasi diukur oleh lembaga seperti World Intellectual
Property Organization; Cornell University; dan INSEAD.
Tabel 27 Rincian Komponen Penilaian Indeks Inovasi Indonesia
Pada tahun 2017 peringkat indeks inovasi Indonesia adalah 87, sedangkan pada
tahun 2018 dan 2019 sama pada peringkat 85. Namun disayangkan pada Innovation
Output Sub-Index tahun 2019 justru menurun dari peringkat 73 pada tahun 2018 menjadi
peringkat 78, menunjukkan adanya pelemahan output dari inovasi yang dihasilkan
Indonesia.
Gambar 11 Nilai dan Peringkat Indonesia pada Indeks Inovasi Global
Tabel 28 Peringkat Indeks Inovasi Global, Sub Indeks
No Komponen Nilai Peringkat
1 Kelembagaan (Institusi) 53,2 99
2 Sumber Daya Manusia dan Penelitian (Human Capital & Research)
21,3 90
3 Infrastruktur 44,2 75
4 Kecanggihan Pasar (Market Sophistication) 48,80 64
5 Kecanggihan Pasar (Business Sophistication) 25,7 95
6 Keluaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Konowledge & Technology Outputs)
17,6 82
7 Keluaran Kreatif (Creative Outputs) 24,00 76
Tahun Skor Global Inovation Index
Peringkat Global Inovation Index
Peringkat Global Innovation Input Index
Peringkat Global Innovation Output Index
Halaman 34
Kemampuan Indonesia menghasilkan produk yang ber-value added tinggi dan
innovation capability, hanya di urutan 74 dunia (Singapura #13, Malaysia #30, Thailand
#50). Kondisi ini menjadi early warning, karena untuk lepas dari middle income trap, perlu
memiliki industri yang memberikan value-added tinggi.
Pada tahun 2020, pengeluaran R&D Cina berencana meningkatkan hingga 2,5%
PDB (setara dengan US$ 387 miliar). Data Scival (database publikasi ilmiah dengan
cakupan lebih dari 14.000 lembaga riset dan 48 juta karya ilmiah) menunjukkan bahwa
kuantitas publikasi ilmuwan China sangat dominan. Untuk Artificial Intelligence (AI),
dihasilkan 95.722 karya ilmiah sepanjang 2009-2018 (sebagai perbandingan, semua topik
karya ilmiah yang dihasilkan ilmuwan Indonesia pada periode yang sama sebesar 99.795
buah). Maka tidaklah aneh jik asaat ini produk-produk Cina bisa merajai dunia, baik
dalam hal jumlah (volume) maupun jenis barang. Sudah banyak teknologi baru yang
dihasilkan Cina.
Untuk meningkatkan hal tersebut, maka direkomendasikan atau dibutuhkan
beberapa hal, di antaranya yaitu:
1. Dibutuhkan lebih besar lagi dukungan pemerintah dalam aktivitas R&D, mulai dari
pendidikan dan bantuan sarana prasarana teknologi yang dapat mendorong
penciptaan inovasi dengan output mulai dari peningkatan publikasi ilmiah, kebijakan
berbasis inovasi, dan peningkatan daya saing;
2. Diperlukan:
a. kolaborasi yang baik dan intensif antara pemerintah dan swasta dalam mendukung
pengembangan inovasi di berbagai sektor;
b. intervensi pemerintah melalui penerapan langkah strategis yang juga dapat
memberikan manfaat berkelanjutan bagi perekonomian nasional;
c. pembenahan dari awal seperti penentuan ide penelitian harus didasarkan pada
tinjauan riset pasar, kesiapan manufaktur, dan kesiapan pelayanan purna jual.
d. dukungan infrastruktur litbang yang memadai baik dari aspek technoware,
humanware, infoware, maupun orgaware;
e. penanaman iklim inovasi yang dapat meningkatkan kinerja, yaitu dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dari sisi pendidikan;
f. pendampingan dan perubahan pola pikir bahwa inovasi yang diciptakannya itu
sangat dibutuhkan negara dalam menangani isu, serta didorong untuk belajar lebih
tinggi lagi agar dapat menguasai inovasi yang lebih canggih lagi.
2015 29,80 97 114 85
2016 29,07 88 99 76
2017 30,10 87 99 73
2018 29,80 85 90 73
2019 29,72 85 87 78
Halaman 35
3. Peninjauan ulang kebijakan pembatasan merek dan kemasan secara global yang
mungkin akan melambatkan produksi dalam negeri, menguatkan perdangan barang
palsu, impor produk asing, dan parahnya menjadi ancaman anti-inovasi;
IKU.10 Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata
Peringkat indeks daya saing pariwisata adalah indeks yang mengukur faktor-faktor
dan kebijakan pemerintah yang bisa mengembangkan sektor pariwisata dan perjalanan
suatu negara. Tujuan pengukuran indeks daya saing pariwisata adalah agar nilai atas
faktor-faktor yang mendukung industri pariwisata bisa menjadi lebih
berkesinambungan, kompetitif dan berkontribusi bagi pembangunan negara, terutama
terkait alam dan komunitas lokal di dalamnya.
Indeks daya saing pariwisata terdiri dari 4 (empat) sub indeks: yaitu: Enabling
Environment (iklim yang mendukung), Travel and Tourism Policy and Enabling Conditiong
(kebijakan dan kondisi yang mendukung pariwisata), Infrastruktur, dan Sumber Daya
Alam dan Budaya. Empat sub-indeks ini kemudian memiliki 14 pilar lain, serta 90
indikator. Masing-masing indikator dan pilar tersebut memiliki angka dan ukuran
tersendiri. Empat pilar pengukuran indeks tersebut adalah:
1. Iklim yang mendukung (Iklim bisnis, keamanan dan keselamatan, kesehatan dan
kebersihan, sumber daya manusia & pasar pekerja, dan kesiapan teknologi informasi
dan komunikasi);
2. Kebijakan dan kondisi yang mendukung pariwisata (memprioritaskan sektor
pariwisata & perjalanan, keterbukaan internasional, daya saing harga dan
keberkelanjutan lingkungan);
3. Infrastruktur (transportasi udara, transportasi darat dan laut, pelayanan wisatawan);
4. Sumber daya alam dan budaya serta bisnis perjalanan (travel).
Indeks Daya Saing Pariwisata sudah diukur pada 136 negara di seluruh dunia.
Pada tahun 2017 peringkat Indonesia adalah 42, dan pada tahun 2019 ditargetkan pada
urutan 35. Indeks ini diterbitkan oleh Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI)
setiap 2 tahun sekali.
Berdasarkan TTCI tahun 2019 Indonesia menempati peringkat 40 (target tercapai
87,5%) dari 140 negara, naik 2 peringkat dari tahun 2017 (42) dan 10 peringkat dari
tahun 2015 (50). Untuk regional Asia-Pasifik Indonesia menempati urutan 12 dari 22
negara urutan 4 dari 10 negara di regional ASEAN, dengan skor rata-rata 4,3 dengan
range penilaian 1-7.
Gambar 12 Grafik trend Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia
Halaman 36
Sumber: World Economic Forum
Pilar yang menjadi keunggulan utama bagi daya saing pariwisata Indonesia
adalah: daya saing harga (peringkat 6 dunia dengan skor 6,2); dukungan kebijakan yang
menjadikan sektor pariwisata sebagai prirotas (skor 5,9 dan peringkat 10 dunia); dan
keterbukaan internasional (peringkat 16 dunia dengan skor 4,3). Melihat pada data pada
TTCI 2015 dan 2017 di mana pilar daya saing harga dan memprioritaskan sektor
pariwisata selalu menjadi keunggulan utama, serta keterbukaan internasional
menggantikan pilar sumber daya alam pada tahun 2015 dan 2017, maka dapat
disimpulkan Indonesia telah:
1. Menyajikan daya saing harga yang kompetitif dibandingkan dengan negara lain
dengan tolak ukur penilaian harga tiket pesawat, pajak bandara, rate hotel per malam,
biaya bahan bakar minyak. Hal ini juga dipengaruhi oleh nilai rupiah yang rendah
dibandingkan dengan mata uang asal wisatawan sehingga biaya wisata lebih murah;
2. Menjadikan pengembangan pariwisata sebagai prioritas nasional dengan kebijakan
pengembangan 10 Destinasi Prioritas;
3. Memberikan kemudahan pada pembuatan visa, serta telah terbuka terhadap berbagai
kerjasama dengan negara-negara lain, diantaranya adalah kerja sama perihal Air
Service Agreements (ASA) dan perdagangan luar negeri.
Sementara itu 3 (tiga) pilar yang menjadi kelemahan utama bagi daya saing
pariwisata Indonesia adalah Infrastruktur pelayanan wisatawan (peringkat 98 dunia
dengan skor 3,1), kesehatan dan kebersihan (peringkat 102 dunia dengan skor 4,5), dan
lingkungan yang berkelanjutan (peringkat 135 dunia dengan skor 3,5). Aspek
infrastruktur pelayanan wisatawan, kesehatan dan kebersihan dan lingkungan yang
berkelanjutan telah menjadi kelemahan Indonesia sejak tahun 2015. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa:
1. Belum maksimalnya infrastruktur pelayanan wisatawan (ketersediaan kamar hotel,
kualitas infrastruktur pariwisata, ketersediaan perusahaan sewa mobil, dan jumlah
mesin ATM yang memadai);
2. Belum baiknya kondisi kesehatan dan kebersihan di Indonesia yang disebabkan oleh
Halaman 37
tingginya tingkat kepadatan penduduk, tingginya privalensi malaria dan HIV (usia 15-
49) serta tidak memadainya kualitas dan kuantitas fasilitas kebersihan (kamar
mandi/toilet), akses terhadap air bersih, dan jumlah kamar rumah sakit;
3. Pengembangan pembangunan Indonesia, baik secara umum maupun khusus di sektor
pariwisata belum mengaplikasikan prinspip pembangunan berkelanjutan secara
maksimal, hal ini diukur dengan beberapa indikator diantaranya belum banyaknya
payung hukum di bidang lingkungan, penegakan kebijakan di bidang lingkungan,
kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan dan kualitas udara secara umum.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kemenko Marves dalam meningkatkan
peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata adalah sebagai berikut:
1. Penerbitan dan penerapan peraturan (Perpres No. 83 tahun 2018 tentang Sampah
Laut; Perpres No. 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum; dan Perpres No. 9 tahun 2019 tentang
Pengembangan Taman Bumi (Geopark) sebagai salah bentuk implementasi
pengelolaan destinasi wisata yang berkelanjutan);
2. Implementasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui program
Gerakan Indonesia Bersih sebagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, terutama
dalam menyelesaikan isu sampah, yang banyak diemui di destinasi wisata;
3. Nota Kesepahaman Bersama pembentukan Sekretariat Bersama Percepatan
Pengembangan Sektor Pariwisata yang di tandatangani oleh Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman untuk melaksanakan enam strategi kebijakan prioritas.
Beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan untuk lebih meningkatkan daya saing
priwisata adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat penyelesaian beberapa proyek infrastruktur untuk meningkatkan
aksesibilitas destinasi wisata dan mendukung peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara;
2. Mengembangkan atraksi wisata melalui peningkatan kegiatan event di daerah
perbatasan (cross-border tourism) antara lain di perbatasan Kalimantan dan NTT,
dan penetapan quality tourism di beberapa destinasi wisata, misalnya Pulau Komodo;
3. Meningkatkan kualitas amenitas di daerah destinasi wisata;
4. Memperkuat promosi untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan melalui promosi
digital, paket wisata hot deals, dan optimalisasi regional tourism hub;
5. Mendorong penguatan pelaku usaha melalui fasilitasi investasi dan pembiayaan,
pengembangan SDM, serta perbaikan dukungan data dan informasi;
6. Menyusun standar prosedur Manajemen Krisis Kepariwisataan dan membentuk
forum Manajemen Krisis Kepariwisataan Daerah (MKK Daerah).
Halaman 38
3.1.3 Internal Business Process Perspective
SS.6 Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
Walau hanya terdiri dari 1 (satu) SS dan 1 (satu) IKU (Persentase Rekomendasi
dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan
para Pemangku Kepentingan), perspektif ini memiliki persentase bobot 40% dari
keseluruhan perspektif. Perspektif atau SS.6 ini pada TA. 2019 ditargetkan sebesar 100%
dengan realisasi 97,05% dari target.
IKU.11 Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para
Pemangku Kepentingan
Target dalam IKU ini adalah saran, anjuran, rekomendasi, kepada unit/instansi
terkait, atau kebijakan/keputusan yang dikeluarkan oleh Kemenko yang dijadikan dasar
penerbitan kebijakan pada unit/instansi tersebut. Diharapkan hal tersebut menjadi dasar
dalam perencanaan atau pelaksanaan kegiatan atau penyusunan kebijakan oleh
instansi/lembaga. Indikator ini menunjukkan persentase rekomendasi rekomendasi atau
kebijakan yang disusun/diterbitkan oleh Kemenko Marves, yang dijalankan/
dilaksanakan K/L terkait.
Pada TA. 2019 ini, ini ditargetkan sebanyak 34 kebijakan baik yang berupa
rekomendasi maupun pengendalian kebijakan yang ditindaklanjuti oleh
instansi/lembaga terkait. Dari 34 kebijakan tersebut, berhasil dicapai
(disusun/dikendalikan) sebanyak 33 kebijakan, atau berhasil dicapai 97,05% dari target.
Kebijakan-kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 29 Daftar Kebijakan bidang Kemaritiman yang Ditindaklanjuti Instansi terkait
No Nama Kebijakan Tindak lanjut Kebijakan
1 Tata Cara Pemberian Persetujuan Kerja Sama yang Memiliki Nilai Strategis tertentu Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata
Telah terbit Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nomor 4 tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Persetujuan Kerja Sama yang Memiliki Nilai Strategis tertentu Badan Pelaksana Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba dengan Badan Usaha dan Lembaga atau Pihak terkait
2 Telah terbit Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nomor 5 tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Persetujuan Kerja Sama yang Memiliki Nilai Strategis tertentu Badan Pelaksana Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur dengan Badan Usaha dan Lembaga atau Pihak terkait
3 Revitalisasi Pelayaran Rakyat untuk Mendukung Tol Laut guna Mendukung Tol Laut & Perintis
Telah disusun Rperpres Pemberdayaan Pelayanan Rakyat. Menko Marves inisiator awal, Rperpres sedang ajukan ke Setkab
4 Pengelolaan BOP Kawasan Pariwisata Bromo-Tengger-Semeru
Telah terbit Rperpres tentang BOP Kawasan Pariwisata Bromo-Tengger-Semeru. Menko Marves inisiator awal, Rperpres sedang ajukan ke Setkab
Halaman 39
No Nama Kebijakan Tindak lanjut Kebijakan
5 Tata Kelola Sumber Daya Air Ringkasan kebijakan (policy brief) tata kelola sumber daya air nasional yang berkelanjutan. Menko Marves menjadi Wakil Ketua Dewan Air Nasional
6 Koordinasi dan Monitoring Implementasi Kebijakan Dokumen RZWP3K
Ringkasan Kebijakan Koordinasi dan Monitoring Implementasi Kebijakan Dokumen RZWP3K dalam Rangka Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu. Telah disusun 24 Perda Provinsi (4 perda diterbitkan tahun 2019)
7 Strategi Rehabilitasi Pesisir dan Laut, Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Dampak Perubahan Iklim
Telah disusun ringkasan kebijakan (policy brief) strategi rehabilitasi pesisir dan laut, pengurangan emisi gas rumah kaca dan dampak perubahan iklim
8 Infrastruktur Konektivitas dan Logistik berbasis Perkeretaapian
Telah disusun rancangan kebijakan infrastruktur konektivitas dan logistik berbasis perkeretaapian
9 Pengaturan pajak penjualan kendaran bermotor atas barang mewah
Telah disusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah
12 Pengendalian Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan yang Efektif
Telah disusun kebijakan pengendalian pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif
13 Pengambilalihan Pengelolaan Flight Information Region (FIR)
Pada tanggal 8 Oktober 2019 lalu, Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Singapura telah mengumumkan bahwa Indonesia dan Singapura telah memulai pembahasan tentang FIR dalam rangkaian leaders retreat. Proses masih terus berjalan dan dilanjutkan pada 2020
14 Forum Negara-negara Pulau dan Kepulauan
Telah disusun Rumusan hasil Archipelagic and Islands States Forum 2019 (Forum Negara-negara Pulau dan Kepulauan). Pada 2019 telah dilaksanakan SOM dan MM. Rencananya pada 2020 akan dilaksanakan KTT.
15 Keselamatan navigasi
Telah disusun ringkasan kebijakan koordinasi dan pengendalian keselamatan navigasi terkait anjungan minyak dan gas di perairan Indonesia
16 Telah ditandatangani Nota Kesepahaman tentang Keselamatan Navigasi, kawasan Konservasi Perairan dan Wisata Bahari
17 Telah disusun Rumusan Kebijakan Keselamatan Navigasi (Sarana Bantu Navigasi Pelayaran/SBNP, Telekomunikasi Pelayaran dan Penanganan Kerangka Kapal/Salvage)
18 Peran Nasional dalam Kerjasama dan Diplomasi Regional CTI-CFF
Telah disampaikan Kertas Posisi Delegasi RI tentang peran/usulan Indonesia dalam Kerjasama dan Diplomasi Coral Triangle Initiative on Coral Reef Fisheries and Food Security (CTI-CFF)
19 Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan Dasar Laut Internasional
Regulasi Internatonal of Seabed Association (ISA) tentang Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan Dasar Laut Internasional
20 Penyampaian submisi landas kontinen indonesia di luar 200 Mil Laut di Segmen Utara Papua
Telah disampaikan (submisi) ke PBB terkait klaim landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut di segmen utara Papua seluas 196.568,9 km2. PBB melalui Divisi Urusan Samudera dan Hukum Laut mengumumkan secara resmi partial submission on the Limit of the Continental Shelf Indonesia untuk segmen Utara Papua Eauripik Rise) pada 17 April 2019. Indonesia dijadwalkan untuk menyampaikan presentasi awal di
Halaman 40
No Nama Kebijakan Tindak lanjut Kebijakan
hadapan PBB dalam masa sidang ke 52 Komisi Batas Landas Kontinen PBB pada 4 Maret 2020.
21 Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Lombok dan Selat Sunda
Telah disusun Kebijakan TSS Selat Lombok dan Selat Sunda dan disampaikan pada sidang ke-101 Marine Safety Committee International Maritime Organization (MSC IMO). Direncanakan berlaku pada 1 Juni 2020
22 Gerakan Indonesia Bersih (GIB)
Telah disusun kebijakan pengendalian Gerakan Indonesia Bersih, serta telah dilaksanakan beberapa kegatan berdasarkan kebijakan tersebut oleh berbagai instansi/pemda, diantaranya: Program Aksi Bersih; 42.054 desa melaksanakan STBM; pemberian bantuan alat pencacah plastik; bimtek amenitas pariwisata; pengendalian DAS Citarum; penilaian gerakan kantor berbudaya hijau dan sehat (Berhias), gerakan pengurangan plastiksosialisasi zero waste; dan Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)
23 Standarisasi Pengembangan Geopark Indonesia
Telah disusun kebijakan standarisasi pengembangan Geopark Indonesia. Telah dijadikan dasar pengajuan status Geopark
24 Norma hukum internasional terkait Marine Biological Diversity Beyond Areas of National Jurisdiction (BBNJ)
Telah disusun kebijakan tentang posisi Indonesia. Kemenko Marves selaku ketua penyusun terkait egulasi Internasional yang mengatur mengenai pengelolaan sumberdaya alam hayati di luar yuridiksi nasional (BBNJ). Kertas posisi sudah disampaikan ke Kemlu dan telah dilanjutkan ke Perutusan Tetap RI untuk PBB di New york untuk segera dibawa ke sidang IGC BBNJ ke 4.
25 Pendaftaran penamaan rupabumi
Telah disusun Kebijakan koordinasi validasi, verifikasi dan pendaftaran penamaan rupabumi. Pada tahun 2019 telah diverifikasi 2.218 titik pulau. Sehingga jumlah pulau yang telah disubmisi ke PBB adalah 16.671 pulau (Mei 2019). Sampai dengan tahun 2019, validasi dan verifikasi telah dilakukan terhadap 17.491 pulau, dan telah memenuhi target.
26 Percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai
Peraturan Presiden No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Untuk Transportasi Jalan
27 Peningkatan penggunaan komponen dalam negeri
Telah terbit Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman No. 84 tahun 2019 Tentang Kelompok Kerja Tim Nasional P3DN sebagai dasar pelaksanaan pemantauan penggunaan produk dalam negeri
29 Rencana Tata Ruang Laut Nasional
Tahapan saat ini adalah telah disampaikan surat Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa kepada Dirjen Pengelolaan Ruang Laut-KKP. Belum ada tindaklanjut pelaksanaan sebagaimana isi surat. Belum ditindaklanjuti K/L terkait
30 Aksesibilitas Energi Penetapan BBM Satu Harga; Pengembangan Jaringan Gas; dan Konversi BBG untuk kapal nelayan sudah dilaksankan oleh Kementerian ESDM dan Pertamina
31 Peningkatan peranan energi baru & energi terbarukan dalam bauran energi
Pengendalian Kebijakan Koordinasi & sinkronisasi Peningkatan Peranan Energi Baru & Energi Terbarukan dalam Bauran Energi
32 Penanganan Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum
Kemenko Marves menginisiasi dan mendorong terbitnya:
Quick wins: penanganan lahan kritis, penanganan limbah industri, penanganan sampah domestik, penataan keramba jaring apung (KJA), penegakan hukum, dan perubahan dan perilaku masyarakat
Halaman 41
No Nama Kebijakan Tindak lanjut Kebijakan
Keputusan/Peraturan Gubernur Jabar tentang pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum; pengaturan jumlah keramba jaring apung di Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur
33 Penanganan Sampah Laut Penyusunan Baseline data nasional mengenai sampah plastik yang mencemari laut sebesar 0,27 – 0,59 juta ton per tahun;
Program peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan, pengelolaan sampah yang bersumber dari darat, penanggulangan sampah di Kawasan pesisir dan laut, mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan dan penegakan hukum serta penelitian dan pengembangan.
34 Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Kemaritiman
Telah diimplementasi kurikulum Kemaritiman di 34 Provinsi (SD, SMP dan SMA);
Telah dilaksanakan pengadaan simulator bagi 25 SMK oleh Kemendikbud;
Perpres No. 18 Tahun 2019 tentang Pengesahan International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel 1995 (STCW-F).
Membandingkan capaian IKU (persentasenya) ini dengan IKU tahun-tahun
sebelumnya tidak 100% tepat. Jumlah target kebijakan yang ditindaklanjuti tahun ini (34
kebijkan) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan: tahun 2017 yang banyak (15 kebijakan)
dan tahun 2018 (11 kebijakan). Tahun 2015 dan 2016 tidak ada target IKU ini. Tahun
2018 tercapai 100% menurun pada tahun ini menjadi 97,05% (32 kebijakan). Jika
dibandingkan tahun 2017 memang mengalami peningkatan, karena pada tahun itu
hanya 60% kebijakan Kemenko yang ditindaklanjuti pihak terkait. Sehingga secara
kuantitas dan kualitas capaian tahun ini lebih baik.
Mengantisipasi penambahan kementerian yang dikoordiasikan, Kemenko tentu
akan lebih banyak lagi kebijakan yang bisa dikeluarkan. Apalgi jika kebijakan Omnibus
Law telah diterapkan. Untuk itu perencanaan jenis dan jumlah kebijakan yang menjadi
targhet perlu lebih matang
3.1.4 Learning and Growth Perspective
Perspektif ini merupakan perspektif yang menggambarkan tentang proses
pembelajaran atau proses-proses internal yang ditujukan untuk peningkatan (growth)
kemampuan sumber daya (manusia, keuangan, tata kelola, peraturan) yang ada.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini mengindentifikasi infrastruktur yang harus
dibangun organisasi untuk membentuk peningkatan atau perkembangan organisasi pada
jangka panjang.
Pada tahun 2019, Kemenko Kemaritiman merancang dan mentargetkan 4 sasaran
strategis dengan 4 indikator kinerja untuk mencapai tujuan sesuai dengan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu seperti dalam tabel berikut:
Halaman 42
Tabel 30 Target Learning and Growth Perspective
No Nama IKU Bobot Target Realisasi Capaian
SS.7 SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten |
Persentase Pejabat yang telah Memenuh Standar Kompetensi Jabatan
3,48 70 94 134,3
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
6,96 75 65,95 94,21
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintergras
Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
6,96 2 2,05 102,50
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
Opini BPK 6,96 WTP WTP 100
Rincian penjelasan dari perspektif ini adalah sebagai berikut:
SS.7 Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman yang Kompeten
IKU.12 Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi
Jabatan
Persentase pejabat yang telah memenuhi Standar Kompetensi Jabatan adalah
persentase jumlah pejabat yang telah memenuhi persyaratan kompetensi manajerial,
sosio-kultural dan teknis yang harus dimiliki seorang PNS. IKU.12 ini merupakan Iku
yang baru ditetapkan pada tahun 2019. Indikator kinerja ini diukur dengan menghitung
jumlah pegawai yang sudah memenuhi kompetensi dasar yang dibutuhkan, yang
meliputi Soft Competency (kompetensi personal/bakat), Hard Competency (kompetensi
keahlian/teknis) dan Attitude (perilaku). Penghitungan standar ini akan dilakukan setelah
standar kompetensi sudah ditetapkan oleh Menko Bidang Kemaritiman. Standar
Kompetensi Pegawai yang meliputi Soft Competency (kompetensi personal/bakat), Hard
Competency (kompetensi keahlian/teknis) dan Attitude (perilaku).
Tabel 31 Rekap Hasil Penilaian Kompetensi Pejabat
No Jabatan Sudah
Assesment
Memenuhi Syarat
Cukup Memenuhi
Syarat
Belum Memenuhi
Syarat
Persentase Yang Memenuhi
Syarat
1 2 3 4 5 6 7 =
(4+5)/(4+5+6)
1 JPT Pratama 23 10 7 6 74%
2 Administrator 61 51 10 0 100%
3 Pengawas 38 25 12 1 97%
Total 122 86 29 7 94%
Halaman 43
Saat ini jumlah pejabat yang telah dilakukan asesmen dan dinyatakan sesuai
dengan kompetensi personal/bakat dan kompetensi perilaku adalah 94% dari 122
pejabat yang ada atau sebanyak 109 orang. Dari jumlah pejabat yang sudah dilakukan
uji kompetensi masih terdapat 6 pejabat yang belum memenuhi syarat kompetensi yang
diperlukan. Selain itu masih terdapat 17 pejabat yang belum dilakukan uji kompetensi.
Dapat disampaikan bahwa dalam pemenuhan kompetensi pegawai yang baik di
lingkup Kemenko Kemaritiman mengalami beberapa kendala, yaitu:
1. Dalam penyelenggaran atau pengiriman pegawai untuk melaksanakan diklat
mengalami kendala karena keterbatasan kursi/kesempatan diklat pada lembaga
diklat yang dianggap membantu pelaksanaan diklat;
2. Kesibukan dari pada pejabat/pegawai dimasing–masing unit untuk dapat
dikirim/melaksanakan diklat (fungsional/kepemimpinan);
3. Belum ada kesepakatan dengan instansi lain (kementerian/lembaga teknis) dalam
cara/model pengembangan kompetensi (untuk program magang, diklat teknis, in the
job training);
4. PNS yang masuk dalam Kemenko Kemaritiman belum sesuai kebutuhan.
Penyusunan dan pelaksanaan standar kompetensi pegawai Kemenko Kemaritiman
belum selesai (final dilakukan). Namun beberapa capaian dalam menunjang capaian
IKP ini telah dilakukan, yaitu diantaranya telah disusun/dilaksanakan:
1. Indikator faktor jabatan
2. Evaluasi kinerja/jabatan
3. Analisis jabatan dan analisis beban kerja
4. Analisa jabatan fungsional
5. Seleksi jabatan pimpinan tinggi madya dan pimpinan tinggi pratama.
Kemenko Marves, telah merencanakan beberapa hal dalam meningkatkan
kompetensi pegawainya, yaitu:
1. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan (diklat) baik diklat kepemimpinan, diklat
fungsional dan diklat teknis;
2. Memberikan kesempatan magang pegawai, baik di lingkungan instansi pemerintah,
swasta maupun masyarakat;
3. In the Job Training;
4. Seminar, workshop, lokakarya dan lain-lain;
5. penyusunan database kepegawaian, roadmap kepegawaian (termasuk perencanaan
diklat, kursus, pengisian jabatan (administrator, pengawas dan jabatan fungsional);
6. Penataan adminsitrasi kepegawaian, termasuk penempatan pegawai sesuai Sk dan
keahliannya.
Halaman 44
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman yang Baik
Nilai capaian strategis ini adalah 100%, dan memiliki 1 (satu) indikator dengan
bobot 6,96.
IKU.13 Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Kemaritiman
Nilai kemajuan reformasi birokrasi (RB) Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman adalah nilai penerapan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkup
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Nilai yang digunakan dalam mengukur
capaian IKP.1 ini adalah nilai hasil evaluasi Kementerian PANRB atas pelaksanaan RB
pada tahun sebelumnya.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11
Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019, IKU ini meliputi
8 (delapan) area perubahan (tabel 19).
Pelaksanaan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kemenko Marves TA. 2019
telah dilksankan. Namun sampai laporan ini disusun, hasil penilaian belum terbit.
Seperti dengan tahun-tahun sebelumnya, hasil penilaian dari KemenPANRB baru terbit
pada triwulan II tahun berikutnya. Sehingga pada laporan ini digunakan hasil penilaian
RB TA. 2018 yang terbit pada triuwlan II tahun 2019.
Dari hasil evaluasi oleh Kementerian PANRB, nilai indeks reformasi birokrasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman adalah 65,95 dengan kategori “B”, naik 3,13 poin dari tahun sebelumnya (62,82) Sehingga nilai capaian IKU.13 ini adalah
97,11% dari target (70).
Adapun rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 32 Indeks Reformasi Birokrasi Kemenko Kemaritiman
No Komponen Penilaian Bobot Nilai
2016 2017 2018
A Pengungkit
1 Manajemen perubahan 5,00 3,03 3,18 3,22
2 Penataan peraturan perundang-undangan 5,00 2,09 2,71 2,81
3 Penataan dan penguatan organisasi 6,00 3,68 3,84 3,87
4 Penataan tata laksana 5,00 1,91 2,41 2,43
5 Penataaan sistem manejemen SDM 15,00 9,78 11.16 11,45
6 Penguatan akuntabilitas 6,00 3,92 4,35 4,38
7 Penguatan pengawasan 12,00 5,11 5,11 5,19
8 Peningkatan kualitas pelayanan publik 6,00 2,61 2,46 2,49
Sub total komponen pengungkit (A) 60,00 32,12 35,22 35,84
Halaman 45
No Komponen Penilaian Bobot Nilai
2016 2017 2018
A Pengungkit
B Hasil
1 Nilai akuntabilitas kinerja 14,00 8,13 8,13 13,45
2 Survei internal integritas organisasi 6,00 3,98 3,08
3 Survey eksternal persepsi korupsi 7,00 5,95 5,84 8,86
4 Opini BPK 3,00 2,00 3,00
5 Survey eksternal pelayanan publik 10,00 8,17 7,55 7,80
Sub komponen hasil (B) 40,00 28,22 27,60 30,11
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 60,34 62,82 65,95
Pada tabel 19 di atas, terlihat bahwa nilai indeks RB Kemenko Kemaritiman terus
mengalami peningkatan sejak pertama penilaian (tahun 2016). Pada komponen
pengungkit berhasil naik 3,1 poin tetapi pada komponen hasil turun 0,62 poin.
Dari 13 (tiga belas) unsur penilaian, terdapat 2 (dua) unsur yang masih mempunyai
nilai jelek (dibawah 50%), yaitu penguatan pengawasan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik. Sementara unsur pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
(didapatkan dari unsur survey eksternal persepsi korupsi dan opini BPK) mempunyai
capaian terbaik.
Dari capaian IKU.13 ini terdapat beberapa yang mendorong keberhasilan capaian
ini, yaitu komitmen dari pimpinan dan seluruh staf Kemenko Kemaritiman, penyediaan
anggaran yang memadai, terdapatnya sub bagian khusus yang menangani reformasi
birokrasi serta semangat para pegawainya dalam menciptakan kementerian yang baik
dan berhasil mewujudkan cita-cita pendiriannya.
Kemenko Kemaritiman juga telah secara rutin (karena keterbatasan SDM
pelaksana APIP) meminta bantuan kepada Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) untuk dapat mengirimkan auditor (dengan berbagai tingkat
keahlian) sebagai anggota tim pengawas pelaksanaan kegiatan, baik kegiatan teknis,
pengelolaan keuangan maupun dalam mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi dan
SAKIP. Kementerian Kemaritiman juga pada tahun 2019 telah menerima 7 (tujuh)
orang CPNS pelaksana APIP.
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman yang Terintegrasi Sasaran ini merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan kegiatan di bidang kemaritiman yang ditetapkan oleh
Menteri Koordinator. Nilai capaian strategis ini adalah 100 %, dan memiliki 2 indikator.
Halaman 46
Sasaran strategis ini memiliki bobot 13,415 merupakan hasil penjumlahan bobot kedua
indikatornya.
IKU.14 Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Indeks penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) adalah
nilai yang menggambarkan tingkat kematangan dari pelaksanaan SPBE yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif, efisien dan
berkesinambungan sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 5 Tahun 2018.
Permen ini mengatur tentang pedoman evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (untuk kemudian disingkat SPBE).
Tujuan indikator ini adalah untuk mengukur capaian kemajuan pelaksanaan
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman. Sementara tujuan SPBE itu sendiri adalah untuk mewujudkan proses
kerja yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta meningkatkan kualitas
pelayanan publik, baik di instansi pusat maupun pemerintah daerah.
Evaluasi SPBE didasarkan pada Peraturan Presiden No 95 Tahun 2018 tentang
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Peraturan Menteri
Pemberdayaaan Aparatur Negara dan Birokrasi
Reformasi No 5 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Penerapan SPBE dinilai dengan metode tingkat
kemątangan SPBE yang merupakan kerangka kerja
untuk mengukur derajat kematangan penerapan
SPBE yang ditinjau dari kapabilitas proses dan
kapabilitas fungsi teknis SPBE. Tingkat
Kematangan SPBE terdiri atas 5 (lima) level,
dimana masing-masing level menunjukkan
karakteristik kematangan tertentu pada kapabilitas
proses dan kapabilitas fungsi teknis SPBE.
Nilai Indeks SPBE tahun 2019 ditargetkan sebesar 2,0. Namun sampai dengan
akhir 2019 KEmenPANRB belum melakuka penilaian. Sehingga untuk menjawab atau
mengetahui hasil nilai Indesk SPBE, digunakan penilaian mandiri. Hasil penilaian
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 33 Capaian Nilai Indeks SPBE Kemenko Marves Tahun 2019
No Indikator Nilai Tingkat Kematangan
1 Kebijakan Internal Tim Pengarah SPBE Instansi Pemerintah 3
2 Kebijakan Internal Inovasi Proses Bisnis Terintegrasi 3
3 Kebijakan Internal Rencana Induk SPBE Instansi Pemerintah 3
4 Kebijakan Internal Anggaran dan Belanja TIK 3
Halaman 47
5 Kebijakan Internal Pengoperasian Pusat Data 3
6 Kebijakan Internal Integrasi Sistem Aplikasi 3
7 Kebijakan Internal Penggunaan Aplikasi Umum Berbagi Pakai 3
8 Kebijakan Internal Layanan Naskah Dinas 3
9 Kebijakan Internal Layanan Manajemen Kepegawaian 3
10 Kebijakan Internal Layanan Manajemen Perencanaan dan Penganggaran 3
11 Kebijakan Internal Layanan Manajemen Keuangan 3
12 Kebijakan Internal Layanan Manajemen Kinerja 3
13 Kebijakan Internal Layanan Pengadaan 3
14 Kebijakan Internal Layanan Pengaduan Publik 3
15 Kebijakan Internal Layanan Dokumentasi dan Informasi Hukum 3
16 Kebijakan Internal Layanan Whistle Blowing System 3
17 Kebijakan Internal Layanan Publik Instansi Pemerintah 3
18 Tim Pengarah SPBE Instansi Pemerintah 3
19 Inovasi Proses Bisnis Terintegrasi 3
20 Rencana Induk SPBE Instansi Pemerintah 3
21 Anggaran dan Belanja TIK 1
22 Pengoperasian Pusat Data 1
23 Integrasi Sistem Aplikasi 2
24 Penggunaan Aplikasi Umum Berbagi Pakai 2
25 Layanan Naskah Dinas 3
26 Layanan Manajemen Kepegawaian 3
27 Layanan Manajemen Perencanaan 2
28 Layanan Manajemen Penganggaran 1
29 Layanan Manajemen Keuangan 2
30 Layanan Manajemen Kinerja 2
31 Layanan Pengadaan 2
32 Layanan Pengaduan Publik 2
33 Layanan Dokumentasi dan Informasi Hukum 2
34 Layanan Whistle Blowing System 0
35-1 Layanan Publik Instansi Pemerintah (ppid.maritim.go.id) 2
35-2 Layanan Publik Instansi Pemerintah (gis.maritim.go.id) 1
TOTAL NILAI INDEKS SPBE 2.05
Sehingga capaian dari IKU ini adalah 102,50% dari target. Nilai ini mengalami
peningkatan dari nilai tahun 2018 (tabel 20) sebesar 0,25 atau naik sebesar 138,89%.
Tabel 34 Capaian Nilai Indeks SPBE Kemenko Kemaritiman Tahun 2018
INDEKS NILAI INDEKS NILAI
Nilai SPBE 1,8
Domain Kebijakan SPBE 2,00 Domain Tata Kelola 1,71
Kebijakan Tata Kelola SPBE 0,53 Kelembagaan 0,57
Kebijakan Layanan SPBE 1,47 Strategi dan Perencanaan 0,57
Halaman 48
Domain Layanan SPBE 1,79 TIK 0,57
Administrasi Pemerintahan 1,36
Pelayanan Publik 0,42
Dari hasil penilaian tersebut, maka capaian SPBE Kemenko Marves dalam
kategori cukup atau sedikit di atas rerata nasional, namun masih di bawah rerata
kementerian/lembaga (hanya lebih baik dari rerata SPBE tingkat kabupaten/kota se
Indonesia).
Tabel 35 Nilai Rerata Capaian Indeks SPBE Nasional Tahun 2019
Dari hasil evaluasi oleh KemenPANRB, terdapat kekuatan dan kelemahan dalam
pelaksanaan SPBE di Kemenko Kemaritiman, yaitu:
1. Kebijakan Tata Kelola: telah memiliki kebijakan tentang tim pengarah SPBE, namun
belum mencantumkan dalam kebijakannya yang nyata masalah tentang integrasi
proses bisnis, rencana induk SPBE, anggaran dan belanja TIK, pengoperasian pusat
data, integrasi sistem aplikasi dan aplikasi umum berbagi pakai.
2. Kebijakan Layanan: telah memiliki kebijakan tentang layanan di bidang naskah dinas,
manajemen kepegawaian, perencanaan dan penganggaran, manajemen keuangan,
manajemen kinerja, pengadaan, pengaduan publik, dokumentasi dan informasi
hukum, whistle blowing system dan publik instansi pemerintah.
3. Kelembagaan: telah memiliki tim pengarah SPBE, tetapi belum menetapkan tugas
pokok masing-masing anggota tim SPBE, serta belum memetakan proses bisnis yang
terintegrasi antar masing-masing unit kerja.
4. Strategi dan Perencanaan: telah memiliki rencana induk SPBE, tetapi belum
memasukkan anggaran dan belanja TIK lengkap beserta tahun penerapannya ke dalam
dokumen rencana induk SPBE.
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi: telah memahami arti pentingnya penerapan
SPBE, dan menerapkan sebagian aplikasi umum berbagai pakai pada sebagian unit
kerja, tetapi belum membangun pusat data, melakukan integrasi sistem aplikasi dan
menerapkan aplikasi umum berbagi pakai terhadap seluruh unit kerja di lingkungan
kementerian.
Halaman 49
6. Administrasi pemerintahan: penerapan layanan naskah dinas, manajemen
kepegawaian, manajemen perencanaan, keuangan, manajemen kinerja dan
pengadaan, baru pada sebagian unit kerjanya yaitu.
7. Pelayanan Publik Kekuatan: telah menyediakan sebagian layanan publik yang
berbasis elektronik. Sayangnya masih belum banyak menampilkan informasi atau
memberikan layanan terhadap publik yang berbasis elektronik diantaranya adalah
aplikasi pengaduan publik, Whistle Blowing System, dan beberapa aplikasi yang di buat
sendiri sesuai kebutuhan masing-masing instansi.
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel SS.10 ini hanya memiliki 1 (satu) indikator: Opini BPK.
IKU.15 Opini BPK
Tingkat opini BPK adalah pernyataan atau pendapat profesional BPK yang
merupakan kesimpulan pemeriksa (audit) mengenai tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Opini BPk yang menjadi sasaran target pada TA.
2019 adalah opini BPK hasil pelaksanaan penggunaan anggaran pada TA. 2018. Hal ini
disebabkan karena Opini BPK TA. 2019 baru disampaikan pada akhir triwulan I atau di
Triwulan II TA. 2020.
Kemenko Marves dalam pengelolaan (perencanaan, pengajuan pencairan dan
pertanggungjawaban penggunaan) pada tahun kedua setelah pelaporan penggunaan
anggaran satker tersendiri, telah berhasil mencatatkan laporan keuangan yang wajar
dalam pemeriksaan BPK (TA. 2016) dengan predikat WTP. Predikat WTP ini telah
berhasil dipertahankan untuk 2 tahun anggaran berturut-turut (2016 dan 2017).
Berdasarkan dua hal tersebut, maka pada tahun anggaran 2018 juga ditargetkan untuk
dapat kembali meraih predikat WTP.
Sesuai dengan laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemenko
Kemaritiman Tahun 2018 Nomor; 17.B/LHP/XVII/05/2019 tanggal 17 Mei 2019 BPK
kembali memberikan predikat WTP atau sesuai 100% dengan target yang ditetapkan.
Beberapa kondisi yang mendorong keberhasilan adalah:
1. Adanya semangat yang kuat untuk mempertahankan opini WTP dari tahun
sebelumnya (kondisi internal);
2. Semangat untuk menyamakan perolehan opini terbaik yang sama dengan opini
yang diperoleh oleh sesama Kementerian Koordinator dan sebagai Kementerian
yang baru dibentuk (kondisi ektsternal);
3. Dukungan dan komitmen dari semua level pimpinan.
Pada TA. 2018, Kemenko Kemaritiman selain ketiga hal di atas, juga telah
melaksanakan efektifitas kegiatan yang berimbas pada efisiensi penggunaan sumber daya
(anggaran dan manusia) yang digunakan, dengan menerapkan penyusunan jumlah
anggaran yang dibutuhkan secara proporsional dan akuntabel.
Halaman 50
Adapun program atau kegiatan yang mempengaruhi keberhasilan dari pencapaian
target kinerja ini adalah:
1. Program peningkatan jumlah dan kapasitas pengelola keuangan melalui kegiatan
berupa sosialisasi, bimbingan teknis dan diklat penyusunan pertanggungjawaban
keuangan;
2. Program melakukan update standar operasi prosedur (SOP) dan aturan internal
lainnya sebagai bentuk kepatuhan (compliance);
3. Memanfaatkan teknologi informasi untuk membantu atau sebagai tools dalam
penyelesaian pekerjaan.
3.2. Ringkasan Penjelasan Capaian Kinerja
3.2.1. Analisa Ringkas Capaian Kinerja
Secara umum jika didasarkan pada target kinerja TA.2019, maka capaian kinerja
Kemenko Marves pada tahun 2019 dapat dianggap baik karena tercapai lebih dari 100%.
Berbeda dengan IKU tahun 2018, pada tahun 2019 ini menetapkan target untuk
kegiatan atau kinerja yang dihasilkan oleh kesekretariatan yaitu: Persentase SDM yang
memenuhi standar kompetensi jabatan; Nilai evaluasi reformasi birokrasi;
Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE); dan opini
BPK. Selain itu, karena target kinerja yang sebagian besar berupa outcome, maka
sebagian besar IKU ditargetkan pencapaiannya pada akhir tahun anggaran. Hanya
IKU.9 (nilai RB) yang ditargetkan pada triwulan I dan IKU. 11 (opini BPK) ditargetkan
triwulan II.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja pada triwulan I ini adalah:
1. Sudah semakin meningkatnya pemahaman pejabat dan pegawai Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman pada bidang tugas dan fungsi serta pentingnya
penetapan kinerja yang terukur
2. Ketersediaan anggaran yang memadai
3. Penetapan kinerja yang terukur dan sesuai dengan kemampuan sumber daya
4. Dukungan atau fasilitasi dari Sekretariat Kementerian, terutama dalam hal pencairan
pendanaan dan proses administrasi (proses pengajuan peraturan/undang-
undang/kebijakan).
5. Kemampuan unit kerja/organisasi dalam menjalankan program koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian.
Namun demikian, masih terdapat kendala yang berpotensi menghambat
pencapaian kinerja organisasi yaitu target kinerja yang ditetapkan tidak sebanding
dengan sumber daya yang ada (terutama jumlah staf pelaksana). Sampai dengan tahun
2019, staf pelaksana masih sangat banyak oleh pegawai/tenaga kontrak. Sementara itu
staf PNS juga belum mencukupi (sesuai dengan kebutuhan). Staf pelaksana baru
terpenuhi 47% dari kebutuhan. Untuk itu direkomendasikan agar unit kerja yang
Halaman 51
membidangi kepegawaian untuk melakukan perekrutan pegawai dari instansi pusat
maupun pemerintah daerah.
1. Koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh pemangku
kepentingan baik secara formal dalam rapat koordinasi maupun secara informal.
2. Perumusan perencanaan dan kebijakan yang baik.
Beberapa saran atau rekomendasi untuk pencapaian IKU ini adalah:
1. Penetapan tema Sub IKU yang feasibel, realistik dan terukur sesuai kemampuan SDM
dan pendanaan yang ada, serta memperhitungkan faktor-faktor (penunjang dan
penghambat) dari eksternal
2. Segera melakukan revisi target, terutama pada IKU kebijakan, agar targetnya dibuat
tidak hanya pada akhir tahun anggaran.
3.2.2. Capaian Kinerja Strategis
Selain capaian kinerja yang dihasilkan sesuai dengan target dalam Renstra/PK,
Kemenko Marves juga telah berhasil menghasilkan beberapa capaian strategis, di
antaranya yaitu:
1. Berperan aktif dalam penerbitan Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Kelautan Indonesia. Perpres ini menjadi dasar dalam perencanaan
pengembangan (potensi) kelautan Indonesia
2. Berhasil mendorong penerbitan Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Kemenko
Marves juga terlibat aktif, termasuk penyertaan anggaran dalam pembentukan dan
monitoring pelaksanaan pengendalian dan kerusakan DAS Citarum.
3. Terlibat aktif sebagai tuan rumah atau host-government (HG), penyelenggaraan
Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia atau IMF-Bank Dunia Annual Meetings
2018 (Menko Kemaritiman, Luhut B. Panjaitan sebagai ketua pelaksana)). Kegiatan
tersebut dilaksanakan pada tanggal 8-14 Oktober 2018 di Kawasan Nusa Dua Bali.
Kegiatan ini dihadiri delegasi resmi 189 negara anggota IMF-Bank Dunia (Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral), dengan total peserta lebih 15.000 orang
(delegasi, investor, CEO dari MNC, private sector lainnya, Staf IMF/WB, pelaku
sektor ekonomi keuangan, akademisi, observer, pers, CSO, NGO dll).
4. Kemenko Kemaritiman telah menyelenggarakan Forum Tri Hita Karana (THK)
dengan tema “Blended Finance and Innovation for Better Business Better World” di Bali
pada 9-11 Oktober 2018. Blended Finance adalah strategi penggunaan dana
pembangunan dengan memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pembangunan
berkelanjutan di negara-negara berkembang. Adanya Financing Gap (kesenjangan
pendanaan) dalam pembiayaan kegiatan Sustainable Development Goals (SDG) menjadi
peluang mekanisme pendanaan Blended Finance. Melalui strategi ini, diharapkan dapat
memobilisasi modal swasta yang terkait dalam proyek sehingga dapat mempersempit
kesenjangan pendanaan SDG serta mendukung terealisasinya agenda Pembangunan
Berkelanjutan dan 17 (Tujuh Belas) tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030.
Halaman 52
5. GMF-BRI merupakan kerjasama antara Indonesia dan China (Global Maritime
Fulcrum – Belt & Road Initiative) yang dimulai sejak tahun 2017. Melalui GMF-BRI ini
telah disusun rencana 30 mega proyek
Gambar 13 Usulan 30 Proyek Pengembangan Koridor Ekonomi
6. Berperan aktif dalam penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun
2018 tentang Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri, yang
selanjutnya disebut Tim Nasional P3DN dengan diketuai oleh Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman. Keppres ini merupakan implementasi dari ketentuan Pasal 73
ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan
Industri, pada 17 September 2018.
7. Mendorong dan menginisiasi
pnerbitan Fasilitas Bebas Visa
Kunjungan kepada 169 negara
melalui Perpres Nomor 21
Tahun 2016. Kebjakan ini
dikeluarkan untuk mendorong
peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara ke
Indonesia. Rakor dengan K/l
tekns memutuskan evaluasi
pelaksanaan Perpres dimaksud
dapat dilanjutkan oleh Kemenko
Polhukam bersama Kemenhumham
8. Memperjuangkan penetapan Rinjani dan Ciletuh diakui sebagai UNESCO Global
Geopark (UGGp) pada tahun 2018.
9. Pengembangan Kawasan Khusus Pariwisata:
Teralisasinya 5 target Pembangunan 10 Bali baru: BOP Borobudur, BOP Danau
Toba, BOP Labuan Bajo, BOP Wakatobi, dan BOP Bromo Tengger Semeru.
Halaman 53
Dalam rangka pengembangan KSPN di 10 lokasi, telah dihasilkan: 3 Perpres
tentang Badan Otorita Pariwisata; rancangan Perpres Badan Otorita Bromo Tengger
Semeru dan Wakatobi; dan 2 Permenko terkait Badan Otorita Pariwisata
Rancangan kebijakan infrastruktur perkembangan Pembentukan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba
Percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan Marina di Labuan Bajo
Usulan pembentukan KEK Mandeh dan Mentawai di Provinsi Sumatera Barat
10. Sebagai inisiator pembentukan badan koordinasi negara-negara produsen minyak
sawit (CPOPC), melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2016
terkait Pembentukan Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit (CPOPC).
CPOPC merupakan lembaga yang memperjuangan kepentingan negara-negara
produsen minyak sawit, agar minyak sawit dapat diterima (dibeli) dan mempunyai
harga yang layak
11. Diplomasi rencana phase out palm oil dengan diterbitkan Peraturan Presiden Nomor
66 Tahun 2018 tentang mandatory Biodesel telah terbit, langkah selanjutnya
mengimplementasikan B30 pada tahun 2020. Kebijakan ini diambil dengan tujuan
mengurangi impor BBM dan menjaga/meningkatkan harga minyak sawit
12. Mendorong terbitnya 21 Peraturan Daerah Provinsi tentang Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
Gambar 14 Staus Penyelesaian Perda RZWP3K
Halaman 54
13. Pembangunan karakter bahari pemuda melalui Program Ekspedisi Nusantara Jaya
khusus (ENJ) 2016-2018. Program ini diikuti 8000 pemuda dan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi/daerah, serta telah lebih dari 200 pulau yang disinggahi.
14. Penerapan muatan kemaritiman (sebagai pengenalan jiwa kemaritiman) pada
kurikulum/pelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah (PAUD, SD, SMP,
SMA/SMK) pada 34 Provinsi
15. Rencana pengambilalihan flight information region (FIR) pada sektor A, B, dan C
untuk jangka panjang, sedangkan untuk jangka pendek berfokus pada sektor B dan
C dengan pertimbangan kesiapan teknologi dan SDM, paling lambat tahun 2019.
16. Penurunan angka Dwelling Time. Upaya tersebut telah memberikan hasil yang
signifikan, sehingga pada tahun 2017-2019 angka dwelling time di 4 (empat)
pelabuhan Utama (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Ahmad Yani)
berhasil ditekan menjadi rerata 3 hari dari angka awal 7-8 hari pada tahun 2015.
17. Fasilitasi Pengembangan Industri Maritim melalui Pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Tanjung Kelayang, KEK Sorong dan KEK Lhokseumawe
3.2.3. Analisa Kondisi Sumber Daya Pegawai
Secara umum, pada tahun 2019 di seluruh unit kerja di Kemenko Marves masih
kekurangan pegawai, terutama staf bagian teknis yang memahami dasar-dasar keilmuan
yang menunjang kegiatan di Deputi. Pada akhir tahun 2019 telah mendapatkan
tambahan 107 CPNS, namun sebagian besar bukan dari ilmu teknis yang menunjang
kegiatan bidang di Deputi. Sebagian tenaga tersebut juga masih dipekerjakan untuk
menunjang kegiatan keadministrasian, baik di Asisten Deputi maupun Sekretaris
Deputi.
Komposisi jumlah sumberdaya manusia pada Kemenko Marves sampai dengan
akhir tahun 2019, berbeda sedikit dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Jumlah
seluruh pegawai berjumlah berjumlah 621 orang yang terdiri dari unsur pegawai PNS
(termasuk TNI/Polri) 332 orang, serta pegawai non-PNS 289 orang. Sementara itu
berdasarkan jenjang jabatan eselon I, II, III dan IV di lingkungan organisasi Kemenko
Kemaritiman, dari kebutuhan sebanyak 142 jabatan, hingga saat ini baru teralokasikan
untuk 135 jabatan eselon I, II, III dan IV atau sekitar 95.07%. Masih ada sekitar 7
jabatan (setingkat eselon) yang belum terisi. Sementara itu untuk jabatan
fungsional/pelaksana masih kekurangan 303 pegawai (ASN/PNS).
Adapun keragaman pegawai Kemenko Kemaritiman berdasarkan jenjang jabatan
pada tabel berikut ini:
Tabel 36 Jumlah Kondisi Pegawai Kemenko Marves 2019
No Pejabat/Eselon Kebutuhan Jumlah
Terpenuhi
Belum
Terpenuhi
Terpenuhi
(%)
1. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya 9 6 3 67
Halaman 55
No Pejabat/Eselon Kebutuhan Jumlah
Terpenuhi
Belum
Terpenuhi
Terpenuhi
(%)
2. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama 24 23 1 96
3. Jabatan Administrator 68 65 3 96
4. Jabatan Pengawas 41 41 3 93
Staf Fungsional 113 14 99 12
5. Staf Pelaksana 387 183 204 47
6. Non PNS 33 100
7. TKK Pendukung Administrasi 125 100
8. TKK Keamanan 48 100
9. TKK Pengemudi 41 100
10. TKK Pramubakti 29 100
11. TKK Kebersihan 26 100
Jumlah Eselon (PNS) 642 621 313 92
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa Kemenko Kemaritiman masih terdapat
kekurangan staf fungsional/pelaksana (PNS) sebanyak 380 orang. Sebagai antisipasi
kekurangan staf pelaksana/fungsional, telah diangkat staf kontrak/non PNS sebanyak
299 orang dengan rincian: pendukung administrasi 200 orang; keamanan 47 orang;
petugas kebersihan 29 orang, pramubakti 30 orang; dan pengemudi 40 orang.
Rincian jabatan yang belum terisi adalah sebagai berikut:
a. Jabatan eselon I: Sekretaris Kementerian Koordinator, Staf Ahli Mentri bidang
Manajemen Konektivitas, dan Staf Ahli bidang Hukum Laut
b. Jabatan eselon II: 1 Asisten Deputi Navigasi dan Keselamatan Maritim Deputi pada
Deputi Bidang Koordinasi Bidang Kemaritiman;
c. Jabatan eselon III: Kepala bidang pengelolaan sumber daya mineral, Deputi Bidang
Sumber Daya Alam dan Jasa; Kepala bidang perancangan peraturan perundang-
undangan, Biro Hukum; dan Kepala bidang industri dasar, Deputi Bidang Koordinasi
Infrastruktur.
d. Jabatan eselon IV: Kepala Subbagian Perbendaharaan, Biro Umum; Kepala
Subbagian Akuntansi dan Pelaporan, Biro Umum; dan Kepala Subbagian Evaluasi
Peraturan Perundang-undangan.
Minimnya jumlah ketersediaan pejabat fungsional disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
a. keterbatasan kuota pengiriman pelatihan fungsional dan atau uji kompetensi;
b. keterbatasan anggaran dalam pengiriman pelatihan fungsional;
c. calon pejabat fungsional dari formasi CPNS belum memenuhi persyaratan untuk
diangkat dalam jabatan fungsional;
sebagian PNS masih dalam proses pengangkatan dalam jabatan fungsional.
Halaman 56
3.3. KINERJA KEUANGAN
3.3.1 Realisasi Anggaran Pada tahun 2019 walaupun telah terjadi perubahan nama dari Kemenko
Kemaritiman menjadi Kemenko Marves, namun dalam sisi keuangan/penganggaran
belum dilakukan perubahan (tidak ada DIPA baru atau keluaran/output baru). Sehingga
dalam setiap pelaksanaan kegiatan masih masih menggunakan anggaran dan kode
DIPA Kemenko Kemaritiman.
Anggaran Kemenko Kemaritiman TA. 2019 telah disahkan pada tanggal 05
Desember 2018, dan telah diunggah di DIPA Online Kementerian Keuangan dengan
DIPA Induk Nomor: SP DIPA120.01-0/2019, serta DIPA Petikan Nomor: SP DIPA-
120.01.1.350494/2019 dengan besar Pagu Anggaran Definitif sebesar Rp.
260.043.852.000,-. Dari sisi realisasi, Kemenko Kemaritiman memiliki tingkat
penyerapan anggaran sebesar 96,54% yaitu dengan nilai Rp 251.041.375.137
Kebijakan dan isu yang ditangani Kemenko Maritim di saat pelaksanaan APBN
TA 2019 sering kali tidak sama dengan saat APBN disusun pada tahun 2016. Untuk
mengatasi hal ini maka disediakan mekanisme revisi anggaran yang berfungsi untuk
mengakomodasi perubahan kebijakan dan kegiatan pada APBN 2019. Terdapat 3 jenis
revisi anggaran, yaitu revisi anggaran POK, Kanwil dan DJA. Perbedaan revisi ini
diatur dalam PMK 206/PMK.02/2018 tentang tata acara revisi anggaran 2019. Pada
tahun 2019 Kemenko Maritim melakukan 7 kali revisi dan 1 revisi perbaikan pagu
minus setelah masa pelaksanaan TA 2019 selesai.
Revisi tersebut adalah:
1. Revisi Kanwil Perubahan Bendahara dan Penandatangan PPSPM
2. Revisi Kanwil Pembayaran Tunggakan Tahun 2018
3. Revisi DJA untuk Mencukupi Kebutuhan Pembayaran Tunjangan Kinerja
4. Revisi DJA BA BUN Untuk Pembayaran Kegiatan Satgas Citarum
5. Revisi DJA Kebutuhan Belanja Pegawai 2019 dan Perubahan KPA
6. Revisi DJA BA BUN Pendanaan Pembentukan AIS Forum
7. Revisi DJA Pembayaran Tunggakan Tahun Anggaran 2017
Setiap unit kerja memiliki target kinerja triwulan dan tahunan pada 2019. Dalam
mendukung terlaksananya kegiata yang telah direncanakan dan ditargetkan maka
anggaran tiap unit kerja pada Kemenko Kemaritiman diberikan. Hingga pada TA. 2019,
berikut disajikan realisasi anggaran pada Kemenko Kemaritiman:
Tabel 37 Realisasi Anggaran Kemenko Kemaritiman Tahun 2019
No Unit Kerja Pagu Realisasi %
Program Dukungan Manajemen dan Fasilitasi 163.606.209.000 159.224.515.281 97,32%
1 Seketariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
163.606.209.000 159.224.515.281 97,32%
Program Koordinasi Kebijakan 96.437.643.000 91.816.859.856 95,21%
2 Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
24.678.824.400 23.886.535.712 96,79%
Halaman 57
No Unit Kerja Pagu Realisasi %
3 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
19.600.036.000 18.856.139.053 96,20%
4 Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 22.343.406.000 21.259.399.052 95,15%
5 Deputi Bidang koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim
29.815.377.000 27.814.786.039 93,29%
Jumlah 260.043.852.000 251.041.375.137 96,54%
Dari tabel terlihat bahwa realisasi keuangan Kemenko Kemaritiman sangat baik,
karena mendekati 100% dari pagu atau melebihi target (95%). Dari tabel di atas juga
nampak bahwa persentase realisasi dari pagu anggaran pada masing-masing unit kerja
tidak terlalu jauh perbedaannya. Unit Eselon I dengan nilai persentase realisasi
keuangan tertinggi adalah Setmenko (97,32%)lebih tinggi dari rata rata persentase
realisasi keuangan 1 (satu) tahun anggaran. Sementara unit dengan nilai persentase
realisasi terendah adalah unit Deputian Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya
Maritim (93,29%).
Gambar 15 Grafik Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman TA. 2019
Adapun rincian realisasi penggunaan anggaran Kemenko Kemaritiman untuk
setiap bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 38 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Tahun 2019
Kode Keluaran Program Pagu Realisasi %
5601 Penyelenggaraan Pelayanan Umum Perkantoran Serta Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya
137.186.435.000 133.684.810.715 97,45
5602 Penyusunan Rencana, Program, Anggaran, Kerja Sama, Akuntabilitas Kinerja, dan Reformasi Birokrasi
10.097.522.000 9.754.983.693 96,61
5603 Pengelolaan Informasi, Persidangan, Kehumasan, Administrasi dan Hukum Organisasi
11.372.301.000 11.043.359.868 97,11
Halaman 58
Kode Keluaran Program Pagu Realisasi %
5604 Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Kemenko Bidang Kemaritiman
3.379.234.000 3.308.958.109 97,92
5605 Koordinasi Hukum dan Perjanjian Maritim 1.570.717.000 3.190.255.754 96,14
5606 Koordinasi Sumber Daya Hayati 3.318.274.000 3.845.864.485 96,59
5607 Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik
3.981.694.000 3.821.704.659 97,65
5608 Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim 3.913.772.000 8.986.636.248 85,69
5748 Rekomendasi Penguatan dan Penataan Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman
10.487.000.000 1.432.402.896 91,19
5749 Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim 3.975.908.000 3.833.508.747 96,42
5750 Koordinasi Delitimasi Zona Maritim 4.352.852.000 4.151.500.849 95,37
5751 Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim 7.181.555.000 6.997.273.728 97,43
5752 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
5.850.235.000 5.713.996.634 97,67
5753 Koordinasi Sumber Daya Mineral Energi dan Nonkonvensional
3.981.301.000 3.846.827.056 96,62
5754 Koordinasi Jasa Kemaritiman 3.924.447.000 3.733.182.068 95,13
5755 Koordinasi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim 3.981.301.000 13.891.193.380 97,74
5756 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
3.731.293.000 13.539.072.064 94,85
5757 Koordinasi Infrastruktur Pertambangan dan Energi
4.163.772.000 14.051.022.489 97,29
5758 Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata
4.163.772.000 13.999.223.661 96,05
5759 Koordinasi Industri Penunjang Infrastruktur 3.913.772.000 13.605.677.491 92,13
5760 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
6.188.318.000 15.781.770.752 93,43
5761 Koordinasi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Maritim
4.600.000.000 14.523.338.492 98,33
5762 Koordinasi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari 4.250.000.000 14.186.673.425 98,51
5763 Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim 3.900.000.000 13.887.222.818 99,67
5764 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim
6.578.377.000 16.230.915.056 94,72
Jumlah 260.043.852.000 251.041.375.137 96,54
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi anggaran Kemenko Kemaritiman
pada. 2019 sebesar 96,54%%. Keluaran program yang persentase realisasi anggaran
tertinggi adalah Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim yaitu 99,67%. Sementara realisasi
terendah Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim sebesar 85,69%.
Halaman 59
Dari tabel terlihat bahwa realisasi tahun 2019 ini sedikit lebih rendah 1,41% dari
target 70%. Dari tabel di atas juga nampak bahwa persentase realisasi dari pagu
anggaran pada masing-masing unit kerja tidak terlalu jauh perbedaannya.
Adapun rincian realisasi penggunaan anggaran Kemenko Marves untuk setiap
bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 39 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Marves TA. 2019
BULAN
JAN FEB MAR APRIL MEI JUN
6.938.736.528 14.324.584.465 21.385.015.787 19.663.681.092 31.031.880.248 16.833.008.555
JUL AGUST SEPT OKT NOV DES
21.816.760.152 20.911.478.550 23.517.493.647 26.739.751.335 18.169.702.057 29.709.282.721
Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran per bulan antara T.A 2019 dengan T.A
2018, maka pada tahun 2019 memiliki realisasi yang lebih baik dan merata, serta tidak
memiliki lonjakan pada triwulan terakhir.
Tabel 40 Realisasi Anggaran/Bulan TA. 2018
BULAN
JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI
2.972.798.996 9.746.080.517 25.097.882.801 16.668.586.673 19.679.500.726 16.948.878.252
JULI AGT SEP OKT NOV DES
22.301.338.430 21.375.255.385 19.819.522.894 28.394.060.083 32.739.274.932 58.133.905.726
Gambar 16 Grafik Anggaran per Bulan Kemenko TA. 2019
Jika dilihat dari grafik di atas, terlihat bahwa realisasi anggaran relatif merata. Bula
Mei menjadi bulan dengan angka realisasi anggaran dengan nilai tertinggi. Selain itu
terlihat bahwa menjelang akhir tahun anggaran realisasi keuangan cenderung naik.
Sehingga diharapkan untuk tahun berikutnya realisasi dan pelaksanaan kegiatan dapat
dilakukan secara merta serta tidak memiliki lonjakan realisasi yang terlalu tinggi.
Halaman 60
Melalui nilai realisasi bulanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi Tahun Anggran 2019, dapat dilihat nilai dan grafik realisasi secara
kumulatif yaitu sebagai berikut:
Tabel 41 Realisasi Anggaran Kumulasi TA. 2019
KUMULASI BULANAN
JAN FEB MAR APRIL MEI JUN
6.938.736.528 21.263.320.993 42.648.336.780 62.312.017.872 93.343.898.120 110.176.906.675
JUL AGUST SEPT OKT NOV DES
131.993.666.827 152.905.145.377 176.422.639.024 203.162.390.359 221.332.092.416 251.041.375.137
Gambar 17 Grafik Perkembangan Kumulasi Realisasi Anggaran TA. 2019
Jika dilihat dalam grafik diatas, terlihat bahwa realisasi keuangan TA. 2019, secara
kumulasi, sejak awal tahun sampai dengan akhir tahun cenderung menaik, dengan
kanaikan yang relatif sama. Namun jika dibandingkan dengan rencana penarikan dana,
relaisasi anggaran ini cukup berbeda jauh (sebagaimana hasil capaian konsistensi RPD
di aplikasi SMART).
Gambar 18 Capaian Kinerja Anggaran Satker Kemenko Marves TA. 2019
Halaman 61
Gambar 19 Capaian Evaluasi Kinerja Anggaran Kemenko Marves TA. 2019
Sumber: Aplikasi SMART Ditjen Anggaran Kemenkeu
3.3.2 Realisasi per Jenis Belanja
Jika dihitung dari Pagu anggaran efektif, maka belanja barang memiliki pagu
terbesar yaitu Rp 202,237 M (77,77%); kemudian belanja pegawai sebesar 44,075 Milyar
(16,95%) dan yang terkecil belanja modal sebesar Rp 13,73 Milyar (5,28%). Realisasi per
jenis belanja yang tertinggi belanja modal sebesar 97,31%; belanja pegawai 97,07%; dan
belanja barang sebesar 96,37%.
Tabel 42 Pagu dan Realisasi Kemenko Marves TA 2019 per Jenis Belanja
No Nama Jenis Belanja Pagu Realisasi Persentase Realisasi
Proporsi dari Total Anggaran
1 51|Belanja Pegawai 44.075.018.000,00 42.783.790.596 97,07 16,95
2 52|Belanja Barang 202.237.113.000 194.895.015.148 96,37 77,77
3 53|Belanja Modal 13.731.721.000 13.362.569.393 97,31 5,28
4 57|Belanja Bantuan Sosial 0 0 0 0
260.043.852.000 251.041.375.137 96,54
Gambar 20 Komposisi Alokasi Anggaran
Halaman 62
3.3.3 Dukungan Program terhadap Pencapaian Kinerja
A. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kemenko Kemaritiman mendapat alokasi sebesar Rp 163.606.209.000,- Pada akhir tahun
2019 anggaran yang terealisasi untuk melaksanakan kegiatan adalah sebesar
159.224.515.281,- atau 97,32% dari pagu. Dana pada program ini dimaksudkan sebagai
anggaran pendukung kegiatan keadministrasian-ketatausahaan. Baik pada output
kegiatan keteknisan maupun kegiatan yang bersifat administrasi seperti: kepegawaian;
sarana-prasarana pegawai/kantor, akuntabilits kinerjareformasi birokrasi; dan
penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan.
Fasilitasi yang utama diberikan dari Program ini antara lain meliputi:
1. Penyusunan pengajuan pencairan anggaran ke KPPN sehingga pelaksanaan kegiatan
dalam pencapaian kinerja dapat terlaksana
2. Pengajuan rancangan peraturan (peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan
instruksi presiden) ke sekretariat kabinet/kementerian hukum dan HAM.
3. Proses rekruitmen pegawai (PNS dan honorer), sehingga terdapat tambahan tenaga
dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian target kinerja.
4. Penambahan sarana dan prasarana kerja yang lebih memadai.
Sementara itu jika dievaluasi berdasarkan prestasi kinerja pelaksanaan anggaran,
atau dikenal dengan evaluasi Indikator Pelaksanaan Kinerja Anggaran (IKPA) maka
Kemenko Kemaritiman mengalami kemajuan yang sangat pesat. IKPA merupakan alat
ukur untuk untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja Kementerian
Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan
anggaran, efisiensi pelaksanaan anggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi. IKPA ini
dinilai oleh Ditjen Perbendahaan Kementerian Keuangan dengan mendasarkan pada 12
faktor/indikator, yaitu: Revisi DIPA, Deviasi Hal. III DIPA, Pagu Minus, Data
Kontrak, Pengelolaan UP, LPJ Bendahara, Dispensasi SPM, Retur SP2D, Penyerapan
Anggaran, Penyelesaian Tagihan, Kesalahan SPM dan Renkas.
Untuk tahun anggaran 2019, nilai IKPA yang ditargetkan adalah sebesar 90. Per
31 Desember 2019, nilai IKPA yang dicapai adalah sebesar 94.4. Artinya untuk tahun
2019, kinerja pengelolaan anggaran telah melebihi target yang telah ditetapkan.
Tabel 43 Rincian Capaian Kinerja Pelaksanaan Anggaran TA. 2018 dan 2019
No Indikator Nilai IKPA
2018 2019
1 Pengelolaan Uang Persediaan (UP) 8,80 10,00
2 Data Kontrak 8,00 12,75
3 Kesalahan Surat Perintah Membayar (SPM) 4,73 5,40
4 Retur SP2D ( Surat Perintah Pencairan Dana) 4,99 5,99
Halaman 63
No Indikator Nilai IKPA
2018 2019
5 Halaman III DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) 3,51 2,69
6 Revisi DIPA 5,00 5,00
7 Penyelesaian Tagihan 18,63 14,56
8 Rekon Laporan PertanggungJawaban (LPJ) 0,00 5,00
9 Renkas (rencana Kas/Penarikan Dana) 4,58 5,00
10 Realisasi 20,00 20,00
11 Pagu Minus 5,00 4,00
12 Dispensasi SPM 4,00 4,00
Nilai Total 92,82 94,40
Pencapaian IKPA Kemenko Kemaritiman tahun 2019 lebih tinggi dari rata-rata
IKPA nasional yakni sebesar 93.18.
Gambar 21 Grafik Kinerja Pelaksanaan Anggaran TA. 2019
Gambar 22 Grafik Nilai IKPAper Tahun Kemenko Kemaritiman
65.6
77.67
92.82
94.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2016 2017 2018 2019
Halaman 64
Pengukuran kinerja dengan menggunakan IKPA telah dilaksanakan di Kemenko
Kemaritiman sejak tahun 2016 dan terus menunjukkan trend peningkatan. Jika pada
awal penerapan pada tahun 2016, nilai IKPA baru mencapai angka 65.60 maka pada
tahun 2019 nilai IKPA telah menjadi 94.40. Secara lengkap, perkembangan nilai IKPA
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dari tahun 2016 sampai dengan tahun
2019 tersaji pada gambar 9.
Pencapaian nilai IKPA Kemenko Kemaritiman yang melampaui target merupakan
hasil dari serangkaian strategi berikut:
1. Melakukan revisi DIPA secara selektif.
2. Mengantisipasi dan menyelesaikan pagu minus sesegera mungkin
3. Melaksanakan kontrol data kontrak pada unit kerja.
4. Ketepatan waktu dalam revolving UP. Revolving diupayakan minimal satu kali setiap
bulan. Untuk TUP strateginya adalah dengan mengajukan permintaan dibawah 1
miliar sehingga pertanggungjawaban lebih cepat selesai.
5. Ketepatan waktu penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran/Penerimaan
6. Meningkatkan ketelitian dalam memproses SPM dan nomor rekening
penerima/tujuan untuk menghindari retur SP2D.
7. Memastikan ketepatan waktu penyelesaian tagihan SPM-LS Non Belanja Pegawai
(maksimal 17 hari kerja sejak serah terima/penyelesaian pekerjaan)
8. Pembentukan Tim pemantau IKPA yang secara rutin melaksanakan monitoring dan
evaluasi setiap bulan.
Guna meningkatkan nilai IKPA pada tahun 2020, selain mempertahankan
pencapaian yang ada dengan 8 strategi sebagaimana dijelaskan sebelumnya maka perlu
dilaksanakan strategi untuk meningkatkan nilai indikator Halaman III DIPA. Strategi
yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan revisi halaman III DIPA setiap
triwulan bersamaan dengan pelaksanaan revisi DIPA. Revisi tersebut harus
mencerminkan pola penyerapan yang baik dan diikuti komitmen para pengelola
keuangan untuk mengikuti dan melaksanakan rencana tersebut
B. Dukungan Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Kemaritiman
Untuk mendukung pelaksanaan program Koordinasi Pengembangan Kebijakan
Kemaritiman telah dianggarkan sebesar Rp 96.437.643.000,-. Anggaran tersebut masuk
dalam anggaran di 4 Deputi. Dari realisasi anggaran sebesar Rp 91.816.859.856,- atau
95,21%, Kemenko Kemaritiam telah menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan di
bidang kemaritiman. Jika dilihat dari pemanfaatan penggunaannya (capaian kinerja),
maka anggaran telah berhasil dimanfaatkan secara optimal.
Secara keseluruhan pencapaian kinerja Kemenko Kemaritiman untuk Program
Koordinasi Pengembangan Kebijakan Kemaritiman sebesar 98,79%.
Halaman 65
IV. PENUTUP
Misi Kemenko Kemaritiman mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, direalisasikan dengan
berbagai sasaran strategis. Beberapa sasaran strategis tersebut telah dilaksanakan dan
dapat dikalkulasi niai capaiannya. Pada TA 2019 dapat disimpulkan nilai capaian
kinerja Kemenko Kemaritiman adalah 101,56%. Sementara itu, anggaran yang
terealisasi pada TA 2019 sebesar 96,54%%.
Dalam rangka peningkatan atau perbaikan capaian (kualitas dan kuantitas) kinerja
telah dilakukan beberapa hal, yaitu:
1. Penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan akuntabilitas kinerja
2. Perbaikan aplikasi e-Planning untuk penyusunan rencana kerja
3. penajaman proses perencanaan kerja dan target kinerja dengan memperhatikan
program-program prioritas
4. penambahan jumlah pegawai, baik dari CPNS maupun rekruitmen dari instansi lain,
termasuk pelantikan pejabat baru yang sebelumnya kosong
5. Perbaikan aplikasi sistem pengelola data kinerja dan sistem pelaporan
Sedangkan untuk perbaikan di masa mendatang, maka direkomendasikan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan peningkatan pemutahiran perencanaan dengan teknologi informasi,
pengumpulan data yang lebih andal, pengukuran yang berjenjang dan sistematika
analisis yang lebih komprehensif.
2. Penetapan dan penembapat jabatan fungsional sesuai dengan keahlian teknis (bidang
yang sesuai dengan Deputi)
3. Melaksanakan pelatihan (diklat, bimtek, workshop) untuk peningkatan keahlian dan
kompetensi pegawai
4. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan, terutama di level pimpinan, akan perlunya
penyusunan rencana kerja/kegiatan dan kinerja yang terukur (dapat dicapai dan
dihitung capaiannya) dan sesuai dengan tugas/fungsi unit kerjanya
5. Kemenko Kemaritiman telah mengusulkan penambahan calon pegawai negeri sipil ke
KemenPAN RB, dengan kualifikasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sejumlah 65
CPNS dan 17 Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No 49 Tahun 2019.
Melalui laporan ini, diharapkan bisa menjadi umpan balik dalam proses
penyusunan perencanaan kegiatan dan kinerja, sehingga SAKIP di Kemenko
Kemaritiman dapat berjalan dengan baik. Melalui pelaksanaan SAKIP yang baik
diharapkan Kemenko Kemaritiman dapat merealisasikan sasaran dan target kegiatan
yang sesuai tugas dan fungsi yang telah diamanatkan. Sehingga tujuan akhirnya adalah
masyarakat dapat merasakan manfaat yang baik dan signifikan akan keberadaan
Kemenko Kemaritiman.
Halaman 66
DAFTAR PUSTAKA
Global Innovation Index. 2019. https://www.globalinnovationindex.org/gii-2018-report
OHI, 2019. http://www.oceanhealthindex.org/region-scores/scores/indonesia
Zaroni, 2017. Biaya Logistik Agregat pada http://supplychainindonesia.com/new/biaya-logistik-agregat/
Nuran Wibisono. 2017. Tirto.id dengan judul "Di Balik Membaiknya Daya Saing Pariwisata Indonesia", https://tirto.id/di-balik-membaiknya-daya-saing-pariwisata-indonesia-cmNf.
Badri Munir Sukoco, 2019. Middle Income Trap dan Kapabilitas Dinamis Bangsa. https://news.detik.com/kolom/d-4756867/middle-income-trap-dan-kapabilitas-dinamis-bangsa
Adarma Karsa, 2020 http://bem.feb.ub.ac.id/2015/11/16/biaya-logistik-indonesia-dan-target-poros-maritim-dunia/
http://beritatrans.com/2018/08/29/biaya-logistik-indonesia-tinggi-60-persen-dari-transportasi/
Y, Munandar. 2015. Potret Daya Saing Logostik Indonesia. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/ artikel-dan-opini/potret-daya-saing-logistik-indonesia/
Halaman 67
LAMPIRAN Lampiran 1 Perjanjian Kinerja Menteri Koordinator
Halaman 68
Halaman 69
Halaman 70
Lampiran 2 Perjanjian Kinerja Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
2015 2016 2017 2018 2019
Persentasi rekomendasi kebijakan penguatan kedaulatan maritim dihasilkan
Jumlah rekomendasi kebijakan bidang kedaulatan maritim yang dihasilkan Menteri koordinator
Menurunnya pelanggaran kedaulatan maritim
Logistic Performance Rank / Peringkat Kinerja Logistik
Persentase Pertumbuhan PDB Maritim
Persentasi partisipasi aktif pada pertemuan/forum/ Kerjasama regional dan global mengenai isu kemaritiman
Jumlah pengendalian implementasi kebijakan bidang Kedaulatan Maritim
Peran aktif Indonesia dalam kerjasama internasional Bidang Maritim
Competitiveness Index/Indeks Daya Saing
Peringkat Logistic Performance Index
Jumlah regulasi kemaritiman tingkat nasional yang diharmonisasikan dan/atau disinkronisasikan yang difasilitasi oleh Kemenko Bidang Kemaritiman
Jumlah rekomendasi kebijakan bidang SDM IPTEK dan Budaya Maritim yang dihasilkan Menteri Koordinator
Penerapan muatan kurikulum kemaritiman
Persentase Rekomendasi kebijakan kemaritiman yang menjadi dasar penerbitan kebijakan para pemangku kepentingan
Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
Persentase event seni, budaya dan olahraga maritim tingkat nasional dan internasional yang terselenggara
Jumlah pengendalian implementasi kebijakan bidang SDM IPTEK dan Budaya Maritim
Meningkatnya even pariwisata bahari dalam agenda wisata nasional
Persentase Tindaklanjut Hasil Pengendalian Kebijakan di Bidang Kemaritiman
Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
Persentase peningkatan hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan bidang kemaritiman
Jumlah rekomendasi kebijakan bidang Sumberdaya Alam dan Jasa yang dihasilkan Menteri Koordinator
Persentase pertumbuhan ekonomi bidang kemaritiman
Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang diterima di level Internasional
Persentase Capaian Produksi Sumber Daya Alam Kemartiman
Persentase rekomendasi kebijakan SDA dan jasa kemaritiman yang ditindaklanjuti
Jumlah pengendalian implementasi kebijakan bidang Sumberdaya Alam dan Jasa
Pertumbuhan investasi infrastruktur poros maritim
Jumlah Provinsi yang Menerapkan Percontohan Kurikulum Kemaritiman
Ocean Health Index
Persensate regulasi SDA dan Jasa bidang kemaritiman yang diharmonisasikan dan ditindaklanjuti
Jumlah rekomendasi kebijakan bidang Infrastruktur yang dihasilkan Menteri Koordinator
Persentase rekomendasi kebijakan kemaritiman yang menjadi dasar penerbitan kebijakan para pemangku kepentingan
Penurunan Disparitas Investasi Infrastruktur untuk Wilayah Timur dan Barat
Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia *)
Persentase KEK dan KIK yang dikembangkan di luar Jawa
Jumlah pengendalian implementasi kebijakan bidang Infrastruktur
Jumlah Kebijakan Menko yang dihasilkan
Persentase Produksi SDA Bidang Maritim Sesuai Target
Persentase Biaya Logistik Nasional Terhadap PDB
Persentase infrastruktur energi, Opini BPK atas Laporan Persentase rekomendasi hasil Indeks Kualitas Lingkungan Indeks Inovasi
Halaman 71
2015 2016 2017 2018 2019
pertambangan dan industri penunjang infrastruktur yang dikembangkan
Keuangan Kemenko Maritim pengendalian pelaksanaan Kebijakan yang dilaksanakan para pemangku kepentingan
Hidup
Indeks persepsi korupsi Nilai Akuntabilitas Kinerja Jumlah Rumusan/ Formulasi Kebijakan yang dihasilkan di bidang Kemaritiman
Persentase Kebijakan Bidang Kemaritiman yang ditetapkan Menteri Koordinator
Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata
Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenko Maritim
Indeks Reformasi Birokrasi Jumlah Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan
Persentase Keputusan Hasil Pengendalian Kebijakan di Bidang Kemaritiman
Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi Dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
Nilai Akuntabilitas KinerjaOpini BPK atas Laporan Keuangan Kemenko Maritim
Persentase SDM yang memenuhi standar kompetensi
Persentase Pejabat yang telah Memenuh Standar Kompetensi Jabatan
Indeks Reformasi BirokrasiNilai Akuntabilitas Kinerja
Persentase pengelolaan sumber daya berbasis IT
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
Nilai AKIP Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasi Elektronik (SPBE)
Nilai Reformasi Birokrasi Opini BPK Tingkat kehandalan laporan
keuangan dan BMN sesuai ketentuan yang berlaku
Halaman 72