Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) serta memenuhi
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan Laporan Kinerja ini didasarkan atas Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja
(PK) Kepala BBPOPT dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
Berdasarkan Permentan No. 76/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja BBPOPT mengemban tugas melaksanakan dan mengembangkan
peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. Berdasarkan
Renstra 2015-2019, BBPOPT mempunyai visi Menjadi Lembaga Terpercaya dan Pusat
Pengembangan Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Untuk mencapai visi
tersebut, BBPOPT menetapkan misi sebagai berikut: (a) Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan SDM di bidang peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT,
(b) Menciptakan model peramalan OPT yang tepat dan akurat,
(c) Menciptakan metode pengamatan OPT yang tepat dan akurat, (d) Menyusun dan
mengembangkan teknologi pengendalian OPT tepat guna yang efektif, efisien, dan aman,
(e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik lokasi, dan (f) Meningkatkan
pelayanan dan diseminasi informasi pengamatan, peramalan dan teknologi pengendalian
OPT.
Sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) BBPOPT Tahun 2019 terdapat tiga
sasaran kegiatan yaitu 1) Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT, 2) Meningkatnya
implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan oleh BBPOPT, dan
3) Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT. Berdasarkan pelaksanaan
kegiatan BBPOPT Tahun 2019, hasil pengukuran Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan
sebagai berikut:
a. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT adalah 3,4 dari target
3,5 (skala likert).
b. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan OPT yang
diramalkan adalah 85,2 % dari target 66 %.
c. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan OPT
yang diramalkan adalah 87,8 % dari target 66 %.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 iii
d. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan OPT
yang diramalkan adalah 24,9 % dari target 19,5 %.
e. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi berulang (tidak
ada data)
f. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (tidak ada data)
Dukungan anggaran untuk melaksanakan kegiatan pengembangan peramalan
serangan organisme pengganggu tumbuhan Tahun 2019 berdasarkan SP.DIPA-
018.03.2.020072/2019 adalah sebesar Rp. 22.042.446.000,-. Pada perkembangannya
selama Tahun 2019 terdapat penambahan anggaran untuk mendukung kegiatan
pengamanan produksi, sehingga total anggaran BBPOPT Tahun 2019 menjadi sebesar
Rp. 22.542.446.000,-. Secara total sampai dengan 31 Desember 2019, realisasi
penyerapan anggaran BBPOPT adalah Rp. 19.762.253.472,- atau sebesar 87,67 %.
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kinerja BBPOPT ke depan, maka perlu
dilakukan langkah nyata mulai dari proses perencanaan sampai implementasi pelaksanaan
kegiatan di lapang melalui: 1) Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM/petugas
pelaksana pelayanan melalui pengikutsertaan dalam kegiatan pelatihan, 2) Pelaksanaan
sosialisasi dan bimbingan teknis peramalan OPT secara lebih intensif dan terstruktur dalam
rangka penerapan rekomendasi tindaklanjut hasil ramalan, dan 3) Peningkatan koordinasi
dengan stakeholder pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengendalian OPT.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
IKHTISAR EKSEKUTIF ...............................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi .................................................................
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja................ ...........................................
1.4. Sumber Daya Manusia ...............................................................................
1.5. Dukungan Anggaran ..................................................................................
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................................
2.1. Rencana Strategis 2015-2019 ...................................................................
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2019....................................................................
2.3. Pengukuran Indikator Kinerja ......................................................................
2.4. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran ...................................
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...........................................................................
3.1. Capaian Kinerja .........................................................................................
3.2. Realisasi Anggaran ...................................................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................................
i
ii
iv
v
vi
vii
1
1
2
3
5
8
10
10
12
13
15
17
17
71
76
77
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 v
DAFTAR TABEL
Hal
1. Perjanjian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2019 .............................................. 12
2. Capaian Kinerja BBPOPT Tahun 2019 ............................................................. 17
3. Realisasi nilai IKM BBPOPT Tahun 2019 dan Tahun 2018 .............................. 19
4. Nilai IKM BBPOPT 5 Tahun Terakhir ................................................................ 20
5. Perbanyakan Isolat Agens Hayati Tahun 2019 ................................................. 23
6. Distribusi Isolat Agens Hayati Tahun 2019 ....................................................... 23
7. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Pada Sasaran Kegiatan Meningkatnya
Kualitas Layanan Publik BBPOPT ..................................................................... 27
8. Rekapitulasi Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2015-2019 (%) ................. 29
9. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2018/2019 ....................... 30
10. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2018/2019............ 31
11. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan PBP MT 2018/2019 ........... 32
12. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2019 ................................ 33
13. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan BLB MT 2019 ..................... 34
14. Realisasi dan Capaian Rasio Luas serangan OPT Padi yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2018 dan 2019 ................. 35
15. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2018/2019 .................. 36
16. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2019 ........................... 37
17. Realisasi dan Capaian Rasio Luas serangan OPT Jagung yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2018 dan 2019 ................ 38
18. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2018/2019 .................. 39
19. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2019 ........................... 40
20. Realisasi dan Capaian Rasio Luas serangan OPT Kedelai yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2018 dan 2019 ................ 40
21. Efisiensi penggunaan sumberdaya pada sasaran kegiatan meningkatnya
implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan
oleh BBPOPT .................................................................................................... 42
22. Capaian Indikator Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT 65
23. Efisiensi penggunaan sumberdaya pada sasaran kegiatan meningkatnya
akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT .................................................... 68
24. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja .............................. 71
25. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output ........................................ 72
26. Perbandingan Realisasi Anggaran BBPOPT Tahun 2018 dan 2019 ............... 72
27. Pegawai yang Pensiun, Pindah/Mutasi dan Meninggal Tahun 2019............... 73
28. Rincian Pembelian Lahan Sawah Yang Terealisasi Tahun 2019 ..................... 73
29. Efisiensi Kegiatan Utama BBPOPT Tahun 2019 ............................................. 74
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 vi
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT ............................................. 3
2. Nilai IKM BBPOPT Tahun 2019 ......................................................................... 19
3. Perkembangan Nilai IKM BBPOPT Dalam 5 Tahun Terakhir ........................... 20
4. Penyediaan Isolat Agens Hayati ....................................................................... 22
5. Identifikasi Penyakit Padi di Laboratorium PCR ............................................... 24
6. Pelaksanaan Bimbingan Teknis P3OPT .......................................................... 24
7. Grafik Perkembangan Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang
Terjadi Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Selama 5 Tahun Terakhir 28
8. Pengamatan Keadaan OPT pada Tanaman Bawang Merah di Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah ........................................................................................ 58
9. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT)
terhadap Mortalitas Lalat Buah Bactrocera papayae stadia Telur Tua pada
Buah Salak ........................................................................................................ 60
10. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT)
terhadap Mortalitas Lalat Buah Bactrocera papayae stadia Telur Tua pada
Buah Naga.......................................................................................................... 61
11. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT)
terhadap Kerusakan Buah Salak (Fruit Injury Test) ......................................... 62
12. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT)
terhadap Kerusakan Buah Naga (Fruit Injury Test) .......................................... 63
13. Pelaksanaan Uji Host Status Buah Nanas terhadap Perkembangan Lalat
Buah di Laboratorium VHT ............................................................................... 64
14. Pelaksanaan Audit Kinerja oleh Tim Itjen ......................................................... 66
15. Penyerahan Penghargaan Juara III Lomba TIK Tahun 2019 ......................... 69
16. Piagam Penghargaan Lomba Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik
Lingkup Kementan Tahun 2019 ......................................................................... 70
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Distribusi SDM BBPOPT pada Tahun 2019 Menurut Golongan,
Jenis Kelamin dan Pendidikan ........................................................................... 78
2. Perjanjian Kinerja Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Tahun 2019 ...................................................................................... 79
3. Realisasi Anggaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019 ............................................. 81
4. Realisasi Fisik Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019 ............................................. 83
5. Pengujian Sampel di Laboratorium Agens Hayati ............................................. 85
6. Pengujian Sampel di Laboratorium Fitopatologi ................................................ 86
7. Pengujian Sampel di Laboratorium PCR ........................................................... 88
8. Bimbingan Teknis P3OPT Tahun 2019 ............................................................ 91
9. Pelayanan Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian Mahasiswa....................... 93
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap
ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh
dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis
sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam mencapai tujuan untuk
memantapkan pembangunan secara menyeluruh memerlukan prasyarat dasar yaitu
pangan. Hal ini selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan yang menyebutkan bahwa kebutuhan akan pangan merupakan hak
mendasar bagi setiap penduduk, sehingga ketersediaan dan keterjangkauan
terhadap pangan yang bermutu dan bergizi seimbang menjadi sangat fundamental.
Ketersediaan pangan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan suatu
bangsa. Suatu negara dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik apabila
mampu menyelenggarakan pasokan pangan yang stabil dan berkelanjutan bagi
seluruh penduduknya dan masing-masing rumah tangga mampu memperoleh
pangan sesuai kebutuhannya. Dengan demikian, ketahanan pangan merupakan
prasyarat bagi suatu bangsa untuk dapat membangun sektor-sektor lainnya.
Seiring dengan pertambahan penduduk akan berkorelasi dengan kenaikan
kebutuhan pangan. Berdasarkan data BPS, penduduk Indonesia diproyeksikan
berjumlah 269 juta jiwa pada tahun 2019 dan merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia. Penyediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang
baik merupakan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan lebih bervariasi
untuk dihadapi. Salah satu isu strategis yang menjadi faktor penghambat dalam
penyediaan pangan adalah adanya serangan serangan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Dampak serangan OPT dapat menurunkan produksi tanaman,
yang beberapa kasus dilaporkan dapat menyebabkan kerugian/ kehilangan hasil
hingga 100 % (puso). Untuk meninimalisir dampak serangan OPT tersebut,
diperlukan sistem peringatan dini berupa peramalan serangan OPT. Peramalan OPT
adalah komponen penting dalam perlindungan tanaman sebagai salah satu dasar
pengambilan keputusan dalam pengendalian OPT. Adanya peringatan dini tersebut,
diharapkan mampu mendorong upaya-upaya tindakan preventif, sehingga risiko
kerugian/ kehilangan hasil yang lebih besar pada tanaman dapat dihindari. Untuk
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 2
melaksanakan fungsi tersebut, berdasarkan Permentan Nomor
76/Permentan/OT.140/11/2011, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (BBPOPT) diberikan mandat mengemban tugas untuk melaksanakan dan
mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura di Indonesia. Tugas dan fungsi BBPOPT tersebut didukung oleh
Permentan Nomor 39/Permentan/HM.130/8/2018 tentang Sistem Peringatan Dini
Dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian, pada pasal 5
menyebutkan bahwa informasi peramalan/prakiraan OPT yang dikeluarkan oleh
BBPOPT digunakan sebagai satu-satunya sumber peringatan dini oleh pemerintah
dalam rangka menyusun rekomendasi dan strategi meminimalkan risiko serangan
OPT.
Untuk mendukung pelaksanaan tugasnya tersebut, BBPOPT telah
melaksanakan beberapa program dan kegiatan selama tahun 2019. Untuk mengukur
capaian kinerjanya, maka disusunlah Laporan Kinerja Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019. Penyusunan Laporan Kinerja
tersebut didasarkan pada : (1). Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (2). Instruksi Presiden No. 7 Tahun
1999; (3). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Berdasarkan Permentan Nomor 76/Permentan/OT.140/11/2011 tanggal 30
November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan, BBPOPT mengemban tugas melaksanakan dan
mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura. Dalam melaksanakan tugasnya, BBPOPT menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT,
dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu
perkembangan OPT;
3) Pelaksanaan dan penyusunan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT;
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 3
4) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan dan
pengamatan, pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT);
5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan,
pengamatan dan pengendalian OPT;
6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu standar
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP);
7) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT;
8) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
9) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional; dan
10) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja BBPOPT
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, BBPOPT dipimpin oleh
seorang Kepala dan dibantu oleh 3 (tiga) pejabat Eselon III dan 7 (tujuh) Eselon IV
sebagaimana tercantum dalam Permentan Nomor: 76/Permentan/OT.140/11/2011
tanggal 30 November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Peramalan OPT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 4
Pelaksanaan tugas pekerjaan secara rinci telah diatur dalam Permentan Nomor
44/Permentan/OT.140/6/2012 tanggal 19 Juni 2012 tentang Rincian Tugas Pekerjaan
Eselon IV lingkup BBPOPT. Tugas dan fungsi Eselon III lingkup BBPOPT adalah
sebagai berikut:
1. Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, tata usaha,
keuangan, rumah tangga dan perlengkapan serta penyimpanan dan pengelolaan
cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional. Dalam melaksanakan
tugasnya, Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Pelaksanaan urusan kepegawaian, surat menyurat dan kearsipan;
b) Pelaksanaan urusan keuangan;
c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan;
d) Pengelolaan cadangan bahan pengendali OPT tingkat nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum dibantu oleh Subbagian
Kepegawaian dan Tata Usaha, Keuangan, serta Rumah Tangga dan
Perlengkapan.
2. Bidang Program dan Evaluasi
Pengelolaan penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan
peramalan OPT,dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan
tugas Bidang Program dan Evaluasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang
Program dan Evaluasi menyelanggarakan fungsi:
a) Penyusunan rencana, program dan anggaran peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
b) Pelaksanaan kerjasama peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
c) Pemantauan dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;
d) Penyusunan laporan hasil peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Program dan Evaluasi dibantu oleh Seksi
Program, dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi.
3. Bidang Pelayanan Teknis
Pengelolaan pemberian dan pelayanan peramalan, pengamatan dan pengendalian
OPT, penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan, pengamatan dan
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 5
pengendalian OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT serta
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan tugas Bidang
Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi mempunyai fungsi :
a) Pemberian pelayanan teknis peramalan, pengamatan, dan pengendalian
OPT, pengembangan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT, serta
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
b) Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, serta pengembangan peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura .
Dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Pelayanan Teknis, Informasi dan
Dokumentasi dibantu oleh Seksi Pelayanan Teknis, dan Seksi Informasi dan
Dokumentasi.
1.4. Sumber Daya Manusia
Pada Tahun 2019 sumber daya manusia (SDM) BBPOPT berjumlah 81
pegawai, terdiri dari 11 Pejabat Struktural, 33 Fungsional Umum dan 37 Fungsional
POPT. Sedangkan proporsi pegawai berdasarkan Bagian/Bidang adalah Bagian
Umum sejumlah 22 pegawai, Bidang Program dan Evaluasi 9 pegawai, Bidang
Pelayanan Teknis, Informasi dan Dokumentasi 12 pegawai; dan Kelompok Jabatan
Fungsional 37 pegawai. Selama kurun waktu 2019 terjadi pengurangan jumlah
pegawai sebanyak 7 pegawai dan penambahan sebanyak 3 pegawai. Untuk
pengurangan jumlah pegawai sebanyak 7 orang dikarenakan pensiun, mutasi dan
meninggal dunia.
Adapun pengurangan jumlah pegawai tersebut atas nama:
1. Ir. Tri Susetyo, M.M., NIP.195903111983031022, diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai Batas Usia Pensiun
Terhitung Mulai Tanggal 1 April 2019.
2. Wahyudin, NIP. 196107291987021001, diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai Batas Usia Pensiun Terhitung Mulai
Tanggal 1 Agustus 2019.
3. Ir. Lilik Retnowati, NIP. 196512061991032001, mutasi ke Sekretariat Ditjen
Tanaman Pangan Terhitung Mulai Tanggal 8 Maret 2019.
4. Sujiono, SP NIP. 197809012011011005, mutasi ke Direktorat Serealia, Ditjen
Tanaman Pangan Terhitung Mulai Tanggal 9 April 2019.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 6
5. Berry Budhiarsa Agustina, S.P., NIP. 197908182009121003, mutasi ke Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan Terhitung Mulai Tanggal
9 April 2019.
6. Urip Slamet Riyadi, NIP. 196701151998031001, diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil karena meninggal dunia Terhitung Mulai Tanggal 1
Juli 2019.
7. Shinta Stephanie Dian Lestari , A.Md., NIP. 198409022011012010, mutasi ke
Badan Karantina Pertanian Terhitung Mulai Tanggal 1 November 2019.
Sedangkan penambahan pegawai atas nama :
1. Dr. Ir. Enie Tauruslina Amarullah, MP., NIP. 196905031999032004 diangkat
menjadi Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Terhitung Mulai 29 Juli 2019 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
426/Kpts/Kp.230/M/6/2019 tanggal 21 Juni 2019.
2. Abdullah Wisnu, A.Md., NIP. 199512202019021001 diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Terhitung Mulai 1 Februari 2019 berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 429/Kpts/Kp.120/A2/01/2019 tanggal 28
Januari 2019.
3. Ranti Riama Pardede,A.Md., NIP. 199709102019022001 diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Terhitung Mulai 1 Februari 2019 berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 494/Kpts/Kp.120/A2/01/2019 tanggal 28
Januari 2019
Pada Tahun 2019 Kenaikan Jabatan Fungsional POPT sebanyak 3 pegawai atas
nama:
1. Willing Bagariang, S.P., dari Pengangkatan Kembali Dalam Jabatan POPT
Setelah Tugas Belajar, tanggal 24 Mei 2019,
2. Didah Mahmudah, dari POPT Terampil Pelaksana Pemula Ke POPT Terampil
Pelaksana, tanggal 21 Januari 2019,
3. Tika Dewi Munifah, dari POPT Terampil Pelaksana Pemula Ke POPT Terampil
Pelaksana, tanggal 31 Januari 2019,
Kenaikan Pangkat Pegawai sebanyak 19 pegawai dan Kenaikan Gaji Berkala
sebanyak 45 pegawai, Pencantuman Gelar pegawai atas nama Willing Bagariang,
S.P., berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 160/Kpts/Kp.320/A2/05/2019,
tanggal 15 Mei 2019 mencantumkan gelar akademik Willing Bagariang, NIP.
198104022011011007 dengan gelar akademik Magister Sains (M.Si) dan
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 7
Pengangkatan Kembali Dalam Jabatan Fungsional Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT) Pegawai atas nama Willing Bagariang, S.P,
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 597/Kpts/KP.240/A2.4/5/2019,
tanggal 24 Mei 2019.
Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) akhir Tahun 2019 komposisi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) BBPOPT dikelompokkan sebagai berikut:
1. Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
Klasifikasi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dikelompokkan sebagai
berikut: SMP sebanyak 1 orang (1,2 %), SMA sebanyak 40 orang (49,4 %), D3
sebanyak 10 orang (12,3 %), Sarjana (S1) sebanyak 24 orang (29,6 %), dan
Magister (S2) sebanyak 6 orang (7,4 %). Saat ini Subbagian Kepegawaian dan Tata
Usaha sedang memproses mutasi kepegawaian atas nama Dr. Ir. Enie Tauruslina
Amarullah, MP dari BPTPH Sumatera Barat ke Ditjen Tanaman Pangan Kementan
serta proses pencantuman gelar S3.
2. Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat dan Golongan
Pengelompokan pegawai berdasarkan pangkat dan golongan sebagai berikut:
Golongan IV/b sebanyak 2 pegawai, Golongan IV/a sebanyak 1 pegawai, Golongan
III/d sebanyak 11 pegawai, Golongan III/c sebanyak 13 pegawai, Golongan III/b
sebanyak 20 pegawai, Golongan III/a sebanyak 13 pegawai, Golongan II/d
sebanyak 8 pegawai, Golongan II/c sebanyak 8 pegawai, Golongan II/b sebanyak 4
pegawai dan Golongan II/a sebanyak 1 pegawai.
3. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi Pegawai BBPOPT berdasarkan Jenis Kelamin sebagai berikut: laki-laki
sejumlah 58 pegawai (71,6 %) dan perempuan sejumlah 23 pegawai (28,4 %).
Dalam rangka mendorong peningkatan layanan dan kinerja pada Tahun 2019,
BBPOPT mempunyai 24 orang tenaga kerja kontrak yang sumber pembiayaannya
dibebankan pada DIPA-BBPOPT TA 2019, sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja Kebersihan Kantor dan Lingkungannya sebanyak 8 orang;
b. Tenaga Kerja Kebersihan Laboratorium, Rumah Kaca, Kebun Koleksi dan Kebun
Percobaan sebanyak 6 orang;
c. Tenaga Kerja Keamanan Kantor sebanyak 6 orang;
d. Tenaga Kerja Pengemudi Kendaraan Dinas sebanyak 2 orang;
e. Tenaga Kerja Pramu Humas sebanyak 2 orang.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 8
1.5. Dukungan Anggaran
Dukungan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Peramalan
Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019 telah disahkan oleh
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2019 Nomor: No :SP.DIPA-
018.03.2.020072/2019 tanggal 5 Desember 2018 pagu BBPOPT mengalami 4
(empat) kali revisi DIPA dengan rincian 2 kali terkait administratif adanya perubahan
kuasa pengguna anggaran tanpa merubah pagu DIPA, 1 (satu) kali revisi terkait
pengguguran tanda bintang untuk pengadaan lahan, terakhir revisi adalah
penambahan anggaran dari anggaran semula Rp. 22.042.446.000,- ditambah
Rp. 500.000.000,- menjadi Rp 22.542.446.000,-.
Adapun rincian lengkap revisi DIPA pada Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
a. Revisi I pada tanggal 30 April 2019 dilakukan Revisi administrasi Daftar Isian
Pelaksana Anggaran yang tujuannya adalah penggantian KPA semula atas nama
Ir. Tri Susetyo, M.M. menjadi Dr. Ir. Mohammad Takdir Mulyadi, M.M. sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran yang baru.
b. Revisi II pada tanggal 2 Juli 2019, revisi dilakukan untuk pengguguran tanda bintang
untuk pengadaan lahan sebesar 30.725 m2.
c. Revisi III pada tanggal 16 Agustus 2019 dilakukan revisi administrasi Daftar Isian
Pelaksanaa Anggaran yang tujuannya adalah penggantian KPA semula atas nama
Ir. Dr. Ir. Mohammad Takdir Mulyadi, M.M. menjadi Dr.Ir. Enie Tauruslina Amarullah
M.P. sebagai Kuasa Pengguna Anggaran yang baru.
d. Revisi IV pada tanggal 08 Oktober 2019, Revisi DIPA ke IV dilakukan karena ada
penambahan anggaran sebesar Rp. 500.000.000,- sehingga anggaran total menjadi
Rp. 22.542.446.000,-.
Anggaran tersebut dikelola dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Pengembangan
Peramalan Serangan OPT yang dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis belanja sesuai
DIPA Revisi IV:
a. Belanja Pegawai yang meliputi pembayaran gaji dan tunjangan
Rp. 6.515.642.000,- atau 28,90 % dari total anggaran.
b. Belanja Barang Rp. 10.268.704.000,- atau 45,55% dari total anggaran.
c. Belanja Modal Rp. 5.758.100.000,- atau 25,55% dari total anggaran.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 9
Berdasarkan jenis output kegiatan, anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan
kegiatan dengan 3 (tiga) output kegiatan sesuai DIPA Revisi IV, yaitu:
a. Pengembangan Model Peramalan OPT (007) dengan anggaran sebesar
Rp. 6.714.989.000,- atau 29,78 % dari total anggaran, dan target volume 15 model.
b. Layanan Internal (Overhead) (951) dengan anggaran sebesar
Rp. 6.575.910.000,- atau 29,17 % dari total anggaran dan target volume 12 bulan.
c. Layanan Perkantoran (994) dengan anggaran sebesar Rp. 9.251.547.000,- atau
49,30% dari total anggaran, dan target volume 12 bulan. Porsi anggaran layanan
perkantoran mencapai 49,30 % dari total anggaran karena di dalamnya mencakup
gaji dan tunjangan yang sebesar Rp. 6.515.642.000,-.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 10
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
1. Visi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan
strategis yang dihadapi tersebut di atas, BBPOPT mempunyai visi “Menjadi
Lembaga Terpercaya dan Pusat Pengembangan Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan”.
2. Misi
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka BBPOPT merumuskan misi
sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas di bidang pengamatan,
peramalan, dan pengendalian OPT;
b) Menciptakan model peramalan OPT yang tepat dan akurat;
c) Menciptakan metode pengamatan OPT yang tepat dan akurat;
d) Merakit dan mengembangkan teknologi pengendalian OPT tepat guna yang
efektif, efisien dan aman;
e) Menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT spesifik lokasi;
f) Meningkatkan pelayanan dan diseminasi informasi pengamatan, peramalan,
dan pengendalian OPT.
3. Tujuan dan Sasaran BBPOPT
Dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, visi, dan misi, BBPOPT telah
merumuskan tujuan strategis, yaitu “Memberikan dukungan pengamanan produksi
dan mengoptimalkan penggunaan teknologi pengamatan, peramalan dan
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dan dampak perubahan iklim”.
Sesuai dengan tujuan strategis yang ingin dicapai, maka dirumuskan sasaran
strategi yang ingin dicapai BBPOPTsebagai berikut :
a) Meningkatnya sumber daya manusia (SDM) baik petugas, petani maupun
masyarakat lainnya di bidang peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT
dalam rangka pemahaman, pelaksanaan, pemasyarakatan dan pelembagaan
konsepsi PHT.
b) Tercapainya koordinasi dan sinkronisasi instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat terkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan perlindungan tanaman.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 11
c) Terlaksananya penyusunan program dan mengevaluasi peramalan,
pengembangan peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura, serta sinkronisasi dengan program dan kegiatan perlindungan
tanaman antar berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun daerah.
d) Terwujudnya dukungan teknologi di bidang peramalan, pengamatan, dan
pengendalian OPT (P3OPT) kepada pihak pengambil kebijakan dalam
pelaksanaan P3OPT dan rujukan proteksi.
e) Terwujudnya peran aktif dalam mendukung kegiatan pembangunan tanaman
pangan khususnya pencapaian dan pertumbuhan produksi pangan nasional
khususnya padi, jagung, kedelai dan ubi kayu pada tahun 2015-2019.
4. Arah Kebijakan
Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian OPT secara terpadu
merupakan salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang
melekat pada tugas dan fungsi Direktorat Perlindungan Tanaman dan BBPOPT.
Kebijakan tersebut untuk mendukung Program Peningkatan Produksi, Produktivitas,
dan Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan.
Dukungan tersebut diharapkan dapat menjadi arah kebijakan untuk menjamin
terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas pada taraf tinggi, menguntungkan
bagi petani dan aman terhadap lingkungan.
5. Strategi
Strategi Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta misi untuk mencapai visi yang
diinginkan yaitu:
a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia yang
bergerak dalam bidang perlindungan tanaman.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas teknologi peramalan dan rujukan proteksi
tanaman pangan.
c) Meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi, komunikasi dan diseminasi hasil
peramalan dan rujukan proteksi tanaman.
d) Menjalin dan meningkatkan kualitas kemitraan dalam rangka mewujudkan
hubungan sinergi antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan dan
hortikultura di tingkat pusat dan daerah.
e) Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas, sumber daya manusia, dan dana untuk
pengembangan peramalan dan rujukan proteksi
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 12
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kesepakatan kinerja antara
atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada
sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Perjanjian kinerja merupakan pelaksanaan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sesuai dengan Permenpan RB Nomor
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen perjanjian kinerja
merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi
kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja terwujudlah komitmen
penerima amanah dan kesepakatan antara pemberi dan penerima amanah atas kinerja
yang terukur berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumberdaya yang
tersedia.
Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja antara Kepala Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan untuk
melaksanakan kegiatan yang mendukung Program Kementerian Pertanian. Perjanjian
Kinerja ini menjadi dokumen untuk mewujudkan capaian strategis Balai Besar
Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tahun Anggaran 2019.
Perjanjian Kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun
Anggaran 2019 sebagai berikut:
Tabel 1. Perjanjian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2019
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN TARGET
1Meningkatnya kualitas layanan publik
BBPOPT
1 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
layanan publik BBPOPT (skala likert)3,5
INDIKATOR KINERJA
Jumlah temuan BPK atas pengelolaan
keuangan BBPOPT yang terjadi berulang
66
66
19,5
0
2
3
Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang
terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang
terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai
yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
0
2
3 Meningkatnya akuntabilitas kinerja di
lingkungan BBPOPT
4
5
6
Meningkatnya implementasi
rekomendasi peramalan serangan OPT
yang diberikan oleh BBPOPT
Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP
yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP sesuai
Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 13
Perjanjian kinerja Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Tahun 2019 mempunyai 3 sasaran program/kegiatan dan 6 indikator kinerja sasaran
kegiatan, besaran target dengan mempertimbangkan kriteria : spesifik, dapat diukur
(measurable), dapat dicapai (attainable), realistis (realistic) dan berjangka waktu
tertentu (time bound). IKU yang telah disusun dalam PK Kepala Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan merupakan turunan (cascade) dari IKU yang telah
diperjanjikan dalam PK Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Keselarasan ini
merupakan prasyarat kualitas pengukuran yang baik.
2.3. Pengukuran Indikator Kinerja
1. Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) merupakan hasil survei kepuasan
masyarakat terhadap layanan publik BBPOPT. Survei kepuasan masyarakat ini
dilakukan secara online dengan alamat website : ikm.pertanian.go.id dengan
mengisi kuesioner yang terdiri pertanyaan terkait 9 unsur pelayanan yang terdiri dari
persyaratan, prosedur, waktu pelayanan, biaya, produk layanan, kompetensi,
perilaku, sarana dan prasarana, serta penanganan pengaduan. Penilaian IKM ini
mengacu pada Permentan Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pedoman Survei
Kepuasan Masyarakat Unit Kerja Pelayanan Publik Lingkup Kementerian Pertanian.
Interval IKM berdasarkan Permentan Nomor 19 Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Nilai persepsi 1 = interval 1,00 – 2,599 (25,00 – 64,99), Mutu Pelayananan D
(Tidak Baik)
2. Nilai persepsi 2 = interval 2,60 – 3,064 (65,00 – 76,60), Mutu Pelayananan C
(Kurang Baik)
3. Nilai persepsi 3 = interval 3,0644 – 3,532 (76,61 – 88,30), Mutu Pelayananan B
(Baik)
4. Nilai persepsi 4 = interval 3,533 – 4,00 (88,31 – 100), Mutu Pelayananan A
(Sangat Baik)
2. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan
OPT yang diramalkan
Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan luas serangan OPT tanaman padi
yang terjadi dengan luas serangan OPT tanaman padi yang diramalkan. Indikator
kinerja ini merupakan target minimize (semakin rendah semakin baik). Angka rasio
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 14
ini diperoleh dari rata-rata tertimbang antara capaian hasil pada MT Okt 2018/Mar
2019 dengan capaian pada MT Apr/Sep 2019.
3. Rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap luas
serangan OPT yg diramalkan
Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan luas serangan OPT tanaman
jagung yang terjadi dengan luas serangan OPT tanaman jagung yang diramalkan.
Indikator kinerja ini merupakan target minimize (semakin rendah semakin baik).
Angka rasio ini diperoleh dari rata-rata tertimbang antara capaian hasil pada MT Okt
2018/Mar 2019 dengan capaian pada MT Apr/Sep 2019.
4. Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas
serangan OPT yg diramalkan
Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan luas serangan OPT tanaman
kedelai yang terjadi dengan luas serangan OPT tanaman kedelai yang diramalkan.
Indikator kinerja ini merupakan target minimize (semakin rendah semakin baik).
Angka rasio ini diperoleh dari rata-rata tertimbang antara capaian hasil pada MT Okt
2018/Mar 2019 dengan capaian pada MT Apr/Sep 2019.
5. Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi
berulang
Indikator ini dengan menghitung jumlah temuan hasil audit BPK terhadap laporan
keuangan pada tahun ini dan tahun sebelumnya. Temuan BPK ini terkait dengan
kesesuaian laporan keuangan terhadap Standar Akuntansi Pemerintah (Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2020).
6. Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang
Indikator ini dengan menghitung jumlah temuan hasil audit Inspektorat Jenderal
atgas implementasi SAKIP pada tahun ini dan tahun sebelumnya. Temuan Itjen ini
sesuai dengan 5 aspek SAKIP sesuai dengan Permenpan RB Nomor 12 Tahun
2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 15
2.4. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran kinerja dikelompokan berdasarkan
penilaian capaian melalui metode scoring dengan kategori:
1) Sangat berhasil: realisasi >100% dari target,
2) Berhasil: realisasi 80-100% dari target,
3) Cukup berhasil: realisasi 60-79% dari target, dan
4) Kurang berhasil: realisasi <60% dari target.
Penilaian capaian sasaran kinerja BBPOPT Tahun 2019 dilakukan dengan
membandingkan realisasi masing-masing Indikator Kinerja terhadap target yang telah
ditetapkan pada Perjanjian Kinerja (PK) Kepala Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019.
2.5. Kegiatan Pendukung Untuk Pencapaian Sasaran Kegiatan
Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan pendukung untuk pencapaian sasaran kegiatan:
A. Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT
1. Rencana kerja akreditasi ISO 17025
2. Pameran pembangunan pertanian
3. Layanan bahan publikasi (majalah, leaflet, poster dan brosur)
4. Pengembangan perpustakaan
5. Pengembangan website
6. Siaran radio dan TV
7. Layanan manajemen kepegawaian
8. Pengadaan alat pengolah data
9. Pengadaan peralatan dan mesin
10. Pembangunan/renovasi gedung dan bangunan
11. Pengadaan tanah (sawah percobaan)
12. Pemagaran lahan kebun percobaan
B. Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang
diberikan oleh BBPOPT
1. Pengamanan produksi tanaman pangan
2. Pengamatan keadaan lapang OPT tanaman pangan
3. Workshop pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
4. Pelatihan agens hayati
5. Bahan operasional laboratorium pengelolaan BBPOPT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 16
6. Perbanyakan isolat dan produk agens pengendali hayati
7. Peramalan OPT pangan tingkat nasional dan spesifik lokasi
8. Workshop evaluasi peramalan OPT pangan
9. Pengembangan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT
10. Pemantauan dan Evaluasi Mutu Laboratorium PHP dan AH
C. Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT
1. Layanan manajemen BMN
2. Layanan manajemen keuangan
3. Rencana Anggaran BBPOPT
4. Rencana Kerja BBPOPT
5. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan BBPOPT
6. Sistem Pengendalian Intern
7. Laporan Kegiatan BBPOPT (Bulanan dan Tahunan)
8. Laporan Kinerja Instansi
9. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Lapang BBPOPT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 17
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Kepala Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019 yang telah diperjanjikan dengan Direktur
Jenderal Tanaman Pangan, terdapat 3 sasaran kegiatan BBPOPT yaitu
a. Meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT
b. Meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan
oleh BBPOPT
c. Meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT
Tabel 2. Capaian Kinerja Kepala BBPOPT Tahun 2019
A. Meningkatnya Kualitas Layanan Publik BBPOPT
Indikator kinerja dari meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT adalah angka
capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik BBPOPT.
Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik menjelaskan bahwa
negara berkewajiban memberikan pelayanan kepada setiap warga Negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945. Pelayanan prima di lingkungan Kementerian Pertanian adalah salah
satu usaha yang dilakukan unit kerja/organisasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik dan memberikan kemudahan pelayanan berupa
barang/jasa/administratif dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut ditujukan agar
NOSASARAN
PROGRAM/KEGIATANNO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
CAPAIAN
(%)KATEGORI
1Meningkatnya kualitas
layanan publik BBPOPT
1 Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
layanan publik BBPOPT (skala likert)3,5 3,4 97,1 BERHASIL
70,9
67,0
72,3
-
-
3 Meningkatnya
akuntabilitas kinerja di
lingkungan BBPOPT
5Jumlah temuan BPK atas pengelolaan
keuangan BBPOPT yang terjadi berulang 0
6
Jumlah temuan Itjen atas implementasi
SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP
sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)0
2 Meningkatnya
implementasi
rekomendasi peramalan
serangan OPT yang
diberikan oleh BBPOPT
2 Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang
terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
66
3 Rasio luas serangan OPT tanaman jagung
yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
66
4 Rasio luas serangan OPT tanaman kedelai
yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan (%)
19,5
CUKUP
BERHASIL
CUKUP
BERHASIL
CUKUP
BERHASIL
-
-
85,2
87,8
24,9
Tdk ada data
Tdk ada data
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 18
kebutuhan pengguna layanan terpenuhi sesuai harapan. Pelayanan prima
(excellent service) memiliki makna pelayanan dan kualitas. Tujuan pemerintah
melaksanakan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan berkualitas yang
dapat memenuhi dan memuaskan masyarakat sebagai pelanggan/pengguna
layanan serta membangun dan menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Pelayanan prima juga mendorong pelayanan publik yang berkualitas. Pelayanan
Publik yang berkualitas menuntut adanya upaya dari seluruh sumber daya manusia
yang ada dan bukan hanya dari petugas resepsionis untuk memberikan pelayanan
prima. Seluruh pegawai memiliki peran penting dalam menciptakan pelayanan yang
berkualitas bagi masyarakat. Keluhan masyarakat terhadap rendahnya kualitas
pelayanan dan rendahnya akuntabilitas kinerja aparatur menjadikan indikator
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi belum baik.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) merupakan
salah satu Instansi Pemerintah yang tugas dan fungsinya antara lain memberikan
pelayanan kepada masyarakat di bidang Pengamatan, Peramalan dan
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT). Pelayanan yang
diberikan BBPOPT kepada masyarakat sesuai SK Kepala BBPOPT Nomor
138/OT.180/C.8/09/2019 tentang Penetapan Standar Pelayanan Publik Pada Jenis
Pelayanan Barang dan Jasa, terdiri dari dua jenis pelayanan yaitu pelayanan barang
dan pelayanan jasa. Jenis pelayanan barang mencakup antara lain dalam hal
Penyediaan Isolat Agens Hayati, Penyediaan Bibit Tanaman Nabati, Penyediaan
Pias Trichogramma, dan Penyediaan Benih Refugia. Sedangkan Jenis Pelayanan
Jasa terdiri dari Penyediaan Ruang Pertemuan dan asrama, Pengujian Efikasi
Pestisida, Pengelolaan Stok Pestisida Nasional, Bimbingan Teknis Teknologi
P3OPT, Pelayanan Magang/Praktek Kerja Lapang, dan Pelayanan Identifikasi
Sampel.
Penilaian tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan
BBPOPT yang disebut dengan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Penilaian
tingkat kepuasan masyarakat disusun berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan
Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 19/Permentan/OT/080/4/2018 tentang Pedoman Survei Kepuasan
Masyarakat.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 19
Penilaian IKM Tahun 2019 dilakukan dengan cara melakukan pengisian kuesioner
secara online oleh pengguna layanan BBPOPT (responden). Pengguna layanan
BBPOPT terdiri dari petugas POPT, pegawai dinas pertanian, petani, dan pengguna
layanan lainnya. Kegiatan pendataan IKM dilakukan secara terus menerus dalam
satu tahun. Pengukuran IKM dilakukan secara online dengan mengisi melalui portal
Survei Kepuasan Masyarakat Kementan dengan alamat: ikm.pertanian.go.id. Data
hasil pengisian kuesioner IKM diolah menggunakan skala likert.
Gambar 2. Nilai IKM BBPOPT Tahun 2019
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kinerja pelayanan BBPOPT pada
tahun 2019 adalah dengan nilai 85 yang masuk pada Kriteria Baik dan jika dilakukan
konversi ke dalam skala likert pada angka 3,4. Jumlah responden yang mengisi
secara online pada tahun 2019 adalah sebanyak 870 orang dengan rincian 524 laki-
laki dan 346 perempuan dengan mayoritas latarbelakang pendidikan adalah SLTA
dan S1.
Tabel 3. Realisasi nilai IKM BBPOPT Tahun 2019 dan Tahun 2018
Nilai Likert Nilai Likert
2018 87,5 3,5 84,2 3,37 96,3
2019 87,5 3,5 85,0 3,4 97,1
Target RealisasiTahun Capaian (%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 20
Berdasarkan Tabel di atas, jika dibandingkan dengan realisasi kinerja pelayanan
Tahun 2018 yang sebesar 84,2 (kategori baik). Ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kualitas layanan publik BBPOPT pada tahun 2019 ini ditunjukkan
dengan meningkatnya capaian kinerja pelayanan dari Tahun 2018 sebesar 96,3 %
menjadi 97,1 %.
Tabel 4. Nilai IKM BBPOPT 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Nilai IKM Mutu
Pelayanan Kinerja UKPP
1 2015 87,7 A Sangat Baik
2 2016 87,3 A Sangat Baik
3 2017 87,4 A Sangat Baik
4 2018 84,2 B Baik
5 2019 85,0 B Baik
Grafik realisasi IKM BBPOPT dalam 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar berikut
Gambar 3. Perkembangan Nilai IKM BBPOPT Dalam 5 Tahun Terakhir
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai kinerja pelayanan BBPOPT pada Tahun
2019 sebesar 85,0 (kategori Baik), jika dibandingkan dengan nilai kinerja pada
periode 2015-2017 pada kisaran nilai 87 (periode 2015-2017) yang berada di
kategori Sangat Baik. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kriteria kategori hasil
penilaian IKM. Pada periode 2015-2017 menggunakan dasar Permentan No. 78
Tahun 2013 yang masih menggunakan 14 unsur secara manual, sedangkan pada
Tahun 2018 dan Tahun 2019 menggunakan dasar perhitungan sesuai dengan
Permentan 19 Tahun 2018 dengan 9 unsur dengan pengisian secara online.
87,7 87,3 87,4
84,285,0
80
90
100
2015 2016 2017 2018 2019
Nila
i IK
M
Tahun
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 21
Keberhasilan peningkatan nilai IKM Balai Besar Peramalan OPT pada tahun 2019
jika dibandingkan tahun 2018 disebabkan oleh:
1. Peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh BBPOPT, sehingga
memberikan tingkat kepuasan bagi pengguna layanan seperti POPT, petugas
dari Dinas/BPTPH, petani, maupun siswa/mahasiswa.
2. Peningkatan kompetensi petugas pelaksana pelayanan melalui pengikutsertaan
dalam kegiatan pelatihan, workshop, updating, inhouse training.
3. Pembaruan SK pelayanan publik BBPOPT dengan terbitnya yaitu SK Kepala
BBPOPT No. 138/OT.180/C.8/09/2019 tentang Penetapan Standar Pelayanan
Publik Pada Jenis Pelayanan Barang dan Jasa sebagai pengganti SK terdahulu
yang dikeluarkan pada 2015.
4. Penambahan fasilitas ruang khusus untuk pelayanan publik.
Kegiatan Layanan Publik BBPOPT yang diselenggarakan Tahun 2019 mengacu pada
SK Kepala Balai No. 138/OT.180/C.8/09/2019 adalah
1. Penyelenggaraan Workshop Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT)
Kegiatan workshop P3OPT pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petugas di bidang P3OPT pangan. Peserta workshop adalah
THL POPT dari seluruh Indonesia. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 2 angkatan.
Workshop P3OPT Angkatan I diikuti oleh THL POPT sejumlah 30 orang.
Workshop dilaksanakan pada tanggal 7 – 20 April 2019. Peserta pelatihan berasal
dari 19 provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Nilai pretest rata-rata
adalah 47,9 sedangkan hasil setelah mengikuti workshop (post test) adalah 83,3
Rata-rata peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti workshop sebesar
35,4 poin (atau meningkat rata-rata sebesar 73,9 %).
Workshop P3OPT Angkatan II diikuti oleh THL POPT sejumlah 30 orang.
Workshop dilaksanakan pada tanggal 16 – 29 Juni 2019. Peserta workshop
berasal dari 13 provinsi yaitu: Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Lampung,
Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Nilai pretest rata-rata adalah
53,3, sedangkan hasil setelah mengikuti workshop (post test) adalah 69,6 Rata-
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 22
rata peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti workshop sebesar 16,3
poin (atau meningkat rata-rata sebesar 23,4 %).
2. Penyelenggaraan Workshop Agens Hayati
Kegiatan Workshop Agens Hayati mempunyai tujuan meningkatkan kompetensi
SDM laboratorium APH dalam memahami dasar dasar pengembangan APH dan
mampu melakukan praktek perkembangan APH spesifik lokasi. Workshop
dilaksanakan sebanyak 1 (satu) angkatan dengan peserta adalah staf
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) ataupun petugas yang
mengembangkan agens hayati di daerah.
Workshop agens hayati diikuti oleh petugas laboratorium/LPHP yang menangani
agens hayati. Workshop dilaksanakan pada tanggal 17 – 30 Maret 2019 diikuti
oleh 31 orang. Peserta workshop berasal dari 15 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Banten, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat. Nilai pretest rata-rata adalah 61,6 sedangkan
hasil setelah mengikuti workshop (post test) adalah 83,3 Rata-rata peningkatan
kemampuan peserta setelah mengikuti pelatihan sebesar 21,7 poin (atau
meningkat rata-rata sebesar 35,2 %).
3. Penyediaan Isolat Agens Hayati
Dalam rangka penyebaran dan pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (APH)
skala yang lebih luas di daerah untuk pengendalian OPT, BBPOPT melalui
Laboratorium Agens Hayati melakukan perbanyakan agens hayati. Jenis agens
hayati yang diperbanyak adalah jenis bakteri dan jamur/cendawan. Bakteri yang
diperbanyak meliputi Paenibacillus polymyxa, Bacillus subtilis dan Pseudomonas
fluorescens sedangkan jenis jamur meliputi Beauveria sp, Metarhizium sp,
Verticillium sp, Gliocladium sp, dan Trichoderma sp. Target perbanyakan agens
hayati tahun 2019 sebanyak 7.000 tabung reaksi (test tube).
Gambar 4. Penyediaan Isolat Agens Hayati
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 23
Perbanyakan agens hayati tahun 2019 mencapai 7.461 tabung reaksi (test tube).
Agens hayati didistribusikan ke BPTPH Provinsi, LPHP, PPAH, dan petani atau
kelompok tani yang membutuhkan. Jumlah isolat agens hayati yang didistribusikan
ke daerah pada tahun 2019 sebanyak 6.460 tabung reaksi dan dikirimkan ke 32
provinsi seluruh Indonesia kecuali provinsi Sulawesi Tenggara dan Papua Barat.
Capaian perbanyakan isolat agens hayati pada tahun 2019 adalah 106,5 % dari
target (7.000 tabung reaksi).
Tabel 5. Perbanyakan Isolat Agens Hayati Tahun 2019
Tabel 6. Distribusi Isolat Agens Hayati Tahun 2019
1 Paenibacillus polymyxa 2.115
2 Bacillus subtilis 528
3 Pseudomonas fluorescens 403
4 Beauveria bassiana 1.344
5 Metarhizium sp. 811
6 Verticillium sp. 429
7 Trichoderma sp. 1.254
8 Gliocladium sp. 492
9 Lecanicillium sp. 85
7.461 Jumlah
Jumlah Perbanyakan
(test tube )No Jenis Agens Hayati
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1 Paenibacillus polymyxa 159 40 206 348 155 175 109 211 88 55 105 334 1.985
2 Bacillus substilis - 20 49 182 20 44 25 52 24 - 33 10 459
3 Psedomonas fluerescens - - - - - - - 67 46 11 46 77 247
4 Beauveria bassiana 32 143 100 275 75 87 79 98 15 24 48 229 1.205
5 Metarhizium sp. 14 93 44 183 55 54 40 52 45 - 34 36 650
6 Verticillium sp. 2 20 44 185 10 39 25 15 14 - - 8 362
7 Trichoderma sp. 19 30 82 253 93 100 97 90 39 10 55 223 1.091
8 Gliocladium sp. 1 20 44 173 25 39 34 30 4 - 42 - 412
9 Leccanicilum - 5 1 10 2 - 10 5 16 - - - 49
JUMLAH 227 371 570 1.609 435 538 419 620 291 100 363 917 6.460
No TOTALJenis APHBULAN
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 24
4. Pelayanan pengujian sampel agens hayati, penyakit, dan molekuler
Layanan utama pengujian sampel tanaman di BBPOPT meliputi pengujian mutu
agens hayati di Laboratorium Agens Hayati, identifikasi penyakit di Laboratorium
Fitopatologi dan identifikasi lanjutan penyakit yang disebabkan oleh fitoplasma
atau penyakit lain melalui analisa DNA di Laboratorium Polymerase Chain
Reaction (PCR). Sebagian besar sampel untuk identifikasi penyakit berasal dari
hasil surveillance lapangan, bimbingan teknis dan sampel yang di bawa oleh
petugas, petani atau mahasiswa. Jumlah pengujian sampel tanaman Tahun 2019
adalah 62 sampel (dari target 60 sampel).
Gambar 5. Identifikasi Penyakit Padi di Laboratorium PCR
5. Bimbingan Teknis Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT)
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor risiko
dalam budidaya tanaman yang menyebabkan kehilangan hasil. Perubahan waktu
tanam dan budidaya padi yang intensif dapat mendukung perkembangan OPT
antara lain tikus, WBC, PBP, blas, tungro, dan BLB. Dalam rangka memberikan
pemahaman dan pengembangan pengetahuan kepada petani/kelompok tani dan
petugas terkait pengaman produksi, BBPOPT memberikan bimbingan teknis
P3OPT. Pada tahun 2019 BBPOPT melakukan Bimbingan Teknis P3OPT di 20
Kab/kota di 11 Provinsi.
Gambar 6. Pelaksanaan Bimbingan Teknis P3OPT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 25
6. Bimbingan teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi
Peramalan OPT adalah kegiatan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi dan
serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang akan ditimbulkan
dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan serangan OPT bertujuan untuk
memberikan informasi tentang populasi, intensitas dan luas serangan, serta
penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang dan prakiraan
diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara keadaan akan dibutuhkannya
suatu kebijakan baru. Apabila perbedaan waktu tersebut panjang, maka peran
prakiraan menjadi penting dan sangat dibutuhkan terutama dalam penentuan
kapan terjadinya suatu peristiwa serangan OPT, sehingga dapat dipersiapkan
tindakan-tindakan yang diperlukan dan upaya untuk memperkecil risiko dalam
usahatani, menekan populasi/serangan OPT, meningkatkan produktivitas
tanaman dan menjaga kelestarian lingkungan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien. Dalam rangka memberikan peningkatan kapasitas petugas di tingkat
Provinsi (BPTPH) ataupun di LPHP yang menangani peramalan dan juga untuk
petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan, BBPOPT melaksanakan
bimbingan teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi.
Materi bimbingan teknis ini meliputi: 1) Penyusunan data OPT pangan, 2) Analisis
data pengembangan peramalan OPT pangan (antar musim dan dalam musim), 3)
Pengembangan model peramalan spesifik lokasi dan 4) Evaluasi angka ramalan
terhadap angka kejadian. Pada tahun 2019 BBPOPT telah melaksanakan
bimbingan teknis pengembangan peramalan spesifik lokasi di 18 provinsi dari
target 16 provinsi (capaian 112 % dari target). Rincian provinsi yang sudah
dilaksanakan bimbingan teknis adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah
7. Pelayanan magang petugas, siswa dan mahasiswa
Mengacu pada SK Kepala BBPOPT No. 138/OT.180/C.8/09/2019 tentang
Penetapan Standar Pelayanan Publik Pada Jenis Pelayanan Barang dan Jasa,
salah satu layanan publik BBPOPT adalah pelayanan magang dan praktek kerja
lapang (PKL) untuk petugas, pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2019 BBPOPT
menerima 92 orang peserta PKL/penelitian dengan rincian 47 orang siswa SMK
dan 45 mahasiswa. Asal mahasiswa yang melaksanakan PKL/penelitian adalah
Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Islam Negeri
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 26
Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Singaperbangsa Karawang,
Universitas Padjajaran, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Universitas
Jember, Universitas Brawijaya, Politeknik Negeri Lampung, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jogjakarta, Universitas Garut, dan Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan BBPOPT dalam rangka peningkatan
kualitas tenaga pelaksana dan tanaga pendukung untuk meningkatkan kepuasan
layanan publik pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti Apresiasi Ketatausahaan Tata Naskah Dinas Elektronik Lingkup
Kementerian Pertanian di Surabaya pada tanggal 13-15 Februari 2019. Kegiatan
ini bertujuan untuk menciptakan kelancaran komunikasi, keseragaman, kerapian
(estetika) dan ketertiban dalam penyusunan naskah dinas lingkup Kementerian
Pertanian.
2. Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kemampuan Petugas Bidang Tata Usaha
Naskah Dinas Elektronik di Bandung pada tanggal 2-4 Mei 2019. Tujuan
sosialisasi ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan tata naskah
dinas dan kearsipan di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
3. Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Kemampuan Pelayanan Petugas
Kesekretariatan, Pramubakti dan Teknisi Lingkup Direktorat Jenderal tanaman
pangan di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 21-23 Agustus 2019. Tujuan
sosialisasi ini adalah untuk meningkatan Kemampuan Pelayanan Petugas
Kesekretariatan, Pramubhakti dan Teknisi.
4. Mengikuti Workshop Manajemen Resistensi PBP Kuning pada tanaman padi di
Kebun Percobaan BB Padi Pusakanagara Subang pada tanggal 26 April 2019.
Tujuan workshop ini adalah a). Mengetahui Manfaat Pengelolaan Resisten
Insektisida, b). Mengetahui cara mencegah timbulnya resistensi.
5. Mengikuti pelatihan audit internal dalam rangka persiapan akreditasi ISO 17025 di
Hotel Blue Sky, Jakarta pada tanggal 20-21 Mei 2019. Tujuan pelatihan ini adalah
untuk memahami prinsip audit sistem manajemen laboratorium berdasarkan
panduan internasional ISO 19011.
6. Mengikuti Seminar Internasional dengan tema ”Plant Protection Science for Future
Life” dalam program Southeast Asia Plant Protection Conference di Bogor pada
tanggal 14 Agustus 2019. Tujuan keikutsertaan dalam seminar ini adalah untuk
mengembangkan perlindungan tanaman terhadap perkembangan status hama
dan penyakit di lapangan.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 27
7. Mengikuti Seminar Nasional ‘Pengendalian Pirit, Wereng Batang Coklat dan Layu
Fusarium dengan Teknologi Organik dan Hayati’ di Jakarta pada tanggal 28
Agustus 2019.
8. Mengikuti Konferensi Internasional dan Kongres Perhimpunan Entomologi
Indonesia di Denpasar, Bali pada tanggal 7-9 Oktober 2019.
9. Mengikuti kegiatan Uji Kompetensi Jabatan Pengendali OPT di Badan
Kepegawaian Negara, Jakarta pada 9-10 Oktober 2019.
10. Mengikuti Seminar Nasional ‘Peran Proteksi Tanaman dalam Mendukung
Pertanian Berkelanjutan Mencapai kemandirian Pangan Indonesia’ di Universitas
Andalas, Padang pada 19-21 November 2019.
11. Mengikuti Seminar Nasional dengan tema ”Teknologi Padi Inovatif Mendukung
Pertanian Presisi dan Berkelanjutan” di Subang Jawa Barat pada 10 Desember
2019.
12. Mengikuti Pelatihan Teknik Pengambilan Data Penginderaan Jarak Jauh di
Serpong, Banten pada 11-13 Desember 2019.
13. Mengikuti Pelatihan Petugas Pengambil Contoh dalam Rangka Inspeksi dan
Pengujian di Bogor pada 16-18 Desember 2019.
Tabel 7. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Pada Sasaran Kegiatan Meningkatnya
Kualitas Layanan Publik BBPOPT
1 Rencana Kerja Akreditasi ISO 17025 Dokumen 1 1 162.970.000 162.882.864 0,05
2 Pameran Pembangunan Pertanian Pameran 4 4 80.796.000 80.727.150 0,09
3 Layanan Publikasi Cetak Judul 18 18 120.660.000 120.575.000 0,07
4 Pengembangan Perpustakaan Paket 1 1 23.225.000 23.104.000 0,52
5 Website BBPOPT Paket 1 1 31.790.000 31.772.000 0,06
6 Siaran Radio dan TV Paket 6 6 131.004.000 130.903.500 0,08
7 Layanan manajemen kepegawaian Kegiatan 2 2 34.843.000 34.842.400 0,00
8 Pengadaan alat pengolah data unit 19 19 106.100.000 104.447.650 1,56
9 Workshop P3OPT & Agens Hayati org 90 91 516.754.000 516.746.811 1,10
10 Pengadaan peralatan dan mesin unit 12 13 85.053.000 83.406.000 9,48
11 Pemeliharaan Gedung dan Bangunan paket 1 1 708.910.000 579.041.537 18,32
12 Pengadaan tanah (sawah percobaan) m2 30.725 24.589 4.831.200.000 3.234.293.857 16,35
4,0
Efisiensi
(%)Jenis Keluaran SatuanTarget Vol
Keluaran
(TVK)
Realisasi Vol
Keluaran
(RVK)
Pagu Anggaran per
Keluaran (PAK)
Realiasi Anggaran
per Keluaran (RAK)
No
Keluaran (Output) Volume Keluaran Anggaran (Rp)
RATA-RATA EFISIENSI
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 28
Berdasarkan Tabel di atas, rata-rata efisiensi penggunaan anggaran terhadap output
pada sasaran kegiatan meningkatnya kualitas layanan publik BBPOPT pada tahun
2019 adalah sebesar 4,0 %. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat efisiensi sebesar
4,0 % dalam pencapaian sasaran kegiatan peningkatan kualitas layanan publik.
BBPOPT dapat mengoptimalkan anggaran yang telah dialokasikan untuk
menghasilkan capaian sasaran kegiatan yang telah ditetapkan. Efisiensi ini merupakan
gambaran upaya untuk memaksimalkan penyerapan anggaran untuk dimanfaatkan
dalam rangka mendukung program dan kegiatan. Berdasarkan Tabel di atas
menunjukkan semua kegiatan yang mendukung pelayanan publik BBPOPT telah
dilaksanakan secara efisien.
B. Meningkatnya Implementasi Rekomendasi Peramalan Serangan OPT yang
Diberikan Oleh BBPOPT
Indikator kinerja dari meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan serangan
OPT yang diberikan oleh BBPOPT adalah a. Rasio luas serangan OPT Tanaman Padi
yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, b. Rasio luas serangan OPT
tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, c. Rasio luas
serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan.
Gambar 7. Grafik Perkembangan Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Selama 5 Tahun Terakhir
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 29
Tabel 8. Rekapitulasi Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Pangan yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2015-2019 (%)
1. Rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi terhadap luas serangan
yang diramalkan Tahun 2019
Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Padi yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan pada tahun 2019 adalah sebesar 85,2 %. Angka rasio
ini diperoleh dari rata-rata tertimbang capaian hasil Evaluasi Peramalan MT
2018/2019 dan Evaluasi Peramalan MT 2019. Target yang tertera dalam IKU untuk
rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Padi yang terjadi terhadap luas serangan
yang diramalkan adalah sebesar 66 %. Berdasarkan data capaian rasio 2019 untuk
tanaman padi yaitu sebesar 85,2% di atas target sebesar 66 % (kriteria cukup
berhasil), meskipun di atas target, realisasi luas serangan OPT tanaman padi yang
terjadi masih di bawah luas serangan yang diramalkan. Hal ini mengindikasikan
bahwa rekomendasi peramalan serangan OPT padi yang yang dikeluarkan oleh
BBPOPT telah dijadikan acuan/rujukan dan telah didesiminasikan ke Dinas
Pertanian Provinsi melalui BPTPH sebagian besar sudah ditindaklanjuti, sehingga
angka kejadian serangan OPT yang terjadi dapat dikendalikan.
a. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018/2019
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel terlampir, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada Musim Hujan (MT 2018/2019)
secara nasional adalah 154.959,6 ha atau sebesar 89,6 % dari luas prakiraannya
yaitu 172.927,9 ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi angka prakiraan
serangan dan saran tindak pengelolaan yang disampaikan telah memberi
manfaat dan ditindaklanjuti dengan kegiatan pengelolaannya secara
proporsional, kecuali pada serangan penyakit blas (Pyricularia oryzae). Hal ini
diakibatkan oleh belum optimalnya pemanfaatan agens pengendali hayati (APH)
yaitu Paenibacillus polymyxa dalam perlakuan benih, karena penyakit blas yang
disebabkan oleh P. oryzae ini merupakan penyakit yang tertular dan terbawa
benih. Secara umum serangan utama OPT padi masih di bawah angka ramalan,
No Komoditas 2015 2016 2017 2018 2019
1 Padi 98,6 83,7 122,9 81,8 85,2
2 Jagung 113,9 95,3 80,5 49,7 87,8
3 Kedelai 131,9 33,7 32,1 15,8 24,9
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 30
namun angka kejadian serangan OPT yang terjadi masih di atas sasaran yaitu
PBP dan blas.
Tabel 9. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2018/2019
OPT Tanaman padi yang dievaluasi pada MT 2018/2019 merupakan 6 OPT
utama yaitu Penggerek Batang Padi (Scirpophaga spp), Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens Stal), Tikus Sawah (Rattus argentiventer), Penyakit Tungro
(ditularkan oleh Nephotettix virescens), Penyakit Blas (Pyricularia oryzae),
Penyakit Bacterial Leaf Blight (Xanthomonas campestris).
Kejadian serangan penyakit blas melebihi angka prakiraan yaitu sebesar
106,9 %. Tingginya serangan blas pada periode MT 2018/2019 disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Faktor Kemampuan Patogen
Kemampuan patogen bertahan di sisa jerami, inang alternatif (Digitaria ciliaris,
Echinochloa colona), adaptasi ras blas yang cepat terhadap ketahanan
varietas padi.
b. Faktor Budidaya
Faktor yang mempengaruhi seperti penggunaan varietas yang rentan penyakit
blas (seperti varietas Ciherang, Inpari, Mekongga dan Lokal ), pemupukan
dengan kadar N tinggi seperti pemupukan urea dengan dosis melebihi
anjuran, penanaman dengan jarak yang rapat (tanpa aplikasi jajar legowo),
belum menerapkan aplikasi perlakuan benih yang disarankan seperti aplikasi
Paenibacillus polymyxa, di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan NTB
yang memakai pola jual beli bibit siap tanam maupun bibit hasil panen yang
langsung disemai kembali.
1 PBP 45.943,1 48.073,6 104,6
2 WBC 28.317,6 21.781,8 76,9
3 TIKUS 43.950,7 37.590,3 85,5
4 TUNGRO 1.683,6 804,5 47,8
5 BLAS 28.028,1 29.954,5 106,9
6 BLB 25.004,7 16.755,0 67,0
Jumlah 172.927,9 154.959,6 89,6
No OPT
Ramalan
Serangan OPT MT
2018/2019 (ha)
Kejadian Serangan
OPT MT 2018/2019
(ha)
Rasio Kejadian
Serangan OPT thd
Ramalan (%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 31
Tabel 10. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan Blas MT 2018/2019
Persentase kejadian serangan penyakit blas yang melebihi angka ramalan terjadi
pada Musim Hujan MT 2018/2019 terdapat di enambelas (16) provinsi yaitu
provinsi Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Babel, NTB, Maluku dan Papua.
Selain penyakit blas, rasio luas serangan OPT padi yang terjadi pada MT
2018/2019 terhadap luas serangan OPT yang diramalkan yang melebihi ramalan
adalah PBP yaitu 104,6 %.
No Provinsi
Ramalan MT
2018/2019
(ha)
Kejadian
Serangan MT
2018/2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Ramalan (%)
1 Bali 604,6 300,5 49,7
2 Banten 828,6 587,0 70,8
3 Bengkulu 600,8 394,3 65,6
4 DI. Yogyakarta 87,0 266,4 306,1
5 DKI. Jakarta 0,0 0,0 0,0
6 Gorontalo 140,1 72,3 51,6
7 Jambi 92,9 157,1 169,0
8 Jawa Barat 4.939,3 5.378,5 108,9
9 Jawa Tengah 5.621,5 5.632,6 100,2
10 Jawa Timur 5.363,3 3.760,2 70,1
11 Kalimantan Barat 410,1 1.403,2 342,2
12 Kalimantan Selatan 59,0 127,9 216,8
13 Kalimantan Tengah 162,2 80,1 49,4
14 Kalimantan Timur 309,8 449,8 145,2
15 Kalimantan Utara 13,3 0,0 0,0
16 Kep. Bangka Belitung 48,4 133,2 275,3
17 Kepulauan Riau 0,0 0,0 0,0
18 Lampung 1.426,8 2.024,5 141,9
19 Maluku 8,9 293,0 3.309,5
20 Maluku Utara 0,0 0,0 0,0
21 Nusa Tenggara Barat 371,1 528,1 142,3
22 Nusa Tenggara Timur 270,6 130,5 48,2
23 Papua 69,3 147,7 213,0
24 Papua Barat 106,3 6,2 5,8
25 Aceh 584,7 1.693,8 289,7
26 Riau 194,0 375,7 193,7
27 Sulawesi Barat 449,8 258,0 57,3
28 Sulawesi Selatan 891,8 696,6 78,1
29 Sulawesi Tengah 121,0 216,8 179,1
30 Sulawesi Tenggara 612,1 815,0 133,2
31 Sulawesi Utara 14,1 5,8 41,2
32 Sumatera Barat 227,5 165,8 72,9
33 Sumatera Selatan 1.096,0 1.574,3 143,6
34 Sumatera Utara 2.303,3 2.280,0 99,0
Jumlah 28.028,1 29.954,5 106,9
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 32
Penggerek batang padi (PBP) atau paddy stem borer merupakan hama tanaman
padi yang termasuk ordo lepidoptera dari famili Noctuidae dan Pyralidae. PBP
merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Stadia
dewasanya berupa ngengat dan tertarik lampu/cahaya pada malam hari. PBP
dapat menyerang semua stadium pertumbuhan tanaman padi. Serangan pada
stadium vegetatif menyebabkan kematian anakan muda yang disebut sundep
(deadhearts), sedangkan serangan pada stadium generatif menyebabkan malai
tampak putih dan hampa yang biasa disebut beluk (whiteheads).
Kejadian serangan PBP yang diramalkan melebihi ramalan diakibatkan oleh:
1. Kurangnya pengendalian pre-emptif dengan parasitoid pengumpulan
kelompok telur.
2. Rendahnya efektivitas pengendalian karena kurangnya pengetahuan petani
mengenai stadia PBP yang paling efektif untuk pengendalian dan jenis
insektisida yang digunakan.
3. Jenis varietas yang ditanam dominan rentan PBP seperti Ciherang, Inpari dan
Mekongga.
Tabel 11. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan PBP MT 2018/2019
No Provinsi
Ramalan MT
2018/2019
(ha)
Kejadian
Serangan MT
2018/2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Ramalan (%)
1 Bali 269,2 336,7 125,1
2 Banten 996,2 506,0 50,8
3 Bengkulu 174,4 439,2 251,8
4 DI. Yogyakarta 859,5 1.529,2 177,9
5 DKI. Jakarta 28,7 10,4 36,2
6 Gorontalo 467,9 602,7 128,8
7 Jambi 319,7 164,4 51,4
8 Jawa Barat 6.219,0 6.160,5 99,1
9 Jawa Tengah 8.452,4 7.139,2 84,5
10 Jawa Timur 2.956,8 3.053,5 103,3
11 Kalimantan Barat 889,8 1.013,4 113,9
12 Kalimantan Selatan 96,6 26,3 27,3
13 Kalimantan Tengah 525,0 422,4 80,5
14 Kalimantan Timur 940,2 1.475,8 157,0
15 Kalimantan Utara 11,2 0,0 0,0
16 Kep. Bangka Belitung 10,4 27,9 268,5
17 Kepulauan Riau 0,0 0,0 0,0
18 Lampung 2.158,6 2.148,0 99,5
19 Maluku 502,5 735,5 146,4
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 33
b. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2019
Prakiraan serangan OPT utama pada Tanaman Padi di Indonesia pada MT 2019
yaitu PBP diprakirakan serangannya 54.144,2 ha, WBC 35.977,3 ha, Tikus
45.220,8 ha, Tungro 1.669,4 ha, Blas 24.251,9 ha, dan BLB 14.640,2 ha. Total
prakiraan maksimum serangan OPT utama Padi MT 2019 seluas 175.903,7 ha.
Total kejadian serangan OPT utama Padi di lapangan pada MT 2019 mencapai
141.364,3 ha atau 80,4 % dari angka prakiraan.
Tabel 12. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT 2019
No Provinsi
Ramalan MT
2018/2019
(ha)
Kejadian
Serangan MT
2018/2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Ramalan (%)
20 Maluku Utara 459,4 278,8 60,7
21 Nusa Tenggara Barat 739,9 769,9 104,1
22 Nusa Tenggara Timur 1.134,0 1.695,8 149,5
23 Papua 189,7 263,6 138,9
24 Papua Barat 318,6 699,8 219,7
25 Pemerintah Aceh 1.018,8 1.694,7 166,3
26 Riau 480,1 701,4 146,1
27 Sulawesi Barat 2.461,8 2.721,5 110,6
28 Sulawesi Selatan 2.339,2 3.816,3 163,1
29 Sulawesi Tengah 2.207,2 2.605,8 118,1
30 Sulawesi Tenggara 2.442,6 3.362,5 137,7
31 Sulawesi Utara 1.026,6 1.074,2 104,6
32 Sumatera Barat 40,4 139,5 345,2
33 Sumatera Selatan 3.608,3 1.634,6 45,3
34 Sumatera Utara 1.598,9 824,4 51,6
Jumlah 45.943,1 48.073,6 104,6
1 PBP 54.144,2 47.119,2 87,0
2 WBC 35.977,3 15.574,9 43,3
3 TIKUS 45.220,8 44.629,7 98,7
4 TUNGRO 1.669,4 1.449,3 86,8
5 BLAS 24.251,9 16.575,1 68,3
6 BLB 14.640,2 16.016,2 109,4
Jumlah 175.903,8 141.364,4 80,4
No OPT
Ramalan
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Kejadian
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan OPT thd
Ramalan (%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 34
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Padi pada MT 2019 (Musim Kemarau)
secara nasional adalah seluas 141.364,4 ha atau sebesar 80,4 % dari luas
prakiraannya yaitu 175.903 ha. Kejadian serangan OPT padi yang melebihi
angka ramalan (di atas 100 %) adalah BLB (Bacterial Leaf Blight) atau Hawar
Daun Bakteri.
Tabel 13. Evaluasi Prakiraan Terhadap Kejadian Serangan BLB MT 2019
No Provinsi
Ramalan
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Kejadian
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Ramalan (%)
1 Bali 107,7 198,0 183,8
2 Banten 389,6 284,0 72,9
3 Bengkulu 305,8 65,8 21,5
4 DI. Yogyakarta 374,5 1109,0 296,1
5 DKI. Jakarta 39,5 9,0 22,8
6 Gorontalo 268,8 277,5 103,2
7 Jambi 86,1 38,8 45,0
8 Jawa Barat 3513,4 3123,0 88,9
9 Jawa Tengah 192,5 1488,2 773,1
10 Jawa Timur 2872,1 2833,7 98,7
11 Kalimantan Barat 195,6 73,1 37,4
12 Kalimantan Selatan 42,8 8,8 20,6
13 Kalimantan Tengah 21,9 2,0 9,1
14 Kalimantan Timur 44,6 26,0 58,3
15 Kalimantan Utara 0,0 0,0 0,0
16 Bangka Belitung 19,2 3,0 15,6
17 Kep. Riau 0,0 0,0 0,0
18 Lampung 1043,6 1220,0 116,9
19 Maluku 0,0 0,0 0,0
20 Maluku Utara 0,0 0,0 0,0
21 NTB 169,3 256,8 151,7
22 NTT 237,9 64,8 27,2
23 Papua 40,0 243,0 606,9
24 Papua Barat 39,7 120,0 301,9
25 Pemerintah Aceh 1762,1 1074,1 61,0
26 Riau 36,1 23,9 66,3
27 Sulawesi Barat 580,7 245,4 42,3
28 Sulawesi Selatan 282,8 101,9 36,0
29 Sulawesi Tengah 0,0 0,0 0,0
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 35
Dari tabel di atas terdapat 10 provinsi yang angka kejadian serangannnya di atas
angka ramalan yaitu Provinsi Bali, DIY, Gorontalo, Jawa Tengah, Lampung, NTB,
Papua, Papua Barat, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.
Tabel 14. Realisasi dan Capaian Rasio Luas serangan OPT Padi yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2018 dan 2019
Penghitungan indikator rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan pada Tabel di atas merupakan target
minimize atau semakin kecil realisasinya semakin baik. Berdasarkan Tabel di
atas, capaian indikator rasio tersebut untuk komoditas tanaman padi pada tahun
2019 mengalami penurunan yaitu menjadi 70,9% dari semula pada tahun 2018
sebesar 77,9 %. Berikut ini beberapa permasalahan yang menyebabkan
penurunan capaian indikator rasio luas serangan OPT tanaman padi yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan pada tahun 2019 adalah
1. Belum semua Dinas Pertanian Provinsi yang menerima data angka prakiraan
OPT padi dari Balai Besar Peramalan OPT menggunakan data tersebut
sebagai sistem peringatan dini (early warning system) untuk meminimalkan
serangan OPT.
2. Rekomendasi untuk pengendalian OPT yang diberikan BBPOPT kepada
petugas Dinas Pertanian setempat dan petani tidak sepenuhnya
diaplikasikan/diterapkan.
No Provinsi
Ramalan
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Kejadian
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan thd
Ramalan (%)
30 Sulawesi Tenggara 218,7 148,0 67,7
31 Sulawesi Utara 35,4 9,8 27,7
32 Sumatera Barat 80,4 13,8 17,2
33 Sumatera Selatan 690,0 794,5 115,1
34 Sumatera Utara 949,5 2160,6 227,6
Jumlah 14.640 16.016 109
Tahun Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) Kategori
2018 67 81,8 77,9 Cukup Berhasil
2019 66 85,2 70,9 Cukup Berhasil
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 36
3. Kurangnya pengendalian pre-emptif terutama untuk perlakuan benih dengan
perendaman agens hayati (seperti paenibacillus polymyxa) dan aplikasi agens
hayati di persemaian maupun tanaman muda dilakukan oleh petani.
4. Sebagian wilayah yang mendapat pasokan air mencukupi dari irigasi tidak
melakukan jeda tanam.
2. Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Jagung yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan yang Diramalkan Tahun 2019
Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan pada tahun 2019 adalah sebesar 87,8 %. Angka rasio ini
diperoleh rata-rata tertimbang hasil Evaluasi Peramalan MT 2018/2019 (Musim
Hujan) dan Evaluasi Peramalan MT 2019 (Musim Kemarau). Target yang tertera
dalam IKU untuk rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Jagung yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar 66 %. Berdasarkan capaian
rasio untuk tanaman jagung yang sebesar 87,8 % yang di bawah target IKU sebesar
66 % (kriteria cukup berhasil). Meskipun di atas target, realisasi luas serangan OPT
tanaman jagung yang terjadi masih di bawah luas serangan yang diramalkan. Hal ini
mengindikasikan bahwa rekomendasi peramalan serangan OPT jagung yang yang
dikeluarkan oleh BBPOPT telah dijadikan acuan/rujukan dan telah didesiminasikan
ke Dinas Pertanian Provinsi melalui BPTPH sebagian besar sudah ditindaklanjuti,
sehingga angka kejadian serangan OPT yang terjadi dapat dikendalikan.
a. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018/2019
Tabel 15. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2018/2019
1 Lalat Bibit 838,2 574,4 68,5
2 Penggerek Batang 4.272,3 3.501,4 82,0
3 Bulai 2.710,6 1.063,7 39,2
4 Tikus 1.628,0 1.821,6 111,9
5 Penggerek Tongkol 2.440,6 2.707,5 110,9
6 Ulat Grayak 1.167,6 2.624,6 224,8
Jumlah 13.057,3 12.293,2 94,1
No OPT
Ramalan
Serangan OPT MT
2018/2019 (ha)
Kejadian Serangan
OPT MT 2018/2019
(ha)
Rasio Kejadian
Serangan OPT thd
Ramalan (%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 37
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2018/2019 (Musim Hujan)
secara nasional adalah seluas 12.293 ha atau sebesar 94,1 % dari luas
prakiraannya yaitu 13.057 ha. Rasio kejadian serangan OPT jagung yang di atas
angka ramalan adalah jenis OPT Tikus (111,9 %), Penggerek Tongkol (110,9 %)
dan Ulat Grayak (224,8 %).
b. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2019
Tabel 16. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Jagung MT 2019
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel tersebut, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Jagung pada MT 2019 (Musim Kemarau)
secara nasional adalah seluas 16.195 ha atau sebesar 83,0 % dari luas
prakiraannya yaitu 19.506 ha. Rasio kejadian serangan OPT jagung yang di atas
angka ramalan adalah jenis OPT Tikus (105,3 %) dan Ulat Grayak (212,6 %).
Serangan OPT Tikus pada jagung di atas angka ramalan disebabkan petani pada
umumnya belum melakukan pengendalian tikus pada jagung dengan intensif dan
cenderung menganggap jagung merupakan tanaman yang tidak memerlukan
pengendalian. Populasi tikus ini dipengaruhi oleh tiga hal yaitu sumber air, sarang
dan sumber makanan. Tikus umumnya menyerang tanaman jagung pada fase
generatif atau fase pembentukan tongkol dan pengisian biji. Tongkol yang telah
masak susu dimakan oleh tikus sehingga tongkol menjadi rusak dan mudah
terinfeksi jamur. Pengendalian yang sebaiknya dilakukan adalah dengan
mengurangi sarang-sarang tikus, sanitasi lingkungan, pengembangan rumah
burung hantu (rubuha) dan memutus rantai makanan yang tersedia dengan
menerapkan jeda tanam.
1 Lalat Bibit 1.028,0 539,8 52,5
2 Penggerek Batang 6.717,6 2.612,6 38,9
3 Bulai 1.722,3 1.156,9 67,2
4 Tikus 2.585,5 2.721,9 105,3
5 Penggerek Tongkol 3.976,6 1.773,6 44,6
6 Ulat Grayak 3.476,5 7.391,1 212,6
Jumlah 19.506,5 16.195,9 83,0
No OPT
Ramalan
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Kejadian
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan OPT thd
Ramalan (%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 38
OPT Penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) angka kejadian serangan OPT
pada tanaman jagung MH 2018/2019 di atas angka ramalan. Hal ini disebabkan
sebagian besar petani belum menerapkan rekomendasi untuk pengendalian
penggerek tongkol yang seharusnya dimulai dengan melakukan pengolahan tanah
secara sempurna, sehingga mampu merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan
dapat mengurangi populasi H.armigera berikutnya serta mengaplikasikan musuh
alami sebagai pengendali hayati untuk mengendalikan penggerek tongkol seperti
Trichogramma spp, yang merupakan parasitoid telur, dimana tingkat parasitasinya
pada semua tanaman inang bervariasi bisa sampai 49 %.
Tabel 17. Realisasi dan Capaian Rasio Luas serangan OPT Jagung yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2018 dan 2019
Penghitungan indikator rasio luas serangan OPT tanaman jagung yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan pada Tabel di atas merupakan target
minimize atau semakin kecil realisasinya semakin baik. Berdasarkan Tabel di atas,
capaian indikator rasio tersebut untuk komoditas tanaman jagung pada tahun 2019
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 67,0 % dari semula pada
tahun 2018 sebesar 125,8 %.
Permasalahan yang menyebabkan penurunan capaian indikator rasio luas
serangan OPT tanaman jagung yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan pada tahun 2019 adalah tingginya angka kejadian serangan ulat grayak
pada tahun 2019 pada hampir di seluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan masuknya
hama invasif ulat grayak S.frugiperda yang menyerang pertanaman jagung di 24
Provinsi se-Indonesia sejak awal tahun 2019. Spodoptera frugiperda atau fall army
worm (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hama invasif penting yang menyerang
tanaman jagung pada beberapa negara di dunia. S. frugiperda adalah hama asli
atau native species dari Amerika. Hama ini sudah menyebar ke negara-negara lain
seperti Afrika (2016), India (2018), Thailand (2018), China (2019), Myanmar (2019)
(CABI, 2019). S.frugiperda dapat berpindah sejauh 1.700 km pada musim semi
hingga musim gugur. Dalam satu malam, ngengat S. frugiperda mampu terbang
sejauh ratusan kilometer dengan bantuan angin (Westbrook et al., 2016). S.
Tahun Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) Kategori
2018 67 49,7 125,8 Sangat Berhasil
2019 66 87,8 67,0 Cukup Berhasil
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 39
frugiperda bersifat polifag dan dilaporkan memiliki 353 tanaman inang dari 76 famili
tanaman di antaranya tanaman padi, sorgum, tebu, kedelai, kapas, bawang, tomat,
kentang, serta beberapa jenis gulma rumput-rumputan. Hasil pemantauan yang
dilakukan oleh Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada
periode April-Desember 2019, S. frugiperda telah ditemukan di 24 Provinsi yang ada
di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Bali, NTB
dan Maluku. Besarnya luasan serangan S. frugiperda ini dipicu dengan kemampuan
terbang ngengat yang cukup jauh serta memiliki tanaman inang alternatif selain
jagung. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan serangan ulat grayak
S. frugiperda ini adalah dengan melakukan penanaman jagung secara serempak
untuk memutus rantai makanannya. Selain itu dengan melakukan pengumpulan
kelompok telur dan larva kemudian mematikannya.
3. Rasio Luas Serangan OPT Tanaman Kedelai yang Terjadi Terhadap Luas
Serangan yang Diramalkan Tahun 2019
Capaian rasio luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi terhadap luas
serangan yang diramalkan pada tahun 2018 adalah sebesar 24,9 %. Angka rasio
ini diperoleh rata-rata tertimbang hasil Evaluasi Peramalan MT 2018/2019 (Musim
Hujan) dan Evaluasi Peramalan MT 2019 (Musim Kemarau). Target yang tertera
dalam IKU untuk rasio untuk luas serangan OPT Tanaman Kedelai yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan adalah sebesar 19,5 %.
a. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2018/2019
Tabel 18. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2018/2019
1 Penggerek Polong 656,3 227,2 34,6
2 Lalat Kacang 266,2 40,1 15,1
3 Ulat Grayak 556,9 324,4 58,3
4 Tikus 483,0 54,8 11,3
5 Penggulung Daun 1.179,7 183,0 15,5
6 Ulat Jengkal 161,3 89,2 55,3
Jumlah 3.303,4 918,8 27,8
No OPT
Ramalan
Serangan OPT MT
2018/2019 (ha)
Kejadian Serangan
OPT MT 2018/2019
(ha)
Rasio Kejadian
Serangan OPT thd
Ramalan (%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 40
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada Tabel di atas, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2018/2019 secara nasional
adalah sebesar 27,8 % atau di atas target rasio luas serangan OPT kedelai yang
terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan sebesar 19,5 %.
b. Evaluasi Prakiraan Serangan MT 2019
Tabel 19. Evaluasi Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT 2019
Berdasarkan hasil evaluasi yang disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa
kejadian luas serangan OPT Utama Kedelai pada MT 2019 secara nasional adalah
sebesar 17,0 % atau masih dibawah target rasio luas serangan OPT kedelai yang
terjadi terhadap luas serangan OPT yang diramalkan sebesar 19,5 %.
Tabel 20. Realisasi dan Capaian Rasio Luas serangan OPT Kedelai yang Terjadi
Terhadap Luas Serangan yang Diramalkan Tahun 2018 dan 2019
Penghitungan indikator rasio luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi
terhadap luas serangan yang diramalkan pada Tabel di atas merupakan target
minimize atau semakin kecil realisasinya semakin baik. Berdasarkan Tabel di atas,
capaian indikator rasio tersebut untuk komoditas tanaman kedelai pada tahun 2019
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 72,3 % dari semula pada
tahun 2018 sebesar 121,0 %.
1 Penggerek Polong 433,3 208,2 48,0
2 Lalat Kacang 97,2 15,0 15,4
3 Ulat Grayak 681,4 51,4 7,5
4 Tikus 140,8 7,9 5,6
5 Penggulung Daun 469,0 43,2 9,2
6 Ulat Jengkal 182,8 14,7 8,0
Jumlah 2.004,5 340,4 17,0
OPT
Ramalan
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Kejadian
Serangan OPT
MT 2019 (ha)
Rasio Kejadian
Serangan OPT thd
Ramalan (%)
No
Tahun Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) Kategori
2018 20 15,8 121,0 Sangat Berhasil
2019 19,5 24,9 72,3 Cukup Berhasil
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 41
Beberapa permasalahan yang menyebabkan penurunan capaian indikator rasio
luas serangan OPT tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang
diramalkan pada tahun 2019 adalah
1). Model peramalan untuk OPT kedelai sudah tidak bisa mengakomodasi
fenomena aktual yang terjadi di lapangan.
2). Pada tahun 2019 terjadi musim kemarau yang lebih panjang dari tahun
sebelumnya (El Nino), sehingga banyak OPT muncul di luar musim.
Berdasarkan tabel di atas, meskipun angka kejadian serangan pada Tahun 2019
masih di bawah angka ramalan, namun beberapa OPT yang angka kejadiannya
relatif tinggi adalah penggerek polong, ulat jengkal dan ulat grayak. Beberapa
rekomendasi yang perlu diterapkan adalah:
1). Melakukan updating model peramalan untuk OPT kedelai dengan tujuan untuk
mengakomodir fenomena yang terjadi di lapangan seperti fenomena El Nino.
2). Melakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai makanan bagi hama,
penanaman komoditas dengan tumpang sari (inter cropping) misalnya kedelai dan
jagung secara berselang-seling pada petak yang berbeda. Cara ini digunakan untuk
meningkatkan keragaman, sehingga tanaman inang tersamarkan dari serangan
hama.
3), Melakukan pengendalian hayati sejak dini melalui pembiakan/perbanyakan dan
pelepasan musuh alami. Beberapa jenis musuh alami ulat grayak antara lain
parasitoid telur Telenemus sp, parasitoid ulat Snellenius manilae, dan lain-lain.
Sedangkan untuk penggerek polong dengan pemanfaatan parasitoid telur
Trichogramma spp.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 42
Tabel 21. Efisiensi penggunaan sumberdaya pada sasaran kegiatan meningkatnya
implementasi rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan oleh
BBPOPT
Berdasarkan Tabel di atas, rata-rata efisiensi penggunaan anggaran terhadap output
pada sasaran kegiatan meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan
serangan OPT yang diberikan oleh BBPOPT pada tahun 2019 adalah sebesar 6,07
%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat efisiensi sebesar 6,07 % dalam pencapaian
sasaran kegiatan peningkatan kualitas layanan publik. BBPOPT dapat
mengoptimalkan anggaran yang telah dialokasikan untuk menghasilkan capaian
sasaran kegiatan yang telah ditetapkan. Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan
semua kegiatan yang mendukung pelayanan publik BBPOPT telah dilaksanakan
secara efisien.
Beberapa kegiatan yang mendukung sasaran kegiatan meningkatnya implementasi
rekomendasi peramalan serangan OPT yang diberikan oleh BBPOPT pada tahun 2019
adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Teknologi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT
Pada tahun 2019, BBPOPT telah melaksanakan kegiatan Pengembangan Teknologi
Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(P3OPT) dengan output yang dihasilkan berupa model kajian. Jumlah kajian P3OPT
yang dihasilkan pada tahun 2019 adalah 15 model kajian (dari target 15 kajian) dengan
realisasi fisik 100 %. Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 514.983.216,-
(99,69 %) terhadap pagu.
1 Pengamanan produksi tanaman pangan Kab 21 28 770.581.000 770.565.489 25,0
2Pengamatan keadaan lapang OPT
tanaman panganData 60 62 213.685.000 213.684.100 3,23
3 Bahan operasional laboratorium Lab 8 8 713.357.000 694.776.356 2,60
4 Perbanyakan isolat dan produk APH Test tube 7000 7461 135.872.000 135.868.065 6,18
5Pengembangan peramalan OPT Pangan
Spesifik LokasiProv 16 18 168.034.000 167.945.000 11,16
6 Pengembangan Teknologi P3OPT Model 15 15 516.603.000 514.938.216 0,32
7 Workshop Evaluasi peramalan OPT Kegiatan 2 2 178.295.000 178.275.748 0,01
8 Pemantauan dan Evaluasi Mutu LPHP LPHP 5 5 15.012.000 15.002.111 0,07
6,07
Jenis Keluaran Satuan
RATA-RATA EFISIENSI
Target Vol
Keluaran
(TVK)
Realisasi Vol
Keluaran
(RVK)
Pagu Anggaran per
Keluaran (PAK)
Realiasi Anggaran
per Keluaran (RAK)
No
Keluaran (Output) Volume Keluaran Anggaran (Rp)Efisiensi
(%)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 43
Adapun hasil 15 judul kajian P3OPT Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Model Peramalan Penyakit Blas Pada Padi Sawah Sistem
Tabela Tugal
Penyakit blas yang disebabkan oleh infeksi cendawan Pyricularia oryzae Cav
merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia dan telah
beradaptasi dari ekosistem padi huma/padi gogo (dataran tinggi dan tadah hujan) ke
ekosistem padi sawah (dataran rendah dan beririgasi). Selain itu teknik bertanam padi
juga banyak mengalami adaptasi terkait dengan efisiensi sumber daya manusia dan
minimalisasi masa stagnasi pertumbuhannya yang salah satunya adalah teknik
tanam tabor benih langsung dengan tugal (Tabela Tugal). Untuk mengantisipasi
perkembangan serangan dan meminimalisir kehilangan hasil yang diakibatkan
serangan penyakit blas di pertanaman padi sawah sistem tabela tersebut, diperlukan
prakiraan kejadian serangan penyakit blas pada ekosistem pertanaman padi Tabela
Tugal.
Kajian Pengembangan Model Peramalan Penyakit Blas pada Padi Sawah
Sistim Tabela Tugal yang bertujuan untuk mendapatkan model peramalan serangan
penyakit blas pada sistim tabela tugal (padi gogo sawah) dilaksanakan di Kabupaten
Subang, Jawa Barat pada bulan Agustus sampai Desember 2019 pada 20 hamparan
contoh yang tersebar di 3 kecamatan (Pabuaran, Pagaden Barat dan Cipunagara).
Pengamatan secara visual dilakukan pada 30 rumpun contoh di masing-masing
hamparan contoh (3 petak alami contoh dan 10 rumpun contoh per petak) dengan
menghitung intensitas serangan penyakit blas pada masing-masing rumpun contoh.
Keparahan serangan penyakit blas pada fase vegetatif (leaf blast) dinilai berdasarkan
skor rumpun terserang dan tingkat keparahan (intensitas) serangannya dihitung
menggunakan rumus serangan tidak mutlak. Keparahan serangan penyakit blas
pada fase generatif (neck blast) dinilai berdasarkan serangan mutak malai dan tingkat
keparahan (intensitas) serangannya dihitung menggunakan rumus serangan mutlak.
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa gejala serangan Penyakit Blast
pada fase vegetatif telah ditemukan sejak umur 18 HST dan mencapai puncaknya
pada umur 77 HST; sedangkan pada fase generatif gejala neck-blast (busuk leher)
ditemukan pada saat menjelang panen. Kejadian serangan blast-daun (leaf-blast)
pada umur 77 HST dan gejala serangan neck-blast (busuk leher) secara nyata
ditentukan oleh serangannya pada umur 49 HST (leaf blast) dengan model
peramalan sebagai berikut :
Y=3,65 X + 1,25 (r2 = 0,83; p = 0,000 (Model 1)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 44
dimana :
Y = intensitas serangan blas pada umur 77 HST (hari setelah tanam benih); dan
X = intensitas serangan blas pada umur 49 HST (hari setelah tanam benih);
Y= 1,78 X + 1,63 (r2 = 0,76; p = 0,005 (Model 2)
dimana :
Y = intensitas serangan blas pada saat menjelang menjelang panen;
X = intensitas serangan blas pada umur 49 HST (hari setelah tanam benih);
b. Pengembangan Model Peramalan Penyakit Karat Daun (Puccinia arachidis)
Pada Tanaman Kacang Tanah
Penyakit karat daun pada kacang tanah yang disebabkan oleh infeksi jamur
Puccinia arachidis merupakan salah satu kendala dalam upaya peningkatan
produksi kacang tanah di Indonesia. Infeksi jamur ini dapat terjadi baik selama fase
vegetatif dan fase generatif pada saat pengisian polong dan dapat menurunkan hasil
sampai 50 %. Efektivitas dan keberhasilan kegiatan pengendalian penyakit karat
daun di lapangan sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kecukupan informasi
pendukungannya, khususnya informasi tentang hubungan antara intensitas
serangan dengan kehilangan hasil yang diakibatkannya. Kajian Pengembangan
Model Peramalan Penyakit Karat (Puccinia arachidis) Pada Tanaman Kacang
Tanah yang bertujuan untuk mengembangkan dan mendapat model perkembangan
serangan penyakit karat daun pada kacang tanah dilaksanakan pada musim
kemarau 2019 di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang pada 20
hamparan contoh yang tersebar di 3 kecamatan (Dawuan, Pondok Salam, dan
Pasawahan). Pengamatan secara visual dilakukan pada 90 rumpun contoh di
masing-masing hamparan contoh (3 petak alami contoh dan 30 rumpun contoh per
petak) dengan menghitung intensitas serangan penyakit karat daun pada masing-
masing rumpun contoh sejak tanaman umur 2 minggu setelah tanam (MST) sampai
dengan 11 MST (menjelang panen) dan populasi spora yang tertangkap oleh spore-
trap. Untuk mendapatkan model peramalan serangan penggerek polong, dilakukan
analisis dengan metode analisis regresi linear. Hasil analisis terhadap data hasil
pengamatan baik di Kabupaten Purwakarta maupun di Kabupaten Subang
menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit daun pada umur 10 MST
(menjelang panen) secara nyata dipengaruhi oleh oleh intensitas serangannya pada
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 45
umur 7 MST. Model Peramalan intensitas serangan penyakit karat daun dan jumlah
tangkapan spora adalah sebagai berikut :
Y = 4,96 X + 3,06 (r² = 0,75; Sig F = 8,41E-14)
di mana :
Y = Intensitas serangan karat daun pada umur 10 MST; dan
X = Intensitas serangan karat daun pada umur 7 MST
Log (Y+1) = 0,22 log (X+1) + 0,014 (r² = 0,96; Sig F = 9,75E-14)
di mana :
Y = Jumlah tangkapan spora pada umur 10 MST; dan
X = Jumlah tangkapan spora pada umur 2 MST
c. Pengembangan Model Peramalan Hama Penggerek Polong (Maruca Testulalis)
Pada Tanaman Kacang Hijau
Hama Penggerek Polong (Maruca testulatis) yang menyerang pertanaman
kacang hijau pada fase generatif merupakan salah satu organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) yang sangat merugikan dan bisa menimbulkan ancaman
kegagalan panen. Kajian Pengembangan Model Peramalan Hama Penggerek
Polong pada Tanaman Kacang Hijau bertujuan untuk mendapatkan model
peramalan hama penggerek polong pada kacang hijau dilaksanakan pada bulan
Mei sampai Desember 2019 pada 20 hamparan yang tersebar di Kabupaten Cirebon
yang tersebar di 2 kecamatan (Susukan dan Ciwaringin) masing-masing 10
(sepuluh) hamparan. Pada masing-masing hamparan contoh diamati 30 (tiga puluh)
tanaman contoh yang terbagi dalam 3 petak alami contoh masing-masing 10
tanaman contoh yang ditentukan secara acak sistematis. Pengamatan dilakukan
secara visual dengan menghitung jumlah polong dan jumlah polong bergejala pada
masing-masing tanaman contoh. Untuk mendapatkan model peramalan serangan
penggerek polong, dilakukan analisis dengan metode analisis regresi linear.
Intensitas serangan penggerek polong pada masa panen kedua (9 MST) secara
nyata dipengaruhi dengan intensitas serangannya pada awal pembentukan polong
(7 MST) dan model peramalan serangannya adalah sebagai berikut :
Y = 10,98 X + 2,36 (r² = 0,65; Sig F = 5,79E-06)
di mana :
Y = Intensitas serangan Penggerek Polong pada umur 9 MST;
X = Intensitas serangan Penggerek Polong pada umur 7 MST
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 46
d. Pengembangan Model Peramalan Penyakit Kerdil/Rumput Hampa Pada Padi
Sawah
Penyakit kerdil rumput (KR) dan penyakit kerdil hampa (KH) yang ditularkan
oleh hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) yang menyerang pertanaman
padi pada fase vegetatif dan generatif merupakan salah satu organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) yang sangat merugikan dan bisa menimbulkan
ancaman kegagalan panen. Di Indonesia, kejadian serangannya mengalami
peningkatan pada 5 (lima) tahun terakhir. Kajian Pengembangan Model Peramalan
Hama Penyakit Kerdil Rumput/Kerdil Hampa pada Padi Sawah yang bertujuan untuk
mendapatkan model peramalan serangan penyakit KR/KH pada pertanaman padi
menjelang panen dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2019 pada
20 hamparan yang tersebar di Kabupaten Lampung Tengah yang tersebar di
Kecamatan Bumi Ratu Nuban. Pada masing-masing hamparan contoh diamati
3 (tiga) petak alami masing-masing 100 rumpun contoh (pengamatan penyakit
KR/KH) dan 10 rumpun contoh (populasi WBC dan musuh alami) yang ditentukan
secara acak sistematis pada fase vegetatif (1-4 minggu setelah tanam (MST).
Pengamatan dilakukan secara visual dengan menghitung jumlah rumpun bergejala
KR/KH dan jumlah populasi WBC dan musuh alaminya. Untuk mendapatkan model
peramalan serangan penyakit penyakit KR/KH, dilakukan analisis dengan metode
analisis regresi linear. Intensitas serangan penyakit KR/KH pada umur 4 MST secara
nyata dipengaruhi oleh intensitas serangannya pada umur 2 MST, dan model
peramalan intensitas serangan sebagai berikut :
Log (Y+1) = 0,9697 Log (X) + 0,5137 (r² = 0,8745; Sig F = 2,17E-11)
dimana :
Y = Intensitas serangan KR/KH (%) pada umur 4 MST
X = Intensitas serangan KR/KH (%) pada umur 2 MST
e. Pengaruh Tanaman Refugia Terhadap Kelimpahan Arthropoda Pada Ekosistem
Padi Sawah
Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan OPT dengan
memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan pengendalian.
Musuh-musuh alami yang dimanfaatkan/dimanipulasikan adalah agen pengendali
biologi yang meliputi predator, parasitoid dan patogen serangga. Pengendalian hayati
dapat dilakukan dengan pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang
berjalan sendiri tanpa campur tangan manusia (tidak ada proses perbanyakan
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 47
masal). Waktu kritis dalam pengendalian hayati adalah awal tanam, di mana populasi
OPT masih berada pada posisi yang rendah, namun pada saat yang bersamaan
populasi musuh alami juga pada posisi yang rendah, oleh sebab itu perlu dilakukan
modifikasi/rekayasi ekosistem yang mampu menyediakan musuh alami pada posisi
yang lebih tinggi. Penanaman refugia pada periode pra-tanam/ awal tanam di
ekosistem padi sawah merupakan salah satu cara untuk menyediakan makanan bagi
beberapa musuh alami OPT dalam jumlah yang memadai, sehingga dapat
mendukung perkembangan dan perbanyakannya di lapangan. Kajian Pengaruh
Tanaman Refugia terhadap Kelimpahan Populasi Arthropoda pada Ekosistem Padi
Sawah yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penanaman refugia (luas 2 ha)
terhadap kelimpahan populasi arthropoda dalam ekosistem padi sawah dilaksanakan
di Desa Besur, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan pada bulan Juli sampai
Agustus 2019 dan dibandingkan dengan control (non refugia). Pengamatan populasi
arthropoda dilakukan secara visual (pengamatan langsung terhadap populasi
arthropoda pada 30 rumpun contoh) pada radius 25 m, 50 m, 75 m, dan 100 m serta
kontrol) dan menggunakan jaring serangga (25 ayunan tunggal untuk pengambilan
sampel pada radius 25 m, 50 m, 75 m, dan 100 m serta kontrol) untuk
diamati/diidentifikasi di laboratorium. Penanaman refugia pada ekosistem padi sawah
secara nyata mampu (1) meningkatkan keragaman dan kelimpahan populasi
arthropoda berguna (parasitoid dan predator), (2) meningkatkan ketahanan
ekologisnya (kelimpahan populasi parasitoid dan predator sampai dengan radius 100
m dari plot refugia senantiana lebih tinggi dibandingkan kontrol), dan (3) menekan
perkembangan populasi hama sejak dini (mulai 4 minggu setelah tanam populasi
hama senantiasa lebih rendah dibandingkan kontrol).
f. Pengembangan Model Kehilangan Hasil Akibat Penyakit Hawar Daun Jagung
(Helminthosporium turcicum)
Penyakit hawar daun jagung (Helminthosporium turcicum) merupakan salah
satu penyakit penting yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan produksi
jagung di lapangan, karena dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga 70 %
bahkan bisa mengancam gagal panen. Efektivitas dan keberhasilan kegiatan
pengendalian penyakit hawar daun jagung di lapangan sangat ditentukan oleh
ketersediaan dan kecukupan informasi pendukungannya, khususnya informasi
tentang hubungan antara intensitas serangan dengan kehilangan hasil yang
diakibatkannya.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 48
Kajian Pengembangan Model Kehilangan Hasil Akibat Serangan Penyakit
Hawar Daun Jagung (H. turcicum) yang bertujuan untuk mengembangkan model
hubungan antara intensitas serangan H. turcicum dengan kehilangan hasil ini
dilaksanakan pada musim kemarau 2019 di Kabupaten Majalengka pada 20
hamparan contoh yang tersebar di 3 kecamatan (Cigasong, Maja, dan Banjaran).
Pengamatan secara visual dilakukan pada 30 rumpun contoh di masing-masing
hamparan contoh (3 petak alami contoh dan 10 rumpun contoh per petak) dengan
menghitung intensitas serangan penyakit hawar daun jagung pada masing-masing
rumpun contoh. Sampel hasil panen diambil berdasarkan keragaman intensitas
serangan (mulai yang terendah sampai yang yang tertinggi) masing-masing 6 (enam)
tongkol sampel. Parameter produksi yang diamati adalah adalah jumlah pipil jagung,
kadar air (%), dan berat 100 butir (gram), serta berat butir pada kadar air standar
(gram).
Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara potensi produksi (PP)
terhadap produksi riil (PR). Kehilangan hasil tanaman jagung (%) dan intensitas
serangan penyakit hawar daun jagung (%) memiliki hubungan yang nyata pada taraf
P.05, sehingga prakiraan kehilangan hasil tanaman jagung (Y, %) dapat dihitung
berdasarkan intensitas serangannya (X,%) dengan model sebagai berikut :
Y = 0,6034 X + 7,8188 (Sig F = 2,62E-37; r2 = 0,81)
dimana :
Y = kehilangan hasil (%)
X = Intensitas serangan penyakit hawar daun jagung menjelang panen (%)
g. Bioekologi Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) Pada Tanaman Jagung
Spodoptera frugiperda J.E Smith (Lepidoptera:Noctuidae) merupakan hama
penting yang merugikan pada pertanaman jagung di Amerika, Afrika (2016), India
(2018), dan Thailand (2018). Pada bulan Maret 2019 hama ini ditemukan di Sumatera
Barat dan berdasarkan hasil verifikasi lapangan oleh BBPOPT sampai dengan akhir
Desember 2019 telah ditemukan di semua provinsi kecuali Nusa Tenggaran Timur,
Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Kajian yang bertujuan untuk mempelajari
bioekologi (pola dinamika populasi) hama S. frugiperda dilaksanakan di Kabupaten
Brebes dan Cirebon pada bulan Juni sampai Desember 2019 pada 20 hamparan
pertanaman jagung Varietas Eksotis (jagung manis) yang tersebar di 6 kecamatan
(1 kecamatan di Kabupaten Brebes dan 5 kecamatan di Kabupaten Cirebon).
Pengamatan secara visual dilakukan di masing-masing hamparan contoh (5 petak
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 49
alami contoh dan 10 rumpun contoh) dengan menghitung populasi S. frugiperda
(kelompok telur dan larva), intensitas serangan S. frugiperda, dan musuh alaminya,
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran hama tersebut. Tingkat
kerusakan di lapangan dihitungan dengan menggunakan Skala Davis. Parameter
biologi S. frugiperda dipelajari dengan mengambil sampel serangga hama (kelompok
telur dan larva) dan dipelihara di Laboratorium untuk diamati dan dipelajari sejak
stadia telur hingga dewasa (siklus hidup). Analisis data intensitas serangan meliputi
kejadian serangan, tingkat keparahan serangan, padat populasi telur/larva
S. frugiperda. Pengamatan suhu dan kelembaban menggunakan alat
thermohigrometer. Kelompok telur ditemukan di lapangan pada periode 15-21 HST,
37-42 HST dan 67 HST, sedangkan ngengatnya ditemukan pada periode 29-35 HST.
Skor Intensitas serangan tertinggi pada fase vegetatif sebesar 4,82, dan pada fase
generatif tertinggi 5,42. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida sangat
intensif dilakukan petani khususnya untuk untuk mengendalikan ulat supaya tongkol
jagung.
Telur S. frugiperda diletakkan secara berkelompok di permukaan bawah daun
dengan kisaran jumlah telur 100 – 200 telur/kelompok, dan jika populasinya tinggi
sebagian kelompok telur diletakkan di permukaan atas daun. Periode telur
S. frugiperda rata-rata 3-4 hari, dan setelah menetas larva akan berganti kulit
sebanyak 5 kali hingga menjadi punya yang ditengarai dengan berubahnya ukuran
tutup kepalanya (head-capsule). Larva muda memakan jaringan mesofil dengan
meninggalkan lapisan epidermis atas, sehingga akan meninggalkan gejala bercak-
bercak transparan. Larva aktif makan pada malam hari dan dapat berpindah dari
tanaman satu ke tanaman lainnya baik secara aktif maupun bantuan angin. Periode
larva instar 1 – 5 masing-masing 2 – 4 hari, 2 – 4 hari, 1-4 hari, 1 – 3 hari, 1 – 3 hari,
dan 1 – 3 hari dengan kisaran total periode larva 13 – 17 hari. Periode pupa
S. frugiperda berkisar 1 – 2 hari. Siklus hidup S. frugiperda sejak larva hingga imago
berkisar 20 – 28 hari Masa hidup imago (ngengat) berkisar 6 – 8 hari.
h. Metode Pengamatan OPT Pada Ekosistem Padi Rawa (Sistem Tabela)
Tanam benih langsung (Tabela) merupakan salah satu teknologi tanaman padi
pada ekosistem padi rawa dengan cara benih di tebar secara langsung pada kondisi
tanah yang lembab dan tidak tergenang air. Ekosistem pertanaman padi yang
terbentuk dengan teknik tabela adalah pertanaman padi dengan jarak antar rumpun
yang tidak teratur dan cenderung sangat rapat. Ekosistem padi rawa yang seperti ini
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 50
juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan
populasi/serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang mempengaruhim
system pengelolaannya khususnya pengamatannya. Kajian Pengembangan Metode
Pengamatan OPT Pada Ekosistem Padi Rawa (Tabela Hambur) bertujuan untuk
mempelajari dan mengembangkan sistem pengamatan OPT sederhana dan aplikatif
dilaksanakan di lahan percobaan BBPOPT dan lahan padi rawa di Kecamatan
Krangkeng Kabupaten Indramayu Jawa Barat pada bulan Juli sampai November
2019. Pengamatan OPT dan musuh alaminya (di lahan BBPOPT) dilakukan
sebanyak 4 kali pada umur tanaman 21, 29, 48, dan 64 hari setelah semai (HSS) dan
sebanyak 3 kali pada umur tanaman 45, 62, dan 76 HSS (lahan Rawa Indramayu)
pada petakan 1 m x 1 m, 5 rumpun, 10 rumpun, 20 rumpun dan 30 rumpun dengan 5
ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan independent T-
Test dengan metode 30 rumpun sebagai pembanding. Hasil analisis kemudian dibuat
matriks dan dihitung jumlah tidak beda nyata (P value > 0,05) dan beda nyata (P value
< 0.05). Metode yang memiliki jumlah tidak beda nyata terbanyak dianggap sebagai
metode yang paling mewakili pembanding 30 rumpun. Hasil analisis independent T-
Test menunjukkan metode pengamatan 1x1 m memiliki hasil tidak beda nyata
sebanyak 35 analisis, dan beda nyata 5 analisis. Metode pengamatan 5 rumpun
memiliki hasil tidak beda nyata sebanyak 30 analisis, dan beda nyata 2 analisis.
Metode pengamatan 10 rumpun memiliki hasil tidak beda nyata sebanyak 26 analisis,
dan beda nyata 4 analisis. Metode pengamatan 20 rumpun memiliki hasil tidak beda
nyata sebanyak 25 analisis, dan beda nyata 3 analisis. Hasil kajian dapat disimpulkan
bahwa metode pengamatan 1 m x 1 m merupakan metode yang memiliki hasil tidak
beda nyata terbanyak sehingga paling mewakili metode pembanding 30 rumpun.
i. Pengembangan Metode Pendugaan Kehilangan Hasil OPT Kompleks Berbasis
Data Spektral
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas sumber pangan utama dan
strategis bagi masyarakat Indonesia yang dalam pengusahaannya tidak terlepas dari
ancaman serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Beberapa OPT
dilaporkan selalu menyerang pertanaman padi di Indonesia dan sering menimbulkan
kerugian dari fase pesemaian sampai fase generatif pada musim hujan maupun
musim kemarau. Efektivitas dan efisiensi pengendalian serta antisipasi secara dini
dalam pengelolaan OPT ditentukan oleh informasi karakteristik OPT dan faktor
pengaruh serangan terhadap kehilangan hasil yang diakibatkannya.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 51
Kajian pengembangan model pendugaan kehilangan hasil padi akibat OPT
kompleks berbasis data spektral yang bertujuan untuk mendapatkan model
perhitungan kehilangan hasil tanaman padi yang diakibatkan oleh serangan OPT
kompleks baik serangan hama/penyakit yang dihubungkan dengan data citra satelit
Landsat 8 dilaksanakan di Kabupaten Indramayu pada musim kemarau 2019.
Pengamatan dilakukan pada 20 petak contoh masing–masing petak contoh sebanyak
30 rumpun. Pengambilan sampel panen sebanyak 10 rumpun per petak contoh,
sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 200 rumpun. Analisis data Intensitas
serangan mutlak dihitung berdasarkan jumlah anakan/tunas terserang (mutlak) dan
intensitas serangan tidak mutlak dihitung berdasarkan perhitungan kerusakan
penyakit kompleks/ganda. Parameter produksi yang diamati antara lain jumlah
anakan/malai (produktif; non-produktif), jumlah bulir (bernas; hampa); kadar air saat
panen (%), dan berat 1000 butir (gram). Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih
antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR). Intensitas serangan OPT
mutlak (X1:Tikus, PBP, Busuk Pelepah, neck-blast,%) dan tidak mutlak (X2:leaf-blast,
BLB,%) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil tanaman padi (Y,%).
Model pendugaan kehilangan hasil tanaman padi oleh OPT kompleks tersebut :
Y = 13,8677 + 1,304 X1 + 0,0595 X2 (Sig F : 4,238E-13;r² =0,777)
di mana :
Y = Kehilangan Hasil Tanaman Padi (%)
X1 = Intensitas serangan komplek OPT-Mutlak (PBP, Tikus, Busuk Pelepah,
Neck-blast) (%)
X2 = Intensitas serangan komplek OPT-Tidak Mutlak (Leaf-blast, BLB) (%)
j. Pengembangan Model Kehilangan Hasil Akibat Penyakit Karat Daun (Puccinia
Arachidis) Pada Kacang Tanah
Penyakit karat daun pada kacang tanah yang disebabkan oleh infeksi jamur
Puccinia arachidis merupakan salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi
kacang tanah di Indonesia. Infeksi jamur ini dapat terjadi baik selama fase vegetatif
dan fase generatif pada saat pengisian polong dan dapat menurunkan hasil sampai
50 %. Efektivitas dan keberhasilan kegiatan pengendalian penyakit karat daun di
lapangan sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kecukupan informasi
pendukungannya, khususnya informasi tentang hubungan antara intensitas serangan
dengan kehilangan hasil yang diakibatkannya.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 52
Kajian Pengembangan Model Kehilangan Hasil Akibat Serangan Penyakit
Karat Daun (Puccinia arachidis) Pada Tanaman Kacang Tanah yang bertujuan untuk
mengembangkan dan mendapat model kehilangan hasil akibat serangan penyakit
karat daun pada kacang tanah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan
November 209 di Kabupaten Subang pada 20 hamparan contoh. Pengamatan
secara visual dilakukan pada 30 rumpun contoh di masing-masing hamparan contoh
(3 petak alami contoh dan 10 rumpun contoh per petak) dengan menghitung
intensitas serangan penyakit karat daun pada masing-masing rumpun contoh. Semua
sampel dalam pengamatan intensitas serangan penyakit karat daun tersebut
dijadikan sebagai sampel untuk penghitungan hasil panen. Parameter produksi yang
diamati adalah adalah jumlah dan berat polong (panen,kering) dan kadar air (%).
Kehilangan hasil dihitung berdasarkan selisih antara potensi produksi (PP) terhadap
produksi riil (PR).
Kehilangan hasil tanaman kacang tanah (%) dan Intensitas serangan penyakit
karat daun (%) memiliki hubungan yang nyata pada taraf P.05, sehingga prakiraan
kehilangan hasil tanaman kacang tanah (Y, %) dapat dihitung berdasarkan intensitas
serangannya (X, %) dengan model sebagai berikut :
Y = 0,2372 X – 0,036 (r² = 0,8105; Sig F = 0,000)
dimana :
Y = Kehilangan hasil kacang tanah pada saat panen (%); dan
X = Intensitas serangan penyakit karat daun pada saat panen (%)
k. Pengembangan Model Peramalan Populasi WBC dari Persemaian ke Fase
Vegetatif Awal
Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal) merupakan hama utama yang
menyerang tanaman padi. Serangan wereng batang coklat (WBC) di lapangan sering
menyebabkan penurunan produksi di Indonesia. Infestasi WBC dapat terjadi pada
semua fase pertumbuhan padi. Model Peramalan WBC yang telah dikembangkan
adalah peramalan dari generasi pendatang (G0) ke generasi pertama (G1) dan
generasi kedua (G2), sedangkan model peramalan dari pesemaian ke fase vegetatif
awal (G-0, 1-4 MST) hingga saat ini belum dikembangkan. Kajian Pengembangan
Model Peramalan Wereng Batang Coklat di Pesemaian ke Fase Vegetatif Awal
bertujuan untuk mengetahui dan memengembangkan model hubungan populasi
WBC dari persemaian fase vegetatif awal dilaksanakan di Kabupaten Cirebon (pada
bulan Mei-Juli 2019 di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon dan pada bulan Juni-
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 53
Agustus 2019 di Kecamatan Kaliwedi dan Susukan). .Pengamatan dan pengambilan
sampel ampel populasi WBC di persemaian dilakukan 20 lokasi persemaian dan
pengamatan populasi pada pertanaman di 7 lokasi (periode Mei-Juli), sedangkan
pada periode Juni-Agustus dilakukan di 31 lokasi persemaian dan pengamatan
populasi WBC di 12 lokasi. Jumlah persemaian yang disampel untuk setiap lokasi
berkisar 3-9 bidang persemaian dan jumlah rumpun sampel tanaman padi yang
diamati untuk setiap lokasi sebanyak 30 rumpun. Pengamatan populasi WBC di
persemaian dilakukan dengan menggunakan jaring serangga (sweeping net)
sebanyak 10 ayunan tunggal per bidang persemaian. Pengamatan populasi WBC di
pertanaman dilakukan setiap minggu mulai 1 minggu setelah tanam (MST) hingga 5
MST. Hasil kajian menunjukkan bahwa pada persemaian, persentase WBC jantan
(67%) yang tertangkap dengan jaring serangga lebih tinggi dari pada WBC betina
(33%) dan musuh alami yang banyak ditemukan di persemaian adalah laba-laba
sebanyak 62% kemudian diikuti oleh capung (25%), Cyrtorhinus sp (6%), kumbang
koksi (4%), Paederus sp (2%) dan Ophionea sp (1%). Jumlah WBC yang tertangkap
di persemaian pada periode tanam pertama lebih tinggi dari pada periode kedua
(P<0.05). Populasi WBC (nimfa/imago) di pertanaman (umur 1 MST dan 5 MST)
memiliki hubungan yang nyata dengan populasinya di pesemaian dan prakiraan
populasinya dapat dihitung dengan menggunakan model sebagai berikut :
Y = 0,596 X – 0,0588 (r2=0,79; dan Sig-F<0,05) (model1)
dimana :
Y = populasi WBC pada umur 1 MST (ekor/rumpun), dan
X = pop[ulasi WBC populasi WBC pada pesemaian (ekor/10 ayunan tunggal)
Y = 0,366 X – 0,0096 (r2=0,49; dan Sig-F<0,05) (model 2)
di mana :
Y = populasi WBC pada umur 5 MST (ekor/rumpun), dan
X = pop[ulasi WBC populasi WBC pada pesemaian (ekor/10 ayunan tunggal)
l. Aplikasi Agens Hayati Dalam Mengendalikan Penyakit Ubi Keras Pada Tanaman
Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu komoditas potensial sebagai
sumber karbohidrat alternatif selain padi dan jagung. Salah satu kendala dalam upaya
peningkatan produksinya adalah serangan penyakit ubi keras/ busuk kering umbi
yang disebabkan oleh infeksi jamur Verticillium sp yang berasosiasi dengan jamur
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 54
Monilochaetes infuscans dan Fusarium sp, dan teknik pengendaliannya yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan yaitu adalah dengan pemanfaatan agens hayati. Kajian
yang bertujuan untuk mengetahui potensi agens hayati dalam mengendalikan
penyakit ubi keras/busuk kering umbi pada tanaman ubi jalar dilaksanakan di
Kelompok Tani Sawah Lega, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat pada bulan September hingga Desember 2019. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
5 perlakuan, 1 kontrol dan 3 ulangan dengan rincian (A) Perlakuan Trichoderma sp +
Kompos, (B) Perlakuan Gliocladium sp + Kompos, (C) Perlakuan Paenibacillus
polymyxa, (D) Perlakuan Bacillus subtilis, (E) Perlakuan Pseudomonas fluorescens
dan (F) Kontrol. Parameter yang diamati adalah kejadian penyakit, intensitas penyakit
pada umbi dan produksi ubi jalar pada saat panen, dan data hasil yang didapatkan
dianalisis dengan ANOVA pada taraf nyata 95%. Perlakuan A, B, D, dan E secara
nyata dapat menghambat perkembangan penyakit ubi keras/ busuk kering (4,20 %)
dibandingkan dengan perlakukan lainnya dan kontrol (37,56 %; 42,29 %; 46,93 %,
dan 57,70 %). Perlakuan Pseudomonas fluorescens secara nyata dapat menurunkan
kehilangan hasil panen dibandingkan dengan kontrol (berat hasil panen 400,91
gram/rpn).
m. Pengendalian Penyakit Hawar Daun Jagung Dengan Menggunakan Agens
Hayati
Penyakit Hawar daun jagung (Helminthosporium turcicum) merupakan salah
satu penyakit penting yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan produksi
jagung di lapangan di banyak negara di Benua Amerika, Asia, Afrika, dan Eropa,
karena dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga 70 % bahkan bisa mengancam
gagal panen. Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan OPT dengan
memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan pengendalian.
Musuh-musuh alami yang dimanfaatkan/dimanipulasikan adalah agen antagonis dari
suatu patogen penyebab penyakit. Kajian Pengendalian Penyakit Hawar Daun
Jagung Menggunakan Agens Hayati yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aplikasi agens hayati B. substilis dan P. polymyxa dalam menekan penyakit hawar
daun jagung dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2019 di Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 3 perlakuan yaitu Aplikasi Paenibacillus polymyxa (P), Aplikasi Bacillus
substilis (B) dan kontrol (tanpa aplikasi) dengan 9 ulangan pada pertanaman jagung
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 55
Varietas Pioneer 27. Aplikasi perlakuan dilakukan pada umur 2, 4, 6 dan 8 minggu
setelah tanam (MST). Pengamatan dilakukan secara visual dengan mengamati
gejala hawar pada daun (skoring) masing-masing 30 rumpun contoh setiap petak
ulangan sejak umur 2, 4, 6, 8 dan 10 MST. Pengamatan rumpun tanaman diamati
setiap petak sebanyak 30 rumpun. Hasil pengamatan dianalisis dengan metode
ANOVA dan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5%. Gejala hawar
daun ditemukan pada saat umur 4 MST dan tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata antara perlakuan Paenibacillus polymyxa, Bacillus subtilis, dan kontrol hingga
tanaman berumur 8 MST. Agens Hayati Paenibacillus polymyxa, Bacillus substilis
secara nyata dapat menekan perkembangan penyakit hawar daun jagung, sehingga
intensitas serangannya (10 MST) menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua
perlakuan dan kontrol.
n. Pengendalian Pengerek Tongkol Dengan Menggunakan Agens Hayati
Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera) merupakan salah satu
hama penting yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan produksi jagung di
lapangan di banyak negara di dunia khususnya di Indonesia karena dapat
mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Pengendalian hayati adalah suatu
teknik pengelolaan OPT dengan memanfaatkan/ memanipulasikan musuh alami
untuk kepentingan pengendalian. Musuh-musuh alami yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pengendalian hama penggerek tongkol jagung adalah parasitoid
telur dan patogen serangga. Pengendalian hama ini menggunakan agens hayati
sangat diperlukan hal ini mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida terhadap
lingkungan. Kajian Pengendalian Penggerek Tongkol Jagung Dengan Menggunakan
Agens Hayati yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas pengendalian skala luas
penggerek tongkol dengan menggunakan agens hayati (parasitoid telur
Trichogramma sp, dan patogen serangga Metarhizium sp) dilaksanakan pada bulan
September sampai November 2019 di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan yaitu Aplikasi
Trichrogramma, Aplikasi Metarhizium, dan kontrol (tanpa aplikasi) dengan
10 ulangan pada pertanaman jagung Varietas Pioneer 27. Aplikasi agens hayati
dilakukan sebanyak 3 kali (umur 40, 50, dan 60 HST) dan pengamatan dilakukan
sebanyak 5 kali. Pengamatan dilakukan secara visual dengan menghitung intensitas
serangan penggerek tongkol jagung pada 20 petak pengamatan. Data hasil
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 56
pengamatan dianalisis menggunakan uji-T. Aplikasi agens hayati (Metarhizium dan
Trichogramma sp) secara nyata dapat menekan intensitas serangan penggerek
tongkol jagung dan berbeda nyata dengan kontrol/perlakuan petani (P-value = 0.012).
Efektifitas perlakuan agens hayati (Metarhizium dan Trichogramma sp) dalam
menekan serangan penggerek tongkol jagung sebesar 67,33 %.
o. Pengendalian Hama Invasif Spodoptera frugiperda di Lapangan
Hama ulat grayak Spodoptera frugiperda J.E Smith merupakan hama penting
pada tanaman jagung. Hama ini adalah hama asli dari benua Amerika dan dilaporkan
menyebabkan kehilangan hasil sebesar 10-70%. Pada tahun 2019, hama ini
dilaporkan menyerang pertanaman jagung di Indonesia. Kajian pengendalian hama
invasif S. frugiperda pada tanaman jagung dilaksanakan pada skala laboratorium
maupun skala lapang. Kajian Pengendalian Hama Invasif Spodoptera frugiperda
Pada Tanaman Jagung dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2019.
Pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap uji efikasi beberapa
cendawan entomopatogen, pestisida nabati, insektisida di laboratorium dan tahap uji
lapang. Pelaksanaan kegiatan di laboratorium dilaksanakan di LPHP Trimurjo
Lampung dan laboratorium BBPOPT. Pelaksanaan kegiatan lapang dilaksanakan di
Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon. Perlakuan yang digunakan dalam uji
efikasi terhadap mortalitas larva S. frugiperda adalah perlakuan aplikasi agens
pengendali hayati (APH) Metarhizium anisoplie (10⁸ konidia/ml), Beauveria bassiana
(10⁸ konidia/ml), ekstrak daun mimba, ekstrak sereh wangi dan insektisida
klorantraniliprol 2 cc/l. Uji lapang dilaksanakan menggunakan perlakuan yang paling
efektif berdasarkan uji efikasi tingkat laboratorium. Metode pelaksanaan di lapangan
menggunakan 3 perlakuan yaitu perlakuan aplikasi bahan aktif klorantraniliprol,
perlakuan petani dan kontrol dengan 3 ulangan. Aplikasi insektisida klorantraniliprol
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada umur 1 MST, 3 MST dan 5 MST. Varietas jagung
yang digunakan di lapangan adalah jagung manis hibrida varietas Exsotic. Parameter
yang diamati di lapangan adalah intensitas serangan dan bobot tongkol. Perhitungan
intensitas serangan menggunakan skala Davis. Pengamatan intensitas serangan
dilakukan pada semua tanaman jagung yang ada di dalam plot perlakukan (± 500
tanaman/ulangan). Pengamatan intensitas serangan dilaksanakan setiap minggu
mulai dari 1-7 MST. Jumlah sampel panen yang diambil untuk setiap perlakuan
sebanyak 150 tongkol. Aplikasi Insektisida klorantraniliprol (dosis 2 cc/l)
mengakibatkan kematian yang tertinggi (mencapai 100%). Aplikasi ekstrak daun
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 57
mimba (dosis 80 gr/l) mengakibatkan kematian mencapai 80%. Aplikasi insektisida
berbahan aktif klorantraniliprol dosis 2 cc/l mampu mengendalikan serangan hama S.
frugiperda di lapangan hingga intensitas serangan di bawah 5%. Selisih bobot tongkol
jagung yang dikendalikan dengan insektisida klorantraniliprol terhadap perlakuan
petani mencapai 10,2% dan perlakuan kontrol mencapai 25,4%.
2. Kegiatan Pengamanan Produksi Tanaman Pangan
Target kegiatan pengamanan produksi adalah 21 Kabupaten/Kota. Realisasi fisik
kegiatan pengamanan produksi terlaksana pada 28 Kabupaten/Kota (133,3 %) terhadap
sasaran dan realisasi keuangan mencapai Rp. 770.565.489,- (99,99 %).
3. Kegiatan Pengamatan Keadaan Lapang OPT Pangan
Target kegiatan pengamatan keadaan lapang OPT pangan adalah 60 data. Realisasi
fisik kegiatan pengamatan keadaan lapang OPT pangan adalah 62 data (103,3 %)
terhadap sasaran dan realisasi keuangan mencapai Rp. 213.684.100,- (99,99 %).
4. Workshop Evaluasi Peramalan OPT
Target kegiatan workshop evaluasi peramalan OPT adalah 2 kegiatan dalam setahun.
Realisasi fisik kegiatan workshop evaluasi peramalan OPT terlaksana pada 2 kegiatan
(100 %) terhadap sasaran dan realisasi keuangan mencapai Rp. 178.275.748,- atau
(99,99 %).
5. Pengembangan Peramalan OPT Pangan Spesifik Lokasi
Target kegiatan pengembangan peramalan OPT pangan spesifik lokasi adalah 16
provinsi. Realisasi fisik kegiatan pengembangan peramalan OPT pangan spesifik lokasi
adalah 18 provinsi (112,5 %) terhadap sasaran dan realisasi keuangan mencapai
Rp. 167.945.808,- (99,95 %).
6. Kegiatan Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT Hortikultura
1) Peramalan OPT Hortikultura
Kegiatan terkait peramalan OPT hortikultura meliputi: koordinasi ke pusat (ke
Direktorat Perlindungan Hortikultura), pemberian bimbingan teknis, pengambilan
data serangan OPT dan penyusunan model peramalan OPT hortikultura dan
kegiatan hubungan intensitas serangan layu fusarium terhadap kehilangan hasil
panen bawang merah.
Bimbingan teknis kepada petugas lapangan (POPT) dan petani selama tahun 2019
telah dilaksanakan: (1) Pengenalan, pengamatan dan Pengendalian OPT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 58
Hortikultura yang Ramah Lingkungan di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Belu
Provinsi NTT, (2) Pengamatan keadaan cabai dan buah naga di Kabupaten Badung
dan Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali; (3) Bimbingan Teknis Pengenalan dan
Pengendalian OPT Tanaman Buah di Provinsi Bengkulu. Materi yang disampaikan
diantaranya adalah pengenalan OPT hortikultura dan pengendaliannya, teknik
pengambilan sampel dan peramalan OPT hortikultura.
Selain itu juga dilakukan kajian “Hubungan intensitas serangan penyakit layu
fusarium terhadap kehilangan hasil panen pada bawang merah”. Kegiatan
dilaksanakan pada bulan September–Desember 2019 di Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah sebagai sentra produksi bawang merah. Penentuan lokasi dilakukan
secara purposive sampling, yaitu lokasi atau titik pengamatan dipilih yang ada
serangan layu fusarium. Pengamatan gejala serangan dan pengambilan sampel
panen dilakukan di 27 titik pengamatan masing-masing titik pengamatan seluas 1
m2 dengan intensitas serangan yang bervariasi (serangan rendah-tinggi) dan pilih
titik pengamatan yang tidak terserang layu fusarium dan OPT lainnya untuk melihat
produksi optimum bawang merah. Sampel panen bawang merah untuk tiap titik
pengamatan (1 m2) ditimbang beratnya (berat basah/panen).
Kehilangan hasil panen akibat serangan layu fusarium dihitung berdasarkan selisih
antara potensi produksi (PP) terhadap produksi riil (PR). Tingkat keparahan penyakit
layu fusarium (X,%) secara nyata menyebabkan kehilangan hasil panen bawang
merah (Y,%) dengan model persamaan: Y = 0,979X + 0,721 (R2=0,91; p=0,000),
dimana Y=kehilangan hasil panen bawang merah (%); X=intensitas serangan layu
fusarium pada saat panen (%).
Gambar 8. Pengamatan Keadaan OPT pada Tanaman Bawang Merah di
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 59
Kegiatan penyusunan model peramalan OPT hortikultura spesifik lokasi
khususnya tanaman sayuran (cabai dan bawang merah). Data yang dikumpulkan
adalah data luas tambah serangan 5 tahun terakhir terakhir tergantung ketersediaan
data. Data diolah dan dianalisis dengan teknik regresi untuk mendapatkan model
hubungan/peramalan serangan OPT hortikultura antar musim. Model peramalan
yang didapat untuk tanaman cabai adalah penyakit antraknosa, virus kuning, trips
dan lalat buah. Sedangkan model peramalan OPT pada bawang merah yang
didapat adalah ulat bawang dan penyakit trotol.
Model peramalan OPT hortikultura/tanaman sayuran spesifik lokasi sebagai berikut:
Komoditas: Bawang Merah
a. Provinsi Jawa Tengah
Ulat Bawang
MH : Log (MH+1) = 0,7243 Log (MK+1) + 0,3473; R2=0,82 ; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 0,9958 Log (MH+1) + 0,2341; R2=0,76; p=0,000
Penyakit Trotol
MH : Log (MH+1) = 0,8444 Log (MK+1) + 0,3909; R2=0,86; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 0,7402 Log (MH+1) + 0,1989; R2=0,85; p=0,000
b. Provinsi NTB
Ulat Bawang
MH : Log (MH+1) = 0,5892 Log (MK+1) + 0,4759; R2=0,83; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 1,2438 Log (MH+1) + 0,466; R2=0,90 ; p=0,000
Komoditas: Cabai
c. Provinsi Bali
Antraknosa
MH : Log (MH+1) = 1,1048 Log (MK+1) + 0,0705;R2=0,72; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 1,5452 Log (MH+1) - 0,0279;R2=0,79
Virus Kuning
MH : Log (MH+1) = 0,8855 Log (MK+1) + 0,0079;R2=0,83; p=0,000
MK :Log (MK+1) = 0,971 Log (MH+1) + 1076;R2=0,82; p=0,000
d. Provinsi Jambi
Antraknosa
MH : Log (MH+1) = 1,02 Log (MK+1) + 0,089;R2=0,84; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 1,0195 Log (MH+1) + 0,087;R2=0,85; p=0,000
Trips
MH : Log (MH+1) = 0,993 Log (MK+1) – 0,08;R2=0,86; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 0,8446 Log (X+1);R2=0,84; p=0,000
Lalat Buah
MH : Log (MH+1) = 1,2893 Log (X+1);R2=0,89; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 0,6664 Log (X+1);R2=0,84; p=0,000
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 60
e. Provinsi Bengkulu
Antraknosa
MH : Log (MH+1) = 0,879 Log (MK+1) + 0,0905;R2=0,94; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 0,9063 Log (MH+1) + 0,1712;R2=0,83; p=0,000
f. Provinsi NTB
Antraknosa
MH : Log (MH+1) = 0,7398 Log (MK+1) + 0,1959;R2=0,91; p=0,000
MK : Log (MK+1) = 0,9372 Log (MK+1) + 0,5672;R2=0,82; p=0,000
2) Uji Buah Dengan Perlakuan VHT
Kegiatan ini terdiri dari 2 kajian yaitu (1) kajian perlakuan VHT terhadap mortalitas
lalat buah pada beberapa buah uji dan (2) kajian perlakuan VHT terhadap kerusakan
buah (fruit injury test) pada beberapa buah uji.
a. Kajian Skala Kecil Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT) terhadap Mortalitas Lalat Buah Bactrocera papayae pada Buah Salak
Berdasarkan hasil kajian menunjukkan waktu paparan (holding time) 0 menit,
pada suhu 47,0 oC dan kelembaban 95 % mortalitas lalat buah mencapai 99.01
% sedangkan untuk waktu paparan 10, 20, 30, 40 dan 50 menit tidak ada lalat
buah yang hidup (100 % mati). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan VHT pada
suhu 47,0 oC dan waktu paparan 0 menit telur B. papayae masih resisten/tahan
terhadap uap panas. Oleh karena itu untuk menjamin keamanan perlakuan
karantina, maka untuk perlakuan VHT skala besar (Lag scale mortality test) dan
untuk simulasi skala komersial diperlukan waktu yang lebih panjang yaitu waktu
paparan 20 menit dengan target kematian 100 % dan buah salak tetap dalam
keadaan segar (tidak terjadi kerusakan pada buah).
Gambar 9. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor
Heat Treatment/VHT) terhadap Mortalitas Lalat Buah
Bactrocera papayae stadia Telur Tua pada Buah Salak
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 61
b. Kajian Skala Kecil Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT) terhadap Mortalitas Lalat Buah Bactrocera papayae pada Buah Naga
Berbeda dengan kajian VHT terhadap mortalitas lalat buah pada buah salak,
pada buah Naga menunjukkan waktu paparan (holding time) 0, 10, 20, 30,
40 dan 50 menit tidak ada lalat buah yang hidup (100 % mati). Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan VHT pada suhu 47,0 oC dan waktu paparan 0
menit sudah dapat mematikan 100 % lalat buah B. papayae. Berdasarkan hasil
kajian ini sebelum ke uji skala besar dan atau uji konfirmasi maka perlu ada
kajian simulasi suhu dan waktu paparan untuk mendapatkan kematian 100 %
lalat buah. Disarankan kajian perlakuan VHT terhadap mortalitas lalat buah
pada buah Naga menggunakan suhu dibawah 47,0 oC sehingga buah naga
tetap dapat dipertahankan kesegarannya.
Gambar 10. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat
Treatment/VHT) terhadap Mortalitas Lalat Buah Bactrocera
papayae stadia Telur Tua pada Buah Naga
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 62
c. Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT) terhadap
Kerusakan Buah Salak (Fruit Injury Test)
Berdasarkan hasil analisis terhadap untuk semua parameter yang diamati yaitu
berat buah (susut bobot), warna kulit buah, warna daging buah, kekerasan
daging buah dan kandungan gula (brix) tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara buah salak yang diperlakukan VHT dengan buah salak tanpa
perlakuan VHT (kontrol) sampai dengan pengamatan 7 hari setelah perlakuan
VHT. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan uap panas (VHT) pada suhu
47,0 oC, kelembaban 95 % dan waktu paparan (holding time) 20 menit pada
buah Salak Pondoh dapat mematikan 100 % lalat buah Bactrocera papayae
tanpa terjadi kerusakan pada buah. Oleh karena itu untuk membebaskan lalat
buah pada buah salak perlakuan uap panas (VHT) dapat digunakan sebagai
perlakuan karantina.
Pada pengamatan 14 hari setelah perlakuan VHT buah salak yang disimpan
pada suhu kulkas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua
parameter yang diamati kecuali susut berat buah. Berbeda dengan
penyimpanan buah pada suhu kulkas, penyimpanan buah pada suhu ruang
pada 14 hari setelah perlakuan VHT sebagian besar buah salak busuk. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap
kesegaran dan kualitas buah.
Gambar 11. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat
Treatment/VHT) terhadap Kerusakan Buah Salak
(Fruit Injury Test)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 63
d. Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment/VHT) terhadap Kerusakan Buah (Fruit Injury Test) pada Buah Naga
Berdasarkan hasil analisis terhadap semua parameter yang diamati yaitu berat
buah (susut bobot), warna kulit buah, warna daging buah, kekerasan daging
buah dan kandungan kadar gula (brix) tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara buah naga yang diperlakukan VHT dengan buah naga tanpa perlakuan
VHT (kontrol). Hal ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan uap panas (VHT)
pada suhu 47,0 oC, kelembaban 95 % dan waktu paparan (holding time) 10
menit tidak menimbulkan kerusakan pada buah naga.
3) Rearing lalat buah
Selama tahun 2019 ada 4 spesies yang diperbanyak di laboratorium VHT Balai
Besar Peramalan OPT Jatisari adalah (1) Bactrocera papayae; (2) B. Carambolae;
(3) B. cucurbitae dan (4) B. albistrigata. Selain 4 spesies tersebut juga direaring
lalat buah yang berasal dari tanaman inang (host plant) buah salak Pondoh yang
diambil dari lapangan (Sleman, Yogyakarta). Hasil perbanyakan lalat buah selama
tahun 2019 telah digunakan untuk berbagai pengujian antara lain: (1) Uji
perkembangan lalat buah pada buah salak dan naga (uji pendahuluan); (2)
Perlakuan VHT terhadap mortalitas lalat buah pada buah salak; (3) Perlakuan VHT
terhadap mortalitas lalat buah pada buah naga; (4) Kajian disinfestasi lalat buah
dengan perlakuan iradiasi dan Kajian Hot Water Treatment (HWT) kerjasama
dengan Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP)
Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, serta (5) Uji host status buah nanas terhadap
perkembangan lalat buah.
Gambar 12. Pelaksanaan Kajian Perlakuan Uap Panas (Vapor
Heat Treatment/VHT) terhadap Kerusakan Buah
Naga (Fruit Injury Test)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 64
4) Uji Host Status Buah Nanas terhadap Lalat Buah
Kajian host status buah nanas terhadap perkembangan lalat buah spesies B.
papayae dan B. cucurbitae bertujuan untuk memastikan apakah buah nanas
sebagai inang lalat buah. Kajian ini dilaksanakan di laboratorium VHT pada bulan
Oktober-Desember 2019. Varietas buah nanas yang digunakan adalah Varietas
Cayene yang berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Berat buah berkisar
600-1000 gram per buah. Metode infestasi telur lalat bua pada buah nanas untuk
kedua spesies lalat buah uji dilakukan secara alami. Siapkan 5 kurungan lalat buah
dewasa yang sudah siap bertelur (umur 14-28 hari seelah dewasa) masukkan 6
buah nanas per kurungan yang terdiri dari 3 buah nanas ditusuk dengan jarum
(jarum specimen serangga) dan 3 buah tanpa ditusuk dan dibiarkan selama 1 jam
dan 3 bauh nanas sebagai kontrol (tanpa infestasi lalat buah). Setelah peneluran
buah nanas disimpan secara individual pada suhu ruang hingga pengamatan
populasi larva instar ke-3 (6-7 hari) setelah peneluran.
Berdasarkan hasil pengamatan populasi larva dengan cara buah nanas dibelah
(dissecting) tidak ada larva yang ditemukan, baik larva hidup maupun yang mati
untuk kedua spesies lalat buah uji yaitu B. papayae dan B. cucurbitae. Hal ini
menujukkan bahwa kedua spesies lalat buah tersebut sampai saat ini buah nanas
bukan merupakan inangnya. Namun demikian untuk spesies lalat buah yang
lainnya perlu ada kajian lebih lanjut.
Gambar 13. Pelaksanaan Uji Host Status Buah Nanas terhadap
Perkembangan Lalat Buah di Laboratorium VHT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 65
C. Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT
Indikator kinerja dari meningkatnya akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT adalah
(a). Jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang terjadi berulang
dan (b). Jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek
SAKIP sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015).
Tabel. 22. Capaian Indikator Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT
Capaian indikator jumlah temuan BPK atas pengelolaan keuangan BBPOPT yang
terjadi berulang dan jumlah temuan Itjen atas implementasi SAKIP yang terjadi
berulang adalah – (atau tidak ada data) karena pada tahun 2019 tidak ada pelaksanaan
audit pengelolaan keuangan oleh BPK dan audit/evaluasi implementasi SAKIP di
BBPOPT.
Pelaksanan evaluasi atas implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) pada tahun 2019 hanya dilaksanakan di tingkat Eselon I
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan). Penilaian SAKIP ini berdasarkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun
2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Berdasarkan Kertas Kerja Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Unit
Kerja, SAKIP Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2018 mendapatkan nilai 90,8 (predikat
AA/ sangat memuaskan) atau mencapai 106,82 % dari target indikator kinerja sebesar
85,0.
Kegiatan Pendukung Peningkatan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan BBPOPT
1. Pembinaan SPIP Oleh Tim Inspektorat Jenderal
Pembinaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) BBPOPT oleh Inspektur Jenderal
Kementan Bapak Justan Riduan Siahaan, Ak, M.Acc. Pembinaan SPI ini
dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2019 di Ruang Rapat Pertemuan I BBPOPT.
Kegiatan pembinaan SPI ini dihadiri oleh Kepala Balai Besar Peramalan OPT Dr. Ir.
Enie Tauruslina Amarullah, MP, Kepala Bagian Umum, Kepala Bidang Pelayanan
NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN No INDIKATOR KINERJA TARGET CAPAIAN
0 -
1 Meningkatnya akuntabilitas
kinerja di lingkungan BBPOPT 1
Jumlah temuan BPK atas pengelolaan
keuangan BBPOPT yang terjadi berulang 0 -
2
Jumlah temuan Itjen atas implementasi
SAKIP yang terjadi berulang (5 aspek SAKIP
sesuai Permenpan RB No. 12 Tahun 2015)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 66
Teknis, Informasi dan Dokumentasi, Pejabat Pembuat Komitmen, Eselon IV, dan
pegawai BBPOPT. Pada kegiatan ini Bapak Irjen menyampaikan materi tentang
Identifikasi Risiko dan Pengelolaan Aset. Selain itu, Pembinaan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) dilakukan oleh dua orang auditor dari Inspektorat II yaitu
Ir. Sahala Sianturi, MM dan Wasis Budi Setyanto, SE, MM. Pembinaan SPI ini
merupakan bagian dari kegiatan Workshop Pendampingan dan Penyusunan
Laporan Keuangan dan BMN Tahun 2019. Pembinaan SPI ini berlangsung pada
tanggal 7 Oktober 2019 di Ruang Pertemuan I BBPOPT.
2. Pelaksanaan Audit Kinerja BBPOPT Oleh Inspektorat Jenderal
Sesuai dengan surat tugas No. B.0352/PW.130/G.3/07/2019 Tim Inspektorat
Jenderal yang dipimpin oleh Ir. Sahala Sianturi, MM selaku Pengendali Teknis dan
Abdussyahid, SP, MM sebagai Ketua Tim dengan anggota Felix Marcellinus, SP
dan Purnomo Ajie, SE, melaksanakan Audit Kinerja Kegiatan BBPOPT Tahun
Anggaran 2018. Audit Kinerja ini dilakukan dari tanggal 8 – 19 Agustus 2019 di
BBPOPT Jatisari.
Gambar 14. Pelaksanaan Audit Kinerja oleh Tim Itjen
3. Revaluasi Ulang Barang Milik Negara (BMN) oleh Tim Inspektorat Jenderal
Kegiatan Revaluasi Ulang Barang Milik Negara (BMN) dilaksanakan pada tanggal
19 - 26 Juni 2019.Tim Inspektorat II terdiri dari Meilani Anita Isabela,S.P., M.M.,
Zaelani Ahmad, S.P., Rina Utami, S.E., M.Ak., Supriyanto, S.E., M.M. dan Ir. Sahala
Sianturi S., M.M.
Tujuan Pelaksanaan Reviu atas Hasil Inventarisasi dalam rangka Revaluasi Ulang
BMN BBPOPT adalah memberikan keyakinan terbatas terhadap proses perbaikan
data inventarisasi BMN TA 2017-2018 telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 67
berlaku dan hasil pemeriksaan BPK atas Penilaian Kembali BMN TA 2017-2018
telah ditindaklanjuti.
Ruang Lingkup Pelaksanaan Reviu yaitu kegiatan perbaikan hasil inventarisasi
BMN TA 2017-2018 yang menjadi objek revaluasi sesuai pasal 5 Perpres Nomor 75
Tahun 2017 yaitu BMN yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2015 dan
menjadi target penilaian kembali (Aset tanah sebanyak 12 NUP, Gedung dan
Bangunan sebanyak 26 NUP serta Irigasi sebanyak 3 NUP telah dilakukan
Inventarisasi dan Penilaian oleh KPKNL pada tahun 2018 dengan LHIP TA 2018
pada tanggal 22 Desember 2018.
Hasil Reviu:
Aset yang menjadi objek revaluasi 40 NUP senilai Rp. 160.009.563.000,- namun
yang dapat dilakukan revaluasi ulang pada TA 2019 sebanyak 39 NUP senilai
Rp 159.987.123.000,- berupa tanah sebanyak 12 NUP senilai Rp.
146.844.994.000,- seluas 166.752 m2, gedung dan bangunan 25 NUP senilai
Rp. 12.915.237.000,- dan jalan, irigasi serta jaringan sebanyak 2 NUP senilai Rp.
226.892.000,-.
Revaluasi ulang Tahun 2019 masih dalam proses pelaksanaan dan saat ini pada
tahap validasi dan verifikasi oleh KPKNL Purwakarta.
Aset irigasi berupa 1 unit bangunan penampung air baku sebanyak 1 NUP senilai
Rp. 22.440.000,- sesungguhnya tidak ada dan tidak dapat dilakukan revaluasi
ulang TA 2019. Hal ini karena adanya kesalahan pencatatan 1 unit aset irigasi
berupa banguna penampung air baku senilai Rp. 22.440.000,- dalam SIMAK
BMN satker, yang seharusnya dicatat sebagai aset peralatan dan mesin
BBPOPT sebagai akun peralatan dan mesin tandon air. Atas hal tersebut, pada
TA 2019 satker telah melakukan reklas pencatatan dari akun jaringan irigasi
bersamaan dengan pelaksanaan revaluasi ulang BMN TA 2019.
Rekomendasi:
Mengajukan surat mengupayakan percepatan proses verifikasi dan validasi
sebanyak 39 NUP senilai Rp 159.987.123.000,- kepada KPKNL Purwakarta
Melakukan monitoring dalam rangka revaluasi ulang atas aset tanah, gedung dan
bangunan serta irigasi sebanyak 39 NUP Rp 159.987.123.000,-.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 68
Tabel 23. Efisiensi penggunaan sumberdaya pada sasaran kegiatan meningkatnya
akuntabilitas kinerja di lingkungan BBPOPT
Berdasarkan Tabel di atas, rata-rata efisiensi penggunaan anggaran terhadap output
pada sasaran kegiatan meningkatnya implementasi rekomendasi peramalan
serangan OPT yang diberikan oleh BBPOPT pada tahun 2019 adalah sebesar 0,65
%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat efisiensi sebesar 0,65 % dalam pencapaian
sasaran kegiatan peningkatan kualitas layanan publik. BBPOPT dapat
mengoptimalkan anggaran yang telah dialokasikan untuk menghasilkan capaian
sasaran kegiatan yang telah ditetapkan. Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan
semua kegiatan yang mendukung pelayanan publik BBPOPT telah dilaksanakan
secara efisien.
PENCAPAIAN KINERJA LAINNYA
1. PERINGKAT III LOMBA INOVASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) TAHUN 2019
Lomba Inovasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tahun 2019
diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian. Kategori yang dilombakan antara
lain : Aplikasi Layanan Publik, Aplikasi Layanan Internal, Inovasi Layanan/TIK
dan Website. Peserta lomba adalah Eselon I lingkup Kementerian Pertanian
dan SKPD lingkup pertanian provinsi, SKPD lingkup pertanian kabupaten/kota
dan UPT Pusat lingkup Kementerian Pertanian. Balai Besar Peramalan OPT
(BBPOPT) mengikuti lomba pada kategori website. Pendaftaran dilakukan pada
bulan Mei 2019.
1 Layanan Manajemen BMN Kegiatan 1 1 21.091.000 21.085.448 0,03
2 Layanan Manajemen Keuangan Paket 1 1 802.965.000 802.907.483 0,01
3 Rencana Anggaran BBPOPT Dokumen 1 1 42.660.000 42.630.007 0,07
4 Rencana Kerja BBPOPT Dokumen 1 1 451.671.000 447.055.626 1,02
5 Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan BBPOPT Dokumen 1 1 31.642.000 31.641.571 0,00
6 Sistem Pengendalian Intern Laporan 1 1 34.407.000 34.322.358 0,25
7 Laporan Kegiatan BBPOPT Laporan 13 13 42.474.000 42.471.279 0,01
8 Laporan Kinerja Instansi Laporan 1 1 28.410.000 28.059.542 1,23
9 Pemantauan & Evaluasi Kegiatan Lapang Laporan 1 1 38.647.000 37.677.383 2,51
12 Pemagaran lahan kebun percobaan paket 2 2 844.647.000 833.136.533 1,36
0,65
No
Keluaran (Output) Volume Keluaran Anggaran (Rp)
Efisiensi
(%)Jenis Keluaran SatuanTarget Vol
Keluaran
(TVK)
Realisasi Vol
Keluaran
(RVK)
Pagu Anggaran per
Keluaran (PAK)
Realiasi Anggaran
per Keluaran (RAK)
RATA-RATA EFISIENSI
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 69
Untuk kategori website, penilaian prakualifikasi meliputi : Kualitas Isi Situs Web,
Kualitas Fitur Situs Web dan Kinerja Situs Web. Hasil kualifikasi melanjutkan
pada tahap wawancara pada bulan Oktober 2019. Tim Juri yang berasal dari
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Universitas Indonesia, Dewan TIK
Nasional, Ikatan Ahli Informatika Indonesia serta Himpunan Informatika
Pertanian Indonesia.
Wawancara ini merupakan Tahapan Akhir dari penilaian Tim Juri untuk 5 besar
masing-masing kategori “Website”. 5 besar yang masuk dalam tahap
wawancara ini adalah : (1.) Balai Besar Pengembangan Mekanisme
Pertanian, (2.) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, (3.) Balai
Besar Peramalan OPT Jatisari , (4.) Balai Besar Pengembangan Mutu
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (5.) Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Riau.
Gambar 15. Penyerahan Penghargaan Juara III Lomba TIK Tahun 2019
2. PERINGKAT V LOMBA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK (KIP) 2019
Keterbukaan informasi merupakan salah satu keharusan bagi badan publik
dalam menyelenggarakan kegiatan didalamnya. Sejak ditetapkannya Undang-
undang Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 Tahun 2008, secara bertahap
Badan Publik telah menerapkan Undang-undang tersebut. Kementerian
Pertanian pun menjawab hal tersebut dengan dikukuhkannya Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sejak tahun 2011 bersama
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2011 yang pada tahun 2016 ini
telah direvisi dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2016.
una memberikan apresiasi UK/UPT Lingkup Kementerian Pertanian yang telah
membuka informasi publik melalui situs web secara transparan, maka
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 70
dilaksanakan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Lingkup
Kementerian Pertanian Tahun 2019. Tahapan kegiatan pemeringkatan KIP
sebanyak 2 tahap, yaitu tahap 1 yang terdiri dari: Kuesioner Penilaian Mandiri
(Self Assesment Questionnaire), Verifikasi Website, dan Verifikasi Portal PPID.
Penilaian ini meliputi pemanfaatan Portal PPID diantaranya aplikasi Silayan
dalam pelayanan permohonan informasi publik, pengisian link di menu
transparansi kinerja, minimal 5 (lima) tahun terakhir dan pengisian dokumen
informasi publik di dalam aplikasi Sidado (Database Dokumen) masing-masing
5 (lima) tahun terakhir diantaranya Program (Rencana Kerja Tahunan dan
Rencana Strategis), Anggaran (Laporan Keuangan dan DIPA), Kinerja
(Laporan Tahunan dan LAKIP/ LAKIN) , Laporan PPID (Laporan Bulanan PPID
dan Laporan Tahunan PPID) serta Surat Keputusan (SK) PPID UK/UPT.
Tim Penilai yang terdiri dari Zaim Uchrowi, Astrid Debora dan Kepala Bagian
Pengelolaan Informasi Publik, melakukan pengecekan dokumen informasi
publik yang dikuasai BBPOPT dan kelengkapan counter layanan serta sarana
dan prasarananya dimana masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki.
Dalam pemeringkatan KIP ini, Kementan membagi dalam tiga kategori
berdasarkan eselon, yaitu, Kategori Eselon I, Kategori Eselon II dan Kategori
Eselon III. Untuk Kategori eselon II peringkat pertama diraih oleh Balai Besar
Karantina Pertanian Soekarno Hatta, Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan
peringkat kedua, di peringkat ketiga Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang,
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan di peringkat
keempat dan peringkat kelima oleh BBPOPT.
Gambar 16. Piagam Penghargaan Lomba Pemeringkatan Keterbukaan
Informasi Publik Lingkup Kementan Tahun 2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 71
3.2. REALISASI ANGGARAN
Dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan peramalan serangan organisme
pengganggu tumbuhan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(BBPOPT) pada Tahun Anggaran 2019 telah dialokasikan anggaran sebesar
Rp. 22.542.446.000,-. Capaian realisasi serapan anggaran BBPOPT per tanggal 31
Desember 2019 adalah sebesar Rp. 19.762.253.472,- atau sebesar 87,67 %.
Pagu dan realisasi anggaran berdasarkan pengelompokan jenis belanja adalah
sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai mempunyai anggaran sebesar Rp. 6.515.642.000,- atau
28,90% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran
Rp. 5.533.878.158,- atau capaian 84,93% dibandingkan pagu anggaran.
b. Belanja Barang mempunyai anggaran sebesar Rp. 10.268.704.000,- atau
45,55% dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran
Rp. 10.069.630.145,- atau capaian 98,06% dibandingkan pagu anggaran.
c. Belanja Modal mempunyai anggaran sebesar Rp. 5.758.100.000,- atau 25,54%
dari total anggaran BBPOPT. Realisasi penggunaan anggaran
Rp. 4.158.745.169,- atau capaian 72,22% dibandingkan pagu anggaran.
Tabel 24. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Pagu dan realisasi anggaran berdasarkan pengelompokkan output adalah sebagai
berikut:
a. Model Peramalan OPT mempunyai anggaran sebesar Rp. 6.714.989.000,- atau
29,78 % dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan anggaran
Rp. 6.683.781.680,- atau capaian 99,54 % dibandingkan pagu anggaran.
b. Layanan Sarana dan Prasarana Internal mempunyai anggaran sebesar
Rp. 6.575.910.000,- atau 29,17 % dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan
anggaran Rp. 4.834.325.577,- atau capaian 73,52% dibandingkan pagu anggaran.
(Rp) (%)
1 Belanja Pegawai 6.515.642.000 5.533.878.158 84,93
2 Belanja Barang 10.268.704.000 10.069.630.145 98,06
3 Belanja Modal 5.758.100.000 4.158.745.169 72,22
22.542.446.000 19.762.253.472 87,67
RealisasiNo Jenis Belanja Pagu
Jumlah
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 72
c. Layanan Perkantoran mempunyai anggaran sebesar Rp. 9.251.547.000,- atau
41,04 % dari total anggaran BBPOPT. Realisasi serapan anggaran
Rp. 8.244.146.215,- atau capaian 89,11 % dibandingkan pagu anggaran.
Tabel 25. Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output
Tabel 26. Perbandingan Realisasi Anggaran BBPOPT Tahun 2018 dan 2019
Berdasarkan perbandingan realisasi serapan anggaran Tahun 2019 dengan Tahun
2018 menunjukan bahwa realisasi serapan anggaran Tahun 2019 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 95,85% menjadi 87,67 % di tahun 2019.
Berikut ini penyebab serapan anggaran BBPOPT di tahun 2019 hanya mencapai
87,67 % :
a. Adanya perpindahan/mutasi SDM ke luar BBPOPT yang menyebabkan alokasi
gaji dan tunjangan tidak terserap secara maksimal.
Jumlah pegawai PNS yang ada di BBPOPT sampai dengan bulan Desember 2019
yang mendapatkan gaji dan tunjangan sebanyak 79 pegawai (data aplikasi GPP
2019). Sedangkan pada tahun 2018 pegawai yang mendapatkan gaji dan
tunjangan sebanyak 84 pegawai (data aplikasi GPP 2018). Jumlah pegawai ASN
pada tahun 2019 lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pegawai ASN pada
tahun 2018, hal ini disebabkan pada tahun 2019 ada pegawai yang pensiun,
pindah/mutasi dan meninggal. Serta ada 2 orang pegawai BBPOPT yang gajinya
masih dari Satker TP dan Sumbar.
(Rp) (%)
1 Model Peramalan 6.714.989.000 6.683.781.680 99,54
2 Layanan Internal 6.575.910.000 4.834.325.577 73,52
3 Layanan Perkantoran 9.251.547.000 8.244.146.215 89,11
22.542.446.000 19.762.253.472 87,67
No Output PaguRealisasi
Jumlah
No Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
1 2018 16.068.446.000 15.401.456.576 95,85
2 2019 22.542.446.000 19.762.253.472 87,67
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 73
Tabel 27. Pegawai yang Pensiun, Pindah/Mutasi dan Meninggal Tahun 2019
No Nama Pegawai Status
1. Wahyudin Pensiun
2. Ir. Lilik Retnowati Pindah/Mutasi
3. Sujiono, S.P Pindah/Mutasi
4. Bery Budhiarsa Agustina, S.P Pindah/Mutasi
5. Urip Slamet Riyadi Meninggal
b. Realisasi pembelian lahan sawah
Luas lahan sawah milik petani yang rencana dibebaskan adalah seluas 30.725 m2.
Sampai akhir tahun anggaran, luas lahan sawah yang bisa dilakukan pembebasan
seluas 24.589 m2 dengan rincian terlampir. Adapun penyebab tidak bisa terealisasi
seluruhnya adalah sebagai berikut:
- Proses selesainya pengguguran bintang dari DJA Kemenkeu baru pada bulan
Juli 2019, sehingga proses pembebasan lahan menjadi sangat pendek
waktunya.
- Pemilik lahan tanah/sawah bukan merupakan petani setempat dan sebagian
besar berdomisili di luar kota.
- Penelusuran keabsahan dokumen tanah di BPN Karawang memerlukan waktu
lama.
- Dokumen tanah yang ada di beberapa pemilik tercecer di lokasi yang berlainan
sehingga perlu waktu untuk penelusuran dan pengumpulan.
- Terdapat beberapa dokumen yang tidak sah/valid menurut notaris sehingga
harus dibatalkan proses pembebasannya.
- Beberapa dokumen yang dalam sengketa sehingga proses pembelian tanah
tidak dapat dilanjutkan daripada menimbulkan potensi hukum di kemudian hari.
Tabel 28. Rincian Pembelian Lahan Sawah Yang Terealisasi Tahun 2019
No Nama Pemilik Jumlah Dokumen Alamat Luasan (m2)
1 Akbar Ali Amin 9 Sertifikat Jakarta 6.262
2 Fatimah 3 Sertifikat Jakarta 2.088
3 Daly Saputra 3 AJB Karawang 7.830
4 Eem Binti Aris 2 Sertifikat Bandung 5.740
5 Een Nuraeni 1 Sertifikat dan AJB Kotabaru 2.669
24.589 Jumlah
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 74
Tabel 29. Efisiensi Kegiatan BBPOPT Tahun 2019
Semakin sedikit anggaran yang digunakan untuk mencapai indikator kinerja yang
maksimal, maka nilai efisiensi semakin tinggi. Jika rasio penggunaan anggaran lebih
rendah dari rasio pagu anggaran untuk menghasilkan satu (1) satuan capaian output
kegiatan, maka menunjukkan penggunaan anggaran yang efisien. Berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus di atas, efisiensi rata-rata pada capaian kegiatan
BBPOPT adalah sebesar 3,42 %. Kegiatan dengan nilai efisiensi tertinggi yaitu pada
kegiatan pengamanan produksi tanaman pangan dengan besaran efisiensi 25,0 %.
1 Rencana Kerja Akreditasi ISO 17025 Dokumen 1 1 162.970.000 162.882.864 0,05
2 Pameran Pembangunan Pertanian Pameran 4 4 80.796.000 80.727.150 0,09
3 Layanan Publikasi Cetak Judul 18 18 120.660.000 120.575.000 0,07
4 Pengembangan Perpustakaan Paket 1 1 23.225.000 23.104.000 0,52
5 Website BBPOPT Paket 1 1 31.790.000 31.772.000 0,06
6 Siaran Radio dan TV Paket 6 6 131.004.000 130.903.500 0,08
7 Layanan manajemen kepegawaian Kegiatan 2 2 34.843.000 34.842.400 0,00
8 Pengadaan alat pengolah data unit 19 19 106.100.000 104.447.650 1,56
9 Pengadaan peralatan dan mesin unit 12 13 85.053.000 83.406.000 9,48
10 Pemeliharaan Gedung dan Bangunan paket 1 1 708.910.000 579.041.537 18,32
11 Pengadaan tanah (sawah percobaan) m2 30725 24589 4.831.200.000 3.234.293.857 16,35
12 Pemagaran lahan kebun percobaan paket 2 2 844.647.000 833.136.533 1,36
13 Pengamanan produksi tanaman pangan Kab 21 28 770.581.000 770.565.489 25,00
14Pengamatan keadaan lapang OPT
tanaman panganData 60 62 213.685.000 213.684.100 3,23
15 Workshop P3OPT & Agens Hayati Org 90 91 516.754.000 516.746.811 1,10
17 Bahan operasional laboratorium Lab 8 8 713.357.000 694.776.356 2,60
18 Perbanyakan isolat dan produk APH Test tube 7000 7461 135.872.000 135.868.065 6,18
19Pengembangan peramalan OPT Pangan
Spesifik LokasiProv 16 18 168.034.000 167.945.000 11,16
20 Pengembangan Teknologi P3OPT Model 15 15 516.603.000 514.938.216 0,32
21 Workshop Evaluasi peramalan OPT PanganKegiatan 2 2 178.295.000 178.275.748 0,01
22 Pemantauan dan Evaluasi Mutu LPHP LPHP 5 5 15.012.000 15.002.111 0,07
23 Layanan Manajemen BMN Kegiatan 1 1 21.091.000 21.085.448 0,03
24 Layanan Manajemen Keuangan Paket 1 1 802.965.000 802.907.483 0,01
25 Rencana Anggaran BBPOPT Dokumen 1 1 42.660.000 42.630.007 0,07
26 Rencana Kerja BBPOPT Dokumen 1 1 451.671.000 447.055.626 1,02
27 Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan BBPOPT Dokumen 1 1 31.642.000 31.641.571 0,00
28 Sistem Pengendalian Intern Laporan 1 1 34.407.000 34.322.358 0,25
29 Laporan Kegiatan BBPOPT Laporan 13 13 42.474.000 42.471.279 0,01
30 Laporan Kinerja Instansi Laporan 1 1 28.410.000 28.059.542 1,23
31 Pemantauan & Evaluasi Kegiatan Lapang Laporan 1 1 38.647.000 37.677.383 2,51
3,42Rata-rata Efisiensi
Pagu Anggaran per
Keluaran (PAK)
Realiasi Anggaran
per Keluaran (RAK)
No
Keluaran (Output) Volume Keluaran Anggaran (Rp)Efisiensi
(%)Jenis Keluaran SatuanTarget Vol
Keluaran
(TVK)
Realisasi Vol
Keluaran
(RVK)
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 75
Tingginya efisiensi ini disebabkan dengan anggaran yang tersedia sebesar Rp
770.581.000,- untuk 21 Kab/kota yang direncanakan, realisasi pengamanan produksi
sampai akhir tahun 2019 dapat mencapai 28 Kab/Kota dengan serapan anggaran
Rp. 770.566.489,-. Secara umum, efisiensi pelaksanaan kegiatan tersebut
disebabkan oleh efektivitas pelaksanaan kegiatan di lapangan dan pengelolaan
anggaran secara tepat guna serta didukung manajemen SDM yang optimal. Nilai
efisiensi ini juga menjelaskan bahwa BBPOPT mampu untuk mengoptimalkan
sumber daya anggaran yang telah dialokasikan untuk menghasilkan capaian indikator
kinerja.
Hambatan dan Kendala
Pelaksanaan kinerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Tahun 2019 masih mengalami hambatan/kendala, sehingga pencapaian target
sasaran strategis belum seluruhnya tercapai. Dalam rangka meningkatkan kinerja
pada pada masa mendatang, maka perlu diketahui faktor yang menjadi hambatan
dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pada Tahun 2019.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan antara lain adalah:
a. Jumlah dan kompetensi SDM pelaksana yang belum memadai
b. Kurangnya kesadaran pemanfaatan angka ramalan oleh para pemangku
kepentingan, sehingga angka serangan untuk beberapa OPT masih di atas
angka ramalan.
c. Layanan organisasi tidak hanya melibatkan dan mengandalkan beberapa
personel tertentu dan tidak menjadi kesadaran semua elemen di Balai, yang
menjadikan pencapaian sasaran IKM masih di bawah target.
Upaya Tindak Lanjut
Tindaklanjut yang telah dan perlu terus dilakukan dalam upaya perbaikan
pelaksanaan kegiatan ke depan adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kapasitas SDM dengan mengikutsertakan pelatihan/training sesuai
dengan bidang keahlian dan tupoksi.
b. Sosialisasi dan bimbingan peramalan OPT secara lebih intensif dan terstruktur.
c. Sosialisasi dan internalisasi layanan publik BBPOPT kepada semua elemen
yang ada di BBPOPT
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 76
BAB IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil evaluasi atas capaian dan akuntabilitas kinerja BBPOPT tahun 2019,
dari enam indikator kinerja, satu indikator diantaranya dapat tercapai dengan kategori
berhasil, tiga indikator masuk dalam kategori cukup berhasil dan dua indikator lainnya tidak
ada data karena pelaksanaannya tidak di tingkat UPT. Satu indikator yang masuk kategori
berhasil adalah indikator IKM layanan publik BBPOPT. Indikator yang termasuk kategori
cukup berhasil adalah indikator indikator rasio luas serangan OPT tanaman padi yang
terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan, rasio luas serangan OPT tanaman jagung
yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan dan rasio luas serangan OPT
tanaman kedelai yang terjadi terhadap luas serangan yang diramalkan. Kinerja serapan
anggaran APBN BBPOPT Tahun 2019 terealisasi sebesar Rp. 19.762.253.472,- atau
sebesar 87,67 % dari pagu anggaran.
Beberapa upaya perbaikan untuk pencapaian sasaran untuk tahun berikutnya adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM/petugas pelaksana pelayanan melalui
pengikutsertaan dalam kegiatan pelatihan, workshop, updating, inhouse training dan
kegiatan lainnya.
2. Koordinasi lebih intensif antara BBPOPT dengan Dinas Pertanian Provinsi maupun
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam implementasi rekomendasi hasil peramalan dan
tindaklanjut pengendalian OPT sesuai hasil peramalan.
3. Sosialiasi dan bimbingan teknis peramalan OPT secara lebih terstruktur dalam rangka
penerapan rekomendasi tindaklanjut hasil ramalan.
4. Akselerasi pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran dalam rangka mendukung
optimalisasi realisasi serapan anggaran.
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019 77
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
78
Lampiran 1. Distribusi SDM BBPOPT pada Tahun 2019 Menurut Golongan, Jenis Kelamin dan Pendidikan
Kepala
Balai
Bagian
Umum
Bidang
Program
dan
Evaluasi
Bidang
Pelayanan
Teknis,
Informasi dan
Dokumentasi
Kelompok
Jabatan
Fungsional
A 1 1
B 2 2 4
C 1 7 8
D 4 1 3 8
A 3 3 2 4 12
B 8 2 5 6 21
C 1 2 10 13
D 3 2 2 4 11
A 1 1
B 1 1 2
C 0
D 0
E 0
L 58
P 23
S2 1 1 1 3 6
S1 4 2 5 12 23
D4 1 1
SM 0
D3 1 9 10
D2 0
D1 0
SMA 15 5 7 13 40
SMP 1 1
SD 0
Jenis
Kelamin
Pendidikan
Golongan, jenis
kelamin dan
pendidikan
GOL II
GOL III
GOL IV
Jumlah
(Orang)
Distribusi SDM (Orang)
81
81
81
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
79
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
80
lanjutan
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
81
Lampiran 3. Realisasi Anggaran Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
82
lanjutan
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
83
Lampiran 4. Realisasi Fisik Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tahun 2019
Vol Satuan Vol %
1768.007 Model Peramalan OPT
051 Menyusun kebijakan program dan anggaran pengembangan peramalan
OPT
A Rencana Anggaran BBPOPT 2020 1 Laporan 1 100
B Rencana Kerja BBPOPT 1 Laporan 1 100
C Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan BBPOPT 1 Laporan 1 100
D Rencana Kerja Akreditasi ISO 17025 1 Laporan 1 100
E Pengamanan Produksi Tanaman Pangan 21 Kab 28 133,3
052 Melaksanakan Bimbingan dan Sosialisasi Pengembangan Informasi Data
Peramalan OPT
A Pengamatan Keadaan Lapang OPT Tanaman Pangan 60 Data 62 103,3
B UPSUS Peningkatan Produksi Pajale Tahun 2019 1 Laporan 1 100
C Pameran Pembangunan Pertanian 4 Pameran 4 100
D Layanan bahan publik cetak 18 Judul 18 100
E Pengembangan perpustakaan BBPOPT 1 Paket 1 100
F Website BBPOPT,PPID/KIP 1 Paket 1 100
G Siaran Radio dan Televisi 6 Paket 6 100
H Workshop P3OPT 2 Keg 2 100
I Layanan Manajemen Kepegawaian 2 Keg 2 100
J Layanan Manajemen BMN 1 Keg 1 100
K Pelatihan Agensia Hayati 1 Keg 1 100
L Layanan Manajemen Keuangan 1 Paket 1 100
053 Melaksanakan Pengembangan Teknologi Pengamatan dan Pendalian
OPT
A Bahan Operasional Laboratorium Pengelolaan Balai Besar Peramalan
OPT
8 Lab 8 100
B Perbanyak Isolat Dan Produk Agens Pengendali Hayati 7.000 Testube 7.461 106,6
C Peramalan OPT Pangan Tingkat Nasional dan Spesifik Lokasi 16 Prov 18 112,5
D Workshop Evaluasi peramalan OPT Pangan 2 Keg 2 100
E Pengembangan Teknologi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian
OPT
15 Kajian 15 100
054 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan
Pengembangan Peramalan OPT
A Sistem Pengendalian Internal (SPI) 1 Laporan 1 100
B Laporan Kegiatan BBPOPT (Bulanan dan Tahunan) 13 Laporan 13 100
C Laporan Kegiatan Instansi 1 Laporan 1 100
No Program/Kegiatan/KomponenTarget Fisik Realisasi Fisik
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
84
lanjutan
Vol Satuan Vol %
D Pemantauan, Evaluasi Mutu Laboratorium PHP dan Agens Hayati 5 Lab 5 100
E Pemantauan dan evaluasi kegiatan lapang BBPOPT 1 Laporan 1 100
1768.951 Layanan Internal
051 Pengadaan Alat Pengolah Data
A Pengadaan Alat Pengolah Data 19 Unit 19 100
052 Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
A Pengadaan Peralatan dan Mesin 12 Unit 13 108,3
054 Pembangunan/Renovasi Gedung dan Bangunan
A Pemeliharaan Gedung dan Bangunan 1 Paket 1 100
B Pengadaan Tanah (Lahan Sawah) 30.725 m2 24.589 80
C Pemagaran Lahan Kebun Percobaan dan Pembuatan Tangga Disabilitas 2 Paket 2 100
1768.994 Layanan Perkantoran 12 bulan 0
001 Gaji dan Tunjangan
A Pembayaran Gaji dan Tunjangan 1 tahun 1 100
B Lembur Pegawai 1 tahun 1 100
002 Operasional dan pemeliharaan kantor
A Perbaikan peralatan kantor 156 Unit 156 100
B Langganan Daya dan Jasa 12 bulan 12 100
C Operasional pakaian dinas pegawai 190 Stel 190 100
D Operasional Perkantoran dan Pimpinan 12 bulan 12 100
No Program/Kegiatan/KomponenTarget Fisik Realisasi Fisik
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
85
Lampiran 5. Pengujian Sampel di Laboratorium Agens Hayati
No No Sampel Target Hasil
1 10/AH/I/2019 Cendawan Trichoderma sp 5 X 104 CFU/ml
2 11/AH/I/2019 Cendawan Trichoderma sp 1,6 X 108 konidia/gram
3 11/AH/I/2019 Bakteri Paenibacillus polymyxa 3 X 1010 CFU/ml
4 13/AH/I/2019 Bakteri Paenibacillus polymyxa 8,5X 1010 CFU/ml
5 14/AH/I/2019 Bakteri Pseudomonas fluorescens 5X 103 CFU/ml
6 15/AH/I/2019 Bakteri Bacillus substilis 2,5X 109 CFU/ml
7 20/AH/I/2019 Bakteri Paenibacillus polymyxa 0 CFU/ml
8 21/AH/I/2019 Bakteri Pseudomonas fluorescens 0 CFU/ml
9 29/AH/3I/2019 Bakteri Paenibacillus polymyxa 5 X 108 CFU/ml
10 35/AH/I/2019 Bakteri Paenibacillus polymyxa 5 X 108 CFU/ml
11 36/AH/I/2019 Cendawan Beauveria bassiana 2,8 X 108 Konidia/ml
12 95/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 8,52 x 108Spora/ml
13 96/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 1,48 x 109Spora/ml
14 97/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 8,52 x 108Spora/ml
15 98/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 7,36 x 108Spora/ml
16 99/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 1,59 x 109Spora/ml
17 100/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 1,47 x 109Spora/ml
18 101/AH/XI/2019 Cendawan Beauveria bassiana 1,2 x 109 Spora/ml
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
86
Lampiran 6. Pengujian Sampel di Laboratorium Fitopatologi
Positif
Ditemukan Colletotrichum
gloeosporioides
Negatif
Ditemukan Alternaria
alternata
Negatif
Ditemukan Cladosporium sp
4 09/FITO/I/2019 H008/F/I/2019 Pepaya (tanah) TanahDitemukan koloni bakteri
berwarna kuning cembung
Positif
Ditemukan koloni berwarna
putih susu, cembung dan
besar
Positif
Ditemukan konidia
Pyricularia oryzae
Pada daun yang terifeksi
hawar keluar oose bakteri
Positif
Ditemukan konidia
Pyricularia oryzae
Pada bagian batang
menghitam dan Fusarium
sp. pada bagian buku
batang yang patah
Positif
Koloni bakteri berwarna
putih susu.
Hasil pengujian KOH = gram
(-)
Positif
Ditemukan konidia
Alternaria sp
Positif
Ditemukan kumpulan miselia
yang diduga adalah miselia
Rhizoctonia solani
No Sampel
9 62/FITO/VI/2019 P044/F/VI/2019Timun Melon
(Daun)
Terdapat bercak daun
berwarna coklat di bagian ujung
daun yang dikelilingi halo
kekuningan
10 82/FITO/VIII/2019 P045/F/VIII/2019 Padi (rumpun)
Pada bagian pelepah batang
terdapat hawar tidak beraturan
berwarna coklat. Anakan pada
malai tidak membuka sempurna
7 52/FITO/IV/2019 P042/F/IV/2019 Padi (rumpun)
Pada bagian batang tanaman
terdapat busuk hitam dan
sebagian buku pada batang
patah
8 61/FITO/VI/2019 P043/F/IVI/2019 Padi (rumpun)
Pada bagian pangkal batang
tanaman terdapat busuk basah
dan tercium bau busuk dari
mikroba
5 28/FITO/II/2019 P040/F/II/2019 Padi (daun)
Pada bagian daun terdapat
bercak berbentuk bulat lonjong
berwarna oranye kemerahan
dan memanjang seperti meteor
jatuh
6 51/FITO/IV/2019 P041/F/IV/2019 Padi (rumpun)
Pada bagian daun terdapat
bercak coklat berbentuk belah
ketupat, juga terdapat hawar
daun disepanjang tulang daun
2 07/FITO/I/2019 H006/F/I/2019 Pepaya (batang)
Pada bagian batang terdapat
busuk kering pada bagian
pangkal batang berdekatan
dengan daun
3 08/FITO/I/2019 H007/F/I/2019 Pepaya (batang)
Pada pangkal batang terdapat
busuk berwarna coklat
kehitaman
No Kode Nama sampel Gejala Hasil Identifikasi
1 06/FITO/I/2019 H005/F/I/2019 Pepaya (buah)Pada bagian buah terdapat
bercak berwarna hitam yang
diselubungi seperti benang putih
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
87
Lanjutan
Positif
Ditemukan konidia
Sclerotium oryzae
Positif
Jamur Fusarium root rot
(Fusarium sp. )
Positif
Jamur Fusarium sp
Positif
Jamur Fusarium sp.
Positif
Jamur Fusarium sp
16 103/FITO/X/2019 P051/F/XI/2019 Rumput bergejalaRumput terdapat noda-noda
putih keabuan
Ditemukan dua jenis
Penicillium sp. dan dua jenis
Aspergillus sp.
Positif
Jamur blas (Pyricularia
oryzae) dan busuk pelepah
(Sarocladium oryzae)
Hasil IdentifikasiNo Kode No Sampel Nama sampel Gejala
15 94/FITO/X/2019 P050/F/X/2019Tanaman
bawang merahTanaman layu
17106-
107/FITO/XI/2019P053/F/XI/2019 Tanaman Padi
Terdapat bercak belah ketupat
pada daun dan busuk pada
pelepah, serta tanaman
pertumbuhannya terhambat
13 92/FITO/X/2019 P048/F/X/2019Tanaman
bawang merahTanaman layu
14 93/FITO/X/2019 P049/F/X/2019Tanaman
bawang merahTanaman layu
11 83/FITO/VIII/2019 P046/F/VIII/2019 Padi (rumpun)Pada bagian batang tanaman
terdapat busuk berwarna hitam
12 84/FITO/IX/2019 P047/F/IX/2019 Umbi ubi jalar
Umbi keras dengan kulit tidak
normal dan jika dibelah umbi
terdapat noda-noda coklat dan
keras
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
88
Lampiran 7. Pengujian Sampel di Laboratorium PCR
No No Sampel Jenis Hasil
1 01/PCR/1/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
2 02/PCR/1/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
3 16/PCR/1/2019 Bakteri Isolat Positif Bakteri Universal
4 17/PCR/1/2019 Bakteri Isolat Negatif Bakteri Universal
5 18/PCR/1/2019 Bakteri Isolat Positif Bakteri Universal
6 19/PCR/1/2019 Bakteri Isolat Positif Bakteri Universal
7 23/PCR/1/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
8 24/PCR/1/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
9 25/PCR/1/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
10 26/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
11 27/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
12 30/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Positif
KH Negatif
13 31/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Positif
KH Positif
14 32/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Positif
KH Positif
15 33/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Positif
16 34/PCR/2/2019 Virus KR Type 2 Positif
KH Positif
17 37/PCR/3/2019 Virus KR Type 2 Negatif
KH Negatif
18 38/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Negatif Cendawan Sarocladium
oryzae
19 39/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Negatif Cendawan Sarocladium
oryzae
20 40/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Negatif Cendawan Sarocladium
oryzae
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
89
Lanjutan
No No Sampel Jenis Hasil
21 41/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Negatif Cendawan Sarocladium
oryzae
22 42/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Negatif Cendawan Sarocladium
oryzae
23 43/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
24 44/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
25 45/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
26 46/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
27 47/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
28 48/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
29 49/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
30 50/PCR/3/2019 Cendawan Sarocladium
oryzae
Positif Cendawan Sarocladium
oryzae
31 53/PCR/4/2019 Virus KR Type 2 Positif
KH Negatif
32 54/PCR/4/2019 Virus KR Type 2 Positif
KH Negatif
33 55/PCR/4/2019 Virus vektor WBC KR Type 2 Positif
KH Negatif
34 57/PCR/4/2019 Bakteri Positif Bakteri BGR
(Burkholderia glumae)
35 58/PCR/4/2019 Bakteri isolat Positif Bakteri Universal
36 59/PCR/4/2019 Bakteri isolat Positif Bakteri Universal
37 61/PCR/6/2019 Virus KR Positif
KH Negatif
38 62/PCR/6/2019 Bakteri Erwinia Erwinia bp Positif
39 63/PCR/6/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
40 64/PCR/6/2019 KHKR KR Positif
KH Negatif
41 65/PCR/6/2019 KHKR KR Positif
KH Negatif
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
90
Lanjutan
No No Sampel Jenis Hasil
42 66/PCR/6/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
43 67/PCR/6/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
44 68/PCR/7/2019 Virus Gemini Virus Gemini Negatif
45 69/PCR/7/2019 KHKR KR Positif
46 70/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
47 71/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Positif
48 72/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
49 73/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
50 74/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
51 75/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
52 76/PCR/7/2019 KHKR KR Positif
KH Negatif
53 77/PCR/7/2019 KHKR KR Positif
KH Negatif
54 78/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
55 79/PCR/7/2019 KHKR KR Positif
KH Negatif
56 80/PCR/7/2019 KHKR KR Positif
KH Negatif
57 81/PCR/7/2019 KHKR KR Negatif
KH Negatif
58 88/PCR/9/2019 Nematoda Positif
59 89/PCR/9/2019 BGR Positif
60 108/PCR/11/2019 KHKR, fungi A Sarocladium Positif
B KH Negatif
61 109/PCR/11/2019 KHKR C KH Negatif
C KR Negatif
B KR Negatif62 110/PCR/11/2019 Virus Gemini Virus Gemini Negatif
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
91
Lampiran 8. Bimbingan Teknis P3OPT Tahun 2019
No Lokasi Petugas Uraian Kegiatan
1Palembang, Sumatera
SelatanYadi Kusmayadi
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
2Semarang, Jawa
TengahIr. Mustaghfirin
Bimtek Pengelolaan Hama Wereng Batang
Coklat dan Tikus pada Tanaman Padi
3Pontianak,
Kalimantan BaratYadi Kusmayadi
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
4 Subang, Jawa Barat Cahyadi IrwanBimbingan Pengamatan Pengendalian OPT
Padi
5Purwakarta, Jawa
BaratNanar A. Cahyana
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
6 Subang, Jawa Barat Cahyadi IrwanBimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
7Seruyan, Kalimantan
Tengah
Wayan Murdita,
Cahyadi Irwan
Bimbingan Pengamatan Pengendalian OPT
Padi
8Paser, Kalimantan
TimurDedi Darmadi Bimbingan Teknis Pengendalian OPT Pangan
9 Bekasi, Jawa BaratAnton Yustiano, Dedi
Darmadi
Bimbingan Pengamatan Pengendalian OPT
Padi
10 Bekasi, Jawa Barat TuryadiBimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
11 Karawang, Jawa BaratDianto Momon
Sumono
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
12 Jambi Ir. MustaghfirinBimbingan Teknis Pengamatan Peramalan dan
Pengendalian OPT Jagung
13Kebumen, Jawa
TengahWilling Bagariang
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Jagung
14 Bogor, Jawa BaratUlfah Nuzulullia,
Dedi Darmadi
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
15Pemalang, Jawa
TengahYadi Kusmayadi
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
16 Bengkulu Dedi DarmadiBimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Jagung
17 Bandung, Jawa BaratUmi Kulsum, Anton
Yustiano
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
92
Lanjutan
No Lokasi Petugas Uraian Kegiatan
18 Bekasi, Jawa BaratRosalia Maryana, Nur
Ikhsan Hidayat
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
19 Karawang, Jawa BaratCahyadi Irwan,
Turyadi
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
20Waikabubak, Sumba
Barat NTTWayan Murdita
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
21 Malang, Jawa Timur Anton YustianoBimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Kedelai
22 Solo, Jawa Tengah Yadi KusmayadiBimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
23 Kampar, Riau Umi KulsumBimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Kedelai
24Purwokerto, Jawa
TengahAnik Kurniati
Bimbingan Pengamatan dan Pengendalian OPT
Padi
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
93
Lampiran 9. Pelayanan Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian Mahasiswa
No Nama Jurusan Nama Sekolah Tujuan Tanggal Kegiatan
1 Putri Artha Leider Agroteknologi PadjadjaranPraktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Januari 2019 - 15
Februari 2019
2 Santa Monica Agroteknologi PadjadjaranPraktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Januari 2019 - 15
Februari 2019
3 Retno Putri Anjani Agroteknologi PadjadjaranPraktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Januari 2019 - 15
Februari 2019
4 Brinadia Solihati Agroteknologi PadjadjaranPraktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Januari 2019 - 15
Februari 2019
5 Nurul Fajrin S Agroteknologi PadjadjaranPraktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Januari 2019 - 15
Februari 2019
6 Amy SupriyantiProteksi
TanamanGadjah Mada
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
2 Januari 2019 - 2
Februari 2019
7Binti Laitul
Munawaroh
Proteksi
TanamanGadjah Mada
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
2 Januari 2019 - 2
Februari 2019
8 Rosalinda
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMK Negeri 1
Losarang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 November 2018 -
15 Februari 2019
9 Windi Widiawati
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMK Negeri 1
Losarang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 November 2018 -
15 Februari 2019
10 Windy Firdaniya
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMK Negeri 1
Losarang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 November 2018 -
15 Februari 2019
11Tania Riehz
Febriany
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMK Negeri 1
Losarang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 November 2018 -
15 Februari 2019
12 Lisa Fitria
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMK Negeri 1
Losarang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 November 2018 -
15 Februari 2019
13Mongan Wayne
Luther SawakiAgroteknologi
Jenderal
Soedirman
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 22
Februari 2019
14Muhammad Evan
Dania RohmanAgroteknologi
Jenderal
Soedirman
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 22
Februari 2019
15 Muhammad Fahmi AgroteknologiJenderal
Soedirman
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 22
Februari 2019
16 Rivan Taufiq Adnan AgroteknologiJenderal
Soedirman
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 22
Februari 2019
17Dede Yusuf
ZiaulhakAgroteknologi
Jenderal
Soedirman
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 22
Februari 2019
18 Syifa Nazliah AgroteknologiJenderal
Soedirman
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 22
Februari 2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
94
Lanjutan
No Nama Jurusan Nama Sekolah Tujuan Tanggal Kegiatan
19 Fanny Purnadyanti AgroteknologiSingaperbangsa
Karawang
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 21
Februari 2019
20 Fitri Ratna Juwita AgroteknologiSingaperbangsa
Karawang
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 21
Februari 2019
21 Nining Sulastri AgroteknologiSingaperbangsa
Karawang
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 21
Februari 2019
22 Reza Pahlevi AgroteknologiSingaperbangsa
Karawang
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 21
Februari 2019
23 Ani Marlina
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Patokbeusi
Subang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
29 Januari 2019 - 5
Maret 2019
24 Selvi Nopianti
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Patokbeusi
Subang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
29 Januari 2019 - 5
Maret 2019
25 Dewi Anisah
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Patokbeusi
Subang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
29 Januari 2019 - 5
Maret 2019
26 Wildy Deltriana
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Patokbeusi
Subang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
29 Januari 2019 - 5
Maret 2019
27Amelia Puspita
Putri
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Patokbeusi
Subang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
29 Januari 2019 - 5
Maret 2019
28 Melia Antika
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Patokbeusi
Subang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
29 Januari 2019 - 5
Maret 2019
29Hilman Fahrul
Rahman
Teknik
Informatika
Buana
Perjuangan
Karawang
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
21 Januari 2019 - 4
Maret 2019
30 Milani Setiawati
Otomatisasi Tata
Kelola
Perkantoran
SMK IPTEK
Cilamaya
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
1 Februari 2018 - 30
April 2018
31 Alpiah Alpani
Otomatisasi Tata
Kelola
Perkantoran
SMK IPTEK
Cilamaya
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
2 Februari 2018 - 30
April 2018
32 Hanuf Nur Azizah AkuntansiSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
16 Januari 2019 - 29
Maret 2019
33 Tiara Pransiska AkuntansiSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
16 Januari 2019 - 29
Maret 2019
34 Ianatul FaujiahAdministrasi
Perkantoran
SMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
16 Januari 2019 - 29
Maret 2019
35 Febby AstutiProduksi
Tanaman PanganNegeri Lampung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
4 Maret 2019 - 3 Mei
2019
36Indah Lidya Dove
Sibarani
Produksi
Tanaman PanganNegeri Lampung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
4 Maret 2019 - 3 Mei
2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
95
Lanjutan
No Nama Jurusan Nama Sekolah Tujuan Tanggal Kegiatan
37I Wayan Agus
Sayoga
Produksi
Tanaman PanganNegeri Lampung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
4 Maret 2019 - 3 Mei
2019
38 MarantikaProduksi
Tanaman PanganNegeri Lampung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
4 Maret 2019 - 3 Mei
2019
39 Alif Rumyati
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Pusakanagara
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Januari 2019 - 17
Mei 2019
40 Nur Alfi Wahyuni
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Pusakanagara
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Januari 2019 - 17
Mei 2019
41 Siti Amanah
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Pusakanagara
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Januari 2019 - 17
Mei 2019
42 Toimah
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Pusakanagara
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Januari 2019 - 17
Mei 2019
43 Aan Diani
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
44 Pionita Rahayu
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
45 Yulyanti
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
46 Ela Nurlela AkuntansiSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
47 Ela Yunia AkuntansiSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
48 Muhamad Rizky P MultimediaSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
49 Chandra Syahbilal Multimedia
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
50 Deni Alamsah Multimedia
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
51 Rizky Multimedia
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 April 2019 - 28 Juni
2019
52Muhammad Malik
Madani
Proteksi
Tanaman Pertanian Bogor
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
24 Juni 2019 - 19 Juli
2019
53 Farhan Alfian Nur Proteksi
Tanaman Pertanian Bogor
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
24 Juni 2019 - 19 Juli
2019
54 Sita NirmalasariProteksi
Tanaman Pertanian Bogor
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
24 Juni 2019 - 19 Juli
2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
96
Lanjutan
No Nama Jurusan Nama Sekolah Tujuan Tanggal Kegiatan
55Azqia Maulida
Darda
Proteksi
Tanaman Pertanian Bogor
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
24 Juni 2019 - 19 Juli
2019
56 Elma Dwi Septiana Agroteknologi
Pembangunan
Nasional
"VETERAN"
Yogyakarta
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
17 Juni 2019 - 26 Juli
2019
57 Sri Ekawati Agroteknologi
Islam Negeri
(UIN) Sunan
Gunung Djati,
Bandung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
17 Juni 2019 - 26 Juli
2019
58 Risti Yulia Lestari Agroteknologi
Islam Negeri
(UIN) Sunan
Gunung Djati,
Bandung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
17 Juni 2019 - 26 Juli
2019
59Wida Amalia
AprianiAgroteknologi
Islam Negeri
(UIN) Sunan
Gunung Djati,
Bandung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
17 Juni 2019 - 26 Juli
2019
60Yanrizal Heru
SusenoAgroteknologi
Islam Negeri
(UIN) Sunan
Gunung Djati,
Bandung
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
17 Juni 2019 - 26 Juli
2019
61 Taufiq Hilmany Agroteknologi GarutPraktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 31 Juli
2019
62 Anggi Permata Sari Agroteknologi GarutPraktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 31 Juli
2019
63Annisa Tiara
RamadaniAgroteknologi Garut
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 31 Juli
2019
64 Ali Muhammad Agroteknologi GarutPraktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 31 Juli
2019
65 Wildan Arrosyad Agroteknologi GarutPraktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 31 Juli
2019
66 Wahyu Wijiati Agroteknologi LampungPraktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 9 Agustus
2019
67Aghniya
Ilmahukami
Hama dan
Penyakit
Tumbuhan
BrawijayaPraktek Kerja
Lapang (PKL)
17 Juni 2019 - 13
Agustus 2019
68 Rafeeda Fauziyana
Hama dan
Penyakit
Tumbuhan
PadjadjaranPraktek Kerja
Lapang (PKL)
1 Juli 2019 - 16
Agustus 2019
69 Novi Rahmawati Agroteknologi SiliwangiPraktek Kerja
Lapang (PKL)
24 Juni 2019 - 14
Agustus 2019
70 Diana Safitri Agroteknologi SiliwangiPraktek Kerja
Lapang (PKL)
24 Juni 2019 - 14
Agustus 2019
71 Hermalia Rukma MultimediaSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 Juni 2019 - 30
September 2019
72 Aita RohmahAdministrasi
Perkantoran
SMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 Juni 2019 - 30
September 2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
97
Lanjutan
No Nama Jurusan Nama Sekolah Tujuan Tanggal Kegiatan
73 Vina KhoerunnisaAdministrasi
Perkantoran
SMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 Juni 2019 - 30
September 2019
74
Nurfadhillah
Nadiatul
Awaliyyah
MultimediaSMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
8 Juni 2019 - 30
September 2019
75Yogi Putra Wahyu
SetiawanAgroteknologi Jember
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Oktober 2019 - 15
November 2019
76Olivia Patricia Br.
SembiringAgroteknologi Jember
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Oktober 2019 - 15
November 2019
77Velia Nurul
HidayahAgroteknologi Jember
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Oktober 2019 - 15
November 2019
78Siska Agustina
PertiwiAgroteknologi Jember
Praktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Oktober 2019 - 15
November 2019
79 Nur Kholilah Agroteknologi JemberPraktek Kerja
Lapang (PKL)
3 Oktober 2019 - 15
November 2019
80Anggun Nur Julia
Putri
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Juli 2019 - 13
Desember 2019
81 Cindy Amelia
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Juli 2019 - 13
Desember 2019
82 Eka Suherman
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Juli 2019 - 13
Desember 2019
83 Fitria Herawati
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Juli 2019 - 13
Desember 2019
84 Novia Ramadhani
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMKN 1
Cikampek
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
15 Juli 2019 - 13
Desember 2019
85 Ratu Indira Yasmin
Agribisnis
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
SMK N 1 Losarang
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
28 Agustus 2019 - 28
November 2019
86 Novi NuraeniAdministrasi
Perkantoran
SMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
1 Oktober 2019 - 31
Desember 2019
Laporan Kinerja BBPOPT Tahun 2019
98
Lanjutan
No Nama Jurusan Nama Sekolah Tujuan Tanggal Kegiatan
87 Novia Sri AstutiAdministrasi
Perkantoran
SMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
1 Oktober 2019 - 31
Desember 2019
88 Dela SapiraAdministrasi
Perkantoran
SMK Negeri 1
Jatisari
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
1 Oktober 2019 - 31
Desember 2019
89 Fitria NoviantiAdministrasi
Perkantoran
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
1 Oktober 2019 - 31
Desember 2019
90 Nasya FitrianiTeknik Komputer
jarinagn
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
12 Desember 2019 - 02
Maret 2020
91 NursopiahTeknik Komputer
jarinagn
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
12 Desember 2019 - 02
Maret 2020
92 CahyatiTeknik Komputer
jarinagn
SMK
Pembangunan
Global
Praktek Kerja
Industri
(Prakerin)
12 Desember 2019 - 02
Maret 2020