SABAR HUTAHAEAN (G1B012063).doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teknik sipil

Citation preview

Document

ISU, PERMASALAHAN, DAN REKOMENDASI DALAMPENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DI WILAYAH SUNGAI CITARUMSABAR HUTAHAEAN(NPM. G1B012063)PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPILUNIVERSITAS NEGERI BENGKULUBENGKULU2015

BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangDaerah Aliran Sungai Citarum merupakan salah satu DAS penting diIndonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah DAS Citarum meliputi731.973,32 ha, dengan letak geografis 106o5136-107o51BT dan 719o-6o24 LS (BPDAS Citarum-Ciliwung, 2008). Berdasarkan daerah tangkapan waduk, DASCitarum dapat dikelompokkan menjadi 4 sub-DAS, yaitu: 1) Citarum Hulu, terletakdi sekitar Pacet, yang merupakan daerah tangkapan waduk Saguling, 2). Daerahtangkapan dari waduk Cirata yang terletak di wilayah Cianjur dan sekitarnya, 3).Daerah tangkapan waduk Jatiluhur di wilayah Purwakarta dan sekitarnya, dan 4).Sub DAS Citarum Hilir yang merupakan areal terluas terletak di bagian utarameliputi sebagian besar Kabupaten Karawang hingga Pantura (LPPM IPB, 2006).Sungai Citarum berperan penting bagi kehidupan sosial ekonomi khususnyadi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Selain sebagai sumber air minum, irigasi pertanian,perikanan, pembangkit tenaga listrik, Citarum juga sebagai pemasok air utama untukkegiatan industri. Dua puluh tahun terakhir ini, kondisi lingkungan dan kualitas airdi sepanjang Citarum semakin memburuk. Dalam kurun waktu ini jumlah penduduk,permukiman dan kegiatan industri di sepanjang daerah aliran sungai bertambah danberkembang dengan pesat.Pengelolaan Wilayah Sungai (WS) Citarum tidak hanya meliputi batasanhidrologi daerah aliran sungai Citarum itu sendiri, namun termasuk di dalamnyadaerah aliran sungai skala kecil pada sisi timur dan barat Citarum. Penerima manfaatdari sumber daya air ini bukan hanya mereka yang berada dan hidup dalam WS ini,namun juga penduduk Jakarta yang memanfaatkan air sungai melalui Saluran TarumBarat atau West Tarum Canal (WTC).Telah banyak tulisan dan laporan yang membahas berbagai isu yang ada saatini berkenaan dengan pengelolaan sumber daya air di WS Citarum. Beberapa isukunci telah di dokumentasikan di dalam berbagai tulisan yang dihasilkan dalamdekade terakhir. Masalah yang telah dapat teridentifikasi sangat banyak dan meliputiberbagai area, termasuk sangat rendahnya kualitas air, penggundulan hutan,

degradasi daerah tangkapan air di hulu, penyedotan air tanah, dan degradasibangunan air. Hal ini menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang sangat negatifbagi penduduk sekitar WS Citarum.1.2.PermasalahanSeperti dikemukakan sebelumnya, permasalahan pada pengelolaan sumberdaya air di WS Citarum antara lain:1.Sangat rendahnya kualitas air.2.Penggundulan hutan.3.Degradasi daerah tangkapan air (DTA) di hulu DAS.4.Penyedotan air tanah.5.Degradasi bangunan air.1.3.TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah pembuatan rekomendasi berupa rencanaaksi dan strategi untuk mengatasi masalah-masalah terkait isu pengelolaan sumberdaya air di WS Citarum.

BAB IIISU, MASALAH, DAN REKOMENDASIPeraturan Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Barat No. 12 Tahun 1997 tentangPembangunan di Pinggir Sungai dan Sumber Air merupakan salah satu pengelolaansumber daya lingkungan perairan yang sudah ditetapkan di Jawa Barat. Perda No. 12tahun 1997 bermaksudmelaksanakan kegiatan perlindungan, pengembangan,penggunaan dan pengendalian sumber daya air melalui penataan lingkungansepanjang sungai, dari sekitar sumber air secara tertib, teratur, bersih, indah, danserasi. Bebas dari:1.Bangunan permanen dan semi-permanen.2.Pemukiman liar.3.Pembuangan sampah dan limbah padat.4.Pencemaran limbah cair secara langsung.5.Pemanfaatan daerah sempadan untuk jalur hijau.6.Prasarana pelayanan tidak mengganggu pemeliharaan alur sungai dan sumber air.7.Bangunan di pinggir sungai dan sumber air menghadap ke sungai.Fungsi utama DAS Citarum bagian hulu adalah sebagai daerah tangkapanair. Sumber daya air tersebut merupakan sumber aliran utama dalam DAS.Pengeloaan DAS Citarum di atas Waduk Saguling secara terpadu dan holistikmempunyai harapan agar tercipta kondisi lingkungan yang baik, salah satunya dapatditinjau dari implementasi Perda No. 12/1997.DAS Citarum memiliki arti yang sangat strategis dalam pembangunan. Saatini DAS Citarum berkembang secara pesat menjadi wilayah pemukiman, pertanian,dan industri. Perkembangan ini dikhawatirkan akan memberikan dampak penurunankualitas lingkungan. Kondisi ini dapat dilihat secara sekilas data yang didasarkandari hasil penelitian yang dilakukan oleh Eko W., dkk (2003), yaitu kualitas airsungai pada hulu DAS berdasarkan parameter BOD, COD, Mangan, Nitrit,Detergen, dan Amonium mengalami peningkatan konsentrasi. Hal ini menandakanbahwa penurunan kualitas air Sungai Citarum sudah dimulai dari bagian hulu.Ditinjau dari segi kuantitas aliran sungai, perubahan dan perkembanganpenggunaan lahan akan membawa dampak berupa penurunan infiltrasi dan semakin

cepatnya air hujan masuk ke dalam sungai. Secara singkat, dapat dikatakan bahwaapabila hujan turun, maka permukaan air sungai akan cepat naik. Sadar akan haltersebut bahwa DAS Citarum (khususnya bagian hulu) merupakan bagian pentingdari suatu program penyelamatan lingkungan, maka tidak boleh tidak semua pihakyang mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak secara bersama-samamengambil bagian.Walaupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah menerbitkan Perda No.12/1997 ini, tapi tetap saja kondisi di lapangan tidak sejalan dengan harapandibuatnya perda tersebut. Air Sungai Citarum digunakan untuk berbagai kepentinganantara lain kegiatan pertanian, sumber air baku air minum, sumber air baku untukindustri, sumber air untuk perikanan, dan pembangkit listrik tenaga air. Sayangnya,penggunaan dan pemanfaatan Sungai Citarum ini cenderung eksploitatif sehinggaberimplikasi pada menurunnya kualitas DAS Citarum.Refleksi dari kondisi eksisting DAS Citarum akibat tindakan pengelolaansumber daya air yang tidak konservatif, maka timbul berbagai permasalahan:1.Rendahnya kualitas air.2.Penggundulan hutan.3.Degradasi DTA di hulu DAS.4.Penyedotan air tanah.5.Degradasi bangunan air.Setelah mengetahui permasalahan pada isu pengelolaan sumber daya air diWS Citarum, selanjutnya adalah membuat langkah-langkah rekomendasi sebagaisolusi dari tiap poin permasalahan. Tabel 1 memaparkan lebih lanjut mengenai isu,permasalahan, dan rekomendasi.Tabel 1. Isu, Masalah, dan Rekomendasi Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Citarum.ISUPERMASALAHANREKOMENDASI Pengelolaan Sumber DayaAir di WS Citarum.A.Sangat rendahnyakualitasair.1.Mengembangkan berbagai program mandiri berbasis masyarakat dan kegiatankhusus perbaikan air minum, lingkungan, dan kualitas air.2.Penentuan keperluan aliran lingkungan untuk mempertahankan kualitas air,demikian pula untuk pembilasan sedimen dan mengurangi salinitas di bagianhilir.3.Identifikasi sumber-sumber dan tingkat pencemaran di Waduk Saguling, Cirata,dan Jatiluhur untuk pengembangan dan pelaksanaan rencana aksi penguranganpencemaran.4.Mengembangkan suatu rencana monitoring kualitas air untuk setiap wilayahpengelolaan kualitas air yang menggambarkan parameter-parameter prioritas;dalam hal ini:menerapkan monitoringsebagai aktivitas pengelolaanmenjamin bahwa data monitoring kualitas air digunakan untuk mendukungprogram-programperbaikan(penegakanperaturan,insentif-disinsentif,kesadaran/partisipasi masyarakat). B.Penggundulan hutan.1.Melaksanakanperlindunganhutandengansasarantidakterjadilagipengurangan lahan hutan dari kondisi saat ini.2.Kaji ulang semua undang-undang yang terkait dengan perlindungan hutandaerah tangkapan hulu, terutama pada kemiringan terjal (lebih dari 42 derajat)dan mengevaluasi tepat tidaknya ketentuan pemberian perlindungan.3.Membentuk kelompok kecil (terdiri dari ahli GIS atau penginderaan jauh, ahlitata ruang, dan ekologi darat) di Dewan SDA wilayah sungai Citarum.Kelompok kecil ini selanjutnya bekerja sama dengan pemerintah daerah,BPDAS, BPLHD, dan Bappeda untuk membuat fungsi tata ruang yang terpadu.4.Mengidentifikasi kawasan prioritas untuk direhabilitasi melalui penghutanankembali.5.Memfasilitasi kontrak kesepakatan kerjasama antara penduduk desa dan PerumPerhutani untuk pemanfaatan jangka panjang (> 30 tahun), dengan mandatmenanam pohon campuran yangmampu menanggulangi erosi, selainmenyediakan petani dengan suatu tanaman keras.

6.Memberikan saran kepada penduduk desa cara penghutanan kembali yangpaling efektif dan memberikan prioritas bagi penduduk desa untuk penyewaanlahan. C.Degradasi DTA di hulu.1.Memprioritaskan peningkatanDTAmelaluipenghijauan danpenerapanpemanfaatan lahan serta praktik pertanian secara tepat yang meminimumkanterjadinya erosi.2.Menciptakan kondisi yang baik dalam hal kelembagaan, keuangan, dankapasitas) masyarakat setempat untuk terlibat dalam penyediaan air minum danlayanan sanitasi, pengelolaan DTA, dan pengelolaan limbah.3.Memetakan mata air utama di DTA dan pengukuran hidrologi.4.Mengumpulkan dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk tata ruangpenghutanan kembali dengan perantara Dewan Sumber Daya Air WS Citarum,serta mengijinkan untuk penelitian secara luas.5.Mengembangkan rencana untuk peningkatan pengelolaan DTA di bagian huluwaduk.6.Pelatihan pengelolaan DTA untuk masyarakat disampaikan melalui jaringanmodel Desa Konservasi.7.Menugaskan suatu LSM untuk merancang kursus pelatihan pengelolaan DTAdan sumber daya alam.8.Memperkuat kelembagaan untuk koordinasi antar pemerintah daerah danorganisasi pengelola wilayah sungai dalam rangka pengelolaan DTA. D.Penyedotan air tanah.1.Kaji ulang dan dokumentasi informasi yang ada tentang situasi air tanah diSatuan WS Citarum, termasuk ketersediaan dan penggunaannya saat ini.2.Kaji ulang studi pengelolaan air tanah sebelumnya.3.Melaksanakan studi beberapa opsi penyediaan air baku, penyiapan suaturencana aksi untuk pengelolaan air tanah yang efektif dan berkelanjutan.4.Pengembangan strategi dan rencana aksi untuk meningkatkan efektivitasperaturan penggunaanair tanah,meliputi rekomendasi untuk perubahankerangka kerja peraturan yang ada.5.Pengembangan mekanisme pemantauan dan evaluasi penggunaan air tanah.

6.Kaji ulang perangkat peraturan perundang-undangan pengelolaan air tanah danrekomendasi perbaikan, meliputi mekanisme untuk pemenuhan pengelolaan(penegakan peraturan).7.Capacity building untuk lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengelolaan airtanah. E.Degradasi bangunan air1.Pembangunan infrastruktur untuk penyimpanan dan distribusi air (waduk,saluran, dan sistem perpipaan).2.Pemeliharaan infrastruktur sehingga seluruh bangunan air mampu beroperasisesuai dengan kapasitas rencana.3.Perencanaan dan pembangunan bangunan pengendali banjir dan aliran lumpur,seperti tanggul, waduk pengendali banjir, dan lain-lain.4.Pembangunan bendung pembagi di suatu sungai dan terowongan untukmengalirkan air di sebelah hulu waduk guna meningkatkan debit air dalamrangka meningkatkan luas areal irigasi. BAB IIIPENUTUP1.Sebagaimana diketahui bahwa DAS Citarum merupakan satu area yang sangatpenting dan strategis menyangkut berbagai aspek seperti pemerintahan,pertanian, industri, sumber daya air, energi, dan lingkungan.2.Menurunnya kualitas DAS Citarum menyebabkan interaksi di dalam ekosistemtidak berkembang dan menjadikan lingkungan tidak nyaman. Bahkan, potensisumberdaya air permukaan oleh masyarakat bahwa potensinya sudah kurangdapat diandalkan.3.Penjabarantiapmasalahbesertamasing-masingrekomendasinyainidiharapkan dapat memunculkan solusi yang tepat guna dan sasaran untuktercapainya efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya air di WSCitarum.4.Perlu dilakukan monitoring secara kontinyu baik terhadap industri maupunterhadap Sungai Citarum sendiri yang dimulai secara serentak, holistik, danterpadu.

DAFTAR PUSTAKABPDAS Citarum-Ciliwung. 2008. Pengelolaan DAS TerpaduDASCitarum(buku I: Laporan Utama). BPDAS Citarum-Ciliwung, Ditjen RLPSDephut. Bogor.Eko W., dkk. 2003. The Effect of Three Cascade Reservoirs in Citarum RiverBasin To The Water Quality of Citarum River.LPPM IPB. 2006. Menuju Sistem Pembayaran Bagi Jasa-jasaPerbaikanLingkungan Dalam Kaitannya Dengan Perbaikan Pengelolaan SumberDaya Lahan dan Air di DAS Citarum. Final Report. (tidak diterbitkan).Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Barat No. 12 Tahun 1997 tentangPembangunan di Pinggir Sungai dan Sumber Air.